Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 12
orang-orang Beng-kauw adalah orang-orang gagah yang tidak
menyerang lawan yang sudah kalah. Apakah engkau masih
tidak mau terima kalah dan hendak melanjutkan
pertandingan" Hayo lekas pergi dan jangan lagi mengganggu
upacara penyempurnaan jenazah guru kami ! "
Mendengar ini, Cin Beng Thiancu lalu memandang kepada
Gin San dengan sinar mata penuh kagum dan juga penuh
pengertian. Dia melihat munculnya seorang tokoh yang masih
muda namun hebat sekali di Beng-kauw. Dia melihat betapa
cepat gerakan pemuda ini dan melihat sikapnya yang halus
namun penuh wibawa, seolah-olah pemuda ini bahkan lebih
berpengaruh dari pada orang pertama dari Beng-kauw yang
telah mengalahkannya itu. Dia telah terluka hebat, mungkin
luka yang akan menghilangkan nyawanya. Melawan lagi tidak
ada gunanya lagi, maka dia lalu menjura kepada pemuda ini
yang betapapun juga telah menyelamatkan nyawanya di saat
itu, karena tanpa munculnya pemuda ini tentu Kwan Cin Cu
akan melanjutkan serangannya dan dia tidak akan mungkin
dapat melindungi nyawanya lagi.
"Saya yang bodoh mengaku kalah......" katanya sambil
menekan lambungnya dan menarik napas dalam-dalam karena
lambungnya terasa nyeri bukan main. "Akan tetapi...
bagaimana dengan dua orang muridku.......?"
"Mereka menyatakan sendiri bahwa mereka datang bukan
sebagai orang-orang Im-yang-pai, melainkan karena urusan
pribadi. Karena mereka mengacau tempat kami, maka
terpaksa kami tahan dan akan kami adili kelak. Pergilah, dan
obati lukamu dengan ini, kalau terlambat, dalam waktu tiga
hari kau tentu akan tewas." Gin San mengeluarkan sebungkus
obat bubuk dari saku bajunya. Obat ini adalah obat yang
istimewa, yang dibuatnya sendiri menurut petunjuk mendiang
gurunya, bukan hanya untuk mengobati luka akibat pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Toat- beng-tok-ciang dari suhengnya, melainkan mengobati
luka dalam macam apapun juga.
Menerima obat dari musuh merupakan hal yang amat
merendahkan, maka Cin Beng Thiancu menjura dan menolak.
"Terima kasih, kalau aku tidak mampu mengobati sendiri,
sudah selayaknya aku mati." Setelah beikata demikian, kakek
bermuka hitam ini lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan
pergi dengan langkah lebar, dan dengan tubuh agak
membungkuk karena dia menekan lambungnya.
Kwan Cin Cu dan dua orang sutenya memandang kepada
Gin San dengan penasaran, akan tetapi sebelum mereka
sempat menegur sute mereka itu, Gin San sudah beikata
lantang, "Saat penyempurnaan jenazah suhu telah tiba !." Dan
memang telah diatur sebelumnya untuk upacara ini maka
begitu Gin San berseru demikian, empat orang kakek tua
renta, yaitu mereka yang bertugas untuk melakukan upacara
sembahyang dan pembakaran jenazah, sudah melangkah
maju, kemudian mengitari peti jenazah sambil membaca
mantera. Terpaksa Kwan Cin Cu dan dua orang sutenya tidak
berani banyak bicara lagi karena suasana itu haruslah
khidmat. Mereka hanya melempar pandang mata yang heran
dan marah kepada Gin San, kemudian merekapun berlutut dan
merangkak mendekati peti mati, kemudian bersama Gin San,
mereka berempat mengangkat peti jenazah itu dan
memanggulnya menuju ke tempat yang sudah disediakan
untuk pembakaran jenazah, yaitu di pantai laut tak jauh dari
guha itu. Setelah upacara sembahyang oleh kakek-kakek Beng-kauw
selesai, maka tiga orang murid dari Maghi Sing lalu
menyalakan tumpukan kayu di atas mana peti jenazah
diletakkan dan terbakarlah tumpukan kayu itu, membakar peti
jenazah yang sudah disiram minyak. Api bernyala dan
menjilat-jilat seperti lidah - lidah iblis yang menikmati
santapan yang dihidangkan, dan asap mengepul tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lepas dari pada pandangan dan pendapat-pendapat yang
terikat oleh kepercayaan-kepercayaan, tradisi-tradisi, dan
peraturan-peraturan agama yang kaku dan sempit, tak dapat
disangkal lagi bahwa menyempurnakan jenazah manusia
dengan jalan membakarnya merupakan cara yang paling baik.
Pertama, jelas bahwa yang mati tidak lagi mengganggu yang
hidup dengan penggunaan tanah yang menimbulkan tempat tempat yang dianggap angker sehingga tanah itu dapat
dimanfaatkan oleh yang hidup. Ke dua, keluarga yang masih
hidup tidak lagi terikat oleh kewajiban merawat kuburan dan
mengunjunginya setiap waktu yang telah ditentukan oleh
tradisi. Ke tiga, dengan cara pembakaran ini maka semua
penyakit yang mungkin masih melekat pada jenazah dan yang
mungkin menimbulkan bahaya penularan, dapat dibasmi habis
oleh api. Api yang membakar kayu dan peti jenazah itu menyala
makin tinggi dan kini peti jenazah itu terbuka dan nampaklah
jenazah Maghi Sing yang mulai terbakar. Semua orang
memandang ngeri. Kakek yang di waktu hidupnya merupakan
seorang tokoh yang amat tinggi ilmunya itu kini nampak
seperti hidup ! Kaki dan tangannya bergerak-gerak di dalam
api! Semua orang mengerti bahwa gerakan itu disebabkan
oleh api yang menyedot dan mengeringkan air di tubuh yang
mati itu. Akan tetapi, Gin San memandang dengan mata
terbelalak dan penuh perhatian. Bibirnya bergerak-gerak dan
hanya dia sendiri yang mendengar bisikan hatinya, "Terima
kasih, suhu." Memang amat luar biasa gurunya itu. Sebelum
gurunya meninggal dunia, Gin San diberi suatu ilmu silat yang
luar biasa, yang diciptakan oleh Maghi Sing menjelang
kematiannya. Ilmu silat itu amat sukar dilatih, bahkan untuk
gerakan jurus terakhir dari ilmu silat yang hanya terdiri dari
tigabelas jurus itu, Gin San belum juga dapat menguasainya
karena gurunya sudah keburu meninggal dunia. Dan tadi,
melihat gerakan kaki tangan jenazah gurunya yang terbakar
api, Gin San melihat gerakan jurus terakhir itu dengan amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jelas! Seolah-olah jenazah itu sebelum musnah menjadi abu,
telah memberi contoh dan mengajarkan kepadanya
bagaimana harus mainkan jurus ke tigabelas dari ilmu silat
yang dinamakan oleh gurunya Cap-sha Tong-thian (Tigabelas
Yang Menggemparkan Langit)!
Terdengar bunyi ledakan cukup keras ketika api
memecahkan tengkorak, dan para tamu mulai berpamitan
meninggalkan tempat itu. Menjelang senja, barulah api padam
dan para murid Maghi Sing lalu dengan hati-hati
mengumpulkan abu dari Maghi Sing dan memasukkannya ke
dalam tempat abu yang memang sudah disediakan di situ.
Dengan khidmat mereka lalu membawa tempat abu itu ke
dalam guha besar. Masih harus dilakukan upacara
sembahyangan dan perkabungan sampai beberapa hari
lamanya sebelum abu itu dihanyutkan ke laut.
~0-dwkz~bds~234-0~ Liang Hwi Nio mulai dapat menggerakkan tubuhnya setelah
perlahan-lahan jalan darahnya terbebas dari totokan. Seluruh
tubuhnya terasa sakit-sakit dan dia mengeluh lirih, lalu bangkit
duduk di atas pembaringan di mana dia tadi direbahkan oleh
para anggauta Beng-kauw yang menawannya. Dia menoleh ke
kanan kiri. Dia terkurung dalam sebuah kamar batu yang
kokoh kuat. Pintu yang tertutup itu terbuat dari besi tebal.
Kamar batu itu kosong, hanya terdapat pembaringan itu dan
sebuah meja kecil di mana terdapat dua batang lilin bernyala
di tempat lilin. Api dua batang lilin yang bernyala terang dan
tenang, sedikitpun tidak bergoyang itu menandakan bahwa
kamarnya itu rapat, dan lubang hawa di atas pintu itu tidak
dapat menciptakan angin di dalam kamar. Ketika Hwi Nio
membungkuk untuk memeriksa betis kanannya yang terluka
pula, rambutnya yang terlepas itu terurai menutup mukanya.
Dia lalu duduk pula, menggunakan kedua tangan untuk
menggelung rambutnya. Gerakan ini menggambarkan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita muda remaja yang cantik dan manis sekali dengan
bentuk tubuh yang indah. Hwi Nio memang seorang dara
berusia delapan belas tahun yang cantik manis, terutama
sekali bentuk tubuhnya yang membuat dia nampak manis
sekali. Sepasang bibirnya yang penuh, tipis dan lunak
kemerahan, nampak lembut dan memikat sekali dihias lesung
pipit di sudut bibir. Ketika Hwi Nio merasa betapa pundaknya yang terluka
amat nyeri, dia lalu meraba pundaknya. Dia menyeringai.
Darahnya sudah mengering, akan tetapi justeru hal itu
membuat luka itu mengeras dan kaku, nyerinya bukan main.
Disingkapnya bajunya untuk memeriksa lukanya. Ketika dia
menyingkap baju di pundak, nampaklah kulit dada dan
pundaknya yang putih kekuningan dan halus bersih.
"Hemmm, mulus sekali........!" Suara parau dan besar ini
mengejutkan hati Hwi Nio dan cepat-cepat dia menutupkan
lagi bajunya sambil menoleh ke arah pintu dari mana tadi dia
mendengar suara laki - laki yang parau besar itu. Daun pintu
terbuka dan muncullah seorang laki-laki tinggi kurus yang
bukan lain adalah Hok Kim Cu, ketua nomor dua dari Bengkauw! Wajahnya kemerahan dan mulutnya tersenyum-senyum
lebar, gerak-geriknya menunjukkan bahwa Hok Kim Cu
agaknya terlalu banyak minum arak. Dan memang
demikianlah. Ketika dia melangkah mendekati, dalam jarak
dua meter saja Hwi Nio sudah mencium bau arak keras
berhamburan. Dengan sinar mata penuh kemarahan dan kebencian Hwi
Nio memandang kakek itu, kedua tangannya dikepal dan dia
siap untuk menerjangnya, sungguhpun dia sudah luka-luka
dan maklum bahwa dia sama sekali bukanlah tandingan tokoh
ke dua dari Beng-kauw ini.
"Nona, engkau memang cantik manis, dan engkau patut
menjadi calon ibu dari anakku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan main kagetnya hati Hwi Nio mendengar ini. Matanya
terbelalak dan bibirnya gemetar ketika dia membentak, "Tutup
mulutmu yang kotor! Aku telah menjadi tawanan, mau apa
kau datang ke sini" Keluar, atau aku akan mempertaruhkan
nyawaku!" "Hemm, nona manis, jangan bersikap galak seperti itu.
Ketahuilah bahwa aku, Hok Kim Cu, berniat baik terhadap
dirimu. Aku adalah seorang yang menaruh hati sayang
kepadamu. Isteriku tidak akan dapat mempunyai anak lagi
dan anakku yang tersayang telah meninggal dunia. Begitu
melihatmu, aku tahu bahwa engkaulah yang akan dapat
memberi keturunan kepadaku, engkaulah yang pantas
menjadi calon ibu anakku. Aku akan mengangkatmu menjadi
isteriku nona, menjadi isteri ketua nomor dua dari Bengkauw........"
"Iblis tua yang busuk!" Hwi Nio memaki dan saking
marahnya dia sudah menerjang maju dengan pukulan kedua
tangannya. "Plak! Plak!" Kedua pergelangan tangan dara itu sudah
ditangkap oleh kedua tangan Hok Kim Cu dan sekali tarik,
tubuh dara yang padat dan hangat itu sudah dirangkulnya,
dan mulut yang menghamburkan bau arak itu mencoba untuk
menciumnya. Akan tetapi Hwi Nio meronta-ronta, dengan
penuh rasa jijik dia mengelak dengan miringkan muka ke
sana-sini untuk menghindari dari serbuan hidung dan mulut
yang berbau arak itu. "Lepaskan aku! Tua bangka hina, lepaskan aku!" Dia
meronta dan menjerit-jerit, akan tetapi di dalam rangkulan
kakek itu, dia sama sekali tidak mampu melepaskan diri.
"Dengar, nona manis. Kalau kau menurut dengan baik-baik,
aku akan mengangkatmu menjadi nyonya ketua dan kelak
anakmu akan menjadi seorang yang terhormat dan berilmu
tinggi. Akan tetapi kalau kau tidak mau tunduk ......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak sudi! Lebih baik aku mati! Lepaskan! Lepaskan........
atau kaubunuh saja aku!" Hwi Nio meronta-ronta, menjerit
dan meludah ke arah muka yang beberapa kali telah berhasil
menciumi mukanya itu. "Kalau kau menolak, aku tidak akan membunuhmu, akan
tetapi engkau akan menjadi permainanku. Apa sukarnya
bagiku untuk memperkosamu?"
"Aku akan bunuh diri........!"
"Ha-ha, kaukira aku begitu bodoh" Engkau akan kurantai,
kau tidak akan dapat membunuh diri dan setelah kelak engkau
melahirkan seorang putera untukku, kau akan kuserahkan
kepada anak buahku agar dikeroyok dan dipermainkan sampai
mati. Nah, kaupilih saja, menurut dan menjadi isteriku atau
memilih yang ke dua itu ?"
"Tidak sudi! Lepaskan.........kau keparat, kau jahanam
busuk........! " "Bagus, kalau begitu engkau memang lebih suka
diperkosa!" Kakek itu menggerakkan tangannya dan seketika
Hwi Nio tidak mampu meronta lagi karena tubuhnya sudah
menjadi lemas ditotok. "Brett .....!" Beberapa kali tangan kakek itu bergerak
merenggut, pakaian yang membungkus tubuh Hwi Nio robek
dan sambil tersenyum Kim Cu lalu memondong tubuh yang
sudah lemas dan telanjang itu ke pembaringan. Hwi Nio hanya
dapat bercucuran air mata tanpa dapat menjerit atau meronta.
"Ji-suheng..........!"
Hok Kim Cu yang sudah merebahkan tubuh calon
korbannya ke atas pembaringan dan pandang matanya sudah
merah, mulutnya sudah menyeringai karena desakan nafsu
berahi itu, terkejut dan menoleh. Kiranya Coa Gin San telah
berdiri di dalam kamar itu memandang kepadanya dengan
sinar mata yang membuat kakek ini merasa serem dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemetar. Sinar mata sutenya itu serupa benar dengan sinat
mata mendiang gurunya, demikian tajam menusuk seperti
menembus jantung dan menjenguk isi hatinya, dengan
wibawa yang luar biasa kuatnya ! Dia tersenyum menutupi
rasa canggungnya. "Eh, kau, sute" Terima kasih bahwa engkau telah
mencegah kami tadi untuk membunuh dua orang Im-yang-pai
itu, dan memang kau benar, tidak baik membunuh mereka,
apa lagi wanita ini karena aku telah mengambil keputusan
untuk mengangkatnya sebagai isteriku, sute."
"Ji-suheng! Sungguh tidak patut perbuatan ini dilakukan
oleh seorang ketua Beng kauw! Aku mencegah kalian
membunuhnya bukan untuk membiarkan kau menghina dan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hendak memperkosanya! Ayah mereka dibunuh oleh seorang
di antara suheng, dan mereka kini datang membalas dendam
dan membunuh dua orang murid, hal itu sudah selayaknya
dan aku akan membebaskan mereka agar permusuhan dapat
dipadamkan dan agar Beng-kauw kembali ke jalan benar!"
"Sute.......!" Hok Kim Cu memandang terbelalak dengan
penuh keheranan akan tetapi juga penasaran "Apakah kau
telah menjadi gila bicara seperti itu kepadaku" Siauw-sute,
tadipun kami sudah merasa heran melihat sikapmu, ketika kau
membantu dua orang Im-yang-pai ini sehingga mengakibatkan tewasnya dua orang murid kami !"
"Hemm, mana mungkin aku membiarkan suheng bertiga
mencemarkan nama Beng-kauw dengan perbuatan curang,
secara diam-diam menggunakan Hoat-lek untuk membantu
kedua orang Kui-bo itu! Aku tidak membantu dua orang Imyang-pai, melainkan mencegah kalian mengotorkan nama
Beng-kauw dengan kecurangan kalian. Sudahlah suheng,
harap jangan kaulanjutkan niatmu yang keji dan kotor
terhadap nona itu." "Bocah lancang mulut! Kau ini siapakah berani sekali
menentangku" Sute, pergilah dan jangan mencampuri urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pribadiku. Ketahuilah bahwa aku ingin sekali mempunyai anak,
dari nona ini yang akan menjadi calon ibu anakku. Kau
Keluarlah!" Jilid XVII "AKU tidak akan mencampuri urusan pribadimu dan tentu aku tidak akan mencampuri kalau memang nona ini suka menjadi calon ibu dari
anakmu. Akan tetapi kalau
kau memaksa orang, berarti engkau hendak memperkosa dan aku tidak mungkin dapat tinggal diam
melihat Beng-kauw dinodai
oleh perbuatan kotor seorang pemimpinnya. Nona, apakah engkau suka menjadi isteri Ji-suhengku
ini?" Tiba-tiba Gin San bertanya ke arah dara yang masih
rebah terlentang diatas pembaringan itu.
"Tidak sudi! Lebih baik mati........!" Biarpun kaki tangannya
tidak mampu bergerak, Hwi Nio masih mampu mengeluarkan
suara penuh kemarahan itu.
"Nah, kaudengar sendiri, Ji-suheng, harap kau keluar dari
sini!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah sombong!" Tiba-tiba Hok Kim Cu menggereng dan
tangannya menyambar ke arah kepala sutenya, menyerang
dengan dahsyat sekali. "Ji-suheng, mengingat budi suhu, aku tidak akan
menurunkan tangan kejam kepadamu" kata Gin San dan
tangan kirinya menangkis.
"Dukk.......!" Akibat tangkisan itu, tubuh Hok Kim Cu
terlempar dan terbanting ke dinding batu dengan kerasnya!
Bukan main kagetnya Hok Kim Cu, kepalanya menjadi pening
dan matanya terbelalak. Semenjak sutenya keluar diri dalam
guha pertapaan suhunya, belum pernah dia mengukur
kepandaian sutenya itu, akan tetapi satu kali tangkisan itu saja
sudah membuka matanya bahwa sutenya yang masih amat
muda ini ternyata telah mewarisi kehebatan suhunya dan
memiliki sinkang yang luar biasa sekali. Dia merasa jerih, lalu
dia melompat dan berlari keluar dari dalam kamar batu itu
dengan muka merah. Gin San dengan tenang menoleh, lalu mengambil pakaian
dara itu, melemparkan pakaian dengan ditimpukkan ke arah
tubuh Hwi Nio. Timpukan itu sekaligus mengenai jalan darah
dan membebaskan Hwi Nio dari totokan! Gadis itu cepat
mengenakan kembali pakaiannya, akan tetapi karena tadi
direnggut robek, maka bagian dadanya tetap terbuka sehingga
repotlah dia memegangi baju bagian dada itu.
Gin San menoleh karena pendengarannya dapat
menangkap gerakan gadis itu yang sudah selesai berpakaian.
Melihat betapa dara itu memandang kepadanya dengan mata
terbelalak, mukanya sebentar pucat sebentar merah dan
kedua tangannya memegangi baju yang robek, Gin San lalu
menanggalkan jubahnya dan menyerahkan jubahnya kepada
gadis itu. "Kau pakailah ini untuk menutupi bajumu, nona," katanya
halus. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu memandang tajam, kelihatan heran dan bingung,
kemudian tanpa berkata apa-apa dia menerima jubah itu dan
memakainya, menutupi bajunya yang robek, lalu tiba-tiba dia
memandang dengan muka pucat kepada Gin San sambil
berkata, "Sin-ko ..... !"
Gin San mengangguk. ''Kakakmu" Marilah kita mencari dia."
Setelah berkata demikian, pemuda ini melangkah keluar dari
kamar itu, diikuti oleh Hwi Nio yang merasa girang dan
berterima kasih sekali. Akan tetapi dia ini masih merasa
terheran - heran. Jelas bahwa pemuda tampan sederhana ini
adalah seorang tokoh Beng-kauw, bahkan sute dari tiga orang
ketua Beng-kauw, akan tetapi mengapa pemuda ini
menolongnya" Dan anehnya pula, mengapa pemuda ini
agaknya lebih berkuasa dan lebih kuat dari pada suheng suhengnya" Bahkan dia baru sekarang mengerti, dari
percakapan antara pemuda ini dan kakek tinggi kurus yang
hampir memperkosanya tadi, bahwa pemuda ini telah
membantu dia dan kakaknya ketika menghadapi dua orang
nenek sehingga mencapai kemenangan, kemudian pemuda ini
pula yang diam-diam menyelamatkan nyawanya yang hampir
terbunuh oleh para tokoh Beng-kauw, dan yang terakhir,
pemuda yang menjadi tokoh Beng - kauw dan sute dari para
ketua Beng - kauw ini malah menyelamatkannya dari bahaya
yang amat mengerikan ketika dia hampir diperkosa oleh Hok
Kim Cu tadi. Apakah artinya itu semua" Dia mengerling ke
arah pemuda itu yang melangkah dengan tenang, wajahnya
yang tampan itu kelihatan serius akan tetapi bibirnya
tersenyum ramah. Pemuda yang hebat, pikirnya dan seketika
dara itu merasakan jantungnya berdebar dan mukanya
menjadi merah sekali sampai ke leher dan telinganya ketika
dia teringat betapa pemuda ini tadi telah melihat dia dalam
keadaan telanjang ! Pemuda itu berhenti di depan sebuah kamar yang pintunya
tertutup. Hwi Nio juga berhenti dan memandangnya. Gin San
memejamkan mata, mengerahkan pendengarannya Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar suara dari dalam kamar itu. Hwi Nio juga
mendengarkan akan tetapi dara ini tidak mendengar sesuatu.
Maka heranlah dia ketika melihat pemuda itu mengetuk pintu
kamar itu sambil berseru memanggil, "Sam-suheng, harap
buka pintu " Terdengar suara bersungut-sungut di sebelah dalam kamar
itu, lalu disusul suara tak senang, "Kaukah itu, sute" Aku
sedang sibuk, kalau ada urusan nanti sajalah !"
Hwi Nio memandang wajah pemuda itu yang masih
tersenyum akan tetapi dari sepasang mata pemuda itu berkilat
sinar kemarahan. "Sam-suheng, harap buka pintu ini, kalau
tidak terpaksa aku membukanya dari luar!"
"Sute, kau kurang ajar sekali! Kau tidak akan berani !"
Baru saja suara Thian Bhok Cu yang melengking nyaring itu
berhenti, Gin San mendorong daun pintu dan kunci daun pintu
menjadi patah, daun pintunya terbuka dan Gin San melangkah
masuk diikuti oleh Hwi Nio.
"Sin-ko......!" Hwi Nio berseru dengan suara tertahan Dia
melihat kakaknya itu duduk di atas kursi dengan kaki tangan
terikat pada kursi itu, baju kakaknya terbuka sehingga nampak
dada yang bidang itu, wajah kakaknya merah sekali matanya
melotot karena marahnya, sedangkan di dekat kakaknya
duduk kakek genit yang merangkul lehernya dan agaknya
sedang membelai tawanan itu dan membujuk bujuknya ketika
daun pintu terbuka secara paksa dari luar! Tentu saja Hwi Nio
tidak mengerti apa yang terjadi. Sama sekali tidak pernah
terbayangkan olehnya bahwa kakaknya itu sedang dirayu oleh
kakek Thian-Bhok Cu yang memiliki kelainan itu, yang
bertubuh pria namun berhati wanita ! Dia hanya mengira
bahwa kakaknya itu terancam bahaya, maka Hwi Nio segera
meloncat ke depan untuk menolong kakaknya.
"Perempuan jahat, kau mau apa" Minggirlah!" bentak Thian
Bhok Cu dengan galak sambil mendorongkan tangannya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah Hwi Nio yang datang menghampiri kakaknya. Memang
Thian Bhok Cu adalah seorang kakek yang aneh sekali. Di
waktu dia masih muda, dia adalah seorang pria tulen dan
normal, bahkan termasuk seorang pria yang mata keranjang
dan suka mempermainkan wanita. Akan tetapi semenjak
beberapa tahun yang lalu, dia menjadi berobah sama sekali.
Dia menjadi pembenci wanita, tidak sudi berdekatan dengan
wanita dan mulailah dia mendekati kaum pria, terutama yang
tampan dan muda. Dia mulai bermain cinta dengan kaum pria!
"Plakk!" Tubuh Thian Bhok Cu terdorong ke belakang ketika
serangannya terhadap Hwi Nio tadi ditangkis oleh Gin San.
''Sauw - sute, apa yang kaulakukan ini"' Kakek itu
membentak dan matanya terbelalak lebar memandang
sutenya dengan penuh rasa penasaran dan juga keheranan.
"Sim suheng, kau tidak boleh mencemarkan nama besar
Beng-kauw dengan perbuatan yang hina !" kata Gin San dan
matanya mencorong. "Sute, sikapmu inilah yang hina! Aku telah bersepakat
dengan ji suheng, bahwa gadis ini akan menjadi milik jisuheng, sedangkan dia ini menjadi milikku. Bahkan twasuheng telah menyetujuinya. Kenapa engkau sekarang hendak
melarang" Dan gadis itu, kenapa ikut pula bersamamu?"
"Sam-suheng, mereka berdua ini harus dibebaskan. Bengkauw bukanlah perkumpulan penculik manusia, apa lagi untuk
tujuan hina seperti itu," kata Gin San dengan suara tenang
penuh wibawa. Sepasang mata itu terbelalak penuh kemarahan. Thian
Bhok Cu lalu menyambar tongkatnya yang tadi disandarkan di
sudut kamar, kemudian dengan marah dia membentak,
"Mereka berdua ini adalah musuh-musuh Beng-kauw, kalau
tidak boleh dipermainkan, sebaiknya dibunuh saja!" Tiba-tiba
dia menggerakkan tongkatnya dan menyerang ke arah Kok Sin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih terikat di atas kursi. Serangannya ganas sekali,
tongkatnya menyambar dahsyat ke arah kepala pemuda itu.
"Wiuuuttt....... dukkk !"
Sebelum tongkat itu mengenai kepala Kok Sin yang sudah
tidak berdaya sama sekali, tiba-tiba tongkat itu bertemu
dengan sebatang lengan yang amat kuat dan yang telah
menangkis tongkat itu. Lengan Gin San ! Tongkat itu
membalik dan tangan yang memegangnya tergetar hebat.
"Sute, kau........kau melindungi musuh "
Thian Bhok Cu berteriak penuh kemarahan, penasaran dan
keheranan. Gin San menggeleng kepalanya dengan tenang "Aku tidak
melindungi siapapun, hanya melindungi nama baik Bengkauw. Mulai sekarang, akulah yang mewakili dan
menggantikan suhu untuk mengawasi Beng kauw agar tidak
diselewengkan, sam-suheng."
Thian Bhok Cu terkejut mendengar ini
"Ah........ ah, kau........ kau berkhianat" Biar kulaporkan
kepada ji-suheng dan twa-suheng !" Setelah berkata demikian,
laki-laki yang tidak normal itu lalu meloncat keluar dari dalam
kamarnya. Hwi Nio sedang berusaha untuk melepaskan ikatan tangan
dan kaki Kok Sin akan tetapi belum juga berhasil. Gin San
melangkah maju dan kelihatannya dia hanya meraba saja talitali itu, akan tetapi hasilnya, tali-tali yang mengikat kaki dan
tangan pemuda itu putus putus semua dan Kok Sin menjadi
bebas. "Cepat pakai bajumu, mari kuantar kalian keluar sebelum
ada yang mencoba untuk menghalangi kalian pergi dari sini,"
kata Gin San dan melihat gawatnya keadaan, kakak beradik
itu tidak banyak cakap lagi dan cepat mengikuti Gin San keluar
dari dalam guha besar itu. Biarpun terdapat banyak anggauta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng-kauw di luar guha-guha itu dan di sepanjang pantai
Teluk Po-hai, namun melihat kakak beradik itu berjalan diantar
oleh Gin San, tidak ada seorangpun yang berani bertanya, apa
lagi menghalang. Tiga orang ketua Beng-kauw tidak nampak
batang hidungnya dan dengan hati lega Gin San lalu mengajak
mereka pergi ke barat, meninggalkan pantai itu.
Malam itu bulan muncul sepotong, namun dibantu oleh
bintang bintang yang bertaburan di langit cerah, cuaca
menjadi remang remang agak biru kekuningan dan udara
amat sejuknya. Tiba-tiba Gin San berhenti. Mereka telah tiba
di tapal batas daerah yang dikuasai Beng-kauw.
"Nah, kalian boleh melanjutkan perjalanan dan harap kalian
jangan lagi berani menempuh bahaya datang ke sini. Ayah
kalian tewas oleh Beng-kauw, akan tetapi kalian juga telah
berhasil menewaskan dua orang anggauta Beng-kauw, maka
anggap saja bahwa perhitungan itu sudah lunas."
Kok Sin ingin menyatakan terima kasihnya, akan tetapi
karena dia ingat bahwa pemuda berpakaian putih ini adalah
seorang tokoh Beng-kauw pula maka dia menahan diri, lalu
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggandeng tangan adiknya sambil berkata, "Hwi moi, mari
kita pergi!" Gin San berdiri tegak memandang dua bayangan yang
berlari pergi itu, kemudian dia menarik napas panjang,
membalikkan tubuhnya dan hendak kembali ke guha-guha di
pantai Teluk Po - hai yang menjadi sarang dari Beng-kauw itu.
Akan tetapi, baru beberapa langkah dia berjalan, tiba tiba dia
berhenti karena dia mendengar suara langkah kaki halus
berlari mendatangi dari belakangnya. Sebelum, dia menoleh,
terdengar suara halus, "Taihiap! ......... tunggu dulu........!"
Gin San sudah maklum siapa yang datang itu, karena dari
suara langkah kakinya tadi dia sudah tahu bahwa yang datang
adalah dara manis itu. Dengan heran dia membalikkan
tubuhnya dan mereka berdiri berhadapan dalam jarak hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu meter. Dua pasang mata bertemu dan sejenak mereka
saling pandang dan gadis itu lalu menunduk.
"Taihiap, harap maafkan kami berdua ... . "
"Maafkan kalian" Apa maksudmu nona?"
"Kami pergi meninggalkan taihiap seperti dua orang yang
tidak ingat akan budi.......... "
"Ah, tidak ada yang melepas budi dan memang tidak perlu
kalian ingat, nona."
"Tidak, taihiap, walaupun taihiap adalah seorang tokoh
Beng-kauw, namun ternyata taihiap berbeda dengan mereka
semua. Taihiap telah melimpahkan budi yang tak ternilai
besarnya, bukan hanya menyelamatkan nyawa kami berdua
ketika kami bertanding, juga membantu kami menangkan dua
orang nenek itu, kemudian taihiap malah.......menyelamatkan
aku dari ancaman bahaya yang lebih hebat dari pada maut.
Dan kami....... kami pergi begitu saja tanpa menghaturkan
terima kasih, bahkan tanpa mengetahui nama taihiap........"
Hwi Nio berhenti sebentar dan menarik napas panjang.
"Karena itulah maka aku datang kembali, taihiap, dan aku
minta maaf, juga aku menghaturkan banyak terima kasih
kepadamu. Budimu yang amat besar itu selama hidup takkan
kulupakan....... " "Cukuplah, nona." Gin San memotong cepat sambil
tersenyum. "Kalau kaulanjutkan pujian-pujianmu itu, salah
salah aku bisa terbang ke langit ke tujuh dan kepalaku bisa
berubah menjadi sebesar gantang! Betapapun juga, kalau
diusut, kesalahannya terletak kepada Beng-kauw dan semua
perbuatanku tadi hanyalah untuk mencegah Beng-kauw
melanjutkan kesalahan kesalahannya. Nah, selamat jalan,
nona, mudah-mudahan kelak kita dapat saling bertemu
kembali dalam keadaan yang lebih menyenangkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu menengadah dan menatap wajah yang tampan
dan tersenyum itu. Dia sendiripun tersenyum mendengar
kelakar itu. Pemuda yang: luar biasa, pikirnya. Tampan,
sederhana, ilmunya tinggi sekali dan cara bicaranya demikian
ramah dan suka berkelakar.
"Bolehkah aku mengenal namamu, taihiap" "
"Ah, jangan sebut aku taihiap, namaku adalah Coa Gin San,
nama biasa saja, nona."
"Coa taihiap, aku Liang Hwi Nio selama hidupku tidak akan
melupakan budimu, terutama sekali pertolonganmu di dalam
kamar tadi, menyelamatkan aku dari bahaya yang lebih
mengerikan dari pada kematian........" Tiba-tiba wajah itu
menjadi merah sekali. Lalu Hwi Nio mengeluarkan sebuah
hiasan rambut dari gelung rambutnya, hiasan terbuat dari
emas dan batu permata merah, berbentuk bunga teratai.
"Coa-taihiap, harap taihiap suka menerima persembahanku ini
sebagai tanda terima kasih dan persahabatanku "
Gin San menerima bunga teratai emas itu memandanginya
sebentar lalu memasukkannya ke dalam saku bajunya,
kemudian sambil tersenyum dia berkata, "Tanpa benda inipun
aku. tidak akan pernah dapat melupakanmu, nona. Terutama
sekali peristiwa dalam karnar tadi. .selama hidupku aku tidak
akan dapat melupakan!"
Mendengar ucapan itu dan bertemu pandang dengan sinar
mata yang penuh arti itu, melihat bibir yang tersenyum itu,
Liang Hwi Nio merasa betapa jantungnya berdebar keras.
Teringat dia betapa pemuda penolongnya ini tadi telah
melihatnya dalam keadaan telanjang ! Wajahnya menjadi
merah sekali dan dia lalu menundukkan mukanya dengan bibir
tersenyum malu - malu. Senyumnya memang hebat! Hwi Nio
adalah seorang dara yang cantik dan manis, akan tetapi
kecantikannya itu akan merupakan kecantikan biasa saja kalau
dia tidak tersenyum. Akan tetapi begitu dia tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya menjadi manis bukan main, penuh daya pikat dan
Gin San sendiri memandang dengan mata terbelalak.
"Engkau........ engkau memang cantik jelita dan manis
sekali, Hwi-moi!" tiba-tiba dia berkala. Mendengar pemuda itu
menyebutnya "adik Hwi", dara itu mengerling dan senyumnya
makin menonjolkan lesung pipit di ujung bibirnya. Tiba-tiba,
tanpa disadari oleh keduanya. Kedua tangan Gin San sudah
memegang tangan dara itu. Seperti, dalam mimpi, Hwi Nio
juga balas memegang dan dia mengeluarkan rintihan halus
ketika tiba-tiba saja dia sudah berada dalam dekapan Gin San
dan seperti mengandung daya tarik yang mujizat, kedua mulut
itu sudah saling menghampiri dan bertemu dalam ciuman
yang amat mesra! Sampai lama mereka berdua seperti tidak
sadar. Baru setelah kehabisan napas, Hwi Nio melepaskan
dirinya dan terengah-engah, memandang kepada wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu dengan mata terbelalak dan muka agak pucat
karena hatinya merasa ngeri mengingat apa yang baru saja
terjadi itu ! Gin San tersenyum, matanya mengeluarkan sinar
lembut dan tangannya melolos rantai perak yang dipakainya
sebagai ikat pinggang. Mata dara itu terus mengikuti kedua tangan Gin Sun yang
melolos rantainya seperti seorang yang berada dalam mimpi
Hwi Nio masih terlampau kaget ketika sadar dari keadaan
yang membuat dia seperti terpesona tadi, dan kini otomatis
tangan kirinya menutup bibir dan tangan kanannya menekan
dada. Hampir dia tidak percaya akan apa yang telah
dilakukannya, atau lebih tepat apa yang telah terjadi tadi. Dia
telah membiarkan saja dirinya dipeluk dan dicium seperti itu,
bahkan ada kecondongan di hatinya untuk menyambut
pencurahan cinta asmara dari pemuda itu!
"Hwi - moi, engkau memang manis sekali. Aku tidak akan
melupakanmu, Hwi moi, dan sebagai tanda mata aku tidak
memiliki apa-apa kecuali sebuah mata rantai dari ikat
pinggangku ini." Hwi Nio melihat betapa jari-jari tangan yang mengandung
kekuatan luar biasa itu mematahkan sebuah mata rantai dari
perak itu seperti orang mematahkan lidi saja, kemudian dia
menerima mata rantai yang seperti sebuah cincin perak itu,
menerimanya dengan tangan gemetar,
"'Hwi-moi.........1"
Tiba-tiba suara kakaknya itu menyadarkan Hwi Nio dan dia lalu menatap wajah pemuda itu
dengan semesra-mesranya, kemudian dia lalu berbisik,
"Koko....... aku...... aku akan selalu menanti kedatanganmu
di I-kiang, di tepi Sungai Yang-cekiang........ " Setelah berbisik
demikian, Hwi Nio membalikkan tubuhnya dan lari
meninggalkan Gin San yang masih berdiri dengan senyum
lebar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tidak terdengar lagi jejak langkah dara itu, Gin San
menggerakkan tangannya menyentuh bibirnya dan membayangkan ciuman tadi, lalu menarik napas panjang dan
menggelengkan kepalanya. "Dara yang manis, terutama sekali
lesung pipit di ujung bibirnya....!"
Akan tetapi telinganya dipasangnya baik baik dan dia
menggunakan kepandaiannya untuk mendengar apa yang
dipercakapkan oleh kakak beradik di tempat yang sudah cukup
jauh itu. "Hwi - moi, apa yang kaulakukan tadi". Mengapa kau
membiarkan dirimu dipeluk dan dicium?" sang kakak menegur.
Lalu terdengar suara lirih dari dara itu "Sin-ko, aku....... aku
cinta padanya...." "Sialan!" gerutu kakaknya dan kemudian Gin San tidak
dapat mendengarkan lagi percakapan itu karena kakak beradik
itu bicara sambil berlari pergi.
Sambil tersenyum - senyum dan bibirnya masih merasakan
kehangatan bibir Hwi Nio. pengalaman pertama yang benar benar membuat jantungnya berdebar kencang dan membuat
matanya berseri, Gin San membalikkan tubuh dan melangkah
tenang, kembali ke tepi pantai Po - hai.
Akan tetapi, tidak disangka-sangkanya bahwa dia akan
menghadapi penyambutan yang luar biasa. Dari jauh dia
sudah melihat betapa di pantai Po-hai itu amat terang benderang danmempercepat langkahnya menghampiri tempat
itu, dia melihat bahwa semua anggauta Beng-kauw telah
berkumpul di pantai dan puluhan obor telah dipasang dan tiga
orang ketua Beng kauw duduk di tengah-tengah lapangan
yang dibuat oleh para anggauta Beng-kauw yang duduk
membentuk lingkaran lebar. Semua orang telah menanti
kedatangannya! Suasana sunyi sekali,tidak ada seorangpun
anggauta Beng-kauw yang bergerak dan ketika Gin San
muncul, semua kepala bergerak ke arahnya dan semua mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandangnya dengan sinar mata penuh tuntutan !
Mengertilah Gin San bahwa tiga orang suhengnya telah
mengatur semua itu untuk mengadili dan menghukumnya!
Akan tetapi, dia tetap tenang saja karena memang dia telah
siap sedia untuk menghadapi semua itu sebagai akibat dari
pada tindakannya tadi. Dengan langkah tenang dia memasuki
lingkaran itu menghampiri tiga orang suhengnya yang duduk
bersila di atas pasir dengan sikap angker itu.
Gin San langsung menghadapi tiga orang suhengnya dan
diapun duduk bersila di depan mereka bertiga, kemudian
bertanya, "Sam - wi suheng. apakah maksudnya
mengumpulkan para anggauta dan membuka persidangan
ini?" "Coa Gin San!" Terdengar suara Kwan Cin Cu mengguntur,
terdengar oleh semua anggauta Beng- kauw yang hadir,
"Sebagai seorang anggauta yang murtad, engkau berlututlah
untuk mendengarkan keputusan pengadilan Beng-kauw !"
Ucapan itu penuh wibawa dan terdengar menegangkan hati
semua anggauta, dan suasana menjadi hening sekali setelah
ketua nomor satu dari Beng-kauw itu menghentikan katakatanya yang bergema. Kini tiga orang ketua itu menatap
wajah Gin San dengan penuh kemarahan. Di bawah sinar api
obor yang amat terang, wajah pemuda itu tetap tenang dan
sejak tadi senyumnya tidak pernah meninggalkan bibirnya
yang masih berdenyut merasakan kehangatan bibir Hwi Nio.
Gin San memandang wajah twa-suhengnya dengan tajam
penuh selidik, kemudian di bawah pandang mata semua orang
yang hadir, pemuda ini berkata, suaranya tenang dan halus
namun sedikitpun tidak mengandung rasa jerih terhadap para
suhengnya itu. "Kwan Cin Cu twa-suheng, kalau benar aku merupakan
seorang anggauta murtad, tentu tanpa diperintah dua kali aku
akan suka berlutut dan menyerahkan jiwa ragaku untuk
dihukum oleh Beng-kauw. Akan tetapi aku tidak merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendurhakai Beng-kauw, maka tuduhan itu hanya merupakan
fitnah belaka tanpa bukti - bukti. Oleh karena itu, sebelum aku
mentaati perintahmu, lebih dulu aku ingin mendengar fitnah
apa yang dijatuhkan kepadaku sehingga twa-suheng dapat
menyebut aku sebagai seorang murid yang murtad!" Tentu
saja bantahan yang berani dari pemuda ini amat mengejutkan
dan tidak-terduga oleh para anggauta, maka hati mereka
menjadi makin tegang dan mereka menanti apa yang akan
terjadi selanjutnya dengan bingung juga. Sebagai anggauta,
tentu saja mereka harus taat kepada Kwan Cin Cu yang
menjadi ketua pertama, akan tetapi semua anggauta sudah
mendengar bahwa pemuda ini adalah murid terkasih dari
mendiang Maghi Sing yang jenazahnya baru saja diperabukan
tadi. "Coa Gin San, engkau masih pura - pura bertanya tentang
kesalahanmu" Dengarlah dan agar semua anggauta menjadi
saksi! Baru saja suhu meninggal dunia, sute Coa Gin San ini
telah melakukan dosa-dosa besar, pengkhianatanpengkhianatan yang jelas membuktikan bahwa dia adalah
seorang murid dan anggauta yang murtad dan patut dihukum!
Dalam waktu semalam saja dia telah melakukan tiga macam
pelanggaran atau dosa yang tidak dapat diampuni lagi!"
Mendengar ini, semua anggauta menjadi berisik, saling
bicara untuk menduga-duga apa gerangan yang dilakukan
oleh pemuda yang tampan dan kelihatan tenang dan selalu
tersenyum itu. Gin San masih tersenyum dan terdengarlah dia
bicara lantang sehingga semua orang diam mendengarkan.
"Kwan Cin Cu suheng, jelaskanlah apa adanya tiga dosa
itu!" "Pertama, Coa Gin San telah berdosa karena dalam
pertempuran siang tadi dia telah membantu fihak lawan dan
juga malam ini dia telah berani melawan dan menentang
kedua orang suhengnya. Ke dua, dia telah berkhianat,
membebaskan dua orang tawanan Beng-kauw tanpa ijin dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, tiga orang ketua yang berhak memutuskan tentang
tawanan. Dan ke tiga, dia telah memeluk dan mencium
seorang adis Im-yang-pai, berarti dia bermain cinta lengan
fihak musuh." Hebat sekali tuduhan-tuduhan itu dan semua anggauta
Beng-kauw kini memandang kepada Gin San dengan alis
berkerut. Mereka semua tidak pernah bergaul dengan Gin San
yang semenjak datang ke situ terus ditarik oleh Maghi Sing ke
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam guha untuk digembleng, maka pemuda ini boleh
dibilang agak asing bagi para anggauta Beng-kauw yang tentu
saja lebih dekat dengan tiga orang ketua mereka. Hal ini
membuat hati mereka condong mementang Gin San. Akan
tetapi pemuda yang menerima tuduhan berat itu masih
tersenyum dan masih duduk bersila dengan tenangnya,
sepasang matanya bergantian menentang wajah tiga orang
suhengnya. Kemudian terdengarlah suaranya menjawab
lantang, "Sam-wi suheng sebagai ketua dari Beng-kauw ternyata
lancang menjatuhkan fitnah kepada orang yang tidak
bersalah. Tiga macam tuduhan itu hanya fiinah dan saya
dapat menangkisnya satu satu berdasarkan kenyataan.
Pertama, dalam pertempuran siang tadi saya sama sekali tidak
membantu fihak lawan. Saya melihat betapa twa-suheng dan
ji-suheng mempergunakan Sin-gan Hoat-lek untuk mempengaruhi lawan dan diam-diam membantu dua orang
Kui-bo. Saya tidak ingin melihat Beng-kauw menggunakan
kecurangan, apa lagi di sini hadir banyak orang pandai yang
tentu akan melihat kecurangan itu dan karenanya tentu nama
Beng-kauw akan tercemar. Saya hanya mencegah kedua
suheng melakukan kecurangan, jadi sama sekali tidak
membantui musuh! Dan memang benar malam ini saya
melawan dan menentang ji-suheng dan sam-suheng, akan
tetapi hal itu saya lakukan karena saya tidak ingin melihat
mereka melakukan penyelewengan penyelewengan yang tidak
perlu saya jelaskan di sini. Ke dua, saya sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkhianat dengan membebaskan dua orang tawanan itu.
Mereka itu datang bukan sebagai orang-orang Im-yang-pai,
melainkan karena urusan pribadi, karena ayah mereka
terbunuh oleh Beng-kauw, hal yang memang sesungguhnya
demikian. Saya tahu sendiri bahwa ayah mereka terbunuh
oleh Beng-kauw dan sudah sepatutnya kalau mereka datang
untuk membalas dendam. Maka, perlu apa mereka ditawan"
Apa lagi, saya melihat gejala-gejala tidak sehat dalam
penawanan itu, maka saya lalu membebaskan mereka. Dan
soal ke tiga, agaknya memang saya telah diintai dan saya
tidak menyangkal bahwa saya berpeluk cium dengar gadis itu,
akan tetapi hal itu terjadi bukan karena paksaan, melainkan
karena kehendak kami berdua. Apa salahnya dengan itu"
Beng-kauw mengajarkan agar segala sesuatu kita lakukan
dengan berterang. Kalau saya melakukan paksaan, barulah
saya berdosa. Nah, saya yakin bahwa semua saudara
anggauta Beng-kauw dapat mengerti akan pembelaan saya."
Tiga orang ketua Beng-kauw itu menjadi marah bukan
main mendengar omongan yang nadanya menantang dan
menyalahkan mereka itu. "Coa Gin San !" Kwan Cin Cu membentak dengan mata
mendelik. "Kaukira siapakah engkau ini berani bicara seperti
itu " Engkau hanyalah orang baru di Beng-kauw, dan kami
bertiga adaiah ketua-ketua Beng-kauw, mengerti" Kami yang
berhak menentukan siapa berdosa siapa tidak ! Kau........"
"Nanti dulu, twa-suheng!" Gin San memotong, masih
tersenyum akan tetapi dari sepasang matanya menyambar
sinar yang tajam. "Aku tahu bahwa kalian bertiga adalah
ketua-ketua Beng-Kauw di wilayah utara. Akan tetapi lupakah
kalian bahwa di atas ketua masih ada lagi pengawas" Lupakah
kalian bahwa di atas kalian masih ada suhu yang mengawasi
dan yang memiliki kekuasaan atas diri semua ketua" Suhu
See-thian Sian-su berhak mengawasi dan menuntut jika ketua
Beng-kauw menyeleweng! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi suhu telah meninggal dunia dan kini kami bertigalah
yang memegang kekuasaan sepenuhnya, baik atas
perkumpulan Beng-kauw maupun atas seluruh anggautanya.
Karena engkau termasuk anggauta Beng-kauw, sute, maka
kami berhak untuk mengadilimu!"
"Twa-suheng, apakah kau sudah lupa bahwa suhu yang
mengangkat kalian menjadi ketua dan bahwa kalian telah
bersumpah di depan Bendera Keramat untuk selalu tunduk
dan taat kepada pemegang bendera" Biarpun suhu telah
meninggal dunia, akan tetapi Bendera Keramat itu masih ada
dan suhu telah mewariskan Bendera Keramat kepadaku!"
Berkata demikian. Gin San lalu menggerakkan tangannya dan
dia telah mencabut sehelai bendera berwarna pulih dan semua
orarg menjadi silau. Bendera itu hanya berupa sehelai kain
berwarna putih, akan tetapi begitu dibuka, kain putih itu
mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata. Kiranya kain
ini telah direndam dalam cairan yang mengandung bahan
yang mengeluarkan cahaya seperti yang terdapat pada ikan
laut, cumi cumi dan udang. Di dalam terang, cairan itu tidak
nampak sinarnya, akan tetapi di tempat gelap, cairan ini
seperti bernyala dan berkilauan menyilaukan mata.
Terkejutlah tiga orang ketua itu melihat bendera ini.
Mereka memang telah mencari-cari Bendera Keramat itu, akan
tetapi sia-sia belaka dan kiranya bendera itu telah terjatuh ke
tangan Gin San. Adapun para anggauta yang tentu saja
mengenal Bendera Keramat itu, segera menjatuhkan diri
berlutut dan menghadap ke arah bendera itu dengan khidmat.
"Murid murid Kwan Cin Cu, Hok Kim Cu dan Thian Bhok Cu,
apakah kalian tidak mau cepat berlutut?" bentak Coa Gin San
yang melihat tiga orang ketua itu memandang terbelalak
kepada bendera yang dipegangnya.
Akan tetapi tiga orang kakek itu malah meloncat dengan
marah, berdiri dengan mata terbelalak memandang Coa Gin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
San. Kwan Cin Cu lalu menudingkan telunjuknya. "Sute, dari
mana kau mencuri bendera itu ?"
"Twa-suheng, jangan menuduh sembarangan. Sebelum
meninggal dunia, suhu telah menyerahkan bendera ini
kepadaku dan mengangkat aku sebagai penggantinya. Akulah
pemegang Bendera Keramat dan akulah yang berhak menjadi
pengawas Beng-kauw di sini!"
"Coa Gin San, engkau pembohong dan pencuri ! Apakah
kau tahu apakah syaratnya bagi seorang pemegang Bendera
Keramat Beng-kauw ?" Kwan Cin Cu membentak. Kini semua,
anggauta Beng-kauw tertarik dan sudah mengangkat muka
memandang untuk menyaksikan, perkembangan keadaan.
Mereka bingung karena, tidak tahu harus berfihak siapa.
Gin San tersenyum. "Tentu saja aku tahu, twa-suheng.
Pemegang bendera ini haruslah seorang yang memiliki
kepandaian paling tinggi di antara semua murid Beng kauw."
"Bagus! Dan kau merasa sudah memiliki kepandaian
tertinggi " Lebih tinggi dari pada kami bertiga ?"
"Tentu saja !" "Hemm, hal ini harus dibuktikan dulu !" terdengar Thian
Bhok Cu melengking marah.
Gin San menarik napas panjang dan melipat bendera itu
lalu menyimpannya kembali ke dalam saku bajunya. Lenyaplah
cahaya berkilauan tadi setelah bendera itu disimpannya dan
dia menghadapi Thian Bhok Cu "Suhu memang sudah
memesan bahwa tentu kalian tidak percaya dan hendak
mengujiku. Nah, majulah, sam-suheng, kalau kau masih
penasaran setelah kita berdua saling mengukur kepandaian di
dalam kamar tadi." "Bocah sombong, berikan Bendera Keramat kepadaku !"
Thian Bhok Cu berseru dengan suara tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang kepandaiannya terkuat, dialah yang berhak
memegang Bendera Keramat. Kalau aku kalah, tanpa
dimintapun akan kuserahkan bendera ini," jawab Gin San.
"Kalau begitu, mampuslah kau!" Thian Bhok Cu sudah
menerjang dengan marahnya.Kini orang ke tiga dari ketua
Beng-kauw menyerang dengan sungguh-sungguh, menggunakan tongkat kayunya yang lihai. Bukan sekedar
menyerang untuk melampiaskan kemarahannya seperti di
dalam kamar tadi. Sekali ini dia menyerang untuk
memperebutkan bendera atau memegang bendera itu sebagai
tokoh nomor satu dari Beng-kauw !
"Wuuuttt....... prakk!" Batu yang diduduki oleh Gin San tadi
pecah berhamburan terkena sambaran tongkat itu. Sungguh
hebat bukan main tenaga kakek yang kelihatan lemah lembut
ini, Tongkatnya hanyalah tongkat kayu, akan tetapi dapat
menghancurkan batu yang jauh lebih keras. Hal ini hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuktikan bahwa kakek ini memiliki tingkat tenaga sinkang yang sudah amat kuat.
Namun dengan enaknya Gin San mengelak beberapa kali
dari sambaran tongkat yang secara bertubi-tubi melakukan
gerakan menusuk, menghantam dan menotok. Dia telah hafal
akan gerakan-gerakan itu sehingga baru saja pundak Thian
Bhok Cu bergerak, dia sudah tahu arah mana tongkat lawan
akan menyerang, maka tentu saja dia dapat mengelak dengan
mudah, hanya menggerakkan sedikit saja anggauta tubuh
yang menjadi sasaran tongkat.
"Sam-suheng, aku akan merampas tongkatmu dalam waktu
sepuluh jurus!" tiba-tiba Gin San berseru nyaring dan semua
orang menjadi kaget. Benar-benar sombong sekali bocah ini
pikir mereka. Tadi saja nampak betapa memuda itu hanya
mampu mengelak ke sana-ini dan diserang serta didesak
sedemikian rupa sampai hampir limapuluh jurus oleh Thian
Bhok Cu, dan sekarang tiba-tiba pemuda itu berkata hendak
merampas tongkat dalam waktu sepuluh jurus! Seorang yang
sudah mengeluarkan kata-kata seperti itu dalam pertandingan,
kalau sampai selama sepuluh jurus dia tidak mampu
membuktikan omongannya, maka boleh dikata bahwa dia
telah kalah! "Satu........!" Gin San berseru dan tiba-tiba tubuhnya
menerjang ke depan, jari - jari tangan kirinya mencengkeram
ke arah ubun-ubun kepala Thian-Bhok Cu secepat kilat, Thian
Bhok Cu terkejut dan cepat memutar tongkatnya untuk
memukul tangan kiri pemuda itu, akan tetapi tangan kanan
Gin San sudah lebih cepat lagi menyambar dan hendak
merampas tongkat, Thian Bhok Cu terkejut dan berseru keras,
menarik tongkatnya dan tidak jadi menangkis, melainkan
melempar tubuh ke belakang untuk menghindarkan diri dari
cengkeraman ke arah ubun " ubun dan sambaran tangan
yang hendak merampas tongkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dua........!" Gin San sudah melanjutkan serangannya, kini
kakinya melakukan tendangan kilat, dibarengi dengan tangan
kanan yang terbuka menusuk ke arah lambung, dan tangan
kiri membuat gerakan memutar mengikuti jalannya tongkat
lawan untuk merampas. Kembali Thian Bhok Cu berseru keras
dan cepat memutar tongkatnya dan melompat ke belakang
karena serangan yang amat dahsyat itu membahayakan kalau
dia mengandalkan tangkisan saja.
"Tiga........!" Gin San sudah mendesak tanpa menghentikan
serangan-serangannya, gerakannya cepat sekali dan setiap
serangannya mendatangkan angin yang kuat sehingga dia
telah mendesak Thian Bhok Cu yang terus mundur dan pada
saat Gin San berseru, "Tujuh........!" pemuda itu telah berhasil
merampas tongkat lawan yang terpaksa melepaskan senjata
itu karena pundaknya telah kena ditotok yang membuat
tubuhnya untuk beberapa detik lamanya menjadi lumpuh
kehilangan tenaga! Ketika Thian Bhok Cu sudah dapat bergerak lagi. Gin San
sudah mengembalikan tongkatnya sambil berkata, "Maaf,
sam-suheng!" Thian Bhok Cu menerima tongkatnya dan dengan muka
merah dia lalu duduk kembali karena maklumlah kakek ini
bahwa dia tidak akan menang melawan sutenya yang amat
lihai itu. Hal ini membuat Hok Kim Cu dan Kwan Cin Cu marah
bukan main. Keduanya sudah melangkah maju dan biarpun
mereka amat marah, namun mengingat akan kedudukan
mereka sebagai ketua, apa lagi pada saat itu semua anggauta
menjadi saksi, Kwan Cin Cu lalu berkata, "Coa Gin San,
beranikah engkau kalau kami berdua maju bersama
mengujimu untuk melihat apakah engkau memang patut
menjadi pewaris Bendera Keramat?"
"Aku memang tidak patut menjadi pewaris suhu kalau tidak
berani menghadapi kalian maju bersama. Twa-suheng dan jisuheng, majulah dan kenalilah kelihaian sutemu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja dua orang kakek itu sama sekali tidak
bermaksud untuk hanya menguji kepandaian saja. Mereka
sudah terlampau marah dan mereka tidak ingin melihat
pemuda itu menjadi pengawas mereka, menjadi seorang yang
menggantikan kedudukan suhu mereka dan memiliki
kekuasaan lebih tinggi dari pada mereka! Selelah suhu mereka
meninggal dunia, mereka bertigalah yang merupakan orangorang paling berkuasa di Beng-kauw. Siapa tahu, kini muncul
sute mereka, bocah yang sepuluh tahun lalu menjadi tawanan
mereka, dan bocah ini sekarang ingin menjadi "atasan"
mereka. Tentu saja mereka tidak rela dan biarpun mulut
mereka mengatakan hendak menguji kepandaian, namun di
dalam hati, mereka ingin membunuh pemuda yang mereka
anggap pengacau ini. Oleh karena itulah, maka begitu menyerang, Hok Kim Cu
sudah menggerakkan pedang emasnya dengan pengerahan
tenaga sepenuhnya dan menggunakan jurus terlihai.
Segulungan sinar emas menyambar ke arah leher Gin San dan
baru sambaran anginnya saja sudah mendatangkan hawa
dingin mengerikan. Kwan Cin Cu, orang pertama Beng-kauw,
juga tidak kepalang tanggung dalam penyerangannya
pertama. Golok perak di tangannya menyambar, merupakan
gulungan sinar jang lebih lebar dari pada gulungan sinar
emas, dan begitu goloknya menyambar dengan hawa panas
sekali, tangan kirinyapun telah mengirim Pukulan Toat-beng
Tok-ciang dan segumpal uap hitam menyambar kearah muka
Gin San! Melihat serangan dua orang suhengnya itu, diam - diam Gin
San terkejut dan marah. Dia memang sudah tahu orang-orang
macam apa adanya tiga orang suhengnya itu. Sepuluh tahun
lebih yang lalu, ketika untuk pertama kalinya dia tiba di situ
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai orang tangkapan atau tawanan, dibawa ke situ oleh
Ui-bin Saikong, Hek-bin Saikong, dan dua orang nenek Kui bo
yang telah tewas itu, dia sudah tahu bahwa tiga orang ketua
Beng kauw adalah orang-orang yang amat jahat dan kejam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, setelah dia sendiri digembleng oleh Maghi Sing,
bukan hanya diberi pelajaran ilmu-ilmu silat tinggi dan sihir,
akan tetapi juga dia mendalami pelajaran tentang Agama
Terang, dia mengerti mengapa tiga orang ketua itu berwatak
seperti itu. Tiga orang kakek itu hanya menjadi hamba dari
pada nafsu mereka sendiri, dan dia melihat betapa tanpa
disadari, mereka itu telah menyeleweng dari pada pelajaran
Beng-kauw. Bahkan gurunya sendiri, Maghi Sing, juga
melakukan penyelewengan dan hal ini baru disadari oleh guru
besar itu menjelang kematiannya. Itulah sebabnya mengapa
Maghi Sing mengangkat Gin San sebagai pewaris untuk
menegakkan kembali Beng kauw yang melakukan
penyelewengan dan untuk memenuhi pesan-pesannya yang
terakhir. Kini bagi Gin Sin, tiga orang kakek ketua Beng-kauw
itu tidak dilihatnya sebagai orang-orang jahat atau kejam,
melainkan sebagat orang-orang lemah yang menjadi hamba
nafsu nafsu mereka sendiri.
"Trang-trangpg....... plakk !"
Dua orang kakek itu terhuyung ke belakang dan
memandang dengan mata terbelalak. Terutama sekali Kwan
Cin Cu yang merasa betapa lengan kirinya tergetar hebat
ketika Toat beng Tok-ciang yang dipergunakan tadi membalik
oleh tangkisan tangan Gin San. Kiranya pemuda itu kini telah
memegang sabuk rantai peraknya, yaitu sabuk rantai yang
berkurang satu mata rantainya karena ujung rantai itu telah
dipatahkan dan mata rantainya berbentuk cincin perak telah
diberikannya kepada Liang Hwi Nio sebagai tanda mata !
Sabuk rantai peraknya ini adalah pemberian dari Maghi Sing,
panjangnya ada dua meter lebih dan selain dapat
dipergunakan sebagai sabuk, juga ternyata dapat menjadi
sebuah senjata istimewa yang ampuh dan yang buktinya
dapat menangkis golok dan pedang dari dua orang ketua
Beng-kauw itu sehingga senjata-senjata itu terpental !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Kwan Cin Cu dan Hok Kim Cu tidak menjadi
gentar. Sebaliknya, mereka malah menjadi penasaran dan
rrarah sekali dan dengan gerengan-gerengan dahsyat kedua
orang kakek ini lalu menerjang maju sambil menggerakkan
senjata mereka dengan cepat Gin San maklum akan kelihaian
dua orang suhengnya ini, maka diapun memutar rantainya
dan lenyaplah tiga orang ini terkurung oleh sinar-sinar senjata
mereka. Di bawah penerangan obor-obor itu, nampak
gulungan sinar yang indah dari sinar golok perak, pedang
emas, dan rantai perak, seolah-olah ada tiga ekor naga sakti
sedang bermain-main di angkasa. Thian Bhok Cu menonton
sambil melongo penuh kekaguman. Dia tidak ikut menyerang
lagi, pertama karena dia merasa bahwa memang dia bukan
tandingan sutenya itu, ke dua karena dia, sebagai seorang
kakek yang amat suka kepada orang-orang muda, diam-diam
menaruh harapannya agar sutenya yang muda dan tampan itu
suka kepadanya dan kelak dia dapat menarik sutenya itu
menjadi "sahabat" yang amat baik !
Tingkat kepandaian kedua orang kakek itu sudah tinggi
sekali. Bahkan Cin Beng Thiancu, ji-pangcu diri Im-yang-pai
sendiri tidak mampu menandingi Kwan Cin Cu. Tingkat
kepandaian masing - masing dari tiga orang ketua Beng-kauw
itu di dalam dunia kang-ouw sudah amat sukar dicari
bandingnya, apa lagi kini mereka berdua maju mengeroyok,
tentu saja kelihaian mereka menjadi berlipat ganda. Akan
tetapi aneh sekali, pemuda yang dikeroyok itu sama sekali
tidak kelihatan repot, apalagi terdesak. Bahkan dengan
seenaknya dia berloncatan ke sana-sini sambil memutar rantai
peraknya, menangkis dan mengelak, membiarkan dua orang
suhengnya itu menyerangnya cara bertubi-tubi dan sampai
duapuluh jurus lebih dia sama sekali tidak ingin membalasnya,
seolah-olah dia memang ingin melihat dengan jelas gerak
serangan dari dua orang suhengnya itu, apakah sudah benar
ataukah ada kesalahan - kesalahannya, seperti sikap seorang
guru yang sedang melatih murid-muridnya! Dan memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap jurus serangan dari dua orang suhengnya itu telah
dikenalnya baik-baik sehingga tidak terlalu sukarlah baginya
untuk mengelak atau menangkis dengan tepat. Bahkan di
antara tangkisan-tangkisan itu, dia masih sempat menasihati
dua orang suhengnya itu !
"Ji-suheng, seranganmu dalam jurus Kim ke to sok (Ayam
Emas Mematuk Gabah) kurang sempurna, pedangmu kurang
menukik kebawah sehingga kau membiarkan bagian bawah
tubuhmu terbuka ketika menyerang!"
"Twa-suheng, dalam jurus Kim so-tui to ( Kunci Emas Jatuh
di Tanah), tenaga bacokan golok seharusnya hanya
merupakan pancingan akan tetapi kau terlalu terdorong oleh
nafsu amarah sehingga tenagamu kaukerahkan semua. Itu
salah besar!" Mendengar teguran teguran ini, Kwan Ci Cu dan Hok Kim
Cu menjadi makin marah penasaran dan juga malu. Sutenya
itu benar benar dapat mengikuti semua gerakan mereka
dengan baik! "Coa Gin San, kalau engkau memang berkepandaian, hayo
kaukalahkan kami dengan kepandaian, bukan dengan katakata!" bentak Kwan Cin Cu.
"Baiklah, ji-wi suheng, kalian jagalah seranganku ini!" kata
Gin San. Pemuda ini maklum bahwa sebelum dia dapat
mengalahkan dua orang ini, amat sukarlah baginya untuk
dapat menguasai Beng-kauw dan diapun tahu bahwa segala
ilmu yang dipelajarinya dari mendiang Maghi Sing tentu
dikenal pula oleh kedua orang suhengnya ini. Dia hanya
memiliki sinkang yang lebih kuat dan dalam hal ilmu-ilmu silat,
tentu saja dia masih kalah mahir dan kalah matang dalam
latihan. Hanya baiknya, suhunya telah menciptakan ilmu silat
mujijat yang hanya diturunkan kepadanya seorang, dan
menurut suhunya, ilmu silat yang hanya mempunyai tigabelas
jurus ini, yang diberi nama Cap-sha Tong-thian (Tigabelas
Jurus Yang Mengacau Langit), merupakan inti sari dari semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu gurunya, dan karenanya tentu akan dapat mengatasi tiga
orang suhengnya" Maka, begitu dia ditantang untuk
mengeluarkan kepandaian, Gin San tidak bersikap sungkan
lagi, segera dia mainkan jurus pertama dari Ilmu silat Cap-sha
Tong-thian itu. Tiba-tiba dua orang kakek itu mengeluarkan seruan kaget.
Mereka melihat rantai itu berobah menjadi sinar berkeredepan
dan sinar itu menyambar-nyambar secara aneh, malangmelintang di depan mereka. Mereka tidak mengenal gerakan
ini, tidak tahu bagaimana awalnya dan bagaimana nanti
akhirnya, maka mereka hanya cepat memutar senjata
melindungi tubuh dengan kaget. Akan tetapi, hawa yang
mendesis-desis dan memutar-mutar seperti angin lesus
menyerang mereka, membuat mereka terkejut dan untuk
beberapa detik mereka menahan senjata. Beberapa detik ini
sudah cukup bagi Gin San dan dua kali tangannya bergerak
setelah kedua tangannya melepaskan rantainya yang masih
berputar sendiri di udara terdengar dua orang kakek itu
mengeluh dan mereka roboh terguling!
Untung bagi mereka bahwa Gin San tadi hanya mendorong
saja dengan telapak tangan sambil mengerahkan sinkang, dan
sekaligus kedua tangan pemuda itu merampas golok dan
pedang! Kalau pemuda itu menggunakan kedua tangannya
untuk mengirim pukulan maut, tentu keduanya telah tewas!
Kiranya ketika golok dan pedang bertemu dengan rantai,
kedua senjata itu seperti terbetot dan ketika Gin San
melepaskan rantainya dan menggunakan kedua tangan untuk
mendorong, keduanya sama sekali tidak pernah menduganya
dan telah kena didorong sampai terguling roboh dan senjata
mereka dapat dirampas oleh Gin San. Sungguh merupakan hal
yang terlalu hebat dan luar biasa sekali bagi kedua orang
kakek itu. Mereka telah dikalahkan oleh sute mereka itu dalam
satu jurus saja ! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rasa malu dan penasaran membuat dua orang itu menjadi
makin marah. Mereka bangkit berdiri di samping Thian Bhok
Cu dan ketiga orang kakek itu kini meluruskan kedua lengan
ke depan, ke arah Gin San dan mulut mereka mengeluarkan
lengking nyaring sekali, disusul suara Kwan Cin Cu yang penuh
wibawa, "Coa Gin San, sebagai murid Beng-kauw, berlututlah
kau!" Suara lengking dan suara Kwan Cin Cu itu mengandung
pengaruh yang amat besar, sehingga semua anggauta Bengkauw tidak dapat menahan diri dan mereka semua sudah
menjatuhkan diri berlutut! Akan tetapi Gin San yang merasa
betapa tiba tiba kedua lututnya gemetar dan seperti hendak
memaksanya menjatuhkan diri berlutut. cepat melepaskan
rantai, pedang dan golok di tangannya itu ke atas tanah,
kemudian diapun meluruskan kedua lengan ke depan, kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya dengan telapakan tangan di depan seperti
mendorong ke arah tiga orang suhengnya, sepasang matanya
mencorong seperti harimau, lalu diapun mengeluarkan suara
melengking nyaring sekali, disambung oleh kata-katanya, lebih
nyaring dari pada suara Kwan Cin Cu tadi,
"Kwan Cin Cu, Hok Kim Cu, dan Thian Bhok Cu, kalian
berhadapan dengan pengawas Beng-kauw di utara, kalian
berlututlah!" Terjadilah pertandingan yang amat luar biasa, Tubuh
mereka tidak bergerak, kedua lengan diluruskan ke depan,
akan tetapi dari sepasang mata mereka menyambar pengaruh
yang luar biasa dahsyatnya. Kiranya empat orang murid Maghi
Sing ini sedang mengadu kekuatan sihir dari pandang mata,
lengking suara, dan dari gerakan kedua tangan mereka untuk
saling mengalahkan dan kembali Gin San dikeroyok, sekali ini
dikeroyok tiga malah! Ketika mereka mendapatkan kenyataan bahwa mereka
tidak mampu merobohkan Gin San yang ternyata amat kuat
itu, tiga orang kakek menggerak gerakkan tangannya dan
aneh sekali, tubuh Gin San mulai terangkat ke atas! Kedua
kaki pemuda itu mulai meninggalkan tanah sampai belasan
sentimeter tingginya! Gin San terkejut akan tetapi dia dapat
menenangkan hatinya, lalu dia mengerahkan kekuatan
batinnya, kedua lengan yang diulur ke depan itu tergetar
hebat, dari matanya menyambar sinar yang mencorong
mengerikan, dan uap putih mengepul dari kepalanya.
Perlahan-lahan tubuhnya turun kembali dan kini tubuh tiga
orang kakek itulah yang perlahan-lahan naik ke atas! Tiga
orang kakek itu terbelalak, mengeluarkan keringat dingin dan
napas mereka agak terengah. Mereka mengerahkan tenaga
dan setelah mereka terengah-engah barulah perlahan-lahan
merekapun turun kembali, akan tetapi seluruh tubuh mereka
menggigil dan muka mereka pucat penuh keringat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San menggunakan tangan kanan mengambil bendera
putih, diangkatnya bendera itu ke atas dan kembali dia
berkata, suaranya dalam dan menggetar hebat, 'Berlututlah
kalian menghormati Bendera Keramat!"
Tiga orang kakek itu kehilangan daya tahan mereka.
Mereka maklum bahwa baik dalam hal ilmu silat maupun
kekuatan sihir, mereka tidak dapat menandingi Gin San, maka
mereka cepat menjatuhkan diri berlutut dan Kwan Cin Cu
berkata, "Kami siap mentaati perintah!"
"Bagus! Dengan demikian sam-wi suheng masih
menjunjung tinggi kepada Bendera Keramat dan nama suhu
biarpun suhu telah meninggal dunia. Harap suheng bertiga
suka bangkit dan duduk, marilah kita bicara dengan baik."
Diam-diam tiga orang ketua Beng-kauw itu kagum juga
mendengar ucapan ini. Anak muda ini sikapnya amat baik dan
ternyata bukan seorang yang sombong dan kosong belaka.
Mereka lalu bangkit duduk dan mereka berhadapan
kembali, disaksikan oleh semua anggauta Beng-kauw. Gin San
lalu menyimpan kembali Bendera Keramat itu dan berkata
dengan suara lantang, ditujukan kepada semua yang hadir di
situ. "Agar semua anggauta Beng-kauw mengetahui bahwa
sebelum meninggal dunia, suhu telah meninggalkan Bendera
Keramat kepadaku dan minta kepadaku untuk menjaga agar
Beng-kauw tidak sampai diselewengkan. Beng-kauw harus
tetap menjadi perkumpulan yang berdasarkan pelajaran Bengkauw, dan semua anggautanya harus menjaga agar Bengkauw tetap dihormati dan dikenal sebagai perkumpulan yang
baik dan terhormat. Oleh karena itu, mulai sekarang, semua
peraturan Beng-kauw harus ditaati betul dan setiap bentuk
penyelewengan akan dihukum sesuai dengan peraturan Beng
- kauw yang ada." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga orang ketua itu menundukkan muka mereka.
Kemudian Kwan Cin Cu berkata: "Kami akan mentaati pesan
suhu itu, sute." "Memang semestinya demikian," kata Gin San. "Tanggung
jawab akan terlaksananya pesan suhu ini berada di tangan
suheng bertiga, selain itu, suhu juga meninggalkan pesan
bahwa suhu merasa bersalah kepada pusat Beng-kauw yang
berada di selatan. Suhu merasa betapa selama ini Beng-kauw
yang dipimpin oleh suhu telah meninggalkan induknya dan
banyak melakukan penyelewengan. Oleh karena itu. suhu
mengutus aku untuk pergi menghadap susiok couw (kakek
paman guru) di Yunan untuk minta petunjuk, dan untuk minta
kitab kitab aseli Beng-kauw agar menjadi pedoman bagi kita di
utara." Mendengar ini, tiga orang ketua itu mengangguk dan tidak
berani membantah, namun diam-diam terkejut karena mereka
mendengar bahwa susiok-couw, yaitu paman guru dari Maghi
Sing kabarnya merupakan seorang tokoh Beng-kauw yang
selain sakti, juga amat keras wataknya dan memegang teguh
peraturan Beng-kauw. Akan tetapi, diam - diam mereka
merasa girang juga mendengar bahwa pemuda yang lihai ini
akan pergi ke selatan. ~0-dwkz~bds~234-0~ Pada suatu malam, kota Cin lok bun geger karena pada
malam itu ada tiga rumah hartawan yang dimasuki pencuri.
Pencuri yang luar biasa sekali, yang masuk ke rumah-rumah
itu seperti setan dan tanpa diketahui oleh para penjaga telah
melarikan sekantung uang emas dari setiap rumah. Tiga orang
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hartawan itu melapor kepada pembesar, bahkan juga
mengerahkan jagoan-jagoan mereka sendiri untuk menyelidiki,
namun semua usaha itu tanpa hasil dan tidak ada seorangpun
dapat mengetahui siapa pencuri yang amat lihai itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, menjelang senja, seorang pemuda
berpakaian putih nampak berlari di luar sebuah dusun tidak
jauh dari Cin-lok-bun. Pemuda itu berdiri termenung seperti
orang terkena pesona, memandangi sawah ladang di luar
dusun, memandangi awan - awan yang terbakar di ujung
barat, langit yang menjadi amat indah oleh sinar matahari
senja, sinar merah kuning dan biru merupakan peraduan yang
amat luar biasa di antara awan-awan putih dan hitam yang
bergumpal-gumpal, menciptakan bentuk-bentuk yang amat
elok, Pemuda itu tampan, masih muda, pakaiannya putih
sederhana, memanggul sebuah kantong dari kain kuning yang
kelihatannya berat. Wajah pemuda itu membayangkan
kecerdikan, dan sepasang matanya yang bersinar tajam itu
juga jelas membayangkan kecerdikan dan kegembiraan,
ditambah dengan senyum yang selalu menghias mulutnya
menunjukkan bahwa dia adalah seorang pemuda yang
gembira dan jenaka. Pemuda itu adalah Coa Gin San. Dia tidak hanya terpesona
oleh keindahan pemandangan alam yang diciptakan oleh
matahari senja itu, akan tetapi dia lebih terpesona akan
pemandangan yang amat dikenalnya, yang membuat dia
teringat akan masa kanak-kanaknya. Nampak olehnya betapa
pada saat seperti itu, di bawah sinar kemerahan matahari
senja, belasan tahun yang lalu dia biasanya baru pulang
menggembala kerbau, menunggang punggung kerbau sambil
meniup suling. Kadang kadang-bersama anak anak lain dari
dusun itu, dia berloncatan dan berenang - renang di dalam
sungai kecil yang mengalir di luar dusun itu bersendau-gurau
dengan amat riangnya. Betapa dia hidup dengan penuh
kebahagiaan bersama ayah bundanya yang hidup sebagai
petani yang. cukup mampu. Sampai akhirnya tiba malapetaka
itu, dusun itu dilanda perang, atau lebih tepat lagi, dilewati
pasukan-pasukan pemberontak dan ayah bundanya tewas,
rumahnya terbakar, kerbau-kerbaunya disembelih orang, dan
dia sendiri nyaris mati kalau saja tidak dapat meloloskan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lari keluar dari dusun itu! Kemudian dia hidup terlunta-lunta,
mengemis. makanan, sampai akhirnya dia tiba di kota Cin an
dan ditolong oleh pendekar Gan Beng Han dan isterinya,
bahkan lalu diambil sebagai pelayan, juga murid oleh suami
isteri pendekar itu. Teringat akan semua itu, Gin San menarik napas panjang
dan pada matanya yang biasanya berseri gembira itu kini
terbayang kemuraman. Akan tetapi hanya sebentar dan
sepasang mata itu sudah bersinar-sinar kembali ketika dia
menepuk-nepuk kantung kuning. Terdengar bunyi berdenting
nyaring, menunjukkan bahwa kantung itu penuh dengan emas
! Memang, semalam dia telah mengambil dan mengumpulkan
uang emas dari rumah tiga orang hartawan di kota Cin-lok
bun. Matahari makin dalam terbenam di kaki langit barat dan
pemandangan di angkasa tidaklah seindah tadi. Namun Gin
San masih berdiri termangu-mangu di tempat yang amat
dikenalnya itu. Seolah-olah dia baru kemarin ia meninggalkan
tempat ini. Masih dikenalnya setiap batang pohon, setiap
rumpun semak-semak, dan bau tanah dan daun-daun
membusuk dan rumput-rumput segar bercampur dengan bau
kotoran kerbau yang berserakan di sepanjang jalan. Masih
seperti dulu ! Agaknya setiap orang manusia tentu dapat merasakan apa
yang dirasakan oleh Gin San di saat itu. Memang terdapat
pertautan batin yang kuat sekali antara kampung halaman,
tanah tumpah darah, dengan seseorang. Tanah tumpah
darah, di mana darah ibu tertumpah ketika dia terlahir,
memiliki daya tarik yang mengikat. Betapapun buruk dan
miskinnya dusun itu, namun bagi Gin San yang terlahir di situ
dan masa kecilnya berada di dusun itu, agaknya tidak ada
tempat yang lebih indah mengesankan dari pada dusun
tempat kelahirannya itu. Ada semacam daya tarik yang kuat,
yang membuat seseorang selalu terkenang dan ingin sekaliTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kali berkunjung ke tempat di mana dia terlahir dan bermainmain di waktu dia masih kecil.
Hal seperti ini timbul karena di dalam kehidupan kita. lebih
banyak dukanya dari pada senangnya. Makin tua usia kita,
makin banyaklah masalah-masalah yang meruwetkan dan
mengeruhkan batin, dan makin terkenanglah kita dengan
penuh kerinduan hati akan masa kanak-kanak kita, karena
memang masa kanak-kanak merupakan masa terindah dalam
kehidupan manusia. Kanak-kanak hidup dengan polos, jujur,
dan wajar. Kanak-kanak tidak pernah menyimpan dendam,
tidak pernah menyimpan suka duka di dalam pikirannya, tidak
pernah menginginkan yang tidak ada, tidak pernah bercita-cita
dan kanak-kanak selalu menikmati hidupnya, dalam keadaan
bagaimanapun juga! Itulah sebabnya mengapa kanak-kanak
adalah mahluk yang suci murni, bersih, dan hidupnya penuh
bahagia, bahkan dalam tangispun, seperti dalam tawanya,
terkandung kewajaran yang murni. Namun, sungguh sayang
sekali, makin tua kita, makin kotorlah kita, penuh dengan
ambisi, penuh dengan keinginan memperoleh hal-hal yang
tidak kita miliki, penuh dengan cita-cita yang abstrak dan
belum ada, sehingga APA YANG ADA tidak pernah dapat kita
nikmati. Kita gandrung dan mengejar-ngejar kebahagiaan,
sama sekali buta akan kenyataan bahwa sesungguhnya
PENGEJARAN itu sendirilah yang tidak memungkinkan adanya
kebahagiaan ! Lihatlah sekelompok anak-anak yang bermainmain, begitu riang gembira, begitu wajar. Kita akan terpesona,
akan kagum, dan akan terheran-heran mengapa sekelompok
anak-anak yang bermain-main di dalam lumpur dapat
segembira itu ! Dan kita selalu tenggelam di dalam
kemuraman! Ini salah, itu salah, ini tidak enak, itu tidak
menyenangkan. Mengapa" Karena hati dan pikiran kita PENUH
DENGAN KEINGINAN, itulah! Hari hujan, ingin terang,
mengeluh. Hari terang, ingin hujan, mengeluh juga. Tidak
dapatkah kita mengakhiri kegilaan yang terdorong oleh
keinginan yang tiada habisnya ini dan hidup dalam arti kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sedalam-dalamnya, hidup menikmati saat ini detik demi
detik yang kesemuanya itu sudah mengandung keindahan
yang luar biasa" Malampun tibalah. Dan malam itu, sebaliknya dari malam
tadi seperti apa yang terjadi di kota Cin-lok-bun, di dalam
dusun yang miskin itu terjadi hal yang luar biasa pula, akan
tetapi kejadian yang sama sekali tidak menirrbulkan
kemarahan dan kedukaan, sungguhpun juga menimbulkan
kegemparan. Malam itu, dalam setiap rumah di dusun itu,
terjatuh beberapa keping uang emas! Dan pada keesokan
harinya, gegerlah penduduk dusun yang menemukan uang
emas di dalam rumah mereka masing - masing. Mereka
terkejut dan girang, tentu saja tidak banyak cakap, dan diamdiam mereka melakukan sembahyang untuk menghaturkan
terima kasih kepada Yang Maha Murah.
Tentu saja yang melakukan perbuatan itu adalah Gin San.
Memang dia telah mencuri uang emas dari kota Cin-lok bun
dengan maksud untuk membagi-baginya kepada para
penduduk dusun di mana dia terlahir, kepada para tetangga
ayah bundanya yang telah tewas, para tetangga yang tentu
saja sudah tidak mengenalnya lagi. Sekantung besar uang
emas itu habislah dibagi-bagikan secara diam-diam itu dan
pada keesokan harinya, dia telah memasuki pula kota Cin-lokbun dengan wajah berseri dan tanpa kantung di pundaknya.
Dipandang secara sepintas lalu, apa yang dilakukan oleh
Gin San itu memang baik, yaitu membagi-bagi uang kepada
penduduk dusun miskin, sungguhpun uang itu didapatnya
dengan cara yang tidak patut pula. Akan tetapi, betapa
bodohnya anggapan kita pada umumnya bahwa HARTA dapat
membuat manusia hidup BAHAGIA. Sungguh melantur sekali
nggapan seperti itu. Bahkan, tidak selamanya harta
mendatangkan kebaikan, kalau tidak dapat dikatakan bahwa
lebih banyak mendatangkan kejahatan! Uang emas yang
disebar oleh Gin San di antara penduduk dusun miskin itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang mendatangkan kegirangan besar, akan tetapi tidak
dapat secara tergesa dikatakan bahwa hal itu mendatangkan
kebaikan. Yang sudah jelas saja, begitu masing-masing
menemukan uang emas di dalam rumah, timbullah
kecurigaan, timbullah kekhawatiran kalau kalau penemuan
yang menguntungkan itu sampai ditahui orang lain! Masingmasing merahasiakannya, dan dengan kenyataan ini saja
sudah terbukti betapa harta yang ditemukan itu seketika
melenyapkan kejujuran dan kegotongroyongan di antara
mereka yang semula selalu nampak. Selain itu, juga masingmasing diliputi rasa takut, khawatir kalau-kalau harta yang
mereka temukan itu sampai hilang dicuri orang, sehingga
mereka harus menjaganya, bahkan ada yang tidak dapat tidur
karena khawatir kalau-kalau uang emas itu akan diambil
orang. Harta benda, kedudukan, nama besar, bukanlah hal yang
buruk. Akan tetapi kalau kita sudah melekatkan diri,
menyamakan diri dengan mereka, kalau kita sudah mengejarngejar mereka, timbullah kesengsaraan dalam kehidupan.
Pengejarannya itulah yang jahat. Orang yang mengejar harta
benda mungkin saja menjadi mata gelap, melakukan korupsi
penipuan,kecurangan dan sebagainya lagi. Orang yang
mengejar kedudukan dan nama besar, mungkin saja menjadi
kejam, mendorong ke samping atau kalau perlu menjegal dan
merobohkan saingannya, cara busuk apapun akan
ditempuhnya demi untuk memperoleh kedudukan dan nama
besar yang dikejar-kejarnya itu. Dan setelah semua itu
terdapat kita melekat kepadanya dan timbullah kekhawatiran,
rasa takut kalau-kalau yang sudah terdapat itu akan hilang
dari kita ! Semua itu begini jelas, dapat kita lihat setiap hari
dalam kehidupan kita, di sekeliling kita, dalam badan kita
sendiri! Gin San juga tidak sadar sama sekali bahwa perbuatannya
itu kelak akan mendatangkan kemaksiatan yang cukup banyak
di dusun itu di antara orang - orang dusun yang lemah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batinnya. Biasanya, orang yang sudah pernah memegang
uang dan mengejar kesenangan dengan uang itu, dia akan
kecanduan dan akan terus mencari-cari untuk melanjutkan
kesenangan itu. Gin San lalu melanjutkan perjalanam menuju
ke kota Cin - an. Begitu memasuki pintu gerbang kota ini,
wajah pemuda ini berseri gembira. Banyak sekali kenangan
yang mengesankan dia alami di kota ini beberapa tahun yang
lalu. Teringat dia betapa dia memasuki kota ini sebagai
seorang bocah jembel, pengemis yang hidup tergantung dari
belas kasihan orang. Kemudian betapa dia menjadi pelayan
dan murid pendekar Gan Beng Han. Dia masih ingat semua
tempat tempat di kota itu, ingat akan setiap lorong yang
sering kali dilaluinya, bahkan toko-toko dan rumah-rumah
disepanjang jalan raya itu masih diingatnya benar.
Tiba - tiba hidungnya mencium bau sedap masakan yang
datang dari sebuah restoran. Gin San memandang ke kiri dan
melihat seorang pelayan gendut sedang membersihkan meja
di dalam restoran. Gin San tersenyum. Dia masih mengenal
pelayan itu. Betapa tidak" Pelayan itu adalah seorang pelayan
yang amat baik dan ramah, suka melucu dan pelayan itu yang
dahulu seringkali memberi makanan-makanan sisa para tamu
kepadanya! Rasa haru menyelinap di dalam hati Gin San
ketika dia ingat betapa sekaleng makanan bekas yang
diberikan oleh pelayan gendut itu dahulu merupakan sesuatu
yang amat berharga, bukan hanya amat lezat baginya, akan
tetapi juga dapat dianggap sebagai penyelamat dan
penyambung nyawanya! Dengan mukanya yang gemuk itu berseri seri, pelayan
gendut cepat menghampiri ketika Gin San melangkah masuk
ke dalam restoran "Ah, selamat pagi, kongcu, selamat pagi.
Kongcu hendak memesan makanan dan minuman apakah "
Bubur ayam" Mi bakso" Nasi tim" Dan minum arak hangat"
Teh panas?" Pelayan itu ramah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak Gin San hanya berdiri memandang pelayan itu
dengan sinar mata penuh selidik. Pelayan itu masih gendut,
masih ramah, akan tetapi jelas kelihatan masih miskin,
pakaiannja sederhana bahkan ada tambalan di pundaknya
biarpun pakaian itu cukup bersih. Melihat pemuda tampan
yang berpakaian putih sederhana itu hanya berdiri bengong
memandangnya, pelayan gendut itu tertawa ramah.
"Eh, kongcu, silakan duduk.......... ! "
Gin San sadar dan dengan suara agak gemetar dia berkata,
"Terima kasih." Dia lalu mengikuti pelayan itu ke meja di sudut
dan duduk di atas kursi menghadap keluar sehingga dia dapat
melihat seluruh ruangan restoran itu. Beberapa orang tamu
mulai memasuki restoran itu untuk sarapan, dan Gin San yang
memesan bubur ayam dan air teh sudah dilayani oleh pelayan
gendut yang kini sibuk melayani para tamu lainnya yang mulai
berdatangan. Gin San terus mengikuti gerak-gerik pelayan
gendut itu dan pelayan ini agaknya juga merasa betapa
pemuda tampan sederhana itu terus memperhatikan dia.
Beberapa kali dia menengok dan memandang kepada Gin San,
lalu tersenyum ramah karena diapun merasa seperti pernah
mengenal pemuda tampan itu, akan tetapi dia lupa lagi di
mana dan bilamana. Dia mengira bahwa Gin San tentu
seorang langganan restoran yang jarang datang maka dia lupa
lagi. Gin San masih duduk di depan mejanya biarpun dia sudah
selesai makan. Ada beberapa orang tamu sudah selesai makan
dan membayar harga makanan kepada pelayan gendut itu.
Gin San mengerahkan tenaga batinnya memandang kepada
tamu yang membayar itu. Dengan kekuatan sihirnya, dia
membuat si tamu itu menjadi bingung dan membayar jauh
lebih banyak dari pada semestinya, dan memberikan uang itu
kepada si pelayan gendut, kemudian tamu itu pergi. Si
pelayan gendut terbelalak nemandang uang di tangannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena uang itu terlalu banyak. Tiba-tiba dia berteriak dan lari
keluar, memanggil tamu tadi.
"Tuan, pembayaran tuan kelebihan banyak sekali, tuan
salah hitung!" Tamu itu terkejut dan terheran, lalu menerima
kembali yang kelebihan dari tangan pelayan gendut,
tersenyum dan mengangguk-angguk dengan rasa syukur
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
karena hampir saja dia dirugikan banyak sekali.
Gin San juga mengangguk-angguk dalam hatinya Akan
tetapi dia masih penasaran dan dicobanya lagi sampai empat
lima kali. Setiap kali seorang tamu membayar harga makanan
dia tentu menguasai orang itu dengan sihirnya dan memaksa
orang itu membayar jauh lebih banyak dari pada semestinya.
Akan tetapi, setiap kali si pelayan gendut mengembalikan
uang itu. Si pelayan gendut makin lama menjadi makin heran.
Dia menghampiri meja Gin San yang sudah selesai makan
sambil bertanya. "Apakah kongcu sudah selesai" Ataukah mau
memesan makanan lain ?"
"Tidak, aku sudah cukup kenyang."
Pelayan itu membereskan meja itu.
"Ada apakah ribut-ribut dengan para tamu tadi, lopek ?"
tanya Gin San. "Ahh, orang-orang itu agaknya hendak mencobaku. Hemm,
biarpun saya hanya seorang pelayan miskin, apakah mereka
mengira bahwa saya suka berlaku curang" Heran, hampir
semua tamu membayar lebih. Apakah sengaja ataukah
kebetulan saja " "
Gin San kagum bukan main. Kagum dan terharu. Dia tahu
bahwa pelayan itu adalah seorang miskin, tiada bedanya
dengan keadannya ketika dia sendiri masih mergemis dahulu
itu. Akan tetapi, biarpun tetap miskin, ternyata pelayan ini
tetap jujur, ramah, baik hati dan gembira. Hal ini amat
mengharukan hatinya. Inilah yang benar-benar patut
dinamakan orang kaya! Teringatlah Gin San akan keadaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di waktu kecil, ketika dia menerima sisa-sisa makanan dari
pelayan ini. Dia membayar harga makanan, kemudian tiba-tiba
Gin San menjatuhkan dirinya berlutut di depan pelayan gendut
itu ! "Lopek seorang yang budiman dan bijaksana terimalah
hormatku !" katanya, kemudian Gin San bangkit berdiri dan
meninggalkan restoran itu, meninggalkan si pelayan gendut
yang berdiri bengong dengan mata terbelalak dan mulut
ternganga, tangan kiri memegang mangkok kosong, tangan
kanan memegang uang pembayaran Gin San.
"Hei, A-kiu, mengapa engkau berdiri saja di situ?" tiba-tiba
terdengar majikannya yang duduk di meja kasir menegurnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan gendut yang dipanggil dengan nama A-kiu itu
terkejut, seperti baru sadar dari mimpi dan tergesa-gesa dia
menghampiri majikannya dan menyerahkan uang pembayaran
tadi ke atas meja. "Loya, tamu tadi....... kongcu tadi...... kiranya dia itu orang
gila ....... ah, sayang, begitu muda dan tampan, kiranya dia
gila......!" A kiu menggeleng-geleng kepalanya dan menarik napas
panjang berulang-ulang. "Biar gila, asal dia membayar makanannya !" komentar
majikannya. A-kiu hanya menggeleng kepala dan berkali-kali
menyatakan kasihan dan sayang kepada pemuda yang
dianggapnya gila itu. ~0-dwkz~bds~234-0~ Gin San kembali merasa terharu ketika dia berdiri di depan
rumah besar itu. Betapa dia masih mengenal baik rumah ini !
Dan lebih-lebih bangunan kandang di sebelah kiri rumah agak
ke belakang, amat dikenalnya karena hampir setiap hari dia
bekerja di situ, memelihara kerbau milik majikan atau
gurunya. Tidak ada perobahan pada rumah itu, kecuali
perabot-perabot rumahnya. Jantungnya berdebar kalau ia
teringat betapa dia akan bertemu dengan seisi rumah. Dengan
suhunya, dan subonya dua orang yang amat baik dan ramah
kepadanya itu ! Dan lebih-lebih lagi bertemu dengan Tan Sian
Lun, suhengnya, juga sahabatnya teman bermain-main dan
menggembala kerbau, keponakan dari suhunya. Dan yang
terutama sekali, bertemu dengan Ling Ling ! Ah, lentu Ling
Ling kini telah menjadi seorang dara yang cantik, pikirnya.
Sepuluh tahun lebih tidak saling jumpa dan kini dia sudah
berusia duapuluh tahun. Tentu Ling Ling, sudah berusia
delapanbelas tahun, seorang dara yang suda dewasa!
Jantungnya berdebar tegang penuh kegembiraan ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akhirnya dia melangkah ke halaman rumah yang kelihatan
sunyi itu. Seorang wanita tua sedang membersihkan meja di
ruangan depan dan wanita ini mendengar kedatangannya,
menengok lalu bangkit berdiri dan menyambutnya.
Gin San memandang tajam, akan tetapi tidak mengenal
wanita ini. Tentu seorang pelayan baru, pikirnya.
"Kongcu mencari siapa?" Wanita pelayan itu bertanya.
"Apakah.......apakah tuan rumah berada di rumah ?"
"Ada........ ada........ ah, loya, ini ada seorang tamu........"
kata pelayan itu ketika melihat seorang laki laki setengah tua
keluar dari ruangan dalam. Gin San mengerutkan alisnya.
Tuan rumah itu bukanlah gurunya. Akan tetapi melihat laki laki itu memandangnya dengan penuh perhatian, dia lalu
menjura untuk memberi hormat.
"Kongcu siapakah dan hendak mencari siapa ?" tuan rumah
bertanya. "Saya hendak mencari suhu Gan Beng Han sepuluh tahun
yang lalu beliau tinggal di si ni....... "
Laki-laki tua itu terbelalak memandangnya lalu berkata
gagap, "Tapi........ tapi....... Gan-taihiap telah meninggal
dunia......." Kini Gin San yang memandang terbelalak dan muka
pemuda ini menjadi agak pucat.
"Meninggal........ ?" Dan....... dan subo ........ "
"Gan-taihiap dan isterinya telah meninggal dunia........."
"Ahh....... !" Gin San makin pucat mendengar ini.
"Bagaimanakah ini" Mengapa mereka meninggal dunia"
Dan........ dan ke mana perginya puterinya, dan keponakannya
?"" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki setengah tua itu menggeleng .kepala. "Maafkan
saya, orang muda. Saya adalah, pendatang baru dari lain kota
yang membeli rumah ini dan dari para tetangga saya hanya
mendengar penuturan bahwa rumah ini dahulu dihuni oleh
keluarga pendekar Gan dan bahwa pendekar Gan dan istrinya
telah meninggal dunia. Bagaimana meninggalnya, saya tidak
tahu, dan ke mana perginya keluarganyapun saya tidak tahu."
Pikiran Gin San berputar dan bekerja keras. Ah, kiranya hal
ini ada hubungannya dengan keributan yang terjadi di kota ini
sepuluh tahun yang lalu. Orang yang paling tepat untuk
ditanya adalah hwesio di Kuil Ban-hok-tong, tempat terjadinya
keributan itu. "Terima kasih ....... !" katanya lesu dan dia lalu
membalikkan tubuh dan berjalan cepat-cepat keluar dari
tempat itu menuju ke Kuil Ban hok-tong. Semua
kegembiraannya lenyap Tadinya dia merasa gembira sekali
karena akan bertemu dengan suhu dan subonya, juga
berjumpa dengan suheng dan sumoinya. Kini hatinya diliputi
rasa penasaran dan kekhawatiran Suhu dan subonya belum
tua benar, tak mungkin mati karena usia tua. Mereka belum
tua dan sehat, maka kematian mereka itu tentu disebabkan
oleh orang lain ! Dan bagaimana dengan nasib Sian Lun dan
Ling Ling" Dengan wajah masih pucat dia tiba di Kuil Ban hok tong di
mana sepuluh tahun yang laiu terjadi pertempuran antara dua
rombongan pemain liong yang menyerbu ke dalam kuil
sehingga dia terseret dan kemudian terbawa pergi oleh
rombongan pengacau yang terdiri dari orang-orang Bengkauw itu. Begitu memasuki kuil itu, terbayanglah semua
peristiwa sepuluh tahun yang lalu, seolah-olah baru terjadi
kemarin hari saja. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XVIII "APAKAH kongcu hendak
sembahyang" Dan kongcu belum membawa alat-alat sembahyang?" Tiba-tiba terdengar suara halus seorang
hwesio yang bertanya, menyambut kedatangannya di
pagi hari yang masih sunyi itu.
Gin San sadar dari lamunannya dan dia menggeleng kepala. "Saya mohon bertemu dengan suhu
yang menjadi ketua dari Ban
hok-tong. " Hwesio itu memandang dengan penuh perhatian. Dia adalah murid dari Thian Lee
Hwesio, wakil ketua Ban-hok-tong dan karena para hwesio di
Ban-hok-tong juga merupakan ahli-hli silat yang tidak asing
dengan kehidupan di dunia kang ouw, maka melihat ada
orang muda datang bukan untuk sembahyang melainkan
untuk mencari ketua Ban-hok-tong, tentu saja dia menjadi
curiga. "Ketua kuil sedang tidak berada di sini, yang ada di sini
adalah wakil ketua kuil, yaitu suhu Thian Lee Hwesio, akan
tetapi beliau sedang bersamadhi pagi di dalam kamarnya,
kalau tidak ada keperluan penting saya tidak berani
mengganggunya. Siapakah sicu, dan ada keperluan apakah
sicu mencari ketua kuil kami?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San maklum bahwa hwesio ini menaruh curiga
kepadanya, maka dia lalu berkata cepat, "Saya adalah murid
dari suhu Gan Beng Han...."
"Omitohud....., tapi Gan-taihiap telah..... "
"Saya tahu dan justeru karena kematian suhu dan subo
itulah saya ingin bertemu dengan ketua Ban-hok-tong untuk
bicara. Harap losuhu sudi menyampaikan kepada ketua Banhok-tong atau wakilnya."
"Baik, silakan menanti di ruang tamu, sicu," kata hwesio itu
dan setelah mempersilakan pemuda itu menunggu di ruangan
yang lebar itu, dia cepat masuk ke dalam.
Ketika Thian Lee Hwesio muncul, segera Gin San mengenal
hwesio tua ini sebagai hwesio lihai yang dulu melawan
penyerbuan di kuil. Akan tetapi hwesio tua ini tentu saja tidak
lagi mengenal Gin San, bocah aneh yang dulu duduk
"menunggang" liong ketika para pemain liong yang palsu itu
menyerang kuilnya. Dia memandang tajam ketika Gin San
cepat bangkit memberi hormat kepadanya.
"Menurut laporan hwesio penyambut tamu, sicu adalah
murid mendiang Gan - taihiap?" Hwesio tua itu bertanya.
Gin San mengangguk. "Benar, losuhu. Ketika saya masih
kecil, saya adalah murid suhu Gan Beng Han. Akan tetapi telah
sepuluh tahun saya pergi, dan baru sekarang kembali ke sini,
saya mendengar bahwa suhu dan subo telah meninggal dunia.
Karena itu, saya mohon kepada losuhu sudilah menceritakan
kepada saya bagaimana tewasnya suhu dan subo."
Thian Lee Hwesio memandang tajam penuh selidik,
"Kenapa sicu datang kepada kami untuk bertanya?"
"Karena saya menduga bahwa kematian mereka tentu ada
hubungannya dengan keributan yang terjadi di sini sepuluh
tahun yang lalu, dan karena saya tahu bahwa suhu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersahabat dengan pimpinan Kuil Ban-hok-torig maka saya
datang untuk bertanya "
"Sepuluh tahun yang lalu" Dan sicu muridnya" Ahh........,
jadi sicu ini kiranya yang dicari-cari oleh mendiang Gan
taihiap" Dan sicu adalah bocah yang dulu menunggang liong
yang kemudian terbawa pergi oleh kaum pengacau?"
Gin San mengangguk. "Omitohud........! Sicu, ke mana sajakah sicu pergi" Karena
kehilangan sicu maka mendiang taihiap mencari dan mengejar
sehingga jadi malapetaka itu........ "
"Losuhu, tidak penting apa yang saya alami, akan tetapi
apakah yang terjadi dengan suhu dan subo" Harap losuhu
sudi menceritakan kepada saya," Gin San bertanya cepat,
hatinya tidak sabar karena dia merasa berduka sekali
mendengar akan kematian mereka, apalagi hwesio ini
mengatakan bahwa matinya suhu dan subonya adalah
menjadi akibat dari kepergian atau kehilangannya itu.
"Duduklah, sicu duduklah. Panjang ceritanya." Kakek itu
mempersilakan Gin San duduk dan kini mereka duduk saling
berhadapan dan bercakap-cakap.
Dengan panjang lebar Thian Lee Hwesio lalu menceritakan
semua yang telah terjadi sepuluh tahun yang telah lalu,
betapa dia sendiri yang berhasil merampas lambang Im-yang
pai dari seorang pimpinan pengacau dan betapa Gan taihiap
lalu mengejar ke Im yang pai untuk menolong muridnya yang
disangkanya terculik oleh orang-orang Im-yang pai.Betapa
kemudian para tokoh kang-ouw membantu pasukan kerajaan
menyerbu ke Im yang pai dan betapa di situ terjadi
pertempuran hebat yang mengakibatkan terbasminya Imyang-pai.
"Para pimpinan Im-yang pai menyangka bahwa merekalah
yang mengacau di kuil ini, sicu," kakek pendeta itu mengakhiri
cerita Akan tetapi isteri Gan-taihiap marah marah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang Im-yang-kauwcu yang lihai. Isteri Gan-taihiap
roboh dan tewas. Gan taihiap membela isterinya, akan tetapi
diapun tewas di tangan Im-yang-kauwcu. Harus pinceng akui
bahwa pertempuran antara mereka itu dimulai oleh fihak Gantaihiap dan suami isteri itu tewas dalam pertempuran yang
adil, satu lawan satu. Kauwcu itu memang lihai sekali."
Gin San tertegun. Dialah yang tahu benar bahwa fihak Imyang-pai tidak bersalah. Bawa Beng-kauw yang sengaja
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggunakan nama Im-yang-pai untuk mengadu domba. Dan
akibatnya, suhu dan subonya sampai bertanding dengan Im yang - kauwcu dan tewas. Dia tidak mungkin dapat
menyalahkan Im - yang-kauwcu dalam hal itu, akan tetapi
suhu dan subonya tewas, tentu dia tidak akan dapat tinggal
diam saja. "Di mana dikuburnya suhu dan subo ?" Akhirnya dia
bertanya dengan suara parau.
"Di kuburan sebelah barat kota, akan tetapi setelah sicu
muncul, tentu sekarang dapat terbuka semua rahasia itu. Sicu,
tentu sicu dapat menerangkan siapakah yang melakukan
penyerbuan dahulu itu" Tentu fihak Im-yang-kauw atau Im yang- pai, bukan ?"
Gin San bangkit berdiri, menggelengkan kepalanya.
"'Bukan! Im-yang-pai tidak bersalah sama sekali dalam
penyerbuan itu" "Tapi....... tapi........ pinceng sendiri
lambang Im - yang - pai dari orang......."
yang merampas "Itu lambang curian. Bukan orang - orang Im-yang-pai
yang mengganas di sini, akan tetapi golongan lain yang
hendak mengadu domba antara Im - yang - pai dengan
pemerinah dan para pendeta Buddha."
"Akan tetapi, lalu siapa.......... heee" Sicu tunggu........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Lee Hwesio cepat meloncat dan mengejar, akan
tetapi bayangan pemuda itu berkelebat cepat sekali sehingga
ketika dia mengejar sampai di depan kuil, bayangan itu telah
lenyap! Thian Lee Hwesio adalah seorang ahli silat yang
berilmu tinggi, maka dia merasa penasaran sekali dan cepat
dia meloncat ke atas genteng. Akan tetapi, dari tempat tinggi
itupun sudah tidak lagi nampak bayangan pemuda aneh itu
Dia melayang turun kembali dan menggeleng kepalanya.
"Hemm, anak itu jelas memiliki kepandaian yang melebihi
gurunya. Heran, mengapa dia tidak mau berterus terang ?"
~0-dwkz~bds~234-0~ Tentu saja Gin San tidak mungkin untuk berterus terang
kepada Thian Lee Hwesio atau kepada siapapun juga tentang
rahasia itu. Para penyerbu yang memalsukan nama Im-yangpai itu adalah orang-orang Beng-kauw dan dia sendiri
sekarang menjadi tokoh Beng-kauw yang paling tinggi
tingkatnya, bahkan dialah pemegang Bendera Keramat putih
sebagai lambang dari kekuasaan di perkumpulan itu! Mana
mungkin dia mengkhianati anak buahnya sendiri"
Dengan hati penuh duka Gin San mengunjungi kuburan itu
dan akhirnya dia berdiri dengan muka pucat di depan dua
buah makam itu makam suhu dan subonya, dua orang yang
dicintanya dan dua orang yang telah memungutnya dari jalan
ketika dia menjadi seorang jembel yatim piatu ! Dia mengepalngepal tinjunya. Suhu dan subonya terbunuh dalam
pertempuran yang jujur melawan Im-yang-kauwcu! Akan
tetapi sesungguhnya kematian mereka adalah akibat dari
penyerbuan yang dilakukan oleh orang-orang Beng-kauw.
Tentu saja tidaklah adil kalau dia harus menyalahkan Im yangkauw apalagi setelah mendengar betapa Im-yang-pai malah
dibasmi oleh pasukan pemerintah, gara-gara perbuatan Bengkauw yang curang. Betapapun juga, dia akan selalu merasa
penasaran kalau dia belum berhadapan dengan ketua Im
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang-kauw itu untuk ditantang beradu kepandaian satu lawan
satu pula! Bukan untuk membalas dendam karena suhu dan
subonya tewas dalam pertandingan yang adil dan tidak ada
penasaran apa-apa, melainkan untuk memuaskan hatinya
yang merasa penasaran hendak mengukur sampai di mana
kehebatan kepandaian dari Im-yang-kauwcu itu !
Teringat akan suhu dan subonya yang kini telah menjadi
gundukan tanah kuburan, Gin San merasa kecewa bukan
main. Tadinya dia sudah membayangkan betapa gembiranya
dapat bertemu mereka, betapa gembiranya hati suhu dan
subonya dapat melihat dia yang ternyata masih hidup, bahkan
telah mewarisi kepandaian yang amat tinggi dari seorang
sakti. Kini, dia tidak akan dapat menyaksikan kegembiraan
suhu dan subonya, tidak dapat menyaksikan pandang mata
mereka yang berseri dan penuh kekaguman, tidak dapat dia
memamerkan kepandaiannya kepada mereka yang disayangnya untuk membikin mereka gembira!
Dia mengepal tinjunya saking kecewanya, kemudian
mengeluh, suaranya terdengar agak keras, "Ah, kenapa kalian
telah mati dulu " Kenapa kalian mengecewakan hatiku ?"
Tiba-tiba terdengar suara wanita melengking nyaring,
"Biarlah kau menyusul mereka di alam baka !"
"Singggg.......!!" Gin Sin cepat mengelak dengan terkejut
sekali ketika ada sinar berkilauan menyambar ke arah dadanya
dari kiri. Itulah serangan pedang yang dilakukan orang dengan
kecepatan cukup berbahaya, namun bagi Gin San tentu saja
bukan apa-apa dan dia sudah berhasil mengelak dengan amat
mudahnya Ketika dia mengelak dan membalikkan tubuh; dia
melihat bahwa yang menyerangnya adalah seorang wanita
yang berwajah cantik dan bertubuh ramping padat, biarpun
wanita itu tidak boleh dibilang muda, bahkan tentu sudah
tigapuluh tahun lebih usianya, seorang wanita yang masak
dan memperlihatkan bekas kecantikan yang menarik. Gerakan
pedang wanita itu cukup cepat, dan dia telah mengamuk dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerang bertubi-tubi, akan tetapi Gin San hanya mengelak
ke sana-sini "Eit, eit....... tahan dulu. Mengapa kau menyerangku
membabi buta" Apa salahku?" Gin San berkata sambil
berloncatan dengan ringan sehingga ke manapun sinar
pedang berkelebat, selalu pedang itu hanya mengenai tempat
kosong belaka. "Mampuslah kau, manusia jahat! Engkau memusuhi
keluarga Gan, maka akulah musuhmu, aku akan membalas
kematian Han-koko?" wanita itu berseru lagi dan menyerang
makin ganas. "Eh, eh, salah ! Engkau salah sangka, twa-nio. Aku bukan
musuh keluarga Gan, malah murid dari suhu Gan Beng Han ! "
"Ahh........?" Wanita itu terkejut dan menahan pedangnya.
Mereka berdiri saling pandang dan Gin San mendapat
kenyataan bahwa wanita itu benar-benar cantik dan biarpun
tidak muda lagi namun masih menarik. Terutama sepasang
mata wanita itu indah jernih, seperti mata seorang anak-anak.
Dan wanita itupun memandang kepada Gin San, mengagumi
pemuda yang selain amat tampan dan muda, juga luar biasa
lihainya itu sehingga semua penyerangannya tadi sama sekali
tidak ada basilnya. Wanita itu tersenyum, dan memang dia
manis sekali. "Kau........ kau murid Han-koko.......?"
"Awas........!" Tiba-tiba Gin San menubruk ke depan dan
menyambar tubuh wanita itu sehingga mereka bergulingan ke
atas tanah sambil berangkulan satu sama lain. Hanya itulah
jalan satu-satunya bagi Gin San untuk menyelamatkan wanita
itu ketika asap hitam tadi menyambar. Dia tahu bahwa asap
itu adalah asap beracun, maka satu-satunya jalan hanya
membawa wanita itu bertiarap ke atas tanah. Setelah asap
hitam itu lewat terbawa angin, barulah Gin San melepaskan
pelukannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita itu bangkit duduk dan memandang kepada Gin San
dengan kedua pipi merah dan mata bengong, kemudian dia
tersenyum. Mereka berdua tadi telah saling berangkulan dan
bergulingan dan hal ini membuat wanita itu merasa berdebar
jantungnya. Akan tetapi, Gin San dan wanita itu tidak sempat banyak
cakap karena pada saat itu muncul lima orang kakek yang
melihat dandanan mereka adalah pendeta-pendeta. Mereka
berpakaian putih dan jenggot panjang-panjang, rambut
mereka dibiarkan riap riapan. Kelimanya memegang tongkat
dan yang berdiri di depan adalah seorang yang matanya satu,
karena mata kirinya tertutup dan buta tidak berbiji lagi.
Gin San mengerutkan alisnya memandang lima orang kakek
itu. Kakek bermata satu itu tentu sudah enampuluh tahun
usianya sedangkan empat orang kakek yang lain juga tidak
muda lagi, sudah lebih dari limapuluh tahun. Melihat sikap
mereka, dia dapat menduga bahwa mereka itu rata-rata
memiliki kepandaian tinggi, bahkan melihat sinar mata dari
kakek bermata tunggal itu dia dapat mengerti bahwa kakek ini
adalah seorang ahli sihir karena kekuatan batinnya terpancar
keluar sinar matanya. Sebetulnya hati Gin San sudah merasa
mendongkol karena dia tahu bahwa pelepas asap beracun tadi
tentulah lima orang kakek ini, akan tetapi karena dia
menghadapi lima orang yang sudah tua dan berkepandaian,
maka dia lalu mengangkat tangan menjura dan bertanya,
"Siapakah adanya ngo-wi totiang dan apa maksudnya melepas
asap beracun?" Ditegur secara langsung, biarpun dengan suara halus, lima
orang kakek itu memandang dengan heran dan juga terkejut.
Bahkan kakek bermata tunggal itu berseru, "Siancai, masih
begini muda sudah lihai sekali dan dapat dengan cepat
mengenal asap hitam. Sicu, kami berlima tidak berniat buruk,
dan asap tadi kalau berhasil hanya akan membuat kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua tidur sebentar. Kami tidak ingin diganggu dan kami
ada keperluan dengan dua makam ini."
Kini wanita cantik itu yang berkata dengan suara penuh
curiga, "Han-koko dan isterinya telah meninggal sepuluh tahun
yang lalu. Kalian lima orang pendeta mau apakah dan siapa
yang menyuruh kalian datang ke makam ini" "
Kakek bermata tunggal itu tertawa. Suara ketawanya halus
dan seketika wanita itu merasa hormat dan suka kepada kakek
ini. Akan tetapi diam-diam Gin San mengerahkan kekuatan
batinnya menolak pengaruh itu dan maklumlah dia bahwa
kakek bermata tunggal im telah mulai mempergunakan
kekuatan sihir melalui suara ketawanya sehingga dia tadi
merasa jantungnya tergetar dan terusap halus sehingga kalau
dia tidak cepat mengerahkan tenaga, tentu dia sudah akan
dapat ditundukkan seperti keadaan wanita itu yang kini
memandang penuh kagum! "Kalian anak-anak baik minggirlah. Kami berima sengaja
datang hendak melakukan sembahyangan terhadap makam
Gan-taihiap dan isterinya, dan harap kalian tidak mengganggu
kami." Mendengar ucapan itu, wanita cantik itu yang telah
terpengaruh oleh suara ketawa tadi, mengangguk-angguk
ramah dan segera melangkah minggir untuk memberi tempat
kepada lima orang pendeta itu di depan makam. Gin San
mengerutkan alisnya karena dia melihat ketidak wajaran
dalam Suara ketawa kakek mata satu itu. Akan tetapi dia tidak
mengenal mereka dan setelah mereka menyatakan hendak
bersembahyang di depan makam suhu dan subonya, tentu
saja tidak berani lancang menghalangi mereka. Dia tahu
bahwa suhu dan subonya adalah pendekar-pendekar, yang
dihormati orang dan bukan hal aneh kalau lima orang pendeta
ini hendak memberi penghormatan dan sembahyangan,
biarpun kematian suhu dan subonya sudah lewat sepuluh
tahun. Oleh karena itu, diapun lalu melangkah kepinggir dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti juga wanita itu, dia kini mengikuti saja semua gerakgerik lima orang pendeta itu dengan pandang matanya.
Dengan sikap tenang, lima orang pendeta itu dipimpin oleh
pendeta mata tunggal, lalu duduk di depan makam,
mengeluarkan beberapa buah benda-benda aneh, seperti tali,
guci kosong, benda-benda kecil terukir berbentuk naga,
burung hong, kilin, dan sebagainya. Kesemuanya itu mereka
atur di atas tanah depan makam, kemudian pendeta mata
satu membakar ujung puluhan batang hio (dupa biting).
Mulailah mereka berlima membaca mantera atau berdoa,
dan dengan dipimpin oleh pendeta mata tunggal yang
memegang segenggam hio membara, mereka berjalan
mengelilingi dua buah makam itu sambil terus membaca
mantera atau berdoa. Mereka terus berdoa dan berjalan
mengelilingi makam, membuat gerakan - gerakan aneh
dengan tangan mereka sampai hio itu hampir terbakar habis.
Lalu mereka kembali ke depan makam, duduk membentuk
lingkaran. Pendeta mata tunggal menancapkan hio yang masih
mengepulkan asap itu di atas tanah, di tengah tengah
lingkaran mereka, kemudian dia membuat corat-coret aneh di
sekitar benda-benda tadi dengan mulut berkemak kemik. Tiba
tiba mereka berlima menggerakkan kedua tangan ke atas,
dengan jari-jari terbuka dan terdengar wanita tadi
mengeluarkan jerit tertahan, karena dia merasa tubuhnya
menggigil dan merasa serem sekali.
Gin San sudah duduk bersila. Begitu melihat lima orang
pendeta itu duduk membentuk lingkaran dan si pendeta mata
tunggal mencorat-coret tanah, dia terkejut bukan main. Dia
sudah banyak mendengar dari mendiang gurunya tentang
ilmu sihir, dan dia kini mengerti bahwa lima orang pendeta itu
sedang melakukan upacara memanggil roh! Tahulah dia apa
artinya guci arak kosong ilu. Mereka itu hendak memanggil
roh dari suhu dan subonya untuk dipancing masuk ke dalam
guci arak yang sudah ditempeli hu (tulisan jimat) sehingga roh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tidak akan dapat keluar lagi, seperti keadaan orang dalam
tahanan! Maka marahlah Gin San dan dia cepat duduk bersila
dan mengerahkan kekuatan batinnya.
Wanita itu hanya berdiri bengong dengan mata terbelalak.
Dia merasa ngeri tanpa nengerti apa sebabnya, tanpa
mengerti apa yang sedang dilakukan mereka itu. Dia hanya
merasa betapa ada pengaruh dan hawa aneh yang membuat
dia merasa serem dan menggigil.
Lima orang pendeta itu masih berdoa dengan tekun dan
kedua lengan mereka yang diangkat itu tergetar keras. Tibatiba terjadi keanehan. Guci arak kosong di depan mereka, di
tengah-tengah antara mereka itu tiba-tiba bergoyang-goyang!
Wanita itu membelalakkan matanya dan wajahnya menjadi
agak pucat. Guci itu bergoyang makin keras dan si pendeta
mata tunggal itu sudah memegang sepotong kayu hitam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai penyumbat mulut guci dan sehelai kain kuning untuk
membungkus guci itu. Akan tetapi, sebelum dia sempat menutup mulut guci yang
bergoyang-goyang seperti kemasukan sesuatu yang hidup itu,
tiba-tiba guci itu bergerak dengan keras dan cepat, melayang
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan menghantam ke arah muka pendeta mata satu !
"Ahhh........!!" Pendeta itu terkejut bukan main akan tetapi
dia masih dapat mengelak dengan gerakan yang ringan. Guci
arak kosong itu melayang-layang dan kini guci itu mengamuk,
menyerang ke arah lima orang pendeta itu! Tentu saja para
pendeta itu menjadi terkejut sekali, akan tetapi dengan mudah
mereka meloncat dan mengelak, dan dari gerakan mereka itu
dapat diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang
memiliki kepandaian tinggi dan gerakan yang gesit sekali.
Pendeta mata tunggal itu cepat menggerak-gerakkan
tangan dan mulutnya mengeluarkan suara doa yang aneh.
Agaknya dia ingin mempengaruhi guci yang tiba-tiba hidup
dan mengamuk itu, akan tetapi akibat dari doanya ini, guci itu,
malah menyerangnya dengan hebat sehingga dia harus
berloncatan ke sana-sini dengan cepat.
"Ahhh, sudah menjadi rohpun Gan Beng Han dan Kui Eng
masih ganas!" Tiba-tiba pendeta mata tunggal itu berseru
marah. "Kita hancurkan saja mereka di sini! Hayo kalian
bongkar makamnya, biar aku yang menghancurkan guci itu!"
Kakek mata tunggal ini sudah menyambar tongkatnya, akan
tetapi tiba-tiba guci itu melayang ke arah Gin San!
Para pendeta itu memandang heran ketika pemuda itu
mengangkat tangan kanannya menerima guci itu. Kiranya dari
kepala pemuda ini mengepul uap putih dan begitu guci itu
berada di tangannya, pemuda itu mengerahkan tenaga.
"Pyarrr........!" Guci arak kosong itu pecah berantakan dan
Harpa Iblis Jari Sakti 7 Pertemuan Di Kotaraja Seri 4 Opas Karya Wen Rui An Kisah Membunuh Naga 14
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama