Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 23
leluasa bersama Sian Lun di sebelah dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah paman dan bibinya itu duduk berhadapan dengan
dia di ruangan dalam, Sian Lun berkata dengan suara tenang,
"Harap bibi dan paman sudi memaafkan saya. Sebetulnya
berat bagi saya untuk membicarakannya dengan paman
berdua, akan tetapi apa boleh buat, karena menyimpannya
sebagai rahasia lebih tidak baik lagi."
Suami isteri itu saling pandang dengan sinar mata khawatir,
akan tetapi Yap Yu Tek segera berkata dengan lembut kepada
pemuda yang menundukkan kepala itu, "Sian Lun, antara kita
terdapat ikatan kekeluargaan, kita bukanlah orang-orang lain,
maka memang tidak semestinya kalau ada hal-hal yang
disembunyikan. Di samping ikatan perjodohan antara engkau
dan Wan Cu, engkau adalah keponakan kami. Nah, katakanlah
apa yang hendak kausampaikan kepada kami?"
Dengan hati-hati dan singkat Sian Lun lalu menceritakan
pengalamannya ketika dia menyelamatkan kaisar dan oleh
kaisar dia diberi hadiah seorang gadis bernama Ci Siang Bwee
yang oleh kaisar dimaksudkan agar menjadi isterinya atau
selirnya. "Saya tidak mungkin berani menolak pemberian itu," Sian
Lun melanjutkan kepada Yap Yu Tek dan Gan Beng Lian yang
mendengarkan penuh perhatian. "Akan tetapi sayapun tidak
mempunyai keinginan untuk beristeri atau berselir, oleh
karena itu, berkat bantuan Siang Bwee, biarpun gadis itu
tinggal sebagai pembantu rumah tangga saja, namun di luar
dia saya perkenalkan sebagai selir. Hal ini untuk menjaga agar
jangan sampai sri baginda tersinggung dan merasa saya tolak
anugerah beliau........... "
Sampai di sini, wajah Sian Lun menjadi merah sekali dan
Yap Yu Tek mengangguk-angguk sambil tersenyum. Pemuda
ini benar-benar seorang muda yang hebat, pikirnya.
Mengambil selir, apa lagi setelah memperoleh kedudukan
panglima, apa sih salahnya". Pada jaman itu, bagi seorang
pria berkedudukan, memiliki selir bukanlah hal yang patut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibuat malu, bahkan pada sebagian besar orang merupakan
kebanggaan. Sungguhpun dia sendiri tidak pernah mempunyai
selir! "Lanjutkanlah ceritamu, Sian Lun. Aku dapat mengerti
keadaanmu," katanya,
Sian Lun lalu melanjutkan ceritanya. Betapa dia, Ling Ling,
dan Om San menyerbu ke istana dan akhirnya tertawan.
Betapa mereka bertiga sudah berada di ambang maut, dan
agaknya tidak mungkin dapat tertolong lagi kalau saja tidak
muncul Siang Bwee! Dia menceritakan betapa oleh Thiothaikam Siang Bwee dihadiahkan secara paksa kepada An Hun
Kiong, dengan ancaman bahwa kalau wanita itu menolak,
maka Sian Lun akan dibunuh.
"Dia...........dia terpaksa mentaati karena hendak menolong
saya, kemudian ....... ketika kami bertiga tertawan dan sudah
tidak ada harapan lagi. Siang Bwee muncul bersama An Hun
Kiong dan dengan membiarkan diri terancam maut, dia telah
berhasil menolong kami sehingga dapat bebas........ "
Sian Lun menceritakan bagian ini dengan sejelasnya, dan
dengan suara tergetar karena merasa terharu.
"Setelah kami semua lolos dari bahaya, Siang Bwee
membunuh An Hun Kiong dan akan membunuh diri kalau saja
tidak keburu saya cegah. Dia merasa terhina dan merasa kotor
dan rendah, dia ingin mati saja. Akan tetapi saya telah
berhutang budi kepadanya, maka saya berjanji bahwa dia
boleh hidup selamanya di samping saya. Nah, inilah yang
perlu saya ceritakan kepada paman dan bibi dalam hubungan
ikatan jodoh yang paman berdua usulkan."
Hening sejenak setelah Sian Lun selesai menceritakan
semua itu. Sebagai orang-orang yang menjunjung kegagahan,
suami isteri itu diam-diam merasa kagum akan kejujuran
pemuda ini. Oleh karena iiu, tanpa merasa sungkan lagi, Gan
Beng Lian juga mengajukan pertanyaan yang terbuka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jujur, sambil memandang tajam kepad wajah pemuda yang
tampan gagah dan tenang itu.
"Sian Lun, jawablah sejujurnya. Apakah engkau cinta
kepada Wan Cu dan apakah engkau suka menjadi suaminya?"
Yap Yu Tek sendiri sampai terkejut mendengar pertanyaan
isterinya yang demikian terbuka dan seolah-olah merupakan
serangan yang amat hebat itu. Dia melihat betapa wajah Sian
Lun tiba-tiba berobah merah dan tahulah dia bahwa pemuda
ini benar-benar tersudut oleh serangan yang demikian tibatiba. Akan tetapi diapun melihat pentingnya pertanyaan itu
diajukan, karena ikatan jodoh itu menyangkut masa depan
puteri tunggal mereka, maka haruslah dilakukan penjajagan
secara mendalam dan jelas.
Setelah menelan ludah menenteramkan jantungnya yang
agak terguncang menghadapi pertanyaan itu, Sian Lun lalu
memandang kepada bibinya itu sambil berkata, "Bibi, kalau
boleh saya berkata terus terang, saya amat kagum dan suka
kepada Wan Cu moi moi, dan saya tentu saja suka untuk
menjadi suaminya." Lapang rasa dada Yap Yu Tek mendengar ini dan dia
menghela napas panjang, akan tetapi Gan Beng Lian masih
terus "menyerang" dengan pertanyaan yang lebih
mengguncangkan lagi, "Sian Lun, apakah engkau mencinta
wanita yang bernama Ci Siang Bwee itu ?"
"Lian moi........!" Yap Yu Tek berseru tertahan karena
betapapun dia merasa bahwa isterinya tidak berhak
mengajukan pertanyaan itu. Akan tetapi Sian Lun mengangkat
tangan kirinya ke atas dan suaranya terdengar sungguhsungguh dan halus.
"Biarlah, paman. Memang sebaiknya kalau-berterus terang
dalam hal ini agar kelak tidak menimbulkan penyesalan apaapa. Begini, bibi, dan paman, Sesungguhnya saja saya sendiri
tidak atau belum tahu apakah yang dinamakan cinta itu, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saya sendiri tidak tahu apakah saya pernah jatuh cinta. Akan
tetapi, kalau paman berdua ingin mengetahui perasaanku saat
ini, aku kagum dan suka kepada Wan Cu moi-moi. dan
terhadap Siang Bwee, saya merasa kasihan dan hutang budi
yang harus saya bavar dengan membahagiakan dia sebagai
balas budi. Nah, kiranya sudah jelas bagi paman berdua, dan
selanjutnya, tentang ikatan jodoh itu terserah kepada paman
dan bibi." Kembali hening sampai agak lama setelah Sian Lun
membuka isi hatinya secara amat jujur itu. Kini Beng Lian
memandang suaminya seolah - olah isteri ini minta
pertimbangan dan pendapat suaminya setelah calon mantu itu
menyatakan isi hatinya secara demikian terbuka. Yap Yu Tek
menarik napas panjang. "Kalau begitu, tidak ada halangannya. Kurasa Wan Cu juga
tidak akan keberatan kalau suaminya mempunyai seorang selir
seperti wanita yang amat setia itu."
Gan Beng Lian mengerutkan alis, lalu menarik napas
panjang pula. "Sebenarnya aku sendiri paling tidak suka
melihat pria mempunyai lebih dari seorang isteri, akan tetapi
dalam keadaan seperti Sian Lun, kurasa juga tidak ada
halangannya kalau dia mengambil Siang Bwee sebagai selir
untuk membalas budi setelah wanita itu melakukan segalanya
itu untuknya. Wan Cu tentu akan dapat mengerti."
Wajah Sian Lun berobah merah, akan tetapi diam-diam dia
merasa lega juga. "Nah, Sian Lun, dengan pernyataan kami ini
maka ikatan jodoh dapat dilanjurkan dan diresmikan," kata
Yap Yu Tek lagi sambil memandang wajah pemuda itu.
"Nanti dulu, paman dan bibi. Ada suatu hal lagi. Saya telah
berjanji kepada sute Coa Gin San dan sumoi Gan Ai Ling
bahwa saya akan membantu mereka mengejar dan membalas
kepada Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek dan Kim-sim Niocu Bu
Siauw Kim. Ouw Sek adalah musuh sute karena Oaw Sek
membawa Beng-kauw ke dalam kesesatan maka perlu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibasmi, sedangkan Bu Siauw Kim adalah pembunuh dari
mendiang paman Gan Beng Han dan isterinya, jadi musuh
besar sumoi. Setelah kami bertiga selesai dengan urusan
mengejar mereka berdua itu, barulah saya akan mentaati
kemauan paman dan bibi."
Yap Yu Tek dan Gan Beng Lian saling pandang, lalu
keduanya mengangguk. "Baiklah,, kami setuju, Sian Lun.
Betapapun juga, mulai sekarang engkau sudah resmi menjadi
tunangan Wan Cu, dan mari kita kembali kepada mereka."
Wan Cu, Gin San dan Ling Ling memandang kepada tiga
orang yang datang itu dengan wajah berseri, dan Wan Cu
cepat menundukkan mukanya yang menjadi merah sekali.
"Wan Cu, tunanganmu ini hendak membantu sute dan
sumoinya mengejar musuh-musuh besar, setelah itu baru kita
akan meresmikan ........" kata Gan Beng Lian.
"Ibu, aku sudab mendengar dari enci Ling Ling !" Wan Cu
memotong dengan muka merah dan dia mengerling ke arah
Sian Lun sambil tersenyum.
Yap Yu Tek dan isterinya tidak mau bicara tentang Siang
Bwee di depan banyak orang, dan mereka semua lalu
melanjutkan makan minum sampai malam.
Kemudian mereka berpisah Yap Yu Tek dan isterinya
mengajak puteri mereka untuk kembali ke An-kian, sedangkan
Sian Lun lalu kembali ke gedungnya. Gin San dan Ling Ling
ikut bersama suheng mereka itu karena mereka akan
bermalam di gedungnya dan akan menentukan keberangkatan
mereka melakukan pengejaran terhadap Ouw Sek dan Bu
Siauw Kim, Baru sekarang Sian Lun mempunyai kesempatan kembali
ke gedungnya. Ternyata gedungnya itu tidak rusak, bahkan
kini para pelayannya telah kembali bekerja dan menyambut
kedatangan majikan mereka dengan penuh kegembiraan, apa
lagi mereka semua telah mendengar akan kenaikan pangkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
majikan mereka. Sian Lun terkejut, girang dan juga merasa
heran bagaimana para pelayannya itu masih lengkap dan
dapat berada di situ menantinya, padahal bukankah baru saja
mereka ini mengalami keributan dengan munculnya orangorang Tibet yang menguasai segalanya di istana dan kota.
"Bagaimana kalian dapat berkumpul di sini?" tanyanya.
"Hamba........semua menerima panggilan dari siauw-thui
thai (nyonya muda), ciangkun, " jawab pelayan tertua di
antara mereka. "Hanya ada dua orang pelayan yang ternyata
adalah mata-mata yang dipasang oleh mendiang Thio-thaikam
yang kini entah berada di mana dan tidak datang."
Sian Lun mengangguk angguk dengan girang. Katanya
Siang Bwee yang mengatur semuanya! Bagi para pelayan.
Siang Bwee adalah "nyonya muda" yang berarti selirnya !
Jantungnya berdebar dan pandang matanya mencari-cari,
namun tidak nampak Siang Bwee menyambut di situ. Diamdiam hatinya merasa gelisah. Dia lalu mengantar sute dan
sumoinya ke kamar masing-masing dan mempersilakan
mereka mandi dan tidur karena dia tahu betapa lelahnya
mereka itu. Di depan sute dan sumoinya, dia merasa sungkan
untuk menanyakan Siang Bwee kepada para pelayannya, akan
tetapi setelah sute dan sumoinya itu memasuki kamar masingmasing, dia bergegas ke sebelah dalam dan langsung ke
kamarnya. Perlahan-lahan dia membuka pintu kamar dan.... Siang
Bwee telah berdiri menyambutnya dengan muka menunduk,
muka yang pucat akan tetapi kedua pipinya kemerahan dan
sepasang mata yang lembut itu menunjukkan kekhawatiran
amat besar. "Siang Bwee.....!" Suara Sian Lun berbisik dan bersama
panggilan ini lenyaplah semua kegelisahan hatinya, terganti
perasaan lega dan girang melihat wanita itu ternyata berada di
situ. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee menjura. "Maafkan saya, taihiap .......
saya........saya tidak keluar menyambut ketika mendengar
taihiap datang bersama Coa-taihiap dan Gan-lihiap karena
saya .....saya khawatir akan menangis di depan mereka ....."
Wanita itu lalu menggunakan ujung lengan baju mengusap
dua butir air matanya. "Tidak apa, Siang Bwee, hanya aku tadi khawatir karena
tidak melihatmu " Sian Lun lalu duduk di atas kursi dengan
hati lega. Siang Bwee sudah cepat menjatuhkan diri berlutut di dekat
kakinya dan jari-jari tangan yang halus kecil itu sudah sibuk
membukakan sepatunya. "Begitu mendengar taihiap datang, saya sudah suruh
pelayan mempersiapkan air hangat sebaiknya taihiap mandi
dulu baru nanti saya suruh persiapkan makanan. "
Sian Lun menunduk dan melihat wanita itu melepas kedua
sepatu dan kaus kakinya. Kedua kaki itu terasa nyaman sekali
setelah terbebas dari bungkusan sepatu yang ketat. Pada saat
itu pelayan datang memberi tahu bahwa air hangat sudah
tersedia. Sian Lun segera bangkit dan pergi ke kamar mandi
tanpa banyak cakap Dia menerima pakaian bersih yang sudah
dipersiapkan pula oleh Siang Bwee. Untung bahwa gedungnya
itu agaknya terlindung dari gerayangan tangan para
pemberontak Tibet sehingga pakaiannya apa masih utuh.
Setelah mandi dan merasa tubuhnya segar, Sian Lun
kembali duduk di atas kursi.
"Akan saya persiapkan makanan, taihiap."
"Tidak usah, Siang Kwee. Aku sudah makan tadi bersama
sute dan sumoi. Jangan kau pergi, duduklah di sini, aku ingin
bicara tentang hal penting denganmu," kata pemuda itu ketika
melihat Siang Bwee hendak meninggalkan kamarnya. Wanita
itu berhenti, memutar tubuh memandang kepada Sian Lun
dengan sepasang matanya yang indah dan bersinar lembut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang mata yang masih mengandung rasa ngeri dan takut
akibat pengalamannya yang amat menyiksa perasaannya, dan
kini mata itu memandangnya dengan harap-harap cemas.
"Tutupkan pintu kamar itu dan ke sinilah Siang Bwee," kata
pula Sian Lun. Wanita itu nampak terkejut, sepasang matanya
berkeredepan seperti bintang, sepasang mata yang agak
basah dan kini sinar harap-harap cemas makin membayang di
wajah cantik itu. Betapa dia tidak akan terkejut dan heran.
Sebelum ini, tak pernah Sian Lun mau bicara dengannya di
dalam kamar, apa lagi dengan pintu kamar tertutup !
Sekarang pemuda itu menyuruh dia menutupkan pintu kamar,
bahkan memanggilnya untuk duduk bersama pemuda itu!
Akan tetapi, seperti patung bergerak dia menutupkan pintu
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kamar, kemudian dengan langkah langkah lembut dia
menghampiri Sian Lun, berdiri sambil menunduk di depan
pemuda itu. "Duduklah di kursi itu, Siang Bwee. Aku mau bicara," kata
Sian Lun sambil menunjuk ke arah kursi ke dua di depannya,
terhalang meja kecil. Sian Bwee tidak menjawab, melainkan menggerakkan
kakinya dan duduk di atas kursi itu, duduk di tepi kursi,
pinggulnya menempel sedikit saja dengan ringannya di bibir
kursi, seolah olah kursi itu ada durinya. Dia merasa canggung,
cemas, karena Sian Lun bersikap lain dari biasanya,
menambah kesan betapa dia sekarang memang sudah
menjadi wanita lain! Dia telah menjadi seorang wanita yang
rendah dan hina! Melihat sikap Siang Bwee penuh keraguan itu, Sian Lun
tersenyum menenangkan. "Jangan gelisah, Siang Bwee, aku hendak bicara denganmu
tentang diriku, tentang keadaanku." Sinar kegelisahan itu
lenyap dari pandang mata Siang Bwee, namun dara ini masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menduga duga dan dengan lirih dia bertanya sambil menatap
wajah pria yang dipuja dan dikasihinya, "Silakan, taihiap, saya
sudah siap mendengarkan. Soal apakah yang hendak taihiap
sampaikan kepada saya ?"
"Siang Bwee, aku telah bertemu dengan keluarga paman
Yap Yu Tek yang tinggal di An-kian. Paman Yap adalah putera
bupati di An-kian dan hubunganku dengan dia sesungguhnya
lewat isterinya.Isterinya adalah bibi Gan Beng Lian, yaitu adik
kandung dari pamanku atau juga guruku mendiang Gan Beng
Han" Kemudian dengan singkat Sian Lun bercerita kepada
Siang Bwee tentang keluarga itu dan hubungannya dengm
mendiang ayahnya dan mendiang paman dan gurunya. Semua
itu didengarkan dengan penuh kesabaran dan perhatian,
sungguhpun diam-diam dia merasa makin terheran-heran
mengapa pemuda itu bercerita tentang keluarga Yap yang
asing baginya itu. Ketika cerita Sian Lun tiba pada
penggambaran tentang diri Yap Wan Cu, puteri tunggal dari
keluarga itu, diam-diam jantung Siang Bwee berdebar keras
dan dia mulai dapat menduga dengan hati agak khawatir.
"Ketahuilah, Siang Bwee, paman Yap dan isterinya, kurang
lebih setahun yang lalu telah mengusulkan untuk
menjodohkan aku dengan adik Yip Wan Cu." Sian Lun berhenti
dan memandang tajam wajah yang agak menunduk itu. Akan
tetapi dia tidak melihat sesuatu yang membayangkan
perasaan hati wanita itu, maka dia lalu melanjutkan, "Dan
malam ini, ketika aku bersama sute dan sumoi menerima
jamuan makan dari keluarga Yap, paman dan bibi
mendesakku tentang perjodohan itu." Sian Lun berhenti dan
suasana menjadi sunyi sekali dalam kamar itu. Diam-diam Sian
Lun merasa heran mengapa dia mengajak wanita ini
berbincang tentang perjodohannya itu " Akan tetapi, ada siapa
lagi di dunia ini selain Siang Bwee yang dapat diajaknya bicara
tentang keadaan hidupnya" Dan Siang Bwee yang merasa
jantungnya berdebar dan agak nyeri, menunduk, dan diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam-diam merasa heran mengapa pendekar yang dipujanya
ini menyampaikan semua itu kepadanya !
Karena sampai lama mereka berdiam saja, Sian Lun lalu
bertanya. "Siang Bwee, mengertikah engkau akan semua yang
telah kuceritakan kepadamu tadi " "
Siang Bwee mengangkat muka. Dua pasang mata itu
bertemu pandang sampai agak lama dan akhirnya Siang Bwee
mengangguk. Dengan suara agak gemetar dia bertanya, "Apa
maksud taihiap menceritakan semua itu kepada saya?"
"Aku...... aku ingin mendengar pendapatmu. Siang Bwee.
Aku masih bingung dan ragu akan usul dari paman Yap
berdua tentang ikatan jodoh itu "
Siang Bwee tersenyum untuk menutupi keperihan hatinya.
Dia sungguh mencinta pemuda ini, dia hanya ingin melihat
pemuda ini selamat dan bahagia. Dia harus melupakan diri
sendiri dan mencurahkan seluruh pikiran dan perhatiannya
demi kepentingan pemuda ini.
"Taihiap, apakah....... apakah taihiap mencinta Yap-siocia
itu ?" Sian Lun mengerutkan alisnya. Mengapa pertanyaan ini
yang diajukan oleh ibu Wan Cu kini diulang lagi oleh Siang
Bwee" "Aku tidak tahu tentang cinta, Siang Bwee. Akan tetapi aku
kagum dan suka kepadanya."
"Dan taihiap suka kalau dia menjadi isteri taihiap ?"
Sian Lun mengangguk, tanpa menjawab.
"Kalau begitu, tidak ada halangannya lagi, taihiap. Seorang
wanita yang disuka oleh taihiap tentulah seorang yang amat
baik. Apa lagi dia adalah cucu seorang pembesar, dan
menurut taihiap, keluarga Yap adalah keluarga gagah perkasa,
jadi sudah sesuai dengan keadaan diri taihiap sendiri. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi......... mengapa taihiap menanyakan pendapat saya
dalam urusan yang amat penting ini ?"
"Siang Bwee, aku sudah berjanji kepadamu bahwa engkau
selamanya boleh hidup di sampingku, oleh karena itu, dalam
urusan perjodohan dengan Yap Wan Cu ini, tentu saja aku
harus bertanya kepadamu."
Siang Bwee terkejut bukan main, girang dan juga amat
terharu. Penuda ini gagah perkasa, bahkan memiliki kesaktian
bebat, namun jiwanya demikian sederhana, polos dan bersih
Keharuan membuat dia cepat turun dari kursinya,
menghampiri pemuda itu dan berlutut di depan kakinya.
"Taihiap..... engkau adalah pujaanku, junjunganku...... dan
saya........... ya hanya seorang wanita hina yang akan merasa
bangga dan bahagia kalau dapat menjadi pelayan taihiap
untuk selamanya......." Tak terasa lagi beberapa butir air mata
seperti mutiara berderai turun ke atas sepasang pipinya.
"Siang Bwee....... bukan begitu maksudku........" Sian Lun
memegang kedua bahu wanita itu dan menariknya sehingga
bangkit berdiri, "sampai mati aku takkan dapat melupakan
cintamu yang penuh kesetiaan dan pengorbanan itu, aku
bahkan secara terus terang telah menceritakan keadaanmu
kepada keluarga Yap. dan aku katakan bahwa aku hanya mau
menjadi mantu mereka kalau mereka juga mau menerimamu
sebagai...... selirku......... yaitu kalau ........kalau.......... kau
mau........" Sepasang mata itu terbelalak memandang, dengan air mata
masih memenuhi pelupuk mata, mulut itu tersenyum karena
bahagia "Apa katamu taihiap....." Kalau ..... kalau aku mau....."
Ahh... tentu saja........ tidak ada kebahagiaan melebihi itu, aku
mau ! Aku mau.......! Ah, aku mau sekali, taihiap.......!"
Entah siapa yang bergerak lebih dulu, akan-tetapi tahutahu Siang Bwee telah berada di atas pangkuan Sian Lun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merangkulnya, mereka saling berpelukan dan saling
berciuman seperti dengan sendirinya tanpa disengaja lagi,
lengan hati penuh kemesraan dan cinta yang membara.
Malam itu Siang Bwee tidak kembali lagi ke kamarnya,
melainkan tidur bersima Sian Lun dalam kamar pemuda itu.
Malam itu merupakan malam pengantin bagi mereka. Sian Lun
adalah seorang pemuda yang belum pernah berdekatan
dengan wanita, sedangkan Siang Bwee biarpun pernah
melayani seorang pria, namun pelayanan itu dilakukan dengan
terpaksa, hampir tiada bedanya dengan perkosaan. Oleh
karena itu, dalam hal cinta asmara, mereka berdua masih
hijau dan bodoh. Akan tetapi, rasa cinta mereka membuat
mereka tahu apa yang harus diperbuat, membuat mereka
tahu segala-galanya, karena cinta membuat orang ingin
melakukan segala yang dapat membahagiakan dan
menyenangkan orang yang dicinta. Dalam hubungan wanita
dan pria sebagai suami isteri, kalau sudah ada keinginan
saling menyenangkan dan membahagiakan, tentu terdapat
kemesraan yang mendalam. Sian Lun memang sengaja hendak memilih Siang Bwee
sebagai wanita pertama yang digaulinya, bukan hanya untuk
membalas budi yang amat besar, melainkan juga karena dia
sudah yakin akan cinta kasih wanita ini kepadanya, dan juga
karena ada dorongan hasrat yang dia sendiri tidak tahu
berada dalam dirinya, tidak tahu bahwa sebenarnya dia juga
mencinta Siang Bwee ! Dan pada jaman itu, di dalam kamus kebudayaan jaman
itu, tidak terdapat pantangan atau sebutan aib atau buruk
bagi seorang pria untuk mempunyai selir! Bahkan kalau pria
itu berkedudukan atau berharta, mempunyai selir sampai
berapapun banyaknya merupakan hal wajar dan tidak ada
seorangpun yang akan menganggapnya buruk atau melanggar
sesuatu. Dan sesungguhnyalah pandangan umum terhadap
hal-hal yang dianggap pantas atau tidak adil, bersusila atau aTiraikasih Website http://kangzusi.com/
susila, semua itu hanya tergantung dari. pada kebiasaan dan
tradisi belaka! Apa yang dianggap baik oleh suatu golongan
atau suatu bangsa atau suatu agama, belum tentu dianggap
baik, bahkan mungkin taja dianggap buruk oleh golongan atau
bangsa atau agama lain! Semua tergantung dari tradisi atau
kebiasaan atau kepercayaan masing-masing. Maka jelaslah
bahwa apa yang dinamakan baik atau buruk hanyalah
pandangan sepihak atau pendapat belaka yang berdasar
kepada tradisi atau agama masing-masing, juga berdasar
kepada keinginan untuk menyenangkan diri masing-masing.
Karena itu seringkali timbul kenyataan bahwa pendapat baik
buruk adalah yang menguntungkan atau menyenangkan aku
adalah baik, dan yang merugikan atau menyusahkan aku
adalah buruk! Dengan dasar ini, tentu saja timbul kenyataan
bahwa yang baik untukmu mungkin buruk untukku, dan yang
burukmu belum tentu buruk untukku! Si kenyataan sendiri, si
kejadian atau si keadaan apa adanya itu sendiri tidaklah baik
atau buruk. *** Tiga hari kemudian, berangkatlah Sian Lun, Ling Ling, dan
Gin San meninggalkan kota raja untuk mulai dengan
perjalanan mereka mencari Ouw Sek dan Bu Siauw Kim ke
selatan, ketika menceritakan maksud kepergiannya kepada
Siang Bwee, wanita ini tidak membantah dan menyimpan rasa
kecewanya dalam hati saja. Tidak mengherankan kalau dia
kecewa. Dia seperti pengantin baru, selama tiga hari hidup
dalam lautan madu asmara yang penuh kemesraan, yang
baginya merupakan obat yang amat manjur untuk menghapus
semua sisa penderitaan yang telah dialaminya ketika dia
terpaksa harus melayani An Hun Kiong. Akan tetapi, Siang
Bwee adalah seorang wanita bijaksana dan cintanya terhadap
Sian Lun sama sekali bukan cinta yang hanya mengejar
kesenangan diri pribadi belaka. Dia maklum akan pentingnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepergian Sian Lun bersama sute dan sumoinya maka dia
menghormati keberangkatan itu Bahkan selama tiga hari ini,
biarpun dia dalam kemesraan yang membara dengan Sian Lun
namun di luar kamar dia selalu bersikap seperti seorang
pelayan, bukan hanya terutama di depan Ling Ling dan Gin
San, bahkan juga di depan para pelayan lainnya sehingga
diam diam Sian Lun makin sayang dan kagum kepada wanita
ini. Sungguh seorang wanita yang rendah hati dan pandai
membawa diri. sama sekali tidak dikotori oleh kesombongan.
Makin giranglah pendekar ini karena dia merasa bahwa
pilihannya tidaklah keliru, yaitu bahwa dia sengaja
menyerahkan diri untuk pertama kali dilam hidupnya kepada
Siang Bwee, wanita yang amat mencintanya.
Sebagai seorang panglima, apa lagi yang baru saja
mendapat anugerah dari kaisar, tentu saja Sian Lun juga
berpamit kepada kaisar. Kaisar memberi persetujuan dengan
girang karena memang penting sekali untuk membasmi orang
orang macam Ouw Sek dan Bu Siauw Kim yang jelas telah
merupakan pengkhianat-pengkhianat yang membantu Bangsa
Tibet untuk menyerbu kota raja dan mendudukinya. Bahkan
kaisar mengusulkan agar Sian Lun membawa pasukan yang
kuat Akan tetapi pemuda ini dengan hati hati menyatakan
bahwa untuk menghadapi penjahat-penjahat itu cukup dengan
dia dan dua orang adik seperguruannya.
Mereka berangkat dan diantar oleh Siang Bwee yang
kelihatan tersenyum cerah sampai di pintu halaman Akan
tetapi ketika tiga ekor kuda yang ditunggangi oleh tiga orang
pendekar itu menjauh, biatpun mulutnya masih tersenyum,
namun kedua mata Siang Bwee berlinang linang air mata dan
batinnya merasa gelisah sekali. Betapapun juga, pujaan
hatinya atau kekasihnya, juga majikannya itu sedang pergi
menempuh bahaya, mencari penjahat-penjahat yang menurut
Sian Lun memiliki kepandaian yang amat tinggi! Setelah
memasuki rumah kembali, Siang Bwee cepat mengatur meja
sembahyang dan bersembahyanglah wanita ini dengan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesungguhan hati untuk minta. kepada Thian agar kekasihnya
itu dilindungi dan dijauhkan dari pada segala mara bahaya.
Gin San tahu ke mana dia harus mencari Siauw Sek. Maka
dia lalu mengajak suheng dan sumoinya itu pergi ke selatan,
di mana terdapat pusat Agama Beng kauw selatan yang
tadinya berpusat di Yun-an akan tetapi kemudian dipindahkan
oleh mendiang Bu Heng Locu ke Kiang-si, di tepi Telaga Poyang. Seperti telah diceritakan di bagian depan, ketika Pekciang Cin-jin Ouw Sek mengacau di Beng kauw pusat sehingga
mengakibatkan kematian Bu Heng Locu ketua Beng-kauw.
Ouw Sek ini dipukul mundur oleh Gin San yang kemudian
mengangkat Kwan Liok menjadi ketua Beng-kauw.
Tiga orang pendekar itu membalapkan kuda mereka dan
hanya berhenti untuk memberi kesempatan kepada kuda
mereka untuk beristirahat. Gin San menyatakan kekhawatirannya tentang Beng kauw di selatan.
"Aku khawatir kalau kalau Ouw Sek itu mengacau lagi di
Beng kauw. Betapapun jug dia masih memegang sebuah
bendera keramat tanda kekuasaan Beng-kauw."
Ling Ling dan Sian Lun yang telah mendengar cerita Gin
San tentang Ouw Sek justru merata khawatir. "Akan tetapi,
andaikata benar demikian, kalau kita datang ke sana, kita
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menggempurnya. Menurut ceritamu, semua anak buah
tidak suka kepadanya dan kalau engkau muncul, tentu semua
anak buah Beng Kauw akan membelamu, ji suheng."
"Kuharap begitu, hanya aku khawatir kalau kalau dia telah
menimbulkan malapetaka dan merampas kedudukan ketua
dengan kekerasan. Dia lihai sekali dan di Beng kauw sana
tidak ada yang mampu menandinginya. "
Sian Lun yang juga sudah banyak mendengar dari sutenya
itu tentang Beng kauw, dan Ouw Sek berkata, "Kurasa dia
tidak akan sebodoh itu, sute. Kalau dia menggunakan
kekerasan merebut kedudukan, tentu dia akan di benci oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para anggauta Beng-kauw, dan apa artinya bagi dia menjadi
ketua Beng-kauw kalau para anak buahnya membencinya"
Pendapat ini masuk akal dan menenangkan hati Gin San.
Maka bertiga harus berganti kuda sampai tiga kali dan biarpun
Sian Lun memiliki tanda pangkat yang dibawanya, sedangkan
Gin San dan Ling Ling memiliki masing-masing sebatang
pedang dari kaisar sebagai tanda kekuasaan seorang
kepercayaan kaisar, namun mereka bertiga tidak mau minta
bantuan pembesar setempat, bahkan tidak pernah
memperkenalkan diri dan membeli kontan kuda yang mereka
butuhkan untuk mengganti kuda yang sudah lelah dan untuk
keperluan ini .mereka telah membawa bekal uang yang cukup.
Pada suatu hari, ketika mereka bertiga menjalankan kuda
memasuki wilayah Telaga Po-yang, mereka melihat banyak
orang menuju ke arah yang sama Mereka bertiga merasa
heran karena mengenal bahwa orang orang itu tentulah orang
orang dunia kangouw, hal ini selain nampak pada gerak-gerik
mereka, juga dari pakaian mereka yang campur aduk. Ada
orang-orang yang berpakaian seperti ahli-ahli silat, ada pula
yang berpakaian jubah dengan kepala gundul, yaitu hwesio
hwesio yang bersikap alim dan tenang, ada pula tosu - tosu
tua yang sederhana dan bersikap aneh. Mereka semua itu,
agaknya sedang menuju ke Telaga Po-yang pula.
Karena merasa curiga dan tertarik, dan menduga tentu
telah terjadi sesuatu yang luar biasa, Gin San melompat turun
dari atas punggung kudanya, menuntun kuda itu mendekati
seorang tosu yang berjalan sendirian, kemudian dengan sikap
hormat ia bertanya, "Maaf totiang. Apakah totiang juga
hendak pergi mengunjungi Beng kauw?"
Todongannya itu ternyata tepat sekali. Selelah menoleh
dan memandang kepada pemuda itu dan agaknya dapat
melihat kegagahan yang tersembunyi pada diri Gin San, kakek
itu menjawab, "Tentu saja, sicu! Siapa oranguya yang tidak
akan tertarik mendengar bahwa Beng-kauw mengadakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesta dan mengundang semua orang kang ouw yang suka
hadir" Tentu akan ramai di sana!"
"Ada keramaian apakah maka diadakan pesta di Bengkauw, totiang ?" tanya Gin San dan melihat tosu itu
memandang heran, dia cepat menyambung, "Maaf, saya baru
saja tiba dari utara sehingga tidik tahu apa yang terjadi di sini.
Sudikah totiang memberi tahu mengapa Beng-kauw
mengadakan pesta ?" "Siancai, sicu datang dan utara" Tentu melihat keributan di
kota raja ketika diduduki orang-orang Tibet, bukan" Kalau
begitu tentu sicu tidak tahu keadaan di Beng-kauw. Beng
kauw merayakan pesta untuk menghormati ketua mereka
yang baru, dan juga untuk merayakan persahabatan antara
Beng kauw dan Lam ong !"
Tentu saja Gin San terkejut sekali akan tetapi dia menahan
perasaannya sehingga wajahnya seperti orang tidak perduli.
"Ah, kalau begitu tentu ramai sekali. Tidak tahu siapakah
ketuanya yang baru, totiang " Kalau tidak salah, saya
mendengar bahwa ketuanya adalah seorang she Kwan."
"Ketuanya yang baru amat lihai, masih terhitung suheng
yang paling pandai dari bekas ketua Kwan Liok. Dia bernama
Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek, seorang tokoh yang baru saja.
muncul namun telah menggetarkan dunia kang ouw. Apa lagi
Lam-ong yang menjadi datuk dunia kang-ouw di selatan
berkenan mau menjadi sahabatnya, ini saja sudah merupakan
bukti bahwa ketua baru Beng-kauw itu benar-benar amat
lihai." Gin San menghaturkan terima kasih, lalu. kembali kepada
sumoi dan suhengnya. Mereka mendengarkan penuturannya
dengan tertarik, kemudian Gin San berkata, "Setelah terjadi
seperti yang kukhawatirkan, yaitu kedudukan ketua direbut
oleh Ouw Sek, sebaiknya kita ke sana secara diam diam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelinap di antara para tamu atau penonton di luar, melihat
gelagat dulu sebelum turun tangan "
Mereka lalu menitipkan kuda mereka kepada seorang
petani di sebuah dusun dengan memberi biaya secukupnya
untuk memelihara tiga ekor kuda itu, kemudian melanjutkan
perjalanan mereka dengan kaki menuju ke Telaga Po-yang.
Karena mereka bertiga merupakan tiga orang muda yang
tampak gagah perkasa, maka para orang kang ouw yang
melihat mereka di tengah perjalanan itu mengira bahwa
mereka bertiga tentulah juga tamu-tamu yang hendak
berkunjung ke Beng kauw,.
Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San menyelinap di antara para
tamu dan penonton yang nyata telah memenuhi markas Bengkauw itu. Perayaan itu diadakan di tempat terbuka di tepi
telaga, di mana dibangun sebuah panggung besar dan luas
sekali. Di atas panggung inilah fihak tuan rumah
mempersilakan para tamu kehormatan untuk duduk,
sedangkan tamu-tamu lain yang tidak dianggap sebagai tamutamu kehormatan cukup untuk duduk di bagian bawah
panggung Bangku bangku di bawah panggung telah penuh
sehingga banyak di antara tamu yang ingin menonton itu
duduk saja di batu-batu atau di atas rumput, dan banyak pula
yang berdiri mengelilingi tempat itu. Keadaan ini
menguntungkan tiga orang pendekar muda itu yang dapat
menyelinap di antara para penonton tanpa menarik perhatian
dan tidak dapat dilihat oleh fihak tuan rumah. Pada saat tiga
orang pendekar muda itu tiba di situ, dengan hati panas dan
marah Gin San: melihat betapa musuh besarnya, Pek-ciang
Cin-jin Ouw Sek memang duduk di atas panggung sambil
tersenyum-senyum cerah. Juga Ling Ling marah melihat
musuh besarnya. Bu Siauw Kim, duduk dengan tersenyum
manis di sebelah kiri Ouw Sek. Akan tetapi Sian Lun terkejut
bukan main mengenal seorang kakek tua renta yang bertubuh
tinggi kurus agak bongkok, bermata sipit sekali dengan alis
tebal, jenggotnya panjang, pakaiannya mewah seperti pakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hartawan besar, dan tangan kirinya memegang sebatang
huncwe ( pipa tembakau } yang mengepulkan asap putih.
Kakek itu bukan lain adalah Lam-ong Oh Ging Siu, itu Raja
Selatan yang menjadi seorang di antara datuk-datuk dunia
hitam yang amat lihai Teringatlah pemuda ini akan kematian
gurunya, Siangkoan Lojin, yang tewas karena luka selelah
bertanding melawan kakek sakti ini ! Juga dia mengenal Lamthian Seng-jin. pembantunya atau barangkali muridnya, kakek
berusia limapuluh enam tahun itu yang dia tahu juga amat
lihai duduk di belakang Lam ong.
Jilid XXXIII TIBA-TIBA Ouw Sek bangkit
berdiri dan berjalan ke tepi
panggung, lalu menjura ke
empat penjuru sambil tersenyum
lebar. Ketika dia membuka mulut,
terdengarlah suaranya yang menggetarkan empat penjuru
karena memang orang ini sengaja mengerahkan khikangnya untuk memamerkan
kekuatannya. Dan memang hebat
sekali suara itu, menggetar dan
seolah olah dapat menembus
dada menggetarkan jantung sehingga banyak sekali kaum
kang-ouw yang hadir terkejut bukan main dan memandang
serta mendengarkan dengan penuh perhatian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat datang dan terima kasih kepada cu-wi (anda
sekalian) dalam pesta ini. Pesta ini dirayakan oleh Beng kauw
untuk memperkenalkan diri kami sebagai ketua baru dari
Beng-kauw Karena kami adalah muka baru di sini, maka kami
mohon kepada lociaopwe Lam-ong Oh Ging Siu yang sudah
dikenal oleh cu-wi untuk memperkenalkan diri kami. Ohlocianpwe, silakan!" kata Ouw Sek sambil menjura ke arah
Lam-ong. Kakek tinggi kurus ini tersenyum dan bangkit dari
kuisinya, terus melangkah menghampiri Ouw Sek. Dia hanya
mengangguk ke empat penjuru dengan sikap angkuh, sikap
seorang datuk yang ditakuti.
"Cu-wi tentu mengenal
siapa aku!" katanya dengan
suaranya yang parau namun terdengar mengguntur. "Hendaknya
cu-wi ketahui bahwa ketua
Beng kauw baru ini adalah
Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek !
Biarpun dia ini baru muncul, namun sungguh dia patut sekali menjadi ketua Beng kauw, karena aku dapat memastikan bahwa ilmu kepandaiannya amat tinggi sehingga mengagumkan aku orang tua ini ! Sekian agar cuwi maklum !" Kakek itu mengangguk
dan kembali ke kursinya. "Penasaran.......... !!"
Suara ini terdengar melengking nyaring disusul
berkelebatnya bayangan orang yang meloncat naik ke atas
panggung dari bawah. Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San
memandang dengan kaget. Mereka tahu bahwa dari cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu meloncat, jelas bahwa orang ini memiliki ginkang
yang hebat dan mereka makin terheran heran ketika
mendapat kenyataan bahwa yang kini berada di atas
panggung itu adalah seorang pemuda yang usianya kurang
lebih duapuluh lima tahun, bertubuh tinggi tegap berpakaian
putih sederhana, namun wajahnya tampan dan gagah sekali,
sikapnya juga gagah, dan sinar matanya amat tajam.
Pakaiannya yang putih sederhana itu ringkas, di pinggangnya
tergantung sebatang pedang dengan gagang dan, sarungnya
yang butut, tanda bahwa pedang itu sudah amat tua.
Ouw Sek juga memandang dengan mata terbelalak, akan
tetapi sebagai seorang ketua tentu saja dia tidak bersikap
lancang, melainkan tersenyum dan berkata, "Agaknya sicu
mempunyai suatu urusan untuk dibicarakan. Silakan !" Dan
diapun lalu duduk kembali dengan sikap angkuh, yang
dianggapnya patut menjadi sikap seorang ketua besar dan
membiarkan orang muda yang tampan dan gagah itu untuk
bicara tanpa menentangnya.
Pemuda itu sejenak memandang ke pada Ouw Sek, lalu
memandang ke arah Lam-ong, kemudian berkata dengan
suara lantang sehingga terdengar oleh semua orang yang
berkumpul di sekitar panggung itu. Suara ini bukanlah seperti
suara Ouw Sek tadi yang memamerkan kekuatan khikangnya,
akan tetapi suara biasa saja yang amat nyaring karena
kekuatan batin yang bersih terkandung dalam suara itu, suara
seorang yang berjiwa gagah sebagai seorang pendekar sejati.
"Aku bernama Louw Cin Han, datang dari Nan - ping, Aku
adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang datang ke sini
mengikuti jejak seorang penjahat yang melarikan gadis orang
dengan paksa. Jejak itu membawaku ke sini dan kebetulan
sekali karena aku adalah sangat baik dari ketua Beng-kauw,
yaitu Kwan Liok lo-enghiong. Aku tahu bahwa Beng-kauw
adalah perkumpulan yang bersih dari orang-orang gagah,
semenjak dipimpin oleh mendiang Bu Heng Locu locianpwe.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi setelah aku tiba di sini menyaksikan pertemuan
atau pesta ini, aku melihat dua hal yang; amat membikin
hatiku menjadi penasaran dan yang memaksaku untuk turun
tangan!" Suasana menjadi hening dan tegang setelah pemuda yang
mengaku murid Siauw-lim-pai ini bicara seperti itu. Semua
orang tahu bahwa Siauw - lim - pai adalah sebuah
perkurnpulan besar yang memiliki banyak ahli - ahli silat yang
amat pandai. Bahkan boleh dibilang bahwa ilmu-ilmu silat
sebagian besar bersumber kepada ilmu silat aseli dari Siauwlim-pai. Maka munculnya pemuda yang mengaku murid Siauwlim-pai ini sudah mengejutkan, karena tiap orang murid
Siauw-lim-pai tentu seorang yang gagah perkasa, seorang
pendekar sejati. Apa lagi kini pemuda itu agaknya menentang
ketua baru, maka semua orang merasa tegang hatinya. Juga
Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San memandang dengan kaget
dan juga kagum. Apa lagi Ling Ling. Gadis ini merasa betapa
jantungnya berdebar tegang secara luar biasa begitu dia
melihat pemuda tampan gagah dengan pakaian sederhana itu
berdiri di atas panggung itu dengan sikap sedemikian berani
dan gagahnya. Dia merasa seolah olah melihat bayangan
orang gagah perkasa yang hanya muncul dalam dunia
impiannya. Betapa gagahnya, betapa beraninya pemuda itu
muncul dan menentang orang-orang seperti Ouw Sek dan Bu
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siauw Kim, belum lagi orang orang yang tentu amat pandai
seperti Lam-ong dan lain-lain itu. Padahal pemuda itu hanya
sendirian saja! Seketika timbul rasa kagum dan sukanya dan
dara ini sudah mengambil keputusan uniuk membantu
pemuda itu! Padahal dia belum tahu apa yang menyebabkan
pemuda itu bersikap menentang Ouw Sek seperti itu.
Ouw Sek bersikap tenang saja, bahkan masih tersenyum.
Jelas bahwa dia memandang rendah kepada pemuda itu.
Tentu saja dia pun tahu bahwa Siauw-lim-pai adalah sebuah
perkumpulan yung tidak boleh dipandang rendah, memiliki
tokoh tokoh yang amat sakti. akan tetapi pemuda yanp
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
usianya paling banyak separuhnya itu, memiliki kepandaian
apakah" Pula, dia berada di pusat Beng-kauw di mana dia
menjadi ketuanya, dan di situ hadir pula sahabatnya, Lam-ong
Oh Ging Siu yang memiliki kepandaian tinggi pula, sejajar
dengan kepandaiannya. Takut apakah "
"Orang muda she Louw, kami sedang mengadakan pesta
perayaan, engkau adalah seorang tamu, baik diundang
maupun tidak, mengapa sikap dan ucapanmu seperti hendak
mengacau dan memusuhi kami?" Biarpun kata katanya itu
bernada teguran, namun masih terdengar manis karena
memang Ouw Sek yang cerdik itu hendak memancing rasa
suka para tamu dan menimpakan kesan buruk kepada
pemuda itu. Dan dia memang berhasil. Para tokoh kang-ouw
diam diam memuji kesabaran dan kebijaksanaan ketua haru
Beng kauw itu,. sebaliknya memandang kepada pemuda
Siauw-lim-pai itu dengan alis berkerut, menganggap pemuda
itu seperti hendak mengagulkan Siauw-lim-pai dan berani
mengacau pesta orang dengan sikap bermusuh
Akan tetapi pertanyaan yang menyudutkan itu tidak
membuat Louw Cin Han menjadi bingung. Dia memandang
kepada Ouw Sek dengan sinar mata tenang, kemudian
terdengar dia berkata lantang, "Aku tidak ingin bermusuhan
dengan siapapun, tidak pula ingin mengacau. Beng kauw
adalah sahabatku, mana mungkin aku hendak mengacau Beng
kauw" Akan tetapi, ada dua hal yang mendatangkan
penasaran. Pertama adalah kenyataan bahwa penjahat yang
jejaknya kuikuti, yang melarikan gadis orang, ternyata kini
menjadi tamu terhormat dari Beng kauw, dan ke dua,
pengangkatan kauwcu (ketua agama) baru dari Beng-kauw
sungguh aneh. Mengapa ketua lama, yaitu saudara Kwan Liok
tidak hadir, demikian pula dua orang sutenya yang
kesemuanya merupakan murid murid terkasih dari mendiang
Bu Heng Locu" Pula, aku mendengar bahwa ketua yang
diangkat sekarang ini telah menyebabkan tewasnya Bu Heng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Locu locianpwe, bahkan membunuh pula Lima Penasihat
terhormat dari Beng- kauw !"
"Louw Cin Han. engkau benar sombong dan lancang !"
Ouw Sek membentak, kini tidak dapat menahan
kemarahannya karena pemuda ini begitu berani memburukkan
namanya di depan orang orang kang-ouw dan menceritakan
tentang perbuatannya yang lalu itu. Dia sudah bangkit berdiri
dan mukanya berobah merah. "Coba katakan, siapa penjahat
yang kaubilang menjadi tamu kehormatan itu ?" Ouw Sek
memang cerdik sekali. Karena mengingat bahwa pemuda itu
adalah murid Siauw-lim-pai sehingga amat tidak baik kalau
sampai dia sendiri saja yang menentangnya, yang berarti
tentu menimbulkan ketidakenakan dengan Siauw-lim pai. Oieh
karena itu, dia sengaja memancing agar pemuda itu
menyebutkan namu penjahat yang dikatakannya menjadi
tamunya itu. karena dia sendiripun tidak tahu siapa orang
yang dimaksudkan oleh Louw Cin Han agar orang itu dapat
dibikin malu dan tentu akan memusuhi pula pemuda ini
sehingga dia dapat cuci tangan dan biarkan orang lain yang
menghukum pemuda lancang ini !
Ditanya begini, pemuda itu lalu menudingkan telunjuknya
ke arah kakek tua tinggi kurus yang duduk di samping Ouw
Sek. "Dialah orangnya! Ya, agar semua orang kang-ouw
mengetahui bahwa penjahat yang melarikan gadis orang itu
bukan lain adalah Lam-ong Oh Ging Siu yang terkenal sebagai
datuk di selatan !" Sejenak sunyi sekali di situ karena semua orang menahan
napas, kemudian disusul oleh suara bisik-bisik yang
menimbulkan suasana gaduh. Semua orang tcrkejut dan
khawatir sekali akan kelancangan pemuda ini. Bukan saja
herani menentang ketua Beng kauw yang baru, akan tetapi
bahkan pemuda ini secara terang-terangan memaki Lam-ong
sebagai penjahat yang melarikan gadis orang ! Benar benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang mencari mati sendiri! Tentu saja semua
orang yang hadir tidak menjadi heran dan tidak merasa aneh
mendengar bahwa Lam - ong telah melarikan gadis orang.
Datuk kaum sesat di selatan ini selain terkenal sebagai
seorang yang memiliki kepandaian tinggi, juga memiliki
kekayaan besar, dia terkenal pula sebagai seorang kakek tua
bangka yang amat lemah terhadap wanita sehingga selain dia
mempunyai puluhan orang selir, dia masih saja haus dan
rakus kalau melihat wanita cantik di luaran. Dengan
kepandaiannya dan dengan hartanya, apabila dia melihat
wanita cantik, tidak perduli isteri orang atau anak siapapun,
tentu akan didapatkannya wanita itu! Ada orang tua yang
mendadak menjadi kaya raya setelah gadisnya dibeli oleh Lam
ong karena kakek ini berani membayar dengan harta yang
banyak untuk mendapatkan wanita yang digilainya. Akan
tetapi ada pula orang tua, biarpun dia ini juga merupakan ahli
silat kenamaan, yang tewas dan gadis atau isterinya dirampas
oleh Lam-ong karena dia tidak mau menyerahkannya atau
menjualnya, Oleh karena inilah, semua orang kang ouw yang hadir di
situ tidak merasa heran akan cerita tentang kerakusan Lamong terhadap wanita, melainkan terheran-heran bagaimana
seorang pemuda seperti Louw Cin Han itu berani mati
membuka rahasia kejahatan Lam-ong di depan umum seperti
itu! Yang merasa girang sekali adalah Ouw Sek! Tak
disangkanya bahwa yang dimaksudkan pemuda itu adalah
Lam-ong! Dengan demikian, tentu saja ia mendapatkan
seorang rekan yang amat kuat untuk menghadapi Siauw-limpai, kalau kalau pertentangan melawan pemuda ini
mengakibatkan permusuhan dengan perkumpulan itu.
Sementara itu, Gin San dan Ling Ling yang sudah
mendengar penuturan Sian Lun tentang Lam-ong,
memandang dengan penuh perhatian. Gin San berbisik, "Jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siluman tua itukah yang mengakibatkan tewasnya suhumu,
suheng ?" Sian Lun mengangguk dan diam-diam dia mengkhawatirkan
pemuda itu "Sungguh lancang dan berani sekali orang she
Louw itu, " bisiknya.
"Kita harus membantunya .......!" Tiba-tiba terdengar Ling
Ling berbisik dan di dalam suaranya terkandung suatu
kepastian yang membuat kedua orang subengnya menengok
dan memandang sumoi itu. Mereka berdua melihat Ling Ling
tengah memandang kepada orang she Louw itu dengan penuh
kagum! Pada saat itu terdengar gerengan yang seperti suara
harimau mengaum, mengejutkan semua orang dan ternyata
Lam-thian Seng jin pembantu atau murid utama dari Lam ong
telah meloncat dan berdiri menghadapi Lauw Cin Han
Sepasang mata kakek berusia lima-puluh enam tahun ini
mencorong seperti mata harimau dan mukanya yang biasanya
pucat menjadi lebih pucat kehijauan.
Lauw Cin Han yang rnerupakan seorang pemuda yang
sudah banyak merantau di dunia kang-ouw dapat menduga
siapa adanya kakek ini. Dia sudah mendengar bahwa Lam-ong
selalu ditemani oleh muridnya atau pembantunya, yang setia,
yang terkenal dengan nama Lam-thian Seng-jin. Dan sebagai
seorang pemuda yang pernah digembleng dalam ilmu-ilmu
silat yang tinggi, melihat wajah yang pucat kehijauan dengan
sepasang mata yang mencorong dan gerengan seperti
harimau itu tadi tahulah dia bahwa kakek ini adalah seorang
ahli lweekang atau orang yang memiliki tenaga dalam amat
kuatnya. Maka diapun tidak berani memandang rendah dan
bersikap tenang namun waspada. Louw Cin Han adalah adalah
seorang murid tingkat tinggi dari Siauw lim pai, dan biarpun
usianya baru duapuluh lima tahun akan tetapi dia telah lulus
sebagai murid kelas tiga, tingkat yang cukup tinggi dan
mengagumkan yang dapat dicapai oleh seorang muda seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia dalam perguruan Siauw-lim pai. Dia seorang pemuda yang
sudah yatim piatu dan semenjak kecil dia dirawat oleh para
hwesio Siauw-lim-si di kota Nan-ping. Akan tetapi karena para
hwesio melihat bahwa dia tidak berbakat rnenjadi hwesio,
melainkan lebih berbakat menjadi pendekar, maka Cin Han
menerima gemblengan ilmu silat, lebih banyak dari pada
grmblrngan ilmu agama dan ilmu sastera. Akhirnya, dia
menjadi seorang tokoh Siauw-lim pai, yang patut dibanggakan
oleh Siauw-lim-pai, karena sepak terjangnya sebagai seorang
pendekar yang gagah perkasa dan budiman.
Ketika pemuda perkasa ini sedang melakukan perjalanan
tak jauh dari Telaga Po-yang, dia mendengar akan malapetaka
yang menimpa keluarga Phang piauwsu, seorang sahabatnya,
piauwsu (pengawal barang) terkenal yang tinggal di kota Kan
kouw. Sahabatnya itu terluka dan puteri sahabatnya itu,
seorang gadis berusia tujuhbelas tahun, telah dilarikan orang.
Phang piauwsu tidak mengenai siapa penculik gadisnya, hanya
menceritakan bahwa malam itu ada bayangan berkelebat dan
disusul jeritan gadisnya, akan tetapi bayangan penjahat itu
lihai bukan main karena dalam beberapa jurus saja dia telah
roboh dan penjahat itu melarikan gadisnya menghilang di
tempat gelap. Dia hanya tahu bahwa penjahat itu membawa
sebatang huncwe yang diselipkan di pinggang.
Mendengar malapetaka ini. Cin Han segera melakukan
pengejaran. Dia mencari jejak penjahat itu dan akhirnya, jauh
dari kota Kan kouw, setelah melalui perjalanan tiga hari tiga
malam dan sudah mendekati telaga Po-yang.
Dia menemukan gadis she Phang itu dalam keadaan
menggantung diri di sebuah dusun sunyi ! Dari pemilik rumah
dusun itu dia mendengar bahwa gadis ini datang bersama dua
orang kakek dan gadis itu selalu menangis, kemudian pagi hari
itu, tiba tiba saja tanpa pamit dua orang kakek menghilang
dan gadis itu telah membunuh diri dengan jalan menggantung
lehernya menggunakan ikat pinggangnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Cin Han
mendengar ini dan dia mendapat gambaran yang jelas akan
wajah dua orang kakek itu dari petani dusun itu, dan setelah
tiba di tempat Beng-kauw mengadakan pesta perayaan
tahulah dia bahwa hal yang memang sudah disangka
sangkanya semenjak dia mendengar dari Phang piauwsu
bahwa penjahat itu mempunyai sebatang huncwe adalah
benar, yaitu bahwa penjahatnya adalah Lam-ong, datuk kaum
sesat yang terkenal mata keranjang itu! Maka dengan berani
dia lalu tampil ke depan dan membongkar rahasia kakek cabul
itu. Selain ini, dia juga merasa curiga akan tampilnya ketua
baru Beng-kauw. Dia bersahabat baik dengan Kwan Liok,
ketua Beng kauw dan sudah mendengar dari Kwan Liok akan
kematian empat or?ng saudara saudara seperguruannya,
bahkan akan kematian Bu Heng Locu sebagai akibat
pengacauan murid murtad yang bernama Ouw Sek. Dan kini,
melihat Ouw Sek tahu-tahu menjadi ketua, dan kawannya itu
tidak nampak hadir, demikian pula dua orang sute dari Kwan
Liok, tentu saja dia menjadi penasaran dan dia kemukakan
pula hal itu. Kini, Lam-thian Seng-jin sudah berdiri menghadapi Cin Han
yang bersikap tenang. Kakek ini merupakan murid dan
pembantu Lam-ong yang amat setia. Dia sendiri tidak
mempunyai kesukaan mengganggu wanita, bahkan biarpun
usianya sudah limapuluh enam tahun, dia tidak menikah Akan
tetapi karena setianya dan amat memuja gurunya, dia tidak
pernah menentang kebiasaan gurunya membujuk atau
memaksa wanita itu, bahkan siap untuk membantu gurunya
andaikata Lam ong menyuruhnya menculik wanita sekalipun!
Maka begitu mendengar gurunya dimaki oleh orang muda itu,
dia tidak dapat menahan kemarahannya dan. sudah
menggereng dan menghampiri Cin Han.
"Bocah she Louw, engkau sudah bosan hidup" Mari kuantar
engkau ke neraka !" bentaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han tersenyum mengejek. "Hemm, bukankah engkau
ini Lam-thian Seng-jin" Gurumu telah melakukan perbuatan
hina dan sesat, dan aku sebagai orang muda memperingatkan
dia, engkau sebagai muridnya hendak membela gurumu yang
sesat?" "Besar mulut kau !" Kakek itu membentak dan dia sudah
menggerakkan tubuhnya dan tangan kirinya menyambar ke
depan, menampar ke arah kepala pemuda Siauw lim pai itu.
Cin Han merasa betapa ada
hawa panas sekali menyambar
ke arah mukanya. Dia tahu
bahwa kakek ini memiliki sinkang yang amat kuat, dan
bahwa pukulan itu mengandung
tenaga sinkang panas, maka
cepat dia melangkah mundur
mengelak dan menggerakkan
iengan dari samping untuk
menangkis. "Dukk !" Lengannya dapat
menangkis lengan lawan dan
Lam-thian Seng-jin merasa betapa lengannya itu tergetar
hebat. Terkejutlah dia dan baru dia tahu bahwa pemuda ini
bukanlah semacam gentong kosong yang hanya nyaring
suaranya namun tidak ada isinya. Pemuda ini bersikap amat
beraninya karena memang telah menguasai kepandaian
Siauw-lim-pai yang terkenal. Dari pertemuan tenaga tadi saja
Lam-thian Seng-jin sudah dapat mengetahui bahwa pemuda
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siauw lim pai ini ternyata memiliki tenaga yang kuat. Padahal
dia tadi melakukan pukulan dengan Ilmu Lui kong ciang
(Tangan Geledek) yang amat kuat, namun pemuda itu mampu
menangkisnya. Marah dan penasaranlah kakek ini dan dia lalu
menerjang dan menyerang seperti angin badai mengamuk!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han bergerak dengan tenang dan mantap, mainkan Ilmu
Silat Lo han kun yang amat tenang dan tangguh dari Siauwlim - pai sehingga ke manapun fihak lawan menyerang, dia
selalu dapat mengelak dan menangkisnya, juga membalas
dengan pukulan-pukulan yang mengeluarkan angin yang
bersiutan saking kerasnya.
Sian Lun pernah menandingi Lam-thian Seng-jin dan tahu
bahwa kakek ini amat lihai. Akan tetapi menyaksikan pemuda
gagah itu yang demikian tenang dan mantap, diam-diam dia
kagum juga. Pemuda itu benar-benar memiliki dasar ilmu silat
yang aseli dan bersih, setiap gerakannya tidak menyia-nyiakan
tenaga, karena setiap gerakan ada artinya, kalau tidak
menjaga diri tentu menyerang, bukan seperti ilmu- ilmu silat
lain yang terlalu banyak kembangannya sehingga banyak
membuang tenaga hanya untuk pamer belaka.
Ling Ling diam-diam khawatir dan terkejut melihat bahwa
kakek itu ternyata lihai sekali, gerakannya demikian cepat dan
serangan-serangannya mengandung kekuatan sinkang yang
besar Sedangkan pemuda itu baginya terasa terlalu tenang
dan lamban, maka dara ini sudah menegang seluruh
syarafnya, siap untuk melindungi pemuda gagah itu apabila
dia melihat ada bahaya mengancam. Gin San juga menonton
dengan tenang-tenang saja dan sejak tadi dia memandang ke
arah Ouw Sek, diam-diam menduga-duga bagaimana akan
jadinya kalau dia dan Ouw Sek sudah bertanding. Dia tahu
bawah kepandaian Ouw Sek tinggi sekali, dan bahwa segala
ilmu yang didapatnya dari Maghi Sing akan sia-sia saja kalau
dipergunakan untuk menyerang Ouw Sek karena semua telah
dikenal oleh orang itu, kecuali Cap sha Tong-thian. Maka
diam-diam dia mengingat ingat ilmu ini dan mengatur siasat
jurus jurus mana yang akan dipergunakan untuk menghadapi
lawan tangguh itu nanti. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Sian Lun berbisik kepada sute dan sumoinya,
"Kalau terjadi pertempuran, biarkan aku menghadapi Lam
ong........" "Dan aku menghadapi Ouw Sek......" sambung Gin San
cepat. Barulah Ling Ling sadar bahwa dia sudah mempunyai
lawan. Tadi dia terlalu memperhatikan pemuda itu sehingga
dia hampir lupa bahwa musuh besarnya berada di situ pula,
"Aku akan menghadapi Bu Siauw Kim." katanya singkat dan
kini dia memandang ke arah wanita cantik itu. Akan tetapi
hanya sebentar karena kembali dia mengalihkan pandang
matanya ke atss panggung di mana pemuda Siauw-lim pai itu
masih bertanding seru melawan Lam-thian Seng-jin.
Pertempuran antara Cin Han dan Lam-thian Seng-jin
memang amat seru dan menegangkan, keduanya mempunyai
tenaga yang seimbang dan kalau ilmu silat dan gerakan Lamthian Seng-jin kasar dan cepat, adalah sebaliknya dengan
gerakan Cin Han yang halus dan tenang, mantap dan
kelihatan lambat namun semua lubang telah tertutup sehingga
sukar bagi lawan untuk menembus benteng pertahanannya.
Cin Han maklum bahwa lawannya amat pandai dan hal ini
tidak mengejutkan hatinya. Dia sudah mendengar akan
kelihaian Lam-thian Seng-jin, apalagi kesaktian Lam-ong.
Kalau dia tadi berani tampil ke depan menentang mereka
bukan karena terdorong kelancangan atau kesombongannya,
bukan memandang rendah law?n, melainkan terdorong oleh
jiwa kependekarannya yang pantang mundur menghadapi
siapapun juga untuk menentang kejahatan. Diapun maklum
bahwa keselamatannya terancam., namun mati bukan apaapa bagi seorang pendekar, kalau kematian itu terjadi dalam
membela keadilan dan kebenaran, menentang kejahatan.
Semua tamu yang terdiri dari orang-orang kang-ouw itu tentu
saja merasa tegang dan juga girang bahwa mereka disuguhi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tontonan yang amat menarik bagi mereka yang rata-rata
memiliki kepandaian amat tinggi itu.
Tidak ada seorangpun di antara para tamu, berani
mencampuri perselisihan yang diteruskan dengan perkelahian
itu. Mereka semua mengenal siapa adanya Lam-thian Seng-jin
murid Lam-ong dan tidak seorangpun berani mencampuri
urusan Lam-ong yang selain kaya raya dan sakti, juga terkenal
mempunyai banyak sekali anak buah dan terkenal pula
bertangan besi atau kejam terhadap musuh yang berani
menentangnya Akan tetapi mereka itu juga segan untuk
bermusuhan dengan pemuda perkasa murid tangguh dari
Siauw-lim-pai itu, karena nama Siauw-lim-pai sudah membuat
mereka lebih suka menjauhkan diri, terutama sekali mereka
yang tergolong kaum sesat.
Bagi Sian Lun bertiga, kini mereka tidak merasa khawatir.
Mereka tentu saja berpihak kepada pemuda Siauw-lim-pai itu
dan dengan pengetahuan mereka yang mendalam tentang
ilmu silat, mereka dapat melihat jelas bahwa pemuda perkasa
itu tidak akan kalah. Biarpun kelihatan Lam-thian Seng-jin
bergerak sangat cepat sebaliknya pemuda itu kelihatan tenang
saja, namun sesungguhnya kakek itu tak mampu berbuat
banyak dan kini setiap serangan balasan dari Cin Han
membuat dia terdesak hebat. Kakek itu mulai memburu
napasnya, sedangkan pemuda itu masih segar, bahkan
gerakan - gerakannya kini makin mantap dan kuat.
Hal ini tentu saja dapat dilihat pula oleh Lam - ong, juga
oleh Ouw Sek dan Bu Siauw Kim. Lam-ong mengerutkan
alisnya yang amat tebal itu dan matanya yang sipit menjadi
makin sipit lagi, hampir terpejam, alisnya bergerak-gerak dan
makin sering dia menghembuskan asap dari huncwenya. Sian
Lun tak pernah melepaskan perhatiannya terhadap Si Huncwe
Maut yang kini berjuluk Lam-ong ini. Dan apa yang
dikhawatirkannyapun terjadilah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lam-ong tiba-tiba bangkit berdiri dan sekali kakinya
bergerak, dia sudah melayang ke depan, huncwe di mulutnya
ditiup dan sinar api meluncur dari huncwe itu, bunga api
beterbangan menyembur ke arah Cin Han !
Sian Lun berseru keras, akan tetapi dia kalah dulu oleh Ling
Ling yang sudah melayang seperti seekor naga terbang, dan
dari atas dia langsung menerjang dengan kedua kakinya
menendang ke arah mata dan leher Lam-ong! Mulutnya
membentak nyaring sekali.
"Tua bangka curang pengecut tak tahu malu! "
Lam-ong terkejut bukan main menyaksikan gerakan
ginkang yang demikian ringan dan cepatnya, maka dia tidak
melanjutkan serangannya kepada Cin Han, melainkan
menggerakkan huncwenya menotok ke arah betis dara cantik
yang menendangnya dari atas itu !
Ling Ling juga kaget bukan main. Serangan tendangannya
dari atas tadi dilakukannya dengan cepat sekali dan jarang
ada orang mampu mengelak dan menyelamatkan diri. Akan
tetapi kakek ini bukan hanya dapat menghindar, bahkan
memapaki serangannya itu dengan serangan lain, yaitu
totokan ke arah betis kakinya! Maka diapun berseru keras,
kedua kakinya mengelak dan tahu-tahu ujung kakinya
memapaki kepala huncwe dan dengan meminjam tenaga
lawan dia mengenjot dan tubuhnya sudah berjungkir balik
membuat salto tiga kali di udara.
"Sumoi, mundurlah !" terdengar bentakan Sian Lun dan
pemuda ini sudah meloncat dan tahu-tahu sudah berada di
depan Lam-ong sehingga kakek ini tidak dapat mendesak Ling
Ling yang melajang turun ke atas panggung dengan
indahnya!. Sementara itu, Cin Han tadi terkejut setengah mati melihat
bunga api beterbangan seperti kunang-kunang menyambarnya
dan terasa amat panas. Dia segera melempar tubuhnya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang dan terus menjatuhkan diri bergulingan sehingga
terbebas dari serangan bunga api yang amat lihai itu. Ketika
dia melihat bayangan seorang dara yang "terbang" dan
menyerang Lam-ong, Cin Han terkejut dan kagum bukan main
karena dia mengenal ginkang yang luar biasa sekali. Di Siauwlim-si hanya para locianpwe yang sedikitnya bertingkat dua
saja yang akan mampu membuat gerakan ginkang seperti
yang dilakukan dara itu. Ketika dara itu membuat salto di udara, hampir dia berseru
karena kagumnya, dan ketika akhirnya Ling Ling melayang
turun dan hinggap di atas panggung, tak jauh dari tempat dia
berdiri, dia makin kagum dan bahkan terpesona karena tidak
pernah disangkanya bahwa bayangan yang luar biasa itu
ternyata adalah seorang dara remaja yang demikian cantik
jelitanya! Dia memandang, tepat pada saat Ling Ling juga
memandangnya. Dua pasang mata yang bersinar tajam
bertemu, bertaut dan melekat, kemudian Ling Ling
menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan Cin Han
cepat rnenjura dan berkata halus, "Nona, terima kasih atas
pertolonganmu." Ling Ling mengangkat muka dan tersenyum, kemudian
melihat Sian Lun telah berhadapan dengan Lam-ong, dia lalu
meloncat turun lagi di tempatnya yang tadi.
Sementara itu, Lam-thian Seng-jin yang melihat betapa
bantuan gurunya digagalkan orang, sudah menerjang lagi
kepada Cin Han yang menyambutnya dengan gagah. Mereka
sudah bertempur lagi dan kini Cin Han menghunus pedangnya
karena maklum bahwa dia harus mempertahankan diri matimatian. Pedang tua di pinggangnya itu ternyata hanya buruk
gagang dan sarungnya saja, karena begitu dicabut nampaklah
cahaya berkilauan, tanda bahwa mata pedang itu tajam sekali.
Lam-thian Seng-jin adalah seorang ahli lweekeh dan juga
ahli tiam-hoat, maka diapun cepat menghunus sepasang
senjatanya, yang berbentuk alat tulis. Itulah semata sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
poan-koat pit-yang amat ampuh untuk dipergunakan menotok
jalan darah lawan. Mereka segera terlibat dalam pertempuran
yang lebih seru dan mati-matian lagi.
Lam - ong yang tadinya terkejut melihat munculnya Ling
Ling, kini makin kaget melihat pemuda tampan yang berdiri di
depannya. Dia memandang tajam penuh perhatian, merasai
seperti pernah berjumpa dengan pemuda itu akan tetapi dia
sudah lupa lagi di mana karena memang banyak sekali orangorang yang pernah menjadi musuhnya.
"Hemm, siapakah engkau?" bentaknya marah karena
pemuda ini tadi menghalanginya untuk mendesak gadis yang
berani menyerangnya. "Lam-ong. sudah lupakah engkau akan pertemuan antara
kita di tepi telaga itu ?" Sian Lun berkata dengan tenang dan
memandang tajam. Tiba-tiba wajah kakek itu berobah, alisnya berkerut dan
sejenak dia memandang ke kanan kiri seperti orang
ketakutan! Dia teringat sekarang. Pemuda ini adalah murid
Siangkoan Lojin ! Dan timbul perasaan jerihnya karena dia
maklum bahwa kepandaian Siangkoan Lojin sungguh tak
dapat diukur berapa tingginya! Akan tetapi dia memberanikan
hatinya, apa lagi karena di situ ada Ouw Sek dan seluruh
anggauta Beng-kauw. Betapapun lihainya kakek Siangkoan
Lojin, tak mungkin dapat menandingi dia yang dibantu oleh
Ouw Sek, Bu Siauw Kim dan para anggauta Beng-kauw! Maka
dia lalu tertawa, perutnya bergerak gerak dan wajahnya
memandang ke angkasa. "Ha ha ha, kiranya engkau bocah tukang pancing di telaga
itu" Mana suhumu " Kalau memang dia datang, suruh dia
lekas keluar!" tantangnya, sebenarnya bukan tantangan
melainkan pancingan untuk meyakinkan hatinya apakah benar
kakek yang amat lihai itu ikut datang bersama muridnya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun adalah seorang pemuda yang gagah perkasa dan
jujur, maka mendengar ucapan itu dia berkata, "Aku datang
sendiri untuk membuat perhitungan denganmu, Lam ong!"
Kakek itu tertawa makin keras, hatinya girang bukan main.
Sementara itu, Ouw Sek dan Bu Siauw Kim tentu saja
mengenal pemuda itu dan juga Ling Ling yang tadi menyerang
Lam-ong, maka keduanya cepat bangkit dan maju
menghampiri, siap untuk membantu Lam-ong. Akan tetapi
baru saja Ouw Sek muncul dari bawah panggung berkelebat
bayangan orang dan tahu tahu di situ sudah berdiri Co Gin
San menghadapi Ouw Sek sambil memandang tajam dengan
sikap marah. Melihat pemuda ini. Ouw Sek terbelalak, lalu
tertawa bergelak. "Aha, kiranya ada tikus kecil ini yang datang mengirim
nyawa! bagus sekali!"
Dan kembali bayangan Ling Ling melayang naik, lalu
menyambar turun ke bawah dan di depan Bu Siauw Kim.
"Siluman betina, sekarang jangan harap engkau akan dapat
lolos dari tanganku!" bentak Ling Ling kepada Bu Siaw Kim.
Musuh sudah berhadapan dengan musuh! Maka mereka itu
tidak mau banyak cakap lagi dan segera masing-masing
bergerak dengan cepat Nampak senjata-senjata tajam
berkilauan ketika Gin San dan Ling Ling sudah mencabut
pedang mereka, pedang kekuasaan pemberian kaisar !
"Lihat pedang kami ini !" Gin San yang cerdik membentak
kepada semua orang kang-ouw yang berada di situ. "Ini
adalah dua pedang hadiah kaisar, pedang kekuasaan dan
siapa menentang kami berarti menentang kaisar! Kami datang
untuk menangkap atau membunuh Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek
dan Bu Siauw Kim, dua orang yang baru saja melarikan diri
dari kota raja setelah mereka membantu pemberontakan
orang-orang Tibet! Ouw Sek ini adalah pemberontak, pelarian,
dan juga murid murtad dari Beng-kauw ! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara para orang kang-ouw itu ada yang-mengenal
pedang kekuasaan seperti itu, maka tentu saja mereka merasa
gentar dan semua orang makin tidak berani mencampuri
urusan antara Lam-ong, Beng-kauw, Siauw-lim-pai dan orangorang yang mempunyai pedang kekuasaan dari kaisar itu!
"Coa Gin San bocah ingusan yang sombong. Kepalamu
akan kuhancurkan di sini !" bentak Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek
sambil menerjang dengan senjatanya yang istimewa, yaitu
tongkat emasnya yang berat dan berkilauan. Gin San cepat
menggerakkan pedangnya menangkis.
"Cringgg!!" Nampak bunga api berpijar. Pedang pemberian kaisar itu
tentu saja bukan pedang sembarangan, melainkan senjata
tanda kekuasaan yang terbuat dari baja aseli yang terpilih.
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Maka kedua orang seperguruan ini sudah mulai bertanding
dengan amat bebatnya ! Di samping pedangnya di tangan
kanan, Gin San juga mencabut suling bambunya dan
menggunakan sulingnya itu untuk kadang - kadang menyelingi
serangan pedangnya dengan totokan-totokan maut Biarpun
senjata itu hanya suling bambu, akan tetapi karena digerakkan
dengan pengerahan sinkang, maka bahayanya tidak lebih kecil
dan pada senjata pedang di tangan. Ouw Sek memaklumi hal
ini, maka diapun tidak berani berlaku lengah, mengimbangi
serangan pemuda itu dengan sepenuh tenaganya sehingga
lenyaplah bayangan kedua orang tokoh tinggi Beng kauw ini,
terbungkus sinar-sinar berkilauan dari tongkat emas, suling
bambu, dan pedang. Sian Lun juga sudah bergebrak melawan Lam-ong yang
lihai itu. Lam-ong tadinya memandang rendah dan dengan
sikap sombong sekali dia menyemburkan asap huncwenya ke
arah pemuda itu. Sian Lun sudah tahu akan kelihaian
semburan asap yang didorong oleh tenaga khikang yang kuat
itu, akan tetapi diapun sudah tahu bagaimana caranya
menghindarkan diri. Dia meniru perbuatan mendiang gurunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika diserang asap yaitu mengerahkan khikang dan meniup
ke arah asap itu. Ketika asap membuyar, dia sudah meloncat
ke samping dan mengirim totokan dengan tangan kiri ke arah
pelipis lawan sedangkan tangan kanannya mencengkeram ke
arah pusar. Serangan ini bukan main hebatnya sehingga
mengejutkan hati Lam-ong yang tadinya masih memandang
rendah. Dia berseru keras dan melangkah mundur sambil
memutar huncwenya. Kini dia tidak berani main-main lagi.lalu
memutar huncwenya cepat-cepat untuk menyerang Sian Lun.
dan kadang-kadang tangan kirinya melakukan pukulanpukulan dan tamparan-tamparan yang luar biasa dahsyatnya.
Sian Lun sudah mengenal pukulan tangan kiri yang
mengandung Ilmu Pek see ciang yang luar biasa ampuhnya
itu. Pengalamannya ketika dia menghadapi kakek ini,
kemudian penuturan mendiang gurunya, telah membuat dia
waspada dan dia kini meniru siasat gurunya ketika
menghadapi dan pernah mengalahkan kakek ini, yaitu
mengandalkan ginkangnya. Dia tahu bahwa pukulan Pek see
ciang lawan itu sama sekali tidak boleh dilawan dengan
kekerasan, dan bahwa satu-satunya keunggulan yang dimiliki
terhadap kakek Raja Selatan ini hanyalah ginkang atau
kecepatan gerakan. Maka diapun segera mengerahkan
ginkangnya dan berkelebatan menandingi musuh besar yang
amat tangguh ini. Pertandingan antara Bu Siauw Kim dan Ling Ling juga amat
seru dan mati-matian. Harus diakui oleh Bu Siauw Kim bahwa
menghadapi dara perkasa ini, dia benar-benar kalah tingkat
dan segera dia telah didesaknya dengan hebat. Ling Ling juga
mempergunakan pedang hadiah kaisar itu seperti Gin San dan
dengan pedang di tangan, Ling Ling terus menekan dan
mendesak karena dalam hal ginkang dia jauh menang. Bu
Siauw Kim mempertahankan diri sedapat mungkin dengan
mengandalkan sabuk hitamnya dan kadang kadang tangan
kirinya melancarkan pukulan Thian-lui Sin ciang. Namun,
semua itu sia-sia saja karena Ling Ling bergerak sedemikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepatnya sehingga, kadang kadang seperti lenyap dari
pandang mata Bu Siauw Kim dan tahu-tahu dara itu
menyerangnya dari belakang. Hal ini membuat Bu Siauw Kim
berputar-putar dan menjadi pening.
Di dekat tempat di mana dua orang wanita ini bertempur
mati-matian. Cin Han juga terus mendesak lawannya, yaitu
Lam thian Seng jin yang kini menjadi makin gentar karena
gurunya sudah menemui lawan, demikian pula fihak tuan
rumah, dan ternyata bahwa semua lawan yang masih muda
itu amat lihai. Dengan nekat dia menggerakkan sepasang
poan-koan pit, berusaha untuk menghalau pedang lawan.
Akan tetapi, ilmu pedang yang dimainkan Cin Han adalah Ilmu
Pedang Siauw-lim Kiam-sut yang amat kokoh kuat bagaikan
gelombang samudera di waktu menyerang, dan bagaikan
bukit karang di waktu bertahan, maka makin lama Lam-thian
Seng-jin makin terengah engah kehabisan napas dan tenaga.
Anehnya, Cin Han dan Ling Ling selalu saling
memperhatikan dan mereka berdua merasa lega bahwa
masing-masing dapat mendesak lawan! Dan pada saat Lamthian Seng-jin terhuyung karena desakan Cin Han, tiba-tiba
sekali Ling Ling meloncat ke samping dan secara tak terdugaduga mengirim tendangan.
"Dess!" Tendangan itu cepat dan tepat sekali mengenai
paha Lam-thian Seng-jin. Kakek itu mengeluh dan terhuyung,
hampir roboh, didesak terus oleh Cin Han, sementara itu Ling
Ling sudah memutar pedang mendepak Bu Siauw Kim dengan
hebat pula! "Terima kasih, nona........!" Cin Han masih sempat berseru
kurena merasa dibantu oleh dara yang telah menjatuhkan
hatinya itu. Ling Ling hanya tersenyum girang saja
melanjutkan desakannya terhadap Bu Siauw Kim.
Tiba-tiba Lam-thian Seng-jin mengeluarkan teriakan
melengking tiga kali. Ini merupakan tanda bagi anak buahnya!
Memang, ke manapun Lam-ong pergi, tentu dia dikawal oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serombongan anak buahnya yang merupakan tukang-tukang
pukulnya. Ketika dia menjadi tamu di Beng kauw, dia tidak
ingin anak buahnya menimbulkan keributan, maka anak
buahnya itu disuruh menanti di bagian lain di tepi telaga,
menerima hidangan-hidangan tersendiri dan boleh berpesta
sendiri. Kini, begitu mendengar suara tanda rahasia dari Lamthian Seng-jin, mereka terkejut, cepat berkumpul dan
berlarian menuju ke tempat pesta yang kini menjadi tempat
pertempuran itu. Dan tak lama kemudian setelah Lam-thian Seng-jin
mengeluarkan teriakan melengking tadi, semua orang
mendengar suara nyanyian yang terdengar parau nyaring,
datang dari dalam hutan di sebelah. Makin lama suara ini
makin terdengar nyata dan tak lama kemudian muncullah
sedikitnya tiga puluh orang dengan senjata lengkap di tangan,
berbaris rapi dan sikap mereka mengancam. Inilah rombongan
anak buah Lam-ong yang berupa tukang-tukang pukul, orangorang kasar yang biasa melakukan apa saja yang
diperintahkan Lam-ong, dan sudah biaaa mempergunakan
kekerasan untuk menindas fihak yang lemah !
Suara itu sebenarnya bukan nyanyian, melainkan suara
orang berirama seperti membaca sajak.
"Siapakah yang menguasai dunia selatan"
Siapakah yang merajai laut selatan"
Semua telaga, sungai dan lautan
berikut semua isinya, milik siapa?"
Begitu pertanyaan-pertanyaan itu berhenti tigapuluh orang
lebih itu menjawab dengan serentak, suara mereka
bergemuruh, "Lam-ong........:..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat munculnya serombongan orang tinggi besar yang
bersenjata lengkap ini, para tamu menjadi khawatir dan
mereka menduga bahwa pertempuran tentu akan menjadi
hebat dan besar, maka kebanyakan dari mereka lalu mulai
mengundurkan diri dan hanya menonton dari tempat aman di
kejauhan. Tigapuluh orang itu membuat gerakan mengurung
panggung, "Maju..... , maju........! Hancurkan musuh-musuh kita !"
Terdengar Lam-ong berkata sambil tertawa. Biarpun dia belum
sampat terdesak oleh lawannya yang muda, akan tetapi dia
mendapat kenyataan bahwa murid dari Siangkoan Lojin ini
benar benar amat lihai, dan juga teman teman lawannya, dara
dan pemuda itu memiliki gerakan gerakan yang amat tangkas.
Maka timbul pula kekhawatirannya dan hatinya girang bahwa
pembantunya atau muridnya telah memanggil anak buahnya
untuk membantu. Akan tetapi pada saat itu, dari arah bangunan-bangunan
pusat Beng-kauw, bermunculan serombongan orang yang
dipimpin oleh tiga orang dan mereka ini berjumlah hampir
seratus orang yang langsung mengurung tempat itu dengan
sikap mengancam. Seorang di antara tiga orang pemimpin itu
berseru dengan suara lantang, "Orang-orang luar harap
jangan mencampuri urusan Beng kauw !"
Ouw Sek terkejut bukan main ketika mengenal bahwa
mereka itu adalah anak buah Beng-kauw, dan yang memimpin
adalah Kwan Liok! Padahal, ketika dia datang dan muncul di
situ, dia telah mempergunakan kepandaian, dan bendera
keramatnya untuk memaksa semua anggauta Beng-kauw
tunduk kepadanya dan dia bahkan menjebloskan Kwan Liok
dan dua orang sutenya ke dalam kamar tahanan,
memerintahkan para anak buah Beng-kauw untuk menerima
dia sebagai ketua dan untuk menjaga agar tiga orang bekas
pimpinan Beng kauw itu tidak sampai lolos. Bagaimana kini
Kwan Liok dan dua orang sutenya berhasil keluar, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memimpin semua anak buah Beng-kauw yang kelihatannya
kini taat kepada mereka bertiga itu "
Ternyata di antara para anggauta Beng-kauw, tidak ada
seorangpun yang suka kepada Ouw Sek. Sama sekali tidak,
sebaliknya malah mereka itu semua membenci murid murtad
yang telah membunuh Lima Penasihat Tua itu dan
mengakibatkan kematian Bu Heng Locu pula, di samping
membunuh empat orang muridnya. Akan tetapi karena
mereka maklum akan kelihaian Ouw Sek, dan terutama sekali
karena betapapun juga kenyataannya menunjukkan bahwa
Ouw Sek menguasai bendera keramat maka terpaksa mereka
tidak berani membantah ketika orang ini datang dan
menguasai Bengkauw, memenjarakan Kwan Liok dan dua
orang sutenya, lalu mengangkat diri sendiri menjadi ketua
Beng-kauw yang baru. Akan tetapi, ketika mereka melihat
munculnya Coa Gin San tokoh Beng-kauw yang mereka suka
dan hormati itu, dan setelah terjadi pertandingan antara Gin
San dan Ouw Sek, para anak buah Beng.kauw itu lalu menjadi
nekat karena merasa ada yang akan membela mereka dan
menandingi Ouw Sek. Mereka lalu membebaskan Kwan Liok
dan dua orang sutenya, kemudian di bawah pimpinan tiga
orang tokoh Beng-kauw ini mereka menyerbu keluar dan tepat
pada saat anak buah Lam-ong mengurung panggung mereka
muncul dengan sikap mengancam.
Tiba-tiba khikangnya. Ouw Sek berseru sambil mengerahkan "Aku perintahkan kalian untuk mundur dan jangan
mengganggu para sahabat pengikut dari Lam-ong itu!" Sambil
berkata demikian Ouw Sek sudah mencabut bendera keramat
dan mengibarkannya. "Kawan-kawan semua, dengar! Aku perintahkan kalian
untuk maju dan melawan gerombolan penjahat itu! Jangan
takut terhadap manusia rendah budi, murid palsu dan murtad
ini!" Tiba-tiba Gin San juga berseru dengan, nyaring dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diapun sudah mengeluarkan bendera
mengobat-abitkan di atas kepala.
keramatnya dan Tentu saja tidak sukar bagi orang-orang Beng-kauw untuk
memilih siapa yang harus mereka taati di antara kedua orang
yang sama-sama mempunyai bendera keramat itu. Mereka di
bawah pimpinan Kwan Liok dan dua orang sutenya lalu
menyerbu tigapuluh lebih pengikut Lam-ong sehingga
terjadilah pertempuran yang amat gaduh. Melihat ini, para
tamu cepat mundur karena mereka tidak ingin mencampuri
urusan antara Beng - kauw dan Lam-ong.
Bukan main hebatnya pertempuran yang terjadi di atas dan
di bawah panggung. Ouw Sek yang menjadi marah sekali
telah menyerang lagi dengan dahsyat dan ganas, sehingga Gin
San terpaksa harus mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkun semua kepandaiannya untuk menjaga diri
karena serangan-serangan lawan benar-benar merupakan
sambaran-sambaran maut yang amat berbahaya.
Karena terlalu mengkhawatirkan dan mencurahkan
sebagian dari perhatiannya kepada Cin Han untuk melindungi
pemuda yang amat nenarik hatinya itu, sampai sekian
lamanya Ling Ling belum juga mampu merobohkan Bu Siauw
Kim. Dan memang dia menghendaki agar pemuda Siauw-limpai itu lebih dulu merobohkan lawannya sehingga tidak
terancam bahaya. Maka ketika dia melihat kesempatan
terbuka kembali dia meloncat dan menyerang Lam-thian Sengjin dengan pedangnya.
"Trakk !" Senjata poan-koan-pit sebelah kiri dari Lam-thian
Seng-jin yang menangkisnya menjadi patah dan saat itu
dipergunakan oleh Cin Han untuk menubruk maju! Poan-koanpit yang kanan menangkis, menempel pada pedang dan saat
itu Cin Han sudah menghantamkan kepalan tangan kirinya ke
depan. Pukulan yang amat kuat itu dengan tepat mengenai
dada lawan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss!!" Lam-thian Seng-jin berteriak dan terlempar
kemudian terbanting ke bawah panggung ! Sial baginya,
tubuhnya yang pingsan itu terjatuh di tengah-tengah para
anggauta Beng-kuuw yang segera menghujankan senjata
mereka, maka tewaslah pembantu dan murid setia dari Lamong itu!
Ling Ling sudah menerjang lagi kepada Bu Siauw Kim, dan
kini Cin Han melompat ke depan dan membantunya,
"Mundurlah, aku tidak perlu dibantu," kata Ling Ling sambil
menangkis sambaran ujung sabuk hitam Bu Siauw Kim.
"Nona, kau telah membantuku merobohkan lawan,
sekarang giliranku membantumu!" jawab Cin Han dan dia
terus memutar pedangnya menyerang Bu Siauw Kim. Wanita
ini tentu saja menjadi semakin kewalahan. Melawan Ling Ling
seorang diri saja sudah repot baginya, apa lagi kini ditambah
dengan pemuda Siauw-lim-pai yang cukup lihai itu. Dia mulai
mundur-mundur dan mencari jalan keluar untuk melarikan diri.
Ling Ling maklum akan sikap lawan ini, maka dia mendesak
makin hebat sambil berseru keras,
"Iblis betina, ke mana engkau hendak pergi" Engkau harus
menebus nyawa ayah bundaku". Pedangnya menyambarnyambar ganas dan karena Ling Ling mengerahkan
ginkangnya, maka kecepatannya luar biasa sekali dan pada
saat itu Cin Han juga sudah menusukkan pedangnya.
"Ihhh........!" Bu Siauw Kim mengeluh karena repot sekali
dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak dan nampak sinar merah
menyambar ke depan. Itulah saputangan merah beracun yang
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah dikenal oleh Ling Ling.
"Awas saputangan beracun !" teriak Ling Ling
memperingatkan Cin Han. Pemuda itu kaget dan sudah
melangkah mundur, sedangkan Ling Ling memutar
pedangnya. Terdengar kain robek dan saputangan merah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur berkeping-keping terkena sambaran sinar pedang Ling
Ling. "Orang muda tampan, lihatlah baik-baik, tegakah engkau
menyerang seorang wanita yang lemah tak berdaya ?" Tibatiba terdengar suara Bu Siauw Kim halus setengah terisak.
Suara itu demikian halus mengharukan, menimbulkan rasa iba
dan Cin Han sudah menarik kembali pedangnya dan
melangkah mundur, berdiri bengong karena dia telah
terpengaruh kekuatan sihir yang dipergunakan oleh Bu Siauw
Kim. Dan pada saat dia bengong itu, tiba-tiba Bu Siauw Kim
menubruk dan memukulnya dengan Ilmu Thian-lui Sin-ciang
ke arah kepalanya, tanpa memperdulikan tusukan pedang dari
kiri yang dilakukan oleh Ling Ling! Ini adalah siasat dari wanita
cantik itu. Dia sudah melihat dengan matanya yang penuh
pengalaman bahwa di antara kedua orang muda itu terdapati
daya tarik yang membuat mereka saling melindungi, daya
tarik yang dapat menjadi permulaan cinta asmara. Oleh
karena itu, dia tidak memperdulikan tusukan Ling Ling dan
lebih dulu menghantam kepala Cin Han karena dia yakin
bahwa Ling Ling tidak akan mendiamkan saja pemuda itu
terpukul mati. Perhitungannya memang tepat. Melihat betapa
Cin Han bengong saja dan sama sekali tidak mengelak
maupun menangkis ketika Bu Siauw Kim menghantam, Ling
Ling terkejut bukan main. Cepat dia menarik kembali
pedangnya dan dengan ginkangnya yang luar biasa, dia
mendahului Bu Siauw Kim, menubruk ke depan dan
mendorong tubuh Cin Han ke samping.
"Plakk !" Tamparan dengan Ilmu Thian-lui Sin-ciang dari Bu
Siauw Kim itu tidak mengenai kepala Cin Han yang sudah
terpelanting oleh dorongan Ling Ling, akan tetapi mengenai
pundak Ling Ling sehingga dara ini terdorong dan terhuyung
dengan muka pucat. "Nona......!" Cin Han berseru kaget, akan tetapi Ling Ling
hanya merasa sedikit nyeri pada pundaknya yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilindunginya dengan sinkang, dan hanya bajunya di bagian
pundak saja yang terobek. Dengan marah dia lalu menerjang
lagi kepada Bu Siauw Kim, dan Cin Han juga membantunya
dengan putaran pedangnya. Sekali ini Bu Siauw Kim yang
sudah pening dan lelah itu tidak mampu mengelak atau
menghindarkan diri dari kedua pedang itu. Biarpun dia sudah
memutar sabuk hitamnya, namun tetap saja dari bawah
nampak sinar berkelebat dan pedang di tangan Ling Ling
menyambar dan memasuki perutnya.
Bu Siauw Kim menjerit mengerikan dan roboh terjengkang,
kedua tangan mendekap perut karena ketika pedang dicabut
kembali, darahnya mengucur dan muncrat dari luka di perut
yang ditembusi pedang sampai ke punggung tadi.
"Kau pergilah menghadap ayah bundaku !" Ling Ling
berseru dengan suara terisak dan dia mengirim tusukan lagi
yang menembus dada Bu Siauw Kim. Kembali Bu Siauw Kim
menjerit dan roboh terpelanting, tewas seketika. Sejenak Ling
Ling berdiri dengan air mata bercucuran karena girang dan
juga berduka, teringat akan kedua orang tuanya yang tewas
oleh wanita itu. "Nona...... " Cin Han mendekati dan memanggil halus.
Ling Ling sudah sadar dan menengok kemudian tersenyum
dan menghapus air matanya. Suara pertempuran menyadarkannya, dan begitu dia menengok dan melihat
bahwa dua orang suhengnya belum juga mampu
mengalahkan lawan, dia cepat meloncat dan membantu Gin
San yang sedang bertanding melawan Ouw Sek tak jauh dari
situ. Dengan pedang terputar mengeluarkan cahaya
berkilauan dia membantu dan karena memang serangannya
itu selain kuat juga luar biasa cepatnya. Ouw Sek terkejut dan
cepat dia meloncat ke samping untuk menghindarkan tusukan
yang datangnya amat cepat dan bertubi itu. Gin San girang
melihat sumoinya telah mampu merobohkan lawan dan
membantunya, maka dengan penuh semangat diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan pedangnya pula mendesak Ouw Sek yang kini
terpaksa memutar tongkat emasnya lebih cepat pula untuk
melindungi dirinya. Hati Cin Han lega melihat bahwa nona yang amat
mengagumkannya dan yang telah berkali kali menolongnya itu
tidak apa-apa, bahkan kini sudah membantu suhengnya
dengan semangat bernyala dan seperti seekor naga betina
sakti, maka diapun lalu meloncat dan memutar pedangnya
membantu Sian Lun, karena memang kedatangannya adalah
teiutama sekali untuk menentang Lam-ong yarg telah
menculik gadis orang dan menyebabkan gadis itu membunuh
diri. Saat itu, Sian Lun sedang mati-matian menandingi Lam-ong
yang memang lihai bukan main itu dan hanya dengan
pengerahan gin-kangnya maka pemuda ini mampu
mengimbangi Lam-ong yang memang memiliki tingkat
kepandaian yang amat tinggi. Melihat datangnya pemuda
Siauw-lim-pai yang membantunya, memang Sian Lun merasa
girang karena betapapun juga, pemuda Siauw-lim-pai ini lihai
dan memiliki ilmu kepandaian yang dasarnya kokoh kuat, dan
cukuplah untuk membuat lawannya menjadi sibuk. Akan tetapi
di samping kegirangannya, diapun menjadi khawatir. Kalau
dibuat perbandingan, tingkat kepandaian pemuda Siauw-limpai ini masih di bawah tingkat dia atau sute dan sumoinya,
maka menghadapi lawan seperti Lam-ong benar-benar amat
membahayakan keselamatannya.
"Saudara Louw, hati - hatilah!" teriaknya ketika dia melihat
Lam-ong agaknya hendak mendesak pengeroyok yang lebih
ringan ini. Louw Cin Han dengan gagahnya memutar pedang
melindungi tubuhnya sehingga untuk beberapa jurus lamanya
Lam-ong tidak dapat mendesaknya, apa lagi karena Sian Lun
juga melancarkan pukulan-pukulan yang mengandung sinkang
amat kuatnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kakek itu terdesak oleh pengeroyokan mereka, hati
Cin Han menjadi besar dan hal ini membuatnya agak lengah
dan dia lupa akan peringatan Sin Lun tadi. Dengan semangat
seperti seekor harimau dia mendesak maju, menusukkan
pedangnya ke arah tenggorokan kakek tinggi kurus itu.
Melihat gerakan ini. Lam-ong cepat menggerakkan huncwenya
menangkis. "Tringgg !" Huncwe bertemu dengan pedang dan Cin Han
merasakan lengannya tergetar dan dia tidak mampu menarik
kembali pedangnya yang sudah melekat pada huncwe. Dan
pada saut itu Lam ong menyemburkan asap dari mulutnya ke
arah muka Cin Han. "Cepat mundur !" Sian Lun berseru, akan tetapi Cin Han
tidak mau melepaskan pedangnya. Terpaksa Sian Lun lalu
mengerahkan khikang meniup asap dari samping. Asap
raembuyar dan tidak jadi menyerang muka Cin Han, akan
tetapi pada saat itu, tangan kiri Lam-ong sudah bergerak
menampar kepala Cin Han. "Celaka..........." Sian Lun menubruk dan menangkis, akan
tetapi tangan kakek itu hanya menyeleweng dan masih dapat
menampar pundak Cin Han. "Plakk!" Tubuh Cin Han terlempar seperti daun kering dan
terbanting jatuh ke atas papan, pedangnya terlepas menancap
pada papan panggung. "Aihhh.......! " Ling Ling berteriak kaget melihat ini dan dia
sudah meloncat mendekati tubuh yang rebah terlentang itu,
meninggalkan Gin San menghadapi Ouw Sek sendirian saja.
Melihat tubuh itu lemas lunglai dan wajah yang tampan
gagah itu pucat seperti mayat, Ling Ling menjadi cemas sekali
dan tanpa memperdulikan apa-apa karena dia sendiri lupa
akan sikapnya yang tidak wajar ini, dia sudah menjatuhkan
diri berlutut di dekat tubuh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat dia meraba dada dan nadi, membuka pelupuk mata
yang terpejam itu dan hatinya merasa lega. Pemuda ini tidak
mati, hanya pingsan dan mengalami luka di sebelah dalam
tubuhnya. Marahlah Ling Ling. Setelah mengangkat tubuh Cin
Han dan menaruhnya di sudut panggung, di tempat aman, dia
lalu mengeluarkan suara melengking nyaring dan tubuhnya
sudah meloncat seperti seekor burung walet meluncur dan
tahu-tahu dia sudah menyerang Lam-ong kalang kabut
dengan amat dahsyatnya! "Sumoi, tenanglah..........!" Sian lun memperingatkan
karena cara menyerang seganas itu biarpun amat berbahaya
bagi lawan, namun juga membahayakan diri sendiri. Kini Lamong benar benar kewalahan. Dia menang kuat dalam sinkang,
menang pengalaman dan menang matang gerakan silatnya,
akan tetapi dalam hal kecepatan, dia kalah jauh dan memang
inilah kelemahannya. Menghadapi Sian Lun, dia sudah merasa
sulit menang karena dia kalah cepat, apa lagi kini ditambah
Ling Ling yang lebih cepat lagi gerakannya !
Betapapun juga, memang kakek ini merupakan datuk besar
dunia selatan dan ilmu kepandaiannya sudah hebat sekali
sehingga biarpun terus didepak, dia masih mampu
mempertahankan diri dengan huncwenya, sungguhpun sekali
ini dia harus mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan
mengerahkan seluruh tenaganya
Sementara itu, para pengikut Lam-ong mulai kocar-kacir
terdesak oleh orang-orang Beng kauw yang jauh lebih besar
jumlahnya itu. Hampir separuh jumlah mereka sudah roboh
dan sisanya mulai merasa gentar, apalagi melihat betapa
majikan mereka dikeroyok oleh dua orang muda yang amat
lihai dan masih belum juga memperoleh kemenangan. Hal ini
amat mengherankan hati mereka dan juga mendatangkan
perasaan gentar karena biasanya, kalau majikan mereka itu
yang turun tangan sendiri, semua lawan dapat disikat habis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam waktu singkat saja. Akan tetapi sekali ini, malah
majikan mereka yang terdesak lawan !
Pertandingan antara Gin San melawan Ouw Sek benarbenar amat seru, hebat dan mati-matian. Dua orang lihai yang
memiliki kepandaian dari satu sumber ini mengeluarkan
seluruh kepandaian mereka, dan hanya dengan Ilmu Cap-sha
Tong-thian sajalah Gin San mampu mempertahankan diri dan
menandingi lawan tangguh ini. Ilmu silat lainnya selain telah
dikenal oleh lawan, juga dia malah masih kalah setingkat,
kalah latihan sehingga gerakan gerakannya kalah matang.
Akan tetapi menghadapi Cap sha Tong-thian yang gerakangerakannya aneh luar biasa dan tidak dikenal oleh Ouw Sek,
membuat dia ini merasa bingung dan kadang-kadang terdesak
juga. Betapapun juga, setelah mereka bertanding sampai
lama, sudah tiga kali Gin San terkena pukulan lawan, dan
biarpun tongkat emas itu telah ditangkisnya dengan pedang
atau suling bambu, tetap saja dua kali pundak kirinya kena
diserempet sehingga pinggir bahunya atau pangkat lengan
yang berdaging itu mengeluarkan darah dan satu kali paha
kanannya juga kena pukulan tongkat emas! Akan tetapi,
karena luka-luka yang dideritanya tidak hebat, hanya
merupakan luka daging dan kulit saja, hal ini tidak membuat
Gin San menjadi lemah, bahkan sebaliknya membuat dia
merasa penasaran dan gerakannya makin menghebat.
Kenekatan dan kehebatan pemuda ini membuat Ouw Sek
makin lama makin berkurang kepercayaannya terhadap diri
sendiri dan diam-diam dia harus mengakui bahwa pemuda
yang menurut kedudukan masih terhitung murid keponakannya sendiri ini benar-benar merupakan lawan yang
amat tangguh dau hebat, sehingga kalau dia tidak berhatihati, tentu dia sendiri tidak akan mampu mengalahkannya.
Maka hatinya mulai menjadi gentar, apalagi melihat betapa
Lam-ong, sahabat yang amat diandalkannya itu kini terdesak
hebat oleh Sian Lun dan Ling Ling, sedangkan Lam-thian
Seng-jin dan Bu Siauw Kim sudah tewas, dan anak buah LamTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ong juga sudah terdesak hebat oleh anak buah Beng-kauw
yang kini berbalik memusuhinya itu. Hatinya keder dan
nyalinya mengecil. Kekhawatiran hebat inipun diderita oleh Lam-ong Oh Ging
Siu. Kakek yang sudah berpengalaman ini maklum bahwa
kalau dilanjutkan, tentu dia akhirnya akan roboh juga. Usianya
yang sudah amat tua membuat tenaganya tidak sepenuh
dahulu, juga napasnya tidak sekuat dahulu. Kini dia mulai
terengah dan tubuhnya sudah letih sekali. Apa lagi melihat
keadaan sahabatnya Ouw Sek, juga tidak lebih baik dari pada
dirinya. Dengan hati penuh penasaran, diam diam Lam-ong
merasa berduka sekali. Satu kali ini nama Lam-ong sebagai
Raja Selatan akan hancur oleh orang-orang muda ini! Akan
tetapi, nama jatuh dapat dibangunkan lagi, kalau nyawa sudah
melayang tentu tidak mungkin ditarik kembali ke dunia. Pikiran
ini membuat dia mengambil keputusan bulat dan tiba-tiba dia
mengeluarkan bentakan nyaring yang menggetarkan seluruh
tempat itu, tangan kanannya memutar huncwe sedangkan
tangan kirinya melancarkan tamparan-tamparan Pek see-ciang
yang amat ampuh itu ke depan, ke arah Sian Lun dan Ling
Ling. Dua orang muda ini sudah mengenal kelihaian lawan,
maka tentu saja mereka cepat meloncat ke belakang untuk
menghindarkan diri dari serangan-serangan dahsyat itu, dan
pada saat itu, Lam-ong sudah melayang turun dari panggung,
jauh sekali karena dia sudah mempergunakan ginkang
melampaui kepala mereka yang sedang berkelahi di bawah
panggung sambil mulutnya berseru sebagai tanda kepada
para anak buahnya, "Kita pergi dulu !"
Tepat pada saat itu, Ouw Sek memang juga sudah
mengambil keputusan untuk melarikan diri saja sebelum
terlambat, maka hampir berbareng dia juga mempergunakan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ginkangnya meloncat ke lain jurusan, jauh dari panggung dan
terus melarikan diri. Melihat larinya Ouw Sek, Gin San yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa betapa sukarnya mengalahkan orang itu, tidak
mengejar, melainkan membantu Sian Lun dan Ling Ling yang
berusaha mengejar Lam ong. Akan tetapi, kakek Itu sudah
menghilang dan agaknya memang anak buahnya sudah
menyediakan seekor kuda untuknya karena tak lama
kemudian tiga orang muda itu mendengar derap kaki kuda.
Mereka masih berusaha mengejar, namun ternyata bahwa
kuda yang ditunggangi oleh Lam-ong merupakan seekor kuda
luar biasa yang dapat berlari amat kencangnya sehingga
mereka maklum bahwa tubuh mereka yang sudah letih oleh
pertempuran itu takkan mungkin dapat menyusul. Apa lagi
pada saat itu tiba-tiba Ling Ling sudah berlari kembali ke
panggung, Gin San dan Sian Lun cepat menyusul dan mereka
berdua saling pandang ketika melihat betapa sumoi mereka itu
telah berlutut dan memeriksa tubuh Cin Han yang sudah
siuman namun masih rebah terlentang di sudut panggung itu.
"Bagaimana lukanya, sumoi ?" tanya Sian Lun sambil
mendekat. Juga Gin San memandang sebentar.
"Saya........ saya tidak apa apa........ harap lihiap dan
taihiap tidak khawatir ........" kata Cin Han yang kini menyebut
Ling Ling "lihiap" karena dia mendapat kenyataan betapa
lihainya nona yang mengagumkan hatinya itu. Melihat bahwa
teman baru itu memang tidak terancam bahaya, Gin San lalu
melompat turun dan membantu teman-temannya, yaitu Kwan
Liok yang memimpin anak buah Beng-kauw, untuk
menggempur anak buah Lam-ong. Makin repotlah anak buah
Lam-ong yang kini melawan sambil mundur, dan akhirnya
mereka itu roboh semua, hanya ada beberapa orang saja di
antara mereka yang tadi tempat menyelamatkan diri.
Pertempuranpun selesai sudah dan kini para anggauta Bengkauw merawat teman teman yang luka, dan membersihkan
tempat itu dengan menyeret mayat-mayat lawan untuk
dikuburkan sebagaimana mestinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan dibantu oleh Sian Lun, Ling Ling mengobati luka
yaug diderita oleh Cin Han dengan menggunakan sinkaog
mereka, mengusir hawa beracun pukulan Pek-see-ciang yang
mengeram di pundak dan di dada Cin Han. Tadinya Cin Han
menolaknya. "Biarlah, lihiap. Luka ini dapat disembuhkan dengan obat
luka dalam yang saya bawa...."
"Pukulan Lam-ong berbahaya sekali, kalau tidak cepat
dibersihkan hawa pukulan beracun itu, bisa berbahaya.
Bekerjanya obat luka dalam amat lambat, biar kudorong
keluar dengan sinkang." Ling Ling mendesak dan dia sudah
menempelkan telapak tangannya ke pundak pemuda itu.
"Jangan sungkan, saudara Louw Cin Han, apa yang
dikatakan sumoi memang benar." kata Sian Lun yang juga
menempelkan telapak tangannya ke dada pemuda yang masih
rebah itu. Cin Han tidak membantah, hanya menatap wajah
Ling Ling dengan penuh terima kasih dan penuh kemesraan
karena dia merasa amat kagum kepada dara perkasa yang
menurut pandangannya amat cantik itu seperti Kwan Im
Pouwsat ini! Ketika Ling Ling membalas pandang mata itu,
sinar mata mereka saling bertemu dan dia menundukkan
mukanya yang berobah merah dan jantungnya berdebar tidak
karuan ! Karena Sian Lun dan Ling Ling memiliki tenaga sinkang
yang amat kuat, maka dalam waktu singkat saja semua hawa
beracun telah terusir keluar dan bersih dari tubuh Cin Han.
Pemuda ini berterima kasih sekali, bangkit berdiri dan menjura
kepada mereka. "Ah, di antara kita yang sudah sama sama menghadapi
lawan bahu-membahu, perlukah ada sikap sungkan-sungkan
lagi?" Sian Lun menolak pernyataan terima kasih itu dan Ling
Ling hanya tersenyum saja. Akan tetapi ketika pemuda itu
mengeluarkan bungkusan obat-obat buatan Siauw-lim-pai dari
kantungnya, tanpa diminta Ling Ling cepat membantunya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sentuhan-sentuhan tangan yang halus mesra sehingga
mengharukan hati Cin Han, Ling Ling memasangkan koyo,
yaitu obat tempel, pada pundak yang matang biru itu,
kemudian dara ini mencarikan air matang untuk dipakai
minum obat oleh Cin Han yang merasa makin terharu dan
berterima kasih. Atas undangan Kwan Liok yang merasa berhutang budi
kepada mereka, empat orang muda ini malam itu tinggal di
Beng-kauw, dijamu sebagai tamu - tamu agung. Dan dengan
hati girang, Sian Lun dan Gin San melihat betapa terdapat
hubungan yang makin mesra dan akrab antara pemuda
Siauw-lim-pai itu dengan Ling Ling, dapat dilihat jelas dari
gerak gerik, pandang mata, dan suara yang keluar ketika
mereka saling bicara. Diam-diam dua orang muda ini merasa
bersyukur karena mereka melihat bahwa pemuda murid
Siauw-lim-pai itu selain memiliki kepandaian yang cukup lihai,
juga memiliki kegagahan yang mengagumkan. Mereka berdua
merasa senang dan setuju sekali kalau sumoi mereka berjodoh
dengan seorang pemuda seperti itu !
Memang terdapat daya tarik yang amat kuat antara dua
orang muda, yaitu Louw Cin Han dan Gan Ai Ling ini. Mereka
saling merasa tertarik, apalagi ketika mereka saling
mendengar bahwa masing masing adalah seorang anak yatim
piatu. Persamaan nasib ini membuat mereka makin tertarik
karena perasaan itu diperkuat lagi oleh perasaan iba kasih.
Dan agaknya mereka berduapun tidak hendak menyembunyiknn perasaan itu, dan senja hari itu, setelah
mereka semua makan malam dijamu oleh Kwan Liok, Cin Han
dan Ling Ling berdua duduk di dalam taman dan bercakapcakap dengan asyiknya !
Sementara itu, Sian Lun diam-diam memanggil Gin San dan
merekapun bicara berdua saja.
"Sute, engkau tentu melihat keadaan sumoi dan Cin Han,
bukan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San tersenyum dan mengangguk.
"Bagaimana pendapatmu dengan hubungan mereka itu,
sute" " Karena dia menangkap sesuatu dalam suara suhengnya,
Gin San mengangkat muka memandang wajah tampan itu
penuh selidik. "Suheng apa maksudmu menanyakan hal ini kepadaku" "
Sian Lun menarik nafas panjang, "Maaf, sute. Terus terang
saja, hatiku bimbang dan ragu. Marilah kita berterus terang.
Aku tadinya mengira bahwa engkau...... engkau cinta kepada
sumoi........" "Tentu saja aku mencintai sumoi!"
"Bukan begitu maksudku, mencinta sebagai seorang
pemuda terhadap seorang dara......., bahkan diam diam aku
mengharapkan kalian akan saling berjodoh ........."
Kini Gin San yang menundukkan mukanya dan berkali-kali
dia menarik napas panjang karena terbayanglah saat saat di
mana hampir saja dia memperkosa sumoinya itu ! Semua itu
gara gara Bu Siauw Kim yang kini telah tewas, atau....... garagara nafsu berahinya yang bangkit dan berkobar setelah dia
berkenalan dengan Bu Siauw Kim. Teringat pula dia kepada
Liang Hwi Nio yang telah menyerahkan diri kepadanya dengan
suka rela. Dia lalu menggeleng kepalanya.
"Tidak, suheng. Di antara sumoi dan aku tidak ada
perasaan cinta asmara seperti yang kaumaksudkan itu. Maka,
akupun diam-diam merasa gembira sekali melihat hubungan
antara Cin Han dengan sumoi."
Sian Lun merasa girang sekali, dadanya tersa lapang. Dia
memegang lengan sutenya dan berkata, "Bagus! Tadinya aku
sudah khawatir sekali, sute. Aku teringat akan riwayat orang
tuaku dan orang tua sumoi....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Riwayat bagaimana, suheng " "
Sian Lun menggeleng kepala. Dia mendengar tentang cinta
segi tiga antara ayah bunda Ling Ling dan mendiang ayahnya,
cerita yang didengarnya dari Siang Bwee menurut penuturan
mendiang ibu dari Siang Bwee. Akan tetapi riwayat itu
disimpannya dalam hati sendiri dan dia tidak mau
menceritakannya kepada Gin San yang biarpun menjadi
sutenya, tetap saja merupakan "orang luar".
"Jadi engkau juga setuju kalau sumoi berjodoh dengan
pemuda Siauw-lim-pai itu, sute?"
"Tentu saja, kalau memang sumoi menghendakinya"
"Sute, kita sebagai kakak-kakaknya berkewajiban untuk
mengurus sumoi, bukankah dia sudah yatim piatu dan adalah
kewajiban kita untuk membuatnya bahagia" Dari sikapnya,
aku merasa bahwa antara sumoi dan Cin Han terdapat
hubungan kasih, dan aku akan membicarakan hal ini dengan
sumoi. Sedangkan engkau kuberi tugas untuk bicara dengan
terus terang kepada Cin Han. Kalau memang keduanya sudah
setuju, biarlah aku yang akan memberi tahu kepada bibi Gan
Beng Lian yang merupakan satu-satunya keluarga dari sumoi."
Gin San mengangguk-angguk dan menyatakan persetujuannya, Demikianlah, malam itu, dua orang pemuda
ini menantikan Ling Ling dan Cin Han yang masih asyik
bercakap-cakap di dalam taman. Percakapan biasa saja, saling
menceritakan riwayat dan pengalaman masing masing, seperti
jamak percakapan dua orang yang baru saja berkenalan.
Namun, di balik percakapan itu, suara mereka, pandang mata
mereka, senyum mereka, semua mengandung getaran yang
aneh, yang menjadi wakil dari hati masing-masing yang
menggetarkan lagu asmara.
Karena malam mulai larut dan keduanya merasa tidak enak
kalau melanjutkan pertemuan di dalam taman, padahal kalau
menurut perasaan hati mereka agaknya mereka tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah merata jemu dan puas biarpun bercakap-cakap sampai
semalam suntuk, Cin Han dan Ling Ling kembali ke kamar
masing-masing. Setelah tiba di dalam kamar yang disediakan
oleh Beng-kauw untuknya, Cin Han melempar tubuh ke atas
pembaringan tanpa membuka pakaian dan sepatu. Rasa nyeri
pundaknya ketika dia menjatuhkan diri di atas pembaringan
itu tidak dihiraukannya dan dia segera terlentang dan
melamun, berulang kali menarik napas panjang. Wajah dan
senyum Ling Ling disertai pandang mata yang amat mesra itu
tak pernah lenyap dari pandang matanya. Baru sekali ini Cin
Han merasakan keanehan ini. Dia begitu tertarik kepada Ling
Ling sehingga dia sendiri merasa khawatir. Gadis itu demikian
tinggi ilmunya, biarpun usianya baru delapanbelas tahun,
tujuh tahun lebih muda dari padanya, namun dia seolah-olah
harus mengangkat muka kalau memandang kepada dara itu!
Mana mungkin seorang dara sehebat itu mau rnemperhatikan
dia " Akan tetapi...... sikap dara itu demikian manis budi,
demikian mesra dan baik! "Tok-tok tok !"
Cin Han meloncat turun memandang ke arah pintu kamar
itu dengan hati berdebar, harap harap cemas. Ling Ling kah
yang mengetuk pintu kamarnya" Ah, rasanya tidak mungkin !
Tapi........ tapi....... "Siapakah itu?" tanyanya halus sambil
menghampiri pintu, "Louw-twako, ini aku Gin San, harap buka pintu, aku ingin
bicara sebentar!" Ada rasa kecewa akan tetapi juga lega di dalam hati Cin
Han. Kecewa karena ternyata pengetuk pintu itu bukan Ling
Ling, akan tetapi juga lega bahwa orang itu bukan Ling Ling !
Karena kalau Ling Ling yang mengetuk pintu kamarnya, hal itu
sungguh amat tidak patut ! Cepat dibukanya pintu kamarnya
dan dia melihat Coa Gin San berdiri di depan pintu sambil
tersenyum ramah, "Maaf kalau aku mengganggumu, Louw-twako."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah. tidak, mari masuk,
apakah yang membuat mengunjungiku?" tanya Cin
karena tentu terjadi urusan
mencarinya malam-malam. Coa taihiap. Ada urusan penting
taihiap malam-malam datang
Han yang merasa agak khawatir
penting sekali maka pendekar ini
Cin San memasuki kamar pemuda Itu sambil tersenyum.
"Ah, tidak apa-apa, twako, hanya aku ingin bicara
denganmu, bicara mengenai diri sumoi"
Tentu saja Cin Han merasa terkejut bukan main, akan
tetapi sebagal seorang gagah, dia dapat menekan
perasaannya itu sungguhpun wajahnya berubah sedikit, dan
dia lalu mempersilakan tamunya duduk, Gin San lalu duduk
dan mereka duduk berhadapan, sejenak mereka saling
pandang seolah olah hendak menyelidiki keadaan masingmasing. Melihat ketenangan pemuda Siauw-lim-pai itu setelah
dia tadi secara terus terang menyebut nama sumoi-nya, diam
diam Gin San merasa kagum.
"Begini, twako. Kita berdua adalah orang-orang yang
menghargai kegagahan, oleh karena itu kuharap engkau suka
bersikap gagah dan terbuka, tidak perlu menyimpan hal-hal
rahasia di dalam hati demi kebaikan kita semua. Setujukah
engkau twako " "
"Tentu saja. taihiap !"
"Ah, mengapa engkau begitu sungkan dan menyebutku
taihiap" Engkau sendiripun seorang pendekar yang gagah
perkasa, twako. Karena usiamu lebih tua beberapa tahun
dariku, sebaiknya kalau engkau menyebut namaku saja,
jangan memakai taihiap segala, membuatku menjadi kikuk
saja," "Terima kasih, Coa-te. Sekarang katakanlah apa yang
terkandung dalam hatimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, Louw ko........" Agak berat juga rasanya untuk
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membicarakan persoaan cinta orang lain, maka kegugupan itu
nampak dalam pembukuan kata-kata Gin San, yang selalu
memakai "begini", "Engkau tentu sudah tahu bahwa sumoi
adalah seorang anak yatim piatu, maka sudah sewajarnyalah
kalau suheng dan aku sebagai saudara-saudara tuanya
mewakilinya sebagal wali dan kami harus memperhatikan
keadaannya. Kami berdua melihat betapa dalam pertemuan
pertama, terdapat suatu hubungan akrab dan mesra antara
engkau dan sumoi. Kalau aku boleh berlancang mulut,
agaknya di antara kalian berdua ada perasaan cinta kasih.
Benarkah itu, Louw-twako?"
Tentu saja ditanya demikian. Cin Han merasa seolah-olah
dia diserang dengan pedang! tajam secara langsung,
membuat dia gelagapan! dan mukanya berobah marah sekali,
matanya terbelalak ketika dia memandang kepada Gin San.
Akan tetapi melihat wajah pemuda di depannya yang memiliki
ilmu kepandaian amat hebat itu, wajah yang ramah dan
tersenyum, dengan pandang mata lembut, Cin Han mengerti
bahwa pemuda itu tidak main-main dan pertanyaan itu keluar
dari hati yang sejujurnya.
"Wah, ini........ ini......" katanya gagap, akan tetapi dia lalu
mengangkat dadanya dan mengambil keputusan untuk
bersikap terbuka dan jujur pula, sesuai dengan sikap seorang
pendekar yang menjunjung tinggi kegagahan. "Terus terang
saja, Coa-te, aku...... aku memang kagum sekali kepada Ganlihiap, aku kagum dan tertarik........"
Anak Pendekar 1 Menjenguk Cakrawala Seri Arya Manggada 1 Karya S H Mintardja Senja Jatuh Di Pajajaran 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama