Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 11
waktu dari pertemuan kita disini sudah kehwat amat
mendesak, a-kupun segera bergegas kemari"
Para ketua partai persilatan yang berada menanggapi
pernyataan suthay itu. Mereka tak kenal Lam-hay It-soh,
apalagi puterinya. Tetapi sesungguhnva, dugaan Ceng Sian suthay itu
memang tepat. Wanita berkerudung kain hitam dan gadis
cantik itu bukan lain yalah Hu-Yong sian-cu bersama muridnya
nomor dua yalah Ki Lian-hong.
Hu Yong Sian cu mendapat kabar bahwa Lam-hay Is-soh
meninggal dunia. Maka bergegas-gegaslah ia berangkat ke
pulau Hailarn. Di tengah perjalanan keduanya suhu dan murid itu telah
bertemu dengan Ceng Sian suthay. Sa yang Ceng Sian suthay
tak kenal pada Hu Yong sian-cu, sehingga ia tak dapat
memberitahukan tentang peristiwa kematian Lam-hay It-soh
dan pe san yang ditinggalkan untnk Hu Yong sian-cu.
"Suthay" tiba2 Ang Bin tojin ketua Bu-tong pay membuka
suara, "apakah yang suthay katakan bahwa dalam peristiwa
yang suthay alami itu, a-kan menambah keruwetan dan
ancaman bagi dunia persilatan ?"
"Sui Kim San, menantu Lam-hay It sohyang mencuri sarung
pedang Ceng-lui-kiam itu." kata Ceng Sian suthay "apabila dia
berhasil mencari tempat kitab pusaka itu, tentu dia akan
menjadi to koh yang tiada tandingnya. Jika dia seorang
pendekar golongan Putih, itu sih tak apa. Tetapi kalau dia
berhaluan Hitam, dunia persilatan tentu a-kan bertambah
seorang durjana yang sakti "
"Soal itu masih belum pasti," kata Hui Gong taysu." tetapi
yang jelas, puteri dari Lam-hay It-soh itu tentu akan mencari
suthay" "Untuk membuat perhitungan, bukan ?" cepat Ceng Sian
suthay menanggapi. Hui Gong taysu mengangguk.
"Ya, aku sendiripun mempunyai perasaan begitu.
Kemungkinan besar anaknya itu tentu akan salah faham dan
menganggap aku yang membunuh ayahnya. Sayang tiada
seorangpun yang menyaksikan peristiwa itu . . "
"Benar, suthay," sambut Ang Bin tojin pula, "orang tentu
takkan percaya kalau tokoh semacam Lam hay It-soh akan
bunuh diri. Tentu mereka lebih cenderung untuk menduga,
suthaylah yang membunuhnya. Karena suthay hendak
menuntut ba las dendam atas perbuatan Lam-hay lt-soh terha
dap ayah dan ibu suthay."
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Memang peristiwa didunia ini sukar diduga katanya, "tetapi
asal orang berpijak pada kebenar an dan kesucian, aDapun
yang akan terjadi biarlah terjadi. Tak perlu kita kuatir."
Sekarang diminta Sugong In ketua Kong tong pay memberi
laporan. Ternyata tidaklah banyaklah yang dilaporkan oleh
ketua Kong-tong-pay itu. Hasil pencariannya untuk menyelidiki
iejak putera Kim Thian-cong tidak berhasil.
"Hanya pada suatu hari, ketika memasuki wilayah Hokkian,
aku mengalami suatu peristiwa yang agak ganjil," kata ketua
Kong-tong-pay itu. "Secara tak seneaja ketika malam itu aku sedang berjalan
dikota Seng bu-kwan, kulihat sebuah pemandangan yang
aneh. Seorang gadis tengah memanggul sesosok tubuh orang
lelaki dan bergegas-gegas lari keluar kota. Bermula hendak
kutegurnya tetapi pada lain kilas aku mempunyai pikiran lain.
Biarlah kuikuti saja kemana pergi gadis itu . . "
"Ternyata gadis itu lari menuju kesebuah bukit. Dan setelah
mendaki bukit, akhirnya gadis itu lari kesebuah kuil gunung
yang sudah tua dan rusak keadaannya.
Keherananku makin besar. Dengan hati2 aku menyelinap
mendekati kuil itu untuk menyelidiki apa yang berada
didalamnya. "Ternyata dalam kuil itu terdapat seorang pertapa yang
berpakaian aneh. Jubahnya warna merah berhias dengan
gambar2 sulaman patkwa. Melihat kedatangan si nona,
pcrtapa itu berseru girang.
"Bagus, Hong-ing, letakkan pemuda itu kemuka sini"
serunya. Ternyata pemuda itu pingsan. Ketika direbahkan dihadapan
si pertapa, pemuda itupun tetap tertelentang tidur.
Seorang pemuda yang gundul, memelihara dua buah kuncir
di kanan kiri kepalanya, seperti tanduk dan berwajah ketololtololan.
"Bangun . . " seru pertapa itu.
Entah bagaimana pemuda itupun seperti menurut perintah
sekali. Dia segera menggeliat bangun dan menghadap pertapa
itu. "Hai. bukan . . !" tiba2 pertapa itu berseru keras setelah
memandang beberapa jenak kepada pemuda itu.
Nona itupun ikut terbeliak.
"Bukankah engkau suruh aku menculik pemuda yang
tinggal di dalam gedung berpintu merah itu ?" seru si gadis.
Pertapa itu mengangguk. "Benar," sahutnya "tetapi ternyata bukan ia yang
kuicehendaki. Memang wajah dan potongan tubuhnya
menyerupai sekali tetapi ternyata bukan."
"Lalu bagaimana dengan pemuda ini" Apakah harus
kukembalikan kerumahnya lagi" tanya sinona
"Tak perlu," sahut si pertapa seraya mengeluarkan sebuah
botol dari dalam bajunya.
"Apakah akan dilenyapkan ?" seru si gadis.
Pertapa itu mengekeh : "Heh, heh, terlebih dahulu akan
kubedah kepalanya untuk mengambil otaknya setelah itu
mayatnya baru kulenyapkan dengan cairan obat ini.
Kemudian pertapa itu memandang si pemuda lekat2 dan
tak berapa lama ia berkemak-kemik : "Hai, jiwamu sudah
kukuasai, engkau harus melakukan apa yang kuperintahkan
..." Lalu pertapa itu menyerahkan sebatang pedang kepada si
pemuda dan berkata : "Belahlah kepalamu . . "
Tanpa banyak bicara pemuda yang sudah seperti
kehilangan pikiran itu segera menyambuti pedang lalu
dilekatkan kearah kepalanya dan ....
Melihat peristiwa yang aneh dan kejam itu, aku tak dapat
tinggal diam lagi. Kata Sugong In. Serentak kulepaskan sebiji
thi-lian-cu (senjata rahasia bunga teratai) kearah batang
pedangnya. Tring . . . Pedang jatuh terlepas dari tangan si pemuda dan serentak
dengan itu Sugong Inpun menerobos masuk kedalam kuil.
"Sungguh kejam sekali perbuatan to-heng !" seru ketua
Kong tong-pay itu kepada sipertapa aneh
Pertapa aneh itu terkejut tetapi pada lain saat ia tertawa
keras. Sugong In tertegun dan terlongong-longong mendengar
suara tertawa itu. Beberapa saat kemudian ia menggembor keras dan terus
membentak : "Hentikan tertawamu iblis Jtu !"
Ternyata ketua Kong-tong pay menyadari bahwa nada
tertawa pertapa aneh itu mengandung suatu pancaran tenagadaiam
yang aneh. Seraya hati menjadi kecewa, pikiran kosong
dan semangatpun lumpuh. Untung ia cepat mengetahui
sehingga dapat menghalaunya.
Rupanya pertapu itu terkejut karena Sugong ln mampu
terlepas dari. cengkeraman nada tertawa nya. Kini dia mulai
bersuit-suit. "Hm, jangan mengumbar ilmu sihir." seru Su gong In terus
maju menyerang pertapa itu.
Krak . terdengar letupan keras ketika pertapa itu
songsongkan tangannya untuk menangkis tamparan Sugong
In. Tamparan Sugong In itu hanya menggunakan enam bagian
tenaganya. Karena ia tak mau membunuh pertapa itu sebelgm
mengetahui siapa dirinya itu. Tetapi alangkah kejutnya ketika
tamparan nya itu berhamburan lenyap dan bahkan tenaga
pukulan pertapa itu masih dapat lanjut melanda kearahnya.
Cepat Sugong In menghindar kesamping. Bum . . . dinding
kuil yang berada dibclakangnya, hancur berantakan karena
tenaga pukulan pertapa itu.
'Siapa engkau !" teriak Sugong In.
"Jangan turut campur urusanku, enyahlah !" seru pertapa
itu, "kecuali engkau sudah bosan hidup"
Sugong In tertawa: "Aku seorang imam, tak mungkin aku
berpeluk tangan mengawasi suatu ke jadian yang tak kenal
peri kemanusia." Tiba2 pertapa aneh itu bersuit keras lalu me ngeluarkan
sebuah alat seruling yang ujungnya besar bundar mirip
dengan bentuk sebuah hiolou tempat dupa. Cepat ia meniup
seruling aneh itu. Dan serentak berhamburan berpuluh-puluh
ekor ular kecil yang terbang menyerbu Sugong In.
Sugong In terkejut. Serentak ia gerakkan kebut
pertapaannya (hud-tim) untuk menghalau serangan ular itu.
Plak. plak, plak . . puluhan ekor ular itupun terlempar jatuh
dan menjadi . . . potongan akar pohon yang kecil2.
Pertapa itu terkejut juga melihat kesaktian Sugong In. Ia
segera meniup serulingnya pula. Dan berhamburanlah
berpuluh batang pisau terbang mencurah kearah Sugong In.
Juga dengan mainkan hud-tim, Sugong In berhasil
menghalau serangan pisau terbang itu. Sebagai ketua partai
Kong-tong pay, Sugong In memang tergolong seorang jago
angkatan tua yang tinggi ilmu tenaga-dalamnya.
Setelah serangan kedua digagalkan, kembali pertapa itu
hendak meniup serulingnya ajaib. Tetapi Sugong In tak mau
memberi kesempatan lagi. Serentak ia lepaskan sebuah
hantaman keras kepadanya.
Tetapi aneh sekali Yang jebol hanya dinding kuil sedang
pertapa itu sudah lenyap. Segera kukejar keluar.
"Hai, imam tua. aku disini menunggu, mengapa engkau tak
lekas kemari minta ampun ?" terdengar pertapa itu berseru
dari dalam sebuah gerumbul semak.
Setelah kuperhatikan arahnya, segera kuham piri tempat itu
dan memang benar, pertapa itu te ngah duduk bersadar pada
sebatang pohon dan tertawa.
Merasa dipermainkan, segera kuserangnya dengan sebuah
pukulan Biat gong ciang (pukulan Membelah-angkasa). Krak . .
pohon tumbang dan pertapa itupun hancur lebur.
"Aku terkejut sekali dan
menyesal mengapa telah menyerang orang begitu ganas sampai tubuh nya hancur berkeping-keping. Segera kuhampiri. Astaga . .
. ternyata bukan manusia yang kudapati, melainkan kepingan dahan kayu. "Aku terlongong longong
memikirkan peristiwa yang
ajaib itu. Jelas kulihat yang
duduk itu pertapa aneh tetapi mengapa tiba2 berobah menjadi dahan kayu?" Sugong ln mengakhiri
laporannya. "Omitohud", seru Hui Goan taysu. "itulah yang disebut
ilmu Sip hun-pian sing, sebuah ilmu untuk mengaburkan
pandangan orang. Ilmu itu berasal dari negeri Thian-tiok
(India)" "O," desuh Sugong In, "apakah pertapa itu memang berasal
dari Thian tiok " Ya, mungkin. Kalau menilik pakaiannya yang
aneh, memang tak pernah kulihat kaum paderi maupun imam
di Ti-ong-goan yang mengenakan jubah pertapaan semacam
itu." "Lalu apakah toheng tak mengejarnya?" tanya Hui Gong
taysu. "Inilah yang mengejutkan hatiKU lagi. taysu" kata Sugong
In. "ternyata aku terkena ilmunya yang hebat. Ilmu Ih seng
coan-siang, ilmu memindahkan suara."
"Bagaimana toheng tahu hal itu ?" kata Hui Gong taysu pula
"Setelah kuselidiki sekitar tempat itu, barulah kudapati
secarik kertas berisi tulisan Sampai Jumpa Tempat kertas itu
tepat berlawan arah dengan kayu yang disulap menjadi
pertapa tadi Dengan begitu, jelas dia mahir juga
menggunakan ilmu Memindah suara itu . . "
Beberapa ketua partai persilatan yang mendengar
penuturan ketua Kong-tong pay, serempak menghela napas.
"Aneh, mengapa pertapa itu gemar menculik pemuda,
kemudian diambil otaknya ?" kata Ang Bin tojin ketua Bu-tongpay
Dan rupanya dia hendak mencari seorang pemuda yang
gundu! ?"tanya Hui Gong taysu.
"Entahlah," kata Sugong In "karena kuatir pemuda itu akan
membelah kepalanya sendiri, saat itu aku segera keluar
sehingga' tak sempat mendengar apa maksud pertapa aneh
itu. "Ha, ha," tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sm tertawa geli.
Sehingga sekalian orang terkejut dan mandangnya heran.
"Mengapa Hoa pangcu tertawa ?".tegur Hui-gongln.
"Sudah tentu karena geli baru aku tertawa," sahut
pengemis tua yang memang suka bergurau, "apakah Sugong
pangcu tak keliru mendengar kata2 pertapa aneh itu ?"
"Keliru bagaimana?" tanya Sugong In heran.
"Jangan2 yang dimaksud pertapa itu bukan pemuda gundul
tetapi . . orangtua gundul, ha, ha . . . runyam kalau begitu,"
kata Hoa Sin sembari melirik pada Hui Gong taysu yang
berkepala gundul. Tahu kearah mana kata2 pengemis tua itu tertuju, sekalian
orangpun terkesiap kaget. Ucapan ketua Partai Pengemis itu
memang ada kemungkinannya.
"Tidak." bantah Sugong In, "jelas kudengar dia mengatakan
pemuda gundul, bukan orang gundul."
"Omitohud" seru Hui Gong taysu yang penuh kesabaran. Ia
tak rnarah diperolok Hoa sin Bahkan ia malah berkata :
"Terima kasih, Hoa pangcu, kami kaum kepala gundul pasti
akan berhati hati menjaga pertapa itu. Siapa tahu kalau sudah
kehabisan pemuda gundul, nanti orangtua gundul yang
dicarinya " S6kalian orang tertawa mendengar seloroh ketua gereja
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siau-lim si itu. "Sugong toheng," tiba2 Ceng Sian suthay berseru.
"siapakah gadis yang menemani pertapa aneh itu ?"
"Seorang gadis cantik bangsa Han," kata Sugong In. "dan
tampaknya nona itu mengerti ilmusilat juga."
Hui Gong taysu. menghela napas.
"Dewasa ini kita benar2 hidup dalam dunia yang kacau"
kata ketua Siau lim-si itu." sejak meninggalnya Kim tayhiap,
bermacam-macam peristiwa aneh silih berganti muncul di
dunia persilatan" "Bahkan Kim tayhiap itu sendiripun menjadi suatu teka teki
yang aneh. Jenazah Kim tayhiap hilang dicuri orang. Kim
tayhiap muncul lagi, bahkan dua, di selatan dan di utara," seru
Hoa Sin si pengemis sakti.
"Dan terbunuhnya Kam Sian-hong pangcu ketua Hoa-san
pay yang masih serba misterius itu sambut Ceng Sian suthay,
"lalu peristiwa Lam-hay It-soh yang kehilangan sarung pedang
pusaka" "Dan kemunculan tokoh yang menyebut diri nya sebagai Bu
Ing lojin," kata Hui Gong taysu pula, "juga makin menambah
peliknya suasana yang sudah keruh ini."
"Taysu," tiba2 Hong Hong tojin dari partai Go-bi-pay
berseru, "kurasa ada sesuatu yang aneh tetapi agaknya
mempunyai kaitan satu sama lain."
"Silahkan toheng mengatakan."
"Pertapa aneh yang dijumpahi Sugong kaucu itu mencari
seorang pemuda yang gundul. Dan ka wanan manusia aneh
yang taysu katakan telah datang mengacau di gereja Siau-limsi
itu. diantara-nya terdapat seorang pemuda yang gundul dan
blo'on. Adakah . . . apa mungkin pemuda blo'on itu yang
hendak dicari si pertapa aneh ?"
Jawab Hni Gong taysu : "Ah, hal memang mungkin saja.
Tetapi kita masih belum mengetahui siapa sesungguhnya
rombongan pemuda dan kakek linglung itu dan siapa pertapa
aneh itu. Apabila kita sempat berjumpa dengan mereka,
barulah kita dapat menyelidikinya dangan seksama"
"Taysu !" tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sin berteriak keras
sehingga para ketua partai persilatan itu ikut terkejut.
'Hoa pangcu, silahkan berkata terus." kata Hui Gong taysu.
"Ah, aku telah menemukan sebuah titik dari ujung rahasia
itu. Apabila hal itu benar, tentulah kita segera dapat
menemukan pangkalnya ?"
Sekalian ketua partai persilatan tercengang' "Wah, kalau
dikaitkan, sungguh klop benar," seru Pengemis-sakti Hoa Sin
semaunya sendiri tanpa menghiraukan orang2 yang tak
mengerti ucapannya itu, "hai . . tetapi mengapa dia mencari
pe muda gundul " Apa hubungannya dengan rencana nya?"
Karena tak tahan melihat ulah si pengemis tua yang
mengoceh seorang diri dan memberikan teka teki kepada
sekalian orang. Ceng Sian suthay pun menyelutuk : "Hoa
pangcu, apakah engkau merasa di paseban ini tiada orangnya
kecuali engkau seorang ?"
"Mengapa suthay ?" Hoa Sin terbeliak.
"Adakah engkau tak merasa bahwa engkau omong seorang
diri tanpa menghiraukan kita beberapa orang yang
mendengarnya ?" "O," desuh Hoa Sin, "adakah para taysu. totiang dan suthay
tak tahu maksud kata-kataku itu?"
"Kami bukan dewa," sahut Ceng Sian suthay agak sebal.
"O, maaf," tersipu-sipu Hoa Sin minta maaf "sangkaku
totiang sekalian sudah dapat menerka orang yang
kumaksudkan itu. Ya, beginilah. Pertapa aneh itu, kuduga
tentulah lhama Panda alias Hong sat-koay ceng dan Tibet itu.
Bukankah dia mendendam kepada Kim tayhiap ?"
"Hra, memang kemungkinan begitu." kata Hui Gong taysu,"
menilik kepandaian dari si pertapa aneh agaknya hanya
pendeta2 Thian-tiok dan para lhama dari Tibet yang memiliki."
"Tetapi mengapa pertapa aneh itu mencari pemuda gundul
bukan mencari Kim tayhiap. Apakah hubungan pemuda gundul
itu dengan Kim tayhiap " Dapatkah taysu menjelaskan ?" tiba
Hoa Sin memberondong Hui Gong taysu dengan beberapa
pertanyaan. Pada hal dialah yang mengemukakan dugaan
bahwa pertapa itu adalah Panda a-lias Hong-sat-koay-ceng.
Sudah tentu ketua Siau-lim itu tertegun. "Ya, memang aneh
dan rasanya tiada hubungannya," sahutnya sesaat kemudian.
"Hai," kembali Pengemis-sakti menjerit keras sehingga para
ketua partai persilatan itu terbeliak, "mengapa taysu
mengatakan tak ada hubungannya" Apakah taysu sudah
memikir masak2?" Andaikata lain orang tentulah sudah marah dikocok pergi
datang dengan pertanyaan oleh Hoa Sin begitu rupa. Tetapi
Hui Gong taysu cukup fa-ham akan perangai ketua partai
Pengemis itu. "Omitohud." ia berseru sabar, "silahkan Hoa pangcu
memberi penjelasan" "Pemuda gundul yang dicari pertapa itu, aku cenderung
untuk menduga sebagai pemuda gundul rombongan manusia2
aneh yang mengacau gereja Siau lim-si dan markas Hoa san
pay !" "Ya, memang ada kemungkinan begitu !" tiba2 Pang To-tik
yang sejak tadi diam, ikut bersu ara.
Hoa Sin tertawa : "Pang tayhiap, janganlah lekas2
membenarkan pernyataanku itu. Apakah Pang tayhiap sendiri
juga mempunyai dugaan begi tu ?"
"Ya." "Lalu apakah alasan pertapa itu mencari si pemuda gundul
dalam rombongan manusia aneh " tanya Hoa Sin.
Pang To-tik tertegun tak dapat menjawab.
"Bagaimana kalau kita anggap pemuda gundul dalam
rombongan kakek linglung itu sebagai putera Kim tayhiap ?"
tiba2 Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay berseru.
"Hola, totiang engkau menduga tepat !" tiba2 Hoa Sin
berteriak gembira, "ya, kalau kita kaitkan pemuda gundul itu
sebagai putera Kim layap yang hilang, tentu akan bertemulah
kita dengan suatu alasan yang kuat Karena Kim tayhiap sudah
meninggal maka pertapa Panda itu tetap melangsungkan
dendamnya kepada putera Kim tayhiap. Ah, cocok sekali !"
"Jangan keburu2 bergirang dulu, Hoa pangcu Ceng Sian
suthay menyelutuk, "bagaimana kalau pertapa aneh itu bukan
lhama Panda " Kalau pemuda gundul dari rombongan kakek
linglung I tu bukan putera Kim tayhiap ?"
"O. aku kalah," seru Hoa Sin, "tetapi apa alasan suthay
untuk menduga pertapa itu bukan lhama Panda dan pemuda
gundul itu bukan putera Kim tayhiap ?"
Sejenak merenung ketua rahib dari kun lun pay itu berkata:
"Pertapa aneh itu menculik pemuda lalu disuruhnya bunuh diri
dan diambil olaknya. Jelas pertapa itu, tentu sedang
mengumpulkan bahan ramuan semacam obat dari otak
manusia. Dapatkah pertapa semacam itu engkau kaitkan pada
lhama Panda yang hendak menuntut balas kepada Kim
tayhiap?" "Aduh, benar juga." pengemis Hoa Siri garuk2 kepalanya.
"Mengenai pemuda gundul dari rombongan kakek linglung.
Sekalipun aku belum menyaksikan sendiri bagaimana
perwujutannya. tetapi berdasar pada keterangan Hui Gong
taysu dan Pangtayhinp tadi, pemuda gundul itu seorang anak
yang bloon. Adakah Hoa pangcu dapat memcayai keterangan
bahwa putera dari seorang pendekar besar seperti Kim
tayhiap,seorang anak yang tolol, yang blo'on begitu rupa "
bapak harimau, anak tentu harimau. Masakan Kim tayhiap
berputera seorang pemuda semacam itu " Dupatkah Hoa
pangcu memberi alasan ?"
"Ah, celaka lagi," Hoa Sin makin keras menggaruk kepala,
"kali ini pengemis tua harus menye rah pada suthay ..."
"Omitohud," seru Hui Gong taysu mengakhiri perdebatan
mereka, "semuanya itu hanya dugaan. Setiap dugaan
mempunyai kemungkinan benar dan salah. Maka biarlah
dugaan itu hidup terus sampai nanti kita bertemu pada
kenyataannya. Sekalian ketua partai persilatan mengangguk
"Ya", kata pula ketua Siau lim-si dengan menghela napas,
"memang jejak hidup Kim tayhiap itu luar biasa. Semasa
hidupnya ia telah memperlihatkan suatu kemampuan karya
besar untuk menenteramkan dunia persilatan. Tetapi setelah
m ninggal diapun meninggalkan karya besar yang berupa
beberepa peristiwa teka teki mengherankan Jenazahnya telah
dicuri orang. Timbulnya dua o-rang wanita yang mengaku
telah dipatahkan hatinya oleh Kim tayhiap yani Hiang Hiang
niocu dan Hek Bi jin. Beberapa puteranya yang tak ketahuan
jejaknya, misalnya Kim yu-yong. putera Hiang Hi ang niocu
dan putera dari Hek Bi jin. Mengikat sekian banyak musuh
dengan tokoh2 persilatan sakti dari seluruh dunia persilatan
Tiong goan sampai ke wilayah Tibet dan Mongolia.
?"Dan teka teki yang terbesar yalah munculnya kembali dua
orang Kim Thian-cong !" Pengemis sakti Hoa Sin berseru
menanggapi. "Benar," kata Hui Gong taysu, "kedua orang yang mengaku
sebagai Kim tayhiap itu, sama2 mendirikan partai
perkumpulan baru dan sama2 pula hendak memaksa kita
bubar." Rupanya sekalian orangpun memikirkan persoalan itu
dengan sungguh2 "Taysu," kata Ceng Sian suthay, "laporan telah kita dengar
semua. Dan keadaan yang timbul didunia persilatan, pun telah
kita ketahui. Sekarang marilah kita simpulkan suatu rencana
bagaimana langkah kita untuk menghadapi kesemuanya itu"
"Benar, suthay." kata Hiu Gong liiysu, "menurut
pendapatku, ancaman yang jelas sudah berada didepan mata
yalah undangan dari kedua Kim Thian-cong itu, Waktu dari
rapat yang ditentukan oleh kedua orang itu hampir
bersamaan. Kim Thian-cong di gunung Hongsan mengundang
kita supaya datang menghadiri upacara peresmian partai
Seng-lian-kau pada tanggal 14 bulan delapan. Sedangkan Kim
Thian-cong dari gunung Thaysan pada tanggal 15 bulan
delapan. Bagaimana mungkin dalam sehari kita dapat
mencapai jarak Hongsan-Thaysan yang beribu-ribu li jauhnya
itu ?" "Pun andaikata bisa, juga tak mungkin." tiba2 Hoa Sin
berseru, "karena apabila kita menghadiri ke Hongsan, tentu
kita akan mengalami kesulitan karena dipaksa harus masuk
menjadi anggota Seng-lian-kau. Sudah tentu Kim Thian-cong
dari Seng-lian-kau itu takkan meluluskan kita datang ke
gunung Thaysan*' "Aku ada usul," kata Ang Bin tojin ketua Bu-tong-pay,
"baiklah kita bagi menjadi dua rombongan. Yang satu ke
Hong-san yang lain ke Thay-san. Rombongan ke Hong-san
harus menunjukkan surat undangan dari Thaysan sehingga
sebagian dari ketua partai persilatan terpaksa menuju keThay
san. Demikian pula rombongan kita yang ke Thay san juga
harus menyerahkan surat undangan dari Kim Thian-cong
gunung Hong-san. Lihat saja bagaimana kedua Kim Thiancong
itu akan bertindak "Mereka tentu akan marah dan akhirnya bertempur sendiri,"
seru Sugong In, "aku setuju dengan siasat mengadu domba
itu." Hui Gongpun mengangguk. Demikian pula dengan beberapa
ketua paitai persilatan yang lain.
"Rencana itu memang baik," tiba2 Pang To-tik yang hampir
tak pernah buka suara, ikut bicara, "tetapi bukan suatu
jaminan tentu akan berhasil."
"Bagaimana takkan berhasil " Bukankah kedua Kim Thiancong
itu tentu akan marah lalu saling bertempur " Bukankah
keduanya menganggap dirinya sebagai pemimpin dunia
persilatan "' bantah Ang Bin tojin.
"Apakah totiang yakin mereka tentu akan bertindak begitu?"
tanya Pang To tik. "Hm, siapakah yang berani menjamin hal itu Semisal.
apakah Pang tayhiap dapat menjamin kalau rencana itu akan
gagal ?" balas Ang Bin tojin
Pang To-tik tersenyum masam : "Tentu saja tidak, seperti
kupastikan totiang juga tentu tak berani menjamin kalau
berhasil" "Pang sicu." melihat kedua orang saling mengucap kata2
keras. Hui Gong taysupun segera menyelutuk, "harap sicu
suka mengatakan alasan mengapa sicu menguatirkan rencana
itu akan gagal dan bagaimana bahayanya ?"
"Menilik kedua tokoh itu telah mengangkat diri sebagai Kim
Thian-cong dan mendirikan partai perkumpulan baru, tentulah
mereka berkepandaian sakti. Dan mengapa mereka
menggunakan nama Kim Thian-cong. tentulah juga ada
sebabnya Walaupun kita tak tahu apa alasannya namun
dapatlah kupastikan bahwa kedua orang itu, kalau mereka
tergolong dalam kalangan Hitam, tentulah kaum durjana yang
licik dan licin." Pang To-tik berhenti sejenak lalu melanjutkan pula :
"Mudahlah bangsa durjana licik itu akan cepat2 marah dan
dapat diadu domba" Kurasa tidak. Mereka tentu akan
menimbang lebih jauh Dan bagaimana kalau mereka tetap
memaksa, para ketua dan tokoh2 persilatan yang hadir,
Untuk... Halaman 66 ga ada -ooo0dw0ooo- Jilid 16 Heboh. Wisma Perdamaian sunyi senyap. Pada hal di dalam wisma
itu sedang berkumpul tujuh tokoh yang menjabat sebagai
ketua partai persilatan besar.
Hui Gong taysu ketua partai Siau-lim-si, Ang Bin tojin ketua
partai Bu-tong-pay, Hong Hong tojin ketua partai Go-bi-pay,
Hoa Sin ketua partai Kay-pang atau Pengemis, Ceng Sian
suthay ketua partai Kun lun-pay, Sugong In ketua partai Kongtongpay dan Pang To-tik, wakil dari partai Hoa san pay.
Mereka tengah merundingkan rencana untuk menghadapi
undangan dari dua orang Kim Thian cong dari gunung Hongsan
dan gunung Thay-san. Bahwa Kim Thian-cong itu sudah meninggal memang tak
dapat disangsikan. Karena ketujuh ketua partai persilatan
itulah yang mengurus penguburannya.
Tiba-tiba Ceng Sian suthay berkata : "Taysu dan totiang,
kembali pada persoalan Kim tayhiap, adakah totiang sekalian
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
percaya bahwa Kim Thian-cong itu hidup kembali ?"
"Tidak," sahut Ang Bin tojin.
"Benar, tak mungkin orang mati dapat hidup kembali" seru
Hong Hong tojin dari Go-bi-pay.
Juga Sugong ln Ketua Kong tong-pay mendukung
pemyataan kedua imam itu.
Ceng Sian suthay mencurah pandang kearah Hui Gong
taysu. Karena selain dianggap sebagai partai persilatan yang
tertua, pun Siau-lim-si itu dipandang sebagai sumber dan ilmu
silat dunia Tiong-goan. Hui Gong taysu seorang paderi tua
yang luas pengetahuan dan tinggi kepandaian.
"Omitohud" seru kepala gereja Siau-lim-si itu "ada dua hal
yang dapat kita gariskan tentang peristiwa aneh pada diri Kim
tayhiap. Pertama, kita kupas dulu sampai dimana luasnya
ilmusilat itu. Ilmu silat yang diajarkan guru besar cikal bakal
Siau-lim-si yalah Tat Mo cou-su-ya, bertujuan untuk ilmu bela
diri dan membangkitkan kegairahan semangat para paderi.
Jadi Tal Mo cousu ya benar2 hendak menjalankan apa yang
menjadi sari pelajaran agama Hud-kau. Bahwa kecuali
membersihkan bathin kita kearah kesucian, pun jasmani kita
harus bersih. Bersih dari penyakit. Karena dengan badan yang
sehat dan bersih dapatlah pikiran kita lebih terang dan
semangat lebih bergairah sehingga memudahkan kita
melakukan pelajarun2 dan peraturan2 yang ditentukan oleh
gereja. Hui Gong taysu berhenti sejenak lalu melanjutkan pula :
"Ilmu bela diri yang diajarkan cousu ya itu selain tata gerak
tangan dan kaki, pun juga ilmu untuk mengatur pernapasan
dan hawa-murni dalam tubuh. Misalnya semedhi dan
menjalankan pernapasan. Perkembangan selanjutnya amat
menggembirakan hati cousu ya, sehingga beliau telah
mengajarkan ilmu yang lebih tinggi dan makin tinggi. Cousu
pun telah menulis berpuluh-puluh kitab tentang imu silat yang
sakti. Siau-lim-si mempunyai 72 ilmu pusaka yang sakti.
Sedemikian banyak dan hebat ilmu pusaka itu sehingga sejak
beratus tahun setelah Tat Mo cousu meninggal, tak ada
seorang ciang-bun-jin (ketua) Siau-lim-si yang mampu
menguasai seluruh ilmu itu."
Kembali Hui Gong taysu berhenti. Para ketua partai
persilatan diam mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Diantara ilmu pusaka yang sukar dipelajari dan jarang
terdapat didunia yalah yang disebut ilmu menghentikan
pernapasan sampai beberapa hari. Seorang yang dapat
menguasai ilmu itu, dapat merobah dirinya seolah-olah seperti
orang mati. Tetapi dalam beberapa hari atau setiap waktu
yang "." "Ih taysu hendak maksudkan bahwa tokoh sesakti Kim
tayhiap bukan mustahil juga menguasai ilmu menghentikan
pernapasan itu "' cepat Ceng Sian suthay melanjutkan.
"Omitohud" seru ketua Siau-lim-si pula, "seringkali peristiwa
didunia ini tidak seperti yang kita harap. Banyak peristiwa2
yang terjadi diluar dari persangkaan orang. Kim tayhiap
seorang pendekar besar dalam jamannya. Tidaklah
mengheran kalau andaikata dia memiliki ilmu pernapasan taraf
setinggi itu. Tetapi memang suatu kemustahilan apabila Kim
tayhiap berbuat sesuatu yang tak terjangkau oleh pikiran kita.
Maka sekarang baik-lah kita tinjau pribadi Kim tayhiap."
"Kim tayhiap adalah seorang pendekar besar yang telah
menyelamatkan dunia persilatan pada masa itu dari tindakan
pemerintah Goan" seru Ceng Sian suthay.
"Kim Thian-cong seorang jago sakti yang dapat
mengalahkan beberapa tokoh yang hendak mengacau dunia
persilatan" seru Ang Bin tojin pu la.
Satu demi satu ketua peisilatan itu memuji kesaktian dan
keperwiraan Kim Thian-cong semasa hidupnya.
"Tetapi dia tetap seorang manusia biasa," tiba-tiba Hoa Sin
melantangkan suara sumbang.
"Tepat, manusia yang mempunyai kekurangan dan
kelemahan. Keburukan dan kepalsuan," sambut Pang To-tik
dengan kata2 yang lebih tajam lagi.
"Oleh karena itu Pang tayhiap dan Hoa pang cu, anggap
bukan suatu kemustahilan kalau Kim tayhiap melakukan hal2
yang semacam itu ?" tanya Ceng Sian suthay.
"Aku tak menyangkal," kata Hoa Sin.
"Akupun tak menolak", seru Pang To-tik
"Dengan dasar apakah Hoa pangcu dan Pang tayhiap
mengatakan demikian ?" tanya ketua Kun lun pay itu pula.
"Dasarnya dia itu seorang manusia yang tak lepas dari
kekurangan", sahut Hoa Sin. "misalnya, perbuatannya
terhadap Hiang Hiang niocu, Hek Ih jin dan mungkin masih
banyak lagi wanita2 yang tak kita ketahui."
"Karena menilik bahwa Kim tayhiap membangun kebesaran
namanya itu bukan semata-mata didasarkan atas kesaktian
ilmu silatnya belaka, pun pada kecerdasan otaknya yang hebat
dalam merancang siasat menghadapi musuh" seru Pang To-tik
"Dan setelah berhasil mendirikan nama yang harum,
apakah perlunya Kim tayhiap berbuat, misalnya pura2 mati
lalu hidup kembali dan berganti warna. Bukankah tanpa itu dia
sudah diagungkan orang sebagai pemimpin dunia persilatan "
Mengapa dia harus mendirikan perkumpulan baru lagi?" Ceng
Shian suthay mencurah pertanyaan2.
"Itulah keanehan dari mahluk yang disebut manusia," sahut
Pengemis sakti Hoa Sin "takkan pernah mengenal puas takkan
pernah mengenal ketenagan."
"Manusia itu pembosan. Selalu menginginkan apa2 yang
baru. Mungkin dia menganggap susunan kehidupan dalam
dunia persilatan dewasa ini kurang memadai dan perlu
dirombak sesuai yang dicita-citakan"' kata Pang To-tik.
"Kalau hanya mendinginkan hal itu, bukankah lebih baik dia
berterus terang kepada sekalian partai persilatan dan
mengutarakan maksudnya " Perlu apa dia harus melarikan diri
ke Hong san atau ke Thay-san " Dan kalau memang sungkan
melakukan hal itu mengapa dia tak berganti nama saja dan
tetap memakai nama Kim Thian cong?", desak Ceng Sian
suthay. "Suthay." Hoa Sin menangkis, "bahwa Kim Thian cong di
Hong-san dan Kim Thian cong di Thay san itu benar pelarian
dari Kim tayhiap sungguhnya, barulah dugaan saja. Benar atau
keliru, baiklah kita buktikan setelah berhadapan muka dengan
mereka." "Dan mengapa suthay memperbincangkan soal itu "
Bukankah saat ini kita tiada lain pilihan kecuali menolak atau
menerima undangan mereka" seru Pang To-tik.
"Kalau menurut Pang tayhiap, bagaimanakah kita harus
bertindak, menerima atau menolak?", kata Ceng Sian suthay.
"Omitohud" cepat Hui Gong taysu mencegah terjadinya
perbantahan sengit, "sekarang setelah cukup kira buat
penilaian, marilah sekarang kita mengambil keputusan. Kita
menerima atau menolak undangan itu " Dan kalau menerima,
kemanakah kila harus pergi ke Hong-san atau ke Thay-san?"
Sejenak sunyi, tiba-tiba Ceng Sian suthay membuka suara;
"Menurut hematku, baiklah kita bertindak begini. Menolak
undangan, berarti mereka akan datang ke markas kita
masing2. Ini berbahaya karena kekuatan kita tercerai-berai.
Maka terpaksa kita harus datang. Untuk menyelamatkan anak
murid perguruan kita dan seluruh kaum persilatan dan bahaya
kehancuran?". "Aha, apakah suthay sudah memastikan bahwa kedua Kim
Thian cong sakti sekali sehingga tenaga kita bertujuh ini tak
mampu menghadapinya?" seru Pengemis-sakti Hoa Sin.
"Itulah yang justeru akan kita selidiki lebih dulu." sahut
Ceng Sian suthay. Mata sekalian orang mencurah kearah rahib dari Kun lun
itu. "Maksudku begini," katanya pula, "sekarang baru akhir
bulan tujuh, jadi kita masih ada waktu setengah bulan dari
tanggal undangan itu. Nah, marilah kita pilih salah satu, ke
Hong-san atau ke Thian-san. Kita beramai-ramai menyelidiki
dulu bagaimana Kim Thian cong disitu. Apabila Kim Thian cong
itu memang hanya Kim Thian-cong gadungan dan hanya
bangsa cecunguk yang berpetualang, kita ringkus saja."
"Bagaimana kalau dia walaupun gadungan tetapi seorang
tokoh yang sakti ?" tanya Ang Bin tojin.
"Kita jajal dulu kepandaiannya sampai dimana, apabila
memang lebih sakti, kita masih ada waktu untuk berunding
lagi mengambil keputusan yang terakhir" kata Ceng Sian
suthay. Wajah Hui Gong taysu mengerut terang. Kepala gereja
Siau-lim si itu serentak berseru : "Rasanya pendapat suthay
itu memang yang paling sesuai kita jalankan".
Beberapa ketua partai persilatanpun tarnpaknya mulai
menyetujui. Hanya tiba-tiba saja Pengemis sakti Hoa Sin
berseru: "Masih kurang lengkap ! perlu ditambah lagi !"
Ceng Sian suthay berpaling kearah pengemis Hoa yang
banyak mulut tetapi memang sering mempunyai buah pikiran
baik. "Api yang perlu ditambah ?" tanyanya.
"Kedua-duanya Hong san dan Thay-san harus diselidiki agar
kita dapat gambaran jelas siapa sebenarnya mereka itu" seru
Pengemis-sakti. "Ah," Hui Gong taysu menghela napas, memang apabila
mungkin hal itu dapat kita jalankan. Tetapi tenaga kita
terbatas, aku kuatirkan jika terpecah belah dan kekuatan kita
akan lemah." "Tidak taysu, kekuatan kita tetap kokoh, karena yang akan
menyelidiki ke Thay-san itu hanyalah seorang saja," seru Hoa
Sin. "Siapa ?" Hui Gong taysu.
"Aku !" jawab Pengemis-sakti Hoa Sin. "Aku sendiri yang
akan menyelidiki Kim Thian-cong yang seorang itu."
"Engkau tidak sendirian, Hoa pangcu. Aku-lah yang
menemani engkau" tiba-tiba Pang To-tik berseru.
Para ketua partai persilatan terkesiap mendengar kesediaan
kedua tokoh itu. Namun mereka menganggap masalahnya
amat gawat. Harus lekas mendapat pemecahan yang sesuai.
Mereka tahu siapa Pengemis-sakti Hoa Sin. Ketua partai Kaypang
itu bukan saja memiliki kepandaian yang luar biasa, pun
luar biasa juga perangainya dan kecerdasannya. Apalagi Pang
To-tik juga bersedia menemani.
"Taysu," kata Ang Bin tojin, "masalah ini amat gawat dan
perlu penyelesaian secepatnya. Aku setu|u dengan pandangan
dan kesediaan Hoa pang cu. Kita berlima yang menuju ke
gunung Hong-san dan Hoa pangcu bersama Pang tayhiap
yang menyelidiki ke gunung Thay san. Kita putuskan saja hal
ini agar dapat menentukan kapan kita harus berkumpul di
paseban Wisma Perdamaian lagi."
Hui Gong taysu termenung. Ia takmau cepat2 mengambil
keputusan. Tetapi dalam renungannya itu ia tak berhasil
menemukan daya yang lebih baik daripada yang diusulkan
Hoa sin. Maka setelah ditawarkan kepada ketua partai persilatan dan
mereka memberi persetujuan akhirnya ketua gereja Sau lim
itu memutuskan: "Walaupun kita tak tegah hati melepas Hoa
pangcudan Pang tayhiap berdua menuju ke Thay-san namun
karena masalah yang kita hadapi memang memerlukan suatu
penyelesaian yang cepat dan teliti, kami pun setuju usul Hoa
pangcu tadi. Kita terpaksa, paling lambat tiga hari sebelum
tanggal limabelas bulan delapan,kita harus berkumpul di
Wisma ini pula untuk mengatur langkah yang perlu."
Serempak pada pembicaraan meningkat pada keputusan itu
masuklah Tio Goan-pa, murid pertama dari Kim Thian cong,
masuk ke dalam paseban dengan membawa hidangan
minuman. Sedang mereka sibuk menghidangkan minuman itu
kepada ketujuh partai persilatan, maka pembicaraan
merekapun masih tetap berlangsung.
"Apabila pada hari itu, ya kuulang sekali lagi, ialah tiga hari
sebelum tanggal limabelas bulan delapan," kata Hui Gong
taysu, "ada fihak yang tidak datang, berarti fihak itu tentu
tertimpah bahaya. Dan kita harus lekas-lekas menyusul untuk
memberi bantuan" Kemudian diputuskan pula, karena Hong san lebih dekat
maka kelima ketua partai persilatanlah yang menuju ke
gunung itu. Sedang Pengemis sakti Hoa Sin dan Pang To-tik
menuju ke Thay-san. Menjelang keputusan ditetapkan, tiba-tiba Goan pa berkata
"Maaf para taysu, totiang dan pangcu sekalian. Gian-pa
hendak mohon bicara"
Hui Gong taysu berpaling : "Silahkan, sicu"
"Menurut pandangan Goan-pa yang picik," kata pemuda
murid kesatu dari almarhum Kim Thian-cong itu, "persoalan
menghadapi kedua orang yang mengaku sebagai suhu itu,
merupakan persoalan seluruh dunia persilatan. Maka
sebaiknya segenap kaum persilatan dan tokoh2 dapat
diikutsertakan dalam persatuan kita."
Hui Gong taysu dan sekalian ketua partai persilatan
mengangguk dan membenarkan.
"Oleh karena ini, apabila totiang sekalian dapat menyetujui,
aku hendak membantu menjalankan tugas untuk mengundang
tokoh2 dan kaum persilatan yang tak tergabung dalam ketujuh
partai ini, supaya pada tanggal 12 bulan 8 nanti berkumpul
disini guna menentukan langkah bersama".
Usul pemuda itu telah disambut dengan gembira oleh
segenap ketua partai persilatan yang hadir.
"Bagus tak kecewa sicu menjadi rnurid kesayangan dari Kim
tayhiap,'' seru Hui Gong taysu "guru naga, murid tentu
harimau." Goan-pa mengucap kata2 merendah. Kemudian ia berkata
pula : "Agar perutusan ini berhasil, mohon taysu dan sekalian
ketua partai persilatan sudi memberi surat tugas kepada
Goan-pa agar Goan-pa mendapat kepercayaan mereka dan
tugas itu dapat Goan-pa selesaikan dengan baik."
Alasan yang dikemukakan anakmuda itu memang tepat.
Tanpa surat yang dibubuhi tanda tangan dari para ketua partai
persilatan itu, tentulah sukar bagi Goan-pa untuk mengundang
mereka. Memang benar, bahwa banyak sudah tokoh-persilatan
luar yang kenal pada Goan-pa sebagai murid dari Kim Thian
cong. Tetapi hal itu bukan satu jaminan bahwa mereka akan
percaya pada undangan Goan-pa.
Hui Gong taysu-pun segera menulis surat undangan.
Setelah dibubuhi tanda tangannya dan keenam ketua partai
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persilatan yang lain, surat itupun diberikan kepada Goan-pa.
Demikian setelah semua persiapan telah diselesaikan,
berangkatlah rombongan ketua persilatan itu menuju ke Hongsan
dan ke Thay-san. Goan-pa pun mulai turun gunung
Pengemis - Jembel. Bengawan Yangtse atau Tiangkang, merupakan sungai
yang terpanjang didaerah Tiong-goan, panjangnya tak kurang
dari 5800 mil. Berasal dari gunung Bayangkara daerah Tibet.
Dan jauh bermuara di kota Lamkia (Nanking).
Dunia persilatan membagi daerah kaum persilatan yang
menetap di utara Sungai Tiangkang, disebut daerah Kangpak.
Dan yang disebelah selatan sungai disebut daerah Kanglam.
Wilayah Kanglam, merupakan bagian tengah dari bengawan
terpanjang itu. Saat itu disebuah gunung diluar wilayah Kang lam tampak
kesibukan yang luar biasa. Sejak pagi tidak putus putusnya
orang berbondong-bondong naik ke gunung Hok-mo-san.
Di sepanjang jalan yang menuju ke puncak gunung penuh
dengan orang jualan. Penjual2 makanan dan minuman sama
mendirikan kubu2 daerah untuk menjajakan dagangannya.
Sepintas keadaan, gunung hampir menyerupai sebuah pasar
malam kecil. Diantara sekian banyak orang yang masih berkerumun di
kaki gunung, tampak dua orang lelaki ikut menerjunkan diri
dalam lautan manusia. Yang seorang, seorang kakek tua yang rambut dan
jenggotnya sudah memutih. Membawa sebatang tongkat
bambu, sedang yang seorang, pun seorang tua mirip dengan
seorang petani. Kedua orangtua itu singgah di sebuah kedai makan dan
memesan beberapa hidangan. Ruang kedai makan itu penuh
dengan pengunjung. Rupanya mereka pendatang2 dari lain
daerah. Pelayan tercengang ketika mendengar pesanan si kakek
berjenggot putih yang minta kuah daging anjing.
"Tetapi anjingnya yang masih kecil. Potong kakinya, sisakan
badannya. Buang isi-dalam badan anjing kecil itu dan isilah
dengan isi kapri kasih jahe dan tuang sedikit arak," kata kakek
berjenggot putih itu. Pelayan melongo. "Hai, apakah engkau tuli ?" tegur orangtua berjenggot putih
itu. "Tidak loya (tuan) kami mendengar jelas pesanan tuan.
Tetapi selama ini kami belum pernah masak semacam itu,"
kata pelayan. "Ho, apa-apaan ini " Mengapa rumah makan tak mengerti
masakan begitu ?" "Sungguh loya," sahut pelayan, kami memang belum
pernah menerima pesanan semacam itu !"
"Hm," kakek berambut putih itu mendengus "kalau begitu
boleh ganti dengan Tok kak-kau-lo-bak. Tahu ?"
"Tahu. loya," kata pelayan, "bukankah daging babi dan
ayam panggang diiris-iris dan diberi bumbu atasnya ?"
"Tolol " Uh ... bentakan kakek berjenggot putih hampir sekeras
geledek sehingga pelayan yang terpisah tiga langkah
dihadapannya terkejut, tersurut dua langkah ke belakang dan
membentur meja lain. Kebetulan yang duduk di meja itu,
seorang telaki setengah tua. Yang seorang bertubuh gemuk
dan yang seorang kakinya buntung satu.
Siorang kaki buntung kebetulan menghadap ke sebelah
muka sehingga membelakangi meja tempat kedua orangtua
berjenggot putih itu. Sehingga tetamu berkaki satu itu tak
tahu kalau hendak dibentur oleh tubuh si pelayan.
Tetapi punggung lelaki berkaki satu itu seperti tumbuh
mata. Selekas tubuh si pelayan hendak membenturnya, tibatiba
ia tamparkan tangan kanan ke belakang dan pelayan
itupun terdorong kemuka lagi. Bahkan keras sekali tubuhnya
seperti diayun kembali kearah meja tempat kedua kakek itu.
"Berhenti !" tiba-tiba pula kakek berjenggot putih
membentaknya. Dan seperti anak kecil yang menurutkan kata,
pelayan yang berayun keras itupun berhenti dua langkah di
depan meja. Wajah pelayan itu pucat lesi. Tubuhnya gemetar.
Tiba-tiba kakek jenggot putih itu tertawa: "Hai, kenapa
engkau ini " Apakah engkau sakit ayan?"
"Tidak ... " kala pelayan, "tetapi ..... "
"Tetapi bagaimana ?"
"Ketika loya membentak, tubuhku seperti terdorong angin
keras. Hampir saja aku membentur tetamu yang duduk
dibelakang itu. Dan aneh ..... tiba-tiba tubuhkupun didorong
oleh angin keras sehingga melayang balik kesini"
"Ha, ha" orangtua jenggot putih itu tertawa" itu namanya
engkau menderita penyakit ayan kambing !"
"Ayan kambing ?" pelayan melongo.
"Ya," sahut kakek jenggot putih, "penyakit ayan itu
beberapa jenis. Ada ayan kambing, ayan anjing, ayan babi,
ayan gila ..." "O." desah pelayan. Tiba-tiba pelayan itu tegang wajahnya
dan berseru, "tetapi loya, bagaimana tandanya kalau aku
menderita sakit ayan kambing ?"
"Ayan kambing itu apabila mendengar suara bentakan yang
keras sekali, dia terus terhuyung-huyung dan gemetar
tubuhnya. Ayan anjing kalau tahu orang membawa pentung
atau senjata, dia terus melolong lolong seperti anjing kaki
buntung. Ayan babi kalau kekenyangan makan dan minum
berlebih Iebihan tentu akan kumat dan ber-kuik2 seperti babi
gemuk hendak disembelih. Kalau ayan gila, sekali kumat terus
menggelepar-gelepar di tanah dan mulutnya berbuih".
"O," pelayan itu mendesah.
"Sekarang dengarkan pesananku," kata kakek berjenggot
putih pula, "lok kak-kau-lo-bak yalah anjing berkaki buntung
yang dagingnya diiris-iris dipanggang dan diberi bumbu. Selain
tok-kak (kaki buntung) pun anjing itu harus gemuk !"
Pelayan itu terlongong, serunya sesaat kemudian : "Jika
masakan daging anjing, kami bersedia. Yang gemukpun, kami
dapat mengusahakan. Tetapi kalau tuan minta yang kaki
buntung, wah, sukar"
"Tidak anjing, apapun boleh. Pokok asal yang berkaki
buntung," seru kakek berjenggot putih, lekaslah carikan, aku
sudah lapar !" Pelayan itu tak berani membantah dan terus masuk
kedalarn. "Loheng, mengapa engkau hendak mempermainkan
pelayan itu ?" tanya kawannya siorangtua berbaju biru
Kakek jenggot putih tertawa lalu menjawab dengan bisik2 :
"Kedua tetamu disebelah muka kita itu memiliki sepasang
mata yang luar biasa tajamnya".
Kakek baju biru terkesiap. Kini ia baru menyadari bahwa
kawannya, si kakek jenggot putih itu, menaruh perhatian pada
kedua tetamu. Lebih terkejut pula ia mengetahui bahwa kedua
tetamu itu yang seorang berkaki buntung dan yang seorang
lagi bertubuh gemuk. la tersadar.
"Loheng, apakah engkau hendak mengolok mereka?",
kakek baju biriu itu gunakan ilmu menyusup suara yang
disebut Coan im jip-bi. Bibir bergerak tetapi tak mengeluarkan
suara sehingga lain orang tidak dapat mendengarkan.
Kakek jenggot putih itu segera mendengar telinganya
terngiang oleh suara lengking halus dari kawannya.
"Hanya sekedar menyelidiki," sahut kakek jenggot putih
dengan ilmu menyusup-suara juga.
"O," desuh kakek baju biru, "kenalkah lo-heng pada mereka
?" "Kalau tak salah, yang berkaki buntung itu itu bernama Tokkaksin-git Hong Lui dan yangi gemuk bernama Poan-git-kay
Auyong Hok. Keduanya termasuk kelima tokoh partai Jembel
yang di sebut Ngo coat-sin-git atau Lima datuk jembel", kata
kakek jenggot putih. "Mengapa loheng hendak mengganggu mereka ?" tanya si
kakek baju biru pula. "Mereka tentu akan hadir dalam pertandingan digunung ini.
Main2 sedikit dengan mereka, kurasa tak jadi persoalan."
Tiba-tiba kakek jenggot putih itu menguap : "Huah ...
kurang ajar, mengapa begitu lama tak juga seksai masakan
mu. Mataku mulai ngantuk"
'Sabarlah, loheng." kata kakek baju biru. Tetapi kakek baju
biru tak dapat melanjutkan kata-katanya lebih panjang karena
dilihatnya kakek jenggot putih itu sudah mengulaikah
kepalanya ke atas meja dan tidur...
"Ai. dia pengantuk benar" seru kakek baju biru seorang diri
dengan suara keras. Tiba2 telinga kakek baju biru terngiang suara kakek jenggot
pulih . "Lote, harap engkau ke luar pura2 buang air. Coba saja
mereka nanti akan berbuait apa."
Kakek baju biru itu tahu bahwa kawannya memang
berwatak aneh tetapi cerdas pikirannya. Tentu ada sebabnya
mengapa dia begitu menaruh perhatian kepada kedua tetamu
yang berkaki buntung dan bertubuh gemuk.
Tanpa melihat kearah kedua tetamu itu, kakek baju birupun
segera berbangkit dan menghampiri seorang pelayan untuk
menanyakan tempat buang air.
Kini hanya tinggal kakek jenggot putih seorang diri tidur
dengan kepala rebah di meja.
"Ji ko, aku hendak mengerjakan kakek gila itu" tiba2
siorang gemuk berkata kepada si kaki buntung lalu berbangkit
dan terus menghampiri ke tempat kakek jenggot putih.
Secepat kilat ia menutuk dua buah jalandarah pada tubuh
kukek jenggot putih itu. Kakek itu bergeliatan lalu diam lagi.
"Engkau apakan dia, lo-ngo ?" tanya si kaki satu ketika
kawannva yang gemuk duduk kembali. Lo ngo artinya saudara
yang kelima. "Kalau dia bangun, dia tentu akan berjingkrak-jingkrak
seperti orang menari tetapi mulutnya bisa menjadi gemuk.
"Si Kaki buntung tertawa : "Ah engkau memang suka
mengolok-olok orang. Seorang kakek tua menari-nari tetapi
tak bisa omong, tentu akan menimbulkan buah tertawaan
orang. "Kita lihat saja, kata sigemuk tertawa.
Tak berapa lama kakek baju biru muncul kembali dan
mengambil tempat duduk dihadapan kakek jenggot putih. "Ai, mengapa masih mendengkur ?" seru kakek baju biru itu. Pelayanpun muncul dengan membawa hidangan yang dipesan. Setelah meletakkan diatas meja, pelayan itupun pergi. "Loheng, bangunlah, hidangan sudah datang," seru kakek baju biru seraya menggolek-golekkan tubuh kawannya.
Tetapi kakek jenggot putih itu tetap tak bangun.
"Loheng, bangun," akhirnya kakek baju biru sedikit
menggunakan tenaga untuk mengangkat kepalanya.
Kakek jenggot putih itu menggeliat. Tiba-tiba ia berdiri
terus berjingkrak-jingkrak menari.
"Hai, loheng, kenapa engkau ?" kakek baju biru serentak
berdiri. Tetapi kakek jenggot putih itu tak menghiraukan dan
tetap menari-nari. Sekalian tetamu terkejut menyaksikan peristiwa itu tetapi
tidak seorangpun yang berani mengatakan bahwa tadi si
tetamu gemuk yang menghampiri ketempat kakek jenggot
putih itu. "Lote," tiba-tiba telinga kakek baju biru itu mendengar
ngiang suara si kakek jenggot putih, "aku akan menghampiri
kemuka meja kedua orang itu. Dan engkau supaya pura2
hendak memegang aku tetapi nanti kudorong tubuhmu kuat2
hingga engkau terlempar jatuh ke arah meja mereka.
Berusahalah untuk menyambar tongkat si kaki buntung
kejarlah aku keluar dari rumah makan ini"
Kakek baju biru itu heran mengapa kawannya begitu matimatian
hendak memusuhi kedua tetamu itu. Tetapi ia tahu,
tak nanti kakek jenggot putih itu akan berbuat begitu bila tak
ada sebabnya. Dalam ia merenung, dilihatnya kakek jenggot putih sudah
menuju kemuka meja kedua tetamu yang dimaksud. Cepat dia
memburunya. "Loheng, engkau kenapa ?" kakek baju biru terus memburu
seraya hendak mendekap. Tetapi tiba-tiba kakek jenggot putih mendorongnya. Karena
tak menyangka-nyangka. kakek baju birupun terhuyunghuyung
ke belakang dan tepat menimpah ke meja tempat si
kaki buntung dan si gemuk.
Brak ..... Meja terbalik dan mangkuk, piringpun menumpah jatuh
berhamburan ke lantai. Masakannya tumpah, mangkuknya
pecah. Si kaki buntung dan si gemuk tak menyangka kalau akan
menderita kejadian semacam itu. Layang tubuh kakek baju
biru yang didorong oleh kakek jenggot putih sedemikian
derasnya sehingga mereka tak keburu menyingkir atau
menghalau. Kedua orang itu cepat loncat mundur sehingga pakaiannya
tak tertumpah masakan. Tetapi tangan si kaki buntung dan
muka si gemuk kecipratan kuah yang masih panas. Si gemuk
berteriak teriak memaki : "Bangsat, kakek gila " "
Tetapi kakek baju birupun sudah menyambar tongkat milik
si kaki buntung terus lari mengejar kakek jenggot putih : "Hai,
kakek bangsat, hendak lari kemana engkau ... !"
Ternyata kakek jenggot putih sudah ke luar dari rumah dan
kakek baju birupun sambil mengacungkan tongkat terus lari
mengejarnya seperti hendak menghajarnya .....
Peristiwa ribut2 itu cukup membuat gaduh tetamu lain.
Tetapi untunglah pemilik rumah makan cukup dapat
menguasai keadaan. Beberapa pelayan segera mengangkat dan mengatur meja
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kursi yang terbalik dan mempersilahkan si kaki buntung serta
si gemuk duduk lagi. "Lo-ngo" kata si kaki buntung, "gara-garamu sehingga kita
harus menderita begini "
Si gemuk tertawa : "Andaikata bukan aku cari gara2, tentu
kedua kakek gila itu sudah kuhajar setengah mati. Ha, ha, si
jenggot putih itu akan terus menerus menari-nari sampai
duapuluh jam lamanya. Kalau sudah berhenti menari, ia tentu
akan lemas karena kehabisan tenaga".
"Lo-ngo, hari sudah petang, mari kita segera naik saja.
Mungkin saudara2 kita sudah menunggu-nunggu kedatangan
kita," kata si kaki buntung.
Si gemuk mengiakan. Dipanggilnya pelayan disuruh
menghitung rekening makanan mereka. "Dua tail, tuan," kata
pelayan. Si gemuk tak menyahut melainkan merogoh saku bajunya
hendak mengambil uang. Tiba-tiba ia menjerit : "Hai, kemana
uangku ".!" Ia merogoh kelain saku lalu berganti ke saku celana, muka
belakang, kanan kiri, Habis saku2 pada baju dan celananya
ditelusuri tetapi tak dapat menemukan sekepingpun juga.
"Aneh, kemanakah uangku ?" serunya makin bingung,
"jelas aku masih punya lima keping perak hancur, mengapa
sekarang tak ada ?" Pelayan memandang kedua tetamu itu dengan kerutkan alis
tetapi tak berani buka suara apa2
"Ji ko," seru si gemuk, "jelas uangku hilang dicuri orang."
"Siapa yang mencuri ?" tanya si kaki buntung"
"Ketika mau masuk kedalam rumah makan ini, masih
kuperiksa uang itu dan ternyata masih berada di saku
celanaku. Mengapa sekarang hilang ... "
"Tetapi disini engkau tak pergi kemana-mana lagi dan tak
berjumpah dengan orang lagi. Kecuali tadi engkau
menghampiri kakek jenggot putih ..... hai, lo-ngo, apakah tak
mungkin uangmu dicuri si kakek jenggot putih tadi ?"
Si gemuk merenung sejenak lalu berkata : "Ah, rasanya tak
mungkin dia dapat mengambil uang itu. Memang tadi
tangannya bergeliat menjamah tubuhku tetapi setelah kututuk
jalandarah pelemasnya, dia tak berkutik lagi. Ji ko, apakah
engkau tak membawa uang ?"
Si kaki buntung gelengkan kepala : "Aku jarang membekal
uang. Dan apa perlunya harus membekal uang " Tiap saat
dimanapun saja, apabila aku butuh, aku dapat 'pinjam' pada
orang2 itu." Yang dimaksudkan dengan kata 'pinjam* itu, bukan pinjam
sesungguhnya melainkan mengambil. Dengan kepandaiannya
yang sakti, apabila perlu pakai uang, ia dapat masuk kesetiap
gadung tanpa diketahui pemiliknya.
"Ah, pinjam saja kepada pemilik rumah makan ini. Kita tulis
bon. Seturunnya dari gunung kita bayar," kata si kaki buntung.
Si Gemuk setuju, "Katakan kepada pemilik rumah makan ini, uangku hilang
dicopet orang maka terpaksa aku hutang dulu. Nanti setelah
turun gunung kubayar." kata si gemuk kepada pelayan.
Pelayan itu kerutkan dahi. Ia sudah tak senang melihat
tingkah si gemuk yang mencelaki seorang kakek jenggot putih
hingga kakek itu menari2, merusakkan beberapa mangkuk
piring dan lari tanpa membayar hidangan yang dipesannya.
Mendengar ucapan si gemuk hendak pinjam pembayaran
makanan, pelayan itu berseru tak senang hati : "Maaf, tuan,
kami tak kenal tuan ..apa. Dan tuanpun yang menyebabkan
seorang tamu sampai menari-nari dan memecahkan beberapa
mangkuk. Itu tak apalah, kami takkan minta ganti rugi. Tetapi
untuk hidangan yang tuan makan, kami harap tuan suka
membayar rekeningnya."
"Kurang ajar, engkau tak percaya kepadaku?" sentak si
gemuk seraya deliki mata.
"Bukan tak percaya, tuan," kata si pelayan, tetapi peraturan
rumah makan kami memang harus bayar kontan".
"Bangsat," damprat si gemuk, "panggil majikanmu kemari !"
"Ah. tuan," kata pelayan itu, "majikan sudah memberi
perintah kepadaku, tak boleh memberi pinjam kepada
tetamu." "Bangsat !" tiba-tiba si gemuk menampar muka pelayan itu.
Pelayan menjerit sembari mendekap mulutnya. Sebuah giginya
telah tanggal dan mulutnya mengumur darah.
Pelayan itu bertubuh tegap dan kuat. Karena mendapat
tamparan, ia marah lalu hendak balas memukul. Tetapi
sebelum tinju dilayangkan, dadanya sudah didorong oleh si
gemuk. Pelayan itu terhuyung-huyung dan jatuh menimpah
meja. Melihat kawannya dianiaya, beberapa pelayan segera
mengerumuni si gemuk dan hendak menyerangnya.
"Bagus, majulah kalian semua !" seru si gemuk seraya
menyambar salah seorang pelayan, menangkap lengannya
terus didorong kepada kawah2 pelayan itu.
Terdengar hiruk pikuk jerit teriakan dari para pelayan yang
jatuh tumpang tindih. Masih si gemuk itu menyambar seorang pelayan lain terus
diangkat tubuhnya, diputar-putar lalu dilemparkan .....
Tepat ketika tubuh pelayan melayang ke pintu, tiba-tiba
muncul seorang lelaki setengah tua berjalan keluar sambil
menghisap pipa huncwe. Ketika tubuh pelayan hendak
menimpah kepadanya, sekonyon-konyong lelaki Itu julurkan
pipa huncwenya dzn hebat ..... tubuh si pelayanpun
tersanggah pipa lalu diturunkan ke lantai.
Setelah itu sambil menghisap pipanya pula lelaki setengah
tua itu menghampiri ke tempat si gemuk.
"Mengapa tuan lemparkan pelayan itu ?" tegurnya.
Melihat kepandaian lelaki pendatang itu, terkejutlah si
gemuk. Bahkan si kaki satupun juga terbeliak.
"Dia kurang ajar !" seru si gemuk.
"Bagaimana kurang ajarnya itu ?" tanya lelaki setengah tua.
"Dia hendak memaksa aku harus membayar. Padahal telah
kuterangkan kalau uangku telah hilang entah dimana. Aku
akan menulis hutang nanti selelah turun gunung tentu
kubayar." "Tetapi memang peraturan disini, setiap tetamu harus
membayar kontan," kata lelaki setengah tua itu sambil
menyedot pipanya. "Siapa engkau !" si gemuk mulai tersinggung, "aku perlu
bertemu dengan pemilik rumah makan ini tetapi pelayan itu
menolak. Engkau tentu seorang tetamu, jangan ikut campur !"
"Justeru aku harus ikut campur !" bantah orang berpipa itu.
"Siapa engkau !" bentak si gemuk.
"Akulah pemilik rumah makan ini."
Si gemuk terkejut tetapi cepat ia tenangkan diri: "O,
kebetulan sekali. Aku memang hendak bertemu dengan
engkau. Uangku benar2 telah hilang maka aku terpaksa
berhutang dulu. Setelah keramaian di gunung selesai, tentu
kubayar !" Pemilik rumah makan terdiam sejenak lalu bertanya :
"Apakah tuan hendak ikut bertanding?"
"Tidak, hanya menonton saja," sahut sigemuk teraya
berpaling kearah kawannya. Si kaki buntungpun mengangguk.
"Apakah tuan anggauta partai Kay-pang ?"
"Bukan," sigemuk gelengkan kepala.
"Anggauta partai Jiong-pang ?"
"Bukan" kata si gemuk.
"Hm, kalau begitu tuan harus bayar." tiba-tiba pemilik
rumah makan itu berseru. "Kalau aku tak punya uang ?" sigemuk balas bertanya
dengan nada agak mengejek.
"Boleh," kata pemilik rumah makan itu dengan tenang,
"asal engkau mampu menerima tiga jurus pukulan huncwe ini"
Tiba-tiba si gemuk tertawa gelak2 : "Ha, ha, ha, jangankan
tiga jurus, seratus jurus akupun sanggup menerimanya !"
"Bagus," seru pemilik rumah makan," mari kita keluar ke
halaman." Habis berkata ia terus mendahului melangkah ke pintu.
"Hai ....!" tiba-tiba si kaki satu menjerit keras sehingga si
gemuk yang hendak mengikuti keluar daiin pemilik rumah
makan itupuni berhenti karena terkejut.
"Mengapa ji ko ?" seru gemuk.
"Kemana tongkatku ?" teriak si kaki satu seraya berbangkit
dan melihat kian-kemari. "Tongkat.... ah, bukankah tadi masih engkau sandarkan di
kaki meja" kata si gemuk.
"Ya," sahut ?i kaki satu, "setelah meja itu dilanda tubuh
kakek baju biru sampai terjungkir, ku tak memperhatikan
tongkat itu lagi. Tahu2 tongkat itu hilang !"
Si gemuk menghampiri ke hadapan pemilik rumah makan
dan membentaknya : "Suruh pelayanmu mengembalikan
tongkat jiko-ku. Kalau tidak rumah makan ini tentu kuobrak
abrik !" ' Tongkat ?" pemilik rumah makan itu tertegun.
"Ya, longkat yang dipakai jiko berjalan. Tadi rneja telah
ditumpahkan seorang tetamu tua dan pelayanmu yang
mengangkatnya lagi. Tentu tongkat itu dibawa mereka
kedalam. Lekas suruh mereka mengembalikan."
Pemilik rumah makan itu berseru supaya pembantu
bantunya keluar semua. Lalu disuruhnya mengembalikan
tongkat tetamu kaki satu itu.
"Tidak, loya." seru pelayan2 itu serempak, "kami tak
mengambil." "Engkau dengar tidak," kata pemilik rumah makan kepada
si gemuk, tongkat itu tak diambil pembantuku."
"Bohong !" seru si gemuk terus loncat menyambar seorang
pelayan. Dicekiknya leher pelayan itu lalu tangan kanannya
diangkat hendak dihantamkan ke kepala pelayan itu : "mau
mengembalikan tongkat itu atau kepalamu kuhancurkan "
Tetapi belum sempat ia melayangkan tinjunya, pemilik
rumahmakan sudah loncat menusukkan pipanya ke punggung
si gemuk. "Uh ....." pemilik rumah makan itu mendesah kaget ketika
tiba2 si gemuk dengan gerakan yang cepat sekali sudah
memutar tubuh pelayan dan "disongsongkan ke arah pipa.
Terpaksa pemilik rumah makan itu gelincirkan ujung pipa ke
samping sehingga hanya mengenai lengan pelayan.
Dan sebelum ia sempat menarik pulang pipanya, si gemuk
sudah menyambar batang pipa lalu menyerempaki dengan
menendangkan kaki ke perut pemilik rumah makan.
Gerakan menyambar dan menendang itu hampir dilakukan
dengan serempak. Cepatnya bukan kepalang.
Pemilik rumah makan itu terkejut. Lepaskan pipa ia terus
loncat ke samping, "Hai, berhenti ... " sekonyong-konyong sesosok tubuh
melesat masuk terus loncat ke tempat kedua orang yang
bertempur itu. "Ngo-yo, mengapa engkau berkelahi ?" seru orang itu.
Seorang lelaki kurus dalam pakaian yang penuh tambalan,
rambut kusut masai, brewok dan berjenggot lebat.
"Lo Ciam, "ia berpaling kearah pemilik rumah makan, "lupa
engkau kepadaku ?" "O, saudara Vi, engkau ... " seru pemilik rumah makan
dengan wajah berseri. Tetapi sesaat kemudian tiba-tiba
berobah tegang2 pucat, serunya pula, "Siapakah tuan ini ?" Ia
menunjuk pada si gemuk. "Itulah Poan-sin-git Auyang Hok, Ngo-sin-git kay yang
nomor lima !" sahut lelaki itu.
"O, maafkan, aku Ciam-kim-tik punya biji mata tetapi tak
dapat melihat orang," buru2 pemilik rumah makan itu
menjurah ke arah si gemuk.
Si gemuk atau Poan-sin-git si Jembel-gemuk Auyang Hok
tak lekas menyahut melainkan memandang kearah lelaki
kurus. "Pemilik rumah makan saudara Ciam Kim-tin ini adalah
sahabat kita," seru orang itu.
Si gemuk tertawa : "Ah, jangan merendah diri saudara
Ciam. Memang kalau tak berkelahi tentu tak kenal."
"Ah, andai ngo-ya mau menyebut diri, tentu Iah Ciam Kimtik
tak berani berlaku kurang adat" kata pemilik rumah makan
pula. Ui Hin atau pendatang yang bertubuh kurus itu adalah
than-cu atau ketua cabang Jiong-pang atau partai Jembel
diwilayah Kiangse. Ui Hin bergelar Cek-bin tok-git atau Jembel
beracun-muka-brewok. Tiba-tiba ia berpaling dan bergegas menghampiri dihadapan
si kaki buntung lalu memberi hormat : "Ah, ji ya juga datang,
maafkan Ui Hin terlambat memberi hormat"
"O. engkau juga datang Ui thancu," seru si kaki buntung.
Poan-git Auyang Hok dan Ciam Kim-tikpun segera
menghampiri. Ui Hinpun memperkenalkan si kaki buntung itu
kepada Ciam Kim-tik. "Inilah jiya, Tok-kak sin-git Hong lui, orang nomor dua dari
Ngo sin-koay-git partai Jiong pang." kata Ui Hin.
'Oh," Ciam Kim-tik serta merta memberi hormat dan minta
maaf atas perlakuannya tadi. Kemudian ia suruh pelayan
mempersiapkan sebuah meja dan hidangan baru.
Setelah mendengar semua penuturan Jembel-gemuk
Auyang Hok tentang peristiwa yang terjadi di rumah makan itu
maka Brewok- beracun Ui Hin it terkejut.
"Dalam wilayah Kangse, rasanya tak ada kedua kakek yang
seaneh itu," katanya," tentulah mereka berasal dari lain darah
yang hendak menyaksikan pertandingan di gunung ini."
"Hmm, kalau menilik gerak geriknya. Kedua kakek itu tentu
mengerti ilmusilat.....eh, jelas mereka tentu orang persilatan.
Kalau tidak masakan mereka mengoceh kata2 yang aneh dan
menyindir aku dan ji-ko?"
Belum Ui Hin dan Ciam Kim-tak membuka suara, tokoh
partai Jembel yang bertubuh gemuk itu sudah memekik: "Hai ,
..... benar tentu dia !"
Habis berkata dia terus berbangkit dan hendak melangkah
pergi. Tetapi secepat itu Kaki satu Hong Lui menegur:
"Kemana engkau ngo-te !"
"Mengejar kakek jenggot putih itu," rupanya Poan-sin-git
Auvang Hok tersadar dan hentikan langkah, "jelas tentu kakek
itu yang mencuri uangku. Sekarang aku ingat, ketika kututuk
tengkuknya, dia hendak rubuh mendekap pinggangku."
"Ya memang dia," sahut Kaki satu Hon Lui, "karena yang
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengambil tongkatku itu tentu si kakek baju biru,"
"Celaka, jiko, kali ini kita kena dikelabui mentah2," Auyaug
Hok menggeram. "Kalau mereka berdua naik gunung, tentu mudahlah nanti
kita tangkap," kaia Ui Hin.
'Tidak nanti, tetapi sekarang juga kita harus mengejarnya.
Malu dong kalau peristiwa "Poan-sin-git Auyang Hok kecopetan
uang dan Tok-kak-sin-git Hong Lui kecurian tongkat" ini "
sampai tersiar di dunia persilatan, bukankah nama Nge coatsingit akan menjadi buah tertawaan orang?"
Tanpa berkata suatu apa Tok kak-singit Hong Lui
berbangkit dari tempat duduk: "Ngo-te, mari kita kejar mereka
!" Ui Hin dan Ciam Kim - tik sipemilik rumah makan terkejut.
Bagaimana tokoh nomor dua dari partai Jembel itu akan
berjalan apabila kakinya hanya tinggal satu "
Tetapi keheranan kedua orang itu lekas terjawab ketika
melihat tokoh berkaki satu itu melonjak - lonjak ke arah pintu.
Hanya dua tiga kali melojak, pemimpin jembel itupun sudah
melesat keluar dari rumah makan. Dengan cara meloncatloncat
itu, tak kalahlah dia dengan orang berlari.
"Saudara Ciam terima kasih, Ui thiancu sampai ketemu,"
habis berkata si gemuk Auyang Hok pun terus loncat ke pintu
dan lari menyusul si Jembel kaki satu.
Pemilik rumah makan Ciam Kim-tik geleng2 kepala dan si
Brevvok- beracunpun menghela napas. Sebagai ketua cabang
Partai Jembel diwilayah Kangse, si brevvok Ui Hin itu
merupakan tokoh yang paling ditakuti di kawasan Kangse dan
perairan sungai Yangtse. Tetapi menyaksikan kepandaian dari kedua tokoh Partai
Jembel, terutama Tok-kak-sin-git kini, kedua orang itupun
diam2 harus merasa jeri dan merasa masih kalah. Tetapi
kedua kakek aneh itu sudah tak berani lagi. Terpaksa Kakisatu
Hong Lui dan Jembel Gemuk Auyang Hok melanjutkan
perjalanan ke Kangpak untuk menggabungkan diri dengan
kawannya. Haripun makin malam para pengunjung yang hendak
menyaksikan keramaian di puncak gunung Hok-hou-san itu
makin bertambah ramai. Apakah yang akan terjadi di gunung itu "
Ternyata malam itu akan dilangsungkan pertarungan atau
adu kepandaian dari dua partai pengemis yang termasyhur.
Partai Kay-pang atau Partai Pengemis dan Partai Jiong-pang
atau Jembel. Partai Kay pang telah pecah dua. Yang ting didaerah
selatan sungai Yangtse atau Kang-lam tetaip menggunakan
nama Kay-pang. Yang a! didaerah utara sungai atau Kangpak,
merobah diri menjadi partai Jiong-pang atau Jembel.
Dahulu semasa Han-jiat sin-kay atau Pengemis Sakti
bertangan-panas-dingin Suma Kiam masih hidup partai
Kaypang telah bersatu dan mengalami masa2 kejayaan,
Han jiat-sin-kay Suma Kiam seorang tokoh yang selain
memiliki kepandaian luar biasa, pun mempunyai kewibawaan
dan keperibadian yang kuat.
Dia meletakkan batu dasar peraturan partai yang keras dan
menjalankan peraturan itu dengan bengis. Setiap anakbuah
Kaypang yang bersalah, tanpa pandang bulu tentu akan
ditindak. Lawan kawan sangat menaruh perindahan kepada
Han-jiat sin-kay Suma Kiam.
Suatu peristiwa mengherankan dan menyedihkan telah
terjadi pada limabelas tahun yang lalu. Tiba-tiba Suma Kiam
Ienyap. Seluruh anakbuah Kay-pang telah dikerahkan untuk
mencari ketua mereka yang sangat dicintai dan ditaati itu.
Bahkan seluruh partai2 persilatan ikut pula membantu mencari
jejaknya. Tetapi tetap tak berhasil.
Han-jiat-sin-kay- Suma Kiam seolah hilang ditelan bumi.
Tak seorangpun yang tahu dimana beradanya ketua Kay-pang
itu. Peristiwa itu benar2 menggemparkan dunia persilatan.
Seorang ketua partai besar dan berpengaruh seperti Kay-pang
telah hilang lenyap tanpa dapat diketahui.
Berbagai tafsiran dan dugaan timbul dikaIangan kaum
persilatan. Tetapi tak ada yang dapat dijadikan dasar untuk
menemukan jejak Suma Kiam.
Ada yang mengatakan bahwa ketua Kay-pang itu telah
diracuni oleh isterinya karena Suma Kiam telah menjatuhi
hukuman mati kepada ayah mertuanya sendiri yang telah
melanggar kesalahan besar.
Ayah mertua dari Suma Kiam menjabat sebagai ketua
cabang Kaypang di kota raja tetapi telah berhianat.
Karena temaha pangkat dan harta, ayah mertua itu telah
dapat 'dibeli' oleh pemerintah Goan. Rahasia dan susunan
perkumpulan Kay pang telah jatuh di tangan pemerintah Goan
dan mereka segera melakukan pembersihan besar-besaran.
Banyak anakbuah dan pimpinan cabang partai Kaypang yang
binasa ditangan pemerintah Goan.
Akhirnya setelah melalui penyelidikan yang berbelit-belit
dan penuh bahaya, dapatlah Han-jiat sin -kay Suma Kiam
mengetahui rahasia penghianatan mertuanya.
Ayah mertuanya dijatuhi hukuman mati. Setelah itu dengan
penuh kehormatan dikuburnya jenazah mertua itu. Han-jiat
sin-kay Suma Kiam menunaikan tugasnya sebagai seorang
ketua Kay-pang dan sebagai seorang anak menantu.
Demikian peristiwa yang dikaitkan dengan lenyapnya Hanjiat
sio-kay Suma Kiam. Tetapi ada pula orang yang mengatakan bahwa tokoh
Kaypang itu telah ditangkap dan dibunuh oleh kaki tangan
pemerintah Goan, mayatnya dilempar ke laut.
Di sebuah sebagai Han-jiat-sin-kay atau Pengemis sakti
bertangan-panas dingin adalah karena dia memiliki dua
macam ilmu pukulan yang luar biasa. Tangan kiri dapat
memancarkan pukulan tenaga Yin han sin-kang atau tenaga
sakti dingin dari hawa Yin (negatif). Dan tangan kanannya
dapat melancarkan pukulan Yat-jiat sin-kang atau tenaga sakti
panas dari hawa Yang (positif).
Dia merupakan tokoh muda yang cemerlang lekali namanya
dalam angkasa persilatan. Hidup sejaman dengan tokoh Kim
Thian cong. Keduanya memang bersahabat baik.
Baik Han jiat sin kay Suma Kiam maupun Kim Thian cong
semasa hidupnya telah membuat sejarah hidup yang
menggemparkan. Tindakan mereka telah dikenyam oleh kaum
persilatan khususnya dan rakyat umumnya. Dunia persilatan
reda dari pergolakan dan rakyatpun hidup dalam
ketenteraman. Tetapi keduanya telah mengalami hari2 terakhir yang tragis.
Han jiat sin-kay Suma Kiam hi lang tak berbekas. Kim Thian
cong mayatnyapun dicuri orang.
Setelah tiga tahun tak berhasil menemukan jejak Han jiatsinkay Suma Kiam, akhirnya tokoh2 pimpinan telah
bersepakat untuk mengadakan pemilihan ketua baru. Dengan
catatan, apabila Han jiat sin-kay ternyata masih hidup, jabatan
itu harus diserahkan kembali kepadanya.
Menurut garis besarnya, daerah pengaruh Kay pang itu
dibagi dua wilayah, utara dan selatan Golongan Kaypang
utara, menghendaki supaya tokoh orang Kangpak yang
diangkat sebagai ketua, tapi Kaypang daerah selatan menolak
dan menghendaki agar Siau bin-sin-kay Kit Wan-leng yang
diangkat sebagai ketua Kay-pang. Kit Wan-leng berasal dan
daerah selatan. Pat-pi sin-git atau Pengemis-sakti-delapan-lengan Oh Sun
yang mewakili golongan utara tetap menolak dan
menghendaki diadakan pertandingan adu kesaktian untuk
menetapkan pemilihan ketua.
"Tidak" Pangemis-berwajah riang Kit Wan-eng menolak usul
itu Han-jiat-sin kay Suma Kiam almarhum, telah menghabiskan
separuh dari usianya uutuk mempersatukan Kay-pang,
menyelamatkan bahaya kehancuran dari ancaman pemerintah
Goan dan bahaya perpecahan dari dalam. Sekarang usaha
beliau telah berhasil. Masakan kita harus menghancurkannya
lagi ?" Kit Wan-leng dengan serta merta rela mengundurkan diri
demi keutuhan Kaypang. Tetapi para thancu atau ketua
cabang daerah selatan tak puas dengan sikap Pat-pi sin-git Oh
Sun yang dianggap terlalu angkuh dan congkak. Mereka tetap
mendukung pencalonan Kit Wan-leng sebagai ketua.
Hampir terjadi pertengkaran besar yang akan disusul
dengan pertempuran antara Kaypang golongan selatan lawan
golongan utara. Pada saat2 ketegangan memuncak, tiba2 Kit Wan-leng pun
berbangkit. Dengan suara menggeledek ia berseru
menghentikan ketegangan. Kemudian ia mengusulkan suatu
pemecahan. Sambil menunggu hasil pencarian Han-jiat-sin kay Suma
Kiam maka baiklah diadakan dua wakil ketua. Satu untuk
memimpin Kaypang golongan selatan dan seorang wakil
pemimpin untuk Kay pang golongan utara.
Setiap tahun kedua wakil pemimpin itu harus memberi
laporan pada rapat besar partai Kaypang. Dibentuk sebuah
dewan penimbangan yang terdiri lima tokoh tua untuk
memberi peradilan apabila sampai terjadi perselisihan.
Usul Kit Wan-leng itu disetujui. Untuk wakil ketua Kaypang
daerah selatan, diangkat Kit Wan Ieng, dan untuk wakil ketua
daerah utara, dipilihlah Pengemis sakti delapan-lengan Oh
Sun. Bermula dalam dua tiga tahun, masih terdapat kerukunan
antara kedua golongan itu. Tetapi lama kelamaan mulailah
terjadi perpecahan. Pat-pi sin-kay Oh Sun telah membentuk
lima datuk atau Ngo coat-sin git dan mengumumkan
pergantian nama Kay-pang menjadi Jiong-pang.
"Kita bukan pengemis, mengapa harus memakai
perhimpunan Kay-pang" kata Oh Sun, "lebih tepatlah kalau
kita menyebut diri sebagai kaum jembel atau Jiong-pang.
Tindakan Oh Sun itu menimbulkan kejut dan kgemparan.
Kit Wan-leng segera mengadakan rapat besar kaum Kaypang
untuk merundingkan peristiwa itu.
Kelima tokoh utara yang menyebut diri sebagai Ngo-coat
sin-git atau Lima Datuk Jembel yang tediri dari Pat-pit-sin-git
atau Jembel-sakti delapan-lengan Oh Sun, Tok-kat sin-git atau
Jembel-sakti- kaki-satu Hong Lui, Kui-siausin-git-atau Iblis
tertawa To Hoan, Lun-ha-ma atau Katak-pemalas Na Kok-kong
dan Poan-Sin-git atau Jembel gemuk Auyang Hok. Mereka
datang dalam rapat besar itu.
Secara kebetulan pula Kaypang selatanpun terdapat lima
tokoh pucuk pimpinan yang menurut-urutan kedudukannya
terdiri dari kesatu Siau-bin-sin-kay atau pengemis berwajah
tertawa Kit Wan-leng, Hoan-tong-sin-kay atau Pengemiskantong
nasi Su Sin, Ciu put-cui Ko Cay Hong-tian-sin-kay atau
Pengemis-sinting Ma Kim-tong dan nomor lima Cui-kak-sin-kay
atau Pengemis-tidur Li Pit-seng.
Terjadi perbantahan sengit dalam rapat besar itu.
Perbantahan yang sukar didamaikan lagi. Kay. pang utara
yang merobah nama menjadi Jiong- pang atau Partai Jembel
tetap menghendaki supaya nama Kay pang dirobah begitu
pula peraturan yang melarang anggauta Kay-pang menjadi
pegawai kerajaan. Partai Jembel harus ditingkatkan arah tujuannya untuk
membantu negara, agar dapat memberi bantuan yang positif,
harus dibuka pintu untuk memberi kesempatan kepada
anggautanya menjabat pegawai kerajaan. Demikian pendirian
Partai Jembel. Tetapi Kay-pang tetap menghendaki azas tujuan yang
semula yalah tidak mengikatkan diri pada urusan
pemerintahan tetapi bergerak dalam dunia persilatan
khususnya dan berjuang menegakkan keadilan dan kebenaran
demi kesejahteraan rakyat.
Untuk yang kedua kalinya Pengemis-berwajah-tawa Kit
Wan-leng tampil kembali untuk menguasai kegentingan. Dia
tetap menghendaki keutuhan persatuan.
Soal perobahan nama, Kay pang dan Jiong-pang itu pada
hakekatnya sama. Tetapi tentang perubahan azas tujuan
perhimpunan, dia tak setuju kalau dirobah. Untuk membantu
negara, banyak lah hal yang dapat disumbangkan. Antara lain
menjaga keamanan, membasmi kejahatan dan menindas
kekacauan, melindungi kepentingan rakyat. Dalam hal ini
kaum persilatan golongan Hiap-gi (ksatrya) dapat memberi
sumbangan yang banyak. Tak mesti harus mengikatkan diri
pada suatu jabatan pemelintah.
Dan untuk menjaga kesatuan dan persatuan Kay pang
maka Kit Wan leng mengusulkan supaya ditetapkan ketua
secara bergilir. Tiga tahun ketua dari golongan utara dan tiga
tahun berikutnya ketua dari golongan selatan. Semua
anggauta harus tunduk pada perintah ketua tanpa
membedakan daerah asalnya.
Pat pi sin git Oh Sun mau menerima usul itu tetapi dengan
sedikit tambahan. Pemilihan, ketua tidak dilakukan secara
bergilir tetapi secara adu kepandaian. Pemenang pertama,
yang menjadi ketua untuk tiga tahun.
Kit Wan-leng menyatakan bahwa adu kepandaian itu dapat
menyebabkan dendam permusuhan. Yang kalah tentu akan
malu dan mendendam. Pun membawa akibat yang buruk juga.
Salah tangan dapat mengakibatkan luka dan cacat pada
lawan. Kit Wan-leng yang selalu menjaga keutuhan dan kesatuan
Kay-pang itu mengusulkan supaya adu kesaktian itu bersifat
pi-bu saja. Yalah adu kepandaian tanpa bertempur. Masing2
mengunjuk tiga macam kepandaian. Ilmu kepandaian, tenaga
kekuatan, ilmu tenaga dalam dan ilmu gin-kang atau
meringankan tubuh. Tiga tahun yang pertama, pertandingan pibu itu
dimenangkan oleh Kit Wan-leng, Tetapi tiga tahun yang
kedua, ia mengalah. Pat pi-sin-git Oh un menang dan menjadi
ketua. Selama menjabat ketua itu, banyak tindakan Oh Sun yang
merugikan Kay pang golongan selatan. Tetapi karena sudah
kalah janji bahwa semua, anggauta harus tunduk pada
perintah ketua, tokoh kay-pang selatan tak dapat berbuat apaapa.
Menjelang masa pemilihan yang ketiga, terdilah suatu
peristiwa yang aneh. Entah bagaimana tiba2 pada suatu hari
dikala bangun, Kit Wan leng telah kehilangan suara. Ia
menjadi seorang gagu, Dan bukan itu saja, ia rasakan tenaga
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
galamnya hilang. Menurut keterangan seorang tabib sakti, telah menderita
keracunan makanan. Racun teramat ganas. Apabila dia tak
memiliki ilmu tenaga dalam yang kokoh, kemungkinan tentu
sudah mati Sebagai gantinya ia harus kehilangan ". dan
tenaga dalam. Keadaan itu ia tuturkan kepada keempat rekannya dan
minta supaya dalam pertandingan nanti, keempat orang itu
dapat mengajukan ja" nya. Kit Wan-leng pergi mencari obat
dan dari itu tiada beritanya lagi.
Kehilangan itu memberi akibat besar kepada Kay-pang
golongan salatan. Berturut turut setiap kali masa pemilihan
ketua, telah dimenangkan oleh golongan utara.
Kemudian muncullah Liok ci sin-kay Hoa-sin. Dia
sebenarnya berasal dari daerah utara kemudian dia telah
bertemu dengan seorang sakti yang mendapat ilmu
kepandaian yang hebat. Dia menentang pendirian Pat-pi-sin
git Oh Sun yang sewenang-wenang. Kemudian ia pindah ke
daerah selatan kemudian karena sepak terjangnya yang
menonjol, dia diminta untuk menjabat sebagai ketua Kay-pang
selatan. Hoa Sin mau menerima dengan syarat. Ia tak mau maju
sebagai jago untuk menghadapi golongan utara.
Dengan begitu untuk yang keempat kalinya selama tiga
tahun lagi, pimpinan Kaypang telah jatuh di tangan Pat pi-singit
Oh Sun lagi. Dan pada hari itu habislah sudah masa jabatan selama tiga
tahun itu. Digunung Hok hou-san akan dilangsungkan
pertandingan pi-bu guna menentukan ketua Kay-pang yang
baru. Maka berbondong-bondonglah orang mengalir dari segala
penjuru, bukan saja anggauta2 Kay pang tetapi pun lain2
tokoh persilatan bahkan rakyat biasa, pun ingin menyaksikan.
Demikian malam itu ribuan orang sama berkerumun
mengelilingi sebuah lapangan yang cukup luas. Di tengah
lapangan didirikan sebuah panggung yang disebut lui-tay atau
panggung adu silat. Lampu2 bergantungan menerangi empat penjuru, ditambah
pula dengan malam purnama sehingga suasana tak ubahnya
seperti siang hari. Di bawah panggung berjajar kursi yang ditempati oleh
tokoh2 Kay-pang dan tokoh2 undangan lainnya.
Sebenarnya pertandingan itu termasuk urusan partai
Kaypang sendiri tetapi sudah menjadi naluri, sejak bertahun
tahun tentu diundang juga tokoh2 persilatan lain. Rakyatpun
mendengar dan tentu datang menyaksikan.
Tak berapa lama terdengar genderang dipukul keras
sehingga suaranya berkumandang nyaring dan menelan
semua suara berisik dari sekalian penonton. Seketika ditanah
lapang itupun sunyi senyap.
Seorang lelaki tua dalam pakaian yang bersahaja naik
keatas panggung dan mengumumkan bahwa pertandingan pibu
segera akan dimulai. Ia mempersilahkan ketua Kay-pang
untuk naik panggung. Seorang lelaki yang berumur lebih kurang 60 tahun,
bertubuh kurus dan memelihara jenggot panjang tampak
loncat ke atas panggung. Gerakannya amat gesit sehingga
orang tak percaya kalau dia seorang tua yang sudah cukup
tinggi umurnya. Tidak ada yang luar biasa pada diri orang itu kecuali
sepasang tangannya yang luar biasa panjangnya sehingga
hampir menyentuh lutut. Wajahnya masih berseri-seri merah
dan tubuh segar. Dia membuka pembicaraan dengan memperkenalkan diri
sebagai Pat-pi sin kay Oh Sun atau Pengemis-sakli-delapanlengan
yang termasyur. Kemudian ia menguraikan secara ringkas peraturan yang
telah ditetapkan dalam partai Kay-pang untuk memilih ketua
yang baru. Kemudian ia menambahkan : "Aku peribadi dan para
auggauta Kaypang golongan utara, berpendapat bahwa cara
pemilihan ini, perlu dirobah."
Sekalian orang diam. Hanya tokoh2 Kaypang selatan yang
terkejut. Mereka saling bertukar pandang tetapi tak paham
apa yang dimaksud dengan ucapan ketua Kay-pang itu.
"Sudah empat kali Kaypang utara mendapat kehormatan
untuk memegang tampuk pimpinan Partai Kay-pang. Dan
apabila kali ini menang pula, maka genaplah sudah untuk yang
kelima kalinya. Lima kali masa jabatan berarti lima kali tiga
tahun atau sama dengan limabelas tahun, Limabelas tahun
bagi perkembangan sebuah partai, bukanlah waktu yang
singkat. Sudah tentu dalam waktu itu tidak sedikit partai telah
mengalami perkembangan yang maju. Apabila terjadi
pergantian pimpinan lagi, partai tentu akan mengalami
perobahan. Setiap perobahan tentu akan mengadakan
penghapusan dan mengadakan pembaharuan Dengan
demikian tentu akan menghambat perkembangan......"
Berhenti sejenak Pengemis sakti delapan-lengan Oh Sun
melanjutkan pula. "Maka kuputuskan, apabila golongan utara kali ini menang
lagi, supaya jabatan ketua itu terus dipegang oleh mereka
sampai nanti yang menduduki sebagai ketua itu meninggal,
jangan ada pergantian orang itu ......."
Selagi ucapan ketua Kay-pang itu masih berkumandang,
tiba-tiba sesosok tubuh melayang keatas panggung dan berdiri
dihadapannya. "Pangcu, aku mohon bicara," seru orang itu.
"O, engkau Ko than-cu," seru Oh Sun ketika mengetahui
yang datang itu Ciu-put-cui sin-kay atau Pengemis-sakti-kebalmabuk
Ko Cay. "Benar, pangcu," sahut Ko Cay yang bertubuh kurus, wajah
kumal seperti orang ketagihan arak.
"Adakah engkau hendak minta arak ?" seru Pat-pi sin-git Oh
Sun agak mengejek. "Ya, begitulah, pangcu," sahut si Kebal-mabuk Ko Cay,
"ucapan pangcu tadi laksana arak keras yang membangkitkan
seleraku minum." "O, bicaralah," seru Pat-pi sin-kay.
"Pangcu, aku hendak mohon keterangan. Siapakah pada
saat ini yang menjabat ketua partai kita ?"
"Oh, engkau benar2 memang ketagihan arak," Pat pi sin git
tertawa, "masakan engkau masih bertanya. Sekarang cobalah
engkau jawab, apa maksudmu datang kemari ?".
"Untuk mengadakan pemilihan ketua baru."
"Nah, pertanyaanmu tadi sudah engkau jawab sendiri.
Justeru sekarang ini kita hendak memilih ketua yang baru,"
kala Oh Sin. Pengemis kebal mabuk tertawa : "Ah, benar, benar. Jadi
kalau begitu tak perlu aku ragu2 lagi. Maaf, pangcu, aku
hendak kembali kebawah."
Habis berkata ia terus hendak loncat kebawah panggung
tetapi secepat itu, Pat-pi sin-git membentak "Tunggu dulu !"
Pengemis kebal mabuk Ko Cay berhenti serunya "Apakah
pangcu hendak memerlukan aku"
"Ya" sahut Oh Sun "apa maksud ucapanmu yang terakhir
itu ?" "O, kumaksudkan aku tak perlu meragukan apa yang
kudengar tadi," sahut Ko Cay.
"Apa yang engkau dengar ?"
"Bahwa pangcu telah memutuskan hendak merobah
peraturan pemilihan ketua partai kita."
"Benar, memang telah kuputuskan begitu".
"Tetapi kan bukan saat ini melainkan nanti apabila ketua
yang baru telah terpilih?" Pengemis kebal mabuk Ko Cay
menegas. Pat-pi sin git Oh Sun terkesiap. Kini baru ia menyadari apa
sesungguhnya maksud Ko cay naik ke panggung. Diam2 ia
menggeram. "Siapa bilang harus tunggu ketua baru terpilih. Kan
sekarang ini aku masih sebagai ketua," sahutnya dengan nada
tak senang. "Maaf, pungcu," Ko Cay masih menahan kesabarannya,
"pengertian Ko Cay tidaklah begitu. Saat ini ketua sedang
kosong dan akan diperebutkan. Siapa yang akan terpilih
sebagai ketua masih belum diketahui. Maka untuk
mengeluarkan keputusan, tidaklah tepat. Dapat
menggoncangkan suasana. Yang berhak mengeluarkan
keputusan adalah ketua baru?"
"Ko Cay !" teriak Pat-pi-sin kay dengan bengis, "tahukah
engkau apa hukuman anakbuah Kay pang yang berani
menghina ketuanya ?"
"Hinaan berat, dibunuh, atau dicabut ilmu ke pandaiannya.
Yang ringan, dipotong lengan atau salah satu anggauta
badannya." "Hm, ternyata engkau masih ingat jelas." seru Oh Sun pula.
"dan sekarang kujatuhi hukuman kepadamu karena engkau
berani menghina ketua Kaypang !"
"Aku tak menghina pangcu!" bantah Ko Cay.
"Mengapa tidak menghina" Bukankah engkau mengangga
pada saat ini aku sudah bukan pungcu lagi ?"
Belum Pengemis kebal-arak menjawab, tiba-tiba sesosok
tubuh melayang pula keatas panggung dan langsung tegak
dihadapan Pengemis-delapan-lengan Oh Sun.
"Pangcu" serunya dengan lantang, "apa yang dikatakan
oleh Sam-ko Ko Cay memang benar. Saat ini, kedudukan
ketua beku. Dan beku pula semua keputusan yang akan
dikeluarkan. Keputusan dan segala perobahan, harus tunggu
sampai ketua yang baru"
Pat-pi sin-git Oh Sun memandang pendatang itu latam2.
Seorang pengemis yang berwajah seperti orang ngantuk
karena matanya hanya setengah meram.
"Ho, engkau Cui kak-sin-kay Li Pit-seng," seru Oh Sun
mengeram," apakah engkau baru bangun atau sedang
bermimpi ?" Pendatang itu memang Cui-kak sin kay atau Pengemis
gemar-tidur Li Pit-seng. Diberi gelar begini aneh karena
pengemis itu memang paling doyan tidur. Kalau kantuknya
sudah tiba. di manapun ia tentu tidur. Bahkan sambil
berjalanpun ia dapat tidur juga.
Pernah ia ditegur oleh kawan-kawannya supaya merobah
tingkahnya itu. Kalau memang terkena penyakit tidur, mereka
akan berusaha untuk mencarikan obat.
"Siapa bilang aku sakit tidur ?" ia membantah,"memang aku
paling senang tidur karena tidur itu dapat melepaskan
ketegangan urat2 dan menenangkan pikiran Tetapi jangan kira
kalau aku ini tak tahu apa2. Yang tidur hanya mataku,
pikiranku tetap berkeliaran".. "
Memang apa yang dikatakan tokoh nomor empat dari Ngo
koay sin kay atau lima pimpinan Kay-pang daerah selatan itu
benar. Walaupun matanya terkatup seperti tidur, tetapi dia
dapat mendengar suara yang betapapun halusnya. Bahkar
kesiur angin lembut dan tebaran daun kering yang gugur ke
tanah, ia dapat mendengarkannya.
"Tidak pangcu," sahutnya atas teguran Pat -pi-sin git Oh
Sun, "aku tidak tidur, pun tidak bermimpi. Apa yang pangcu
katakan tadi, aku dapat mendengarkan semua. Dan apa yang
dikatakan sam-ko Ko Cay itupun memang benar"
"Ho, engkau juga hendak menentang pang-cu?"
"Bukan menentang melainkan mengatakan apa yang
benar." sahut Cui-kak-sin-kay Li Pit-seng.
"Hm," dengus Oh Sun, "kalau aku dapat membuktikan
bahwa aku benar dan kamu salah, apakah katamu ?"
"Terserah pangcu hendak menjatuhkan hukuman apapun,
aku bersedia menerima." kata Cui kuk-sin-kay Li Pit-seng.
"Dan engkau juga, setan arak Ko Cay ?" tegur Oh Sin
kepada jago nomor tiga dari Kay-ping selatan.
"Ya." "Bagus," seru Oh Sun lalu berpaling kearah jajaran kursi
yang diduduki oleh para tokoh2 Kay-pang. "Siapa lagi yang
mendukung pernyataan Pengemis -kebal-arak Ko Cay dan
Pengemis-doyah-tidur Li Pit seng bahwa aku saat ini bukan
lagi ketua Kay pang, silahkan tampil keatas panggung"
Seketika berhamburanlah dua sosok tubuh melayang ke
atas lui-tay. "Pangcu, akupun mendukung mereka!* seru salah seorang
pendatang yang bertubuh pendek gemuk
"Aku juga !'* seru yang seorang pula.
"Hm, bagus Hoan tong sin kay Su Sin dan Hong tian-sin-kay
Ma Kim tik" seru Oh Sun gembira, "dengan begitu lengkaplah
sudah empat dari kelima tokoh Kaypang selatan yang
menentang aku. Hanya kurang seorang yakni Liok-ti sin kay
Hoa Sin yang tak berani unjuk batang hidungnya"
Berhenti sejenak, ketua Kaypang itu berseru pula : "Apakah
masih ada lagi yang mendukung mereka. Kalau masih,
silahkan tampil kemuka !"
Tetapi sampai beberapa saat belum juga tampak seseorang
lagi yang menyambut pernyataan ketua Kay-pang itu.
"Baiklah," kata Pat-pi-sin git Oh Sun, "sekarang aku hendak
membuktikan kepada mereka bahwa pendapat mereka itu tak
benar. Dan sekalian anakmurid Kaypang serta para tetamu
undangan harap suka menjadi saksi. Bahwa apabila pendapat
mereka itu salah mereka bersedia menerima hukuman partai
Kaypang !". Anakbuah partai Jembel atau Kaypang utara bersorak
gemuruh menyambut pernyataan ketuanya. Demikian dengan
keempat sin-git atau Jembel-sakti dari Ngo coat-sin-git atau
Lima-datuk-jembel-sakti. Walaupun tak terjadi perpecahan, tetapi tokoh2 Kaypang
golongan utara sengaja membedakan diri mereka dengan
tokoh2 pimpinan Kay-pang selatan.
Jika tokoh2 pimpinan Kay-pang selatan menggunakan gelar
nama sin-kay atau pengemis-sakti, adalah tokoh2 Kay pang
utara sengaja memakai gelar sin-git. Sebenarnya git itu artinya
pengemis, dan kay juga pengemis. Tetapi tokoh2 Kay-pang
utara itu sengaja memberi arti kata git sebagai Jembel.
"Nah, sekarang aku hendak mulai," kata Pat pi sin git Oh
Sun, "cobalah kalian berempat menjawab pertanyaanku ini.
Siapakah yang paling ditaati dan berkuasa dalam partai Kaypang
kita?" "Pangcu !" seru keempat tokoh Kay-pang selatan dengan
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serempak. "Berdasarkan apa maka pangcu itu harus ditaati ?"
"Karena dia telah dipilih oleh rapat besar kaum pengemis
dan jembel." sahut Hong-tian-sin-kay atau Pengemis-sinting
Ma Kim tong. "Ya, itu tak usah ditanyakan" Oh Sun memberi tanggapan,
"semua ketua memang harus diangkat oleh rapat besar partai
Kay pang baru sah. Maksud pertanyaanku yalah kekuasaan
apakah yang ada pada pangcu sehingga harus ditakuti dan
ditaati ?" "Ou-kim-pay !" seru Pengemis doyan-tidur Pit-seng.
"Bagus, ternyata engkau memang tidak tidur Pit-seng." seru
Pit pi-sin-kay Oh Sun, "tepat sekali jawabanmu. Ou-kim-pay
atau Lencana Emas-hitam adalah lambang kekuasaan yang
tertinggi dari partai Kay-pang. Barang siapa yang memegang
Ou kim-pay, dialah yang harus ditaati. Ketua tanpa lencana
Emas-hitam itu tak berarti ketua yang berkuasa lagi. Benarkah
begitu ?" tanyanya kepada keempat tokoh Kay-pang selatan.
Keempat tokoh pimpinan Kay-pang selatan itupun
mengiakan. "Sekarang cobalah jawab terus," kata Oh Sun dengan nada
bangga, "siapakah yang saat ini membawa lencana Emas
hitam itu ?" "Sudah tentu engkau sendiri, pangcu" kata Pengemis-kebal
arak Ko Cay. "Kalau begitu kalian harus tunduk kepada amanatnya,
bukan ?" "I ... ya ... ", Ko Cay tersekat sekat menjawab.
"Telah kukeluarkan keputusan tadi, mengapa kalian tak
tunduk bahkan mengatakan bahwa aku tak mempunyai hak
untuk mengeluarkan keputusan"
"Memang haruslah ketua baru yang mengeluarkan
keputusan baru itu" bantah Ko Cay.
Pat pi-sin git Oh Sun tertawa hina.
"Ketua baru atau lama pada hakekatnya sama. Akhirnya
akulah yang akan menjabatnya" katanya dengan angkuh.
"Hm," dengus Pengemis-tidur Li Pit seng, "sering aku
mengalami hal2 yang tak sama. Dalam tidur aku bermimpi
makan enak, namun arak wangi. Bahkan pernah aku
bermimpin menjadi seorang raja yang dikelilingi puteri2 cantik.
Aku pun pernah juga bermimpi menjadi jago nomor satu
didunia. Tetapi ketika aku bangun, amboi .... aku tetap si
Pengemis-tidur Li Pit-seng. Walaupun ayahbundaku sudah
memberi nama Pit-seng atau Pasti Menang, tetapi nyatanya
aku selalu gagal...."
"Hmm, engkau menyindir aku " "Oh Sun menggeram,
"engkau hendak mengatakan bahwa aku hanya bermimpi saja
kalau mengatakan tentu dapat menjabat ketua Kaypang yang
kelima kalinya?" "Mudah-mudahan pangcu berhasil," seru Pengemis- tidur
itu, "tetapi harap pancu jangan memastikan dahulu sebelum
menghadapi kenyataan."
"Sudahlah, jangan banyak mulut !" bentak Oh Sun. "Aku
takkan menyebut-nyebut lagi soal berhasil atau tidaknya
meraih jabatan ketua baru. Tetapi yang jelas dan nyata, saat
ini akulah pemegang lencana Emas - hitam, lambang
kekuasaan tertinggi dari kaum Kay pang !"
Habis berkata ia terus merogoh kedalam baju dan
mengeluarkan sebuah benda berwarna hitam berkilauan.
"Ou kim pay akan memberi amanat!" teriak Oh Sun dengan
nyaring. Pengemis kantong nasi Su Sin, Pengemis-Kebal-arak,
Pengemis sinting Ma Kim tong segera memberi hormat kearah
lencan yang diacungkan oleh Oh Sun. Lencana itu lebar
duapuluh senti, panjang dua tigapuluh senti. Ditengah
tengahnya terdapat empat huruf yang berbunyi KAY PANG
KIM LENG PAY atau Lencana emas partay Kay pang.
Dibawahnya dibubuhi dengan cap lima jari tangan.
Baik kelima huruf maupun cap tanda tangan lima buah jari
itu, tidak ditulis dengan huruf, melainkan digurat dengan jari
tangan. Setelah memandang Ou-kim pay itu sejenak, barulah
Pengemis doyan tidur Li Pit seng ikut berlutut.
"Tecu berempat siap menunggu amanat Ou kim-pay," seru
keempat pemimpin Kay-pang itu dengan khidmat.
"Kalian berempat adalah pimpinan Kaypang. Sebagai
pimpinan seharusnya kalian tahu akan peraturan dan tahu
pula untuk menghormati pimpinan yang lebih atas. Apabila
pimpinan bertindak tak pegang peraturan, bagaimana dengan
sebawahannya " Bukankah partai Kaypang akan menjadi tak
keruan " Sebuah partai yang sudah tak mempunyai disiplin
lagi ?" Keempat tokoh Kay-pang selatan itu tundukkan kepala tak
berani memandang kemuka. "Maka demi menegakkan kembali kewibawaan partai dan
menjunjung peraturan partai, terpaksa hukuman partai akan
kami jatuhkan kepada kalian berempat, sekalipun kalian ini
menjabat sebagai pucuk pimpinan partai....."
Berhenti sejenak ketua Kay-pang itu melanjutkan pula:
"Mengingat bahwa kalian berempat telah menyumbangkan
jasa kepada partai selama berpuluh tahun, maka hukuman
mati yang akan kami jatuhkan kepada kalian itu, akan kami
peringan dengan hukuman potong sebelah lengan. Nah,
bersiaplah untuk menerima hukuman itu !"
Keempat tokoh Kay-pang selatan memberi hormat dan
serempak mengiakan. "Hal, mana hou hwat dari Kay pang, lekaslah naik ke
panggung!" seru Oh Sun kearah jajaran anggauta Kay-pang
yang berada di bawah panggung.
Hou hwat artinya Pelindung, yalah yang bertugas
mengawasi dan menilik apakah anakbuah kaypang
menjalankan peraturan atau tidak. Yang melanggar, ditangkap
dan dihukum. Dua sosok tubuh segera melayang keatas panggung. Tetapi
Oh Sun agak terkejut karena kedua orang itu agak berbeda
arah datangnya.! Yang seorang dari deretan kursi di bawah
panggung tetapi yang seorang dari tempat para penonton di
samping kanan panggung. Yang dari deretan kursi orang2 Kay pang, jelas Oh Sun
dapat mengetahui sebagai si Kaki satu Hong Lui, tetapi yang
dari kalangan penonton, ia tak kenal. Orang itu ternyata
seorang yang mengenakan dandanan sebagai seorang petani,
pakaiannya dari kain kasar, umurnya sekitar 50-an tahun.
"Ji te, siapakah orang itu ?" seru Oh Sun kepada si Kaki
satu Hong Lui. Hong Lui memandang pendatang itu dan kerutkan dahi.
"Entahlah, akupun belum mengenalnya."
"Hai, siapakah engkau " Mengapa engkau berani naik ke
panggung ini ?" seru Oh Sun.
Orang desa itu tertawa. "Aku seorang desa yang tinggal dibagian barat gunung ini.
Tetapi aku pernah melihat juga lencana Emas hitam dari partai Kaypang. Mengapa lencana itu beda dengan lencana yang pangcu pegang itu "' sahut orang desa itu. Pernyataan itu menggemparkan seluruh gelanggang. Tetapi rupanya Oh San malah tenang2 saja; "Bagaimana engkau tahu
lencana ini palsu"!"
"Karena beda dengan yang kulihat dulu!" Oh Sun
nyalangkan mata dan berseru makin bengis : "Dari mana
engkau melihatnya ?"
"Han jiat sin kay Suma Kiam dahulu pernan singgah
dirumahku. Dia menderita sakit dan dirawat oleh ayahku.
Karena pakaiannya penuh darah maka ditanggalkan untuk
dicuci. Diapun minitipkan sebuah benda hitam yang katanya
adalah Lencana Emas hitam dari Kay pang. Saat itulah aku
mendapat kesempatan untuk mengamat-amati benda itu ... "
"Ho, apanya yang berbeda ?" seru Oh Sun.
"Bentuknya." sahut orang tua desa itu. "cobalah pangcu
bacakan bunyi huruf pada lencana itu"
"Kay pang kim leng pay ..."
"Salah" seru orang desa itu serempak, "yang kulihat pada
lencana yang dibawa Han jiat- sin kay Suma Kiam adalah KAY
PANG KIM SENG PAY. Jadi bukan Leng tetapi Seng. Leng-pay
hanya berarti lencana tetapi Seng-pay artinya Lencana
keramat atau suci ... "
"Ngaco !" bentak Kaki satu Hong Lui, "Ou Kim-pay itu tak
pernah berpisah dari toa-suhengku. Bagaimana engkau berani
mengatakan kalau lencana itu palsu !"
"Ho, siapa yang sudi percaya kalau engkau pernah melihat
lencana dari Han jiat sin kay Su- ma Kiam " Mana buktinya?"
seru Pat pi-sin-kay Oh Sun.
"Hm bukti memang tak ada," sahut orang desa itu "tetapi
memang benar aku pernah melihat jelas lencana itu. Begini,
pangcu, bolehkah aku melihat lencana ini barang beberapa
saat saja ?" "Untuk apa ?" "Akan kuperiksa apakah lencana itu benar2-terbuat dari
emas hitam atau bukan"
Pat-pi-sin-kay meragu sejenak lalu mengangsurkan lencana
itu : "Kemarilah engkau"
Orang desa itupun menghampiri kedekat ketua Kaypang. Ia
menerima lencana itu lalu diperiksanya.
Tiba-tiba orang itu menjerit : "Celaka, pangcu. lencana ini
bukan dari emas hitam melainkan hanya dari batu hitam
belaka !" Secepat kilat Pat-pi-sin-kay Oh Sun dengan tangannya yang
amat panjang, telah menyambar kembali lencana itu.
"Emas hitam dari lencana Kay-pang itu kerasnya bukan
kepalang. Menurut keterangan Han-Jiiit sin-kay Suma Kiam,
emas hitam itu berasal dari batu bintang yang jatuh di daerah
gurun pasir Mongolia. Kerasnya bukan kepalang. Dan lencana
yang berada pada pangcu itu, terbuat dari logam hitam. Kalau
tak percaya silahkan pangcu memotongnya."
Pat-pi -sin-kay Oh Sun terbelalak bimbang.
Diam2 ia terkejut mengapa orang desa itu tahu betul akan
lencana itu. Bahkan pernah bertemu dengan Han-jiat-sin-kay
Suma Kiam, ketua Kay-pang yang menghilang tanpa bekas itu.
Tetapi ia yakin kalau lencana itu tak pernah terpisah dari
dirinya, Bagaimana mungkin lencana itu palsu.
"Tidak !" tiba-tiba ketua Kaypang itu menggembor keras,
"lencana ini adalah pusaka Kay-pang yang keramat dan
agung. Tak dapat sembarangan hendak diperiksa dan
dicemarkan oleh seorang desa yang tak ada sangkut pautnya."
'Kalau lencana itu tulen, potonglah kepalanya!" seru siorang
desa dengan lantang, "jelas lencana itu palsu, mengapa
pangcu takut mengakui?"
Sekonyong-konyong keempat tokoh Kay-pang selatan
serempak berbangkit dan berserulah Pengemis-kantong-nasi
Su Sin, tokoh kedua dari Ngo-coay-sin kay : "Pangcu, kami
mohon supaya Kay pang kim-leng-pay itu diperiksa !"
Pai pi-sin-kay On Sun deliki mata .....
-oo0dw0oo- Jilid 17 Gagal "Hm, kalian juga berani meragukan keaselian Kay-pang-oukimpay !" teriak Pat-pi-siu kay Oh Sun dengan marahnya.
Keempat tokoh Kay-pang selatan tegakkan kepala dan
Pengemis-kantong nasi Su Sin, tokoh kedua dari pimpinan
Kay-pang selatan serentak menyahut : "Bukan meragukan
ataupun menghina Tetapi Ou kim pay itu merupakan lambang
kekuasaan tertinggi dari perkumpulan kita. Bahwa saudara
yang datang itu?" berkata sampai disitu ia menunjuk pada si
orang desa, "berani mempertaruhkan jiwanya untuk Ou kimpay
yang dikatakan palsu itu, sebaiknya kitapun harus berani
memeriksa." Pat-pi-sin-kay Oh Sun menggeram :
"Huh, ia mendengus penuh geram "jelas lencana itu tak
pernah terpisah dari diriku, mengapa orang masih
menyangsikannya " Kalau kita hari meladeni setiap orang yang
mengatakan lencana itu palsu, bukankah kita hanya sibuk
untuk tiap kali memeriksanya saja ?"
"Tidak mudah untuk mengatakan lencana Ou kim-pay itu
palsu." sambut Su Sin "tetapi kita harus mempertimbangkan
siapa dan bagaimana keterangan orang yang mengatakan itu.
Jelas bahwa saudara itu tadi berani mempertaruhkan jiwa dan
dapat pula memberikan keterangan tentang perkenalannya
dengan sucou Han-jiat-sin-kay Suma Ki am, mengapa kita tak
berani memeriksa lencana itu " Apakah jeleknya apabila kali ini
dalam pertemuan besar kaum Kay-pang selatan dan utara,
kita buktikan bahwa tuduhan itu tidak benar ?"
Oh Sun mendenguskan hidung.
"Dan lagi apabila pangcu menolak pembuktian itu,
bukankah akan timbul desas desus di dunia persilatan bahwa
lencana Ou kim-pay kaum kita, diragukan keasliannya ?" seru
Pengemis-kantong-nasi Su Sin pula.
"Ho. tidak mudah untuk sembarangan mengutik-utik
lambang tertinggi dari kaum Kay-pang itu." kata Oh Sun, "jiwa
orang itu masih belum sepadan dengan kehormatan dari
lencana kaum kita" "Lalu apakah yang pangcu anggap memadai untuk
menyetujui pemeriksaan lencana itu" desak Pengemis-kantong
nasi Su Sin. Pat pi-sin-git Oh Sun tak dapat lekas menjawab. Kemudian
ia hanya menyerahkan kembali pada penanya "Cobalah kalian
ajukan usul sendiri. Mungkin aku dapat menerima"
Su Sin dan ketiga pengemis pimpinan Kay pang selatan
tertegun mendengar ucapan ketua Kay pang itu. Mereka saling
bertukar pandang namun tak ada yang menemukan pendapat.
Adalah tiba2 sesosok tubuh telah melayang keatas
panggung dan terus menghampiri kehadapan Oh Sun.
"O, engkau To samte" seru Oh Sun demi melihat pendatang
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu, "apa maksudnya naik ke atas panggung ?"
"Harap pangcu suka memaafkan kelancangan Pengemisiblistertawa To Hoan, apabila pangcu menganggap aku
lancang naik panggung"
"Ah, tentulah sam sute akan membawa hal yang penting,"
kata Oh Sun, "silahkan menerangkan."
"Untuk imbalan dari persetujuan pangcu memeriksa Oukimpay kita, rasanya tak ada yang lebih memadai daripada
maksud rapat besar ini", kata To Hoan.
"Bagaimana maksud sam-sute?"
"Bukankah rapat besar untuk mengadakan pemilihan ketua
Kay-pang yang baru ?"
"Ya" "Bukankah fihak Kay-pang selatan akan berusaha untuk
memenangkan pemilihan ini ?"
"Sudah jelas begitu"
"Beranikah mereka mempertaruhkan hasil pemilihan ini
untuk memenuhi tuntutan mereka ?"
Pat-pi-sin git Oh Sun terkesiap, serunya "Maksud sam-sute
suruh mereka mempertaruhkan pemilihan mereka pada hasil
pemeriksaan Ou-kim- pay itu
"Benar, pangcu" kata To Hoan, "kalau Ou kim-pay itu
memang benar2 Ou-kim-pay yang aseli sebagai hukuman dari
kelancangan mereka mendesak diadakan pemeriksaan lencana
itu, mereka harus mengundurkan diri dari pemilihan dan
rnenyerahkan jabatan pangcu itu kepada toako lagi"
"Hai," teriak Oh Sun terkejut "tetapi tak mungkin mereka
berani menerima hal itu !"
Tiba2 Hoan-tong sin-kau atau Pengemis-kantong-nasi Su
Sin berseru : "Pangcu kami terima usul itu"
Gemparlah sekalian anakbuah Kay-pang yang memenuhi
gelanggang lui tay itu. Mereka tak pernah menduga bahwa Su
Sin sebagai wakil dari partai Kay pang selatan, berani
mempertaruhkan itu untuk tindakan memeriksa keaslian Ou
kim pay. "Apakah ucapanmu itu resmi mewakili Kay pang selatan ?"
Oh Sun menegas dengan mata ber kilat2.
Su Sin berpaling kearah ketiga sutenya. Ketiga tokoh
pimpinan Kay-pang selatan memberi anggukan kepala.
"Benar, pangcu" seru Su Sin "apabila seorang lelaki dari
desa berani mempertaruhkan jiwanya, masakan kami tak
berani mempertaruhkan soal pemilihan saja " Jangan kuatir,
pangcu, segala tanggung jawab pada Kay pang selatan akulah
yang memikul" Setelah mendapat penegasan itu maka Pat-pi sin git
berkata: "Baiklah, hal ini kalian yang menyetujui sendiri ... "
Habis berkata ia terus berseru pula kebawah lui tay ; "Hai,
mana anggauta Ngo-koay-sin-git" Harap naik keatas
panggung !" Seiring dengan seruan itu maka berturut-turut melayanglah
dua sosok tubuh keatas panggung Mereka lalu berjajar di
sebelah Tok kak-sin-git Hong Lui dan Kui-gok-sin-git atau
Pengemis tertawa-iblis To Hoan. Kedua pendatang itu yalah
Lan-ha ma atau Jembel-malas Na Kok-kong dan Poan-sin-git
atau Jembel gemuk Au yang Hok.
Dengan demikian lengkaplah saat itu pimpinan Kay-pang
utara dan pimpinan Kaypang selatan. Hanya saja kalau
pimpinan Kay-pang lengkap lima orang, adalah Kay-pang
selatan hanya empat orang karena Liok ci-sin-kay Hoa Sin tak
hadir. Sementara itu si orang desa yang mengatakan kalau
Kay-pang kim-Ieng-pay itu palsu, pun masih berada diatas
panggung. Demikian setelah kedua fihak hadir maka Pat pi sin-git Oh
Sun segera berseru : "Nah, sekarang aku hendak mulai.
Biarlah seluruh anggota Kaypang maupun utara, baik dari
lapisan bawah sampai pada pucuk pimpinan menjadi saksi.
Benarkah Kay-pang kim-Ieng-pay ini palsu seperti yang
dituduhkan oleh orang ini"
Habis berkata ia terus mencekal kim-pay dengan tangan
kanan, diangkat dan disongsongkan ke muka dada :
"Sekarang silahkan pimpinan Kay-pang selatan satu demi satu
maju untuk memeriksa".
Pengemis-kantong nasi Su Sin segera hendak melangkah
maju tetapi baru ia hendak bergerak sekonyong-konyong
sesosok tubuh melambung ke udara dan melayang turun
diatas panggung lui-tay itu.
"Tunggu ..." seru orang itu dengan nyaring.
Sekalian tokoh2 pimpinan partai Kay-pang terkejut. Lebih
terbelalak pula ketika mereka demi mengetahui siapa
pendatang itu. "Hoa toako !" teriak Su Sin serentak dengan kejut2 girang.
"Toako ..." serempak ketiga pimpinan Kay pang lainnyapun
berseru dan maju menyongsong.
Ternyata yang muncul diatas luitay itu memang Hoa Sin si
Pengemis-sakti jari-enam. Kemunculan ketua Kay-pang selatan
yang tak terduga-duga itu benar2 menimbulkan kekagetan.
"Oh, engkau Hoa hu-pangcu" tegur Pat-pi-sin-git Oh Sun
sesaat kemudian, "apakah maksudmu"
"Pangcu," kata Hoa Sin "Hoa Sin sedang mengembara
ketika tiba2 teringat bahwa hari ini adalah hari yang penting
bagi partai Kay-pang. Ya pemilihan ketua baru, merupakan
lembaran sejarah yang penting untuk partai Kay-pang. Maka
bergegas-gegaslah aku datang kemari dan untunglah belum
terlambat" "Tentunya engkau sudah mendengar apa yang telah
disepakatkan pada saat ini, bukan ?" seru Oh Sun.
"Benar" "Dan apakah engkau tak menyetujui keputusan keempat
rekanmu tadi ?" "Mengapa tidak, pangcu ?" diluar dugaan Hoa Sin memberi
jawaban, "selama aku tak dapat menjalankan tugas pimpinan
karena mengembara, hak dan tugas pimpinan kuserahkan
kepada ji sute Su Sin dengan dibantu oleh ketiga sute yang
lain. Apapun yang telah diputuskan oleh mereka tentu saja sah
dan akupun harus setuju"
"O, itulah yang benar" kata Oh Sun, "lalu apa kehendakmu
untuk menghentikan pelaksana pemeriksaan lencana itu ?"
"Ada sesuatu yang masih kurang" kata Ho Sin.
"Kurang " Soal apa yang kurang?" Oh Sin heran.
"Perjanjian tadi yalah apabila Ou kim-pay itu aseli maka Su
Sin sute sebagai wakil fihak Kay-pang selatan, rela
menggugurkan hak pilihnya dan menyerahkan pemilihan itu
kepada Kay pang utara. Artinya, kedudukan pimpinan Kaypang
masih tetap dijabat oleh Oh pangcu"
"Benar dan itu sudah menjadi kehendak fihak Kaypang
selatan sendiri" "Ya, fihak Kaypang selatan tak mengingkari janji itu" kata
Hoa Sin, "tetapi ingin kubertanya bagaimana kesanggupan
janji Oh pangcu dan pimpinan Kay-pang utara apabila Ou-kimpay
itu ternyata memang palsu ?"
Pertanyaan itu telah menimbulkan kebingungan pada fihak
Kay-pang utara. Sesaat mereka tak dapat memberi jawaban.
Pat pi-sin-git Oh Sun tertegun.
Tiba2 si Kaki-satu Hong Lui melangkah maju dan berseru :
"Hoa pangcu, tongkat apakah yang engkau bawa itu ?"
Suling Emas Dan Naga Siluman 14 Imbauan Pendekar Karya Khu Lung Kisah Dua Naga Di Pasundan 1
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama