Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Bagian 5
melakukan perjalanan seorang diri itu, hatinya merasa lega
oleh karena kini dia tidak usah memusingkan urusan cinta
mencinta yang tak dikehendaki itu. Kalau dia harus
mengadakan perjalanan bersama Beng Han yang telah
diketahuinya jatuh cinta kepadanya sebagai seorang pemuda
mencintai seorang dara, tentu dia akan merasa malu-malu dan
sungkan sehingga perjalanan itu menjadi tidak leluasa dan
tidak enak. Di sepanjang perjalanan seorang diri itu sebagai seorang
pendekar wanita, setiap kali terjadi sesuatu hal yang
memerlukan pertolongan, Kui Eng tidak pernah meragu untuk
mengulurkan tangan dan melakukan pertolongan! kepada
mereka yang lemah tertindas sehingga tidak sedikit pendekar
wanita remaja ini telah menolong orang-orang yang sengsara
dan membasmi orang-orang jahat yang mengandalkan
kekuasaan dan kepandaian untuk menghina dan menekan
orang lain. Seperti yang telah dikatakannya kepada Beng Han dahulu
ketika dia hendak pergi merantau Meninggalkan twasuhengnya, dia hanya mengandalkan kedua kakinya dan pergi
ke mana saja kedua kakinya membawa dirinyai Dia pergi lanpa
mempunyai tujuan tertentu karena dia-pun tidak tahu ke
mana ibunya telah pergi waktu kekacauan terjadi.
Beberapa bulan lamanya telah lewat tak terasa semenjak
dia berpisah dari para suheng-nya. Pada suatu hari, pagi-pagi
sekali Kui Eng memasuki sebuah dusun yang dilalui oleh jalan
raya yang menuju ke kota raja, hatinya tertarik maka otomatis
kakinya melangkah melalui jalan raya yang menuju ke kota
raja ini dan pada pagi hari itu dia memasuki dusun dengan
niat untuk mencari warung karena perutnya terasa lapar dan
dia ingin sarapan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia mendengar suara ribut-ribut di depan, di
dalam dusun itu. Kui Eng mempercepat langkahnya dan
sebentar saja dia melihat tiga orang pemuda berpakaian
sebagai orang-oraug terpelajar sedang dikurung oleh banyak
orang dan diejek dengan kata-kata menghina. Sebagian besar
dari orang-orang yang mengurung itu adalah petani-petani
biasa yang merupakan penonton-penontan biasa, akan ta tapi
yang betul-betul sedang mengejek dan menghina tiga orang
muda itu adalah seorang laki-laki bermuka hitam yang dibantu
oleh kawan-kawannya yang berjumlah delapan orang .
"Ha-ha, tiga ekor cacing buku yang bisanya hanya
mencoret-coret di atas kertas! Apa sih kepandaian kalian
sebenarnya" Kalian paling paling hanya mengikuti ujian dan
setelah memperoleh pangkat lalu menjadi kepala besar dan
menggunakan kedudukan kalian untuk menindas kami!
Apakah kalian bisa menggunakan cangkul dan menanam
gandum" Ha-ha ha! Kalau tidak ada orang-orang kasar seperi
kami, apa kalian kira kalian akan dapat makan dan dapat
hidup" Kukira kalian ini mengangkat cangkulpun tidak akan
kuat, ha-ha-ha! " kata seorang di antara para pcngejek itu.
"Orang-orang macam inilah yang menjadi calon-calon
pemeras dan penindas kita!" Si muka hitam berkata sambil
menunjuk ke arah hidung tiga orang pemuda itu. "Orangorang macam ini harus kita bikin mampus saja agar kita tidak
ditambahi penindas penindas dari tiga orang calon pembesar
ini! " Mendengar ucapan dan anjuran si muka ini, kawankawannya lalu maju mengurung dengan sikap yang amat
mengancam. Sementara itu, para petani yang sudah terlalu
kenyang mengalami penindasan dan pemerasan para petugas
pemerintah, hanya menonton saja dengan senyum seakanakan tiga orang pelajar itu alah orang-orang yang benar-benar
kelak akan menambah beban hidup mereka, seolah-olah
mereka sedang menonton pertunjukan yang menarik hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng memperhatikan tiga orang muda. Mereka itu
berpakaian pantas, seperti biasanya orang-orang muda yang
suka mempelajari sastera, dan usia mereka itu kurang lebih
delapanbelas tahun. Wajah mereka tampan, rapi dan sikap
mereka lemah lembut dan halus, seorang di antara mereka
yang berwajah tampan sekali dengan mata tajam bagaikan
bintang dilindungi alis yang tebal dan panjang menghitam
berbentuk golok, nampak tenang dan tabah menghadapi
ejekan-ejekan itu, berkata dengan dua orang kawannya yang
telah menjadi pucat mendengar ancaman banyak orang lu.
"Cu-wi sekalian," kata pemuda tabah itu dan suaranya
nyaring halus sehingga menarik perhatian Kui Eng. "Kami
bertiga adalah pelajar-pelajar yang menuju ke kota raja,
hendak menempuh ujian dan sama sekali kami tidak mengerti
tentang pemerasan dan penindasan. Melihat sikap cu-wi,
barangkali telah terjadi penindasan di sini, akan tetapi, kami
tidak mempunyai sangkut-paut dengan hal itu. Harap cu-wi
suka berpikir dengan matang jangan memandang orang
dengan sama saja." Si muka hitam meludah ke atas tanah "Cuhh!! Begitulah
lagak kutu-kutu buku yang busuk dan jahat! Pandainya hanya
memutar pena bulu dan menggoyang lidah. Coba kau jawab,
untuk apa kau mempelajari semua kepintaran bicara dan
menulis itu" Apakah gunanya itu bagi kami" Akan tetapi
sebaliknya kami mengayun cangkul menghasilkan gandum dan
padi bukan untuk mengenyangkan perut kami sendiri, bahkan
perut kalian bertiga semenjak kecil kalau tidak diisi oleh hasil
tanaman dan cangkul kami mau diisi dengan apakah?"
"Cu-wi," kata pelajar tampan itu pula dengan sikap yang
tetap tenang dan senyum ramah, "kami dapat mengerti dan
menghargai jasa kalian sebagai petani. Akan tetapi hendaknya
diingat bahwa masing-masing orang memiliki bakat-bakat dan
lapangan kerja sediri-sendiri, melayani bidang masing-masing
untuk memajukan negara dan bangsa. Kalau semua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harus menjadi petani, siapakah yang akan mengerjakan dan
membuat barang-barang kebutuhan lain" Kita harus hidup
bersama saling menolong dan saling mengisi kebutuhan
masing-masing, baru kita bisa hidup dengan tenteram dan
damai, penuh kemakmuran dan kebahagiaan."
"Cih, pandainya memutar lidah! Pendeknya orang-orang
macam kalian ini tidak ada gunanya. Bisanya hanya memeras
rakyat petani. Kalian ini harus ditumpas, harus dibunuh
semua," kata si muka hitam sambil melangkah maju. "Lihat,
muka kalian sudah pucat karena takut. Cih, pengecut,
penakut, laki-laki lemah! "
Pemuda itu menjadi marah. "Laki-laki kasar yang tidak tahu
akan sopan-santun. Apakah kesalahan kami maka kau berlaku
sekasar ini dan tanpa alasan memaki-maki orang?"
"Eh, eh, kau hendak melawan " Beranikah kau melawan
aku Si Macan Hitam" Lihatlah, saudara-saudara, lihatlah baikbaik. Kutu buku ini hendak bertanding melawan aku!" kata
muka hitam sambil tertawa bergelak dan semua orang itu
mentertawakan pemuda pelajar itu,
"Hek-houw ko ( Macam Hitam ), aku bukanlah seorang
yang pandai berkelahi dan tenagakupun tidak seperti
tenagamu yang terlatih untuk berkelahi, akan tetapi aku juga
seorang laki-laki yang cukup jantan dan aku tidak takut
kepada siapapun juga apa bila aku tidak bersalah. Kuharap
engkau tidak menghina kami, karena bukan maksud kami
meninggalkan rumah melakukan perjalanan jauh hanya untuk
mencari permusuhan dengan orang tanpa sebab sama sekali."
"Ha-ha-ha, pintarnya dia mencari alasan untuk menyembunyikan rasa takutnya. Ayo majulah kau, hendak
kuhancurkan kepalamu. Lawanlah aku kalau kau benar-benar
seoral laki-laki!" Sambil berkata demikian, Hek-how ko
melangkah maju dan sekali dia menggerakkan tangan, baju
pemuda pelajar itu telah ditariknya sehingga robek di bagian
dada dan nampaklah kulit dadanya yang putih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha ha, hayo kau lawanlah aku!"
Betapapun juga, pemuda itu sama sekali tidak kelihatan
takut dan dengan senyum getir dia berkata, "Baik busuknya
hati orang akan dilihat dari pekerjaan, melainkan dari
perbuatan dan sikapnya. Sikapmu ini menunjukkan bahwa kau
tidak patut menjadi seorang petani yang baik, dan paling tepat
orang seperti engkau ini menjadi orang yang disebut penjahat
yang kasar dan suka mengandalkan kekerasan untuk
menghina orang!" "Ang-heng......, sudahlah, jangan kau menjawab, biarkan
saja!" mencegah Seorang pelajar lain yang kelihatan
ketakutan sekali. "Mengapa kita harus takut, Lie-te" Kita tidak bersalah apaapa, dan orang yang tidak bersalah, takkan takut mati,
biarpun sampai dibunuh, kematian adalah kematian yang
mulia!" jawab pemuda itu dengan suara gagah.
Sementara itu, si muka hitam yang disebut penjahat kasar,
menjadi marah sekali dan berseru keras lalu mengayun tangan
memukul ke arah muka pemuda itu yang sama sekali tidak
mundur ketakutan, bahkan memandang dengan tajam. Akan
tetapi sebelum pukulan si muka hitam itu mengenai muka
pemuda itu, tiba-tiba muka hitam berseru kaget karena
tubuhnya ditarik orang dari belakang yang membuatnya
terhuyung hampir roboh. Dia cepat meloncat dan membalik,
dan ternyata bahwa yang menariknya itu adalah seorang dara
remaja yang berpakaian sederhana berwarna hijau, dara yang
cantik dan juga gagah sekali sikapnya.
"Eh, muka hitam, engkau ini memang orang jahat yang
kasar!" Kui Eng berkata sambil bertolak pinggang menghadapi
si muka hitam. Bukan main marahnya hati Hek-houw. "Perempuan
lancang! Siapakah engkau berani berlancang tangan membela
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kutu-kutu buku ini " apakah kau tunangan atau kekasih
mereka?" Merahlah wajah Kui Eng mendengar makian ini. "Bangsat
bermulut kotor, apa kau ingin mampus?" Sambil berkata
demikian, tangan kanannya melayang ke arah mata si muka
hitam. Ketika si muka hitam cepat mengelak, tangan kanan itu
merubah menjadi tamparan keras sekali dari samping dan
dengan tepat mengenai pipi si muka hitam.
" Plakkk!! " Si muka hitam mengaduh aduh, memegang pipinya dan
mulutnya berdarah karena dua buah giginya copot dan
bibirnya pecah berdarah .
"Bangsat......., keparat kau......" bentaknya sambil
mencabut goloknya. Melihat ini, tiga orang pemuda pelajar itu
mundur ketakutan karena melihat Hek-houw telah mencabut
golok berarti akan terjadi pembunuhan di situ.
"Mampus kau!" Hek-houw menerjang dengan goloknya.
Sinar golok berkeredepan menyilaukan mata dan menyambar
ke arah leher Kui Eng. Pendekar wanita ini menjadi makin marah Laki-laki muka
hitam ini benar benar terlalu kejam, pikirnya, dengan mudah
saja menggerakkan senjata untuk membunuh orang, padahal
menyerang seorang wanita sudah merupakan hal yang harus
dibuat malu oleh seorang laki laki. Cepat dia mengelak dan
yang membui hati Kui Eng makin marah adalah ketika melihat
tujuh orang kawan si muka hitam itupun kini sudah mencabut
senjata semua dan mengepung lalu mengeroyok. Mereka ini
seperti sekawanan anjing srigala yang buas!.
Pada waktu itu, memang banyak sekali terjadi hal-hal
seperti ini. Kejahatan manusia memang selalu muncul, baik di
waktu makmur maupun di waktu sengsara, karena manusiamanusia itu selalu menginginkan kesenangan untuk diri sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga mereka selalu mencari kesempatan baik demi untuk
tercapainya kemenangan yang mereka kejar-kejar.
Pada waktu itu, kehidupan kaum petani boleh dibilang
memang sengsara karena penindasan banyak pembesar yang
lalim dan sewenang-wenang. Hal ini dipergunakanlah oleh
orang-orang macam Hek-houw itu untuk mencapai keinginan
hatinya. Mereka melihat peluang baik, menggunakan penderitaan
para petani untuk membangkitkan hati mereka yang penuh
dengan dendam. Mereka menghasut para petani dan para
miskin, untuk menaruh dendam kepada orang-orang kaya,
kepada para pembesar sehingga dengan mudah saja mereka
itu dihasut untuk memberontak. Kalau hasutan ini sudah
berhasil, maka mereka akan memperoleh anak buah yang
setia dan banyak, untuk bergerombol menjadi kawanan
penjahat, perampok, atau pemberontak. Apakah benar orangorang seperti mereka ini berjuang untuk kepentingan rakyat
miskin " Jauh dari pada itu.
Memperalat rakyat miskin demi tercapainya cita-cita
mereka sendiri dan sekali "perjuangan" yang didengungdengungkan itu berhasil, tentu mereka itulah yang akan
menikmati hasil dan mereka akan melupakan lagi tenaga
rakyat jelata yang telah mereka peralat itu. ini terjadi di
seluruh dunia, semenjak sejarah berkembang! Muncullah
aliran ini atau itu yang diselubungi slogan-slogan teramat
muluk-muluk dan tinggi-tinggi, yang kesemuanya merupakan
propaganda untuk menundukkan hati rakaat agar suka
berpihak kepada mereka. Mungkin ada juga beberapa gelintir orang yang berjuang
benar-benar demi kepentingl rakyat miskin, akan tetapi
kemudian terbuktilah hal-hal yang menyedihkan, yaitu ada
yang sebenarnya juga mengejar pamrih demi diri sendiri,
sungguhpun bukan berupa pengejaran kemuliaan atau harta
benda atau kedudukan namun pada hakekatnya dia mengejar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nama besar, mengejar keuntungan batiniah! Dan yang
tidak,beberapa gelintir orang ini akhirnya akan tergulung oleh
ombak dari mereka yang berpamrih besar-besaran untuk diri
sendiri sehingga beberapa gelintir orang itu kehilangan
kekuasaan dan menjadi tidak berarti lagi, hilang lenyap oleh
sebagian besar dari para "pemimpin" gadungan itu.
Kui Eng merasa marah bukan main. Sembilan orang lakilaki ini jelas bukanlah orang-orang baik. Dia sendiripun pernah
menentang pembesar-pembesar lalim, dan dia sendiripun tahu
betapa rakyat petani mengalami tekanan yamg amat
berat,hidup dalam keadaan kekurangan dan sengsara, maka
kalau ada usaha untuk membela kaum tani dan meningkatkan
taraf kehidupan mereka, tentu saja dia akan mendukung
sepenuhnya. Akan tetapi ternyata sembilan orang ini adalah
penghasut-penghasut yang ingin menyeret kaum petani yang
hidup miskin itu menjadi orang-orang yang jahat dan kejam
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti mereka, yang haus darah karena dendam. Hal ini
berarti menyeret kaum petani ke jurang yang lebih hina dan
sengsara lagi. Melihat sembilan orang itu sudah menerjangnya dengan
golok daan pedang dari segenap penjuru Kui Eng
mengeluarkan pekik dahsyat dan tiba-tiba saja tubuhnyya
lenyap! Demikian cepatnya Kui Eng bergerak, tubuhnya
berkelebatan menjadi bayangan hijau menyambar-nyambar
seperti seekor burung walet dan ke manapun ubuhnya
berkelebat:, tentu seorang pengeroyok berteriak kesakitan dan
roboh terpelanting, senjatanya terpental jauh! Si muka hitam
sendiri terkena tendangan paling keras dari Kui Eng, mengenai
dadanya dan dia terlempar jauh, jatuh terbanting dan pingsan!
Sedangkan delapan orang temannya telah rebah malang
melintang sambil merintih-rintih .
Sambil bertolak pinggang, Kui Eng lalu menggunakan ujung
sepatunya menotok si muka hitam yang segera terguling dan
merintih, Ia membuka mata terbelalak lebar memandang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah Kui Eng. Mukanya yang hitam berubah abu-abu dan sinar
matanya mengandung rasa heran dan juga gentar. "Huh,
orang macam engkau ini memang jahat dan kejam " Kui Eng
menuding. "Kau berpura-pura mengaku sebagai petani, akan
tetapi aku tidak percaya bahwa kau dan kawan-kawanmu
adalah petani-petani tulen. Petani-petani biasa berwatak jujur
dan wajar, merupakan manusia-manusia yang baik dan tidak
palsu, dekat dengan alam dan tidak suka mengada-ada.
sebaliknya watak kalian adalah watak penjahat-penjahat yang
suka merampok dan sewenang-wenang saja. Tidak semua
pembesar berwatak buruk, dan tidak semua pelajar menjadi
calon pembesar jahat! Tiga orang kongcu ini hanya lewat di
sini dan tidak mempunyai dosa apapun mengapa kalian
mengganggu mereka" Sungguh tak tahu malu!"
Si muka hitam yang sudah merangkak bangun lalu
bertindak pergi diikuti oleh kawan-kawannya. Setelah jauh, dia
membalik mengepal tinju, diamang-amangkannya ke arah Kui
Eng dan terdengar dia berkata, "Awas!. akan kubunuh kalian
kalau kita bertemu kembali!"
Mendengar ancaman itu, Kui Eng tertawa dan menjawab;
"Orang macam engkau mengancam aku" Huh, sungguh tak
tahu diri!" Para penduduk dusun yang menyaksikan kemarahan Kui
Eng, lalu memuji dengan penuh kaguman. Mereka memberi
tahu bahwa sembilan orang itu adalah orang-orang
gelandangan yang pekerjaannya hanya mengganggu
penduduk, minta makan, minta uang dan lain-lain. Mereka
adalah penjudi-penjudi yang tidak tentu tempat tinggalnya,
sehingga mereka itu sesunguhnya merupakan penambah
beban bagi orang-orang dusun yang sudah menderita. Mereka
tidak pernah berani menentang mereka.
"Kalau begitu, mengapa saudara sekalian diam saja melihat
mereka berbuat sewenang-wenang ?" Kui Eng menegur .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah yang dapat kami lakukan " Mereka itu kuat dan
tangguh, dan pula......" petani itu memandang ke arah tiga
orang pelajar tadi, "memang ada betulnya ketika Hek-houw
mengatakan bahwa para pembesar sekarang hanyalah
memeras dan menindas kami kaum tani. Kami sudah bosan
hidup menderita tanpa dapat melawan, kini ada orang-orang
yang kelihatan membela kami, tentu saja kami berbesar hati,
sungguhpun yang membela kami itu hanyalah orang-orang
macam mereka itu. Kami kaum petani sudah haus akan
pembelaan sehingga tidak akan memilih bulu lagi pendeknya
siapa membela kami, tentu saja akan kami ikuti."
Kui Eng menarik napas panjang. "Saudara-saudaraku
sekalian. Memang sudah semestinya bahwa kita harus
berjuang untuk memperbaiki nasib kita sendiri, agar dapat
makan cukup dan berpakaian cukup, tercukupi semua
kebutuhan rumah tangga yang pokok. Akan tetapi harap
saudara sekalian berhati-hati dan jangan sampai terjerumus
masuk perangkap yang di pasang oleh orang-orang jahat yang
hanja pura-pura saja menjadi pembela dan pemimpin. Kalau
begitu, kalian akan keluar dari suatu jurang dan terjeblos ke
dalam jurang yang lebih dalam dan mengerikan lagi menjadi
orang miskin namun bersih masih belum hebat, akan tetapi
berubah menjadi orang jahat, sungguh percumalah hidup di
dunia ini. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid VII PEMUDA pelajar yang tadi memperlihatkan sikap gagah itu
menarik napas panjang dan
berseru, "Betapa tepatnya ucapan lihiap ini! Sungguh hebat
sepak terjangnya, hebat pula
pendapatnya. Telah lama kami
mendengar penindasan sewenang-wenang dari para
pembesar, dan mudah-mudahan
saja kami kaum muda terpelajar
kelak akan dapat mengubah
suasana buruk ini kalau kami
memperoleh kedudukan sebagai
penguasa." Kemudian pemuda
ini menjura kepada Kui Eng dan
diturut oleh dua orang kawannya. "Nona sungguh gagah perkasa dan berbudi mulia.
Terimalah hormat dan ucapan terima kasih dari kami. Saya
bernama Ang Min Tek, dan kedua orang teman saya ini adalah
Lie Kang Coan dan Lie Kang Po. Kalau tidak ada nona yang
datang menolong, entah bagaimana jadinya dengan nasib
kami bertiga." "
Merahlah wajah Kui Eng mendengar ucapan yang halus dan
sikap yang sopan santun ini. Selama dalam perjalanan ini,
entah sudah berapa banyak dia menolong orang dan
menghajar orang-orang jahat, entah sudah berapa banyak dia
menerima pujian dan ucapan terima kasih. Akan tetapi aneh,
baru satu kali ini dia merasa girang dipuji-puji orang! Dia
merasa girang sekali disebut "nona" karena dia sudah merasa
bosan mendengar sebutan "lihiap" (pendek wanita), dan
menganggap bahwa sebutan nona lebih halus dan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengesankannya sebagai seorang wanita yang berperasaan
halus. Cepat dia membalas dengan pemberian hormat,
mengangkat kedua tangannya dan membungkuk dengan
gerakan yang lemah lembut, sama sekali bukan gerakan
seorang pendekar wanita yang tangguh, melainkan gerakan
seorang dara remaja yang lemah lembut. Sedapat mungkin
Kui Eng hendak menghilangkan sifat-sifat kegagahannya dan
alangkah akan girang hatinya kalau pada saat itu dia
mengenakan pakaian seorang wanita biasa saja seperti yang
biasa dipakai oleh gadis-gadis lain, bukan pakaian wanita
perantau yang serba ringkas seperti yang dipakainya di waktu
itu. "Sam-wi kongcu, harap jangan terlalu membesarkan hal
yang tidak berarti. Sebagai seorang yang sopan, saya yang
bodoh tidak dapat tinggal diam saja melihat kekasaran si
muka hitam tadi" "Ang-heng," tiba-tiba Lie Kang Po, pemuda yang nampak
gembira dan yang paling muda usianya di antara mereka,
paling banyak berusia enambelas tahun, berkata, "kalau
perjalanan kita selanjutnya dapat bersama dengan nona yang
gagah perkasa ini, kita tidak usah takut akan gangguan segala
macam orang jahat dan kurang ajar!"
Min Tek memandang kepada kawannya itu dengan alis
dikerutkan, lalu menegurnya, "Kang Po ! Jangan kau bicara
sembarangan saja!" Kemudian dia berbalik menghadapi Kui
Eng dan berkata lagi, "Harap siocia maafkan temanku yang
muda ini, karena dia masih belum tahu benar akan
kekurangajaran kata-katanya tadi. Mana bisa seorang siocia
seperti nona ini melakukan perjalanan bersama tiga orang
pemuda?" Kui Eng tersenyum manis dan dia makin tertarik kepada
pemuda she Ang yang tampan halus dan amat sopan santun
itu. "Tidak mengapa, Ang-kongcu, karena temanmu itu tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja. Pula, memang perjalanan ke kota raja melalui
tempat-tempat berbahaya. Kebetulan sekali sayapun sedang
menuju ke sana maka biarpun kita tidak melakukan perjalanan
bersama, akan tetapi saya dapat mengamat-amati sehingga
tidak ada orang yang akan berani mengganggu kalian
bertiga." Berserilah wajah Min Tek yang tampan itu. Dia segera
menjura dan berkata dengan nada suara girang sekali.
"Bagaikan kejatuhan bulan rasa hati kami mendengar itu !
Nona sungguh merupakan seorang yang amat berbudi
mulia........" Kui Eng tersenyum lagi. "Namaku adalah Kui Eng........"
"Terima kasih sekali lagi kami ucapkan nona Kui Eng." kata
Min Tek. Demikianlah, tiga orang muda itu melanjutkan perjalanan
mereka, sedangkan Kui Eng mengikuti mereka dari jauh.
Entah mengapa ada sesuatu yang amat menarik hatinya, yang
membuat dia merasa bahwa dia tidak dapat meninggalkan tiga
orang muda itu. Ada apakah ini " Apakah karena
perpisahannya dengan dua orang suhengnya membuat dia
merasa begitu kesepian sehingga begitu bertemu dengan tiga
orang muda yang menyenangkan hatinya ini dia lalu tertarik
dan ingin selalu berdekatan" Betapapun juga, dia harus
melindungi mereka sampai ke kota raja.
Biasanya, Kui Eng melakukan perjalanan dengan cepat.
Akan tetapi sekarang, oleh karena dia harus mengikuti tiga
orang muda yang melakukan perjalanan seenaknya dan
dengan lambat itu, dia harus berjalan lambat pula. Akan tetapi
aneh bukan main, dia sama sekali tidak merasa kesal, bahkan
kini dia melakukan perjalanan dengan hati gembira.
Tanpa disadarinya sendiri, sikap lemah lembut dan sopan
santun dari Ang Min Tek telah membetot hatinya,
menggerakkan perasaan wanitanya yang halus, telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merampas perhatiannya dan membuatnya merasa tertarik
sekali. Hatinya yang biasanya amat keras itu mencair dan
lunak dan dia sendiri menduga-duga apakah dia telah "jatuh
hati" kepada pemuda tampan dan halus itu, pemuda pelajar
yang biarpun lemah karena tidak memiliki kepandaian ilmu
silat, namun telah membuktikan bahwa dia memiliki sifat
gagah perkasa dan keberanian besar ketika menghadapi
bahaya itu. Ketabahan hati seorang pemuda yang memiliki
kepandaian ilmu silat tinggi, seperti kedua orang suhengnya
misalnya, tidak sangat membuatnya kagum, akan tetapi
melihat betapa seorang pemuda pelajar yang lemah dan tidak
memiliki kepandaian silat seperti Min Tek berani menghadapi
bahaya maut dengan mata tak berkedip dan semangat tetap
berkobar, benar - benar membuat dia tunduk dan kagum
sekali. Dalam pandangannya, Min Tek merupakan seorang
laki-laki yang memenuhi syarat kejantanan dan hatinya runtuh
oleh sikap yang lemah-lembut, terutama oleh kesopanan
pemuda itu ! Sementara itu, tiga orang pemuda sasterawan itupun
melanjutkan perjalananmereka dengan hati gembira. Biarpun
mereka tidak berani menengok ke belakang oleh karena hal
itu dilarang oleh Min Tek, namun mereka maklum bahwa nona
pendekar yang cantik jelita dan gagah perkasa itu juga
melakukan perjalanan yang sama, di belakang mereka ! Hanya
satu kali saja Min Tek menengok dan memandang ke arah Kui
Eng sambil tersenyum dan hal ini sudah cukup mendebarkan
hati Kui Eng. Betapa anehnya cinta ! Tanpa kata-kata, cukup hanya
dengan pandang mata, namun begitu mesra, menyentuh
perasaan danmendebarkan jantung ! Cinta memang langsung
terasa oleh perasaan, oleh batin, sama sekali tidak ada
hubungannya dengan pikiran karena pikiran menonjolkan "aku
yang ingin senang dan ingin untung".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kekhawatiran hati Kui Eng bahwa pemuda pemuda itu akan
mendapat gangguan di tengah perjalanan ternyata berbukti.
Hek-houw si muka hitam yang merasa telah dibikin malu dan
menjadi sakit hati itu telah mengadakan hubungan dengan
beberapa orang kawannya yang menjadi perampok dan
mereka sengaja menghadang perjalanan Ang Min Tek dan dua
orang kawannya. Jalan yang mereka lewati itu sunyi dan diapit oleh batubatu besar di kanan kiri jalan juga di sebelah kiri jalan
terdapat hutan yang penuh dengan pohon - pohon besar.
Matahari telah agak condong ke barat, tengah hari telah lewat
dan mendapatkan jalan yang dilindungi bayangan pohon pohon itu tiga orang muda ini menjadi gembira. Dari jauh saja
sudah kelihatan betapa jalan itu tentu amat menyenangkan,
teduh dan dapat melindungi mereka dari terik matahari siang,
Akan tetapi, ketika mereka tiba di tempat tu, tiba-tiba dari
belakang batu - batu besar itu muncul belasan orang tinggi
besar yang rata-rata berwajah menyeramkan dan di tangan
mereka nampak golok dan senjata lain yang tajam mengkilap.
Ketika Min Tek dan kawan-kawannya mengenal Hek-houw
berada di antara mereka, tahulah tiga orang pelajar ini bahwa
mereka menghadapi ancaman bahaya. Min Tek membentangkan kedua lengannya di depan dua orang
temannya, seolah - olah hendak melindungi mereka.
"Hek - houw - ko ! Bukankah antara kita tidak ada urusan
lagi" Mengapa kau masih hendak menghadang perjalanan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami?" Min Tek berkata dengan sikap tenang sungguhpun dia
tahu bahwa kini urusan menjadi besar.
Sementara itu, Kui Eng juga telah melihat gerombolan itu
maka dengan beberapa lompatan saja pendekar wanita ini
telah berada di situ dan tubuhnya berkelebat menjadi
bayangan hijau, tahu-tahu dia telah berdiri di depan Min Tek,
membelakangi tiga orang pemuda itu dan menghadapi para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perampok dengan wajah dan sikap tenang namun alisnya
berkerut karena hatinya sudah marah sekali.
"Kalian ini menghadang perjalanan orang mempunyai
maksud apakah ?" tanyanya dengan suara nyaring penuh
wibawa, kedua tangannya yang kecil itu bertolak pinggang,
jari-jari ke dua tangannya seolah-olah dapat melingkail
pinggangnya yang kecil itu.
"Inilah dia perempuan setan itu!" tiba-tiba Hek-houw
berkata kepada kepala perampok yang bertubuh tinggi besar
dan bersenjata sebatang golok besar pula.
Kepala perampok itu memandang kepada Kui Eng lalu
tertawa bergelak, kemudian berkata kepada Hek-houw dengan
lagak sombong. "Saudaraku yang baik. Apakah benar-benar
engkau dan kawan-kawanmu kalah oleh gadis yang cantik
manis ini" Ha ha ha, sukar untuk dipercaya!" Kemudian dia
melangkah maju menghadapi Kui Eng dan bertanya dengail
suaranya yang besar dan parau, "Eh, nona manis. Benarkah
engkau telah berani berlancang tangan mengganggu saudarasaudaraku ini?"
Kui Eng mundur selangkah. Kepala perampok itu ketika
bicara, dari mulutnya berhamburan percikan ludah. Bibirnya
tidak pernah rapat maka kalau bicara, ludahnya menyemprotnyempot seperti hujan dan dari mulutnya keluar bau yang
memuakkan. Dengan sikap masih tenang Kui Eng menjawab,
"Mereka itu adalah orang-orang jahat yang bertindak
sewenang-wenang. Tidak kubunuhpun mereka masih untung
sekali, dan kau ini siapakah dan apa maksudmu menghadang
kami " Apakah kau hendak membela penjahat-penjahat kecil
itu?" Kepala perampok itu tertawa lagi, seperti seorang dewasa
yang geli menyaksikan lagak seorang anak-anak. "Nona
manis, jangan kau begitu galak! Ketahuilah bahwa daerah ini
berada dalam kekuasaanku dan setiap orang yang lewat harus
membayar uang jalan kepada kami ! Bagi kau dan kawanTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kawanmu ini, asalkan kalian berempat suka meninggalkan
semua barang-barang bawaan kalian, juga ditambah lagi
seluruh pakaian, luar dan dalam, yang menempel ditubuhmu
itu kautinggalkan kepadaku, barulah kalian mendapatkan
ampun dan boleh melanjutkan perjalanan! Ha-ha-ha "
Belasan orang perampok itu tertawa bergelakmendengar
ucapan itu dan mereka sudah membayangkan dengan air liur
memenuhi mulut betapa mereka akan melihat tubuh polos
nona cantik itu di depan mereka, tanpa sehelaipun kain yang
menyembunyikan tubuh yang ramping itu !
"Bangsat bermulut kotor!" Kui Eng membentak marah.
"Kiranya kalian adalah perampok-perampok hina. Menjadi
perampok belum termasuk dosa yang terlalu besar, akan
tetapi engkau telah berani menghina aku, berarti engkau
mencari mampus sendiri !"
Tadi ketika kepala rampok itu mengucapkan penghinaannya, yaitu minta pakaian yang dipakai oleh Kui
Eng, para anak buah perampok tertawa menyeringai, akan
tetapi sekarang mendengar ancaman yang keluar dari mulut
Kui Eng, mereka tertawa makin keras lagi.
"Nona manis, agaknya engkau belum tahu siapa adanya
orang gagah yang berdiri di depanmu ! Dengarlah baik-baik.
Aku adalah Tiat-thouw Koai-to (Golok Setan Kepala Besi) yang
tidak biasa membunuh orang-orang lemah akan tetapi aku
paling suka membikin jinak kuda-kuda betina liar seperti
engkau ini. Ha-ha-ha ! Kalau kau tanpa banyak membantah
menanggalkan semua pakaian luar dalam yang kaupakai,
meninggalkan semua bawaan, maka kalian boleh pergi dengan
aman dan aku tidak akan mengganggumu. Akan tetapi, kalau
kau berani melawan, tidak saja ketiga orang kekasihmu yang
tampan-tampan ini harus mampus, bahkan engkaupun harus
ikut denganku selama satu bulan penuh untuk melayaniku !"
"Jahanam keparat ! Kau benar-benar bosan hidup! Kalau
kau seorang jantan, mari kita bertempur secara jantan, jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
main keroyokan. Kalau aku sampai kalah olehmu, aku akan
mengangkat guru kepadamu !" Kui Eng sudah meloncat
mundur dan mencabut pedangnya. Dia merasa khawatir kalau
kalau para perampok itu melakukan pengeroyokan. Bukan
khawatir kalau dia dikeroyok, sama sekali tidak. Biar ditambah
dua kali lipat, dia tidak akan gentar menghadapi
pengeroyokan mereka. Akan tetapi kalau pengeroyokan itu
terjadi, bagaimana dia akan dapat melindungi tiga orang
pemuda itu " Tentu mereka itu akan celaka di tangan
kawanan perampok kejam ini. Oleh karena itulah, maka dia
menahan kemarahannya dan sengaja mengeluarkan
tantangan itu untuk bertempur seorang lawan seorang, untuk
menghindarkan pengeroyokan terhadap tiga orang pemuda
pelajar lemah itu. "Nona, watak perampok selalu suka main keroyokan secara
pengecut dan tak tahu malu!" Tiba-tiba Min Tek berkata
dengan suara mengandung sindiran. "Orang ini hanya besar
mulut belaka, mana dia berani menghadapi nona seorang diri
!" Pemuda ini memang cerdas sekali dan dia sudah dapat
mengerti akan maksud hati Kui Eng yang menantang kepala
perampok itu untuk bertanding satu lawan satu maka dia
sengaja mengeluarkan kata-kata itu untuk membakar hati si
kepala perampok. Benar saja, Tiat-thouw Koai-to menjadi marah sekali
sehingga dia memutar-mutar goloknya. Golok itu besar dan
berat, ketika diputar-putar mengeluarkan suara bercuitan dan
berdesing-desing mengerikan. Sambil memutar golok
besarnya, kepala perampok itu menghampiri Min Tek yang
berdiri dengan sikap tenang saja dan sama sekali tidak
berkisar dari tempatnya berdiri. Kui Eng memandang dengm
penuh kewaspadaan, siap untuk melindungi pemuda itu.
"Cacing buku!" kepala perampok itu membentak. "Kalau
pelindungmu itu kalah olehku engkau harus merangkak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depanku dengan telanjang bulat dan menggonggong seperti
seekor anjing!" "Sudahlah jangan banyak mengobrol omongan yang tidak
ada harganya," jawab Min Tek dengan berani. "Kalau kau
memang berani menghadapi dia, lawanlah dengan golokmu!
bukan dengan mulutmu yang besar, kotor dan berbau!"
Kepala perampok itu menjadi makin marah dan sekali dia
menggerakkan tangan, goloknya menyambar dengan suara
bercuitan ke arah leher Min Tek. Akan tetapi, tiba - tiba
sebatang pedang meluncur cepat dan menangkis golok itu.
"Tranggg........!" dan bunga api berpijar ketika dua batang
senjata itu beradu. ''Tiat-thouw Koai-to, akulah yang menantangmu, apakah
kau berani " Lawanmu berada di sini!" kata Kui Eng sambil
berdiri dan memandang tersenyum penuh ejekan.
"Baik, baik, agaknya engkau memiliki sedikit kepandaian.
Biarlah kujatuhkan kau lebih dulu sebelum aku menyembelih
domba-domba ini!" Setelah berkata demikian, kepala
perampok itu telah melompat dan mengeluarkan gerengan
keras, menyerang Kui Eng dengan goloknya yang mempunyai
gerakan cepat dan kuat itu, tanda bahwa kepala perampok
memang bertenaga besar sekali sehingga mampu
menggerakkan golok seberat itu dengan kecepatan yang
tinggi. Akan tetapi, Kui Eng mengelak dengan gerakan ringan, lalu
membalas dengan tusukan ke arah lambung lawan yang
segera dapat menangkisnya. Mereka lalu berkelahi dengan
seru, ditonton oleh para anak buah perampok dan oleh tiga
orang pemuda yang diam-diam merasa cemas juga itu.
Tiga orang pemuda itu sama sekali tidak mengerti ilmu
silat. Maka melihat gerakan kepala perampok itu yang
kelihatan menyeramkan, gerakannya cepat dan hebat,
tenaganya amat kuat sehingga golok itu berdesing desing dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anginnya menyambar-nyambar, sebaliknya gerakan gadis itu
indah dan halus, mereka merasa khawatir dan mengira bahwa
kepandaian kepala perampok itu terlalu hebat dan kuat bagi
Kui Eng. Akan tetapi, setelah bertempur belasan jurus lamanya,
tahulah Kui Eng bahwa kepandaian kepala perampok ini
tidaklah berapa tingginya, hanya lagaknya saja yang sombong
dan tenaganya saja yang besar, akan tetapi hanya merupakan
tenaga kasar dari otot-otot terlatih. Setelah bergebrak selama
belasan jurus, tahulah Kui Eng bahwa dia akan dapat
merobohkan lawan setiap saat yang dikehendakinya.
Akan tetapi Kui Eng adalah seorang gadis yang cerdik
sekali. Kalau dia mengeluarkan kepandaiannya dan mendesak
kepala perampok itu tentu kaki tangan perampok itu akan
mulai mengeroyok dan bukan tidak mungkin tiga orang
pemuda pelajar itupun akan diserang oleh mereka. Maka dia
lalu berkelahi dengan lambat dan sengaja membiarkan dirinya
diserang bertubi - tubi dan kelihatannya dia yang terdesak !
Kepala, perampok itu sudah tertawa terkekeh-kekeh sambil
menghujani tubuh Kui Eng dengan serangan-serangannya,
sedangkan semua anak buahnya sudah bersorak-sorak girang.
Sementara itu, Min Tek dan dua orang temannya menjadi
gelisah sekali. Apa lagi Min Tek yang memang berwatak
gagah. Dia tidak takut mati, akan tetapi dia tidak rela kalau
melihat wanita itu celaka karena melindungi dia dan temantemannya !
"Tai-ong (raja besar, sebutan kepala perampok), jangan
bunuh si manis ini, sayang cantiknya !" teriak seorang
perampok dengan suara mengejek dan tertawa-tawa.
"Benar, kalau tai-ong tidak suka, boleh diserahkan kepada
kami, ha-ha !" teriak yang lain.
Kui Eng tak dapat menahan kemarahannya lagi, apa lagi
ketika dia mengerling ke arah Min Tek dan kawan-kawannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan melihat betapa pemuda itu nampak khawatir sekali,
kemarahannya memuncak. Tiba-tiba terdengar Min Tek berseru keras,
"Tai-ong ! Kau boleh mengganggu kami, boleh merampas
semua barang kami, boleh bunuh kami tiga orang laki-laki.
akan tetapi janganlah kauganggu nona itu ! Bukan perbuatan
laki-laki gagah untuk mengganggudan menghina seorang
wanita !" Kui Eng merasa terharu sekali mendengar bentakan Min Tek ini. Ternyata bahwa di dalam keadaan yang tidak berdaya karena kelemahannya, dalam keadaan dia sendiri terancam keselamatannya, pemuda itu masih berusaha untuk menolongnya, dan mengorbankan diri dengan gagah berani tanpa mengenal takut. Tiba-tiba kepala perampok itu berseru dengan heran dan terkejut
karena tiba-tiba saja tubuh lawannya lenyap dan pedang
lawan berubah menjadi segulung sinar yang berkeredepan
menyambar ke arah dada dan mukanya. Dia menjadi bingung
sekali dan tahu tahu pipinya terasa perih sekali dan sebelum
dia tahu apa yang terjadi, tangan kiri Kui Eng telah rnenotok
pergelangan tangannya hingga goloknya terpental jatuh dan
dia terhuyung ke belakang! Ketika ia meraba pipinya, dia
mengaduh aduh karena ternyata bahwa pinggir mulutnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah terobek pedang sampai ke pipinya. Dalam
kecemasannya, Kui Eng telah merobek mulut kepala perampok
itu dengan ujung pedangnya!
Kawanan perampok menjadi marah dan hendak maju
mengeroyok, akan tetapi Kui Eng telah melompat di depan
ketiga orang pemuda itu dan berdiri dengan gagah sambil
melintangkan pedang di depan dada.
"Siapa sudah bosan hidup, boleh coba maju!" bentaknya.
Kawanan perampok menjadi ragu-ragu, empat orang yang
agak tabah melompat maju berbareng, akan tetapi dengan
gerak tipu Hui-pauw-liu-coan (Air Terjun Bertebaran), nampak
sinar pedang berkelebatan dan terdengar mereka menjerit
sambil melepaskan senjata masing masing karena Kui Eng
telah melukai lengan mereka dengan gerakannya yang cepat
sekali dan yang tidak dapat mereka lihat datangnya.
Perampok-perampok yang lain menjadi terkejut bukan main
dan mereka segera mundur sambil memapah kawan-kawan
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka yang terluka. Ang Min Tek dan dua orang temannya merasa kagum
sekali. Untuk kedua kalinya dara perkasn ini telah menolong
nyawa mereka dengan gagah berani. Saking girang dan
terharunya, Min Tek lalu menjatuhkan diri berlutut di depan
Kui Eng! "Telah dua kali siocia menolong kami sehingga kami
berhutang nyawa kepadamu. Entah dengan jalan apakah kami
dapat membalas budi yang tak terkira besarnya ini ?"
Sambil tersenyum manis Kui Eng yang sudah menyimpan
kembali pedangnya, menggunakan kedua tangan untuk
memegang kedua pundak Min Tek, dan mengangkatnya
bangun sambil berkata, "Ah, kongcu, sudah selayaknja bagi
manusia untuk saling menolong. Untuk apakah aku belajar
ilmu silat kalau aku tidak mempergunakan ilmu kepandaian itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menolong sesama hidup dan menentang kejahatan "
Sebaliknya engkau, Ang-kongcu, yang tidak memiliki ilmu
kepaudaian silat, namun engkau memiliki ketabahan yang
mengagumkan hatiku, bahwa engkau telah berani
membelaku. Dalam hal kegagahan, kau tidak kalah oleh
pendekar-pendekar yang berilmu silat tinggi !"
Sambil berkata demikian, sepasang mata yang indah dari
dara itu memandang tajam justeru pada saat Min Tek juga
menatap wajahnya sehingga dua pasang mata bertemu,
melekat sebentar dan membuat wajah kedua orang muda Itu
menjadi merah sekali. Kui Eng cepat menundukkan mukanya
dengan hati yang berdebar tidak karuan. Harus diakuinya
bahwa selama hidupnya belum pernah dia merasai
kegembiraan yang demikian besar dan jantungnya juga belum
pernah memberontak seperti pada saat itu.
Karena hari telah menjelang senja, merela lalu melanjutkan
perjalanan dengan cepat karena di luar daerah hutan terdapat
sebuah kota di mana mereka dapat bermalam. Kini hubungan
di antara mereka menjadi lebih akrab dan Kui Eng tidak
merasa sungkan lagi untuk melakukan perjalanan bersama,
sungguhpun sambil berjalan mereka itu berdiam diri.
Setibanya di dalam kota, mereka lalu mencari kamar di
rumah penginapan. Kang Coan dan adiknya menyewa sebuah
kamar, Min Tek di kamar lain, sedangkan Kui Eng menyewa
kamar yang agak jauh dari situ, di sebelah belakang.
Semenjak memasuki rumah penginapan itu, mereka tidak
lagi saling jumpa karena Min Tek dan kawan-kawannya
menjaga agar jangan sampai orang luar menyangka yang
bukan bukan terhadap diri Kui Eng sebagai seorang gadis
baik-baik. Menurut anggapan tiga orang muda yang semenjak
kecil digembleng dengan kesusasteraan, kebudayaan dan
kesusilaan yang masih kuno menurut kitab-kitab itu, tidak
selayaknyalah kalau mereka mendekati Kui Eng di depan
umum. Hal ini mereka anggap sebagal perbuatan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merendahkan nama gadis itu. Memang, pada waktu itu orangorang yang memperoleh pendidikan kesopanan dari orangorang tua atau guru-guru kesusasteraan yang amat kukuh,
terutama sekali bagi mereka yang masih berdarah bangsawan,
masih mempertahankan kesopanan kuno di mana hubungan
antara wanita dan pria amat jauh, bahkan merupakan
pantangan besar bagi pria dan wanita untuk saling bertemu
dan berdekatan! Kui Eng sejak kecil dibesarkan di kalangan orang dusun,
bahkan dididik ilmu silat. Sungguhpun dia juga belajar
membaca dan menulis namun dia tidak dikekang oleh segala
macam peraturan tradisi, maka hidupnya lebih bebas dan dia
tidak tahu akan semua peraturan itu. Maka sikap Min Tek dan
teman-temannya itu menimbulkan rasa geli di dalam hatinya
dan dia merasa betapa pemuda itu luar biasa "pemalu" dan
canggungnya, dalam hubungannya dengan teman seorang
wanita. Akan tetapi, biarpun dia gagah dan jujur, sebagai
seorang wanita, tentu saja diapun tidak berani dan malu untuk
bersikap mendesak dan mendekati mereka.
Akan tetapi, justeru hal inilah yang mendatangkan
bencana. Kalau saja Min Tek tidak demikian kukuh
mempergunakan sopan santun yang berlebihan, yang
ditanamkan di dalam dirinya semenjak dia kecil, tentu Kui Eng
akan berlaku lebih waspada karena berada lebih dekat dengan
dia. Kini, dara itu yang juga merasa lelah, berdiam di dalami
kamarnya saja dan semalam suntuk itu dia tidur dengan
nyenyaknya. Akan tetapi, pada keesokan harinya pagi-pagi
sekali dia menjadi terkejut sekali ketika pintu kamarnya
digedor orang dengan keras. Ketika dia membuka daun pintu,
ternyata bahwa yang menggedor pintu kamarnya itu adalah
Lie Kang Coan dan Lie Kang Po, dua orang sahabat Min Tek
itu, dan kedua orang pemuda ini menangis!
"Eh, ji-wi kongcu, pagi-pagi begini mengetuk pintu sambil
menangis, apakah yang telah terjadi?" Sambil berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian Kui Eng mencari-cari Min Tek dengan pandang
matanya dan ketidak hadiran pemuda itu membuat dia merasa
cemas sekali. "Dia........dia diculik orang.......!" akhirnya Kang Coan dapat
berkata sambil mengusap air matanya yang mengalir turun di
kedua pipinya. Bagaikan disambar halilintar, Kui Eng meloncat keluar dari
dalam kamarnya lalu berlari menuju ke kamar Min Tek di
mana telah berkumpul pengurus hotel dan para tamu lain
yang telah mendengar akan nasib pemuda yang diculik orang
itu. Melihat seorang gadis cantik jelita dan bersikap gagah
datang memasuki kamar, mereka lalu memberi jalan dan Kui
Eng segera masuk ke dalam kamar, di mana pengurus hotel
sedang memeriksa keadaan dalam kamar. Ketika melihat Kui
Eng masuk, dia bertanya, "Siocia, apakah siocia sahabat
kongcu yang diculik orang ini?"
Kui Eng hanya mengangguk dan ketika pengurus hotel itu
menuding ke arah dinding Kui Eng lalu menengok dan
ternyata bahwa di atas dinding yang putih itu terdapat tulisan
kasar dengan coretan-coretan buruk yang berbunyi :
Kalau hendak menyusul pemuda tampan
datanglah di tempat kemarin kau
menghina orang ! Kui Eng mengerti bahwa tulisan itu memang ditujukan
kepadanya dan tentu telah dilakukan oleh kawan-kawan
perampok yang dipimpin oleh Tiat-thouw Koai to kemarin
maka dia lalu berkata kepada Kang Coan dan Kang Po yang
sudah menyusul ke dalam kamar itu dengan suara tenang.
"Harap ji-wi jangan terlalu khawatir. Tunggulah saja di sini,
aku yang akan menyusul dan menolong Ang-kongcu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, sambil membawa pedangnya,
Kui Eng lalu berlari cepat sekali menuju ke hutan di mana
kemarin dia memberi hajaran kepada Tiat-thouw Koai-to dan
anak buahnya. Semua orang di hotel itu ketika mendengar ucapan Kui Eng
dan melihat dara itu berlari pergi dengan cepatnya, beramairamai lalu mengajukan pertanyaan kepada dua orang muda
sasterawan itu siapa adanya dara yang cantik dan gagah itu.
Terpaksa Kang Coan dan adiknya lalu menceritakan
pengalaman mereka, betapa dengan amat gagahnya nona itu
menolong mereka dari gangguan para perampok. Tentu saja
hal ini membuat semua orang merasa kagum bukan main dan
sebentar saja nama Kui Eng menjadi bahan percakapan semua
orang di kota itu. Kui Eng mempergunakan ilmu berlari cepat. Sebentar saja
dia sudah keluar kota dan tak lama kemudian dia telah tiba di
hutan ing kemarin. Hatinya penuh kekhawatiran dan
kemarahan. Dadanya terasa panas ketika dia melihat bahwa
tepat seperti yang diduganya, dia melihat Tiat-thouw Koai-to
dan kawan-kawannya telah menanti di tempat itu. Akan tetapi
dia tahu bahwa Tiat - thouw Koai-to tidak nanti berani
bertindak selancang itu kalau tidak ada yang diandalkan, dan
yang diandalkan itupun nampak berada di deretan paling
depan. Di depan rombongan itu Nampak seorang kakek tua yang
bertubuh tinggi besar berdiri tegak. Kakek ini sikapnya gagah
bukan main, matanya lebar dan usianya tentu sudah lebih dari
limapuluh tahun. Biarpun mukanya belum memperlihatkan
usia yang sangat tua, akan tetapi anehnya, sepasang alisnya
telah berwarna putih seluruhnya, padahal rambutnya masih
hitam, belum beruban, demikian pula jenggotnya yang tipis
panjang itu masih berwarna hitam.
Keanehan warna alisnya inilah yang membuat kakek ini
dijuluki orang Pek-bi Lojin (Kakek Alis Putih). Pek-bi Lojin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukanlah sembarangan orang. Dia merupakan seorang tokoh
persilatan yang terkenal sekali, dan mempunyai murid-murid
yang banyak jumlahnya. Tiat-thouw Koai-to adalah seorang di
antara murid-muridnya. Kemarin, ketika dilukai pipinya oleh
Kui Eng, dengan hati mengandung penasaran dan malu
karena merasa terhina Tiat-thouw Koai-to lalu lari ke tempat
tinggal suhunya yang letaknya tidak jauh dari situ. Sambil
menangis dan memperlihatkan luka pada mukanya, kepala
perampok mi menceritakan kepada suhunya betapa dia telah
diserang dan dikalahkan secara menghina sekali oleh seorang
wanita yang berwatak sombong, ketika dia bersama kawan kawannya sedang "minta uang jalan" kepada tiga orang
sasterawan muda yang lewat di hutan. Memang, bagi Pek-bi
Lojin, tidak ada salahnya kalau muridnya menjadi orang-orang
yang biasa disebut tokoh-tokoh liok-lim. Pada masa itu,
keadaan negara sedang kacau, para pembesar bersikap
sewenang-wenang dan rakyat kecil amat tertekan hidupnya.
Banyak orang-orang yang merasa penasaran dan tidak suka
kepada kaisar dan para pembesar, lalu menceburkan diri
menjadi perampok. Pek-bi Lojin adalah seorang tua yang
gagah dan jujur, maka dia telah memberi peringatan keras
kepada semua muridnya yang menjadi anggauta liok-lim agar
supaya melakukan perampokan dengan memilih korban dan
jangan serampangan saja, dan agar terutama yang dijadikan
sasaran adalah para pembesar yang lewat dan para hartawan,
dan sama sekali mereka tidak diperbolehkan mengganggu
rakyat dusun yang memang sudah tertekan hidupnya.
Ketika Pek-bi Lojin mendengar bahwa yang hendak
dirampok oleh muridnya ini adalah sasterawan-sasterawan
yang hendak melakukan ujian di kota raja dan dianggap
sebagai keluarga pembesar atau calon-calon pembesar, maka
dia tidak menyalahkan muridnya. Dan marahlah hati kakek
yang jujur dan keras ini ketika mendengar betapa muridnya
terluka hebat dan menderita penghinaan dari seorang wanita
muda yang congkak, yang agaknya menjadi pengawal atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan menjadi kekasih tiga orang pemuda sasterawan calon
pembesar - pembesar itu. Malam hari tadi, dia mempergunakan kepandaiannya
mendatangi rumah penginapan dimana Min Tek dan temantemannya bermalam. Dia menculik pemuda she Ang itu dan
sengaja meninggalkan tulisan di dinding untuk menantang Kui
Eng Setelah berhadapan dengan gerombolan perampok itu,
dengan marah Kui Eng lalu mencabut pedangnya yang
digunakan untuk menuding ke arah muka Tiat-thouw Koai to
sambil membentak, "Tiat-thouw Koai-to! Percuma saja kau
mau berpura-pura menjadi orang gagah karena perbuatanmu
hanya menunjukkan bahwa engkau seorang pengecut besar
yang tak tahu malu! Kau hanya berani mengganggu orang
orang lemah yang tidak dapat melawan. Hayo kaubebaskan
Ang-kongcu dengan baik, kalau tidak jangan kausesalkan apa
bila pedangku akan membasmi sampai habis semua penjahat
jang berada di sini!"
"Uwaahhh, gagah benar!" Tiba-tiba kakek beralis putih itu
berseru, suaranya nyaring dan keras, mengejutkan hati Kui
Eng yang cepat membalikkan tubuhnya menghadapi kakek itu.
"Nona, ketahuilah, yang menculik Ang-kongcu bukan lain
orang, akan tetapi adalah aku sendiri. Aku tidak akan
mengganggu Ang-kongcu karena maksudku tidak lain hanya
hendak mengundang engkau datang ke sini."
Kui Eng memandang kakek itu dengan sinar mata tajam
menyelidiki. Melihat sikap kakek itu, dia dapat menduga
bahwa kakek itu tentu bukan orang sembarangan maka dia
lalu mengangkat kedua tangan ke dada sambil bertanya,
"Dengan siapakah aku yang muda berhadapan?"
"Nona muda yang gagah, dengarlah, aku orang tua yang
lemah tiada guna disebut orang Pek-bi Lojin dan Tiat-thouw
Koai-to si dungu ini adalah seorang muridku. Nona yang begini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah mengapa telah berlaku demikian kejamnya melukai
muridku secara menghina sekali dan mengapa pula engkau
memusuhi golongan liok-lim" Apakah nona begitu
merendahkan diri menjadi kaki tangan para pembesar dan ikut
pula untuk menindas rakyat jelata" Ataukah nona
menganggap diri sendiri paling pandai di kolong langit ini dan
hendak menyombongkan kepandaian?"
Kui Eng adalah seorang pendekar wanita yang baru saja
menerjunkan diri di dunia kang-ouw. Tentu saja dia belum
pernah mendengar nama Pek-bi Lojin yang terkenal itu. Maka
mendengar ucapan itu dia lalu berkata dengan penuh
kegemasan hati, "Locianpwe! Kalau kepala perampok ini
benar-benar adalah muridmu, maka engkaupun ikut pula
bertanggung jawab. Kalau saja dia melakukan perampokan
dan menggunakan aturan, minta sumbangan sekedar untuk
biaya hidup anak buahnya, aku tentu tidak akan berani
mengganggu dan bahkan dengan senang hati akan
membantunya. Akan tetapi, dia membuka mulut besar,
berlaku sewenang-wenang kepada tiga orang pelajar yang
lemah, bahkan dia telah berani mengeluarkan ucapan kasar
dan kotor untuk menghinaku, orang wanita! Memang aku
sengaja merobek mulutnya karena mulutnya itulah yang jahat
dan kotor!" Pek-bi Lojin terkenal mempunyai watak yang keras akan
tetapi jujur dan adil sekali. Ketika dia menculik Min Tek dan
membawa pemuda itu ke dalam hutan, Min Tek telah
menjelaskan kepadanya tentang kejahatan Tiat- thouw Koai-to
yang bertindak sewenang-wenang dan menghina orang.
Melihat sikap Min Tek yang biarpun lemah lembut akan tetapi
gagah berani dan sedikitpun tidak memperlihatkan rasa takut
itu, Pek-bi Lojin sudah merasa kagum bukan main dan amat
tertarik, akan tetapi ia belum mempercayai penuh kata-kata
pemuda itu. Betapapun juga, dia melarang keras muridnya
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk mengganggu Min Tek dan pemuda itu ditahan di dalam
sebuah pondok dalam hutan, tidak boleh diganggu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini mendengar ucapan Kui Eng yang gagah, Pek-bi Lojin
lalu menoleh kepada muridnya dan membentak, "Apakah kau
masih hendak menyangkal pula ?""
"Teeeu masih belum tahu kesalahan apakah yang telah
teecu lakukan. Mohon diberi penjelasan, suhu," kepala
perampok itu membela diri.
"Hem, hem, bagus sekali, Tiat-thouw Koai-to! Kulihat
engkau masih menghormat dan menghargai suhumu !" kata
Kui Eng sambil tersenyum penuh ejekan. "Kau masih belum
mau menerima kesalahanmu " Kau telah memerintahkan aku
menanggalkan seluruh pakaian yang menempel di tubuhku
baru boleh melanjutkan perjalanan, bukankah itu berarti
bahwa engkau telah menghina seorang wanita secara
keterlaluan sekali" Kemudian, bukankah mulutmu pula yang
mengatakan bahwa kalau aku kalah bertanding, tiga orang
pemuda itu akan kaubunuh dan aku harus ikut denganmu
selama satu bulan" Dan mulutmu yang kotor pula yang telah
memaki aku sebagai kekasih tiga orang pemuda sasterawan
yang terhormat itu" Tiat-thouw Koai-to, kalau aku ingat lagi
ucapan-ucapanmu yang kotor itu mau rasanya aku menambah
sekali tusukan lagi pada mulutmu."
"Betulkah itu ?"" Pek-bi Lojin membentak muridnya dengan
sinar mata berapi-api. Tiat-thouw Koai-to kini tidak berani menjawab lagi, hanya
menundukkan mukanya dengan hati penuh rasa takut. Dia
menyesal mengapa dia mencari perkara dengan mendatangkan suhunya, siapa kira suhunya tidak segera turun
tangan bahkan seperti sedang mengadilinya dengan wanita itu
menjadi penuntut ! "Betul atau tidak ! Hayo kaujawab !" kakek itu kembali
membentak dengan suara menggeledek sehingga tidak saja
Tiat-thouw Koai-to menjadi pucat mukanya, bahkan kawankawannyapun menjadi pucat mukanya dan kaki mereka
menggigil. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Teecu mohon ampun, suhu. Ucapan-ucapan itu teecu
keluarkan karena sedang marah...!"
"Plakk !!" tangan Pek-bi Lojin menyambar dan tubuh Tiatthouw Koai-to terlempar jauh dan terbanting lalu bergulingan.
Kepala perampok itu merintih dan ternyata bahwa pipi
kanannya yang tidak terluka pedang Kui Eng itu telah
ditampar dan kini membengkak matang biru, sedangkan dari
mulutnya mengucur darah. "Sekali lagi kau melakukan perbuatan melalukan dan
mencemarkan nama orang yang menjadi gurumu itu, pasti
akan kucabut nyawamu!" kakek beralis putih itu berkata
penuh geram. "Muridmu terkena bujukan seorang penjahat rendah
bernama Hek-houw, maka maafkanlah dia locianpwe," kata
Kui Ing yang merasa kasihan juga melihat nasib kepala
perampok itu. Mendengar ini, kakek itu mengangguk-angguk dan berkata,
suaranya penuh penyesalan, 'Nona, kalau begitu aku sudah
melakukan kekeliruan dengan menculik pemuda itu, karena
ternyata bahwa engkau bukanlah seorang sebagaimana yang
kukira semula. Akan tetapi, betapapun juga, aku si tua bangka
ini mempunyai semacam penyakit, yaitu apa bila bertemu
dengan orang gagah, tua maupun muda, sebelum mencoba
ilmu kepandaiannya, hatiku selalu akan merasa penasaran dan
tidak bisa tidur. Oleh karena itu, harap jangan sia-siakan
kedatanganmu ini, nona, dan berilah sedikit petunjuk kepada
orang tua yang tak tahu diri ini agar puas!"
"Locianpwe, kalau hanya ingin mengajak pibu, mengapa
tidak langsung saja mendatangi aku" Mengapa harus
mengganggu seorang pemuda pelajar yang melakukan
perjalanannya hendak menempuh ujian di kota raja ?" Kui Eng
mencela dan menegur berani.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ang-kongcu telah menceritakan kepadaku bahwa kau dan
tiga orang pemuda itu tidak mempunyai hubungan apa-apa,
maka bukan main heran hatiku melihat betapa engkau
demikian memperhatikan nasibnya," kata Pek-bi Lojin
sehingga wajah dara itu berubah menjadi merah.
"Hayo cepat jemput tamu agung kita itu dan persilakan dia
datang ke sini i" kakek itu memerintah dan tergopoh-gopoh
Tiat-thouw Koai-to sendiri yang terhuyung-huyung memasuki
hutan untuk menjemput Ang Min Tek yang ditahan di dalam
sebuah pondok. Tak lama kemudian muncullah Min Tek diiringkan oleh
kepala perampok itu. Melihat betapa pemuda itu tidak
menderita sesuatu dan berada dalam keadaan selamat,
legalah rasa hati Kui Eng. Min Tek memandang kepada Kui
Eng dengan sinar mata mengandung keharuan dan
kekaguman. Kembali dara pendekar itu telah menolongnya,
bahkan telah berani mendatangi sarang perampok dan
mempertaruhkan keselamatan diri sendiri untuk keselamatannya. Tentu saja di depan para perampok itu, Kui
Eng tidak sudi memperlihatkan perasaannya terhadap pemuda
itu, maka dia hanya memandang sebentar saja kemudian dia
menoleh kepada Pek-bi Lojin sambil berkata dengan tenang,
"Locianpwe, setelah kau membebaskan kembali Ang-kongcu,
perkenankanlah kami meninggalkan tempat ini "
"Eh, eh, nanti dulu, nona. Sudah kukatakan tadi bahwa
sebelum mengukur kepandaian seorang gagah yang kebetulan
bertemu dengan aku maka aku akan selalu merasa penasaran.
Kalau hanya orang gagah biasa saja, akupun malas untuk
bermain-main. Akan tetapi engkau adalah seorang wanita
muda yang jarang tandingannya, maka amat menarik hatiku
untuk mengukur kepandaianmu, nona. Marilah kita main-main
sebentar untuk menambah pengalaman, kemudian baru kau
boleh pulang bersama Ang-kongcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng merasa ragu-ragu karena khawatir kalau kalau ini
hanya merupakan tipu muslihat belaka. Akan tetapi tiba-tiba
Min Tek sudah berkata dengan suaranya yang nyaring,
'Locianpwe adalah seorang tua yang gagah sejati, maka pasti
akan memegang teguh janjinya."
Mendengar ini, Pek-bi Lojin tersenyum dan berkata kepada
Kui Eng, "Nona, mendengar bahwa ilmu pedangmu hebat
bukan main. Aku orang tua yang bodoh pernah mempelajari
sedikit ilmu golok yang canggung maka ingin sekali aku
mencoba ilmu pedangmu yang lihai itu. Marilah, dan jangan
kau bersikap seji (sungkan)!" Setelah berkata demikian,
tangan kanan kakek itu bergerak ke arah punggungnya dan
tahu-tahu dia telah mencabut keluar sebatang golok tipis yang
ringan dan tajam sekali. Melihat gerakan ini, diam-diam Kui Eng merasa terkejut
karena dia maklum bahwa kakek ini memang lihai sekali. Maka
dia bersikap hati-hati sekali dan tidak mau menyerang lebih
du!u. "Silakan, locianpwe,"
pedangnya di depan dada. katanya sambil melintangkan "Ha-ha-ha, kau terlalu sungkan, nona!' Pek-bi Lojin berseru
sambil tertawa, kemudian dia melangkah maju dan berteriak
"Awas golok!" Goloknya berubah menjadi sinar putih yang
menyilaukan mata, sinar yang bergulung-gulung menyambar
ke arah Kui Eng. Ilmu golok dari kakek ini adalah semacam ilmu golok sakti
yang berdasarkan Ilmu Lohan-to-hoat (Ilmu Golok Orang Tua
Gagah) dari Siauw-lim-pai yang telah dirubah dan ditambah
dengan gerakan dan lain-lain cabang persilatan. Gerakan
goloknya cepat dan kuat, bagaikan seekor naga sakti,
menyambar-nyambar mengeluarkan angin bersiutan dan suara
berdesing-desing mengerikan. Memang benar kata ahli-ahli
persilatan bahwa golok yang dimainkan oleh tangan seorang
ahli, merupakan raja senjata yang berbahaya sekali. Golok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tipis dan lebar itu setelah dimainkan oleh Pek-bi Lojin,
lenyap bentuk goloknya dan berubah menjadi sinar putih
bergulung-gulung yang berkeredepan. Tidak hanya para
perampok, akan tetapi bahkan Min Tek yang tidak mengerti
ilmu silat, menjadi kagum sekali menyaksikan permainan golok
yang selain hebat, juga amat indah dipandang itu. Di dalam
hatinnya pemuda ini mulai merasa khawatir akan keselamatan
Kui Eng Sanggupkah dara itu menandingi permainan golok
sehebat ini " Akan tetapi, Kui Eng adalah seorang dara yang berbakat
dan yang telah memperoleh gemblengan hebat dari suhunya
yang sakti. Permainan pedangnya hebat, ginkangnya sudah
mencapai tingkat tinggi. Dia berhati tabah dan tenang,
bagaikan seekor naga betina muda yang baru turun dari langit
dan semangatnya besar. Biarpun dia maklum bahwa kakek
yang menjadi lawannya ini lihai sekali permainan goloknya,
namun sedikitpuh dia tidak merasa ngeri atau gentar. Dan
menggerakkan pedangnya dengan sama cepatnya dan
mengandalkan ginkangnya untuk berkelebat ke sana ke sini
dengan loncatan - loncatan yang amat gesit menghindarkan
diri dari sambaran sinar golok dan membalas dengan serangan
yang sama cepat dan kuatnya.
Pertandingan itu benar-benar amat hebat dan menyeramkan. Makin lama, perkelahian itu berjalan makin
cepat sehingga semua mata yang menyaksikan pertandingan
itu akhirnya menjadi berkunang dan kabur karena tubuh
kedua orang itu telah lenyap terbungkus gulungan sinar golok
dan pedang yang diputar secara luar biasa cepatnya. Diamdiam Tiat-thouw Koai-to bengong terlongong dan mengucap
untung karena melihat kehebatan ilmu pedang dara itu, kalau
dikehendaki oleh dara itu, kemarin tentu dalam segebrakan
saja kepalanya sudah akan berpisah dari tubuhnya.
Sinar pedang dan golok bergulung-gulung dan saling
membelit. Hanya bunyi golok bertemu dengan pedang saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kadang-kadang terdengar, amat nyaring disusul bunga
api berhamburan, menandakan bahwa di dalam gulungan
sinar pedang dan golok itu terdapat dua orang yang sedang
mengadu kepandaian, sukarlah bagi para penonton, baik yang
telah memiliki kepandaian seperti Tiat thouw Koai-to
sekalipun, untuk menentukan siapa di antara kedua orang itu
yang lebih unggul dalam perkelahian pibu (mengadu
kepandaian silat) itu. Hanya dua orang yang sedang bertanding itulah yang
maklum bahwa dalam hal kepandaian ilmu silat, ternyata
bahwa tingkat Pek-bi Lojin lebih tinggi setingkat dan lebih
matang permainan goloknya, akan tetapi kakek itu harus
mengakui bahwa dalam hal ilmu meringankan tubuh, gadis itu
masih lebih menang! Maka diam-diam hati kakek ini sudah
merasa kagum bukan main karena belum pernah selamanya
dia bertemu tanding seorang dara semuda ini dengan
kepandaian sehebat itu. Pek-bi Lojin memperhebat gerakan goloknya sehingga Kui
Eng dapat didesaknya mundur dan dara ini melindungi dirinya
dengan putaran pedangnya sambil mengandalkan gin-kang
untuk menghindarkan diri dari ancaman golok lawan. Tiba-tiba
kakek itu mengeluarkan seruan keras. Dia sudah terlalu
gembira memperoleh lawan tangguh ini maka dia sengaja
hendak mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya. Kini dia
mengubah ilmu goloknya dan mainkan Ilmu Golok Tee-tongto, yaitu permainan golok yang dilakukan sambil bergulingan
di atas tanah! Tubuhnya menggelinding ke sana-sini mengejar
lawan seperti trenggiling, tubuh itu selalu di dalam lindungan
sinar golok dan dari gulingan-gulingan itu kadang-kadang
mencuat sinar golok yang panjang untuk menjerang ke arah
kaki atau pusar lawan! Menghadapi serangan yang cepat dan berbahaya ini, Kui
Eng terkejut sekali Terpaksa dia berlompatan tinggi dengan
niat membalas serangan dari atas. dengan berjungkir balik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti burung garuda menghadapi seekor ular. Akan tetapi,
Pek bi Lojin benar-benar hebat dan memiliki banyak
pengalaman. Dia sudah cepat melompat berdiri sebelum dara
itu berjungkir balik dan kini menggunakan goloknya memukul
ke arah kaki Kui Eng. Pukulan ini dilakukan dengan golok
membalik, jadi dia hanya menyerang dengan punggung golok
yang tidak tajam. Akan tetapi, dalam keadaan terdesak hebat ini, Kui Eng
memperlihatkan ginkangnya yang benar-benar amat
mengagumkan. Ketika dulu dia mempelajari ginkang, suhunya
menyuruh nya berlompatan di atas ujung bambu-bambu
runcing yang dipasang di atas tanah, bahkan setelah
kepandaian dara ini menjadi matang suhunya memegang dua
batang bambu runcing dan menyuruh Kui Eng melompat ke
atas dan berdiri di atas bambu-bambu yang dipegangnya itu
sambil melompat lagi dan hinggap lagi, bermain-main di atas
ujung kedua bambu runcing yang dipegangnya. Kini, melihat
serangan golok lawan ke arah kakinya sedangkan tubuhnya
masih melompat di udara, Kui Eng lalu menggunakan ujung
kakinya untuk menginjak gagang golok dan sekali dia
mengenjot tubuhnya, maka tubuhnya mencelat lagi ke atas
dan segera melayang ke tempat yang jauhnya tidak kurang
dari lima tombak, turun ke atas tanah dalam keadaan tegak
dan sama sekali tidak bergoyang !
Bukan main kagumnya hati Pek-bi Lojin melihat ginkang
hebat ini. Dia menoleh kepada muridnya yang memandang
bengong, lalu membentak, "Orang macam engkau berani
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melawan nona pendekar seperti dia ?" Lalu dia menghampiri
Kui Eng setelah menyelipkan goloknya di punggung.
Kui Eng yang tahu bahwa kakek itu tadi menyerangnya
dengan golok dibalik, cepat menyimpan pedangnya dan
menjura. "Locianpwe sungguh lihai, aku menyerah kalah."
"Ha-ha-ha, sudah pandai ilmu silatnya, pandai merendahkan diri pula. Nona Kui Eng, ginkangmu sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat mataku yang tua ini terbuka lebar. Kau benar-benar
patut dipuji. Tidak tahu, siapakah nama suhumu yang mulia?"
Melihat sikap polos dari kakek
tidakmenyembunyikan nama gurunya.
itu, Kui Eng "Suhu berjuluk Lui-Sian Lojin dari Kwi-hoa san."
Tak tersangka-sangka olehnya ketika mendengar jawaban
ini, Pek-bi Lojin kelihatan terkejut bukan main dan tiba-tiba
saja dia menjura dengan amat hormatnya, bahkan Tiat-thouw
Koai-to kelihatan menjatuhkan diri berlutut di depannya !
"Ah, maaf........ maaf........, tidak tahunya lihiap adalah
murid dari in-kong (tuan penolong) kami........" kata Pek-bi
Lojin sambil menarik napas panjang, kemudian menoleh
kepada Tiat-thouw Koai-to sambil membenak "Hemm, kalau
hal ini terdengar oleh in-kong ke mana kita harus
menyembunyikan muka kita?"
"Lihiap, ampunkan saya yang bermata buta dan mohon
jangan lihiap menceritakan kekurangajaran saya kepada Lui
Sian locianpwe..." kata Tiat-thouw Koai-to dengan suara
memohon Kui Eng menjadi heran sekali melihat sikap mereka.
"Apakah locianpwe telah mengenal suhu ?"tanyanya.
"Ah, lihiap, harap jangan menyebut saya dengan sebutan
locianpwe. Lihiap membuat saya merasa malu saja. Ah, kalau
tidak ada guru lihiap, kiranya saat ini sudah tidak ada lagi
manusia seperti saya dan murid saya yang dungu itu !" Pek-bi
Lojin lalu menceritakan betapa dahulu, dia dan muridnya
pernah mendapatkan pertolongan Lui Sian Lojin ketika mereka
berdua dikeroyok oleh musuh-musuh mereka, yaitu orangorang dari perkumpulan Hek-san-pang (Perkumpulan Kipas
Hitam). Kalau tidak ada Lui Sian Lojin yang datang menolong,
tentu Pek-bi Lojin, Tiat-thouw Koai-to dan beberapa orang
anak murid kakek itu telah binasa semua oleh para anggauta
Hek-san-pang! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mendengar bahwa dara pendekar itu adalah murid
Lui Sian Lojin, sikap Tiat-thouw Koai-to berubah sama sekali.
Dia sangat menghormat, bahkan setelah menjura dia minta
maaf kepada Ang Min Tek, diapun lalu berkata, "Ang-kongcu,
perjalanan dari sini ke Kota raja masih cukup jauh dan melalui
tempat-tempat berbahaya. Oleh karena itu perkenankanlah
saya dengan beberapa orang kawan menemani kongcu dan
teman-teman sampai di kota raja".
Tentu saja Ang Min Tek merasa senang sekali dan
menghaturkan terima kasihnya. Tiat-Thouw Koai-to lalu
mempersiapkan tiga ekor kuda untuk tunggangan Ang Min Tek
dan dua orang temannya itu.
Sementara itu, Kui Eng yang mendengar disebutnya
kawanan Hek-san-pang, tertarik sekali dan minta penjelasan
lebih lanjut dari Pek-bi Lojin Kakek ini dengan sungguhsungguh lalu berkata, "Lihiap, sebetulnya, ketika menyaksikan
kepandaian lihiap tadi sudah timbul niat saya untuk mohon
bantuan lihiap, yaitu untuk menemani saya pergi menyerbu ke
sarang mereka. Dengan tenaga kita berdua, saya rasa kita
akan cukup kuat untuk menghadapi tiga orang ketua dari Heksan-pang yang kuat itu. Akan tetapi, karena lihiap sedang
melakukan perjalanan ke kota raja, tentu saja saya tidak
berani menghalangi dan mengganggu maksud perjalanan
lihiap." Kui Eng memandang kepada Min Tek yang masih berada di
situ. Sebetulnya, dia tidak mempunyai kepentingan sesuatu di
kota raja, karena kepergiannya ke kota raja sesungguhnya
karena hanya ingin melindungi pemuda itu. Kemudian ia lalu
menjawab, "Aku tidak mempunyai tujuan tertentu dalam
perjalananku, dan aku dapat pergi ke mana saja kedua kakiku
membawa, lo-enghiong." Kini dia menyebut kakek itu loenghiong (pendekar tua),
Pandangan mata gadis itu diarahkan kepadanya, Min Tek
maklum bahwa gadis itu bermaksud minta persetujuannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka dia lalu berkata, "Kami bertiga mana berani berbuat
keterlaluan dan mengganggu Kui-siocia terus. Setelah ada
saudara ini yang demikian baik mengawal, kami sama sekali
tidak ingin membikin capai kepada Kui-siocia. Hanya harapan
saya, apa bila siocia sekali waktu mengunjungi kota raja, dan
ada waktu, hendaknya sudi mampir di pondok paman saya
yang buruk, yaitu di toko obat Yok-goan-tong. Atas segala
bantuan dan budi pertolongan Kui-siocia, kami bertiga sampai
matipun tidak akan dapat melupakannya."
Ang Min Tek menjura dengan penuh hormat kepada Kui
Eng yang memandangnya dengan hati terharu. Dia merasa
kecewa juga harus berpisah dengan pemuda yang amat
menarik hatinya ini, maka jawabnya, "Ang - kongcu, tidak ada
budi dan terima kasih antara kita. lupakanlah saja hal yang
sudah lewat. Siapa tahu, lain kali akulah yang perlu
mendapatkan bantuanmu. Apa bila aku pergi ke kota raja,
pasti akan kucari toko obat pamanmu itu."
Kemudian, setelah sekali lagi memandang dengan penuh
pernyataan terima kasih kepada dara itu, Min Tek lalu
meninggalkan tempat itu sambil naik kuda, dikawal oleh Tiatthouw Koai-to dan lima orang kawannya sambil menuntun dua
ekor kuda untuk Lie Kang Coan dan Lie Kang Po.
Kui Eng memandang dan mengikuti bayangan pemuda
yang menunggang kuda itu sampai lenyap di tikungan jalan.
Dia merasa seolah-olah semangatnya terbawa pergi dan
merasa betapa sunyinya keadaan sekelilingnya. Akhirnya dia
menghela napas panjang dan menoleh kepada kakek itu.
"Lo-enghiong, apa dan siapakah sebenarnya perkumpulan
Hek-san-pang itu?" "Mari kita duduk di tempat teduh, di bawah pohon sana
dan dengarlah penuturanku, lihiap," kata kakek itu dan
mereka lalu duduk di bawah pohon yang teduh di mana Kui
Eng mendengarkan penuturan Pek-bi Lojin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-Budi-dwkz-234-oO) Perkumpulan Hek-san pang (Perkumpulan Kipas Hitam)
adalah perkumpulan orang-orang golongan sesat yang
bersarang di lereng Bukit Ma-kun-san. Perkumpulan ini
memang kuat sekali dan terkenal sesat dan jahat. Mereka itu
bukan hanya melakukan pekerjaan merampok akan tetapi
juga ada bagian yang melakukan pemerasan di dusun dusun,
mengancam kepala kepala kampung untuk memberi
sumbangan dengan jumlah besar yang telah ditentukan juga
mereka tidak segan segan untuk merampas hasil-hasil sawah
untuk ransum anak buah mereka.
Jumlah pengikut mereka cukup banyak kurang lebih ada
seratus orang. Hek-san-pang dipimpin oleh tiga orang she Can
yang berilmu tinggi, merupakan jagoan-jagoan yang lihai.
Yang pertama bernama Can Kok, ke dua Can An dan ke tiga
Can Sam. Belasan tahun nng lalu, Hek-san-pang dipimpin oleh
seorang hwesio yang menyeleweng, atau lebih tepat
dinamakan seorang penjahat yang menyamar sebagai hwesio,
berjuluk Lauw Pit Hwesio. Di bawahpimpinan hwesio yang
menjadi susiok (paman guru) dari tiga orang saudara Can itu,
Hek-san- pang merajalela dan terkenal sebagai pengganggu
dusun-dusun di sekitar wilayah mereka. Hal ini memuat Pek-bi
Lojin menjadi marah dan dia membawa para anak muridnya
untuk menyerang ke Bukit Ma-kun-san. Akan tetapi, kekuatan
Hek-san pang demikian besar sehingga Pek-bi Lojin dan
semua muridnya nyaris terbunuh dalam pertempuran itu kalau
saja tidak muncul Lui Sian Lojin yang kebetulan melakukan
perjalanan merantau dan tiba di situ. Berkat pertolongan Lui
Sian Lojin, maka Lauw Pit Hwesio dapat dibinasakan dan
perkumpulan itu diobrak-abrik sehingga menjadi bubar.
Akan tetapi, diam-diam tiga orang saudara Can yang
menjadi murid-murid keponakan dari Lauw Pit Hwesio, telah
memperdalam ilmu kepandaian mereka, lalu mengumpulkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua bekas anak buah Hek-san-pang, kemudian mendirikan
lagi perkumpulan yang telah hancur itu dan bersarang di
lereng Bukit Ma kun-san. Kedudukan mereka kini bahkan jauh
lebih kuat dari pada dahulu.
Pek-bi Lojin yang menentang mereka karena penindasan
mereka terhadap rakyat di dusun-dusun, beberapa kali
mencoba untuk menyerbu. Akan tetapi dia dan para muridnya
selalu terpukul mundur, bahkan banyak anak muridnya yang
tewas dalam penyerbuan itu. Oleh karena ini, tumbuhlah
permusuhan yang mendalam antara Pek-bi Lojin dan
perkumpulan Hek-san-pang itu.
"Beberapa hari yang lalu," demikian Pek-bi Lojin
melanjutkan ceritanya, "secara kurang ajar sekali mereka telah
mengirim surat tantangan kepadaku, tantangan untuk
mengadu kepandaian secara jujur untuk menentukan siapa di
antara kami yang lebih kuat." Dia lalu mengeluarkan sehelai
kertas yang berisi surat tantangan itu kepada Kui Eng. Dara ini
membaca surat itu dan ternyata surat yang menantang
kepada Pek-bi Lojin untuk diajak pibu itu ditandatangani oleh
Can Kok, Can An dan Can Sam sebagai tiga orang ketua dari
Perkumpulan Kipas Hitam. "Saya masih merasa ragu-ragu, lihiap, oleh karena terus
terang saja, apabila menghadapi mereka bertiga seorang diri
saja, agaknya saya akan sukar memperoleh kemenangan.
Kalau melawan mereka seorang demi seorang, saya tidak
akan kalah, akan tetapi mereka itu curang sekali dan saya
masih merasa bingung bagaimana saya harus menyambut
tantangan mereka itu. Kebetulan sekali saya bertemu dengan
lihiap, maka kalau lihiap sudi menolong dan kita maju berdua,
saya kira kita tidak akan dapat mereka kalahkan. Tentu saja
saya tidak berani memaksa, lihiap, dan terserah kepada lihiap
untuk mengambil keputusan."
Selama melakukan perjalanan, pernah sekali Kui Eng
mendengar nama Hek-san-pang disebut-sebut orang dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penuh rasa takut dan benci. Karena itulah maka tadi ketika
mendengar nama ini, dia merasa tertarik. Kini, mendengar
penuturan Pek-bi Lojin, dia tidak berani secara lancang dan
ceroboh untuk menyanggupi begitu saja, oleh karena dia
belum yakin betul akan keadaan dan kejahatan perkumpulan
itu seperti yang diceritakan oleh Pek-bi Lojin Orang yang
membenci tentu saja akan menceritakan hal-hal yang amat
buruk saja dari mereka yang dibencinya. Biarpun Pek-bi Lojin
mempunyai watak yang gagah dan jujur, namun orang tua ini
berdekatan dengan perampok-perampok, bahkan muridnya
juga menjadi kepala perampok. Maka apabila permusuhan
antara kakek ini dan Hek-san-pang merupakan permusuhan
pribadi, permusuhan antara sama-sama golongan hitam, dia
tidak akan campur tangan. Sebaliknya kalau memang benar
Perkumpulan Kipas Hitam adalah segerombolan orang-orang
jahat yang suka mengganggu rakyat, tentu dia akan siap
untuk menentang mereka. "Lo-enghiong, aku bersedia untuk ikut bersamamu
menyambut tantangan mereka. Akan tetapi aku tidak berani
berjanji untuk melawan mereka sebelum aku yakin betul akan
keadaan mereka," katanya dengan jujur.
Pek-bi Lojin maklum akan isi hati dara itu, maka dia
mengangguk-angguk dan berkata, "Memang seharusnya
dalam segala hal kita berlaku hati-hati dan teliti, lihiap. Baiklah
kau hanya ikut saja dan melihat keadaan mereka terlebih
dulu." Demikianlah, kakek itu lalu memerintahkan anak buah
perampok untuk menyediakan dua ekor kuda yang baik.
Setelah dua ekor kuda itu tersedia, Pek-bi Lojin dan Kui Eng
berangkat meninggalkan tempat itu, menunggang kuda
menuju ke Bukit Ma-kun-san. Biarpun mereka melarikan kuda
dengan cepat, namun bukit itu tidak dapat dicapai dalam
perjalanan satu hari. Terpaksa mereka harus bermalam di
tengah jalan. Akan tetapi ternyata Pek-bi Lojin adalah seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tokoh tua yang amat terkenal di daerah itu sehingga mudah
saja bagi mereka berdua untuk mencari tempat bermalam di
dalam hutan. Semua kaum liok-lim di daerah itu menganggap
Pek-bi Lojin sebagai tokoh tua yang disegani, maka ketika
melihat Pek-bi Lojin datang bersama seorang gadis yang
cantik dan gagah, mereka menyambutnya dengan penuh
kehormatan dan dua orang yang dianggap sebagai tamu
agung itu diberi tempat bermalam yang layak dan disuguhi
hidangan yang istimewa pula. Diam-diam Kui Eng kagum juga
melihat pengaruh kakek itu di kalangan kaum liok-lim.
Pada keesokan harinya, Pek-bi Lojin dan Kui Eng
melanjutkan perjalanan mereka dan menjelang tengah hari,
sampailah mereka di kaki Bukit Ma-kun-san. Selagi mereka
menahan kuda dan memandang ke atas, mereka melihat dari
atas bukit turun serombongan orang berkuda dan setelah
dekat, Kui Eng melihat bahwa mereka adalah orang-orang
yang memakai pakaian seragam dan ada gambar kipas hitam
terbuka di baju bagian dada mereka. Maka dia dapat menduga
bahwa mereka itu tentulah para anggauta Kipas Hitam.
Dugaannya memang benar.Setelah rombongan itu tiba di
depan mereka, seorang di antara mereka yang memimpin
rombongan itu meloncat turun dari atas kuda, menjura kepada
Pek-bi Lojin sambil berkata, "Ketua kami telah tahu akan
kunjungan ji-wi, maka mengutus kami untuk menyambut dan
mengantar ji-wi ke atas bukit"
Kui Eng kagum juga melihat kelihaian gerombolan ini yang
telah tahu sebelumnya bahwa mereka berdua telah datang
dan hendak naik ke bukit itu. Memang gerombolan Kipas
Hitam mempunyai banyak anak buah yang disebar di manamana sebagai penyelidik maka sebelum mereka berdua tiba di
tempat itu, para penyelidik telah lebih dulu memberi laporan
ke sarang mereka sehingga ketua mereka dapat
mempersiapkan penyambutan.
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sikap tenang dan gagah Pek-bi Lojin dan Kui Eng
mengikuti para penyambut itu mendaki Bukit Ma-kun-san yang
tidak berapa tinggi itu. Di atas lereng bawah puncak nampak
beberapa bangunan dari kayu yang kokoh kuat dan di depan
bangunan-bangunan itu kelihatan orang-orang berkelompok
sambil melihat kedatangan kedua orang tamu. Setelah tiba
dekat, ternyata bahwa tiga orang ketua Hek-san-pang sendiri
telah berdiri di situ menyambut kedatangan Pek-bi Lojin.
Kakek ini segera melompat turun dari atas kuda, diturut oleh
Kui Eng, kemudian mereka berdua melangkah maju sementara
kuda mereka diurus oleh beberapa orang anak buah Hek-sanpang.
"Pek-bi Lojin, ternyata betul-betul engkau seorang tua yang
gagah, berani datang memenuhi undangan kami!" kata Can
Kok, saudara tertua dari tiga orang ketua Hek-san-pang itu.
Orang ini tubuhnya kate dan mukanya hitam. Melihat tubuh
yang pendek kecil itu, dengan lagak seperti seorang
sasterawan sedang mengebut-ngebutkan sebuah kipas
berwarna hitam yang lebar seolah-olah tubuhnya kegerahan,
benar-benar membuat orang memandang rendah. Begini saja
orang tertua dari Hek-san-pangcu " Pek-bi Lojin sudah
berbisik kepadanya bahwa si kate muka hitam itu adalah Can
Kok, dan berbisik pula bahwa dua orang yang lain adalah Can
An dan Can Sam. Akan tetapi Kui Eng tidak mengeluarkan kata-kata, hanya
matanya saja memandang penuh perhatian dan penuh selidik.
Can Kok bermuka hitam, bertubuh kate akan tetapi
kepalanyabesar. Sepasang lengannya yang pendek itu nampak
kuat dan berisi, sedangkan sepasang matanya tajam
mengerling ke arah Kui Eng, membayangkan kekurangajaran
dan kecabulan. Namun Kui Eng tidak perduli dan pura-pura
tidak tahu. Dia sudah memperhatikan orang ke dua, yaitu Can
An. Ji-pangcu (ketua ke dua) ini tubuhnya juga pendek kate
seperti kakaknya, akan tetapi mukanya putih dan kedua
matanya bersinar-sinar menunjukkan kecerdikannya. Bibirnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu tersenyum dan sikapnya angkuh sekali. Juga Can An
memegang sebuah kipas hitam yang lebar dan terbuka.
Orang ke tiga sungguh berbeda dengan kedua orang
kakaknya. Can Sam ini tubuhnya tinggi kurus dan wajahnya
membayangkan kesabaran, akan tetapi sepasang matanya
berpengaruh sekali, sungguhpun terdapat tanda tanda
kejujuran dan kebodohan pada wajahnya. Cara tokoh ke tiga
ini membawa kipasnya membuat hati Kui Eng tercekat karena
kipas itu tertutup dan dijepit pada gagangnya oleh kedua jari
tangannya, bagaikan orang menjepit. Dari cara memegang
kipas ini saja mudah diduga bahwa orang ke tiga ini tentulah
seorang ahli totok jalan darah yang lihai.
Sesungguhnya orang ke tiga ini bukanlah adik kandung dari
dua orang kate itu. Dia hanyalah seorang anak angkat dari
orang tua kedua orang saudara Can itu dan diberi nami Sam
dan memakai nama keturunan Can pula. Ilmu silat dari Can
Sam memang lihai sekali dan bahkan tidak berada di bawah
tingkat kepandaian dua orang kakaknya. Wataknya pendiam
dan agak bodoh dan dalam segala hal, dia hanya menurut saja
kepada dua orang kakaknya.
Setelah mendengar kata-kata sambutan dari Can Kok, Pekbi Lojin lalu menjura dan menjawab, "Sam-wi pangcu (tiga
orang saudara ketua), kalau aku yan.g tua tidak memenuhi
undangan kalian, tentu aku akan disebut pengecut. Sam-wi
dengan jujur dan secara jantan telah mengirim tantangan
kepadaku untuk mengadakan pibu, tanpa mengikut sertakan
kawan - kawan atau anak buah kita. Hal ini memang amat
baik untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih unggul
sehingga pertentangan tidak sampai menjadi berlarut-larut.
Siapa merasa lemah dia harus tunduk. Karena tantangan pibu
ini sam-wi lakukan dengan jujur, maka tentu saja aku tidak
dapat menolaknya." Jawaban dari Pek-bi Loiin itu mengandung sindiran bahwa
dia tidak membawa anak buah dan tidak menghendaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan atau lain perbuatan curang dalam pertandingan
yang akan diadakan nanti.
Tiba-tiba Can Kok tertawa mengejek dan berkata sambil
menunjuk ke bawah bukit, "Pek-bi Lojin, kau pandai bicara
dan pandai mengejek, akan tetapi kau sendiri bukanlah
seorang manusia yang jujur! Mengapa engkau membawa anak
buah sebanyak itu yang kini berada di kaki bukit?"
Pek-bi Lojin terkejut dan menengok, demikian pula Kui Eng
memandang dan memang benar, di bawah bukit itu terdapat
serombongan orang yang memegang senjata dan sedang
mendaki bukit sambil berteriak-teriak.
"Jangan kalian menyangka yang bukan-bukan! Mereka itu
sama sekali tidak ada hubungannya dengan aku!" kata Pek-bi
Lojin setelah memperhatikan orang-orang di bawah itu. Dan
pada saat itu seorang anggauta Kipas Hitam datang memberi
laporan bahwa penduduk dusun San-lin-jung telah datang
menyerbu Can Kok tertawa mengejek dan berkata "Biarkan mereka
naik. Hendak kulihat mereka itu ingin berbuat apa terhadap
kita!" Rombongan orang dusun itu dipimpin oleh seorang laki-laki
tua yang memegang tombak, akan tetapi melihat keadaan
napasnya yang terengah-engah ketika mendaki bukit itu,
dapat diketahui bahwa dia adalah seorang biasa saja yang
tidak memiliki kepandaian silat. Maka diam-diam Kui Eng
merasa heran sekali mengapa orang seperti itu berani mati
naik dan menyerbu sarang Hek-san-pang yang terkenal ganas
dan kejam. "Gerombolan Kipas Hitam! Hayo kalian kembalikan
puterikul" orang tua itu berteriak sambil mengacung-acungkan
tombaknya ke atas, diikuti oleh teriakan orang-orang dusun
yang menuntut dikembalikannya puteri jung-cu (kepala dusun)
mereka itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Can Kok si cebol yang berkepala besar dan bermuka hitam
itu mengeluarkan suara menghina. "Gak-hu (ayah mertua)
mengapa bersikap seperti ini" Puterimu telah menjadi isteriku
yang sah dan kami berdua sudah saling mencinta, mengapa
gak-hu mendadak menimbulkan keributan" Tidak malukah
kalau terdengar orang luar" Kami sedang menerima tamu,
maka harap gak-hu suka kembali saja ke dusun. Besuk aku
akan mengirim emas kawin yang telah kujanjikan kepada gakhu!"
"Perampok hina! Siapa sudi menjadi mertuamu" Hayo
kaukembalikan puteriku. Apa kau-kira di dunia ini tidak ada
lagi pengadilan maka kau berani menculik anak gadis orang di
siang hari?" teriak kepala dusun itu dengan mata mendelik
saking marahnya. "Sekali lagi, kuminta supaya kau pulang dan membawa
kembali orang-orangmu ini!" Can Kok berkata dan suaranya
mulai mengandung ancaman, sedangkan tangan yang
memegang kipas hitam itu mulai bergerak-gerak.
"Anjing rendah! Manusia berhati iblis! Kembalikan
anakku........ kembalikan....... " Kepala dusun itu tetap
berteriak-teriak dan memaki-maki.
Tiba-tiba tubuh Can Kok melayang dan kipasnya dikebutkan
ke arah kepala orang tua itu. Kalau kipasnya mengenai kepala
kakek itu, tentu kepala itu akan pecah! Akan tetapi pada saat
itu terdengar bentakan halus, "Kejam! Lepas tangan!"
"Tringgg......!!" Kipas itu terpukul ke samping oleh.
sebatang pedang yang menangkis dengari cepat sekali.
"Ehh.....!" Can Kok meloncat mundur dengan kaget dan
juga marah karena ada orang berani mencampuri urusannya
dan menangkis kipasnya. Lebih marah lagi hatinya ketika dia
mendapatkan kenyataan bahwa yang menangkis kipasnya
dengan pedang itu adalah dara cantik yang tadi datang
bersama Pek-bi Lojin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng tadinya merasa ragu-ragu untuk membantu Pek-bi
Lojin, oleh karena dia masih belum yakin betul akan kejahatan
gerombolan Kipas Hitam. Akan tetapi ketika rombongan orang
dusun itu datang menyerbu dan mendengar percakapan yang
terjadi antara Can Kok dan kepala dusun, mengertilah dia
bahwa gerombolan Kipas Hitam benar benar merupakan
gerombolan penjahat yang kejam dan ganas. Mereka itu
agaknya telah menculik dan memaksa puteri kepala dusun
untuk menjadi isteri Can Kok. Bukan main marahnya hati gadis
itu dan ketika dia melihat gerakan tangan Can Kok, dia telah
bersiap sedia sehingga dapat menangkis dan menolong nyawa
kepala dusun ketiga diserang oleh Can Kok yang berhati kejam
itu. "Aha ...! Kiranya Pek-bi Lojin membawa seorang pembantu
yang boleh juga kepandaiannya. Bagus, bagus !" Can Kok
berkata mengejek. '"Orang she Can," kata Kui Eng dengan sikap garang.
"'Tadinya aku masih ragu-ragu mendengar dari Pek-bi Lojin
bahwa kalian adalah orang-orang jahat yang berhati busuk.
Tidak tahunya kalian benar-benar amat jahat sehingga tidak
malu-malu untuk menculik anak gadis orang. Sekarang tidak
saja aku datang untuk membantu Pek-bi Lojin, akan tetapi
juga untuk mewakili jung-cu ini minta kembali anak gadisnya!"
Can Kok membelalakkan matanya dengan marah. sekali,
kipas di tangan kanannya dikibaskan dengan cepat di depan
dadanya. "Gadis itu telah menjadi isteriku, orang lain tidak
boleh mencampuri urusan ini !"
"Keparat mesum ! Kalau begitu aku harus membunuhmu!"
teriak Kui Eng yang tidak dapat lagi menahan kemarahannya.
Dara ini sudah bergerak maju dan menyerang dengan hebat,
mengelebatkan pedangnya yang mengeluarkan sinar
menyilaukan mata. Can Kok cepat menutup kipasnya dan kini
dia menggunakan kipas itu sebagai senjatanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kipas di tangan Can Kok itu bukanlah kipas biasa.
Gagangnya teibuat dari pada baja aseli dan ujung gagang
kipas itu runcing sehingga kalau kipas itu ditutup merupakan
dua batang senjata runcing yang dimainkan secara luar biasa.
Memang inilah kelihaian tiga orang ketua Perkumpulan Kipas
Hitam itu, dan permainan kipas mereka sebagai senjata
ampuh memang amat terkenal. Kepandaian tunggal ini
mereka pelajari dari suhu mereka dan selama mereka
menjagoi di kalangan liok-lim jarang mereka menemukan
tandingan. Akan tetapi sekali ini Can Kok bertemu dengan Kui Eng,
murid Lui Sian Lojin yang belasan tahun yang lalu pernah
mengobrak-abrik sarang mereka, bahkan yang pernah
membunuh susiok mereka. Setelah bertempur selama
duapuluh jurus lebih, Kui Eng mulai dapat menekan permainan
kipas lawannya dengan gerakan pedangnya, Melihat hal ini
Can An dan Can Sam melangkah maju hendak mengeroyok.
"Apakah kalian hendak bertempur seeara keroyokan "
Masih ada aku di sini !" Pek-bi Lojin berseru.
Can Sam memandang dengan muka merah dan merasa
ragu-ragu untuk maju. Akan tetapi Can An lalu mengebutkan
kipasnya dan tanpa banyak cakap lagi dia sudah menyerang
Pek-bi Lojin dengan hebat. Kakek itupun cepat menggerakkan
goloknya menangkis dan sebentar saja mereka telah
bertempur dengan seru dan mati-matian. Melihat ini, Can Sam
lalu melompat maju, membantu Can An dan mengeroyok Pekbi Lojin. Namun kakek yang gagah perkasa ini tidak menjadi
gentar, melainkan memutar goloknya secara cepat dan hebat
untuk melindungi tubuhnya dan juga untuk membalas
serangan dua orang lawannya.
Sementara itu, kepala dusun dan para penduduk dusun
yang menyerbu ke atas bukit, ketika melihat betapa secara
tiba - tiba dan tak terduga terdapat seorang gadis muda cantik
membantu mereka dan kini bahkan bertempur melawan Can
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kok yang menculik puteri kepala dusun itu, semua berdiri
menonton sambil tentu saja mengharapkan kemenangan di
fihak dara itu. Mereka sudah bersiap sedia untuk membantu
dan berkelahi mati-matian apabila anggauta Kipas Hitam turun
tangan mengeroyok. Melihat pertempuran antara tiga orang ketua gerombolan
melawan Pek-bi Lojin dan Kui Eng, orang-orang dusun itu
merasa tidak berdaya untuk membantu oleh karena setelah
lima orang itu bertanding, bayangan mereka lenyap dan
menjadi suram tertutup oleh berkelebatnya senjata-senjata
mereka yang sinarnya bergulung-gulung sehingga sukarlah
untuk membedakan mana kawan dan mana lawan. Oleh
karena itu, mereka hanya menonton saja dengan mata kabur
dan kagum. Biarpun ilmu kepandaiannya tinggi, namun Can Kok tidak
kuat juga menghadapi ilmu pedang dan kegesitan tubuh Kui
Eng yang sengaja melompat ke sana-sini mempermainkan
lawannya yang menjadi lelah dan pening karena harus
berputaran mengejar bayangan dan yang gerakannya amat
lincah dan cepat itu. "Robohlah !" Tiba-tiba Can Kok berseru keras sambil
membuka kipasnya. Ketika dia mengebut, dari ujung kipasnya
itu menyambar keluar tiga sinar hitam ke arah dada Kui Eng.
Itulah tiga batang jarum hitam yang amat berbahaya. Namun,
Kui Eng telah mendengar dari Pek-bi Lojin akan kelihaian dan
kecurangan ketua Kipas Hitam itu mempergunakan jarum
jarum rahasia yang disembunyikan di dalam kipas. Maka
begitu dia melihat sinar hitam menyambar cepat dia
mempergunakan pedangnya yang diputar dengan kecepatan
kilat untuk menangkis. Terdengar suara nyaring halus dan tiga
batang jarum itu tersampok runtuh semua.
"Heeeiiikkk !!" Can Kok berseru pula sambil menggerakkan
kipas. Kini terbang menyambar enam jarum, tiga meluncur ke
arah leher dan yang tiga batang lagi menyambar ke arah paha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng. Serangan ini demikian cepatnya dan tak terdugaduga, malah disusul dengan pukulan kipas ke arah dada itu
sehingga Kui Eng tidak sempat pula untuk menangkis semua
serangan yang datang dengan berbareng itu. Dia maklum
bahwa untuk menghindarkan ancaman maut itu dia harus
mengandalkan ginkangnya. "Haiiiitttt.......!" Dara itu mengeluarkan suara melengking
nyaring dan tiba-tiba tubuhnya sudah mencelat ke atas
dengan cepat sekali bagaikan seekor burung walet
menyambar ke atas. Sambil melompat, digerakkannya kedua
kakinya sehingga tubuhnya melayang ke depan dan melewati
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atas kepala Can Kok dan semua serangan itu dapat
dielakkannya sekaligus ! Can Kok terkejut bukan main. Cepat dia nemutar kakinya
dan untung bahwa dia memutar tubuhnya cepat-cepat karena
pada saat itu Kui Eng sudah membalasnya dengan menyerang
secara bertubi-tubi. Dengan gemas sekali karena lawannya
mempergunakan senjata-senjata rahasia, kini Kui Eng
mengeluarkan jurus-jurus ilmu pedangnya yang paling lebat,
sama sekali tidak memberi kesempatan kepada lawan, apa lagi
untukmengeluarkan senjata rahasia, bahkan untuk bernapaspun Can Kok merasa tidak sempat. Demikian cepat
dan gencarnya datangnya serangan dari dara itu sehingga
ujung pedang itu seolah-olah telah berubah menjadi belasan
batang! Mata Can Kok menjuling karena bingung menghadapi
kecepatan ini, dia berusaha untuk memutar kipas menangkis.
"Brettl!!" Pedang Kui Eng membabat di tengah - tengah. kipas
sehingga kipas itu pecah dan ujung pedang yang membabat
kipas itu masih terus meluncur ke bawah, mengancam tangan
yang memegang gagang kipas!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid VIII "CROOK ......! Aughhh ...... !! "
Can Kok menjerit kesakitan,
kipasnya terlempar dan tangannya
terbacok hampir putus! Can Kok hendak melompat mundur, akan tetapi sebuah
tendangan kaki kiri Kui Eng
dengan cepat mengenai dadanya
sehingga dia roboh terguling tak
sadarkan diri. Dalam gemasnya,
Kui Eng melompat maju hendak
membunuh orang jahat itu, akan
tetapi tiba-tiba dari samping
menyambar pukulan yang hebat
hingga terpaksa dia membuang diri untuk menghindarkan diri
sambil memutar pedangnya membacok ke arah penyerangnya. "Trangggg ....!" Pedangnya bertemu dengan gagang kipas
yang dipergunakan oleh Cin Sam untuk menyerangnya tadi
ketika orang ini berusaha menolong kakaknya. Biarpun Can
Sam tidak berhasil melukai Kui Eng, akan tetapi dia telah
berhasil menolong nyawa kakaknya dengan serangannya tadi.
Ternyata bahwa dengan pengeroyokan mereka berdua, Can
An dan Can Sam berhasil mendesak Pek-bi Lojin sehingga
kakek yang gagah perkasa ini merasa kewalahan juga. Dia
hanya memutar-mutar goloknya untuk melindungi dirinya
tanpa kuasa membalas sedikitpun juga. Namun berkat ilmu
goloknya yang lihai, kedua saudara Can itu belum mendapat
kesempatan untuk merobohkannya karena golok yang diputar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu seolah-olah membentuk suatu dinding baja yang luar biasa
kokohnya. Kemudian mereka mendengar pekik Can Kok
sehingga Can Sam segera meloncat dan berhasil
menghindarkan Can Kok dari bahaya maut. Kini Kui Eng
bertanding melawan Can Sam yang tidak kalah lihainya
dibandingkan dengan orang pertama dari ketua Hek-san-pang
itu, bahkan tenaga lwee-kang dari si tinggi kurus ini luar biasa
kuatnya. Setelah ditinggalkan oleh Can Sam dan hanya menghadapi
seorang lawan saja, Pek-bi Lojin memperlihatkan keunggulannya. Goloknya menyambar-nyambar bagaikan
halilintar di atas kepala Can An sehingga si kate ini menjadi
bingung dan terdesak hebat pertempuran seorang lawan
seorang ini terjadi dengan lebih seru lagi karena mereka
melakukan serangan mati-matian dan mengerahkan tenaga
dan kepandaian seadanya untuk merobohkan lawan.
Setelah kini hanya menghadapi Can An seorang, Pek-bi Lojin memperlihatkan kehebatannya. Goloknya menyambar dan tiba-tiba ketika kipas lawan menyambar ke arah kepalanya, dia melempar tubuh ke belakang lalu bergulingan dan goloknya menyambar-nyambar dari bawah. Itulah Tee-tong-to !
"Wuuuttt....... crakkk! Aduhhh......!" Can An menjerit dan paha kirinya
hampir putus terbabat golok Pek-bi Lojin. Akan tetapi pada saat itu, Pek-bi Lojin juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memekik kesakitan, karena ketika roboh, Can An
menyambitkan kipasnya yang mengenai pundak dan
menancap di pundak kakek itu. Inilah kepandaian istimewa
dari Can An. Sambitannya di lakukan pada saat dia
terpelanting roboh sehngga sama sekali tidak diduga oleh
lawan dan tenaga sambilannya ini kuat sekali. Berbareng
dengan robohnya Can An dan Pek-bi Lojin, kawanan Kipas
Hitam menyerbu dan Can Sam yang sudah merasa bingung
dan kewalahan menghadapi pedang Kui Eng yang amat lihai
itu cepat melompat mundur.
Melihat kawanan perampok Kipas Hitam maju, orang-orang
dusun menjadi nekat dan bersorak gemuruh lalu maju pula
dan menyerang dengan senjata mereka secara membabi buta ! Kui Eng maklum bahwa orang-orang dusun itu sama
sekali bukanlah lawan kawanan penjahat Kipas Hitam yang
pandai ilmu silat, maka dengan sekali lompatan saja dia telah
tiba di dekat tubuh Can An, menyeret rubuh ketua ke dua ini
dan dilemparkannya ke dekat tubuh Can Kok, kemudian
sambil menodongkan pedangnya dia membentak nyaring.
"Tahan semua senjata ! Can Sam, kalau kau tidak
perintahkan anak buahmu mundur, kedua orang kakakmu ini
akan kubunuh lebih dulu! " Kui Eng menempelkan pedangnya
secara bergantian di leher Can Kok dan Can An yang nasih
merintih-rintih kesakitan. Melihat ini Can Sam terkejut sekali.
"Jangan bunuh mereka.......!" teriaknya dan dia lalu
memberi tanda dengan suitan nyaring sehingga semua anak
buahnya lalu mengundurkan diri dan memandang kepada
ketua mereka dengan bingung dan khawatir.
"Can Sam, kita sudah berjanji untuk berkelahi dengan jujur
tanpa ada pengeroyokan. Kalau kau memang laki-laki yang
gagah, apabila engkau masih penasaran, marilah kau maju
dan kaulawan aku sampai penentuan terakhir! Akan tetapi
kalau kau hendak melakukan pengeroyokan dengan anak
buahmu, aku akan membunuh kedua orang saudaramu ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian akan kubasmi habis seluruh anak buahmu!" Ucapan
ini dikeluarkan dengan suara keras dan nyaring, dengan sikap
yang gagah sehingga kawanan Kipas Hitam menjadi
ketakutan. Melihat ini, Kui Eng makin berani dan semangatnya
bernyala-nyala. "Dengarlah, hai kalian para anggauta Kipas
Hitam. Aku adalah Kui Eng, murid terkasih dari suhu Lui Sian
Lojin yang dulu pernah memberi hajaran kepada kalian !
Setelah mendapat ampun dari suhu, ternyata sekarang kalian
melakukan kejahatan lagi. Maka, sekali lagi sekarang aku
memberi ampun kepada kalian asalkan kalian suka
membebaskan puteri kepala dusun itu dan membubarkan
perkumpulan Kipas Hitam yang jahat ini. Berjanjilah !"
Can Sam sebetulnya adalah seorang yang tidak suka
melakukan kejahatan dan dia hanya terbawa-bawa saja oleh
kedua orang kakak angkatnya. Kini melihat betapa kedua
orang kakaknya telah dirobohkan, maka habislah semangatnya
untuk melawan dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Melihat
kegagahan Kui Eng dan mendengar bahwa Kui Eng adalah
murid Lui Sian Lojin, maka dia dan kawan-kawannya menjadi
gentar, maka dia lalu menjawab, "Baiklah, lihiap. Kami
menurut dan harap lihiap mengampuni jiwa kedua orang
kakakku." "Bebaskan puteri kepala dusun itu ! " perintah Kui Eng dan
beberapa orang anak buah Kipas Hitam cepat memasuki
pondok dan tak lama kemudian mereka mengiringkan seorang
wanita muda yang cantik dan ketika wanita ini melihat
ayahnya, dia lari menubruk dan mereka berdua bertangistangisan.
"Sekarang kalian semua harus bubar dan meninggalkan
bukit ini. Kalau lain kali aku bertemu dengan seorang di antara
kalian dan melihat kalian berani melakukan kejahatan lagi,
jangan menyesal apa bila aku terpaksa-berlaku kejam !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Can Sam lalu memberi perintah dan semua anak buah
Kipas Hitam lalu bubar turun gunung, cerai-berai dan lari
mencari tempat baru. Sementara itu, beberapa orang dusun
lalu menolong Pek-bi Lojin yang hanya terluka kulit dan
dagingnya saja di bagian pundak dan tidak membahayakan
keselamatan nyawanya. Kemudian, barulah Kui Eng membebaskan Can Kok dan
Can An, membiarkan Can Sam dan beberapa orang kawannya
menolong mereka dan membawanya turun gunung. Orangorang dusun dengan dikepalai oleh lurah mereka lalu
membakari semua pondok gerombolan yang telah ditinggalkan
oleh para penghuninya itu.
Kemudian beramai-ramai turun gunung, mengiringkan Kui
Eng dan memanggul tubuh Pek-bi Lojin yang terluka. Kui Eng
dipuji-puji dan dihormati sebagai seorang pahlawan dan
namanya menjadi bahan sanjungan setiap orang. Oleh karena
sepak terjangnya yang gagah perkasa dan pakaiannya yang
berwarna hijau itu, maka orang-orang kampung memberi
julukan Ceng-liong Lihiap (Pendekar Wanita Naga Hijau)
kepadanya. Dia disebut naga karena sepak terjangnya tiada
ubahnya seekor naga sakti yang mengamuk dan membasmi
orang-orang jahat. Pek-bi Lojin juga menerima penghormatan dan perawatan
dari para penduduk dusun. Kakek ini menghaturkan banyak
terima kasih kepada Kui Eng yang dijawab oleh dara perkasa
itu dengari merendahkan diri. Setelah berpamit dari Pek-bi
Lojin, Kui Eng lalu meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan
perjalanannya. Kui Eng merasa bimbang sekali karena dia tidak tahu harus
pergi kemana. Menurut keinginan hatinya, dia hendak
menyusul Ang Min Tek ke kota raja karena bayangan pemuda
pelajar itu selalu teringat olehnya. Akan tetapi dia merasa
berduka kalau teringat akan ibunya. Setelah sedemikian
lamanya dia merantau, belum juga dia dapat mencari jejak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibunya. Maka dia lalu mengambil keputusan untuk menuju ke
kota raja dengan jalan memutar dari barat, agar dia dapat
melalui tempat-tempat yang belum pernah didatanginya untuk
mencari-cari jejak ibunya,dan juga untuk meluaskan
pengalamannya. (Oo-bud_dwkz-234-oO) Kini tiba giliran Gan Beng Han yang perlu kita ikuti
perjalanannya. Seperti telah kita ketahui, murid pertama dari
Lui Sian Lojin ini merasa berduka sekali setelah dia
ditinggalkan oleh sute dan sumoinya. Dia merasa bersedih
karena sikap Kui Eng yang ternyata tidak mencintainya seperti
yang dia dengar dari penuturan Beng Lian adiknya. Dan dia
merasa khawatir karena sutenya, Bun Hong pergi seorang diri
ke kota raja. Dia maklum akan keberanian Bun Hong,
keberanian yang kadang-kadang terlalu sehingga meninggalkan kehati-hatian yang mungkin sutenya itu dapat
terancam bahaya. Oleh karena itu, dia lalu berangkat
meninggalkan ibu dan adiknya untuk menyusul Bun Hong ke
kota raja. Di sepanjang perjalanan itu dia selalu teringat kepada Kui
Eng dan dengan segala kekuatan batinnya dia menindas
perasaan sedih dan kecewa di dalam hatinya. Lagu cinta
memang selalu mengandung nada-nada sedih dan kecewa, di
samping nada-nada bahagia gembira, mengandung sorga dan
juga neraka. Mengapa"
Cinta ............ dari manakah anda datang tiba - tiba saja
Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melalui mata memandang cinta memenuhi hati Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencipta sorga teramat indah
mengintai di balik senyum si dia
menyelinap di dalam gairah membara ......
Cinta ............ ke manakah anda pergi membawa segala keindahan mimpi
melempar hati ke dasar neraka
penuh kecewa dan duka nestapa
hilanglah semua harapan lenyaplah segala gairah
yang ada hanya pedih merana .........
Beng Han teringat betapa bahagia hidupnya beberapa saat
yang lalu, ketika dia masih dekat dengan sumoinya, dengan
dara yang di cintainya. Dan tiba-tiba saja, dalam waktu sedetik
semenjak dia tahu bahwa Kui Eng tida mencintanya, seakanakan hancurlah segala-galanya dan kehidupan berubah
menjadi derita dan siksa hati.
Mengapa demikian " Mengapa cinta hanya menjadi
semacam permainan antara suka dan duka " Antara sorga dan
neraka " Dan lebih banyak dukanya dari pada sukanya yang
dibawa oleh cinta " Mengapa cinta tidak dapat kekal"
Mengapa selalu timbul saja konflik bahkan sampai dengan
perpecahan di antara orang-orang yang tadinya mengaku
saling mencinta. Mengapa pula cinta menghancurkan hati
orang yang tidak menerima balasan cinta, mendatangkan
derita batin bagi orang yang mencinta sefihak saja "
Mengapa" Kita sudah terlalu mengotori kata "cinta" dengan berbagai
penafsiran sehingga cinta yang sejati menjadi suram dan tidak
nampak lagi. Yang biasa menempel di bibir kita sebagai cinta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasih, sebagai cinta suci dan sebagainya, yang menjadi
kembang bibir di antara pria dan wanita, di antara sahabat, di
antara orang tua dan anak, di antara manusia dengan
Tuhannya, antara manusia dengan para dewanya, antara
manusia dengan kebangsaannya, negaranya, dan sebagainya,
kata "cinta" yang kita obral dau yang dengan mudah sekali
kita ucapkan itu, sesmgguhnya patut kita selidiki lagi apakah
semua itu benar-benar cinta !
Tidak mungkin menyelidiki pernyataan cinta orang lain,
akan tetapi sudah jelas bahwa kita dapat menyelidiki
pernyataan cinta kita sendiri dan mari kita sama menjenguk
dan menyelami ! Si suami berkata kepada isterinya, atau isteri kepadi
suaminya, "Aku cinta padamu", akan tetapi di dalam
pernyataan cinta ini biasanya terkandung sebab dan pamrih.
Aku cinta padamu karena engkaupun cinta padaku, atau aku
cinta padamu karena engkau memuaskan hatiku, melayaniku,
menyenangkan hatiku. Jadi pada hakekatnya, cinta macam ini
adalah suatu jual beli saja. Kita membeli dengan cinta untuk
mendapatkan kesenangan! Marilah, kita bersikap jujur dan
meneliti diri sendiri. Tidakkah demikian keadaannya "Dan
kalam pada suatu waktu, si dia yang kita cinta karena
pelayanannya itu, baik sex, sikap manis, uang, atau apa saja,
menolak untuk memberi pelayanan itu, maka kitapun menjadi
marah ! Dan cintapun kabur entah ke mana! Cinta seperti itu
sifatnya hanya merupakan jembatan untuk penyeberangan
kita ke arah kesenangan ! Cinta seperti itu membuat kita ingin
menguasai, memiliki, dimiliki, memberi, diberi, dan terutama
sekali mengikat dia yang kita cinta itu kepada kita, menjadi
milik kita dengan hak penuh dan tidak boleh diganggu gugat
oleh siapapun juga ! Dan kalau pada suatu waktu dia yang
kita cinta itu bermanis-manis dengan pria atau wanita lain,
marahlah kita, dan perceraianpun terjadilah, cinta kita seperti
itu hanya merupakan api yang dihidupkan dengan bahan
bakar berupa kesenangan untuk diri kita sendiri. Api itu masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernyala selama bahan bakarnya masih ada. Kita masih
mencinta selama dia yang kita cinta itu masih mendatangkan
kesenangan, akan tetapi kalau bahan bakar itu habis, cintapun
padamlah, bahkan kadang-kadang, sebagai akibat akibat
cemburu dan sebagainya, "cinta" kita itu malah bisa saja
berubah menjadi "benci"! Apakah yang demikian itu benarbenar cinta sejati"
Sama halnya dengan cinta kita terhadap sahabat. Sahabat
yang sudah seribu kali melakukan hal yang menyenangkan
hati kita, kita cinta, akan tetapi satu kali saja dia melakukan
hal tidak menyenangkan, maka cinta kita luntur, mungkin
berubah menjadi benci. Cinta antara sahabat macam inipun
pada dasarnya hanyalah digerakkan oleh nafsu ingin
menyenangkan diri kita sendiri saja.
Demikian pula pengakuan cinta kita terhadap orang tua
atau anak, terhadap Tuhan, pada dewa, terhadap bangsa,
negara dan sebagainya. Pernahkah kita meneropong apa yang
menjadi dasar dari pada perasaan cinta kita itu" Apa bila
dibaliknya bersembunyi pamrih atau sebab karena kita ingin
senang, baik kesenangan lahir maupun kesenangan batin,
maka itu hanyalah jual beli saja dan karenanya palsu adanya.
Dan sudahlah pasti bahwa cinta yang seperti itu hanya
mendatangkan konflik, seperti kesenangan macam apapun,
mendatangkan puas kecewa, suka duka, tawa dan tangis.
Pahlawan Dan Kaisar 12 Pedang Abadi Zhang Seng Jian Serial 7 Senjata Karya Khu Lung Kedele Maut 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama