Ceritasilat Novel Online

Pendekar Bloon 8

Pendekar Bloon Karya S D Liong Bagian 8


aku terus minta ganti jiwa kepada anak perempuan itu." ia
menunjuk pada sinona yang menjadi wakil pimpinan lembah
Melati. Kakek Kerbau Putih tak menghiraukan si Blo'on. Begitu
matanya tertumbuk pada seorang nona cantik, ia terus
langsung menghampiri. Berdiri di hadapannya dan
memandangnya lekat-lekat.
"Kakek gila, mengapa engkau memandang aku sedemikian
rupa ?" bentak nona itu.
"Kukira engkau ini kekasihku Sun Li hoa yang naik kereta
tadi. Ternyata hanya mirip saja tetapi bukan." kata kakek
Kerbau Putih. "Gila !" bentak nona itu pula. "masakan kakek tua seburuk
engkau mempunyai kekasih seorang nona cantik"
Kakek Kerbau Putih hendak menyahut tetapi tiba ia melihat
kakek Lo Kun lari menyelinap dari samping si nona. Cepat ia
meneriakinya: "Hai, kakek pendek, hendak kemana engkau
ini?" "Akan mencari Sun Li-hoa ditempat rombongan nona-nona
cantik itu." seru si kakek Lo Kun. Tetapi pada saat itu juga
nona yang mengetuai barisan itu. cepat loncat menghadang.
Bahkan menyahat dengan pedangnya.
"Huh, engkau hendak membunuh aku ?" kata kek Lo Kun
loncat menghindar. "Disini adalah markas Partai Melati. Tidak boleh orang
bertingkah semaunya sendiri"
"Tetapi aku hendak mencari isteriku." bantah Lo Kun
"Ngaco" bentak nona itu. "disini tak ada Sun Li-hoa"
"Belum tentu," bantah kakek Lo Kun, "aku akan memeriksa
rombongan nona-nona cantik itu."
"Hm, berani maju selangkah saja, engkau tentu kutabas"
Kakek Kerbau Putih menghampiri, serunya : "Setan pendek,
benarkah nona yang naik kereta itu berada dalam rombongan
nona-nona cantik itu ?"
"Ya, tentu," "Kalau begitu, aku saja yang akan menelitinya" kata kakek
Kerbau putih terus lari maju.
Nona itupun cepat loncat menghadang dengan sebuah
tabasan : "Berhenti"
Tetapi disana kakek Kerbau Putih berhenti maka kakek Lo
Kun pun terus memberosot lari. Nona itu tinggalkan kakek
Kerbau Putih dan loncat menyerang Lo Kun. Begitu terlepas,
kakek Kerbau Putihpun terus lari maju lagi.
Demikian sinona dibuat menjadi pontang panting. Kalau
menghadang Lo Kun, kakek Kerbau Putih lari maju. Kalau
mencegah Kerbau Putih, kakek Lo Kun yang maju. Jarak
kedua kakek itu beberapa belas langkah. Maka sibuk juga
nona itu dibuatnya. Diam-Diam nona itupun merasa aneh. Jelas diketahuinya
bahwa kedua kakek pendek dan bungkuk itu seperti orang
linglung, Tetapi mengapa serangannya selalu dapat dihindari
mereka" Pelahan-lahan kakek Lo Kun dan kakek Kerbau Putihpun
makin mendekati ke tengah lapangan dimana barisan muridmurid
Partai Melati masih tegak menunggu. Mereka tahu
bagaimana toa-suci mereka telah dibuat kewalahan oleh dua
orang kakek aneh. Tetapi karena tak diberi perintah,
rombongan nona-nona cantik itupun tak berani bergerak
membantu. Dalam pada itu Blo'onpun mengikuti maju, diiring ketiga
binatang peliharaannya. Melihat perwujutan kedua kakek dan
Blo'on, rombongan murid-murid Partai Melati itu tak dapat dan
menahan gelinya. Mereka tertawa mengikik.
Akhirnya kakek Lo Kun dan Kerbau Putih berhasil mendekati
barisan nona-nona cantik itu. Dan merekapun berhenti. DiamDiam nona pemimpin barisan itu menimang, la teringat akan
kata-kata suhunya bahwa dalam dunia persilatan ini memang
banyak tersembunyi tokoh-tokoh sakti, Dan pada umumnya
orang-orang sakti macam begitu tentu berwatak aneh.
"Hm, mungkin kedua kakek ini orang-orang sakti yang
berwatak aneh." pikir si nona, "baiklah kuganti siasat saja
supaya dia lekas pergi dari lembah ini."
"Baik, silahkan engkau meneliti murid-murid Partai Melati,"
kata nona itu, "tetapi ada syaratnya."
"Syarat apa ?" tanya kakek Lo Kun,
"Bila ternyata isterimu tak ada disini. engkau harus
menerima hukuman seperti yang telah ditetapkan oleh Partai
Melati" "Bagaimana hukumannya itu ?"
"Kepala, kedua tangan dan kedua kakimu diikat dengan tali
lalu diseret oleh lima ekor kuda "
"Huh. ngeri benar !" teriak kakek Lo Kun, "mengapa
sekejam itu orang-orang Partai Melati. Bukankah kalian ini
anak perempuan semua " Mengapa berhati sedemikian
kejamnya ?" "Itu peraturan untuk menjaga jangan sampai orang luar
dan orang-orang gila atau iseng berani sembarangan
mengotori markas kami !"
"Siapa yang membuat peraturan sekejam itu?" masih kakek
Lo Kun bertanya pula. "Ketua kami Hu Yong sian-cu !"
"Suruh ketuamu itu keluar kemari !"
Nona itu kerutkan dahi, bentaknya : "Ngaco Suhu kami
tentu tak sudi menemui manusia semacam engkau. Dan saat
ini beliau sedang pergi."
"Lalu siapa yang mengurus lembah ini ?"
"Aku." "O. engkau " Mengapa engkau begitu kejam?"
"itu sudah peraturan disini. Aku hanya menjalankan saja"
Tiba-Tiba kakek Kerbau Putih menyelutuk : "Setan pendek,
jangan enak-enak engkau bicara dengan nona cantik itu.
Hayo. lekas engkau beri keputusan. berani atau tidak
menerima syaratnya ?"
Kemudian kakek Kerbau Putihpun berkata kepada nona itu :
"Nona manis, aku saja yang memeriksa mereka. Aku berani
menerima syaratmu itu. Habis berkata ia terus melangkah maju ke barisan gadis
cantik. "Hai, kerbau goblok, aku juga berani !' ka kek Lo Kun terus
menyusul. Dipandang dan diawasi oleh dua orang kakek pendek dan
bungkuk, sudah tentu keenambelas gadis-gadis cantik itu risih
dan malu. "Kakek, engkau ini bangsa manusia atau setan ?" seru salah
seorang gadis yang diatas mulutnya mempunyai tahi lalat.
"Aku ini manusia !" sahut kakek Lo Kun.
"Kalau manusia mengapa melihat orang begitu rupa seperti
tak pernah melihat saja ?" kata nona bertahi lalat itu.
Kakek Lo Kun garuk-garuk kepala: "Karena aku bingung
menghadapi kalian ini. Mengapa hampir sama cantiknya" Dan
mengapa seperti isteriku semua ?"
"Siapakah isterimu '
"Sun Li-hoa, muda dan cantik seperti kalian ini," kata Lo
Kun. "lalu apakah kalian ini Sun Li-hoa semua" Ya. apa boleh
buat. Kalau memang begitu, akupun harus mengambil kalian
semua" "Untuk apa engkau hendak mengambil kami?" tanya nona
itu pula. "Sun Li-hoa itu isteriku. Kalau kalian ini Sun Li-hoa semua,
berarti akan jadi isteriku semua."
Serentak pecahlah gelak tawa dari keenambelas gadis
cantik murid-murid Partai Melati. Salah seorang gadis yang
bertubuh padat dan genit segera berseru : "Kakek, engkau
sudah begitu tua. masakan engkau sanggup mempunyai isteri
muda sekian banyak!"
"Apa maksudmu, manis?" tanya kakek Lo Kun
"Apakah engkau dapat memenuhi kewajiban seperti
seorang suami ?" tanya gadis montok itu pula.
"Mengapa tidak ?" seru kakek Lo Kun.
''Engkau mampu memenuhi kebutuhan jasmaniah dari
enam belas gadis-gadis yang masih muda seperti kami "
Apakah engkau sanggup "bekerja" enambelas kali dalam satu
malam?" Serentak pula pecah gelak tawa mengikik dari saudarasaudara
seperguruannya mendengar kata-kata itu. Memang
mereka gadis-gadis cabul,
"Eh, jangan main-main engkau,' Kakek Lo Kun tersipu-sipu
"kalian enambelas orang itu akan kubagi jadi empat sehingga
tiap orang mendapat giliran empat hari satu kali. Apakah itu
tidak cukup ?" "Ai, empat hari terlalu lama. Kami tak mau disuruh kesepian
sampai empat hari. Kami minta tiap hari atau paling lama dua
hari sekali," seru nona yang mulutnya menyungging tahi lalat
itu Kakek Lo Kun garuk-garuk kepala. Belum ia membuka
mulut, tiba-tiba kakek Kerbau Putih sudah berteriak : "Ha.
inilah kekasihku Sun Li-hoa yang sejati . . . " ia terus
menghampiri seorang nona cantik yang bertubuh langsing.
Nona itu bernama Pek Lian-Iian. Diantara ke enam belas
anakmurid Partai Melati, dialah yang tercantik sendiri.
"Kakek gila !" bentaknya dengan muka kemerah-merahan,
"siapa sudi jadi isterimu ?"
"Oh, Sun Li-hoa kekasihku yang cantik manis seperti
bunga," kakek Kerbau Putih setengah meratap dan merayu,
"berpuluh tahun aku mencarimu, siang dan malam aku
mengenang wajahmu yang cantik, mengapa sekarang engkau
tak mau mengaku aku sebagai kekasihmu lagi ?"
"Kakek edan !" damprat Lian-lian, "aku bukan Sun Li-hoa,
aku Pek Lian-lian murid Partai Melati. Engkau salah lihat.
Matamu sudah kabur !"
"O. kekasihku," masih kakek Kerbau Putih meratap-ratap
rayuan, "aku tak keberatan engkau berganti nama dengan Pek
Lian lian atau siapa lagi. Yang penting dirimu,, bukan
namamu. Lebih penting lagi, engkau jangan mengingkari aku .
. " Karena marah dan malu Pek Lian-lian sampai tak dapat
bicara. "Nah, begitulah baru hatiku senang, kekasihku," kata kakek
Kerbau Putih lalu berpaling kepada gadis pemimpin barisan.
"Inilah Sun Li-hoa. kekasihku itu " serunya dengan tertawa
gembira. Nona itu terkesiap. Tetapi ia cepat menyadari bahwa kakek
Kerbau Putih itu seorang kakek yang limbung.
"Bagaimana engkau dapat mengatakan kalau dia kekasihmu
yang dulu " Berapa umurmu sekarang ?" serunya.
"Aku ?" kakek Kerbau Putih menghitung-hitung jarinya lalu
menjawab, "lebih dari seratus tahun."
"Hm. dan berapakah umur nona yang engkau katakan
sebagai kekasihmu dahulu itu ?"
"Paling banyak tentu . . eh, berapa" Aku tak tahu !"
"Dia baru berumur 17 tahun" seru si nona, "pada waktu
engkau masih muda, dia belum lahir sama sekali, Mungkin
orangtuanyapun juga belum lahir. Dia pantasnya menjadi
cucumu !" "Aku tak butuh segala hitungan umur. Pokok, dia itu adalah
Sun Li-boa kekasihku yang dulu" kakek Kerbau Putih
gelengkan kepala. Nona itu hampir marah tetapi tiba-tiba ia bertanya :
"Bagaimana engkau tahu kalau Sun Li-hoa itu berada disini ?"
"Lho. engkau ini bagaimana ?" seru kakek Kerbau Putih,
"semalam dia naik kereta dengan Somali. Aku disuruh berlutut
meramkan mata lalu dia terus melarikan keretanya !"
"Aku tidak naik kereta tadi malam. Aku tetap berada di
dalam asramaku" seru Pek Lian-li-an.
Nona pemimpin barisan kerutkan dahi, serunya : "Siapakah
diantara sumoay sekalian yang tadi malam keluar dan pulang
dengan naik kereta" "Aku," sahut seorang gadis bertubuh semampai.
'O. engkau Hun-hun sumoay," seru nona pemimpin banssn,
"apakah engkau berjumpah dengan kakek ini?"
Ong Hun-hun mengiakan : "Dia menghadang keretaku dan
seperti orang gila mengaku aku ini kekasihnya. Dia sungguh
memuakkan sekali" "Siapa yang memuakkan ?" seru kakek Kerbau Putih.
"Engkau !" "Betul ! Betul Dia memang memuakkan, seorang kakek
bungkuk yang tahu diri. Beda dengan aku. bukan ?" tiba-tiba
kakek Lo Kun menyelutuk seraya maju menghampiri.
"Ya, engkau memang beda dengan dia. . "
"Terima kasih nona manis." kata kakek Lo Kun dengan
tertawa tawa. "Kalau kakek bungkuk itu memuakkan, tetapi engkau
menyeramkan seperti setan"
Seketika pecahlah tawa sekalian gadis-gadis cantik itu
mendengar kata-kata Ong Hun-hun.
"Ho, ho," kakek Kerbau Putih tertawa meloroh, "setan
pendek, sekarang baru engkau ketemu batunya."
Kakek Lo Kun menyeringai : "Hai, tak apa, nona manis.
Pokoknya, engkau mencintai aku!"
Kemudian kakek pendek itu berpaling kepada nona
pemimpin barisan dan berkata :"Sekarang aku sudah
menemukan Sun Li-hoa isteriku. Ternyata dia memang berada
disini." "Yang mana ?" tanya nona itu.
"Sudah tentu yang ini " kakek Lo Kun menunjuk kepada
sinona bertubuh semampai yang mengaku tadi malam pulang
naik kereta. "Dia bukan Sun Li-hoa tetapi Ong Hun-hun" seru nona itu.
"Memang setan pendek itu salah lihat. Sun Li-hoa yang aseli
ialah ini." tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseru dan menunjuk
pada Pek Lian-lian. "Tidak" seru Lo Kun, "bukan itu tetapi ini"
Kedua kakek itu mulai berbantah.
"Hi. hi, hi. hayo. terus hantam si pendek itu" teriak
beberapa gadis cantik. "Balas, kakek pendek, pukullah kakek bungkuk itu supaya
mati " teriak gadis yang lain.
Mereka bersorak-sorak, menganjurkan supaya kedua kakek
itu berhantam sekuat kuatnya. Dan ternyata kedua kakek


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

limbung itu memang seperti cengkerik yang dikili. Keduanya
makin bertempur seru. 'Berhenti" tiba-tiba Blo'on berteriak membentak supaya
mereka berhenti. Dan rupanya kedua kakek itu memang taat
kepada Blo'on. Merekapun serentak berhenti berkelahi.
"Mengapa engkau berkelahi sendiri " Engkau seperti
cengkerik yang kena diadu saja" bentak Blo'on. Kemudian ia
mendamprat kepada rombongan gadis-gadis Partai Melati :
"Hai, anak perempuan, jangan kalian mencelakai kedua
kakekku ini" Lalu Bloon mengisar tubuh menghadap ke arah nona
pemimpin barisan : "Hai, kawanmu mengaku kalau semalam
pulang dengan naik kereta. Di dalam kereta itu terdapat
seorang pemuda Lalu dimanakah pemuda itu ?"
"Cis, itu urusanku, jangan coba engkau campur tangan"
balas nona itu. "Siapa bilang itu urusanmu" Apakah pemuda itu anggauta
Partai Melati ?" seru Blo"on pula.
"Benar," tiba-tiba kakek Lo Kun ikut berteriak, "yang berada
dalam kereta itu Somali, kawan kita Lekas bawa dia keluar "
'Ya, dimana Somali" Kalau engkau tak mau membawanya
keluar, terpaksa aku hendak mencari kedalam markasmu
sendiri." seru kakek Kerbau Putih.
Nona pemimpin barisan itu bernama Ting San-hoa. murid
pertama dari Hu Yong sian-cu si Dewi Melati yang mendirikan
perkumpulan Partai Melati dan bermaskas di Lembah Melati.
Dia adalah murid yang paling cerdas dan setia serta
terpercaya dari Dewi Melati.
Bermula ia hendak gunakan siasat untuk mengusir
rombongan kakek-kakek gila itu. tanpa mengeluarkan tenaga.
Tetapi demi mendengarkan pembicaraan mereka berloncatloncat
menurut angin, sebentar membicarakan soal isteri,
kekasih. Sebentar lagi mengurus orang yang disebut-sebut
bernama Somali. Seenaknya sendiri mereka mengoceh
sehingga San-hoa tak sempat mengurus mereka Bukan fihak
Lembah Melati yang akan menjatuhkan hukuman kepada
mereka karena berani menyelundup masuk kedalam markas.
Tetapi kebalikannya rombongan kakek itu yang menuntut ini
itu kepada Lembah Melati. Kalau dibiarkan begitu terus
menerus, tentu kalang kabut.
"Keadaan ini harus segera kuakhiri dan kedua kakek itu
harus kuhentikan kegilaannya," akhirnya ia mengambil
keputusan. "Hai, kamu kakek-kakek gila dan pemuda blo'on" katanya
dengan garang, "disini tak ada Somali, tidak ada Sun Li-hoa
pula. Yang ada hanya dua orang kakek linglung dan seorang
pemuda bloon yang sebentar lagi akan ditarik tubuhnya oleh
lima ekor kuda . . .. "
"Siapa ?" serempak kakek Lo Kun dan Kerbau Putih berseru.
"Kalian berdua dan pemuda itu !" kata Ting San-hoa.
"sekarang tinggal kalian boleh pilih sendiri Menyerah dan nanti
hukumannya kuringankan. Atau melawan dan nanti
hukumannya lebih berat?"
"Coba katakan dulu bagaimana hukuman yang ringan dan
bagaimana yang berat itu ?" seru kakek Lo Kun.
"Yang ringan, akan kuperintahkan supaya ke lima ekor kuda
itu menarik tubuhmu cepat-cepat agar engkau tak usah lamalama
menderita kesakitan. Dan hukuman yang berat, akan
kusuruh kelima kuda itu menarik tubuhmu pelahan-Iahan
sehingga engkau nanti akan merasakan suatu penderitaan
yang luar biasa sakitnya ..."
"Aduh mati aku . , . " kakek Lo Kun men jerit ngeri,
"mengapa anak perempuan sekejam engkau" Engkau cantik
tetapi hatimu kejam sekali"
"Lembah Melati bukanlah tempat yang boleh sembarangan
dimasuki oleh orang terutama orang-orang tak waras seperti
kalian ini !" "Ya kalau tak boleh, akupun segera akan membawa isteriku
pergi dari sini," sahut kakek Lo Kun.
"Ngaco !" bentak San-ho marah sekali.
"Dan akupun akan membawa kekasihku pulang," kata
kakek Kerbau Putih. "Edan engkau!" bentak San-hoa makin marah
"Aku hendak membawa Somali pergi dari neraka ini." seru
Blo'on. "Gila !" bentak San-hoa pula seraya deliki mata kepada
Blo"on Blo"on terbeliak dan tutupi matanya : "Uh, jangan pandang
aku sebuas itu !" "Lekas bilang, kalian menyerah atau mau melawan ?" teriak
San-hoa. "Nanti dulu " tiba-tiba kakek Lo Kun berseru pula. "tadi aku
sudah menerima syaratmu dan berhasil menemukan Sun Lihoa.
Engkau hanya mengatakan kalau aku tak dapat
menemukan isteriku aku harus menerima hukuman mati.
Tetapi sekarang aku menemukannya lalu bagaimana ?"
"Serahkan dirimu supaya diseret lima ekor kuda tegar !"
"Ngaco !" teriak kakek Lo Kun.
"Edan !" pekik kakek Kerbau Putih.
"Gila !" seru Blo'on, "aku anak laki masakan sudi menyerah
pada anak perempuan. Tidak uku tak mau serahkan diri !"
"Hm, baiklah," kata San hoa. "sekarang kalian boleh bersiap
melawan." Habis berkata ia terus memberi isyarat kepada
barisan Melati untuk mengepung ketiga orang itu.
Lo Kun, kakek Kerbau Putih dan Blo'onpun berunding
bagaimana untuk menghadapi barisan nona-nona cantik itu.
"Apakah kita menggunakan cara seperti waktu berhadapan
dengan barisan Lo-han-tin di Siau-lim-si ?" tanya kakek Lo
Kun. "Apakah perutmu bisa meledak lagi seperti tempo hari ?"
tanya kakek Kerbau Putih.
"Edan," gumam kakek Lo Kun. "saat ini perutku tak apaapa.
Masakan suruh mengeluarkan kotoran lagi ..."
"Tetapi kotoran perutmu itu benar-benar hebat, dapat
membuat paderi-paderi Siau limsi muntah-muntah dan bubar,"
kata kakek Kerbau Putih. "Tetapi aku malu," kata kakek Lo Kun, "dulu didepan
kawanan kepala gundul. Itu tak apa. Sekarang kalau suruh
aku begitu lagi dihadapan nona-nona cantik, aku malu !"
"Ada akal," tiba-tiba Blo'on menyelutuk. "mereka tentu akan
bubar dan lari." "Apa ?" tanya kakek Kerbau Putih.
"Akan kusuruh anjing, burung dan monyet untuk ikut
menyerang mereka." "Ya, itupun boleh juga," kata kakek Kerbau Putih.
Perundingan itu dilakukan dengan bisik-bisik. Dalam pada
itu barisan Partai Melati sudah bersiap, Tiba-Tiba San-hoa,
sinona pemimpin barisan, tak sabar menunggu.
"Hayo. sekarang kita mulai akan menyerang" serunya.
"Hm, terhadap nona-nona cantik, tak perlu kita atur siasat
apa-apa lagi. Masakan kita kalah," kata kakek Lo Kun, "tetapi
ingat engkau, Blo"on. Kalau memukul jangan keras-keras !"
Lapisan pertama dari barisan murid Partai Melati segera
menyerang. Ketika kakek Lo Kun. kakek Kerbau Putih dan
Bloon hendak menghindar, ternyata keempat nona itupun
loncat mundur. Sehingga kedua kakek dan Bloon tercengang.
Lapisan keduapun serentak maju. Ketika kedua kakek dan
Bloon menghindar lagi. nona-nona itupun menyurut mundur.
Untuk kedua kalinya Blo'on dan kedua kakek meringis. Karena
mereka bergerak sendiri, tak ada yang mengejar.
Lapisan ketiga, maju menyerang. Pun Blo'on dan kedua
kakek itu mengalami nasib serupa. Ketika menghindar ke
samping, ternyata keempat nona itupun tak mengejar
melainkan menyurut mundur. Hanya saja pengunduran ketiga
lapis barisan itu berlainan arahnya. Lapisan pertama, mundur
ke sebelah timur. Lapisan kedua kesebelah barat dan lapisan
ketiga ke sebelah utara. Sedang lapisan ke empat tak bergerak
melainkan tetap berada di sebelah selatan. Dengan demikian
barisan itu ibarat bunga yang merekah, menempatkan
korbannya di tengah-tengah.
"Hm. mereka mengepung kita dari empat jurusan," bisik
kakek Kerbau Putih, "kitapun harus menghadapi empat
jurusan. Aku yang menghadap selatan. Lo Kun utara. Blo'on
timur dan ketiga binatang itu ke sebelah barat !"
Dalam menghadapi pertempuran, ternyata kakek Kerbau
Putih tidak limbung. Ia dapat mengatur orang untuk melawan
musuh Seperti di kala berada dalam Siau-lim-si dulupun juga
dia yang memegang komando.
Demikian pertempuran segera dimulai. Blo'on bersilat
dengan ilmu pukulan Hang-liong-sip pat-ciang ajaran kakek
Kerbau Putih, Wut, wut, tamparannya menimbulkan deru
angin yang hebat. Kelompok barisan gadis cantik yang berada disebelah timur
terkejut. Mereka tak menyangka bahwa pemuda yang
rampaknya seperti orang blo'on itu, ternyata memiliki tenaga
pukulan yang hebat. Dan ilmusilat yang dimainkan itu juga
luar biasa. Tetapi keempat nona itu juga memiliki ilmu silat yang tinggi
Mereka berlincahan menghindar dan merapat lalu balas
menyerang. Beberapa jurus kemudian keempat nona itu
heran. Apabila mereka menyingkir ke samping. Blo'on masih
tetap melanjutkan gerakannya, entah memukul entah
menendang, ke muka. Padahal jelas di sebelah muka itu sudah
kosong. Dan apabila nona-nona itu menghindar ke selatan,
ada kalanya Blo'on malah berputar tubuh menyerang ke utara.
Setelah melakukan beberapa gerakan memukul dan
menendang baru dia berputar tubuh lagi.
Keempat nona itu "saling berpandangan. Kemudian saling
memberi isyarat anggukan kepala. Mereka tak mau bertindak
gugup dan gopoh. Mereka hanya memperhatikan ke arah
mana Blo"on menyerang. Kalau Blo'on menyerang ke selatan
ke empat nona itupun segera memecah diri. Yang dua.
menghindar ke barat yang dua ke timur. Lalu dari kedua
samping, mereka tinggal mengerjakan si Blo'on dengan
seenaknya saja. Ada yang menabok kepalanya, ada yang menampar punggung ada yang menyelentik telinganya ada yang menendang pantatnya. Tetapi keempat nona itu heran, Mengapa Blo'on tetap bersilat terus seperti
seorang yang sedang berlatih saja. Dia tidak menghiraukan kepala dan tubuhnya habis menjadi sasaran tangan keempat nona itu.
Akhirnya keempat nona itu jengkel. Salah seorang segera
mengeluarkan sapu tangan dan terus menamparkan ke muka
Blo'on. "Ah. harum sekali ..." Blo'on berseru kaget tetapi tak dapat
melanjutkan kata-katanya lagi karena saat itu pikirannya
terasa hilang, tubuhnya lunglai dan bluk . . rubuhlah ia
pingsan di tanah. Seiring dengan jatuhnya tubuh Blo on, terdengar pula dua
buah suara tubuh rubuh ke tanah. Ternyata kakek Lo Kun dan
kakek Kerbau Putih juga rubuh. Kedua kakek itupun kena
ditampar dengan saputangan wangi dari gadis-gadis
lawannya. Yang beda hanya kelompok gadis yang berhadapan dengan
si Kuning, rajawali dan monyet. Karena ngeri dan gilo melihat
monyet hitam, keempat gadis itu cepat mengeluarkan
saputangan te rus ditaburkan. Tetapi rupanya ketiga binatang
itu mempunyai naluri yang lebih tajam dari manusia Mereka
cepat dapat mencium bahwa bau harum itu tidak sewajarnya.
Cepat mereka berhamburan loncat keluar dari gelanggang dan
terus melarikan, diri. Saat itu barisan anakmurid Partai Melati mulai mengikat
tubuh Bloon dan kedua kakek, Setelah itu mereka tegak berdiri
menunggu perintah toa-suci mereka.
"Bawa mereka ke dalam ruang Tawon-hitam-kata San-hoa
"Toa-suci." tiba-tiba salah seorang gadis berkata "apakah
tidak lebih baik buang saja mereka keluar " Bukankah hanya
mengotori tempat kita saja mereka itu ?"
"Ya, toa-suci," seru lain gadis pula, "perlu apa menawan
mereka " Bukankah kita harus memberi makan ?"
Tetapi San-hoa menjawab: "Mengenai orang kecuali dia
sudah terbunuh mati, apabila kita tawan, harus kita jebloskan
dulu diruang Kumbang Hitam. Nanti setelah suhu pulang,
barulah kita memberi laporan. Terserah bagaimana keputusan
beliau." Keenam belas nona atau sumoay dari San-hoa tak berani
membantah. Mereka segera mengangkut Blo"on dan kedua
kakek itu kedalam markas.
Markas Partai Melati memang bagus dan strategis sekali.
Sekeliling lembah dikitari oleh batu karang yang menjulang
tinggi dan lurus tegak keatas sehingga sukar orang hendak
menurumnya. Kemudian oleh Dewi Melati, lembah itu dijadikan markas,
dibangunnya beberapa gedung yang mewah, diperlengkapi
dengan alat-alat dan pekakas-pekakas rahasia.
Pada dasarnya, bangunan markas Partai Melati itu dibagi
menjadi dua bagian. Bangunan bagian Nirwana ialah tempat
bersenang-senang diri. Penuh dengan taman bunga yang
indah, kolam mandi dan ruangan-ruangan mewah dan
romantis. Dewi Melati mempunyai murid duapuluh satu gadis cantik.
Terbagi menjadi tujuh kelompok. Kelompok pertama terdiri
dari tujuh gadis, merupakan murid angkatan pertama.
Kelompok kedua, merupakan murid tingkat kedua dan
kelompok ke tiga murid tingkat ketiga.
Saat itu Dewi Melati sedang menuju kepulau Lam-hay untuk
mengurus peninggalan dari suhunya yang meninggal dunia. Ia
hanya membawa muridnya nomor dua bernama Ki Lan hong.
Ketujuh murid tingkat pertama dari Partai Melati ialah Ting
San-hoa. Ki Lian-hong, Sui Kim lian, Ho Siu-lan, Lim Siang. Lo
Kwi-hoa dan Seng Bi-kiok, Ketujuh gadis itu sejak kecil ikut
dan diasuh dah dididik ilmusilat oleh Dewi Melati sehingga,


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hubungan antara guru dan murid itu tak ubah seperti ibu
dengan anak. Namun mereka taat dan takut kepada Dewi
Melati, Dewi Melati ilu seorang wanita yang cantik dan
periang. Tetapi apabila dia marah, jangan harap orang dapat
meminta ampun kepadanya. Dia cantik bagai bunga melati
tetapi ganas seperti ular berbisa.
Sementara bangunan kedua yang disebut Neraka hitam itu.
merupakan tempat hukuman dan tempat menyiksa orang
tawanan. Pada umumnya ialah lelaki-lelaki yang tak mau
menurut kehendak Dewi Melati tentu akan dilempar kedalam
Neraka Hitam. Disebut neraka hitam karena tempat itu merupakan
ruangan-ruangan yang diisi dengan binatang beracun. Antara
lain, ular berbisa, kumbang beracun burung garuda pemakan
orang, harimau buas dan orang utan yang liar. Dan masih
banyak lagi jenisnya. ---ooo0dw0ooo--- Kumbang hitam Ketika-tersadar dan membuka mata, Bio"on dapatkan
dirinya berbaring diatas sebuah bale-bale. Dari memandang ke
sekeliling ternyata dia berada dalam sebuah ruang yang belum
pernah diketahuinya Serentak ia berbangkit bangun. Ternyata
kaki dan tangannya sudah tak diikat lagi hingga ia dapat
bergerak bebas. Memandang kedalam, tampak kakek Lo Kun dan kakek
Kerbau Putih tidur diatas bale-bale juga. Di ruang itu terdapat
sebuah jendela terali besi yang letaknya tinggi sehingga sukar
dicapai. Tetapi dari sinar terang yang masuk dari lubang
jendela itu, jelas kalau sinar matahari. Dengan demikian saat
itu tentu sudah pagi hari.
Ia turun dari pembaringan, menghampiri ke tempat kakek
Lo Kun. Diguncang-guncangkannya tubuh kakek pendek itu :
"Kakek Lo Kun, bangunlah. Hari sudah siang !"
Tetapi jangankan bangun, berkutikpun kakek Lo Kun itu
tidak sama sekali. Blo'on makin mengguncang tubuh kakek itu
keras : "kakek Lo Kun, hayo bangun, sudah siang!"
Tetap kakek Lo Kun tak bergerak. Blo'on jengkel.
Diguncangnya tubuh kakek itu makin keras, bahkan begitu
keras sehingga bluk . . . tubuh kakek Lo Kun tergelincir jatuh
dari tempat tidurnya "Aduh . . " kakek Lo Kun menjerit dan terus melonjak
bangun lalu menyambar rambut Blo"on terus ditamparnya
gundul anak itu " "kurang ajar, engkau berani mendorong aku
jatuh ke dalam jurang. Engkau hendak merebut isteriku, ya ?"
Walaupun meringis kesakitan karena gundulnya ditampar
tetapi mau tak mau Blo'on heran juga mendengar kata-kata
kakek itu. "Siapa mendorongmu ke dalam jurang " Siapa yang
merebut isterimu" Lihatlah, aku ini siapa!"
"Oh. engkau . . " kakek Lo Kun lepaskan cekalan
tangannya, "kukira engkau penjahat yang mengganggu
kesenanganku. Aku sedang berjalan-jalan menikmati
pemandangan alam pegunungan yang indah dengan Sun LiTiraikasih
website http://kangzusi.com.
hoa. Tetapi muncul seorang lelaki besar terus mendorong aku
hingga jatuh kedalam jurang . , . huh. untung aku tak mati !"
"Lalu dimana isterimu sekarang ini ?" tanya Bloon.
Lo Kun mengusap-usap pelapuk matanya dan memandang
kian kemari seperti mencari seseorang. Seraya heran : "Aneh,
jelas tadi aku sedang berjalan jalan dengan isteriku mengapa
sekarang aku berada di kamar ini ?"
"Tetapi kulihat engkau memang tidur mendengkur diatas
tempat tidur itu" kata Blo"on,
"O, benarkah itu ?" kata kakek Lo Kun. "aneh. Hidup ini
memang aneh Sebentar berada di pegunugan. sebentar sudah
berada disini," Tetapi Blo'on yang diajak bicara sudah tak mau
menggubris, anak itu menghampiri ketempat kakek Kerbau
Putih yang masih tidur lalu dibangunkannya : "Bangunlah,
kakek Kerbau Putih, hari sudah siang !"
Tiba-Tiba kakek Kerbau Putih melonjak bangun terus
mencekik leher Blo"on : "Nah. sekarang kucekik lehermu
bangsat ! Mengapa engkau berani melarikan kekasihku "
Hayo. lekas kembalikan,"
Karena tak menduga-duga bakal dicekik Blo'on tak dapat
menghindar ataupun menangkis. Lehernya seperti dijepit dua
buah tangan besi sehingga ia hampir tak dapat bernapas. Ia
meronta-ronta berusaha menyiak tangan kakek Kerbau Putih,
namun sia-sia. "Lepaskan !" tiba-tiba kakek Lo Kun mencengkeram tengkuk
kakek Kerbau Putih, "mengapa engkau hendak menyiksa
kawan sendiri Kalau tak mau lepaskan, batang lehermu tentu
kupatahkan." Karena tak dapat bernapas, terpaksa kakek Kerbau Putih
lepaskan cekikannya. "Engkau gila barangkali," kakek Lo Kun lepas tangannya
dan deliki mata kepada kakek Kerbau Putih "mengapa engkau
mencekik leher Blo'on "Dia berani mengganggu kekasihku ,dan melarikannya'"
teriak kakek Kerbau Putih masih penasaran.
"Siapa yang melarikan kekasihmu ?" Blo'on menggeram.
"Engkau !" kata kakek Kerbau Putih, "tadi aku sedang
duduk bersanding dengan Sun Li-hoa dibawah sebatang
pohon. Tahu-Tahu engkau datang dari belakang, mendorong
aku jatuh lalu membawa lari Sun Li-hoa."
"Ngaco !" bentak Blo'on. "aku tak merasa mendorongmu
juga tak merasa membawa lari kekasih mu. Bukankah engkau
tidur pulas di tempat tidurmu"'
"Ya. engkau memang kakek edan. Kerbau !" kakek Lo Kun
ikut mendamprat, "memang anak itu tak pergi kemana-mana
dan kulihat sendiri engkau masih tidur melingkar di atas balebale
itu. Tidak ada seorang wanitapun dalam ruang ini"
"O, aneh," kakek Kerbau Putih garuk-garuk kepalanya,
"apakah aku bermimpi " Aneh, mengapa kalau bermimpi
benar-benar seperti sesungguhnya. Apakah kalau begitu,
hidup dan mimpi itu tak ada bedanya
"Celaka" tiba-tiba kakek Lo Kun berteriak kaget.
"Mengapa?" kakek Kerbau Putih ikut terkejut
"Kalau begitu . . kalau begitu, aku tadipun juga bermimpi,"
kakek Lo Kun menggerutu. "Hai, engkau juga bermimpi " Apakah mimpimu itu?" tanya
kakek Kerbau Putih. "Aku tadi seperti berjalan jalan dengan isteriku Sun Li hoa
menikmati keindahan alam pegunungan. Tiba-Tiba Blo'on
datang dan aku membuka mata. eh . . . isterikupun lenyap !"
"Engkau berjalan jalan dengan Sun Li-hoa?" kakek Kerbau
Putih menegas." "Ya, berjalan-jalan dengan bergandengan tangan, lho !"
kata kakek Lo Kun bangga.
"Tidak mungkin ! Engkau bohong, setan pendek !" tiba-tiba
kakek Kerbau Putih memekik.
Kakek Lo Kun terbeliak, kerutkan dahi: "Apa " Aku
bohong?" "Ya. memang engkau membual!" kata kakek Kerbau Putih.
'"Ho, kerbau tua, mengapa engkau dapat mengatakan aku
membual ?" "Kapankah engkau berjalan-jalan dengan Sun Li-hoa itu ?"
tanya kakek Kerbau Puth. "Tadi barusan saja !"
"Kentut !" teriak kakek Kerbau Putih, "jelas engkau bohong!
Karena barusan tadi juga, Sun Li-hoa itu berada dengan aku,
duduk di bawah po hon rindang, ia sandarkan kepalanya ke
bahuku." "Bangsat, engkau yang bohong ! Sun Li-hoa itu isteriku,
bagaimana mungkin dia berada dengan engkau !" kakek Lo
Kun marah. "Ho, setan pendek, Sun Li-hoa kekasihku itu jelas duduk
sandarkan kepalanya kedadaku engkau yang bohong" teriak
kakek Kerbau Putih. "Kerbau, mari kita latihan lagi !" habis berkata kakek Lo Kun
terus menubruk kakek Kerbau Putih. Keduanya segera
bergumul. Blo'on tertegun. Sesaat kemudian ia baru menyadari
keadaan kedua kakek itu, Plak. plak . . . dua kali ia ayunkan
kakinya Menendang pantat kakek Lo Kun dan punggung kakek
Kerbau Putih. Tendangan itu cukup membuat kedua kakek itu
marah, Mereka lepaskan diri terus loncat bangun
'"Kurang ajar, mengapa engkau berani menendang
pantatku ?" teriak Lo Kun, "setelah menyelesaikan si kerbau
tua. tentu akan giliranmu yang akan kuhajar" Mengapa
engkau tak sabar menunggu"
"Benar" seru kakek Kerbau Putih "setelah setan pendek
kuringkus, engkaulah yang akan kuhajar. Tunggu saja, jangan
terburu-buru !" "Kalian memang kakek edan" karena tak tahan
kemengkalan hatinya, Blo'on mendamprat kedua kakek itu
"bukankah tadi engkau mengatakan kalau sedang bermimpi "
Begitu terjaga, sudah tentu mimpi itu akan hilang. Bagaimana
kalian menganggap mimpi itu benar-benar terjadi ?"
"Ooo." seru kakek Lo Kun, "kalau begitu lebih baik aku
membuat mimpi lagi."
Habis berkata kakek pendek itu terus naik keatas tempat
tidurnya dan meramkan mata,
Blo"on terus menarik kaki kakek itu : "Jangan gila-gilaan
kakek. Hayo. bangun. Tak mungkin engkau dapat bermimpi
seperti tadi lagi" Kakek Lo Kun marah-marah : "Lho, engkau berani
mengganggu kesenanganku ?"
"Kakek Lo Kun" kata Blo'on. "sekarang sudah siang. Dan
entah kita ini berada dimana " Mengapa bisa berada di tempat
ini " Mari kita ke luar saja. Kalau engkau hendak mencari
isterimu. carilah orangnya yang sungguh. Jangan di dalam
impian !" "O. benar, benar." seru kakek Lo Kun girang, "ternyata
engkau anak pintar juga. ya".
Kakek Kerbau Putih tak mau menghiraukan kedua
kawannya itu. Ia memeriksa ruangan itu. Menghampiri dinding
tembok, kemudian berseru : "Mengapa ruang ini tak ada
pintunya ?" Blo"on dan kakek Lo Kun terkejut. Mereka-pun lalu
memeriksa kamar itu. Dindingnya terbuat dari batu karang
yang tebal. Ruang berbentuk bui dan panjang, cukup luas dan
tinggi. "Mungkin diatas itu." Blo'on seraya menunjuk pada sebuah
lubang yang terdapat di atas ruang itu. Kira-Kira dua tombak
tingginya. Lo Kun dan kakek Kerbau Putih, serentak memandang
keatas lalu berteriak : "Hai. mengapal begitu tinggi dan kecil "
Bagaimana kita dapati mencapai ke sana ?" seru kakek Lo
Kun. 'Goblok." tiba-tiba kakek Kerbau Putih membentak "itu kan
bukan pintu. Mungkin jendela."
"Lalu dimanakah pintu ruang ini ?" tanya Blo'on.
"Ya, memang aneh," gumam kakek Kerbau Putih, "kalau
ruang ini tak ada pintunya, bagaimana kita bisa masuk
kemari?" "Ya, aneh, aneh " kata Blo'on lalu bertanya "kakek Lo Kuu.
apakah engkau masih ingat, bagai mana cara kita berada
disini ?" Lo Kun garuk-garuk kepalanya lalu berjalan mondar mandir
seraya menggendong kedua tangannya.
"Oh." tiba-tiba kakek Kerbau Putih menghela napas
panjang, "ya, sekarang aku ingat, aku ingat"
"Bagaimana ?" tanya Blo'on gopoh.
"Kalau tak salah, kita bertempur dengan barisan gadis-gadis
cantik, tiba-tiba gadis-gadis itu mengeluarkan saputangan
yang harum dan ditebarkan ke arah muka kita. Dan akupun
terus tidur tak ingat apa-apa lagi, Ya. tidur pulas sekali
sehingga bermimpi ketemu kekasihku. Setelah engkau
bangunkan, ternyata aku berada dalam kamar tanpa pintu ini"
"Benar, benar." serentak kakek Lo Kunpun berseru dan
loncat menghampiri, "ini tentu perbuatan mereka. Kita
dimasukkan disini." "Kalau bisa masuk, tentulah harus ada pintu. Tetapi
mengapa sama sekali ruang ini tak ber pintu ?" bantah kakek
Kerbau Putih. "Jangan kuatir, kerbau tua." kata Lo Kun.
Kakek pendek itu terus mencari-cari kesegenap ruang itu.
"Engkau cari apa "' tegur Blo'on.
"Pukul besi atau palu," sahut kakek Lo Kun "hendak
kuhantam dinding karang ruang ini supaya kita bisa keluar."
"Disini tak ada pukul besi dan palu. Yang ada hanya
pedang," kata Blo'on.
"O, baiklah, pinjam pedangmu," kata Lo Kun lalu mulai
menebas dinding karang dengan pedang. Tetapi ternyata
dinding karang itu amat keras. Pedang hanya dapat menebas
sedikit sekali. Dia tak tahu berapakah tebal dinding karang itu.
"Celaka." seru kakek Lo Kun, "dengan pedang ini entah
sampai berapa lama baru dapat membobolkan dinding ?"
"Sampai engkau menggeletak pingsan dinding karang yang
begitu tebal tentu belum juga tembus" seru kakek Kerbau
Putih. "Lalu bagaimana ?" seru kakek Lo Kun.
"Kita cari akal lain," kata kakek Kerbau Putit
"Bagaimana kalau kita memanjat keatas dan menyusup
keluar dari lubang itu ?" tanya Blo'on
Kakek Kerbau Putih memandang keatas. katanya "Wah,
susah juga, Untuk mencapai keatas saja tidak mudah caranya.
Disini tak ada tangga. Memanjat juga tak mungkin. Loncat,
kita tak mampu" "Kita coba !" seru kakek Lo Kun.
"Tidak." sahut kakek Kerbau Putih, "itu berarti sekali
melambung keatas kita harus terus menyusup ke dalam
lubang itu. Dan masih disangsikan, apakah lubang itu cukup
untuk dimasuki tubuh orang"
Kakek Lo Kun garuk-garuk kepalanya. Diam-Diam ia
membenarkan keterangan kakek Kerbau Putih. Demikian
untuk beberapa saat. mereka berdiam diri tengah mencari akal
untuk keluar dari ruang tahanan mereka.
Tetapi betapapun mereka memeras otak, tetap tak dapat


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menemukan cara untuk keluar dari ruang tahanan itu.
Sepeminum teh lamanya, tiba-tiba terdengar bunyi
berderak-derak dan dindingpun bergetar. Sesaat kemudian
dari keping dinding karang yang bergerak gerak, merekah
sebuah lubang besar, menyerupai sebuah jendela.
Dari lubang itu muncul sebuah wajah wanita tua : "Hai,
apakah kalian masih bernapas ?" tegurnya dengan suara
parau. Blo'on cepat menghampiri : "Siapa engkau nenek ?"
"Bujang tua yang bertugas mengantar makanan untUK
kalian." sahut perempuan itu.
"O, bagus, bagus." seru Bloon, "silahkan masuk "
"Tidak," kata perempuan itu, "cukup kuberikan dari lubang
ini." la segera menyodorkan bakul nasi, tiga mangkuk sayur, tiga
mangkuk kosong dan sebuah guci isi minuman : "Inilah
makanan siang, nanti malam kuantar lagi."
Habis berkata wanita tua itu terus menutup pintu.
"Tunggu dulu !" teriak Blo'on "mengapa aku berada disini "
Siapa yang suruh engkau mengantar makanan kepada kami
bertiga ?" "Huh, kalian ini dijebloskan dalam kamar tahanan Kumbang
Hitam. Tentu kalian salah besar Yang menyuruh mengantar
makanan kesini. sudah tentu nona Ting yang menyuruh."
"Siapa nona Ting itu ?" tanya Blo'on pula.
"Nona Ting ialah murid pertama dari Hu Yong siancu yang
mewakili memimpin markas ini selama siancu pergi."
"Uh." kata Blo'on "lalu siapakah nama bibi ini."
Tiba-Tiba wanita itu cemberutkan muka : "Siapa bibimu",,
"Engkau" kata Blo-on.
"Kurang ajar. aku masih gadis, belum bersuami, masakan
engkau panggil bibi. Aku bukan isteri pamanmu !"
Blo'on melongo. Ia tak kira kalau bakal menerima
semprotan begitu dari wanita yang sudah berumur lebih dari
empatpuluh tahun itu. "Maaf, nyonyah." kata Blo'on.
"Hus, nyonyah" Nyonyah siapa" Aku toh belum bersuami '
lengking wanita setengah tua itu.
"Oh," Blo'on mendesuh "lalu harus memanggil bagaimana?"
"Nona" "Nona ?" Blo"on garuk-garuk kepala, "nona siapa"
"Nona Gu" "Nona ku ?" Blo'on kaget, "wah, celaka. Aku bukan
tunanganmu. Mengapa suruh mengaku engkau ini nona-ku.
Tidak, tidak !" "Hush, engkau edan. Telingamu tentu sudah rusak.
Dengarkan, nona Gu, bukan nona ku !"
"Gu siapa ?" tanya Blo"on.
Tetapi bujang setengah tua itu sudah menukas : "Sudahlah,
aku sudah terlalu lama disini. Mereka tentu akan mencariku.
Kalau tahu aku omong-omong dengan tawanan, mereka tentu
marah" "Siapa mereka itu ?"
"Nanti malam saja ku beri tahu lagi," kata bujang
perempuan seraya mengatupkan pintu lagi.
"Kurang ajar, genit betul perempuan itu. Masakan
perempuan setua itu masih minta dipanggil nona. huh !"
Blo"on menggerutu. "Biar dia nona atau nyonyah, gadis atau sudah janda, pokok
kita mendapat makanan. Yang penting perutku sudah minta
diisi" kata kakek Lo Kun seraya mengambil hidangan.
Sambil makan mereka bercakap-cakap.
"Kita harus cari akal untuk keluar dari kamar tahanan ini"
kata kakek Lo Kun. "Ya. benar," kata Blo'on " lalu bagaimana caranya ?"
"Justru itu yang harus kita cari ?" kata kakek Lo Kun,
"selama tak punya akal. jangan harap kita dapat keluar dari
kamar tahanan ini selama-lamanya"
"Selama-lamanya ?" Blo'on menegas, "celaka aku bisa jadi
tua disini nanti" "Itu masih mending kalau menjadi tua saja" sahut kakek Lo
Kun, "tetapi aku " Aku akan mati disini "
"Astaga !" Blo'on menjerit kaget, "kalau engkau mati. akan
dikubur diraana " Apakah dikubur didalam ruang ini juga "'
Kemudian Blo'on memandang kakek Kerbau Putih yang
masih enak-enak melahap makanan.
"Celaka, kakek Kerbau Putih juga tentu mati, wah. aku yang
disuruh mengubur dua mayat nanti." Blo'on masih bingung tak
keruan sendiri. "Sudahlah, jangan ribut-ribut tak keruan, "bentak kakek
Kerbau Putih, "habis makan aku tentu mendapat akal".
Demikian terpaksa Blo'on melanjutkan makannya. Beberapa
saat kemudian selesailah mereka.
"Sekarang harap kakek memberitahu akal daya kakek itu, "
Blo"on segera meminta kepada kakek Kerbau Putih.
"Ya, dengarlah, "kata kakek Kerbau Putih, "kita harus
menggunakan siasat Bi-jin-ke"
"Bi-jin-ke " Apa itu ?" Bloon kerutkan alis.
"Bi-jin-ke artinya Siasat-wanita-cantik. Ialah menggunakan
wanita cantik untuk menyiasati musuh."
"O. maksudmu kita gunakan saja gadis-gadis cantik itu
untuk keluar dari tempat ini ?" tanya Blo"on pula.
"Tolol !" bentak kakek Kerbau Putih, "gadis-gadis cantik itu
anakmurid Partai Melati. Dan partai Melati itu musuh kita.
Bagaimana mungkin gadis-gadis itu akan membantu kita."
"Habis bagaimana maksudmu "' seru Bloon
"Bukan gadis-gadis cantik itu tetapi bujang perempuan tadi
. . " "Amboi !" Bloon menjerit, "engkau hendak menggunakan
bujang tua yang genit itu ?"
"Apa boleh buat" sahut kakek Kerbau Putih.
'Tetapi itu tak sesuai dengan nama Bi jin-ke. Dia bukan
wanita cantik !" "Ya, boleh saja diganti namanya dengan Jo-jin-ke atau
siasat Wanita-buruk," kakek Kerbau Putih menggeram.
"Ya, itu bagus." kata Blo'on. "lalu bagaimana engkau
hendak mengatur siasatnya ?"
"Begini." kata kakek Kerbau Putih, "kita harus merayu
wanita itu agar mau masuk ke dalam kini. Begitu masuk, kita
sergap lalu kita . . . " katanya karena kuatir terdengar orang
kakek Kerbau Putih membisiki telinga Blo"on.
Blo on kerutkan dahi. "Setan kerbau, mengapa engkau hanya membisiki Blo"on "
Apa engkau anggap aku ini tak perlu tahu ?" kakek Lo Kun
marah karena ia tak dapat mendengarkan pembicaraan kakek
Kerbau Putih kepada Blo'on,
"Jangan kuatir, setan pendek. Majulah kemari." kata kakek
Kerbau Putih. Dan setelah kakek Lo Kun mendekati dan ajukan
telinganya kakek Kerbau Putihpun lalu membisikinya.
"Hola, bagus, bagus, aku setuju . . eh tetapi," tiba-tiba
kakek Lo Kun deliki mata, "mengapa harus aku )ang
menjalankan siasat itu. Kenapa tidak engkau sendiri setan
kerbau ?" "Sebab wajahnya dan tingginya seperti engkau, lebih tepat
engkau yang menjalankan siasat itu" kata kakek Kerbau Putih.
"Tidak " bantah kakek Lo Kun, "nanti kita lihat dulu
bagaimana keadaannya. Kalau memang mirip aku ya apa
boleh buat, aku terpaksa mau.Tetapi kalau mirip engkau,
engkaulah yang jadi."
Kakek Kerbau Putih mengiakan.
Demikian mereka sudah mengambil keputusan untuk
menjalankan siasat menjebak bujang perempuan yang genit
tadi. Tak lama malampun tiba. Terdengar karang bergetar dan
berderak-derak, lalu merekah sebuah lubang sebesar jendela.
"Hai, apa kalian sudah tidur?" seru seorang perempuan.
Blo"on masih mengenal suara itu sebagai suara bujang
perempuan setengah tua yang mengantar makanan siang tadi.
buru-buru ia menghampiri.
"Makanan malam, kuberi istimewa. Banyak ikan dan
masakannya yang lezat," kata bujang perempuan itu,
"Percuma," kata Blo'on tak acuh.
Bujang perempuan itu heran : "Kenapa ?"
"Satelah makan siang kedua kawanku sakit. Yang satu sakit
perut, yang satu sakit kepala. Tentu engkau beri obat dalam
makanan itu." "Gila !" bujang perempuan itu menjerit, "tidak, aku tak
mencampuri obat apa-apa dalam makanan siang tadi."
"Ah, tentu !" Blo'on tetap menuduh, "bukti nya mereka sakit
semua," "Tetapi aku benar-benar tak memberi obat !"
"Huh, kalau tak percaya, masuklah Periksa tendiri dia
memang sakit sendiri atau karena makanan siang tadi"
"Tetapi aku tak dapat membuka pintunya"
"Mengapa ?" tanya Blo'on.
"Pintu ini sebuah pintu rahasia. Ada alat penutup dan
pembukanya tetapi aku tak mengerti bagaimana cara
membukanya," kata bujang perempuan itu.
"Putar saja kian kemari, gerakkan kesana kesini, tentulah
pintu akan terbuka." kata Bloon. Padahal ia sendiri tak tahu
apakah cara itu akan berhasil atau tidak.
"Hm. baiklah." kata bujang perempuan lalu menuju ke
samping pintu. Disitu memang terdapat sebuah alat, terbuat
dari baja dan berbentuk bundar. Tetapi diputar putar dan
digerak-gerakkan ke kanan kiri, naik turun, tetap tak mau
jalan. Karena jengkel, bujang perempuan itu mengambil batu
dan memukulnya, tung . . . hai ia menjerit kaget ketika alat itu
menyusup masuk kedalam karang dan serempak dengan itu
terdengarlah bunyi berderak-derak dari batu karang yang
terbuka. "Pintunya buka." ia berseru girang lalu melangkah masuk.
Ternyata dia seorang perempuan bertubuh pendek. Sudah tua
tetapi masih genit, Melihat bujang itu masuk, Blo'on berdebar. Ia hendak
meringkusnya tetapi tadi kakek Kerbau Putih pesan supaya
jangan bertindak sendiri. Terpaksa ia tahan sabar,
"Ai. ternyata engkau masih muda." kata perempuan genit
itu kepada Blo"on, "siapa namamu engkoh?"
Blo'on mendelik, Masakan perempuan yang pantasnya
menjadi mamahnya, memanggil dia engkoh
"Aku?" tanya Blo"on "aku lupa siapa namaku Terserah
engkau mau panggil apa saja."
"Aneh, mengapa orang tak punya nama" perempuan itu
kerutkan dahi, "kalau begitu apa mau kukasih nama ?"
"Hm." dengus Blo"on.
"Bagaimana kalau kupanggil Ah-siu saja"
"Mengapa Ah siu?" tanya Blo'on mendongkol,
"Ah-siu itu dahulu bekas kekas'hku. Dia o-rangnya cakap
seperti engkau. Sayang sebelum kita menikah, dia terserang
penyakit dan meninggal dunia. Engkau mirip dengan dia,
engkoh Ah-siu" Karena kontan dirinya dinamakan Ah-siu, Blo'on mendelik.
Tetapi ia masih ingat akan pesan kakek Kerbau Putih supaya
jangan bertindak sendiri.
"Ya, sudah. Ah-siu ya Ah-siu. " karena mengkal Blo'on
cepat-cepat mengakhiri percakapan itu, "apakah engkau dapat
mengobati kedua kawanku yang sakit itu ?"
"Tentu saja dapat." kata bujang perempuan genit itu."tetapi
ada syaratnya." "Syarat apa ?" Blo"on kerutkan alis.
"Asal engkau mau jadi engkoh Ah-siu yang sesungguhnya."
"Aneh, aku tak mengerti maksudmu"
"Engkoh Ah siu itu dahulu adalah kekasihku Dia sudah
meninggal dan engkau kuminta supaya jadi gantinya."
"Astaga " Blo'on melonjak kaget seperti digigit ular. "tidak,
tidak ! Aku tak mau jadi kekasihmu,"
"Mengapa " Apakah aku tidak cantik ?" tanya perempuan
genit itu. "Cobalah engkau lihat dirimu di cermin sendiri"
"Hm. engkau menghina aku. Kalau begitu engkau tentu
mati ngeri " kata bujang perempuan itu,
"Mati " Siapa yang akan membunuh aku ?" tanya Blo"on.
"Siapa lagi kalau bukan perintah Hu Yong siancu. Engkau
tahu ruang apa ini ?"
"Siapa yang tahu?" Blo'on menggeram, "aku tak takut
apapun dalam ruang ini i"
"Benar ?" "Mengapa tidak "' Blo'on busungkan dada.
"Dengarkan." kata bujang perempuan itu, "ruang ini adalah
salah sebuah tempat penyiksaan yang ngeri. Disebut ruang
Kumbang Hitam. Apabila pekakas rahasia dalam ruang ini
dibuka, maka beribu-ribu kumbang hitam akan berhamburan
menyerang engkau dan kedua kawanmu. Kumbang Hitam itu
besarnya sama dengan burung pipit, sengatnya beracun."
"Huh, ngeri !" Blo'on bergidik.
"Itulah kalau engkau tak mau menerima syaratku. engkau
tentu mati disengat ribuan ekor kumbang raksasa yang
beracun" Blo'on merenung. Sesaat kemudian ia bertanya : "Kalau aku
menurut ?" "Engkau tentu takkan mati."
"Dan kedua kawanku itu ?"
"Juga akan hidup."
"Bagaimana mungkin" Apakah engkau berani menentang
perintah majikanmu Hu Yong siancu"'' tanya Blo'on.
"Tak ada seorangpun yang berani menentang perintah
siancu." kata bujang perempuan itu "aku pun takut
kepadanya." "Habis bagaimana engkau hendak menolong aku ?" tanya
Blo'on heran. "Hi.hi," wanita setengah umur itu tertawa genit. "sudah
tentu aku ada akal, engkoh Ah-siu. Akulah yang diserahi untuk
memelihara kawanan kumbang raksasa itu. Engkau tahu siapa
diriku ini ?" Blo'on gelengkan kepala. "Namaku Gu Bwe. asal dari daerah Sin-kiang. Ayahku
seorang ahli memelihara tawon. Kepandaian ayah diturunkan
kepadaku dan orang lalu memberi gelaran Ratu Kumbang
kepadaku. Pada suatu hari aku bertempur dengan Hu Yong
siancu dan dikalahkan. Aku tak dibunuh tetapi harus ikut ke
padanya tinggal di markas Partai Melati ini. Sudah tentu aku


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu bagaimana untuk menjinakkan kumbang-kumbang
raksasa itu karena binatang itu adalah peliharaanku."
"O." desuh Blo'on, "baiklah, aku mau menjadi Ah-siu tetapi
engkau harus mengajarkan dulu bagaimana cara
menundukkan kumbang raksasa itu."
"Ya, baiklah," bujang perempuan itu girang, la
mengeluarkan sebuah botol kecil dari bajunya. Botol itu berisi
cairan warna hitam, "cairan dalam botol ini adalah dzat
kumbang. Asal ambil beberapa tetes dan taburkan pada
mereka, kumbang-kumbang itu tentu ketakutan dan melarikan
diri" "Ah. begitu mudah," kata Bloon.
"Itu baru cara untuk menghalau mereka saja. Kalau engkau
ingin menguasai mereka, engkau dapat menyuruh mereka
melakukan perintahmu."
"O, hebat" seru Blo'on "apakah ada ilmu untuk menguasai
kumbang?" "Sudah tentu ada," kata perempuan itu. "tetapi apakah
engkau sungguh-sungguh suka menjadi pengganti Ah siu
kekasihku yang sudah meninggal itu"
"Ya," sahut Bloon, "asal engkau mau mengajarkan aku ilmu
untuk menguasai kumbang."
"Baiklah," kuta bujang perempuan itu lalu membisiki
beberapa patah kata kedekat telinga Blo"on, "nah, apakah
engkau sudah jelas ?"
Blo"on mengiakan. Tetapi bujang perempuan itu minta
supaya Blo on mengulangnya : "Cobalah engkau membisiki
telingaku mantra untuk menundukkan kumbang yang
kuajarkan tadi." Blo'on meringis, Ia bergidik apabila harus dekat dengan
perempuan setengah tua yang berbedak tebal itu. Tetapi ia
terpaksa harus melakukan juga Dengan menahan napas, ia
membisiki telinga bujang perempuan itu.
"Bagus, engkau harus ingat baik-baik mantra itu. Kawanan
kumbang raksasa itu pasti akan menurut perintahmu," kata
bujang perempuan. "Sekarang, cobalah engkau periksa penyakit kedua kakek
kawanku itu," kata Bloon seraya menuding pada Kakek Lo Kun
yang tidur meringkuk diatas bale-bale.
Bujang perempuan itu mencekal pergelangan tangan kakek
Lo Kun untuk memeriksa detak jantungnya. Ia kerutkan dahi.
Lalu menyiak kelopak mata si kakek lalu suruh kakek itu
ngangakan mulut dan julurkan lidah. Terakhir ia suruh kakek
Lo Kun tidur telentang. Bajunya disingkap dan bujang
perempuan itu mulai mendebur-debur perut kakek Lo Kun
buk. buk .... "Ah, penyakitnya di perut" kata bujang perempuan itu
seraya merogoh ke dalam baju dan mengeluarkan sebilah
pisau. "Mau engkau apakan kakekku itu ?" Blo'on terkejut melihat
perempuan itu siap dengan pisau di tangan.
"Penyakitnya berada dalam perut, terpaksa harus
dikeluarkan" sahut bujang perempuan itu.
"Maksudnya engkau hendak membelek perut kakekku ?"
Blo'on menegas tegang. "Apa lagi kalau tidak begitu" kata bujang perempuan "kalau
tidak dibelek perutnya bagaimana dapat mengeluarkan
penyakitnya ?" Mendengar perutnya hendak dibelek. kejut kakek Lo Kun
bukan alang kepalang. Serentak ia meronta. Tetapi . . ,
"Jangan bergerak kakek jelek !" bentak bujang perempuan
terus mencekik leher kakek Lo Kun dengan tangan kiri. lalu
tangan kanan yang mencekal pisau terus hendak ditusukkan
ke perut kakek Lo Kun. Sudah tentu kakek itu terkejut bukan
kepalang. Sudah menjadi naluri setiap insan, bahwa apabila
menghadapi maut, tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk
mempertahankan jiwanya. Demikian pula dengan kakek Lo
Kun Tahu kalau dirinya bakal disembelih, kakek Lo Kunpun
mengamuk. Dengan menggerung keras, ia meronta Kakinya
bergeliatan lalu tiba-tiba mendupak dada bujang perempuan
itu, "Jangan membunuh kakekku .. ." Blo-onpun menjerit terus
hendak mencekal tangan bujang perempuan itu. Tetapi
sebelum ia sempat bergerak, bujang perempuan itu sudah
terdupak rubuh kebelakang Duk . . . kepalanya membentur
lantai dan pingsanlah bujang itu tak kabarkan diri lagi.
Kakek Lo Kun terus melenting bangun dan me maki-maki :
"Kurang ajar, ia hendak menyembelihku"
Karena masih mendongkol, kakek itu hendak menghajar
bujang itu tetapi dicegah kakek Kerbau Putih : "Sudahlah, dia
sudah pingsan. Sekarang kita harus lekas-lekas menjalankan
rencana kita." ''blo'on," kata kakek Kerbau Putih, "engkau harus memakai
pakaian bujang ini dan menyarapi jadi dia."
"Tidak mau" sahut Blo"on "dia seorang perempuan pendek,
lebih tetap kalau kakek Lo Kun yang menyaru jadi dia."
"Aku . . . ?" kakek Lo Kun, deliki mata.
"Benar," kata kakek Kerbau Putih, "memang lebih tepat
kalau engkau yang menyaru jadi dia. Potongan tubuh dan
umurmu memang mirip dengan dia, Kalau Bloon yang
menyaru, tentu mudah di kenal orang.
Bermula kakek Lo Kun hendak membantah tetapi kakek
Kerbau Putih berkata : "Kita pancing supaya kawannya datang
kemari ..." "Masakan mereka mau?" bantahkakek Lo Kun
"Begini," kata kakek Kerbau Putih "setelah engkau menyaru
jadi bujang perempuan ini, engkau harus pura-pura berkasih
kasihan dengan Blo'on. Kalau kawan dari bujang perempuan
itu datang, ia tentu marah dan masuk kemari. Nah, saat itu
kita boleh ringkus sekali . . ."
"Dan engkau harus menyaru juga jadi kawan nya itu !" kata
kakek Lo Kun. Kakek Kerbau Putih terpaksa mengiakan.
Demikian kakek Lo Kun segera memakai baju bujang Gu
Bwe. Rambutnya pun diikat dan dikonde oleh kakek Kerbau
Putih. Muaknya dipupuri dengan kapur tembok.
"Aduh. engkau benar-benar mirip dengan bujang
perempuan ini," kata Bloon
"Setan, engkau jangan tertawa ya," kata kakek Lo Kun.
Bujang perempuan Gu diikat tangannya dan mulutnyapun
disumbat dengan kain. Tak berapa lama benar juga terdengar seruan orang
memanggil nama Gu Bwe : "Hai, taci Bwe mengapa begitu
lama engkau berada disitu . . " tiba-tiba suara itu berhenti
ketika seorang bujang perempuan tua tiba dipintu "hai.
mengapa pintunya terbuka ?"
Ia melongok kedalam dan berjingkrak kaget: "Masya Allah,
Gu Bwe itu memang terlalu ! Mengapa dia berpelukan dengan
seorang tawanan. Kalau tahu nona Ting, tentu dia dihukum ."
Ia melangkah masuk dan memandang keadaan dalam
ruang itu. Ternyata Gu Bwe sedang berpelukan dan berciuman
hangat sekali dengan seorang anak muda yang rambutnya
gundul tetapi memelihara dua kuncir.
"Hm. Gu Bwe itu memang
besar sekali nafsunya. Tak
pandang orang, asal lelaki dia
tentu menyerbunya. Hm, Hu
Yong siansu sedang pergi dan
nona-nona muridnya sedang
sibuk berunding di paseban
gedung Nirwana, Memang pintar sekali Gu Bwe hm. kurang ajar akupun harus minta
bagian" Ia terus melangkah menghampiri: "Taci Bwe jangan ambil sendiri, bagi dong
kepadaku . . . " "Aduh , .. mengapa engkau menggigit hidungku?" tiba-tiba
Lo Kun menjerit dan lepaskan pelukan.
Ternyata waktu dipeluk kakek Lo Kun, Blo'on hampir tak
dapat bernapas. Dan bau mulut kakek itu hampir membuatnya
mau muntah. Tiba-Tiba kakek Lo Kun mencium bibirnya.
Aduh, mak .. karena tak tahan baunya, Blo'on gigit hidung
kakek itu. "Aduh . . . hekkk ..." karena dipeluk oleh si kakek
sekencang-kencangnya sehingga tak dapat bernapas, Blo"on
marah lalu menggigit hidung kakek itu dan menusuk perut si
kakek dengan jarinya ....
Hal 6-6-63 ga ada "Ya, engkau," kata kakek Kerbau Putih, "engkaupun harus
jadi perempuan" "Tidak mau," bantah Blo'on.
"Tolol !" bentak kakek Lo Kun, "ingat, markas ini
penghuninya semua orang perempuan. Kalau engkau tetap
menjadi orang lelaki, tentu engkau akan ditangkap"
"Benar, engkau memang goblok!" kakek Kerbau Putih ikut
berkata "tadi aku memang tak mau tetapi kupikir-pikir,
memang lebih enak jadi perempuan saja."
"Mengapa ?" Blo'on makin heran.
"Sudah tentu lebih enak jadi perempuan," kata kakek
Kerbau Putih, "kalau jadi lelaki, kata setan pendek tadi
memang benar, engkau tentu akan ditangkap dan dijebluskan
dalam tahanan. Tetap kalau jadi perempuan, huh, kita kan
bisa bergaul dengan gadis-gadis cantik itu."
"Oh, engkau benar setan kerbau." seru Lo Kun berjingkrak
kegirangan "tadi aku memang sedih tetapi sekarang aku
gembira sekali. Karena nanti bisa dekat dengan gadis-gadis
cantik itu." "Aku tak mau berkawan dengan gadis-gadis itu.' Blo'on
tetap membantah. "Ai. mengapa " Apakah engkau seorang pemuda banci ".
tanya kakek Lo Kun, "seorang lelaki yang wajar tentu suka
dengan wanita." "Betul." sahut Blo'on, "tetapi gadis-gadis di sini itu
berbahaya sekail. Buktinya yang sudah tua saja masih begitu
genit seperti kedua bujang perempuan tadi".
"Ya. tak apa kalau engkau tak suka kepada gadis-gadis
cantik itu Nanti berikan saja semua kepadaku," kata kakek Lo
Kun. "Setan pendek, jangan rakus sekali. Aku juga minta
bagian," seru kakek Kerbau Putih
Kakek Lo Kun tak mau melayani melainkan berrkata pula
kepada Blo'on: "Soal engkau tak mau dengan gadis-gadis
cantik itu tak mengapa Tetapi engkau menyaru jadi anak
perempuan juga, agar jangan diganggu mereka."
Belum Bloon menjawab, tiba-tiba dari luar terdengar suara
orang perempuan berseru : "Hai, bibi Bwe dan bibi An,
kemanakah engkau . . " Hai, mengapa pintu ruang Kumbang
Hitam ini terbuka?" Seorang bujang perempuan yang masih muda.. lebih
kurang berumur tigapuluhan tahun tiba di pintu dan ketika
memandang kedalam ruang, serentak ia berteriak kaget :
"Astaga ! Kiranya kedua bibi itu sedang asyik masyuk dengan
pemuda yang ditawan tadi , . . "
"Bibi Bwe, bibi An" seru bujang perempuan muda itu,
"ingat, kalau samyai nona Ting datang, nanti celaka kalian !"
"Uh, biar dihukum aku puas karena mendapatkan pemuda
yang begini hebat. Mari sini engkau kita berdua sudah tua dan
dia masih muda. Kita sudah payah, dia masih kuat. Kuberimu
bagian..." Tersiraplah darah bujang muda itu. Memang sejak Hu Yong
siansu pergi dan melarang anakmuridnya keluar, sepilah
markas itu dengan tawanan orang lelaki. Biasanya gadis-gadis
murid Partai Melati itu suka membawakan 'buah tangan"
berupa laki-laki yang jelek tetapi kuat untuk bujang-bujang
perempuan, "Ai. jangan main-main bibi," kata bujang perempuan muda
itu masih ragu-ragu. "Siapa main-main," kata kakek Lo Kun. "engkau buktikan
sendiri, tanggung puas !"
Bujang perempuan muda itu terus maju menghampiri dan
kakek Lo Kun serta kakek Kerbau Putihpun segera menyingkir
ke samping. Bujang perempuan muda itu, agak tinggi dan kurus.
Rupanya juga lumayan. Tetapi seperti kedua bujang
perempuan tua tadi, diapun juga memakai bedak tebal dan
pipinya diberi gincu. Blo"on gemetar ketika dipandang lekat-lekat oleh bujang
perempuan muda itu. Mata bujang perempuan itu berkilat-kilat
seperti harimau lapar melihat anak kambing. Sebelum Blo'on
sempat berbuat apa-apa, sekonyong-konyong bujang muda itu
terus memeluknya dan cup, cup. cup . . . muka Blo'on dihujani
ciuman bertubi-tubi. Karena terkejut tangan Blo'on menyiak bahu bujang muda
itu. Tetapi karena gemetar, bukan bahu melainkan baju
bujang itu yang tersiak lepas.
"Ai, engkoh ini mengapa begitu tak sabar "' kata bujang
muda itu dengan tertawa genit lalu melepas kancing dan
membuka bajunya, "apakah engkau senang melihat aku buka
baju begini "' "Mari engkoh, kita hangatkan diri dulu," kata bujang
perempuan muda terus memeluk Blo"on sehingga muka Blo'on
menyusup kedadanya. Seketika panaslah darah Blo'on ketika
mukanya terbenam dalam buah dada bujang genit itu.
"Hayo, engkoh, engkau juga harus buka baju mu." kata
bujang muda itu lalu melepaskan baju Blo'on. Blo'on
terlongong-longong seperti patung.
"Ai, mengapa engkau diam saja " Apakah engkau tertarik
dengan buah dadaku " Mari. nanti engkau tentu akan lebih
tersengsam lagi." kata bujang perempuan muda terus menarik
tangan Blo'on diajak ke tempat pembaringan.
Entah bagaimana Blo"on seperti orang yang kehilangan
semangat. Seumur hidup belum pernah ia menyaksikan
pemandangan seperti itu. Begitu tiba di bale-bale bujang perempuan itu, ia terus
msndorong Blo'on tidur dan ia sendiripun rebah di sampingnya
memeluk Blo'on, Rupanya bujang perempuan muda itu sudah terangsang
sekali nafsunya. Ia tak peduli sikap lloon yang sepsrti patung.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Engkoh, bukalah celanamu . . " tanpa tunggu Blo'on
bergerak, ia terus membuka celana Bloj on.
Saat itu Blo'on benar-benar seperti disambar petir kejutnya.
Wajahnya merah padam karena malu Masakan celananya mau
dibuka oleh bujang muda itu. Ah. terlalu . . .
Jika tadi waktu dipeluk dan mukanya terbenam buah dada
perempuan muda itu, darah muda Blo"on tersirap. Sekarang
serta celananya hendak dibuka, karena malu. berontaklah
Blo'on. "Perempuan cabul . . . !" ia mendorong perempuan muda
itu sekuat-kuatnya sehingga terlempar jatuh dari atas bale.
Bluk . . . bujang perempuan genit itu jatuh ketanah dan
kebetulan kepalanya membentur lantai batu karang yang
keras. Ia menjerit dan terus pingsan . . .
Blo'on tersipu-sipu mengancingkan celananya yang terbuka.
Wajahnya merah padam . . . ,
---ooo0dw0ooo--- Jilid 12 Banci Melihat tingkah laku si Blo'on, kakek Lo Kun dan kakek
Keruan Putih tertawa gelak-gelak. Suatu hal yang makin
membuat Bloon merah muka-nya.
"Anak goblok, anak tolol " seru kakek Lo Kun "mengapa
diberi hidangan lezar engkau tak mau makan ?"
"Heh. heh. heh" Kakek Kerbau Putih hanya tertawa
mengekeh. "tuh, rasakan bagaimana enaknya kalau dipeluk
oleh perempuan genit"
"Sia-sia," seru Blo"on, "perempuan tak tahu malu, Masakan
celana orang laki mau dibuka"
'Hayo sekarang engkau pakai pakaian bujang muda itu !"
seru kakek Kerbau Putih. Blo'on kerutkan dahi. "Ya, agar kita jadi perempuan semua dan lekas keluar dari
sarang ini," seru kakek Lo Kun.
Terpaksa Blo"on menurut. Tak lama jadilah dia seorang
bujang perempuan muda. Pipinyapun dilumuri kapur tembok
yang tebal. "Celaka," tiba-tiba kakek Lo Kun berseru.
"Mengapa ?" tanya Blo'on ikut kaget.
"Bujang perempuan itu memelihara rambut dan engkau
gundul. Masakan ada perempuan gundul seperti engkau ?"
"Benar." seru Kakek Kerbau Putih, "ai. mengapa orang
masih semuda engkau suka gundul?"
"Bukan karena suka gundul tetapi memana tak dapat
tumbuh rambutnya. Inilah gara-gara orang-orang Hoa-san
pay." gerutu Blo'on. "lalu bagaimana " Kalau begitu lebih baik
tidak jadi perempuan saja."
"Tidak bisa !" kakek Kerbau Putih berkeras
'"Lalu bagaimana dengan rambutku ini ?" tanya Bloon
"Beres !" tiba-tiba kakek Lo Kun berseru lalu lari
menghampiri bujang muda yang masih pingsan, itu. Konde
rambut bujang itu terus dipotongnya Kemudian ia
menghampiri ke tempat Bloon, 'Nih pakailah rambutnya."
Blo'on terlongong-longong.
?"Beginilah cara memakainya," tiba kakek Lo Kun terus
memasangkan gumpalan rambut itu ke kepala Blo"on tetapi
konde rambut itu meluncur jatuh.
"Eh. aneh. mengapa tak dapat melekat" kakek Lo Kun
heran. "Gob!ok" timpal kakek Kerbau Putih, "bagaimana mungkin
rambut akan melekat di kepula. kalau tidak dilekatkan?"
''Bagaimana caranya?" tanya kakek Lo Kun.
"Ai. engkau ini memang seorang kakek yang bodoh.
Sudah.tentu dengan perekat." kata kakek Kerbau Putih.
"Setan kerbau, jangan omong seenakmu sendiri balas kakek
Lo Kun "disini mana ada perekat ?"
"Mengapa tak ada ?" jawab kakek Kerbau Putih, "bukankah
tadi masih, ada sisa bubur" Nah, kita manfaatkan sisa bubur
itu." Kakek Kerbau Putih terus menghampiri ke tempat mangkuk.
Memang masih terdapat sisa bubur. Ia mengumpulkan sisa
bubur itu lalu menghampiri ke tempat Blo"on lagi.
"Duduklah, dan jangan goyang," perintahnya kepada Blo'on.
Ketika anak itu duduk, kepalanya terus dilumuri sisa bubur,
diusap-usap sampai rata. Setelah itu ia mengambil konde
rambut lalu dipajangkan di kepala Blo'on.
"Setelah kering konde rambut tentu akan melekat " kata
kakek Kerbau Pulih dengan bangga. Demikian setelah masingmasing
berdandan dan menyaru seperti ketiga bujang
perempuan, mereka terus keluar.
"Eh, bagaimana kalau ketiga bujang itu bangun" tanya
Blo"on. "Sudah, keikat semua" kata kakek Kerbau Putih
Sebelurn pergi, mereka menutup pintu batu dahulu.
Setelah itu mereka berjalan
menuju ke sebuah bangunan.
Mereka tak tahu keadaan tempatitu, Sambil berjalan,
mereka memandang kian kemari. Tiba-Tiba mereka dikejutkan
oleh munculnya seorang perempuan yang terus meneriakinya : "Hai mengapa
kalian bertiga enak-enak jalan-jalan " Hayo. lekas bantu aku
menyediakan arak." Dan tanpa menunggu jawaban, perempuan itupun terus
menuju kebelakang gedung. Blo"on dan kedua kakek terpaksa
mengikuti, Ternyata mereka tiba dibagian dapur. Perempuan itupun
salah seorang bujang perempuan markas Partai Melati,
"Malam ini empat orang nona kita, hendak bersenangsenang.
Kita diperintah untuk mengantarkan hidangan dan
arak wangi," kata bujang perempuan itu.
'O." kakek Kerbau Putih mendesah singkat "lalu
bagaimana?" "Engkau ci Bwe" kata bujang perempuan itu kepada kakek
Lo Kun yang menyaru sebagai bujang perempuan tua yang
bernama Gu Bwe, "mengantarkan arak ke ruang Lok-hun
tong." "Uh," kakek Lo Kun mendesuh, "siapa disitu,?"
"Eh, ci Bwe, mengapa malam mi suaramu berobah parau?"
tiba-tiba bujang perempuan itu bertanya "Anu , . a . . entah ..
mungkin masuk angin" cari alasan.
".O. minum arak. supaya badanmu hangat dan Sembuh dari
masuk angin," kata bujang perempuan itu.
"Ya, benar," kata kakek Lo Kun terus menyambar sebuah
guci arak ialu diteguknya sampai habis.
Blo'on dan kakek Kerbau Pulih terkejut. Hendak mencegah
tetapi sudah tak keburu lagi.
"Eh, ci Bwe hebat benar minummu malam ini." seru bujang
perempuan itu, "biasanya secawan saja engkau sudah pusing,
mengapa malam ini engkau dapat menghabiskan seguci ?"
Lo Kun gelagapan : "Anu . . badanku meriang sekali dan
kepingin minum arak . . "
Untunglah bujang perempuan itu tak mau bertanya lebih
lanjut. Ia berkata : "Dan engkau ci An" katanya kepada kakek
Kerbau Putih. "Engkau yang mengantar ke ruang Bi hun-tong.
Disitu nona Sui Kim-han hendak merayu anakmuda bagus
yang ditawan kemarin."
"Ya." sahut kakek Kerbau Putih singkat.
"Nanti dulu." kata kakek Lo Kun tiba-tiba. "Siapa yang harus
diantari arak itu ?"
"Nona Ting San-hoa bersama putera tihu dan Hong-yanghu.
Rupanya nona San-hoa jatuh hati dengan pemuda itu.
Sejak pemuda itu dibawa kemari, selalu nona San hoa saja
yang menemani yang lain tidak diperkenankan.
"Uh" Lo Kun mendengus.
"Uh bagaimana ?" tiba-tiba bujang perempuan itu menegas.
"Tidak apa-apa" jawab Lo Kun.
"Mengapa engkau mendengus ?"
"Apa tidak boleh ?" balas Lo Kun,
"Eh. ci Bwe. mengapa malam ini engkau berobah galak"
Biasanya engkau ceriwis dan genit, mengapa malam ini
engkau begitu benci" dan dingin?"
"Masuk angin!" karena jengkel Lo Kun membentak.
"Ya, ya, sudahlah, jangan galak-galak "' kata bujang
perempuan itu tertawa. "dan engkau A moy antarkan arak
kepada nona Siu-lan diruang Hui-hun tong Dia sedang akan
menundukkan Seorang guru silat yang bekerja pada tihu
Hong-yang-hu," Tiada penyahutan sama sekali.
'Hai. engkau dengar tidak A-moy "' tiba-tiba bujang
perempuan itu memandang Blo'on.
"Siapa ?"' Blo'on terbeliak kaget,
"Siapa lagi kalau bukan engkau " Bukankah engkau
bernama A-moy ?" "Uh. ya, ya " Blo'on menyeringai.
"Eh. A-moy, mengapa malam ini engkau jadi aneh" tegur
bujang perempuan itu. "Aneh " Apa yang aneh ?"
'"Engkau seperti orang tolol. Masak kupanggil namamu,
engkau diam saja. Apa engkau juga sakit ?"
"Ya, tadi telingaku kemasukan semut. Sampai lama semut
itu baru mau keluar," kata Blo'on sekenanya saja.
Bujang perempuan itu tertawa : "Hi, hi. salahmu sendiri
mengapa menaruh telinga disembarang tempat."
"Dan engkau sendiri mengantar kemana ?" cepat kakek
Kerbau Putih bertanya agar bujang perempuan itu jangan
mendesak Blo'on dengan macam-macam pertanyaan, ia kuatir
anak itu tak dapat menjawab dan ketahuan belangnya.
"Aku ?" bujang perempuan yang berumur tigapuiuhan lebih
itu tertawa, "aku akan mengantar arak ke ruang Biau-huntong."'
"Siapa yang berada disitu "'
"Nona Hun-hun ..." kata bujang itu, "ah kasihan nona Hunhun.
Dia yang mendapatkan seorang pemuda tampan, tetapi
pemuda itu masih disimpan oleh nona San-hoa. Dan sebagai
penghibur, nona Hun-hun diperbolehkan melayani seorang
imam tua ..." "Imam tua " kakek Kerbau Putih terkejut.
"Ya, imam tua yang datang bersama guru silat kantor tihu
Hong-yang Itu ,dan seorang pemuda cakap."
"Mengapa engkau memilih mengantar arak kesana ?" tanya
kakek Kerbau Putih pula. "Biarlah, aku kasihan pada nona Hun-hun" sahut bujang
perempuan itu, "hayo, lekas antar..Nanti nona-nona itu marah
kalau menunggu terlalu lama".
Bujang perempuan itu terus membawa sebuah, penampan
berisi guci arak, cawan dan manisan. Ia tak menghiraukan
ketiga kawannya itu. terus mendahului keluar.
Kedua kakek dan Blo'on bingung, Mereka segera mencari
penampan dan tempat simpanan arak "Hola. rejeki nomplok,"
seru kakek Lo Kun ketika mendapatkan tempat simpanan arak
itu penuh dengan guci arak. Ia mengambil seguci arak
membuka sumbatnya dan : "Amboi , . . sungguh wangi benar
arak ini , , . " terus diteguknya dengan nikmat sekali.
"Wah. kalau begini naga-naganya, memang lebih enak jadi
bujang perempuan disini." kakek Lo Kun masih mengoceh.
"Setan pendek" tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseru cemas
"jangan gila-gilaan. Kalau engkau sampai mabuk, engkau
tentu ketahuan dan tentu akan dijebloskan dalam tahanan
lagi. Hayo, lekas kita mengantar arak."
Demikian ketiganya setelah mengisi penampan dengan guci
dan cawan arak serta sepiring manisan, merekapun terus
melangkah keluar. "Hai ..." tiba-tiba Blo'on berseru kaget.."kemana kita harus
mengantarkan arak ini ?"
"Mati . . .!" kakek Lo Kun berhenti serentak
"Ya, kemanakah kita harus mencari nona-nona itu ?"
Akhirnya kakek Kerbau Putih yang memecahkan kesulitan
itu. katanya : "Mari kita jalan terus. Asal melihat ruangan kita
masuki saja." "Ya, ya benar begitu." kata kakek Lo Kun.
Kemudian mereka melanjutkan perjalanan lagi menyusur
lorong dalam sebuah bangunan gedung besar.
Tiba-Tiba mereka mendengar suara seorang gadis tertawa :
"Ai. engkoh Pik-giam. mengapa malam ini engkau begitu lesu
?" "Ah, nona Ting." terdengar seorang pemuda menghela
napas, "aku benar-benar letih sekali. Tenagaku serasa habis ."
Nona itu tertawa mengikik : "Ah, engkau si orang pemuda
yang gagah, masakan baru setengah bulan saja sudah loyo ?"
"Ya, tetapi kalau tiap malam aku harus bermain dua tiga
kali mana aku kuat ?" suara pemuda itu agak penasaran.
Si nona tertawa puia : "Ya ya baiklah, Malam ini kita cuma
satu kali saja . . "
"Tetapi nona Tin" seru pemuda itu, "aku benar-benar sudah
tak kuat. Sukalah nona memberi istirahat barang dua tiga
malam saja." "Dua tiga malam ?" menegas nona itu, "ah jangan begitu,
engkoh Pik-giam. Apakah engkau tak kasihan kepadaku?"
Mendengar itu Kakek Putih berbisik : "Rupanya yang berada
dalam kamar ini nona Ting bersama Pik-giam. Kalau tak salah.
nona Ting itu tentu Ting San-hoa dan Pik-giam itu. tentulah
Kho Pik-giam. putera tihu dari Hong yang-hu itu."
Kakek Lo Kun dan Blo'on mengangguk.
"Baiklah aku saja yang masuk. Nona itu bengis dan ganas,
kalau engkau berdua sampai ketahuan tentu dibunuh. Aku
dapat melihat gelagat".kata kakek Kerbau Putih.
"Lalu aku "' tanya kakek Lo Kun dan Blo'on serempak.
"Engkau berdua terus jalan kernuka. Pada setiap kamar,
dengarkan pembicaraan orang di dalamnya, baru kalian boleh
masuk" kala kakek Kerbau Putih, "nanti berkumpul di dapur
lagi." Kakek Lo Kun dan B!o"on terus lanjutkan berjaan kernuka
dan kakek Kerbau Putih lalu mengetuk pintu.
"Siapa ?" terdengar suara si nona.
"Bujang yang mengantar arak," sahut kakek Kerbau Putih.
"O. masuklah." seru nona itu pula.


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kakek Kerbau Putih segera mendorong daun pintu dan
melangkah masuk, "ini araknya nona " ia segera menaruhkan
arak di atas meja dan terus hendak berlalu.
"Tunggu dulu" seru nona itu yang bukan lain Ting San hoa
murid pertama Hu Yong siancu. Ia menghampiri meja.
mengambil guci arak dan menciumnya : "Ah, kurang wangi.
Kemarilah engkau !" ia melambai pada kakek kerbau Putih,
Setelah kakek Kerbau Putih menghampiri, nona itu segera
membisiki ke dekat telinganya : "Ganti arak ini dengan arak
yang lebih wangi. Dan camppurilah dengan bubuk Bi-hun
jiong-sing-tan, tahu'?"
"Dimana tempatnya, nona ?" kakek Kerbau Putih terkejut.
"Engkau tahu kamarku "' tanya nona itu.
"Belum" "Celaka." nona Ting San-hoa banting-banting kaki karena
jengkel '"engkau tunggu dulu disini."
Kakek Kerbau Putih mengiakan. Setelah San hoa pergi,
cepat kakek Kerbau Putih menghampiri pemuda itu : "Apakah
engkau bukan Kho Pik-gi-am anak tihu dan Hong-yang-hu " '
Pemuda itu terkejut : "Hah mengapa engkau tahu ?"
"St, jangan keras-keras waktu berharga sekali. Sebentar
lagi nona itu tentu akan kembali " kata kakek Kerbau Putih,
"aku bukah bujang di sini tetapi juga seorang tawanan yang
menyaru jadi bujang. Bujang perempuan disini sudah
kuringkus dan kulucuti pakaiannya."
"O," pemuda itu mendesuh kaget.
"Nona itu hendak mengambil obat suruh aku
mencampurkan ke dalam arak, kuduga obat itu tentu obat
perangsang . . ' "Uh," keluh pemuda itu. "aku tentu lekas mati karena
kehabisan tenaga." "Jangan takut" kata kakek Kerbau Putih "aku membawa
obat kuat dan dapat memulihkan tenagamu dalam, waktu
singkat." Ia mengeluarkan pil merah, katanya : "Minumlah, tenagamu
tentu pulih" Pemuda itu masih bersangsi : "Tetapi bagaimana dengan
obat perangsang yang pasti disuruhnya aku minum itu "'
'Jangan takut" kata kakek Kerbau Putih pula "dia tentu
suruh aku yang mencampurkan ke dalam arak. Sudah tentu
takkan kucampuikan dan akan kuganti dengan lain obat"
"O, baiklah" kata pemuda itu terus minum pil merah dan
menghaturkan terima kasih.
"St. kudengar langkah orang mendatangi, tentu nona itu.
Jangan lupa. setelah tenagamu pulih. Engkau harus pura-pura
menuruti kemauannya. Begitu ada kesempatan engkau harus
cepat meringkusnya, tahu ?"
Pemuda itu mengiakan. "Hai. kalian omong-omong apa saja itu "' seru seorang
nona dan masuklah Ting San-hoa kedalam ruangan.
"Ai, nona ini masakan mencemburui aku. perempuan tua
yang begini jelek. Masakan kongcu...."
"Tetapi kudengar kalian bicara asyik sekali. Apa saja yang
kalian bicarakan ?" masih San-hoa mendesak.
"Ah. tidak omong apa-apa" kata kakek Kerbau Putih. "hanya
kongcu mengatakan ingin lekas mati saja."
"Mengapa ?" San-hoa terkejut.
"Dia rasakan tulang tulangnya seperti kering dan tenaganya
habis, badannya lemah"
"O. tak apa. Nanti setelah minum arak obat dia tentu sehat
kembali." kala San-hoa tertawa. Kemudian ia mendorong
kakek Kerbau Putih, "lekas ambilkan arak Sari Melati."
Dalam mendorong itu, cepat sekali San hoa sudah susupkan
bungkusan bubuk obat ke tangan kakek Kerbau Putih. Kakek
Kerbau Putihpun segera keluar.
Tiba di lorong yang gelap kakek Kerbau Putih membuang
bungkusan obat dari San-hoa itu lalu menuju ke dapur, ia
memilih arak yang wangi lain memasukkan obat yang
dibekalnya. Obat itu berkhasiat menyegarkan semangat.
"Nih. nona. arak San Melati yang nona perintahkan itu."
katanya setelah kembali ke kamar.
San-hoa tersenyum girang dan menyambut. Lebih dulu ia
suruh kakek Kerbau Putih, keluar. Tetapi kakek itu
bersembunyi diluar kamar untuk mendengarkan pembicaraan
mereka. "Ai. mari engkoh, minumlah arak Sari Melati buatan kita
ini." kata San hoa seraya mengangsurkan cawan, "arak ini
dibuat dari sari bunga Melati, harum dqn menyegarkan
Semangat, memulihkan tenaga "
"Ah. tidak nona." Pik-gi am pura-pura menolak. Walaupun
ia percaya kepada kakek Kerbau Putih, tetapi ia harus
menjalankan siasat juga agar nona itu tak menaruh curiga,
"aku tak minta apa-apa kecuali minta libur malam ini. Biarlah
aku beristirahat agar tenagaku kembali. Besok aku tentu akan
melayani nona lagi sepuas puasnya."
Tetapi rupanya Sun-hoa sudah terlanjur di-rangsang
nafsunya. Ia tertawa merayu : "Ai. engkoh Pik giam, masakan
dinda hendak mencelakai engkau. Terus terang engkoh sejak
ber-tahun-tahun ketemu dengan pemuda-pemuda yang
datang kesini, belum pernah aku jatuh hati seperti pada diri
engkoh. Harap engkoh jangan menyia-nyiakan kecintaanku"
"Ah, nona Ting," kata Pik-giam masih jual langkah, "akupun
cinta kepadamu. Tetapi tubuhku benar-benartak mengizinkan
Aku sungguh kehabisan tenaga. Aku tak mau mengecewakan
engkau, nona." "Ai. engkoh Pik-giam. cobalah engkau minum arak ini," kata
San-hoa tetap membujuk, "kalau setelah minum arak engkoh
masih tetap letih, ya tak apa-apa aku tak akan
mengganggumu malam ini"
*'Ah. lebih baik jangan . .."
"Ai. engkoh masakan engkau tak percaya kepadaku.
Masakan aku hendak mencelakai engkau. Minumlah engkoh,
jangan kuatir. arak ini tak besi racun. Lihatlah, " San-hoa terus
meneguknya habis lalu menuangkan lagi dan diberikan kepada
pemuda itu "lihatlah, engkoh. Kalau arak ini beracun, biarlah
aku ikut mati bersama engkoh"
Akhirnya Pik-giam menyerah, la menyambuti cawan arak itu
lalu meneguk habis isinya. Kemudian ia pejamkan mata dan
diam-diam salurkan peredaran darahnya untuk mengumpulkan
tenaga-dalamnya. Sebenarnya ia memiliki ilmusilat yang cukup lumayan.
Tetapi karena ia gemar pelesir dengan wanita cantik tenagamurni
dalam tubuhnya susut banyak. Apalagi setelah berada di
markas Partai Melati, keadaannya makin payah. Tiap malam ia
harus melayani San-hoa. Nona itu ternyata besar sekali
nafsunya. Tiap malam Pik-giam dipaksa harus melayani
sampai dua tiga kali. Hanya lebih kurang setengah bulan saja wajah Pikgiam
berobah pucat seperta mayat. Tenaganya habis.
Beberapa saat kemudian ia rasakan tubuhnya mulai hangat,
darah melancar gencar. Semangatnya muiai merekah dan
tenaganya tampak mengumpul. Diam-diam ia girang.
"Mari engkoh, minum secawan iagilah, lihatlah, wajahmu
sudah bertebar merah" kata San-hoa.
Tanpa banyak bicara Pik-giampun menyambutii dan
meneguknya habis. Setelah itu San-hoa segera memeluknya
dan mengecup bibir si pemuda
"Ah. engkoh yang manis, mari kita beristirahat di
pembaringan" kata San-hoa lalu menarik tangan pemuda itu
diajak naik ranjang. Saat itu sesungguhnya Pik-giam sudah hendak
menghantam, la benar-benar sudah muak akan nona itu.
Memang sebelumnya, ia. seorang pemuda yang nakal, doyan
plesiran dengan-wanita-wanita cantik. Tetapi setelah tiap hari
harus melayani sampai dua tiga kali dengan nona yang tak
kunjung puas nafsunya itu. akhirnya timbullah kemuakan Pikgiam.
Kemudian ia teringat akan pesan bujang perempuan tua
yang memberinya obat tadi. Terpaksa harus menyabarkan hati
dan menurut saja diajak naik ke ranjang. Ya. ia harus dapat
memainkan agar jagan menimbulkan kecurigaan nona itu,
Begitu Pik-giam tiba di ranjang, terus didorong oleh Sanhoa
sehingga pemuda itu rebah terlentang Seperti seekor
harimau betina yang lapar San hoa pun terus menubruk
pemuda itu. Biasanya Pik-giam terus menyambutnya dengan hangat dan
keduanya tentu berpelukan dan bergumul bagai sepasang ular
yang berlilitan, Tetapi saat itu tiba-tiba Pik-giam menjerit.
"Aduh. jangan menindih tubuhku, nona, "teriaknya.
"Mengapa ?" tanya San hoa.
"Aduh, tulang-tulangku masih lemas, tenagaku masih belum
kembali dan tubuhku terasa lunglai, "kata Pik-giam setengah
merintih. "Apakah engkau tak merasakan sesuatu setelah minum
arak tadi ?" tanya San hoa.
"Ya, tubuhku terasa hangat, darahku serasa mengalir deras.
Tetapi tenagaku masih belum kembali. Mungkin harus
beristirahat dulu beberapa waktu. Kasihlah aku mengasoh dulu
barang setengah jam," kata Pik giam.
San hoa tertawa mengikik : "Ah. engkau memang seorang
lelaki lemah. Masakan melayani seorang anak perempuan
seperti aku saja engkau sudah tobat. Jika engkau diambil
suhuku supaya melayaninya, engkau tentu sudah tak dapat
jalan lagi' "O. apakah Hu Yong siancu itu juga besar sekali napsunya
?" tanya Pik-giam . "Jauh lebih hebat dari aku" kata San-hoa tersenyum, "suhu
memiliki ilmu istimewa. Dia sanggup meladeni sekaligus
sepuluh lelaki dalam satu malam. Tetapi dia tak mau
sembarangan bermain dengan orang lelaki. Yang dipilih
kebanyakan tentu yang masih jejaka."
'O mengapa ?" tanya Pik-g;am. "Katanya bisa untuk obat
awet muda." Kata San-hoa dengan senyum cabu!. "dan
nyatanya memang begitu. Engkau tahu berapakah, usia suhu
ku itu "' Pik-giam merenung sejenak lalu menyahut " Paling banyak
tentu baru empatpuluh tahun."
San-hoa tertawa : "Sebenarnya suhu sudah berusia hampir
limapuluh tahun. Tetapi dasar parasnya cantik dan pandai
merawat kecantikannya serta sering mencari jejaka, dia
tampak masih seumur wanita muda yang berumur.tigapuluh
tahun" "Engkoh, aku akan membantumu agar tenagamu cepat
pulih." kata San-hoa. Nona itu terus membuka bajunya lalu
melolos kun atau celana panjang
Kini dia hanya mengenakan pakaian dalam celana dan
kutang. Melihat itu berdebarlah hati Pik-giam. Darah berggelora
keras dan ia rasakan tenaganya bertambah. Ia memandang
nona itu dengan bengong "Engkoh. mungkin kalau begini, engkau tentunya lebih
girang lagi." habis berkata San-hoa terus menanggalkan
kutang dan membuka celana dalamnya .Kini nona itu benarbenar
bugil. Darah Pik-giam makin menggelora keras.
Matanya menyala merah. Mulut berulang kali harus
menelan kembali airliurnya yang hendak menetes keluar.
Walaupun tiap malam ia menikmati tubuh si nona tetapi
setiap kali ia memandang tubuh si-jelita yang putih mulus dan
berhias sepasang buah dada yang menggelembung padat,
selalu saja darahnya mendidih dan nafsunya berkobar.
"Engkoh, marilah, tubuh ini milikmu. Terserah engkau
hendak mengapakannya." kata San-hoa dengan meramkan
mata seperti orang yacg pasrah diri.
Hampir saja Pik-giam tak kuat menahan gejolak nafsunya
yang sudah berkobar itu, ia ulurkan kedua tangannya hendak
meraih : "Manisku kemari ..."
Bagaikan seekor anak domba. San-hoa maju merapat
kepada Pik-giam Ketika tangan Pik giam meraihnya, dengan
sengaja nona itu jatuhkan diri dengan buah dadanya menimpa
muka Pik giam. Hawa harum semerbak, tubuh yang halus dan buah dada
yang montok, menyebabkan Pik giam terbuai-buai dalarn
langit tujuh lapis. Dipeluknya nona itu erat-erat dan nona
itupun paserah sepaserah-paserahnya. Mereka berpelukan dan
bergelut mesra. "Ah. engkoh mengapa engkau tak membuka pakaianmu ?"
tiba-tiba San hoa menegur.
Teguran itu membuat semangat Pik-giam yang terbang
melayang-layang, tersentak kaget. Serentak ia menyadari apa
yang akan terjadi apabila ia melakukan permintaan nona itu.
Dan serentak pula ia teringat akan pesan bujang perempuan
tadi. Pun saat itu. ia rasakan suatu pemandangan yahg
menyeramkan. Dalam pandangannya. Wajah San-hoa itu
bukanlah wajah seorang nona yang cantik jelita melainkan
telah berobah seperti searang kuntilanak yang menyeramkan.
Menggigillah tubuh Pik giam. semangat meronta.
"Baiklah," tiba-tiba ia menyahut dan secepat kilatt ia
rnenutuk jalandarah dibawah buah dada San hoa.
Walaupun tenaganya belum pulih sama sekali tetapi karena
tutukannya itu tepat mengenai jalandarah yang berbahaya,
seketika menjeritlah San Hoa terus rubuh tak sadarkan diri
lagi. Pik-giam cepat loncat turun dari ranjang. "Berbahaya"
gumamnya ketika teringat akan adegan beberapa detik yang
lalu. Tiba-tiba pintu dibuka dan bujang perempuan tuapun
muncul. "Bagus, engkau dapat melakukan rencana itu dengan baik
sekali." seru bujang perempuan tua kakek Kerbau Putih
Pik-giam tersipu-sipu menghaturkan terima kasih kepada
bujang perempuan itu yang tak disangkanya kalau kakek
Kerbau Putih. "Dimana nona itu ?" tanya kakek Kerbau Putih.
"Masih pingsan dlatas ranjang."
Kakek Kerbau Putih menghampiri dan menyingkap kelambu.
Serentak ia menjerit : "Aduh, mati aku ..." ia terus meluncur
mundur. "Kenapa ?" tanya Pik-giam heran.
Kakek Kerbau Putih deliki mata : "Mengapa engkau tak
menutupi tubuhnya " Kalau aku melihat tubuh seorang nona


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam keadaan telanjang begitu, jantungku bisa putus, tahu !"
Pik-giam segera menghampiri ranjang, menutupi tubuh San
hoa dengan selimut. Setelah itu ia bertanya : "Sekarang
bagaimana aku harus bertindak?"
"Berapa lama rona itu akan pingsan ?" tanya kakek Kerbau
Putih. "Paling lama setengah jam. dia tentu sudah bangun.
Mungkin tenaga tutukan masih belum keras," kata Pik-giam.
"O, kalau begitu ikat saja kedua tangan dan kakinya dan
sumbat mulutnya dengan kain supaya jangan dapat berteriak,"
perintah kakek Kerbau Putih.
"Mengapa tidak kita bunuh saja ?" tanya Pik-giam, "apabila
nona semacam ini masih hidupi di dunia, temu dunia ukan
selalu kacau saja." "Kalau aku tak sampai hati. Apakah engkau tega
membunuh seorang nona yang begitu cantik ?" seru kakek
Kerbau Putih. "Mengapa tidak ' habis berkata Pik-giam terus hendak
mengambil pedang. "Jangan " cegah kakek Kerbau Putih
"Mengapa ?" Pik-giam kerutkan dahi
"Menurut dugaanku, nona itu dulunya tentu seorang anak
perempuan baik-baik. Tetapi setelah menjadi murid Hu Yong
siancu, dia tentu dididik menjadi wanita cabul. Jadi yang salah
ialah Hu Yong siancu. Dialah yang harus dibasmi."
"Benar." sahut Pik-giam. "tetapi nona itu sudah terlanjur
rusak moralnya, Bukankah dia tetap akan melanjutkan sepak
terjangnya. walaupun Hu Yong siancu sudah mati ?"
"Nah. itulah yang harus kita cari. Bagaimana caranya
supaya dapat menyadarkan nona itu kembali ke jalan yang
benar lagi," kata kakek Kerbau Putih.
"Hm. susah rasanya," gumam Pik-giam, "kecuali sudah
mati, barulah nona itu akan tobat,"
Kakek Kerbau Putih merenung diam. Beberap saat
kemudian ia berkata : "Aku masih curiga jangan-jangan dia
diberi minum obat oleh Hu Yong siancu sehingga pikirannya
berobah tak sadar. Lupa malu. lupa sifatnya sebagai seorang
gadis. Ah, mungkin kekasihku Sun Li hoa juga rusak seperti
nona itu Celaka ..."
Pik-giam terbeliak : "Kekasihmu ?"
"Ya." "Siapa namanya ?"
"Sun Li-hoa." "Sun Li-hoa itu kan seorang wanita. Bukan kah engkau juga
seorang bujang perempuan " Mengapa engkau mempunyai
kekasih wanita ?" Pik giam makin heran.
' Goblok !" teriak kakek Kerbau Putih "aku bukan
perempuan tetapi seorang lelaki. Aku hanya menyaru menjadi
bujang perempuan saja."
'O." desuh Pik-giam. "lalu bagaimana kekasihmu bisa
berada disini ?" "Itulah yang akan kuselidiki." kata kakek Kerbau Putih, "aku
ketemu dia dijalan. Dia mengendarai kereta dengan seorang
lelaki menuju ke lembah ini".
Pik-giam garuk-gruk kepala. Tak habisnya heran nya
memikirkan keterangan bujang perempuan itu.
"Engkau tentu tak percaya kalau aku seorang lelaki. Nih.
lihatlah sendiri." habis berkata kakek Kerbau Putih terus
menyingkap kain hitam yang menutup hidung sampai ke
mulut. Dan tampaklah jenggotnya yang putih.
"Astaga i" seru Pik-giam, "jadi engkau ini seorang kakek
tua?" "Engkau kira bagaimana ?"
"Tetapi mengapa engkau mernpunyai seorang kekasih
bernama Sun Li-hoa " Tentu dia seorang nona yang masih
muda, bukan ?" tanya Pik-giam.
"Ya. memang kekasihku ita seorang nona muda yang
cantik, anak tihu juga." kata kakek Kerbau Putih dengan
bangga. "Sudahlah paman" kata Pik-giam mari kita cepat bekerja
Bagaimana kita kerjakan nona itu?"
Kakek Kerbau Putih berdiam diri. Rupanya ia sedang cari
akal bagaimana harus menyelesaikan San-hoa. Jika dibunuh,
memang ia tak sampai hati. Tetapi kalau dibiarkan begitu saja,
nona Hu tentu tak kapok dan tentu masih melanjutkan
pekerjaannya menculik pemuda untuk diajak bersenangsenang.
"O. kita buat saja supaya dia jangan cantik Tetapi bagi
mana caranya ?" kata kakek itu,
"Ada !" tiba-tiba pula Pik-giam berseru lalu lari menghampiri
ketempat San-hoa yang masih pingsan. ia mengambil pedang.
lalu dicukurnya rambut itu sampai kelimis,
"Hai. mengapa engkau melakukan begitu " apakah engkau
menghendaki supaya dia menjadi nikoh ?" seru kakek Kerbau
Putih. "Kalau dia insyaf dan mau jadi rahib, itu memang bagus
sekali" kala Pik-giam. "tetapi kalau tidak mau sekurang
kurangnya dalam waktu beberapa lama Ini dia tentu malu
keluar rnencari korban"
"Ah. tetapi engkau kejam sekali. Masak seorang nona yang
cantik engkau cukur rambutnya begitu rupa ?" gumam kakek
Kerbau Putih. "Nona seperti dia pantasnya dilenyapkan dari dunia, Kalau
hanya kehilangan rambutnya saja masih murah." jawab Pikgiam.
Kakek Kerbau Putih anggap omongan pemuda itu memang
benar. "Hayo. sekarang kita keluar mencari kawan ku yang sedang
melayani nona lain." kata kakek Kerbau Putih terus
melangkah keluar dan kamar Tetapi tiba-tiba ia berhenti dan
berpaling : "Hai. tetapi engkau bagaimana ?"
"Apanya yang bagaimana ?" tanva Pik giam
"Aku sih menyaru jadi bujang perempuan! Anak buah Partai
Melati tentu tak curiga. Tetapi engkau . . " sambil berkata
kakek Kerbau Putih masuk, ke dalam kamar.
Keduanya segera, rnerundingkan cara bagaimana akan
keluar untuk mencari si Bloon dan kakek Lo Kun
Biarlah mereka berunding. sekarang marilah kita ikuti
dahulu kakek Lo Kun yang mengantar arak bersama Blo"on.
Ketika tiba disebuah kamar, mereka mendengar suara
seorang nona tertawa dingin.
"Nah, biarlah aku saja yang masuk dan engkau carilah lagi
kamar yang ada nonanya" kata kakek Lo Kun terus dia
mengetuk pintu. Blo"on terkejut, dan bergegas-gegas
melanjutkan perjalanan kesebelah muka.
"Siapa "." seru seorang nona dengan nada geram.
"Bujang Bwe yang akan mengantar arak untuk nona." kata
kakek Lo Kun dengan berusaha untuk memperkecilkan nada
suaranya. "Masuk !" seru nona itu pula dengau nada galak.
"Tetapi pintunya masih terkunci," kata kakek Lo Kun.
"Goblok" damprat nona itu. "putar saja tombolnya tentu
pintu sudah terbuka !"
Kakek Lo kun heran mengapa nona itu marah-marah.
Namun ia melakukan juga perintah itu, Setelah pintu terbuka,
iapun melangkah masuk. "Taruh di meja" kembali nona itu berseru ketus
Kakek Lo Kun mengiakan lalu menghampiri rneja dan
menaruhkan penampan hidangan arak di atas meja.
Ternyata didekat meja itu terdapat seorang imam tua yang
duduk di sebuah kursi. Imam itu mengenakan jubah dengan
lukisan pat-kwa, Begitu juga topinya. Walaupun sudah tua
tetapi imam masih gagah. Melihat Lo Kun. imam tua itu
memandangnya dengan terlogong-longong heran Karena di
pandang, kakek Lo Kunpun balas memandang. Ketika beradu
pandang, keduanya sama terbeliak kaget
"Ini si imam tua yang kulihat dalam kuil beberapa hari yang
lalu." gumam Kakek Lo Kun dalam hati.
"Ih. ini kan seperti patung yang terdapat dalam kuil di
lereng gunung itu " Aneh. mengapa patung bisa menjadi
manusia hidup dan berganti jadi perempuan ?" diam-diam
imam tua itupun berkata dalam hatinya.
Memang imam tua itu bukan lain ialah Soh Hun ki su atau
pertapa Pencabut Nyawa yang bersama-sama Bok Jiang guru
silat di kantor tihu dan pemuda cakap she Liok. hendak
mencari putera tihu yang diculik gerombolan Partai Melati.
Rupanya gerak gerik kedua orang itu diperhatikan sinona
cantik. Nona itu ialah Ong Hun-hun murid angkatan kedua dari
Dewi Melati. Dia sebenarnya vang menculik putera tihu tetapi
San-hoa hanya menghadiahi dia dengan seorang pertapa tua.
Sedang putera tihu itu dimonopoli olen San-hoa sendiri. Sudah
tentu Hun hun tak puas. Apalagi ketika melihat imam itu
sudah tua, bermuka menyeramkan.
"Bibi Bwe,' seru hun hun kepada kakek lo Kun. "mengapa
suaramu-berobah kecil ?"
Lo Kun gelagapan. Ia membuat nada suaranya kecil agar
disangka seorang perempuan, tidak tahunya malah
menimbulkan pertanyaan nona Itu
"Sial" gumam Kakek Lo Kun dalam hati. Lalu memberi
alasan kalau dirinya malam itu agak masuk angin. .
"Tetapi dengan nada besar akupun bisa ju> f>a" kata
kakek Lo Kun dcligan menggunakan nada suaranya sendiri
yang aseli. "Ih. bibt Bwe, sekarang engkau bertambah ["enit ya ?" kata
Hun-hun. Kakek Lo Kun menveringai : "Ai, nona ini mengapa suka
mengolok-olok saja ?"
"Kalau tidak, mengapa jalanmu bergoyang kibul seperti
bebek (itik) ?" "Celaka" keluh kakek Lo Kun dalam rafi, "masakan jalanku
benar-benar seperti bebek berjalan "'
"Ah. telapak kakiku yang kanan memijak api maka aku
terpaksa berjalan setengah pincang" masih kakek itu dapat
mencari alasan. "O, mengapa sekarang engkau memakai kerudung segala
macam ?" tanya pula Hun-hun.
"Ai, nona. orang sudah tua, aku takut masuk angin maka
kain kerudung ini untuk penutup mulut jangan sampai
kemasukan angin" kata kakek Lo Kun dengan terbawa
terpaksa walaupun hatinya mendongkol sekali.
Kata pula Huo-hun : "Tetapi memang malam ini engkau
tampak beda dengan hari-hari yang lalu. Tambah cantik
tambah genit." "Ah. jangan suka mengolok-olok orangtua. Nona besok juga
akan jadi tua," kata kakek Lo Kun agak kurang senang.
"Siapa mengolokmu ?" bantah Hun-hun "buktinya, imam
tua itu memandangmu dengan pandang mata yang mesra, hi,
hi . . " "Dia ?" kakek Lo Kun gelagapan. Hampir saja ia
mengatakan kalau sudah pernah melihat imam itu di dalam
kuil gunun, Tetapi untunglah pikirannya yang terang,
mencegahnya. "Ya. masa engkau tak merasa ?" kata sinona pula
"Lalu maksud nona ?"
"Kalau orang memandang begitu rupa. tandanya ada hati.
bibi Hwe" "Masya Allah " seru kakek Lo Kun, "dia suka kepadaku " Ah,
dunia akan kiamat. Kalau matahari terbit dari sebelah barat,
barulah hal itu kan terjadi'
"Engkau tak percaya ?" seru Hun-hun.
"Sudah tentu tidak sama sekali" bantah Lo Kun. "masakan
rnendapat hidangan seorang nona semuda dan secantik nona,
dia tak mau tetapi malah mau mencari bebek tua yang sudah
alot dagingnva begini !"
"Jangan bilang begitu, bibi Bwe." kata Bau hun pula. "tanda
jodohnya muda yang tua sama tua. Mungkin dia anggap, aku
masih terlalu muda pantas menjadi cucunya maka dia tak
suka. Tetapi engkau, bibi. memang tepat sekali menjadi
isternya. Itulah sebabnya dia lebih memperhatikan engkau
dari pada diriku," "Tidak ! Tidak!" teriak kakek Lo Kyn yang sudah Lupa untuk
memperkecil nada suaranya dan menggunakan suaranya
sendiri yang aseli. "setiap lelaki betapapun tuanya tentu lebih
suka mendapat wanita yang masih muda, syukur masih gadis"
"Engkau tak percaya, bibi ?"
"Tidak " "Hm. mari kita tanya saja kepadanya. Dia suka siapa." kata
Hun-hun. "tetapi kalau dia menyatakan suka kepadamu,
engkau harus mau mengganti tempatku. Engkau harus
menemaninya disini, bibi Hwe."
"Eh. ah . . . tetapi nona hendak kemana ?" Kakek Lo Kun
gelagapan. "Tidur kekamar sendiri." sahut Hun-hun. "dan besok pagi
apabila ditanya San-hoa toa-suci Jangan engkau bilang kalau
engkau malam ini menggantikan tempatku menemani imam
itu," "Tetapi ..." "Sudahlah, bibi Bwe. Engkau tolongi aku malam ini, besok
kuberikan persen yang banyak."
"Tetapi kalau imam itu tak mau, bagaimana?"
"Mari kita tanya." kata Hun-hun lalu mengajak kakek Lo Kun
menghampiri kehadapan Soh Hun Kisu.
"Totiang." seru Hun-hun, "malam ini sebenarnya totiang
diberi kesempatan untuk bersenang-senang menikmati
keistimewaan sorga lembah Melati, akulah yang ditugaskan
untuk menemani totiang malam ini. Tetapi totiang , . . "
"Tetapi bagaimana ?" seru Soh Hun kisu. Hun-hun
mendekati kesamping pertapa itu lalu membisiki beberapa
patah kata kedekat telinganya.
"Itulah sebabnya, karena malam ini diri kotor, aku tak dapat
menemani totiang. " kata Hun-hun. Tetapi nona itu
menggunakan ilmu menyusup suara Coan-bi-jip-hun. sehingga
hanya bibirnya saja yang bergerak-gerak tetapi tak
terdengaran suaranya. Begitu pula yang dapat menangkap
hanya Soh Hun kisu. sedang kakek Lo Kun tak dapat
mendengar apa-apa. "Totiang," tiba-tiba Hun-hun berseru dengan suara biasa
iagi, "cobalah totiang memilih siapa yang harus menemani
totiang malam ini. Aku tau bibi Bwe ini "'
Soh Hun kisu muak dengan sikap nona itu. Sebenarnya ia
bermaksud hendak menangkapnya tetapi kalah dulu. la telah
ditutuk jalan darah lalu ditabur dengan bebauan wangi yang


Pendekar Bloon Karya S D Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merangsang nafsu. Tetapi setelah nona itu mengatakan kalau malam itu dirinya
sedang kotor, lenyaplah nafsu pertapa itu." kemudian ia
memandang kakek Lo kun. Teringatlah seketika ia akan
patung yang berada dalam kuil. Timbul pikiraanya untuk
menyelidiki diri perempuan tua itu.
"Hm, pokoknya wanita, kalau engkau memang tidak bisa,
diapun boleh saja, Malam ini aku lelah hendak kusuruhnya
memijati kakiku" kata imam tua.
'Terserah," kata Hun-hun. pokoknya malam ini engkau
boleh menyuruhnya apa saja."
Kemudian nona itu berpaling kepada kakek lo Kun dan
membisiknya : "Ingat, jangan bilang pada toa-suci San-hoa
besok kuberimu persen." habis berkata ia terus melangkah
keluar. Sekarang hanya tinggal kakek Lo Kun bersama pertapa Soh
Hun ki-su Keduanya saling berpandangan mata.
"Hai. bukankah engkau yang jadi patung dalam kuil dilereng
gunung itu ?"' tegur Soh Hun kisu
"Aku manusia bukan patung" sahut kakek Lo kun.
Ya, sekarang ini" kata Soh Hun kisu. tetapi malam itu
engkau jadi patung dalam kuil "
"Mengapa engkau mengatakan begitu ?"
"Karena aku tahu sendiri."
"O, apakah engkau imam yang makan bak pau di kuil
gunung itu ?" tiba-tiba kakek Lo Kunpun teringat juga,
"Benar, kalau begitu engkau ini benar patung itu." seru Soh
Hun kisu "tetapi mengapa engkau jadi manusia ?"
"Ya, aku memang manusia hidup tetapi itu waktu aku
memang harus jadi patung dulu."
"Mengapa ?" "Karena kalian bertiga dalang, aku kuatir kalau kalian ini
bangsa penjahat maka terpaksa menjadi patung." Lo Kun
menerangkan dengan sejujurnya setelah tahu bahwa imam itu
bukan bukan penjahat. "Tetapi engkau ini laki atau perempuan!" tanya pula Soh
Hun ki-su. "Gila. sudah tentu lelaki seperti engkau'
"Mengapa sekarang seperti orang perempuan.?"
"Stt. jangan keras kalau bicara," kata kakek Lo Kun lalu
berjalan keluar kamar. Sejenak kemudian ia masuk kembali
"aku terpaksa menjadi seorang bujang perempum disini agar
dapat menolong orang-orang yang ditawan. Eh. bagaimana
juga ditawan mereka '"
"Kami bertiga dijebak oleh mereka dikepung oleh barisan
nona-nona cantik anak buah Melati. Barisan mereka memang
hebat benar. Kami bertiga tak dapat memecahkan barisan itu
malah akhirnya dirubuhkan"
"Celaka, engkau kalah dengan anak-anak perempuan saja?"
tanya Kakek Lo Kun. "Ya. karena mereka menggunakan obat asap yang
membikin lemas tenaga. Pada saat pertempuran berlangsung
seru. beberapa nona itu menaburkan bubuk wangi yang
membuat kita pusing terus tubuh tak sadarkan diri. Setelah
sadar, tahu-tahu kita sudah ditawan disini"
"O, di manakah kedua orang kawanmu ?" tanya kakek Lo
Kun pula. ''Itulah yang akan kutanyakan kepadamu barangkali engkau
tahu" jawab imam Soh Hun kisu. "aku sendiri tak tahu
dimanakah mereka ditawan"
"Ya, memang merekapun mengalami nasib serupa dengan
engkau," kata kakek Lo Kun, "tetapi dua orang kawankupun
sedang mengantarkan arak ke tempat mereka."
"Bagaimana engkau tahu ?" tanya Soh Hun kisu heran.
Kakek Lo Kun lalu menuturkan pengalaman mereka selama
masuk ke markas Partai Melati.
'O. sungguh tas kukira, manusia-manusia patung seperti
kalian ternyata mampu keluar dari tawanan lalu bahkan
hendak menolong kami." kata Soh Hun ki-su memuji
'Sudahlah jangan banyak bicara," bentak kakek Lo Kun,
"sekarang kita masih berada dalam sarang harimau. Yang
perlu kita harus lekas cari daya bagaimana keluar dari sini"
Soh Hun kisu makin kagum terhadap kakek yang tampak
seperti orang tolol itu. Ia menyetujui
"Sekarang kita harus menolong kedua orang kawanku itu
dulu setelah itu baru kita beramai ramai menolong putera tihu
Kho kongcu," kata Soh Hun kisu.
"Ya." kata kakek Lo Kun.
Tetapi ketika Soh Hun kisu sudah melangkah keluar kakek
Lo Kun masih belum angkat kaki.
"Hai, mengapa engkau masih disitu ?" seru Soh Hun kisu.
"Yang penting aku harus menghabiskan arak ini. Sayang
kalau dibiarkan disini," kata kakek pendek itu seraya
menenggak dengan nikmat. Beberapa saat kemudian barulah kakek itu melangkah
keluar "Sebaiknya engkau berjalan di belakangku saja agar jangan
sampai ketahuan mereka" kata ka kek Lo Kun.
Soh Hun kisu terpaksa menurut. Mereka hendak mencari si
Blo'on, Baru beberipa langkah berjalan, mereka melihat
seorang bujang perempuan berjalan mendatangi.
"Celaka. itu bujang perempuan yang memerintah aku
mengantar arak. Hayo lekas kemba masuk kedalam kamar
saja" kata kakek Lo Kun seraya terus mendorong Son Hun Kisu
memasuki kamar lagi. "Mengapa ini ?" Soh Hun kisu tak habis heran "mengapa
engkau begitu ketakutan?"
"Dia datang kemari !"
"Siapa ?" Kakek Lo Kun lalu menerangkan bagaimana ia disuruh
bujang itu untuk mengantar arak. Kemudian dia membisiki Soh
Hun kisu bagaimana untuk menyiasati bujang itu nanti
Yang datang itu ternyata memang bujang yang menyuruh
kakek Lo Kun, kakek Kerbau Putih dan blo'on mengantar arak.
Nama bujang perempuan yang masih muda itu ialah Sui
Kiong, Biasanya dipanggil Kiong saja.
Begitu tiba di depan kamar, ia terus mengetuk pintu :
"Hayo. lekas buka pintu "
"Aduh ampun tuan . . " tiba-tiba terdengar suara orang
mengaduh kesakitan dari dalam kamar, suara seorang wanita.
Bluk. bluk . . "aduh. jangan, jangan tuan, Aku sudah kapok"
. . , terdengar suara pukulan dan rintihan seorang wanita.
Bujang Kiong mengetuk pintu lagi. Dan tak lama pintu
tampak dibuka, wajah kakek Lo Kun menonjol.
"Ci An, engkau di . , "
"Kurang ajar engkau" tiba-tiba Kakek Lo Kun menampar pipi
bujang itu. Bujang itu tak mengira akan diserang oleh bujang
perempuan tua itu Ia ter-huyung*.
"Ci Bwe !'" teriak bujang kiong "mengapa engkau
menampar aku?" "Mengapa tidak ?" bentak kakek Lo Kun "karena engkaulah
maka aku sampai dipukuli imam iblis itu " ,
"Mengapa ?" tanya pula bujang Kiong.
"Nona Hun tak mau meladeni imam tua itu dan suruh aku
yang melayani. Celaka, imam itu marah lalu menempeleng
aku." "Kenapa tak mau ?"
"Setan engkau !" bentak kakek Lo Kun "karena katanya aku
sudah tua. Dia minta yang muda"
"Ah, ci Bwe maafkan, tetapi aku tak sengaja" kata bujang
Kiong itu, "memang semula rencsnanya nona Hun-hun tidak
disini tetapi entah bagaimana nons Kim-lian telah ganti acara.
Dia tukar kamar dengan nona Hun hun,Tadi aku masuk
kekamar nona Lian dan terus disuruh keluar saja Mestinya
yang kucari adalah tempat nona Hun hun
"Setan." gum ?ni kakek Lo Kun, "lain kali engkau harus
hati-hati Kalau salah masuk tentunya engkau harus cepatcepat
keluar dan memberitahu aku. Masa begini, orang tua
suruh mewakili meladeni seorang imam tetapi malah
ditempeleng imam itu,"
'Sudahlah ci Bwc" bujang Kiong menghibur, "besok
kubelikan baju baru, Silahkan engkau kembali aku yang akan
meladeni imam itu." Kakek Lo Kun keluar tetapi dia masih berada diluar kamar
untuk mendengarkan yang terjadi didalam kamar itu.
"Ai, tuan, maafkan nonaku tadi." kata bujang Kiong. dengan
suara genit, "sebenarnya yang disuruh mengantar arak kemari
itu aku, tidak tahunya bujang perempuan itu lancang. Kalau
tuan marah itu memang sudah pantas. Masakan perempuan
se tua itu tak tahu diri mau meladeni tuan"
Soh Hun kisu hanya tertawa hambar.
"Apakah tuan masih marah kalau aku yang meladeni tuan?"
tanya bujang Kiong sembari maju menghampiri kemuka Soh
Hun kisu, "bukankah aku masih muda dan montok" Ah. tuan
belum tahu bagaimana rasanya, kuladeni. Kalau sudah tahu
hm, tuan tentu tak mau dengan nona-nona itu. Mereka hanya
cantik dan muda tetapi tak punya pengalaman. Beda dengan
aku tuan. Tanggung tuan nanti tentu puas betul."
Soh Hun kisu hanya tersenyum. Dan bujang Kiong semakin
berani, la maju merapat kemuka Soh Hun kisu, kemudian
terus berjongkok. "Ah. tuan tentu letih. Lepaskanlah sepatu mu dan silahkan
tuan tidur dipembaringan. Nanti ku pijati kaki tuan" kata
bujang Kiong seraya hendak melepas sepatu Soh Hun kisu.
"Siapa namamu ?" tanya Soh Hun kisu,
"Panggillah Kiong"
"O, bagus juga nama itu" kata Soh Hun Ki-su "apakah
engkau benar-benar pengalaman ?"
"Tanggung tuan" kata si Kiong makin genit. "buktikan
sendiri nanti, tuan pasti puas"
"Coba sekarang engkau lakukan cara bagaimana agar
nafsuku bangkit. Aku sudah tua. sudah tiada nafsu akan
wanita" kata imam tua itu.
"Jangan kuatir tuan" kata bujang Kiong, "tanggung tuan
akan bangkit dan perkasa seperti seekor singa kelaparan
nanti" "Hm, jangan omong besar dulu. Awas kalau engkau gagal,
engkau tentu kuhajar seperti perempuan tua itu !" bentak Soh
Hun kisu. Kiong tertawa genit, la lalu membuka bajunya pelahanlahan
setelah itu lalu celananya. Dengan gaya dan ulah yang
genit dan cabul, segera ia mulai melepaskan kancing
kutangnya. Satu demi satu dengan pelahan dan disertai lirikan
mata dan gerak yang cabul.
Bagaikan seorang penari strip-tease atau telanjang,
mulailah bujang Kiong mempertunjukkan keahliannya merayu
dan memikat perhatian Soh Hun kisu dengan gerak tarian
melepaskan pakaiannya. Beberapa saat kemudian tampaklah bujang itu dalam
keadaan telanjang bugil. Tetapi dilihatnya imam Soh Hun
masih tetap duduk dengan tenang.
'Tuan apakah tuan tak ingin menikmati tubuhku ini "
Silahkan. tuan, silahkan. Mau yang mana, gigitlah . . kecuplah
. . nikmatilah . . "
Bujang cabul itu makin merapatkan tubuhnya kehapanan
Soh Han ki-su. seolah-olah suatu penyerahan yang paserah.
"Jangan bergerak." Seru Soh Hun ki-su, "Ya tubuhmu
memang hebat. Pejamkanlah matamu biar aku dapat
menikmati dengan bebas, lekas "
Bujang itupun menurut saja. Ketika ia menutup mata, Soh
Kisah Bangsa Petualang 7 Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Pendekar Pemetik Harpa 18

Cari Blog Ini