Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 13

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 13


Bukan main marahnya Auwyang Phu. "Wanita tidak tahu diuntung,
engkau rupanya memang tidak bisa diperlakukan dengan baik!
Hemmm, aku akan mencacatkan wajahmu, aku ingin melihat,
apakah setelah wajahmu bercacat, engkau akan bertingkah seperti
sekarang ini"!"
1201 Dan Auwyang Phu tertawa bergelak-gelak, menyeramkan sekali.
Dalam keadaan marah seperti itu, memang Auwyang Phu sudah
tidak mau berpikir panjang lagi, dia telah mengangkat pedangnya,
mata pedang ditujukan kepada muka Giok Hoa.
"Nah, aku akan mulai!" kata Auwyang Phu sambil menggerakkan
pedangnya itu. Mata Auwyang Phu benar-benar mengerikan
sekali. Giok Hoa jadi sangat ketakutan. Dia lebih baik-baik mati dari pada
wajahnya yang cantik itu, dirusak oleh pedang di tangan Auwyang
Phu. Karena dari itu, cepat-cepat dia mempergunakan ke dua
tangannya untuk menutup mukanya.
Auwyang Phu menahan pedangnya, dia tertawa bergelak-gelak.
"Hahaha, engkau rupanya sangat sayang wajahmu yang cantik
bukan" Baik-baik! Aku akan membuktikan bahwa aku akan
sungguh-sungguh membuat bercacat mukamu itu?"!"
Setelah berkata begitu, tangan kirinya bergerak, dia menotok jalan
darah Giok Hoa, sehingga si gadis tertotok dan tubuhnya rebah
tanpa bisa menggerakkan tangan buat menutupi mukanya pula.
Bukan main kaget dan ketakutan Giok Hoa. Untuk mati dia tidak
takut, diapun tidak mau dihina oleh siapapun juga. Tetapi justeru
1202 yang membuat dia takut adalah maksud Auwyang Phu, yang ingin
merusak wajahnya. Karena jika dalam keadaan sekarang
Auwyang Phu membuktikan ancamannya Giok Hoa tidak akan
berdaya mencegahnya. Dan diapun tidak mungkin bisa meminta pertolongan, di tempat itu
tidak terdapat siapapun juga. Sedangkan burung rajawali putihnya
telah pergi dan belum kembali, orang-orang yang diberitahukan
burung rajawali putih itupun belum juga datang, gurunya, Swat
Tocu maupun Ko Tie belum lagi bisa terlihat batang hidungnya.
Disitu memang ada biruang salju, tetapi biruang salju itupun dalam
keadaan terluka yang parah, dan jatuh pingsan. Karena dari itu,
benar-benar Giok Hoa tidak berdaya di saat tengah tertotok seperti
itu, tidak mungkin ada orang yang bisa menolonginya!"
Auwyang Phu telah melangkah menghampirinya, dan menggerakkan pedang di tangannya, katanya: "Hemmmmm,
hemmmmmmm sekarang aku mulai! Wajahmu yang cantik itu,
sebentar lagi akan berobah menjadi muka yang menyeramkan!
Aku ingin melihat dengan muka yang bercacad seperti itu apakah
engkau bisa bertingkah seperti sekarang ini?"
1203 Dan Auwyang Phu menggerakkan pedang di tangannya. Mata
pedang itu meluncur menuju kemuka Giok Hoa, sedangkan Giok
Hoa hanya bisa membuka matanya lebar-lebar mengawasi ngeri
mata pedang itu meluncur ke arah mukanya.
Sampai ketika dilihatnya telah dekat mata pedang itu meluncur ke
arah mukanya, dia memejamkan matanya rapat-rapat buat pasrah,
karena ia tahu, walaupun bagaimana dia tidak bisa menghindarkan
mukanya yang akan jadi bercacad dicacah mata pedang di tangan
Auwyang Phu...... "Y" Yo Kouw-nio tengah mempersiapkan hidangan buat tamutamunya, dan ia sama sekali tidak memperhatikan di mana berada
Giok Hoa, karena memang biasa Yo Kouw-nio yang mempersiapkan semua masakan untuk mereka.
Sedangkan Ko Tie bersama Swat Tocu, gurunya, tengah
bercakap-cakap dengan asyik. Sampai akhirnya Ko Tie teringat
kepada Giok Hoa, dia memandang sekelilingnya, tidak dilihatnya si
gadis yang cantik manis dan menggetarkan hatinya itu.
Dia bertanya kepada gurunya, apakah gurunya melihat Giok Hoa
keluar. Swat Tocu sambil tersenyum penuh arti menggeleng.
1204 "Pergilah kau cari di luar, mungkin dia tengah menantikan kau!
Hemm, mungkin ada kata-kata yang ingin dirundingkan olehnya,
tetapi dia tidak leluasa dengan adanya aku si tua bangka yang tidak
mau mampus ini! Ha ha ha, dasar anak muda!"
Muka Ko Tie berobah memerah karena likat bukan main. Gurunya
telah mengetahui akan isi hatinya, dan juga hubungannya dengan
Giok Hoa. Memang tajam mata Swat Tocu, dia telah bisa melihat
dari sinar mata sepasang muda-mudi itu, karena pandangan mata
mereka lebih banyak bercerita mengenai isi hati mereka.
Dan Swat Tocu tidak mau merintangi, dia membiarkan saja
pasangan remaja itu berhubungan. Bahkan setelah perintahkan Ko
Tie pergi mencari Giok Hoa di luar, dia memejamkan matanya
bermaksud untuk beristirahat sejenak.
Ko Tie memberi hormat kepada gurunya kemudian melangkah
keluar. Di waktu itu, dia pun telah memandang sekeliling tempat
itu, dan tidak dilihatnya Giok Hoa, sehingga membuat dia jadi heran
bukan main. "Ke mana perginya Hoa-moy"!" pikir Ko Tie di dalam hati terheranheran. "Dia tidak memberitahukan dulu ke mana dia ingin pergi!"
1205 Dan setelah berpikir begitu, tampak Ko Tie memandang ke tengah
udara, untuk melihat apakah di tempat itu burung rajawali putih
terbang, untuk dimintai bantuan mencari Giok Hoa. Tetapi burung
rajawali putih itupun tidak terlihat bayangannya, langit cerah dan
terang tetapi burung rajawali itu sama sekali tidak terlihat.
Akhirnya Ko Tie melangkah keluar dari rumah tersebut menyusuri
jalan gunung yang semakin naik tinggi itu. Dia memandang
sekelilingnya lagi, dan memanggil biruang salju.
Tetapi biruang salju itupun tidak terlihat bayangannya. Beberapa
kali Ko Tie memanggil, tetapi biruang saljunya tidak terlihat juga.
"Ke mana perginya mereka"!? pikir Ko Tie heran, diapun segera
menduga apakah mungkin Giok Hoa pergi mengajak burung
rajawali putihnya bersama biruang salju buat main-main"
Tetapi segera Ko Tie terpikir, betapapun juga suatu kemungkinan
terjadi bahwa Giok Hoa tengah menghadapi bahaya yang tidak
kecil! Bukankah burung rajawali dan juga biruang saljunya tidak
tampak" Maka dari itu, segera juga dia berlari-lari menyusuri jalan
gunung itu. Dia melihat di atas tanah yang berselubung salju itu, bekas-bekas
tapak kaki kecil, dilihat dari bentuk telapak kaki yang berbekas di
1206 atas tumpukan salju, jelas itulah bekas telapak kaki seorang
wanita. Dan mungkin ini bekas telapak kaki Giok Hoa.
Di waktu itu tampak Ko Tie memperhatikan telapak kaki tersebut
beberapa saat. Kemudian menjejakkan kakinya, dia berlari-lari
sambil berteriak-teriak: "Giok Hoa! Hoa-moay!"
Namun tidak diperoleh jawaban Giok Hoa, dan Ko Tie masih
berlari-lari terus. Tiba-tiba sekali terdengar seseorang tertawa-tawa dengan suara
yang agak menyeramkan. Ko Tie mendengarnya jelas suara orang
yang tengah memaki juga. Waktu ia mengangkat kepalanya di atas puncak sebuah bukit, yang
terselubung salju cukup tebal, berkelebat-kelebat ringan sekali dua
sosok tubuh. Dilihat dari gerakan ke dua orang itu, menunjukkan betapa
tingginya gin-kang ke dua orang tersebut, yang dapat bergerak
secepat bayangan di tempat yang bersalju dan tentunya sangat
licin itu. Juga tampaknya mereka tengah bertempur, satu dengan
yang lainnya saling menyerang dan mengelak.
1207 Suara tertawa menyeramkan itu berasal dari suara seorang wanita,
dan suara mencaci maki suara seorang laki-laki tua! Di mana
tampak ke dua sosok tubuh itu bertempur beberapa jurus, dan Ko
Tie selama itu masih tetap tertegun di tempatnya, karena dia
terheran-beran dua orang itu bertempur di tempat tersebut, karena
dia tidak mengetahui entah siapa kedua orang itu.
Setelah tersadar dari tertegunnya, dan hatinya tertarik sekali
menyaksikan pertempuran dari ke dua orang tersebut, yang
tampaknya bukan orang-orang sembarangan. Cepat-cepat Ko Tie
melesat ke belakang sebungkah batu. Dia menempatkan dirinya di
situ, buat bersembunyi dan menyaksikan jalannya pertempuran ke
dua orang di atas bukit bersalju itu.
"Wanita iblis, jangan harap engkau bisa lolos dari tanganku biarpun
kau lari ke ujung langit sekalipun, tetap akan kukejar!" memaki
lelaki yang menyerang terus menerus gencar sekali, disusul
dengan suara yang menyeramkan wanita lawannya.
"Jangan bicara tekebur, lidah memang mudah digoyangkan, tetapi
jangan harap engkau dapat menandingi kepandaianku.Walaupun
engkau memiliki kepandaian dua kali lipat dari yang sekarang, tidak
mungkin engkau bisa menandingiku!
1208 "Hemmm, sebetulnya aku merasa kasihan kepadamu. Aku ingin
membiarkan engkau hidup terus lebih lama, dan tidak membunuhmu, tetapi rupanya engkau tidak memilih jalan ke sorga
dan malah memilih jalan ke neraka! Karena dari itu, akupun tidak
akan mengecewakan engkau lagi dan memenuhi keinginanmu
buat pergi ke neraka?"!"
Setelah mengejek seperti itu tubuh wanita itu berkelebat-kelebat
lincah sekali, juga dari sepasang tangannya mengeluarkan deruan
angin yang berbunyi, "Wuttttt, wuttttt!" menunjukkan betapa
kuatnya tenaga sin-kang wanita itu.
Sedangkan laki-laki tua yang menjadi lawannya ternyata memakai
sebatang tongkat dari bambu hijau, yang digerakkan sebat sekali,
disertai tenaga yang kuat, men-dengung-dengung setiap kali dia
menyerang lawannya. Bambu hijau itu tampaknya tidak bisa
diremehkan dan dipandang ringan, karena memang merupakan
senjata yang ampuh sekali, juga lelaki itu rupanya seorang ahli
tenaga lweekeh atau tenaga dalam.
Ko Tie bersembunyi di balik batu gunung, memperhatikan dengan
tertarik dan seksama. 1209 Dilihatnya betapa ke dua sosok tubuh itu masih bergerak-gerak
dengan lincah dan sama gesitnya, malah setelah memperhatikan
sekian lama, dia melihat jelas, yang wanita merupakan seorang
nenek tua berusia enampuluh tahun lebih, dengan baju berwarna
kuning dan gaun berwarna ungu.
Dia bertangan kosong, hanya saja sepasang tangannya itu justeru
sangat liehay sekali, mengandung kekuatan yang menakjubkan.
Biarpun dia tidak mencekal senjata tajam, sama sekali dia tidak
terdesak oleh serangan senjata lawannya.
Yang lelaki merupakan seorang kakek tua berusia antara
enampuluh lima tahun dengan kumis dan jenggot yang telah
memutih seluruhnya senjatanya bambu hijau yang lihay itu,
mendengung-dengung menyambar hebat sekali kepada lawannya.
Pakaiannya penuh tambalan, dan dilihat keadaannya ia adalah
seorang pengemis tua. Ko Tie semakin heran. "Tentu pengemis tua itu adalah seorang
tokoh Kay-pang" Lalu mengapa dia bisa muncul di tempat ini dan
bentrok dengan si nenek. Siapakah mereka berdua sebenarnya"
Sungguh mengherankan jika melihat kepandaian mereka, tampaknya ke dua orang itu bukan orang sembarangan, karena
kepandaian mereka sangat tinggi sekali!"
1210 Tengah Ko Tie berpikir seperti itu, terdengar pengemis tua itu
berseru nyaring: "Sekarang hati-hatilah kau menjaga seranganku,
aku jamin dalam sepuluh jurus engkau akan dapat dirubuhkan!"
Dan tongkat hijaunya itu berkelebat-kelebat sangat cepat sekali.
Dia menyerang dengan rangsekan yang gencar, sehingga tongkat
bambu hijaunya itu menderu-deru, seperti juga berobah menjadi
puluhan batang dan mengelilingi si nenek tua.
Dengan demikian membuat si nenek jadi sibuk sekali menghindari
diri dari serangan tongkat lawannya yang menyerangnya dengan
jurus-jurus yang mengalami perobahan semakin hebat. Karena
dari itu si nenek tua tersebut telah mengempos semangat dan
tenaganya lebih kuat, dia menghadapinya dengan gagah.
Walaupun demikian, jelas oleh Ko Tie, betapa nenek tua itu mulai
terdesak, sehingga dia lebih banyak diserang oleh si pengemis tua
itu, di samping itu kesempatan dia balas menyerang jarang sekali.
Ko Tie mengerut alisnya, dia berpikir ingin memberitahukan
kepada gurunya apa yang disaksikannya ini, namun dia batal
sendirinya karena dia tertarik sekali buat menyaksikan lebih jauh
ke dua orang itu bertempur.
1211 Jika memang dia pergi memberitahukan kepada gurunya,
dikuatirkannya ke dua orang itu akan pergi dan menyudahi
pertempurannya sehingga Ko Tie tidak bisa menyaksikan
pertandingan yang menarik hati itu.
Di waktu itu si nenek setelah beberapa kali berkelit, cepat bukan
main dia melompat mundur, katanya dengan suara mendesis
kejam: "Baik! Baik! Aku Cek Tian akan memperlihatkan, bahwa
sesungguhnya bukan sebangsa manusia yang mudah diperhina.
Aku akan membuktikan pula, bahwa engkau sama sekali tidak
memiliki kepandaian yang berarti!"
Setelah berkata begitu, si nenek Cek Tian, telah melompat maju,
tahu-tahu tubuhnya jungkir balik, kepala di bawah dengan
sepasang kaki di atas. Diapun menghantam dengan kedua telapak
tangannya di mana dia memiliki kesempatan tubuhnya itu berputarputar.
Cara bertempur si nenek tua Cek Tian yang terbalik kepala di


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah dan kaki di atas, membuat lawannya jadi bingung juga,
karena setiap serangannya jadi terbalik! Jika dia mengincar jalan
darah yang mematikan di dada si nenek tua itu, tentu yang akhirnya
1212 diincar ujung tongkatnya adalah jalan darah lain di kakinya, dengan
demikian agak bingung juga kakek pengemis tersebut. Dia
sementara ragu-ragu buat merangsek, dia memperlahankan
gerakan tongkatnya, sambil mengawasi tubuh lawannya yang
masih berputar-putar dengan kepala di bawah dan sepasang kaki
di atas. Di kala itu, Cek Tian, wanita tua itu tertawa, dia justeru merangsek
terus. Karena tubuhnya terbalik dengan kepala di bawah dan
sepasang kaki yang di atas, membuat dia jadi bisa main di bawah,
menyerang bagian-bagian mematikan dan berbahaya di anggota
tubuh sebelah bawah dari pengemis itu. Juga tubuhnya yang
berputar-putar seperti gangsing itu sempat membuat pengemis tua
tersebut menjadi bingung.
Tentunya para pembaca telah mengetahui siapa adanya Cek Tian.
Seperti kita ketahui, di dalam Biruang Salju, dia telah kita kenal
sebagai ibu Auwyang Phu, isteri gelap Auwyang Hong, yang telah
berhasil mempelajari ilmu warisan Auwyang Hong.
Walaupun tidak menerima bimbingan langsung dari Auwyang
Hong tetap saja dia berhasil meyakinkan sebagian besar
kepandaian Auwyang Hong. Terlebih lagi beberapa waktu
belakangan ini, Cek Tian bersama putera tunggalnya, Auwyang
1213 Phu, cepat sekali melatih diri, kepandaiannya memperoleh
kemajuan yang pesat sekali.
Demikian juga Auwyang Phu, yang memperoleh kemajuan yang
pesat, bisa menyamai kelihayan ibunya. Mereka ibu dan anak telah
bersama-sama merantau ke mana-mana, dan mereka berusaha
memiliki kepandaian yang setinggi-tingginya, sebab jika mereka
memiliki kesempatan, mereka ingin mencari Yo Ko, guna
mengadakan perhitungan dengan Sin-tiauw-tay-hiap itu, yang
diduga memiliki sangkut paut dengan pembongkaran kuburan
Auwyang Hong. Sin-tiauw-tay-hiap memang pernah menjadi anak angkat Auwyang
Hong, dan dilatih serta digembleng oleh Auwyang Hong, karena
dari itu dia tentu memiliki ilmu Ha-mo-kang yang dikuasainya baik
sekali. Jika ibu dan anak ini berhasil merubuhkan Yo Ko, mereka
bermaksud lebih jauh memaksa Yo Ko agar memberitahukan
seluruh isi dari Kauw-hoat ilmu Ha-mo-kang, agar mereka dapat
melihat berapa tinggi kepandaian mereka yang telah dilatih"
Tetapi sejauh itu, belum juga Cek Tian bersama puteranya,
Auwyang Phu, berhasil mencari Yo Ko. Di samping itu, mereka
memang masih jeri, karena mereka menyadari kepandaian Sintiauw-tay-hiap Yo Ko sangat tinggi. Jika mereka berkepandaian
1214 tanggung-tanggung belaka, tentu mereka sendiri yang akan
bercelaka dan menderita malu.
Itulah sebahnya Cek Tian hanya mengajak puteranya berkelana
dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya, sejauh itu
merekapun berusaha mendatangi tokoh-tokoh rimba persilatan
menantang mereka bertempur.
Karena kepandaian Cek Tian dan Auwyang Phu telah mencapai
tingkat yang tinggi dari ilmu Ha-mo-kang yang liehay itu, warisan
Auwyang Hong, ilmu yang pernah menggemparkan rimba
persilatan karena hebatnya, selalu dapat merubuhkan lawan-lawan
mereka. Dengan demikian mereka jadi disegani oleh jago-jago
rimba persilatan. Sedangkan Cek Tian dan puteranya semakin yakin bahwa
kepandaian mereka memang telah mencapai tingkat yang sangat
tinggi. Mereka hanya perlu melatih sin-kang mereka. Dan mereka
jadi congkak, terhadap siapa saja mereka sama sekali tidak
memandang sebelah mata dan selalu bertindak sekehendak hati
mereka, sebab ke duanya sudah tidak memiliki rasa takut kepada
siapapun juga! 1215 Siapa tahu, dikala mereka berada di Heng-san, ternyata Auwyang
Phu sendiri bertemu dengan Giok Hoa, sehingga dia berhasil
merubuhkan Giok Hoa. Sedangkan Cek Tian yang ingin menyusul
anaknya ke puncak gunung Heng-san, siapa tahu telah bertemu
dengau pengemis tua itu. Pengemis tua itu sendiri sesungguhnya seorang tokoh Kay-pang,
yang bergelar Kiu-cie-sin-kay (Pengemis Sakti Berjari Sembilan)
Thio Kim Beng, dia merupakan salah seorang dari lima Tiang-lo
Kay-pang yang membantu Yeh-lu Chi mengatur Kay-pang.
Pertemuan Thio Kim Beng dengan Cek Tian kebetulan saja, di
mana justeru Thio Kim Beng tengah melakukan perjalanan di
gunung Heng-san dan dia memang seorang pengemis yang gemar
merantau. Berbeda dengan ke empat Tiang-lo pengemis lainnya
justeru Tiang-lo yang seorang ini memperoleh tugas dari Pangcu
Kay-pang, Yeh-lu Chi, harus pergi ke kota-kota dan kampungkampung di seluruh daratan Tiong-goan, buat melihat-lihat, apakah
seluruh cabang Kay-pang melakukan peraturan Kay-pang dengan
baik! Tugas ini sesungguhnya merupakan tugas yang disesuaikan
kegemaran Thio Kim Beng yang suka berkelana, sehingga dia
tidak merasa berat. Malah dalam berkelananya itu tangan Thio Kim
1216 Beng ringan sekali buat menolongi orang-orang, yang berada
dalam kesulitan. Sehingga Thio Kim Beng memiliki nama yang
sangat terkenal di dalam rimba persilatan dan dia dihormati sekali,
karena biar bagaimana kepandaiannya yang tinggi dan yang
jarang sekali ketemu tandingan, serta hatinya yang mulia, yang
senang menolongi orang-orang yang tengah dalam kesulitan,
membuatnya dia dijuluki sebagai pengemis budiman.
Hari itu, menjelang tengah hari, justeru dia tengah berjalan di
lamping gunung Heng-san, ketika seorang nenek tua yaitu Cek
Tian telah menghadangnya. Dan nenek itu aseran sekali,
mengejek-ejek Thio Kim Beng sebagai pengemis tidak punya guna
dan Kay-pang sebagai perkumpulan pengemis yang bau, dan tidak
becus, karena banyak anggota pengemis yang melakukan
pekerjaan korupsi dan juga menindas rakyat mengandalkan
kepandaian mereka. Tentu saja hinaan yang dilontarkan Cek Tian membuat Thio Kim
Beng naik darah. Dia menanyakan siapa adanya nenek tua yang
cari urusan dengannya. Setelah mengetahui bahwa sinenek tua itu
adalah Cek Tian, isteri gelap Auwyang Hong, yang di dalam rimba
persilatan belakangan ini cukup terkenal, Thio Kim Beng baru
mengerti duduk persoalannya.
1217 Cek Tian membenci Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, sedangkan Sintiauw-tay-hiap Yo Ko memiliki hubungan akrab dengan pihak Kaypang. Waktu Yeh-lu Chi mengadakan rapat besar Kay-pang, Yo Ko
dan tokoh-tokoh pendekar lainnya yang mendukungnya.
Dengan demikian Cek Tian pun tidak menyukai Kay-pang. Setiap
kali melihat pengemis, tentu dia akan mencari urusan mempermainkan pengemis itu, hanya saja justeru sekarang ini
yang dihadangnya itu bukan pengemis sembarangan, yaitu salah
seorang Tiang-lo dari Kay-pang membuat Cek Tian jadi
menghadapi lawan yang tidak ringan.
Waktu mereka bertempur barulah Cek Tian menyadari bahwa
pengemis tua Kay-pang itu adalah seorang pengemis yang
tangguh dan kepandaiannya tidak berada di sebelah bawah
kepandaiannya. Hanya saja disebabkan telah terlanjur dia mencari urusan dengan
Thio Kim Beng, dia terus juga merangsek Kim Beng dengan
serangan-serangan yang hebat sekali.
Telah ratusan jurus mereka lewati, tetapi belum juga berhasil
menentukan siapakah yang lebih tinggi atau lebih rendah
1218 kepandaiannya. Mereka berimbang, saling menyerang dan saling
memusnahkan serangan lawan.
Cek Tian sendiri jadi semakin penasaran. Selama ini dia merasa
bahwa kepandaiannya telah mencapai tingkat tinggi sekali, sudah
jarang ada orang yang bisa menandingi kepandaiannya.
Hanya, sekarang Thio Kim Beng justeru telah dapat menghadapinya begitu tangguh, membuat Cek Tian benar-benar
penasaran dan berusaha buat merubuhkan lawannya, karenanya
dia telah mengeluarkan seluruh kepandaian dan juga ilmu silatnya.
Bahkan ketika sampai di puncak bukit bersalju itu, Thio Kim Beng
masih sanggup memberikan perlawanan yang gigih dan dalam
keadaan marah sebab Cek Tian tidak hentinya mengejek dan
membusuk-busukan nama Kay-pang, membuat Cek Tian menerima serangan yang gencar sekali dan Thio Kim Beng telah
mempergunakan seluruh kekuatannya untuk merangsek si nenek.
Dalam keadaan seperti itu terpaksa Cek Tian telah mempergunakan ilmu Ha-mo-kang, ilmu andalannya.
Memang benar, setelah nenek Cek Tian mempergunakan Ha-mokang nya dengan kepala di bawah dan sepasang kaki di sebelah
atas, membuat si pengemis tua Thio Kim Beng sementara waktu
1219 tidak bisa terlalu merangseknya. Tampaknya Kim Beng pun
bingung, karena semua serangannya jadi terbalik tiba disasarannya, sebab lawannya berjungkir balik seperti itu.
Thio Kim Beng seorang pengemis tangguh karena dia telah
terhitung satu di antara ke lima Tiang-lo Kay-pang, tidak terlalu
mengherankan, di samping kepandaiannya sangat tinggi juga dia
sangat cerdas sekali. Setelah mengawasi sekian lama, dengan hanya mengelak dan
berkelit dari serangan-serangan Cek Tian, akhirnya Thio Kim Beng
mulai memahami ilmu Ha-mo-kang itu dan sudah bisa melihat
kelemahan dari lawannya dengan ilmu kodoknya tersebut!
Hinaan yang dilontarkan Cek Tian buat Kay-pang merupakan
hinaan yang terlalu menyakitkan telinga Thio Kim Beng, sehingga
dia sudah memutuskan, buat merubuhkan Cek Tian dan tidak
menyudahi urusan sampai di situ.
Sekarang setelah mengetahui kelemahannya ilmu Ha-mo-kang
lawannya, segera dia mengerahkan sin-kangnya, tongkat bambu
hijaunya itu digerakkan, mendengung nyaring sekali dan berkelebat-kelebat di sekitar tubuh Cek Tian, mengandung
ancaman maut! 1220 Sedangkan Cek Tian pun memberikan perlawanan yang gigih,
kedua tangannya berkelebat-kelebat dengan sin-kang yang
dahsyat sekali. Angin pukulannya menderu-deru membuat salju
beterbangan. Dan Cek Tian tetap dengan kepala di bawah dan sepasang kaki di
atas, tubuhnya itu berputaran tidak hentinya sebat sekali. Malah
tongkat bambu dari Thio Kim Beng seperti juga tidak berdaya buat
menyerang nenek Cek Tian.
Ko Tie menyaksikan jalannya pertempuran antara ke dua tokoh
sakti rimba persilatan itu memandang dengan perasaan kagum,
karena jarang sekali dia menyaksikan pertempuran dari orangorang lihay seperti Cek Tian atau pengemis tua Thio Kim Beng,
Karenanya Ko Tie jadi tertarik sekali.
Sebagai seorang pemuda yang telah memiliki kepandaian tinggi,
maka setiap kali melihat ada orang-orang berilmu tinggi tengah
bertempur mengukur tenaga, dia jadi tertarik buat menyaksikannya. Demikian pula halnya kali ini, di mana dia seperti
terpaku di tempat persembunyiannya.
Cek Tian berulang kali selalu mengejek Kay-pang, membuat Thio
Kim Beng semakin sakit hati dan gusar, tongkat bambu hijaunya
1221 berkelebat-kelebat cepat sekali. Dia selalu menyerang ke sana ke
mari dengan dahsyat, karena dalam marahnya.
Thio Kim Beng telah mempergunakan seluruh ilmu yang ada
padanya. Dia berusaha merubuhkan si nenek tua Cek Tian. Jika
dapat, diapun bermaksud hendak melukainya cukup berat, buat
memperlihatkan bahwa Kay-pang bukanlah sebangsa perkumpulan pengemis yang mudah dihina.
Memang kepandaian mereka tampaknya setingkat, ke duanya
memiliki ilmu silat maupun sin-kang yang berimbang. Hanya saja
jika diteliti benar-benar, kepandaian Thio Kim Beng masih menang
seurat dari Cek Tian. Cek Tian hanya memiliki ilmu yang hebat luar biasa seperti Ha-mokang. Tetapi dia kurang meyakinkannya sampai mahir benar, dia
juga tidak memperoleh bimbingan waktu

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempelajari kepandaiannya, membuat dia kurang pengalaman bertempur.
Sekarang menghadapi serangan-serangan Thio Kim Beng yang
begitu gencar, membuatnya mulai terdesak. Biarpun dia telah
mengeluarkan seluruh kepandaiannya, dia masih juga sering
terdesak. 1222 Beruntung dia memiliki mujijat seperti Ha-mo-kang, dengan kepala
di bawah dan sepasang kaki di atas. Jika tidak, tentu Thio Kim
Beng sudah dapat mendesaknya lebih hebat.
Sekarang, dengan tubuh terbalik itu tentu saja membuat Thio Kim
Beng sementara itu kehilangan sasaran. Semua jalan darah di
tubuh lawannya jadi terbalik, dan setiap jurus yang dipergunakannya itu jadi terbalik menuju ke sasarannya. Jika harus
menotok ke pundak, justeru dia jadi menotok ke arah kaki
lawannya, demikian pula sebaliknya.
Tetapi setelah memperhatikan cara bertempur lawannya, berangsur-angsur dia mulai dapat mengusai diri dan telah bisa
melihat kelemahan lawannya. Karena dari itu, segera juga dia
memperhebat serangannya dengan mengincar bagian di tengah,
yaitu perut Cek Tian. Tengah merupakan bagian yang paling penting dalam suatu
pertempuran, karena dapat ke bawah dan dapat ke atas. Dengan
mengambil kelemahan lawannya di situ, Thio Kim Beng bisa
mengancam terus menerus dengan tongkat bambu hijaunya, tanpa
perlu bingung disebabkan lawannya bertempur dengan cara
terbalik seperti itu. Disamping itu juga terlihat betapa serangan1223 serangan yang dilakukan oleh Cek Tian kian lemah, rupanya nenek
tua itu mulai kehabisan napas dan tenaga, dia sudah letih.
Sedangkan Thio Kim Beng sendiri, walaupun cukup lelah, daya
tahannya jauh lebih kuat dibandingkan dengan si nenek Cek Tian.
Karenanya, dia telah mengempos semangatnya, dan berusaha
menyerang semakin lama semakin gencar, tidak mau memberikan
kesempatan sedikitpun kepada Cek Tian buat merobah kedudukan
dan posisi dirinya! Cek Tian menyadarinya, jika bertempur terus menerus seperti itu,
akhirnya dia yang bisa rubuh di tangan lawannya, karena setelah
ratusan jurus dia merasakan bahwa kepandaiannya masih berada
di bawah kepandaian Thio Kim Beng.
Maka cepat-cepat Cek Tian memperhebat serangan Ha-mo-kang
nya, juga dia berusaha untuk mencari kelemahan lawannya.
Namun tetap saja Cek Tian yang terdesak dengan hebat oleh
tongkat lawannya. Dikala itu Cek Tian menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba sekali dia
menghantam dengan ke dua telapak tangannya. Itulah jurus
terhebat dari Ha-mo-kang, membuat angin gempuran itu dahsyat
sekali menerjang Thio Kim Beng.
1224 Thio Kim Beng sendiri tidak berani menangkis dengan kekerasan.
Dia menyadari betapa hebatnya Ha-mo-kang, terlebih lagi si nenek
Cek Tian sekarang ini telah menyerangnya begitu hebat,
membuatnya dia tak mau mempertaruhkan jiwanya dengan
tangkisan keras dilawan keras.
Cepat-cepat dia berkelit, tubuhnya melesat lincah sekali, membarengi dengan itu tongkatnya menyambar mengancam
ubun-ubun dekat kening si nenek Cek Tian.
Itulah serangan yang mengambil arah vertikal, karena tongkat dari
pengemis tua itu menuju ke bawah, dimana kepala si nenek Cek
Tian memang menempel pada bumi. Justeru dia menyerang ubunubun dekat kening depan si nenek, dengan demikian dia berharap
bisa menotok jalan data Kiu-kie-hiat si nenek, yang berada tujuh
dim di atas alisnya. Tetapi Cek Tian benar-benar liehay, dia tidak mau membiarkan
keningnya kena diserang begitu saja. Cepat sekali dia telah
memutar tubuhnya, yang berputar-putar seperti juga gangsing. Dia
telah membalas menghantam lagi dengan tangan kirinya, dari
mulutnya terdengar suara "krokkk, krokkk"!
1225 Thio Kim Beng kali ini sudah tidak memiliki kesempatan buat
menghindar dari tenaga lawan. Karenanya dia menangkis.
"Bukkk!" hebat sekali tenaga mereka saling bentur, dan tubuh si
nenek terpental. Dia terpental sambil berbareng tubuhnya melesat
dan jatuh hinggap ditumpukan salju dalam keadaan berjongkok,
malah dari mulutnya terdengar suara "krokk, krokk," seperti juga
seekor kodok besar, dan ke dua tangannya telah mendorong kuat
sekali kepada Thio Kim Beng.
Thio Kim Beng waktu itu terhuyung tiga langkah ke belakang, dan
baru saja berhasil memperbaiki kuda-kuda ke dua kakinya, di saat
itulah tenaga Ha-mo-kang dari Cek Tian telah menyambar datang,
dan menuju ke arah dadanya. Walaupun serangan itu belum tiba,
baru menyambar angin permulaannya, Thio Kimbeng merasakan
napasnya sesak bukan main, ia kaget, dan segera mengempos
semangatnya, dia berkelit cepat-cepat menghindar, dari tenaga
Ha-mo-kang lawan. "Memang tidak percuma ilmu Ha-mo-kang yang diciptakan
Auwyang Hong, hebat sekali! Hemmmm, nenek tua sialan ini
tampaknya belum lagi dapat menguasai Ha-mo-kang itu sepenuhnya. Jika saja Auwyang Hong yang mempergunakan Ha1226 mo-kang tersebut, niscaya siang-siang aku sudah dapat dirubuhkan!" Begitulah yang dipikir Thio Kim Beng. Dia sendiri di samping
kagum, pun merasa jeri juga dengan Ha-mo-kang.
Cuma saja, disebabkan dia menyadari bahwa lawannya itu kurang
sepenuhnya menguasai ilmu tersebut, maka dia tidak menjadi
gentar buat bertempur terus. Coba jika berhadapan dengan
Auwyang Hong, tentu siang-siang Thio Kim Beng akan angkat kaki,
atau jika dia keras kepala, niscaya jiwanya sudah melayang siangsiang oleh si Bisa Bangkotan itu?"!"
Ko Tie menyaksikan jalan pertempuran di antara ke dua tokoh sakti
itu semakin lama semakin hebat, jadi menahan napas. Dia tidak
mengerti di tempat ini bisa muncul dua orang yang berkepandaian
begitu tinggi, dan dia berusaha untuk memperhatikan dengan
cermat sekali, buat melihat dengan sungguh-sungguh setiap jurus
yang dipergunakan ke dua orang tersebut, karena setidaknya, apa
yang dilihatnya ini merupakan tambahan pengalaman buat Ko Tie.
Di waktu itu Ko Tie juga telah berusaha untuk bersembunyi terus
tanpa ada gerakan. Sedikit saja dia mengeluarkan suara dan ke
1227 dua orang tua yang tengah bertempur hebat itu mengetahui, tentu
dia akan memperoleh kesulitan.
Sudah menjadi peraturan di dalam kalangan Kang-ouw, seseorang
tidak bisa mencuri lihat atau bersembunyi untuk mengintip
pertempuran dari orang lain. Hal itu merupakan suatu perbuatan
yang rendah dan hina. Karenanya, Ko Tie tidak ingin jika
perbuatannya kali ini sampai diketahui oleh ke dua orang yang
tengah bertempur dengan dahsyat itu.
Tiba-tiba terdengar bentakan si pengemis Thio Kim Beng, yang
berseru dengan suara yang nyaring sekali: "Hemmm..... walaupun
engkau mengeluarkan seluruh kepandaianmu, tetap saja engkau
akan rubuh di tanganku! Baik! Baik! Kau pergunakanlah seluruh
kepandaianmu.....!" Sambil berkata begitu, segera juga Thio Kim Beng memutar
tongkat bambu hijaunya, dia telah memutarnya dengan dahsyat
menimbulkan kesiuran angin yang menderu-deru hebat sekali. Dia
juga telah melangkah maju, berusaha untuk merangsek kepada si
wanita tua tersebut. Dikala itu, tampak Cek Tian berusaha mengempos seluruh
kekuatannya. Dia masih berada dalam keadaan berjongkok seperti
1228 seekor kodok besar, di mana ke dua tangannya telah dilonjorkan
dan mendorong dengan kuat sebanyak dua kali.
Tetapi Thio Kim Beng benar-benar lihay, dia bisa menghadapi
gempuran itu dengan mudah, tubuhnya berkelebat ke sana ke mari
dan dia telah memunahkan tenaga serangan dari Ha-mo-kang
lawannya. Thio Kim Beng pun bukan hanya berkelit saja, tongkatnya tahutahu sudah meluncur. Sekarang nenek tua Cek Tian dalam
keadaan berjongkok, dengan sendirinya dia bisa menyerang lebih
leluasa. Ujung tongkat bambu hijaunya itu telah mengincar mata
dari nenek tua tersebut. Walaupun Ha-mo-kang Cek Tian cukup hebat, namun gin-kangnya
masih di bawah gin-kang Thio Kim Beng. Sekarang melihat tongkat
lawannya meluncur akan menikam matanya, dia tidak berani
berayal. Segera dia menjejakkan ke dua tangannya, telapak tangannya
menghantam bumi, maka tubuhnya seperti juga seekor kodok
besar yang tengah melompat, melesat sangat ringan sekali sejauh
dua tombak lebih. 1229 Thio Kim Beng sama sekali tidak mau memberikan kesempatan.
Dia juga telah menyusul, tongkat bambu hijaunya itu telah
menyambar secepat kilat, tenaga dalam yang disalurkan kepada
tongkatnya itu juga hebat sekali, menimbulkan angin yang
berkesiuran, tetap saja ujung tongkatnya yang tajam itu mengincar
mata Cek Tian. Cek Tian gusar bukan main, dia mendorong pula ke dua telapak
tangannya dalam keadaan tetap berjongkok, dimana dari mulutnya
terdengar "krokkk, krokkk," tidak hentinya. Dari ke dua telapak
tangannya itu meluncur kekuatan tenaga dalam yang dahsyat
sekali. Dia tengah didesak lawannya dengan ujung tongkat yang
mengincar matanya, karenanya, dia bermaksud akan membendung serangan lawan dengan hantaman Ha-mo-kang
yang sekuat tenaganya. Jika memang lawannya meneruskan
tikaman mata tongkatnya itu buat mencukil biji mata Cek Tian,
berarti serangan Ha-mo-kang Cek Tian akan mengenai Thio Kim
Beng. Dia akan terluka matanya dan menjadi buta, tetapi dia bisa
membunuh lawannya. Itulah perhitungan yang masuk dari Cek
Tian, yang mempertaruhkan biji matanya.
1230 Tetapi Thio Kim Beng mana mau berlaku nekad seperti itu, dia
melompat mundur sambil menarik pulang tongkatnya. Dengan
demikian mereka berdua telah terpisah dalam jarak yang cukup
jauh. Ke duanya saling pandang satu dengan yang lain bersiapsiap untuk saling terjang menerjang lagi guna merubuhkan lawan
mereka. Keadaan pada waktu itu jadi tegang. Ko Tie yang bersembunyi di
balik batu gunung, menyaksikan ke dua tokoh sakti itu yang tengah
saling pandang mencari kesempatan buat mulai menyerang lagi,
jadi berdebar juga. Karena dia mengetahui, sekali ini ke dua jago yang berkepandaian
tinggi tersebut tengah mengincar kelemahan lawannya dan
berusaha mencari kesempatan guna menyerang terlebih dulu.
Juga ilmu yang akan mereka pergunakan tentunya bukanlah ilmu
yang sembarangan, setidaknya mereka sekali ini akan mempergunakan ilmu simpanan mereka.
Di waktu itulah tampak Cek Tian telah mengerang, dia mengangkat
ke dua tangannya lurus-lurus ke depan, sikapnya masih
berjongkok seperti seekor kodok besar, matanya memancarkan
sinar yang tajam sekali. Tubuhnya tergetar keras, karena dia
1231 tengah mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya, di mana dia
ber maksud sekali ini menyerang berhasil merubuhkan lawannya.
Thio Kim Beng pun tidak berani berayal, tongkat bambu hijaunya
telah dilintangkan di depan dadanya. Dia telah mengawasi sikap
Cek Tian dengan mata yang bersinar tajam juga. Dia menantikan
penyerangan lawannya sambil mengempos semangatnya, memperhatikan juga kalau-kalau ada kelemahan dalam gerakan
Cek Tian ini. Di saat itulah, di antara berkelebatnya tongkat bambu hijau Thio
Kim Beng, tampak Cek Tian juga menyerang hebat mempergunakan ke dua telapak tangannya.
"Takk, dukkk, bukk!" terdengar tiga kali suara benturan yang


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nyaring. Suara yang pertama adalah suara terbenturnya tongkat bambu
hijau Thio Kim Beng yang kena ditangkis oleh Cek Tian, sedangkan
suara yang ke dua merupakan suara terbenturnya dua kekuatan
antara tenaga dalam Cek Tian dengan tenaga dalam Thio Kim
Beng. Dan suara yang ke tiga merupakan suara tubuh Cek Tian yang
kena dihantam oleh telapak tangan kiri Thio Kim Beng, sehingga
1232 tubuh si nenek tua yang tangguh itu terpental bergulingan di atas
tumpukan salju! Namun dasarnya memang dia tangguh sekali, dia bisa melentik
bangun dengan segera, sambil menghantam lagi dengan ke dua
telapak tangannya, di mana dia masih mengambil sikap seekor
kodok besar, berjongkok mempergunakan Ha-mo-kang nya! Angin
berkesiuran menderu-deru.
Thio Kim Beng sendiri tidak berani segera memapaki serangan
lawannya kali ini. Tadi saja, waktu tenaganya saling bentur dengan
tenaga dalam Cek Tian, telapak tangannya yang mencekal tongkat
bambu hijaunya tergetar keras dan terasa pedih, juga tubuhnya
tergoncang hebat sekali. Biarpun dia berhasil menghantam Cek Tian dengan telapak tangan
kirinya, dia sendiri tidak urung kena disampok oleh kekuatan
tenaga dalam Ha-mo-kang lawannya. Beruntung dia memang,
telah menutup tubuhnya dengan kekuatan sin-kang nya, sehingga
biarpun dia kena diterjang oleh tenaga dalam lawan, tokh tetap saja
dia tidak sampai terluka parah.
Dalam keadaan seperti itu, terlihat Thio Kim Beng cepat-cepat
menjejakkan ke dua kakinya. Dia tidak mau menyambuti tenaga
1233 serangan dari Cek Tian. Dengan demikian pukulan yang hebat itu
jatuh di tempat kosong. Cek Tian penasaran dan murka sekali. Tadi dia telah kena terpukul.
Memang benar pukulan itu tidak sampai melukai dia dan juga tidak
sampai membuat dia bercacad, akan tetapi dia penasaran sekali.
Dia telah terguling-guling akibat serangan lawannya.
Karena, sebagai seorang wanita, yang umumnya memang sering
diliputi oleh perasaan penasaran jika belum berhasil mencapai
sesuatu yang dikehendaki. Maka demikian pula halnya dengan
Cek Tian, dia jadi begitu penasaran dan biar bagaimana bertekad
hendak menyerang binasa pada lawannya itu.
Demikianlah, setelah pukulannya itu dapat dihindarkan oleh
lawannya, dia segera melompat dengan sikap seperti seekor
kodok dan telah menyerang lagi dengan hebat. Serangan itu
datang saling susul, tampaknya dia kalap sekali, dan sekarang dia
sudah tidak memperdulikan lagi keselamatan dirinya!
Wajah nenek tua Cek Tian tampak menyeramkan sekali, dengan
sepasang mata mendelik memancarkan sinar yang menakutkan.
Di wajahnya terbayang hawa nafsu membunuh yang besar sekali
karena dalam kenekadannya itu, benar-benar dia kalap dan
1234 penasaran hendak membinasakan lawannya, walaupun dengan
cara dan jalan bagaimana. Itulah sebabnya dia telah mempergunakan seluruh tenaga lwekangnya buat menyerang
sehebat-hebatnya kepada Thio Kim Beng.
Berlainan dengan Cek Tian, justeru Thio Kim Beng tidak mau
membuang jiwa percuma secara konyol. Karena dari itu, dia
berulang kali berkelit, tiga kali dia berkelit dan pada serangan ke
empat kali, mau atau tidak terpaksa dia harus menangkisnya,
karena Cek Tian mendesaknya terus beruntun dengan pukulanpukulan Ha-mo-kang yang dahsyat.
Dalam keadaan seperti itu, Thio Kim Beng mengerahkan sebagian
besar tenaga dalamnya dan menangkisnya, memperdengarkan,
suara benturan yang keras dari saling benturnya tangan mereka,
di mana tangan mereka tidak segera terpisah lagi. Ke duanya
berdiri tegak dengan kuda-kuda ke dua kaki yang kokoh mereka
mengadu kekuatan tenaga dalam mereka buat saling lebih
mendahului merubuhkan lawan masing-masing.
Sebetulnya Thio Kim Beng jika ingin mempergunakan tongkat di
tangan kanannya. Dia bisa melakukannya buat menotok atau
menghantam Cek Tian, tokh dia tidak melakukannya sebab jika
1235 lweekang terpecah dan dibagi ke tangan kanan, berarti dia yang
akan tertindih oleh kekuatan tangan lawannya.
Karena dari itu, dia telah bertahan terus, dan malah berusaha
mengerahkan tenaganya, untuk dapat merubuhkan Cek Tian
dengan hanya tangan kirinya sedangkan tongkat bambu hijaunya
tetap saja tergantung tidak dipergunakan untuk menyerang!
Ko Tie menyaksikan ke dua orang tokoh sakti yang tengah
mengadu kekuatan dan berada dalam saat-saat yang menentukan
sekali, karena jika memang mereka lengah dan tertindih kekuatan
tenaga dalam lawan, salah seorang akan terluka parah sekali.
Bertempur dengan mempergunakan lweekang sesungguhnya jauh
lebih berbahaya jika dibandingkan dengan bertempur mempergunakan senjata tajam, sebab begitu tertindih kekuatan
tenaga dalam lawan, atau memang tenaga dalam mereka itu
buyar, niscaya hawa murni mereka juga akan musnah. Dan di saat
itu mereka akan terluka hebat, bahkan kemungkinan besar akan
menemui kematian. Karena dari itu pula mengapa Thio Kim Beng tidak berani membagi
kekuatan tenaga dalamnya pada tangannya yang satu. Dia
membiarkan tongkat bambu hijaunya tergantung saja karena dia
1236 tidak mau mengambil resiko dengan memecahkan kekuatan
tenaga dalamnya yang mungkin akan menyebabkan dia terdesak
oleh kekuatan tenaga dalam lawannya!
Ko Tie sendiri agak bingung juga, tentu saja dia tidak menghendaki
jika sampai ke dua orang tokoh sakti itu ke dua-duanya terluka.
Dan diapun hendak menolongi memisahkan mereka, tapi
kepandaiannya jelas masih berada di bawah kepandaian ke dua
orang itu, sin-kang nya juga masih kalah.
Karena dari itu, jika dia menyelinap di antara dua kekuatan tenaga
dalam yang luar biasa hebatnya itu, niscaya hanya akan
menyebabkan dia yang bercelaka! Akhirnya Ko Tie hanya
mengawasi bingung saja, dilihatnya dari kepala Thio Kim Beng
maupun Cek Tian telah mengepul uap yang semakin lama semakin
tebal, dan juga keringat di sekujur tubuh mereka telah membasahi
pakaian. Waktu Ko Tie tengah bingung buat memisahkan ke dua orang itu,
justeru di saat itu di tengah udara terdengar suara pekik burung
rajawali putih, pekik yang nyaring sekali.
Ko Tie jadi girang. Cepat-cepat dia menoleh ke atas.
1237 Benar saja, burung rajawali putih yang berukuran besar itu, tengah
terbang mendatangi cepat sekali. Hanya saja keadaan burung
rajawali itu agak luar biasa, bulu-bulunya tampak tidak rata lagi,
telah banyak yang rontok, membuat Ko Tie jadi kaget tak terkira.
Segera Ko Tie bersiul nyaring. Burung rajawali putih itu yang
tengah terbang pesat sekali karena ingin cepat-cepat memberitahukan kepada Yo Kouw-nio bahwa majikannya, Giok
Hoa, tengah terancam jiwanya di tangan Auwyang Phu.
Dan dia segera melihat Ko Tie. Dengan pekik nyaring karena
gembira, burung rajawali putih tersebut segera terbang menukik
turun menghampiri Ko Tie, dan setelah hinggap dia mengibasngibaskan sayapnya.
Melihat kelakuan burung rajawali putih itu dan juga keadaan
bulunya yang pada rontok tersebut, segera Ko Tie mengetahui,
pasti ada sesuatu yang terjadi pada Giok Hoa. Segera juga dia
menepuk-nepuk leher burung itu, dia perintahkan agar burung
tersebut segera pergi ke tempat Yo Kouw-nio.
Yo Kouw-nio ketika melihat Ko Tie yang turun dari punggung
burung rajawali putih yang telah membawanya terbang tadi, kaget
1238 tidak terkira. Karena dia segera memiliki perasaan tidak enak
melihat keadaan burung rajawali putih yang tidak keruan itu.
Ko Tie menceritakan, mungkin Giok Hoa mengalami ancaman
bahaya. Juga burung rajawali putih itu tentu telah dianiaya
seseorang. Yang membuat Ko Tie jadi agak bingung, dia pun tidak melihat
biruang salju. Dia menanya kepada rajawali putih itu, namun sikap
dan gerak burung itu tidak dimengerti olehnya. Memang sikap dan
gerak-gerik burung rajawali tersebut hanya bisa dimengerti oleh
Giok Hoa seorang, majikannya.
Dikala itu, Yo Kouw-nio tidak membuang-buang waktu segera
melompat ke punggung burung rajawali putih tersebut, dia
perintahkan burung rajawali putih itu membawanya terbang ke
tempat di mana beradanya Giok Hoa.
Swat Tocu segera berlari pesat sekali, mengikuti ke arah mana
burung rajawali putih itu terbang. Ko Tie juga mengikutinya.
Swat Tocu menguatirkan sekali keselamatan biruang saljunya.
Karena dari itu, dia tidak membuang-buang waktu mengikuti
burung rajawali putih karena dia menduga tentunya biruang salju
1239 tengah mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil berdua
dengan Giok Hoa. Ko Tie sendiri berdebar-debar hatinya.
Cek Tian dan Thio Kim Beng yang tadi mendengar suara pekik
burung rajawali putih tiba-tiba dengan berbareng, dan serentak, ke
duanya telah menarik pulang tenaga mereka, dan ke duanya
menjauhi diri saling pandang. Mereka kemudian melihat Ko Tie,
yang telah melompat ke punggung burung rajawali putih tersebut,
terbang! Ke dua tokoh sakti rimba persilatan tersebut heran bukan main
karena mereka tidak mengenali siapa adanya Ko Tie dan juga
mereka merasa aneh melihat rajawali putih yang begitu jinak. Di
saat itulah tampak, betapa ke dua tokoh sakti ini jadi penasaran.
Setelah saling pandang dan melihat Ko Tie dibawa terbang oleh
burung rajawali putih tersebut, segera juga ke duanya menjejakkan
kaki mereka berlari-lari mengikuti rajawali putih tersebut. Dan
mereka melihat Ko Tie dan Swat Tocu, yang mengikuti rajawali
putih itu seperti juga sebagai penunjuk jalannya.
Cek Tian dan Thio Kim Beng semakin penasaran, mereka
mengikuti terus. 1240 Yo Kouw-nio yang duduk di punggung burung rajawali putih itu,
telah mengawasi sekelilingnya, dimana dia berusaha untuk
memperhatikan keadaan di sekitarnya, kalau-kalau Giok Hoa
terlihat olehnya. Burung rajawali putih itu masih terbang dengan
cepat, dan di waktu itulah terlihat betapa burung rajawali putih telah
menukik ke sebuah tonjolan batu gunung.
Yo Kouw-nio segera menyaksikan peristiwa yang mengejutkannya.
Dia memang melihat Giok Hoa, tetapi dalam keadaan tidak
berdaya, karena tertotok, dan juga disaat itu terlihat dia tengah
terancam, karena mukanya tengah diincar dan dirusak oleh mata
pedang di tangan Auwyang Phu.
Tidak berayal lagi, tangan Yo Kouw-nio bergerak, dia melontarkan
sebatang jarum Bwee-hoa-ciam.
Jarum itu segera menyambar pesat sekali. Terdengar suara
"Tranggg"! Pedang di tangan Auwyang Phu yang tengah meluncur ke arah
muka Giok Hoa, dan si gadis tengah menutup mukanya, tampak
terpental, dan tergetar keras sekali, sehingga membuat Auwyang
Phu kaget bukan main. 1241 Benar dia mencekal pedang itu tidak terlalu kuat dan keras, namun
dia memiliki kepandaian yang tinggi. Dengan disentuh sebatang
jarum Bwe-hoa-ciam, pedang itu bisa mencong dan tangannya
tergetar benar-benar membuat Auwyang Phu jadi kaget tidak
terkira. Itulah timpukan yang mengandung kekuatan tenaga dalam
yang luar biasa hebatnya.
Cepat-cepat Auwyang Phu menoleh, dia melihat Yo Kouw-nio yang
melompat turun dari punggung rajawali yang tadi telah dibabak
belurkannya. Auwyang Phu melengak sejenak, tapi segera dia
tertawa bergelak-gelak. "Oho...... oho...... kiranya wanita cantik lagi! Ha, tampaknya burung
celaka itu memang memiliki banyak sekali wanita-wanita cantik,
walaupun usiamu tampaknya lebih tua dari wanita ini?"!" Sambil
berkata begitu, pedangnya di tunjuk kepada Giok Hoa
Yo Kouw-nio tidak berkata apa-apa, dia cepat menghampiri Giok
Hoa, berjongkok di sampingnya, dan membuka totokan pada
tubuhnya. Namun maksudnya tidak kesampaian begitu dia
menotok, jalan darah itu tidak terbuka.
Sedangkan Auwyang Phu sendiri tertawa bergelak-gelak, sama
sekali dia tidak berusaha mencegah perbuatan Yo Kouw-nio. Dia
1242 tidak berusaha untuk menghalanginya dan hanya tertawa
bergelak-gelak. "Hebat! Kau rupanya pandai ilmu tiam-hiat, bukan" Coba bukalah!"
kata Auwyang Phu dengan suara yang nyaring.
Yo Kouw-nio berobah mukanya, karena dia penasaran sekali dan
malu gagal membuka totokan pada muridnya. Dia mencoba dua
kali, mengurut dan menotok beberapa jalan darah di tubuh Giok
Hoa. Tetap saja gagal. Malah Giok Hoa tampak meringis. sebab bukan terbuka jalan darah
yang tertotok, malah tampaknya dia menderita kesakitan yang
tidak ringan. Segera Yo Kouw-nio menghentikan usahanya membuka totokan
pada Giok Hoa. Dia berdiri dan memandang kepada Auwyang Phu
dengan suara yang dingin dia bilang: "Cepat kau buka totokan itu,
jangan sekali-kali kau bermaksud berbuat

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kurang ajar padaku?"!" "Siapa kau?" tanya Auwyang Phu setelah tertawa bergelak-gelak.
"Aku?" aku orang she Yo!"menyahuti Yo Kouw-nio dengan sikap
ragu, sebetulnya dia bermaksud hendak menyebutkan namanya,
1243 namun karena dia berpikir Auwyang Phu tentu bukan sebangsa
manusia baik-baik, dia hanya menyebutkan dia orang she Yo
belaka! "Hahaha!" tertawa Auwyang Phu dengan suara yang nyaring
sekali, kemudian melanjutkan: "Bagus! Kiranya memang tidak
salah gadis itu tadi telah mempergunakan pedang Giok-lie-kiamhoat! Dan engkau rupanya memang masih mempunyai hubungan
dengan si buntung Yo Ko!"
Muka Yo Kouw-nio berobah mendengar ayahnya disebut si
buntung, tahu-tahu tubuhnya ber kelebat, tangan kanannya
menampar ke mulut Auwyang Phu.
Auwyang Phu waktu mengetahui wanita yang ada di hadapannya
adalah orang she Yo yang memiliki hubungan dengan Sin-tiauwtay-hiap, sejak tadi dia telah bersiap-siap.
Sekarang melihat Yo Kouw-nio dengan gesit bergerak ingin
menampar mulutnya, segera dia mengelak. Tubuhnya lincah sekali
melompat ke samping. "Hahaha?" jangan terlalu galak seperti itu!" ejeknya. "Mari kita
bicara dulu?" 1244 Bola mata Yo Kouw-nio terbuka lebar-lebar mendelik kepada
Auwyang Phu, bukan main penasaran dan bencinya kepada
pemuda ini yang telah menghina ayah angkatnya. Dia berusaha
menahan kemarahannya, bentaknya: "Katakan siapa kau."
"Aku" Aku orang she Auwyang".. tentu kau tidak asing dengan
she tersebut, bukan" Namaku hanya tunggal, yaitu Phu! Akulah
Auwyang Phu, putera sejati dari Auwyang Hong!"
Berobah muka Yo Kouw-nio melihat lagak pemuda itu berbicara,
dan juga mendengar ia adalah putera Auwyang Hong. Inilah aneh
dan sulit sekali bisa dipercaya oleh pendengarannya.
Setelah tertegun beberapa saat, dia bertanya: "Jadi?" jadi
engkau puteranya Auwyang Hong Locianpwe"!"
Auwyang Phu memperlihatkan sikap congkak. Dia mengangguk
segera, "Tepat! Sedikitpun tidak meleset! Memang aku putera
Auwyang Hong! Putera sejati! Kau dengar, aku putera sejati
Auwyang Hong. yang telah mewarisi seluruh kehebatan ayahku!"
Dan setelah berkata begitu ia tertawa bergelak-gelak lagi.
Sedangkan Yo Kouw-nio menghela napas.
1245 "Auwyang Hong Locianpwe dengan ayahku memiliki hubungan
yang baik. Karena itu, memandang ayahmu, aku bersedia buat
menyudahi urusan sampai di sini saja, dan cepat kau bebaskan
totokanmu pada muridku itu......" kata Yo Kouw-nio sambil
menghela napas mengalah. Tetapi Auwyang Phu justeru jadi sebaliknya, dia menduga Yo
Kouw-nio gentar dan jeri begitu mendengar dia adalah puteranya
Auwyang Hong. "Hmmm, jadi engkau adalah puteri si buntung Yo Ko?" tanyanya
dengan sikap mengejek. Meluap lagi darah Yo Kouw-nio.
"Mulutmu jangan kurang ajar!" bentaknya. "Atau memang engkau
minta aku menghajarnya agar kelak engkau dapat bersikap lebih
sopan dan baik-baik?"
Melihat Yo Kouw-nio gusar Auwyang Phu sama sekali tidak jeri,
malah dia tertawa tergelak-gelak dengan sikap yang angkuh sekali.
"Hemmm, engkau marah" Baik! Baik-baik! Aku memang selalu
menyebut ayahmu itu dengan sebutan si buntung Yo Ko! Lalu
sekarang apa yang hendak kau lakukan"!"
1246 Yo Kouw-nio sudah tidak, bisa menahan dirinya lagi mendengar
perkataan dan sikapnya Auwyang Phu seperti itu. Tahu-tahu
tubuhnya melesat dan tangan kanannya bergerak kembali
berusaha menempeleng mulut Auwyang Phu.
"Menghajar mulutmu!" teriaknya gusar.
Tetapi kali ini Auwyang Phu sama sekali tidak berkelit, malah dia
telah menangkis dengan pedang rampasannya.
Tentu saja tangan Yo Kouw-nio akan terkutungkan, jika saja ia
menyerang terus. Cepat-cepat dia menahan tangannya, namun
bukan buat berdiam diri, melainkan dengan segera dia telah
membarengi menghantam lagi.
Auwyang Phu kagum juga melihat kesebatan tangan Yo Kouw-nio,
"Bagus!" berseru pemuda itu dengan suara nyaring dan tubuhnya
melejit ke sana ke mari, berkelit dari serangan-serangan Yo Kouwnio yang gencar. Malah dia juga mempergunakan pedangnya,
berusaha buat balas menyerang. Setiap serangannya cukup baik.
Tetapi Yo Kouw-nio adalah pewaris dari ilmu pedang nomor wahid
di masa ini, yaitu Giok-lie-kiam-hoat, sehingga mana bisa Auwyang
1247 Phu mendesaknya dengan serangan pedang tersebut. Segera
juga Yo Kouw-nio berhasil mendesaknya.
Memang Auwyang Phu kurang sekali memperhatikan ilmu pedang,
dia lebih mementing kan ilmu Ha-mo-kang nya. Sekarang
merasakan dirinya terdesak hebat, dia segera membuang
pedangnya, tahu-tahu dia berjongkok dan ke dua tangannya
dilonjorkan mendorong ke depan. Di waktu itu Yo Kouw-nio justeru
tengah menerjang ke dekatnya.
Yo Kouw-nio kaget juga merasakan dorongan tenaga yang kuat
bukan main, dia merasakan napasnya sesak. Segera juga Yo
Kouw-nio mengetahui bahwa itulah suatu kekuatan yang tidak
boleh diremehkan. Segera berkelit ke samping batal menyerang
pemuda ceriwis tersebut. Dikala itu Auwyang Phu bukan hanya menyerang satu kali saja,
dalam sikap masih berjongkok dia telah menghantam lagi lebih
kuat. Berulang kali tenaga dari serangan Ha-mo-kang tersebut telah
menyambar kepada Yo- Kouw-nio. Beruntung memang Yo Kouwnio memiliki gin-kang yang sangat tinggi, sehingga dia berhasil
mengelakkan serangan-serangan Auwyang Phu.
1248 Cuma saja Yo Kouw-nio penasaran bukan main, dan suatu kali dia
ingin juga mengetahui sesungguhnya berapa kekuatan lweekang
pemuda itu. Ketika melihat Auwyang Phu tengah melonjorkan sepasang
tangannya, dia menangkisnya dengan mempergunakan lweekangnya. Dengan demikian, dua tenaga sin-kang segera bentrok dahsyat
sekali. Tubuh Yo Kouw-nio bergoyang-goyang namun tidak bergeser dari
tempatnya berdiri. Sedangkan Auwyang Phu sampai terpental
dalam posisi masih berjongkok. Cuma saja, ketika dia meluncur
turun, seketika dia hinggap di tanah dengan keadaan dan posisi
seperti semula, yaitu dia tetap berjongkok,
Malah Auwyang Phu telah membarengi dengan pukulan lagi, kuat
sekali tenaga pukulannya itu, karena dia mempergunakan jurus
yang hebat dari Ha-mo-kang dengan mengerahkan sebagian
terbesar sin-kangnya. Angin dorongan ke dua telapak tangannya
itu berkesiuran sangat dahsyat,
1249 Tubuh Yo Kouw-nio melompat ke tengah udara, sehingga angin
serangan Ha-mo-kang tersebut menyambar terus dan menghantam sebungkah batu.
Terdengar suara menggelegar yang nyaring sekali, bungkahan
batu tersebut seketika hancur berantakan dan telah menjadi puingpuing, Waktu bungkahan batu tersebut kena diserang tenaga Hamo-kang, sekitar tempat itu terasa tergetar.
"Phu-jie!" Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita berseru
nyaring. Tidak lain yang berseru itu adalah Cek Tian.
Sedangkan di depan Cek Tian terlihat Swat Tocu dan Ko Tie yang
berdiri dengan muka merah padam, karena tocu pulau es itu telah
melihatnya bahwa biruang saljunya rebah pingsan tidak sadarkan
diri. Sedangkan Ko Tie segera melompat ke samping biruang salju,
buat memeriksa keadaannya, sehingga dia memperoleh kenyataan biruang salju itu terluka di dalam yang tidak ringan.
Segera juga Auwyang Phu dengan gembira berlari menghampiri
ibunya. "Ibu"..!" panggilnya.
Di samping ibunya, tampak terpisah tidak begitu jauh, seorang
pengemis tua, yang mengawasi Auwyang Phu dengan sorot mata
yang tajam sekali. 1250 Yo Kouw-nio segera menoleh ke arah Swat Tocu, katanya: "Swat
Locianpwe, dialah yang telah melukai biruang saljumu dan rajawali
putih itu! Bahkan Giok Hoa telah dilukainya!"
Swat Tocu tidak mengucapkan apa-apa, dia hanya mendegus,
tahu-tahu tubuhnya telah melesat, ke dua tangannya diulurkannya.
Dia telah melompat ke arah Auwyang Phu, karena dia bermaksud
akan mencengkeram punggung Auwyang Phu. Itulah disebabkan
Swat Tocu terlalu gusar. Sedangkan Cek Tian menyaksikan Swat Tocu dengan marah
hendak mencengkeram anaknya, tidak mau tinggal diam. Cepat
sekali dia berseru sambil menyampok tangan Swat Tocu.
Dia mengetahui siapa adanya Swat Tocu dan telah mengetahui
juga berapa tinggi kepandaian yang dimiliki tocu tersebut. Karena
dari itu, dia menangkis dengan mengeluarkan tenaga yang cukup
tangguh. Swat Tocu sama sekali tidak berusaha menarik kembali
tangannya, sehingga tangannya itu saling bentur dengan tangan
Cek Tian. Namun, apa jadinya" 1251 Tubuh Swat Tocu sendiri terpental mundur sedikit, sedangkan
tubuh Cek Tian telah terhuyung sampat empat langkah. Hal ini
mengejutkan Auwyang Phu, dia mencekal lengan ibunya, muka
Cek Tian berobah memucat.
"Ibu..... apakah engkau tidak apa-apa"!" tanya Auwyang Phu
dengan kuatir dan telah melirik kepada Swat Tocu dengan sorot
mata yang bengis sekali. Cek Tian menggeleng perlahan, kemudian dia telah berkata: "Hatihatilah terhadap dia, dialah Swat Tocu?"!"
Auwyang Phu seperti tidak mendengar peringatan ibunya, karena
telah menjejakkan sepasang kakinya, dia hinggap di tanah dengan
ke dua kaki tertekuk, di mana dia berjongkok dengan sikap seperti
seekor kodok besar, kemudian ke dua tangannya dilonjorkan dan
dia mendorong dengan perlahan!
Swat Tocu tidak memandang sebelah mata pada pemuda itu. Dia
telah menyampok dengan tangan.
"Dukkk.....!" tubuh Swat Tocu tergoncang juga, namun dia tidak
sampai tergeser dari tempatnya berdiri, cuma di waktu itu dia telah
tertawa dingin menyaksikan betapa tubuh Auwyang Phu terpental
berjumpalitan di tengah udara beberapa kali, baru meluncur turun.
1252 Itulah disebabkan kuatnya tenaga serangan dari Swat Tocu. Dan
Auwyang Phu sendiri merasakan kepalanya pusing. Untung dia
memiliki lweekang yang cukup tinggi, membuat dia tidak sampai
kena dirubuhkan oleh sampokan tangan Swat Tocu.
Sedangkan Swat Tocu mendengus, wajahnya menyeramkan
karena marah, dia bilang: "Hem, engkau harus membayar sakit hati
Swat-him-ji (Anak biruang es), yang telah kau celakai?"!" Sambil
berkata begitu, segera juga dia melompat ke samping Auwyang
Phu, sambil menggerakkan tangannya.
Tetapi Auwyang Phu, yang sekarang menyadari bahwa Swat Tocu
adalah seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi, tidak
mau memperdulikan serangan Swat Tocu, dia telah menyingkir.
Dua kali Swat Tocu menyerang, tetapi tidak berhasil mengenainya.
Waktu satu kali lagi Swat Tocu menghantam, dan Auwyang Phu
sudah tidak memiliki kesempatan buat mengelakkan serangan itu.
Segera dia berjungkir balik, kepala di bawah dan sepasang kaki di
atas! Swat Tocu jadi terkejut juga melihat cara bertempur lawannya, buat
sejenak dia tertegun. 1253 Dikala itu, cepat sekali Auwyang Phu membarengi dengan
serangannya, karena dia ingin mempergunakan kesempatan di
saat lawannya tengah tertegun seperti itu buat merubuhkannya.
Swat Tocu tersadar dengan segera, dia mendengus, dan dia
mengibaskan tangannya. Tetapi sekali ini tubuh Auwyang Phu
tidak terpental hanya terputar-putar seperti gangsing.
Swat Tocu jadi mendongkol melihat kelicikan lawannya, berulang
kali dia menghantam dengan kekuatannya yang sangat hebat, ilmu
pukulan Inti Es nya. Dengan demikian, tubuh Auwyang Phu berulang kali berputarputar. Dia memang menguasai Ha-mo-kang, tetapi yang membuat
dia tidak tahan adalah hawa dingin yang seperti ingin membekukan
dirinya. Sedangkan terputar-putar seperti itu tidak membawa akibat
buruk padanya, malah dia merasa nyaman sekali bisa berputar
semakin cepat, darahnya jadi terbalik dan lebih deras turun ke
kepala, sehingga tenaga Ha-mo-kangnya jadi semakin hebat dan
kuat. Sedangkan Swat Tocu sendiri diam-diam berpikir: "Siapakah anak
itu" Tampaknya dia mahir sekali mempergunakan ilmu Ha-mo1254 kang ini, yang kabarnya dulu menjadi ilmu andalan Auwyang
Hong?" Sambil berpikir begitu, Swat Tocu juga tidak tinggal diam diri,
karena dia telah menyusuli dengan serangannya yang beruntun.
Cek Tian menyaksikan anaknya didesak terus oleh Swat Tocu, dia
tidak bisa membiarkan, karena dia kuatir puteranya itu nanti kena
dicelakai oleh Swat Tocu. Maka dia melompat dengan gesit
menghadang di depan Swat Tocu, katanya:
"Kau jangan mengganggu anakku! Nah, hadapilah aku!"
Sambil berkata begitu, nyonya tua tersebut telah menekuk ke dua
kakinya, dia menyerang dengan mempergunakan ke dua telapak
tangannya. Angin dari pukulan Ha-mo-kang nya itu berkesiuran
menderu-deru, dan telah mendorong sedikit Swat Tocu, satu
langkah, karena Tocu dari pulau salju ini tidak menyangka akan
diserang seperti itu. Terlebih lagi memang Cek Tian telah lebih baik menguasai Ha-mokang, dibandingkan dengan anaknya. Dan diapun lebih banyak
pengalamannya.

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1255 Swat Tocu tidak segera membalas menyerang, dengan mata
mendelik bentaknya. "Kalian masih memiliki hubungan apa dengan
Auwyang Hong, si See-tok, bisa bangkotan itu?"
Mendengar pertanyaan Swat Tocu itu, Cek Tian tertawa dingin.
"Auwyang Hong adalah suamiku. Dan dia adalah putera Auwyang
Hong!" Sambil berkata begitu, Cek Tian telah menunjuk kepada
Auwyang Phu. Swat Tocu mengelak. "Auwyang Hong mempunyai isteri dan anak"!" tanyanya kemudian
dengan sikap terheran-heran!
Cek Tian tertawa dingin. "Mengapa engkau harus heran, bukankah Auwyang Hong juga
seorang manusia biasa, dia wajar memiliki isteri dan anak.
Mengapa engkau harus terheran-heran seperti itu" Apa anehnya!!"
Disanggapi seperti itu, wajah Swat Tocu jadi berobah memerah,
tetapi kemudian dia tertawa dingin, dia bilang dengan suara yang
tawar: 1256 "Hemmm, aku memang tidak heran. Cuma justeru aku tidak
percaya bahwa wanita seperti engkau, yang hanya pantas menjadi
pelayannya bisa menjadi isterinya! Yang aku ketahui, di Pek-tosan, di gunung Auwyang Hong berkuasa, pelayan-pelayannya
terdiri dari wanita-wanita cantik, yang semuanya berpakaian putih!
Mengapa seorang wanita buruk seperti engkau diambil sebagai
isterinya" Lihat saja hasilnya! Anaknya jadi buruk tidak karuan
macam seperti juga muka seekor monyet dengan tubuhnya yang
pendek mirip seekor kera!"
Itulah hinaan yang seumur hidupnya baru pertama kali Cek Tian
terima. Dia memang paling pantang dirinya dihina. Walaupun
mengetahui Swat Tocu memiliki kepandaian yang lebih tinggi
darinya, dia jadi nekad. Waktu itu Swat Tocu tengah meneruskan kata-katanya: "Yang
kuketahui Auwyang Hong memiliki tubuh yang tinggi besar dan
tegap, maka dari itu alangkah lucu dan anehnya, jika anaknya
justeru bertubuh pendek dan cebol seperti dia, dengan muka yang
begitu buruk seperti monyet?"!"
Berkata sampai di situ Swat Tocu tidak bisa meneruskan
perkataannya, karena diiringi bentakan mengandung kekalapan
1257 tampak Cek Tian telah menerjang, dengan sepasang tangannya
mendorong hebat sekali mempergunakan salah satu jurus Ha-mokang, ke dua kakinya juga dalam keadaan tertekuk dalam-dalam,
mengambil sikap seperti seekor kodok.
Swat Tocu merasakan menderu-derunya angin serangan yang
kuat sekali, Dia juga seorang yang memiliki tabiat aneh, mana mau
dia mengalah terhadap Cek Tian"
Karena dari itu, segera dia memperkuat kuda-kuda ke dua kakinya.
Begitu dia merasakan angin serangan Cek Tian hampir tiba, dia
malah balas menyerang dengan pukulan Inti Es nya. Maka
terdengar suara benturan yang keras disusul dengan jerit kaget
Cek Tian, karena tubuhnya telah terpental dan ambruk di tanah.
Walaupun dia tidak sampai pingsan, Cek Tian tidak bisa segera
bangun, dia meringis sambil mengerang-erang kesakitan.
Auwyang Phu kaget tidak terkira dan cepat-cepat memburu
kepada ibunya. Dia berusaha membantu membangunkan ibunya,
dengan matanya sebentar-sebentar melirik kepada Swat Tocu
penuh kemarahan, karena dia sendiri telah mendengar langsung
hinaan dari Swat Tocu! 1258 Swat Tocu sendiri terhuyung dua langkah akibat benturan tenaga
dalamnya. Diam-diam dia kaget juga, dia berkata di dalam hatinya:
"Ternyata Ha-mo-kang Auwyang Hong bukan semacam ilmu
sembarangan?" benar-benar berbahaya! Jika memang Auwyang Hong sendiri mempergunakan Ha-mo-kang nya itu
niscaya belum tentu dia bisa merubuhkan Auwyang Hong. Maka
dia jadi bersikap hati-hati.
Walaupun Cek Tian memang tidak bisa disamakan dengan
Auwyang Hong, tokh Ha-mo-kang nya itu lihay sekali.
Di waktu itu terlihat Auwyang Phu setelah membantui ibunya
bangun, segera melompat kepada Swat Tocu. Kalap sekali
pemuda itu, ia menyerang kepada Swat Tocu.
Sedangkan Swat Tocu sendiri tengah panas terhadap pemuda ini,
yang diketahuinya telah melukai biruang saljunya. Segera juga
tanpa menyingkir dia menantikan serangan Auwyang Phu.
Sengaja dia membiarkan dadanya yang telah diselubungi oleh
lapisan kekuatan sin- kangnya dihantam tangan Auwyang Phu,
kemudian sebat sekali tangan kanan yang satunya menghantam
ke arah iga Auwyang Phu! 1259 Segera melengking suara jerit kesakitan Auwyang Phu, tubuhnya
"terbang" ke tengah udara, terbanting di atas tanah dengan
kesakitan, sebab di waktu itu lengannya dan beberapa tulang
iganya telah patah! Swat Tocu tampak puas, dengan langkah lebar dia menghampiri
Ko Tie yang tengah menguruti biruang salju, yang waktu itu mulai
tersadar. Auwyang Phu sendiri telah merangkak bangun, namun
tidak berani menyusul buat menyerang lagi.
Swat Tocu duduk di samping biruang salju, dia mengurutinya
sambil mengempos lweekang nya. Cepat sekali binatang itu jadi
segar dan mengerang, lalu melompat berdiri.
Seperti juga sikap seorang manusia layaknya, setelah berdiri,
biruang salju itu sambil mengeluarkan suara lirih dia memberi
hormat dengan menekuk ke dua kakinya, mendekam di tanah, dan
menganggukkan kepalanya. Lalu dia berdiri lagi, dan suaranya
berobah menandakan dia sangat marah menunjuk-nunjuk kepada
Auwyang Phu. Seperti juga biruang salju ini tengah mengadukan
apa yang telah dialaminya dihajar babak belur oleh Auwyang Phu.
Swat Tocu mengangguk dan kemudian mengulapkan tangannya,
biruang salju itu jadi berdiri di sampingnya.
1260 Yo Kouw-nio sendiri telah berusaha membebaskan lagi totokan
pada muridnya, namun selalu gagal dan Giok Hoa malah semakin
kesakitan. Ko Tie melihat hal itu, segera berkata bahwa dia bisa membuka
totokan tersebut. Yo Kouw-nio girang dan meminta bantuan pemuda itu. Ko Tie
meminta Yo Kouw-nio membalikkan tubuh si gadis, dan
punggungnya telah ditepuk dua kali oleh Ko Tie, kemudian ditotok
satu kali. Waktu Ko Tie menotok dan menepuk pundak gadis tersebut,
mukanya berobah merah dan terasa panas. Dia likat sendirinya,
karena di dekatnya Yo Kouw-nio tengah mengawasi. Memang
benar, dia tidak menyentuh kulit tubuh si gadis, karena gadis itu
tetap memakai baju, namun tentu saja hal itu mendatangkan rasa
malu dirinya. Giok Hoa mengeluarkan jeritan perlahan dan terbebas dari
totokan. Yo Kouw-nio telah menghampiri untuk memayang bangun si gadis.
Tapi gadis itu masih lemas sekali, dia bergelendot pada pundak
gurunya. 1261 Dikala itu terlihat Ko Tie sebetulnya hendak membantu guna
memayang si gadis namun akhirnya dia membatalkan maksudnya
karena dia teringat perbuatan itu telah kurang pantas.
Sedangkan saat itu Swat Tocu telah menoleh kepada Yo Kouwnio, katanya: "Apakah bocah itu akan dibikin bercacad!" Sambil
berkata dengan suara seperti itu Swat Tocu juga menunjuk kepada
Auwyang Phu. Cek Tian sambil menahan sakit, sebab dia terluka di dalam tidak
ringan, berusaha memaksakan diri, menghampiri anaknya,
kemudian membantu Auwyang Phu berdiri. Nenek tua itu
kemudian mengawasi Swat Tocu penuh dendam.
"Swat Tocu, kali ini kami runtuh di tanganmu, tetapi kelak kami
akan mencarimu, buat melakukan perhitungan yang pantas! Tidak
ada keturunan Auwyang Hong yang mau menyudahi urusan hanya
begitu saja.......!" Waktu berkata begitu muka Cek Tian tampak
bengis sekali. Swat Tocu tertawa dingin, katanya dengan suara tawar:
"Hemmm, engkau masih coba-coba berpikir kelak membalas
dendam?" Setelah mengejek begitu Swat Tocu menoleh kepada
Ko Tie, perintahnya: "Hajar dia!"
1262 Ko Tie mengetahui bahwa kepandaian Cek Tian berada di atas
kepandaiannya, namun dia melihat Cek Tian sekarang dalam
keadaan terluka di dalam. Diapun memang tidak berani
membantah perintah gurunya, segera melompat ke dekat Cek Tian
di mana dia segera menghantam kepada Cek Tian.
Waktu itu ke dua tangan Cek Tian tengah dipergunakan buat
memayang puteranya dan sekarang melihat Ko Tie menyerang ke
arah belakang punggungnya dengan pukulan yang tidak ringan.
Dia segera melepaskan cekalan tangan kanannya, dan menangkis. "Dukkk!" Cek Tian bersama anaknya terhuyung, namun tidak
sampai rubuh, Sedangkan Ko Tie merasakan tangannya
kesemutan. Rupanya tangkisan nenek tua Cek Tian benar-benar
sangat kuat sekali, Ko Tie menyusuli pula dengan pukulan yang ke dua. Kali ini Ko Tie
memukul lebih kuat lagi dari semula! Dia malu jika sampai tidak
bisa memukul Cek Tian. Padahal nenek tua itu terluka di tangan gurunya dan Ko Tie tidak
berhasil memenuhi perintah gurunya. Itulah sebabnya dia
memukul semakin kuat lebih-lebih ia teringat biruang saljunya telah
1263 dilukai oleh pemuda bertubuh pendek yang menjadi anak Cek Tian,
kemarahannya meluap. Auwyang Phu mengejek dengan menahan sakit: "Hemmmm,
manusia apa kau yang hanya berani memukul terhadap orang
yang terluka"!"
Diejek seperti itu mendadak sekali Ko Tie menahan meluncur
tangannya. Swat Tocu juga tersinggung oleh kata-kata itu, dia bilang: "Baikbaik sekarang jiwa kalian ibu dan anak kutitipkan pada batok
kepala kalian" Tetapi nanti, aku yang akan mencari kalian, jika
kalian telah berada dalam keadaan sehat dan tidak terluka, aku
yang akan mencabut nyawa kalian......... Nah pergilah, jangan
menunggu aku sampai berobah pikiran lagi"..!"
Mendengar perkataan Swat Tocu, tanpa berayal Cek Tian
mengajak anaknya berlalu meninggalkan tempat tersebut, hanya
matanya yang sekilas masih memandang penuh kebencian
kepada Swat Tocu, Ko Tie, Yo Kouw-nio dan Giok Hoa.
Waktu Cek Tian tengah memayang anaknya, mendadak dia
merasakan sambaran angin yang kuat sekali. Dia gusar bukan
main, dia menduga Swat Tocu menarik pulang kata-katanya dan
1264 menyerangnya. Tetapi segera dia merasa nyeri, karena punggungnya kena dicengkeram benda tajam.
Waktu dia melirik, ternyata yang mencengkeram pundaknya
adalah rajawali putih. Sengit sekali Cek Tian telah menghantam
burung rajawali putih itu, namun burung tersebut telah terbang
tinggi sekali, sehingga pukulan Cek Tian jatuh di tempat kosong.
Dengan menahan sakit, terpaksa Cek Tian menelan semuanya itu,
yang dianggapnya, merupakan hinaan yang tidak akan terlupakan,
dan dia bersumpah di dalam hatinya, kelak jika memang
kesehatannya telah pulih, dia akan mencari Swat Tocu dan yang
lainnya, guna melampiaskan sakit hatinya.
Setelah Cek Tian dan puteranya telah lenyap meninggalkan
tempat tersebut, Swat Tocu menoleh kepada Thio Kim Beng,
pengemis tua yang sejak tadi berdiri dengan berdiam diri saja.
"Pengemis busuk tua bangka, apakah engkau dari Kay-pang?"
tegurnya dengan suara tawar sekali.
Thio Kim Beng seperti baru tersadar, dia tertawa menyeringai.
1265 "Benar dan tentunya anda adalah Swat Tocu yang sangat terkenal
itu! Waktu dalam pertemuan rapat besar Kay-pang, jika tidak salah
Tocu ikut hadir......."
"Tajam sekali ingatanmu!" kata Swat Tocu, tawar suaranya.
Sedangkan Thio Kim Beng telah menghampiri, merangkapkan
tangannya memberi hormat: "Harap Tocu menerima hormatku!"
"Hemmm, tidak mengibaskan usah, tangannya, jangan!" dia kata Swat menolak Tocu sambil pemberian hormat pengemis itu. Kibasan tangan yang dilakukan Swat Tocu
mengandung kekuatan tenaga dalam yang sangat dahsyat,
walaupun dia hanya mengibas perlahan saja.
Pengemis tua mengetahui, bahwa dia tengah dicoba sin-kang nya.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi tentu saja dia
tidak mau membiarkan dirinya dirubuhkan dengan mudah.
Diapun berpikir: "Hemmm, apakah engkau kira dengan terkenal
sebagai tokoh sakti di kalangan Kang-ouw, engkau dapat bertindak
sewenang-wenang di hadapanku?"
Diapun tetap membungkukkan tubuhnya, cuma

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk menangkis.
1266 "Bukkkk!" Dua kekuatan tenaga raksasa telah saling bentur. Tubuh
Swat Tocu bergoyang-goyang, namun dia tidak tergeser dari
tempatnya berada. Tetapi pengemis itu, justeru dia merasakan dadanya sakit bukan
main. Mati-matian dia mengerahkan seluruh kekuatan tenaga
dalamnya, dia memang tidak mau sampai rubuh dan dipandang
hina oleh Swat Tocu, walaupun dia merasa berat sekali menerima
pukulan begitu berat dari Swat Tocu, namun dia bertahan.
Akibatnya, ketika dia membuka mulutnya, dia memuntahkan darah
segar dua kali! Yo Kouw-nio berobah mukanya, dia segera menghampiri Swat
Tocu. "Swat Locianpwe, dapatkah Swat Locianpwe bermurah hati
terhadap locianpwe ini" Kay-pang merupakan golongan kita
juga?" Ayahku dengan ketua Kay-pang masih memiliki
hubungan yang sangat baik sekali. Dengan memandang muka
ayahku, sudilah kiranya locianpwe bermurah hati!"
Swat Tocu yang tengah uring-uringan, karena biruang saljunya
telah dilukai orang dan juga melihat tempat di mana dia telah
merasa cocok buat dipergunakan sebagai tempat mengasingkan
1267 diri, ternyata sudah didatangi orang dari berbagai golongan, yaitu
Cek Tian bersama anaknya, juga sekarang pengemis tua Thio Kim
Beng ini. Karena dari itu Swat Tocu tidak mau tahu siapa adanya Thio Kim
Beng, dia telah mengibas dengan kekuatan sin-kangnya. Coba jika
memang Thio Kim Beng tidak berusaha mengadakan perlawanan
tentu Swat Tocu akan menarik pulang tenaga dalamnya.
Justeru Thio Kim Beng telah membalas menangkisnya dengan
kuat. Swat Tocu jadi mendongkol dan meneruskan tenaga
kibasannya itu, yang akhirnya membuat Thio Kim Beng terluka di
dalam. Dan memang begitulah tabiat ku-koay dari Swat Tocu.
"Baik, memandang muka terang ayahmu, aku sudi memaafkan
anjing itu! Nah, pergilah kau cepat menggelinding dari depan
mataku!" bentak Swat Tocu kepada Thio Kim Beng.
Pengemis ini meringis. Seumur hidupnya, belum pernah dia
diperlakukan orang sedemikian rupa. Sakit sekali hatinya.
Namun diapun menyadari bahwa Swat Tocu seorang sakti dan
memiliki kepandaian yang tinggi sekali, dalam keadaan terluka
seperti ini lebih-lebih tidak mungkin dia melawan. Maka dengan
1268 mata memancarkan penasaran dan sakit hati, dia telah memutar
tubuhnya, dengan meringis dia bilang kepada Yo Kouw-nio:
"Yo Kouw-nio, terima kasih atas kemurahan hatimu. Aku si
pengemis tua Thio Kim Beng pasti tidak akan melupakan budi
kebaikanmu itu, juga tidak akan begitu mudah menghabisi suatu
urusan penasaran begitu saja! Selamat tinggal!"
Setelah berkata begitu, dengan menahan sakit pada dadanya,
dengan terseok-seok, pengemis tua yang telah kena getahnya dari
kemarahan Swat Tocu, meninggalkan tempat tersebut.
Yo Kouw-nio menghela napas. Dia berusaha tertawa, katanya:
"Swat Lociaapwe, mari kita pulang aku telah memasakkan
beberapa macam hidangan, tentu kau akan doyan sekali?"."
Swat Tocu hanya menggerendeng saja, dia bangun berdiri dan
mengikuti Yo Kouw-nio yang memayang Giok Hoa buat kembali ke
rumahnya. Ko Tie bersama biruang salju mengikuti di belakang
mereka. Sedangkan burung rajawali putih terbang di tengah udara, sambil
memekik beberapa kali ke dua sayapnya yang bulunya mengalami
kerusakan, karena telah banyak yang rontok, telah dikibaskibaskannya. Dan seringkali dia mengetuarkan pekik, pekik
1269 penasaran, sebab dia hanya bisa mencengkeram sekali saja pada
pundak Cek Tian, tetapi Auwyang Phu tidak sempat dicengkeramnya, buat melampiaskan penasaran dan sakit hatinya
karena telah dibikin babak belur oleh puteranya Auwyang Hong
Tiga hari lamanya Giok Hoa menerima perawatan dari gurunya,
barulah kesehatannya berangsur-angsur pulih kembali. Memang
waktu totokan pada tubuhnya dibuka, dia sudah bisa bicara dan
bergerak, walaupun masih lemas dan tenaganya seperti telah
lenyap. Yo Kouw-nio mengetahui, jika Giok Hoa tidak memperoleh
perawatan yang cermat darinya, niscaya akan menyebabkannya
mengalami gangguan pada sin-kangnya, yang akan lenyap
sebagian. Disebabkan itulah Yo Kouw-nio telah merawatnya
selama tiga hari. Di saat itulah baru kesehatan Giok Hoa pulih
keseluruhannya. Pada hari ke tiga, di malam hari rembulan tergantung di langit
terang sekali, Giok Hoa tengah melangkah perlahan-lahan. Dia
berjalan di luar rumah, dan mengawasi puncak gunung yang
menjulang tinggi sekali, di mana hawa pun agak dingin. Tetapi
gadis ini yang wajahnya telah memerah sehat dan juga hanya
mengenakan baju tipis belaka, sama sekali tidak merasa dingin.
1270 Dikala itu, ia pun bernyanyi perlahan-lahan, bersenandung, dan
lantas dia berpikir, alangkah girangnya jika saja gurunya
mengijinkan dia berkelana turun gunung, di mana dia bisa melihat
bermacam-macam keramaian.
Seperti pengalamannya yang dirubuhkan oleh Auwyang Phu, hal
itu merupakan salah satu pendorong buat dia berpikir untuk
berkelana. Karena itu membuktikan bahwa dia memang kurang
pengalaman, pemuda cebol itu berhasil merubuhkannya dengan
mudah. Biarpun dia berlatih terus selama sepuluh tahun, tentu kemajuan
yang dicapainya tidak akan sehebat itu. Pengalaman juga yang
akan menempa dia. Sedang si gadis termenung seperti itu, di dengarnya suara pekik
burung rajawali putihnya, yang terdengar dari kejauhan. Entah apa
yang tengah dilakukan burung rajawali putih itu, yang tentu tengah
kesepian sendirian juga! Giok Hoa menghela napas dalam-dalam, dia jadi bingung. Untuk
menyampaikan isi hatinya kepada gurunya, diapun tidak bisa, tentu
hatinya tidak akan tenang, karena dia berat meninggalkan
gurunya. 1271 Tetapi buat tinggal terus di tempat ini, ia tidak bisa. Ia
membutuhkan pengalaman. Telah belasan tahun dia hidup selalu
di tempat-tempat yang sunyi dan terpencil.
Dan sekarang, dia telah menyaksikan, betapa Auwyang Phu yang
memiliki kepandaian tinggi, Cek Tian yang juga kepandaiannya
begitu tinggi, di samping si pengemis tua, yang tentunya memiliki
kepandaian tidak di bawah Cek Tian.
"Apa yang kau lamunkan, Hoa-moay"!" tiba-tiba di belakangnya
ada yang menegur dengan suara yang halus.
Dia kenal benar suara itu. Pipinya segera berobah menjadi merah,
dia tidak menoleh, cuma menundukkan kepalanya.
"Engkaukah, Ko Tie Koko"!" tanyanya dengan suara yang
perlahan. "Ya?"!" menyahuti Ko Tie, yang memang mendatangi si gadis.
Secara kebetulan Ko Tie waktu itu sulit buat tidur, dan diapun ingin
sekali menikmati malam di puncak punung Heng-san. Setiap hari,
pikirannya selalu tergoda oleh bayang- bayang si gadis.
Terlebih lagi tiga hari belakangan ini, membuat dia selalu gelisah.
1272 Dari gurunya dia belum memperoleh kepastian, apakah gurunya
akan memutuskan menetap di puncak Heng-san atau memang
akan menolaknya pilihan Ko Tie kali ini dan mencari tempat lain"
Karena dari itu, Ko Tie jadi tidak tenang.
Jika memang gurunya merasa tidak cocok dengan puncak Hengsan, niscaya ia akan diajak gurunya buat pergi meninggalkan
Heng-san dan jelas itupun berarti dia akan berpisah dengan Giok
Hoa, gadis yang cantik manis yang telah menusuk kalbunya
dengan lirikannya, senyumnya dan parasnya yang begitu
menawan. Kegelisahan seperti itu membuat, Ko Tie jadi tidak tenang, dan dia
seakan juga hendak mendesak gurunya agar cepat-cepat
memberikan keputusannya, agar dia tidak tersiksa seperti itu.
Menunggu memang merupakan pekerjaan yang tidak menyenangkan. Karena MENUNGGU merupakan pekerjaan yang terlalu menyiksa,
walaupun BERAPA lama atau cepatnya menunggu tetap saja
merupakan pekerjaan yang tidak menyenangkan dan terlalu
menyiksa menggelisahkan sekali.
1273 Malam itu, karena tidak dapat tidur lagi, Ko Tie telah keluar dari
kamarnya. Waktu dia tiba di luar, justeru dia melihat Giok Hoa yang
tengah melangkah perlahan-lahan keluar dari rumah tersebut juga.
Gadis itu tampaknya tengah melamun, sehingga dia tidak
mengetahui bahwa Ko Tie tengah mengikutinya. Ko Tie sebetulnya
hendak memanggilnya, namun melihat sikap dan wajah Giok Hoa
yang luar biasa, menyebabkan dia hanya mengikuti saja.
Setelah sampai di luar, di tempat yang cukup jauh terpisah dari
rumah Yo Kouw-nio, Ko Tie melihat gadis tersebut melamun
tertegun di tempatnya. Malah kemudian menghela napas dalamdalam, seperti juga Giok Hoa tengah tertekan perasaannya oleh
sesuatu yang menyusahkan hatinya.
Dilihatnya wajah Giok Hoa yang begitu cantik manis dan menawan
sekali, di bawah sinar rembulan, sehingga Ko Tie tidak bisa
menahan perasaannya lagi, dan diapun tidak ingin melihat gadis
pujaan hatinya bersusah hati, dia menegurnya.
"Kau tengah bersusah hati, adikku"!" tanya Ko Tie setelah berdiri
di dekat si gadis. Giok Hoa tetap menunduk, dia amat malu karena sajak tadi dia
tidak tahu Ko Tie berada di dekatnya.
1274 "Ko Tie Koko, mengapa engkau mengikuti aku" Kau memata-matai
aku heh?" tanya Giok Hoa kemudian, dengan suara yang perlahan
dan kepalanya tetap menunduk.
Ko Tie jadi tergagap ditanya seperti itu, segera dia bilang:
"Adikku, kau jangan memiliki dugaan jelek seperti itu kepadaku.
Karena aku sama sekali bukan bermaksud mengikutimu, aku
hanya kebetulan saja tidak dapat tidur. Hatiku juga tengah gelisah,
maka aku keluar dalam kamarku dengan maksud untuk
menenangkan perasaanku, menghirup udara malam.
"Siapa tahu aku melihat engkaupun berada di luar rumah. Aku ingin
segera menegurmu, tetapi aku kuatir mengganggu ketenanganmu!
"Dan tadi aku melihat engkau begitu bersusah hati, sehingga aku
ingin sekali mengetahui, kesusahan apakah yang tengah engkau
alami. Siapa tahu aku bisa membantumu, jika engkau bersedia
menceritakan kepadaku?"
Giok Hoa tidak segera menyahuti, dia menghela napas lagi dalamdalam, baru kemudian bilangnya dengan suara yang agak lirih:
"Ko Tie Koko.......!"
1275 Dan gadis itu mengangkat kepalanya perlahan-lahan, dia
memandang Ko Tie beberapa saat lamanya. Ko Tie membalas
tatapan matanya, mata mereka saling pandang, diakhiri Giok Hoa
yang menunduk lagi. "Adikku, apa yang hendak kau katakan, katakanlah! Aku akan
menjadi pendengar yang sangat baik!" kata Ko Tie dengan sikap
ingin mengetahui. Bola mata Giok Hoa yang jeli dan indah itu terang seperti cermin
atau permukaan air danau berkilat-kilat menatap kepada Ko Tie.
Sampai akhirnya dia bilang:
"Ko Tie Koko tadi engkau mengatakan bahwa engkau juga tengah
resah dan tidak tenang. Sesungguhnya apakah yang membuat
engkau tidak tenang" Kau ceritakanlah dulu kegelisahanmu, nanti
aku akan memberitahukan kegelisahanku!"
Ko Tie tertegun sejenak, pipinya segera berobah merah dan dia
jadi salah tingkah. "Ini?" ini........!" katanya tergagap.
Giok Hoa mengawasi heran padanya.
1276 "Ko Tie Koko?" katakanlah..... apakah engkau keberatan buat
menceritakan kepadaku kesusahan hatimu"!" tanya Giok Hoa.
Ko Tie semakin merah pipinya, yang terasa panas seperti terbakar.
"Adikku..... ini".. ini?"!" katanya dengan suara tergagap.
"Baiklah Ko Tie Koko, rupanya engkau memang tidak menganggap
aku sebagai orang yang dekat denganmu, sehingga kesusahan
hatimu itu kau keberatan buat menceritakannya kepadaku, guna
bertukar pikiran! Maafkanlah atas pertanyaanku tadi yang begitu
lancang ingin mengetahui urusanmu?"!" Setelah berkata begitu
Giok Hoa menghela napas dalam-dalam.
Ko Tie jadi gugup dan segera dia berkata, "Adikku, kau jangan
salah mengerti, dengarlah dulu, aku akan menceritakannya
persoalanku itu?"!"
Tapi Giok Hoa telah menggeleng perlahan sambil tersenyum, dia
bilang: "Sudahlah Ko Tie Koko, akupun tidak akan memaksa
memberitahukan persoalanmu itu kepadaku! Baiklah hari telah
terlalu malam, aku ingin masuk tidur!"
1277 Dan sambil berkata begitu, si gadis tersenyum, manis sekali,
sambil melirik kepada Ko Tie dia juga memutar tubuhnya untuk
kembali ke rumah Yo Kouw-nio.
Ko Tie bertambah gugup, dan karena kuatir gadis itu benar-benar
meninggalkannya dia sampai melupakan adat istiadat antara
seorang pria dengan seorang gadis, dia mengulurkan tangannya,
mencekal lengan si gadis.
"Tunggu dulu adikku......... dengarlah dulu, aku akan menjelaskannya kepadamu!" kata Ko Tie tergopoh-gopoh.
Giok Hoa jadi berobah merah mukanya, dia menunduk malu dan
pipinya itu terasa panas sekali. Ia menarik lengannya yang


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipegang si pemuda. Ko Tie tambah gugup. "Maaf......... maafkan, aku bukan maksud berbuat kurang ajar.......!"
katanya tergagap. Si gadis tersenyum. 1278 "Jika memang kau bersedia menjelaskan persoalanmu itu,
katakanlah, Ko Tie Koko?"" kata Giok Hoa kemudian, lembut
sekali suaranya. Melihat si gadis tidak marah, malah senyumnya begitu manis
menggetarkan hatinya, hati Ko Tie terhibur juga, dia masih bilang:
"Adikku, maafkanlah?" atas kekurang ajaranku tadi, tapi aku
sungguh-sungguh memang tidak sengaja."
"Sudahlah Ko Tie Koko..... bukankah engkau berjanji akan
memberitahukan kesulitanmu itu "!" kata Giok Hoa.
"Oya, benar!" kata Ko Tie, sedangkan di hatinya dia mengutuk
dirinya, mengapa dia jadi gugup, sikapnya jadi seperti seorang
pemuda yang dungu saja. Dan dia menyesali dirinya, mengapa menghadapi Giok Hoa dia jadi
bingung seperti itu. Sedangkan jika berada dalam suatu
pertempuran, biarpun menghadapi lawan yang bagaimana
tangguh, dia tidak pernah menjadi gugup.
Dikala itu, Giok Hoa yang melihat pemuda itu masih saja gugup,
telah berkata: "Ko Tie Koko, mengapa masih belum menjelaskan
persoalanmu itu" Apakah memang engkau keberatan buat
menjelaskannya?" 1279 Ko Tie jadi tambah gelagapan dibuatnya.
"Ya, ya, aku akan segera memberitahukannya," katanya.
"Sesungguhnya"..
sesungguhnya aku tengah memikirkan, apakah guruku merasa cccok atau tidak buat berdiam di puncak
Heng-san ini!" Akhirnya Ko Tie berhasil juga menjelaskannya. "Karena selama
tiga hari ini guruku tidak pernah memberitahukan kepadaku,
apakah ia merasa cocok atau tidak dengan tempat ini!"
"Mengapa engkau tidak menanyakan saja langsung kepada
gurumu itu?" tanya Giok Hoa sambil tersenyum manis sekali.
Ko Tie tidak segera menyahuti, dia memandang si gadis dengan
sepasang mata terbuka lebar-lebar.
Si gadis juga telah balas memandangnya. Jeli sekali matanya yang
bening bersinar itu, dan juga senyumnya yang begitu manis.
Walaupun mulut mereka masing-masing tidak mengucapkan katakata, namun sinar mata mereka bicara lebih banyak dari seribu
atau sejuta kata......! Akhirnya Ko Tie menunduk.
1280 "Aku...... adikku, aku tidak memiliki keberanian buat menanyakan
kepada suhu!" "Mengapa begitu"!" tanya Giok Hoa.
Kembali Ko Tie mengangkat kepalanya memandang si gadis, lalu
dengan suara perlahan dia bilang: "Aku?" kuatir suhu marah."
"Mengapa suhumu itu akan marah" Bukankah gurumu yang telah
perintahkan engkau agar mencari tempat yang cocok buat dia
hidup mengasingkan diri di saat menjelang hari tuanya! Dan
sekarang engkau telah menunjukkan puncak gunung Heng-san ini.
Maka mengapa engkau takut disesali" Bukankah engkau ingin
mengetahui gurumu itu merasa cocok atau tidak dengan tempat
ini"!" "Benar, memang seharusnya begitu?"!" kata Ko Tie tambah
bimbang. Sulit sekali buat dia menjelaskan persoalan yang
sebenarnya "Lalu mengapa engkau tidak menanyakannya kepada gurumu, jika
engkau sendiri telah mengetahui memang begitu seharusnya?"
Ko Tie berobah mukanya menjadi merah dan pipinya terasa panas,
dia juga merasakan telapak tangannya dingin sekali, berkeringat.
1281 Benar-benar dia menyesali dan mengutuki dirinya yang tidak
berani segera menjelaskan terus terang kepada si gadis urusan
yang sesungguhnya. Dia jadi begitu gugup dan pengecut. Dan biarpun hatinya memaki
kalang kabutan: "Ko Tie! Ko Tie! Mengapa engkau seperti pemuda
dungu" Katakan saja dengan tenang dan terang, apa sebenarnya
urusan"!" Hatinya memang berbisik begitu, namun nyatanya dia tidak bisa
menjelaskan yang sebenar-benarnya kepada Giok Hoa.
"Ko Tie Koko..... bagaimana?" tanya Giok Hoa yang jadi heran
bercampur lucu melihat sikap Ko Tie.
Ko Tie seperti baru tersadar dari tidurnya, dia gelagapan.
"Oya, aku sedang memberitahukan kepadamu tentang kesulitanku
itu!" katanya kemudian. "Dan seperti aku telah jelaskan, aku
memang sesungguhnya tidak memiliki keberanian buat menanyakan kepada suhu apakah suhu cocok dengan tempat ini,
karena.....! "Karena apa, Ko Tie Koko?" tanya Giok Hoa ingin sekali
mengetahuiuya. "Katakanlah, aku ingin sekali mendengarnya Ko
1282 Tie Koko..... Jika benar engkau memiliki kesulitan, siapa tahu aku
bisa membantunya"!"
"Tetapi ini..... ini?"!" Dan Ko Tie tidak bisa meneruskan
perkataannya, dia mengangkat kepalanya memandang ragu
kepada si gadis. "Tetapi apa, Ko Tie Koko"!" mendesak Giok Hoa.
"Apakah engkau tidak akan marah jika hal ini kukatakan terus,
terang"!" tanya Ko Tie.
Giok Hoa menggeleng. "Tidak!" katanya kemudian. "Mengapa aku harus marah jika
engkau terus terang menceritakan persoalanmu itu"!"
"Sesungguhn ya..... urusan ini menyangkut urusan kita berdua!"
akhirnya Ko Tie bisa juga berkata seperti itu.
Tetapi waktu dia mengucapkan kata-kata itu, dia amat likat dan
menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dia malu dan jengah serta
tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia seperti juga ingin
cepat-cepat berlari menjauhi si gadis, karena perasaan malunya
itu, diapun serasa ingin menyembunyikan mukanya di bantal.
1283 Giok Hoa mementang matanya lebar-lebar, tampaknya dia tambah
heran dan bingung. "Menyangkut urusan kita berdua"!" tanya Giok Hoa akhirnya. "Ko
Tie Koko, katakanlah yang jelas, aku sungguh-sungguh tidak
mengerti..... maksudmu"!"
Ko Tie menghela napas, buat sementara dia tidak bisa berkatakata,
dia melirik si gadis beberapa kali, dan berusaha menenangkan hatinya, lalu katanya:
"Apakah benar-benar engkau tidak akan marah jika aku
menjelaskan, Hoa-moay" Berjanjilah Hoa-moay!"
"Ya, katakanlah, apa saja yang kau katakan, aku tidak akan
marah!" menegaskan si gadis.
"Sesungguhnya..... suhuku telah mengetahui bahwa aku......
aku"..!" "Kenapa dengan kau, Ko Tie Koko"!"
"Aku..... menyukaimu..... Hoa-moay, aku mencintaimu!" menjelaskan Ko Tie. 1284 Giok Hoa tertegun sejenak, kemudian dengan muka berobah
merah terasa panas, dia menunduk dalam-dalam. Inilah pernyataan Ko Tie yang membuat hatinya bergoncang hebat
sekali. Dia tidak menyangka bahwa pemuda itu akan menyatakan
isi hatinya begitu saja. Melihat si gadis berdiam diri dengan kepala tertunduk dalamdalam, Ko Tie tambah bingung.
"Hoa-moay, apakah engkau marah?" tanya tergagap, sebab ia
menduga Giok Hoa tersinggung dan marah mendengar pertanyaannya. Giok Hoa masih menunduk, namun dia menggeleng perlahan dan
dengan suara yang perlahan serak ia menyahuti: "Tidak.....!"
Dan kemudian setelah hatinya tenang kembali, dia mengangkat
kepalanya. Dia memandang kepada Ko Tie dengan sinar mata
penuh arti, katanya: "Dan apa hubungannya antara kau menyukai
aku dengan putusan gurumu senang atau tidak tinggal di tempat
ini"!" Ko Tie sudah bisa menenangkan hatinya, karena melihat si gadis
tidak marah. 1285 "Sesungguhnya".. jika saja guruku tidak mengetahui bahwa aku
menyukaimu, tentu aku bisa menanyakannya langsung soal
keputusannya itu, sekarang justeru lain!"
"Mengapa lain"!"
"Dengan telah diketahuinya isi hatiku, jika aku menanyakannya,
walaupun guruku merasa cocok, tentu dikatakannya tidak cocok
buat mempermainkan aku!"
"Mengapa mempermainkan engkau jika gurumu mengatakan tidak
cocok puncak Heng-san buat tempat pengasingannya "!" tanya
Giok Hoa tidak mengerti. "Karena suhuku hendak mempermainkan aku, sebab jika suhuku
tidak cocok, tentu dia akan mengajak aku meninggalkan Heng-san,
berarti berpisah dengan kau, Hoa-moay!"
Waktu menjelaskan suara Ko Tie perlahan sekali, dia menunduk
dalam-dalam. Giok Hoa sendiri senang bukan main mendengar
ucapan Ko Tie seperti itu, hatinya bahagia sekali.
"Dan jika gurumu merasa cocok, Ko Tie Koko..... bagaimana.....
apakah kau senang?" tanya Giok Hoa akhirnya.
1286 "Tentu! Karena aku berarti bisa terus tinggal di sini, dan aku juga
akan selalu berdekatan dengan kau, Hoa-moay!" menyahuti Ko
Tie. "Kau tidak akan marah Hoa-moay, aku telah menyampaikan apa
yang kurasakan selama ini tersimpan di hatiku"!"
Giok Hoa mengangkat kepalanya, menatap si pemuda. Mata
mereka bicara banyak sekali, si gadis menggeleng perlahan,
dengan suara yang lirih dia hilang: "Akupun memiliki perasaan
yang sama seperti yang engkau rasakan!"
Mata Ko Tie terbuka lebar-lebar, hatinya berdebar keras, wajahnya
sebentar pucat dan sebentar merah, ia jadi tegang sendirinya,
kemudian tanyanya: "Perasaan apakah yang kau rasakan itu, Hoamoay?"
Si gadis menghela napas dalam-dalam, tampaknya dia ragu-ragu,
sampai akhirnya dia bilang dengan kepala tertunduk:
"Akupun beberapa hari belakangan ini selalu gelisah saja karena
aku ingin sekali menyampaikan sesuatu kepada suhu, namun aku
tidak memiliki keberanian buat mengatakannya?"!"
1287 Hati Ko Tie jadi lemas lagi mendengar kata-kata si gadis. Semula
dia mengharapkan si gadis akan membuka isi hatinya. Tadinya dia
menduga tentunya Giok Hoa akan membuka isi hatinya sama
halnya seperti yang telah diungkapkannya.
Tapi kenyataannya, si gadis maksudkan hatinya memiliki perasaan
yang sama dengannya hanyalah disebabkan si gadis mengalami
kegelisahan belaka. Namun untuk menutupi kekecewaannya itu,
agar tidak terlihat Giok Hoa, dia bertanya juga:
"Mengapa engkau bisa bergelisah seperti itu, Hoa-moay"
Bukankah jika engkau mengutarakannya kepada gurumu, beliau
akan dapat membantu banyak padamu"!"
Giok Hoa menggeleng perlahan, kemudian katanya: "Sayang
sekali, ku kira guruku tidak mungkin bisa membantu!"
"Mengapa begitu"!"
"Karena aku justeru ingin sekali pergi merantau, berkelana dari
kota yang satu ke kota lainnya, untuk menambah pengalaman.
Tentu guruku, walaupun mengijinkan, hatinya sebetulnya sangat
berat sekali. Itulah sebabnya mengapa aku tidak mengatakannya!"
1288 "Engkau ingin merantau"!" tanya Ko Tie sambil membuka matanya
lebar-lebar. Dia heran sekali.
"Ya!" mengangguk si gadis. "Aku ingin berkelana untuk menambah
pengalaman!" "Jika demikian, mengapa engkau tidak mengatakannya saja
kepada gurumu! Tentu itu merupakan maksud yang sangat baikbaik yang tidak akan ditentang oleh gurumu!"
Giok Hoa menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya
perlahan. "Entahlah aku sendiri tidak tahu bagaimana harus menyampaikan
perasaan hatiku ini! Dan setelah peristiwa hari itu, di mana aku
dirubuhkan pemuda cebol yang jahat itu dalam keadaan tertotok,
aku melihat sesungguhnya di luar dari gunung Heng-san ini masih
banyak orang-orang yang memiliki kepandaian sangat tinggi!
Hanya satu-dua jurus saja aku dapat dirubuhkan, karena dari itu,
kukira tidak bisa aku selamanya belajar silat di gunungHeng-san
ini tanpa mengenal dunia, aku harus berkelana untuk menambah
pengalaman!" 1289 "Jika demikian, kalau memang engkau tidak keberatan, aku
bersedia menemani engkau berkelana, Hoa-moay!" Ko Tie
menawarkan jasa baiknya. Si gadis tersenyum. "Kau sangat baik sekali, Ko Tie Koko!" kata si gadis menunduk
malu. "Mengapa engkau demikian baik kepadaku!"
Ditanya demikian Ko Tie jadi berdebar lagi hatinya, namun kini ia
telah "nekad", maka dia bilang: "Karena?" karena engkau cantik


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti bidadari, engkau lembut dan baru sekali ini aku melihat di
dunia ternyata ada seorang gadis secantik engkau!"
Si gadis mencibirkan bibirnya, tapi mukanya memerah senang,
matanya berkilat-kilat cerah sekali.
"Kau ternyata selain memiliki ilmu silat yang tinggi, pun mempunyai
kepandaian merayu wanita!" kata Giok Hoa tersenyum malu-malu.
"Aku seburuk ini, mukaku jelek, seorang gadis gunung yang bodoh,
mana mungkin bisa membuat hatimu tertarik"!"
"Hoa-moay, engkau selalu suka merendah. Apa yang kukatakan
tadi bukan hanya sekedar memuji, tapi memang sesungguhnya
begitu!" 1290 Si gadis melirik dengan kerlingan yang tajam, dan bibirnya
tersenyum manis sekali, pipinya merah membuat dia tambah
cantik. Namun tanpa mengatakan sesuatu apa, dia memutar
tubuhnya dan berlari kembali ke dalam rumah. Samar-samar
terdengar tawanya yang penuh kebahagiaan.
Ko Tie terkejut melihat gadis itu ingin pergi meninggalkannya, dia
memanggil, namun Giok Hoa tetap berlari dan sebentar saja
lenyap dari pandangan Ko Tie. Pemuda itu tidak mengejarnya, dia
berdiri tertegun di tempatnya, menghela napas dalam-dalam.
Dia telah memberitahukan isi hatinya, dan dari si gadis dia belum
lagi memperoleh kepastian, apakah cintanya itu disambut atau
memang dia hanya sekedar bertepuk sebelah tangan belaka"
Tetapi Ko Tie mengambil keputusan, bahwa ia akan, menegaskan
hal tersebut, meminta kepastian dari Giok Hoa, apakah gadis itu
menyambut cintanya atau memang menolaknya"
Tetapi Ko Tie yakin, dilihat dari sikap si gadis, tentu dia bukan gila
basah mencintai si gadis seorang diri. Ia yakin seperti gayung
bersambut, cintanya akan diterima gadis itu. Teringat akan hal itu,
Ko Tie tersenyum sendirinya. Bukankah Giok Hoa 1291 memperlakukannya dengan baik-baik" Bahkan tidak jarang terlihat
sikapnya yang mesra dan memperhatikannya"
Bukankah Giok Hoa pun telah mempercayai dia menceritakan isi
hatinya padanya, hal itu menunjukkan bahwa si gadis telah
menganggapnya sebagai orang yang paling dekat hubungannya
dengannya" Dan banyak lagi sikap si gadis yang menunjukkan bahwa dia
memang memperhatikan Ko Tie. Dan Ko Tie tersenyum dengan
langkah perlahan kembali ke dalam rumah, merebahkan diri di
pembaringan, tapi pikirannya terus melayang-layang tidak juga
mau tidur. Menjelang fajar barulab dia tertidur?".!"
"Y" Lam-yang merupakan kota yang cukup ramai terlebih lagi letaknya
memang berdekatan dengan Siang-yang, sehingga boleh dibilang
Lam-yang merupakan kota yang cukup hidup siang maupun
malam hari. Jika malam telah menyelimuti bumi dan daerah sekitar Lam-yang,
maka mulai terdengarlah musik dan nyanyian dari beberapa
tempat hiburan yang memang banyak terdapat di segala penjuru
kota Lam-yang. 1292 Pada sore itu, di luar kota Lam-yang berlari dua sosok tubuh gesit
sekali. Mereka tampaknya memiliki gin-kang yang tinggi, karena
kaki mereka masing-masing bagaikan tidak menyentuh tanah,
tubuh mereka berkelebat begitu cepat menuju ke pintu kota Lamyang sebelah barat. Sebentar lagi tentu malam akan tiba, maka
mereka ingin segera tiba di kota Lam-yang untukmencari rumah
penginapan dan beristirahat di sana.
etelah berlari tidak lama, karena mereka berlari pesat sekali seperti
itu, maka mereka telah tiba di pintu kota Lam-yang. Banyak orang
yang memandangi mereka dengan sorot mata heran mengandung
kagum karena gin-kang mereka yang menakjubkan, tapi kedua
orang itu tidak acuh. Cuma saja, begitu memasuki kota Lam-yang,
mereka segera berjalan biasa, karena keadaan sangat ramai, tidak
leluasa buat mereka berlari terlalu cepat.
Mereka adalah dua orang berpakaian seragam sebagai tentara
kerajaan dengan pangkat mereka sedikitnya sebagai perwira
tinggi. Wajah mereka angker dan ke duanya memelihara
berewokan yang tebal. Cuma perbedaannya, yang seorang
bertubuh tinggi tegap, sedangkan yang seorang jauh lebih gemuk,
walaupun gerakannya tetap sama lincahnya seperti kawannya
yang seorang itu. 1293 Mereka memandang sekeliling Lam-yang, lalu yang bertubuh tinggi
tegap itu bilang, "Memang tidak salah pepatah tua yang
menyatakan. Dengan selaksa renceng uang melibat pinggang,
jangan kuatir kekurangan kegembiraan dan kenangan di Lamyang!"
Kota ini dalam beberapa tahun saja telah mengalami banyak
kemajuan, telah menjadi kota yang sangat ramai dengan
gedungnya yang bertingkat.
"Ya!" menyahuti kawannya. "Cing Toako, tampaknya kita akan
menghadapi cukup banyak lawan tangguh. Mulai sekarang kita
harus berwaspada, karena jika sampai tugas kita ini bocor, niscaya
kita akan menghadapi kesulitan yang lebih besar?""
"Hemmm, tetapi biarpun bagaimana banyak lawan kita, semua itu
tidak akan menimbulkan kesulitan bagi kita! Percuma kita menjabat
sebagai Komandan Gie-lim-kun dan Komandan Kim-ie-wie!"
Kawannya tertawa. "Ya, memang sikap berhati-hati tidak ada salahnya. Apa jeleknya
kita berwaspada, terlebih lagi kitapun mengetahui lawan-lawan kita
bukanlah lawan yang ringan."
1294 Orang yang bertubuh tinggi menggepris baju dari debu, kemudian
katanya: "Baiklah Kang Laote?" jika memang demikian, tentu
urusan soal kewaspadaan menghadapi lingkungan engkau
memang lebih pandai, karena selama ini engkau yang menjabat
sebagai Komandan Gie-lim-kun (pasukan pribadi Kaisar), lebih
banyak mengatur segala sesuatu tentang keselamatannya Kaisar
kita, yang jika Kaisar pergi pesiar, engkau yang harus mengatur
penjagaan dan pengawasan yang ketat di seluruh penjuru tempat!
Sedangkan aku sebagai Komandan pasukan Kim-ie-wie (Pasukan
baju sulam emas hanya khusus menjaga keamanan istana!"
Kawannya tertawa, dan mereka melanjutkan perjalanan menyusuri
jalan raya, di mana cukup banyak perwira atau tentara kerajaan
Boan-ciu yang berkeliaran. Tetapi pakaian seragam mereka yang
mewah sebagai perwira, tentu saja membuat semua orang tertarik
dan terlebih lagi sikap dan wajah mereka gagah, angker sekali
penuh wibawa. Waktu ke dua perwira tinggi kerajaan itu memasuki sebuah rumah
penginapan, mereka disambut pelayan dengan sikap hormat sekali
sampai tubuhnya terbungkuk-bungkuk.
1295 "Silahkan masuk Tayjin, silahkan! Kami akan mempersiapkan
kamar terbaik buat jie- wie Tayjin"..!" kata pelayan itu hormat
sekali. Sedangkan ke dua perwira tinggi itu hanya mendengus, "Hemm!"
saja dan terus masuk. Pelayan itu dan beberapa orang pegawai rumah penginapan
bekerja cepat menghormati ke dua tamu agung mereka ini, dan
memherikan kamar yang benar-benar bersih dan besar, merupakan kamar utama di rumah penginapan tersebut.
Namun ke dua orang perwira kerajaan yang duduk di sebuah meja
penuh hidangan, beristirahat sambil mengobrol dan tertawa-tawa
tidak mengacuhkan sekeliling mereka.
Sesungguhnya, memang ke dua perwira tinggi kerajaan ini adalah
Komandan Gie-lim-kun dan Komandan Kim-ie-wie, yang tengah
melakukan tugas yang cukup penting dari Kaisar. Yang bertubuh
tinggi besar tegap itu adalah Komandan Kim-ie-wie, pasukan
istana berbaju sulam emas.
Dia she Cing bernama Kiang Wie. Kepandaiannya tinggi sekali,
ilmunya lihay, otaknya pun cerdik sekali, karena dia termasuk
1296 orang yang licik. Selalu bertindak tegas dan bertangan besi
menghadapi lawan. Karena kepandaiannya yang bisa diandalkan, setelah melewati
penyaringan yang ketat, dialah yang terpilih menduduki jabatan
yang tinggi sebagai Komandan Kim-ie-wie, pasukan yang
mengawal dan menjaga keamanan di istana Kaisar.
Lalu yang bertubuh gemuk itu adalah orang she Kang bernama
Wei. Dia Komandan Gie-lim-kun, pasukan yang khusus menjaga
keselamatan Kaisar. Jika Kaisar tengah keluar dari istana, tugas
menjamin keselamatan Kaisar berada di tangannya. Karena dari
itu, selalu Kang Wei harus berikhtiar buat mengamankan setiap
tempat yang akan dikunjungi Kaisar.
Disamping itu kuping dan matanya harus tajam, dia harus dapat
mengetahui tempat-tempat mana yang sekiranya kurang aman,
dan juga bagaimana mengatur pasukannya agar benar-benar
dapat menjamin keselamatan Kaisar, selama raja itu tengah
berada di luar istana. Tanggung jawabnya memang tidak ringan.
Kang Wei memiliki kepandaian yang setingkat dengan Cing Kiang
Wie. Ia merupakan akhli lweekeh (tenaga dalam) yang ilmunya
tinggi sekali. 1297 Senjata andalannya adalah joan-pian, pecut lemas yang terbuat
dari otot dan urat harimau maupun ular, yang digabungkan menjadi
satu dan diolah dengan emas murni yang dicampur dengan bubuk
berlian, sehingga senjatanya itu lemas dan kuat alot seperti juga
baja yang tidak akan terputuskan oleh senjata apapun, mungkin
malah lebih kuat dari baja sendiri!
Ia terkenal sebagai seorang jago yang memiliki tangan dingin.
Setiap lawannya selalu dapat dirubuhkan dengan mudah, dan
lawan yang dirubuhkannya selalu diberikan hadiah bercacad. Itu
paling ringan, karena umumnya kematian!
Di istana Kaisar, ke dua orang ini disegani sekali oleh para
pahlawan Kaisar. Dan justeru mereka pun jarang turun tangan
sendiri dalam menyelesaikan urusan. Di bawah kekuasaan
mereka, berada orang-orang pandai yang memiliki ilmu tidak
rendah, bekerja buat mereka.
Tetapi kali ini, ke dua Komandan dari dua pasukan istimewa istana
Kaisar turun tangan sendiri, melakukan perjalanan meninggalkan
istana. Berarti urusan yang ingin ditangani mereka merupakan
urusan yang sangat penting sekali!
1298 Pelayan menyampaikan pada ke dua perwira tinggi ini bahwa
kamar telah disiapkan dan ke dua perwira tinggi itu segera pergi ke
kamar mereka. Waktu itu tampak jelas sekali, betapapun juga,
memang mereka ingin cepat-cepat beristirahat.
Sebagai pembesar yang hidup mewah di istana, mereka setiap
harinya tidak pernah bekerja. Sekali ini mereka telah melakukan
perjalanan yang cukup jauh dan meletihkan, karenanya mereka
hendak cepat-cepat beristirahat. Itupun disebabkan urusan yang
mereka ingin kerjakan merupakan tugas penting sekali yang
diberikan oleh Kaisar. Cing Kiang Wie telah membuka baju kebesarannya. Dia
melepaskan juga sepatunya dan rebah di pembaringan sambil
memejamkan matanya. Kang Wei pun rebah di pembaringan. Buat
sekian lama, di antara mereka berdua tidak ada yang bicara.
Cuma, selang beberapa saat, dengan tubuh tetap rebah di
pembaringan dan mata tetap terpejamkan rapat, tiba-tiba sekali
Kang Wei telah melontarkan sesuatu dengan gerakan yang sangat
sebat, meluncur dua titik sinar kuning menyambar ke arah jendela.
Terdengar seruan "Ihhh!" dan tubuh Kang Wie pesat sekali
melompat ke jendela. Dia mendorong daun jendela dan disusul
1299 dengan tangan kanannya menghantam keluar, sehingga angin itu
berkesiuran sangat kuat, barulah dia melompat keluar melalui
jendela. Pukulan yang dilakukannya itu hanya mencegah jangan sampai
ada orang yang membokongnya. Ketika sampai di luar, dia
mengawasi ke arah sekelilingnya.
Tidak terlihat seorang manusia pun juga. Malam telah tiba dan
sunyi sekali, di kejauhan terdengar suara musik dan nyanyian dari
tempat-tempat hiburan dan pelesiran.
"Hemmm, tikus mana yang berani main gila di depan pucuk hidung
kami"!" Dia membentak dengan suara yang angker penuh
kemendongkolan, bola matanya berkilat-kilat tajam sekali.
Tidak terdengar jawaban. Sedangkan Cing Kiang Wie telah
melompat keluar dan berdiri di sampingnya, dia tanya kepada
kawannya: "Apakah tikus-tikus itu dapat ditangkap"!"
Namun bertanya begitu, dia melihat kawannya hanya berdiri diam
tanpa membekuk seorang pun juga segera dia dapat menduga.
"Tentu kepandaian orang-orang itu cukup tinggi...... dan ginkangnya lumayan!" kata Cing Kiang Wie akhirnya, karena dia
1300 menyadari tentunya musuh-musuh yang tadi mengintai dari
jendela telah melarikan diri.
Dan tadi memang dia telah mendengar suara kelisik yang perlahan
sekali di atas genting, dan juga ia mengetahui ada orang yang
mengintai dari jendela. Namun dia tetap berdiam diri saja dengan
tubuh rebah dan mata terpejamkan. Siapa tahu, kawannya telah
lebih dulu turun tangan, mengejutkan orang-orang itu, sehingga
mereka melarikan diri. Hanya saja yang membuatnya kagum tentunya orang-orang yang
mengintai lewat jendela adalah orang-orang yang berkepandaian
liehay, karena mereka dapat bergerak begitu gesit sekali.
Walaupun Kang Wei telah bergerak begitu cepat, ternyata tidak
berhasil untuk memergoki mereka.
Dendam Si Anak Haram 3 Pendekar Super Sakti Serial Bu Kek Siansu 7 Karya Kho Ping Hoo Sepak Terjang Hui Sing 2

Cari Blog Ini