Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung Bagian 8
Beberapa saat kemudian, Coei San dan So So mendengar
suara tertawanya yang panjang dan nyaring. Sedari
bertemu, belum pernah mereka melihat dia begitu
bergembira. Demikianlah, dengan penuh perhatian, ketiga orang itu
merawat dan memelihara Cia Boe Kie. Sebagai seorang
yang bergelar Kim-mo Say ong, kepandaian Cia Soen
dalam ilmu menangkap dan melatih binatang dapat
dikatakan tidak bandingannya didalam dunia. Coei San
mengajak ia pergi keberbagai pelosok pulau itu dan sekali
pergi, ia tidak melupakan lagi jalanan jalanannya.
Dalam pembagian pekerjaan, Cia Soen bertanggung
jawab untuk menyediakan daging kepada keluarganya,
menangkap menjangan atau memburu biruang.
Kadang-kadang sikera merah mengikut, tapi karena cara
kera itu membinasakan biruang terlalu mudah, maka Cia
Soen berbalik tidak merasa gembira. Semula ia masih suka
mengajaknya untuk dijadikan penunjuk jalan, tapi sesudah
mengenal jalanan, ia tidak mempermisikan lagi dia
mengikut dan memerintahkannya berdiam untuk ber mainmain dengan Boe Kie. Beberapa tahun telah lewat dengan aman sentosa. Bayi
itu bertubuh kuat, tidak pernah mengenal penyakit, dan
dengan cepatnya sudah menjadi seorang anak yang mungil
dan subur. Diantara ketiga orang tua itu, Cia Soen lah yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling memanjakannya. Setiap kali Coei San atau So So
mau nenghukumnya, karena ia terlalu nakal, Cia Soen
selalu datang disama tengah dan menghalang halangi.
Dengan demikian, saban-saban ayah dan ibu kandungnya
bergusar, ia tentu lari ketempat sang ayah angkat untuk
meminta pertolongan. Kedua orang tuanya hanya dapat
menggeleng-geleng kan kepala dan menggerutu, bahwa
anak itu terlalu dimanja oleh sang toako.
Waktu Boe Kie berusia empat tahun, So So lalu mulai
mengajar ilmu surat kepadanya. Pada hari ulang tahunnya
yang kelima, Coei San berkata: "toako, anak kita sudah
boleh belajar silat. Mulai hari ini, kurasa kau sudah boleh
mengajarnya. Apa Toako setuju?"
Sang kakak menggelengkan kepalanya. "Tak bisa,"
jawabnya. "Ilmu silatku terlampau dalam. Jika sekarang
aku yang mengajarnya, ia tak mengerti. Sebaiknya, lebih
dulu kau menurunkan ilmu Boe tong Sim hoat dan sesudah
is berusia delapan tahun, barulah aku yang mengajarnya.
Sesudah aku mengajar dua tahun, kamu sudah boleh
pulang! So So kaget dan heran. "Apa" pulang" Pulang ke
Tionggoan?" menegasnya.
"Benar." jawabnya. "Selama beberapa tahun, sehari aku
memperhatikan arah angin dan arus air. Aku mendapat
kenyataan, bahwa saban tahun pada malam yang paling
panjang, turunlah angin yang meniup keras terus menerus
sampai beberapa puluh malam. Sebelum waktu itu tiba, kita
dapat membuat sebuah getek yang besar, memasang layar
dan jika Langit tidak mengacau, mungkin sekali kalian bisa
ditiup angin sampai di Tionggoan."
"Kami?" tanya pula So So. "Apa kau tidak turut serta?"
"Mataku sudah tidak bisa melihat, perlu apa aku pulang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke Tionggoan?" jawabnya.
"Jika kau tidak ikut, kami pasti tak akan mempermisikan
kau berdiam sendirian dipulau"
kata So So. "Anak kitapun tak akan mau mengerti,
Ka1au bukan Gie hoe (ayah angkat), siapa lagi yang bisa
menyayangnya?" Cia Soen menghela napas dan paras mukanya kelihatan
berduka. "Aku sudah menyayangnya sepuluh tahun.
cukuplah," katanya. "Langit selama nya mengacau
penghidupanku. Jika anak kita berdampingan terlalu lama
denganku, Langit mungkin akan menggusari dia dan dia
bisa celaka." Coei San dan So So bingung. Tapi sesaat kemudian,
mereka manganggap, bahwa sang kakak bicara sembarangan saja dan hati mereka jadi lebih lega.
Mulai hari itu, Coei San mulai memberi pelajaran
Lweekang kepada puteranya. Ia menganggap bahwa bagi
anaknya yang masih begitu kecil, pelajaran Lweekang
untuk menguatkan diri sudahlah cukup.
Disamping itu, dengan berdiam dipulau tersebut, anak
itu sebenarnya tidak perlu memiliki ilmu silat, karena tidak
ada kemungkinan untuk berkelahi. Mengenai kesempatan
pulang ke Tionggoan tidak pernah disebut-sebut lagi oleh
Cia Soen, sehingga Coei San dan So So menganggap,
bahwa kakak mereka sudah berkata begitu secara
sembarangan saja. Waktu Boe Kie berusia delapan tahun, benar saja Cia
Soen mengajukan untuk memberi pelajaran ilmu silat. Tapi
ia mengadakan peraturan, bahwa waktu ia menurunkan
pelajaran, baik Coei San maupun So So tidak boleh turut
menyaksikan. Peraturan itu yang sudah lazim dalam Rimba
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Persilatan, tidak pernah dibantah oleh mereka. Mereka
tahu, bahwa sang kakak akan memberi pelajaran yang
sebaik baiknya kepada Boe Kie.
Sang tempo lewat dengan cepat dan tahu-tahu Boe Kie
sudah menerima pelajaran setahun lebih dari ayah
pungutnya. Semenjak terlahirnya anak itu, karena hatinya
bahagia dan mempunyai tugas tertentu, Cia Soen tak
pernah memperhatikan lagi To liong to. Pada suatu malam,
karena tak dapat pulas. Coei San keluar dari guha dan jalanjalan diseputar situ. Tiba-tiba ia lihat Cia Soen sedang
bersila diatas satu batu besar sambil mencekal golok
mustika dengan kepala menunduk.
Baru saja ia mau menyingkir diri, sang kakak yang sudah
mendengar suara tindakannya sudah keburu berseru:
"Ngotee, kurasa kata-kata Boe lim coe-coan, poto To liong
hanya kata-kata kosong belaka."
Coei San menghampiri seraya berkata: "Di dalam Rimba
Persilatan memang banyak sekali tersiar omonganomongan yang tidak boleh dipercaya. Toako adalah
seorang yang berpengetahuan tinggi, sehingga aku
sesungguhnya tidak mengerti, mengapa kau percaya
omongan itu?" "Ngotee, aku bukan percaya secara serampangan saja,"
jawabnya. "Keterangan itu dapat dari Kong kian Taysoe,
seorang pendeta dari Siauw limpay."
"Ah!" Coei San mendadak mengeluarkan seruan
tertahan. "Kong kian Taysoe! Kudengar ia adalah Soeheng
(kakak seperguruan) dari Kong boen Taysoe, Ciangboejin
Siauw limpay. Ia sudah meninggal dunia lama sekali."
"Benar," kata Cia Soen. "Akulah yang membinasakannya!" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak kepalang kagetnya Coei San. Dalam dunia
Kangouw terdapat kata yang seperti berikut: "Siauw lim
Seng ceng, Kian Boen Tie Seng," (Pendeta suci dari Siauw
lim pay yalah Kian, Boen, Tie dan Seng). Kata-kata itu
adalah untuk mengunjuk keempat Hweeshio lim sie, yaitu
Kong kian, Kong boen, Koug tie dan Kong seng.
Belakangan ia dengar dari gurunya, bahwa Kong kian telah
meninggal dunia dan tak dinyana, sekarang ia mendapat
tahu, bahwa pendeta suci itu telah dibinasakan oleh
kakaknya. Cia Soen telah menghela napas panjang dan paras
mukanya berubah sedih. "Kong kian manusia tolol,"
katanya. "Ia membiarkan aku
memukulnya tanpa membalas. Ia mati sesudah dipukul tigabelas kali"
Coei San jadi lebih kaget lagi. Seorang yang kuat
menerima tigabelas pukulan Cia Soen, harus mempunyai
kepandaian yang luar biasa tinggi.
Sementara itu, paras muka Cia Soen jadi semakin suram
dan terdapat sinar kemenyesalan yang sangat dalam.
Coei San mengerti, bahwa dibalik kebinasaan Kong kian
Taysoe bersembunyi peristiwa yang sangat mendukakan. Ia
yakin bahwa kebinasaan pendeta suci itu bukan kejadian
yang biasa saja. Biarpun sudah delapan tahun mereka hidup
bersama-sama dipulau itu sebagai saudara angkat, dalam
rasa menghormat kepada kakak, dalam hati Coei San juga
terdapat rasa jerih. Ia tidak berani menanya melit-melit,
karena kuatir membangunkan peringatan tidak enak dari
masa dahulu. "Selama hdupku, orang yang dihargai olehku hanya
beberapa gelintir saja," kata pula Cia Soen dengan suara
perlahan. "Orang yang seperti guru mu, yaitu Thio Cinjin,
aku hanya mendengar nama dan belum pernah bertemu
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan beliau. Kong kian Taysoe sungguh seorang pendeta
suci. Meskipun nama besarnya tidak begitu dikenal seperti
adik adik seperguruannya, seperti Kong tie dan Kong seng,
tapi menurut pendapatku, kepandaian kedua Taysoe itu tak
dapat menandingi Kong kian Taysoe"
Semenjak bertemu dengan Coei San, Cia Soen selalu
memandang rendah kepada semua pentolan pentolan
dunia. Maka itu, Coei San heran tak kepalang ketika
mendengar pujian terhadap Kong kian Taysoe.
"Mungkin sekali karena orang tua itu selalu hidup
menyembunyikan diri didalam kelenteng, maka tak banyak
orang mengenal kapandaiannya." kata Coei San.
Cia Soen tidak kedengaran menjawab. Ia bengong dan
kedua matanya mengawasi ketempat jauh.
"Sayang!..... Sungguh sayang!....." katanya pada dari
sendiri, "Manusia yang begitu luar biasa telah binasa dalam
tanganku! Jika waktu itu ia membalas, aku Cia Soen tentu
tak bisa hidup sampai sekarang,"
"Apakah Kepandaian pendeta itu lebih tinggi daripada
Toako ?" tanya Coei San.
"Mana bisa aku dibandingkan dengan beliau ?"
jawabnya. "Ilmu silat murid-muridnya juga lebih tinggi
daripada aku." Ia mengeluarkan kata-kata itu dengan nada
penyesalan yang tiada taranya.
Coei San jadi makin heran. Ia hampir tak percaya
keterangan kakaknya. Gurunya sendiri, Thio Sam Hong,
adalah salah seorang luar biasa pada jaman itu. Tapi ia
yakin, bahwa Jika gurunya mesti bertanding dengan Cia
Soen, paling banyak sang guru lebih unggul setengah
tingkat. Jika Kong kian lebih unggul dari pada Cia Soen,
bukankah gurunya sendiri tak akan dapat menandingi Kong
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kian" Tapi iapun mengenal kakaknya sebagai manusia yang
sangat angkuh. Jika ia tak benar-benar merasa takluk, ia
pasti tak akan membuat pengakuan itu.
Cia Soen rupanya dapat membaca apa yang dipikir oleh
adiknya. "Baiklah. Panggil Boe Kie sekarang. Katakan
padanya, bahwa aku ingin menceritakan sebuah cerita
dahulu." Walaupun merasa, bahwa membangunkan anak itu
tengah malam buta bukan seharusnya, Coei San tak berani
membantah perintah sang kakak. Maka itu, ia segera
kembali keguhanya dan membangunkan arak itu. Mendengar ayah angkatnya mau bercerita, Boe Kie jadi
girang dan mengia kan dengan suara keras-keras, sehingga
ibunya turut tersadar. Maka itu, mereka bertiga lantas saja
pergi keguha Cia Sam untuk mendengari ceritera yang
dijanjikan. Sesudah semua orang berkumpul, Cia Soen segera mulai:
"Anak, tak lama lagi kau akan pulang ke Tionggoan"
"Apa" Ke Tionggoan ?" memutus Boe Kie.
Cia Soen menggoyangkan tangan supaya anak itu jangan
memutuskan omongannya dan berkata pula "Jika getek kita
tenggelam dilaut atau ditiup angin ke samudera yang luas,
maka kita boleh tak usah bicara lagi. Tapi andaikata kita
kembali ke Tiongggoan, aku ingin memberitahukan suatu
hal kepadamu. Ingatlah hati manusia didalam dunia sangat
jahat dan kau tidak boleh main percaya kepada siapapun
jua kecuali ayah dan ibu sendiri. Aku nyesa1, bahwa
diwaktu masih muda, tak pernah ada orang yang memberi
nasehat itu kepadaku. Tapi biarpun ada yanh menasehati,
waktu itu aku tentu tidak mau percaya."
"Pada waktu aku berusia sepuluh tahun, secara,
kebetulan aku telah bisa berguru dengan seorang yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai nama besar dalam Rimba persilatan. Karena
melihat bakatku yarg sangat baik, Soehoe sangat
menyayang aku dan telah menurunkan ilmu-ilmu silat yang
istimewa kepadaku, sehingga dengan demikian,
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perhubungan kami adalah bagaikan ayah dan anak. Ngotee,
pada waktu itu, rasa cinta dan rasa hormat ku terhadap
Soehoe kira-kira bersamaan seperti rasa cinta dan rasa
hormatmu terhadap gurumu. Aku keluar dari rumah
perguruan dalam usia dua puluh tiga tahun. Tak lama
kemudian, aku menikah, dan mempunyai seorang anak.
Penghidupan kami sangat beruntung."
"Selang dua tahun, waktu lewat di kampung kelahiranku.
Soehoe mampir dan berdiam berapa hari dirumahku. Aku
girang bukan main dan seluruh keluarga melayaninya
dengan sepenuh perhatian. Dengan menggunakan kesempatan itu, guru ku juga memberikan berbagai
petunjuk pada kekurangan-kekurangan dari ilmu silatku.
Tapi siapa nyana.... seorang tokoh yang termasyhur dalam
Rimba Persilatan sebenarnya mempunyai hati binatang!
Pada tanggal lima belas Bulan tujuh, sesudah minum arak,
tiba-tiba ia coba memperkosa isteriku ..."
Dengan berbareng Coei San dan So So mengeluarkan
seruan kaget. Guru menodai kehormatan isteri muridnya
adalah suatu kejahatan langka dalam Rimba Persilatan.
"Isteriku memberontak dan berteriak-teriak minta
tolong." Cia Soen melanjutkan penuturannya. "Mendengar
teriakan itu, ayahku menerjang masuk kedalam kamar.
Melihat rahasianya terbuka, guruku memukul ayahku yang
lantas saja binasa. Sesudah itu, dia membinasakan juga
ibuku dan membanting Cia Boe Kie, anakku yang berumur
belum cukup setahun ...."
"Cia Boe Kie ?" memotong si bocah dengan suara heran.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan rewel! Dengari cerita Gie-hoe!" bentak Coei
San. "Benar," jawab sang ayah pungut. "Itulah anak
kandungku yang namanya bersamaan dengan namamu.
Guruku membantingnya keras-keras, sehigga dia jadi
perkedel!" "Gie-hoe ! Apa.... .a pa dia masih bisa hidup ?" tanya Boe
Kie. "Tak bisa! Tak bisa hidup lagi!" jawabnya dengan suara
parau. So So mendelik sambil menggoyang goyangkan
tangannya untuk melarang anak itu untuk menanya lagi.
Sesudah bengong beberapa saat, barulah Cia Soen
berkata lagi: "Melihat kejadian itu nyawaku terbang separuh
dan aku berdiri terpaku sambil mengawasi dengan mata
membelalak. Tiba-tiba guruku me!ompat dan meninju
dadaku, sehingga aku rubuh terguling dalam keadaan
pingsan. Ketika aku tersadar, guruku sudah menghilang,
sedang diseputar rumahku penuh mayat. Mayat ayah dan
ibuku, isteriku, anakku, isteri adikku dan bujang-bujangku,
semuanya berjumlah tigabelas jiwa. Ia tidak memukul aku
lagi, sebab rupanya ia duga aku sudah mati"
"Sebab terluka, berduka dan bergusar secara melampaui
batas, aku mendapat sakit berat sekali. Sesudah sembuh,
siang malam aku melatih diri dan selang lima tahun, aku
mencari guruku untuk membalas sakit hati. Tapi
kepandaianku masih kalah terlalu jauh, sehingga dapat
hinaan yang sangat lebar. Bia bagaimana pun sakit hati tiga
belas orang tak dapat di sudahi dengan begitu saja. Aku
segera berkelana untuk mencari guru yang pandai. Selama
sepuluh tahun, aku telah bertemu dengan tiga orang berilmu
yang menurunkan kepandaiannya kepadaku. Dengan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dugaan bahwa kepandaianku sudah cukup tinggi, sekali lagi
aku mencari guruku. Tapi di luar taksiran, sedang
kupandaianku bertambah, kepandaiannya bertambah lebih
banyak lagi. Demikianlah untuk kedua kalinya, aku pulang
dengan terluka berat"
"Sekali lagi aku melatih diri tanpa mengenal capai. Kali
ini aku melatih Lweekang dari Cit siang koen (ilmu pukulan
Tujuh Luka) dan sesudah berlatih tiga tahun lamanya,
barulah aku berhasil. Aku menganggap, bahwa dengan
memiliki kepandaian itu, aku sudah boleh berendeng
dengan ahli ahli silat kelas utama dan jika guruku tidak
mendapat lain-lain ilmu yang lebih tinggi, ia pasti tidak
akan bisa melawan aku. Untuk ketiga kalinya, aku
menyatroninya rumahnya, tapi bakan main rasa kecewaku,
karena ia sudah pindah ketempat lain. Aku lalu berkelana
dalam kalangan Kangnuw untuk mencarinya, tapi ia tetap
tak kelihatan mata hidungnva Rupanya, untuk menyingkir
dari bencana, ia telah kabur ketempat jauh. Dunia begini
luas, dimana aku mencarinya ?"
"Sesudah itu, dengan sakit hati yang makin lama makin
mendalam dan kegusaran yang meluap-luap, aku lalu
mengamuk. Aku memperkosa wanita, merampok, membunuh dan membakar rumah. Setiap kali bekerja, aku
selalu meninggal kan nama guruku !"
"Ah!" Coei San dan So So mengeluarkan seruan kaget
dengan berbareng. "Apa kau tahu siapa guruku?" tanya Cia Soen. So So
manggat-mangaut kepalanya seraya berkata: "Kalau, begitu,
Toako adalah murid Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen."
(Hoen goan Pek lek chioe - si tangan geledek).
Ternyata pada belasan tahun berselang didalam Rimba
Persilatan mendadak terjadi gelombang yang sangat hebat.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam tempo setengah tahun, dari Liao tong sampai di
Lenglam dengan beruntun-runtun terjadi peristiwa-peristiwa
besar. Tiga puluh lebih orang-orang gagah kenamaan telah
dibunuh dan si pembunuh meninggalkan nama Hoen goan
Pek lek chioe Seng Koen. Orang yang dibunuh, kalau
bukan Ciang boenjin suatu partay, tentulah juga seorang
gagah yang mempunyai pergaulan luas.
Seluruh Rimba Persilatan telah mengerahkan tenaga
untuk menyelidiki pembunuhan itu dan atas perintah guru
mereka. Boe tong Cit hiap turun gunung untuk membantu,
tapi sesudah membuang banyak tempo dan tenaga, meraka
tetap tidak berhasil dalam usahanya. Tak seorangpun tahu,
siapa pembunuh yang kejam itu. Semua orang mengerti
bahwa ada seorang yang sengaja mau mencelaka kan Seng
Koen, karena sebegitu jauh Seng Koen dikenal sebagai
manusia baik-baik dan beberapa orang yang telah
dibinasakan, adalah sahabat-sahabat baiknya.
Orang satu satunya yang mungkin tahu siapa, pembunuh
itu, adalah Seng Koen sendiri. Tapi jago itu mendadak
menghilang tanpa meninggalkan bekassehingga, biarpun
semua orang gagah dalam dunia Persilatan ingin
membantu, mereka tidak berdaya sebab tidak tahu siapa
penjahatnya. Sekarang, sesudah mendengar pengakuan Cia Soen
barulah Coei San dan So So mengetahui latar belakang dari
kejadian-kejadian yang hebat itu.
Sesudah berdiam beberapa saat, Cia Soen melanjutkan
penuturannya: "Kau harus tahu, bahwa tujuan dari sepak
terjangku itu adalah untuk memaksa keluarnya Seng Koen.
Dengan dicari oleh ribuan atau sedikitnya ratusan orang,
menurut dugaanku, ia pasti akan dapat ditemukan."
"Tipu Toako memang sangat bagus," kata So So. "Akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi sungguh kasihan orang-orang itu yang sudah dibunuh
tanpa berdosa." "Hm! Apakah kau tidak merasa kasihan terhadap orang
tua dan anak istriku yang juga sudah dibunuh tanpa
berdosa!" tanya Cia Soen dengan suara getir. "Dulu kulihat
kau seorang yang sangat polos terbuka. Tetapi sesudah
menikah sepuluh tahun dengan Ngote, kau jadi bawel
seperti nenek tua," So So melirik suaminya sambil bersenyum, "Toako,
bagaimana buntutnya" Apa kau berhasil mencari Seng
Koen?" tanyanya. "Tidak, tidak berhasil," jawabnya. "Belakangan, waktu
berada di Lokyang, aku bertemu dengan Song Wan
Kiauw." Coei San terkesiap. "Song Wan Kiauw, Toa soekoku ?"
ia menegas. "Benar, Song Wan Kiauw, kepala dari Boe tong cit
hiap." jawabnya. "Sesudah aku mengamuk, Rimba
Persilatan jadi kacau balau dan kalang kabutan. Tapi guru
...." "Gie-hoe," memutus Boe Kie. "Dia begitu jahat,
mengapa masih memanggil guru kepadanya ?"
Cia Soen tertawa getir. "Sudah kebiasaan sedari kecil,"
jawabnya. "Sebagian besar ilmu silatku didapat daripadanya. Dia jahat, akupun bukan manusia baik.
Mungkin sekali, segala kejahatanku juga didapat daripadanya. Maka itu, aku tetap memanggil guru
kepadanya." Mendengar penuturan sang kakek yang sedemikian
hebat. Coei San jadi merasa kuatir, bahwa ceritera itu akan
memberi pengaruh kurang baik kepada Boe Kie. Diamhttp://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam dia mengambil keputusan untuk memberi penerangan
dan penjelasan lebih jauh kepada bocah itu.
Sementara itu, Cia Soen sudah menyambung pula
penuturannya: "Melihat guruku belum juga muncul, aku
berpendapat, bahwa kalau aku tidak melakukan perbuatannya yang menggemparkan dunia, ia pasti tak akan
keluar. Sebagaimana kau tahu, daiam Rimba Persilatan,
yang paling dihormati orang adalah partai Siauw lim dan
Boe-tong." "Menurut pendapatku, aku baru bisa berhasil jika
membunuh seorang pentolan Siauw lim atau Boe tong. Hari
itu, ditaman Bouw tan wan, depan kuil Ceng hie koan di
Lokyang, aku telah menyaksikan cara bagaimara Song Wan
Kiauw menghajar seorang hartawan jahat. Aku mendapat
kenyataan, bahwa ia benar-benar berkepadaian tinggi dan
pada saat itu juga, aku segera mengambil keputusan untuk
membinasakannya." Walaupun tahu, bahwa pada akhirnya Song Wan Kiauw
tidak terbunuh, Coei San merasa terkejut juga. Ia yakin,
bahwa kepandaian Cia Soen banyak lebih tinggi dari
saudara seperguruannya, sehingga kalau diserang, Toasoehengnya pasti akan dijatuhkan, So So yang juga
tahu, bahwa Song Wan Kiauw tidak dibinasakan, lantas
saja berkata: "Toako, masih untung kau tidak tega turunkan
tangan jahat, Jika kau binasakan Song Tayhiap. Thio
Ngohiap pasti akan mengadu jiwa denganmu dan kita tak
bisa mengangkat saudara lagi."
Cia Soen mengeluarkan suara dari hitung. "Tidak tega"
Mana boleh tidak tega?" katanya. "Kalau sekarang, aku
tentu tak akan memusuhi orang orang Boe tong. Tapi pada
waktu itu, jangankan Song Wan Kiauw, sedangkan Ngote
sendiripun, jika bertemu denganku, aku pasti akan coba
membinasakannya tanpa ragu ragu lagi."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gie hoe. mengapa kau mau membunuh ayah?" Boe Kie
menyelak. "Aku hanya menyebutkan suatu perumpamaan dan
bukan benar-benar mau membunuh ayahmu," jawab sang
ayah angkat sambil tersenyum.
"Oh begitu?" kata si bocah.
Sambil mengusap-usap kepala anak itu, Cia Soen berkata
pula dengan suara perlahan: "Meskipun langit sering
menyakiti batiku, kali ini aku merasa syukur bahwa pada
akhirnya, aku tidak membunuh Song Wan Kiauw. Memang
benar, jika Song Wan Kiauw sampai dibunuh olehku, kita
tak akan bisa mengangkat saudara." Ia berdiam sejenak dan
kemudian berkata lagi: 'Malam itu, sesudah bersantap, aku
segera bersemedhi didalam kamar untuk mengumpulkan
semangat dan tenaga. Aku mengerti, bahwa sebagai kepala
dari Cit hiap, song Wan Kiauw mempunyai kepandaian
yang sangat tinggi. Jika dengan sekali pukul aku tidak dakat
membinasakannya dan ia bisa melarikan diri, maka
rahasiaku akan bocor dan usaha mencari guruku akan gagal
sama sekali. Bukan saja begitu, aku malah bakal dikepung
oleh orang-orang gagah dikolong langit. sehingga, biarpun
aku mempunyai tiga kepala enam tangan. Aku pasti tak kan
dapat melawannya. Aku mati tak menjadi soal tapi jika aku
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mati begitu rupa, sakit hati yang begitu besar itu akan
dibawa kelubang kubur."
"Gie hoe," tiba Boe Kie menyelak lagi." Matamu tidak
bisa melihat. Tunggulah sampia aku besar. Sesudah
mempunyai kepandaian tinggi, aku akan membalas sakit
hati Gie hoe." Perkataan itu mengejutkan Cia Soen dan Coei San yang
dengan serentak bangun berdiri. Dengan mata yang tak
dapat melihat, Cia Soen "mengawasi" anak angkatnya dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata dengan suara perlahan: "Boe Kie, apa benar kau
menpunyai niatan begitu?"
Coei San daa So Sa jadi bingung. Sekarang mereka
berada disebuah pulau terpencil didaerah Kuub Utara,
sehingga belum tentu mereka bisa kembali ke Tiong goan.
Akan tetapi, didalam Rimba Persilatan orang sangat
mengutamakan kepercayaan. Sekali berjanji seumur hidup
tak dapat ditarik lagi. Begitu lekas Boe kie menyanggupi
untuk membalas sakit hati Cia Soen, maka ia segera
memikul beban yang luar biasa berat diatas pundaknya.
Sedang Cia Soen yang memiliki kepandaian sedemikian
tinggi masih belum mampu membalas sakit hatinya,
bagaimana anak itu bisa memenuhi janjinya "
Menurut kebiasaan Rimba Persilatan, walaupun anak itu
masih kecil, dalam urusan itu, ia harus mengambil
keputusan sendiri dan orang tua nya tidak boleh
mempengaruhi pikirannya. Maka itu, meskipun sangat
berkuatir, Coei San dan So So tidak berani mengeluarkan
sepatah kata. "Gie hoe," kata anak itu dengan suara nyaring "Orang
yang membinasakan serentero keluargamu, bernama Hoen
goan Pek lek chioe Seng Koen, bukan" Baiklah Boe Kie
akan mengingat nama itu. Dibelakang hari, anak tentu
mewakili ayah untuk membalas sakit hati dan akan
membasmi seluruh keluarganya, tak satupun yarg diberi
hidup!" "Boe Kie ! Jangan ngaco kau!" bentak Coed San dengan
gusar. "Satu orang yang berbuat, satu orang yang harus
bertanggung jawab, Biarpun dosanya Seng Koen lebih besar
lagi, hanya dia seorang yang harus mendapat hukuman.
Lain orang yang tidak berdosa tidak boleh diganggu
selembar rambutnya!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, ya . . . Thia thia," katanya dengan suara ketakutan
dan ia tidak berani membuka suara pula.
"Orang yang sudah mati tak tahu suatu apa," kata Cia
Soen. "paling hebat yalah hidup sendirian didalam dunia
sesudah seluruh keluarga dibinasakan orang...."
"Toako, bagaimana kesudahan usahamu untuk bertempur dengan Toasoeheng," Coei San memotong
perkataan kakaknya. Ia berbuat begitu karena kuatir Cia
Soen bicara terlalu panjang mengenai penderitaannya,
sehingga dapat memberi pengaruh yang lebiih besar pada
anaknya. "Sungguh heran Toasoeheng be1um pernah memberitahukan kejadian itu kepada kami"
"Song Wan Kiauw belum pernah mimpi bahwa ia
pernah men jadi bulan-bulanan," jawabnya.
"Mungkin sekali, ia malah belum pernah mendengar
nama kin mo Say ong Cia Soen. Mengapa " Karena pada
akhirnya, aku tidak jadi cari padanya."
Coei San menarik napas lega. "Terima kasih Langit,
terima kasih bumi." katanya.
"Mengapa kau mengaturkan terima kasih kepada langit
dan bumi?" tanya So So sambil tertawa. "Yang harus
menerima pernyataan terima kasihmu adalah Cia Toako."
Mendengar itu, Coei San dan Boe Kie turut tertawa.
Cia Soen tidak turut tertawa. Paras mukanya berubah
jadi duka dan ia berkata dengan suara perlahan: "Kejadian
malam itu masih diingat tegas olehku, seperti juga baru
terjadi kemat in. Aku duduk diatas pembaringan batu dan
menjalankan pernapasan, melatih Cit siang koen beberapa
kali. Ngote, kau belum pernah menyaksikan pukulan Cit
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang koen. Apa kau ingin melihatnya ?"
"Ilmu pukulan itu tentulah hebat luar biasa," mendahului
So So "Toako, mengapa kau tidak cari Song Tayhiap ?"
"Kalau tidak hebat, bagaimana pukulan itu bisa
dinamakan Cit siang koen?" kata Cia Soen sambil
tersenyum dan lalu jalan mendekati satu pohon besar. Ia
mengangkat tangan seraya menbentak keras, menghantam
dahan pohon itu. Dengan Lweekang yang dimilikinya, biarpun ia tak
dapat merubuhkan pohon itu, sedikitnya tinju Cia Soen
akan amblas didahan. Tapi diluar dugaan, pohon itu
bergoyangpun tidak, sedang kulit nya tetap utuh. So So
merasa menyesal dan berkata didalam hati: "Sesudah
berdiam disini sembilan tahun, ilmu silat Toaka merosot
banyak. Hal itu tak heran, karena ia memang tak pernah
berlatih lagi." Tapi walaupun hatinya berduka, mulutnya
bersorah sorai. "Se moay sorakanmu tidak keluar dari hati yang
setulusnya," kata sang kakak. "Kau anggap ilmu sllatku
sudah tidak seperti dulu, bukan."
"Dengan berdiam dipulau terpencil ini dan kita berempat
adalah orang sekeluarga, memang tak perlu kita berlatih
silat lagi," kata So So.
"Ngotee, apa kau bisa melihat lihaynya pukulanku?"
tanya Cia Soen tanpa menghiraukan So So.
"Waktu menyambar, pukulan itu sangat dahsyat,
sehingga aku tidak mengerti, mengapa pohon itu tidak
bergeming, malah daunnya tidak bergoyang," kata Coei
San. "Aku percaya malah Boe Kie dapat menggoyang
dahan itu." "Aku bisa!" teriak sibocah sambil berlari-lari dan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian meninju dahan pohon itu. Benar saja pohon yang
besar itu bergoyang keras. Kedua suami isteri girang bukan
main, karena putera mereka sudah memiliki tenaga yang
begitu besar. Mereka mengawasi Cia Soen dan menunggu
penjelasan sang kakak. Cia Soen bersenyum seraya berkata: "Tiga hari kemudian
semua daun akan menjadi kering dan rontok dan
selewatnya tujuh hari, pohon itu akan mati berdiri. Aku
sudah memutuskan nadi pohon "
Kedua suami isteri kaget dan heran, tapi mereka tidak
menyangsikan keterangan itu, karena sang kakak belum
pernah berdusta. Tiba-tiba Cia Soen menghunus To liong to dan menyabet
putus dahan yang tadi dipukulnya. Dengan suara
gedubrakan, pohon itu rubuh ditanah. "Mari, lihatlah," kata
sang kakak. "Kalian boleh manyaksikan lihaynya Cit siang
koen." Coei San bertiga lantas saja menghampiri. Ternyata
"hati" pohon sudah menjadi rusak, ada "urat-urat" yang
hancur dan ada juga yang putus, suatu tanda, bahwa
pukulan itu mengandung beberapa macam tenaga. Bukan
main rasa kagumnya Coei San dan So So. "Toako, hari ini
kau telah membuka mata siauwtee," kata Coei San.
"Dalam pukulanku itu terdapat tujuh macam tenaga,"
kata sang kakak dengan suara bangga. "Tenaga keras,
tenaga lembek dalam keras, keras dalam lembek dan
sebagainya. Seorang musuh dapat menahan tenaga
pertama, tak dapat menahan tenaga kedua, yang dapat
menahan tenaga kedua, tak akan dapat menahan tenaga
ketiga dan begitu seterusnya. Maka itulah, pukulan tersebut
diberi nama Cit-siang koen. Huh huh ! Mungkin sekali kau
akan mengatakan bahwa Cit-siang koen terlalu kejam."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gie hoe, bolehkah kau turunkan Cit siang koen
kepadaku?" tanya Boe Kie.
"Tak bisa!" jawabnya seraya menggeleng-geleng kan
kepala, sehingga bocah itu merasa sangat kecewa.
"Boe Kie, kau benar edan!" kata So So. "Pukulan
Giehoemu itu tak akan dapat dipelajari sebelum
mempunyai Lweekang yang sangat tinggi."
Si bocah mengangguk seraya berkata: "Baiklah nanti
kalau sudah memiliki Lweekang tiaggi, barulah Boe Kie
mengajukan permintaan pula ke pada giehoe."
"Tidak boleh, tak nanti aku turunkan Cit siang koen
kepadamu," kata Cia Soen. "Dalam tubuh setiap manusia.
bukan saja terdapat hawa Im dan yang (negatif dan positif )
tapi juga lima Heng yaitu Kim, Bok, Soei, Ho dan Touw
(emas, kayu, air, api, dan tanah). Misalnya saja, paru-paru
termasuk dalam Kim, buah pinggang termasuk dalarn Soei,
nyali termasuk dalam Touw dan sebagainya. Begitu lekas
seorang melatih diri dalam pukulan Cit siang coen, tujuh
bagian isi perutnya yang sangat penting akan terluka.
Makin tinggi kepandaiannya, makin hebat luka didalam itu.
"Cit siang" atau "tujuh luka", lebih dulu melukai diri
sendiri. Kemudian baru melukai musuh. Sabah musabab
mengapa aku sering kalap adalah karena latihan Cit siang
koen" Coei San dan So Sal terkejut. Baru sekarang mereka
tahu, mengapa Cia Soen yang boen boe song Coei (pandai
ilmu surat dan ilmu silat) acap kali berlaku seperti binatang
buas. "Jika aku melatih Cit siang koen sudah memiliki
Lweekang yang sama tingginya sepertt Lwee kang Kong
kian Taysoe atau Thio Cinjin dari Boe tong pay, mungkin
sekali aku tidak sampai terluka, luka itu tidak menjadi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halangan," kata pula Cia Soen. "Aku sudah tidak
menghiraukan segala bencana karena didorong oleh
keinginan untuk membalas sakit hati secepat mungkin.
Tahun itu, sesudah membinasakan tujuh orang, barulah aku
dapat merampas kitab Cit siang koen dari tangan Kong tong
pay dan dengan tergesa-gesa segera melatih diri menurut
petunjuk-petunjuk kitab itu. Aku berbuat begitu, sebab
kuatir guruku keburu mati dan aku tidak bisa membalas
sakit hati. Sesudah kasep dan tidak bisa diubah lagi, barulah
aku mendusin, bahwa aku sudah mendapat luka didalam.
Aku sama sekali tidak memikir untuk lebih dulu
menyelidiki, mengapa dalam kalangan Kong tong pay
sendiri tidak ada orang yang mempelajari ilmu pukulan itu.
Disamping itu, masih ada lain sebab, mengapa aku segera
melatih diri dalam Cit siang koen. Pukulan itu mempunyai
sifat-sifat yang dahsyat dap menyeramkan dan bagiku, hal
itu merupakan keuntungan besar. Su moay, apakah kau
mengerti maksudku." So So memikir sejenak. "Apakah Toako maksud kan
bahwa Cit siang koen agak mirip dengan ilmu silat Pek lek
chioe." tanya si adik.
"Benar!" jawabnya. "So moay, kau sungguh pintar.
Guruku bergelar Hoen goan Pek lek chioe, atau si Tangan
geledek, dan ilmu silatnya mengandung pengaruh angin dan
geledek yang sangat hebat. Jika aku menyerang dengan Cit
siang koen, ia pasti akan menduga, bahwa aku menyerang
dengan ilmu silatnya sendiri, ia akan mendusin sesudah
pukulanku mampir dibadannya, tapi sudah kasep. Ngotee,
jangan kau mengatakan, aku licik dan kejam, Guruku
adalah salah seorang yang paling hati-hati dan paling kejam
didunia. Jika kau tidak menggunakan racun untuk melawan
racun, sakit hatiku pasti tidak akan terbalas.
Hai! Ngotee, aku sudah melantur terlalu jauh sehingga
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melupakan soal Kong kian Taysoe yang mau dituturkan
olehku. Malam itu, sesudah melatih diri dalam Cit siang
koen, aku segera berangkat untuk cari Song Wan Kiauw."
"Selagi melompat keluar dari tembok, sedang kedua
kakiku belum hinggap dibumi, tiba-tiba pundakku ditepuk
orang. Aku kaget bukan main. Bahwa badanku disentuh
orang tanpa aku mampu menangkis, adalah kejadian yang
belum pernah terjadi, Boe Kie, cobalah kau pikir. Jika orang
itu menepuk dengan menggunakan Lweekang, bukan kah
aku sudah mendapatkanluka berat" Aku balas memukul
dan begitu lekas kaki kiriku hinggap ditanah, aku memutar
badan. Saat itu sekali lagi aku merasa punggungku ditepuk
orang dan hampir berbareng terdengar hela napas dan suara
seorang: "Lautan penderitaan tiada terbatas, menengok
kebelakang melihat tepian."
Boe Kie gembira sekali, ia tertawa terbahak bahar. "Gie
hoe," katanya. "Apa orang itu main main denganmu?" Coei
San dan So So sudah menebak, bahwa orang itu Kong kian
Taysoe adanya. "Waktu itu aku begitu kaget, sehingga sekujur badan
dingin semua," Cia Soen melanjutkan panturannya.
"Dengan kepandaian yang sedemikian tinggi, dengan
mudah orang itu bisa mengambil jiwaku. Tapi delapan
perkataan yang diucapkan nya bernada lemah lembut,
penuh kasih dan sayang. Begitu memutar badan. kulihat
seorang pendeta yang mengenakan jubah putih berdiri
dalam jarak empat tombak lebih. Dengan demikian,
sesudah menepuk punggungku, ia sudah melompat kurang
lebih empat tombak jauhnya dan kecepatan gerakan itu
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sungguh-sungguh luar biasa."
"Pada waktu itu, aku hanya menarik suatu kesimpulan,
bahwa yang berdiri dihadapanku bukan manusia, tapi setan
penasaran dari seorang yang telah diburuh olehku. Aku
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik kesimpulan itu, karena, menurut pendapatku,
seorang manusia biasa tak nanti mampu bergerak begitu
cepat. Sebab menduga begitu, nyaliku jadi besar lagi dan
aku segera membantak: Setan siluman! Pergi kau! Aku tidak
takut Langit dan bumi, apalapi kau!"
"Pendeta itu merangkap kedua tangannya seraya berkata:
Cia Kiesoe, Looceng Kong kian memberi hormat. Begitu
mendengar perkataan 'Kong kian' aku terkesiap. Sudah
lama kudengar 'Siauw lim Sang ceng, Kian, boen, tie seng
yang tersiar luas didalam Rimba Persilatan. Kong kian
Taysoe adalah kepala dari empat pendeta nabi (Sengceng )
Siauw lim sie sehingga tidaklah heran jika ia memiliki
kepandaian yang begitu tinggi."
Mendengar sampai disitu, hati Coei San dan So So
merasa sangat tidak enak, karena mereka tahu, pada
akhirnya Kong kian binasa karena tiga belas pukulan Cia
Soen. Sesudah berdiam sejenak, Cia Soen berkata pula: "Aku
mengawasinya seraya bertanya: Apa kah aku sedang
berhadapan dengan Kong kian Seng ceng dari Siauw lim
sie" Ia jawab: Perkataan Seng ceng aku tidak dapat
menerima tapi memang benar loolap ialah Kong kian dari
Siaw Lim sie. Aku kata: Aku dan Taysoe belum pernah
mengenal satu sama lain, tapi mengapa Taysoe
mempermainkan aku" kata Kong kian: Mana berani loolap
mempermainkan Kiesoe" Aku hanya ingin menanya:
Kemana Kiesoe mau pergi" Ku jawab: Kemana kumau
pergi tiada sangkut pautnya dengan Taysoe! Ia menghela
napas dan berkata dengan suara perlahan: Malam ini
Kiesoe ingin membunuh Song Wan Kiauw Tayhiap dari
Boe tong pay. Bukankah begitu" Sekali lagi aku terkesiap."
"Ia mengawasi aku dengan mata tajam dan berkata pula:
Kiesoe ingin melakukan perbuatan yang menggemparkan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rimba Persilatan untuk memancing keluar Hoen goan Pek
lek chioe Seng Koen guna membalas sakit hati.... Aku
heran dan kaget tak kepalang. Aku belum pernah
memberitahu perbuatan guruku kepada orang lain dan
gurukupun tak pernah membuka rahasia busuknya itu ?"
"Begitu mendengar Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen,
tubuhku menggigil. Jika Taysoe sudi mengunjuk dimana
adanya dia, aku rela menjadi kerbau atau kuda untuk
kepentingan Taysoe, kata ku. Ia menghela napas dan
berkata dengan suara menyesal: Perbuatan Seng Koen
memang suatu kedosaan yang sangat besar. Akan tetapi,
dalam kegusarannya, Kiesoe sudah membunuh begitu
banyak orang dan perbuatan Kiesoe itu juga merupakan
kedosaan yang tidak kecil."
"Aku mendongkol dan sebenarnya ingin sekali menyemprotnya. Tapi karena tahu, bahwa aku bukan
tandingannya, maka sambil menahan amarah, aku berkata:
Aku berbuat begitu sebab tidak ada jalan lain. Seng Koen
menyembunyikan diri dan aku tidak dapat mencarinya."
"Ia manggut-manggutkan kepala seraya berkata: Aku
mengerti, aku sangat merasakan perasanmu. Sakit hatimu
besar luar biasa dan aku tidak dapat melampiaskan, akan
tetapi, Song Tay hiap adalah murid pertama Thio Sam
Hong Cinjin dan jika kau membinasakannya, bakal muncul
gelombang yang tidak kecil. "
"Aku tersenyum getir. Itu memang tujuanku,jawabku.
Makin dahsyat gelombang yang diterbitkan olehku, makin
baik lagi, karena hanyalah itu yang bisa memaksa keluarnya
Seng Koen dari tempat persembunyiannya."
"Sesudah itu, aku dan Kong Kian bicara seperti berikut:
Cia Kiesoe, jika kau membinasakan Song Tayhiap,
memang Seng Koen tidak bisa tidak keluar dari tempat
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persembunyiannya. Akan tetapi, Seng Koen sekarang
bukan Seng Koen dulu. Terang terang aku mengatakan,
bahwa kepandaian Kie soe masih belum dapat menandinginya. Biar bagaimanapun jua, Kiesoe tak akan
bisa membalas sakit hatimu. "
"Seng Koen adalah guruku. Aku lebih mengenal
kepandaiannya daripada Taysoe."
"Tidak, tidak begitu. Ada halnya yang tidak di ketahui
Kiesoe. Seng Koen telah mendapat guru yang sangat lihai
dan selama tiga tahun ia telah memperoleh kemajuan lvar
biasa pesat. Biarpun Kiesoe mahir dalam ilmu Cit siang
koen dari Khong tong pay Kiasoe tak akan dapat
melukakannya" "Untuk sekian kalinya aku terkejut. Kong kian Taysoe
belum pernah bertemu denganku, tapi gerak gerikku
diketabui begitu jelas olehnya. Aku mengawasinya dengan
mata membelalak. Sesudah menenteramkan hatiku yang
berdebar-debar, aku bertanya: Bagaimana Taysoe tahu" Ia
menjawab: Seng Koen sendiri yang memberitahukan
kepadaku" Coei San, So So dan Boe Kie mengeluarkan suara
tertahan dengan berbareng.
"Kalian heran, tapi aku lebih heran lagi. Aku melompat
bahna kagetku, dan membentak: Bagaimana dia tahu"
Kong kian menjawab dengan suara perlahan: Selama
beberapa tahun, ia selalu mendampingi Kiesue. Hanya
karena ia selalu selalu menyamar, maka Kiesoe tak
mendapat tahu. Tak mungkin! teriakku. Tak mungkin! Aku
mengenalnya. Biarkan dia sudah menjadi abu, aku masih
dapat mengenalinya."
"Kong kian menggelengkan kepala seraya berkata deagan
suara lemah lembut: Cia Kie soe, kau bukan seorang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semberono. Akan tetapi, karena kau hanya ingat soal
membalas sakit hati, maka kau tidak memperhatikan
keadaan disekitarmu. Kau ditempat terang, dia ditempat
gelap. Tak heran jika kau tidak mengenalinya."
"Aku tidak bisa tidak percaya keterangan itu. Kong kian
taysoe adalah seorang pendeta suci yang namanya terkenal
dikolong langit, sehingga tak mungkin ia berdusta. Kalau
begitu, bukankah lebih baik baginya jika ia membunuh aku
dengan membokong" kataku. Jika ia ingin mengambil jiwa,
ia dapat melakukannya seperti membalik tangan sendiri,
Kata Kong kian: Cia Kiesoe, dua kali kau coba membalas
sakit hati, dua kali telah dikalahkan. Jika ia memang mau
menghendaki jiwamu, mengapa waktu itu ia tidak turun
tangan" Pada waktu kau coba merampas kitab Cit siang
koen, kau telah mengadu Lweekang dengan tiga tetua dari
Kong tong pay. Sebagai mana kau tahu, partai itu
mempunyai lima orang tetua. Kemana perginya dua tetua
yang lain" Mengapa kedua orang itu tidak turut
mengerubuti kau" Kalau Ngo lo (Lima tetua) turun tangan
dengan berbareng, apakah Kiesoe masih bisa hidup terus?"
"Untuk kesekian kalinya, aku terkejut. Memang benar,
waktu aku melukakan Khong tong Sam loo (Tiga tetua
Khong tong pay), aku mendapat tahu, bahwa dua tetua
yang lain, yang tidak turut bertempur, juga mendapat luka
berat. Hal itu selalu merupakan teka teki yang tidak dapat
dipecahkan olehku. Apakah kedua tetua itu berkelahi
dengan kawan sendiri" Apakah aku dibantu oleh seorang
yang berilmu tinggi" Sekarang, mendengar perkataan Kong
kian Taysoe, aku bertanya didalam hati. Apakah dua tetua
itu dilukakan oleh Seng koen ?"
Coei San dan So So adalah orang oraag mempunyai
pengalaman, pergaulan dan pendengaran luas. Mereka
sudah kenyang mendengar cerita cerita aneh dalam Rimba
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan, tapi belum pernah ada yang seaneh cerita Cia
Soen. Sesudah bergaul lama, mereka tahu, bahwa Cia Soen
bukan lihat ilmu silatnya saja, tapi juga lihay otaknya. Tapi
Hoen Goan Pek lek chioe Seng Koen kelihatannya lebih
lihay dari pada saudara angkat itu.
"Toako." kata So So. "Apa benar kedua tetua Khong
tong pay dilukakan oleh gurumu?"
Cia Soen mengangguk seraya menjawab "Benar. Akupun
tetah mengajukan pertanyaan begitu kepada Kong kian. Cia
Kiesoe, apa kau lihat mukanya kedua tetua itu " tanyanya.
Bagaimana paras muka mereka" Aku tidak lantas menjawab
dan mengingat-ingat beberapa saat, barulah aku berkata:
Kalau begitu, Khong tong jie loo benar telah dilukakan oleh
guruku. Aku terpaksa mengakuinya, karena kuingat, bahwa
pada waktu Khong tong Jie loo menggeletak ditanah, muka mereka
penuh dengan bintik-bintik merah darah. Itu merupakan
petunjuk, bahwa mereka telah menyerang dengan menggunakan tenaga Im kin (Tenaga lembek), tapi telah
dipukul balik dengan ilmu Hoen goan kong. Setahuku,
disamping akibat pukulan Hoen goan kong, bintik-bintik
merah di muka ialah tanda dari penyakit cacar atau
sebangsanya. Tak mungkin Jie loo mendapatkan penyakit
cacar, karena pada hal itu, ketika aku baru bertemu dergan
Khong tong Ngo loo, mereka semua segar bugar. Aku juga
tau, bahwa didalam Rimba Persilatan. Hoen goan kong
hanya dimiliki oleh guruku dan aku saja."
"Kong kian Taysoe manggut-manggutkan kepala. Ia
menghela napas seraya berkata: Dalam keadaan mabuk,
memang gurumu telah melaku kan perbuatan sangat hebat.
Sesudah tersadar dari mabuknya, ia malu dan menyesal
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan main. Dua kali kau mencarinya untuk membalas
sakit hati, dua kali ia tidak mengambil jiwamu.Ia malah
tidak ingin melukakan kau. Tapi kerena kau menyerang
secara nekad bagaikan orang edan, ia tak bisa meloloskan
diri tanpa melukakan kau. Sesudah itu ia terUs
membayangi kau dari belakang dan tiga kali diam-diam ia
sudah menolong kau dari bencana."
"Aku segara mengingat ingat dan memang benar, selain
dari peristiwa pertempuran melawan para tetua Khongtongpay, dua kali aku terlolos dari bahaya secara
mengherankan." "Sesudah berdiam sejenak, Kong kian Taysoe berkata
pula: karena tahu, bahwa kedosaannya terlalu besar, ia
tidak berani memohon ampuh. Ia hanya mengharap, bahwa
lama-lama kau akan melupakan sakit hati itu. Tapi diluar
dugaan, gelombang yang diterbitkan olehmu makin lama
jadi makin besar dan jumlah manusia yang dibinasakan
olehmu jadi makin banyak. Hari ini jika kau membinasakan
Song Tayhiap, suatu bencana besar tak akan dapat
dielakkan lagi." "Mendengar itu, aku segera berkata: Baiklah, aku tak
akan cari orang she Song itu, Tapi aku harap Taysoe suka
minta guruku menemui aku. Jawab kong kian Taysoe: ia
tak mempunyai muka untuk bertemu dengan kau dan iapun
tak berani menemui kau. Disamping itu, Cia Kiesoe, bukan
loolap mau memandang rendah kepadamu, andaikata kau
bertemu dengan gurumu, kaupun tidak akan bisa berbuat
apa-apa. Dibandingkan dengan dia, kepandaianmu masih
terlalu rendah. Kurasa kau tak akan mampu membalas sakit
hatimu." "Aku mata sangat mendongkol dan segera berkata:
Taysoe adalah seorang pendeta suci yang mempunyai
perasaan adil. Apakah dengan berkata begitu Taysoe ingin
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku menyudahi saja urusan ini" Ia mengawasi aku dengan
sorot mata kasihan."
"Aku dapat merasakan hebatnya penderitaan Kiosoe.
katanya. Akan tetap, kau harus ingat, bahwa perbuatan
gurumu dilakukan dalam keadaan mabuk arak dan ia
sebenarnya sama sekali tidak berniat begitu. Apa pula ia
sungguh2 nerasa malu dan menyesal. Maka itu, loolap
memohon pertimbangan Kiesoe mengingat kecintaan
antara guru dan murid pada masa yang lampau."
"Mendengar bujukan itu, sambil menahan amarah aku
segera berkata dengan suara kaku! Kalau kali ini aku tidak
bisa memenang kan dia, biarlah dia binasakan aku. Jika aku
tidak bisa membalas sakit hati, akupun tak sudi hidup lebih
lama lagi didalam dunia."
"Kong kian mengawasi aku dengan paras muka berduka.
Lama ia berdiri termenung tanpa menegeluarkan sepatah
kata. Cia Kiesoe, katanva dengan suara perlahan, ilmu silat
gurumu di waktu sekarang berbeda jauh dari pada diwarktu
dulu. Biarpun kau mempunyai pukulan Cit siang koen, tak
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat kau melukakannya. Jika kau tak percaya, cobalah
jajal pukulan itu terhadap diri loolap."
"Aku dan Taysoe sama sekali tidak mempunyai
permusuhan, mana berani aku melukakan Taysoe" kataku,
Walaupun berkepandaian rendah, kurasa Cit Siang koen
tak mudah dilawan orang. Mendengar jawabanku, ia
mengawasi aku sejenak dan kemudian berkata dengan suara
tetap: Cia Kiesoe, marilah kita bertaruh. Gurumu telah
membinasakan tigabelas anggauta keluargamu dan kau
boleh memukulku tigabelas kali. Jika kau berhasil
melukakan aku, aku tak akan campur lagi urusan ini dan
gurumu akan keluar untuk menemui kau. Tapi jika kau tak
dapat melukakan aku, kau harus melupakan sakit hatimu.
Cia Kiesoe, bagaimana pendapatmu" Apa kau setuju
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertaruhan ini." "Aku tidak lantas menjawab. Kutahu pendeta itu
memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan biarpun lihay, Cit
siang koen belum tentu dapat melukainya. Kalau aku tidak
bisa melukainya, apakah sakit hatiku boleh disudahi saja?"
"Sementara itu, Kong kian sudah berkata: Sekarang aku
mau bicara terang-terangan kepada Kiesoe. Sesudah
mencampuri urusan ini, loolap pasti tidak akan
mempermisikan kau membinasakan lagi kawan-kawan
Rimba Persilatan yang tak berdosa. Jika mulai dari
sekarang Kiesoe menghentikan perbuatan kejam itu, aku
bersedia untuk melupakan segala perbuatan perbuatan duludulu. "Cia Kiesoe, kau mencari musuhmu untuk membalas
sakit hati. Apakah kau kira kelurga atau murid-murid dari
orang-orang yang dibunuh olenhmu tidak akan mencarimu
untuk membalas sakit hati?"
"Mendengar perkataan itu yang diucapkan dengan suara
keren amarahku meluap. Baiklah aku akan pukul kau tiga
belas kali! teriakku. Jika merasa tidak tahan, Taysoe boleh
segera berteriak. Seorang laki-laki tak akan melanggar janji
sendiri. Kalau kalah, Taysoe harus meyuruh guru menemui
aku." "Kong kian bersenyum seraya berkata: Kiesoe boleh
segera mulai. Melihat badannya yang kate kecil, rambut
dan alisnya yang sudah putih, dan paras mukanya yang
welas asih, aku sungguh merasa tak tega untuk turun
tangan. Maka itu, dalam pukulan pertama, yang ditujukan
kedadanya aku hanya menggunakan tiga bagian tenaga"
"Gie hoe," memotong Bu Kie, "apakah kau menggunakan Cit siang koen yang dapat memutus kan nadi
pohon?" http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak," jawabnya. "Dalam pukulan pertama aku
menggunakan Pek lek chioe dari guruku. Begitu terpukul,
badan Kong kian Taysoe bergoyang goyang. Ia mundur
setindak, Didalam hati, aku memandang rendah kepadanya. Dengan mengguna kan tiga bagian tenaga saja,
ia sudah terhuyung setindak. Aku menduga, bahwa jika aku
memukul dengan Cit siang koen, dalam tiga kali pukul
mengambil jiwanya. Dalam pukulan kedua aku menambah
tenaga. Badannya bergoyang goyang pula dan dia mundur
setindak lagi. Pukulan yang ketiga pun mengeluarkan hasil
yang sama" "Diam-diam aku merasa heran. Dalam pukulan ketiga,
aku kembali menambah tenrga, tapi ia tetap dapat
menerimanya dengan sikap acuh tak acuh. Selain begitu,
akupun merasa heran, karena tubuhnya sama sekali tidak
mengeluarkan tenaga yang melawan tenaga pukulanku."
"Aku segera menarik kesimpulan, bahwa untuk
merubuhkannya aku perlu menggunakan seantero tenaga.
Akan tetapi, jika aku menggunakan seluruh tenaga, ia tentu
akan terpukul mati, atau sedikitnya terluka berat. Biarpun
aku seorang jahat dan kejam, tapi terhadap Kong kian
Tayso yang rela berkorban untuk kepentingan orang lain,
aku menaruh hormat yang sangat besar. Maka itu, aku
lantas berkata: Taysoe, kau menerima pukulan tanpa
membalas. Aku tak tega memukul lagi. Kau sulah dipukul
tiga kaii. Baiklah aku sekarang berjanji tak akan cari Song
Wan Kiauw." "Tapi bagaimana dengan sakit hatimu terhadap Seng
Koen " tanyanya. Dengan bernapsu aku menjawab: Aku
dan Seng Koen tidak bisa hidup bersama-sama dikolong
langit. Kalau bukan dia, akulah yang binasa. Aku berdiam
sejenak dan kemudian berkata pula: Tapi sesudah Taysoe
tampil kemuka, dengan memandang Taysoe aku berjanji,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa mulai dari sekarang aku tak akan membunuh lagi
kawan-kawan dalam Rimba Persilatan. Tujuanku hanya
Seng Koen dan keluarganya!"
"Ia merangkap kedua tangannya seraya berkata: Atas
nama kawan-kawan Rimba Persilatan, aku menghaturkan
terima kasih untuk janji Kiesoe itu. Tapi loolap sudah
mengambil keputusan untuk mendamaikan sakit hati ini,
sehingga oleh karenanya, lebih baik Kieso meneruskan
pukulan itu" "Diam-diam aku menghitung-hitung. Memang paling
baik aku melakukannya dengan Cit siang koen untuk
memaksa keluarnya guruku. Untung juga, aku sudah mahir
dalam pukulan itu, sehingga berat entengnya, mengirimnya
atau menarik pulangnya dapat dilakukan sesuka hatiku.
Dengan demikian, kurasa aku akan dapat mengimbangi
pukulanku supaya tidak sampai mengambil jiwa pendeta
yang mulia itu. Memikir begitu, aku segera berkata: Baiklah
dan lalu mengirim pukulan Cit siang koen. Begitu lekas
tinjuku menyentuh dadanya, dada itu agak melesak dan ia
maju setindak." Boe Kie menepuk-nepuk tangan. "Heran sungguh !"
katanya sambil tertawa. "Kali ini, sebaik nya dari pada
mundur, Hweeshio tua itu maju kedepan."
"Toako, bukankah Kong kian Taysoe menyambut
pukulanmu dengan ilmu Kim kong Poet hoay tee (ilmu
malaikat untuk membebaskan tubuh manusia dari sega1a
kerusakan) dari Siauw lim pay?" tanya Coei San.
Cia Soen mengangguk beberapa ka1i. "Ngotee, kau
ternyata mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang
luas sekali," ia memuji. "Memang benar Kong kian Taysoe
menggunakan ilmu itu. Kali ini, berbeda dari pada waktu
menyambut tiga pukulan yang pertama, dari dalam
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya keluar tenaga berbalik, sehingga isi perutku
tergoncang hebat. Aku mengerti, bahwa Kong kian Taysoe
sudah terpaksa mengeluarkan ilmu tersebut. Jika tidak, ia
tak akan dapat menyambut pukulan Cit siang koan. Sudah
lama kudengar, bahwa Kim kong Poet hoey tee dari Siauw
lim pay adalah salah satu dari lima ilmu ajaib yang tertinggi
dalam Rimba Persilatan. Sekarang baru aku tahu ilmu itu
sungguh-sungguh hebat. Aku segera mengirim tinju kelima
dengan menggunakan tenaga im-jioe (Tenaga lembek). Ia
menyambutnya dengan maju lagi setindak dan aku sendiri
lalu mengerahkan Lweekang untuk mempunahkan tenaga
im-jioe yang berbalik menghantam diriku..."
"Giehoe," Boe Kie memutus pula perkataan ayah
angkatnva," pendeta tua itu telah melanggar janji. Ia
berjanji tidak akan membalas, tapi mengapa ia menghantam
balik tenaga Im-jioemu?"
Cia Soen mengusap usap kepala bocah itu dan berkata
pula dengan suara halus: "Sesudah aku mengirim tinju
kelima, Kong kian Taysoe berkata: Cia Kiesoe, aku tak
nyana Cit siang koen sedemikian hebat. Jika aku tidak
mengerahkan Lweekang untuk menolak tenagamu, aku tak
akan dapat bertahan."
"Tidak apa, kataku. Bahwa Taysoe sudah tidak
membalas dengan pukulan, aku sudah merasa amat sangat
berterima kasih." "Bagaikan huyan angin aku segera mengirim pukulan
keenam, ketujuh, kedelapan dan kesembilan. Kong kian
Taysoe sungguh-sungguh lihay. Ia menyambut setiap
pukulan dengan sikap tenang dan apa yang paling
mengherankan, ia dapat membedakan lebih dulu tenaga
tenaga yang digunakan olehku."
"Awas! teriakku seraya mengirim tinju yang kesepuluh."
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengangguk sedikit dan lalu mendului maju dua
tindak kedepan. "Dalam pukulan yang kesepuluh aku telah menggunakan
seantero tenaga dan aku terhuyung kebelakang beberapa
tindak sebab terbentur dengan tenaga menolak yang sangat
dahsyat. Aku tidak bisa melihat mukaku sendiri."
"Tapi kutahu mukaku sudah pucat bagaikan kertas,
sedang napas Kong kian Taysoe pun tersengal sengal. Cia
Kiesoe, kau harus mengaso dulu sebelum mengirim
pukulan kesebelas, katanya. Aku adalah seorang yang
sungkan mengaku kalah, tapi pada saat itu, benar-benar ku
tak sanggup segera mengirim pukulan."
Coei San dan So So mengawasi sang kakak dengan
perasaan tegang. "Giehoe, lebih baik kau jangan memukul lagi," kata Boe
Kie dengan tiba tiba. "Mengapa?" tanya Cia Soen.
"Pendeta tua itu sangat mulia hatinya," jawab nya. "Jika
Giehoe melukakannya, hati Giehoe tentu merasa tak enak.
Jika Giehoe terluka kejadian itu sama tidak baiknya."
Coei San dan So So saling melirik. Mereka merasa
girang, bahwa Boe Kie yang masih begitu kecil sudah
mempunyai pemandangan jauh. Terutama Coei San merasa
sangat terhibur, karena ia mendapat kenyataan, bahwa
puteranya mempunyai pribudi yang luhur dan dapat
membedakan apa yang benar, apa yang salah.
Cia Soen menghela napas panjang. "Ya" Aka hidup
berpuluh tahun dengan cuma-cuma dan pikiranku tak bisa
menandingi pikiran anak kecil," katanya dengan suara
menyesal. "Tapi pada waktu itu, dengan adanya tekad bulat
untuk membalas sakit hati, aku tidak menghiraukan apapun
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga. Aku merasa, bahwa jika aku memukul tiga kali lagi,
salah seorang pasti akan binasa atau luka berat. Tapi aku
tidak perduli. Aku segera mengerahkan seluruh lweekang
dan mengirim pukulan yang kesebelas. Kali ini ia
melompat, sehingga tinju yang ditujukan kedadanya.
mengenakan kempungan. Aku mengerti maksudnya yang
sangat mulia. Jika aku memukul dadanya, tenaga
mendorong dari dada itu hebat luar biasa dan ia kuatir aku
tak kuat menerimanya. Tapi dengan memasang kempungan, ia sangat menderita. Begitu kena, ia
mengerutkan alis, seperti orang sedang menahan sakit."
"Untuk sejenak aku berdiri terpaku dan mengawasi
dengan mata mendelong. Taysoe, kedosaan guruku sangat
besar dan tak lebih dari pada pantas jika ia menerima
hukuman mati, kataku dengan suara terharu. Mengapa
Taysoe rela mengorbankan diri yang berharga bagaikan
emas dan giok untuk menolong manusia yang berdosa itu?"
"Ia tidak lantas menjawab. Untuk beberapa saat, ia
berdiri tegak dan mengatur jalan pernapasan. Sesudah itu,
ia tertawa getir seraya berkata: Dua pukulan lagi . . . dan . .
. permusuhan akan cepat dibereskan . Melihat begitu tibatiba dalam otakku berkelebat serupa ingatan. Ternyata pada
waktu mengerahkan tenaga Kim long Poet hay tee, ia tidak
boleh bicara. Mengapa aku tidak memancing supaya ia
bicara dan dengan berbareng mengirim pukulan mendadak
?" "Mengingat begitu segera aku berkata : Kalau dalam
tigabelas pukulan, aku berhasil melukakan Taysoe, apakah
Taysoe tanggung bahwa guruku bakal datang untuk
menemui aku" Seorang beribadat tak akan berdusta,
jawabnya. Meskipun Taysoe berjanji, tapi a pakah Taysoe
mempunyai pegangan, bahwa ia pasti akan muncul "
tanyaku pula. Ia menjawab: ia sendiri yang mengatakan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu kepadaku." "Pada detik itulah, sebelum ia bicara habis dengan
mendadak dan bagaikan kilat cepatnya, aku mengirim
pukulan yang kedua belas kearah kempungannya. Aku
merasa pasti bahwa ia tak akan keburu mengerahkan tenaga
Kim kong Poeti hay tee !"
"Tapi diluar dugaan, ilmu itu dapat digunakan menurut
kemauan hati. Begitu lekas tinjuku menyentuh
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kempungannya, tenaga malaikat dari Kim kong Poet hoay
tee sudah berada diseluruh tubuh nya. Tiba-tiba aku merasa
langit berputar dan bumi terbalik, sedang isi perutku seolaholah mau meledak. Aku terhuyung tujuh delapan
tindakkan. Sesudah punggungku membentur pohon,
barulah aku bisa berdiri tegak."
"Hatiku hancur dan mendadak aku mendapat pikiran
jahat. Sudahlah! teriakku. Sakit hati ini sukar bisa dibalas.
Guna apa Cia Soen hidup lebih lama didalam dunia "
Seraya berkata begitu, aku mengangkat tangan untuk
menghantam batok kepalaku."
"Lihay ! Sungguh lihay tipu itu!" seru Boe Kie. "Tapi
Giehoe, apakah siasatmu itu tidak terlalu kejam?"
"Melihat apa kau?" tanya Coei San,
"Melihat Giehoe mau membunuh diri dengan rnenghantam batok kepala sendiri, Hweeshio tua itu pasti
akan berteriak untuk mencegah dan akan coba menolong,"
jawab Boe Kie. "Giehoe pasti akan turun tangan pada saat
pendeta itu tidak berjaga-jaga. Tapi ia begitu baik
terhadapmu dan Giehoe tentu tidak boleh melukakannya.
Bukankah begitu" "
Bukan main herannya Coei San dan So So. Mereka
memang tahu, bahwa anak itu sangat cerdas otaknya. Tapi
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka sama sekali tak pernah menduga, bahwa dalam
tempo sekejap mata, ia sudah bisa melihat akal khianatnya
Cia Soen. Mereka sendiri adalah orang-orang yang terkenal
pintar dan mempunyai banyak pengalaman dalam dunia
Kangouw. Tapi dalam kecepatan berpikir, mereka ternyata
masih kalah setingka t dari anak itu.
Paras muka Cia Soen berubah sedih dan sesudah
menghela napas, ia berkata dengan suara parau: "Benar.
Aku justru ingin menyalah gunakan kemuliaan Kong kian
Tayso! BoaeKie, tebakanmu tepat sekali. Biarpun benar
gerakanku itu merupakan suatu akal busuk, tapi pada waktu
aku mengayun tangan untuk menepuk batok kepalaku, aku
menghadapi bahaya yang sangat besar. Kalau aku tidak
menghantam sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga,
Kong kian tentu bisa melihatnya dan ia pasti tak akan coba,
menolong." "Dari tiga belas pukulan hanya ketinggalan satu pukulan
saja. Cit siang koen memang lihay, tapi sudah ter bukti,
bahwa itu tak bisa menghancurkan Kim kong Poet hoay tee
yang melindungi seluruh tubuhnya. Maka itu, dengan
pukulan biasa, tak usah diharap aku bisa berhasil dan aku
boleh tak usah mimpi untuk membalas sakit hati ini.
Demikianlah, ibarat orang berjudi, pada detik itu aku
tengah melemparkan dadu yang penghabisan kali. Aku
menghantam dengan sekuat tenaga. Jika ia tidak menolong,
maka aku akan binasa dengan kepala hancur. Memang,
kalau aku tidak bisa membalas sakit hati, memang labih
baik aku binasa" "Melihat sambaran tanganku, Kong kian Taysoe
berteriak: Hei! Jangan ... Seraya berteriak, ia melompat dan
nenangkis tanganku. Pada detik itulah aku mengirim tinju
kiri kebawah dadanya. Buk ! Tinjuku mampir tepat pads
sasarannya. Kali ini ia benar sekali tidak berjaga jaga.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh manusia terdiri dari darah dan daging tentu saja tak
bisa menerima pukulan Cit sang koen yang sehebat itu.
Tanpa bersuara, pendeta yang sangat rnulia itu rubuh
ditanah!" "Aku mengawasinya sejenak dan tiba tiba rasa
kemanusiaanku mengamuk hebat. Aku memeluknya dan
rnenangis keras. Kong kian Taysoe, Cia Soen tak mengenal
pribadi, lebih hina daripada babi dan anjing! kataku dengan
suara parau." Coei San bertiga tidak rnengeluarkan sepatah kata.
Mereka sangat berduka akan kebinasaan pendata yang
berhati begitu mulia. "Melihat aku menangis, Kong kian Taysoe bersenyum."
kata pula Cia Soen. "Ia menghibur aku dengaan berkata:
Setiap manusia didunia harus pulang kealam baka! Kiesoe
tak usah begitu sedih. Tak lama lagi gurumu akan tiba disini
dan kau harus menghadapinya dengan penuh ketenangan."
"Nasehat itu menyadarkan aku. Barusan, sesudah
megirimkan tiga belas pukulan, tenaga ku dapat di katakan
habis. Sekarang dalam menghadapi lawan berat, tak boleh
aku terlalu berduka, karena hal itu dapat merusak
semangat. Aku segera bersila dan mengatur jalan
pernapasan. Tapi sesudah lewat sekian lama, guruku belum
juga datang. Aku melirik kong kian Taysoe dan melihat
bahwa pada paras mukanya terlukis rasa heran."
"Sesaat itu, napas Kong kian Taysoe sudah sangat
lemah. Iapun mengawasi aku dan berkata dengan suara
terputus putus. Tak dinyana .... ia tidak.....tidak..... boleh
dipercaya. Apa dia tertahan karena urusan lain ?"
"Aku gusar tak kepalang. Kau menipu aku! bentakku.
Kau menipu aku, sehingga aku membinaskan kau. Sampai
sekarang guruku masih belum muncul!"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia mengeleng gelengkan kepala. Aku tidak menipu
katanya. Aku merasa bersalah terhadapmu."
"Dalam kegusaran yang meluap-luap, aku mencacinya.
Tiba-tiba selagi memaki, aku terkejut sebab ingat kenyataan
yang sebenarnya. Andaikata ia menipu aku, tipunya
merupakan pengorbanan jiwa dan baginya tak ada
keuntungan apa pun jua, pikirku. Sesudah mengorbankan
jiwa, ia malah meminta maaf kepadaku."
"Bukan main rasa maluku dan aku segera berlutut di
sampingnya. Taysoe, apakah kau mempunyai keinginan
yang belum ditunaikan" tanyaku dengan suara parau.
Katakan saja. Aku pasti akan melakukannya."
"Ia bersenyum seraya berkata dengan berbisik: Aku
hanya mengharap, bahwa jika kau mau membunuh orang,
ingatlah loolap." "Kong kian Taysoe bukan saja seorang pendeta suci yang
memiliki ilmu silat sangat tinggi, tapi juga seorang budiman
dan bijaksana yang dapat menyelami perasaanku. Ia
mengerti, bahwa jika ia meminta supaya aku menyudahi
permusuhan dan mengubah menjadl orang baik, aku tentu
tak akan dapat melakukannya. Ia tahu bahwa permintaan
begitu bakal sia-sia saja. Maka itu, ia hanya memesan,
supaya jika mau membunuh orang, biarlah aku ingat
pengorbanannya." "Ngote, hari itu, pada waktu itu mengadu tenaga
didalam perahu, aku tidak mengambil jiwamu, sebab,
secara mendadak, aku ingat Kong kian Taysoe."
Coei San tercengang. Sedikitpun ia tak pernah menduga
bahwa jiwanya ditolong oleh seorang pendeta yang sudah
tidak ada lagi dalam dunia. Ia menghela napas dengan rasa
kagum dan rasa hormat yang tiada batasnya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Giehoe, mengapa kau mengadu tenaga dengaa Thiathia?" Boe Kie menyelak..
"Mereka hanya main-main untuk menjajal Lwee kang
siapa yang lebih tinggi," So So mendahului.
Bocah itu tak percaya. "Giehoe," katanya pula. "Apa
waktu itu kedua matamu sudah bute"
"Boo Kie ! Jangan ngaco!" bentak sang ibu dengan rasa
terkejut. Cia Soen bersenyum. "Belum, waktu itu aku belum
buta," jawabnya. "Mengapa kau menanya begitu?"
Mendengar jawaban ayah angkatnya, Boe Kie segera
berkata lagi: "Kalau begitu, mungkin sekali karena ayah
tidak bisa mengalahkan Giehoe, maka ibu sudah turun
tangan dan membutakan ke dua matamu...."
"Boe Kie!" bentak Coei San dan So So denngan
berbareng sehingga anak itu ketakutan dan tidak berani
membuka suara lagi. "Tak boleb kamu menakut-nakuti anak itu," kata sang
kakak, "Boe Kie, tebakanmu tak salah. Bagaimana kau
dapat rnenebaknya?" Bocah itu mengawasi kedua orang tuanya dan menjawab
dengan suara terputus-putus: "Aku... aku...."
"Kau benar," kata sang ayah angkat. "Waktu itu, sebab
ayahmu tidak bisa mengalahkan aku, ibumu sudah turun
tangan dan menimpuk kedua mataku. Tapi kejadian itu
sudah terjadi lama sekali dan orang yang bersalah adalah
aku sendiri. Aku sama sekaili tidak menjadi gusar. Apakah
kau dengar dari ibumu ?"
Ia tahu, bahwa So So tak mungkin menceritakannya
kepada puteranya, tapi ia sengaja mengajukan pertanyaan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu supaya Coei San dan So So tidak bisa mencegah
penjelasan si Boe Kie. "Tidak ! Ayah dan ibu sama sekali belum pernah
menuturkan kejadian itu kepadaku," jawab Boe Kie.
"Beberapa hari yang lalu ibu mengatakan, bahwa ia mau
mengajar aku menimpuk dengan jarum emas, tapi pada
esok harinya, ia membatalkan janji. Menurut dugaanku,
ayahlah yang sudah melarang ibu, karena ia kuatir hal itu
mengingatkan Giehoe akan kejadian kejadian yang
lampau." Cia Soen tertawa terbahak bahak. "Ngote, So moay,
anak kita lebih pintar lima kali lipat dari pada aku dan lebih
cerdas sepuluh kali lipat dari pada kamu berdua," katanya
dengan suara girang dan bangga, "Hmm . . .! Aku tak bisa
menebak kelihayannya dibelakang hari ."
Tanpa terasa Coei San dan So So mengulur tangan
mereka dan mencekal tangan sibocat erat erat. Mereka
merasa sangat girang. tapi kegirangan itu tercampur dengan
rasa kuatir. Coei San kuatir, bahwa karena terlalu pintar
dihari kemudian anak itu akan menyeleweng. Sedang So So
sendiri kuatir puteranya tidak bisa berumur panjang.
"Giehoe," kata pula Boe Kie sambil tertawa. "Dengan
berkata begitu, bukankah Giehoe lebih pintar dua kali lipat
daripada ayah dan ibu ?"
"Lebih daripada dua kali lipat," jawabnya di susul
dengan tertawa nyaring. "Giehoe, bagaimana dengan pendeta tua itu " Apa ia
dapat diselamatkan jiwanya ?" tanya pula si bocah.
Cia Soen menghela napas. "Tidak, tak
dapat disembuhkan lagi," jawabnya. "Napasnya makian lama jadi
makin lemah. Dengan mati matian aku menekan jalanan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darah Leng tayhiatnya sambil mengempos Lweekang untuk
coba menolong jiwanya. Tiba-tiba ia menarik napas
panjang-panjang dan berkata dengan suara berisik: Apa
gurumu belum datang" Belum! jawabku. Kalau begitu, ia
tidak akan datang,katanya lagi."
"Taysoe, legakanlak hatimu"' kataku. "Aku berjanji,
bahwa aku tak akan membunuh orang lagi secara
serampangan untuk memancing dia. Untuk mencarirya, aku
akan menjelajahi seluruh dunia."
"Ia mengangguk dan berkata dengan suara terputus
putus: Bagus bagsus... Hanya sayang ilmu silatmu belum
bisa menadinginya .... kecuali....kecuali..... "
"Sampai disitu, suaranya hampir tak dapat didengar lagi.
Aku menempelkan kupingku dimulutnya. Sesaat kemudian
ia berkata pula: Kecuali..... kau dapat mencari To liong
to...... mencari golok itu punya pit......... Ia hanya dapat
mengeluarkan perkataan 'pit'. Napasnys menyesak dan lalu
menghambuskan napas penghabisan!"
(Penerusan "pit" yalah "bit". Pit bit berarti "rahasia".
Sekarang Coei San dan So So baru rnengerti mengapa
kakak itu berusaha untuk mengorek rahasia To liong to,
mengapa ia kadang-kadang kalap seperti binatang buas dan
mengapa ia selalu diliputi kedukaan. Sesudah mengangkat saudara sepuluh
tahun. baru malam itu mereka mengetahui asal usul Cia
Soen. "Sesudah mencari dibanyak tempat. belakangan barulah
aku dengar dimana adanya golok mustika itu," kata pula
Cia Soen. "Buru-buru aku pergi kepulau Ong poan san
untuk merebutnya. Kejadian selanjutrya sudah diketahui
kamu dan tak perlu aku mengulangi lagi. Sebelum
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendapat golok itu, aku berusaha mati-matian meacari
Seng koen. Tapi sesudah memiliki, aku berbalik takut di
cari olehnya. Maka itu, aku rnemerlukan sebuah tempat
yang jauh dan tak dikenal manusia untuk coba
memecahkan rahasia yang tersembunyi dalam golok itu.
Karena kuatir kamu membocorkan rahasiaku, maka aku
sudah membawa kamu datang disini. Tak dinyana kita
sudah berdiam disini tak kurang dari sepuluh tahun. Cia
Soen ... ah. ... Cia Soen! Setiap usahamu selalu menemui
kegagalan!" "Menurut Toako, perkataan Kong kian Taysoe , belum
selesai diucapkan," kata Coei San. "Ia mengatakan: Kecuali
bisa mencari To liong to punya pit ... Mungkin sekali ia
mempunyai maksud lain"
Cia Soen menghela napas. "Selama sepuluh tabuh siang
malam aku mengasah otak," katanya. "Tapi aku tetap gagal.
Tidak bisa salah lagi, didalam golok itu bersembunyi
rahasia besar. Hanya otakku tidak cukup tajam untuk
menembus kabut yang menyelimuti rahasia itu. Boe Kie,
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kau jauh lebih pintar daripada aku. Dikemudian hari
mungkin sekali kau akan berhasil dimana aku mengalami
kegagalan." "Gie hoe, berapa usia Seng Koen sekarang?" tanya si
anak. Paras muka Cia Soe lantas saja berubah, "Tak salah kau,
nak," katanya. "Dia sekarang sudah berumur enampuluh
lima tahun. Sakit hatiku kebanyakan tidak bisa terbalas Hai!
Langit! Langit! Kau telah membuat aku sangat menderita!"
Coei San dan So So mengerti apa yang dipikir kakak
mereka. Andaikata dibelakang hari Boe kie berhasil
memecahkan rahasia To liong to, andaikata ia memperoleh
ilmu yang dapat merubuhkan Seng Koen, andaikata ia bisa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pulang ke Tionggoan dan mencari Seng Koen, hal itu
tentunya bakal terjadi dalam duapuluh atau tigapuluh tahun
kemudian. Pada waktu itu, sepuluh sembilan harapan, Seng
Koen sudah berpulang kealam baka.
Sesudah beromong-omong lagi beberapa lama, fajar
mulai menyingsing. "Boe Kie," kata Cia Soen. "Kau jangan
tidur lagi. Giehoe akan mengajarkan kau semacam ilmu
silat. " Coei San dan So So saling melirik, tapi mereka tidak
berani membantah dan lalu kembali keguha mereka.
Cia Soen tak pernah menyebut-nyebut lagi urusan itu,
hanya caranya mendidik Boe Kie jadi berubah. Ia sekarang
menurunkan pelajaran dengan lebih bengis dan keras.
Boe Kie baru saja berusia sembilan tahun dan biarpun
otaknya sangat cardas, bagaimana ia dapat menyelami
pelajaran Cia Soen yang begitu tinggi dalam tempo begitu
pendek" Tapi sang ayah angkat tidak menghiraukan
pertimbangan itu. Setiap kali bocah itu tidak memenuhi
pengharapannya, ia bukan saja mencaci tapi juga
memukulnya. Sering kali So So melihat tanda-tanda biru bekas pukulan
ditubuh puteranya, ia merasa kasihan dan tempo-tempo
berkata : "Toako, tak dapat Boe Kie mempelajari semua
ilmu silatmu dalam tempo pendek. Kita berdiam dipulau
yang terpencil dan kita mempunyai banyak sekali tempo.
Kurasa Toako tak usah begitu tergesa-gesa."
"Aku bukan menyuruh dia melatih diri dalam pelajaranpelajaran yang diturunkan olehku," jawab sang kakak. "Aku
hanya memerintahkan supaya dia
mengingat dan menghafal semua pelajaran itu didalam otaknya."
So So tak mengerti maksud Cia Soen. Ia hanya tahu,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa kakak itu seorang aneh dengan cara-caranya yang
aneh pula. Ia tidak dapat berbuat lain daripada membiarkan
sang kakak bertindak semaunya.
Apa yang dapat dilakukannya hanyalah membujuk Boe
Kie jika dia mendapat hajaran keras. Tapi anak itu
sedikitpun tidak menjadi jengkel. "Ibu, maksud Giehoe
sangat baik," katanya. "Makin keras ia memukul, makin
cepat aku menghafal pelajaran."
Demikianlah setengah tahun yang pertama telah lewat.
Pada suatu pagi, tiba-tiba Cia Soen berkata: "Ngotee, Somoay, empat bulan lagi angin dan arus laut akan membeluk
keselatan. Mulai hari ini kita sudah boleh membuat getek."
Coei San kaget tercampur girang. "Toako, apa kah kau
maksudkan, bahwa sesudah membuat getek, kita akan bisa
kembali ko Tionggoan?" tanyanya.
"Tergantung atas kebijaksanaan Langit," jawabnya
dengan suara tawar. "Ini yang dinamakan. manusia
berusaha, Langit berkuasa. Kalau untung baik, pulang
ketempat sendiri, kalau nasib malang, tenggelam didasar
laut." Jika mereka menuruti keinginan So So, mereka tak usah
menempuh bahaya besar itu. Mereka hidup bahagia dan
bebas merdeka dan So So sudah merasa sangat puas. Akan
tetapi, disamping itu masih terdapat lain pertimbangan yang
sangat berat. Mereka memikirkan nasib Boe Kie. Dengan
siapa anak itu akan menikah " Apa tidak kasihan, jika ia
harus hidup selama-lamanya dipulau yang terpencil itu"
Demi kepentingan Boe Kie, jika masih ada jalan, biar
bagaimana jua mereka harus berusaha untuk kembali ke
dunia pergaulan. Demikianlah, dengan bersemangat mereka lantas saja
mulai bekerja. Untung juga di pulau itu terdapat banyak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon besar, sehingga soal bahan tidak menjadi soal lagi.
Cia Soen dan Coei San menebang pohon, So So membuat
layar dan tambang dari serat kulit kayu, sedang Boe Kie dan
si kera putih pun turut membantu atau mengacau.
Biarpun Cia Soen dan kedua suami isteri itu orang-orang
yang berkepandaian tinggi tapi karena kekurangan alat,
pekerjaan mereka main dengan lambat sekali dan mereka
harus menggunakan lebih banyak tenaga daripada
seharusnya. Di waktu menebang pohon atau mengikat
balok-balik untuk dijadikan getek. Cia Soen selalu
memerintahkan Boe Kie berdiri disampingnya dan ia
mengajukan berbagai pertanyaan mengenai pelajarannya.
Coei San dan So So tidak diharuskan lagi menyingkir dan
mereka bisa mendengar tanya jawab antara ayah dan anak
angkat itu. Mereka merasa heran , karena tanya jawab itu
hanya mengenai Kouw koat (teori) dari berbagai ilmu silat.
Ternyata Cia Soen hanya menyuruh anak menghapal
teori ilmu silat tangan kosong, ilmu golok, ilmu pedang dan
sebagainya, tanpa memberi pelajaran mengenai cara-cara
menggunakan teori itu. Dengan lain perkataan, Boe Kie
hanya menghapal teori secara membeo, seperti anak
sekolah jaman dulu menghapal kitab Soe sie dan Ngo keng
tanpa mengerti maksudnya.
So So yang mendengari sambil bekerja, merasa kasihan
pada puteranya. Jangankan seorang bocah cilik seperti Boe
Kie, sedang seorang dewasapun tak akan bisa ingat Kouwkoat yang sulit itu tanpa mempelajari pukulan pukulannya.
Sebagai guru, Cia Soen bengis bukan main. Salah satu
perkataan saja. Boe Kie dicaci atau di gaplok. Biarpun ia
menampar tanpa mengerah Lweekang, tapi karena
kerasnya, muka Boe Kio sering menjadi bengkak.
Sesudah menggunakan tempo dua bulan lebih barulah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
getek itu selesai dibuat. Untuk memasang tiang layar,
mereka barus bekerja kira kira setengah bulan lagi. Sesudah
itu, mereka memburu binatang. mengasini daging dan
menjahit kantong kantong kulit untuk dijadikan tempat air.
Mereka harus mempersiapkan sebaik baiknya karena tak
dapat diramalkan berapa lama mereka harus belayar
ditengah samudara yang luas.
Waktu segala persiapan beres, siang hari sudah pendek
dan malam sangat panjang, tapi arah angin masih belum
berubah. Sambil menunggu perobahan angin, mereka
membuat sebuah gubuk dipinggir laut untuk menempatkan
getek itu. Sekarang Cia Soen tidak pernah berpisaran lagi dengan
Boe Kie dan diwaktu malam, mereka tidur bersama sama.
Dengan bengis dan tidak mengenal lelah, ia terus mengisi
pelajaran pelajaran terakhir kedalam otak anak angkat itu.
Pada suatu malam, waktu mendusin. tiba tiba Coei San
mendengar suara angin yang agak aneh. Ia melompat
bangun dan ternyata, angin rnulai meniup dati sebelah
utara. Buru burn ia manggoyang goyangkan tubuh istrinya
seraya berkata dengan suara girang: "So So, kau dengarlah
!" Sebelum istrinya tersadar diluar sudah terdengar teriakan
Cia Soen: "Angin utara datang!" Ditengah malaria buta,
teriakan itu yang seperti tangisan kedengarannya menyeramkan sekali. Pada esokan paginya, dengan rasa girang tercampur
haru, Coei San, So So berkemas karena adanya harapan
besar untuk kembali kewilayah Tiong goan dan terharu
sebab mereka harus segera berpisahan dengan pulau yang
indah itu dimana mereka sudah berdiam kira-kira sepuluh
tahun lamanya. Kira-kira tengah hari barulah semua bekal
selesai dipindahkan keatas getek. Sesudah itu, mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertiga mendorong getek tersebut keatas air. Orang yang
melompat keatas getek paling dulu adalah Boe Kie yang
mendukung si kera putih, diikuti oleh sang ibu. "Toako,
mari melompat bersama-sama," kata Coei San sambil
mencekal tangan sang kakak.
"Ngotee," tiba-tiba Coei San berkata dengan suara parau.
"Mulai saat ini, kita berpisah untuk selama-lamanya! Aku
harap kau bisa menjaga diri."
Kagetnya Coei San bagaikan disambar halilintar
ditengah hari bolong. Ia menatap wajah kakaknya dengan
mata membelalak dan berkata dengan suara terputus-putus :
"Toako....kau....kau..."
"Ngotee, kau seorang yang berhati mulia dan kau pasti
akan hidup beruntung." kata Cia Soen. "Tapi nasib manusia
sukar ditebak dan kemauan Langit sukar diketahui. Maka
itu , dalam tindakan-tindakamu, kau haruslah berhati-hati. Boe Kie
telah medapat seantero kepandaianku. Ia berotak sangat
cerdas dan dihari kemudian ia pasti bisa berada disebelah
atas kita berdua. Mengenai So moay, biarpun ia seorang
wanita, ia gagah dan pintar sehingga ia pasti tak akan di
hina orang. Ngotee, orang yang aku kuatirkan adalah kau
sendiri." "Toako, jangan kau ngaco!" kata Coei San dengan
bingung. "Apa aku....kau..... tidak mau ikut kami ?"
Sang kakak bersenyum sedih. "Pada beberapa tahun
berselang, aku sudah mengatakan begitu kepadamu,"
katanya. "Apa kau lupa ?"
Coei San terkejut. Memang benar Cia Soan pernah
mengatakan begitu, akan tetapi karena soal itu tidak
disebut-sebut lagi, Coei San dan So So tidak mengangapnya
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sungguh-sungguh. Selama membuat getek dan mempersiapkan bekal, sang kakak juga tidak pernah
mengutarakan niatannya itu. Tak dinyana pada saat mau
berangkat barulah ia memberitahukan keputusannya.
"Toako, mana boleh kau berdiam dipulau ini", kata pula
Coei San dengan suara memohon, "Ayolah !" Seraya
berkata begitu, ia membetot tangan kakaknya, tapi kedua
kaki Cia Scam seolah berakar didalam tanah.
"So moay! Boe Kie kemari ! Toako tidak mau mengikut,"
teriak Coei San. So So dan Boe Kie tentu saja kaget dan buru buru
mereka melompat balik kedaratan.
"Giehoe, mengapa kau tidak mau turun ?" tanya si
bocah, "Jika kau tidak turut, akupun tidak turut."
Tak usah dikatakan lagi, Cia Soen pun merasa sangat
berat untuk berpisahan dengan mereka. Ia mengerti, bahwa
perpisahan itu adalah untuk selama-lamanya. Akan tetapi,
sesudah merenungkan masak-masak dalam tempo lama, ia
telah mengambil keputusan untuk tidak kembali ke
Tiorggoan. Mengapa" Karena, jika ia mengikut, keluar,
Coei San akan menghadapi bencana yang tidak habishabisnya. Biarpun ia mempunyai riwayat yang berlamuran
darah dan ia pernah melakukan perbuatan-perbuatan
kejam, tapi semenjak mengangkat saudara dengan Coei San
dan So So, ia mencintai ketiga orang itu seperti mencintai
diri sendiri. Dan kecintaannya terhadap Boe Kie tidak
kurang daripada kecintaaanya pada anak kandung sendiri.
Ia mengerti, bahwa diatas pundaknya tertumpuk dengan
beban hutang darah. Baik dalam kalangan Kangouw,
maupun dalam kalangan Liok
li (Rimba hijau kalangan perampok), entah berapa
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak jumlahnya musuhnya yang ingin membalas sakit
hati. Apa pula, sesudah merniliki To liong to, bakal makin
banyak orang yang menghendaki jiwa dan goloknya.
Dulu sedikitpun ia tidak merasa gentar. Tapi sekarang,
sesudah kedua mata nya buta, ia merasa tak sanggup untuk
melayani begitu banyak musuh. Sebagai orang gagah sejati,
jika ia dikerubuti, Coei San dan So So sudah pasti tak akan
berdiri dengan berpeluk tangan. Maka itu, kalau ia
mengikut, bukan saja ia sendiri tspi kedua saudara augkat
dan anak pungutnya pun akan turut menjadi korban.
Demikianlah, sesudah memikir baik-baik, ia mengambil
keputasan itu. Mendengar perkataan Boe kie, ia terharu bukan main.
Sambil memeluk anak angkat itu, ia ber kata dengan suara
serak: "Boe Kie, kau dengarlah perkataan Giehoe! Giehoe
sudah tua, mata buta dan sudah enak hidup disini. Kalau
kembali ke Tionggoan, Giehoe akan menderita.
"Sesudah kembali ke Tionggon anak akan melayani
Giehoe dan tidak akan berpisahan lagi dengan Giehoe,"
kata Boe Kie. " Giehoe mau makan atau mimum apa, anak
akan segera menyediakan nya. Bukankah penghidupsn
begitu sama senangnya seperti penghidupan disini?"
Cia Soen menggelengkan kepala, "Tidak, aku lebih
senang berdiam terus disinl," katanya.
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu, anakpun lebih senang hidup terus disini,"
kata pula bocah itu. "Thia, kita batalkan saja keberangkatan
ini." "Toako, jika kau mempunyai lain pendapat, lebih baik
tau mengutarakan saja terang-terangan supaya kita beramai
dapat mengatasinya" kata So So. "Biar bagaimanapun jua,
kita tak nanti meninggalkan kau disini seorang diri"
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako," Coei San menyambungi, "apakah karena
mempunyai banyak musuh, kau kuatir akan merembetrembet kami" Sepulangnya di Tiong goan, kita boleh
mencari sebuah tempat yang sepi dan kita boleh hidup
menyendiri tanpa bergaul dengaa manusia lain. Menurut
pendapatku, paliang benar kita berdiam di Boe tong san.
Tak seorang pun yang akan menduga, bahwa Kim-mo Sayong berada digunung itu."
"Hmm.... " Cia Soen mengeluarkan suara dihidung.
"Biarpun kakakmu seorang bodoh, tak usah ia menyembunyikan diri dibawah perlindungan Thio Cinjin!'
Coei San terkejut. Ia tahu bahwa ia sudah kesalahan
bicara dan buru buru berkata pula . "Bukan, bukan begitu
maksudku. Kepandaian Toako tidak barada disebelah
bawah Soehoe dan tentu saja Toako tak perlu berlindung
dibawah perlindungan Soehoe. Di wilayah Tiong goan
terdapat banyak sekali tempat yang terpencil dan jauh dari
dunia pergaulan. misalnrya Hoei kiang, Tibet, daerah gurun
pasir dan sebagainya. Kita berempat boleh pergi kesitu dan
menuntut penghidupan yang tenteram "
"Kalau mau mencari tempat yang jauh dari pergaulan
manusia, tempat inilah yang paling baik!" Kata sang kakak.
"Eh, katakan saja, apa kamu mau pergi atau tidak?"
"Tanpa kau, kami tak akan berangkat," jawab So So dan
Boe Kie dengan berbareng.
Cia Soen menghelas napas "Baiklah"' katanya "kita
semua jangan pergi. Sesudah aku mati, kamu masih
mempunyai banyak tempo untuk pulang ke Tiong goan."
"Benar, kita sudah berdiam disini sepuluh tahun dan tak
usah kita tergesa-gesa." kata Coei San.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus!" bentak Cia Soen. "Sesudah aku mampus, aku
mau lihat apa kamu masih mau berdiam disini." Seraya
berkata begitu, mendadak ia menghunus To liong to dan
mengayun kelehernva. Semangat Coei San terbang. "Jangan celakakan Boe
Kie!" teriaknya. Ia mengerti, bahwa ia tak akan mampu
mencegah niat kakaknya sehingga jalan satu-satunya adalah
berteriak begitu. Benar saja Cia Soen terkejut. Goloknya berhenti
ditengah udara dan ia, bertanya: "Apa?"
"Toako jika kau sudah mengambil keputusan pasti
siauwtee tidak dapat berbuat lain dari pada meminta diri,"
katanya dengan suara parau dan lalu berlutut dihadapan
sang kakak. "Giehoe!" teriak Boe Kie. "Jika kau tidak pergi akupun
tidak pergi. "Kalau kau bunuh diri, akupun bunuh diri"
Cia Soen kaget. Ia tahu, bocah yang luar biasa pincar itu
sekarang balas menggeretaknya. Buru buri ia memasukan
To liong to kedalam sarung dan membentak: "Setan kecil!
Jangan ngaco kau!" Tiba tiba, ia mencengkeram punggung Boe Kie dan
melemparkannya kegetek dan kemudian melontarkan juga
Coei San dan So So. "Ngotee! So moay! Boe Kie!" teriaknya
dengan suara duka. "Semoga perjalananmu diiring dengan
angin baik dan siang-siang kembali di Tiong goan."
Melihat majikannya sudah berada digetek, si kera
putihpun buru-buru melompat kegetek itu.
"Giehoe! Giehoe!" sesambat Boe Kie.
Cia Soen mencabut pula To liong to dengan membentak
dengan suara angker: "Jika kamu turun lagi, Kamu akan
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
temukan mayatku!" Karena terpukul arus air, perlahan lahan getek itu
meninggalkan pulau. Makin lama bayangan Cia Soen jadi
makin kecil. Coei San dan So So mengerti bahwa keputusan
kakak mereka sudah tak dapat diubah lagi. Mereka tak bisa
berbuat lain daripada nengulap-ulapkan tangan dengan rasa
sedih dan berterima kasih tak habisnya.
Sesudah berada dilautan terbuka Coei San bertiga tidak
mengenal arah dan membiarkan getek itu berlayar semau
maunya. Apa yang diketahui
mereka, ialah setiap pagi matahari naik dari sebelah kiri
dan setiap sore, turun dari sebelak kanan. Saban malam,
mereka bisa melihat bintang Pak kek dibelakang getek.
Siang malam, dengan perlahan getek itu bergerak maju.
Selama kurang lebih dua puluh hari, Coei san tak berani
memasang layar sebab kuatir getek itu membentur dengan
gunung es. Tanpa layar, walau pun terbentur, benturan itu
tidak keras, dia tak akan mencelakakan. Sesudah
berpisahan dengan gunung es, barulah mereka menaikkan
layar. Dengan bantuan angin utara yang meniup tak hentihentinya, getek itu mulai maju kearah selatan dengan pesat
sekali. Dasar nasib baik, ditengah parjalanan mereka tidak
pernah bertemu dengan badai dan dilihat tanda tandanya,
mungkin mereka akan bisa pulang dengan selamat.
Selama sebulan Coei San dan So So tak pernah
menyebut-nyebut Cia Soen, karena kuatir menbangkitkan
kedukaan Boe Kie. Pada suatu hari sambil mengawasi
permukaan air, tanpa merasa So So berkata "Toako benarbenar seorang luar biasa. Ia bukan saja tinggi ilmu silat nya,
tapi juga paham lain-lain ilmu "
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, menurut katanya Giehoe, selama setengah tahun
angin meniup keselatan dan setengah tahun lagi meniup ke
utara," kata Boe Kie. "Biarlah lain tahun kira kembali ke
Peng hwee to untuk menengok Giehoe."
"Benar," kata Coei San "Sesudah kau besar, kita beramairarnai mengunjungi lagi pulau itu."
"Apa itu?" So So memutuskan perkataan suaminya
seraya menuding keselatan.
Jauh-jauh, digaris pertemuan antara angit dan laut,
terlihat dua titik hitam.
Coei San terkesiap. "Apa ikan paus ?" katanya dengan
suara ditenggorokan. Susudah mengawasi beberapa lama, So So ber kata:
"Bukan, bukan ikan paus. Aku tak lihat semburan air."
Dengan hati berdebar-debar, mereka terus memperhatikan kedua titik hitam itu. Berselang kurang
lebih satu jam, tiba tiba Coei San berseru dengan suara
girang: "Perahu ! Perahu !" Bahna girangnya, ia melompat
bangun dan berjungkir balik. Boe Kie tertawa terbahakbahak dan lalu mengikuti ayahuya yang sedang kegirangan.
So So sendiri buru buru mengambil kayu bakar, menuang
minyak ikan diatasnya dan lalu menyulutnya.
Sesudah lewat kira-kira satu jam lagi, sedang matahari
mulai mendoyong kebarat, mereka sudah bisa melihat tegas
dua buah perahu diatas permukaan air. Mendadak So So
kelihatan menggigil dan paras mukanya berubah pucat.
"Ibu, ada apa ?" tanya Boe Kie dengan perasaan heran.
Sang ibu tidak menjawab, tapi bibirnya bergemetar.
Dengan paras muka kuatir, Coei San mencekal kedua
tangan isterinya. So So menghela napas. "Baru pulang,
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah bertemu," katanya.
"Apa?" menegas sang suami.
"Lihat layar itu," jawabnya sambil menuding kesebuah
perahu. Coei San mengawasi keperahu yang berada di sebelah
kiri. Ia mendapat kenyataan, bahwa pada layarnya terpeta
sebuah tangan berdarah dengan lima jeriji yang terpentang
lebar. "Layar itu aneh sekali, apa kau tahu perahu siapa?"
tanyanya. "Perahu Peh bie kauw dari ayahku !" jawabnya dengan
suara perlahan. Coei San tertegun. Sesaat itu rupa-rupa pikiran
berkelebat-kelebat diotaknya. "Ayah So So seorang jahat
dan kejam, bagaimana aku harus berbuat jika bertemu
dengannya " Bagaimana si Insoe terhadap pernikahanku ini
tanyanya di dalam hati. Kedua tangan isterinya yang
dicekelnya agak bergemetar. Ia mengerti, bahwa sang
isteripun sedang memikiri berbagai soal yang tengah
dihadapi mereka. "So So," katanya dengan suara membujuk. "Kita sudah
menikah dan anak kita sudah begini besar. Langit diatas,
bumi dibawah apapun yang akan terjadi kita tak akan
berpisah lagi. Kau tak usah kuatir."
So So mengangguk dan bersenyum. "Aku ha nya
mengharap kau tidak menyesalkan aku," katanya dengan
suara perlahan. Boe Kie yang belum pernah melihat perahu, tidak
menghiraukan pembicaraan antara ayah darn ibunya dan
matanya terus mengawasi kedua perahu itu, yang
kelihatannya sangat berdekatan, seolah-olah menempel satu
sarna lain. Jika tidak ada perobahan arah, getek mereka
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan perpapasan dengan kedua perahu itu dalam jarak
puluhan tombak. "Apa kita perlu memberi isyarat ?" tanya Coei San.
"Tak perlu" jawab So So. "Susudah tiba di Tiong goan,
aku akan mengajak kau, dan Boe Kie pergi menemui ayah."
"Baiklah," kata sang suami.
Mendadak Boe Kie berteriak: "Hei! Lihat! Orang-orang
itu sedang berkelahi!"
Coei San dan So So terkejut dan lalu melihat kedua
perahu itu. Benar saja mereka melihat berkelebat-kelebatnya
senjata dan empat lima orang sedang bertempur.
"Apa ayah berada disitu ?" kata So So dengan rasa kuatir.
"Sesudah terlanjur bertemu, ada baiknya kita menengok
sebentar," kata Coei San. Ia segera mengubah kedudukan
layar dan membelokan kemudi sehingga getek mmbelok
kekiri, menuju ke arah kedua perahu itu.
Berselang kira-kira setengah jam barulah getek mendekati kedua perahu itu. "Pelancong yang tidak ada
urusan jangan datang dekat !" demikian terdengar terlakan
dari perahu Peh bie kauw.
"Aku adalah Hio coe dari Congto !" teriak So So. "Tocoe
dari bagian mana yang sedang memasang hio?"
Mendengar teriakan itu yang menggunakan istilah
rahasia dari Peh bie kauw, orang yang barusan berteriak
lantas saja berubah sikapnya'. "Maaf! Kami tak tahu, bahwa
yang datang adalah Hio coe dari Congto," katanya dengan
sikap hormat. "Kami adalah rombongan Lie Hio coe dari
Thian sie tong yang memimpin Hong Tan coe dari Sin
coa tan dau Thia Tancoe dari Ceng liong tan. Bolehkah
kami mendapat tahu, Hio coe dari mama yang, datang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesini ?" "Hio coe dari Cie wie tong," jawab So So.
Hampir berbareng dengan jawaban So So, keadaan
diperahu Peh bie kauw menjadi kalut. Beberapa orang
berlari-lari, rupanya untuk memberitahukan pemimpin
mereka, sedang belasan orang berteriak dengan suara kaget
dan girang: "In Kouwnio pulang ! In Kouwnio pulang !"
Biarpun sudah menjadi suami isteri sepuluh tahun, So So
belum pernah membicarakan Peh bie kauw dengan
suaminya. Sedang Coei San pun belum pernah menanyakan. Sesudah mendengar tanya jawab itu, barulah
Coei San tahu, bahwa kedudukan Hio coe dari Cie wie tong
lebih tinggi dari pada kedudukan Tancoe. Waktu berada di
pulau Ong poan san, ia pernah menyaksikan kepandaian
Tancoe dari Hian boe tan dan Coe ciak tan yang lebih
unggul dari pada ilmu silat So So. Ia mengerti bahwa
isterinya bisa menjadi Hiocoe adalah karena So So puteri
pemimpin besar dari Peh bie kauw. Maka itu, dapatlah
diduga, bahwa Lie Hiocoe dart Thian sie tong seorang yang
berkepandaian sangat tinggi.
Tiba-tiba dari perahu Peh bie kauw terdengar suara
seorang tua: "Menuiut laporan, In Kauw nio sudah
kembali. Bagaimana kalau kita menghentikan pertempuran
untuk sementara waktu" "
"Baiklah !" jawab seorang yang suaranya nyaring
bagaikan genta. "Hentikan Pertempuran!"
Dengan serentak suara beradunya senjata terhenti dan
semua orang melompat keluar
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari gelanggang pertempuran. Mendengar suara yang nyaring itu, jantung Coei San
memukul keras. "Apa Jie Lian Cioe Soeko?" teriaknya.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jawab orang itu: "Aku Jie Lian Cioe. Ah...... Kau ....
Kau ..." "Siauwtee ..Coei San..." jawabnya dengan suara
terputus-putus bahna terharunya. Sesaat itu jarak antara
getek dan perahu Jie Lian Cioe belasan tombak. Dengan
tergesa-gesa Coei San menyambar sepotong papan yang lalu
dilontarkan keatas air, akan kemudian ia melompat
kepapan itu dan sekali menotol dengan satu kakinya untuk
meminjam tenaga, tubuhnya sudah melesat kekepala
perahu Jie Lian Cioe. Jie Lian Cioe menubruk dan memeluk Soeteenya.
Sesudah mereka berpisahan sepuluh tahun dapat dimengerti
perasaan mereka pada sesaat itu. Si adik berseru dengan
suara parau: "Jieko'" Sang kakak berbisik "Ngotee!" Mata
mereka basah. Dilain pihak, orang-orang Peh bie kauw menyambut In
So So dengan segala upacara. Empat buah terompet yang
dibuat dari keong laut raksasa ditiup dengan serentak. Li
Hiocoe berdiri paling depan dengan Hong Tancoe dan Thia
Tancoe di belakangnya, dan dibelakang ketiga pemimpin
itu berdiri kurang lebih seratus pengikut Peh bie kauw.
Diantara perahu besar dan getek dipasang selembar
papan dan getek itu digaet dengan gala gaetan oleh
beberapa anak buah perahu, supaya tetap pada tempatnya.
Sambil menuntun Boe Kie, So So menyeberang perahu
dengan melewati papan itu.
Didalam kalangan Peh bie kauw, orang yang
berkedudukan paling tinggi ialah Kauwcoe (pemimpin
agama), Peh bie Eng ong In Thian Ceng. Di bawah
Kauwcoe terdapat Lwee sam tong (Tiga "Tong" Dalam)
dan Gwa ngo tan (Lima "Tan" Luar) yang bantu pemimpin
para pengikut Peh bie kauw.
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lwee sam tong terdiri dari Thian-wie tong, Cia wie tong
dan Thian sie tong, sedang Gwa ngo tan yalah Sin coa tan,
Ceng liong tan, dan (peep: the other three not specified )
Hiocoe (pemimpin) Thian wie tong yalah putera sulung
In Thian Ceng yang bernama In Ya Ong. Hiocoe Thian sie
tong yalah Lie Thian Hoan, Soetee (adik seperguruan) In
Thian Ceng. Walau pun berkepandaian sangat tinggi dan
tingkatannya lebih tua daripada So So, dengan memandang
muka Kauwcoe, ia berlaku sangat hormat terhadap nyonya
muda itu. Melihat So So menuntun seorang bocah dan pakaiannya,
yang terbuat daripada kulit binatang, mesum dan compang
campicg. Lie Thian Hoan terkejut. Tapi dengan paras muka
berseri, ia tertawa neraya berkata: "Terima kasih kepada
Langit, terima kasih kepada Bumi, akhirnya kau pulang
juga. Selama sepuluh tahun, bukan main jengkelnya
ayahmu." So So memberi hormat dengan berlutut. "Soe siok
selamat bertemu pula!" katanya. Ia menengok kepada
puteranya dan berkata pula: "Lekas berlutut dihadapan Soesiok-couwmu." Boe Kie buru buru menekuk kedua lututnya
dengan mata mengawasi Lie Thian Hoan dan ratusan orang
yang berdiri dibelakang kakek paman guru Soe siok couw
itu. "Soesiok," kata So So sambil bangun berdiri. "anak ini
adalah anak tit lie (keponakan perempuan) bernama Boe
Kie." Lie Hiecoe terkesiap, tapi sejenak kemudian, tertawa
terbahak-bahak. "Bagus ! Bagus!" serunya. "Ayah mu pasti
akan kegirangan. Bukan saja puterinya pulang dengan
selamat, tapi juga sudah mendapatkan sang cucu yang
tampan dan pintar." http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat noda-noda darah dan beberapa mayat yang
menggeletak digeledak perahu, So So bertanya dengan
suara perlahan: "Perahu siapa itu" Mengapa kalian
berkelahi?" "Orang-orang Boe tong pay dan Koen loan pay," jawab
Thian Hoen. Melihat suaminya sedang berpelukan dengan salah
seorang dari perahu itu, So So mengerutkan alis dan berkata
pula: "Lebih baik kita menghentikan dulu pertempuran ini
dan tit-lie akan berusaha untuk mendamaikan!"
"Baiklah," jawab sang Soesiok.
Walaupun secara pribadi, tingkatan Lie Thian Hoan
sebagai Soesiok (paman guru) lebib tinggi daripada So So,
akan tetapi secara resmi, didalam kalangan Peh bie kauw,
kedudukannya lebih rendah daripada nyonya muda itu,
karena is memimpin "tong" ketiga, sedang So So menjadi
Hiocoe "tong" kedua.
"So So, Boe Kie kemari! Temui Soekoku !" demikian
terdengar teriakan Coei San.
Sambil rnenuntun Boe Kie, So So segera pergi keperahu
Boe tong. Lie Thian Hoan, Hong dan Thia Tancoe bingung,
tapi tanpa merasa mereka lalu mengikuti nyonya muda itu.
Diatas geladak perahu Boetong terdapat tujuh delapan
orang dan salah seorang yang berusia kira kira empatpuluh
tahun dan bertubuh jangkung kurus sedang berpegangan
tangan dengan Coei San. "So So, inilah Jie Soeko yang
namanya sering di sebut-sebut olehku," kata Coei San
sambil bersenyum, "Jieko, inilah teehoemu (teehoe isteri
dari adik lelaki) dan keponakanmu Boe Kie."
Semua orang kaget bukan main. Peh bie kauw dan Boe
tong pay sedang bertempur mati-matian. Tak nyana, dua
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang penting dari kedua belah pihak telah terangkap
menjadi suami isteri dengan sudah mempunyai seorang
putera. Jie Lian Cioe mengerti, bahwa kejadian itu banyak latar
belakangnya dan penjelasannya meminta tempo. Secara
bijaksana, ia lebih dahulu memperkenalkan kawan
kawsnnya kepada Coei San dan So So.
Seorang Toosoe tua yang berbadan kate gemuk yalah See
hoa coe dari Koen loan pay, sedang seorang wanita
setengah tua yang masih berparas cantik diperkenalkan
sebagai Soemoay (adik seperguruan) dari Soe hoa coe. Ia itu
bukan lain dari pada San tian chioe (si Tangan kilat) Wie
Soe Nio, yang dalam kalangan kang ouw dikenal sebagai
Son tian Nio. Beberapa orang lainnya juga jago jago kosen
Koen loan pay, hanya nama mereka tidak begitu terkenal
seperti See hoa coe dan Wie Soe Nio.
Meskipun sudah berusia lanjut, See hoa coe masih
berangasan. "Thio Ngohiap, dimana adanya bangsat jahat
Cia Soen?" tanyanya. "Kau mesti tahu!"
Coei San bingung tak kepalang. Sebelum mendarat, ia
sudah menghadapi dua soal sulit. Pertama partainya sendiri
bermusuhan dengan Peh bie kauw dan kedua, begitu
membuka mulut, orang sudah menanyakan tempat bersembunyinya Cia Soen. Ia
merasa sukar untuk menjawab pertanyaan imam itu dan
segera berkata sambil berpaling kepada Jie Lian Coe: "Jieko
ada apakah sehingga kalian mesti bertempur?"
See hoa coe mendongkol. "Hai ! Apa kau tak dengar
pertanyaanku?" bentaknya. "Di mana adanya bangsat Cia
Soen ?" Sebagai seorang yang gampang marah, dalam Koen
loan pay Soe hoa coe berkedudukan tinggi dan lihay ilmu
silatnya, sehingga ia sudah biasa main bentak-bentak
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap orang-orang separtainya.
Hong Tancoe, pemimpin Sin coa tan, adalah seorang
yang sangat "berbisa". Dalam pertempuran tadi dua orang
muridnya telah binasa dibawah pedang See hoa coe,
sehingga ia merasa sangat sakit hati.
Maka itu, begitu mendengar bentakan si Toosoe, ia
lantas saja menggunakan kesempatan baik itu. "Huh !
Jangan banyak lagak kau !" katannya deagan suara dingin.
"Thio Ngohiap adalah menantu dari Peh bie kauw. Tidak
boleh kau bicara begitu kasar terhadapnya"
Soe hoa coe lantas saja meluap darahnya. "Tutup
rnulutmu !" bentaknya. "Mana bisa seorang baik baik
menikah dengan perempuan siluman dari agama yang
menyeleweng " Dalam pernikahan itu pasti terdapat latar
belakarg yang busuk."
"Jangan mengacao kau !" Hong Tancoe tertawa dingin.
"Buktinya Kauwcoe kami sudah mempunyai cucu."
Dengan kalap See hoa coe berteriak: "Perempuan
siluman itu ... " "Soeheng jangan tarik urat dengan manusia itu"
memotong Wie Soe Nio. "Dalam urusan ini kita
menyerahkan saja kapada Jie hiap." Ia sudah melihat
maksud Hong Tancoe untuk mengadu domba Boe tong pay
dengan Koen loan pay. Mendengar perkataan Soe moaynya, See hoa coe juga
tersadar dan sambil menahan amarah, ia menutup mulut.
Sambil mengawasi Coei San dan So So, Jie Lian Coe
merasa bingung dan didalam otaknya berkelebat-kelebat
banyak pertanyaan. "Paling baik kita bicara digubuk
perahu," katanya sesudah memikir beberapa saat. "Saudarasaudara kedua pihak yang mendapat luka harus ditolong
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlebih dahulu." Dalam perahu Jie Liam Coe, Peh bie kauw merupakan
tamu dan orang yang berkedudukan paling tinggi dalam
"agama" itu ialah In So So, Hio coe Cie wie tong. Maka itu,
sambil menuntun Boe Kie, So So masuk paling dulu
kedalam gubuk perahu, diikuti oleh Lie Hiocoo dan kedua
Tancoe. Selagi Hong Tancoe baru mau masuk, mendadak
ia merasakan kesiuran angin yang menyambar pinggangnya. Sebagai seorang yang berpengalaman, ia tahu bahwa
dirinya dibokong See hoa coe. Sebaliknya dari menangkis,
ia menubruk kedepan seraya berteriaknya: " Celaka! Aku
dibokong!" Dengan gerakannya itu, ia sudah mempunahkan
pukulan Sam in Coat houw chioe dari See hoa coe.
Mendengar teriakan itu, semua orang menengok mengawasi Hong Tancoe dan See hoa coe yang muka nya
berubah marah seperti kepiting direbus.
Dengan rasa jengah, Wie Soe Nio deliki Soe hengnya.
Pada saat itu, Hong Tancoe ialah seorang tamu terhormat
dan bokongan terhadapnya bukan saja melanggar
peraturan, tapi juga memalukan.
Didalam gubuk perabu, So So menduduki kursi tamu
yang pertama dengan Boe Kie berdiri didampingnya,
sedang Jie Lian Cioe duduk dikursi pertama dari pihak tuan
rumah. Sambil menunjuk sebuah kursi disebelah belakang
kursi Wie Soe Nio, Jie Lian Cioe berkata: "Ngotee, kau
duduk disitu." Coei San mengangguk dan lalu duduk di
kursi yang ditunjuk, sehingga kedua suami isteri duduk
sebagai tuan rumah dan tamu.
Selama sepuluh tahun, sesudah Thio Coei San
menghilang dan Jie Thay Giam tidak pernah keluar karena
lukanya, yang bergerak dalam Rimba Persilatan haayalah
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lima pendekar Boe tong pay dan selama sepuluh tahun itu,
nama mereka jadi makin cemerlang. Biarpun kedudukan
mereka adalah murid turunan kedua dari Boe tong pay, tapi
dalam Rimba Persilatan mereka sudah bisa berendeng
dengan pendeta-pendeta Siauw lim sie yang berkeduduka n
tinggi. Selama tahun-tahun yang belakangan, orang- orang
Kangouw makin menghargai dan menghormati Boe tong
Ngo hiap. Maka itu lah, biarpun tingkatannya tinggi. Soe
hoa coe dan Wie Soe Nio mempersilahkan Jie Liam Cioe
duduk dikursi utama. Beberapa murid segera menyuguhkan teh dan sambil
mengundang para tamunya minum teh. Jie Lian Cioe
menimbang-nimbang perkataan apa yang harus diucapkannya terlebih dahulu. Perangkapan jodoh antara
Coei San dan puteri In Kauwcoe adalah kejadian yang
sangat diluar dugaan dan ia merasa bahwa jika ia
menanyakan langsung persoalan itu dihadapan orang
banyak. Coei San tentu akan merasa jengah dan tidak akan
mau bicara seterang-terangnya.
Memikir begitu ia lantas saja berkata dengan suara
nyaring: "Sebagnimana kita tahu, Siauw lim, Koen loen.
Go bie, Khong thong dan Boe tong, lima "pay". Sin koen,
Ngo hong to dan lain lain, berjumlah sembilan "boen", Hay
see, Kie keng dan sebagainya, tujuh "pang", sehingga
Pedang Langit Dan Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji Ie Thian To Liong Kie Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
semuanya duapuluh satu partai atau golongan, telah salah
mengerti dengan Peh bie kauw karena usaha kita untuk
mencari Cia Soen. In Kouwnio dan Soeteeku, Coei San.
Salah mengerti itu telah berbuntut dengan bentrokan,
sehingga selama telah bertahun tahun jatuh banyak korban
yang binasa dan terluka . . ."
Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata pula:
"Sungguh syukur, secara tidak diduga duga, In Kouwnio
dan Thio Soetee pulang dengan selamat. Peristiwa yang
http://dewi-kz.info/ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah terjadi selama sepuluh tahun itu tidak dapat
dibereskan dalam tempo pendek. Maka itu menurut
Angrek Tengah Malam 3 Medali Wasiat Hiap Khek Heng Karya Yin Yong Hati Budha Tangan Berbisa 16
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama