Ceritasilat Novel Online

Kaki Tiga Menjangan 35

Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung Bagian 35


borgolnya itu kepadamu, sampai waktu itu, kau pasti percaya ceritaku ini, Dia selalu
membawanya ke mana-mana, Begitu melihat Tan Wan Wan, dia segera memborgol
tangannya sendiri Kalau terlambat sedikit saja, urusannya bisa gawat." sahut Siau Po.
Shang Cie mendengus dingin.
"Tan Wan Wan itukan ibu tirinya, masa dia berani kurang'ajar?" katanya.
"Tentu saja dia tidak berani, itulah sebabnya dia selalu membawa borgol emasnya ke
mana-mana." "Sekarang dia toh ada di kota raja, buat apa dia masih membawa borgol emas itu?"
tanya A Ki. Siau Po tertegun, Dia mengeluh dalam hati.
- Celaka! Aku salah bicara! - Tapi, dasar otaknya memang encer, dalam sekejap
mata dia berhasil menemukan jawaban yang meyakinkan.
"Pada dasarnya, Gouw Eng Him ingin cepat-cepat pulang ke Kun Beng, Dia kan
tinggal di kota raja karena terpaksa saja."
Shang Cie mendelik kepadanya.
"Kalau begitu, kau membalas air susu dengan air tuba. Orang dengan maksud baik
meminjamkan borgolnya kepadamu, tapi kau malah mencegah dia pulang ke Kun
Beng!" katanya. Siau Po menggelengkan kepalanya.
"Memangnya budi apa yang pernah dilepaskan Gouw Eng Him kepadaku" Antara
kami justru ada dendam yang tidak terkatakan dalamnya."
"Dalam hal apa dia bersalah kepadamu?" tanya Shang Cie.
"Apa masih tidak bersalah?" tanya Siau Po. Kalau waktu itu ia tidak memborgol
tanganku, tentu aku sudah mengelus pipi Tan Wan Wan. perbuatannya itu malah lebih
keji daripada membunuh aku. Aih! Lhama besar, pangeranku, kalau aku berhasil
meraba wajah Tan Wan Wan yang cantiknya beribu kali lipat dari bunga yang terindah,
kemudian Gouw Sam Kui mengutungkan sepasang tanganku ini, apa artinya" Biarpun
dia memotong pahaku untuk dijadikan sate, aku pun tidak keberatan."
Ketiga orang itu sudah banyak pengalaman dan merupakan orang-orang yang luas
pengetahuannya, Akan tetapi mendengar uraian tentang kecantikan Tan Wan Wan
yang setinggi langit itu, ternyata tidak ada satu pun dari mereka yang
mentertawakannya. Siau Po merendahkan tubuhnya sedikit, dia memperlihatkan tampang misterius.
"Ada sebuah rahasia besar, Kalau kalian bertiga sudah mendengarnya, jangan
sekali-sekali membocorkannya, sebenarnya urusan ini tidak boleh dibicarakan, tapi
tidak mudah menemukan teman bicara yang cocok, karena itu tidak apa-apalah."
katanya. "Rahasia apa?" tanya pangeran Kaerltan cepat.
"Sri Baginda melatih para prajurit juga menguji jenderalnya, tujuannya ingin
menyerang Gouw Sam Kui." Kata Siau Po.
Shang Cie dan dua rekannya saling pandang, Diam-diam mereka tersenyum
-- Rahasia apa itu" Biar pun raja tidak menyerang Gouw Sam Kui, Gouw Sam Kuinya
sendiri juga akan mengadakan pemberontakan - Pikir mereka dalam hati.
"Tahukah kalian mengapa Sri Baginda mempunyai maksud menyerang Inlam"
Tentunya kalian tidak dapat menerkanya, bukan?" tanya Siau Po.
"Mungkinkah karena Tan Wan Wan juga?" tanya A Ki.
Siau Po menggebrak meja. Tampangnya seperti orang yang terkejut sekali.
"Aih! Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Aku hanya menerka saja!" sahut A Ki.
Siau Po menarik nafas panjang seperti orang yang merasa kagum sekali.
"Nona memang pantas disebut Cu Kek Liang wanita, Dalam segala hal dapat
menduganya bagai dewata saja, Sri Baginda telah menjadi raja, apa pun telah
dimilikinya, yang kurang hanya "wanita cantik nomor satu di dunia. Tempo hari Sri
Baginda mengutus aku ke Inlam, Mengapa dia tidak menyuruh orang yang pangkatnya
jauh lebih tinggi dari pada aku" Sebab dia ingin aku melihat sendiri, benarkah wanita
itu demikian cantik seperti bidadari.
Sri Baginda juga menyuruh aku mendengarkan dengan penuh perhatian nada bicara
Gouw Sam Kui, apakah orang itu bersedia menghadiahkan Tan Wan Wan ke istana"
Apabila mengutus para menteri mengurus masalah ini, tentu Sri Baginda akan
kehilangan muka. Benar bukan"
Tidak disangka, ketika aku mengungkit persoalan itu, Gouw Sam Kui langsung
menggebrak meja keras-keras dan berteriak, "Apa" Kau hanya mengantarkan seorang
kongcu ke mari, kau langsung ingin menukarnya dengan buah hatiku" Perlu kau
ketahui, biarpun kau mengantar seribu orang kongcu, aku juga tidak sudi menukarnya!"
Shang Cie dan pangeran Kaerltan kembali bertukar pandang. Diam-diam mereka
merasa telah terjerumus dalam jebakan Gouw Sam Kui. Ternyata dibalik
kesekongkolan mereka, urusan ini juga menyangkut kisah asmara.
Tempo hari, Gouw Sam Kui berambisi besar, justru karena Tan Wan Wan, dia rela
mengkhianati negaranya sendiri, Hal ini diketahui oleh setiap orang, sedangkan usia si
raja cilik masih muda, sebagai seorang kaisar tidaklah heran kalau dia mata keranjang.
Dalam hati Siau Po berkata.
-- Siau Hian cu, kau adalah Niau Seng Hi Tong (Sampai sekarang ia masih belum
bisa menyebut (Siau Sun Ie Tong)! Tentu kau tidak sudi mengambil istrinya si kura-kura
tua. Tapi sekarang aku, Siau Kui cu bak telur di ujung tanduk, harap kau tidak
menganggapnya serius, karena aku terpaksa menjelek-jelekanmu sedikit! -Melihat tampang Shang Cie dan si pangeran yang serius, dia segera melanjutkan
kata-katanya. "Ketika itu aku berada di Inlam, meskipun aku membawa ribuan tentara, tapi mana
mungkin mengungguli jumlah tentara dan pasukan Gouw Sam Kui yang mencapai
puluhan laksa itu, Karenanya, melihat Gouw Sam Kui marah, aku terpaksa berdiam diri
saja." Pangeran Kaerltan menganggukkan kepalanya berkali-kali.
"Pada suatu malam, sebawahan pangeran yakni Kan Tiap Mo datang menemuiku,
Dia mengatakan bahwa pangeranlah yang mengutus dia datang ke Kun Beng untuk
bekerja sama dengan Gouw Sam Kui. Di sana dia merasa situasinya kurang beres, Dia
juga mengatakan bahwa orang-orang Mongol adalah keturunan dari Jeng... entah apa
Khan... semuanya terdiri dari laki-laki sejati dan gagah perkasa, mengapa harus
mengantarkan jiwa demi seorang wanita pujaan Gouw Sam Kui"
Dia memohon kepadaku agar secara diam-diam membawanya ke kota raja agar
dapat bertemu langsung dengan Sri Baginda, Dia ingin mengatakan langsung kepada
raja bahwa Tan Wan Wan tidak ada hubungannya dengan entah pangeran atau lhama
mana pun dari Tibet, pangeran Kaerltan dari Mongol telah memiliki seorang nona A Ki,
dia tidak mungkin menginginkan gadis lainnya. sedangkan lhama dari Tibet juga sudah
mempunyai... sudah mempunyai beberapa wanita cantik Tibet!"
"Ngaco!" bentak Shang Cie. "Kami para lhama dari Oey Kau paling pantang bermain
perempuan, mana mungkin ada kejadian seperti itu?"
"ltukan Kan Tiap Mo yang mengatakannya, tidak ada hubungannya dengan aku
lhama besar, sebetulnya tujuan Kan Tiap Mo hanya ingin menghilangkan kekhawatiran
di hati Sri Baginda bahwa "kalian tidak bermaksud ikut dalam perebutan Tan Wan Wan.
Kau harus memaklumi keadaannya saat itu!" kata Siau Po.
Shang Cie mendengus dingin.
"Lain kali kalau bertemu dengan Kan Tiap Mo, aku akan menanyakannya sampai
jelas, sebetulnya dia yang berbohong atau kau yang berbohong!" katanya.
Diam-diam Siau Po merasa senang.
-- Dia mau menanyakan hal ini kepada Kan Tiap Mo. Tampaknya untuk sementara
dia tidak akan membunuh aku! -- pikirnya, Karena itu cepat-cepat dia berkata.
"Betul, betul! Lain kali kau boleh padu aku dan dia! Kalian membantu Gouw Sam Kui,
sebetulnya tidak ada keuntungan apa pun yang dapat kalian peroleh. Taruh kata
pemberontakannya berhasil, tapi kalau kalian tidak menyediakan borgol dan setiap
memandang Tan Wan Wan, hati kalian selalu berdebar-debar tidak karuan...." Tiba-tiba
dia melihat wajah Shang Cie Ihama menyiratkan kegusaran, cepat-cepat dia
menggantikan ucapannya. "Lhama besar, kau adalah seorang yang telah menyucikan diri, isi sama dengan
kosong, kosong sama dengan isi, tentu kau tidak akan tertarik kepada Tan Wan Wan,
namun... namun... aih!"
"Namun apa?" tanya Shang Cie.
"Tempo hari, ketika aku datang ke Kun Beng, Tan Wan Wan ke luar untuk
menyambut kedatangan Kian Leng kongcu, Bukankah beberapa ribu orang sampai mati
karena desak-desakan" Keluarga para korban itu ingin mengadakan upacara
sembahyang, tapi sampai akhirnya tidak ada seorang hwesio pun yang berhasil
diundang datang." "Kenapa?" tanya A Ki.
"Para hwesio yang melihat Tan Wan Wan, semuanya tergerak hatinya, Dalam satu
hari, entah ada berapa ribu hwesio di Kun Beng yang melepaskan jubah pendetanya
dan menyatakan diri mereka tidak jadi menyucikan diri sebagai hwesio lagi, Coba
bayangkan saja, tiba-tiba kehilangan begitu banyak hwesio, bagaimana mungkin bisa
mengadakan upacara sembahyang?" sahut Siau Po.
Pangeran Kaeritan bertiga meragukan cerita Siau Po. Rasanya cerita anak muda itu
terlalu berlebihan Tapi mengenai kecantikan Tan Wan Wan, mereka tidak
meragukannya lagi. A Ki menatap kepada pangeran Kaeritan dan berkata.
"Ternyata wilayah Kun Beng begitu banyak keanehannya, lebih baik aku tidak pergi
saja, Kalau kau mau membantu Gouw Sam Kui, kau pergi saja sendiri!"
"Siapa yang bilang aku akan ke Kun Beng?" kata pangeran Kaeritan cepat, "Aku toh
tidak bermaksud melihat Tan Wan Wan, aku rasa nona A Ki kita juga tidak kalah
cantiknya dengan Tan Wan Wan itu."
Wajah A Ki jadi murung seketika.
"Kau bilang aku tidak kalah dengannya" Terang-terangan kau menyindir bahwa aku
tidak bisa mengunggulinya, Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kau berniat
melihatnya." Katanya kesal, Tanpa menunggu jawaban dari pujaan hatinya, dia
langsung berdiri, "Aku akan pergi!!"
Pangeran Kaeritan terkejut setengah mati.
"Tidak, tidak." katanya gugup, "Aku bersumpah atas nama langit dan bumi, Seumur
hidup ini aku tidak akan melirik kepada Tan Wan Wan sedikit pun."
A Ki jadi senang mendengar janjinya, Dia duduk kembali.
"Kalau kau tidak mau melirik Tan Wan Wan sedikit pun juga, ucapanmu itu memang
tepat sekali Siapa pun yang pernah melihat Tan Wan Wan, pasti ingin melihatnya sekali
lagi dan sekali lagi, Seribu kali, selaksa kali juga tidak pernah cukup." Kata Siau Po.
"Kau ini memang paling pintar mengoceh sembarangan!" maki pangeran Kaerltan,
"Sekarang juga aku bersumpah, kalau dalam hidup ini aku melirik Tan Wan Wan sedikit
saja, biarlah sepasang mataku ini menjadi buta!"
A Ki senang sekali, Dengan mata memancarkan cinta kasih, dia memandang
pangeran Kaer1tan. "Aku dengar si raja cilik berkata, dia benar-benar tidak mengerti mengapa kalian mau
membantu Gouw Sam Kui. Kalau tujuannya untuk mendapatkan Tan Wan Wan, apa
boleh buat. Di dunia ini hanya ada satu Tan Wan Wan, bahkan si raja cilik sendiri tidak
memilikinya, Kecuali itu, apa pun yang dimiliki Gouw Sam Kui, si raja cilik pasti
memilikinya juga, bahkan berpuluh kali lipat lebih banyak, Kalau kalian bersedia
membantu si raja cilik, uang emas atau batu permata sebanyak apa pun pasti
diberikannya." kata Siau Po.
"Meskipun Tibet dan Mongol terhitung negara yang miskin." Kata Shang Cie. "Tapi
kami juga tidak rakus akan harta." Nadanya dingin sekali.
Siau Po berpikir dalam hati.
-- Mereka tidak menginginkan harta, juga tidak senang dengan wanita cantik. Apa
sebenarnya yang diinginkan kedua orang ini" -- Tiba-tiba hatinya tergerak, dia berpikir
lagi. - Betul! Laki-laki berjiwa kerdi! tidak dapat hidup sehari pun tanpa uang,
sedangkan seorang laki-laki berjiwa besar tidak dapat hidup tanpa kedudukan Aku Wi Siau Po
adalah seorang laki-laki berjiwa kerdil, mereka berdua tentunya laki-laki yang berjiwa
besar (ambisius) - Karena itu, dia segera berkata, "Si raja cilik pernah berkata,
pangeran Kaerltan hanya seorang pangeran, kalau dia bersedia membantu aku, maka
aku akan menganugerahkan dia menjadi seorang raja di Mongol,"
Sepasang mata pangeran Kaerltan langsung mengeluarkan sinar terang, Dengan
suara bergetar dia bertanya.
"Be... narkah Sri... baginda berkata,.. demikian?" tanyanya untuk menegaskan.
"Tentu saja benar, Untuk apa aku berbohong?" sahut Siau Po.
"Di dunia ini belum pernah ada kedudukan seperti raja Mongol Kalau si raja cilik
dapat membantunya menjadi Jengel Khan saja, pangeran juga sudah merasa puas."
kata Shang Cie. "Boleh, boleh." kata Siau Po. "Cun Ke el hao (Seluruhnya sempurna) ini pasti raja
cilik bersedia menganugerahkannya, Dalam hati dia justru berpikir - Apa sin Cun Ke el
hao itu" Memangnya di dunia ini mana ada apa-apa yang hanya setengah dapat
dikatakan sempurna, tentu saja harus seluruhnya! -Shang Cie yang melihat mimik wajah Siau Po, segera sadar bahwa si anak muda
tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Mongol terdiri dari beberapa bagian." katanya menjelaskan "Raja di Mongol
bukanlah raja, melainkan disebut Khan, sedangkan Jengel Khan ini merupakan
kedudukan yang tertinggi dan pangeran belum menjadi seorang Khan."
"Begitu rupanya, Kalau pangeran ini menjadi seorang khan, toh bukan hal yang sulit
Kalau pangeran bersedia membantu si raja cilik, tentu beliau akan menurunkan firman
dengan mengutus laksaan tentaranya ke Mongol. Pada saat itu, mana mungkin ada
seorang penduduk pun di Mongol yang berani menentang?" kata Siau Po.
"Apabila Sri Baginda bersedia melakukannya, tentu hal inilah yang paling baik," sahut
pangeran Kaerltan dengan nada gembira.
Siau Po menepuk dadanya. "Kau tidak perlu khawatir, serahkan saja kepadaku! Si raja cilik hanya membenci
Gouw Sam Kui seorang, Meskipun nona A Ki sangat cantik, asal tidak terlihat oleh Sri
Baginda, tentu beliau tidak akan merebutnya, sedangkan mengenai Tuan lhama ini,
kalau kau membantu raja, tentu beliau akan memberikan kedudukan atau menjadi
pembesar paling tinggi di Tibet." Dia tidak tahu pembesar apa yang kedudukannya
paling tinggi di Tibet, karenanya dia tidak berani sembarangan bicara.
"Seluruh Tibet dikuasai Buddha hidup Dalai lhama, tidak bisa sembarangan
mendapat penganugerahan dari raja," sahut Shang Cie.
"Orang Iain bisa menjadi Buddha hidup, mengapa kau tidak boleh" seluruhnya ada
berapa orang Buddha hidup di Tibet?"
"Masih ada satu lagi, yaitu Pan Dan lhama, seluruhnya dua orang." Sahut Shang Cie.
"Nah, itu dia! Makan saja satu hari tiga kali, kalau menghitung apa-apa juga sampai
tiga, Kalau belum mencapai tiga, biasanya belum klop, Kita mohon Sri Baginda untuk
menganugerahkan seorang Buddha hidup lagi, yakni Budda hidup Shang Cie. Buddha
hidup besar Shang Cie khusus mengarahkan kedua Buddha hidup kecil entah Da apa
dan Pan apa...." Hati Shang Cie langsung tergerak.
-- Anak ini suka mengoceh sembarangan, tapi apa yang dikatakannya ada benarnya
juga... - katanya dalam hati, Berpikir sampai di sini, tanpa terasa selembar wajahnya
yang kurus langsung saja berseri-seri.
Siau Po paling pandai melihat mimik wajah orang, Dia tahu perkataannya sudah
termakan, Dia harus mencengkeram kesempatan ini baik-baik. pada saat ini Siau Po
hanya berharap dapat meloloskan diri dari maut, apa pun permintaan lawan pasti akan
dikabulkannya. Lagipula, untuk mengangkat Shang Cie mau pun pangeran Kaerltan, dia tidak perlu
mengeluarkan uang sepeser pun. Yang penting dia bisa mengambil hati si raja cilik.
Karena itu, dia segera berkata.
"Aku bukannya membuat Rencana apa pun yang aku kemukakan di hadapan si raja
cilik, sembilan puluh persen selalu diterimanya, Lagipula, kalau kalian berdua bersedia
membantu Sri Baginda menyerang Gouw Sam Kui, bukan hanya kalian berdua saja
yang akan mendapat penganugerahan, aku sendiri juga terhitung sudah mendirikan
jasa besar. Pasti kedudukanku akan naik lagi dan akan mendapatkan banyak hadiah.
Ada pepatah yang bagus sekali,
"Dalam kerajaan selalu ada orang baik yang jadi pembesar", aku menjadi pembesar
tinggi di kota raja, pangeran menjadi apa Khan di Mongol dan Tuan lhama menjadi
Buddha hidup di Tibet, Aku rasa sebaiknya kita bertiga mengangkat saudara saja,
Dengan demikian, mulai sekarang ada kesenangan kita rasakan bersama-sama dan
bila ada kesusahan kita tanggung bersama pu!a, Kita dilahirkan bukan pada tahun,
bulan dan hari yang sama, tapi kita rela mati dalam tahun, bulan dan hari yang sama.
Di dalam dunia ini, kecuali si raja cilik, kita bertigalah orang yang paling berkuasa,
Bukankah dengan demikian hidup ini akan menyenangkan?"
Dalam hati dia berpikir, - Bersedia mati pada tahun, bulan dan hari yang sama, katakata
ini penting sekali, asal mereka mengganggukkan kepalanya, mereka tidak dapat
membunuh aku lagi, Sebelum datang ke kota Yang-ciu ini, Shang Cie dan pangeran Kaerltan sudah
menyelidiki sampai jelas, mereka tahu anak muda ini merupakan orang kesayangan
kaisar Kong Hi. Pangkatnya naik terus dengan cepat Kekayaannya juga tidak terhitung
lagi, Hanya saja, mereka tidak sangka kalau orang yang dimaksud merupakan bocah
cilik yang sudah dikenalinya.
Pangeran Kaerltan sendiri sebetulnya tidak ada permusuhan apa pun dengan anak
muda ini, Tapi Shang Cie kehilangan dua belas adik seperguruannya di tangan Siau Po.
Apalagi sepuluh jari tangannya sampai kutung gara-gara si bocah ini juga, sebetulnya
kebencian dalam hati Shang Cie tidak terlukiskan lagi.
Tapi setelah mendengar kata-katanya barusan, dia berpikir, adik seperguruannya
yang sudah mati toh tidak dapat hidup kembali. Jari tangan yang sudah dikutungkan


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juga tidak dapat menyambung kembali, bahkan tidak dapat tumbuh lagi, Kalau dia
menghantam Siau Po satu kali sampai mati, rasanya juga hanya bisa menyalurkan
kekesalan sesaat saja. Kalau membantu Gouw Sam Kui, juga tidak ada keuntungan apa yang dapat
diperoleh, Tetapi kalau mengangkat saudara dengan orang ini, kenyataannya sudah
terlihat di depan mata, banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Kedua orang itu saling
pandang beberapa saat, kemudian perlahan-lahan mereka menganggukkan kepalanya.
Siau Po bukan main senangnya, Tidak disangka-sangka kalau ocehannya bisa
melunakkan hati kedua musuhnya, Karena takut mereka akan mengingkarinya, dia
segera berkata. "Toako, jiko, ji so, kami sekarang sudah menjadi saudara. Ji so (kakak ipar
perempuan nomor dua) boleh sembahyang boleh tidak, Kau toh akan menyembah
langit dan bumi dengan jiko, berarti sudah terhitung satu orang."
Dengan wajah merah padam A Ki mencibirkan bibirnya, dia merasa ucapan Siau Po
selalu dapat menyenangkan hati orang.
Tiba-tiba Shang Cie mengulurkan tangannya dan menghantam ujung meja sampai
gompal Plak!!! Siau Po terkejut setengah mati.
-- Ada apa lagi" -- katanya dalam hati.
Terdengar Shang Cie berkata dengan nada keren.
"Wi Tayjin, kata-katamu hari ini, biarlah untuk sementara aku mempercayainya, Tapi
kalau kelak kau menyalahi janjimu sendiri dan mengingkarinya, nasibmu akan seperti
ujung meja ini!" Siau Po tersenyum. "Mengapa toako berkata demikian" Kita bertiga bekerja sama, semuanya akan
mendapatkan keuntungan Kalau aku membohongi kalian, kalian satu di MongoI, yang
satu lagi di Tibet, kalian berdua jika sampai mengerahkan pasukan untuk menyerang
kotaraja dan hal ini sampai diketahui oleh Sri Baginda, tentu batok kepalaku ini tidak
dapat dipertahankan lagi," katanya. "Coba toako dan jiko berdua bayangkan,
mungkinkah aku berani berlaku curang kepada kalian berdua?"
Shang Cie menganggukkan kepalanya. "lya, benar juga." katanya.
Saat itu juga, ketiga orang itu menyalakan lilin di ruangan tersebut Mereka berlutut
menghadap ke luar, Bersama-sama mereka bersembahyang sebagai upacara
pengangkatan saudara. Shang Cie usianya paling tua, dia dihitung kakak nomor satu,
pangeran Kaerltan nomor dua dan Siau Po yang terakhir.
Kemudian Siau Po menyembah kepada Shang Cie dan pangeran Kaerltan sambil
memanggil toako dan jiko, Setelah selesai, Siau Po juga menjura kepada A Ki sambil
tidak hentinya memanggil ji so. Dalam hati dia berpikir.
-- Kau sudah menjadi ji so ku, lain kali kalau melihat aku bergurau dengan istriku A
Ko, tentu kau merasa tidak enak hati menghalanginya lagi, bukan" A Ki menuangkan empat cawan arak, sambil tersenyum dia berkata.
"Hari ini kalian bertiga telah mengangkat persaudaraan semoga saja ada awal ada
akhirnya, Harap kalian bisa melakukan pekerjaan besar bersama-sama. Siau moay
menyulang kalian secawan arak."
Shang Cie tertawa. "Tentu saja arak ini harus diminum," katanya. Dia langsung mengangkat cawan
araknya. Siau Po teringat sesuatu, cepat-cepat dia mencegahnya.
"Toako, tunggu dulu! Arak ini arak murahan, kurang bersih, Biar aku suruh orang
menggantinya dengan yang baru." Tanpa menunggu jawaban dia langsung berseru,
"Mana pelayan" Bawakan arak!"
Hatinya merasa heran. "Bagaimana sih Li Cun Wan ini" Sampai sekian lama kok
tidak ada orang yang datang melayani kita?" Kemudian dia berpikir -Betul! Pasti si
mucikari, si kacung dan para pelayan melihat ada orang yang berkelahi, mereka
ketakutan dan kabur! Baru berpikir, sampai di situ, tampak seorang kacung masuk ke dalam dengan
kepala menunduk Dia bertanya dengan nada kemalas-malasan.
"Ada apa?" Siau Po berpikir dalam hati.
-- Kacung di Lie Cun Wan, mana ada yang tidak kukenal" Yang ini pasti orang baru,
mana boleh berbicara kepada tamu dengan nada yang begitu tidak sopan" Pasti saking
terkejut dia jadi bego! -"Cepat ambilkan dua botol arak!" bentaknya keras.
"Baiklah!" sahut si kacung yang langsung berjalan ke luar.
Melihat bayangan punggung si kacung, Siau Po berpikir dalam hati.
-- Ah! Siapa sebetulnya orang ini" Pagi hari ketika menikmati keindahan bunga obat
di kuil Tan Ci si, dia juga pernah muncul Aku ingat betul Mengapa sekarang dia bisa
jadi kacung di rumah pelesiran ini" Di balik semua ini pasti ada apa-apanya, -Dia segera memusatkan segenap pikirannya untuk mengingat-ingat, Tiba-tiba saja
seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin, Bahkan tanpa sadar mulutnya
mengeluarkan seruan tertahan.
Shang Cie, pangeran Kaerltan dan A Ki segera bertanya serentak.
"Ada apa?" Siau Po merendahkan suaranya.
"Kacung yang masuk barusan adalah samaran salah seorang anak buah Gouw Sam
Kui yang ilmunya tinggi sekali Apa yang kami bicarakan tadi pasti sudah didengar
olehnya." Shang Cie dan pangeran Kaerltan terkejut setengah mati Mendengar ucapan Siau Po
itu. "Kalau begitu, dia tidak boleh dibiarkan nidup." kata mereka serentak.
"Kakak berdua jangan terburu-buru turun tangan. Kita-kita pura-pura belum
mengenalinya, Kita lihat dulu, berapa jumlah seluruh orangnya yang telah dikirim
kemari! Dan.. dan permainan setan... apa yang telah mereka rencanakan."
Ketika berbicara, suara Siau Po juga sudah gemetar. Kalau kacung tadi benar-benar
samaran orang Gouw Sam Kui, Siau Po pasti tidak akan demikian gentarnya, Ternyata
dia adalah orang Sin Liong Kau, Lu Kao Han.
Orang ini bersama-sama dengan Siau Po berangkat ke kota raja dari Sin Liong To,
mereka bergaul sudah cukup lama, Dan saat ini samarannya benar-benar sempurna,
sampai-sampai Siau Po tidak mengenalinya.
Tapi ketika melihat bayangan punggungnya, Siau Po merasa tidak asing, Pagi hari
tadi, ketika berada di kuil Tan Ci Si, dia belum mengingatnya, sekarang mereka bertemu
lagi di Li Cun Wan, dia segera manyadari bahwa ada sesuatu yang janggal. Setelah
dipikirkan dengan seksama, dia baru sadar siapa adanya orang tersebut.
Kalau hanya Lu Kao Han satu orang saja, Siau Po juga tidak begitu takut Tapi
ternyata orang itu mengatakan bahwa dia akan datang ke Li Cun Wan untuk
mendengarkan lagu. Maka dia segera menyusup ke tempat ini dan menyamar sebagai
kacung, Kemungkinan Poan Tau To dan Siu Tau To juga ikut datang, Jangan-jangan
Hong kaucunya sendiri juga sudah tiba di sini.
Urusan ini sungguh rumit sekali, Semakin memikirkan, dia semakin takut. Setetes
demi setetes keringat sebesar kacang kedelai menetes membasahi keningnya.
Tampak Lu Kao Han berjalan masuk kembali membawa sebuah nampan yang di
atasnya terdapat dua botol arak dengan kepala masih tertunduk. Dia meletakkan dua
botol arak itu di atas meja.
Siau Po berpikir dalam hati.
-- Hm! Dia sengaja menundukkan wajahnya karena takut kukenali Entah berapa
orang seluruhnya yang telah datang" - Karena itu dia berkata, "Mengapa di dalam
rumah pelesiran ini hanya ada kau satu orang" Panggil yang lainnya untuk melayani
kami!" Lu Kao Han berdehem mengiakan, kemudian dia segera membalikkan tubuhnya
untuk berjalan ke luar. Siau Po berkata kepada rekan-rekannya dengan suara rendah.
"Toako, jiko, jiso, nanti kalian bertindak mengikuti isyarat mata dariku, Kalau aku
mendelikkan mataku ke atas sehingga yang terlihat hanya bagian yang putihnya saja,
kalian lekas-lekas turun tangan, Siapa pun yang ada dalam ruangan ini, kalau bisa kita
bunuh saja, Mereka semua terdiri dari orang-orang yang kepandaiannya tinggi sekali,
jangan dianggap enteng!"
Shang Cie dan yang lainnya menganggukkan kepala tanda mengerti Dalam hati
mereka justru berpikir. -- Para bawahan Gouw Sam Kui, meskipun yang ilmunya paling tinggi, juga tidak
mungkin seberapa hebat Kenapa kau demikian kelabakan" Tidak lama kemudian, Lu Kao Han membawa masuk empat orang wanita penghibur,
Masing-masing duduk di samping para tamunya, Siau Po memperhatikan dia tidak
kenal dengan keempat wanita itu. Pokoknya bukan perempuan penghibur di Li Cun
Wan, Tampangnya juga tidak ada yang enak dilihat BoIeh dibilang malah jeleknya
setengah mati. Ada yang matanya juling, ada yang mulutnya pengok, ada yang kulitnya
kuning pucat dan satunya lagi justru hitam sekali seperti arang.
Rata-rata wajah mereka penuh dengan bintik-bintik atau jerawat. Salah satunya yang
penuh dengan jerawat kebetulan sedang melirik kepada Siau Po dan mengedipkan
matanya. Siau Po melihat sinar matanya yang terang sekali, bentuk bola matanya juga sangat
indah, Hatinya berpikir -- Keempat perempuan ini pasti samaran orang-orang Sin Liong kau juga, Mereka
sengaja berdandan sedemikian rupa agar tidak dikenali, perempuan yang satu ini justru
mengedipkan matanya kepadaku, apa artinya" -Siau Po segera menuangkan arak Mi Jun Ciu yang mengandung obat bius tadi ke
dalam empat buah cawan dan diserahkannya kepada keempat wanita penghibur itu.
"Mari kita minum bersama-sama!" katanya.
Di dalam rumah pelesiran, selamanya belum pernah ada tamu yang menuangkan
arak untuk wanita penghibur yang menemaninya. Begitu tangan si tamu menyentuh
kendi arak, wanita penghibur akan segera merebutnya dan menuangkannya.
Akan tetapi keempat wanita itu hanya berdiam diri saja, mereka membiarkan Siau Po
menuangkan arak tanya untuk mereka, Tidak ada satu pun di antara mereka yang
membuka suara, Siau Po berpikir lagi dalam hatinya.
-- Ke empat perempuan ini benar-benar tidak tahu bagaimana harus menyamar
sebagai pelacur! --Kemudian dia berkata, "Kalian ke mari untuk melayani tamu,
mengapa begitu tidak tahu aturan" Minum dulu arak kalian masing-masing!"
Selesai berkata, dia menuangkan secawan arak lagi lalu berkata kepada Lu Kao
Han. "Kau orang baru bukan" jadi kacung saja tidak becus! Kalau kalian tidak minum
arak yang disuguhkan tamu, tamu mana yang mau mengeluarkan uang untuk kalian!"
Lu Kao Han dan keempat wanita penghibur palsu itu mengira bahwa memang
demikianlah peraturan di dalam rumah pelesiran, Mereka sengaja mengiakan dan
mengeringkan arak dalam cawan masing-masing.
"Nah, begitu baru betul!" kata Siau Po. "Apakah di dalam rumah pelesiran ini masih
ada kura-kura (germo) atau pelacur lainnya" Panggil semuanya ke luar! Masa Li Cun
Wan sebesar ini hanya ada kalian berlima" Rasanya kok aneh!" kata Siau Po.
Perempuan yang berwajah kuning langsung mengedipkan matanya kepada Lu Kao
Han. Kacung palsu itu segera ke luar Tidak lama kemudian dia sudah datang lagi
dengan membawa dua orang kacung lainnya, Dengan suara yang diserak-serakan dia
berkata. "Pelacur lainnya sudah tidak ada lagi, hanya ada dua ekor kura-kura."
Diam-diam Siau Po merasa geli.
"Pelacur, kura-kura itukan panggilan orang lain, Kau sendiri seekor kura-kura, masa
kau menyebut dirimu sendiri dengan panggilan seperti itu" Meskipun tamu yang datang
ke sini untuk pelesiran juga tidak akan menggunakan kata-kata yang demikian tidak
sopan. Di tempat ini biasanya orang menyebut pelayan dan nona penghibur, aku hanya
mengujimu saja, belangnya langsung ketahuan, He he, Hong kaucu pandai meramal
dan banyak akal muslihatnya, tapi mimpi pun tidak membayangkan bahwa aku Siau Po
justru dibesarkan di rumah pelacuran ini! -Kedua kacung atau germo yang dibawanya bertubuh tinggi besar, Yang satu, sekali
lihat saja sudah ketahuan bahwa orang itu samaran Poan Tau To. sedangkan yang
satunya tentu Siau Tau To, tapi mengapa bentuk tubuhnya begitu tinggi" Setelah
merenung sejenak, Siau Po segera menyadari bahwa kaki orang itu pasti ditambah
tongkat penyanggah. Kalau dia kurang cantik, tentu tidak bisa berpikir sejauh itu.
Siau Po kembali menuangkan dua cawan arak.
"Sekarang tamu menyuruh kalian dua ekor kura-kura minum arak, kalian para kurakura
harus cepat minum!" katanya.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Poan Tau to langsung meneguk kering
cawan araknya, Sifat Siau Tau To lebih berangasan.
"Kau si bocah busuklah yang pantas menjadi kura-kura!" makinya,
Lu Kao Han segera menarik ujung lengan bajunya dengan gugup.
"Cepat minum! Kenapa kau begitu berani terhadap tamu?"
Siau Tau To menyamar sebaga kacung justru karena mendapat perintah dari Hong
kaucu, hatinya terkejut sekali ketika disadarkan oleh Lu Kao Han. Cepat-cepat dia
mengeringkan cawan araknya.
"Apakah semuanya sudah berkumpul di sini?" tanya Siau Po. Tidak ada orang
lainnya lagi?" "Tidak ada." sahut Lu Kao Han.
"Apakah Hong kaucu sendiri tidak menyamar sebagai kura-kura?" tanya Siau Po
sembari cepat-cepat mendelikkan matanya ke atas sehingga yang terlihat hanya bagian
yang putihnya saja. Lu Kao Han bertujuh yang mendengar pertanyaan itu segera menjadi tersentak
kaget. Ke-empat wanita penghibur palsu itu langsung mencelat bangun, Sejak tadi
Shang Cie memang sudah bersiap sedia. Kedua tangannya terjulur ke depan untuk
menotok pinggang Siu Tau To dan Lu Kao Han.
Begitu turun tangan, Lu Kao Han langsung roboh, tapi Siu Tau To hanya mendengus
satu kali, lalu dia mengibaskan tangannya untuk menghantam kepala Shang Cie. Shang
Cie terkejut. Dalam hati dia berpikir, ilmu Liong Ci Tan (Totokan dua jari)nya boleh
dibilang tidak ada tandingannya di dunia. Sejak sepuluh jari tangannya kutung,
gerakannya memang menjadi agak lamban sedikit, namun karena jarinya tinggal dua
ruas, kekuatannya justru jadi berlipat ganda, Terang-terangan totokannya tadi
mengenai pinggang Siu Tau To, tapi mengapa orang itu seperti tidak merasakannya"
Mungkinkah dia juga seperti Siau Po yang pernah mempelajari ilmu Kim Kong Kong"
Sebetulnya, di antara kedua orang ini, tidak ada seorang pun yang pernah
mempelajari ilmu kebal. Kalau Siau Po tidak mempan pukulan atau pun senjata tajam
itu hanya karena dia mengenakan baju mustika. sedangkan Siu Tau To menggunakan
tongkat penyanggah kaki, dengan demikian tubuhnya jadi lebih tinggi satu kaki. Shang
Cie tentu saja tidak mengetahuinya, dia menyerang di bagian pinggang, tapi sebetulnya
mengenai bagian paha, maka Siu Tau To hanya mengaduh kesakitan satu kali, tapi
tidak sampai roboh. Pada saat itu, pangeran Kaerltan sudah bertarung melawan Poan Tau To. Wanita
penghibur yang mukanya jerawatan segera berbaku hantam dengan A Ki. Sedangkan
seorang lainnya segera menerjang ke arah Siau Po.
Si anak muda tertawa. "Apakah kau tiba-tiba kena sakit ayan" Mengapa menyerang membabi buta?"
katanya. Dia melihat kuku jari tangan perempuan itu panjang-panjang, serangannya juga
cepat sekali, Hatinya terkejut, dia menundukkan kepalanya dan menyusup ke kolong
meja, tangannya terulur untuk mendorong paha perempuan itu.
Perempuan itu sudah minum arak Mi Jun Ciu, kepalanya memang sudah terasa
pusing tujuh keliling, begitu didorong oleh Siau Po, gerakannya langsung limbung,
tubuhnya terhuyung-huyung beberapa kali, lalu dia jatuh terduduk dan tidak sanggup
bangkit kembali. Kemudian, ketiga wanita penghibur palsu lainnya juga susul menyusul
roboh. Shang Cie dan Siu Tau To sudah bertarung beberapa jurus, Siu Tau To merasa
gerakannya kurang leluasa karena menggunakan tongkat penyanggah, Karena itu dia
segera membungkukkan tubuhnya untuk mematahkan penyanggah kakinya, Melihat itu,
Shang Cie menggumam. "Rupanya seorang katai!"
Siu Tau To marah sekali. "Lohu dulu bahkan lebih tinggi daripada kau! Kalau aku lebih senang menjadi orang
katai, apa urusannya denganmu?" makinya.
Shang Cie tertawa terbahak-bahak, mulut keduanya berbicara, tapi tangan dan kaki
mereka tidak berhenti bergerak. ilmu keduanya sama-sama tinggi, Setelah bertempur
beberapa jurus, mereka sama-sama mengagumi lawannya, Shang Cie berpikir dalam
hati. - Di bawah pimpinan Gouw Sam Kui ternyata ada perwira yang kepandaiannya
demikian tinggi! -Sedangkan Siu Tau To berpikir.
- Kepandaianmu memang tinggi sekali, tapi kau bersedia menjadi kaki anjing si
budak busuk Siau Po, tampaknya kau juga bukan orang baik-baik! -Di pihak lain, dalam beberapa jurus saja, pangeran Kaerltan sudah mulai terdesak
oleh Poan Tau To. Untungnya, sebelum terjadi perkelahian Poan Tau To sudah dipaksa
minum arak Mi Jun Ciu oleh Siau Po. Meskipun tidak sampai roboh, tapi gerakannya
sudah tidak segesit semula. Karena itulah, sampai sedemikian jauh pangeran Kaerltan
masih belum sanggup dirobohkannya.
Sementara itu, A Ki merasa heran, perempuan yang menyamar sebagai wanita
penghibur itu hanya bertarung dengannya beberapa jurus lalu roboh sendiri Ketika dia
menolehkan kepalanya, tampak pangeran Kaerltan mulai kewalahan, cepat-cepat dia
menghampiri untuk membantunya.
Pandangan mata Poan Tau To tiba-tiba saja menjadi gelap, Tubuhnya terhuyunghuyung.
Dia merasa dadanya kena dihajar oleh lawan, tapi pukulan itu tidak terlalu kuat,
Cepat-cepat dia memejamkan matanya, Kedua tangannya direntangkan, dibengkeknya
tangan lawan, Jari telunjuk sepasang tangannya langsung meluncur ke depan dan
menotok bagian bawah ketiak lawannya.
A Ki segera merasa seluruh tubuhnya lemas, Perlahan-lahan dia jatuh terkulai, dia
menindih di atas tubuh Lu Kao Han. Hatinya takut sekali, tapi kemudian dia melihat
Poan Tau To sendiri perlahan-lahan tersungkur jatuh.
"A Ki, A Ki, kenapa kau?" tanya pangeran Kaer1tan. Tiba-tiba Poan Tau To bangkit
kembali, secepat kilat dia mengirimkan sebuah pukulan kepada si pangeran, Tubuh


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemuda itu langsung terpental jauh sampai ke depan pintu dan dengan keras
membentur dinding. Tenaga dalam Poan Tau To sudah mencapai tingkat yang mahir sekali, Meskipun dia
sudah minum arak Mi Jun Ciu, tapi itu hanya semacam obat bius yang biasa digunakan
dalam rumah pelesiran untuk mengatasi perempuan-perempuan yang tidak bersedia
melayani tamu, dayanya tidak seberapa hebat. Meskipun kepalanya terasa pusing, tapi
dia masih berusaha mempertahankan diri.
Pada saat itu, pandangan mata Siu Tau To mulai berkunang-kunang, Dia
mengulurkan tangannya untuk memukul Sang pangeran, tapi dengan mudah semua
serangannya berhasil digagalkan oleh Shang Cie.
Pundak kiri dan kening kanannya ber-turut-turut kena hantaman Shang Cie. Dapat
dibayangkan betapa hebatnya tenaga dalam Shang Cie, meskipun tubuh Siu tau to
seumpamanya terdiri dari otot baja dan kulit besi, tetap saja dia tidak sanggup
menahannya, tanpa dapat mempertahankan diri lagi, dia berteriak sekeras-kerasnya,
kemudian melarikan diri lewat pintu, sementara itu, Lu Kao Han bangkit dengan tubuh
terhuyung-huyung, totokan di pinggangnya masih belum lepas, Dengan setengah
bingung, dia ikut Siu Tau To melarikan diri.
Pangeran Kaerltan sendiri kena pukulan Poan Tau To sehingga seluruh tubuhnya
yang terpental dan membentur tembok terasa sakit sekali, Baru saja dia hendak
memejamkan matanya menenangkan diri, tiba-tiba dia melihat tangan musuh menumpu
pada meja dan berdiri sepasang mata orang itu terpejam, tangan kanannya melindungi
bagian dada seakan takut terkena serangan.
Kaerltan dapat melihat kesempatan yang baik, dengan memaksakan diri dia
mencelat bangun serta mendupak bagian punggung lawan, Poan Tau To menjerit
keras-keras, tangannya membalik untuk mencengkeram dada pangeran Kaerltan,
Diangkatnya tubuh pangeran itu. Shang Cie segera menghambur ke depan untuk
memberikan bantuan, Poan tau to segera membuka matanya, sambil mencekal dada
Kaerltan, dia melompati tembok pekarangan dan melarikan diri.
"Kembalikan orang itu!" bentak Shang Cie. Dia segera mengejar keluar Lalu
melompat juga ke atas tembok pekarangan Suara teriakan kedua orang itu sayup-sayup
semakin menjauh. Wi Siau Po merangkak ke luar dari kolong meja, Dia melihat setumpukan tubuh
malang melintang di atas tanah, Song Ji dan Cin Ju rebah di sudut ruangan, Keempat
anggota Sin Liong kau yang menyamar sebagai wanita penghibur terbaring di atas
lantai. Semua orang itu tidak bergerak sedikit pun. Ada yang roboh karena tertotok, ada
juga yang disebabkan pengaruh arak Mi Jun ciu. Mereka semua menggeletak seperti
orang mati. Siau Po paling mengkhawatirkan keadaan Song Ji. Cepat-cepat dia memondong
gadis cilik itu. Dia melihat sepasang mata gadis itu berkedip-kedip, pernapasannya
lancar, hatinya menjadi lega, Tapi dia tidak mengerti ilmu membebaskan totokan,
Karena itu, terpaksa dia memapah Song Ji, Cin Ju dan A Ki agar duduk di kursi.
Hatinya memikirkan keadaan ibunya, Cepat-cepat dia menghambur ke kamar
belakang, tampak ibunya terkulai di atas tempat tidur, Siau Po terkejut setengah mati,
Dengan panik dia memondongnya, Tubuh ibunya lemas sekali tapi denyut jantung dan
pernafasannya masih normal.
Dia menduga, tentu sang ibu juga terkena totokannya orang-orang Sin Liong Kau.
Kalau hal ini sampai dialami ibunya, kemungkinan kacung dan mucikari serta pelayan
lainnya juga sudah mendapatkan bagian yang sama. Kalau seseorang terkena totokan,
dalam waktu beberapa jam akan bebas dengan sendirinya, jadi dia tidak terlalu
khawatir. Siau Po kembali ke ruangan depan, Di depan pintu dia memasang telinganya, tidak
terdengar suara Shang Cie, Poan Tau To, Siu Tau To maupun pangeran Kaerltan.
Dalam hati dia berpikir -- perempuan yang mukanya jerawatan tadi mengedipkan matanya kepadaku,
tampaknya dia memberi isyarat agar aku berhati-hati, Orang ini baik juga hatinya, Entah
siapa dia" -- Dia segera menghampiri perempuan itu dan membungkukkan tubuhnya,
Dengan tangannya dia mengusap wajah perempuan itu beberapa kali.
Butiran jerawat palsu itu langsung rontok, Tampaknya seraut wajah berbentuk kuaci,
putih dan manis sekali, Siau Po mengeluarkan seruan gembira. Rupanya Siau kongcu,
Bhok Kiam Peng. Siau Po menundukkan kepalanya dan mencium pipi gadis itu.
"Biar bagaimana kau masih bersikap baik kepadaku, tentunya kau dipaksa mereka
datang ke mari, bukan?"
Tiba-tiba jantungnya berdebar.
-- Entah siapa perempuan penghibur lainnya" Apakah Pui Ie juga ikut datang"
Perempuan hina yang satu ini selalu mencari akal untuk mencelakakan akui Kalau
sekarang dia tidak ikut, benar-benar aneh! -- pikirnya,
Teringat kepada Pui Ie, hatinya terasa hangat juga sedih. Dia menatap kepada
perempuan yang wajahnya kuning dan pipinya tembem, tapi tubuhnya langsing,
Kemungkinan dialah Pui Ie. Karena itu, dia segera mengulurkan tangannya untuk
menghapus samarannya. Bedak berwarna kuning itu segera terhapus, tampaklah seraut wajah yang manis dan
berbentuk oval, usianya mungkin lebih tua lima enam tahun dibandingkan Pui Ie, tapi
wajahnya jauh lebih cantik. Siapa lagi kalau bukan Hong hujin"
Dalam keadaan terbius, pipinya berona merah, kulitnya halus dan mengkilap,
Meskipun dulu Siau Po sendiri sering merasa kalau wanita yang satu ini sangat
menawan, tapi pesonanya sekarang semakin terlihat nyata.
Kalau dulu tidak pernah ada pikiran kotor dalam benaknya, sekarang dia menjadi
lupa diri melihat kecantikan wanita itu, Karena ada kesempatan, dia segera
mengulurkan tangan untuk mengelus-elus wajah Hong hujin.
Tampak sepasang matanya terpejam rapat-rapat, dia dalam keadaan tidak sadar,
jantung Siau Po menjadi berdebar-debar, sekali lagi dia mengelus wajah wanita itu.
Kemudian dia membalikkan tubuhnya untuk menatap kedua wanita lainnya, Yang
satunya bertubuh sintal pasti bukan Pui Ie. Salah seorang di antaranya malah
menyerang Siau Po dengan ganas tadi, Siau Po mengangkat kendi arak lalu distramkannya
ke wajah perempuan itu, kemudian dia menarik ujung baju si perempuan untuk
mengusap wajahnya, Siau Po terpana, ternyata si permaisuri palsu, Hati Siau Po
menjadi senang. -- Wah, jasaku kali ini benar-benar besar sekali Sri Baginda dan Thay Hou menyuruh
aku menangkap si moler tua ini untuk membalas dendam. Dengan berbagai cara aku
tidak pernah berhasil, tidak tahunya sekarang dia malah menyodorkan dirinya dengan
menjadi pelacur di rumah pelesiran ini.
Sejak dulu aku sering menyebutnya perempuan hina dan si moler tua, tampaknya
aku juga mempunyai bakat meramal nasib orang, Buktinya sekarang dia benar-benar
ada di rumah hina ini! -Kemudian dia mengusap wajah pelacur yang terakhir, yang ini baru samaran Pui Ie.
Siau Po terkejut. - Mengapa pinggangnya begitu besar" -- katanya dalam hati. Mungkinkah dia main
serong dengan orang lain" Ya, Thian yang kuasa ... si moler tua benar Siau Po menjadi
pelacur, tampaknya aku Wi Siau Po juga terpaksa harus menjadi kura-kura kecil! Dia mengulurkan tangannya dan disusup-kannya ke dalam pakaian Pui Ie. Yang
tersentuh olehnya bukan kulit tubuh dan ketika ditarik keluar ternyata sebuah bantal.
Siau Po tertawa terbahak-bahak.
-- Ternyata hatimu jauh lebih jahat dari Siau kungcu, Dia justru khawatir aku terkena
tangan jahat kalian sehingga mengedipkan matanya memberi isyarat kepadaku Kau
justru takut ketahuan olehku sehingga sudi menyamar menjadi perempuan bunting! Ha
ha ha ha ha.,.! Si pelacur kecil hamil di dalam rumah pelesiran, aku suamimu akan
menggugurkan kandunganmu, menggugurkan kandungan yang ternyata sebuah bantal!
-Siau Po berjalan ke luar ruangan dan melihat-lihat sekitarnya, Tampak mayat
berserakan Keadaan di sekitar gelap gulita, tidak terdengar suara apa pun, Dalam hati
dia berpikir. -- Poan tau to dan Siu Tau To sudah minum arak Mi Jun Ciu, tentu mereka tidak
sanggup mengalahkan kedua kakak angkatku itu. Tapi bila Hong kaucu dan yang
lainnya menantikan di depan sana, akibatnya sulit dibayangkan! Kakak berdua, kalau
kalian hari ini sampai putus jiwa, maafkan kalau siautee menyalahi janji dan tidak sudi
mati pada tahun, bulan atau pun hari yang sama! -- katanya dalam hati.
Bagian 73 Dia masuk kembali ke dalam, Dia melihat Hong hujin, Pui Ie, Bhok Kiam Peng, Cin Ju
dan Song Ji semuanya tidak sadarkan diri, Masing-masing memiliki kecantikan dan
pesona tersendiri Hatinya langsung tergerak.
-- Di tempat tidur dalam masih ada seorang gadis yang lebih cantik dari keenam
perempuan di sini, Dialah istriku yang telah bersembahyang kepada langit dan bumi
bersamaku Malam ini kau sengaja mengantarkan dirimu untukku, Kalau aku tidak
memperdulikanmu, bukankah aku terlalu tidak berperasaan" -- katanya lagi dalam hati.
Ketika bermaksud melangkahkan kakinya ke ruangan dalam, dia melihat sepasang
mata Cin Ju sedang menatap kepadanya, wajahnya berona merah. Dia pun berpikir
lagi. -- Dari Ong Ok San sampai ke Yang-ciu, sepanjang perjalanan, kau si budak cilik
selalu menghindari aku. Aku ingin bicara beberapa patah kata saja sulitnya bukan main!
Malam ini aku tidak boleh berlaku sungkan-sungkan lagi kepadamu: -Dia segera memondong gadis itu dan membawanya ke dalam kamar lalu
diletakkannya di samping A Ko.
Tampak A Ko masih tertidur dengan pulas, tentu saja bukan benar-benaran tidur,
melainkan tidak sadarkan diri, Bulu matanya lentik sekali, Bibirnya menyunggingkan
senyuman. Kemungkinan dia sedang bermimpi indah, yakni bermesraan dengan The
Kek Song. Siau Po berpikir. -- Kalau melakukan sesuatu, jangan kepalang tanggung, Lebih baik aku pindahkan
para moler tua, moler cilik dan perempuan jahat atau perempuan baik ini semuanya ke
dalam kamar, Bukankah ini Li Cun Wan" Para perempuan masuk ke dalam rumah
pelesiran, memangnya ada pekerjaan baik apa yang dapat dilakukan" Apalagi kalian
sendiri yang datang ke mari, maka kalau kalian terjaga nanti, jangan kalian salahkan
diriku! -Sejak kecil Siau Po sudah bercita-cita ingin membuka rumah pelesiran, malah kalau
bisa yang jauh lebih besar dan megah daripada Li Cun wan. Pada saat itu, dia ingin
memamerkan diri kepada orang-orang yang pernah menghinanya, dia akan memanggil
seluruh wanita penghibur di kota Yang-ciu untuk menemaninya.
Kemudian, satu demi satu perempuan itu digotongnya ke dalam kamar Terakhir si
permaisuri palsu pun dibawanya sekalian. Delapan wanita tidur berjajar di pembaringan
Tiba-tiba sebuah ingatan terlintas dalam benaknya.
-- istri teman, tidak boleh dipermainkan Jiso, kau adalah kakak iparku, kita semuanya
merupakan laki-laki sejati, aku tidak boleh melupakan tali persaudaraan -- Karena itu,
dia segera memondong A Ki kembali ke ruangan depan. Tampak mata gadis itu
berkejap-kejap, Entah apa yang ada dalam benaknya.
Siau Po melihat wajahnya cukup cantik, nafasnya memburu dan dadanya tersengalsengal,
Tiba-tiba saja dia merasa menyesal
-- Aku mengangkat saudara dengan Shang Cie toh bukan dengan setulus hati. Aku
hanya menggunakan siasat agar dapat meloloskan diri dari maut, Dengan demikian
mereka tidak jadi membunuh aku. Apa toako atau jiko, itukan hanya panggilan di mulut
saja. Nona A Ki ini lumayan cantik, sayang sekali kalau harus memanggilnya ji so.
sebaiknya aku mengambilnya menjadi istriku saja sekalian.
Pada jaman dahulu, Tong Pek Ho saja mempunyai sembilan orang istri, Aku bisa
menganggap A Ki sebagai istriku, jumlahnya juga tidak lebih dari delapan orang, Masih
kurang satu. He he he... si moler tua sudah berkarat dan galak lagi, mana terhitung
wanita cantik" Kalau dibandingkan dengan Tong Pek Ho, Siau Po masih kalah sedikit, karena Tong
Pek Ho mempunyai sembilan istri yang cantik, Kalau si permaisuri palsu tidak dihitung,
berarti jumlahnya hanya tujuh, Kalahnya terlalu banyak, Biarlah, tua juga tidak apaapa!
Pikirnya. Dia lalu mengangkat A Ki kembali ke dalam kamar Baru berjalan beberapa langkah,
tiba-tiba dia berpikir lagi.
- Kwan Im Tiong menempuh perjalanan jauh untuk mengantarkan kakak iparnya.
Tapi sepanjang perjalanan dia juga tidak pernah memperlakukan istri sahabatnya
dengan semena-mena. Aku, Wi Siau Po baru menggendong kakak iparku ini sejauh
tujuh langkah, masa aku sudah timbul pikiran buruk" Rasanya kurang pantas,
Biarlah, kalah sedikit juga tidak apa-apa. Kalau Tong Pek Ho mempunyai sembilan
wanita cantik, aku, Wi Siau Po terpaksa harus puas dengan tujuh wanita cantik saja.
Lagi-pula aku masih muda, masa lain kali aku tidak mempunyai kesempatan untuk
mencari dua atau lima istri lagi" -Dengan membawa pikiran itu, dia segera membalikkan tubuhnya dan meletakkan A
Ki di atas kursi. A Ki dalam keadaan tertotok, Dia hanya tidak dapat bergerak atau pun berbicara, tapi
pikirannya masih sadar Tentu saja tidak tidak tahu bahwa saat ini sedang terjadi perang
di dalam bathin Siau Po. Mendapatkan Siau Po menggendongnya ke sana ke mari, dia hanya dapat bercuriga
dan menduga-duga dalam hati.
Siau Po berjalan ke dalam kamar Dia berkata seorang diri.
"Pui kouwnio (nona Pui), Siau kuncu, Hong hujin, kalian datang ke rumah pelesiran
ini untuk menyamar sebagai pelacur sedangkan Song Ji dan nona Cin Ju, kalian
sendirilah yang bersedia ikut aku datang ke Li Cun Wan ini. Mungkin kalian sendiri
tidak tahu tempat apa yang kalian datangi ini.
Tapi karena kalian sudah ada di sini, tidak menemani aku juga tidak bisa lagi, A Ko,
kau adalah istriku, kau datang ke sini untuk bermesraan dengan ibuku yang berarti
mertuamu, sekarang suamimu akan bermesraan denganmu! -Dia mengulurkan tangannya dan mendorong si permaisuri palsu ke ujung tempat
tidur Dia benci melihat wanita itu, Tidak ada gairahnya terhadap perempuan yang satu
itu. Kemudian dia menyibakkan selimut, ditutupnya keenam perempuan yang lain.
Dia melepaskan sepatunya lalu berteriak sekeras-kerasnya dan akhirnya menyusup
ke dalam selimut. Siau Po bergulingan ke sana ke mari sambil tangannya meraba sana-sini. Entah
berapa lama sudah berlalu, mulutnya menggumamkan lagu kesayangannya.
"Raba sana raba sini, raba-raba tujuh pasang tangan adikku manis. Raba seratus
delapan kali... raba delapan pasang kaki putri cantik...."
Justru ketika tangannya sedang menggerayang ke sana ke mari, tiba-tiba terdengar
suara gumaman lirih dan lembut.
"Ja... ngan, ja... ngan, The kongcu, kaukah itu?"
Ternyata suara A Ko. Keadaan dalam kamar itu gelap sekali, Siau Po tidak bisa
melihat wajah para perempuan itu, Dia hanya mengenali dari suaranya, Rupanya dia
yang paling dulu minum arak Mi Jun Ciu. Karena waktunya berlalu sudah cukup lama,
maka dia yang pertama-tama siuman.
Mendengar kata-katanya, Siau Po marah sekali, Dalam hati dia memaki.
- Mimpi pun kau masih memanggil nama The kongcu, Tentunya kau merasa senang
sekali kalau dia yang naik ke atas tempat tidur ini bukan" -Dia segera menjawab, "Aku!"
"Tidak! Tidak! Kau jangan..." kata A Ko tersendat-sendat. Gadis itu berusaha
memberontak Tiba-tiba terdengar suara The Kek Song dari ruangan depan.
"A Ko! A Ko! Di mana kau?"
Brakkk! Terdengar suara bising, Rupanya dalam kegelapan dia menabrak sebuah meja
sehingga terbalik, Cawan-cawan yang berada di atasnya bergulingan dan pecah
berantakan di atas lantai.
A Ko mendengar suara The Kek Song berasal dari ruangan depan, Kalau begitu,
yang memeluknya pasti bukan pemuda itu. Dalam keadaan terkejut kesadarannya jadi
bertambah beberapa bagian.
"Siapa kau" Mengapa... a... ku.,.?" tanyanya gugup.
Siau Po tertawa. "Masa suara suamimu sendiri kau juga tidak mengenalinya."
tanyanya. Bukan kepalang rasa terkejut di hati A Ko. Dia berusaha memberontak, tapi seluruh
tubuhnya terasa lemas, karena itu dia berteriak sekeras-kerasnya.
"The kongcu! The kongcu!"
Dengan tergopoh-gopoh Kek Song menghambur ke dalam kamar, Tapi karena
keadaannya gelap sekali, kepalanya sekali membentur pintu, Namun dia tidak
memperduIikannya. "A Ko! A Ko! Di mana kau?" teriaknya.
"Aku di sini...!" sahut A Ko. "Lepaskan tanganmu! Setan kecil! Apa yang kau
lakukan?" "Apa?" tanya Kek Song karena tidak tahu bahwa kata-kata A Ko yang terakhir
sebetulnya ditujukan kepada Siau Po.
Gairah Siau Po sedang meluap-luap, Mana mungkin dia sudi melepaskannya begitu
saja" A Ko segera berkata dengan suara mantap.
"Suteeku yang baik, aku mohon kepadamu, sudilah kiranya kau melepaskan aku!"
"Kalau aku bilang tidak, tetap tidak! Ucapan seorang laki-laki sejati, kuda mati pun
sukar mengejarnya!" sahut Siau Po.
Kek Song terkejut sekaligus marah.
"Wi Siau Po, di mana kau?" teriaknya,
Dengan hati bangga Siau Po menjawab,
"Aku ada di atas tempat tidur. Aku sedang memeluk istriku, Kenapa kau ke mari" Aku
sedang bermalam pengantin Apa kau ingin mengganggu acara orang?"
Kek Song semakin gusar. "Siapa yang ingin mengganggu acaramu?" teriaknya sekali lagi, "Mengganggu
malam pengantin emakmu!"
"Kalau kau ingin mengganggu malam pengantin emakku, hari ini tidak bisa! Karena
malam ini emakku tidak mempunyai tamu, kecuali kalau kau mau menjadi pengantin
lakinya!" sahut Siau Po sambil tertawa.


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ngaco!" bentak Kek Song yang mendongkol sekali, Dia segera menghambur ke atas
tempat tidur Dalam kegelapan dia berhasil menangkap tangan seseorang, "A Ko,
apakah ini tanganmu?" tanyanya.
"Bukan!" sahut A Ko.
Dalam hati, Kek Song berpikir, kalau bukan tangan A Ko, pasti tangan si bocah
busuk, karena itu dia memelintirnya keras-keras, Tidak disangka yang dipelintirnya
justru tangannya si permaisuri palsu, Mao Tung Cu.
Karena meneguk arak Mi Jun Ciu, kepalanya pusing tujuh keliling, matanya
berkunang-kunang, Namun dia merasa sakit ketika ada seseorang yang memelintir
tangannya, tangan kirinya segera meluncur dan melancarkan sebuah pukulan.
Untung saja, tenaganya sudah tinggal satu dua bagian, Meskipun pukulannya itu
tepat mengenai dada Kek Song, pemuda itu tidak sampai terluka parah. Kek Song
hanya merasa nyeri, tubuhnya limbung ke belakang, kebetulan kepalanya membentur
tembok sehingga sekali lagi dia tidak sadarkan diri.
"The kongcu, bagaimana keadaanmu?" tanya A Ko.
"Tidak terdengar sahutan sama sekali, "Dia kan datang untuk mengganggu malam
pengantin kita, pasti dia sudah menyusup ke kolong ranjang!" kata Siau Po.
A Ko langsung menangis tersedu-sedu, "Tidak mungkin! Cepat lepaskan aku!"
"Jangan bergerak! jangan bergerak!" teriak Siau Po.
A Ko meluncurkan tangannya dan mencengkeram tenggorokan Siau Po. Si bocah
kesakitan, dia segera mendongakkan kepalanya ke belakang, cengkeraman tangan A
Ko pun terlepas, Gadis itu bergegas ingin turun dari tempat tidur, Dia membalikkan
tubuhnya tapi langsung terjerembab, Dia tidak tahu di atas tempat tidur terdapat banyak
orang. Gerakannya jadi tidak leluasa, dia jatuh menimpa tubuh si permaisuri palsu, Mao
Tung Cu kesakitan, dia mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk A Ko erat-erat,
Mulutnya berkaok-kaok. Dalam kegelapan, tentu saja A Ko tidak tahu siapa yang memeluknya, Dalam
keadaan kaget, tubuhnya semakin lemas, Tiba-tiba dia merasa kakinya juga ditindih
oleh seseorang, Begitu takutnya dia sehingga sekujur tubuhnya mengucurkan keringat
dingin. "Ternyata banyak laki-laki di atas tempat tidur ini!" teriaknya.
Karena gelap, Siau Po tidak berhasil menemukan A Ko. Dia segera memanggil.
"A Ko! Di mana kau" Cepat jawab!"
Dalam hati A Ko berkata. -- walaupun kau memenggal kepalaku, aku tetap tidak akan menjawab! -"Baik! Kalau kau tetap tidak bersuara, aku akan meraba ke sana ke mari, Lama-lama
aku pasti berhasil meraba tubuhmu!" Tiba-tiba dia bernyanyi "Raba sana, raba sini,
Raba si putri cantik. Wajah putri bulat seperti kuaci, karena itu jangan sok suci!"
Tiba-tiba, dari luar ruangan terdengar suara bising, ada orang yang memberikan
perintah dengan bentakan keras, Rupanya sekeliling rumah pelesiran itu sudah
dikepung tentara kerajaan, Kemudian terdengar pula suara langkah kaki yang riuh, Siau
Po tahu, yang datang kalau bukan anak buahnya, pasti pejabat kota Yang-ciu. Hatinya
menjadi gembira. Baru saja dia ingin menyelinap keluar dari selimut, tidak disangka
langkah kaki orang itu demikian cepat, tahu-tahu sudah di dalam ruangan, Terdengar
suara panggilannya Hian Ceng lojin.
"Wi Tayjin, apakah kau ada di dalam?" Nada suaranya terdengar seperti orang panik.
"Aku di sini!" sahut Siau Po tanpa sadar.
Rupanya para anggota Tian Te hwee tidak berhasil menemukan Siau Po, mereka
menjadi khawatir Mereka takut kalau-kalau hiocunya itu menemui bahaya, karena itu
mereka segera keluar mencari Kemudian mereka mendengar Siau Po membawa
beberapa orang siwi menuju sekitar Beng Giok Hong. Akhirnya mereka mendengar
bahwa ada perkelahian terjadi di rumah pelesiran Li Cun Wan.
Mereka segera menuju tempat itu. Begitu sampai di depannya, mereka melihat mayat
beberapa orang siwi tergeletak di sana, Juga ada beberapa orang lagi yang tidak
sadarkan diri ataupun terluka parah. Mereka menjadi terkejut sekali, setelah mendengar
suara Siau Po, hati mereka baru terasa lega,
Siau Po mendengar ada orang yang menyapa-nya, cepat-cepat dia mencelat
bangun, sementara kedua kakinya menginjak tubuh siapa, dia tidak perduli lagi.
Baru saja dia menyingkapkan selimut, Hian Ceng tojin sudah masuk ke dalam kamar
bersama yang lainnya, Tangan mereka masing-masing membawa sebuah obor. Mereka
segera melihat The Kek Song yang terkulai tidak sadarkan diri di lantai. Hati mereka
jadi bingung, "Wi Tayjin! Wi Tayjin!" teriak beberapa orang lagi.
"Aku di sini! Kalian tidak boleh membuka kelambu ini!" sahut Siau Po.
Mendengar suaranya, orang-orang segera bersorak tapi kemudian mereka saling
memandang, Wajah masing-masing menyiratkan senyuman misterius, Dalam hati
mereka berpikir -- Kita semua khawatirnya bukan main, kau malah bersenang-senang di sini! -Dengan bantuan cahaya obor, Siau Po mengenakan pakaiannya kembali Kemudian
dia mengambil kopiahnya untuk dikenakan, Lalu dia turun dari tempat tidur dan
mengenakan sepatunya, setelah itu dia berkata.
"Dengan berbagai siasat, aku berhasil meringkus beberapa penjahat, mereka
sekarang ada di tempat tidur, Jasa kalian kali ini lumayan besarnya!" katanya.
Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu merasa heran. Namun mereka semua
tahu tindak-tanduk Siau Po memang sulit diraba, Karena itu mereka tidak enak hati
untuk banyak bertanya. Siau Po memberi perintah agar mengikat The Kek Song, lalu membawa A Ki dengan
tandu ke tempat tinggalnya, Kemudian dia menyelipkan setiap sisi kelambu ke bawah
tempat tidur, setelah itu memanggil belasan siwi masuk dan menggotong tempat tidur
besar itu pulang ke tempat tinggalnya, Kepala siwi itu memperhatikan tempat tidur
tersebut kemudian berkata.
"Wi Tayjin, tempat tidur itu terlalu besar. Tidak bisa digotong keluar!" katanya.
"Goblok! Kenapa tidak kau hancurkan saja temboknya?" maki Siau Po.
Kepala siwi itu segera mengiakan berulang-ulang, Dia langsung memerintahkan anak
buahnya untuk merobohkan tembok di sekitar pintu keluar, Kemudian beberapa orang
lainnya mencari batangan bambu sebanyak tujuh-delapan buah. Mereka
menyusupkannya di bawah tempat tidur lalu digotong beramai-ramai.
Pada saat itu, hari sudah terang, matahari bersinar cerah. Tempat tidur yang besar
itu digotong beramai-ramai melalui jalan raya. Beberapa orang tentara membawa papan
bertulisan "Harap tenang!" "dan mundur!" Mereka mendorong orang-orang yang
menghalangi jalan. Para penduduk kota Yang-ciu yang melihat peristiwa tersebut, semuanya
mengeluarkan seruan keheranan.
Tempat tidur itu digotong sampai ke taman keluarga Ho. pintunya tetap kekecilan,
Tapi kali ini para siwi sudah mendapatkan pelajaran, mereka tidak menunggu perintah
dari Ciam Cai tayjin lagi. Beberapa orang segera mengambil peralatan untuk
menghancurkan tembok pekarangan tersebut.
Setelah selesai, mereka menggotong masuk tempat tidur itu lalu diletakkan di
ruangan depan. Sekali lagi Siau Po menurunkan perintah Dia mengatakan bahwa di atas tempat tidur
terdapat beberapa orang penjahat Para bawahannya harus siap dengan senjata
masing-masing di tangan dan menjaga ketat sekitar taman tersebut Dia juga memberi
pesan kepada Ci Tian Coan dan yang lainnya untuk berjaga-jaga di luar gedung.
Mereka harus menghindarkan kemungkinan Siu Tau To akan datang menyerbu dengan
rombongan lainnya. Di sekitar taman penuh dengan penjaga, Namun di dalam ruangan besar hanya
terdapat sebuah tempat tidur dan Siau Po seorang diri. Si bocah berpikir dalam hati.
-- Tadi di Li Cun Wan, sebetulnya aku mempunyai kesempatan yang baik sekali, Di
antara tujuh orang perempuan itu, mungkin baru setengahnya yang sempat dipeluk,
LagipuIa keadaan begitu gelap, tidak jelas siapa yang sempat dipeluk dan siapa yang
tidak" sekarang kita mulai lagi dari awal, jangan sampai ada yang ketinggalan.... Mulutnya pun mengeluarkan gumaman Iirih, sembari menyingkapkan kelambu dan
menyusup ke dalam tempat tidur "Raba sana, raba sini, raba tangan adikku,.,."
Tiba-tiba kepalanya tersentak ke belakang, kuncirnya telah ditarik oleh seseorang.
Lalu tenggorokannya seperti dicekik sehingga dia merasa kesakitan, Ternyata dialah
Hong hujin, Setelah sekian lama, obat bius yang terdapat dalam arak Mi Jun Ciu mulai
sirna, Dan bukan hanya dia saja, begitu pula Mao Tung Cu, Pui Ie, dan Bhok Kiam
Peng, sedangkan totokan yang dialami Song Ji dan Cin Ju juga mulai bebas.
Namun tempat tidur itu digotong oleh para siwi melalui jalan raya, dan mereka tahu di
sekitar mereka juga banyak para jago lainnya, karena itu siapa pun tidak berani
sembarangan bergerak atau pun bersuara.
Saat ini, ketika Siau Po ingin memulai dari awal kejahilannya, tahu-tahu dia kena
dicekal oleh Hong hujin. Wajah wanita itu sungguh tidak enak dilihat Dibilang tertawa, bukan, Dibilang senyum
juga bukan. "Setan kecil, nyalimu sungguh besar! Aku pun berani kau permainkan!" bentaknya
keras. Begitu terkejutnya Siau Po sehingga dia merasa seakan sukmanya melayang entah
ke mana. Dipaksakan dirinya untuk tertawa.
"Hujin, a... ku ti... dak ada maksud mempermainkan dirimu, aku...i... ni... itu,.,."
"Lagu apa yang kau nyanyikan tadi?" tanya Hong hujin dengan suara bengis, Namun
dia tidak berani berbicara keras-keras, mungkin takut terdengar para penjaga.
Siau Po tertawa. "ltu kan lagu yang sering dinyanyikan dalam rumah-rumah pelesiran, Aku hanya
iseng-iseng menirukannya!"
"Kau ingin mati atau hidup?" tanya Hong hujin kembali.
Sekali lagi Siau Po memaksakan dirinya untuk tertawa.
"Hamba Pek Liong su selalu mendoakan agar kaucu dan hujin panjang umur.
Usianya seperti usia langit Apa pun yang hujin perintahkan, hamba akan menurutinya!"
katanya. Hong hujin melihat sikap cengar-cengir Siau Po ketika berbicara kepadanya, Dia
langsung pura-pura meludah.
"Cis! sekarang kau bubarkan dulu para penjaga itu!" katanya.
"Baik! itukan soal gampang" Sekarang hujin lepaskan dulu tanganmu, nanti aku akan
menurunkan perintah!" sahut Siau Po.
"Kau berikan perintah dari sini saja!" kata Hong hujin.
Wi Siau Po merasa apa boleh buat, dia terpaksa berteriak dari dalam tempat tidur.
"Para gubernur, walikota, bupati, dan yang lain-lainnya yang ada di luar kamar!
Dengar baik-baik, perintahkan para penjaga untuk mengundurkan diri! Tidak ada
seorang pun yang boleh berdiam di luar!"
Hong hujin menarik kuncirnya keras-keras.
"Apaan ada gubernur, walikota segala" Ngaco!" bentaknya,
Para penjaga yang bersiaga di taman mendengar dia menyebut gubernur, walikota,
dan segala macam jabatan, hati mereka sudah merasa curiga, lalu telinga mereka juga
mendengar suara jeritan Siau Po.
"Aduh! Sakit!" Tanpa menunda waktu lagi, mereka segera menghambur ke dalam ruangan untuk
melihat apa yang telah terjadi.
"Ciam Cai tayjin, ada apa?" tanya mereka serentak.
"Tidak... ti,... dak apa-apa! Aduh, Emak! Sakit!" teriak Siau Po.
Para penjaga saling pandang, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Hong hujin panik
dan khawatir Dia juga kesal sekali, Karena itu dia mengangkat tangannya ke atas dan
menampar pipi Siau Po keras-keras.
"Aduh, Emak! jangan kau pukul lagi anakmu!" teriak Siau Po.
Hong hujin, tidak tahu, kalau Siau Po memanggil seseorang sebagai ibunya, berarti
dia menyindir orang itu seperti pelacur, Namun melihat mulutnya masih mengoceh
sembarangan, dia mengangkat tangannya sekali lagi dengan maksud ingin
menempeleng pipi Siau Po lebih keras.
Tapi tiba-tiba, jalan darah di pinggang dan di punggungnya tertotok oleh seseorang,
Tangannya langsung terkulai lemas.
Hong hujin terkejut, dia segera menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang telah
turun tangan kepadanya, Ketika dia menoleh, dia melihat orang yang tepat di
belakangnya adalah Pui Ie, Dia segera tertawa dingin.
"Nona Pui, ternyata ilmumu tinggi sekali!" katanya. Tangannya yang satu lagi lancung
meluncur ke arah mata kiri Pui Ie.
"Bukan aku!" teriak Pui Ie. Dia menggeser kepalanya untuk menghindarkan diri.
Hong hujin ingin menyerang kembali, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari
belakang, Rupanya tangan Bhok Kiam Peng. Dia juga berteriak.
"Hong hujin, yang tadi bukan perbuatan suci ku!" Dia melihat dengan tegas bahwa
orang yang menotok Hong hujin ialah Song Ji.
Mao Tung Cu, si permaisuri palsu mengulurkan tangannya untuk memukul Bhok
Kiam Peng, untung saja tenaganya sudah habis, sehingga gadis cilik itu tidak sampai
terluka, Ketika dia akan memukul untuk kedua kalinya, Pui Ie segera mengangkat
tangannya menangkis. A Ko melihat telah terjadi pergelutan di antara keempat perempuan itu. Dia ingin
menggunakan kesempatan tersebut untuk turun dari tempat tidur, Tapi, baru sebelah
kakinya keluar dari selimut, pahanya telah ditarik oleh seseorang, Siapa lagi kalau
bukan Siau Po" "Jangan pergi!" katanya.
A Ko memberontak sekuat tenaga. "Lepaskan aku!" teriaknya.
Siau Po tertawa. "Coba kau tebak, apakah kau bersedia melepaskanmu?"
A Ko menjadi panik. Dia membalikkan tubuhnya sembari meninju, Kebetulan Siau Po
sudah bersiap-siaga, dia memiringkan kepalanya, Dengan demikian tinju A Ko tepat
mengenai kening Cin Ju. "Kenapa kau memukul aku?" teriak Cin Ju.
"Ma... af! A... duh!" Tahu-tahu pukulan Pui Ie mendarat di punggungnya.
Keadaan di atas tempat tidur jadi kacau balau, tujuh perempuan itu saling
menghantam tanpa memperdulikan siapa lawannya lagi, Siau Po justru gembira
melihatnya. "lni yang dinamakan perang dunia!" katanya, Baru saja dia ingin
memancing di air keruh, tahu-tahu terdengar suara, Brak!!!
Tempat tidur itu amblas ke bawah. Tujuh perempuan itu menjerit-jerit, entah tangan
siapa menindih paha siapa dan entah kaki siapa mendupak muka siapa.
Para penjaga yang melihat peristiwa itu, tidak ada satu pun yang tidak termangumangu
dan terbengong-bengong. Siau Po tertawa dan terbahak-bahak. Dia ingin merayap keluar dari timbunan para
perempuan itu tapi entah pahanya ditarik oleh siapa.
"Semuanya lepas tangan! Penjaga sekalian ringkus semua istri tua dan istri mudaku
ini!" teriaknya . Para penjaga berdiri berkerumun, tapi tidak ada satu pun yang turun tangan.
Siau Po menunjuk kepada Mao Tung Cu.
"Perempuan ini adalah seorang penjahat besar, jangan biarkan dia meloloskan diri!"
katanya. Para penjaga semakin heran mendengar perkataannya, Mereka berpikir dalam hati.
-- Tadi kau mengatakan bahwa perempuan-perempuan ini merupakan istri tua dan
istri mudamu, mengapa salah satunya justru seorang penjahat besar dan dua di
antaranya justru menyamar sebagai tentara" -Sementara itu, ada beberapa orang yang menudingkan senjatanya kepada Mao
Tung Cu. Dua di antaranya menarik perempuan itu keluar dan memborgoI tangannya.
Siau Po menunjuk kepada Hong hujin.
"Nyonya ini adalah atasanku, tapi sebaiknya kita juga memborgol saja tangannya!"
katanya. Para penjaga semakin heran, Namun mereka tetap memborgol tangan Hong hujin.
Kepandaian Hong hujin sebetulnya tinggi sekali, tapi dua buah jalan darahnya telah
tertotok Song Ji. Karena itu setengah tubuhnya menjadi lumpuh, dia tidak dapat berbuat
banyak, hingga membiarkan tangannya diborgol.
Pada saat itu, Song Ji dan Cin Ju baru merayap keluar dari timbunan perempuanperempuan
lainnya, Kalau mengingat kembali peristiwa tadi malam, mereka merasa
jengah dan geli. Siau Po menunjuk kepada Pui Ie.
"Dia ini istri tuaku!" katanya, Kemudian dia juga menunjuk kepada Bhok Kiam Peng.
"Sedangkan yang ini istri kecilku! istri tua tangannya harus diborgol, istri kecil
tidak perlu!" Para penjaga segera memborgol tangan Pui Ie. Ucapan Ciam Cai tayjin selalu anehaneh
saja, mereka yang sudah sering mendengarnya, juga tidak merasa heran lagi.
Ketika itu, yang duduk di atas tempat tidur ambruk itu hanya tinggal A Ko seorang,
Rambutnya awut-awutan, pakaiannya tidak karuan, Yang dikenakannya pakaian
seorang pria, tapi parasnya justru terlalu cantik.
Tangannya menarik turun jubah atas untuk menutupi pahanya yang telanjang,
wajahnya merah padam dan kepalanya tertunduk dalam-dalam.
Dalam hati para penjaga itu berpikir.
- Di antara para istri Ciam cai tayjin, yang satu inilah yang paling cantik! Terdengar Siau Po berkata.
"Dialah istriku yang resmi, bimbing dia bangun!" Dia langsung maju dua langkah
sembari berkata, "Hujin, silakan bangun!" Tangannya diulurkan ke depan.
Tiba-tiba terdengar suara Plak!!!
Pipi Siau Po sudah kena ditempeleng keras-keras. Sembari menangis dan kepala
tertunduk, A Ko berkata. "Kau memang paling pandai menghina aku! Kau bunuh saja aku! Biar mati sekali
pun, aku tidak sudi menikah denganmu!"
Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu jadi saling tatap keheranan Ciam Cai
tayjin dihina di depan orang banyak, sedangkan mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Dalam hati mereka merasa malu juga.


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi Ciam Cai tayjin sendiri mengatakan bahwa gadis itu adalah isterinya yang
resmi. seandainya mereka mengurung gadis itu, kemungkinan si pembesar cilik bisa
marah, Apabila mereka membentak gadis itu, rasanya tidak sopan juga, Untuk sesaat
mereka jadi serba salah. Siau Po menutupi sebagian wajahnya yang dipukuli A Ko. Sambil tertawa
cengengesan, dia berkata.
"Mana mungkin aku tega membunuhmu" Nio cu (Panggilan kepada istri) tidak perlu
marah, aku akan menyuruh anak buahku segera menghabisi The kongcu itu!"
Kemudian dia bertanya dengan suara keras.
"Ke mana perginya laki-laki yang kalian tangkap dari Li Cun Wan?"
Salah seorang tentara segera maju menghadap.
"Lapor tayjin, budak itu sudah diikat dengan rantai dan sekarang dijaga ketat!"
sahutnya. "Bagus! Kalau dia berniat kabur, potong dulu kaki kirinya, kemudian potong pula kaki
kanannya!" A Ko terkejut setengah mati, dia berteriak sekeras-kerasnya.
"Ja... ngan,., jangan dipotong kakinya! Dia pasti tidak akan lari ke mana-mana!"
"Kalau kau berniat kabur, aku akan menyuruh orang memotong sepasang kaki The
kongcu!" kata Siau Po pula, Dia melirik sekilas kepada Pui Ie dan Bhok Kiam Peng,
Kemudian melanjutkan kata-katanya, "Kalau istri-istri muda dan tuaku yang lain juga
berniat melarikan diri, kalian boleh potong hidung atau telinga The kongcu!"
"Kau... kau.,." A Ko panik sekali "Apa hubungannya perempuan-perempuanmu ini
dengan The kongcu" Mengapa kesalahan mereka harus kau timpakan kepadanya?"
"Tentu saja ada hubungannya!" kata Siau Po. "The kongcu kan mata keranjang,
kalau dia melihat mereka, pasti timbul niat tidak baik dalam hatinya!"
Dalam hati A Ko berpikir.
-- Tetap saja tidak ada hubungannya! ~ Tapi dia sadar, Siau Po tidak pernah
memakai aturan, bicara apapun tidak ada gunanya, Saking paniknya dia menangis lagi.
"Perempuan yang tangannya diborgol harap digiring keluar, borgol juga kaki mereka
dan jaga yang ketat Kemudian perintahkan pada bagian dapur untuk menyiapkan arak
serta hidangan, perempuan yang tidak diborgol adalah istriku yang baik, mereka akan
menemani aku minum arak!" kata Siau Po pula.
Para tentara segera mengiakan, Sambil menangis A Ko berkata.
"A... ku tidak ingin menemanimu minum arak, kau boleh borgol saja tanganku ini!"
Cin Ju tidak mengucapkan sepatah kata pun, tiba-tiba dia berjalan keluar.
"Hai, mau ke mana kau?" tanya Siau Po.
Cin Ju memalingkan kepalanya.
"Kau benar-benar tidak tahu malu! Aku tak sudi melihatmu lagi!" katanya.
Siau Po tertegun. "Mengapa?" tanyanya.
"Kau... kau masih tanya kenapa" Orang toh tidak sudi menikah denganmu, mengapa
kau terus memaksanya" Kau anggap, setelah menjadi pembesar kerajaan kau lalu
boleh memaksakan kehendak seenaknya terhadap rakyat yang lemah" Tadinya aku
masih mengira kau adalah seorang yang gagah, tidak tahunya...."
"Tidak tahunya apa?" tanya Siau Po.
Tiba-tiba saja Cin Ju menangis tersedu-sedu, dia menutupi wajahnya sambil berkata.
"Tidak tahunya kau... kau, aku tidak tahu! pokoknya kau jahat, bukan manusia baikbaik!"
selesai berkata dia menghambur keluar.
Dua orang tentara sebawahan Siau Po segera maju menghadang.
"Jangan pergi! Berani-beraninya kau menghina Ciam Cai tayjin, Tunggu perintah dari
beliau" kata mereka serempak.
Siau Po yang mendengar caci maki Cin Ju, justru merasa senang, ia seperti
tersentak sadar dan menurutnya, apa yang dikatakan gadis itu memang benar Sebagai
seorang pejabat dia tak boleh seenaknya mempermainkan rakyat kecil, bukankah
berarti dia sama saja dengan para pembesar anjing yang selama ini selalu dipandang
hina olehnya, Dalam hati dia berpikir.
- Masih mending kalau tidak bisa menjadi seorang pendekar atau pahlawan, tapi
jangan sampai menjadi manusia yang rendah! Siau Po menarik nafas panjang.
"Nona Cin Ju, kembalilah, ada yang ingin kukatakan kepadamu!" katanya,
Cin Ju memalingkan kepalanya.
"Aku telah menghinamu, kau boleh penggal kepalaku ini!" katanya dengan nada
datar. Hubungan Song Ji dengan gadis itu paling baik, cepat-cepat dia menasehatinya.
"Cici Cin, kau jangan marah, siangkong tidak akan membunuhmu!" katanya.
"Kau benar!" kata Siau Po. "Apabila aku memaksa gadis-gadis ini untuk menjadi
istriku, aku bahkan lebih hina daripada penjahat yang suka memperkosa anak gadis di
desa-desa, Lebih mirip lagi dengan Ong Lao Houw dalam lakon sandiwara yang sering
kudengar!" Dia menoleh kepada Cong Peng kepala yang ada dalam ruangan itu sambil
menunjuk kepada A Ko. "Kau bawalah gadis itu keluar lalu bebaskan The kongcu, biar
mereka bersatu dan menjadi suami istri saja!"
Ketika mengucapkan kata-kata ini, sebetulnya hati Siau Po perih sekali. Kemudian
dia juga menunjuk kepada Pui Ie dan berkata pula, "Lepaskan belenggu di tangan gadis
itu dan antar dia keluar agar dapat mencari Liu suko kesayangannya, Aih, istriku yang
sah keras kepala serta mencintai pemuda lain, istriku yang muda demikian juga. Untuk
apa aku dipanggil segala Ciam Cai tayjin dan Tou Tong tayjin" Lebih pantas disebut
tayjin kura-kura ganda!"
Cong Peng kepala melihat Siau Po demikian tegangnya hatinya berdebar-debar.
Cepat-cepat dia menundukkan kepala tanpa berani bersuara sedikit pun.
"Cepat, bawa kedua perempuan itu keluar!" bentak Siau Po.
Cong peng kepala itu segera mengiakan lalu membawa Pui Ie serta A Ko keluar Siau
Po menatap punggung kedua gadis itu yang semakin jauh, hatinya terasa agak berat
Dia memandangi kepergian kedua gadis itu yang tidak menoleh sedikit pun, apalagi
mengucapkan terima kasih atau meliriknya dengan pandangan bersyukur.
Cin Ju berjalan ke depan dua langkah.
"Kau... orang baik! Kau hukum saja aku!" katanya dengan suara rendah, matanya
menyiratkan sinar bersalah.
Semangat Siau Po langsung tergugah, wajahnya tampak berseri-seri.
"Betul, betul! Aku memang harus menghukummu! Song Ji, Siau kuncu, nona Cin,
kalian adalah gadis yang baik, mari, kita bicara di dalam saja!" ajaknya kepada ketiga
gadis itu. Baru saja dia berniat membawa ketiga gadis itu masuk ke ruangan dalam agar dapat
bermesra-mesraan, dari luar ruangan tahu-tahu berjalan masuk seorang tentara yang
langsung menjura kepada Siau Po seraya berkata.
"Lapor Tou Tong tayjin, di luar ada seseorang yang mengaku mendapat perintah dari
Hong kaucu dan ingin bertemu dengan tayjin!"
Siau Po terkejut setengah mati.
"Apa Hong kaucu, Liok kaucu" Tidak, aku tidak ingin bertemu! sampaikan kepada
yang lainnya!" Sekali lagi tentara itu menjura.
"Baik!" Dia menyurut mundur dua langkah dan berkata lagi "Orang itu mengatakan
bahwa dia mempunyai dua orang laki-Iaki di tangannya dan ingin ditukarkan dengan
dua orang wanita!" "Ditukarkan dengan dua orang wanita?" tanya Siau Po. Matanya menyapu kepada
Hong hujin dan Mao Tung Cu, kemudian dia menggelengkan kepalanya dan berkata
pula, "Barang sebaik ini, mana mungkin aku mau menukarnya begitu saja?"
"Betul! Hamba akan mengusirnya sekarang juga!" sahut tentara itu.
"Seleranya benar-benar tinggi! Laki-laki macam apa yang ingin dijadikan bahan
penukaran" Apa bagusnya orang laki-laki" perhitungannya dalam berdagang boleh
juga!" kata Siau Po.
"Orang itu hanya mengaco saja!" sahut si tentara, "Masa dia mengatakan bahwa
satunya adalah seorang lhama dan satunya lagi malah seorang pangeran! Bahkan dia
mengatakan bahwa kedua orang itu adalah saudara angkat Tou Tong tayjin!"
Siau Po mengeluarkan seruan terkejut Dalam hati dia berpikir
- Rupanya pangeran Kaerltan dan si lhama Shang Cie sudah berhasil diringkus oleh
Hong kaucu! - Kemudian dia berkata dengan keras, "Apa lagi selama lhama dan
pangeran, untuk apa aku memiliki kedua orang itu" Kau keluar dan bilang pada orang
itu, meskipun dia membawa selaksa laki-Iaki ke sini, aku tetap tidak akan menukarnya
dengan kedua wanita ini!"
Si tentara mengiakan dan mengundurkan diri.
Siau Po melirik kepada Cin Ju. Dalam hati dia berpikir
-- Tadinya dia mengatakan aku orang jahat, Setelah aku melepaskan beberapa
istriku, serta membiarkan mereka menikah dengan gundik masing-masing, dia baru
mengatakan bahwa aku orang baik! Huh! Untuk jadi orang baik, perlu modal yang besar
juga! Biar bagaimana, aku telah mengangkat tali persaudaraan dengan Shang Cie dan
pangeran Kaerltan. Kalau aku tidak menebus mereka, keduanya pasti akan dibunuh
oleh Hong kaucu! Untuk apa aku menahan Hong hujin" Meskipun dia sangat cantik tapi
tidak mungkin dia sudi sehidup semati ataupun melewati hari tua bersamaku Emaknya,
apa sih yang dibilang "Mementingkan perempuan daripada pcrsahabatan?" Bukan lakiIaki gagah dan entah apa lagi! Karena membawa pikiran seperti itu, dia segera berseru. "Tunggu dulu!"
Si tentara yang baru sampai di ambang pintu segera menghentikan langkah kakinya.
"Baik!" sahutnya.
"Kau bilang pada orang itu, suruh Hong kaucu mengantarkan kedua laki-laki itu ke
mari, maka aku akan mengembalikan Hong hujin, Nyonya ini sangat rupawan, bahkan
lebih dari Si She atau pun You kui kui (Dua wanita cantik yang sudah terkenal sekali
sejak jaman dulu kala), BoIeh dibilang dia adalah harta serta permata yang langka,
bahkan tiada duanya, Kalau baru ditukar dengan dua laki-laki saja, harganya masih
terlalu murah. sedangkan perempuan yang satunya lagi, memang rada jelek, tapi biar
bagaimana pun tidak boleh dilepaskan!" kata Siau Po.
Tentara itu mengiakan sekali lagi lalu berjalan keluar Sejak tadi Hong hujin diam saja,
sekarang tiba-tiba dia tersenyum.
"Ciam Cai tayjin benar-benar pandai memuji!" katanya.
"Nyonya, kecantikanmu memang tiada tara, untuk apa kau berlaku sungkan" Kita ini,
kalau jadi orang baik, harus setulus hati, Memberikan pelayanan dalam berdagang pun
harus yang memuaskan, barang diantarkan dulu, uangnya belakangan! Mana orang!
Cepat buka borgol ini!" kata Siau Po.
Dia menyambut anak kunci yang disodorkan seorang penjaga dan membukanya
sendiri, Setelah itu dia sendiri pula yang mengantarkan Hong hujin ke depan ruangan.
Sesampainya di aula besar, dia melihat tentara yang diberinya perintah tadi sedang
berbicara dengan Liok Ko Hian.
"Tuan Liok, harap kau antarkan Hujin selamat sampai ditujuan Hujin, hamba
mendoakan keselamatan Semoga banyak rejeki dan Hujin serta kaucu dapat hidup
panjang umur, usianya seperti usia langit!" kata Siau Po.
Hong hujin tertawa terkekeh-kekeh.
"Aku doakan semoga Ciam Cai tayjin segera naik pangkat lagi, mendapat banyak
rejeki serta kelak mendapat istri yang cantik-cantik!"
Siau Po menarik nafas panjang.
"Kalau sekedar naik pangkat atau banyak rejeki, itu sih mudah! Tapi kalau
mendapatkan istri yang cantik-cantik, itulah yang sulit!" Kemudian dia berseru,
"Bunyikan irama, antar tamu dan sediakan tandu!"
Irama musik pun mengalun Dia mengantarkan tamunya sekali lagi sampai ke pintu
gerbang dan memperhatikan Hong hujin yang naik ke atas tandu.
Tandu yang membawa Hong hujin sudah berlalu Siau Po baru saja membalikkan
tubuhnya untuk berjalan masuk, tahu-tahu di depan pintu gerbang berhenti lagi sebuah
tandu lainnya, Ternyata yang datang kali ini walikota wilayah Yang-ciu. Siau Po melihat
satu persatu wanita cantik yang dimilikinya pergi meninggalkannya, perasaannya
sedang, kesal, Dengan suara tanpa bergairah sedikit pun dia bertanya.
"Untuk apa kau datang ke sini?"
Walikota Gouw Cie Yong membungkuk sedikit untuk memberi hormat.
"Ada rahasia militer yang ingin hamba sampaikan kepada tayjin!" sahutnya.
Mendengar kata-kata "rahasia militer", Siau Po baru mengijinkan orang itu masuk.
-- Kalau bukan rahasia militer, aku akan memukul pantatmu! - katanya dalam hati.
Begitu masuk ke dalam ruang baca, Siau Po langsung duduk di atas sebuah kursi,
dia sama sekali tidak mempersilahkan Gouw Cie Yong duduk.
"Rahasia militer apa?" tanyanya.
"Harap tayjin menggebah para penjaga di sekitar!" kata Gouw Cie Yong.
Siau Po mengibaskan tangannya sebagai isyarat agar Cong Peng yang menjaga di
ruangan itu mengundurkan diri. perintahnya segera dilaksanakan Gouw Cie Yong
berjalan ke depan tiga langkah lalu berkata dengan suara rendah.
"Tayjin, urusan ini menyangkut sesuatu yang besar sekali, Apabila Tayjin melaporkan
kepada atasan kita, berarti sebuah jasa yang tidak terkirakan Dengan demikian hamba
pun akan kecipratan rejeki. Karena itulah, setelah direnungkan sekian lama, hamba
mengambil keputusan untuk mengatakannya kepada Bu Tai tayjin ataupun Hoan Tai
tayjin terlebih dahulu,.,."
Siau Po mengerutkan keningnya.
"Urusan apa yang tampaknya begitu penting?" tanyanya,
"Begini, Tayjin Rejeki Sri Baginda sangat besar, rejeki Tayjin juga besar sekali,
itulah yang membuat hamba berhasil mendapat informasi ini." sahut Gouw Cie Yong.
Siau Po mendengus dingin. "Rejekimu juga besar!" katanya.
"Tidak! Tidak! Hamba mendapat anugerah dari Sri Baginda, juga mendapat
dukungan dari Tayjin Setiap hari, baik siang ataupun malam, hamba terus berpikir
bagaimana harus membalas budi ini. Kemarin, ketika hamba menemani Tayjin
menikmati keindahan bunga obat di luar kuil Tan Ci Si, hamba telah mendengar
ucapan-ucapan yang dilontarkan Tayjin. Hamba merasa kagum sekali terhadap
pengetahuan Tayjin yang luas, Dalam hati hamba sungguh berharap dapat melakukan
pekerjaan bagi Tayjin atau setiap hari mendampingi Tayjin sehingga dapat memperoleh
petunjuk yang berharga dari Tayjin."
"Bagus sekali!" kata Siau Po. "Aku lihat sebaiknya kau tidak usah menjadi walikota
lagi, lebih baik jadi... jadi... hm!"
"Terima kasih atas budi Tayjin yang setinggi gunung!" sahut Gouw Cie Yong cepat,
wajahnya tampak berseri-seri.
"Lebih baik kau... menjadi penjaga pintu kamarku... atau menjadi pengusung tandu,
Setiap hari aku keluar pintu, kau kan bisa melihat aku! Ha ha ha ha ha!"
Gouw Cie Yong marah sekali, wajahnya berubah hebat Meskipun demikian, dia
berusaha untuk tertawa. "Tidak ada yang lebih bagus lagi! Menjadi penjaga pintu kamar Tayjin tentu lebih baik
daripada menjadi walikota kota Yang-ciu. Biasanya hamba mengutus beberapa orang
untuk mencari berita di luaran, seandainya ada orang yang berniat buruk terhadap sri
baginda atau menghasut menteri-menteri setia, hamba akan segera mengetahuinya
perbuatan hina seperti menyebar hasutan dan bujukan yang merugikan negara, hamba
paling benci. Terhadap orang semacam ini, hamba selalu mengambil tindakan keras!"
Siau Po berdehem satu kali, Dalam hati dia berpikir, orang yang satu ini dengan
pintar mengalihkan pembicaraan tentang penjaga pintu serta pengusung tandu, Pasti
dia berhasil mendapatkan jabatannya sekarang dari kepandaiannya berbicara dan
menahan kemarahan dalam hati.
"Seandainya yang menyebarkan hasutan itu orang-orang desa atau begundal kelas
teri, kita juga tidak perlu mengkhawatirkannya. Yang kita takuti justru orang yang
berpendidikan Orang semacam ini biasanya menggunakan pantun, syair, atau legenda
jaman dulu untuk mengibaratkan serta menyindir kerajaan yang sekarang, Kalau orang
biasa yang membacanya, mereka pasti tidak mengerti maksud yang terkandung di
dalamnya!" kata Gouw Cie Yong pula.
"Kalau orang yang membacanya tidak mengerti tentu tidak ada perlunya
dikhawatirkan!" ujar Siau Po.
"Betul, betul! Meskipun demikian, kita harus menjaga kemungkinan segelintir orang
yang bisa memahaminya. Pokok kata, buku atau kitab yang mengandung syair serta
legenda semacam ini jangan sekali-sekali dibiarkan beredar di luaran!" sahut Gouw Cie
Yong sambil mengeluarkan sejilid buku dari dalam sakunya.
Dengan kedua tangannya, dia menyodorkan buku itu ke hadapan Siau Po. "Harap
Tayjin periksa sendiri! Kemarin hamba mendapatkan buku ini!"
Kalau yang dikeluarkannya dari saku setumpuk uang kertas, wajah Siau Po pasti
berseri-seri segera, Namun melihat yang disodorkannya hanya sebuah buku, Siau Po
langsung kecewa, Apalagi mengetahui bahwa buku itu mengandung syair-syair yang
rumit, kepalanya semakin pusing, Berkali-kali dia bersin dan tangannya juga tidak
diulurkan untuk menyambut buku itu. Tampangnya seakan tidak perduli, malah dia
mendongakkan wajahnya tinggi-tinggi.
Perasaan Gouw Cie Yong tertekan sekali. Tangannya yang menggenggam buku itu
pedahan-lahan ditarik kembali.
"Kemarin, ketika kita sedang menikmati hidangan arak, ada seorang perempuan
yang menyarukan sebuah lagu baru, Lagu ini menceritakan kehidupan seorang gadis
desa dari kota Yang-ciu. Tayjin yang mendengarnya seperti tidak senang sedikit pun.
Karena itu, hamba menyelidiki siapa pencipta lagu tersebut Dengan demikian hamba
bisa memintanya mengubah syair lagu itu. Ternyata, setelah hamba periksa syairnya
dengan teliti, di dalamnya terdapat banyak kata-kata yang bernada pemberontakan."
katanya menjelaskan "BetuI?" tanya Siau Po dengan nada kemalas-malasan.
Gouw Cie Yong membalikkan halaman buku di tangannya dan menunjuk salah satu
halamannya serta berkata kembali.
"Harap Tayjin lihat! Di sini ada sebuah lagu yang judulnya "Hong Bu menyalakan
meriam". Kalau kita teliti, isinya merupakan cerita kaisar dari jaman sebelumnya, yakni
Cu Goan Ciang yang sedang mempersiapkan meriam untuk menyerang musuhnya."


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katanya pula. Mendengar keterangannya, Siau Po agak tertarik juga.
"Apakah mantan kaisar Cu Goan Ciang itu juga pernah menggunakan meriam?"
"lya, iya! sekarang Sri Baginda dari kerajaan Ceng kita yang besar mendapat rejeki
dari Thian untuk menguasai negeri kita, Tapi manusia she Cai ini justru membuat syair
tentang Cu Goan Cian yang menyalakan meriam, Bukankah ini berarti dia menggugah
hati rakyat untuk mengenang kembali kerajaan yang lama?" ujar Gouw Cie Yong,
"Memuji-muji Cu Goan Ciang saja sudah tidak patut, orang ini malah menulis bait
terakhir yang menyatakan "Aku mendatangi bukit yang membisu, sebuah meriam duduk
dengan megah di sana, sungguh pemandangan yang membuat hati terharu, Tanpa
dapat menahan kepedihan, air mata pun menetes".
Kerajaan Ceng kita yang besar mendapat berkah dari Thian sehingga berhasil
mengusir Kerajaan Beng yang lama dan hal ini membuat rakyat terhindar dari
penderitaan serta bersorak-sorai menyambutnya, Mengapa, melihat sebuah meriam
peninggalan Cu Goan Ciang saja, orang ini harus terharu bahkan sampai menangis
karenanya?" "Di mana meriam itu sekarang" Apakah masih bisa dinyalakan?" tanya Siau Po. "Sri
Baginda paling suka meriam-meriam."
"Menurut syair dalam buku ini meriam itu terletak di Cin Ciu!" sahut Gouw Cie Yong.
Siau Po langsung memalingkan wajahnya.
"Kalau meriam itu tidak ada di kota Yang-ciu, untuk apa kau bicara panjang lebar
tentangnya?" bentaknya dengan nada mendongkol "Kau kan walikota kota Yang-ciu,
bukan walikota kota Cin Ciu, Kelak kalau kau sudah menjadi walikota kota Cin Ciu, kita
baru memeriksa meriam itu!"
Gouw Cie Yong terkejut setengah mati, Cin Ciu lebih kecil dari kota Yang-ciu. Kalau
suruh dia menjadi walikota kota Cin Ciu, bukankah berarti dia turun pangkat. Karena itu
dia tidak berani mengungkit urusan ini Iagi. Dimasukkannya buku itu ke dalam saku dan
dia mengeluarkan dua jilid kitab lainnya.
"Tayjin, dalam buku Cai Cin Heng tadi terdapat kalimat-kalimat yang tidak pantas
dibaca, tapi Tayjin berjiwa lapang sehingga tidak ingin menarik panjang urusan ini,
Namun kedua buku ini jauh berbeda. Tayjin sama sekali tidak boleh tidak
memperdulikannya!" "Budak mana pula yang mengarangnya?" tanya Siau Po tanpa semangat.
"Yang satu merupakan cerita karangan Cai I Kuang, judulnya "Negara-negara yang
sejahtera" isinya memuji kerajaan-kerajaan lama dan menghina Kerajaan Ceng, Yang
satunya berisi puisi karangan Ku Yan Bu, kata-katanya terlebih-lebih kurang ajar dan
tidak pantas dibaca oleh khalayak ramai." sahut Gouw Cie Yong.
Siau Po terkejut setengah mati. Dalam hati dia berkata.
-- Ku Yan Bu merupakan teman seperjuangan membunuh kura-kura dengan guruku,
Tan Kin Lam. Bagaimana buku puisinya bisa terjatuh ke tangan si penjilat ini" Entah di
dalam buku itu ada menyebut nama Tian Te hwee atau tidak" -Dengan membawa pikiran itu, dia bertanya, "Apa saja yang tertulis di dalamnya?"
Gouw Cie Yong senang melihat si pembesar cilik tertarik perhatiannya, Dia segera
membacakan puisi itu satu per satu. Tapi karena bahasa yang digunakannya terlalu
dalam, Siau Po tidak mengerti Gouw Cie Yong terpaksa menjelaskannya, isinya kurang
lebih mengenangkan jaman kerajaan Beng yang rakyatnya hidup makmur serta damai,
juga ada membanggakan beberapa orang menteri yang pandai serta terkenal di jaman
lampau. Setelah selesai, Gouw Cie Yong juga membacakan cerita yang dikarang Cai I Kuang
dalam bukunya, Nadanya memang hampir sama, tapi Ku Yan Bu mengungkapkannya
dengan kata-kata yang lebih berani serta gamblang.
Siau Po yang mendengarnya sampai merasa jenuh.
"Sudah! Sudah! Membosankan!" katanya.
"Tayjin harap simak puisi yang satu ini! Di dalamnya terang-terangan menyindir
tentara-tentara Kerajaan Ceng kita yang besar, katanya mereka dengan sewenangwenang
memperkosa gadis-gadis Yang-ciu dan merampas harta rakyat dengan kejam...
Bukankah ini merupakan penghinaan bagi kerajaan Ceng kita?" ujar Gouw Cie Yong
pula. "Oh, begitu rupanya.,., Bagus sekali! Tentara-tentara Kerajaan Ceng memperkosa
gadis-gadis yang cantik dan membunuh banyak rakyat yang lemah" Kalau bukan
karena hal ini, Sri Baginda tentu tidak akan membebaskan Yang-ciu dari pembayaran
pajak selama tiga tahun, dan pada janda yang menjadi korban kebuasan seks juga tidak
akan mendapat ganti rugi. Hm! Tampaknya kalimat-kalimat yang ditulis Ku Yan Bu ini
cukup jujur juga!" kata Siau Po.
Gouw Cie Yong tercekat hatinya, Dia berpikir - Kau si budak cilik memang tidak
mengerti tinggi dan rendahnya suatu masalah. Untung saja kau yang mengucapkan
kata-kata ini, kalau orang lain yang mengatakannya lalu aku laporkan kepada atasanku,
apakah kau kira kau dapat mempertahankan batok kepalamu itu" Gouw Cie Yong membacakan beberapa puisi lagi. Semakin Iama hati Siau Po
semakin berdebar-debar, Dia mengakui Ku Yan Bu dan Cai I Kuang itu memang terlalu
berani. Karenanya dia berkata "Baiklah! Di mana Ku Yan Bu sekarang?"
"Hamba... hamba telah mengurung Ku Yan Bu, Cai I Kuang, dan seorang lagi yang
she Lu dipenjara gedung walikota..."
"Apakah kau sudah memeriksa ketiganya" Apa yang mereka katakan?" tanya Siau
Po puIa. "Hamba memang mengajukan beberapa buah pertanyaan, tapi ketiga orang itu tidak
sudi berbicara sepatah kata pun!" sahut Gouw Cie Yong.
"Benarkah mereka tidak mengatakan apa-apa?" tanya Siau Po menegaskan.
"Ti... dak! Tapi dalam saku Cai I Kuang, kami menemukan segulungan kertas!"
"Apakah isinya juga berupa syair atau puisi?" tanya Siau Po.
"Bukan! isinya merupakan surat yang ditulis oleh Gouw Liok Ki!" Siau Po terkejut
setengah mati. "Hah" Gouw Liok Ki dari Kuangtung" Apakah dia juga bisa menulis syair atau puisi?"
tanyanya pura-pura. "Tidak! isinya justru menerangkan diri Gouw Liok Ki yang ingin memberontak Surat
ini merupakan bukti nyata, dia tidak menyangkalnya lagi, Tadi hamba mengatakan ada
rahasia militer yang ingin hamba sampaikan sebetulnya urusan inilah yang hamba
maksudkan." sahut Gouw Cie Yong.
Siau Po hanya berdehem, dalam hati dia justru berteriak: -- Celaka! -"Tayjin, kalau orang yang berpendidikan membuat syair atau puisi untuk menghasut
rakyat, kita tidak begitu merasa khawatir, karena tidak banyak orang yang bisa
mengerti. Tapi kalau seperti Gouw Liok Ki yang merupakan seorang pejabat negeri
ingin mengadakan pemberontakan dia bisa menghubungi banyak orang. Kalau Sri
Baginda tidak cepat-cepat mencegahnya, urusan ini bisa gawat!" kata Gouw Cie Yong
pula. "Apa saja yang ditulis dalam suratnya?" tanya Siau Po kemudian
Gouw Cie Yong melihat perubahan wajah si bocah yang tidak menentu. Tampaknya
urusan yang diungkitnya berhasil menggugah pikiran si pembesar ini, Dia pun semakin
berani. Dijelaskannya secara terperinci apa yang tertulis dalam surat Gouw Liok Ki.
Siau Po pun mendengarkan dengan teliti.
"Rasanya isi surat itu tidak menyatakan adanya pemberontakan?" katanya kemudian.
"Harap Tayjin ketahui, Gouw Liok Ki ini pintar sekali, Dia menulis surat dengan
katakata kiasan, Dengan demikian, kalau bukan orang yang benar-benar teliti, tentu tidak
akan mengetahuinya."
-- Celaka! Kalau surat itu sampai jatuh ke tangan si raja cilik, dia justru orang
pintar sekali, Sekali lihat saja, tentu mengerti maksud yang terkandung di dalamnya. Biar
bagaimana aku harus berusaha mencegahnya. - Pikir Siau Po dalam hati.
Karena itulah dia segera berkata.
Bagian 74 "Bagus! Untung kau sampaikan urusan ini kepadaku! Sri Baginda sering mengatakan
bahwa aku seorang panglima yang beruntung, Ternyata ucapan seorang kaisar tidak
pernah salah!" Dia pun menepuk-nepuk bahu Gouw Cie Yong beberapa kali.
Mendapat perlakuan sedemikian rupa, hati Gouw Cie Yong pun berbunga-bunga.
"Hamba setia terhadap Kerajaan Ceng, Hamba sudah berpikir, apabila hamba dapat
mengikuti Tayjin selamanya, tentu banyak keuntungan yang dapat hamba peroleh!" ujar
Gouw Cie Yong. Siau Po memaki dalam hati. - Banyak keuntungan yang dapat engkau peroleh"
Benar! Pertama-tama aku akan berusaha memenggal batok kepalamu! -- Tapi dengan
tersenyum ramah dia bertanya lagi.
"Apakah urusan ini diketahui oleh orang lainnya?"
"Tidak! Begitu hamba berhasil mendapat informasi ini, hamba segera menangkap
ketiga orang itu lalu datang ke mari memberikan laporan kepada Tayjin, Tidak ada
seorang lain pun yang mengetahui rahasia ini!" sahut Gouw Cie Yong.
"Bagus! Kita yang membuat jasa besar, jangan sampai orang lain yang menikmati
hasilnya!" kata Siau Po. "Sekarang, sebaiknya buku-buku yang kau dapatkan itu,
tinggalkan saja di sini. Kemudian kau kembali ke gedung walikota dan secara diamdiam
membawa ketiga tahanan itu ke mari! Aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan
agar lebih jelas lagi. Setelah itu, aku akan mempersiapkan tentara-tentara berkuda
untuk mengiringi kita kembali ke kota raja. Dalam urusan kali ini, kau telah berjasa
besar, Setidaknya aku juga bisa mendapat bagiannya!" Siau Po pun tertawa terbahakbahak
seakan hatinya senang sekali.
Gouw Cie Yong menjura beberapa kali serta mengucapkan terima kasih, Kemudian
dia memohon diri dari hadapan Siau Po untuk melaksanakan perintahnya, Namun
sebelumnya dia mengeluarkan buku-buku yang berhasil didapatkannya lalu diletakkan
di atas meja. Siau Po sendiri kembali ke ruangan dalam, dia menyuruh salah seorang bawahannya
untuk memanggilkan Li Liat Sek dan yang lainnya untuk diajak berunding. Tiba-tiba
Song Ji mendekati dan berlutut di hadapannya, Dengan nada meratap gadis itu berkata.
"Siangkong, ada suatu urusan yang ingin aku mohonkan kepadamu."
Siau Po merasa heran sekali, cepat-cepat dia menarik tangan gadis itu dan
membimbingnya bangun. Dia tetap menggenggam tangan Song Ji ketika berkata.
"Song Ji ku yang baik, kau adalah jantung hatiku, Kalau ada urusan apa-apa, katakan
saja! Aku pasti akan mengabulkannya." Dia melihat air mata gadis itu mengalir dengan
deras. Siau Po menggunakan ujung lengan bajunya untuk mengusap air mata yang berderai
di pipi gadis itu. "Siangkong, urusan ini sebetulnya sulit sekali, aku terpaksa memohon kepadamu!"
kata Song Ji. Lengan kiri Siau Po segera merangkul pinggangnya.
"Urusan yang semakin sulit, aku justru semakin ingin mengabulkannya bagimu, Kau
tidak perlu khawatir Song Ji yang semakin lama semakin kusayang, katakanlah, ada
apa?" tanyanya. Di wajah Song Ji yang tadinya pucat terlihat merona merah.
"Siangkong, a... ku ingin membunuh pejabat tadi... harap kau jangan marah..."
katanya. Dalam hati Siau Po berpikir.
-- Urusan ini tentu kita berdua sama-sama setuju, tapi kau malah memohon
kepadaku, rasanya kok kebetulan sekali" -"Memangnya, apa kesalahan pejabat itu terhadapmu?" tanyanya dengan rasa ingin
tahu. "Dia tidak melakukan kesalahan apa-apa terhadapku, tapi Gouw Cie Yong ini
merupakan musuh keluarga kami. Tuan-tuan dari keluarga Cuang, boleh dibilang
semuanya mati karena dicelakai olehnya." sahut Song Ji dengan nada bergetar.
Siau Po tiba-tiba tersadar Tempo hari dia melihat banyak papan sembahyang yang
bertuliskan nama-nama almarhum janda-janda keluarga Cuang, rupanya biang keladi
bencana itu bukan lain daripada Gouw Cie Yong.
"Apakah kau tidak salah mengenali orang?" tanyanya.
Kembali air mata Song Ji berderai dengan keras.
"Tidak... mungkin! Hari itu dia membawa sejumlah petugas ke rumah keluarga Cuan
untuk menangkapi tuan-tuan kami, Meskipun usiaku masih kecil sekali, tapi melihat
tampangnya yang garang dan jahat, sampai kapanpun aku tidak akan melupakannya!"
sahut gadis itu. -- Aku harus bersikap seakan-akan urusan sulit sekali, dengan demikian dia baru
merasa berterima kasih kepadaku. - pikir Siau Po dalam hati. Dia langsung
mengerutkan keningnya, merenung sekian lama.
"Orang itu merupakan pembesar kerajaan Ceng dan walikota kota Yang-ciu pula,
Kalau kau ingin membunuhnya... kemungkinan... kemungkinan...."
Song Ji menjadi panik. "Sejak semula aku sadar akan menyulitkan diri siangkong," kata Song Ji sambil
menangis tersedu-sedu. Tapi... Sam nay nay dari keluarga Cuang dan nyonya-nyonya
yang lainnya, mereka setiap hari berlutut dan menyembah di hadapan arwah suami
masing-masing serta bersumpah akan membalaskan sakit hati yang sedalam lautan
ini!" Siau Po menepuk pahanya keras-keras.
"Baik! Song Jiku yang baik yang memohon kepadaku, biarpun aku harus membunuh
raja, atau meminta aku membunuh diri, aku akan menurut, apalagi baru membunuh
seorang pejabat rendah! Tapi... kau harus mengijinkan aku mencium bibirmu!" katanya.
Wajah Song Ji berubah merah padam.
"Perlakuan siangkong terhadapku sungguh baik sekali.... Sejak semula... diriku... ini
memang sudah... menjadi milikmu..." Selesai berkata dia segera menundukkan
kepalanya dalam-dalam, kemudian dia memalingkan wajahnya.
Siau Po melihat gadis itu demikian menurut kepadanya, hatinya menjadi lemah
seketika, dia tidak sampai hati mengolok-olok Song Ji sekarang ini. Sambil tertawa, dia
berkata. "Baik! Kalau pekerjaan kita yang besar ini sudah selesai, kau harus mengijinkan aku
mencium bibirmu!" Sekali lagi wajah Song Ji menjadi merah, perlahan-lahan dia menganggukkan
kepalanya. "Kalau aku mengijinkan kau membunuhnya sekarang, pasti hatimu terasa kurang
puas. Lebih baik aku membiarkan kau membawanya ke rumah keluarga Cuang, di sana
kau paksa dia berlutut di hadapan papan jenazah tuan-tuanmu itu, lalu biar Sam nay
nay sekalian yang memenggal kepalanya, bagaimana?" kata Siau Po.
Song Ji merasa usul itu memang bagus sekali, tapi dia khawatir apa yang dikatakan
Siau Po tidak akan menjadi kenyataan Dia tiak dapat percaya sepenuhnya, matanya
menatap Siau Po dengan pandangan menyelidik.
"Siangkong, kau tidak membohongi aku, kan?" tanyanya.
"Mengapa aku harus membohongimu" Pejabat busuk ini adalah musuh besarmu,
otomatis dia menjadi musuh besarku juga, Biarpun dia bersedia memberikan setumpuk
harta di hadapanku, aku juga tidak sudi menerimanya, Asal Song Ji selalu bersikap baik
terhadapku, itu sudah melebihi segalanya di dunia ini!" sahut Siau Po dengan nada
sungguh-sungguh. Song Ji terharu sekali, Dia menghambur ke dalam dekapan Siau Po dan menangis
tersedu-sedu. Siau Po merangkul pinggangnya yang kecil dan lembut, hatinya bahagia sekali.
-- Kekasih yang begini tulus, meskipun ada delapan atau sepuluh, pasti tidak akan
merasa terlalu banyak, Si pembesar anjing Gouw Cie Yong kenapa tidak membunuh
ayahnya A Ko sekalian" Kalau hal itu terjadi, A Ko tentu akan memohon kepadaku
seperti Song Ji, dan aku bisa memeluknya seperti ini. Bukankah menyenangkan sekali"
--Pikirnya, Tapi sebuah ingatan terlintas kembali dalam benaknya,
-- Ayah A Ko kalau bukan Lie Ci Seng, pasti Gouw Sam Kui, mana mungkin bisa
dicelakai atau dibunuh oleh Gouw Cie Yong" Terdengar suara langkah kaki dari luar ruangan, Siau Po tahu Lie Liat Sek dan yang
lainnya sudah datang. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan urusan ini, serahkan saja kepadaku, Sekarang aku
ingin mengadakan perundingan, kau jaga di luar, jangan biarkan siapapun masuk ke
dalam dan jangan sampai ada orang yang mencuri dengar pembicaraan kami." katanya
kepada Song Ji. "Baik, Aku tidak pernah mencuri dengar pembicaraanmu." sahut Song Ji. Dia menarik
tangan kanan Siau Po dan menciumnya sekilas lalu menghambur keluar dari ruangan
tersebut. Lie Liat Sek beserta anggota Thian Te hwee lainnya masuk ke dalam ruangan dan
mengambil tempat duduk masing-masing.
"Saudara kalian, tadi malam aku mendapat informasi yang penting sekali, tapi karena
waktunya terlalu mendesak, aku tidak sempat memberi kabar kepada kalian, Dengan
tergesa-gesa aku pergi ke Li Cun Wan, untung saja, peruntunganku tidak buruk,
Meskipun terjadi sedikit keonaran, namun akhirnya aku berhasil menolong Ku Yan Bu
dan Gouw Toako...." Anggota Thian Te hwee lainnya menjadi heran. Hiocu mereka yang satu ini selalu
mengambil tindakan seenaknya, Kalau hanya berpelesir ke rumah pelacuran saja,
mereka masih bisa memakluminya, tapi di sana justru terjadi keributan dan akhirnya
para tentara disuruh menggotong sebuah tempat tidur yang di dalamnya terdapat tujuh
orang perempuan sekarang mereka baru mengetahui bahwa semua ini ternyata demi
menolong jiwa Ku Yan Bun dan Gouw Liok Kie.
Urusan yang demikian aneh, tentu saja tidak terduga oleh siapapun, Karena itu
mereka segera menanyakan duduk persoalan yang sebenarnya.
"Ketika kita berada di Kun Beng, saudara sekalian telah menyamar sebagai petugas
Gouw Sam Kui dan minum arak serta berkelahi di rumah pelesiran, Aku merasa akal ini
boleh juga, karena itu tadi malam aku menirunya kembali"
Para anggota Thian Te hwee lainnya langsung menganggukkan kepalanya berkalikali.
- Begitu rupanya, Kata mereka dalam hati.
Siau Po sadar, kalau dia terlalu banyak bicara, rahasianya malah bisa terbongkar
Karena itu dia segera berkata.


Kaki Tiga Menjangan Pangeran Menjangan Duke Of Moon Deer Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Urusan yang terjadi di dalamnya tidak perlu kita bicarakan secara mendetail, yang
penting intinya saja." Dia mengulurkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan
surat yang ditulis oleh Gouw Liok Kie.
Cian Lao Pan menyambutnya lalu dibeberkan di atas meja, Dengan demikian semua
orang bisa melihatnya, Tampak disampul surat tertulis: "Di tujukan kepada saudara I
Kuang di tempat", Di-baliknya tertera nama "Soat Tiong Tiat Kay" (Pengemis besi
dibalik salju), semuanya tahu bahwa Soat Tiong Tiat Kay adalah julukan Gouw Liok Kie.
Tapi siapa tuan I Kuang, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Pendidikan yang pernah diterima anggota Thian Te hwee sebetulnya terbatas sekali
Mereka maklum bahwa isi surat itu pasti menunjukkan Gouw Sam Kui yang akan
mengadakan pemberontakan Tapi banyak kalimat-kalimat yang terdiri dari pepatahpepatah
jaman dahulu yang harus dikiaskan lagi artinya, itulah yang tidak mereka
mengerti Karena itu mereka pun saling memandang dan menunggu Siau Po yang
menjelaskannya. Siau Po tertawa. "Dalam perut Siautee ini dipenuhi dengan bakpao serta mie ikan dari Yang-ciu, tapi
air tinta justru tidak pernah dicicipi (Maksudnya dia tidak pernah bersekolah).
sedangkan dalam perut saudara sekalian, pasti lebih banyak arak dari pada air tinta
pula, Karena itu, sebentar lagi tuan Ku Yan Bu akan hadir di sini, biar beliau saja
yang menjelaskannya." Ketika dia sedang berbicara, seorang cong peng masuk ke dalam dan membungkuk
memberi hormat, Dia mengatakan bahwa di luar ada seorang Ihama dan seorang
Naga Beracun 13 Tanah Semenanjung Karya Putu Praba Drana Lembah Nirmala 27

Cari Blog Ini