Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 15

Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 15


guna mencari keterangan. Namun Yang Kiong Sian telah menyadari bahaya yang tidak kecil
buat orang-orangnya Sam-cie-sin-kay jika mereka berkeliaran di
kota raja. Jelas Dalpa Tacin maupun orang-orangnya itu, para
pahlawan istana, telah melihat bahwa Yang Kiong Sian dan ke tiga
orang sahabatnya adalah orang-orang Kay-pang yang pakaian
bagai pengemis. Karena itu, akibat adanya kejadian tersebut,
boleh jadi setiap pengemis yang berkeliaran di kota raja akan
ditangkap oleh orang-orang Kaisar.
Itulah sebabnya mengapa Yang Kiong Sian telah menolak usul
yang diberikan oleh Sam-cie-sin-kay.
Sedangkan Phoa Tiang Ie bertiga yang tengah bersembunyi di
balik batu gunung-gunungan buatan, telah berdiam diri sampai
menjelang fajar, Dalpa Tacin bersama para pahlawan istana telah
mencari ke sana ke mari, namun tidak berhasil menemui jejak
mereka. Iapun menduga bahwa ke tiga pengemis itu telah
melarikan diri. Pagi telah tiba dan sinar matahari, pagi pun yang hangat telah
menyinari seluruh permukaan bumi. Waktu itu Bo Siang Hong
sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk meloloskan diri,
karena di istana Kaisar telah dijaga ketat. Bertiga dengan ke dua
kawannya mereka tetap mendekam di tempat persembunyiannya.
Bo Siang Hong bermaksud untuk menanti sang malam telah tiba
kembali, barulah di saat itu mereka akan berusaha meloloskan diri.
1004 Berusaha meloloskan diri di waktu siang hari seperti itu hanyalah
bahaya yang akan mereka terima.
Dengan demikian, mereka harus bersabar. Bukankah untuk
menyelamatkan jiwa Wie Liang Tocu masih terdapat kesempatan
satu hari" Karena itu Bo Siang Hong bertiga tetap berdiam di
tempat persembunyian mereka.
Malam harinya, istana Kaisar tetap dijaga dengan ketat. Apa yang
diduga oleh Yang Kiong Sian memang terbukti, karena sejak pagi
tadi setiap pengemis yaug terdapat di kota raja, tentu ditangkap
dan dijebloskan dalam tahanan. Mereka di periksa dengan keras
dan bengis, dan juga mereka disiksa untuk dipaksa memberikan
pengakuan. Akan tetapi, pengemis-pengemis itu yang memang tidak tahu
menahu perihal Yang Kiong Sian berempat, jadi tidak bisa
memberikan keterangan apapun juga.
Di waktu itu, Sam-cie-sin-kay sendiri sibuk sekali menyebar orangorangnya, karena walaupun bagaimana Sam-cie-sin-kay tidak bisa
membiarkan murid-murid Kay-pang ditawan oleh orang-orang
istana, dan Sam-cie-sin-kay ingin berusaha membebaskan
mereka. Yang Kiong Sian yang menantikan kembalinya Bo Siang Hong
bertiga dengan Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo, maka menduga
bahwa ke tiga orang kawan mereka itu telah tertawan oleh pihak
kerajaan. Karenanya hati Yang Kiong Sian berduka bukan main.
Yang membuat dia tambah berduka justru obat-obat yang telah
1005 dicurinya tidak satupun yang merupakan obat yang tengah
dicarinya untuk menyelamatkan Wie Liang Tocu.
Tetapi ketika sang rembulan mulai memperlihatkan diri lagi, tidak
terduga sama sekali Bo Siang Hong bertiga dengan Phoa Tiang Ie
dan Sun Kiang Lo telah kembali. Bo Siang Hong mengempit ke dua
sahabat itu di tangan kiri dan tangan kanannya. Keadaan Sun
Kiang Lo dan Phoa Tiang Ie dalam keadaan yang cukup parah.
Mereka bertiga telah mengantongi cukup banyak bermacammacam obat, dan justru ketika mereka mengeluarkan obat-obatan
itu, Sam-cie-sin-kay memeriksanya. Beberapa macam ramuan
obat segera diberikan kepada Phoa Tiang Ie dan Sun Kiang Lo
agar mereka dapat berkurang rasa sakitnya. Begitu juga dengan
Yang Kiong Sian, dia telah diberikan semacam obat untuk
menyembuh luka di dalam tubuhnya.
Sam-cie-sin-kay waktu mencari-cari Lian-som di antara obatobatan itu, wajahnya muram. Sejauh itu dia masih belum juga
menemui obat yang dicarinya.
"Jika dilihat demikian tampaknya sulit untuk menolong jiwa Wie
Tianglo, karena obat yang kita cari itu tidak terdapat disini!" Samcie-sin-kay sambil menyingkirkan separuh dari obatan-obatan yang
telah dipilihnya. "Memang telah kuduga, bahwa untuk memperoleh
Lian-som tidak mudah.....!"
Tetapi berkata sampai di situ, tiba-tiba matanya terpentang lebarlebar, wajahnya berobah. Dan katanya dgngan suara setengah
berseru: "Ihhhh, apa ini....."!" diapun telah me ngeluarkan isi dari
1006 botol obat tersebut, yang ternyata merupakan sekuntum bunga
berwarna jingga dan kehijau-hijauan.
Waktu bunga itu dikeluarkan dari botolnya, seketika ruangan
tersebut dipenuhi oleh bau harum semerbak yang aneh sekali,
namun menyegarkan. Sam-cie-sin-kay mencium-cium kembang itu beberapa saat,
wajahnya berseri-seri. "Apakah kalian tidak menciumnya?" tanya Sam-cie-sin-kay dengan
sikap gembira. "Inilah bau harum dari Swat-lian dan Jin-som, tentu
kembang inilah yang tengah kita cari!"
Kemudian Sam-cie-sin-kay lebih menelitikan kembang itu, dia
mengangguk-angguk girang bukan kepalang.
Sedangkan Yang Kiong Sian dan yang lainnya mengawasi dengan
hati berdebar-debar. Karena tidak percuma mereka mempertaruhkan jiwa menyatroni istana Kaisar, karena terbukti
sekali ini bahwa usaha yang mereka cari itu telah ditemukan.
Malah yang lebih menguntungkan, mereka telah mencuri obatobatan yang tidak ternilai harganya, karena umumnya obat yang
mereka 'sikat' dari kamar obat Kaisar Boan-ciu itu justru
merupakan obat-obatan yang langka sekali dan jarang bisa
diperoleh dalam dunia ini.
Yang Kiong Sian menghela napas lega.
1007 Sedangkan Sam-cie-sin-kay telah bekerja cepat sekali, di mana
sepasang tangannya telah mengurut dan menotok tidak hentinya.
Sedangkan kepada Yang Kiong Sian dia meminta agar kembang
Lian-som tersebut dihancurkan dan dicampur dengan secangkir
teh. Yang Kiong Sian bekerja cepat sekali.
Waktu itu Wie Liang Tocu masih berada dalam keadaan pingsan,
walaupun hampir dua hari lamanya dia selalu ditotok dan diurut,
namun tetap saja dia masih belum sadarkan diri. Karenanya,
keadaannya itu menguatirkan sekali. Akan tetapi dengan
ditemukannya kembang Lian-som tersebut, maka harapan masih
ada buat para pengemis itu. bahwa Wie Liang Tocu akan dapat
tertolong. Kala itu, Sam-cie-sin-kay bekerja keras untuk menotok dan
mengurut bagian-bagian terpenting di tubuh Wie Liang Tocu, dan
Yang Kiong Sian telah selesai menghancurkan kembang Lian-som
tersebut yang dicampur dengan secangkir teh. Lalu perlahan-lahan
diminumkan kepada Wie Liang Tocu.
Mereka meminumkannya dengan memegang ke dua rahang Wie
Liang Tocu. Walaupun Wie Tianglo dalam keadaan pingsan,
namun air hasil ramuan kembang Lian-som tersebut dapat tertelan
juga sedikit demi sedikit.
Setelah meminumkan habis satu cangkir penuh air ramuan
kembang Lian-som tersebut, Sam-cie-sin-kay menghela napas
lega. 1008 "Mudah-mudahan jiwa Wie Tianglo dapat diselamatkan!" dia
menggumam perlahan. Yang Kiong Sian dan ke tiga pengemis lainnya memandang
tegang. "Apakah..... apakah setelah diminumkannya air ramuan kembang
Lian-som, jiwa Wie Tianglo akan selamat?" tanya Yang Kiong Sian
dengan suara mengandung ketegangan.
Sam-cie-sin-kay tersenyum, katanya: "Biasanya, luka di dalam
yang bagaimanapun hebatnya, jika diberikan minum air campuran
kembang Lian-som, tentu akan sembuh kembali. Karena
jangankan yang terluka hebat dan pingsan, sedangkan yang
jiwanya hampir keluar dari ujung kepala, jika minum air campuran
kembang Lian-som, tentu jiwanya itu akan kembali ke
raganya......!" Mendengar penjelasan Sam-cie-sin-kay, ke empat pengemis
berkarung delapan itu jadi girang. Mereka bersyukur bahwa
mereka berhasil memperoleh kembang Lian-som tersebut.
Sedangkan Sam-cie-sin-kay telah meneruskan perkataannya.
"Jika memang dalam dua hari Wie Liang Tianglo masih belum
siuman maka kita harus membuka beberapa jalan darah pusat di
dekat dadanya, agar air campuran Lian-som yang mengaliri
sekujur tubuhnya itu dapat menerobos masuk ke bagian-bagian
penting pada jalan darah pusatnya!"
Ke empat pengemis itu mengangguk.
1009 Mereka beristirahat, karena selama dua hari beruntun mereka
sangat letih sekali. Sekarang setelah mereka berhasil memperoleh
kembang Lian-som juga telah berhasil pula meminumkannya
kepada Wie Tianglo, maka mereka jadi jauh lebih tenang dan dapat
beristirahat. Sedangkan di kota raja sendiri tengah diadakan pencarian yang
ketat sekali terhadap Yang Kiong Sian berempat. Setiap pengemis
yang ditemukan di dalam kotaraja tentu ditangkap tanpa pilih bulu.
Semua anggota Kay-pang yang biasanya memiliki tempat 'operasi'
di kota raja, telah mematuhi perintah dari Sam-cie-sin-kay untuk
tidak berkeliaran dulu di dalam kota. Karenanya mereka berkumpul
di kuil tua tersebut. Waktu beredar terus dengan cepat, satu hari telah herlalu......
Wie Liang Tianglo masih tetap dengan keadaannya, pingsan tidak
sadarkan diri. Dan Sam-cie-sin-kay berulang kali telah berusaha
menotok heberapa jalan darahnya, akan tetapi kemajuan tidak
diperoleh pada diri Tianglo pengemis itu.
Keadaan Wie Liang Tianglo seperti itu telah membuat Yang Kiong
Sian dan yang lainnya berkuatir. Mereka jadi selalu mendampingi
Wie Liang Tianglo, di mana Tianglo itu masih berada dalam
keadaan pingsan. Sedangkan Sam-cie-sin-kay tidak tinggal diam, bergantian dia
telah menotok jalan darah di sekujur tubuh Wie Liang Tianglo,
dibantu oleh Yang Kiong Sian berempat.
1010 Setelah lewat satu malaman lagi, mulai terlihat perkembangan
yang cukup menggembirakan pada diri Wie Liang Tianglo, karena
Wie Liang Tocu mulai memperdengarkan keluhan. Walaupun dia
masih berada dalam keadaan antara sadar dan tidak.
Sedangkan saat itu, Sam-cie-sin-kay semakin mempergiat totokan
dan urutannya, dan juga telah meminta kepada Yang Kiong Sian
dan ke tiga pengemis berkarung delapan lainnya untuk bantu
menguruti dan menotok jalan darah di tubuh Tianglo tersebut.
Akhirnya Wie Liang Tianglo tersadar dari pingsannya, sepasang
matanya terbuka perlahan-lahan dan terdengar dia bertanya
dengan sikap keheranan: "He, di mana aku berada....."!" Dan bola
mata itu telah mencilak ke sana ke mari.
Waktu melihat Sam-cie-sin-kay dan yang lainnya, segera juga dia
menggumam perlahan: "Oohh, kiranya aku berada di tengahtengah sahabat......!"
Sam-cie-sin-kay, Yang Kiong Sian dan yang lainnya girang bukan
main. Mereka selain bersenyum juga telah mengucapkan rasa
syukur mereka kepada Thian, yang mana akhirnya Wie Liang
Tianglo telah tertolong jiwanya.
Waktu itu, Sam-cie-sin-kay sendiri telah mendekati kepalanya
pada Wie Liang Tianglo katanya: "Harap Tianglo beristirahat
dengan tenang, kami menjaga di sini dan Tianglo tidak perlu kuatir
terjadi suatu apapun juga......!"
Wie Liang Tianglo berusaha tersenyum, walaupun tampaknya sulit
sekali buatnya tersenyum, dan katanya: "Terima kasih.....!" Lalu dia
1011 memejamkan kembali matanya dan tidak mengucapkan kata-kata
lainnya, tampaknya dia masih lemah sekali dan ingin beristirahat.
Sam-cie-sin-kay menghela napas lega, dia berseru perlahan
kepada Yang Kiong Sian dan yang lainya: "Akhirnya tertolong
juga!" Yang Kiong Sian berempat dan juga pengemis-pengemis lainnya
yang banyak berkumpul di kuil tua itu, telah bergirang dan
mengucapkan syukur atas kesembuhan dan tertolongnya jiwa Wie
Liang Tianglo. Sam-cie-sin-kay menanti sesaat lagi lamanya, sampai akhirnya dia
telah mulai menotok pula beberapa jalan darah di tubuh Wie Liang
Tocu. Tianglo itu tertidur nyenyak sekali. Wajahnya sudah tidak pucat
kehitam-hitaman lagi, karena sekarang pada pipinya terlihat warna
kemerah-merahan. Sedangksn Sam-cie-sin-kay pun telah beristirahat.
Lewat lagi satu hari, kesehatan Wie Liang Tianglo pulih, dan dia
telah tersadar benar-benar dari pingsannya, mulai berangsur
tenaga dan semangatnya pulih sebagai biasa. Hanya saja yang
masih terlihat jelas, dia lemas dan membutuhkan istirahat yang
cukup panjang, namun kesehatannya itu tidak terancam bahaya
lagi. 1012 Sore itu Wie Liang Tocu berusaha duduk dari rebahnya. Akan
tetapi Sam-cie-sin-kay telah mencegahnya dan memintanya agar
dia tetap rebah untuk beristirahat.
Satu hari lagi Wie Liang Tocu beristirahat dan selama itu dia
dilayani oleh Sam-cie-sin-kay dan yang lainnya, untuk makan dan
minumnya. Sementara itu Sam-cie-sin-kay hanya memberikan
bubur kepada Tianglo ini, karena kesehatannya dikala itu baru saja
sembuh, tidak boleh memakan nasi yang keras, yang
kemungkinan bisa mengganggu kesehatannya. Dan bubur itu
dimasak sendiri oleh Sam-cie-sin-kay.
Bukan main berterima kasihnya Wie Liang Tianglo memperoleh
pertolongan dan rawatan demikian baik dari Sam-cie-sin-kay dan
para pengemis lainnya. Kesehatannyapun mulai pulih pula lebih
baik. Di hari ke tiganya, Wie Liang Tianglo telah dapat duduk dan
bercerita. Tianglo ini menceritakan, bagaimana dia telah dilukai oleh Tiat To
Hoat-ong, karena sebelumnya dia telah bertempur dengan Gochin
Talu dan Lengky Lumi. Juga tujuan Wie Liang Tocu yang
bermaksud membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi, dua orang
Boan yang merupakan sumber kepengkhianatan dari ke tiga orang
Tianglo Kay-pang yaitu Nyo Tianglo, Pheng Tianglo dan Kan
Tianglo. Karena dari itu, walaupun bagaimana, Wie Liang Tianglo
mengatakan kepada Sam-cie-sin-kay, jika kelak kesehatan telah
pulih, tetap akan pergi mencari Gochin Talu dan Lengky Lumi,


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1013 untuk membinasakan ke dua orang Boan itu. Dan Wie Liang Tocu
pun berpesan, sejak sekarang para pengemis Kay-pang tidak perlu
memperdulikan dan melayani setiap perintah dari Nyo Tianglo, Kan
Tianglo dan Pheng Tianglo.
"Ke tiga Tianglo itu akan memperoleh hukuman yang setimpal
dengan perbuatan mereka," kata Wie Liang Tianglo lebih jauh.
"Dan dalam rapat besar di malaman Cap-go mendatang,
keputusan itu akan diumumkan, oleh Pangcu.....!"
Sam-cie-sin-kay dan pengemis-pengemis lainnya telah mengiyakan dan mereka terkejut bukan main mengetahui bahwa
tiga orang Tianglo partai mereka seperti Nyo Tianglo, Pheng
Tianglo dan Kan Tianglo telah berkhianat mengadakan kontak
serta kerja sama dengan pihak Boan, membuat mereka selain
heran juga sangat gusar sekali.
Wie Liang Tianglo tersenyum pahit, katanya, "Hal ini disebabkan
perasaan yang tidak puas, karena Nyo Tianglo, Kan Tianglo dan
Pheng Tianglo pernah dipecat dari kedudukannya sebagai Tianglo
oleh Oey Pangcu (Oey Yong). Mereka bertiga telah diturunkan
tingkat kedudukannya dari sembilan karung menjadi delapan
karung. Rupanya sakit hati dan dendam mereka itu terpendam
terus, dan kini di saat mereka melihat Kay-pang akan terpecah
belah, mereka ingin mempergunakan kesempatan itu untuk
merebut kedudukan dan kekuasaan di dalam Kay-pang.
"Tentu saja jika hanya mereka bertiga serta para pengikutnya,
mereka tidak mungkin berhasil merebut kekuasaan di Kay-pang.
Namun jika memang mereka memperoleh bantuan dari orang1014
orang Boan, di mana Kaisar Boan itu menggerakan para pahlawan
kerajaan, niscaya Kay-pang menghadapi urusan yang tidak
kecil.....!" Sam-cie-sin-kay dan pengemis-pengemis lainnya, seketika
bertambah murka. Malah di antara mereka ada yang tidak dapat
menahan diri dan telah mengeluarkan kata-kata makian yang
ditujukan kepada ke tiga Tianglo Kay-pang yang berkhianat itu.
Sedangkan Wie Liang Tianglo menghela napas.
"Sementara itu kita tidak bisa mengatakan suatu apapun juga
karena mereka masih resmi dengan kedudukan mereka sebagai
Tianglo, dengan sendirinya kitapun tidak bisa bertindak main hakim
sendiri! Walaupun data-data dan bukti telah berkumpul di tangan
Pangcu, keputusan itu harus diambil dalam rapat besar Kay-pang
seperti lazimnya..... "Karenanya kita harus menantikan sampai malaman Cap-go yang
akan datang, saat mana Pangcu akan mengumumkan hasil
perundingan tersebut dan juga memberitahukan kepada saudarasaudara kita di Kay-pang, bahwa ke tiga Tianglo itu akan dipecat
dari jabatan mereka dan juga akan dijatuhi hukuman......!"
Mendengar penjelasan Wie Liang Tocu itu, Sam-cie-sin-kay, Yang
Kiong Sian, Phoa Tiang Ie, Bo Siang Hong dan Sun Kiang Lo serta
para pengemis lainnya telah mengiyakan. Dan mereka menyadari
betapa pentingnya arti dari hasil rapat besar yang akan
diselenggarakan oleh Kay-pang tidak lama lagi, karena keputuan
seluruh pemimpin pertemuan atau rapat besar tersebut.
1015 Begitulah, banyak yang mereka perbincangkan, selama itu pula
Wie Liang Tocu banyak sekali menceritakan perkembangan yang
terjadi di markas Kay-pang.
Semua pengemis mendengarkan sebaik-baiknya karena memang
mereka umumnya berkelana dan jarang sekali berkumpul di
markas pusat. Mereka baru akan pulang ke markas pusat jika saja
Kay-pang mengadakan pertemuan atau rapat tertentu.
Dengan begitu, banyak di antara mereka yang tidak begitu jelas
mengenai perkembangan terakhir dan partai mereka. Dan
sekarang Wie Liang Tocu, salah seorang Tianglo mereka telah
menceritakan keadaan di markas besar mereka, karenanya
mereka jadi tertarik sekali.
Tiga hari lagi telah lewat dengan cepat, kesehatan Wie Liang Tocu
pun telah pulih kembali sebagaimana sedia kala. Beruntung ia
memperoleh pertolongan dengan kembang Lian-som sehingga
Wie Liang Tocu, sembuh tanpa kurang suatu apapun juga.
Pada pagi itu, Wie Liang Tocu menyatakan keinginan guna
menyatroni lagi Gochin Talu dan Lengky Lumi.
Akan tetapi Sam-cie-sin-kay dan para pengemis yang lainnya telah
mencegahnya. Menurut Sam-cie-sin-kay, walaupun Win Liang tocu
telah sembuh keseluruhannya dan kepandaiannya itu tidak
berkurang, namun tetap saja dia agak lemah dengan
membutuhkan waktu satu bulan untuk beristirahat, sampai benarbenar keadaan dan kekuatan maupun semangatnya pulih benar.
1016 "Yang paling penting lagi justru tidak lama lagi akan tiba waktunya
rapat besar Kay-pang kita.....!" kata Sam-cie-sin-kay. "Memang
lawan memiliki kepandaian di bawah kepandaian Wie Tianglo,
akan tetapi jika sampai pertempuran itu menyebabkan Wie Tianglo
terluka pula oleh akal bulus mereka, bukankah hal ini akan
membuat kita semua menyesal bahwa Wie Tianglo tidak dapat
hadir dalam rapat itu"
"Bukankah rapat besar yang akan diselenggarakan di malaman
Cap-go itu memiliki arti yang penting sekali, karena di dalam rapat
itu akan ditentukan hukuman apa yang akan dijatuhkan kepada ke
tiga orang Tianglo pengkhianat itu" Dan yang terpenting lagi,
tentunya pangcu perlu bantuan dan dukungan dari Wie Tianglo dan
di samping Tianglo-tianglo lainnya, agar pangcu dapat mengambil
tindakan yang cepat. Dengan di samping Wie Tianglo tentu pangcu
lebih muda mengatasi ke tiga orang Tianglo pengkhianat itu.....?"
Wie Liang Tocu mendengar saran Sam-cie-sin-kay tanpa
mengatakan suatu apa pun juga. Namun akhirnya setelah ia
memikirkannya agak lama, Wie Liang Tocu mengakui jnga
benarnya perkataan Sam-cie-sin-kay maka ia mengangguk.
"Baiklah, aku lebih baik menahan diri tidak pergi mencari orangorang Boan itu..... Jika memang kelak aku sudah berhasil
mendampingi Pangcu dalam repat besar itu, aku akan berangkat
ke kota raja untuk mencari orang-orang Boan itu guna membasmi
mereka.....!" berkata Wie Liang Tocu
Sam-cie-sin-kay girang mendengar Wie Liang Tocu tidak
bersikeras hendak menyatroni Gochin Talu dan Lengky Lumi. Dan
1017 berlega hati. Begitulah, selanjutnya mereka membicarakan
rencana perjalanan mereka ke Hou-ciu guna menghadiri rapat
besar yang akan diselenggarakan oleh partai mereka.
"Y" Hou-ciu merupakan sebuah kota yang cukup besar di dalam
lingkungan propinsi Ciat-kang dan di kota tersebutlah penempatan
bala tentara Monggolia yang telah berhasil menguasai daratan
Tiong-goan, merupakan bagian yang paling sedikit dan
berkedudukan lemah. Disebabkan pertimbangan itulah maka Yehlu Chi telah memilih Hou-ciu sebagai tempat berkumpul para
anggota Kay-pang untuk hadir dalam rapat besar yang akan
diselenggarakannya. Masih setengah bulan lagi waktu diselenggarakannya pertemuan
atau rapat besar para pengemis dari seluruh daratan Tiong-goan
itu, namun di Hou-ciu sudah terlihat banyak sekali berkeliaran para
pengemis-pengemis yang berusia telah lanjut dan ubanan. Mereka
semuanya berkelompok, sehingga di saat itu Hou-ciu kebanjiran
dikunjungi para pengemis.
Banyak juga penduduk kota Hou-ciu yang merasa heran dan
bingung mengapa kota mereka bisa kebanjiran pengemis yang
demikian banyak. Akan tetapi orang-orang rimba persilatan segera
mengetahui tentu ada sesuatu urusan yang hendak dilakukan Kaypang dengan mengumpulkan anggautanya di tempat ini.
Segera juga, orang-orang rimba persilatan dan kang-ouw yang
berada di sekitar daerah dan kota Hou-ciu menaruh perhatian yang
besar terhadap berkumpulnya para pengemis itu di kota Hou-ciu.
1018 Banyak yang sengaja berdatangan ke Hou-ciu hanya khusus untuk
menyaksikan keramaian. Jago-jago Kang-ouw yang berdatangan itu dari kota Lim-kwan,
Ciu-ting-kwan dan kota-kota lainnya yang berdekatan dengan Houciu. Mereka yakin bahwa di Hou-ciu dengan berkumpul sedemikian
banyaknya pengemis-pengemis Kay-pang, tentu akan ada
keramaian yang menarik hati.
Di Hou-ciu sebenarnya terdapat belasan rumah penginapan.
Walaupun Hou-ciu merupakan kota yang besar, akan tetapi setiap
harinya rumah penginapan maupun rumah makan tidak sepenuh
seperti akhir-akhir itu. Setidak-tidaknya tentu masih ada saja kamar
kosong dan jika seseorang pelancongan datang ke Hou-ciu tentu
tidak kesulitan rumah penginapan.
Akan tetapi beberapa hari belakangan ini banyak orang-orang
yang datang dari luar Hou-ciu ingin meminta kamar di rumah
penginapan harus kecewa, karena permintaan mereka tidak bisa
dipenuhi, di mana kamar-kamar di berbagai rumah penginapan
yang terdapat di Hou-ciu itu telah terisi penuh.
Bahkan, banyak juga penduduk Hou-ciu yang sengaja
menyewakan rumah mereka, untuk orang-orang yang tidak ke
bagian kamar di rumah penginapan.
Keramaian yang terlihat di akhir-akhir ini di kota Hou-ciu memang
menyolok sekali. Dan ditambah dengan penuhnya pengemis yang
berkeliaran keluar masuk setiap rumah penginapan maupun rumah
makan sekedar meminta sedekah.
1019 Hampir seluruh penduduk Hou-ciu menduga-duga, entah apa yang
akan terjadi di Hou-ciu dengan perobahan yang ada dan keramaian
seperti itu. Pada pagi itu nampak belasan orang penunggang kuda yang
memasuki Hou-ciu. Mereka merupakan orang-orang yang
bertubuh tinggi besar dengan wajah yang bengis. Akan tetapi cara
berpakaian mereka itu memperlihatkan mereka adalah para
saudagar. Rombongan ini telah menghampiri rumah penginapan Su-kiantiam-lauw, sebuah rumah penginapan yang terbesar di kota Houciu. Dan dengan gerakan yang gesit sekali semuanya telah
melompat turun dari kuda masing-masing.
Cara mereka turun dari kuda masing-masing memang
mengherankan sekali. Mereka berpakaian sebagai saudagar, akan
tetapi gerakan mereka yang gesit itu menunjukan bahwa mereka
mengerti ilmu silat. Dengan demikian membuat banyak orang yang
mengawasi mereka jadi terheran-heran, terutama sekali beberapa
orang kang-ouw yang terdapat di dalam rumah penginapan itu.
Tanpa memperdulikan tatapan keheranan dari orang-orang itu,
belasan orang saudagar tersebut telah memasuki rumah
penginapan itu. Salah seorang di antara mereka telah menepuk
meja dengan keras: "Pelayan! Pelayan!" Ia memanggilnya dengan
suara yang keras dan bengis.
Bergegas menyambut seorang pelayan, dengan sikap hormat dia
cepat-cepat berkata: "Sayang sekali kedatangan tuan-tuan
terlambat..... kamar sudah penuh.....!"
1020 Muka belasan orang saudagar itu berobah, mereka telah
memperdengarkan suara tertawa dingin. Orang yang tadi menepuk
meja juga telah memperdengarkan suara bentakan bengis: "Cepat
siapkan kamar, kami tidak mau tahu apakah kamar telah penuh
atau tidak, yang terpenting kami meminta lima kamar kosong dan
kalian harus mempersiapkannya! Jika sudah ada tamu yang
mengisinya, usir mereka.....! Cepat laksanakan!"
Pelayan itu jadi tidak senang oleh sikap kasar sang tamu ini, akan
tetapi dia memaksakan diri untuk bersenyum.
"Maafkan kami tuan-tuan..... mana mungkin kami mengusir tamutamu yang terlebih dulu datang ke mari dan menempati kamarkamar itu...... Harap tuan-tuan memaklumi dan mau mengerti.....
Sangat menyesal sekali kami tidak bisa menyediakan kamar!
Mungkin di rumah penginapan lain tuan-tuan bisa memperoleh
kamar. Jangan kuatir di Hou-ciu ada belasan rumah
penginapan.....!" "Plakkk!" tahu-tahu saudagar yang seorang itu telah mengayunkan
tangannya, dia menempeleng pelayan itu dengan keras, sampai
tubuh pelayan tersebut terhuyung mundur dengan menjerit
kesakitan. "Kau..... kau.....?" pucat dan memerah muka si pelayan karena
mendongkol, kaget dan gusar sekali.
Sedangkan saudagar yang seorang itu tanpa memperdulikan sikap
si pelayan telah mendelik, katanya: "Jika memang kau tidak mau
mengusir tamu-tamu itu, biar nanti kami yang mengusirnya. Kami
dapat melakukannya sendiri.....!"
1021 "Ini..... ini mana boleh..... mana bisa begitu?" pelayan itu berseru
penasaran. Mata saudagar itu mendelik, kawan-kawannya memperdengarkan
tertawa mereka. "Apakah kau ingin dihajar lebih keras?" tegur saudagar itu.
Pelayan itu jadi ciut juga nyalinya, karena tadi dia telah merasakan
betapa kuatnya tempilingan tangan si saudagar itu, sehingga dia
merasakan pipinya seperti dihantam oleh lempengan besi saja. Dia
jadi mundur tiga langkah, namun dia masih tetap berkata:
"Janganlah tuan-tuan menimbulkan kerusuhan di sini, nanti orangorang Tie-kwan tentu akan menghukum tuan-tuan, jadi
memperoleh kesulitan.....!"
Tetapi saudagar itu dengan mata mendelik menghampiri si
pelayan, dia mengulurkan tangan kanannya dan mencengkeram
baju di dada pelayan itu. Dengan gerakan yang enteng dan mudah,
dia telah mengangkat tubuh si pelayan dan melontarkannya,
sehingga tubuh pelayan itu melayang di tengah udara dan
terbanting di lantai dengan keras. Mungkin karena terbanting dan
kesakitan sehingga pelayan itu menjerit-jerit seperti anjing yang
dikemplang. Saudagar itu tertawa bengis, dia menghampiri meja kasir.
Sejak tadi memang kasir telah mengawasi kejadian itu, hanya saja
kasir ini tengah ketakutan dan tidak berani mencampuri, di mana
dia melihat pelayannya dihajar babak belur seperti itu. Dia kuatir
jika mencampuri nanti para tamu-tamunya itu mengalihkan
1022 kemarahan padanya dan menghajarnya seperti tadi orang itu
menghajar pelayannya. Itulah sebabnya si kasir berdiam diri saja
di belakang meja kasirnya dengan tubuh mengkeret.
Akan tetapi sekarang melihat belasan orang saudagar itu
melangkah menghampiri ke arahnya, jantungnya jadi berlompatan
tidak hentinya, dia juga menggigil ketakutan, mukanya pucat.
Belum lagi tamunya, saudagar yang tadi melontarkan tubuh si
pelayan berkata-kata dia melihat mata orang yang mendelik seperti
itu padanya, si kasir telah berkata dengan suara yang ketakutan:
"Aku..... aku tidak tahu menahu urusan pelayan kurang ajar itu......
harap tuan-tuan jangan gusar..... Apakah ada sesuatu yang bisa
kutolong untuk membantu tuan-tuan....."!"
Tetapi saudagar yang bermuka bengis itu telah membentak keras:
"Kau harus menuruti perintah kami!" katanya. Tangannya juga
telah menghantam meja dengan keras sekali. Sampai jantung kasir
itu berlompatan, dan semangatnya seperti terbang meninggalkan
raganya. "Ya, ya.....!" kata kasir itu ketakutan bukan main. "Katakanlah apa
yang harus kulakukan"!"


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sediakan lima buah kamar kosong buat kami!" kata saudagar itu.
"Ini..... ini....!" si kasir jadi sangat gugup, mukanya semakin pucat.
"Kenapa"!" mata saudagar itu mendelik besar sekali.
"Kamar-kamar telah penuh, menyesal sekali..... menyesal.....!" kata
si kasir dengan gugup. 1023 "Plakkk!" mejanya telah dihantam dengan keras oleh saudagar itu.
Semangat kasir itu melayang terbang meninggalkan raganya, dan
tubuhnya menggigil semakin keras. Di samping itu juga tampak dia
telah melompat mundur menjauhi meja kasirnya tiga langkah.
"Apakah kau ingin dihajar dulu baru melaksanakan permintaan
kami?" tegur saudagar itu.
"Ohhh, mana berani kami berayal atas permintaan tuan-tuan....!
Akan tetapi..... akan tetapi.....!" suara si kasir mandek sampai di
situ, karena saudagar itu dengan cepat sekali telah melayang
mencengkeram lengannya. Sekali menarik dengan digentakkan,
tubuh si kasir itu yang kurus kerempeng telah melayang ambruk
bergulingan di lantai, mukanya mencium lantai dan dari hidungnya
seketika mengucur darah segar.
Si Kasir mungkin kesakitan dan kaget melihat darahnya yang
keluar dari hidungnya, dia jadi menangis sesambatan:
"Ampunnn..... ampun jangan mempersakiti aku..... janganlah tuantuan menurunkan tangan keras padaku si orang tua.....!"
Saudagar yang seorang itu telah melangkah menghampirinya
kepada si kasir yang masih tengkurap di lantai, dia mengangkat
kaki kanannya, menginjak punggung kasir itu. Sedangkan belasan
orang saudagar lainnya telah tertawa bergelak, tampaknya mereka
girang sekali. "Hemmm atau memang kami sendiri yang perlu mengusir tamutamumu itu?" tanya saudagar tersebut dengan suara yang dingin.
1024 "Itu..... itu mana boleh..... mereka datang lebih dulu dan mereka
juga membayar dengan harga yang telah ditetapkan.....!" kata si
kasir kesakitan dan ketakutan. "Aduhhhh..... jangan diinjak seperti
itu..... aku sudah tua, tulang punggung sudah rapuh, nanti patah.....
ampunilah aku si orang tua.....!"
Saudagar itu mendengus mengeluarkan suara tertawa mengejek.
"Hemm..... jika memang mereka itu membayar menurut tarif yang
telah ditentukan, maka kami akan membayarnya dua kali lipat
kamar-kamar itu. Cepat kosongkan dan usir mereka!"
"Lepaskan dulu injakanmu, tuan...... aduh, aku bisa mati jika diinjak
lebih lama lagi.....!!" berseru-seru kesakitan dan juga ketakutan.
Saudagar tersebut injakannya. mengangkat kakinya, dia melepaskan "Cepat kau laksanakah perintahku!" bentaknya bengis, dia yakin
tentunya si kasir akan mematuhi perintahnya itu.
Kasir itu merangkak bangun sambil menangis, dia menyusut mulut
dan hidungnya yang mengucurkan darah segar.
"Aku..... aku mohon kepada tuan-tuan, janganlah menghancurkan
usaha kami..... kami berusaha dengan modal kecil. Jika saja kami
mengusir tamu-tamu itu, tentu kami akan memiliki nama jelek dan
kelak tentu tidak ada tamu-tamu lainnya yang sudi menginap di
sini..... Maafkan dan ampunilah tuan-tuan..... janganlah tuan-tuan
memaksa aku untuk melakukan perbuatan rendah seperti itu,
walaupun tuan-tuan bersedia membayar dua kali lipat, akan tetapi
aku tidak bisa menerimanya..... Maafkanlah tuan-tuan."
1025 Mendengar itu, si saudagar jadi mendelik lebar lagi matanya, dia
berkata dengan suara bengis: "Bagus! Bila demikian jelas kau ingin
dihajar pula baru mau memenuhi perintahku. Kau mencari penyakit
dulu.....!" sambil berkata begitu, si saudagar tersebut menghampiri
dengan langkah perlahan-lahan.
Kasir itu tambah ketakutan, lemaslah sepasang kakinya, cepatcepat dia menekuk ke dua kakinya dan berlutut di hadapan
saudagar itu sambil menganggukkan kepalanya berulang kali:
"Ampun..... ampun..... janganlah aku si orang tua disiksa.....!" Dan
dia memohon pengampunan itu sambil menangis, karena dia tahu,
jika saja dia dibanting berulang kali, jelas tulang tuanya akan
berantakan. Saudagar itu tidak memperdulikan ratapan si kasir, dia telah
mengulurkan tangannya akan menjambak punggung si kasir.
Si kasir tambah ketakutan bukan main, sampai dia menjerit dengan
suara yang nyaring. Di waktu itulah si saudagar, telah mengangkat
tubuh kasir itu, maksudnya akan membantingnya.
Akan tetapi, waktu jiwa si kasir terancam tiba-tiba terdengar suara
orang membentak, "Tahan.....!" Nyaring sekali suara tersebut,
Segera juga terlihat, dari salah satu meja di sudut ruangan itu
melompat sesosok tubuh, ringan sekali, menghampiri saudagar
yang seorang tersebut. Si saudagar tersebut menahan gerakan tangannya, dia batal
membanting. 1026 Di kala itu, dengan mata beringas dia menoleh kepada orang yang
mencegah dia membanting si kasir.
"Ampun..... ampunnnn.....!" Si kasir yang masih dicengkeram itu
telah menjerit-jerit kalap, karena dia kuatir kalau-kalau dirinya
dibanting ke lantai. Berarti jika dia tidak mati tentunya akan terluka
parah, patah tangan atau kakinya atau boleh jadi tulang
punggungnya. Dengan demikian, telah membuat dia menjerit
sejadi-jadinya. Saudagar itu rupanya sebal oleh jeritan-jeritan si kasir tersebut, dia
melemparkan ke samping, tubuh kasir itu terbanting dan
bergulingan di lantai. Sedangkan orang yang tadi mencegah telah melompat ke hadapan
si saudagar, tegurnya dengan suara mengandung perasaan tidak
puas: "Kau keterlaluan..... Selain meminta kamar seenakmu saja
seperti juga rumah penginapan ini milik kakek nenekmu saja. Juga
telah menganiaya pelayan dan kasir tua itu! Jika memang dibiarkan
begitu saja, tentu akan mengumbar kejahatanmu itu!"
Bola mata dari saudagar itu telah memancarkan sinar yang bengis
mencilak beberapa kali, diapun memperdengarkan suara
mendengus karena murka. Dilihatnya orang yang mencampuri
urusannya adalah seorang lelaki berpakaian seorang petani
bertubuh sedang saja, berusia antara tigapuluh tahun. Wajahnya
tidak begitu tampan, akan tetapi juga tidak buruk. Hanya saja dari
sorot matanya, jelas dialah seorang pemuda yang gagah.
"Lalu kau ingin memberikan petunjuk"!" tanya saudagar tersebut
dengan suara yang bengis. Dan dia bukan hanya sekedar
1027 bertanya. Rupanya memang sudah menjadi sifatnya, dia selalu
berlaku telengas dan ringan tangan karena begitu bertanya, ke dua
tangannya telah diulurkan untuk mencekal ke dua pergelangan
tangan dari si pemuda petani itu.
Pemuda berpakaian sebagai petani itu rupanya bukan petani
biasa. Dia memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi, terlihat dari
cara bergeraknya yang begitu ringan.
Ketika melihat tubuh saudagar itu doyong maju dan dengan ke dua
tangan diulurkan padanya maka cepat sekali pemuda petani itu
telah membungkukkan tubuhnya, tahu-tahu dengkul kakinya
sebelah kanan telah naik, di mana dia menekuk lututnya dan
menghantamkan lututnya itu pada perut lawannya.
Saudagar itu kaget. Biasanya seorang yang diserang seperti itu olehnya, yaitu dengan
ke dua tangan terulurkan dan juga akan mencengkeram lengan
lawan maka sang lawan akan menghindarkan diri dengan segera,
melompat ke belakang, ke samping kiri atau kanan, atau juga
menangkisnya dengan kuat. Baru pertama kali ini saudagar itu
memperoleh lawan yang demikian aneh yang menyambut
serangannya dengan tubuh, yang agak dibungkukkan dan juga
dengan lutut yang dipakai menyerang ke perutnya.
Saudagar itu mengetahui bahwa tenaga serangan lutut kaki
lawannya tidak ringan, karena jika saja lutut petani itu berhasil
menghantam perutnya, tentu seluruh isi perutnya akan hancur.
Karenanya saudagar itu tidak meneruskan serangannya, dia
menarik pulang ke dua tangannya dan melompat mundur. Dengan
1028 demikian dia berhasil menghindarkan perutnya dari benturan lutut
kaki si petani tersebut. Akan tetapi saudagar itu tidak bisa bernapas lega dalam waktu
yang lama, karena baru saja dia berdiri dengan ke dua kakinya,
waktu itu si petani telah melompat ke dekatnya dan telah
menyerang dengan tangan kirinya. Telapak tangannya itu
menyambar ke arah dada saudagar tersebut dengan kekuatan
tenaga lweekang yang mengejutkan sekali, karena ingin serangan
itu bagaikan menyambarnya angin topan belaka.
Saudagar tersebut mengeluarkan seruan tertahan, sedangkan
kawan-kawannya telah mengeluarkan suara teriakan kaget dan
berusaha untuk melompat maju. Tapi saudagar yang seorang itu
telah berseru: "Biarkan aku sendiri yang menghajarnya!"
Semua kawan-kawan saudagar itu batal mengepung si petani.
Mereka telah kembali mundur ke tempat masing-masing.
Sedangkan ssudagar yang seorang itu tidak berusaha
mengelakkan hantaman telapak tangan si petani, karena dengan
berani dia malah menangkis. Rupanya dia bermaksud keras lawan
keras, dan benar saja, dua kekuatan tenaga telah saling bentur
dengan hebat. Namun si petani itu tidak berlaku sungkan, karena begitu
tangannya ditangkis, dia telah menggerakkan tangannya yang
satunya, menyerang jauh lebih hebat.
Saudagar itupun telah mengempos semangatnya, maka mereka
berdua bertempur seru. 1029 Si kasir yang telah merangkak bangun, cepat-cepat merangkak ke
kolong mejanya, dan mendekam di situ dengan ketakutan.
Pelayan-pelayan lainnya tidak berani ikut mencampuri urusan itu,
karena mereka kuatir kalau-kalau merekalah yang dijadikan
sasaran dari kemarahan saudagar yang pemberang dan ganas
tangannya itu. Mereka hanya berkumpul di sudut ruangan dengan
ketakutan dan wajah yang pucat.
Petani muda itu merasakan bahwa kepandaian saudagar itu
memang tinggi dan juga ilmu yang dipergunakannya bukanlah ilmu
silat sembarangan. Akan tetapi petani muda itu pun tidak jeri atau
gentar, dia malah telah menyalurkan tenaga lweekangnya pada ke
dua tangannya. Tampak ke dua tangannya itu telah digerakkan
berulang kali seperti juga kitiran, menyambar ke sana ke mari
dengan gerakan yang cepat luar biasa disertai tenaga lweekang
yang kuat. Saudagar itu bukan seorang lawan yang lemah, dia memberikan
perlawanan yang gigih. Diam-diam di dalam hatinya saudagar itu
penasaran bukan main. Karena dilihat dari usianya, petani muda
itu masih tidak begitu terlalu tua. Dengan usia semuda itu dia bisa
memiliki kepandaian yang lumayan, di mana saudagar itu tidak
bisa merubuhkannya, membuat saudagar itu penasaran sekali.
Berulang kali saudagar itu telah mengeluarkan suara bentakan
nyaring dan sepasang tangannya menyambar-nyambar dengan
kekuatan yang dahsyat, karena dia bermaksud mendesak
lawannya. Akan tetapi, petani yang masih berusia muda itu
terbawa oleh sifatnya yang panas, dia bukannya gentar menerima
1030 serangan-serangan yang berbahaya dari saudagar itu, malah dia
memberikan perlawanan yang gigih.
Berulang kali tangan mereka telah saling bentrok dan
menyebabkan mereka melompat mundur, namun selalu pula
mereka menerjang maju untuk mengukur tenaga dan kepandaian
lagi. Keringat telah memenuhi muka saudagar dan petani itu, mereka
masih juga saling serang dengan seru. Banyak meja dan kursi
yang telah terjungkal kena ditendang dan dihantam tangan
mereka, benda-benda itu banyak yang rusak. Namun ke dua orang
yang tengah bertanding itu tidak memperdulikan keadaan seperti
itu. Kasir dan beberapa orang pelayan yang melihat kerusakan terjadi
pada kursi dan meja jadi berseru-seru: "Jika ingin bertanding di luar
saja..... janganlah menghancurkan usaha kami yang bermodal
kecil ini..... harap bertempur di luar saja.....!"
Tetapi si petani dan saudagar itu mana memperhatikan teriakanteriakan mereka. Ke duanya tetap bertempur dengan seru.
Suatu kali rupanya petani muda itu berlaku ayal dalam hal
mengelakkan diri dari gempuran tangan kanan saudagar itu,
karena tahu-tahu kepalan tangan saudagar itu telah hinggap di
pundaknya, tubuh petani itu terhuyung beberapa langkah dengan
muka yang berobah merah padam.
1031 Saudagar itu tampak bangga, dia telah mengejek dengan sikap
yang bengis: "Hemm, apakah kau ingin meneruskan pertempuran
ini?" "Mengapa tidak"!" berseru petani muda tersebut. Dia telah
melompat dengan gesit, tubuhnya bagaikan terbang menerjang
nekad kepada saudagar itu.
Ke dua tangannya yang bergerak dengan cepat sekali, sehingga
saudagar itu yang tidak menduga lawannya akan menyerang
seperti itu telah terhantam telak dadanya. Tubuhnya terjungkal
bergulingan di lantai. Kawan-kawan saudagar itu yang menyaksikan nasib kawannya,
jadi mengeluarkan seruan marah, mereka juga menerjang maju
untuk mengeroyok si petani.
Sedangkan petani itu tetap memberikan perlawanan atas
serangan-serangan dari belasan orang saudagar itu. Dia tidak
mengenal mundur, dan setiap serangan dihadapinya dengan
kekerasan. Namun yang rugi adalah petani muda itu, berulang kali tubuhnya
itu telah dihantam oleh kepalan tangan para saudagar tersebut.
Tubuh petani itupun akhirnya terjungkal di lantai, namun para
saudagar itu tidak mau menyudahi begitu saja, mereka tetap
menyerang dengan ganas. Sedangkan saudagar yang seorang itu, yang tadi telah dirubuhkan
oleh petani muda tersebut, telah bangkit kembali dan ikut
menyerang, di mana dia menyerang dengan hebat sekali dan
1032 tanpa mengenal kasihan. Dengan kakinya dia menjejak muka
petani itu, sehingga darah mengucur deras sekali dari muka si
petani. Sedangkan petani muda tersebut walaupun telah diserang bertubitubi masih melakukan perlawanan yang gigih. Malah di saat dirinya
dikeroyok beramai-ramai seperti itu, membuat petani muda
tersebut jadi nekad dan kalap. Di antara suara teriakan gusar dia
menerjang kepada salah seorang saudagar yang menjadi
lawannya, sehingga mereka berdua bergulingan.
Cepat sekali saudagar-saudagar lainnya menyerang lagi kepada
petani muda itu. Dua orang di antara mereka telah berusaha
menarik si petani dari rangkulannya pada diri kawan mereka. Dan


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

waktu ke dua tangan petani itu dapat dicekal dengan kuat, maka di
saat itulah saudagar-saudagar lainnya telah menghantami petani
muda itu dengan pukulan-pukulan yang keras.
Petani muda itu telah jatuh pingsan tidak sadarkan diri, karena
darah banyak sekali mengalir keluar, membuat dia rubuh di lantai
ketika cekalan para saudagar itu dilepaskan.
Sedangkan saudagar-saudagar itu cepat membersihkan pakaian
mereka, salah seorang memanggil pelayan dengan suara yang
bengis. Dua orang pelayan rumah penginapan karena ketakutan
menghampiri dengan tubuh yang terbungkuk-bungkuk dan
wajahnya pucat. Tubuh mereka tampak menggigil ketakutan,
sebab kuatir kalau para saudagar itu melimpahkan kemarahan
mereka kepada dirinya. 1033 "Bawa dan lemparkan manusia tidak kenal mampus ini keluar!"
perintah saudagar yang seorang itu. "Dan cepat siapkan kamar
buat kami!" Setelah berkata begitu, tangan saudagar yang seorang itu
mendorong dengan gerakan yang perlahan. Akan tetapi
kesudahannya memang luar biasa, sebab ke dua orang pelayan
itu telah terjungkal rubuh bergulingan di lantai.
Sambil merangkak bangun dengan wajah yang pucat dan tubuh
menggigil, ke dua pelayan itu cepat-cepat,menghampiri tubuh si
petani muda, diangkatnya oleh mereka dan dibawa keluar.
Akan tetapi baru beberapa langkah ke dua pelayan itu menggotong
tubuh pemuda tersebut, terdengar seseorang berseru: "Berhenti,
jangan berlaku kurang ajar pada pemuda itu......!"
Ke dua pelayan itu terpaku di tempat mereka, ke duanya melirik
dengan takut-takut. Sedangkan para saudagar itu telah melirik kepada orang yang
berseru itu, dan ternyata dari sebelah kanan ruangan itu, di balik
sebuah meja yang hanya terpisah tidak begitu jauh dari rombongan
saudagar tersebut, tampak seorang hwesio bertubuh sedangsedang saja, usianya telah telah lanjutdan memelihara jenggot
yang telah memutih. Sikapnya sabar sekali, dan matanya yang
bening memancarkan sinar yang tajam sekali.
Wajah para saudagar itu berobah dan mereka memandang
dengan sikap tidak senang.
1034 "Apakah kau pun ingin mencampuri urusan ini, keledai gundul"!"
bentak salah seorang saudagar itu tidak sabar dan mendongkol
sekali. Pendeta itu telah beranjak dari tempat berdirinya dan dia
melangkah menghampiri para saudagar itu dengan tindakan kaki
yang tenang dan wajahnya tetap sabar. Katanya dengan sikap
yang tenang sekali: "Jangan kau cepat-cepat marah! Siancai, nanti
sicu sekalian cepat tua.....!"
Saudagar-saudagar itu bukannya bertambah lunak oleh perkataan
si pendeta, malah semakin gusar. Yang tadi telah mengejek pada
pendeta itu malah berkata dengan gesit: "Jika memang kau kenal
penyakit dan sayang akan jiwamu, cepat pergi menggelinding,
Jangan coba mencampuri urusan kami..... atau memang kau ingin
merasakan apa yang dialami oleh pemuda dungu itu?"
Hwesio itu merangkapkan sepasang tangannya sambil memuji
akan kebesaran sang Budha. Baru kemudian katanya: "Siancai!
Pinceng kira tidak ada seorang manusia di dunia ini bersedia
dirinya dipukuli, dianiayai oleh orang lainnya.....! Dan begitu pula
halnya dengan diri pinceng, tentu saja pinceng tidak mau jika
memang seorang bermaksud menganiaya diri pinceng.....!"
"Jika demikian segera kau menggelinding pergi dari hadapan kami!
Hemmm, memandang dari kedudukanmu sebagai seorang
pendeta, maka kami mau berlaku sedikit lunak padamu! Tetapi jika
memang kau lancang ingin mencampuri urusan kami, kepalamu
yang gundul itu akan kami hajar sampai pecah dan keluar polo
serta otaknya.....!" Setelah berkata begitu, saudagar yang seorang
1035 tersebut memperdengarkan suara tertawa mengejeknya berulang
kali. Hwesio tersebut tetap membawa sikap yang tenang dan sabar, dia
hanya mengucapkan kebesaran sang Budha, baru kemudian
dengan melirik kepada pemuda yang terluka parah akibat dianiaya
oleh saudagar-saudagar tersebut, berkata dengan suara
mengandung iba dan kasihan.
"Walaupun pemuda itu bersalah pada kalian, akan tetapi Sicu
semua tidak boleh main hakim sendiri memukulnya sampai begitu
rupa. Jika memang pemuda itu hilang jiwa, tidakkah hal itu akan
dibuat sayang" Dia masih berusia muda! Sedangkan pinceng kira
kesalahan yang dilakukannya juga tidak terlalu besar, dia hanya
ingin membela pelayan itu agar tidak diperlakukan kasar oleh Sicu,
bukankah begitu" Mengapa harus dipukuli beramai-ramai seperti
itu?" Setelah berkata begitu, dengan matanya yang amat tajam pendeta
tersebut telah mengawasi saudagar itu seorang demi seorang
bergantian, dan sambil tersenyum dia berkata lagi: "Nah, cobalah
sekalian sicu, sekalian pikirkan, tidakkah apa yang pinceng
katakan itu benar adanya?"
Mendongkol sekali para saudagar itu. Mereka memang orang yang
selalu bertindak dengan kasar dan juga segera turun tangan keras
jika saja tidak menyukai seseorang. Dan kini mereka ditegur seperti
itu oleh si pendeta, dengan sendirinya mereka jadi tidak senang.
Akan tetapi sebagai orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi,
tentu saja saudagar-saudagar itu menyadari apa artinya sinar mata
1036 yang tajam dari pendeta tersebut, yang tentunya merupakan
seorang pendeta yang memiliki kepandaian dan lweekang yang
tinggi sekali. Disebab dugaan itulah mereka tidak berani bertindak
sembarangan dan ceroboh. "Siapakah kau sebenarnya keledai gundul?" tanya salah seorang
saudagar itu dengan suara dan sikap yang tetap kasar.
Pendeta itu tetap tenang dan sabar, walaupun orang menyebut dia
berulang kali dengan sebutan "keledei gundul" namun dia sama
sekali tidak marah, dan dengan tersenyum ramah dan sabar si
pendeta menyahuti diiringi oleh ke dua tangannya yang
dirangkapkan dan tubuhnya yang membungkuk memberi hormat,
"Sesungguhnya Pinceng bergelar In Lap Siansu......!"
"Hemm, In Lap Siansu.....!" berseru beberapa saudagar itu dengan
suara yang bengis. "Rupanya kau seorang pendeta yang selalu
banyak menimbulkan kerusuhan dan juga keonaran, mengganggu
ketenangan pemerintah! Banyak laporan yang telah sampai pada
pihak kerajaan bahwa kau merupakan seorang pendeta yang
terlalu bertingkah dan mengandalkan kepandaianmu untuk
menindas orang-orang pemerintahan......!"
In Lap Siansu mencilak matanya mengawasi para saudagar
tersebut, hatinya heran juga mendengar perkataan saudagar itu.
"Mengapa Sicu menyebut-nyebut soal pemerintahan" Atau
memang sicu sekalian adalah orang-orang kerajaan?" tanya si
pendeta dengan suara yang tetap sabar.
1037 Saudagar itu rupanya menyadari bahwa dia telah keterlepasan
berkata, maka cepat-cepat dia membetulkan perkataannya itu:
"Kami hanya para pedagang, akan tetapi sebagai pedagang kami
memiliki hubungan yang luas dengan orang-orang kerajaan dan
kami juga telah seringkali mendengar perihal sepak terjangmu!
"Karena dari itu, tidak heran jika sekarang kaupun usil mencampuri
arusan ini! Atau memang kau beranggapan kepandaianmu telah
sempurna dan tidak ada orang yang bisa menandingimu lagi di
dalam dunia ini, dan kau bertingkah demikian rupa.....!"
In Lap Siansu seorang yang sabar dan ramah, walaupun saudagarsaudagar tersebut membawa sikap yang kurang ajar dan kasar,
tokh dia tetap membawa sikap yang sabar luar biasa. Hanya dia
telah menaruh kecurigaan, bahwa saudagar-saudagar ini bukanlah
saudagar-saudagar yang sesungguhnya. Jelas mereka merupakan saudagar tiruan.
Pertama dilihat dari gerak-gerik mereka, di mana semuanya
memiliki kepandaian dan ilmu silat yang lumayan. Juga dilihat dari
cara saudagar-saudagar itu bicara yang menyebut-nyebut perihal
kerajaan, membuat si pendeta mau menduga bahwa mereka
tentunya orang orang kerajaan yang tengah menyamar diri.
Memiliki dugaan seperti itu, sikap In Lap Siansu jadi berobah, dia
tidak berlaku selunak tadi. Dengan wajah yang tawar dia berkata:
"Baiklah, sebagai seorang yang patuh pada agama yang berdiri di
dasar perikemanusiaan, maka Pinceng ingin meminta agar Sicu
sekalian tidak bertindak kasar dan semau Sicu saja dalam meminta
kamar! Tadi kebetulan Pinceng telah mendengar bahwa di rumah
1038 penginapan ini kamar sudah penuh semuanya, dengan begitu sicu
sekalian tentu saja tidak bisa memaksa untuk meminta kamar dan
mengusir tamu-tamu yang datang terlebih dulu dari Sicu! Nah,
silahkan, Sicu sekalian pergi mencari kamar di rumah penginapan
lainnya, mungkin masih terdapat kamar kosong.....!"
Setelah berkata begitu, In Lap Siausu merangkapkan tangannya
memberi hormat, dia membawa sikap seperti juga mempersilahkan
para saudagar itu berlalu meninggalkan rumah penginapan ini dan
tidak menimbulkan keonaran lagi.
Tetapi para saudagar itu mana mau diperlakukan seperti itu"
Mereka memang tengah mendongkol dan tidak senang, dia
sekarang merasa seperti diusir seperti itu. Karenanya salah
seorang di antara mereka yang rupanya tidak bisa menahan diri
lagi, yang wajahnya bengis dan memelihara kumis yang tipis, telah
maju sambil mencengkeram ke arah si pendeta.
In Lap Siansu memiliki kepandaian yang tinggi, dia sekali lihat saja
mengetahui bahwa lawannya ini ingin mencengkeram dengan
mempergunakan ilmu cengkeraman Eng-jiauw-kang, atau ilmu
cengkeraman garuda. Dan sambil tersenyum sabar, In Lap Siansu
mengelakkan diri ke samping, tubuhnya bergerak lincah, tangan
lawannya jatuh di tempat kosong.
Akan tetapi saudagar itu, yang rupanya memang telah dapat
menduga bahwa si pendeta akan mengelakkan diri dari
serangannya, sebab dia melihat bahwa pendeta ini bukanlah
pendeta sembarangan dan tentu memiliki kepandaian yang tinggi,
1039 karenanya, begitu tangannya mengenai tempat kosong segera
tangannya menyambar lagi ke arah dada si pendeta.
"Ohhh, pukulan telengas sekali!" berseru si pendeta dengan suara
yang tawar, dan tubuhnya telah bergerak cepat sekali, meloloskan
diri dari serangan lawannya.
Akan tetapi si saudagar tersebut tidak berhenti sampai di situ saja.
Cepat bukan main dia telah membarengi menyerangnya lagi.
Hebat kali ini saudagar itu menyerang, sebab dia mempergunakan
ke dua tangannya. In Lap Siansu kali ini tidak berusaha berkelit, dengan gesit dan
sebat sekali, tangannya telah bergerak ke depan, tahu-tahu telah
menyampok tangan dari lawannya sekaligus dia telah menyampok
ke dua tangan dari saudagar itu.
Sampokan yang dilakukannya oleh In Lap Siansu ternyata
mengandung tenaga lweekang yang dahsyat, karena biarpun
gerakannya sangat perlahan, tokh begitu tangannya membentur ke
dua tangan si saudagar tersebut, seketika ke dua tangan dari
saudagar itu telah kesampok ke samping. Dan membarengi
dengan itu, sebelum saudagar tersebut sempat untuk memperbaiki
kedudukan, tubuhnya dan ke dua kakinya In Lap Siansu telah
menyerang lagi dengan totokan jari telunjuknya.
Gerakan yang dilakukan oleh In Lap Siansu sangat cepat sekali,
dengan tepat dia menotok jatan darah Ma-tiang-hiat dari lawannya,
maka tidak ampun lagi tubuh saudagar itu telah terjungkal rubuh
bergulingan di lantai dengan mengeluarkan suara keluhan.
1040 Kawannya saudagar itu, yaitu saudagar-saudagar lainnya, terkejut
bukan main. Mereka mengeluarkan bentakan marah ketika
menyaksikan kawan mereka dirubuhkan begitu mudah oleh si
pendeta. Akan tetapi disamping perasaan gusar, merekapun jadi terkejut,
karena seketika mereka mengetahui bahwa pendeta itu memang
memiliki kepandaian yang tidak rendah. Dalam dua jurus, dan
dengan gerakan seenaknya saja, si pendeta berhasil merubuhkan
kawan mereka. Padahal para saudagar itu menyadari dan mengetahui jelas,
kepandaian kawan mereka itu tidak rendah. Cepat sekali belasan
orang saudagar itu telah melompat mengepung si pendeta.
In Lap Siansu tetap berdiri tenang di tempatnya, dia merangkapkan
sepasang tangannya sambil bergumam perlahan: "Harap Sicu
sekalian jangan menimbulkan keonaran.....!"
Belasan orang saudagar itu mana mau mendengar permintaan si
pendeta. Salah seorang di antara mereka dengan bengis telah
berkata: "Keledai gundul, kami ingin meminta petunjukmu!" Dan
setelah berkata begitu, saudagar yang seorang tersebut malah
melompat dan telah mulai menyerang dengan pukulan yang kuat
sekali dan bisa mematikan.
Dalam keadaan seperti ini tidak ada pilihan lain buat In Lap Siansu.
Cepat luar biasa dia telah melompat ke samping dan berkelit.
Namun saudagar lainnya telah menyambutinya dan menyerang
pula padanya. 1041 Begitulah beruntun beberapa kali In Lap Siansu telah melompat ke
sana ke mari dengan gerakan yang ringan sekali, dan selalu dia
dapat menghindarkan diri dari serangan lawannya itu. Hal ini
disebabkan memang kepandaian In Lap Siansu berada di atas
kepandaian dari para saudagar itu.
Sambil berkelit ke sana ke mari In Lap Siansu juga memperhatikan
cara menyerang dari saudagar-saudagar tersebut. Pendeta itu
semakin yakin bahwa mereka bukanlah saudagar yang
sesungguhnya, tentunya mereka hanya menyamar saja.
Itulah sebabnya. semakin lama In Lap Siansu telah menyerang
makin cepat dengan ke dua tangannya, memaksa lawannya tidak
bisa mendekatinya. Para saudagar itu rupanya juga telah melihat bahwa pendeta ini
bukanlah lawan yang ringan.
Mereka berusaha mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaian
mereka, akan tetapi mereka tidak berhasil merubuhkan pendeta
itu. Walaupun mereka telah mengeroyok seperti itu, akan tetapi
pendeta itu dapat menghadapi mereka bagaikan kucing yang
tengah mempermainkan rombongan tikus.
Para saudagar tersebut semakin lama jadi semakin gusar dan
penasaran. Suara bentakan mereka terdengar berulang kali,
karena mereka menyerang semakin hebat. Dalam keadaan seperti
itu, tampak jelas, betapa tubuh In Lap Siansu berkelebat ke sana
ke mari menghindar dari pukulan lawannya. Dan dalam suatu
kesempatan yang ada, tahu-tahu tangan kanan In Lap Siansu telah


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1042 menyambar dan mencengkeram baju salah seorang saudagar itu.
Kemudian dia melontarkan ke samping kanan.
Menyusul lagi dia mencengkeram dua orang lawannya, yang juga
dilontarkannya. Cepat sekali cara bekerja In Lap Siansu, karena
dalam sekejap mata saja telah tiga orang lagi yang dilontarkannya.
Begitulah para saudagar tersebut jadi tak berani terlalu mendesak
si pendeta, mereka telah mengepung sambil sekali-kali
menyerang. Akan tetapi, mereka tidak berani terlalu mendesak
seperti tadi. In Lap Siansu tertawa sabar, katanya: "Apa untungnya kita
bertempur seperti ini, lebih bijaksana jika memang sicu sekalian
menyudahi pertempuran ini......!"
Akan tetapi para saudagar itu bukannya
pengepungan yang mereka lakukan, justru
semakin gencar. Sekarang mereka telah
kedudukan diri mereka masing-masing pula.
semakin ketat dan kuat. berhenti-henti dari mereka menyerang berhasil mengatur Mereka menyerang In Lap Siansu berpikir, jika memang dia menghadapi lawannya
dengan cara seperti itu terus, tentu selamanya dia akan dikepung
dan pertempuran itu tidak akan berkesudahan. Karena berpikir
seperti itu, In Lap Siansu merobah cara bertempurnya. Kini dia
menggerakkan ke dua tangannya yang sering disilang.
Setiap kali ke dua tangan itu dipentang, dari telapak tangannya
meluncur angin serangan yang luar biasa kuatnya. Dan yang
menakjubkan, angin serangan itu menerjang kepada salah
1043 seorang lawannya, dan lawannya itu kejengkang ke belakang,
rubuh di atas lantai, karena dia seperti juga dihantam oleh
lempengan besi yang keras dan kuat. Setiap kali In Lap Siansu
mengulangi gerakan tangannya, seorang lawannya rubuh.
Dan setelah melakukannya enam atau tujuh kali. In Lap Siansu
bertanya lagi, akan tetapi suaranya tawar dan dia sudah habis
sabar: "Apakah kalian masih ingin memaksa aku turunkan tangan
keras......?" Sisa dari saudagar-saudagar itu telah melompat ke belakang
dengan wajah gusar. Sedangkan saudagar yang semula telah
rubuh, lompat bangun dengan wajah merah padam.
"Kami akan mengadu jiwa.....!" teriak mereka sambil mencabut
senjata masing-masing, yaitu pedang panjang yang berkilauan dan
tajam sekali. Pedang itu digerakkan untuk menikam dan menabas
kepada In Lap Siansu. Sebagai seorang pendeta yang memiliki kepandaian sangat tinggi,
sebenarnya In Lap Siansu bisa saja menurunkan tangan keras
mempercepat selesainya pertempuran itu. Namun jika In Lap
Siansu mempergunakan serangan yang mengandung kekerasan,
lawan-lawannya itu disamping terluka parah, pun kemungkinan di
antara mereka ada yang mati.
Inilah yang tak diinginkan oleh In Lap Siansu, karena dia tidak mau
jatuh korban dalam pertempuran tersebut. Bukankah di antara
mereka memang tidak terdapat urusan yang perlu diperbesar" Dan
juga In Lap Siansu hanya bermaksud mengusir orang-orang ini dari
1044 rumah penginapan tersebut, agar mereka tidak berlaku bengis
kepada pelayan dan tamu-tamu rumah penginapan ini.
Karena itu In Lap Siansu dalam menurunkan tangan menghadapi
serangan lawan-lawannya setengah hati. Dia tidak mendesak
terlalu keras, akan tetapi justru lawan-lawannya itu seperti nekad
sekali. Karena desakan yang terus menerus dari lawannya, akhirnya In
Lap Siansu bertindak keras sedikit dengan menghadapi pedang
lawannya itu. Dengan mempergunakan jepitan jari telunjuknya,
pedang lawannya telah patah berulang kali. Setiap menyambar
salah satu pedang lawannya, In Lap Siansu telah menjepitnya dan
pedang itu menjadi patah.
Para saudagar itu jadi terkejut, mereka melompat mundur, dan
akhirnya tanpa mengucapkan sepatah perkataan juga telah
memutar tubuh mereka berlalu dari rumah penginapan itu.
Kasir dan pelayan rumah penginapan dapat bernapas lega, dan
mereka cepat-cepat mengucapkan terima kasih kepada In Lap
Siansu. Sedangkan In Lap Siansu sendiri tidak berdiam terlalu lama di
rumah penginapan tersebut, karena dia menaruh kecurigaan
kepada saudagar-saudagar tersebut. Setelah membayar harga
minuman dan makanan yang telah dimakannya, In Lap Siansu
meninggalkan rumah penginapan itu pula, karena pendeta ini
bermaksud untuk mengikuti belasan orang saudagar tersebut.
1045 Ternyata belasan orang saudagar tersebut telah berhasil
menumpang di sebuah rumah penduduk, yang mereka bayar
dengan harga yang mahal sekali.
In Lap Siansu mengawasi dari kejauhan, dan menantikan sampai
sang malam tiba. Ketika itu, di sekitar tempat tersebut lewat belasan orang
pengemis. Waktu melihat In Lap Siansu berdiam di balik sebatang
pohon, mereka bercuriga. Segera salah seorang di antara
pengemis itu menghampiri si pendeta dan menegurnya: "Taysu,
apa yang tengah kau lakukan di situ?"
In Lap Siansu tersenyum. "Aku sedang mencari tempat yang baik untuk membaca Liamkheng, hanya sayangnya justru Pinceng belum herhasil menemui
tempat yang baik, untuk Pinceng dengan tenang membaca Liamkheng.....!" dusta In Lap Siansu.
Pengemis itu mencilak matanya, dia rupanya masih bercuriga dan
tidak mempercayai keterangan In Lap Siansu.
"Jika memang Taysu kesulitan untuk menemukan tempat yang
tenang membaca Liam- kheng, mari ikut bersama dengan kami.
Kami akan menunjukkan sebuah tempat yang sangat baik.....!"
kata pengemis tersebut. In Lap Siansu ragu-ragu sejenak akan tetapi waktu itu diapun telah
berpikir, bahwa dia telah mengetahui tempat berdiamnya belasan
orang saudagar yang diduganya sebagai saudagar gadungan itu.
1046 Dan dalam menantikan tibanya sang malam, memang tidak perlu
dia berada di situ terus! Karenanya, In Lap Siansu mengiyakan dan
ikut bersama rombongan pengemis itu.
"Siapakah sebenarnya Taysu dan berasal dari kuil mana?" tanya
beberapa orang pengemis itu, yang rupanya ingin mengetahui
siapa adanya pendeta ini, yang tampaknya agak luar biasa.
In Lap Siansu menyebutkan gelarannya.
Tiba-tiba muka belasan orang pengemis itu jadi berobah, mereka
memperlihatkan sikap terkejut.
"Akh, jika begitu..... Taysu ternyata seorang yang patut kami
hormati..... maafkan kami tadi berlaku kurang hormat!" kata
belasan orang pengemis itu sambil merangkapkan tangan mereka
memberi hormat. In Lap Siansu cepat-cepat membalas hormat pengemis-pengemis
itu. "Janganlah sicu sekalian berlaku sungkan seperti itu!" katanya.
"Kami telah mendengar dari beberapa orang Tianglo di partai kami,
bahwa Taysu merupakan seorang yang selalu bertindak di atas
keadilan, karena itu, sungguh suatu keberuntungan yang tidak
ternilai harganya buat kami dengan adanya pertemuan seperti
ini.....!" kata pengemis-pengemis itu.
"Tianglo kalian hanya membesar-besarkan saja diriku!" kata In Lap
Siansu. "Oya menurut apa yang Pinceng dengar, bahwa kalian
1047 berkumpul di Hou-ciu untuk menghadiri rapat besar yang akaa
diselenggarakan oleh Kay-pang. Bukankah begitu"!"
Pengemis-pengemis itu mengangguk.
"Benar, kami memang telah diperintahkan untuk berkumpul di Houciu karena di malaman Cap-go di bulan ini kami yang akan
mengadakan rapat besar. Pangcu kami yang akan langsung
memimpin rapat besar partai kami itu," menjelaskan si pengemis.
Pengemis-pengemis lainnya juga membenarkan hal itu, banyak
yang mereka ceritakan. In Lap Siansu tersenyum. "Justru Pinceng datang ke Hou-ciu ingin menyaksikan keramaian,
malah ada sesuatu yang ingin Pinceng sampaikan kepada Pangcu
kalian! Ada sesuatu urusan yang sangat penting, menyangkut
keselamatan Kay-pang. Secara kebetulan sekali Pinceng
mengetahui urusan tersebut, sehingga Pinceng merasa
bertanggung jawab juga sebagai sesama sahabat dalam rimba
persilatan, untuk memberikan kisikan pada Kay-pang mengenai
ancaman yang akan mengganggu partai kalian.....!"
Pengemis-pengemis itu jadi terkejut,
"Urusan apakah itu, Taysu"!" tanya mereka serentak.
In Lap Siansu menghela napas.
"Sebulan yang lalu, secara kebetulan di In-kang-kwan, Pinceng
telah menginap di sebuah rumah penginapan. Bersama Pinceng di
1048 dalam rumah penginapan itu bermalam juga empat orang hamba
negeri, dan mereka tengah bercakap-cakap di kamar mereka.
Sesungguhnya Pinceng tidak bermaksud untuk mendengarkan
parcakapan mereka, akan tetapi mereka menyebut-nyebut perihal
Kay-pang beberapa kali, menyebabkan pinceng jadi tertarik dan
mendengarkan juga percakapan mereka.....!" In Lap Siansu
menceritakan pengalamannya.
"Dan apa yang pinceng dengar ternyata benar-benar mengejutkan,
karena mereka tengah membicarakan perihal pengepungan dan
juga menghancurkan rapat besar yang akan diselenggarakan oleh
Kay-pang. Dari percakapan mereka itu dapat ditarik kesimpulan
bahwa pihak kerajaan akan mengutus orangnya untuk
menggagalkan rapat besar itu, malah ingin juga menghasut Kaypang agar terpecah bela!
Itulah yang diketahui oleh pinceng. Dan sesungguhnya pinceng
ingin menawan mereka, untuk meminta keterangan yang lebih
jelas. Namun pinceng pikir, jika pinceng melakukan hal seperti itu,
sama saja dengan memukul rumput mengejutkan ular.....
Karenanya Pinceng mengambil keputusan untuk cepat-cepat
menemui Pangcu Kay-pang saja!"
Pengemis-pengemis itu jadi kaget, dan mereka telah bisik-bisik
satu dengan yang lainnya. Akhirnya salah seorang diantara
mereka telah berkata: "Jika demikian, Taysu memang perlu cepatcepat dipertemukan dengan Pangcu kami, akan tetapi justru kami
belum lagi mengetahui apakah Pangcu kami telah tiba di Hou-ciu
ini. Tetapi ada baiknya jika memang kalau kami ajak bertemu
dengan seorang pemimpin kami!"
1049 In Lap Siansu menyetujui usul pengemis-pengemis itu.
Demikianlah In Lap Siansu telah diajak oleh para pengemis
tersebut ke sebuah kuil tua yang terletak di sebelah barat dari Houciu. Kuil itu merupakan kuil yang tidak begitu besar, masih terawat
baik sekali. Dan kuil tersebut merupakan kuil milik Kay-pang
cabang Hou-ciu, di mana semua pengemis memang biasanya
berkumpul di kuil itu. In Lap Siansu ternyata dipertemukan dengan seorang peagemis
tua, yang di punggungnya menggemblok lima karung. Dan dia
merupakan seorang pengemis yang senang tersenyum dan
ramah. In Lap Siansu melihat betapa di kuil tersebut berkumpul banyak
sekali pengemis-pengemis dari segala tingkatan. Ada yang
membawa dua karung, tiga karung dan empat karung. Dan jumlah
mereka pun hampir meliputi limaratus orang lebih.
Biasanya, di kuil tersebut paling tidak berkumpul limapuluh lebih
orang pengemis. Namun justru sekarang di Hou-ciu akan
diselenggarakan rapat besar Kay-pang, maka banyak pengemispengemis dari luar daerah yang ditampung di kuil tersebut, tidak
terlalu mengherankan jika jumlah pengemis-pengemis yang
terdapat di kuil itu sangat banyak sekali.
Akan tetapi walaupun jumlah mereka lebih dari limaratus orang
pengemis, namun tidak ada seorangpun di antara mereka yang
menimbulkan suara berisik.
1050 Pengemis tua yang menggemblok lima karung itu ternyata
bernama Kay Cing Kay. Dia seorang yang ramah. Dan waktu itu
telah menanyakan maksud kedatangan In Lap Siansu.
Sebelum In Lap Siansu menjelaskan, salah seorang dari belasan
orang pengemis yang membawa In Lap Siansu ke kuil tersebut
telah menceritakan apa yang tadi telah diceritakan oleh In Lap
Siansu, Kay Cing Kay terkejut bukan main, dia sampai mengeluarkan
seruan tertahan. "Ihhh, apakah ada urusan penting seperti itu"!" berseru Kay Cing
Kay, "Inilah urusan yang tidak boleh dibuat main-main, karena jika
kelak sudah tiba waktunya dan kita telah berkumpul tanpa
bersiaga, lalu menerima serangan dari orang-orang kerajaan, tentu
rapat itu akan kacau atau......"
Setelah berkata begitu, Kay Cing Kay menoleh kepada In Lap
Siansu, tanyanya dengan sikap menghormat sekali. "Taysu
bisakah Taysu memberitahukan kepadaku, apakah memang yang
didengar oleh Taysu dapat dipertanggung jawabkan"!"
In Lap Siansu menghela napas dalam-dalam sambil tersenyum,
dia merangkapkan sepasang tangannya, katanya: "Jika memang
urusan biasa tentu Pinceng tidak akan, bercapai lelah melakukan
perjalanan ke Hou-ciu ini..... Justru karena mengetahui bahwa Kaypang merupakan sebuah perkumpulan yang berdiri di atas
keadilan dan Pangcu dari Kay-pang pun patut dihormati, dengan
sendirinya Lolap merasa bertanggung jawab untuk 1051 memberitahukan secepat mungkin ancaman yang akan terjadi
pada Kay-pang!" "Soal benar atau tidaknya berita tersebut, memang Pinceng
mendengar langsung dari hamba-hamba negeri itu..... karena itu
tidak dapat Pinceng menyatakan sendiri, apakah itu bisa
dipertanggung jawabkan atau tidak. Namun jika memang Pinceng
telah memberitahukan hal itu kepada Kay-pang, dan yang perlu
dilakukan oleh Kay-pang adalah bersiap siaga saja. Tokh hal itu
tidak ada ruginya" Yang Pinceng kuatirkan justru kalau-kalau ada
orang-orang kerajaan yang sempat menyelusup ke dalam barisan
Kay-pang!" Kay Cing Kay mengangguk sambil tersenyum dan mengucapkan
terima kasih. "Kami bukan tidak mempercayai keterangan Taysu, akan tetapi
inilah urusan besar. Jika memang pihak kerajaan benar-benar
menaruh perhatian pada rapat besar yang akan diselenggarakan
oleh Kay-pang dan mengandung maksud tidak baik. Memang
sudah seharusnya kami berlaku waspada..... Terima kasih atas
jerih payah Taysu......!"


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

In Lap Siansu pun segera menjelaskan perihal pertempurannya
dengan belasan orang yang berpakaian sebagai saudagar. Dan In
Lap Siansu telah mengemukakan kecurigaannya bahwa belasan
orang saudagar tersebut adalah hamba-hamba negeri yang tengah
menyamar. "Kemungkinan besar orang-orang kerajaan menyelusup masuk ke
Hou-ciu dengan cara menyamar, misalnya dengan menyamar
1052 sebagai saudagar atau juga dengan cara lainnya.....!" In Lap
Siansu mengemukakan dugaannya.
Kay Cing Kay pun mengangguk mengiyakan, katanya bahwa In
Lap Siansu akan segera dibawa menghadap Pangcunya jika saja
Pangcu mereka telah datang di Hou-ciu.
"Sayangnya sampai hari ini Pangcu kami belum lagi tiba di Houciu, dan kami sendiri tengah menantikan kedatangan Pangcu kami
itu. Jika memang Taysu tidak keberatan, maukah kiranya Taysu
menantikan sampai tibanya Pangcu kami itu, agar dapat
menjelaskan seluruh apa yang diketahui oleh Taysu?"
In Lap Siansu mengangguk dan katanya. "Justru Pinceng memang
ingin menyelidiki keadaan belasan orang yang berpakaian sebagai
saudagar itu...... Jika memang mereka adalah orang-orang istana
Kaisar yang tengah menyamar, maka pinceng tentu akan turunkan
tangan keras pada mereka tanpa sungkan-sungkan lagi!"
"Jika demikian, biarlah begitu malam tiba Taysu bersamaku pergi
menyelidiki keadaan belasan orang saudagar itu! Apakah Taysu
tidak keberatan jika aku ikut serta?"
In Lap Siansu tersenyum. "Mengapa harus keberatan" Bukankah dengan bersedianya sicu
untuk pergi bersama-sama Pinceng menyelidiki keadaan belasan
orang yang berpakaian sebagai saudagar itu, jika terjadi
pertempuran lagi akan meringankan pekerjaan Pinceng"!" kata In
Lap Siansu sambil tertawa lebar.
1053 Begitulah, banyak yang dibicarakan oleh In Lap Siansu dengan
Kay Cing Kay. Menurut keterangan yang diberikan Kay Cing Kay bahwa tokohtokoh Kay-pang yang sudah memperoleh enam karung ke atas,
mereka berdiam sementara di sebuah gedung yang terletak di
sebelah timur kota itu, yaitu rumah milik hartawan she Bun.
"Jika memang Pangcu telah tiba di Hou-ciu tentu pangcu pun akan
di bawa ke rumah Bun Wangwe, karena di sanalah semua tokohtokoh Kay-pang telah berkumpul.....!" Kay Cing Kay mengakhiri
penjelasannya. Waktu itu, In Lap Siansu telah meminum teh yang disajikan
untuknya, lalu tanyanya: "Jika memang demikian, apakah setelah
kita pergi menyelidiki keadaan belasan orang yang berpakaian
sebagai saudagar itu, kita akan pergi menemui tokoh-tokoh Kaypang yang lainnya" Siapa tahu ada di antara mereka yang bisa
memberikan petunjuk yang lebih baik lagi?"
Kay Cing Kay mengangguk mengiyakan.
Begitulah mereka telah melewati waktu sambil bercakap-cakap.
Dan akhirnya malam pun telah tiba......
In Lap Siansu dan Kay Cing Kay pun bersiap-siap untuk pergi
menyelidiki keadaan belasan orang saudagar itu.
Rumah di mana belasan orang saudagar itu bermalam ternyata
sebuah rumah yang tidak begitu besar. Dari kejauhan In Lap
Siansu dan Kay Cing Kay telah melihat api penerangan di rumah
1054 itu belum dipadamkan, memperlihatkan bahwa belasan orang
saudagar tersebut tentunya belum tidur.
In Lap Siansu memperingati Kay Cing Kay agar pengemis ini
berhati-hati. "Mereka semuanya memiliki kepandaian yang lumayan, jika kita
kurang hati-hati, tentu akan menimbulkan kecurigaan mereka!"
pesan In Lap Siansu. In Lap Siansu berpesan begitu karena selama berangkat dari kuil
tempat di mana berkumpul murid-murid Kay-pang, dia memperoleh
kenyataan Kay Cing Kay memiliki kepandaian yang masih berada
di bawahnya beberapa tingkat. In Lap Siansu kuatir kalau-kalau
nanti Kay Cing Kay menimbulkan gerakan yang bisa memancing
kecurigaan belasan orang yang berpakaian sebagai saudagar itu,
yang tentu saja akan mempersulitkan mereka juga dalam hal
menyelidiki keadaan belasan orang-orang itu.
Kay Cing Kay tidak tersinggung oleh pesan In Lap Siansu, sebab
dia memang menyadari juga bahwa In Lap Siansu memiliki
kepandaian yang jauh di atas kepandaiannya. Malah diam-diam
Kay Cing Kay sendiri merasa kagum sekali akan kemahiran
ginkang si pendeta, yang dapat berlari cepat dan ringan sekali.
Begitulah, mereka mengambil tempat di belakang rumah tersebut,
mereka melompat masuk dari pekarangan di belakang yang sepi
dan tidak terlihat seorang manusia pun juga, karena semua orang
tengah berkumpul di ruang depan bercakap-cakap. Tuan rumah
rupanya telah menyediakan beberapa macam masakan dan arak
untuk belasan orang tamu mereka.
1055 Waktu In Lap Siansu dan Kay Cing Kay melewati ruangan dapur,
mereka melihat nyonya rumah berseri-seri, karena dia rupanya
telah memperoleh hadiah besar dari tamunya, membuatnya jadi
memasak dengan bersemangat seperti itu.
Dengan gerakan yang ringan dan tanpa bersuara, In Lap Siansu
dan Kay Cing Kay melewati dapur. Dengan berani mereka telah
masuk ke ruang tengah, dan menempatkan diri mereka di sebuah
kamar. Mereka mendekam di bawah pembaringan.
Dengan demikian mereka dapat mendengarkan dengan leluasa
percakapan dari belasan orang yang berpakaian sebagai saudagar
tersebut. In Lap Siansu dan Kay Cing Kay mendengar mereka
tertawa-tawa dengan gembira. Salah seorang di antara mereka
tengah berkata dengan sikap yang riang,
"Jika memang usaha kita nanti berhasil, tentu kita akan
memperoleh kenaikan pangkat. Dan Kaisar tentu akan
memberikan tanda jasa buat kita di samping hadiah yang cukup
banyak..... Karena dari itu, walaupun bagaimana kita harus bekerja
sebaik mungkin!" "Ya!" beberapa orang kawannya telah menyahut.
Lalu salah seorang kawannya yang lain telah bertanya:
"Sesungguhnya semua yang dikerahkan ke Hou-ciu ini berjumlah
berapa orang?" "Cukup banyak, hampir meliputi sepuluhribu orang! Dari istana saja
telah diutus dua ribu orang...... semuanya merupakan pahlawan
1056 dan jago-jago istana. Maka Kay-pang jangan harap dapat hidup
lagi, pasti akan hancur lebur...... hahahahaha.....!!"
Orang itu tertawa keras sekali, tampaknya dia tengah gembira
dipengaruhi oleh arak yang telah cukup banyak diteguknya.
Sedangkan kawan-kawannya tertawa keras mengiringi tertawa
kawannya, dan mereka tampaknya gembira sekali.
Waktu itu In Lap Siansu dan Kay Cing Kay telah saling pandang.
Mereka telah mendengar jelas betapapun juga saudagar-saudagar
ini memang merupakan orang-orang dari kerajaan yang tengah
menyamar dan ingin menghancurkan kay-pang. Setidak-tidaknya
memang mereka tentunya bermaksud untuk menggagalkan rapat
besar Kay-pang yang akan diselenggarakan di Hou-ciu.
Di kala itu, dengan suara yang cukup nyaring, salah seorang di
antara belasan orang saudagar itu telah berkata dengan suara
yang mengandung perasaan bangga,
"Seperti yang telah diucapkan oleh Kaisar bahwa kalau urusan ini
berjalan lancar dan Kay-pang dapat disapu bersih, atau sedikitnya
harus terjatuh ke dalam tangan kita, maka jasa yang akan diimbali
oleh Kaisar bukan merupakan imbalan yang kecil. Selain
menerima hadiah yang besar juga akan memperoleh kenaikan
pangkat! Karena itu, kita harus bekerja sungguh, dalam beberapa
hari itu tentu kawan-kawan kita akan tiba!"
"Ya," di saat itu, kita harus bersikap tidak saling kenal satu dengan
yang lainnya.....!" kata yang lainnya. Jika telah tiba waktunya, yaitu
di malam Cap-go mendatang, kita serentak bergerak. Tidak
1057 mungkin lagi Kay-pang bisa mengadakan persiapan untuk
memberikan perlawanan yang berarti!"
"Hemmm, kalau tidak salah, Ho Ciangkun juga ikut serta dalam
penghancuran Kay-pang ini?" tanya seorang yang lainnya.
"Ya, Ho Ciangkun memang akan tiba di Hou-ciu tanggal tigabelas,
dan selama satu hari akan memberikan petunjuknya apa yang
harus kita lakukan. Karena itu, selama beberapa hari ini kita masih
memiliki kesempatan untuk bersenang-senang, asalkan kita tetap
tidak membuka rahasia diri kita. Tentu seluruh penduduk Hou-ciu
menduga bahwa kita adalah saudagar-saudagar yang kebetulan
singgah di kota ini!"
"Pengemis-pengemis yang berkumpul di Hou-ciu telah cukup
banyak. Menurut apa yang kulihat mungkin jumlah mereka telah
meliputi beberapa ribu orang! Hemmm, mereka sama sekali tidak
menyadari bahwa saat-saat kehancuran buat Kay-pang telah di
ambang pintu!" Dan mereka tertawa lagi. Muka Kay Cing Kay merah padam, dia sangat marah. Apa yang
dilaporkan oleh In Lap Siansu ternyata tidak meleset bahwa pihak
kerajaan memang bermaksud untuk menghancurkan Kay-pang.
Dengan demikian membuat Kay Cing Kay gusar bukan main.
Jika memang In Lap Siansu tidak menahannya, tentu Kay Cing Kay
telah melompat keluar dari tempat persembunyiannya untuk
menerjang orang-orang kerajaan yang menyamar sebagai
saudagar-saudagar itu. 1058 "Jangan menimbulkan keonaran dulu!" bisik In Lap Siansu. "Kita
masih membutuhkan banyak sekali keterangan dari mulut mereka!
Biarkan mereka bicara, kita akan mengetahui lebih banyak apa
yang ingin mereka lakukan kelak dalam rapat Kay-pang!!'
Karena cegahan dari In Lap Siansu, Kay Cing Kay terpaksa
menindih perasaan gusarnya itu, dia hanya mengintai dari
tempatnya dengan sorot mata yang merah mengandung
kemurkaan yang sangat. Sedangkan In Lap Siansu sendiri telah melihat salah seorang dari
belasan orang saudagar itu telah merogoh sakunya, mengeluarkan
segulungan kertas. "Ini adalah surat dari Ho Ciangkun!" kata orang itu. "Apakah kalian
ingin mendengarnya?"
Beberapa orang kawannya mengiyakan.
Orang itu membuka membacanya. gulungan surat tersebut, dia mulai ".....Jika memang kawan-kawan melakukan tugas dengan
baik, tentu akan dikurniakan pangkat yang tinggi sekali, jika
perlu akan memperoleh kenaikan pangkat dua tingkat. Akan
tetapi, kalau memang terjadi kegagalan disebabkan kalian,
tentu kalian akan memperoleh hukuman yang tidak ringan dari
pihak kerajaan! Kaisar merestui perjuangan kalian dalam menghancurkan
Kay-pang!" 1059 Semua kawanan orang-orang itu mengeluarkan suara tertawa
gembira, dan mereka tampaknya senang sekali. Malah di antara
mereka ada yang meneguk beberapa cawan arak lagi.
Di antaranya juga ada yang mengoceh: "Sekarang ini kita masih
memiliki kesempatan yang baik, jika memang telah tiba saatnya
kita berjuang, tentu kita tidak memiliki ketika yang baik untuk
menikmati arak..... Ayo, mari kita keringi beberapa cawan arak
lagi..... Untuk merestui perjuangan kita agar berhasil dengan baik!"
Setelah berkata begitu, mereka semuanya mengangkat cawan dan
meneguk kering. Sedangkan tuan rumah dan isterinya sejak tadi,
setelah selesai menyajikan makanan dan arak kepada tamutamunya ini, mengajak mereka berdiam di ruang belakang
rumahnya. Tamu-tamu ini memang terbuka sekali tangannya, tadi saja
mereka telah diberi hadiah sebanyak limabelas tail perak, dan itu
merupakan jumlah yang sangat banyak bagi mereka, cukup untuk
mereka pergunakan hidup selama satu bulan.
Saat itu, In Lap Siansu dan Kay Cing Kay telah berbisik satu
dengan yang lainnya: "Apa yang akan kita lakukan, Taysu?" tanya
Kay Cing Kay. "Kita jangan memukul rumput mengejutkan ular!" menyahuti In Lap
Siansu dengan suara berbisik juga.
"Tetapi jika kita melepaskan mereka, berarti mereka dapat
bergerak lebih leluasa! Bukankah lebih baik kita menawan mereka
dan kita kurung di dalam kuil" Dengan demikian, selain kita
1060 mengurangi jumlah lawan yang akan mengacaukan rapat besar
Kay-pang, pun dari mereka kita dapat mengorek keterangan yang
kita perlukan.....!"
In Lap Siansu tidak segera menyahuti, dia berdiam diri beberapa
saat, sampai akhir nya dia mengangguk.
"Baiklah! Kepandaian mereka memang tidak terlalu tinggi, karena
ilmu silat mereka biasa-biasa saja! Namun, jika memang kita gagal
menangkap mereka semua dan ada salah seorang di antara
mereka yang berhasil meloloskan diri. Tentu hal ini hanya akan
merepotkan kita pula, di mana orang yang lolos itu dapat
memberitahukan kepada kawan-kawannya bahwa Kay-pang telah
mengetahui rencana mereka, tentu mereka dapat merobah
rencana kerja mereka..... Dengan demikian kita akan menghadapi
kesulitan baru.....!"
Mendengar penjelasan In Lap Siansu, Kay Cing Kay jadi ragu-ragu.
Dia berdiam diri beberapa saat, sampai akhirnya dia berkata juga:
"Kita coba saja. Bagaimanapun kita harus menangkap semuanya,
tidak seorangpun dari mereka yang akan kita biarkan lolos.....!"
Dan setelah berkata bcgitu, secepat kilat Kay Cing Kay telah
melompat ke depan, gerakan tubuhnya itu seperti bayangan saja,
karena dia mempergunakan ginkangnya, sehingga tubuhnya dapat
melompat secepat angin. Sedangkan In Lap Siansu yang melihat kawannya telah bergerak,
cepat sekali menyusul. Karena walaupun bagaimana dia tidak mau
membuang waktu lagi. Kalau sampai terlambat, dan Kay Cing Kay
bergerak, lalu memperoleh kesulitan dari belasan orang saudagar
1061 palsu itu, tentu hanya akan mempersulit mereka juga, di mana para
saudagar palsu itu bisa mempersiapkan diri buat menghadapi
mereka. Waktu itu, belasan orang saudagar itu telah dipengaruhi oleh arak,
dan mata mereka sudah tidak bisa melihat dengan jelas. Hanya
melihat sesosok bayangan melompat ke depan dari salah seorang
di antara mereka. Cepat luar biasa sosok bayangan itu menggerakkan tangannya
menyerang ke arah dada orang itu. Suara "Bukkk!" yang keras
terdengar, seketika tubuh orang itu terjungkal dan pingsan.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kawan-kawan orang itu jadi terperanjat bukan main. Mereka
melompat bangun dan dengan gerakan yang gesit mereka
menyerang kepada sosok bayangan itu. Rupanya rasa kaget dan
bingung mereka telah membuat pengaruh arak berkurang,
sehingga mereka bisa menyerang dengan baik.
Sedangkan Kay Cing Kay bergerak cepat sekali, ke dua tangannya
menyambar ke sana ke mari dengan gerakan yang sebat, dia
melontarkan dua orang lawannya. Berbareng dengan itu In Lap
Siansu juga telah tiba. Dengan gerakan yang sangat lincah dia
telah bergerak menotok beberapa orang saudagar palsu itu.
Dengan demikian tubuh orang-orang itu terkulai rubuh tanpa bisa
berkutik lagi. Kawan-kawan dari para saudagar itu tampak lebih terkejut lagi.
Dan benar-benar pangaruh arak yang tadi masih bersisa di dalam
diri mereka telah lenyap. Dan mereka bergerak cepat sekali,
1062 melompat mengepung dan melancarkan serangan yang bertubitubi kepada In Lap Siansu dan Kay Cing Kay.
Akan tetapi mereka telah berada di bawah angin, karena memang
In Lap Siansu dan Kay Cing Kay telah menyerang terlebih dulu dan
merebut waktu. Dengan demikian, dalam keadaan terdesak dan
panik, saudagar-saudagar palsu yang memang kepandaiannya
berada di bawah kepandaian In Lap Siansu dan Kay Cing Kay, jadi
terdesak hebat. Mereka telah tertotok seorang demi seorang,
rubuh terkulai tidak bisa berkutik.
Waktu keributan itu terjadi, tuan rumah suami isteri telah muncul.
Di saat itu Kay Cing Kay bergerak cepat. Dia sadar jika tuan rumah
ini tidak ditawan juga, tentu berita terjadinya peristiwa tersebut
dapat tersiar. Karenanya, dengan cepat Kay Cing Kay melompat ke arah suami
isteri itu, di mana sepasang tangannya bergerak sebat, tangan
kanan menotok sang suami, sedangkan tangan kirinya menotok
jalan darah si isteri pemilik rumah tersebut. Tidak ampun lagi
sepasang siuami isteri itu telah terjungkal rubuh tidak bisa bergerak
lagi. Sedangkan In Lap Siansu juga telah berhasil menotok semua
lawan-lawannya. Para saudagar itu telah menggeletak tidak bisa
bergerak sama sekali, karena jalan darah mereka telah tertotok.
Di waktu itu, Kay Cing Kay telah berkata kepada In Lap Siansu,
bahwa dia akan kembali ke kuil di mana kawan-kawannya
berkumpul, untuk memanggil beberapa anggota Kay-pang, guna
1063 membantui mereka mengangkuti saudagar-saudagar palsu itu
yang kini telah menjadi tawanan mereka.
In Lap Siansu menyetujui untuk menanti di situ, menjagai para
tawanannya. Kay Cing Kay pergi dengan cepat, dan tidak lama kemudian dia
kembali dengan membawa lima orang Kay-pang. Dengan
demikian mereka dapat membawa tawanan ke kuil tempat mereka
berkumpul dengan cepat. In Lap Siansu girang juga, karena melihat tidak ada seorangpun
dari saudagar-saudagar palsu, yang ternyata merupakan orang
orang kerajaan yang tengah menyamar itu, yang bisa meloloskan
diri. Dengan demikian Kay-pang akan bisa memperoleh
keterangan yang lebih banyak dari tawanan mereka.
Waktu tiba di kuil itu Kay Cing Kay memimpin pemeriksaan
terhadap belasan orang saudagar palsu itu.
Setelah disiksa barulah para saudagar palsu itu mengakui dengan
terus terang, bahwa mereka adalah orang-orang kerajaan yang
memang ditugaskan untuk menyamar menyelusup ke dalam Houciu, guna mengacaukan rapat besar Kay-pang. Dan mereka juga
menyatakan, walaupun bagaimana Kay-pang dapat dihancurkan,
karena banyak sekali orang-orang kerajaan yang dikerahkan di
Hou-ciu, sehingga tidak seorangpun dari anggota Kay-pang yang
bisa lolos. Malah salah seorang diantara mereka telah mengancam, agar
membebaskan mereka. Jika tidak, kelak di waktu tiba saatnya
1064 orang-orang kerajaan bergerak, dan Kay-pang dihancurkan,
mereka akan membinasakan orang-orang yang telah menawan
mereka. Sedangkan salah seorang di antara mereka ada juga yang
membujuk. Dikatakannya jika Kay Cing Kay dan In Lap Siansu mau
membebaskan mereka, tentu mereka akan memberi tahukan
kepada Ho Ciangkun bahwa In Lap Siansu dan Kay Cing Kay
bersama beberapa anggota Kay-pang itu tidak perlu dimusnahkan,
malah mereka mungkin akan diberi imbalan yang cukup besar atas
jasa-jasa mereka. Jika memang Kay Cing Kay ingin hidup senang,
merekapun akan membujuk Ho Ciangkun agar pengemis ini
diberikan pangkat dan kedudukan.
Mendengar itu, Kay Cing Kay jadi tambah marah, bukannya tertarik
oleh tawaran istimewa tersebut, malah telah dihajarnya orang
tersebut sampai babak belur.
Begitulah, limabelas orang perwira kerajaan yang menyamar
sebagai saudagar-saudagar palsu itu telah ditahan di kuil tersebut,
di mana mereka akan dihadapkan pada tokoh-tokoh Kay-pang.
"Y" Tinggal tiga hari lagi rapat besar akan diadakan oleh Kay-pang di
kota Hou-ciu segera tiba, dan kota itu semakin penuh juga
didatangi oleh pengemis-pengemis dari berbagai daerah. Yang
lebih luar biasa juga di kota ini telah dibanjiri dengan orang-orang
yang berpakaian bermacam ragam, ada yang sebagai pelajar,
sebagai busu, sebagai pedagang, sebagai petani, juga orang1065
orang asing lainnya. Mereka semuanya berjumlah ribuan orang,
sehingga membuat kota Hou-ciu ramai luar biasa.
Sedangkan pihak pengemis, telah berjumlah hampir sepuluh ribu
orang. Dengan demikian kemana saja orang berjalan di Hou-ciu
tentu akan bertemu dengan rombongan pengemis. Banyak tingkah
laku mereka, ada yang menjalankan kebiasaan mereka untuk
meminta-minta sedekah makanan sisa, ada juga yang telah duduk
bergerombolan di pinggir-pinggir rumah penduduk, dan ada juga
yang berkeliaran. Tetapi mereka semuanya tidak ada yang
menimbulkan keonaran. Menyaksikan jumlah pengemis yang luar biasa banyaknya,
membuat penduduk Hou-ciu jadi bergelisah juga. Mereka rupanya
bingung dan tidak mengerti mengapa kota mereka bisa kebanjiran
pengemis yang demikian besar jumlahnya, di samping orangorang asing lainnya. Dengan sendirinya mereka menduga-duga
akan terjadi sesuatu yang luar biasa di kota mereka.
Pada pagi itu, tampak lima orang yang tengah berjalan di sebuah
jalanan di kota Hou-ciu. Mereka adalah dua orang pemuda,
seorang laki-laki tua berusia limapuluh tahun lebih, dengan
seorang wanita berusia tigapuluhan tahun dan seorang anak
perempuan berusia belasan tahun.
Sikap mereka tenang, waktu memasuki sebuah rumah makan,
yang penuh oleh pengunjung. Dengan sabar mereka menanti
sampai ada meja yang kosong dan mereka baru memesan
makanan. 1066 Ke lima orang ini bercakap-cakap dengan tenang, hanya mata
mereka yang mengawasi ke sekitarnya dengan sinar matanya
yang tajam seperti juga tengah mencari-cari seseorang.
Dilihat dari sikap mereka itu, tampaknya ke lima orang ini bukan
orang sembarangan. Terlebih lagi orang tua berusia limapuluh
tahun lebih, dari sinar matanya diketahui bahwa ia memiliki
lweekang yang tinggi. Sedangkan wanita yang berusia tigapuluh tahun lebih itu demikian
menyayangi si gadis cilik, yang dengan manja duduk di
sampingnya. Mendengar dari panggilan si gadis cilik kepada
wanita tersebut, jelas wanita itu adalah ibu dari si gadis cilik yang
manja tersebut. Ke dua pemuda itupun tampak tenang sekali, yang seorang
berusia enambelas tahun, sedangkan yang seorang lagi berusia
antara duapuluh tahun lebih. Mereka berpakaian sederhana sekali,
akan tetapi dilihat dari sikap mereka yang gagah, dan di punggung
masing-masing tergemblok sebatang pedang. Rupanya mereka
berasal dari dunia persilatan.
Waktu itu pemuda yang berusia enambelas tahun telah menoleh
kepada seorang yang duduk di meja lainnya, dia memperhatikan
dengan seksama. Tampak matanya itu memancarkan sinar yang
tajam sekali. Orang yang diperhatikannya itu adalah seorang laki-laki berusia
hampir enampuluh tahun, tubuhnya masih tegap dan tampaknya
memiliki tenaga yang kuat. Wajahnya berpotongan telur dan
lonjong di bagian dagunya, matanya memancarkan sinar yang licik.
1067 Mengetahui pemuda itu mengawasi padanya, orang tua tersebut
berkata kepada kawannya, seorang lelaki berusia tua seperti dia
juga, yang duduk dihadapannya: "Bocah itu minta dihajar......!"
Kawannya tertawa dingin. "Hmm, memang matanya harus dicongkel keluar!" sahutnya sambil
memperdengarkan suara tertawa dingin lagi. "Tetapi kita telah
dipesan tidak boleh menimbulkan keonaran.....!"
Waktu itu, tampak kawannya masih mendongkol dan tidak bisa
menahan kemendongkolannya itu, dia berkata lagi: "Tetapi jika
dihajar satu-dua kali hantaman, itu tentunya bukan merupakan hal
yang terlalu hebat..... tentu tidak menimbulkan keonaran yang lebih
jauh....!" "Jangan.....!" mencegah kawannya. "Kita harus dapat menahan
diri.....!" "Tetapi matanya itu kurang ajar sekali!"
"Kita jangan mencari urusan.....!"
"Tetapi pemuda itu kurang ajar sekali. Lihat, dia masih
mengawasiku seperti juga aku ini kakeknya.....!" berkata kawannya
dengan sikap tidak senang.
Mendengar itu, kawannya yang duduk di hadapannya jadi berdiam
diri sejenak, dan akhirnya menghela napas.
1068 "Laote, jika memang kau ingin menghajarnya satu-dua kali
hantaman, baiklah..... tetapi cegah jangan sampai timbul keonaran
yang lebih besar.....!"
Orang tua itu mengangguk, dia bangkit dari duduknya. Dengan
mulut memperlihatkan senyuman mengejek, dia menghampiri si
pemuda berusia enambelas tahun itu.
Sedangkan si pemuda telah melihat orang tua itu menghampirinya,
dia tertawa. "Ha, rupanya benar dia yang tengah kita cari.....!" kata pemuda itu.
Kawan-kawan si pemuda menoleh mengawasi orang tua tersebut
yang telah sampai di depan meja mereka. Dengan gusar, orang
tua itu membentak kasar: "Matamu perlu dikorek bocah!"
Dan orang tua itu bukan hanya sekedar berkata saja, karena cepat
bukan main tangan kanannya bergerak, dia telah menyerang
dengan jari telunjuknya ke arah mata si pemuda. Karena memang
dia bermaksud untuk mengorek biji mata si pemuda itu.
Belum lagi pemuda belasan tahun itu bergerak untuk
menghindarkan totokan tangan orang tua itu, yang meluncur
sangat cepat, kawan si pemuda yang berusia limapuluhan tahun
lebih itu tiba-tiba mengangkat sumpitnya. Dengan gerakan yang
sulit diikuti oleh pandangan mata orang biasa, sumpit itu tahu-tahu
telah menjepit jari telunjuk orang tua itu.
Jepitan yang dilakukan sumpit tersebut ternyata sangat kuat sekali,
sehingga tangan orang tua itu tidak bisa bergerak lagi. Malah orang
1069 tua tersebut merasakan jari telunjuknya sakit bukan main,
sehingga dia merasakan tulang jari telunjuknya itu seperti akan
patah terjepit sumpit itu.
Dengan gusar orang tua itu mengerahkan tenaga dalamnya, dia
menarik pulang tangannya.
Setelah itu dengan mata yang bengis dia mengawasi kawan si
pemuda yang berusia limapuluh tahun lebih itu. Katanya dengan
gusar: "Kau ingin mencampuri untuk dihajar pula?"
Tetapi orang tua berusia limapuluh tahun lebih itu bersikap tenang
sekali. Dia menyahuti: "Ha, rupanya engkau seorang yang galak
sekali...... Kami tidak saling kenal dengan kau, dan tidak memiliki
kesalahan apapun juga. Mengapa justru tidak angin tidak hujan kau
mau menyerang kawanku itu" Apakah memang kau selalu
memerlukan biji mata, sehingga begitu menyerang ingin mengorek
biji mata kawanku itu?"
Disanggapi seperti itu telah membuat orang tua itu jadi penasaran,
dia tambah gusar, serunya: "Aku Hong Tia Liang baru hari ini
melihat manusia-manusia kurang ajar tidak tahu peradatan seperti
kalian! Bocah itu mengawasiku seperti juga memandangi kakek
moyangnya, karenanya kukira ada baiknya jika biji matanya
dikorek agar lain kali tidak kurang ajar!"
Sambil berkata begitu, orang tua yang mengaku bernama Hong Tia
Liang tidak tinggal diam. Belum lagi perkataannya itu habis
diucapkan, tangannya cepat bergerak, di mana dia bermaksud
menotok biji mata si pemuda itu.
1070 Akan tetapi, sekali ini justru pemuda yang berusia duapuluh tahun
lebih, yang berrada di samping si pemuda berusia belasan tahun,
yang bergerak sangat sebat. Belum lagi tangan Hong Tia Liang
menyambar tiba pada sasaran, tangannya itu telah ditangkis dan
disampok kuat sekali. Dengan demikian membuat tangan Hong Tia
Liang tersampok ke samping.
Tangkisan yang dilakukan oleh pemuda berusia duapuluh tahun
lebih itu ternyata kuat sekali, dan ini di luar dugaan dari Hong Tia
Liang. Jika sebelumnya dia hanya bermaksud untuk mengorek biji mata
pemuda belasan tahun itu dan tidak menimbulkan keonaran lebih
jauh, sekarang dalam saat murkanya seperti itu, telah membuat dia
jadi kalap. Dua kali serangannya telah gagal, karenanya sekarang
dia menyerang dengan kekuatan yang penuh dan gerakan yang
cepat sekali. Tangan kirinya menyambar akan mencengkeram
pundak si pemuda berusia duapuluh lebih, sedangkan tangannya
yang lain tetap menotok ke arah biji mata pemuda belasan tahun
itu. Tetapi sekarang pemuda berusia belasan tahun tersebut tidak
tinggal diam. Melihat orang tua she Hong itu menyerang lagi
padanya, dengan tetap duduk berdiam di tempatnya, tangan
kanannya telah diangkat. Kemudian secepat kilat tahu-tahu dia
telah menceagkeram pergelangan tangan dari Hong Tia Liaug,
diapun telah mengerahkan tenaga dalamnya dan meremas tangan
Hong Tia Liang. 1071 Gerakan yang dilakukan oleh pemuda belasan tahun itu membuat
Hong Tia Liang kaget tidak terkira.
Melihat dari usianya yang baru belasan tahun itu, tentunya pemuda
ini memiliki kepandaian yang belum berarti. Akan tetapi kenyataan
yang ada, remasan tangan pemuda ini kuat sekali, telapak
tangannya sangat panas, membuat Hong Tia Liang merasakan
pergelangan tangannya seakan kena diremas sampai hancur.


Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil mengeluarkan seruan tertahan, dia berusaha menarik
tangannya untuk melepaskan dari remasan dan cekalan tangan
pemuda itu, berbareng kaki kanannya juga telah menendang untuk
menyepak tubuh pemuda itu dari tempat duduknya. Namun, apa
yang dilakukan oleh Hong Tia Liang ternyata gagal. Bukan saja dia
gagal untuk menarik pulang tangannya dari cekalan atau
ceagkeraman tangan si pemuda belasan tahun itu, malah
tendangan kakinya telah mengenai tempat kosong, sebab pemuda
itu hanya menggeser duduknya saja.
Dengan demikian Hong Tia Liang tambah gusar dan penasaran.
Baru saja dia ingin menyerang lebih jauh, di waktu itulah si
pemuda, belasan tahun tersebut membentak. Tangannya yang
mencengkeram pergelangan tangan Hong Tia Liang telah
dihentakkan, sehingga tidak ampun lagi tubuh Hong Tia Liang
terhuyung akan rubuh. Beruntung bahwa Hong Tia Liang memiliki lweekang yang cukup
tinggi, walaupun tubuhnya telah terhuyung, akan tetapi dia masih
sempat untuk menguasai ke dua kakinya, sehingga dia bisa berdiri
tetap lagi. 1072 Dengan muka yang merah padam, dia mendelik kepada pemuda
belasan tahun itu. Walaupun kawannya tadi telah berpesan agar tidak menimbulkan
keonaran dan cukup jika telah menghajar pemuda belasan tahun
tersebut, akan tetapi sekarang justru Hong Tia Liang telah lupa diri.
Karena gusar dan penasaran, dia jadi melupakan segalanya dan
dengan gesit dia melompat maju lagi.
Kali ini serangan ke dua tangannya sangat dahsyat sekali, dia telah
menyerang dengan ke dua tangannya sekaligus kepada pemuda
belasan tahun tersebut. Angin serangan yang dilancarkan Hong Tia Liang menderu-deru
mendesak pemuda itu, akan tetapi pemuda belasan tahun itupun
telah berdiri dari tempat duduknya, dia mengangkat ke dua
tangannya untuk menangkis tangan Hong Tia Liang.
Apa yang dilakukan oleh pemuda belasan tahun itu membuat Hong
Tia Liang tambah murka. "Hemmm, usiamu belum seberapa dan tentunya ilmu silat yang kau
pelajaripun tidak seberapa tinggi, akan tetapi kau berani
menyambut seranganku dengan kekerasan, berarti kau mencari
mampus sendiri.....!" pikir Hong Tia Liang.
Sebagai seorang yang telah kenyang makan asam garam dunia
persilatan dan juga memiliki kepandaian yang tinggi, disamping
pengalaman yang banyak, membuat Hong Tia Liang tidak
meneruskan serangan ke dua tangannya itu. Dia mandek dan
menahan ke dua tangannya waktu menyaksikan pemuda belasan
1073 tahun itu ingin menangkis serangannya dengan kekerasan.
Berbareng dengan itu, dia telah membentak nyaring, tahu-tahu
tangannya telah meluncur turun ke bawah, dengan serentak ke dua
tangannya itu menghantam ke arah dada si pemuda belasan tahun
itu. Si pemuda belasan tahun tersebut tampaknya kaget juga
menyaksikan lawannya merobah serangannya. Dengan gerakan
yang cepat sekali dia mandek untuk berjongkok sedikit, karena
waktu itu dia tidak memiliki kesempatan untuk menghindarkan diri
dari serangan Hong Tia Liang. Karenanya, dengan berjongkok
sedikit itu, si pemuda belasan tahun ini dapat menangkis dengan
hanya menaikkan ke atas ke dua tangannya.
Terjadi bentrokan yang keras antara dua kekuatan yang dahsyat
itu. Tubuh si pemuda belasan tahun seperti diterjang oleh sesuatu
tenaga yang dahsyat sekali.
Akan tetapi pemuda belasan tahun tersebut tidak menjadi gugup,
dia telah mengempos tenaga dalamnya yang disalurkan kepada ke
dua tangannya. Dan waktu tubuhnya diterjang oleh tenaga
serangan orang tua she Hong tersebut, dia telah mendoyongkan
tubuhnya ke belakang, seperti juga orang yang keserang, karena
dia bermaksud untuk mengurangi tenaga tindihan dari lawannya.
Dan apa yang dilakukannya memang berhasil baik sekali, tenaga
serangan Hong Tia Liang seperti mengenai tempat yang lunak dan
kehilangan sasarannya. Waktu itu karena dia menyerang dengan
tenaga yang kuat sekali, dia kehilangan keseimbangan tubuhnya,
membuat dia jadi terjerunuk ke depan.
1074 Waktu tubuh Hong Tia Liang tengah terjerunuk, pemuda belasan
tahun tersebut telah mengangkat kakinya, dia akan menghantam
perut dari Hong Tia Liang dengan lututnya itu.
Inilah gerakan yang berbahaya dan tidak pernah dipikirkan oleh
Hong Tia Liang, dan orang she Hong tersebut terkejut dalam
keadaan sudah terdesak seperti itu, di mana perutnya hanya
terpisah beberapa dim lagi saja dari lutut pemuda belasan tahun
itu. Sedangkan pemuda belasan tahun itupun telah mengerahkan
kekuatan lweekangnya, dia telah berusaha hendak menghantam
perut Hong Tia Liang dengan keras.
Hong Tia Liang walaupun bagaimana merupakan seorang yang
sangat berpengalaman serta memiliki kepandaian yang tinggi
mengetahui bahaya yang tengah mengancam dirinya, cepat-cepat
dia telah mengempiskan perutnya. Di samping mengempiskan
perutnya, dalam waktu yang hanya beberapa detik saja, diapun
telah menghantam pemuda belasan tahun itu dengan tangan
kanannya, ke dua jari tangannya, jari telunjuk dan jari tengah, telah
dipentangnya, mengincar ke biji mata pemuda itu.
Pemuda belasan tahun tersebut menyadari juga walaupun dia
berhasil buat menghantamkan lututnya ke perut Hong Tia Liang,
akan tetapi jika dia memaksakan diri meneruskan serangan
niscaya diapun akan menerima bencana yang tidak kecil, yaitu ke
dua biji matanya akan dikorek keluar oleh jari telunjuk dan jari
tengah dari orang she Hong tersebut.
1075 Karena itu, pemuda ini tentu saja tidak mau bercelaka bersamasama dengan lawannya, terlebih lagi wanita yang berusia tigapuluh
tahun lebih telah memperingatinya: "Ji-jie, hati-hati!"
Pemuda belasan tahun tersebut batal dengan serangan lututnya,
dia telah menarik pulang lututnya dan kemudian membarengi
dengan hajaran tangan kanannya.
"Bukkk!" pinggang Hong Tia Liang kena dipukulnya dengan keras.
Hong Tia Liang sendiri terkejut melihat pemuda itu menarik pulang
lututnya. Sebenarnya orang she Hong tersebut bermaksud
mempergunakan kesempatan itu buat melompat mundur.
Justru perhatiannya terpecahkan, belum lagi dia berhasil melompat
mundur, pinggangnya telah kena dihantam begitu keras oleh
pemuda belasan tahun itu.
Memang benar pukulan pemuda belasan tahun itu tidak terlalu
dahsyat dan tidak bisa mematikan, akan tetapi Hong Tia Liang
merasakan pingggangnya seperti juga ingin patah! Waktu dia
meringis seperti itu justru pemuda belasan tahun tersebut telah
membentak dan ke dua tangannya silih berganti telah menyerang
lagi! Tenaga serangan yang dipergunakan pemuda belasan tahun
tersebut semakin lama semakin kuat. Rupanya setelah melihat
bahwa serangannya pada pinggang Hong Tia Liang tidak
membcrikan hasil dan tidak menyebabkan orang she Hong
tersebut rubuh, dia jadi penasaran dan setiap serangannya telah
ditambah dengan kekuatan lweekangnya. Di antara berkesiuran
1076 angin serangan ke dua tangannya itu, tampak pemuda belasan
tahun tersebut juga sekali-kali mempergunakan ke dua kakinya
melakukan tendangan yang silih berganti.
Sesungguhnya Hong Tia Liang seorang jago rimba persilatan yang
memiliki nama tidak kecil di dalam rimba persilatan di daratan
Tiong-goan, akan tetapi sekarang dia seperti dipermainkan oleh
seorang pemuda belasan tahun, dengan sendirinya dia jadi gusar
Misteri Bayangan Setan 10 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Suling Naga 8

Cari Blog Ini