Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok Bagian 8
Nona itu tertawa makin manis, dibalik tertawanya terselip pula rasa malu.
Huan cu im yang menyaksikan kejadian tersebut jadi tertegun, lalu tanyanya:
"Lantas aku mesti memanggil apa kepadamu?"
Ban Huijin yang menjumpai sepasang mata anak muda itu mengawasi dirinya tanpa berkedip mukanya segera berubah menjadi merah, katanya cepat: "Apa yang dipakai toako memanggilku, panggillah dengan sebutan yang sama..."
Selesai berkata dia menundukkan kepalanya secara tiba tiba lalu kabur ke depan-Huan cu im segera merasakan hatinya berdebar keras, cepat cepat dia menyusul pula di belakangnya.
Dengan mulut membungkam kedua orang itu menempuh perjalanan beberapa saat lamanya, kemudian Ban Huijin baru berpaling lagi sembari katanya. "Huan toako, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu"
"Apa yang ingin kau tanyakan ?"
"Pagi tadi, mau apa sih kau datang ke jembatan Bun tek kiau ?" Huan cu im tampak sangsi, kemudian sahutnya.
"Soal ini... aku sudah lama mendengar akan nama besar Kuil Hu cu bio dan sungai chin hay hoo, karena itu aku hanya ingin berjalan jalan saja..."
Dengan mata yang berkedip Ban Huijin mengawasi wajah pemuda itu lekat lekat, lalu tanyanya lagi :
"Diatas jembatan itulah kau telah berjumpa dengan anggota Kay pang tersebut ?"
"Waktu itu aku sama sekali tidak tahu kalau dia adalah seorang anggota Kay pang"
Ban Huijin tertawa, tiba tiba ia berpaling dan tanyanya Huan cu im merasakan hatinya berdebar keras, cepat cepat dia membantah:
"Aku toh tidak kenal dengan orang itu, buat apa mesti menantikan kedatangannya?"
Ban Huijin tertawa rendah.
"Huan toako kau lupa rupanya bahwa aku menguntilmu sejak kau meninggalkan rumah, kau berdiri disisi jembatan tersebut lebih dahulu, sedangkan orang itu sama sekali tidak berbicara sepatah katapun kepadamu, kaulah yang menguntilnya samai tiba dihutan bukan demikian " Nah... apa yang hendak kau katakan sekarang ?"
Huan cu im menjadi amat sedih setelah mendengar perkataan itu, pikirnya kemudian,
"Haruskau aku berbicara secara berterus terang kepadanya
?" Tiba-tiba satu ingatan melintas didalam benaknya, pikirnya lebih lanjut.
"Ban Sian cing telah dicekoki bubuk pembingung pikiran oleh soh Han sim tanpa ia sadari, suhu telah menyerahkan sebutir pil pemunah kepadaku dan sekarang aku sedang kebingungan karena tak dapat mencekokkan obat tersebut untuk saudara Ban, andaikata kuceritakan duduk persoalan yang sesungguhnya kepadanya, kemudian dialah yang secara diam diam memberikan obat pemunah itu buat saudara Ban, bukankah urusan akan jauh lebih leluasa ?"
Ketika Ban Huijin melihat pemuda itu tidak berkata apa apa, segera tegurnya lagi "Huan toako, apa sih yang sedang kau pikirkan?"
Huan cu im memandang sekejap sekeliling tempat itu, melihat disitu tiada orang, ia baru menjawab dengan lirih.
"Sebenarnya dibalik kesemuanya ini terdapat sebuah rahasia yang amat besar, lagipula akupun sangat membutuhkan bantuanmu, hanya saja masalahnya menyangkut suatu kejadian yang amat besar, padahal waktu yang tersedia untuk kita sekarang tidak banyak. Kita harus pulang secepatnya, begini saja, bukankah besok engkoh tua mengundang kedatangan kita ke kantor cabangnya " Di tengah jalan besok akan kuceritakan kesemuanya itu kepadamu "
"Aaah, tidak mau, kau harus bercerita sekarang juga, kalau mesti menunggu sampai besok, aku bisa mati karena panik dan tidak tenang..." desak nona itu.
Sebelum Huan cu im sempat menjawab, tiba tiba ia melihat datangnya sesosok bayangan manusia dari kejauhan sana, dengan ketajaman matanya, dalam sekilas pandangan saja ia sudah mengenali orang itu sebagai Seng ceng hoa.
Karena itu buru buru dia berkata:
"Nona Ban, saudara Seng ceng sudah datang"
"Saudara Seng yang mana ?"
"Yang mana lagi, tentu saja Seng ceng hoa loko dari perusahaan Seng ki piaukiok"
"Mau apa dia datang kemari?"
"Tentu saja datang mencari kita"
"Bagaimana kalau kita menceritakan semua kejadian yang barusan kita alami kepadanya?" tanya si nona lirih.
Huan cu im berpikir sebentar, kemudian sahutnya^
"Untuk sementara waktu lebih baik kita tak usah memberitahukan kepadanya, oya, di hadapan kakakmu pun kau tak boleh membicarakan persoalan ini, mengerti?"
oooodwoooo "Yaa, aku mengerti" Ban Huijin manggut manggut.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, Seng ceng hoa telah tiba dihadapan mereka. Cepat cepat Huan cu im menyambut kedatangannya sambil bertanya: "Saudara Seng, mengapa kau datang kemari?"
Ban Huijin sendiri, berhubung dia berada bersama sama Huan cu im biarpun sebagai seorang gadis dunia persilatan, tak urung merah padam juga selembar wajahnya karena jengah.
Sambil tersenyum Seng ceng hoa segera berkata^
"Sewaktu hendak pergi tadi lote hanya mengatakan akan pergi kejembatan Bun tek kiau, padahal kau belum lama tiba dikota Kim leng dan kurang paham dengan daerah disekitar sini, ayah jadi kuatir dan siap mengirim orang untuk mencarimu kebetulan kalau nona Ban tidak berada dikamar, dia takut kau sesat jalan, akhirnya menurut laporan seorang pembantu perusahaan kami, katanya dia melihat nona Ban seperti menguntil dibelakang saudara Huan dan menuju pula kearah jembatan Bun tek kiau."
"Sebenarnya saudara Ban juga akanpergi tapi karena ia tak hapal dengan jalanan disini, maka siaute seorang diri yang datang mencari, disepanjang jalan tadi kujumpai saudara Leng dari Kay pang yang mengatakan bahwa kalian berdua sudah bentrok dengan Lian tiang lo di KuiBin Sia, mendengar laporan tersebut cepat cepat siaute memburu sampai disini..."
Ia memandang sekejap kearah dua orang itu, lalu tanyanya lagi:
"Saudara Huan mengapa kalian bisa sampai disini" Dan mengapa pula sampai ribut dengan Lian tianglo dari Kay pang?"
"Aah, tidak apa apa, pada mulanya siaute pun tidak tahu kalau dia tianglo dari kaypang, begitu bertemu dengan siaute dia lantas menuduh aku telah membunuh seorang anggota perkumpulannya, dan bersikeras hendak bertarung melawanku, kemudian kesalah paham ini dapat menjadi jelas, dan iapun mengikat tali persaudaraan denganku sebelum pergi dari sini."
Sebagai orang yang berpengalaman tentu saja Seng ceng hoa dapat menduga kalau di balik kesemuanya ini masih ada sebab sebab tertentu, namun ia tidak banyak bertanya, setelah menghembuskan napas panjang ujarnya:
"Kedudukan Lian Tiang lo dalam perkumpulan kaypang sangat tinggi, dia adalah seorang tokoh yang paling susah dihadapi dalam dunia persilatan, biasanya jarang sekali bersikap ramah terhadap orang lain, tapi kenyataannya sekarang dia begitu baik terhadapmu, bahkan telah mengikat tali persaudaraan denganmu, kejadian semacam ini benar benar luar biasa"
"Seng toako tadi kau bilang apa nama tempat itu ?" tanya Ban Huijin tiba tiba.
"Tempat ini adalah bukit cing Ling san, sedang tempat dimana kalian berjumpa dengan Lian Tiang lo disebut Kui Bin Sia"
"Apakah dibenteng muka setan (Kui Bin Sia) ada setannya, aku lihat tempat itu memang rada rada seram dan menggidikkan hati, bisa membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri."
Seng ceng Hoa segera tertawa^
"oooh, tidak ditempat itu terdapat sebuah pintu cing Lin Bun, di dalam sejarah tempat itu dulunya berdiri sebuah benteng kuno yang terdiri dari batu batu besar, tempatnya sangat berbahaya sedang dinding bentengnya tinggi rendah tak menentu, seolah olah terdapat banyak sekali ukiran muka itulah sebabnya penduduk kota Kim leng sampai menyebut tempat itu sebagai benteng muka setan, tempatnya memang terpencil sehingga jarang sekali ada yang berkunjung kesana"
-oo0dw0oo Jilid: 16 "ooh rupanya begitu, hampir saja membuat aku terperanjat" kata Ban Hui jin sambil tertawa.
Sewaktu kembali keperusahaan Seng kipiaukiok tengah hari telah lewat, SengBian Tong telah menunggu kedatangan mereka dikamar baca untuk bersantap bersama.
Berhubung adiknya sudah terbiasa bersikap begitu jika mengambek, apalagi melihat dia pulang bersama Huan cu im, maka ia tak banyak bertanya.
Ketika Huan cu im tidak tidak melihat Siang Han hui bersantap bersama diapun bertanya, baru diketahui rupanya ia sedang berkunjung ke Sin soat san menyambangi temannya.
Seusai bersantap. Seng Bian tong mengundang Huan cu im menghadap dalam kamar semedhinya dan bertanya ada urusan apa dia sudah pergi sedari pagi buta"
Tanpa merahasiakan sesuatu apapun Huan cu im bercerita bagaimana ia menerima surat semalam dan bagaimana dia bertemu dengan seseorang yang aneh di Kui bin sia hari itu...
Sepanjang mendengarkan cerita tersebut tiada hentinya Seng Bian tong mempermainkan sepasang peluru besinya, lalu setelah termenung sejenak ia berkata:
"Ehmm,jika dilihat dari peristiwa ini, bisa diduga kalau Hee Im hong telah menjaring banyak sekali jago jago lihay dan diatur oleh pemimpin yang menggunakan kode sebagai emas perak. Tembaga dan besi Cuma siapakah si Lengcu emas itu?"
Ketika berbicara sampai disitu, tiba-tiba ia mendengus dengan suara dalam dan tidak berbicara lagi:
"Seng lopek" ucap Huan cu im kemudian "menurut pendapatmu, apa yang mesti siautit lakukan sekarang?"
"Persoalan ini mesti menunggu sampai kembalinya cianbunjin sebelum dibicarakan lebih jauh, untuk sementara waktu tentu saja kau mesti menyesuaikan diri dengan mereka dan tetap mempertahankan kontakku dengan Lengcu emas tersebut, berusahalah sedapat mungkin untuk mencari tahu rencana busuk apakah yang sedang mereka persiapkan."
Kemudian sesudah berhenti sejenak. Terusnya:
"Ehmm... seandainya kau tidak kemari, aku masih tak tahu kalau didalam perusahaan kami sesungguhnya sudah bersembunyi seorang mata mata"
"Lopek, apakah menurut anggapanmu dalam perusahaan ini sudah diselundupi orang orang mereka?" tanya Huan cu im terkejut.
"Kau baru datang kemarin tapi surat dari pihak lawan sudah dikirimkan kemari, coba bayangkan perusahaan Seng ki piaukiok ini sudah kudirikan sejak puluhan tahun berselang, sekalipun penjagaan tak bisa dibilang seperti sebuah benteng baja, namun rasanya mustahil orang luar bisa masuk kemari tanpa kami ketahui tapi nyatanya surat tersebut bisa disampaikan kepadamu, kalau tiada orang dalam yang membantu, coba pikirlah mana mungkin surat tersebut bisa sampai di tanganmu ?" Kemudian setelah berhenti sejenak terusnya :
"Yang lebih hebat lagi, orang itu nyatanya sanggup menyampaikan surat tersebut langsung ke dalam kamar tidurmu tanpa sepengetahuan siapa saja, ditinjau dari sini dapat diduga kalau si pengantar surat tersebut sudah pasti adalah anggota perusahaan ini."
Tergerak hati Huan cu im sesudah mendengar perkataan itu, katanya kemudian"Lopek, persoalan ini bisa kita selidiki dengan cepat."
Seng Bian tong memandang sekejap ke arahnya kemudian tersenyum.
"coba kau utarakan apa akalmu ?"
"Sekarang tempat yang dipergunakan Lengcu emas untuk tempat pertemuan sudah diketahui oleh Lian tiang lo dari Kay pang sudah dapat diduga dia tak akan mempergunakan rumah kayu itu lagi sebagai tempat pertemuan kami."
"Ehmmm..." Seng Bian tong manggut manggut. Huan cu im segera berkata lebih lanjut.
"Padahal ia belum sempat menjanjikan cara mengadakan hubungan kembali denganku, ini berarti seandainya dia hendak menyampaikan sesuatu perintah lagi, dapat dipastikan dia akan mengutus orang lagi untuk menyampaikan perintah tersebut kepadaku"
"Em, benar" tampaknya Seng Bian tong mengagumi pendapat anak muda tersebut, dia manggut manggut dan tertawa, "lotit baru saja terjun kedalam dunia persilatan, walaupun pengalamanmu masih amat cetek^ namun kau sangat cerdik, tadipun aku sudah berpikir sampai kesitu, oleh karenanya mari kita bekerja secara terpisah sementara kau tetap melaksanakan semua perintahnya dan tak usah turut campur dalam persoalan ini, secara diam diam aku akan perhatikan masalah ini dan menemukan lebih dulu mata mata yang telah menyelundup ke dalam tubuh perusahaanku ini."
"Dengan demikian kita baru akan tahu pula keadaan lawan sehingga tak akan sampai dipecundangi lawan- Nah baiklah, urusan selanjutnya mari kita tunggu sekembalinya cianbunjin sebelum diputuskan sekarang kau sudah kelewat lama berdiam dikamar rahasiaku ini, bila kelamaan bisa menimbulkan kecurigaan lawan, pergilah lebih dulu..." Huan cu im mengiakan dan segera bangkit berdiri. Tapi Seng Bian tong telah berkata kembali.
"Lotit, tampaknya nona Ban seperti belum sampai dipengaruhi mereka bukan ?"
"Ya a agaknya dia memang tidak"
"Kalau begitu bagus sekali" kata Seng Bian tong "apabila kau tidak memperoleh kesempatan selama ini, ada baiknya kau serahkan saja pil pemunah pemberian gurumu itu kepada nona Ban sebagai kakak beradik denganBan lote, tentunya dia dapat bergaul lebih akrab, Cuma sebelum itu kau harus merundingkan dulu persoalan ini dengan nona..."
"Sebetulnya siautitpun mempunyai keinginan untuk berbuat demikian, hanya niat tersebut belum sempat kusampaikan kepada nona Ban."
"Cuma aku sarankan kepadamu jangan kelewat gegabah ataupun terburu napsu dalam menangai persoalan ini, lebih baik kau hubungi nona Ban lebih dulu kemudian baru menyampaikan segala sesuatu kepadanya."
Yang dimaksudkan hubungi disini adalah meminta kepada Huan cu im agar mempererat hubungan cintanya dengan nona itu.
Biarpun dia tidak mengetahui sampai di manakan hubungan persahabatan diantara kedua orang itu, tapi sebagai seorang yang berpengalaman, dari cara Ban Huijin menguntil di belakang Huan cu im secara diam diam pagi tadi, ia sudah dapat menebak bagaimanakah perasaan si nona terhadap anak muda tersebut.
Seandainya nona itu tidak menguatirkan orang bersangkutan buat apa pula dia menguntilnya secara sembunyi sembunyi"
Lagi pula sewaktu kedua orang itu pulang kembali, dapat dijumpai wajah berseri yang menyelimuti wajah nona Ban apa lagi sewaktu bersantap dia selalu berbicara dan bergurau dengan Huan cu im secara hangat dan mesra semua peristiwa itu tak satupun yang dapat mengelabui matanya.
Huan cu im sebagai seorang pemuda yang pintar tentu saja dapat menangkap arti lain dari perkataan seng lopek tersebut, seketika juga paras mukanya berubah menjadi merah padam, segera setelah mengiakan cepat cepat dia memohon diri.
Baru kembali ke gedung tamu agung dan belum sempat naik ke atas loteng, ia sudah menjumpai Ban Huijin berlarian menuruni anak tangga dengan wajah berseri.
Ketika melihat Huan cu im muncul di pintu, dengan senyum dikulum dan wajah penuh kegembiraan ia segera berseru :
"Aku memang lagi mencarimu "
Biarpun masih ada tiga empat buah undakan, namun bagaikan kupu kupu di tengah aneka bunga dia segera melayang turun dan hinggap dihadapan Huan cu im.
Huan cu im kuatir nona itu terjatuh cepat cepat dia membangunkan tubuhnya seraya berseru:
"Ehhh... berhati hatilah "
Ketika menyambar, ternyata ia persis menggenggam sepasang tangannya yang putih dan halus.
Merah padam selembar wajah Ban Huijin ketika sepasang tangannya tergenggam, ia segera meronta sambil bisiknya :
"Terima kasih..."
Kalau dibilang meronta maka lebih tepat untuk dibilang menariknya kebelakang karena tangan tersebut masih tetap dibiarkan tergenggam pemuda itu.
Huan cu im merasa sepasang dona itu amat lembut, empuk dan halus, hatinya segera terasa berdebar amat keras cepat cepat dia melepaskan tangannya seraya berbisik : "oooh, maaf
" Ban Huijin tertawa.
"Kau adalah kakakku, karena kuatir aku terjatuh, tentu saja kau harus membimbing adiknya..."
Rasa rikuh dan malu yang menyelimuti perasaan Huan cu im baru terbuka sama sekali setelah mendengar perkataan ini, sambil tertawa ia berkata lagi : "Ya a a, benar kau memang agak nakal, hampir saja membuat hatiku amat terperanjat"
Ban Huijin tertawa manis sekali, kemudian baru bertanya :
"Huan toako, tahukah kau apa sebabnya aku begitu terburu napsu sehingga melompat turun ke bawah ?"
"Soal ini darimana aku bisa tahu ?"
"Aku hendak menyuruh kau menemaniku mencari batu di Hi hoa tay"
"Dalam saat begini " Ehmmm..."
Setelah memutar sepasang biji matanya yang bulat dan jelas, Ban Huijin berkata lebih jauh :
"Sebenarnya aku telah berjanji dengan toako akan pergi pagi tadi tapi gara gara kau menghilangkan kegembiraan orang, maka aku minta kau menggantinya sekarang juga."
Kemudian tidak sampai Huan cu im membuka suara, setelah tertawa nakal terusnya lagi :
"Lagi pula pagi tadi aku telah menemanimu berkunjung ke Kui bin Nia, maka sekarang kaupun harus menemaniku pergi ke Hi hoa tay, kan ini pantas dan semestinya ?"
"Baiklah" akhirnya Huan cu im manggut manggut, "mana saudara Ban-..?" Dengan mulut cemberut sahut Ban Huijin :
"Barusan toako telah meneguk beberapa cawan arak dan mabuk. Dia bilang kepalanya pusing dan enggan pergi, itulah sebabnya aku lantas datang mencarimu." Ternyata Ban Sian cing tidak pergi.
"Lalu kita akan pergi dengan siapa lagi ?" tanya Huan cu im lebih lanjut.
"Sudah tak ada lagi..."
"Waaah, kalau begitu..."
Ketika mengetahui bahwa mereka akan pergi berduaan saja, Huan cu im baru menyesal karena terlampau cepat menyanggupi permintaan nona tersebut, bagaimana tanggapan orang luar seandainya mereka saksikan mereka berdua pergi bersama ke Hi hoa tay " Maka setelah menengok sekejap nona itu, ujarnya lagi :
"Bagaimana..." sebetulnya dia ingin berkata demikian : "Bagaimana kalau lain hari saja kita pergi ?"
Tapi setelah mengucapkan kata kata tersebut dia terbungkam dan tak mampu melanjutkan kembali kata katanya.
Sebaliknya Ban Huijin dengan wajah ebrseri menyahut dengan cepat. "Yaa, tentu saja kita harus pergi berduaan saja."
Mendadak diapun merasa kalau ucapan tersebut ada penyakitnya, kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah dadu seperti kepiting rebus, cepat cepat lanjutnya :
"Huan toako, bukankah kau ada persoalan yang hendak disampaikan kepadaku" Setibanya disitu, kita bisa sembari mengumpulkan batu, kau menyampaikannya padaku."
Huan cu im mengerti, tentunya gadis ini sudah tak sabar menunggu sampai esok pagi, karenanya ia baru mencari akal untuk berbuat demikian dengan sengaja merengek kepadanya untuk diajak berpesiar ke Hi hoay tay, padahal tujuan yang sebenarnya adalah mencari kesempatan agar ia bisa menyampaikan persoalan yang hendak diberitahukan kepadanya itu dengan segera.
Disamping itu, Huan cu im pun teringat dengan pesan Seng lopek yang disampaikan kepadanya barusan, agar dia dapat segera menghubungi Ban Huijin, dengan begitu diapun dapat memancaatkan kesempatan tersebut untuk memberitahukan kepadanya bahwa Ban Sian Cing telah terbius obat racun.
Teringat sampai disini, sambil tersenyum segera ujarnya :
"Cuma kita berdua kan tidak mengenaljalan untuk menuju kesana...?"
Kembali Ban Huijin tersenyum manis.
"Apa sih yang mesti ditakuti"Jalanan kan lurus, memangnya kita tak bisa bertanya?"
"Baik, mari kita berangkat, kita tanyakan dulu kepada saudara Seng."
"Siapa suruh kau bertanya kepada saudara Seng ?" Ban Huijin segera mengomel. "setelah berada diluar, masa kita tak bisa bertanya kepada oarng dijalan?"
Agaknya sinona takut malu, dia kuatir Seng ceng hoa melihat dia dan Huan cu im masuk keluar bersama sama bagaimanapun juga hal ini memang cukup membuatnya malu.
Karenanya begitu selesai berkata, dia lantas menghambur keluar bagaikan segulung hembusan angin.
OooooodwoooooO Hi hoa tay adalah sebuah tempat berpesiar yang amat termashur disebelah selatan kota Kim leng, disitu dihasilkan batu batu kerikil yang berpanca warna, kecil mungil, tapi amat menawan hati.
Menurut dongeng kuno pada jamannya Liang bu tee bertahta dulu, ada seorang im kong hoatsu sedang memberi ceramahnya disitu tiba tiba hujan bunga berhamburan dari atas langit, itulah sebabnya tempat ini dinamakan Hi hoa tay atau panggung hujan bunga.
Sepanjang jalan, Huan cu im dan Ban Huijin bertanya tanya jalan kepada orang sebelum tiba di Hi hoa tay Biarpun mereka tidak bergandengan tangan, namun Ban Huijin selalu jalan begitu rapat dengan Huan cu im, lagipula selalu memanggil Huan toako terus menerus membuat sang pemuda merasa terbuai dalam alam impian-Ditambah lagi yang laki laki ganteng dan gagah, sedang yang perempuan cantik dan ramping, mereka benar benar merupakan pasangan yang amat serasi, tak heran kalau kemunculan kedua orang ini menarik perhatian orang banyak.
Biarpun Hi hoa tay merupakan sebuah tempat berpesiar yang terkenal dengan pemandangan alam yang indah namun bagaimanapunjua tempat itu amat terpencil dan sedikit pengunjungnya .
Sambil mengerdipkan sepasang matanya yang jeli dan bening bagaikan air, Ban Huijin berseru dengan gembira
"Sudah sampai, sudah sampai, Huan toako cepat kemari "
Sambil menarik tangan Huan cu im, gadis itu berlari cepat cepat ke depan-Huan cu im mengikuti dibelakangnya dengan kencang, tegurnya sambil tertawa :
"Kitakan sudah sampai ditempat tujuan, mau apa sih kau mesti berlari lari ?"
"Aku minta kau untuk membantuku memunguti batu kerikil"
seru Ban Huijin manja. Kalau lelaki dan perempuan muda saling bertemu, apalagi dimasa remaja dimana benih cinta mudah tumbuh, maka keadaan mereka ibaratnya besi semberani yang saling tarik menarik mudah sekali untuk berdekatan satu sama lainnya, apalagi jika disitu tiada kehadiran pihak ketiga gerak gerik mereka akan jauh lebih bebas dan leluasa Pada mulanya Ban Huijin hanya bermaksud menarik tangan pemuda itu agar bisa lari lebih cepat, tapi sesampainya ditempat tujuan, ia masih tetap menggenggam tangannya erat erat, sementara tangannya yang lain dipergunakan untuk membenahi rambutnya yang kusut. "Pemandangan alam disini benar benar sangat indah" serunya dengan manja.
Karena berlarian cepat, mukanyaj adi bersemu merah, napasnya agak tersengkal, tapi sorot matanya memancarkan sinar yang terang tak tertutup rasa girangnya yang meluap.
Huan cu im sendiri yang tangannya ditarik, hanya mengikuti dibelakangnya seperti melayang di awan, dipandangnya wajah nona itu lekat lekat kemudian mengangguk. "Ya a a, memang cantik sekali "
Ban Huijin berpaling, sewaktu dilihatnya pemuda itu hanya mengawasi wajahnya terus menerus tanpa berkedip mukanya segera berubah menjadi semu merah, ujarnya kemudian dengan tersipu sipu
"Aaah, kau memang jahat, aku kan lagi berbicara dengan serius..."
Dengan perasaan terkejut buru buru Huan cu im berseru :
"Kau sedang marah ?"
Ban Huijin tidak menjawab, dia segera membungkukkan badannya dan mengumpulkan beberapa biji batu kecil, kemudian katanya lagi dengan gembira :
"Huan toako coba lihat sungguh indah batu ini mari kita kumpulkan agak banyak sehingga bisa dipakai sebagai senjata rahasia dikemudian hari, dengan begitu umat persilatan pun akan memberi gelar yang amat indah kepadaku, coba menurut pendapatmu apa yang akan mereka berikan kepadaku ?"
Menyaksikan gerak geriknya yang manja dan lincah Huan cu im segera tersenyum: "Bagaimana kalau Hui coa siancu ?"
"Dan bagaimana dengan kau sendiri ?" tanya Ban Huijin sambil mendongakkan kepalanya.
"Aku belum pernah mempergunakan senjata rahasia"
"Aaah, tidak. Kau harus memakai batuan ini sebagai senjata rahasia pula, kalau kita sama sama pergunakannya, itu baru menarik namanya. Oya... bagaimana kalau kuberi julukan untukmu..."
Setelah tertawa cekikikan lanjutnya :
"Aaah, sudah ada, bagaimana kalau kau dinamakan Hui hoa kongcu saja."
"Aaah jelek." Tukas Huan cu im sambil tertawa tergelak,
"kalau orang salah dengar bisa bisa aku dianggapnya sebagai Hoa hoa kongcu (lelaki hidung bangor) "
Dengan penuh kemesraan Ban Huijin mengerling sekejap kearahnya, kemudian tertawa cekikikan
"Memangnya kau adalah seorang Hoa hoa kongcu tulen..."
"Bagus, kau berani menggodaku..." seru Huan cu im sambil pasang gaya seakan akan hendak menangkap gadis tersebut.
"Aaah..." Ban Huijin berseru kaget, lalu bagaikan kupu kupu yang terbang ketakutan, dia melompat kesamping dan berusaha untuk menghindarkan diri.
Hal tersbeut segera membangkitkan kembali sifat kekanak kanakan Huan cu im, timbul niatnya untuk benar benar menangkap gadis tersebut, serunya segera : "^kau hendak kabur kemana?"
Begitulah kedua orang itupun segera sudah saling berkejar kejaran di Hi hoa tay, yang lain mengejar, seakan akan sedang bermain petak saja.
Ban Huijin berhamburan kian kemari berusaha menghindari tangkapan bergema memecahkan keheningan-Demikianlah setelah kejar mengejar berlangsung sekian waktu, akhirnya sambil tertawa cekikikan dan minta ampun dengan napas terengah engah Ban Huijin berseru : "Engkoh Huan, aku tak berani lagi"
Mendadak kakinya jadi lemas dan hampir saja roboh terjengkang keatas tanah.
Huan cu im menjadi amat terkejut menyaksikan peristiwa ini, cepat cepat dia melompat ke depan dan berusaha untuk membimbingnya
Ban Huijin merasa lemas lalu terjatuh kedalam pelukan Huan cu im...
Huan cu im sendiripun tanpa disadari segera membuka tangannya lebar lebar dan memeluk tubuh sinona yang lembut itu kencang kencang bisiknya kemudian "Adik Jin, kenapa kau?"
Kalau dihari hari biasa ia tak berani memanggil "adik Jin", maka sekarang kata kata tersebut berhamburan keluar tanpa disadari.
"Ehmm..." Ban Huijin merintih pelan sambil menyandarkan kepalanya diatas pelukan pemuda itu.
Entah berapa saat sudah lewat, lama kemudian dengan wajah tersipu sipu gadis itu baru mendorong tangannya dan bangun dari dalam pelukan tubuhnya.
"adik Jin" buru buru Huan Cu im berseru, "bagaimana kalau kita mencari tempat untuk duduk beristirahat sejenak?"
Ban Huijin merasa amat gembira dan hangat seperti baru saja makan gula gula semu merah yang menghiasi wajahnya belum luntur, tetapi sambil membereskan rambutnya dia menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Mari kita mengumpulkan batuan lebih dulu, engkoh Huan, kau harus membantuku untuk mengumpulkan batuan itu. Oya kau mesti mencari yang agak kecil, dengan demikian baru bisa dipakai untuk sentilan jari, selain itu kau pun harus memilih warna yang indah dan menarik"
"Baik, akan kubantu kau untuk mengumpulkannya" sahut Huan cu im dengan cepat.
Mereka berdua pun sama sama mengumpulkan batu kerikil kecil, Ban Huijin mengeluarkan sebuah kantong kain dan diisi sampai penuh, lalu ujarnya sambil tertawa:
"Batuan ini sudah cukup buatku untuk dipergunakan selama satu tahun, bila sudah habis terpakai nanti, kita datang lagi ke Kim leng untuk mengumpulkannya" Lalu sembari meluruskan badan, katanya lagi^
"Huan toako, ayo kita mencari tempat untuk duduk duduk, kau harus memberitahukan kepadaku apa yang hendak kau sampaikan kepadaku pagi tadi?"
Sambil berkata, sepasang matanya segera memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu dengan seksama, tiba tiba ia melihat di sisi sebuah selokan terdapat batu besar berbentuk persegi panjang, batu itu halus dan bersih dengan gembira ia lantas berseru : "Huan toako, cepat kemari"
Menyusul teriakan mana, seperti seekor burung kecil dia melompat naik keatas batu tadi.
Huan cu im menyusul di belakangnya, ketika tiba disisi selokan, Ban Huijin telah duduk diatas batu tersebut dan menepuk nepuk sisi tubuhnya sambil berseru : "Huan toako, ditempat ini masih bisa didudukan satu orang lagi"
Walaupun Huan cu im merasa terlalu rapat dan mesrah apa bila mereka berdua duduk bersama, tapi pemuda itupun tahu betapa pentingnya persoalan yang hendak disampaikan kepadanya dan tak boleh sampai terdengar pihak ketiga, karena itu dia mesti duduk rapat dengannya untuk bisa diutarakan
Karenanya setelah sangsi sejenak. Akhirnya diapun duduk disamping gadis tersebut.
"Disini tiada orang yang mendengarkan pembicaraa kita lagi, ayo cepat berbicara" bisik Ban Huijin seraya berpaling.
Bukan saja nona ini manja, dia pun tidak merasa rikuh, ketika berpaling, bibir dan hidungnya hampir menempel diatas wajahnya, membuat Huan cu im merasakan hatinya bergolak dan terangsang.
Cepat cepat pemuda itu meletakkan sepasang tangannya diatas lutut sementara sorot matanya memandang air diselokan yang jernih, katanya lirih :
"Setelah kuberitahukan kepadamu nanti, kau tak boleh memberitahukan lagi kepada lain orang, termasuk toakomu sendiri, mengerti ?"
"Aku tak bakal berbicara, setiap perkataanku akan kusimpan di dalam hati, termasuk ibuku sendiri juga tak akan kuberitahu, sekarang tentunya kau sudah percaya denganku bukan ?"
Huan cu im manggut manggut. "Yaaa, aku percaya"
Menyusul kemudian dia pun bercerita bagaimana ditemukan surat sekembalinya kedalam kamar semalam, bagaimana dia diharuskan pergi ke Bun tek kiau pagi tadi untuk mencari seseorang dan bagaimana dia berjumpa dengan Lengcu Emas dalam rumah kayu tadi.
Ketika mendengar penuturan tersebut dengan perasaan terkejut bercampur keheranan Ban Huijin segera berseru :
"Siapakah orang itu" Mengapa dia tahu kalau kau pun mempunyai sebuah mata uang perak" Dari mana pula dia bisa tahu kalau kau pasti akan menuruti perkataannya ?" Secara beruntun dia mengajukan tiga buah pertanyaan secara berantai.
Semenjak ditengah jalan tadi Huan cu im telah mempersiapkan diri secara baik baik dengan suara rendah segera jawabnya :
"Sebab aku sudah dicekoki orang dengan bubuk pembingung pikiran karena itu aku tentu akan melaksanakan semua perintah yang mereka sampaikan kepadaku"
"Bubuk apakah yang disebut bubuk pembingung pikiran itu" Apakah ada orang sudah melepaskan racun ke dalam tubuhmu?" tanya Ban Huijin terperanjat.
"Barang siapa sudah menelan bubuk pembingung pikiran, maka jalan pemikirannya akan terkendali, dan secara otomatis orang itu akan menuruti semua perintah yang disampaikan orang itu."
Dengan sepasang matanya yang jeli Ban Huijin mengawasi pemuda itu lekat lekat kemudian dengan wajah penuh rasa kuatir tapi juga tak percaya dia berseru :
"Huan toako aku rasa kau tidak mirip dengan seseorang yang telah terpengaruh pikiran dan kesadarannya"
"Mereka yang telah dicekoki bubuk pembingung pikiran masih tetap memiliki pikiran dan kejernihan otaknya, daya pengaruh racun tersebut tak akan terlihat dari luar"
"Waaah, bagaimana baiknya sekarang " Adakah obat pemunahnya ?" tanya Ban Huijin dengan gelisah.
Tak terlukiskan perasaan haru Huan cu im setelah menyaksikan kegelisahan yang mencekam gadis tersebut dengan suara yang lembut dan pelan katanya kemudian :
"Jangan kuatir, aku telah menelan obat penawarnya, kalau tidak. Mana mungkin rahasia ini bisa kukatakan kepadamu ?"
"Aaah " paras muka Ban Huijin kembali berseri. "Huan toako memangjahat, hampir saja membuat orang mati lantaran gelisah, oya... tahukah kau siapa yang telah meracunimu ?"
"Soh Han sim " "Ia berani meracunimu" Mengapa tidak kau laporkan perbuatannya itu kepada Hee pocu ?" tanya Ban Huijin keheranan.
"Aku rasa didalam peristiwa ini empek Hee sendiripun mengetahui bahkan menyetujuinya . . . "
"Aaah " sekali lagi Ban Huijin menjerit tertahan saking kaget dan herannya. Memanfaatkan kesempatan yang ada Huan cu im segera berkata lebih jauh.
"Bukan Cuma aku, bahkan saudara Ban pun bisa jadi sudah diracuni Soh Han sim dengan bubuk pembingung pikiran itu."
"Toako ku pun terkena dipecundangi lawan" Aneh, mengapa tidak kutemukan sesuatu gejala yang aneh pada dirinya?" Ban Huijin bertanya dengan terkejut.
"Bukan sudah kukatakan tadi, orang yang telah dicekoki bubuk pembingung pikiran sama sekali tidak menunjukkan gejala apa pun pada luarannya"
"Huan toako, bukankah kau telah menelan obat penawar racun" Darimana kau peroleh obat penawar racun itu" Apakah masih ada yang lain."
"Aku masih mempunyai sebutir obat penawar racun, Cuma benarkah kakakmu sudah terkena bubuk pembingung pikiran hingga sekarang belum dapat kupastikan secara meyakinkan, itulah sebabnya aku hendak meminta pertolonganmu"
"Soal siapa ?" "Berhubung kau lebih dekat dan akrab hubungannya dengan kakakmu maka di dalam beberapa hari mendatang harap kau suka lebih memperhatikan gerak geriknya, apabila kau sudah yakin kalau dia telah keracunan, barulah kuberikan obat penawar racun itu kepadamu"
"Bukankah tadi sudah kau katakan, orang yang telah dicekoki bubuk pembingung pikiran, sama sekali tak akan menunjukkan gejala apa pun pada luar wajahnya ?" Huan cu im tertawa geli, selang berapa saat kemudian ia baru berkata :
"Ya a a, benar Dari luarnya memang tidak menunjukkan suatu gejala pun, namun tak sulit untuk menemukan gejala tersebut pada gerak geriknya, seperti misalnya aku, baru sampai di Kim leng ternyata sudah ada orang yang mengadakan kontak dengan diriku. Apabila kakakmu benar benar sudah terpengaruh, aku yakin Lengcu emas pasti akan berusaha menghubunginya atau mungkin juga akan menyerahkan sesuatu tugas kepadanya, asalkan kau memperhatikan gerak geriknya setiap saat, maka tidak sulit rasanya untuk menemukan keanehan pada dirinya."
Ban Huijin manggut manggut, tanyanya kemudian : "Apa yang mesti kulakukan seandainya berhasil menemukan sesuatu...?"
"Kau harus selekasnya memberi kabar kepadaku, tentang tindakan kita selanjutnya harus dirundingkan sesuai dengan situasi dan kondisi waktu itu, mengerti ?"
"Baik, aku pasti akan melaksanakan dengan sebaikbaiknya"
dengan penuh rasa gembira bercampur rasa ingin tahu, Ban Huijin mengangguk berulang kali. Ia segera menyodorkan tangannya yang kecil dan lembut sambil katanya lagi. "Mari kita berjabatan tangan, persoalan ini hanya kita berdua yang tahu."
Huan cu im menyodorkan pula tangannya untuk menggenggam tangan si nona lalu sahutnya. "Kita sudah hampir setengah harian lamanya keluar rumah, ayo kita pulang sekarang."
Dengan penuh kegembiraan Ban Huijin menenteng sebungkus batu kerikil dan bangkit berdiri, lalu sambil membereskan rambutnya yang kusut, katanya seraya tersenyum manis, "Huan toako, hari ini kita benar benar bermain dengan gembira..."
ooodowooo Ketika sampai di perusahaan Seng kipiau kick, magrib telah menjelang tiba.
Dalam anggapan Seng ceng hoa, kedua orang itu memang dasarnya merupakan sepasang kekasih, maka ia tidak terlalu memperhatikan sebaliknya Ban Sin ceng memang ogah pergi maka dia menyuruh adiknya pergi mencari Huan cu im, sudah barang tentu dia lebih lebih tidak menaruh prasangka apa apa.
Kebetulan ketua Hoa san pay Siang Ihua hui juga baru kembali dari menyambangi temannya, saat itu ia sedang berbincang bincang dengan Seng Bian tong di dalam kamar baca.
Tak lama kemudian malam sudah tiba, lentera telah disulut di ruang tamu diluar kamar baca, meja perjamuan pun telah disiapkan, namun Seng ceng hoa belum juga nampak batang hidungnya.
Ban Sian Cing segera Celingukan kian kemari, kemudian bertanya dengan keheranan-"Seng cianpwee, mana saudara ceng hoa ?"
"oooh, ceng hoa baru saja keluar rumah" kata Seng Bian tong sambil tersenyum, "katanya seorang teman telah datang ke Kim leng hari ini, maka dia pergi menengoknya entah ia sudah pulang belum " Tapi kita tidak perlu menunggunya lagi"
Perjamuan ini khusus diselenggarkan untuk menyambut kedatangan Ban Sian ceng bersaudara serta Huan cu im, sudahbarang tentu hidangannya jauh lebih mewah ketimbang malam sebelumnya.
Tuan rumah dan tamu lima orang bersantap dengan penuh kegembiraan, sekalipun berkurang Seng ceng hoa seorang, namun Siang Han hui dan Seng Bian tong adalah Bu lim cianpwee, sedikit banyak ketiga orang itu merasa gerak geriknya terkekang.
Ban Siang cing dan Huan cu im mempunyai takaran minum arak yang sangat Cetek, namun mendengar Siang Han hui dan Seng Bian tong membicarakan masalah dunia persilatan, mereka bertiga toh asyik juga untuk mendengarkannya.
Selesai bersantap. Mereka berbincang bincang sejenak lagi sebelum kembali ke kamar masing masing.
Sekembalinya ke kamar, Huan cu im melepaskan jubah panjangnya dan bersiap siap memadamkan lentera untuk beristirahat ketika secara tiba tiba ia menemukan ujung kertas putih dibawah bantalnya, dengan perasaan tertegun ia lantas berpikir.
"Jangan-jangan ada orang yang mengirim surat lagi kepadaku ?"
Berpikir sampai disitu, dia pun membalikkan bantalnya, betul juga, disitu tersisip secarik kertas yang ditindihkan kebawah bantal, dibawah kertas terdapat pula secarik kain hitam.
Cepat cepat diambilnya kedua bendak tersebut kemudian diperiksa dibawah cahaya lentera, ternyata disitu bertuliskan :
"Kentongan ketiga malam nanti berangkatlah ke Kui bin sia dan bersembunyi dihutan sebelah kiri, setelah masuk kedalam hutan, tutup wajahmu dengan kain hitam, sampai saatnya laksanakan tugas seperti apa yang diperintahkan Leng cu, jangan sampai salah. Tertanda : Lengcu emas."
Tertegun juga Huan cu im sehabis membaca tulisan ini segera pikirnya :
"Kentongan ketiga malam nanti aku mesti pergi lagi ke Kui bin sia, bahkan harus menutupi wajahku dengan kain kerudung hitam, entah apa yang hendak dilakukan" Ehmmm lebih baik kusampaikan berita ini kepada Seng lopek saja."
Namun ingatan lain kembali melintas di dalam benaknya^
"Sudah pasti didalam perusahaan ini terdapat penghianatnya, bila kusampaikan surat ini kepada Seng lopek, bukankah sama artinya dengan membocorkan rahasia sendiri
" Yaa, betul, lebih baik aku pergi mencari Ban Huijin saja, kemudian menyuruh dia yang menyampaikan surat ini kepada Seng lopek, cara ini rasanya jauh lebih sesuai."
Ia segera memadamkan lentera dan membuka pintu, kemudian menyelinap ke beranda muka dan menyusup kebawah jendela kamar nona Ban, dari situ ia mengetuk jendela tersebut pelan pelan.
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada waktu itu Ban Huijin sedang bersiap siap hendak tidur, ketika mendengar ada orang mengetuk daun jendelanya. Sebagai gadis yang teliti, maka diapun menduga orang itu mengetuk jendelanya pelan pasti kuatir kedengaran orang.
Itulah sebabnya dia segera memadamkan lenteranya, kemudian menyelinap ke bawah jendela sambil bisiknya.
"Siapa disitu ?"
Huan cu im kuatir bila suaranya sampai kedengaran Ban Sian cing, karenanya setelah mendengar suara teguran dari Ban Huijin, ia segera menjawab dengan suara rendah.
"Aku, Huan cu im, kau jangan bersuara dulu, cepat buka jendela, aku ada urusan hendak dibicarakan denganmu"
Berdebar keras hati Ban Huijin setelah mendengar ucapan mana namun sambil membuka jendelanya setengah, dia melongokkan kepalanya seraya menegur. "Ada apa ?"
Hhuan cu im Celingukan sekejap ke sekeliling tempat itu , setelah yakin kalau diseputar sana tiada orang, maka dengan suara rendah katanya.
"Sekembalinya ke kamar tadi, telah kutemukan secarik kertas lagi yang menyuruhku pergi ke Kui bin sia kentongan ketiga nanti, maka dari itu kau harus berusaha secepatnya untuk menyampaikan kabar ini kepada Seng lopek. Aku kuatir gerak gerikku sudah diawasi orang sehingga membocorkan rahasiaku, maka sengaja aku datang kemari mohon pertolonganmu agar membawa surat ini dengan begitu orang tak sampai menaruh perhatian khusus."
Selesai berkata ia lantas menggulung kertas itu dan diangsurkan ke muka. Dengan cepat Ban Huijin menerimanya kemudian bertanya lagi : "Masih ada urusan lain ?"
"Kutunggu kedatanganmu di kamar, Cuma kau harus berhati hati, jangan sampai ketahuan orang."
"Yaa, aku mengerti" Ban Huijin manggut manggut.
"Nah, aku pergi dulu" bisik Huan cu im lagi, "ayo, pintu kamarku tak akan dikunci"
Selesai berkata diam diam ia mengundurkan diri dari situ, sedangkan Ban Huijin juga segera menutup jendelanya rapat rapat.
Dengan langkah yang berhati hati pula Huan cu im kembali ke kamarnya, di depan pintu ia menanti sampai sekian lama, barulah terdengar kemudian suara langkah kaki manusia yang amat ringan naik ke atas loteng. Cepat cepat ia membuka pintu kamarnya.
Ketika sudah sampai diatas loteng, langkah kaki itu berjalan lebih pelan. Huan cu im yang dapat melihat dalam kegelapan bisa melihat kalau yang muncul adalah Ban Huijin-cepat cepat dia menuju ke pintu, menanti si nona sudah mendekat, ia baru mendesis memberi tanda.
Dengan cekatan dan ringan Ban Huijin segera menyelip masuk ke dalam kamar. Dengan cepat Huan cu im menutup pintu kamarnya, lalu bertanya dengan lirih. "Kau telah bersua dengan Seng lopek ?"
"Sudah" Ban Huijin manggut manggut.
"Apa yang dikatakan Seng lopek ?"
Dari dalam sakunya Ban Huijin mengeluarkan sebatang bulu angsa berwarna putih putih, kemudian bisiknya.
"Menurut Seng lopek. Kau diperbolahkan pergi memenuhi undangan tersebut, apabila terjadi sesuatu maka kau diharuskan memasang bulu angsa tersebut diatas bahumu"
Huan cu im menerima bulu itu, kemudian tanyanya lagi:
"Apa gunanya bulu ini ?"
"Aku sendiripun tidak tahu, Seng lopek hanya berpesan demikian-.."
Tiba tiba saja ia tertawa gembira, kembali dikeluarkan sebatang bulu angsa dari sakunya, lalu sambil diperlihatkan ke udara, bisiknya rendah. "Menurut Seng lopek. Aku pun boleh ikut, lagipula boleh pergi bersamamu"
"Aaah, hal ini mana mungkin " Seandainya sempat ketahuan musuh bagaimana jadinya ?"
"Menurut Seng lopek. Leng cu emas menyuruh kau datang pada kentongan ketiga malam nanti, berarti bisajadi dia sudah tiba disitu sebelum waktu yang ditentukan, oleh sebab itu kita harus berangkan jauh lebih awal daripada dirinya, sekarang juga harus berangkat."
"Tapi sekarang baru menjelang kentongan pertama." Seru Huan cu im.
"Justru karena pergi kelewat awal maka jejak kita baru tak akan ketahuan orang lain, malah kita bisa menemukan jejak orang lain-"
"Tapi kau toh tidak memiliki kain hitam kerudung muka?"
"Siapa bilang aku tidak punya?" Ban Huijin tertawa manis,
"coba lihat, bukankah ini adalah kain hitam kerudung muka?"
Sembari berkata dia mengeluarkan selembar kain hitam dari dalam sakunya dan diperlihatkan kepada pemuda tersebut.
"Seng lopek kah yang memberikan kain kerudung hitam itu kepadamu...?" tanya Huan cu im lagi keheranan"Sudahlah, tak usah banyak bertanya lagi, aku harus kembali dulu ke kamarku untuk mengambil senjata, kaupun jangan lupa membawa senjata. Oya, disamping itu Seng lopek berpesan pula agar kita masuk keluar lewat pintu belakang, dengan begitu gerak gerik kita tak sampai mengejutkan orang lain, disamping itu kau mesti mengunci pintu depan dan keluar dari jendela belakang, Nah berangkatlah dulu ke atas rumah aku segera menyusul."
Selesai berkata diapun membuka pintu kamar secara pelan pelan, melongok sekejap ke sekeliling tempat itu kemudian dengan cepat menyelinap keluar.
Huan cu im memasukkan setangkai bulu angsa itu kedalam sakunya, dia tak tahu apa yang telah direncanakan Seng lopek^ maka setelah mengambil pedang Pelangi hijaunya dan disorenkan pada pinggang, diapun mengunci pintu depan, membuka jendela belakang dan menyelinap keluar dari situ Ketika dia menengok ke depan sana, suasana diseluruh perusahaan Seng ki piaukiok terkecuali kamar baca dari Seng lopiautau sudah memadamkan lenteranya suasana gelap gulita mencekam seluruh tempat tersebut.
Sementara dia masih mengamati suasana di situ, Ban Huijin telah menyelinap keluar pula dari jendela belakang kamar tidurnya, lalu seperti sehembus angin lembut dia telah menyelinap datang kemari.
Saat itu dia sudah berganti dengan pakaian ringkas berwarna hijau dengan kain pembungkus kepala berwarna hijau pula, sebilah pedang tersoren dipinggangnya, dandanan tersebut merupakan dandanan seseorang yang hendak berjalan malam.
Ketika nona itu menyaksikan Huan cu im masih mengenakan jubah panjang, tanpa terasa segera tegurnya ringan:
"Mengapa aku masih mengenakan jubah panjang ?"
"Jika tidak mengenakan jubah panjang, aku harus mengenakan apa?"
"Untuk melakukan perjalanan ditengah malam begini, tentu saja kau harus tukar dengan pakaian ringkas untuk berjalan malam."
"Aaah, itu sih terlampau merepotkan, memangnya dengan mengenakan jubah panjang lantas aku tak dapat menempuh perjalanan malam ?"
"Aaah segan aku denganmu..." Ban Huijin cemberut sambil melengos kearah lain, "ayo kita segera berangkat"
Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh mereka berdua melewati atap rumah menuju ke bagian belakang perkampungan tersebut, setibanya diluar pagar mereka berbelok menuju kebarat.
Tengah hari tadi mereka sudah pernah melewatijalanan tersebut, tentu saja jalanan tersebut masih cukup dikenal mereka, apalagi kentongan pertama sudah menjelang waktu itu, orang yang berlalu lalang sudah semakin berkurang.
Agar gerak gerik mereka tidak sampai ketahuan orang, terpaksa kedua orang itu memilih tempat yang gelap dan agak terpencil untuk menyembunyian diri, barulah setelah melewati jembatan Buntek kiau, suasana baru kian lama kian bertambah sepi.
Dengan begitu mereka pun dapat mempergunakan ilmu meringankan tubuh masing masing untuk berangkat ketempat tujuan, sebelum kentongan kedua tiba mereka telah berada di Kui bin sia.
Huan cu im segera mengangkat kepalanya dan memperhatikan sejenak keadaan cuaca, lalu bisiknya :
"Aaah, nampaknya kedatangan kita terlalu pagi"
"Siapa bilang terlalu pagi"jawab Ban Huijin cepat,
"bukankah tadi sudah kukatakan kepada mu, justru dengan datang lebih awal maka jejak kita baru akan sulit diketahui orang, bahkan sebaliknya dapat mengetahui jejak orang lain"
"Mengetahuijejak siapa ?"
Ban Huijin segera menarik pemuda itu sambil mengomel:
"Kau ini, benar benar tidak memiliki pengalaman dunia persilatan barang sedikitpun jua, kenapa masih saja berdiri terus disitu" Ayo kita selekasnya menyembunyikan diri ke dalam hutan sana."
Kalau begitu mari kita menyembunyian diri kehutan sebelah kiri saja.
"Tidak" tampik Ban Huijin, ia segera menarik pemuda itu menuju kesisi hutan sebelah kanan, kemudian baru katanya lagi, "dia menyuruh kau bersembunyi disebelah kanan, dengan begitu kita harus bersembunyi disebelah kanan, dengan begitu kita baru bisa mengawasi gerak gerik mereka, menurut Seng lopek. Bisa jadi mereka masih mempunyai rencana lain, karena itu kau tidak dipergunakan menampakkan diri, juga tak boleh bertindak secara gegabah, segala sesuatunya harus menunggu sampai segala persoalan menjadijelas."
"Baik, aku akan menuruti saja semua perkataanmu."
Ban Huijin berpaling dan melemparkan s ekulum senyuman yang amat manis ke arahnya, lalu bisiknya dengan lembut,
"Nah, beginilah baru seorang toako ku yang baik, padahal akulah yang seharusnya menuruti perkataanmu."
Berbicara sampai disini, dia lantas menjawil pemuda itu sambil ujarnya lagi:
"Mungkin kedatangan kita paling awal, sekarang kita mesti mencari tempat dulu untuk menyembunyikan diri, paling baik lagi jikalau tak sampai diketahui orang lain, tapi kita justru kita dapat melihat orang lain secara jelas."
Sembari berkata diapun bergerak kedalam hutan sambil celingukan kian kemari, berapa tombak kemudian akhirnya ia berhasil menemukan dua batang pohon besar yang tumbuh amat rimbun.
Dari atas hingga kebawah penuh rotan liar, seakan akan sebuah tirai yang tebal lagi pula didepan pohon tadi tumbuh semak belukar yang sangat lebat, ini membuat mereka berdua dapat menyembunyikan diri secara sempurna. Dengan perasaan girang Ban Huijin segera berseru : "Huan toako, kita bersembunyi disini saja"
Dia menyingkap tumbuhan rotan yang lebat itu sambil menyelinap ke balik hutan, setelah itu bisiknya lagi.
"cepat kemari toako, tempat ini merupakan sebuah tempat persembunyian yang sangat ideal dan nyaman, lagipula kita pun bisa duduk duduk disini"
Huan cu im turut berjalan masuk kedalam ternyata Ban Huijin telah duduk diatas dahan pohon ketika melihat kedatangan pemuda itu, dia lantas menepuk nepuk dahan disisinya seraya berkata:
"Mari, kaupun duduk disini, coba lihat, bukankah tempat ini sangat bagus?"
Dahan pohon itu tidak terlalu besar, Huan cu im segera duduk disampingnya dan berkata sambil tersenyum
"adik Jin, tidak kusangka kau adalah seorang gadis yang pintar dan cekatan."
"Aaah, apa sih artinya mencari sebuah tempat persembunyian" Memangnya kemampuan seperti inipun disebut pintar dan cekatan " ibuku malah sering mengumpatku sebagai budak yang tolol" kata Ban Huijin sambil tertawa ringan
"Aaah, itu kan disebabkan bibi kelewat menyayangimu, maka ia baru berkata begini."
"Tidak mungkin" Ban Huijin mencibir bibir, "ibu paling pilih kasih, baik di depan orang atau dibelakang orang, dia orang tua selalu memuji muji kehebatan toako, dan selalu mengatakan aku nakal, cerewet dan bodohi seakan akan aku sama sekali tidak berguna saja."
Huan cu im merasa amat geli setelah mendengar ucapan mana, tanpa terasa dia berpaling dan tersenyum ke arahnya.
Ban Huijin menjadi jengkel, seraya serunya lagi.
"Eeei... kau berani mentertawakan aku " Baik, aku tak akan berbicara lagi denganmu" Sambil cemberut berlagak marah ia latnas melengos ke arah lain-..
"Eeeh... kenapa menjadi marah " Aku kan Cuma merasa amat geli mendengar perkataanmu itu" kata Huan cu im.
"Yaa, betul, aku memang sangat menggelikan" Ban Huijin berseru makin mendongkol.
"Bukan, aku bukan maksudku begitu, Cuma kurasakan bahwa caramu berbicara persis seperti seorang anak kecil, bikin orang menjadi geli saja" Ban Huijin segera membungkam dan tak berbicara lagi.
"Baiklah" kembali Huan cu im berkata, "kalau enggan berbicara, beristirahatlah sejenak."
Ban Huijin masih tetap membungkam tanpa menjawab.
Melihat nona itu membungkam dan tidak berbicara lagi maka Huan cu impun ikut terdiam.
Kedua orang itu duduk membungkam sekian lamanya, tiba tiba pemuda itu berseru tertahan
"Aaah, adik Jin, ada orang datang "
"Hmmm aku tidak percaya" nona itu mendengus.
"Sungguh Ada orang telah datang"
"Mana orangnya ?" tanya Ban Huijin masih saja cemberut.
"Ssst, jangan berisik lagi"
Ketika menyaksikan pemuda itu berbicara dengan wajah bersungguh sungguh maka diapun berjongkok dan menyingkap semak belukar untuk mengintip keluar.
Betul juga, nampak sesosok bayangan manusia meluncur datang ke arah hutan tersebut dengan kecepatan tinggi.
Sungguh cepat gerakan tubuh orang itu, namun dia tidak menuju ketempat mereka berada melainkan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya menyelinap ke tengah hutan disebelah utara.
Dengan suara lirih Ban Huijin segera berbisik.
"Mungkin sekali orang ini adalah orang yang dikirim lengcu emas untuk bersembunyi di sini."
"Ehmm, kalau ditinjau dari gerakan tubuhnya yang begitu cepat, bisa kita duga bahwa dia memiliki ilmu silat yang sangat tinggi " sekali lagi Ban Huijin mendengus.
"Hm, aku toh tidak mengajakmu berbicara, mengapa pula kau mengajakku berbicara ?" Huan cu im segera tersenyum.
"Sudahlah adik Jin,jangan nakal lagi, ahJangan berisik, ada orang datang lagi."
Kali ini Ban Huijin percaya dan benar benar tidak bersuara lagi, ketika ia menengok ke depan melalui balik semak belukar, betul juga, tampak olehnya sesosok bayangan manusia sedang meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki orang ini nampakya jauh melebihi orang pertama tadi, dalam waktu sekejap mata saja ia telah tiba didepan hutan.
"cepat bersembunyi, agaknya dia sedang berjalan menuju ke arah kita berada " Huan cu im kembali berbisik.
Cepat cepat kedua orang itu menyembunyikan diri dengan bertiarap ke atas tanah.
Terdengar ujung baju terhembus angin berkelebat lewat dari atas kepala mereka dan sekejap mata kemudian sudah tak kedengaran suara lagi, jelas orang itu sudah menerobos masuk ke dalam hutan-Huan cu im memasang telinga dan memperhatikan sejenak, kemudian baru bisiknya "Gerakan tubuh orang ini benar benar sangat cepat "
"Apakah dia sudah pergi jauh?" bisik Ban Huijin lirih.
"Tempat dimana dia menyembunyikan diri adalah di balik hutan kita sana, tadi kita seharusnya bersembunyi didalam hutan sebelah kiri, bila ditinjau dari keadaan ini berarti setiap sudut hutan telah disiapkan orang orangnya, sekarang kita bersembunyi satu sudut dengannya, ini membuat kita kurang leluasa dalam berbicara nanti."
"Apakah dia dapat menangkap pembicaraan kita ?"
"Aku sendiri dapat menangkap suara yang berasal dari sepuluh kaki disekitarku, sedangkan orang itu memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tangguh daripada ku, tentu saja jarak pendengarannya akan lebih jauh lagi"
"Kalau begitu kita tak usah berbicara lagi"
Kedua orang itu benar benar tidak berbicara lagi, tapi Ban Huijin pelan pelan menjatuhkan diri kedalam pelukan pemuda tersebut.
Langit yang gelap gulita, hutan yang gelap pekat dan tumbuhan rotan yang menyerupai tirai tebal, membuat kedua orang itu seolah olah terpisah sama sekali dari dunia luar.
Dalam dunia yang kecil itulah mereka berdua duduk sambil saling bersandaran.
Justru karena tidak saling berbicara, dua hati pun tergoda oleh suasana dan keadaan sehingga tanpa terasa mereka saling bergenggaman tangan dan saling bersenderan badan.
Huan cu im yang tergoda oleh keadaan segera memeluk pinggang nona itu erat erat, mereka tak perlu berbicara lagi, karena hati mereka sudah bersatu padu, keadaan demikian ini rasanya jauh lebih baik daripada mengutarakan dengan berbagai kata. Waktu pun pelan pelan berlalu dalam suasana yang penuh romantis...
Mendadak terdengar suara gemerisik yang amat keras bergema dari kejauhan sana yang semakin mendekati hutan tersebut.
Huan cu im segera tersentak kaget, cepat cepat ia berbisik kesisi telinga gadis itu
"adik Jin, ada orang datang,jangan berisik."
Merah padam selembar wajah Ban Huijin sesudah mendengar perkataan itu, cepat cepat dia menyingkap semak belukar dan melongok keluar sana.
Namun sebelum gadis itu bertindak lebih jauh, Huan cu im telah menangkap tangannya seraya berbisik:
"orang itu sudah berada diluar hutan, bila kau membuka rumput seenaknya sendiri, nisCaya jejak kita akan segera ketahuan"
Pada saat itulah terdengar seseorang berseru dengan suara nyaring:
"Aku orang she Lian telah datang memenuhi janji, mana tuan rumahnya" Mengapa masih belum juga menampakkan diri?"
Huan cu im yang mendengar suara seruan tersebut menjadi tertegun dibuatnya.
Sebaliknya Ban Huijin segera menempelkan bibirnya disisi telinga pemuda tersebut sambil katanya:
"^, rupanya yang datang adalah engkoh tua"
Huan cu im segera berpaling dan menempelkan pula bibirnya disisi telinga nona itu sambil menyahut.
"Menurut pendapatmu, mungkinkah dia diundang kemari oleh Lengcu emas...?"
"Ya a, bisa jadi memang demikian"
Pada saat itulah terdengar suara suara seseorang yang lain menjawab dengan nada yang dingin dan menyeramkan
"Lian tayhiap memang seorang yang sangat memegang janji, sudah cukup lama siaute menantikan kedatanganmu disini"
Begitu mendengar suara tersebut, Huan cu im segera dapat mengenali suara tersebut sebagai suara aneh dari Lengcu emas.
Berdasarkan perhitungannya suara itu dikumandangkan dari jarak delapan sembilan kaki disisi kirinya, yakni dibalik hutan dimana mereka berdua menyembunyikan diri sekarang.
Itu berarti dia adalah bayangan hitam yang menerjang masuk kedalam hutan tadi, tak disangka ia telah bersembunyi disisi kirinya yang berjarak Cuma sepuluh kaki saja dari tempat persembunyiannya tanpa diketahui olehnya, masih untung mereka berdua tidak banyak berbicara, kalau tidak.
Bukankah jejaknya akan ketahuan "
Dalam pada itu, Lengcu emas telah bertindak keluar dari tempat persembunyiannya bersamaan dengan seruan tersebut.
Pelan-pelan Ban Huijin menyingkap rerumputan lalu mengintip keluar...
Tampak olehnya si engkoh tua Pengemis penakluk harimau Lian Sam sin dengan dandanan seperti pagi tadi telah mengundurkan diri sejauh empat lima kaki dan berdiri tak bergerak. Ditengah kegelapan sorot matanya yang tajam diarahkan ke arah hutan-Yang dipandang olehnya tentu saja Lengcu emas sebab Lengcu emas baru saja keluar dari balik hutan, posisinya terletak disebelah kiri tempat dimana mereka berdua menyembunyikan diri.
Oleh sebab itulah dalam perasaan Ban Huijin, sorot mata Lian Sam sin yang tajam seolah-olah ditujukan ke arahnya, hal tersebut membuat hatinya diam diam merasa terperanjat.
Ketika berpaling lagi ke arah lain, tampak olehnya dari balik hutan sebelah kiri pelan pelan berjalan keluar sesosok bayangan hitam yang tinggi kurus.
Orang itu mengenakan baju berwarna hitam seluruh mukanya dikerudungi pula dengan kain hitam sehingga hanya nampak sepasang matanya yang memancarkan sinar tajam.
Justru karena perawakan tubuhnya ceking lagi jangkung, ditambah lagi memakai baju hitam dan bergerak sangat lamban sehingga kelihatan seperti melayang ditengah udara, maka keadaannya tak ubahnya seperti sesosok sukma gentayangan yang munculkan diri dari balik hutan-Bergidik hati Ban Huijin setelah menyaksikan dandanan seperti itu sekujur badannya menggigil, digenggamnya tangan Huan cu im erat erat, kemudian bisiknya. "Siapa sih orang itu?"
"Dia adalah Lengcu emas"
"Hmm, jika ditinjau dari dandanannya yang macam setan itu, sudah pasti dia bukan orang baik baik" dengus Ban Huijin kemudian-Walaupun perkataan itu diucapkan tidak terlalu nyaring namun tidak termasuk pula pelan-Untung saja Lian Sam sin dan lengcu emas telah saling berhadapan muda waktu itu, terdengar si pengemis telah menegur dengan suara nyaring. "Kau kah yang menyebut diri sebagai pemilik Kui bin sia ?"
Suara teguran yang amat nyaring ini segera menutupi suara dengusan dariBan Huijin tadi.
Huan cu im segera berbisik lirih.
"Kalau ingin berbicara mesti berhati hati, jangan sampai membocorkan jejak kita sendiri."
Dalam pada itu Lengcu emas telah menjawab dengan suara yang menyeramkan-"Benar, akulah orangnya"
"Sudah banyak tempat kukunjungi, baik didaerah utara maupun daerah selatan, namun belum pernah kujumpai manusia seperti dirimu itu" jengek Lian Sam sin sinis. Kembali Lengcu emas tertawa berat, lalujawabnya dengan suara yang rendah dan dalam.
"Itu berarti pengetahuan dan pengalamanmu yang terlampau cetek sehingga tidak banyak nama yang kau kenal"
Lian Sam sin tertawa nyaring:
"Kalau ditinjau dari keberanianmu menyebut diri sebagai pemilik Kui bin sia, aku duga kau pasti seorang yang mempunyai kedudukan dan nama besar dalam dunia persilatan, mengapa kau tak berani melepaskan kain kerudung hitammu agar aku si pengemis tua dapat menyaksikan bagaimanakah raut wajah asli dari kau si Siacu ?"
"Aku rasa hal ini tidak perlu" kata Lengcu emas sembari tertawa seram.
Lian Sam sin mendengus, kemudian dengan sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu diawasinya pihak lawan lekat lekat, setelah itu katanya kemudian"Baiklah, kalau begitu silahkan kau sampaikan apa maksud dan tujuanmu mengundang kehadiran aku si pengemis tua kemari pada malam ini...?"
"Aku sengaja mengundang kehadiran loko, karena ada satu masalah yang hendak kurundingkan denganmu."
Ketika berbicara sampai disini, tiba tiba ia menarik suaranya panjang panjang lalu berhenti berbicara. Setelah mengangkat kepalanya pelan pelan ia bertanya lagi. "Kau telah berkunjung kerumah kayu di tengah hutan sana?"
"Benar" "Untuk menyelidiki kematian dari seorang anggota pelindung hukum perkumpulanmu?"
"Benar" "Aku harap kau sudah meninggalkan kota Kim leng sebelum tengah hari esok"
"Apakah kehadiranku telah mengganggu pekerjaanmu?"
jengek Lian Sam sin dengan sepasang matanya memancarkan sinar tajam.
-oo0dw0oo Jilid: 17 "Lebih baik kau jangan banyak menanyakan tentang persoalan ini.." Lian Sam sin segera tertawa tergelak:
"Haaahh haa haa aku si pengemis tua mempunyai suatu watak yang aneh, yaitu paling senang menanya seseorang hingga sampai sejelas jelasnya, bukan Cuma mau bertanya sampai jelas, aku si pengemis tua pun ingin tahu seandainya aku tidak meninggalkan Kim leng, maka persoalan apakah yang telah mengganggumu?" Kemudian setelah berhenti sejenak. Sambungnya lebih jauh :
"Disamping itu akupun merasa amat tertarik sekali dengan julukanmu sebagai pemilik Kui bin sia ini, pingin kuketahui sebenarnya malaikat sakti dari manakah dirimu itu, apakah kau bersedia memberi keterangan kepadaku ?"
"Lian Sam sin, aku minta kepadamu untuk meninggalkan kota Kim leng karena mengingat kau tidak gampang mendapatkan nama besarmu itu bila kau mengira aku sedang mengajakmu untuk membicarakan soal pertukaran syarat, maka anggapanmu itu keliru besar sekali."
"Haahaa... haahaa...." Lian Sam sin segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak. Ditatapnya lawan ketat ketat, kemudian serunya :
"Rasanya aku si pengemis tua masih dapat menduga beberapa bagian atas maksud dan tujuanmu, sekalipun kau tidak bersedia melepaskan kain kerudung mukamu, akupun dapat menduganya, oleh sebab itu."
Sengaja dia menarik perkataan itu panjang panjang dan tidak melanjutkan perkataannya lagi
Dengan suara rendah Ban Hui jin segera berkata :
"Huan toako, kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, tampaknya engkoh tua sudah mengetahui akan asal usul dari Leng cu emas tersebut."
Waktu itu, Huan cu im sedang memusatkan pikirannya untuk mendengarkan pembicaraan kedua orang tersebut, maka ia segera memberi tanda agar nona itu jangan berbicara dulu. Dalam pada itu Lengcu emas telah maju kedepan dan berseru dengan suara dalam : "oleh karena itu kenapa ?"
Lian Sam sin berdiri dengan wajah serius katanya dengan nada bersungguh sungguh :
"oleh karena itu aku berharap kau bisa menyadari kesalahan dan jangan sampai terjerumus lebih jauh"
"Lian Sam sin" dengan pancaran hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Lengcu emas dan berteriak keras, "malam ini kau tidak perlu meninggalkan Kui bin sia lagi"
"Memangnya kau dapat menahan aku si pengemis tua "
jengek Lian Sam sin sambil tertawa nyaring.
"Aku menghendaki nyawamu "
"Bagus sekali kalau begitu" bentak Lian Sam sin dengan suara keras, "kebetulan sekali aku sipengemis tua memang akan mencoba akan kelihayan jurus seranganmu"
Belum selesai dia membentak tiba tiba tubuhnya mendesak maju kedepan telapak tangan kanannya diayunkan membuat gerak tipuan sementara tangan kirinya secepat kilat dilontarkan melancarkan cengkeraman kewajah Lengcu emas.
Jurus Kiam liong tam itu atau naga emas mementang cakar ini sudah dipersiapkan semenjak tadi, maka begitu suara bergema, tubuhnya sudah menerjang kedepan diiringi sambaran cakar maut.
Namun Lengcu emaspun tidak berbuat bodoh, tubuh bagian atasnya segera mengigos kesamping, lalu tangan kirinya menyambar pergelangan tangan kirinya Lian Sam sin sedang tangan kanannya membacok dada pengemis tersebut dengan suatu ayunan maut.
Serangan tersebut dilancarkan amat cepat, tenaga dalamnyapun amat sempurna, bukan saja tak kalah dari Lian Sam sin, malahan bisa jadi melebihi kemampuannya.
Lian Sam sin amat terkesiap. Dengan cepat dia menarik kembali tangan kirinya menyusul kemudian telapak tangan kanannya didorong kemuka untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaaammm..." Ketika sepasang telapak tangan mereka saling beradu satu sama lainnya, segera timbul benturan keras yang berakibat kedua belah pihak sama sama tergetar mundur selangkah.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Lian Sam sin, sambil mendaham serunya: "Tenaga dalam yang kau miliki benar benar luar biasa"
Lengcu emas tertawa seram, tiba tiba ia mundur berapa depa ke belakang kemudian sambil bertepuk tangan teriaknya
: "Dimana utusan perak"
Ban Hui jin yang mendengar perkataan tersebut segera berbisik lirih : "Dia sedang memanggilmu "
"Ssst, jangan berisik "
Sementara mereka berdua masih bercakap cakap.
Mendadak terdengar suara desingan angin tajam berkelebat lewat, dua sosok bayangan manusia bagaikan burung elang sudah meluncur keluar dari sisi kanan dan bagian depan hutan tersebut kedua sosok manusia tadi langsung menuju ke tengah arena.
Ternyata mereka adalah dua orang manusia berbaju hijau yang berkerudung hitam, dengan pedang terhunus mereka berdiri tak bergerak.
Dengan demikian berarti mereka telah membentuk posisi segi tiga yang mengepung si pengemis penakluk harimau Lian Sam sin ditengah arena.
Tapi kalau dibilang yang benar, seharusnya mereka hanya mengurung pada bagian belakang, kiri dan depan Lian Sam sin saja, dengan bagian kanannya tetap kosong.
Bagian kanan Lian Sam sin tak lain adalah bagian kiri dimana mereka berdua menyembunyikan diri.
Dengan sorot mata memancarkan keheranan Lengcu emas segera berpaling ke sisi kiri hutan dan memandang sekejap kesana.
Dengan cepat Huan cu im mengerti apa gerangan yang terjadi diam diam pikirnya :
"Kalau begitu tempat kosong yang berada disebelah kiri itu seharusnya merupakan tempatku."
Dalam pada itu Lian Sam sin telah mendongakkan kepalanya dan tertawa tergelak ditatapnya dua orang manusia berbaju hijau itu sekejap kemudian katanya : "Apakah barisan anda hanya terdiri dari kedua orang ini saja ?"
Dengan suara dalam Lengcu emas segera membentak :
"Maju" Bersamaan dengan seruan tersebut dia menerjang kemuka dengan mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat ketubuh Lian Sam sin.
Tanpa mengeluarkan sedikit suarapun kedua orang manusia berbaju hijau itu mengayunkan pedangnya dan menyerang pula dari sisi kiri dan kanan-Gerak serangan yang dilakukan kedua orang ini aneh sekali tampak cahaya pedang menyilaukan mata, serangan yang dilontarkan kedepanpun amat dahsyat dan luar biasa dapat diketahui betapa lihay nya ilmu silat yang dimiliki orang itu.
Ban Hui jin yang menyaksikan kejadian tersebut tiba tiba berseru tertahan, tanpa terasa dia mengalihkan perhatiannya kebeiakang tubuh Lian Sam sin dimana seorang manusia berbaju hijau sedang melancarkan serangan-Sebaliknya Huan cu im yang menyaksikan Lengcu emas bersama dua orang manusia baju hijau mengerubuti Lian Sam sin menjadi gelisah, dia tidak mengetahui apa yang mesti diperbuatnya sekarang.
Oleh sebab itu terhadap seruan tertahan dari Ban Hui jin serta perubahan mimik wajahnya ia sama sekali tidak menaruh perhatian
Lian Sam sin yang saling bentrok dengan Lengcu emas itu segera mengetahui bahwa orang yang menyebut diri sebagai pemilik Kui bin sia ini memiliki kepandaian silat yang sama sekali tidak berada dibawah kepandaian sendiri sebaliknya dua orang manysia berbaju hijau itupun agaknya bukan termasuk manusia yang berasal dari golongan lemah.
Kerja sama tiga orang jagoan tangguh itu segera menimbulkan kekuatan yang amat luar biasa lagi pula entah serangan siapapun yang berhasil dipunahkan olehnya, dua orang yang lain pasti memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyerangnya.
Dengan satu melawan tiga orang, terpaksa ia harus mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menghadapi.
Pertarungan semacam ini boleh dibilang paling membuang tenaga dan paling tidak tahan untuk bertarung lama, bila ditinjau dari persiapan lawan, agaknya pihak musuh telah mempersiapkan orang orangnya secara sempurna dengan maksud hendak merenggut selembar nyawanya.
Sementara dia masih termenung, ketiga lawannya sudah bergerak kedepan, Lengcu emas menerjang tiba lebih duluan sambil melepaskan bacokan maut yang disertai dengan deruan angin serangan yang maha dahsyat.
Lian Sam sin tidak ingin bertarung secara kekerasan melawan musuhnya, dengan cepat dia menjejakkan kakinya keatas tanah sambil bergeser beberapa depa kesamping kiri kemudian telapak tangan kirinya diayunkan kedepan melepaskan sebuah bacokan dahsyat menerjang ayunan pedang manusia berbaju hijau yang berada di sebelah kiri.
Geseran tubuhnya kesamping kiri ini benar benar dilakukan dengan amat jitu, dengan amat manis sekali dia berhasil meloloskan diri dari serangan yang datang dari depan dan sisi kanan itu.
Agaknya manusia berbaju hijau yang berada disebelah kiri itu tidak menyangka kalau dia akan maju bukannya menghindar, terutama sekali serangan mautnya yang menerjang keatas pedang sendiri
Betul pedang yang digenggamnya merupakan sebilah pedang baja yang tidak gampang dipatahkan dengan kekuatan serangan lawan namun dengan terjadinya tumbukan tersebut berarti permainan jurus serangannya pun akan menceng pula.
Tentu saja dia tak akan membiarkan orang lain menumbuk diatas senjata itu sambil putar pergelangan tangannya untuk memunahkan serangan lawan dia mundur selangkah kebelakang.
Baru saja manusia berbaju hijau yang berada disebelah kiri itu mundur, lengcu emas dan manusia berbaju hijau yang ada disebelah kanan serentak maju kedepan sambil melancarkan serangan
Yang satu melontarkan sepasang telapak tangannya secara berantai, maka yang lain memutar pula pedangnya menciptakan desingan angin tajam bagaikan amukan ombak disamudra yang benar-benar mengerikan hati.
Sementara itu, manusia berbaju hijau yang berada disebelah kiri itu segera maju kembali setelah mundur, pedangnya melepaskan sebuah sapuan maut yang dahsyat kemudian melepaskan pula serangkaian serangan gencar.
Semakin bertarung, Lian Sam sin semakin bersemangat, tiba tiba serunya sambil tertawa tergelak :
"Suatu serangan yang amat bagus"
Tubuhnya segera berkelebat diantara ketiga orang tersebut, sepasang telapak tangannya diputar sedemikian rupa melepaskan serangan gencar yang membendung ancaman dari ketiga orang lawannya.
Pertarungan yang berlangsung kali ini benar benar amat sengit dan mengerikan hati, membuat pasir dan debu ikut pula beterbangan.
Ban Hui jin yang mengikuti jalannya pertarungan tersebut semakin memandang semakin tegang perasaannya, akhirnya dia tak bisa menahan diri lagi digenggamnya tangan Huan cu im erat erat lalu bisiknya lirih :
"Huan toako dia... mungkinkah dia adalah toako ku..."
"Siapa yang kau maksudkan?" tanya Huan cu im terkesiap.
Sambil menuding kedepan jawab Ban Hui jin : "Itu dia manusia berkerudung yang ada disebelah kiri"
"Apakah kau menduga dia adalah kakakmu?"
"Tidak- jurus serangan yang dipergunakan mirip dengan Hong san kiam hoan, bahkan semakin kupandang semakin mirip rasanya"
"Ehmm bisa saja hal ini terjadi"
Huan cu im terbayang kembali bagaimana dirinya bisa menjadi utusan perak setelah dicekoki bubuk pembingung pikiran oleh lawan Ban Sian Ceng telah dicekoki pula dengan bubuk pembingung pikiran yang dicampurkan kedalam araknya, sudah barang tentu dia pun akan menjadi seorang utusan perak. Berpikir sampai disini, diapun berbisik "Entah siapakah seseorang yang lain itu"
"Waaah, bagaimana baiknya sekarang?" tanya Ban Hui jin dengan perasaan gelisah.
"Tentang soal ini..."
Huan cu im hanya sanggup berkata demikian, sebab dia sendiripun tidak tahu apa yang harus diucapkannya sekarang"
Pada saat itulah, tiba tiba Ban Hui jin mendengar seseorang berbisik dengan suara lirih :
"Nona Ban, waktunya sudah tiba, kau dan Huan hiantit segera mengenakan kain kerudung hitam dan kita maju bersama sama, kalian berdua pergi menghadapi manusia berkerudung yang ada disebelah kanan tapi kalian mesti ingat, hanya boleh mendesaknya jangan beradu kekerasan dengannya"
Ban Hui jin sudah mendengar kalau si pembicara tersebut adalah Seng Lopek, dengan perasaan girang segera serunya tanpa terasa : "Baik "
Huan cu im yang berada disisinya menjadi keheranan, ia segera bertanya : "Hei apa yang kau katakan ?"
"cepat kenakan kain kerudung hitammu, kita segera keluar"
"Kita keluar mau apa?"
"Tentu saja membantu engkoh tua, kita berdua bekerja sama menghadapi manusia berkerudung yang berada disebelah kanan"
"Bukankah kau mengatakan orang yang berada disebelah kiri adalah kakakmu ?"
"oleh sebab itulah Seng lopek meminta kepada kita berdua untuk menghadapi manusia berkerudung yang berada disebelah kanan"
"Seng lopek yang menyuruh kita menghadapi manusia berkerudung yang ada disebelah kanan itu ?"
"Aduuuh mak"Ban Hui jin berseru dengan gelisah
"kau lupa kita sedang berada dimana sekarang, mengapa sih kau bertanya terus tiada hentinya"
"Kukatakan saja padamu Seng lopek telah datang dan dialah yang minta kepada kita berdua untuk bekerja sama untuk menghadapi manusia yang ada disebelah kanan itu, Cuma kita hanya boleh mendesaknya, tak boleh beradu kekerasan dengannya nah cukup, sekarang kau sudah paham bukan?"
Huan cu im manggut manggut dengan cepat mereka berdua mengeluarkan kain kerudung dan menutupkan keatas wajah masing masing
Kemudian Ban Hui jin mengeluarkan pula bulu angsa putih itu dan dikenakan pada pakaiannya sambil berbisik: "Huan toako, jangan lupa dengan benda ini"
Belum habis dia berkata, terdengar desiran angin tajam memmbelah angkasa kembali muncul dua sosok bayangan manusia yang meluncur kedepan hutan
Pedang Pelangi Jay Hong Ci En Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mari kita segera keluar" desak Ban Hui jin kemudian-Ia segera menarik Huan cu im untuk bangkit berdiri, kemudian dengan sekali jejakkan kaki merekapun terjun pula ketengah arena pertarungan-Dengan sorot mata yang tajam Huan cu im memperhatikan kedua orang manusia yang berada dihadapannya, ternyata merekapun mengenakan sebatang bulu angsa pada dadanya mengertilah dia, kesemuanya ini pasti sudah diatur Seng lopek secara sempurna.
Pada saat itulah, dua orang manusia yang berada dihadapannyatelah menggerakkan senjatanya menyerang lelaki berkerudung yang berada disebelah kiri Lian Sam sin.
Oooodwoooo Huan cu im dan Ban Hui jin tak berani berayal lagi serentak mereka meloloskan pedang masing masing dan menyerang manusia berkerudung hitam yang berada disebelah kanan Lian Sam sin-Selama ini, sipengemis penakluk harimau Lian Sam sin telah bertarung sebanyak tiga empat puluh gebrakan melawan ketiga orang musuhnya, Lengcu emas yang berada dihadapannya sama sekali tidak menggunakan senjata namun setiap bacokan yang dilontarkan olehnya selalu menimbulkan deruan angin serangan yang amat memekikkan telinga, hal ini menunjukkan kalau tenaga dalam yang dimilikinya hampir seimbang dengan kepandaian yang dimiliki sendiri Hal ini masih ditambah pula dengan kerubutan kedua manusia berkerudung yang datang dari kiri kanan arena, serangan pedang mereka benar benar amat gencar dan menggidikkan hati.
Terutama orang yang berada disebelah kanan itu, didalam perputaran pedangnya, tangan kirinya selalu mencari peluang dengan membidikkan serangan angin jari yang kuat dan dahsyat, membuat orang harus waspada dan tak berani bertindak sembrono.
Tiga empat puluh gebrakan kemudian sipengemis tua itu sudah dibuat kalang kabut tak keruan dan mesti menghadapi dengan segenap kekuatan yang dimilikinya.
Ketika secara tiba tiba ia menyaksikan ada empat orang manusia berkerudung muncul pula ditengah arena, diam diam ia lantas berpikir :
"Tampaknya malam ini aku sipengemis tua benar benar akan pulang ke akhirat"
Namun dimulutnya dia tak mau mengaku kalah dengan begitu saja, sambil tertawa nyaring segera serunya :
"Bagus sekali, berapa orang lagi yang kalian miliki, ayo suruh mereka maju semua"
Secara beruntun dia lancarkan dua buah pukulan berantai untuk membacok tubuh Lengcu emas.
Semua peristiwa ini berlangsung didalam sekejap mata saja, manusia berkerudung yang memakai bulu angsa putih itu tahu tahu sudah berada didepan manusia berkerudung yang ada disebelah kiri itu dan mencukilkan pedangnya keatas.
"Traaang..." Diiringi suara benturan keras, ia telah menangkis pedang dari manusia berkerudung disebelah kiri itu, suatu pertarungan sengit pun segera berkobar^
Dalam pada itu Huan cu im danBan Hui jin berdua telah mendesak tiba dari sisi kiri dan kanan tubuh manusia berkerudung yang berada disebelah kanan Tampaknya manusia berkerudung yang berada disebelah kanan itu sudah mempunyai pengalaman yang cukup matang didalam menghadapi serangan musuh, sebelum kedua orang itu menyerbu kemuka, mereka sudah merasakan akan hal itu dan segera membalikkan tubuhnya.
Ban Hui jin mendengus dia angkat pedangnya ke atas untuk menangkis ancaman tersebut, kemudian balik melepaskan sebuah tusukan kilat kedepan.
Manusia berkerudung itu menjadi tertegun tangan kirinya segera melepaskan sebuah pukulan untuk menahan gerak serangan pedang dari Ban Hui jin.
Huan cu im dapat merasakan bahwa orang itu memiliki tenaga dalam yang cukup sempurna, dia segera maju kedepan pedang pelangi hijaunya dengan pancaran sinar kehijau hijauan langsung menusuk kedepan.
Tiba tiba manusia berkerudung itu membalikkan pedangnya lalu. "criiing" menekan diatas tubuh pedang Huan cu im, kemudian bentaknya keras keras : "Kalian-.."
Dia sengaja merubah nada suaranya dengan mengutarakan suara tersebut jauh lebih berat, namun tidak dapat menutupi ketuaannya.
Ban Hui jin enggan bersuara, pedangnya setelah ditarik segera melancarkan serangan kembali, tiga titik cahaya perak memancar keluar dari pedangnya dan mendesak ke depan.
Huan cu im sendiripun tidak berbicara, dimana cahaya pedangnya berkelebat, dia segera mengembangkan permainan ilmu pedangnya yang mengimbangi permainan dan untuk mendesak manusia berkerudung tersebut.
Manusia berkerudung itu mendengus dingin, pedangnya diputar putar tidak kalah gencarnya, pertarungan sengit pun segera berkobar.
Dipihak lain Lengcu emas dan Lian Sam sin telah saling beradu tenaga sebanyak dua kali akibat dari bentrokan tersebut mereka berdua sama sama tergetar mundur sejauh satu langkah, ketika secara tiba tiba ia menyaksikan munculnya empat manusia berkerudung, hatinya segera dibuat tertegun.
Lian Sam sin sendiri yang menyaksikan kedua orang musuhnya yang menyergap dari kiri dan kanan kini sudah disambut oleh tiga manusia berkerudung yang datang belakangan, semangatnya kontan saja berkobar kembali, ditatapnya Lengcu emas lekat lekat kemudian serunya sambil tertawa terbahak bahak :
"Haaah haa haaa... mari, mari, sekarang tinggal kita berdua saja, mari kita bertarung dengan sebaik baiknya "
Di tengah bentakan mana tubuhnya segera melompat kedepan dan sepasang telapak tangannya secara beruntun melancarkan serangkaian serangan berantai.
Semenjak diketahui tiga orang jago lihay sehingga sama sekai tidak mampu bertindak leluasa tadi ia sudah mendongkol sekali dibuatnya, kini setelah ada orang yang menghadapi dua musuh lainnya sehingga tinggal Kui bin slacu seorang yang harus dihadapi, dengan semangat yang berkobar kobar ia lantas bertarung penuh napsu membunuh.
Lengcu emas benar benar amat terkesiap menghadapi situasi yang sama sekali tidak terduga olehnya ini, terutama atas kemunculan empat orang manusia berkerudung yang sama sekali tak dikenalnya itu, dia lebih panik lagi setelah kedua orang pembantunya ternyata dihadapi oleh tiga manusia berkerudung yang tak dikenalnya itu.
Padahal sipengemis penakluk harimau Lian Sam sin mempunyai kepandaian yang hampir seimbang dengan kepandaian sendiri jelas tidak gampang untuk mengunggulinya, ditambah pula masih ada seorang manusia berkerudung lagi yang berdiri disisi Hutan sambil berpeluk tangan, perasaan was was dan kuatirnya segera mencekam seluruh perasaannya.
Ketika Lian Sam sin melompat kedepan sambil melancarkan dua bacokan maut yang disertai kekuatan dahsyat, tentu saja ia tak ingin menerimanya dengan kekerasan, sambil mengebaskan ujung bajunya secepat kilat ia mundur sejauh beberapa langkah ke belakang.
Tentu saja Lian Sam sin tak akan membiarkan musuhnya mundur dengan begitu saja, sambil tertawa tergelak lagi ejeknya: "Apakah kau sudah takut dan putus asa?"
Ditengah suara tertawanya, dia mendesak maju kemuka, tangan kanannya dengan jurus Naga hijau mementang cakar langsung menyerang dada Lengcu emas.
Dalam serangan tersebut boleh dibilang ia telah mempergunakan tenaganya sebesar delapan bagian, selain serangannya dahsyat kekuatannya pun luar biasa, seperti amukan ombak ditengah samudra langsung menumbruk kedada lawan-Menghadapi ancaman yang begitu mendesak kearahnya Lengcu emas segera mendesis sinis, sambil memutar badan dia melepaskan sebuah serangan balasan
Dalam pada itu Lian Sam sin telah merendahkan tubuhnya bersamaan dengan dilepaskannya pukulan dengan telapak tangan kanannya, sedang tangan kirinya diputar dengan kelima jari tangannya yang dipentangkan lebar lebar dia ancam dada musuh.
Didalam serangannya ini ia justru sembunyikan serangan mematikan dibalik telapak tangan kanannya, jurus serangannya aneh dan sama sekali diluar dugaan, itulah jurus menahan harimau merenggut nyali yang merupakan jurus andalan Pengemis penakluk harimau artinya dengan telapak tangan kanan menahan harimau, telapak tangan kirinya mencomot nyali.
Padahal Lengcu emas telah mempersiapkan serangan telapak tangan kanannya ketika secara tiba tiba ia menyaksikan Lian Sam sin merendahkan tubuhnya dengan merubah kuda kuda menjadi gaya Khi segera teringat bahwa musuhnya akan mengeluarkan jurus Menahan Harimau mencomot nyali tersebut.
Dengan perasaan terkejut bercampur gusar ia segera menarik kaki kirinya mundur setengah langkah, sementara telapak tangan kanannya menyambut serangan musuh dari bawah.
Jurus serangan yang digunakan ini adalah jurus Atas bawah saling menggempur suatu jurus yang mirip sekali dengan jurus menahan harimau mencomot nyali. Serangan itupun dilancarkan dengan sepasang telapak tangan digunakan bersama, suatu gerakan yang persis untuk menandingi ancaman lawan-Kedua belah pihak sama sama melancarkan serangan dengan kecepatan luar biasa tahu tahu... "Plaaak plaaak "
empat buah telapak tangan telah saling beradu satu sama lainnya.
Kedua orang itu menggerakkan tubuhnya bersama sama dan masing masing terdorong pula sejauh selangkah kebelakang hal ini menunjukkan kalau kekuatan mereka seimbang. Diam diam Lian Sam sin berpikir dengan keheranan
"Aneh sekali. Tampaknya orang ini cukup mengenali gerak jurus seranganku"
Teringat kembali bau manusia yang terendusnya didalam rumah kayu tengah hari tadi diam diam ia dibuat terkesiap.
Segera diawasi wajah lawan lekat lekat kemudian serunya dingin :
"Berdasarkan jurus serangan ini, rasanya antara aku sipengemis tua dengan dirimu tentunya tidak terlalu asing bukan?"
"Bagi umat manusia kalau bukan musuh tentu sahabat kau tak usah menjebakku dengan kata kata.."
"Bagus.. kalau begitu lebih baik kita tentukan kemampuan kita melalui pertarungan-"
Dia menjejakkan kakinya sambil menerjang kemuka, sepasang telapak tangannya secepat sambaran petir melancarkan serangkaian serangan berantai.
Lengcu emas telah menyadari bahwa rencana malam ini telah menemui kegagalan total. Sekalipun ada niat untuk mengundurkan diri, namun setelah didesak Lian Sam sin berulang kali lama kelamaan timbul juga amarahnya, dengan suara dalam ia segera membentak ^ "Memangnya kau anggap aku takut kepadamu ?"
Sambil memutar sepasang telapak tangannya, dia balas melancarkan serangan. Dalam pertarungan yang berlangsung kemudian, kedua belah pihak sama sama mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya, setiap gerakan setiap tindakan semuanya mengandung hawa naps u membunuh yang amat mengerikan, angin pukulan yang menderu deru menciptakan desingan angin tajam yang menyelimuti daerah seluas satu kaki, keadaannya benar benar mengerikan Bagi umat persilatan yang sudah terlibat dalam pertarungan sengit, maka boleh dibilang setiap gerakannya bisa jadi akan menimbulkan maut bagi lawannya.
Dipihak lain, manusia berkerudung berbulu angsa yang sedang bertarung melawan manusia berkerudung yang ada disebelah kiri Lian Sam sin pun berlangsung amat sengit dan ramai.
Permainan pedang dari manusia berkerudung berbulu angsa itu amat hebat semua serangannya enteng dan tajam namun ia membatasi gerakannya dengan saling menutul belaka.
Sebaliknya berbeda sekali dengan manusia berkerudung yang berada disebelah kiri, sebenarnya dia bekerja sama mengerubuti Lian Sam sin tapi setelah diserobot oleh seorang manusia berkerudung berbulu angsa dari tengah jalan, akhirnya dia harus bertarung satu lawan satu, tentu saja hal ini semakin menggusarkan hatinya.
Permainan pedangnya segera diperketat, cahaya pedang berkelebat berulang bagaikan titiran air hujan dia menggencet musuhnya habis-habisan.
Serangan maut yang segera dilancarkan disertai pula dengan jurus- jurus aneh yang luar biasa, semua permainan jurus yang tangguh pun dilonarkan tiada hentinya, ternyata permainan yang dipakai adalah ilmu pedang ciong long kiam hoat dari hong san. Manusia berkerudung yang menonton jalannya pertarungan itu diam diam mengangguk setelah menyaksikan peristiwa tersebut, pikirnya :
"Ternyata memang dia, agaknya dia memang sudah terkena bubuk pembingung pikiran, sekalipun ilmu pedangnya sangat lihay namun masih Cetek didalam pengalaman menghadapi lawan, dia tak akan mampu menandingin ceng hoa."
Ternyata orang ini adalah si peluru besi seng Bian tong sedang orang yang bertarung melawan manusia berkerudung disebelah kiri itu adalah Seng ceng hoa.
Permainan ilmu pedang Hoa san kiam hoat dari Seng ceng hoa selain matang dan sempurna, jurus jurus serangannya tangguh dan pandai pula memanfaatkan kelemahan lawan
disamping itu pengalamannya didalam pertarungan pun sudah cukup luas, oleh sebab itulah betapapun gencarnya serangan yang dilepaskan manusia berkerudung yang berada disebelah kiri itu, dia toh masih tetap dapat menghadapi dengan santai.
Biarpun dia pun mempunyai pertahanan maupun penyerangan, namun jurus jurus serangan yang dilepaskan sering kali hanya terbatas saling menutul sehingga tak sampai melukai lawan-Sebaliknya manusia berkerudung disebelah kanan yang bertarung melawan Huan cu im serta Ban Hui jin itu pun memiliki ilmu
pedang dan kepandaian silatnya luar biasa, biarpun dia harus menghadapi dua orang musuh sekaligus namun ia tak nampak gentar ataupun terdesak. Terutama sekali permainan tangan kirinya yang sebentar pukulan sebentar totokan jari itu boleh dibilang sekali menerobos setiap titik kelemahan dan kesempatan yang ada untuk mencekalai musuhnya, entah bacokan entah totokan jari semuanya merupakan ancaman totokan yang membahayakan jiwa kedua orang itu, bahkan kehebatannya tidak dibawah permainan pedang ditangan kanannya, hal mana membuat mereka berdua harus menghindar kian kemari tiada hentinya.
Setelah memandang berapa saat, diam diam terdengar juga perasaan Seng Bian tong segera pikirnya:
"Mungkinkah dia adalah sidewa bermuka merah Lo Siu tong Didalam partai Go bi, kecuali cing totiang, hanya dia seorang yang memiliki kepandaian silat sedemikian sempurnanya"
Sementara itu Huan cu im yang sudah bertarung belasan gebrakan dan selalu menyaksikan permainan tangan kirinya yang istimewa tiba tiba satu ingatan melintas lewat segera pikirnya:
"Mengapa akupun tidak mempergunakan telapak tangan dan jari tangan secara bergantian" Bila ilmu tersebut dikombinasikan dengan permainan pedang, entah bagaimana hasilnya" Yaaa mengapa tidak kucoba hal ini?"
Berpikir demikian permainan Kiu klong kiam hoat pada tangan kanannya segera diperlambat, sementara kelima jari tangan kirinya yang dipentangkan lebar lebar segera menyambar bahu manusia berkerudung tersebut.
Ketika melihat datangnya sambaran tangan kiri lawan, manusia berkerudung di sebelah kanan itu mendengus dingin, kemudian memutar pergelangan tangannya untuk melancarkan sebuah totokan.
Ban Hui jin segera memutar pula pedangnya melepaskan sebuah bacokan kilat ke arah pergelangan tangannya.
Baru saja ilmu Ki na jiu yang dilepaskan Huan cu im dengan tangan kirinya menemui kegagalan, akibatnya permainan pedang padatangan kanannya turut menjadi lamban pula akibat dari gerakan tersebut.
Melambannya gerakan ini persis memberi kesempatan yang baik sekali untuk manusia berkerudung disebelah kananpedang segera digetarkan keras keras, tujuh delapan titik cahaya pedang bersama sama meluncur kedepan.
Semasa masih dirumah dulu, berhubung tak tersedia pedang dirumahnya maka Huan cu im selalu melatih ilmu ci kiam cap sasi tersebut dengan menggunakan ilmu jarinya sebagai pengganti pedang .
Kemudian setelah berada di benteng keluarga Ihee dan empek Ihee nya menghadiahkan sejilid kitab Kiu klong kiam hoat dan sebilah pedang pelangi hijau kepadanya, dia meninggalkan benteng tersebut disaat ilmu Kiu klong kiam hoat baru saja dipelajari.
Padahal ilmu ci kiam cap sah si yang diajarkan gurunya merupakan sebuah ilmu pedang hanya saja belum sempat mempelajarinya dengan penggunaan pedang sehingga akibatnya selama ini diapun tak berani menggunakannya.
Sekarang setelah menyaksikan tujuh delapan titik cahaya pedang meluncur tiba dan menyergap badannya secara tiba tiba, sebenarnya dia ingin menghindar namun sayang tak sempat lagi, dalam sekejap mata itulah dia menjadi gugup sehingga tanpa terasa pedangnya melakukan gerakan membabat dari depan dada dan menyapu keluar seperti gerakan sebuah kipas.
Di daLam jurus serangan tersebut, secara tidak sengaja ternyata dia telah mempergunakan jurus serangan dari ci kiam cap sah si.
"Traaang..." Terdengar serentetan suara bentrokan senjata yang amat nyaring bergema memecahkan keheningan, ternyata ketujuh delapan buah titik cahaya pedang yang gencar dari manusia berkerudung disebelah kanan itu berhasil terbendung semua oleh serangannya itu.
Berhubung serangan musuhnya barusan saja akan membabat tujuh delapan lubang didepan dadanya, Huan cu im dibuat mendongkol juga, tubuhnya segera berputar kencang, disaat berputar itulah tangan kirinya diayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan dahsyat.
Seg ulung angin serangan yang tajam disertai gerakan yang aneh langsung menggulung masuk ketubuh manusia tersebut.
Pukulan ini dilancarkan dengan jurus Hwee sin pat ciang (delapan pukulan sambil putar badan), sebuah ilmu pukulan paling tangguh yang pernah diajarkan gurunya selama ini.
Tatkala jurus serangannya terbendung oleh semua permainan pedang lawan tadi, manusia berkerudung disebelah kanan itu merasa sedikit agak keheranan, yang pasti orang itupun mempergunakan ilmu pedang Kiu klong kiam hoat yang sejalan dengan permainannya, tapi tahu tahu muncul sebuah jurus serangan aneh yang berhasil mengunci semua gerak serangan pedangnya.
Pada saat itulah tiba tiba terasa segulung angin pukulan yang sangat keras telah menggulung tiba, begitu dahsyat serangannya seperti amukan angin puyuh, membuat dia tak sempat lagi untuk melihat secara pasti darimana datangnya ancaman tersebut.
Buru-buru dia memutar tangan kirinya dan diayunkan ke depan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras.
Dengan cepat terjadi benturan yang keras dari kedua gulung angin pukulan tersebut ditengah jalan
"Blaaamm" Pusaran angin berpusing yang amat kuat segera memancar ke empat penjuru.
Huan cu im masih tetap berdiri tegak di tempat semula, sebaliknya manusia berkerudung yang berada disebelah kanan itu berhubung agak terlambat melepaskan pukulan sehingga tak sempat lagi mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghadapi musuh, maka akibatnya bagaikan didorong ornag keras-keras, tak bisa ditahan lagi tubuhnya mundur selangkah lebar ke belakang.
Tidak. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau musuhnya adalah Huan cu im, sebab yang terlihat olehnya adalah seorang lelaki baju hijau yang mengenakan kerudung hitam diwajahnya.
(Ban Hui jinpun mengenakan kain kerudung, Cuma pakaian yang dikenakan adalah pakaian ringkas).
Dengan gejolak perasaan kaget bercampur penasaran, api kegusarannya kembali menggelora didalam dada segera bentaknya keras keras: "Bagus"
Tiba tiba pedangnya dipindahkan ke tangan kirinya sementara kaki kiri maju selangkah lebar ke depan, tangan kanannya diayunkan pula kedepan untuk menyambut datangnya pukulan dari Huan cu im.
Tampaknya orang itu sudah berusia lanjut, namun sifat berangasannya masih nampak, karenanya setelah menderita kerugian ditangan Huan cu im tentu saja dia berusaha keras untuk mendapatkan kembali kerugian tersebut.
Ban Hui jin yang bermata jeli segara mendapatkan sebuah kesempatan yang amat baik, dia menyelinap kedepan dan
"Sreeet" melancarkan sebuah tusukan dari samping.
"Berhenti kau" mendadak manusia berkerudung disebelah kanan itu membentak keras
"Traaang" Dia memutar pedang ditangan kanannya dan menangkis serangan Ban Hui jin itu keras keras.
DidaLam marah dan penasarannya, serangan tersebut telah disertai dengan suatu tenaga dalam yang amat sempurna, ternyata tangkisan tersebut berhasil memukul Ban Hui jin sehingga tergetar mundur selangkah dan kelima jari tangannya yang menggenggam pedangpun lamat lamat terasa sakit.
Huan cu im masih muda dan berdarah panas, tentu saja diapun enggan untuk mundur.
Melihat musuhnya mendesak tiba, ia segera mengalihkan pedangnya ke tangan kiri, kemudian tangan kanannya dengan mempergunakan Tay lek eng jiau kang dia lancarkan ancaman kedepan-"Plaaakk"
Kembali sepasang telapak tangan itu saling beradu satu sama lainnya.
Ilmu yang dilatih Huan cu im adalah Tay lek eng jiau kang sekalipun lebih mengandalkan tenaga Yang kang, namun bagaimanapun juga tenaga dalam yang dimilikinya masih terlampau Cetek begitu benturan terjadi, ia segera merasakan dadanya menjadi sesak. Hawa darahnya bergolak keras dan tubuhnya mundur sejauh tiga langkah lebih.
Menyaksikan hal ini, sambil mendesis penuh kebanggaan, manusia berkerudung di sebelah kanan itu membentak lagi:
"Ayo, sambutlah sebuah pukulanku lagi"
Dalam bentakan mana, tubuhnya mendesak maju kedepan sementara tangan kanannya didorong kemuka dan melepaskan sebuah pukulan lagi.
Ban Hui jin amat terkejut melihat kejadian ini, dalam gelisahnya dia menyambar tiga biji batu dari sakunya dan segera disambitkan kearah lawan-Huan cu im sendiri masih tetap berdiri tegak ditempat semula, ketika manusia berkerudung disebelah kanan itu sudah mengejar tiba, untuk sesaat dia tidak berpikir panjang lagi, mendadak badannya berputar kencang lalu tangan kanannya turut dilontarkan ke depan-Tentu saja serangan yang dilancarkan olehnya inipun menggunakan ilmu Hwee sin pat ciang.
"Blaaammm. . . "
Sekali lagi terjadi benturan keras yang amat memekikkan telinga, angin berpusing memancar kemana mana dan memaksa manusia berkerudung yang mengejar kedepan itu segera terdorong mundur sejauh tiga langkah lebih.
Hampir saja manusia berkerudung disebelah kanan itu tidak mempunyai kesempatan untuk berdiri tegaki tubuhnya terkena sambaran angin serangan dari Huan cu im sehingga tergetar mundur kebelakang.
Bersamaan itu pula terdengar suara benturan keras, ternyata dari tiga biji batu yang disambitkan Ban Hui jin, dua diantaranya mengenai sasaran kosong, namun yang terkahir berhasil menghantam bahu badan manusia berkerudung itu keras keras.
Manusia berkerudung disebelah kanan ini benar benar merasakan hatinya terkesiap. Pihak musuhnya meski mengenakan kain kerudung, namun dia dapat merasa bahwa usianya tidak terlalu tua, namun ketangguhan dalam permainan serangan dan tenaga pukulannya benar benar diluar dugaan orang.
Terutama sekali sambitan batu terbang yang dilontarkan oleh Ban Hui jin itu persis menghajar Ki kut hiat, sebuah jalan darah penting dibahu kanannya untuk sesaat lengan kanannya itu terasa seperti kayu dan tak berasa lagi, dalam keadaan begini tentu saja ia tak berani bertarung lebih jauh.
Dengan pedangnya diputar melindungi badan, tergopoh gopoh dia mengundurkan diri dari sana.
Ban Hui jin amat gembira setelah menyaksikan kejadian tersebut, buru buru teriaknya,
"cepat hadang dia, jangan biarkan dia berhasil melarikan diri..."
Sambil membalikkan tubuh ia melesat ke depan siap melakukan pengejaran-Sebaliknya Huan cu im yang dua kali melepaskan pukulan Hwee sin pat elang ternyata dua kali pula berhasil memukul mundur manusia berkerudung itu, segera merasakan semangatnya bangkit.
Tidak sampai Ban Hui jin memberi seruan, dia telah melesat kedepan dan melakukan desakan lebih jauh.
Dalam pada itu, Ban Hui jin denganpedang terhunus telah meluncur kedepan sambil melancarkan sebuah tusukan kepunggung kanan manusia berkerudung itu.
Dengan hadangan kedua orang muda mudi ini, sulit bagi manusia berkerudung disebelah kanan itu untuk meloloskan diri.
Pada saat itulah tiba tiba Seng Bian tong yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi arena itu telah berseru keras
"Biarkan ia pergi"
Sebenarnya Huan cu im dan Ban Hui jin telah bersiap siap turun tangan, ketika mendengar bentakan dari Seng lopek.
Terpaksa mereka tarik kembali serangannya sambil mundur.
Ban Hui jin segera menuding kearah manusia berkerudung disebelah kanan itu sambil mendengus^
"Hmm, selama ini terlalu keenakan dirimu"
Hampir meledak dada manusia berkerudung disebelah kanan itu setelah menerima ejekan tersebut, namun teringat bahwa asal usulnya tidak boleh dibocorkan- apalagi tangan kanannya sudah terluka sehingga tak bisa bertahan lebih lama, terpaksa dia harus menahan rasa gusar dan mendongkol.
Kakinya segera menjejak tanah, bayangan manusia berkelebat lewat, seperti seekor burung rajawali dia melesat meninggalkan tempat tersebut.
Dengan kepergian manusia berkerudung disebelah kanan itu, maka kekuatan dipihak Lengcu emaspun semakin bertambah lemah.
Lengcu emas mulai sadar bahwa manusia berkerudung yang berdiri ditepi hutan tersebut kemungkinan besar adalah pentolan dari beberapa orang manusia berkerudung lainnya.
Sekarang dengan tersebut sudah terbukti dengan nyata, sebab Huan cu im danBan Hui jin menuruti perkataan Seng Bian tong dan melepaskan manusia berkerudung disebelah kanan itu dengan begitu saja.
Berdasarkan hal itu maka bisa diduga pula kalau kedudukan manusia berkerudung yang berdiri ditepi hutan itu pasti jauh lebih tinggi dari ketiga manusia berkerudung lainnya yaitu Seng ceng hoa, Huan cu im dan Ban Hui jin-Padahal biasanya orang yang lebih tinggi kedudukannya didalam dunia persilatan, tentu memiliki kepandaian silat yang lebih tinggi pula.
Sekarang orang tersebut (Seng Bian tong) berpeluk tangan belaka tanpa ikut terjun ke arena, ini menunjukkan kalau dia hanya berniat untuk mengawasi situasi dalam arena.
Tapi kenyataannya dia telah memerintahkan kedua orang anak buahnya (Huan cu im dan Ban Hui jin) untuk melepaskan manusia berkerudung disebelah kanan, sebab manusia berkerudung disebelah kanan hanya seorang utusan perak, bukan pentolannnya. Hal ini sama pula artinya dengan ia sedang mengawasi dirinya.
Sekarang, manusia berkerudung di sebelah kanan telah mundur dengan menderita kekalahan, dua orang lawannya pun sudah kehilangan musuh, sudah pasti mereka akan menyerang dirinya. Bila sampai begini, bukankah dia akan terjerumus kedalam kepungan musuh...
Semakin dipikir Lengcu emas merasa keadaannya semakin tidak beres, dalam ragunya dia segera kena didesak oleh serangkaian serangan gencar dari Lian Sam sin sehingga mundur terus berulang kali.
Bagitu timbul niatnya untuk mengundurkan diri, secara diam diam ia mengumpulkan tenaga dalam yang dimilikinya, lalu tangan kanannya dengan jurus Hong jian li (menghadang melintang seribu li) segulung angin pukulan yang amat kuat segera menyerbu kedepan-Lian Sam sin bertambah asyik lagi menghadapi serangan musuh, melihat tiba ancaman, ia segera membentak keras,
"Bagus" Tangan kanannya segera diayunkan pula ke depan untuk menyambut datangnya ancaman dengan kekerasan
"Blaaamm" Ketika sepasang telapak tangannya saling beradu satu sama lainnya, segera timbul suara ledakan yang memekikkan telinga, akibatnya kedua orang itupun bergetar mundur selangkah.
Lengcu emas mendesis sambil tertawa dingin, tiba tiba tubuhnya melejit ke udara sambil menerkam kebawah, sepasang telapak tangannya dilontarkan bersama segulungan angin serangan yang amat dahsyat langsung saja menghantam kepala Lian Sam sin-Menghadapi serangan musuh yang mendekati adu nyawa ini sudah barang tentu Lian Sam sin tak berani bertindak gegabah, tenaganya dihimpun pula kedalam lengan, lalu dengan jurus Siang jiu tou thian (menyungging langit dengan tangan) dia songsong datangnya ancaman musuh...
Dalampada itu Huan cu im dan Ban Hui Jin telah melepaskan manusia berkerudung di sebelah kanan dan mengurung datang.
Sejak awal pertarungan Ban Hui jin telah melihat manusia berkerudung disebelah kiri yang sedang bertarung melawan Seng ceng hoa itu mempergunakan ilmu pedang Hong San kiam hoat.
Hal ini menandakan pula kalau orang tersebut adalah toakonya, oleh sebab itu dia segera bergeser menuju kearah kedua orang tadi.
Sebaliknya Huan cu im yang mengetahui akan kehebatan Lengcu emas sangat menguatirkan keselamatan engkoh tuanya (Lian Sam sin), apalagi setelah pertarungan berjalan sekian lama namun belum menghasilkan apa apa, dia berniat membantu engkoh tuanya untuk membekuk musuh tersebut.
Disamping itu dia pun ingin tahu siapakah manusia sebenarnya yang menjadi Lengcu emas yang misterius itu, maka diapun menarik kembali pedang pelangi hijaunya dan menyerbu ke arena pertarungan kedua orang tersebut.
Sewaktu dia meluncur datang, kebetulan Lengcu emas sedang menerjang kearah Lian Sam sin dengan pengerahan segenap kekuatan yang ada.
Kembali empat buah telapak tangan kedua orang itu saling bertumbukan satu sama lainnya, suatu ledakan yang amat keras pun segera menggelegar diangkasa. Dalam waktu singkat pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
Sesungguhnya Lengcu emas memang sudah berniat hendak mengundurkan diri, adapun terjangannya sepenuh tenaga itu dilakukan sebagai taktik liciknya untuk mempersiapkan pengunduran-Tatkala empat buah telapak tangan saling beradu, dia segera memanfaatkan tenaga dorongan dari Lian Sam sin untuk meluncur keudara dan melayang dari arena pertarungan tersebut.
"Mundur" bentaknya keras keras.
Bagaikan sambaran kilat bayangan tubuhnya berkelebat menuju kearah balik hutan-Pada waktu itu secara diam diam Ban Hui jin telah mempersiapkan tiga biji batu, sebenarnya dia hendak melepaskannya untuk mengusik permainan Hong san kiam hoat dari manusia berkerudung disebelah kiri dan membuktikan apakah dia toakonya atau bukan.
Akan tetapi setelah mengetahui Lengcu emas hendak melarikan diri, tanpa berpikir panjang lagi segera bentaknya:
"Lihat serangan "
Tangannya diputar dan ketiga biji itu segera disambitkan kedepan, tiga biji titiran kilat segera meluncur kedepan dan menyambar tubuh Lengcu emas.
Sungguh cepat gerakan tubuh dari Lengcu emas, tidak diketahui apakah ketiga biji batu sambitan tersebut berhasil mengenai sasaran atau tidak- sebab bayangan manusia begitu berkelebat lewat, bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan.
Dengan begitu kini tinggal manusia berkerudung disebelah kiri saja yang masih bertarung melawan Seng ceng hoa.
Kedua orang itu sudah bertarung dengan mengandalkan segenap kepandaian yang dimiliki, ratusan gebrakan sudah lewat, namun keadaan masih tetap seimbang dan siapa pun tak bisa mengungguli pihak yang lain-..
Dalam keadaan seimbang itulah secara tiba tiba manusia berkerudung yang berada disebelah kiri itu mendengar tanda perintah pengunduran diri dari Lengcu emas, sementara ia masih tertegun, Seng ceng hoa telah membalikkan pedangnya dan menekan diatas tubuh pedangnya itu.
Ban Hui jin setelah menanti semenjak tadi, melihat munculnya kesempatan yang sangat baik, tentu saja dia enggan melepaskannya dengan begitu saja.
Tubuhnya berkelebat cepat, lalujari tangannya berekelebat lewat, tahu tahu ia sudah menotok jalan darah Pek lay hiat dipunggungnya.
Setelah itu dia menyelinap ke hadapannya dan siap menarik lepas kain kerudung hitam yang dikenakannya itu.
Tapi pada saat itulah angin serangan telah menyapu datang, lengannya yang sudah siap menyambar kain kerudung itu tahu tahu ditangkis orang, menyusul kemudian terdengar Seng Bian tong membentak lirih : "Jangan bertindak gegabah
" Baru saja bentakan itu bergema, Seng Bian tong telah mengayunkan tangannya untuk menepuk bebas jalan darah manusia berkerudung disebelah kiri yang tertotok itu kemudian mendorongnya hingga terdorong sejauh satu kaki lebih kedepan-Bagitu bebas dari totokan, manusia berkerudung disebelah kiri itu tak berani bertindak gegabah lagi, dia melompat ke depan dan dalam beberapa kali lompatan saja tubuhnya sudah menyelinap sejauh puluhan kaki lebih.
Ban Hui jin menjadi melongo dan berdiri tertegun, ia merasa tak habis mengerti kenapa empek Seng membiarkan manusia berkerudung disebelah kiri itu kabur dari sana. Baru saja dia hendak bersuara, Seng Bian tong telah membentak dengan suara lirihi "Kalian cepat pergi"
Seng ceng hoa segera memberi tanda kepada Huan cu im sekalian, tanpa banyak berbicara lagi ketiga orang itu melejit ke udara dan secepat kilat pergi meninggalkan Kui bin sia.
Sekarang berganti Lian Sam sin yang berdiri tertegun penuh tanda tanya, apalagi setelah menyaksikan musuh tangguhnya dan tiga manusia berkerudung yang membantunya pergi tanpa berbicara, kesemuanya ini membuatnya semakin tidak habis mengerti Dengan demikian tinggal manusia berkerudung ditepi hutan saja yang belum beranjak pergi, maka dihampirinya Seng Bian tong lalu setelah memberi hormat katanya.
Hong Lui Bun 5 Kedele Maut Karya Khu Lung Pendekar Misterius 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama