Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 12
Para siwi itu senang sekali, Mereka segera bekerja dengan perasaan gembira.
"Meja harus diatur dalam kamar tahanan," kata Siau Po. "kita berpesta pora, biar
para tahanan itu melihatnya sehingga mata mereka menjadi merah dan air liur mereka
bercucuran!" Dalam waktu yang singkat, meja telah diatur rapi, Menyusul datangnya barangbarang
hidangan yang langsung disajikan di atas meja oleh beberapa thay-kam yang
bertugas di dapur Cara kerja mereka cekatan sekali.
"Lihat!" kata Siau Po kepada Gouw Lip-sin bertiga, "Kalian adalah para pemberontak
yang bekerja dengan Go Sam-kui. Sampai detik menjelang kematian, kalian masih
besar kepala, sekarang kalian boleh menyaksikan bagaimana kami akan berpesta pora.
Andaikata kalian tidak dapat menahan keinginan kalian, kalian boleh menggonggong
seperti anjing, nanti kami akan melemparkan sepotong tulang untuk kalian!"
Para siwi mendengar ucapan si thay-kam yang jenaka, Gouw Lip-sin segera
mendamprat. "Siwi anjing! Thay-kam bau! kalian semua waspadalah! Akan datang harinya Peng
Sin-ong membalaskan sakit hati kami, Kelak dia akan bergerak dari Inlam untuk
menyerang kota Peking ini dan meringkus kalian semua, Waktu itu kalian akan
diceburkan ke dalam sungai dan dijadikan umpan ikan dan buaya!"
Ketika Gouw Lip-sin memaki-maki dan para siwi memperhatikannya, secara diamdiam
Siau Po sudah mengeluarkan obat biusnya, Kemudian sem bari membawa poci
arak di tangan kiri, dia menghampirkan tawanan yang bengis itu.
"Eh, Pemberontak! Apakah kau ingin mimu arak?" tanyanya sembari mengangkat
poci ara tinggi, dia tertawa terbahak-bahak, Lagaknya se akan sedang mengejek,
Gouw Lip-sin tidak tahu apa maksud Siau Po Sahutannya semakin keras:
"Minum atau tidak, sama saja! Kalau angkatan perang Peng Si-ong sampai di sini,
kau si thay-kam cilik yang pertama-tama akan menerima kematian."
"Ah! Belum tahu!" sahut Siau Po sambil tertawa, Pocinya yang diangkat tinggi lalu
ditunggin kan sedikit sehingga araknya mengucur turun dalam mulutnya yang
menganga. "Sedap!" pujinya seakan ingin membuat para tahanan itu ngiler,
Sembari berkata, dia menurunkan pocinya ke bagian dada, tangannya yang sebelah
diangkat ke atas untuk menyingkapkan tutup poci lalu jari tangannya yang lain
memasukkan obat bius yang telah disediakan sebelumnya, Setelah itu dia mengangkat
pocinya lagi dan digoyang-goyangkannya agar obat bius itu larut, Kemudian sambil
tertawa dia berkata. "Pemberontak, kematianmu sudah dekat, kau masih berani mengoceh yang tidaktidak!"
Ketika dia memasukkan Bong hoan-yok ke dalam poci, tidak ada orang lain yang
melihatnya kecuali Gouw Lip-sin. Laki-laki brewokan itu segera sadar. Diam-diam dia
merasa senang, tetapi dengan berpura-pura dia membentak.
"Seorang laki-laki kalau harus mati, ya mati! Apa kami harus meratap memohon
pengampunan" Orang yang demikian tidak patut disebut orang gagah! Mari arakmu,
biar aku minum!" Siau Po tertawa. "Kau mau minum arak?" ejek Siau Po, "Oh, tidak nanti kuberikan kepadamu! Ha...
ha... ha... ha.,." Thay-kam cilik ini lalu memutar tubuhnya dan berjalan kembali ke
meja, Kemudian dia sendiri yang menuangkan arak ke dalam cawan para siwi.
Kong Lian bangkit berdiri Demikian pula siwi-siwi lainnya.
"Terima kasih!" katanya, "Mana berani kami menerima penghormatan seperti ini"
Kenapa harus kongkong sendiri yang menuangkan arak bagi kami?"
"Jangan sungkan!" kata Siau Po tertawa, "Tidak ada halangannya, Kita semua sudah
seperti saudara antara satu dengan yang lainnya!" kemudian dia mengangkat
cawannya sendiri, "Silahkan! Mari kita minum!"
Tepat di saat para siwi mengangkat cawannya masing-masing, tiba-tiba dari luar
kamar terdengar suara lantang.
"Firman Hong thayhou memanggil Siau Kui cu! Apakah Siau Kui cu berada di sini?"
Siau Po terkejut setengah mati. Dia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
"Ya, di sini!" sahutnya cepat Dia meletakkan cawannya sambil berpikir "Mau apa si
nenek sihir itu mencariku?" Terus dia berjalan ke depan untuk menyambut utusan ibu
suri itu. semuanya terdiri dari empat orang thay-kam sedangkan yang satu nya, yakni
yang menjadi pemimpin segera maju sambil membusungkan dadanya.
Siau Po menjatuhkan dirinya berlutut seraya berkata.
"Hamba Siau Kui cu menerima firman thayhou!"
Thay-kam yang menjadi utusan ibu suri segera menyahut.
"Hong thayhou mempunyai urusan yang penting sekali. Kau diperintahkan datang
secepatnya ke keraton Cu-Leng kiong!"
"Ya, ya!" sahut Siau Po yang terus berdiri. Dalam hatinya diam-diam dia berkata.
"Boan Hoa yok sudah dicampur ke dalam arak, kalau aku berlalu dari sini, tentu para
siwi akan meminumnya.... Benar-benar sial! Rencanaku bisa berantakan!"
Pikirannya bekerja dengan cepat Dia langsung tertawa dan berkata.
"Kongkong, apakah she kalian yang mulia" Kenapa dulu-dulunya kita belum pernah
bertemu?" "Hm!" suara thay-kam itu tawar sekali "Aku Tang Kim-kwe! Mari kita jalan, Thayhou
sudah menunggu! Kau tahu, sudah setengah harian ini aku berputaran mencarimu!"
Siau Po tidak menjawab, Dia justru menarik tangan thay-kam itu.
"Tang kongkong, mari aku ajak kau melihat sesuatu yang menarik!"
Tang Kim-kwe berjalan mengikuti Siau Po yang menariknya. Dia ingin tahu apa yang
akan ditunjukkan bocah tanggung itu. Di dalam ruangan, dia segera melihat dua meja
penuh hidangan langsung saja dia berseru.
"Bagus! Oh, Siau Kui cu, kau sungguh beruntung! Thayhou menugaskan kau
mengurus Siang-sian tong, Siapa tahu, di balik maksud baikmu, kau malah
menghamburkan uang negara untuk berfoya-foya!"
Siau Po tertawa. "Para saudara siwi ini sudah berjasa mengusir dan meringkus pemberontak yang
menyerbu istana," katanya, "Karena itu Sri Baginda menyuruh aku menjamu mereka.
Mari Tang kongkong! Mari kau juga minum bersama, Juga ketiga kongkong itu!"
"Aku tidak bisa minum!" sahut Tang Kim-ko sembari menggelengkan kepalanya,
"Thayhou memanggilmu, mari kita pergi!"
Siau Po tidak segera pergi, dia tertawa lagi.
"Semua siwi Tayjin adalah sahabat-sahabat kami. katanya pula, "Kalau satu cawan
arak saja kau tidak sudi minum, berarti kau benar-benar tidak memandang muka para
saudara ini!" "Aku tidak bisa minum!" kata Kim Kwe dengan suara keras.
Siau Po mengedipkan matanya kepada Tio Ko lian.
"Nah, Tio toako, kau lihat! Kongkong ini terlalu angkuh, dia tidak mau minum
bersama kita!" Kong Lian mengerti maksud Siau Po. Dia segera mengangkat cawannya dan
mengambil sebuah cawan lagi untuk disodorkan kepada Tang Ki kwe, utusan ibu suri
itu. Sembari tertawa ramah berkata:
"Kongkong, mari kita minum! Untuk kebahagiaan kalian juga kita semua!"
Kim Kwe didesak sedemikian rupa sehinga tidak enak hati, Terpaksa dia menerima
cawan berisi arak yang disodorkan kemudian diteguk sekaligus sampai kering.
"Nah, ini baru namanya sahabat!" puji Siau Po. "Nah, ketiga kongkong, kalian juga
harus ikut minum!" Ketiga thay-kam yang lainnya disodori tiga cawan arak oleh para siwi, mereka segera
menyambutnya dan meneguknya sampai kering,
"Bagus!" seru Siau Po. "Ayo, semua minum!"
Cepat-cepat dia mengisi lagi keempat cawan yang sudah kosong, Para siwi juga ikut
minum, Siau Po juga, Tapi dia memang cerdik. Dia mengangkat cawannya tinggi-tinggi,
Dengan demikian wajahnya jadi terhalang dan dengan mudah dia menuangkan araknya
ke dalam lengan baju. "Mari kita minum lagi!" katanya menawarkan Dia khawatir satu cawan arak masih
belum cukup untuk membius para thay-kam dan para siwi itu.
Seorang siwi segera mendahului Siau Po mengangkat cawan arak.
"Kongkong, biar aku yang mengisinya!"
Tang kongkong mengerutkan sepasang alisnya.
"Kui kongkong, aturan dalam istana sangat ketat. Sekali thayhou memanggil, orang
harus langsung menghadap, Malah kalau bisa lari secepatnya, Tapi kau, sekarang kau
malah merepotkan diri dengan minum arak, perbuatanmu sungguh tidak menghormati
thayhou!" Siau Po tertawa. "Sebetulnya hal ini ada sebabnya..." katanya sengaja mengulur waktu, "Mari! Mari
kita minum satu cawan lagi, nanti aku akan menjelaskannya kepada kalian!" Dia
langsung mengangkat cawannya.
Tio Kong-lian juga ikut mengangkat cawannya.
"Tang kongkong, mari kita minum lagi!" ajaknya.
"Aih! Aku tidak boleh minum lagi!" sahutnya sambil memutar tubuh untuk berlalu,
Tapi tiba-tiba saja gerakannya jadi limbung.
Siau Po tahu thay-kam itu sudah jadi korban obat biusnya, tiba-tiba saja ia
meringkukkan tubuhnya dan pura-pura memegangi perutnya.
"Aduh! 0h... Aduh! Perutku sakit!" serunya berulang-ulang,
Para siwi yang lainnya juga terkejut Apalagi secara tiba-tiba, mereka merasa kepala
mereka pusing sekali. "Ah, celaka!" seru mereka, "Arak ini tidak beres!"
"Tang kongkong!" kata Siau Po dengan suara lantang, "Apakah kau sedang
menjalakan perintah thayhou untuk meracuni kami semua" Benarkah?"
"Kenapa kau mencampurkan racun ke dalam arak?"
Tang Kim kwe terkejut setengah mati. Tuduhan Siau Po merupakan fitnah yang keji
sekali! "Ma...na... mana mungkin?" teriaknya gugup.
"Ah! Kau tentu ingin membalas sakit hati ke-empat thay-kam yang mati kemarin,
bukan?" desak Siau Po. "Betul Dan sekarang kau memasukkan racun dalam arak kami!
Ayo, para siwi! Bekuk mereka!"
Para siwi itu menjadi bingung, sementara itu, mereka merasakan kepala mereka
semakin pusing. Dua orang thay-kam tidak dapat mempertahankan diri lagi, Mereka segera terkulai di
atas tanah. Disusul dengan robohnya Tang Kim-hwe, kemudian Tio Kong-lian. Thaykam
yang terakhir semakin takut Dia roboh bertepatan dengan para siwi lainnya. situasi
dalam ruangan itu jadi berantakan. Meja dan kursi terbalik di sana-sini karena tertimpa
tubuh para siwi. Menyaksikan keadaan itu, Siau Po segera menghambur ke depan Tang Kim hwe
kemudian mendepak pantat thay-kam itu keras-keras, tapi Tang Kim-hwe tidak berkutik
sama sekali, Matanya juga terpejam.
Siau Po senang sekali melihat kenyataan ini. Dia berani dan gesit sama sekali tidak
takut, meskipun dia sudah mencelakai keempat thay-kamnya ibu suri. Cepat-cepat dia
lari ke pintu dan menutupnya. Setelah itu dia menghunus pisau belatinya dan menikam
Tang Kim-hwe serta ketiga thay-kam lainnya masing-masing satu kali.
Gouw Lip Sin dan yang lainnya heran menyaksikan perbuatannya, Bahkan Lau It-cou
sampai mengeluarkan seruan tertahan. Mereka merasa perbuatan thay-kam cilik ini
sungguh luar biasa. Siau Po bekerja dengan cekatan Dia membaw pisau belatinya yang tajam kemudian
ditebasnya urat kerbau yang mengikat tangan Gouw Lip-sin bertiga, Dengan demikian
mereka jadi bebas. "Kongkong," kata Lau It-cou. "Bagaimana caranya kami menyingkir dari sini?"
"Gouw loya cu, Go suheng," kata Siau Po ke pada kedua orang itu. "Cepat kalian
pilih pakaian seragam siwi yang cocok dengan bentuk tubuh kalian Dan kau, Lau
suheng, kau tidak mempunyai kumis, sebaiknya kau menyamar menjadi thay-kam saja,
Pakailah seragamnya Tang kongkong itu!"
"Biar aku menyamar jadi siwi saja!" sahut La It-cou.
"Tidak bisa," kata Siau Po. "Kau harus menjadi thay-kam!"
Terpaksa It Cou menurut Dia menganggukkan kepalanya,
Segera ketiga orang itu bekerja, Dalam waktu yang singkat mereka sudah menyamar
menjadi siwi dan thay-kam.
"Mari kalian ikut aku!" kata Siau Po. "Kalau kita bertemu dengan siapa pun dan ada
yang menegur kalian, jangan memberikan jawaban, kalian harus pura-pura bisu!"
Selesai berkata, Siau Po mengeluarkan obat mukjijatnya. Dia mengguyurnya di atas
luka Tang Kim-hwe dan menambahkan beberapa tikaman lagi agar daging dan tulang di
tubuh thay-kam itu semakin cepat lumernya.
"Mari!" ajaknya kepada Gouw Lip-sin bertiga.
Sekeluarnya dari kamar tahanan, Siau Po mendorong ketiga orang itu menuju dapur
kemudian pintunya ditutup kembali.
Jarak antara siwi pong dengan Siang-sian tong berdekatan. Dalam waktu yang
singkat, mereka sudah sampai di tempat di mana Cian laopan dan beberapa kawannya
sudah menunggu. Mereka membawa dua ekor babi yang sudah disembelih dan
dibersihkan Sikap mereka tampak menghormati sekali.
"Hai, Lao Cian, kau berani main gila!" bentak Siau Po tiba-tiba. "Aku memesan babi
yang besar, gemuk dan masih muda, sekarang kau membawakan babi yang kurus dan
tua pula! Kau.... Apakah kau masih mau makan nasi?"
Cian laopan tampak ketakutan. Tubuhnya membungkuk dalam-dalam.
"I... ya... iya..." sahutnya gugup,
Beberapa thay-kam di Siang-sian tong melihat kedua ekor babi itu besar dan gemuk,
tapi merupakan kebiasaan bagi mereka bila tidak ada uang pelicin, apapun dicela,
Melihat pemimpin mereka membentak dengan suara keras, mereka pun sege meniru.
"Lekas bawa pergi!" bentak mereka.
Siau Po tampak semakin gusar, Dia menoleh kepada Gouw Lip-sin bertiga dan
memerintahkan "Kedua siwi toako dan kau juga kongko kalian gusur orang itu dari tempat ini! Lain
kali jangan biarkan dia masuk ke dalam istana lagi!"
Cian laopan mengerutkan sepasang alisnya.
"Kongkong, maaf... maaf.,." katanya, "Baik! Hamba akan tukar babi ini dengan yang
lebih gemuk dan besar Aku akan membawakan yang lain lagi, Ha...rap... kongkong
su..ka memaafkan aku kali ini."
"Kalau aku membutuhkan babi, nanti aku akan suruh orangmu membawakannya!
Sekarang cepat kau pergi dari sini!"
Cian laopan segera menjura dalam-dalam.
"lya, iya..." sahutnya kemudian sambil memutar tubuhnya untuk pergi.
Lip sin bertiga mengikuti Tubuh Cian lao didorongnya berkali-kali,
Siau Po juga ikut, setibanya di lorong, dia tidak ada seorang pun di sana, Siau Po
berkata dengan suara perlahan.
"Cian toako, ketiga tuan-tuan ini adalah jago-jago dari Bhok onghu, Yang menjadi
pemimpin adalah saudara Gouw Lip-sin ini yang bergelar Yaou Tau Saycu!"
Cian Lao pan langsung mengeluarkan seruan heran.
"Oh! Sudah lama aku mendengar nama besar itu! Tuan-tuan, maaf kalau aku yang
rendah tidak segera menyapa!"
Pertama-tama Lip Sin juga bingung, namun kemudian dia merasa gembira setelah
mengetahui bahwa orang ini ternyata sahabatnya si thay-kam cilik.
"Tidak apa," sahutnya. "Kita berada di tempat yang berbahaya, sudah seharusnya
kita bersikap demikian!"
"Cian toako," kata Siau Po pada Laopan, "Nanti kau tolong sampaikan pada Wi hiocu
dari perkumpulanmu yang merupakan sahabat baikku, katakan bahwa Lay Lie-tau Siau
samcu sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan ketiga tuan ini, harap kau antarkan
pada Bhok Siau ongya dan Liu loyacu, Seberlalunya kalian, tentu akan muncul para siwi
yang mencari penjahat yang telah membunuh. Oleh karena itu, kau sendiri, sebaiknya
jangan datang kemari lagi!"
"Ya, ya!" sahut Cian laopan dengan sikap menghormat "Kami semua berterima kasih
atas budi kongkong!"
Lip Sin menoleh kepada Cian laopan, "Tuan, rupanya kau dari pihak Tian-te hwe?"
"Betul, Gouw loyacu," sahut Cian laopan, "Nah, mari kita pergi sekarang!"
Mereka kembali berjalan lagi. Siau Po masih mengikuti sebentar saja mereka sudah
sampai di Sin-bu mui. Di sana ada beberapa siwi yang menjaga. Begitu melihat Siau
Po, mereka langsung menyambut dengan hormat.
"Oh, Kui kongkong, Semoga baik-baik saja!" sapa mereka ramah.
Siau Po tertawa. "Terima kasih!" sahutnya. "Semoga kalian pun demikian!" para siwi itu
memperhatikan Lip Sin bertiga Mereka merasa tidak kenal Tetapi karena Siau P
menggapit lengan Gouw Lip-sin, mereka tidak berani mencegah ataupun menanyakan
apa-apa. Karena itu, Siau Po berlima pun jalan terus.
Sekeluarnya dari pintu Sin-bu mui, merek sudah berada di luar batas pekarangan
istana, Sia Po masih mengiringi mereka berjalan beberapa puluh tindak jauhnya,
kemudian baru dia berkata:
"Sekarang aku harus pulang. Sampai jumpa lagi. Kalian tidak usah banyak peradatan
pula!" Tapi Gouw Lip-sin tetap menjura dan berkata
"Untuk budi pertolongan ini, kami yakin kongkong tentulah tidak mengharapkan
imbalan apa-apa. Karena itu, kelak di kemudian hari, apabila pihak Tian-te hwe
memerlukan tenaga kami, aku dan muridku ini tidak akan menoleh meskip harus terjun
ke dalam lautan api!"
"Terima kasih! Tidak berani aku menerima penghormatan demikian tinggi!" kata Siau
Po, "silahkan berangkat!"
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
It Cou tidak mengatakan apa-apa. Dia memang berjalan mendahului yang lainnya,
Berulang kali dia menolehkan kepalanya melihat ke arah Siau Po. Dia merasa heran
mengapa Gouw Lip-sin masih belum menyusulnya juga, Dia merasa tidak tenang.
Soalnya mereka belum jauh dari istana, Sesaat kemudian setelah rekannya berpisahan
dengan si thay-kam, hatinya baru lega.
Siau Po kembali ke Sin-bu mui, Terhadap para siwi yang sedang menjaga dia
tertawa dan berkata. "Kongkong tadi adalah orang kepercayaannya Thayhou, Menurutnya mereka bertiga
sedang menjalankan titah, aku dimintanya mengantarkan sampai ke depan, Tapi aku
tidak tahu tugas apa yang sedang mereka laksanakan!" Biarpun seorang Cin ong atau
Pwe lek juga tidak pantas menyuruh kongkong yang mengantar!" kata seorang siwi
dengan perasaan tidak puas.
"BetuI! Sungguh bertingkah kongkong itu, seenaknya saja meminta Kui kongkong
mengantarkan!" sahut seorang siwi lainnya yang juga merasa kurang senang.
"Aih, sudahlah!" kata Siau Po dengan menggelengkan kepalanya. "ltu toh titahnya
Hong thayhou, Apa yang bisa kita lakukan" Mereka membawa firman yang ditulis
thayhou sendiri, Meskipun kita curiga, kita harus tutup mulut! Benar tidak?"
"Ya, ya. kita memang tidak bisa berbuat apa-apa!" sahut siwi lainnya.
Bergegas Siau Po kembali ke tempat tahanan. Di sana para siwi masih tidak
sadarkan diri, Cepa cepat dia mengambil seember air yang kemudia diguyurkan ke
kepala Tio Kong-lian. Siwi itu perlahan-lahan tersadar Begitu ingata nya kembali, dia tersenyum dan
berkata. "Aih, kongkong, Bagaimana aku bisa jadi lupa daratan..." dia terus bangkit untuk
duduk, ta tiba-tiba dia menjadi terkejut sekali ketika melihat keadaan dalam ruangan
itu. Para siwi masih terbaring semaput dan di sana juga ada mayat beberapa thay-kam.
"Ba...gaimana... dengan para penyerbu itu?" tanyanya gugup, "Apakah... mereka
sudah kabur?" Siau Po memperlihatkan sikap tidak kalah penasarannya.
"Thayhou telah menyuruh thay-kam she Tang itu membius kita, lalu melarikan ketiga
penjahat itu" katanya geram.
Tio Kong-lian merasa bingung, Bong hoan-yok toh ada di tangannya si thay-kam cilik
ini. Namun karena baru sadar, pikirannya masih lemah. ia tid dapat mengingat dengan
baik, Dia jadi tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Siau Po berkata kembali. "Tio toako, bukankah To congkoan secara diam-diam menyuruh kau membebaskan
para tawanan itu?" Kong Lian menganggukkan kepalanya.
"Ya, To congkoan mengatakan bahwa itulah perintah rahasia dari Sri Baginda untuk
membebaskan para penyerbu itu," sahutnya, "Maksudnya agar pihak kita dapat
menguntitnya secara diam-diam dan dengan demikian kita bisa tahu siapa pemimpin
mereka yang sebenarnya!"
"Ya, memang benar," kata Siau Po sembari tertawa, "Tapi sekarang aku ingin
bertanya lagi, kalau orang tawanan kabur dari penjagaan, orang yang menjaga itu
bersalah atau tidak?"
Kong Lian merasa tercekat hatinya, Untuk sesaat dia jadi tertegun.
"Tentu saja bersalah!" katanya kemudian Tapi ini kan perintah To congkoan, kami...
yang menjadi bawahan hanya menjalankan perintah saja!"
"Apakah To congkoan memperlihatkan surat perintah?"
Kong Lian bertambah terkejut.
"Tidak... tidak!" sahutnya bingung, "kata To congkoan, tidak perlu membawa surat
perintah, karena ini merupakan perintah lisan dari Sri Baginda...."
"Kalau begitu, mestinya To congkoan juga memperlihatkan suatu barang sebagai
tanda bukti Sri Baginda?" tanya Siau Po kembali.
"Ti... dak," sahut Kong Lian semakin gugup.
Tapi, mungkinkah To congkoan akan berdusta" Tubuhnya bergetar dan suaranya
menjadi kurang jelas. "Palsu sih tidak," sahut Siau Po. "Aku hanya khawatir kalau nanti dia akan
menyangkal hal ini apabila keadaan membahayakan Siapa tahu ia akan menimpakan
kesalahan pada dirimu" Bukankah in akan menjadi bencana bagimu" Tio toako,
tahukah kau mengapa Sri Baginda membiarkan para ta wanan itu bebas?"
"Menurut To congkoan, agar kita bisa menguntitnya dan dapat mengetahui siapa
pemimpinnya" sahut Kong Lian,
"Memang persoalannya demikian, tapi.,, bukan kah hal ini agak aneh?" kata Siau Po
kembali "Bagaimana mungkin para penjahat dibiarkan lolos dan urusan pun tidak
diperpanjang lagi" Sekalipun si penjahat sendiri, bila mendengar urusan ini, pasti
tidak akan mempercayainya. Lagipula tidak muda menemukan pemimpin para penjahat itu,
Mungki bisa terjadi nantinya Sri Baginda akan menghukum mati dulu beberapa orang
dan apabila berita ini sudah tersiar, para penjahat itu baru tidak curiga Iagi...."
Kata-kata Siau Po ini bukan berarti menuduh Raja akan berbuat demikian.
Kenyataannya Sri Baginda memang menyuruh dia membunuh satu dua orang siwi agar
penyerbu itu tidak menjadi curiga.
Sementara itu, wajah Tio Kong-lian semakin pucat, memang ada kemungkinan dia
akan dihukum mati, Saking takutnya, dia menjatuhkan diri berlutut di hadapan Siau Po.
"Kongkong, tolonglah aku...!" dia memohon sambil menyembah berkali-kali.
"Jangan memakai terlalu banyak peradatan, Tio toako," katanya. Dia mengulurkan
tangannya untuk membangunkan siwi itu, Bibirnya menyunggingkan senyuman ramah.
"Jangan khawatir sekarang ada cara untuk menghindarkan dirimu dari hukuman mati,
Lihat, di sana ada beberapa thay-kam, mereka dapat menggantikannya. Kita timpakan
saja kesalahan pada diri mereka. Kita bilang mereka membawa obat bius untuk
membuat kita tidak sadarkan diri, setelah itu mereka membebaskan para tahanan.
Dengan demikian, bukankah namamu menjadi bersih" Apabila Sri Baginda mendengar
ke-empat orang thay-kam itu adalah orang ibu suri, tentu urusan ini tidak akan
diperpanjang. Raja juga tidak akan menghukum mati dirimu apabila ada alasan yang
masuk akal. Mungkin kau malah akan mendapat hadiah!"
Bagian 24 Mendengar ucapan Siau Po, hati Kong Lian jadi lega. Dari khawatir, dia malah jadi
girang sekali. "Bagus, bagus!" serunya, "Kongkong, terima kasih banyak atas pertolongan
kongkong ini!" Peruntungan Kong Lian memang sedang mujur. Kalau saja tadi Siau Po jadi
membunuhnya, tentu dia tidak bisa memerankan sandiwara ini!
"Sekarang cepat kita sadarkan para siwi lainnya," kata Siau Po. "Mereka harus
dijelaskan dulu urusan ini, supaya mereka serempak mengaku bahwa telah dibius oleh
keempat thay-kam ini!"
"Ya, ya," sahut Kong Lian, Dia segera mencari air dingin, Biar bagaimana, hatinya
masih kurang tenang karena belum tahu bagaimana reaksi Sri Baginda.
Dalam waktu yang singkat, para siwi itu sudah siuman kembali. Kepada mereka
dijelaskan bahwa semua orang telah dibuat tidak sadar dengan Bong hoan-yok oleh
Tang Kim-hwe berempat, kemudian Tang Kim-hwe membinasakan ketiga orang
rekannya dan lalu dia kabur bersama para tahanan.
"Hah! Kurang ajar benar orang itu!" caci para siwi itu. walaupun dalam hati mereka
terdapat keraguan "mengapa thayhou harus membebaskan ketiga tawanan itu"
Mungkinkah mereka justru orang-orang suruhan thayhou?" pikir mereka dalam hati.
Tapi karena urusan ini menyangkut diri ibu suri, meskipun curiga, mereka memilih
menutup mulu rapat-rapat.
Siau Po sendiri langsung kembali ke kamarnya. Begitu masuk, dia segera disambut
oleh Kiam Peng. "Kui toako, apa kabarnya?" tanya nona cilik itu.
"Kui toako tidak mempunyai kabar apa-apa, goda Siau Po. "Ada juga suami yang
membawa berita...." Kiam Peng tersenyum. "Aku tidak takut soal beritanya, Yang dikhawatirkan ada orang lain lagi yang
menyebutmu kakak yang baik...."
Wajah Pui Ie merah padam, Dia tahu Siau Kuncu sedang menggodanya, Tapi dia
harus bicara, dia memang ingin tahu berita apa yang dibawa Siau Po.
"Saudara yang baik..." katanya, "Kau lebih muda daripadaku bagaimana kalau aku
panggil kau saudara yang baik saja" Kau tidak keberatan, bukan?"
Siau Po menarik nafas panjang.
"Aih!" katanya, "Dari suami yang baik tiba-tiba saja berubah menjadi saudara yang
baik, bukankah ini sama dengan induk ayam yang mendadak berubah menjadi
bebek.,." Tapi, sudahlah! Yang penting dia sudah berhasil ditolong!"
Tiba-tiba Pui Ie bangkit dan duduk, Ketika dia berbicara, suaranya terdengar
bergetar.... "Apa kau bermaksud mengatakan bahwa Lau suko sudah berhasil meloloskan diri?"
tanyanya penuh minat. "Sekali seorang laki-laki mengeluarkan kata-katanya, entah empat ekor kuda apa pun
tidak dapat mengejarnya!" sahut Siau Po serius. "Aku sudah menerima baik
permintaanmu bagaimana pun aku harus menolongnya!"
Ucapan Siau Po dari dulu masih belum berubah.
Dia tidak tahu bunyi pepatah yang dikatakannya, karenanya dia selalu mengucapkan
"Entah empat ekor kuda apa pun tidak dapat mengejarnya."
"Ba.,.gaimana caramu menolongnya?" tanya Pui le kembali Dia penasaran sekali,
Siau Po tertawa, "Dalam hal ini, aku si orang gunung tentu mempunyai muslihat!"
sahutnya, "Tunggu saja setelah kau bertemu dengan Lau sukomu, dia pasti akan
menceritakannya!" "Ah!" Si nona menghela nafas lega, Kemudia dia mendongakkan kepalanya sambil
mengucap: "Terima kasih kepada langit dan bumi, dia benar benar dilindungi sang
Pousat!" Melihat kegembiraan dan rasa bersyukurnya si nona manis itu, hati Siau Po otomatis
jadi kurang enak. Tapi, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya terdengar suara
dehemannya yang lirih. "Eh, eh, Suci," tegur Kiam Peng, "Kau mengucapkan terima kasih kepada Langit dan
Bumi kenapa kau malah tidak mengatakan apa-apa ke pada saudara yang baik ini?"
Pui le menolehkan kepalanya.
"Budi besar dari saudara yang baik ini tidak dapat dibalas hanya dengan ucapan
terima kasi saja!" sahutnya,
Mendengar ucapan si nona, hati Siau Po jadi gembira, Bibirnya tersenyum.
"Tidak perlu kau membalasnya," sahutnya.
"Saudara yang baik, apa yang dikatakan Lau suko?" tanya Pui Ie.
"Dia tidak mengatakan apa-apa," sahut Siau Po. "Dia hanya minta aku
menolongnya!" "Ah.,.!" seri Pui le kecewa, "Apakah dia menanyakan tentang kami?"
Siau Po bei-pikir sejenak, kemudian baru menjawab.
"Tidak, Aku yang mengatakan bahwa kau berada di tempat yang aman, karena itu
dia tidak perlu mengkhawatirkanmu, Dan tidak lama lagi aku akan mengantarkanmu
agar dapat bertemu dengannya!"
Pui le menganggukkan kepalanya.
"Perbuatanmu benar," sahutnya. "Tapi tiba-tiba saja air matanya, mengalir dengan
deras. "Eh, suci!" seru Kiam Peng terkejut "Ada apa" Mengapa kau menangis?"
"A...ku gembira sekali!" sahut nona yang sedang menangis itu.
Sementara itu, Siau Po berpikir dalam hati,
"Sri Baginda menitahkan aku menguntit ketiga tawanan itu, agar dapat mencari tahu
siapa pemimpinnya, Karena itu, aku harus keluar melewatkan waktu supaya tidak
dicurigai Setelah satu dua jam, aku baru kembali lagi memberikan laporan..."
Dengan membawa pikiran demikian, Siau Po segera berpesan kepada kedua nona
itu agar berdiam di dalam kamarnya seperti biasa, Dia segera menuju ke Tianhio, Hari
itu, bagian kiri jalan terdapat banyak pedagang keIontong. Malah ada juga yang
membuka panggung pertunjukan Tianki memang terkenal sebagai tempat
berkumpulnya berbagai kalangan Terutama orang-orang dunia kangouw, Ke sanalah
tujuan cilik kita. Ketika mendekat, perhatian Siau Po tiba-tiba jadi tertarik, Dia melihat kurang lebih
dua puluh orang polisi sedang menggiring lima pedagang kecil yang pakaiannya
compang-camping. Dia berdiri sisi jalan dan memperhatikan rombongan itu.
"Benar-benar keterlaluan!" gerutu seorang tua "Sekarang ini berjualan saja sulit!"
Siau Po baru saja berniat menanyakan sesuatu kepada orang tua itu, tiba-tiba
terdengar suara batuk-batuk di dekatnya Ketika dia menolehk kepalanya, dia melihat
seseorang yang rambutnya sudah penuh uban dan tubuhnya bungkuk. Setelah
diperhatikan dengan seksama, dia mengenali ora itu sebagai Pat-Pi Wan Kau Ci Tiancoan,
Orang ini melirik ke arahnya kemudian mengedipkan matanya dan berjalan
melaluinya. Siau Po mengerti isyarat yang ditunjukkan orang tua itu, Dia berjalan perlahan
mengikuti sehing sampai di tempat yang sepi.
"Wi hiocu," sapanya, "Ada kabar gembira!"
Siau Po tersenyum Diam-diam dia berpikir.
"Aku telah menolong Gouw Lip-sin bertiga, rupanya dia sudah mendengar berita
gembira it karena itu dia menyahut: "ltu tidak berarti apa-apa!"
"Tidak berarti apa-apa?" tanya Ci Tian-coan dengan pandangan heran "Kau sudah
tahu tentang kedatangan Cong tocu?"
Kali ini giliran Siau Po yang tertegun.
"Guruku datang?" tanyanya seakan tidak percaya dengan pendengarannya sendiri
Hal ini memang di luar dugaannya.
"Benar!" safiut Ci Tian-coan. "Aku dititahkan segera memberi kabar kepadamu, Wi
hiocu, kau diminta segera menemui beliau!"
"Baik, baik!" sahut Siau Po. otaknya bekerja keras, padahal saat ini, orang yang
paling tidak ingin ditemuinya justru gurunya itu, Apa sebabnya" karena sejak berpisah
tempo hari, dia merasa belum memperoleh hasil apa-apa dari kitab yang diberikan
gurunya, Tan Kin-lam. Celaka kalau gurunya sampai menanyakan kemajuan yang telah
diperolehnya selama ini. Urusan ini memang sudah cukup lama terbengkalai karena
banyak yang harus diselesaikannya.
"Cong tocu memberitahukan kepadaku," kata Ci Tian-coan pula, "Waktunya di
kotaraja ini tidak banyak, karena itu, biar bagaimana aku harap sudilah Wi hiocu pergi
menemuinya!" Melihat keadaannya yang begitu terdesak, Siau Po merasa apa boleh buat.
"Baiklah," katanya, Dia langsung mengikuti Ci Tian-coan. sepanjang jalan dia terus
memikirkan apa yang harus ia katakan kepada gurunya itu. Di menyesal tidak
mengeram saja dalam istana, Kala dia berada dalam istana, tentu gurunya tidak bisa
menyeretnya keluar. Belum lagi masuk ke dalam lorong, Siau Po sudah melihat sejumlah anggota Tian-te
hwe yang berpencaran di sana sini. Tentunya mereka sedang memasang mata untuk
melindungi ketua merek dari serangan gelap. Di dalam rumah juga terdapat beberapa
penjaga. Setibanya di ruangan belakang, Siau Po segera dapat melihat gurunya duduk di
tengah-tengah da dikelilingi oleh Hong Kong, Hian Ceng tojin dan Hong Cin-tiong serta
yang lainnya. Mereka sedang berbincang-bincang, Cepat-cepat dia maju menghampiri
kemudian menjatuhkan dirinya berlutu dan berkata.
"Oh, suhu! Ternyata suhu benar-benar datang. Muridmu ini sudah rindu sekali!"
katanya. Tan Kin Lam tertawa. "Bagus, bagus! Anak baik!" katanya, "Di sini para saudara kita banyak yang
memujimu!" Siau Po langsung bangkit kembali. Hatinya menjadi lega melihat sikap gurunya yang
demikian ramah. "Apakah suhu baik-baik selama ini?" tanyanya.
Kin Lam tersenyum. "Baik!" sahutnya, "Bagaimana dengan pelajaranmu" Apakah ada yang kurang kau
pahami?" "Banyak sekali yang murid tidak mengerti, suhu," sahutnya, jawaban ini sudah ia
pikirkan matang-matang, Dia tahu gurunya bermata tajam dan cerdas sekali, Tidak
mungkin bisa dikelabui olehnya, "Karena itulah aku mengharap-harap kedatangan suhu
agar murid dapat meminta petunjuk"
Pada saat itu, tampaknya hati Kin Lam memang sedang gembira, Mendengar ucapan
muridnya, kembali dia tersenyum.
"Baiklah" sahutnya, "Aku akan menggunakan waktu beberapa hari ini khusus
untukmu!" Baru Tan Kin Lam berkata demikian, salah seorang anggota perkumpulan itu tampak
mendatangi dengan cepat. Dia langsung memberi hormat seraya menyampaikan
laporannya. "Cong tocu, ada beberapa tamu yang berkunjung, Menurut penuturan salah satunya,
mereka adalah Bhok Kiam-seng dari Bhok onghu serta Liu Taykong."
Senang hati Kin Lam mendengar laporan itu, Dia segera bangkit dari kursinya.
"Mari kita sambut mereka!" ajaknya.
"Aku belum mengganti pakaian," kata Siau Po. "Aku tidak bisa ikut!"
"Baik," kata Kin Lam. "Kau tunggu saja di belakang!"
Begitu guru dan anggota Tian-te hwe yang lainnya berlalu, Siau Po segera
menyelinap ke belakang dinding ruangan itu. Di sana dia menggeser sebuah kursi
kemudian duduk. Tanpa perlu menunggu lama-lama, segera terdengar suara tawa Liu
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tay-hong yang nyaring, Siau Po segera mengenalinya.
"Keinginanku yang paling utama selama hidupku adalah perjumpaan dengan Tan
Cong tocu yang namanya sudah terkenal di seantero dunia! Hari ini beruntung sekali
dapat bertemu, Sungguh, mati pun aku yang tua sudah merasa puas!"
"Ah, Lo enghiong hanya memuji saja!" terdengar suara Tan Kin-lam. "Aku yang
rendah merasa malu dan tidak berani menerima pujian yang begitu tinggi!"
Sembari bercakap-cakap, mereka berjalan menuju ruangan dalam. Kemudian kedua
belah pihak mengambil tempat duduknya masing-masing.
"Di dalam partai Cong tocu ada seorang yang bernama Wi hiocu, entah beliau ada di
sini atau tidak?" tanya Bhok Kiam-seng, "Aku yang rendah ingin bertemu dengannya
untuk mengucapkan terima kasih atas budi pertolongannya yang besar. Kami dari Bhok
onghu semua bersyukur sekali terhadap apa yang dilakukannya!"
Kin Lam bingung sekali, Dia memang tidak tahu gerak-gerik Siau Po yang telah
menolong orang-orang dari Bhok onghu.
"Wi Siau Po hanya seorang bocah cilik, apa jasanya terhadap Bhok onghu"
Mengapa Siau ongya begitu merendahkan diri memujinya demikian tinggi, sedangkan
dia hanya seorang bocah cilik?"
Belum lagi Kiam Seng dan Tay Hong menyahut, salah seorang di antara mereka
sudah menyela. "Aku yang rendah bersama murid dan keponakan muridku Lau It-Cou telah ditolong
oleh Wi Hiocu, budinya yang luar biasa besarnya ibarat mega di langit, Aku juga pernah
menyatakan pada Cian suhu, apabila perkumpulan tuan-tuan memerlukan bantuan,
kami siap menjalankan tugas apa saja yang diperintahkan."
Orang yang berbicara bukan lain dari Yau Tau Saycu, Go-Ip-sin yang jujur dan selalu
bicara apa ada nya. Cong tocu dari Tian-te hwe tetap tidak mengerti Karena itu dia segera menoleh
kepada Cian Laopan dan bertanya.
"Saudara Cian, bagaimana duduk persoalan yang sebenarnya?"
Orang she Cian segera menceritakan apa saja yang terjadi di kotaraja akhir-akhir ini.
sekeluarnya dari istana, dia langsung mengajak Gouw Lip-sin dan rekan-rekannya
kembali ke tempat Bhok Kiam-seng, di mana di tempat itu juga dia dijamu.
Pihak Bhok onghu telah menyatakan perasaan terima kasihnya terutama terhadap
Wi hiocu, setelah itu Liu Tay-hong dan yang lain meminta dia jadi pengantar ke tempat
perkumpulan Tian-te hwe. Di luar dugaan, justru pada saat itu pula Tan Kin-lam, ketua
pusat perkumpulan itu datang ber-kunjung, Karena itu Bhok Kiam-seng dan Liu Tayhong
segera memohon bertemu dengan ketua umum itu. Dijelaskan bahwa Gouw Lipsin
bertiga ditolong oleh seorang thay-kam cilik yang mengaku sebagai sahabatnya Wi
hiocu dari perkumpulan tersebut Dan si thay-kam melakukan hal itu karena permintaan
dari Wi hiocu tersebut. Baru sekarang Tan Kin-Iam mengerti duduk persoalannya dan dia menjadi senang
sekali, Tentu saja thay-kam yang dimaksudkan adalah muridnya sendiri dan hal ini tidak
diketahui oleh pihak Bhok onghu.
"Bhok Siau ongya, Liu loyacu dan Gouw toako, kalian bertiga terlalu sungkan,"
katanya sambil tertawa. "Pihak Bhok onghu dengan perkumpula Tian-te hwe kami ibarat
tangan dan kaki dari sesosok tubuh, Karenanya, kalau orang sendiri memerlukan
bantuan, sudah seharusnya kami mengulurkan tangan, janganlah Siau ongya
rnenyebut-nyebut tentang budi pertolongan Hiocu Wi Siau-Po adalah muridku yang
rendah, dia masih sangat muda dan belum mengerti apa-apa, tidak pantas menerima
penghargaan Siau ongya yang demikian tinggi." berkata sampai di sini.
Tan Kin-lam berpikir "Siau Po bekerja dalam istana untuk mencari tahu tentang
rahasia pemerintah sekarang ia telah melakukan pekerjaan ini, pasti rahasianya akan
diketahui oleh orang-orang dunia kangouw, Karena itu, kalau hal ini dirahasiakan pula
kepada pihak Bhok onghu, tentu kelak akan timbul kesan yang buruk."
Ketika tuan rumah masih berpikir, Gouw Lip-sin berkata:
"Kami ingin sekali bertemu dengan Wi hiocu agar kami dapat mengucapkan terima
kasih secara langsung!"
Kin Lam tertawa. "Kita semua merupakan sahabat baik, walaupun di balik semua ini ada terselip
rahasia yang maha besar dan maha penting, tapi tidak dapat aku menyembunyikannya
dari kalian, Gouw toako, thay-kam dalam istana adalah muridku sendiri, Wi Siau-po....
Siau Po, lekas kau temui para cianpwe ini!"
Tentu saja kata-katanya yang terakhir ditujukan kepada sang murid.
"lya," sahut Siau Po yang mendekam di balik dinding, Dia segera muncul kembali
memberi hormat kepada Bhok Kiam-seng beserta rombongannya.
Kiam Seng, Liu Tay-hong dan Gouw Lip-si langsung bangkit Mereka merasa heran
sekali Ketika membalas hormat, mereka menatap Siau Po lekat-lekat. Hal ini benarbenar
di luar dugaan mereka, Hiocu dari Tian-te hwe menyelundup ke dalam istana
kerajaan Ceng dan bekerja sebaga thay-kam.
Malah usianya masih begitu muda, Bagai mana seorang bocah yang masih begitu
kecil dapat menjalankan tugas yang demikian hebat dan dapat pula yang menolong jiwa
Gouw Lip-sin bertiga! Siau Po tertawa manis ketika berhadapan dengan Gouw Lip-sin.
"Gouw loyacu, harap kau sudi memaafkan. Selama di istana, boanpwe sudah
mendustai loyacu sekalian, boanpwe tidak menyebutkan nama boanpwe yang
sebenarnya." Gouw Lip-sin mengerti. "Hiocu berada di tempat yang berbahaya, sudah selayaknya hiocu harus bersikap
hati-hati," katanya "Mula-mula aku juga sudah berkata kepada muridku Go Piu tentang
kau yang masih begitu muda. Aku heran dengan kecerdasanmu hatimu pun sangat
mulia, Kami menganggap kau seorang yang luar biasa sekali. Kami penasaran
mengapa dalam istana kerajaan Ceng ada seorang thay-kam seperti dirimu. Siapa
sangka kau justru hiocu dari Tian-te hwe. Namun sekarang aku tidak merasa heran
lagi." Gouw Lip-sin mengacungkan jempolnya memuji Siau Po.
Gouw Lip-sin adalah sute atau adik seperguruan Liu Tay-hong. Dalam dunia
kangouw, namanya juga cukup tersohor Karena itu pujiannya bukan pujian kosong, Hati
Tan Kin-lam senang bukan main melihat Siau Po, muridnya demikian dihargai. Tapi dia
tidak menunjukkannya di luar, Di mulut dia hanya berkata:
"Saudara Gouw, jangan terlalu memuji muridku yang bodoh ini, nanti dia jadi besar
kepala!" Liu Tay-hong pun tertawa, Dia mendongakkan kepalanya dan berkata.
"Tan Cong tocu, kau seorang diri saja sudah sanggup merebut seluruh kedudukan
dalam dunia kangouw, ilmu silatmu lihay sekali Namamu pun terkenal di mana-mana,
rupanya itu masih belum seberapa, Setelah berhasil membangun Tian-te hwe dengan
jumlah anggota yang besar, sekarang kau juga mempunyai murid yang usianya begini
muda, namun keberanian dan kecerdikannya benar-benar luar biasa, Dia membawa
kecemerlangan pada wajahmu!"
Kin Lam merangkapkan sepasang tangannya dan menjura kepada Liu Tay-hong.
"Liu loyacu, pujianmu padaku juga terlalu tinggi," sahutnya. "Nanti aku bisa jadi
bangga tidak karuan!"
"Tapi, Tan Cong tocu, aku si tua she Liu ini memang biasa berterus terang!" kata Liu
Tay-hong. "Orang yang pantas dihormati seperti dirimu, aku rasa jumlahnya tidak
banyak, Kau benar-benar membuatku kagum!" Cong tocu, apabila kita berhasill
mengusir bangsa Tatcu dan Cu Ngo taycu kita naik di atas tahta kerajaan, kauluh orang
yang paling cocok menjadi perdana menterinya!"
Kin Lam tersenyum. "Aku yang rendah kurang bijaksana juga tidak mempunyai kepandaian apa-apa,
mana berani aku menerima kedudukan yang begitu tinggi?" sahutnya.
Tepat pada saat itu Cian laopan ikut memberikan pendapat nya.
"Liu loyacu, kalau bangsa Tatcu sudah berhasil diusir dan Cu Sam taycu sudah naik
tahta untuki membangun kembali kerajaan Beng kita yang maha besar, Untuk
kedudukan Jenderal besar Peng Maj taygoanswe, kami pasti akan mengangkatmu!"
Liu Tay-hong membuka matanya lebar-Iebar dan menatap Cian Laopan dengan
tatapan tajam. "A... pa yang kau katakan?" tanyanya, "Siapa iti Cu Sam taycu?"
Laopan segera menjelaskan
"Setelah Sri Baginda Liong Bu wafat dengan mengorbankan diri demi negara, yang
tinggal hanya Cu Sam taycu seorang, Beliau sekarang berada di Taiwan, Kalau kelak di
kemudian hari kita berhasil merampas kembali negara ini, otomatis Cu Sam tayculah
yang bakal menjadi raja!"
Liu Tay-hong langsung berjingkrak bangun mendengar kata-katanya.
"Tian-te hwe sudah menolong adik seperguruanku beserta muridnya, Untuk ini kami
mengucapkan terima kasih dan bersyukur Tetapi, meskipun demikian, urusan raja kita
nanti, tidak dapat kita biarkan begitu saja. Cian laote, orang yang akan menjadi
junjungan kita nanti adalah Cu Ngo taycu! Sri Baginda Eng Lok adalah raja yang sah,
dialah turunan sejati dari kerajaan Beng yang Maha Agung! Seluruh dunia telah
mengetahuinya. Karena itu janganlah kau sembarangan bicara!"
Tempo hari perselisihan yang terjadi antara kedua saudara Pek dan Ci Tian-coan
juga disebabkan masalah yang sama. Memang ada dua putera mahkota keturunan
kaisar dinasti Beng. Pihak The-seng kong di Taiwan dan Tian-te hwe menjunjung Tong ong, sedangkan
pihak Bhok onghu memihak pada Kui ong, Memang negara sudah dirampas oleh
kerajaan Ceng. seharusnya kedua belah pihak bersatu untuk merebut kembali tanah
Tionggoan, tapi perselisihan sudah berlangsung sekian lama dan masih belum bisa
diselesaikan juga. Tan Kin-Iam gagah dan pintar Dia memaklumi keadaan yang terbentang di depannya
dan dia juga dapat mengendalikan dirinya.
Sekarang saatnya mereka harus bersatu, perselisihan harus dikesampingkan dahulu,
Biarlah sang waktu yang akan memastikan apakah Tong ong atau Kui ong yang akan
menjadi raja kelak, karena itu dia segera tertawa lebar dan berkata,
"Liu loyacu, harap jangan marah dulu, Soal siapa keturunan yang sah dari Kerajaan
Beng tentu memerlukan waktu dan sekarang belum tiba saatnya untuk membicarakan.
Di detik ini, marilah kita duduk bersantap! Mana pelayan" Lekas sajikan barang
hidangan! kami hendak berpesta, minum sepuasnya! Asal kita dapat bersatu hati dan
bekerja sama untuk mengusir bangsa penjajah, kelak kemudian semuanya bisa
dirundingkan!" "Tan Cong tocu, aku merasa kata-kata Cong tocu itu keliru sekali." Bhok Kiam-seng
ikut bicara. "Kalau nama kurang tepat, maka kata-kata pun tidak lurus, dan kalau
katakata tidak lurus, usaha tidak akan berhasil. Kami menunjang Cu Ngo taycu, tidak sedikit
pun kami mengharapkan pangkat atau bagian Apabila Cong tocu sudah mengetahui
bahwa ini adalah kehendak Thian yang Maha kuasa dan bersedia demi Cu Ngo taycu,
maka kami dari keluarga Bhok, baik atasan maupun bawahan bersedia menjadi
pesuruh bagi Tan Cong tocu, tugas apa pun tidak akan kami tolak!"
Tan Kin-lam tersenyum. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan.
"Di langit tidak ada dua matahari, di dunia pun tidak ada dua raja yang memimpin,"
katanya, "Bukankah Cu Sam taycu masih sehat wal'afiat dan jumlah penduduknya
terdiri dari laksaan jiwa dan siap menunjangnya apabila waktunya telah tiba nanti?"
Dalam urusan ini, Liu Tay-hong paling keras kepala, Dia tetap berkeras dengan
pendiriannya. "Tan Cong tocu menyebut-nyebut jumlah tentara yang ada laksaan jiwa, apakah
dengan demikian Tan Cong tocu ingin mengatakan bahwa pihak kalian akan meraih
kemenangan dengan mengandalkan orang banyak" Apakah dengan demikian Tang
Cong tocu bermaksud menghina kami" Satu hal yang perlu kau ketahui, rakyat di
seluruh negeri yang jumlahnya lebih dari ribuan laksa jiwa semua mengetahui perihal
Sri Baginda Eng Lok yang telah mengorbankan jiwa di Birma, sedangkan beliaulah raja
terakhir dinasti Beng! Karena itu, kalau kita tidak memilih anak cucunya yang
memegang tampuk pemerintahan kelak, mana mungkin rakyat akan menghormatinya "
Bukankah dengan demikian kalian juga seharusnya merasa iba terhadap raja kita yang
wafat secara kecewa?"
Mengucapkan kata-katanya yang terakhir, suara Tay Hong jadi tidak jelas, Dia
merasa terharu sekali. Sebetulnya kedatangan Tan Kin-lam di kotaraja ini justru karena mendengar
perselisihan antara Tian-te hwe dan pihak Bhok onghu yang menunjang junjungan
masing-masing. Bahkan hal ini telah mengakibatkan kematian Pek Han-siong. Dia
bergegas datang untuk meredakan pertikaian agar urusan ini dapat didamaikan.
Dia berharap dengan kesabaran dapat membujuk pihak Bhok onghu, Dia juga
merasa gembira mengetahui Siau Po telah menolong Gouw Lip-sin bertiga sehingga
karenanya Bhok Kiam-seng dan yang lainnya sengaja datang untuk belajar kenal dan
mengucapkan terima kasih. Dia tidak menyangka sekarang bisa timbul lagi
persengketaan yang sama, bahkan seperti api yang disiram minyak.
"Tentang Sri Baginda Eng Lok yang wafat di Birma, semua orang memang sudah
mengetahuinya," kata Tan Kin-Iam kemudian Nadanya sabar sekali dan dia juga terharu
melihat Liu Tay-hong sampai menangis karena teringat pengorbanan rajanya itu.
"Kejadian itu membuat seluruh rakyat murka. Hal ini dapat dimengerti Namun Bhok Siau
ongya dan Liu loyacu, semasa sakit hati kita belum terbalaskan, mana boleh kita
bertikai" sekarang merupakan waktunya kita semua harus kompak dalam bekerja sama
untuk membinasakan dan memusnahkan musuh kita, terutama Go Sam-kui yang telah
berkhianat. Hal ini juga demi membalaskan kematian Sri Baginda Eng Lok. Demi semua
ini, kita tidak boleh tercerai berai! Kita juga harus membalaskan sakit hati Bhok Lo
ongya!" Yang dimaksud dengan Bhok Lo ongya adalah ayah Bhok Kiam-seng.
Mendengar ucapan terakhir Tan Kin-lam, Bhok Kiam-seng dan Liu Tay-hong
langsung melonjak bangun.
"Benar! Benar!" teriak mereka serentak "Tepat sekali!"
Malah beberapa di antara mereka ada yang mengucurkan air mata dan tubuhnya
gemetar. "Lebih baik sekarang kita jangan masalahkan siapa yang akan menjadi raja kelak,"
kata Tan Kin-lam kembali, "Bhok ongya, Liu loyacu dan seluruh rakyat di negeri ini,
tidak ada satu pun yang tidak merasa benci kepada Go Sam-kui. Baiklah kita mengambil
keputusan, siapa saja yang berhasil membunuh Go Sam-kui, maka pihaknyalah yang
akan kita angkat menjadi raja!"
"Benar!" sambut Bhok Kiam-seng, Dialah yang paling keras keinginannya untuk
membunuh Go Sam-kui Musuh besar pembunuh ayahnya, "Benar, Siapa yang dapat
membinasakan Go Sam-kui, dialah yang kita junjung!"
"Bhok ongya," kata Tan Kin-lam, kali ini khusus ditujukan kepada pangeran muda
dari Inlam itu. "Sekarang marilah kita buat perjanjian janji antara perkumpulan Tian-te
hwe kami dengan pihak Bhok onghu kalian, Kalau pihak Bhok onghu yang berhasil
membunuh Go Sam-kui, maka seluruh anggota Tian-te hwe bersedia menerima segala
titah Bhok onghu!" "Kalau pihak Tian-te hwe yang berhasil membunuh Go Sam-kui," sahut Bhok Kiamseng
cepat Maka seluruh anggota keluarga Bhong ongha, mulai dari Bhok kiam-seng
semua akan tunduk kepada perintahnya Tan Cong tocu dari Tian-te hwe!"
Sebagai penutup dari janji itu, kedua pihak mengulurkan tangannya dan saling tepuk
sebanyak tiga kali, Tapi baru saja mereka saling menepuk satu kali, tiba-tiba terdengar
suara tawa nyaring dari wuwungan rumah yang tinggi kemudian disusul dengan
seseorang yang berkata. "Bagaimana kalau aku yang berhasil membunuh Go Sam-kui?"
Mendengar suara tawa dan pertanyaan itu, beberapa orang langsung menegur.
"Siapa itu?" Yang menegur adalah beberapa mata-mata Tian-te hwe yang bersembunyi di atas
genteng. Setelah itu terdengar pula suara nyaring lainnya disusul dengan melompat turunnya
sesosok bayangan yang terus berkelebat dan masuk lewat jendela tanpa menimbulkan
suara sedikit-pun, Hal ini membuktikan bahwa orang yang datang menguasai ginkang
(ilmu meringankan tubuh) yang cukup tinggi.
Hong Ci-tiong dan Ci Tian-coan berada di sebelah timur, sedangkan Liu Tay-hong
dan Gouw Lip-sin berada di sebelah barat, Serempak mereka menghambur menyerang
ke arah sosok bayangan tadi. Tetapi rupanya orang itu gesit sekali, dia melompat tinggi
dan mencelat melewati keempat orang yang sedang menyerang ke arahnya dan tahutahu
dia sudah sampai di hadapan Tan Kin-lam dan Bhok Siau ongya.
Keempat penyerangnya terdiri dari jago-jago kelas satu di dunia kangouw pada saat
itu, Tetapi mereka tidak sanggup berbuat apa-apa. Hal ini membuktikan betapa
hebatnya tamu yang tidak diundang itu, Dalam waktu yang lain, mereka segera
membalikkan tubuh dan menyerang kembali Ci Tiong mencekal bahu kanan orang itu,
Tian Coan mencekal iga kanan, Liu Tay-hong mencekal bahu kiri dan Lip Sin memeluk
pinggang orang itu dengan kedua tangannya.
Diperlakukan sedemikian rupa, orang itu tidak mengadakan perlawanan sama sekali,
Sembari tertawa dia bertanya.
"Beginikah caranya sahabat-sahabat Tian-te hwe memperlakukan tamunya?"
sekarang ini semua orang dapat melihat tegas tampang tamu yang tenang dan
periang itu. Dia adalah seorang pemuda berusia kurang lebih dua puluh tiga atau empat
tahun, dia memakai jubah hijau yang panjang, tubuhnya tinggi kurus, roman-nya seperti
seorang sastrawan. Tan Kin-lam segera merangkapkan sepasang tangannya untuk menjura.
"Ciok Hi (panggilan seperti tuan, tapi dengan maksud merendahkan diri) siapakah
she dan namamu yang mulia?" tanyanya, "Apakah kau sahabat dari pihak kami?"
Sastrawan itu tertawa. "Kalau bukan sahabat, tentu aku tidak akan datang kemari!"
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ucapan itu disusul dengan tubuhnya yang menciut seperti segumpal daging
sehingga cekalan ke-empat penyerangnya jadi terlepas. Hong Ci-tiong benar-benar
keheranan dibuatnya, Setelah itu, tamu yang tidak diundang tersebut tertawa lagi, Tapi
saat ini tubuhnya mencelat lagi ke atas dan berubah menjadi bayangan yang berkelebat
seperti sebelumnya. Sekarang Tan Kin-lam sendiri yang turun tangan Sembari tertawa panjang, ketua
pusat Tian-te hwe bergerak bangun sekaligus meluncurkan tangan kanannya, Apabila
tamu tak diundang itu berhasil melepaskan diri dari serangan Ci Tiong, maka kali ini
dia tidak dapat mengelakkan cekalan Tan Kin-lam pada kakinya. Dia merasa kakinya
tercengkeram kuat seperti dililit oleh rantai besi. Tapi dia tidak takut, dia malah
tertawa panjang sambil mengirimkan sebuah tendangan ke arah orang yang mencekal kakinya
itu. Hebat sekali tendangan itu, arahnya pun ke muka orang!
Tapi Tan Kin-lam bisa menyelamatkan dirinya, Tangan kirinya dengan gerakan cepat
menyambar sebuah meja kecil yang kemudian digunakan untuk menangkis, Brakkkk!
Rusakiah meja kecil itu yang mana kemudian menjadi potongan-potongan kecil.
Setelah itu, tangan kanan ketua pusat Tian-te hwe itu, yang tetap memegang kaki
orang, digerakkan ke kanan kemudian dihentakkan ke belakang sehingga orang itu
menjadi limbung lalu terbanting di atas lantai.
Tapi, ilmu orang itu ternyata lihay sekali, Tidak menunggu sampai tubuhnya
menyentuh tanah, tiba-tiba dia mencelat bangun dan terus melesat dengan kecepatan
seperti terbang untuk melayang terus ke belakang dan akhirnya berdiri tegak dengan
punggung menyandar pada tembok.
Untuk sesaat, Hong Ci-tiong dan tiga orang lainnya langsung tertegun Tangan
mereka masing-masing menggenggam secarik kecil dari pakaian tamu tak diundang itu!
Menyaksikan kejadian itu, para hadirin yang lain segera bersorak memuji, bahkan Liu
Tay-hong pun tidak mau ketinggalan Gouw Lip-sin berdiri dengan perasaan jengah
sekaligus kagum. Kin Lam tertawa dan berkata.
"Tuan, kalau kau menganggap dirimu seorang sahabat, mengapa kau tidak duduk
dan minum teh bersama?"
Pemuda itu merangkapkan sepasang tangannya dan menjura dalam-dalam.
"Kebetulan aku memang ingin sekali minum teh!" katanya sambil berjalan
menghampiri Dia memberi hormat sekali lagi kepada para hadirin, kemudian duduk di
kursi paling bawah. Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu ma sih memperhatikannya lekat-lekat
Apabila merek tidak menyaksikan kepandaian pemuda itu denga mata kepala sendiri,
sudah pasti mereka akan menduganya sebagai seorang pelajar yang lemah,
Kin Lam tertawa. "Harap Tuan jangan terlalu merendah," katanya. "Jangan bersikap sungkan, silahkan
duduk di kursi utama!"
Sastrawan itu mengibaskan tangannya.
"Cayhe (aku yang rendah) tidak berani," sahutnya, "Dapat duduk bersama para
orang-orang gagah dari dunia kangouw saja, sudah merupakan sebuah kebanggaan
bagiku, Untuk apa aku dudu di atas" Tan Cong tocu, barusan Cong tocu menanyakan
nama dan sheku dan aku belum menjawab nya, maafkan kelakuanku yang kurang
sopan. ak yang rendah she Lie sedangkan namaku Si Hoa."
Baik Tan Kin-lam ataupun Liu Tay-hong belum pernah mendengar nama itu. Apalagi
hadirin yan usianya lebih muda. Karena itu, mereka menyangka jangan-jangan yang
dikatakannya nama palsu. "Maaf, aku merasa malu, Pendengaranku berkurang sekali sehingga aku belum
pernah mendengar she dan nama tuan yang mulia!"
Anak muda itu tertawa. "Orang bilang, ketua pusat Tian-te hwe pandai bergaul dan memperlakukan siapa
pun dengan baik, ternyata berita itu bukan cerita bohong, Misalnya setelah mendengar
namaku barusan, Cong tocu memberikan pujian setinggi langit, pasti aku akan
memandang rendah dirimu meskipun aku tidak akan mengatakannya secara terus
terang, Aku adalah orang yang baru menginjakkan kaki keluar gubuk, aku sendiri tidak
menghargai diri ini, bagaimana aku dapat mengharapkannya dari orang lain?" Selesai
berkata, dia pun tertawa terbahak-bahak.
Kin Lam tersenyum. "Saudara Lie, pertemuan ini membuat hatiku senang sekali," katanya, "Kau tahu,
pertemuan ini juga bisa membuat namamu terangkat ke atas, karena itu, nanti kau bisa
buktikan sendiri, setiap bertemu dengan orang, mereka akan menyatakan
kekagumannya!" Memang benar apa yang dikatakan Tan Kin-lam. Sebab sudah pasti orang-orang dari
Bhok onghu dan anggota Tian-te hwe akan memujinya, Orang yang tergolong jago
kelas satu sebanyak empat orang saja tidak dapat menandinginya, jangan kata
meringkusnya. sedangkan Tan Kin-lam hanya sanggup mencekal kakinya.
Si Hoa mengibaskan tangannya.
"Tidak, tidak mungkin," sahutnya, "llmu yang kugunakan tadi hanya tipuan belaka,
bahkan mengandung sedikit gerak sembarangan Barusan Liu loyacu mencekal bahuku
dengan menggunakan jurus "Dalam mega memperlihatkan kuku", hampir saja lenganku
patah. sedangkan sahabat yang be rewokan itu telah merangkul pinggangku denga
hebat sekali, Bukankah dia memainkan jurus tipuan "menerkam kelinci?" dia membuat
aku tidak bisa tertawa maupun menangis, Dan kakek yang ber kumis dan berjanggut
putih ini meraba tulang igaku dengan ilmu "Kera putih memetik buah To", tulang igaku
hampir seperti buah itu. cekalannya demiki an keras seakan tidak akan dilepaskan lagi.
Da terakhir, sahabat yang satunya... aih! Bukankan jurus yang digunakannya dipetik
dari ilmu "Seta Ciiik Seng Hong?"
Hong Ci-tiong adalah orang yang terakhir yang dimaksudkannya, Dia segera
menganggukkan kepalanya. Dia tidak membantah, meskipun sebenarnya ilmu yang
digunakannya bernama "Setan cilik menarik malaikat kota"
"Saudara Lie, ilmu silatmu hebat sekali!" puj Liu Tay-hong- Hal ini karena orang itu
dapat meloloskan diri walaupun diserang sedemikian rupa "Matamu juga sangat tajam!"
"Liu loyacu berlebihan memujiku!" kata Si Ho sembari menggoyangkan tangannya
berkali-kali "Serangan yang dilancarkan loyacu berempat tadi sebenarnya bisa
mencabut nyawa orang, tetapi kalian tidak bersungguh-sungguh sehingga aku yang
rendah tidak terluka sama sekali, Terima kasih atas rasa kasihan cianpwe berempat!"
Hong Ci-tiong senang mendengar kata-kata orang itu, Memang serangan yang
dilancarkan mereka berempat tadi lihay sekali, namun keterangan orang she Lie itu juga
tidak salah, Mereka tidak melakukan penyerangan secara serius.
"Saudara Lie," kata Tan Kin-Iam kemudian "Dapatkah saudara mengatakan tujuan
kunjungan saudara yang sebenarnya, bagi kami hal ini benar-benar merupakan suatu
kehormatan besar?" "Dalam hal ini, sebelumnya aku mohon pengampunan." sahut Lie Si-hoa, "Sudah
lama aku yang rendah mengagumi Tan Cong tocu, karena itu, ketika aku mendapat
berita tentang kedatangan Tan Cong tocu ini, aku ingin mewujudkan keinginanku untuk
bertemu, sayangnya aku tidak mempunyai teman yang dapat dijadikan perantara, itulah
sebabnya aku yang rendah berbuat lancang dengan menjadi tamu yang tak diundang,
Bahkan untuk beberapa saat aku sempat bersembunyi di atas wuwungan mencuri
dengar pembicaraan Cong tocu sekalian, Aku juga benci sekali terhadap Go Sam-kui,
menyesal sekali aku tidak mendapat kesempatan untuk mencincang tubuhnya sampai
hancur Cong tocu sekalian, sekali lagi harap kalian maafkan kelancanganku ini!" Lie
Sihoa bangun dan menjura ke sekelilingnya.
Para hadirin juga segera berdiri dan membalas penghormatan itu.
"Tuan," kata Bhok Kiam-seng, "Karena tuan juga sangat membenci Go Sam-kui,
berarti kita bertujuan sama. Kita adalah orang-orang sego1ong-an. Sudah selayaknya
apabaila kita bekerja sama dalam hal ini, Entah tuan mempunyai niat seperti ini atau
tidak?" "Tentu saja ada!" sahut Si Hoa cepat "Tadi ketika Tan Cong tocu sedang membuat
perjanjian dengan Siau ongya, aku telah mengganggu. Dan aku merasa menyesal
sekali, Bagaimana kalau perjanjian yang tertunda itu dilanjutkan kembali, setelah itu
kita rundingkan kembali perjanjian denganku?"
Liu Tay-hong memperhatikan orang itu lekat-lekat.
"Apakah tuan bermaksud mengatakan, apabila tuan yang berhasil membunuh Go
Sam-kui, maka kami orang-orang dari Bhok onghu dan Tian-te hwe harus menurut
perintahmu?" tanyanya,
"Bukan! Aku tidak sanggup menerima hal itu," sahut Si Hoa. "Aku masih muda, sudah
cukup bagiku apabila dapat mengikuti kalian seterusnya.!"
Tay Hong menganggukkan kepalanya, tapi dia masih ingin mendapatkan kepastian.
"Baiklah," katanya, sekarang aku mohon penjelasan dalam pandangan tuan, di
antara dua maha-raja Liong Bu dan Eng Liok, manakah yang merupakan turunan
langsung dari dinasti Beng?"
Liu Tay-hong ikut bersama kaisar Liong Bu dan Bhok Tian-po berperang ke barat
daya, dari propinsi Inlam memasuki wilayah Birma, setelah menderita dan sengsara
sekian lama, akhirnya kaisar Liong Bu terbunuh juga di tangan Go Sam-kui. itulah
sebabnya dia bersumpah, biar bagaimana pun juga, dia akan mengangkat keturunan
junjungannya menjadi kaisar. Tan Kin-lam insyaf akan masalah yang pelik ini. Dia ingin
menghindarkan perselisihan yang terjadi, Tetapi jago tua she Liu itu tetap kukuh pada
cita-citanya sehingga mengajukan pertanyaan itu kepada Lie Si-hoa.
Mendengar pertanyaan orang tua itu, Lie Si-hoa segera berkata,
"Aku yang rendah mungkin mengucapkan kata yang tidak enak didengar, tapi,
meskipun demikian, aku minta tuan-tuan untuk memakluminya!"
Tay Hong tetap tidak sabaran, wajahnya langsung menjadi merah,
"Apakah tuan ini bekas bawahannya Lau Ong?" tanyanya,
Setelah wafat nya kaisar Cong Ceng dari dinasti Beng, di berbagai tempat bangkit
pangeran-pangeran yang ingin mengangkat diri masing-masing menjadi raja, Mereka
adalah Lau ong, Kui ong, dan Tong ong.
Begitu kata-katanya terucapkan, Liu Tay-hong segera menyadari kekeliruannya, Lie
Si-hoa masih terlalu muda, Tidak mungkin dia itu bekas bawahannya Lau ong. Karena
itu, sebelum si anak muda menjawab, dia segera membetulkan pertanyaannya tadi.
"Apakah leluhur tuan pernah menjadi bawahannya Lau ong?"
Lie Si-hoa tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya berkata.
"Lebih baik kita tunggu sampai bangsa Tatcu berhasil diusir dari negeri kita ini. Pada
saat itu, baik anak cucu Cong Ceng, Tong ong, Kui ong, semuanya berhak menjadi raja,
Pada hakekatnya, setiap orang bangsa Han, siapa yang tidak boleh menjadi raja"
Umpamanya Bhok Siau ongya dan Liu loyacu dan The ongya dari Taiwan, serta Tan
Cong tocu sendiri, mereka juga boleh menjadi raja, ingatkah kalian ketika dahulu
leluhur kerajaan Beng mengusir bangsa Mongolia, bukankah beliau juga tidak memilih
keturunan kerajaan Song atau keluarga Tio untuk diangkat menjadi kaisar" Bukankah
Sri Baginda Beng thaycou Cu Goan-ciang mengangkat dirinya sendiri menjadi raja"
Dan rata-rata rakyat menyambutnya dengan gembira!"
Ucapan seperti ini belum pernah didengar oleh para hadirin. Semua orang menjadi
heran serta terkejut. Meskipun demikian, tidak ada orang yang berani membuka mulut
menentangnya, karena kata-kata itu mempunyai dasar yang kuat. Hanya Liu Tay-hong
seorang yang masih kukuh dengan pendiriannya, Dia menggebrak meja dan berkata
dengan keras. "Ucapan mu barusan merupakan rangkaian kata-kata yang bernada memberontak
bahkan durhaka, Bukankah kita semua rakyatnya kerajaan Beng yang maha besar"
Bukankah kita merupakan anak cucunya menteri-menteri dinasti itu" Bukankah sudah
merupakan kewajiban bagi kita untuk membangun kembali kerajaan Beng" Mengapa
sekarang kita harus memikirkan hal yang justru bertentangan?"
Si Hoa tidak menjadi gusar meskipun dibentak oleh Liu Tay-hong, Malah bibirnya
menyunggingkan senyuman. "Liu loyacu," katanya dengan nada sabar "Ada satu hal yang boanpwe tidak mengerti
dan mohon penjelasan itulah soal yang sedang kita perbincangkan sekarang. Pada
akhir kerajaan Song, bangsa Mongolia terus menerus menyerang negara bangsa Han
kita, setelah banyak waktu barulah kaisar Hong Bu dari dinasti Beng kita bangkit di
Hongyang dan mengusir bangsa asing itu. Setelah berhasil, seperti yang cayhe katakan
tadi, mengapa Beng thaycou tidak mengangkat keturunan keluarga Tio dari kerajaan
Song untuk menjadi raja, tapi malah mengangkat dirinya sendiri" Mengapa dia tidak
tetap menggunakan nama kerajaan Song, tetapi menggunakan nama kerajaan Beng?"
"Hm!" seru Liu Tay-hong. "Ketika itu keturunan keluarga Tio sudah habis, karenanya
Beng thaycou yang telah bersusah payah lalu mengangkat dirinya sendiri. Kalau tidak,
kepada siapa dia harus menyerahkan tampuk kerajaan" Tatkala itu, tidak ada satu pun
keturunan keluarga Tio yang berjasa mengusir bangsa Mongolia, Taruh kata Beng
thaycou sendiri bersedia mengalah dan mundur teratur, belum tentu rakyat dan tentara
yang iku berjuang mau mengerti!"
"Nah, ini merupakan suatu persoalan pula, kata Lie Si-hoa yang tetap tenang, "Kelak
di kemudian hari, masih belum diketahui apakah keturunan keluarga Cu yang berjasa
atau tidak, Seandainya dia berjasa, sudah tentu rakyat akan mendukungnya. Dapat
dipastikan tidak ada orang yang berani merebut kedudukan itu. Tapi kalau dia tidak
berjasa sama sekali, meskipun dia berhasil naik tahta, belum tentu kedudukannya itu
bisa kuat apalagi abadi, Liu loyacu, urusan merobohkan kerajaan Ceng adalah hal yang
pelik sekali. Mungki hal itu dapat dilakukan kapan waktu saja denga cepat, namun
mungkin juga harus memakan wakt yang cukup Iama. Yang paling penting bagi kita
sekarang ini adalah menumpas Go Sam-kui. Masalah pengangkatan raja dapat
dirundingkan kembali secara perlahan-lahan!"
Tay Hong langsung membungkam mendengar alasan pemuda itu.
"Mengapa harus perlahan-Iahan?" katanya kemudian. "Aku justru menganggapnya
sebagai hal yang paling penting dan merasa menyesal tidak dapat dilakukan sekarang
juga!" "Membinasakan Go Sam-kui adalah urusan yang harus diselesaikan secepatnya kata
Si Ho kembali "Sekarang saja usianya sudah cukup tua, Kalau tidak selekasnya
dibunuh, tentu dia akan mati dengan tenang disebabkan usia tua. Bukankah hal itu akan
menjadi penyesalan bagi kita semua" Masalah mengangkat raja yang baru harus kita
tunda dulu, setidaknya sampai bangsa Tatcu terusir dari negara kita yang tercinta ini.
Dan masalah ini juga akan membawa kesulitan bagi kita semua !"
Kin Lam kagum sekali terhadap anak muda itu. Bicaranya jelas dan alasannya kuat.
"Saudara Lie benar sekali," katanya ikut memberikan pendapat "Sekarang aku
mohon tanya, jalan bagaimanakah yang harus kita tempuh untuk membinasakan Go
Sam-kui?" "Maaf, Tan Cong tocu," sahut Lie Si-hoa "Aku yang rendah justru ingin mendengar
pendapat dari para orang-orang gagah yang berkumpul di sini!"
"Bagaimana dengan Tan Cong tocu sendiri?" tanya Bhok Kiam-seng. "Apakah Tan
Cong tocu sudah mempunyai akal yang baik?"
"Pengkhianat Go Sam-kui itu terlalu jahat dan banyak antek-anteknya, terlalu enak
kalau hanya dia seorang yang dihukum mati," kata Tan Kin-lam. "Dan kematiannya
sendiri tidak cukup untuk menebus dosa-dosanya terhadap rakyat bangsa Han.
seharusnya namanya dirusak dan seluruh keluarganya, baik tua maupun yang muda,
jangan ada satu pun yang dibiarkan lolos! Begitu pula seluruh antek-anteknya! Dengan
cara demikian, baru puas hati seluruh rakyat bangsa Han!"
"Bagus! Bagus!" seru Liu Tay-hong sambil menepuk meja, "Apa yang Tan Cong tocu
katakan memang tepat sekali! Benar-benar meresap dalam hati yang tua ini. Nah,
Iaote...." dia menambahkan sambil menyambar tangan Kin Lam. "Apa akalmu untuk
membinasakan seluruh keluarga Peng Si-ong beserta antek-anteknya" Lekas katakan!"
Tan Kin-Iam tersenyum. "Sebaiknya kita pikirkan caranya bersama-sama!" katanya, "Kalau hanya aku
seorang diri, mana mungkin menemukan akal yang sempurna?"
"Ah!" seru Tay Hong tertahan Dia melepaskan cekalan tangannya, Tampaknya dia
agak kecewa mendengar jawaban Tan Kin-Iam.
Kin Lam mengulurkan tangannya ke arah Bhok Kiam-seng.
"Siau ongya, kita masih harus bertepuk tangan dua kali lagi!" katanya mengingatkan.
"Benar!" sahut pangeran dari Inlam itu. Dia juga mengulurkan tangannya dan mereka
pun melanjutkan dua kali tepukan tangan yang tertunda tadi.
Si Hoa bangkit dengan sikap menghormat Tan Cong tocu ingin membasmi Go Samkui,
aku si orang she Lie bersedia menerima segala titahmu, Tan Cong tocu,
seandainya aku yang rendah beruntung bisa membunuh pengkhianat itu, tidak ada hal
lain yang kuharapkan kecuali dapat mengangkat saudara denganmu dan diijinkan
saling memanggil dengan kakak dan adik!"
Kin Lam tertawa. "Lie hiante kau terlalu memandang tinggi kepadaku!" katanya yang langsung
memanggil "hiante" atau tidak, "Baiklah! Ucapan seorang laki-laki sejati sekali
dikeluarkan, empat ekor kuda pun sukar mengejarnya!"
Siau Po menyaksikan gerak-gerik kedua orang itu, hatinya tertarik sekali
semangatnya seperti terbangun Dia menyesalkan dirinya yang masih terlalu kecil, Coba
kalau usianya sedikit lebih tua dan ilmu silatnya setinggi Lie Si-hoa, tentu dia akan
membawa sikap yang sama gagahnya.
Sementara itu, Kin Lam menitahkan agar barang hidangan lekas disajikan Dia ingin
menjamu para tamunya, Ketika pesta sedang berlangsung, Lie Si-hoa selalu berbicara
dengan nada gembira, Ternyata pengetahuannya luas sekali Tetapi sejauh itu, dia
masih tidak menjelaskan asal-usulnya.
Di situ juga Hoan Kong dan Hian Ceng memperkenalkan orang-orang lainnya, Ketika
berhadapan dengan Siau Po yang dikatakan merupakan salah seorang hiocu dari
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
TianTiraikasih website http://cerita-silat.co.cc/
te hwe, Lie Si-hoa menjadi heran. Namun setelah dijelaskan bahwa bocah itu adalah
muridnya Tan Kin-lam, sang ketua, dia berkata dalam hati: "Oh, rupanya demikian!"
Setelah mengeringkan beberapa cawan arak, Si Hoa yang pertama-tama mohon diri.
Dia diantar oleh Tan Kin-Iam sampai di depan pintu dan ketu Tian-te hwe itu berbisik
kepadanya, "Lie hiante, tadi kakakmu ini belum tahu apakah kau merupakan kawan atau lawan
kami, karena itu aku telah mencekal kakimu dengan sedikit tenaga. Tanpa disengaja
aku telah keliru mengenaimu. Hiante, dua jam lagi kakimu akan terasa nyeri berbahaya
sekali kalau kau tidak tahu cara me obati lukamu itu, atau kau gunakan cara lain dengan
terpaksa, Hiante, kau harus menggali sebuah lubang yang dalam dan tingginya sesuai
dengan be tuk tubuhmu, kemudian kau masuk ke dalamn lalu kau urug kembali dengan
tanah sampai sebatas leher. Kau harus berdiam di dalam lubang itu lama empat jam
dan tujuh hari berturut-turut dengan demikian lukamu akan sembuh dan tidak ada yang
perlu dikhawatirkan lagi!"
Si Hoa terkejut setengah mati mendengar terangan itu.
"Oh, jadi aku telah terkena pukulan "Geng-hi sin jiau" (Sambaran kuku pembeku
darah)?" tanyanya. "Jangan cemas, Tidak perlu takut, hiante," kata Tan Kin-lam. "Kalau kau ikuti cara
yang kukatakan tadi, niscaya kau tidak akan mengalami kejadian apa-apa, Sekali lagi
kakakmu mohon agar kau tidak berkecil hati karena kesembronoanku tadi!"
Pertama-tama Lie Si-hoa memang terkejut tapi akhirnya dia menjadi tenang kembali.
"Salahku sendiri." sahutnya kemudian. "Hari ini mataku baru terbuka, Di atas langit
masih ada langit, di antara para jago masih ada lagi yang lebih jago!" Sekali lagi dia
merangkapkan sepasang tangannya menjura kemudian ia membalikkan tubuhnya
berlalu dari tempat itu. Liu Tay-hong yang mendengar perkataan Tan Kin-lam barusan, segera bertanya.
Tan Cong tocu, jadi tadi kau menggunakan ilmu "Ceng-hiat sin Jiau" untuk
menghadapi pemuda itu" Menurut apa yang pernah kudengar, siapa yang terkena
serangan ilmu itu, dalam waktu tiga hari darah di seluruh tubuhnya akan membeku, dan
orang itu tidak bisa bergerak sama sekali serta tidak dapat disembuhkan lagi,
Benarkah?" Tan Kin-Iam menarik nafas panjang, "Pada dasarnya, sifat ilmu itu memang keji
sekali," sahutnya, "Aku sebenarnya tidak berniat menggunakan ilmu itu, tapi cara
kedatangannya sungguh luar biasa dan dia sudah mendengar percakapan rahasia kita,
ilmunya juga lihay sekali dan kita belum tahu maksud kedatangannya, Untu menjaga
diri kita semua terhadap hal yang tid diinginkan, terpaksa aku menggunakan ilmu itu,
perbuatanku tadi sama sekali tidak mirip seora laki-laki sejati dan aku menjadi malu
karenanya!" "Tapi," Bhok Kiam-seng ikut bicara, "Perbuatanmu ada benarnya juga, seandainya
dia adalah mata-mata musuh atau bawahannya Go Sam-kui dia memang berbahaya
bagi kita, Kalau Cong tocu tidak memberi pelajaran kepadanya lalu dia membawa berita
tentang kita kepada junjungannya, celakalah kita semua. Syukurlah Cong tocu bisa
menguasainya... Tan Cong tocu, kepandaianmu tinggi sekali, kau benar-benar
membuat kami kagum!"
Pesta di lanjutkan kembali Akhirnya tiba juga saatnya Bhok Kiam-seng dan
rombongannya berpamitan. "Siau ongya," kata Siau Po pada pangeran itu "Sebaiknya Siau ongya pindah tempat,
Sebab entah siang atau malam ini juga, ada kemungkinan ban Tatcu nanti mengirim
orangnya untuk mengepung dan melakukan penangkapan atas diri Siau ongya Mungkin
Siau ongya tidak takut, tapi kita harus sadar dengan kekuatan kita sekarang ini, kita
masih belum sanggup melawan tentara yang jumlah laksaan jiwa...."
Mendengar ucapan bocah itu, Liu Tay tertawa lebar.
"Saudara cilik, apa yang kau katakan memang benar!" katanya dengan nada
gembira, "Saudara kecil, sekali lagi terima kasih, terutama untuk saran-mu ini.
Baiklah, kami akan segera pindah tempat!"
Kiam Seng pun turut berkata.
"Pembicaraan kita sudah selesai, Hari ini juga kami akan pergi dari kota ini. Tan
Cong tocu, Wi hiocu, serta semua sahabat baik yang ada di sini, selama gunung masih
menghijau dan sungai masih mengalir, tentu akan ada perjumpaan lagi bagi kita kelak!"
Begitu rombongan itu berlalu, Tan Kin-lam memanggil muridnya,
"Siau Po, kemari!" katanya, "Aku ingin lihat, selama beberapa bulan ini, sudah
sampai di mana kemajuanmu?"
Jantung Siau Po langsung berdebaran. wajahnya pun berubah seketika, urusan ini
paling dikhawatirkan olehnya, Tapi pada dasarnya dia memang cerdik, dia sudah
memikirkan jawaban yang masuk akal.
"Suhu, selama ini kesehatanku agak terganggu, beberapa kali aku jatuh sakit dan
asal aku berlatih sebentar saja, perutku langsung terasa nyeri!"
Kin Lam merasa heran sehingga dia memperhatikan muridnya dengan tajam.
"Kau sakit?" tanyanya, "Sakit apa?" Dia langsung mengajak muridnya ke kamar
sebelah timur Setelah merapatkan pintu kamar itu, dia langsung mencekal tangan
kanan muridnya. "Aih!"Tan Kin-lam sampai mengeluarkan seruan tertahan setelah ia meraba denyut
nadi Siau Po. Cepat-cepat dia memeriksa nadi sebelah kirinya.
"Ini... ini.,." saking gugupnya, dia sampai tidak sanggup mengatakan apa-apa.
pikirannya langsung bekerja. "Selain terluka parah, kau juga keracunan. Usiamu masih
begini muda, bagaimana kau bisa bermusuhan dengan tokoh-tokoh dunia kangouw
yang memiliki kepandaian setinggi ini" siapakah musuhmu itu?"
Di hadapan orang lain, Siau Po suka sok gagah, Tetapi di hadapan gurunya ini, dia
langsung menangis terisak-isak.
"Perbuatan si nenek sihir dan kura-kura tua itulah yang mencelakai muridmu ini..."
katanya. Tan Kin-lam semakin bingung, Dia menatap muridnya lekat-lekat
"Apa yang yang kau maksud dengan kura-kura tua serta nenek sihti?" tanya gurunya.
"Siapakah mereka?"
Siau Po segera menceritakan tentang Hay kongkong yang telah meracuninya dan ibu
suri yang telah menepuk punggungnya sehingga dia terluka dalam. Dia juga
menceritakan bagaimana ibu suri berhasil mengancamnya.
Kin Lam berpikir dengan keras.
"Apakah kau membawa obat yang diberikan ibu suri kepadamu?" tanyanya
penasaran. "Ya," sahut Siau Po langsung mengeluarkan obat yang selalu dibawanya kemanamana
itu. Kin Lam memeriksa obat itu, dia mengendusnya berkali-kali. Bahkan dia
memasukkan sebutir pil ke dalam mulutnya kemudian dia gigit sampai hancur dan
dengan lidah dia mencicipi, tiba-tiba dia menyemburkan obat itu dengan meludah dan
kemudian mengomel. "Oh, dasar nenek sihir!" makinya, "Obat ini juga dicampur dengan racun, Dengan
memberimu obat ini, dia ingin membuat kau mati secara perlahan-lahan!"
Bagian 25 Mendengar gurunya juga memaki ibu suri sebagai nenek sihir, tanpa dapat
dipertahankan lagi, Siau Po tertawa geli, Ternyata sang guru juga sudah terbawa atau
terpengaruh dengan kata-katanya sehingga tanpa terasa dia ikut menyebut ibu suri
sebagai nenek sihir, Sebuah perkataan yang tidak selayaknya terucap dari mulut seorang ketua dari
perkumpulan besar seperti Tian-te hwe. Siau Po sendiri sudah terbiasa dengan
sebutannya yang kotor dan berbagai ragam karena dia benci sekali kepada wanita itu,
meskipun dia adalah seorang ibu suri.
Tapi, setelah tertawa, dia menangis lagi, Dia percaya penuh dengan ucapan gurunya
itu, Artinya dia sudah terluka parah dan keracunan Mungkin-kah dia tertolong" Dia
menjadi kecil hati, Tadinya dia masih dapat menguatkan hatinya, namun sekarang di
depan gurunya, dia kembali lagi sebagaimana biasanya seorang bocah kecil serta tak
dapat mempertahankan lagi ketabahannya yang luar biasa.
"Tahukah kau asal-usul ilmu silat Hay tayhu dan ibu suri itu?" tanya Kin Lam kepada
muridnya kemudian. Siau Po segera menceritakan pembicaraan yang berlangsung antara Hay kongkong
dengan ibu suri baru-baru ini di taman bunga. Tapi dia menyampingkan urusan kaisar
Sun Ti yang pergi secara diam-diam menyucikan diri di gunung Ngo Tay san juga
persoalan ibu suri yang mencelakakan Tang Gok-hui, ibu dan anak.
Kin Lam berpikir sejenak, Kemudian dia ber-kata.
"Kalau begitu yang satu berasal dari partai Kong Tong pai dan satunya lagi murid
Coa to (pulau ular) Dengan adanya kedua orang ini yang mendekam dalam istana,
kemungkinan mereka masing-masing mengandung maksud tertentu. Malam itu kau
terhajar oleh dua orang dengan ilmu yang demikian dahsyat. seharusnya kau tidak
dapat hidup lebih lama lagi, malah ada kemungkinan mati seketika, Tetapi hal ini tidak
terjadi padamu, Kau hanya terluka saja, apa sebabnya?"
"Pada jubah panjangku ada dua tanda bekas telapakan tangan, yakni bagian dada
dan punggung, Tanda itu begitu jelas dan rapi seperti digunting dengan poIa," kata Siau
Po menjelaskan. Tan Kin Lam menganggukkan kepalanya, itulah bukti bahwa pukulan itu lihay sekali!"
katanya, "Bagaimana kau sanggup bertahan dari hajaran itu" Mungkinkah kau
menggunakan baju berlapis baja?"
"Tidak," sahut Siau Po. Tapi sebuah ingatan tiba-tiba melintas di benaknya, Ketika
mengadakan pemeriksaan di rumah Go Pay, dia mendapatkan sehelai baju dalam yang
tipis sekali, Mungkin So Ngo-tu tahu bahwa itulah sehelai baju mustika sehingga dia
dianjurkan untuk memakainya.
Malam itu, ketika dihajar oleh Hay tayhu dan ibu suri, dia juga mengenakan baju itu,
Kemudian dia merasa baju itu kelonggaran sehingga dia tidak memakainya lagi, Begitu
diungkit oleh gurunya barusan, dia baru teringat lagi, Karena itu cepat-cepat dia
menceritakan soal baju itu.
"ltu dia!" kata Kin Lam setengah berseru, "Pasti baju itu baju mustika sehingga
beberapa kali kau terhindar dari kematian sebaiknya kau pakai lagi baju itu siang
ataupun malam jangan dilepaskan lagi, Soal racun Hay kongkong, untuk sementara aku
masih belum tahu jenisnya, sebaiknya kau ikuti saja petunjukku dulu untuk melatih diri
dengan ilmu tenaga dalam aliranku, ilmu itu berkhasiat menyembuhkan luka dalam."
"Baik," suhu," sahut Siau Po. Namun dalam hatinya dia berpikir "llmu tenaga dalam
dari si kura-kura tua sudah aku pelajari sampai tujuh atau delapan bagian Syukur suhu
menyangka aku keracunan dan tidak memeriksanya lebih jauh...." Tapi dia rada
khawatir juga. Gurunya ini lihay sekali.Ada kemungkinan rahasianya bisa terbongkar
Dia segera berkata lagi, "Suhu, Sri Baginda menitahkan aku menguntit para penyerbu
yang telah dibebaskan. Karena itu, aku harus cepat-cepat pulang ke istana untuk
memberikan laporan..." Dia ingin menyingkir secepatnya dari hadapan gurunya itu.
"Siapakah yang kau maksud dengan para penyerbu?" tanya Kin Lam.
Ketua pusat Tian-te hwe ini hanya tahu Siau Po telah menolong ketiga orang Bhok
onghu melarikan diri dari istana, Apa masalahnya, dia masih belum tahu. Siau Po
segera menjelaskan tentang penyerbuan di istana dengan tujuan membunuh kaisar
Kong Hi dan para penyerbu itu menggunakan baju dalam serta senjata dengan tanda
Go Sam-kui, Maksudnya untuk memfitnah pengkhianatan bang-sa, tapi kaisar Kong Hi
yang cerdas segera menaruh kecurigaan dan menyuruhnya menguntit kawanan para
penyerbu itu supaya dapat menemukan pemimpin utamanya.
"Oh, begitu?" kata Kin Lam heran, Dia sudah banyak pengalaman dan
pengetahuannya juga luas sekali, tetapi urusan Bhok onghu ini belum didengarnya,
"Rombongan Bhok onghu itu sungguh berani, Tadinya aku mengira mereka menyerbu
istana hanya untuk membunuh raja. Tidak disangka masih terselip maksud Iainnya.
Rupanya mereka hendak menjatuhkan Go Sam-kui. Kau telah menolong ketiga orang
itu, apakah tidak berbahaya bila kau kembali lagi ke istana?"
"Tidak," sahut Siau Po yang tidak menjelaskan masalah pembebasan Gouw Lip-sin
bertiga adalah siasatnya kaisar Kong Hi. "Untuk menutupi masalah ini, aku sudah
mencari pengganti diriku, Merekalah yang akan bertanggung jawab, Aku rasa, dalam
waktu yang singkat, rahasia ini tidak akan terbongkar dan aku tidak akan dicurigai.
Suhu menitahkan aku mencari tahu rahasia negara, kalau hanya karena urusan keluarga
Bhok ini aku tidak kembali lagi ke istana, bukankah berarti tugasku gagal" Bukankah
dengan demikian aku juga menghancurkan usaha yang sedang dibina suhu?"
Senang sekali hati Kin Lam mendengar kata-kata muridnya yang cerdas itu.
"Siau Po, kau betul!" dia membenarkan "Kita sudah membuat perjanjian dengan
pihak Bhok onghu, Andaikata mereka berhasil mendahului kita, bukankah seluruh
anggota perkumpulan Tian-te hwe harus menunduk di bawah perintahnya" Bukankah
dengan demikian pamor kita akan jatuh" Menurut pantas, Bhok onghu yang jumlah
orangnya jauh lebih sedikit dari kita tidak boleh mendahului kita! Kalau aku sampai
mengikat perjanjian dengannya, hal ini semata-mata karena aku tidak ingin ada
perselisihan di antara kita untuk saat ini, Lagi-pula, dengan bergabungnya Bhok onghu,
kekuatan kita bertambah, Mereka itu berani sekali, karenanya kita tidak boleh kalah
berani, Dengan demikian kita bisa berhasil terlebih dahulu!"
"Suhu benar!" sahut Siau Po. "Sebenarnya, apa sih kehebatan Bhok Siau ongya" Dia
toh hanya kebetulan saja terlahir sebagai puteranya Bhok Tian-po. Sebaliknya, orang
seperti suhu mana boleh menunduk kepadanya" Kalau hal itu sampai terjadi, aku
benar-benar bisa mati berdiri!"
Kin Lam tertawa. Seumur hidupnya, dia sudah sering mendengar segala macam
pujian, Tetapi rasa kagum seorang bocah berusia belasan tahun seperti Siau Po ini, lain
sekali bagi dirinya, Dia tidak tahu di mana sang murid dilahirkan atau dibesarkan dalam
lingkungan yang bagaimana, juga tidak tahu bahwa dengan kecerdikannya,
pergaulannya di istana luas sekali dan banyak mendapat kepercayaan. Dia hanya
mengira karena sudah Iama berada dalam istana, Siau Po sudah banyak belajar
apalagi dalam menghadapi Hay kongkong dan ibu suri yang banyak tipu muslihat Dia
tidak menyangka muridnya akan mengelabuinya.
"Dasar anak kecil, apa yang kau tahu?" katanya sambil tersenyum "Bagaimana kau
bisa tahu Bhok Siau ongya tidak mempunyai kebisaan apa-apa?"
"Sebab dia mengirim orang untuk menyerbu istana," sahut Siau Po. "Dengan
demikian dia mengorbankan beberapa lembar jiwa secara sia-sia. Bagi Go Sam-kui,
sepak tegangnya itu tidak mendatangkan kerugian sama sekali, Malah dia patut
dikatakan sebagai manusia paling tolol di dunia ini!"
"Hush! jangan bicara sembarangan!" tegur Tan Kin-lam. "Tapi, mengapa kau bisa
mengatakan bahwa Go Sam-kui tidak mengalami kerugian apa-apa?"
"Untuk menyerbu istana, Bhok Siau ongya menggunakan akal yang mentah sekali,
tolol!" sahut Siau Po. "Para penyerbu mengenakan pakaian yang ada sulamannya,
yakni empat huruf Peng Si onghu, Dan semua senjatanya juga ada tulisannya, Taybeng
Sanhay-kwan Cong Penghu, Bangsa Tatcu bukan bangsa dogol mereka pasti
curiga. Tentu mereka dapat berpikir, kalau semua penyerbu itu benar orang-orang
suruhannya Go Sam-kui, mana mungkin mereka mengenakan pakaian dalam dan
senjata yang bertanda Peng Si ong?"
"Ya, benar juga!" kata Tan Kin-lam.
"Masih ada satu hal lagi!" kata Siau Po menambahkan "Sekarang ini, puteranya Go
Sam-kui yang bernama Go Eng-him sedang berada di kota-raja. Dia datang dengan
membawa upeti berupa uang serta batu permata yang tidak terkirakan jumlahnya, Kalau
memang ingin membunuh raja, mengapa Go Sam-kui tidak memilih waktu yang lain,
namun justru di saat dia mengutus puteranya itu" Lagipula, mengapa dia harus
membunuh raja" Apakah dia ingin memberontak untuk mengangkat dirinya sendiri
menjadi raja" Tidak mungkin! Sebab apabila dia memberontak, pihak tentara Boan
akan meringkus puteranya saat itu juga kemudian dihukum mati! Masa tanpa alasan
yang masuk akal, dia sudi mengorbankan jiwa anaknya sendiri?"
Kembali Tan Kin-Iam menganggukkan kepalanya.
"Tidak salah!" katanya.
sebenarnya Siau Po hanya berlagak pintar, Semua keterangan itu terlalu dalam bagi
usianya yang masih muda. Kenyataannya memang kaisar Kong Hi yang
mengemukakan berbagai alasan itu. sekarang setelah mengetahui dia
mengutarakannya kembali di hadapan gurunya, Kin Lam percaya penuh kepada
muridnya ini. Dan dia merasa heran sekali, Tidak banyak anggota Tian-te hwe yang mempunyai
kecerdasan seperti muridnya yang satu ini, Kalau dulu dia memilih sang murid sebagai
ketua Ceng-Bok tong, hal ini dilakukannya karena sumpah yang telah mereka ucapkan.
"Anak ini bernyali besar juga cerdik sekali," pikirnya dalam hati. "Sekarang saja dia
sudah sehebat ini. Beberapa tahun lagi, dari pengalaman saja dia sudah tidak takut
kalah dengan kedelapan hiocu lainnya!"
"Bagaimana dengan pihak Tatcu sendiri?" tanyanya kemudian "Apakah raja mereka
sudah tahu siasat Bhok onghu ini?"
"Sekarang masih belum yakin, tapi raja sudah menaruh kecurigaan Tadi pagi raja
mengumpulkan para siwi dan menyuruh mereka menjalankan beberapa jurus ilmu yang
digunakan para penyerbu, Setelah itu, mereka merundingkan ilmu tersebut Aku juga
ikut hadir. Karena itu aku mendengar dan melihat semuanya, Karena itulah aku ingat
dua jurus di antaranya adalah Heng-sau Ciang kun dan Kao-san Liu sui."
Kin Lam menarik nafas panjang.
"Benar-benar pihak Bhok onghu tidak ada orang pandai," katanya, "Kedua jurus itu
justru ilmu khas dari keluarga Bhok, Di antara para siwi, tidak sedikit jago yang
kosen, Mereka pasti mengenali kedua jurus itu!"
"Pernah aku menyaksikan kedua jurus itu yang ditunjukkan oleh Hong Ci-tiong toako
dan Hian Ceng tojin. Karena itu aku juga mempunyai dugaan bahwa bangsa Tatcu pasti
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bisa mengenalinya juga, itulah sebabnya tadi aku memberi saran kepada Bhok
Siauongya agar mereka segera pindah dari tempat yang sekarang!"
"Benar! Tindakanmu benar sekali!" kata Tan Kin-lam. "Nah, sekarang kau boleh
kembali ke istana, besok kau datang lagi, Aku ingin memeriksa lukamu agar aku tahu
jenis racun apa yang menyerang tubuhmu dan mencari jalan untuk mengobatinya."
Siau Po senang sekali melihat sang guru tidak menanyakan pelajaran ilmu silatnya
lebih jauh, Cepat-cepat dia memberi hormat kemudian mohon diri.
Ketika sampai di istana, Siau Po segera menuju kamar tulis Raja untuk menemuinya,
Kaisar Kong Hi senang sekali melihat kemunculan si bocah.
"Hai, kabar apa yang kau peroleh?"
"Terkaan Sri Baginda benar-benar seperti ramalan para "Dewa!" sahut Siau Po
setelah memberi hormat "Memang biang keladi dari penyerbuan di istana ini ialah
keluarga Bhok dari Inlam!"
Dengan perasaan senang, Kong Hi tertawa lebar.
"Benar" Bagus! Lihat tampangnya To Lung! Dia tidak percaya sama sekali ketika aku
mengatakan dugaanku, Lekas katakan, berita apa saja yang kau peroleh?"
"Ketiga penyerbu itu memang keras kepala," sahut Siau Po. "Mereka tetap berkeras
bahwa mereka adalah orang-orang suruhannya Go Sam-kui. Meskipun To congkoan
sudah menyiksa setengah mati, ibarat mereka sudah mati hidup kembali, tetap saja
mereka berkeras pada pengakuannya!"
"IImu silat To Lung cukup tinggi, tapi dia memang orang kasar," kata kaisar Kong Hi
tertawa. "Setelah menerima perintah dari Sri Baginda," kata Siau Po memulai keterangannya,
"Hamba segera bekerja. Hamba menggunakan Bong Hoan-yok untuk membius para
siwi. Eh, tidak tahunya pada saat itu juga muncul empat orang thay-kamnya Hong
thayhou, Mereka mengatakan akan menghukum mati ketiga penyerbu itu sekarang
juga. Hamba memberanikan diri menentang mereka dengan mengatakan bahwa hamba
ingin melanjutkan tugas hamba sesuai rencana Sri Baginda. Mereka marah sekaIi.
Karena itulah, di depan para penyerbu itu, hamba segera membunuh keempat thay-kam
tersebut. Setelah itu hamba membebaskan ketiga tawanan itu, Menyaksikan apa yang
hamba lakukan, mereka langsung percaya penuh kepada hamba. Tidak ada sedikit pun
kecurigaan!" Kaisar Kong Hi tampaknya puas sekali dengan keterangan Siau Po. ia
menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Baru saja To Lung melaporkan bahwa salah satunya thay-kam Hong thayhoulah
yang membebaskan para penyerbu itu, aku justru sedang keheranan. Rupanya itu
perbuatanmu!" "Tapi, Sri Baginda," kata Siau Po selanjutnya. "Hamba mohon perbuatan hamba itu
jangan diberitahukan kepada Hong thayhou!" Pinta Siau Po dengan tampang khawatir
"Kalau tidak, selembar jiwa hamba yang tidak berarti ini pasti tidak dapat
dipertahankan lagi, Hong thayhou pernah memaki hamba yang katanya terlalu setia terhadap Sri
Baginda dan sebaliknya acuh saja terhadap beliau. Sebenarnya, mana hamba berani
membeda-bedakan antara Sri Baginda dengan Hong thayhou" Lagipula, ada pepatah
yang mengatakan, di langit tidak ada dua matahari, di atas bumi tidak ada dua raja,
Biar bagaimana, akhirnya Sri Baginda yang harus didahulukan, sedangkan thayhou sendiri,
tanpa menanyakan terlebih dahulu kepada Sri Baginda, sudah langsung mengirim
orangnya untuk menghukum mati ketiga orang tawanan itu, perbuatannya itu sungguh
tidak layak dan tidak menghormati Sri Baginda."
"Tak usah perdulikan Thayhou," kata Raja, "Terhadap thayhou, aku tidak bisa
mengatakan apa-apa. sekarang ceritakan saja, bagaimana dengan ketiga penjahat
yang kau bebaskan itu?"
"Kemudian hamba mengajak mereka meninggalkan istana," kata Siau Po yang
mengarang ceritanya sendiri, "Ketika berpamitan, mereka menyebutkan nama masingmasing,
Yang tua bernama Yau Tau Saycu Gouw Lip-sin, dua orang muda lainnya
masing-masing bernama Go Piu dan Lau It-cou. Berulang kali mereka menyampaikan
terima kasih kepadaku, Demikianlah mereka kena diperdaya dan mereka mengajak aku
menemui pemimpinnya, Seperti dugaan Sri Baginda, pemimpin mereka adalah seorang
anak muda yang dipanggil Siau ongya, sedangkan she dan nama sebenarnya ialah
Bhok Kiam-seng. Sebawahannya Siau ongya itu ada seorang tua yang kepandaiannya
tinggi sekali, julukannya Tiat Pwe-cong Liong Liu Tay-hong, Masih ada beberapa orang
lainnya, di antara mereka ada Sin-jiu Kisu Sou Kong, Pek Han-hong, jago nomor dua
dari Pek Si Siang hiap, Mereka bermarkas di dua tempat yang berlainan, yakni Yang-ciu
hou tong dan Mo-ji hou tong."
"Jadi kau telah bertemu dengan mereka?" tanya sang raja menegaskan.
"Ya," sahut Siau Po. "Kata mereka, rakyat negeri ini menganggap, meskipun usia Sri
Baginda masih muda sekali, tetapi kebijaksanaannya sudah kentara. Selama beberapa
generasi terakhir, jarang ada raja seperti Sri Baginda, Mereka mengatakan bahwa
meskipun nyali mereka sangat besar, tidak mungkin mereka berani mencelakai Sri
Baginda, seandainya apa yang mereka katakan hanya pujian belaka, hamba tetap
senang mendengarnya!"
Kembali kaisar Kong Hi percaya penuh dengan keterangan thay-kamnya, sebetulnya
Siau Po hanya meniru apa yang pernah didengarnya dari tukang cerita ketika masih di
Yangciu dulu. "Sri Baginda, mereka mengumpamakan Sri Baginda sebagai Niau-seng Hi-tong,
Bukankah itu artinya burung hidup dan Sup ikan" Hampir saja hamba marah
karenanya, kalau tidak memikirkan bahwa hamba sedang menjalankan perintah untuk
mencari tahu siapa pemimpin mereka itu!"
Sri Baginda sampai tertegun mendengar Siau Po mengatakan "Niau Seng dan Hi
tong." Untuk sesaat dia menjadi bingung, tetapi setelah berpikir sejenak, dia langsung
tersenyum. "Apaan Niau Seng Hi tong?" serunya, "Yang mereka maksudkan pasti Giau Sun Ie
tong!" "Sri Baginda!" Siau Po merasa puas karena raja tampak senang, "Apakah artinya
Niau Seng Hi Tong itu yang sebenarnya ?"
"Aih! kau masih mengatakan Niau Seng Hi Tong juga!" kata kaisar Kong Hi. "Kau
benar-benar kurang pendidikan itulah marga keempat maharaja yang bijaksana dahulu
kala dan sangat dihormati oleh rakyatnya pada jaman kejayaannya masing-masing!"
"Pantas! Pantas!" seru Siau Po. "Tampaknya beberapa orang pemberontak itu cukup
terpelajar juga!" "Meskipun demikian, mereka tidak boleh diberi kesempatan untuk meloloskan diri,"
kata kaisar Kong Hi. "Lekas panggilkan To Lung untuk menghadap!"
Siau Po segera mengiakan kemudian mengundurkan diri. Dia pergi memanggil To
Lung. Dalam waktu yang singkat, kepala siwi itu sudah menghadap raja di kamar
tulisnya. "Ternyata kawanan penyerbu itu memang orang-orang dari keluarga Bhok di Inlam,"
kata kaisar Kong Hi kepada To Lung, "Sekarang juga kau pimpin pasukan pengawal
untuk meringkus mereka. Kau, Siau Kui cu, coba kau jelaskan segala sesuatu yang kau
ketahui mengenai para pemberontak itu!"
Siau Po menurut Dia segera menjelaskan apa yang diketahuinya, seperti yang
diceritakannya kepada kaisar Kong Hi tadi, Dia juga menyebut nama Bhok Kiam seng
serta para pembantunya, Ketika To Lung mendengar nama Liu Tay-hong, dia memperlihatkan mimik wajah
terkejut. "Apa?" tanyanya heran. "Tiat-pwe Cong Liong juga ada di antara mereka" Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa mereka bukan orang-orang sembarangan Nama Yau
Tau Saycu Gouw Lip-sin juga pernah hamba dengar. Tidak disangka, meskipun telah
ditahan satu hari satu malam, hamba masih belum berhasil mengetahui siapa nama
mereka, Aih! Asal hamba teliti sedikit saja, seharusnya hamba sudah mengetahuinya
begitu melihat orang tersebut sering menggelengkan kepalanya. Oh, Sri Baginda,
seandainya Sri Baginda kurang bijaksana, tentu kita sudah menuduh Go Sam-kui
sebagai biang keladi peristiwa ini!"
"Tapi... aku khawatir mereka sudah kabur sekarang!" kata kaisar Kong Hi. "Mungkin
kita tidak akan berhasil menangkap mereka." Sri Baginda menghentikan kata-katanya
sejenak, kemudian baru melanjutkan kembali: "Yang penting kita sudah tahu siapa
adanya orang-orang itu. seandainya hari ini kita gagal, tidak jadi masalah kalau hari
ini kita gagah Yang ditakutkan justru apabila kita buta sama sekali dan dapat dipermainkan
oleh pihak musuh seenaknya! Nah, kau pergilah!"
To Lung berlutut serta menganggukkan kepalanya, Kemudian dia mengundurkan diri.
Saat itu juga dia mengumpulkan para bawahannya untuk melaksanakan tugas yang
diperintahkan "Sekarang, Siau Kui cu," kata kaisar Kong Hi pada thay-kamnya, "Mari kau ikut aku
menjenguk Ibusuri!" "Baik, Sri Baginda!" sahut Siau Po. Padahal dalam hati, dia justru khawatir sekali,
jantungnya berdebar-debar, Hatinya takut berhadapan dengan Hong thayhou, wajahnya
langsung tampak kelam. "Eh, kenapa kau mengernyitkan alismu?" tanya kaisar Kong Hi. ia merasa heran
melihat tampang si bocah, "Kau tahu... Dengan mengajakmu menghadap Hong
thayhou, aku justru ingin menyelamatkan batok kepalamu agar tetap menempel di
batang lehermu itu!"
"Iya... iya, Sri Baginda," sahut Siau Po yang terpaksa mengikuti raja itu.
Begitu sampai di keraton Cu-leng kiong, Raja langsung memberi hormat kepada
ibunya, Lalu dia memberi laporan tentang siapa orangnya yang melakukan penyerbuan
ke dalam istana, Dia menceritakan bagaimana Siau Po menggunakan akal yang bagus
melepaskan para tawanan itu kemudian diikuti sampai ke markasnya sehingga akhirnya
dia bisa mengetahui siapa adanya sang pemimpin dari pada pemberontak itu.
Thayhou tersenyum setelah kaisar Kong Hi selesai dengan ceritanya.
"Siau Kui cu, kau memang pandai sekali bekerja !" pujinya.
Si thay-kam kecil segera menjatuhkan dirinya berlutut dan menganggukkan
kepalanya berkali-kali. "Semua ini berkat terkaan Sri Baginda yang tepat sekali semuanya telah
diperhitungkan dengan seksama, Sedangkan hamba hanya menjalankan perintah raja."
Lagi-lagi thayhou tersenyum.
"Biasanya kalau seorang anak kecil keluar rumah, dia senang sekali keluyuran
kemana-mana," katanya. "Apakah kau pergi ke Tiankio untuk menonton pertunjukkan
suIap" Atau mungkin kau membeli kembang gula di sana?"
Hati Siau Po cemas sekali mendapat pertanyaan demikian.
"lya, memang benar," sahutnya cepat Hatinya berdebar Dia teringat akan pedagangpedagang
yang ditangkapi tentara kerajaan, Semua itu pasti atas perintah ibu suri.
Wanita ini pasti takut ada orang yang akan membawa berita ke Ngo Tay san. Karena
itu, setiap orang yang mencurigakan harus dibasmi sampai tuntas, Siau Po bergidik
mengingat kekejaman dan kejahatan ibu suri.
Kembali Hong thayhou tersenyum.
"Aku ingin tanya, apakah kau makan kembang gula hari ini?"
"Harap thayhou maklum," sahut Siau Po yang cerdik. Dia memberikan keterangan
yang tidak merupakan jawaban atas pertanyaan ibu suri. "Selama berada di luar istana,
hamba telah mendengar berita tentang wilayah Tiankio yang kurang aman. Para Kiubun
te tok sudah menitahkan orang-orangnya untuk melakukan penangkapan sebab
menurut mereka, ada orang-orang jahat yang membaur di sana. Karena itu, sekarang
para pedagang kembang gula, sudah menukar usahanya, Ada yang menjual kue, ada
yang menjual kacang tanah dan buah-buahan, orang-orang seperti itu sudah sering
hamba lihat Karena itu ada beberapa wajah yang hamba kenal. Mereka mengatakan
bahwa sekarang mereka tidak menjual kembang gula lagi, Malah salah satu di
antaranya lucu sekali. Dia mengatakan bahwa dia ingin pergi ke gunung Ngo Tay san
atau Liok Tay san untuk menjual bakso tanpa daging bagi para pendeta!"
Panas hati thayhou mendengar sindiran Siau Po.
"Kalau menilik dari ucapan bocah ini, berarti orang yang dicurigai itu telah gagal
ditangkap!" Tapi wanita ini memang licik, Lagi-lagi dia tersenyum.
"Bagus! Bagus sekali!" katanya. "Kau sangat pandai bekerja. Sri Baginda, aku ingin
dia bekerja untukku saja, Bagaimana menurut pemikiranmu?"
Siau Po terkejut setengah mati. sedangkan raja merasa heran dan bimbang, Dia tahu
Siau Po memang pandai bekerja dan telah dianggap sebag pembantu dekatnya,
sekarang thayhou menghendaki Siau Po untuk bekerja baginya, Kaisar KongHi adalah
seorang anak yang berbakti Meskipun thayhou bukan ibu kandungnya, namun dia
sudah dibesarkan dan dididik semenjak kecil oleh wanita ini, Mana mungkin dia bisa
menentang kehendak ibu suri" Akhirnya dia tersenyum dan berkata kepada thaykamnya.
"Siau Kui cu, ibu suri telah memilihmu, kenapa kau tidak cepat-cepat mengucapkan
terima kasih?" "Iya,., iya!" sahut Siau Po gugup, Dia memang tercekat hatinya, Bahkan kalau ada
kesempatan rasanya dia ingin sekali melarikan diri dari tempat itu, sekarang terpaksa
dia menjatuhkan diri berlutut serta menyembah beberapa kali.
"Terima kasih atas budi besar Sri Baginda serta Hong thayhou!" katanya.
"Bagaimana, heh?" tanya thayhou sambil mendengus dingin, Dia dapat melihat sikap
Siau Po yang mengucapkan kata-katanya dengan terpaksa sekali, "Apakah kau hanya
ingin melayani Sri Baginda dan tidak sudi melayani aku?"
"Melayani Sri Baginda maupun thayhou sama saja," sahut Siau Po. "Hamba akan
sama setianya dan hamba akan menggunakan seluruh kesanggupan hamba untuk
menjalankan tugas...."
"Bagus!" kata ibu suri. "Selanjutnya, tugasmu di Gi si pong tidak usah diteruskan lagi,
selebihnya kau hanya bekerja di Cu-leng Kiong ini!"
"lya, iya, thayhou!" sahut Siau Po cepat, Tentu saja isi hatinya hanya Thian yang
tahu, "Terima kasih atas budi kebaikan thayhou!"
Raja merasa tidak puas melihat thay-kam kesayangannya diminta oleh ibu suri.
Setelah berbincang-bincang sedikit, dia pun mohon diri dari hadapan thayhou.
Siau Po segera menggerakkan kakinya untuk mengikuti kaisar Kong Hi.
"Siau Kui cu, kau diam di sini saja!" kata thay-hou. "Biar orang lainnya yang
mengantarkan Sri Baginda, Ada urusan yang akan kuperintahkan kepadamu!"
"Ya, thayhou!" sahut Siau Po. Hatinya ketakutan, namun dia berusaha untuk
menenangkan diri, Sambil memperhatikan kepergian raja, otaknya bekerja. "Sri
Baginda, dengan kepergianmu ini, celakalah aku! Entah aku masih bisa bertemu lagi
atau tidak dengan Sri Baginda..."
Thayhou minum teh perlahan-lahan. Sepasang matanya memperhatikan Siau Po
dengan tajam, Hati si bocah cilik semakin terguncang karenanya.
Lewat beberapa detik kemudian, ibu suri baru berkata lagi.
"Bagaimana dengan pedagang yang menjual bakso tanpa daging di Ngo Tay san?"
Siau Po berlagak pilon. "Maksud thayhou?"
"Kapan dia akan kembali lagi ke kota Peking?" tanya ibu suri.
"Hamba tidak tahu," sahut Siau Po.
"Kapan kau akan menemui dia lagi?" tanya ibu suri lagi,
"Hamba telah berjanji dengannya untuk bertemu kembali satu bulan kemudian,"
sahut Siau Po. Dia sengaja menjawab seenaknya, karena otaknya sedang memikirkan
jalan untuk meloloskan diri dari tangan ibu suri yang kejam sebab dia tahu dirinya
tidak mungkin dibebaskan "Tapi tempat pertemuannya bukan di Tiankio."
"Lalu di mana kalian akan mengadakan pertemuan?" tanya ibu suri.
"Dia akan memberitahu apabila waktunya sudah dekat," sahut Siau Po. Dengan
mengucapkan kata-kata ini, Siau Po berharap dia dapat menunda waktu kematiannya.
Thayhou menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu, baiknya kau berdiam saja di Cuceng kiong sampai datang kabar
darinya!" kata ibu suri, Kemudian dia menepuk tangannya dan muncullah seorang
dayang yang usianya kurang lebih empat puluh lima tahun, Tubuhnya gemuk, tetapi
langkah kakinya ringan sekali. Bentuk mukanya bundar dan manis pula, Dia tersenyum
ramah, Begitu masuk, dia segera menjura kepada ibu suri.
Thayhou menunjuk kepada Siau Po sembari berkata.
"Thay-kam cilik ini bernama Siau Kui cu. Dia bernyali besar dan suka main gila, Aku
suka sekali kepadanya!"
"lya," sahut dayang itu. Tampangnya memang cerdas sekali, Eh, saudara kecil, aku
bernama Liu Yan, sebaiknya kau memanggil kakak saja kepada-ku."
"Celaka! Kau adalah si babi gendut!" makinya dalam hati, tapi dia segera tertawa dan
berkata, "Baik, kakak Liu Yan, Nama kakak bagus sekali, Disebutnya enak dan tubuh
kakak memang mirip sekali dengan batang Yang Liu, sedangkan jalanmu ringan seperti
burung walet kecil!"
Yan artinya burung walet sesuai dengan nama dayang itu.
Di depan ibu suri, tidak ada dayang lain yang berani bicara sedemikian rupa
mengenai Liu Yan, Tidak demikian halnya dengan Siau Po, si thay-kam baru di Cuceng
kiong, Siau Po memang sengaja berkata demikian, sebab dia mengganggap biar bicara
seperti apa pun, tidak akan merubah nasibnya dan membebaskan dirinya dari ancaman
bahaya. Liu Yan tertawa. "Ah, adik kecil, mulutmu sungguh manis sekali!" katanya.
"Selain mulutnya manis, kakinya juga gesit!" tukas ibu suri, "Liu Yan, apakah kau
mempunyai jalan agar dia tidak keluyuran kesana kemari dan mengelilingi seluruh
keraton ini?" "Thayhou, serahkan saja dia padaku," sahut Liu Yan. "Biarlah hamba mendidiknya
secara baik-baik!" Ibu suri menggelengkan kepalanya.
"Kunyuk kecil ini licin sekali seperti belut," katanya. "Aku telah menitahkan Sui Tong
Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memanggilnya, tetapi dengan mulutnya yang manis dia justru membuat hantu bernyali
kecil itu lari ketakutan Ketika aku mengirimkan empat orang thay-kam lagi, dia malah
bersekongkol dengan para siwi untuk membinasakan mereka. Dan waktu aku
mengirimkan empat orang yang lainnya lagi, Dia berhasil juga mencelakakan Tang Kimkwe
ber-empat!" "Oh, oh, saudara kecil!" kata Liu Yan sambil mendecak kagum, "Kalau demikian, kau
ini memang sukar diurus, Thayhou, menurut hambamu ini, tidak ada jalan lain yang
dapat ditempuh agar dia tidak belari kesana kemari kecuali mengutungkan sepasang
kakinya Bukankah dengan demikian dia akan menjadi kalem dan tenang?"
Ibu suri menarik nafas panjang.
"Tampaknya memang hanya ada satu jalan itu saja!" katanya.
Bukan main tercekat dan takutnya hati Siau Po, Dia langsung mencelat bangun dan
lari ke pintu, Tapi baru kaki kirinya melewati pintu, dia merasa kepalanya nyeri
sekali! Rupanya kuncirnya telah ditarik oleh seseorang sehingga kepalanya tersentak dan
tubuhnya berjungkir balik ke belakang, Setelah itu dia juga merasa dadanya sakit
sekali, sebab ada sebelah kaki yang menginjak dadanya itu. Dia melihat kaki itu besar dan
gemuk serta mengenakan sepatu ber-sulam.
Ternyata Liu Yan yang bergerak cepat meringkusnya.
"Perempuan bau! Lekas singkirkan kakimu yang bau itu!" damprat Siau Po saking
putus asanya, Dia pun menjadi berani karenanya.
Liu Yan tidak menjawab Dia malah menekan kakinya semakin keras sehingga Siau
Po dapat mendengar suara retakan dan dia merasa nafasnya menjadi sesak.
"Ah, saudara kecil." kata Liu Yan sambil tertawa, "Kakimu justru harum sekali
sampai-sampai aku ingin mengutungkannya untuk mengendusnya sepuas hati!"
Siau Po berpikir keras, Thayhou sangat membencinya, Kemungkinan sepasang
kakinya benar benar akan dikutungkan dan dayangnya itu yan akan menggendongnya
pergi mencari Sui Tong Atau mungkin ibu suri akan mengirim orang yang
kepandaiannya tinggi sekali dengan maksud mem bunuh Sui Tong apabila tiba di Ngo
Tay san. Hal ini sekali-sekali tidak boleh terjadi. Di kolong langit ini orang bernama
Sui Tong sudah tidak ada, dia suda mati sehingga tidak mungkin bisa ditemukan lag
Dengan demikian, rahasianya pasti akan terbongkar.
"Yang paling penting sekarang adalah bagaimana menyelamatkan sepasang kakiku
ini," pikirnya dalam hati, "Bagaimana sekarang" Aku tidak boleh menggertaknya, lebih
baik menggunakan akal saja."
Dengan membawa pikiran demikian dia segera berkata.
"Thayhou, tidak ada gunanya mengutungkan sepasang kakiku ini, Taruh kata leherku
yang dipatahkan sekalipun, paling-paling tubuhku terpotong menjadi dua bagian, Apa
artinya" Sebaliknya, kitab Si Cap Ji cin-keng itu harus disayangkan hm!"
Mendengar disebutnya nama kitab itu, Thayhou langsung melonjak bangun.
Istana Pulau Es 12 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Riwayat Lie Bouw Pek 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama