Ceritasilat Novel Online

Pendekar Patung Emas 4

Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong Bagian 4


pertempuran pertamanya secara resmi dia sudah berhadapan
dengan seorang "Pendekar Pedang Hitam" yang sukar untuk
ditundukkan, hanya cukup seorang Pendekar pedang hitam saja
sudah demikian lihaynya hal ini membuktikan kalau Wi Ci To yang
sekarang jauh lebih lihay daripada Wi Ci To dua puluh tahun yang
lalu. Semakin bertempur hatinya semakin terperanyat sehingga di
dalam keadaan yang tidak tenang itu membuat seluruh jurus
serangan yang dilancarkan semakin tidak karuan, karena itulah
sesudah lewat lima enam puluh jurus lagi lama kelamaan dia sudah
terdesak hingga berada di bawah angin.
Dalam hati Ti Then juga tidak menginginkan dia terkalahkan
dengan sangat cepat karena itulah bentaknya dengan keras:
"Pusatkan seluruh perhatian untuk bertempur, kalau tidak segera
kamu akan dikalahkan"
Cian Pit Yuan menjadi sangat terkejut segera dia pusatkan
seluruh perhatiannya untuk menghadapi musuh, tenaga murninya
diatur sehingga lancar dengan demikian dia berhasil juga
menyambut setiap serangan musuh yang sangat genting itu.
Kedua orang itu semakin bertempur semakin cepat hingga
akhirnya semua hadirin hanya melihat sekumpulan bajangan
manusia yang sebentar naik sebentar turun kemudian terdengar
pula suara menyambarnya angin pukulan yang sangat dahsyat.
Siapa pun tidak bisa melihat dengan jelas yang mana Ti Then dan
mana pula Cian Pit Yuan sendiri.
Sesudah bertempur kurang lebih empat jurus lagi tiba-tiba:
"Plok.." terlihatlah bajangan manusia itu berpisah dan masingmasing mengundurkan diri beberapa langkah ke belakang.
Air muka dari Cian Pit Yuan berubah menjadi hijau membesi,
tangan kirinya di balik terdengar suara pekikan naga pada
tangannya sudah bertambah dengan sebilah pedang panjang yang
sangat tajam dan memancarkan sinar kebiru-biruan, bentaknya
dengan keras: "Bangsat cilik, cepat ambil pedangmu, Lohu akan mencoba juga
kepandaianmu di dalam permainan pedang, bila kau berhasil
menyambut seratus jurus serangan lohu ini maka sejak ini hari lohu
akan mengundurkan diri dari Bu-lim selamanya tidak akan
mendatangi benteng Pek Kiam Po ini untuk menuntut balas"
"Bagus..bagus sekali" sahut Ti Then sambil tersenjum, "Hanya
saja kamu orang sudah bunuh satu saudara kami maka sebelum kau
meninggalkan tempat ini maka telinga sebelah kirimu harus
ditinggalkan juga" Saking gusarnya air muka Cian Pit Yuan yang sudah berubah
menjadi hijau membesi semakin jelek lagi, teraknya dengan keras:
"Bangsat cilik..bangsat cecunguk anying, mungkin kamu orang
sudah bosan hidup..cepat ambil pedangmu"
Kiranya pada dua puluh tahun yang lalu Cian Pit Yuan sekali pun
jadi orang sangat aneh tetapi suka kebagusan, sesudah telinga
sebelah kanannya terluka oleh pedang Wi Ci To karena perasaan
malunya inilah segera dia angkat sumpah untuk membalas dendam
sakit hati itu, kini dia dengar Ti Then mau menabas telinga sebelah
kirinya juga tidak terasa menjadi sangat gusar sekali.
Tiba-tiba terdengar Wi Ci To tertawa terbahak-bahak ujarnya:
"Cian-heng, bagaimana kalau ganti baju dulu baru menlanjutkan
pertempuran ini?" Air muka dari Cian Pit Yuan segera berubah menjadi merah
padam, ujarnya dengan gusar:
"Hey orang she Wi menang kalah masih belum ditentukan jangan
keburu girang dulu!"
Semua orang yang hadir ditempat itu sesudah mendengar
perkataan dari Wi Ci To ini barulah memperhatikan keadaan dari
Cian Pit Yuan, terlihatlah pakaian bagian dadanya sudah sobek
beberapa bagian hal ini memperlihatkan kalau pertempuran yang
baru saja selesai ini dia sudah terkalahkan, tidak aneh kalau dia
minta berganti dengan pertempuran pedang.
Ti Then ketika melihat seluruh sinar mata dari orang-orang yang
ada disekitar tempat itu memandang kearahnya dengan perasaan
kagum tidak terasa hatinya merasa sangat bangga, ujarnya sambil
tertawa tawar: "Saudara mana yang mau meminyamkan pedangnya untuk
siauwte gunakan?" Sebilah pedang panjang segera dilemparkan kearahnya.
Ti Then sesudah berhasil menyambut pedang itu dilihatnya
sebentar seluruh tubuhnya kemudian barulah ujarnya kepada Cian
Pit Yuan sambil tertawa: "Mari, silahkan mulai melancarkan serangan"
Perasaan gusar yang menghiasi wajah Cian Pit Yuan dengan
mendadak lenyap tanpa bekas sedang sikapnya pun segera
berubah menjadi sangat serius. Pedangnya dilintangkan disepan
dada sepasang matanya memandang mendatar ke depan agaknya
seluruh perhatiannya sedang dipusatkan pada ujung pedangnya,
sehingga kelihatan sekali sikapnya yang gagah tidak malu disebut
sebagai seorang jago nomor wahid.
Wi Ci To yang melihat keadaannya itu menganggukkan kepalanya
dengan perlahan, kepada Huang Puh Kian Pek yang berada disisinya
ujarnya dengan perlahan: "Kamu lihat bagaimana?"
"Tidak jelek" sahut Huang Puh Kian Pek dengan perlahan juga,
"Orang ini sudah melumerkan tiga kekuatan luar menjadi satu
kekuatan dahsyat, agaknya latihannya sudah mencapai pada
tingkatan yang keenam dari puncak kesempurnaan"
Wi Ci To menghela napas perlahan, ujarnya:
"Heei..bila ini hari bukannya Ti Then yang turun tangan mungkin
kerugian dan penderitaan yang akan dialami benteng ini akan jauh
lebih berat lagi" Huang Puh Kian Pek mengangguk dengan perlahan dan tidak
ambil bicara lagi, karena saat ini Ti Then serta Cian Pit Yuan yang
sedang bertempur ditengah kalangan sudah mencapai pada situasi
yang sangat tegang dan seru, jika dibicarakan terhadap mereka
boleh dikata pertempuran kali ini merupakan suatu pertempuran
yang paling sengit yang tidak mungkin tidak dilihat.
Ti Then serta Cian Pit Yuan yang saling berhadap-hadapan
dengan perlahan mulai menggeserkan diri ketengah kalangan, suatu
suasana pertempuran yang sangat seru dan sengit membuat
pernapasan setiap hadirin terasa sangat sesak.
Sesudah melewati suatu pertempuran-sunyi-yang cukup seru dan
menegangkan, pertama-pertama Cian Pit Yuan lah yang mulai
bergerak maju, terdengar dia membentak keras tubuhnya bersama
pedang panjangnya bagaikan kilat cepatnya menubruk kearah Ti
Then. Terlihat sinar pedang berkelebat beberapa kali, di dalam sekejap
mata dia sudah melancarkan tujuh kali serangan gencar kearah
seluruh tubuh Ti Then. "Criing..criiing"criing".criiing..!"
Pedang panjang Ti Then dengan lincahnya bergerak dan menari
ditengah bajangan serangan pedang dari Cian Pit Yuan itu, dengan
sangat mudahnya dia berhasil mematahkan ketujuh buah serangan
dahsyat itu, pedang panjangnya menjadi semakin kencang bersamasama dengan angin sambaran yang sangat tajam dia balas
menjerang tujuh buah serangan dahsyat kearah tubuh Cian Pit
Yuan. Cian Pit Yuan dengan cepat mematahkan setiap serangan itu
kemudian masing-masing meloncot mundur ke belakang sekali lagi
dengan saling pandang kearah pihak lawan mereka mulai bergeser
mengelilingi kalangan pertempuran.
Kali ini Ti Then melancarkan serangannya terlebih dahulu, dia
bersuit dengan nyaringnya, pedang panjangnya diputar sedemikian
rupa sehingga terlihat bunga pedang berterabngan memenuhi
angkasa sedang tubuhnya terus menerjang ke depan hingga
mencapai di depan tubuh pihak musuh.
Pedangnya digetarkan sehingga bunga-bunga pedang memancar
kearah wajah wjah si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan itu
sedang ujung pedangnya sendiri menabas kearah pinggangnya.
Dengan cepat Cian Pit Yuan menggetarkan pedangnya
mematahkan serangan itu sedang tubuhnya dengan cepat mundur
dua langkah ke belakang baru bisa terhindar sama sekali dari
serangan Ti Then ini. Begitu tubuhnya mundur dengan beraninya dia menerjang
kembali ke depan, kakinya dengan mantap setindak demi setindak
maju ke depan satu serangan, disusul dengan satu serangan yang
lain sehingga bagaikan terbangnya naga serta burung hong yang
sedang menari, mirip juga seperti mengamuknya hujan badai
melanda tengah samudra membuat Ti Then terpaksa mundur dua
langkah juga ke belakang.
Kedua orang itu sekali lagi menerjang ke depan, ditengah
berselimutnya bajangan pedang membuat tubuh kedua orang itu
sukar dibedakan, semua orang hanya merasakan pandangannya
menjadi kabur sukar dilihat jelas keadaan yang sesungguhnya,
mereka hanya sering mendengar benturan senyata tajam diselingi
dengan percikan bunga-bunga api, tidak tertahan lagi hati mereka
ikut berdebar-debar. Seluruh lapangan latihan silat itu berubah menjadi sunyi senyap,
selain suara desiran serta menyambarnya angin serangan yang
tajam ditimpah dengan hiruk pikuk dari meja-meja perjamuan yang
terbentur sama sekali tidak terdengar suara lainnya lagi setiap orang
dengan pandangan yang melongo memandang pertempuran
pedang yang sangat seru dan menegangkan itu.
Diam-Diam Wi Lian In menyawil ujung baju dari Hong Mong Ling,
ujarnya setengah berbisik:
"Kini kamu tidak cemburu dan iri lagi bukan terhadap dia?"
Air muka dari Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah
padam, dengan setengah tertegun tanyanya:
"Iri terhadap siapa?"
Wi Lian In segera mencibirkan bibirnya, ujarnya:
"Hmmm kamu orang jangan pura-pura lagi di hadapanku"
Hong Mong Ling menjadi bingung dan gugup ujarnya:
"In moay kamu bagaimana bisa bicara begini" Aku mana
mungkin iri terhadapnya, kepandaian silatnya begitu tinggi asalkan
kita mau berlatih dengan rajin di bawah bimbingannya maka aku.."
"Tidak usah bicara lagi" potong Wi Lian In sambil tertawa merdu,
"Aku hanya ingin meminyam kesempatan ini beri nasehat
kepadamu, kepandaian silatnya jangan dikata kita tidak akan
sanggup menangkan dia sekali pun ajahku sendiri juga mungkin
bukan tandingannya, sejak ini hari kau harus berlatih sungguhsungguh di bawah bimbingannya, jangan lagi mengorek dan
menyakiti hatinya sehingga dia tidak betah hidup di dalam benteng
kita" Hong Mong Ling sengaja memperlihatkan perasaan bingungnya,
tanyanya: "Bagaimana aku bisa menyakiti hatinya sehingga memaksa dia
meninggalkan benteng kita ini?"
"Kamu orang jangan terlalu pandang rendah aku, aku juga bukan
seorang anak kecil berusia tiga tahun, tadi pagi dengan sengaja kau
berikan sebilah pedang yang supah putus kepadanya, aku melihat
hal ini dengan sangat jelas sekali"
Air muka dari Hong Mong Ling sekali lagi berubah menjadi merah
padam ujarnya: "In-moay makin bicara kau makin tidak karuan, pedang itu
diputuskan oleh Ki suko bagaimana bisa dihubungkan dengan aku?"
"Hmm..kau lihat ajahku sangat pandang dia sehingga dalam hati
merasa tidak puas, tentang hal ini aku sendiri juga paham maka aku
mau memaafkan dirimu, tetapi bilamana kau mendesak terus janagn
salahkan aku kalau tidak mau perduli kau lagi"
Hong Mong Ling melihat Wi Lian Ini dibuat marah olehnya segera
ujarnya dengan gugup: "Kau anggap pedang itu aku yang patahkan terlebih dahulu?"
"Apa bukan begitu?"
Sengaja Hong Mong Ling memeprlihatkan perasaan tidak
puasnya, ujarnya lagi: "Coba kau pikirkan, aku juga tidak punya kepandaian untuk
menduga hal-hal yang akan datang bagaimana bisa tahu kalau
ajahmu akan pinyam pedang dariku untuk dia gunakan" Dan
dengan sengaja aku rusak pedangnya terlebih dahulu?"
"Hemmm..sejak sebelumnya kamu sudah menduga kalau ajahku
tentu akan pinyam pedang darimu"
"Heei.." ujar Hong Mong Ling sambil menghela napas panjang,
"Kalau kamu berpikir begitu aku juga tidak bisa berbuat apa-apa
lagi" Agaknya Wi Lian In sedikit menjadi gusar karena sikapnya yang
ketus itu, sambil memandang tajam kearah wajahnya katanya lagi:
"Jika didengar omonganmu, agaknya kamu tidak puas dengan
aku?" "Aku tidak punya perasaan begitu, aku hanya takut kamu salah
paham terhadap omonganmu"
Wi Lian In segera tertawa dingin, ujarnya:
"Omong yang sejujurnya urusan pagi ini sekali pun ajahku juga
dapat melihat dengan jelas, sebetulnya dia punya niat untuk maki
kamu hanya karena permintaanku untuk memaafkan kesalahanmu
ini sehingga dia tidak jadi, hemmm kini jika kamu masih begitu?"
Mendadak suatu jeritan ngeri yang sangat aneh sekali
berkumandang ditengah lapangan dengan kerasnya memotong
pembicaraan selanjutnya dari Wi Lian Ini itu.
Si pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan sudah dikalahkan"
Pada saat pertempurannya dengan Ti Then mencapai pada jurus
yang kesembilan puluh mendadak dia bersuit keras tubuhnya
dengan cepat mengundurkan diri beberpa kaki jauhnya dari tempat
semula kemudian disusul dengan putar tubuh ujung kakinya
menutul permukaan tanah dan melayang pergi dari situ, terlihatlah
bagaikan segulung asap hitam dengan kecepatan yang luar biasa
dia melarikan diri keluar dari Benteng Pek Kiam Po.
Di dalam sekejap mata saja dia sudah melenyapkan dirinya tanpa
bekas. Seluruh pendekar pedang yang ada ditengah kalangan itu dibuat
tertegun oleh kejadian ini, mereka semua tahu kalau Cian Pit Yuan
dudah dikalahkan tetapi tidak paham dengan cara bagaimana dia
bisa menderita kekalahannya itu.
Jilid 5.2. Kecurigaan Wi Lian In
Pedang panjang dari Ti Then ditunjukkan ke bawah, sesudah
berdiri termenung beberapa waktu lamanya barulah dengan
menggunakan ujung pedangnya menusuk sebuah telinga yang
penuh dibasahi oleh darah segar.
Ternyata dia memapas juga telinga sebelah kiri dari Cian Pit
Yuan. Seluruh pendekar pedang yang hadir di sana sesudah melihat
hal itu barulah meletus sorak sorai yang sangat keras, bahkan tidak
sedikit diantara mereka yang meloncat-loncat dan menari saking
girangnya. Kepandaian silat dari Ti Then membuat mereka menjadi mabok,
membuat mereka menjadi terpesona dan kagum.
Ditengah suara sorak sorai serta teriakan memuji itulah dengan


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setengah berbisik ujar Huang Puh Kian Pek kepada diri Wi Ci To:
"Jika melihat keadaan ini agaknya dugaan kita sama sekali meleset"
"Siapa bilang tidak, sejak sekarang juga kita tidak boleh
bertindak gegabah sehingga membuat dia merasa curiga terhadap
kita" "Tidak" ujar Huang Puh Kian Pek, "Dengan pedangnya dia
melukai Cian Pit Yuan hal ini hanya bisa membuktikan kalau dia
bukan murid dari Cian Pit Yuan, sedangkan mengenai dia musuh
dari Benteng kami ataukah kawan dari Benteng kami kita masih
membutuhkan waktu untuk membuktikannya."
Wi Ci To yang mendengar perkataan itu dalam hatinya merasa
sedikit tidak puas, ujarnya:
"Bilamana di dalam hatinya punya niat busuk terhadap Benteng
kita, dengan mengandalkan kepandaian silat yang dimilikinya
sekarang ini kenapa dia harus berbuat demikian, dengan terangterangan bukankah masih sanggup?"
Dia berhenti sejenak kemudian sambungnya lagi:
"Sekarang persoalan yang terpenting adalah dengan cara
bagaimana membuat dia mau tinggal di dalam Benteng kita ini
untuk selamanya" "He he he he?" sahut Huang Puh Kian Pek sambil tertawa
ringan, "Siauwte punya satu siasat yang bagus yang akan memaksa
dia berdiam di benteng kita untuk selamanya, hanya mungkin
suheng tidak akan menjetujuinya"
Wi Ci To segera memandang tajam wajahnya, lewat beberapa
saat kemudian barulah sahutnya: "Coba kau utarakan"
"Ha ha haha..jodohkan saja In-ji kepadanya!" sahut Huan Puh
Kian Pek dengan nada setengah gujon.
Wi Ci To menjadi tertegun, kemudian termangu-mangu lama
kemudian barulah ujarnya sambil tertawa paksa:
"Sute, kamu sedang omong gujon" Ie-suheng mu sudah
menjodohkan In-ji kepada Hong Mong Ling bagaimana kini bisa
membatalkan perjodohan itu untuk berbalik dijodohkan kepadanya?"
Sambil berkata dengan langkah yang lebar dia berjalan menuju
kearah Ti Then yang saat ini sedang dike pung oleh pendekar
pedang ditengah-tengah kalangan.
"Malam ini dengan keadaan mabok Ti-Kiauwtauw berhasil
memukul rubuh pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan, jika
berita ini sampai tersiar di dalam dunia kangouw agaknya tidak akan
ada orang yang mau percaya"
"Boanpwe tidak sanggup menawan dia sebenarnya dalam hati
sedang merasa kecewa" ujar Ti Then sambil tersenjum.
"Ha ha ha ha..hanya ini saja sudah sangat cukup, waktu itu
sesudah lohu melukai satu telinganya membuat dia harus
bersembunyi ditengah gunung selama dua puluh tahu lamanya
tanpa berani bertemu dengan seorang manusia pun ini malam Ti
Kiauwtauw berhasil melukai telinga lainnya mungkin selama
hidupnya ini tidak punya muka untuk berkelana di dalam Bu-lim
lagi" "Heei.." ujar Ti Then sambil menghela napas, "Jika dia tidak
bunuh seorang saudara kita terlebih dahulu, boanpwe juga tidak
punya niat untuk melukai dia"
Berbicara sampai di sini segera tanyanya lagi:
"Bagaimana dengan luka dari Shia toako?"
"Heei..luka dalamnya agak parah tetapi tidak ada bahaja
terhadap nyawanya, Lohu sudah kirim orang menghantar dia pulang
kekamar untuk berobat"
"Mari pergi. Kita lihat-lihat bagaimana keadaan lukanya" kata Ti
Then. Hari kedua karena pertempurannya melawan Cian Pit Yuan
membuat luka di pinggang Ti The kambuh kembali, sehingga dia
tidak pergi ke lapangan latihan silat untuk memberi pelajaran silat
kepada ke sepuluh orang pendekar pedang merah itu, dengan
langkah yang perlahan menuju kamar Shia Pek Tha untuk
menjenguk keadaan lukanya kemudian kembali kekamar untuk
beristirahat. Siang harinya, terlihatlah Hong Mong Ling menuju kekamarnya
untuk menjenguk keadaan luka dari Ti Then, ujarnya:
"Ti Kiauwtauw, bagaimana dengan luka di pinggangmu" Baikan
bukan?" "Oooh..terima kasih atas perhatianmu, sedikit baikan"
"Siauwte menerima perintah dari suhu untuk datang menemani
Ti Kiauwtauw bilamana Ti Kiauwtauw punya niat berpesiar ke atas
gunung siauwte akan bertindak sebagai petunjuk jalan"
"Heei?" ujar Ti Then, "Luka di pinggang siauwte masih belum
sembuh, untuk berpesiar ke puncak Selaksa Budha atau puncak
emas rasanya tidak begitu leluasa biarlah lain hari saja"
"Tapi di atas gunung ada sebuah tempat yang mem punyai
pemandangan alam yang sangat indah sekali bahkan tidak perlu
mengeluarkan tenaga untuk mendakinya, lebih baik kita pesiar ke
sana saja" "Ooh melihat pemandangan desa?" tanya Ti Then lagi.
"Tidak, sumber air sembilan naga"
Ti Then berpikir sebentar kemudian barulah sahutnya sambil
mengangguk: "Baiklah, biar bagaimana pun kita juga sedang nganggur, jauh
lebih baik untuk jalan-jalan"
Sehingga kedua orang itu sesudah membereskan pakaiannya dan
meminta ijin dari Wi Ci To segera bersama-sama keluar dari dalam
Benteng Pek Kiam Po itu. Gunung Go bi san ini merupakan pusat agama Budha yang
umum sehingga kuil-kuil yang didirikan di atas gunung sangat
banyak jumlahnya, kedua orang itu sesudah melewati kuil Lian Hoa
Si, Hoa Jen Si, Tiang Lo Ji Koan Sim Si dan terakhir sampailah pada
kuil yang terbesar jaitu Ban Nian Si.
Kuil selaksa tahun ini didirikan pada jaman Kim. Hwesio Tong Hwi
Tong pernah bertapa ditempat ini juga, ruangan di dalam kuil boleh
dikata dibagi menjadi tujuh ruangan besar misalnya Loteng Thay Oh
Lu, ruangan Kun Lo Tien, ruangan Khiet Hud Tien, ruangan Thian
Ong Cee, ruangan Kim Kong Tien, ruangan Thay Auh Tien serta
yang terakhir Coan Tien. Bangunan dari ruangan Coan Tien itu sangat aneh sekali, bagian
atas dari bangunan itu berbentuk persegi panjang sedang bagian
bawahnya berbentuk bulat sehingga bentuknya mirip dengan paku
terbalik seluruh bangunan terbuat dari bata merah tanpa
menggunakan sebuah tiang pun, bagian depan mau pun bagian
belakang terdapat pintu yang tingginya kurang lebih tiga kaki hingga
mirip dengan pintu kota, di dalam ruangan terletakkan patungpatung Budha yang terbuat dari tembaga setinggi satu kaki lebih
lima enam lebarnya tujuh depa, keadaannya sangat angker dan
gagah bahkan bentuk ukirannya pun sangat indah membuat setiap
orang yang melihat tidak tertahan pada menghela napas panjang.
Ti Then sesudah melihat-lihat kuil itu dan minum the di dalam
kuil barulah bersama-sama Hong Mong Ling keluar dari kuil untuk
meneruskan perjalanan ke depan.
Sesudah melewati kuil Hay Hwe Si, Ie Ong Si, Khie Lok Si, Kiam
Liong Si, Be Sian Kang serta jembatan Cing Hong Beng Gwat Ciauw
sampailah mereka di selat Liong Bun.
Di samping sebuah telaga terdapatlah suatu tebing yang terjal,
air bening dengan derasnya memancar keluar dari bagian di atas
menrjang ke bawah sehingga terbentuklah sebuah air terjun yang
sangat indah sekali, di samping air terjun berdirilah berpuluh-puluh
gua kecil yang mirip sekali dengan gua naga, air yang terjun dari
atas dengan mengeluarkan suara yang gemuruh memancarkan
percikan air keempat penjuru, inilah yang disebut sebagai sumber
air Kiu Liong dan merupakan satu pemandangan aneh yang terdapat
di atas gunung Go bi san ini.
Ti Then yang melihat pemandangan di tempat itu tidak terasa
hatinya menjadi mabok dan terpesona oleh keindahan tempat
tersebut, tidak terasa pujinya:
"Orang-orang bilang selat serta sumber air yang paling bagus
dan paling aneh diseluruh dunia boleh dikata Liong Bun di atas
gunung Go-bi san ini merupakan yang pertama, ternyata berita itu
sedikit pun tidak salah, pemandangan di situ sungguh indah sekali"
Hong Mong Ling yang dalam benaknya sedang memikirkan
urusan lain saat ini hanya berdiam diri saja tanpa mengucapkan
sepatah kata pun. Ti Then yang melihat Hong Mong Ling lama sekali tidak
menyawab segera ujarnya sambil tertawa:
"Hong heng, kamu bilang betul tidak?"
"Ooo..benar ..benar" sahut Hong Mong Ling dengan gugup, "Ti
Kiauwtauw bilang..bilang.."
"Ha..ha..haa"aku bilang pemandangan dari sumebr air Liong
Bun ini sungguh indah sekali"
"Benar.benar.." sahut Hong Mong Ling termenung sambil
mengangguk. Melihat sikapnya yang gugup sinar mata Ti Then segera
memandang kearahnya dengan sangat tajam, tanyanya:
"Hong heng kamu sedang pikirkan apa?"
Hong Mong Ling termenung sebentar kemudian barulah sahutnya
dengan perlahan: "Aku sedang pikirkan urusan malam itu"
"Urusan kemarin malam?"
"Bukan, urusan pada malam yang lalu"
Sengaja Ti Then memperlihatkan sikapnya yang bingung dan
tidak paham terhadap perkataan ini, tanyanya lagi:
"Kenapa dengan malam yang lalu?"
Hong Mong Ling memandang sekejap kearahnya kemudian
memandang lagi kearah percikan air terjun itu, ujarnya:
"Malam yang lalu bilamana siauwte tahu kalau Lu Kongcu itu
adalah si pendekar baju hitam Ti Then yang punya nama sangat
terkenal di dalam Bu-lim sudah tentu tidak mungkin akan terjadi
urusan yang sangat tidak menjenangkan itu"
Dalam hati diam-diam Ti Then merasa sangat geli, tetapi pada air
mukanya sengaja memperlihatkan perasaannya yang sedang
tertegun, tanyanya: "Hong-heng kamu sedang bicara apa?"
Hong Mong Ling menjadi sedikit gemas, sambil pukul batok
kepalanya sendiri ujarnya:
"Sudahlah, Ti Kiauwtauw-ku yang baik, siauwte sejak dulu sudah
mengenal kau adalah Lu Kongcu itu"
"Aku tidak mengerti kau sedang bicara apa?"
"Yang tidak mengerti seharusnya adalah aku" ujar Hong Mong
Ling sambil tertawa pahit, "Malam itu dengan gaja seorang kongcu
kaja yang suka pelesiran kau pergi ke sarang pelacur Toau Hoa
Yuan mencari Liuw Su Cen karena waktu itu siauwte tidak tahu
kalau kau adalah si pendekar baju hitam Ti Then, begitu dengar
perkataanmu yang sombong membuat perasaan gusar dalam hatiku
bergolak sehingga terjadilah bentrokan dengan kau, tetapi"kalau
memangnya di sarang pelacur Touw Hoa Yuan kau sudah menang
kenapa sampai sekarang kau masih begitu tidak puas terhadap
aku?" "Hong-heng" ujar Ti Then sambil tersenjum, "Sebetulnya kau
sedang bicarakan apa?"
"Ti Kiauwtauw tidak perlu pura-pura bodoh, di sini tidak ada
orang lebih baik kita bicara dengan blak-blakan saja"
"Hong-heng sudah salah mengenal orang, siauwte pada malam
yang lalu tidak pernah pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan"
"Hemm..hemm.." Hong Mong Ling tertawa dingin tak hentihentinya, ujarnya: "Siauwte tidak akan membocorkan rahasia dari Ti Kiauwtauw,
kau legakan hati saja sekarang siauwte hanya ingin mengetahui
tujuan yang sebenarnya dari Ti Kiauwtauw"
"Heeeii Hong-heng" seru Ti Then sambil mengerutkan alisnya
rapat-rapat, sedang air mukanya mulai kelihatan berubah, "Semakin
bicara semakin tidak karuan, sebenarnya sudah terjadi urusan apa"
Bagaimana jika Hong-heng ceritakan dengan jelas urusan yang
sebenarnya mungkin siauwte akan bantu pikirkan"
Dengan pandangan yang gusar Hong Mong Ling memandang
beberapa saat lamanya kearahnya, kemudian ujarnya dengan
marah: "Baiklah kau tidak mau bicara juga tidak mengapa, aku yang
akan bicara. Karena kau tahu aku sering pergi cari Liuw Su Cen
untuk bersenang-senang dan tahu juga kalau aku sudah dijodohkan
dengan nona Wi maka sengaja kau menanti di sarang pelacur Touw
Hoa Yuan untuk mencari setori dengan aku kemudian membawa
aku bersama Cang Bun Paiuw kembali ke Benteng. Hemmm dalam
anggapanmu dengan mencekal titik kelemahanku ini hendak
berusaha mencapai tujuan dari siasat licinmu, bukan begitu?"
Air muka dari Ti Then segera berubah menjadi sangat keren,
ujarnya sambil bangkit berdiri:
"Jalan, kita kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po"
"Mau apa?" tanya Hong Mong Ling berubah air mukanya.
"Laporkan seluruh kejadian ini kepada suhumu agar dia yang
pergi melakukan penjelidikan yang teliti, mari kita buktikan
bersama, Lu Kongcu yang kau temui di dalam sarang pelacur Touw
Hoa Yuan itu benar-benar tidak aku yang berbuat"
Seperti ajam jago yang kalah bertempur, dengan lemasnya Hong
Mong Ling menundukkan kepalanya rendah-rendah, ujarnya
kemudian: "Dengan jelas kamu tahu kalau aku tidak akan berani
menceritakan keadaan yang sesungguhnya, buat apa kamu mau
menggunakan cara ini?"
"Hmm kau takut sesudah menceritakan kejadian ini lalu nona Wi
tidak mau dikawinkan dengan kau?"
Hong Mong Ling mengangguk dengan perlahan.
Ti Then tertawa dingin lagi, ujarnya:
"Tetapi kau sudah menganggap siauwte adalah Lu Kongcu itu,
urusan ini harus dilaporkan kepada suhumu agar urusan bisa
menjadi jelas kembali"
+++oo+++ Hong Mong Ling yang dikata begitu menjadi lemas, ujarnya
sambil menundukkan kepalanya rendah-rendah:
"Ini hari siauwte mengajak kau kemari semuanya bertujuan
untuk membicarakan urusan ini, aku ingin kau melepaskan aku kali
ini saja, kini kalau memangnya kau tidak mau mengakui
maka"maka..jaah..sudahlah!"
"Tidak bisa, urusan ini harus diselidiki sampai jelas"
Hong Mong Ling menjadi semakin gugup, ujarnya:
"Buat apa" Bilamana urusan ini sampai tersiar luas sekali pun
nama dan kedudukanku akan hancur akan tetapi kau sendiri juga
sama sekali tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa, bukan
begitu?" "Aku tidak takut" sahut Ti Then tegas, "Sebetulnya aku
memangnya tidak punya niat untuk tetap tinggal di dalam Benteng
Pek Kiam Po kalian, apalagi aku sendiri juga bukanlah Lu Kongcu
yang kau maksudkan tadi, bilamana urusan ini sampai tersiar luas
malah membuat namaku pun menjadi bersih"
Berbicara sampai di sini, segera ujarnya lagi tegas:
"Ajoh jalan, kita pulang"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Air muka dari Hong Mong Ling berubah menjadi pucat pasi
bagaikan majat, sahutnya kemudian dengan gugup:
"Baik..baik..sudahlah..biarlah anggap siauwte sudah salah
menduga orang lain, di sini siauwte minta maaf terlebih dulu
bagaimana" Mau bukan?"
"Hmm.." dengus Ti Then dengan sangat dingin, "Aku mewakili
nona Wi merasa kecewa, tidak disangka kau Hong Mong Ling
ternyata seorang macam begitu"
Wajah Hong Mong Ling segera berubah menjadi merah padam
bagaikan kepiting rebus, sahutnya:
"Siauwte pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan cari hiburan,
sebetulnya hanya iseng saja, padahal di dalam hati siauwte hanya
terpikir Wi Lian In seorang saja"
"Liuw Su Cen itu apakah pelacur dari Touw Hoa Yuan?" potong Ti
Then. "Benar" "Aku lihat wajah dari nona Wi sangat cantik bagaikan sekuntum
bunga yang baru saja mekar, kalau kau sudah miliki dia buat apa
pergi luaran cari kesenangan lagi sehingga menjadi seorang calon
suami yang busuk?" "Heei.." ujar Hong Mong Ling sambil menghela napas, "Tadi
siauwte sudah bilang kesemuanya ini hanya karena iseng saja"
"Hemm..cari kesenangan bersama dengan Cang Bun Piauw
seorang ahli di dalam main judi, minum, pelesiran serta
mengganggu ketentraman rakjat jelata"
"Persahabatan siauwte dengan Cang Bun Piauw boleh dikata
tidak terlalu rapat, kemarin malam ketika dia melihat siauwte minum
arak seorang diri di atas loteng kedai arak maka dia datang
mendekat untuk berkenalan dengan siauwte kemudia memaksa
siauwte untuk temani dia pergi kesarang pelacur Touw Hoa Yuan
untuk cari kesenangan, padahal..padahal di sana paling banyak
siauwte juga minum arak saja"tidak akan berbuat lebih jauh dari
itu" "Akhirnya di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan kalian
bertemu dengan Lu Kongcu itu?" potong Ti Then dengan cepat.
"Benar" "Dia sedang ditemani Liuw Su Cen minum arak cari kesenangan?"
"Benar" "Lalu kalian juga akan mengundang Liuw Su Cen., Lu kongcu itu
tidak mau melepaskan sehingga dengan demikian kedua belah pihak
terjadi ribut-ribut diakhiri dengan suatu pertempuran?"
"Hmmm" "Macam apa Lu kongcu itu?"
"Dia menyebutkan diri sebagai putra dari Menteri Negara Lu Ko
Sian dan merupakan seorang pemuda suka pelesiran yang sangat
terkenal sekali di ibu kota, wajahnya mirip sekali dengan kau bahkan
boleh dikata pinang dibelah dua"
"Hoo, bisa ada urusan ini"lalu bagaimana?" tanya Ti Then
dengan sedikit terkejut. "Dia tidak mau melepaskan Liuw Su Cen untuk keluar
menyambut kedatangan kami bahkan mengoceh dan mencemooh
aku dari dalam kamar membuat kemarahan siauwte memuncak,
saat itulah segera siauwte terjang ke dalam kamar untuk beri
hajaran kepadanya, siapa tahu?"
"Dia juga bisa ilmu silat?"
"Benar" sahut Hong Mong Ling.
"Karena siauwte tidak tahu kalau dia juga seorang berilmu maka
di dalam keadaan yang tidak memandang sebelah mata kepada
pihak musuh leherku terhajar satu kali oleh kepalannya.."
"Kalau didengar kisahmu sekarang ini maka ceritamu ketika di
hadapan Pocu yang mengatakan sudah bertemu dengan seorang
berkerudung ditengah jalan merupakan cerita yang bohong belaka?"
"Heeii..siauwte terpaksa harus berbuat demikian" sahut Hong
Mong Ling sambil menghela napas panjang, "Karena bilamana
suhuku dan nona Wi tahu kalau siauwte pergi ketempat pelacuran
untuk cari kesenangan maka di dalam keadaan gusar mungkin sekali
segera membatalkan ikatan perkawinan kami"
"Ehmmm..tadi kau bilang Lu kongcu itu mirip dengan aku, coba
kamu bilang apanya yang mirip?"
"Semuanya mirip"
"Ha ha sungguh menarik sekali" sahut Ti Then sambil bertepuk
tangan, "Di dalam dunia ini ternyata ada orang yang mem punyai
wajah mirip denganku bahkan bisa ilmu silat juga"
"Heeei..waktu itu walau pun siauwte tidak menduga kalau dia
bisa ilmu silat tetapi gerakan tangan siauwte saat itu tidak perlahan,
bilamana bukannya lkepandaian silat yang dimilikinya jauh melebihi
siauwte tidak mungkin bisa memukul rubuh siauwte hanya di dalam
satu gebrakan saja" "Karena itu lalu kau anggap dia adalah aku yang berbuat?"
sambung Ti Then sambil tertawa.
"Benar, tetapi sekarang"sekarang siauwte tahu kalau dugaanku
itu salah" "Oooh jaah?" ujar Ti Then lagi, "Kemarin malam secara diamdiam kau rusak pedangmu kemudian memerintahkan Ki Tong Hong
untuk bergebrak lawan aku kamu orang punya rencana untuk
bunuh aku jaah?" "Tidak, tidak !"
"Heemmm"sungguh tidak?"
"Benar..memang demikian" sahut Hong Mong Ling dengan wajah
yang merah padam, "Siauwte mana berani memerintahlkan Ki Tong
Hong untuk bunuh kau, siauuwte hanya mengharapkan dia bisa
melukai kau sehingga dengan begitu kamu tidak punya muka lagi
untuk menyabat kedudukan sebagai Kiauwtauw benteng Pek Kiam
Po kami" "Aku lihat urusan ini terpaksa harus dilaporkan kepada suhumu
agar dia orang tua bisa mengirim orang untuk menjelidiki asal usul
yang sebenarnya dari Lu kongcu itu"
"Jangan"jangan.." ujar Hong Mong Ling gugup, "Bila bertindak
demikian maka urusan siauwte di dalam sarang pelacur Toau Hoa
Yuan menjadi diketahui juga oleh mereka, Ti-kiauwtauw,
tolonglah.." "Heemm..tidak bisa" ujar Ti Then dengan wajah yang sengaja
diperlihatkan keren, "Sekarang dikarenakan urusan ini menyangkut
dirimu sangat hebat maka kau bilang tidak akan mencurigai diriku,
begitu kau sudah berhasil kawin dengan nona Wi saat itu kau bisa
bicara sembarangan lagi, karena itu aku anggap lebih baik sekarang
juga kita bikin jelas urusan ini"
"Ti-kiauwtauw harap berlegakan hatimu, yang siauwte takutkan
adalah tidak bisa menikah dengan nona Wi, sesudah kita kawin
maka tidak ada urusan lainnya lagi yang penting bagi diriku"
"Heeh"kalau begitu kau harus angkat sumpah, kalau tidak aku
tidak akan lega hati"
"Baiklah" sahut Hong Mong Ling sungguh-sungguh, "Thian Ong
berada di atas aku Hong Mong Ling sejak hari ini bilamana berani
menunjuk Ti-kiauwtauw sebagai Lu kongcu, maka aku akan
mendapatkan kematian tanpa tempat kubur yang baik"
Ti Then yang melihat dia berlutut di atas tanah dan mengangkat
sumpah dengan sikap yang betul-betul serius dalam hatinya segera
merasa memandang rendah terhadap sikapnya, pikirnya dalam hati:
"Hemmm bangsat cilik ini hanya bagus diluar jelek di dalam,
sudah licik banyak akal tidak bersemangat lagi, tidak aneh kalau Wi
Ci To merasa menjesal putrinya dijodohkan kepadanya.
Hong Mong Ling sehabis angkat sumpah segera bangkit berdiri
dari atas tanah, saat itulah mendadak seperti sudah menemukan
sesuatu air mukanya berubah sangat hebat, serunya:
"Celaka!" "Kenapa?" tanya Ti Then dengan tertegun.
Sambil menunjuk kearah sebuah hutan rima ditempat kejauhan
ujarnya dengan gemetar: "Aku"aku melihat sesosok bajangan manusia
berkelebat..berkelebat diantara hutan itu"
Dengan cepat Ti Then menoleh kearah hutan itu, tanyanya:
"Sudah melihat jelas siapa orang itu?"
"Mirip sekali dengan sumoayku"
"Aaah tidak mungkin" sahut Ti Then sambil gelengkan kepalanya
keras-keras, "Bagaimana dia bisa sampai di sini juga?"
"Mungkin dia menguntit kita kemari?"
Ti Then menjadi tersenjum, ujarnya:
?"Bilamana dia ingin ikut kemari buat apa harus menguntit secara
diam-diam?" Sambil mengusap kering keringat yang mengucur keluar
membasahi keningnya ujar Hong Mong Ling lagi:
"Ti-Kiauwtauw kau tidak tahu, pada saat kejadian terputusnya
pedang kemarin pagi dia juga dapat mengetahui kalau kejadian itu
merupakan perbuatan siauwte sebelumnya, pada kemarin malam
sesaat Ti Kiauwtauw bertempur melawan Cian Pit Yuan dengan
meminyam kesempatan ini dia memaki diri siauwte, ini hari siauwte
mengundang Ti-Kiauwtauw naik gunung untuk pesiar sudah tentu
dia merasa curiga kalau siauwte akan berbuat tidak senonoh
terhadap diri Ti-Kiauwtauw sehingga sengaja menguntit kemari"
"Kemungkinan juga orang itu bukan dia, buat apa kamu begitu
terkejut dan cemasnya?"
"Heei..siauwte ingat sekali malam itu dia memakai pakaian
berwarna merah, sedang bajangan tadi pun agaknya memakai
pakaian berwarna merah juga"
"Sekali pun orang itu adalah dia, tetapi kau sama sekali tidak
berbuat senonoh kepadaku buat apa takut?"
Hong Mong Ling tertawa pahit, sahutnya:
"Siauwte takut dia mendengar seluruh perkataan yang kita
ucapkan tadi" "Kemungkinan ini sangat tipis, jaraknya dari sini ke sana sangat
jauh sekali, dia tidak mungkin bisa dengar jelas"
Keadaan dari Hong Mong Ling saat itu mirip sekali dengan semut
yang kepanasan, dengan cepat sekali dia berjalan pulang pergi
ujarnya kemudian: "Tidak bisa"tidak bisa jadi..pikirannya sangat tajam dan cerdik,
asallkan dia bisa dengar sedikit saja maka segera dia akan bisa
menduga delapan sembilan bagian. Heeeii..heei..Bagaimana
sekarang enaknya?" Ti Then memandang sekejap ke sekeliling tempat itu kemudian
barulah ujarnya dengan nada yang rendah:
"Aku akan ajari kamu satu cara, nanti sesudah kita pulang ke
dalam Benteng segera kau pergi jenguk dia, bilamana melihat
sikapnya sedikit tidak beres maka terbukti kalau orang itu adalah
dia, saat itu dengan cepat kau pergi menemui suhumu dan berlutut
di hadapannya untuk mengakui seluruh perbuatanmu itu, saat itu
kau minta maaf dan am pun, dengan sifat yang peramah dari
suhumu dan melihat kejujuranmu mungkin dia akan memaafkan
dirimu asalkan dia mengam puni kamu dipihak sumoaymu dengan
sendirinya tidak ada kesukaran lagi"
Pemikirannya ini sama sekali tidak mengandung siasat licik
lainnya, sebaliknya merupakan pemikiran yang sungguh-sungguh
keluar dari dasar lubuk hatinya untuk membebaskan kesukaran dari
Hong Mong Ling, saat ini juga dia tetap tidak ingin merusak
perhubungan cinta dari orang lain, dia hanya mengharapkan agar
Majikan patung emas melihat kegiatan dan usahanya yang matimatian tetapi sama sekali tidak mengharapkan bisa menjelesaikan
tugas ini dengan sempurna.
Hong Mong Ling ketika merasakan cara ini sangat beralasan
barulah sahutnya dengan cepat:
"Bagus sekali, mari kita cepat pulang"
Demikianlah mereka berdua dengan tergesa-gesa sekali
berangkat kembali ke dalam Benteng Pek Kiam Po, sesudah sampai
di dalam Benteng Ti Then masuk ke dalam kamarnya sendiri untuk
beristirahat sedang Hong Mong Ling langsung menuju keruangan
dalam untuk menemui Wi Lian In di dalam kamarnya.
Sesudah berhasil dia menenangkan pikirannya barulah dengan
tangan yang sedikit genetar mengetuk pintu kamar.
"Siapa?" Terdengar suara seorang pelajan perempuan sedang bertanya.
"Cun Lan, aku.."
Dengan perlahan pintu kamar dibuka, seorang budak yang
disebut sebagai Cun Lan itu berdiri di depan pintu sambil memberi
hormat kepada Hong Mong Ling ujarnya:
"Oooooh kiranya Hong siangkong"
"Nona ada di dalam?"
Cun Lan segera menyahut ada, kemudia menoleh ke belakang
dan teriaknya dengan keras: "Nona, Hong siangkong datang"
"Silahkan dia masuk"
Suara Wi Lian In berkumandang keluar dari dalam kamarnya.
Dengan cepat Hong Mong Ling berjalan masuk ke dalam kamar
dan menuju ke meja riasnya, terlihatlah saat itu Wi Lian In sedang
menyisiri rambutnya yang panjang terurai itu, agaknya siap hendak
pergi mandi, segera dia maju ke depan, ujarnya sambil tersenjum:
"In-moay kamu mau pergi mandi?"
"Benar, ada urusan apa?"
Ketika Hong Mong Ling melihat wajahnya tetap ramah dalam hati
segera merasa lega, sahutnya:
"Tidak ada apa-apa, hanya ingin datang lihat-lihat kau.."
Dengan perlahan Wi Lian In putar tubuhnya sambil tersenjum
tanyanya: "Aku dengar ini hari kau menemani Ti-kiauwtauw pergi pesiar ke
atas gunung?" "Benar, aku membawa dia pergi lihat sumber air Kiu Liong"
"Air yang diterjunkan dari Kiu Liong ini hari merupakan air yang
manis atau air yang pahit?"
Dalam hati Hong Mong Ling merasa bergetar, sambil tertawa
malu sahutnya: "In-moay jangan bergurau, air yang diterjunkan di Kiu Liong
bukan air yang manis juga bukan air pahit"
Wi Lian In tertawa cekikikan, tanyanya lagi:
"Kamu bisa bicara baik-baikan dengan Ti-kiauwtauw?"
"Biasa" sahut Hong Mong Ling sambil menangguk, "Makin lama
kakakmu yang bodoh ini semakin merasa orangnya tidak jelek,
kepandaian silat yang dimiliki pun sangat tinggi tetapi jadi orang
tidak sombong, dia merupakan seprang sahabat yang patut kita
rapati" "Ehmmm..kau bisa berubah sikap terhadap dirinya aku merasa
sangat girang sekali, sekarang kau boleh pergi aku mau pergi
mandi" Dengan sangat hormat sekali Hong Mong Ling menyahut dan
mengundurkan diri dari dalam kamarnya, sedang dalam hati dia
merasa sangat girang dan puas.
Sekali pun perkataan "air pahit" dari Wi Lian In itu membuat
hatinya merasa sangat terkejut tetapi perkataan selanjutnya yang
mesra dan penuh dihiasi dengan senjum manis itu membuat
perasaan di dalam hatinya mulai lega sedang dugaan kalau
bajangan yang dilihatnya di air terjun Kiu Liong adalah Wi Lian In
pun mulai lenyap dari pikirannya.
Sehabis makan malam Wi Ci To, Huang Puh Kian Pek serta Ti


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Then sesudah berbicara dengan orang-orang beberapa saat
lamanya mereka pada berpisah untuk beristirahat di dalam
kamarnya masing-masing. Sesudah lewat tengah malam dengan sangat perlahan-lahan dan
gerak-gerik yang berhati-hati Wi Lian In kelihatan berjalan menuju
ke kamar buku ajahnya kemudian mengetuk dengan perlahan.
Kiranya sejak ibu dari Wi Lian In meninggal beberapa tahun yang
lalu selama ini Wi Ci To selalu berdiam seorang diri di dalam kamar
buku itu. Sesudah mengetuk beberapa saat lamanya terdengar dari dalam
kamar buku itu berkumandang keluar suara dari Wi Ci To yang
sedang bertanya: "Siapa?" "Aku, Tia" "Oooh..In-ji" Dengan cepat Wi Ci To bangun dari pembaringannya untuk
berpakaian dan membuka pintu kamarnya.
"Tengah malam seperti ini kamu tidak pergi tidur, buat apa
kemari?" Dengan cepat Wi Lian In berkelebat masuk ke dalam kamarnya,
kemudian barulah ujarnya dengan perlahan:
"Tia, mari kita pergi main-main ke kota Go-bi"
Wi Ci To begitu mendengar ajakan putrinya yang sangat aneh ini
menjadi tertegun, ujarnya:
"Jangan gujon, pada saat seperti ini bagaimana bisa pergi ke
kota Go-bi untuk main-main?"
"Putrimu ingin mencari seseorang di dalam kota"
"Cari siapa?" tanya Wi Ci To tercengang.
Wi Lian In memperlihatkan senjumnya yang sangat misterius,
sahutnya: "Sesudah sampai di dalam kota putrimu baru akan beritahu pada
kau orang tua" Dengan wajah yang penuh dibasahi oleh embun Wi Ci To
melototkan matanya, ujarnya dengan agak keras:
"Tidak, sebetulnya kamu sedang berbuat permainan apa?"
Mendadak pada air muka Wi Lian In memperlihatkan
perasaannya yang sedih dan menderita, sahutnya:
"Putrimu hendak ke dalam kota untuk menjelidiki suatu urusan,
urusan ini mem punyai hubungan yang sangat erat dengan urusan
putrimu untuk selama hidupnya"
Ketika Wi Ci To melihat dia berbicara dengan sangat serius sekali
pada wajahnya semakin memperlihatkan perasaan terkejutnya,
tanyanya dengan cepat: "Sebetulnya sudah terjadi urusan apa?"
"Heei.." ujar Wi Lian In sambil tertawa pahit, "Sebelum
mendapatkan bukti yang nyata putrimu tidak ingin utarakan keluar"
Wi Ci To semakin mengerutkan alisnya kencang-kencang,
ujarnya: "Hemm ditengah malam buta mendadak kau ingin ajahmu
menemani kau pergi ke dalam kota..kamu membuat ajahmu makin
lama makin bingung" "Sesudah sampai di dalam kota dan berhasil menemui orang itu,
ajah tentu akan memahami urusan apa sebenarnya yang sudah
terjadi" "Besok pagi pergi bukankah sama saja?"
"Tidak bisa!" ujar Wi Lian In tegas, "Harus malam ini juga pergi
bahkan tidak diperbolehkan mengejutkan orang-orang kita sendiri"
Dengan tajam Wi Ci To memandang wajah putrinya, beberapa
saat lamanya dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, agaknya dia
sedang menduga perasaan hatinya.
"Tia" ujar Wi Lian In lagi memecahkan kesunyian itu, "Bilamana
Tia sajang pada putrimu, maka tia harus menjetujui untuk
menemani putrimu" "Baiklah, ajahmu akan temani kau pergi"
Sesudah berpakaian dan dandan sebentar barulah berjalan keluar
dari kamar bukunya untuk kemudian keluar dalam Benteng
bersama-sama Wi Lian In. Ajah beranak berdua sudah tentu tahu dengan jelas di tempat
mana di sekeliling benteng itu terdapat penjagaan malam. Karena
itulah dengan sangat mudah sekali mereka berhasil menghindarkan
diri dari mereka, dengan tidak menimbulkan suara sedikit pun
mereka sudaah berhasil meninggalkan benteng Pek Kiam Po untuk
berangkat menuju ke kota Go-bi.
Pada saat kentongan kedua mereka ajah beranak berdua sudah
sampai di kota Go-bi, sesudah melewati tembok kota yang tinggi
sampailah mereka disebuah jalan raja yang sangat sunyi, kepada
seorang penjual makanan maalam tanyanya:
"Toa siok ini tolong tanya rumah dari Cang Bun Piauw Cang
Kongcu terletak di jalan sebelah mana?"
Penjual bakso itu segera menurunkan pikulannya, dengan air
muka yang sangat terkejut dia memandang beberapa saat lamanya
kearah Wi Ci To serta putrinya kemudian barulah tanyanya:
"Yang nona tanyakan apakah putra dari Cang Pek Li Cang Loya?" Wi Lian In sendiri juga tidak tahu ajah dari Cang Bun Piauw itu
bernama Cang Pek Li atau Cang Pek To, balik tanyanya:
"Apakah putranya yang bernama si tikus rakus dari Go-bi Cang
Bun Piauw?" "Benar" sahut kakek itu sambil mengangguk, "Memang benar dia,
nona cari dia ada urusan apa?"
"Kami ajah beranak merupakan kawan dari seorang familinya,
familinya itu mem punyai sebuah barang yang dititipkan kami untuk
disampaikan kepadanya, sebetulnya kami ingin menanti sesudah
terang tanah baru temui dia, tetapi karena kami juga punya urusan
yang harus diselesaikan di luar kota maka terpaksa kami harus
kerjakan sekarang juga"
"Tetapi pintu kota sudah tertutup, bagaimana kalian ajah beranak
bisa keluar?" Wi Lian In hanya tersebjum saja, tanyanya:
"Tolong beritahu tempat tinggal dari Cang kongcu sebetulnya
berada dimana?" Dengan perlahan kakek penjual bakso itu menunjuk ke satu jalan
besar, sahutnya: "Jalan dari tempat ini sesudah sampai di persimpangan belok ke
sebelah kanan, kurang lebih berjalan seratus tindak terdapatlah
sebuah bangunan besar dengan pintu besar bercat merah,
pokoknya asalkan di samping rumahnya ada dua patung macan
yang besar, itulah rumahnya"
Wi Lian In segera mengucapkan banyak terima kasih dengan
menarik tangan ajahnya Wi Ci To untuk mereka segera berjalan
menuju kejalan yang ditunjuk, sesudah berjalan kurang lebih
berpuluh-puluh tindak dengan wajah yang penuh perasaan terkejut
tanya Wi Ci To: "Hey budak, orang yang hendak kau cari apakah Cang Bun Piauw
itu?" "Benar" "Buat apa kamu cari dia?" tanya Wi Ci To dengan tercengang.
"Sesudah menawan dia tentu ajah akan segera paham"
Agaknya Wi Ci To menjadi sadar sebenarnya urusan apa yang
sedang terjadi, ujarnya kemudian:
"Ehmm..apa punya hubungannya dengan Hong Mong Ling ketika
malam itu terpukul oleh seorang berkerudung?"
"Benar" sahut Wi Lian In, "Putrimu menemukan kisah yang
diceritakan suko waktu itu agaknya tidak mirip dengan kejadian
yang sesungguhnya maka itu putrimu mau menangkap Cang Bun
Piauw untuk kita tanyai dengan jelas"
"Ceritera dari Hong Mong Ling bagaimana bisa tidak sesuai
dengan kejadian yang sesungguhnya?" tanya Wi Ci To dengan nada
terkejut. "Tentang hal ini sesudah kita menanyai Cang Bun Piauw baru
putrimu akan menceritakan dengan jelas kepada Tia"
Wi Ci To ajah beranak dengan mengikuti petunjuk dari kakek
penjual bakso itu tidak lama kemudian sudah sampai di depan
rumah dari Cang Bun Piauw..,sebuah bangunan dengan pintu besar
berwarna merah serta dua buah patung macan yang terbuat dari
batu. Waktu menunjukkan kentongan ketiga tengah malam, di
depan pintu besar tidak tampak sesosok bajangan manusia pun.
"Tia" ujar Wi Lian In dengan perlahan: "Kau masuklah dan tawan
dia keluar dari rumahnya"
Sudah tentu Wi Ci To sendiri tidak akan mengijinkan putrinya
ditengah malam buta masuk ke dalam rumah orang lain hanya
untuk menawan seorang lelaki segera mengangguk menyahut,
tubuhnya dengan sangat ringan sekali melayang melewati tembok
halaman dan berkelebat masuk ke dalam ruangan.
Dengan kepandaian dari Wi Ci To untuk menangkap seorang
yang tidak memiliki kepandaian silat seperti Cang Bun Piauw ini
sudah tentu bukan merupakan suatu urusan yang sangat sukar,
tidak lebih selama seperminum the kemudian kelihatan dari atas
tembok berkelebat sesosok bajangan manusia..Wi Ci To sudah
berhasil menawan keluar Cang Bun Piauw dari dalam rumahnya.
Agaknya jalan darah bisu dari Cang Bun Piauw sudah tertotok,
sehingga sekali pun orangnya sudah sadar dari tidurnya tetapi tidak
bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
-ooo0dw0ooo- Jilid 6.1. Batalnya perjodohan Wi Lian In - Hong Mong
Ling "Tia," ujar Wi Lian In perlahan" kita cari satu tempat yang sunyi
saja" "Ehmmm"benar.." sahut Wi Ci To sambil mengangguk, "Diujung
jalan ini ada sebuah rumah gubuk yang tidak ditinggali lagi, kita ke
sana saja" Sehabis berkata, dengan mengapit tubuh Cang Bun Piauw dia
berjalan terlebih dulu ke depan.
Dalam sekejap saja mereka sudah berada di dalam rumah gubuk
itu, dengan perlahan Wi Ci To meletakkan tubuh Cang Bun Piauw di
atas tanah, sedang Wi Lian In dengan cepat mencabut keluar
pedang panjangnya yang dituding ke depan leher Cang Bun Piauw,
dengan wajah yang dingin kaku ujarnya:
"Sesudah aku bebaskan jalan darah bisumu bilamana kamu
orang berani teriak jangan salahkan pedangku akan menembus
tenggorokanmu!" Saking terperanyatnya air muka Cang Bun Piauw sudah berubah
pucat pasi, matanya dikedip-kedipkan seolah-olah minta am pun
tetapi seperti juga sudah menyerah kepada mereka.
Setelah itu barulah Wi Lian In bebaskan jalan darah bisunya,
dengan menempelkan ujung pedang di atas leher ujarnya dengan
dingin: "Kamu boleh pilih mau mati atau hidup?"
"Mau hidup..mau hidup..Nona Wi, am punilah nyawaku..am puni
hamba..hamba belum pernah menyalahkanmu!"
"Bilamana kamu ingin hidup, jawab seluruh pertanyaanku dengan
sejujurnya?" "Baik..baik..! silahkan nona Wi mulai bertanya, asal hambamu
tahu tentu akan kuberi jawaban yang sesungguhnya, hanya hamba
mohon nona Wi jangan membunuh aku"
"Baik, cepat ceriterakan satu kali lagi peristiwa malam itu!"
Cang Bun Piauw menelan ludah, dalam hati dia tahu kalau cerita
karangan Hong Mong Ling malam itu sudah diketahui
kebohongannya oleh nona ini, karena itulah sekarang dia tidak
berani bohong lagi, ujarnya:
"Baik"begini"begini, maghrib itu Hong Mong Ling heng datang
ke kota dan bertemu dengan hamba ditengah jalan, lalu dia
mengundang hamba untuk minum arak dikedai arak sesudah dari
sana dia mengundang lagi hamba pergi ke sarang pelacur Touw Hoa
Yuan untuk mencari kesenangan dengan Liuw Su Cen, hamba tidak
enak untuk menampik, terpaksa ikut dengan dia ke sana"
"Kalian sudah bersahabat berapa lama?" kata Wi Lian In.
"Kurang lebih dua tiga tahunan"
"Setiap kalian bertemu tentu pergi ke sarang pelacur Touw Hoa
Yuan mencari Liuw Su Cen?"
"Be..benar.." "Siapa yang mengajak untuk pertama kalinya?"
"Tentang hal ini.." sahut Cang Bun Piauw sambil melirik kekiri
kanan, "Tentang hal ini bukan dia yang mengajak aku, juga bukan
aku yang mengajak dia, kita berkenalan di dalam sarang pelacur
Touw Hoa Yuan itu" "Bagus, lanjutkan!"
Cang Bun Piauw menghembuskan napas panjang, sesudah
berhenti sebentar sambungnya lagi:
"Mong Ling heng hanya senang dengan Liuw Su Cen seorang,
maka setiap kali hanya mengundang satu orang saja, malam itu kita
pergi lagi kesarang pelacur Touw Hoa Yuan tetapi waktu itu Liuw Su
Cen tidak keluar menyambut kita karena sedang menemani tamu
lain. Mong Ling heng tidak bisa menahan sabar lagi maka
diperintahnya Ku Ie untuk panggil dia keluar.."
"Siapa Ku Ie itu?"
"Germo dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan itu"
"Hemm..lalu Liuw Su Cen itu tidak keluar?"
"Benar !" sahut Cang Bun Piauw sambil menundukkan kepalanya
rendah-rendah, "Sebab itulah Mong Ling heng sudah
menghamburkan banyak uang untuk tubuhnya itu"
"Hemm..lanjutkan!"
"Waktu itu hamba menasehati dia jangan berlalu gegabah, tamu
dari nona Liuw itu tentu seorang yang punya nama terkenal
sehingga dia tidak berani keluar menyambut kita, lebih baik lain kali
saja datang lagi, tetapi Mong Ling heng tidak mau dengar
perkataanku dan berjalan ke depan kamar nona Liuw itu untuk
mencari tahu siapa tamunya, saat itulah dari dalam kamar terdengar
suara pertanyaan dari tamu itu kepada Ku Ie: "Siapa orang itu?"
yang dijawab oleh Ku Ie: "Seorang pendekar pedang dari benteng
Pek Kiam Po yang bernama In Tiong Liong Hong Mong Ling."
Mendengar perkataan itu tamu tersebut tertawa dingin ujarnya :
"Hemmm..aku kira orang terkenal macam apa tidak tahunya
seorang kuli silat kasaran." Mendengar perkataan itu Mong Ling
heng menjadi sangat gusar, sambil menerjang masuk ujarnya:
"Tidak salah, cayhe memang seorang kuli silat kasaran, tetapi
kawan kamu harus tahu di dalam dunia ini hanya kuli silat kasaran
yang bisa memaksa orang berlutut sambil menyumpahi bapak
ibunya sendiri.." "Siapa orang itu?"
"Eh..Nona Wi belum tahu siapa dia?"
"Cepat katakan !"
"Waktu itu.." sambung Cang Bun Piauw, "Sesudah orang itu
mendengar perkataan Mong Ling heng, balas mengejek juga,
"Cecunguk mana berani mengganggu kesenangan kongcu-mu,
hemmm..agaknya sudah bosan hidup?" Ku Ie menjadi gugup dia
bilang sama Mong Ling heng kalau orang itu adalah putra dari
menteri Lu Ko Sian, ketika Mong Ling heng dengar orang itu adalah
kongcu suka pelesiran yang sangat terkenal hatinya semakin gemas
lalu bentaknya kepada Lu kongcu itu untuk berlutut di hadapannya,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lu kongcu tidak gubris omongannya Mong Ling heng segera maju
menyerang, siapa tahu Lu kongcu memiliki kepandaian silat yang
sangat lihay, dia tetap duduk sebaliknya tangannya mencengkeram
tangan kanan Mong Ling heng dan melempar tubuhnya hingga
terjungkir balik, sesudah itu lehernya dihajar satu kali membuat
Mong Ling heng dengan demikian jatuh tak sadarkan diri"
"Kemudian kamu juga dipukul rubuh oleh Lu kongcu itu"
"Benar" sahutnya sambil menundukkan kepala, "Ketika sadar
kembali kami sudah berada di dalam benteng."
"Kalian curiga kalau Lu kongcu itu adalah pendekar baju hitam Ti
Then yang menolong kalian kembali ke dalam Benteng malam itu"
Kenapa?" "Karena wajah dari pendekar baju hitam Ti Then mirip dengan Lu
kongcu hanya saja pakaiannnya tidak sama"
"Hemm.." dengus Wi LIan In dengan dingin, "Kenapa malam itu
kalian bilang sudah bertemu dengan seorang berkerudung?"
"Ini"ini..sudah tentu dikarenakan Mong Ling heng takut nona
tahu dia cari kesenangan di sarang pelacur Toauw Hoa Yuan"
Wi Lian In memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung,
kepada ayahnya Wi Ci To, ujarnya:
"Tia, mari kita pulang"
Sikap Wi Ci To kelihatan sedikit semangat, sinar matanya dengan
tajam memperhatikan Cang Bun Piauw, kemudian tanyanya dengan
keren: "Kamu orang berani pastikan Lu kongcu itu adalah pendekar baju
hitam Ti Then?" Cang Bun Piauw ragu-ragu sejenak, tapi sahutnya juga:
"Wajahnya boleh dikata mirip sekali, hanya saja".yang satu
memakai pakaian bagus sedang yang lain memakai pakaian yang
compang-camping" "Hemm..sekarang kamu boleh pulang" ujar Wi Ci To sesudah
termenung sejenak, "Tapi.. jangan sekali-kali menceritakan
peristiwa malam ini kepada siapa pun, kalau tidak"Hmm jangan
salahkan Lohu akan mencabut nyawa anyingmu"
Cang Bun Piauw menjadi sangat girang, sambil merangkak
bangun sahutnya berkali-kali:
"Baik..baik..hamba akan berkata sedang punya urusan yang
harus diurus, malam itu juga, tapi harap Pocu jangan membiarkan
Mong Ling heng tahu kalau rahasia ini hamba yang bocorkan, kalau
tidak..kalau tidak dia akan bunuh hamba"
"Pergi!" bentak Wi Lian In keras-keras.
Cang Bun Piauw tidak berani bicara lagi, dengan terbirit-birit dia
melarikan diri dari dalam rumah itu.
Sesudah berdiam diri beberapa saat lamanya, tidak tertahan air
matanya mengucur keluar dengan derasnya membasahi wajah Wi
Lian In. Pikiran Wi Ci To waktu itu juga sedang kacau, sesudah menghela
napas panjang barulah ujarnya:
"Kamu keluar kota dulu, aku mau ke sarang pelacur Touw Hoa
Yuan sebentar" Sehabis bicara tubuhnya berkelebat keluar dari rumah gubuk
yang tidak ditinggalkan itu dan lenyap ditengah kegelapan.
Sesudah Wi Ci To pergi, Wi Lian In pun keluar dari rumah gubuk
dan berjalan keluar pintu kota, sesampainya di bawah tembok kota
dengan satu kali lompatan dia berhasil keluar dari kota dan menanti
di pinggiran jalan. Kurang lebih setengah jam kemudian barulah kelihatan Wi Ci To
berlari mendatang. Dengan cepat Wi Lian In bangkit berdiri, tanyanya: "Bagaimana?"
"Heeiii.." sahut Wi Ci To dengan wajah sangat serius,
"Keadaannya mirip sekali dengan apa yang diceritakan Cang Bun
Piauw, hanya ada satu hal"
"Hanya ada satu hal tentang apa?" Tanya Wi Lian In cepat.
"Menurut pengakuan dari Ku Ie serta pelayan sana, Lu kongcu
sesudah memukul rubuh Mong Ling dan Cang Bun Piauw lalu
perintah itu pelayan untuk sediakan kereta, dengan dihantar Lu
kongcu sendiri dia membawa kedua orang itu keluar kota dan
dibuang di samping jalan"
"Hal ini membuktikan Ti Kiauwtauw bukan Lu kongcu itu?"
"Benar!" sahut Wi Ci To sambil hela napas panjang dengan
langkah perlahan dia berjalan bolak-balik di sana, "Tetapi dapat juga
diartikan sesudah Ti Then membuang mereka di pinggir kota lalu
berganti pakaian, dengan gaya seorang miskin dia membawa
mereka kembali ke dalam benteng"
"Tetapi dia punya tujuan apa dengan berbuat demikian?"
"Sudah tentu mem punyai niat jelek!"
"Tetapi.." ujar Wi Lian In lagi, "Di dalam beberapa hari ini
sikapnya tidak jelek, bahkan membantu Tia memukul mundur
pendekar pedang tangan kiri Cian Pit Yuan.."
"Hemm..hemm.." ujar Wi Ci To sambil tertawa dingin, "Seseorang
dalam tindakannya untuk mencapai tujuan rencananya sudah tentu
harus berusaha mendapatkan kepercayaan dulu dari orang lain"
"Tetapi kepandaian silatnya sangat tinggi, apabila punya maksud
jelek terhadap Benteng kita seharusnya dengan terang-terangan
turun tangan buat apa berbuat demikian"
"Itulah merupakan hal yang membingungkan ayahmu, dengan
sifat serta tingkah lakunya yang sopan dan ramah ditambah dengan
kepandaian silat yang berhasil dilatih saat ini tidak seharusnya
menjadi seorang mata-mata yang berniat busuk.."
"Tia.." ujar Wi Lian In lagi dengan perlahan, "Kemarin sore Mong
Ling ajak dia bermain ke sumber air Sembilan naga, karena putrimu
merasa Mong Ling pernah berbuat jahat terhadapnya, maka sengaja
secara diam-diam menguntit akhirnya di sumber air sana aku
berhasil mendengar perkataan mereka berdua"
"Mereka bicarakan soal apa?"
"Mong Ling di hadapannya menuding dia sebagai Lu kongcu dan
Tanya apa maksud kedatangannya, tetapi dia seperti tidak paham
persoalan apa yang sedang dibicarakan akhirnya Mong Ling
menceritakan kembali peristiwa yang terjadi di sarang pelacur Touw
Hoa Yuan itu, begitu dengar persoalan ini dia mengusulkan untuk
melaporkan urusan ini kepada Tia dan minta kirim orang untuk
menyelidiki urusan ini, sebaliknya Mong Ling menjadi gugup
dibuatnya dan mohon dia jangan membocorkan rahasia ini, semula
dia tidak menyetujui sikapnya ini akhirnya sesudah Mong Ling
bersumpah untuk tidak menuduh dia sebagai Lu kongcu lagi barulah
dia menyanggupi untuk menyimpan rahasia ini"
"Telur busuk, anying busuk, sungguh tidak bersemangat anying
itu!" "Tia, aku tidak mau dijodohkan dengan dia, Tia, kamu tega
melihat putrimu dikawinkan dengan seorang manusia rendah"
"Hei..tentang urusan ini biarlah ayahmu pikir-pikir dulu"
"Tapi Tia.." seru Wi Lian In setengah merandek, "Apanya yang
mau dipikirkan lagi?"
"Heii..bukannya begitu" sahut Wi Ci To dengan sedih, "Banyak
kawan-kawan kita sudah tahu kalau kamu telah dijodohkan dengan
dia, kini mendadak membatalkan perkawinan ini, kiranya.."
"Aku tidak mau tahu aku tidak mau kawin dengan dia, sekali pun
mati aku juga tidak mau dijodohkan dengan dia!"
"Baik..baiklah..di luaran dia mengadakan hubungan dengan
manusia tidak genah ditambah lagi secara diam-diam mencari
hiburan disarang pelacur hal ini sudah melanggar peraturan benteng
kita dan cukup untuk mengusir dia dari dalam perguruan"
"Kalau begitu besok pagi-pagi suruh dia menggelinding dari
dalam benteng" "Baiklah" sahut Wi Ci To sambil menghela napas panjang, "Tetapi
selain dalam hidupnya dia kurang genah agaknya tidak ada
kejahatan lain yang diperbuat, apa kamu bersikap begitu galaknya
terhadap dia" "Asalkan dia kembalikan tanda mataku dan menggelinding pergi
dari Benteng Pek Kiam Po untuk selamanya itu sudah cukup"
"Heeii.." ujar Wi Ci To sambil menghela napas panjang lagi,
"Sifatnya sangat bagus, bakatnya pun terpilih, tidak disangka
gemar melakukan pekerjaan rendah seperti itu. Heeiii"sungguh
mengecewakan, sungguh mengecewakan.."
"Tia"bagaimana dengan Ti Kiauwtauw?"
"Kau bilang bagaimana baiknya?"
"Putrimu tidak berani bilang dia bukan Lu kongcu, tetapi dalam
hati aku merasa dia bukanlah seorang manusia licik"
"Hati manusia siapa yang bisa menduga, contohnya saja Hong
Mong Ling, apa kamu anggap dia seorang jahat" Siapa tahu..hee.."
"Perkataan Tia sedikit pun tidak salah, kalau begitu usir saja
sekalian dari dalam Benteng"
"Tidak bisa" sahut Wi Ci To sambil gelengkan kepalanya, "Tidak
bisa usir dia keluar "
"Kenapa?" "Baru saja ayahmu mengangkat dia sebagai Kiauwtauw, kemarin
hari dia pun sudah bantu aku memukul mundur musuh tangguh,
apalagi kita pun tidak punya bukti yang cukup untuk membuktikan
dia adalah Lu kongcu, bilamana secara mendadak kita usir saja dia,
berita ini jika sempat tersiar di Bu-lim harus dibuang kemana wajah
ayahmu ini?" "Tetapi..tetapi bila dia punya niat jahat bukan hanya
mendatangkan kerepotan saja?"
"Tidak mengapa" sahut Wi Ci To sambil menundukkan kepalanya
pelan-pelan: "Aku sudah tugaskan beberapa orang unuk mengawasi
seluruh gerak-geriknya siang dan malam, sedikit saja dia ada
gerakan tidak akan lolos dari pengawasan kita"
"Tetapi Tia..selalu tugaskan orang mengawasi dia juga bukan
cara yang tepat" "Sesudah lewat satu bulan bilamana dia tetap tiada gerakan yang
mencurigakan hal ini membuktikan dia tidak punya niat jahat
terhadap Benteng kita, sampai saat itu kita pun tidak usah
mengawasi gerakannya lagi"
Wi Lian In berdiam beberapa saat lamanya, kemudian sambil
memandang Wi Ci To tanyanya lagi:
"Jika dia bukan Lu kongcu, lalu siapakah Lu kongcu itu?"
"Di kota Go-bi sering bermunculan jago-jago berkepandaian
tinggi dari Bu-lim, tentang hal ini tentu kamu tahu bukan?"
"Tetapi Tia..usia dari Lu kongcu itu paling tidak belum mencapai
tiga puluh tahunan, di dalam satu gerakan saja dia berhasil
menguasai Mong Ling, kepandaian setinggi ini agaknya belum
pernah terdengar di dalam Bu-lim"
"Jika dia bukan Ti Then, maka menurut dugaanku kepandaian
silatnya hanya sedikit di atas Mong Ling"
"Tetapi Tia.." bantah Wi Lian In lagi, "Hanya di dalam satu
gebrakan saja dia berhasil menguasai Mong Ling"
"Hal ini karena Mong Ling tidak tahu kalau orang itu memiliki
kepandaian silat sehingga waktu turun tangan terlalu gegabah,
peristiwa semacam ini sering juga terjadi di dalam Bu-lim"
Wi Ci To ayah beranak sambil berkata, melanjutkan perjalanan,
sesaat menjelang fajar menyingsing mereka sudah tiba di dalam
Benteng Pek Kiam Po. Hari sesudah terang. Dengan langkah yang mantap serta air muka yang keren Wi Ci
To berjalan menuju ke kamar Hong Mong Ling, baru saja bangun
dari tidurnya begitu melihat suhunya dengan wajah gusar berjalan
memasuki kamarnya, dalam hati merasa sangat terkejut, dengan
cepat dia bangkit untuk memberi hormat sambil ujarnya:
"Suhu, selamat pagi.."
Wi Ci To tetap membungkam, sesudah menutup pintu kamar
ujarnya dengan dingin: "Mong Ling, ceritakan sekali lagi peristiwa malam itu di dalam
kota Go-bi" Mendengar perkataan itu Hong Mong Ling segera sadar kalau
urusan sudah runyam, sambil menundukkan kepala:
"Muridmu harus binasa, harap suhu mau mengam puni dosaku"
Dengan pandangan berapi-api Wi Ci To memandang tajam
wajahnya kemudian dengan keren ujarnya:
"Suhumu selalu menganggap sifatmu paling baik, paling sopan
sehingga dengan begitu aku menjodohkan putriku kepadamu, siapa
tahu kiranya kamu merupakan seorang manusia rendah yang tidak
tahu malu" Air mata mengucur keluar dengan derasnya, membasahi wajah
Hong Mong Ling, dengan setengah merengek ujarnya:
"Karena berkenalan dengan kawan tidak genah membuat tecu
melakukan pekerjaan yang tidak senonoh, mohon suhu mau am
puni kesalahan tecu sekali lagi"
"Hemmm"sudah berapa lama kenal dengan orang itu?"
"Baru"baru, satu, satu hari"
"Apa" satu hari..?" potong Wi Ci To dengan sangat gusar, "Kamu
sudah berkenalan selama dua tiga tahun lamanya, kau sudah
menipu suhumu, sudah menipu In-ji"
Tubuh Hong Mong Ling semakin gemetar, sambil menyatuhkan
diri berlutut di tanah ujarnya:
"Tecu sumpah akan mengubah sifatku yang buruk ini, harap
suhu mau mengam puni dosaku ini"
"Hemm"hmm..hemm, sayang sudah terlambat"
Mendadak tubuh Hong Mong Ling tergetar dengan kerasnya
sambil angkat kepala ujarnya : "Suhu bilang.."
"Peraturan perguruan yang lohu susun selamanya dipegang
teguh selamanya tidak mengijinkan seorang manusia gemar pipi
licin bercampur di dalam benteng ini, semakin tidak mengijinkan
putriku dijodohkan dengan seorang manusia gemar pelesiran, cepat
serahkan tanda mata dari In-ji!"
Berkata sampai di sini dia mengambil sebuah mainan yang
terbuat dari pualam dari dalam saku yang kemudian dibuang ke
hadapan Hong Mong Ling, ujarnya lagi:
"Tanda mata yang kamu berikan pada putriku boleh diterima
kembali" Air muka Hong Mong Ling berubah hebat, dengan gemetar
ujarnya: "Suhu, kamu"kamu tidak mau memaafkan tecu untuk terakhir
kalinya?" "Hemmm..hemm..walau pun lohu mau memaafkan kau juga
tidak akan menjodohkan putriku kepadamu" sahut Wi Ci To dengan
wajah semakin dingin. "Kalau begitu dapatkah tecu menemui sumoay untuk terakhir
kalinya?" "Dia sudah bersumpah tidak akan menemui kamu orang barang
sekejap pun" Kepala Hong Mong Ling ditundukkan semakin rendah, dengan
setengah berbisik ujarnya :
"Urusan ini tentu Ti-kiauwtauw yang menceritakan kepada suhu,
bukan?" -oooOOooo- 10 "Bukan" ujar Wi Ci To dengan dingin, "Urusan ini didengar In-ji
dengan mata kepala sendiri, kemarin secara diam-diam dia
menguntit kalian pergi ke sumber air Sembilan naga..sudah cukup,
cepat kau kembalikan tanda mata putriku!"


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hong Mong Ling masih tetap berlutut di tanah, ujarnya lagi:
"Kalau begitu tecu masih ada satu rahasia yang hendak
dilaporkan kepada suhu, Ti Kiauwtauw itu adalah?"
"Tidak usah banyak omong lagi" potong Wi Ci To sambil
mengulap tangannya, "Dia benar atau tidak Lu kongcu yang kau
telah temui berada di dalam sarang pelacuran Touw Hoa Yuan aku
bisa menyelidiki sendiri, urusan ini tidak ada hubungannya dengan
kamu orang" "Dia benar adalah Lu kongcu, tecu berani memastikan dengan
jaminan nyawaku" "Hemm, hemm.." potong Wi Ci To lagi dengan sangat gusar
hingga wajahnya berubah merah padam, "Kalau memangnya dia
adalah Lu kongcu kenapa sampai sekarang kamu masih tetap
merahasiakan" Demi keselamatan dan keuntungan sendiri kamu
tidak memperdulikan keselamatan dari seluruh benteng, kamu
orang terhitung manusia macam apa?"
Hong Mong Ling yang disemprot dengan kata-kata tajam ini tidak
bisa banyak bicara lagi, dengan wajah yang sudah berubah merah
padam dengan perlahan dia bangkit berdiri membuka sebuah lemari
pakaian. Dari sana dia mengambil keluar sebuah tusuk konde dan
diangsurkan ke tangan Wi Ci To, ujarnya sambil melelehkan air
mata: "Tanda mata dari sumoay harap suhu menerima kembali"
Wi Ci To menerima tusuk konde dan memasukkan ke dalam
saku, ujarnya: "Masih ada. Lohu harus mengumumkan pembatalan
perkawinanmu dengan In-ji di hadapan seluruh murid dari Benteng
Pek Kiam Po, biar mereka jadi tahu jelas sebab-sebab pembatalan
perkawinan ini. Aku kira hal ini tentu memberatkan dirimu bukan"
Tetapi demi nama baik serta pengertian dari semua orang, lohu
terpaksa harus melakukan hal ini juga"
"Suhu.." seru Hong Mong Ling sambil melelehkan air mata,
"Kamu orang tua juga akan mengumumkan pemecatan tecu dari
perguruan dan mengusir tecu dari Benteng?"
"Dosamu tidak sampai begitu berat, tetapi lebih baik untuk
sementara kau jalan-jalan diluar Benteng, sesudah perasaan gusar
dari In-ji mereda kamu baru kembali lagi"
Hong Mong Ling mengangguk, sedang air matanya jatuh
berlinang semakin deras. "Ayoh jalan, semua pendekar pedang dari benteng kita sudah
menanti kedatanganmu di lapangan latihan silat"
Ketika mereka berdua sampai di lapangan latihan silat, terlihatlah
seluruh pendekar pedang dari benteng Pek Kiam Po sudah berdiri
sejajar dengan rapinya di depan mimbar.
Semua orang tidak ada yang tahu Pocu mereka akan berbuat
apa, hanya Ti Then seorang begitu melihat sikap serta air muka
Hong Mong Ling yang sedih segera dapat menebak peristiwa apa
yang hendak terjadi, dia sudah menganggap Wi Ci To adalah
Majikan Patung Emas kini membawa Hong Mong Ling ke tengah
lapangan sudah tentu akan mengumumkan pembatalan perkawinan
antara Hong Mong Ling dengan putrinya, dalam hati diam-diam
merasa sedih pikirnya: "Heeii..semuanya ini karena kamu cari penyakit sendiri, dengan
usiamu yang masih sangat muda sudah menduduki sebagai
pendekar pedang merah dari Benteng Seratus Pedang, dijodohkan
pula dengan putri dari Wi Ci To tetapi karena masih tidak puas,
masih merasa kurang sehingga mencari senang dengan kaum
pelacur kelas rendahan, kini sesudah terjadi peristiwa yang demikian
tragisnya, harus kamu salahkan siapa?"
Kini dia merupakan kepala pimpinan dari seluruh pendekar
pedang di dalam benteng Pek Kiam Po ini begitu melihat Wi Ci To
berjalan naik ke atas mimbar, dengan cepat ia memberi hormat
mewakili seluruh pendekar pedang yang hadir.
Wi Ci To dengan cepat membalas hormat, sesudah itu barulah
ujarnya: "Murid-muridku sekalian, ini pagi lohu mau mengumumkan
sebuah berita yang tidak menyenangkan, sejak hari ini juga Hong
Mong Ling bukan bakal mantu lagi. Lohu sudah ambil keputusan
untuk membatalkan perjodohan ini"
Begitu perkataan ini diucapkan keluar, seluruh hadirin pada
menjerit kaget sehingga suasana sedikit gaduh.
Ujar Wi Ci To dengan nada yang keren:
"Alasannya, kelakuan dari Hong kiam-su tidak baik, diluar
berhubungan dengan manusia-manusia tidak genah, tiap hari
mabok-mabokan bahkan tergila-gila dengan pelacur Liuw Su Cen
dari sarang pelacur Touw Hoa Yuan"
Sesudah mendengar perkataan itu seluruh hadirin semakin kaget
lagi, beberapa ratus pasang mata dengan pandangan tidak percaya
pada beralih ke atas wajah Hong Mong Ling, agaknya mereka sama
sekali tidak percaya kalau Mong Ling adalah manusia macam begitu.
Dengan perlahan Wi Ci To menoleh, tanyanya kepada Hong
Mong Ling: "Mong Ling, kamu mengakui tidak?"
Hong Mong Ling mengangguk dengan perlahan, sedang
mulutnya masih tetap membungkam.
"Kalian tidak percaya omongan lohu ini" ujar Wi Ci To kepada
seluruh hadirin, "Boleh pergi ke sarang pelacur Touw Hoa Yuan
untuk mengadakan penyelidikan, setelah itu tentu kalian akan tahu
perkataan lohu ini sedikit pun tidak bohong"
Dia berhenti sejenak kemudian sambungnya:
"Diantara kalian bilamana masih ada orang-orang yang gemar
mabok-mabokan, gemar main perempuan, harap cepat-cepat
menyesali perbuatan tersebut dan bertobat, kalau tidak, begitu lohu
mengetahui akan hal ini jangan harap kalian bisa mendapat am pun,
cukup sekarang boleh bubar"
Dengan menundukkan kepala Hong Mong Ling dengan cepat
berlalu dari sana untuk kembali ke dalam kamarnya, sesudah
menyelesaikan buntalannya dengan menahan perasaan malu dia
berlalu dari Benteng Pek Kiam Po itu.
Dalam hati Ti Then merasa bahwa di hadapan Wi Ci To tentu
Hong Mong Ling sudah mengungkap kalau dirinya adalah Lu
kongcu, maka begitu bubaran dia langsung menuju keruangan
dalam untuk bertemu dengan Wi Ci To.
Waktu itu Wi Ci To sedang berada di dalam kamar buku bersama
Huang Puh Kian Pek, agaknya mereka sedang membicarakan Hong
Mong Ling yang tergila-gila dengan pelacur Liuw Su Cen itu. Begitu
melihat Ti Then berjalan mendatangi sambil tertawa ujarnya:
"Ti-Kiauwtauw silahkan duduk, di dalam beberapa hari ini
mungkin putriku tidak akan membaik, sesudah lewat beberapa hari
Lohu akan antar dia belajar silat dengan Ti Kiauwtauw"
"Tidak" ujar Ti Then sambil merangkap tangannya memberi
hormat, "Boanpwe datang kemari untuk minta pamit dari pocu
berdua" Air muka Wi Ci To menjadi berubah, ujarnya dengan keren:
"Minta pamit?" "Harap Pocu mau membatalkan jabatanku sebagai ketua
pimpinan ini kemudian boanpwe ini hari juga meninggalkan benteng
Pek Kiam Po" "Kenapa kamu berbuat begini?" Tanya Wi Ci To dengan penuh
keheranan. "Heeiii..untuk menghindari perasaan curiga orang lain"
"Mencurigai hal apa?"
"Apa Mong Ling heng tidak menceritakan Lu kongcu yang
ditemuinya di sarang pelacur Touw Hoa Yuan?"
"Ehmm..benar !"
"Karena itulah boanpwe merasa jauh lebih baik meninggalkan
Benteng Pek Kiam Po ini, dengan demikian boanpwe pun tidak
perlu banyak bicara untuk berusaha menyangkal"
Dengan pandangan yang sangat tajam Wi Ci To memperhatikan
wajahnya, kemudian dengan serius ujarnya:
"Ti-Kiauwtauw, pernahkah kamu merasa kalau lohu menaruh
perasaan curiga kepada Ti Kiauwtauw?"
"Seharusnya Pocu merasa curiga" sahutnya sambil tertawa pahit.
"Menanti sesudah lohu merasa curiga terhadap tingkah laku Ti
Kiauwtauw, saat itu Ti Kiauwtauw baru pergi juga belum terlambat"
Sengaja Ti Then memperlihatkan perasaannya yang keheranheranan, tanyanya: "Kenapa Pocu tidak mencurigai diri boanpwe?"
"Ehmm..tentang hal ini lohu sudah punya pegangan" sahut Wi Ci
To sambil memandangi wajahnya, "Lohu tahu siapa orang yang
harus dicurigai dan siapa orang yang tidak patut dicurigai"
"Tetapi mungkin juga Lu kongcu itu memang boanpwe yang
menyamar" ujar Ti Then sambil tertawa.
"Ti Kiauwtauw masih ada urusan lain?"
"Tidak ada" "Kalau begitu silahkan Ti Kiauwtauw pergi ke lapangan latihan
silat untuk melaksanakan tugas sebagai seorang ketua pimpinan
seluruh pendekar pedang dalam benteng ini"
Terpaksa Ti Then memperlihatkan sikapnya yang sungguhsungguh, sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya:
"Pocu tidak menaruh perasaan curiga terhadap diri boanpwe
membuat hati boanpwe merasa sangat berterima kasih, tetapi sejak
hari ini jika Pocu merasa tidak tenang harap memberi tanda kepada
boanpwe, untuk menghindari perasaan curiga setiap orang boanpwe
sanggup untuk meninggalkan Benteng ini setiap saat"
Sehabis berkata dia mengundurkan diri dari dalam kamar buku.
Dalam anggapannya dia sudah melakukan suatu guyon yang
sangat menggelikan dengan majikan patung emas, karena itulah
dengan langkah yang riang gembira dia berjalan ke lapangan latihan
silat. Wi Ci To dan Huang Puh Kian Pek yang berada di dalam kamar
buku sesudah menanti dia berjalan keluar barulah saling tukar
pandangan. Ujar Huang Puh Kian Pek mendadak:
"Suheng, kamu sungguh-sungguh tidak merasa curiga terhadap
dirinya?" "Siapa bilang aku tidak merasa curiga" Hanya saja sebelum aku
mendapatkan bukti yang sangat kuat kita tidak dapat berbuat salah
dan menyakiti hatinya"
"Jika dia betul-betul adalah Lu kongcu lalu apa tujuan
sebenarnya dia memasuki Benteng Pek Kiam Po ini?"
"Siapa tahu.." "Mungkin mem punyai tujuan terhadap loteng penyimpan kitab
dari suheng itu?" Air muka Wi Ci To berubah sangat hebat, ujarnya dengan dingin:
"Semoga saja bukan, kalau dia berani punya niat terhadap
loteng penyimpan kitab itu, Hmm..hmm..lohu tidak akan
membiarkan dia meninggalkan Benteng ini dalam keadaan hidup"
Berbicara sampai di sini, agaknya dalam pikirannya teringat akan
sesuatu sehingga sinar matanya berkelebat dengan sangat tajam,
ujarnya sambil tertawa: "Untuk menyelidiki apakah Lu kongcu itu adalah dia yang
menyamar atau bukan padahal merupakan urusan yang sangat
sederhana sekali" "Mau diselidik dengan cara apa?"
"Asal pergi ke kota Tiang An dan melihat sendiri wajah dari Lu
kongcu bukankah akan tahu. Jika wajahnya mirip dengan Ti Then
maka hal ini membuktikan kalau Ti Then sama sekali tidak pernah
berbuat jahat, jika wajah dari Lu kongcu itu sangat berlainan dari
wajah Ti Then maka hal ini dapat membuktikan kalau Lu kongcu
yang muncul disarang pelacur Touw Hoa Yuan adalah samara dari
Ti Then" Huang Puh Kian Pek yang mendengar perkataan ini segera
mengangguk, tetapi sebentar kemudian menggelengkan kepalanya
kembali, ujarnya: "Sekali pun wajah dari Lu kongcu itu berlainan dengan wajah dari
Ti Then tetapi belum bisa memastikan kalau Ti Then adalah itu Lu
kongcu yang muncul di dalam sarang pelacur Touw Hoa Yuan"
"Kenapa?" "Orang lain juga bisa menyamar sebagai dia"
Dengan sangat tajam Wi Ci To memandang wajah Huang Puh
Kian Pek kemudian baru ujarnya:
"Maksudmu ada orang lain yang menyamar sebagai wajah Ti
Then kemudian menggunakan nama Lu kongcu?"
"Benar" "Yang kamu maksud sengaja atau tidak sengaja?"
"Orang itu bisa mengetahui dengan jelas waktu Ti Then melewati
kota ini tentu tindakannya ini mengandung maksud yang
mendalam" "Benar" ujar Wi Ci To sambil tersenyum, "Bilamanatidak sengaja,
Lohu tidak akan percaya kalau di dalam dunia ini bisa terjadi urusan
yang demikian bersamaan"
"Tetapi" ujar Huang Puh Kian Pek lagi, "Jika orang itu sengaja
menyamar sebagai Ti Then hal ini membuktikan kalau dia mau
mencelakai diri Ti Then, tindakannya ini boleh dibilang terlalu kejam
bukan" Karena bilamana bukannya secara tidak sengaja In-ji
menemukan perbuatan yang sangat rendah dari Mong Ling kita pun
sama sekali tidak akan menduga Ti Then adalah seorang manusia
yang harus dicurigai"
"Karena itulah sesudah lohu pikir bolak-balik, maka satu-satunya
kesimpulan yang bisa diambil adalah Lu kongcu itu adalah hasil
penyamaran dari Ti Then"
"Kini suheng punya rencana untuk kirim siapa pergi ke kota
Tiang An untuk menyelidiki urusan ini?" Tanya Huang Puh Kian Pek
dengan nada berat. "Lohu akan berangkat bersama-sama dengan seorang pendekar
pedang merah" Mendengar Wi Ci To mau berangkat sendiri tidak terasa Huang
Puh Kian Pek mengerutkan alisnya rapat-rapat, ujarnya:
"Pada saat seperti ini suheng meninggalkan benteng, aku kira
tidak sesuai" "Tidak mengapa" potong Wi Ci To dengan cepat, "Dengan cepat
aku akan kembali, pada saat lohu tidak ada di dalam Benteng harap
kau mengawasi gerak-gerik dari Ti Then dengan lebih teliti, coba
kamu lihat sewaktu aku tidak berada akan melakukan pekerjaan
apa?" "Ehmm..baiklah" sahut Huang Puh Kian Pek sambil
menganggukkan kepalanya, "Memang tindakan ini merupakan satu
siasat yang sangat jitu, kapan suheng mau berangkat?"
"Besok" Keesokan harinya Wi Ci To dengan membawa seorang pendekar
pedang merah yang bernama pendekar pedang pemetik bintang,
Hung Kun, meninggalkan Benteng Pek Kiam Po untuk berangkat
kekota Tiang An. Di depan Ti Then dia mengatakan hendak mengejar Hong Mong
Ling untuk mengawasi gerak-geriknya apakah masih menyeleweng
atau tidak. Ti Then sama sekali tidak menaruh curiga terhadap terhadap
dirinya, dengan memusatkan seluruh perhatian dia tetap memberi
pelajaran silat kepada kedelapan orang pendekar pedang merah itu.
Kedelapan pendekar pedang merah itu adalah Yuan Ci Liong, Fan
Kia Jong, Cay Tiau Eng, Yang Ceng Bu, Tong Su Ie, Lan Liang Kim,


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lok Hong serta Kian Ceng, kedelapan orang itu merupakan
pendekar pedang merah yang usianya paling muda di dalam
Benteng seratus pedang itu, semula mereka semua merasa malu
untuk belajar silat dari Ti Then yang usianya jauh lebih muda dari
mereka tetapi sejak Ti Then mengalahkan si pendekar pedang
tangan kiri Cian Pit Yuan, mereka tidak merasa malu lagi, bahkan
sangat kagum dan tunduk betul terhadap Ti Then, maka itulah
dengan menaruh perhatian penuh mereka menerima pelajaran silat
dari Ti Then. Sebaliknya Ti Then juga tidak menyembunyikan ilmu silatnya lagi,
seluruh kepandaian silat yang berhasil dipelajari dari majikan patung
emas diturunkan kepada mereka, hal ini dikarenakan dia sudah
menganggap Wi Ci To itu adalah majikan patung emas..kalau
majikan patung emas menghendaki dia menurunkan kepandaian
silat kepada murid-muridnya buat apa dirinya menyembunyikan
kepandaian silatnya lagi"
Hanya saja dalam hatinya dia mem punyai perasaan curiga, hal
ini adalah, Wi Ci To atau dalam anggapan Ti Then sebagai majikan
patung emas kalau memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi
kenapa ilmu itu tetap disimpan sedemikian lamanya" Bahkan
putrinya sendiri pun tidak diberi pelajaran"
Alasan ini apa mem punyai hubungan yang erat dengan rahasia
loteng penyimpan kitab itu"
Di dalam loteng penyimpan kitab itu sebetulnya menyimpan
rahasia apa" Apa mungkin di dalam loteng penyimpan kitab itu disimpan
berbagai kitab silat yang berisikan macam-macam kepandaian yang
dahsyat" Sedang Wi Ci To sendiri dikarenakan berbagai macam alas an
tidak dapat menurunkan kepandaian silatnya itu kepada muridmuridnya sehingga sengaja menggunakan dirinya sebagai "patung
emas" untuk menurunkan ilmu silat itu kepada murid-muridnya"
"Tidak, tidak mungkin begitu"
Hmm, sekarang Wi Ci To sudah tidak berada di dalam Benteng,
kenapa dirinya tidak mau menyelidiki loteng penyimpan kitab itu di
tengah malam" Benar, malam ini saat kentongan ketiga harus masuk ke dalam
loteng itu untuk memeriksa lebih jelas"
Keputusan ini diambil cepat pada pagi hari itu juga dan sedang
berada ditengah lapangan latihan silat untuk memberi pelajaran
kepada kedelapan pendekar pedang merah itu.
Mendadak, Wi Lian In tiba.
Kelihatan sekali dia sedang berusaha mengobati luka hatinya,
begitu tiba ditengah lapangan sambil tertawa paksa ujarnya:
"Ti Kiauwtauw, aku sudah datang terlambat?"
Ti Then menjadi termangu-mangu, ujarnya:
"Perasaan hati nona masih kacau, kenapa tidak istirahat
beberapa hari dulu baru datang latihan?"
"Siapa yang bilang hatiku kacau" Aku sama sekali tidak merasa
kacau atau sedih?" "Ti Then hanya tersenyum saja tidak memberi komentar apa-apa
lagi. Wi Lian In ketika melihat kedelapan orang pendekar pedang
merah itu sedang melatih satu jurus ilmu pukulan segera
melepaskan pedangnya dan meletakkan ke atas tanah, ujarnya:
"Ti Kiauwtauw silahkan mulai memberi petunjuk aku harus
berbuat bagaimana?" "Baiklah" ujar Ti Then dengan perlahan, "Cayhe akan mainkan
beberapa kali jurus pukulan ini harap nona perhatikan dengan
sungguh-sungguh" Sehabis berkata dia mulai mainkan sebuah jurus pukulan dengan
gerakan yang sangat perlahan.
Sesudah mengulangi tiga kali barulah satu gerakan demi satu
gerakan dia memberi keterangan kepada Wi Lian In, akhirnya Wi
Lian in pun seperti juga dengan kedelapan pendekar pedang merah
lainnya dengan mengikuti peraturan melatih jurus ilmu pukulan itu.
Tidak lama tengah hari sudah menjelang.
Ujar Ti Then dengan keras : "Kawan-kawan, hari ini latihan cukup
sampai di sini, nanti sore kalian boleh berlatih sendiri asalkan ada
hal-hal yang kurang jelas boleh pergi kekamar cayhe di sana kita
bersama-sama memikirkan kesukaran itu"
Kedelapan orang pendekar pedang merah itu segera memberi
hormat dan mengundurkan diri, sedang Ti Then beserta Wi Lian In
bersama-sama menuju ke ruangan tengah.
Sambil melerai rambutnya yang panjang ujar Wi Lian In sambil
tersenyum: "Kamu lihat bagaimana dengan latihanku tadi?"
"Bagus sekali" "Tapi kamu belum beritahu padaku apa nama dari jurus pukulan
itu, mau bukan kamu beritahukan padaku?"
"Tidak bisa" sahut Ti Then sambil menggelengkan kepalanya.
Wi Lian In menjadi melengak, tanyanya: "Mengapa?"
"Karena cayhe sendiri juga tidak tahu apa nama dari jurus
pukulan itu" "Ooh, mungkin suhumu tidak memberitahukan padamu" ujar Wi
Lian In sambil tersenyum.
Jilid 6.2. Menolong Wi Lian In di puncak selaksa Buddha
"Benar" sahutnya sambil mengangguk, "Dia orang tua hanya
mengajari aku ilmu tetapi sama sekali tidak mau beri penjelasan apa
nama jurus pukulan ini dan apa nama jurus pukulan itu"
"Ehm..suhumu sungguh misterius sekali"
"He he he..siapa bilang tidak?"
"Ti Kiauwtauw" ujar Wi Lian In sambil memandangi wajah Ti
Then, "Ilmu pukulan ini mengandung maksud yang sangat
mendalam perubahannya pun sangat banyak sekali, entah harus
berlatih seberapa lama baru berhasil"
"Asalkan berlatih dengan sungguh-sungguh tanpa gangguan
urusan samping, mungkin paling lama dua bulan sudah akan
berhasil" Wi Lian In tersenyum lagi, ujarnya:
"Tadi kau bilang hatiku kacau dan sedih, dengan dasar apa kamu
berani bilang begitu?"
Ti Then memandang sekejap kearahnya kemudian sambil
tersenyum sahutnya: "Kamu tidak suka dengan Hong Mong Ling heng?"
"Kemarin hari aku masih suka padanya"
"Walau pun sekarang kamu tidak suka padanya" ujar Ti Then
dengan perlahan, "Tetapi jika aku yang mengalami, secara
mendadak harus berpisah dengan seorang kekasih yang
disayanginya tidak urung akan merasa sangat sedih sekali"
"Kemarin malam aku memang sangat sedih hingga merasa sukar
untuk hidup lebih lama lagi, tetapi hari ini bukan saja aku tidak
sedih bahkan merasa sangat gembira sekali"
"Gembira sekali?" Tanya Ti Then tercengang.
"Tidak salah" sahut Wi Lian In dengan serius, "Aku merasa
gembira atas keberuntunganku karena belum dikawinkan dengan
dia" "Agaknya nona tidak terlalu memandang tinggi terhadap nama?"
"Siapa bilang aku tidak memandang tinggi akan nama, tetapi aku
lebih baik tidak kawin untuk selamanya daripada dijodohkan dengan
seorang manusia yang berpribadi rendah dan pura-pura saja
menaruh cinta" "Aku lihat Mong Ling heng sangat mencintai diri nona, hanya saja
karena nafsu sesaat.."
"Hemmm..kamu bantu dia bicara?" ujar Wi Lian In sambil
mencibirkan bibirnya. "Aku bukannya bantu dia bicara" sahut Ti Then sambil tertawa,
"Aku hanya bilang walau pun dia tergila-gila dengan seorang
pelacur, tetapi bukannya dia tidak cinta padamu"
"Hemmm perkataan apa itu" Bilamana dia mencintai aku
bagaimana bisa tergila-gila dengan seorang pelacur?"
"Seorang lelaki ada kalanya bersamaan waktu mencintai dua
orang nona sekaligus, misalnya saja orang yang mem punyai
beberapa orang istri sudah banyak terjadi sekarang ini"
"Tetapi diharuskan aku bersuamikan bersama-sama dengan
seorang pelacur terkutuk, aku tidak akan tahan"
"Tetapi agaknya Mong Ling heng tidak punya maksud untuk
mengawini Liuw Su Cen sebagai istrinya"
"Liuw Su Cen itu tentu cantik bukan?"
"Tidak tahu, aku belum pernah bertemu"
"Ehmmm sungguh menarik sekali" ujar Wi Lian In sambil
tersenyum manis, "Ternyata dia
sudah salah menyangka kamu adalah Lu kongcu itu"
"Lalu menurut nona aku benar dia atau bukan?"
"Aku kira tidak mungkin"
"Mungkin saja benar"
"Tidak" sahut Wi Lian In sambil menggelengkan kepalanya, "Jika
Lu kongcu itu adalah hasil penyamaranmu maka kau hanya punya
satu tujuan saja" "Tujuan apa?" "Berusaha memecahkan perjodohanku dengan dia, tetapi kamu
sama sekali tidak berbuat demikian kamu masih membantu dia
bicara" "Ehmmm"." "Sore ini kamu ada urusan tidak?"
"Tidak ada" "Kalau begitu temani aku bermain ke puncak emas, bagaimana?"
"Tentang hal ini?"
"Kamu takut?" "Bukannya begitu" sahut Ti Then sambil meringis, "Baru saja
nona bentrok dengan Mong Ling heng, jika kini kita pesiar bersamasama begitu diketahui oleh kawan-kawan Benteng, mungkin akan
bermunculan omongan iseng"
"Aku tidak taku, kamu takut apa lagi?"
"Perkataan orang sukar dijaga, cayhe tidak berani berbuat
gegabah" "Baiklah, kamu tidak mau pergi, aku pergi sendiri"
Bercerita sampai di sini kedua orang itu sudah berada diruangan
tengah, begitulah mereka berpisah untuk kembali ke dalam
kamarnya masing-masing. Ti Then pergi menjenguk sejenak kekamar Shia Pek Tha
kemudian berjalan-jalan disekitar Benteng. Sejak memasuki Benteng
Pek Kiam Po hingga saat ini sudah ada empat lima hari lamanya
tetapi banyak tempat di dalam Benteng itu yang belum disinggahi,
karena itulah sambil menggendong tangan dia berjalan mengelilingi
seluruh Benteng hingga akhirnya sampailah di depan Loteng
penyimpan kitab itu. Loteng penyimpan kitab ini bertingkat tiga,keadaannya seperti
gapura, bangunannya pun sangat kuat tetapi pintu serta jendelanya
ditutup rapat-rapat sedang diluar bangunan terlihatlah empat orang
pendekar pedang berjaga siang malam di sana.
Dengan sikap seperti jalan-jalan Ti Then memeriksa dengan teliti
keadaan sekitar bangunan itu, sudah memilih jalan untuk maju dan
mundur nanti malam barulah dia kembali ke dalam kamarnya sendiri
untuk beristirahat. Menjelang magrib seorang pelayan datang mengundang Ti Then
untuk bersantap, sesampainya di ruangan makan terlihat di sana
hanya Hu Pocu Huang Puh Kian Pek seorang saja berada di meja
makan. Tanya Huang Puh Kian Pek begitu melihat Ti Then muncul di
sana: "Bagaimana dengan kedelapan orang pendekar pedang itu"
Berbakat untuk belajar silat?"
"Bagus sekali, mereka punya bakat yang sangat baik"
"Ake dengar nona Wi juga pergi berlatih?" Tanya lagi Huang Puh
Kian Pek sambil tersenyum.
"Tidak salah, tidak malu nona Wi disebut sebagai seorang
pendekar wanita, ternyata bisa menghilangkan kesedihan untuk
datang berlatih" "Ehmmm"memang sifatnya seperti ayahnya, periang dan suka
bergaul" "Heii.." ujar Ti Then tiba-tiba sambil menghela napas panjang,
"Sebetulnya Mong Ling heng jadi orang tidak jelek, boanpwe sangat
mengharapkan nona Wi bisa berhubungan kembali seperti sedia
kala" "Aku kira tidak mungkin bisa terjadi, sifatnya sangat berangasan
dan tegas, urusan yang sudah diputuskan olehnya tidak akan
disesali lagi" "Heii..jika tahu urusan akan terjadi begini, malam itu boanpwe
tidak akan membawa Mong Ling heng kembali"
"Ti Kiauwtauw" ujar Huang Puh Kian Pek sambil tersenyum,
"Kamu jangan bicara begini, urusan ini sama sekali tidak ada
sangkut pautnya dengan Ti Kiauwtauw"
"Heiii"hal ini juga karena kebodohan boanpwe sendiri, terhadap
kepandaian silat lainnya boanpwe masih bisa tetapi terhadap ilmu
menotok jalan darah paling tidak paham sehingga sama sekali tidak
tahu kalau jalan darah pingsannya yang tertotok, waktu itu jika
boanpwe paham mengenai jalan darah cukup sadarkan dirinya maka
urusan sudah selesai dan Mong Ling heng bisa kembali ke dalam
Benteng sendirian. Heiii"urusan yang tidak menyenangkan ini pun
tidak mungkin bisa terjadi"
"Tapi perkataan tidak bisa dibicarakan begini" ujar Huang Puh
Kian Pek sambil menggelengkan kepalanya, "Jika Ti Kiauwtauw tidak
tolong dia kembali mungkin jika sampai tergigit binatang lalu
bagaimana jadinya?" Kedua orang itu sambil dahar sambil berbicara, mendadak
terlihatlah budak Wi Lian In yang bernama Cun Lan masuk ke dalam
ruangan dengan tergesa-gesa, air mukanya kelihatan sangat
murung, agaknya ada perkataan yang hendak disampaikan.
Tanya Huang Puh Kian Pek begitu melihat sikapnya yang raguragu dan cemas itu : "Cun Lan, ada urusan apa?"
Dengan cepat Cun Lan berjalan ke hadapan Huang Puh Kian Pek
dan member hormat, sahutnya:
"Lapor pada Hu Pocu, sejak sore tadi siocia keluar Benteng
hingga kini belum kembali, entah bisa terjadi tidak urusan yang
tidak menyenangkan" "Nona pergi kemana?" Tanya Huang Puh Kian Pek dengan
tercengang. "Budakmu juga tidak tahu" sahut Cun Lan sambil menggelengkan
kepalanya. "Hu Pocu" timbrung Ti Then dari samping, "Mungkin nona Wi
pergi ke puncak emas untuk pesiar, tadi siang dia pernah beritahu
pada boanpwe katanya mau bermain di puncak emas"
Air muka Huang Puh Kian Pek segera berubah hebat, sahutnya:
"Seorang diri dia berpesiar ke puncak emas?"
Ti Then merasa tidak enak untuk menceritakan kalau dia pernah
mengajak dirinya untuk pesiar bersama-sama, terpaksa sahutnya:
"Benar, mungkin untuk menenangkan hatinya"
"Tetapi hari sudah gelap, menurut peraturan dia sudah
seharusnya tiba di dalam Benteng" ujar Huang Puh Kian Pek sambil
memandang tajam kearahnya.
Sesudah berhenti sejenak dia menoleh kearah Cun Lan, tanyanya


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi: "Sewaktu nona keluar Benteng pernah membawa barang apa
saja?" "Tidak ada, hanya sebilah pedangnya"
Alis yang dikerutkan pada wajah Huang Puh Kian Pek semakin
mengencang, ujarnya kepada Ti Then: "Sifat budak itu sangat
berangasan sekali, entah bisa tidak dia pergi mencari gara-gara?"
Hati Ti Then terasa dipukul sangat keras, sahutnya dengan
cepat: "Hal ini sukar untuk dibicarakan, bilamana pikirannya
kacau?" "Cepat, kita cepat pergi cari dia!" ujar Huang Puh Kian Pek sambil
bangkit berdiri. Demikianlah Huang Puh Kian Pek serta Ti Then tidak menanti
selesai makan segera keluar benteng dengan tergesa-gesa dan lari
dengan cepatnya menuju puncak emas.
puncak emas merupakan puncak yang tertinggi di gunung Go-bi
san ini, sesudah puncak selaksa Buddha, mereka berdua dengan
berlari dua jam lamanya barulah sampai di tempat tujuan.
Kiranya yang disebut dengan sebagai puncak Emas itu adalah
sebuah kuil yang semula merupakan ruangan tengah dari Koang
Siang Si, juga disebut sebagai kuil Beng Sim Si, menurut dongeng
kuil itu didirikan pada jaman kaisar Han Beng Tio dikarenakan angin
yang bertiup di atas gunung sangat keras maka seluruh kuil
menggunakan atap dari timah karena itulah tempat itu disebut juga
sebagai ruangan Si Wua Tien.
Tempat ini ada dua tempat yang paling menarik perhatian orang,
yang satu adalah tugu tembaga yang tingginya enam depa dengan
lebar tiga depa, di atas tugu itu tertuliskan dua macam huruf
dibolak-baliknya, yang satu bertuliskan tulisan Ong Ji, sedang yang
lain bertuliskan tulisan Cu In Liang Ji. Pemandangan menarik yang
lainnya adalah tebing di belakang ruangan itu.
Yang paling menguatirkan hati Huang Puh Kian Pek adalah di
dalam keadaan sedih mungkin sekali Wi Lian In akan terjun ke
dalam tebing untuk bunuh diri.
Dengan tergesa-gesa, dia membawa Ti Then ke dalam kuil itu,
kepada seorang hwesio tua tanyanya : "Toa suhu, apa kamu melihat
nona Wi pergi ke sini?"
Kiranya semua hwesio di dalam kuil ini mengenal dengan orangorang dari Benteng Pek Kiam Po, begitu hwesio tersebut melihat
Huang Puh Kian Pek masuk ke dalam kuil segera merangkap
tangannya memberi hormat, sahutnya kemudian : "Omintohud,
kiranya Huang Puh sicu yang datang, silahkan masuk dalam
ruangan untuk minum the"
"Tidak perlu" ujar Huang Puh Kian Pek dengan tergesa-gesa,
"Cayhe sedang mencari nona Wi kami, apakah Toa suhu melihat
dia?" "Pernah..pernah, kurang lebih dua jam yang lalu nona Wi pernah
masuk ke dalam kuil untuk bersembahyang, tetapi sesudah itu telah
keluar dari kuil dan pergi"
"Pergi kearah mana?" Tanya Huang Puh Kian Pek semakin
cemas. "Agaknya menuju ke tebing di belakang kuil ini"
Air muka Huang Puh Kian Pek berubah semakin hebat lagi,
dengan cepat dia putar tubuh dan lari bagaikan kilat cepatnya
keluar kuil kemudian berdiri menuju ke tebing di belakang kuil itu.
Ti Then dengan kencang mengikuti dari belakangnya, kedua
orang itu hanya di dalam sekejap mata sudah sampai di samping
tebing di belakang kuil itu, tetapi tempat itu gelap gulita sedikit pun
tidak tampak bayangan tubuh dari Wi Lian in itu.
Kedua orang itu semakin mendekat lagi ke pinggiran tebing,
ketika menengok ke bawah tempat itu hanya terlihat kegelapan
yang membuta saja, sedikit pun tidak terlihat lagi pemandangan
sedikit pun. Huang Puh Kian Pek menghembuskan napas panjang, agaknya
hatinya merasa sangat tidak tenang, ujarnya kemudian:
"Ti Kiauwtauw, coba kamu lihat mungkin tidak dia ambil
keputusan pendek?" Ti Then menundukkan kepala berpikir sebentar, kemudian
barulah sahutnya dengan perlahan:
"Boanpwe tidak berani memastikan, tetapi jika dilihat sikapnya
yang periang ketika datang berlatih silat dilapangan silat tadi pagi
tidak mungkin dia bisa mengambil keputusan pendek"
"Baru saja kemarin dia bentrok dengan Hong eng, bagaimana ini
hari bisa gembira" Tidak mungkin bisa demikian cepatnya"
"Dia masih bilang kalau hatinya merasa sangat gembira karena
belum sampai dijodohkan dengan Mong Ling-heng"
Sinar mata Huang Puh Kian Pek berkelebat tak henti-hentinya,
ujarnya dengan berat: "Aku lihat lebih baik kita melihat ke bawah, mari kita turun"
sehabis bicara tanpa menanti jawaban lagi dia mencari jalan untuk
menuruni tebing tersebut.
Tebing di belakang kuil ini merupakan sebuah tebing yang sangat
curam sekali, kedua orang itu dengan mengikuti jalan kecil di
sampingnya berjalan turun ke bawah, kurang lebih sesudah
memakan waktu sepertanak nasi lamanya barulah sampai didasar
tebing tersebut. Batu-batu cadas yang besar dan runcing berserakan didasar
tebing tersebut bahkan saking banyaknya hingga seperti sebuah
hutan, untuk mencari sesosok mayat didasar tebing tersebut
agakknya harus membutuhkan waktu yang sangat lama sekali.
Ujar Huang Puh Kian Pek mendadak memecahkan kesunyian:
"Kamu cari ke sebelah sana, biar lohu cari di sebelah sini, cepat!"
Dengan demikian mereka berdua berpisah untuk masing-masing
mencari diarah yang berlawanan, tetapi walau pun sudah
mengelilingi sekitar tempat itu hingga ketempat semula tetap saja
mereka tidak menemukan mayat dari Wi Lian In.
Akhirnya Huang Puh Kian Pek hanya bisa menghembuskan napas
panjang, ujarnya: "Heeeii..membuat lohu benar-benar kuatir, budak
itu mungkin sudah pergi ke puncak selaksa Buddha"
"Apa, nona pergi ke puncak selaksa Buddha?" tanya Ti Then
mendadak. "Jika hatinya tidak senang baru pergi ke sana, ada satu kali
hanya karena urusan yang sangat kecil dia bentrok dengan Hong
Mong Ling, akhirnya seorang diri dia lari ke atas puncak selaksa
Buddha, duduk hingga pagi membuat orang-orang yang mencari
cape setengah mati" "Kalau memang begitu mari kita pergi ke puncak selaksa Buddha
untuk melihat-lihat"
"Baik" sahut Huang Puh Kian Pek sambil mengangguk, "Untuk
menuju ke puncak selaksa Buddha ada dua jalan, kau
menggunakan jalan sebelah selatan biarlah lohu menggunakan jalan
sebelah timur, kita bertemu di atas"
Kedua orang itu sekali lagi menaiki tebing tersebut dan berpisah
untuk masing-masing dari arah selatan dan timur menuju ke
puncak selaksa Buddha. Ti Then yang tidak paham akan jalan di sana terpaksa melakukan
perjalanan sangat perlahan sekali, baru saja dia tiba dilereng
puncak mendadak dari sebelah kiri berkumandang datang suara
bentrokan senyata yang sangat ramai sekali.
Ehmmm"ditengah malam buta pada pegunungan yang demikian
sunyi siapa yang sedang bertempur"
Dalam ingatannya segera terpikirkan kalau salah satu diantara
mereka tentu adalah Wi Lian In, dia tidak berani berlaku ayal lagi
dengan cepat tubuhnya berkelebat menuju ke sana.
Sesudah melewati hutan itu dan berjalan setengah li jauhnya
sampailah disebuah tebing curam, hanya saja suara bentrokan
senyata itu berasal dari bawah tebing tersebut.
Dengan diam-diam dia mendekati jalanan di samping tebing itu
dan menengok ke bawah, terlihatlah kurang lebih lima kaki di bawah
tebing tersebut terdapat sebuah batu cadas yang sangat lebar
dengan lebar kurang lebih tiga kaki dan panjangnya tujuh kaki,
sedang dua orang yang sedang bertempur itu tidak lain adalah Wi
Lian In serta Hong Mong Ling adanya.
Kiranya Hong Mong Ling belum meninggalkan daerah gunung
Go-bi ini. Hal ini sama sekali diluar dugaan Ti Then, pikirnya: "Urusan ini
sungguh aneh sekali, bangsat cilik tersebut ternyata masih berani
berdiam didaerah sekitar gunung Go-bi ini, apa mungkin dia masih
tidak mau menyerah begitu saja dan mengajak Wi Lian In untuk
bertemu di tempat ini?"
Kelihatannya pertempuran antara Wi Lian In serta Hong Mong
Ling itu sudah berjalan sangat lama sekali, sedang diantara mereka
berdua pun kelihatan sudah mulai merasa lelah hanya saja keadaan
dari Wi Lian In jauh lebih celaka, jurus-jurus serangannya hanya
dilancarkan untuk melindungi dirinya sendiri saja sedang tenaganya
kelihatan dengan jelas sudah dikuras habis, sebaliknya Hong Mong
Ling setindak demi setindak mulai mendesak mendekati tubuhnya.
Diluar tebing tersebut gelap gulita tidak terlihat apa pun juga.
Tidak terasa Ti Then menghembuskan napas dingin, pikirnya:
"Hemm..apa mungkin dia ingin membunuh Wi Lian In?"
Baru saja dia berpikir sampai di sana, mendadak terlihatlah
pedang dari Wi Lian In berhasil dipukul terpental ketengah udara
dan melayang jatuh kedasar jurang.
Tidak terasa lagi air muka Wi Lian In berubah dengan sangat
hebatnya, tanpa terasa lagi dia mundur satu langkah ke belakang.
Asalkan dia mundur lagi satu langkah maka tubuhnya akan
terjatuh ke dalam jurang dan tubuhnya akan hancur lebur terkena
batu-batu cadas yang tajam dan menongol ke atas.
Dengan meminyam kesempatan ini Hong Mong Ling
menempelkan ujung pedangnya ke depan dadanya, ujarnya dengan
keras: "Jangan bergerak!"
"Ayoh tusuk..ayoh cepat tusuk" ujar Wi Lian In sambil tertawa
sedih. Sekali pun saat itu Hong Mong Ling mendapatkan kemenangan
tetapi kelihatan sekali hatinya merasa tidak puas, dengan sedih
ujarnya: "In moay, kau..kau sungguh-sungguh tak mengingat kecintaan
kita pada masa yang lalu" Kamu tahu aku masih sangat cinta
padamu, asalkan kamu.."
"Tutup mulut!" bentak Wi Lian In sambil melototkan matanya
lebar-lebar, "Sekarang masih ada perkataan apa lagi yang hendak
kau ucapkan?" Air muka Hong Mong Ling kelihatan sedikit bergerak, kemudian
barulah ujarnya lagi: "Aku sudah bilang berpuluh-puluh kali padamu aku sama sekali
tidak cinta itu pelacur Liuw Su Cen, kejadian yang sudah terjadi itu
hanya suatu permainan belaka. Asalkan kamu mau memaafkan
diriku maka aku sanggup membawa batok kepala Liuw Su Cen
untuk kau lihat.." Wi Lian In menjadi semakin gusar, bentaknya dengan keras:
"Tutup bacotmu. Liuw Su Cen sudah berbuat salah apa terhadap
dirimu" Buat apa aku butuhkan batok kepalanya?"
"Kalau begitu kamu minta aku berbuat apa?" tanya Hong Mong
Ling sambil menghela napas panjang.
"Aku minta kau menggelinding dari sini, aku minta kau
menggelinding jauh-jauh dari hadapanku..cepat pergi!"
Mendengar bentakan itu air muka Hong Mong Ling berubah
semakin hebat, sambil tertawa dingin ujarnya:
"Aku tahu kenapa kamu demikian bencinya terhadap aku.
Hemmm..hemm..jika bukannya datang seorang yang bernama Ti
Then kamu juga tidak mungkin bisa bersikap demikian terhadap
diriku" Wi Lian In menjadi melengak, tidak disangka olehnya dia bisa
berbicara begini, tetapi sebentar kemudian sudah menjadi gusar
lagi, bentaknya: "Kamu bilang apa?"
Pada air muka Hong Mong Ling terlihatlah perasaan dengki dan
bencinya, ujarnya dengan gemas:
"Kamu melihat kepandaian silat dari Ti Then jauh lebih tinggi dari
kepandaianku maka hatimu segera berubah dan ingin dijodohkan
dengan dia bukan begitu" Hemmmm.."
Saking jengkelnya air muka Wi Lian In segera berubah menjadi
pucat pasi, teriaknya berkali-kali:
"Tidak salah, tidak salah ! tidak salah, Ti Then memang berwajah
jauh lebih tampan dari kamu, kepandaian silatnya pun jauh lebih
tinggi dari dirimu maka aku ingin dikawinkan dengan dirinya, kamu
mau berbuat apa?" "Hemm..hemmm..bagus sekali, bagus sekali" ujar Hong Mong
Ling sambil tertawa dingin tak henti-hentinya, "Bagus sekali.
Manusia budiman harus dijodohkan dengan perempuan cantik, aku
bisa mengabulkan keinginanmu ini hanya saja..hemm..hemmm?"
Berbicara sampai di sini pedang yang ditempelkan pada
jantungnya ditekan lebih dalam lagi sedang wajahnya sambil
meringis seram memandangi tajam wajahnya.
Dalam hati Wi Lian In mengira kalau dia sudah bangkit napsu
untuk bunuh dirinya tidak terasa dia menjerit kaget sedang
tubuhnya membungkuk ke belakang.
Hong Mong Ling memangnya menginginkan dia berbuat
demikian, tubuhnya dengan cepat maju ke depan sedang dua jari
tangan kirinya dengan cepat menotok jalan darah kaku ditubuhnya.
Wi Lian In tidak sempat menghindarkan diri lagi, dengan
mengeluarkan suara dengusan perlahan tubuhnya rubuh ke atas
tanah. Tangan kiri Hong Mong Ling sesudah menotok jalan darah
kakunya segera tangannya meraba kearah dadanya, dengan air
muka penuh napsu birahi ujarnya:
"Hemmm..he he he"sesudah aku rusak perawanmu kamu orang
boleh kawin dengan Ti Then"
Air muka Wi Lian In berubah sangat hebat sekali, makinya:
"Binatang. Kamu manusia gila..binatang!"
"Ayoh teriak"ayoh teriak yang keras!" seru Hong Mong Ling
sambil tertawa dingin, "Ditempat seperti ini sekali pun kamu
berteriak hingga tenggorokanmu pecah juga tidak aka nada orang
yang dengar teriakanmu ini"
oooOOOooo Bab 11 Sehabis berkata dia menarik tubuhnya ke bawah tebing tersebut.
Kiranya di bawah tebing itu terdapatlah sebuah gua yang cukup
lebar. Ti Then yang takut dia melukai tubuh Wi Lian In sampai saat itu
masih tetap berdiam diri tidak bergerak sedikit pun juga, tetapi
begitu melihat dia membawa tubuh Wi Lian In ke dalam gua untuk
diperkosa tidak tertahan lagi dia meloncat turun dengan cepatnya
kearah depan gua tersebut.
Dengan cepat tubuhnya berhasil melayang turun di depan gua itu
tanpa mengeluarkan suara sedikit pun juga.
Saat itu Hong Mong Ling baru saja meletakkan tubuh Wi Lian In
ke atas tanah, mendadak terdengar diluar gua berkumandang suara
berkelebatnya pakaian yang tersambar angin, tidak terasa hatinya
tergetar sangat keras sekali, sambil melintangkan pedangnya di


Pendekar Patung Emas Pendekar Bersinar Kuning Karya Qing Hong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan dadanya teriaknya: "Siapa?" Ti Then yang berada diluar gua dengan cepat menutup seluruh
pernapasannya dan berdiri tanpa bergerak sedikit pun juga.
Hong Mong Ling sesudah memusatkan seluruh perhatiannya
mendengar beberapa saat lamanya tetapi tetap tidak mendengar
gerakan apa pun, hatinya malah diam-diam curiga, dia merasa
mungkin dirinya sudah salah mendengar tetapi juga tak berani
berlaku gegabah, terpaksa dengan menempelkan tubuhnya pada
dinding gua, setindak demi setindak dia berjalan keluar dari gua
untuk memeriksa. Baru saja dia berjalan tiga langkah dari depan gua, mendadak
dengan cepat dia menghentikan langkahnya, sesudah berpikir
sebentar dengan perlahan-lahan buntalannya dilepas dan dilempar
keluar gua. Inilah yang disebut sebagai "melempar batu menanya
jalan." Tetapi sejak semula Ti Then sudah mendengar suara
dilepaskannya buntalan, karena itulah begitu buntalannya dilempar
ke depan dia tetap berdiam diri tidak bergerak sedikit pun juga.
Hong Mong Ling yang melihat dari luar gua tidak mendapatkan
sambutan apa pun hatinya menjadi semakin lega, dengan cepat
tubuhnya berkelebat keluar dari dalam goa.
Begitu tubuhnya berkelebat dengan cepat Ti Then mengulur
tangannya mencekal urat nadi dari tangan kanannya.
Hong Mong Ling menjadi sangat terkejut, baru saja siap
melepaskan dirinya dari cengkeraman itu mendadak terasa olehnya
tubuhnya sudah kaku tanpa bertenaga, tidak terasa ujarnya dengan
gemetar: "Kau" Kamu"kamu"."
Ti Then tersenyum manis, ujarnya : "Tidak salah, memang aku
yang sudah datang. Mong Ling heng, kenapa kamu berbuat
demikian tidak sopannya terhadap nona Wi?"
Wi Lian In yang menggeletak di dalam goa begitu mendengar
suara Ti Then tidak tertahan lagi menjadi sangat girang, teriaknya:
"Ti Kiauwtauw, bunuh saja dia, bunuh binatang terkutuk itu!"
Air muka Hong Mong Ling yang sudah pucat pasi semakin
memutih lagi, ujarnya sambil tertawa sedih.
"Tidak salah, Ti Kiauwtauw cepat bunuh aku saja daripada
meninggalkan bencana di kemudian hari"
Ti Then hanya tertawa dingin saja tanpa mengucapkan sepatah
kata pun, sedang dalam hati pikirnya, "Walau pun bangsat cilik ini
bukan manusia baik tetapi bagaimana pun juga aku sudah merusak
perjodohan mereka, bagaimana aku bisa bunuh dia lagi?"
Pikiran ini dengan cepat berkelebat di dalam benaknya dengan
Romantika Sebilah Pedang 4 Dendam Empu Bharada Karya S D Djatilaksana Rahasia Kunci Wasiat 8

Cari Blog Ini