lihay. Maka segera ia menghampiri kasimpanan kitab pusaka
ilmusilat dan mengambil sekenanya. Pikirnya, apapun yang
diambilnya itu tentu memuat ilmu silat yang sakti".
"Inilah", katanya seraya menyerahkan kitab pusaka itu,
"apabila engkau tekun mempelajari, engkau tentu akan
menjadi dewa penolong manusia yang termasyhur."
Tanpa banyak bicara Blo'onpun menyambuti kitab tipis dan
kecil itu lalu disimpan dalam bajunya.
Ketika keluar dari ruang rahasia itu, sekonyong-konyong
diluar terdengar derap langkah beberapa belas oraag dan
pada lain saat pintu kuil pan segera di debur.
"Buka pintu" teriak seseorang dengan nada keras
Thiat Bok tojin segera membuka pintu. Ia terkejut ketika
melihat diluar pintu kuil telah siap berjajar-jajar puluhan
prajurit Gi-lim-kun dengan senjata terhunus.
"Maaf tojin, kami hendak menangkap seorang pemuda yang
menyaru jadi prajurit Gi-lim kun, Dimanakah dia sekarang ?"
Thiat Bok tojin terbeliak ....
^oo0dw0oo^ Jilid 28 Tabib blo'on. Setelah termangu sesaat, Thiat Bok tojinpun segera
menyadari siapa yang dimaksud sebagai prajurit Gi-lim-kun
palsu itu, tentulah pemuda Blo"on yang berada dalam ruang
kuil itu. Ia heran mengapa pemuda itu seorang prajurit Gi-lim-kun
palsu. Bukankah tadi dia mengatakan kalau diutus oleh Gui
thaykam" "Wisu* kata kepala kuil Kuning itu" pinto percaya bahwa
sicu sekalian sebagai prajurit Gi-lim-kun tahu akan peraturan
dalam keraton." "Uh, mengenai soal apa ?" tanya kepala kelompok Gi lim
kun itu. "Bahwa Kuil Kuning ini merupakan tempat suci penyimpan
kitab2 pusaka jaman dahulu. Oleh karena itu, baginda telah
mengeluarkan firman tak boleh setiap orang datang kemari
tanpa membawa surat jalan dan baginda."
"Tetapi kami diperintah oleh Gui thaykam !", seru prajurit
Gi-lim kun itu. "Mana surat perintahnya?" tanya Thiat Bok tojin.
Kembali prajurit Gi-Hm-kun itu termangu2.
"Kami hanya mendapat perintah dari Hong ciangkun bahwa
atas perintah Gui thaykam, kami disuruh menangkap seorang
prajurit Gi-lim-kun palsu yang menuju ke Kuil Kuning," katanya
sesaat kemudian. "Disini tak ada prajurit Gi-lim-kun palsu,"! jawab kepala Kuil
Kuning itu. Prajurit Gi lim kun kerutkan kening, bersangsi.
"Ah, tak mungkin Gui thaykam keliru memberi perintah"
katanya. "Apa kata Gui thaykam ?" tanya Thiat Bok
"Gui thaykam mengatakan bahwa dialah yang menyuruh
prajurit palsu itu ke Kuil Kuning untuk mengambil kitab
pusaka". Tiba2 Thiat Bok tojin tertawa:
"Aneh. aneh," serunya, "jika Gui thaykam sendiri yang
menyuruh, mengapa sekarang dia hendak menangkapnya ?"
"Karena tahu bahwa prajurit itu palsu !"
"Kalau tahu prajurit itu palsu, mengapa masih diperintah
mengambil kitab pusaka ke Kuil Kuning ?" Thiat Bok tojin balas
bertanya. "Akh, prajurit itu mendesuh, "sebelumnya tentulah Gui
thaykam tak tahu kalau prajurit itu palsu."
"Itu urusan Gui thaykam," Thiat Bok tojin mengangkat
bahu. Prajurit Gi-lim-kun itu heran. Mengapa kepala Kuil Kuning
sedemikian getas sikapnya. Pada hal yang memerintahkan
kelompok Gi-lim-kun mencari ke Kuil Kuning itu adalah Hong
ciangkun yang menerima perintah dari Gui thaykam.
"Thiat totiang" kata kepala kelompok prajurit Gi-lim-kun itu
pula. Rupanya ia paksakan diri untuk berlaku sabar, "kami
hanya diperintah oleh Gui thaykam dan Hong ciangkun. Sudah
tentu perintah itu harus kami laksanakan sebaik-baiknya. Jika
totiang tak keberatan kami mohon izin untuk memeriksa
kedalam kuil." Thiat Bok tojin tertawa dingin.
"Itu sama saja engkau hendak menghina aku".
"Tidak totiang."
"Sudah kukatakan prajurit palsu itu tak berada di kuil
Kuning ini, untuk apa engkau masih hendak menggeledah kuil
" Apakah itu bukan berarti tak percaya kepada omonganku ?"
"Tetapi jika totiang berkata dengan sejujurnya, apakah
keberatan totiang untuk mengizinkan kami memeriksa ke
dalam kuil ?" prajurit itu mengembalikan pertanyaan.
Thiat Bok tojin kerutkan alis.
"Sudah kukatakan bahwa Kuil Kuning itu langsung di bawah
penilikan baginda. Setiap orang yang hendak masuk ke kuil ini
harus membawa surat dari baginda. Tetapi engkau tak
memenuhi syarat itu terpaksa kutolak. Lalu engkau hendak
mohon memeriksa kuil. Eh, aturan macam apakah ini ?"
"Tugas yang mewajibkan begitu" balas prajurit Gi-lim-kun
"jika totiang menolak, maaf, terpaksa kamipun hendak
melanjutkan pemeriksaan".
"Baik, cobalah kalau kalian mampu"
Setiap anggota prajurit Gi lim-kun tentu terpilih dari jago2
silat yang memiliki kepandaian tinggi. Demikian juga dengan
kepala kelompok Gi-lim-kun itu. Dia bernama Ui Pok bergelar
Tombak angin. Dahulu seorang penyamun yang termasyhur
dari daerah Kwan-gwa atau perbatasan.
"Baik, totiang aku terpaksa akan berlaku kurang hormat"
kata Ui Pok seraya melangkah maju. Tombak tetap dipegang
dalam tangan kanan. "Berhenti" tiba2 Thiat Bok tojin songsongkan tangan
kanannya kemuka. Ui Pok terkejut ketika rasakan tubuhnya dilanda oleh
segulung angin tenaga yang kuat hingga ia berhenti.
Untunglah sebelumnya ia sudah kerahkan tenaga-dalam
untuk melindungi tubuhnya. Namun tak urung gemetarlah
badannya, ketika terlanda gerakan tangan kepala Kuil Kuning
itu. "Maaf totiang," tiba2 Ui Pok mengangkat tombak lalu
dengan gerak secepat kilat menusuk tangan tojin itu.
Dan ketika Thiat Bok tojin menarik pulang tangannya, Ui
Pokpun sudan menyusuli pula dengan tutukan ke kaki orang
tua Itu. Betapapun ia tak mau melakukan serangan maut.
Maksudnya cukup untuk melukai sedikit anggauta tubuh tojin
itu. Tetapi diluar dugaan tusukan tombak Ui Pok itu hanya
mengenai lantai dan sebelum ia sempat menarik pulang
tombak, tiba2 Thiat Bok tojin meluncur turun, menginjak
ujung tombak itu. Krak ..... Putuslah ujung tombak Ui Pok. Seketika kepala kelompok
prajurit Gi-lim-kun itu pucat wajahnya. Sudah berpuluh tahun
ia mengangkat nama dengan tombak sakti itu tetapi kini
dalam sekall dua kali gebrak saja, tombak itu sudah
dipatahkan oleh Thiat Bok tojin.
"Serang " serentak ia berteriak memberi perintah kepada
anakbuahnya. Bagaikan tawon keluar dari sarangnya,
beberapa prajuril Gi lim-kun segera berhamburan menyerang
Thiat Bok tojin. Tapi kepala Kuil Kuning itu tak gentar. la
menghadapi mereka dengan tenang.
Namun sesungguhnya Thiat Bok tojin mempunyai
pertimbangan tersendiri. Pertama, ia memang merasa telah
mempersulit tugas kelompok Gi-lim-kun. Ia mengatakan
prajurit palsu itu tak berada dalam kuil, pada hal ada. Tetapi ia
tak mau menyerahkan pemuda itu karena percaya bahwa
pemuda itu adalah puteranya yang hilang dahulu.
Maka Thiat Bok tojin mengambil pertimbangan, tetap
melindungi Bloon tetapipun tidak mau melukai para prajurit Gi
-lim-kun itu. Dengan demikian walaupun ia sebenarnya dapat
mengalahkan tetapi terpaksa ia tak mau melancarkan
serangan sungguh2. Setelah beberapa waktu pertempuran itu tak memberi hasil
suatu apa, tiba2 Thiat Bok tojin berseru :
"Berhenti " Rupanya prajurit2 Gi-lim-kun itu masih mengindahkan juga
kepada kepala Kuil Kuning. Apalagi dalam pertempuran itu,
mereka menyadari bahwa Thiat Bok itu memang seorang
imam yang berilmu tinggi. Serempak mereka hentikan
serangannya. "Aku hendak bertanya" seru Thiat Bok.
"Silahkan totiang"
"Mengapa prajurit palsu itu hendak ditangkap?" seru Thiat
Bok tojin. "Menurut keterangan Hong ciangkun, prajurit palsu itu telah
mencekik Gui thay , ... "
"Hai !" Thiat Bok tojin menukas kaget, "ia berani mencekik
Gui thaykam " Apakah Gui thaykam mati ?"
"Tidak." sahut kepala dari kelompok Gi-lim-kun itu. "hanya
pingsan lalu diikatlah tubuh Gui thaykam dengan tali".
"Mengapa dia melakukan hal itu ?" seru ke pala Kuil Kuning
sambil kerutkan dahi. "Entahlah, totiang." sahut prajurit itu.
"Goblok !" tiba2 terdengar sebuah seruan yang memaki
prajurit itu. Thiat Bok tojin dan sekalian prajurit Gi lim kun tersentak
kaget dan serempak berpaling kebelakang.
"Wahai ! Dari pintu Kuil Kuning muncul keluar seorang
prajurit Gi lim kun yang gundul. Pakaiannya seperti Gi Iim kun
tetapi tak mengenakan topi. Sedang kepalanyapun gundul,
memelihara sebatang kuncir di atas kepala samping kanan.
"Engkau ... !" teriak Thiat Bok tojin seperti disambar petir
kejutnya. "Hai itu dia yang kita cari !" teriak kepala prajurit Gi lim kun
seraya lari menghampiri. "Hai.... mengapa totiang ?" tiba2 Ui Pok kepala kelompok
Gi-lim-kun itu memekik kaget ketika Thiat Bok tojin
menghadang jalannya. "Selama dia masih berada dalam kuil, aku tak mangizinkan
engkau menangkapnya. Kecuali engkau membawa surat
firman dari baginda" kata Thiat Bok tojin dengan wajah sarat.
Ui Pok meeyeringai. "Hm, rupanya tojin memang hendak
melindungi orang itu."
"Siapa bilang ?" tiba2 prajurit Gi-lim-kun yang aneh atau
bukan lain Blo'on itu berseru seraya melangkah menghampiri
ke tempat mereka, "mau apa kalian ?"
Thiat Bok tojin makin kelabakan. Dia telah berusaha
setengah mati untuk melindung tetapi anak itu malah nongol
dan cari gara2. "Kami diperintankan Hong ciangkun untuk menangkapmu."
seru Ui Pok. "Mengapa ?" tanya Blo"on.
"Karena engkau telah menganiaya Gui thay kam !"
"Menganiaya ?" Blo'on menegas, "engkau memang prajurit
gila. Justeru aku malah membantu baginda untuk menangkap
seorang hianat, mengapa malah hendak ditangkap ?"
Ui Pot terkejut : "Panghianat " Siapa yang engkau sebut
penghianat itu ?" "Gui tkaykam !" seru Blo'on.
Ui Pok terkejut sampai menyurut mundur setengah langkah.
Demikian pula Thiat Bok tojin. Dia terlongong-longong.
"Jangan banyak mulut !" sesaat kemudian prajurit Gi-lim
kun itu membentak keras dan terus maju.
"Jangan !" kembali Thiat Bok tojin lintangkan tangannya
mencegah. Ui Pak kerutkan dahi : Ei, mengapa totiang masih
menghalangi pekerjaanku " Adakah totiang tak takut akan
terlibat dalam perkara ini"
"Terlibat bagaimana ?"
"Totiang mengatakan kalau tak ada seorang prajurit palsu
yang datang ke kuil iini. Tetapi ternyata memang ada. Itupun
masih ditambah pula totiang hendak menghalangi tugas yang
kami terima dari Gui thaykam untuk menangkap dia !"
"Telah kukatakan", sahut Thiat Bok tojin, bahwa Kuil Kuning
ini langsung dibawah perintah baginda. Tak peduli siapapun
juga, jika tak membawa surat firman dari baginda, tak
dibenarkan masuk ke kuil."
"Hmm, terlalu keras kepala benar totiang ini", dengus Ui
Pok. Namun ia tak berani bertindak sembarangan karena tahu
bahwa imam kepala Kuil Kuning itu sakti sekali.
Tiba2 ia menghampiri anakbuahnya dan memberi perintah
dangan bisik2. Merekapun segera berpencar diri untuk
mengepung kuil itu. "Baiklah totiang," kata Ui Pok kepada kepala Kuil Kuning,
silahkan totiang masuk".
"Hm, kalian hendak mengepung Kuil Kuning ini" Apa
maksudmu ?" tanya Thiat Bok tojin.
"Totiang, kita adalah sama2 mengabdi kepada kerajaan.
Wajiblah kalau kita saling menghormati hak dan kewajiban
masing2", kata Ui Pok, "totiang berkeras meminta surat
perintah dari baginda, baiklah, karena Hong ciangkun memang
tak memberi, kamipun tak dapat mengunjukkan surat perintah
itu. Oleh karena itu kamipun menghormati kewajiban totiang
dan takkan masuk kedalam kuil."
"Tetapi mengapa kalian mengepung kuil ini?" tanya Thiat
Bok tojin pula. "Kami akan menunggu di luar kuil. Apabila prajurit palsu itu
keluar dari kuil. maka akan kami tangkap. Dan hal itu sudah
bukan menjadi hak kekuasaan totiang lagi untuk melarang,"
kata Ui Pok. Thiat Bok tojin kerutkan dahi. Apa yang dikatakan prajurit
Gi-lim-kun itu memang tepat. Tetapi bagaimanapun halnya, ia
tetap akan melindungi 'puteranya" itu.
Sebelum Thiat Bok tojin sempat mengambil keputusan,
tiba2 Blo"on melangkah keluar di pintu kuil dan berseru :
"Inilah, aku sudah berada di luar kuil, kalau mau
menangkap, silahkan saja," ia berseru.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kembali Thiat Bok tojin terkejut, serunya: "Ang Bok ... !"
Kepala kelompok prajurit itu terkesiap. Cepat ia bertanya :
"Totiang, siapakah yang totiang maksudkan Ang Bok itu ?"
Sebelum Thiat Bok menyabut, Blo'on sudah melengking :
"Aku bukan Ang Bok !"
Ui Pok kepala kelompok Gi lim-kun itu bingung.
Dipandangnya Thiat Bok tojin dengan heran. Juga kepala Kuil
Kuning itupun tertegun. Ia tak tahu bagaimana harus
mcncairkan keadaan saat itu.
Ui Pok segera menghampiri kemuka Thian Bok tojin dan
berkata dengan berbisik :
"Totiang siapakah yang totiang sebut dengan nama Ang
Bok itu ?" Thiat Bok tojin menghela napas. "Apakah prajurit itu ?" Ui
Pok mendesak. Thiat Bok tojin mengangguk. "O, dia mungkin mempunyai
hubungan dengan totiang ?" tanya pula Ui Pok,
Kembali Thiat Bok tojin mengangguk. "O." Ui Pok tertegun,
"tetapi perintah Gui thaykam terpaksa harus kulaksanakan.
Dalam hal ini kurasa totiang tak perlu kuatir. Mengingat dia
masih mempunyai hubungan sama totiang tentulah Gui
thaykam takkan menarik panjang urusan ini.
Thiat Bok tojin merenung.
"Hai, mengapa kailan kasak kusuk seperti orang perempuan
?" seru Blo"on.
Thiat Bok tojin dan Ui Pok terbeliak,
"Aku sedang berunding dengan Thiat Bok tojin untuk
meringankan kesalahanmu," seru Ui Pok.
"Buat apa "* seru Blo'on sambil mengangkat kepalanya
keatas. "kalau mau tangkap silahkan tangkap. Tetapi dengan
begitu sudah jelas kalian ini komplotan dari Gui thaykam yang
berhianat itu." "Sicu." bisik Thiat Bok tojin kepada Ui Pok "Jangan engkau
masukkan dalam hati bicara anak Itu. Dia memang agak aneh
seperti orang yang kurang waras pikirannya."
Ui Pok mengangguk. "Engkau setuju " Bagus ... eh, engkau setuju bagaimana"
Hendak menangkap aku atau membantu aku menangkap Gui
thaykam ?" Blo'on lanjutkan ocehannya.
"Sicu," kata Thiat Bok tojin pula, "apabila engkau mau
membantu aku, kuminta engkau membawanya menghadap
kepada baginda. Apabila baginda mengetahui bahwa dia
puteraku, tentulah baginda akan memberi ampun."
Ui Pok mengiakan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
"Hal, mengapa engkau hanya mengangguk-angguk kepala
saja " Apakah engkau tak dapat bicara?" Blo'on berteriak
makin keras. Bahkan ia menghampiri ke dekat kepala prajurit
Gi-lim-kun itu. "Ang Bok" seru Thiat Bok tojin, "jangan engkau bersikap
keras terhadap si-wi sicu ini. Dia hendak mengantarkan
engkau menghadap baginda. Baginda tentu berkenan
memberi ampun kepadamu".
"Aneh ?" gumam Bloon, "mengapa baginda memberi ampun
kepadaku ?" "Eh, engkau ..." tiba2 Thiat Bok tojin teringat bahwa
'puteranya" itu memang agak ling-lung maka ia segera alihkan
nadanya, "ya, dengan memandang mukaku, mudah-mudahan
baginda suka mengampuni segala kesalahanmu."
"Ha, ha, ha ... " tiba2 Blo'on tertawa gelak2 sehingga Thiat
Bok tojin, Ui Pok dan prajurit2 itu melongo.
"Mengapa engkau tertawa ?" tegur Thiat Bok tojin. Sedang
Ui Pokpun diam2 geli karena makin jelas kesannya bahwa
Blo'on itu memang agak sinting.
"Bagaimana baginda dapat memandang mukamu kalau
engkau berada disini " Dan mengapa setelah memandang
mukamu, baginda lalu memberi ampun kepadaku ?"
Thiat Bok tojin terlongong kemudian geleng2 kepala,
serunya: "Memandang mukaku bukan berarti melihat wajahku tetapi
maksudnya mengingat aku ini hamba raja yang ditugaskan
menjaga Kuil Kuning, tentulah baginda mau melimpahkan
ampun kepadamu." "Aneh !" Blo'on berseru pula.
"Aneh " Apakah engkau kira baginda tak mau mengingat
jasaku selama menjaga Kuil Kuning ini?" seru Thiat Bok tojin.
"Bukan," sahut Blo'on, "soal itu aku tak tahu".
"Lalu apa yang aneh ?"
"Mengapa baginda harus memberi ampun kepadaku "
Apakah salahku ?" "Engkau telah mempersakiti Gui thaykam"
"Karena dia seorang penghianat!" serentak Blo'on
menjawab. "Ah, Ang Bok", Thiat Bok tojin menghela napas, "janganlah
engkau bicara yang tak keruan. Ketahuilah, Gui thaykam itu
seorang thaykam yang paling berpengaruh dalam istana."
"Aku tak takut kepadanya. Jelas ia hendak bersekongkol
hendak mengangkuti harta kekayaan keraton dengan Cian bin
long- kun, mengapa aku dianggap salah kalau
menangkapnya". Thiat Bok tojin dan Ui Pok terbelalak mendengar kata2
pemuda itu. "Bagaimana engkau tahu kalau Gui thaykam bersekongkol
dengan Cian-bin long kun?"
"Sudah tentu tahu" sahut Blo'on. "dia sendiri bilang
kepadaku tentang rencananya untuk mengangkuti harta
kekayaan kerajaan. Itulah sebabnya dia kubekuk dan kuikat".
"Lalu apa maksudmu berbuat begitu ?" tanya Thiat Bok
tojin. "Akan kubawa kepada baginda supaya diadili."
Thiat Bok tojin dan Ui Pok terkejut. Tetapi Thiat Bok tojin
segera gunakan ilmu Menyusup suara berkata kepada kepala
prajurit itu : "Sicu, harap jangan dengarkan omongannya Dan lekas
ajaklah dia menghadap baginda".
Ui Pok memang mempunyai kesan begitu juga. Bagaimana
mungkin Gui thaykam mau membicarakan soal begitu kepada
prajurit palsu itu. Dia hendak melaksanakan permintaan Thiat
Bok tojin tetapi pada lain kilas ia teringat akan tugas. Bahwa
dia diperintahkan Hong ciangkun untuk menangkap dan
membawa prajurit palsu itu kehadapannya. Bukan ke hadapan
raja. Kalau langsung membawanya ke hadapan baginda,
apakah Hong ciangkun tak marah. Bukankah yang berhak
membawa ke dalam keraton itu Hong ciangkun"
"Thiat Bok tojin," katanya dengan suara berbisik, "baiklah
kubawa puteramu itu kepada Hong ciangkun dulu, nanti akan
kusampaikan permintaanmu kepada ciangkun agar puteramu
dapat dihadapkan baginda."
Thiat Bok tojin merenung. Ia kuatlr anak muda yang
dikiranya Ang Bok, akan ngoceh tak keruan sehingga
membikin marah Hong ciangkun dan akhirnya tak dibawa ke
hadapan baginda. "Baiklah sicu" sesaat kemudian ia berkata, "tetapi engkau
harus memberi jaminan kepadaku. Apabila Hong ciangkun tak
mau membawanya ke hadapan baginda, janganlah Hong
ciangkun menyiksa anak itu. Tetapi harap tunggu sampai ada
keputusan dari baginda. Maukah engkau memberi janji
kepadaku ?" Ui Pok menimang, kalau terus menerus berdebat dengan
imam kepala Kuil Kuning, tentu takkan habis-habisnya. Lebih
baik ia segera membawa Blo'on kepada Hong ciangkun.
Terserah bagai mana jendral bhayangkara itu akan bertindak.
"Baik, totiang. Aku berjanji akan melaksanakan perintah
totiang," kata Ui Pok, "akan kuhaturkan keterangan kepada
Hong ciangkun, apa hubungan anak itu dengan totiang.
Kurasa Hong ciangkun pasti akan meluluskan permintaan
totiang." Demikian satelah tercapai sepakat maka Ui Pok lalu
membujuk Blo'on supaya ikut masuk kedalam keraton untuk
menghadap baginda. Blo'on menurut. Karena tak tahu, Blo"on telah dibawa kehadapan Hong
ciangkun di markas pasukan Gi-lim-kun.
"Inikah orang yang berani menyaru sebagai prajurit palsu
dan menganiaya Gui thaykam ?" tegur Hong ciangkun.
Satelah mendapat jawaban dari Ui Pok maka Hong ciangkun
lalu membentak: Hai bangsat, besar sekali nyalimu berani
menyaru sebagai prajurit Gi-lim-kun dan menganiaya Gui
thaykam !" "Lho, mengapa engkau memaki aku baginda "' seru Blo"on.
Mendengar dirinya disebut baginda, Hong ciangkun
tercengang. "Apakah aku bersalah " Kalau salah, cobalah baginda
tunjukkan kesalahanku," kata Blo'on
"Baginda ?" gumam Hong ciangkun, "apa engkau gila ?"
"Eh, bukankah engkau ini baginda ?" balas Blo'on.
"Gila !" teriak Hong ciangkun, "siapa bilang aku baginda ?"
"Dia," Blo-on menuding Ui Pok yang mem bawanya tadi.
Merah muka Hong ciangkun. Sebagai seorang Kepala
pasukan Gi-lim-kun, Hong ciangkun itu tinggi kedudukannja.
Kekuasaannya sama dengan menteri. Bahwa dirinya dipanggil
baginda timbullah kesan bahwa dirinya hendak dipermainkan
oleh prajurit palsu atau mungkin Ui Pok.
"Ui Pok,. kemari !" teriaknya dengan wajah merah padam.
Kepala kelompok Gi lim kun itu segera tampil ke muka.
"Engkau hendak mengolok-olok diriku, bukan?" hardik Hong
ciangkun. "Tidak, ciangkun " Ui Pok terbata-bata memberi
keterangan, "sama sakali, hamba tak berani memperolok
ciangkun". "Mengapa dia menyebut aku baginda kalau bukan engkau
yang memberitahu?" "Hamba ..." "Jangan bohong !" tiba- Blo'on Ikut membentak, "engkau
mengatakan kepadaku supaya menghadap baginda raja. Ei,
apakah engkau bukan raja " Mengapa engkau marah2 ?"
Blo'on malah tanya kepada Hong ciangkun.
"Tutup mulutmu, bangsat !" karena marah jenderal Gi lim
kun itu memaki. "Siapa yang bangsat ?" Blo'on balas menghardik, "apakah
begitu tingkah seorang raja " Apakah raja itu suka memakimaki
orang "* "Prajurit " teriak Hong ciangkun, "tangkap penjahat itu dan
hukum limapuluh rangketan!".
Empat orang prajurit segera maju hendak meringkus Blo"on
tetapi begitu mencekal tangan anak itu tetapi tiba2 Blo'on
meronta.. Keempat prajurit itu mencelat sampai beberapa
langkah. Hong ciangkun terkejut. Sebelum ia sempat memberi
perintah, Ui Pok pun sudah loncat menerkam Blo'on. "
"Ua ... " kepala kelompok Gi-lim-kun itu mengerang dan
tubuhnya terhuyung huyung kebelakang seperti didorong
tenaga kuat. Huaak ... ia muntah darah.
Untuk menebus kesalahannya, Ui Pok memang telah
menggunakan seluruh tenaganya untuk menerkam Blo'on,
Maksudnya sekail terkam ia dapat menguasai anak itu.
Tetapi diluar dugaan, tenaga sakti Ji-ih cia-kang dalam
tubuh Bloon pun memancar. Makin besar Ui Pok menggunakan
tenaga, makin besar pula tenaga-membal dari Ji ih- cin- kang
itu membuatnya terpental dan muntah darah.
Hong ciangkun makin terkejut. Tetapi ketika memandang
Blo'on ternyata pemuda itu hanya terlongong-longong seperti
orang terkejut. Sedikitpun tak mengunjukkan suatu tanda
bahwa dia habis menumpahkan kemarahan.
Tetapi sebagai seorang pimpinan pasukan Gi-lim-kun sudah
tentu ia tak mau kehilangan gengsi dimata anakbuahnya.
"Tangkap !" teriaknya.
Berpuluh-puluh prajurit Gi-lim-kun serempak berhamburan
menyerbu. Blo'on memang marah. Dia berhasil merubuhkan belasan
prajurit tetapi akhirnya ia dapat juga diringkus dengan tali
rantai. "Rangket limapuluh kali !" perintah Hong ciangkun.
Seorang prajurit tinggi besar segera maju dengan
membawa tongkat rotan sebesar lengan orang.
Tar .... Prajurit itu terkejut ketika ujung rotan seperti membentur
gumpalan karet sehingga mental.
Tar ... Untuk yang kedua kalinya ia mencekal tongkat rotan
dengan kedua tangannya agar jangan sampai tergetar hampir
jatuh seperti tadi. Tetapi akibatnyapun sama. Ujung tongkat
mental lagi sehingga tubuhnya terbawa berkisar ke samping.
Tar .... "Uh . - , " prajurit itu menjerit tertahan ketika ujung tongkat
putus. Ia terlongong-longong heran. Belum pernah sepanjang
pengalamannya sebagai algojo tukang merangket orang, alat
pemukulnya sampai putus seperti saat itu.
Ia gelagapan ketika seorang prajurit mengantarkan
sebatang tongkat rotan yang baru kepadanya. Segera ia
menyambarnya. Tar . , . walaupun tangannya tergetar karena hajarannya itu
membentur sekeping karet tebal tetapi prajurit itu tak mau
berhenti. Ia terus menghajar. Tetapi empat lima kali hajaran,
kembali ujung rotan putus lagi.
Belum mencapai sepuluh rangketan, dua batang tongkat
rotan sudah patah. Seorang prajurit kembali memberinya
tongkat rotan baru. Tetapi akibatnya juga begitu.
Ketika mencapai hajaran yang ketiga puluh kali, tujuh
batang tongkat telah putus. Dan pada waktu pukulan yang
keempatpuluh, sepuluh batang tongkat rotan telah habis. Dan
habislah persediaan tongkat rotan itu Gi-lim-kun hanya
menyediakan sepuluh batang tongkat rotan untuk alat
menghajar orang yang bersalah. Rotan itu khusus didatangkan
dari daerah Biau (Tibet) yang terkenal dengan hasil rotan yang
panjang, besar dan kuat. Memang selama ini, belum pernah satupun tongkat rotan
itu putus. Biasanya tulang orang yang dihajar itu yang putus.
Peristiwa seperti kali ini benar2 belum pernah terjadi.
Hong ciangkun dan segenap pasukan Gi-lim kun
terlongong-longong heran.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hai, raja jahat, hayo selesaikan hukumanku. Bukankah
baru sampai empat puluh kali " Mengapa dihentikan ?" teriak
Blo'on. Merah wajah Hong ciangkun.Tiba2 seorang prajurit yang
ikut dalam kelompok yang dipimpin Ui Pok ke Kuil Kuning tadi,
maju ke hadapan Hong ciangkun.
"Ciangkun, pemuda itu sebenarnya putera dari Thiat Bok
tojin kepala Kuil Kuning, "katanya seraya memberi hormat.
"Oh," Hong ciangkun terbeliak, "mengapa sejak tadi Ui Pok
tak memberi laporan ?"
Diam2 pemimpin Gi lim kun itu menimang bahwa pemuda
itu tentu memiliki ilmu kepandaian yang sakti karena Thiat Bok
tojin itu juga seorang yang sakti. Diam2 pula ia tak enak
terhadap Thiat Bok tojin karena telah memerintahkan
merangket puteranya. "Lepaskan" seru Hong ciangkun.
Beberapa prajurit segera menghampiri Blo'on untuk
membuka rantai yang melilit tubuhnya.
"Enyah !' sesaat tangannya bebas, Blo'on menghardik
seraya menampar prajurit itu. Prajurit mencelat, menjerit
keras dan rubuh di lantai.
Hong ciangkun terkejut. Lebih terperanjat lagi ketika ia
melihat Bio'on memasang lagi rantai pada tangannya.
"Hai, hukumanmu kupotong dan engkau bebas", seru Hong
ciangkun. "Tidak mau !" teriak Blo'on, "engkau seorang raja yang
ingkar janji ! Raja hina !"
"Ingkar janji " Hina " Mengapa " Hong ciangkun melongo.
"Engkau sudah memberi perintah untuk merangket aku
sampai limapuluh kali, mengapa sekarang baru empatpuluh
kali saja sudah berhenti " Mengapa engkau hendak
membebaskan aku " Bukankah engkau ingkar janji?"
Merah padam muka Hong ciangkun. Dia hendak memberi
keringanan, bukan saja ditolak, bahkan malah anak itu marah2
kepadanya. Masakan di dunia terdapat seorang manusia yang
segila itu. Biasanya kalau diberi hukuman rangket, orang tentu
minta ampun dan mohon keringanan. Tetapi Blo"on malah
minta dipenuhi hukumannya.
"Aku mengingat ayahmu maka dapatlah kubebaskan
engkau dari sisa hukumanmu."
"Eh!, engkau tahu ayahku " Siapakah dia"* seru Bloon pula.
"Thiat Bok tojin." karena didesak terpaksa Hong cangkun
memberi tahu juga. "Gila engkau !" teriak Blo'on, "imam dari kuil itu bukan
ayahku" Hong ciangkun kerutkan alis dan memandang kepada
prajurit yang memberi keterangan tadi.
"Tayjin", tersipu-sipu prajurit itu memberi hormat,
"memang dalam pembicaraan dengan Thiat Bok tojin tadi, kini
telah diberi keterangan bahwa anak itu memang agak sinting."
Hong ciangkun tertegun. Tetapi diam2 ia memang sempat
memperhatikan tingkah dan kata2 Blo'on dan mendapat
kesimpulan bahwa anak itu memang aneh. Lain dari orang
normal pikirannya. Tiba2 ia mendapat akal, katanya : "Baiklah,
karena persediaan rotan sudah habis, maka sisanya yang
sepuluh gebukan itu akan dilanjutkan besok pagi".
"Tidak bisa !" teriak Bloon, "hukuman tak boleh ditundatunda.
Aturan macam apa itu" Kalau rotan habis, boleh pakai
benda yang lain." Mengkal sekali hati Hong ciangkun karena anak itu tetap
berkeras menantang. Tetapi diam2 pun ia geli. Baru pertama
kali itu ia berhadapan dengan seorang yang aneh.
"Pendek kata, kalau hukuman itu tak dipenuhi, aku yang
akan balas menghukummu !" teriak Blo'on pula.
Hong ciangkun geleng2 kepala karena kewalahan. Akhirnya
ia mendapat akal. Untuk memenuhi permintaan Blo'on dan
agar jangan sampai meretakkan hubungannya dengan Thiat
Bok tojin, maka ia berseiu :
"Baiklah, kalau engkau berkeras menghendaki begitu, akan
kusuruh orangku untuk memukulimu dengan tinju sampai
sepuluh kali lagi." Kemudian kepala pasukan Gi-lim-kun segera
memerintahkan algojo tinggi besar untuk menghajar Blo'on
dengan rotan tadi, melanjutkan hukuman.
"Pakai tinju saja," seru Hong ciangkun.
Algojo itupun maju ke muka Blo'on. Diam2 ia ingin
membalas juga kepada Blo'on.
"Hm, engkau", serunya kepada Bloon. "pintu di sorga
terbuka engkau tak mau masuk, pintu di neraka yang tertutup
engkau malah hendak memasuki ..."
"Jangan banyak mulut !" bentak Blo'on. "ayo engkau sudah
pernah kesurga atau ke neraka Kalau belum mengapa engkau
tahu pintunya ada yang terbuka ada yang tertutup !"
Terdengar beberapa tertawa tertahan dari prajurit2 ketika
mendengar kata2 Blo'on yang membuat algojo itu terbeliak.
"Hm, segera akan kukirim engkau ke neraka !" kata algojo
itu seraya ayunkan tinjunya. Ia bertubuh tinggi besar,
tenaganyapun kuat, namanya Kong Sian. Gelarnya waktu dia
masih aktif dalam dunia persilatan yalah Say- Bu-siorg atau
duplikat dari Bu Siong. Bu Siong terkenal dalam perserikatan
pendekar Liangsan sebagai seorang yang tenaganya kuat
sekali. Karena badannya diikat maka Blo'on tak dapat bergerak.
Dan dia memang tak mau menghindar. Untuk menahan sakit
maka dia mengerahkan tenaga, mengencangkan urat2. Di luar
kesadarannya, gerakan itu telah membangkitkan tenaga sakti
Ji ih sin kang dalam tubuhnya.
Dukkkk ..... serentak dengan tibanya tinju ke dada Bloon,
maka prajurit itupun mengerang kaget dan terpental sampai
beberapa langkah ke belakang. Ia merasa tinjunya seperti
membentur segumpal karet yang memancarkan tenagamembal
kuat sekali. Sesungguhnya ia mengeluh dalam hati tetapi karena Hong
ciangkun hadir disitu, dia takut dan malu. Dengan sebuah
loncatan, ia hantamkan kedua tinjunya ke dada Blo'on lagi.
Melihat gaya serangan algojo yang begitu buas, Blo'on
ngeri. Ia pejamkan mata sambil kerahkan tenaganya. Duk .....
Prajurit itu menjerit ketika kedua tangannya didorong
sekuat-kuatnya oleh tenaga membal dari Ji ih-cin-kang.
Sedemikian keras sehingga ia jatuh terjerembab ke belakang,
kepalanya membentur lantai.
Hong ciangkun benar2 terkejut. Cepat ia dapat menduga
bahwa anakmuda itu tentu memiliki tenaga-dalam yang sakti.
Kesannya makin keras karena teringat bahwa pemuda itu
adalah putera dari imam Thiat Bok tojin yang sakti. Tetapi ia
heran mengapa anak itu tampaknya seperti orarg blo"on.
Beberapa prajurit segera maju menghampiri Blo"on dan
hendak memukul tetapi Hong ciangkun cepat berseru
mencegah. "Jangan" katanya, "biarlah aku sendiri yang mengujinya."
Kepala pasukan Gi-lim-kun segera berbangkit dari tempat
duduk dan ayunkan langkah ke tempat Blo"on.
"Ciangkun," tiba seorang prajurit yang bertubuh kurus maju
kehadapan jenderal bhayangkara itu, "memotong ayam
mengapa harus menggunakan golok pembantai kerbau.
Untuk memitas nyamuk kecil itu, kiranya tak perlu ciangkun
turun tangan sendiri. Serahkanlah kepada hamba"
Hong ciangkun melihat yang menghadap di hadapannya itu
Lutung-tangan baja Ban Siang. Dia seorang jago silat yang
termasyhur memiliki pukulan baja yang dapat menghancurkan
batu karang. "Hm, baiklah tetapi harus hati2" pesan Hong ciangkun.
Ban Siang segera menghampiri kemuka Blo'on
"Hm. rupanya engkau memiliki ilmu kebal Thiat-poh-san, ya
?" tegurnya. "Apa itu Thiat poh-san?" Blo'on balas bertanya.
"Apa" Engkau tak mengerti Thiat-poh-san" Ban Siang
terkejut. "Orang kurus, jangan ngoceh seenakmu. Kalau mengerti
masakan aku bertanya. Sudahlah jangan banyak bicara, hayo
pukullah aku !" Ban Siang tercengang, sesaat kemudian ia ayunkan
tangannya untuk mencengkeram leher Blo'on. Dan sengaja ia
tak mau menggunakan tenaga penuh dulu melainkan hendak
menguji tenaga apa yang tersembunyi dalam tubuh pemuda
itu. Selama tidak merasa sakit, tenaga-sakti Ji ih-cin-kang tidak
memancar. Blo'on baru menghamburkan napasnya ketika
lehernya dicekik Ba Siang. Hamburan napas itu disusul dengan
hamburan tenaga-sakti yang melanda seperti air bah.
"Uh ..." Ban Siang mendesah ketika tangannya tertolak oleh
tenaga kuat dari leher Blo"on. Sedemikian kuat tenaga itu
sehingga ia tertolak sampai tiga empat langkah ke belakang.
Diam2 prajurit itu terkejut. Jelas terdapat suatu keanehan
dalam tubuh Blo'on. Dia bingung memikirkan rahasia tubuh
pemuda itu. "Ah, tetapi aku belum menggunakan seluruh tenagaku,"
pikir Ban Siang. Setelah mengerahkan tenaga dalam ke arah
kedua lengan, Ban Siang segera menghantam dengan kedua
tangannya. Duk .... Blo'on gelagapan tetapi Ban Siangpun. terpental
seperti layang2 putus tali. Bluk, ia jatuh terjerembab ke lantai
setelah terhuyung2 deras sampai tujuh delapan langkah.
Karena melihat kawannya rubuh lagi dan kuatir Blo'on akan
mengamuk, prajurit2 Gi-lim-kun yang berada di ruang itu
segera berhamburan menyerbu Blo'on. Berpuluh puluh tinju
dan tendangan segera mencurah menghujani tubuh Blo'on.
Tetapi segera terdengar jerit teriak kesakitan dari mereka. Ada
yang mendumprah di lantai sambil memegang kakinya, ada
yang me-lolong2 memegang tangannya. Ada pula terdorong
ke belakang dan berbenturan dengan kawannya sendiri.
Hong ciangkun pucat dan termangu-mangu kehilangan
faham. Satu-satunya jalan untuk menghajar Blo'on harus
memakai senjata tajam. Tetapi apabila ia menitahkan
demikian, ia kuatir akan menyebabkan akibat yang parah
sehingga Thiat Bok tojin marah.
"Hai, raja, engkau curang!" teriak Blo'on marah,
"hukumanku hanya kurang sepuluh kali tetapi mengapa anak
buatmu memukuli aku sampai berpuluh-puluh kali?"
Hong cangkun terkesiap. "Sekarang engkaulah yang hutang hukuman kepadaku.
Engkau harus membayar!" masih Blo'on berteriak-teriak tak
keruan. Hong ciangkun hendak berkata tetapi tiba2 Blo'on tertawa
gelak2. "Mengapa ergkau tertawa ?" seru Hong ciangkun penuh
keheranan. "Ha, ha, aku bangga sekali karena dapat memberi pinjaman
kepada raja ..... " Hong ciangkun melongo. Tiba2 ia memperhatikan bahwa
prajurit2 Gi lim kun tadi sudah berdiri tegak dengan sikap
menghormat. Di hadapan mereka tampak seorang thaykam
berpakaian kuning emas Dan ketika mata Hong ciangkun
tertumbuk pada thaykam itu, ia segera gelagapan.
"Oh, Sun thaykam, maafkanlah karena tak lekas
menyambut," seru Hong ciangkun seraya berbangkit dari
tempat duduk dan memberi hormat kepada thaykam baju
kuning emas itu. Memang yang muncul di ruang itu adalah Sun thaykam,
seorang thaykam kepercayaan dari baginda. Thaykam itu
kesima ketika melihat Blo'on dalam pakaian prajurit Gi li-kun
dan tengah diikat dengan rantai, tengah berteriak-teriak
menuding Hong ciangkun seraya menyebutnya sebagai raja.
Lebih terkejut lagi ketika melihat tiba-tiba Blo'on tertawa
gelak2 dan mengatakan kalau raja berhutang kepadanya. Sun
thaykam melongo. " Ciangkun," kata thaykam itu setelah tersadar dari
longongnya, " apakah prajurit itu prajurit yang palsu?"
" Benar, tayjin," kata Hong ciangkun, " dia-lah yang
diperintahkan Gui thaykam supaya ditangkap."
" Mengapa" "
"Karena berani menganiaya Gui thaykam."
"Oh." desuh Sun thaykam. Tiba2 ia teringat sesuatu, "tetapi
mengapa dia menyebut ciangkun sebagai raja?"
Hong ciangkun tersipu-sipu merah mukanya: "Entahlah,
tayjin. Menurut keterangan salah seorang prajurit Gi lim-kun,
dia adalah putera dari Thiat Bok tojin, kepala Kuil Kuning."
?"Benar, ciangkun."
Hong ciangkun terbeliak: "Tayjin sudah tahu akan hal itu?"
"Sebelumnya tidak tahu," kata Sun thaykam, "tetapi Thiat
Bok tojin telah menghadap baginda dan baginda kini
menitahkan aku untuk membawa anak itu ke hadapan
baginda." "O, baiklah tayjin," kata Hong ciangkun lalu memerintahkan
prajurit untuk membuka rantai ikatan tubuh Blo'on.
Tetapi prajurit2 itu cemas dan takut2 ketika menghampiri
Blo'on. Bahkan sebelumnya, salah seorang prajurit berseru: "
Hai, bung, jangan marah, aku hendak membuka ikatan rantai
pada tubuhmu." " Ya, siapa yang marah" Mengapa engkau begitu ketakutan
kepadaku Mau buka, cepatlah buka. Mau pukul, lekaslah
pukul. Makin raja berhutang kepadaku, makin senang hatiku."
Setelah rantai dibuka, Blo'on segera menghampiri Hong
ciangkun, serunya: " Raja, kapan engkau hendak membayar hutangmu
kepadaku" " Hong ciangkun makin jelas merangkai kesimpulan bahwa
anak itu memang kurang waras pikirannya.
" Sudahlah, besok kita bicarakan lagi. Sekarang silahkan
engkau ikut pada San thaykam masuk ke dalam istana," kata
kepala pasukan Gi lim-kun itu.
" Apa" Thaykam lagi?" seru Blo'on.
"Jangan berlaku kurang adat kepada Sun thaykam!" bentak
Hong ciangkun. Blo'on berpaling kepada thaykam itu lalu menegurnya: "
Engkau seorang thaykam, apakah teman dari Gui thaykam
yang berhianat itu" Sun thaykam terbeliak. Hong ciangkun buru2 memberi
kedipan mata kepada thaykam itu seraya menunjuk dahinya
sendiri dengan jari.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sun thaykam cepat dapat menangkap arti isyarat itu yang
menyatakan bahwa hendaknya dia jangan menggubris ocehan
anakmuda yang kurang waras pikirannya itu.
"Ya,, semua thaykam saling kenal. Akupun kenal dengan
Gui thaykam." "Kenal baik?" "Tidak begitu," sahut Sun thaykam, "silahkan ikut aku ke
dalam istana." , "Mengapa ?" "Ada urusan penting sekali."
"Apakah engkau diperintah Gui thaykam?"
"Tidak ?" "Apakah Gui thaykam hendak menghukum aku?"
"Tidak I" "Lalu bagaimana" Apa maksudmu?"
"Cobalah engkau katakan sendiri. Kalau salah, aku
mengatakan tidak. Kalau benar, baru aku mengiakan," kata
Sun thaykam yang ternyata pandai bermain silat lidah.
"Apa raja hendak membayar hutang ?"
"Entah." "Apa .... Gui thaykam tertangkap?"
Sun thaykam agak terkesiap. Untung pada saat itu
dilihatnya Hong ciangkun memberi isyarat menganggukkan
kepala. "O, ya, benar," serentak Sun thaykam menyahut.
"Kalau begitu, aku mau ikut engkau."
Blo'on dibawa masuk kedalam sebuah ruang yang indah
sekali. Dindingnya terbuat daripada batu pualam yang
bertabur ratna. Tiang2nya bercat merah dan diberi ukiran
naga emas. Sebuah permadani warna merah merentang dari
pintu sampai ke ujung ruang. Sebuah kursi yang beralaskan
permadani benang emas, diduduki seorang pria yang
mengenakan pakaian mewah. Bagian dada baju pria itu
bersulam lukisan naga. Mengenakan topi yang belum pernah
Blo'on melihat dipakai orang. Pada bagian muka dari topi itu,
berhias sebuah permata yang memancarkan senar gilanggemilang.
Pria itu berwajah bersih dan bersinar kewibawaan agung. Di
kanan kiri pria itu tegak dua orang penjaga dengan senjata
lengkap. Sun thaykam membungkukkan tubuh sampai hampir
mencapai lantai ke arah pria itu. "Bansweya, "seru Sun
thaykam, "hamba telah membawa pemuda itu."
"Suruh dia menghadap ke mari, "kata pria itu yang bukan
lain adalah baginda sendiri.
Sun thaykam segera melakukan perintah. Ia suruh Blo'on
berlutut menghaturkan hormat:
"Berilah hormat kepada bansweya, "seru thaykam itu.
"Apa bansweya itu?"
"Paduka yang mulia raja kita".
"Ha,! "tiba2 Blo"on berteriak, "apakah dia juga raja" Kalau
begitu raja itu banyak juga jumlahnya. Tadi juga raja,
sekarang juga raja."
Baginda Ing Lok terkesiap. Melihat itu Sun thaykam buru2
menjurah: "Bansweya, harap bansweya sudi melimpahkan
ampun kepada budak itu. Dia memang agak kurang waras
pikirannya." "Apakah dia tadi berjumpa dengan raja". Raja yang mana?"
tanya baginda. Sun thaykam segera menuturkan peristiwa yang dilihatnya
di ruang Gi-Iim kun. Mendengar itu baginda tertawa.
"Siapakah namamu " Apakah engkau betul putera dari Thiat
Bok tojin ?" "Namaku....... Blo'on, bansweya."
"Blo'on?" baginda mengulang, "aneh sekali. Apakah artinya
Blo'on " Baru sekarang ini aku mendengar nama semacam
itu:" "Entah bansweya," jawab Blo'on, "aku sendiri juga tak tahu.
Orang-oranglah yang memberi nama itu kepadaku."
Tiba-tiba Sun thaykam menggamit lengan Blo'on, bisiknya:
"Kalau bicara dengan baginda, engkau harus menyebut dirimu
dengan kata 'hamba', jangan aku."
Entah bagaimana Blo'on mendapat kesan bahwa yang
dihadapinya itu seorang yang berwibawa besar. Bukan
semacam raja yang tadi atau Hong ciangkun. Dia menurut
kata anjuran Sun thaykam.
"Engkau suka nama itu ?" tanya baginda pula!
"Suka, bansweya," sahut Blo'on, "karena hamba anggap
nama itu hanya sebagai tanda pengenal saja."
"Lalu siapakah namamu yang sebenarnya?"
"Hamba lupa, bansweya."
"Lupa?" baginda tertawa, "ayahmu mengatakan bahwa
engkau bernama Ang Bok."
"Ayah hamba" Siapakah ayah hamba itu bansweya ?"
Baginda mengerut dahi: "Engkau tak tahu siapa ayahmu
sendiri?" "Hamba tak ingat lagi, bansweya."
Baginda tertawa. Dan Sun thaykam termangu mangu.
Diam2 thaykam itu heran mengapa baginda begitu ramah dan
baik sekali kepada prajuri palsu itu. Pada hal dari menteri
sampai para jenderal, baginda tak pernah mengunjuk senyum
apalagi tertawa begitu ramah.
"Apakah engkau menderita sakit lupa ingatan?"
"Benar, bansweya. Kata sumoay hamba, otak hamba telah
hilang maka harus diobati."
Entah bagaimana malam itu rupanya baginda amat
berkenan sekali seleranya. Walaupun sudah tahu bahwa
pemuda itu agak sinting tetapi baginda berkenan juga
melayani. "Apa obatnya" " tanya baginda.
"Otak naga, bansweya. "
" Uh, hebat benar ilmu pengobatanmu. Engkau pasti dapat
mengobati segala macam penyakit, bukan" "
"Tidak bisa, bansweya," bantah Blo'on, " hamba hanya
diberi tahu sumoay bahwa untuk mengobati otak yang hilang
harus dicarikan otak naga. "
"Bagaimana kalau orang yang sakit demam dan sering
bicara tak keruan seperti orang yang kemasukan setan?"
Tanpa ragu2 Blo'on menjawab: "Setannya harus diusir
pergi, bansweya." Wajah baginda serentak bercahaya terang: "Bagus! "
serunya. Serentak iapun teringat akan kata2 Lo kai-hui yang
telah dijumpai dalam mimpi bahwa satu-satunya orang yang
dapat menyembuhkan penyakit Ing Ing kiongcu yalah seorang
pemuda yang tampak blo'on atau ketolol-tololan seperti orang
sinting. Waktu Thiat Bok tojin menghadap dan menceritakan
tentang puteranya yang telah kesalahan menyaru jadi prajurit
Gi-lim-kun dan menganiaya Gui thaykam, baginda terkejut.
Tetapi setelah mendengar tentang uraian dan keterangan
Thiat Bok tojin memang wajah dan tingkah laku puteranya,
diam2 bagindapun gembira. Kalau wajah pemuda itu seperti
yang dilukiskan Thiat Bok tojin, itulah pemuda yang dimaksud
oleh kui-hui dalam mimpi baginda.
Serentak bagindapun menitahkan Sun thaykam untuk
mengambil Blo'on. Bagindapun menyanggupi permohonan
ampun dari Thiat Bok tojin dan suruh imam itu kembali ke Kuil
Kuning lagi. Pertama kali baginda melihat wajah dan perwujudan Blo'on,
baginda sudah gembira. Namun beliau masih ingin menguji
dahulu bagaimana bicara dan tingkah laku pemuda itu. Dan
hasilnya, benai2 sangat berkenan dalam hati bagnda.
"Blo'on." seru baginda sesaat kemudian, "aku hendak
menitahkan engkau supaya mengobati puteriku yang sedang
menderita penyakit aneh."
"Hamba?" teriak Blo'on terkejut, "hamba tak dapat
mengobati orang, bansweya "
"Bukankah tadi engkau mengatakan bahwa orang yang
kemasukan setan hanya dapat disembuhkan apabila setannya
sudah diusir ?" "Benar, bansweya," kata Blo'on, "tetapi hamba tak dapat
mengusir setan. Bagaimana rupa setan itu pun hamba belum
pernah melihat. Bagaimana bansweya hendak memerintahkan
hamba mengusirnya ?"
Baginda merenung sejenak, kemudian tertawa kecil: "Tak
apa. Engkau boleh gunakan cara apa saja asal puteriku
sembuh." "Tetapi bansweya."
"Segala kesalahanmu kuampuni dan engkau akan kuberi
ganjaran besar. Boleh minta apa saja yang engkau kehendaki.
Bahkan kalau benar2 puteriku sembuh, akan kuberikan
kepadamu sebagai isteri."
"Hamba akan dijodohkan dengan puteri bansweya?" teriak
Blo'on terkejut. "Kalau engkau mampu mengobatinya !"
"Ah, terima kasih bansweya, tetapi hamba tak sanggup."
"Jangan membangkang perintahku, Blo'on!" Sun thaykam
segera menghampiri Blo on.
"Dihadapan baginda, jangan engkau berani bermain main.
Apapun yang dititahkan baginda, engkau harus menurut atau
apabila baginda murka kepalamu tentu akan diperintahkan
supaya dipenggal algojo, tahu I"
"Bansweya," seru Blo'on, "hamba mohon supaya kepala
hamba dipenggal saja."
"Mengapa?" "Karena hamba benar2 tak mampu mengobati penyakit
puteri bansweya itu."
"Jangan banyak bicara lagi !" seru baginda seraya memberi
isyarat kepada kedua pengawal.
Kedua pengawal itu serempak menghampiri Blo'on lalu
menyeretnya dibawa pergi.
Tiba di pintu, tiba2 Blo'on meronta sehingga terlepas dari
cekalan kedua pengawal raja. Cepat ia berpaling dan berseru :
"Bansweya masih berhutang kepada hamba. Kapankah
bansweya hendak membayarnya " "
"Hutang " " baginda tercengang heran, aku hutang apa
kepadamu " " "Eh, mengapa bansweya pelupa sekali " Bukankah tadi
bansweya memerintahkan supaya hamba dihukum rangket
sampai limapuiuh kali" Tetapi prajurit2 telah merangket
hamba lebih dari limapuluh kali. Dengan begitu, bukankah
bansweya berhutang pada hamba" "
"Cepat seret dia keluar" " tiba2 Sun thaykam berseru
memberi perintah. Kedua pengawal raja itupun segera
menyeret Blo'on keluar. "Mohon bansweya berkenan melimpahkan ampun kepada
diri hamba karena telah lancang memberi perintah kepada
kedua si-wi tadi," kata Sun thaykam seraya berlutut, "apa
yang diocehkan pemuda itu tentulah peristiwa yang dialaminya
ketika berhadapan dengan Hong ciangkun. Dia mengira kalau
Hong ciangkun itu raja maka dia membuat perhitungan dan
mengatakan bahwa raja telah berhutang pukulan kepadanya.
Sekali-kali bukan dimaksudkan kepada bansweya."
" O " desuh baginda, "kalau begitu engkau tak bersalah.
Bangunlah!" Blo"on dibawa ke istana Ing jun kiong tempat kediaman
puteri Ing Ing. Salah seorang prajurit pengawal segera masuk dan suruh
kawannya menjaga Blo'on di luar istana Ing-jun-kiong atau
istana Musim-semi-abadi. Beberapa saat kemudian, tampak pengawal itu keluar dan
memberi isyarat agar Blo'on dibawa masuk.
Pertama-tama masuk, hidung Blo'on sudah menyeringai
karena terbaur hawa yang harum. Kedua kali, matanya
menyalang lebar2 ketika melihat pemandangan dalam ruang
itu. Beberapa gadis2 cantik berjajar-jajar di kanan kiri dengan
pakaian yang indah. Pada ujung kedua jajaran gadis cantik itu tampak sebuah
ranjang yang bercat merah. Ruang itu tak kalah indahnya
dengan ruang tempat baginda tadi. Dan suasanapun lebih
syahdu. Seorang nona cantik yang paling tua di antara
rombongannya, tampil menyongsong.
"Inilah pemuda yang dititahkan baginda untuk mengobati
kiongcu," kata pengawal.
"Baiklah," sahut nona cantik itu. Setelah menyerahkan
Blo'on maka kedua pengawal itupun tinggalkan istana Ing-junkiong.
"Ih, mengapa muncul seorang prajurit Gi lim-kun lagi?"
terdengar salah seorang gadis berkata kepada gadis di
sebelahnya. "Ya, mengapa bansweya selalu menitahkan prajurit untuk
mengobati kiongcu nio-nio " Jangan-jangan nanti seperti
prajurit kemarin itu, mengobati malah mencelakai kiongcu,"
sahut gadis kawannya. "Ih, mengapa tampangnya begitu aneh" Kepala gundul
tetapi memelihara kuncir hanya sebelah kanan. Potongan
macam apa itu ?" seru gadis yang lain.
"Tampangnya sih cakap tetapi sayang seperti blo'on,"
sambut kawannya yang lain lagi.
"Hi, hi, hi, tuh lihat, dia melongo memandang kita" seorang
gadis di ujung sebelah muka tertawa.
"Kalian diamlah, aku hendak menanyai orang ini," tiba2
nona yang tertua dari gadis2 itu berseru menenangkan,
kawan-kawannya yang bicara uplek itu.
"Silahkan, taci Giok. Lebih baik taci mengujinya lebih dulu
agar jangan sampai peristiwa seperti kemarin itu terulang,"
seru salah seorang gadis.
"Kalau dia tidak becus, kita gebuk saja," seru gadis lainnya.
"Sudahlah kalian diam !" agak keras gadis yang tertua itu
membentak kawan-kawannya.
"Apakah engkau yang dititahkan baginda mengobati
penyakit kiongcu kami?" tegur gadis yang tertua itu kepada
Blo'on. Blo'on tetap kesima. " Hai, apa engkau tak mendengar pertanyaanku ?" tegur
gadis itu pula. "Engkau bertanya kepadaku?" Blo'on gelagapan...
"Siapa lagi kalau bukan engkau" Apakah masih ada lain
orang di sini kecuali engkau?" gadis yang dipanggil taci Giok
atau lengkapnya bernama Ceng Giok itu melengking.
" Mengapa tidak ada" Bukankah itu, itu, itu, " kata Blo'on
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seraya menuding ke rombongan gadis2 cantik, " orang juga" "
" Hi, hi, hi, hi ......., " terdengar tertawa mengikik dari
rombongan gadis2 cantik itu melihat kerut wajah Blo'on dan
gerak geriknya ketika bicara.
Ceng Giok terbeliak lalu menyeringai.
" Mereka bukan tetamu tetapi para dayang istana Ing-junkiong
sini yang melayani Ing Ing kiongcu. Hanya engkaulah
satu-satunya tetamu di sini. "
" O, begitu .... eh, mengapa engkau begitu galak sekali?"
tiba2 Bloon mengeluh. Kembali para dayang itu tertawa cekikikan, sedang Ceng
Giok tersipu-sipu jengah.
" Sudahlah, jangan berolok-olok, " akhirnya Ceng Giok
berseru dengan nada bengis, "apakah engkau yang dititahkan
baginda untuk mengobati Ing Ing kiongcu nio-nio?"
"Ya," sahut Blo'on. "tetapi sayang ....
"Sayang bagaimana ?" Ceng Giok terbeliak.
"Sayang aku tak dapat mengobati puteri baginda, eh, siapa
namanya ?" "Ing Ing kiongcu," jawab Ceng Giok, "kalau tak dapat
mengobati, mengapa engkau menyanggupi titah baginda?"
"Siapa bilang menyanggupi " Aku tidak sanggup tetapi
bansweya memaksa harus aku mengobati. Runyam, bukan ?"
kata Blo'on sambil merentang kedua tangan dan kerutkan dahi
seperti orang putus asa. "Kurang ajar, engkau berani menyalahki hu-ong (ayahanda
baginda)!" tiba2 terdengar lengking suara yang merdu dari
arah ranjang. Sekalian dayang tersentak kaget dan diamlah mereka
seketika. Ternyata yang berseru itu adalah Ing Ing kiongcu
sendiri. Dan puteri itupun lalu bangun terus turun dari
peraduannya. "Kalau hu-ong menitahkan, tentu hu-ong tahu bahwa
engkau pasti dapat memberi obat. Hayo, cepat kemari, akan
kulihat tampangmu gaimana bentuknya!"
Blo'on terbelalak lalu meringis ketika mendengar perintah
puteri raja itu. "Hai, mengapa engkau tetap berdiri seperti patung?" seru
puteri Ing Ing pula. Blo'on benar2 bingung. Ia tak tahu bagaimana harus
bertindak. "Seret kemari!" teriak Ing Ing kiongcu. Serentak kedua
belas dayang2 cantik itu berhamburan menyerbu Blo'on. Ada
yang mencekal lengannya kanan- kiri, ada yang memegang
bahu, ada yang mencengkeram tengkuk, ada pula yang
mendorong, bahkan ada yang menyiwir telinganya...
Blo'on gemetar. Jika berhadapan dengan jago2 yang buas
dan bertenaga kuat, tentu dia akan marah karena direncak
seperti itu. Dan sekali ia marah, tenaga sakti Ji-ih-cinkang
tentu akan memancar. Tetapi karena dikerubuhi gadis2 cantik yang halus
tangannya dan harum baunya, dia benar2 mati kutu.
Sedikitpun ia tak merasa sakit bahkan malah nyaman.
"Aduh tiba2 ia menjerit ketika lengannya seperti digigit
semut. Pada hal dia dicubit oleh salah seorang dayang.
"Beri hormat kepada kiongcu!" seru dayang itu seraya
memperkeras cubitannya sehingga Blo'on meringis.
"Bagaimana aku dapat memberi hormat kalau tanganku
sakit sekali seperti digigit semut begini?" bantah Blo'on.
"Hai, tabib setan, apa engkau dapat mengobati penyakitku
?" tiba-tiba Ing Ing kiongcu
"Tidak dapat, kiongcu," kata Blo'on.
"Tidak dapat?" teriak Ing Ing kiongcu, "lalu mengapa
engkau berani datang ke istana ini?"
"Entah," kata Blo'on, "hamba hanya menuruti titah
bansweya saja." "Ah, jangan main2 engkau!" bentak Ing Ing kiongcu,
"engkau harus dapat mengobati penyakit-ku."
"Penyakit apakah yang kiongcu derita?" akhirnya Blo'on
terpikat dalam pembicaraan.
"Kalau tahu, tentu sudah dapat diobati."
"O, kiongcu tak tahu penyakit yang kiongcu derita?"
"Ya," sahut Ing Ing kiongcu, "karena penyakit itu datangnya
secara mendadak sekali. Tubuh demam, kepala pusing dan
aku tak ingat apa2 lagi kecuali ingin bicara dan mengamuk."
Baru berkata sampai disitu, tiba2 kiongcu memegang
kepalanya dan tubuh mulai gemetar. Melihat itu Ceng Giok
dan beberapa dayang segera memayang kiongcu naik ke atas
pembaringan. Setelah puteri berbaring, Ceng Giok menghampiri Blo'on
dan menuding mukanya : "Jangan main2 engkau !" serunya, "apabila tak dapat
mengobati kiongcu, kepalamu tentu akan dipenggal."
"Tetapi aku memang ttdak bisa mengobati penyakit,
bagaimana aku harus mengobati kiongcu," seru Blo'on dengan
putus asa. "Bohong! Bohong!" teriak dayang2 itu.
Blo'on melongo, serunya tergagap: " Tidak, aku tidak
bohong. Memang benar2 aku tak dapat mengobati penyakit.
Jangankan mengobati lain orang, mengobati diriku sendiri,
pun aku tak dapat ".."
"Hi, hi, hi....." tiba2 dari arah peraduan Ing Ing kiongcu
terdengar puteri itu tertawa mengikik. Dan sesaat kemudian
puteripun berbangkit lalu turun dari peraduan.
"Hihhhh, setan itu ..... ngeri sekali mukanya, " ia menuding
kepada Blo'on, " huh, aku takut.... aku takut.... tolong .... dia
hendak menggigit aku ...... "
"Setan, jangan menakuti kiongcu kami, " serempak dayang2
itu memukul, menampar dan menabok kepala Blo'on.
"Jangan takut, kiongcu, setan itu sudah hamba suruh
menghajar, " kata Ceng Giok.
"Apa" Siapa bilang dia setan!" tiba2 Ing Ing kiongcu deliki
mata membentak Ceng Giok, .. ah, kasihan, dia seorang gadis
yang cantik. Mengapa orang2 menyiksanya. Tolonglah dia,
beri pakaian yang indah dan bedakilah mukanya agar dia lebih
cantik. Biar dia bekerja sebagai dayang di sini ......."
" Baik, kiongcu, " kata Ceng Giok. Memang walaupun tahu
bahwa puteri itu sedang mengoceh tak keruan, tetapi setiap
perintahnya memang selalu dikerjakannya. Kalau tidak, puteri
tentu marah ataupun menangis.
"Dandani tabib itu secantik-cantiknya," seru Ceng Giok
kepada para dayang. Berhamburanlah para dayang2 cantik itu menyerbu Blo'on.
"Hai, gila, mengapa kalian hendak melepas! pakaianku?"
teriak Blo'on ketika beberapa dayang membuka pakaian
prajurit Gi-lim-kun yang dipakainya.
Blo'on di 'rejeng' oleh dayang2 itu. Seorang dayang
menjiwir telinga kanannya, seorang lagi menjiwir telinga
kirinya. Kedua lengannya masing2 dipegang oleh dua orang
dayang. Seorang dayang membuka bajunya dan seorang lagi
mencopot celananya. Entah bagaimana, sebenarnya Blo'on malu dan hendak
berontak tetapi hatinya tak tegah apabila melihat gadis2 cantik
itu akan terlempar jatuh. Dan entah bagaimana, sepercik
kesadaran telah melintas dalam benaknva. Bahwa para
dayang itu hanya melakukan perintah saja. Kalau sampai ia
memberontak dan mereka jatuh terlukai berlumuran darah,
ah, kasihan .... "Kalian ini mau mengapakan aku ?" teriaknya pula.
"Engkau harus menurut titah kiongcu. Kiongcu kasihan
kepadamu dan akan memberimu pakaian supaya engkau
menjadi tambah cantik."
"Aku?" teriak Blo'on, "aku ini anak lelaki, masakan mau
dihias menjadi wanita cantik."
"Perintah kiongcu tak boleh dibantah!" seru para dayang
seraya melanjutkan pekerjaannya melucuti pakaian prajurit Gilimkun dari tubuh Blo'on. Beberapa saat kemudian seorang dayang muncul dengan
membawa seperangkat pakaian dayang.
"Mati aku .....!" Blo'on mengeluh tetapi ia tak mau berontak
karena kuatir akan melukai gadis2 cantik itu.
"Ci Hun, mengapa pakaiannya tak dilepas sama sekali?"
seru dayang yang membawa pakaian wanita itu.
" Jangan! " teriak Blo'on gemetar dan bercucuran keringat.
Dayang yang dipanggil taci Hun itu tersenyum: "Ah, malu
.... biarlah dia mengenakan pakaiannya itu."
Karena dipegangi oleh beberapa dayang, Blo'on tak dapat
berbuat apa2 ketika seorang dayang memakaikan pakaian
dayang kepadanya. " Wah, pas juga," seru dayang itu.
"Bedaki mukanya dan kasih gincu pipi dan bibirnya,"
perintah Ceng Giok. Seorang dayang sudah siap dengan sebuah penampan
berisi bedak dan gincu. Seorang dayang lain segera tampil dan
terus melumuri muka Blo'on dengan pupur wangi lalu memberi
sedikit gin-cu pada kedua belah pipinya dan terakhir,
bibirnyapun dimerah dengan gincu.
"Cantik sekali!" seru para dayang.
"Tetapi sayang rambutnya gundul!" seru salah seorang
dayang. "St," Ceng Giok mengatupkan jari ke mulutnya, memberi
isyarat agar dayang itu jangan ngoceh tak keruan, "kiongcu
tak menyuruh memberi rambut pada tabib itu. Sudahlah,
jangan engkau mengusik hal itu. Kalau kiongcu mendengar
dan menitahkan begitu, kita yang berabe, bisiknya."
"Kiongcu, dia sudah menjadi seorang dayang yang cantik,"
Ceng Giok menghadap Ing Ing kiongcu.
"Ya, ya, cantik juga," seru puteri itu seraya tertawa
memandang Blo'on, "tetapi siapa namanya" Harus diberi
nama." "Benar, kiongcu," sahut Ceng Giok, "bagaimana kalau diberi
nama Jiu Sian saja?"
"Jiu Sian" Apa artinya nama itu?" tanya Ing Ing kiongcu.
"Jiu artinya musim rontok. Sian artinya bidadari. Jiu Sian
berarti ' bidadari di musim rontok'."
"Bagus, nama yang bagus sekali!" seru Ing Ing kiongcu
sembari tepuk2 tangan dan tertawa "kasih tahu kepadanya."
Ceng Giok menghampiri ke muka Blo'on dan berseru : "Atas
kemurahan hati kiongcu nionio mulai
hari ini engkau dikurniai nama baru
Jit Sian." Tertawalah para dayang mendengar nama itu. Salah seorang
diantaranya menyelutuk: "Sesuai
sekali dengan rambutnya yang
rontok maka dia diberi nama
Bidadari musim rontok ....... "
Blo'on menyengir, hendak marah
tetapi tak dapat. Merasa malu, pun
tak ada tempat. Dia memang paling tak berkutik apabila
dikeroyok gadis2 cantik. "Jiu Sian, menghadaplah kepada Ing Ing kiongcu untuk
menghaturkan terima kasih atas karunia kiongcu kepadamu,"
perintah Ceng Giok. Beberapa dayang segera mendorong dan menyeret Blo'on
ke hadapan Ing Ing kiongcu.
Seperti kerbau tercocok hidung, Blo'on menurut saja apa
yang diperintah oleh dayang2 cantik itu.
"Hamba Jiu Sian menghadap kehadapan kiongcu nionio
untuk menghaturkan terima kasihl kata Blo'on.
,.Hai, engkau Jiu Sian dayang yang baru tetapi mengapa
suaramu besar seperti orang lelaki Ceng Giok, gantilah
lehernya!" Ceng Giok melongo. Demikianpun Blo'on.
"Ganti lehernya, kiongcu?" Ceng Giok menegas.,
Juga Blo'on tercengang-cengang. Tetapi se-konyong2 dia
berteriak girang: "Bagus, bagus! Apakah engkau dapat mengganti leher ?"
Ceng Giok benar2 sebal mendengar olok2 itu. Tetapi
sebelum ia sempat mendamprat, Blo'on sudah berteriak pula:
"Kalau dapat mengganti leher, tolong engkau ganti sekali
kepalaku ini .... " "Hi, hi, hi," Ing Ing kiongcu tertawa geli, "benar, benar,
ganti sekali kepalanya ....... "
Ceng Giok makin pucat. Walaupun ia tahu bahwa saat im
puteri Ing Ing sedang angot penyakitnya sehingga pikirannya
tak sadar tetapi apa yang diperintahkan puteri itu tentu harus
diturut. Kalau tidak, puteri Ing Ing akan menjerit-jerit atau
menangis-nangis. Tetapi bagaimana mungkin ia dapat
mengganti kepala dan leher Blo"on"
Tengah ia gelisah, tampillah si Teratai, dayang tangkas
bicara, ke hadapan puteri :
"Kiongcu, dia dititahkan bansweya untuk mengobati Hiongcu.
Kalau kita ganti kepalanya, nanti dia tentu bodoh tak dapat
memberi obat." Ing Ing kiongcu berdiam diri. Tiba2 wajah puteri itu
mengerut gelap dan pada lain saat tiba2 ia membentak
marah: "Hai. Jiu-sian, mengapa engkau minta ganti kepala "
Kurang ajar, engkau hendak menipu aku!"
" Tidak, kiongcu! Hamba tidak menipu, memang hamba
ingin berganti kepala!" seru Blo'on.
" Gila! Mengapa" "
" Karena otak hamba hilang."
"O, kasihan," seru Ing Ing kiongcu yang mendadak
sikapnya berobah tenang dan ramah," Ceng Giok, bawalah dia
naik ke pembaringan. Kasihlah obat supaya dia sembuh! "
Ceng Giok dan para dayang melongo. Tetapi mereka tak
berani membantah perintah puteri. Beramai-ramai Blo'on
digotong ke atas peraduan Ing Ing kiongcu.
Bloon benar2 kelabakan tetapi diapun benar2 seperti
bermimpi. Tidur di peraduan seorang puteri, rasanya seperti
berada di nirwana. Baunya harum, kasurnya empuk, spreinya
halus, bantal dan gulingnya dari kain sutera yang di sulam
dengan gambar bunga. "Kipasi!" perintah Ing Ing kiongcu. Seorang dayang segera
mengipasi Blo'on. Sesaat kemudian Ing Ing kiongcu kembali
memberi perintah, " pijati kakinya! "
Blo'on benar2 merana melek ketika dikipasi dan dipijati oleh
dayang2 yang cantik.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
" Apakah aku bermimpi?" serunya dalam hati.
" Ambilkan arak wangi nomor satu dan buah segar,"
kembali Ing Ing kiongcu memberi perintah. Walaupun geleng2
kepala, tetapi Ceng Giok melakukan juga.
"Pertunjukkan nyanyian dan tari-tarian," perintah Ing Ing
kiongcu pula. Tak berapa lama siaplah dayang2 itu dengan alat tetabuhan
khim lalu salah seorang dayangpun menyanyi. Di tengah
nyanyian yang mengalun merdu itu, beberapa dayang segera
mulai melenggang-lenggok menari.
"Aduh mak, begini senangnya menjadi puteri raja. Tiap hari
makan minum yang lezat, kalau lelah dipijati, kalau tidur
dikipasi dan kalau bersantai, dihibur dengan nyanyian dan
tarian," kata Blo'on dalam hati. Dan iapun menikmati
kesenangan itu dengan mata meram melek.
Beberapa waktu kemudian, selagi pikiran Blo'on melayanglayang
di nirwana, tiba2 Ing Ing kiongcu menjerit: " Hai, setan
..." Puteri raja itu melonjak dan lari menjerit-jerit. Ceng Giok
terkejut dan buru2 menolong: "Kiongcu, mengapa kiongcu
berteriak-teriak?" "Apa engkau tak melihati" tanya Ing Ing kiongcu.
" Melihat apa, kiongcu'"
"Itu," Ing Ing kiongcu menunjuk ke arah peraduannya,
"setan gundul tidur di tempat peraduanku, huh, usirlah dia .....
aku takut!" Mimpipun tidak bahwa kalau dalam beberapa kejap yang
lalu dipijati dan dikipasi seperti seorang raja, tiba2 saat itu
Blo'on diseret dari tempat tidur, bluk ....
"Aduh....." Blo'on gelagapan ketika tubuhnya dibanting
jatuh di lantai, "bagaimana ini?"
"Setan gundul, engkau harus dihajar!" teriak beberapa
dayang. Mereka mengkal karena tadi harus mengipasi dan
mijiti Blo'on. Maka mereka segera menumpahkan kemarahan.
Ada yang mengambil sapu, ada yang mengambil tebah
(pembersih pembaringan), ada yang mengambil kemocing
(sulak ). Terus saja mereka menghajar Blo'on.
"Aduh, aduh, gila ..... gila!" Blo'on melindungi tubuh dan
muka dengan tangannya. Tetap beberapa dayang malah
mengeroyoknya lagi. Ada yang mencubit, ada yang menampar
dan ada yang menjiwir telinganya. Blo'on benar2 kewalahan.
"Tolongngng ..... !" akhirnya karena sebal Blo'on berteriak
keras2. Entah bagaimana ketika mendengar teriak Blo'on yang
keras itu, seketika puteri Ing Ing seperti sadar.
"Hai, siapa yang kalian hajar itu" Berhentilah !" segera ia
berseru memberi perintah.
Para dayang itupun hentikan hajarannya.
"Siapa itu ?" tanya Ing Ing kiongcu seperti orang yang baru
terjaga dari tidur. "Dia setan yang kiongcu perintahkan hamba mengusirnya."
Ing Ing kiongcu deliki mata: "Siapa suruh mengusirnya" Dia
bukan setan tetapi manusia."
"Benar, kiongcu," terpaksa Ceng Giok mengikuti ke mana
sang angin meniup. Ia tahu bahwa memang pada saat
penyakit puteri itu kambuh, bicaranya sering ngalor ngidul
alias tak keruan, "dia memang orang yang dititahkan
bansweya untuk mengobati penyakit kiongcu."
"O, apakah aku sakit?" seru Ing Ing kiongcu ya, ya, sering
kepalaku pening sekali dan sering lupa apa yang kukatakan
pada waktu aku menjerit2."
"Bansweya sangat menaruh perhatian sekali akan penyakit
kiongcu maka dia mengirim orang ini kemari," kata Ceng Giok
pula. "O, jika begitu, suruhlah dia lekas mengobati," kata Ing Ing
kiongcu seraya suruh dayang itu memanggil Blo'on ke
hadapannya. "Eh, aneh," puteri Ing Ing mendesis heran ketika melihat
Blo'on menghadap, "engkau lelaki atau perempuan ?"
Blo"on menyeringai. Ketawa bukan ketawa, meringis bukan
meringis. Lebih tepat menyerupai monyet makan terasi.
Beberapa dayang tertawa geli. Mereka tahu bahwa puteri
itu tentu lupa apa yang diperintahkan tadi. Karena yang
menitahkan supaya Blo"on dimake-up menjadi perempuan juga
puteri itu sendiri. "Eh, mengapa diam saja?" tegur Ing Ing kiongcu pula
sehingga Blo'on gelagapan dan menyahut sekenanya: "Hamba
sendiri juga bingung memikirkan diri hamba ini laki atau
perempuan." "Lalu bagaimana pendapatmu ?"
"Hamba tak merisaukan hal itu. Laki atau perempuan,
biarlah. Yang pokok, hamba ini seorang manusia."
Ing Ing kiongcu tertawa. Para dayangpun mengikik geli
mendengar jawaban itu. "Jika begitu, lebih baik menjadi banci saja,' seru puteri pula.
Blo'on kerutkan alis: "Yah, apa boleh buat kalau begini ini
disebut banci, hambapun terima saja."
"Siapa namamu?"
"Nama aseli atau nama pemberian orang "'
lng Ing kongcu terbeliak : "Sudah tentu nama aseli. Eh,
apakah engkau mempunyai nama pemberian orang"
"Benar, kiongcu," sahut Blo'on, "jika kiongcu menanyakan
nama aseli hamba, hamba tidak tahu. Tetapi kalau orang
memberi nama hamba sebagai Blo"on."
Serentak Ing Ing kiongcu tertawa geli. Para dayang itupun
mengikik berkepanjangan. Sejak dua tahun menderita
penyakit, baru saja itu untuk yang pertama kali Ing Ing
kiongcu tertawa dengan gembira sekali.
Takut kalau dikata tidak menghormat terhadap puteri raja
maka Blo'onpun ikut tertawa. Seketika ruang peraduan Ing Ing
kiongcu bergemuruh dengan, suara ketawa. Melihat Blo'on
ikut tertawa dayang2 cantik itu makin tertawa terpingkalpingkal.
Apalagi nada tawa Blo'on seperti orang yang
menderita sakit demam. Puas tertawa maka Ing Ing kiongcu lalu berkata: " Ya, tak
apalah, kalau engkau memang menerima nama begitu.
Sekarang mulai sajalah engkau memeriksa penyakitku dan
memberi obat." "Tetapi hamba tak dapat mengobati penyakit, kiongcu,"
Blo'on melengking. "Sudahlah, karena hu-ong yang menitahkan tentulah huong
tahu bahwa engkau dapat menyembuhkan penyakitku."
"Hamba sungguh2 tak dapat mengobati penyakit, kiongcu!"
teriak Blo'on. "Periksalah denyut nadi tanganku!" Ing Ing kiongcu terus
menyodorkan tangan kirinya ke muka Blo'on, "Hayo,
peganglah!" Blo'on terpaksa memegang telapak tangan kiongcu itu. Ia
tak tahu bagaimana memeriksa pergelangan tangan orang
tetapi ia takut kalau ia melanggar perintah puteri. Rasa tegang
yang besar, tanpa disadari Blo'on, telah memancarkan tenaga
sakti Ji-ih-cin-kang. Tenaga itu melalui telapak tangannya
menyalur ke telapak tangan puteri Ing Ing. Puteri itu merasa
tubuh dan perasaannya nyaman sekali.
"Pintar benar engkau," seru puteri sesaat kemudian,
"sekarang berilah obatnya."
"Hamba tak dapat, kiongcu ....... "
"Ah, jangan main2. Atau engkau memang tak mau
menyembuhkan penyakitku .... "
"Tidak, kiongcu, hamba ingin sekali mengobati kiongcu
tetapi hamba tak mampu ....... "
Karena dibujuk halus tidak mempan, diancam pun kebal,
akhirnya Ing Ing kiongcu murka.
"Dayang2, bukalah pakaian sinse Blo'on ini dan hajarlah dia
sampai nanti mau memberi obat," teriak Ing Ing kiongcu.
Seperti lebah dionggok dari sarangnya, kedua belas
dayang2, cantik itu segera berhamburan menyerbu Blo'on.
Mereka beramai-ramai meringkus Blo"on dan melucuti
pakaiannya........
oleh dayang2 yang cantik dan muda. Jika ia marah, tenaga
sakti Ji -ih cin kang dalam tubuhnya tentu akan memancar.
Jangankan hanya selusin dayang2 cantik, sekalipun selusin siwi
atau prajurit bhayangkara istana, tentu akan terpental.
Tetapi anehnya Blo'on tak dapat marah. Ia memang malu.
Maka untuk sekedar membebaskan diri dari serbuan selusin
dayang2 cantik itu, Blo'on hanya bergeliatan kian kemari. Ia
tak sampai hati untuk menampar atau memukul seorang anak
perempuan walaupun hanya dayang.
Tetapi keduabelas dayang cantik itu tak peduli. Makin Blo'on
bergeliat, makin kencang mereka menarik pakaiannya
sehingga tak berapa lama, pakaian Blo'on rompal dan
compang camping. Untunglah pakaian itu pakaian dayang.
Karena Blo'on tetap bergeliatan, ada beberapa dayang yang
karena gemas, terus menarik pakaiannya sekuatnya. Braattt....
Blo'on memakai pakaian rangkap. Yang dalam, pakaiannya
sendiri. Yang luar pakaian seragam prajurit bhayangkara.
Karena pakaian seragam prajurit sudah hancur, maka yang
robek itu adalah bajunya sendiri yang disebelah dalam.
Begitu baju robek, sebuah kantong kecil jatuh ke lantai.
"Hai, apa itu "* teriak salah seorang dayang seraya
memungut kantong, "kantong kulit !"
"Apa isinya?" seru kawannya. "Berikan kepadaku," tiba2
Blo'on mengulurkan-tangannya meminta kembali kantong itu.
"Apa isinya ?" tanya dayang itu.
"Entahlah, nanti akan saya buka."
"Tidak," sahut dayang yang rupanya agak genit, "kalau tak
mau memberitahu isinya, kantong ini takkan kuberikan
kepadamu." B!o"on tertegun, ia sendiri sesungguhnya memang agak
lupa apa isinya, Tiba2 dayang genit itu hendak membuka kantong, tetapi
kawannya berseru : "Hai, jangan sembarang membuka kantong itu. Siapa tahu
isinya ular \ "Ya, ya, benar isinya memang ular kecil," seru Blo'on
menirukan saja. Mendengar itu pucatlah dayang genit. Cepat ia lemparkan
kantong itu kearah Blo'on. Blo'on-pun menyambutinya.
Bergegas ia membuka kantong itu untuk melihat isinya. Ia
heran karena isinya butir2 merah sebesar kedele. Ia agak lupa
apakah benda itu. Belum sempat ia berpikir, tiba2 puteri Ing berteriak.: "Copot
semua pakaiannya dan lemparkan dia kedalam kandang Keraanjing!"
Beberapa dayang segera maju mengampiri Blo'on lagi.
Tetapi Blo'on cepat mengangkat tangan, berseru :
"Tunggu dulu, apakah Kera-anjing itu ?" tanyanya.
"Anjing besar yang kepalanya menyerupai kera."
"Suka makan orang ?" tanya Blo'on, "Kalau kiongcu yang
memerintah, anjing itu tentu makan juga,"
" O, sungguh kebetulan sekali," tiba2 Blo'on berseru girang.'
Para dayang itu tercengang. Salah seorang segera
menegur: "Ih, mengapa engkau gembira ?"
"Karena aku suka makan anjing," seru Blo'on. "sekali gus
aku dapat menikmati dua. Kera dan anjing."
Dayang2 itu tercengang. Ceng Giok segera memberi
laporan kepada Ing Ing kiongcu.
"Setan," seru puteri itu, "kalau begitu lempar saja ke
kandang harimau." Ceng Giok segera menyamparkan titah puteri kepada para
dayang : "Hayo, kita lemparkan dia ke kandang macan."
"Tunggu dulu," seru Blo'on, "mengapa kalian berlaku begitu
kejam kepadaku ?" "Itu titah tuan puteri, bung !"
"Mengapa puteri benci kepadaku ?"
"Karena engkau tak mau mengobati penyakit kiongcu."
"O," dengus Blo'on, "baik, daripada dilempar ke kandang
macan, lebih baik kuobati saja penyakit puteri,"
Ia memutuskan hendak memberi puteri Ing Ing minum biji2
marah dalam kantong itu. Ia tak begitu ingat lagi, apakah
benda itu. Hanya ia masih dapat mengingat bahwa kantong itu
pemberian Sian-li. "Bagus, bagus," teriak Ing Ing kiongcu, "Ceng Giok,
ambikan pakaian bagus untuknya."
Ceng Giok mengiakan. Tak berapa lama ia datang dengan
membawa seperangkat pakaian yang bagus. Pakaian itu
adalah pakaian seorang thayswe-ya atau putera raja, salah
seorang kakak dari Ing Ing kiongcu sendiri.
"Pakaikan !" titah puteri itu pula.
Blo'on segera dipaksa memakai pakaian seorang pangeran.
"Aduh, cakap juga mak," seru salah seorang dayang ketika
melihat Blo'on dalam dandanan sebagai seorang thayswe atau
pangeran. "Sayang rambutnya hanya tumbuh dua ikat, kalau tumbuh
semua, dia tentu benar2 seperti seorang thayswe-ya," seru
dayang yang lain. Blo'on jengah mendengar kata2 dayang2 itu. Segera ia
berkata : "Sudahlah, mengapa kalian sebagai anak perempuan
tak malu untuk menggoda seorang anak lelaki ?"
"Huh, siapa yang menggoda ?" dayang yang genit
melengking pula, "aku hanya melakukan perintah kiongcu
saja: Kalau tidak, uh, masa kami sudi memasangkan pakaian
kepadamu." "Ah, sudahlah," seru Blo'on, "engkau memang genit. Lekas
sediakan secawan air putih untuk meminumkan obat ini."
Permintaan Blo'on itu segera dilakukan. Dan Blo'onpun
mengambil tiga butir benda sebesar kedele itu, dihaturkan
kepada Ing Ing kiong cu. "Harap kiongcu minum obat mujijat ini." katanya, tentu
penyakit kiongcu akan sembuh.
" Sungguh ?" puteri itu menegas.
"Hamba jamin dengan jiwa hamba. Kalau sampai tak
sembuh, hamba bersedia mengganti dengan jiwa hamba."
Sebenarnya Blo'on lupa2 ingat apakah benda merah
sebesar kacang itu. Ia hanya ingat kantong itu Sian-li yang
menitipkan kepadanya tetapi ia lupa apakah gunanya benda2
dalam kantong itu.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tetapi karena didesak oleh puteri dan dikerubut oleh selusin
dayang, akhirnya ia terpaksa nekad memberikan benda2
dalam kantong itu sebagai obat untuk puteri.
Setelah meminum benda itu, beberapa saat kemudian
puteripun tidur. Dan Blo'onpun berkata; "Biarkan puteri tidur.
Besok apabila bangun, tentu sudah sembuh."
Ternyata benda2 merah sebesar kacang itu adalah Cianlianhay-te-som atau buah som dari dasar laut jang berumur
seribu tahun. Buah itu diperolehnya ketika ia bersama Sian-li
terbenam dalam sungai dan kesasar masuk kedasar laut, lalu
bertemu dengan kakek tua penjaga keraton Hay-te-kiong
dahulu. "Lalu bagaimana aku sekarang ?" tanya Blo' on kepada para
dayang itu." "Engkau ?" kata Ceng Ciok, "engkau harus kembali
menemui Sun thaykam. Tetapi ingat besok pagi engkau harus
menghadap kemari lagi. Kalau ternyata kiongcu belum
sembuh, engkau harus menerima hukuman. Tetapi kalau
kiongcu bisa sembuh, engkau tentu akan diberi ganjaran
besar." Blo'on mengiakan lalu melangkah keluar.
Saat itu sudah malam. Istana sunyi senyap. Dan Blo'on tak
kenal seluk beluk istana. Dimana tempat kediaman Sui
thaykam, iapun tak tahu. Ah. asal mencarinya ke gedung yang
besar dan mewah, tentu ketemu, pikirnya.
Dengan pelahan-lahan dan sebentar memandang kian
kemari, Blo'on berjalan menyusur jalan yang terbuat dari batu
graniet putih. "Ah, betapakah indah dan luasnya istana raja ini," pikirnya,"
enak juga, jadi raja itu. Dihormati seluruh rakyat, tinggal
dalam istana, memelihara banyak ponggawa dan prajurit, tiap
hari makan yang lezat, tidur pulas dan dilayani oleh dayang2
yang cantik." Tiba2 pula pikiran Blo'on membantah sendiri. "Ah, tetapi
jadi raja itu harus tiap hari berpakaian baik, menerima mentri2
yang menghadap, memikir urusan negara. Dan yang tidak
enak, raja tak leluasa keluyuran kemana-mana. Tidak bebas
mau jalan2 melihat-lihat kota dan jajan di warung .... Ah, tidak
enak juga. Tidak seperti diriku. Aku bebas pergi barang
kemana pun yang senangi, aku makan apa saja yang kusukai,
aku berpakaian bebas menurut yang aku suka dan punya. Aku
bergaul dengan segala orang. Aku dapat tidur pada
sembarang waktu dan sembarang tempat. Aku dapat
menikmati pemandangan alam yang indah, mendengar
burung2 berkicau, melihat pak tani bernyanyi sambil meluku
sawahnya, aku tak takut dibunuh orang karena aku tak punya
musuh. Dan kawanan orang jahatpun tak mau mengganggu
diriku karena aku tak punya harta ......."
Karena melamun, tak terasa Blo'on telah tiba di tembok
Kota Terlarang atau istana tempat kediaman baginda. Ia
segera mencari pintu gapura.
Gapura dijaga oleh dua orang prajurit bersenjata. Demi
melihat kedatangan Blo'on, kedua penjaga itu serta merta
membungkukkan tubuh memberi hormat.
"Hamba berdua menghaturkan hormat kepada Ngothaysweya,"
seru kedua penjaga itu. Ngo-thayswe berarti
pangeran yang nomor lima. Rupanya kedua penjaga itu
menganggap bahwa Blo'on itu putera baginda yang kelima.
Blo'on terkesiap. "Apakah ngo-thayswe itu?" serunya.
"Pangeran kelima putera sri baginda," sahut kedua penjaga
itu, "O. tetapi aku bukan thayswe," Blo'on membantah.
Kedua penjaga itu termasuk prajurit dalam istana, sudah
tentu mereka mendengar juga tentang keadaan putera2
baginda. Ngo-thayswe itu jarang sekali keluar dari istana.
Menurut kabar, ngo-thayswe itu memang berwatak aneh,
seperti orang yang menderita kurang beres ingatannya.
Maklum akan hal itu maka kedua penjaga itu tak
menghiraukan pengakuan Blo'on.
"Thayswe-ya," kata mereka dengan mengunjuk hormat
pula, "hendak kemanakah thayswe pada malam hari begini ?"
Karena diberi keterangan, penjaga itu tetap
menganggapnya sebagai putera raja, Blo'on pun dongkol.
Lebih baik ia mengaku saja memang Ngo-thayswe, beres.....
"Aku hendak jalan2 mencari angin dan lihat2 pemandangan
yang indah," katanya.
"Oh, apakah thaysvve-ya hendak mengunjungi taman
Rumah Rahasia Hati ?" tanya penjaga itu.
"Rumah apa itu?"
Diam2 kedua penjaga itu terkejut. Mengapa ngo-thayswe
begitu pelupa sekali. Masakan rumah2 bangunan indah seperti
Anglung-layar-jauh, Ang-lung-sambutan-harum dan Rumahrahasiahati yang terletak diluar tembok Kota Terlarang,
pangeran itu sudah lupa. Bukankah rumah2 itu merupakan
bangunan indah yang sengaja dicipta untuk menghibur
baginda dikala hendak bercengkeraman "
"Ah, mungkin karena penyakitnya maka Ngo-thayswe
menjadi pelupa." pikir kedua penjaga itu.
"Rumah Rahasia Hati itu sebuah bangunan yang indah di
tepi kolam. Biasanya banswe-ya juga berkenan berkunjung ke
situ," kata kedua penjaga.
"'O, baiklah, aku juga ingin melihat-lihat tempat itu," kata
Blo'on. "Baiklah, thayswe ya," sambut kedua penjaga pintu,
"silahkan thayswe mengunjungi taman indah. Karena kami
masih ditugaskan untuk menjaga disini, kami mohon maaf tak
dapat mengantar thay-swe-ya."
"Hm, engkau lebih berat menjaga pintu atau mengantar aku
?" dengus Blo'on yang saat itu makin garang karena
menganggap dirinya benar2 Ngo thayswe atau putera kelima
dari baginda. Kedua penjaga itu gemetar.
"Sudah tentu hamba akan mengutamakan menjaga
thayswe ya. Tetapi apabila Hong ciangkun kebetulan meronda
dan tak melihat hamba berada di pos ini, tentu hamba berdua
akan dijatuhi hukuman berat."
"Ho, jangan takut. Nanti aku yang menghadapi Hong
ciangkun," kata Blo'on, "hayo lekas antar aku ke sana."
Karena ketakutan kedua penjaga itupun terpaksa
mengiringkan Blo'on masuk ke taman.
Pemandangan dalam taman itu memang indah sekali. Lebih
indah dari di dalam istana. Tiba2 Blo'on mendengar suara
musik dan seruling mengalunkan lagu yang merdu.
"Hai, apakah itu ?" tanyanya kepada kedua penjaga.
"Itulah wanita2 cantik yang bertugas menghibur baginda,
apabila baginda berkenan mengunjungi taman ini, thayswe
ya." "Kita ke sana," kata Blo'on. Terpaksa kedua penjaga itupun
menginginkan. Blo'on memasuki sebuah bangunan yang
indah. Lantainya terbuat dari batu pualam, tiang2 berukir
lukisan dewa2. Empat penjuru diterangi, oleh mutiara yang
memancarkan cahaya kilau kemilau. Ditengah ruang disiapkan
suatu tempat duduk yang beralas permadani yang indah.
Sebuah pembaringan dan meja dan kayu cendana yang selalu
memancarkan bau harum. Blo'onpun menghampiri tempat itu dan duduk. Memandang
keluar, ia melihat sebuah kolam yang permai. Airnya
dipancarkan dari sebuah patung Bidadari, bunga2 teratai
merah dan putih bertaburan di permukaan air. Airnya bening
dan sejuk. Berada dalam ruang ritu, Blo'on merasa seperti berada
dalam dunia lain. Indah, tenang, sejuk dan nyaman.
Membawa perasaannya terbang melayang,
"Apakah tahyswe-ya hendak menikmati hiburan musik ?"
tanya kedua penjaga itu. Blo"on mengangguk. Kedua penjaga itupun segera masuk kedalam. Tak lama
kemudian, dua belas gadis2 cantik dalam pakaian yang indah,
berbondong-bondong keluar dan menghadap Blo'on.
"Thayswe-ya, hamba hendak mempersembahkan nyanyian
dan tari-tarian yang jelek, mohon thay-swe-ya sudi memberi
ampun," seru mereka.
Blo'on hanya mengangguk. Serentak kedua belas gadis2 cantik itupun mengeluarkan
alat tetabuhan, khim, seruling dan genderang kecil. Dan pada
lain saat mengalunlah suatu irama tetabuhan yang merdu,
mengiring sebuah nyanyian yang memikat hati. Nyanyian dari
lagu2 percintaan yang membuai.
Setelah dua buah lagu dinyanyikan, maka bermunculan
pula selusin gadis2 ayu menari-nari dihadapan Blo'on. Lemah
gemulai bagaikan tak bertulang tubuh dara2 ayu itu meliukliuk
dalam gaya tarian yang mempesonakan.
Makin lama lagupun makin melengking tinggi dan gencar
dan tiba2 pula dara2 ayu itupun mulai melepaskan
pakaiannya. Mereka ternyata mengenakan pakaian berlapislapis.
Setelah lapis demi lapis pakaian ditanggalkan sehingga
sampai tujuh lapis, terakhir mereka hanya mengenakan
pakaian yang sangat minim. Hanya bagian buah dada dan
anggauta terlarang yang ditutupi dengan sehelai kain tipis.
Selama melihat gerak gerik kedua belas dara ayu
menanggalkan pakaian itu, mata Blo'on menyalang dan makin
menyalang lebar. Mulut melongo dan keringat bercucuran,
jantung- mendebur keras. Setiap kali menanggalkan pakaian, dara2 penari itu tentu
melemparkan pakaiannya ke udara. Pakaian berhamburan
melayang-layang. Seketika ruang itu semerbak dengan bau
yang harum dan wangi sekali.
Ada suatu perasaan aneh yang menghinggapi benak Blo'on.
Pada waktu mencium bau harum itu, pikiranyapun bergerakTiraikasih
website http://kangzusi.com.
gerak, kepalanya berdenyut-denyut keras. Darahnyapun
bergolak-golak merangsang hebat. Belum pernah selama
hidupnya, ia menderita suatu perasaan yang sedemikian.
Hampir ia sukar untuk mengendalikan diri. Matanya mulai
merah karena melihat tubuh2 dara ayu yang hampir tak
berpakaian itu. Tiba2 muncul dua orang gadis cantik jelita dengan
membawa penampan hidangan arak. Begitu tiba dihadapan
Blo'on, salah seorang yang bertubuh lebih langsing segera
mengambil botol arak dan menuangkan pada sebuah cawan.
"Thayswe-ya, mohon thayswe-ya suka menerima
persembahan hamba ini. Arak dari perasan buah som yang
berumur ratusan tahun. Arak ini bingkisan persembahan raja
Ko-li-kok." Dayang itu segera menyodorkan cawan arak kehadapan
Blo'on. Blo'on masih terpesona melihat dara2 yang tengah
melepaskan pakaiannya itu. Ia terkejut ketika mencium bau
arak yang harum sekali. Tanpa banyak pikir, ia terus
menyambut cawan itu dan meneguknya.
Gadis cantik itu mengisi lagi dan mempersembahkan lagi.
Pun Blo'on tanpa melihat terus menyambuti dan meneguknya.
Berturut-turut Blo'on sudah menghabiskan sepuluh cawan.
Memang rasanya nikmat dan baunya harum sekali.
Tiba2 Blo'on rasakan kepalanya berputar-putar. Seluruh
benda dalam ruang itu, bahkan dara2 penari yang sedang
hendak melepaskan kain yang membungkus buah dadanya,
terasa berputar-putar. Dalam pandang matanya, dara2 cantik
yang sudah telanjang itu mirip dengan mahluk2 yang
menyeramkan. Bukan lagi dara yang bertubuh putih mulus
tetapi penuh dengan bulu2 panjang dan lebat macam kera.
Berpaling kearah gadis2 yang sedang memetik khim dan
alat2 tetabuhan, juga wajah mereka tampak mengerikan.
Bunyi musik yang melengking-lengking dalam nada tinggi itu,
bagaikan rintihan iblis yang menyayat-nyayat hati.
Saat itu dara2 penari sudah melepaskan kain penutup buah
dada dan setelah meliuk-liuk dalam gerak yang menonjolkan
keindahan tubuhnya, mulailah mereka membuka cawat yang
terakhir. Cawat yang menutup anggauta rahasianya.
Begitu cawat2 itu dilempar ke udara, Blo'on memekik
sekeras-keras lalu loncat dan tempat duduk dan terus lari
keluar. Bum.... Rasanya Blo'on ingin Iari dan lari. Supaya terlepas dari
hantu2 yang menyeramkan itu. Pandang matanyapun terasa
gelap. Ia tak dapat membedakan mana jalan, mana tembok. la
terus lari ke muka dan akhirnya tercebur kedalam kolam.
Kolam itu ternyata bukan kolam biasa. Baginda menitahkan
ahli bangunan yang ternama untuk, membangun taman
hiburan itu. Ahli bangunan memang lihay. Ia membuat
terowongan dibawah tanah yang menggunakan alat penyedot
dan alat pembuang air. Sebenarnya air kolam itu hanya berasal dari sebuah sumber
yang terdapat disebelah luar kota raja. Dengan pandai sekali,
ahli bangunan itu telah mengalirkan air sumber ke taman
istana Kota Terlarang, Dan air itupun lalu dibuat melalui
saluran terowongan yang mengalir ke sebuah sungai di tepi
kotaraja. Begitu Blo'on kecemplung, tubuhnya terus tenggelam dan
masuk kedalam terowongan. la tak ingat apa2 lagi.
Kedua penjaga pintu terkejut sekali menyaksikan peristiwa
itu. Mereka memburu keluar untuk n enyusul pemuda yang
mengira kira Ngo-thayswe. Dan alangkah kejut mereka ketika
melihat Blo'on tercebur kedalam kolam. Cepat mereka
memburu untuk memberi pertolongan. Tetapi tubuh Blo'on
sudah tenggelam ke bawah.
Kedua penjaga itu makin sibuk. Mereka mencari kian kemari
tetapi tubuh Bio"on tetap tak dapat diketemukan.
"Celaka," seru salah seorang penjaga itu, "kalau berita ini
terdengar sri baginda, kita pasti di hukum."
Kawannya gemetar. "Engkau mau menurut aku atau mau berjalan sendiri sendiri
?" tanya penjaga pertama.
"Ya, aku menurut saja."
"Peristiwa ini bukan kepalang besarnya. Ngo- thayswe mati
tenggelam dalam kolam tentu akan menimbulkan kegemparan
besar. Baginda tentu murka. Lebih baik kita lolos saja dari
istana dan, melarikan diri ke suatu gunung yang sunyi.
Setuju?" Karena tiada lain jalan lagi, akhirnya penjaga yang seorang
itupun terpaksa menurut.
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Demikian kedua penjaga itu segera minggat dari istana dan
melarikan diri ke hutan. Keesokan hari, puteri Ing Ing terjaga dari tidurnya. Ia
merasa matanya terang, pikirannya tajam.
"Ceng Giok, mengapa hari setinggi ini engkau tak
menjagakan aku ?" teriaknya.
Ceng Giok, kepala dayang yang melayani puteri Ing Ing
tergopoh menghampiri. Demi melihat wajah puteri berseri-seri
terang, iapun girang sekali. Ia duga puteri itu tentu sudah
sembuh dari penyakitnya yang aneh. Namun ia belum berani
memastikan sebelum melihat perkembangannya lebih lanjut.
Tetapi tanda2 semakin membuktikan bahwa puteri Ing Ing
memang sudah sembuh, Bicaranya sudah teratur dan genah.
Semangatnyapun segar. Ketika Sui thaykam datang untuk menghadap dan
menjenguk keadaan puteri, ia terkejut melihat puteri berseriseri
wajahnya. "Rupanya kiongcu sembuh," Ceng Giok menyambut
thaykam itu dengan menerangkan keadaan puteri.
Sui thaykam mengangguk dan menghadap puteri.
"Sui lopek, mengapa sepagi ini datang kemari" Apakah ada
keperluan?" tegur Ing Ing kiongcu.
"Hamba diutus banswe-ya untuk menjenguk kiongcu.
Banswe-ya sangat memperhatikan sekali akan sakit kiongcu."
"Aneh." kata Ing Ing kiongcu, "siapa bilang aku sakit'!
Sampaikan kepada hu-ong bahwa aku sehat walafiat tak
kurang suatu apa." Sui thaykam terkesiap. Diam2 ia mengakui bahwa puteri
memang sudah sembuh. "Maafkan hamba apabila hamba hendak menghaturkan
keterangan kehadapan kiongcu," kata Sui thaykam pula."
sesungguhnya kiongcu dalam beberapa waktu yang lalu telah
menderita suatu penyakit aneh. Baginda telah menitahkan
berpuluh tabib dan orang pandai untuk mengobati, tetapi tak
berhasil. Sampai pada suatu hari baginda berziarah ke makan
Ong kuihui dan malamnya bermimpi bahwa yang dapat
mengobati penyakit kiongcu itu seorang pemuda yang aneh."
"O," desuh Ing Ing kiongcu, "lalu ?"
"Berkat restu Thian Yang Maha Kuasa, akhirnya pemuda
itupun telah diketemukan dan dititahkan untuk mengobati
penyakit kiongcu." "Tetapi Sui thaykam," tiba2 Ceng Giok menyela "mengapa
pemuda aneh yang pertama datang mengobati itu malah
membuat kiongcu sakit prajurit gi lim-kun yang dipaksa oleh
pemuda itu untuk menyaru jadi dirinya."
"Mengapa dia memaksa prajurit gi-lim-kun itu?" tanya
puteri. "Karena pemuda itu memang agak limbung pikirannya. Dia
melarikan diri tetapi akhirnya dapat ditangkap dan dibawa ke
istana lagi. Bukankah dia telah dapat menyembuhkan tuan
puteri "' kata Sui thaykam.
"Entah bagaimana yang telah terjadi. Tetapi sekarang
kurasakan tubuh dan pikiranku sudah sehat. Dimanakah
pemuda itu sekarang?" tanya kiongcu.
Sui thaykam terkejut. Ia kira pemuda itu masih berada di
istana Ing jun-kiong situ. Ia menerangkan bahwa pemuda itu
tak berada di istana dalam.
"Sui lopek." kata Ing ing kiongcu, "aku ingin bertemu
dengan orang itu untuk menghaturkan terima kasih. Akan
kuberinya ganjaran. Dan kedua kalinya, harap disampaikan
kepada hu-ong bahwa aku kepingin berziarah ke makam
ibundaku." Sui thaykam segera mengundurkan diri. Ternyata ia tak
berhasil menemukan Blo'on. Juga di markas Gi-lim-kun, juga
di tempat kediaman-para thaykam.
Pasukan Gi-lim-kiln segera dikerahkan untuk mencari.
Akhirnya mereka mendapat keterangan dari para gadis2
penjaga rumah hiburan Rahasia Hati ditaman Kota Terlarang,
yang mengatakan tentang kunjungan Ngo-thayswe. Tetapi
entah bagaimana Ngo-thayswe telah lari dan mencebur
kedalam kolam. Sudah tentu berita itu mengejutkan sekali. Bergegas
pasukan Gi-lim-kun memberi laporan kepada Hong ciangkun
dan Hong ciangkunpun terus menghadap baginda. Baginda
segera menitahkan untuk memanggil Ngo-thayswe. Tetapi
ternyata putera yang nomor lima itu masih segar bugar tak
kurang suatu apa. Gi-lim-kun dititahkan untuk memanggil gadis2 penghibur
Rumah Rahasia Hati itu. Mereka menerangkan tentang wajah
dan pakaian pemuda yang dianggapnya sebagai Ngo-thayswe.
Setelah mendengar laporan mereka, barulah baginda
menarik kesimpulan bahwa pemuda yang berpakaian Ngothayswe
itu tentulah pemuda yang dititahkannya untuk
mengobati Ing Ing kiongcu. Segera baginda menitahkan untuk
mencari pemuda itu. "Cari pemuda itu sampai ketemu. Dia akan kuangkat
sebagai hu-ma (menantu raja) dan akan kunikahkan dengan
Ing Ing kiongcu, sesuai dengan janjiku," titah baginda.
Hong ciangkun segera menyebar anakbuahnya untuk
mencari kesegenap peloksok kotaraja. Tetapi tak berhasil
menemukan Blo'on. "Mungkin dia mati tenggelam dalam kolam," pikir kepala Gilimkun itu. Ia segera memerintahkan untuk mencari ke dalam
kolam. Tetapi juga tak dapat diketemukan apa2.
Kemudian Hong ciangkun menyebar surat sebaran yang
mengatakan bahwa barang siapa yang melihat seorang
pemuda aneh berpakaian seperti thayswe, supaya ditangkap
dan dihadapkan ke istana. Ciri2 pemuda itupun diterangkan
dengan jelas. Seketika gemparlah kota raja karena berita dalam surat
sebaran itu. Seorang anggauta Kay-pangpun segera
melaporkan surat sebaran itu kepada ketua Kay-pang cabang
kota raja yalah Ong Cun. Sudah tentu Ong Cun terkejut sekali. Segera ia
menyampaikan berita itu kepada Ceng Sian suthay dan Liok
Sian-li. Sudah tentu Sian-li bingung tak keruan. Belum usaha
mereka untuk membebaskan Blo'on dari penjara di istana
berhasil, kini ternyata Blo'on sudah lolos dan melarikan diri, Ia
duga sukonya itu tentu membuat huru hara dalam istana.
Ceng Sian suthaypun terkejut. Setelah mendapat
keterangan dari Sian-li, ia makin yakin bahwa pemuda itulah
yang hendak dicarinya, yalah putera dari Kim Thian-cong yang
telah menghilang sejak bertahun-tahu itu.
"Suthay." kata Sian-li, "bagaimana kita akan bertindak ?"
Ceng Sian suthay juga sibuk namun ia menghibur nona itu.
"Marilah lebih dulu kita menguraikan apa sebab sukomu
sampai hendak ditangkap oleh kerajaan. Setelah menemukan
alasan salahnya, walaupun hanya bersifat dugaan saja,
barulah kita dapat menentukan langkah kemana kita harus
bertindak. Sian li mengangguk, katanya :
"Menurut suthay, kemungkinan apakah yang paling
mungkin terjadi pada suko?"
"Aku sendiri belum berani memastikan karena belum
pernah bertemu muka dan belum tahu bagaimana perangai
suko-mu. Tetapi menilik peristiwa menabuh genderang
pertandaan waktu itu, dapatlah kutarik kesimpulan bahwa
suko-mu itu memang seorang anakmuda yang nakal dan
bengal." "Benar, suthay," tiba2 Ong Cun ikut bicara "setiap kali Kim
kongcu tentu menerbitkan onar. Sejak di kotaraja, ia sudah
mengaduk dipesta ulangtahun Cian-bin-long-kun, lalu
memukul genderang raksasa, ditangkap ke istana, melarikan
diri dan sekarang menjadi buronan kerajaan."
"Ya, memang suko sering mengalami peristiwa2 yang aneh,
'Sian-li menerangkan." tetapi sesungguhnya dia seorang
pemuda yang baik hati, jujur dan sederhana. Sering menderita
hinaan dari orang karena bicara dan tingkah lakunya yang tak
wajar. Pada hal menurut pengakuannya, dia menderita
semacam penyakit lupa ingatan ....... , hai ..'! tiba2 Sian-li
berteriak seorang diri. "Mengapa ?" tanya Ceng Sian suthay heran. "Ya. sekarang
aku ingat. Dia tentu hendak mencari otak naga," seru Sian-li
pula. "Otak naga ?" serempak Ceng Sian suthay dan Ong Cun
berseru," apakah itu ?"
Sian-li lalu menuturkan apa yang telah terjadi. Karena terus
mengeluh hilang ingatan, seorang nona mengatakan kepada
sukonya bahwa sukonya itu tentu hilang otaknya. Obatnya tak
lain hanya otak naga. "Pada hal ia hanya berolok olok saja karena jengkel melihat
keblo'onannya. Ah. siapa tahu, dia telah menganggap hal itu
sungguh2." "Dia benar2 hendak mencari otak naga itu," kata. Sian-li.
Ceng Sian suthay kerutkan kening.
"Soal ini-memang repot," kata Ceng Sian suthay," disatu
fihak untuk mencari dan membawa Kim kongcu memang
sebuah tugas yang harus dilaksanakan. Tetapi di lain fihak.
aku harus kembali ke puncak Bidadari digunung Lo-hu-san
sesuai seperti yang kita putuskan dengan para ketua tujuh
partai persilatan. Sekarang sudah tanggal lima bulan delapan,
jadi masih kurang tujuh hari lagi aku harus tiba di Wisma
Perdamaian itu. Dan rasanya waktu sudah amat mendesak
sekali. Jika terlambat, mereka pasti akan gelisah."
"Baiklah, suthay," cepat Sian-li menanggapi, "karena
hilangnya suko itu sangat aneh, maka, biarlah aku tetap
berada di kotaraja sini. Bersama Ong thancu aku akan
menyelidiki peristiwa itu. Sedang suthay silahkan kembati ke
Lo-hu-san. Apabila aku berhasil menemukan suko, tentu
segera akan kuajak kegunung Thay-san. Bukan suthay dan
sekalian cianpwe akan memenuhi undangan dari tokoh yang
menyebut dirinya sebagai Kim Thian-cong dan bermukim
digunung Thay - san itu ?"
Ceng Sian suthay mengiakan. "Tetapi baiklah li-sicu
bertindak begini." katanya, "berhasil menemukan Kim kongcu
atau tidak, baik li-sicu menunggu dikaki gunung Thay-san.
Dan harap jangan sekali-kali bergerak sendiri sebelum kami
beramai-ramai datang."
Kemudian kepada Ong Cun, ketua Kay-pang cabang
kotaraja, Ceng Sian suthay berkata :
"Kim kongcu telah menjadi tujuan yang diputuskan ketujuh
partai persilatan, harus diketemukan. Maka kuharap Ong sicu
suka membantu Liok sicu mencarinya. Sesungguhnya, akupun
merasa berat hati untuk meninggalkan kota ini. Tetapi
pertama, karena sekarang sudah jelas bahwa jejak Kim
kongcu sudah dapat diketemukan, walaupun saat ini dia
sedang menghilang. Kedua kalinya, akupun terpaksa harus
hadir dalam pertemuan dengan para ketua tujuh partai
persilatan di gunung Lo-hu-san."
"Harap suthay legahkan pikiran," kata Ong Cun," aku tentu
akan membantu sekuat tenaga kepada nona Liok,"
"Pertemuan dari ketujuh partai persilatan mungkin
merupakan yang terakhir dan yang paling penting sendiri.
Karena kita akan memutuskan untuk menerima atau menolak
undangan tokoh yang menamakan diri Kim Thian cong. Yang
satu menetap di gunung Hong-san, yang seorang bermarkas
di gunung Thay-san."
Demikian Ceng Sian suthay sagera minta diri.
Ahliwaiis Kembali Wisna Perdamaian di puncak Giok-li-nia gunung Lohusan menyambut kunjungan dari ketujuh ketua partai
persilatan. Mereka yalah Hui Gong taysu ketua Siau-lim-si, Ang
Bin tojin ketua Bu-tong-pay, Hong Hong totiang ketua Go-bipay,
Ceng Sian suthay, ketua Kun-lun-pay,
Pengemis-sakti Hoa Sin ketua Kay-pang dan Pang To-tik
wakil partai Hoa-san-pay, belum datang. Kedua tokoh itu
ditugaskan untuk menyelidiki ke gunung Thay-san.
"Ah, mengapa Hoa sicu belum datang," kata Hui Gong
taysu, "adakah sesuatu yang terjadi dengan kedua sicu itu ?"
"Rasanya kedua orang itu tentu akan datang juga. Hanya
mungkin terlambat," kata Ang Bin tojin yang kenal baik
kepada kedua tokoh itu. Untuk mengisi waktu, maka merekapun berbincang-bincang
tentang keadaan gunung Hong-san
"Kim Thian-cong di gunung Hongsan itu jelas, bukan Kim
Thian-cong tayhiap yang aseli," kata Ang Bin tojin.
"Toheng," sambut Hong Hong tojin ketua Go-bi-pay, "hal itu
masih sukar kita pastikan. Bukankah kita kenal bahwa di dunia
persilatan terdapat semacam ilmu merobah paras muka."
"O, adakah toheng. memastikan dia benar2 Kim tayhiap
yang aseli ?" balas Ang Bin tojin.
"Soal itu sukar diselidiki karena kepergian kita ke Hong-san
tak berhasil bertemu dengan tokoh itu. Tetapi yang jelas, dia
hendak mengembangkan agama Seng-lian-kau."
"Apabila hanya mengembangkan agama, itu sih dapat
dimaklumi," sambut Sugong In ketua Kong-tong-pay, "tetapi
mengapa dengan kekerasan hendak memaksa orang harus
masuk " Bukankah jelas dia mempunyai tujuan tertentu ?"
'"Benar." sahut Hong Hong tojin, "tujuannya tak lain
hanyalah hendak menguasai dunia persilatan."
Ang Bin tojin menghela napas.
"Rupanya Seng-lian-kau sudah cepat sekali berkembang.
Didaerah selatan, tokoh2 persilatan sudah tunduk dan masuk
menjadi anggautanya. Walaupun kita belum tahu bagaimana
tujuan pendirian Seng-lian-kau itu, tetapi dengan cara-caranya
yang menggunakan kekerasan, jelas partai agama baru itu
tentu hanya ingin mencari kekuasaan dan menguasai dunia
persilatan. Setiap tokoh silai atau perkumpulan maupunpartai
persilatan yang bertujuan demikian, tentulah tidak suci. Tentu
akan membawa keiusakan pada dunia persilatan."
"Ya." sambut Hong Hong tojin pula, rasanya Kim Thiam
cong dari gunung Thay-san itupun sama juga. Dia juga ingin
mengembangkan agama Thian-tong-kau (agama Nirwana).
Ang Bin tojin menghela napas.
"Banyak nian peristiwa2 yang silih berganti muncul dalam
dunia persilatan. Tetapi seperti yang kiia alami dewasa ini.
rasanya sejak beratus tahun sampai sekarang, baru kali ini
terjadi. Mayat seorang pemimpin dunia persilatan seperti Kim
tay-hiap, telah hilang. Ketua partai Hoa-san-pay Kam Sianhong
Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sicu, dibunuh orang. Kemudian pada waktu yang
serempak, muncul dua orang yang mengaku bernama Kim
Thian-cong. Satu di gunung Hongsan dan yang satu di gunung
Thaysan. Kedua-duanya menghendaki supaya tokoh2 dan
partai2 persilatan tunduk kepada mereka."
Tiba2 terdengar derap langkah orang berjalan di halaman.
Dan pada lain saat muncullah Hoa Sin ketua partai Pengemis.
Kelima ketua partai persilatan serempak berbangkit dan
mengucapkan salam. "Hoa sicu," seru Hui Gong taysu setelah ketua partai
Pengemis duduk, "mengapa sicu seorang diri " Dimanakah
Pang To Tik sicu ?" "Itulah yang menjadi pertanyaan bagiku," jawab ketua Kaypang,
"selama dalam perjalanan kami selalu berdua. Tetapi
setelah tiba di kaki gunung Thay-san dan mendaki, barulah
kami merancang rencana. Agar tidak menimbulkan kecurigaan
dan agar penyelidikan itu dapat diiakukan dari dua jurusan,
maka kami berpisah. Aku mengambil jalan dari timur dan Pang
kiamhiap dari barat. Dua hari kemudian, hasil atau tidak, kami
berjanji akan bertemu dengan di kedai kaki gunung. Apabila
tak ada, supaya menuju ke kota Thay-san-koan, di rumah
makan Heng-lok." "Tetapi setelah tiba pada waktu yang kami janjikan, aku tak
dapat menemukan Pang kiamhiap baik di kaki gunung Thaysan
maupun di kota Thay-san-koan yang terletak di sebelah
selatan gunung itu. Aku mulai gelisah, jangan2 Pang kiamhiap
mendapat kesulitan di markas Thian-tong-kau. Malam itu aku
kembali melakukan penyelidikan ke gunung Thay-san tetapi
tak berhasil menemukan dia.
"Aku masih tak putus asa, Dengan jarih payah, dapatlah
kutawan seorang peronda dari markas Thian-tong-kau.
Walaupun kuancam dan dipukul, tetapi peronda itu tetap
mengatakan bahwa dalam markas Thian-tong-kau tak terjadi
suatu peristiwa apa2. Tak ada orang tawanan baru yang
ditangkap selama dua hari itu."
"Terpaksa aku pergi," kata Hoa Sin, "dalam perjalanan
pulang, mengingat waktunya masih cukup, akupun singgah di
kotaraja untuk meninjau keadaan cabang Kay-pang disitu .
,..." "Nanti dulu, Hoa pangcu." tiba2 Ceng Sian suthay menyela,
"rencana untuk menyelidiki secara terpisah itu berasal dari
Hoa pangcu ataukah dari Pang sicu ?"
"Pang tayhiap," kata Hoa Sin, "mengapa suthay
mungajukan pertanyaan demikian ?"
Ceng Sian suthay menghela napas.
"Berprasangka adalah tidak baik. Tetapi menjaga suatu
kemungkinan yang tak diinginkan, sama halnya dengan
bertindak hati2." "Maksud suthay ?" Hoa Sin menegas, "adakah terdapat
sesuatu kecurigaan pada Pang tayhiap?"
Ceng Sian suthay mengemasi sikap.
"Dalam rangka bersikap dan bertindak hati2 itulah maka
aku terpaksa harus meneliti setiap peristiwa dan setiap orang,"
kata rahib ketua partai Kun-lun-pay itu. "marilah kita kembali
kepada saat2 kita berunding untuk mengurus jenazah Kim
tayhiap yang lalu. Siapakah yang mengusulkan supaya jenazah
Kim tayhiap disembunyikan dalam tempat rahasia"''
"Pang tayhiap ?" sahut Hoa Sin.
''Sebelum Pang sicu datang ke Lo hu san, bukankah dalam
partai Hoa-san-pay telah timbul peristiwa yang
menggemparkan ?" "Ya, Kam Sian-hong pangcu telah terbunuh! oleh seorang
pemuda tak dikenal," sahut Hoa Sin pula.
"Ah, mungkinkah seorang tokoh sesakti Kam pangcu dapat
terbunuh oleh seorang pemuda yang kabarnya agak sinting "'
Hoa Sin terkesiap. "Memang hal itu sukar dipercaya," katanya sesaat
kemudian, "lalu apakah hubungan pembunuhan itu dengan
Pang tayhiap?" "Hoa pangcu,,, sahut Ceng Sian suthay, "telah kukatakan
bahwa tak baik untuk mencurigai orang. Tetapi dalam rangka
berhati-hati untuk menjaga hal2 yang tak diinginkan, kitapun
harus waspada dan meneliti. Aku tak mengatakan bahwa Pang
tayhiap tersangkut dalam pembunuhan itu. Tetapi akupun tak
memastikan bahwa ia bebas dari peristiwa itu."
"Ah," Hoa Sin mendesah, "sesungguhnya Pang tayhiap itu
sudah lama mengundurkan diri dan menyerahkan pimpinan
partai Hoa-san-pay kepada Kam pangcu yang menjadi
sutenya." Ceng Sian suthay menghela napas.
"Dunia penuh debu kotoran, dunia pesilatan penuh akal
siasat," ujarnya. "Hoa pangcu,! bagaimana menurut
wawasanmu selama pangcu menempuh perjalanan bersama
Pang tayhiap?" "Selama itu dia mengunjuk sikap yang baik dan
bersahabat," kata Hoa Sin.
"Apakah selama itu Hoa pangcu tak menemukan sesuatu
yang aneh, misalnya dalam hal2 yang kecil mengenai gerak
gerik Pang tayhiap."
"Tidak, suthay," kata Hoa Sin tetapi sesaat kemudian ia
tampak kerutkan dahi seperti berpikir. Beberapa saat
kemudian ia berkata pula, "hanya pernah aku melihat suatu
peristiwa kecil yang agak mengherankan, Tetapi kuanggap hal
itu tak penting." "Apakah itu ?" Ceng Sian suthay mendesak.
"Pada hari itu kami tiba di Khay-hong, sebuah kota yang
ramai. Karena hari amat panas, kami singgah disebuah rumah
makan. Tengah menikmati hidangan, tiba2 datanglah
sekelompok opas kerumah makan itu. Kami terkejut ketika
mereka menghampiri ketempat kami lalu mempersilakan kami
ikut menghadap pada Te-koan (kepala kota). Kukira kami
ditangkap ternyata Te-koan itu memang hendak mengundang
Pang tayhiap." "Untuk apa ?" "Dahulu sewaktu mengadakan perjalanan ke kota raja, Tekoan
itu telah dihadang oleh kawanan penjahat. Untunglah
Pang tayhiap muncul dan dapat membasmi penjahat2 itu.
Maka sekarang Te-koan hendak membalas budi kepada Pang
tayhiap dengan menjamunya dan memberi hadiah2 berharga.
Tetapi Pang tayhiap menolak pemberian itu."
"Itu sudah jamak bagi seorang pendekar yang luhur," kata
Ceng Sian suthay, "apakah yang Hoa pangcu rasakan aneh
dalam peristiwa itu ?"
"Tak lain karena kuperhatikan Pang tayhiap tampak
gelagapan ketika menghadapi pertanyaan dari Te-koan. Pang
tayhiap seperti tak kenal dengan Te-koan itu walaupun Tekoan
sudah menceritakan peristiwa yang dialaminya dahulu.
Akhirnya Pang tayhiap mengatakan bahwa ia tak ingat lagi."
"Berapa lamakah peristiwa itu terjadi ?" tanya Ceng Sian
suthay. "Menurut keterangan Te-koan, peristiwa itu terjadi pada
sepuluh tahun yang lalu."
Ceng Sian suthay kerutkan dahi.
"Sepuluh tahun yang lalu, tak mungkin orang dapat
melupakan, hm, memang aneh," kata rahib dari Kun-lun-pay
itu, "pada hal Pang tayhiap belum terlalu tua untuk mengingat
kejadian sepuluh tahun yang lalu."
Setelah itu maka Hoa Sinpun melanjutkan penuturannya
ketika berada di kotaraja.
"Aku bertemu dengan Ong Cun kepala Kay-panu cabang
kotaraja dan juga nona Liok Sian-li, murid dari Kim tayhiap."
Agak heran Hoa Sin ketika melihat para ketua partai
persilatan tak memberikan reaksi kejut atas keterangannya itu.
Bahkan Ceng Sian suthay tampak mengangguk-anggukan
kepala. "Juga menurut keterangan dari Ong thancu, putera dari Kim
tayhiap yang hilang itu, berada di kotaraja,"' kata Hoa Sin
pula. Eh, para ketua partai persilatan itu tak terkejut.
"Putera Kim tayhiap itu menamakan dirinya dengan nama
Blo'on," kata Hoa Sin.
Para ketua itupun tenang2 saja.
"Ditangkap di istana !" akhirnya Hoa Sin berseru agak keras
untuk mengejutkan mereka. Tetapi merekapun tetap tenang2
saja. "Eh, mengapa kalian tak terkejut ?" akhirnya Hoa Sui sendiri
yang tak kuasa menahan keheranannya.
"Mengapa harus terkejut, Hoa pangcu ?" Ceng Sian suthay
tersenyum," aku sudah menceritakan hal itu kepada para
pangcu disini." "Oh," Hoa Sin mendesuh, "apakah suthay juga ke kotaraja
?" Ceng Sian mengiakan. "Tetapi bukankah suthay ikut dalam rombongan yang ke
Hong-san ?" "Kurasa empat orang sudah cukup dan atas persetujuan
para pangcu, aku mengundurkan diri karena hendak mencari
jejak putera Kim tay hiap yang hilang itu, Akhirnya akupun
mengunjungi juga kotaraja."
"Selama dalam perjalanan itu, apa sajakah yang suthay
ketemukan ?" tanya Kim Sin.
"Tidak ada yang penting kecuali bertemu dengan Hiang
Hiang niocu." "Hiang Hiang niocu?" seru Hui Gong taysu serentak,"
Omitohud ! bagaimanakah dengan keadaan niocu ?"
"Hiang Hiang niocu juga mendengar tentang kemunculan
dua orang yang mengaku sebagai Kimtayhiap. Dia ketarik juga
perhatiannya. Ia hendak membantu kita secara diam2 untuk
menghadapi kedua Kim Thian cong itu."
"Omitohud !" seru ketua Siau-lim-si itu pula," apibila Hiang
Jejak Di Balik Kabut 23 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Pendekar Satu Jurus 8