Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 22
Pada detik latihan yang sangat penting ia mendapat tahu
rahasia pertemuan kita. Biarpun bukan binasa dalam
tanganku, tapi ia binasa karena gara2ku." Baru saja aku
ingin membujuk lagi, tiba2 ia menuding ke jurusan
belakangku sambil membentak "Siapa itu?" Aku memutar
badan, tapi tak lihat apapu juga. Waktu aku memutar badan
lagi, pada dadanya sudah tertancap sebilah pisau. Ia sudah
membunuh diri sendiri!"
"Huh..Huh!...Yo Po Thian mengatakan, bahwa ia
menikah dengan orangnya, tapi tidak menikah dengan
hatinya. Aku sendiri" Aku berhasil merebut hatinya
soemoy, tapi tidak bisa mendapatkan menusianya. Dalam
seluruh penghidupanku, ia adalah seorang yang paling
dihormati dan paling dicintai olehku. Kalau bukan gara2
Yo Po Thian, kami berdua tentu sudah terangkap menjadi
suami istri yang bahagia. Kalau bukan Yo Po Thian
menjadi kauwcoe dari Mo kauw, maka soemoyku tentu
takkan menikah dengan manusia itu yang usianya lebih tua
dua puluh tahun lebih daripadanya Yo Po Thian telah mati.
Aku tidak bisa berbuat sesuatu lagi kepadanya. Tapi Mo
kauw masih malang melintang di dalam dunia. Waktu itu
sambil menuding jenazah soeheng dan soemoyku, aku
berkata. "Aku Seng Koen, bersumpah untuk menggunakan
segala rupa kepandaianku guna membasmi Beng kauw.
Sesudah berhasil, aku akan datang kemari lagi dan disini
untuk menggorok leher sendiri dihadapanmu berduasebagai
penebus dosa. Ha"ha?"ha?".Yo Siauw!......Wie It
Siauw?".kamu semua akan segera binasa. Seng koenpun
tak akan hidup lebih lama lagi. Maksudku sudah tercapai
dan dengan segala senang hati, aku akan menggorok leher
sendiri untuk mengawani kamu semua ke alam baka."
Ia menghela nafas dan berkata pula. "Selama beberapa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun setiap saat aku memikiri daya upaya untuk
menghancurkan Mo kauw. Hei"..Aku sungguh beruntung,
istriku direbut orang. Muridku satu2nya menganggapku
sebagai musuh besarnya?""
Mendengar disebutnya Cia Soen. Jantung Boe Kie
memukul keras dan ia memusatkan segala perhatiannya
untuk mendengari Seng Koen. Tapi dengan pemusatan
perhatian itu, Kioe Yang Cin Khie (Hawa tulen Kioe yang)
yang berkumpul di tubuhnya jadi bertambah. Tal lama
kemudian, ia merasa tulang2nya seperti melar, seolah2 mau
meledak, sedang lubang2 rambutnya seakan2 menjadi
beberapa kali lipat lebih besar.
Goan Tin melanjutkan ceritanya. "Sesudah turun dari
Kong beng teng, aku pulang ke Tionggoan dan mencari
muridku Cia Soen yang sudah lama tak bertemu. Diluar
dugaan, begitu bertemu aku diberitahukan, bahwa ia sudah
menjadi salah satu Hoa kauw Hoat ong dari Mo kauw?""
Ia malah coba membujukku supaya aku turut
menyeburkan diri ke dalam agama siluman itu. Ia
mengatakan bahwa Mo kauw bertujuan untuk mengusir
kaum penjajah. Aku gusar tak kepalang. Tapi aku segera
menekan kegusaranku, karena kuingat, bahwa Mo kauw
sudah berakar dalam dan mempunyai banyak orang pandai,
sehingga dengan sendirian, aku pasti tak bisa berbuat
banyak. Jangankan aku seorang diri, sedangkan sebuah
perserikatan dari orang2 gagah seluruh rimba persilatan
belum tentu bisa menghancurkannya, aku menarik
kesimpulan jalan satu2nya iyalah menjalankan tipu supaya
Mo kauw terpecah belah dan anggota2nya saling bunuh
membunuh. Hanyalah dengan cara itu. Mo kauw bisa
dihancurkan" Yo Siauw dan yang lain2 memasang kuping dengan hati
berdebar2. mereka merasa, bahwa dalam banyak tahun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka seperti berada dalam pulas yang nyenyak, tanpa
mengetahui, bahwa seorang musuh besar tengah menjalankan siasat untuk membinasakan Beng kauw.
Diam2 mereka mengakui kegoblokannya mereka. Bahwa
dalam banyak tahun ini, apa yang diperbuat mereka
hanyalah berkelahi dengan kawan sendiri untuk merebut
kursi Kauwcoe. Cerita Goan tin itu bagaikan bunyi genta
yang telah menyadarkan mereka.
"Pada waktu itu, paras tak berubah, aku hanya
mengatakan bahwa urusan itu urusab besar yang harus
dipikir masak2," kata pula Goan tin. "Beberapa hari
berselang aku berlagal mabuk arak dan coba mencemarkan
kehormatan istri muridku. Dengan menggunakan kesempatan itu, aku membunuh ayah, ibu, istri dan
anaknya Cia Soen. Aku mengerti, bahwa dengan berbuat
begitu. Ia akan marah besar dan coba mencari aku untuk
membalas sakit hatinya. Kalau dia tidak berhasil mencari
aku, maka menurut dugaanku, ia akan melakukan
perbuatan yang gila2. ha..ha!....kata orang, mengenal anak
tidak seperti ayahnya, mengenal murid tidak seperti
gurunya. Aku mengenal watak muridku itu. Dia anak
sangat baik, tapi seorang pemarah yang mudah menjadi
gelap. Ia tidak bisa memikir panjang2, ia tidak bisa meneliti
siasat orang." Mendengar sampai disitu Boe Kie merasa kepalanya
puyeng. Ia gusar bukan main, dadanya seperti mau
meledak. "Kalau begitu semua penderitaan Gie Hoe adalah
akibat dari tipu busuknya bangsat tua itu." Katanya dalam
hati. Dengan suara bangga Goan tin berkata pula "Dengan
menggunakan namaku Cia Soen telah membinasakan
orang2 gagah dalam kalangan Kangouw. Tujuannya yalah
untuk memaksa aku keluar untuk menemui dia. Ha".ha!
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana bisa aku menuruti kemauannya, rahasia tentu saja tak
bisa ditutup. Biarpun dia menggunakan namaku, tapi orang
tahu bahwa pembunuhan2 itu dilakukan olehnya. Dia
menanam banyak sekali permusuhan. Hutang2 darah itu
semua masuk kedalam buku hutang Beng kauw".."
Ia berhenti sejenak, kemudia lanjutnya. "diluar banyak
musuh, didalam Beng Kauw berantakan. Kamu semua
tidak terlepas dari tipu dayaku. Aku merasa menyesal dia
batal membunuh Song Wan Kiauw. Tapi cukuplah, dia
sudah membunuh Kong kian Taysoe, melukai lima tetua
Kho tong, membinasakan jago2 lima partai di pulau Ong
poan san, bahkan orang2 Peh bie kauw tak terluput dari
tangannya. Ha"ha".ha! murid baik, murid manis.
Ha"ha".ha".." dia tertawa bagaikan orang edan.
Tiba2 Boe Kie merasa kupingnya "menguing" dan ia
pingsan. Tapi beberapa saat kemudian, ia sudah tersadar
lagi. Semenjak kecil, ia sendiri pernah menerima macam2
hinaan. Tapi apa yang diderita ayah angkatnya, ratusan kali
lipat lebih hebat. Karena tipu busuknya Seng Koen, ayah
angkat itu, seorang yang keras seperti besi, musnah rumah
tangganya. Rusak namanya, matanya buta keduanya dan
sekarang hidup sebatang kara di pulau terpencil. Aduh!
Itulah sakit hati yang tidak bisa tidak dibalas.
Bahna gusarnya, dadanya menyesak. Dan karena gusar,
Kioe yang Cin Khie dalam tubuhnya mengamuk hebat.
Nafasnya tersengal2 membunag "hawa tulen" yang seperti
juga meledak keluar dari dalam tubuhnya. Tapi ia berada
didalam karung. Hawa yang keluar dari hidung dan
mulutnya tak bisa buyar, sehingga sebagai akibatnya,
perlahan2 karung Kian Koen it khie tay melembung.
Tapi semua orang yang tengah mendengari cerita Goan
tin tidak memperhatikan melambungnya karung itu.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Goan tin berkata pula. "Yo Siauw, Cioe Tian, Wie It
Siauw dan yang lain2, apa kamu mau bicara?"
Yo Siauw menghela nafas, "Sesudah keadaan jadi begini,
apa lagi yang mau dikatakan?" katanya, "Goan tin taysu,
apakah kau bisa mengampuni jiwa anakku" Ibunya ialah
Kie Siauw Hoe dari Go Bie Pay. Ia belum masuk ke dalam
Beng Kauw." "Membabat rumput harus membabat sampai diakarnya,
aku tak mau memelihara harimau kecil untuk jadi biang
penyakit," jawabnya. Ia berjalan pelan2 dan lalu
mengangkat tangannya untuk menepuk batok kepala Yo
Siauw. Boe Kie terkesinap. Tanpa menghiraukan hawa panas
yang seperti dibakar, ia melompat kehadapan Goan tin,
mengangkat tangan kirinya dan menangkis pukulan pendeta
itu. Begitu tertangkis, tangan Goan tin terpental. Sesudah
terkena pukulan Han beng Bian ciang, pendeta itu terluka
berat dan sekarang, tenaganya baru pulih sebagian,
sehingga tangkisan Boe Kie telah menggoncang tubuhnya
dan mau tidak mau, ia mundur setindak dengan badan
limbung. "Bocah!" bentaknya. "Kau"..kau".."
Boe Kie merasa mulut dan lidahnya kering serta panas.
Hawa cin khie mengamuk makin hebat.
Sesudah menetapkan semangat, Goan tin memukul
karung itu dengan telapak tangannya. Tapi pukulan itu,
yang tidak kena dibadan Boe Kie, sudah terpukul balik
dengan tenaga membal dari karung tersebut, sehingga sekali
ia terhuyung. Ia kaget bukan main dan tak tahu sebab
musababnya. Dia sama sekali tidak pernah bermimpi,
bahwa manusia yang berada dalam karung itu mempunyai
tenaga Kioe yang Sin keng.
Sementara itu, Kioe yang Cin khie yang mengamuk
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
didalam tubuh Boe Kie sudah mendekati titik peledakan.
Jika Kian koen It kie tay keburu meledak, maka ia terlolos
dari kebinasaan, kalau tidak, Cin khie itu akan segera
meledak dan membakar seluruh tubuhnya.
Dilain saat Goan tin telah maju 2 tindak dan kembali
menghantam karung dengan telapak tangannya. Seperti
tadi, ia terhuyung pula, tapi karungnya pun, yang didorong
keras, berguling2 seperti bola raksasa. Dada Boe Kie
semakin menyesak. Ia sukar mengeluarkan lagi hawa dari
badannya, sebab karung itu sudah terlalu penuh. Dengan
beruntun Goan tin memukul 3 kali dan menendang 2 kali
dan tiap kali menyerang, setiap kali terhuyung sebab
terpukul balik dengan tenaga membal karung tersebut.
"Masih untung pukulan dan tendangannya tidak
meyentuh pada Boe Kie. Bila menyentuh tubuh yang penuh
dengan Kioe yang Sin kang ia pasti terluka berat.
Yo Siauw, Pheng Eng Giok dan Swee Poet Tek
mengawasi kejadian aneh itu dengan mata membelalak.
Kian koen It khie tay adalah milik Swee Poet Tek, tapi
iapun tak tahu, mengapa karung bisa melembung seperti
bola. Ia juga tak tahu apa Boe Kie masih hidup atau sudah
mati. Dengan gregetan Goan tin mencabut pisau dari
pinggangnya dan dengan sekuat tenaga, ia menikam. Tapi
karung itu hanya mendesak, tidak pecah. Ia terkesinap. Ia
tak tahu, bahwa karung itu tebuat daripada semacam bahan
yang aneh. Dengan menggunakan pisau biasa, karung
mustika itu tentu saja tidak bisa dirobek.
Sesudah gagal dalam beberapa serangan, Goan tin
berkata dalam hatinya. "perlu apa aku meladeni manusia
dalam karung itu?" ia menendang dan karung itu terbang
keluar. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa mau karung itu terbentur pintu dan terpental balik,
menyambar Goan tin. Melihar sambaran itu, dia
mengangkat kedua tangannya dan menghantam sekuat
tenaga. "Dar!" peledakan dahsyat yang menyerupai geledek
menggetarkan seluruh ruangan dan ribuan kepingan kain
terbang berhamburan. Kian Koen It khie tay hancur! Goan
tin, Yo Siauw, Cioe tian dan yang lain2 merasa seperti
disambar semacam hawa yang sangat panas, sedang Boe
Kie sendiri berdiri terpaku bagaikan patung dengan paras
muka seperti orang linglung, sebab ia sendiri tak tahu apa
yang telah terjadi. Ia sendiri tak tahu, bahwa pada detik itu, ia sudah
mencapai hasil lengkap dalam memiliki Kioe yang Sin kang
yang murni. Pada detik itu, naga seolah2 bertemu dengan
harimau, langit bersatu padu dengan bumi. Tadi waktu ia
masih berada didalam karung yang penuh dengan Kioe
yang Cin khie, ratusan jalan darahnya seperti diurut oleh
ratusan ahli silat kelas utama yang dengan berbareng
mengeluarkan hawa tulen mereka. Jodoh yang luar biasa itu
belum pernah dialami oleh siapapun juga. Dan pada saat
meledaknya karung, cin khie didalam dan diluar badannya
mengalami suatu kegoncangan hebat.
Didalam semua pembuluh darahnya seperti juga
mengalir semacam air perak dan sekujur badannya nyaman
luar biasa. Dalam seluruh rimba persilatan, kejadian seaneh itu baru
saja terjadi. Goan tin adalah manusia jahat yang licik dan cerdas
otaknya. Melihat pemuda itu masih dalam keadaan
bingung. Ia tahu, bahwa sekarang adalah kesempatan
satu2nya untuk menyerang. Bila kesempatan yang baik itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah lewat dan Boe Kie keburu turun tangan terlebih
dahulu, ia bakal binasa. Maka itu ia lantas saja maju dan
menotok Tian tiong hiat, didada pemuda itu.
Dengan cepat Boe Kie menangkis dengan tangannya.
Dalam ilmu silat, kepintaran Boe Kie masih sangat cetek.
Waktu berada di pulau Peng hwee to, ia pernah belajar silat
dari Cia Soen dan kedua orang tuanya. Tapi apa yang telah
dipelajarinya adalah ilmu2 biasa. Maka itu, ia takkan bisa
menandingi seorang lawan seperti Goan tin. Pada waktu
mengkis pukulan si pendeta, Yang tie hiat di pergelangan
tangannya, telah kena ditotok dengan It im cie, sehingga ia
menggigil dan mundur setindak dengan terhuyung.
Tapi badan pemuda itu penuh dengan Kioe yang Cin
khie dan hawa tersebut menerobos masuk ke dalam tubuh
Goan tin dari jari tangannya. Hampir berbareng dengan
terhuyungnya Boe Kie, "yang" (panas) dari Kioe yang Sin
kang bertempur dengan hawa "im" (dingin) dalam
tubuhnya Goan tin. Biarpun lihay si pendeta yang telah
terluka, mana bisa melawan Kioe yang cin khie" Ia bergidik
dan merasa seantero tenaga dalamnya membuyar. Hatinya
mencelos. Ia tahu, bahwa ia tengah menghadapi
kebinasaan. Buru2 ia memutar badan lalu kabur."Seng
koen!" teriak Boe Kie dengan gusar.
"Tinggalkan jiwamu disini!" sesaat itu Goan tin sudah
lari masuk meninggalkan pintu. Boe Kie melompat untuk
mengejar, tapi, "Bruk!", ia menubruk pinggir pintu, pipinya
yang terbentur dirasa sakit sekali.
Mengapa begitu" Sesudah berhasil didalam Kioe yang Sin kang, setiap
gerakan Boe Kie berlipat kali lebih besar tenaganya
daripada biasanya. Maka itu, waktu melompat, jarak
lompatan itu jauh luar biasa, sehingga ia kehilangan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keseimbangan dan menubruk pintu. Ia tak tahu mengapa ia
bisa melompat begitu jauh. Tapi ia tak bisa memikir
panjang2 dan lalu turut masuk kedalam pintu samping itu.
Ia sekarang berada dalam ruangan kecil. Dalam
tekadnya untuk membalas sakit hati ayah angkatnya, tanpa
menghiraukan kemungkinan dibokong, ia mengubar terus.
Setelah melalui ruangan itu, ia tiba dalam sebuah
halaman terbuka. Ia mengendus bau wangi, wanginya bunga yang ditanam
di halaman itu. Tiba2 ia lihat sinar lampu yang keluar dari sebuah kamar
disebelah barat. Ioa memburu ke kamar itu dan menolak
pintu. Satu bayangan abu2 berkelebat, Goan tin menyingkap sebuah tirai sulam dan masuk kedalamnya,
Boe Kie mengejar iapun menyingkap tirai itu dan ikut
masuk. Tapi orang yang dikejar tidak terlihat batang
hidungnya. Ia mengawasi keseputarannya dan ia heran,
sebab ia ternyata berada dalam kamarnya seorang gadis dari
keluarga hartawan. Dipinggir dinding terdapat tempat
untuk berhias dan diatas meja berhias berdiri sebuah ciaktay
dengan lilinnya yang memancarkan sinar terang dalam
kamar itu. Dalam pandangan sekilas mata, ia merasa
bahwa kamar itu lebih indah daripada kamarnya Cioe Kioe
tin. Diseberang meka hias terdapat sebuah ranjang tertutup
oleh tirai, sedang disepan ranjang terlihat sepasang kasur
sulam, sebagai tanda, bahwa seorang wanita sedang tidur
diranjang itu. Boe Kie berdiri dengan penuh rasa heran.
Kamar itu hanya dengan sebuah pintu, dan semua
jendela tertutup rapat. Barusan, terang2an lihat Goan tin
masuk, tapi pendeta itu tidak terlihat bayang2nya lagi!
Apakah ia sembunyi dalam ranjang" Apakah yang harus
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperbuat olehnya" Apakah ia boleh menyingkap tirai
ranjang itu" Selagi bersangsi, tiba2 ia mendengar tindakan kaki yang
sangat enteng. Ia melompat dan sembunyi di belakang rak,
tempat menggantungkan selimut, yang terletak didinding
sebelah barat. Sesaat kemudian, seorang wanita terdengaran batuk2.
Boe Kie dan melihat masuknya 2 orang wanita muda, yang
satu berusia kira2 enambelas tahun, terus batuk2 dan
berjalan dengan dipayang oleh yang lain, yang berusia lebih
muda. Dilihat dari dandananny, nona cilik itu adalah
pelayan dari nona yang dipayang itu. "Siocia, kau
mengasolah," katanya dengan suara membujuk.
"Jangan jengkel dan jangan bingung."
Siocia itu batuk2 lagi. Tiba2 ia mengangkat tangannya
dan menggaplok pipi pelayannya. Tamparan itu hebat,
sehingga si pelayan terhuyung. Sebab sebelah tangannya
memegang pundak pelayan itu, maka waktu si pelayan
terhuyung, badannya turut bersempoyongan dan berputar
menghadap Boe Kie. Dengan bantuan sinar lilin, pemuda
itu melihat wajah yang tidak asing lagi, mata besar, biji
mata hitam, muka potongan telur, muka dari Yo Poet
Hwie! Tubuh si nona sudah banyak lebih jangkung dan
lebih besar, tapi sikapnya dan gerak geriknya masih seperti
dulu. Dengan nafas tersengal-sengal Poet Hwie berkata. "Kau
suruh aku jangan bingung?"?"hm!...........Kau sendiri
tentu saja tidak bingung. Bagimu, paling baik bila ayahku
dibinasakan orang, supaya kau bisa mencelakai aku. Kalau
aku telah mati, kau bisa berkuasa disini," pepayang Poet
Hwie kesebuah kursi. "Ambil pedangku!" memerintah si
nona sudah berduduk. http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si pelayan segera mengambil sebuah pedang yang
tergantung didinding. Boe Kie mengawasi dan mendapat
kenyataan, bahwa pada kedua kaki pelayan itu terikat
selembar rantai besi yang halus, sedang pada kedua
pergelangan tangannyapun terikat dengan rantai yang sama.
Kaki kirinya pincang dan badannya bongkok, seperti busur
yang melengkung. Waktu ia memutar badan sesudah
mengambil pedang, Boe Kie melihat mukanya dan pemuda
itu terkejut, sebab muka itu jelek luar biasa. Mata kanannya
kecil, mata kirinya besar, hidung melesak, mulutnya
mengok dan dalam keseluruhan muka itu sangat
menakutkan. "Mukanya lebih jelek daripada Coe Jie."
Katanya dalam hati. "Kejelekan Coe Jie karena racun dan
masih dapat dirubah. Tapi kejelekan nona cilik itu adalah
dari pembawaannya dan tak dapat diperbaikki lagi."
Seraya menyambuti senjata itu dari tangan pelayanannya, Poet Hwie batuk2 lagi beberapa kali. Dari
sakunya, ia mengeluarkan sebuah peles dan menuang 2
butir yowan, yang lalu ditelannya.
"Kalau begitu Poet Hwie berbekal obat, sehingga biarpun
terkena It Im cie, ia masih bisa bergerak," kata Boe Kie
dalam hati. "Tak bisa salah lagi, obat itu panas sifatnya,"
benar saja, beberapa saat kemudian. Paras nona Yo
bersemu merah dan pada kedua pipinya terlihat sinar dari
hawa panas. Perlahan2 ia bangkit dan berkata. "Aku mau
tengok ayah." "Mungkin sekali musuh masih belum pergi," kata si
pelayan. "Sebaiknya aku yang pergi menyelidiki terlebih
dahulu. Kalau sudah tak ada bahaya barulah siocia keluar."
Ia bicara dengan suara yang sangat tak
sedap kedengarannya, seperti suara dari seorang lelaki setengah
tua. "Tak perlu berlagak baik hati!" bentak Poet Hwie.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lepaskan aku."
Dengan apa boleh buat, si pelayan mengangsurkan
tangan kanannya. Sebab kedua pergelangan tangannya
terantai maka waktu mengangsurkan tangan kanan, tangan
kirinya turut diangsurkan. Tiba2 tangan kiri Poet Hwie
menyambar dan mencengkeram pergelangan tangan kanan
pelayannya, jari2 tangannya mencengkeram Hwee cong,
Yang tie dan Gwa koan hiat.
Badan pelayan itu lantas saja kesemutan dan tak bisa
bergerak lagi. "Siocia?"?"
katanya. "Kau?""kau?""."
Poet Hwie tertawa dingin. "Kami, ayah dan anak, telah
dibokong musuh dan kami tengah menghadapi kebinasaan," katanya dengan suara menyeramkan. "Apakah kau takkan menggunakan kesempatan ini untuk
membalas sakit hati. Tak sudi kami disiksa olehmu! Jalan
yang paling baik adalah membunuh kau terlebih dahulu."
Seraya berkata begitu, ia mengayun pedang yang lalu
ditebas ke leher pelayannya.
Boe Kie terkesiap. Melihat keadaan si pelayan, ia merasa
sangat kasihan. Pada detik berbahaya, ia melompat dan
mementil badan pedang yang lantas saja terpental dan jatuh
dilantai. Dilain pihak, walaupun terluka, gerakan nona Yo
cepat luar biasa. Hampir berbareng dengan terlepasnya
pedang, dua jari tangannya terpentang dan meyambar ke
mata Boe Kie. Totokan itu hanyalah Siang liong Chio coe
(dua naga berebut mutiara), serupa pukulan biasa. Tapi
sesudah dilatih oleh ayahnya beberapa tahun, pukulan yang
sederhana itu mempunyai tenaga yang sangat besar.
Dengan kaget Boe Kie melompat kebelakang oet Hwie
Moay moay, aku!" teriaknya.
Mendengar perkataan "Poet Hwie Moay moay" yang tak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
asing lagi, nona Yo terkesiap dan berteriak. "Apa Boe Kie
koko?" biarpun blom lihat muka, ia mengenal suara itu.
Boe Kie merasa menyesal, bahwa ia memperkenalkan
dirinya. "Poet Hwie Moay moay bagaimana keadaanmu
selama beberapa tahun ini?"
Si nona mengawasi. Ia bersangsi, karena dihadapannya
berdiri seorang pria yang pakaiannya compang camping
dan mukanya kotor "Kau?"kau".apa banar kau Boe Kie
koko?" tanyanya "Bagaimana?""kau bisa datang
disini?" "Swee Poet Tek yang membawa aku," sahutnya. "Tadi
Goan tin Hweeshio masuk kesini, tiba2 ia menghilang. Apa
dalam kamar ini ada jalan lain?"
"Goan tin hweeshio kabur?" menegas si nona.
"Sesudah kena pukulan Ceng ek Hong ong, ia terluka
berat," menerangkan Boe Kie. "Barusan ia kabur dan aku
mengubarnya. Ia masuk ke kamar ini da lantas menghilang.
Dia adalah musuh besarku, aku mesti cari dia."
"Dalam kamar ini tiada jalan lain," kata si nona.
"Bagaimana dengan ayahku" Aku mau tengok padanya."
Seraya berkata begitu, ia menepak batok kepala pelayannya.
"Jangan!....." teriak Boe Kie sambil mendorong pundak
si nona, sehingga tepukannya jatuh ditempat kosong.
Sesudah percobaan membunuh pelayannya 2 kali
dihalang2i, Poet Hwie jadi gusar. "Boe Kie koko!"
bentaknya. "apakah kau kawannya budak kecil itu?"
"Baru hari ini aku bertemu dengannya" jawab pemuda
itu. "kalau kau tak tahu duduknya persoalan, janganlah
campur2 urusanku," kata pula nona Yo. "Dia adalah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
musuh besar dari keluargaku, karena kuatir dia mencelakaiku maka ayah sudah merantai kaki tangannya.
Sekarang kami berdua ayah dan anak, kena It im cie. Dia
pasti akan menggunakan kesempatan yang baik ini untuk
membalas sakit hati. Jika kami jatuh dalam tangannya,
celakalah!" Tapi Boe Kie masih tetap yakin, bahwa nona kecil itu
bukan manusia jahat. Maka itu, ia lalu berkata. "Nona,
apakah kau akan berusaha membalas sakit hati dengan
menggunakan kesempatan baik itu?"
Si nona menggeleng2kan kepala "tidak!" jawabnya.
"Poet Hwie moay noay, dengarlah!" kata Boe Kie. "Ia
sudah berjanji. Ampunilah dia!"
"Baiklah," kata nona Yo. "Aku tak dapat menolak
permintaanmu. "Aduh?"" Tiba2 tubuhnya tergoyang2
seperti mau jatuh. Boe Kie mengerti, bahwa si nona sudah tak dapat
mempertahankan dirinya lagi, sebab lukanya yang sangat
berat. Buru2 ia mendekati untuk memegangnya. Mendadak
ia merasakan kesakitan hebat pada Hian kie dan Tiong kie
hiat, dibagian pinggangnya dan ia roboh tanpa berdaya.
Ternyata, ia sudah dibokong nona itu, jari tangan Poet
Hwie menyambar ke arah Tay yang hiat dari pelayannya.
Tapi sebelum totokan itu hampir pada sasarannya ia
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggigil. Sekujur badannya kesemutan. Cekalannya pada
pergelangan tangan si pelayan terlepas, kedua lututnya
lemas dan ia jatuh duduk di kursi.
Poet Hwie memang sudah terluka berat dan bahwa ia
tadi dapat mempertahankan diri adalah karena khasiat obat
yang telah ditelannya. Sesudah menotok Boe Kie tenaganya
habis dan tak kuat menyerang lagi.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menjemput pedang yang masih menggeletak
dilantai, si pelayan berkata, "Siocia, kau selalu bercuriga,
bahwa aku akan membunuh kau. Kalau mau dengan
mudah aku sekarang bisa berbuat begitu. Tapi aku tak
punya maksud jahat." Ia segera memasukkan pedang itu
kedalam sarungnya, dan lalu menggantungnya ke dinding.
Sekonyong2 Boe Kie bangun berdiri "Poet Hwie moay
moay, kau lihatlah!" katanya. "Dia memang tidak
mengandung niatan yang kurang baik."
Dengan rasa kagum nona Yo mengawasi pemuda itu
yang dengan mudah dapat membuka sendiri "hiat" yang
ditotoknya. Sambil menyoja, Boe Kie berkata pada nona cilik itu.
"Nona, aku ingin sekali mengubar pendeta itu. Apakah
disini tak ada lagi jalan lain?"
"Apakah kau tak bisa membatalkan niatmu?" si nona
balas tanya. "Manusia itu telah melakukan perbuatan2 terkutuk,"
menerangkan Boe Kie. "Biarpun mesti mengubar ke ujung
langit, aku tak bisa mengampuni dia."
Si pelayan menggigit bibirnya. Sesudah berpikir sejenak,
ia manggut2. ia meniup lilin, mengeluarkan saputangan
yang ditaruh diatas muka Poet Hwie. Sesudah itu ia
mencekal tangan Boe Kie dan menuntunnya didalam
kegelapan. Karena yakin orang tidak berniat jahat, Boe Kie segera
mengikutinya. Ia dituntun kedepan ranjang. Si nona
membuka kelambu dan naik ke ranjang sambil menarik
tangan Boe Kie. Pemuda itu kaget bukan main. Biarpun
nona itu masih kekanak2an dan beroman jelek, ia tetap
seorang wanita. Ia segera menarik tangannya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jalanan berada di pembaringan," bisik si nona.
Boe Kie percaya dan semangatnya lantas saja terbangun.
Tanpa bersangsi lagi, ia turut naik ke pembaringan. Dengan
cepat si nona merebahkan dirinya dan Boe Kie turut rebah
di sampingnya. Entah alat apa yang ditarik si nona, papan
ranjang tiba2 menjeblak dan mereka berdua jatuh kebawah.
Dari atas ke dasar lubang ada beberapa tombak jauhnya.
Untung juga, dasar lubang itu ditutup dengan rumput
kering yang tebal, sehingga mereka tidak merasa sakit.
Tiba2 terdengar suara menjeblak dan papan ranjang sudah
kembal ke tempat asalnya. "Sungguh lihay alat rahasia itu!"
memuji Boe Kie didalam hati. Tanpa diberitahukan, tiada
manusia yang bisa menduga, bahwa didalam ranjang
terdapat jalanan rahasia. Sambil menyekel tangan si nona,
ia segera berjalan ke jurusan depan. Mendengar suara
berkerincingnya rantai, mendadak ia ingat sesuatu. "Nona
ini pincang dan kakinya diikat dengan rantai, bagaimana ia
bisa lari begitu cepat?" tanyanya dalam hati.
Si nona yang rupanya bisa menebak apa yang dipikirkan
Boe Kie, sekoyong2 berkata sambil tertawa, "Pincangku,
pincang buatan, untuk mengelabui Looya dan Siocia,"
Dalam kegelapan Boe Kie tak bisa melihat wajah nona
itu, tapi dalam hati ia berkata. "Tak heran jika ibuku
mengatakan, bahwa wanita pandai sekali menipu orang.
Hari ini, bahkan Poet Hwie moay moay merasa tak
halangan untuk membokong aku."
Sesudah berjalan beberapa puluh tombak, dengan
mengikuti terowongan yang berliku2 mereka tiba di ujung
jalanan, tapi Goan tin masih tetap tak kelihatan
bayangannya. "Sudah sering sekali aku datang kesini," kata sinona.
"Kupercaya ada lain jalanan, hanya ku tak tahu dimana alat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk membuka pintunya."
Dengan kedua tangannya Boe Kie meraba-raba dinding,
tapi tak bisa mendapatkan apapun juga. "Aku sudah
mencoba puluhan kali, tanpa berhasil," kata pula si nona.
"Sungguh mengherankan. Aku bahkan pernah membawa
obor untuk menyelidikinya, tapi tetap tak bisa mendapatkan
alatnya." Tiba2 dalam otak Boe Kie berkelebat suatu ingatan.
"Mungkin sekali memang tidak ada alat rahasia untuk
membuka pintu," pikirnya. Ia segera menyerahkan Chin kie
pada kedua lengannya dan mendorong dinding sebelah kiri
dengan sekuat tenaga. Dinding itu tidak bergerak. Sekali
lagi ia mengerahkan tenaga dan mendorong dinding kanan.
Tiba2 dinding itu bergoyang sedikit!
Ia girang tak kepalang. Ia menarik nafas dalam2 dan
mendorong sekeras2nya. Dengan perlahan dinding itu
bergeser ke belakang. Ternyata dinding itru tebuat daripada
sebuah batu yang sangat tebak dan besar.
Jalanan rahasia Kong beng teng memenag sangat
menakjubkan. Ada bagian2 yang diperlengkapi dengan
alat2 rahasia yang disembunyikan, tapi ada juga yang tidak,
seperti pintu itu yang hanya bisa dibuka oleh seseorang
yang mempunyai tenaga luar biasa. Hal ini adalah untuk
menjaga kalau2 rahasia diketahui oleh orang luar. Misalnya
seperti nona kecil itu, yang andaikata tahu rahasianya,
masih tetap tak bisa membuka pintu karena tenaganya tak
cukup. Tapi Boe Kie yang memiliki Kioe yang sin kang bukan
manusia biasa dan ia berhasil. Sesudah pintu terbuka kira2
3 kaki, ia mengirim pukulan dengan telapak tangannya,
karena ia khawatir Goan tin bersembunyi di belakang pintu
dan membokongnya. Berbareng dengan pukulannya ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat masuk. Mereka masuk dengan selamat dan berada di
terowongan yang sangat panjang. Dengan hati2, mereka
bertindak maju. Jalanan menurun ke bawah. Makin jauh
makin rendah. Sesudah melalui seratus tombak lebih,
mereka bertemu dengan jalanan yang bercagak tujuh. Boe
Kie bersangsi, jalanan mana yang harus diambil" Mendadak
disebelah kiri terdengar tegas sekali.
"Ambil jalan ini!" bisik Boe Kie sambil berlari2 dijalan
yang paling kiri. Jalanan itu tidak rata dan sukar dilalui,
tapi dalam kegusarannya Boe Kie berjalan terus tanpa
menghiraukan bahaya. Si nona mengikuti dari belakang
dengan suara rantai yang berkerincingan tidak henti2nya.
Boe Kie menengok ke belakang seraya berkata. "Musuh
berada didepan, keadaan sangat berbahaya. Sebaiknya kau
mengikuti saja dari sebelah jauh."
"Takut apa" Kesukaran harus dipikul bersama,"
jawabnya dengan suara tetap.
Selang beberapa saat, jalanan bukan saja menurun, tapi
juga terus membelok ke sebelah kiri seperti keong, dan
makin lama makin sempit, sehingga akhirnya terowongan
itu hanya bisa memuat badannya satu orang.
Selagi enak berjalan, mendadak saja Boe Kie merasakan
sambaran angin yang sangat dahsyat. Ia terkesiap dan
tangannya menyambar pinggang si nona dan kemudia
melompat ke depan. "Dukkkk!" batu halus dan pasir muncrat keatas.
Sesudah menentramkan hati, si nona berseru. "Celaka!
Kepala gundul itu bersembunyi dan mendorong batu untuk
membinasakan kita." Sambil mengangkat kedua tangannya diatas kepala, Boe
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kie mendaki jalan itu. Baru beberapa tindak, kedua
tangannya sudah menyentuh batu yang sangat kasar
permukaannya Tiba-tiba dari belakang batu terdengar suara Goan-tin.
"Bangsat kecil! Hari ini aku mengubur engkau di dalam.
Tapi untungnya masih bagus, kau mampus dengan
ditemani seorang wanita. Biarpun kau bertenaga besar, aku
mau lihat apa kau mampu menyingkirkan batu ini. Kalau
satu tak cukup, aku akan menambah dengan satu lagi."
Hampir berbarengan terdengar suara diangkatnya batu
dengan semacam alat besi diikuti dengan bunyi yang sangat
hebat. Goan-tin ternyata sudah melepaskan sebuah batu lagi
yang jatuh di atas batu pertama.
Dengan gusar dan bingung Boe Kie meraba batu itu.
Walaupun jalanan tak tertutup rapat tapi celah-celah di
antara dinding dan batu raksasa itu paling besar hanya bisa
masuk lengan. Badan manusia sudah pasti tak bisa lewat.
Sambil memompa semangat, ia mendorong sekuat-kuatnya,
tapi batu itu sedikitpun tak bergeming. Kedua batu yang
tersusun tindih itu beratnya berlaksa kati, tak bisa digeser
oleh manusia manapun juga. Bahkan gajah takkan kuat
untuk mendorongnya. Boe Kie berdiri terpaku, ia tak tahu
apa yang harus diperbuatnya.
Di belakang batu terdengar suara nafas Goan-tin yang
tersengal-sengal. Dalam keadaan terluka berat, sesudah
menggerakkan kedua batu itu tenaganya habis. Selang
beberapa saat, ia bertanya, "Bocah"siapa"siapa
namamu"." Ia tak dapat meneruskan perkataannya.
"Andaikata ia sekarang berubah pikiran dan ingin
menolong kami berdua, ia sudah tak bisa berbuat begitu,"
kata Boe Kie dalam hati. "Sudahlah, buat apa aku meladeni
dia. Paling baik aku cari jalan lain." Berpikir begitu, ia
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar badan dan turun ke bawah mendekati nona.
"Aku punya bahan api, tapi tak punya lilin," kata si
pelayan kecil, "Kalau dinyalakan sebentar tentu sudah
padam kembali." "Tunggu dulu," kata Boe Kie sambil berjalan maju
dengan perlahan. Sesudah berjalan beberapa puluh langkah,
mereka tiba di ujung terowongan. Mereka meraba-raba,
mendadak tangan Boe Kie menyentuh tahang kayu. "Ada
jalan," katanya dengan girang dan memukul hancur tahang
itu dengan kedua tangannya.
Isi tahang yang menyerupai tepung, jatuh berhamburan.
Ia mengambil sepotong papan dan berkata, "Coba nyalakan
api." Nona kecil itu lalu mengeluarkan baja pencetus api, batu
api dan sumbu. Dengan cepat ia membuat api dan
menyulut potongan kayu itu. Mendadak api itu menyala di
potongan kayu yang lantas saja terbakar, sedang hidung
mereka mengendus bau belerang. Mereka terkejut.
"Bahan peledak!" seru si nona seraya mengangkat tinggitinggi potongan kayu yang sudah menyala itu. Mereka
lantas saja mendapati kenyataan bahwa isi tahang itu
ternyata bahan peledak yang berwarna hitam. Si nona
tertawa dan berkata dengan suara pelan. "Bila barusan
letusan api menyambar ketumpukan bahan peledak itu,
hwee-shio jahat yang berada di luar akan turut binasa
bersama-sama kita." Seraya berkata begitu, ia menengok ke
arah Boe Kie yang tengah mengawasinya dengan mata
membelalak. "Mengapa?" tanyanya tertawa.
"Ah"Kalau begitu, kau"kau"sangat cantik," kata Boe
Kie. Si nona tertawa geli sambil menutup mulutnya dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah tangan. "Karena kaget aku melupakan samaranku,"
katanya. Ia meluruskan pinggangnya dan ternyata bahwa ia
bukan saja tak bongkok tapi juga tak pincang.
Dengan sinar mata yang terang, alis yang kecil bengkok,
hidung mancung dan lekuk pada pipinya, ia seorang wanita
yang sangat ayu. Hanya sebab masih berusia muda dan
tubuhnya belum cukup besar maka kecantikannya itu, ia
kelihatannya masih kekanak-kanakan.
"Memang kau menyamar begitu?" kata Boe Kie.
"Siocia sangat membenci aku," jawabnya. "Dengan
melihat romanku jelek, ia merasa senang. Tanpa
menyamar, aku tentu sudah mati."
"Mengapa ia mau nyawamu?" tanya pemuda itu pula.
"Sebab ia selalu curiga," sahutnya. "Ia kuatir aku akan
membunuh ia dan Looya."
"Gila!" kata Boe Kie, "Tadi waktu ia sudah tidak bisa
bergerak, kau mencekal pedang tapi kau tidak mencelakai
dia. Mulai dari sekarang ia pasti tak akan curiga lagi."
Si nona tertawa kecil. "Dengan membawa kau kemari,
Siocia tentu akan lebih curiga lagi," katanya. "Tapi
sudahlah! Perduli apa dia curiga atau tidak. Masih belum
tentu, apa kita bisa keluar dari tempat ini."
Dengan bantuan sinar obor, mereka ternyata berada di
tempat yang menyerupai kamar batu di mana terdapat alatalat senjata, busur dan anak panah yang sudah berkarat.
Senjata-senjata itu rupanya disediakan untuk melawan
musuh. Dinding di sekitar ruangan itu tertutup rapat.
Sekarang mereka tahu bahwa Goan-tin sudah sengaja
batuk-batuk untuk memancing mereka ke jalan buntu.
"Kongcoe, namaku Siauw Ciauw," kata si nona
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperkenalkan diri. "Kudengar Siocia memanggil Boe
Kie Koko kepadamu. Kalau tak salah, namamu Boe Kie.
Benarkah begitu?" "Benar," jawabnya. "Aku she Thio"." Mendadak ia
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengingat sesuatu. Ia mengambil sebatang tombak yang
beratnya kira-kira empat puluh kati. "Bahan peledak ini
mungkin bisa menolong kita," katanya, "Bukan mustahil
kita akan bisa menghancurkan batu besar itu."
"Bagus, bagus!" seru Siauw Ciauw seraya menepuknepuk kedua tangannya. Tepukan tangan itu diiringi
dengan suara kerincingan rantai.
"Rantai ini mengganggu gerakan tangan dan kakimu,"
kata Boe Kie. "Sebaiknya diputuskan saja."
"Jangan!" cegah si nona. "Looya bisa marah besar."
"Aku tak takut. Katakan saja akulah yang memutuskannya," kata Boe Kie. Sehabis berkata begitu
sambil mengerahkan Lweekang, ia membetot rantai yang
mengikat pergelangan tangan Siauw Ciauw. Rantai hanya
sebesar batang sumpit dan tenaga betotan tak kurang dari
tiga ratus kati. Tapi sungguh heran, rantai itu tidak
bergeming dan hanya mengeluarkan suara "aung".
Boe Kie heran. Ia membetot lagi dengan menambah
tenaga, tapi tetap tidak berhasil.
"Rantai ini memang sangat aneh, tak dapat diputuskan
walaupun dengan menggunakan senjata mustika," kata
Siauw Ciauw. "Anak kuncinya berada dalam tangan
Siocia." Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. "Kalau kita
bisa keluar, aku akan minta anak kunci itu," katanya.
"Ia tak akan memberikannya," kata si nona.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku percaya, ia akan meluluskan permintaanku,"
kata Boe Kie. "Hubunganku dengannya bukan hubungan
biasa." Sehabis berkata begitu, dengan membawa tombak ia
pergi ke bawah batu besar. Untuk beberapa saat ia berdiri
dan memasang kuping, suara nafas Goan-tin sudah tidak
terdengar lagi, rupanya ia sudah pergi jauh.
"Mungkin kita tak bisa menghancurkan batu ini dengan
satu ledakan," kata Boe Kie yang dengan menggunakan
ujung tombak lantas saja mulai membuat lubang di celah
antara batu besar dan lantai terowongan. Ia kemudian
mengisi lubang itu dengan bahan peledak dan memukulmukulnya dengan kepala tombak supaya menjadi padat.
Sesudah itu, ia menabur segaris bahan peledak dari lubang
terus ke ruangan bawah. Garis bahan peledak itu hendak
dijadikan semacam sumbu untuk peledakan.
Sesudah beres, Boe Kie lalu mengambil obor dari tangan
si nona yang buru-buru menekap kuping dengan kedua
tangannya. Dengan berdiri menghadang di depan Siauw
Ciauw, Boe Kie segera menyulut "sumbu" itu. Api menyala
dan bagaikan kilat menyambar ke lubang yang berisi bahan
peledak. Dunggg!...Hawa panas menyambar, ruangan itu bergoncang! Boe Kie terhuyung dua langkah sedang Siauw
Ciauw jatuh terjengkang. Obor padam dan asap memenuhi
ruangan itu. Sambil membangunkan si nona, Boe Kie
bertanya, "Siauw Ciauw, apa kau terluka?"
"Aku"aku"taka pa-apa," jawabnya. Mendengar suara
yang terputus-putus seperti orang bersedih, Boe Kie merasa
heran. Waktu obor sudah dinyalakan lagi, ia melihat mata
si nona mengembang air. "Kau kenapa?" tanyanya.
"Thio Kongcoe," sahutnya, "Kau belum pernah
mengenal aku, tapi"tapi mengapa kau begitu baik
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadapku?" "Apa?" tanya Boe Kie dengan rasa heran.
"Mengapa kau menghalangi aku?" kata Siauw Ciauw.
"Aku adalah seorang budak yang kedudukannya sangat
rendah. Kau"kau seorang yang mulia. Mengapa kau
melindungi aku dengan menghadang di depanku?"
Pemuda itu tersenyum. "Kau seorang wanita dan adalah
sepantasnya saja jika aku berusaha untuk melindungi
keselamatanmu," katanya. Melihat asap sudah mulai
menghilang, ia naik lagi ke atas untuk memeriksa hasil
ledakan. Ternyata batu raksasa itu tidak bergeming dan
hanya somplak di satu sudut. Dengan perasaan gelisah ia
berkata, "Untuk membuat lubang yang cukup besar guna
merangkak keluar, batu ini mungkin harus diledakkan tujuh
atau delapan kali. Tapi sisa bahan peledak hanya cukup
untuk kira-kira dua kali ledakan." Seraya berkata begitu, ia
mengangkat tombak dan mulai membuat sebuah lubang
lain di celah antara dinding terowongan dan batu raksasa.
Mendadak pada waktu ujung tombak menyodok
dinding, sepotong batu jatuh ke bawah dan terlihatlah
lubang di dinding itu. Boe Kie kaget bercampur girang. Ia
memasukkan sebelah tangan dan menggoyang- goyangkannya. Dinding itu bergerak sedikit. Ia menggerakkan tenaga dalam dan membetot. Ia berhasil
membuat sepotong batu copot. Sesudah tiga potong batu
copot, lubangnya sudah cukup besar untuk memuat badan
manusia. ternyata di situ terdapat sebuah terowongan lain.
Walaupun tidak dapat menghancurkan batu raksasa,
ledakan tadi sudah melepaskan batu-batu dinding terowongan. Dengan mencekal obor, Boe Kie masuk lebih dulu ke
terowongan yang kedua dan kemudian menggapai Siauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciauw supaya si nona mengikuti masuk. Seperti yang
pertama, jalanan ini berputar-putar bagaikan keong dan
menurun ke bawah. Kali ini Boe Kie bertindak lebih hatihati. Ia mencekal tombak erat-erat, siap sedia untuk
menangkis bokongan Goan-tin. Sesudah melalui kira-kira
delapan puluh tombak mereka tiba di depan sebuah pintu
batu. Boe Kie segera menyerahkan obor dan tombak kepada
Siauw Ciauw dan sambil mengerahkan Lweekang, ia
mendorong pintu yang segera saja terbuka.
Pintu itu adalah pintu sebuah kamar batu yang sangat
besar. Boe Kie bertindak masuk dan mendadak ia melihat
dua kerangka manusia. Pakaian kedua kerangka itu masih
belum hancur, sehingga dapat diketahui bahwa mereka
adalah seorang pria dan seorang wanita.
Siauw Ciauw agak takut dan ia mendekati kawannya.
Boe Kie mengangkat obor tinggi-tinggi dan meneliti
keadaan di dalam kamar. "Mungkin kita berada di bagian
paling ujung dari jalan rahasia ini," katanya. "Apa masih
ada jalan keluar?" Dengan tombak ia mengetuk-ngetuk seluruh dinding tapi
suara semuanya padat, tak ada yang kosong. Ia mendekati
kedua kerangka itu, tangan kanan yang wanita mencekal
sebatang pisau berkilauan yang menancap di dadanya. Ia
terkejut dan lantas teringat pengakuan Goan-tin yang
mengatakan bahwa pada waktu ia mengadakan pertemuan
rahasia dengan Yo Hoe-jin, pertemuan itu telah dipergoki
oleh Yo Po Thian yang binasa karena gusar dan Yo Hoe-jin
sendiri kemudian bunuh diri. "Apakah kedua kerangka inii
suami istri Yo Po Thian?" tanyanya dalam hati.
Ia mendekati kerangka lelaki, di samping kerangka
tergeletak selembar kulit kambing yang lalu diambilnya dan
diteliti. Di satu muka kulit itu berbulu di lain muka licin dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengkilat. Siauw Ciauw turut mengawasi. Tiba-tiba dengan paras
berseri-seri ia mengambil kulit itu dari tangan Boe Kie.
"Selamat, Kongcoe!" katanya dengan suara girang. "Ini
adalah ilmu silat tertinggi dari Beng-kauw." Sehabis berkata
begitu ia menggoreskan jari tangannya di mata pisau yang
menancap di dada Yo Hoe-jin dan kemudian mengoles
darahnya di bagian kulit yang licin. Perlahan-lahan di atas
kulit yang kena darah timbul huruf-huruf seperti berikut,
"Beng-kauw Seng-hwee Sim-hoat Kian-koon Tay lo ie."
(Kian koen Tay lo ie, ilmu api suci dari agama Beng-kauw)
Tapi Boe Kie tak terlalu girang. "Di jalan rahasia ini
tiada air dan tiada beras," pikirnya. "Kalau tak bisa keluar,
paling lama tujuh delapan hari, aku dan Siauw Ciauw akan
mati kelaparan. Ilmu yang bagaimana tinggipun tiada
gunanya." Ia melirik kedua kerangka itu dan bertanya pula
dalam hatinya, "Mengapa Goan-tin tak mengambil kulit
kambing itu. Mungkin sekali sesudah melakukan perbuatan
terkutuk ia tak berani datang lagi. Ah! Ia tentu tak tahu
bahwa Kian koen Tay lo ie Sim hoat tertulis di kulit itu.
Kalau ia tahu, jangakan Yo Po Thian dan istrinya sudah
meninggal dunia, sekalipun mereka masih hidup ia pasti
akan datang mencurinya."
"Siauw Ciauw, bagaimana kau tahu rahasia kulit
kambing itu?" "Aku mencuri dengar waktu Looya bicara dengan
Siocia," jawabnya. "Mereka berdua adalah murid-murid
Beng-kauw dan mereka tak berani masuk ke sini untuk
mengambilnya. Seperti Kongcoe ketahui, hanya seorang
Kauwcoe yang boleh masuk ke jalan rahasia ini."
Dengan rasa haru Boe Kie mengawasi kedua kerangka
itu. "Sebaiknya kita menguburkan mereka," katanya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersama si nona, ia segera mengumpulkan batu-batu
kecil dan pasir yang rontok karena ledakan tadi dan
kemudian mendampingkan kedua kerangka itu. Mendadak
Siauw Ciauw mengambil sesuatu dari kerangka Yo Po
Thian. "Thio Kongcoe, sepucuk surat," katanya.
Boe Kie membacanya, di atas sampul tertulis,
"Dipersembahkan kepada istriku." Karena sudah lama,
sampul itu agak rusak sedangkan huruf-hurufnya pun sukar
dibaca tapi dari coretannya yang telah buram, dapat dilihat
bahwa huruf-huruf itu indah dan angker. Sampul masih
utuh, belum tersobek. "Sebelum membaca, Yo Hoe-jin telah bunuh diri," kata
Boe Kie. Dengan sikap hormat, lalu menaruh surat itu di
atas kerangka. Baru saja ia mau mengubur dengan pasir dan
batu, Siauw Ciauw berkata, "Apakah tak baik bila kita
membaca surat itu" Mungkin sekali Yo Kauwcoe
meninggalkan pesan?"
"Kurasa kurang pantas," kata Boe Kie.
"Mungkin Kongcoe keliru," bantah si nona. "Andaikata
ada sesuatu yang diinginkan Yo Kauwcoe dan belum
terpenuhi, alangkah baiknya jika diketahui kita supaya kita
bisa menyampaikan langsung kepada Looya dan Siocia."
Boe Kie mengangguk lalu menyobek sampul. Ia
mencabut sehelai sutera putih yang tertulis sebagai berikut:
"Hoe-jin bacalah ini, semenjak menikah denganku siang
malam Hoe-jin berduka. Aku adalah seorang yang tak
mempunyai budi sehingga aku tak bisa menyenangkan
hatimu dan untuk kekurangan itu aku merasa menyesal tak
habisnya, kini kita akan berpisah untuk selama-lamanya.
Kuharap Hoe-jin sudi memaafkanku.
Cioe Kauwcoe dari turunan ketiga puluh dua telah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memerintahkan supaya setelah selesai dalam latihan Kian
koen Tay lo ie Sin-kang, aku segera pergi ke Congto dari
Kay pang (markas besar Partai Pengemis) untuk mengambil
kembali barang-barang peninggalan Cioe Kauwcoe dari
turunan ketiga puluh satu.
Aku baru saja menyelesaikan latihan Sin-kang tingkat
kelima. Apa daya, aku tahu urusan Seng Soe-tee. Darah
dan hawa bergolak-golak dan aku tak dapat menguasai
diriku lagi. Tenagaku akan buyar dan aku menghadapi
kematian. Inilah takdir. Tiada manusia dapat melawan
takdir." Membaca sampai di situ Boe Kie menghela nafas,
"Kalau begitu, sebelum menulis surat, Yo Kauwcoe telah
tahu adanya pertemuan antara Seng Koen dan istrinya di
jalan rahasia ini," katanya.
Siauw Ciauw mengawasi pemuda itu dengan sorot
matanya tapi ia tak berani membuka mulut. Maka itu
secara singkat Boe Kie lalu menceritakan tentang Seng
Koen dan Yo Hoe-jin. "Menurut pendapatku, Yo Hoe-jin lah yang bersalah,"
kata si nona. "Jika ia tetap mencintai Seng Koen,
seharusnya ia tak boleh menikah dengan Yo Kauwcoe.
Setelah menikah dengan Yo Kauwcoe, ia tak boleh
membuat pertemuan rahasia lagi dengan Seng Koen."
Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. Di dalam hati
ia memuji nona cilik yang sudah bisa membedakan apa
yang benar dan apa yang salah. Sesudah berdiam sejenak, ia
membaca lagi. "Cioe Kauwcoe adalah seorang gagah dan berakal budi.
Sungguh sayang, ia mati dalam tangan Soe Tiang-loo
(empat tetua) dari Kay pang. Sebegitu lama barang
peninggalan Cioe Kauwcoe belum dapat diambil kembali.
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebegitu lama juga di mana adanya Seng hwee-leng belum
bisa diketahui. Sekarang aku menghadapi kematian dan aku
telah menyia-nyiakan pesan Cioe Kauwcoe. Aku adalah
orang berdosa dalam agama kita.
Kuharap dengan mengggunakan surat ini Hoe-jin sudi
mengumpulkan kedua Kong-beng Soe-cia, keempat Hoekauw Hoat-ong, kelima Ngo-beng Khie-see dan Ngo Sianjin. Beritahukanlah kepada mereka bahwa aku memerintahkan seperti berikut: "Siapapun jua yang bisa
mengambil barang peninggalan Cioe Kauwcoe dan Seng
hwee-leng, dialah yang akan menjadi Kauwcoee turunan
ketiga puluh empat dari agama kita. Siapa yang membantah
boleh segera dibinasakan! Akupun memrintahkan supaya
untuk sementara waktu Cia Soen bertindak sebagai Hoe
Kauwcoe (wakil pemimpin agama) utnuk mengurus
berbagai urusan dari agama kita.?"
Hati Boe Kie berdebar-debar, kini baru ia tahu bahwa
ayah angkatnya telah ditunjuk oleh Yo Po Thian sebagai
Hoe Kauwcoe. Hanya sayang, Yo Hoe-jin sudah bunuh
diri. Bila tidak, orang-orang Beng-kauw tentu tak sampai
saling bermusuhan dan saling bunuh. Di dalam hati
kecilnya diam-diam ia merasa bangga bahwa Yo Po Thian
sudah menghargai ayah angkatnya.
Ia membaca lagi. "Untuk sementara waktu, ilmu Kian koen Tay lo ie
harus diserahkan kepada Cia Soen. Nanti, sesudah ada
kauwcoe baru, barulah Sim-hoat itu diserahkan kepadanya.
Kauwcoe baru bertugas untuk memperbesar agama kita,
mengusir kaum penjajah, melakukan perbuatan-perbuatan
mulia, menumpas kejahatan, meluruskan yang bengkok dan
membasmi segala kebusukan."
Boe Kie berhenti lagi. Ia bingung dan berkata dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya, "Dilihat begini, Beng-kauw mempunyai tujuan
yang sangat mulia. Berbagai partai persilatan yang
memusuhi agama itu adalah perbuatan yang tidak pantas."
Ia menghela nafas dan melanjutkan.
"Dengan menggunakan Sin-kang yang masih berada
dalam tubuhku, aku akan menutup pintu batu supaya aku
bisa berada bersama-sama Seng Soe-tee. Untuk selamalamanya aku tak akan berpisah lagi dengan dia. Hoe-jin
sendiri bisa meloloskan diri dengna melihat peta jalan
rahasia. Pada jaman ini, tiada orang lain yang bisa
menggerakkan pintu batu Boe Ong-wie. Andaikata di
kemudian hari ada seorang gagah yang bisa membuka pintu
itu, aku dan Seng Soe-tee sudah jadi kerangka belaka.
Hormat dari suamimu, Po Thian."
Di belakang surat itu terdapat sebuah peta yang
melukiskan semua jalan dan pintu-pintu dari jalan rahasia
itu. Boe Kie girang tak kepalang. "Yo Kauwcoe ternyata
memang ingin mengurung Seng Koen dalam jalan rahasia
ini dan rela mati bersama-sama," katanya. "Sayang sekali ia
tak dapat mempertahankan diri dan sudah mati terlebih
dulu sedang manusia busuk itu masih bisa malang
melintang hingga sekarang. Bagus juga kita mendapat peta
ini dan kita akan bisa keluar."
Sehabis berkata begitu, ia meneliti peta tersebut dan
mencari tempat di peta di mana mereka berada sekarang.
Tiba-tiba ia seperti diguyur air dingin. Mengapa" Karena
jalan keluar yang satu-satunya adalah jalan yang sudah
ditutup dengan batu raksasa oleh Seng Koen. Peta berada di
tangan, tapi tidak berguna!
"Kongcoe, jangan terlalu bingung," hibur Siauw Ciauw.
"Mungkin sekali kita bisa cari jalan lain." Ia mengambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peta itu dari tangan Boe Kie dan lalu memperhatikannya.
Tapi sesudah melihat sampai matanya berkunang-kunang ia
tak bisa mendapatkan jalan lain. Jalan yang tertutup batu
itu adalah jalan satu-satunya.
Melihat paras si nona yang putus harapan, Boe Kie
tertawa getir. "Menurut surat Yo Kauwcoe, seseorang yang
sudah berhasil dalam Kian koen Tay lo ie Sin-kang bisa
mendorong pintu batu itu," katanya. "Di saat ini, hanya Yo
Siauw Sianseng yang pernah berlatih ilmu itu tapi
kepandaiannya masih cetek sehingga andaikata ia berada di
sini, belum tentu ia bisa berhasil. Di samping itu, kitapun
tak tahu di mana tempat kedudukan Boe Ong-wie. Tidak
tertulis di atas peta, di mana kita harus mencarinya?"
"Boe Ong-wie?" tegas Siauw Ciauw. Boe Ong-wie
adalah salah satu "wie" (kedudukan) dari enam kedudukan
yang terdapat dalam Lak-cap Sie-kwa (ilmu pentangpentangan) dari Hok-hie. Boe Ong-wie terletak di antara
Beng Ie-wie dan Swee-wie. Seraya berkata begitu ia berjalan
sesuai dengan kedudukan dari ilmu pentang-pentangan itu.
Sesudah berada di sudut barat laut dari ruangan itu, ia
berkata, "Kalau tak salah di sini."
Semangat Boe Kie terbangun, "Apa benar?" tanyanya. Ia
berlari-lari ke tempat senjata dan mengambil sebuah
kampak. Dengan alat itu, ia membersihkan tanah dan pasir
yang melekat di dinding. Benar saja ia segera mendapatkan
garis-garis yang menunjukkan adanya sebuah pintu. Ia
girang dan berkata dalam hati, "Meskipun tak mengenal
Kian koen Tay lo ie Sin-kang, aku sudah memiliki Kioe
yang Sin-kang. Mungkin dapat digunakan."
Ia segera mengumpulkan hava di bagian pusar,
mengerahkan tenaga dalam kedua lengannya, memasang
kuda-kuda dan kemudian mendorong pintu. Pintu itu tidak
bergeming. Ia mencoba berulang-ulang dengan segenap
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaganya. Tetap tidak berhasil. Ia mendorong lagi sehingga
tulang-tulangnya berkelotokan dan kedua lengannya lemas.
Pintu tetap tidak bergerak.
"Thio Kongcoe, sudahlah!" kata Siauw Ciauw.
"Sebaiknya kita gunakan bahan peledak."
"Baiklah, aku lupa kita masih punya bahan peledak,"
kata pemuda itu. Mereka segera mengambil sisa bahan peledak dan
meledakkannya di bawah pintu. Batu somplak tapi
pintunya tetap tidak bergerak.
Dengan rasa menyesal dan terharu, Boe Kie menarik
tangan si nona dan berkata dengan suara halus, "Siauw
Ciauw"akulah yang bersalah, aku mengajak kau kemari
sehingga kau tidak bisa keluar lagi."
Si nona mengawasi muka Boe Kie dengan matanya yang
bening. "Thio Kongcoe, sebenarnya kau yang harus
menyalahkan aku," katanya. "Jika aku tidak membawa kau
kemari"kau tidak"." Ia tidak dapat meneruskan
perkataannya dan lalu menyeka air mata dengan lengan
bajunya. Untuk beberapa saat, mereka membungkam. Tiba-tiba si
nona tertawa. "Sudahlah!" katanya. "Kita tidak bisa keluar,
jengkelpun tak berguna. Sebaiknya aku menyanyi. Apa kau
setuju?" Boe Kie sebenarnya tak punya kegembiraan untuk
mendengarkan nyanyian, tapi supaya tidak mengecewakan
si nona, ia mengangguk. "Bagus!" katanya sambil tertawa.
Siauw Ciauw segera duduk di samping pemuda itu.
Sesudah mendehem beberapa kali, ia mulai.
"Bersandar di guba, http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Membuat gubuk, Biarpun melarat, tetap bahagia,
Di tepi sungai berbicara dengan si pencari kayu,
Di gunung mencari sahabat lama,
Di angkasa berkawan dengan burung Hong,
Dia berhasil, Dia menertawai kita! Dia gagal, Kita menertawai dia!"
Waktu si nona menyanyi, Boe Kie tak begitu
memperhatikan. Tapi sesudah mendengar "dia berhasil, dia
menertawai kita, dia gagal, kita menertawai dia" hatinya
tertarik dan ditambah dengan suara si nona yang sangat
merdu, rasa jengkelnya segera menghilang.
Sementara itu, si nona melanjutkan nyanyiannya.
"Syair menghilangkan kedukaan,
Pedang penuh keangkeran, Seorang Enghiong tak perdulikan kemiskinan atau
kekayaan, Di sungai membunuh Kauw, Dikira memanah Tiauw, Di daerah perbatasan memutar golok,
Dia berhasil, Dia menertawai kita, Dia gagal, Kita menertawai dia."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu menyanyi dibagian itu, suara si nona nyaring dan
bernada gagah. "Siauw Ciauw, sungguh merdu suaramu!" Boe Kie
memuji. "Siapa yang menggubah lagu itu?"
Si nona tertawa. "Kau bohong! Suaraku tak keruan
begitu," katanya. "Aku meniru nyanyian orang lain. Tak
tahu siapa yang menggubahnya." Sesudah berdiam sejenak,
ia berkata pula. "Apa benar kau senang mendengarnya"
Tidak bohong?" Boe Kie tertawa nyaring, "Mana bisa aku berbohong di
hadapanmu," katanya. "Tidak! Memang benar suaramu
merdu dan sajak lagu itu indah sekali. Sungguh!"
"Baiklah, kalau begitu aku mau menyanyi lagi," kata si
nona. "Sayang sekali tidak ada pie-pee (semacam gitar)."
Sambil menepuk-nepuk batu dengan lima jarinya, ia segera
menyanyi pula. "Perubahan di dunia silih berganti,
Manusia harus menyesuaikan diri,
Nasib memutuskan kemakmuran atau keruntuhan,
Dalam kebahagiaan bersembunyi malapetaka,
Dalam malapetaka bersembunyi kebahagiaan,
Mana ada kekayaan abadi"
Dari angkasa, sang surya kelam ke barat,
Dari bundar sang rembulan somplak sebelah,
Di langit dan di bumi tak ada yang sempurna,
Hilangkan kerutan alis, Hentikan permusuhan remeh,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Paras muka di hari ini, Lebih tua daripada kemarin,
Yang lama pergi yang baru datang,
Semua tak luput, Yang pintar, yang bodoh, Yang miskin, yang kaya, Pada akhirnya manusia, Tidak bisa lari dari hari itu,
Hari ini ada kesenangan, Nikmatilah kesenangan, Siang dan malam seratus tahun,
Yang berusia tujuh puluh tahun jarang ada,
Sang waktu mengalir bagaikan air,
Gelombang demi gelombang."
Sajak itu adalah pengutaraan isi hati dari seseorang yang
sudah kenyang makan asam garamnya dunia dan yang
sudah bisa melihat tidak kekalnya segala keduniawian.
Bahwa sajak itu diucapkan oleh seseorang muda belia
seperti Siauw Ciauw, kelihatannya sangat tidak sesuai.
Mungkin sekali ia tak tahu artinya. Ia hanya mendengar
nyanyian orang lain dan lalu meniru.
Tapi Boe Kie lain, ia masih muda, tapi selama sepuluh
tahun, ia telah merasakan bermacam-macam kegetiran dan
mendapat berbagai pengalaman luar biasa. Sekarang ia
terkurung di perut gunung dan di hadapannya tidak ada
jalan hidup. Tapi sesudah mendengar nyanyian Siauw
Ciauw, ia merasa dadanya lega. Ia merasa kuat, terutama
karena dua kalimat yang berbunyi "pada akhirnya manusia,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak bisa lari dari hari itu."
"Hari itu!" "Hari itu!" yang mesti di alami setiap
manusia, setiap makhluk berjiwa. "Hari" pulang ke alam
baka. Sebagai manusia, Boe KIe yang masih muda sudah
beberapa kali mengalami detik-detik mati atau hidup. Pada
masa lampau, mati atau hidupnya tidak bersangkutan
dengan siapapun juga. Tapi sekarang, keadaan agak
berlainan. Kematiannya bukan saja menyeret Siauw Ciauw,
tapi juga mempunyai hubungan dengan mati hidupnya
Beng-kauw, selamat celakanya Yo Siauw dan yang lainlain, permusuhan antara Goan-tin dengan ayah angkatnya.
Ia tidak takut mati, terlebih sesudah mendengar nyanyian si
nona. Tapi kalau boleh, ia tidak mau mati sekarang karena
ia merasa memikul tugas-tugas yang belum diselesaikan.
Ia lalu bangkit dan mendorong pula pintu batu itu. Ia
merasakan mengalirnya Cin-khie di seluruh tubuhnya,
sepertinya ia mempunyai tenaga yang besarnya tidak
terbatas, tapi tidak dapat dikeluarkan. Tenaga itu seperti
gelombang air bah yang tertahan oleh gili-gili. T iga kali ia
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mencoba, tiga kali ia gagal.
Sementara itu Siauw Ciauw sudah melukai lagi jari
tangannya dan mengoleskan darahnya di kulit kambing,
"Thio Kongcoe," katanya. "Apakah tidak baik jika kau
melatih Sin-kang dari Kian koen Tay lo ie" Kau sangat
cerdas dan mungkin sekali segera berhasil."
Boe Kie tertawa. "Para Kauwcoe dari Beng-kauw telah
berlatih seumur hidup, tapi hanya beberapa orang saja yang
bisa dikatakan berhasil," jawabnya. "Sebagai Kauwcoe
mereka pasti bukan orang sembarangan. Mereka semua
mempunyai kecerdasan dan kepandaian yang sangat tinggi.
Bagaimana caranya aku bisa mengharap bahwa dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu singkat aku bisa berhasil dalam suatu latihan yang
sukar, yang tidak dapat dilakukan oleh para mendiang
Kauwcoe itu?" Si nona tak menyahut. Ia menunduk dan menyanyi
dengan perlahan. "Hari ini ada kesenangan,
Nikmatilah kesenangan itu,
Hari ini bisa berlatih, Berlatihlah hari ini."
Sambil tersenyum Boe Kie lalu mengambil kulit kambing
itu dari tangan Siauw Ciauw dan lalu membacanya. Ia
mendapati kenyataan bahwa apa yang tertulis adalah ilmu
untuk menjalankan pernafasan dan menggunakan tenaga
dalam. Ia lalu mencoba-coba dan"dengan mudah ia
berhasil. Di kulit itu terdapat juga tulisan yang berbunyi
sebagai berikut. "Inilah Sin-kang tingkat pertama. Orang yang cerdas dan
berbakat bisa berhasil dalam waktu tujuh tahun. Orang
biasa harus menggunakan waktu empat belas tahun."
Boe Kie heran tak kepalang. Ia berhasil dalam sekejap
mata. Mengapa dalam kulit kambing tertulis harus
menggunakan sedikitnya tujuh tahun"
Ia segera membaca ilmu tingkat kedua dan terus berlatih.
Kali inipun ia berhasil dengan mudah. Ia merasa semacam
hawa dingin yang halus seperti benang seakan-akan
menyambar keluar dari sepuluh jari tangannya. Di bawah
ilmu itu terdapat penjelasan sebagai berikut.
"Inilah Sin-kang tingkat kedua. Orang cerdas dan
berbakat bisa berhasil dalam waktu tujuh tahun. Orang
biasa harus menggunakan waktu sedikitnya empat belas
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahun. Manakala sesudah berlatih dua puluh satu tahun
masih belum mendapat kemajuan, orang itu dilarang maju
pada tingkat ketiga, untuk mencegah kecelakaan yang tidak
dapat ditolong lagi." (Menurut kepercayaan, jika seseorang
melatih Lweekang tinggi secara salah atau secara
memaksakan diri, maka ilmu itu bisa membinasakan orang
yang berlatih seperti "golok makan tuan")
Boe Kie kaget bercampur girang. Dengan bernafsu ia
segera membaca ilmu ketiga. Ketika itu, huruf-huruf di atas
kulit kambing telah mulai buram, tapi baru saja ia mau
mencabut pisau untuk menggores jari tangannya, Siauw
Ciauw sudah mendahului dan mengoles kulit kambing
dengan darahnya. Ia berhasil dalam ilmu ketiga dan keempat sama
mudahnya seperti orang membelah bambu. Dengan rasa
takut Siauw Ciauw mengawasi muka pemuda itu yang
berwarna aneh, sebelah hijau. Tapi hatinya segera tentram
kembali karena paras Boe Kie tetap tenang dan hanya
kedua matanya berkilat-kilat. Waktu Boe Kie melatih diri
dalam Sin-kang tingkat kelima, suatu perubahan terjadi
pada dirinya. Mukanya sebentar biru sebentar merah, waktu mukanya
biru badannya agak gemetaran dan berhawa dingin seperti
gundukan es, sedang waktu mukanya merah keringat
menetes turun seperti hujan gerimis dari kedua pipinya.
Siauw Ciauw mengeluarkan sapu tangan dan mengangsurkan tangan untuk menyeka keringat di muka
pemuda itu. Tapi baru saja sapu tangan menyentuh dagu,
lengannya mendadak bergetar dan hampir-hampir ia jatuh
terjengkang. Boe Kie bangkit dan menyapu keringat dengan
lengan bajunya. Ia tak mengerti mengapa Siauw Ciauw
terhuyung. Ia tak mengerti bahwa ia sudah berhasil dalam
latihan Sin-kang tingkat kelima.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kian koen Tay lo ie Sin-kang adalah suatu ilmu
menakjubkan untuk mengerahkan dan menggunakan
tenaga. Pada hakekatnya, ilmu tersebut adalah untuk
mengeluarkan tenaga luar biasa yang tersembunyi dalam
tubuh setiap manusia. Dalam keadaan biasa tenaga yang
bersembunyi itu tak dapat dikeluarkan. Hanya pada detikdetik berbahaya, misalnya pada waktu kebakaran barulah
tenaga itu keluar. Sering kita mendengar cerita bahwa
dalam menghadapi bencana, seseorang yang lemah dapat
melakukan perbuatan yang luar biasa seperti mengangkat
barang ratusan atau ribuan kati beratnya yang tak akan
dapat dilakukannya dalam keadaan biasa.
Sesudah berhasil dalam Kioe yang Sin-kang, tenaga yang
bersembunyi dalam tubuh Boe Kie tidak dapat tertandingi
oleh siapapun juga dalam dunia ini. Tapi karena belum
mendapat petunjuk dari seorang guru yang pandai, ia masih
belum bisa menggunakan tenaga yang bersembunyi itu.
Sekarang, sesudah mempelajari Kian koen Tay lo ie Sinkang dan melatih diri dalam ilmu itu, maka tenaganya yang
tersembunyi membanjir keluar bagaikan air bah yang tak
dapat ditahan lagi. Bagi manusia biasa, Kian koen Tay lo ie Sin-kang adalah
ilmu yang sukar dipelajari dan salah sedikit saja dalam
latihannya, ilmu itu bisa "makan tuan" bisa membinasakan
si pelajar sendiri. Mengapa begitu" Karena ilmu untuk
mengerahkan tenaga dalam sangat berbelit-belit, sedang si
pelajar sendiri tidak mempunyai tenaga dalam yang cukup
kuat untuk mengimbanginya. Sebagai contoh, kalau
seorang bocah yang baru berusia tujuh delapan tahun
bersilat dengan menggunakan martil yang beratnya ratusan
kati, maka makin sulit ilmu silat yang dijalankannya, makin
gampang kepalanya terpukul martil. Tapi hal ini tak
mungkin terjadi jika yang bersilat dengan martil itu seorang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewasa yang bertenaga besar.
Dalam waktu yang lalu, orang-orang melatih diri dalam
Kian koen Tay lo ie Sin-kang semuanya tidak mempunyai
cukup tenaga dan memaksa diri belajar. Sebagaimana
diketahui, seorang ahli silat yang sedang mengajar serupa
ilmu, biasanya tidak bisa merasa puas dan rela
mengundurkan diri di tengah jalan. Maka itu banyak yang
sudah menjadi korban dari latihan yang dipaksakan.
Mengapa Boe Kie berhasil sedangkan tokoh-tokoh yang
lebih hebat gagal" Jawabnya sangat sederhana. Karena Boe
Kie memiliki cukup tenaga yang didapat dari latihan Kioe
yang Sin-kang. Sesudah menyelesaikan latihan tingkat kelima, pemuda
itu merasa semangatnya bergelora dan tenaga dalamnya
dapat dikeluarkan atau ditarik pulang sesuka hati. Di
samping itu, iapun merasakan kesegaran luar biasa pada
sekujur badannya. Kini ia melupakan hal untuk mendorong
pintu batu dan terus mempelajari ilmu tingkat keenam.
Berselang kurang lebih satu jam ia telah mulai dengan ilmu
tingkat ketujuh. Inilah yang paling sukar, beberapa lipat ganda lebih
sukar daripada pelajaran tingkat keenam. Untung juga, ia
mahir dalam ilmu pengobatan dan "hiat-to". Dengan
pengetahuan itu, ia selalu dapat memecahkan bagian-bagian
yang sulit dan kurang terang.
Setelah berhasil sebagian besar dari ilmu tingkat ketujuh
itu, tiba-tiba ia bertemu dengan satu bagian ilmu yang
dilukiskan dengan beberapa baris huruf. Sesudah membaca
dengan teliti, ia lalu mulai berlatih menurut petunjuk itu.
Mendadak ia merasa hawa yang rasanya bergejolak sedang
jantungnya memukul keras. Ia segera menghentikan latihan
dan menentramkan semangatnya. Beberapa saat kemudian,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia berlatih lagi, tapi hasilnya tak berbeda.
Ia melompati kalimat pertama dan berlatih dengan
kalimat kedua. Latihan itu berjalan lancar, tapi waktu tiba
pada kalimat ketiga, ia kembali mengalami kesukaran.
Makin lama, kesulitan makin besar. Setelah ia mempelajari
seluruh Kian koen Tay lo ie Sin-kang, ada tiga belas kalimat
yang tak berhasil dilatih olehnya.
Sesudah berpikir beberapa saat, ia menaruh kulit
kambing itu di atas batu dan kemudian ia berlutut beberapa
kali. Dengan suara perlahan ia berkata, "Secara tak sengaja,
teecoe Thio Boe Kie telah mendapatkan ilmu Sin-kang dari
Beng-kauw. Dalam mempelajari ilmu tersebut tujuan teecoe
adalah untuk menolong jiwa sendiri dan bukan sematamata ingin mencuri ilmu Beng-kauw. Jika teecoe bisa lolos
dari tempat berbahaya ini, maka dengan menggunakan Sinkang teecoe akan berusaha sekeras-kerasnya guna kepentingan Beng-kauw. Teecoe pasti takkan melupakan
budi para Kauwcoe yang sudah menolong jiwa teecoe."
Siauw Ciauw pun berlutut dan sesudah manggutkan
kepalanya beberapa kali, ia berdoa dengan suara perlahan,
"Teecoe memohon supaya para leluhur melindungi Thio
Kongcoe dalam usaha menegakkan kembali agama kita dan
memulihkan keangkeran para leluhur."
Boe Kie bangkit seraya berkata, "Aku bukan murid
Beng-kauw dan dengan mengingat ajaran Thay soehoe,
akupun takkan masuk ke dalam kalangan Beng-kauw. Tapi
sesudah membaca surat wasiat Yo Kauwcoe, aku yakin
bahwa tujuan Beng-kauw adalah luhur dan lurus. Dengan
demikian aku bertekad untuk menggunakan segenap
tenagaku guna menyingkirkan salah pengertian berbagai
partai dan mendamaikan permusuhan kedua belah pihak."
"Thio Kongcoe, kau mengatakan bahwa kau gagal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam tiga belas kalimat," kata Siauw Ciauw. "Mengapa
kau tak mau mengaso dan sesudah segar baru mencoba
lagi?" "Biar bagaimanapun juga, hari ini aku sudah berhasil
dalam Sin-kang tingkat ketujuh," kata Boe Kie. "Memang
benar ada tiga belas kalimat yang dilompati dan dalam
keseluruhannya masih terdapat suatu kekurangan. Tapi
sebagaimana dikatakan dalam nyanyianmu sendiri, dalam
dunia ini tak ada sesuatu yang sempurna. Mengapa aku ini
tak bisa merasa puas" Apakah jasa dan kemuliaannya Thio
Boe Kie sehingga ia mesti memiliki seluruh ilmu dari Bengkauw" Aku menganggap pantas sekali, jika aku tak berhasil
dalam tiga belas kalimat itu."
"Benar kata Kongcoe," jawab si nona yang lalu
mengambil kulit kambing itu dari tangan Boe Kie dan minta
diberitahukan kalimat-kalimat mana yang dimaksudkan itu.
Diam-diam ia membaca ketiga belas kalimat itu beberapa
kali. "Perlu apa kau menghafal?" tanya Boe Kie sambil
tersenyum. Paras si nona berubah merah. "Tak apa-apa," jawabnya
dengan jengah. "Aku hanya ingin tahu kalimat apa yang
sedemikian sukar sehingga tak dapat dipecahkan olehmu
sendiri." Tapi di dalam hatinya, Siauw Ciauw mempunyai
maksud lain. Ia tahu bahwa pemuda itu seorang yang jujur
dan jika mereka bisa keluar dari tempat itu, ia tentu akan
menyerahkan kulit kambing itu kepada Yo Siauw. Ia
menghafal tiga belas kalimat itu supaya kalau dikemudian
hari Boe Kie mau mencoba lagi, ia bisa membantu biarpun
kulit kambingnya sudah berada di tangan orang lain.
Dengan mengenal batas, tanpa diketahui olehnya sendiri,
Boe Kie telah menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dulu, tokoh yang membuat ilmu Kian koen Tay lo ie
adalah seseorang yang memiliki tenaga dalam sangat tinggi
tapi tenaga dalamnya belum mencapai tingkat Kioe yang
Sin-kang. Ia mengubah Sin-kang ketujuh tapi ia sendiri
belum berhasil melatih seluruhnya. Ada beberapa bagian
yang ditulis bukan berdasarkan kenyataan tapi khayalan
yang keluar dari otaknya yang sangat cerdas. Tiga belas
kalimat yang tidak dapat ditembus Boe Kie adalah bagian
khayalan itu. Manakala Boe Kie tidak mengenal batas dan
bertekad untuk memiliki seluruh ilmu, maka ia akan
menyimpang ke jalan yang salah sehingga pada akhirnya
ilmu itu akan "makan tuan", ia bisa jadi gila atau binasa.
Sesudah mengaso beberapa saat, Boe Kie dan Siauw
Ciauw lalu mengubur kerangka Yo Po Thian dan istrinya
dengan pasir dan batu-batu kecil. Sesudah itu mereka
menghampiri pintu batu. Boe Kie menempelkan tangan kanannya pada pintu itu
dan mendorong dengan menggunakan Kian koen Tay lo ie
Sin-kang. Begitu didorong, pintu itu bergerak. Ia menambah
tenaga dan pintu lantas saja terbuka dengan perlahan.
Siauw Ciauw kegirangan. Ia melompat-lompat sambil
menepuk-nepuk tangan. Mendengar suara kerincingan
rantai, Boe Kie berkata, "Coba aku berusaha memutuskan
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rantai itu." "Kali ini kau pasti berhasil," kata si nona.
Seraya mengerahkan Lweekang, Boe Kie membetot, tapi
rantai itu hanya mulur dan tak putus. "Celaka! Makin
panjang akan makin sukar," kata Siauw Ciauw.
Boe Kie menggelengkan kepala. "Aneh benar."
Mengapa rantai itu begitu alot"
Rantai tersebut terbuat dari sebuah batu meteor yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jatuh dari langit. Batu itu mengandung semacam logam
yang sifatnya sangat berbeda dengan logam apapun jua
yang ada di dunia. Secara kebetulan batu itu dipatahkan
salah seorang Kauwcoe dari Beng-kauw dan secara
kebetulan pula pada jaman itu hidup seorang pandai besi
yang luar biasa. Dengan menggunakan api si pandai besi
melebur batu itu dan kemudian membuat rantai yang
sekarang terikat pada kaki tangan Siauw Ciauw. Bahwa Boe
Kie bisa menariknya sehingga mulur sudah merupakan
suatu perbuatan yang tidak dapat ditiru oleh siapapun jua.
Siauw Ciauw menunduk dan menghela nafas.
"Jangan jengkel, serahkan saja padaku," hibur Boe Kie.
"Aku akan berusaha untuk membuka rantai itu. Kita telah
terkurung dalam perut gunung tapi aku masih bisa keluar.
Aku tidak percaya kita tidak berdaya terhadap rantai yang
begitu kecil." Si nona mendongak dan berkata seraya tertawa. "Thio
Kongcoe, sesudah berjanji kuharap kau tidak mungkir lagi."
"Aku akan minta supaya Poet Hwie Moay-moay
membuka rantai itu," kata Boe Kie. "Ia pasti tak akan
menolak permintaanku."
Dalam tekadnya untuk mencari Goan-tin, Boe Kie
segera mendorong lagi kedua batu raksasa yang beratnya
berlaksa kati. Tapi walaupun ia memiliki Sin-kang, tenaga
manusia selalu terbatas. Kedua batu itu hanya bergoyanggoyang sedikit dan tidak dapat digeser. Ia menggelenggelengkan kepalanya dan bersama Siauw Ciauw lalu keluar
dari pintu batu yang terbuka. Sesudah berada di luar, ia
memutar badan untuk menutupnya pula. Tapi ternyata
yang merupakan daun pintu adalah batu raksasa, Boe Kie
menghela nafas. Untuk membuat terowongan di bawah
tanah itu, entah berapa banyak tenaga dan pikiran yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah digunakan orang-orang Beng-kauw.
Dengan tangan mencekal peta jalan rahasia, Boe Kie
mengajak Siauw Ciauw mencari jalan keluar. Terowongan
banyak cabangnya, tapi dengan pertolongan peta, dengan
tak banyak kesulitan mereka bisa keluar.
Begitu berada di alam bebas, mereka memejamkan mata
karena tak tahan dengan sinar terang yang menyilaukan.
Selang beberapa lama, perlahan-lahan mereka membuka
mata lagi. Mereka ternyata berada di atas bumi yang tertutup salju.
Mata mereka silau oleh sebuah sinar salju yang disoroti
matahari. Sementara itu, Siauw Ciauw meniup api obor, membuat
sebuah lubang di salju dan kemudian menguburkan
potongan kayu yang tadi dijadikan obor di dalam lubang
itu. "Kayu, oh kayu!" katanya dengan suara perlahan.
"Terima kasih banyak untuk pertolonganmu. Kamu telah
memberikan sinar terang sehingga Thio Kongcoe dan aku
bisa keluar dari gua. Tanpa pertolonganmu kami tentu akan
binasa." Boe Kie tertawa terbahak-bahak, hatinya senang sekali.
"Di dalam dunia banyak sekali manusia yang tak mengenal
budi," pikirnya. "Dengan berbuat begini, Siauw Ciauw
menunjukkan bahwa ia seorang yang luhur budinya." Ia
merasa kagum, ia mengawasi kulit muka yang putih
bagaikan batu pualam. Tanpa sadar ia memuji, "Siauw
Ciauw, kau sungguh cantik."
"Thio Kongcoe, apa kau membohongi aku?" tanya si
nona dengan girang. "Sekarang kau ayu sekali," jawabnya. "Tapi kau tak
boleh berlagak bongkok dan pincang lagi."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah," kata Siauw Ciauw. "Jika kau berkata begitu,
biarpun Siocia, aku tentu takkan menyamar lagi."
"Gila! Perlu apa dia bunuh kau," bentak Boe Kie.
Mereka segera pergi ke pinggir tebing dan memperhatikan keadaan di sekitarnya. Mereka ternyata
berada di lereng sebuah puncak. Waktu datang di Kong
beng-teng, Boe Kie berada dalam karungnya Swee Poet Tek
sehingga ia sama sekali tidak tahu keadaan bumi di gunung
ini. Sekarangpun ia masih belum tahu di mana mereka
berada. Sambil menudung mata dengan tangannya ia
memandang ke tempat jauh. Tiba-tiba ia lihat beberapa
sosok tubuh manusia yang tergeletak di sebelah barat laut.
"Coba kita lihat," katanya sambil mencekal tangan
Siauw Ciauw dan lalu menuju ke tanjakan itu dengan
berlari-lari. Sesudah memiliki Kioe yang dan Kian koen Tay
lo ie Sin-kang, setiap gerakan Boe Kie hebat luar biasa.
Maka itu, meskipun membawa Siauw Ciauw, larinya cepat
bagaikan walet terbang, dalam sekejap mereka sudah tiba ke
tempat yang dituju. Empat mayat rebah di situ, semua berlumuran darah.
Tiga di antaranya mengenakan seragam Beng-kauw sedang
yang seorang pendeta, mungkin sekali murid Siauw Lim
sie. "Celaka!" seru Boe Kie di dalam tenggorakan. "Selagi
kita berada di perut gunung, keenam partai sudah berada di
sini." Ia meraba dada keempat mayat itu. Semuanya dingin.
Ia segera menarik tangan Siauw Ciauw dan mendaki
puncak dengan mengikuti tapak kaki. Sesudah melalui
beberapa puluh tombak, mereka kembali bertemu dengan
tujuh mayat yang rupanya sangat menakutkan.
Boe Kie bingung, "Bagaimana dengan Yo Siauw
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sianseng, Poet Hwie Moay-moay?" katanya. Ia berlari-lari
makin cepat sehingga Siauw Ciauw seolah-olah sedang
terbang dengan ditenteng pemuda itu.
Setelah membelok di sebuah tikungan, mereka bertemu
dengan lima mayat murid Beng-kauw, semuanya tergantung di pohon dengan kepala di bawah kaki di atas
dan muka seperti dicakar dengan cakar yang sangat tajam.
"Ah! Itu cakar Houw-jiauw chioe dari Hwa San-pay,"
kata Siauw Ciauw. (Houw-jiauw chioe, Cakar Harimau)
"Siauw Ciauw, bagaimana kau tahu?" tanya Boe Kie
dengan heran. "Siapa yang memberitahukannya kepadamu?" Tapi, karena memikirkan keselamatan kedua belah pihak
yang sedang bermusuhan, tanpa menunggu jawaban ia terus
berlari-lari. Di sepanjang jalan dia bertemu dengan mayatmayat, sebagian besar mayat murid Beng-kauw, tapi mayat
murid keenam partai pun tak sedikit jumlahnya.
Boe Kie menduga bahwa selama ia terkurung di perut
gunung sehari semalam, keenam partai telah melakukan
serangan besar-besaran. Sebab Yo Siauw, Wie It Siauw dan
yang lain-lain terluka berat maka murid-murid Beng-kauw
tak punya pemimpin sehingga dalam pertempuran itu
mereka jatuh di bawah angin. Tapi, meskipun begitu dia
melawan dengan nekad dan mendapatkan kerusakan besar.
Waktu hampir tiba di puncak gunung, Boe Kie
mendengar suara bentrokan senjata yang sangat hebat.
Hatinya agak lega. "Pertempuran belum berhenti, keenam
partai rupanya belum masuk di toa thia," pikirnya. Ia
mempercepat langkahnya. Mendadak dua batang piauw menyambar.
"Siapa kau" Berhenti!" bentak seseorang.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil menghentikan langkah, Boe Kie mengibaskan
tangan dan kedua piauw itu terbang kembali.
"Aduh!" seseorang berteriak dan terus roboh.
Boe Kie kaget, yang roboh seorang pendeta. Kedua
piauw itu menembus pundaknya dan kemudian menancap
di salju. Ia tertegun, ia mengibas dengan pelan hanya untuk
memukul jatuh senjata rahasia itu. Tak disangka, kibasan
itu bertenaga sedemikian besar. Buru-buru ia membangunkan si pendeta dan berkata, "Aku bersalah
telah melukai Taysoe, mohon Taysoe sudi memaafkan."
Darah berlumuran dari lukanya tapi pendeta itu sangat
tegap dan gagah. Tiba-tiba ia menendang dan kakinya
mampir tepat di lambung Boe Kie yang tak menduga akan
diserang dengan cara begitu. Tapi hampir bersamaan
dengan tendangan kaki kanannya itu, tubuh si pendeta
terpental dan menghantam satu pohon sehingga tulang kaki
kanannya patah dan mulutnya mengeluarkan darah. Boe
Kie sendiri tidak tahu bahwa sesudah mempunyai dua
macam Sin-kang, di dalam tubuhnya terdapat semacam
tenaga dahsyat yang bisa melawan setiap pukulan secara
wajar. Melihat pendeta itu terluka berat, hati Boe Kie makin
tidak enak. Ia membangunkannya berulang-ulang dan
memohon maaf. Pendeta itu mengawasinya dengan mata
melotot. Ia heran bercampur gusar.
Mendadak dalam pekarangan yang terkurung tembok
terdengar tiga kali teriakan kesakitan. Boe Kie tidak dapat
memperhatikan pendeta itu lagi. Sambil menarik tangan
Siauw Ciauw, ia masuk dengan berlari-lari. Sesudah
melewati dua ruangan, mereka tiba di sebuah lapangan
terbuka yang penuh manusia. Rombongan yang berkumpul
di sebelah barat jumlahnya lebih kecil, sebagian besar sudah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terluka dengan pakaian berlumuran darah. Rombongan itu
adalah rombongan Beng-kauw. Jumlah rombongan yang di
sebelah timur beberapa kali lipat lebih besar dan terbagi jadi
enam barisan kecil. Mereka itu adalah keenam partai.
Boe Kie segera saja melihat bahwa Yo Siauw, Yo Poet
Hwie, Wie It Siauw, Swee Poet Tek dan yang lain-lain
berada di tengah-tengah rombongan Beng-kauw. Mereka
belum bisa bergerak. Di tengah gelanggang terdapat dua
orang yang sedang bertempur hebat. Karena semua mata
menuju ke arah pertandingan itu, maka masuknya Boe Kie
dan Siauw Ciauw tidak diperhatikan oleh siapapun juga.
Perlahan-lahan Boe Kie mendekati. Kedua orang itu
berkelahi dengan tangan kosong. Sambaran-sambaran angin
dahsyat yang keluar dari pukulan-pukulan mereka
menandakan bahwa mereka adalah ahli-ahli silat kelas
utama. Mereka bertempur dengan kecepatan kilat dan
setiap pukulan istimewa selalu disambut dengan sorak
sorai. Boe Kie mengawasi dengan hati berdebar-debar. Ia
mengenali bahwa yang satu, yang bertubuh kecil adalah
Boe tong Sie-hiap Thio Siong Kee, sedang lawannya adalah
seorang tua yang berbadan tinggi besar, beralis putih dan
berhidung bengkok seperti patok burung. "Siapa kakek itu?"
tanyanya di dalam hati. Mendadak dari rombongan Hwa San-pay terdengar
teriakan seseorang. "Tua bangka Peh Bie! Lebih baik kau
menyerah kalah! Kau bukan tandingan Boe tong Sie-hiap."
Jantung Boe Kie memukul keras. Kalau begitu orang tua
itu kakek luarnya. Peh Bie Eng-ong In Thian Ceng. Ingin
sekali menubruk dan memeluk orang tua itu tapi ia tak bisa
berbuat begitu. Semua orang memperhatikan jalannya pertandingan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil menahan nafas. Di atas kepala Thio Siong Kee dan
In Thian Ceng terlihat uap putih, suatu tanda mereka
sedang mengeluarkan Lweekang yang paling tinggi dalam
suatu pertempuran mati atau hidup. Kedua lawan samasama mempunyai nama besar, yang satu Peh Bie Kauwcoe
dan Hoe Kauw Hoatong dari Beng-kauw, yang lain murid
Thio Sam Hong dan anggota Boe Tong Cit-hiap yang
menggetarkan dunia persilatan. Pertempuran ini adalah
pertempuran yang akan memutuskan keunggulan antara
Boe Tong-pay dan Peh Bie-kauw. Dengan mata berkilatkilat, In Thian Ceng menyerang bagaikan angina dan hujan
sedangkan Thio Siong Kee terus mempertahankan diri
sesuai dengan dasar ilmu silat Boe Tong yang menguasai
serangan dengan ketenangan. Siong Kee tahu bahwa
lawannya yang lebih tua dua puluh tahun lebih mempunyai
Lweekang yang lebih dalam. Akan tetapi, sebagai imbangan
ia berusia lebih muda mempunyai keuletan yang lebih besar
sehingga dalam suatu pertempuran yang lama, ia pasti akan
memperoleh kemenangan. Tapi diluar dugaan, In Thian Ceng adalah seorang yang
luar biasa yang jarang terdapat di dalam dunia. Meskipun
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah berusia lanjut, tenaganya tidak kalah dari orang
muda. Bagaikan ombak air pasang, gelombang demi
gelombang Lweekang menghantam Siong Kee.
Melihat pertempuran yang hebat itu, Boe Kie semula
girang karena ketemu dengan kakek dan pamannya,
berbalik jadi bingung. In Thian Ceng adalah gwa kong
(kakek luar) yang mempunyai hubungan darah dengan
dirinya. Thio Siong Kee adalah seorang paman yang
mencintainya seperti anak sendiri. Dulu waktu ia kena
pukulan Hiang beng Sin ciang, tanpa memperdulikan
bahaya, paman itu sudah turut berusaha untuk mengobati
dengan menggunakan Lweekang maka itu kalau sampai
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
salah satu pihak ada yang luka atau binasa, ia akan merasa
menyesal tiada habisnya. Baru saja ia berpikir untuk
mencoba mendamaikan, tiba-tiba kedua lawan
itu membentak keras dan melompat mundur dengan serentak.
"In Locianpwee memiliki Sin-kang yang sangat tinggi,"
kata Siong Kee. "Aku merasa takluk."
"Thio heng sendiri mempunyai Lweekang yang sangat
kuat dan aku tidak akan dapat menandingi," kata si kakek.
"Thio heng adalah saudara seperguruan dari menantuku.
Apakah hari ini kalian bertekad untuk menguji kepandaian?" Mendengar mendiang ayahnya disebut, mata Boe Kie
berubah merah. Ia merasa sangat berduka dan berdoa
supaya pertempuran itu tidak dilangsungkan.
"Boanpwee mundur lebih jauh daripada Locianpwee dan
sudah kalah setengah jurus," kata Siong Kee seraya
mengangkat kedua tangannya. Sesudah mengatur jalannya
pernafasan, sambil membungkuk ia mengundurkan diri.
Tiba tiba dari barisan Boe Tong pay melompat keluar
seorang pria yg membentak sambil menuding Ian Thian
Ceng. "In Loojiel. Jika kau tak menyebut Thio Ngoko tak
menjadi soal. Sesudah disebutkan, sakit sekali hatiku. Jie
Samko dan Thio ngoko kedua2nya celaka dalam tangan
Peh Bie Kauw. Jika sakit hati ini tak dibalas, Cuma2 saja
Boh Seng Kok menjadi anggota dari Boe Tong Cit Hiap."
Seraya berkata begitu, ia menghunus pedang dan
memasang kuda2 dalam gerakan Bangak Tiaow Cong
(Laksdana gunung memberi hormat), serupa pukulan yg
biasa di keluarkan jika seorang murid Boe Tong berhadapan
dengan lawan yang tingkatanya lebih tinggi. Boa Cit hiap
sedang bergusar, tapi setiap gerak geriknya sesuai dengan
kedudukannya sebagai seorang tokoh terkemuka dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rimba persilatan. Si kakek kelihatan berduka. "Semenjak
anakku meninggal dunia loohoe sebenarnya tak ingin menggunakan
senjata lagi," katanya dendean suara perlahan. "Akan tetapi
kalau aku tetap melayani dengan tangan kosong; aku
berlaku kurang hormat terhadap para pendekar Boe Tong."
Ia menengok dan menggapai seorang murid Beng Kauw
yang memegang sebatang toya besi.
"Coba kupinjam toyamu," katanya.
Dengan kedua tangan, murid
itu menyerahkan senjatanya kepada In Thian Ceng. Begitu menyambuti, si
kakek mengerahkan tenaganya.
"Tak !", toya besi itu patah menjadi dua potong! Semua
orang mengeluarkan seruan tertahan. Mereka tidak
menduga, bahwa In Thian Ceng yg sudah begitu tua masih
mempunyai tenaga yan sedemikian hebat.
Boh Seng Kok tahu, bahwa lawannya pasti takkan
menyerang lebih dulu. Maka itu, tanpa sungkan2 lagi, ia
segera membuka serangan dengan pukulan Pekuiauw
Tiauw hong (Ratusan burung menghadap kepada burung
Hong). Dengan tegetarnya ujung pedang, seolah2 puluhan
batang pedang menyambar dengan beberapa pukulan ini
masih tetap merupakan kiam hoat kehormatan terhadap
seorang yg tertua. Sambil menangkis dengan toya buntung yang dicekal
dalam tangan kirinya. In Thian Ceng berkata "Bocah Cit
hiap tak usah berlaku sungkan". Setelah lewat gebrakan
pertama, pertempuran lantas saja berlangsung dengan
hebatnya. Dengan senjata yg lebih berat, gerakan2 In Thian Ceng
kelihatan kaku dan perlahan. Akan tetapi orang2 yg
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkepandaian tinggi mengetahui, bahwa si kakek melayani
lawanya dengan pukulan2 yg disertai Lweekang yg sangat
tinggi. Di lain pihak, Boh Seng Kok menyerang bagaikan
harimau edan dalam sekejap ia telah mengirim enampuluh
lebih serangan yg membinasakan.
Makin lama Boh Seng Kok menyerang makin cepat,
sehingga belakangan orang hanya bisa melihat sinar
berkelebatnya pedang dan tak bisa mengenali lagi gerakan
pukulan2nya. Koen-loen dan Go-bie adalah partai2 yg
terkenal dalam ilmu pedangnya. Tapi biarpun begitu,
orang2 kedua partai tersebut masih merasa sangat kagum
akan lihainya Boh Cit Hiap. Mereka harus mengakui,
bahwa tersohornya Boe tong Kiam hoat bukan nama
kosong belaka. Akan tetapi, biapun sudah menyerang bagaikan topan,
pedang Boh Seng Kok masih tetap tak bisa menembus garis
pertahanan si kakek itu. "Si tua telah merobohkan sorang tokoh Hwa san pay dan
tiga jago Siauw Lim," pikir Boh Seng Kok. "Dia juga sudah
bertempur melawan Sio Ko dan aku adalah lawannya yang
kelima. Jika aku tidak memperoleh kemenangan, dimana
aku harus menaruh muka Boe Tong pay?" Memkir begitu,
seraya membentak keras, ia mengubah Kiam hoatnya.
Dengan mendadak, pedang yg kaku menjadi lemas, seperti
ikatan pinggang. Itulah Jiauw cie Jioe Kiam dari Boe Tong
pay itu yang semuanya memuat tujuh puluh dua jurus
(Jiauw cie Jioe Kiam " ilmu pedang lembek memutari jati
tangan. Tanpa tertahan lagi, para penonton bersorak sorak.
Mau tak mau In Thian Ceng terpaksa mengubah cara
bersilatnya. Sekarang ia menggunakan ilmu ringan badan
dan melawan dengan kecepatan pula.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekonyong2 Boh Seng Kok membentak dan pedangnya
menyambar dada lawan. Tapi sebelum menyentuh dada,
ujung pedang mendadak membengkok dan menyambar
pundak kanan si kakek. Dalam menggunakan Jiauw Jie
Jioe Kiam, orang harus mempunyai Lweekang yg sangat
tinggi untuk mengubah sifatnya pedang dari kaku menjadi
lemas. Dapat dimengerti, bahwa serangan pedang yg lemas
seperti ikatan pinggang sangat sukar ditangkis. Walaupun
berpengalaman, In Thian Ceng belum pernah bertemu
dengan kiam hoat yg seaneh itu.
Demikianlah, melihat sambaran pedang dipundaknya, ia
mengengos sebab sudah tidak keburu untuk menangkis lagi.
Mendadak terdengar suara "cring!" ujung pedang
membal dan menikam lengan kirinya!
Hampir berbareng dengan tikamana yg tepat itu, In
Thian Ceng mengulur tangan kanannya entah bagaimana
tangan itu mulur setengah kaki dan menyapu pergelangan
Boh Seng Kok! Sambaran kilat itu berhasil merampas
pedang Boh Cit hiap! Lebih celaka lagi, tangan kanan si
kakek sudah menempel di Kian tin hiat, di pundak Boh
Seng Kok. Eng Jiauw Kim na chioe (cengkeraman ceker burung
elang) dari Peh bie Eng ong adalah suatu ilmu yang sangan
tersohor dalam rimba persilatan. Pada jaman itu, tidak ada
manusia yg dapat menandinginya.
Sekali ia mencengkram dengan menggunakan Lweekang,
tulang pundak Boh Cit hiap akan hancur seumur hidup dan
ia akan menjadi seorang yg bercacad.
Para pendekar Boe tong kaget tak kepalang. Tapi baru
saja ia melompat niat untuk memberi pertolongan si kakek
menghela napas dan berkata dengan suara duka:
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Satu saja sudah lebih daripada cukup , perlu apa
terulang lagi?" Ia melepaskan cengkeramannya dan tangan
kanannya menarik pedang yg dirampas. Begitu pedang
tercabut, darah mengucur dari lengan kirinya.
Seraya mengawasi pedang itu, ia berkata pula. "Selama
puluhan tahun, loohoe belum pernah dikalahkan, Thio Sam
Hong. Kau benar2 lihai?"
Boh Seng Kok berdiri terpaku dan mengawasi dengan
mulut ternganga. Lewat beberapa saat, barulah ia bisa
membuka mulut. "Terima kasih atas budi loocian pwee
yang sudah menaruh belas kasihan."
"Tanpa menjawab In Thian Ceng mengangsurkan
pedang yang telah dirampasnya. Tapi Beh Cit hiap merasa
malu dan segera mengundurkan diri tanpa menerima
senjatanya. Boe Kie segera merobek tangan bajunya, tapi baru saja ia
mau maju untuk membalut luka kakek luarnya, dari barisan
Boe teng sudah keluar seorang pria yg jenggotnya, yang
berwarna hitam, melambai sampai di
dada dan mengenakan pakaian imam. Orang itu bukan lain dari pada
Seng Wan Kiauw. Kepala Boe tong Cit
hiap. "Permisikanlah aku membalut luka Loocianpwee." Katanya dengan suara manis. Tanpa menunggu jawaban, ia
mengeluarkan obat, melaburnya diluka sikakek dan
membalutnya dengan sapu tangan.
Melihat keangkeran dan keagungan Song Wan Kiauw,
orang2 He Bie Kauw, maupun Beng Kauw, tidak merasa
curiga "Terima kasih," kata In thian Ceng.
Boe Kie girang. "Mungkin karena merasa berterima
kasih, Song Soepeh sudah membalut luka Gwa kong,"
pikirnya. "Biarlah permusuhan bisa habis sampai disini."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi diluar dugaan, sesudah selesai membalut, Song
Wan Kiauw mundur setindak dan berkata seraya mengibas
tangannya. "Aku yang rendah ingin minta pengajaran dari
Loocianpwee!" Boe Kie terkesiap. Tanpa merasa, ia berteriak. "Tidak
adil! Melawan seorang tua dengan bergiliran adalah
perbuatan tak adil!"
Semua orang menengok dan mengawasi pemuda yang
berpakaian compang camping itu kecuali orang Goe Bie
Pay, Song Ceng Soe In Lie Heng. Swee Poet Tek dan
beberapa orang lain, tak ada yang tahu siapa adanya Boe
Kie. "Tak salah perkataan sahabat kecil itu," kata Song Wan
Kiauw. "Hari ini kita menunda permusuhan antara Boe
Tong dan pek bie kauw. Sekarang ini adalah saat yg
memutuskan dalam pergulatan antara enam partai dan
Beng Kauw. Maka itu, kami dari Boe tong pay menantang
pihak Beng Kauw." Dengan matanya yang sangat tajam, perlahan lahan In
Thian Ceng menyapu seluruh lapangan. Yo Siauw Wie It
Siauw dan lain2 pemimpin belum bisa bergerak. Jago2 Ngo
heng Kie sudah roboh semua kalau tidak binasa, luka berat,
puteranya sendiri, In Ya Ong, menggelatak dalam keadaan
pingsan. Dalam kalangan beng kauw hanyalah ia seorang
yang masih dapat menandingi Song Wan Kiauw. Tapi
sesudah melawan lim ajago, ia mulai merasa lelash dan
disamping itu, iapun sudah terluka.
Selagi si kakek mengasah otak untuk mencari jalan
keluar, seorang tua yang bertubuh kecil dari rombongan
Kong tong pay itu tiba2 berteriak. "Tenaga Mo Kauw telah
memusnah. Kalau sekarang kamu tidak mau menakluk,
mau tunggu sampai kapan lagi?"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kong tie Taysoe! Marilah kita hancurkan sin wie
(tempat pemujaan) dari tigapuluh tiga Kauwcoe Mo
Kauw!" Dalam gerakan membasmi Beng Kauw, Hong thio
(kepala gereja) Siauw Lim sie, yaitu Kong boeq Taysoe,
tidak turut serta, karena ia harus tetap menjaga kuil Siauw
Lim sie, karena ia harus tetap menjaga kuil Siauw Lim sie
di Siong san. Maka itu, murid2 Siauw Lim sie dipimpin
oleh Kong tie taysoe. Sebab Siauw lim sie mempunyai
kedudukan sangan tinggi dalam Rimba persilatan, maka
partai2 yg mengikat dalam gerakan ini dengan suara bulat
telah mengangkat Kong tie taysoe sebagai pemimpin.
Sebelum Kong tie menjawab, seorang dari Haw san pay
sudah mendahului. "Apa" Menakluk" Hari ini, tak satupun
dari kawanan mo kauw yang boleh dibiarkan hidup terus.
Kita harus membasmi sampai diakar2nya. Kalau masih ada
yang ketinggalan dikemudian hari dunia kang ouw bisa
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dikacaukan lagi. Hei kawanan Mo kaow! Lebih baik kamu
menggorok leher sendiri, supaya tuan besarmu tak usah
berabe!" Diam2 In Thian Ceng menggerakkan lwee kang. Ia
merasa lengan kirinya tertusuk pedang sampai di tulang dan
pada waktu menggerahkan tenaga dalam, ia merasa sangat
sakit. Ia tahu bahwa sebagai murid kepala Thio Sam Hong,
Song Wan Kiauw telah mendapat seluruh kepandaian guru
besar itu. Dalam keadaan segar, belum tentu ia bisa
memperoleh kemenangan. Apalagi sekarang setelah ia lelah
dan terluka. Tapi sebab lain2 jago Beng Kauw sudah binasa atau
terluka berat, maka baginya, tidak ada pilihan lagi dari pada
hanya mengadau, jiwa. Ia tidak takut mati ia hanya merasa
sayang bahwa nama besarnya yang sduah dijaga seumur
hidup bakal segera menjadi hancur.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"In Loocianpwee," kata Song Wan Kiauw, "Antara Boe
tong pay dan peh bie kauw terdapat permusuhan yang
dalam bagaikan lautan. Tapi kami tidak ingin menggunakan
kesempatan pada waktu musuh sedang menghadapi
bahaya. Maka itu, persoalan ini dapa tditunda dan
diperhitungkan dikemudian hari. Tujuan dari enam partai
adalah untuk menyerang Beng Kauw, Peh Bie Kauw sudah
memisahkan diri dari Beng Kauw dan kenyataan ini sudah
diketahuik oleh semua orang. Perlu apa In Loocianpwee
turut menceburkan diri" Kuharap Loocianpwee suka
mengajak semua anggota Peh bie kauw dan turun dari
gunung ini." Semua orang tahu, bahawa karena utusan Jie Thay
Giam, Boe tong pay telah bermusuhan hebat dengan Peh
bie Kauw. Maka itu, perkataan Song Wan Kauw yg
membuka jalanan hidup bagi Peh bie kauw, sudah
membangkitkan rasa heran dan kagun dama hatinya semua
orang. In Thian Ceng tertawa terbahak2.
"Song Tayhiap, banyak berterima kasikh untuk
maksudmu yg sangat baik," katanya. "Tapi biar
bagaimanapun jg, loohoe adalah salah seorang dari
keempat Hoe Kauw Hoat Ong. Meskipun benar loohoe
sudah mendirikan agama lain, tapi jika Beng Kauw berada
dalam keadaan bahaya, loohoe pasti tidak bisa berpeluk
tangan diluar gelanggang. Hari ini loohoe rela mengorbankan jiwa Song tayhiap, kau mulailah!" Seraya
berkata begitu, ia maju setindak dan memasung kuda2.
"Baiklah!" kata Song Wan Kiauw. Ia mengangkat
telapak tangan kirinya dan menempelkan tinju kanan pada
telapak kanan itu. Itulah Ceng chioe sit, suatu gerakan yg memberi hormat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada seorang yg tingkatannya lebih tinggi.
Boe tong pay adalah partai yg belum lama didirikan dan
dalam mengubah ilmu silat Boe tong, Thio Sam Hong
menggunakan cara2 tersendiri, lain dari pada yg lain. Maka
itu, gerakan Song Wan Kiauw tak dikenal In Thian Ceng.
Tapi melihat lawannya agak membungkuk, ia tahu, bahwa
Wan Kiauw memberi hormat, sehingga oleh karenanya, ia
berkata, "Song Taihap, jangan berlaku sungkan."
Sambil berkata begitu, ia mengangkat kedua tangannya
kedada untuk membalas hormat.
Menurut kebiasaan, Wan Kiauw harus maju dan
menyerang. Tapi berbeda dengan kebiasaan Song Tayhiap,
mengirim pukulan tanpa bertindak maju. Pukulan itu
dikirim dari jarak setombak lebih.
In Thian Ceng terkejut. Apakah ilmu silat Boe tong
sudah begitu lihai, sehingga memiliki Sin kang Khek san
Pah goe" Tanyanya dalam hati. Buru2 ia mengerahkan
tenaga dalam dan mengibaskan tangan kanannya untuk
menangkis. (Khek san Pah goe " dengan terliang gunung
pemukul kerbau, semacam ilmu yg dapat merobohkan
lawan dari jarak jauh dengan "angin" pukulan yg disertai
lweekang tertinggi). Tapi sekali lagi, ia kaget karena sampokannyat idak
terbentur dengan tenaga lawan. Dalam kagenya ia pun
merasa heran. "Sudah lama aku mengagumi ilmu loocianpwe dan
guruku pun sering menyebutkan kepandaian loocianpwee
yang sangat tinggi," kata Song Wan Kiauw. "Tapi sekarang
loocianpwee sudah bertanding dengan beberapa orang,
sedang boanpwee masih segar, sehingga kalau kita
mengadu kepandaian menurut cara yg biasa, pertanidngan
itu sangat tak adil. Sekarang begini saja, kita hanya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadu jurus tak mengadu trenaga." Seraya berkata
begitu, dari jarak setombak lebih ia menendang. Tendangan
itu cepat bagaikan kilat yg dikirim dari arah yang tak
diduga-duga, suka dielakan dan dalam pertempuran biasa,
pasti akan dapat merobohkan seorang ahli silat yg ternama.
"Sungguh indah tendangan itu!" memuji In Thian Ceng
seraya meninju. Dengan tinju itu yaitu siasat membela diri
dengan menyerang (the best defense is by offense "!"!") si
kakek berhasil memunahkan tendangan Wan Kiauw, yg
lantas saja membalas pukulan telapak tangan.
Demikianlah, dari jarak jauh, mereka mulai serang
menyerang. Makin lama, silat mereka makin cepat. Walau pun
mereka bertempur dari jarak jauh, tetapi semua pukulan
tidak disertai tenaga dalam dan tidak menyentuh badan,
tapi mereka adalah ahli2 silat kelas utama, maka masing2
tahu kalah menangnya. Andaikata pukulan yg satu tidak
dapat dipunahkan pihak yg lain, maka pihak yang kalah
takkan bisa tidak mengakui akan kekalahannya. Bukan saja
dia, tapi lain2 ahli silat yg berkepandaian tingipun bisa
mengikut jalannya pertempuran luar biasa itu.
Mereka bertanding hebat sekali tidak kalah hebatnya
seperti dalam pertandingan sungguhan. Sesuai dengan azas
ilmu silat Boe Tong, Wan Kiauw menggunakan ilmu
"lembek" untuk menindih "kekerasan" lawan, sedang
Thian Ceng mengutamakan "kekerasan" untuk menghancurkan "kelembekan" orang.
Waktu In Thian Ceng melawan Thio Siong Kee dan Boh
Seng Kok, Boe Kie tidak dapat memperhatikan dari semua
jurus2 mereka, karena dalam kebingungan dan berkuatir
akan keselamatan mereka. Tapi sekarang, karena
mengetahui bahwa pertandingan itu hanya memutuskan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah dan menang dan tidak membahayakan jiwa, maka
dengan lega hati ia bisa memusatkan seantero perhatiannya
kepada jalan pertempuran.
Makin lama ia menonton, makin besar rasa tak
mengertinya. "Gwa-kong dan Song Toa soepeh adalah
ahli2 utama dalam Rimba persilatan, tapi mengapa ilmu
silat mereka begitu banyak cacadnya?", tanyanya didalam
hati. "Bila lengan Gwa-kong kekiri setengah kaki, tinjunya
yg tadi pasti akan mampir tepat didada Toa soepeh. Bila
sambarang tangan Toasoepeh terlambat sedetik, cengkeramannya kearah pundak Gwa Kong tentu berhasil.
Apakah mereka sengaja saling mengalah" Ditinjau dair
jalannya pertempuran, kelihatannya bukan begitu."
Memang. Dalam pertandingan jarak jauh itu, baik In
Thian Ceng maupun Song Wao Kiauw tak saling
mengalah. Adalah tidak benar jika dikatakan, bahwa
kepandaian kedua jago itu banyak cacadnya. Sebab
musabab dari masuknya jalan pikiran tadi kedalam otak
Boe Kie yalah karena, sesudah memiliki Kio yang dna Kian
koe Tay lo ie Sin kang, dalam ilmu silat, pemuda itu sudah
lebih unggul setingkat daripada In Thian Ceng " Son Wan
Kiauw. Pukulan2 yg dapat dibayangkan dan dapat pula
dilakukan oleh Boe Kie, tidak akn dapat dilakukan oleh In
Thian Ceng " Song Wan Kiauw, maupun oleh jago2 lain.
Sebagai contoh, jika seekor burung yg terbang diangkasa
melihat caranya berkelahinya dua harimau, dia bisa
bertanya didalam hatinya. "Mengapa harimau itu tak mau
terbang menubruk musuhnya?"
"Apabila si harimau akan berbuat begitu, bukankah dia
akan mendapat kemenangan?" si burung tak tahu, bahwa
harimau tidak mampu terbang.
Karena belum cukup berpengalaman, sebab musabab itu
belum dapa dipikir Boe Kie.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah bertanding lagi beberpa alama tiba2 Song Wan
Kiauw mengubah cara bersilatnya. Kedua tangannya seperti
menari nari dan gerak geraknnya lemas bagaikan kapas.
Itulah Bian Ciang (ilmu pukulan kapas) dari Boe Tong pay.
In Thiang Ceng membenak keras dan memperhebat
serangan2nya dalam ilmu silat keras untuk melawan
pukulan2 "lemek" dari lawannya.
Lewat beberapa saat, sekonyong2 telapak tangan kiri
Song Wan Kiauw menyambar, disusul dnegna pukulan
telapak tangan kana yg biarpun dikirim belakangan tiba
terlebih dahulu. Hampir berbareng, telapan tangan kirinya
miring dan menyusul pula dari belakang. Melihat seluruh
tubunya sudah ditutup dengan pukulan lawan, seraya
berteriak In Thian Ceng mengeluarkan kedua tinjunya.
Semua orang terkejut. Dua telapak tangan dan dua tinju
menempel satu sama lain di tengah udara!
Sesudah mengeluarkan seantero kepandaian dan sesudah
menbapai gebrakan yg memutuskan, kedua jago itu tidak
bisa berbuat lain drpd mengadu tenaga lawan.
Tiba2 Song Wan Kiauw bersenyum dan menarik pulang
kedua tangannya. "Ilmu silat Locianpwee tinggi luar biasa
dan boanpwee merasa takluk," katanya seraya membungkuk. In Thian Ceng pun segera menarik pulang
tinjunya dan berkata dengan suara manis. "Sekarang loohoe
mengakui, bahwa semenjak dahulu Ciang Hoat (Ilmu
pukulan dengan tangan kosong) dari Boe tong pay tiada
tandingannya di dalam dunia."
Karena sudah berjanji untuk tidak bertanding dengan
menggunakan tenaga dalam, maka pertandingan itu tidak
dapat dilangsungkan lagi.
Dipihak Boe tong pay masih ada Jie Lian Cioe dan In
Lie Heng yg belum turun ke dalam gelanggang. Ketika itu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muka In Thian Ceng berwarna merah dan diatas kepalanya
keluar uap dari hawa panas. Biarpun dalam pertandingan td
ia tdiak menggunakan tenaga dalam, tapi karena lawannya
terlalu kuat dan ia bersilat dengan menggunakan seantero
kepandaian, maka sekarang tenaganya sudah habis sama
sekali. Maka itu, jika turun kedalam gelanggang, Jie Lian
Cioe atau In Lie Heng dengan mudah bisa merobohkannya
dan mendapat nama besar sebagai jago yg telah
menjatuhkan Peh bie Eng ong. Kedua pendekar Boe tongitu
mengawasi dan kemudian menggeleng2kan kepalanya.
Mereka sungkan menggunakan kesempatan selagi lawan
habis tenaganya. Mereka yakin, bahwa mereka akan
menang, tapi kemenangan itu, bukan kemenangan yg boleh
dibanggakan. Tapi kalau tokoh2 Boe tong memikir begitu, orang lain
tidak demikian. Dari barisan Khong tong pay mendadak
melompat keluar seorang tua yg bertubuh kate kecil. Ia
adalah orang yg menyarankan untuk membakar tempat
pemujaan para kauwcoe Beng-kauw.
Begitu berhadapan dengan In Thian Ceng ia berkata,
"Aku si orang she tong ingin bermain main sedikit dnegan
In Loojie." Tantangan itu ia keluarkan dengan suara yg
sangat memandang rendah. Peh Bie Eng ong melirik dan mengeluarkan suara
dihidung. "Dalam waktu biasa, Khong Teng Ngo loe tidak
masuk dalam perhitungan," pikirnya. "Celaka sungguh!
Benar jg kata orang harimau yg kesasar ditanah datar akan
dihinakan oleh kawanan anjing. Jika roboh dalam tangan
Boe tong Cit hiap, aku rela. Terhadap Tong Boen Liang, tak
nanti aku mengalah." Waktu ia merasa sekujur badannya
lemas dan keinginan satu2nya merebahkan diri di
pembaringan. Tapi mendengar tantangan Boen Liang
darahnya meluap dan alisnya yg putih beridir. Sambil
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepos sisa tenaganya yg penghabisan, ia membentak,
"Bocah! Kau mulailah!"
Tetua Khong Ting itu mengerti, bahwa sesungguhnya
keabisan tenaga, dalam beberapa jurus saja In Thian Ceng
akan roboh sendiri. Maka itu, tanpa mengeluarkan sepatah
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hantu Wanita Berambut Putih 7 Raden Banyak Sumba Seri Kesatria Hutan Larangan Karya Saini K M Pendekar Bunga Merah 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama