Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 16
Suara seruling semakin hebat, tubuh orang itu bergerak-gerak, hendak melompat, beberapa kali ia sudah mencelat sekaki lebih, kelihatannya ia masih dapat mempertahankan diri. Tapi Kwee Ceng
mengerti, orang tak akan bertahan lama. Ia cemas sendirinya.
Irama seruling terdengar terus, ada kalanya perlahan dan bertukar dua kali.
"Sudah, sudah!" bersuara orang itu, agaknya hendak ia berlompat bangun.
Kwee Ceng kaget, tanpa berpikir lagi, ia lompat maju, tangan kirinya dilomjorkan, untuk mencelat bahu orang itu, sedang tangan kanannya dipakai menepuk
pundak, di jalan darah tay-cui-hiat. Ia ingat dulu, setiap kali semadhinya kalut, Ma Giok tentu meraba jalan darahnya itu, untuk mengasi hawa panas dari tangan.
Ia masih rendah pelajarannya, ia tidak dapat hanya meraba, ia perlu menepuk. Tapi ini menolong. Orang itu tampaknya tenang, dapat ia berdiam dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memeramkan mata. Tengah Kwee Ceng bergirang sendirinya, mendadak dari belakangnya, ada yang membentak padanya:
"Binatang cilik, kau merusak usahaku!"
Suara seruling itu pun berhenti.
Si anak muda terkejut, cepat ia berpaling. Ia tidak melihat orang, ia hanya seperti mengenali suaranya Oey Yok Su. Ia menjadi masgul. Sejenak itu ia menyesal.
"Entah orang tua ini manusia baik atau jahat,"
demikian pikirnya. "Kenapa aku lancang menolongi dia" Pantas saja ayahnya Yong-jie gusar".Kalau nanti dia ini satu iblis, bukankah aku jadi melakukan kesalahan besar?"
Ia menjadi bergelisah sendirinya.
Orang tua itu bernapas reda, ia mulai meluruskannya.
Kwee Ceng tidak menanya apa-apa, ia duduk di depan orang tua itu, ia pun bersemadhi. Ia baru membuka matanya ketika fajar sudah menyingsing dan embun telah turun.
Di antara sinar matahari, yang molos dari sela-sela pohon bunga, terlihat wajah orang tua itu dimana bunga-bunga terbayang. Nyata kumisnya belum putih semua, cuma entah sudah berapa tahun tak pernah dicukur, hingga ia mirip orang hutan.
Tiba-tiba kedua matanya orang itu dibuka, lalu terlihat sinarnya yang tajam sekali. Ia lantas saja tersenyum dan bertanya: "Kau muridnya salah satu dari Coan Cin Cit Cu yang mana?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar suara orang itu sabar, hati Kwee Ceng lega. Ia berbangkit untuk menjura. Ia memperkenalkan diri dan menyebut Kanglam Cit Koay sebagai gurunya.
Orang tua itu heran, ia tidak percaya.
"Kenapa Kanglam Cit Koay mengerti ilmunya Coan Cin Pay?" tanyanya.
"Sebenarnya Tan Yang Cinjin Ma Totiang pernah ajarkan ilmu selama dua tahun tetapi ia belum menerima teecu sebagai murid," Kwee Ceng menjelaskan.
Orang tua itu tertawa, lalu mukanya nampak lucu. Ia mirip bocah yang lagi bergurau.
"Aku mengerti sekarang! Kenapa kau dapat datang ke Tho Hoa To ini?" dia tanya.
"Oey Tocu dari Tho Hoa To yang menitahkan teecu datang kemari."
"Untuk apakah?" Orang tua itu agaknya terkejut, air mukanya sampai berubah.
"Teecu berbuat salah dan teecu hendak menerima binasa?"
"Apakah kau tidak mendusta?" menegaskan orang tua itu.
"Tidak berani teecu mendusta," sahut Kwee Ceng hormat sekali. Terus ia membahasakan diri teecu (murid).
Orang tua itu mengangguk-angguk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, kai duduklah."
Kwee Ceng menurut, ia duduk di sebuah batu besar.
Sekarang ia melihat tegas si orang tua bercokol di dalam sebuah gua dan di depannya terhalang
beberapa lembar kawat. Entah apa perlunya kawat itu.
"Siapakah yang lainnya yang pernah mengajarkan kau ilmu lagi?" tanya si orang tua.
"Ialah guruku yang baik budi Ang Kiu Cie Sin Kay,"
menyahut Kwee Ceng sejujurnya.
Orang tua itu agaknya merasa heran, ia juga mengasih lihat roman tertawa bukannya tertawa. "Apakah Ang Cit Kong telah ajarkan kau ilmu?" tanyanya cepat.
"Ya," menyahut Kwee Ceng, yang omong terus terang.
"Ia pernah mengajarkan Hang Liong Sip-pat Ciang."
"Apakah dia tidak mengajarkan juga ilmu dalam?"
"Tidak." Orang tua itu dongak mengawasi langit langit, lalu ia berkata seorang diri: "Dia masih begini muda, umpama kata dia belajar semenjak dalam kandungan, dia toh baru belajar delapan atau sembilanbelas tahun, maka heran, kenapa aku tidak sanggup melawan suara seruling tapi dia sanggup?" Dia benar-benar heran, maka ia mengawasi pemuda di hadapannya itu, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Lantas ia mengulur keluar tangan kanannya di antara kawat kurungan. Ia kata: "Coba kau mendorong telapakan tanganku, hendak aku mencoba tenagamu."
Kwee Ceng menurut, ia mengulur tangannya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menempel tangan si orang tua.
"Kerahkanlah tenagamu," kata orang tua itu.
Kwee Ceng menurut, ia mengerahkan tenaganya.
"Hati-hati," si orang tua memperingatkan: Selagi orang bersiap, ia pun mengerahkan tenaganya.
Kwee Ceng merasakan penolakan keras, tak sanggup ia menahannya, maka hendak ia membnatu dengan tangan kirinya, atau mendadak si orang tua membalik tangannya, telunjuknya mengenakan lengannya. Cuma sekali ia tertekan, tubuhnya lantas mencelat ke belakang tujuh atau delapan kaki, punggungnya membentur sebuah pohon. Di situ barulah ia bisa berdiri tetap.
Lantas orang tua itu berkata lagi seorang diri: "Ia tak ada celaannya, kecuali belum mahir betul. Heran kenapa ia dapat bertahan dari lagu Thian-mo-bu?"
"Thian-mo-bu" itu adalah lagu seruling tadi, artinya Tarian Hantu Langit.
Kwee Ceng mengeluarkan napas lega. Ia juga
mengawasi orang tua itu, sangking heran, ia berpikir:
"Orang tua ini berimbang kepandaiannya dengan Ang Cit Kong dan Oey Yok Su. Kenapa di Thoa Hoa To ini orang semacam ini" Adakah ia See Tok atau Lam Tee?"
Mengingat nama See Tok, si Racun dari Barat, ia terkejut: "Jangan-jangan aku terpedaya," pikirnya.
Maka ia angkat tangannya untuk diperiksa. Tangan itu tidak bengkak atau merah, hatinya menjadi lega pula.
Orang tua itu tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau badelah, siapa aku ini?" ia bertanya.
Kwee Ceng menyahuti: "Menurut apa yang teecu dengar, orang yang paling gagah sekarang ini cuma ada lima orang. Coan Cin Kauwcu Ong Totiang telah menutup mata, Kiu Cie Sin Kay yang menjadi guruku dan Oey Tocu teecu kenal, maka itu mungkinkah cianpwee ada Auwyang Cianpwee atau Toan
Hongya?" Orang tua itu tertawa. "Bukankah kau merasakan ilmu kepandaianku berimbang sama Tong Shia dan Pak Kay?" ia tanya.
"Pelajaranku masih sangat rendah, tidak berani teecu bicara sembarangan," sahut Kwee Ceng berhati-hati.
"Barusan cianpwee menolak padaku, dari itu teecu merasa, kalau bukan Ang Ingsu dan Oey Tocu, belum pernah ada orang ketiganya."
Itulah pujian, senang si orang tua. Ia mengasih lihat roman jenaka yang kebocah-bocahan.
"Aku bukannya See Tok Auwyang Hong dan bukan juga entah apa Hongya, maka itu cobalah kau
menerka lagi sekali." katanya.
Kwee Ceng berpikir, baru ia menyahut: "Pernah teecu bertemu dengan seorang yang namanya berimbang sama pemimpin dari Coan Cin Pay yaitu Kiu Cian Jin, tetapi ia cuma menang nama, kepandaiannya biasa saja," sahut nya. "Sebenarnya pengetahuan teecu masih sangat cetek, teecu tidak ingat nama cianpwee."
Orang tua itu tertawa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku she Ciu! Kau ingatkah sekarang?" dia tanya.
"Cianpwee ialah Ciu Pek Thong?" tanya Kwee Ceng cepat. Tetapi ia terkejut. ia sudah menyebut langsung nama orang tua itu. Maka lekas-lekas ia memberi hormat seraya berkata: "Teecu sudah berlaku tidak hormat, harap cianpwee suka memberi maaf."
Orang tua itu tertawa pula.
"Tidak salah, tidak salah, akulah Ciu Pek Thong!"
katanya. "Kau menyebut namaku, apakah yang tidak hormat" Kauwcu dari Coan Cin Pay, Ong Tiong Yang, ialah kakak seperguruanku, dan Ma Giok serta Khu Cie Kee lainnya, mereka semuanya keponakan
muridku. Kau bukannya orang Coan Cin Pay, tidak usah kau menyebut-nyebut cianpwee, kau panggil saja aku Pek Thong!"
"Itulah aku tidak berani," kata Kwee Ceng heran tetapi tetap hormat.
Tinggi usianya, tetap Ciu Pek Thong mirip bocah.
Untuk apa yang ia kehendaki, ia tak kenal kebiasaan atau adat istiadat, pasti ia langgar. Begitulah ketika ia ingat suatu apa, ia lantas kata: "Saudara Kwee, bagaimana kalau kita mengangkat saudara?"
Kwee Ceng heran hingga ia menjublak.
"Teecu adalah sebawahan Ma Totiang dan Khu Totiang, seharusnya teecu menghormati cianpwee sebagai sucouw-ya!" katanya. Sucouw-ya adalah kakek guru.
Ciu Pek Thong menggoyangi tangannya berulangulang. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kepandaianku adalah kakak seperguruanku yang mengajarinya," ia bilang. "Ma Giok dan Khu Cie Kee semua tidak memandang aku sebagai yang terlebih tua, mereka pun tidak menghormati aku sebagai yang terlebih tua itu?"
Berkata sampai disitu, suaranya Pek Thong tertunda.
Ke situ ada datang satu bujang tua, yang tindakan kakinya terdengar terlebih dahulu. Dia membawa barang makanan.
"Ada makanan untuk didahar!" kata Ciu Pek Thong. Ia tertawa.
Bujang itu menyajikan barang bawaannya, yang terdiri dari empat rupa sayur, dua poci arak serta sepanci nasi. Dia pun menuangi dua cawan arak. kemudian ia berdiri menantikan di pinggiran.
"Mana nona Oey?" Kwee Ceng tanya. "Kenapa dia tidak datang kemari?"
Bujang itu menggeleng kepala, ia menunjuki pada kuping dan mulutnya, suatu tanda ia tuli dan gagu.
Ciu Pek Thong tertawa, dia kata: "Kuping orang ini ditusuk hingga tuli oleh Oey Yok Su. Coba kau suruh dia membuka mulutnya."
Kwee Ceng menurut, dengan gerakan tangannya, ia minta bujang itu membuka mulutnya. Kesudahannya dia terkejut. Lidah orang buntung.
"Semua bujang di pulau ini sama saja." Pek Thong memberitahukan. "Kau telah datang ke mari, jikalau kau tidak mati, di belakang hari kau bakal jadi seperti dia ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berdiam, hatinya mengatakan: "Kenapa ayahnya Yong-jie begitu kejam?"
Pek Thong berkata pula: "Setiap malam Oey Lao Shia menyiksa aku, tetapi aku tidak sudi menyerah kalah!
Tadi hampir aku roboh di tangannya, jikalau tidak kau datang membantu aku, saudara kecil, dan mungkin tabiatku suka menang sendiri selama belasan tahun akan runtuh dalam satu malaman! Mari, mari disini ada arak dan barang santapan, mari kita mengangkat saudara, di belakang hari, ada untung kita cicipi bersama, ada kesusahan kita tanggung bersama juga!
Ketika dulu hari aku mengangkat saudara sama Ong Tiong Yang, ia pun mula.mula main tolak-tolak.
Bagaimana, eh apakah benar-benar katu tidak sudi?"
Kwee Ceng melihat muka orang berubah, lekas-lekas ia menyahuti; "Bukannya begitu, cianpwee.
Sebenarnya tingkatku beda hingga dua tingkat, jikalau teecu menerima kehendak cianpwee, pasti orang akan tertawa dan mencaci teecu tidak tahu diri! Dan kalau nanti teecu bertemu sama Ma Totiang dan Khu
Totiang, apakah teecu tak malu juga?"
"Ah, kenapa kau memikir begitu jauh?" kata Pek Thong masgul. "Kau tidak sudi mengangkat saudara, apakah kau mencela usiaku yang sudah lanjut" Oh"."
Mendadak orang tua itu menangis sesegukan,
mukanya ditutupi, kumisnya dikacau pergi datang.
Kwee Ceng heran dan kaget. Ia bingung.
"Baik, baik, cianpwee teecu menurut?" katanya gugup.
Pek Thong masih menangis ketika ia berkata: "Kau menuruti karena aku paksa, kalau lain hari ada orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menanyakan kau, kau bakal timpakan kesalahan
padaku! Aku tahu kau tidak sudi angkat saudara denganku!"
Kwee Ceng merasa lucu berbareng heran. Kenapa ada orang tua yang begini tidak mengindahkan
ketuaannya sendiri" Ia tidak ketahui bahwa Ciu Pek Thong itu, dalam kalangan Rimba Persilatan, bergelar Loo Boan Tong, Bocah Tua Nakal, tabiatnya memang sangat ku-koay bin ajaib, walaupun berusia lanjut dan tingkat derajatnya tinggi, tapi sepak terjangnya mirip dengan bocah alias anak-anak. Begitu ia jumput sepiring sayur, dia lemparkan itu keluar kurungan, tak mau ia dahar.
Si bujang tua bingung, lekas-lekas ia memunguti.
Meyaksikan itu Kwee Ceng tertawa, lantas ia berkata:
"Kakak begini baik hati, bagaimana teecu bisa menampik itu" Mari, kakak, marilah kita mengangkat saudara! Mari kita gunai tanah sebagai gantinya hio!"
Mendengar itu, tiba-tiba saja Ciu Pek Thong tertawa.
"Aku berada di dalam gua, tecegah kawat ini," ia berkata. "Karena aku tidak bisa keluar, aku akan paykui di dalam kurungan ini dan kau di sebelah luar!"
Kwee Ceng mengawasi kawat kurungan itu sekian lama, ia tidak mengerti kenapa Pek thong bisa terkurung di situ. Tetapi ia menurut, ia menjalankan kehormatana dari luar kurungan itu.
Pek Thong benar-benar berlutut, hingga mereka paykui sambil berendeng di antara kawat kurungan itu.
Berkatalah si orang tua: "Teecu Ciu Pek Thong, hari ini teecu mengangkat saudara dengan saudara Kwee
Ceng, di belakang hari, senang atau susah, kita samaTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama mencicipinya, siapa yang kemudian
menyalahkan janji, biar Thian kutuk padanya!"
Kwee Ceng mengikuti mengangkat sumpah itu.
Setelah itu keduanya menyiram arak ke tanah dan Kwee Ceng lalu paykui kepada kakak angkatnya itu.
Pek Thong puas hingga ia tertawa terkakak.
"Sudah, sudah!" katanya. Ia menuang araknya , ia menenggak sendiri. Ia menambahkan: "Oey Lao Shia itu cupat sekali pandangannya. Dia memberikan arak yang begini tawar! Hanya perah ada satu hari, si nona kecil menyuguhkan aku arak, araknya jempol, cuma sayang semenjak itu dia tidak pernah datang pula?"
Kwee Ceng tahu, si nona yang disebutkan itu ialah Oey Yong. Bukankah si nona pernah memberitahukan dia, sebab ia mengantar arak kepada Ciu Pek Thong, dia ditegur dan dimarahi oleh ayahnya, maka ia kabur.
Tentulah Pek Thong tidak ketahui sebabnya si nona tidak pernah datang pula.
Kwee Ceng sudah lapar, ia tidak pikirkan arak, ia hanya menyendok nasi dan memakannya, sampai ia menghabiskan lima mangkok.
Si bujang tua menanti sampai orang dahar cukup, ia benahkan segala apa dan berlalu.
"Eh, adik kenapa kau bersalah terhadap Oey Lao Shia?" kemudain Pek Thong tanya. "Coba kau tuturkan itu pada kakakmu."
Kwee Ceng tuturkan halnya ia sudah membinasakan Tan Hian Hong dan di Kwie-in-chung bertempur sama Bwee Tiauw Hong, bagaimana Oey Yok Su hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencelakai Kanglam Liok Koay, maka itu ia berjanji untuk dalam tempo satu bulan datang ke pulau ini untuk terima binasa.
Loo Boan Tongp paling gemar mendengar orang
bercerita, demikian kali ini, ia memasang kuping sambil merem melek, asal si adik angkat berlambat, lantas ia memotong dengan pertanyaannya.
"Kemudian bagaimana?" tanya dia akhirnya.
"Kemudian ialah sekarang ini, adikmu berada disini,"
Kwee Ceng menjawab. Pek Thong lantas berdiam, agaknya ia berpikir.
"Kiranya budak cantik itu baik denganmu," katanya.
"Kenapa sepulangnya ini dia menghilang" Mesti ada sebabnya, mungkin dia kena dikurung oleh Oey Lao Shia?"
"Teecu pun menduga demikian," kata Kwee Ceng masgul.
"Apa kau bilang?" tanya Pek Thong, mukanya merah.
Kwee Ceng tahu, ia salah menggunakan bahasa
"teecu" ituz, ia lekas menyahuti: "Adikmu kesalahan, harap toako jangan berkecil hati."
Pek Thong tertawa. Ia berkata: "Perkara panggilan jangan kau bikin susah! Umpama kata kau lagi main sandiwara, kau memanggil ibu padaku boleh saja, nona juga boleh!"
"Baik, baik, toako," sahut adik angkat itu.
Pek Thong mengangguk. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba kau terka, kenapa aku berada di sini?" tanyanya kemudian.
"Justru inilah adikmu hendak menanyakannya," sahut Kwee Ceng.
"Ceritanya panjang, nanti aku menutur perlahan-lahan," menyahuti si kakak jenaka ini. "Kau toh ketahui hal ikhwalnya dulu hari itu Tong Shia, See Tok, Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong berlima mengadu kepandaian di puncah gunung Hoa San?"
Kwee Ceng mengangguk. "Pernah adikmu mendengar itu," sahutnya.
"Ketika itu akhirnya musim dingin, di gunung Hoa San itu salju seperti membungkus puncak," sang kakak bercerita. "Mereka berlima itu mulut berunding, tangan mengadu pedang, lamanya tujuh hari tujuh malam. Di akhirnya Tong Shia, See Tok, Lam Tee dan Pak Kay berempat mengakui kakak seperguruanku itu, Ong Tiong Yang sebagai orang gagah nomor satu di kolong langit ini. Taukah kamu mengapa mereka membuat pertemuan di Hoa San itu?"
"Tentang itu adikmu belum pernah mendengarnya."
"Itulah buat gunanya sebuah kitab"."
"Kitab Kiu Im Cin-keng!" Kwee Ceng memotong.
"Benar! Adikku, kau muda tetapi sudah banyak pendengaranmu! Untuk kaum persilatan, Kiu Im Cin-keng adalah kitab luar biasa yang nomor satu. Menurut penuturan, kitab itu dikumpul dan ditulis oleh Tat Mo Couwsu setelah ia datang ke negeri kita ini dan sesudah ia bertanding mengadu kepandaian sama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sahli-ahli silat kita, diwaktu mana, mereka menang dan kalah bergantian, lantas ia duduk bersemadhi
menghadapi tembok selama sembilan tahun. Setahu mana, suatu tahun, kitab itu muncul di luaran, maka itu, timbulah perebutan di antara ahli-ahli silat. Tidak seorang pun yang tidak menghendakinya. Kakak
seperguruanku bilang, karena perebutan itu, tidak sedikit ahli silat yang roboh sebagai korban, lebih daripada seratus orang. Umpama kata seorang
mendapati itu, lantas ia menyakinkannya, belum satu tahun, lain orang mengetahuinya, lain orang itu merampasnya. Perampasan itu terjadi berulangkali.
Maka siapa yang mendapatkan kitab itu, dia terpaksa menyembunyikan diri. Karena itu juga, orang pun menggunai banyak akal muslihat?"
Kwee Ceng menghela napas.
"Kalau beigitu, kitab itu adalah kitab celaka dalam dunia kita ini," katanya. "Kalau Tan Hian Hong tidak mendapatkan itu, tentulah ia bisa hidup berbahagia dengan Bwee Tiauw Hong di dalam desa di mana
mereka mengumpatkan diri dan Oey Tocu tidak nanti menghendakinya"."
"Tetapi ilmu silat tidak boleh tidak dipelajari!" sambung si kakak angkat.
Kwee Ceng menyahutinya, hanya di dalam hatinya ia mengatakan: "Kalau begitu ini kakak tua sudah kegilaan ilmu silat. Sebenarnya belum pernah aku mendengar lain orang yang seperti dia gilanya"."
"Eh, tadi aku bercerita sampai di mana?" Pek Thong tanya, rupanya ia lupa.
"Sampai di bagian orang-orang kosen di kolong langit ini hendak merampas kitab Kiu Im Cin-keng itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar, urusan lantas jadi makin hebat. Bahkan kauwcu dari Coan Cin Kauw, tuan dari Tho Hoa To, Ang Pangcu dari Kay Pang dan lainnya, ikut campur tangan. Berlima mereka itu merundingkan ilmu silat dengan perjanjian, siapa yang paling lihay, ialah yang mendapatkan kitab itu.
"Akhirnya kitab itu terjatuh dalam tangan kakak seperguruanmu," kata Kwee Ceng.
"Memang!" jawab Ciu Pek Thong dengan sangat gembira. "Persahabatanku dengan Ong Suko memang erat sekali, sebelum ia menjadi imam, kita memang sudha bergaul rapat. Belakangan ia ajarkan aku ilmu silat. Dia mengatakan aku berlajar ilmu silat.
Berlebihan dan kukuh sekali, hingga jadi seperti tolol, katanya itulah bukan syaratnya kaum imam. Karena itu, aku tidak menjadi murid Coan Cin Kauw. Di antara dia, katanya sebab terlalu mengutamakan ilmu silat, ia jadi mengabaikan agama. Kalau belajar silat orang mesti sungguh-sungguh, belajar ilmu To Kauw
mestilah hati orang tawar. Jadi kedua ilmu itu bertentangan satu dengan lainnya. Ma Giok yang mewariskan pelajaran agamanya suheng dan Khu Cie Kee yang ilmu silatnya sempurna."
"Jikalau demikian adanya, kenapa Ong Cinjin dapat menjadi orang suci sejati berbareng lihay juga ilmu silatnya?" tanya Kwee Ceng tidak mengerti.
"Itulah disebabkan pada dasarnya suko memang berbakat baik dan ia gampang mempelajari segala macam ilmu. Dia bukanlah seperti kita yang
memerlukan latihan mendalam. Eh ya, tadi ceritaku sampai dimana" Kenapa kau memegatnya?"
"Sampai di bagian sukomu mendapatkan kitab Kiu Im
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cin-keng." "Benar! Setelah mendapatkan kitab itu suka tidak memahamkan apa bunyinya, dia hanya menyimpan
buku itu di dalam kotak yang kotaknya ia tindihkan batu di bekalang kuil. Aku heran sekali, aku telah menanyakan sebab dari perbuatannya itu. Suka tidak mau memberikan keterangannya, ia jawab aku dengan tersenyum saja. Ketika aku mendesak, dia
menyuruhku menerka sendiri. Sekarang cobalah kau yang menerka, apakah sebabnya itu?"
"Tentulah itu disebabkan ia khawatir kitab itu ada yang curi?" menerka Kwee Ceng.
"Bukan, bukan," Pek Thong menggelengkan kepalanya berulang-ulang. "Siapakah yang berani mencuri barangnya kangzusi.com kaucu dari Coan Cin Kauw"
Siapa berani berbuat begitu, itulah tandanya dia sudah bosan hidup!"
Kwee Ceng perpikir pula, lalu ia lompat berjingkrak.
"Benar memang pantaslah kitab itu disimpan di bawah batu!" katanya. "Sebetulnya. lebih baik lagi kalau dibakar habis saja?"
Pek Thong heran, ia menatap adik angkatnya itu.
"Memang dulu hari suko pun pernah mengatakan demikian," katanya. "Hanya tidak dapat ia melakukan itu, beberapa kali sudah ia mencoba, saban-saban gagal karena kesangsiannya. Ah, adikku, kau
nampaknya tolol, mengapa kau dapat membadenya?"
Merah mukanya Kwee Ceng. "Aku pikir, sukomu itu sudah lihay, walaupun ia belajar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lebih jauh, dia tetap nomor satu," menyahut Kwee Ceng. "Aku pikir pula, dia tentunya pergi ke Hoa San bukan untuk mendapatkan nama jago nomor satu, hanya semata-mata untuk mendapatkan kitab itu, dan dia mendapatkan bukan untuk belajar lebih jauh, hanya untuk menolong orang-orang gagah di kolong langit supaya mereka tak usah terus-menerus saling membunuh."
Bab 35. Main gundu.......
Pek Thong dongak mengawasi langit, ia berdiam.
Menampak demikian, tak tenang hatinya Kwee Ceng, ia khawatir ia nanti salah bicara dan menyinggung kakak yang aneh tabiatnya itu.
Pek Thong menghela napas.
"Mengapa kau dapat memikir demikian?" tanyanya kemudian.
Adik angkat itu menggeleng kepala.
"Aku sendiri tidak tahu," jawabnya. "Aku hanya memikir, setelah kitab itu mencelakai banyak orang, walaupun benar-benar mustika adanya sudah
seharusnya dimusnahkan saja."
"Kau benar, alasanmu pun sederhana sekali," bilang Pek Thong, "Cumalah aku itu waktu tidak dapat memikirkannya. Dulu hari suko pernah membilangi aku bahwa aku berbakat baik dan ulet, tetapi aku?un terlalu kukuh. Disebelah itu katanya aku kekurangan sifat wales asih, kurang kedermawaan, maka itu, bagaimana pun aku rajin, aku tidak bakal
menyampaikan puncak kemahiran. Ketika itu aku tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
percaya suko, aku pikir apa sangkutannya pelajaran silat sama sifat prikemanusiaan" Hanya sekarang, adikku, setelah berselang belasan tahun, barulah aku mempercayainya. Adikku, dalam ilmu silat kau kalah dengan aku, tetapi dalam hal kejujuran, hati lapang, kau menang daripada aku, maka itu dibelakang hari, kau akan memperoleh hasil sepuluh lipat lebih banyak!
Sayang suko sudah menutup mata, kalau tidak,
pelajaran suko semua bisa diwariskan kepadamu.
Suko, oh, suko, kau benar"."
Mengingat kebaikan kakak seperguruannya itu, tiba-tiba Pek Thong menangis sedih sekali. Ia mendekam di batu.
Kwee Ceng menjadi terharu.
Setelah menangis serintasan, Pek Thong angkat kepalanya.
"Ah, ceritaku belum berakhir," katanya. "Nanti habis bercerita, aku boleh menangis pula. Ya, kita sudah bercerita sampai di mana" Kenapa kau tidak
membujuki aku supaya aku jangan menangis?"
Aneh benar kakak angkat ini, Kwee Ceng tertawa.
"Koko bercerita sampai Ong Cinjin menyembunyikan kitab di bawah batu," katanya. Pek Thong menepuk pahanya.
"Benar!" ia berseru. "Setelah ia menaruh kitab di bawah batu itu, aku minta suko memperlihatkan kitab itu padaku. Kau tahu, suko marah terhadap aku! Maka semenjak itu, aku tidak menyebut-nyebutnya pula.
Benar saja, setelah itu dunia Rimba Persilatan menjadi tenang tentram. Adalah kemudian, setelah suko menutup mata, atau lebih benar disaat ia hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meninggal dunia, telah timbul pula gelombang.
Keras suaranya Pek Thong ketika ia mengucapkan kata-katanya itu, Kwee Ceng menjadi ketarik hatinya, karena ia percaya gelombang itu pastilah bukan gelombang kecil. Ia lantas memasang kuping.
"Suko tahu saatnya sudah tiba, sesudah lantas mengurus segala apa mengenai partainya dan
meninggalkan pesannya, ia suruh aku mengambil kitab Kiu Im Cin-keng itu," Pek thong melanjuti ceritanya. "Ia pun menitahkan menyalakan api di perapian, ia niat membakar itu. Selagi menantikan api marong, ia pegangi kitab itu, ia mengusap-usapnya, sembari menghela napas panjang, ia berkata, 'Inilah hasil cape hatinya cianpwee, mana dapat kitab ini termusnah di tanganku" Air itu dapat menampung perahu tetapi dapat juga mengaramkannya, maka itu haruslah
dilihat, bagaimana orang-orang di jaman belakangan dapat mempergunakan kitab ini. Cuma orang-orang partai kita, siapa pun tidak dapat menyakinkan ilmu ini, supaya jangan sampai orang luar mengatakan aku merampas kitab ini sebab aku sekaker'. Habis berkata begitu, suko menutup mata. Malam itu jenazahnya ditunda di dalam kuil. Belum sampai jam tiga, terjadilah onar"."
Kwee Ceng terkejut hingga ia berseru: "Oh"!"
"Malam itu aku berada bersama-sama tujuh murid Coan Cin Pay menemani jenazah," Pek Thong melanjuti pula. "Tepat tengah malam, musuh datang menyerbu. Semua mereka orang-orang lihay. Ketujuh murid itu memecah diri untuk menyambut serangan.
Untuk mencegah musuh bisa merusaki jenazah
gurunya, semua muridnya itu memancing musuh
keluar kuil. Aku sendiri yang menjaga jenazah suko, tiba-tiba aku mendengar bentakan dari luar kuil,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyuruh kita menyerahkan kitab. Musuh itu
mengancam hendak membakar kuil. Aku melongok
keluar, aku mengeluarkan peluh dingin. Aku melihat seorang berdiri di atas pohon. Teranglah ia lihay daripada aku dalam hal enteng tubuh. Walaupun demikian, terpaksa aku melawan dia. Aku berlompat keluar. Di atas pohon itu kita bertempur sampai kira-kira empatpuluh jurus. Musuh itu lebih muda beberapa tahun daripada aku tetapi ia lihay dan telangas. Aku melawan keras dengan keras. Akhirnya pundakku kena dihajar dia, aku terjatuh dari atas pohon"."
Kwee Ceng heran.
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Suko sudah begini lihay, aku masih tetap tidak sanggup melawan dia. Siapakah dia itu?"
"Cobalah kau terka, dia itu siapa?" Pek Thong membaliki.
Kwee Ceng berpikir sejenak.
"See Tok!" sahutnya.
"Eh, mengapa kau mengetahuinya?" tanya sang kakak heran.
"Sebab adikmu berpikir, orang yang terlebih lihay daripada toako adalah cuma mereka berlima yang mengadu pedang di Hoa San," menerangkan Kwee Ceng. "Guruku Ang Cit Kong orang terhormat, Toan Hongya adalah hongya, satu raja, mesti ia
menghormati dirinya sendiri. Pemilik dari Tho Hoa To itu adikmu tidak kenal baik tetapi melihat romannya, dialah bukan satu manusia rendah yang suka
menyerang orang yang lagi dirundung malang!"
Baru Kwee Ceng menutup mulutnya, dari dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pepohonan yang lebat terdengar suara bentakan:
"Binatang cilik, kau masih mempunyai matamu!"
Hanya dengan sekali mencelat, Kwee Ceng sudah tiba di tempat darimana suara itu datang, akan tetapi orang itu lenyap dalam sekejap. Ia menjadi heran sekali.
"Adik, mari kembali!" Pek Thong memanggil. "Itulah Oey Lao Shia, dia sudah pergi jauh!"
Kwee Ceng kembali kepada kakak angkatnya itu.
"Oey Lao Shia itu pandai ilmu gaib, maka itu tamannya ini diatur menurut barisan rahasia Pat Tin Touw dari Cu-kat Bu Houw," Pek Thong mengulangi.
"Cu-kat Bu Houw?"
"Benar," menyahut Pek Thong yang terus menghela napas. "Oey Lao Shia itu sangat cerdas, dia pandai main tetabuan, main catur dan menulis surat indah dan menggambar, dia juga mengerti obat-obatan dan ilmu alam, tak terkecuali ilmu pertanian serta ilmu memeriksa keletakan tempat yang indah. Juga ia paham ilmu perusahaan dan ilmu perang. Pendeknya, tidak ada ilmu yang ia tidak paham, maka sayang sekali jalannya sesat. Kalau dia mondar-mandir di tamannya ini, lain orang tidak akan dapat menyusul atau mencari padanya."
Kwee Ceng berdiam, ia kagum memikirkan
kepandaian Oey Lao Shia itu.
"Toako, bagaimana sehabisnya kau dirobohkan oleh See Tok?" ia tanya kemudian.
"Bagus!" Pek Thong berseru seraya menepuk pahanya. "Kali ini kau tidak lupa menyadarkan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kepada ceritaku! Kena diserang See Tok, aku
merasakan sakit hingga ke ulu hati, aku pun tak dapat bergerak, tetapi melihat ia menerbos ke dalam, aku paksakan mengejar. Di depan meja jenazah suko, dia sambar kitab Kiu Im Cin-keng. Aku bingung bukan main, sudah aku kalah, di situ pun tak ada lain orang.
Justru itu mendadak aku mendengar satu suara keras, lantas terlihat tutup peti mati berlubang, hancuran kayunya berhamburan?"
Kwee Ceng kaget. "Apakah dia menghajar rusak peti mati Ong Cinjin?"
dia menanya. "Oh, tidak, tidak!" menyahuti Pek Thong lekas. "Adalah suko sendiri yang menhajar tutup petinya itu."
Kwee Ceng heran bukan main. Ia seperti mendengar dongeng dari kitab San Hay Keng. Ia mengawasi kakak angkatnya itu dengan mulut celengap.
"Apakah kau pikir?" sang kakak angkat tanya. "Apakah suko terbangun arwahnya" Apakah dia hidup pula"
Bukan, semuanya itu bukan! Suko hanya pura-pura mati!"
Kwee Ceng berseru pula, "Pura-pura mati?" ia mengulangi.
"Benar! Beberapa hari sebelumnya suko menutup mata, ia sudah ketahui See Tok senantiasa berkeliaran di luar kuilnya, untuk menanti begitu lekas ia meninggal dunia, hendak ia merampas kitab Kiu Im Cin-keng itu. Maka itu, malam itu, suko berpura-pura mati. Dengan ilmu kepandaiannya, suko dapat
menahan jalan napasnya. Kalau ia membuka rahasia pada semua muridnya, pasti mereka tidak akan sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berduka. Bukankah See Tok sangat licin" Dari itu ia menutup rahasia. Habis menggempur tutup peti mati, suko meloncat keluar untuk terus menotok See Tok dengan totokannya It-yang-cie. See Tok kaget tidak terkira. Ia melihat tegas dari jendela suko telah menutup mata, sekarang suko bisa berlompat keluar dari peti mati. Dia memangnya jeri terhadap suko, sekarang ia kaget, tidak sempat ia membela diri. Maka ia terkena totokan It-yang-cie pada alisnya, dengan begitu pecahnya ilmu yang dinamakan 'Kap Moa
Kang', atau Ilmu Kodok. Dia lari pulang ke Wilayah Barat, kabarnya tidak pernah dia datang pula ke Tionggoan. Suko tertawa panjang, terus ia duduk bersemadhi di atas meja. Aku tahu, dengan
menggunai It-yang-cie, Telunjuk Matahari, suko telah menggunai tenaga terlalu banyak, maka aku tidak ganggu padanya, aku hanya lari keluar untuk
menyambut ketujuh muridnya, untuk memukul mundur semua musuh. Ketika semua keponakanku itu
mendapat tahu gurunya belum menutup mata,
girangnya bukan kepalang, semua lantas lari pulang.
Hanya ketika mereka jadi kaget sekali, semua
mengeluh kecele"."
"Apakah yang sudah terjadi?" memotong Kwee Ceng heran.
"Tubuh suko rebah miring, wajahnya beda daripada biasanya," menyahut Pek Thong. "Aku lantas menghampirkan dan meraba tubuhnya. Nyata tubuh itu dingin bagaikan es. Sekarang barulah suko berpulang ke alam baka. Kita lantas melaksanakan pesan suko, ialah kitab dipecah menjadi dua, bagian atas dan bagian bawah. Suko ingin, kalau kitab sampai lenyap tercuri orang, tidaklah tercuri semaunya. Aku yang menyimpan bagian atas, lalu bagian bawah aku bawa ke sebuah gunung kesohor di selatan. Aku hendak menyembunyikan itu ketika di tengah jalan aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertemu dengan Oey Lao Shia"."
"Oh!" berseru Kwee Ceng kaget.
"Oey Lao Shia itu aneh tabiatnya tetapi dengan aku dia berjodoh bertemu beberapa kali, dia tidak nanti kemaruk kitab seperti See Tok. Celakanya itu waktu dia tengah bersama pengantin barunya?"
"Tentulah dia itu ibunya Yong-jie," berpikir si anak muda. "Apa sangkutannya dia dengan kitab itu".?"
"Aku mendapatkan terang sekali cahaya mukanya Oey Lao Shia itu, maka untuk memberi selamat kepadanya sebagai mempelai, aku undang dia untuk berjamu. Aku pun menuturkan halnya suko pura-pura mati dan sudha menghajar Auwyang Hong. Mendengar ceritaku itu, istrinya Oey Lao Shia minta pinjam lihat kitab itu.
Dia mengaku bahwa dia tidak mengerti ilmu silat, dia mau melihat saking ingin tahu saja. Dia ingin melihat kitab yang sudah menyebabkan kebinasaan begitu banyak ahli silat kenamaan. Oey Lao Shia sangat menyintai istrinya itu, tak ingin ia menolak keinginan orang, ketika ia mendapatkan aku agaknya keberatan.
Dia kata padaku, 'Pek Thong, istriku benar-benar tidak mengerti silat. Dia masih muda sekali, dia gemar melihat apa yang baru, maka itu kau kasihlah ia melihat.lihat. Ada apakah halangannya" Jikalau aku sendiri, melirik saja kitabmu itu, aku nanti korek biji mataku untuk diserahkan padamu!' Oey Lao Shia ada satu jago, pasti aku percaya padanya, tetapi kitab itu sangat penting, terpaksa aku menggoyangi kepala terhadapnya. Dia menjadi tidak senang, dia kata,
'Mustahil aku tidak menginsyafi kesulitanmu" Kalau kau memberi lihat pada istriku ini, satu kali saja, nanti akan datang harinya aku membalas budi kamu pihak Coan Cin Pay! Jikalau kau tetap menampik, terserah padamu! Siapa suruh kita bersahabat! Dengan pihak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Coan Cin Pay, semua anggotanya tidak aku kenal! '
Aku mengerti maksudnya itu. Dia biasa lakukan apa yang dia katakan. Dia tidak enak mengganggu aku tetapi dia dapat mencari alasan untuk mengganggu Ma Giok dan Khu Cie Kee semua. Dia lihay sekali, sungguh berbahaya kalau-kalau ia sampai bergusar.
Maka itu aku kata padanya; 'Oey Lao Shia, jikalau kau hendak melampiaskan penasaranmu, kamu carilah aku Loo Boan Tong Ciu Pek Thong. Perlu apa pula kau cari segala keponakan itu"' Istrinya itu tertawa waktu dia mendengar aku menyebutkan julukanku Loo Boan Tong itu, ia lantas berkata, 'Ciu Toako, kau gemar sekali berkelakar! Baiklah kita jangan ngotot saja, lebih baik kita pelesiran. Tentang kitab mustikamu itu tak apalah aku tidak melihatnya!' Ia menoleh kepada Oey Lao Shia untuk berkata terus;
'Rupanya kitab Kiu Im Cin-keng itu sudah kena dirampas si orang she Auwyang, maka itu Ciu Toako tidak sanggup melihat padaku. Maka juga, apa
perlunya kita memaksa dia, juga boleh-boleh dia menjadi hilang muka"' Oey Lao Shia tertawa, dia kata;
'Kau benar! Eh, Pek Thong, marilah, mari aku
membantu kau mencari si tua bangka berbisa itu untuk membuat perhitungan!"
"Kalau begitu, ibunya Yong-jie sama cerdiknya seperti putrinya," Kwee Ceng berpikir. Ia lantas memotong:
"Mereka itu tengah memancing kemendongkolan kau, toako!"
"Itulah aku ketahui," kata Pek Thong. "Hanya aku pun tidak mau mengalah. Maka itu aku kata padanya,
'Kitab itu ada paku sekarang! Pula tidak ada
halangannya untuk memberi lihat itu pada engso! Tapi kau tidak memandang muka padaku, kau
membilangnya aku tidak sanggup melindungi kitab itu, itulah aku tidak mengerti. Coba kau jelaskan, apakah syaratmu"' Oey Lao Shia tertawa, dia kata; 'Kalau kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertempur, kita jadi renggang. Kaulah si tua bangka nakal seperti bocah, aku pikir baiklah kita mengadu sesuatu seperti bocah-bocah tengah bermain-main"!'
Belum lagi aku memberikan jawabanku, istrinya sudah bertepuk-tepuk tangan dan mengatakan: 'Bagus, bagus! Baiklah berdua kau mengadu gundu!'"
Mendengar itu Kwee Ceng tertawa.
"Main gundu adalah kepandaianku," kata Pek Thong.
"Maka itu aku menjawab; 'Mengadu gundu ya mengadu gundu! Mustahil aku takut!' Nyonya Oey itu tertawa, ia kata: 'Ciu Toako, jikalau kau kalah, kau kasih lihat kitab itu padaku" Jikalau kau yang menang, kau menghendaki apa"'. Atas kata-kata istrinya, Oey Lao Shia membilang, 'Coan Cin Kauw ada mempunyai mustika, mustahil Tho Hoa To tidak"'. Ia terus membuka buntalanny adan mengeluarkan serupa
barang hitam, semacam baju yang ada durinya. Coba bade, barang apakah itu?"
"Itulah Joan-wie-kah, baju lapis duri," sahut Kwee Ceng.
"Oh, kiranya kau tahu itu?" kata kakak angkat ini. "Oey Lao Shia kata padaku. 'Pek Thong, kau bilang, kau tidak membutuhkan ini untuk melindungi dirimu, hanya kalau dibelakang hari kau menikah sama si bocah wanita nakal dan dia melahirkan bocah yang nakal, kalau bocah nakal itu mengenakan baju lapis ini, faedahnya bukan kepalang! Jikalau kau menang, pusaka Tho Hoa To ini menjadi kepunyaanmu!' Aku menjawab, 'Si bocah nakal tidak bakal terlahir, tetapi baju lapismu ini sangst kesohor di dalam kalangan Rimba Persilatan, kalau aku mengenakannya, pastilah aku aksi sekali! Dengan begitupun biarlah diketahui, tocu dari Tho Hoa To telah roboh di tangannya Loo Boan Tong di Bocah Tua Nakal!' Lantas Nyonya Oey
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memotong aku, katanya: 'Kau jangan omong saja!
Sekarang mulailah kamu berdua!' Sampai disitu cocoklah sudah. Lantas kita mulai. Kita memegang masing-masing sembilan biji gundu, kita membuat delapan belas lubang. Dialah yang menang siapa yang gundunya masuk paling dulu."
Mendengar itu Kwee Ceng mennjadi ingat kepada halnya tempo sendiri bersama Tuli, saudara
angkatnya, main gundu di gurun pasir. Maka itu ia bersenyum.
"Gundu itu aku selalu sediakan di sakuku," Pek Thong berkata pula. "Bertiga kita pergi ke luar, ke latar. Selagi keluar aku perhatikan gerak-gerik istrinya Oey lao Shia, aku dapat kenyataan dia benar tidak mengerti ilmu silat. Akulah yang membuat lubang di tanah, lalu aku menyuruh Oey Lao Shia yang mulai. Dalam hal menggunai senjata rahasia. Oey Lao Shia lihay istimewa, dia mestinya menang daripada aku, tetapi dalam hal main gundu, ada lain tipunya. Aku membuat lubang yang istimewa. Kalau gundu masuk ke dalam situ, gundu itu bisa keluar pula. Untuk itu aku mesti pandai mengimbangi menyentil gundu itu, dengan begitu gundu jadi dapat berdiam terus di dalam lubang.
Tiga kali Oey lao Shia menyentil, tiga-tiga gundunya masuk tepat, hanya begitu masuk, ketiganya lompat pula keluar. Aku telah memasuki lima biji, semuanya tidak keluar lagi. Oey Lao Shia lihay, ia mencoba menyusul tetapi gagal. Kembali satu gunduku masuk.
Aku girang bukan main, aku percaya aku bakal
menang, dia bakal kalah, dewa pun tidak bakal berhasil membantui dia. Ah, siapa tahu Oey Lao Shia main curang, dia menggunai akal! Coba bade, apakah akal liciknya itu?"
"Adakah dia melukai tanganmu, toako?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan, bukan! Oey Lao Shia busuk sekali, tidak nanti dia pakai akal sekasar semacam itu. Dia tahu dia bakal kalah, mendadak dia mengerahkan tenaganya dan menghajar tiga gunduku hingga habislah sisa semua gunduku, gundunya sendiri lantas masuk ke dalam lubang"."
"Jadi toako kehabisan gundumu?"
"Ya, aku cuma bisa melihat dia main sendiri.
Demikianlah aku kalah"!"
"Toh itu tidak masuk dalam hitungan!" kata Kwee Ceng.
"Mestinya begitu tetapi Oey Lao Shia berkeras.
Memang, umpama kata aku memukkul gundunya, dua-dua gundu mesti pecah. Aku tidak dapat memukul seperti dia itu, yang hancur melainkan gunduku.
Terpaksa aku menyerah. Aku kata pada istrinya: 'Enso Oey, sekarang aku berikan kitabku padamu, tapi sebentar, sebelum malam, kau mesti mengasih pulang padaku.' Kemudian dengan main-main aku
menambahkan; 'Bukankah kita tidak menetapkan
waktu lamanya kau meminjam" Maka itu, kau sudah melihat semua atau belum, kau mesti kembalikan.' Aku khawatir mereka tidak sudi membayar pulang, bisa-bisa dia meminjamnya sampai sepuluh tahun atau seratus tahun. Atas itu sambil tertawa, Nyonya Oey kata padaku, 'Ciu Toako, kau dijuluki Loo Boan Tong si Bocah Tua Nakal, tapi kau www.kangzusi.com tidak tolol! Bukankah kau khawatirkan aku nanti jadi seperti Lauw Pie yang meminjam kota Kengciu, yang
meminjam untuk selamanya" Baiklah, aku duduk di sini, segera aku membaca, segera aku membayar pulang, tidak usah juga sampai malam! kau jangan khawatir, kau boleh duduk nantikan!'
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mendengar perkataannya itu, aku keluarkan kitab Kiu Im Cin-keng itu dan aku serahkan padanya. Dia menyambuti, dia bawa itu ke bawah satunya pohon. Di situ ia duduk di atas sebuah batu, lalu ia mulai membalik-baliki lembarannya. Oey Lao Shia
mengawasi aku, ia dapat kenyataan hatiku tidak tentram, ia kata padaku; 'Eh, Lao Boan Tong, di jaman sekarang ini ada berapa orangkah yang dapat
mengalahkan kita berdua"' Aku menjawab, 'Yang dapat mengalahkan kau, belum tentu ada, tetapi yang dapat mengalahkan aku, terhitung kau sendiri, ada empat atau lima orang!' kataku. 'Tong Shia, See Tok, Lam Tee dan Pak Kay, berempat mereka mempunyai kepandaian sendiri-sendiri, mereka tidak dapat saling mengalahkan. Auwyang Hong telah dirusak ilmunya Kap-mao-kang, dalam waktu sepuluh tahun, ia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kita. Di dalam dunia kangouw terkabar ada Tiat-ciang Sui-siang piauw Kiu Cian Jin, tempo pertemuan di Hoa San, dia tidak hadir, biarnya dia lihay, aku tidak percaya dia lihay luar biasa.
Loo Boan Tong, bagaimana adanya ilmu silatmu, aku tahu baik sekali, selain beberapa orang yang sudah disebutkan barusan, kaulah yang nomor satu. Maka itu kalau kita berserikat, siapapun tidak bisa melawan kita!' Atas pendapat itu aku menjawab, 'Memang!' Oey lao Shia berkata pula: 'Maka itu, kenapa hatimu tidak tentram" Dengan adanya kita berdua di sini, siapakah di kolong langit ini sanggup merampas kitab itu?"
"Aku pikir, dia benar juga, dari itu hatiku menjadi sedikit lega. Ketika aku mengawasi Nyonya Oey, ia tetap masih membalik-balik lembaran kitab. Terang ia membaca dari bermula. Mulutnya berkelemik tak hentinya. Melihat lagaknya itu, aku merasa lucu. Isinya Kiu Im Cin-keng rahasia semuanya, meski ia pandai surat, dengan kita tidak mengerti ilmu silat, tidak nanti ia dapat menangkap artinya. Ia membaca dengan perlahan, aku menjadi tidak sabaran. Ketika ia sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membaca habis halaman terakhir, aku anggap, habis sudah ia membacanya. Siapa tahu, ia lantas
mengulanginya dari mula pula. Hanya kali ini ia membacanya denagn cepat sekali, boleh dikata
selama semakaman the saja, habislah sudah. Ia pulangi buku padaku, sembari tertawa ia berkata: 'Ciu Toako, kau kena diperdayakan See Tok. Kitab ini bukannya Kiu Im Cin-keng!' Aku kaget juga. 'Kenapa bukan"' aku menanya. 'Inilah kitab warisan kakak seperguruanku. Bukupun serupa macamnya.' Nyonya Oey itu kata: 'Apa gunanya kalau romannya saja yang sama" Kitab mu ini ada kitab tenungannya si tukang meramakan!'"
Kwee Ceng terkejut. "Mungkinkah Auwyang Hong telah dapat menukarnya selama Ong Cinjin belum keluar dari peti mati?" ia menanya.
"Mulanya aku pun menerka demikian," sahut Pek Thong. "Tapi Oey Lao Shia sangat licin, sedang perkataannya Nyonya oey itu aku tidak dapat percaya semuanya. Nyonya itu mengawasi aku, yang
menjublak saja. Ia rupanya menduga aku bersangsi, maka ia berkata pula: 'Ciu Toako, bagimana bunyinya kitab Kiu Im Cin-keng yang tulen" Tahukah kau"' Aku menjawab bahwa semenjak kitab itu berada di tangan kakak seperguruanku, tidak pernah ada orang yang membacanya. Kakak pun membilangi, selama tujuh hari tujuh malam ia bergulat mendapatkan kitab itu, maksudnya untuk menyingkirkan suatu akar bencana besar untuk kaum Rimba Persilatan, sama sekali ia tidak pernah memikir untuk memilikinya sendiri. Maka itu ia telah memesan semua murid Coan Cin Pay, siapa pun tidak boleh menyakinkan ilmu dalam kitab itu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ong Cinjin demikian jujur, ia mendatangkan hormatnya siapa juga,' berkata lagi Nyonya Oey,
'Hanya karena itu, kena diperdayakan orang. Ciu Toako, coba kau periksa kitab ini' Aku bersangsi, tetapi mengingat pesan kakak seperguruanku, aku tidak berani memeriksa kitab itu. 'Inilah kitab ramalan yang terdapat di mana-mana di wilayah Kanglam,' berkata pula Nyonya Oey, harganya tak setengah peser juga.
Lagi pula, taruh kata inilah Kiu Im Cin-keng yang tulen dan kau tidak ingin mempelajarinya, apabila kau hanya melihat saja, apakah halangannya"' Aku terdesak, aku pun penasaran, maka akhirnya aku periksa kitab itu.
Aku mendapatkan pelbagai pelajaran silat serta rahasianya, sama sekali itulah bukannya buku petang-petangan. Selagi aku memeriksa, Nyonya Oey
berkata: 'Kitab semacam ini aku telah membacanya habis semenjak aku berumur lima tahun, aku dapat membacanya di luar kepala dari permulaannya sampai akhirnya. Kami anak-anak di Kanglam, dalam sepuluh, sembilan pernah bersekolah. Jikalau kau tidak percaya. Ciu Toako, mari aku membacanya untuk kau dengar.' Benar-benar ia membaca, dari kepala sampai dibuntut, membacanya dengan lancar. Aku merasakan tubuhku dingin. Lalu nyonya itu berkata pula: 'Halaman mana saja kau cabut dan tanyakan aku, asal kau menyebut kalimatnya, dapat aku membaca diluar kepala. Buku ini yang telah dibaca sejak masih kecil, sampai tua juga aku tidak dapat melupakannya. Aku ingin mencoba, aku uji ia beberapa kali. Benar-benar ia bisa membaca dengan hapal, tidak pernah ada yang salah. Maka itu, Oey Lao Shia tertawa terbahak-bahak.
Aku menjadi sangat mendongkol, aku ambil kitab itu, aku merobek-robek, terus aku sulut dan bakar hingga hangus habis!"
"Setelah itu mendadak Oey Lao Shia kata padaku:
'Loo Boan Tong, tidak usah kau ngambul dengan tabiat bocahmu itu! Nah ini bajuku yang berduri aku,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
aku hadiahkan padamu!' Aku tidak tahu bahwa aku telah dipermainkan. Aku hanya menduga, karena merasa tidak enak hati, hendak ia menghadiahkan kepadaku untuk membikin reda kemendongkolanku.
Disamping mendongkol, aku pun mengerti tidak dapat aku memiliki pusaka Tho Hoa To, maka itu, aku tolah hadiah itu. Aku membilang terima kasih padanya, lantas aku pulang. Seterusnya aku mengunci pintu, menyekap diri di kampung halamanku, untuk
menyakinkan ilmu silatku. Ketika itu belum sanggup aku menandingi Auwyang Hong, dari itu aku berlatih keras selama lima tahun. Aku memikir, setelah mendapatkan pelbagai macam ilmu, hendak aku pergi ke Wilayah Barat untuk mencari See Tok untuk
meminta pulang kitab yang tulen itu."
"Kalau toako pergi bersama Ma Totiang dan Khu Totiang, bukankah itu terlebih baik lagi?" tanya Kwee Ceng.
"Aku menyesal, karena tabiatku suka menang sendiri, aku kena dipermainkan orang," menyahut Pek Thong.
"Aku tidak mengerti bahwa aku sudah jadi bulan-bulanan. Memang, asal aku bicara dulu sama Ma Giok beramai, rahasia akan terbuka. Beberapa tahun selewatnya itu, lalu di kalangan kangouw tersiar berita bahwa muridnya Oey Lao Shia dari Tho Hoa To, yaitu Hek Hong Siang Sat, telah mendapatkan kitab Kiu Im Cin-keng, bahwa mereka sudah menyakinkan
beberapa macam ilmu silat yang luar biasa, bahkan dengan ilmunya itu mereka pergi ke segala tempat untuk melakukan kejahatan. Mulanya aku tidak
percaya, tetapi belakangan cerita itu semakin santer.
Lagi lewat satu tahun, Khu Cie Kee datang padaku, dia memberitahukan bahwa ia telah mendapat kepastian benar Kiu Im Cin-keng sudah didapatkan murid-murid dari Tho Hoa To. Gusar aku mendengar warta itu. Aku kata dengan sengit, 'Oey Yok Su tidak pantas menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sahabat!' Khu Cie Kee heran, ia menanya apa
sebabnya aku membilang begitu. Aku menjawab,
'Sebab dia pergi ke See Tok meminta pulang kitab itu, dia pergi dilaur tahuku, dan setelah mendapatkan itu, dia tidak segera membayar pulang padaku. Sedikitnya ia harus memberitahukan dulu.'"
"Setelah Oey Tocu mendapat kitab itu, mungkin mulanya ia memikir untuk memberitahukan toako,"
berkata Kwee Ceng. "Hanya diluar dugaannya, kitabnya itu kena dicuri muridnya yang jahat. Aku tahu betul, mengenai kejadian itu dia murka bukan main, hingga empat muridnya yang lainnya, yang tidak tahu apa-apa, sudah dipotong kakinya dan diusir."
Ciu Pek Thong menggeleng kepala.
"Kau sama jujurnya dengan aku," dia berkata.
"Umpama kata kau yang mengalami kejadian seperti itu, kau pasti tidak menginsyafi bahwa orang telah tipu padamu. Ketika itu Khu Cie Kee, selainnya
membicarakan urusan itu, juga meminta pengajaran beberapa rupa ilmu silat padaku. Setelah beberapa hari, ia berangkat pergi. Sesudah lewat dua bulan, ia datang padaku. Kali ini ia membawa kabar kepastian bahwa Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong benar dapat ilmu kepandaian dari buku yang dicuri dari gurunya. Dengan menempuh bahaya, Khu Cie Kee
mengintai Hek Hong Siang Sat dan mendengari
pembicaraan mereka itu. Nyatanya Oey Lao Shia mendapatkan kitab Kiu Im Cin-keng itu bukan boleh merampas kitab dari tangan See Tok hanya boleh mencurinya dari tanganku sendiri"."
Kwee Ceng heran. "Toh terang-terangan toako telah bakar habis itu?"
katanya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mungkinkah nyonya Oey telah menukarnya dan toako diberikan kitab yang palsu?"
"Tidak!" sahut Pek Thong. "Di dalam hal itu aku telah berjaga-jaga. Selagi istrinya Oey Lao Shia membaca, tidak pernah aku memisahkan diri darinya. Dia tidak mengerti ilmu silat, umpama kata dia sangat gesit, dia tidak bakal lolos dari mataku. Bukankah kita yang pandai menggunai senjata rahasia mempunyai mata yang sangat awas" Dia bukannya menukar kitab
hanya dia menggunai kecerdasan dan kekuatan
otaknya untuk menghapalkan bunyinya kitab di luar kepalanya!"
Kwee Ceng heran hingga ia menanya menegaskan.
"Adikku, jikalau kau membaca sesuatu, berapa kali kau membacanya untuk kau dapat membaca pula di luar kepala?" Pek Thong tanya, sabar.
"Yang gampang cukup dengan dua atau tigapuluh ulangan bacaan," menjawab si adik angkat. "Yang sukar membutuhkan pembacaan dari enam sampai
tujuhpuluh kali, mungkin delapan atau sembilanpuluh kali."
"Kau benar, karena kau memang tidak terlalu berotak terang," berkata kakak angkat itu.
"Memang adikmu bebal sekali, toako. Baik dalam hal membaca buku baik pun dalam hal belajar ilmu silat, kemajuanku sangat lambat."
Pek Thong menghela napas.
"Tentang membaca buku kau tidak mengerti banyak,"
katanya. "Mari kita bicara hal ilmu silat. Kalau gurumu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengajarkan kau suatu rupa ilmu silat, bukankah itu memerlukan pengajaran berulang-ulang beberapa puluh kali baru kau mengerti?"
Mukanya Kwee Ceng menjadi merah.
"Benar," sahutnya.
"Akan tetapi di dalam dunia ini ada orang yang asal melihat orang berlatih dalam sesaat saja dapat ia menintainya."
"Itulah benar. Umpama putrinya Oey Tocu, Ang Insu mengajari dia cukup dua kali, tidak pernah sampai tiga kali."
"Nona itu demikian cerdas otaknya, mungkin dia akan berumur pendek seperti ibunya," kata Pek Thong perlahan. "Ketika itu hari Nyonya Oey meminjam lihat kitab, ia cuma membacanya dua kali, toh ia tidak melupakan satu huruf jua. Rupanya setelah berpisah dari aku, segera ia mengambil pit dan kertas untuk mencatatnya, setelah mana ia memberikan itu kepada suaminya"."
Kwee Ceng heran hingga ia terperanjat.
"Nyonya Oey tidak mengerti tentang kitab itu, cara bagaimana dia sanggup menghapalkannya?" katanya.
"Kenapa di kolong langit ini ada orang yang demikian terang otaknya?"
"Aku rasa sahabatmu yang cilik itu, yaitu Nona Oey pun dapat berbuat demikian," mengatakan Ciu Pek Thong. "Setelah mendapat keterangannya Khu Cie Kee itu, aku lantas memanggil berkumpul tujuh murid Coan Cin Pay, untuk mendamaikan urusan itu, guna bisa memaksa Hek Hong Siang Sat membayar pulang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kitab itu. Khu Cie Kee mengusulkan untuk aku jangan turut turun tangan. Dia kata biarnya Hek Hong Siang Sat lihay, tidak nanti mereka itu dapat mereka melawan mereka bertujuh. Katanya kalau aku turun tangan sendiri, aku ditertawankan kaum kangouw.
Bukankah aku dari tingkat terlebih tinggi dan mereka itu lebih rendah" Aku setuju. Lantas aku menyuruh Cie Kee berdua Cie It yang mencari Hek Hong Siang Sat dan lima lainnya mengawasi saja, supaya mereka itu tidak dapat meloloskan diri. Ketika Khu Cie Kee sampai di Hoolam, Hek Hong Siang Sat telah lenyap.
Kemudian didapat keterangan Hek Hong Siang Sat sudah kabur sebab mereka dikepung Liok Seng Hong, satu murid lainnya dari Oey Lao Shia. Untuk itu Seng Hong mengumpulkan banyak kawan jago-jago dari Tionggoan. Tidak urung, mereka itu bisa lolos dan lenyap.
Kwee Ceng mengangguk. Ia berkata: "Pantas kalau Liok Chungcu membenci Hek Hong Saiang Sat. Dia diusir gurunya tanpa bersalah, cuma disebabkan Hek Hong Siang Sat yang bersalah, yang sudah mencuri kitab."
"Aku tidak dapat mencari Hek Hong Siang Sat itu, sudah tentu aku mencari Oey Lao Shia. Oleh karena aku khawatir nanti terhilang pula, aku bawa-bawa Kiu Im Cie-keng bagian atas itu. Setibanya di Tho Hoa To, aku tegur Oey Lao Shia. Dia kata padaku, 'Pek Thong, aku Oey Yok Su, jikalau akau kata satu, tentu satu.
Aku telah bilang tidak nanti aku melihat kitabmu itu, aku pegang perkataanku! Kapannya aku melihat
kitabmu itu" Kiu Im Cie-keng yang aku baca ialah yang dicatat oleh istriku, hal itu tidak ada sangkutannya dengan kau!' Aku tidak mau mengerti, maka itu kita jadi berselisih. Lantas aku minta dia kasih aku bertemu sama istrinya. Atas itu aku melihat ia meringis, romannya berduka, lantas ia ajak aku ke ruang dalam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Di sana aku terkejut untuk apa yang aku lihat, Istrinya sudah meninggal dunia, di situ terlihat cuma meja abunya beserta sincienya. Aku ingin memberi hormat pada arwah Nyonya Oey itu, tetapi Oey Lao Shia kata padaku dengan dingin: 'Loo Boan Tong, tidak usah kau berpura-pura! Coba kau tidak mengoceh tentang kitab tulen dan yang palsu, tidak nanti istriku meninggalkan aku!' Aku jadi heran. 'Apa katamu"' aku tanya. Dia tidak menjawab, dia mengawasi aku dengan murka.
Kemudian mendadak saja air matanya mengalir. Lewat sesaat baru ia suka menerangkan tentang
meninggalnya istrinya itu."
"Apakah sebabnya itu, toako?"
"Istrinya Oey Lao Shia itu ada seorang yang otaknya terang luar biasa, untuk suaminya itu ia sudah mengingat baik-baik bunyinya kitab Kiu Im Cin-keng yang ia pinjam lihat dari aku hanya dua kali membaca.
Oey Yok Su baru mendapatkan bagian bawah, ingin juga ia mendapatkan bagian atasnya, sesudah berhasil mendapatkan itu baru ia hendak menyakinkannya sekalian. Apa mau kitabnya itu kena dicuri oleh Tan Hian Hong dan Bwee Tiauw Hong, kedua muridnya itu.
Untuk menghibur suaminya, Nyonya Oey hendak
membuat catatan yang baru. Ia sebenarnya tidak mengerti maksudnya kitab, sukar untuk ia mengingat-ingat pula karena waktunya telah berselang lama.
Kebetulan itu waktu, istrinya itu lagi mengandung sudah delapan bulan. Keras Nyonya Oey ini berpikit, mengingat-ingat, selama beberapa malam ia dapat mencatat pula tujuh sampai delapan ribu huruf tetapi semua itu tidak tepat hubungannya satu dengan lain.
Oleh karena ia terlalu memeras otak, ia menjadi lelah, akhirnya melahirkan belum waktunya. Bayinya itu satu anak perempuan. Oey Yok Su pandai sekali tetapi tidak dapat ia merebut jiwa istrinya, yang ia sangat cintai. Memangnya ia bertabiat aneh dan suka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menimpakan kesalahan kepada orang lain. Demikian kali ini, saking bersedih, pikirannya seperti terganggu.
Terhadap aku, ia mengoceh tidak karuan. Aku tahu tabiatnya itu, aku mengerti kedukaannya, aku tidak sudi melayani dia. Aku pun berkasihan padanya.
Sambil tertawa aku berkata padanya, 'Kau gemar silat, bagimana kau dapat menyintai istrimu sampai begini, apakah kau tidak khawatir, orang nanti ketawakan kau"' Atas itu, dia menjawab,' Kau tidak tahu, istriku ini lain daripada istri orang kebanyakan.' Aku kata pula,
'Kau telah kehilangan istrimu, inilah waktunya untuk kau menyakinkan ilmu silatmu. Coba kau jadi aku jadi kau, inilah ketika baik yang aku harap sekali.'"
Kwee Ceng terperanjat. "Ah, mengapa kau
mengatakan demikian?" katanya.
Matanya Pek Thong membelalak.
"Apa yang aku pikir, apa yang aku kata!" ia kata dengan keras. "Kenapa aku tidak boleh mengatakan sesuatu" Karena itu, Oey Lao Shia menjadi sangat gusar. Dengan mendadak ia menyerang aku. Kita lantas jadi berkelahi. Karena perkelahian itu, kesudahannya aku mesti duduk bercokol di sini selama limabelas tahun?"
"Jadinya toako kalah?" Kwee Ceng menegaskan.
Ciu Pek Thong tertawa. "Jikalau aku menang, tidak nanti aku berada di sini,"
sahutnya. "Dia telah menghajar patah kedua kakiku, dia memaksa aku mengeluarkan Kiu Im Cin-keng
bagian atasnya, katanya untuk dibakar buat
menyembahyangi arwah istrinya. Aku tidak serahkan kitab itu, yang aku simpan di dalam gua ini, aku sendiri menjaga di depan. Aku telah berkeputusan, asal ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memaksa, hendak aku meludaskan kitab itu. Atas sikapku itu, Oey Yok Su bilang bahwa akhirnya mesti ada jalan untuk dia mendapatkannya, ialah dengan membikin aku meninggalkan gua ini. 'Marilah kita coba!' aku menantang. Demikian sudah terjadi, aku berdiam saja di dalam gua ini, aku mensia-siakan tempo limabelas tahun. Dia tidak berani membikin aku kelaparan, dia telah mempergunakan pelbagai macam tipu daya, akan tetapi tetap dia tidak berhasil. Aku tidak kena dipaksa atau dibujuk. Hanya tadi malam hampir aku runtuh juga, syukur kau datang mebolongi.
Baiknya ada hantu atau malaikat yang bawa kau padaku, jikalau tidak tentulah kitab itu sudah terjatuh ke dalam tangannya Oey Lao Shia."
Kwee Ceng berpikir banyak mendengar keterangannya Pek Thong itu.
"Toako, habis bagaimana selanjutnya?" ia menanya.
Pek Thong tertawa. "Hendak aku melewatkan waktu bersama-sama Oey Lao Shia, untuk membuktikan, dia yang terlebih panjang umur atau aku yang hidup terlebih lama!"
sahutnya. Kwee Ceng merasa itu bukanlah daya sempurna,
hanya ia sendiri masih belum bisa memikir sesuatu.
"Kenapa Ma Totiang dan lainnya tidak datang menolongi toako?" tanyanya kemudian.
"Kebanyakan mereka tidak ketahui aku berada di sini,"
menyahut Pek Thong. "Umpama kata mereka
mendapat tahu, tidak nanti mereka dapat masuk ke mari, kecuali Oey Lao Shia sengaja memberikan ketikanya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng berdiam, ia berpikir pula. Tentang Ciu Pek Thong ia telah memperoleh kepastian, usia dia tinggi tetapi sifatnya gembira, seperti anak-anak yang doyan bergurau, omongannya pun polos dan langsung, tidak licik. Ia merasa suka terhadap ini orang tua, yang sebaliknya pun menyukai lainnya.
Tidak lama, matahari merah sudah naik tinggi, si bujang tua datang pula dengan barang makanan.
Habis bersantap, mereka berada berduaan saja, Pek Thong kata kepada Kwee Ceng: "Limabelas tahun lamanya aku melewatkan waktuku di Tho Hoa To ini, selama itu aku tidak mensia-siakannya. Di sini aku tidak pernah mengangkat kaki setengah tindak
sekalipun, hatiku pun tidak terganggu, dengan begitu aku berhasil dengan peryakinkanku. Cobalah di tempat lain, sedikitnya aku membutuhkan tempo duapuluh lima tahun. Aku merasa bahwa aku telah memperoleh kemajuan, sayangnya aku tidak punya kawan untuk berlatih bersama-sama, karenanya terpaksa aku memakai kedua tanganku saja."
Kwee Ceng heran. "Bagaimana bisa menjadi, tangan kanan bertempur dengan tangan kiri?" dia menanya.
"Untuk itu aku main perumpamaan," menerangkan Pek Thong. "Tangan kananku aku umpamakan Oey Lao Shia, tangan kiriku adalah aku sendiri. Kapan tangan kanan memukul, tangan kiri menangkis, tangan kiri itu terus membalas menyerang. Demikian kedua tangan itu bertarung."
Sembari berbicara, Pek Thong menggeraki kedua tangannya itu, seperti dua orang lagi berkelahi. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memberikan contoh. Kwee Ceng heran, hingga ia merasa lucu. Tapi
berselang beberapa jurus, ia menjadi kagum. Ia mendapat kenyataan, benarlah kedua tangan itu luar biasa gerak-geriknya. Kalau lain orang menggunai kedua tangan, untuk menyerang dengan membela diri, Pek Thong ini menggunai satu tangan saja. Inilah langka.
Anak muda itu terus mengawasi, sampai ia menanya;
"Toako, barusan kau menggunai jurus Di Bawah Pohon Membereskan Pakaian, kau menggerakkan
tangan kananmu, kenapa tidak kaki?"
Pek Thong berhenti, ia tertawa.
"Benar matamu tajam," katanya. "Mari, mari kau coba!"
Ia melonjorkan tangan kanannya.
Kwee Ceng mengulur tangannya, untuk menandingi.
"Hati-hati!" pesan si orang tua. "Aku hendak menolak kau ke kiri?"
Selagi ia berkata, Pek Thong sudah mengerahkan tenaganya. Ia benar menggunai jurusnya itu. Kwee Ceng sudah siap sedia, ia melawan dengan Hang Liong Sip-pat Ciang. Kesudahannya ia terpukul mundur tujuh atau delapan tindak, tangannya lemas dan sakit.
"Barusan aku meminjam tenaga di kakiku, kau cuma terdorong," kata Pek Thong pula. "Sekarang mari kita coba pula, aku tidak akan pinjam tenaga di kaki itu."
Kwee Ceng menurut, ia keluarkan pula tangannya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantas merasa seperti tertolak dan ketarik, akan akhirnya, runtuh kuda-kudanya, lantas ia jatuh ngusruk ke depan, kepalanya membentur tanah. Ketika ia merayap bangun, ia berdiri bengong saking herannya.
"Mengerti kau sekarang?" Pek Thong tanya tertawa.
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak," menyahut si anak muda, menggeleng kepala.
"Ilmu ini aku dapatkan selama sepuluh tahun aku berdiam di dalam gua ini," Pek Thong menerangkan.
"Aku pun mendapatkannya secara tiba-tiba. Semasa hidunya suko, ia pernah omong halnya menyerang menggertak manjadi benar-benaran. Dulu hari itu aku tidak menginsyafinya, aku tidak perhatikan, hanya kemudian baru aku memahamkan itu. Tadinya aku belum mempercayai penuh, sebab aku cuma dapat berlatih, belum pernah mencobanya. Sekarang barulah aku menguji terhadapmu. Adik, mari kita mencoba pula. Kau jangan takut, lagi beberapa kalli aku akan membuatmu roboh!"
Kwee Ceng bersangsi. Orang tua ini melihat adik angkat ini ragu-ragu, ia lalu meminta. Katanya: "Adikku, aku menggemari ilmu silat melebihkan jiwaku, selama limabelas tahun, aku mengharap-harapkan ada orang yang bisa main-main dengan aku, buat beberapa jurus saja. Beberapa bulan yang lain putrinya Oey Lao Shia telah ke mari, ia omong banyak, bisa menghibur aku, hanya selagi aku ingin memancing ia untuk diuji, dilain harinya ia tidak datang pula. Adikku yang baik, tidak nanti aku merobohkan keras-keras padamu"."
Kwee Ceng mengawasi, ia melihat kedua tangan
orang digerak-gerakkan, seperti sudah sangat gatal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baik," sahutnya kemudian. "Roboh beberapa kali tidak berarti apa-apa." Ia pun lantas melonjorkan tangannya.
Mereka lantas bentrok. Selang beberapa jurus, terasa tangannya Pek Thong dikerahkan. Tidak ampun lagi, Kwee Ceng terguling tapi belum ia roboh, ia disampok dengan tangan kiri, hingga ia berjumpalitan. Karena ini, ketika ia jatuh, ia merasakan sakit.
Kelihatannya Pek Thong menyesal tetapi ia lantas berkata: "Adikku yang baik, tidak percuma aku membuatnya kau roboh. Nanti aku memberi
penjelasan kepadamu tentang jurus ini."
Kwee Ceng menahan sakit, ia merayap bangun. Ia dekati kakak angkatnya itu.
Pek Thong mengangkat mangkok nasinya. "Mangkok ini asalnya terbuat dari lumpur, karena tengahnya dikosongi, dapatlah dipakai mengisi nasi. Coba semuanya terisi, ada apakah gunanya?"
Kwee Ceng mengangguk, hatinya berpikir; "Inilah sangat sederhana, tapi sebenarnya tadi-tadinya belum pernah aku memikirkannya."
"Demikian juga rumah," kata Pek Thong. "Karena di dalamnya kosong dan ada pintu dan jendelanya, rumah itu dapat ditinggali. Kalau rumah itu terisi dan tanpa pintu atua jendela, apa jadinya?"
Kwee Ceng mengangguk. "Demikian pula ilmu silat Coan Cin Pay. Ilmu ini berpokok pada kosong dan lemas. Kosong dapat diisi dan lemas dapat dibikin keras."
Kwee Ceng berpikir, ia masih belum mengerti jelas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ang Cit Kong itu ahli Gwa-kee, ilmu luar, dia sudah sampai di puncaknya kemahiran, maka itu, meski aku mengerti ilmu silat Coan Cin Pay, mungkin aku bukan tandingan dia. Tapi ilmu luar itu ada batasnya, tidak demikian dengan Coan Cin Pay. Buktinya ketika kakak seperguruanku memperoleh gelar orang gagah nomor satu, ia bukannya mendapatkannya itu karena
beruntung, tidak, itulah karena kepandaiannya. Coba ia masih hidup sekarang, setelah peryakinan lebih jauh belasan tahun, apabila dia diadu pula, tidak nanti dia memakai tempo sampai tujuh hari tujuh malam. Aku percaya, dalam tempo satu hari saja, dapat ia merobohkan semua lawannya."
"Sayang adikmu tidak mempunyai rejeki untuk menemui Ong Cinjin," berkata Kwee Ceng, "Ang Insu dengan Hang Liong Sip-pat Ciang menjadi jagonya golongan ilmu luar, dan toako barusan, dengan ilmu silatmu yang manjatuhkan aku itu, menjadi jago golongan lemas"."
Pek Thong tertawa. "Benar, benar!" katanya. "Memang lemas bisa mengalahkan keras, hanya kalau Hang Liong Sip-pat Ciang kau adalah semahir Ang Cit Kong, tidak dapat aku merobohkan kau. Semua itu tergantung sama dalam dan ceteknya peryakinan. Sekarang kau
perhatikanlah." Pek Thong lantas memberikan penjelasannya, berikit gerak-gerik tangannya. Karena ia tahu orang lambat mengerti, ia berlaku sabar dan perlahan. Kwee Ceng mesti belajar sambil mencoba, selang beberapa puluh kali, barulah ia mulai mengerti.
"Kalau kau sudah tidak sakit lagi, mari aku mencoba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merobohkan pula padamu!" kata Pek Thong kemudian.
Kwee Ceng tertawa, "Sakitnya sih tidak, malah pengajaran barusan belum aku mengerti semua,"
sahutnya. Ia lantas mengingat-ingat.
Pek Thong benar seperti bocah, ia mendesak.
"Mari, marilah!" bilangnya. Tapi ini justru menyebabkan Kwee Ceng mesti berpikir terlebih keras lagi.
Sampai sekian lama, baru si anak muda mengerti.
Maka ia lantas melayani pula kakak angkatnya itu.
Lacur untuknya, walaupun ia sudah bersedia, kembali ia kena dirobohkan!
Demikian seterusnya, siang dan malam, mereka
berlatih. Kwee Ceng menderita, tubuhnya jadi bengkak di sana-sini dan matang biru. Ia bukannya roboh terbanting puluhan, bahkan ratusan kali. Tapi tubuhnya kuat, ia pun bisa menahan sakit. Untungnya,
kepadanya telah diwariskan kepandaiannya itu kakak angkat. Itulah ilmu silat "Kong-beng-kun" atau
"Kepalan Kosong", yang terdiri daripada tujuhpuluh dua jurus, yang diciptakan sesudah limabelas tahun dalam kurungan?"?"?"?".
Bab 36. Ilmu silat dari kitab yang diperebuti Entah sudah lewat berapa banyak hari, maka pada suatu tengah hari bersantap, Ciu Pek Thong berkata pada adik angkatnya: "Adik, kau telah berhasil mewariskan ilmu silat Kong-beng-kun, selanjutnya aku tidak bakal mampu merobohkan kau pula. Karena itu kita harus menukar caranya bermain-main."
Kwee Ceng gembira, dia tertawa. "Bagus, toako.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Apakah caramu itu?" "Sekarang kita bermain seperti empat orang lagi berkelahi?"
"Apa, empat orang?"
"Benar, empat orang," sang kakak memberi kepastian.
"Diumpamakan tangan kiriku satu orang dan tangan kananku satu orang. Demikian juga sepasang
tanganmu, diandaikan dua orang. Kita empat orang masing-masing tidak saling membantu, kita berkelahi dalam empat rombongan. Pasti akan menarik hati!"
Kwee Ceng gembira, ia tertawa pula. "Cuma sayang tidak dapat aku membagi tanganku," katanya.
"Nanti aku ajari. Sekarang kita umpamakan bertiga dulu."
Pek Thong mulai menyerang. Ia dapat memecah diri menjadi seperti dua orang. Kwee Ceng melayani seorang diri. Di saat si adik angkat terdesak. Pek Thong menggunai tangan lainnya membantu. Ia dapat memisah tangan kiri dari tangan kanan.
Setelah merasa cukup lama, keduanya berhenti. Kwee Ceng senang dengan permainan ini. Mendadak ia ingat Oey Yong. Coba Yong-jie ada bersama,
bukankah mereka bertiga bisa berkelahi seperti enam orang" Ia pun percaya Oey Yong senang dengan
permainan ini. Pek Thong bersemangat sekali, setelah Kwee Ceng sudah beristirahat cukup, ia mengajak untuk mulai lagi.
Ia pun senang si anak muda dapat melayani. Ia kata:
"Kalau kau belum menyakinkan ilmu Coan Cin Pay, tidak nanti kau dapat mengendalikan diri seperti ini.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekarang dapat kau menggunai tangan kiri dengan Lam-san-ciang dan tangan kanan Wat-lie-kiam."
Dengan Lam-san-ciang itu dimaksudkan pelajaran yang didapat dari Lam Hie Jin, dan Wat-lie-kiam dari Han Siauw Eng.
Pek Thong saban-saban memberi keterangannya,
maka selang beberapa hari lagi, benar-benar Kwee Ceng sudah dapat memisahkan kedua tangannya
masing-masing, maka selanjutnya bisalah mereka berdua bertempur seperti berempat.
"Sekarang mari kita coba," kataPek Thong kemudian.
"Tangan kananmu dan tangan kiriku menjadi satu kawan, dan tangan kananku dan tangan kirimu
menjadi kawan yang lain, kita saling melawan."
Kwee Ceng terus bergembira. Ia mematahkan
secabang pohon, buat dicekal tangan kanan bagaikan pedang. Dengan begitu mereka mulai bertempur, mulanya perlahan-lahan. Terus Pek Thong
memberikan keterangan, sampai adik angkatnya itu mengerti betul-betul. Dengan begitu, adik angkat itu dapat lagi semacam ilmu yang luar biasa itu.
Hari terus berjalan, setelah lewat beberapa hari pula, Pek Thong ajak adik angkatnya itu bergerbrak pula.
Mereka berkelahi seperti empat orang. Dalam
kegembiraannya, Pek Thong berkelahi sambil tertawa.
Kwee Ceng sebaliknya repot, ia kena terdesak, maka kalau tangan kanannya kewalahan, tangan kirinya membantu, begitu sebaliknya. Kalau ia terdesak, mereka jadi seperti berkelahi bertiga. Tapi biar bagaimana, Kwee Ceng toh mengerti juga.
"Ah, kau tidak pakai aturan!" Pek Thong tertawakan adiknya, yang berkelahi seperti sendiri itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tidak membilang suatu apa, hanya selang beberapa jurus, tiba-tiba ia lompat mundur, terus ia berdiam.
"Toako!" katanya, habis berpikir, "Aku ingat suatu apa?"
Pek Thong heran. "apakah itu?" dia menegasi.
"Kedua tangan toako menjadi seperti dua orang, kalau kedua tangan itu dipakai melawan satu orang,
bukankah itu berarti dua lawan satu" Kita sekarang hanya main-main tetapi aku pikir itu dapat dipakai buat berkelahi benar-benar?"
Pek Thong tak usah berpikir lama untuk menyadari itu.
Mendadak ia lompat keluar dari gua, dia menjambret cabang pohon, untuk mematahkan dua batang. Habis itu ia jalan mondar-mandir di mulut gua, sambil tertawa terus.
"Toako, kau kenapa?" menegur Kwee Ceng heran.
Kakak itu seperti edan. "Kau kenapakah?"
Pek Thong tidak menjawab, ia tertawa terus. Selang sekian lama, baru ia kata: "Adik, aku keluar dari gua!"
"Ya," Kwee Ceng menyahut, dia lompat ke mulut gua.
"Nanti aku gantikan kau menjaga di sini. Asal jangan toako pergi jauh"."
Pek Thong tertawa, dia menyahuti: "Sekarang ini kepandaianku ialah yang nomor satu di kolong langit, perlu apa aku takut pula Oey Yok Su" Sekarang ini aku tinggal menantikan dia, untuk aku menghajarnya kalang-kabutan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng heran. "Toako, pastikah kau bakal dapat menang?"
"Sebenarnya aku masih kalah seurat," sahut Pek Thong, "Tetapi sekarang aku dapat memecah diri, dengan dua lawan satu, di kolong langit ini tidak bakal ada lain orang yang dapat menangi aku! Oey Yok Su, Ang Cit Kong dan Auwyang Hong, boleh mereka lihay sekali, akan tetapi dapatkah mereka melayani dua Loo Boan Tong?"
Kwee Ceng girang. Beralasan perkataanya ini kakak angkat.
"Adikku," kata pula Pek Thong, "Kau sudah mengerti ini ilmu memecah diri, untukmu tinggal latihan terlebih jauh untuk memahirkannya. Beberapa tahun
kemudian, sesudah kau bisa menyakinkan seperti kakakmu ini, kau pasti akan tambah hebat!"
Girang dua saudara angkat ini. Bahkan Ciu Pek Thong mengharap-harap munculnya Oey Yok Su, yang baru beberapa saat di muka ia takuti. Coba tidak Oey Yok Su mempunyai jalan rahasianya itu, yang
menyesatkan orang, ia sudah pergi mencari.
Sore itu ketika si bujang tua datang membawa
makanan, Pek Thong cekal tangan orang. "Pergi lekas panggil Oey Yok Su kemari, bilang di sini aku menantikan dia, suruh dia mencobai tanganku!"
Selama orang berbicara, bujang tua itu terus
menggoyangi kepala, ketika Pek Thong sudah habis bicara, baru ia sadar sendirinya, "Aah, aku lupa dia tuli dan gagu!" katanya, berludah. Maka ia menoleh kepada Kwee Ceng dan kata: "Sore ini kita mesti dahar sampai kenyang!" Ia lantas membuka tutup makanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng dapat mencium bau makanan yang sedap.
Ketika ia sudah memeriksa, ia dapat kenyataan, di antara sayuran ada ayam tim yang ia doyan sekali. Ia jadi berpikir. Kemudian ia mencobai. Ia merasa itu seperti masakannya Oey Yong. Lantas hatinya
berdebaran. Tahulah ia, itulah masakannya si nona untuknya. Ia lantas memperhatikan yang lainnya. Dari belasan bakpauw, ada satu yang ukirannya seperti buli-buli, rupanya itu sengaja dibikin dengan kuku tangan, ukirannya cetek, tidak gampang untuk melihat itu. Ia heran, maka ia jumput bakpauw itu, untuk dibelah dua. Di dalam situ ada sepotong lilin. Lekas-lekas ia masuki ke sakunya selagi Pek Thong dan si bujang tidak memperhatikannya.
Kali ini dua orang itu dahar dengan masing-masing pikirannya. Pek Thong gembira karena berhasil menciptakan ilmu silat baru, sembari mencaplok, ia seperti bersilat. Kwee Ceng mengharapkan lekas dahar cukup supaya ia bisa lekas baca suratnya Oey Yong. Ia percaya si nona ada punya kabar untuknya.
Akhirnya Pek Thong telah dahar habis bakpauwnya, lalu ia tengak kuah supnya, habis itu si bujang berbenah dan berlalu.
Sampai di situ Kwee Ceng keluarkan lilinnya, untuk dipecahkan. Benar di dalamnya ada suratnya, ialah surat dari Oey Yong. Si nona menulis:
"Engko Ceng, jangan khawatir. Ayah sudah baik lagi denganku. Kau tunggulah, perlahan-lahan aku nanti minta supaya ayah melepaskan kau."
Habis membaca, surat itu dikasih lihat pada Pek Thong. Kakak itu tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Di sini ada aku, dia tidak melepaskanmu pun tidak bisa!" katanya.
Ketika itu cuaca mulai jadi gelap.
Kwee Ceng duduk bersemadhi, tetapi ia senantiasa memikirkan Oey Yong, tidak bisa ia berdiam tenang.
Selang sekian lama, baru ia merasa tentram. Tapi justru ia tenag, justru ia dapat berpkir bahwa untuk dapat memisah diri, ia mesti berkatih. Dengan kedua tangannya bergantian ia tutup kedua lubang
hidungnya, untuk bikin napasnya pun menjadi dua".
Kira-kira satu jam dia melatih diri, Kwee Ceng merasakan dia mendapat kemajuan. Tiba-tiba ia mendengar suara mendesir keras, lekas-lekas ia membuka matanya. Cuaca sudah gelap tetapi di situ terlihat rambut dan kumis putih bergerak-gerak, maka ia mengawasi. Terlihatlah olehnya Ciu Pek Thong lagi melatih diri dengan ilmu silat Kong-beng-kun yang terdiri dari tujuhpuluh dua jurus itu. Kelihatannya setiap tangan dikeluarkan perlahan tetapi kesudahannya anginnya keras. Jadi itulah lemas memelihara
kekerasan. Girang ia melihat kakaknya begitu hebat.
Selagi Kwee Ceng menonton lebih lanjut dengan gembira, tengah Ciu Pek Thong bersilat dengan asyik, mendadak orang tua itu menjerit, disusul sama satu suara bentrokan keras, sebab suatu benda panjang dan hitam terlempar dari tubuhnya si orang tua, membentur kepada pohon. Nampaknya bendabitu
seperti kena disambar. Kwee Ceng terkejut. Ia lihat tubuh kakaknya
terhuyung. Ia lompat menghampirkan. "Toako, ada apa?" dia menanya.
"Aku digigit ular berbisa!" sahut Pek thong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bukan main kagetnya Kwee Ceng. Ia tampak air muka kakaknya pias. Ia lantas mempepayang orang masuk ke gua. Ia merobek ujung bajunya, untuk membalut keras paha kakaknya itu, ialah bagian yang dipagut ular, guna mencegah bisa ular mengalir masuk ke dalam tubuh. Tempo ia menyalakan api, ia menjadi terlebih kaget. Ia melihat betis yang lantas menjadi bengkak.
"Di pulau ini tidak biasanya ada ular berbisa, entah darimana datangnya binatang ini," kata Pek Thong. Ia kenali itulah ular hijau.
Kwee Ceng mendengar nyata suara kakaknya, ia jadi terlebih kaget lagi. Itulah tanda hebatnya racun ular.
Bagus, si kakak dapat mengendalikan napasnya, dia jadi masih dapat mempertahankan diri tanpa pingsan.
Tanpa bersangsi ia membungkuk segera ia bawa
mulutnya ke paha, ke tempat yang luka, untuk
menyedot darah yang telah kecampur racun ular itu.
Pek Thong terkejut melihat kelakuan adik angkatnya ini.
"Jangan!" ia mencegah. "Ular orang, ia menyedot terus. Pek Thong bisa mati!"
Kwee Ceng hendak menolongi jiwa orang, ia lupa kepada dirinya sendiri. Ia mencekal keras kaki orang, ia menyedot terus. Pek Thong hendak berontak buat melepaskan diri tetapi segeralah dia lelah, tubuhnya lemas, tak dapat bergeming lagi. Bahkan habis itu ia pingsan.
Kwee Ceng menyedot lamanya semakanan nasi,
lantas ia lepehkan racun ular itu. Ia dapat menyedot pulang sebagian besar racun itu. Pek Thong pun kuat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tubuhnya berkat ilmu dalamnya, selang sejam, ia mendusin.
"Adik," dia berkata, "Hari ini kakakmu bakal pulang ke negeri baka, sebelum mati aku dapat mengangkat saudara sama seorang berbudi sebagai kau, aku sangat bergirang?"
Kwee Ceng lantas saja mengucurkan air mata. Pendek pergaulan mereka tetapi ia sangat ketarik sama orang tua ini, yang baik hatinya. Mereka sudah jadi seperti saudara kandung.
Pek Thong tertawa dalam kedukaan.
"Bagian dari Kiu Im Cin-keng berada di dalam peti kecil, yang aku pendam di dalam tanah di atas mana aku duduk numprah," Pek Thong berkata pula.
"Sebenarnya aku hendak mewariskan itu kepada kau tetapi kau sudah mengisap racun ular, kau juga bakal tidak panjang umur". Adikku, kita pulang ke dunia baka bersama-sama, dengan bergandeng tangan, kita tak usah berkhawatir kita tak punya kawan"."
Kwee Ceng terkejut mendengar kata-kata orang
bahwa ia bakal mati. Ia justru merasakan tubuhnya sehat, tidak ada tanda-tanda yang luar biasa. Ia lantas pula nyalakan api, untuk periksa luka kakaknya itu.
Bahan apinya itu tinggal separuh, maka ia berlaku sebat. Ia keluarkan dari sakunya surat dari Oey Yong, dia sulut itu, lantas ia memikirkan untuk mencari cabang dan daun kering diluar gua, untuk ia sekalian, kesudahannya ia terkejut. Tidak ada cabang atau daun kering di situ, rumput semuanya hijau dan segar.
Dalam bingung, ia merogoh pula sakunya, untuk mencari apa saja yang dapat dijadikan bahan api. Ia tidak dapatkan apa-apa kecuali itu sehelai benda kertas bukan kulit bukan, yang Bwee Tiauw Hong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pakai membungkus pisau belati. Tanpa pikir nlagi, ia keluarkan itu, untuk dibakar. Ia menyuluhi muka Pek Thong. Ia melihat tampang yang hitam gelap, tidak lagi roman segar sebagai bocah dari kakak angkatnya itu.
Melihat api, Pek Thong mengawasi Kwee Ceng. Ia tersenyum. Tapi melihat wajah orang, yang sehat seperti biasa ia heran. Tengah ia berpikir, ia lihat benda yang menyala di tangan si anak muda, ia menampak huruf-huruf. Baru ia melihat belasan huruf, lantas ia sampok api itu hingga padam, sesudah mana, ia menghela napas lega.
"Eh, adikku, kau pernah makan obat apa yang mujarab?" ia tanya. "Kau sudah menyedot racun ular tetapi racun ular itu tidak dapat mencelakai kau!"
Ditanya begitu, Kwee Ceng ingat halnya dulu hari ia bersama Ang Cit Kong dan Oey Yong bertemu banyak ular dalam rimba pohon cemara, bagaimana tidak ada ular yang berani menggigit padanya, ketika kemudian Cit Kong minta keterangan padanya ia ingat yang pernah menghirup darah ularnya Nio Cu Ong. Maka ia lantas memberi keterangannya.
Pek Thong mau mengerti, lantas ia menunjuk itu barang seperti kertas atau kulit.
"Jangan kau bakar itu!" katanya. "Itulah mustika"!"
Tidak sempat ia bicara lebih jauh, kembali Pek Thong pingsan. Sebenarnya ia hendak menjelaskan, benda itu memuat huruf-huruf yang merupakan Kiu Im Cin-keng bagian bawah.
Dalam keget dan bingungnya Kwee ceng menguruti kakaknya itu. hendak ia menolong tetapi tidak ada hasilnya. Ia meraba paha orang, ia merasakan paha
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
panas seperti api dan bengkaknya pun bertambah.
Saking berkhawatir, ia lari ke luar gua, ia lompat naik ke pohon terus ia berkoak-koak: "Yong-jie" Yong-jie!
Oey Tocu! Tolong! Tolong!"
Luas Tho Hoa To itu, Oey Yok Su entah ada di bagian mana, suaranya Kwee Ceng sia-sia belaka. Cuma datang sambutan kumandang koakannya itu dari
antara lembah. Habis daya Kwee Ceng, ia lompat turun. Tetapi ia tidak putus asa. Mendadak ia ingat suatu hal. Ia pikir: "Ular beracun tidak berani menggigit aku, mungkin darahku bisa memunahkan racun ular." Begitu mengingat ini, begitu ia bekerja. Ia ambil mangkok hijaunya Pek Thong, yang diperantikan menaruh the, ia pun
menghunus pisau belatinya. Tanpa sangsi lagi, ia potong lengannya, darahnya yang mengalir itu ia tadahkan dengan mangkok itu. Ia tunggu sampai darah habis menucur keluar, terus ia letaki tubuh Pek Thong di kakinya. Ia membuka mulut saudaranya itu, ia menggunai tangan kirinya lalu dengan tangan kanan ia menuang darahnya ke dalam mulut orang.
Anak muda ini telah mengeluarkan banyak darah, walaupun tubuhnya kuat, ia lelah juga, ia menjadi lemas. Menyender pada lamping gua, sendirinya ia meram dan menjadi pulas. Ia baru sadar ketika merasa ada orang meraba lengannya untuk membalut lukanya, apabila ia membuka matanya, ia melihat Loo Boan Tong yang rambutnya melorot turun. Ia menjadi girang dengan tiba-tiba.
"Kau"kau"baik?" serunya.
"Aku baik, adikku," sahut Pek thong. "Kau telah menolong aku, kau sampai mengorbankan dirimu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng mengawasi paha kakak itu, warna
hitamnya sudah lenyap, tinggal warna merah dan bengkaknya.
Keduanya tidak banyak omong, bersama-sama
mereka bersemadhi. Adalah setelah bersantap tengah hari, Ciu Pek Thong baru menanyakan halnya benda yang berupa kulit atau kertas itu yang ada huruf-hurufnya.
Kwee Ceng mesti mengingat-ingat dulu sebelumnya ia menjawab. Ia ingat itulah benda yang ia dapatkan dari gurunya yang nomor dua, Biauw-ciu Sie-seng Cu Cong, yang sebaliknya mendapatkan itu dari sakunya Bwee Tiauw Hong, ketika guru itu mencuri pisau belati orang, piasu belati mana dibungkus dengan kulit itu.
Maka ia lantas menuturkan peristiwa di Kwie-in chung baru-baru ini.
Ciu pek Thong berpikir. Ia tidak mengerti kenapa Bwee Tiauw Hong mencatat Kiu Im Cin-keng di kulit itu.
"Toako, kau menyebutkannya itu barang berharga, apakah artinya?" tanya Kwee Ceng yang masih belum mengetahui itu adalah Kiu Im Cin-keng bagian bawah itu.
"Hendak aku memeriksa dulu baru aku bisa menjawab kau," menyahut Pek Thong. "Aku ingin membuktikan ini yang tulen atau yang palsu."
Pek Thong masih terbenam kesangsian. Bukankah orang Coan Cin Pay dilarang mempelajari Kiu Im Cin-keng" Bukankah maksudnya Ong Tiong Yang
mendapatkan itu itu guna menyingkirkan bencana di kemudian hari" Ia tidak berani melanggar pesan itu.
Akan tetapi ia berpikir: "Bukankah aku tidak berniat mempelajarinya dan aku cuma hendak melihat saja?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ini pula sebabnya kenapa selama numprah di dalam gua itu, ia telah periksa Kiu Im Cin-keng bagian atas itu dan membacanya berulang-ulang hingga ia hapal di luar kepala. Bagian atas itu memuat ilmu silat tangan kosong dan pedang, tidak ada tipu atau rahasianya untuk mengalahkan lain orang, jadi sia-sia semua pelajaran itu apabila orang tidak mendapatkan bagian bawahnya.
Selama sepuluh tahun lebih, Pek Thong senantiasa memikirkan dan menduga-duga bagaimana isinya Kiu Im Cin-keng bagian bawah itu. Dasar kepandaiannya telah mencapai puncaknya dan ia pun sangat hapal Kiu Im Cin-keng bagian atas, maka itu begitu melihat bagian bawahnya itu, ia lantas mengerti hubungan keduanya itu. Sekarang ia berpikir keras, ia
menyakinkan itu atau jangan" Ia tidak menghendaki menjadi jago nomor satu tetapi ia ingin mengetahui dasarnya ilmu silat, bagaimana lihaynya. Karena kesangsiannya, sebab masih terpengaruh pesan kakak seperguruannya, akhirnya ia masuki kitab itu ke dalam sakunya dan tidur.
Tidak lama setelah mendusin, pek Thong ajak Kwee Ceng membantui ia menggali tanah di bagian tempat duduknya, akan mengeluarkan kitab simpanannya, untuk dihubungi dengan bagian bawahnya. Baru ia menggorek beberapa kali, dengan sebatang pohon yang dipakai sebagai alat penggali, mendadak ia berseru: "Benar! Benar! Inilah cara yang paling baik!"
Ia lantas tertawa, agaknya ia girang luar biasa.
"Toako, kau bilang apa?" tanya Kwee Ceng mengangkat kepalanya.
Pek Thong tertawa pula, ia tidak menjawab. Ia sebenarnya mendapat ingat sesuatu. Katanya dalam hati: "Dia bukan orang Coan Cin Pay, aku ajari dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menurut bunyinya kitab, supaya ia mengerti
semuanya, habis ia melatih itu, untuk aku melihat, tidakkah aku jadi dapat mencapai maksudku untuk melihatnya?"
Tapi sejenak kemudian, ia memikir lainnya. "Di dengar dari suaranya, ia jemu terhadap Kiu Im Cin-keng, yang ia namakan ilmu sesat, cumalah ia keliru mengerti sebab ia melainkan menyaksikan Hek Hong Siang Sat, yang mengerti hanya bagian bawahnya. Ia tidak tahu bahwa bagian atasnya memuat cara-cara yang sehat.
Karena Hek Hong Siang Sat tidak mengetahui bagian atasnya itu, mereka menjadi sesat. Baiklah aku mengatur begini, aku tidak mengasih keterangan padanya, nanti sesudah ia paham, baru aku mengasih tahu, biar ia kaget. Karena ia sudah mengerti ilmu itu, tidak dapat ia membuangnya pula! Tidakkah ini lucu?"
Setelah berpikir demikian, ia awasi Kwee Ceng. Ia berkata: "Adikku, selama aku berdiam di dalam gua ini, kecuali ilmu silat Kong-beng-kun serta cara berkelahi bermain-main itu, sebenarnya aku telah mendapatkan beberapa ilmu lain. Sekarang ini kita nganggur, bagimana jikalau aku mengajari pula padamu?" Ia bicara tanpa mengasih kentara apa-apa.
Kwee Ceng polos, ia girang.
"Memang itu bagus!" jawabnya.
"Jangan kau kegirangan, kau telah kena terpedaya!"
kata Pek Thong dalam hatinya. Ia segera mulai membacakan isinya Kiu Im Cin-keng bagian atas.
Kwee Ceng tidak cerdas, ada bagian-bagian yang ia tidak mengerti, ia menanyakan itu.
Pek Thong berlaku sabar luar biasa untuk memberikan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
penjelasannya, sesaudh mana, dari bagian atas ia menyambung ke bagian bawah. Cuma, untuk tidak membikin orang curiga, ia suka mengambiln jalan menyimpang.
Luar biasa caranya mengajarnya Ciu Pek Thong ini.
Beda dari semua guru lainnya, ia tidak memberi penjelasan dengan gerakan tangan atau kakinya, tetapi meski pun demikian, berkat bahan baik dari Kwee Ceng, yang pun bersungguh-sungguh, dan
berkat kesabarannya sendiri, ia memperoleh hasil.
Setelah Kwee Ceng mengerti, ia mencoba
membandingkan itu dengan ilmu silat Coan Cin Pay.
Kwee Ceng tetap tidak mendusin bahwa ia sudah mendapatkan pelajaran-pelajaran dari Kiu Im Cin-keng. Hal ini membuat Pek Thong sangat girang, walaupun tengah bermimpi, ia suka tertawa sendirinya.
Selama beberapa hari ini, Oey Yong pun terus
membikinkan Kwee Ceng beberapa rupa barang
hidangan yang digemari si anak muda. Cuma ia tidak muncul menemui anak muda itu.
Kwee Ceng berlega hati, ia mantap belajar silat, ia mendapat kemajuan hebat.
Pada suatu ahri Pek Thong mengajari ilmu
mencengkram atau menjambak Kiu Im Pek-ku Jiauw.
Sebagai sasarannya adalah tembok gua.
"Pusatkan perhatianmu! Gunakan sepuluh jarimu!"
berkata si guru. Kwee Ceng menurut. Selang beberapa kali, dia heran.
"Toako," katanya, "Aku lihat Bwee Tiauw Hong pernah mempelajari ilmu semacam ini, melainkan sasarannya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ialah manusia hidup, dengan jarinya ia mencengkram batok kepala orang, dia kejam sekalli!"
Di dalam hatinya Pek Thong terkejut juga. Pikirnya:
"Memang, Bwee Tiauw Hong itu mengambil jalan yang sesat, sebab ia tidak tahu bagian atasnya. Ia cuma turuti kitab bawah yang bunyinya: 'Diwaktu bertempur, dengan jari-jari tangan mencengkram batok kepala lawan.' Ia tentunya pikir, melatihnya pun mesti memakai manusia hidup. Dia mulai curiga, baiklah aku mengubahnya?" Maka sembari tertawa ia berkata:
"Dia mempelajari ilmu sesat, dia beda dari kita kaum sejati. Baiklah, kita menunda mempelajarinya ini ilmu Kiu Im Sin-jiauw, aku nanti mengajari kau lain ilmu dalam." Sembari berkata begitu, ia berpikir: "Baik aku mengajari dulu bagian atas sampai dia hapal benar, kemudian baru bagian bawah. Kalau keduanya
menemui runtunannya, tentulah ia tidak bercuriga lagi."
Kwee Ceng menurut, maka ia mulai dari bagian atas.
Seperti biasa dengan pelajaran baru, Kwee Ceng selalu menemui kesulitan, ialah tidak gampang ia mendapat ingat atau mengerti, karena ini, berulangkali ia meminta keterangan, dan saban-saban Ciu Pek Thong mesti menjelaskannya. Penjelasan ini sering sampai beberapa puluh kali, meski Kwee Ceng tidak dapat mengerti maksudnya, ia toh dapat membaca di luar kepala. Karena ini, mereka meminta tempo lagi beberapa hari lagi, baru setelah itu, Kwee Ceng mulai melatih dengan tangan dan kakinya.
Sering Kwee ceng melihat kakaknya itu tersenyum atau tertawa sendirinya, ia tidak curiga, sebab ia tahu kakak angkatnya ini memangnya nakal dan suka
bergurau. Kemudian pada suatu pagi, habis Kwee Ceng berlatih,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bujang tua membawakan mereka barang makanan.
Kali ini Kwee Ceng lantas dapat melihat sebuah bakpauw yang ada tandanya. Tidak menanti habis dahar, ia bawa bakpauw itu ke pepohonan yang lebat, untuk dibuka dan diperiksa isinya. Oey Yong menulis surat yang bunyinya membuatnya kaget. Nona itu menulis:
"Engko Ceng, See Tok datang melamar untuk keponakannya, yang ia hendak rangkap jodohnya dengan jodohku. Ayah sudah memberikan
jawabannya". Sampai di situ surat itu. Rupanya belum selesai lagi ditulis, surat itu tealh dimasuki ke dalam bakpauw.
Itulah tandanya si nona sangat tergesa-gesa. Tidak salah lagi, jawabannya Oey Yok Su tentulah menerima lamaran itu, kalau tidak si nona tidak nanti menjadi bingung. Karena ini, ia pun menjadi bingung sekali.
Kwee Ceng tunggu sampai si bujang tua sudah
berbenah dan berlalu, ia perlihatkan suratnya Oey Yong itu kepada Pek Thong.
"Ayahnya sudah menerima baik, itulah bagus. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan kita!" kata sang kakak.
"Tidak, toako!" kata Kwee Ceng, tetap bingung. "Dia sudah berjanji menyerahkan dirinya kepadaku. Dia bisa menjadi gila!"
"Sesudah seseorang menikah, ada beberapa macam ilmu kepandaian yang tidak dapat dipelajari lagi lebih jauh," Pek Thong memperingatkan. "Umpama dua ilmu It-yang-cie dan Sun-yang-cie, keduanya mesti
dipelajari oleh anak-anak yang ebrtubuh jenaka. Adik, kau dengar aku, lebih baik kau jangan menginginkan istri?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng tidak menghiraukan nasehat itu. Karena kakak ini tidak sependapat dengannya, ia jadi semakin bergelisah. Ia bergelisah seorang diri.
"Coba dulu hari itu aku tidak kehilangan tubuh perjakaku," kata pula Ciu Pek Thong, "Hingga karena itu aku tidak bisa mempelajari ilmu It-yang-cie, mana bisa sekarang Oey Lao Shia mengurung aku di pulau iblis ini" Kau lihat sekarang, karena kau memikirkan istri, pemusatan pikiranmu jadi terpecah, pelajaranmu hari ini pastilah tidak dapat kau selesaikan. Kalau benar kau hendak menikahi putrinya Oey Lao Shia, putri yang cantik bagaikan bunga itu, ah, sayang, sungguh sayang"."
Tidak puas Kwee Ceng mendengar orang ngoceh
tentang jeleknya mempunyai istri.
Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku nikahi dia atau tidak, itulah urusan belakangan, toako!" katanya. "Sekarang kau tolongi dulu padanya!"
"See Tok itu ada orang yang sangat buruk, keponakannya juga pasti bukan orang baik," berkata Ciu Pek Thong. "Biarlah ia menikah sama putri yang licin dan buruk dari Oey Lao Shia, supaya dia tahu rasa! Bukankah itu bagus?"
Kwee Ceng menghela napas. Ia pergi ke rimba, di situ ia duduk menjublak.
"Biar aku kesasar dan mati, mesti aku cari dia!"
pikirnya mengambil keputusan. Karena ini, ia
berlompat bangun. Justru itu ia dapat mendengar dua kali pekiknya burung di tengah udara, lalu berkelebat dua bayangan putih, yang menyambar ke bawah.
Bahkan segera ia mengenali dua burung rajawali, yang dibawa Tuli dari gurun pasir. Ia menjadi girang sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ia lantas mengangkat melintang tangannya untuk burungnya itu mencelok.
Di kakinya burung yang lelaki ada terikat sebuah selubung bambu. Kwee ceng meloloskan ikatannya untuk diperiksa isinya, sehelai surat. Itulah surat dari oey Yong. Si nona menulis bahwa ia terancam sangat, lantaran lagi beberapa hari See Tok bakal datang mengantarkan panjar, bahwa ia dijaga keras oleh ayahnya, sudah dilarang keluar dari rumah, tak boleh setengah tindak juga, ia pun dilarang memasaki makanan lagi untuk si pemuda. Maka itu, tulisnya lebih jauh, kalau sampai saatnya dan dia tidak bisa lolos lagi, ia hendak menghabiskan nyawanya. Dia larang si pemuda mencari dia disebabkan semua jalanan di Tho Hoa To penuh rahasia dan berbahaya.
Kwee Ceng terbengong sekian lama, lantas ia
menghunus pisau belatinya. Ia mengurat berulangkali di selebung bambu itu, akan mengukir delapan huruf, bunyinya: "Hidup bersama dalam sebuah rumah, mati bersama dalam sebuah liang." Ia ikat pula selubung pada kaki burungnya, lantas ia kibaskan tangannya.
Sepasang burung itu sudah lantas pergi terbang, di udara mereka terbang berputaran, lalu terus menuju ke arah Utara.
Sekarang Kwee Ceng dapat melegakan hati, maka ia bersila pula untuk bersemadhi, guna menyakinkan ilmunya, akan sebentar kemudian ia menghampirkan Ciu Pek Thong, guna mendengari pengajaran kakak angkatnya itu.
Lewat sepuluh hari, dari Oey Yong tidak terdapat kabar apa juga. Selama itu, Kwee Ceng telah berhasil menghapalkan kitab bagian atas. Karena ini, dalam girangnya, Pek Thong mulai mengajari kitab bagian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bawah. Ia cuma mengajari serupa demi serupa, ia tidak menyuruhnya orang berlatih dulu menuruti itu.
Inilah untuk mencegah timbulnya kecurigaan si anak muda.
Kwee Ceng belajar dengan sungguh-sungguh. Setelah puluhan kali, ia berhasil mengingat di luar kepala isinya kitab bagian bawah itu, maka itu, berhasillah ia menguasai kedua bagian kitab itu.
Pada suatu malam, tengah rembulan terang
menderang, Pek Thong ajak Kwee Ceng berlatih
dengannya. Kesudahannya itu membuat ia girang sekali. Ia merasa bahwa ia telah maju pesat. Ia percaya, kalau nanti ia sudah dapat memahamkan isinya kitab, ia bakal terlebih lihay daripada Oey Yok Su dan Ang Cit Kong.
Habis berlatih, keduanya beristirahat memasang omong. Lalu tiba-tiba mereka mendapat dengar suara menggelesernya sesuatu apa di atas rumput. Kwee Ceng kenali suara itu.
"Ular!" Pek Thong kaget hingga mukanya menjadi pucat, ia berlompat untuk lari masuk ke dalam gua. Ia gagah tetapi menghadapi ular, ia merasa kepalanya sakit.
Kwee ceng pun tidak berdiam saja. Ia menggeser beberapa potong batu besar, untuk dilintangkan di mulut gua. Kemudian dia kata, "Toako, jangan bergerak, hendak aku melihat."
"Hati-hati," Pek Thong memesan. "Lekas kau kembali!"
Kwee Ceng berjalan ke arah dari mana suara ular datang. Setelah puluhan tindak, ia dapat melihat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ularnya. Ia heran sekali. Di bawahnya cahaya
rembulan, nampak ular dalam jumlah ribuan atau puluhan ribu, berbaris bagai satu pasukan tentara, menuju ke Utara. Penggembalanya ada beberapa pria dengan sergam putih, yang tangannya memegang
galah panjang. Barisan ular ini lebih hebat daripada barisan ularnya Auwyang Kongcu.
"Mungkinkah See Tok sendiri yang datang ke mari?" si anak muda menanya diri sendiri. Ia kaget. Ia
menyembunyikan tubuhnya di belakang pohon, lalu ia menguntit barisan ular itu. Syukkur untuknya, semua penggembala ular itu biasa saja kepandaiannya, mereka tidak ketahui dirinya ada yang mengikuti.
Di paling depan ada berjalan satu bujang gagu. Dialah yang memimpin. Di dalam rimba itu orang berjalan berliku-liku jauhnya kira-kira duapuluh lie, setelah melintasi sebuah bukit, tibalah mereka di sebuah tegalan luas dengan rumput hijaunya. Di Utara tegalan rumput itu ada rimba pohon bambu.
Setibanya di situ, semua ular itu tidak berjalan lebih jauh, bahkan dengan menuruti petunjuk galah
penggembalanya, semua pada berdiam melingkar
dengan rapi, kepala mereka diangkat tinggi.
Kwee Ceng berlaku waspada, tidak mau ia
memperlihatkan dirinya. Ia nelusup ke Timur, yang merupakan rimba, dari situ ia ke Utara, ke hutan bambu itu. Di situ ia sembunyi sambil memasang kuping dan mata. Rimba itu sunyi. Ia bertindak secara enteng sekali.
Di dalam rimba itu ada sebuah paseban yang terbuat dari bambu, menurut mereknya yang tergantung, namanya Cek Cui Teng. Di samping kedua mereka itu ada sepasang lian. Di dalam pesaben ada meja dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kursi terbuat dari bambu, semua barang bikinan dari banyak tahun, bambunya sudah mengkilap, warnanya kuning muda. Sangat sunyi suasa di sekitar paseban itu.
Mengintai keluar, Kwee ceng melihat rombongan ular itu masih mendatangi. Semua ular itu bukan ular hijau hanya ular yang kepalanya besar dan ekornya
panjang, cahayanya kekuning-kuningan seperti emas.
Habis ular kuning, baru ular hitam. Semua lidah mereka bergerak pergi datang.
Semua ular itu terpecah ke Timur dan Barat, di tengahnya terbuka satu jalanan. Di situ terlihat beberapa puluh wanita dengan seragam putih dan tangan masing-masing mencekal tengloleng merah, bertindak dengan perlahan. Di belakang mereka berjalan satu orang dengan jubah terikat di pinggang, yang tangannya mengebas-ebas kipas. Dialah
Auwyang Kongcu. Dia jalan di muka, sikapnya
menghormat. Segera terdengar suaranya yang terang dan nyata; "Auwyang Sianseng dari Wilayah Barat datang menjenguk Oey Tocu dari Tho Hoa To!"
"Ah, benar-benar See Tok yang datang!" kata Kwee Ceng dalam hatinya. "Pantaslah rombongan ini begini besar dan agung-agungan sikapnya."
Memang, di belakangnya Auwyang Kongcu ada
berjalan seorang lain, tubuhnya tinggi dan besar, yang pun berpakaian putih mulus. Kwee Ceng cuma dapat melihat belakang orang, tidak mukanya. Dia berhenti bertindak, begitupun Auwyang Kongcu selagi pemuda itu mengasih dengar suaranya.
Dari dalam hutan bambu lantas muncul dua orang.
Melihat mereka itu, hampir Kwee Ceng menjerit. Itulah Oey Yok Su sendiri yang menuntun tangan putrinya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong. Auwyang Hong bertindak maju, ia menjura kepada Oey Yok Su, yang membalasinya.
Auwyang Kongcu sendiri sudah lantas berlutut di depan pemilik dari Tho Hoa To itu, untuk memberi hormat sambil mengangguk empat kali. Ia kata: "Mantu yang tidak berharga menghadap gakhu tayjin, semoga gakhu tayjin sehat-sehat saja!"
"Gakhu tayjin" itu berarti "Ayah mertua yang dihormati".
"Sudah, kau bangunlah!" kata Oey Yok Su, yang mengulurkan tangannya akan mengasih bangun
pemuda itu, yang menyebut dirinya baba mantu dan memanggil orang sebagai mertuanya.
Auwyang Kongcu ketahui bahwa ia tentulah bakal diuji, maka itu ia sudah bersiap sedia. Ia mempertahankan diri begitu lekas tangan kirinya dipegang untuk untuk diangkat tetapi ketika ia berbangkit, tubuhnya terhuyung juga hingga ia mengeluarkan seruan
perlahan. Tubuhnya itu lantas berjumpalitan, kepala di atas, kakinya di bawah, jatuh ke tanah. Tapi Auwyang Hong sudah lantas menggeraki tongkat di tangannya, ditempel pada punggung keponakannya itu, disontek dengan perlahan, maka kesudahannya sang
keponakan dapat berjumpalitan pula, untuk berdiri tegar.
"Ha, bagus sekali, saudara Yok!" Auwyang Hong tertawa. "Kau membuatnya baba mantumu
berjumpalitan sebagai tanda menghormat
menghadapnya yang pertama kali?"
Tidak sedap suaranya See Tok masuk ke dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telinganya Kwee Ceng. "Dia telah menghina muridku yang buta matanya, aku ingin melihat sampai di mana sudah kepandaiannya,"
menyahut Oey Yok Su. Auwyang Hong tertawa lebar.
"Bagaimana sekarang, apakah dia cocok untuk dipasangi dengan putrimu?" dia menanya, sedangkan matanya melirik kepada Nona Oey, setelah mana ia mengasih dengar pujiannya: "Saudara, sungguh hebat!
Beruntunglah kau yang telah mendapatkan putri yang begini cantik molek!" Ia lantas merogoh ke dalam sakunya, untuk menarik keluar sebuah kotak, yang mana pun ia terus buka tutupnya, maka dari dalam itu memancarlah keluar cahaya terang indah. Di dalam kotak itu terletak empat mutiara sebesar buah lengkeng. Ia lantas menghadap Oey Yong, untuk berkata pula: "Ayahmu pernah malang melintang di kolong langit ini untuk banyak tahun, ada permata apakah yang aneh-aneh yang dia tidak pernah
melihatnya" Maka itu ini bingkisanku berasal dari desa, sebagai hadiah pertemuan kita yang pertama ini, pastilah akan dibuat tertawaannya"!"
Sembari berkata begitu, See Tok mengangsurkan permata mulianya itu.
Menampak itu, hatinya Kwee Ceng berdenyut keras.
Katanya dalam hatinya itu: "Dia menerimanya atau tidak?""
Segera juga terdengar suara tertawanya Oey Yong.
"Terima kasih!" berkata si nona, yang mengulur tangannya untuk menyambuti hadiah itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat saja kulit orang yang putih dan cantik itu, semangatnya Auwyang Kongcu seperti sebuah
meninggalkan tubuh raganya, sekarang ia mendengar tertawa orang yang manis merdu, goncangan hatinya bertambah hebat. Di dalam hatinya ia berpikir:
"Ayahnya telah sudi menyerahkan dia kepadaku, maka sekarang sikapnya terhadapku beda banyak daripada dulu-dulu"."
Tengah pemuda ini tersengsam dan bagaikan
bermimpi, mendadak ia melihat menyambarnya suatu cahaya kuning emas ke arahnya, saking kagetnya, ia menjerit, "Celaka!" Walaupun demikian, ia masih sempat melenggakkan tubuh, akan menjalankan tipu silat Tiat-poan-kio atau Jembatan Besi, hingga tubuhnya jadi terlentang lempang, untuk
menyelamatkan diri. "He, kau bikin apa"!" Oey Yok Su pun membentak seraya tangan kirinya mengibas, untuk membikin terdamparnya jarum emas dari putrinya, ialah orang yang menyerang Auwyang Kongcu dengan senjata
Alap Alap Laut Kidul 5 Pusaka Negeri Tayli Karya Can I D Pendekar Naga Mas 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama