Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 23
mereka pada angkat cawannya memberi selamat buat Wie Ci To
serta diri Ti Then. Tampak sambil tersenyum Wie Ci To berkata lagi.
"Loohu sudah pilihkan suatu hari yang baik uatuk perkawinan itu,
yaitu pada tanggal dua puluh delapan bulan depan, jaraknya dari ini
hari masih ada lima puluh hari!"
"Apakah perlu mengadakan perayaan dengan mengundang sanak
keluarga serta sahabat karib?" Tanya Shia Pek Tha."Sudah tentu!" "Kalau begitu kita harus segera membuat undangan untuk
disebarkan kepada semua teman kalau tidak bagaimana mungkin
para sahabat dan handai taulan bisa mengetahui waktunya?"
"Benar, perkataanmu sedikitpun tidak salah" Sahut Wie Ci To
sambil mengangguk. "Selesai bersantap cepatlah kalian membuat surat undangan
untuk kemudian segera disebarkan, dan sampaikan pula perintahku
bagi seluruh jagoan pedang merah yang masih berkelana di tempat
luaran untuk kembali ke benteng pada waktunya dan ikut di dalam
perayaan ini." "Terima perintah"
Sehabis bersantap Shia Pek Tha segera kembali kedalam
kamarnya untuk mulai menulis surat undangan.
Sebaliknya Ti Then seperti juga seorang tawanan yang baru saja
menerima keputusan hukuman mati, hatinya merasa amat murung.
Dengan perlahan dia mulai menjauhi orang-orang lain ustuk
kembali kedalam kamarnya dan termenung selama setengah harian
lamanya. tetapi sebentar kemudian satu ingatan sudah berkelebat
didalam benaknya baru saja dia meloncat bangun dengan wajah
yang kukuh mendadak pintu kamar sudah dibuka.
"Ti Kiauw-tauw selamat .... selamat untukmu.'" Seru Loo-cia itu si pelayan tua sambil tertawa ha haa-hihi.
Ti Then tertawa tawar dan tidak mengucapkan sepatah katapun,
dia lantas berjalan meninggalkan kamar menuju kekamar baca dari
Wie Ci To. Didalam hati dia sudah mengambil keputusan untuk membuka
seluruh rahasia hatinya dihadapan Wie Ci To, karena semakin lama
dia berpikir semakin terasa olehnya kalau dirinya tidak seharusnya
menerima perintah dari majikan patung emas untuk merusak nama
baik serta kesucian dari seorang nona.
Dengan langkah yang lebar dia berjalan menuju kedepan kamar
baca Wie Ci To lalu mulai mengetuk pintu.
"Siapa ?" Terdengar suara dari Wie Ci To berkumandang keluar
dari dalam kamar baca itu.
"Boanpwee adanya !"
"Silahkan masuk !".
Ti Then segera mendorong pintu itu ke samping lalu berjalan
masuk kedalam. Tidak! pada saat kaki kanannya mulai melangkah masuk kedalam
pintu kamar itulah mendadak dia dibuat benar2 tertegun.
Karena ada serentetan suara yang halus seperti suara nyamuk
bergema masuk kedalam telinganya:
"Ti Then ! Bilamana kau mengira aku tidak berani membunuh
mati mereka ayah beranak maka dugaanmu itu adalah salah
besar!". Orang yang mengirim suara itu tentu majikan patung emas
adanya. Ti Then segera merasakan hatinya berdebar keras, tanpa terasa
lagi kepalanya sudah menoleh memperhatikan keadaan disekeliling
tempat itu. Dia sangat mengharapkam bisa menemukan tempat
persembunyian majikan patung emas itu.
Didalam hati dia benar2 merasa sangat terkejut karena tidak
menduga majikan patung emas berani munculkan dirinya ditengah
siang hari bolong, diapun sama seka1i tidak mengira kalau pihak
lawan bisa mengerti apa yang sedang dipikirkan dihatinya.
Tetapi sewaktu dia menoleh dan memeriksa keadaan disekeliling
tempat itu apa pun tidak kelihatan. suasana disekitar tempat itu
amat sunyi sekali tidak tampak sesosok bayangan manusiapun.
"Ada urusan apa?" Terdengar Wie Ci To sudah membuka mulut
bertanya. Dengan ter-buru2 Ti Then berusaha untuk menenangkan hatinya
lalu melanjutkan langkahnya berjalan masuk kedalam kamar baca
tersebut. "Aaaah . . . tidak mengapa . .." jawabnya sambil sertawa paksa.
"Air mukamu rada tidak benar, apakah terlalu banyak minum
arak ?" "Benar. saudara2 pada memberi selamat kepadaku dengan arak
membuat boanpwee merasa rada tidak kuat."
"Ada perkataan yang hendak kau sampaikan?"
Dalam hati diam2 Ti Then menghela napas sedih, pikirnya;
"Tidak. tidak , , . . . Majikan patung emas benar2 mempunyai
kekuatan untuk membinasakan mereka ayah beranak, aku tidak
boleh mencari keselamatan buat diriku sendiri sebaliknya
mencelakai diri mereka berdua"
Pikiran ini dengan cepat berkelebat didalam benaknya dia lantas
menjawab dengan cepat: "Boanpwee ada satu urusan yang hendak minta bantuan dari
Gak-hu Thay jien" "Urusan apa ?" Tanya Wie Ci To keheranan.
"Suhu dari boanpwee Bu Beng Loojien walaupun jejaknya tidak
jelas tetapi boanpwee rasa adalah suatu keharusan bagiku untuk
berusaha mencari dapat dia orang tua dan memberi kabar
kepadanya akan berita baik ini"
"Baik . . baik . . bilamapa bukannya kau yang mengingatkan
Loohu sendiripun akan melakukan akan hal ini, cuma dunia
demikian luas entah harus kemana kita pergi untuk menemukan dia
orang tua dan menyampaikan kabar ini ?"
"Perkataan Gak-hu sedikitpun tidak salah, untuk menemukan dia
orang tua memang bukanlah satu pekerjaan yang gampang,
sekalipun misalnya berhasil juga kita menemukan dirinya, mau
datang atau tidak masih merupakan satu persoalan, boanpwee
cuma ingin menunjukkan sedikit rasa baktiku saja sebagai
muridnya." "Lalu Hian-say (menantu) bermaksud untuk berbuat apa ?" tanya
Wie Ci To kemudian. "Tempo hari setelah suhu menerima boanpwee sebagai muridnya
pernah membawa aku berpesiar ke gunung Lok san, terhadap
pemandangan disekitar tempat itu dia sangat tertarik, dia pernah
bilang lain kali mau mendirikan sebuah rumah didekat tempat itu
maka itulah ada kemungkinan di tempat tersebut kita bisa
menemukan dia orang tua"
"Jarak dari sini ke gunung Lok San sangat jauh sekali sedangkan
hari perkawinanmu dengan In-Jie pun sudah dekat, apalagi masih
ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, bilamana kau
bermaksud untuk pergi mencari sendiri loohu rasa "."
"Boanpwee tidak bermaksud untuk pergi mencari sendiri " ujar Ti Then dengan gugup.
"Kalau tidak apakah Hian-Say bermaksud minta loohu kirimkan
seseorang untuk mewakili dirimu pergi mencari ?"
"Benar, tetapi tidak usah khusus kirim seseorang, asalkan Gak-hu
ada teman yang tinggal disekitar gunung Lok San maka sewaktu
membagi undangan sekalian suruh saudara itu pergi keatas gunung
untuk mencari-cari atau meninggalkan tulisan diatas puncak,
dengan berbuat demikian entah berhasil menemukan dia orang tua
atau tidak hati boanpwee pun sudah rada lega".
"Baiklah, kalau memangnya begitu kau pergilah kekamar Pek Tha
yang lagi menulis undangan, katakan kepadanya sewaktu mengirim
undangan buat "Auh in Suseng" Han Tiong Thian di gunuog Lok San sekalian perintah saudara yang menyampaikan undangan itu untuk
pergi keatas puncak gunung mencari cari jejak dari Suhumu " kata
Wie Ci To kemudian. Ti Then segera bungkukkan badannya menjura.
"Baiklah, terima kasih atas perhatian dari Gak-hu" Sahutnya.
Selesai berkata dia segera mengundurkan dirinya dari dalam
kamar baca itu. Sewaktu memasuki kamar baca tadi dia sebetulnya ber-siap2
untuk membuka rahasia dimana dia menerima perintah dari majikan
patung emas untuk melaksanakan segala sesuatunya. Tetapi setelah
mtndapatkan peringatan dari majikan patung emas yang mendadak
itu mcmbuat keberanian yang sudah muncul dihatinya seketika itu
juga hancur lumur kembali.
"Dia tahu demi suksesnya tujuan yang diharapkan majikan
patung emas sudah membuang banyak waktu dan tenaga, bilamana
dirinya bermaksud hendak merusak rencananya yang sudah hampir
mencapai keberhasilan itu didalam keadaan gusar ada kemungkinan
dia dapat melaksanakan ancamannya itu.
Karena itulah demi untuk melindungi keselamatan dari Wie Ci To
berdua terpaksa dia melenyapkan kembali maksud hatinya dan
sengaja mengarangkan satu alasan hendak mencari suhunya untuk
menutupi maksud yang sebetulnya.
Tetapi pada saat ini hatinya benar-benar merasa sangat
menderita karena undangan saat ini mau dibagikan.
Bilamana dia tidak membuka rahasia ini pada waktu sekarang
maka begitu undangan tersebut dibagikan maka keadaan sudah
terlambat. Dengan hati murung dia berjalan menuju ke kamarnya Shia Pek
Tha, tampaklah pada saat itu Shia Pek Tha lagi menulis undangan
dengan repotnya. Sambil tertawa dia lantas maju kedepan menghampiri dirinya.
"Pek Tha heng," Tegurnya. "Buat apa kau begitu terburu-buru."
"Ti Ktauw-tauw apa tidak merasa terburu-buru?" goda Shia Pek
Tha sambil tertawa. "Siauwte sedikitpun tidak merasa ter-buru2 !"
"Haaa . . haaa . . . bilamana perkataanmu ini sampai didengar
oleh nona- dia pasti tidak akan mengampuni dirimu." Seru Shia Pek
Tha sambil tertawa ter-bahak2.
Ti Then pun tertawa, dia segera mengambil selembar undangan
dan dilihatnya sekejap. "Sebenarnya kita mau mengundang beberapa orang sahabat?"
tanyanya. "Kawan karib dari Benteng kami seluruhnya ada tiga ratus orang,
ditambah dengan kawan2 karib Ti Kiauw-tauw aku rasa kali ini tentu
akan ramai sekali." "Walaupun Siauw-te juga ada beberapa orang kawan karib tetapi
jejak mereka tidak menentu, sulit untuk mencari mereka itu " kata
Ti Then perlahan. "Apa Ti Kiauw-tauw tidak bermaksud untuk mengundang mereka
ikut minum arak kegiraaganmu ?" tanya Shia Pek Tha keheranan.
"Benar, cuma ada seorang yang harus diundang, cuma saja aku
takut orang ini pun sulit untuk ditemukan .... diantara nama2 yang
diundang apakah Pek Tha-heng mengikut sertakan juga "Auh Ih
Suseng" Han Tiong Thian yang tinggal digununc Lok San !"
Shia Pek Tha segera memeriksa sebentar daftar yang ada dimeja,
setelah itu dia baru mengangguk.
"Ada, orang ini juga merupakan sahabat dari Benteng kami,
apakah Ti Kiauw tauw mempunyai hubungan persababataa dengan
orang ini ?" "Yang hendak Siauw-te undang bukan dia melainkan suhuku Bu
Beng Loojien dia orang tua ada kemungkinan sudah menetap diatas
puncak gunung Lok San. baru saja Siauw-te melaporkan hal ini
kepada Poocu. Sekarang Siauw-te sangat mengharapkan agar Pek
Tha-heng suka memberi tugas kepada saudara yang mengantarkan
undangan bagi Auh In Suseng Han Tiong Thian ini untuk sekalian
menaiki puncak Lok san mencari tahu jejak dan suhuku, bilamana
tidak menemukan dia disana maka tolong disuruh dia meninggalkan
pesan di atas puncak itu katakan saja tanggal serta hari dimana
siauw-te serta nona Wie akan menikah.
Dengan berbuat demikian maka hati siauw-te baru bisa merasa
rada lega." "Baiklah" sahut Shia Pek Tha dengan girang. "Undangan besok
akan mulai dibagi, nanti biarlah aku suruh seorang saudara pergi
menghadapi Ti Kiauw tauw, waktu itu Ti Kiauw tauw bisa berikan
sedikit keterangan tentang bentuk wajah serta perawakan badan
suhumu kepadanya, dengan demikian dia baru bisa mengenali
suhumu itu" "Baiklah, kali ini harus membuat undangan tentu bakal
merepotkan banyak saudara bukan ?"
"Tidak seberapa banyak, cukup kirim dua puluh orang saja."
"Betul," Seru Ti Then setuju. "Menurut apa yang aku dengar
para jago pedaog merah yang mau keluar Benteng atau kembali
kedalam benteng tentu mencatatkan tanggal terlebih dahulu di
tempat Pek Tha-heng sini, apakah sungguh-sungguh ada urusan
lain ?" "Ada, Waktu keluar benteng serta tempat yang hendak dituju
semuanya dicatat jelas-jelas agar dikemudian hari bilamana ada
urusan bisa menemukannya kembaii dengan gampang."
"Buku catatan tersebut entah dapatkah siauw-te melihatnya
sebentar ?" "Sudah tentu boleh." Jawab Shia Pek Tha tertawa. "Kini Ti Kiauw
tauw sudah menjadi menantu dari Poocu kami, kenapa kau malah
berlaku begitu sungkan2 ?"
"Sehabis berkata dia segera membuka lacinya dan mengambil
keluar sejilid buku yang tebal kemudian diangsurkan kepada diri Ti
Then. Ti Then lantas menyambut buku itu dan mencari sebuah kursi
didalam kamar untuk mulai membuka setiap lembar dengao teliti.
Apa yang sedang dicari dari kitab tersebut "
Kiranya secara mendadak dia teringat kembali akan diri pemuda
berkerudung yang mendapat perintah dari majikan patung emas
untuk mengawasi gerak geriknya itu, dia memastikan kalau pemuda
berkeruduug itu pastilah salah satu dari pendekar pedang merah
dari Benteng Pek Kiam Poo karena itu dia bermaksud untuk mencari
tahu dirinya. Dengan mengikuti tanggai dimana dirinya meninggalkan Benteng
menuju ke gunung Cun san untuk mencari Cu Kiam Loojien akhirnya
dia berhasil menemukan kalau semuanya ada tiga orang pendekar
pedang merah yang ber-sama2 dengan dirinya meninggalkan
Benteng. Ketiga orang itu adalah Thio Yen Hoat, Fang Loo Tek serta Ie Si
Kuang. Sekalipun sejak memasuki Benteng sampai sekarang cuma ada
tujuh delapan bulan saja tetapi terhadap setiap pendekar pedang
merah yang ada didalam Benteng dia tidak dapat meng-ingat2nya
satu persatu. "Pek Tha-heng!" ujarnya kemudian sambi1 dongakkan kepalanya.
"Diantara pendekar pedang merah yang ada didalam Benteng kita
ada siapa yang usianya paling muda ?"
Shia Pek Tha menghentikan menulisnya dan berpikir sebentar,
beberapa saat kemudian dia baru menjawab :
"Usianya yang paling muda adalah Yuen Cia Nian, tahun ini dia
baru berusia dua puluh empat tahun",
"Yang keiua ?".
Yang kcdua adalah Pang Loo Tek, tahun ini dia berusia dua puluh
enam tahun, kecuali dua orang ini lainnya sudah berusia diantara
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiga puluh tahun keatas. Ti Kiauw-tauw buat apa kau menanyakan
persoalan ini ?". "Aaah . . . , tidak mengapa. apakah saat ini Yuen Cia Nan serta
Pang Loo Tek ada didalam benteng?".
"Tidak ada, mereka lagi kembali ke rumah untuk menjenguk
orang tuanya tetapi beberapa hari kemudian ada kemungkinan
mereka akan kembali lagi kedalam Benteng".
"Mereka masuk ke dalam Benteng sudah ada berapa tahun
lamanya ?" tanya Ti Then lagi.
"Yuen Cia Nian masuk kedalam Benteng sewaktu berusia dua
belas tahun. Poo cu yang melihat tulang serta bakatnya amat bagus
bahkan memiliki kecerdikan yang luar biasa maka sengaja
mendatangi orang tua mereka untuk mengangkat dia orang jadi
murid. Sedangkan Pang Loo Tek masuk kedalam Benteng sewaktu
berusia lima belas tahun, dia masuk dengan perantara orang lain".
"Siapakah perantaranya?" Tanya Ti Then mendesak.
"Cui Toojien dari gunung Cing Shia!".
Ti Then segera merasakan dugaannya tidak mungkin bisa terjadi,
majikan patung emas tidak mungkin menyelundupkan orang2nya
sejak sebelas, dua belas tahun yang lalu karenanya dia lantas Yuen
serta Pang dua orang bukanlah orang yang patut dicurigai.
Dia segera bangkit berdiri dan mengembalikan kitab tersebut
kepada diri Shia Pek Tha.
"Tidak mengganggu lebih lama lagi, siauw-te mau kembali
kekamar untuk beristirahat nanti?"
Baru saja berbicara sampai disini tampaklah seorang pendekar
pedang merah yang berjulukkan sebagai Liong Cau Kiam Khek atau
si jagoan pedaog cakar naga Sun Thian Jiu berjalan masuk kedalam
kamar. "Aaaah " sungguh kebetulan sekali.." Seru Shia Pek Tha dengan
cepat, "Ti Kiauw tauw harap tunggu sebentar, cayhe memang ada
bermaksud untuk meminta bantuan dari Thian Jiu heng untuk pergi
satu kali ke gunung Lok San, kini Ti Kiauw tauw boleh menjelaskan
bagaimana bentuk wajah serta perawakan badan dari suhumu
kepada Ihian Jiu heng sehingga dia bisa sedikit memahami."
"Eeeei ada urusan apa ?" tanya si jago pedang cakar naga ini
melengak. Shia Pek Tha segera menceritakan maksud Ti-Then untuk
mencari dapat suhunya Bu Beng Loojien untuk ikut merayakan
perkawinannya ini, akhirnya dia menambahkan :
"Ti Kiauw tauw merasa ada kemungkinan suhunya tinggal
disekitar puncak gunung Lok san. maka itu cayhe punya maksud
untuk meminta bantuan Thian Jiu heng, agar bsrtanggung jawab
didaiam penyebaran undangan kawan2 yang ada di sekitar daerah
Kan Cing, dan sekalian harap Thian Jiu heng suka pergi ke puncak
gunung Lok san untuk mencari jejak dari Bu Beng Loojien."
"Baik, akan cayhe lakukan dengan senang hati" sahut Sun Thian
Jiu dengan hati girang. "Bilamana tidak menemukan dia orang tua maka harap Thian Jiuheng suka meninggalkan beberapa patah tulisan di suatu tempat
yang mencolok di atas puncak gunung Lok San itu, tulis saja kalau
siauw-te mengundang dia orang tua untuk dating ke Benteng Pek
Kiam Poo mengikuti perayaan perkawinan siauw-te.."
"Ti Kiauwtauw, bagaimanakah bentuk wajah dari suhumu?"
Ti Then segera menerangkan bagaimanakah bentuk wajah dari
suhunya Bu Beng Loojien, setelah itu dia baru meninggalkan kamar
dari Shia Pek Tha. Baru saja berjalan keluar dari dalam kamar itu mendadak
tampaklah pelayan dari Wie Lian In, itu si budak Cun Lan sudah
berjalan mendatang. "Cun Lan, ada urusan apa?" tanyanya kemudian sambil
menghentikan langkahnya. "Siocia mengundang Ti Kiauwtauw untuk bertemu muka di dalam
kebun, katanya ada urusan yang hendak dirundingkan dengan diri
Ti Kiauw-tauw" jawab Cun Lan sambil memberi hormat.
"Kenapa tidak melihat dia munculkan dirinya?" tanya Ti Then lagi sambil tertawa.
Cun Lan segera menutup mulutnya menahan rasa geli di hatinya.
"Nona kami takut malu, dia tidak berani keluar sendiri.."
Ti Then segera tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju
kearah kebun. xxxxx Didalam sekejap saja sebulan sudah lewat dengan cepatnya,
jarak dengan waktu perkawinan Ti Then pun tinggal dua puluh hari
lagi. Pagi itu sewaktu Wie Ci To serta Ti Then sedang ada ditengah
lapangan latihan silat memberi petunjuk para pendekar pedang
hitam dan putih berlatih silat, mendadak terlihatlah seorang
pendekar pedang hitam lari masuk dengan tergesa2 lalu memberi
hormat didepan Wie Ci To.
"Lapor Poocu, Ciangbunjien dari Siauw lim pay. Bu tong pay,
Kun-lun pay serra Tiang Pek pay datang menyambangi!"
Mendengar laporan tersebut air muka Wie Ci To segera
terlintaslah satu perasaan keheranan.
"Iih . . . bagaimana mungkin mereka dapat datang dengan begitu
cepat ?". "Benar, para pendekar pedang yang dikirim untuk menyebar
undangan pun belum kembali, bagaimana mungkin tetamu yang
hendak memberi selamat sudah datang dua puluh hari lebih pagi?"
Ti Tnen pun merasakan didalam urusan ini ada hal2 yang tidak
beres. "Apakah keempat orang ciangbunjin ini datang untuk memberi
selamat ?" serunya. Sepasang mata Wie Ci To berkedip2 lalu sambil mengulapkan
tangannya dia berseru: "Ayoh jaian kita pergi menyambut kedatangannya !".
Mereka berdua dengan tergesa-gesa berjalan keluar dari benteng
terlihatlah Yuen Kuang taysu itu ciangbunjin dari Siauw lim pay
beserta Leng Cing Ceng jien dari Bu-tong Pay, Kiem Cong Loojien dari Kun lun pay serta sekuntum bunga Bwee Mong Yong Sian Kauw
dari Tiang Pek pay sedang berdiri didepan pintu benteng.
Wie Ci To segers maju kedepan menyambut.
"Tidak mengetahui kunjungan dari empat orang ciangbunjin,
maaf loohu tidak menyambut dari jauh . . maaaf , maaf , ,"
Yuen Kuang Thaysu segera merangkap tangannya membalas
hormat. "Kunjungan secara tidak sengaja, masih mengharapkan Wie
Loosicu jangan marah"
"Aaa , mana . mana, Ciangbunjin berempat silahkan masuk" ujar
Wie Ci To kembali. Sehabis berkata dia segera miringkan badannya kesamping
mempersilahkan tetamunya untuk masuk,
Keempat orang ciangbunjin dari Siauw lim pay, Butong pay, Kun
lun pay serta Tiang Pek pay sembari tersenyum segera bersamasama jalan masuk kedalam benteng.
Setelah masing-masing dipersilahkan duduk di dalam ruangan
tamu, Ti Then baru maju kedepan menghunjuk hormat.
Dengan pandangan yang amat teliti Leng Cing Ceng jien
memperhatikan seluruh tubuh Ti Then dari atas kebawah, setelah
itu sambil tartawa ujarnya.
"Diakah Kiauw tauw dari Benteng Pek Kiam Poo, si pendekar baju
hitam Ti Then, Ti Siauw sicu ?"
"Benar" sahut Wie Ci To sambil tersenyum pula.
"Tampan, cerdik, bersemangat dan gagah sekali, sungguh
merupakan orang pilihan" puji Leng Cing Ceng jien tiada hentinya,
"Apakah Ciangbunjien berempat sudah menerima undangan yang
kami bagikan" " tanya Wie Ci To kemudian sambil tertawa.
Ciangbuojin dari Bu tong Pay, Leng Cing Ceng jien kelihatan rada
tertawa, "Undangan apa ?" balik tanyanya.
Wie Ci To segera menuding kearah diri Ti Then.
"Aku orang She Wie sudah menjodohkan Siauw li Lian In
kepadanya, dan hendak mengawinkan mereka pada tanggal dua
puluh delapan bulan ini undangan yang aku orang She Wie kirimkan
pada sebulan yang lalu apakah ciangbunjien berempat belum
menerimanya?" "Tidak! " Sahut Leng Cing Ceng-jien dengan terperanjat. "Pada sebulan yang lalu Pinto sudah turun gunung, tentu undangan itu
tiba sewaktu Pinto baru saja turun gunung . . . hal ini sungguh
kebetulan sekali" "Tidak salah!" Sambung Kiem Cong Loojien dari Kun-lun Pay
sambil tertawa. "Kedatangan kita kali ini sungguh kebetulan sekali
haaa , . . haaa . . . aku bisa mencicipi arak kegirangan itu."
"Kalau memangnya ciangbnnjien berempat tidak mengetahui
akan urusan ini maka kedatangan kalian ini hari entah ada arusan
apa" " tanya Wie Ci To kemudian,
Air muka Yuen Kuang thaysu dari Siauw-lim Pay segera berubah
serius. "Sebelum menyelesaikan persoalan ini Pinceng dengan
memberanikan diri hendak menanyakan beberapa persoalan kepada
diri Wie Loo-sicu ". katanya.
"Ciangbunjien ada petunjuk apa?" tanya Wie Ci To sembari
memandang tajam wajahnya.
"Pada sebulan yang lalu apakah Wie Loo Sicu pernah ber-sama2
dengan Ti Siauw Sicu pergi mengunjungi perkampungan Thiat Kiam
San cung?". "Aaaa . . . bagaimana ciangbun thaysu bisa mengetahui akan
urusan ini ?" Tanya Wie Ci To melengak.
Yuen Kuang Thaysu segera tersenyum, "Dapatkah Wie Loo sicu
memberikan jawaban atas pertanyaan dari pinceng ini ?"
Wie Ci To termenung beberapa saat, akhirnya dia mengangguk.
"Pernah!" jawabnya.
"Ada urusan apa kalian berdua pergi ke perkampungan Thiat
Kiam San Cung?" tanya Yuen Kuang Thaysu lagi.
Wie Ci To segera mengerutkan alisnya rapat2. Tetapi dengan
ramahnya dia tetap tersenyum.
"Bilamana ciangbun thaysu ada beberapa persoalan yang
mencurigakan hatimu kenapa tidak ditanyakan secara terus terang
saja?". Wajah Yuen Kuang Thaysu berubah semakin serius lagi,
"Ada orang yang melaporkan kepada pinceng berempat dan
minta peradilan kepada kami katanya Wie Loosicu ber-sama2
dengan Nyio Sam Pak dari perkampungan Thiat Kiam San Cung
telah membunuh seseorang untuk merebut harta kekayaannya"
ujarnya setelah berdiam beberapa saat lamanya.
Wie Ci To jadi tertegun, tapi sebentar kemudian dia sudah
tertawa terbahak-bahak dengan gusarnya.
"Sungguh berarti .... sungguh berarti. tolong tanya siapakah
orang yang sudah melaporkan urusan ini kepada kalian?"
"Si pembesar kota Cuo It Sian."
Air muka Wie Ci To seketika itu juga membeku, sepasang
matanya terbelalak besar;
"Apa " Cuo It Sian, ?" tanyanya keras-keras.
"Tidak salah." "Kapan dia pernah pergi ketempat ciangbunjin berempat untuk
mengadukan persoalan ini ?" tanya Wie Ci To dengan rasa
keheranan. "Kurang lebih pada empat bulan yang lalu mendadak dia
munculkan dirinya di kuil Siauw lim si dan menyerahkan sepucuk
surat kepada pinceng dia memesan wanti2 kepada pinceng katanya
surat itu baru boleh dibuka setelah mendengar berita tentang dia
terbunuh, didalam surat itulah dia menuliskan siapakah yang sudah
membunuh dirinya," Berbicara sampai disini dia segera menuding kearah Leng Cing
Ceng jien, Kiem Cong Loojin serta si sekuntum bunga Bwee Mong
Yong Sian Kauw lalu sambungnya lagi:
"Mereka bertigapun saling susul menyusul memperoleh sepucuk
suratnya, dia minta surat itu disimpan terus hingga ada kabar yang
mengatakan dia sudah mati, saat itu dia minta kami membaca isi
suratnya itu dan mengajukan tuntutan"
"Satu bulan yang lalu", sambung Leng Cing Ceng jien kemudian,
"seorang pelayan dari Cuo It Sian datang ke kuilku, sambil menangis
dia melaporkan akan kematian majikannya diatas perkampungan
Thiat Kiam san Cung dia bilang simpanan uang dari Cuo Loosicu
yang disimpan diperbagai gudang uang sudah diambil oleh
seseorang sehingga habis dan uang itu lima puluh laksa tahil
banyaknya setelah pinto mendengar berita itu lantas membaca
suratnya itu . , ," Berbicara sampai disini dia segera berhenti berbicara agaknya dia
merasa tidak enak untuk meneruskan kembali kata-katanya itu.
"Apa yang ditulis diatas suratnya itu ?" tanya Wie Ci To sambil
tertawa dingin. Dari dalam sakunya Yuen Kuang Thaysu dari Siauw lim pay
segera mengambil keluar sepucuk surat dan diangsurkan kehadapan
Wit Ci To. "Wie Loo sicu boleh membaca sendiri." ujarnya.
Wie Ci Tio segera menyambut surat itu dan dibukanya untuk
kemudian membaca: "Ditujukan kepada Yuen Kuang thaysu Ciangbunjien dari Siauwlim pay : Selama hidupnya loolap berkelakuan malas, satu2nya
kegemaranku cuma berpesiar ke-tempat2 yang berpemandangan
indah, selama puluhan tahun bergeluntungan di dalam Bu-lim
sekalipun tidak banyak melakukan kebajikan tetapi perbuatan jahat
belum pernah loolap lakukan barang sebuahpun, tentunya thaysu
tahu bukan akan hal ini"
Siapa tahu baru2 ini beberapa kali Pek Kiam Poocu Wie Ci To
muncul dirumah lolap secara tiba2 dan menuduh loolap pernah
melakukan kejahatan memperkosa perempuan orang, dia berkata
asalkan loolap suka memberi seratus laksa tahil perak maka rahasia
ini akan disimpan baik2, kalau tidak maka dia akan siarkan didepan
umum. Loolap yang menerima tuduhan ini sudah tentu merasa kaget,
coba bayangkan dengan tindak tanduk dari loolap yang tidak psrnah
melakukan kejahatan bagaimana mungkin bisa melakukan
perbuatan tersebut "
Sejak ini hari bilamana loolap mengalami kejadian diluar dugaan
maka perbuatan ini pastilah perbuatan dari Wie Ci To beserta Kiauw
tauwnya Ti Then harap Thaysu suka membela keadilan
menuntutkan persoalan ini dihadapan umum sehingga walaupun
loolap mati juga tidak mati dengan kecewa."
Akhirnya tertulislah beberapa kata:
"Tahun xxx bulan xxx tanggal xxx, Cuo It Sian ".
Selesai membaca surat itu tidak kussa Wie Ci To tertawa pahit.
"Hmmm! Kiranya yang dimaksud sebagai pasukan aneh tersebut
sebelum bunuh diri adalah permainan semacam ini!" Serunya,
Dia segera menyerahkan surat itu ketangan Ti Then lalu kepada
Leng Cing Ceng jien, Kiem Cong Loo-jien serta Si sekuntum bunya
Bwee Mong Yong Sian Kouw tanyanya:
"Surat yang ciangbunjien bertiga terima apakah persis sama
seperti apa yang ditulis didalam surat yang ditujukan kepada Yuen
Kuang Thaysu itu?". "Tidak salah! " Sahut Leng Cing Ceng-jien, Kiem Cong Loo jien
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
serta Mong Yong Sian Kauw ber-sama2,
"Apakah ciangbunjien berempat mempercayai atas segala
tuduhan yang dia lontarkan atas diri loohu ?" tanya Wie Ci To
kembali. "Pinto sekalian tidak bcrani mempercayai begitu saja seluruh
tuduhannya, tetapi setelah mengadakan penyelidikan kami bisa
mengambil kesimpulan kalau kematian Cuo Loo Sicu diatas
perkampungan Thiat Kiam San cung adalah benar2 karena terpaksa
oleh Wie Loo Sicu serta Nyio Loo Sicu" ujar Leng Cing Ceng-jien
dengan serius. "Oleh karena itulah didalam hati tidak terhindar kami menaruh curiga juga. karena menurut pengetahuan kami tidak ada
orang yang menggunakan kematiannya untuk memfitnah orang,"
"Betul!" ujar Wie Ci To mengangguk. "Bilamana seorang hendak memfitnah orang lain dia tidak mungkin tidak akan menggunakan
cara membunuh diri untuk melaksanakan niatnya itu, karena setelah
dia bunuh diri walaupun tujuannya tercapai tetapi dirinya sendiripun
tidak mendapatkan apa pun !"
"Wie Poocu serta Nyio Cung-cu paksa dia untuk melakukan
bunuh diri sudah tentu ada alasannya, dapatkah kau
menjelaskannya kepada kami ?" ujar Si Sekuntum bunga Bwee
Mong Yong SianKauw dengan perlahan.
Dia adalah seorang wanita yang sudah berusia setengah abad
tetapi dandanan serta suaranya masih jelas, nyaring dan merdu.
Air muka Wie Ci To berubah jadi amat keren.
"Aku orang she-Wie pernah menjamin terhadap dirinya untuk
tidak mengumumkan dosa2nya asalkan dia suka membunuh diri
untuk menebus kesalahan yang sudah diperbuat, tetapi kalau
memangnya dia tidak menyesal juga sekalipun sudah mati bahkan
mau menyeret aku orang she-Wie maka terpaksa seluruh dosanya
aku umumkan kepada semua orang".
Demikianlah dia segera meceritakan kembali peristiwa yang
sudah terjadi pada tiga tahun yang lalu dimana dia menemukan Cuo
It Sian memperkosa lalu membunuh istri orang lain, dikarenakan
mengingat perbuatan mulia yang dilakukan pada masa sebelumnya
maka dia mengijinkan dirinya untuk hidup empat tahun lagi.
Siapa sangka untuk menghilangkan dosanya ini ternyata dia
sudah mencelakai sekeluarga penduduk petani dusun Tbay Peng
Cung dan menggunakan gudang dibawah tanahnya untuk
mengurung putrinya serta Ti Then, akhirnya dia berhasil menawan
tiga orang pendekar pedang merah untuk rebut kembali separuh
pedang pendeknya itu untuk kemudian dibawa ketempatnya Cu
Kiam Loojien untuk diperbaiki, lalu bagaimana dia membunuh mati
Cu Kiam Loojien Cau Ci Beng dan lain ... lainnya . . .
Akhirnya dia meceritakan juga siasatnya yang sudah ia susun
bersama2 Ti Then untuk merebut kembali potongan pedang itu dengan jalan
menyamar sebagai Nyio Sam Pak, siapa sangka sewaktu ada
diperkampungan Thiat Kiam San Cung dia sudah menemukan si iblis
bungkuk Leng hu Ih mencari gara2, lalu bagaimana Ti Then
membunuh mati Leng Hu Ih, Cuo It Sian bagaimana datang ke
perkampungan untuk membantu mengusir musuh lalu bagaimana
membuka rahasia terbunuhnya Cau Ci Beng, akhirnya dia terdesak
dan bunuh diri. Terakhir dia menambahkan juga dengan beberapa patah kata :
"Aku orang She Wie tahu dengan nama serta kedudukannya
didalam Bu-lim maka perbuatannya tidak akan dipercaya oleh orang
lain, maka itu sengaja loohu pergi ke gunung Ngo Thay san
mengundang datang It Ie Sang-jien sebagai saksi, seluruh
pengakuan dari Cuo It Sian sudah didengar sendiri oleh dirinya,
bilamana ciangbunjien berempat tidak percaya boleh segeraberangkat kegunung Ngo Thay San dan tanyakan sendiri kepada It
Ie Sang jien". Mendengar perkataan itu Yuen Kuang Thaysu, Leng Cing Cengjien, Cong Loo-jien serta Mong Yong Sian Kauw jadi terperanjat.
"Jadi dengan demikian Cuo It Sian lah bermaksud jahat, heeei
sungguh tidak disangka dia adaiah seorang manusia kejam yang
hatinya seperti binatang. "
"Untung sekali It Ie Sang-jien yang bertindak sebsgai saksi, kalau
tidak bukankah aku orang she Wie akau terkena getahnya" Seru
Wie Ci To sambil menghela napas.
"Harap Wie Loo Sicu yangan marah atas perbuatan pinceng
sekalian yang menanyakam kembali persoalan ini kepada dirimu,
sesungguhnya dengan nama serta kedudukan dari Cuo Loo Sicu
yang ada di dalam Bu-lim siapapua tidak bakal menyangka akan
perbuatan jahatnya itu." ujar Yuen Kuang Thaysu menjelaskan.
"Saudara berempat suka turun tangan mengusut peristiwa ini
boleh dikata merupakan pekerjaan yang mulia. aku orang she Wie
mana berani menyalahkan diri kalian?"
Berbicara sampai disini mendadak dia menghela napas lalu
tambahnya : "Aku orang she Wie selamanya menganggap orang jahat musuh
buyutan, sungguh tidak kusangka menghadapi urusan ini ternyata
harus menemui berbagai kesulitan. . . Sampai sekarang urusan
semacam ini didalam hati aku orang she-Wie masih ada sebuah lagi.
heeey aku bingung harus berbuat bagaimana enaknya".
Ti Then yang mendengar perkataan itu diam2 dalam hati segera
berpikir : "Apakah perkataan yang diucapkan ini menunjukkan peristiwa
seperti apa yang ditunjuk majikan patnog emas?".
"Wie Loo sicu, kau sedang membicarakan apa?" tanya Yuen
Kuang Thaysu tiba2. "Heeei , . . lebih baik tidak usah dibicarakan lagi" jawab Wie Ci To sambil gelengkan kepalanya.
oooOOOooo "PERTEMUAN puncak para jago di atas gunung Hoa San yang
diadakan tahun besok telah hampir tiba, bilamana Wie Loo sicu ada
urusan yang susah dipecahkan kenapa tidak diberitahukan
dihadapan umum" pinto sekalian tentu akan berusaha keras untuk
memberi bantuan " ujar Leng Cing Ceng-jien.
"Tidak mudah . . . tidak mudah . . . " Seru Wie Ci To sambil
gelengkan kepalanya. "Peristiwa mengenai diri Cuo It Sian lebih baik Wie Poocu cepat2
umumkan dihadapan umum, sehingga semua orang bisa dibikin
paham kembali " ujar Kiem Tong Loojien memberikan pendapatnya"
Kalau tidak bilamana ada urusan seperti ini hari bukankah hanya
mendatangkan kerepotan saja?"
"Benar !" Sambung Mong Yong Sian Kauw dengan cepat "Kami
berempat mungkin masih mempercayai perkataan dari Wie Poocu,
tetapi para jagoan dari kalangan Hek-to aku rasa belum tentu mau
percaya atas perkataanmu ini, aku lihat lebih baik Wie Poocu cepat2
mengumumkan peristiwa ini ke dunia-kangouw sehingga mereka
pun mengetahui kejahatan yang sudah dilakukan oleh diri Cuo It
Sian". Dengan perlahan Wie Ci To segera mengangguk.
"Perkataan dari ciangbunjin berdua sedikitpun tidak salah,"
Sahutnya. "Dua puluh hari lagi adalah saat perkawinan putriku, aku
orang she-Wie pun sudah membagikan undangan kepada semua
sahabat, ada kemungkinan It Ie Sang-jien dari Ngo-thay San pun
ikut datang, biarlah menggunakan kesempatan itu aku siarkan berita
ini dihadapan para jago".
"Wie Poocu pun baru sedikit mengadakan persiapan, orang2 dari
kalangan Pek-to ada kemungkinan mau mendengarkan penjelasan
dari Wie Poocu ini tetapi orang2 dari kalangan Hek-to belum tentu
mau menerima penjelasan itu dengan demikian saja" kata Mong
Yong Sian Kauw member peringatan.
"Aku orang She Wie cuma takut kesalah pahaman dari jago2
kalangan Pek-to, sedang mengenai orang2 dari golongan Hek-to
baik dia mau percaya atas perkataan dari aku orang She Wie atau
tidak hal itu bukanlah satu urusan yang terlalu penting" ujar Wie Ci To sambil tertawa.
"Kini rasa curiga sudah tersapu bersih, kita berempat bermaksud
untuk tinggal di sini menanti saat diadakannya perayaan perkawinan
Ti Kiauw-tauw atau pulang dahulu ?" tanya Kiem Cong Loojien
tiba2. "Sudah tentu harus menunggu didalam Benteng loohu" sahut Wie
Ci To dengan gugup. "waktu perkawinan siauw-li sudah dekat, buat
apa kalian lari2 dengan percuma?".
"Diatas gunung Go-bie banyak terdapat kuil Pinceng ada maksud
untuk tinggal selama beberapa hari di kuil, menanti setelah hari
Perkawinan menjelang Pinceng baru datang lagi untuk
mengganggu" ajar Yuan Kuang Thaysu sambil tertawa.
"Pinto juga bermaksud untuk pergi ke kuil Sang Cing Kong diatas
gunung Cing Shia untuk temui bsberapa Too-su yang sudah lama
tidak bertemu muka" ujar Leng Cing Ceng-jien memberikan maksud
hatinya. Kiem Cong Loojien yang mendengar perkataan dari kawan2nya
itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaa . , haaa . . , si hwecsio pergi cari hweesio yang Toosu
pergi mencari Toosu, loolap adalah rakyat biasa terpaksa harus
pergi mencari kawan sebangsaku" katanya.
"Bukankah aku orang she Wie adalah kawan sebangsa
ciangbunjin ?" seru Wie
Ci To sambil tertawa. "Tidak salah" sahut Kiem Tong Loojien sambil mengangguk,
"Maka itu loolap bermaksud untuk tetap tinggal di dalam Benteng"
Wie Ci To segera menoleh kearah si sekuntum bunga Bwee Mong
Yong Sian Kauw lalu katanya, "Bagaimana kalau Mong Yong
ciangbunjin tetap tinggal didalam Benteng?"
"Didalam Benteng Wie Poocu banyak lelaki daripada perempuan,
aku rasa tidaklah terlalu leluasa untuk melayani aku seorang
perempuan bukan?" ujar Mong Yong Sian Kouw sambil tertawa.
"Haa , , haa . tidak. tidak benar" ujar Wie Ci To sambil tertawa
terbahak-bahak. "Didalam benteng kami masih terdapat banyak
sekali istri-istri pendekar pedang merah kami, bilamana Mong Yong
ciangbunjin merasa perempuan harus mencari perempuan maka
didalam Benteng loohu ini masih terdapat banyak sekali orang
perempuan." Dia berhenti sebentar, senyuman yang semula menghiasi
bibirnya mendadak lenyap tak berbekas,
"Mong Yong ciangbunjien" ujarnya lagi "Aku orang she-Wie ada
satu urusan ingin meminta bantuan dari ciangbunjien"
"Ada urusan apa ?" tanya Mong Yong Sian Kouw sambil
tersenyum. Dengan perlahan Wie Ci To mengalihkan pandangannya
ketempat kejauhan lalu menghela napas panjang.
"Sejak kecil siauwli sudah kehilangan ibunya sehingga sifatnya
rada manja bahkan banyak urusan yang dia tidak mengerti, kini dia
sudah hampir kawin, harap ciangbunjien suka membantu loohu
untuk sedikit mendidik urusan dapur maupun rumah tangga
daripada tugas seorang istri,"
"Sifatku rada berangasan dia tidak mirip seorang perempuan,
bilamana suruh aku yang memberi petunjuk ada kemungkinan
malah jadinya tidak karuan" ujar Mong Yong Sian Kouw sambil
tertawa. "Aaah . . . mana., mana " "
"Bilamana Wie Poocu merasa berlega hati maka aku akan tinggal
disini saja" akhirnya ujar Mong Yong Sian Kauw sambil
mengangguk. Wie Ci To segera mengucapkan terima kasihnya, kepada Yuan
Kuang thaysu serta Leng Cing Ceng-jien ujarnya kemudian:
"Silabkah ciangbunjien berdua untuk tinggal semalam,
bagaimana kalau besok baru berangkat ?"
"Baiklah!" Sahut Yuen Kuang Thaysu dan Leng Cing Ceng-jien
berbareng. "Ti Kiauw-tauw!" Seru Wie Ci To kemudian kepada Ti Then. "Kau masuklah dan panggil In-jie untuk keluar menghunjuk hormat
kepada ciangbunjien berempat, setelah itu perintah juga untuk
menyediakan dua meja perjamuan, yang sata tanpa daging yang
satu biasa". Dengan hormatnya TiThen segera menyahut dan mengundurkan
diri dari ruangan. Tidak lama kemudian dengan seorang diri Wie Lian In munculkan
dirinya ditengsh ruangan kemudian dsngan malu2 maju menghunjuk
hormat kepada keempat orang ciangbunjien itu.
Tampak sembari tertawa ujar Mong Yong Sian Kauw dengan
perlahan: "Aku tidak tahu kalau nona Wie mau menikah sehingga tidak
membawa barang sumbangan, lain kali aku kirim saja untuk
menyusul kekurangan ini".
Baru saja perkataan itu selesai diucapkan mendadak terlihat Ti
Then berjalan masuk kedalam ruangan dsngan ter-gesa2 wajahnya
kelihatan sangat aneh sekali.
Wie Ci To yang melihat wajahnya rada aneh dalam hati merasa
sedikit terkejut. "Ada urusan apa?" tanyanya dengan cepat.
Ti Then tertawa dingin. "Diluar benteng sudah kedatangan serombongan orang yang
ingin bertemu muka dengan Gak-hu thayjien serta boanpwee!"
katanya. "Siapa ?" tanya Wie Ci To dengan air muka berubah.
"Jago2 dari kalangan Hek-to, kebanyakan adalah anak buah dari
si anjing langit rase bumi serta si iblis bungkuk Leng Hu Ih, sebagai
pentolannya adalah si pendekar tangan kiri Cian Pit Yuan!".
Wie Ci To mulai tertawa dingin tak hentinya, lalu dengan
perlahan bangun dari tempat duduknya.
"Hmmm kedatangan mereka tentu disebabkan oleh karena
peristiwa matinya Cuo It Sian, heee . . hee . . . sungguh cepat
kedatangan mereka" ujarnya.
"Semuanya ada bsrapa orang ?" tanya Yuen Kuang Thaysu tibatiba. "Kurang lebih ada dua ratus orang banyaknya."
"Lalu Wie Loosicu siap2 mau berbuat apa ?" Tanya Yuen Kuang
thaysu sambil menoleh kearah Wie Ci To.
"Sudah tentu menjelaskan urusan ini terlebih dahulu, bilamana
mereka tidak mau percaya maka terpaksa terserah mereke ingin
berbuat apa," Saat ini ada beberapa orang pendekar pedang merah sudah
memasuki ruangan tamu untuk siap menerima perintah.
Dengan perlahan Wie Ci To pandang diri mereka kemudian baru
ujarnya dengan keren: "Perintahkan semua jago pedang yang ada di Benteng untuk siap
menghadapi pertempuran tetapi tidak diperkenankan turun tangan
terlebih dahulu." Bcberapa orang pendekar pedang merah itu segera menyahut
dan mengundurkan diri dari ruangan untuk menjalankan
perintahnya, "Bagaimana kalau biarkan pinceng berempat menjelaskan
terlebih dahulu akan persoalan ini kepada mereka, ada
kemungkinan mereka bisa mendengar perkataan kami, bagaimana
menurut pendapat Wie Loo sicu ?" ujar Yuen Kuang Thaysu
memberikan usulnya. "Baiklah, mari kita keluar bersama-sama".
Demikianlah tua muda tujuh orang segera bersama-sama
meninggalkan ruangan untuk menuju ke pintu luar benteng.
Sewaktu hampir tiba di pintu benteng suara hiruk pikuk serta
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
percakapan orang yang ramai berkumandang datang dari tempat
luaran jika didengar dari suara itu jelas gerakan dari orang-orang
golongan Hek-to kali ini amat dahsyat sekali.
Sesampainya dibawah pintu benteng Wie Ci To segera
memberikan perintahnya kepada bsberapa orang pendekar pedang
hitam yang berjaga-jaga disana,
"Segera buka pintu!" bentaknya.
Dengan perlahan-lahan pintu benteng mulai terbuka, terlihatlah
didepan benteng sudah berkumpul banyak orang yang lagi
berkerumun diantara orang- orang itu kelihatan ada beberapa orang
jagoan Hek-to yang rada terkenal.
Kecuali sisa anak buah dari istana Thian Teh Kong serta Si Iblis
bungkuk yang bergabung, Ti Then menemukan juga tiga orang
"Kawan lamanya " mereka adalah Si majikan ular Yu Toa Hay, Si
kakek kura2 Phu Tong Seng serta Si nenek iblis penghalang jalan
Han Giok Bwee. Dan sebagai pentolannya bukan lain adalah si Pendekar tangan
kiri Cian Pit Yuan. Sewaktu Ti Then melihat adanya Si pendekar pedang tangan kiri
Cian Pit Yuan ada disana mendadak dalam hatinya timbul sedikit
harapan, dia mengharapkan didalam pembicaraannya dengan Wie
Ci To Cian Pit Yuan bisa "menyinggung' pula si pemuda berkerudung
yang telah menolong dia lolos dari kurungannya diatas gunung Boe
Leng San itu. Mengenai peristiwa tertawannya dia oleh Cian Pit Yuan selama ini
belum pernah dia ceritakan kepada Wie Ci To ayah beranak, sedang
kini bilamana Cian Pit Yuan mengungkat kembali peristiwa tersebut
maka setelah urusan ini dia pasti akan mendesak dirinya untuk
memberi penjelasan, saat itulah dia merasa punya "alasan" untuk menceritakan rahasia diperintahnya dia orang oleh majikan patung
emas. Atau dengan perkataan lain demikian Wie Ci To tidak akan
menjodohkau putrinya kepadanya dan diapun bisa melaporkan kalau
Cian Pit Yuan lah yang sudah merusak rencana dari majikan patung
emas ini. Maka itu dia sangat mengharapkan Cian Pit Yuan dapat
mengungkat kembaii peristiwa hari itu.
Saat ini sewaktu si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan
melihat munculnya Yuen Kuang Thaysu, Leng Cing Ceng jien, Kiem
Cong Loojien serta Mong Yong Sian Kauw empat orang
Ciangbunjien ber-sama2 dengan munculnya Wie Ci To air mukanya
tidak kuasa lagi berubah hebat, agaknya mereka menduga Wie Ci
To sudah mengetahui terlebih dahulu akan rencana mereka
sehingga kini mengundang empat orang ciangbunjien sebagai
pembantunya. Tidak menanti Wie Ci To membuka mulut si pendekar pedang
tangan kiri Cian Pit Yuan sudah tertawa keras dengan amat
seramnya. "Wie Toa Poocu!" serunya dengan dingin, "Kedatangan loohu ini
hari bukannya dimaksudkan untuk menuntut dendam kita dahulu!".
"Kalau memang demikian bagaimana kalau Cian-heng berserta
kawan2 lainnya untuk minum the terlebih dulu didalam ruangan?"
ujar Wie Ci To dengan tawar.
"Terima kasih, lebih baik kita membicarakan persoalaa ini
ditempat luaran saja"
"Kalau begitu silahkan Cian~heng mulai berbicara.
"Hey Penguasa Go ayoh keluar kemari" Teriak Cian Pit Yuan kearah tengah gerombolannya.
Seorang kakek tua yang memakai pakaian perlente jalan keluar
dari antara gerombolan manusia dan mendekati kesamping badan
Cian Pit Yuan. Kiranya orang tua itu bukan lain adalah Si-penguasa dari Cuo It
Sian itu Si-pembesar kota.
"Wie Toa Poocu apakah kenal dengan orang tua ini?" Tanya Cian
Pit Yuan sembari menuding kearah Si penguasa.
"Maaf Loohu tidak kenal!" jawab Wie Ci To sambil gelengkan
kepalanya. "Dia adalah penguasa rumah dari Cuo It Sian" Bisik Ti Then
sewaktu dilihatnya ayah mertuanya tidak kenal.
Walaupun telinga dari Cian Pit Yuan sudah terkena papas habis
sehingga lenyap tetapi pendengarannya masih amat tajam.
"Tidak salah!" Sambungnya sambil tertawa. "Bagaimanapun
orang muda jauh lebih jujur dan suka terus terang daripada orang
tua, dia memang penguasa rumah dari Cuo It Sian"
"Cuo It Sian sudah loohu hokum, apakah ini hari kalian siap2
datang kemari untuk membalas dendam?" Tantang Wie Ci To
dengan nada mendongkol. Agaknya Cian Pit Yuan sama sekali tidak menduga kalau Wie Ci
To berani mengakui dialah yang sudah memaksa Cuo It Sian untuk
bunuh diri mendengar perkataan tersebut dia jadi tertegun, tetapi
dengan cepat wajahnya sudah berubah jadi beringas kejam.
"Bagus sekali !" Serunya sambil tertawa dingin. "Kalau
memangnya Wie Toa poocu sudah mengakui kaulah yang paksa Cuo
It Sian untuk melakukan bunuh diri maka urusan jadi lebih mudah
lagi untuk dibicarakan ".
Berbicara sampai disini dia segera menoleh kearah keempat
orang ciangbunjin dari Siau-lim pay, Bu-tong Pay, Kun-lun Pay serta
Tiang Pek Pay, lalu tambahnya.
"Sekarang aku orang she Cian cuma ingin bertanya beberapa
patah kata dengan ciangbunjien berempat, kalian berempat
bermaksud untuk berbuat apa terhadap urusan ini" hendak
menegakkan keadilan Bu-lim dengan menghukum Wie Toa Poocu
ataukah membalaskan dendam bagi kematian Cuo It Sian?"
"Omintohud . . Omintohud!" Seru Yuen Kuang Thaysu sambil
merangkap tangannya memuji keagungan Buddha. "Kedatangan
pinceng berempat kali ini bermaksud untuk menegakkan keadilan di
Bu-lim. Cuma saja, mengenai persoalan yang menyangkut kematian
Cuo It Sian ini sesudab mengalami suatu penyelidikan dari kami
berempat maka kami menemukan kalau tuduhan yang dilancarkan
Cuo Loo-sicu sebenarnya adalah terbalik."
"Bagaimana bisa terbalik?" seru Cian Pit Yuan sambil mendengus
dingin. "Urusan yang sebetulnya adalah begini: Pada tiga tahun yang lalu
Cuo Loo Sicu pernah melakukan perkosaan terhadap istri orang lain
lalu membunuh suaminya sekalian. Dan urusan ini kebetulan ditemui
oleh Wie Loosicu.." "Omong kosong !" Teriak si penguasa Go secara tiba2. "Dikolong langit pada saat ini ada siapa yang tidak tahu akan keluhuran budi
dari Loo-ya kami, apa maksud kalian memfitnah kesucian nama
serta kedudukannya ?"
"Go Sicu jangan keburu marah dulu" ujar Yuen Kuang Thaysu
dengan wajah serius. "Pinceng sebagai seorang ketua partai tidak
akan berani berbicara sembarangan sebelum ada bukti yang nyata."
"Lalu apa buktinya?" Teriak penguasa Go lagi dengan gusar.
"Seorang penganut agama tidak akan berbobong. Silahkan
saudara sekalian mendengarkan penjelasan dari Pinceng setelah itu
pinceng akan tunjukkan sekalian buktinya !" Jawab Si hweesio dari
Siauw-lim Pay ini dengan wajah amat tenang.
"Baik, sekarang cepatlah katakan !" Seru Si penguasa Go lagi
dengan mendongkol. Demikianlah Yuen Kuang Thaysu segera membeberkan seluruh
dosa yang telah diperbuat oleh Cuo It Sian tanpa kekurangan
sepatah katapun. Dia bercerita sampai dimana Cuo It Sian kedesak dan merlakukan
bunuh diri di perkampungan Thiat Kiam San Cung, akhirnya sambil
menuding kearah Ti Then tambahnya:
"Ti siauw-cu ini boleh dikata termasuk salah seorang saksi, dia
melihat dengan mata kepala sendiri dimana Cuo Loo-sicu
membunuh Cu Kiam Loojien serta si elang sakti Cau Ci Beng."
"Heee . . hee . . . Thaysu kau sungguh tolol" Seru si penguasa Go sambil tertawa dingin. "Bilamana bangsat cilik itu boleh bertindak
sebagai saksi maka aku pun bisa pula sembarangan memanggil
orang sendiri untuk menfitnah orang lain!".
Yuen Kuang thaysu sama sekali tidak menjadi marah karena
kata2 yang kasar dari penguasa Go itu, dia malah tersenyum.
"Jadi maksud dari sicu setiap perkataan yang diucapkan oleh
orang2 Benteng Pek Kiam Poo tidak boleh dijadikan sebagai bukti".
"Sudah tentu". "Kalau begitu bagaimana kalau orang yang lepas dari Benteng
Pek Kiam Poo bertindak sebagai saksi ?" Tanya Si hweesio lagi
sambil tersenyum. "Soal itu harus dilihat siapakah dia orang!".
"Seorang hweesio dari gunung Ngo Thay San, It Ie Sang-jien!".
"Apakah dia melihat Loo-ya kami membunuh orang?" Dengus si
penguasa Go dengan dingin.
"Wie Loo-sicu pasti akan datang mengunjungi perkampungan
Thiat Kiam san Cung agar dia jangan sampai mungkiri lagi atas
dosa-dosanya maka sengaja sudah mengirim orang ke gunung Ngo
Thay San untuk mengundang It Ie Sangjien datang mengunjungi
perkampungan Thiat Kiam San Cung. Cuo Loo-sicu yang tidak
mengetahui disampingnya masih ada orang luar yang sedang
mencuri dengar dia sudah mengakui seluruh dosa yang pernah
dilakukan" "Lalu dimanakah It Ie Sang-jien itu?" Tanya si penguasa Go lagi sambil tertawa dingin.
"Lewat sepuluh hari lagi dia bakal datang mengunjungi benteng
Pek Kiam Poo bilamana saudara2 sekalian tidak percaya atas
perkataan yang pinceng ucapkan maka sampai waktunya kalian
boleh datang kemari lagi untuk langsung mendengarkan
penjelasannya " Si Penguasa Go mendenus, lalu sambil menoleh kearah para jago
lainnya dia berkata kembali:
"Saudara2 aekalian apakah parkataan dari It Ie Sang jien boleh
dianggap sebagai bukti?"
"Tidak, mereka tentu sudah bersekongkol!" jawab Cian Pit Yuan
sambil tertawa. "Cian Loo Sicu! kau seharusnya mempercayai perkataan dari It Ie
Sang-jien sebagai seorang psndeta beribadat. " Seru Yuen Kuang
Thaysu kurang senang." Dia pernah menjabat sebagai ciangbunjin
kuil Lak Hok dikota Tiang An dan pernah mendalami pelajaran
agama Buddha dengan kedudukannya dia tidak akan berbohong, dia
adalah seorang pendeta yang patut kita hormati!"
"Tetapi sungguh sayang aku orang she Cian sudah menganggap
dia sebagai seorang hweesio yang pinter berbohong !" Ejek Cian Pit
Yuan sambil tertawa. Mendengar ejekan ini Yuen Kuang Thaysu jadi amat gusar, toya
ditangannya segera diayunkan kedepan melancarkan serangan.
-ooo0dw0ooo- Jilid 36 "PERKATAAN dari pinceng sampai disini saja, bilamana saudara2
sekalian suka mendeagarkan perkataanku maka silahkanlah turun
gunung, jikalau tidak suka percaya kenapa tidak lantas turun tangan
saja". "Tidak salah" sambung Wie Ci To dengan cepat. "Yuan Kuang ciangbunjin sudah menjelaskan seluruh persoalan hingga benar2
terang, bilamana saudara2 sekalian merasa kalau perkataan ini
boleh dipercaya maka silahkan sekarang juga turun gunung,
bilamana tidak percaya heee . . . . heee . . . aku orang she-Wie
akan menantikan petunjuk selanjutnya dari saudara2 sekalian".
Dua ratus orang jagoan dari kalangan Hek-to dengan
membusungkan dadanya pada berdiri tidak bergerak.
Tidak, akhirnya ada juga seorang yang mempercayai perkataaa
tersebut. Dialah si "Tang Loo Koei Bo" Han Giok Bwee.
"Selamanya aku si nenek tua paling tidak suka mencari gara2
tetapi akupun tidak ingin mengikat permusuhan dengan lain
golongan, hey penguasa Go, aku pergi dulu !" teriaknya dengan
keras. Selesai berkata tanpa mengucapkan kata2 lagi dia lantas putar
tubuh untuk turun gunung.
"Han Giok Bwee, kau berani pergi ?" bentak si penguasa Go
dengan nada amat gusar. "Benar" jawab Tang Loo Koei Bo tertawa, "Oooh yaa haa . . . haa kurang sedikit saja aku si nenek tua sudah melupakan akan sesuatu
urusan, maaf . . maaf?"
Dari dalam sakunya dia lantas mengambil keluar sebuah kertas
uang dan dilemparkan kembali kearah sipenguasa Go,
"Naah itu ambillah kembali, aku si nenek tua tidak akan merasa
tertarik oleh selaksa tahil perakmu itu!"
Selesai berkata dia lantas putar badan dan berlalu bagaikan
angin yang berhembus. Seketika itu juga air muka si penguasa Go berubah jadi merah
padam dia benar2 merasa amat malu sekali.
Belu lagi dia orang memperlihatkan sesuatu gerakan apapun
terdengarlah si majikan ular Yu Toa Hay dengan amat gusarnya
sudah gembar-gembor dan mencak2.
"Apa ?" Teriaknya keras. "Kau kira si Tang Loo Koei Bo jauh lebih kuat dari loohu" dia boleh mengambil selaksa tahil perak, kenapa
Loohu cuma mendapat delapan ribu tahil perak saja, Loo Phu kan
ambil berapa?" "Loohu juga hanya mendapat delapan ribu tahil perak " jawab
sikakek kura2 Phu Tong Seng.
"Hal ini tidak bisa jadi !" Teriak si majikan ular Yu Toa Hay sambil mencak2. "Hey orang she-Go kau tidak adil. kami majikan ular serta
kakek kura2 di dalam hal apa tidak dapat melebihi si Tang Loo Koei
Bo itu " dia boleh mendapat selaksa tahil perak kenapa kami hanya
mendapat delapan ribu tahil?"
"Benar, hal ini tidak adil . . . .kurang ajar ! kurangajar! kau lihat
bagaimana sekarang?"" "
"Jangan mau kerjakan pekerjaan ini" Teriak simajikan ular Yu
Toa Hay keras. "Mari kita pergi saja dari sini !"
Sehabis berkata dia mengambil keluar sabuah kertas uang dan
dilemparkan kehadapan si penguasa Go tersebut, setelah itu kakinya
menjejak tanah dan berkelebat pergi dari sana.
Si kakek kura2pun dengan cara yang sama melemparkan uang
kertas it keatas tanah lalu mengikuti dari belakang kawannya berlalu
dari situ. Si penguasa Go benar2 merasa amat malu sekali atas terjadinya
peristiwa ini. "Pemberontak ! Pemberontak !" Teriaknya sambil mendepakkan
kakinya berulang kali keatas tanah.
Si "Boe Cing Shu"; Ko Cing Liong yang tempo hari berhasil
meloloskan diri dari gunung Lak Ban San dengan cepat bergeser
kesamping badannya, dan dalam saku diapun mengambil keluar
secarik uang kertas lalu disusupkan ketangannya.
"Hmmm ! Bilamana bukannya Han Giok Bwee sengaja bicara
terus terang maka Loohu akan kau tipu mentah2" Serunya dengan
dingin. "Hmm! Kau kira aku yang harus menjual nyawa buat kau
orang she Go hanya berharga enam ribu tahil perak saja" Niiiih ....
aku kembalikan kepadamu !".
Sehabis berkata tanpa menoleh lagi dia segera berlalu dari sana.
Si muka aneh Ling Ang Lian dengan jalan yang menggiurkan pun
berjalan keluar dari barissn setelah itu dia melemparkan uang kertas
tersebut keatas wajah si penguasa Go.
"Han Giok Bwae adalah Loocianpwee aku tidak akan menandingi
dirinya", Serunya sambil tertawa dingin. "Tetapi si majikan ular serta sikakek ular adalah orang cacad, mereka boleh mengambil delapan
ribu tahil kenapa aku cuma mendapat lima ribu tahil saja"
Dengan genitnya diapun berlalu dari sana.
"Maknya . . . !" Terdengar seorang lelaki bercambang memekik
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keras dengan amat gusarnya, "Kiranya orang lain bisa mendapat
lebih banyak lagi dari loohu ... mak nya! loohu cuma mendapat tiga
ribu tahil, tidak mau, aku tidak mau !"
Demikianlah satu demi satu para jago dari kalangan Hek-to itu
melemparkan kembali uang kertasnya keatas tanah lalu ber-sama2
mengundurkan diri dari kalangan pertempuran.
Hanya didalam sekejap saja sudah ada seratus orang lebih yang
mengundurkan dirinya. Melihat kejadian ini tidak kuasa lagi Wie Ci To mendongakkan
kepalanya tertawa ter-bahak2.
"Haaa . . . haha .... haaa . . Loohu masih kira saudara2 sekalian
datang kemari karena setia kawan . . , haaa . . .haaa kiranya
mereka lagi menjual nyawa buat orang lain !".
Yuan Kuang Thaysu, Leng Cing Cang-jien, Kiem Cong Loojien,
Mong Yong-Sian Kauw beserta seluruh jagoan pedang merah yang
ada disana tidak tertahan lagi bersama-sama tertawa ter-bahak2;
Sebaliknya sipenguasa Go saking gusarnya seluruh tubuhnya
gemetar amat keras. Cian Pit Yuan semakin gusar lagi, mendadak dia mencengkeram
dada si penguasa Go itu lalu memakinya dengan amat gusar.
"Kau kakek tua celaka . . . kiranya kau orang sedang
menggunakan uang untuk membeli nyawa mereka! Hampir2 Loohu
kena kau kibuli !" "Bukankah kau sama saja seperti mereka menerima uang dariku
?" Teriak si penguasa Go. "Kau malah menerima paling banyak, kau
mengambil lima, . ."
"Omong kosong" Ditengah suara bentakan yang amat keras telapak tangannya
sudah melayang turun menghajar ubun2 dari si penguasa Go
sehingga seketika itu juga kepalanya hancur berantakan.
Sehabis membunuh sipenguasa Go itu, tanpa banyak bicara lagi
Cian Pit Yuan segera meloncat beberapa kaki jauhnya, dengan
melewati kepala para jagoan dari kalangan Hek-to lainnya dia
melayang kearah depan. "Orang she-Cian, kau tidak boleh pergi!" bentak Wie Ci To sambil menjejakkan badannya meloncat ketengah udara.
Tetapi belum berhasil dia menyandak diri Cian Pit Yuan, sejak
semula sudah ada orang yang menanti kedatangannya di tempat
kejauhan, begitu melihat Cian Pit Yuan melayang datang dia lantas
melancarkan satu pukulan kedepan.
"Terimalah seranganku!" bentaknya.
Orang itu bukan lain Ti Then adanya.
Cian Pit Yuan yang tubuhnya masih ada di tengah udara tidak
dapat menghindarkan diri lagi, terpaksa dia mendorong telapak
tangannya kedepan menyambut datangnya serangan tersebut.
"Braak . .. !" disertai suara bentrokan yang amat keras sekali,
tdbuh Cian Pit Yuan sudah kena dipukul mental sehingga jatuh dari
tengah udara dan rebah terlentang diatas tanah.
Pada saat itulah Wie Ci To kebetulan sudah berada disamping
badannya, dengan cepat pedangnya berkelebat mengancam di atas
lehernya. "Jangan bergerak!" ancamnya.
Dengan langkah yang perlahan Ti Then pun segera menghampiri
datang. Air muka Cian Pit Yuan berubah pucat pasi bagaikan mayat,
tetapi nada ucapannya masih amat kasar.
"Wie Toa Poocu sungguh dahsyat kepandaian silatmu!"
Jelas dari ucapannya ini mengandung nada mengejek yang amat
pedas. "Kau boleh berlega hati" Seru Wie Ci To sambil tertawa dingin.
"Loohu bisa memberi satu kesempatan yang amat adil buat dirimu,
sekarang loohu mau tanya terlebih dulu akan satu hal, kau sudah
menerima berapa banyak uang dari si penguasa Go itu."
"Kau anggap Loohu manusia macam apa, tidak mengambil uang
barang sesenpun dari dirinya!" Teriak Cian Pit Yuan dengan amat
gusarnya. "Tetapi agaknya loohu pernah mendengar si penguasa Go
mengucapkan kata2 "Lima" bukankah kau sudah menerima lima
laksa tahil perak dari dirinya?"
Air muka Cian Pit Yuan seketika itu juga berubah jadi memerah,
"Kau memfitnah!" gembornya.
"Semua orang mengambil uang, mana mungkin kau sendiri yang
tidak menerima?" "Dia datang padaku meminta Loohu bantu dirinya untuk
menegakkan keadilan, dia bilang kau orang she Wie serta Nyio Sam
Pak sudah membunuh mati Cuo It Sian majikannya dengan
menggunakan akal; Loohu mempercayai penuh atas perkataannya
itu maka lantas menyetujui permintaan bantuannya, aku sama sskali
tak menerima uangnya!"
"Kalau memangnya demikian kenapa dia membenci dan memaki
dirimu?" Seru Wie Ci To sambil mendengus dingin.
"Siapa yang tahu?" Teriak Cian Pit Yuan pula dengan benci.
"Bilamana kau tidak mengambil uangnya maka ada seharusnya
meninggalkan satu kehidupan untuk loohu tanyai sampai jelas,
tetapi secara tiba2 kau turun tangan membinssakan dirinya
bukankah tindakanmu itu mirip pula dengan perbuatan membunuh
untuk melenyapkan bukti hidup?"
"Omong kosong, loohu membinasakan dirinya karena merasa
gemas akan kelicikan serta kekejaman hatinya, aku sama sekali
tidak bermaksud membunuh untuk melenyapkan bukti hidup."
Dengan perlahan Wie Ci To segera menoleh kearah Ti Then.
"Ti Kiauw tauw, coba kau periksa sakunya!" perintahnya dengan
cepat. Ti Then menyahut dan berjalan kesisi tubuh Cian Pit Yuan setelah
itu berjongkok dan memeriksa sakunya.
Air muka Cian Pit Yuan dari pucat pasi kini berubah jadi biru kehijau2an, mendadak teriaknya dengan keras:
"Didalam saku Loohu ada selembar uang kertas, tetapi itu adalah
uang dari loohu sendiri".
Tangan kanan Ti Then yang merogoh ke da!am sakunya lantas
dapat meraba secarik uang kertas, setelah dilihatnya nilai yang
tertulis diatas kertas itu tidak kuasa lagi dia lantas tertawa cekikikan.
"Haaa . . . haaa . . . kenapa kertas uang ini pun kebetulan
bernilai lima laksa tahil perak?".
"Tidak Salah, uang itu adalah uang tabungan dari Loohu
sendiri!". "Kalau begitu biarlah aku periksa sebentar dengan kertas uang
yang lainnya, bilamana gudang uang yang tertera diatas kertas
uang ini sama dengan gudang uang yang tertera diatas kertas2
uang lainnya maka hal ini membuktikan kalau uang itu bukan
milikmu". Dia berjalan beberapa langkah kedepan untuk memungut secarik
kertas uang, setelah dilihatnya gudang uang yang tertera di atas
kertas uang itu tak ada bedanya tidak terasa sambil tertawa dingin
ujarnya kepada sipendekar pedang tangan kiri ini.
"Hmm ! Kiranya berasal dari sebuah gudang uang yang sama,
sekarang tentu saja kau tidak ada perkataan lain bukan ?".
Saking malunya saat ini Cian Pit Yuan jadi amat gusar sekali,
"Kalau memangnya Loohu menerima uangnya, lalu ada sangkut
pautnya apa dengan dirimu?"" Bentaknya keras.
"Siapa yang bilang tiada sangkut pautnya dengan kami?"
sambung Wie Ci To sambil tertawa dingin. "Kau orang she Cian
terang2an mengetahui kalau tuduban yang dilancarkan mereka
terhadap Loohu adalah suatu peristiwa yang tidak nyata tetapi
karena ingin mempeioleh uang lima laksa tahil peraknya kau sadah
membolak-balikkan persoalan.
Hmmmm! Sekarang dengan memimpin jago2 dari kalangan
Hitam kalian datang mencari gara2 dengan Loohu apakah dalam
urusaa ini Loohu tidak boleh menuntut ?""
"Tetapi kau harus lihat dulu orang yang menerima uangnya ada
dua ratus orang banyaknya, bukannya cuma loohu seorang saja"
Bantah Cian Pit Yuan dengan ter-buru2.
"Orang lain boleh dipandang rendah tapi kau orang she Cian
tidak akan dipandang demikian!"
"Diluar mukanya walaupun loohu dibeli olehnya tetapi hal yang
sebenarnya adalah ingin berkelahi dengan dirimu, beranikah kau
bergebrak melawan loohu ?""
"Bagus sekali . . . bagus sekali . . Loohupun sudah siap sedia
untuk mamadamkan niatmu itu !" Seru Wie Ci To sambil tertawa
dingin. Berbicara sampai disini pedang yang mengancam
tenggorokannya segera ditarik kemball dan mengundurkan diri tiga
langkah kebelakang. "Ayoh bangun berdiri !" Bentaknya dengan keras.
Cian Pit Yuan dengan cepat meloncat bangun, diantara
berkelebatnya sinar pedang yang keemas-emasan ditangan kirinya
sudah bertambah lagi dengan sebilah pedang yang memancarkan
hawa yang amat dingin sekali.
Tetapi agaknya dia masih menaruh rasa jeri terhadap Ti Then
yang berdiri disamping, dia memandang sekejap kearahnya lalu
ujarnya. "Kita harus menjelaskan dulu perkataan kita, ini hari bilamana
loohu kalah di tangan Wie Tou Poocu maka loohu akan menanti
hukuman, tapi bilamana menang?".
"Bilamana kau menang maka Loohu akan serahkan diri dan
menerima hukuman yang dijatuhkan kepada Loohu !" Sambung Wie
Ci To dengan cepat. "Justru karena loohu takut tidak bertenaga untuk jatuhi hukuman
kepadamu, karena anak buahmu amat banyak sekali"
Sekali dengar saja Wie Ci To sudah mengerti apa maksud dari
perkataannya itu; kepada para jago pedang merah lantas pesannya:
"Kalian dengarlah semua, bilamana nantti loohu mati ditangannya
maka kalian tidak boleh menyusahkaa dirinya, biarkanlah dia pergi
dengan bebas, sudah dengar?"
"Dengar!" Seru pendekar pedang merah itu serempak.
"Ti Kiauw-tauw kaupun sama juga!" pesannya pula kepada diri Ti
Then. "Baik!" sahut pemuda itu sambil menjura.
Wie Ci To segera kebas2kan pedangnya dan menoleb kembali
kearah Cian Pit Yuan. "Sudahlah!" ujarnya sambil tertawa "Loohu sudah memberi pesan
wanti2 kepada mereka, sekarang kau boleh turun tangan dengan
berlega hati!" "Baik, ini hari bilamana bukannya kau yang mati maka akulah
yang modar!" Teriak Cian Pit Yuan sambil tertawa seram.
Kuda2nya diperkuat, seketika itu juga dia sudah bersiap
melancarkan serangan. Walaupun terhadap orang ini Wie Ci To memandang menghina
tetapi terhadap ilmu pedangnya dia tidak berani berlaku gegabah,
tubuhnya dengan cepat diperendah kemudian dengan pandangan
mata yang amat tajam memperhatikan pihak musuh.
Jago kelas satu bertempur situasinya sudah tentu tidak sama,
tampaklah mereka berdua yang satu ada diselatan yang lain ada di
sebelah Utara berdiri saling berhadap-hadapan, seluruh
perhatiannya dicurahkan pada gerak-gerik pihak musuhnya
kemudian dengan perlahan baru bergeser maju kedepan.
Suasana jadi amat tegang, seluruh jago yang hadir disana
merasakan hatinya berdebar keras, napasnya menjadi sesak.
Dengan wajah yang amat seram dan penuh diliputi napsu
membunuh Cian Pit Yuan segera bergeser maju terus kedepan.
Sebaliknya wajah Wis Ci To amat halus, ramah tetapi keren dan
berwibawa sekali. Ti Then yang melihat sikap serta air muka mereka berdua segera
berjalan kesamping Wie Lian In dan bisiknya dengan suara yang
amat lirih. "Pertempran kaii ini ayahmu pasti menang,"
"Bagaimana kau bisa tahu ?" tanya Wie Lian In dengan hati tidak
tenang. Ti Then tidak menjawab sebaliknya malah bertanya.
"Tahukah kau pada tempo dulu ayahmu harus menggunakan
berapa jurus untuk mengalahkan dirinya ?"
"Teringat akan perkataan Tia, agaknya dia bertempur sebanyak
seribu jurus banyaknya. "Tetapi situasi pada saat ini sama sekali berbeda, aku percaya
tidak sampai membutuhkan dua ratus jurus ayahmu sudah dapat
memperoleh kemenangan"
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Orang yang bergebrak melawan orang selamanya harus
membutuhkan keteguhan serta kepercayaan diri sendiri, terutama
kali niat. Cian Pit Yuan yang dibeli oleh orang lain sebetulnya tidak
mempunyai niat untuk bergebrak ditambah pula keteguhan hatinya
berhasil kita pecahkan. maka pertempuran ini dengan amat
cepatnya bisa diselesaikan."
Baru saja perkatan itu selesai diucapkan mendadak terdengar
Cian Pit Yuan membentak keras, dialah yang pertama-tama
melancarkan satu serangan dahsyat menutuk kearah diri Wie Ci To.
Dia orang yang memiliki julukan sebagai si pendekar pedang
tangan kiri sudah tentu serangannya berlawanan dari biasanya, jelas
kelihatan serangannya kali ini amat dahsyat sekali.
Sebaliknya permainan pedang dari Wie Ci To adalah kebalikan
dari permainan pedangnya, tampak dia sedikit mengangkat
psdangnya, jurus serangan tersebut segera dapat dipunahkan
dengan manis. Tetapi sewaktu dilihatnya Cian Pit Yuan mengubah jurus
serangan lagi dan menyapu badannya dengan mengikuti gerakan
badannya dengan mantap dia segera membabat pundak kanan dari
Cian Pit Yuan, Jurus serangan ini kelihatanya amat sederhana tetapi secara
samar-samar mengandung satu tenaga tekanan yang maha
dahsyat. Mendadak , . sepasang pedsng mereka bagaikan kilat cepatnya
sudah terbentur satu sama lain, hanya di dalam sekejap saja
mereka berdua sudah saling serang menyerang sebanyak puluhan
jurus banyaknya setelah itu baru berpisah dan masing2
mengundurkan diri keutara dan keselatan.
Beberapa puluh orasg jagoan dari kalangan Hek-to serta jago2
pedang merah dari Benteng Pek Kiam Poo pada saat ini ber-sama2
mengundurkankan dirinya kebelakang, karena mereka merasakan
adanya segulung hawa pedang yang amat tajam dan santar
berkelebat memenuhi angkasa.
Selangkah demi selangkah kembali Cian Pit Yuan maju kearah
Wie Ci To dengan langkah yang mantap mengikuti terus kearah
sebelah kiri mereka baru berhenti setelah saling berhadap-hadapan
muka. Pada wajah Cian Pit Yuan terlintaslah satu senyuman buas yang
amat seram sekali, Sedangkan pada wajah Wie Ci To terlintas satu senyuman yang
ramah tapi mempersonakan.
Mendadak . . , masing2 pihak kembali melayang kedepan
melancarkan serangannya.
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kali ini tubuh mereka bersama melayang ketengah udara lalu
dengan cepat bagaikan kilat saling serang menyerang beberapa
jurus banyaknya, hanya didalam sekejap mata saja mereka berdua
sudah menyerang dua puluh jurus serangan dahsyat.
Tetapi belum juga bisa menentukan siapa menang siapa kalah.
Sikap Cian Pit Yuan berubah semakin menyeramkan lagi.
Sedangkan sikap dari Wie Ci To berubah semakin rsmah dan
halus. Melihat akan hal itu dalam hati Ti Then benar2 merasa sangat
kagum. Ilmu pedang mereka berdua yang satu jalan keras yang lain
mengutamakan kegesitan walaupun belum bisa dikata betul-betul sempurna
tetapi telah mencapai pada taraf yang benar2 matang " pikirnya di
hati. Pada saat pikirannya sedang berputar itulah mendadak
pandangannya terasa jadi kabur, Wie Ci To serta Cian Pit Yuan
untuk ketiga kalinya sudah bergebrak saling serang menyerang
dengan serunya. Pertempurannya kali ini jauh lebih dahsyat lagi dari bentrokannya
yang semula, walau pun jurus2 serangan yang mereka lancarkan
sedikitpun tidak kacau tetapi kelihatannya bagaikan dua ekor macan
betina yang lagi berduel membuat setiap orang merasa hatinya
amat tegang sekali. Dan untuk pertempuran kali ini mereka berdua tidak berpisah
lagi, sinar pedang bagaikan api membara yang berkelebat ke atas
kebawab tidak hentinya seperti juga ombak ditengah samudra yang
melanda pantai . . . Saking dahsyatnya pertempuran ini hampir boleh dikata tanah
merekah seluruh jagat tergoncang hebat.
Hanya didalam sekejap saja mereka berdua sudah bertempur
sebanyak seratus jurus banyaknya walaupun pertempuran ini amat
seru tetapi masih belum juga bisa ditentukan siapa yang menang
siapa yang kalah. Semakin lama Wie Lian In merasa hatinya semakin tidak tenang,
dengan cepat dia menyenggol badan Ti Then.
"Eeeei coba kau lihat, mereka sudab bergebrak sebanyak seratus
jurus" serunnya cemas.
"Jangan kuatir, ayahmu pasti akan menang"
"Bilamana sampai kalah ?" tanya Wie Lian In murung.
Ti Then segera tersenyum, "Peristiwa ini tidak bakal ada."
katanya- "Sewaktu bertempur didalam Benteng tempo hari agaknya
bajingan tua ini tidak selihay ini hari"
"Soal ini ada dua sebab musabsbnya, pertama: waktu itu dia
terlalu memandang rendah pihak musuhnya. Kedua, didalam
setengah tahun ini dia telah berlatih kembali akan beberapa buah
jurus serangan yang baru .... aaah . . menang kalah sudah dapat
ditentukan." Sedikitpun tidak salah, akhirny menang kalah bisa ditentukan
juga, Semua orang mendengar suara dengusan berat terlebih dulu
setelah itu tampaklah masing2 pihak dengan cepatnya
mengundurkan diri beberapa kaki kearah belakang.
Sepasang kakinya menempel permukaan tanah, semuanya berdiri
tegak tak bergerak, sedang matanya saling melotot tak berkedip.
Cian Pit Yuan dengan senyum kemenangan yang amat seram
berdiri tak bergerak disana.
Sebaliknya air muka Wie Ci To berubah sangat keren, baju
dibagian dadanya sudah terobek beberapa coen panjangnya oleh
ujung pedang Cian Pit Yuan sehingga pakaian dalamnya pun ikut
tergores robek, tetapi tidak terlihat adanya darah yang mengalir
keluar. Dengan sangat terkejutnya Wie Lian In menjerit kaget, hatinya
merasa amat kecewa sehingga tubuhnya hampir2 rubuh tak
sadarkan diri, Air muka ciangbunjin dari Siauw lim pay, Bu tong pay, Kun Lun
Pay, Tiang Pek Pay serta seluruh pendekar pedang merah pada
berubah sangat hebat, Ternyata Wie Ci To sudah menemui kekalahan.
Walaupun tubuhnya tidak sampai mengucurkan darah tetapi
dengan kekalahannya ini akan mempengaruhi meti hidupnya,
karena dengan diri Cian Pit Yuan dia sudah mengadakan perjanjian
terlebih dahulu. Siapa yang kalah dia bakal dihukum oleh pihak lawannya sedang
dia sepagai seorang Toa Poocu dari Benteng Pek Kiam Poo yang
namanya sudah amat terkenal didalam Bu-lim tidak akan
memungkiri perkataannya yang sudah diucapkan, sudah tentu dia
akan membiarkan Cian Pit Yuan turun tangan menghukum dirinya.
Senyum kemenangan yang menghias wajah Cian Pit Yuan pun
semakin lama semakin menebal, dia memandang sekejap kearah
diri Wie Ci To lalu sambil menuding dengan menggunakan
pedangnya dia membentak: "Orang she Wie, kau sudah kalah.."
Siapa tahu baru saja perkataan itu selesai diucapkan air mukanya
sudah berubah jadi tertegun.
Pokoknya sinar matanya yang buas dan amat menyeramkan itu
hanya didalam sekejap saja sudah berubah jadi amat tawar dan
sedih sekali. Diikuti tubuhnya yang berdiri tegak dengan perlahan-lahan rubuh
kedepan dan jatuh tertelungkup diatas tanah.
Apa yang sudah terjadi"
Semua jago dibuat tertegun oleh peristiwa ini.
Untuk beberapa saat lamanya mereka semua tidak mengetahui
siapakah yang menang dan siapakah yang kalah, masing-masing
dengan mata terbelalak lebar-lebar berdiri mamatung di tempat.
Saat itu cuma Ti Then seorang yang dapat melihat seluruh
kejadian itu dengan amat jelas, tampak dia berjalan maju kedepan
dan menendang badan Cian Pit Yuan sehingga tidur terlentang,
setalah itu dengan menggunakan tangannya dan membuka
pakaiannya. "Gak hu, sambaran pedangmu kali ini sungguh indah sekali!"
pujinya sambil tertawa. Waktu itulah semua orang baru dapat melihat kalau pada jalan
darah Cang Bun Hiat pada pinggang Cian Pit Yuan sudah dibasahi
oleb darah segar karena itulah seketika itu juga mereka mengerti
peristiwa apa yang sudah terjadi.
Kiranya sewaktu dia berhasil mcmbabat robek baju bagian dada
dari Wie Ci To itulah jalan darah Cang Bun Hiat pada bagian
pinggangnya sendiripun terkena satu tusukan pedang dari Wie Ci
To. Sedang dirinya sama sekali tidak merasakan akan hal itu, dia
masih mengira dirinyalah yang sudah memperoleh kemenangan.
Setelab semua orang mengerti apa yang telah terjadi, maka tidak
kuasa lagi suara tepukan tangan serta teriakan memuji bergema
memenuhi seluruh angkasa.
ocooOoooo BEBERAPA puluh jago dari kalangan Hek-to yang melihat
kemenangan ada dipihak Wie Ci To tidak berani berada disana lebih
lama lagi, masing2 pada bubaran dan melarikan diri dari sana,
Hanya didalam sekejap saja seluruh kalangan sudah dibikin
bersih dari jago2 kalangan Hek-to.
Suatu angin taupan yang bakal melanda, dengan demikian jadi
tenang kembali. Suara teriawa dari sisekuntum Bunga Bwee Mong Yong Sian
Kauw tiba2 memecahkan kesunyian.
"Aaaih . , kiranya pasukan aneh yang disusul oleh Cuo It Sian
sama sekali tidak lihay !" ujarnya.
"Benar!" sahut Kiem Cong Loojien dari Kun Lun-pay," Apalagi Tang Loo Koei Bo sinenek tua itu, dia paling mengerti bilamana
bukannya dia yang sudah memecahkan rahasia sipenguasa Go yang
membeli tenaga mereka dengan uang mungkin badai ombak dan
angin taupan yang dahsyat ini tidak bakal sirap dengan sebegitu
cepatnya." "Dia adalah simanusia paling cantik di dalam Bu lim Han Giok
Bwee" timbrung Wie Lian In pula." -Waktu yang ialu dia menaruh kesalah pahaman terhadap kami dan hendak merebut kitab pusaka
Ie Cin Keng, terakhir dia berhasil kami tawan tetapi kemudian kami
lepaskan kembali dirinya."
"Kiranya begitu, mungkin dia sengaja memecahkan rahasia
sipengua&a Go ini juga dengan maksud untuk membalas budi kalian
itu" ujar Kiem Cong Loojien.
"Inilah yang dinamakan semangka akan mendapatkan semangka,
menanm sayur akan mendapatkan sayur"
Wie CiTo tertawa, dia lantas memerintahkan orang2 dari Benteng
untuk membereskan jenasah dari Cian Pit Yuan, setelah itu kepada
keempat orang Ciangbunjin ujarnya:
"Meja perjamuan ada kemungkinan sudah dipersiapkan, mari kita
masuk kedalam untuk meneguk beberapa cawan arak!".
XX XXX Keesokan harinya Yuan Kuang Thaysu serta Leng Cing Ceng-jien
berpamit kepada Wie Ci To dan masing2 menuju ke gunung Go-bie
dan Cing Shia untuk menyambangi teman2nya, sedangkan Kiem
Cong Loojien serta Mong Yong Sian Kauw tetap menjadi tamu
didalam benteng Pek Kiam Poo . . .
Sedangkan suasana didalam Benteng Pek Kiam Poo untuk
sementara menjadi tenang kembali.
Sebaliknya perasaan hati dari Ti Then tidak dapat tenang, bahkan
boleh dikata duduk tidak enak tidurpun tidak tenang, hatinya benar2
terasa kacau sekali karena hari perkawinannya sehari demi sehari
mulai mendekat sedangkan tak sebuah akal pun didapat olehnya hal
ini membuat hatinya bertambah tidak tenang.
Terhadap diri Wie Lian In dia sama sekali tidak mempunyai
perasaan " Sayang atau keberatan " bilamana dia bisa pergi dan membereskan urusan ini maka walau pun seperempat jam pun dia
tidak ingin berada lebih lama lagi didalam Benteng Pek Kiam Poo.
Tetapi dikarenakao ancaman dari majikan patung emas membuat
dia orang mau tidak mau harus mengambil satu keputusan untuk
menyelesaikan urusan ini, barang yang diinginksn oleh majikan
patung emas agaknya harus didapatkan juga, bilamana dirinya
tanpa memperdulikan lagi segala urusan dan meninggalkan benteng
Pek Kiam Poo maka majikan patung emas pasti akan menggunakan
cara yang paling kejam dan paling ganas untuk membinasakan Wie
Ci To ayah dan anak. Walaupun Ti Then merasa harga diri adalah amat penting tetapi
nyawa dari Wie Ci To ayah beranak jauh lebih penting lagi. dia tidak
akan mengorbankan nyawa Wie Ci To ayah beranak, karena ingin
menjaga harga dirinya sendiri.
Bahkan undangan sudah dibagikan, bilamana dia melarikan diri
dari Benteng Pek-Kiam Poo bukankah Wie Ci To ayah beranak bakal
kehilangan muka dihadapan orang2 Bu-lim "
Maka itulah saat ini dia sudah berada didalam keadaan kepepet.
keadaannya seperti sedang menunggang harimau sekali pun mati
tidak boleh melakukan niatnya tersebut.
Satu2nya cara yang dapat dilakukan oleh dia adalah didalam
sepuluh hari sebelum hari perkawinannya ini berusaha untuk
menyelidiki nama serta asal usul dari majikan patung emas,
bilamana nama serta asal usul dan majikan patung emas ini dapat
diketahui olehnya maka ada kemungkinan dia masih bisa
memikirkan satu cara untuk menghadapinya.
Tetapi, harus membutuhkan beberapa waktu dia baru berhasil
mengetahui nama serta asal-usul dari majikan patung emas ini"
Hal ini sama sekali tak terpikir olehnya!
Hari itu, sewaktu dia lagi memberi petunjuk ilmu pedang kepada
seorang pendekar pedang mendadak masuklah kedalam benteng
seorang pemuda dengan menunggang kuda, jika dilihat dari gagang
pedang merah yang tersoren pada pinggangnya jelas dia
merupakan seorang pendekar pedang merah.
Ketika dilihatnya pula perawakan tubuh dari orang itu mendadak
hatinya merasa rada bergerak, kepada seorang pendekar pedang
putih yang ada disampingnya dia lantas bertanya :
"Eeeei . . pendekar pedang merah itu apakah anggota dari
Benteng kita?". "Benar, apakah Ti Kiauw-tauw sudah lupa ?"".
"Pendekar pedang didalam Benteng kita, ada sembilan puluh
orang banyaknya, bahkan ssbagian bssar berkelana didalam dunia
kangouw, sudah tentu aku tidak akan kenal satu persatu" sahut Ti
Then pura2 serius. "Saudara ini tentunya Ti Kiauw-tauw pernah menemuinya, dia
baru dua bulan yang lalu pulang kerumah menjenguk keluarganya.
Ini hari dia baru pulang kembali ke dalam Benteng kita !".
"Dia tentu Yuan Cia-heng?"
"Salah ! Dia adalah Phoa Loo Tek, usianya jauh lebih besar dua
tahun dari diri Yuan Cia" sahut pendekar pedang putih itu sambil
gelengkan kepalanya. "Aaah . . . benar, benar," dia adalah Phoa Loo Tek, heeeei ....
bagaimana ingatanku bisa begitu buruk ?"
Saat itulah Phoa Loo Tek sudah turun dari kudanya ditengah
kalangan latihan silat itu, sewaktu dilihatnya Ti Then sedang
memberi petunjuk ilmu pedang kepada para pendekar pedang
lainnya sambil tertawa dia lantas maju menghampiri dan menjura.
"Ti Kiauw-tauw kau sudah pulang ?" ujarnya.
"Benar, aku dengar Phoa-heng pun sedang pulang untuk
menjenguk keluarga?" ujar Ti Then mengangguk.
"Betul, sebenarnya cayhe hendak kembali kedalam Benteng lebih
pagian tetapi dikarenakan ibuku selalu tidak memperbolehkan cayhe
untuk berangkat maka terpaksa aku harus tinggal satu bulan di
rumah ". "Dimanakah rumah Phoa heng ?"
"Cayhe tinggal disuatu dusun kecil, Swie Mo Kauw, sebelah Barat
dari gunung Cing Shia!"
"Aaaah . . . tempat itu tidak terlalu jauh, dengan menunggang
kuda paling banter cuma dua tiga hari perjalanan "
"Benar!" "Phoa-heng baru saja kembali kedalam Benteng perjalanan jauh
melelahkan sekali, kau pergilah untuk beristirahat!".
Phoa Loo Tek segera menyahut dan mengundurkan diri dari
sana, Ti Then yang melihat cuaca sudah mendekati siang dia lantas
membubarkan para pendekar pedang lalu berjalan menuju kamar
istirahat dari sipenembus ulu hati Shia Pek Tha.
Sesampainya didalam kamar Shia Pek Tha dia melihat Phoa Loo
Tek lagi mencatatkan tanggal kembalinya kedalam Benteng didalam
buku.. Shia Pek Tha yang melihat Ti Then berjalan masuk kedalam
kamar dia segera bangkit berdiri dan menuding kearah Phoa Loo
Tek. "Ti Kiuw tauw, Phoa Lote ini baru saja kembali dari liburannya."
"Siauw te sudah tahu, kita sudah bartemu muka sewaktu ada
dilapangan latihan silat" sahut "Ti Then sambil tertawa.
Saat ini Phoa Loo Tek sudah menulis tanggal liburannya, setelah
itu kepada Ti Then dan Shia Pek Tha dia tertawa dan putar badan
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjalan keluar dari kamar.
"Ti Kiauw tauw ada urusan apa?" tanya Shia Pek Tha.
Ti Then yang mendengar suara langkah dari Phoa Loo Tek sudah
menjauh dia berbisik. "Shia heng, siauwte rada menaruh perasaan curiga terhadap
jagoan pedang she Phoa ini!"
Shia Pek Tha jadi melengak.
"Aaah . . apanya kurang beres dari dirinya?"
"Peadekar psdang she Phoa ini tinggal didusun Swee Mo Kauw,
jaraknya dari sini cuma ada tiga hari perjalanan saja, tetapi sekali
pergi sudah ada dua bulan lamanya, agaknya didalam urusan ini
rada sedikit tidak beres."
Mendengar perihal tersebut Shia Pek-Tha segera tertawa.
"Tinggal beberapa hari di rumah adalah biasa, apanya yang tidak
beres ?" "Ingatkah sewaktu tempo hari Siauw-te datang untuk memeriksa
buku tersebut ?" "Masih ingat, bagaimana ?" tanya Shia Pek Tha sambil
mengangguk. "Tempo hari sewaktu siauw-te kembali ke dalam benteng dan
ditengah jalan melewati gunung Lak Ban San ada satu hari di
sebuah rumah penginapan di kota Kiam Bun Koan sudah
menemukan dua orang Bu-lim yang lewat dari samping siauw te,
salah satu diantaranya sudah berkata;
"Kau harap berlega hati, tadi Phoa Loo Tek sudah berbicara amat
jelas sskaii, dia bisa turun tangan memberi bantuan... siauw te yang
merasa nama Phoa Loo Tek ini rada dikenal maka setelah dipikirpikir setengah harian baru teringat kembali kalau didalam Benteng
dari antara pendekar pedang merah pun ada seseorang yang
bernama Phoa Loo Tek . . ."
"Akhirnya bagaimana ?" Tanya Shia Pek Tha dengan pandangan
tajam. "Menanti siauw-te teringat kembali akan hal ini kedua orang Bulim itu sudah pergi tak berbekas, tetapi wajah dari kedua orang itu
siauw te masih ingat, jika dilihat dari potongannya jeias dia
bukanlah seorang manusia baik2"
"Lalu apakah arti dari perkataan kedua orang itu ?".
Dengan perlahan Ti Then gelengkan kepalanya;
"Siauw te sendiri pun tidak paham, akhirnya setelah siauw-te
melakukan pemeriksaan di buku catatan itu dan mengetahui kalau
Phoa Loo Tek baru pulang kerumah dalam hati siauw-te baru
menaruh rasa heran. Bukankah Shia heng tahu jarak antara dusun
Swie Mo Kauw serta Kiam Bun Koan ada enam ratus li jauhnya,
kalau memangnya Phoa Loo Tek pulang ke rumah bagaimana dia
bisa lari ke kokta Kiam Bun Koan yang jaraknya ada enam ratus li
itu?" Shia Pek Tha segera termenung berpikir sebentar, akhirnya dia
menjawab juga; "Apakah Ti Kiauw tauw menaruh curiga kalau alasan Phoa Loo
Tek pulang kerumah adalah pura2, sebaliknya secara diam2 dia
sudah pergi mengadakan hubungan dengan orang dikota Kiam Bun
Koan ?" "Tidak salah!" "Bagaimana kalau sekarang juga kita pergi menanyai dirinya ?"
kata Shia Pek Tha, setelah itu dia lantas melangkah keluar dari
dalam kamar. Dengan terburu-buru Ti Then menarik dia kembali,
"Kau tidak boleh berbuat demikian" sahutnya sambil
menggelengkan kepalanya. "Kenapa ?" tanya Shia Pek Tha melengak.
"Pertama, yang dimaksudkan sebagai Phoa Loo Tek oleh orang
itu belum tentu Phoa Loo Tek dari benteng kita, ada kemungkinan
nama mereka adalah sama. Kedua, Jikalau misalnya dia orang
sendir, maka sekalipun Shia heng tanya dirinya belum tentu dia
orang suka mengaku buat apa kita mengejutkan dirinya terlebih
dahulu ?". "Lalu menurut pendapat dari Ti Kiauw tauw kita harus berbuat
bagaimana ?" "Secara diam2 kirim seorang kedusun Swie Mo Kauw untuk
menyelidiki apakah dia sungguh-sungguh sudah pulang kerumah.
Bilamana orang tuanya menjawab bahwa dia ada disana maka hal
ini membuktikan kalau Phoa Loo Tek ini bukanlah dia, sebaliknya
bilamana orang tuanya berkata bahwa dia tidak ada dirumah atau
mungkin cuma tinggal sehari dua hari saja maka ada kemungkinan
dia orang adalah Phoa Loo Tsk yang dimaksudkan kedua orang Bulim itu, dengan sendirinya dia adalah seorang yang patut dicurigai."
"Hmmm . . , sangat beralasan sekali"
"Kedua orang Bu-lim itu bsrwajah amat menyeramkan, bilamana
mereka berasal dari kalangan hitam maka janji Phoa Loo Tek untuk
turun tangan membantu sudah tentu bukan satu pskerjaan yang
cemerlang, apalagi Poocu kita selalu menasahati seluruh jagoan
pedang yang ada didalam Benteng kita untuk menjauhkan diri dari
segala kejahatan maka itu urusan ini harus kita selidiki sampai
jelas." "Benar . . benar . . ." sahut Shia Pek Tha sambil mengangguk
berulang kali, "Ti Kiauw tauw rasa baiknya kirim siapa untuk
melakukan penyelidikan ini ?"
"Urusan ini untuk sementara waktu janganlah dilaporkan terlebih
dahulu kspada Poocu sehingga jangan sampai pula kawan yang lain
mengetahui maka itu maksud dari Siauw te bilamana Shia heng
tidak keberatan maka dengan mengambi1 beberapa waktu ini
berangkatlah sendiri untuk melakukan penyelidikan, bagaimana
maksud dari Shia heng ?"
"Boleh, waktu perkawinan dari Ti Kiauw tauw masih ada enam
belas hari lamanya dari sini menuju ke dusun Swie Ma Kauw pun
pulang balik cuma membutuhkan enam hari saja, kemungkinan
sekali Poocu akan memberi izin uutuk turun gunung, cuma entah
harus menggunakan alasan apa untuk minta libur ?"
"Coba Shia-heng pikirlah dengan cermat."
Lama sekali Shia Pek Tha termenung bsrpikir akhirnya dia
menjerit kegirangan. "Aaash. sudah ada, setiap tahun pada waktu begini cayhe tentu
akan menuju ke gunung Kiu Cing san untuk menengok istri dari
seorang kenalanku yang telah meninggal, biarlah aku menggunakan
alasan ini untuk minta ijin."
"Tetapi apa hubungannya antara dirimu dengan dia orang ?"
"Dahulu cayhe mempunyai seorang sahabat karib yang bernama
Siauw Tioen Hoo, dia pun merapakan seorang jagoan Bu-lim tapi
akhirnya dia dibunuh orang dan meninggalkan seorang istri dengan
tiga orang anak, keadaannya sangat kasihan sekali, karenanya
setiap tahun cayhe tentu pergi menengok meraka dan membagi
sedikit uang buar mereka, urusan ini pun diketahui pula oleh Poocu
sendiri." "Kalau memangnya begitu hal ini amat bagus sekali. Poocu tentu
mengijinkan Shia heng untuk pergi keluar."
"Cayhe sekarang juga akan minta ijin kepada Poocu, bilamana
Poocu setuju maka cayhe sekarang juga akan berangkat"
Sehabis berkata dengan ter-buru2 dia terus berlalu dari sana.
Tidak lama kemudian dengan wajah penuh senyuman dia sudah
berjalan kembali lagi. "Haaa .. haaa . Poocu sudah setuju" ujarnya tertawa, "Dia cuma
memberi pesan agar beberapa hari sebelum perkawinan dari Ti
Kiauw tauw harus sudah kembali ke dalam Benteng."
Dalam hati Ti Then merasa amat girang sekali.
"Lalu Shia heng mengambil keputusan hendak berangkat
sekarang juga ?" "Tidak salah, cayhe adalah seorang yang mempunyai sifat ingin
terburu2, sesuatu urusan setelah diambil keputusan maka segera
juga kepingin berangkat"
Dia berganti pakaian, mengambi1 beberapa stel ganti dan
beberapa ratus tahil perak yang dibungkus menjadi satu buntalan
lalu dipanggul keatas bahu,
"Sudahlah. sekarang aku mau berangkat" katanya kemudian.
"Shia heng hendak berangkat dengan menunggang kuda ?"
"Sudah tentu" "Kawan-kawan Benteng lainnya bilamana melihat secara tiba2
Shia heng berangkat meninggalkan benteng tentu akan menaruh
rasa curiga. lebih baik kau pesanlah beberapa patah kata kepada
mereka." "Baiklah, apakah Ti Kiauw tauw ada pesan lainnya ?".
"Tidak ada, Siauw te punya maksud tidak menghantar Shia heng
keluar benteng, harap di perjalanan Shia heng suka berhati-hati"
Demikianlah Shia Pek Tha lantas berangkat meninggalkan
benteng itu. Sedangkan Ti Then sendiri pun dengan wajah penuh
kegembiraan berjalan kembali kedalam kamarnya.
Apa yang dikatakan pernah bertemu dua orang Bu-lim di kota
Kiam Bun Koan sudah tentu adalah perkataaa kosong belaka, tujuan
yang utama dari dirinya adalah pergi menyelidiki kemana perginya
Phoa Loo Tek selama dua bulan ini, karena dia merasa perawakan
badan dari Phoa Loo Tek ini sangat mirip sekali dengan perawakan
pemuda berkerudung yang diperintah majikan patung emas untuk
menyelidiki dan mengawasi dirinya itu.
Bilamana Shia Pek Tha mendapat tahu kalau Phoa Loo Tek tidak
pernah pulang ke rumah atau mungkin cuma beberapa hari saja
disana maka delapan bagian Phoa Loo Tek ini adalah si pemuda
berkerudung. Jikalau dia berhasil membuktikan kalau Phoa Loo Tek adalah si
pemuda berkerudung itu, dirinya secara diam2 bisa pancing dia
keluar dari Benteng kemudian menawan dirinya dan paksa dia untuk
mengaku nama serta asal usul dari majikan patung emas, dengan
demikian ada kemungkinan dia akan memperoleh cara yang amat
baik untuk menghadapi majikan patung emas itu.
Terhadap urusan ini dia menaruh harapan yang amat besar
sekali. Sakembalinya kedalam kamar dia lantas berganti dengan pakaian
singsat. Saat itulah tampak si Loo-cia pelayan tua itu sudah berjalan
masuk ke-dalam kamar. "Ti Kiauw tauw," ujarnya. "Tadi Coen Lan datang kemari, katanya
nona mengundang kau pergi ke-sana setelah bersantap."
"Baiklah." "Beberapa hari ini agaknya setiap hari nona terus menerus
bersembunyi didalam kamar, apakah dia merasa malu?"
"Benar" jawab Ti Then tertawa.
Mendadak, dengan pandangan mata yang tajam si Loo-cia
pelayan tua itu memperhatikN dirinya lalu sambil tertawa tanyanya:
"Ti Kiauw tauw, ada urusan apa yang membuat hatimu jadi
begitu gembira ?" "Urusan yang menggembirakan ?" tanya Ti Then melengak.
"Air muka Ti Kiauw tauw amat giraag sekali, tentu ada satu
urusan yang menyenangkan hatimu," seru si Loo-cia sambil
menuding wajahnya. "Setiap orang yang menghadapi hari perkawinannya sudah tentu
akan bsrsemangat, aku sudah hampir jadi pengantin . . . coba kau
bilang patutkah aku merasa tidak gembira?".
"Tidak, rasa girang dari Ti Kiauw-tauw kali ini sangat luar biasa
sekali, perasaan gembira ini belum psrnah ditemui sejak Ti Kiauwtauw memasuki benteng Pek Kiam Poo".
"Kau jangan omong sembarangan!".
"Sungguh, hamba yang selama hidup bekerja sebagai pelayan
paling pinter melihat perubahan wajah dari majikanku, hati
majikanku lagi senang atau sedih hamba mengetahuinya dengan
amat jelas sekali". Ti Then tidak banyak bicara lagi dengan dirinya, dia lantas
berjalan keluar dari kamar dan menuju ke ruangan makan, karena
waktu itu adalah waktu bersantap.
xxxxx Selesai bersantap dia berjalan menuju ke kamar Wie Lian In, saat
itu dia melihat Wie Lian In lagi duduk disamping Mong Yong Sian
Kauw itu si ciangbunjin dari Tiang Pek Pay dan melihat dia sedang
menyulam. Dengan amat hormatnya dia lantas menjura kepada diri Mong
Yong Sian Kauw setelah itu baru ujarnya kepada diri Wie Lian In:
"Coen Lan tadi bilang kau ada urusan mencari aku ?".
"Aaaah . . tidak ada urusan yang penting" sahut Wie Lian In
sambil tertawa malu. "Mong Yong ciangbunjien lagi memberi
pelajaran menyulam kepadaku, aku ingin membuatkan satu
kantongan uang buat dirimu cuma saja tidak tahu kau suka
kembangan yang bagaimana maka aku sengaja mengundang kau
kemari". "Tidak boanpwee sangka Mong Yong ciangbunjin pun bisa
menyulam, sungguh luar biasa sekali" puji Ti Then kepada Mong
Yong Sian Kauw sambil tertawa.
"Aku adalah seorang perempuan sudah tentu mengerti akan
menyulam, hal ini ada apanya yang aneh"7" seru Mong Yong Sian
Kauw tertawa pula. "Tetapi kau sebagai seorang ciangbunjien suatu partai besar
bagaimana ada waktu untuk mempelajari soal begini ?"".
"Sekarang aku adalah seorang ciangbunjien tetapi sewaktu kecil
tidak, permainan macam ini aku mempelajari ini dari ibuku semasa
kecil". Waktu ini dia sedang menyulam sebuah bunga Bwee, kelihatan
sulamannya amat bagus sekali.
"Agaknya ciangbunjien amat suka dengan bunga Bwee?" tanya Ti
Then lagi. "Bukankah julukanku sebagai sekuntum bunga Bwee?".
"Mong Yong ciangbunjien bukan saja pandai membuat bunga
Bwee bahkan bunga yang lain pun saagat indah sekali" timbrung
Wie Lian In dari samping.
"Lalu kau sendiri sudah bisa mempelajari berapa macam?" tanya
Ti Then terhadap diri sang nona.
"Sama sekali tidak bisa, maka itu aku mau tanya dulu kau suka
dengan bunga apa, setelah kau menyebutkannya maka aku akan
mempelajarinya dari Mong Yong ciangbunjien!".
Mendengar perkataan tersebut Ti Then segera tersenyum.
"Bilamana diatas kantongan uang disulam sekuntum bunga, hal
ini aku rasa rada kurang bagus."
"Kenapa ?" "Mudah menghamburkan uang hingga habis!" jawab Ti Then
sambil tertawa. (Huruf Tionghoa "Hoa" berarti bunga, berarti pula menghamburkan).
Wie Lian In segera tertawa cekikikan, "Uang yang ada didalam
kantongan uang memang seharusnya di-hambur-hamburkan!"
serunya. "Mengirit adalah satu kebaikan, buat apa orang harus
menghambur-hamburkan uang" aku lihat lebih baik kau sulamkan
sebuah kepala harimau saja"
"Kepala macan?" tanya Wie Lian In melengak,
"Benar?" jawab Ti Then tsrtawa. "Bilamana diatas kantongan uang disulam dengan seekor kepala macan maka setiap kali aku
merogoh kantong untuk mengamhil uang lantas bisa merasakan
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti masuk kedalam mulut macan, maka setiap pengeluaran
sangat berhati-hati."
Wie Lian In serta Mong Yong Sian Kauw yang mendengar
perkataan tersebut tak terasa lagi segera tertawa keras.
Pada saat mereka bertiga sedang bercakap-cakap itulah
mendadak dari luar bangunan terdengar suara si Loo-cia pelayan
tua itu sedang berteriak teriak:
"Ti Kiauw tauw . . Ti Kiauw-tauw... diluar ada seorang tamu yang
sedang mencari dirimu!"
Mendengar perkataan tersebut Ti Thens segera merasakan
hatinya tergetar amat keras, dengan terburu-buru dia mohon pamit
dan berjalan keluar. "Siapa?" tanyanya setelah bertemu muka dengan Loocia si
pelayan tua itu. "Orang itu tidak suka melaporkan namanya, dia cuma bilang
dirinya kenal dengan Ti Kiauw tauw dan sekarang ada urusan untuk
bertemu muka." Ti Then merasa tidak mungkin ada seorang kawannya yang
sengaja datang untuk bertemu muka dengan dirinya karena itu
dalam hati dia merasa amat curiga, tanyanya lagi :
"Bagaimana potongan dari orang itu ?".
"Katanya seorang kakek tua, hamba tidak melihatnya sendiri
sehlngga tidak begitu jelas".
"Sekarang dia ada dimana?"
"Masih ada didalam pintu luar benteng".
Dengan langkah yang tergesa-gesa Ti Then segera berjalan
keluar dari pintu luar Benteng.
Sewaktu tiba dihalaman depan dia bertemu muka dengan Wie Ci
To. "Loo-cia bilang di luar ada seorang kakek tua yang hendak
bertemu dengan siauw say!" katanya sambil menghentikan
langkahnya. "Benar, mari kita berjalan keluar untuk melihat sebentar" ujar Wie Ci To sambil mengangguk.
Tua muda dua orang segera berjalan keluar dari pintu Benteng,
terlihatlah didepan pintu berdiri seorang kakek tua berbaju hijau
dengan pada kepalanya tertutup oleh sebuah topi lebar yang
terbuat dari rerumput, saat ini dia sedang menundukkan kepalanya
sebingga tidak terlihat wajahnya, tetapi jika ditinjau dari sikapnya
tidak salah lagi dia adalah searang jagoan dari Bu-lim.
Ti Then sagera mengerutkan alisnya cepat 2, sambil maju
merangkap tangannya memberi hormat ujarnya :
"Cayhe adalah Ti Then, entah?"
Si kakek tua berbaju hijau itu mendongakkan kepalanya lalu
tersenyum. Melihat kedatangan dari orang itu, terasa lagi Ti Then segera
tertawa sanang, dengan gugup dia berlari kedepan dan jatuhkan diri
berlutut. "Aaaah . , , kiranya adalah Yuan Loocianpwee ..."
Suaranya gemetar, jelas hatinya merasa sangat terharu sekali!
Tidak salah, kakek tua itu adalah Piauw Tauw dari Yong An
Piauw-kiok, Si Kiem Kong So, Yuan Siauw Ko adanya.
Dengan cepat Yuan Siauw Ko membangunkan dia.
"Tidak usah banyak adat " ujarnya sambil tertawa. "Loohu
dengar kau sudah hampir menikah maka sengaja berangkat kemari
untuk menengok dirimu."
Bertemu dengan orang ini Ti Then merasa bertemu dengan
orang yang paling rapat dengan dirinya, dsngan rasa yang amat
girang dia lantas menoleh kearah Wie Ci To dan ujarnya.
"Gak-hu, dialah Piauw-tauw dari Yong An Piauw-kiok!"
"Nama besar dari Yuan-heng sudah lama aku orang she Wie
kagumi, selamat bertemu! selamat bertemu! " ujarnya sambil
merangkap tangannya menjura.
Dengan gugup Yuan Siauw Ko pun membalas hormat itu.
"Kunjungan yang mendadak harap Wie Poocu suka jangan
marah." "Mana . . . mana . . mari masuk ke dalam untuk minum teh".
Sambil berkata dia menyingkir ke samping mempersilahkan
tamunya untuk masuk ke dalam.
Mereka bertiga segera mengambil tempat di ruangan tengah
Benteng dan duduk menurut urutan.
Ti Then lantas menghidangkan air the, setelah masing2 pihak
berbicara beberapa kata kesopanan terdengarlah dengan wajah
serius Wie Cl To berbicara:
"Mengenai peristiwa lenyapnya barang kawalan sewaktu Ti Then
bekerja di dalam Piauw-kiok Yuan-heng, aku orang she-Wie baru
tahu pada kurang lebih sebulan yang lalu, karena urusan ini bocah
ini makan tidak enak tidur tidak tenang. Tetapi aku orang she-Wie
sudah berjanji setelah perkawinan mereka aku akan mengerahkan
ssluruh pendekar pedang yang ada untuk menyelidiki jejak dari si
Hong Liuw Kiam Khek ini, aku tidak percaya dia bisa lenyap".
"Bilamana Wie Poocu suka turun tangan memberi bantuan sudah
tentu Loohu merasa sangat berterima kasih sekali" ujar Yuan Siauw
Ko sambil tertawa. "Tetapi sejak semula Loohu sudah tidak pikirkan
urusan ini didalam hati, apakah lain kali berhasil menemukan
kembali barang kawalan yang lenyap itu soal tersebut sudah tidak
terlalu penting lagi."
"Apa maksud dari psrkataan Yuan-heng itu?"
"Loohu sudah mengganti lenyapnya barang itu dengan si pemilik
barang, sedang terhadap mereka pun tidak ada tanggung jawab lagi
maka itu dapatkah kita menemukan kembali barang itu loohu rasa
bukanlah satu urusan yang penting."
"Yuan-heng sangat lapang dada menganggap harta seperti
kotoran, sungguh membuat Loohu merasa amat kagum, tetapi di
pihak Ti Then hal ini tidak bakal menenangkan hatinya, karena dia
sudah mencelakai seluruh keluarga Yuan-heng."
"Usia Loohu sudah lanjut, terhadap pekerjaan pun sudah tidak
terlalu mementingkan, setelah berkelana selama beberapa tahun
didalam Bu-lim, loohu merasa sudah bosan dan ingin beristirahat
saja." "Tidak perduli bagaimana pun lenyapnya barang kawalan itu
harus berusaha untuk dicari kembali" ujar Wie Ci To dengan wajan
yang amat serius. "Hal ini bukan saja demi Yuan-heng tetapi demi Ti
Then pula. Sejak dia menjabat sebagai Kiauw tauw didalam benteng
aku orang she Wie jarang sekali melihat wajahnya menampakkan
kegembiraan, selalu saja dia merasa amat murung, kini dia sudah
menjadi menantu dari aku orang she Wie, maka aku orang
seharusnya memberi satu kebahagiaan kepada mereka.
Mendengar psrkataan tersebut saking terharunya tidak kuasa lagi
Ti Then mengucurkan air matanya,
Dia benar2 merasa terharu, luka dihatinya pun terungkap
kembali. Dengan sedihnya Yuan Siauw Ko menghela napas panjang.
"Sudah tentu Loohu sendiri pun sangat mengharapkan barang
kawalan yang sudah lenyap itu bisa dicari kembali, bilamana Wie
Poocu bisa bantu mencarinya kembali maka Loohu bersedia untuk
menyumbangkan separohnya untuk menolong kaum miskin"
"Lao-heng serta putrimu apa tidak ikut datang ?" tiba-tiba Ti
Then menyambung dari samping.
"Setelah pertemuan kita dulu, sebulan kemudian Loohu sudah
menikahkan Lao Ie dengan putriku, kini mereka tinggal di rumah"
"Apakah mereka sudah tidak ikut loocianpwee menjual silat ?"
"Benar! " Sahut Yuan Siauw Ko sambil mengangguk. "Alasannya ada dua, pertama; sekaraag Lan-jie sudah mengandung sehingga
tidak leluasa baginya untuk berluntang-lantung didalam dunia
kangouw. Kedua: Lao Ie sekarang sudah menjadi Piauw-su dari
Liong Hauw Piauw-kiok, penghidupan mereka pada saat ini lumayan
juga" "Lalu kau sendiri?" tanya Ti Then dengan rasa kuatir.
"Menganggur, heeeei .... di kota Han Yang Loohu buka sebuah
perguruan silat dan menerima murid, idep2 mencari tambahan
sesuap nasi!" "Bilamana bisa mencari satu tempat untuk tinggal memang jauh
lebih baik dari pada harus berkelana terus didalam Bu-lim ..." seru Ti Then dengan rada lega.
"Kapan kau akan menikah dengan nona Wie ?" tanya Yuan Siauw
Ko kemudian. "Masih ada enam belas hari lagi".
"Apakah Yuan-heng suka menetap selama beberapa hari disini ?"
sambung Wie Ci To kemudian.
"Baiklah, Loohu sengaja datang kemari untuk memberi selamat
sudah tentu baru pulang setelah perkawinan mereka selesai,
asalkan tidak mengganggu ketenangan didalam Benteng, loohu
tentu akan tinggal disini".
"Aaaah . . . buat apa Yuan-heng membicarakan perkataan
tersebut " Tempo hari aku orang she Wie pun pernah
membicarakan soal Yuan-heng dengan diri Ti Then, cuma karena
tidak mengetahui dimanakah Yuan-heng berada maka sulit untuk
mengirim undangannya keluar, kini Yuan-heng sudah datang, sudah
tentu hal ini amat bagus sekali"
Sedang mereka bercakap-cakap terlihatlah ciangbunjien dari Kun
Lun Pay Kiem Cong Loojien ber-sama2 dengan ciangbunjien dari
Tiang Pek Pay, Mong Yong Sian Kauw sudah berjalan masuk ke
dalam ruangan. Dengan cepat Wie Ci To memperkenalkan mereka berdua dengan
Yuan Siauw Ko setelah itu baru ber-sama2 mengambil tempat
duduk, karena semuanya adalah orang2 dari kalangan dunia
kangouw maka apa yang dibicarakan pun tidak akan lebih dari
persoalan tersebut. Malam itu Wie Ci To mengadakan perjamuan untuk menjamu diri
Yuan Siauw Ko, orang yang ada didalam perjamuan itu, Kiem Cong
Loojien. Mong Yong Sian Kauw, mereka dengan amat gembiranya
bersantap dan minum arak sehingga tengah malam baru bubaran.
Setelah itu Ti Then menghantar sendiri Yuan Siauw Ko ke dalam
kamarnya untuk beristirahat.
"Malam sudah larut, kau pun kembalilah ke kamar untuk
beristirahat, ada perkataan kita bicarakan lagi besok pagi". katanya
kemudian. Ti Then ssgera menyahut dan mengundurkan diri dari ruangan
tersebut. Pada saat dia mengundurkan diri kedalam kamarnya itulah
langkahnya amat perlahan sekali, beberapa kali dia kepingin
berhenti dan berbicara sepuasya dengan Yuan Siauw Ko.
Dia ingin memberitahukan rahasia dirinya kepadanya, dia akan
menceritakan bagaimana dia diperalat oleh majikan patung emas.
Rasa hormatnya terhadap si Kiam Kong So Yuan Sauw Ko ini
tidak berada dibawah Wie Ci To, karena Yuan Siauw Ko adalah
merupakan seorang jagoan Bu lim yang paling disayang olehnya, dia
pernah mengangkat dirinya, memberi petunjuk kepadanya bahkan
menyayangi dirinya. Sesuatu kehilangan barang kawalan tempo hari pun bukan saja
dia tidak memaki dirinya bahkan terus menerus menghibur dirinya.
Karena itu di dalam hatinya Yuan Siauw Ko adalah seorang ayah
yang pstut dihctmati dan disayangi, sekarang dirinya menemui
urusan yang menyulitkan dia ingin mengutarakan seluruh kesulitan
itu kepadanya. Tetapi berbagai ingatan kembali berkelebat memenuhi seluruh
benaknya, akhirnya dengan paksakan diri dia membatalkan maksud
hatinya itu dan berjalan kembali ke kamarnya.
Karena dia sudah memikirkan akan satu hal dia merasa kuatir
bilamana hal ini sampai diketahui oleh majikan patung emas atau
mata2 yang dikirim olehnya untuk mengawasi dan
memperdengarkan apa yang dikatakaa olehnya Yuan Siauw Ko
bakal menemui kematian yang mengerikan sekali,
Hal ini boleh dikata ada kemungkinan bisa terjadi, majikan
patung emas tidak akan membiarkan orang ketiga untuk ikut
mengetahui rencana busuknya ini, sewaktu dia mengetahui kalau
Yuan Siauw Ko pun mengetahui akan rahasianya ini maka dia bisa
turun tangan membinasakan dirinya.
Maka itu setelah berpikir pulang pergi akhirnya dia paksakan diri
untuk bersabar. Sekembalinya kedalam kamar dia lantas mencuci muka,
membuka pakaian dan tidur.
Malam itu kembali Majikan patung emas munculkan dirinya.
Dengan diam2 dia menurunkan patung emasnya kebawah lalu
menggerakkan patung tersebut untuk membangunkan Ti Then.
"Ti Then, kau bangunlah!" tegurnya.
Dengan cepat Ti Then membuka matanya kembali.
"Ada urusan apa?"
"Aku man membicarakan soal Kiam Kong Su Yuan Siauw Ko
dengan dirimu". "Kenapa ?" tanya Ti Then tawar.
"Aku ingin mengetahui hubunganmu dengan si tangan baja Yuan
Siauw Ko itu?" "Tidak perduli aku mempunyai sangkut paut apa dengan dirinya
hal ini tiada hubungannya dengan dirimu".
"Sekarang kau masih merupakan patung emasku " bentak
majikan patung emas dengan gusar. "Sekalipun aku suruh kau
mengorek keluar hatimu kaupun harus melaksanakannya."
"Baik, aku akan mengorek hatiku baru kau lihat2".
Sehabis berkata dari dalam sakunya dia mencabut keluar sebilah
pisau belati. Agaknya majikan patung emas merasa amat terkejut sekali
melihat kejadian itu. "Tidak, aku tidak akan taruhan dengan dirimu" serunya dengan
terburu-buru, "Aku tidak menyuruh kau untuk mengorek keluar
hatimu". "Hmmm! aku sih mengharapkan sekali kau benar2
memerintahkan aku untuk mengorek keluar hatiku, dengan
demikian semua kesulitanku bisa musnah" seru Ti Then sambil
tertawa pahit. Nada suara dari majikan patung emas seketika itu juga berubah
jauh lebih lunak lagi. "Aku cuma ingin mengetahui hubungan diantara kalian, apakah
soal inipun tidak boleh dikatakan?"
"Sewaktu ada di gua Hu Lu Tong di gunung Ccen san kau pernah
berjanji tak akan mendesak aku untuk membuka rahasia".
Majikan patung emas termenung sebentar, akhirnya dia
menyahut. "Baiklah, kau tidak usah mengatakan pun tidak mengapa,
padahal aku cuma ingin membantu kau.."
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku mempunyai kesulitan yang
membutuhkan bantuan dari orang lain ?" desak Ti Then dengan
sedikit tergerak. "Aku bisa melihatnya."
"Kemunculanmu malam ini apakah sengaja hendak
menyampaikan maksud baikmu itu?"
"Di samping itu aku mau mengatakan satu hal kepadamu aku
merasa bahkan hubunganmu dengam Yuan Siauw Ko agaknya amat
rapat sekali, tetapi bagaimanapan hubungan diantara kalian berdua
aku melarang kau untuk menceritakan urusan di antara kita ini
kepadanya. "Bilamana aku memberitahukan rahasia ini kepadanya kau punya
Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maksud untuk berbuat apa?"
"Aku bermaksud untuk berbuat apa tentunya kau bisa
menebaknya sendiri bukan?" seru majikan patung emas dengan
dingin. "Bilamana secara diam2 aku memberitahu kepadanya ?" tanya Ti
Then dengan nada mencoba.
"Soal itu tidak akan mengelabuhi diriku " jawab majikan patung emas sambil tertawa dingin.
"Benar " kata Ti Then sambil mengangguk. "Ada seseorang yang bersembunyi di dalam benteng dan setiap waktu setiap saat
mengawasi setiap gerak gerikku secara diam2 ..."
"Hmm! kalau kau sudah tahu itulah sangat bagus sekali"
"Kau ingin menakut nakuti diriku ?"
"Bukannya menakuti dirimu " sahut majikan patung emas
sepatah demi sepatah. "Aku benar2 bisa berbuat demikian, setiap
kali aku melihat kau hendak membocorkan rahasiaku maka aku bisa
perintah dia untuk membunuh mati orang itu".
"Kau berlegalah hati. bilamana aku bermaksud hendak
memberitahukan urusan ini kepadanya maka sewaktu tadi aku
membawa dia kedalam kamar aku bisa memberitahukan hal ini
kepadanya, aku tidak akan menanti sampai sekarang".
Si Tangan Sakti 6 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Sepasang Pedang Iblis 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama