Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Naga Langit 4

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 4


Pada tahun-tahun awal masa berlatihnya, satu-satunya teman bermain Koay Ji adalah seekor monyet besar peliharaan Suhunya yang juga berwarna putih. Binatang inilah yang suka mencarikan mereka berdua makanan. Monyet ini jangan dikira hanya binatang biasa, karena dia adalah monyet mustika yang memiliki kepandaian setingkat jago-jago kelas satu dan memiliki tenaga gwakang alami yang sangat tinggi. Dari tokoh monyet putih inilah Koay Ji belajar bahasa monyet dan mampu berkomunikasi secara baik dengan monyet-monyet di hutan. Tidak heran jika kemudian Koay Ji menjadi sangat paham bahasa monyet dan menjadi sahabat nyaris seluruh monyet yang mendiami dataran seluas 300 meteran itu.
Bukan hanya itu, kepandaian mengobati yang dipelajari Koay Ji selama ini, justru membuatnya memperoleh keuntungan yang tidak sedikit. Di tahun ketiga masa belajarnya, kebetulan Suhunya sedang bersamadhi dan dia sedang bermain-main dengan si Monyet Putih, tiba-tiba datang belasan monyet yang dari suaranya sedang menjerit-jerit dan mengirimkan sinyal sesuatu yang tidak baik sedang terjadi. Melihat suara mereka, si monyet putih yang dituakan dan didewakan semua monyet di hutan itu menjerit dan berkata kepada Koay Ji:
"Ada serangan ?"."
Tidak lama keduanya berkelabat mengejar monyet-monyet yang tadi datang mengabari mereka berdua. Saat itu kepandaian ginkang Koay Ji sudah lumayan tinggi dan mampu mengimbangi daya lari si monyet putih. Benar saja, tidak lama mereka tiba di tempat dimana sedang terjadi perkelahian antara beberapa monyet sedang mengerubuti seekor harimau belang yang cukup besar dan buas. Terlihat sudah ada 5 monyet yang terluka, sementara di dekat si harimau juga ada seekor monyet kecil, tepatnya bayi monyet yang ternyata sudah jatuh ditangan si harimau. Semua monyet yang berada disana bercuit-cuit dan memberi semangat kelima monyer besar yang sedang mengerubuti sang harimau, tetapi mereka selalu takut mendekati.
Melihat perkelahian yang sudah makan korban masyarakatnya itu, si monyet putih dengan geram meloncat sambil berteriak keras. Teriakannya itu membuat semua monyet yang tadi mengerubuti sang harimau meloncat mundur dengan masih menahan amarah karena belum berhasil memukul kalah sang harimau. Sementara itu, tarung antara harimau besar dengan si monyet putih langsung berlangsung seru, dan kali ini sang harimau tidak dapat seenaknya seperti sebelumnya. Sekali dia menerima kibasan lengan monyet putih dan dia terlempar kesakitan. Sontak dia sadar, lawannya bukanlah ayam sayur dan mesti dilawan dengan penuh kekuatan.
Sementara itu, Koay Ji sudah pula mendekati arena, bukan hanya itu, ketika pertarungan terjadi, dengan cepat dia meloncat mendekati si bayi monyet dan kemudian menggaitnya dan membawanya pergi ke tempat yang aman. Kasihan, si bayi monyet nampak ketakutan dan sedikit terluka di kedua lengannya, namun tidak terlampau berbahaya. Dengan keahlian pengobatannya, diapun mengobati si bayi monyet, bahkan kemudian mengobati semua monyet yang terluka dalam pertempuran. Sementara si monyet putih masih terus bertarung dan selalu berada di atas angin, sudah terhitung 3 kali dia memukul sang harimau hingga terlontar kesakitan. Harimau itu bukannya takut malahan menjadi bertambah murka, tetapi juga mulai cemas karena lawannya lebih kuat dan lebih tangkas, semua pukulannya menyakitkan. Karena itu, perjuangan sang harimau jadi liar dan tidak lagi mengandalkan tarung normal tetapi berusaha sedapat mungkin menerkam si monyet putih. Tetapi, beberapa kali, kembali si harimau terlontar terkena pukulan si monyet putih sampai akhirnya dia sadar kalau monyet putih besar itu bukan lawannya. Pada akhirnya, dengan kepala sedikit pening, harimau itu akhirnya melarikan diri "..
Tepat ketika pertarungan selesai, Koay Ji juga selesai mengobati semua monyet yang terluka. Saat dia usai, dia melihat adegan yang menggelikan ketika si Monyet Putih dengan lengan terangkat mencuit-cuit dan menyatakan dirinya sebagai pemenang dan diikuti dengan cuitan kegirangan seluruh warga monyet yang jumlahnya mungkin ribuan dan memenuhi pepohonan disana. Beberapa saat kemudian, beberapa monyet besar menyadari kehadiran Koay Ji dan tahu dialah yang mengobati mereka yang terluka. Karena itu, Koay Ji kemudian juga di salami dan disoraki, dan sejak hari itu, warga monyet disana memandang Monyet Putih dan Koay Ji sebagai pemimpin besar mereka. Bahkan, luka apapun yang diderita warga monyet itu, semua akan meminta pertolongan kepada Koay Ji, dan semakin akrablah hubungan antar mahluk itu. Monyet putih juga semakin senang dan sayang dengan kehadiran Koay Ji, tak ada urusan Koay Ji yang tidak melaluinya saat itu.
Sejak kejadian itu, jadilah semua buah-buahan istimewa yang dipetik para monyet, mendahulukan Monyet Putih dan Koay Ji. Jika keduanya sudah memilih, maka yang tersisa akan dibagikan kepada mereka yang dianggap berjasa. Sebagaimana hari itu, Koay Ji dan Monyet Putih menerima kedatangan 3 monye besar yang membawa serta sebutir buah berwarna merah pekat. Tetapi, seiring dengan itu, ketiga monyet itu merintih-rintih kesakitan, sepertinya sedang terluka cukup berat. Dengan segera Koay Ji memeriksa keadaan mereka dan betapa terkejutnya dia ketika menemukan kenyataan betapa mereka bertiga, monyet itu, ternyata terluka oleh serangan seekor ular beracun. Ketika ditanyai, ketiga monyet itu dengan merintih lemah menceritakan bahwa mereka memetik sebutir buah merah pekat yang ternyata dijaga seekor ular besar yang berwarna putih namun dengan kepala berwarna kehijaun. Nampaknya penjaga buah itu. Ketiganya berhasil memetik sebutir saja buah dari pohon itu tetapi ketiganya terluka oleh gigitan si ular penjaga pohon.
Mendengar ceritanya, Koay Ji dengan cepat menyimpulkan dan berkata kepada si Monyet Putih, "Ular Beracun Naga Saldju Bermahkota Daun ?". dalam waktu 2 jam dari sekarang, mereka bertiga akan tewas dalam keadaan mengerikan. Obat pemunah hanya ada di liur ular tersebut, harus cepat engkau bekerja karena mengalahkan ular itu sangat berat ?". engkau tunggulah kutahan racun mereka dan kita pergi mencari ular itu guna mengalahkannya ".."
Tetapi si Monyet Putih dengan cepat berkata kepadanya:
"Engkau obati mereka dan menyusulku nanti ?"."
Tanpa menunggu persetujuan Koay Ji, monyet putih sudah berlari pergi mengikuti arah yang ditunjukkan salah satu dari ketiga monyet itu. Sementara itu, Koay Ji sendiri mau tidak mau harus mengerahkan kemampuan mengobati yang dimilikinya dan berusaha membendung racun untuk tidak cepat mengalir. Dan beberapa saat kemudian, diapun berkata kepada ketiga monyet itu ?"
"Nach, sudah selesai, tetapi sebaiknya kalian bertiga beristirahat disini dan biarkan aku pergi membantu Kakak Monyet Putih untuk merebut obat dari si ular itu ,,,,,,,"
Tepat pada waktu itulah terdengar suara seseorang:
"Tahan Koay Ji ?"".. sudah terlambat, kemungkinan Kakak Monyet Putihmu juga sudah ikut terluka. Engkau menjaga mereka disini, biarlah Suhumu yang menyusul kakakmu itu ?". ular itu dengan bisa dan kecekatannya masih 10 kali lebih hebat dibandingkan Harimau yang kalian kalahkan dulu ?" karena itu, berjagalah disini dan segera buatkan tungku pemanas dan siapkan air mendidih untuk kebutuhan obat. Kita harus bergegas karena khasiat liur ular itu hanya tahan selama 15 menit belaka. Jika berhasil, kita mendapatkan berkah yang tidak sedikit ".."
"Baik Suhu ?""
Tak lama kemudian tubuh orang tua itu entah bagaimana sudah lenyap dari pandangan Koay Ji dan bocah ajaib itupun kemudian menyalakan api dan terus memasak air sebagaimana pesan suhunya tadi. Kurang lebih setengah jam kemudian, datanglah suhunya pulang dengan membawa 2 tubuh yang nampak tak berdaya, satu adalah tubuh Monyet Putih yang terlihat terluka cukup parah dan satunya lagi adalah bangkai ular besar yang sebesar paha Suhunya di bagian kepala dan lebih besar lagi di bagian perutnya dan panjangnya kurang lebih 3 meter. Ular itu sesungguhnya sangat indah dipandang, sekujur tubuhnya putih mulus seperti tak bersisik berbeda dengan ular-ular lainnya, sementara kepala dan mahkotanya berwarna hijau daun. Begitu Suhunya tiba, langsung bangkai ular dihempaskannya ke tanah dan kemudian meletakkan tubuh Monyet Putih ke dekat Koay Ji sambil berkata:
"Dia terluka parah dan keracunan ?" engkau tangani dan kuatkan tubuh bagian dalamnya sementara liur ular itu akan kutuangkan ke air mendidih itu ?"
Koay Ji langsung mengerjakan perintah Suhunya, dan alangkah terkejutnya ketika mengetahui lewat pemeriksaan kalau beberapa tulang iga atau rusuk, bahkan kaki dan lengan kanan Monyet Putih itu patah-patah dan membuatnya kehilangan kesadaran saking sulitnya menahan rasa sakitnya. Koay Ji jadi terharu dan ikut merasa sedih melihat keadaan Monyet Putih yang sangat mengasihinya. Bukan hanya Koay Ji, rimba yang biasanya banyak monyet bermain-main langsung terasa senyap, dan ternyata banyak monyet yang dengan tegang dan trenyuh menyaksikan Monyet Putih itu dalam keadaan tak berdaya.
"Untung lohu cepat datang, dia keracunan dan karenanya kalah bertarung. Bahkan nyaris menjadi santapan ular raksasa itu. Mestinya, tanpa racun ular besar itu, kakakmu itu sebenarnya mampu bertahan dan bahkan mampu mengalahkan si ular beracun yang bertubuh sangat indah itu ?"?"
Dalam waktu setengah jam, obat sudah selesai diseduh dan dimasak Suhunya, tetapi Koay Ji sendiri belum selesai dalam menangani dan membenahi keadaan tubuh si Monyet Putih yang memang terluka hebat. Bahkan masih berlangsung sampai hampir satu jam baru dia akan selesai menangani tubuh Monyet Putih. Dia harus meluruskan dan kemudian menyambung tulang-tulang yang patah tak beraturan, selain juga harus melokalisasi racun dalam tubuh monyet putih dan ini yang makan waktu panjang. Sesudah dia menyelesaikan pemeriksaan dan penyambungan tulang dan melihat bahwa proses penyembuhan itu berjalan baik, dia kemudian berpaling dan berkata kepada Suhunya yang sedang memandangnya takjub:
"Suhu, tolong berilah para monyet-monyet itu obat anti racun, karena keadaan mereka tidak akan dapat bertahan lebih lama lagi ?".. setelah selesai menangani luka-luka dan menyambung tulang kakak monyet putih, tecu akan segera menengok kembali keadaan mereka bertiga ?"."
Di luar takjubnya dan kagumnya sang Suhu melihat kecekatan muridnya, tanpa berkata apa-apa dan membiarkan muridnya melanjutkan pekerjaannya, Bu In Sin Liong kemudian meminumkan obat anti racun seduhannya kepada monyet-monyet yang terluka. Tidak lama setelah makan obat anti racun, ketiga monyet itu mulai berhenti merintih-rintih, rasa sakit nampaknya mulai berkurang dan wajah mereka tidak lagi terlihat merana dan kesakitan. Hal itu menyenangkan hati si orang tua dan kemudian dia kembali menengok keadaan monyet peliharaannya yang sedang ditangani muridnya yang ajaib itu ?". "Satu lagi kebisaan anak itu yang luar biasa" pikir si orang tua penuh kekaguman. "Tetapi, kesetia kawananannya dan rasa ibanya kepada kaum monyet, mestinya menjadi dasar kuatnya watak anak itu" timbang-timbang Bu In Sin Liong lagi. Dan memang, keputusan membentuk dan melatih hingga tuntas Koay Ji sudah diputuskan kakek tua itu.
Hampir sejam kembali berlalu baru akhirnya terdengar suara Koay Ji yang bergumam dan jelas sangat keletihan:
"Acccchhhhh, akhirnya selesai juga ?" Suhu ?""
"Kenapa muridku ?"."
"Racun sudah kutahan ditempat yang aman dan luka-luka patah tulang sudah dapat tersambung lagi dengan benar. Suhu sudah bisa memberikan obat itu untuk kemudian diminumkan kepada Kakak monyet ?"."
Tak berapa lama, proses pengobatanpun tuntas. Tetapi, Monyet Putih, karena keadaan dan usia serta kesehatannya, membutuhkan waktu lama untuk pulih sebagaimana biasanya. Dan selama masa penyembuhan Monyet Putih itu, adalah Koay Ji yang diperlakukan dan dianggap menjadi raja dan panglima yang ditinggikan para monyet yang anehnya semakin banyak datang dan menundukkan diri kepada Monyet Putih dan juga Koay Ji.
"Muridku, berikan kepada suhu buah merah pekat itu ?"?" kita sungguh beruntung karena dapat memilikinya. Dapat kutuntaskan proses membuat pil mujijat sebagaimana pil yang ditelankan Bu Te Hwesio kemulutmu dan ke mulut Sam Suhengmu tempo hari itu ".. selain itu, engkau beruntung karena kulit ular mujijat ini sehalus sutra tetapi tahan atau bahkan mampu membal serta membalikkan tenaga serangan senjata tajam. Mudah-mudahan suhumu dapat membentuknya menjadi sejenis pakaian anti senjata tajam atau bahkan tahan terhadap racun-racun jahat lainnya ?".."
"Tapi, apakah buah ini tak dapat dimakan Suhu "..?"
"Khasiatnya hilang jika dimakan dan rasanya juga kecut dan tidak begitu enak dilidah. Suhumu akan memulai membuat pil itu hari ini, tetapi engkau pergilah dan petik lagi beberapa buah lainnya yang berwarna hijau didekat pohon buah merah. Buah pohon itu baru memiliki khasiat penolak racun jenis serangga dan ular, tetapi terhadap racun yang bukan berasal dari khewan, dia tidak berkhasiat. Engkau boleh makan sebutir dan bawakan berapa butir buah hijau yang lainnya kemari, karena buah-buahan itu akan segera kugunakan membuat jenis obat dan pil mujijat yang suhumu sebutkan tadi itu. Kita sungguh beruntung hari ini ?""
"Baik Suhu ?""
Berlalunya hari itu, ditandai dengan panggilan Bu In Sin Liong pada malam harinya kepada Koay Ji untuk menghadap;
"Koay Ji " terhitung mulai besok, sudah saatnya engkau melatih diri dalam latihan yang lebih jauh lagi. Jika selama lima tahun pertama engkau khusus belajar melalui simhoat tenaga iweekang, itu disebabkan, berbeda dengan manusia kebanyakan, dalam tubuhmu mengeram hawa kekuatan yang semakin lama semakin membesar. Dan pertumbuhannya selama beberapa waktu terakhir sudah menemui titik normal karena khasiat pil mujijat yang engkau makan sudah berhasil membaur dengan darahmu. Karena itu, pertumbuhan kekuatan iweekangmu, kini tergantung kepada latihan menurut simhoat yang kuajarkan, selain masih bisa terus berupaya menyerap sisa kekuatan yang masih cukup besar dalam tubuhmu. Suhumu menemukan adanya keanehan yang bisa sangat membahayakan, yakni paduan hawa dalam tubuhmu dengan obat mujijat itu mampu membangkitkan daya lekat dan daya hisap kekuatan lawan yang terlampau mujijat. Semakin kuat engkau melatih iweekangmu, semakin kuat daya serap dan daya hisapnya ?" nampaknya, Bu Te Hwesio sendiri tidaklah pernah menyangka jika hasil karyanya akan sehebat dan semujijat ini. Untungnya latihanmu selama 5 tahun terakhir sudah mampu memperkuat tantianmu dan sudah memadai untuk menampung kekuatan yang sangat besar itu, sekaligus juga sudah memadai untuk menampung kekuatan yang maha hebat ?". Maka, selanjutnya, sudah tiba saatnya engkau berlatih ilmu-ilmu gerakan yang mewadahi penyaluran iweekang dalam tubuhmu menjadi kekuatan menyerang, mengelak ataupun menangkis dan sekaligus mengembalikan serangan lawan. Selama beberapa tahun kedepan, engkau akan berlatih ilmu-ilmu gerak itu, dari suhumu sendiri hanya akan mewariskan beberapa ilmu belaka karena dengan kemampuan iweekangmu nanti, maka kelak, engkau tidak begitu membutuhkan senjata untuk mmebela diri ?""
"Suhu ?". Benar-benarkah Koay Ji sudah lulus untuk melatih ilmu-ilmu dan jurus-jurus serangan mulai besok ".?"
"Benar muridku ?". engkau sudah bisa memulainya. Dengan ketekunan serta juga bakatmu, terlebih dengan kekuatan yang luar biasa dalam tubuhmu, maka tidak akan butuh waktu lama bagimu untuk menamatkan ilmu-ilmu itu. Yang perlu engkau perhatikan adalah, pengetahuan mengenai jalan darah manusia dan kemampuan untuk mengatur, mengerahkan dan menakar kekuatan iweekang yang dapat engkau salurkan melalui jurus-jurus serangan dan jurus-jurus ilmu silatmu kelak ?".. jika itu sudah dapat engkau kuasai, maka tidak akan sulit engkau memahami setiap ilmu yang kelak kuajarkan kepadamu mulai besok ".."
"Suhu ?"." kelihatannya Koay Ji ingin mengatakan sesuatu tetapi seperti tidak jadi. Tetapi, seorang yang sangat awas semisal Bu In Sin Liong sudah tentu dapat melihat gejala yang muncul dalam diri Koay Ji
"Hmmmm, muridku, katakana sajalah apa yang ingin engkau kemukakan ".."
"Suhu, sesungguhnya tecu pernah membaca pelajaran mengenai jalan darah manusia dan bagaimana memanfaatkan jalan darah tersebut, terutama sangat bermanfaat untuk ilmu pertabiban. Tetapi, semakin lama, tecu semakin memahami jika sebetulnya ilmu dan pengetahuan mengenai jalan darah tersebut, juga memiliki hubungan yang erat dengan tata gerak dan ilmu gerak manusia. Karena itu, tecu pernah mencatat dan mengingat sejumlah teori mengenai mengendalikan jalan darah manusia dan juga mengendalikan manusia itu sendiri ?""
"Koay Ji, maksudmu engkau pernah belajar atau membaca dari sebuah buku "..?" kejar Bu In Sin Liong terkejut
"Su Pangcu pernah meminta tecu menjadi petugas kebersihan perpustakaan suhu selama setahun lebih dan tecu pernah membaca dari sebuah kitab pusaka yang dipinjamkannya untuk tecu baca di kamar tempat tinggal Ang Sinshe ?""
"Apakah engkau paham dan tahu nama kitab itu Koay ji ".?"
"Kitab itu tidak ada judulnya, hanya menjelaskan bahwa penulisnya adalah Pat Bin Ling Long (Delapan Wajah Serba Cerdik), dan dalam penjelasannya karena beliau tidaklah berjodoh dengan Pou Tee Pwe Yap Sian Sinkang dari Thian Tok ataupun Toa Pan Yo Hian Kang dari Tionggoan, maka dia berlatih ilmu yang lain dan menuliskan ilmu dan cara lain yang disebutnya 5 JALAN RAHASIA, dan dia menyebut Kitab Itu dengan nama Kitab 5 Jalan Rahasia "..?".."
"Hahahahahaha, dan engkau dalam usiamu yang masih snagat muda ini sudah membacanya sampai habis muridku ".?"
"Benar Suhu, sudah kuhafal semua, bahkan tecu pernah mengajarkan pengetahuan jalan darah kepada Ang Sinshe sehingga ilmu tabibnya semakin maju ?""
"Ada lagikah selain itu yang engkau pelajari ?"?"
"Suhu ?" ach, ini ?". Itu ?""
"Katakan sajalah, Suhumu tidak akan marah Koay Ji ?""
"Suhu ?" kitab itu memuat banyak ilmu, salah satunya adalah "mengolah semangat menuju kesempurnaan", sebagai imbangan Pou Tee Pwe Yap Siankang dan Toa Pan Yo Hiankang, tetapi sayangnya bagian itu sudah dicopot orang. Karenanya, tecu tidak dapat mengingat dan mencatat bagian tersebut. Bagian kedua memuat Rahasia Jalan Darah Manusia, sedangkan Bagian ketiga mengenai Rahasia Asal Gerakan Manusia, Bagian Keempat mengenai Rahasia Ilmu Sihir dan Ilmu Hitam dan terakhir Rahasia Delapan Wajah ?".. semua sudah tecu hafalkan dan bahkan bagian kedua dan ketiga sudah tecu dalami cukup lama, termasuk ilmu langkah ajaib yang entah apa namanya. Locianpwee Pat Bin Ling Long tidak memberinya nama ?""
"Apa maksudmu dengan sudah mendalaminya cukup lama muridku ".?"
"Bagian mengenai RAHASIA JALAN DARAH sudah tecu pelajari dengan seksama dan bahkan mempraktekkan dalam ilmu pengobatan bersama Ang Sinshe. Sementara untuk bagian ketiga, pernah tecu ajarkan kepada Khong Yan dan kemudian kami berdua pergunakan bersama Khong Yan untuk menciptakan sejenis ilmu sederhana buat anak-anak setelah menyaksikan pertempuran seru antara seekor induk anak ayam melawan seekor ular yang berniat memangsa salah satu anak dari si induk ayam. Tecu bersama Khong Yan bersama-sama mengamati dan kemudian coba-coba menyusunnya menjadi gerakan ilmu silat ..?".."
Mimpipun Bu In Sin Liong tidak membayangkan akan beroleh murid semujijat Koay Ji. Tokoh aneh itu sampai bergidik membayangkan jika tokoh sehebat Koay Ji ini benar sampai tersesat. Dalam hati dia takjub bukan main, tetapi dia ingin melihat lebih jauh, karena itu diapun berkata:
"Cobalah engkau tunjukkan kepada Suhumu, ilmu silat hasil ciptaanmu dengan Yan ji itu muridku ?"
"Ach, tecu malu memperlihatkan kejelekan tecu, Suhu ?""
"Tidak mengapa, Suhu hanya ingin melihat kehebatan Rahasia Gerakan Manusia yang sudah engkau pahamkan itu ,,,,,,,"
"Ach, benar-benarkah Suhu ingin melihatnya ".?" Tanya Koay Ji malu-malu dalam kepolosan seorang anak kecil
"Tentu saja, tetapi engkau tenang-tenang saja muridku yang baik karena Suhumu ini pasti tidak akan mencelamu ?""
"Baik Suhu ?" tecu akan memperlihatkannya ?""
"Tidak usah menggunakan tenaga, ingat Koay Ji ?""
"Baik Suhu ?""
Maka bersilatlah Koay Ji dengan ilmu ciptaannya sendiri, tentu saja sudah jauh lebih matang dibandingkan 5 tahun lalu. Karena dalam perjalanan 5 tahun terakhir, hanya 4 ilmu dasar Thian Cong Pay dan Ilmu itu belaka yang diingat dan sesekali dilatihnya dengan tidak mengerahkan tenaga iweekang ?".. wajar jika dia mengingat dan sudah mematrikannya dalam ingatannya ?"?". dan setelah 7 jurus dipamerkannya, dia berhenti dan memandang suhunya dengan pandangan harap-harap cemas. Menjadi lebih cemas karena melihat suhunya duduk termenung menyaksikannya dalam memamerkan ilmu ciptaannya dan dia sungguh tak tahu isi pikiran suhunya ".. Sampai akhirnya terdengar suhunya berkata:
"Koay Ji, berapa usiamu ketika menciptakan ilmu itu "..?"
"Kurang 5 tahun dari sekarang ini Suhu ?""..?" apakah, apakah ilmu itu terlampau memalukan dan banyak titik lemahnya Suhu ?"?" tanya Koay Ji dengan malu-malu sambil memandang wajah gurunya
Mana Koay Ji tahu jika duduk termenungnya sang suhu karena terpesona dan kaget dengan ilmu "sederhana" yang diciptakannya dimasa masih bocah itu. "Usia sembilan dan Koay Ji sudah mampu menciptakannya" Sungguh sulit dipercaya "." Desisnya dalam hati, benar nyaris tak percaya.
"Koay Ji, engkau bakalan menjadi "seorang seniman ilmu silat" pada masamu kelak, bahkan kemungkinan besar akan melebihi capaian Suhumu ini ?"" dalam usia kanak-kanak, usia 9 tahun engkau mampu menciptakan ilmu baru sungguh jauh diluar dugaan dan nalar banyak orang. Bahkan sejujurnya, juga berada di luar sangkaan dan dugaan suhumu ini ?"."
Sesungguhnya pujian Bu In Sin Liong ini bukanlah pujian kosong. Dia memang terpukau dan kaget setengah mati melihat bagaimana seorang bocah berusia 9 tahun, hanya dengan mencuri lihat dan berlatih dari sebuah kitab tak bernama, tetapi mampu mencipta sebuah ilmu. Memang benar, diciptakan setelah menyaksikan pertempuran seekor ayam dan seekor ular, tetapi tetap saja merupakan sebuah kemustahilan. Tapi, repotnya dia menyaksikan sendiri. Siapa yang dapat percaya dengan fakta itu ?"." Bahkan tokoh semujijat Bu In Sin Liong sendiripun masih belum percaya dengan kenyataan itu, bagaimana orang lain kelak ".."
"Ach, Suhu, tecu menjadi malu ?"".. karena sesungguhnya tecu masih harus belajar banyak dari Suhu ?"
"Koay Ji, sesungguhnya memang fakta itu sangat mengejutkan. Tetapi, agar engkau pahami, Kitab itu memang ciptaan seorang mujijat pada 250 tahun silam, seorang tokoh silat yang sangat berbakat dan menuliskan pemahamannya atas ilmu2 yang dia temukan dan ciptakan. Dia sangat terobsesi untuk mengejar ketinggalannya dari Ilmu-Ilmu Budha, dan kelihatannya dia menemukan jalannya yang berbeda dengan ilmu-ilmu hitam. Untungnya engkau tidak berlatih simhoatnya, sebab jika demikian, maka engkau tidak akan bisa berlatih lebih jauh sebagai muridku ?". tetapi, bagian-bagian lain, tetap saja bermanfaat untuk engkau pelajari, kecuali Ilmu Sihir dan Ilmu Hitam, masih belum waktunya engkau mempelajari ilmu kebatinan yang teramat berat seperti itu. Engkau boleh mempelajarinya setelah menyelesaikan atau menamatkan pelajaran dari Suhumu ini ?" ingat itu ".. sekali lagi, kularang engkau mempelajari Ilmu Sihir saat ini, karena waktumu belum tiba ?""
Ketika menyebutkan larangannya, wajah dan mata Bu In Sin Liong bercahaya sangat tajam menusuk dan membuat Koay Ji tersentak dan diapun sadar jika gurunya sama sekali tidak main-main dengan kalimatnya itu "..
"tecu akan menaati pesan dan larangan Suhu ?""
"Bagus jika demikian ?"?"
Dan keduanya kemudian terdiam sejenak. Koay Ji yang sangat antusias karena akan segera belajar ilmu-ilmu baru dan Bu In Sin Liong yang masih kaget karena kejutan baru yang ditemukannya dalam diri muridnya. Setelah terdiam beberapa saat, Bu In Sin Liong kemudian berkata lagi;
"Malam ini, engkau boleh segera beristirahat, karena besok Suhumu akan memulai latihan yang berbeda ?" Tapi, sebelum kita memulai proses besok hari Koay Ji, Suhumu meminta satu hal untuk engkau lakukan, apakah engkau bersedia?"
"Hal apa gerangan itu Suhu "..?"
"Sesungguhnya memang terlambat, tetapi karena besok engkau akan segera memulai pelajaran yang baru dna berbahaya kelak, maka Suhumu memintamu untuk angkat sumpah. Bahwa, pertama, engkau dilarang mengatakan kepada siapapun siapa Suhumu, kecuali jika ornag menebak tepat siapa diriku; kedua, engkau kuharuskan bersumpah akan mempergunakan Ilmu kepandaianmu untuk kepentingan orang banyak dan bukan untuk melakukan kejahatan ?"?" dan jika melanggar, maka engkau rela kehilangan seluruh kepandaianmu dan dikutuk langit dan bumi ".."
Bergidik Koay Ji mendengar isi sumpahnya nanti, tetapi, Koay Ji menganggap apa yang diminta Suhunya memang normal dan wajar. Karena itu dia segera bergerak dan kemudian mengangkat sumpah:
"Tecu, Koay Ji, dengan disaksikan langit dan bumi bersumpah tidak akan sembarangan menyebutkan nama Suhu Bu In Sin Liong kepada siapapun, dan bersumpah akan menggunakan seluruh kepandaian Tecu untuk kebaikan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Dan jika tecu, Koay Ji melanggar, maka biarlah langit dan bumi mengutuk tecu dan seluruh keturunan tecu kelak ?"?"
"Baik, sudah cukup Koay Ji, ingat baik-baik sumpahmu itu dan catatkan dalam hatimu serta tepatilah ketika kelak engkau berkelana ?""
"Tecu akan mengingatnya baik-baik Suhu ?""
"Sekarang, engkau sudah boleh beristirahat ".."
"Baik, selamat malam Suhu ?""
Demikianlah keesokan harinya Bu In Sin Liong mulai melatih Koay Ji dengan ilmu-ilmu andalannya. Hal ini ditempuhnya karena melihat dasar-dasar ilmu silat dan gerakan silat Koay Ji dengan ditunjang iweekangnya sudah memadai melatih ilmu-ilmu yang lebih berat. Hebatnya dan ini sudah diduga sang Suhu, Koay Ji melahap semua dengan sangat mudah dan cepat. Dalam waktu singkat, Koay Ji mampu melahap ilmu-ilmu andalan Bu In Sin Liong, yakni Ilmu Ginkang Liap In Sut (Ginkang Mengejar Awan) sebuah ginkang super mujijat dan Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa) serta ilmu tinju Sam Im Ciang (Tiga Ilmu Pukulan Rahasia). Ilmu-ilmu tersebut adalah ciri khas Perguruan Bu In Sin Liong yang sudah digubahnya dari Ilmu-ilmu Siauw Lim Sie namun dengan kedalaman yang lebih, karena merupakan hasil pencernaan dan pendalaman Bu In Sin Liong sendiri. Tetapi, keuletan Koay Ji boleh dipuji. Atau, mungkin juga karena masa kecilnya yang keras, penuh rasa sakit dan derita, membuat anak itu benar-benar mampu mengerjakan dan melatih diri melampaui anak-anak lain seusianya.
Setelah mendapat ijin berlatih ilmu silat, maka pada malam harinya, Koay Ji masih lanjut dengan melatih ilmu-ilmu yang sudah dikuasainya sebelumnya. Terutama yang paling dia sukai dan difacoritkannya adalah Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian atau Naga langit berubah delapan kali. Selama 6 bulan dia juga mendalami ilmu langkah ini selain juga ilmu Ci Liong Ciu Hoat (Ilmu Mengekang Naga " ilmu totok) maupun Ginkang Cian Liong Seng Thian (Naga Naik ke Langit). Tetapi, ilmu-ilmu tersebut lebih didalaminya dan menjadi lebih maju karena dia mulai memahami bagaimana mengerahkan tenaga secara terukur dan juga tenaga iweekangnya sendiri sudah termasuk lihay luar biasa. Dari semuanya, adalah Ilmu Langkah Naga Langit yang paling disukainya dan boleh dibilang sudah dikuasainya secara sempura. Dan tanpa disadari Suhu dan Murid, kemajuan Koay Ji melonjak berlipat-lipat karena sekarang kemampuannya menjadi lengkap dalam menakar kekuatan tenaga dan bagaimana menggunakan tenaga dalamnya yang berlimpah ?"..
Sampailah suatu saat, setelah nyaris 7 tahun berlatih dengan Suhunya, seseorang datang mengunjunginya secara tidak disangka-sangka. Itulah untuk pertama kalinya Koay Ji bersama Suhunya kedatangan tamu yang belum dikenalnya. Dan tokoh yang datang sudah sama tua dan sama rentanya dengan Suhunya. Tokoh yang tahu-tahu saja sudah berdiri dibelakangnya, di ujung kanan dataran sepanjang 300 meter dengan berujung jurang. Orang tua dengan jubah pertapaan yang mirip dengan Suhunya itu tersenyum senyum memandangnya dan mengejutkan Koay Ji ketika berkata :
"Omitohud ?"". anak yang aneh ?".. selamat siang anak yang baik. Kemana gerangan Suhumu itu ?".. katakan Thian Hoat Tosu ingin menjumpainya "."
Tidak perlu lagi sebenarnya Koay Ji memanggil Suhunya, karena suara Thian Hoat Tosu, si tua renta yang mujijat itu sudah pasti terdengar hingga ke telinga Bu In Sin Liong. Tetapi, meski demikian, Thian Hoat Tosu masih nampak suka berlama-lama dengan Koay Ji, apalagi karena kelihatannya sebelum memperlihatkan diri, dia sudah sempat mengamati latihan Koay Ji yang hari itu berlatih dengan hanya ditemani si Monyet Putih yang kondisinya sudah pulih kembali. Kedatangan Thian Hoat Tosu tidak membuat Monyet Putih murka, mungkin karena tahu tokoh itu sakti mandraguna dan seperti saling kenal dengan majikan tuanya. Karena itu, si Monyet Putih, seperti layaknya manusia, malah datang dan memberi hormat sambil bercuit-cuit di hadapan Thian Hoat Tosu si tua renta itu.
"Amitabha ?".. angin apa gerangan yang membawa Thian Hoat Tosu sampai menyambangi dan mengunjungi Thian Cong San "..?" terdengar suara yang mengalun di udara namun sedap masuk ke telinga yang mendengarkannya.
"Hahahaha, Bu In Sin Liong ?" bagaimana ceritanya engkau menemukan seorang bocah sehebat muridmu ini ".?"
"Amitabha ?"?". Adalah takdir yang membawa dan mempertemukan bocah itu denganku, jika dibicarakan terlampau sulit untuk diterima akal. Karena dia menjadi muridku setelah selama 4 tahun menjadi pelayan di rumah murid bungsuku dan menjadi pembantu tabib Thian Cong Pay. Tapi, begitulah takdir, jika memang berjodoh tidak akan lari kemana-mana "."
"Astaga, jika demikian, justru dia yang berlari datang untuk menemui takdirnya ".. tapi, Sin Liong, mata tuaku menangkap sejumlah getaran yang sangat luar biasa dalam diri bocah aneh itu. Dan, jika dia sudah lama berada disini, mustahil engkau tidak menyadari keadaan tersebut ?"?"
"Sesungguhnya, karena urusan itulah lohu tidak pernah beristirahat selama 7 tahun terkahir ini. Terlampau banyak kemujijatan dan keanehan yang mengiringi bocah aneh itu, hal-hal yang nyaris membuatku membatalkan niat untuk menggemblengnya ".."
"Syukurlah jika demikian, karena mata tuaku tidak melihat ada bibit orang jahat dan naluri licik dalam dirinya. Engkau beruntung memperoleh murid sehebat itu ?""
Percakapan kedua tokoh tua yang terakhir dilakukan dalam ilmu menyampaikan suara dari jarak ratusan lie, dan tak seorangpun yang mampu menangkap percakapan mereka berdua itu. Apalagi cuma Koay Ji, dan ech, ternyata saat itu Koay Ji sudah sedang berhadapan dengan seorang nona cilik. Paling banyak nona cilik itu berusia 13 tahun, kanak-kanaknya masih sangat terasa. Dan dia sedang berhadapan dan entah membahas apa dengan Koay Ji yang tentunya bertindak sebagai tuan rumah ".
Beberapa saat kemudian, kedua tokoh tua yang sedang berbincang-bincang itu sudah tidak kelihatan lagi, nampaknya sudah masuk kedalam gua tempat tinggal Bu In Sin Liong. Mereka meninggalkan Koay Ji dan Tio Lian Cu, nama murid Thian Hoat Tosu, untuk bercakap-cakap dan berkenalan di luar.
Sesungguhnya Koay Ji sudah merasakan getaran hebat dan mengetahui kedatangan Thian Hoat Tosu. Tapi dia sadar kakek itu kelihatannya sahabat Suhunya dan tentunya bukan orang yang lemah hati dan gemar melukai orang dari balik kegelapan. Karena itu dia segera berbalik dan memandang untuk kemudian memberi hormat kepada Thian Hoat Tosu. Dia belakangan melihat di belakang si Kakek, bediri seorang nona cilik yang sedang memandangnya dengan mata yang jernih. Gadis itu sesungguhnya memang menarik, matanya bersinar-sinar tanda cerdik luar biasa dan penampilannya sama sederhana dengan suhunya, Thian Hoat Tosu.
Seperginya Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong, Koay Ji yang bertindak sebagai tuan rumah dengan senang dan ramah menyambut Tio Lian Cu, dan berkata:
"Selamat datang di tempat kami yang sederhana ini ?"" namaku Koay Ji, siapakah namamu nona ".?"
Koay Ji adalah anak yang jarang bergaul secara umum, karena pergaulannya paling banyak dengan Khong Yan di perguruan Thian Cong Pay. Tetapi, meskipun sangat terbatas, dia masih ingat dan tahu cara bertutur sapa dan menyambut tamu. Itulah sebabnya, tidak kaku dia menyambut Tio Lian Cu yang berdiri tidak jauh dari tempatrnya berdiri saat itu ?".
"Koay Ji ?". masak itu menjadi namamu ".. ini baru benar-benar aneh "." Berkata si gadis cilik dengan lagak orang dewasa, tetapi Koay Ji yang kenyang dihina dan diperlakukan tidak layak semasa kecilnya tidak menjadi kecil hati ?".
"Memang itulah namaku nona, sejak kecil aku tidak mengetahui namaku yang sebenarnya, bahkan juga tidak mengenal siapa ayah dan bundaku. Aku hanya mengenal Ang Sinshe yang terlampau baik kepadaku, Khong Yan sahabatku yang tidak pernah mengejekku dan kemudian Suhuku yang mendidik dan mengajarku selama tujuh tahun terakhir ini, selebihnya, terus terang aku tidak mengetahui apa-apa lagi. Beruntung engkau banyak berkelana dengan Suhumu nona ?"" Koay Ji berkata dengan wajar dan wajah sedikit berduka, baru kali ini dia sadar dia tidak memiliki keluarga dan entah berada dimana ayah bundanya ?"
"Achhhhh maafkan aku jika begitu Koay Ji ?" aku sudah membuatmu bersedih. Mari, kita berteman, namaku Tio Lian Cu ?"" dan sudahlah, tidak perlu perduli siapa yang lebih tua dan siapa yang lebih muda ".. bagaimana kalau kita bermain-main ".?" Tio Lian Cu yang sadar sudah menyebabkan datangnya duka dalam hati Koay Ji cepat berubah haluan, kini meminta bersahabat dengan si bocah aneh.
"Ach, terima kasih Nona Tio Lian Cu, setidaknya bertambah lagi seorang yang kukenal dan menjadi sahabatku ?"" ujar Koay Ji tulus, dan memang bocah aneh itu merasa senang kembali memperoleh seorang kenalan.
Sedang mereka berdua bercakap-cakap dan dengan cepat menjadi akrab karena Tio Lian Cu yang memag supel dan suka bergaul, tiba-tiba datang 2 ekor monyet besar dan bercuit-cuit di depan Koay Ji. Tio Lian Cu terkejut dan hendak menyerang mereka, tetapi belum lagi dia menyerang, lengannya tiba-tiba ada yang memegang dari belakang ?" Monyet Putih memandangnya dengan pandang mata menegur, dan dengan cepat Koay Ji berkata:
"Sabar Nona, sahabat-sahabatku ingin melaporkan sesuatu ?".."
Dan Monyet Putih itupun mengangguk dan sinar matanya mulai bersahabat dengan Tio Lian Cu yang batal menyerang sepasang monyet yang baru datang itu;
"Apa ".." mereka sahabat-sahabatmu ?"?"
Koay Ji mengangguk sambil berkata:
"Benar Nona, jika engkau mau, mereka juga akan dapat menganggapmu sebagai sahabat, mereka sesungguhnya sangat baik ?". Sebentar Nona "."
Ternyata kedua monyet yang adalah suami istri itu datang memberitahu sekaligus meminta pertolongan Koay Ji karena anak mereka butuh perawatan. Nampaknya terjadi perkelahian antar anak-anak monyet yang sedang nakal-nakalnya, dan mendengar laporan itu Koay Ji tersenyum dan kemudian menyatakan kesediaannya. Kedua monyet besar itu Nampak menundukkan kepala dan mencium tangan Koay ji sebagai tanda terima kasihnya. Setelahnya Koay Ji memandang si Monyet Putih dan berbicara sejenak dalam bahasa yang tak dipahami Tio Lian Cu, dan nampak Monyet Putih itu mengangguk-angguk serta bahkan mendorong tubuh Koay Ji untuk segera pergi menolong anak kera yang terluka itu ?"
"Nona, ijinkan aku pergi sebentar mengobati beberapa ekor monyet yang terluka. Jika engkau suka, engkau boleh mengikuti aku, jangan takut, mereka tidak akan mengapa apakanmu dan akan menganggapmu teman mereka ?""
Mendengar Koay Ji akan pergi mengobati seekor monyet, awalnya Tio Lian Cu ngeri dan tidak suka, tetapi bahwa dia akan dianggap sahabat ratusan atau mungkin ribuan monnyet, membuat Tio Lian Cu akhirnya mengiayakan dan berangkat bersama. Kurang dari 10 menit, mereka sudah berada di rimba lebat yang semua pepohonannya digelayuti oleh monyet-monyet besar dan kecil. Nampak mereka kegirangan melihat kedatangan Koay Ji, dan bercuit-cuit mengutarakan rasa senang mereka. Tetapi merekapun terkejut karena adanya orang yang lain, Tio Lian Cu. Koay Ji dan Lian Cu akhirnya tiba di bawah sebatang pohon yang besarnya luar biasa, mungkin sebesar gabungan lingkaran tangan 5 atau 6 orang dewasa, dan disana, dua ekor monyet besar yang mendatangi Koay Ji sedang menunggui anak mereka yang sedang terluka.
Begitu Koay Ji tiba, kedua monyet itu terlihat menguik-nguik dan berbicara kepada Koay Ji. Tio Lian Cu menganggap mereka sedang melapor dan memberitahu keadaan anak mereka dan membuatnya takjub dengan kemampuan Koay Ji yang aneh seaneh namanya sendiri. "Astaga, anak ini benar-benar aneh, sama anehnya dengan namanya sendiri" berkata Lian Cu dalam hatinya dan terus mengikuti percakapan Koay Ji dengan induk monyet yang terluka itu ?". Tidak lama kemudian, Tio Lian Cu melihat Koay Ji bergerak cepat, memeriksa tubuh monyet yang terluka dan jari-jemarinya bergerak cermat dalam memeriksa keadaan si anak monyet.
"Hanya luka biasa ?""." gumam Koay Ji tidak lama setelah dia menyelesaikan pemeriksaannya atas tubuh monyet yang terbaring itu.
Dan gumamannya itu disampaikan kepada kedua monyet yang menjadi induk anak monyet yang sedang terluka itu. "Lain kali, ajar agar dia jangan terlalu ganas kepada sesama monyet, jika tidak, dia akan sering terluka seperti ini ".." tegur Koay Ji yang diyakan dan dianggukkan dengan penuh hormat oleh kedua monyet itu .
"Siapa orang aneh ini sampai monyetpun taat kepadanya "." makin pusing Tio Lian Cu memikirkan keanehan Koay Ji ini ".
Sementara itu, Koay ji terlihat tertarik atas percakapannya dengan kedua induk monyet yang percakapannya kira-kira seperti ini;
"Mereka berebut untuk memasuki sebuah gua di atas tebing sana, mereka berebut dapat duluan disana guna mempersembahukan temuan mereka kepada Monyet Putih dan tuan penolong ?".." demikian informasi kedua monyet besar itu yang disampaikan dalam bahasa khas mereka kepada Koay Ji
"Apa ".." mereka berebut masuk kedalam gua ?"." dimana mereka menemukan gua itu" coba tunjukkan kepadaku "..
"Dimana letak gua tempat kalian berkelahi itu "..?" tanya induk monyet yang masih gemas kepada anaknya yang sudah selesai diobati Koay Ji itu
Anak monyet itu menjawab sambil menunjuk-nunjuk kearah puncak yang dipenuhi pepohonan besar dan lebat luar biasa. Koay Ji segera berkata kepada anak monyet itu;
"Antarkan aku kesana ?"."
"Baik ".."
Setelah bersepakat dengan induk kera yang baru diobatinya dan juga mendapat arah yang benar, Koay Ji berkata kepada Tio Lian Cu;
"Anak monyet ini berkelahi memperebutkan akses masuk ke gua yang mereka temukan beberapa hari lalu. Mereka berebut masuk karena ingin duluan menemukan sesuatu yang ingin mereka persembahkan kepadaku, apapun yang mereka temukan nantinya. Tetapi, mereka semua akhirnya terluka dalam pertempuran itu ?".. dan sekarang, katanya Gua itu sudah ada yang khusus menjaga ".. apakah Nona ingin ikut aku menengok keadaan gua itu "..?"
Tio Lian Cu yang semakin lama semakin kaget dengan banyaknya keanehan dalam diri Koay Ji dengan segera mengiyakan tanpa mengatakan apa-apa. Maka berangkatlah mereka menuju Gua itu yang ternyata harus dicapai dengan susah payah, terutama bagi Tio Lian Cu. Berbeda dengan Koay Ji, gaya dan cara manjat pohon sudah lama belajar dari monyet putih dan kawanan monyet itu, karenanya lebih mudah baginya. Untung saja Tio Lian Cu memiliki ilmu ginkang yang tidak rendah, karenanya mereka dapat terus maju meski dengan susah payah. Merekapun akhirnya tiba di gua yang dimaksud setelah berjuang lebih kurang 60 menit alias nyaris sejam. Padahal, jaraknya tidaklah terlampau jauh dari gua pertapaan Bu In Sin Liong, hanya karena harus bergelayutan di pepohonan karena memang medan tujuan mereka agak miring dan nyaris tegak lurus ketika mendekati gua itu.
Monyet yang tadi terluka namun sudah diobati kemudian menunjuk-nunjuk ke atas, ada kurang lebih 30 meter dengan medan agak terjal dalam kemiringan kira-kira 70 derajat menuju goa itu. Disana ada sebatang pohon yang menjulur keluar dan duduklah seekor monyet besar lainnya dalam posisi berjaga ?" tetapi, begitu melihat dibawah sudah datang Koay Ji, monyet itu terlihat sangat gembira. Gembira bagai menemukan sahabat sejatinya. Dan memang, Koay Ji mengenal monyet besar itu sebagai monyet yang diselamatkannya dari perkelahian dengan harimau pada berapa tahun silam. Sejak saat itu, seiring berangkat besarnya monyet itu, sering dia datang dan belajar dari Monyet Putih dan Koay Ji, itu sebabnya Monyet itupun ditakuti dan dihormati oleh seluruh monyet yang berada di rimba itu. Dia sepertinya dianggap dan diposisikan sebagai wakil dari Koay Ji dan Monyet Putih ?".
"Engkau juga disana "..?" sapa Koay Ji kepada sahabatnya itu
"Menjaga agar jangan ada sembarang monyet yang datang dan berkelahi ". Mari tuanku, kita bisa memeriksa gua ini bersama-sama ".." panggil si monyet mengajak Koay Ji naik memeriksa gua
"Mari Nona ".. kita sama-sama memeriksa ?""
"Baik ?".. aku ikut "."
Dengan beberapa loncatan, Koay Ji dan Tio Lian Cu sudah berada di mulut gua yang dijaga monyet besar tadi. Begitu Koay Ji tiba, monyet itupun menguik-nguik senang dan mencium tangan Koay Ji, tetapi memandang aneh dan asing Tio Lian Cu.
"Dia teman baik kita ". beri salam kepadanya ".."
Dan benar saja, monyet itu kemudian menghormati Tio Lian Cu dengan gaya yang aneh, khas binatang hutan ?"..
"Mari, kita boleh masuk dan memeriksanya ?"."
Ketika melakukan pemeriksaan, bukan main terkejutnya Koay Ji dan Tio Lian Cu, karena gua itu seperti benar pernah ditinggali orang, tetapi sudah pasti lama tidak ada yang mengurusi lagi. Karena didalamnya jelas ada bebatuan dalam bentuk-bentuk meja dan juga tempat duduk. Kemudian ada juga ruang istirahat sejenis kamar, tetapi kamar itu kosong alias tidak ada isinya, jikapun ada benda yang mereka temukan, itu hanyalah benda-benda sejenis perkakas dapur yang sudah rada jauh tertinggal jaman. Panjang kedalam gua itupun hanya kira-kira 10-15 meter belaka, dan selebihnya buntu.
Setelah melakukan pemeriksaan dan tidak menemukan satu jenis bendapun, Koay Ji memandang Tio Lian Cu yang anehnya masih memandangi sekitar kamar dan ruang tamu tadi. Bahkan beberapa kali Nona cilik itu memegangi dinding gua dan terus berjalan meneliti hingga ke ruas menuju keluar. Sekali-sekali dia mengetukkan lengannya, dan kemudian kembali lagi masuk kedalam. Ketika Koay Ji akan memanggil Tio Lian Cu keluar, pada saat yang sama nona itu memandangnya dan kemudian berkata dengan suara penuh kepastian:
"Dibalik dinding ini pasti ada ruangan lainnya ?"?"." cetusnya penuh keyakinan..
"Engkau yakin Nona "..?"
"Sangat yakin ?"". sebentar, aku akan mencoba menggedor dinding ruangan ini" sambil berkata demikian Tio Lian Cu mundur sedikit ke belakang dan kemudian memasang kuda-kuda dan meluncurlah segulung angin serangan mengarah dinding yang dicurigainya itu "..
"Bummmmmmm ?""
Hanya terjadi guncangan kecil, selebihnya dinding itu tidak retak sedikitpun. Hanya debu yang bertebaran akibat terjadi guncangan oleh pukulan Tio Lian Cu ?" melihat itu, gadis itu diam-diam bergumam:
"Nampaknya kita harus memanggil Suhu untuk menggedor dinding ini ?". Aku curiga dibalik dinding ini ada ruangan rahasia ?". Tapi, tuunggu aku masih akan tetap mencobanya sekali lagi"
Dan kembali si nona bersiap, sekali ini dengan segenap kekuatan dia memukul kembali dinding gua yang dicurigainya itu. Tetapi, tetap saja hasilnya nihil, dinding itu tetap tidak bergerak dan tidak ada tanda akan bobol.
"Nona, sebentar, biarkan aku mencoba ?"." Akhirnya Koay Ji menawarkan diri
"Apa ".. engkau ?"" Ach, mari, mari, engkau tentunya boleh mencobanya Koay Ji. Silahkan mencobanya ".." awalnya Tio Lian Cu memandang remeh. Bukan apa-apa, meski Suhunya sering memuji kehebatan Bu In Sin Liong, tetapi dia tidak pernah mendengar orang-orang persilatan memuji kehebatan nama tokoh itu, maka jelas dia ragu. Ragu akan kehebatan tokoh itu, dan tentu meragukan muridnya. Dan mendengar murid tokoh yang diragukan kebesarannya itu hendak mencoba, dalam hati dia berpikir "aku saja murid tokoh dewa Suhu tidak mampu, apalagi engkau ".?" pikirnya sengit, tetapi tetap dia memberi ruang bagi Koay Ji untuk mencoba.
Berbeda dengan Tio Lian Cu yang harus pasang kuda-kuda, Koay Ji dengan gaya dan cara seenaknya memukul dinding itu. Dan tidak ada angin serangan sedikitpun juga, dan ini membuat Tio Lian Cu mencibir dalam hati ?" "tol ".", tetapi belum lagi kata "TOLOL" itu selesai diucapkan dalam hatinya, tiba-tiba dia mendengar suara berderak derak dan dinding itu perlahan-lahan terdorong oleh satu kekuatan dahsyat yang tidak nampak oleh mata manusia ?"" dan
"Buuuuuuuuuuummmmmmmmmm ".."
Dinding itupun berlobang besar, dan seiring dengan itu terdengar teriakan dan pujian dari monyet besar yang datang bersama mereka ?"". Tio Lian Cu terbelalak, sukar dia mempercayai pandang matanya. Dia sudah mencoba mengerahkan dengan setaker kekuatannya mencoba menjebol dinding itu, tetapi bergerakpun dinding itu tidak. Sebaliknya, bocah aneh itu, dengan gaya seenaknya dan memukul seperti tak ada tenaganya, tapi justru mampu membobol dinding gua itu hingga bolong sebesar tubuh anak manusia ".. sulit dipercaya, dan mulailah dia percaya dengan kisah gurunya mengenai tokoh sakti yang dikunjunginya bersama suhunya ini.
"Mari Nona ?"." dengan lagak biasa saja Koay Ji mengundang Tio Lian Cu masuk setelah dia mendahului masuk bersama monyet kawannya. Tio Lian Cu yang masih belum percaya dengan pandangannya, ternganga dan mau tidak mau secara tulus dia berkata kepada Koay Ji:
"Koay Ji, engkau sungguh hebat ".."
"Achhh, biasa saja Nona, Suhu sering sekali memintaku berlatih dengan memukul gundukan-gundukan batu ?"
Dan keduanyapun berjalan masuk lebih jauh kedalam. Setelah 5 meter berjalan masuk, merekapun menemukan sudut yang merupakan ujung dari ruangan bercabang dari gua yang mereka masuki. Dan, keduanya tertegun ketika melihat dan menemukan adanya kerangka manusia dengan sebatang pedang seperti dengan sengaja diarahkan ke sudut tertentu dalam posisi dan awal gerakan yang agak aneh.
Jika sebelumnya Koay Ji mempertunjukkan keanehannya, maka sekali ini adalah Tio Lian Cu yang mempertunjukkan kecerdikan dan kemampuannya yang juga tidak kalah hebatnya. Berbeda dengan Koay Ji yang kegirangan, Tio Lian Cu tidak terpengaruh oleh rasa girang berlebihan dan memilih mengamati secara teliti posisi kerangka itu. Dan tiba-tiba dia berseru ?".:
"Astaga ?".."
Mendengar teriakan Tio Lian Cu itu, Koay Ji terkejut dan segera berpaling kearah si Nona cilik dan bertanya:
"Nona, ada apakah ".. engkau menemukan sesuatu "..?"
"Bukankah ".. bukankah ". posisi itu ". ach, tetapi engkau sudah pasti kurang paham dengan itu Koay Ji "."
"Nona, apa maksudmu ?"?" Tanya Koay Ji semakin penasaran dan menuntut jawaban atas pertanyaannya itu
Tio Lian Cu mengerti, tidak mungkin dia berlaku licik dengan kawannya yang begitu polos dan mempercayainya itu ?" perlahan-lahan dia berpaling memandang Koay Ji dan berkata dengan suara perlahan:
"Koay Ji ?". aku ingin mengatakan secara jujur kepadamu, posisi bersilat kerangka itu merupakan salah satu posisi kunci dari gaya Hoa San Pay kami ". Suhu kelihatannya akan sangat senang dengan penemuan ini. Bolehkah kerangka ini kita biarkan terlebih dahulu sampai aku mencoba memahami seutuhnya ".."
"Ach?" benar-benarkah itu posisi khusus gaya ilmu Hoa San Pay kalian ".?"
"Sejujurnya aku belum pasti benar, tetapi aku memiliki keyakinan sedikit banyak seperti itulah Koay Ji ?""
"Ach, jika demikian, engkau yang berhak untuk memeriksa lebih jauh nona ". Biarlah aku dan monyetku ini keluar sebentar dan menunggumu selesai "."
"Koay Ji ?" bentak Tio Lian Cu murka ".
"Ada apa Nona ".?" kaget Koay Ji
"Apa engkau kira kami manusia Hoa San Pay begitu kemaruk pusaka dan tidak tahu rasa setia kawan ?"?"
"Apa maksudmu nona ?" aku kurang mengerti ?""
Tio LIan Cu sadar, kawan mudanya ini adalah manusia polos yang tidak punya pamrih dalam menolong, dan juga tidak punya sifat-sifat iri dan licik sebagaimana insan dunia persilatan lainnya. Diapun menyesal sudah membentaknya ?".
"Koay Ji, kita bersama mencari dan menemukan, benar atau tidak posisi itu adalah posisi Ilmu Mujijat Hoa San Pay adalah masalah lain, tetapi kita tetap harus terus mengerjakan dan menemukan yang lainnya bersama-sama, engkau tidak boleh meninggalkan aku sendirian "."
"Achhhh, kalau menurut Nona seperti itu, Koay Ji menurut saja, biarlah Koay ji akan berupaya membantu sedapat mungkin Nona ?""
Begitulah, keduanya akhirnya bekerjasama menemukan jika masih ada benda rahasia yang tertinggal disana. Dan, kecerdasan Tio Lian Cu kembali teruji dan terbukti. Dia memandangi dan mengamati posisi tubuh kerangka itu, dan setelah lama menimbang, dengan penuh keyakinan gadis muda itu menunjuk ke dinding kemana arah ujung pedang itu menunjuk. Diapun mendatangi bagian tersebut, dan meneliti sedapat mungkin meski dengan cahaya yang sangat terbatas ?" setelah itu, dia kembali memandangi posisi ujung pedang, kemana menunjuk ?". dan benar saja, dia menemukan sesuatu yang dicarinya. Sungguh cerdik nona itu ?".
Posisi runcing ujung pedang memang menunjuk ke sebuah titik yang memang tak akan dapat dijangkau dengan mata biasa jika tidak dengan teliti mencarinya. Tetapi, patokan ujung runcing pedang menuju kemana, membimbing Tio Lian Cu menemukan sebuah batu kecil yang menonjol sendiri. Batu sebesar jempol orang dewasa itu terlihat nyembul sendiri keluar dan benda itu yang ditemukan oleh kecerdasan nalar seorang Nona kecil. Luar biasa. Dan tanpa ragu dia kemudian menarik batu kecil tersebut, dan benar, memang ternyata batu itu menjadi semacam penopang ataupun sejenis tombol yang membuka tempat rahasia si pemilik pedang yang sudah berbentuk kerangka tersebut. Penemuan Lian Cu ini membuat Koay Ji mau tidak mau terkejut dengan kemampuan hebat dan kecerdasan Nona itu "..:
"Nona, Koay Ji betul-betul takluk kepadamu "." ujarnya kagum dengan nada yang penuh kejujuran, tiada sedikitpun nada sirik atau dengki dalam suara pujian Koay Ji tersebut ?" dan inilah awal kedekatan kedua anak manusia yang kelak mewarnai dunia persilatan Tionggoan dengan keunggulan mereka masing-masing yang di luar kenormalan manusia.
"Ach, engkau mengejekku saja Koay ji, mana mampu aku menandingi pukulanmu yang luar biasa tadi itu ?"."
Keduanya saling memuji dengan nada tulus waktu itu, dan Tio Lian Cu sendiri kaget, karena itulah pertama kali dia memuji orang secara jujur. Dan tak lama kemudian Tio Lian Cu membawa sebuah kotak dan kemudian meletakkanya di atas tanah dan diapun memandang Koay Ji dan bertanya:
"Kita berdua sama sekali belum tahu benar apa gerangan isi kotak ini, apakah engkau akan menginginkan isinya Koay Ji "..?"
"Engkau bercanda Nona ?" engkau yang menemukannya, Koay Ji akan bertarung dengan siapa saja yang berusaha mengambilnya darimu ?""
"Tetapi, tempat ini ditemukan oleh monyet-monyetmu dan engkau tentu berhak untuk setidaknya ikut memiliki ".."
"Tidak ".. jika engkau berpikiran demikian, maka kotak dan isinya itu anggaplah kuhadiahkan kepadamu Nona ". hitung-hitung merupakan hadiah menyambut tamu yang datang dari jauh ?"."
Kembali Tio Lian Cu terenyuh dan kagum dengan keadaan dan sikap Koay Ji. Dan hal itu semakin membuat dia mengenal watak dan kepribadian Koay Ji yang selain masih polos tetapi juga tidak tamak.
Berpikir demikian, Tio Lian Cu menganggap tanggung jika Koay ji hanya tahu sebagian. Maka diapun perlahan dengan menggunakan pedang yang selalu dibawanya membuka kaitan yang merupakan penutup kotak itu. Menggunakan pedang karena dia takut dengan racun ataupun senjata rahasia yang terdapat dalam kotak itu. Tetapi ternyata, tidak ada apa-apa yang menyelimuti kotak itu lagi, dan kini isinya segera terpampang dihadapan mereka ".. kotak itu berisi sebutir mutiara yang memancarkan hawa dingin pembeku. Kelihatannya sejenis mutiara soat lian (teratai saldju) dan memancarkan cahaya yang cukup terang dan menjaga suhu udara dalam kotak agar tetap terjaga dingin dan mengurangi efek pembusukan benda dalam kotak itu. Dan tentunya bukan hanya mutiara itu yang berada dalam kotak. Karena mutiara justru berguna untuk menahan dan menunda pembusakan benda lain, selain itu benda itulah yang mestinya teridentifikasi duluan karena cahaya dan hawa dingin menusuk yang disiarkannya. Tak lama Lian Cu menemukan sebuah kitab yang sudah cukup lusuh. Tetapi, kitab dan tulisan didepan sampulnya yang membuat Tio Lian Cu berteriak kaget:
"Astaga ?".. Pit Kip Tian-To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat ?""
Tio Lian Cu sampai berdiri terngaga dan bingung melihat isi kotak yang ternyata adalah sebuah kitab pusaka, dan dia akan menjadi lebihkaget lagi nantinya. Karena ada sebuah tulisan lain yang membuatnya kaget tak terkira, tulisan yang terpisah dari kitab pusaka itu berbunyi demikian:
"Kitab Pusaka ini adalah kerja keras melalui penelitian dan ciptaan terakhirku, Ciangbudjin Hoa San Pay Angkatan ke-7, Kwan Kim ceng To-Pi Sin-kiam In Kiam (Si Pedang Saktii Berlengan Banyak). Ilmu pusaka ini sejatinya adalah ciptaan Ciangbudjin Angkatan ke-4, namun sayang sudah puluhan tahun lenyap dan tinggal menyisakan helai-helai kitab yang tidak lagi lengkap sebagai satu ilmu perguruan. Di penghujung hidupku, kucoba merangkai kembali Ilmu Mujijat ini hingga menemukan bentuk yang tidak kurang lihay dari ilmu aslinya, dan semoga kelak suatu saat dapat diwarisi oleh penerus Hoa San Pay untuk menegakkan Perguruan ?"?" bagi yang menemukan, semoga bermurah hati untuk menyampaikannya kepada Ciangbudjin Hoa San Pay. Tetapi jika karena peruntungan anak murid Hoa San Pay yang menemukannya, maka engkau berhak mengaku sebagai pewarisku. Pedang Toa Hong Kiam (Pedang Angin Badai), adalah Pusaka Pengenal Ciangbudjin Hoa San Pay sejak Ciangbudjin angkatan ke-5 dan dalam catatan para couwsu Hoa San Pay selalu disebutkan dan ditegaskan bahwa siapapun yang menjadi Pemegang Pedang Pusaka, berarti memiliki kekuasaan hak memerintah Hoa San Pay sebagai Ciangbudjin. Dimana ada pedang, disana ada Ciangbudjin Hoa San Pay ".
Kwan Kim Ceng " Ciangbudjin Hoa San Pay Angkatan ke-7
Begitu selesai membaca surat yang mengantarkan Kitab Pusaka Tian To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat, Tio Lian Cu nampak gembira sampai berlinang air mata. Dengan segera dia berdiri dan pergi berlutut dihadapan kerangka Kwan Kim Ceng:
"Couwsu, tecu Tio Lian Cu, murid Hoa San Pay datang memberi hormat dan mengucap terima kasih atas anugerah Couwsu ?"" setelah berkata demikian, Tio Lian Cu dengan hikmat memberi hormat kepada kerangka itu. Tetapi, setelah memberi hormat untuk ketiga kalinya, dengan bantuan sinar Soat Lian yang masih terus memancarkan cahaya, dia menemukan adanya tulisan-tulisan kecil di lantai tempatnya berlutut dan menyembah itu. Rupanya, lantai tempat dia menyembah bukanlah terbuat dari bebatuan ataupun tanah dasar gua, tetapi justru adalah lapisan besi namun sudah dipenuhi oleh debu dan tanah yang menebal. Adalah jodoh Lian Cu, karena ujung besi tempat tulisan itu justru menyibak oleh gerakan-gerakan menyembahnya dan membuatnya mampu menemukan tulisan itu:
"Perhatikan dengan seksama posisi lenganku, posisi telapak, posisi dada untuk penyaluran tenaga, maka itulah kunci rahasia jurus pamungkasnya ?""
Sesuai perintah couwsunya, maka Tio Lian Cu memandang semua letak dan posisi tubuh Couwsu tersebut, mencatatnya dalam hati dan kemudian secara perlahan mengambil Pedang Toa Hong Kiam. Begitu memegang pedang yang masih dalam sarungnya, terdengar Koay Ji berkata:
"Nona, bukankah sebaiknya engkau meneliti terlebih dahulu dan mengingat-ingat posisi khusus kerangka itu ?"?"
"Benar, tetapi menurut Couwsuku, tidak perlu lagi ?"". Penjelasannya sudah ada dalam Kitab ini ".." jawab Lian Cu
"Hmmmm, posisi itu rada aneh Nona ?" selain berpengaruh terhadap pergeseran jalan darah, tetapi juga mempengaruhi jalannya tenaga iweekang. Jika aku tidak salah, dibutuhkan kekuatan iweekang yang luar biasa baru dapat menjalankan posisi aneh dan mujijat itu. Kemungkinan besar, couwsumu meninggal ketika berusaha membentuk ataupun menemukan dan mempraktekkan posisinya ini ?". Entah apa alasan dia orang tua untuk mempertunjukkan posisi yang tidak lazim ini, tetapi buatmu Nona tentu saja besar faedahnya ?"?"
Kaget Tio Lian Cu tidak terkira. Tetapi, kelak dia akan lebih kaget lagi. Karena dia tidak tahu jika posisi gerak itu diketahui secara jelas oleh Koay Ji dan posisi itu berasal dari daerah Thian Tok, salah satu posisi mengerahkan tenaga yang mujijat tetapi sulit ditiru oleh orang dengan kemampuan yang cetek.
"Engkau juga dapat mengenali posisi gerak seperti itu ?"?" Tanya Nona Tio Lian Cu kaget setengah mati
"Nona, posisi ini adalah salah satu yang paling rumit dari Thian Tok, tetapi tidak akan dapat ditiru dan dilakukan oleh mereka yang berkekuatan iweekang yang masih rendah. Dibutuhkan latihan minimal 50 tahun untuk mampu mengeluarkan efek mujijat dari gerak tersebut ?"".. itu yang kutahu nona ".."
Tio Lian Cu mendengar tetapi tidak menganggap itu sangat penting. Tetapi ada saat dia akan merasakan betapa pentingnya penjelasan Koay Ji hari ini, bukan sekarang tetapi kelak di kemudian hari "..
"Baiklah, mari kita pergi ".." akhirnya Tio Lian Cu mengajak mereka pulang setelah tidak lagi menemukan apa-apa dalam goa tersebut.
Alangkah terkejutnya mereka ketika saat mereka kembali, Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong sudah menunggu mereka di depan pintu goa, karena hari sudah menjelang sore dan sebentar lagi malam tiba. Begitu melihat kedatangan kedua muda-mudi tanggung yang ditemani seekor monyet besar, Thian Hoat Tosu dan Bu In Sin Liong sudah tersenyum dengan Thian Hoat Tosu yang menegur mereka:
"Ach kemana saja kalian berdua anak-anak "." Mengapa tidak memberitahukan kami jika kalian berdua hendak jalan-jalan agak jauhan "..?"
"Ach Suhu, kami kan bukan anak-anak lagi, lagipula Suhu kelihatannya asyik sekali bercengkrama dengan Bu In Locianpwee ?"dan jika tidak sedikit nakal, maka tecu tidak akan menemukan benda-benda ini "." Tio Lian Cu berkata sambil menyodorkan kotak berisi buku pusaka yang dipandangi sepintas saja oleh Suhunya.
"Sudahlah, hari sudah menjelang malam. Kita akan beristirahat dan tinggal selama beberapa hari di kedaiaman pamanmu ini LIan Cu ?"" karena itu, jagalah kata-kata dan tindakanmu selama berada disini ".." tegur Thian Hoat Tosu meski jelas tidak dalam nada marah.
"Suhu, tecu menjamin engkau orang tua akan terkejut setengah mati jika melihat dan mengetahui apa gerangan isi kotak ini ?" berkata Tio Lian Cu dengan suara tegas dan penuh dengan keyakinan
Thian Hoat Tosu yang tadinya sudah berniat untuk segera beranjak, segera menahan langkahnya dan kembali melirik muridnya yang memang selalu menang kalau berdebat dengannya itu;
"Cu ji, mainan apalagi yang engkau temukan hari ini ?"?"
"Suhu, lihatlah sendiri apa isinya ?".." ujar Tio Lian Cu sambil menyerahkan kotak itu kepada Thian Hoat Tosu suhunya "..
Benar saja, begitu membuka penutup kotak itu, wajah Thian Hoat Tosu berubah hebat, tetapi hanya sebentar. Perlahan dengan nada serius dia memandangi muridnya dan kemudian berkata dalam nada berat:
"Cu ji, dimana engkau menemukan kitab pusaka leluhur kita ini "..?"
Tio Lian Cu tidak menjawab, hanya melirik Koay Ji, sementara monyet besar yang menyertai mereka sudah berlalu.
"Koay Ji ?".. engkau yang menemukannya ?"?" Tanya Thian Hoat Tosu dengan tekanan suara berat namun bernada gembira
"Sebenarnya Nona Tio Lian Cu yang menemukannya locianpwee, dia sangat teliti dan hebat menemukan Kitab itu, Koay Ji hanya mengajaknya ikut mengobati kawanan monyet yang ternyata terluka karena berebut masuk goa itu ".. selebihnya, dia sendiri yang menemukan pusaka itu ?""
"Cu ji ?". Bagaimana kisahnya "..?"
"Suhu, sucouw sendiri sudah menuliskannya sendiri secara jelas dan dalam tulisan tangannya mengenai peninggalannya itu ?""
"Kionghi ".. kionghi ?" benar-benar anugerah besar bagi Hoa San Pay ?" terdengar Bu In Sin Liong bersuara ikut gembira, karena melihat wajah Thian Hoat Tosu yang berubah hebat, dia paham bahwa temuan itu pastilah berharga sangat mahal
"Hmmmmm, benar-benar berkah tak terhingga mengunjungi engkau Bu In ". karena kepingan paling berharga dalam ilmuku dan ilmu Hoa San Pay justru ditemukan di dekat tempat pertapaanmu ini. Apakah engkau dapat menebak kitab pusaka apa gerangan yang ditemukan kedua anak itu ".?"
"Apakah bukannya Pit Kip Tian-To Im Yang Ngo Heng Kiam Hoat" Karena hanya benda pusaka itulah yang dapat menggerakkan hatimu hingga berubah menjadi begitu tegang namun sangat gembira. Hahahahahaha, Thian Hoat Tosu, apakah lohu keliru menebak beda itu "..?"
"Hahahahaha, engkau sungguh jeli, memang benar, selain benda itu, mana ada benda lain lagi yang akan merangsang rasa gembiraku yang berlebihan ?". "
"Jika demikian, sekali lagi Kionghi Thian Hoat Tosu ?". engkau dapat mengejar setitik kecil ketertinggalanmu dari Sinni dan Bu Te ?"."
"Tepat sekali ". selama ini sudah puluhan tahun kuusahakan menemukan keeping terakhir dari rahasia ilmu Hoa San Pay, tak kusangka ditempatmu kutemukan bagian yang paling rahasia itu ?"" "
"Sudahlah ?". Kita dapat bercakap lebih jauh di dalam "." Ajak Bu In Sin Liong yang merasa ikut gembira dengan temuan berharga itu.
"Dan pedang apalagi yang engkau pegang Cu ji "..?" tegurnya melihat masih ada benda lain yang berada di genggaman muridnya
"Suhu, inipun tidak kurang berharganya .." sambil berkata demikian LIan Cu kemudian menarik keluar pedang Toa Hong Kiam dari sarungnya " dan, luar biasa tiba-tiba angin lesus bagai bertebaran keluar dari dan mengiringi sinar cemerlang menyakitkan mata yang memancar dari badan pedang yang berwarna bening sebening kaca itu. Sungguh-sungguh sebatang pedang pusaka yang bernilai luar biasa ?".
"Astaga, bagaimana bisa Toa Hong Kiam juga muncu disini ?" jika demikian, Pedang apa gerangan yang berada di tangan Ciangbudjin sekarang ini "..?"
"Kupastikan pedang palsu Suhu ?""
"Sembarangan engkau Cu ji ?""
"Karena pedang ini tidak mungkin palsu Suhu ?" ujar Lian Cu sambil kemudian meloncat ke belakang dan menggetarkan pedang untuk kemudian mengibaskannya dalam jurus sederhana "memotong sinar rembulan". Dan akibatnya luar biasa, suara dan letikan sinar bagai petir menyambar dari pedang itu dan terlontar hingga jarak serang 7, 8 meter. Dan akibatnya, benda-benda yang kena serangan pedang tersebut berhamburan bagai tercabut dari akarnya. Sungguh-sungguh dahsyat dan sampai berapa lama benda-benda itu masih berhamburan di udara sebelum akhirnya terlontar jauh ke bumi. Luar biasa ?"".
"Hebat ".. sungguh-sungguh pusaka yang hebat ///" gumam Koay Ji melihat efek dan pengaruh mujijat pedang itu
"Astaga, jika demikian, maka Hoa San Pay ada cara untuk ketolongan ?"." desis Thian Hoat Tosu nyaris tak didengar orang lain.
Malam itu dilewati Thian Hoat Tosu dan Tio Lian Cu dengan sangat bergembira. Secara tak sengaja kedatangan mereka ke Thian Cong San justru berujung kegembiraan yang membuat mereka berharap banyak atas masa depan dan keselamatan Hoa San Pay. Meskipun demikian, Thian Hoat Tosu yang belum lama mendidik Tio Lian Cu memiliki kesabaran dan persiapan yang dibuat lebih matang agar upayanya menyelamatkan Hoa San Pay tidak terkendala karea terburu-buru ?".
Keesokan harinya, Koay Ji tidak bertemu dengan Tio Lian Cu. Juga tidak melihat dimana gerangan suhunya berada. Tetapi, ketiadaan suhunya tidak membuat Koay Ji berhenti melatih diri. Tetap saja dengan seorang diri dia berlatih dengan dikawani Monyet Putih dan memainkan Ilmu Silat Sam Im Ciang dengan penuh tenaga dan dengan kegesitan yang mengagumkan. Dia tidak menyadari jika seseorang mengamati latihannya dan memandang cara berlatih dan ketekunannya dengan kekaguman yang tak tersembunyikan. Setelah selesai berlatih Sam Im Ciang, tiba-tiba Koay Ji sadar ada yang mengamatinya ketika mendengar suara:
"Luar biasa Koay Ji ?" engkau bersilat secara terukur dan tenaga yang tepat. Tetapi, meskipun demikian sesungguhnya ada beberapa bagian luang yang dapat menjadi ancaman jika engkau bergerak agak ayal-ayalan dengan jurus-jurus dari ilmu tadi. Apakah engkau menyadarinya Koay Ji ".?"
Koay Ji sudah tahu jika Thian Hoat Tosu adalah salah seorang tokoh mujijat sebagaimana kisah Suhunya dulu-dulu, karena itu, dengan rendah hati dia menjawab:
"Locianpwee, maukah engkau memberikan aku beberapa petunjuk ".?"
"Perlahan Koay Ji, jika engkau dapat memahami kekuranganmu, maka apa yang menjadi petunjukku baru akan menjadi sesuatu yang sangat berguna "."
Koay Ji terlihat berpikir serius sejenak. Bukan sejenak tetapi menjadi semakin panjang dan lama. Tetapi, memang demikian adanya Koay ji jika sedang berusaha keras guna memecahkan satu persoalan, utamanya dalam Ilmu Silat. Dan sekarang dia berusaha dengan membayangkan kembali jurus-jurus dan gerakan-gerakan ilmu yang tadi dia mainkan dan latih, dan dia seperti melihat dalam bayangannya tubuhnya sendiri yang bergerak, meloncat, memukul, menghindar dengan kekuatan dan kecepatan yang hebat. Dalam memandang bayangannya itu, dia mencoba menilai dan meneliti, dimana gerangan kekuarangan-kekurangan yang disebutkan menjadi titik luang yang dapat diisi dan diperbaiki lagi" Cukup lama Koay ji dalam posisi seperti itu dan tidak diganggu sedikitpun oleh Thian Hoat Tosu. Beberapa saat kemudian dia berseru "..:
"Acccccch, dapat ?" apakah locianpwee ingin mengatakan bahwa terdapat begitu banyak peluang diserang dari bagian atas tubuhku ".?"
Kali ini Thian Hoat Tosu yang kaget tak terkira. "Apakah dia dapat membaca pikiranku?" desisnya dalam hati, tetapi dimulut Thian Hoat Tosu berkata:
"Tidak sepenuhnya benar, tetapi memang dengan pemusatan perhatian kepada tinjumu maka engkau mengabaikan serangan dari udara, apalagi dalam ilmu-ilmu yang justru mengutamakan serangan cakar elang dan sejenisnya. Menghadapi itu, maka engkau akan mengalami kerepotan besar Koay Ji ////"
"Acchhhh, benar, engkau benar Locianpwee, sebetulnya boanpwee sendiri sudah merasakannya sejak lama, tetapi, Suhu meminta untuk berlatih setahap demi setahap sehingga dapat menemukan beberapa peluang sendiri dalam mengembangkan ilmu silat. Tetapi, terima kasih atas petunjuk locianpwee ".."
"Koay Ji, apakah engkau ingin mencoba kita bertarung dengan gaya berbeda biar engkau dapat melihatnya lebih jelas ?"?" tantang Thoan Hoat Tosu
"Acccch, boanpwee tidak berani locianpwee "."
"Anggap saja engkau membantuku untuk melemaskan otot-otoku Koay Ji "."
"Apakah boanpwee tidak berlaku lancang dengan berbuat begitu locianpwee ?""
"Kutanggung suhumu tidak akan murka Koay Ji, ayo ".."
"Baiklah, Koay Ji menurut locianpwee ".."
"Nach, engkau mulailah anak baik ".."
Maka tanpa diperintah lebih jauh lagi, mulailah Koay Dji menyerang Thian Hoat Tosu dengan menggunakan jurus-jurus serangan dari Ilmu Sam Im Ciang. Pertama dia menggunakan jurus Sin Hoan Put Le (Berputar-putar tanpa henti) dan dilanjutkan dengan To Tha Kim Ciong (Memukul Jatuh Lonceng Emas). Kecepatannya sudah tepat dan kekuatan pukulannya juga seudah sesuai dengan tuntutan yang diajarkan Suhunya. Tetapi dalam kagetnya, dia melihat gerakan sederhana Thian Hoat Tosu sudah memegatnya dengan jurus sederhana jurus San-tian-keng-hong (Kilat mengejutkan pelangi). Otomatis semua serangan yang disusun dan disasarnya gagal di tengah jalan, maka dia mencoba lagi dengan menukar jurus masing-masing jurus Kau-hu-bun-lu (Pencari kayu bakar bertanya jalan) dan Ceng-cui-boan-ta (Meniup ringan memukul pelan). Kedua jurus itu dilakukannya dengan mengelakkan terjangans ederhana Thian Hoat Tosu dan berbalik cepat menyasar bagian samping dan bawah tubuh Thian Hoat Tosu.
Tetapi, kembali seperti kejadian pertama, hanya dengan bergerak dalam jurus yang sederhana jurus Liu-in-hui-siu (Awan mengalir lengan baju terbang) semua sasaran serangannya buyar dan dia kembali harus bergerak dengan jurus yang baru. Seperti itu selalu, setiap kali Koay Ji menyerang dengan dua atau tiga jurus, selalu dengan sangat sederhana Thian Hoat Tosu memunahkan dan mencegatnya untuk mendesak lebih jauh dan membuat Koay Ji harus memulai kembali menyusun dan menata serangan dari awal. Setelah menyelesaikan Ilmu Sam Im Ciang, dengan cepat Koay Ji mundur dan berkata serius:
"Benar sekali locianpwee, sungguh-sungguh pengajaran yang luar biasa ?""
Kalimatnya ini membuat Thian Hoat Tosu menjadi kaget kembali. Sungguh bocah yang tahu diri dan tidak takut dihajar, tidak malu ditegur ?".. karena berpikir demikian, maka dengan tulus dia berkata:


Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bocah, jika engkau dapat mengingat-ingat kembali rangkaian gerakanku, maka engkau akan menemukan pelengkap ilmumu yang luar biasa. Dapatkah engkau menangkapnya secara benar dan baik ?"?"
"Locianpwee, koay ji dapat mencatat dan mengingat semuanya dengan baik " meski mungkin masih belum sempurna ?". bolehkah Koay Ji memainkannya dan kemudian locianpwee meniliknya kembali "..?"
"Boleh anak baik ".. lakukanlah"
Dan ketika Koay Ji selesai meniru semua gerakan sederhana Thian Hoat Tosu tadi, giliran tokoh tua yang kembali terpana. ?"Bocah ini jika tersesat benar-benar akan menjadi iblis baru yang sangat berbahaya, untungnya dia berkarakter dan memiliki kerendahan hati yang menonjol ?""
"Nach, bagaimana jika engkau merangkai gerakan-gerakan yang engkau lihat tadi dalam rangkaian seperti ini Koay Ji "..?" sambil menjelaskan, Thian Hoat Tosu bergerak dan bahkan diikuti oleh Koay Ji ?"
Selama setengah hari, tanpa disadari oleh Koay Ji, dia sudah menimba secara penuh salah satu Ilmu Andalan Thian Hoat Tosu yang membuatnya sangat dilamui orang. Ilmu itu adalah Hong In Pat Jiauw atau ilmu Delapan cengkeraman angin dan Mega. Dan ketika Thian Hoat Tosu meminta Koay Ji melatihnya terpisah dari Sam Im Ciang, terkejutlah bocah itu, karena ilmu tersebut benar-benar hebat dan luar biasa. Bahkan, ketika Thian Hoat Tosu memintanya menggabungkan kedua ilmu itu, kembali Koay Ji gembira, karena dia merasa gabungan itu menjadi lebih kaya, lebih menyenangkan dan efeknya juga terasa lebih membahayakan lawan. Sebelum Thian Hoat Tosu meninggalkannya, sempat orang tua itu berkata:
"Koay Ji, engkau teruslah perdalam ilmu itu sampai malam nanti, besok kita lihat sampai dimana kemajuanmu baik memainkan ilmu tunggal itu ataupun ketika engkau menggabungkannya dalam satu paduan yang selaras. Tetapi, kelak jika engkau berkelana kumohon engkau lebih sering memainkan gabungan ilmu itu, untuk menghormati Suhumu dan juga anak muridku yang lainnya ".. "
"Baik locianpwee ". Koay Ji akan terus berlatih keras dan tentu mengingat pesan locianpwee sebaik-baiknya "./"
Mendapat mainan baru, Koay Ji menjadi sangat bersemangat berlatih. Bahkan, ketika menggabungkannya, Koay Ji secara cerdik memikirkan beberapa variasi tambahan yang tidak terdapat dalam Sam Im Ciang maupun Hong In Pat Djiauw. Secara sengaja dia memasukkan unsur gerakan dari Tibet dan Persia dalam gabungan jurus ke tujuh dan kedelapan sehingga menjadi lebih indah dan lebih tajam. Tetapi, ketika keesokan hari Thian Hoat Tosu memeriksanya, dia menggeleng-gelengkan kepala melihat hasil paduan Koay Ji yang jauh dari sangkaan dan dugaannya. "Bocah ini memang betul-betul aneh dan mujijat ?"."
Keesokan harinya dan seterusnya hingga hari ke-10, dengan cara yang sama seperti hari pertama, tanpa disadari Koay Ji, dia diberi hadiah beberapa macam ilmu luar biasa milik Thian Hoat Thaysu. Terakhir yang diajarkan Thian Hoat Tosu hebat itu adalah ilmu andalannya bernama Khong In Sian Po Hui Hong (Awan Kosong - angin puyuh yang berpusing dan bergelombang). Ilmu ini adalah andalannya yang menjadi ciri khas dan sangat diindahkan Bu Te Hwesio dan Lam Hay Sinni, tetapi tanpa rasa sayang diturunkannya kepada Koay Ji. Karena Koay Ji belum cukup paham bagaimana ilmu bidik, maka dia butuh waktu sampai 5 hari baru dapat mengerti dan melatihnya siang dan malam sampai dia akhirnya bisa di hari ketujuh. Keistimewaan ilmu senjata rahasia itu adalah benda atau senjata yang dapat datang bergelombang ataupun meski hanya sebuah tetapi mampu berbelok dengan kecepatan yang luar biasa cepatnya.
"Koay Ji, kelak jika kekuatan tenaga dalammu sudah dapat engkau gerakkan seturut kata hatimu, maka berpikirlah secara jernih untuk menggunakan ilmu tunggalku itu. Engkau membuat Hoa San Pay dapat diselematkan kembali dengan menemukan Kitab dan Pedang Pusaka Hoa San Pay, maka lohu tidak merasa sayang engkau mewarisi berapa macam ilmu kebanggaanku ".."
Tidak kurang dari 3 ilmu hebat yang diwariskan Thian Hoat Tosu, meski yang paling hebat adalah Ilmu tunggalnya, yakni Khong In Sian Po Hui Hong (Ilmu Senjata Rahasia yang dapat berpusing). Selain itu, tentu saja Hong In Pat Djiauw dan menuntun Koay Ji menggabungkannya dengan Sam Im Ciang. Dan terakhir karena melihat kedekatan Koay Ji dengan para monyet disitu, dia juga dihadiahi Ilmu Leng Wan Sip-pat Pian", delapan belas jurus ilmusilat Kera Sakti. Ilmu ini kelak memang dikembangkan lebih lengkap dan mujijat oleh Koay Ji berhubung dia sering bergaul dan memahami gerak-gerik dan maksud setiap gerakan monyet. Dibandingkan Thian Hoat Tosu sendiri, kelak ilmu ini malah jauh lebih hebat karena kedalaman pengertian Koay Ji akan monyet dan kehidupan mereka.
Setelah lewat sepuluh hari, barulah Tio Lian Cu muncul kembali bersama Bu In Sin Liong. Kemunculan Tio Lian Cu disertai sinar matanya yang berkilat tajam, tanda kekuatan iweekangnya sudah melonjak jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya. Sepanjang hari itu, keduanya, Koay Ji dan Tio Lian Cu lebih banyak bergaul dan kembali bermain-main dengan kawanan monyet. Bahkan Koay Ji mengajari Tio Lian Cu bagaimana berkomunikasi dengan monyet, dan dasar anak itu juga cukup cerdas, maka setelah seharian, dapatlah dia berkomunikasi dengan monyet meskipun masih dalam kosa kata yang terbatas. Tetapi, sudah cukup mendatangkan kegembiraan bagi Tio Lian Cu. Sayang, itulah hari terakhir mereka bermain karena keesokan harinya Thian Hoat Tosu mohon diri dan berpamitan dari Thian Cong San;
"Koay Ji, belajarlah yang tekun, ingatlah semua pesanku kepadamu. Tidak salah lagi, kedepan Rimba Persilatan Tionggoan akan berharap banyak darimu, jadi jangan pernah lalai untuk belajar dan berlatih ".."
"Terima kasih locianpwee, semua pesan locianpwee akan Koay Ji catat dalam hati ?"
"Bagus anak baik ?" kelak kita akan berjumpa pula ?"
Tio Lian Cu yang pada awal-awal memandang ringan dan sepele terhadap kehebatan Bu In Sin Liong dan Koay Ji, menemukan kenyataan betapa berat berpisah dari sana. Bukan hanya karena kebaikan hati Bu In Sin Liong yang menempanya dengan obat mujijat yang baru diolahnya, tetapi bahkan membantu memperkuat dasar sinkangnya sehingga maju bagai berlatih 10-15 tahun saja. Bukan hanya itu, berlatih dan meditasi mengumpulkan tenaga sekarang ini membuatnya mampu mengumpulkan dan melatih jauh lebih effektif dibandingkan sebelumnya. Meski Suhunya tidak berkata apa-apa, tetapi dia sadar, bahwa kemajuannya adalah karena bantuan yang tidak kecil dari Bu In Sin Liong. Kelak Suhunya memang menceritakan maksud kedatangan mereka ketika datang berkunjung ke Thian Cong San dengan maksud kelak menyelamatkan Hoa San Pay dari kehancuran saat itu "..
"Koay Ji, terima kasih, bantuanmu bagi perguruan Hoa San Pay kami luar biasa besarnya. Tanpa engkau, Pusaka perguruan kami tidak akan pernah ditemukan, juga jika bukan karena pasukan monyetmu; Karena itu, aku berjanji akan berlaku baik kepada semua monyet yang kukenal kelak ?""
"Nona Lian Cu, kelak aku akan mengunjungi Hoa San Pay kalian ?". sayang sekali, Thian Cong San akan kembali menjadi sunyi dan sepi ".." bisik Koay Ji sedih karena kembali kehilangan teman ?"
"Koay Ji, aku tidak hanya berterima kasih. Karena tidak akan cukup hanya dengan ucapan terima kasih, tetapi yang pasti kami akan selalu mengingat semua kebaikan kalian Suhu dan murid disini. Biarlah kutinggalkan Soat Lian ini sebagai tanda persahabatan kita ". Sekalian agar engkau selalu mengingatku ".."
"Ach ".. terima kasih banyak dan selamat jalan Nona Lian Cu .."
Keduanya saling pandang sejenak dengan tatap mata sedih satu dengan yang lain. Ya, keduanya masih belum mengenal asmara dan belum tahu arti khusus hubungan laki laki dan perempuan. Karena itu, saling tatap antara mereka benar-benar tulus dari rasa persahabatan yang terjalin dengan baik dan dari rasa hati persahabatan terdalam. Dan, kembali sunyi dan senyap puncak Thian Cong San dengan KOay Ji memegang soat lian yang terasa hangat di tangannya ?"..
Selanjutnya, Koay Ji kembali larut dalam latihan dan tempaan hebat suhunya. Thian Hoat Tosu banyak membantu meyakinkan Bu In Sin Liong dan karenanya, setelah kedatangannya Bu In Sin Liong menempa Koay Ji habis-habisan. Selama 10 tahun Koay Ji belajar di Thian Cong San, satu-satunya tamu yang berkunjung kepada Suhunya hanyalah Thian Hoat Tosu seorang itu sajalah. Tetapi, itu yang dia tahu, karena sebetulnya ada tamu lain yang datang menjumpai Suhunya 5 tahun silam tanpa menampakkan diri kepadanya. Setelah 10 tahun, Koay Ji heran karena dia melihat keadaan dan kondisi Suhunya masih tetap sama dengan 10 tahun lalu ketika dia mendapati dirinya berada dalam gua pertapaan Suhunya itu. Koay Ji tidak sadar jika umurnya sekarang sudah mencapai 19 tahun dan waktu sudah membentuknya menjadi seorang pemuda yang bertampang gagah.
Wajahnya tidaklah sangat tampan, tetapi jelas sosok berwajah kokoh dan gagah dari seorang laki-laki, seorang pemuda yang berisi. Tetapi, anehnya setelah sepuluh tahun berlalu, pancaran mata Koay Ji justru tidak lagi terlihat menyiratkan tatap mata naga sakti, tetapi lebih sinar mata bening sebening tatap mata seorang bayi. Akan sangat sulit orang menduga bahwa dibalik mata beningnya tersembunyi kekuatan maha dahsyat yang bahkan suhunya sendiri ngeri membayangkannya sejak masa kecilnya. Itu berarti tidak banyak yang akan tahu dari fisiknya bahwa anak itu berisi. Yang pasti tahu adalah Suhunya, Bu In Sin Liong yang setelah percakapan dengan Thian Hoat Tosu menjadi semakin yakin bahwa Koay Ji adalah pewarisnya yang sejati.
Maka tidak tanggung-tanggung, Bu In Sin Liong memasrahkan semua ilmunya ke tangan bocah ini. Toa Pan Yo Hiankang kini telah membaur dengan tenaga mujijat dalam tubuh Koay Ji yang kini bahkan sudah membaur dan menjadi kekuatan iweekangnya sendiri. Selain itu, Bu In Sin Liong mengajarkan 3 ilmu mujijat Siauw Lim Sie yang dikuasainya, yakni Tay Lo Kim Kong Ciang, Kim Kong Ci, Tam Ci Sin Thong, dengan pesan agar ketiga ilmu mujijat itu tidak usah dipergunakan selama berkelana karena adalah ilmu pusaka milik Siauw Lim Sie. Dalam perkembangan selanjutnya, Bu In Sin Liong kembali kaget menemukan, jika kekuatan iweekang Koay Ji masih terus bertambah kuat dari waktu kewaktu. Entah mengapa kekuatan atau pertambahan kekuatan iweekang Koay Ji seperti tidak mengikuti kebiasaan umum, "apakah karena hawa bawaan dan pengaruh pil mujijat itu ?"" kenang Bu In Sin Liong. Sampai masa 10 tahun, Bu In Sin liong tetap tidak menemukan jawabannya, tetapi yang menggembirakannya adalah, anak didiknya tidak menunjukkan perubahan watak, malah semakin gagah dan semakin nampak karakternya yang sangat kuat.
Tetapi, setelah genap 10 tahun, dia merasa sudah saatnya melepas Naga Sakti itu untuk terjun ke dunia persilatan, sebab tidak ada gunanya memeram anak itu dalam perut gunung menjadi pertapa. Terlebih, dia sadar bahwa Koay Ji semakin ingin tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Hal ini beberapa kali diungkapkan Koay Ji baik secara sengaja maupun tidak. Maklum, anak itu semakin dewasa menjadi semakin tahu urusan, dan dia bingung karena tidak mengetahui siapa orang tuanya. Maka, pada akhirnya Bu In Sin Liong mengambil keputusan.
Suatu malam, Bu In Sin Liong memanggil Koay Ji untuk menghadap:
"Muridku ?".. tak terasa 10 tahun sudah berlalu. Masa belajarmu sudah tamat, dan karena itu, besok hari engkau harus bersiap untuk segera turun gunung. Besok, tidak perlu engkau pamit kepada Suhumu, tetapi engkau ingat-ingatlah semua petuah dan semua pengajaran Suhumu kepadamu. Termasuk ingat selalu SUMPAH yang engkau ucapkan disaksikan langit dan bumi ?". Jika semua itu engkau lakukan, maka engkau sudah mengerjakan dengan baik semua keinginan Suhumu dan sudah membalas apa yang engkau sebutkan jasa Suhumu ini.
"Suhu ".. tapi ".. engkau ?". siapa lagi yang akan membantu Suhu "..?"
"Muridku, bukankah sebelum engkau datang Suhumu memang tinggal sendirian" Lagipula meski Monyet Putih sudah tiada, tapi engkau sudah melatih Monyet Hitam yang tidak kalah cekatan dengan Kakak monyetmu itu ?". Jangan pernah memikirkan keadaan Suhumu, semua akan kembali seperti biasa. Jangan kita mempercakapkan soal sepele itu, engkau dengarkan apa-apa yang akan disampaikan Suhumu "."
"Ba " ba " baik Suhu ?"
"Pertama, engkau kenakan JUBAH ULAR PUTIH ini ?""JUBAH ini kukerjakan sejak berapa tahun silam dan salah satunya sudah kuhadiahkan kepada murid Thian Hoat Tosu. Kulit Ular Putih Mahkota Daun memang berbeda dengan kulit bangsa ular yang lainnya, kulitnya seperti berubah menjadi karet karena usia sesungguhnya sudah lebih 100 tahunan. Kulit ular itulah yang suhumu bentuk menjadi semacam jubah yang tahan senjata tajam, bahkan ketika suhumu mencoba, sengatan senjata tajam dapat membal dan dikembalikannya secara hebat. Selain itu, jubah ini terhitung sangat sensitive terhadap racun ?". Dalam jarak kurang lebih semester lebih dia akan mengeluarkan hawa panas jika bertemu atau melacak racun hawa dingin dan sebaliknya bakalan mengeluarkan hawa dingin jika bertemu atau melacak racun panas, sehingga engkau akan sedia dan siap menghadapinya. Hanya ini bekal yang suhumu berikan, selebihnya engkau sudah mendengarkan apa yang sebaiknya dan mesti engkau kerjakan. Ingat, Suhumu bukan orang yang suka diberitahu kemana-mana sebagai gurumu, jika engkau membutuhkan identitas, engkau boleh mengatakan anak murid Thian Cong Pay, anggota dari perguruan Suheng Ketujuhmu. Hal terakhir, seorang tokoh lain dapat juga engkau akui sebagai Suhumu, yaitu Bu Te Hwesio, tanpa bantuannya dan jasanya, engkau tidak akan mampu mencapai tahapanmu sekarang ini>< bantuannya kepadamu bukan hanya obat mujijat, tetapi kelak engkau akan mengerti dengan sendirinya ?" setelah keluar dari pertapaanku engkau kularang kembali lagi jika bukan karena kebutuhan yang sangat mendesak. Suhumu akan menutup diri dan melanjutkan pertapaanku yang tertunda karena harus mendidikmu sampai saat ini ?"" satu harapanku kepadamu muridku, janganlah sampai suhumu turun gunung dan kembali mencampuri urusan Rimba Persilatan karena tingkahmu yang tidak layak. Tetapi, jika engkau mempertahankan watak dan sikapmu yang sekarang, maka mata hati suhumu akan selalu menyertaimu dan merestuimu dimanapun dan kapanpun"
"Baik Suhu, tecu mengerti dan mencatat semua pesan Suhu?".."
"Baiklah, jika tidak ada lagi yang ingin engkau tanyakan kepadaku, engkau sudah boleh bersiap-siap dan kemudian beristirahat. Besok pagi-pagi, sebagaimana kujanjikan kepada Sam Suhengmu, maka dia akan menjemputmu di depan pintu masuk gua kita di depan, engkau bersiaplah menyambutnya besok. Dua ilmu terakhir yang kuajarkan kepadamu, engkau ajarkan kepada kedua suhengmu di Thian Cong Pay sekaligus katakana kepada mereka, Suhumu menutup diri disini untuk selama-lamanya ".."
"Suhu ". bagaimana ?""
Tapi Koay Ji berhenti bicara ketika melihat Suhunya sudah bersamadhi dan dengan isyarat tangannya memintanya tidak berbicara lebih jauh lagi. Maka mengertilah Koay Ji, bahwa ijin untuknya pergi turun gunung sudah final. Dengan sedikit enggan diapun akhirnya mengiyakan. Dan sekali lagin ketika akan melangkah pergi, dia berlutut dengan bercucuran air mata karena ingat besok dia sudah akan berpisah dengan Suhu yang sangat dihormatinya itu.
"Suhu, Koay Ji mohon diri ".. jagalah dirimu baik-baik Suhu ?""
Dan setelah itu, dengan mengeraskan hati, Koay Ji akhirnya pergi melakukan persiapan untuk keberangkatan besok. Dikatakan persiapan juga tidak tepat, karena dia praktis tidak memiliki apa-apa untuk dibawa serta. Pakaiannya sangat sederhana, meski didalamnya ada sejenis rombi tipis yang sungguh hangat dan enak di tubuh, rompi buatan suhunya tercinta. Selain tentu saja mutiara soat lian yang dihadiahkan Tio Lian Cu kepadanya 4 tahun silam. Dan terakhir, topeng karet tipis beberapa buah hasil karyanya mengolah buangan kulit ular putih yang diolah suhunya. Dari kitab rahasia dia pernah belajar ilmu menyaru, dan dia mempraktekkannya dengan membentuk beberapa topeng wajah dari kulit ular raksasa bermahkota daun yang secara istimewa justru seperti karet kualitas tinggi. Maka, siaplah Koay Ji dengan pakaian di badan, mutiara soat lian, pil mujijat sebanyak 10 butir dan 5 rupa atau jenis topeng yang disimpannya sedemikian rupa. Itulah kekayaan Koay Ji setelah 10 tahun berlatih di Thian Cong San. Dan hanya dengan kekayaan yang sangat terbatas itulah Koay Ji keesokan harinya melangkahkan kakinya keluar dari pertapaan suhunya. Tempat dimana selama sepuluh tahun dia ditempa.
Setelahnya, Koay Ji berbaring dan bukannya bersamadhi, karena dia ingin mengenang sepuluh tahun terakhir perjalanan hidupnya. Dia sudah berhasil memahamkan Toa Pan Yo Hiankang hingga tingkat tertinggi, menembus semua jalan darah fital, membaurkan tenaga yang dahulu menyiksanya dan menjadi iweekang dahsyat dalam tubuhnya. Belum cukup" Diapun berhasil membaurkan khasiat pil mujijat itu sehingga pada setahun terakhir dia mampu memasuk tingkat awal dari khikang mujijat Siauw Lim Sie yang disebut orang Kim Kong Pu Hay Che Sen (Ilmu Badan/Baju Emas Yang Tidak Bisa Rusak). Lebih dari itu, selama setahun terakhir Koay Ji dalam penilikan Suhunya melatih bagian ke-4 Kitab Pou Tee Pwe Yap Sian Sinkang yakni dalam Bagian MENYEDOT, MENEMPEL, MENOLAK, MENGGEMPUR, MEMENTALKAN, BERKELIT dan MELOMPAT. Kekuatan iweekangnya yang sudah demikian tinggi membuatnya dengan mudah menyelesaikan bagian ini, dan yang agak lama justru bagian kelima, yakni MEMBAURKAN. Yang dimaksud membaurkan ada dua tahap, yakni berusaha membaurkan semua hawa dalam tubuhnya dan sudah mampu dilaluinya secara sempurna. Dan pucak penguasaan bagian kelima adalah, dimana semua unsur Menyedot, Menempel, Menolak, Menggempur, Mementalkan, Melompat menyatu dalam sebuah pukulan ataupun tangkisan. Dan tingkat terakhir ini masih belum dapat dipahami sepenuhnya oleh Koay Ji.
Selebihnya, Ilmu silat lain berdasarkan Kitab Rahasia kedua sudah dipahaminya sepenuhnya dan sudah dapat dimainkannya dengan sangat baik. Baik Ilmu langkah, ginkang, ilmu totok mujijat hingga ke Ilmu Sihir dan Ilmu Hitam yang sudah dikuasainya. Khusus untuk Ilmu Hitam dia tidak tertarik mendalaminya selain juga dilarang Suhunya. Dan jangan Tanya soal ilmu rias dan menyaru, boleh dibilang ini salah satu keahlian utama Koay Ji selain ilmu pengobatan yang juga sudah bertambah hebat seiring dengan pemahamannya atas tubuh manusia dan pemahamannya atas jalan darah yang semakin sempurna dibawah petunjuk suhunya. Koay Ji yang sekarang sudah berubah menjadi manusia yang sulit dibayangkan banyak orang, karena dalam umur ke-19 tahun dia sudah menguasai banyak ilmu mujijat. Belum lagi jika ditambahkan Ilmu Tunggal Thian Hoat Tosu, yakni melempar senjata rahasia yang juga semakin sempurna dikuasainya. Bahkan ketika Suhunya memintanya menggunakan daun atau benda ringan lainnya, dia masih mampu melakukannya secara luar biasa.
Kenangan perjalanan hidup 10 tahun terakhir, berujung di pertanyaan lama yang belum dapat dijawab, bahkan oleh SUHUnya sendiri, yaitu SIAPA GERANGAN DIRINYA" Siapa orang tuanya, darimana asalnya" Dan nama aslinya" Pertanyaan-pertanyaan yang mengganggunya tidak ditemukan jawabannya. Dan karena itu, Koay Ji membawa semua itu dalam tidurnya.
Tak terasa waktu terus berlalu. Tahun yang dilalui akan terasa bak panah yang dilepaskan dari busurnya jika memandang dari depan dan bukan dari belakang. Karena waktu memang merangkak lambat, tetapi jika kita alpa mengisinya, maka 10 tahun akan terasa tertinggal di belakang tanpa pernah kita mampu mengekangnya. Tapi, begitulah waktu. Sebagaimana yang dijanjikan Bu In Sin Liong kepada muridnya Tek Ui Sinkay, maka 10 tahun setelah masa belajar Koay Ji, maka dia harus menjemput bocah yang diselamatkannya dulu itu di depan pintu gua tempat suhunya bersamadhi.
=============== Yang seorang kakek tua bertubuh gempal namun terlihat lusuh, kotor dan kelelahan dan yang seorang lagi nona cilik yang berwajah manis.Kakek tua itu sesekali terlihat batuk-batuk tanda kesehatannya pastilah berhalangan, tetapi dia tetap berusaha untuk terus berjalan sambil menggenggam lengan Nona kecil berusia paling banyak 11 tahun. Disisi lain si nona cilik yang lengannya digenggam si kakek dan dibawah terus berjalan, wajahnya tidak kurang lusuhnya, tetapi tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang manis dengan bulu mata lentik, sayang bersinar lusuh dan penuh ketakutan. Mereka terlihat berjalan buru-buru dan sepertinya ketakutan, entah sesuatu seperti apa yang sedang memburu mereka. Tetapi, meski kondisinya sudah sangat menyedihkan tetap tidak membuat si kakek menghentikan perjalanan dan berusaha untuk tetap terus maju. Tetapi, kondisi fisik si kakek kelihatannya semakin lama semakin tidak menunjang. Dan benar saja, dia akhirnya tumbang.
Ketika berbelok ke kanan dan akan memasuki jalanan utama menuju kota Peng Ciang tubuh gempal besar si kakek akhirnya tak tahan. Tumbangnya si kakek segera diiringi oleh pecahnya tangis sang nona cilik:
"Kakek, bangun kek ?"" bagaimana dengan He ji" Ayo bangun kek ".." tangis si nona sungguh mengharukan dan rupanya mengundang seseorang yang kebetulan melewati tempat itu dan datang mendekati mereka. Orang tersebut terlihat berusia pertengahan dengan perawakan tinggi besar dengan jubbah hijau dari bahan yang sederhana tetapi cukup bersih, dan begitu melihat adegan yang sangat mengharukan dihadapannya dengan cepat hatinya iba ".. diapun mendatangi si nona dan kakek yang terbaring tak berdaya itu
"Nona cilik ?".. ada apa dengan kakekmu ".?" tegur si pendatang
"Tolonglah lopeh, tiba-tiba kong-kong jatuh pingsan ?"" engkau tolonglah kong-kong lopeh ".. kasihan kong-kong ?" huhuhu"
"Hmmmmm, coba kuperiksa kong-kongmu itu ?""
Dan si pendatang tanpa banyak bicara sudah memegang lengan si kakek, memeriksa denyut nadi dan kemudian berkata kepada si nona cilik:
"Tenanglah nona, kong-kongmu hanya terlampau kelelahan sementara penyakitnya tidak diobati dalam waktu yang lama. Aku akan mencoba menyembuhkannya, tetapi berhentilah menangis supaya kong-kongmu tidak terlampau bersedih ".. "
"Baik lopeh ?"." heran, begitu cepat nona itu menghentikan tangisnya, sungguh beda dengan anak-anak biasa. Bahkan dengan cepat nona cilik itu mendekati si pendatang dan kakeknya untuk melihat apakah dia dapat membantu atau tidak.
Melihat si nona yang tidak ketakutan tetapi malah senang melihat dan mengikutinya dalam proses pemeriksaan, membuat si pendatang tersenyum. Wajah si nona bahkan terlihat sangat perhatian kepada apa yang dikerjakannya. Tetapi hanya sepersekian detik, karena lain waktu, si pendatang benar-benar harus berkonsentrasi untuk menangani keadaan si kakek ?"
"Sudah lebih dua minggu tidak makan teratur, berjalan dan berlari nyaris tanpa henti dan tidak pernah makan obat ?" hmmmm, apa yang sebenarnya kalian kejar nona" Mengapa engkau tidak mengingatkan kakekmu dan memaksa untuk menggunakan kesempatan dan waktu lebih banyak kepadanya beristirahat" Lihat, keadaannya sangat menyedihkan, dan aku membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk merawat dan menyembuhkannya nanti.
"Lopeh, kami ". kami menghindari pengejaran orang-orang jahat, teman-teman kami sudah pada terbunuh dan tersisa kami berdua. Kong-kong berusaha mati-matian untuk menyelamatkanku dari para pembunuh itu ".."
"Ha ?" Siapa yang berusaha membunuh dan mengejar kalian ".?"
"Hiiiii mengerikan sekali lopeh, wajah mereka putih-putih dan pucat serta jahatnya minta ampun ?" menjawab pertanyaan itu si nona kembali terlihat ketakutan.
"Sudahlah, nanti engkau ceritakan lagi nona, tetapi sekarang kita perlu membawa kakekmu ke kota Peng Ciang, disana biar aku membantumu sampai kong-kongmu pulih sebagaimana mestinya. Tapi, ingat, engkau harus membantuku merawat kong-kong .."
"Baik ".. baik, terima kasih lopeh ?""
"Siapa namamu anak baik "..?"
"Kwe Giok He, lopeh ?"" "
"Baik, He ji, mari, kita menuju kota Peng Ciang ?".."
Ternyata si pendatang berjubah biru sederhana itu membawa seekor kuda. Kudanya tidak terlihat kokoh dan gagah, tetapi juga tidaklah kuda kecil atau sakit-sakitan, yang pasti cukup dan mampu membawa si kakek yang sudah tak berdaya dan anak perempuan itu berlari menuju kota Peng Ciang. Tetapi, sayangnya, belum lagi kuda itu berlari, tiba-tiba di depan mereka sudah menghadang 5 orang dengan tampang yang menyeramkan. Wajahnya mereka semua ditutupi oleh topeng tipis berwarna putih pucat dan menghadirkan rasa seram yang sangat.
"Ha ".. lopeh " mereka, mereka ?"." wajah pucat si nona cilik sungguh menyentuh perasaan si pendatang. Lengannya bergerak mengusap perlahan dan tak ada seditik kemudian, nona itu sudah pulas dan disandarkan tertidur kedepan menindih kakeknya yang sudah pingsan sebelumnya.
"Siapa kalian dan untuk apa memburu kedua orang tak berdaya ini ?"?" tegur si pendatang berjubah biru tanpa rasa takut sedikitpun.
Rombongan pencegat itu sedikit keheranan karena si orang tua berusia pertengahan ini seperti tidak takut dan tidak mengenal mereka. Karena itu, seorang dari kelima penculik segera membentak dengan garang:
"Kami Utusan Pencabut Nyawa ?". semua tujuan kami harus tercapai, dan jika dalam hitungan kelima engkau tidak meninggalkan mereka, maka engkau akan masuk dalam catatan rekening kami untuk diselesaikan ?"."
"Ohhhhhh, begitu rupanya. Kalau memang begitu, silahkan menghitung sampai lima dan kita lihat nanti siapa yang akan menyelesaikan siapa ?""
"Hmmmmm, engkau rupanya tidak tahu dengan siapa engkau sedang berhadapan orang tua ....." Engkau sedang mencari penyakit bagi dirimu sendiri "."
"Lohu sedang berhadapan dengan manusia-manusia tidak tahu diri dan yang sesumbar mencabut nyawa sesama manusia tanpa rasa bersalah ?". dan, manusia seperti itu akan berlutut menangis di kakiku jika tidak segera meninggalkan kejahatannya ?"
"Sombong benar engkau sobat, tinggalkan namamu agar kami tidak membunuh manusia yang tidak punya nama ".."
"Kalian belum memiliki kemampuan mengenali namaku, tetapi boleh kalian menyebut dan mencari Thian Liong Koay Hiap (Pendekar Aneh Naga Langit) nanti"."
"Ohhhhhh, rupanya pendatang baru dunia persilatan yang tidak tahu utara dan selatan, baik beri pelajaran kepadanya ?"." Perintah manusia pucat yang berdiri di tengah, tampaknya menjadi pemimpin dari kelompok yang tadi menyebutkan diri mereka sebagai "Utusan Pencabut Nyawa".
"Baik ?"?"
Dengan cepat si "Pencabut Nyawa" yang paling dekat dengan tokoh yang menyebut diri sebagai Thian Liong Koay Hiap sudah mencabut pedangnya dan kemudian menyerang dengan sabetan cepat dan mematikan. Tetapi, Thian Liong Koay Hiap dengan manis menghindar hingga semua serangan si "Pencabut Nyawa" menemui tempat kosong. Ada yang aneh dengan tarung itu, langkah kaki Thian Liong Koay Hiap terasa terlalu aneh dan memusingkan lawan, sehingga semua serangannya tidak kena sasaran dan bahkan membuatnya menjadi rada pusing. Lawan yang sudah nyaris terkena serangan tahu-tahu sudah menghilang dan entah bagaimana sudah berada disampingnya, bekalangnya atau bahkan kembali berdiri di posisi dimana semestinya dia tadi terkena sabetan atau tusukan pedangnya. Lama-lama, si penyerang menjadi pusing dan mengeluarkan banyak tenaga karena lawannya dengan mudah mengelak dan sasaran serangannya hilang pada titik terakhir.
Pada sisi lain, si Pendekar Aneh sendiri sedang merasa "tegang" dan senang sendiri melihat bagaimana pertarungan ini berjalan. Dia tidak tahu, kalau lawannya, yakni si Pembunuh, adalah tokoh kelas teri yang dilawannya dengan ilmu yang terlampau mujijat. Terlampau berlebihan melawan tokoh kelas seperti utusan pembunuh yang adalah pembunuh-pembunuh untuk manusia tak berkepandaian. Tetapi, entah mengapa si Pendekar Aneh merasa kegirangan. Satu saat, seperti dengan rasa coba coba si Pendekar Aneh mengulurkan tangannya dan menyentil pedang si penyerang, dan pedang itupun patah-patah ?" dan kembali terlihat senyum senang di wajah si Pendekar Aneh, sepertinya kejadian itu menyenangkan hatinya.
Melihat seorang Pembunuh tidak cukup untuk menuntaskan tugas mereka, si pemimpin kemudian berseru cepat:
"Maju semua, bereskan dia ".."
Maka kelima Utusan Pembunuh itupun kini maju mengejar si Pendekar Aneh. Tetapi, tetap saja langkah kaki si Pendekar Aneh terlampau mujijat bagi mereka berlima. Dan setelah menemukan "kesenangan" mempermainkan kelima orang itu, tiba-tiba seperti cara sebelumnya, si pendekar Aneh mengulurkan lengannya dan dalam waktu kurang dari 2 detik, keempat pedang lainnya patah-patah kena sentilan jemari si Pendekar Aneh. Belum cukup dengan itu, dalam langkah kaki yang demikian mujijat, cepat dan tepat, si Pendekar Aneh bergerak dan sedetik berikutnya, kelima lawannya roboh tak berdaya ".. terkapar oleh totokan mautnya.
"Hmmmmmm sebegitu saja kemampuan kalian ?"".. kali ini kuampuni, lain kali kalian semua akan beroleh hukuman yang lebih berat jika tetap berusaha mengejar kami bertiga ".."
"Engkau tunggu nanti pembalasan maut kelompok kami ?"" desis si Pemimpin Utusan Pembunuh itu
Tapi si Pendekar Aneh sudah berlalu bersama kudanya yang membawa serta si Kakek dan cucunya menuju kota Peng Ciang.
Pendekar Aneh Naga Langit, bisa ditebak adalah Koay Ji, yang sebenarnya iseng-iseng saja menyebutkan nama atau julukan. Ingatannya tertuju pada nama panggilannya saat itu, yakni KOAY JI (Anak ANEH), dan diambilnya kata ANEH (Koay) dalam julukan yang dipilihnya asal-asalan itu. Dan dipadukan dengan gerakan yang paling dia suka dan paling sering dimodifikasi dan disempurnakannya, yakni Ginkang Cian Liong Seng Thian (Naga naik kelangit) dan Ilmu Langkah Thian Liong Pat Pian (Naga langit berubah delapan kali). Kedua ilmu inilah yang pertama kali dikuasainya, terutama ilmu langkah mujijat yang sejak baru mau belajar Ilmu Silat sudah dikuasainya baik teori maupun prakteknya, bahkan sudah diturunkannya kepada Khong Yan. Dan dari kegemarannya akan THIAN LIONG (Naga Langit) dan dari namanya yang memang sudah aneh sejak awal, maka dirangkainyalah Thian Liong Koay Hiap secara iseng utnuk memperkenalkan namanya. Tak dia sangka jika nama itu kelak terus menjulang sebagai merek dirinya "..
Tak lama kemudian, sekitar satu jam berkuda, menjelang sore, mereka bertiga sudah mendekati pintu gerbang kota. Koay Ji kemudian bekerja cepat, dia membangunkan si nona cilik dan kemudian memberikan obat persediaannya yang diberikan Ang Sinshe sebelum turun gunung. Setelah itu, dia menyalurkan tenaga kedalam tubuh si kakek, dan seterusnya, tak lama si kakekpun siuman. Betapa herannya dia ketika melihat seorang berjubah biru sedang membantunya dan cucunya, dan lebih kaget lagi melihat cucunya menangis disampingnya;
"He ji, engkau tidak apa-apa "..?"
"He ji baik saja kong-kong, lopeh ini telah menolong banyak kita, bahkan kelihatannya tadi juga dia sudah mengusir para pembunuh itu, tapi entah mengapa setelahnya He ji ketiduran dan tidak ingat apa-apa lagi ".."
Mendengar itu Koay Ji tersenyum dan berkata:
"Engkau ketakutan nona cilik, sampai pingsan melihat para pembunuh itu. Tapi, sudahlah, mereka sudah merat pergi. Mari kita mencari tempat beristirahat untuk mengobati luka kong-kongmu ini ?""
Tapi si kakek lebih dulu berkata:
"Ach sahabat, terima kasih atas pertolonganmu. Tetapi, keadaan kami sangat berbahaya dan kami khawatir akan melibatkanmu dalam bahaya kami tersebut "."
Persekutuan Pedang Sakti 5 Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Hina Kelana 3

Cari Blog Ini