Ceritasilat Novel Online

Tembang Tantangan 2

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja Bagian 2


"Aku memang gelisah. Ada beberapa pihak yang
menginginkan perempuan dan anaknya itu"
"Percayakan kepada kami"
"Sebelumnya Macan Kabranang sudah datang. Tetapi iapun gagal karena ada sepasang suami isteri yang juga datang untuk mengambil perempuan dan anak itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berapa orang yang menemani Macan Kabranang?"
"Tidak jelas" "Aku membawa sekelompok orang. Ada delapan orang yang datang termasuk aku. Seandainya Macan Kabranang kembali malam ini, aku akan menyelesaikannya. Orang itu memang memiliki ilmu yang tinggi. Tetapi Macan Kabranang belum pernah menjajagi ilmu perguruan kita"
"Hati-hatilah" "Kami akan berhati-hati"
"Jangan lupa. Bawa perempuan dan anaknya itu ke
seberang. Aku akan segera menyusul"
"Baik. Kami akan menyelesaikan'sesuai dengan rencana yang telah kau susun"
Demikianlah, maka sekelompok orang itupun segera
meninggalkan orang yang menunggu di dekat sumur mati itu.
Mereka menyelinap diantara semak-semak. Kemudian meloncati dinding halaman. Dengan hati-hati merekapun langsung menuju ke rumah Nyi Sumi.
Rumah itu nampak sepi. Beberapa orang itupun memasuki halaman dan menyelinap dibelakang gerumbul-gerumbul
perdu. Beberapa saat mereka menunggu. Setelah mereka yakin
bahwa tidak akan ada hambatan apapun juga, maka pemimpin gerombolan itupun berkata "marilah. Sekarang"
Merekapun serentak bangkit. Dua orang langsung menuju ke pintu. Perlahan-lahan orang itupun mengetuk pintu rumah Nyi Sumi.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi rumah itu sudah menjadi sepi. Semua penghuninya sedang tidur nyenyak didalamnya.
Orang yang mengetuk pintu itu mengulanginya. Lebih
keras, sehingga Tanjungpun terbangun.
Perlahan-lahan Tanjungpun beringsut ke bilik Mulat. Di bangunkannya Mulat perlahan-lahan.
Demikian Mulat membuka matanya, Tanjungpun segera
berdesis. "Ada apa?"
"Ada orang mengetuk pintu" bisik Tanjung.
Pintu itupun telah diketuk lagi, sehingga Mulatpun
mendengarnya. Perlahan-lahan Mulatpun bangkit. Ketika ketukan di pintu itu menjadi semakin keras, Mulatpun bertanya "Siapa yang mengetuk pintu?"
"Buka pintu. Jangan ribut"
"Siapa kau?" "Cepat, buka pintu atau aku bakar rumahmu" Mulat
termangu-mangu sejenak. Ia sadar, bahwa orang yang
mengetuk pintu rumahnya itu bukan orang yang bermaksud baik.
Karena itu, maka Mulat. tidak menunggu lebih lama lagi.
Iapun segera pergi ke serambi samping. Dipukulnya
kentongannya. Meskipun kentongan yang terbuat dari bambu itu kecil saja, tetapi suaranya justru melengking sampai ke gardu.
"Perempuan-perempuan iblis" geram pemimpin sekelompok orang yang mendatangi rumah Nyi Sumi. Mereka tidak lagi mengetuk
pintu. Tetapi dua orang bersama-sama http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghentakkan pintu rumah itu dengan kakinya, sehingga pintu itupun terbuka/
"Tahan mereka yang akan masuk ke halaman" terdengar
pemimpin sekelompok orang itu memberikan aba-aba
"tinggalkan mereka setelah aku bawa perempuan dan anaknya itu pergi"
"Baik Ki Lurah" jawab seorang diantara mereka.
Empat orang telah pergi ke depan regol. Ketika suara kentongan itu bersiambat, maka tiga orang telah berada di dalam rumah itu. Merekapun dengan serta-merta telah
menangkap Tanjung. Dengan ancaman sebilah pisau belati, maka seorang diantara mereka mendorong Tanjung sambil bertanya "Mana anakmu?"
Anakku telah dibawa orang" jawab Tanjung.
"Jangan bohong"
"Tidak. Aku tidak bohong. Anakku telah diculik seorang yang tidak aku kenal sebelumnya"
Tetapi seorang yang lain tiba-tiba saja menemukan Tatag di sentongnya.
"Anak itu ada disini"
"Nah, kau benar-benar sudah berbohong"
"Ya. Aku tidak mau kau bawa anakku"
"Tidak hanya anakmu. Tetapi kau juga akan kami bawa"
Tidak ada kesempatan bagi Tanjung untuk berbuat sesuatu.
Seorang diantara mereka yang memasuki rumah itu,
mengancam Tanjung dengan pisau belati.
"Cepat lakukan semua perintahku, atau anak ini akan-mati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Sumipun berdiri membeku. Mulatpun tidak lagi memukul kentongan.
Tanjung tidak dapat berbuat lain kecuali menggendong anaknya dan melakukan semua perintah dari pemimpin orang-orang yang memasuki rumah Nyi Sumi itu.
Semuanya berlangsung begitu cepat. Sementara orangorang padukuhan itu memang menjadi ragu-ragu melawan orang-orang yang berdiri di regol dengan pedang terhunus.
Beberapa saat kemudian, Tanjung dan anaknya telah hilang dari rumah itu. Mereka dibawa oleh sekelompok orang melalui jalan butulan di kebun belakang. Sementara itu orang-,orang yang tertahan sesaat di luar regol oleh beberapa orang bersenjata telanjang telah memasuki halaman. Orang-orang yang bersenjata telanjang itu telah menghilang dari halaman rumah Nyi Sumi.
Beberapa saat kemudian, Ki Bekel dan Ki Jagabayapun telah datang pula. Seperti kedatangannya sebelumnya, Ki Bekel justru
berkata"Perempuan dan anaknya itu telah mendatangkan gejolak di padukuhan ini. /Sebelum mereka datang, tidak pernah terjadi kerusuhan yang jangat buruk seperti ini"
"Mereka tidak bersalah, Ki Bekel. Apalagi bayi itu"
"Lambat atau cepat, mereka akhirnya akan dibawa orang keluar dari padukuhan ini"
Tetapi Ki Jagabaya menyahut "Satu pertanda kegagalan dari tugas kita sebagai bebahu di padukuhan ini, Ki Bekel"
"Tidak. Persoalan ini terlalu kecil untuk menyebut sebagai satu kegagalan dari kepemimpinanku. Ada seribu masalah yang sudah dapat kita pecahkan selama ini. Sementara itu, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu persoalan kecil yang sebenarnya dituar tanggung jawab kita, tidak akan dapat menghapus segala keberhasilan kita itu"
"Ki Bekel meremehkan jiwa sesama kita"
"Sama sekali tidak. Justru karena aku mencemaskan nasib rakyatku sendiri"
Ki Jagabaya tidak menyahut. Ia tahu, bahwa tidak ada gunanya untuk berbicara lebih panjang lagi.
Nyi Sumi dan Mulat hanya dapat menangis. Keduanya
merasa bersalah atas hilangnya Tanjung dan anaknya. Nyi Sumilah yang mengajak Tanjung tinggal bersamanya.
Demikian pula Mulat yang merasa mendapatkan seorang adik dengan anak laki-lakinya. Mulat sendiri tidak mempunyai anak, sehingga ia akan dapat ikut mengaku Tatag sebagai anaknya.
Tetapi tiba-tiba saja anak itu dan bahkan bersama Tanjung telah hilang.
Sementara itu, Tanjung yang menggendong Tatag telah
digiring melalui lorong-lorong sempit menghindari orang-orang padukuhan yang berdatangan ke rumah Nyi sumi. Nampaknya diantara orang-orang itu terdapat orang yang sudah terbiasa dan mengenali lingkungan itu dengan baik. Mengenali liku-liku padukuhan itu seperti mengenali rumahnya sendiri. Orang itulah yang berjalan di paling depan dengan pedang telanjang.
Kemudian pemimpin kelompok itu sambil mengancam dengan pisau belati, memaksa Tanjung berjalan lebih cepai.
"Jika kau sengaja mengacaukan perjalanan ini, maka
anakmu akan mati" Tanjung tidak menjawab. Ia menjadi sangat ketakutan.
Didekapnya anaknya erat-erat agar anak itu tidak terbangun http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tidak mangis. Ia tahu akibatnya jika Tatag terbangun dan berteriak-teriak dengan kerasnya.
Beberapa saat kemudian, Tanjung dibawah ancaman pisau belati telah berada di luar padukuhan. Merekapun kemudian berjalan dengan cepat melintasi bulak persawahan.
Pemimpin gerombolan yang mengambil Tanjung dari rumah Nyi Sumi itupun berkata "Kita sudah dapat bernafas sekarang.
Tetapi ini belum berarti bahwa kita bebas sepenuhnya dari kejaran orang-orang padukuhan itu.
Tanjung tidak menjawab. Ketakutan yang sangat telah
membuat otaknya bagaikan membeku. Ia tidak tahu apa yang sebaiknya harus dilakukannya.
Gerombolan orang-orang yang garang itupun kemudian
membawa Tanjung mengambil jalan simpang. Mereka
berbelok di simpang empat di tengah-tengah bulak itu.
Malampun menjadi semakin malam. Beribu kunang-kunang nampak bertebaran di ujung daun padi yang tumbuh dengan suburnya di tanah persawahan sebelah menyebelah jalan.
Sedangkan langitpun nampak bersih. Bintang-bintang di langit yang jumlahnya me lampaui jumlah kunang-kunang yang
melekat di daun padiku, hampak berkeredipan dari ujung sampai ke ujung cakrawala.
"Jangan berbuat macam-macam Tanjung" ancam pemimpin
sekelompok orang yang membawanya "Kita akan melewati jalan di dekat padukuhan itu. Mudah-mudahan tidak ada orang yang melihat kita, apalagi mencoba menghalangi perjalanan kita, agar kami tidak usah membunuh"
Tanjung tidak menjawab. Lidahnya bagaikan membeku.
Sementara itu dingin malam terasa semakin tajam menusuk http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit, bahkan seakan-akan sampai menembus tulang.
-oo0dw0oo- http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 2 ORANG-ORANG yang membawanyapun kemudian berjalan saling berdiam diri. Dua orang yang berjalan disebclah menyebelah Tanjung, sekali-sekali memegangi lengannya jika Tanjung dianggap berjalan terlalu lambat. "Jangan dorong aku"
desis Tanjung memberanikan diri "nanti aku jatuh. Anak
ini akan menangis" "Diam kau" bentak
orang yang berjalan di sisi kirinya. Tanjung terdiam. Beberapa saat kemudian mereka berjalan disepanjang
lorong yang melintas dekat dengan sebuah padukuhan. Tetapi Tanjung tidak mendengar suara kotekan orang-orang yang meronda. Tidak melihat cahaya obor di gerbang padukuhan itu. Padukuhan itu nampak sepi, seakan-akan segala-galanya sedang tertidur nyenyak. Penghuninya, pepohonan, dinding-dinding halaman, pintu gerbang dan gardu-gardu parondan.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjung memang tidak dapat mengharapkan apa-apa dari padukuhan itu.
Beberapa saat kemudian, maka iring-iringan kecil itu sudah mulai menjauhi padepokan yang tertidur nyenyak itu. Mereka memasuki sebuah bulak yang panjang. Di sepi malam, bulak dan bagaikan lukisan yang beku.
Iring-iringan itu masih saja berjalan cepat. Tanjung mendengar seseorang diantara orang-orang yang membawanya itu berkata. "Kita akan segera menyeberangi sungai"
"Ya. Kita ditunggu di seberang. Kita akan menyerahkan Tanjung dan anaknya kepadanya"
Jantung Tanjung menjadi semakin keras dan cepat
berdentang di dadanya. Ia tidak tahu, kepada siapa ia akan diserahkan. Tetapi siapapun orang yang menunggu di
seberang, namun nasibnya tentu akan menjadi sangat buruk.
Beberapa saat kemudian, mereka memang sedang
mendekati sebuah sungai. Di atas sungai itu tidak ada jembatan. Mereka harus menuruni tebing yang landai untuk menyeberangi sungai yang tidak terlalu besar itu. Sungai yang airnya tidak terlalu deras, sehingga mudah diseberangi jika tidak sedang banjir.
Namun demikian mereka menuruni tebing yang landai itu, mereka terkejut. Seseorang telah terguling dari tanggul sungai itu dan terkapar di tengah jalan yang basah yang menapak ke tepian.
Dengan susah payah orang itu berusaha untuk bangkit. Dua orang yang mengambil Tanjung yang berjalan di paling depan, dengan cepat mendekati orang yang baru saja berdiri
terhuyung-huyung itu. http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang itupun semakin terkejut ketika mereka melihat orang yang berdiri dengan keseimbangan yang masih goyah itu.
"Ki Bekel?" "Ya" desis orang itu.
"Apa yang terjadi" Bukankah seharusnya Ki Bekel berada di seberang menunggu kedatangan kami?"
"Ya. Tetapi orang gila itu lelah membawa aku kemari"
"Orang gila yang mana?"
"Ia telah melemparkan aku ke jalan ini. Tadi ia berada di tanggul itu"
"Siapa?" "Aku tidak tahu"
Dalam pada itu, iring-iringan itupun seluruhnya telah mengerumuni Ki Bekel kecuali dua orang yang menjaga
Tanjung dan anaknya. Tiba-tiba saja Ki Bekel itupun berteriak "Cari. Orang itu tentu masih ada disekitar tempat ini"
Ampat orangpun segera meloncat keatas tanggul. Merekapun terhenyak sejenak ketika mereka mendengar suara orang tertawa. "Aku masih disini"
Tapi suara itu datang dari tanggul di seberang jalan. Di arah lain dari arah terlemparnya Ki Bekel.
Empat orang yang berada di atas tanggul di seberang yang lain itu termangu-mangu sejenak.
"Tangkap orang itu" teriak Ki Bekel "Aku akan membunuhnya dengan tanganku"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu masih tertawa. Katanya "Perintahkan semua
orang-orangmu mencoba menangkap aku Ki Bekel. Aku adalah seorang pelari yang tidak tertandingi. Aku dapat berlari lebih cepat dari seekor kijang"
"Pengecut" teriak pemimpin sekelompok orang itu.
"Kenapa?" "Kau hanya mengandalkan caramu melarikan diri"
"Sebaiknya bagaimana" Bertempur dengan salah seorang dari kalian" Seorang lawan seorang?"
"Tangkap orang itu. Jangan dengarkan kata-katanya"
Bukan saja empat orang yang berada di tanggul di
seberang jalan yang kemudian berloncatan. Tetapi dua orang yang lainpun telah bergeser pula naik ke tanggul. Sementara dua orang lainnya masih tetap menjaga Tanjung dan bayinya yang masih tertidur di dekapan ibunya.
"Menyerahlah" berkata pemimpin dari sekelompok orang itu.
Orang itu tertawa semakin keras. Katanya di sela-sela derai tertawanya "Bukankah sudah aku katakan, bahwa aku adalah seorang pelari cepat" Aku berlatih berlari sejak kau masih kanak-kanak. Aku adalah pemburu bajing terbaik di
padukuhanku. Tetapi jika seorang diantara kalian ingin menantangku berkelahi seorang melawan seorang, aku tidak akan lari"
"Bagus" berkata seorang yang berbadan tinggi besar
berbahu tinggi seperti seekor orang hutan. Tangannya yang kokoh itu siap menerkam orang yang berdiri di atas tanggul itu dan mengoyaknya menjadi serpihan tulang belulang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba saja orang yang berdiri di atas tanggul itupun segera meloncat turun tanpa rasa gentar sedikitpun juga.
Dengan suara lantang iapun berkata "Aku percaya kepada kejantanan kalian. Aku akan berkelahi seorang melawan seorang"
Orang yang bertubuh kokoh seperti orang hutan itupun melangkah maju sambil menggeram "Kau memang bodoh
sekali. Aku akan mematahkan lehermu"
"Kau lihat, Bekelmu itu tidak berdaya melawan aku"
"Aku akan melumatkanmu"
Keduanyapun kemudian bergeser semakin mendekat.
Sedangkan beberapa orang yang lainpun bergeser pula. Dua orang tetap saja menjaga Tanjung yang menjadi semakin gelisah. Ia tidak dapat menduganya, apa yang akan terjadi atas dirinya dan anaknya.
Sejenak kemudian orang bertubuh kokoh itu telah
menyerang dengan garangnya. Tetapi serangannya sama
sekali tidak mengenai sasaran. Bahkan orang yang telah menyakiti Ki Bekel itu, segera membalas menyerang.
Perkelahian itu berlangsung sangat singkat. Kaki orang yang telah menyakiti Ki Bekel itu telah terjulur lurus mengenai dada orang yang bertubuh kokoh itu. Demikian kerasnya sehingga orang itu terdorong beberapa langkah surut.
Tubuhnya menimpa tanggul yang pinggir jalan yang menurun ke sungai.
Terdengar orang itu mengaduh. Tulang punggungnya
serasa telah menjadi retak.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun demikian, ia masih mencoba melangkah maju.
Tetapi langkahnya sudah tidak tegak lagi. Terhuyung-huyung ia bergerak mendekati lawannya.
Nampaknya Ki Bekel tidak mau menunggu terlalu lama.
Iapun segera berteriak "Tangkap orang itu. Jangan biarkan ia lari"
Pemimpin sekelompok orang itupun segera mengulangi
perintah Ki Bekel "Kita tangkap orang itu"
Orang itu meloncat surut sambil berdesis "Ternyata kalian adalah orang-orang yang licik. Bukankah aku menantang seorang diantara kalian untuk berkelahi seorang melawan seorang?"
"Persetan dengan tantanganmu" teriak Ki Bekel "tangkap orang itu"
Orang-orang itupun serentak bergerak mengepung orang yang telah menyakiti Ki Bekel itu. Sedang dua orang diantara mereka, masih tetap tidak meninggalkan Tanjung yang
semakin ketakutan. Pertempuran itu akan membuat orang-orang yang terlibat menjadi semakin garang dan kasar. Mereka akan dapat
memperlakukannya tanpa kendali lagi. Apalagi jika anaknya terbangun dan menangis.
Tetapi Tanjung mencoba untuk menenangkan hatinya
"Anak ini tidak akan disakiti. Bukankah mereka menghendaki anak ini?"
Sejenak kemudian, maka orang yang telah menyakiti Ki Bekel itu telah bertempur melawan lima orang yang kasar itu.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seorang lagi masih menunggu tubuhnya menjadi semakin http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik. Sedangkan Ki Bekel berdiri saja dengan kemarahan yang menghentak di dadanya.
Namun ternyata kelima orang itu tidak mampu segera
menguasai lawannya. Bahkan setiap kali seorang diantara mereka terlempar keluar dari arena pertempuran. Bahkan ketika orang yang bertubuh kokoh yang kesakitan itu sudah kembali ikut bertempur, mereka masih saja mengalami
kesulitan. Dua orang diantara mereka tidak lagi mampu bertempur dengan sepenuh tenaga, Seorang merasa kakinya bagaikan patah. Seorang lagi merasa
nafasnya menjadi sesak. Meskipun demikian, keduanya
masih juga berusaha untuk
membantu kawan-kawannya yang telah mengerahkan segenap kemampuan mereka untuk menghentikan perlawanan
orang yang telah menyakiti Ki
Bekel itu. Tetapi semakin lama, semakin
banyak orang yang mengalami
kesakitan. Ki Bekel yang marah itu tidak mau tinggal diam. Iapun segera terjun ke arena pertempuran untuk membantu orang-orang yang semakin terdesak itu.
"Jadi orang-orang ini saudara seperguruanmu, Ki Bekel?"
bertanya orang yang bertempur seorang diri melawan
sekelompok orang itu. "Persetan" sahut Ki Bekel.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Unsur-unsur gerak pada ilmu kalian tentu berasal dari sumber yang sama"
"Apa pedulimu" bentak Ki Bekel.
Orang itu terdiam. Namun iapun segera berloncatan dengan garangnya. Kakinya menyambar-nyambar dengan cepatnya, sehingga beberapa orang lawannya terpelanting jatuh.
Demikian mereka berloncatan bangkit, maka terdengar
seseorang berteriak "Perempuan itu. Perempuan itu"
Ketika mereka berpaling, dilihatnya dua orang yang
menjaga Tanjung telah terlempar jatuh. Sementara itu.
seseorang telah menarik Tanjung.
"He, berhenti" Orang yang menarik Tanjung itu memang berhenti. Tanpa menjawab sepatah katapun orang itu berdiri di hadapan Tanjung.
Dua orang yang terpelanting jatuh itu segera bangkit berdiri. Mcrekapun segera memburu orang yang menarik Tanjung itu.
Namun demikian mereka mendekat, maka orang yang
menarik Tanjung itupun segera menyerang mereka.
Pertempuran telah terjadi beberapa saat. Kedua orang itupun kemudian telah terlempar lagi, jatuh berguling di tanah berpasir.
Sementara itu, orang-orang yang bertempur |dengan orang yang pertamapun semakin mengalami kesulitan). Karena itu, maka
tidak seorangpun diantara mereka yang meninggalkannya dan membantu kedua orang kawannya yang semula menjaga Tanjung.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Bekelah yang berteriak-teriak "Ambil kembali perempuan itu"
Tetapi ia tidak berdaya. Orang-orangnya yang bertempur dengan orang yang pertama itupun telah mengalami nasib buruk. Dua orang diantara mereka telah terlempar dengan kasarnya. Tubuhnya menimpa tebing di pinggir jalan, sehingga tulang-tulangnyapun serasa berpatahan. Sementara itu, dua orang yang lain, terbanting jatuh dan menjadi pingsan.
Yang tersisa, bersama Ki Bekel berdiri termangu-mangu.
Bahkan merekapun bergeser surut ketika lawannya bergerak mendekat.
"Ki Bekel" orang itu menggeram "jadi inilah kenyataannya.
Sikapmu yang angkuh dan menyalahkan keberadaan Tanjung di padukuhanmu itu merupakan bagian dari rencanamu untuk menguasai Tanjung dan anaknya. Jika sikapmu itu diterima oleh rakyatmu, maka hilangnya Tanjung tidak akan menjadi masalah
bagi tetangga-tetangga barunya. Mereka menganggap bahwa hilangnya Tanjung merupakan kejadian yang terbaik bagi padukuhanmu. Perginya Tanjung akan berarti tersingkirkannya kerusuhan-kerusuhan yang dapat terjadi di |padukuhanmu"
Ki bekel itu termangu-mangu sejenak. Tetapi orangorangnya telah jauh menyusut. Beberapa orang memang
bergerak-gerak. Tetapi mereka merintih kesakitan. Demikian pula dua orang yang semula menjaga Tanjung. Mereka sudah tidak berdaya lagi. Sementara Tanjung telah berada di tangan orang lain.
"Ki Bekel. Ketamakan, kedengkian dan nafsu masih saja mengusai jantungmu. Tanjung adalah perempuan yang sangat cantik di matamu. Anaknya adalah seorang bayi yang
mempunyai kelebihan. Itulah sebabnya, maka kau harus http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengambilnya tanpa ada orang lain yang akan mengusut kepergiannya"
Ki Bekel tidak menjawab. Ia sudah tidak mempunyai
kekuatan lagi. Karena itu, maka Ki Bekel tidak dapat berbuat apa-apa lagi kecuali membiarkan apa yang terjadi.
"Ki Bekel" berkata orang itu "kali ini aku akan
memaafkanmu. Pergilah. Kudamu masih ada di tempatnya.
Tetapi biarlah Tanjung dan anaknya bersamaku"
"Siapakah kau sebenarnya?" bertanya Ki Bekel dengan
suara parau. "Aku tidak terlalu bodoh untuk menyebut siap diriku, karena dengan demikian aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk memburu Tanjung dan anaknya. Sekarang pergilah. Aku juga akan pergi"
Orang itupun kemudian meninggalkan Ki Bekel dan orang-orangnya yang kesakitan, bersama orang yang telah berhasil merebut Tanjung dan anaknya.
Demikian mereka meninggalkah tempat itu, maka Tanjungpun bertanya "Siapakah kalian" Apakah kalian berniat menolongku atau kalian juga mempunyai kepentingan yang sama dengan orang-orang yang telah berusaha mengambil bayiku?"
"Kau benar-benar tidak ingat kepadaku lagi, Tanjung?"
bertanya laki-laki yang membawanya pergi itu.
Tanjung termangu-mangu. Sementara itu yang seorang lagi berkata "Coba, ingat-ingat, Tanjung. Bukankah kau pernah bertemu dengan pamanmu itu?"
Tanjung terkejut. Suara itu suara seorang perempuan.
Dalam keremangan malam, ia tidak segera dapat http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membedakan, apakah orang itu laki-laki atau perempuan.
Apalagi orang itu mengenakan pakaian seorang laki-laki.
Tetapi ketika ia mulai berbicara, ternyata ia seorang perempuan.
Karena Tanjung tidak segera menjawab, maka laki-laki yang telah membebaskannya dari tangan Ki Bekel itupun mengusap wajahnya, menghilangkan goresan-goresan di wajahnya
dengan lengan baju, sehingga wajahnya yang sebenarnya menjadi semakin jelas.
"Paman Mina" desis Tanjung.
"Nah, kau masih mengenal aku" sahut Ki Mina.
"Jadi, apakah yang seorang ini bibi Mina?"
"Ya. Itu adalah bibimu. Ketika aku menjumpaimu bersama Yu Sumi di bulak itu, aku minta kalian singgah barang sejenak agar kalian bertemu dengan bibimu. Tetapi Yu Sumi tidak mau"
"Waktu itu, kami baru saja datang dari jauh, paman" sahut Tanjung.
"Dari rumahmu, kan?"
"Ya, paman" "Nah, untuk sementara biarlah kau tinggal besama kami.
Kau dan anakmu. Kapan-kapan jika keadaan sudah lebih tenang, biarlah aku memberi tahukannya kepada Yu Sumi, agar Yu Sumi tidak menjadi selalu gelisah karena seorang anaknya hilang"
"Terima kasih, paman"
"Tetapi bukankah kau bukan anaknya?" bertanya Ki Mina tiba-tiba.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku anaknya yang bungsu, paman"
Kedua orang suami isteri itu tertawa. Nyi Minapun
kemudian berkata "Menurut pamanmu, anak Yu Sumi itu
hanya seorang" "Aku dan Yu Mulat berbeda ayah"
"Sudahlah Tanjung. Aku tahu, bahwa kau bukan anak Yu Sumi. Sebelumnya Yu Sumi telah bekerja padamu. Tetapi karena kau bersikap baik kepadanya, maka Yu Sumipun tahu diri. Dalam keadaan yang sulit, kau telah diaku sebagai anaknya"
Tanjung tidak dapat menjawab lagi. Bahkan Ki Mina itupun berkata "Bukankah anak itu juga bukan anakmu sendiri?"
"Anakku, paman. Tatag adalah anakku sendiri"
"Tanjung. Kita akan menjadi keluarga. Kita harus saling mengetahui keadaan kita yang sebenarnya" berkata Nyi Mina.
Tanjung terdiam. Namun ternyata hatinya berdesir tajam.
Anak itu memang bukan anaknya.
"Dari mana paman dan bibi tahu, bahwa anak ini bukan anakku sendiri?"
"Kau tidak menyusui anak itu, Tanjung. Selebihnya
badanmu tidak menunjukkan bahwa kau baru saja melahirkan.
Tanjung terdiam. Sementara itu Nyi Minapun berkata "Kami hanya mencoba menebak, Tanjung. Tetapi bukankah anak itu memang bukan anakmu sendiri?"
"Ya, Bibi. Anak ini memang bukan anakku sendiri"
"Sudahlah. Biarlah aku dan pamanmu melupakan bahwa
anak itu bukan anakmu sendiri. Biarlah aku dan pamanmu juga menganggap bahwa anak itu adalah anak kandungmu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjung tidak menjawab. Demikianlah mereka bertiga berjalan di dalam gelapnya malam. Merekapun kemudian berbelok memasuki jalan sempit menuju ke sebuah pategalan di pinggir padang perdu, tidak terlalu jauh dari hutan, di dekat sebuah tikungan sungai.
"Itulah tempat tinggalku, Tanjung" berkata Mina kemudian
"di sebuah pategalan. Aku memang hidup dalam keterasingan karena aku tidak mempunyai tanah selain peninggalan ayah itu"
Tanjung menarik nafas panjang.
"Orang menyebut pategalan ini Tegal Anyar. Jadi aku
tinggal di Tegal Anyar"
Tanjung terdiam. Tetapi kakinya masih saja bergerak
melangkah di jalan sempit menuju ke sebuah pategalan.
Ketika Tatag bergerak-gerak di dukungannya, maka Tanjungpun mengayunkan agar anak itu tertidur lagi.
"Kita akan segera sampai Tanjung. Kau akan segera dapat menyiapkan minum bagi bayimu. Kau beri minum apa bayimu itu Tanjung?"
"Tajin dengan gula kelapa, bibi. Atau bubur yang cair, juga dengan gula kelapa"
"Bagus. Mudah-mudahan makanan itu cocok baginya"
"Sampai sekarang agaknya makanan itu cocok baginya,
bibi" "Ya. Demikian kita sampai di rumah, kita dapat
membuatnya bagi bayimu"
Beberapa saat kemudian, merekapun segera berbelok.
Mereka naik ke pematang untuk mengambil jalan pintas.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hati Tanjung" desis Nyi Mina yang kemudian berjalan di belakang Tanjung. Di paling depan, Ki Mina berjalan agak terlalu cepat bagi Tanjung.
Tetapi Tanjung juga sering berjalan di pematang. Karena itu, maka Tanjung juga tidak terlalu merasa canggung.
Beberapa saat kemudian, maka merekapun telah sampai ke sebuah petegalan yang dikelilingi dengan pagar bambu. Di dalam pategalan itu terdapat sebuah rumah yang sederhana meskipun tidak terlalu kecil. Di depan rumah itu terdapat halaman yang tidak terlalu luas. Sementara itu disekitar rumah dan halaman itu terdapat berbagai macam pepohonan yang masih terhitung muda. Beberapa puluh batang pohon kelapa.
Sebagian memang sudah berbuah, tetapi sebagian baru mulai tumbuh. Pohon buah-buahan dan beberapa jenis pohon yang lain yang tidak begitu jelas bagi Tanjung yang baru melihat tempat itu pertama kali. Itupun di malam hari.
"Marilah Tanjung"berkata Nyi Mina "inilah rumah pamanmu.
Terlalu sederhana. Tetapi cukup memadai bagi kami berdua"
Ki Minapun kemudian membuka pintu butulan rumahnya.
Nyi Mina dan Tanjungpun mengikutinya pula.
Sebuah lampu minyak kelapa terdapat di sudut ruangan, di atas sebuah ajug-ajug menerangi sebuah ruangan di tengah.
Disisi ruangan itu terdapat tiga buah sentong berjajar.
Sentong kiri, sentong tengah dan sentong kanan yang disekat dengan gebyok kayu. Sederhana saja. Tidak ada ukiran. Tidak ada sungging. Namun rumah itu dalam keseluruhan tulang-tulangnya terbuat dari kayu serta berdinding anyaman bambu.
Demikian mereka berada di ruang dalam rumah itu, terasa udara menjadi hangat. Tidak lagi terasa angin yang dingin mengusap kulit wajah.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanjungpun kemudian duduk di sebuah amben yang agak
besar yang berada di ruang tengah rumah Ki Mina itu, sementara Nyi Minapun segera berganti pakaian. Dilepasnya pakaian khususnya sehingga ia menyerupai seorang laki-laki.
Kemudian dikenakannya pakaian seorang perempuan sebagaimana dikenakan oleh Tanjung.
"Dudukiah Tanjung" berkata Nyi Mina "Aku akan pergi ke dapur. Aku akan mencuci beras dan menanaknya. Bukankah anakmu memerlukan minum jika ia terbangun?"
"Sudahlah bibi. Biar aku saja yang melakukannya"
"Kau gendong anakmu. Jika kau letakkan sebelum tersedia minumnya, maka anakmu menangis"
"Tetapi jangan merepotkan bibi"
"Tidak apa-apa. Bukankah aku setiap hari juga berada di dapur"
"Tetapi tidak malam-malam seperti ini, bibi"
Nyi Mina tersenyum. Ditepuknya bahu Tanjung sambil
berkata "Tidak apa-apa. Aku senang melakukannya"
Nyi Minapun kemudian pergi ke dapur. Sementara Ki
Minapun berkata kepada Tanjung "Duduklah. Aku akan
melihat-lihat pategalanku sebentar. Aku tadi memasang jaring untuk menangkap codot yang banyak berterbangan disini.
Buah sawoku selalu di curinya, sehingga aku hampir-hampir tidak kebagian"
"Ya, paman" "Codot yang tertangkap jaring dapat menjadi lauk besok"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Minapun kemudian pergi ke dapur untuk memberitahukan kepergiannya kepada isterinya.
Tetapi kepada Nyi Mina suaminya berkata "Aku akan
melihat-lihat, apakah ada orang yang mengikuti perjalanan kita" "Hati-hati, kakang" Ki Minapun mengangguk. Sejenak kemudian, maka Ki
Minapun telah meninggalkan
rumahnya, sementara Nyi Mina masih sibuk di dapur.
Sejak hari itu. Tanjung berada di rumah Ki Mina yang
terpencil. Seperti Nyi Sumi dan Mulat, Nyi Mina sangat memperhatikan Tatag. Kepada Tanjung Nyi Minapun berkata
"Tanjung. Aku tidak mempunyai anak sama sekali. Jika kau tidak berkeberatan, biarlah aku ikut mengaku Tatag sebagai cucuku sebagaimana Nyi Sumi"
"Tentu bibi. Aku tentu tidak berkeberatan sama sekali"
"Hari ini pamanmu berniat untuk pergi menemui Nyi Sumi, memberitahukan bahwa kau berada di sini, agar Nyi Sumi dan Mulat tidak menjadi sangat gelisah"
"Terima kasih, bibi"
"Tetapi agar keberadaanmu disini untuk sementara tetap dirahasiakan, panamu akan minta agar Nyi Sumi dan Mulat tidak datang kemari untuk sementara. Mungkin pada
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan lain mereka akan dapat menemuimu serta
menengok Tatag" Sebenarnyalah hari itu, Ki Mina pergi seorang diri ke limah Nyi Sumi. Kedatangannya memang agak mengejutkan.
Dengan ramah Ki Minapun kemudian dipersilahkannya masuk ke ruang dalam.
"Kau sendiri saja Mina"
"Ya, yu" "Kau berjanji untuk membawa isterimu kemari"
"Isteriku sedang sibuk di rumah, yu"
"Sibuk apa" Bukankah rumahmu hanya berisi dua Orang
saja seperti katamu" Kau dan isterimu"
"Ya, Yu. Tetapi isteriku juga harus ikut memelihara tanaman di pategalan. Aku menanam berbagai macam tanaman di
pategalan, yu. Aku menanam kacang panjang, kacang brol dan kedelai"
"Bukankah kau juga mempunyai beberapa petak sawah
sielain pategalan di Tegal Anyar itu?"
"Hanya beberapa kota di sebelah pategalan. Letaknya
memang lebih rendah dari pategalanku itu, yu. Sehingga air dapat membasahi sawahku di segala musim, karena paritnya tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau yang panjang Sekalipun"
Sejenak kemudian, ketika Mulat membawa hidangan bagi Ki Mina, maka Ki Mina itupun bertanya dengan ramahnya.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tentu mulat. Apakah kau masih ingat kepadaku?"
"Tentu paman" jawab Mulat "meskipun waktu itu aku masih kecil, aku tidak lupa kepada paman Mina"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sekarang juga sudah pulang seperti ibumu Mulat.
Bukankah ibumu sekarang juga sudah pulang"
"Ya, paman. Ibu sekarang sudah pulang"
"Kau tidak sendiri lagi"
"Ya, paman. Sebenarnya ibu tidak pulang sendiri. Ibu pulang bersama adikku, Tanjung. Tetapi adikku itu hilang di culik orang"
"Di culik?" "Ya, Mina" sahut Nyi Sumi "tangis anaknya sangat menarik perhatian. Setiap orang mengatakan bahwa tangis anak itu berbeda dengan tangis kebanyakan banyi. Bukankah kau pernah juga mendengarnya" Bukankah kau yang mengatakan bahwa tangisnya seperti suara genderang dan sangkakala yang mengiringi prajurit maju ke medan perang"
"Tidak lagi, yu. Tidak ada hubungannya dengan perang.
Tetapi bagaimana dengan anak bungsumu itu?"
"Sekelompok orang datang kemari. Sudah dua rambahan
Mina. Yang pertama gagal. Tetapi mereka telah datang lagi.
Mereka bahkan telah membawa Tanjung pula. Mungkin
mereka memerlukan ibunya untuk dapat mengasuh anak itu"
Mina mengangguk-angguk. "Tidak seorangpun yang bersedia menolongku, Mina.
Tetangga-tetanggaku adalah orang-orang yang baik. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Apalagi ketika mereka sadari bahwa Ki Bekel merasa terganggu atas keberadaan Tanjung disini. Lingkungan yang disebutnya aman dan damai ini tiba-tiba menjadi rawan akan kekerasan, justru ketika Tanjung dwiTatjag berada di sini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kasihan anak itu" desis Mulat. Tiba-tiba saja matanya menjadi basah "Kami tidak tahu, anak itu berada di tangan siapa" Apa pula maksudnya mengambil Tatag yang suara tangisnya telah menarik perhatian mereka. Apakah yang akan terjadi pada Tatag di masa depannya"
Ki Mina termangu-mangu sejenak. Setelah mengambil
ancang-ancang, maka iapun berkata dengan nada ragu "Yu Sumi dan kau Mulat. Jangan cemaskan Tatag dan ibunya"
Wajah kedua orang perempuan itu menegang.
"Apa katamu?" bertanya Nyi Sumi.
"Maaf yu. Aku telah mengambil langkah-langkah atas
kehendakku sendiri sebelum aku berbicara dengan Yu Sumi dan Mulat. Tetapi itu aku lakukan karena terpaksa. Karena aku tidak mempunyai waktu lagi untuk membicarakannya dengan Yu Sumi atau Mulat. Karena itu, maka aku dan isteriku telah mengambil sikap"
"Aku tidak mengerti" berkata Nyi Sumi.
"Yu. Tanjung memang di culik orang. Tetapi beruntunglah kami. Maksudku aku dan isteriku, bahwa kami dapat
menjumpai sekelompok orang yang membawa Tanjung itu.
Kami berhasil merebutnya dan membawa Tanjung pulang ke rumahku"
"Jadi?" "Sekarang Tanjung dan Tatag ada di rumahku, yu"
"Gusti Yang Maha Penyayang. Jadi sekarang Tanjung dan Tatag ada di rumahmu?"
"Ya, yu" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mulat, bersiap-siaplah. Kita akan menjemput Tanjung dan Tatag.
"Nanti dulu, yu" sahut Ki Mina "sebaiknya Yu Sumi dan Mulat jangan pergi ke rumahku lebih dahulu untuk sementara.
Nanti, jika keadaan sudah mengijinkan, aku akan mempersilahkan Yu Sumi dan Mulat datang ke rumahku.
Tetapi aku mohon, biarlah keduanya berada di rumahku saja.
Bukan apa-apa. Tetapi agaknya disini mereka selalu terancam oleh sekelompok orang yang tertarik kepada cucumu itu"
"Jadi. kau menolak untuk mengembalikan Tanjung
kepadaku" "Bukan begitu, yu. Jika aku minta Yu Sumi tidak tergesa-gesa menjemput Tanjung itu semata-mata bagi keselamatan Tanjung dan Tatag. Biarlah mereka untuk sementara
bersembunyi disana" "Jadi apa bedanya kau dengan orang-orang yang lain, yang telah berusaha mengambil Tatag dan ibunya?"
"Ibu" suara Mulat bernada rendah "jangan salah paham ibu.
Aku mengerti maksud paman Mina. Paman Mina telah
menyembunyikan Tanjung dan Tatag di rumahnya. Jika kita mengambil mereka dan membawa pulang, maka akan terjadi lagi usaha-usaha penculikan. Sementara itu kita tidak dapat melindunginya"
Nyi Sumipun tercenung sejenak.
"Mulat benar, Yu Sumi. Jika aku ingin menguasai Tatag dan ibunya seperti orang lain, aku tentu tidak akan datang kemari untuk memberitahukan keberadaan Tatag di rumahku"
Nyi Sumi mengangguk-angguk. Katanya "Aku mengerti
Mina. Maafkan aku. Aku benar-benar dalam ketakutan. Takut http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan Tatag dan ibunya. Aku juga merasa bersalah jika Tanjung dan Tatag berada dalam keadaan yang sulit, karena akulah yang telah membawanya kemari"
"Yu Sumi dan Mulat tidak usah merasa cemas. Aku akan menjaga mereka sejauh kemampuanku dan isteriku. Mudah-mudahan Yang Maha Penyayang selalu melindungi kami"
Nyi Sumi itu mengangguk-angguk. Dengan nada dalam
iapun berkata "Aku titipkan anak dan cucuku itu kepadamu, Mina"
"Aku telah memberanikan diri mengambil tanggung jawab ini Yu. Sebenarnyalah bahwa kami juga merasa tidak
mempunyai anak dan cucu. Mudah-mudahan Yu Sumi tidak berkeberatan jika aku juga ikut mengaku Tatag sebagai cucuku"
"Tentu tidak, Mina "jawab Nyi Sumi "sepanjang sikapmu itu menguntungkan masa depan Tatag, aku tidak akan merasa berkeberatan"
Beberapa saat kemudian, setelah minum minuman hangat yang dihidangkan Mulat, maka Ki Minapun segera minta diri.
"Aku tidak dapat meninggalkan Tanjung dan Tatag terlalu lama Yu. Jika saja ada. orang yang mengetahui bahwa mereka ada di rumahku, maka kemungkinan buruk itu dapat saja terjadi"
"Baik Mina. Aku minta maaf atas prasangka burukku. Aku justru berterima kasih kepadamu. Jaga mereka baik-baik. Kau tentu memiliki kemampuan menjaganya jauh lebih baik
daripada kami" "Semoga aku dapat memikul beban ini. Tetapi tolong yu, jangan katakan kepada siapapun juga, bahwa Tanjung dan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tatag berada di rumahku. Juga jangan kepada Ki Bekel dan para bebahu"
"Kenapa dengan Ki Bekel?" bertanya Mulat.
"Tidak apa-apa Mulat. Tetapi seperti juga orang lain, Ki Bekel tentu tidak dapat berdiam diri. Ia tentu akan rerasan dengan siapapun juga, mungkin dengan Ki Jagabaya atau bebahu yang lain
atau dengan keluarganya, bahwa
perempuan dan anak bayinya yang pernah tinggal di rumah ini sekarang berada di Tegal Anyar"
Mulat itupun mengangguk-angguk sambil menjawab "Aku
mengerti, paman. Kami tentu akan menjaga agar ketenangan hidup Tatag dan ibunya selalu terjaga"
"Terima kasih. Mulat. Terima kasih yu. Aku akan segera pulang"
Demikianlah, maka Minapun meninggalkan rumah Nyi Sumi dengan pesan mewanti-wanti. Agaknya Nyi Sumi dan
Mulatpun mengerti, bahaya yang akan dapat menerkam
Tanjung jika persembunyiannya itu di ketahui orang.
Itulah sebabnya, maka Nyi Sumi dan Mulatpun berusaha menyimpan rahasia keberadaan Tanjung dan Tatag itu sebaik-baiknya.
Dalam pada itu. Tanjung yang berada di rumah Ki Mina, mengasuh anaknya itu dengan penuh kesungguhan. Penuh kasih sayang. Bagi Tanjung, tidak ada yang lebih berharga baginya kecuali anak laki-lakinya itu.
Ki Mina dan Nyi Minapun sangat mengasihi Tatag. Mereka ikut berbuat apa saja untuk menjaga agar Tanjung dapat memenuhi kebutuhan Tatag dalam banyak hal.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun bagi Ki Mina dan Nyi Mina, tangis Tatag tetap saja sangat menarik perhatian. Meskipun Ki Mina tidak pernah lagi menyebut bahwa tangis anak itu terdengar bagaikan
genderang dan sangkakala yang mengiringi prajurit ke medan pertempuran, namun tangis
itu sebenarnyalah selalu menggetarkan jantung mereka.
"Ada kekuatan yang memancar dalam suara tangis itu"
berkata Ki Mina kepada isterinya.
"Ya, kakang. Ada semacam kekuatan yang tersembunyi.
Yang tidak mudah kita kenali watak dan sifatnya"
"Tatag masih bayi, Nyi. Kita dan ibunya yang mengasuhnyalah yang akan mengarahkan jalan hidupnya. Jika benar ada kekuatan yang tersembunyi, maka jika kekuatan itu pada saatnya mencuat kepermukaan, harus memberikan arti bagi banyak orang. Karena itu, maka yang harus kita lakukan, kecuali mendorong dan membantu perkembangan kekuatan yang tersembunyi itu, kita dan Tanjung harus menanamkan pengertian
baik dan buruk kepada anak itu. Memperkenalkannya segera pada saat-saat kesadaran akan dirinya mulai tumbuh kepada Penciptanya. Meletakkan dasar-dasar arah kehidupan yang baik"
"Bagaimana dengan sifat dan watak asal dari anak itu, kakang. Apakah pada saatnya watak dan sifat asalnya tidak akan muncul kepermukaan?"
"Nyi. Aku mempunyai keyakinan, bahwa nafas kehidupan anak itu dari hari ke hari akan mempunyai pengaruh yang lebih besar pada dirinya. Apa yang dilihat, didengar dan dikenalinya dari hari ke hari akan lebih menentukan sifat dan wataknya. Bahkan jalan hidupnya serta pilihan-pilihan atas sikapnya menghadapi keadaan di sekitarnya"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi apakah anak singa yang di susui oleh seekor
kambing kelak akan dapat menjadi binatang pemakan
rumpun, jinak dan tidak terpengaruh oleh bau darah?"
"Seekor singa hidupnya dikendalikan oleh naluri, Nyi. Tetapi manusia mempunyai kelengkapan yang lebih sempurna bagi bekal hidupnya. Ia mempunyai nalar budi yang dapat
memberikan keseimbangan untuk menentukan pilihan"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Katanya "Jika demikian, jika kita yakin, bahwa anak ini akan memberikan arti bagi banyak orang yang memperlukan perlindungan, maka sejak bayi kita dapat membantu perkembangan kewadagannya yang kelak
akan menjadi tumpuan ilmu yang akan dipelajarinya, kakang"
"Aku setuju, Nyi. Tetapi untuk meyakinkan sikap kita, aku akan pergi menemui guru"
"Aku sependapat, kakang. Bukankah guru tinggal di
padepokan yang tidak terlalu jauh. Jika kakang pergi sendiri, kakang akan dapat sampai ke padepokannya sekitar sehari-se-lnalain. termasuk saat-saat untuk beristirahat"
"Baiklah Nyi. Rasa-rasanya memang perlu untuk dibicarakan dengan guru, karena langkah yang akan kita ambil akan mempunyai akibat yang sangat luas di masa depan.
Khususnya bagi anak ini serta lingkungannya. Jika kita mulai menempa unsur kewadagannya sejak dini, maka ia akan
menjadi orang yang memiliki kelebihan"
"Ya, kakang. Sementara itu ciri yang ada di dadanya itu harus dipertimbangkan pula. Pada suatu saat toh yang ada di dadanya itu akan dapat mengundang seseorang untuk
mengenalinya. Mungkin orang tua kandung anak itu"
"Aku juga telah memikirkannya. Nyi. Tetapi bukankah toh di dadanya itu akan tertutup oleh bajunya" Atau bahkan noda http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam itu akan dapat diusahakan, dihilangkan dengan
reramuan obat-obatan. Jika tidak, maka banyak orang yang mempunyai toh di tubuhnya, sehingga noda hitam itu bukan satu ciri yang mutlak dapat menentukan kebenaran tentang seseorang"
Nyi Minapun mengangguk-angguk pula.
"Nyi. Jika kau sependapat, aku akan berangkat esok pagi-pagi sekali. Jika aku berjalan lebih cepat, maka tengah malam aku sudah akan sampai ke padepokan guru. Pagi-pagi aku meninggalkan padepokan itu, maka di tengah malam
berikutnya aku sudah sampai disini lagi"
"Jangan terlalu memaksa diri, kakang. Kau akan menjadi sangat letih"
"Bukankah aku akan cukup beristirahat di padepokan?"
"Apakah kau tidak akan tidur selama dua hari dua malam?"
"Apakah dua hari dua malam tidak tidur itu terlalu lama bagi kita?"
Nyi Mina tersenyum. Katanya "Aku mengerti kakang. Tetapi sebaiknya kakang menyempatkan diri untuk beristirahat"
"Aku tidak akan terlalu tergesa-gesa pulang jika disini tidak ada Tatag dan Tanjung. Jika ada orang yang mengetahui mereka disini. maka persoalannya akan menjadi sulit bagimu jika aku tidak ada di rumah. Selain Ki Bekel dan saudara-saudara seperguruannya, bukankah Macan Kebranang juga pernah
mendengar tangis anak itu" Nyi Mina mengangguk. "Meskipun kita sembunyikan Tanjung dan Tatag disini, tetapi tangis Tatag itu tentu juga terdengar dari luar rumah kita"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untunglah bahwa kita tinggal di tempat yang terpencil, kakang. Agaknya tidak ada orang yang menghiraukan kita.
Tangis itupun tidak akan didengar orang"
Ki Mina mengangguk-angguk. Lalu katanya "Biarlah malam nanti
kita berbicara dengan Tanjung. Aku akan memberitahukan kepadanya, bahwa aku akan pergi sekitar dua hari
dua malam" Sebenarnyalah ketika malam turun, maka sambil makan malam, Ki Mina memberitahukan kepada Tanjung, bahwa ia akan pergi dua hari dua malam untuk satu keperluan. Nampak kerut di dahi Tanjung. Namun Ki Minapun segera berkata "Jangan cemas, Tanjung.
Aku percaya bahwa bibimu akan dapat melindungimu. Apalagi keberadaanmu disini belum diketahui oleh orang lain, sehingga agaknya kau aman disini. Bahkan Yu Sumi dan Mulatpun aku minta untuk tidak tergesa-gesa datang kemari. Aku minta agar mereka tidak mengatakan kepada siapapun'bahwa kau berada disini" Tanjung mengangguk-angguk. Sementara bibinyapun berkata "Jangan cemas, Tanjung. Kita adalah orang yang terasing disini"
Malam itu. Ki Mina sudah masuk ke dalam biliknya sebelum tengah malam. Ia akan tidur lebih cepat dari biasanya. Esok ia http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus bangun di dini hari. Kemudian pagi-pagi sekali berangkat meninggalkan rumahnya untuk satu keperluan.
Ketika Tanjung terbangun di dini hari karena Tatag
menangis, maka ia melihat Nyi Mina sudah berada di dapur mempersiapkan minuman hangat bagi suaminya yang akan bepergian. Sementara itu Ki Minapun telah mandi dan
berbenah diri. "Maaf bibi. Aku terlambat bangun, sehingga aku tidak dapat membantu bibi"
"Tidak apa-apa Tanjung. Bukankah kau harus sering
bangun kalau anakmu menangis" Pagi ini aku juga tidak mempersiapkan apa-apa kecuali minuman hangat dan sedikit ketela rebus"
Tanjung mengangguk kecil. Sementara Ki Mina telah duduk di amben di ruang tengah. Nyi|Mina telah menghidangkan minuman hangat serta ketela rebus yang masih mengepul.
Tanjung yang menggendong Tatag yang sudah tertidur lagi, berjalan hilir mudik di ruang tengah.
Setelah minum beberapa teguk serta makan beberapa
potong ketela rebus, maka Ki Minapun segera bersiap untuk berangkat.
"Hati-hati dengan anakmu, Tanjung" pesan Ki Mina.
"Ya, paman" "Jangan pergi kemana-mana. Segala keperluan telah
tersedia di pategalan ini. Sayur-sayuran. Beraspun masih ada di lumbung. Kebutuhan dapur, bibimu selalu membelinya di pasar untuk beberapa hari sekaligus"
"Ya. paman" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibimupun tidak akan pergi kemana-mana juga"
"Ya. paman" Demikianlah, sebelum matahari terbit, Ki Mina telah
meninggalkan rumahnya untuk satu perjalanan yang panjang.
Meskipun jarak dan waktu yang diperlukan sebenarnya
terhitung pendek bagi Ki Mina. Tetapi justru karena
keberadaan Tanjung dan Tatag dirumahnya, maka terasa perhitungan waktu menjadi panjang.
Kepergian Ki Mina memang membuat Tanjung agak gelisah.
Tetapi ia tahu, bahwa bibinya bukannya seorang perempuan kebanyakan. Bibinya juga seorang yang memiliki ilmu yang tinggi, sehingga Tanjungpun berharap bahwa bibinya akan dapat melindunginya.
Seperti yang dipesankan oleh Ki Mina, maka Tanjung dan bibinya memang tidak pergi ke mana-mana. Di pategalan itu sudah tersedia sayuran yang cukup. Di sekitar pategalan itu.
Ki Mina menanam kacang panjang yang merambat pada
lanjaran bambu. Di pategalan itu juga terdapat banyak pohon melinjo. Ada beberapa batang pohon turi yang sedang
berbunga. Bunganya adalah termasuk sejenis sayuran yang banyak digemari.
Selain itu banyak pula terdapat tanaman lombok rawit dan lombok abang di pagar-pagar yang menyekat kotak-kotak pategalan. Sedangkan di kandang terdapat beberapa butir telur jika diperlukan. Bahkan ayampun berkeliaran tidak terhitung di halaman dan di kebun.
Tanpa Ki Mina di rumah, maka Nyi Mina harus menjadi
sangat berhati-hati. Ia akan sendirian jika ada kesulitan yang datang.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi dihari pertama tidak terjadi apa-apa di rumah Ki Mina di Tegal Anyar. Ketika malam turun, maka Nyi Minapun lelah menutup dan menyelarak segala pintu. Ia tidak
melakukan secepat itu, seandainya ia sendiri saja di rumah.
Tidak ada Tanjung dan tidak ada Tatag.
Jika Nyi Mina itu sendiri, maka ia tinggal mempertanggungjawabkan dirinya sendiri. Tetapi dengan keberadaan Tanjung dan Tatag di rumahnya, maka Nyi Mina harus menjaga dan melindungi
dan bahkan mempertanggung-jawabkan keduanya. Tanpa Ki Mina rumah itu memang terasa sepi. Biasanya Ki Mina dan Nyi Mina duduk berbincang di serambi samping.
Ketika Tanjung ada di antara mereka, maka setelah makan malam, biasanya mereka duduk-duduk di ruang dalam,
berbicara tentang banyak hal. Ki Mina dan Nyi Mina banyak memberikan petunjuk-petunjuk kepada Tanjung. Mereka
banyak berceritera tentang kenyataan kehidupan yang
kadang-kadang terasa pahit. Namun jika dijalani dengan tabah dan pasrah, maka segalanya akan berlalu.
"Tidurlah Tanjung" berkata Nyi Mina pada wayah sepi
bocah "Kau harus ikut bangun jika anakmu bangun"
"Aku akan mencuci mangkuk sebentar di dapur, bibi"
"Tidak usah sekaang Tanjung. Biar besok pagi-pagi saja"
Tanjung tidak menjawab lagi. Iapun kemudian segera pergi ke biliknya.
Beberapa saat kemudian. Tanjungpun telah tertidur
disamping anaknya yang tumbuh dengan subur. Tatag
nampak sehat dan kuat. Meskipun Tatag tidak nampak gemuk, tetapi tulang-tulangnya kuat dan besar. Namun tangisnya masih saja menarik perhatian.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti biasanya di tengah malam, Tatag terbangun
Popoknya menjadi basah. Tatag menangis beberapa saat.
Namun kemudian iapun segera terdiam dan tertidur lagi.
Tetapi selagi Tanjung masih belum tertidur, terdengar pintu rumah itu diketuk orang. Tidak terlalu keras. Tetapi ketukan itu telah membangunkan Nyi Mina yang berada di sentongnya seorang diri.
Nyi Mina memang menjadi berdebar-debar. Ia tidak pernah merasa demikian gelisah seperti saat itu.
"Siapa dituar?" bertanya Nyi Mina sambil menyambar
sebatang tombak pendek di plonconnya.
"Aku bi" "Aku siapa?" Nyi Mina melangkah mendekati pintu.
Tombaknya semakin merunduk.
"Aku bi. Wikan"
"Wikan" Kau benar Wikan"
"Ya, bi. Aku Wikan"
Nyi Mina memang merasa ragu. Namun akhirnya ia
mengangkat selarak pintu rumahnya.
Ketika pintu itu terbuka, seorang laki-laki yang masih terhitung muda berdiri di depan pintu.
"Wikan. Jadi kau benar-benar Wikan?"
"Ya, bi" Laki-laki yang masih terhitung muda itupun kemudian
masuk ke ruang dalam, Sejenak ia berdiri memandangi
dinding yang mengelilingi ruang itu.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duduklah. Ada apa kau malam-malam begini datang
kemari" Apakah ada kabar penting yang harus kau sampaikan kepada kami?"
"Tidak, bi" "Lalu?" "Aku lari dari rumah"
"Lari" Kau lari" Bagaimana mungkin kau lari. Kau anggauta keluarga yang berkecukupan. Tetapi menurut gurumu, kau adalah seorang yang memiliki ilmu yang mumpuni. Kau dapat mengalahkan sepuluh orang berilmu tinggi sekaligus. Jika kau lari, bukankah itu kabar yang paling buruk yang pernah aku dengar?"
Wikan menarik nafas panjang. Nyi Minapun kemudian
duduk pula di hadapan kemanakannya yang bernama Wikan itu.
"Kali ini aku tidak dapat mempergunakan ilmuku untuk melawan persoalan yang sedang aku hadapi"
"Persoalan apa" Kau adalah seorang laki-laki muda yang termasuk beruntung didalam hidupmu. Kau adalah anggauta keluarga yang berkecukupan. Sementara itu kau sempat menuntut ilmu di sebuah padepokan pilihan, dibawah asuhan seorang guru yang sangat-sangat baik dan berilmu sangat tinggi. Kepadamu dituangkan segala ilmunya, bukan karena kau anggauta keluarga yang berkecukupan. Tetapi menurut gurumu, kau adalah anak yang baik. Ilmu yang tersimpan didalam dirimu akan sangat berarti bukan saja bagimu sendiri, tetapi juga bagi orang banyak"
Wikan itu menundukkan kepalanya.
"Kau letih?" bertanya Nyi Mina kemudian.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak bi" "Kau mau berceritera?"
"Di mana paman Mina. bi"
"Pamanmu sedang menghadap guru"
"Menghadap guru"
"Ya. Tetapi tidak ada hubungan apa-apa dengan persoalan yang mungkin kau hadapi, karena kami sudah agak lama tidak mendengar kabar beritamu"
Wikan menarik nafas panjang.
"Mungkin guru, yang juga gurumu itu, akan bertanya
kepada pamanmu, bagaimana kabarmu sekarang setelah kau meninggalkan padepokan karena sudah tidak ada lagi yang akan diajarkan kepadamu oleh guru. Menurut guru yang sudah menjadi semakin tua, kau adalah murid yang bungsu.
Karena itu, kau telah mendapatkan apa saja yang dimiliki oleh guru"
Wikan memandang wajah bibinya sekilas. Lalu katanya
"Tiga" hari yang lalu, aku juga menghadap guru"
"Tiga hari yang lalu?"
"Ya" "Kau tidak membawa masalahmu itu kepada guru?"
"Aku belum mendapatkan masalah ini"
"Ketika masalah itu datang kepadamu, kenapa kau tidak membawanya kepada guru?"
"Aku malu, bi. Malu sekali"
"Kenapa" Apakah kau berniat merahasiakan sesuatu kepada guru?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak. Aku tidak berniat demikian. Tetapi aku malu sekali kepada guru. Ternyata bahwa keluargaku adalah keluarga terburuk dari semua keluarga yang pernah aku kenal"
Wajah Wikan menjadi tegang sekali. Bahkan laki-laki itupun bangkit berdiri dan berjalan hilir mudik. Tangannya mengepal dan sekali-sekali jari-jarinya seakan-akan meremas sesuatu"
"Duduklah Wikan. Duduklah. Jika ada masalah, kita cari jalan keluarnya. Aku akan membantumu"
"Bibi" suara Wikan bagaikan tertelan. Di jatuhkannya dirinya di amben yang ada di ruang dalam itu. Terdengar suaranya parau "Bibi salah jika bibi menganggap bahwa aku adalah seorang yang terhitung beruntung. Tetapi aku adalah seorang yang hidup diantara sampah yang tidak berharga sama sekali"
"Bagaimana mungkin, Wikan. Aku mengenal keluargamu
dengan baik. Almarhum ayahmu adalah kakak kandung
pamanmu Mina. Kami sangat akrab dengan keluargamu waktu itu. Namun setelah kami pulang ke Tegal Anyar, kami memang agak terpisah"
"Bibi. Aku akan tinggal bersama bibi dan paman disini. Aku tidak mau pulang"
"Ada apa sebenarnya, Wikan. Kau belum mengatakannya.
Tetapi jika kau letih, beristirahatlah dahulu. Mungkin kau akan mandi, berbenah diri dan tidur. Atau kau ingin menunggu pamanmu untuk menyampaikan persoalanmu itu langsung
kepadanya" "Bagiku sama saja, bibi. Apakah aku akan berceritera kepada paman atau kepada bibi. Yang penting aku dapat mengurangi beban yang harus aku pikul sekarang ini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Duduklah. Biarlah aku membuatkan kau minum.
Kau tentu haus" "Tidak usah, bibi. Bibi tidak perlu menjadi sibuk karena kedatanganku"
"Tidak apa-apa, Wikan. Bibi sekarang juga tidak sendiri jika pamanmu pergi"
"Bibi tidak sendiri. Maksud bibi ada orang lain yang tinggal di rumah ini?"
"Kcmanakan bibi"
"Kemanakan bibi?"
"Ya. Seorang perempuan. Suaminya meninggal belum lama.
la berada di sini bersama anak bayinya"
"Jadi ada seorang perempuan yang tinggal disini?"
"Ya" "Kalau begitu?"
"Tidak apa-apa. Bukankah rumahku cukup luas" Kau juga dapat tinggal disini"
"Tetapi" "Sudahlah. Tidak ada masalah. Memang kita harus
mengatur diri kita masing-masing. Tetapi bukankah kita semuanya orang baik-baik, sehingga tidak akan ada masalah?"
Wikan mengangguk. "Besok kau akan berkenalan dengan kemanakan bibi itu"
"Ya, bibi. Jika saja aku tidak mengganggu disini"
"Tidak. Kau tidak akan mengganggu. Kemanakan bibi itu ada di sentong sebelah"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, aku tentu telah mengejutkannya"
"Tidak. Bukankah bayinya saja tidak terkejut" Jika bayi itu terkejut, ia akan menangis"
"Baik, baik,.bibi. Jika begitu, aku harus membatasi
pembicaraan ini" "Wikan. Aku tahu, bahwa
kau membawa beban di hatimu sehingga kau memerlukan datang kemari segera. Bahkan kau sampai
disini di malam hari. Sekarang pergilah ke pakiwan. Aku akan membuat
minuman bagimu. Nanti, sambil minum kau dapat berceritera jika kau memang
ingin segera membagi bebanmu tanpa menunggu pamanmu"
"Baik, bibi. Aku akan pergi ke pakiwan"
Wikan yang seluruh tubuhnya basah oleh keringat itupun segera pergi ke pakiwan. Meskipun malam terasa sejuk, tetapi gejolak di hati Wikan, serta perjalanannya yang terasa tergesa-gesa, rasa-rasanya telah memeras keringatnya.
Ketika Wikan sedang mandi, terdengar tangis bayi yang melengking, mengoyak sepinya malam.
Wikan yang sedang mandi itu terkejut mendengar tangis Tatag. Getar suara tangisnya itu mengandung kekuatan yang tidak pernah ditemuinya pada bayi yang manapun juga.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah sebenarnya perempuan dan bayinya yang ada di rumah paman dan bibi itu" Apakah benar perempuan itu kemanakan bibi, atau karena tangis bayi itu. maka paman dan bibi telah membawanya kemari?"
Wikan mendengarkan tangis bayi itu dengan saksama.
Keinginannya untuk melihat bayi itu telah mendesaknya.
Tetapi ia sadar, bahwa ia harus menjaga diri. Ia tidak boleh menakut-nakuti
perempuan yang disebutnya sebagai kemanakan bibinya itu"
Karena itu, maka Wikanpun menahan keinginannya untuk melihat bayi yang sedang menangis itu "Besok aku akan melihatnya juga" berkata Wikan didalam hatinya.
Dalam pada itu, ketika Tatag menangis, maka Tanjungpun segera mendukungnya dan membawa ke dapur.
"Bukankah anakmu tidak apa-apa?" bertanya Nyi Mina.
"Tidak bibi. Tetapi tangisnya akan dapat mengganggu tamu bibi itu"
"Tidak. Ia tidak akan merasa terganggu. Kemanakan
pamanmu itu sekarang sedang berada di pakiwan"
Tanjung mengayun anaknya didalam gendongannya.
Sejenak kemudian, setelah popok Tatag diganti dengan popok yang kering, maka Tatagpun terdiam. Bahkan iapun telah tertidur kembali setelah beberapa titik bubur cair dengan gula kelapa di tuangkan ke mulutnya.
"Bawa anak itu kembali ke sentongnya" berkata Nyi Mina kemudian.
"Nanti saja bibi. Bersama bibi"
Nyi Mina tersenyum. Ia mengerti keseganan Tanjung.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang datang adalah seorang laki-laki yang belum pernah di kenalnya. Karena itu dibiarkannya Tanjung menggendong anaknya sambil berjalan hilir mudik di dapur.
Baru setelah minuman siap. Nyi Mina mengajak Tanjung masuk ke ruang dalam.
Ketika mereka sampai di ruang dalam, maka Wikan telah selesai mandi dan berbenah diri. Ia sudah duduk di amben bambu di ruang dalam.
Demikian ia melihat bibinya membawa nampan berisi
mangkuk minuman bersama seorang perempuan yang
menggendong bayinya, maka Wikanpun bangkit berdiri.
"Duduk sajalah Wikan" berkata Nyi Mina.
Wikan mengangguk hormat. Tanjung mengangguk hormat
pula "Inilah kcmanakanku yang aku katakan itu, Wikan.
Suaminya meninggal beberapa waktu yang lalu, meninggalkan seorang anak laki-laki"
Wikan mengangguk-angguk. Namun iapun kemudian
bertanya "Jadi bagaimana aku harus memanggil, bibi"
"Kau adalah kemanakan kakang Mina. Agaknya umurmupun terpaut meskipun hanya sedikit. Sebaiknya kau panggil saja namanya, Tanjung. Kau akan menjadi saudara tua Tanjung.
Tanjung akan memanggilmu kakang"
"Tetapi" "Tanjung memang sudah pernah berkeluarga. Tetapi itu tidak akan menambah umurnya menjadi berlipat. Juga tidak akan merubah hubungan keluarga ini. Kau kemanakan kakang Mina
dan Tanjung adalah kemanakanku. Bukankah sepantasnya kau menjadi lebih tua dalam hubungan ini"
"Ya. bibi" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, Tanjung. Panggil ia kakang Wilkan"
"Ya, bibi" "Baiklah. Sekarang biarlah Tanjung membawa anaknya kc biliknya"
Tanjung tidak menjawab. Iapun segera membawa anaknya masuk ke dalam sentongnya. Sementara Nyi Minapun
mempersilahkan Wikan untuk minum.
"Kau lapar apa tidak?" bertanya Nyi Mina.
"Sekarang belum, bibi"
"Kalau kau lapar aku akan menanak nasi. Yang ada
sekarang hanyalah nasi jagung yang sudah aku tanak
kemarin" "Kemarin?" "Ya. Nasi jagung tahan sampai dua hari. Aku terbiasa menyimpan nasi jagung, meskipun kadang-kadang aku juga menanak nasi beras"
"Kadang-kadang?"
"Ya, kadang-kadang. Aku lebih sering makan nasi jagung daripada nasi beras"
"Anak itu?" "Itu lain. Ibunya selalu membuat bubur cair bagi Tatag"
"Siapa namanya"
"Tatag" "Nama yang bagus"
"Sebagus Wikan"
"Ah, bibi" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Mina tersenyum. Sementara itu hampir berbisik Wikan bertanya "Bibi pernah memperhatikan tangisnya?"
"Ya" "'Paman?" "Ya. Karena itulah maka pamanmu menghadap guru"
"Apa yang ingin paman katakan kepada guru?"
"Pamanmu ingin minta ijin kepada guru untuk mengolah kewadagan
Tatag sejak dini. Apakah guru dapat membenarkan" "Aku kira tidak ada salahnya"
"Kau percaya dengan sifat dasar seseorang yang dapat muncul dengan tiba-tiba dituar dugaan" Bagaimana jadinya jika sifat dasar anak itu tidak sebagaimana kita harapkan?"
"Ia masih bayi, bibi. Segala sesuatunya tergantung kepada paman, bibi dan ibu anak itu. Pendidikan dan pengajaran akan dapat menindih sifat-sifat yang tidak dikehendaki itu. Apalagi jika pergaulan anak itu dapat diatur"
"Kau sependapat jika pamanmu mengolah kewadagan anak itu"
"Aku sependapat, bibi. Tangisnya sangat menarik. Mudah-mudahan ia tumbuh sebagai orang yang dapat menjadi
sandaran sesamanya didalam banyak hal"
"Itulah yang diharapkan pamanmu, Wikan"
"Aku dapat membantu paman untuk membentuk anak itu.
Meskipun aku belum pernah menyentuh, tetapi aku dapat menduga, bahwa tubuh anak itupun tentu kokoh sebagaimana tersirat dalam tangisnya"
"Ya. Aku juga berpendapat demikian"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wikan mengangguk-angguk. Untuk sesaat ia justru
melupakan dera yang telah mengusirnya dari rumahnya.
Meskipun Wikan adalah seorang yang berilmu sangat tinggi, tetapi ia sama sekali tidak dapat melawan ketika jantungnya sendiri seakan-akan telah melecut perasaannya.
"Nah" berkata Nyi Mina setelah Wikan minum minuman
hangatnya "sekarang terserah padamu Wikan. Apakah kau akan berceritera kepadaku sekarang atau menunggu sampai pamanmu pulang esok malam?"
"Bibi" berkata Wikan kemudian dengan nada berat "rasa-rasanya beban yang harus aku usung itu terasa sangat berat.
Tetapi tangis bayi itu terasa sedikit menghiburku, bibi. Aku justru dapat mengalihkan perhatianku dari diriku sendiri yang ternyata tumbuh di lingkungan yang sangat buruk"
"Lingkunganmu adalah lingkungan yang baik, Wikan"
"Dilihat dari jarak yang jauh tanpa menyelam kekedalaman lingkungan keluargaku, maka segala sesuatunya memang kelihatan baik, cerah dan penuh tawa. Tetapi ternyata yang ada didalamnya adalah lumpur sebagaimana dalam kubangan"
Nyi Mina mengangguk-angguk. Katanya "Ya, Wikan. Aku
dan pamanmu memang melihat keluargamu dari kejauhan.
Kami tidak dapat mendekat dan melihat langsung menukik kedalam persoalan di lingkungan keluargamu"
"Bibi. Jika bibi tidak letih dan tidak mengantuk, aku ingin berceritera, bibi. Besok jika paman pulang, aku akan mengulanginya. Semakin sering aku berceritera tentang keprihatinanku terhadap keluargaku, maka beban yang aku usung tentu akan terasa semakin ringan. Bibi dan pamanpun tentu tidak akan berkeberatan jika aku mohon untuk dapat tinggal disini"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku belum mengantuk Wikan. Tadi aku sudah sempat tidur meskipun sebentar"
"Bukankah aku tidak akan mengganggu anak itu?"
"Bukankah kau tidak akan berteriak-teriak?"
Wikan sempat juga tersenyum. Katanya "Bibi, ceritaku panjang. Mungkin esok, menjelang matahari terbit, baru akan selesai"
"Ceriterakan Wikan"
Wikan menarik nafas panjang. Dipandangnya pintu sentong yang dipergunakan oleh Tanjung dan anaknya. Sentong itu tidak ada daun pintunya. Tetapi sehelai kain berwarna suram bergayut menutup lubang pintu itu.
"Bibi" Wikan mulai dengan ceriteranya. Ceritera yang panjang seperti dikatakannya.
Ayah Wikan adalah seorang yang terpandang di

Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padukuhannya. Semula kehidupan Ki Purba memang tidak terlalu cerah. Namun dengan bekerja keras, keadannya menjadi semakin baik. Dua orang saudara Wikan adalah perempuan. Wikan adalah anak bungsu keluarga Ki Purba.
Ketika Wikan menyadari keberadaan dirinya, maka keadaan keluarganya sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Wikan tidak pernah merasakan lapar jika orang tuanya tidak mempunyai sebutir beras atau jagung. Jika ketela pohon di kebun masih ada, maka Ki Purba mencabutnya sebatang
untuk makan sekeluarga. Wikan tidak pernah ikut merasakan pahit getirnya
kehidupan sebelum ayahnya berhasil menggapai tataran kehidupan yang lebih baik.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika ayahnya mengirimnya ke sebuah padepokan,
berguru kepada seorang guru yang sangat baik dan berilmu tinggi, maka Wikan dengan sungguh-sungguh menekuninya.
Apalagi di perguruan itu terdapat seorang uwaknya. Kakak dari ayahnya sendiri. Ki Mina yang sudah mendapat
kepercayaan untuk membantu gurunya, mengalirkan ilmu perguruan itu kepada murid-muridnya, termasuk Wikan.
Namun akhirnya gurunya semakin tua itu tidak lagi bersedia menerima murid-murid yang baru. Wikan adalah muridnya yang bungsu. Namun justru karena itu, maka segala sesuatu yang dimiliki oleh gurunya telah dituangnya kepada Wikan, yang dianggapnya seorang anak yang baik, yang memiliki masa depan yang akan berarti bagi banyak orang. Sementara itu, uwaknya, Ki Mina yang kemudian menikah dengan
seorang murid perempuan di perguruan itu, telah minta ijin untuk memperluas wawasannya, melengkapi pengalamannya dengan sebuah pengembaraan yang terhitung panjang.
Sementara itu, Wikan yang telah menjadi seorang anak muda yang mumpuni, tidak selalu berada di padepokannya. Ia sering pula berada di rumahnya bersama keluarganya.
Malam itu Wikan terkejut. Ia mendengar kakak perempuannya yang sulung menangis.
Namun Wikan tertegun ketika Wikan melihat dari celah-celah selintru biliknya, ayah dan ibunya duduk bersama kakak perempuannya yang menagis ini.
"Kau akan memilih laki-laki seperti apa lagi, Wuni?"
bertanya ibunya "laki-laki yang menginginkanmu menjadi isterinya itu adalah seorang laki-laki yang baik. Sabar, rendah hati dan mengerti akan kewajibannya sebagai seorang laki-laki. Ia anak seorang yang terpandang pula, Wuni"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah, ibu. Bukankah ayah dan ibu mengetahui, bahwa aku tidak mencintai laki-laki itu. Bukankah ayah dan ibu mengetahui, bahwa hariku telah tertambat kepada seorang laki-laki yang aku anggap baik, rajin bekerja dan tidak pula kalah mengerti tentang kewajibannya"
"Aku tidak sependapat bahwa kau berhubungan dengan
laki-laki itu. Bukankah sejak awal sudah aku katakan" Kita tahu dengan jelas, keluarga laki-laki yang mencuri hatimu itu.
Bukankah kau juga mengerti?"
"Ayah. Jika keluarga laki-laki itu dianggap kurang memenuhi keinginan ayah dan ibu, namun bukankah aku tidak akan menikah dengan mereka" Aku akan menikah dengan anak
mereka. Dengan laki-laki yang aku kasihi"
"Kau kira sifat dan watak orang tuanya itu tidak akan menitik kepada anaknya?"
"Apakah sifat dan watak orang tua itu tentu akan tercermin pada sifat dan watak anaknya" Begitukah sifat dan watak kakek dan nenek" Apakah kakek dan nenek juga perhah
memaksa ibu untuk menikah pada waktu itu?"
Jawab ayahnya memang mengejutkan. Kataya "Ya, Wuni.
Kami sebelumnya memang tidak saling mengenal. Malam itu aku dipanggil ayahku dan diberi tahu, bahwa aku akan menikah dengan seorang gadis yang tidak aku ketahui. Tetapi gadis itu masih mempunyai hubungan darah dengan aku"
"Ibukah gadis itu?"
"Ya. bertanyalah kepada ibumu, bahwa ibumu belum
peman mengenalku pada waktu itu"
"Ya. Wuni. Aku belum pernah melihat orangnya yang akan menjadi suamiku itu sebelumnya. Aku tidak pernah tahu, http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah ia seorang laki-laki yang cacat atau bahkan seorang laki-laki yang gila. Tetapi aku menerimanya apa adanya.
Ternyata setelah kami berkeluarga, segala sesuatunya berjalan baik-baik saja. Kami dapat bersama-sama membangun
keluarga kita dari satu tataran meningkat ketataran yang lebih tinggi, sehingga akhirnya, keluarga kita sekarang adalah keluarga yang terpandang. Karena itu, Wuni. Jangan merusak apa yang pernah kami rintis. Biarlah kami tetap saja menjadi keluarga yang terpandang. Tetapi jika kau tetap pada pendirianmu, memilih laki-laki bengal dan tidak tahu diri itu, maka nama keluarga kita akan cacat. Semua orang mengenal laki-laki itu. Cara hidupnya dan sikapnya yang tidak mengenal unggah-ungguh"
"Ayah memandang laki-laki itu pada sisinya yang buram.
Jika saja ayah mau memandangnya dalam keutuhannya, maka ayah akan menemukan sisi-sisi yang baik pada laki-laki itu"
"Aku sudah mencoba mengenalinya dari segala sisi, Wuni.
Tetapi aku tidak menemui sisi baiknya pada laki-laki itu"
"Ayah sudah terlanjur membencinya"
"Wuni" berkata ibunya "Aku minta kau dapat mengerti.
Orang tua tidak akan pernah menjerumuskan anaknya
kcdalam petaka. Aku bukan jenis seorang ibu yang akan menggadaikan anaknya. Aku tidak mempergunakan kau untuk membayar hutang. Kita sekarang punya segala-galanya. Uang, sawah, kuda, lembu dan apalagi. Jika ayah dan ibu memilih laki-laki itu, tentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang luas. Tentu bagi kepentinganmu, Wuni"
"Tetapi aku tidak mencintai laki-laki itu"
"Apakah kau mencintai laki-laki bengal itu?"
"Ayah jangan menyebutnya seperti itu"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Ayah ingin bertanya, apakah kau mencintai laki-laki pilihanmu itu?"
"Ya, ayah" "Tidak. Kau tidak mencintainya. Tetapi nafsu yang
bergejolak di dalam dadamu. Aku akui bahwa laki-laki itu tampan. Tubuhnya yang kekar dengan perawakan yang
sedang. Wajahnya yang nampak ceria penuh senyum dan
tawa. Tetapi kau tahu, apa yang tersembunyi di dalam dadanya?"
"Tahu ayah" "Apa?" "Cinta yang dalam. Kasih sejati dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan"
"Kau baru saja menginjak masa dewasamu, Wuni. Itulah sebabnya, maka didalam mimpi-mimpimu kau bayangkan cinta yang mendalam seperti kasih sejati dari seorang laki-laki seperti laki-laki yang licik itu"
Wuni hanya dapat menangis. Ia benar-benar tidak dapat mengelak. Bahkan akhirnya, pada suatu hari, Wuni harus duduk bersanding dengan laki-laki yang dikehendaki oleh ayah dan ibunya.
Tetapi seperti kata ayah dan ibunya, laki-laki itu adalah laki-laki yang baik. Bahkan terlalu baik bagi Wuni.
Laki-laki itu adalah laki-laki yang bertanggung jawab. Ia bekerja keras bukan saja untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi bahkan berlebih. Suami Wuni sama sekali tidak berkeberatan jika Wuni membantu ayah, ibu dan adik-adiknya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Ki Purba tidak memerlukan bantuan anak dan
menantunya. Ki Purba sendiri adalah orang yang berkecukupan. Namun ketenangan keluarga Ki Purba itu pada suatu hari telah terguncang. Ki Purba jatuh sakit.
"Ki Purba baru saja membeli sebilah keris luk lima?"
bertanya seorang dukun yang berusaha mengobatinya.
"Ya, Kiai" "Keris itu telah mengkhianati Ki Purba. Seharusnya keris itu dapat mendukung usaha Ki Purba agar menjadi semakin
berkembang. Tetapi keris itu telah berusaha menyakiti bagian dalam tubuh Ki Purba"
"Jadi?" "Keris itu harus di larung. Hanyutkan besok tengah malam di bengawan. Letakkan keris itu dalam sebuah peti kayu kecil yang tertutup rapat. Keris itu akan hanyut sampai ke muara.
Keris itu tidak akan pernah mengganggu Ki Purba lagi"
"Hanya dimasukkan ke dalam peti kayu kecil?"
"Beri alas cinde dan taruh kembang telon di dakinya. Kantil, kenanga dan mawar yang berwarna merah. Jenang ngangrang dan tiga lembar daun dadap srep"
"Dadap srep yang sering dipergunakan untuk pupuk anak-anak yang sakit panas di ubun-ubun?"
"Ya" "Apa hubungannya?"
"Kau percaya kepadaku?"
"Ya, Kiai" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jika kau percaya kepadaku, lakukan sesuai dengan
petunjukku itu" Ki Purba mengangguk-angguk. Iapun kemudian telah
memesan sebuah peti kayu kecil. Memasukkan salah satu kerisnya yang luk lima kcdalamnya sesuai dengan petunjuk dukun yang mengobatinya. Keris itupun kemudian di larung di sungai pada waktu dan saat yang ditetapkan oleh dukun yang mengobatinya itu.
Tidak seorangpun yang melihat apa yang dilakukan oleh dukun itu. Tetapi ternyata keris yang dilarung itu beberapa hari kemudian telah berada di rumah dukun itu.
Namun sakit Ki Purba tidak juga menyusut. Bahkan semakin hari menjadi semakin berat. Badannya menjadi kurus.
Wajahnya pucat dan matanya menjadi cekung.
Sedikit demi sedikit kekayaan Ki Purbalah yang menyusut.
Beberapa orang dukun yang pandai telah di panggil.
Berapapun mereka minta di bayar, Ki Purba tidak pernah mempersoalkannya. Tetapi penyakit Ki Purba masih saja bertambah parah dari hari ke hari.
Pada saat yang demikian, maka suami Wunilah yang tampil.
Sebagai seorang menantu yang baik, maka iapun ikut
membantu membeayai pengobatan Ki Purba. Bahkan suami Wuni telah pergi kemana-mana untuk mencari orang tua yang dianggapnya memiliki kepandaian yang tinggi.
Tetapi semua usaha itu ternyata sia-sia. Pada suatu pagi yang cerah, Ki Purba telah di panggil oleh Yang Maha Kuasa.
Terdengar tangis melengking di rumah Ki Purba itu. yang di tinggalnya menjadi sangat berduka. Wuni menangis terisak-isak. Suaminya mencoba untuk menenangkannya. Dengan
kata-kata lembut suaminya berkata "Sudahlah, Wuni. Jangan http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
larut dalam kesedihan. Yang Maha Kuasa telah memanggil ayah menghadap kepadanya. Tidak seorangpun yang telah mengelak jika Yang Maha Kuasa menghendakinya. Kita sudah berusaha sejauh dapat kita lakukan. Tetapi itulah yang terjadi"
Wuni memang menjadi agak tenang. Kelembutan sikap
suaminya dapat sedikit menghiburnya.
Namun ibunya dan adik perempuannya masih saja
menangis. Wikan sendiri terhenyak kedalam kegetiran
perasaan yang mendalam. Pada saat itu, Ki Mina juga ada diantara mereka yang menjadi sibuk menyelenggarakan pemakaman adik laki-lakinya itu.
Saat-saat yang pahit itupun perlahan-lahan telah berlalu.
Kehidupan keluarga Ki Purbapun mulai berubah. Tidak ada lagi yang dapat menjadi sandaran hidup mereka. Ternyata Wikan yang lelah mewarisi ilmu yang sangat tinggi dari gurunya itu, tidak memiliki kepandaian untuk berdagang seperti ayahnya.
Wikan yang dengan rajin menggarap sawahnya, tidak dapat menutup kebutuhan hidup keluarganya yang sudah terbiasa berada dalam kecukupan. Meskipun suami Wuni telah
membantunya, namun kehidupan keluarga Ki Purba masih saja merasa sangat terkekang.
Sehingga akhirnya, Wiyati, kakak perempuan Wikan yang seorang lagi tidak dapat bertahan dalam keadaannya itu.
"Ibu" berkata Wiyati pada suatu hari "Aku akan berusaha untuk dapat membantu kehidupan keluarga ini"
"Apa yang akan kau lakukan Wiyati?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wandan mengajakku pergi ke Mataram, di Kota Raja, aku dapat bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan
keluarga ini" "Apa yang akan kau lakukan Wiyati?"
"Aku dapat berdagang seperti Wandan, ibu. Aku masih
mempunyai sedikit tabungan untuk modal. Tabungan yang semakin lama semakin menyusut. Jika aku tidak berbuat sesuatu, maka tabungan itu akan segera habis. Sementara kita tidak dapat selalu menggantungkan hidup kita kepada Yu Wuni. Kasihan suaminya. Apalagi sebentar lagi Yu Wuni akan mempunyai anak. Ia perlu membeayai hidup keluarganya sendiri yang semakin lama menjadi semakin besar. Meskipun suami Yu Wuni itu terhitung kaya, tetapi kita tidak dapat hidup sebagai benalu"
"Wiyati. Kau adalah seorang perempuan. Seorang gadis.
Kau tidak dapat hidup sendiri di Kota Raja. Mataram adalah kota yang sibuk. Kehidupan disana terasa amat kejam. Yang berhasil akan menjadi kaya raya. Tetapi yang gagal akan terpuruk di rumah-rumah yang kumuh di pinggir-pinggir sungai"
Wiyati tersenyum. Sambil mendekat ibunya Wiyatipun
berkata ibu, ternyata Wandan telah berhasil. Ia menjadi kaya sekaran, ia adalah seorang gadis yang tidak kekurangan apaapa. Wandan dapat membeli apa saja yang diingininya.
Bahkan Wandan telah membeli rumah bagi dirinya sendiri di samping rumah orang tuanya. Wandan adalah seorang gadis yang mandiri"
"Aku menccmaskanmu, Wiyati"
"Ibu. Wandan sekarang sedang pulang. Biarlah besok
Wandan singgah untuk menemui ibu. Ia akan dapat
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberikan gambaran tentang kehidupan yang ditempuhnya di Mataram"
"Di Mataram, Wandan tinggal di rumah siapa, Wiyati?"
"Di rumah bibinya, ibu. Wandanpun berjanji untuk
memberikan tempat tinggal bagiku di rumah bibinya yang sangat besar itu. Ibu, bibi Wandan adalah seorang yang sangat kaya di Mataram. Seorang pedagang permata yang berhasil. Dari bibinya itulah Wandan belajar berdagang. Dan Wandanpun berjanji untuk mengajariku berdagang. Mungkin dagangan kami akan berbeda. Tetapi dasarnya tentu akan sama. Aku berkeyakinan bahwa akupun akan berhasil. Aku tidak lebih bodoh dari Wandan, Ibu. Bahkan aku kira, aku mempunyai sedikit kelebihan"
Ibunya menarik nafas panjang.
Seperti yang dikatakan Wuni, maka di keesokan,
Wandanpun singgah di rumah Wiyati. Diceritakannya jalan hidupnya yang cerah di Kota Raja. Keberhasilannya dalam dunia perdagangan telah membuatnya menjadi seorang gadis yang tidak harus bergantung kepada orang lain.
"Aku dapat mandiri ibu. Pada saat yang gawat, dimana di tuntut seorang perempuan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri, aku tidak akan canggung lagi"
"Terima kasih atas kesediaanmu membantu Wiyati, ngger.
Aku titipkan anakku. Angger Wandan yang sudah lama tinggal di Mataram, tentu akan dapat memberikan beberapa petunjuk yang berarti bagi Wiyati.
"Tentu bibi. Aku akan membantu Wiyati sehingga Wiyati dapat mandiri. Bibiku yang tinggal di Kota Raja tentu akan bersedia membantunya juga"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyi Purba tidak dapat lagi mencegah Wiyati pergi bersama Wandan. Ketika Wiyati minta diri untuk berangkat ke Mataram, ibunya memeluknya sambil menangis "Hati-hatilah kau hidup di kota besar Wiyati"
"Aku sudah dewasa ibu. Aku sudah tahu, mana yang baik dan mana yang buruk. Wandanpun akan membimbingku agar aku dapat menempatkan diriku"
Hari itu Wiyati pergi. Yang tinggal di rumah adalah Wikan dan ibunya. Wikan yang sibuk bekerja di sawahnya, menjadi semakin jarang pergi ke padepokannya. Namun Wikan tetap saja murid bungsu yang sangat dikasihi oleh gurunya.
Di bulan-bulan pertama, Wiyati masih belum menengok
keluarga yang ditinggalkan. Tetapi ketika Wandan yang keadaannya sudah menjadi semakin baik itu pulang, Wiyati sudah dapat menitipkan sedikit uang bagi ibunya.
"Angger Wandan" berkata Nyi Purba kepada Wandan ketika Wandan menyerahkan titipan Wiyati "apakah Wiyati sudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga ia menitipkan uang ini kepada angger?"
"Sudah, bi. Meskipun belum begitu berhasil, tetapi
usahanya sudah berjalan baik"
"Ngger. Tolong, serahkan uang ini kembali kepada Wiyati.
Mungkin ia memerlukannya. Kami disini tidak banyak
membutuhkan uang. Wikan telah bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan hidup kami sehari-hari. Wuni masih juga membantu kami sehingga kami tidak merasa kekurangan apaapa"
Wandan tersenyum. Katanya "Bibi tidak usah mencemaskan Wiyati. Ia dalam keadaan baik. Ia sudah dapat menabung serba sedikit. Karena itu, biarlah uang itu aku tinggal saja http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disini. Mungkin bibi memerlukannya. Mungkin Wikan yang tumbuh menjadi dewasa penuh. Mungkin ada keperluan yang tiba-tiba"
"Tetapi bukankah Wiyati yang tinggal di kota besar lebih membutuhkan?"
"Wiyati sudah dapat memenuhi kebutuhannya" Nyi Purba tidak dapat menolak. Akhirnya uang itupun diterimanya juga.
Semakin lama Wiyati tinggal di kota, maka kirimannyapun menjadi semakin banyak pula. Bahkan meskipun jarang-jarang, namun Wiyati sudah sempal sekali-sekali pulang mengunjungi ibu dan adiknya.
Cahaya kehidupan di keluarga Nyi Purba itupun mulai
bersinar kembali. Meskipun Ki Purba sudah tidak ada, namun pilar-pilar yang menyangga kehidupan keluarga itupun rasa-rasanya justru semakin bertambah. Keluarga Wuni yang berkecukupan, Wiyati yang semakin sering mengirimkan uang serta Wikan yang bekerja keras menggarap sawah dan
petegalan, membuat keluarga Nyi Purba itu nampak semarak.
Malam itu, ketika lampu-lampu minyak di rumah Nyi Purba mulai redup, seorang cantrik dari padepokan telah datang untuk menemui Wikan.
"Ada apa, kakang?" bertanya Wikan kepada cantrik yang dalam tatanan perguruannya lebih tua dari Wikan.
"Kau di panggil oleh guru malam ini"
"Malam ini?" "Ya, Wikan. Ada sesuatu yang penting yang akan guru
katakan kepadamu" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik. Baik. Aku akan menghadap guru" Wikanpun
kemudian membangunkan ibunya yang sudah tertidur untuk minta diri.
"Ada apa Wikan?"
"Aku belum tahu ibu"
"Tentu ada yang penting, sehingga gurumu membangunkanmu malam-malam begini"
"Agaknya memang demikian ibu. Biarlah aku menghadap
malam ini. Aku minta diri"
"Hati-hati Wikan. Jika tidak penting, maka gurumu tidak akan memanggilmu, karena di padepokan masih ada beberapa orang cantrik, justru kakak-kakak seperguruanmu"
"Ya, ibu" jawab Wikan sambil berbenah diri.
Sejenak kemudian, maka Wikanpun telah pergi ke
padepokan bersama dengan seorang kakak seperguruannya.
Meskipun cantrik itu lebih tua dari Wikan, baik umurnya maupun dalam urutan masa berguru, tetapi tidak seorangpun diantara para cantrik yang memiliki kemampuan setinggi murid bungsu yang sangat dekat dengan gurunya itu.
Demikian, maka malam itu, Wikan telah diterima gurunya justru didalam sanggarnya.
"Ampun guru" berkata Wikan setelah duduk di hadapan
gurunya "sudah beberapa hari aku tidak menghadap di
padepokan ini. Aku sedang sibuk sekali di sawah guru"
"Tidak apa-apa Wikan. Menggarap sawah itu juga tugasmu.
Jadi jika kau bekerja di sawah itu berarti bahwa kau telah menjalankan tugasmu dengan baik"
"Ya, guru" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi Wikan. Ada satu hal yang penting yang harus kita lakukan. Tetapi sebelumnya aku ingin bertanya, apakah kerjamu di sawah masih banyak?"
"Tidak guru. Aku sudah selesai. Kerja yang tersisa telah aku serahkan kepada dua orang yang selama ini membantu aku menggarap sawah peninggalan ayah itu"
"Baiklah. Jika kerjamu sudah selesai, aku akan mengajakmu pergi ke Kota Raja"
"Ke Kota Raja?"
"Ya. Esok pagi-pagi sekali"
"Jika aku boleh tahu, ada keperluan apa guru pergi ke Mataram?"
"Aku ingin menghadap Ki Tumenggung Reksaniti. Ki
Tumenggung Reksaniti adalah seorang saudara sepupuku.
Namun umurnya masih belum setua aku. Nampaknya Ki
Tumenggung mengalami kesulitan sehingga seorang utusannya telah datang kepadaku"
"Kesulitan apa, guru?"
"Itulah yang belum jelas bagiku. Karena itu, esok pagi-pagi sekali, aku akan mengajakmu pergi ke Mataram. Kita akan pergi berkuda. Sebelum matahari terbit, kita akan berangkat"
"Baik, guru. Aku akan siap disini sebelum matahari terbit"
"Wikan" berkata gurunya kemudian. Nada suaranya menjadi semakin
bersungguh-sungguh "selain kepentingan Ki Tumenggung Reksaniti, sebenarnya aku ingin bertanya
kepadamu, apakah ada niatmu untuk pergi dan tinggal di Mataram"
"Maksud guru?" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekian lama kau menuntut ilmu Bahkan menurut
pendapatku, kau telah berhasil mendapatkan ilmu itu. Bukan saja ilmu kanuragan, tetapi juga berbagai ilmu yang lain, bahkan serba sedikit, tentang kawruh kajiwan. Karena itu, aku ingin tahu, apakah tidak ada minatmu untuk mengamalkan ilmumu itu"
Wikan menarik nafas dalam-dalam. Dengan ragu iapun
berkata "Guru. Jika aku pergi, lalu bagaimana dengan ibu"


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapa pula yang akan mengerjakan sawah"
"Sawahmu akan dapat dikerjakan oleh orang lain, Wikan.
Mungkin dengan membagi hasilnya Ibumu akan dapat
disambangi oleh Wuni. Setiap kali Wuni dapat mengunjungi ibumu. Bukankah rumahnya tidak terlalu jauh?"
"Ya, guru" "Wikan. Bagiku kau adalah salah satu diantara mereka yang memiliki bekal untuk mengabdikannya di lingkungan yang lebih luas dari sebuah padukuhan atau katakan sebuah kademangan. Kau dapat mengabdi di Mataram"
Wikan termangu-mangu sejenak.
Karena Wikan tidak segera menjawab, maka gurunya
itupun berkata pula "Nah, jika kau sependapat, aku akan berbicara dengan Ki Tumenggung Reksaniti. Mungkin ia dapat membantumu mencarikan jalan bagi pengabdianmu"
Wikan menundukkan kepalanya. Ia tidak segera dapat
mengambil keputusan. Dengan nada berat iapun kemudian menjawab "Guru. Jika guru berkenan, aku ingin berbicara dengan ibu"
"Ya. Kau memang harus berbicara dengan ibumu, Wikan.
Tetapi sebaiknya kaupun menyampaikan beberapa http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertimbangan kepada ibumu. Jika ilmu yang telah kau tekuni itu tidak kau amalkan, maka sia-sialah kerja kerasmu selama ini"
"Ya, guru" "Nah, sekarang pulanglah. Kau sempat membicarakannya dengan ibumu sebelum kau datang kemari menjelang
matahari terbit" "Baik guru. Aku akan berbicara dengan ibu" Wikanpun
kemudian meninggalkan gurunya. Ketika ia sampai di rumah, ternyata ibunya masih menunggunya di ruang tengah. Karena itu, ketika Wikan mengetuk pintu butulan, ibunya segera menyapa "Siapa dituar?"
"Aku ibu" Ibunya segera bangkit untuk mengangkat selarak pintu butulan.
"Apakah ada yang penting yang dikatakan oleh gurumu, Wikan, sehingga malam-malam kau dipanggilnya"
"Guru akan mengajakku pergi ke Kota Raja ibu. Ada yang penting di Kota Raja Sebelum matahari terbit, kami akan berangkat. Guru mengajakku berkuda agar perjalanan kami tidak terlalu lama"
"Ada apa di Kota Raja?"
"Guru telah diminta datang oleh saudara sepupunya, Ki Tumenggung Reksaniti. Guru juga belum tahu, persoalan apakah yang sedang dihadapi oleh Tumenggung Reksaniti itu"
"Jadi kau akan pergi ke Mataram bersama gurumu?"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, ibu. Selain keperluan Ki Tumenggung Reksaniti, guru memberikan satu kemungkinan satu kemungkinan yang dapat aku jalani menjelang masa depanku, ibu"
"Apa hubungannya, Wikan?"
"Guru akan minta kepada saudara sepupunya itu, untuk memberi kesempatan kepadaku mengabdikan diri di Mataram.
Mungkin sebagai seorang prajurit. Tetapi mungkin dalam tugas-tugas yang lain, agar ilmu yang pernah aku warisi dari guru tidak tersembunyi diantara pematang-pematang sawah.
Ibunya menarik nafas panjang. Katanya "Kau tahu, aku sendirian di rumah, Wikan"
"Ya, ibu. Tetapi bukankah rumah Yu Wuni tidak terlalu jauh.
Suaminya ternyata juga seorang yang baik. Sehingga Yu Wuni dan suaminya akan sering dapat mengunjungi ibu disini"
Nyi Purba menarik nafas panjang. Ia sadar, bahwa ia tidak boleh mementingkan dirinya sendiri sehingga menutup jalan panjang bagi Wikan menuju ke masa depannya.
"Jika anak itu dapat menyusuri jalan ke jenjang yang lebih tinggi, apakah aku sampai hati untuk membiarkannya setiap hari berendam di dalam lumpur"
Akhirnya Nyi Purba mengambil keputusan, bahwa ia harus mendahulukan kepentingan anaknya dari kepentingannya sendiri.
"Wikan" berkata Nyi Purba "Jika kau memang ingin
menempuh jalan menuju ke masa depanmu di Mataram,
pergilah. Jangan cemaskan aku. Seperti katamu, mbokayumu dan suaminya yang baik itu tentu akan sering datang
menengokku kemari" "Terima kasih, ibu" desis Wikan dengan suara yang dalam.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti yang direncanakan oleh gurunya, maka menjelang matahari terbit, Wikan telah siap di padepokan.
"Marilah Wikan" berkata gurunya "Kita segera saja
berangkat. Perjalanan kita cukup jauh. Mudah-mudahan sebelum matahari turun, kita sudah sampai di Kota Raja"
Demikianlah, maka keduanyapun segera meninggalkan
padepokan menuju ke Kota Raja.
Langit cerah ketika cahaya matahari pagi mulai meraba mega-mega yang melintas seperti gumpalan-gumpalan kapuk raksasa yang berlayar dari cakrawala ke cakrawala.
Wikan dan gurunya melarikan kuda-kuda mereka melintasi bulak-bulak panjang. Tidak banyak yang mereka bicarakan di sepanjang jalan. Sebenarnyalah bahwa guru Wikan itupun selalu bertanya-tanya di dalam hatinya, untuk apa saudara sepupunya itu menyampaikan pesan agar ia datang ke Kota Raja. Bahkan sepupunya itu menghadap dengan sungguh-sungguh.
Keduanya tidak mengalami hambatan yang berarti di
perjalanan. Di tengah hari keduanya berhenti di tepi sebuah sungai kecil yang jernih airnya. Mereka memberi kesempatan kepada kuda mereka untuk minum dan makan rerumputan
segar sambil beristirahat.
Wikan dan gurunyapun duduk di bawah sebatang pohon
yang rindang pada saat kuda mereka menyusuri tanggul sungai kecil yang ditumbuhi rerumputan.
Angin yang semilir terasa sejuknya mengusap kulit wajah mereka.
Wikan tertarik kepada seorang laki-laki separo baya yang menyusuri sungai kecil itu sambil setiap kali menebarkan jala.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada juga ikan di sungai kecil itu" desis Wikan.
"Ya" sahut gurunya "wader pari adalah jenis ikan-ikan sungai yang enak sekali"
Setiap kali jala itu ditebarkan dan kemudian diangkat, orang yang sudah separo baya itupun memunguti ikan-ikan kecil yang tersangkut di jalalnya. Meskipun ikan-ikan itu terhitung kecil, tetapi karena jumlahnya banyak, maka kepisnyapun menjadi hampir penuh karenanya.
Sejenak kemudian, maka laki-laki yang menebarkan jala di sungai kecil itu semakin lama menjadi semakin jauh ke udik dan akhirnya hilang di tikungan.
Sejenak kemudian, maka Wikan dan gurunyapun segera
bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Kuda-kuda mereka telah cukup beristirahat minum dan makan rumput segar.
Namun dalam pada itu, sebelum mereka beranjak pergi, mereka melihat dua orang yang semula duduk di pematang sawah, di seberang sungai telah bangkit berdiri. Selain mereka berdua, maka dua orang lagi meloncat turun dari sebuah gubug kecil tidak jauh dari tebing yang landai. Bahkan kemudian, merekapun melihat orang yang membawa jala
menyusuri sungai itu telah berada di seberang pula.
"Wikan" berkata gurunya "sepanjang perjalanan kita, kita tidak mendapat hambatan apa-apa. Tetapi agaknya perjalanan yang lancar itu akan terganggu"
"Ya, guru. Tetapi apakah mereka berurusan dengan kita?"
"Aku tidak dapat mengenali mereka, Wikan. Tetapi kita harus berhati-hati"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika Wikan sempat menghitung orang yang kemudian
datang mendekatinya, iapun berdesis "Semuanya enam orang guru"
Gurunya menarik nafas panjang. Katanya "Apa pula yang akan mereka lakukan. Bukankah kita tidak berbuat apa-apa"
Kita tidak pernah membuat persoalan apapun juga. Kita tidak pernah merugikan orang lain"
"Mungkin ada kesalah pahaman guru"
"Mudah-mudahan Wikan"
Dalam pada itu, dua orang yang mendekat lebih dahulu dari kawan-kawannya bertanya "Apakah aku berhadapan dengan Kiai Margawasana?"
"Ya, Ki Sanak. Orang menyebutku Kiai Margawasana. Aku juga mempunyai beberapa sebutan lain. Orang-orang di padukuhan dekat padepokanku menyebutku Kiai Kliwon,
karena nama kecilku memang Kliwon"
"Baiklah Kiai. Siapapun sebutan Kiai yang lain, tetapi aku memang ingin bertemu dengan Kiai Margawasana"
"Kau siapa Ki Sanak?" bertanya guru Wikan.
"Kiai tidak usah mengetahui siapa aku. Itu tidak penting"
"Jika demikian, apa kepentingan Ki Sanak menemui aku disini sekarang ini?"
"Kiai akan pergi ke Mataram?"
"Ya" "Ke rumah Ki tumenggung Reksaniti?"
"Ya" "Sebaiknya Kiai mengurungkan niat Kiai"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa?" "Kiai tidak perlu bertanya. Jika aku minta Kiai mengurungkan niat Kiai pergi ke Mataram, tentu bukan tanpa sebab"
"Aku tahu. Tetapi karena aku tersangkut di dalamnya, maka aku ingin tahu tentang sebab itu"
"Sudahlah, Kiai. Kembalilah. Jangan meneruskan perjalanan." "Jika aku tahu sebabnya dan sebab itu masuk di dalam akalku, maka aku akan kembali. Tetapi karena sebab itu menjadi tidak jelas, maka aku kira aku tidak akan dapat memenuhinya"
"Kiai. Jangan memaksa. Jika Kiai memaksa maka kamipun akan memaksa Kiai kembali"
"Apakah kita harus menunjukkan siapakah yang terkuat diantara kita?"
"Jangan mencelakakan diri sendiri, Kiai. Aku tahu bahwa Kiai adalah seorang yang berilmu tinggi. Tetapi kami berenam juga berilmu tinggi"
"Ki Sanak. Marilah kita berbicara berterus-terang. Mungkin telah terjadi salah paham diantara kita. Jika kita saling bcrtcrus-tcrang mungkin kita akan dapat memecahkan
kesalah-pahaman itu"
"Tidak ada kesalah-pahaman, Kiai. Semuanya sangat jelas bagiku. Kiai harus kembali. Jika Kiai memaksa, maka kami mendapat wewenang dengan segala cara mengurungkan niat Kiai itu. Bahkan jika perlu, membunuh sekalipun"
"Tidak Ki Sanak. Aku tidak akan kembali. Aku akan berjalan terus ke Mataram, menemui Ki Tumenggung Reksaniti"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekali lagi aku peringatkan, Kiai. Kiai harus kembali"
"Tidak. Apapun yang akan terjadi atas diri kami berdua, kami tidak akan kembali. Kecuali jika alasannya itu masuk akal"
"Jika demikian, Kiai sudah siap untuk mati"
"Kami tidak ingin mati. Tetapi kamipun tidak ingin kembali hanya karena ancaman kalian"
"Kami tidak sekedar mengancam. Kami benar-benar akan melakukannya"
"Terserah kepada kalian. Tetapi kami tidak mau kembali"
"Bagus" pemimpin dari sekelompok orang itupun kemudian memberikan
isyarat kepada kawan-kawannya "jangan lepaskan kedua orang ini. Karena mereka sudah menentang kehendak baik kita, maka mereka harus menanggung
akibatnya. Kita tidak hanya sekedar akan menghentikannya disini. Tetapi untuk seterusnya mereka tidak akan pernah sampai ke Mataram"
Orang-orang itupun kemudian berpencar. Nampaknya tiga orang akan menghadapi Kiai Margawasana, sedangkan tiga yang lain akan menghadapi anak muda yang menyertai Kiai Margawasana itu.
"Sayang anak muda" berkata seorang diantara mereka yang telah siap menghadapi Wikan "ternyata kau tidak berumur panjang. Kau akan mati di tengah-tengah bulak yang sepi ini.
Tubuhmu akan dibiarkan terbaring di tengah jalan ini. Burung-burung gagak akan segera menyelesaikannya"
Wikan bergeser menjauhi gurunya. Iapun segera bersiap mempertahankan dirinya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namamu siapa, anak muda?" bertanya seorang di-antara ketiga lawannya.
"Pentingkah nama itu?" Wikan justru bertanya "kalian tidak bersedia menyebut nama. Apakah aku harus mengatakan
siapa namaku?" Orang yang bertanya itu tertawa. Katanya "Kau sudah
diajari menyombongkan diri oleh orang tua itu. Apa
hubunganmu dengan Kiai Margawasana"
"Apakah itu juga penting?"
"Persetan" orang itu menggeram "bersiaplah untuk mati tanpa disebut namamu"
Wikan tidak sempat bergeser lagi. Ketiga orang itupun segera menyerang beruntun.
Tetapi Wikan sudah mempersiapkan diri. Karena itu, maka iapun segera berloncatan mengelakkan serangan-serangan itu.
Dengan demikian, maka sejenak kemudian, maka Wikanpun telah bertempur melawan tiga orang yang bertempur dengan keras dan kasar.
"Anak itu akan mati lebih dahulu, Kiai. Kaulah yang
mengajaknya pergi menjemput kematiannya. Karena itu, maka kaulah yang bertanggung-jawab"
"Ia bukan anak-anak lagi. Ia harus mempertanggungjawabkan keselamatan dirinya sendiri. Jika ia mati, maka itu adalah tanggung-jawabnya sendiri, kenapa ia tidak dapat mempertahankan diri. Tetapi aku berkeyakinan, bahwa anak itu masih akan mendapat perlindungan dari Yang Maha Kuasa.
Bukankah kau tahu, bahwa ajal seseorang berada di
tanganNya" http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itu adalah sandaran orang yang berputus-asa. Aku tahu, Kiai. Kaupun telah berputus-asa. Kau merasa tidak akan pernah dapat keluar dari lingkaran pertempuran ini. Karena itu, maka sekali lagi aku beri kesempatan. Pulanglah. Ajak anak itu pergi dari sini"
"Tidak. Kami akan berjalan terus"
"Kau sangat menjengkelkan Kiai. Kau sudah menjadi
semakin tua. Wadagmu tidak akan dapat mendukungmu lagi untuk bertempur melawan kami bertiga"
"Apapun yang terjadi"
Ketiga orang yang berdiri ditiga arah itupun tidak sabar lagi.
Merekapun telah berloncatan menyerang pula.
Ternyata orang tua itu masih saja tetap sigap. Dengan cepat ia mengelakkan serangan-serangan lawannya. Bahkan dengan cepat pula ia telah membalas menyerang lawan-lawannya.
Pertempuranpun segera menjadi semakin meningkat.
Orang-orang yang mencegat Kiai Margawasana dan Wikan ingin segera menyelesaikan tugas mereka. Menghentikan Kiai Margawasana agar ia tidak akan pemah sampai di Mataram menemui Ki Tumenggung Reksaniti.
Ternyata ke enam orang yang menghentikan perjalanan
Kiai Margawasana dan Wikan itu adalah orang-orang yang berilmu tinggi. Mereka mampu bergerak dengan cepatnya.
Ayunan tangan dan kaki mereka, telah menimbulkan desir angin yang menyambar-nyambar.
Kiai Margawasana dan Wikanpun harus semakin meningkatkan ilmu mereka. Lawan-lawan mereka bergerak http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat cepat. Tenaga mereka sangat besar serta kemampuan merekapun cukup tinggi.
Wikan terdesak beberapa langkah surut ketika ketiga
lawannya itu bersama-sama telah menghentakkan ilmu
mereka. Namun Wikanpun segera menjadi mapan. Bahkan
sekali-sekali lawannyalah yang harus berloncatan mengambil jarak,
jika serangan Wikan datang membadai. Kiai Margawasana sempat memperhatikan keadaan Wikan.
Namun Kiai Margawasana itu melihat bahwa muridnya masih berada dalam kedudukan yang baik. Bahkan Kiai Margawasana berharap bahwa muridnya itu akan dapat mengatasi ketiga orang lawannya.
Kiai Margawasana sendiri tidak terlalu banyak mengalami kesulitan.
Serangan-serangan lawannya kadang-kadang memang sempat mendesaknya. Namun Kiai Margawasanapun segera berhasil mengatasinya.
Meskipun keenam orang itu kemudian telah mengerahkan kemampuan mereka, namun ternyata bahwa sulit bagi mereka untuk mengalahkan lawan mereka yang hanya terdiri dari dua orang itu. Bahkan lawan mereka yang muda itupun justru menjadi
semakin lama semakin garang. Serangan- serangannya menjadi semakin cepat dan membingungkan.
Ketika serangan seorang lawannya sempat mengenai
punggungnya, Wikan terdorong beberapa langkah justru kedepan. Sebelum ia sempat memperbaiki keadaanya, maka kaki seorang lawannya yang lain telah menyambar dadanya.
Demikian kerasnya sehingga Wikan hampir saja kehilangan keseimbangannya.
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam keadaan yang demikian, Wikan melihat seorang
lawannya yang lain, meluncur dengan kecepatan yang tinggi serta kaki terjulur lurus mengarah ke dadanya.
Wikan tidak mempunyai banyak kesempatan. Wikan tidak pula dapat menangkisnya karena keseimbangannya yang
kurang mapan. Karena itu, Wikan justru telah menjatuhkan dirinya,
sehingga serangan lawannya itu luput. Dengan demikian, maka kaki lawannya yang meluncur lurus itu tidak sempat merontokkan iganya.
Namun sekejap kemudian, Wikanpun telah meloncat
bangkit. Sekali melenting dan berputar dengan cepat sambil mengayunkan kakinya mendatar.
Terdengar seorang diantar ketiga orang lawannya itu
mengaduh tertahan. Ternyata kaki Wikan telah menyambar keningnya. Orang itu tidak mampu mempertahankan keseimbangannya ketika ia terlempar beberapa langkah surut. Tubuhnyapun kemudian terbanting dan kemudian berguling menimpa tanggul parit di pinggir jalan itu.
Orang itupun segera meloncat bangkit sambil mengumpat kasar.
Wikan tidak sempat memperhatkannya terlalu lama. Dua orang lawannya yang lainnya berusaha untuk menyerangnya serentak agar kawannya yang terpenting jatuh itu sempat memperbaiki keadaannya.
Orang yang terpenting menimpa tanggul parit itupun
memang segera bersiap untuk bertempur kembali. Selangkah http://ebook-dewikz.com/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demi selangkah iapun telah kembali memasuki arena
pertempuran. Namun bersamaan dengan itu, seorang diantara ketiga
orang yang bertempur melawan Kiai Margasanapun telah terlempar dari arena. Ketika orang itu terjatuh, ia tidak saja menimpa tanggul parit. Tetapi tubuhnya justru lelempar ke dalam parit yang sedang mengalir itu.
Tubuh dan pakaiannyapun menjadi basah kuyup. Ketika
dengan tergesa-gesa ia bangkit dan naik ke tanggul yang rendah, kakinya telah tergelincir. Sekali lagi ia terjatuh ke dalam air parit yang bening itu. Meskipun parit itu tidak cukup dalam untuk membenamkan tubuhnya, namun pakaian orang itupun telah menjadi basah kuyup.
"Gila Kiai Margawasana" teriak orang itu "Kau telah
membasahi pakaianku yang baru ini"
Kiai Margawasana tidak menjawab. Namun ketika orang itu sekali lagi naik keatas tanggul, maka ia tidak lagi tergelincir.
Tetapi seorang kawannya yang terlempar pula dari arena telah menimpanya.
Keduanyalah yang kemudian bersama-sama terjun ke
dalam parit. Seorang diantara mereka jatuh tertelungkup, sehingga wajahnya terpuruk ke dalam arus air parit itu.
Dituar kehendaknya, air parit itu ikut terhisap kedalam perutnya lewat lubang hidungnya.
Keduanyapun segera bangkit berdiri. Seorang diantara mereka telah terbatuk-batuk. Hidungnya terasa panas. Namun beberapa teguk air parit itu telah tertelan.
Keduanyapun kemudian dengan tergesa-gesa kembali ke
arena. Namun dalam pada itu, Kiai Margawasana telah
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang lawannya yang seorang dengan tangannya yang terjulur lurus dengan telapak tangan yang terbuka serta jari-jari merapat mengenai lambungnya.
Terdengar orang itu berteriak kesakitan. Perlahan-lahan ia jatuh berlutut. Namun kemudian tubuhnya itupun terguling di tengah-tengah jalan.


Tembang Tantangan Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua erang lawannya tertegun melihat kawannya itu
menggeliat-geliat kesakitan.
"Kau apakan kawanku itu, iblis?" geram seorang diantara ketiga lawannya, seorang yang dianggap pemimpin dari keenam orang yang menghentikan Kiai Margawasana dan
Wikan itu. "Aku telah memukul lambungnya" jawab Kiai Margawasana sambil bergeser surut menjauhi tubuh yang masih menggeliat kesakitan itu. Bahkan nafasnyapun kemudian terasa menjadi sesak.
"Kau memang tidak pantas untuk dimaafkan. Kau telah
menyakiti seorang kawanku. Kau juga telah menolak untuk mematuhi perintahku. Sekarang aku telah mengambil keputusan, bahwa kau harus mati"
"Sejak tadi kau berbicara tentang mati. Tetapi kau tidak akan pernah dapat melakukannya"
Kedua orang lawan Kiai Margawasana yang lainpun tiba-tiba saja telah menarik senjata. Seorang bersenjata golok yang besar, sedangkan yang seorang lagi bersenjata luwuk yang berwarna kehitam-hitaman.
"Kau benar-benar telah terperosok kedalam kandang macan Kiai. Sebentar lagi darahmu akan dihisap oleh senjata-senjata kami"
http://ebook-dewikz.com/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiai Margawasana bergeser surut lagi sambil berkata
"Jangan bermain api. Senjata-senjata itu sangat berbahaya.
Bukan saja bagiku, tetapi juga bagimu.
Sambil mengusap bibirnya yang pecah dan mulai berdarah, pemimpin sekelompok orang itu berkata pula "Kau takut melihat ujung senjataku?"
Rajawali Emas 5 Perjodohan Busur Kumala Karya Liang Ie Shen Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 19

Cari Blog Ini