Ceritasilat Novel Online

Pendekar Pemanah Rajawali 22

Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong Bagian 22


kedukaannya Oey Yok Su tetapi terus mereka
membungkam. Masih Leng Tie Siangjin menambahkan keterangannya pula. Katanya, "Di samping mayat bocah perempuan itu ada mengambang tiga mayat lainnya, yang satu mayat anak muda, yang lain lagi satu pengemis tua, yang lainnya lagi satu tua bangka yang rambut dan kumisnya sudah ubanan." Ia menyebutnya Kwee Ceng, Ang Cit Kong dan Ciu Pek Thong.
Sampai di situ, Oey Yok Su tak bersangsi lagi. Maka ia lirik Auwyang ong.
"Kau kenal anakku, mengapa kau tidak hendak memberitahukannya siang-siang?" pikirnya.
Auwyang Hong dapat melihat sinar matanya Oey Yok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Su, ia pun mengetahui baik kedukaan orang, maka itu ia berkhawatir untuk banyak orang itu. Kalau Tong Shia turun tangan, ia boleh tak usah mengkhawatirkan dirinya sendiri, tetapi yang lainnya, mana mereka sanggup malawan" Maka hebat permainannya Leng Tie Siangjin ini. Tetapi sebagai seorang licin, ia lantas mendapatkan daya untuk meredakan suasana. Maka lekas-lekas ia berkata: "Saudara Yok, aku baru saja naik ini perahu, sedang dengan semua tuan-tuan ini, inilah pertemuan kita yang pertama kali. Mayat yang dilihat taysu itu belum tentu ada mayat putrimu?" Ia menghela napas, ia menambahkan: "Putrimu itu cantik sekali, kalau benar dia berumur pendek, sungguh sayang?"
Auwyang Hong hendak membersihkan diri dari kedua belah pihak, tetapi di kupingnya Oey Yok Su,
perkataannya itu terdengarnya lain. Tapi Tong Shia ini bertabiat paling gemar menggumbar hawa amarahnya terhadap lain orang, kalau tidak, ketika dulu hari Hek Hong Siang Sat mencuri kitabnya, tidak nanti dia gusari Liok Seng Hong dan lainnya yang tidak bersalah dosa, yang dia bikin bercacad kemudian diusirnya.
Demikian kali ini, ia merasakan tubuhnya menjadi panas dingin mendengar hal kematian putrinya yang ia sangat sayangi itu. Ia berduka hebat sama seperti ketika ia kematian istrinya yang ia sangat cintai. Kedua tangannya bergemetaran keras, mukanya pucat dan merah bergantian.
Semua orang, dengan mulut membungkam,
mengawasi saja. Maka itu, sesaat itu, perahu besar itu menjadi sangat sunyi senyap. Cuma suara angin dan gelombang saja yang terdengar.
Tiba-tiba Oey Yok Su mengasih dengar suara
tertawanya yang panjang, bagaikan menggeramnya naga seperti tak putusnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suara itu mengejutkan semua orang.
Oey Yok Su tertawa hingga berlenggak, tertawanya itu makin lama makin nyaring. Pada nada suara itu bagaikan ada sifatnya yang dingin, hingga orang menjadi semakin heran. Lalu dilain saat, tertawa itu berubah menjadi tangisan, tangisannya menggerung-gerung, sedihnya bukan kepalang.
Di antara banyak orang itu, cuma Auwyang Hong yang kenal lagak-lagunya Tong Shia, yang suka bernyanyi dan menangis tak ketentuan, dari itu ia menjadi tidak terlalu heran. Hanya, ketika ia mendengar tangisan jadi demikian sedih, ia berpikir juga: "Secara begini, Oey Lao Shia menangis, dia pasti akan terluka tubuhnya. Di jaman dulu Gwan Sek kematian ibunya, ia menangis hingga memuntahkan darah segantang lebih.
Kemungkinan ini bisa terjadi dengan si Sesat dari Timur ini. Sayang tiat-cengku tenggelam bersama perahu yang karam, kalau tidak, bolehlah aku
menabuhnya untuk meramaikan tangisannya ini."
Lebih jauh Auwyang Hong berpikir; "Oey Lao Shia bertabiat luar biasa sekali, sekali dia gusar, dia sukar diurusnya. Kalau dia sampai menghadapi sesuatu maka lain kali, dalam pertemua kedua di Hoa San, aku jadi kekurangan seorang lawan yang tangguh. Ah sayang, sayang?"
Habis menangis, Oey Yok Su mengangkat
serulingnya, dengan itu ia mengetok pinggiran perahu, setelah mana ia bernyanyi: "Dengan firmannya Tuhan, mengapakah dibikinya dia umurnya demikian
pendeka" Atau orang ubanan sampai akhir usianya, atau orang bercelaka karena melahirkan anak"
Kenapa belum lagi keduakaan lama lenyap atau
sekarang datang bersusun yang baru" Kenapa baru
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pagi lantas datang sang sore, atau fajar berembun lantas melenyap pula" Yang lenyap itu tak terkejar, atau sekarang mendadak orang hilang akal budinya"
Langit demikian tinggi tak ujung pangkalnya, kepada siapa aku mesti mengadukan penasaranku ini?""
Hanya terdengar suara "Tok!" maka serulingnya Tong Shia terpatah dua. Lalu tanpa berpaling lagi, Oey Yok Su bertindak ke kepala perahu.
Leng Tie Siangjin bertindak maju, dengan kedua tangannya ia menghalang.
"Kau menangis dan tertawa," katanya dengan dingin,
"Kenapa kau mengacau secara edan begini"!"
Wanyen Lieh terperanjat. "Siangjin hangan"." katanya atau ia tidak dapat meneruskannya.
Belum sempat pangeran ini mengucap habis
cegahannya itu, tangannya Oey Yk Su sudah
berkelebat ke belakang lehernya si paderi dari Tibet itu, hanya dengan satu kali gerakan tangan, tubuh orang yang besar itu telah terangakat lalu terputar hingga Leng Tie Siangjin menjadi berkepala di bawah, berkaki di atas dan tempo tubuhnya dilemparkan, tidak ampun lagi kepalanya yang besar melesak masuk ke lantai perahu sampai di pundak!
Habis itu Oey Yok Su bernyanyi: "Langit kekal, bumi abadi, berapakah lamanya manusia hidup" Yang
sudah, yang mendatang, semuanya tak terasa, semua itu ada batas temponya?" Lalu tubuhnya berkelebat, maka tibalah ia kembali di perahunya sendiri, perahu itu lantas berlayar pergi?"..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang tercengang, hanya bentaran, lantas mereka bergerak hendak menolongi Leng Tie Siangjin yang entah hidup entah mati, akan tetapi belum lagi mereka keburu bertindak, mendadak, mereka
mendengar suara berisik dari bergeraknya lantai perahu, lalu muncullah satu anak muda yang bibirnya merah dan giginya putih, yang romannya tampan. Dan dialah Yo Kang, putranya Wanyen Lieh.
Semenjak dia bentrok sama Bok Liam Cu, Yo Kang cuma ingat saja kata-katanya Wanyen Lieh, yang ayah, bahwa kebahagiannya tak ada batasnya. Di Hoay Utara ia lantas berhubungan sama pembesar-pembesar Kim, maka kemudina ia dapat mencari
ayahnya itu, hingga bersama-sama mereka berangkat ke Selatan. Ia melihat Kwee Ceng dan Oey Yong, ia lantas menyembunyikan diri, tak berani ia keluar. Dari dalam perahu ia hanya mengintai saja, maka segala kejadian ke atas perahu, semuanya ia dapat
melihatnya dengan tegas dan nyata. Sampai telah berlalunya Oey Yok Su, baru ia merasa dirinya aman, dari itu ia lantas munculkan diri.
Hebat Leng Tie Siangjin merasakan hajaran itu, tetapi dasar ia tangguh, dia tidak terluka, cuma kepalanya pusing. Begitu ia lekas dapat menetapkan hati, dengan kedua tangannya ia menekan lantai perahu, maka dilain saat tubuhnya sudah mencelat bangun, di lantai itu tertampaklah suatu liang besar dan bundar.
Orang heran dan kagum, diakhirnya mereka merasa lucu, tetapi tak seorang juga yang berani mengasih dengar suara tertawanya. Karena menahankan hati, mereka menjadi pada menyeringai.
"Anak, mari menemui Auwyang Sianseng!" Wanyen Lieh kata kepada putranya. Dengan begitu ia pun memecahkan ketegangan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Kang sendiri sudah lantas menjura kepada
Auwyang Hong, ia berlutut dan mengangguk empat kali. Itulah satu kehormatan besar, sedang ia adalah seorang pangeran, maka orang semua menjadi heran.
Selama di dalam istana, Yo Kang sudah sangat
mengaggumi Leng Tie Siangjin, tetapi sekarang ia telah menyaksikan lihaynya Auwyang Hong, Ciu Pek Thong dan Oey Yok Su, kekagumannya pindah
kepada ketiga orang itu. Bukankah Leng Tie Siangjin telah dapat dicekuk dan dilempar pergi datang bagaikan dia ada satu bocah cilik" Bukankah itu menandakan suatu kepandaian yang luar biasa"
Bukankah ini serupa dengan artinya kata-kata: "Di luar langit ada langit lainnya, di atas orang ada orang lainnya?" Dia sudah lantas ingat peristiwa di Kwie-in-chung di Thay Ouw waktu ia kena dibekuk, selama ketakutannya di rumah abu keluarga Lauw ketika ia menghadapi Kwee Ceng dan Oey Yong. Semua itu
disebabkan ilmu silatnya yang tiadk berarti. Sekarang di depannya ada seorang yang berilmu tinggi, jikalau ia tidak mengangkatnya orang menjadi gurunya, pasti sudah ia membikin hilang satu ketika paling baik. Maka itu, dengan kecerdikannya itu ia telah menjalankan itu kehormatan besar. Kemudian ia menoleh kepada
Wanyen Lieh sambil berkata: "Ayah, anak ingin mengangkat sianseng ini menjadi guruku."
Wanyen Lieh senang dengan kelakukan anaknya itu, maka ia pun menjura kepada See Tok seraya berkata:
"Putraku ini gemar ilmu silat, hanya ia belum bertemu guru yang pandai, jikalau Sianseng tidak mensia-siakannya dan sudi memberika dia pelajaran, Siauw-ong ayah dan anak sangat berterima kasih untuk budimu yang sangat besar."
Di matanya lain orang, hebat untuk menjadi guru dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang pangeran, untuk memintanya pun sulit, tetapi Auwyang Hong berpikir lain. Ia membalas hormat seraya berkata: "Di dalam partaiku ada suatu aturan yang dihormati, yaitu ilmu silat kami hanya diwariskan kepada satu turunan, tidak kepada lain orang.
Sekarang ini kebisaanku telah diturunkan kepada keponakanku, karenanya aku tidak dapat menerima lain murid lagi. Mengenai ini aku mohon ongya sudi memaafkannya."
Mendengar ini Wanyen Lieh menyesal, tetapi ia tidak memaksa, maka itu ia lantas memerintah orangnya segera menyediakan barang santapan guna menjamu ini orang berilmu.
Yo Kang pun berputus asa.
Kemudian Auwyang Hong berkata sambil tertawa:
"Pangeran muda hendak mengambil aku sebagai guru, inilah tidak berani aku menerimanya, tetapi untuk memberikan dia beberapa petunjuk, itulah tidak sukar.
Hal ini baiklah diurus perlahan-lahan belakangan."
Biarnya ia putus asa, mendengar janji Auwyang Hong itu, lega juga hatinya Yo Kang. Ia ketahui baik kegagahannya Auwyang Kongcu, bahkan orang
banyak gundiknya, kalau ia mendapat petunjuk dari See Tok, mesti ia mendapat kemajuan pesat, mungkin ia tidak selihay Auwyang Kongcu, toh sedikitnya ia bisa menjagoi juga.
Sembari berjamu, pembicaraan berpokok kepada
kemujawaan Oey Yok Su. Orang anggap pantaslah ia dipermainkan Leng Tie Siangjin.
"Suheng, dia menangis dan tertawa, dia pun bernyanyi, kenapa?" Hauw Thong Hay menanya kakak seperguruannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
See Thong Thian tidak tahu bagaimana harus
menjawab, maka ia menyahuti secara sembarangan saja: "Siapa kesudian memperdulikan segala perbuatannya yang edan itu?"
"Yang ia nyanyikan itu ialah syair karangannya Co Cu Kian di jaman Sam Kok," Yo Kang memberitahu. "Co Cu Kian itu kematian anak perempuannya, dia
membuat dua ruas syairnya itu. Dengan itu dia mengatakan, ada orang hidup sampai tua sekali, ada yang berumur sangat pendek, mati muda-muda, maka ia bertanya mengapa Thian demikian tidak adil. Maka ia menyesal, langit tinggi tidak ada tangganya, hingga tak dapat ia naik untuk mengajukan pengaduannya.
Akhirnya ia membilang bahwa dia sangat berduka, bahwa tak lama lagi waktunya dia menyusul putrinya itu."
"Siauw ongya benar-benar terpelajar!" orang banyak memuji si pangeran. "Kita orang-orang kasar, mana kita ketahui itu?"
Wanyen Lieh girang mendengar kepintaran putranya itu.
"Suara serulingnya itu membuat hatiku tidak tentram, apakah sebabnya itu?" ia tanya.
"Itulah disebabkan semacam tenaga dalam yang mahir sekali," menyahut Nio Cu Ong. "Auwyang Sianseng telah perdengarkan suaranya di kepala perahu, itulah jawaban timpalan untuknya, yang satu memanggil, yang lain bertahan. Benarkah begitu, Auwyang
Sianseng?" Auwyang Hong tersenyum, dan mengangguk..
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lagi sekali orang memberi pujian, sekarang kepada See Tok.
Yo Kang sendiri sementara itu telah berpikir: "Jikalau dihitung-hitung, Oey Yok Su adalah kakek guruku, hanya disebabkan Bwee Suhu telah bersalah
terhadapnya, dan ada urusan anaknya yang
mencurigai aku, jikalau lain hari aku bertemu pula dengannya, itulah berbahaya untukku. Selama di Kwie-in-chung, aku menduga dia tidak ada lawannya, siapa nyana sekarang ada Auwyang Sianseng ini yang
seimbang dengannya. Ah, sayang Auwyang Sianseng tidak dapat menerima murid?".."
Selagi pangeran ini bepikir dan yang lainnya berpesta, Oey Yok Se berlayar sendiri dengan tidak karuan rasa.
Ia berduka dan mendongkol. Ia penasaran sekali, ada kalanya ia mengutuk langit dan bumi, dilain saat ia mencaci segala hantu atau iblis. Ia mengatakan Thian tidak adil. Kemudian ia perintahkan anak buahnya mengarahkan perahunya ke pinggiran di mana ia mendarat. Lebih dulu daripada itu, dalam kalapnya, ia telah bunuh anak-anak buahnya itu. Sambil
berdongak, ia berteriak-teriak: "Siapakah yang membinasakan anakku Yong-jie" Siapakah
membinasakan anakku Yong-jie" Ah, itu bocah she Kwe, tidak salah, mestilah dia! Jikalau tidak karena dia, cara bagaimana Yong-jie pergi ke perahunya itu"
Hanya sayang bocah itu menemani Yong-jie terbinasa.
Sekarang kepada siapa aku mesti melampiaskan
hatiku"!" Berpikir sampai di situ Tong Shia mendadak ingat keenam gurunya Kwee Ceng.
"Kanglam Liok Koay adalah biang dari kebinasaannya anakku Yong-jie," ia memikir. "Jikalau mereka tidak mengajari silat kepada bocah she Kwee itu, mana dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat berkenalan dengan Yong-jie" Jikalau aku tidak kutungkan tangan dan kaki dari setiap mereka itu, tidak dapat penasaranku ini dilampiaskan!"
Ia lantas pergi ke kota untuk bersantap sembari dia pikirkan jalannya untuk mencari Kanglam Liok Koay.
"Ilmu mereka tidak tinggi tetapi nama mereka besar,"
katanya di dalam hatinya. "Mungkin mereka ada punya apa-apa yang melebihkan kebanyakan orang".
Mungkin mereka banyak akal muslihatnya! Jikalau aku datangi mereka secara berterang pasti tidak dapat aku mencarinya, maka itu baiklah aku tunggu sampai malam gelap petang, aku menyerbu ke rumahnya, aku bunuh mereka berikut semua anggota keluarganya, tua dan muda!"
Panas hatinya Tong Shia, maka sehabisnya
bersantap, dengan tindakan lebar ia menuju ke Utara, ke Kee-hin.
* * * Ang Cit Kong bersama Ciu Pek Thong, Kwee Ceng dan Oey Yong berempat, dengan perahu kecilnya, berlayar ke daratan. Kwee Ceng duduk di belakang memegang kemudi. Oey Yong bicara tak habisnya menanyakan Ciu Pek Thong perihal pesiarnya di laut dengan ikan hiu. Agaknya ia sangat mengaguminya.
Pek Thong pun gembira, hingga disaat itu ia ingin menangkap pula ikan hiu untuk pesiar bersama si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng sementara itu mengawasi gurunya, air muka siapa beda daripada biasanya.
"Suhu, bagaimana kau merasa sekarang?" ia bertanya.
Cit Kong tidak menjawab, hanya napasnya memburu dan keras suaranya. Dia telah tertotok dengan ilmu totok Touw-kut Ta-hiat-hoat dari Auwyang Hong, walaupun dia sudah ditotok bebas, dia telah terluka dalam.
Ciu Pek Thong sedang gembiranya, ia tidak
memperhatikan orang lagi menghadapi bahaya maut, Oey Yong tapinya mengetahui keadaan gurunya itu, berulangkali ia mengedipi mata dan memberi tanda dengan tangannya agar si orang tua berandalan itu tak menerbitkan suara ribut yang mengganggu Pak Kay tapi si orang tua itu tetap saja ngoceh.
Oey Yong mengerutkan alis.
"Kau hendak menangkap ikan hiu, tapi kau tidak punya umpannya, buat apa kau omong saja?" kata si nona akhirnya.
Loo Boan Tong tua tetapi seperti tak menghargai dirinya, ditegur orang muda, ia tidak mengambil peduli.
"Ada akalnya!" katanya selang sesaat, "Saudara Kwee, mari! Aku nanti tarik tanganmu, kau rendam separuh tubuhmu di dalam air!"
Kwee Ceng sangat menghormati kakak angkat itu, walaupun ia tidak ketahui maksud orang, hendak ia menurut. Tidak demikian dengan Oey Yong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Engko Ceng, jangan ladeni dia!" si nona mencegah.
"Dia hendak pakai tubuhmu seperti umpan guna memancing ikan hiu!"
Nona ini dapat menerka maksud orang.
"Benar!" Pek Thong bersorak. "Begitu lekas ikan hiu itu datang, aku nanti sambar dia dan mengangkatnya ke atas. Kau boleh percaya, tidak nanti dia dapat melukakan kau!"
"Tapi perahu kita ini kecil, heranlah kalau perahu tak karam!" berkata Oey Yong.
"Karam itu terlebih baik lagi!" berkata Loo Boan Tong.
"Kita boleh sekalian turun ke laut untuk pelesiran!"
"Habis bagaimana dengan guru kami?" menanya si nona. "Apakah kau tidak menghendaki dia hidup terus?"
Pek Thong menggaruk-garuk kepalanya, tak dapat ia menjawab. Hanya kemudian ia persalahkan Auwyang Hong yang melukai Pak Kay.
"Jikalau tetapi kau masih ngoceh tidak karuan, kita bertiga nanti tidak sudi bicara pula denganmu!"
mengancam Oey Yong, yang agaknya habis sabar.
Pek Thong mengulur lidahnya, ia tidak berani
mementang bacot pula. Ia lantas menyambuti
pengayuh dari tangannya Kwee Ceng untuk mengayuh perahu itu.
Daratan tak jauh nampaknya, tetapi untuk tiba di tepian, mereka mesti memakan tempo sampai langit mulai gelap. Karena itu, terpaksa mereka bermalam di pesisir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Besoknya pagi ternyata penyakitnya Ang Cit Kong jadi bertambah berat. Kwee Ceng berduka dan berkhawatir sangat hingga ia menangis.
Pak Kay sebaliknya tertawa.
"Walaupun aku hidup lagi seratus tahun, di akhirnya toh aku mesti mati," katanya. "Anak yang baik, aku hanya mempunyai satu keinginan, maka kmu pergilah untuk mendapatkannya!"
Pek Thong memegat: "Si makhluk berbisa bangkotan itu, melihat cecongornya tidaklah senang aku, maka itu, kalau kau mati, kau matilah, kau legakan hatimu, nanti aku balaskan sakit hatimu, akan aku bunuh mampus padanya!"
Ang Cit Kong tertawa pula.
"Membalas sakit hati?" tanyanya. "Itulah bukannya keinginanku! Sebenarnya aku menghendaki dahar masakan Wanyoh Ngo-tin-kwee dari istana kaisar."
Tadinya tiga kawan itu menyangka kehendak terakhir itu ada urusan yang sangat besar, tidak tahunya urusan gegares, maka legalah hati mereka.
"Itu gampang suhu," Oey Yong lantas berkata, "Dari sini tak terpisah jauh dengan kota Lim-an, nanti aku pergi ke istana kaisar untuk mencuri beberapa mangkok masakan itu untuk kau dahar sepuasnya."
"Aku juga ingin dahar!" Pek Thong menyelak.
Oey Yong mendelik pada "Bocah" bangkotan itu.
"Tahu apa kau tentang makanan lezat atau tidak"!"
tegurnya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Wanyoh Ngo-tin-kwee itu, sekalipun di dalam istana tak gampang-gampang dibikinnya," Ang Cit Kong mengasih tahu. "Ketika dulu ahti aku bersembunyi selama tiga bulan di dapur istana, cuma satu kali pernah aku merasainya. Lezatnya masakan itu, kapan aku ingat, membikin aku hendak mengeluarkan ilar?"
"Kalau begitu, aku ada punya satu pikiran," Pek Thong turut bicara. "Kita pergi mencuri koki raja, kita suruh dia masak untuk kita."
"Pikirannya Loo Boan Tong ini tak buruk," Oey Yong bilang.
Bukan main girangnya Pek Thong dipuji si nona.
Sebaliknya Ang Cit Kong menggeleng kepala.
"Tak dapat itu dilakukan," katanya Pengemis dari Utara. "Barang hidangan itu, segala apanya mesti istimewa, sampai baranya, mangkoknya juga, kalau tidak, rasanya tidak lezat, salah sedikit pun tidak boleh.
Paling benar kita pergi sendiri ke istana untuk memakannya."
Tiga orang itu tak takut pergi ke istana.
"Itu memang paling bagus!" kata mereka bareng. "Nah, mari kita berangkat sekarang!"
Kwee Ceng lantas menggendong gurunya, buat
dibawa ke dalam desa yang berdekatan. Di situ mereka minta nasi dan arak, untuk mereka menangsal perut. Mereka hendak membayar uang makanan itu ketika mereka mendapat kenyataan kantung mereka kosong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang mempunyai rumah itu ada satu nyonya, dia baik budi, bukan saja ia tidak menghendaki uang makan, bahkan ia mengantarkannya ke kota.
Cit Kong berempat menghanturkan terima kasih, lantas mereka pamitan. Ketika melewati sebuah rumah gadai, mendadak Pek Thong gusar dan berseru: "Ini dia usaha membunuh orang tanpa melihat darah!" Lantas ia hendak menyerbu untuk merampas uang dari
pengadaian itu. "Buat apa terburu nafsu?" Oey Yong mencegah. Ia loloskan gelang rambutnya, ia masuk ke dalam rumah gadai itu, untuk menggadaikan itu buat empatbelas tail perak, kemudian mereka mencari hotel dimana mereka beristirahat. Sehabis bersantap, Kwee Ceng bertiga tidak melihat Oey Yong ada bersama.
Berkata Pek Thong kepada adik angkatnya: "Itu istrimu yang lihay, kalau aku Loo Boan Tong melihat padanya, aku takut sekali!"
Kwee Ceng tersenyum. Tidak lama terlihat Oey Yong muncul dari luar dengan wajahnya berseri-seri.
"Kenapa kau takut padaku?" tanyanya pada si tua berandalan.
Pek Thong mengawasi, ia melihat rambut orang ada gelang emasnya.
"Eh, kenapa kau lantas menebusnya kembali?" ia tanya heran. "Kalau begitu, kita mesti mencari daya untuk membayar uang sewaan kamar dan makanan
kita ini?" TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong tidak segera menjawab, hanya dari sakunya ia tarik keluar empat kantung uang.
"Untuk apa mesti ditebus?" katanya tertawa. "Rumah gadai itu akulah yang usahakan, maka berapa banyak aku menghendaki, berapa banyak aku boleh ambil!"
Pek Thong kagum bukan main orang dapat pergi dan pulang dengan cepat untuk mengambil balik gelangnya berikut uang, maka ia memberikan pujiannya. Katanya:
"Ini nona kecil benar-benar dapat mewariskan kepandaian keluarganya, dia pandai sekali!"
"Jikalau aku dibandingkan sama Biauw Ciu Sie-seng yang menjadi guru nomor dua dari engko Ceng,
kepandaianku ini sungguh tidak berharga setengah peser juga!" kata si nona tertawa.
"Oh, ada orang yang demikian lihay?" kata Pek Thong.
"Aku ingin bertemu dengannya!"
Sementara itu terlihat sakitnya Ang Cit Kong
bertambah berat sedang di kota itu tidak ada tabib terkenal, maka Kwee Ceng bertiga menyewa sebuah kereta keledai untuk Pak Kay, dengan itu mereka berangkat menuju ke utara, ke kota Lim-an. Pada suatu hari tibalah mereka di sungai Cian Tong, darimana mereka pergi ke luar kota Lim-an. Mereka tidak keburu masuk ke dalam kota karena cuaca mulai gelap, burung-burung gowak tengah terbang pulang.
Karena itu mereka memikir mencari rumah penduduk, buat menumpang bermalam. Mereka melihat sedikit jauh dari situ ada aliran air yang mengitari tujuh atau delapan rumah.
"Kampung itu bagus, mari kita singgah di sana?" Oey Yong mengajak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus apa?" tanya Pek Thong, matanya mencilak.
"Kau lihat, bukankah pemandangannya indah bagaikan gambar?" si nona bilang.
"Kalau indah bagaikan gambar, habis bagaimana?"
tanya Loo Boan Tong. Si nona heran, hingga ia melengak.
"Jikalau kau bilang jelek, kita jangan singgah di sini,"
katanya kemudian. "Tapi kita tidak dapat pergi ke lain tempat?"
"Kalau kamu tidak pergi perlu apa aku pergi sendiri?"
berkata si orang tua yang lagi kumat berandalannya.
Sementara itu mereka sudah tiba di kampung itu.
Nyata itulah sebuah kampung rudin, sebab di sana sini telihat tembok-tembok runtuh. Di muka kampung sebelah timur terlihat sebuah warung arak, maka mereka menuju ke sana. Di bawah payon ada dua buah meja papan, mejanya tebal debunya.
"Hallo!" Pek Thong lantas memanggil.
Dari dalam lantas muncul satu nona umur tujuh - atau delapanbelas tahun, rambutnya awut-awutan tetapi rambut itu ditancap sebatang tusuk konde. Dia mementang matanya lebar-lebar mengawasi ketiga orang itu.
"Kasihkan aku nasi dan arak," Oey Yong minta.
Si nona menggeleng kepalanya.
"Kau tidak punya arak dan nasi, habis untuk apa kau membuka rumah makan?" menegur Pek Thong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak tahu," sahut si nona, yang kembali menggoyang kepalanya.
"Ah, kau benar-benar nona tolol!" kata Pek Thong.
Si nona tertawa. "Memang aku si Sa Kouw!" sahut nona itu.
"Sa Kouw" berarti "nona tolol"!
Mendengar jawaban itu Oey Yong bertiga girang. Oey Yong terus masuk ke dalam terus ke dapur untuk melihat-lihat. Ia mendapatkan banyak galagasi. Nasi tinggal nasi dingin. Di atas pembaringan, tikarnya pun tikar butut. Itulah tanda kemelaratan, maka ia terharu.
"Apakah kau bersendirian saja di sini?" ia menanya si nona rumah.
Sa Kouw mengangguk sambil tersenyum.
"Ibumu?" Oey Yong tanya pula.
"Sudah mati," sahut si nona. Ia mengusap matanya, seperti mau menangis.
"Ayahmu?" Nona itu menggeleng kepala tanda tak tahu.
Oey Yong melihat tangan dan muka orang kotor, seperti sudah beberapa bulan tidak pernah ketemu air, maka di dalam hatinya ia berkata: "Taruh kata dia masak nasi, tentulah aku tak dapat emndaharnya"."
Tapi ia toh menanya: "Ada beras?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona itu mengangguk, kembali ia tersenyum. Ia pergi mengeluarkan paso besar, yang isinya separuh.
Oey Yong lantas turun tangan sendiri, mencuci beras dan memasaknya.
Kwee Ceng lantas pergi ke kampung sebelah barat dimana ia membeli dua ekor ikan serta seekor ayam, terus bersama Oey Yong ia kerjakan itu. Tempo nasi dan barang makanan itu matang dan disajikan, sang malam tiba.
Oey Yong minta minyak, untuk memasang lampu, tapi Sa Kouw menggeleng kepala.
Terpaksa nona Oey mencari sebatang cemara, ia sulut itu. Ia pergi ke dapur, akan mencari mangkok dan sumpit. Ketika ia membuka lemari, ia dapat cium bau busuk. Ia menyuluhi, maka terlihatlah tujuh atau delapan mangkok hijau yang sudah sombeng di sana sini. Di sininya ada belasan bangkai cecurut".
Kwee Ceng membantui mengambil mangkok.
"Pergi kau cuci bersih sekalian ambil beberapa batang cabang pohon untuk dipakai sebagai sumpit," berkata Oey Yong.
Si anak muda menurut, ia berlalu dengan mangkok kotornya itu.
Oey Yong menjumput mangkok yang terakhir ketika ia merasakan mangkok itu dingin seperti es, beda dari mangkok biasa. Ia mengangkatnya, tapi mangkok itu diam di tempatnya seperti terpaku. Ia menjadi terlebih heran. Ia tidak berani memaksa mengambil, khawatir mangkok itu pecah. Ia hanya mencoba lagi tetapi kembali gagal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mustahilkah karena dibiarkan lama di sini, mangkok ini penuh debu dan jadi nempel lengket karenanya?" ia berpikir. Maka itu ia mengawasi terus, sampai ia lihat mangkok itu karatan, sebab mangkok itu ternyata terbuat dari besi.
Sendirinya nona itu tertawa geli.
"Mangkok emas, mangkok perak, mangkok kumala, semuanya aku pernah lihat," katanya di dalam hati.
"Tetapi belum pernah aku dengar ada mangkok besi."
Ia mencoba menarik dengan menggunai sedikit
tenaga, tetap mangkok itu tak bergeming. Ia heran bukan main. Mestinya mangkok itu dapat terangkat berikut papannya. Maka ia mau menduga papannya itu pun besi. Ia lantas menyentil. Ia mendengar suara nyaring. Benarlah dugaannya.
Oey Yong pegang mangkok itu, ia memutar ke kiri.
Mangkok diam saja. Ia mencoba memutar ke kanan, mangkok itu bergerak sedikit. Ia memutar terus. Tiba-tiba ia mendengar suara keras, sebagian tembok memutar ke kanan, mangkok itu bergerak sedikit. Ia memutar terus. Tiba-tiba ia mendengar suara keras, sebagian tembol dapur itu terbelah dua,
memperlihatkan suatu lobang yang gelap. Dari situ lantas menghembus bau busuk, sampai si nona mau muntah, lekas-lekas ia lompat ke samping.
Kwee Ceng bersama Ciu Pek Thong mendengar suara si nona, mereka lantas datang melihat.
"Jangan-jangan inilah rumah makan gelap," berkata Oey Yong, yang menjadi curiga. "Mungkin Sa Kouw berpura-pura tolol." Tiba-tiba ia berlompat ke samping
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nona tolol itu, yang berada di ruang dapur itu, kedua tangannya diulur untuk menangkap lengan orang.
Ruang itu gelap tetapi Sa Kouw mendengar suara angin, ia menarik tangannya dengan jurus "Melepas jubah menyerahkan kedudukan," setelah bebas, ia membalas menyerang, ke arah pundak orang.
Oey Yong menduga orang mungkin tidak bermaksud jahat hanya ia tidak menyangka nona itu demikian gesit dan serangannya pun ganas, ia menjadi kaget.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan tangan kiri ia menangkis, terus membangkol dengan tangan kanan ia menyerang dua kali beruntun.
Setelah menyakinkan Ie-kin Toan-kut-pian, ia menjadi sebat sekali dan tenaganya bertambah, maka itu Sa Kouw lantas saja menjerit kesakitan karena lengannya kena terpukul, meski begitu, ia melawan terus.
Sungguh Oey Yong tidak menyangka, di dusun sepi itu ada rumah makan gelap, bahkan pelayan seorang nona jorok itu, bahkan dia cukup gagah karena dia dapat bertahan sampai tujuh atau delapan jurus.
Kwee Ceng dan Pek Thong turut menjadi heran.
Kemudian Pek Thong dengar suara anginnya Oey
Yong berubah hebat, lanats ia berteriak: "Eh, nona Oey, jangan kau ambil jiwanya!"
Selagi begitu, Kwee Ceng berjaga-jaga di sisinya Ang Cit Kong, ia khawatir ada penghuni jahat lainnya, yang bisa membokong gurunya itu.
Lagi beberapa jurus, Oey Yong menghajar lengan orang hingga lengan itu dikasih turun, tak dapat digeraki lagi. Kalau mau, ia dapat membinasakan, tetapi ia merasa kasihan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berlutut!" ia menitah. "Akan aku beri ampun padamu!"
"Aku tidak sudi!" menjawab nona itu, yang mendadak menyerang pula dengan tangan kanannya, bahkan jurusnya ada jurus "Lok Eng Ciang-hoat" ajarannya Oey Yok Su.
Oey Yong kaget dan heran. Sambil menangkis, ia menanya: "Darimana kau pelajarkan ini jurus Lok Eng Ciang-hoat" Siapakah gurumu?"
Nona tolol itu tertawa. "Aku tidak suka menjawab. Habis kau mau apa?" ia menantang.
Melihat suara orang tak lagi seperti orang tolol, Oey Yong mengulang serangannya, kedua tangannya
bergerak saling susul dua kali, kemudian itu disusul sama serangan yang kelima, untuk menggertak, sebab berbareng dengan itu, kakinya bekerja.
"Bruk!" demikian Sa Kouw roboh terguling.
"Ah, kau memakai akal!" serunya. "Mari kita bertempur pula!" Ia terus merayap bangun.
Oey Yong tidak sudi memberi ketika, ia menubruk dan menindih, lalu ia merobek baju orang untuk dipakai mengikat tangannya dia itu.
"Bukankah Lok Eng Ciang-hoatku lebih baik daripada kepunyaanmu?" ia bilang.
"Kau menggunai akal, aku tidak terima!" nona itu membelar. Dan ia mengulanginya perkataannya itu.
Melihat si tolol sudah kena dibikin tidak berdaya, Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng lari keluar, untuk terus melompat naik ke atas wuwungan, untuk mengawasi sekelilingnya. Ia tidak melihat apa juga. Tapi ia turun ke bawah, ia jalan mengitari rumah makan itu. Rumah itu mencil sendirian dan pintunya pun cuma satu. Dengan merasa lega, ia masuk pula ke dalam.
Oey Yong tengah mengancam Sa Kouw dengan
pisaunya diarahkan ke mata orang.
"Siapa yang mengajari kau ilmu silat?" demikian tanyanya. "Lekas bilang! Kalau kau tidak suka bicara, aku nanti tikam mampus padamu!"
Bab 47. Tempat rahasia Sa Kouw tidak menjadi takut, bahkan ia tertawa haha-hihi. Dia seperti tidak kenal bahaya, dia rupanya menyangka nona tetamunya tengah main-main
dengannya. Oey Yong penasaran, ia ulangi pertanyaannya.
"Aku tidak mempunya guru," sahut si tolol akhirnya.
"Siapa yang membilang ada orang yang mengajar aku?"
"Budak ini tidak suka bicara, mari kita masuk ke dalam lobang ini untuk memeriksa," berkata Oey Yong kemudian. "Ciu Toako, tolong kau lindungi guruku serta menjagai budak ini. Engko Ceng, mari kau bersama aku?"
"Tidak, tidak!" Pek Thong menggoyangi tangannya.
"Aku pergi bersama kau!"
Si nona mengkerutkan keningnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tidak, aku tidak mau pergi bersama kau!" ia menolak.
Pek Thong lihay, usianya pun tinggi, entah kenapa, terhadap si nona tak berani ia membantah, bahkan sebaliknya, ia lantas memohon.
"Nona yang baik, lain kali aku tidak berani pula?"
katanya. Oey Yong lantas saja tertawa untuk kejenakan orang tua itu. Ia mengangguk. Pek Thong jadi sangat girang, lekas ia mencari dua cabang cemara, untuk disulut menyala, untuk dipakai ia menyuluhi ke dalam gua, yang ia asapkan sekian lama.
Oey Yong sendiri malah melemparkan sebatang
cemara yang apinya menyala ke dalam lobang itu, setelah itu ia mendengar suara bentroknya batang itu dengan dinding. Maka teranglah tempat rahasia itu tidak dalam.
Dengan memimjam penerangan obor kayu cemara itu orang memandang ke dalam gua. Tidak ada bayangan orang di dalam situ, tidak ada suara apa-apa. Maka itu tanpa bersangsi lagi, Ciu Pek Thong lantas lantas bertindak masuk. Dia disusul oleh Oey Yong.
Setelah memperhatikan seketika, nyata gua itu ada sebuah kamar kecil.
"Kita terjebak, kita terjebak!" Pek Thong berseru-seru.
"Tak bagus!" Oey Yong sebaliknya mengeluarkan suara kaget. Dia melihat ke bawah dan ia menampak tulang belulang seorang manusia, yang rebah celentang. Pakaiannya sudah rusak, hingga tak dapat dikenali, semasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hidupnya dia orang macam apa. Di pojok timur pun ada tulang-belulang serupa, terletak di atas sebuah peti besi. Sebatang golok tajam panjang satu kaki tengah menancap di punggung di atas tutup peti besi itu.
Pek Thong mendapatkan ruang kecil dan kotor dan seram dengan adanya tulang-belulang itu, tidak ada apa-apa yang luar biasa, tetapi karena Oey Yong masih memperhatikan segala apa, ia berlaku sabar untuk menemani, hanya kemudian, ia tak dapat
menahan sabar pula. "Nona yang baik," katanya, "Hendak aku pergi keluar, bolehkah?"
"Baiklah," menjawab si nona. "Pergi kau menggantikan engko Ceng, supaya ia datang ke mari."
Pek Thong girang bukan main, ia keluar seperti burung terbang, akan dilain saat Kwee Ceng datang masuk.
Oey Yong mengangkat obor kayu cemaranya, untuk menyuluhi, supaya Kwee Ceng dapat melihat segala apa terutama itu tulang-belulang manusia, kemudian ia menanya bagaimana atau apa yang menyebabkan
kematiannya dua orang itu.
"Dia ini tentu lagi hendak membuka besi itu, lantas ada orang yang hendak membokong dari belakang," kata Kwee Ceng seraya menunjuk tulang-tulang di atas peti besi. "Yang di tanah itu, karena tulang-tulangnya pada patah, mestinya diserang dengan tangan kosong."
"Aku juga menduga demikian, hanya duduknya hal-hal disini membuatnya aku tidak mengerti," menyatakan si nona.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apa yang kau maksudkan?"
"Umpama Sa Kouw," sahut si nona. "Dia mengerti ilmu silat Lok Eng Ciang-hoat, benar ia menyakininya belum sempurna tetapi itu ada pelajaran yang sejati.
Darimana ia dapatkan itu" Dua orang ini mati disini, ada hubungan apakah di antara mereka dan Sa
Kouw" Sebelum ketahui jelas semua ini, tak tentram hatiku?"
"Baiklah kita tanya pula nona itu," Kwee Ceng mengusulkan. Ia tidak mau menyebutnya nona itu nona tolol, karena ia sendiri sering dikatakan tolol.
"Menurut penglihatanku, dia memang benar-benar tolol," kata Oey Yong. "Dia tidak suka bicara, percuma kita menanya pula padanya. Mari kita memeriksa pula dengan seksama, barangkali saja kita mendapati sesuatu."
Maka ia angkat obornya, menyuluhi pula dua
perangkat tulang-belulang manusia itu. Ketika ia menyuluhi ke peti besi, di kaki itu ada suatu benda yang bergemerlap. Ia lanta jumput itu, ialah sebuah pay emas dan di tengahnya ditabur dengan sebutir batu permata sebesar jempot tangan. Ia membalik pay itu, maka ia menampak sebaris ukiran huruf-huruf, bunyinya: "Cio Gan Keng, panglima kota Tiongciu, gelar Bu Kong Tayhu".
"Pay ini kepunyaannya ini setan mati, pangkatnya bukan kecil," kata si nona.
"Seorang berpangkat tinggi terbinasa di sini, sungguh aneh," Kwee Ceng mengutarakan keherannnya.
Oey Yong memeriksa pula tulang-tulang di tanah, ia tidak dapatkan apa, hanya tulang punggung itu rada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
munjul, maka ia mengoreknya dengan ujung cabang cemara, tempo debunya sudah berkisar, di bawah itu ada selembar besi. Ia kaget hingga ia berseru, cepat sekali ia sambar besi lempangan itu.
Kwee Ceng pun berseru saking heran kapan ia telah melihat benda itu.
"Kau kenal ini?" Oey Yong tanya.
"Ya. Inilah patkwa besi kepunyaannya Liok Chungcu di Kwie-in-chung."
"Tapi belum tentu kepunyaannya Liok Suheng sendiri."
"Mungkin. Melihat rusaknya pakaian, mayat ini mestinya sudah berada di sini sepuluh tahun."
Oey Yong berdiam akan tetapi otaknya bekerja. Habis itu ia sambar golok di atas peti besi itu, ia bawa itu ke depan matanya, untuk melihat dengan teliti. Ia mendapatkan ukiran sebuah huruf "Kiok". Atas itu dengan kaget ia berseru: "Yang rebah di tanah ini adalah kakak seperguruanku!"
Kembali Kwee Ceng memperdengarkan suara heran.
"Menurut Liok Suheng, Kiok Suheng masih hidup, siapa tahu dia telah terbinasa di sini," berkata Oey Yong kemudian. "Engko Ceng, coba kau lihat ini tulang kakinya."
Kwee Ceng berdongko. "Kedua tulang pahanya patah," ia berkata. "Ah, ia telah dihajar patah oelh ayahmu?"
Si nona mengangguk. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kakak seperguruan ini bernama Liok Leng Hong," ia memberi keterangan. "Pernah ayah menerangkan, di antara enam muridnya, Kiok Suheng ini paling pandai dan ia pun paling disayangi?"
Belum habis ia berkata, Oey Yong sudah lompat untuk lari ke luar dari ruang rahasia itu. Kwee Ceng, yang merasa heran lari mengikuti.
Oey Yong lari kepada Sa Kouw.
"Kau she Kiok, bukankah?" ia menanya.
Sa Kouw tidak menyahuti, ia hanya tertawa geli.
"Nona, apakah shemu?" Kwee Ceng menanya, sabar.
"Aku tidak tahu," menyahut nona itu menggeleng kepala.
Selagi dua orang itu hendak menanyakan terlebih jauh, Pek Thong menjerit-jerit; "Aku sudah lapar! Aku sudah lapar! Aku bisa mati kelaparan!"
"Benar," berkata Oey Yong. "Mari kita bersantap dulu."
Ia membukai ikatannya Sa Kouw, ia ajak nona itu bersantap bersama.
Sa Kouw tidak menampik, ia tertawa, ia angkat mangkoknya dan dahar.
Sembari bersantap Oey Yong tuturkan Cit Kong apa yang ia dapatkan di dalam kamar rahasia itu.
Pak Kay pun heran. "Rupanya orang she Cio itu menghajar mati suhengmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, lantas ia hendak membuka peti besi itu," katanya, mengutarkan dugaannya. "Tidak tahunya suhengmu itu belum mati dan ia menimpuk dengan golok itu."
"Melihat keletakannya, mungkin begitu kejadiannya,"
Oey Yong membenarkan. Ia lantas memperlihatkan golok lancip itu serta patkwa besi pada si nona tolol. Ia menanya, "Apakah kau tahu siapa punya ini?"
Melihat itu, wajahnya Sa Kouw berubah. Ia berpaling, agaknya ia berpikir, tapi ia tidak dapat mengingat apa-apa. Akhirnya ia menggeleng kepalanya, hanya
tangannya memegangi golok itu, tak mau dilepaskan.
"Rupanya pernah ia melihat golok ini, sekarang dia tidak ingat," bilang Oey Yong.
Habis bersantap, sesudah memernahkan Ang Cit
Kong, yang merebahkan diri untuk tidur, Oey Yong ajak Kwee Ceng pergi pula ke kamar gelap itu, untuk memeriksa terlebih jauh. Sekarang perhatian mereka ditujukan kepada peti besi itu, yang entah apa isinya.
Semua tulang di atas tutup peti disingkirkan. Gampang sekali mengangkatnya, sebab peti tidak dikunci. Peti itu menyinarkan cahaya bergemerlapan, sebab isinya adalah pelbagai macam batu permata.
Kwee Ceng hanya merasa aneh, tetapi Oey Yong
ketahui itulah harta besar sekali. Ayahnya biasa mengumpulkan permata tetapi tak sebanyak ini.
Nona Oey meraup permata itu, lalu ia melepaskan pula. Batu-batu itu mengasih dengar suara nyaring.
"Semua permata ini mestinya ada riwayatnya," kata si nona kemudian. "Kalau ayahku ada disini, ia tentu mengetahuinya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lalu ia menjelaskan kepada Kwee Ceng namanya
setiap batu permata itu. Kwee Ceng gelap untuk semua permata itu, belum pernah ia melihatnya, belum pernah ia mendengarnya.
Oey Yong meraup pula, sampai dalam. Tangannya membentur dasarnya peti besi. Ia merasakan lantai yang keras. Ia jadi menduga peti besi itu ada lapisannya. Ia lantas meneliti pinggirannya peti itu.
Sekarang ia melihat gelang kecil di kira dan di kanan, yang tadinya kealingan batu-batu permata. Ia
menggunai kedua tangannya memegang sepasang
gelang itu, lalu ia mengangkat. Untuk herannya, ia mendapatkan di dasar peti itu sejumlah barang kuno dari perunggung dan lainnya dan mestinya pun dari pelbagai jaman yang telah lampau. Jadi inilah benda-benda yang lebih berharga daripada batu-batu
permata itu. Masih ada lagi lain lapisan peti itu. Ketika lapisan ini pun diangkat, di dalam situ terlihat pelbagai gambar lukisan dan tulisan huruf segulung demi segulung.
"Mari bantui aku," si nona minta pada Kwee Ceng, untuk membeber gambar-gambar itu. Kesudahannya, ia menjadi heran dan kagum. Sebab ia melihat lukisan-lukisan dari Gouw Too Cu, Co Pa, Kie Jian dan Lie Houw-cu kaisar dari dinasti Tong Selatan, dan lainnya lagi, jumlahnya duapuluh lembar lebih. Dan semua itu pun barang-barang yang harganya luar biasa.
Saking kagum, Oey Yong tidak mau melihat lebig lama, semua itu ia masuki ke dalam peti itu, lalu ditutup dengan rapi, kemudian sambil memeluk
dengkul, ia duduk bercokol di atasnya. Ia berpikir keras.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayahku pengumpul semua permata dan barang kuno, tetapi apa yang ia peroleh tidak ada satu sepersepuluh dari harta karun ini," pikirnya. "Kenapa Kiok Suheng ada demikian lihay hingga ia dapat memeproleh semua ini?"
Tidak sempat nona ini berpikir terus, ia mendengar suara nyaring Ciu Pek Thong, "He, keluar kamu semua! Mari kita pergi ke rumahnya kaisar untuk dahar Wanyoh Ngo-tin-kwee!"
"Kita pergi malam ini?" tanya Kwee Ceng.
"Lebih cepat satu hari lebih baik," berkata Cit Kong.
"Kalau kita berlambat, aku khawatir aku tak dapat bertahan lebih lama pula?"
"Suhu," berkata Oey Yong, "Paling cepat juga baru besok pagi kita dapat masuk ke dalam kota. Suhu jangan dengarkan ocehannya Loo Boan Tong!"
"Ya, sudah, sudahlah!" berkata Ciu Pek Thong.
"Memang sagalanya aku yang salah!"
Terus ia menutup mulutnya.
Besoknya pagi, Oey Yong berdua dengan Kwee Ceng mematangi nasi, lalu mereka sarapan bersama-sama Sa Kouw. Oey Yong memikirkan tempat yang aman untuk menyimpan harta karun itu.
"Sudah, mari kita lekas pergi!" Pek Thong mengajaki.
"Itu toh bukannya bendamu! Perlu apa kau capaikan hati?"
Si nona memikir, memang tempat itu adalah tempat yang paling aman. Bukankah harta karun itu sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berdiam di dalam kamar rahasia itu untuk belasan tahun" Maka ia lantas bekerja, menutup rapat pula pintu rahasia dan benahkan segala apa yang seperti bermula mereka datang.
Selama itu Sa Kouw tidak memperdulikan perbuatan orang, ia tidak tahu menahu, ia hanya lebih suka membuat main golok tajam itu.
Ketika mau pergi, Oey Yong memberikan uang perak dua potong.
Sa Kouw menerimanya untuk terus dilempar secara sembarangan ke atas meja.
"Jikalau kau lapar, pakailah uang ini untuk membeli beras dan daging," pesan Oey Yong.
Nona itu acuh tak acuh, ia cuma tertawa saja.
Oey Yong berduka sangat, ia mengasihi nona tolol itu ini. Ia mau percaya dia ada hubungannya sama Kiok Leng Hong, mungkin sanak atau muridnya suheng itu.
Ia pun tidak mengerti, orang tolol semenjak kecil atau hanya baru belakangan saja karena sesuatu serangan otak. Tadinya ia hendak mencari keterangan di kampung itu tetapi Ciu Pek Thong mendesak tak hentinya, terpaksa ia turut juga. Maka berempat mereka pergi menuju ke kota. Cit Kong tetap naik kereta.
Kota Lim-an ialah kota Hangciu yang tersohor indah, kota ini dijadikan kota raja oleh karena pemerintahan Song berpindah ke Selatan. Oey Yong berempat
memasuki pintu kota timur, Cit Kong mendesak untuk pergi ke istana kaisar, dari itu mereka menuju ke pintu Lee-ceng-mui.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong bertiga memandang istana, yang indah, yang berukir dan bergambar dan juga dicat merah dan air emas. Wuwungannya ditutup dengan genteng
kuningan yang berkilauan, yang pun diukir dengan naga-nagaan dan burung hong.
"Bagus!" Pek Thong berseru, kagum. "Mari kita masuk!"
Di muka istana ada serdadu-serdadu pengawal,
mereka mendengar suara berisik itu, mereka melihat seorang tua dan sepasang muda-mudi mengiringi kereta keledai, empat diantaranya lantas maju mendekati untuk menangkap. Mereka semua
bergenggaman kampak. Pek Thong si berandalan gembira sekali, tidak perduli orang bertibih kekar dan romannya garang, ia hendak maju melayani mereka itu.
"Jangan!" mencegah Oey Yong. "Mari kita lekas pergi!"
"Takut apa"!" mata Pek Thong mencelik. "Masa mereka dapat gegares aku?"
"Jikalau kau tidak mau dengar aku, lain kali aku tidak mau memperdulikan pula padamu!" kata Oey Yong yang terus mencambuk kedelai hingga keretanya menggelinding cepat ke arah barat.
Kwee Ceng lantas menyusul.
Pek Thong takut juga nanti ditinggal pergi hingga ia tidak dapat turut pesiar, ia turut pula berlalu dengan meninggalkan keempat pengawal pintu itu. Mereka ini tidak mengejar, hanya mereka menertawai. Mereka menduga itulah rombongan orang desa".
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong larikan keretanya ke tempat sepi di mana tidak ada lain orang, di situ ia berhenti.
"Kenapa tidak menerjang masuk ke istana?" kata Pek Thong. "Itu segala kantung nasi, mana mereka bisa mencegah kita?"
"Menerjang masuk memang tidak sukar," menyahut Oey Yong. "Tetapi kita datang ke mari untuk bertarung atau untuk pergi ke dapur raja untuk mencari barang makanan" Dengan menerjang masuk, kau
membuatnya gaduh, dengan begitu, mana bisa kau mendapatkan Wanyon Ngo-tin-kwee untuk guruku?"
Pek Thong berdiam, tak dapat ia menjawab.
"Baiklah, kembali aku yang salah!" katanya kemudian.
"Dasarnya salah!" kata Oey Yong.
"Ya, sudahlah!" kata pula si tua berandalan itu. Ia terus perbaling kepada Kwee Ceng untuk mengatakan:
"Wanita di kolong langit semuanya galak-galak, maka itu juga Loo Boan Tong tidak sudi menikah seumur hidupnya?"
Oey Yong tertawa. "Engko Ceng orang baik, orang tidak nanti menggalaki dia!" katanya.
"Kalau begitu, apakah aku bukannya orang baik?"
"Habis apa kau sebenarnya orang baik" Coba bilang, kau yang tidak hendak menikah atau si nona yang tak sudi menikah denganmu?"
Pek Thong miringkan kepalanya, ia tidak menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita mencari penginapan dulu," Kwee Ceng datang sama tengah. "Sebentar malam baru kita memasuki istana."
"Benar," kata Oey Yong. "Setelah suhu berdiam di hotel, nanti aku masak unntuk kamu dahar."
"Bagus, bagus!" Cit Kong memuji. Ia girang sekali.
Mereka lantas menuju ke Jalan Gie-gay, untuk
menyewa kamar di penginapan Kim Hoa. Oey Yong benar saja lantas pergi ke dapur itu untuk memasak tiga rupa barang hidangan, yang baunya lantas tersiar, hingga orang-orang di penginapan itu menanyakan pelayan, koki kesohor yang mana yang pandai masak itu.
Diwaktu bersantap, Pek Thong tidak turut. Ia
mendongkol dikatakan tak ada wanita yang sudi menikah dengannya. Tapi dia dibiarkan saja
ngambek".! Habis bersantap, Cit Kong masuk untuk tidur, Kwee Ceng mengajak Pek Thong jalan-jalan, Loo boan Tong tetap ngambek.
"Kalau begitu, baik-baiklah kau temani guruku," kata Oey Yong tertawa. "Sebentar aku belikan kau beberapa rupa barang bagus untuk kau buat main."
Mendengar itu, bangkit kegembiraan si berandalan tua itu.
"Apakah kau tidak mendustakan aku?" tanyanya.
"Pasti tidak!" si nona memberikan perkataannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika Oey Yong berlalu dari rumahnya di musim semi, pernah ia pergi ke kota Hangciu ini, yang letaknya dekat dengan Tho Hoa To, hanya karena khawatir dapat disusul ayahnya, ia tidak berani berdiam lama-lama di situ, sekarang ia luang tempo, dia mengajak Kwee Ceng pesiar ke telaga See Ouw yang tersohor itu.
Biar bagaimana, Kwee Ceng nampak tidak terlalu gembira. Oey Yong melihat itu, ia menduga itulah disebabkan si pemuda memikirkan sakitnya Cit Kong.
Maka ia berkata: "Suhu bilang ada serupa barang yang dapat menyembuhkan penyakitnya, hanya itu sangat sukar didapatkannya, bahkan ia melarang kita
menanya barang apa itu. Biar bagaimana, aku hendak berdaya untuk mendapatkannya, buat mengobati dia hingga sembuh!"
"Yong-jie, itulah paling bagus!" kata Kwee Ceng girang. "Apakah kau merasa pasti akan bisa mendapatkannya itu?"
"Aku tengah memikirkan jalannya. Tadi sebelum bersantap, pernah aku menanyakan keterangan suhu.
Disaat suhu hendak memberitahu, tiba-tiba ia sadar, lantas ia bungkam. Tapi aku akan berdaya mengorek keterangannya."
Kwee Ceng tahu kekasihnya cerdik, hatinya menjadi lega.
Sembari berbicara, mereka tiba di Toan-kio, jembatan buntung di tepi telaga. Inilah salah satu tempat yang kesohor di See Ouw, dimana orang bisa mendapat lihat sisa salju, cuma karena sekarangt musim panas, yang terlihat ialah pohon-pohon teratai dengan bunganya yang tumbuh di kolong jembatan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mari kita minum di sana sambil memandangi bunga teratai," Oey Yong mengajak. Di tepian itu ia melihat sebuah rumah makan kecil yang nampaknya resik.
Kwee Ceng akur, maka berdua mereka pergi ke rumah makan itu. Mereka meminta arak dan beberapa rupa barang santapan yang rasanya lezat.
Sembari minum, Oey Yong memandang ke sekitarnya.
Ia mendapatkan di jendela timur ada sebuah kesokol, yang ditutupi dengan kain indah. Ia lantas mendekati itu. Nyata di bawahnya itu ada tulisan yang berupa syair.
"Syairnya indah juga," katanya.
"Apakah artinya itu?" tanya Kwee Ceng.
Oey Yong memberi penjelasan, tetapi anak muda itu tak ketarik hatinya. Ia kata; "Di sini kota raja, segala menteri luang temponya, mereka main minum arak dan pesiar saja. Rupanya urusan negara mereka kesampingkan"."
"Benar begitu," sahut Oey Yong. "Maka itu ayahku paling jemu semua orang semacam mereka. Umpama ayah dapat membaca syair ini, mungkin ia cari penulisnya untuk menebas tubuhnya menjadi dua potong"."
Tiba-tiba di belakang mereka ada orang tertawa dingin yang berkata: "Jiwi tahu apa maka kamu bicara semabarangan di sini?"
Kwee Ceng berdua menoleh dengan cepat. Mereka melihat seorang dengan dandanan sebagai sastrawan, umurnya kurang lebih empatpuluh tahun, yang masih saja tertawa dingin. Kwee Ceng lantas memberi hormat dan berkata: "Aku yang rendah tidak mengerti,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tolong tuan menjelaskannya."
"Kau tahu inilah buah kalam istimewa dari Thayhaksu Jie Kok Po dari tahun Sun-hie," kata orang itu. "Ketika itu Kaisar Hauw Cong datang ke mari untuk minum arak, dia dapat melihat syair itu, dia puji tinggi, lalu di itu hari juga ia memberikan pangkat kepada Jie Kok Po karena karyanya itu. Itulah untuk bagus dari seorang sastrawan. Maka kenapa jiwi bicara sembarangan saja?"
"Jadi kesokol ini pernah dilihat kaisar maka tuan rumah menutupinya?" tanya Oey Yong.
"Bukan itu saja!" kata orang itu, tetap tertawa dingin.
"Coba lihat itu bagian kata-kata 'Besok datang kembali dengan sisa mabuk': Bukankah pada itu ada dua tanda hurufnya yang diubah?"
Oey Yong berdua Kwee Ceng mengawasi. Benar
mereka mendapatkan dua huruf perubahan itu.
"Sebenarnya Jie Kok Po menulis, 'Besok datang pula dengan membawa sisa arak,' tetapi kaisar cela itu, katanya pandangannya cupat, lalu ia mengubahnya yaitu huruf 'bawa' ditukar dengan huruf 'mendukung'
dan huruf ' arak' ditukar dengan huruf 'mabok'.
Sebenarnya Jie Kok Po menulis, 'Besok datang pula dengan membawa sisa arak'. Kalau kaisar tidak pintar, mana dapat ia mengubah itu?"
Habis berkata orang itu menggeleng kepala dan menghela napas.
"Ha, satu kaisar begitu gila arak!" seru Kwee Ceng dengan gusar, dan ia dupak terbalik kekosol itu, hingga rusak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak masih kecil Kwee Ceng telah mendengar
keterangan ibunya perihal kekejaman bangsa Kim, ia menyangka itu hanya disebabkan kelemahannya
kerajaan Song, maka ia mengharap, sepindahnya ke Selatan, raja nanti bergiat memajukan negera, untuk menuntut balas, siapa tahu, raja gila pelesiran. Maka dalam gusarnya, ia hajar sekosol ini, terus ia jambak si sastrawan, untuk dijoroki, hingga ia roboh masuk ke jambangan arak. Kepala di bawah, kaki di atas!
"Bagus!" Oey Yong berseru. Ia sambar kedua kaki meja dan patahkan itu, lalu dengan sepasang kaki meja itu, ia menghajar kalang-kabutan.
Pemilik rumah makan dan tetamu lainnya, yang tidak tahu telah terjadi apa, lari keluar dengan ketakutan.
Kwee Ceng lantas mengamuk seperti Oey Yong,
akhirnya ia hajar sebuah tiang hingga tiang itu patah dan rumah makan itu ambruk. Setelah itu keduanya tertawa, sambil berpegangan tangan, mereka ngeloyor ke Utara. Tidak ada orang yang berani menyusul mereka.
"Puas juga sekarang!" kata Kwee Ceng di tengah jalan. Ia tertawa pula.
"Ya, apa yang kita lihat dan tak menyenangi, mari kita hajar!" Oey Yong membenarkan.
"Bagus begitu!"
Jalan lebih jauh di sepanjang jalan itu mereka nampak banyak syair, di batu, di pohon, di tembok. Melihat itu, Kwee Ceng menghela napas.
"Kalau begini, tak bisa kita menghajar semua," ia bilang. "Kau cerdik, Yong-jie, kau ada punya daya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
apa?" "Aku lihat ada syairnya yang baik," sahut si nona.
"Ah, peduli apa!"
Selagi bicara, mereka tiba di puncak Hui Lay Hong. Di tengah itu ada paseban Cui Bie Teng tulisannya Jenderal Han See Tiong. Girang Kwee Ceng melihat itu, sebab Han See Tong ialah panglima tersohor yang menentang bangsa Kim. Ia bertindak masuk ke dalam paseban itu.
Di dalam itu ada sebuah syair tulisan Han See Tiong.
"Bagus syair ini!" Kwee Ceng memuji.
"Sebenarnya itulah syairnya Bu Bok Ong Gak Hui,"


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Oey Yong. "Eh, mengapa kau ketahui itu?"
"Ayah pernah menuturkan itu padaku. Tempo tahun Ciauw-hin ke 11 di musim dingin, Gak Bu Bok difitnah dan dihukum mati oleh Cin Kwee, lalu di lain tahunnya di musim semi, Han See Tiong membangun paseban ini sebagai tanda peringatan dan ia menuliskan syairnya Bu Bok itu, yang terus diukir."
Kwee Ceng mengagumi panglima kenamaan itu, lama ia berdiri diam mengawasi syairnya, yang pun ia usap-usap. Sedang begitu, mendadak Oey Yong mendak seraya menarik ujung bajunya, hingga ia mesti mengikuti, masuk ke dalam gombolan pohon bunga. Di situ pundaknya di tekan, hingga ia berjongkok seperti si nona.
Hampir di itu waktu, mereka mendengar tindakan kaki
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memasuki paseban itu. "Han See Tiong itu memang seorang enghiong,"
berkata seorang. "Tetapi istrinya pun gagah meski istri itu asal bunga raja. Bukankah ia telah turut maju di medan perang dan telah memukul tambur untuk
mengajurkan suaminya memperoleh kemenangan?"
Kwee Ceng mengenali suara itu tetapi tak ingat ia suara siapa itu.
"Gak Hui dan See Tiong memang enghiong tetapi mereka kalah dengan kaisar," kata seorang lain.
"Bukankah kaisar menghendaki kematiannya dan semua kekuasaannya atas angkatan perang telah ditarik pulang" Mereka gagah tetapi mereka mesti menerima nasib. Demikian pengaruh kaisar, yang tak dapat ditentang!"
Sekarang Kwee Ceng ingat suaranya Yo Kang. Ia heran. Ia menduga-duga, mengapa pemuda ini berada di tempat ini.
Justru itu terdengar satu suara lain, yang seperti cecer pecah, hingga ia bertambah heran dan kaget. Itulah suaranya See Tok Auwyang Hong si Bisa dari Barat.
Kata Auwyang Hong: "Benar! Asal kaisar gelap pikiran yang bertahta dan segala dorna memegang
kekuasaan atas pemerintahan tak peduli satu
enghiong terbesar, ia tak ada gunanya!"
"Maka kalau raja bijaksana," berkata orang yang pertama, "Pastilah orang-orang seperti Auwyang Sianseng bakal dapat memperlihatkan kegagahan dan kepandaiannya!"
Kwee Ceng mengenali suara orang ini, ialah Wanyen Lieh, putra keenam dari negara Kim atau musuh yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membunuh ayahnya. Tadi, dalam tempo pebdek, ia tak segera mendapat ingat.
Mereka berdiam tidak lama di dalam paseban, habis bicara dan tertawa, mereka berlalu pula.
"Coba duga," kata Kwee Ceng pada Oey Yong setelah mereka itu pergi jauh, "Apa maksud mereka datang ke Lim-an ini" Dan adik Kang, kenapa ia ada bersama mereka itu?"
"Memang sudah lama aku melihatnya adikmu itu bukan orang baik-baik, kau tetap membilang ia turunan orang gagah," menyahut si nona. "Baru sekarang kau mengerti! Kalau ia benar orang baik, kenapa dia bergaul sama See Tok dan pangeran musuh itu?"
"Aku juga tidak mengerti," kata Kwee Ceng.
Oey Yong lantas menyebut hal yang ia dengar di ranggon Hoa Cui Kok di istana Chao Wang baru-baru ini. Ia menambahkan: "Wanyen Lieh telah
mengumpulkan Pheng Lian Houw dan kambratkambratnya, maksudnya untuk mencari surat wasiat Gak Bu Bok, maka mau aku menduga surat wasiat itu mesti berada di dalam kota Lim-an ini. Sungguh celaka rakyat Song kita apabila surat wasiat itu benar-benar terjatuh di tangan mereka itu!"
Tergetar hatinya Kwee Ceng. Memang itulah hebat.
"Yong-jie," katanya. "Kita mesti mencegah mereka berhasil mencuri surat wasiat itu!"
"Hanya sulitnya mereka itu ada bersama si Bisa dari Barat itu?"
"Apakah kau jeri?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Apakah kau sendiri tidak takut?"
"Memang aku takut terhadap See Tok, tetapi urusan ada begini besar, karenanya tak dapat kita main takut saja."
Oey Yong tertawa. "Kau tidak takut, aku juga tidak takut!" katanya.
"Bagus! Sekarang mari kita susul mereka!"
Mereka berlalu dari paseban itu, tetapi mereka tak dapat menyandak Wanyen Lieh bertiga, dan sia-sia saja mereka ubak-ubakan di dalam kota. Hangciu kota besar, dalam tempo yang singkat, kota itu tak dapat diputari seluruhnya. Maka itu setelah setengah harian dan sang sore mendatangi, mereka pergi ke taman Bu Lim Wan di Tiong-wa-cu.
Oey Yong melihat sebuah toko yang menjual pelbagai macam topeng, yang lukisannya bagus dan hidup, ia menjadi ketarik hatinya. Ia ingat janjinya kepada Ciu Pek Thong, yang ia hendah membelikan sesuatu, maka ia masuk ke dalam toko itu, dengan
mengeluarkan lima chie, ia dapat membeli belasan topeng, seperti dari Ciong Hiok si raja setan, hakim neraka, toapekkong dapur, malaikat tani, serdadu langitdan hantu lainnya. Semua itu dibungkus jadi satu.
"Entah rumah makan apa itu?" kata Oey Yong. Ia mendapat cium bau makanan lezat dari restoran di sebelah toko topeng itu.
"Rupanya jiwi bukan orang sini maka jiwi tidak ketahui," berkata pelayan toko tertawa. "Itulah restoran Sam Goan Lauw, yang kesohor nomor satu di kota
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kita. Jangan jiwi melewatkan kesempatanmu ini!"
Oey Yong ketarik hatinya, ia menyambuti topengnya, lantas ia tarik tangan Kwee Ceng untuk diajak pergi.
Rumah makan itu dipajang indah, catnya pun bagus.
Diatas lauwtengnya ada dipanjar banyak tengloleng. Di pekarangannya dalam ada pohon-pohon bunga dan lainnya. Setibanya mereka di lauwteng, pelayan menyambut mereka dengan manis, menunjuki mereka tempat duduk. Kemudian, setelah dapat pesanan makanan, pelayan itu mengundurkan diri.
Dari terangnya api, Kwee Ceng melihat beberapa puluh bunga raja dengan pakaiannya yang mewah berkumpul di samping lorong. Ia heran. Ia hendak menanyakan pelayan atau mendadak ia tunda
maksudnya itu, sebab kupingnya segera mendapat dengar satu suara dari balik tembok: "Baik juga! Coba suruh mereka bernyanyi menemani kita minum arak!"
Itulah suaranya Wanyen Lieh.
Kwee Ceng dan Oey Yong saling merilik. Di dalam hatinya mereka kata: "Bagus!"
Mereka telah mencari berputaran, tak tahunya orang ada disini.
Lalu terdengar suara memanggil dari pelayan, atas mana satu nona bunga raja menyahuti lantas datang menghampirkan. Dia bertindak elok dan tangannya memegang kecrek. Tidak lama kemudian, sudah
terdengar suara bernyanyi yang merdu, nyanyian yang memujikan sungai Cian-tong dan kotanya yang indah.
"Bagus!" demikian terdengar pujiannya Wanyen Lieh dan Yo Kang diakhirnya lagu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Habis itu terdengar ucapan terima kasih dari si tukang nyanyi, yang lantas mengundurkan diri dengan
gembira, rupanya ia mendapat persenan besar.
"Anak," kemudian terdengar suara Wanyen Lieh. "Kau tahu tidak, syairnya Liu Eng itu ada hubungannya sama negara Kim yang besar?"
"Anak tidak tahu, coba ayah menjelaskannya,"
terdengar jawabannya Yo Kang.
Mendengar orang saling memanggil anak dan ayah, Kwee Ceng dan Oey Yong saling melirik. Kwee Ceng berdongkol berbareng masgul. Kalau bisa, ingin ia menjambak Yo Kang, untuk paksa ia memberi
keterangan. Yang dibilang syairnya Liu Eng itu ialah syair "Bong Hay Tiauw" atau "Memandang gelombang" yang tadi dinyanyikan si nona tukang nyanyi itu.
Lantas terdengar penjelasan Wanyen Lieh. "Di dalam tahun Ceng-liong dari negara Kim yang agung.
Junjungan kita Liang telah melihat syairnya Liu Eng itu yang memuji telaga See Ouw. Karena ini, ketika dikirim utusan ke Selatan, sekalian dikirim juga seorang pelukis, buat dia menggambar panorama kota Lim-an dalam mana dilukiskan juga Junjungan kita lagi berdiri bersama kudanya di puncak bukit Gouw San,
kemudian Junjungan sendiri yang menulis syair di dalam gambar itu, syair yang menguraikan ia
membawa angkatan perang ke See Ouw dan ia berdiri di puncak ke satu dari bukit Gouw San itu."
"Sungguh bagus!" Yo Kang memuji.
Kwee Ceng meremas tangannya sendiri saking
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendongkolnya. Lalu terdengar Wanyen Lieh menghela napas yang berkata dengan menyesal: "Sayang tak tercapai cita-cita Junjungan Lian membawa angkatan perang ke Selatan untuk mendaki puncak Gouw San itu, meski begitu, cita-cita itu sekarang akan ditelad oleh anak cucunya. Cita-cita luhur dari Junjungan itu terbukti dengan syair yang ia tulis pada sebuah kipas, bunyinya, 'Kalau gagang kipas ada di tangan, maka angin sejuk akan memenuhi kolong langit'."
Di waktu mengucap begitu, pastilah semangat Wanyen Lieh tengah tersengsam.
Setelah itu terdengar tertawa nyaring dari Auwyang Hong, yang berkata: "Kalau di lain hari ongya yang memegang kekuasaan besar pastilah akan tercapai itu cita-cita berdiri di puncak gunung Gouw Wan!"
"Semoga terjadi apa yang sianseng katakan," kata Wanyen Lieh perlahan. "Di sini ada banyak mata dan kuping, mari kita minum saja."
Sampai di situ, bertukarlah pokok pembicaraan mereka itu bertiga. Mereka berbicara tentang keindahan tempat dan adat kebiasaan penduduknya.
"Mereka minum dengan gembira sekali, aku justru akan membikin mereka tidak gembira!"
Oey Yong berbisik di telinga Kwee Ceng, yang ia terus ajak pergi ke taman belakang. Di sini si nona menyulut api, untuk membakar gudang kayu di empat penjuru, maka di lain saat, berkobarlah api itu merupakan satu kebakaran!
Dalam sekejap berisiklah suara orang yang berteriakTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
teriak dari berlari-larian: "Kebakaran! Kebakaran!
Tolong! Padamkan api!"
"Mari lekas ke depan!" si nona membisiki lawannya.
"Nanti mereka keburu lenyap lagi!"
"Malam ini mesti aku berhasil menikam mampus Wanyen Lieh!" kata Kwee Ceng sengit.
"Tapi kita mesti temani suhu masuk dulu ke istana,"
kata Oey Yong. "Kemudian kita minta Ciu Toako layani See Tok, supaya kita leluasa menghadap itu sepasang manusia celaka!"
"Benar!" kata Kwee Ceng setuju.
Mereka lantas turut berdesakan pergi ke depan dimana justru Wanyen Lieh bersama Yo Kang dan Auwyang Hong terlihat lagi keluar dari rumah makan.
Mereka menguntit dari kejauhan, melintasi sejumlah jalan dan gang, sampai di penginapan Siang Hong di See-sie-tiang. Sekian lama mereka menantikan, tidak juga Wanyen Lieh keluar, maka mereka menduga
tentulah tiga orang itu mondok di hotel itu.
"Mari kita pulang, setelah mengajak Ciu Toako, baru kita satroni pula mereka!" kata Oey Yong.
Kwee Ceng menurut. Mereka pulang ke penginapan Kim Hoa. Baru sampai di depan penginapan, mereka sudah dengar suara berisik dari Ciu Pek Thong, Kwee Ceng kaget, ia khawatirkan luka gurunya. Ia lari masuk. Tiba di pekarangan, hatinya lega. Di sana Pek Thong lagi berselisih sama beberapa anak-anak. Nyata dia kalah bertaruh dan hendak menganglap dan anak-anak itu tidak mau mengerti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat Oey Yong, karena takut ditegur, Pek Thong lantas ngeloyor masuk.
Oey Yong berdua Kwee Ceng mengikuti, sesampainya di dalam, si nona mengeluarkan macam-macam
topeng yang ia beli itu, ia perlihatkan pada si orang tua.
Pek Thong gembira, ia pakai itu satu demi satu, hingga sebentar ia jadi hakim neraka, sebentar ia jadi hantu.
Oey Yong lantas bicara. Ia minta sebentar si tua itu membantu ia untuk menghadapi Auwyang Hong.
"Baik!" Pek Thong menjawab. "Sebentar aku lawan dia dengan kedua tanganku, dengan dua macam ilmu silat juga!"
Oey Yong khawatir si tua ini nanti berlaku seperti di Tho Hoa To, sebab menghukum diri disebabkan
menggunai ilmu silat Kiu Im Cin-keng, dia sudah ikat kedua tangannya untuk bertempur sama ayahnya.
Maka itu ia lantas berkata: "See Tok itu manusia sangat busuk, kalau kau gunai Kiu Im Cin-keng untuk menghajar dia, kau tentu tidak melanggar larangan kakak seperguruanmu!"
"Ah, itu tidak dapat!" menampik Ciu Pek Thong sambil membuka lebar matanya. "Aku toh sudah menyakinkan ilmu silat baru tanpa menggunai Kim Im Cin-keng itu."
Oey Yong tidak mau memaksa. Ia khawatir si tua itu nanti ngambek.
Siang hari itu, hatinya Ciu Pek Thong sudah seperti berada di dalam dapur istana. Maka begitu tiba jam dua, Kwee Ceng lantas menggendong gurunya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan sambil jalan diatas genteng, berempat mereka pergi ke istana, menuju langsung ke dapur, yang berada di belakang bukit Liok Pouw San dan dekat dengan pendopo istana Kee-beng-thian. Pendopo ini ialah tempat menyiapkan barang hidangan untuk raja.
Istana terjaga kuat tapi di tengah malam seperti itu, dapur sepi, cuma apinya yang terang menderang.
Beberapa orang kebiri menjaga di situ tapi mereka ini sudah keburu tidur pulas.
Kwee Ceng mendudukkan Ang Cit Kong di atas
penglari. Oey Yong bersama Ciu Pek Thong
menggerataki almari untuk mencari barang hidangan seadanya, maka dilain saat, berempat mereka sudah menggoyang janggut.
"Ah, pengemis bangkotan, barang makanan di sini mana lebih lezat daripada masakannya Nona Oey,"
kata Pek Tong menggeleng kepala. "Jauh-jauh kau datang kemari, habisnya tak menggembirakan"."
"Sebenarnya aku ingin dahar Wanyon Ngo-tin-kwee, sayang kokinya entah pergi kemana," sahut Ang Cit Kong. "Yang ada di sini ialah barang makanan biasa, ini memang kurang lezat. Baik besok kita bekuk itu koki dan suruh ia memasaki."
"Aku tidak percaya dia dapat menangkan masakan Nona Oey!" kata pula Pek Thong.
Oey Yong tertawa. Ia tahu dia dipuji, sebab Pek Thong bersyukur sudah dibelikan topeng.
"Aku mau berdiam di sini menantikan koki itu," kata Cit Kong. "Kalau kau tidak gembira, pergilah kau bersama anak Ceng, biar anak Yong menemani aku. Besok malam baru kau datang menyambut aku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong membekal topengnya, ia pakai topeng malaikat kota.
"Tidak, aku akan ebrdiam di sini menemani kau!"
katanya tertawa. "Besok aku akan pakai topeng ini untuk menemui raja! Saudara Kwee dan nona Oey, kamu awasi See Tok jangan sampai ia berhasil
mencuri surat wasiatnya Gak Bu Bok."
"Loo Boan Tong benar, maka pergilah kamu lekas,"
kata Ang Cit Kong. "Asal kamu waspada."
Muda-mudi iru menyahuti bahwa mereka akan taati pesan itu.
"Malam itu jangan tempur si tua bangkotan yang berbisa, tunggu saja besok, lihar aku!" Pek Thong memesan pula.
"Meskipun kita tidak menang, kita mesti tempur dia,"
Oey Yong bilang. Lalu bersama Kwee Ceng ia berlalu, maksudnya pergi ke penginapan Siang Hong untuk mengintai Wanyen Lieh bertiga. Dua pendopo istana telah dilewati ketika si nona merasakan hawa dingin serta kupingnya mendengar suara air. Angin halus pun membawa datang harumnya bunga.
Oey Yong memang paling menggemari bunga,
mendapat cium bau semerbak itu, ia lantas berpikir di istana ini, di dekatnya, bunga-bunga di istana mestinya beraneka warna, maka itu, mesti ia melihatnya. Karena ini ia tarik tangannya Kwee Ceng, buat ajak si anak muda pergi mencari pohon bunga itu.
Tidak gampang untuk muda-mudi ini sampai di tempat tujuannya, mereka hanya merasai hawa semakin
dingin dan suara air makin keras dan berisik. Mereka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jalan terus sampai melewati dua lorong panjang dan menikung, lalu sampai di satu tempat di mana ada ditaman rapi banyak pohon cemara dan pohon bambu, hingga suasana di situ menjadi teduh ayem.
Oey Yong bergembira. Ia dapatkan jalanan di dalam istana ini kalah dengan jalanan di Tho Hoa To, pulaunya itu, tetapi pepohonannya tidak usah
menyerah. Ketika ia jalan beberapa tindak, di hadapannya ia melihat air tumpah turun dari gunung putih bagaikan rantai perak, jatuhnya ke sebuah pengempang lebar. Di dalam empang itu kedapatan banyak pohon teratai dengan bunganya yang merah dan putih. Di depan empang ada sebuah paseban indah dengan merknya Cui Han Tong.
Tanpa sangsi-sangsi, Oey Yong bertindak masuk ke dalam paseban itu di mana di bagian depannya terlihat banyak macam bunga musim panas, seperti melati, giokkui dan ang-ciauw yang harum, dan di sebelah belakangnya ada di pasang hio wangi dan dupa, yang menambah harumnya pesaben itu. Di atas meja pun tersajikan banyak macam buah, seperti obi teratai, semangka, tho dan lainnya. Di atas kursi ada beberapa buah kipas. Mungkin tempat raja berangin sebelum raja itu masuk tidur.
"Sungguh raja berbahagia!" Kwee Ceng mengeluh.
"Nah, kau pun mencobai menjadi raja barang satu kali!" kata Oey Yong tertawa seraya ia tarik tangan si anak muda itu, untuk orang bercokol di atas
pembaringan, kemudian ia ambil beberapa rupa buah, ia menyuguhinya sambil berlutut dan berkata:
"Silahkan Sri baginda bahar bebuahan!"
Kwee Ceng tertawa, sambil tangannya mengambil buah piepee, ia berkata: "Silahkan bangun!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Salah!" berkata Oey Yong. "Raja tidak pernah mengatakan silahkan bangun, itu terlalu sungkan!"
Kwee Ceng tertawa pula, begitu pun si nona.
Selagi mereka gembira itu, hingga mereka seperti lupa daratan, dari kejauhan terdengar bentakan: "Siapa di sana"!" Keduanya menjadi kaget, serentak mereka berlompat, untuk terus sembunyi di belakang gunung-gunungan.
Teguran itu disusul sama tindakan cepat dan berat dari dua orang, mendengar tindakan mana lega hatinya si pemuda dan pemudi itu.
"Jangan pedulikan mereka!" Oey Yong berbisik. "Dua kantong nasi itu tidak bakal menemui kita!"
Itu waktu lantas terlihat dua orang, yang tubuhnya besar, tiba di paseban, tangan mereka masing-masing mencekal sebatang golok. Mereka itu lantas
celingukan. Cuma sebentar, yang satu lantas tertawa.
"Ah. Lao Su, kau melihat setan!" katanya.
"Ya, dalam beberapa hari ini mataku seperti lamur!"
sahut kawannya yang dipanggil Lao Su itu, artinya Su si tua.
Kemudian dua orang itu mengundurkan diri.
Oey Yong tertawa di dalam hatinya, lalu ia menarik tangan Kwee Ceng niatnya untuk diajak keluar, tetapi belum lagi mereka muncul dari tempat
persembunyiannya mereka itu, kuping mereka
mendapat dengar seruan tertahan dari dua centeng istana itu, benar suara itu perlahan akan tetapi si noa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan si pemuda mengerti, itulah suara dari orang yang kena ditotok jalan darahnya. Mereka lantas berpikir:
"Tentu Ciu Toako tak sabaran, dia pun lantas keluar pesiar!"
"Itu paseban di samping air tumpah ialah Cui Han Tong!" tiba-tiba Oey Yong dan Kwee Ceng mendnegar suara orang, perlahan. "Mari kita pergi ke sana."
Muda-mudi ini terperanjat. Mereka mengenali
suaranya Wanyen Lieh. keduanya saling menjabat tangan erat-erat, terus mereka menyembunyikan diri mereka. Tubuh mereka tidak berkutik, tetpai mata mereka dipasang, diincarkan ke depan.
Di antara sinar bintang-bintang terlihat beberapa tubuh orang, bahkan lantas dikenali, kecuali Wanyen Lieh dan Auwyang Hong, ada Pheng Lian Houw, See
Thong Thian, Leng Tie Siangjin dan Nio Cu Ong.
"Heran, mau apa mereka datang ke istana?" pikir muda mudi ini. "Tak mungkin mereka pun hendak mencuri barangan makanan raja?"
"Siauw-ong telah meneliti surat yang ditinggalkan Gak Bu Bok," terdengar suaranya Wanyen Lieh, "Juga siauw-ong telah periksa surat-surat dua kaisar Kho Cong dan Hauw Cong, mak aitu berani siauw-ong memastikan surat wasiat Gak Bu Bok itu mestinya disimpan di sini, lima belas tindak di Timur Cui Han Tong ini."
Sembari berkata pangeran Kim itu menunjuk dengan tangannya, maka semua kawannya memandang ke
arah tempat yang di tunjuk itu. Di sana adalah air tumpah, tidak ada benda lainnya.
"Di dalam air tumpah mana bisa di simpan barang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berkata Wanyen Lieh heran, "Toh bukti-bukti memastikan demikian?"
See Thong Thian pandai berenang, julukannya pun Kwie-bun Liong Ong, si Raja Naga Pintu Setan, maka ia lantas berkata: "Nanti aku terjun akan memeriksa air tumpah ini."
Cepat ia bersiap, atau ia sudah terjun ke dalam air.
Tidak lama, ia sudah timbul pula dan terus mendarat.
Semua kawannya menghampirkan padanya.
"Ongya benar pandai!" kata orang she See ini. "Di belakang air tumpah ini ada sebuah gua dengan pintunya besi yang terkunci."
Wanyen Lieh menjadi sangat girang.
"Surat wasiat Gak Bu Bok mesti di simpan di dalam gua itu!" katanya nyaring. "Sekarang siauw-ongya minta tuan-tuan suka pergi membuka pintu besi itu."
Titah ini tak usah diulangi atau orang sudah lantas berlompat maju untuk memasuki air tumpah itu, kecuali Auwyang Hong yang dengan tertawa dingin berdiam terus di sisinya si pangeran Kim itu. Ia merasa derajatnya lain, tak sudi ia berbuat seperti kawan-kawan itu.
See Thong Thian maju paling dulu. Begitu ia melewati air tumpah, mendadak ada angin menyambar
padanya. Dia lihay tetapi dia tidak menyangka jelek, maka itu hendak ia berkelit, atau segera tangan kirinya kena orang cekal terus ditolak dengan keras, hingga ia terpental balik menubruk Nio Cu Ong!
Syukur, dua-dua mereka lihay, keduanya tidak terluka, mereka melainkan terhuyung mundur.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang heran, tetapi sementara itu, untuk kedua kalinya, See Thong Thian sudah menyerbu pula air tumpah itu. Ia penasaran dan kali ini ia berseiap sedia.
Ia melindungi mukanya. Benar saja, baru ia lewati air, atau sebuah kepalan sudah meninju kepadanya.
Karena ia sudah bersedia, ia menangkis dengan tangan kirinya seraya kepalan tangan kanan dipakai membarengi menyerang membalas.
Ketika itu Nio Cu Ong pun menyerbu air tumpah itu, hanya untuk kagetnya, ia dipapaki tongkat. Ia kaget, ia tidak sempat menangkis, maka itu ia berkelit dengan melenggakan tubuhnya. Tentu sekali, karenanya, ia roboh ke air dan kena ditarik. Celaka untuknya, kakinya kena tergaet. Dasar lihay, ia masih sempat lompat keluar dari air tumpah.
Berbareng dengan itu, See Thong Thian pun mesti keluar lagi karena ia kena didesak tinju yang dahsyat.
Hauw Thong Hay telah menyaksikan semua itu. Ia sembrono, maka itu ia tidak ingat bahwa ilmu silat ia kalah dari See Thong Thian, sang kakak seperguruan, ia lantas maju. Ia mau mengandalkan kepandaiannya bisa berenang dan di dalam air bisa membuka
matanya. Pheng Lian Houw menginsyafi bahaya yang
mengancam bahaya yang mengancam kawan ini,
hendak ia memberikan bantuannya, tapi belum sempat ia maju, atau suatu benda besar dan hitam sudah mental keluar dari air tumpah itu, jatuh ke tanah dengan suara gedebuk nyaring, yang mana disusl sama jeritannya Hauw Thong Hay, sebab dialah yang melayang dan roboh itu.
Lian Houw lantas lompat menghampirkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Perlahan, saudara Hauw!" ia memperingati, berbisik.
"Kau kenapa?" "Celaka, kempolanku kena terhajar!" sahut Sam-tauw-kauw Si Ular Naga Kepala Tiga.
Lian Houw kaget dan heran dan merasa lucu juga.
"Sebenarnya telah terjadi apa?" ia menegasi. Ia meraba kempolan orang, di situ ia tidak merasa ada yang luar biasa. Ia teliti, tentu ia tidak mau sembarang menyerbu air tumpah itu. Maka ia menanya pula: "Ada orang di dalam" Siapakah dia?"
"Mana aku tahu?" sahut Thong Hay ketus. Ia kesakitan dan mendongkol. "Begitu aku masuk begitu aku terhajar keluar!"
Lian Houw tercengang. Justru itu Leng Tie Siangjin, dengan jubahnya berkibaran, memasuki air tumpah itu, atau dilain saat dia perdengarkan suaranya dalam bahasa Tibet, dia berbicara sambil berseru-seru dan terdengar juga suara pertarungannya.
Maka teranglah ia pun dapat sambutan dan jadi berkelahi.
Wanyen Lieh semua saling mengawasi, mereka
terbenam dalam keheranan. Tidak tahu mereka, ada musuh siapa di dalam air tumpah itu. Menurut See Thong Thian dan Nio Cu Ong, mereka samar-samar melihat sepasang pemuda-pemudi, si pemuda dengan tangan kosong, si pemudi dengan tongkat.
Kembali terdengar teriakan Leng Tie Siangjin, teriakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemurkaan. Rupanya dia pun "menderita?"
"Kenapa Siangjin juga begini tidak tahu selatan?" kata Wanyen Lieh sambil mengerutkan kening. "Dia membikin banyak berisik, bagaimana kalau pahlawan-pahlawan raja dapat mendengarnya" Dengan begitu masih bisakah kita mencuri wasiat?"
Baru berhenti suaranya pangeran ini atau mereka melihat air tumpah membawa serupa benda merah, yang segera juga dikenali jubah suci dari Leng Tie Siangjin, menyusul mana, dengan diberikuti suara air, dua cecernya orang suci ini terlempar keluar dari dalam air tumpah itu.
Hauw Thong Hay khawatir cecer itu jatuh dengan menerbitkan suara berisik, ia lomat untuk
menangkapinya. Dari dalam air tumpah lagi sekali terdengar dampratan Leng Tie Siangjin, hanya kali ini disusul sama mencelatnya tubuhnya yang besar, akan tetapi karena ia lihay, ketika ia tiba di luar, ia dapat berdiri dengan tegar.
"Itulah bocah dan budak yang kita ketemukan di perahu!" Leng Tie kata dengan sengit.
Bab 48. Apa yang nampak dari tempat sembunyi Kwee Ceng dan Oey Yong, yang bersembunyi di
belakang gunung, mendengar nyata pembicaraannya Wanyen Lieh beramai. Karena mereka itu hendak mencuri surat wasiat Gak Hui, mereka takut sekali surat wasiat itu kena didapatkan pangeran itu. Inilah hebat. Dengan menggunai siasatnya Gak Hui itu, pasti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bangsa Kim bakal berhasil menyerbu negara Song.
Bagaimana itu bisa dicegah" Diantara orang-orangnya Wanyen Lieh pun ada Auwyang Hong yang lihay. Oey Yong mencoba mencari akal, untuk membikin mereka itu kaget dan nanti lari kabur. Kwee Ceng sebaliknya tidak sabaran, karena tidak ada tempo lagi untuk berpikir lama-lama atau mengatur tipu. Akhirnya pemudi ini menarik tangan si pemuda, untuk diajak pergi ke belakang air tumpah. Mereka sampai di sana tanpa ada yang lihat dan tanpa ada yang dengar, sebab tumpahnya air sangat berisik.
Muda-mudi ini telah siap sedia ketika See Thong Hay mencoba memasuki air tumpah itu, dengan gampang dia dihajar kembali. Hasilnya penolakan ini membikin mereka berdua jadi heran dan kagum, girang sekali.
Itulah buahnya pernyakinan mereka atas ilmu Ie-kin Toan-kut Pian.
Demikian mereka menghajar Hauw Thong Hay dan
akhirnya Leng Tie Siangjin hingga pendeta Tibet ini mencaci kalang kabutan.
"Engko Ceng, mari lekas!" Oey Yong mengajak. "Mari kita keluar dan berteriak-teriak, biar kawanan pahlawan pada datang kemari, dengan begitu mereka ini tentulah tak dapat bekerja terlebih jauh melakukan pencurian!"
Oey Yong berkata berpikir demikian sebab ia percaya, habis Leng Tie Siangjin, Auwyang Hong bakal turun tangan, kalau See Tok yang maju, pasti mereka tidak berdaya lagi.
"Pergi kau keluar dan berteriak-teriak, aku sendiri akan berjaga di sini!"
"Tapi ingat, jangan tempur si bangkotan yang berbisa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu!" Oey Yong memesan.
"Aku mengerti! Nah, keluarlah! Keluarlah lekas!"
Baru Oey Yong mau keluar atau mendadak mereka merasakan tolakan angin keras sekali. Mereka kaget tetapi mereka tidak mau menangkis, hanya dengan berbareng keduanya lompat ke samping masing-masing.
Hebat tolakan itu, yang ada Kap-mo-kang, pukulam Kuntauw Kodok dari Auwyang Hong. Karena tidak memperoleh perlawanan, serangan itu mengenai tepat pintu besai dari gua, maka itu terdengarlah satu suara nyaring sedang air muncrat ke segala penjuru.
Oey Yong melompat tetapi ia kalah sebat,
punggungnya kena tersampok angin. Dalam sekejap itu ia merasakan sulit bernapas, kepalanya pusing, matanya berkunang-kunang, akan tetapi ia masih ingat tugasnya, hanya berdiam sejenak, untuk memusatkan pikiran, segera ia melompat keluar, akan berteriak-teriak sekeras-kerasnya: "Ada pembunuh gelap! Ada pembunuh gelap! Tangkap! Tangkap!" Dan sembari berteriak-teriak, ia kabur ke depan.
Wanyen Lieh semua kaget. "Marilah kita hajar mampus dulu budak ini!" Pheng Lian Houw berseru bahna mendongkolnya. Ia gusar dan penasaran. Segera ia melompat, untuk mengejar.
Suaranya Oey Yong mendengung dalam malam yang sunyai itu, suara itu dapat didengar rombongan-rombongan Siewie atau pahlawan kaisar di empat penjuru istana. Paling dulu terdengar seruan mereka berulang-ulang, untuk saling memberi tanda, habis itu mereka lantas bergerak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong berlompat naik ke atas genting, ia
mencabuti genting dengan apa ia menimpuk kalang-kabutan. Perbuatannya ini pun menambah suara
berisik. Pheng Lian Houw, disusul Nio Cu Ong, merangsak, untuk mendekati si nona.


Pendekar Pemanah Rajawali Sia Tiauw Eng Hiong Karya Jin Yong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam keadaan seperti itu, Wanyen Lieh masih dapat bersikap tenang. Ia menoleh ke sisinya, kepada seorang yang mengenakan pakaian hitam dan
bertopeng hitam juga. "Anak Kang, pergilah kau bersama Auwyang Sianseng masuk ke air tumpah untuk mengambil surat wasiat itu!" katanya. Pangeran itu masih belum mau melepaskan ikhtiarnya mencuri surat yang dia sangat harapkan itu.
Orang dismapingnya itu, yang memakai topeng,
memang Yo Kang adanya, putra pungutnya .
Auwyang Hong sendiri sudah lantas nongkrong di tanah, untuk mengerahkan tenaganya, guna
menggunai Kuntauw Kodok menyerang pula ke arah air tumpah, maka itu, begitu ia menyerang, terdengar pula suara berisik seperti tadi. Bahkan kali ini kedua daun pintu gua tertolak mundur ke dalam.
Setelah berhasil dengan serangannya itu, Auwyang Hong mau berlompat maju guna masuk ke dalam air tumpah, guna memasuki gua dan mengambil surat wasiat yang diarah itu. Justru ia bertindak, matanya melihat bayangan orang yang berkelebat dari samping, dan belum lagi bayangan itu tiba, angin serangannya sudah mendahului. Ia mengenali, itulah pukulan Hui Liong Thay-thian, Naga Terbang ke Langit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hm!" pikir See Tok sambil ia berkelit. "Memang aku hendak tanyakan dia keterangan kitab Kiu Im Cin-keng, kebetulan sekali, sekarang baik aku sekalian membekuk dia"!"
Karena ini, sambil berkelit ke samping, sebelah tangannya diulur, guna menjambak penyerang itu.
Si penyerang benar Kwee Ceng adanya. Anak muda ini sudah nekat. Ia bertekad membelai surat wasiatnya Gak Hui, maka itu, ia tidak peduli musuh lihay dan Oey Yong telah melarang ia menempur See Tok. Ia harap, dalam tempo yang pendek, kawanan siewie akan
sudah tiba di situ. Ketika ia menampak gerakannya Auwyang Hong, ia menduga orang tidak niat berbuat telengas, ia hanya hendak ditangkap. Ia sebenarnya heran. Tapi tak ada ketika untuk menduga-duga maksud orang. Dengan tangan kirinya ia menangkis, dengan tangan kanan ia menyerang ke pundak. Ia menggunai satu jurus dari Khong-beng-kun, yaitu Pukulan Kosong.
Kwee Ceng menggunai ilmu silatnya ajaran Ciu Pek Thong, yaitu sepasang tangan saling berkelahi sendiri dan jurus yang ia pakai ialah jurus Khong-beng-kun, meskipun itu tak sehebat Hang Liong Sip-pat Ciang, toh tak dapat dipandang enteng. Tidak heran kalau Auwyang Hong terkejut.
"Bagus!" berseru See Tok yang lihay. Ia mendak dengan pundaknya, sebelah tangannya dilonjorkan, guna menangkap lengannya si penyerang. Biar
bagaimana, ia berkelahi dengan waspada, sebab ia dapat kenyataan, tiap hari kepandaiannya pemuda ini bertambah terus.
Auwyang Hong penasaran yang ia belum berhasil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyakinkan Kiu Im Cin-keng, ia ingin mengerti jelas kitab itu, keinginannya bertambah ketika ia dengar ocehan Ang Cit Kong di atas getek. Ia hanya tak insyaf bahwa ia tengah dipermainkan bocah she Kwee itu, sebab kitab Kiu Im Cin-keng yang berada di tangannya ialah kitab yang tidak karuan macam, yang Kwee Ceng kacaukan urutan huruf-hurufnya, hingga tak dapat diartikan lagi.
Sementara itu di empat penjuru Cui Han Tong sudah terlihat obor api terang bagaikan siang. Pelbagai siewie muncul dalam satu-satu rombangan, mereka itu lari ke arah darimana terdengar teriakan-teriakan, ialah teriakannya Oey Yong.
Wanyen Lieh melihat terangnya obor, ia menjadi bingung juga. Sejak masuknya Auwyang Hong dan Yo Kang ke dalam air tumpah, mereka tidak kelihatan muncul kembali. Syukur untuknya, semua siewie lari ke arah Oey Yong, siapa sedang menungkuli dua-dua Pheng Lian Houw dan Nio Cu Ong yang terus
mengejar padanya. Untuk sementara, wilayah air tumpah itu masih selamat. Walapun begitu, pangeran ini membanting-banting kakinya, tangannya
menggapai-gapai tak hentinya.
"Lekas! Lekas!" ia memanggil Leng Tie Siangjin dan putranya.
"Jangan sibuk, ongya!" berkata Leng Tie. "Nanti siauwceng masuk pula!"
Pendeta Tibet ini lantas masuk ke air tumpah, dimana ia melihat Auwyang Hong sedang menempur Kwee
Ceng, sedang Yo Kang yang hendak menerobos
masuk, tidak mendapatkan ketikanya.
Leng Tie Siangjin tidak puas mengawasi pertempuran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Bukankah tempo mereka sudah sangat mendesak"
Kenapa Auwyang Hong bersikap seperti sedang
berlatih" "Auwyang Sianseng, mari aku bantu kau!" ia berseru.
"Minggir jauh-jauh!" Auwyang Hong membentak.
Leng Tie menjadi tidak puas. Di dalam hatinya ia kata:
"Disaat seperti ini mana dapat kau masih bertingkah seperti satu enghiong" Jangan kau masih bawa
lagakmu sebagai guru besar!" Lantas ia maju ke samping, ke arah Kwee Ceng, sebelah tangannya melayang ke tempilingan kiri si bocah.
Menampak demikian, Auwyang Hong menjadi gusar sekali. Ia maju sambil menjambil pundaknya pendeta Tibet itu, terus ia mengangkatnya, terus ia
melemparkannya! Tepat serangannya See Tok ini. leng ie Siangjin itu lihay dan tangannya pun ada racunnya, maka untuk melayani dia, anggota tubuhnya yang tak
berbahayayang mesti dihadapi.
Bukan main murkanya pendeta Tibet itu, tidak
memperdulikan pula orang lihay dan dipandang
Wanyen Lieh, ia mencaci kalang-kabutan, cuma ia memakai bahasa Tibet, Auwyang Hong tidak mengerti.
Ia pun tak bisa mencaci lama-lama atau segera ia tak dapat bersuara lagi, sebab mulutnya lantas
kemasukan air. Karena oleh Auwyang Hong ia
dilemparkan ke air tumpah, hingga mulutnya tersumpal air!
Wanyen Lieh terkejut akan melihat tubuh Leng Tie Siangjin terlempar keluar air tumpah. Justru itu kupingnya juga mendengar suara berisik dari arah Cui
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Tong di mana ternyata, pot kembang yang besar di depan paseban itu telah jatuh hancur. Menyusul itu, ia menampak munculnya sejumlah siwi.
"Celaka!" ia mengeluh dalam hati. Tidak ayal lagi, dengan menjinjing jubahnya, dia berlompat ke air tumpah, untuk masuk ke situ, guna menyembunyikan diri. Ia mengerti ilmu silat, tetapi di tempat begitu, kepandaiannya masih belum berarti, begitu kakinya menginjak tanah, begitu ia terpeleset jatuh. Syukur untuknya, Yo Kang dapat melihatnya dan putra ini segera lompat menyambar, menolongi padanya.
Dengan melongo pangeran Kim itu melihat ke
sekitarnya. "Auwyang Sianseng, apakah bocah ini dapat kau usir?" ia tanya See Tok.
Pertanyaan ini menandakan Wanyen Lieh seorang besar. Ia bukan memerintah, ia hanya menanya.
Pertanyaannya itu membangkitkan hawa amarah
orang. Hatinya Auwyang Hong menjadi panas.
"Kenapa tidak bisa?" menjawab Auwyang Hong, yang terus berjongkok seraya mulutnya mengasih dengar suara seperti kerak-keroknya kodok. Dengan begitu ia bersiap dengan Kuntauw Kodoknya, lalu terus kedua tangannya dimajukan ke depan.
Si Bisa dari Barat ini telah mengerahkan tenaganya, umpama di situ ada Ang Cit Kong atau Tong Shia Oey Yok Su, tidak nanti mereka berani melawannya dari depan, apa pula seorang seperti Kwee Ceng.
Sebenarnya juga, Auwyang Hong melayani Kwee
Ceng sebagai lagi berlatih, tidak heran Leng Tie Siangjin melihatnya menjadi muak. Ada sebabnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kenapa See Tok berbuat demikian. Itulah disebabkan Kwee Ceng menggunai Khong-beng-kun. Maka See
Tok melayani, untuk menanti sampai anak muda itu habis menjalankan semua jurus dari ilmu silatnya itu, habis itu baru ia hendak turun tangan, mencekuk si pemuda. Sayang maksudnya tak segera kesampaian.
Mendadak Wanyen Lieh masuk ke air tumpah itu dan ia mesti dengarb itu pertanyaan yang seperti serupa ejekan, hingga hatinya menjadi panas. Ia lantas bertindak. Meski begitu, ia tidak mau membinasakan Kwee Ceng, sebab si bocah masih dibutuhkan
olehnya. Dilain pihak, ia tidak menginsyafi bocah yang polos dan jujur itu, yang taat dengan tugasnya.
Kwee Ceng tidak mau mundur, sekalipun ia mesti mati terbinasa. Hendak ia melindungi surat wasiatnya Gak Bu Bok. Begitu ia menyingkir, pasti Auwyang Hong akan mendapatkan surat wasiat itu, di situ ada banyak pahlawan raja tetapi menghadapi Auwyang Hong, pastilah mereka tidak berdaya. Di dalam keadaan seperti itu, selagi bahaya mengancam - sebab ia tahu ia tidak sanggup menangkis- ia mengenjot kedua kakinya, akan mengapungi diri tinggi empat kaki.
Secara begitu, ia bebas dari serangan. Ketika turun pula, ia tetap berada di muka gua di mana ia
menghadang seperti semula.
"Bagus!" berseru Auwyang Hong kagum. Segera ia menarik pulang kedua tangannya.
See Tok ada sangat hebat. Kalau serangannya
bertenaga beberapa ratus kati, tarikan pulang tangannya pun masih bertenaga besar, ada tenaga menariknya.
Kwee Ceng terkejut akan merasakan angin menolak punggungnya. Ia mengerti ancaman bahaya. Ia
memutar balik tangannya, untuk membela diri. Kali ini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggunai jurus "Sin liong pa bwee" atau "Naga sakti menggoyang ekor" Tentu saja itulah gerakan keras lawan keras. Seharusnya ia mencoba berkelit, sebaliknya, ia menangkis. Siapa kalah tenaga dalam, dialah yang bakal bercelaka.
Wanyen Lieh berdiri menjublak menonton cara orang berkelahi itu, yang mengherankan ia. Kenapa
Auwyang Hong berdiam saja sebagai patung, cuma kedua tangannya yang ditolakkan ke depan dan ditarik pulang" Kenapa Kwee Ceng main berlompatan dan hanya mengawasi See Tok" Kenapa See Tok menarik pulang tangannya dan si bocah menangkis ke
belakang, hingga keduanya berdiam bagaikan patung"
Kedua pihak sebenarnya tengah mengadu tenaga
dalam, Auwyang Hong tetap menarik, Kwee Ceng
tetap mempertahankan diri. Lekas juga bocah ini bermandikan keringat. Ia telah mesti mengeluarkan seluruh tenaganya untuk dapat bertahan itu.
Kembali Auwyang Hong menjadi kagum. Ia tahu benar, lagi sejenak Kwee Ceng bakal terluka parah. Ia membutuhkan bocah itu, tidak dapat ia mencelakainya.
Maka ia memikir untuk mengalah. Lantas mengurangi tenaga manriknya itu. Tapi berbareng sama
dikuranginya tenaganya, ia merasakan tolakan keras pada dadanya. Ia terkejut. Syukur tenaga dalamnya mahir, kalau tidak tentulah ia roboh terguling. Benar-benar ia tidak menyangka, begitu muda Kwee Ceng, tenaganya besar sekali. Segera ia menahan napas, tangannya menolak. Dengan begitu, lenyaplah tenaga mendorong tadi.
Kalau Auwyang Hong terus menyerang, robohlah
Kwee Ceng. Tapi ini tidak dilakukan See Tok. Dia masih mengharap habisnya tenaga si bocah, untuk menangkap hidup padanya, guna menggorek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keterangan hal Kiu Im Cin-keng dari mulut orang".
Sesaat kemudian mulailah terlihat tenaganya dua orang itu, yang satu berlebihan, yang lainnya berkurang. Tapi Wanyen Lieh dan Yo Kang, yang tetap menonton, tidak mendapat tahu kapan akan
selesainya pertempuran macam itu, karenanya mereka menjadi cemas sendirinya. Mereka bingung
mendengar suara berisik, satu tanda rombongan siwi tengah bekerja keras mencari si orang jahat"
Sekonyong-konyong dari dalam air tumpah terlihat dua siwi menerjang keluar. Yo Kang berlaku sangat sebat, sebelum kedua siwi itu tahu apa-apa, mereka sudah diterjang pangeran muda ini, yang kedua tangannya menyambar ke masing-masing ulu hati mereka, hingga menancap, dengan begitu robohlah mereka denagn jiwa mereka melayang. Yo Kang dengan bengis sudah menggunai cengkeraman Kiu Im Pek-kut Jiauw.
Setelah itu Yo Kang menghunus pisau belatinya, lalu dengan menggenjot diri, ia lompat kepada Kwee Ceng, untuk menikam pinggangnya si anak muda.
Dalam keadaan seperti itu, Kwee Ceng tidak dapat berkelit. Kalau ia mencoba menyingkirkan tubuhnya, segera ia bakal terbinasa pukulan Kodok dari
Auwyaang Hong. Maka itu dalam sekejap saja ia merasakan sakit pada pinggangnya, hingga ia
berbareng merasa juga pernapasannya berhenti
berjalan. Maka lupalah ia segala apa, tanpa merasa ia menghajar lengannya si penyerangnya itu, si
pembokong. Yo Kang merasakan sakit sekali. Ia bukan lagi tandingannya Kwee Ceng, walaupun ia mencoba
menarik pulang tangannya, lengannya menjadi korban pula. Tapi itu waktu separuh pisaunya sudah masuk ke
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pinggang si anak muda. Karena bergeraknya itu, tenaga Kwee Ceng menjadi semakin berkurang, dari itu, ia lantas terkena dorongan tenaganya Auwyang hong. Tanpa bisa menjerit lagi ia roboh terkulai.
"Sayang!" berseru Auwyang Hong, yanga akhirnya toh juga melukai bocah lawannya itu. "Ia bakal mampus, baiklah aku tak usah pedulikan lagi padanya. Paling ?erlu aku lekas mencari surat wasiatnya Gak Bu Bok"."
Maka tanpa bersangsi lagi, ia berlompat ke dalam air tumpah.
Wanyen Lieh bersama-sama Yo Kang, lantas mengintil di belakang See Tok.
Auwyang Hong sudah lantas dirintangi sejumlah siwi, tetapi ia seperti tidak menghiraukan mereka itu, siapa datang dekat, ia sambar dan lempar, setelah mana, siwi lainnya tak dapat maju terlebih jauh, hingga tak lagi ada yang bisa mendekati pintu gua.
Yo Kang turut masuk ke dalam gua. Ia menyalakan api untuk dipakai menyuluhi. Di tanah ada banyak tanda debu, suatu tanda tak pernah ada orang yang datang ke situ. Di tengah-tengah gua ada sebuah meja batu, di atas mana ada satu kotak batu persegi dua kaki, kotak mana tersegel. Lainnya barang tak nampak di situ.
Dengan membawa apinya, Yo Kang menyuluhi hingga dekat. Di segelan ada suratnya tetapi, rupanya karena sudah terlalu tua, huruf-hurufnya tak dapat terbaca lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Surat wasiat itu ada di dalam kotak ini," berkata Wanyen Lieh.
Yo Kang menjadi sangat girang, ia ulur tangannya akan mengambil peti itu.
Melihat gerakan orang, Auwyang Hong menggeraki tangan kirinya ke pundak orang, atas mana tidak tetaplah berdirinya Yo Kang, tubuhnya terhuyung berberapa tindak. Pemuda ini tak mengerti, ia melongo mengawasi orang.
Auwyang Hong sebaliknya sudah lantas mengempit kotak itu.
"Kita sudah berhasil, mari kita lekas mengundurkan diri!" kata Wanyen Lieh nyaring.
Auwyang Hong bertindak di depan, diikuti oleh Wanyen Lieh dan Yo Kang.
Selagi lewat di dekat Kwee Ceng, Yo Kang melihat tubuh orang mandi darah dan rebah tak bergeming di antara siwi korbannya See Tok, ia lantas menghela napas.
"Dasar kau tidak tahu selatan, suka kau usilan,"
katanya perlahan. "Maka itu janganlah kau sesalkan aku?"
Sebelum jalan terus, Yo Kang ingat pisau belatinya masih nancap di pinggang mangsanya, maka ingin ia mencabut senjatanya itu. Selagi ia membungkuk, untuk mengambil pisau itu, di air tumpah itu terlihat satu bayangan berkelebat di susul sama pertanyaan ini: "Engko Ceng, kau di mana?"
Yo Kang terkejut. Ia mengenali suaranya Oey Yong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lupa pada pisau belatinya, ia lompat melewati tubuhnya Kwee Ceng, terus lari keluar air tumpah, akan menyusul Auwyang hong dan Wanyen Lieh.
Oey Yong mencari Kwee Ceng setelah ia permainkan Nio Cu Ong, yang ia tinggalkan begitu lekas terlihat siwi muncul disana-sini. Sebaliknya, Pheng Lian Houw berdua tidak berani mengejar terus sebab takut keperogok kawanan siwi. Mereka kembali ke dekat air tumpah, akan menggabungkan diri dengan See Thong Thian dan lainnya. Di sini mereka bertempur sama beberapa siwi sampai Auwyang Hong muncul, maka beramai-ramai mereka mengangkat kaki.
Oey Yong sia-sia mencari Kwee Ceng, ia lantas masuk ke dalam air tumpah. Ia menyalakan api, dari itu ia segera melihat tubuh Kwee Ceng yang mandi darah rebah di antara beberapa siwi. Ia kaget sekali rebahnya si pemuda tepat di sampingnya. Saking kagetnya, tubuhnya gemetaran, sampai api terlepas jatuh dari tangannya. Di itu waktu di luar gua terdengar riuh suaranya kawanan siwi yang berteriak-teriak,
"Tangkap orang jahat! Tangkap orang jahat!" Tapi mereka itu cuma berteriak-teriak, tidak ada satu pun yang berani maju akan merintangi Auwyang Hong beramai. Sebabnya ialah, lebih dulu dari itu, beberapa kawannya sudah menjadi korban See Tok hingga
mereka menjadi kecil hatinya, terpaksa mereka mementang bacot saja.
Oey Yong sadar dengan cepat. Ia membungkuk akan memeluk tubuhnya Kwee ceng. Ia merasakan tubuh itu hangat. Ia memanggil beberapa kali, ia tidak
memperoleh jawaban. Ia menjadi bingung sekali. Maka itu ia lantas panggul tubuh engko itu, untuk dibawa menyingkir ke belakang gunung-gunungan.
Di Cui Han Tong sendiri telah berkumpul banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang, sebab ada datang juga siwi dari lain-lain bagian istana. Obor di situ terang bagaikan siang hari. Maka ketika Oey Yong berkelebat - tak peduli ia sangat gesit
- ada siwi yang melihatnya. Siwi itu lantas berteriak, terus ia memburu diikuti beberapa kawannya.
Dalam mendongkolnya, Oey Yong mencaci dalam
hatinya: "Ah, kawanan kantung nasi! Sungguh, kamu tidak punya guna! Kenapa kau bukan pergi mengejar orang jahat hanya orang baik-baik?" Ia menggertak gigi, tapi ia lari terus.
Ada beberapa siwi yang lihay, yang larinya cepat, mereka sudah lantas datang dekat.
Oey Yong menjadi bertambah mendongkol, ia meraup jarum rahasianya, ia menimpuk ke belakang, ke arah pengejar-pengejar itu.
"Aduh!" demikian terdengar etriakan, saling susul.
Itulah tanda robohnya beberapa siwi, karena mana yang lainnya tidak berani mengejar terlebih jauh. Maka si nona bersama engko Cengnya terus lari keluar dari tembok istana.
Keributan itu membikin istana menjadi kacau balau.
Orang pun bingung, sebab tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Ada huru-hara di dalam untuk merampas tahta kerajaan atau ada menteri yang berontak guna merampas pemerintahan" Toh setelah itu, orang berisik sendirinya. Tidak ada kejadian lainnya lagi. Di situ telah berkumpul semua siwi, semua serdadu Gie-lim-kun.
Dari tengah malam itu, hingga pagi, orang bergelisah tidak karuan. Sedatangnya fajar, tentara penunggang kuda di kirim ke pelbagai jurusan, untuk mencari si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang jahat, antaranya dengan melakukan
penggeledahan secara besar-besaran.
Tentu saja di itu waktu Wanyen Lieh semua telah kabur keluar kota, bahkan Oey Yong bersama Kwee Ceng telah tiba di dusun kemarinnya mereka mondok.
Sebenarnya Oey Yong kabur tanpa pilih arah, baru setelah melihat tidak ada yang mengejar, ia tidak lari keras seperti semula.Lebih dulu ia sembunyi di dalam sebuah gang kecil. Di sini ia pegang hidungnya Kwee Ceng. Ia merasakan hembusan napas. Di situ tidak ada api, tak jelas ia melihat muka si anak muda. Ia mengerti diwaktu siang tidak dapat ia berkeliaran di dalam kota dengan membawa-bawa orang terluka, karena ini, ia terus lari ke tembok kota, untuk melompatinya. Maka dilain saat tibalah ia ditempatnya Sa Kouw, si nona tolol.
Walaupun ia kuat, setelah berlari-lari setengah malaman, mana hatinya pun berkhawatir dan bingung.
Oey Yong toh tersengal-sengal. Ia lantas menjatuhkan diri akan berduduk, guna meluruskan jalan napasnya itu. Dengan begitu, dengan perasaannya pulih hatinya pun menjadi terang. Sekarang ia lantas menyalakan sebatang kayu cemara dengan apa ia menyuluhi
mukanya Kwee Ceng. Apa yang ia lihat membikin ia kaget, melebihi kagetnya di dalam gua tadi.
Kwee Ceng rebah tak bergeming, kedua matanya
tertutup rapat, mukanya sangat pucat. Taklah ia ketahui apakah ia masih hidup atau sudah mati. Inilah pukulan sangat hebat untuk Oey Yong, hingga hatinya goncang keras. Ia berdiri bengong dengan tangannya memegangi obor kayunya itu. Ia merasakan ketika ada orang datang mendekati padanya, ia baru sadar tempo obor kayunya itu ada yang sambar. Segera ia
menoleh, akan mengenali Sa Kouw.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Si tolol muncul karena ia dengar suara tak seperti biasanya.
Sa Kouw pun cemas menyaksikan keadaan Kwee
Ceng itu. Ia lari ke dapur, untuk mengambil air dingin.
Oey Yong mengerti apa yang harus ia kerjakan. Ia keluarkan sapu tangannya, ia celupkan itu ke dalam air, untuk dilain saat mulut menyusut muka yang keciprutan darah dari si anak muda. Dari lubang hidung ia merasakan hembusan napas yang semakin lemah. Setelah itu ia hendak memeriksa luka, atau matanya bentrok sama sinar berkilauan warna kuning emas dari pinggangnya Kwee Ceng. Karena ini
sekarang ia melihat sebuah pisau belati nacap di pinggang!
Baru sekarang Oey Yong dapat menyabarkan diri.
Dengan hati-hati ia membukai baju dalam dari si anak muda, dengan begitu ia melihat jelas nancapnya pisau itu. Darah disitu sudah mulai bergumpal. Kelihatannya pisau masuk kira tiga dim dalamnya.
Nona ini menjadi bersangsi. Ia tidak berani lantas mencabut pisau itu, khawatir nanti Kwee Ceng lantas menghembuskan napasnya yang terakhir. Kalau ia tidak mencabut, sebaliknya ia memperlambat tempo.
Ini pun membahayakan untuk si anak muda. Ia berpikir keras. Akhirnya ia menggertak gigi, tangannya diulurkan. Ingin ia mencabut, mendadak ia menarik pulang tangannya itu. Tiba-tiba saja ia bimbang sendirinya.
Kesangsian si nona berjalan terus, maka beberapa kali ia hendak mencobanya mencabut pisau belati itu, saban-saban ia gagal pula.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sa Kouw menyaksikan kesangsian orang, ia menjadi tidak sabaran. Tiba-tiba saja ia mengulurkan
tangannya dengan sebat ia mencabut pisau itu.
Kwee Ceng menjerit, begitu pun Oey Yong. Si pemuda bahna sakit, si pemudi saking kaget. Si tolol sebaliknya girang sekali, ia tertawa tebahak-bahak. Ia masih tertawa ketika Oey Yong kaget melihat darah mengalir keluar dari lukanya engkonya itu. Saking berkhawatir dan mendongkol, ia sampok si tolol itu hingga dia terguling, setelah mana ia menggunai sapu tangannya menyumpat luka Kwee Ceng, untuk mencegah
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan 2 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Pendekar Super Sakti 3

Cari Blog Ini