Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 4

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung Bagian 4


walaupun masih ada khasiatnya, tokh tetap saja hal ini tidak
sehebat apa yang bisa diperoleh jika benda mustika tersebut dalam
keadaan utuh dan bulat. Karena itu Hok An sekarang jadi tegang sendirinya waktu melihat
si Giok begitu bersusah payah buat menelan bulat-bulat benda
mustika itu. 304 Akhirnya si Giok telah mendelik-delik, karena benda mustika
tersebut telah berada di tengah-tengah tenggorokannya, masuk
tidak keluar pun tidak. Melihat kelakuan gadis cilik ini, Hok An jadi tambah bingung dan
gugup, dia kuatir kalau-kalau benda mustika itu akan pecah,
sehingga khasiatnya berkurang. Segera juga dia mendekati dan
mengusap-usap leher gadis cilik itu perlahan-lahan.
Akhirnya si Giok dapat bernapas lega, benda bulat itu
dirasakannya meluncur perlahan-lahan masuk lebih dalam dan
akhirnya ke dadanya dan kemudian juga ke perutnya. Sampai di
perutnya, benda itu diam tidak bergerak lagi. Waktu benda itu
bergerak turun, si Giok dapat merasakannya, karena benda bulat
itu mengeluarkan hawa yang hangat.
Hok An juga menghela napas lega, karena dilihatnya si gadis cilik
berhasil menelan benda mustika itu bulat-bulat.
"Selamat untukmu!" kata Hok An kemudian, yang disusul dengan
suara tertawa bergelak-gelak.
Si Giok jadi heran melihat kelakuan paman Hok nya ini, demikian
juga dengan anak rajawali itu. di mana Tiauw-jie memandang diam
305 saja tidak mengerti, karena diapun tengah berduka atas kematian
"ibunya". Setelah puas tertawa, barulah Hok An memberikan keterangan
kepada si Giok, bahwa sesungguhnya dia merasa gembira sebab
si Giok telah berhasil menelan benda mustika itu, di mana dia akan
menjadi seorang wanita yang luar biasa.
Dengan adanya bantuan benda mustika itu niscaya selanjutnya si
Giok lebih mudah jika ingin mempelajari ilmu silat. Juga terutama
sekali, jika saja si Giok memperoleh satu-dua petunjuk buat
mengendalikan hawa murni tubuhnya, dia akan segera memiliki
hawa murni yang hebat. Sekarang walaupun Si Giok belum bisa mempergunakannya,
tetapi sebenarnya dia telah memiliki hawa murni yang hebat sekali
yang mungkin tidak akan kalah dibandingkan dengan latihan
duapuluh tahun! Hanya saja, karena si Giok tidak mengerti ilmu
silat dan tidak memiliki latihan lweekang, hawa murni tersebut tidak
bisa dipergunakannya. Sedikitnya satu-dua tahun ia harus melatih diri atas petunjuk dari
seorang berkepandaian tinggi, barulah ia akan bisa mengendalikan
dan menyalurkan kekuatan dan kemujijatan benda mustika itu.
306 Pertama-tama yang harus dilakukannya adalah berusaha membuka jalan-jalan darah terpenting di tubuhnya, seperti Mekong-hiat, Cie-tay-hiat, Lu-cian-hiat, dan beberapa jalan darah
pokok lainnya. Tetapi dengan ditelannya permata mujijat ular raksasa itu oleh Si
Giok, berarti memang dia memiliki kesempatan buat menjadi
seorang pendekar wanita yang kelak memiliki kepandaian tinggi.
Hanya masalah waktu juga yang menentukannya.
Hok An memutuskan untuk mengubur ular raksasa itu di dalam
goa, yaitu dengan cara membiarkan bangkai ular itu di dalam goa
tersebut, lalu menutup pintu goa itu. Dengan demikian sama saja
ular raksasa tersebut dikubur di dalam goanya sendiri.
Waktu ingin mengajak si Giok buat meninggalkan goa itu, tiba-tiba
Hok An melihat inti es di kepala ular raksasa tersebut, yang masih
bersinar terang, sehingga walaupun ular itu telah mati, keadaan di
dalam goa itu tetap saja terang benderang. Hati Hok An tergerak,
segera dia menghampirinya mengambil inti es itu. Ternyata inti es
itu sebesar kepalan tangan, sangat dingin sekali. Diberikan kepada
si Giok. "Kantongilah..... ambillah olehmu!" kata Hok An kemudian.
307 "Untuk apa, paman Hok"!" tanya si Giok yang kuatir kalau-kalau
nanti inti es itu disuruh untuk ditelannya juga seperti halnya batu
permata mujijat merah itu.
"Buat main-main..... tidak ruginya engkau memiliki inti es mujijat
itu!" menjelaskan Hok An.
Mendengar keterangan Hok An itu, barulah si Giok lebih tenang,
dia mengantongi batu inti es tersebut, kemudian mengajak Tiauwjie keluar dari goa ular.
Hok An bekerja cepat, dia telah mempergunakan batu-batu
gunung, barulah dia bisa menutup pintu goa tersebut.
Begitulah, pada hari-hari selanjutnya Tiauw-jie bermain-main
dengan si Giok, karena sejak kematian "ibu"nya, Tiauw-jie lebih
sering bermurung diri, di mana anak rajawali tersebut telah banyak
termenung berdiri terpekur, tidak ada kegembiraan buat terbang ke
sana ke mari seperti hari-hari sebelumnya.
Si Giok yang melihat kemurungan sahabatnya ini, berusaha
menghiburnya dengan mengajak Tiauw-jie bermain-main. Setelah
lewat seminggu, maka kesedihan Tiauw-jie berkurang. Dan Tiauwjie mulai riang kembali bermain dengan si Giok.
308 Sedangkan Hok An pun telah perintahkan si Giok agar setiap
malam mulai mengatur jalan pernapasannya. Si Giok ternyata
adalah seorang gadis cilik yang memiliki otak sangat cerdas,
karena dia dapat dengan segera melakukannya dengan baik,
walaupun perlahan, akan tetapi pasti dia memperoleh kemajuan.
Hanya saja yang seringkali membuat si Giok merasa terganggu,
acapkali melatih hawa murninya, dia merasakan batu mujijat ular
raksasa yang telah berada di dalam perutnya itu, seperti bola api
saja yang menggeleser ke sana ke mari, mendatangkan perasaan
yang terkadang-kadang sangat sakit.
"Jangan kuatir, itu bukan apa-apa, hanya merupakan pencarian
bagi batu mujijat itu untuk memperoleh tempat yang sebaikbaiknya di dalam tubuhmu, guna dapat menempatkan dirinya
secara tetap! Karena engkau memang tidak mengerti latihan
lweekang, maka dari itu engkau belum bisa mengendalikannya.
"Jika nanti latihan lweekangmu telah memadai dan engkau dapat
mengendalikannya, batu mujijat yang berada di dalam perutmu itu
akan dapat kau kendalikan dan menempatkannya di Tay tian-hiat
mu, di dekat pusar. Dengan begitu, berhasillah selanjutnya engkau
memiliki kekuatan tenaga dalam yang hebat menakjubkan!"
309 Menjelaskan Hok An ketika si Giok menyatakan kekuatirannya
bahwa batu mujijat yang berada di dalam perutnya bisa
menimbulkan akibat dan hal yang tidak-tidak.
Si Giok pun agak tenang, walaupun dia masih saja, setiap kali
melatih tenaga dalamnya merasakan batu mujijat itu bergerakgerak di dalam perutnya.
Dengan begitu, si Giok juga memperoleh perasaan hangat yang
seringkali menguatirkan. Karena tidak jarang dia merasakan
telapak tangannya panas sekali, atau juga kakinya yang seringkali
menginjak tanah sampai melesak.
Si Giok sendiri heran, entah dari mana datangnya tenaga
menginjak yang kuat seperti itu. Cuma saja, yang membuat dia
heran, jika dia mengulangi lagi, dia tidak berhasil, dan kekuatan
mujijat membuat telapak kakinya kuat menginjak permukaan bumi
melesak, hanya muncul sekali-sekali saja.
Begitulah, dengan rajin Hok An telah melatih si Giok, agar gadis
cilik ini berlatih diri terus. Tanpa mereka sadari, telah setengah
tahun lagi mereka berdiam di dalam gua di tebing puncak gunung
Hoa-san sebelah barat itu.
310 Tiauw-jie memiliki tugas sendiri, yaitu dia yang selalu mencarikan
kelinci ataupun kambing-kambing kecil, yang dibawa terbang
setelah berhasil diburunya ke goa mereka, di mana Hok An yang
akan menguliti dan memanggangnya.
Kehidupan dan penghidupan seperti itu, akhirnya membosankan si
Giok juga, dia menyatakan perasaannya pada Hok An, bahwa dia
bosan dan tidak memiliki kegembiraan dengan kehidupan di goa
puncak gunung ini, karena dia ingin melihat keramaian.
Hok An setelah mempertahankan dua hari lamanya, akhirnya
memutuskan buat mengajak si Giok meninggalkan tempat itu. Dan
begitulah, setelah tiga hari lagi, merekapun meninggalkan goa di
tebing gunung tersebut, dan juga Tiauw-jie diajak serta oleh
mereka. Untuk meninggalkan goa itu, cukup mereka naik di punggung
Tiauw-jie yang membawanya terbang. Maka cepat sekali mereka
tiba di kaki gunung Hoa-san.
Tiauw-jie sekarang sudah merupakan seekor rajawali putih yang
besar dan gagah sekali, memiliki tenaga yang kuat luar biasa.
Di samping tenaganya yang kuat, Tiauw-jie juga memiliki gaya
gerak yang aneh sekali. Disamping bisa mengikuti gerakan seekor
311 ular dengan segala macam sifat dan geraknya, juga Tiauw-jie yang
selalu menyaksikan Hok An sering berlatih silat di pagi hari, bisa
mencangkok beberapa gerakan Hok An tersebut, walaupun
gerakan Hok An dicangkoknya itu hanya mempergunakan
sepasang sayapnya. Waktu tiba di kaki gunung Hoa-san, Hok An telah mengajak si Giok
dan Tiauw-jie buat pergi ke sebuah perkampungan yang berada
tidak jauh dari tempat itu.
Karena tidak leluasa membawa-bawa Tiauw-jie, maka Hok An
perintahkan Tiauw-jie agar terbang di tengah udara. Sedangkan
Hok An dan si Giok berjalan kaki.
Perkampungan di kaki gunung merupakan perkampungan yang
tidak begitu baik, karena umumnya penduduk di kampung itu
memiliki mata pencarian sebagai pencari kayu.
Mereka memasuki sebuah warung teh, dan minum sambil makan
bak-pauw di situ. Hidup di pegunungan jauh dari masyarakat ramai,
umumnya selama lebih dari satu tahun lebih, membuat si Giok
merasa asing berada di perkampungan tersebut. Dia melihat
gadis-gadis cilik sebayanya yang umumnya berpakaian baik-baik
312 dan bersih, maka akhirnya si Giok meminta pada Hok An agar dia
dibelikan pakaian baru. Hok An tertawa mendengar permintaan gadis cilik tersebut, yang
memang telah dianggap sebagai puterinya. Dia mengajak si Giok
ke tempat penjual pakaian, dan membeli beberapa perangkat
pakaian yang cukup baik. Dengan gembira si Giok salin pakaian dan kini terlihat dia
merupakan seorang gadis cilik yang manis dan rambutnya juga
telah disanggul rapi sekali.
"Kau seperti ibumu!" memuji Hok An. "Cantik dan manis! Karena
itu, jika sejak sekarang engkau mempelajari ilmu silat, engkau tidak
akan mengalami nasib seperti ibumu.....
engkaupun bisa mengambil keputusan yang tegas jika menghadapi sesuatu
persoalan, dengan demikian engkau tidak perlu terlalu menderita!"
Si Giok masih tidak mengerti apa maksud perkataan Hok An,
hanya saja dia senang dipuji paman Hoknya tersebut.
"Giok!" kata Hok An setelah berdiam sesaat, di waktu si Giok
tengah mengagumi pakaiannya tersebut. "Karena aku telah
menganggap engkau seperti anak kandungku, maka aku ingin
313 menghadiahkan nama padamu! Engkau mau menerimanya,
bukan"!" Si Giok memandang paman Hok nya, katanya: "Nama apa paman
Hok"!" "Aku ingin menambahkan namamu menjadi Giok Hoa!" menjelaskan Hok An. "Giok adalah batu kumala dan Hoa adalah
bunga. Nama itu jadi memiliki arti yang luas. Engkau memiliki hati
sekeras dan semurni batu kumala, suci dan agung seperti batu
permata itu, namun kelembutanmu seperti harum dan indahnya
bunga.....!" Si Giok menepuk tangannya beberapa kali.
"Bagus! Bagus! Bagus paman Hok! Sekarang setelah memiliki
pakaian baru, aku memiliki nama yang indah sekali!" kata si Giok
kemudian. "Nah, Giok Hoa, sekarang engkau berusia sembilan tahun, engkau
telah semakin besar maka engkau harus rajin-rajin melatih tenaga
dalammu itu seperti apa yang telah kuajarkan kepadamu. Kelak
engkau akan menjadi seorang gadis yang agung, gagah dan
lembut manis.....!" kata Hok An lagi.
314 Giok atau Giok Hoa, telah mengiyakan dan mengucapkan terima
kasihnya. "Sekarang kita belum lagi berhasil mencari jejak dari Bin Lung Hie,
maka jika kelak kita bisa menemukan jejaknya dalam dua atau tiga
tahun mendatang, di waktu itu, engkaupun telah memiliki
kepandaian juga. Aku hanya bantu menangkapnya dan akan
kuserahkan kepadamu buat membalas sakit hati ke dua orang
tuamu.....!" Mendengar disinggung urusan Bin Lung Hie dan kedua orang
tuanya, wajah Giok Hoa berobah murung, kemudian katanya:
"Paman Hok..... dulu aku memiliki prasangka buruk terhadapmu!
Ternyata engkau seorang yang baik! Entah bagaimana aku bisa
membalas budi kebaikanmu itu! Aku sungguh-sungguh sangat
berterima kasih sekali.....!"
Hok An tersenyum, katanya dengan suara menyayangi pada gadis
cilik ini: "Kau tidak usah berkata begitu..... dulu aku pernah
mencintai ibumu, tetapi kami tidak berjodoh, ibumu telah menikah
dengan ayahmu! "Waktu aku mengetahui kenyataan seperti itu, di mana ibumu
sudah tidak mencintai aku, dan telah menjadi milik orang lain, maka
315 akupun memutuskan tidak akan mengganggu ketenangan dan
kebahagian ibumu..... aku ingin membiarkan ibumu mengecap
kebahagiaannya bersama ayahmu dan kau!
"Akan tetapi muncul Bin Lung Hie, yang menurut apa yang
kudengar masih terhitung kakakmu itu, dialah yang telah
menghancurkan rumah tanggamu..... karenanya, jika memang
kelak engkau berhasil menangkapnya, waktu itu kau harus
mempertimbangkannya. Walaupun memang engkau bersakit hati
padanya disebabkan Bin Lung Hie merupakan sumber kehancuran
rumah tanggamu, namun dia masih tetap kakak misanmu.....!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Giok Hoa menunduk sedih, dia berdiam diri beberapa saat, sampai
akhirnya dia mengangguk. "Aku akan selalu ingat pesan paman Hok.....!" kata gadis cilik itu.
Banyak yang dibicarakan Hok An dengan Giok Hoa, dan akhirnya
setelah cukup kenyang, merekapun meninggalkan warung teh
tersebut. Hok An mengajak Giok Hoa bermalam satu malaman di kampung
itu, mereka menginap di sebuah rumah penginapan yang tidak
begitu baik, namun cukupan buat mereka, karena dibandingkan
dengan penghidupan mereka berada di dalam goa, kini berada di
316 atas pembaringam yang hangat, benar-benar merupakan hal yang
menyenangkan sekali. Giok Hoa pun telah tertidur nyenyak. Hok An malam itu tidak bisa
tidur, dia mengawasi gadis cilik ini, dan hatinya merasa iba dan
berkasihan, karena nasib gadis cilik ini yang malang dan buruk.
Waktu lewat kentongan ke dua barulah Hok An bisa memejamkan
matanya untuk tidur. Besok paginya mereka terbangun agak siang, karena tidur di atas
pembaringan rupanya nyaman sekali. Hok An mengajak Giok Hoa
pergi ke pasar di kampung itu, untuk melihat keramaian. Bukan
main senangnya Giok Hoa yang telah dua tahun berdiam di puncak
gunung yang sepi dan tidak ada keramaian apapun juga, sekarang
bisa menyaksikan semua keramaian di kampung itu.
Akan tetapi yang membuat Hok An jadi berhati-hati, dia melihat di
kampung ini, di dalam pasar tersebut, banyak sekali berkeliaran
orang-orang Boan, yaitu tentara negeri. Rupanya Kublai Khan,
Kaisar yang telah berhasil menguasai daratan Tiongkok pada
waktu itu dan tengah berkuasa, masih saja menyebarkan orangorangnya untuk mengadakan penjagaan secara tidak langsung.
317 Hok An berusaha mengelakkan bentrokan dengan orang-orang
Boan itu, sehingga dia berjalan selalu dengan kepala tertunduk dan
membiarkan Giok Hoa menikmati keramaian yang terdapat di
kampung itu. Pasar tersebut tidak besar, hanya meliputi tiga petak yang terbagi
dengan pasar induk di sebelah barat, di sebelah selatan
merupakan pasar buah, bunga dan alat-alat rumah tangga,
sedangkan sebelah timur terdiri pasar daging.
Akhirnya Hok An mengajak Giok Hoa ke pasar sebelah selatan,
untuk melihat-lihat bunga dan buah-buahan yang tampaknya
ranum-ranum dan manis. Malah Hok An telah membelikan buah
tho buat Giok Hoa. Waktu itu hati Hok An kurang tenteram, karena sebagai seorang
yang berpengalaman dalam rimba persilatan, dia mengetahui ada
tiga orang Boan yang berpakaian sipil memiliki tingkah mencurigakan sekali. Ke tiga orang itu selalu menguntit Hok An
berdua Giok Hoa, di mana ke tiga orang itu seperti juga
memperhatikan sekali Hok An berdua.
318 Hok An telah mengajak Giok Hoa agar meninggalkan pasar
tersebut. "Mari kita kembali ke rumah penginapan saja, aku letih
dan ingin beristirahat.....!" ajak Hok An.
"Tunggu dulu paman Hok.....!" kata Giok Hoa. "Aku ingin melihat
bunga-bunga bwee yang indah-indah itu.....!"
Terpaksa Hok An menemani Giok Hoa melihat-lihat bunga yang
menarik itu, sedangkan sikap waspadanya tidak menurun, karena
Hok An kuatir kalau-kalau ke tiga orang Boan itu menimbulkan
keributan dengan mencari gara-gara padanya.
Benar saja apa yang dikuatirkan Hok An, ke tiga orang yang
memiliki hidung mancung dengan mata yang kebiru-biruan,
menunjukkan dia bukan orang Han, melainkan orang Boan, telah
menghampiri Hok An. Kemudian bergantian mereka mengawasi
Hok An dan Giok Hoa. Malah salah seorang di antara ke tiga orang
itu telah menepuk perlahan pundak Hok An.
Jika Hok An ingin mengelakkan diri dari tepukan orang Boan itu,
bisa saja dilakukannya dengan segera, akan tetapi hal itu pasti
akan menimbulkan kecurigaan yang lebih besar pada mereka.
Itulah sebabnya Hok An akhirnya membiarkan pundaknya ditepuk
319 orang Boan tersebut, dia hanya pura-pura memperlihatkan sikap
terkejut dan menoleh. Muka ke tiga orang Boan itu tampak tidak sedap dilihat, malah yang
seorang di antara mereka segera menegur dengan dialek Han
yang kaku: "Kau orang Kay-pang"!"
Hok An memperlihatkan sikap terheran-heran dengan mementang
sepasang matanya. "Kay-pang" Apa itu Kay-pang"!" dia balik bertanya.
"Hemmm, engkau tidak perlu pura-pura, kami mengetahui engkau
tentu anggota Kay- pang.....!" kata orang itu yang nada suaranya
tetap saja bengis dan tidak enak didengar.
"Aku tidak mengerti apa maksud kalian!" kata Hok An.
"Kau harus ikut bersama kami.....!" kata ke tiga orang itu. "Nanti
setelah diperiksa dan engkau memang benar-benar bukan orang
Kay-pang, kami akan membebaskan kau lagi!"
Setelah berkata begitu, orang itu menoleh memandang Giok Hoa,
katanya lagi: "Gadis cilik itu masih ada hubungan apa denganmu"
Bawa saja sekalian ikut bersama kami!"
320 "Ini.... mana boleh begitu"!" tanya Hok An yang menahan
kemendongkolan hatinya. "Jangan banyak rewel..... ayo ikut bersama kami!" perintah orang
itu dengan suara yang bengis, sedangkan ke dua kawannya telah
berdiri di sisi kiri kanan Hok An dan Giok Hoa.
Sebenarnya Hok An melihat, jika saja dia mempergunakan
kepandaiannya buat menghantam rubuh ke tiga orang itu, dia bisa
melakukannya dengan mudah, tapi niscaya akan timbul keributan.
Di kampung inipun orang-orang Boan bukan hanya mereka
bertiga. Karena itu, jika timbul keributan, orang-orang Boan itu akan
mencari jejaknya, dan dia akan dicap sebagai pemberontak. Maka
Hok An akhirnya memutuskan untuk ikut bersama ke tiga orang itu,
buat melihat apa yang ingin dilakukan mereka.
"Baiklah!" Hok An mengangguk.
Salah seorang di antara ke tiga orang itu mendorong punggung
Hok An. Hampir saja Hok An tidak bisa menahan kemendongkolan
hatinya dan ingin menghajar orang itu.
321 Namun akhirnya memikirkan keselamatan Giok Hoa, yang tentu
akan terkejut jika saja terjadi keributan, akhirnya Hok An berdiam
diri saja. Dia hanya berjalan mengikuti orang-orang Boan itu
dengan menuntun Giok Hoa.
Hok An diajak ke sebuah gedung yang cukup besar. Dari kejauhan
dia telah melihat di gedung itu berkumpul banyak sekali orangorang Boan.
Rupanya tentara Mongolia yang diperintahkan berkumpul di
kampung itu, dengan dalih "menjaga ketertiban dan keamanan"
buat kampung, di tempatkan di gedung tersebut.
Sesungguhnya apa yang dilakukan oleh orang-orang Boan itu
adalah untuk mengejar anggota-anggota Kay-pang, yang sangat
dibenci oleh Kaisar mereka, yaitu Kublai Khan, karena Kublai Khan
beranggapan Kay-pang lah yang telah membunuh Koksu, guru
negara, Tiat To Hoat-ong dan beberapa orang pahlawannya. Itulah
sebabnya Kublai Khan sangat memusuhi Kay-pang.
Dengan kasar Hok An didorong masuk ke dalam gedung itu. Di
dalam gedung terdapat banyak sekali orang-orang Boan.
Dua orang Boan yang bertubuh tinggi besar mengawasi bengis
pada Hok An. 322 "Borgol dia!" kata yang seorang. Sedangkan yang lainnya menarik
tangan Giok Hoa. Hok An kaget memperoleh perlakuan yang semakin kasar ini.
Waktu dia ingin diborgol tangannya, dia telah mengelak ke
samping. Kemudian bersamaan dengan itu kaki kanannya
menendang orang Mongolia yang hendak menarik tangan Giok
Hoa, membuat orang Boan itu terjungkal dan menjerit kesakitan.
Orang-orang Boan lainnya kaget, namun seketika mereka jadi
gusar. "Hemmm, benar-benar engkau pemberontak!" kata mereka hampir
berbareng. Malah tiga orang di antara mereka menubruk akan membekuk Hok
An. Akan tetapi mana bisa orang-orang Boan itu menghadapi Hok An"
Tidak mudah buat mereka menangkap Hok An, malah begitu
mereka menubruk maju, justru di saat itu ke dua tangan Hok An
digerakkan. 323 Ke tiga orang Boan itu seketika terpental terpelanting di lantai, gigi
mereka masing-masing ada yang rontok dua atau tiga buah.
Mereka meringis kesakitan.
Tiba-tiba Hok An jadi terkejut, ketika dia merubuhkan ke tiga orang
Boan tersebut, perhatiannya pada Giok Hoa terpecah.
Seorang Boan yang bertubuh tinggi tegap berewokan, tengah
berdiri di pinggir Giok Hoa. Tangan si gadis cilik dicekal kuat, tepat
pada jalan darah kematian di pergelangan tangannya.
Hok An mengerti apa artinya semua itu. Jika dia menerjang juga
untuk menolongi Giok Hoa, niscaya orang Boan itu akan memijit
jalan darah Giok Hoa, berarti gadis cilik itu akan mengalami
kecelakaan. Karenanya Hok An berdiri tertegun di tempatnya saja.
"Hemmm, borgol tangannya!" perintah lelaki berewok yang tinggi
besar itu, dengan suara yang tawar. Matanya yang bersinar tajam
memperlihatkan bahwa dia merupakan seorang yang memiliki
kepandaian cukup tinggi. "Kwee Tayjin.....!" kata salah seorang Boan itu. "Dia pasti anggota
Kay-pang yang tengah menyamar.....!"
324 Orang berewok tersebut, yang dipanggil dengan sebutan Kwee
Tayjin, hanya mengangguk saja.
Seorang Boan lainnya maju dan memborgol ke dua tangan Hok
An. "Bawa ke sel dalam!" perintah orang yang dipanggil dengan
sebutan Kwee Tayjin tersebut.
Dua orang Boan mengiyakan, dengan kasar Hok An didorong agar
jalan. "Kalian..... oooh, kalian membabi buta dalam memusuhi Kay-pang!
Aku sama sekali tidak memiliki sangkut paut apapun juga dengan
Kay-pang!" berseru Hok An gusar.
Akan tetapi waktu Hok An berteriak seperti itu, salah seorang Boan
yang menggiringnya, yang berada di sebelah kanan, menghantamkan tangan kanannya pada mulut Hok An, sehingga
Hok An merasakan mulutnya pedas sakit.
Baru saja Hok An ingin memaki kalang kabutan, dia segera
tersadar semua itu tidak ada gunanya. Ke dua tangannya telah
diborgol dan juga dirinya berada di bawah ancaman orang Boan
berewok yang masih mencekal pergelangan tangan Giok Hoa.
325 Gadis cilik itu sendiri memandang Hok An ketakutan, hampir saja
Giok Hoa menangis karena ketakutan.
Orang berewok itu tanpa mengatakan suatu apapun juga, dengan
masih mencekal pergelangan tangan Giok Hoa telah menarik
tangan gadis cilik itu untuk pergi ke ruangan dalam, ke tempat di
mana Hok An dibawa oleh orang-orang Boan itu.
Di dalam ruangan tersebut telah berdiri belasan orang Boan, yang
tampaknya mengerti ilmu silat dan tampang mereka rata-rata
bengis. Kwee Tayjin itu waktu melangkah masuk, telah disambut dengan
sikap menghormat sekali. Rupanya Kwee Tayjin ini seorang yang
sangat disegani. "Mari kita periksa orang ini!" kata Kwee Tayjin sambil menghampiri
kursinya dan duduk di situ dengan wajah yang angker dan bengis.
Diapun lalu menoleh kepada salah seorang Boan di sampingnya,
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun lebih yang memiliki
wajah bengis. "Borgol juga anak ini!"
Orang itu mengiyakan, dan segera mengeluarkan borgol untuk
memborgol tangan Giok Hoa.
326 Gadis cilik itu berusaha meronta, namun dia mana bisa melawan
tenaga orang tersebut, dengan mudah ke dua tangannya diborgol.
Karena bingung dan ketakutan Giok Hoa menangis sedih sekali.
"Jangan menangis Giok Hoa..... mereka salah paham dan
menduga kita dari Kay-pang..... tetapi nanti mereka akan
melepaskan kita dan meminta maaf atas kekeliruan mereka!"
menghibur Hok An yang hatinya seperti ditusuk-tusuk melihat Giok
Hoa menangis seperti itu.
Sesungguhnya kegusaran Hok An sudah meluap sampai di kepala.
Jika saja dia tidak memikirkan keselamatan Giok Hoa, niscaya dia
sudah mengamuk. Walaupun sepasang tangannya diborgol, akan tetapi dia akan
mempertaruhkan jiwanya untuk menghantam belasan orang Boan
itu. Cuma saja, karena memikirkan keselamatan Giok Hoa juga,
membuat Hok An mengalah sampai begitu jauh.
Kwee Tayjin itu tertawa dingin, dia seperti juga mengejek dan
mentertawai hiburan Hok An pada Giok Hoa.
"Ya, kami akan segera meminta maaf, jika ternyata nanti engkau
benar-benar bukan orang Kay-pang!" kata Kwee Tayjin itu. "Nah,
327 mari kita sekarang mulai buka kartu! Apakah engkau mau
mengakui secara terus terang bahwa dirimu adalah anggota Kaypang yang tengah menyamar atau memang perlu kami yang
mengorek sendiri pengakuan darimu"!"
Hok An memandang Kwee Tayjin itu dengan sorot mata tajam,
kemudian katanya: "Sesungguhnya, aku bukan orang Kay-pang.
Sama sekali aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Kaypang. Aku tidak mengerti mengapa kalian bisa menuduh aku
sebagai anggota Kay-pang! Dan jika tokh aku orang Kay-pang, ada
urusan apakah sehingga kalian perlu menangkapi orang-orang
Kay-pang"!" "Kau bukan orang Kay-pang" Bagus! Nah, mulai!" kata Kwee
Tayjin. Begitu perkataan "mulai!" diucapkan Kwee Tayjin, Hok An
merasakan

Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rambutnya dijambak dan kepalanya digentak ditengadahkan, sakit sekali. Sebagai seorang yang memiliki
kepandaian tinggi, Hok An hendak meronta memberikan perlawanan. Namun belum keburu dia meronta, dia merasakan
mulutnya dihantam benda keras.
Anakrawali 06.027. 328 "Bukkk!" sakit bukan main, giginya terasa rontok beberapa biji.
Rupanya, waktu rambutnya itu ditarik ke belakang sampai dia
menengadah, maka berbareng dengan itu orang Boan yang
lainnya mengayunkan sepotong besi yang cukup besar kepada
mulutnya. Waktu jambakan pada rambutnya itu dilepaskan, tidak heran mulut
Hok An telah bengkak besar, darah juga telah mengalir keluar dari
bibirnya yang pecah akibat hantaman besi itu.
"Kau bukan orang Kay-pang"!" tanya Kwee Tayjin itu dengan suara
yang tawar. Giok Hoa yang menyaksikan apa yang dialami paman Hok nya,
jadi menjerit keras dan menangis sejadi-jadinya. Akan tetapi sama
sekali orang-orang Boan itu tidak memperhatikan Giok Hoa.
Saking marahnya, Hok An sampai merasakan dadanya seperti
ingin meledak. "Aku memang bukan orang Kay-pang kalian biadab..... kalian
manusia-manusia berhati serigala.....!" teriak Hok An gusar. Dia
mengempos semangat dan tenaganya, berusaha untuk mematahkan borgolan ke dua tangannya, sambil kakinya juga
menendang. 329 Namun orang-orang Boan yang berdiri di sisi kiri kanannya sudah
mengetahui apa yang akan dilakukannya, mereka dapat menyingkir dengan cepat. Malah salah seorang Boan lainnya di
belakang Hok An telah menghantam dengan potongan besi lagi ke
punggung Hok An. "Bukkk!" Hok An merasakan matanya jadi berkunang-kunang
gelap, tubuhnya terjerembab ke depan. Orang-orang Boan itu
bekerja sangat cepat sekali, karena mereka segera mengikat ke
dua kaki Hok An. "Sekarang kau ingin mengakui atau tidak bahwa engkau
sesungguhnya anggota Kay-pang"!" Kwee Tayjin berkata dengan
suara yang tawar, bagaikan tidak terjadi suatu apapun juga. Dia
bertanya bagaikan penyiksaan terhadap diri Hok An tidak
mempengaruhi perasaannya.
Hok An tidak bisa segera menyahuti, karena dia menggeliat
menahan sakit yang luar biasa pada punggungnya, di mana
dirasakan tulang punggungnya bagaikan hendak patah.
"Baik-baik, jika kau mengambil sikap menutup mulut, akupun bisa
saja mengambil sikap membuka mulut.....!" kata Kwee Tayjin.
"Buka mulutnya.....!"
330 Hok An tahu, itulah perintah untuk menyiksanya lagi. Akan tetapi
dalam keadaan diborgol dan diikat ke dua kakinya seperti itu, Hok
An hanya dapat gusar tanpa berdaya mengadakan perlawanan.
Dia menyesal setengah mati, mengapa tadi dia membiarkan
dirinya dibawa ke gedung ini dan diborgol seperti itu.
Dua orang Boan telah maju, mereka menjambak rambut Hok An,
kemudian kepala Hok An ditengadahkan. Salah seorang lainnya
telah memegang sebatang obor, yang apinya menyala cukup
besar. "Kau mau buka mulut atau terpaksa kami yang akan membuka
mulutmu"!" tanya Kwee Tayjin pula, suaranya begitu dingin tidak
mengandung perasaan. "Kalian..... manusia-manusia biadab! Kalian..... ohhh, sungguh
kalian manusia-manusia biadab!" seru Hok An dengan suara
mengguntur. Waktu Hok An tengah memaki seperti itu, justeru orang Boan yang
seorang tersebut telah menyodokkan obornya ke mulut Hok An, api
itu segera menjilat langit-langit mulut Hok An, bibir dan sebagian
mukanya. 331 Giok Hoa yang menyaksikan penyiksaan begitu hebat pada diri
paman Hok nya, menjerit keras di antara isak tangisnya dan segera
pingsan tidak sadarkan diri.
"Kami memang nanti akan meminta maaf kepadamu, jika terbukti
engkau bukan orang Kay-pang!" kata Kwee Tayjin dengan suara
yang tawar. "Kamipun akan membebaskanmu! Maka engkau
jangan berpikir buat menutup mulut rapat-rapat, karena hal itu
hanya membuat engkau menderita sekali!"
"Aku memang sesungguhnya aku tidak memiliki hubungan apapun
juga dengan Kay-pang. Bagaimana mungkin kalian bisa memaksa
agar aku mengakui sebagai anggota Kay-pang" Atau kalian bisa
saja menyelidiki dulu, apakah benar-benar aku orang Kay-pang"!"
"Hemmm.....!" tertawa Kwee Tayjin itu dengan sikap yang tawar,
diapun telah berkata lagi: "Jika memang engkau tetap menutup
mulut, akupun tidak bisa berbuat lain, hanya membiarkan mereka
dengan cara-cara mereka buat membuka mulutmu..... Laksanakanlah secepatnya!"
"Baik!" menyahuti beberapa orang Boan itu, bahkan salah seorang
di antara mereka yang memegang potongan besi telah
menghantam ke punggung Hok An lagi.
332 "Bukkk! Bukkk!" dua kali besi itu menghantam punggung Hok An.
Jika tadi satu kali pukulan potongan besi pada tulang punggungnya
membuat Hok An menderita kesakitan hebat karena tulang
punggungnya itu seperti juga patah hancur. Sekarang tulang
punggungnya telah dihantam dua kali. Dengan demikian, Hok An
menjerit sekuat suaranya, dia merasakan pandangan matanya
berkunang-kunang. Akan tetapi orang-orang Boan itu bukan hanya menganiaya
sampai di situ saja, waktu Hok An menjerit, justru mulutnya tengah
terbuka, maka salah seorang Boan lainnya telah menghantam lagi
mulut Hok An dengan sepotong besi, beberapa gigi Hok An hancur
patah lagi. Bukan main menderitanya Hok An, namun dia benar-benar dalam
keadaan tidak berdaya, karenanya dia hanya dapat merasakan
penderitaan tersebut tanpa dapat melawannya.
"Cukup!" kata Kwee Tayjin itu. "Aku ingin memberikan kesempatan
kepadamu buat mengakui bahwa sesungguhnya engkau anggota
Kay-pang masih ada kesempatan!"
"Bagaimana mungkin aku bisa mengakui bahwa aku orang Kaypang, jika sebenarnya aku tidak memiliki hubungan apa-apa
333 dengan Kay-pang"!" teriak Hok An, suaranya lemah dan juga katakatanya itu diucapkan agak kabur, dikarenakan bibirnya yang telah
bengkak besar dan berdarah karena luka yang tidak ringan itu.
"Hemmm..... jadi engkau tetap tidak bersedia mengakui dengan
terus terang..... perlu dipaksa baru mengakui"!" tanya Kwee Tayjin.
Waktu bertanya seperti itu, suaranya sangat kejam sekali.
Hok An pikir, sudah tidak ada gunanya dia berdebat dan
membantah, karena memang akhirnya tokh dia akan disiksa juga.
Hanya saja, hatinya sakit bukan main, di mana dia telah melihat
Giok Hoa pingsan, dan dirinya dianiaya demikian hebat.
Waktu mendengar Hok An mengeluh perlahan, bagaikan merintih,
Kwee Tayjin tertawa kecil mengejek.
"Semua itu belum apa-apa.....!" kata Kwee Tayjin kemudian.
"Belum..... belum apa-apa..... aku jamin, begitu aku perintahkan
buat membuka mulutmu mengatakan yang sebenarnya, selanjutnya engkau tidak akan membandel seperti itu.....!" Dan
setelah berkata begitu, Kwee Tayjin menepuk mejanya cukup
keras. Dengan sinar mata yang tajam Hok An mengawasi Kwee Tayjin itu
penuh kebencian, di mana waktu Kwee Tayjin itu menepuk
334 mejanya, tampak seorang Boan telah menarik ke dua tangan Hok
An yang terborgol itu. "Mulai!" kata Kwee Tayjin itu. "Dan jika dia belum juga ingin buka
mulut, cabut ke sepuluh-sepuluhnya, tanpa disisakan.....!"
"Baik Tayjin.....!" kata orang-orang Boan itu.
Seorang di antara mereka memegang ke dua tangan Hok An,
sedangkan yang seorang lagi dengan jepit besi, tahu-tahu telah
mencabut kuku jari telunjuk Hok An, yang dicabutnya dengan
digentakkan. Bukan kepalang sakit yang diderita Hok An, dia sesungguhnya
paling pantang menyerah pada kesulitan, dan tidak akan menyerah
menjerit kesakitan. Tetapi bisa dibayangkan, kuku tangan yang
dicabut begitu mendadak sekali, mendatangkan sakit yang bukan
main. Darahpun telah mengucur dari jari telunjuknya itu.
"Satu!" kata Kwee Tayjin dengan suara yang agak nyaring.
Sedangkan orang Boan itu telah menggerakkan japitnya lagi, dia
telah mencabut kuku jari tengah tangan kanan Hok An.
335 Kembali Hok An menjerit kesakitan sejadi-jadinya. Kemudian
waktu orang Boan itu mencabut kukunya yang ke tiga, Hok An
sudah tidak merasakan kesakitan lagi, karena dia sudah
merasakan kesakitan yang terlalu hebat, maka perasaan sakit
berikutnya seperti tertindih dan tidak dirasakan terlalu hebat pula
olehnya. "Dua! Tiga! Empat!" berseru Kwee Tayjin setiap anak buahnya
telah mencabut kuku jari tangan Hok An.
Setelah mencabut ke lima kuku jari tangan kanan Hok An, Kwee
Tayjin itu mengangkat tangannya memberi isyarat agar tidak
dilanjutkan penyiksaan tersebut.
"Apakah engkau ingin bicara terus terang....."!" tanya Kwee Tayjin
dengan suara yang tidak sebengis tadi. Diam-diam dia kagum
sekali melihat daya tahan Hok An, walaupun disiksa sehebat itu,
masih tetap tidak pingsan.
Hok An menderita kesakitan yang hebat, pikirannya seperti telah
melayang-layang..... Dia juga mengeluh dengan suara yang dalam
dan mengandung segala macam kegusaran, kebencian, kesakitan,
yang semuanya bergolak di dalam hatinya. Dia seorang yang
memiliki kepandaian cukup tinggi, ternyata sekarang telah dapat
336 disiksa begitu rupa oleh orang-orang Boan tersebut tanpa dia
berdaya memberikan perlawanan.
Dan bukan main menyesalnya Hok An terhadap ketololannya yang
tadi mau menyerah begitu saja untuk diborgol dan akhirnya
sepasang kakinya telah diikat, dengan demikian dia dapat disiksa
dengan mudah, tanpa dia berdaya mengadakan perlawanan.
Hanya demi keselamatan Giok Hoa pula, maka orang-orang Boan
tersebut dapat menguasai dan menyiksanya.
"Aku..... aku akan bicara terus terang..... aku akan bicara terus
terang....." kata Hok An akhirnya dengan suara yang susah payah,
karena mulutnya bengkak, sulit untuk digerakkan.
"Bagus!" berseru Kwee Tayjin, karena dia menduga Hok An setelah
disiksa hebat seperti itu, jadi jera dan sekarang bersedia untuk
bicara terus terang. Lalu dengan sikap bersungguh-sungguh dia
bertanya: "Sekarang kau katakan! Benarkah engkau anggota Kaypang"!"
"Bukan!" menyahuti Hok An segera.
"Bukkk!" Kwee Tayjin itu telah menepuk mejanya dengan keras.
"Bicara terus terang!"
337 "Aku telah bicara terus terang, apa yang sebenarnya, bahwa aku
bukan orang Kay-pang!" kata Hok An.
"Apakah engkau menyadari siksaan-siksaan yang jauh lebih hebat
lagi tengah menanti dirimu jika engkau tidak bicara terus terang"!"
tanya Kwee Tayjin dengan ancamannya.
"Aku..... aku tahu! Kau bunuhlah aku jika memang kalian menduga
aku orang Kay-pang. Percuma saja! Jika kalian menyiksa aku terus
menerus, dan memang sebenarnya aku bukan orang Kay-pang,
tokh tetap saja aku bukan orang Kay-pang.....!"
Mendengar perkataan Hok An yang terakhir itu, muka Kwee Tayjin
berobah memerah, sampai akhirnya dia bilang: "Bagus! Bagus!
Engkau seorang berkepala batu, dan akupun akan memperlihatkan kepadamu, bahwa aku tidak mudah begitu saja
mempercayai perkataanmu.....!"
Setelah berkata begitu, segera juga dia perintahkan dengan
isyaratnya kepada anak buahnya. Begitu dia mengangkat
tangannya, maka salah seorang Boan yang memegang obor telah
maju ke dekat kaki Hok An, segera api obor itu dipergunakan buat
membakar telapak kaki Hok An.
Seketika Hok An menjerit lagi.....
338 Yang dibakar obor itupun bukannya telapak kaki saja, kemudian
naik ke pergelangan kaki, lalu ke tumit..... naiknya begitu perlahanlahan. Setiap kulit kaki yang terbakar api obor itu seketika menjadi
melembung membesar bengkak dan kemudian hangus dengan air


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang muncrat karena kulit dan daging yang terbakar. Bau hangus
daging terbakarpun tersiar di dalam ruangan itu.
"Cukup!" perintah Kwee Tayjin agar anak buahnya menghentikan
penyiksaan tersebut. "Sekarang kuulangi, apakah engkau mau
bicara terus terang" Kuingatkan kepadamu, jika memang engkau
telah menjalani penyiksaan lebih jauh, jika nanti engkau
mengakuinya terus terang, tentu tubuhmu telah rusak! Terlebih
baik-baik sekarang saja engkau mengakuinya!"
Hok An tetap menggeleng, dan dia setengah pingsan. Hanya saja
mulutnya terus mengoceh: "Bukan..... bukan Kay-pang..... bukan..... bukan..... bukan.....!"
Melihat sampai di situ, seketika Kwee Tayjin ini dapat mengambil
kesimpulan bahwa Hok An memang benar-benar bukan orang
Kay-pang. Akan tetapi, dia masih penasaran, dia ingin mencoba
cara lain. Maka dia menoleh kepada orang Boan yang berdiri di
samping kanannya, dia memberikan isyarat agar Giok Hoa dibawa
ke dekatnya. 339 "Siram dengan air!" perintah Kwee Tayjin kemudian sambil
memegang pergelangan tangan Giok Hoa.
Segera seorang Boan telah menyiram muka Hok An dengan
segayung air dingin. Dan Hok An yang sebelumnya dalam keadaan
setengah pingsan, telah menjadi lebih segar.
"Kau lihat ke mari!" perintah Kwee Tayjin.
Dengan lemah Hok An mengangkat kepalanya, dia telah melihat
dengan pandangan mata yang kabur. Namun setelah melihat lebih
lama lagi, dia segera dapat mengenali Giok Hoa tengah dicekal
pergelangan tangannya oleh Kwee Tayjin itu, sedangkan Giok Hoa
dalam keadaan pingsan tidak sadarkan diri.
"Gadis cilik ini masih pingsan, akan tetapi aku segera dapat
menyadarkannya menjadi siuman. Aku ingin melihat, apakah
engkau tetap akan menutup mulut jika apa yang tadi semua kau
rasakan itu dipindahkan kepada gadis cilik ini.....
"Jika kau memang merasa kasihan pada gadis cilik ini, kau harus
buka mulut berterus terang mengakui bahwa dirimu adalah orang
Kay-pang. Jika memang engkau tidak merasa kasihan kepada
gadis cilik ini, engkau boleh bungkam terus, tetapi semua yang tadi
kau rasakan, akan dirasakan juga oleh gadis cilik ini!"
340 Semangat Hok An seperti terbang meninggalkan raganya, dia
gusar sampai sekujur tubuhnya gemetaran dan dadanya bagaikan
hendak meledak. "Kau..... kau.....!" dia berkata dengan suara tergagap. Diwaktu
itulah, entah dari mana datangnya semangatnya, dia telah
mengempos seluruh kekuatan tenaga dalamnya, berusaha untuk
memutuskan tambang yang mengikat ke dua kakinya.
Sedangkan Kwee Tayjin itu telah berkata dengan sikap mengejek:
"Sekarang aku memberikan kesempatan kepadamu buat berpikir
dengan sebaik-baiknya. Aku akan menghitung sampai sepuluh,
jika aku telah menghitung sampai sepuluh dan engkau masih tidak
segera buka mulut mengakui terus terang siapa dirimu, maka gadis
cilik ini akan segera merasakan apa yang tadi engkau rasakan.....!"
Hok An tetap berdiam diri saja, hanya matanya telah mencilak-cilak
memandang sekelilingnya, dia seperti ingin melihat apa yang
sekiranya bisa dilakukan buat menyelamatkan Giok Hoa.
Terancamnya keselamatan Giok Hoa justeru telah membangunkan
semangat Hok An, dan seperti juga seseorang yang tengah
terancam sesuatu, sehingga bisa muncul suatu kekuatan mujijat
341 pada dirinya, membuat Hok An waktu itu dapat mengerahkan hawa
murninya pada ke dua kakinya.
Walaupun salah satu dari kakinya itu, yaitu kaki kanannya, telah
hangus terbakar, namun dia sudah seperti tidak memperdulikan
perasaan sakitnya itu. Dia seperti tidak merasakan lagi perasaan
sakit pada tulang punggung atau mulutnya, yang diingatnya
bagaimana dia harus menolongi Giok Hoa.
Setelah mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya
pada ke dua kakinya, tiba-tiba dia merentangkan ke dua kakinya
sambil berseru nyaring sekali, dia telah membuat tambang itu
putus...... Bahkan Hok An telah membarengi dengan lompatannya, begitu
tambang tersebut putus, segera juga tubuhnya telah melesat
dengan kecepatan yang tidak terkira. Dia telah mengulurkan ke
dua tangannya yang masih terborgol itu untuk menjambret Giok
Hoa. Dan tanpa membuang waktu lagi, dengan tidak memperdulikan
kaki kanannya yang terbakar hangus dan terluka parah itu, dia
telah membawa Giok Hoa berusaha melarikan diri.
342 Kwee Tayjin dan orang-orang Boan lainnya tidak menyangka sama
sekali, bahwa Hok An bisa memiliki kekuatan memutuskan
tambang yang mengikat ke dua kakinya.
Maka ketika Hok An menyambar tubuh Giok Hoa, Kwee Tayjin
seperti juga orang kesima, dia tidak melakukan suatu gerakan
apapun juga. Demikian pula halnya dengan orang-orang Boan
lainnya, yang tidak bisa mencegah perbuatan Hok An.
Sedangkan orang-orang Boan lainnya yang berdiri di depan pintu,
segera mengepung Hok An. Akan tetapi Hok An mengandalkan
ginkangnya, dia melesat ke sana ke mari menghindarkan diri dari
serangan. Sayang saja ke dua tangannya terborgol dan di waktu itu dia
tengah mencekal Giok Hoa, sehingga tidak leluasa buat dia
menyerang. Jika tidak, walaupun ke dua tangannya terborgol, tentu
dia masih bisa menghantam lawan-lawannya itu.
Kwee Tayjin segera juga tersadar dengan cepat dari tertegunnya.
"Semua mundur!" teriaknya dengan suara yang nyaring. Lalu
tubuhnya melesat kehadapan Hok An.
343 "Hemmm, engkau ingin melarikan diri, heh" Jadi sungguh-sungguh
engkau adalah orang Kay-pang! Kulihat kepandaianmu tidak
lemah, kukira sekarang, walaupun engkau tidak mengakui, kami
sudah mengetahui dan yakin bahwa engkau adalah orang Kaypang!"
Kwee Tayjin bukan hanya berkata begitu saja, tangan kanannya
menghantam kepada Giok Hoa yang berada di dalam cekalan Hok
An. Mati-matian Hok An berusaha melindungi Giok Hoa dengan
memiringkan tubuhnya, sehingga posisi tubuh Giok Hoa berada di
sampingnya. Kaki Hok An juga bergerak buat menendang tubuh
Kwee Tayjin itu. Ternyata pembesar negeri Boan ini memiliki kepandaian yang
liehay, selain serangannya hebat, juga dia bisa mengelakkan
tendangan kaki kiri Hok An. Hanya saja, disebabkan Hok An berdiri
di kaki tunggal dari kaki kanannya yang memang telah terluka
hebat itu, sehingga waktu menginjak lantai, ada sebagian
dagingnya yang terluka itu copot dan menempel di lantai, Kwee
Tayjin bisa membarengi menghantam lagi. Tidak ampun pula Hok
An telah terjungkir balik di lantai.
344 Kwee Tayjin tidak bekerja hanya sampai di situ. Waktu Hok An
mati-matian melompat berdiri buat mengadakan perlawanan lagi,
justru Kwee Tayjin telah menghantam lagi, maka tubuh Hok An
terpelanting pula, malah sekali ini dia terpelanting dengan keras
sekali, sampai tubuh Giok Hoa yang semula berada dalam
cekalannya terlempar cukup jauh dari dia.
Hok An menjerit keras dan kalap, dia berusaha melompat bangun
lagi. Namun gerakannya kalah cepat, empat orang Boan telah
menubruk kepadanya dan meringkusnya, tiga orang Boan lainnya
telah menangkap Giok Hoa lagi. Gadis cilik yang dalam keadaan
pingsan itu telah diringkus dan dibawa menjauhi dari Hok An.
Dengan kalap Hok An menjerit-jerit, dia berkuatir sekali Giok Hoa
benar-benar akan disiksa seperti dirinya.
Dalam keadaan seperti itu memang Hok An sudah tidak
memikirkan keselamatan dirinya, dia telah meronta sekuat
tenaganya. Kwee Tayjin telah melangkah maju, dia menggerakkan tangan
kanannya menghantam ulu hati Hok An.
345 "Engggkkk!" hanya itu saja yang keluar dari mulut Hok An,
kemudian tubuhnya terkulai lemas tidak bertenaga, diapun telah
pingsan tidak sadarkan diri di bawah cekalan dari orang-orang
Boan tersebut..... Melihat Hok An telah pingsan tidak sadarkan diri, Kwee Tayjin
tertawa bergelak-gelak, kemudian dia memberi isyarat kepada
anak buahnya, agar ke dua kaki Hok An diborgol dengan borgol
besi, lalu dibawa pergi ke sebuah ruangan, untuk dilemparkannya
ke dalam kamar tahanan tersebut, karena jika nanti Hok An telah
tersadar dari pingsannya, dia akan disiksa kembali.
Giok Hoa yang masih dalam keadaan pingsan, diperintahkan untuk
dibawa ke kamar tahanan lainnya.
Kwee Tayjin yang menemani Giok Hoa di dalam kamar tahanan
yang satu itu. Gadis itu direbahkan di lantai, sedangkan Kwee
Tayjin duduk di sebuah kursi.
Lama juga, barulah Giok Hoa tersadar dari pingsannya. Waktu
pertama kali dia membuka kelopak matanya, pandangan matanya
kabur. Namun kemudian dia bisa melihat jelas di hadapannya
duduk Kwee Tayjin, pembesar Boan berparas menyeramkan itu.
346 "Hemmm, bagus! Engkau telah siuman!" kata Kwee Tayjin sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya
"Mana..... mana paman Hok ku"!" tanya Giok Hoa, itulah kata-kata
yang pertama dilontarkan begitu dia tersadar, bahkan gadis cilik ini
telah menangis terisak-isak ketakutan.
"Jangan menangis! Engkau sayang pada paman Hok mu itu,
bukan"!" tanya Kwee Tayjin.
Giok Hoa menghapus air matanya dan menganggukkan kepalanya, kemudian katanya lagi: "Tetapi..... tetapi kalian telah
menyiksanya begitu hebat..... kalian telah menganiayanya....."
"Itulah disebabkan sikap kepala batunya! Jika memang sejak mula
dia bersedia bicara baik-baik, dia tidak akan menderita seperti itu!
Sekarang untuk kau, jika memang engkau sayang pada paman
Hok mu itu, engkau harus bicara sejujurnya..... karena jika engkau
menjawab terus terang semua pertanyaanku, maka aku akan
membebaskan pamanmu dan kau juga.....!"
"Apa yang harus kukatakan"!" tanya Giok Hoa dengan sikap masih
ketakutan. 347 "Coba kau katakan terus terang, apakah pamanmu itu memang
anggota Kay-pang"!" tanya Kwee Tayjin.
Giok Hoa membuka matanya lebar-lebar.
"Kay-pang" Apa sesungguhnya, itu Kay-pang"!" karena dia sendiri tanyanya tidak dengan mengetahui sikap apa sebenarnya Kay-pang itu. Kwee Tayjin tertawa mengejek, tampaknya dia gusar.
"Hemmm, engkau pun ingin membawa lagak seperti pamanmu itu"
Bagus! Atau engkau ingin disiksa dulu seperti pamanmu itu, baru
engkau ingin bicara terus terang"!"
Mendengar ancaman itu, Giok Hoa tambah ketakutan, sehingga
gadis cilik itu tidak bisa berkata apa-apa selain menangis terisakisak.
Sedangkan Kwee Tayjin telah berkata lagi: "Nah, sekarang kau
katakanlah terus terang, benarkah pamanmu itu berasal dari Kaypang....."!"
"Aku sungguh-sungguh tidak tahu.....!" menyahuti Giok Hoa.
348 "Kay-pang adalah sebuah perkumpulan pengemis, yang telah
mengadakan pemberontakan! Karena dari itu, setiap anggota Kaypang harus ditangkap dan dihukum!" menjelaskan Kwee Tayjin
akhirnya, karena dia menyadari Giok Hoa sebagai gadis cilik, tentu
dalam ketakutan seperti itu tidak bisa berdusta, dan sikapnya itu
mencerminkan bahwa gadis cilik ini memang benar-benar tidak
mengetahui hal itu. "Tetapi..... tetapi pamanku itu bukan seorang pengemis....." kata
Giok Hoa kemudian. "Telah dua tahun lebih aku selalu bersamasama dengannya dan aku mengetahui benar bahwa pamanku itu
bukan pengemis.....!"
Bola mata Kwee Tayjin mencilak-cilak beberapa saat, sampai
akhirnya dia bilang: "Hemmm, benarkah apa yang kau katakan
itu"!" "Sungguh..... memang pamanku itu bukan seorang pengemis!"
menjelaskan Giok Hoa. "Kami kami baru saja turun dari puncak
gunung Hoa-san.....!"
"Hemmm!" mendengus Kwee Tayjin, kemudian melirik kepada
beberapa orang Boan yang berdiri di sampingnya.
"Bukan orang Kay-pang.....!" menggumam Kwee Tayjin.
349 "Biarlah..... untuk menambahkan jumlah orang yang telah kita
tawan, sehingga kelak jika Tayjin memberikan laporan kepada
Kaisar, tentu jumlah itu merupakan bukti dari hasil kerja keras
kita.....!" menyahuti salah seorang dari orang-orang Boan itu.
Kwee Tayjin tidak segera menyahuti, setelah merenung sejenak,
barulah dia bilang: "Lalu bagaimana dengan gadis cilik ini......!"
"Anggap saja dia sebagai pengemis cilik.....!" menyahuti orang
Boan itu. Kwee Tayjin telah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan, dia
ragu-ragu. Orang Boan yang tadi berkata itu telah bilang lagi: "Keterangan
yang diberikan gadis cilik inipun tidak bisa kita percayai dulu
sepenuhnya..... mungkin dia pandai bersandiwara buat melindungi
pamannya itu......!"
"Akan tetapi..... dia masih kecil dan tentunya sangat jujur..... Dia


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mungkin dapat bersandiwara seperti itu.....!" kata Kwee Tayjin
ragu-ragu. 350 "Kita siksa dulu buat memaksa dia buka mulut, nanti kita bisa
melihatnya, apakah dia bicara yang sebenarnya atau tidak!" kata
orang Boan yang satunya itu.
Tetapi Kwee Tayjin menggelengkan kepalanya beberapa kali. Dia
tidak setuju dengan saran tersebut, karena jika memang dia
menyiksa gadis kecil itu, hatinya tidak tega. Dia teringat kepada
puterinya yang sebaya dengan gadis cilik ini, itulah sebabnya
mengapa dia tidak tega jika harus menyiksa gadis cilik ini.
Rupanya perasaan Kwee Tayjin ini telah diketahui oleh anak
buahnya, orang Boan yang seorang itu berkata lagi: "Baiklah Tayjin
beristirahat dulu, serahkan gadis cilik ini kepada kami, dan kelak
kami akan melaporkan hasilnya......!"
Kembali Kwee Tayjin itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Jangan!" katanya kemudian. "Gadis cilik ini jangan disiksa!
Akupun sejak semula memang telah yakin mereka ini bukan
berasal dari Kay-pang!"
"Lalu bagaimana Tayjin"!" tanya orang Boan itu. "Apakah gadis
cilik ini akan kita bebaskan"!"
Kwee Tayjin ragu-ragu. 351 "Jika kita bebaskan, tentu gadis cilik ini akan banyak bicara dengan
orang-orang di luar, di mana dia akan menceritakan apa yang
diketahuinya dan dilihatnya terhadap diri pamannya itu.....!" kata
orang Boan itu. Kwee Tayjin tambah ragu-ragu.
Anakrawali 06.029. "Lebih baik-baik gadis cilik inipun kita tahan..... dengan demikian
kita memperkecil resiko.....!" kata orang Boan itu lagi.
Kwee Tayjin yang tengah bimbang tidak bisa segera mengambil
keputusan. Dan di saat itu juga telah menghampiri seorang Boan
lainnya, yang baru datang dari luar.
"Kwee Tayjin, ada orang yang hendak bertemu dengan Kwee
Tayjin!" melapor orang Boan tersebut.
"Siapa"!" "Mereka tidak mengatakan siapa adanya mereka, hanya saja
mereka mengatakan bahwa mereka berdua adalah pasangan
suami isteri. Yang pria berusia duapuluh tahun lebih hampir
352 tigapuluh tahun, sedangkan yang wanita baru berusia duapuluh
tiga atau duapuluh empat tahun.....!"
"Mengapa kau tidak menanyakan siapa nama mereka dan apa
keperluan mereka hendak menemui aku"!" kata Kwee Tayjin
mendongkol. "Sudah kutanyakan, namun ke dua orang itu tidak mau
menyebutkannya. Mereka hanya menyatakan bahwa mereka
memiliki urusan yang penting sekali!"
"Hemmm, perintahkan mereka menantiku di ruangan luar!" kata
Kwee Tayjin kemudian. Orang Boan itu menganggukkan kepalanya, lalu Kwee Tayjin
menoleh kepada orang Boan yang tadi menganjurkan kepadanya
agar gadis cilik itu, Giok Hoa, ditahannya. Maka diapun telah
menoleh kepada Giok Hoa sejenak, baru katanya: "Kau awasi dia
baik-baik! Tetapi tanpa perintahku, kau tidak boleh turunkan
tangan buat menyiksanya!"
Orang Boan itu mengiyakan.
353 "Nanti aku akan menentukannya, hukuman apa yang pantas buat
dia dan pamannya, apakah dia akan kita tahan terus atau akan
dibebaskan......!" Setelah berkata begitu tanpa menoleh lagi Kwee Tayjin telah
memutar tubuhnya pergi ke ruang depan.
Ke dua tamu yang berada di ruang depan itu ternyata seorang
pemuda yang tampan dan seorang gadis yang cantik. Sikap ke dua
orang ini, yang mengaku sebagai pasangan suami isteri, sangat
tenang sekali. Kwee Tayjin ketika keluar, telah mengawasi ke dua tamu yang
tidak dikenalnya itu dengan sorot mata yang tajam menyelidik.
Sedangkan pemuda itu telah merangkapkan sepasang tangannya
katanya: "Kami datang menghunjuk hormat buat Kwee Tayjin!"
Demikian juga halnya dengan gadis itu yang telah memberi hormat
juga kepada Kwee Tayjin. Cepat-cepat Kwee Tayjin membalas
hormat mereka, juga dia telah mempersilahkan ke dua tamunya
buat duduk. "Sebenarnya, ada urusan apakah kalian berdua mencariku" Dan
siapa kalian sebenarnya ini?" tanya Kwee Tayjin.
354 Pemuda itu tersenyum. "Aku she Yo......"
Baru saja pemuda berkata sampai di situ menyebutkan she nya
justeru Kwee Tayjin telah melompat dari duduknya, sepasang
matanya terbuka lebar-lebar mengawasi pemuda itu dan si wanita
dalam-dalam. "Kau..... kau she Yo?" tanyanya.
Pemuda itu mengangguk. "Benar..... memang aku she Yo..... dan bernama Him!" berani
sekali pemuda itu dengan sikapnya yang sangat tenang
menyebutkan namanya yang bernama Yo Him, putera Sin-tiauwtay-hiap Yo Ko.
Walaupun belum pernah bertemu muka dengan Yo Him, akan
tetapi Kwee Tayjin telah sering mendengar sepak terjang Yo Him.
Sekarang pemuda itu mengakuinya dengan sikap yang begitu
tenang dan berterus terang, bahwa dia adalah Yo Him, pemuda
yang menjadi musuh pemerintah Boan.
355 Kwee Tayjin hanya terkejut sejenak, kemudian dia berhasil
menenangkan goncangan hatinya.
"Ada keperluan apa kalian mencariku?" tanya Kwee Tayjin
kembali, dengan sikapnya yang tidak semanis tadi, malah matanya
telah memandang tajam dan juga dia memperlihatkan sikap yang
berwaspada sekali. Yo Him tersenyum. "Ini adalah isteriku, namanya Sasana, puteri dari pangeran Ghalik!
Menurut keterangan dari isteriku ini, panglima Ghalik merupakan
atasanmu dan kau semasa ayahnya berkuasa, merupakan anak
buahnya yang setia!"
Mendengar perkataan Yo Him itu, Kwee Tayjin kaget tidak terkira,
dia sampai melompat mundur tiga langkah dengan sepasang mata
mendelik mengawasi wanita itu dalam-dalam.
"Kau..... kau puteri Pangeran Ghalik?" tanya Kwee Tayjin
kemudian. Sasana tersenyum. 356 "Benar!" menyahuti Sasana tenang, sama sekali tidak terlihat sikap
kuatir atau gentar. Kwee Tayjin terdiam sejenak, sampai akhirnya dia menganggukangguk beberapa kali.
"Memang benar!" katanya kemudian. Walaupun otaknya dipenuhi
oleh berbagai persoalan di dalam waktu yang sesingkat itu, di
mana dia harus menentukan tindakan apa yang perlu dilakukannya
dalam menghadapi pasangan suami-isteri ini. Dia menekan
perasaannya agar nada suaranya terdengar ramah dan halus
sekali. "Dahulu semasa atasanku..... hidupnya namun Pangeran perbuatan Ghalik Pangeran merupakan Ghalik telah menyebabkan ratusan anak buahnya yang setia menjadi korban,
menerima hukuman dari Kaisar. Karena dari itu, di mata para
pembesar Boan-ciu, Pangeran Ghalik merupakan orang yang
kurang memperoleh tempat dan simpati!"
Sasana tersenyum. "Jadi Tayjin ingin mengatakan bahwa engkaupun tidak menaruh
simpati terhadap mendiang ayahku itu!" tanyanya.
357 Kwee Tayjin mendehem beberapa kali untuk menenangkan
goncangan hatinya, barulah kemudian dia manjawab: "Untuk
berkata begitu tentu saja aku tidak berani, karena walaupun
bagaimana tidak bisa aku membusuki atasanku sendiri, walaupun
bekas atasanku itu telah berkhianat!"
Sasana tersenyum tawar. "Hemmm, tegasnya sekarang Tayjin sudah tidak mau tahu dan
tidak mau ingat budi besar yang telah dilepaskan ayahku itu,
sehingga Tayjin bisa memperoleh kedudukan seperti sekarang
ini?" tanya Sasana. Kwee Tayjin tersenyum, walaupun hatinya mendongkol.
"Untuk hal budi dan kebaikan, sekarang ini sulit dibicarakan di
antara kita!" katanya kemudian. "Karena sebagai orang pemerintahan yang makan minum dari gaji yang kuterima dari
negara, jelas aku harus bersetia pada negara dan juga tunduk
terhadap semua perintah Kaisar..... karena Kaisar telah menyatakan bahwa Pangeran Ghalik sebagai pemberontak, maka
akupun dapat menganggapnya sebagai pemberontak, yang
akhirnya telah menghabisi jiwanya sendiri dengan jalan menggantung diri!" 358 Sasana memang telah menduga jawaban apa yang akan
didengarnya, maka dia mengangguk beberapa kali, sambil
katanya: "Baiklah, jika memang Tayjin berpandangan seperti itu!
Akan tetapi kami datang berkunjung ke kantor Tayjin untuk
memohon sedikit bantuan Tayjin, entah kami dapat mengajukan
permintaan tolong kami atau tidak"!"
Waktu itu Kwee Tayjin sendiri tengah berpikir keras. Yo Him
merupakan putera Yo Ko yang diduga merupakan dalang dari
keributan di dalam rapat besar Kay-pang, di samping sumber
kematian Tiat To Hoat-ong beberapa waktu yang lalu. Dengan
demikian, Yo Ko dan orang-orang gagah lainnya, termasuk Kaypang, sebagai pemberontak.
Dan dengan sendirinya Yo Him pun merupakan salah seorang
pemberontak, yang jejaknya tengah dicari oleh pemerintah. Dan
akan dijatuhi hukuman mati jika tertangkap, karena pihak kerajaan
tengah berusaha sekuat tenaga untuk membasmi orang-orang
yang bisa menimbulkan kegoncangan pada pemerintah kerajaan
Boan yang baru didirikan itu. Sekarang justeru Yo Him muncul di
hadapannya. Demikian juga halnya dengan Sasana, puteri dari Pangeran Ghalik
merupakan musuh kerajaan juga, dan Kaisar Kublai Khan telah
359 mengeluarkan firman untuk menangkap wanita ini, yang akan
dijatuhi hukuman mati. Jika ayahnya pemberontak, maka puterinya
dicap sebagai keluarga pemberontak juga, dan akan menerima
hukuman yang sama beratnya seperti dosa-dosa ayahnya.
Sekaligus Yo Him dan Sasana berdua telah muncul di
hadapannya, membuat Kwee Tayjin berpikir keras, karena dia
tengah memikirkan, dengan cara dan langkah apa sebaiknya
menghadapi orang ini. Sasana dan Yo Him, mereka berdua
masing-masing memiliki kepandaian yang tinggi, karena itu Kwee
Tayjin tidak berani bertindak sembarangan.
Sedangkan Yo Him sambil tersenyum telah bilang: "Jika memang
Tayjin masih mau bermurah hati, bisakah Tayjin menolong kami
dalam suatu urusan?"
Akhirnya Kwee Tayjin mengangguk, dia bilang: "Nah, kalian
katakanlah, permintaan tolong apakah yang kalian harapkan
dariku?" "Sesungguhnya kami tidak menghendaki apapun juga dari Tayjin,
kami hanya mengharapkan Tayjin bisa membantu kami untuk
membebaskan dua orang yang berada dalam pengawasan
Tayjin.....!" kata Yo Him.
360 Segera kecurigaan Kwee Tayjin kepada ke dua orang ini semakin
hebat, karena ke dua orang tersebut telah datang justeru buat
meminta orang. Dengan demikian, niscaya akan menimbulkan
keributan yang tidak kecil. Namun sebagai seorang pembesar
negeri yang berpengalaman, Kwee Tayjin tetap tersenyum dan di
wajahnya tidak terlihat perasaan apa pun juga.
"Siapakah yang ingin kalian minta itu?" tanya Kwee Tayjin
akhirnya. "Dia seorang lelaki tua dengan seorang gadis cilik!" sahut Sasana.
"Kami mengetahui benar, bahwa mereka tidak seharusnya
berurusan dengan Tayjin dan orang-orang juga, karena mereka
sama sekali tidak memiliki hubungan dengan orang-orang yang
tengah dicari Tayjin..... Mereka telah datang di kampung ini, dan
menurut apa yang kami dengar, justeru mereka telah dibawa oleh
orang-orang Tayjin ke gedung ini.
"Kami bisa membayangkan bahwa mereka akan mengalami
siksaan yang hebat! Karena itu, agar Tayjin tidak menyiksa orang
yang tidak bersalah, alangkah baiknya jika saja Tayjin membebaskan mereka.....!"


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

361 Setelah berkata begitu, Yo Him merangkapkan sepasang
tangannya menjura memberi hormat.
Kwee Tayjin tengah berpikir keras, dia mengawasi Yo Him dan
Sasana, dengan sorot mata yang tajam, dia membawa sikap yang
berwaspada. Malah, diam-diam dia telah memberikan isyarat
kepada beberapa orang bawahannya yang diam mengawal di
ruang depan gedungnya ini.
Dan dua orang di antara mereka telah keluar ruangan, untuk
mengumpulkan kawan-kawan mereka yang lainnya, guna mengadakan penjagaan, di mana tentu saja mereka baru bergerak
kalau memang Yo Him dan Sasana berusaha untuk mempergunakan kekerasan. Sehingga di depan pintu ruangan
depan itupun telah dikepung rapat sekali oleh orang-orang Boan
itu, anak buah dari Kwee Tayjin.
Sedangkan Kwee Tayjin sambil tersenyum berkata tawar:
"Menyesal sekali! Menyesal sekali!" katanya. "Semula aku yakin
bahwa laki-laki tua mesum itu dan si gadis cilik memang bukan
orang Kay-pang, akan tetapi dengan kedatangan kalian ini
membuat aku jadi bimbang kembali! Sebelumnya aku telah berpikir
untuk membebaskan mereka berdua, namun sekarang, justeru
benar-benar aku jadi bimbang!"
362 "Mengapa begitu!" tanya Yo Him pura-pura tidak mengerti.
"Karena justeru aku tambah curiga bahwa mereka sesungguhnya
memiliki hubungan yang erat dengan Kay-pang. Bukankah begitu
mereka tertawan, segera kalian datang buat meminta orang"!"
Waktu berkata begitu, suara Kwee Tayjin meninggi, rupanya
diapun sudah bersiap-siap hendak menghadapi Yo Him dan
Sasana dengan mempergunakan kekerasan.
Yo Him tertawa tawar. "Kwee Tayjin, seperti apa yang kami dengar dari penduduk
kampung ini, seluruh pasukan tentara Boan yang berdiam di sekitar
perkampungan ini di bawah pimpinanmu, untuk mencari dan
menumpas orang-orang Kay-pang.
"Jika kalian melihat ada pengemis, segera kalian akan menangkapnya dan menyiksanya dengan hebat, karena kami
mengetahui benar bahwa lelaki tua itu dengan gadis cilik tersebut
bukan orang Kay-pang, maka kami segera bergegas datang ke
mari agar mereka tidak menerima penasaran dari Kwee Tayjin.....!"
Kwee Tayjin itu tersenyum.
363 "Justeru aku jadi heran, jika memang kalian tidak memiliki
hubungan apa-apa dengan lelaki tua dan gadis cilik itu, mengapa
kalian berdua jadi demikian sibuk, sampai mau merendahkan diri
guna memohon kepadaku buat membebaskan mereka" Justeru
sekarang aku semakin curiga bahwa ke dua orang itu terdapat
hubungan istimewa dengan pihak Kay-pang.....!"
Berkata sampai di situ, Kwee Tayjin merangkapkan sepasang
tangannya dengan membungkukkan tubuhnya memberi hormat,
lalu katanya: "Nah, memandang pada bekas atasanku, yaitu
Pangeran Ghalik, silahkan kalian meninggalkan tempat ini.....!
Janganlah menimbulkan keonaran dan akupun tidak bermaksud
menahan kalian! Hanya saja, besok begitu fajar menyingsing,
kalian harus sudah angkat kaki dari perkampungan ini dan tidak
berdiam lebih lama di perkampungan ini....."
Sasana tertawa. "Terima kasih! Terima kasih atas budi kebaikan Kwee Tayjin! Itulah
budi kebaikan yang sangat besar sekali, yang mimpipun kami tidak
berani mengharapkannya....." kata Sasana kemudian dengan
tersenyum mengejek, "Hanya saja, kami memang sudah bertekad,
jika kami tidak bisa meminta pertolongan Kwee Tayjin agar
364 membebaskan ke dua orang itu, maka kami akan mengambil
tindakan menurut cara kami!
"Kami berdua adalah orang-orang gunung dan dusun yang tidak
mengerti aturan, maka jika sebelumnya kami tidak menghubungi
Kwee Tayjin dan mohon bantuan Kwee Tayjin, kami kuatir tindakan
kami nanti salah dan kurang ajar. Namun tampaknya Kwee Tayjin
juga tidak mau memberikan kesempatan kepada kami, agar kami
dapat membebaskan ke dua orang yang tidak bersalah itu......!"
Mendengar perkataan Sasana itu, Kwee Tayjin menyadarinya
bahwa keributan memang sukar dielakkan lagi. Karena dari itu, dia
telah memberi isyarat kepada anak buahnya agar bersiap-siap.
Kwee Tayjin sendiri bersiap-siap dengan penuh kewaspadaan,
karena begitu Yo Him dan Sasana melakukan suatu gerakan,
segera juga dia akan menghadapinya dengan kekerasan. Kwee
Tayjin juga diam-diam telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga
dalam dan hawa murninya, dia tengah menantikan perkembangan
berikutnya. Cuma saja, dia telah bilang dengan sikap yang tetap
biasa. "Jika memang kalian berdua tidak mau memandang dan memberi
sedikit muka terang kepadaku, maka akupun tidak bisa bilang apa365
apa pula. Jelas akupun tidak bisa memaksa kalian akan
memberikan muka terang dan memandang sedikit kepadaku!
"Terpaksa akupun hanya melihat perkembangan yang ada.
Maafkanlah, bukan aku tidak ingat budi kepada ayahmu, nona.....
"Akan tetapi memang aku makan gaji negara, karena dari itu, aku
pun harus bekerja buat negara. Dan sekarang jika memang kalian
berdua menimbulkan keonaran, niscaya akan memaksa aku harus
mengambil tindakan yang kurang ajar dan tidak berbudi......"
Sasana telah tertawa, dia memotong perkataan Kwee Tayjin.
"Tidak usah Kwee Tayjin terlalu sungkan seperti itu, justru yang
membuat kami merasa segan, semula kami menduga Kwee Tayjin
terpaksa bekerja pada negara dan juga telah berjuang dengan
setengah hati, sebab masih bersetia kepada ayahku almarhum.
"Jika memang kenyataan yang ada seperti sekarang ini di mana
Kwee Tayjin memang sudah tidak mau menoleh sedikitpun pada
mendiang ayahku akan perbuatannya di masa lalu terhadap Tayjin,
inipun tidak bisa kami bilang apa-apa. Hanya saja, kami harap, jika
memang kami terjatuh ke dalam tangan Tayjin, harap Tayjin mau
berlaku murah hati kepada kami.....!"
366 Setelah berkata begitu, Sasana menoleh kepada Yo Him. "Him
Koko..... mari kita pergi!"
Yo Him mengangguk. "Nah Kwee Tayjin, maafkan, memang kami datang terlalu tiba-tiba
sekali, dan juga kami tidak bisa menemani terlalu lama lagi, kami
harus segera berlalu......!"
Kwee Tayjin merangkapkan sepasang tangannya sambil membungkuk. "Silahkan.....!" katanya dengan sikap yang biasa saja. Akan tetapi
sebenarnya, sambil membungkuk seperti itu, matanya telah
mengedip memberi isyarat kepada anak buahnya.
Orang-orang Boan, yang sesungguhnya merupakan tentara negeri
yang tengah menyamar sebagai penduduk biasa, yang waktu itu
telah bersiap-siap dengan senjata tajam mereka, melihat isyarat
yang diberikan Tayjin, tanpa membuang waktu lagi mereka segera
menerjang maju, karena mereka mengetahui apa maksud isyarat
tersebut, yaitu harus menangkap hidup atau mati pada Sasana dan
Yo Him. 367 Waktu itu Yo Him telah memutar tubuhnya buat keluar dari ruangan
gedung tersebut namun mereka merasakan dari arah belakang,
berkesiuran angin serangan senjata-senjata tajam.
Yo Him tertawa dingin, tanpa menoleh dia telah mengibaskan
tangan kanannya ke belakang.
Kibasan yang dilakukan Yo Him tampaknya biasa dan perlahan
saja, namun hebat kesudahannya. Lima batang golok telah
terlepas dari cekalan yang empunya, karena ke lima batang golok
yang tengah menyambar ke arah Yo Him dan Sasana itu telah
tersampok keras sekali. Ke lima orang Boan yang sebagai pemilik senjata tajam tersebut
pun merasakan telapak tangan mereka nyeri dan sakit bukan main.
Segera juga mereka melompat mundur dengan wajah yang pucat.
Orang-orang Boan yang menanti di luar ruangan, ketika
mendengar suara ribut-ribut di dalam, mereka dapat menduganya
bahwa keributan telah berlangsung. Tanpa menantikan perintah
lagi belasan orang Boan telah menerobos masuk ke dalam
ruaagan buat mengepung dan menyerang Yo Him.
Sasana dan Yo Him tersenyum.
368 "Bagus sekali jamuan yang kau selenggarakan buat kami, Kwee
Tayjin?" seru Sasana.
Kwee Tayjin rupanya sudah tidak memperdulikan ejekan Yo Him
dan Sasana, dia hanya merangkap ke dua tangannya dengan
membungkuk dan berulang kali berkata: "Maaf, maaf, sambutan
yang tidak berarti..... sambutan yang tak berarti!"
Belasan orang Boan itu serentak telah menerjang Yo Him dan
Sasana, mereka semuanya rata-rata memiliki tenaga yang cukup
kuat. Dalam keadaan seperti itu, Sasana dan Yo Him pun tidak tinggal
diam. Dengan lincah mereka berkelit ke sana ke mari, tangan Yo
Him bergerak juga, tiga orang lawannya telah terjungkal rubuh
tertotok. Sasana juga tidak tinggal diam, cepat sekali dia telah menyerang
belasan orang Boan itu. Gerakan Sasana pun sangat gesit karena
belakangan ini banyak sekali petunjuk yang diperoleh Sasana dari
suaminya tersebut. Dalam waktu yang singkat belasan orang Boan itu telah dapat
dibuat jungkir balik oleh Yo Him dan Sasana. Hanya saja, belasan
orang Boan itu benar-benar tangguh sekali, di mana begitu mereka
369 terjungkel, seketika mereka melompat bangun lagi, dan telah
menyerang kalap dan nekad kepada Yo Him dan Sasana.
Kwee Tayjin yang menyaksikan jalannya pertempuran tersebut,
seketika menyadari, bahwa tidak bisa dia membiarkan belasan
orang bawahannya menghadapi Yo Him dan Sasana dengan cara
seperti itu, sebab akan percuma saja. Kepandaian Yo Him dan
Sasana memang sangat tinggi sekali, dan akhirnya tokh belasan
orang anak buahnya akan dapat dirubuhkan atau mungkin juga
sebagian dari mereka akan ada yang terbinasa. Karenanya, dalam
waktu yang singkat Kwee Tayjin telah mengambil keputusan.
Dengan menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat dengan
ringan menuju ke pintu, di mana dia mengunci pintu rapat-rapat.
Kuncinya dikantonginya. Dengan demikian dia bermaksud hendak
mencegah Yo Him maupun Sasana dapat melarikan diri.
Kwee Tayjin sendiri setelah mengantongi kunci pintu, segera
melompat ke dekat Yo Him. Waktu itu Yo Him telah menghantam
pundak salah seorang pengepungnya.
Tanpa mengatakan suatu apapun juga Kwee Tayjin menggerakkan
tangannya menghantam dengan pukulan Tok-see-ciang.
370 Dari Sasana, Yo Him memang telah mendengarnya bahwa Kwee
Tayjin ini seorang ahli Tok-see-ciang, Tangan Pasir Beracun, maka
Yo Him tidak berani berayal. Dia telah mengeluarkan kepandaiannya. Setelah berkelit dia telah menghantam dengan
telapak tangannya, dari jurus Termenung Bersedih, ilmu simpanan
warisan ayah. Karena dari itu, bukan main dahsyat dada Kwee
Tayjin kena dihantamnya. Belum lagi Kwee Tayjin sempat menyerang untuk menghalangi, Yo
Him menyerang lagi, tangan Yo Him telah bergerak lebih cepat
menghantam lambungnya dengan jurus Di antara Bunga Bersedih
Hati, sehingga tubuh Kwee Tayjin itu terpental keras sekali,
berguling-guling di tanah.
Sedangkan anak buah Kwee Tayjin cepat-cepat mengepung lebih
rapat, untuk mencegah Yo Him menyerang lebih lanjut pada atasan
mereka tersebut. Namun di saat seperti itu, Yo Him telah memutuskan untuk
turunkan tangan keras pada mereka, mana bisa anak buah Kwee
Tayjin menghadapinya" Tidak ampun lagi tiga orang telah
terpental kena dihantam Yo Him dengan tulang pundak mereka
yang pada patah! 371 Sasana sendiri telah melukai dua orang, dan waktu itu Sasana
telah dikeroyok tiga orang lawannya yang lain.
Yo Him melompat ke dekat Sasana, dan cepat sekali menghantam
ke tiga orang itu sekaligus. Tubuh ke tiga orang bagaikan layanglayang putus tali, terpental dan ambruk di lantai dengan tulang iga
mereka berantakan. Walaupun luka mereka itu tidak sampai
membawa mereka kepada ajalnya, namun luka itu merupakan luka
yang berat dan akan membuat mereka bercacad seumur hidup.
Yo Him dan Sasana bekerja cepat sekali, mereka telah
merubuhkan lagi sisa anak buah Kwee Tayjin.
Ketika itu Kwee Tayjin telah berhasil merangkak bangun dan
bersiap-siap hendak melarikan diri.
"Kwee Tayjin, mau ke mana kau!" tanya Yo Him dengan suara
mengejek. Tubuhnya melesat ke samping Kwee Tayjin, yang
dicengkeramnya dan telah dibantingnya tubuh pembesar tersebut.
Dengan mengeluarkan suara yang nyaring tampak tubuh Kwee


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tayjin telah terbanting dan bergulingan di lantai.
Walaupun Yo Him telah berlaku ringan dan tidak menurunkan
tangan kematian buat Kwee Tayjin, namun dia telah cukup keras
372 menghajar pembesar itu, membuat Kwee Tayjin terluka di dalam
yang tidak ringan. Sedangkan Sasana juga telah melompat ke dekat Kwee Tayjin, dia
ingin menyerang Kwee Tayjin, akan tetapi Yo Him telah
mencegahnya. Kwee Tayjin benar-benar sama sekali tidak berdaya buat
mempergunakan Tok-see-ciang nya, karena diwaktu itu dia telah
dibuat terluka tidak ringan oleh Yo Him. Malah dia tengah merintih
menahan sakit. Selama menjabat kedudukan sebagai pembesar negeri, maka dia
jarang sekali berlatih diri, kepandaiannya dan ilmu silatnya seperti
dilalaikannya. Hidup mewah dan senang dengan kekuasaan yang
ada membuat pertumbuhan tubuh Kwee Tayjin jadi pesat dan
subur. Dia jadi gemuk, dan kegesitannya banyak berkurang.
Sehingga sekarang menghadapi keributan seperti ini, membuat
Kwe Tayjin tidak bisa berbuat banyak. Terutama sekali orang yang
dihadapinya adalah Yo Him, pendekar muda yang memiliki
kepandaian sangat liehay!
"Berdirilah, Kwee Tayjin!" perintah Yo Him dengan suara tetap
sabar. 373 Kwee Tayjin telah merangkak buat berdiri, dia kemudian telah
berkata dengan suara yang agak gemetar: "Jangan..... jangan
menyiksaku.....!" Yo Him tertawa melihat kelakuan Kwee Tayjin seperti itu.
"Hemmm..... engkau yang selalu menyiksa korban-korbanmu.....
sekarang mengapa engkau harus jeri buat disiksa" Bukankah
selama ini telah banyak orang-orang yang menjadi korban
keganasanmu"!" kata Sasana mengejek.
Muka Kwee Tayjin berobah merah, dia telah berkata dengan
kepala tertunduk: "Aku..... aku akan segera membebaskan ke dua
orang yang kalian minta.....!"
"Nah, itulah tindakan yang paling bijaksana!" kata Yo Him.
"Rupanya Kwee Tayjin seorang pembesar negeri yang bijaksana
dan adil, sehingga setelah mengetahui bahwa ke dua orang yang
baru saja ditawannya itu bukan orang-orang yang tengah
diburunya dan tidak memiliki sangkut paut apapun juga, dia
bersedia membebaskannya......!"
Muka Kwee Tayjin berobah semakin merah.
374 Sedangkan Sasana telah berkata: "Cepat kau perintahkan
orangmu buat membawa ke dua orang itu kepada kami, agar kami
dapat membawanya pergi.....!"
Kwee Tayjin mengiyakan, segera juga dia membuka pintu itu, dan
memanggil beberapa orang anak buahnya, yang waktu itu
ketakutan dan tubuh mereka agak menggigil. Walaupun dipanggil
Kwee Tayjin, mereka tidak berani segera masuk ke dalam,
menantikan di dekat pintu saja.
"Cepat ambil gadis cilik itu bersama pamannya yang tadi kita
tangkap!" perintah Kwee Tayjin.
Orang-orang Boan itu mengiyakan. Tidak lama kemudian tampak
tiga orang Boan yang telah membawa Giok Hoa dan Hok An ke
dalam ruangan itu. Dua orang Boan memayang Hok An yang
keadaannya sangat mengenaskan sekali, sedangkan yang
seorangnya lagi menggiring Giok Hoa.
Melihat keadaan Hok An seperti itu, muka Yo Him dan Sasana
berobah hebat. "Sungguh keterlaluan sekali!" menggumam Yo Him dengan suara
mengandung kegusaran. "Kau telah menyiksa orang ini demikian
kejam dan hebat..... sungguh keterlaluan sekali Kwee Tayjin.....!"
375 Kwee Tayjin yang mukanya sebentar berobah pucat dan merah
telah cepat-cepat berkata: "Sesungguhnya..... aku..... aku tidak
tahu menahu soal mereka..... Aku belum lagi dilapori perihal
mereka..... semua ini tentu hasil perbuatan dari beberapa orang
anak buahku..... biarlah nanti aku akan menghukum mereka
sepantasnya..... sesuai dengan perbuatan mereka ini!"
Ternyata Kwee Tayjin yang dalam keadaan ketakutan, ingin
melepaskan tanggung jawabnya kepada anak buahnya.
Yo Him dan Sasana mengetahui bahwa ini semua tentu perbuatan
Kwee Tayjin sendiri. Maka Yo Him tertawa dingin.
"Seharusnya dengan melihat keadaan orang ini demikian
mengenaskan sekali kau sendiri seharusnya memperoleh hukuman yang setimpal, Kwee Tayjin!" kata Yo Him dengan suara
mengandung kegusaran. Kwee Tayjin tidak berani memandang Yo Him, dia menunduk
dengan hati kebat-kebit. Begitulah, Yo Him telah menggendong Hok An, dan meminta
kepada Sasana agar menggendong Giok Hoa.
376 "Baiklah, kami tidak akan menarik panjang urusan ini, akan tetapi,
ini harus menjadi pelajaran bagimu, jika memeriksa seseorang.
Janganlah terlalu mengumbar hukumanmu..... Jika memang terjadi
lagi seperti ini, di mana engkau menyiksa orang-orang yang tidak
bersalah, maka kami pun akan turunkan tangan kejam padamu.....!" Kwee Tayjin yang tengah ketakutan hanya berulang kali berkata:
"Ya, ya, ya.....!" dengan kepala yang mengangguk-angguk tidak
hentinya. Dia membiarkan saja Yo Him dan Sasana membawa
pergi Hok An dan Giok Hoa.
Waktu tiba di luar gedung, Yo Him dan Sasana melihat beberapa
orang Boan anak buah Kwee Tayjin lainnya. Mereka semuanya
seperti juga anjing kena penggebuk menyembunyikan diri, hanya
berdiri mengkeret belaka tak berani memandang Yo Him dan
Sasana, semuanya menunduk dalam-dalam dan sekali-sekali saja
mereka melirik. Dengan ringan Yo Him melompati dinding pekarangan itu diikuti
oleh Sasana, dan kemudian ke duanya telah berlari-lari dengan
cepat membawa Giok Hoa dan Hok An.
377 Mereka telah keluar dari perkampungan itu karena Yo Him
bersama Sasana hendak menghindarkan diri dari kemungkinan
pengejaran yang akan dilakukan oleh Kwee Tayjin dan orangorangnya.
Waktu Yo Him dan Sasana tengah berlari-lari, mereka melihat di
tengah udara mengikuti seekor burung rajawali putih yang besar
sekali. Mereka heran, ke mana saja mereka pergi burung rajawali putih itu
tetap mengikuti saja. Setelah berlari setengah harian, Yo Him dan
Sasana berhasil membawa Hok An dan Giok Hoa sampai di
lamping gunung Hoa-san. Barulah mereka berhenti dan menurunkan Hok An dan Giok Hoa yang direbahkan di tanah.
Sesungguhnya Yo Him dan Sasana berada di perkampungan itu
secara kebetulan saja. Mereka tengah berkelana dan singgah di
kampung tersebut. Dan mereka secara kebetulan mendengar cerita dari mulut ke
mulut penduduk kampung itu, betapa belum lama yang lalu ada
seorang laki-laki tua dan seorang gadis cilik telah ditangkap oleh
beberapa orang tentara Boan yang berpakaian sipil.
378 Memang penduduk kampung itu selalu diliputi ketakutan belakangan ini, di mana cukup banyak orang-orang yang
ditangkapi oleh pasukan tentara Boan tersebut, yang katanya
sebagai pengalaman dan penjaga ketertiban kampung itu, banyak
juga penduduk itu ditangkap-tangkapi walaupun tidak memiliki
kesalahan apapun. Malah banyak juga penduduk yang mengetahui, setiap orang yang
ditangkap itu akan disiksa hebat sekali, karena ada beberapa
orang di antara mereka, yang telah disiksa setengah mati,
dibebaskan. Namun keadaannya sudah tidak seperti manusia lagi,
bercacad sana sini dan keadaannya mengenaskan sekali.
Selanjutnya tidak bisa melakukan pekerjaan apa-apa lagi buat
mereka, hanya keluarganya yang merawatnya.
Maka dari itu, sekarang di pasar itu telah ditangkap laki-laki tua itu
dengan seorang gadis cilik, maka penduduk kampung merasa
kasihan sekali pada mereka, yang diketahui oleh penduduk
kampung tersebut tentunya bukan anggota Kay-pang atau orangorang partai pengemis. Walaupun lelaki itu mesum, namun dia
tetap rapi dan tidak ada tambalannya. Terlebih lagi gadis cilik itu
yang mengenakan pakaian baru.
379 Yang membuat penduduk kampung itu ramai membicarakan
urusan penangkapan itu, karena mereka semuanya merasa
kasihan dan bisa membayangkan, betapa gadis cilik itupun akan
menjadi korban keganasan tentara Boan itu, di mana gadis cilik itu
akan disiksa hebat sekali.
Semula Yo Him maupun Sasana kurang begitu memperhatikan
bisik-bisik penduduk kampung itu. Mereka baru memperhatikannya
lebih serius waktu di rumah makan, di saat mereka bersantap,
beberapa orang pelayan bisik-bisik dengan wajah yang murung.
"Jika memang keadaan seperti ini berlarut-larut, niscaya semua
penduduk kampung ini terancam keselamatannya!" kata salah
seorang di antara pelayan-pelayan rumah makan tersebut.
"Benar orang-orang Boan itu bisa saja sekehendak hatinya
menangkap orang yang kurang mereka senangi, lalu menyiksanya.
Dengan begitu, siapa saja tidak akan dapat mempertahankan hakhak azasi dirinya, maupun menjamin keselamatan dan jiwanya
masing-masing, setiap detik bisa saja maut menjemputnya dengan
siksaan yang entah berapa hebatnya."
"Ya," kata pelayan lainnya. "Beberapa orang yang telah ditangkap
tanpa bersalah, kemudian disiksa hebat, waktu mereka 380 dibebaskan kembali, keadaan mereka sudah tidak mirip-miripnya
manusia lagi, segala apapun juga tidak bisa mereka kerjakan pula,
karena mereka diwaktu itu sudah bercacad hebat. Di samping
itupun mereka sudah tidak bisa menggerakkan sepasang tangan
dan kaki, tidak bisa melihat dengan baik mempergunakan mata
mereka, dan bicaranya juga tergagap.
"Entah siksaan apa yang telah dijatuhkan oleh orang-orang Boan
itu kepada orang-orang tersebut! Aku sendiri sampai berpikir, suatu
waktu mungkin aku sendiri yang akan ditangkap oleh orang-orang
Boan itu dan akan disiksa seperti itu juga, tanpa memiliki kesalahan
apapun!" Para pelayan itu menghela napas dalam-dalam.
"Aku hanya merasa kasihan pada gadis cilik itu, yang ditangkap
bersama-sama dengan lelaki setengah tua yang bersamanya,
tentu mereka berdua akan disiksa hebat sekali! Aku tahu benar,
dan merekapun bukan dari golongan Kay-pang (pengemis), seperti
yang selama ini dicari-cari oleh orang-orang Boan tersebut. Akan
tetapi tokh mereka tetap saja ditangkap dan pasti mereka akan
mengalami siksaan yang hebat sekali.....!" kata salah seorang
pelayan itu pula. 381 Muka mereka murung sekali. Dan perhatian Yo Him serta Sasana
jadi tertarik oleh pembicaraan para pelayan tersebut, karena
memang sejak tadi mereka telah mendengarnya perihal penangkapan terhadap diri gadis cilik itu dan lelaki setengah baya
yang sesungguhnya tidak bersalah itu.
Dengan demikian, Yo Him dan Sasana jadi bertanya-tanya. Entah
apa yang telah terjadi di perkampungan ini, sehingga tampaknya
semua penduduk kampung tersebut dikuasai oleh kegelisahan
seperti itu. Sampai akhirnya Sasana telah menganjurkan Yo Him agar mereka
pergi ke tempat orang-orang Boan tersebut, buat membebaskan si
gadis cilik dan lelaki tua yang diduga adalah ayah gadis cilik
tersebut. Yo Him pun menyatakan persetujuannya, karena memang dia
tertarik sekali mendengar urusan penasaran itu. Malah lebih jauh
Yo Him dan Sasana mendengar percakapan para pelayan itu.
"Pembesar Kwee Tayjin yang memimpin orang-orang Boan itu,
memiliki kepandaian yang tinggi, karena dari itu, jika kita hendak
melawan, dengan mempergunakan kekerasan, kukuatir nanti
membawa akibat yang tidak baik-baik untuk kita semua......!"
382 "Sttt......!" waktu dia baru berkata sampai di situ, kawannya telah
memberi isyarat, kemudian saling memandang ke sekeliling
mereka. Selanjutnya, mereka tidak bercakap-cakap pula, apalagi
mereka melihat Yo Him dan Sasana mengawasi ke arah mereka.
Karenanya, para pelayan tersebut bubar.
"Apakah lebih baik kita menanyakan urusan itu pada para pelayan
tersebut?" tanya Sasana.
Yo Him menggeleng, dia tidak menyetujuinya.
"Nanti bisa menyebabkan mereka ketakutan, lebih baik-baik kita


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bertanya-tanya saja di luar, tempat beradanya markas dari
pembesar orang-orang Boan itu, yaitu Kwee Tayjin!"
Sasana menyetujui usul Yo Him. Begitulah mereka telah
meninggalkan rumah makan tersebut. Dengan bertanya-tanya
pada beberapa orang penduduk, walaupun dengan perasaan
segan dan takut-takut, penduduk yang ditanya Yo Him memberitahukan tempat kediaman dari panglima orang-orang
Boan itu. Disebabkan itu pula mengapa Yo Him dan Sasana bisa tiba di
tempat kediaman Kwee Tayjin dan telah menolongi Hok An serta
Giok Hoa. 383 Sekarang, setelah berhasil menolongi Giok Hoa dan Hok An, Yo
Him dan Sasana telah membawanya pergi keluar perkampungan
cukup jauh. Malah mereka telah membawanya sampai ke lamping
gunung Hoa-san tersebut. Dan kini mereka beristirahat dengan merebahkan Giok Hoa dan
Hok An di tanah, karena mereka melihat betapa luka yang diderita
oleh Hok An sangat parah.
Cuma saja mereka sangat bersyukur sekali bahwa Giok Hoa tidak
terluka dan belum teraniaya. Karena dari itu Yo Him telah
mengambil tempat obatnya, dia mengeluarkan semacam obat
bubuk, dan memborehkan pada kaki dan bagian lainnya anggota
tubuh Hok An yang terluka. Bahkan mulutnya yang telah rusak
karena siksaan orang-orangnya Kwee Tayjin itu, telah diobatinya.
"Dilihat dari parahnya luka yang diderita orang ini, mungkin dalam
waktu satu bulan keadaannya baru bisa pulih kembali.....!" kata Yo
Him, seperti juga berkata kepada dirinya sendiri.
Sasana membenarkan, dan dia telah membantu membalut luka
pada kaki Hok An, Sedangkan Giok Hoa juga diurus oleh Sasana.
Begitulah, setelah Giok Hoa tersadar dari pingsannya. Sasana
mengajaknya bercakap-cakap. Memang Sasana puteri dari
384 seorang pangeran Boan juga, yaitu pangeran Ghalik, akan tetapi
karena kematian ayahnya dan juga karena telah tertanam di dalam
hatinya perasaan antipati terhadap orang-orang Boan.
Dia sekarang benar-benar berdiri di pihak orang-orang Han.
Apalagi sekarang ini dia menyaksikan kekejaman dari orang-orang
Boan itu, yang telah menyiksa sekehendak hati mereka dengan
ganas dan buas, menyebabkan Sasana jadi semakin membenci
orang-orang Boan. Giok Hoa yang mengetahui dirinya dan juga Hok An telah ditolong
oleh Yo Him dan Sasana, jadi girang dan berulang kali
mengucapkan rasa syukurnya dan juga terima kasihnya.
Sedangkan Hok An sendiri masih pingsan, karena dia menderita
terlalu hebat, membuat dia tidak bisa segera tersadar dengan
cepat. Yo Him telah berusaha menyadarkan Hok An. Namun usahanya
itu tetap gagal, karena Hok An tetap pingsan tidak sadarkan diri,
sampai akhirnya Yo Him telah menotok beberapa jalan darah di
tubuh Hok An. untuk menyadarkan laki-laki itu.
"Apakah dia ayahmu"!" tanya Sasana kepada Giok Hoa.
385 "Bukan...... dia pamanku, Cie-cie..... paman Hok An!" menjelaskan
Giok Hoa. "Mengapa kalian bisa ditangkap orang-orang Boan itu"!" tanya
Sasana lagi. "Kami sendiri tidak mengetahui, kami tidak pernah berbuat suatu
kesalahanpun juga, akan tetapi orang-orang Boan itu justeru telah
menangkap kami, bahkan orang-orang Boan itu memaksa paman
Hok agar mau mengakui bahwa kami dari Kay-pang..... Aku sendiri
tidak mengetahui, entah apa maksud mereka dengan yang disebut
Kay-pang itu!" Sasana tersenyum, kemudian menghela napas dalam-dalam.
"Sudahlah adikku, kau jangan terlalu bersedih!" menghibur
Sasana, karena dilihatnya mata Giok Hoa telah memerah, seperti
juga gadis cilik itu akan menangis.
Sedangkan Giok Hoa telah mengangguk sambil mengucapkan
terima kasih. "Jika tidak ada Cie-cie dan Koko itu, niscaya aku berdua dengan
paman Hok akan teraniaya lebih hebat di tangan orang-orang Boan
itu.....!" kata Giok Hoa pula.
386 Sasana menghela napas lagi, dia mengusap-usap punggung Giok
Hoa, katanya: "Memang sekarang ini orang-orang Boan tampaknya tengah mengganas, di mana mereka mengumbar
angkara murka mereka tanpa memikirkan keselamatan dan
kepentingan rakyat! Memang orang-orang Boan tengah melakukan
pengejaran terhadap orang-orang Kay-pang, di mana setiap
anggota Kay-pang akan ditangkap mereka dan disiksa hebat......!"
"Sebenarnya Cie-cie, apakah itu Kay-pang?" tanya Giok Hoa
masih tidak mengerti. "Paman Hok diperintahkannya agar
mengaku sebagai orang Kay-pang dan selanjutnya dijanjikannya
tidak akan disiksanya lebih jauh."
Sasana memandang gadis cilik ini sejenak, usianya masih terlalu
kecil. Jika memang dia menceritakan sejelas-jelasnya, belum tentu
gadis cilik ini bisa mengerti akan ceritanya tersebut dan juga duduk
persoalannya. Maka dia telah berpikir untuk memberikan
penjelasan singkat saja. Namun belum lagi Sasana menceritakan segalanya, waktu itu Hok
An telah mengeluarkan suara keluhan dan tersadar dari
pingsannya. Dia mengeluh dan merintih kesakitan, sebab, begitu
dia siuman dari pingsannya, seketika dia menderita kesakitan yang
hebat sekali, membuat dia sangat menderita.
387 "Tenang..... tenang.....!" menghibur Yo Him segera. Dan juga
pemuda ini mengeluarkan botol obatnya, diberikan beberapa butir
kepada Hok An, yang segera diperintahkannya agar menelan pil
tersebut. "Kau akan segera sembuh, dan pil itu akan mengurangi
penderitaan dan perasaan sakitmu.....!" menjelaskan Yo Him.
Hok An belum bisa mengucapkan suatu apa pun juga dengan jelas,
karena mulut dan bibirnya yang bengkak besar juga pecah-pecah,
di samping bagian dalam mulutnya terluka hebat sekali. Dengan
demikian membuat Hok An tidak bisa mengucapkan kata-kata
dengan jelas. Sedangkan Giok Hoa yang melihat paman Hok nya itu telah
siuman dari pingsannya, segera memburunya, sambil menangis
dia ingin menubruk untuk memeluk paman Hok nya itu.
Akan tetapi Yo Him mencegahnya.
"Jangan ganggu dia dulu, biarkan dia tertidur..... dia menderita luka
yang parah sekali. Jika dia tidak bisa berdiam dengan tenang,
lukanya itu akan membuatnya menderita hebat sekali. Maka dari
itu nona kecil, biarkan saja dia beristirahat dulu, buat menenangkan
388 hatinya. Siksaan yang dialaminya itu pasti telah membuat
goncangan jiwa yang tidak ringan bagi dirinya......!"
Giok Hoa bisa dibujuk Yo Him, dan dia telah mengangguk sambil
menghapus air mata nya. "Koko..... apakah paman Hok ku itu akan sembuh seperti sedia
kala?" tanya Giok Hoa.
Yo Him mengangguk sambil tersenyum.
"Ya, ya, ya...... memang dia akan sembuh kembali seperti
sediakala. Dan juga dia akan dapat bicara dan berjalan seperti
biasa serta mengasuhmu karena dari itu, nona engkau tidak perlu
terlalu kuatir..... pergilah engkau bercakap-cakap dengan Cieciemu....."
Giok Hoa mengucapkan terima kasih, segera juga dia berlalu untuk
menghampiri Sasana. Dan diapun setelah duduk bertanya lagi,
"Cie-cie..... sesungguhnya apakah itu Kay-pang.....?"
Sasana tersenyum. "Baiklah adikku, aku akan menjelaskan serba singkat saja, agar
kau mengerti duduknya persoalan!" kata Sasana kemudian.
389 "Sesungguhnya Kay-pang adalah sebuah perkumpulan pengemis
yang mengumpulkan dan mengorganisasikan pengemis-pengemis
di seluruh daratan Tiong-goan ini. Karena terjadi suatu gerakan, di
mana Kay-pang berusaha menumpas bangsa Boan yang menjajah
negeri kalian maka telah terbunuh Koksu negara Mongolia juga
beberapa orang gagah lainnya dari Mongolia.
"Dengan demikian Kaisar Boan itu telah perintahkan semua
pasukannya untuk memusuhi Kay-pang juga mengeluarkan firman,
untuk menangkap-nangkapi orang Kay-pang. Dan kalian berdua
telah dituduh sebagai orang-orang Kay-pang, lalu ditangkap dan
disiksa......! Hemm, itulah pekerjaan dari manusia-manusia tidak
punya guna, karena para tentara negeri yang telah menerima
perintah dari atasannya, yang menerima firman dari Kaisar, maka
mereka bekerja dengan serabutan.
"Semua orang yang mereka curigai akan ditangkap, bahkan orangorang yang tidak bersalah tentu akan ditangkap dan disiksa, maka
semua orang penduduk di kampung itu membenci orang-orang
Boan tersebut, di mana beberapa orang penduduk kampung itu
telah ada yang ditangkap dan menderita hebat karena disiksa,
padahal mereka tidak bersalah sama sekali.
390 Giok Hoa mendengar cerita Sasana dengan sepasang mata yang
terpentang lebar-lebar mengawasi Sasana, dia tidak mengerti,
mengapa justeru pengemis-pengemis yang harus dimusuhi Kaisar
Boan itu. Sedangkan Sasana telah berkata lagi: "Sekarang..... sekarang ini
memang banyak sekali orang yang menderita karena firman dari
Kaisar Boan tersebut. Tentara negeri yang tidak punya guna dan
tidak bisa bekerja dengan baik-baik, sehingga mereka tidak
berhasil menangkap-nangkapi orang-orang Kay-pang, segera asal
tangkap saja penduduk biasa, yang mereka tuduh sebagai anggota
Kay-pang, kemudian memberikan laporan ke atasan mereka,
berapa banyak orang "Kay-pang" yang telah mereka tangkaptangkapi itu. Yang akhirnya menjadi korban justeru adalah
penduduk setempat juga, yang akhirnya telah disiksa dengan
hebat oleh mereka, yang dipaksa agar mau mengakui sebagai
orang-orang Kay-pang......"
Giok Hoa mengangguk-angguk beberapa kali, katanya dengan
penasaran: "Pantas mereka telah memaksa paman Hok agar mau
mengaku sebagai orang Kay-pang..... Tidak tahunya mereka itu
semuanya merupakan manusia-manusia tidak punya guna yang
tidak bisa melaksanakan firman Kaisar mereka, guna menangkapnangkapi orang-orang Kay-pang.
391 "Lalu mereka telah menangkapi orang orang yang tidak bersalah
dan tidak berdaya yang akan mereka paksa untuk mengaku
sebagai orang Kay-pang. Dengan demikian di mata atasan
mereka, semua orang-orang Boan itu bisa bekerja dengan baikbaik dan mereka telah berhasil menangkap cukup banyak orangorang Kay-pang!"
"Benar adikku, apa yang kau katakan itu memang tepat sekali!"
kata Sasana. "Memang begitulah kejadian yang sebenarnya......"
Setelah berkata begitu, Sasana menghela napasnya dalam-dalam.
Yo Him waktu itu tengah mengawasi Hok An yang kini telah tertidur
nyenyak, karena memang obat yang diberikan olehnya tadi
mengandung bius, dan dapat membuat seseorang yang memakan
obat itu akan tertidur nyenyak, guna mengurangi penderitaannya
dari sakit yang dideritanya. Sekarang melihat Hok An telah tertidur
nyenyak, dengan bibir yang bengkak besar dan keadaannya yang
sangat mengenaskan sekali, telah membuat Yo Him hampir saja
menitikkan air mata. Sedangkan Sasana sendiri berusaha menghibur Giok Hoa.
Disaat itu, Yo Him menghela napas dalam-dalam dan bangkit dari
duduknya. Dia telah menghampiri Sasana, katanya: "Keadaannya
392 cukup parah, sulit bagi kita menyembuhkan keseluruhannya tanpa
memiliki obat-obat yang manjur benar- benar..... Apakah kita lebih
baik membawanya ke kota yang terdekat dengan tempat ini, agar
dapat seorang tabib mengobatinya dengan baik?"
Sasana tidak segera menyahuti, dia berdiam diri beberapa saat,
sampai akhirnya dia telah bilang: "Jika memang demikian,
bukankah pada akhirnya hanya akan membuat orang ini terancam
bahaya yang tidak kecil, karena dia tentu mengalami suatu
keadaan yang sangat menguatirkan sekali..... Tentu akan
membuat orang-orang Boan yang mengejarnya pasti akan
menyelidikinya di sekitar tempat ini. Kalau memang terjadi seperti
itu, niscaya akan membuat jiwanya benar-benar terancam.
"Walaupun kita berusaha untuk melindunginya, akan tetapi tetap
saja suatu waktu, setelah dia berpisah dari kita, akan terancam
sekali. Karena dia selanjutnya pasti bercacad dan kepandaiannyapun berkurang banyak sekali, disebabkan lukalukanya seperti ini benar-benar akan membuat dia tidak berdaya
jika menghadapi musuh.....
"Gadis kecil itupun tidak bisa melindunginya dengan baik, maka
jika memang dia kita tinggalkan bersama gadis cilik tersebut,
393 niscaya akan membuat mereka berdua seperti ditinggal di mulut
macan saja....." Yo Him tertegun sejenak, dia telah memandang jauh sekali,
sepasang alisnya mengkerut dalam-dalam, rupanya dia tengah
berpikir keras sekali, sampai akhirnya Yo Him bilang lagi dengan
suara ragu-ragu: "Jika memang demikian, baiklah! Kita lihat saja bagaimana
keadaannya nanti, akan tetapi aku kurang yakin bahwa dia hanya
sembuh karena obat-obat perbekalan kita ini, yang sangat terbatas
sekali..... "Jika saja sekarang ini kita benar-benar memiliki obat yang benarbenar mujarab, niscaya kita bisa menyembuhkannya dengan baik.
Kemungkinan besar kita pun tentu bisa akan melindunginya agar
ilmu silatnya tidak sampai lenyap......!"
Sasana menghela napas dalam-dalam.
"Kita lihat saja bagaimana nasibnya. Jika memang ilmu silat dan
kepandaiannya lenyap, itulah nasibnya yang buruk sekali. Akan
tetapi, didalam hal ini jelas kita harus


Anak Rajawali Serial Pemanah Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berusaha untuk melindunginya dalam waktu sementara ini, karena itu, selama dia
belum sembuh dan kita belum yakin bahwa orang ini dan gadis cilik
394 itu dalam keadaan aman tidak terancam bahaya di tangan orangorang Boan itu, barulah kita meninggalkannya!"
Yo Him menyetujui saran yang diberikan Sasana, diapun telah
berkata dengan suara yang mengandung penyesalan:
"Hanya saja, aku tidak pernah membayangkan bahwa Kaisar
Mongolia itu bisa memiliki hati yang demikian telengas mendatangkan penderitaan tidak ringan buat penduduk daratan
Tiong-goan! Jika keadaan ini berlangsung terus, niscaya akan
menimbulkan kebencian di hati rakyat..... Dan kukira tidak mungkin
Kaisar Kublai Khan dapat bertakhta lebih lama lagi di daratan
Tiong-goan ini." Sasana hanya menghela napas. "Semua ini hanya disebabkan
memang Kaisar itu di dampingi manusia-manusia berhati iblis!
Kaisar tentunya telah berhasil dipengaruhi mereka, di mana para
Kan-sin (penjilat) itu telah membujuk Kaisar dengan berbagai jalan
dan usaha, dengan demikian Kaisar telah menempuh jalan yang
salah! "Memang sebelumnya pasukan perang Kaisar Mongolia sangat
kuat sekali. Kaisar pun selalu ikut turun tangan memimpin dalam
medan peperangan. Namun sekarang setelah memperoleh
395 kemenangan buat pihaknya, maka dia telah terlena oleh wanitawanita cantik dan arak..... Jika keadaan seperti ini berlangsung
terus, niscaya kerajaan Boan ini tidak berusia panjang dan akan
runtuh......" Begitulah Yo Him dan Sasana bercakap-cakap membicarakan
situasi waktu itu di daratan Tiong-goan dan segala apa yang
mereka saksikan akhir ini dalam pengembaraan mereka.
Sedangkan Giok Hoa yang tengah berduka karena memikiri
keadaan dan keselamatan paman Hok nya tersebut, hanya
mendengarkan saja percakapan Yo Him dengan Sasana.
Pertama-tama memang dia tidak mengerti urusan yang dibicarakan ke dua orang ini, sebab lainnya dia memang tengah
berduka dan tidak berhasrat buat ikut bercakap-cakap.
Sampai akhirnya Yo Him telah menoleh memandang Giok Hoa,
katanya: "Beruntung bahwa kau belum sempat disiksa oleh orangorang Boan itu.....!"
Giok Hoa mengangguk, katanya: "Semua ini berkat pertolongan
Koko dan Cie-cie.....!"
Yo Him tersenyum. 396 "Sebenarnya, ke manakah tujuan kalian!" tanyanya lagi.
"Kami baru saja turun dari gunung Hoa-san, dan bermaksud akan
berkelana....." menjelaskan Giok Hoa dengan jujur: "Dan kami
juga...." Akan tetapi baru saja Giok Hoa berkata sampai di situ, di atas
udara tampak melayang-layang sebuah bayangan putih yang
besar. Di mana akhirnya setelah ditegasi, ternyata itulah seekor
burung rajawali yang memiliki ukuran tubuh sangat besar, dengan
sepasang sayap yang lebar. Bukan main girangnya Giok Hoa.
Sedangkan Sasana telah berkata kepada Yo Him: "Sejak tadi
burung rajawali putih ini selalu membuntuti kita..... entah apa yang
diinginkannya....." Baru saja Yo Him ingin menyahuti, tiba tiba Giok Hoa telah bersiul
nyaring, disusul kemudian panggilannya: "Tiauw-jie ke mari
kau....." Dan Giok Hoa yang tampaknya begitu girang, dengan wajah yang
berseri-seri, melambai-lambaikan tangannya memanggil burung
rajawali berbulu putih seperti seputih salju tersebut.
397 Burung rajawali putih itu seperti juga mengerti panggilan Giok Hoa,
karena burung tersebut sambil mengeluarkan pekik yang nyaring,
telah terbang turun dan hinggap di samping Giok Hoa. Waktu dia
terbang turun dan hinggap di tanah, maka debu-debu beterbangan,
akibat kuatnya gerakan sepasang sayapnya yang menimbulkan
angin yang menderu-deru. Sedangkan Yo Him dan Sasana hanya memandang dengan takjub
dan heran, betapa rajawali itu telah menyelesapkan kepalanya ke
dalam pelukan Giok Hoa. Giok Hoa sambil menangis telah mengusap-usap kepala burung
rajawali itu. "Tiauw-jie..... Tiauw-jie...... paman Hok telah disiksa dan dianiaya
oleh orang-orang Boan. Keadaannya sangat mengenaskan
sekali.....!" kata Giok Hoa kemudian di antara sendat tangisnya.
Tiauw-jie mengeluarkan suara pekik yang perlahan, namun sangat
panjang, rupanya dia ikut bersedih hati.
Giok Hoa menunjuk ke arah di mana Hok An tengah rebah dalam
keadaan tidur. Tiauw-jie segera juga menghampiri Hok An,
kemudian berdiri di samping Hok An dengan air mata berlinang.
Diapun memperdengarkan suara pekik yang perlahan sekali.
398 Menyaksikan semua itu, Yo Him dan Sasana jadi sangat terharu.
Dia telah menyaksikan betapa burung rajawali itu seperti juga sikap
seorang manusia, yang dapat berduka melihat sahabat atau
majikannya yang terluka begitu berat.
Memang Yo Him seringkali mendengar cerita dari ibunya, bahwa
dulu ayahnya memiliki seekor rajawali sebagai sahabatnya di
mana burung rajawali tersebut sangat liehay sekali ilmu silatnya,
burung rajawali itulah yang mengajarkan Yo Ko, ayah Yo Him,
berbagai ilmu silat yang liehay.
Begitu juga perihal Kwee Ceng dan Oey Yong, yang memiliki
sepasang burung rajawali putih yang sangat jinak dan penurut
sekali, telah sering didengar oleh Yo Him.
Sekarang ini justeru disaksikan oleh Yo Him dan isterinya, seekor
burung rajawali yang demikian jinak dan juga setia sekali, maka
bukan main tertariknya hati Yo Him dan Sasana.
Sedangkan Giok Hoa juga telah menghampiri lebih dekat, berdiri
di samping burung rajawali itu.
"Orang-orang Boan itu yang telah menganiaya paman Hok sampai
keadaannya demikian mengenaskan.....!" kata Giok Hoa sambil
menangis terus dengan berduka sekali.
399 Setelah memandangi Hok An yang tengah tertidur nyenyak,
burung rajawali itu, Tiauw-jie, menoleh kepada Giok Hoa,
kemudian mengeluarkan suara pekikan yang perlahan, seperti
juga burung itu tengah menanyakan siapa saja orang-orang Boan
yang telah menganiaya Hok An.
Giok Hoa seperti juga mengerti, dia telah berkata dengan suara
yang menggumam, seperti juga berkata kepada dirinya sendiri.
"Kami telah masuk ke dalam perkampungan itu, dan ditangkap oleh
orang-orang Boan itu, di mana akhirnya paman Hok dianiaya hebat
oleh orang-orang Boan itu. Jika saja Cie-cie dan Koko ini tidak
menolongi kami, akupun hampir saja disiksa mereka!"
Burung rajawali tersebut mengeluarkan suara pekik perlahan,
sedangkan Giok Hoa memandang ragu-ragu. Rupanya burung
rajawali itu meminta agar Giok Hoa naik ke punggungnya.
Akhirnya Giok Hoa menoleh kepada Yo Him dan Sasana, katanya:
"Koko dan Cie-cie, Tiauw-jie meminta agar aku mengantarkannya
ke kampung itu untuk menunjukkan padanya siapa orang yang
telah menganiaya paman Hok ini.....!"
Yo Him dan Sasana jadi heran, memandang takjub.
400 "Akan tetapi kalian akan menghadapi bahaya yang tidak kecil
bagaimana jika burung rajawali itu tidak sanggup menghadapi
orang-orang Boan itu, atau terpanah, tentu kau juga akan
menghadapi bahaya yang cukup besar.....!" kata Sasana
kemudian. Tetapi burung rajawali itu berulang kali mengeluark.an suara pekik,
sampai akhirnya Giok Hoa telah berkata: "Baiklah! Baiklah!
Sabar..... aku akan ikut dengan kau.....!"
Setelah berkata begitu, Giok Hoa kemudian berkata lagi kepada
Yo Him dan Sasana: "Koko dan Cie-cie, aku hanya akan pergi
menunjukkan pada Tiauw-jie di mana letak rumah orang-orang
Boan itu, setelah itu aku akan dibawa terbang ke mari lagi. Dan
Tiauw-jie akan kembali sendiri ke sana, di mana ia ingin membalas
sakit hati paman Hok..... walaupun bagaimana keinginan Tiauw-jie
tidak bisa dihalangi lagi.....!"
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Yo Him mengangguk.
"Baiklah, pergilah kau, akan tetapi hati-hatilah, dan cepat kembali!"
kata Yo Him. "Him Koko.....!" seru Sasana ragu-ragu.
401 "Tidak apa-apa..... bukankah adik kecil itu akan segera diterbangkan kembali ke mari" Biarlah mereka pergi.....!" kata Yo
Him kemudian. Giok Hoa tidak berayal pula melompat naik ke punggung burung
rajawalinya, kemudian melambaikan tangannya kepada Yo Him
dan Sasana. Sedangkan Tiauw-jie mulai mementangkan sepasang sayapnya,
dia telah terbang membawa Giok Hoa di punggungnya. Semakin
lama semakin tinggi, dia terbang menuju ke arah perkampungan
itu lagi. Yo Him dan Sasana yang melihat betapa burung rajawali itu
terbang semakin tinggi, jadi merasa ngeri. Dilihatnya Giok Hoa
merangkul leher burung rajawali tersebut, dan Sasana kuatir kalaukalau Giok Hoa terjatuh. Sampai akhirnya Tiauw-jie dan Giok Hoa
telah lenyap dari pandangan mata mereka.
Waktu itu Tiauw-jie memang telah terbang semakin tinggi, dan
kemudian sampai di atas perkampungan tersebut. Dia terbang
berputar-putar. Giok Hoa mengawasi ke bawah, dan akhirnya dia menepuk kepala
burung itu perlahan sekali dengan tangan kanannya, seperti juga
402 mengusap, kemudian dia membisikkan: "Itulah rumah orang-orang
yang telah mencelakai paman Hok, itu di depan pintu, mereka
itulah yang telah menganiaya paman Hok.....!"
Tiauw-jie terbang lebih rendah, sehingga Giok Hoa bisa
menunjukkan rumah yang dimaksudkannya itu lebih jelas pula.
Setelah itu Tiauw-jie terbang pulang kembali ke lamping gunung
Hoa-san, di mana menanti Yo Him dan Sasana. Sedangkan Hok
An masih dalam keadaan tertidur nyenyak.
Tiauw-jie setelah menurunkan Giok Hoa, segera terbang kembali
ke arah perkampungan itu.
"Apa yang akan dilakukan Tiauw-jie"!" tanya Yo Him dan Sasana
hampir berbareng, karena mereka heran dan menduga-duga apa
yang dapat dilakukan oleh burung rajawali tersebut.
"Dia ingin membalas sakit hati paman Hok, tentu Tiauw-jie akan
mengamuk di sana!" menjelaskan Giok Hoa.
Apa yang diduga oleh Giok Hoa memang tidak meleset, karena
waktu itu Tiauw-jie telah tiba di atas perkampungan itu. Dia terbang
berapa kali memutarinya, dan ketika berada di atas gedung dari
orang-orang Boan itu, tiba-tiba Tiauw-jie memekik nyaring,
403 tubuhnya meluncur ke bawah dengan pesat. Kemudian waktu tiba
dekat genting rumah, sayap kanannya menghantam dengan hebat.
"Prakk.....!" sayap itu menghantam genting bangunan dengan kuat,
dan disusul dengan suara hiruk pikuk runtuhnya genting-genting
rumah itu, yang telah digempur dengan tamparan yang kuat sekali
dari sayap Tiauw-jie. Malah Tiauw-jie pun bukan hanya menampar satu kali saja. Dia
terbang menukik dan menampar lagi, malah ke dua sayapnya itu
bergantian telah menghantami rumah tersebut yang jadi porakporanda.
Di dalam rumah itu terdengar suara ribut-ribut, di mana terlihat
betapa beberapa orang berlari-lari keluar dari dalam rumah itu.
Tiauw-jie tidak mensia-siakan kesempatan tersebut, segera ia
terbang menukik rendah, sayap kanannya menampar ke arah
rombongan orang-orang Boan yang berlari-lari keluar dari rumah
tersebut. Sampokan sayap Tiauw-jie dahsyat luar biasa, orang-orang Boan
itu segera terjungkir balik. Malah Tiauw-jie bukan hanya menampar
dengan sayapnya saja, waktu orang-orang itu jungkir balik karena
404 diterjang angin sampokan sayap burung rajawali tersebut, Tiauwjie telah meluncur turun terus, dia mematoki mereka.
Seketika juga orang-orang Boan itu menjerit-jerit kesakitan dan
ketakutan. Demikian juga waktu Tiauw-jie mempergunakan
kakinya mencengkeram dua orang Boan itu, yang dibawa terbang
tinggi, ke dua orang itu menjerit-jerit kesakitan dan ketakutan.
Namun kuku-kuku dari kaki Tiauw-jie sangat kuat menghujam ke
dalam tubuh mereka, begitu kuat, sehingga mereka tidak bisa
melepaskan diri. Sedangkan Tiauw-jie setelah merasa cukup tinggi
membawa terbang ke dua orang tersebut, segera melepaskan
cengkeramannya. Seketika tubuh orang itn meluncur jatuh ke
bawah dengan jerit ketakutan mereka setengah mati.
Pecut Sakti Bajrakirana 12 Pendekar Jembel Karya Liang Ie Shen Panji Sakti 6

Cari Blog Ini