Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja Bagian 2
orang-orang yang datang untuk menyerahkan asok tukon. Yang tertua diantara
mereka telah mengatakan langsung keperluannya, sekaligus mengakhirinya
"Silahkan menyimpan barang-barang ini Ki Partija. Nampaknya kita akan segera
menikmati hidangan yang masih hangat ini"
Ki Partija pun kemudian memanggil Wirantana. Kemudian mempersilahkan adiknya, Ki
Resa bersama Wirantana untuk menyimpan barang-barang yang sangat berharga itu.
Keduanya telah memasukkan benda-benda berharga itu ke dalam peti. Kemudian
menyimpan peti itu di dalam bilik Ki Partija, langsung di bawah pengawasan Ki
Partija sendiri. Manggada dan Laksana yang tahu, bahwa barang-barang itu sangat tinggi nilainya,
tidak berani menawarkan diri untuk membantu menyimpan di ruang dalam. Hal itu
akun dapat mengundang persoalan. Karena itu, keduanya hanya
mengamati saja dari kejauhan, ketika Ki Resa dan Wirantana membawa barang-barang
berharga itu masuk. Sementara itu, setelah barang-barang berharga disimpan, Ki Partija Wirasentana
mempersilahkan tamu-tamunya menikmati hidangan bersama keluarga Ki Partija.
Bahkan yang tertua diantara para utusan itu telah sempat bertanya tentang dua
orang anak muda yang telah menolong Mas Rara dari cengkaman tajamnya kuku-kuku
harimau. "Apakah mereka masih ada di sini?" bertanya utusan itu.
"Ya Ki Sanak. Sebagaimana pesan yang terdahulu. anak-anak muda itu ternyata
bersedia tinggal di sini" jawab Ki Partija.
"Sukurlah. Raden Panji Prangpranata memang ingin bertemu langsung dengan anakanak itu. Pada saat Mas Rara dijemput http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kelak, keduanya akan diminta ikut bersama dengan utusan yang menjemput itu"
berkata orang tertua itu.
Ki Partija sempat berpaling kearah kedua orang anak muda itu. Sementara
Wirantana yang telah selesai menyimpan barang-barang berharga itu, telah berada
diantara mereka. Demikianlah Sebagaimana direncanakan, maka Ki Partija Wirasentana telah
membersihkan gandok rumahnya yang disediakan bagi tamu-tamunya. Tapi karena
jumlahnya tidak sebanyak yang diduga, Ki Partija mengurungkan rencananya
meminjam rumah di sebelah depan.
Malam itu, para utusan Raden Panji bermalam di rumah Ki Partija. Sementara Ki
Partija Wirasentana dengan isterinya, sekali lagi menghitung uang dan perhiasan
yang telah mereka terima. Tetapi mereka tidak mampu menyebut angka sesuai dengan
nilai barang-barang yang telah diberikan Raden Panji Prangpranata kepada mereka.
"Ternyata anak itu membawa rejeki yang tidak terhitiing jumlahnya, Nyi Rejeki
lahiriah" berkata Ki Partija Wirasentana datar.
Isterinya mengungguk kecil. Tetapi tidak ada kesan kegembiraan yang nampak di
wajahnya. Sementara itu, Mas Rara terbaring di biliknya menengadah, memandang atap. Ia
berusaha memejamkan matanya, tapi tidak dapat tidur nyenyak. Setiap kali, di
luar sadarnya, matanya terbuka.
Di luar, suara jengkerik dan bilalang berderik bersahutan.
Angin malam berhembus agak kencang. Mendung memang melintas. Tetapi sejenak
kemudian, bintang-bintang mulai berkeredipan lagi di langit.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada, Laksana dan Wirantana telah tidur mendekur.
Seakan-akan anak-anak muda itu sama sekali tidak dibebani oleh perasaan apapun
juga. Meskipun rumah Ki Partija Wirasentana nampaknya menjadi lelap, tetapi Ki Partija
telah memerintahkan beberapa orang meronda di rumahnya. Mereka telah mendapat
pesan Jika sesuatu terjadi, mereka harus segera memberikan isyarat. Jika
keadaannya memang sangat genting, mereka diminta untuk membunyikan kentongan
tanpa ragu-ragu. Namun ternyata sampai terdengar ayam jantan berkokok untuk terakhir kalinya,
tidak terjadi sesuatu di rumah itu.
Beberapa orang yang ditugaskan untuk meronda rumah itu telah berkumpul dan duduk
di serambi belakang. Sementara langit mulai menjadi cerah.
Para utusan yang bermalam di rumah Ki Partija Wirasentana, telah terbangun.
Bergantian mereka pergi ke pakiwan.
Sementara orang-orang perempuan telah sibuk di dapur, termasuk Mas Rara sendiri.
Badan Mas Rara kelihatan lesu. Matanya redup, karena hampir semalaman ia tidak
tidur sama sekali. Manggada, Laksana dan Wirantana sibuk bergantian
menimba air, mengisi jambangan di pakiwan. Kemudian mereka juga membantu
membersihkan halaman dan kerja yang lain.
Ketika matahari naik, para tamu telah berada di pendapa.
Hidangan telah disuguhkan pula. Minuman hangat dan nasi yang hangat pula. Ki
Partija Wirasentana telah minta isterinya menyiapkan makan pagi-pagi, karena
kelima orang tamu mereka, utusan Raden Panji Prangpranata itu, akan meninggalkan
rumah itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika para tamu itu mulai menyenduk nasi ke mangkuk mereka, Ki Resa pun telah
datang pula dengan wajah yang cerah. Ki Partija telah memanggilnya untuk ikut
bersama dengan tamu-tamunya, makan bersama di pendapa.
Ki Resa tidak menolak. Iapun naik ke pendapa. Sikapnya tidak berubah. Ramah dan
banyak tersenyum dan tertawa.
Seperti yang direncanakan. Beberapa saat kemudian, setelah para tamu itu selesai
makan dan minum serta setelah beristirahat pula sebentar, sementara matahari
naik semakin tinggi, maka para tamu itupun telah minta diri meninggulkan
padepokan Nguter. "Kami ingin minta diri kepada Mas Rara" berkata orang tertua dari para utusan
itu. Ki Partija Wirasentana termangu-mangu sejenak.
Namun kemudian ia pun mengangguk hormat sambil berkata
"Gadis itu gadis pemalu"
Kelima orang utusan itu tertawa. Seorang diantaranya berkata "Ia akan menjadi
isteri Raden Panji" Ki Partija masih saja termangu-mangu. Sementara utusan itu berkata "Mas Rara
harus menyesuaikan diri. Ia akan menerima tamu-tamu Raden Panji. Diantaranya,
ada pemimpin. Karena itu, ia tidak boleh menjadi gadis pemalu"
Ki Partija tidak dapat menjawab. Karena itu ia bangkit dan melangkah masuk,
mencari Mas Rara. Ternyata Mas Rara masih berada di dapur.
Seperti yang diduga, Mas Rara menolak untuk pergi ke pendapa. Ia merasa malu
berhadapan dengan utusan Raden Panji Prangpranata.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi ayahnya memaksa. Dengan nada rendah, ayahnya berkata "Mas Rara. Jika kau
tidak mau pergi ke pendapa, utusan itu tidak akan meninggalkan rumah ini. Mereka
tidak perduli terlambat menghadap Raden Panji, dan kemudian dimarahi, atau
bahkan dihukum. Mereka merasa wajib untuk minta diri padamu, karena kau bakal
isteri Raden Panji" "Tetapi aku malu ayah" jawab Mas Rara.
"Jadi kau biarkan tamu-tamu itu berada di pendapa sampai nanti siang, atau nanti
sore, atau bahwa bermalam lagi" Atau sampai datang utusan Raden Panji menyusul
mereka?" bertanya ayahnya. Mas Rara menjadi bingung. Namun ibunya kemudian berkata dengan lembut "Kau harus
belajar dengan kewajiban-kewajiban yang bakal dibebankan kepadamu Mas Rara. Kau
bukan lagi kanak-kanak. Kau tidak boleh selalu dikekang perasaan malu"
Mas Rara masih tetap ragu-ragu. Namun akhirnya Mas Rara terpaksa mengikuti
ayahnya ke pendapa, sambil berpegangan tangan ibunya.
Ketika Mas Rara keluar lewat pintu pringgitan, wajahnya menunduk. Sementara itu,
kelima orang utusan Raden Panji mendekatinya. Seorang diantara mereka berkata
"Bukankah Mas Rara pernah menari dihadapan banyak tamu" Utusan yang pernah
datang kemari menceriterakan bahwa Mas Rara adalah seorang penari yang baik.
Kenapa Mas Rara sekarang merasa malu terhadap kami" Anggap saja kami berada
diantara para penonton, jika Mas Rara sedang menari"
Mas Rara tersenyum tertahan. Tetapi ia justru menjadi semakin menunduk Wajahnya
menjadi merah. Ki Partija tersenyum. Tetapi ia tidak berkata sesuatu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Selanjutnya, para utusan itu minta diri untuk kembali dan memberikan laporan
kepada Raden Panji. Ki Partija menggamit anaknya. Tetapi anaknya tidak tanggap. la masih saja
menundukkan kepala sambil
mempermainkan jari-jari tangannya sendiri.
"He" akhirnya Ki Partija tidak sabar "kau harus menjawab.
Para utusan itu minta diri"
Mas Rara termangu-mangu. Tetapi wajahnya justru terusa panas.
Sekali lagi para utusan itu minta diri "Kami mohon diri Mas Rara. Kami harus
kembali menghadap Raden Panji untuk memberikan laporun, bahwa kami telah
melakukan perintah dengan sebaik-baiknya"
Dengan jantung berdebaran, Mas Rara akhirnya menjawab
"Selamat jalan"
"Kau tidak mengucapkan terima kasih?" bertanya bapaknya.
"Ah" desah gadis itu.
Kelima utusan itu tertawa. Sementara, atas desakan ayahnya, Mas Rara berkata
"Aku mengucapkan terima kasih"
"Tidak buat kami " jawab salah seorang dari para utusan itu.
Agaknya ia ingin menggoda Mas Rara. Karena itu ia bertanya
"Jadi terima kasih itu buat siapa?"
Wajah Mas Rara terasa semakin panas. Ia tidak menjawab sama sekali.
"Sudahlah berkata utusan itu" Kami sudah mengerti, terima kasih itu tentu Mas
Rara tujukan kepada calon suarni yang memerintahkan kami datang kemari"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hampir saja Mas Rara lari ke dalam. Nanum orang-orang itu sambil tertawa
bergerak, dan melangkah menuju tangga pendapa.
Ki Partija membimbing Mas Rara untuk ikut mengantar tamunya sampai ke regol
halaman, diikuti Nyi Partija.
Di regol, utusan itu sekali lagi minta diri kepada ayah dan ibu Mas Rara. Bahkan
sekali lagi kepada Mas Rara. Kepada Ki Resa yang ikut pula mengantar, mereka
telah minta diri pula. Namun yang tertua diantara mereka berpesan "Jangan biarkan anak-anak itu pergi"
Ki Partija tersenyum sambil menjawab "Kami akan selalu berusaha memenuhi
perintah Raden Panji Ki Sanak"
"Terima kasih" jawab orang itu.
Sejenak kemudian, utusan Raden Panji itu telah
meninggalkan regol halaman rumah Ki Partija. Mas Rara tidak lagi menunggu lebih
lama. Ia kemudian berlari masuk lewat seketheng ke ruang dalam melalui butulan.
Ki Partija suami isteri membiarkannya. Anaknya memang tidak terbiasa bergaul
dengan orang-orang yang belum dikenalnya. Lebih-lebih orang yang datang dari
luar pudukuhan. Demikianlah. Sepeninggal utusan itu, beberapa orang tetangga yang berada di
pendapa telah minta diri. Ki Partija mengucapkan terima kasih kepada mereka yang
bersedia ikut melepas para utusan itu.
Sepeninggal para tamu, rumah Ki Partija menjadi lengang.
Manggada dan Laksana telah dipersilakan oleh Wirantana kembali ke gandok
sepeninggal tamu-tamunya.
"Kalian tidak boleh meninggalkan rumah ini" berkatu Wirantana kepada kedua anak
muda itu. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku sudah terlalu lama di sini" desis Laksana.
"Tetapi ini perintah Raden Panji" jawab Wirantana.
"Siapakah sebenarnya Raden Panji itu" Demikian besarkah kuasanya, sehingga apa
yang diinginkan harus jadi?" bertanya Laksana kemudian.
"Aku tidak tahu. Aku belum lama pulang jawab Wirantana.
"Menurut ayahmu?" bertanya Laksana mendesak.
"Ayah tidak pernah berbicara dengan aku tentang Mas Rara.
Aku masih dianggap anak-anak yang cukup disuapi makan dan minum" jawab
Wirantana. Laksana tidak bertanya lagi. la mengerti bahwa Wirantana tidak banyak mengetahui
tentang bakal adik iparnya itu.
Demikianlah. Meski jemu, Manggada dan Laksana harus tetap tinggal di rumah itu.
Sebenarnya mereka tidak takut pada Raden Panji. Keduanya sadar, kekuasaan Raden
Panji tidak akan menjangkaunya. Jika ada utusan yang mengejarnya di luar batas
kekuasaan Raden Panji, utusan itu dapat dilawannya.
Tetapi yang mereka pikirkan justru Ki Partija sekeluarga. Jika benar Raden Panji
menjadi marah, karena anak muda itu meninggalkan rumah Ki Partija, kemudian
menjatuhkan kemarahan itu kepada keluarga itu, maka Manggada dan Laksana akan
merasa bersalah. Karenanya, kedua anak muda itu bertahan untuk tetap tinggal di
rumah itu. Hari itu, Manggada dan Laksana ikut Wirantana ke sawah Dengan bekerja di sawah,
anak-anak muda itu bisa melupakan kejenuhan mereka Namun di sore hari, ketika
keduanya berada di serambi gandok, rasa-rasanya mereka ingin segera meneruskan
perjalanan. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Baru jika Wirantama datang, mereka dapat mengisi waktu dengan berbincangbincang, bergurau, dan bahkan berbicara tentang olah kanuragan.
Namun ketika malam turun, ketiga anak muda itu justru berada di kebun belakang.
Di tempat yang agak jauh dari rumah mereka.
Dalam kegelapan malam, diantara pepohonan dan tanaman empon-empon yang di musim
kering seakan-akan telah hilang, tapi pada musim hujan tumbuh lagi, anak-anak
muda itu mencoba meningkatkan ilmu mereka. Juga berusaha untuk mempertajam
penglihatan mereka. Berganti-ganti mereka berlatih olah kanuragan. Namun mereka
selalu menjaga agar tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Juga pamannya.
Ketika saat sepi mencengkam padukuhan Nguter, ketiga anak muda itu berhenti
berlatih. Mereka kemudian pergi ke pakiwan, dan selanjutnya membenahi pakaiannya
yang basah oleh keringat.
Manggada dan Laksana berada di dalam biliknya, ketika terdengar suara kentongan
di tengah malam. Keduanya bahkan telah berbaring. Laksana yang merasa letih,
sudah memejamkan niatnya. Hampir saja ia tertidur, ketika ia mendengar pintu
biliknya diketuk. "Siapa?" bertanya Manggada.
"Aku " jawab orang yang mengetuk pintu.
"Wirantana?" bertanya Manggada pula.
"Ya" jawab yang di luar.
Manggada pun bangkit dan membuka pintu. Laksana yang sudah hampir tertidur,
telah duduk di bibir pembaringannya.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika pintu terbuka, Wirantana masuk sambil berdesah "Aku tidak dapat tidur.
Aku merasa gelisah" "Kenapa?" bertanya Manggada.
Wirantana yang kemudian duduk diamben panjang di dalam bilik itu berdesis
"Entahlah. Tetapi aku tidak dapat tidur"
Manggada menarik nafas dalam-dalam. Namun kemudian katanya "Kau memikirkan emas
kawin yang diterima oleh adikmu itu"
"Kenapa aku memikirkanhya" Mas Kawin itu diberikan kepada adikku" Kenapa aku
harus memikjrkannya?" bertanya Wirantana.
"Bukan mas kawin itu sendiri. Tetapi mungkin kau merasa cemas, bahwa dirumah ini
tersimpan harta benda yang cukup banyak" berkata Manggada.
"Sst" desis Wirantana "jangan terlalu keras"
"Mungkin kecemasan itu tidak kau sadari" berkata Laksana
"tetapi memang ada baiknya kita berhati-hati"
Wirantana termangu-mangu. Namun kemudian katanya
"Mungkin kalian benar. Baiklah. Aku akan kembali ke bilikku.
Bagaimanapun juga benda-benda berharga yang
sebelumnya tidak kita miliki ini akan dapat mengundang persoalan"
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Manggada dan Laksana tidak menjawab. Tetapi keduanya bangkit ketika Wirantana
kemudian keluar dari bilik itu dan kembali kebiliknya sendiri.
Demikian menyelarak pintu, maka Laksana telah
menjatuhkan diri lagi di pembaringannya. Sambil memejamkan matanya ia berkata
"Aku sudah hampir tertidur"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Manggada hanya tersenyum saja. Tetapi rasa-rasanya iapun tidak mudah untuk
tidur. Benda-benda berharga itu memang dapat menarik perhatian orang-orang yang
berniat jahat. Tetapi Manggada tidak ingin mengganggu Laksana yang ternyata
beberapa saat kemudian telah tertidur nyenyak.
Sementara itu, malampun menjadi semakin larut. Diluar suara bilalang masih terus
berderik disela-sela bunyi angkup.
Merintih berkepanjangan. Di dalam biliknya, Wirantana juga tidak dapat tidur. Bahkan iapun kemudian duduk
dipembaringannya. Suara-suara malam bagaikan berbisik ketelinganya agar
Wirantana bertahan unluk tetap terjaga.
Untuk beberapa lama Wirantana duduk di pembaringannya.
Kemudian ia bergeser menepi untuk dapat bersandar dinding.
Namun rasa-rasanya menjadi semakin tidak mengantuk.
Pendapat Manggada dan Laksana justru menjadi semakin mengganggu perasaannya.
Wirantana tiba-tiba tertarik suara gemerisik diluar dinding biliknya, yang
terdengar bergeser menyusurii dinding. Bukan gemerisiknya angin malam
didedaunan. Tiba-tiba saja wirantana sadar bahwa suara itu adalah suara langkah seseorang.
"Agaknya yang dicemaskan akan terjadi" berkata Wirantana didalam hatinya.
Tetapi Wirantana masih tetap berdiam diri. Ia memang ingin melihat, apa yang
akan dilakukan oleh orang-orang itu dan barangkali dapat diketahui siapakah
mereka. Karena Wirantana berusaha untuk berdiam diri, serta berusaha mengatur
pernafasannya dengan baik, maka ia memberikan kesan bahwa ia sudah tertidur
nyenyak. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikian pula Manggada didalam biliknya. Ia bahkan telah berbaring
dipembaringannya meskipun masih belum tidur.
Dibiliknya, ternyata Mas Rara pun tidak dapat tidur pula meskipun dengan
kegelisahan yang berbeda. Sedangkan Ki Partija Wirasentana dan isterinya juga
masih saja selalu gelisah.
Sebuah peti yang berisi benda-benda berharga ada dibawah pembaringannya.
Bagaimanapun juga benda sebanyak itu belum pernah dimiliki sebelumnya.
Namun bukan hanya karena nilai-nilai yang tersimpan pada benda-benda itu. Tetapi
persoalan yang terkandung didalamnya telah membuat mereka gelisah.
Dalam pada itu, maka Wirantama semakin lama justru menjadi semakin gelisah. Ia
telah mendengar langkah langkah yang berurutan. Tentu tidak hanya seorang saja
atau bahkan tentu lebih dari dua orang.
Sejenak Wirantana masih bertahan ditempatnya. Ia
menunggu perkembangan keadaan. Namun ia juga berharap bahwa Manggada dan Laksana
atau salah seorang dari mereka masih tetap terjaga pula.
Namun Wirantana menjadi sedikit tegang, karena ia mengerti, bahwa pamannya ada
dirumah itu pula. Jika terjadi sesuatu, pamannya akan dapat membantunya.
Wirantana tahu pasti, bahwa pamannya adalah seorang yang berilmu.
Tetapi Wirantana kemudian menjadi curiga. Orang yang berada diluar terlalu
banyak untuk sekelompok pencuri. Karena itu, maka iapun telah memperhitungkan,
bahwa orang-orang itu bukan pencuri yang akan memasuki rumah itu dengan diamdiam dan mengambil harta benda yang disimpan oleh ayahnya.
Tetapi mereka tentu akan memasuki rumah itu dengan paksa dan tidak dengan
sembunyi-sembunyi berusaha merampas benda-benda berharga itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena itu, maka Wirantanapun tidak lagi menunggu dengan diam-diam. Iapun
kemudian telah bergeser lagi. Namun untuk mempersiapkan senjatanya.
Sebenarnyalah, sejenak kemudian, maka telah terdengar pintu butulan diketuk
orang. Tidak terlalu keras. Tetapi cukup dapat membangunkan orang-orang yang
tidur diruang dalam. Wirantana adalah orang yang pertama keluar dari biliknya. la ingin
memperingatkan ayahnya agar berhati-hati. Kemudian minta kepada pamannya untuk
tidak dengan serta merta membuka pintu butulan.
Tetapi Wirantana terlambat. Ketika ia sampai ke ruang tengah maka ia telah
melihat pamannya membuka pintu butulan.
"Paman" Wirantana berteriak.
Tetapi tepat pada saat itu, pamannya telah mengangkat selarak. Satu dorongan
yang kuat telah menempa tubuh pamannya. Ternyata orang-orang yang berada diluar
pintu telah mendorongnya keras-keras, sehingga Ki Resa terdorong beberapa
langkah surut Namun Ki Resa tidak mempunyai banyak kesompatan Ketika ia berusaha
memperbaiki keseimbangannya. maka tiba tiba sebuah pukulan yang keras dengan sepotong besi
telah mengenai tengkuknya.
Ki Resa terhuyung-huyung beberapa langkah. Bahkan telah melanggar dinding. Namun
Ki Resa masih berusaha mencabut keris. Tetapi agaknya, daya tahannya tidak mampu
lagi mengatasi kesulitan didalam dirinya. Perlahan-lahan Ki Resa itu terjatuh
disudut ruang. Wirantana sempat meloncat mundur. Ketika ia melihat ayahnya membuka pintu
biliknya, maka Wirantana segera meloncat masuk sambil mendorong ayahnya. Dengan
cepat http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana menutup pintu bilik itu dari dalam dengan selarak yang kuat.
"Apa yang terjadi?" bertanya ayahnya. Wirantana tidak segera menjawab. Tetapi ia
sudah menggenggam pedang ditangannya.
"Dimuna Mas Rara?" bertanya Wirantana tiba-tiba.
"Didalam biliknya" jawab ibunya.
Namun Wirantana tidak sempat bertanya lagi. Sejenak kemudian pintu bilik itu
sudah digedor dari luar. "Jangan dibuka" desis Wirantana.
"Siapakah mereka?" bertanya Ki Partija Wirasentana.
"Mereka adalah sekelompok penjahat" jawab Wirantana.
"Bagaimana dengan adikmu" Nyi Partija Wirasentana hampir menangis.
Wirantana memang menjadi bingung. Ia tahu bahwa adiknya tentu akan menjadi
sangat ketakutan. Tetapi jika ia membuka pintu itu dan keluar, maka orang-orang
itu tentu menjadi sangat berbahaya, bukan saja baginya, tetapi juga bagi ayah
dan ibunya serta benda-benda berharga yang baru saja diserahkan oleh Raden
Panji. Sementara itu, pintu bilik itu telah berderak-derak keras.
Orang-orang yang ada diruang dalam berusaha untuk merusaknya sambil berteriak
"Keluar. Atau aku bakar rumah ini"
Wirantana memang benar-benar menjadi bingung. Tetapi ia siap di pintu bilik itu.
Demikian pintu terbuka, maka ia tidak akan berpikir panjang. Pedangnya tentu
akan mengoyak perut orang-orang yang akan menerobos masuk kedalam bilik itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, ternyata suara ribut itu terdengar oleh Manggada yang
berada digandok. Dengan hati-hati ia telah membangunkan Laksana dan memberi
isyarat bahwa sesuatu memang telah terjadi.
Laksanapun segera mempersiapkan diri. Pedangnya
kemudian telah terselip dipinggangnya.
"Marilah. Kita melihat apa yang telah terjadi" berkata Laksana.
Kedua orang anak muda itu dengan sangat berhati-hati telah keluar dari pintu
bilik mereka di gandok. Merekapun kemudian dengan hati-hati telah memasuki
halaman samping. Lewat seketheng mereka memasuki longkangan.
Keduanya terkejut ketika keduanya melihat bahwa pintu telah terbuka. Karenu itu,
maka merekapun segera telah mendekat.
Namun tiba-tiba seseorang telah meloncat menyerang mereka, Nampaknya orang itu
telah mendapat tugas untuk berjaga-jaga diluar.
Manggada sempat mengelak. Dengan lantang ia berkata
"Laksana. Cegah orang itu. Aku akan masuk"
Laksanapun segera menempatkan diri untuk melawan orang itu. Sementara Manggada
telah meloncat mendekati pintu.
Dengan hati-hati ia bergerak masuk. Ia melihat Ki Resa terbaring disudut
ruangan. Agaknya Ki Resa tidak sempat membela dirinya ketika ia begitu tiba-tiba
mendapat serangan. Ketika Manggada kemudian berada di ruang dalam, maka orang-orang yang sedang
berusaha memecah pintu bilik Ki Wirasentana melihatnya. Karena itu, maka dua
orang diantara mereka telah meloncat menyerang Manggada.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi Manggada cukup tangkas. Iapun segera berloncatan diantara perabot rumah
yang ada diruang dalam. Pedangnya langsung berputaran.
Kedua orang yang menyerangnya terkejut. Pada benturan yang terjadi, orang-orang
itu langsung mengetahui, bahwa anak muda itu memiliki ilmu yang mapan.
Demikianlah, maka Manggada telah bertempur ditempat yang kurang menguntungkan.
Tetapi lawannya yang bertempur berpasangan itupun tidak dapat dengan leluasa
mengambil arah. Sehingga dengan demikian, maka pertempuran itu masih belum
berkembang sampai ke puncak ilmu masing-masing.
Sementara itu, Wirantana mendengar pertempuran yang terjadi diluar. Sementara
itu, ia mendengar saura Manggada lantang "He, siapakah kalian yang telah berani
memasuki rumah ini?"
"Persetan. Aku sumbat mulutmu dengan ujung pedang"
geram salah seorang dari mereka.
Manggada tidak menjawab. Tetapi ia sudah berloncatan di tempat yang agak sempit
untuk bertempur. Karena itu ia kemudian memusatkan perlawanannya pada
ketrampilan tangannya menggerakkan senjatanya.
Ternyata Manggada tidak mengalami kesulitan melawan kedua orang lawannya itu.
Apalagi ketika sejenak kemudian, Laksana telah mendesak lawannya yang berusaha
masuk ke ruang dalam untuk mendapat bantuan dari kawan-kawannya. Perhatian
orang-orang itu benar-benar terpecah.
Namun untunglah bahwa orang-orang itu tidak tahu, bahwa Mas Rara ada di dalam
bilik yang mana, sehingga mereka tidak langsung dapat mempergunakannya sebagai
taruhan. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika seorang lagi berusaha untuk membantu kawannya yang terdesak oleh Laksana,
Wirantana berusaha untuk dapat mengetahui apa yang terjadi di luar. Ia juga
mendengar suara Laksana, ketika pemuda itu berteriak "Jika kalian percaya kepada
kemampuan kalian, kita bertempur di luar"
Tidak ada jawaban. Tetapi dengan bantuan seorang
kawannya, maka lawan Laksana itu mendesak Laksana yang dengan sengaja menarik
perhatian kedua orang itu dengan langkah langkah surut.
Sejenak kemudian, Laksana telah bertempur dengan dua orang lawan di longkangan.
Di tempat yang lebih lapang, Laksana mampu bergerak lebih bebas daripada
Manggada yang ada di dalam. Dengan demikian, pertempuran dj longkangan lebih
cepat berkembang, sehingga ketiga orang itu bagai bayangan di kegelapan.
Sementara itu, Wirantana berusaha mengangkat selarak pintu bilik ayahnya, yang
sudah hampir dapat dipecah oleh orang-orang yang memasuki rumah itu. Dengan
isyarat ia minta ayahnya mundur.
Ki Partija Wirasentana memang melangkah mundur, tapi ia memegang sebuah luwuk
kehitaman, dengan pamor berkeredipan. Luwuk pusaka peninggalan orang tuanya.
Demikian pintu terbuka, Wirantana dengan cepat,
memanfaatkan kesempatan saat orang yang berada di luar pintu memperhatikan
pertempuran yang sedang terjadi di ruang itu.
Dengan garang, Wirantana meloncat keluar setelah berdesis
"Tutup, dan selarak kembali pintu itu ayah"
Dua orang yang masih berdiri di muka pintu terkejut.
Wirantana yang langsung menyerang berhasil mendesak kedua http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang yang berada di depan pintu untuk melangkah surut.
Dengan demikian, Ki Partija sempat menutup dan menyelarak pintu itu kembali.
Wirantana sempat menarik nafas panjang ketika melihat pintu bilik adiknya masih
tertutup rapat, meski ia tahu bahwa adiknya tentu sudah terbangun dan menjadi
ketakutan di dalam biliknya. Tetapi kehadiran Manggada di ruang itu telah
membuatnya berbesar hati, karena Wirantana mengetahui tataran kemampuan anak
muda itu. Dan ia pun mengerti bahwa Laksana telah bertempur di longkangan.
Sejenak kemudian, ketiga anak muda itu telah bertempur masing-masing melawan dua
orang. Meski demikian, Wirantana masih juga merasa curiga, bahwa masih ada orang
lain selain mereka berenam.
Sebenarnyalah, selain keenam orang itu, ada orang ketujuh yang berusaha mengoyak
dinding dari luar dengan kapak besar.
Nyi Wirasentana menjadi sangat ketakutan. Tetapi Ki Partija menenangkannya.
Katanya "Jangan takut Nyi. Aku sudah siap menebas lehernya. Begitu kepalanya
mencuat masuk ke dalam dinding, ia akan mati"
Nyi Wirasentana menjadi agak tenang. Tetapi ketika ia mendengar kapak yang
berderak-derak memecahkan dinding bilik itu dari luar, ia menjadi semakin
gemetar. Sementara itu, Manggada mulai memancing lawannya untuk bertempur di luar. Sambil
menggeser mundur, ia mendekati pintu untuk kemudian meloncat keluar.
Agaknya, kedua lawannya juga ingin bertempur di luar. Di tempat yang lebih
lapang. Agar mereka dapat bergerak lebih banyak serta dapat memilih arah.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tetapi Wirantana berusaha untuk tetap bertempur di dalam.
Ia merasa wajib mengawasi bilik adiknya, dan sekaligus bilik ayahnya, meski ia
yakin bahwa ayahnya akan mampu melindungi dirinya serta ibunya, apabila hanya seorang saja diantara
lawannya yang berusaha masuk kedalam bilik itu.
Di longkangan, Laksana bertempur melawan dua orang lawan yang kasar Namun
Laksana sama sekali tidak gentar menghadapi mereka. Ternyata ia memiliki
kelebihan dalam ilmu pedang dari lawannya. Meski kedua lawannya bertempur dengan
keras dan kasar. Laksana yang tangkas itu sempat membuat kedua lawannya
kebingungan. Manggada yang telah berada di luar, telah berloncatan dengan cepatnya. Bahkan
Manggada berhasil memancing lawannya turun ke halaman depan. Dengan demikian, ia
mendapat kesempatan untuk berloncatan semakin panjang.
Kedua lawan Manggada terkejut menghadapi anak muda itu, Ternyata anak muda itu
memang memiliki ilmu yang cukup tinggi, sehingga kedua orang itu tidak segera
dapat mengalahkannya. Bahkan beberapa kali kedua orang itu kebingungan dan
berloncatan mengambil jarak. Hanya karena keduanya mampu bekerja sama dengan
baik, saling mengisi, dan memperhitungkan saat-saat paling baik untuk menyerang
serta menghindar, mereka dapat bertahan lebih lama.
Namun demikian, Manggada tidak ingin membiarkan kedua lawannya, dan orang-orang
lain yang datang ke rumah itu, sampai melakukan kejahatan. Dengan demikian,
Manggada berniat mengakhiri perlawanan kedua orang itu secepatnya.
Dengan tangkasnya, Manggada menekan kedua orang
lawannya. Pedangnya terayun-ayun mendebarkan. Sekali menggapai lawannya yang
seorang, namun kemudian terayun http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menebas kearah lawannya yang lain. Beberapa kali Manggada dengan sengaja tidak
menghindari serangan lawan-lawannya, tetapi langsung membentur serangan itu
dengan menangkisnya. Ternyata bahwa kekuatan Manggada telah menggetarkan pegangan
tangan lawannya atas senjata mereka.
Ketika Manggada menghentakkan kemampuannya, kedua lawannya menjadi semakin
terdesak. Dalam serangan yang cepat, Manggada telah mendesak seorang lawannya,
sehingga ia meloncat beberapa langkah surut. Tetapi Manggada tidak sempat
memburu. Lawannya yang lain telah berusaha mengenainya dengan serangan lurus
mengarah ke lambung. Namun Manggada dengan cepat meloncat menghindar sambil menyerang lawannya yang
seorang lagi, sehingga lawannya yang tidak menduga itu terkejut. Dengan serta
merta, ia meloncat mundur. Ujung pedang Manggada memang tidak menyentuhnya, tapi
Manggada tidak membiarkannya. Sebelum lawan yang lain meloncat menyerangnya,
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Manggada bergeser, memburu lawannya dengan pedang tetap terjulur.
Dengan tergesa-gesa, lawannya berusaha menangkis
serangan itu. Tetapi Manggada sempat memutar pedangnya, sehingga lawannya
mengaduh perlahan. Ujung pedang Manggada sempat menyentuhnya, meski tidak
terlalu dalam. Dengan demikian, perlawanan kedua orang di halaman itu menjadi semakin lemah.
Tapi kedua orang itu masih berusaha untuk bertahan. Mereka berharap jika kawankawannya mampu mengalahkan lawan-lawan mereka, maka mereka akan datang dan
membantu mengalahkan anak muda itu.
Dalam pada itu, Laksana pun mampu membuat lawannya terdesak. Meski sekali-sekali
Laksana juga harus berloncatan surut, tapi arena itu seakan-akan telah dikuasai
sepenuhnya oleh Laksana. Bahkan Kadang-kadang kedua lawannya harus http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berloncatan surut beberapa langkah, karena desakan Laksana yang sulit untuk
diatasi. Di dalam rumah, Wirantana masih bertempur pula melawan dua orang. Wirantana
memang harus menjaga diri agar ia tidak keluar dari ruang dalam. Jika ia
terhisap keluar, maka tidak ada lagi yang mengawasi bilik kedua orang tuanya dan
adiknya. Sementara itu, Mas Rara menjadi gemetar di dalam biliknya.
Meskipun ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Mas Rara sudah menduga, bahwa
kedatangan orang-orang itu tentu ada hubungannya dengan mas kawin yang
diterimanya dari Raden Panji Prangpranata.
Karena itu, Mas Rara pun memikirkan ayah dan ibunya. Jika orang-orang itu sempat
masuk kedalam bilik kedua orang tuanya, maka nasib kedua orang tuanya tentu akan
menjadi buruk sekali. Mungkin para perampok itu akan menyakiti orang tuanya,
bahkan mungkin lebih dari itu. Kemungkinan lain adalah, seandainya orang tuanya
selamat, maka masih harus dipertanyakan sikap Raden Panji Prangpranata.
Kebingungan dan kecemasan berbaur di dalam hatinya.
Namun Mas Rara tidak berani beranjak dari biliknya. Tapi ia menyadari, bahwa
pertempuran telah terjadi di longkangan rumahnya, di depan gandok di belakang
seketheng. Mas Rara tidak mendengar apa yang terjadi di halaman, karena suaranya tertelan
oleh kekerasan yang terjadi di ruang dalam.
Dalam pada itu, orang-orang yang datang kerumah itu telah berusaha dengan
segenap kemampuan mereka untuk
mengalahkan anak-anak muda itu. Dengan garang, seorang diantara mereka yang
bertempur melawan Wirantana berteriak
"Menyerahlah. Jika kau tetap melawan, kau akan mengalami http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nasib yung lebih buruk. Kau ayah dan ibu serta Mas Rara yang teluh dilamar oleh
Raden Panji Prangpranata"
Dalam pada itu, selagi Ki Partija Wirasentana yang berada di dalam biliknya
masih dibayangi kecemasan karenu suara kapak yang semakin keras berderak pada
dinding biliknya, serta dentang senjata di ruang dalam, beberapa orang peronda
bersiap-siap mengelilingi padepokan mereka untuk terakhir kalinya di malam itu,
sebelum mereka pulang. Empat orang telah bersiap di muka gardu, sementara tiga orang tetap berjaga-jaga
menunggu gardu. Sejenak kemudian, keempat orang itu mulai berkeliling sambil membunyikan
kentongan kecil dengan irama khusus, sebagaimana sering mereka perdengarkan jika
sedang meronda. Suara kotekan itu kemudian menelusuri jalan-jalan padukuhan,
diselingi dengan dendang gembira untuk membangunkan orang-orang yang terlalu
nyenyak tidur, sehingga dapat terjadi kemungkinan buruk jika seorang pencuri
masuk ke dalam rumah mereka.
Manggada menjadi cemas mendengar suara itu. Ia tidak ingin kehilangan kedua
lawannya. Ia berniat menangkap mereka hidup-hidup.
Namun, suara kentongan dalam irama kotekan itu
mengacaukan rencananya. Lawan-lawannya, juga lawan Laksana dan Wirantana,
menjadi semakin cemas menghadapi anak-anak muda itu dan sebentar lagi tentu para
peronda. Karena itu, beberapa saat kemudian, terdengar suitan nyaring dari longkangan,
yang ternyata adalah isyarat dari salah seorang diantara mereka yang memasuki
halaman rumah Ki Partija Wirasentana itu.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah. Sekejap kemudian, orang-orang yang sedang bertempur itu melakukan
gerakan agak mengejutkan lawan-lawan mereka, seakan-akan mereka serentak akan
menyerang. Namun ternyata, mereka berloncatan menjauh dan
kemudian melarikan diri. Manggada dan Laksana berusaha untuk mengejar mereka.
Tetapi ketika mereka berlari dan kemudian meloncati dinding halaman, turun ke
jalan, mereka bertemu dengan para peronda yang juga berlari-lari ke regol
halaman. "He, berhenti, berhenti" teriak salah seorang peronda.
Manggada dan Laksana terpaksa berhenti. Jika mereka berlari Lerus, mengejar
orang-orang yang melarikan diri itu, akan terjadi salah paham. Para peronda yang
belum melihat mereka dengan jelas dalam keremangan dini hari, akan mengira
mereka berdua adalah orang-orang yang justru harus mereka tangkap, sebagaimana
orang-orang yang telah berlari lebih dulu. Apalagi belum semua orang padukuhan
itu mengenai mereka berdua dengan baik.
Keempat orang peronda itu telah mengepung mereka sambil mempersiapkan senjata
yang mereka bawa, karena Manggada dan Laksana masih menggenggam senjata.
"Siapa kalian?" bertanya orang tertua diantara para peronda.
"Kami adalah tamu Ki Partija" jawab Manggada "kami sebenarnya sedang mengejar
orang-orang yang berniat jahat di rumah ini"
Seorang diantara para peronda itu ternyata dengan cepat mengenali kedua anak
muda itu. Karenanya orang itu berkata lantang "He, bukankah kalian anak-anak
muda yang telah menolong Mas Rara dari harimau yang akan menerkamnya, dan
kemudian singgah di rumah Ki Partija?"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ya. Malam ini rumah Ki Partija telah didatangi beberapa orang perampok" jawab
Manggada. Tetapi orang-orang itu tidak segera percaya. Namun seorang diantara mereka
berkata "Kami memang melihat beberapa orang berlari-lari. Namun segera hilang ke
halaman sebelah, sebelum kalian meloncat ke jalan"
"Orang-orang itulah yang sedang kami kejar" jawab Manggada.
Beberapa orang diantara mereka saling berpandangan.
Memang terasa sedikit kecurigaan nampak di sorot mata mereka. Sehingga Laksana
bertanya "Bagaimana tanggapan kalian atas hal ini" Kami telah kehilangan buruan"
"Dimana Ki Partija Wirasentana?" bertanya yang tertua diantara para peronda itu.
"Ada di dalam" jawab Manggada. Lalu katanya "Marilah kita temui Ki Partija"
Jilid 2 PARA peronda itu kemudian mengikuti anak-anak muda itu ke regol. Namun regol itu
masih diselarak dari dalam, sehingga Manggada berkata "Kita lewat regol butulan
saja. Atau aku harus meloncat masuk dan membuka regol ini?"
"Buka saja regol ini" berkata salah seorang diantara mereka.
Manggada kemudian meloncat dinding dan masuk ke
halaman. Kemudian membuka selarak pintu dari dalam.
Bersama-sama dengan peronda itu, mereka naik ke pendapa rumah Ki Partija
Wirasentana, yang telah menjadi sepi.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Wirantana ternyata masih berada di dalam. Ketika kedua orang lawannya melarikan
diri. setelah mendengar isyarat kawannya yang berada di luar, Wirantana tidak
mengejar mereka, karena ia merasa bertanggung jawab atas
keselamatan orangtua dan adiknya.
Demikian kedua orang lawannya melarikan diri, Wirantana cepat-cepat mengetuk
pintu bilik adiknya. "Mas Rara, Mas Rara. Buka pintu, mumpung orang-orang itu sudah melarikan diri"
berkata Wirantana. Mas Rara ragu-ragu. Tetapi ketika sekali lagi Wirantana memanggilnya, maka ia
pun segera membuka pintu.
Demikian ia melihat kakaknya berdiri tegak, ia segera memeluknya sambil
menangis. "Jangan menangis. Marilah, masuk kebilik ayah dan ibu"
berkata Wirantana. Mas Rara kemudian dibimbing mendekati pintu bilik ayah dan ibunya
"Ayah, buka pintu Mas Rara akan masuk" berkata Wirantana.
Pintu itu tidak segera dibuka. Namun ketika Wirantana mengetuk sekai lagi,
burulah pintu itu dibuka sedikit. Karena Winintana tidak sabar lagi, ia segera
mendorong adiknya masuk ke dalam bilik itu.
Wirantana mendengar pintu diselarak. Namun tiba-tiba saja Wirantana mendengar
Mas Rara menjerit. "Mas Rara, ayah, ibu" teriak Wirantana dengan cemas.
Tanpa menghiraukan apapun lagi. Wirantana mengetuk pintu bilik itu keras-keras.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada saat itu, Manggada dan Laksana telah naik ke pendapa.
Teriakan dan jerit dari dalam itu mengejutkan mereka. Karena itu, mereka pun
meloncat lewat seketheng, masuk ke longkangan dan langsung masuk lewat pintu
butulan yang masih terbuka.
Manggada dan Laksana melihat Wirantana sedang
mengetuk-ngetuk pintu bilik ayahnya.
"Ada apa" bertanya Laksana.
"Aku tidak tahu. Mas Rara menjerit di dalam" jawab Wirantana.
Namun sebentar kemudian, pintu bilik terbuka. Mereka melihat ayah Mas Rara
membimbing gadis yang hampir menjadi pingsan itu. Di belakangnya, ibunya
berjalan menunduk sambil menekan dadanya dengan kedua telapak tangannya.
"Apa yang telah terjadi?" bertanya Wirantana.
"Lihatlah" berkata ayahnya dengan suara serak.
Wirantana melangkah memasuki bilik itu diikuti oleh Manggada dan Laksana. Namun
mereka terkejut ketika melihat seseorang yang tubuhnya baru separo berada di
dalam bilik itu, namun sudah tidak bernyawa lagi.
"Ayah agaknya telah membunuh orang ini" berkata
Wirantana termangu-mangu sambil mengamati luwuk ayahnya yang terletak di atas
lincak bambu, dan masih berlumuran darah yang mulai mengering.
Manggada dan Laksana termangu-mangu. Mas Rara tentu menjerit karena terkejut.
"Paman masih pingsan" tiba-tiba saja Wirantana berdesis.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketiga anak muda itu ternyata tidak tergesa-gesa mengambil orang itu. Tetapi
perhatian mereka lebih dahulu tertuju kepada Ki Resa yang pingsan.
Ketika ketiga anak muda itu mendekatinya, mereka melihat Ki Resa mulai bergerak.
"Paman sudah mulai sadar" berkata Wirantana. Ketiga orang itu kemudian
mengangkat tubuh Ki Resa dan dibaringkannya di atas sebuah amben di ruang tengah
itu. Namun dalam pada itu, beberapa orang peronda yang semula telah naik kependapa
menyusul pula lewat pintu butulan itu. Dengan jantung yang berdebaran, mereka
melihat apa yang telah terjadi di ruangan itu.
"Aku akan memukul kentongan" desis seorang diantara mereka "bukan kentongan
kecil ini, tetapi kentongan di gardu"
"Tidak perlu" berkata Ki Partija Wirasentana "tolong Ki Sanak, sampaikan saja
kepada Ki Bekel, bahwa beberapa orang perampok telah memasuki rumah ini. Seorang diantara mereka dengan terpaksa telah kubunuh. Aku merasa begitu
ketakutan, sehingga aku tidak dapat berbuat lain, kecuali membunuhnya"
Para peronda itu termangu-mangu sejenak. Kemudian seorang diantara mereka
mendorong kawannya sambil berkata
"Pergilah kerumah Ki Bekel"
Tetapi orang yang didorong itu memanggil kawannya yang lain "Kau sajalah pergi
ke rumuh Ki Bekel. Aku berjaga-jaga di sini, jika perampok itu kembali"
Yang digamit termangu-mangu sejenak. Tetapi ternyata ia telah berterus-terang
"Aku tidak berani seorang diri"
"Pergilah bersama-sama" berkata Ki Partija Wirasentana aku sudah mempunyai
beberapa kawan di sini"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Para peronda itu termangu-mangu. Namun seorang diantara mereka bartanya "Apa
salahnya jika aku memukul kentongan saja" Yang datang tentu bukan hanya Ki
Bekel, tapi para bebahu dan anak-anak sepadukuhan"
"Jangan" jawab Ki Partija "nanti seisi padukuhan menjadi gelisah. Semua orang
menjadi ketakutan" Orang-orang yang sedang meronda itu termangu-mangu.
Manggada kemudian berkata "Apakah aku harus mengantarkan kalian?"
"Tidak. Tidak" jawab salah seorang dari mereka. Lain katanya kepada kawankawannya "Marilah kita menemiu Ki Bekel"
Demikianlah, orang-orang itu kemudian pergi ke remah Ki Bekel. Tetapi merek
singgah di gardu dan mengajak semua orang yang ada di gardu karena sebenarnyalah
mereka ngeri jika bertemu dengan perampok yang datang ke rumah Ki Partija, yang
baru saja menerima mas kawin dari Raden Panji Prangpranata.
Sementara itu, Ki Partija menjadi sibuk dengan adiknya.
Sementara Mas Rara duduk ditunggui ibunya, dan kakaknya Wirantana, yang juga
menjadi cemas. Namun Mas Rara telah sedikit menjadi tenang.
Sedangkan di dalam bilik Ki Partija, sesosok tubuh yang mulai membeku masih saja
berada ditempatnya. Ki Partija memang menunggu Ki Bekel untuk menyaksikan
kaadaan itu. Perlahan-lahan Ki Resa mulai bergerak-gerak. Kemudian tangannya mulai merabaraba tengkuknya. Dengan nada rendah, ia mulai bertanya "Apa yang telah terjadi"
"Perampokan, Resa" jawab Ki Partija
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perampokan" wajah Ki Resa menjadi tegang "apa yang telah dibawanya?"
"Tidak ada yang dapat dibawa" jawab Ki Partija.
"O. Mana Mas Rara" bertanya Ki Resa.
Ki Partija Wirasentana menarik nafas dalam-dalam. Sambil menunjuk anak gadisnya,
ia menjawab "Itu, bersama ibu dan kakanya"
Ki Resa kemudian berusaha untuk bangkit dan duduk, dibantu oleh kakaknya.
Kemudian memandang berkeliling sambil bertanya "Bagaimana dengan mas kawin itu"
"Untunglah, masih dapat kita selamatkan" jawab Ki Partija.
Ki Resa menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Aku semula tidak mengira bahwa hal
seperti itu akan terjadi. Aku mendengar Wirantana memanggil. Tetapi aku
terlambat menyadarinya. Semuanya sudah teratasi" berkata Ki Partija "kita sudah berhasil mengusir para
perampok itu" "Tidak seorangpun yang tertangkap?" bertanya Ki Resa.
"Sayang sekali" jawab Ki Partija "tidak seorangpun yang tertangkap. Tetapi ada
seorang diantara mereka yang terbunuh"
"Terbunuh" wajah Ki Resa menjadi tegang.
"Ya. Yang terbunuh ada didalam bilik itu, pada saat-saat gawat, orang itu
berusaha masuk kedalam bilikku lewat dinding luar. Dengan kapak, orang itu
memecah dinding. Namun aku berhasil mengatasi perasaan takutku, atau justru
sebaliknya, karena aku menjadi sangat ketakutan, aku telah membunuhnya selagi ia
berusaha masuk kedalam lewat dinding yang telah dipecahkannya" berkata Ki
Partija Wirasentana. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Resa perlahan-lahan bergeser menepi, dan berusaha untuk bangkit berdiri.
Tertatih-tatih, Ki Resa masuk kedalam bilik Ki Partija untuk melihat orang yang
terbunuh, sebagaimana dikatakan oleh kakaknya itu.
Ki Resa tertegun sejenak. Wajahnya menjadi merah. Namun ia kemudian menarik
nafas dalam-dalam, ia berdiri tegak sambil memandang tubuh yang telah membeku
itu. Ketika ia kemudian keluar dari bilik itu, ia berrkata "
Sukurlah, bahwa kakang berdua tidak mengalami sesuatu. Juga Mas Rara dam
Wirasentana, Nampaknya para perampok itu orang-orang buas dan liar. Mereka telah
menempuh cara yang paling kasar. Untunglah kakang sempat membunuhnya, jika
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak, kakang akan dapat dibunuhnya"
"Yang Maha Agung masih melindungi kita semuanya" desis Ki Partija Wirasentana
"namun aku sama sekali tidak pernah bermimpi untuk melakukan pembunuhan. Kali
ini aku benar-benar tidak tahu cara untuk menghindarinya. Di dalam bilik itu,
aku simpan mas kawin yang baru saja kita terima dari Raden Panji. Didalam bilik
itu pula aku simpan nyawaku dan nyawa Nyi Partija"
Ki Resa mengangguk-angguk. Katanya "Tidak seorangpun dapat menyalahkan kakang.
Kakang benar-benar sakedar membela diri, jika kakang tidak membunuhnya, kakang
yang akan dibunuh, bahkan berdua. Selanjutnya, harta benda kakang akan dirampas
dan dibawa padahal. Benda-benda berharga itu pemberian Raden Panji untuk Mas
Rara" Ki Parti|a mengangguk-angguk. Katanya "Kita menuggu Ki Bekel"
Ki Resa kemudian duduk diamben yang panjang, di ruang tengah, yang masih belum
dibenahi. Beberapa macam alat-alat rumah tangga masih terserak.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tak lama kemudian, Ki Bekel datang bersama beberapa bebahu dan beberapa orang
peronda yang telah memberitahukan kepadanya. Bersama mereka, Ki Bekel
menyaksikan isi rumah Ki Partija yang berserakan, serta melihat keadaan salah
seorang perampok yang terbunuh.
"Tenty ada hubungannya dengan kedatangan utusan Raden Panji" berkata Ki Bekel.
"Nampaknya begitu jawab Ki Partija. Untunglah seisi rumah ini dapat mengatasi
para perampok itu, jika tidak, kita semuanya akan menjadi kalut. Raden Panji
akan marah pada kita semuanya" Ki Bekel berhenti sejenak, lalu katanya "Tetapi
kenapa Ki Partija tidak memberikan isyarat, misalnya dengan memukul kentongan.
Dengan demikian, kami dapat
memberikan bantuan sejauh dapat kami lakukan"
"Kami tidak sempat melakukannya Ki Bekel. Semuanya terjadi begitu tiba-tiba.
Adikku tidak sempat berbuat sesuatu, karena demikian ia membuka pintu, ia
langsung mendapat satu pukulan telak, yang membuatnya pingsan" berkata Ki
Partija. "Ki Resa agaknya terlalu tergesa-gesa membuka pintu"
berkata Ki Bekel. "Aku sama sekali tidak berpikir tentang perampok" desis Ki Resa.
"Tetapi sukurlah semuanya dapat diatasi" berkata Ki Bekel.
"Bagaimana dengan perampok yang terbunuh itu" bertanya Ki Partija.
"Besok, biarlah orang-orang padukuhan ini membantu kalian menguburkan orang itu.
Malam ini, biarlah tubuh itu dibawa saja ke banjar padukuhan" berkata Ki Bekel.
"Terima kasih Ki Bekel" jawab Ki Partija.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sementara itu, aku akan menempatkan sebagian peronda di pendapa rumah ini.
Biarlah orang-orang khusus berada digardu untuk mengatasi keadaan jika
diperlukan" berkata Ki Bekel
"rasa-rasanya kita semua ikut bertanggung jawab atas keselamatan Mas Rara, yang
kebetulan tinggal di padukuhan ini"
"Ternyata, kedua anak muda yang telah menolong Mas Rara dari terkaman harimau
itu, telah menyelamatkan kami" tiba-tiba Wirantana memotong.
Ki Bekel berpaling kepadanya. Kemudian dipandanginya Ki Partija Wirasentana,
seakan-akan minta pertimbangan apakah yang dikatakan Wirantana itu benar.
Ki Partija yang termangu-mangu itu kemudian berkata "Ya, ya Ki Bekel. Aku belum
mengatakannya. Bersama anakku, mereka bertempur melawan para perampok yang
terdiri dari enam atau tujuh orang"
Ki Bekel mengangguk-angguk. sambil berpaling kepada Manggada dan Laksana, Ki
Bekel berkata "mendahului Raden Panji Prangpranata. Aku mengucapkan terima kasih
atas bantuan kalian, Untunglah kalian masih tetap berada disini, sehingga dapat
membantu Ki Partija melindungi mas kawin yang baru saja diterima dari Raden
Panji, sekaligus melindungi Mas Rara"
"Kami hanya sekadar membantu Ki Bekel" jawab Manggada
"Wirantanalah yang lebih banyak terlibat dalam perlawanan, dan kemudian berhasil
mengusir para perampok itu. Sayang kami tidak dapat menangkap seorangpun
diantara mereka" Ki Resa dengan nada rendah kemudian berkata "Ternyata penyerahan mas kawin itu
sudah didengar oleh orang-orang yang berniat buruk, dan segerombolan diantara
mereka telah datang"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi untuk selanjutnya, tidak akan terjadi sesuatu"
berkata Ki Bekel. Lalu katanya pula "Seisi padukuhan ini akan ikut membanlu
kalian" Ki Resa mengangguk kecil. Katanya "Terima kasih Ki Bekel.
Mudah-mudahan niat buruk itu tidak menjalar pada
gerombolan- gerombolan yang lain"
"Ya, Ki Bekel" desis Ki Partija Wirasentana. Apakah Ki Partija mempertimbangkan
untuk memberikan kepada Raden Panji?"
bertanya Ki Bekel. Sebelum Ki Partija menjawab, Ki Resa telah mendahuluinya
"Tidak perlu Ki Bekel. Jika hal itu dilakukan, Raden Panji akan menjadi gelisah,
sehingga mungkin akan mengambil keputusan yang tidak menguntungkan. Karena itu,
biarlah kita berusaha menjaga benda-benda berharga itu dengan sebaik-baiknya.
Gerombolan-gerombolan itupun tentu akan membuat
perhitungan, apakah korban yang akan mereka berikan sesuai dengan nilai dari
benda-benda berharga itu. Berapa pun besarnya mas kawin dari Raden Panji,
nilainya tentu tetap terbatas"
Ki Bekel mengangguk-angguk. Ketika ia berpaling, Ki Partija Wirasentana pun
mengangguk-angguk Katanya "Aku
sependapat dengan Resa, Ki Bekel. Aku tidak merasa perlu untuk melaporkannya
kepada Raden Panji. Dengan demikian, Raden Panji akan menganggap kami terlalu
manja. Segala sesuatunya disandarkan kepada Raden Panji"
"Baiklah" berkata Ki Bekel " jika Ki Partija berniat untuk tidak menyampaikannya
kepada Raden Panji, biarlah kau mengatur kesiagaan anak-anak muda untuk membantu
kalian. Sudah beberapa kali aku katakan, kami ikut bertanggung jawab atas
keselamatan Mas Rara. Mungkin kali ini para perampok itu sekadar berusaha
mengambil benda-benda berharga yang http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibawa oleh utusan Raden Panji itu sebagai mas kawin. Namun tidak mustahil orang
berniat lebih dari itu"
"Apa maksud Ki Bekel" bertanya Ki Partija Wirasentana dengan wajah cemas.
Ki Bekel menarik nafas dalam-dalam. Katanya "Bukan maksudku menakut-nakuti Ki
Partija, tetapi hendaknya Ki Partija dan Ki Resa menjadi lebih berhati-hati.
"Aku tidak mengerti Ki Bekel" desis Ki Partija.
"Orang yang berniat jahat itu dapat saja pada kesempatan lain justru mengambil
Mas Rara" berkata Ki Bekel.
"Apakah itu satu tantangan kepada Raden Panji
Prangpranata yang mempunyai kekuasaan luas itu" bertanya Ki Partija Wirasentana.
"Bukan. Bukan satu tantangan" jawab Ki Bekel "tetapi dengan demikian, orang yang
mengambil Mas Rara itu menuntut tebusan uang. Atau barangkali benda-benda
berharga dan bernilai tinggi"
Ki Partija menarik nafas dalam-dalam. Sambil memandang adiknya ia berkata "Satu
kemungkinan buruk, Resa. Tetapi kita memang harus berhati-hati. Kemungkinan
seperti itu akan dapat terjadi"
Resa menarik nafas dalam-dalam. Namun katanya kemudian
"Tetapi apakah ada orang yang berani menentang atau bahkan dengan cara itu,
menantang Raden Panji"
"Bukan berhadapan langsung" jawab Ki Bekel "Mas Rara akan menjadi taruhan. Jika
Raden Panji tidak mau memenuhi tuntutan orang itu, Mas Rara akan meng-alami
nasib sangat buruk bahkan mungkin sekali Mas Rara dibunuh"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah" desah Ki Resa "mengerikan sekali. Tetapi orang itu akan tahu akibatnya jika
Raden Panji marah" "Tidak ada yang tahu siapa yang mengambil Mas Rara"
jawab Ki Bekel "sudah tentu Raden Panji tidak akan dapat menghukum semua orang,
karena sebagian besar dari mereka mungkin tidak bersalah. Yang bersalah mungkin
hanya dua atau tiga orang dari seluruh Kademangan ini, atau bahkan mungkin orang
dari Kademangan lain atau dari tempat yang jauh"
Ki Partija mengangguk-angguk. Ia mengerti maksud Ki Bekel. Karena itu katanya
"Peringatan Ki Bekel sangat herharga bagi kami. Kami akan lebih berhati-hati.
Namun kami benar-benar mohon Ki Bekel melindungi anakku"
"Aku dan Ki Jagabaya akan mengaturnya. Namun Ki Partija harus menyiapkan
kentongan. Jangan hanya sebuah di serambi gandok, tapi di longkangan-longkangan
pun sebaiknya disediakan kentongan, meski kentongan yang lebih kecil.
Sementara itu, digardu akan ditambah dengan beberapa orang anak muda setiap
malam" jawab Ki Bekel. Namun kemudian katanya "Tetapi di siang hari, kami
berharap keluarga ini dapat melindungi Mas Rara dengan baik. Di sini adn Ki
Partija Wirasentana sendiri. Wirantana yang serba sedikit sudah mempelajari ilmu
olah kunuragan. Ki Resa yang sudah yang sudah sama-sama kita ketahui tingkat
kemampuannya dan beberapa orang laki-laki pembantu di rumah Ki Partija juga
dapal diikut sertakan dalam kesiagaan itu. Gamel, dan barangkali pembantupembantu yang lain, yang sering menjemur padi dan gabah serta memandikan lembu,
atau orang-orang lain lagi yang ada di rumah ini. Sementara itu, di siang hari
atau di malam hari, jika kami mendengar isyarat suara kentongan, kami akan
selalu siap datang membantu.
Tetapi kami mohon Mas Rara tidak pergi kemanapun, untuk http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keperluan apapun. Tidak usah pergi berbelanja ke pasar. Tidak usah ikut mencuci
ke sungai bersama gadis-gadis sebayanya.
Tidak usah ikut ibunya ke peralatan, meskipun hanya di rumah sebelah menyebelah"
Ki Partija Wirasentana mengangguk-angguk. Dengan nada rendah ia berkata "Baik Ki
Bekel. Aku akan menjaga Mas Rara sebaik-baiknya. Jika terjadi sesuatu dengan
anak itu, akibatnya akan dapat terpercik kepada orang lain"
"Sudahlah" berkata Ki Bekel "bagaimana pun juga, kau jangan terlalu terbenam
dalam kecemasan. Peristiwa malam ini dapat kita jadikan semacam peringatan. Kita
masih dapat mengucap sukur bahwa dalam peringatan ini tidak jatuh korban,
meskipun Ki Patrija tidak dapat mengelakkan diri untuk membunuh. Tetapi yang
dilakukan oleh Ki Partija adalah semata-mata membela diri"
Ki Partija mengangguk-angguk. Katanya "Terima kasih Ki Bekel. Namun bagaimanapun
juga kita harus menahan agar Mas Rara tidak keluar dari halaman rumah ini"
Demikianlah. Sejenak kemudian, Ki Bekel minta diri.
Demikian pula orang-orang lain yang ada di rumah Ki Partija Wirasentana.
Seperti yang dikatakan Ki Bekel, tubuh yang terbunuh di dalam bilik Ki Partija
telah dibawa ke banjar. Namun Ki Partija tidak sampai hati membebankan semua
penyelenggaranya kepada padukuhan. Karena itu, semua beaya penguburan di
tanggung Ki Partija Wirasentana.
Sementara itu, di rumah Ki Partija Wirasentana beberapa orang tengah sibuk
membenahi rumahnya yang rusak, karena seseorang telah memecahkan dinding, juga
isi rumah yang tercerai berai. Bahkan halaman yang terinjak-injak kaki, selagi
beberapa orang bertempur.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, Wirantana telah berbicara sungguh-sungguh dengan Manggada
dan Laksana. Ia berbicara tentang kemungkinan sebagaimana dikatakan oleh Ki
Bekel. "Aku mohon" berkata Wirasentana "kita bersama-sama menjaga Mas Rara. Ia memang
adikku, tapi aku yakin bahwa kalian tidak berkeberatan. Bukankah kalian telah
menyelamatkannya dari terkaman harimau yang garang itu"
Tentu kalian juga tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan orang-orang yang
hanya akan mengambil keuntungan
daripadanya, namun yang akan benar-benar dapat
mencelakainya. Bahkan membunuhnya. Jika hal itu terjadi, bencana itu akan
berlanjut dengan kemarahan Raden Panji.
Ayah dan ibu dapat dituduh menyia-nyiakan anak itu, sementara anak itu jiwanya
benar-benar terancam"
Kedua anak muda itu saling berpandangan sejenak. Namun kemudian Manggada
menjawab "Kami sudah berada di rumah ini Wiruntana. Bagaimanapun juga kami sudah
berjanji untuk tidak melanggar pesan Raden Panji. Kami akan berada disini sampai
saatnya kami ikut dibawa kerumah Raden Panji bersama Mas Rara, sekitar setengah
bulan lagi. Selama ini, tentu saja kami akan ikut bertanggung jawab, upapun yang
akan terjadi atas Mas Rara"
"Terima kasih. Peringatan Ki Bekel nampaknya sangat menggelisahkan ayah dan ibu"
berkata Wirantana. "Tetapi Ki Partija tidak sendiri" jawab Laksana "Ki Bekel dan seluruh padukuhan
ini akan berpihak kepadanya jika terjadi sesuatu. Dalam keadaan yang tiba-tiba,
pamanmu dan kau sendiri merupakan perisai yang dapat melindungi adikmu sebaikbaiknya" Wirantana mengangguk-angguk. Katanya "Nampaknya kita memang harus berhati-hati.
Persoalannya saling berkaitan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Usaha untuk merampok yang gagal itu, bagi para perampok, dapat dipergunakan
semacam usaha penjajagan atas kekuatan yang ada di rumah ini. Jika mereka datang
lagi, mereka akan membawa kekuatan yang lebih besar. Atau mereka akan mencuri
kesempatan untuk menginbil Mas Rara"
Namun Manggada dan Laksana menyadari, betapa
Wirantana menjadi gelisah sebagaimana ayah dan ibunya.
Karena itu, Manggada kemudiun berkata "Yakinkan dirimu.
Bahwa selama aku ada disini, dalam perjalanan menuju ke rumah Raden Panji, serta
selama aku mendapat kesempatan berada di rumah Raden Panji, aku akan ikut
bertangguug |awab, demikian pula Laksana. Kami akan berada diantara seluruh penghuni
padukuhan ini, untuk melindungi Mas Rara, kemudian sudah barang tentu bersamasama para pengawal yang akan dikirim Raden Panji saat penjemputan Mas Rara"
Wirantana menganguk angguk. Katanya "Terima kasih.
Setidak-tidaknya kesediaan kalian telah membuat hatiku menjadi tenang. Agaknya
ayah dan ibu akan menjadi tenang pula mendengar kesediaan kalian, di samping
kesediaan paman" "Jangan cemas. Sejauh dapat kami lakukan" jawab
Manggada. Wirantana mengangguk-angguk. Lalu katanya " Mas Rara untuk selanjutnya akan
selalu berada di ruang dalam. Memang menjemukan. Selama setengah bulan, di saat
mandi dan mencuci. Di pakiwan, seluruh isi halaman ini harus bersiap-siap.
Dan itu akan dilakukan pagi dan sore"
"Apaboleh buat" berkata Manggada. Kami akan mangawasi bagian depan rumah itu.
Kau dan Ki Partija mengawasi bagian dalam. Selanjutnya, Ki Partija, Wirantana
akan dapat menunjuk http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
satu dua orang untuk mengawasi bagian belakang. barangkali pamanmu atau orang
lain. Wirantana mengnngguk-angguk. la sadar bahwa pekerjaan ini sangat menjemukan. la
dan ayahnya akan bergantian menemani Mas Rara.
Tetapi tidak dapal diambil jalan lain. Peringatan Ki Bekel memang masuk akal.
Sementara di malam hari, para peronda pun mendapat pesan khusus dari Ki Bekel
untuk ikut mengawasi rumah itu.
Namun seperti pendapat Ki Resa, Ki Partija Wirasentana tidak berniat memberikan
laporan kepada Raden Panji Prangpranata.
Demikianlah. Hari demi hari melangkah dengan ketegangan yang mencengkam seisi
rumah itu. Para pekerja telah melengkapi diri mereka dengan senjata di lambung.
Parang tidak pernah terlepas dari setiap pekerja di rumah itu.
Ki Partija yang merasa sangat beruntung, bahwa dua anak muda yang telah
menyelamatkan Mas Rara dari terkaman harimau itu masih berada di rumahnya.
Dengan demikian, kedua anak muda itu, bersama anaknya, merupakan pelindung
terbaik bagi Mas Rara, di samping pamannya. Namun karena Ki Resa kadang-kadang
mempunyai kepentingan sendiri, maka jarang berada di rumah Ki Partija
Wirasentana. Yang sering nampak di halaman, di kebun dan bahkan di sebelah kandang, adalah
ketiga anak muda itu. Manggada, Laksana dan Wirantana. Namun jika di rumah itu
sedang ada beberapa orang pekerja menjemur padi di halaman, atau sedang
mengerjakan pekerjaan lain, ketiga anak muda itu menyempatkan diri ke sanggar.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dalam pada itu, Manggada dan Laksana berlandaskan pada ilmu serta pengalamannya,
berusaha mengembangkan ilmunya.
Bahkan ia sempat memungut beberapa unsur gerak yang bermanfaat untuk melengkapi
ilmunya dari Wirantana. Demikian pula sebaliknya. Mereka yakin, guru-guru mereka tidak akan keberatan
melihat kejadian itu. Dengan demikian, betapapun lambatnya, ilmu mereka telah meningkat. Apalagi pada
Manggada dan Laksana yang telah mendapat alas kokoh, yang diberikan seorang Ajar
yang tinggal di pondok terpencil bersama seorang bertubuh bongkok dan sepasang
harimau yang dapat dikendalikannya dengan baik.
Namun sampai hari yang dijanjikan Raden Panji untuk menjemput Mas Rara tiba,
tidak pernah lagi terjadi gangguan berarti atas Mas Rara. Tidak ada perampok
yang akan mengambil benda-benda berharga di rumah Ki Partija. Tidak ada pula
orang yang berusaha mengambil Mas Rara untuk kepentingan apapun.
Namun Ki Bekel tetap membantu sebaik-baiknya. Di malam hari, pura peronda tetap
mendapat perintah untuk lebih sering melihat-lihat keadaun rumah itu.
"Jangan hanya lewat sambil memukul kentongan" berkata Ki Bekel "kalian harus
melihat dan meyakinkan, bahwa tidak terjadi sesuatu di rumah itu. Sebagaimana
kalian ketahui, jika Raden Panji Prangpranata marah, kita semua dapat mengalami
perlakuan buruk, karena ia memegang kekuasaan
pemerintahan di daerah ini. Bahkan mempunyai wewenang atas sekumlah prajurit"
sebenarnyalah. Menjelang hari yang ditentukan itu, para peronda melakukan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Tetapi untuk menenteramkan hati para peronda,
jumlah mereka berlipat dua. Bahkan sejak tiga hari sebelum hari yang
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ditentukan, sebagian dari para peronda itu berjaga-jaga di regol halaman rumah
Ki Partija bergantian. Namun Ki Partija Wirasentana yang merasa mendapat bantuan besar dari para
peronda, setiap malam, menjelang hari-hari yang ditentukan itu, mengirimkan
minuman dan makanan bagi para peronda.
Mendekati hari yang ditentukan, Ki Partija memang sudah bersiap-siap untuk
menerima utusan Raden Panji yang akan menjemput Mas Rara. Tentu satu kelompok
utusan yang lebih besar dari saat mereka datang untuk menyerahkan mas kawin.
Tetapi Wirantana yang kebetulan berada di regol halaman rumahnyai terkejut
ketika melihat dua orang berkuda yang langsung menuju keregol itu. Bahkan
keduanya telah berloncatan turun sambil mengangguk hormat.
Namun kemudian Wirantana menyadari, bahwa seorang diantara kudua orang itu
adalah orang yang pernah datang sebagai utusan Raden Panji pada suat menyerahkan
mas kawin. karena itu. Wirantana dengan tergesa-gesa telah menyuruh mereka
masuk. Kepada seorang yang sedang sibuk membersihkan halaman, Wirantana berkata
"Katakan kepada ayah, ada utusan dari Raden Panji Prangpranata"
"Katakan, bahwa kami tidak membawa persoalan baru agar Ki Partija tidak menjadi
gelisah" berkata utusan yang pernah datang kerumah itu sebelumnya.
Demikianlah, Wirantana mempersilahkan kedua orang itu naik dan duduk di pendapa.
Sementara itu, Ki Partija yang diberitahu dengan tergesa-gesa keluar dari
pringgitan. Dengan ramah Ki Partija Wirasentana menyapa tamutamunya, serta menayakan kabar keselamatan.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun dalam pada itu, baik Ki Partija Wirasentana maupun Wirantana, bertanyatanya di dalam hati, kenapa hanya dua orang yang datang menjemput Mas Rara.
Apakah selanjutnya Mas Rara harus pergi bersama mereka dengan berjalan kaki atau
naik kuda atau bagaimana"
Tetapi Ki Partija Wirasentana dan Wjrantana sama sekali tidak berani
menanyakannya. Jika terjadi salah paham, utusan itu akan menganggap bahwa Mas
Rara telah menjadi terlalu manja dengan minta dijemput iring-iringan yang
panjang dengan berbagai macam pertanda kebesaran.
Namun sebelum Ki Partija bertanya, utusan itu telah lebih dulu menyampaikan
pesan Raden Panji. Seorang diantara mereka berkata "Ki Partija Wirasentana.
Kami, telah mendahului utusan Raden Panji yang sebenarnya untuk menjemput Mas
Rara. Utusan itu baru akan datang besok pagi.
Mereka akan bermalam di sini semalam.
Hari berikutnya, mereka akan kembali sambil membawa Mas Rara. Iring-iringan yang
membawa Mas Rara akan berangkat menjelang fajar dan akan sampai di rumah Raden
Panji malam hari. Iring-iringan itu tidak akan berhenti di perjalanan. Jika
harus berhenti, hanya sekadar beristirahat. Namun mereka akan meneruskan
perjalanan meskipun menjelang tengah malam, bahkan dini hari berikutnya mereka
baru sampai" Ki Partija Wirasentana menarik nafas dalam-dalam. Namun ia mulai membayangkan
bahwa perjalanan itu adalah perjalanan yang sangat berat. Apalagi jika Mas Rara
harus berjalan kaki. Sementara itu, Mas Rara memang belum pernah belajar naik kuda. Mungkin ia akan
dapat naik kuda tetapi kudanya harus dituntun oleh seseorang.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan nada rendah, Ki Partija Wirasentana kemudian menjawab "Segala sesuatunya
aku serahkan kepada Raden Panji"
"Nah, dengan demikian, kami berdua akan bermalam di sini dua malam. Bukankah Ki
Partija tidak berkeberatan"
"Tentu tidak Ki Sanak. Segala sesuatunya memang sudah dipersiapkan" jawab Ki
Partija. Dengan demikian, hari itu, Ki Partija Wirasentana dan keluarganya menjadi sibuk.
Mereka bukan saja menyiapkan hidangan dan pelayanan terhadap kedua orang
tamunya, tetapi juga bersiap-siap untuk menerima tamu lebih banyak lagi di hari
berikutnya. Tetapi Ki Partija Wirasentana tidak berani bertanya jumlah tamunya
yang bakal datang. la hanya menghubungi tetangga terdekat, jika diperlukan, Ki
Partija akan meminjam beberapa ruangan bagi tamu-tamunya itu.
Tentu saja tetangga-tetangganya tidak berkeberatan sama sekali. Apalagi mereka
tahu, tamu yang akan datang itu adalah utusan Raden Panji Prangpranata yang akan
mengambil Mas Rara sebagai isteri.
Manggada dan Laksana yang telah diberitahu Wirantana, menjadi sedikit lega. Ia
sudah terlalu lama terkungkung tanpa berbuat sesuatu yang berarti bagi banyak
orang. Jika Mas Rara kemudian dijemput, mereka tentu akan segera mendapatkan
kebebasannya kembali. Mereka tidak memikirkan, apakah akan menerima hadiah dari
Raden Panji atau tidak. Malam pada itu, ketika Ki Resa datang, seperti ketika utusan yang terakhir
datang, sikapnya sangat ramah. Banyak hal yang telah dibicarakan ususan itu
dengan Ki Resa tentang kesalamatan Mas Rara.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun baik KI Partija maupun Ki Resa, masih belum mengatakan perampokan yang
telah terjadi di rumah itu. Ki Partija memang minta agar Ki Resa tidak tergesagesa menyampaikannya. Ki Partija Wirasentana sendirilah yang akan
menyampaikannya jika semua utusan Raden Panji telah datang.
Namun menjelang senja, Ki Resa sudah tidak nampak di rumah itu. Ki Partija
memang tidak menghiraukannya, karena adiknya itu sudah punya rumah sendiri.
Malam itu, Ki Partija Wirasentana masih saja diganggu oleh kegelisahan. Namun
kehadiran kedua orang utusun Raden Panji itu membuatnya sedikit tenang. Keduanya
tentu orang orang yang berilmu tinggi. Jika terjadi sesuatu, lawan yang
bagaimanapun kuatnya akan teratasi.
Seperti malam sebelumnya, beberapa orang peronda berada di regol halaman rumah
itu ketika malam turun. Kedua orang utusan yang masih duduk di pendapa, telah
mendapat keterangan bahwa para peronda selalu memperhatikan keselamatan para
penghuni padukuhan itu, sehingga mereka terbiasa berada di regol-regol halaman,
selain mereka yang berada di gardu.
Namun agaknya kedua utusan itu dapat menangkap maksud Ki Partija Wirasentana
bahwa para peronda yang ada di regol halaman itu ikut membantu berjaga-jaga di
rumah yang akan mengadakan upacara pelepasan anak gadisnya. Tetapi mereka sama
sekali belum mendapat keterangan tentang perampokan yang telah terjadi.
Ketika malam menjadi semakin dalam, kedua orang itu dipersilahkan beristirahat
di gandok sebelah. Sementara Manggada dan Laksana berada di gandok lain. Namun
keduanya telah diberi tahu, bahwa besok mereka akan berada http://ebookdewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di bilik Laksana, karena tamu yang lain akan datang menjemput Mas Rara dan
bermalam di rumah itu semalam.
Ternyata malam itu tidak terjadi sesuatu. Padukuhan Nguter terasa tenang dan
bahkan sepi. Sekali-sekali, di malam hari, memang terdengar para peronda
berkeliling padukuhan sambil membunyikan kentongan-kentongan kecil dengan irama
kotekan. Dengan demikian, mereka yang tertidur terlalu nyenyak akan terbangun.
Ketika kemudian fajar menyingsing, dapur di rumah Ki Partija sudah tampak sibuk.
Beberapa orang perempuan telah menyiapkan minuman panas bagi dua orang tamu
utusan Raden Panji, serta kedua orang anak muda yang telah menyelamatkan Mas
Rara. Tetapi agaknya keluarga Ki Partija Wirasentana memang lebih memperhatikan kedua
utusan Raden Panji itu daripada Manggada dan Laksana, selain Wirantana. Bagi
Wirantana, kedua anak muda itu merupakan tamu yang sangat berarti bagi
keluarganya. Tanpa kedua anak muda itu, segalanya tidak akan terjadi. Mas Rara
tentu sudah diterkam harimau. Jika kemudian datang utusan Raden Panji, mereka
tidak akan datang membawa mas kawin. Tetapi mereka akan datang untuk memakimaki. Bahkan mungkin, Raden Panji mempunyai prasangka buruk terhadap Ki Partija
Wirasentana. Karena itu, Wirantana selalu memperhatikan kedua anak muda itu. Apalagi karena
umurnya yang sebaya, sehingga banyak hal yang dapat dilakukannya bersama kedua
anak muda itu. Ketika kemudian matahari terbit. serta kedua orang utusan itu telah duduk di
pendapa bersama Ki Partija Wirasentana, minuman hangatpun dihidangkan bersama
beberapa jenis http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
makanan. Sementara itu, di dapur tengah dipersiapkan makan pagi bagi tamutamunya itu. Wirantana yang kemudian menemui ayahnya diruang dalam, berkata "Aku bawa kedua
anak muda itu ke pendapa, ayah.
Biar mereka minum dan makan bersama utusan-utusan itu"
"He, jangan" cegah ayahnya "biar saja anak-anak muda itu di serambi. Kawani
mereka minum dan makan makanan yang akan dihidangkan.
"Kenapa mereka tidak dipersilahkan naik ke pendapa bersama-sama para tamu itu
ayah" bertanya Wirantana.
"Mereka adalah utusan Raden Panji" jawab ayahnya.
"Mereka hanya utusaan Raden Panji" sahut Wirantana sedangkan anak muda-muda itu
telah menyelamatkan Mas Rara. Semuanya tidak akan berarti apa-apa tanpa kedua
anak-anak muda itu" ayahnya menarik dalam-dalam. Katanya "Aku sama sekali tidak mengecilkan arti
mereka berdua. Tetapi aku hanya sekadar menempatkan mereka dalam terapan unggahungguh. Mereka masih terlalu muda untuk duduk dan berbincang dengan orang-orang tua yang
berbicara ten-tang perkawinan Mas Rara dengan Raden Panji"
Wirantana menarik nafas dalam-dalam. Namun ia kemudian berkata "Baiklah, jika
itu alasan ayah. Tetapi bagiku keduanya justru merupakan orang-orang yang paling
penting, bagi kita, Kecali mereka telah menyelamatkan Mas Rara, mereka juga
telah menyelamatkan mas kawin yang telah ayah terima dari Raden Panji"
Ki Partija menarik nafas dalam-dalam. Yang diutarakan anaknya itu telah
mengingatkannya, betapa penting kedudukan http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua anak muda itu di rumahnya. Apalagi keduanya bertahan di rumahnya karena
keduanya diperlukan oleh Raden Panji.
Karena itu, ketika kemudian dihidangkan minuman dan makanan ke serambi gandok,
hidangan itu tidak ubahnya dengan hidangan yang disuguhkan kepada para tamu di
pendapa. Namun hari itu, Ki Partija Wirasentana harus bersiap-siap menerima tamu yang
lebih banyak lagi. Ia memang kesulitan untuk menduga berapa orang yang akan
datang, sementara rasa-rasanya ia segan menanyakan kepada kedua utusan yang
mendahului itu. Tetapi agaknya utusun itu mengerti kesulitan Ki Partija Wirasentana, ketika ia
mendengar pembicaraan Ki Partija Wirasentana dengan Wirantana di halaman untuk
membicarakan beberapa rumah tetangga yang harus mereka pinjam.
"Ki Partija" berkata utusan itu "barangkali ada gunanya Ki Partija mengetahui,
utusan yang hari ini akan datang kira-kira sepuluh orang. Mereka akan datang
berkuda, dan berharap Mas Rara juga bersedia berkuda besok"
"Anakku belum pernah naik kuda" berkata Ki Partija Wirasentana.
Para pengawal akan menjaganya. Seekor kuda yang paling jinak akan di bawa kemari
nanti siang. Mas Rara akan dapat duduk di atas kuda itu, yang akan dituntun para
pengawal berkuda" berkata utusan itu. Namun kemudian katanya "Tetapi jika tidak
memungkinkan, Mas Rara akan dibawa dengan tandu.
Tandu itu akan disiapkan disini nanti, agar besok tandu itu dapat dipergunakan.
Namun tentu saja perjalanan kita akan menjadi bertambah lama"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Partija Wirasentana mengangguk-angguk. Tetapi ia berdesis "Aku akan berbicara
dengan Mas Rara" "Nanti Ki Partija dapat membicarakannya jika rombongan utusan itu sudah datang"
berkata salah seorang utusan itu.
Ki Partija mengangguk-angguk. Katanya Baiklah. Sementara ini biarlah kami
membuat persiapan-persiapun"
"Mereka baru akan datang setelah lewat tengah hari, seandainya mereka berangkat
menjelang dini hari, sebagaimana direncanakan" berkata utusan itu.
Ki Partija mengangguk-angguk. Dengan demikian, ia telah mendapat gambaran,
penyambutan yang dapat diberikan. Baik hidangan yang harus disiapkan, maupun
penginapan bagi para utusan yang harus tetap merasa mendapat penghormatan cukup.
Demikianlah. Hari itu Ki Partija memang menjadi sibuk.
Ketika Ki Resa datang, Ki Resalah yang kemudian menemani kedua orang utusan itu
di pendapa. Bahkan kemudian keduanya ingin berjalan-jalan di sepanjang jalanjalan padukuhan. Sedangkan Ki Partija Wirasentana sendiri menjadi sibuk untuk
menyiapkan bilik-bilik di rumah tetangga, sehingga menjadi tempat yang pantas
untuk bermalam. Sementara itu, Ki Partija telah mohon kepada Ki Bekel bantuan
pengamanan tamu-tamunya yang tersebar. Meskipun tamu-tamunya itu tentu memiliki
kemampuan prajurit, tetapi karena mereka terpisah-pisah, maka jika terjadi
sesuatu pada satu dua orang yang tidak sempat memberikan isyarat, maka Ki
Partija Wirasentana tentu akan mengalami kesulitan.
"Baiklah" berkata Ki Bekel "aku sendiri akan memimpin para peronda. Malam nanti
aku akan berada di gardu"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak" jawab Ki Partija "aku mohon Ki Bekel ikut menemui tamu-tamuku"
Ki Bekel tersenyum. Katanya "Bukankah tamu-tamumu akan datang sebelum matahari
turun" Aku akan ikut menerima tamumu itu. Tetapi kemudian, menjelang senja, aku
akan mmdi diri untukmengaturpara peronda"
Ki Partija leimnngu-mangu. Namun kemudian ia ber-kuta "
Baiklnh. Sebelumnyu aku mengucapkan terima kasih"
Namun dalam pada itu, Nyi Partija Wirasentana telah mulai sibuk dengan Mas Rara,
bersama dua orang perempuan yang sudah berusia tua. Keduanya telah memandikan
Mas Rara secara khusus upacara mandi yang biasa dilakukan sehari sebelum
perkawinan. Yang dilakukan atas Mas Rara hanya sekedar usaha untuk membuat Mas
Rara menjadi lebih cerah dan berbau wangi.
Tetapi dengan demikian, diluar sadarnya, beberapa kali Nyi Partija Wirasentana
telah menitikkan air mata. Ia merasa bahwa gadisnya itu akan hilang dari
keluarganya, untuk selama-lamanya.
Ketika Ki Partija melihat isterinya bersedih, berdesis
"Bukankah kita berharap agar anak kita mendapatkan kesempatan yang lebih baik di
masa mendatang" Nyi Partija tidak menjawab. Tetapi kepalanya menunduk, sedangkan titik-titik air
matanya menjadi semakin deras.
"Nyi" berkata Ki Partija Wirasentana "bukankah kita justru harus bersukur"
"Apakah kakang yakin begitu" bertanya Nyi Partija.
Ki Partija justru terdiam. Ditepuknya bahu isterinya sambil berdesis "Semua kita
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serahkan kepada Yang Maha Agung"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Isterinya menarik nafas dalam-dalam, Tetapi titik-titik air mata itu masih saja
mengembun dari matanya. Mas Rara sendiri tidak menangis. Ia melihat ibunya dengan wajah yang sayu.
Tetapi seakan-akan gadis itu sudah kehilangan perasaannya, menghadapi hari-hari
perkawinannya. Pandangannya terasa kosong, dan keningnya tidak pernah nampak berkerut lagi.
Sementara itu, ketika matahari menjadi semakin tinggi, dan kemudian menggapai
puncak langit, sebuah iring-iringan orang berkuda mendekati padukuhan Nguter.
Beberapa orang berkuda sambil membawa beberapa ekor kuda tanpa
penunggangnya. Kuda yang akan dipergunakan untuk Mas Rara jika gadis itu
bersedia. Jika tidak, Mas Rara akan dipersilahkan naik ke atas sebuah tandu yang
akan dipersiapkan di padukuhan Nguter.
Seorang diatara mereka, berkuda paling depan sambil membawa tombak pendek.
Nampaknya ia adalah pemimpin dari iring-iringan yang akan menjemput Mas Rara
itu. Sepanjang perjalanan, kelompok orang berkuda itu sama sekali tidak menemui
hambatan. Mereka melewati jalan-jalan padukuhan dan bulak-bulak panjang.
Kehadiran mereka di sepanjang perjalanan memang menarik perhatian banyak orang.
Tetapi tidak seorangpun yang sempat bertanya, karena iring-iringan itu berjalan
agak cepat, meski tidak berpacu.
Telapi di luar pengetahuan mereka, yang berada di dalam iring iringan itu, dua
orang tengah mengamati mereka dari kejauhan. Mereka sempat menghitung jumlah
orang berkuda itu, sehingga dengan demikian mereka dapat memperkirakan kekuatan
dari orang-orang yang akan menjemput Mas Rara itu.
"Sekitar sepuluh orang" desis seorang diantara mereka.
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada kuda yang tidak berpenumpang" sahut yang lain.
"Kita dapat membicarakannya dengan Ki Lurah" berkata orang pertama.
Kedua orang itu mengagguk-angguk. Namun seorang
diantara mereka bergumam selain mereka, masih ada dua orang anak muda yang harus
diperhitungkan. Kedua anak muda yang juga akan dibawa menghadap Raden Panji.
"Siapa?" bertanya kawannya.
"Dua anak muda yang telah menolong Mas Rara, ketika gadis itu hampir diterkam
harimau" jawab yang lain.
Kawannya mengangguk-angguk. Katanya "Jadi dua belas orang. Kita harus menghitung
kedua anak muda itu, karena mereka juga memiliki kemampuan untuk bertempur"
"Dua orang lagi" jawab yang lain" yang kemarin sudah datang mendahului"
"Ya. Ki Lurah sudah tahu" gumam kawannya.
Ketika iring-iringan itu lewat. keduanya meninggalkan tempat itu untuk
memberikan laporan kepada Ki Lurah. Seorang yang bertubuh tinggi kekar dan
berkumis lebat. Seorang pemimpin gerombolan yang disegani.
Namun untuk menghadapi setidak-tidaknya empat belas orang prajurit, gerombolan
itu masih memerlukan bantuan dari gerombolan lain, yang tinggal di tempat yang
agak jauh. Tetapi sebelumnya gerombolan itu memang sudah dihubungi. Apabila
diperlukan, akan datang penghubung untuk
memberitahukannya. Dalam pada itu, bebarapa saat kemudian, kelompok utusan Raden Panji telah
memasuki pedukuhan Nguter, kemudian http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyususuri jalan pedukuhan langsung menuju ke rumah Ki Partija Wirasentana.
Pedukuhan Nguter segera menjadi ramai. Orang-orang pedukuhan itu telah keluar
dari regol-regol halaman untuk menyaksikan iring-iringan. Mereka tahu bahwa
iring-iringan itu datang untuk menjemput Mas Rara.
"Gadis itu telah membawa keberuntungan bagi orangtuanya" desis perempuan separuh
baya. Perempuan lain menjawab "Ki Partija Wirasentana suami isteri adalah orang-orang
yang selalu berprihatin bagi anak-anaknya. Sekarang ia akan menarik buahnya.
Anak gadisnya akan menjadi isteri seorang berpangkat tinggi dan punya kekuasaan
yang besar" Perempuan separuh baya itu mengangguk-angguk. Katanya
"Gadisku yang diambil orang pedukuhan sebelah itu ternyata hidupnya tidak lebih
baik dari kita semuanya. Sawah suaminya hanya beberapa kotak saja. Sementara
masih harus mengurusi mertuanya yang sudah mulai pikun"
Perempuan yang lain itu pun menyahut "Bukankah itu sudah cukup baik daripada
menjadi perawan tua seperti anak Priman itu"
"O, itu salah orangtuanya. Ayah dan ibunya terlalu garang dan pilihannya pun
terlampau sulit untuk dapat dipenuhi, sehingga akhirnya, gadis itu malah tidak
pernah mendapat jodohnya" sahut perempuan setengah baya itu.
Keduanya terdiam. Iring-iringan itu menjadi semakin jauh.
Namun terasa keagungan yang akan memancar dari rumuh Ki Partija Wirasentana.
"Kekuatan apa yang mendekatkan Mas Rara pada sebuah iring-iringan pemburu yang
ternyata adalak Raden Panji http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Prangpranata, yang melihatnya dan kemudian tergila-gila kepada gadis itu" desis
seorang perempuan lain. Sementara, iring-iringan itu telah mendekati regol halaman rumah Ki Partija yang
sudah mengetahui akan kedatangan iring-iringan itu.
Karena itu, bersama beberapa orang tua, bahkan Ki Bekel pedukuhan Nguter, serta
dua utusan yang terdahulu, Ki Partija Wirasentana menyambut iring-iringan yang
datang itu di regol halaman rumahnya.
Sejenak kemudian, maka para tamu itu telah berada di pendapa induk di atas tikar
pandan yang putih. Sementara beberapa orang pembantu di rumah Ki Partija telah
menerima kuda-kuda para tamu dan menambatkannya di patok-patok yang sudah
tersedia. Selelah masing-masing pihak saling menyatakan
keselamatan mereka, maka orang tertua dari utusan Raden Panji Prungpranata
itupun telah menyampaikan pesan serta tugas kedatangan mereka ke rumah Ki
Partija Wirasentana itu. Memang bukan satu hal yang baru, karena masing-masing pihak telah mengetahui
kepentingan kedatangan utusan itu.
Ki Bekellah yang mewakili Ki Partija Wirasentana menerima utusun itu dan
menerima pesan-pesannya. Kemudian atas nama Ki Partija Wirasentana mengucapkan
terimakasih atas perkenan Raden Panji Prangpranata untuk menjemput anak
gadisnya. Sementara itu, Ki Resa pun telah berada pula diantara mereka. Dengan sikap yang
sangat ramah ia ikut serta memberikan beberapa keterangan tentang Mas Rara dan
keadaannya. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika pembicaraan mereka sampai pada keberangkatan Mas Rara esok ke rumah Raden
Panji, maka pada kesempatan itulah Ki Partija Wirasentana menceriterakan bahwa
telah terjadi usaha perampokan di rumah itu.
Para utusan itu terkejut. Demikian pula utusan yang telah datang sebelumnya.
Bahwa dengan serta merta kedua utusan itu bertanya hampir berbareng "Kenapa Ki
Partija tidak pernah mengatakannya sebelumnya"
"Aku memang menunggu sampai semuanya hadir" jawab Ki Partija Wirasentana "dengan
demikian, maka kita akan dapat membicarakannya bersama-sama sehubungan dengan
akan keberangkatan Mas Rara esok. Ki Bekel telah memperingatkan kepadaku, bahwa
yang dapat terjadi mungkin sekali bukan sekedar perampokan harta benda, tetapi
juga usaha untuk menangkap Mas Rara, membawanya dan menjadikannya
taruhan untuk mendapat uang tebusan sebanynk-banyaknya"
Orang tertua diantara para utusan itu mengangguk-angguk.
Namun dengan menyesal orang itu berkata "Kenapa Ki Partija tidak memberitahukan
hal itu kepada Raden Panji"
Sebelum Ki Partija menjawab, Ki Resalah yang telah menjawab lebih dulu "Kami
tidak ingin terlalu menggantungkan diri kepada Raden Panji. Bukan karena kami
tidak yakin bahwa Raden Panji tentu akan menolong. Tetapi kami tidak ingin
memberikan kesan, bahwa kami menjadi terlalu manja. Segala sesuatunya kami
bebankan kepada Raden Panji. Karena itu, hal-hal yang dapat kami selesaikan,
telah kami selesaikan sendiri"
Utusan Raden Panji itu mengangguk-angguk. Sementara Ki Resa berkata selanjutnya
"Jika para utusan Raden Panji tidak berkeberatan, biarlah besok aku ikut
mengantarkan Mas Rara sampai ke rumah Raden Panji"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Utusan yang tertua itu tersenyum. Katanya "Jika hal itu merepotkan Ki Resa, aku
kira tidak perlu Ki Resa lakukan. Kami sudah menjadi dua belas orang. Tentu
sudah cukup banyak. Kami kebetulan adalah prajurit-prajurit Pajang yang setidak-tidaknya telah
dibekali dengan kemampuan olah kanuragan serba sedikit, sehingga jika ada yang
berniat jahat, maka kami akan berusaha mengatasinya.
"Aku percaya sepenuhnya" jawab Ki Resa "jika aku ingin ikut serta, semata-mata
karena kecintaan orangtua terhadap anaknya yang sulit untuk disembunyikannya.
Jika aku tidak ikut dalam iring-iringan besok, maka aku justru akan menjadi
sangat gelisah untuk waktu yang lama. Tetapi jika aku ikut serta, maka
sekembalinya aku dari rumah Raden Panji, maka aku akan dapat segera tidur
nyenyak karena aku tahu bahwa anakku itu sudah selamat sampai ketujuan"
Utusan yang tertua itu tersenyum. Katanya "Ternyata bahwa keluarga Ki Partija
Wirasentana adalah keluarga yang sangat akrab, menjunjung tinggi harga diri dan
kewibawaan. Itulah sebabnya, maka keluarga ini telah menerima anugerah sehingga
seorang diantaranya, telah mencuat dari antara sasamanya, karena akan menjadi
isteri seorang yang terpandang, berkuasa dan berwibawa pula"
"Ah, Ki Sanak terlalu memuji" berkata Ki Partija Wirasentana segala sesuatunya
kami kembalikan kepada kurnia Yang Maha Agung"
Sementara itu, maka hidanganpun segera telah dihidangkan.
Ki Bekel atas nama Ki Partija telah mempersilahkan para tamu baik utusan dari
Raden Panji maupun orang-orang tua dari padukuhan Nguter untuk minum dan makan
makanan yang disuguhkan. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam pada itu, ketika pembicaraan dilanjutkan, maka setelah beberapa kali
ditanyakan kepada Mas Rara yang terpaksa hadir dalam pembicaraan itu, gadis itu
berkeberatan jika harus naik kuda dengan cara apapun. Karena itu, maka berkalikali ia berkata dengan nada dalam hampir tidak terdengar oleh orang lain "Aku
akan berjalan kaki saja"
"Tidak" berkata ayahnya "jika kau berkeberatan untuk naik kuda, maka kau akan
dibawa dengun tandu. Mereka akan membawamu dengan tandu berganti-ganti. empat
orang pada setiap giliran.
"Tidak. Aku juga tidak mau naik tandu. Aku akan berjalan kaki saja" Jawab Mas
Rara. "Jangan mempersulit tugas para utusan itu Mas Rara"
berkata ayahnya "kesannya tentu kurang baik. Kau akan disangka menjadi terlalu
manja" "Tidak. Aku justru tidak mau bermanja-manja. Aku akan berjalan kaki. Bukankah
hal itu telah terbiasa aku lakukan"
berkata Mas Rara. Ayah memang menjadi agak kebingungan. Karena itu, maka ia masih belum dapat
memberikan jawaban kepada utusan yang datang itu.
Namun tiba-tiba Wirantana berkata "Ayah. Bagaimana jika Mas Rara naik pedati
yang ditarik dengan seekor kuda"
Ayahnya mengerutkan keningnya. Sementara Wirantana berkata "Bukankah Ki Jagabaya
dari Kademangan mempunyai sejenis pedati yang ditarik oleh seekor kuda"
Ayahnya mengangguk-angguk. Desisnya "Kereta kuda"
Ki Bekel mengangguk-angguk pula. Katanya "Ya. Ki Jagabaya dari Kademangan memang
banyak akalnya. la telah membuat http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebuah kereta kuda yang cukup bagus. Aku kira Ki Jagabaya tidak akan
berkeberatan untuk dipergunukan"
Ki Partija Wirasentana termangu-mangu sejenak. Pendapat Wirantana memang
menarik. Meminjam kereta Ki Jagabaya dari Kademangan, yang juga sudah dikenal
baik Ki Partija. Meski hubungan mereka tidak terlalu dekal, tapi dengan pengaruh
Ki Bekel. Ki Jagabaya akan bersedia meminjamkannya.
Namun agaknya Ki Resa bersikap lain. Katanya Apakah pantas kita mengganggu Ki
Jagabaya, yang selama ini tidak tahu menahu tentang persoalan yang kita hadapi"
"Ah" sahut Ki Bekel "Ki Jagabaya tentu sudah mendengar bahwa Mas Rara akan
menjadi istri Raden Panji Prangpranata.
Ki Jagabaya juga tahu siapa Raden Panji itu.
Mungkin itu satu-sutunya pemecahan, selain mengikuti keinginan Mas Rara untuk
berjalan kaki. Tapi jika Mas Rara benar-benar akan berjalan kaki, maka kuda-kuda
yang dibawa para utusan tidak ada gunanya. Semua orang yang
menjemputnya tentu akan berjalan kaki pula.
"Jika bukan Ki Jagabaya, kita juga harus memikirkan Raden Panji itu sendiri. Apa
pantas bahwa bakal istri Raden Panji mempergunakan sebuah kereta pinjaman"
berkata Ki Resa kemudian.
Tetapi salah seorang dari utusan Raden Panji berkata "Aku kira, jika itu
pemecahan terbaik, Raden Panji tidak akan keberatan. Kereta itu tentu akan
segera dikembalikan. Bahkan Raden Panji tentu akan sangat berterima kasih pada
Ki Jagabaya" Ki Resa menarik nafas dalam-dalam. Tapi ia segera tersenyum sambil berkata "Jika
demikian, maka tentu tidak akan ada keberatannya lagi"
http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tetapi semuanya harus diselesaikan hari ini. Besok kita akan berangkat pagipagi" berkata salah seorang utusan itu.
Ki Partija pun kemudian telah mempersilahkan tamu-tamunya untuk beristirahat di
tempat yang sudah disediakan.
Sementara itu, ia sendiri akan pergi ke rumah Ki Jagabaya di padukuhan lain
bersama Ki Bekel. Ternyata Ki Partija tidak menemui kesulitan. Ki Jagabaya dengan senang hati
meminjamkan kereta kudanya. Bahkan katanya kemudian "Biarlah kusirnya ikut
serta. Ia tentu tidak akan keberatan. Selain ia memang terbiasa mengendalikan
kuda penarik kereta itu, ia adalah orang yang ikut membuat kereta itu. Tetapi
sudah tentu kecepatan kereta kudaku tidak akan dapat menyamai kecepatan kuda
yang berlari tanpa beban. Apalagi keretaku kalau dibawa lari terlalu kencang,
rodanya akan dapat lepas dari porosnya"
Ki Bekel tertawa. Ki Jagabaya pun tertawa pula.
Sementara itu Ki Partija berkata "Bukankah itu jauh lebih baik dari pada anak
gadisku berjalan kaki" la benar-benar tidak mau naik kuda dengan cara apapun. Ia
juga tidak mau dibawa dengan tandu. la ingin berjalan kaki. Kereta Ki Jagabaya
menjadi sutu-satunya jalan keluar terbaik"
"Silahkan, silahkan" berkata Ki Jagabaya dengan ramah
"Orangku akan mengurus segala sesuatunya mengenai kereta dan kuda itu. Kebetulan
ia juga pandai menyabit rumput. Aku tahu siapa calon suami Mas Rara. Adalah satu
kehormatan bagiku bila Mas Rara bersedia naik kereta kudaku"
Ki Partija menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah
mendapatkan pemecahan atas kesulitannya. Karena itu, berkalikali dia mengucapkan
terima kasih. http://ebook-dewikz.com/ TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Besok, sebelum fajar. kereta itu sudah berada di rumah Ki Partija berkata Ki
Jagabaya "biarlah malam ini segala sesuatunya dibenahi"
Ki Partija bersama Ki Bekel kemudian mohon diri. Ki Bekel ternyata tidak lagi
kembali ke rumah Ki Partija.
"Besok pagi-pagi aku akan datang" berkata Ki Bekel.
Ketika Ki Partija kemudian sampai di rumahnya, masih ada beberapa orang yang
menunggu untuk mendengarkan
keterangannya, apakah kereta itu dapat dipinjamkan atau tidak.
Ki Jagabaya sangat baik. Selain keretanya juga sais, gamel serta pekatiknya juga
dipinjamkannya. Besok, menjelang fajar, kereta itu sudah berada disini" berkata
Ki Partija. Sukurlah berkata seorang diantara tetangganya, aku ikut memikirkan, bagaimana
perjalanan Mas Rara nanti. Tetapi nampaknya kereta itu cukup memadai, meski
tidak akan dapat berlari cepat"
Dengan demikian, tetangga-tetangganya kemudian minta diri untuk pulang. Besok
mereka akan datang kembali untuk melepas Mas Rara yang akan pergi ke rumah bakal
suaminya, menjelang hari perkawinannya.
Mas Rara Seri Arya Manggada 2 Karya S H Mintardja di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Malam itu, semua keluarga Ki Partija hampir tidak dapat tidur. Ki Partija duduk
di bibir pembaringannya. Demikian pula Nyi Partija. Rasa-rasanya hati mereka
pedih berpisah dengan gadisnya, meski gadis itu akan kawin. Seakan-akan mereka
akan kehilangan hartanya yang paling berharga. Bahkan Nyi Partija mulai
terdengar terisak. Ki Partija menarik nafas dalam-dalam. Dengan nada lembut, ia berkata "Sudahlah
Nyi. Kita justru harus berdoa agar anak kita menemukan kebahagiaan di hari
depannya. Apalagi http://ebook-dewikz.com/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menurut perhitungan lahiriah, Raden Panji adalah orang berkuasa, kaya dan
bersungguh-sungguh" Nyi Partija masih saja menitikkan airmata, tapi ia tidak mengatakan sesuatu.
Sebenarnya, Ki Partija juga merasa sedih harus melepaskan anak gadisnya. Ada
sesuatu yang tidak dapat dikatakan kepada siapapun juga, selain harus dipikulnya
sendiri. Ia tidak pernah membicarakannya dengan siapapun, juga pada isterinya,
karena ia tidak ingin membebani perasaan siapapun.
Sementara itu, Mus Rara sendiri juga tidak dapat tidur di dalam kamarnya. Meski
ia berbaring, matanya tetap terbuka memandangi langit-langit di atas biliknya.
Dari matanya, meleleh air bening. Namun Mas Rara tidak mengeluh. Tidak ada orang
yang mau mendengarkannya. Semua orang menganggap bahwa dia akan menjadi sangat
bahagia. Ia akan menjadi gadis yang dapat menjunjung derajat orang tuanya,
karena berhasil jadi istri orang besar.
Wirantana pun tidak bisa tidur. Ia menjadi gelisah didalam biliknya. Sementara
Manggada dan Laksana yang juga berada dibilik itu, ikut-ikutan tak bisa tidur.
Kegelisahan Wirantana membuat Manggada dan Laksana ketularan.
"Sudahlah" berkata Manggada yang kemudian bangkit duduk
"seharusnya kau bersukur karena adikmu akan segera kawin dengan orang
Bangau Sakti 36 Tusuk Kondai Pusaka Liong Hong Po Cha Yan Karya S D Liong Pedang Pelangi 24
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama