Ceritasilat Novel Online

Pendekar Aneh Naga Langit 5

Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall Bagian 5


"Jangan khawatir paman, sekarang aku sudah terlibat karena memukul roboh kelima Utusan Pencabut Nyawa tadi. Mari, kesehatan paman masih sangat berbahaya jika tidak ditangani secara cepat, tapi, aku kebingungan kemana kita mencari tempat beristirahat biar kucoba mengobati penyakit paman ?""
"Apa ".." engkau seorang sinshe (Tabib) ?"
"Boleh dibilang begitu paman ".."
"Engkau tahu penyakitku ".?"
"Berjalan tanpa makan secukupnya selama kurang lebih dua minggu, juga nyaris tanpa beristirahat, dan penyakit demam sudah engkau tahan selama kurang lebih 3 hari. Jika engkau lanjutkan perjalananmu, maka kutanggung dalam waktu 6 jam engkau akan pingsan kembali dan butuh tangan dewa untuk menarik kembali nafas kehidupanmu. Bagaimana, apakah aku keliru paman ".?"
"Jika demikian, mari, engkau boleh mengobatiku, kita mencari sebuah hotel ".."
Dengan mengikuti kakek itu, mereka menuju ke sebuah hotel yang agak berada di pinggiran dan bukan hotel yang sering didatangi orang. Koay Ji memperhatikan semua apa yang dikerjakan si kakek, termasuk memilih hotel, bagaimana memesan kamar dan kemudian mereka diantarkan ke kamar masing-masing. Nampaknya si kakek memiliki cukup bekal untuk melakukan semua itu, berbeda dengan Koay Ji yang berbekal secukupnya, itupun pemberian Ang Sinshe sebelum dia turun gunung. Tetapi, Koay Ji geli-geli sendiri, maklum ini kali pertama dia mengalami semua pengalaman di kota, termasuk memesan kamar. Begitu masuk di kamarpun dia kebingungan, bekalnya hanya buntalan kecil berisi satu pasang pakaian bekal Ang Sinshe dan beberapa obat hasil racikan Tabib yang baik hati itu.
Tapi, karena harus mengobati kakek yang berada di sebelah kamar, dengan cepat Koay Ji mendatangi mereka dan segera bekerja. Dan seperti sebelumnya, He ji, si nona cilik memperhatikan secara seksama bagaimana Paman Anehnya itu bekerja, bahkan kemudian dengan gaya tabib meniru pamannya, Ang Sinshe, Koay Ji segera membuka resep. Tetapi, kembali dia kebingungan, bagaimana membeli obat-obat yang sudah dia tuliskan resepnya itu"
Untungnya si kakek cepat tanggap. Dia berkata:
"He ji, panggilkan pelayan ?""
"Baik kek ".."
Dan si nona berlalu untuk kemudian tidak lama kembali bersama seorang pelayan.
"Pelayan, tolong engkau membantu kami menebus resep ini ?"" ujar si kakek mengambil resep dari tangan Koay Ji dan kemudian memberikannya kepada si pelayan disertai dengan uang secukupnya ?". dan kembali Koay Ji manggut-manggut mengerti. Sepanjang hari Koay Ji memang banyak melihat dan banyak belajar hal-hal aneh yang untuk pertama kalinya dialaminya. Dia tertawa dalam hati, tetapi untung tidak nampak dari seri wajahnya.
"Lopeh, apakah kong-kongku bisa sembuh ?"?" Tanya si nona cilik membuyarkan ingatan dan kenangan aneh dan menggelikan Koay Ji
"Pasti nona, kakekmu paling lama 2 hari lagi akan sembuh seperti sedia kala "."
"Benarkah paman ?"?"
"Pasti nona, jangan engkau khawatir ?" asalkan kong-kongmu tidak takut makan obat yang pahit-pahit ?"" ujar Koay Ji sambil melirik si kakek lucu, dan si kakek juga tersenyum mendengar ucapan Koay ji
"Kalau kakek takut nanti He ji marahi paman ?"" ujar si nona polos
"Bagus, memang harus begitu nona ".."
"Tapi, bagaimana cara paman mengobati kakekku "..?"
Baik Koay Ji maupun kakeknya sendiri sampai terkejut mendengar pertanyaan He ji yang meski terkesan kekanak-kanakan tetapi bagi Koay Ji mengingat apa yang terjadi sejak siang tadi memang sudah jadi kepikiran. Dia melihat minat sang nona yang sangat besar dalam bidang pengobatan. Maka diapun berkata:
"Apa engkau ingin belajar nona "..?"
"Apakah paman bersedia mengajari He ji ?""
"Mengapa tidak ".. asalkan engkau bersedia bekerja keras selama 2 hari ini, maka akan banyak hal yang dapat engkau pelajari ".."
"Horeeeee ".. kong-kong, dengar, paman yang baik ini bahkan mau mengajari He ji ilmu pengobatan ?""
Kesenangan si nona cilik diiringi pandangan aneh si kakek, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa atas kesenangan si nona, tapi juga tidak mengucapkan terima kasih kepada Koay ji. Tetapi Koay Ji tidak kecil hati, dia hanya menduga karena kakek itu masih belum sembuh sehingga susah merasa bergembira. Tetapi, keseriusan si nona cilik, menjadi daya tarik tersendiri bagi Koay ji yang memang kasihan melihat dara cilik yang menyenangkan hatinya ini. Karena itu, hari itu dan juga besoknya, tidak lelah Koay ji mengajar dan mendidik Kwe Giok He dalam ilmu pengobatan. Ternyata, Kwe Giok He memang memiliki bakat hebat menjadi seorang tabib, karena dengan cepat dan mudah dia menyerap ilmu pengobatan dari Koay Ji.
Koay Ji boleh senang, tapi dia masih cetek di dunia persilatan. Malam itu bahaya sudah datang mengintai. Setelah makan malam, Koay Ji sempatkan waktu hampir sejam untuk mengajar He Ji dan kemudian memberinya pekerjaan rumah untuk didalami lebih jauh. Sementara Koay Ji memilih untuk menyendiri di kamarnya. Seperti biasanya, Koay Ji akan memulai malam dengan melatih Toa Pan Yo Hian Kang dan mengumpulkan iweekang, serta melatihnya dalam samadhinya. Dalam keadaan ini, dalam jarak hingga 20 meter darinya, gerakan-gerakan sekecil apapun tidak akan lepas dari pengamatan Koay Ji. Karena itu, Koay Ji sebetulnya berlatih sambil terus mengawasi keadaan si kakek dan He ji yang menarik perhatiannya. Dia merasa bahwa aka nada yang datang mengunjungi mereka malam itu.
Firasatnya benar. Karena menjelang tengah malam dia menangkap ada 5 langkah kaki yang sangat ringan, tanda pendatang memiliki kemampuan tidak rendah. Bahkan jauh melebihi 5 lawan pertama yang ditemuinya siang tadi dalam perjalanan menuju Kota Peng Ciang ini untuk beristirahat. Tapi rupanya, lawan memiliki keyakinan diri yang luar biasa, karena mereka memilih tetap berada di atas wuwungan dalam sikap waspada dan serius. Kemudian salah seorang dari mereka berkata, lirih dan tidak dapat didengar orang lain, tapi mereka yakin Koay Ji sudah mendengarnya;
"Tokoh yang mengaku Pendekar Aneh Naga Langit, kami mengundang saudara untuk bertemu kami di luar ?"."
Dan Koay Ji paham, pihak yang ditunggunya sudah datang "
Setelah memastikan bahwa tidak ada gerakan lain selain ke-lima pendatang di atas wuwungan itu, maka Koay Ji kemudian bersiap dan tak lama kemudian dia sudah melayang naik dan berdiri di hadapan 5 orang yang menantangnya tadi. Dandanan mereka persis sama dengan 5 Utusan Pencabut Nyawa yang menjadi lawannya tadi siang. Tetapi, dari potongan mereka, kelihatannya adalah orang yang berbeda meski tetap berasal dari kelompok yang sama.
"Ada apa cuwi sekalian mencariku "..?" tanya Koay Ji dengan suara tawar dan terlihat tidak gembira dengan kedatangan tamu tak diundang itu.
Orang yang berdiri paling tengah, kelihatannya bertindak sebagai juru bicara, dengan suara yang tenang dan mantap yang kemudian menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Koay Ji:
"Kami hanya ingin memastikan bahwa setelah malam ini, engkau tidak akan menjadi penghalang "Utusan Pencabut Nyawa" lagi ".."
"Accccch, padahal sudah cukup jelas kupesankan dan kutegaskan kepada komplotan dan kawan-kawan kalian tadi siang. Yakni, jika masih tetap berani menggangguku, maka bukan hanya totokan yang akan kalian terima, tetapi hukuman yang jauh lebih berat lagi. Sayang sekali, kalian membuatku harus turun tangan lebih keras agar jangan ada gangguan lebih jauh ?""
Tetapi rupanya tokoh yang menjadi juru bicara kali ini jauh lebih sabar. Dan jelas lebih berani dibandingkan dengan para utusan yang datang terlebih dahulu. Terdengar dia berkata dengan suara yang tidak berubah:
"Aha ".. engkau memang benar-benar sombong dan pongah saudara ?" katakan, sebenarnya engkau berasal dari kelompok atau perguruan manakah gerangan" dan apa pula yang menjadi tujuanmu untuk bertentangan dan menabrak kepentingan Utusan Pencabut Nyawa kami "."
"Thian Liong Koay Hiap bukan siapa-siapa, bekerja bukan untuk orang lain, tetapi bekerja untuk kepentingan orang banyak, amat terlebih membela mereka yang lemah dari tindasan orang-orang seperti kalian. Jika kalian berkeras, maka kerugian kalian akan berlipat dari kawan-kawan kalian ?".."
"Hmmmmm, engkau malah semakin sombong dan pongah saudara, apakah memang benar kekerasan yang engkau pilih?"
"Bukan aku yang memilih, tetapi kalian ". jika berkeras mencederai kakek dan cucunya yang tak berdaya itu, maka hukumanku akan menjadi berlipat beratnya ".."
"Baiklah, kami akan menempuh resiko itu jika memang demikian "."
"Kalian boleh turun tangan berlima supaya menghemat waktuku ?"." sudah mulai tumbuh rasa percaya diri Koay Ji setelah pertarungan siang tadi
"Bunuh dia ?"." tenang dan yakin si pemimpin rombongan kedua ini dalam memberi dan menurunkan perintah. Tetapi, sayang sekali, mereka bentrok dengan seekor naga sakti yang sedang menemukan keseimbangan dan belajar dari pengalaman untuk bertempur dan berkelahi dalam arena sesungguhnya.
Belum lagi serangan pertama lawan tiba di tubuhnya, Koay Ji sudah menggerakkan lengan kirinya dan akibatnya, lawannya terlontar ke belakang dan tidak mampu bangun lagi untuk terus bertarung. Koay Ji berkata dengan suara dingin dan tawar:
"Kawan kalian ini sudah kupunahkan kepandaiannya dan ini adalah peringatan terakhir bagi kalian semua ?""
Pemimpin Utusan Pencabut Nyawa mendekati kawan mereka dan memegang nadinya sebentar, dan sekejap berikutnya kekagetan tidak dapat disembunyikan dari seri wajah dan sinar matanya. Jelas dia tidak menyangka akan bertemu lawan sehebat Koay Ji di tempat seperti itu, tempat yang sama sekali tak diduganya. Maka tak lama kemudian dia berdiri dan berkata:
"Dia bukan lawan kita, mari, sebaiknya kita pulang dan meminta para pemimpin kita untuk turun tangan langsung "."
Tak lama kemudian merekapun pergi, dan Koay Ji memandangi kepergian mereka dengan merenung. Terngiang kalimat para utusan sebelum lari pulang: "sebaiknya kita pulang dan meminta para pemimpin untuk turun tangan ?"", bukankah itu berarti dia tidak bakalan istirahat dengan tenang ?"." Bagaimana pula caranya nanti menjaga keselamatan dua orang yang tidak mengerti ilmu silat itu ?"?" pikiran ini mulai membuat Koay Ji khawatir. Dia tidak khawatir dengan keselamatan dirinya, tetapi khawatir dengan kakek dan nona cilik itu. Apalagi kakek itu masih belum sembuh benar meski memang sudah makan obatnya tadi.
Pikiran itu membuat sepanjang malam Koay Ji tidak bisa beristirahat dengan tenang. Selain memikirkan keselamatan kakek dan nona cilik itu. Bersamaan dengan itu, dia juga mulai berpikir lebih jauh tentang siapa sebenarnya kakek dan nona cilik itu dan mengapa pula mereka sampai diburu dan dikejar-kejar Utusan Pencabut Nyawa. Jika mereka manusia biasa belaka, mana mungkin mereka dijadikan target oleh kelompok manusia buas bertopeng kulit pucat itu" Pikiran-pikiran ini bergelajutan di benak Koay Ji dan terus terbawa sampai pagi hari. Ketika bangun di hari yang baru, diapun akhirnya memutuskan akan bertanya langsung kepada kakek dan nona itu. Siapa mereka dan mengapa mereka dikejar-kejar komplotan manusia itu ?"
Belum lagi dia membuka pintu kamarnya, nona cilik Kwe Giok He sudah mendahuluinya mengetuk pintu kamarnya dan begitu pintu dibuka dengan wajah senang berseri dan mata berbinar indah melaporkan:
"Lopeh ". Aku sudah dapat menghafal dan mengerjakan semua pekerjaan rumah semalam, selain itu, kong-kong keadaannya sudah jauh lebih baik. Persis seperti perkataan lopeh kemaren itu ?"."
"Baguslah He ji, nach, sekarang mari kita menengok kakekmu dan sekaligus nanti akan kuajari pelajaran yang lain lagi ".."
"Horeeee ".. baik, baik ".. mari lopeh ?""
Benar saja, begitu memasuki kamar kakek dan He ji, terlihat sang kakek sudah lebih bercahaya wajahnya tanda bahwa kesehatannya sudah jauh lebih baik. Bahkan dia sudah langsung berkata:
"Terima kasih hengte, kesehatanku berangsur membaik. Tapi sayang kami berdua kakek dan cucu kurang tahu harus berterima kasih kepada siapa ?""
"Paman, bukankah yang jauh lebih penting sekarang adalah kesehatanmu dan bukannya soal siapakah gerangan diriku" Tetapi, jika memang ingin mengenali diriku, orang-orang memanggil dan mengenalku dengan Thian Liong Koay Hiap (Pendekar Aneh Naga Langit). Mengenai diriku ?". Acccch, aku sesungguhnya berasal dan datang dari Gunung Thian Cong San. Dan engkau boleh memanggilku dengan Koay Hiap saja, karena sejujurnya, aku sendiri sungguh-sungguh tidak mengetahui namaku sejak sangat lama ?""
"Ach, baik ".. baiklah, terima kasih banyak Koay hiap ".. " kakek itu rupanya mengerti jika Koay Ji sengaja ingin merahasiakan dirinya, dan karenanya dia tidak mendesak untuk mencari tahu lebih jauh. Sedikit banyak si kakek mengenal dunia Kang Ouw dan paham bahwa banyak tokoh persilatan yang secara sengaja menutupi identitasnya dan tidak menyolok untuk mencari popularitas.
"Sudahlah ".. Paman mari aku memeriksa keadaanmu sekali lagi. Turut penglihatanku, maka keadaanmu semestinya sudah jauh lebih baik ". Dan dalam sehari kedepan kondisimu sudah kembali normal, kecuali memulihkan tenaga fisik semata ".."
Sambil berkata demikian, Koay Ji memegang nadi sang kakek dan kemudian memeriksa beberapa bagian tubuh untuk memastikan. Tetapi, berbeda dengan ketika memeriksa pada beberapa waktu lalu, sekali ini Koay Ji agak terperanjat, karena ada selintasan hawa yang luar biasa besar menyambutnya, tetapi hanya sedetik. Tetapi, hal tersebut menyentak dan mengejutkan Koay Ji dan membuatnya menjadi curiga dengan identitas si kakek tua itu. Tetapi, tentu saja dia tidak menampakkannya di wajahnya dan tetap tersenyum seperti biasanya. Dan tidak lama kemudian dia tersenyum dan berkata kepada si nona cilik Kwe Giok He:
"Nach, apa kataku He ji ".. kakekmu sekarang sudah nyaris pulih sebagaimana biasanya. Kelihatannya selain pelayananmu memang baik, kemajuanmu dalam memahami ilmu pengobatan sudah mengalami peningkatan pula ?". Kuucapkan selamat kepadamu ".."
"Acccch, semua juga karena pengajaran Lopeh ?".. He ji ikut pelajaran lopeh semata, apa yang hebat dari itu semua ?"?"
Tetapi, sekarang Koay Ji jadi semakin ingin mengenal dan mengetahui lebih jauh latar kedua orang Kakek dan Cucu yang semakin lama semakin menarik hatinya itu. Karena itu, perlahan-lahan diapun kemudian berkata:
"Paman dan engkau He ji ?". Sudah dua kali aku menjatuhkan dan mengundurkan para Pembunuh yang sepertinya diutus membunuh kalian berdua. Tetapi, nampaknya, mereka tidak akan berhenti sebelum maksud utama mereka tercapai. Aku sebenarnya heran, tetapi ada apa sebenarnya sampai mereka mengejar-ngejar kalian berdua untuk maksud menangkap dan bahkan membinasakan ?"?"
Mendengar pertanyaan Koay Ji, baik si kakek maupun Kwe He Ji si nona cilik terdiam seketika. Mereka berdua terlihat berpikir keras seperti ada yang mengganjal di kepala mereka dan teramat susah untuk dikemukakan. Giok He memandang kakeknya dengan sinar mata memohon untuk menjawab, sementara si Kakek terlihat tetap sabar meski dimata Koay Ji ada sedikit gerak gelisah. Koay Ji yang melihat semua itu menjadi cukup paham jika ada kesulitan besar yang dialami keduanya, terutama mata si nona cilik yang menjadi gelisah tadi. Dia sangat ingin mengatakan sesuatu, tetapi terlihat jelas bahwa dia gamang untuk melakukannya "..
"Acccchhhh, maafkan ".. maafkan aku tidak bermaksud untuk memaksa lopeh dan He ji untuk membicarakan hal yang terlampau sukar dikemukakan. Tidak apa-apa Lopeh dan engkau He Ji ?" tetapi, kemana aku harus mengantarkan kalian berdua agar dapat terhindar dari para pembunuh yang menakutkan itu "..?"
Ketika mengatakan kalimat tersebut, justru terlihat wajah si Kakek yang menjadi serba salah, kikuk dan tidak tahu harus mengatakan apa-apa. Dia memandangi Koay Ji dengan mata serius, sedikitpun tidak terlihat rasa takut atau jeri. Matanya menyelidik jauh kedalam seperti ingin membongkar dan menelanjangi apa yang sebenarnya ada dan terdapat dibalik mata dan keinginan Koay ji. Tetapi, dalam kagetnya, kakek itu menemukan betapa tulus dan tanpa kepentingan sinar mata Koay Ji, bahkan dia merasa seperti memandangi mata bening seorang bayi. Dan kakek itu tersentak hebat, sebab jika bukan tak berkepandaian sama sekali, maka Koay Ji mestinya berkepandaian yang sudah dalam tingkatan sempurna. Dia bingung, karena mengusir para Pembunuh berarti mestinya Koay Ji memiliki kepandaian hebat. Sebagai penolongnya, tentu dia tidak ingin membuka dan membongkar jati diri dan bahkan samara Koay Ji yang dia tahu betul penolongnya mengenakan topeng tipis yang hanya dapat diidentifikasi oleh tokoh sehebat dirinya. Berdasarkan pengalaman, kakek itu akhirnya memilih untuk mempercayai Koay Ji ?".
"Accchhhhh, meski baru bertemu tetapi harus lohu katakan bahwa lohu mempercayai Koay Hiap hengte. Hanya, persoalan yang kami kakek dan cucu sedang hadapi, adalah persoalan rumit yang secara tidak sengaja kami hadapi ?"".. seandainya kami tidak menolong seorang Bhiksu tua yang sedang sekarat, maka kami mungkin tidak akan terjerat urusan rumit dan menakutkan seperti sekarang ini ?"."
"Acchhhh, Paman ". apa sebenarnya yang terjadi ?"" Koay Ji bertanya ketika si kakek terdiam sebentar seperti sedang menimbang bagaimana menceritakan masalah mereka hingga terlibat sebegitu jauhnya. Si kakek berpikir sebentar dan kemudian berkata dengan suara yang sangat serius:
"Koay Hiap hengte, nama lohu adalah Ong Bun Kim dan bekerja sebagai guru sastra dan guru silat cucuku Kwe Giok He. Lohu sesungguhnya sedang membawa cucuku ini untuk bepergian sebagai hadiah baginya atas kemampuannya meningkatkan pelajaran sastra dan juga silat yang maju sangat pesat. Tetapi, acccccccchhhh satu saat tengah kami menikmati perjalanan di telaga Huan Yang Ou dengan sebuah perahu kecil, tiba-tiba Bhiksu tua yang sangat hebat namun terluka parah meloncat dan memintaku untuk secepatnya mendayung pergi. Bukan hanya itu, diapun membantu dengan kekuatan tenaganya yang besar selama 10 menit, dan melihat pengejarnya sudah ketinggalan, baru Bhiksu tua itu pingsan ?"."
Sampai disini Koay Ji menarik nafas panjang meski tidak mengalihkan perhatiannya dari kakek dihadapannya yang mengaku bernama Ong Bun Kim. Apalagi, karena sampai pada penjelasan "Bhiksu Tua pingsan", kakek itupun terdiam beberapa saat dan nampak berpikir keras. Entah apa yang sedang dpikirkan olehnya. Tetapi, tak berapa lama, diapun kemudian berkata:
"Koay Hiap ?" jika engkau tahu siapa Bhiksu tua itu, mungkin engkau akan sangat terkejut ".. karena ".. karena dia bukanlah tokoh sembarang tokoh ?"."
"Ong Lopeh ?".. memangnya, siapa gerangan Bhiksu tua itu ?"?" tanya Koay Jie dengan suara terdengar datar saja
"Itulah ?" justru karena Bhiksu tua yang latar belakangnya hebat itulah maka kami berdua dikejar-kejar para pembunuh itu ?""
"Achhhh, begitu rupanya. Aku jadi mulai mengerti sekarang. Tetapi, sehebat itukah latar belakang Bhiksu tua itu "..?"
"Kalau dia mengaku sebagai CIangbundjin Siauw Lim Sie, tentu saja latar belakangnya hebat, bahkan teramat sangat hebat ?""
"Apa ?"" Bhiksu itu Ciangbudjin Siauw Lim Sie yang kesohor itu ".?"
"Benar sekali ?".. memang dia ".."
"Ha ?" dimana sekarang Bhiksu tua itu ?".?" Jelas Koay Ji merasa hormat kepada pihak Siauw Lim Sie. Karena jika para Suhengnya mengetahui serba terbatas tentang keadaan Suhunya itu, maka sebaliknya, dia yang hidup selama 10 tahun dengan Suhunya, dan bahkan berdua saja, sudah mengetahui siapa sebenarnya Suhunya itu. Bahkan juga termasuk hubungan masa lampau suhunya itu dengan pihak Kuil Siauw Lim Sie di SIong San yang kesohor ke seluruh Kang Ouw itu. Bahkan, lebih dari itu, diapun bahkan menguasai beberapa Ilmu Mujijat asal Kuil Siauw Lim Sie.
"Sudah meninggal beberapa hari silam ?"?"
"Acccchhhhhhhh, sungguh luar biasa pengalaman Lopeh berdua He ji. Tapi, jika sudah meninggal, dimana mayatnya sekarang ini "..?" Koay Ji bertanya dengan nada serius sehingga membuat Kakek Ong menjadi curiga dan sedikit tertutup.
"Kami ". kami sudah memperabukannya ?". Sebagaimana pesan Bhiksu tua itu dan kelak kami harus mengantarkannya ke Kuil Siauw Lim Sie"
"Begitu juga baik ?" jika tidak akan membebani Lopeh berdua ".." suara Koay Ji kembali normal dan tidak dalam nada menuntut lebih jauh.
"Tapi jika hanya itu masalahnya, mengapa pula Lopeh sampai dikejar-kejar oleh para pembunuh yang sangat berbahaya itu ".?" Lanjut Koay Ji hati-hati setelah mereka semua terdiam beberapa saat.
Terlihat Kakek Ong berpikir keras. Dan setelah menarik nafas panjang, diapun pada akhirnya berkata dengan suara berat:
"Koay Hiap, keadaan sudah seperti ini ?".. maukah engkau membantu kami kakek dengan cucunya yang sedang diancam orang ".." dan harus kukatakan, bahwa apa yang kami hadapi akan berpengaruh kepada banyak sekali orang ?". Karena itu, lohu mesti berhati-hati menghadapinya. Bahkan meski harus kubayar dengan jiwaku sendiri sekalipun ?" tapi keadaannya memang demikian ?""
"Lopeh, apa maksudmu yang sebenarnya "..?"
"Jika lohu mengisahkan cerita seutuhnya, maukah engkau membantu kami dan dengan demikian membantu banyak sekali orang ?"?" Kakek Ong berkata sambil menatap penuh harap kearah Koay Ji
"Accchhhh, meskipun bukan seorang Pendekar besar dan kenamaan, dan bukan orang yang sangat terkenal, tetapi aku pasti akan berusaha untuk membantu siapapun yang sedang dalam kesulitan. Apalagi bagi mereka yang dengan berani memperjuangkan kebaikan bagi banyak orang ".. tanpa engkau minta lopeh, itu pasti kulakukan dengan taruhan nyawaku ini ".."
"Baiklah ".. Koay Hiap, Hendaknya engkau tahu jika Bhiksu tua yang kumaksud justru adalah Ciangbudjin Siauw Lim Sie Hoan San Hwesio. Seorang tokoh berkepandaian tinggi yang entah bagaimana dilukai orang dan bahkan menghembuskan nafas terakhir setelah meninggalkan pesan kepadaku dan kepada cucuku ?".."
"Apa ".." Ciangbudjin Siauw Lim Sie Hoat San Suheng meninggal ?" bagaimana bisa terjadi hal seperti ini ?"?" tanpa sadar Koau Ji membuka sedikit rahasia diri jika dia masih memiliki hubungan dengan Siauw Lim Sie
"Ha ".. jadi engkaupun berasal dari Siauw Lim Sie ".." Kakek Ong terkejut setengah mati sambil memandang Koay Ji.
Sadar jika secara tidak sengaja sudah membuka rahasia dirinya, Koay Ji akhirnya memandang mata Kakek Ong dan kemudian berkata:
"Ong Lopeh ".. sesungguhnya Guruku dan perguruanku masih memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Ciangbudjin Siauw Lim Sie angkatan sebelumnya, sehingga Hoat San Hwesio dengan sendirinya masih terhitung Suhengku sendiri ".. karena itu, bagaimana aku tidak terkejut mendengar warta kematiannya meskipun aku sendiri belum pernah bertemu dirinya "..?"
"Ach, jika dengan demikian Koay Hiap masih merupakan bagian dari Kuil Siauw Lim Sie sendiri ?" sungguh bagus jika memang demikian ".."
"Ong Lopeh, sesungguhnya Suhu sudah sejak lama keluar dan memisahkan diri dari Kuil Siauw Lim Sie. Tetapi meskipun demikian, beliau masih tetap memelihara rasa dan semangat Siauw Lim Sie dan meminta anak muridnya untuk terus menghormati dan ikut membantu Siauw Lim Sie ?""
Mendengar penjelasan Koay Ji, terlihat manggut-manggut seperti paham dengan apa yang dijelaskan dan dikisahkan Koay Ji. Bahkan, dia terlihat mulai lebih menghormati dan mempercayai Koay Ji.
"Koay Hiap ".. apakah jika demikian, urusan ini bisa kami harapkan bantuan dan juga dukungan penuh darimu "..?"
"Ong Lopeh, semua hal yang menyangkut urusan Siauw Lim Sie, pasti akan menjadi perhatian kami dan karena itu, akupun pasti akan turut mendukung apa yang sedang Ong Lopeh lakukan saat ini. Apalagi karena terkait dengan urusan dan kebaikan bagi kuil Siauw Lim Sie yang kami junjung tinggi. Tetapi, sungguh-sungguhkah Hoat San Suheng sudah meninggal dunia" Bagaimana pula kejadian sebenarnya dan bagaimana sampai beliau meninggal dunia "..?"
Kakek Ong terdiam sejenak, namun wajahnya jelas terlihat sangat girang. Hal yang sama juga terlihat dimata Nona cilik Giok He yang memang sudah sangat mempercayai paman yang banyak memberinya pelajaran dalam pengobatan itu. Tetapi, belum lagi Kakek Ong memberikan jawaban, tiba-tiba nyaris dalam waktu yang bersamaan, baik Kakek Ong dan Koay Ji merasa ada sesuatu yang tidak beres. Untung saja Koay Ji lebih dahulu menyadarinya sehingga tidak sempat melihat betapa sinar mata Kakek Ong berkilat sangat tajam dan awas ?"
"Hmmmm, kelihatannya mereka kembali lagi ".. dan sekali ini dengan tokoh yang lebih hebat dibandingkan dengan yang sebelumnya ?"." Koay Ji mendesis dan jelas dapat didengar dengan jelas baik oleh Kakek Ong maupun Giok He. Sementara Kakek Ong, dengan cepat menguasai dirinya dan kembali dalam peran sebelumnya ".
"Ach, benarkah demikian Koay Hiap ?"" berkata si Kakek dengan suara berlagak takut dan cemas tak terkira.
"Ach ?". Ada satu, dua, tiga orang saja yang datang. Dan kelihatannya yang datang sekali ini memiliki kepandaian yang jauh mengatasi para pembunuh yang datang dalam kesempatan sebelumnya. Kita harus berhati-hati ?".." Koay Ji berkata sambil sekilas memandang Kakek Ong dan Giok He. Tetapi, jelas dia mendengar suara "ketakutan" dalam nada suara Kakek Ong tadi, tetapi, mengapa tindak-tanduk kakek itu seperti biasa saja dan tidak terlihat ketakutan" Bahkan sinar matanyapun sangat tenang dan lebih berwibawa dibandingkan sebelumnya. Tetapi, keadaan saat itu membuat Koay Ji tidak dapat berpikir lebih jauh ?"
Apalagi karena pada saat itu, terdengar sebuah suara yang dilontarkan dari luar dan jelas dekat sekali dengan tempat mereka menginap:
"Thian Liong Koay Hiap ".. entah manusia macam apa engkau yang begitu berani melawan kami. Lebih baik jika saat ini engkau segera keluarl menemui kami untuk menerima hukuman atas tindakan lancangmu itu ".."
Suara itu mengalun kuat dan kokoh, tanda pelepasnya memiliki kemampuan yang hebat dalam iweekangnya. Tetapi, hal itu tidak mampu membuat seorang Koay Ji sampai menjadi keder dan ketakutan. Sebaliknya, dia berdiri dan kemudian memberi pesan kepada Giok He ".:
"He ji, engkau jaga kakekmu ". Jika ada sesuatu yang penting, engkau berteriak memberitahu Lopeh, maka lopeh akan berusaha untuk datang melihat apa yang terjadi dengan kalian berdua disini ?""
"Baik lopeh, He ji akan mengingatnya ?"."
Sementara Koay Ji berlalu, mata tajam Kakek Ong menyertainya dan mengamatinya. Entah bagaimana Kakek Ong merasa heran dan nyaris sulit mengerti melihat keadaan Koay Ji. Kakek Ong paham dan mengerti bahwa Koay Ji memang sangat hebat, langkah kakinya sangat ringan dan kekuatan iweekangnya dipastikannya sudah dalam tingkatan sangat tinggi. Tetapi, mengapa dia terasa seperti masih mentah dan seperti masih sangat kurang pengalamannya di dunia Kang Ouw. "Ach, ini sungguh mencurigakan ?".. benarkah dia sehebat itu ?"?" Melihat keanehan itu, Kakek Ong pun segera menyiapkan dirinya, untuk setidaknya menjaga keselamatan dirinya sendiri dan sudah tentu terutama cucunya ?"
Sementara itu Koay Ji mengerti, posisinya sangat sulit. Jika dia tidak menyambut dan menemui ketiga pendatang yang memang menyasarnya, maka mereka, komplotan pembunuh itu bisa melakukan hal yang lebih gila lagi dengan menyerang kamar itu. Tetapi, meninggalkan kakek dan cucunya itu dalam kamar, juga sama riskannya. Dalam keadaan serba salah seperti itu, akhirnya Koay Ji memutuskan sesuai dengan kebutuhan dan melihat keadaan yang dihadapinya saat itu.
Setelah meyakini bahwa hanya ketiga orang itu yang datang, maka Koay Ji kemudian memutuskan keluar untuk menemui di luar ruangan. Tetapi, ketika membuka jendela, Koay Ji hanya sempat melihat adanya bayangan tiga orang yang melesat pergi dengan kecepatan tinggi. Dan, Koay Ji yang sama sekali belum memahami siasat menarik harimau meninggalkan sarang dengan begitu mudahnya terpancing. Diapun mengejar ketiga bayangan yang sedang menuju ke luar kota dengan kecepatan yang cukup tinggi dan membuat dia kagum. Kecepatan mereka jelas-jelas jauh melampaui para pembunuh pertama dan kedua yang sudah dibuatnya keok.
Tepat di luar tembok kota, dia berhasil menyandak ketiganya. Tetapi, ketiga orang itu sendiripun memang sudah memutuskan menunggunya. Karena itu merekapun kini berhadap-hadapan muka dengan muka. Atau tepatnya, berhadap-hadapan dengan mereka semua, mereka berempat mengenakan topeng sehingga tidak mampu tahu dan menyadari wajah asli lawan masing-masing.
"Apakah kalian adalah Pemimpin Utusan Pencabut Nyawa yang menyebalkan itu?"
"Tugas kami adalah membunuh dan tidak banyak bicara ".." sambil berkata demikian si Utusan Pencabut Nyawa yang berada di sisi kiri ketika berhadapan dengan Koay Ji sudah bergerak dengan kecepatan sangat tinggi. Bukan itu saja, entah sejak kapan ditangannya sudah tergenggam sebuah belati tajam berkilat dan bahkan langsung mengancam ulu hati Koay Ji. Serangan yang sungguh cepat, tepat dan langsung mengarah tempat yang mematikan.
"Apakah kalian tahu akibat bagi kalian semua sebagaimana kusampaikan kepada kawan kawan kalian sebelumnya "..?"
Koay Ji mengingatkan sambil kedua kakinya bergerak ringan dan cepat, tanpa bergeser jauh dari tempatnya berdiri, semua serangan lawan sudah dapat dielakkannya. Setelah pertempuran pertama dan kedua, dia mulai dapat mengukur bagaimana kecepatan dan kekuatan tenaga untuk dipergunakan. Tetapi, dalam pertempuran pertama dan kedua, dia langsung mengerahkan tenaga sampai 5 bagian dan ternyata hasilnya sungguh sangat mengerikan, karena mencederai lawan secara hebat.
"Cepat ?" kawan-kawan kita mungkin sudah menyelesaikan tugas mereka disana "." Terdengar Utusan Pencabut Nyawa yang berdiri di tengah memberi aba-aba, dan pada saat bersamaan mereka bertiga kini maju mengeroyok Koay Ji. Tetapi, kalimat yang dikemukakannya sebelum menyerbu dan maju mengeroyok membuat Koay Ji tiba-tiba sadar bahwa dia termakan tipuan lawan. "Ach, jangan-jangan mereka sengaja memancingku kemari ".." pikirnya dalam hati. Karena pikiran tersebut, bersamaan dengan majunya ketiga lawan, emosi Koay Ji sudah langsung terbakar meski dapat dikendalikannya dengan baik.
Tetapi, idak demikian dengan kedua tangannya yang sudah bergerak cepat dengan pengerahan kekuatan iweekang yang cukup kuat. Diapun bergerak lebih cepat lagi dia menyambut serangan berantai ketiga lawannya itu. Dan tak lama kemudian dari arena terdengarlah suara susul menyusul "..
"Buk ".. buk ".. buk ?""
Ketiga tubuh lawannya sontak terpental ke belakang dan jatuh terlentang di tanah, habis dan musnah kepandaian mereka bertiga. Sementara Koay Ji dengan tidak perduli lagi dengan ketiga lawannya sudah bergerak cepat kembali ke penginapan. Dalam waktu singkat dia tiba kembali di kamar yang tadi ditinggalkannya, tetapi dia bernafas lega karena dia melihat Kakek Ong dan He ji dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan posisi mereka ketika dia tinggalkan tadi masih belum berubah.
"Sungguh cepat sekali engkau mengalahkan dan mengusir para Utusan Pencabut Nyawa itu Koay Hiap ?"" terdengar suara Kakek Ong yang sudah memuji dan menyambut kedatangan Koay Ji
"Ach, mereka adalah utusan tingkat bawah semata, mereka belum cukup mampu mengganggu dan merepotkanku Ong lopeh ?"?"
"Baguslah jika demikian ".. tetapi, mereka pasti akan kembali lagi selama missi mereka masih belum terlaksana ".."
"Biarlah mereka datang satu demi satu Ong Lopeh ".. tetapi, bukankah menurut pemimpin mereka yang kujatuhkan tadi, ada kawanan Utusan Pencabut Nyawa yang menyerang ke mari" Mengapa aku tidak menemukan mereka seorangpun ?"?"
"Achhhh, sama sekali lohu tidak menemukan adanya utusan yang lain Koay Hiap "." Sahut si kakek dengan suara datar
"Hmmmm, aneh jika demikian ?" tapi sudahlah ". sampai dimana penjelasan Ong Lopeh tadi mengenai kejadian dengan Hoat San Suheng ".?"
"Baiklah, mari kita lanjutkan percakapan kita Koay Hiap ?". Tetapi, engkau harus tetap waspada, karena yang akan datang berikut pasti lebih hebat dan lebih lihay dari utusan sebelumnya yang engkau jatuhkan ".. mari, lebih baik engkau duduk terlebih dahulu Koay Hiap dan kita bercakap dengan leluasa"
Koay Ji kemudian mengambil sebuah kursi dan duduk di atasnya, sementara Giok He tetap duduk dan menemani Kakek Ong di ranjangnya.
"Koay Hiap ". Tiga hari yang lalu, Hoat San Hwesio mendadak melompat masuk ke perahu kecil kami dan mengerahkan tenaganya untuk membawa perahu kami melaju seperti terbang di telaga kecil itu. Tetapi, setelah terlepas dari pengejar yang terus memburunya, diapun pingsan dengan hanya meninggalkan pesan singkat: "Lolap Hoat San Hwesio, Ciangbudjin Siauw Lim Sie baru saja terbokong lawan, tolonglah carikan tempat aman untuk lolap menyembuhkan diri ?"" ?" bisa dibayangkan kaget dan terkejutnya kami. Tetapi, demi untuk membantu tokoh besar dunia persilatan itu, maka dengan bergegas kami berdua mencari tempat tersembunyi di dalam sebuah hutan di sebelah barat telaga huan yang ou itu. Kami dapat menemukan sebuah tempat tersembunyi yang terlindung oleh semak belukar yang cukup lebat, tetapi sayang keadaan Hoat San Hwesio sudah terlampau payah. Menjelang gelap, persembunyian kami mulai didekati para penjahat itu, sementara keadaan Hoat San Hwesio sudah sangat payah. Bahkan dia sudah tak mampu mengumpulkan iweekangnya yang semakin membuyar. Dan pada akhirnya diapun kelihatan menjadi pasrah dan saat itu beliau kemudian memutuskan untuk memanggil kami berdua, Kakek dan cucu dengan suara yang semakin lemah ?"."
Kakek Ong kemudian melanjutkan kisahnya sebagaimana kejadian 3 hari yang baru sesuai dengan kejadian yang mereka alami:
"Ternyata beliau memberikan pesan-pesan terakhirnya kepada kami berdua, bahkan beliau melakukan secara terpisah. Awalnya dia meninggalkan pesan kepadaku, dengan menanyakan terlebih dahulu namaku. Mungkin karena sama sekali tidak mengenal namaku di dunia Kang Ouw, maka beliau kemudian melanjutkan pesannya, agar lohu kelak mengantarkan Kim-Pay (tanda pengenal) Ciangbudjin Siauw Lim Sie, sebuah arca budha kecil berwarna keemasan dan menyerahkannya kepada Hoat Bun Siansu untuk menggantikannya menjadi Ciangbudjin. Tidak boleh orang lain dan harus Hoat Bun Siansu ".. karena menurut Hoat San Hwesio, mestinya jabatan Ciangbudjin saat ini dipegang oleh Hoat Bun Siansu namun yang menolaknya beberapa tahun lalu. Tetapi, keadaan saat ini, dimana ada penyusup yang sedang menggerogoti Siauw Lim Sie dari dalam, sungguh sangat membahayakan dan sulit mencari tahu siapa penyusup itu. Tetapi yang pasti, penyusup itu adalah tokoh besar di Siauw Lim Sie, dia jugalah yang menjebak Hoat San Hwesio dan dikeroyok banyak tokoh di tepi telaga Huan Yang Ou. Yang paham dan tahu kepergian Ciangbudjin mengejar musuh hanya Hoat Bun Siansu dan hanya dia juga yang dapat membantu Siauw Lim Sie untuk menyelamatkan diri dari serbuan penyusup dalam kuil ?".. setelah pesan-pesan itu, Hoat San Hwesio kemudian menyerahkan kepada lohu benda ini ?". (sambil mengeluarkan kimpay arca budha mini berwarna keemasan ?". dan bahkan kemudian dia serahkan langsung kepada Koay Ji)"
Bukan main terkejutnya Koay Ji mendengar Hoat San Hwesio kena bokong orang dan bahkan Kuil Siauw Lim Sie sedang menghadapi bahaya yang tidak kecil. Karena itu, ketika Koay Ji menerima benda itu, dia masih dalam keadaan gamang namun masih ingat untuk menghormatinya terlebih dahulu, karena dia pernah mendengar arca ini dari Suhunya. Setelah itu, baru dia menerima arca mini keemasan itu, diapun mengangguk dan kemudian langsung mengembalikan lagi kepada Kakek Ong. Tetapi, kakek Ong menolak dan berkata:
"Setelah melihat sikapmu yang sangat menghormat terhadap Arca Budha mini itu, dan sangat khawatir dengan keadaan Kuil Siauw Lim Sie, maka kutahu engkau adalah orang yang sangat tepat untuk mengembalikannya kelak ke kuil Siauw Lim Sie. Apalagi, kisah selengkapnya sudah engkau ketahui ".. dan sekarang, harap Koay Hiap menyimpannya dan kita bersama menuju Siauw Lim Sie untuk mengembalikannya. Menilik pesan mendian Hoat San Hwesio bahwa Kuil Siauw Lim Sie sedang menghadapi bahaya, maka kita harus bergegas ".."
Tetapi Koay Ji setelah mengamati dan memastikan bahwa arca mini itu adalah tanda pengenal Ciangtbudjin Siauw Lim Sie, terus saja berkeras mengembalikan arca budha keemasan itu, sambil berkata dengan nada serius:
"Adalah Ong lopeh yang menerima mandate itu langsung dari Hoat San Suheng, mana berani aku mengangkanginya sekarang ini ?". Tidak, tidak, harus Ong lopeh yang terus menyimpan kimpai ini sampai diserahkan kepada yang berhak ".."
"Ach Koay Hiap, mengapa berkeras begitu rupa" Jika lohu tertangkap oleh para utusan itu bukankah keadaannya akan menjadi sangat runyam kelak ".. karena itu biarlah engkau simpan saat ini dan ketika kita tiba di Siauw Lim Sie engkau boleh kembalikan lagi kepadaku. Bagaimana, bukankah ide ini sudah cukup baik?"
Setelah menimbang sejenak akhirnya Koay Ji mengangguk sambil berkata;
"Baiklah, begitu juga baik Ang Lopeh "." sambil berkata demikian, diapun mengambil arca budha mini berwarna keemasan itu dan kemudian menyimpannya. Dia sangat hati hati memegang dan menyimpannya karena sadar bagaimana besarnya pegaruh arca mini itu bagi anak murid Siauw Lim Sie. Setelah menyimpannya, diapun kembali berkata dengan emosi yang masih mencekamnya:
"Masalah sekarang adalah, pertama bagaimana memulihkan Ong Lopeh secepatnya; Dan kemudian bagaimana berusaha untuk dapat mencapai Kuil Siauw Lim Sie baru yang terakhir bagaimana memecah masalah dan bahaya yang sedang mengancam Kuil Siwu Lim Sie di Siong San ".." demikian Koay Ji berkata yang sekali ini dalam suara yang sangat serius.
"Untuk masalah pertama yang engkau maksudkan sebetulnya sudah dapat diatasi Koay Hiap ".. karena kondisiku saat ini sudah jauh lebih baik, kecuali kondisi kebugaran fisik, yang lainnya sudah tidak berhalangan. Kita sudah dapat melanjutkan perjalanan menuju Kuil Siauw Lim Sie sekarang ini ?".."
"Ong Lopeh, apakah engkau yakin dengan kondisimu ?"" Bolehkah aku memeriksa keadaanmu sekali lagi "..?" bertanya Koay Ji dengan rasa heran dan sekaligus khawatir bagi keselamatan Kakek Ong jika berkeras berangkat hari itu juga.
"Boleh, engkau boleh memeriksaku sekali lagi Koay Hiap ?""
Koay Ji kembali mencoba memeriksa keadaan Kakek Ong untuk memastikan apakah kesehatan dan kebugarannya memang benar-benar sudah cukup memadai untuk melakukan perjalanan yang cukup melelahkan ".. Hanya beberapa saat belaka dia memeriksa keadaan Kakek Ong, dan diapun sebetulnya merasa heran karena keadaan si Kakek yang jauh lebih fit dibanding dengan dugaannya semula. Meski sangat heran, tetapi Koay Ji yang memang sebetulnya masih kurang pengalaman merasa senang dank arena itu diapun berkata:
"Hmmmm, keadaanmu di luar dugaanku Ong Lopeh, kita sudah dapat melanjutkan perjalanan setelah makan siang nanti. Biar kuberikan obat lain lagi sehingga dapat lebih memperkuat kondisi fisikmu lopeh ?""
"Hmmmm, terima kasih, baik juga jika demikian Koay Hiap ".."
Dan selanjutnya, sambil menunggu waktu makan siang tiba, Koay Ji kembali menemani He Ji sambil menurunkan beberapa pengetahuan pengobatan kepada anak itu. Sampai beberapa jam kemudian, baru terlihat tiga orang keluar dari rumah penginapan dan mengambil arah menuju ke gunung Siong San. Mereka bertiga mengambil arah yang menuju ke Kuil Siauw Lim Sie. Mereka bukan lain Koay Ji, Kakek Ong dan cucunya yang dipanggil sebagai He Ji oleh Koay Ji.
Tetapi, sejak keluar dari hotel, Koay Ji sudah tahu bahwa mereka sedang dibuntuti dan diikuti orang. Firasatnya yang tajam dan kewaspadaannya membuat dia dapat dengan mudah mengetahui bahwa ada beberapa orang yang mengawasi dan mengintai arah dan perjalanan yang mereka ambil. Terasa merepotkan sebetulnya, karena jika dia hanya berjalan sendirian, maka Koay Ji memiliki kemampuan mencapai Kuil Siauw Lim Sie dalam waktu beberapa jam saja. Tidak akan sampai setengah harian. Tetapi dengan mengawal Kakek yang baru sembuh dari sakit dan cucunya yang masih kecil, jelas akan banyak menyita waktunya. Lebih merepotkan lagi, dia masih harus melindungi kedua orang yang jelas-jelas sangat rentan diserang orang itu ". Sungguh perjalanan menuju Kuil Siauw Lim Sie yang bakal penuh dengan onak dan duri "..
Dan sebagaimana yang diperkirakannya, tidak menunggu terlalu lama halangan dan gangguan akan mereka temui. Karena begitu memasuki jalanan yang mulai sepi karena akan memasuki hutan di kaki gunung Siong San, tiba-tiba jalanan yang akan mereka tempuh sudah dalam penghadangan orang. Siapa lagi jika bukan para Utusan Pencabut Nyawa" Bahkan, jika beberapa waktu sebelumnya mereka hanya beberapa orang, sekali ini mereka datang dalam jumlah yang cukup banyak. Koay Ji tidak lagi menghitung jumlah mereka semua para penghadang itu, tetapi dipastikannya ada lebih dari 10 orang yang menghadang jalannya menuju Siong San.
"Hmmmmmmm ?". lagi-lagi kalian, rupanya pelajaran yang diterima beberapa kawan pengecut kalian sebelumnya masih belum cukup. Dan kalian kelihatannya datang untuk meminta hukuman yang sama .." dengus Koay Ji dengn suara dingin.
Tetapi, berbeda dengan kawanan Pencabut Nyawa sebelumnya yang biasanya garang, sekali ini mereka lebih tenang. Bahkan, mereka tetap diam tidak bergerak dan tidak bicara satu katapun sampai akhirnya rombongan Koay Ji berjarak hanya sekitar 3 meter dari orang terdepan Utusan Pencabut Nyawa. Kebetulan, orang terdepan para Utusan itu adalah seorang bertubuh kurus dengan tinggi umumnya orang Tionggoan. Hanya saja, karena ketenangan dan keseriusannya, Koay Ji menjadi kagum juga. Matanya menatap tajam dan membuat Koay Ji mulai mengindahkannya ketika mereka akhirnya saling tatap pada jarak dekat ?"..
"Nampaknya tokoh-tokoh utama mereka sudah mulai munculkan diri ?" demikian Koay Ji bergumam dalam hatinya. Dihatinya berpikir demikian tetapi dimulutnya Koay Ji segera berkata kepada Kakek Ong ".
"Accccchhhhh, rupanya sedang banyak orang berbaris di jalanan ini Ong Lopeh, mari kita mengambil jalan memutar saja ?".." sambil berkata demikian Koay Ji segera berpura-pura mengambil jalan memutar, meski dia tahu kawanan itu tidak akan membiarkannya melakukan itu.
Dan benar saja ?" para penghadang melengkungkan barisannya sehingga jalan menyamping yang dimaksud oleh Koay Ji juga terhalang. Tetapi, semua mereka lakukan dalam diam dan dengan kecepatan yang mengagumkan. Tidak terlihat adanya perintah dari pemimpin mereka yang tetap diam tenang atau bahkan dingin di tengah jalanan yang mestinya dilewati Koay Ji.
Kepungan itu membuat Koay Ji kembali ke jalur semula. Dan sekaligus dia menjadi paham, bahwa kemanapun mereka bertiga bergerak, maka barisan penghadang akan mencegat jalan pergi mereka bertiga itu. Karena itu, maka Koay Ji kemudian berbisik kepada Kakek Ong disampingnya:
"Ong Lopeh, mari kita adu kesabaran dengan mereka ?"." tentunya suara Koay ji tidak dimaksudkan untuk didengar lawan. Karena itu, diapun berkata dengan membuat gaya lelah dan kecapekan:
"Karena jalanan sedang ramai, lebih baik kita beristirahat dulu Ong Lopeh ".. lagian, akupun mulai merasa kelelahan ?""
Gaya dan kelakuan Koay Ji seperti itu agaknya diluar perkiraan para Utusan Pencabut Nyawa. Pemimpin mereka yang tadinya terus tenang dan diam untuk menghadirkan perbawa menakutkan dan menyeramkan, terlihat goyah. Apalagi karena Koay Ji berlagak menguap dan mencari-cari tempat untuk beristirahat ".. dan tingkahnya nampak tidak dibuat-buat. Terlihat memang benar-benar ingin beristirahat, meski mereka paham belaka bahwa itu adalah tindakan disengaja. Tetapi, siapa tidak murka dengan kelakuan Koay Ji seperti itu ?".
Ketika Koay Ji ingin beranjak untuk berteduh dibawah sebatang pohon di pinggir jalanan, meledaklah amarah pemimpin Utusan Pencabut Nyawa itu:
"Hmmmmm, sungguh berani mati engkau menghadapi kami. Apakah engkau menyangka dapat menghindar dari sergapan kami ?"?"
"Oooooh, engkau bisa bicara juga rupanya ya ?" hahahahaha, kupikir engkau akan terus menjaga tingkahmu yang pura-pura menyeramkan itu. Harus engkau tahu, begitu engkau bergerak menyerangku, siapapun mereka, termasuk engkau, kujamin akan pergi dari tempat ini dengan kehilangan segenap kepandaianmu. Mereka yang tahu diri boleh pergi dengan tidak kurang satu apapun ?". Kuperingatkan kalian sekali lagi "." Koay Ji sekali ini berkata dengan suara serius, berwibawa dan mendatangkan rasa segan yang mendalam di kalangan para penghadang itu.
"Hmmmmm, mangsa yang mendekati liar kubur tetapi tetap sangat berani dan seperti anjing yang ingin menggigit sebelum dijagal ?"." Sampai menggigil pemimpin Utusan itu mendengar ancaman maut dari Koay Ji
"Boleh engkau coba jika memang berani. Sekali lagi kuingatkan, seketika aku bergerak, mereka yang menyerangku akan tertimpa bencana ?" maka berpikirlah berkali-kali sebelum keluar menyerangku atau kakek dan cucunya ini ?"" sekali ini, berbeda dengan sebelumnya, Koay Ji berkata dengan nada berbeda. Berbeda dengan pembawaannya yang tenang dan berwajah bagai bayi, sekali ini dia berkata penuh wibawa dan dengan wajah dan terutama sinar mata berkilat penuh cahaya mujijat. Penampilanya sontak membuat lawan menjadi bergidig entah mengapa.
"Sayap timur keluar menyerang ?"" untuk mengatasi kejerihan dirinya sendiri dan terutama anak buahnya, sang pemimpin akhirnya bersuara dengan suara bentakan yang penuh nada dan wibawa yang hebat. Serentak dengan itu, 3 orang dari sisi timur terlihat bergerak dan langsung menyerang Koay Ji dengan kecepatan yang sangat hebat dan dengan kekuatan luar biasa. Kakek Ong dan He Ji terlihat jerih dan sedikit ketakutan, tetapi Koay Ji hanya tersenyum kecil.
Pukulan ketiga orang itu sudah menerpa datang dengan kekuatan dan kecepatan yang sangat mengagumkan. Tetapi Koay Ji terlihat tenang, penuh percaya diri dan mulut menampakkan senyum tipis dan samar. Dan ketika serangan itu nyaris mengenai tubuhnya, barulah tiba-tiba dia membentak dan kemudian menggerakkan kakinya menghindar. Gerakannya terasa aneh, tak terlacak lawan-lawannya, tetapi seketika tubuhnya menghilang dan bahkan terdengar bentakannya:
"Lancang ?". terimalah hukuman kalian ?""
Belum habis suara bentakannya, tiba-tiba lengannya bergerak ringan kearah ketiga lawannya. Dan segera terdengar suara jeritan menyayatkan hati:
"Accccccchhhhh ?" acccchhhhhhhhhh ".. accchhhhhhhh "."
Bersamaan dengan itu, ketiga teriakan atau jeritan tadi disusul dengan suara gedebukan, ketiga tubuh mereka bertiga jatuh menimpa bumi bagaikan benda berat yang jatuh menimpa bumi dengan keras. Dan Koay Ji yang sudah berhenti bergerak segera berkata dengan suara tawar:
"Aku hanya memunahkan kepandaian mereka bertiga ?"". Belum sampai hati mengambil nyawa mereka ?" silahkan yang lain jika masih belum puas ".."
Tidak ada jawaban, kecuali bentakan si pemimpin Utusan Pencabut Nyawa:
"Sayap Barat dan Bagian Tengah ". Kalian maju dan kemudian serang dengan senjata namun tetaplah menjaga jarak darinya. Dia sesungguhnya memang sangat telengas dan sangat berbahaya bagi kita semua ?"."
Dan enam orang Utusan Pencabut Nyawapun bergerak menyusul perintah suara sang pemimpin. Tetapi mereka tidak bergerak mendekat dan menyerang Koay Ji dengan ilmu pukulan. Hal ini terlihat dengan lengan mereka bergerak masuk kedalam saku mereka masing-masing terlebih dahulu dan kemudian merekapun bergerak berpencar. Posisi tersebut membuat Koay Ji berada di tengah bersama dengan Kakek Ong dan He Ji, berada dalam kurungan lawan. Jelas Koay Ji tidak takut dengan bentuk apapun serangan lawan yang banyak itu, tetapi dia harus memperhitungkan juga keselamatan kakek dan cucunya yang berada dalam pengawasannya. Meski begitu, Koay Ji tidak nampak panik ataupun ketakutan dengan keadaan mereka. Sebaliknya, dia tetap tenang dan awas dengan keadaan sekitarnya.
Tiba-tiba salah seorang dari keenam Utusan Pencabut Nyawa menggerakkan lengan dan kemudian bergerak cepat yang diikuti teman-temannya. Gerakan tangannya tadi rupanya adalah isyarat. Tetapi bukan sembarang isyarat, karena bersamaan 5 sinar berkilat meluncur dari lengannya. Senjata Rahasia. Dan memang benar, dia melepas senjata rahasia dan kemudian berlari mengitari Koay Ji dan Kakek Ong serta He Ji dalam lingkaran. Bukan hanya itu, selepas Koay Ji melibas kelima senjata rahasia yang dilepas tadi, dalam waktu sedetik, keenam manusia pencabut nyawa itu mengayunkan lengan mereka secara bersamaan. Dan luar biasa, puluhan sinar senjata rahasia jarum berkilat Nampak mengarah ke tengah lingkaran dengan sebagian besar mengarah Koay Ji dan sebagian kecil mengarah Kakek Ong dan He Ji.
Tetapi hebatnya, Koay Ji tidak menjadi gentar dan gugup. Dia tetap tenang namun wajahnya berubah gelap karena merasa penasaran mengapa ikut menyerang Kakek Ong dan terutama He Ji yang masih kanak-kanak" Ini yang membuat Koay Ji menjadi marah. Meskipun tidak secara otomatis membuatnya bertangan kejam. Dia tahu, saat itu dia mesti memunahkan dan menghapus bahaya yang datang dari senjata rahasia lawan. Tetapi, belum lagi dia bergerak. Tiba-tiba keenam manusia itu sudah menghentak lengan satunya lagi dan menyusul puluhan senjata jarum mengarah ke tengah dalam formasi berbeda dengan gelombang pertama. Keadaan itu membuat si pemimpin tersenyum tipis.
Tetapi senyum tipis itu hanya sebentar. Karena tiba-tiba dia melihat Koay Ji menggerak gerakkan kedua lengannya dan kemudian menggeser langkah kakinya tiga kali kekiri dan kekanan. Bersamaan dengan itu, pusaran tenaga tak terlihat mengelilingi bagian tengah arena, pusaran tenaga itu bukan main hebatnya. Sinar-sinar senjata rahasia yang berjumpah puluhan itu tiba-tiba ikut tersapu pusaran tenaga tak nampak, baik serangan gelombang pertama maupun gelombang kedua dan kemudian pusaran tenaga itu diarahkan Koay Ji keatas namun menyamping.
Bersamaan dengan dilontarkannya senjata rahasia yang berjumlah puluhan itu, tiba-tiba Koay Ji menggerakkan kedua lengannya sambil menghitung:
"Satu, dua, tiga, empat, lima dan enam ?". nach ". Itu hukuman buat kalian"
Setiap kali dia menyebut angka, setiap kali sesosok tubuh terdorong dan kemudian terjengkang ke belakang. Dan dalam hitungan kurang dari 10 detik, keenam tokoh yang mengeroyoknya dengan senjata rahasia sudah terjengkang ke belakang dengan semua kepandaian mereka musnah. Tubuh mereka tergolek tak berdaya setelah menerima totokan istimewa dalam jarak yang cukup jauh dari Koay Ji. Pemandangan itu membuat banyak orang terkesiap ?"..
Pameran kemampuan istimewa ini membuat bukan hanya si Pemimpin utusan pencabut Nyawa terbelalak, tetapi bahkanpun Kakek Ong ternganga tidak percaya. Karena dia sangat khawatir dengan keadaan mereka barusan. Tetapi, ternyata dengan sangat mudahnya, Koay Ji memunahkan serangan keenam lawan mereka dan bahkan kemudian menotok mereka lumpuh dan sekaligus juga memunahkan kepandaian lawan lawan tersebut. Sungguh susah dibayangkan kemampuan yang dimiliki Koay Ji. Kakek Ong memandang Koay Ji takjub sekaligus juga terkesima. "Benar-benar sehebat itukah kemampuan tokoh bernama Koay Hiap ini ?".?"
"Engkau ". engkau ".. Ilmu siluman apa yang engkau gunakan melawan mereka ?"" gagap dan terkejut si pemimpin Utusan Pencabut Nyawa. Dia sungguh tak menyangka jika Koay Ji dengan mudah menghadapi dan meruntuhkan Barisan 6 Senjata Rahasia yang diandalkannya untuk menumbangkan Koay Ji.
"Hmmmm, masih ada permainan apalagi yang ingin engkau sajikan "..?" atau, apakah engkau sudah merasa cukup dan lebih baik membiarkan kami melanjutkan perjalanan menuju Kuil Siauw Lim Sie "..?"
"Engkau terlalu sombong ". Apakah engkau kira tidak ada lagi orang yang sanggup mengalahkan dan menaklukkanmu "..?"
"Tentu saja banyak yang mampu, tetapi untuk Utusan Penyebar Maut seperti kalian, kupastikan akan kubasmi karena melukai orang-orang tak berdosa ". Lebih baik engkau segera menyingkir sebelum timbul niatku untuk membuatmu sama dengan anak buahmu yang lain itu ?""
"Hahahahahahahaha ".. sungguh sombong, sungguh sombong. Apakah engkau kira aku takut dengan kemampuanmu itu ?"?"
"Apakah tidak ?"?"
"Baik, mari kuperlihatkan jika aku tidak takut ?"."
Sambil berkata demikian, dengan cepat dan mantap, tokoh bertopeng yang berbadan kurus itu segera merangsek maju. Langkah kakinya cepat dan kokoh, jauh berbeda dengan teman-temannya yang sudah dijatuhkan Koay Ji. Bukan hanya itu, tenaga lengan dan jari tokoh itu bertenaga mendebarkan dan membuat Koay Ji berdebar karena sekali ini bertemu tokoh hebat. Karena lawannya yang cukup kuat itu, terlebih menggunakan ilmu yang dikenalnya, membuat Koay Ji tidak menurunkan tangan kejam atas tokoh bertopeng yang hebat itu.
"Hmmmm, engkau memang cukup hebat ?""
Koay Ji bergumam kagum sambil menggerakkan kakinya. Dengan sangat mudah dia menghindar dan mengelak dari serangan tangan tokoh itu dan membuatnya berdebar karena mengenali gerak-gerik lawan yang sangat kental dari Perguruan SIAUW LIM SIE. "Siapa dia gerangan "." pikir Koay Ji bingung. Tetapi, tanda tanya itu menguap ketika lawannya menyerang hebat dengan ilmu mujijat yang dikenalnya TAM CI SIN THONG dan membuatnya terkejut. Mereka yang menguasai Ilmu ini, mestinya adalah tokoh utama dari Kuil Siauw Lim Sie ?" jika demikian, siapa gerangan tokoh yang menjadi pemimpin para Utusan Penyebar Maut ini ".."
Tetapi, dalam kagetnya, Koay Ji merasa heran karena beberapa serangan hebat yang dilakukan lawan, mendadak pada puncak kehebatannya tidak dilanjutkan. Dan berganti dengan jurus lain yang lebih lunak dan mudah dipunahkan. Padahal, bukannya Koay Ji tak mampu menghadapinya. Sama sekali bukan. Tetapi, apa gerangan maksud lawan melunakkan serangan" Adakah sesuatu yang dimaksud lawannya itu ?"" Jika hanya sekali atau dua kali, masih dapat diterima akal, tetapi dilakukan berkali-kali, maka Koay Ji mulai paham. Bahwa lawannya bermaksud mengiriminya isyarat bahwa dia bukanlah musuh. Tetapi, sikap galak yang dipertunjukkan lawan tidak berkurang. Hal ini membuat Koay Ji merasa bahwa lawan memiliki kesulitan sendiri dan tentunya kurang mampu untuk menyampaikannya keluar, karena masih ada 3 orang lain di belakangnya.
Gerakan-gerakan mereka, hanya dapat dipahami orang yang memahami dengan baik Tam Ci Sin Thong, dan kebetulan Koay Ji juga memahami Ilmu itu dengan sangat baik. Karena itu, dia dapat memahami ada kesulitan yang dialami lawannya yang nampaknya berasal dari Kuil Siauw Lim Sie. Karena pemahaman itu, maka Koay Ji memutuskan untuk tidak menurunkan tangan kejam atas tokoh yang satu ini. Tetapi, tiba-tiba angin serangan lain menuju kearahnya.
Rupanya saat itu, salah seorang lawan yang masih bebas memutuskan membantu si tokoh Siauw Lim Sie yang tadinya datang sebagai pemimpin rombongan. Dan dengan demikian, masih tersisa 2 orang lain yang masih tetap belum turun ke arena. Begitu memasuki arena, Koay Ji dengan cepat mengerti bahwa tokoh yang datang memiliki kepandaian tidak dibawah tokoh yang disangkanya pemimpin para Utusan Pencabut Nyawa ini. Bahkan, karena tokoh belakangan sangat terasa begitu bernafsu guna menangkap dan membunuh Koay Ji, dank arena itu, nyaris semua serangannya justru jauh lebih hebat dan mematikan. Selain tentunya terasa lebih bertenaga dan lebih mengancam dan menyudutkan Koay Ji.
Untungnya Koay Ji cukup pintar. Jika dia menjatuhkan lawan secepatnya, maka pasti lawan pertamanya yang diduganya dari Siauw Lim Sie akan dicurigai. Karena itu, dia melakukan perlawanan dengan tenaga dan kepandaian terukur. Dia bahkan memberi diri diserbu keduanya dengan hanya mengandalkan langkah ajaib yang membuatnya susah disentuh lawan. Kemampuan dalam Ilmu Langkah Thian Liong pat pian- atau "Naga langit berubah delapan kali", boleh dikata sudah sempurna dan menyatu dengan hatinya. Dengan santai dia bergerak kekiri, kekanan, mendekat, menjauh, atau bahkan memutari tubuh si penyerang sehingga membuat penyerangnya menjadi sangat penasaran. Dengan ilmu mujijatnya itu, meski lawan terus menyerang, tetapi keduanya tetap saja tidak mampu menyentuh tubuh Koay Ji meski beberapa kali mereka merasa sudah nyaris dalam genggaman.
Tetapi rupanya, tokoh yang tadinya masih menonton justru masih lebih hebat lagi. Kedua tokoh yang tadi masih belum maju, saling pandang dan saling mengangguk. Seperti isyarat bagi mereka berdua. Kelihatannya keduanya cukup sadar bahwa Koay Ji bukanlah lawan sembarangan dan untuk alasan itu maka keduanya sampai harus turun tangan langsung. Setelah saling mengangguk, salah seorang dari keduanya, yakni tokoh yang lebih kecil namun berbadan tambun dan gemuk maju selangkah dan kemudian berseru dengan suara berat:
"Coba engkau sambut seranganku ini ?".."
Terdengar suara mencicit mengiringi angin serangan tokoh yang satu ini. Hal yang cukup membuat Koay Ji meningkatkan kewaspadaannya. Tetapi, meskipun demikian, Koay Ji tidak merasa ciut, tawar hati atau apalagi ketakutan. Karena semakin dicecar, semakin mampu dia mengukur diri dan perlahan-lahan menggunakan ilmu-ilmu hebat yang terpendam dalam dirinya. Dengan percaya diri dia menggunakan unsur MENOLAK dari kekuatan iweekangnya sambil kemudian memainkan Sam In Ciang (Tiga Tinju Rahasia). Suhu Koay Ji sendiri bisa heran melihat bagaimana Koay Ji memainkan Tinju Rahasia ini dengan demikian sempurnanya. Menjadi lebih penuh variasi, penuh tenaga, namun juga dapat luwes, penuh variasi dan mampu mencecar lawan dengan demikian hebatnya.
Ketika lawan menyerangnya dengan pukulan hebat, kombinasi dua ilmu hebat tersebut segera dikeluarkan Koay Ji, dan hebat akibatnya:
"Dukkkkkkk ?".."
Akibat benturan tersebut tokoh bertubuh tambun itu terlontar ke belakang dengan meski masih mampu menjaga tetap berdiri, tetapi dia terhuyung-huyung sampai 8 langkah. Hal ini mengagetkan semua pihak, termasuk kedua lawan pertama yang masih tetap mengeroyoknya. Tidak mereka sangka jika sebenarnya Koay Ji masih menyimpan banyak kekuatan dan kemujijatan dalam dirinya. Meski sebenarnya ada beberapa alasan mengapa Koay Ji bersikap seperti itu.
Pertama, dia masih memberi angin kepada tokoh yang disangkanya berasal dari Siauw Lim Sie dan banyak memberinya peluang meski sebenarnya tidak perlu. Tetapi, perasaan hatinya mengatakan bahwa tokoh itu ingin mengatakan "sesuatu" kepada dirinya. Karena itu, Koay Ji sengaja menahan diri dan membatasi tenaga dan kemampuannya dalam menyerang. Itu juga sebabnya, meski dikeroyok dua orang tokoh hebat, Koay Ji tetap mampu bertahan dan mampu membuat dirinya tidak terlihat terdesak oleh serangan lawan-lawannya.
Kedua, Koay Ji merasa saat itu tepat baginya untuk berlatih secara langsung dalam sebuah pertarungan sesungguhnya. Apalagi, kedua lawannya terhitung tokoh lihay dan membuatnya harus mengerahkan ilmu-ilmu hebatnya untuk menahan serangan mereka. Berkali-kali dia mengamati serangan dan ilmu lawan, dan dia merasa kedua lawannya, terakhir menjadi tiga, terasa lamban dan kurang bertenaga. Meskipun disbanding lawan-lawan sebelumnya, mereka bertiga, terutama tokoh terakhir, memiliki kekuatan yang cukup mengagumkannya.
Ketiga, Koay Ji mulai merasa curiga dengan urusan yang dia sudah terlanjur ikut campur ini. Dia ingin mengetahui ada apa sebenarnya. Meski masih muda, tetapi Koay Ji cukup cerdik dan pintar. Menyadari semakin lama semakin hebat lawan yang datang mencari Kakek Ong dan cucunya He Ji, membuatnya penasaran. Mengapa mereka dicegat dan mengapa Kakek Ong dan He Ji harus ditangkap atau dibinasakan" Mesti ada sesuatu yang penting dibalik semuanya.
Tetapi, penggunaan Sam In Ciang yang baru pertama kali digunakannya, membuat jejak Koay Ji menjadi konangan. Semua lawannya sadar bahwa Koay Ji selama ini ternyata belum mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kemampuannya mementalkan lawan terakhir hingga 8 langkah ke belakang menyadarkan semua musuhnya bahwa Koay Ji memang lawan berat. Dan karena itu, dia memancing tokoh terakhir untuk ikut turun tangan. Tetapi, tokoh yang satu ini cukup cerdik. Dia tidak menyerang langsung kearah Koay Ji, tetapi dengan cerdik mengarah Kakek Ong dan He Ji.
Apalagi, tokoh terakhir itu ternyata memiliki kepandaian paling tinggi diantara semua penghadang Koay Ji. Repotnya, Koay Ji sendiri sedang dikerubuti oleh 3 orang tokoh kuat, bahkan secara bersamaan mereka bertiga menyerang Koay Ji dengan ilmu-ilmu aneh dan hebat. Jelas maksud mereka memberi ruang dan waktu yang cukup bagi kawan mereka untuk menyelesaikan Kakek Ong dan He Ji. Koay Ji juga paham dengan strategi tersebut. Melihat serangan kearah Kakek Ong dia terkesiap. "Bahkan masih lebih hebat dari lawan-lawan yang mengeroyokku "." demikian batin Koay Ji kesal karena jelas dia sudah terlambat sepersekian detik untuk memberi pertolongan.
Keadaan itu membuat Koay Ji murka ".. jika sebelumnya dia seperti sedang berlatih dan mendikte ketiga lawannya, sekali ini dia mengerahkan ilmu andalannya yang selama ini digunakannya menghukum lawan-lawannya, yakni Ci Liong Ciu hoat atau "Ilmu Mengekang Naga" (Ilmu Totok mujijat). Ilmu yang dipelajarinya sejak masa kecil dari sebuah Kitab Aneh, sudah dikuasainya dan dijiwainya, karena selain berguna sebagai Ilmu Totok, juga bermanfaat besar bagi ilmu pengobatannya. Tetapi, kini dengan penuh emosi, dia mengerahkan ilmu mujijat ini sambil berteriak:
"Kurang ajar ".. terimalah hukuman kalian ?".."
Ada beberapa kejadian yang secara bersamaan terjadi dalam selang waktu yang hanya sepersekian detik. Yang pertama adalah rubuhnya 3 lawan Koay Ji secara berturut turut diiringi dengan dengusan rendah dari ketiga orang itu, kecuali tokoh yang diduga dari Siauw Lim Sie oleh Koay Ji yang dibuatnya langsung pingsan. Tetapi, kedua tokoh lainnya dia sudah menurunkan tangan kejam, yakni memunahkan kepandaian mereka dan menotok jalan darah utama dan membuat mereka tak mungkin lagi berlatih silat. Tetapi, pada saat bersamaan, tokoh hebat yang menyerang Kakek Ong dan He Ji tadi, juga terpukul dan terpental jauh dan dari mulutnya mengalir darah segar tanda dia terluka dalam yang sangat parah.
Tetapi Koay Ji masih sempat menangkap bayangan berwarna putih yang berkelabat pergi. Jelas bayangan tubuh seorang gadis. Dia terpana karena gerakannya sungguh cepat layaknya terbang. Bahkan dia sendiri ragu apakah mampu menyusul bayangan yang membantu dirinya dengan melindungi Kakek Ong dan He Ji:
"Terima kasih atas bantuan Kouwnio ?"" ucapnya datar namun serius dengan dorongan tenaga dan kekuatan mujijatnya ?" tetapi tiada terdengar sahutan sedikitpun, karena bayangan putih itu memang sudah pergi demikian jauhnya. Meski demikian, Koay Ji yakin bahwa tokoh yang membantunya tadi pasti mendengarkan ucapan terima kasih yang dilontarkannya dengan kekuatan hebat tadi.
Sementara itu, hampir semua lawan Koay Ji sudah perlahan-lahan menjauh dengan tertatih-tatih karena kehilangan kemampuannya. Kecuali tokoh utama mereka yang sudah pergi terlebih dahulu dengan membawa luka yang sangat parah dan tokoh yang diduga dari Siauw Lim Sie oleh Koay Ji. Melihat semua lawan sudah berlalu, perlahan-lahan dia mendekati tokoh yang ditotoknya pingsan itu. Dan selanjutnya dia menutuk di beberapa tempat untuk menyadarkan kembali orang yang dicurigainya itu. Dan begitu sadarkan diri, dengan segera dia berkata:
"Tayhiap, terima kasih atas pengertianmu " tapi ".. tapi ". kumohon pertolonganmu sekali lagi. Kuil Siauw Lim Sie sekali ini menghadapi cobaan yang sangat mengerikan. Mendiang Ciangbudjin berpesan sebelum pergi ".. hanya ada satu atau dua orang yang sanggup menyelamatkan Siauw Lim Sie sekali ini ".. hanya Bu In Hwesio atau seorang Sutenya yang mampu untuk saat ini. Tolonglah engkau mencari tokoh itu yang bersembunyi entah dimana ".. Ciangbudjin sebelum pergi hanya berpesan satu kalimat saja untuk disampaikan kepada Bu In Hwesio ?" hanya sebuah kalimat pendek "SUDAH SAATNYA ?".". Tolonglah tayhiap, aku sendiri sudah keracunan hebat. Tolonglah Kuil Siauw Lim Sie ?".." dan setelah mengucapkan kalimat-kalimat itu, orang itupun melepaskan nyawanya karena rupanya racun yang jahat sudah mengeram lama dalam tubuhnya. Bahkan Koay Ji yang coba untuk membantunya sama sekali tidak berdaya.
Tetapi, kalimat-kalimat yang disampaikan tokoh yang tidak dikenalnya itu membuatnya tersentak. Masih terngiang di telinganya petuah terkahir Suhunya:
"Muridku, dalam keadaan apapun, jangan lagi mengganggu Suhumu ini. Engkau berhak untuk bertindak atas nama Suhumu jika sangat diperlukan ?" dan ingat, semua hal yang berkaitan dengan keselamatan Kuil Siauw Lim Sie adalah urusanmu juga, jangan pernah melupakannya, karena Suhumu sesungguhnya berasal dari sana ?""
"Belum lama mengembara, justru sudah harus mengerjakan amanat SUHU "." Koay Ji berkata dalam hatinya. Dia sudah memutuskan, karena memang sabda Suhunya adalah sesuatu yang wajib dikerjakannya.
"Baiklah Suhu ?". Siapapun engkau, biarlah engkau mengetahui bahwa apa yang engkau sampaikan pasti akan kukerjakan ?""
Setelah berkata demikian Koay Ji membuka kerudung wajah tokoh itu. Benar saja, dia seorang Pendeta Budha, tetapi wajahnya sudah mulai menghitam sementara kepala gundulnya masih tetap terlihat jelas.
"Racun yang sangat jahat ?"" sambil berkata demikian Koay Ji menutup kembali kerudung itu dan kemudian bekerja menggali liang untuk memakamkan Pendeta Siauw Lim Sie yang sungguh malang itu.
Tetapi, baru saja Koay Ji selesai menguburkan jasad Pendeta Siauw Lim Sie yang malang itu, tiba-tiba terdengar suara mengalun dengan wibawa luar biasa:
"Amitabha ,,,,,,,,, "
Dan tak lama kemudian sudah berdiri 5 orang Pendeta Budha lainnya yang terus menerus memandang Koay Ji dengan pandangan penuh pertanyaan. Mereka tidak sedikitpun melirik kearah Kakek Ong dan cucu perempuannya yang berdiri kaget dan bengong dengan kemunculan mereka yang secara tiba-tiba itu.
"Amitabha ".. engkaukah yang bernama Thian Liong Koay Hiap "..?" bertanya salah seorang dari kelima Pendeta Tua yang baru tiba itu. Kelihatannya dia yang bertindak sebagai juru bicara bagi keempat Pendeta lain yang lebih tua lagi "
"Benar ?".. orang menyebutku dengan panggilan tersebut ?""
"Amitabha ?". Bisakah kami mengetahui nama saudara yang mulia "..?" kembali Pendeta Siauw Lim Sie itu bertanya sambil menatap tajam wajah Koay Ji
"Maaf ?" maaf, bahkan aku sendiri memang tidak mengetahui namaku yang sebenarnya, karena itu maaf jika tidak dapat memberitahu Lo suhu ?""
"Amitabha ?". siancay ?" siancay ".. satu pertanyaan lagi Sicu ".. benarkah Hui San Sutit meninggal di tanganmu ?"?"
Kagetlah Koay Ji mendengar pertanyaan itu. Jika dia sampai keliru menjawab pertanyaan itu, maka bisa dia pastikan permusuhan dengan pihak Kuil Siauw Lim Sie bakal sangat sulit untuk dibersihkan. Tetapi, karena merasa tidak membunuh, maka dengan nada pasti dia berkata:
"Bukan aku yang melakukannya Lo Suhu ?"."
"Amitabha, jika bukan Sicu, habis siapa lagi yang bisa membinasakannya "..?"
"Sesungguhnya dia binasa karena racun jahat Lo suhu ?"."
"Amitabha ".. benarkah demikian "."
"Tidak salah lagi, karena wajahnya menghitam dan mulai membusuk ketika aku mencoba membuka kerudungnya ?".. sayang sekali setelah meninggalkan pesan, Suhu itupun akhirnya meninggal ".."
"Amitabha ?".. bolehkah kami mengetahui apa gerangan isi pesan mendiang sutit kepadamu Koay Hiap Sicu "..?"
Koay Ji terlihat sedikit berubah wajahnya, tetapi hanya seketika. Nalurinya membisiki untuk bekerja sesuai situasi, namun untuk saat itu, sebaiknya tidak semua informasi yang dimilikinya dibuka ke pihak luar ". Karena berpikir demikian, maka Koay Ji kemudian menggeleng dan berkata:
"Lo Suhu, aku akan sangat bersedia mengatakannya kepada Ciangbudjin atau Pejabat Ciangbudjin Siauw Lim Sie saat ini, karena sangat pentingnya informasi tersebut. Hanya saja, ada satu hal yang juga sangat penting dan dapat kuberitahukan, yakni Suhu itu meminta pertolonganku karena menurutnya Siauw Lim Sie sedang dalam ancaman yang sangat berbahaya ?"."
"Amitabha ?". sungguh ceroboh mendiang sutit jika memang demikian ?".."
"Tapi, bisa jadi Losuhu yang ceroboh. Kuil Siauw Lim Sie dewasa ini dalam keadaan yang sangat berbahaya, tetapi Losuhu malah mencurigai kami yang berusaha untuk memberi bantuan dan pertolongan ?"."
"Amitabha ?".. kalian tidak akan sanggup ?""
"Cepat, tangkap mereka ?"."
Terdengar suara bentakan yang entah berasal darimana. Bentakan tersebut membuat Pendeta yang sedang adu percakapan dengan Koay Ji tersentak dan nampaknya berada dalam situasi sulit antara melakukan perintah tadi atau tidak. Bukannya bodoh, Koay Ji dapat melihat keanehan tersebut dengan jelas dan apalagi karena keempat Pendeta Tua di belakangnya juga menunjukkan gelagat yang sama. Seperti enggan mengikuti perintah lewat bentakan tadi, tetapi tetap saja mereka melakukannya. "Pasti ada sebab yang membuat mereka dalam keadaan sulit seperti itu ".." pikir Koay Ji. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, Pendeta Tua yang paling tinggi diantara mereka berlima justru melakukan perintah dengan senang hati.
Diantara kelima Pendeta Siauw Lim Sie itu, ada dua yang terlihat sudah cukup tua, mungkin sudah sekitar 60 tahunan usia mereka atau bahkan lebih. Mereka adalah adik seperguruan Ciangbudjin Siauw Lim Sie saat ini, yakni Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio. Sementara ketiga Pendeta lainnya rata-rata berusia cukup tinggi, di atas 50 tahunan dan bernama Hong San Hwesio, Hong Keng Hwesio dan Hong It Hwesio. Pendeta angkatan HOAT adalah angkatan Ciangbudjin dewasa ini, dan Angkatan HONG adalah angkatan dibawah mereka. Karena itu, kelima orang itu rata-rata adalah tokoh-tokoh utama Siauw Lim Sie dewasa ini dan merupakan tulang punggung Kuil Siauw Lim Sie. Tokoh yang paling semangat untuk segera menjatuhkan Koay Ji adalah Hong It Hwesio, Pendeta berbadan tinggi besar dan memang berangasan.
Mendengar bentakan itu, Hong San Hwesio yang tadi menjadi juru bicara segera melirik Hong Keng Hwesio disampingnya dan memberinya tanda untuk maju. Dan dengan gagah sambil tidak lupa mengingatkan lawan:
"Sicu, mari kita mulai ?"."
Segera dia menyerang Koay Ji dengan pukulan-pukulan berat dari Lo Han Kun Hoat. Sebuah ilmu pukulan hebat dari Kuil Siauw Lim Sie. Tetapi, mana dapat pukulan itu merepotkan Koay Ji yang bahkan menguasai beberapa Ilmu Mujijat asal Siauw Lim Sie" Dengan tenang, ringan dan gesit dia menghindar dan sesekali mendorong lengan lawan yang mengancam beberapa bagian tubuhnya. Sekilas, terlihat Koay Ji seperti sedang didesak habis oleh lawannya. Tetapi Hong Keng Hwesio dan terutama dua pendeta Siauw Lim Sie yang sudah tua itu, langsung tahu apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Gerakan-gerakan Koay Ji sangat sederhana, tetapi dengan tepat dan cepat memotong dan memunahkan semua serangan Hong Keng Hwesio.
Tetapi, kedua Pendeta tua itu semakin takjub, karena Koay Ji dalam beberapa gerakan seperti sedang mempertunjukkan kepada mereka kemahirannya akan ilmu-ilmu pusaka Siauw Lim Sie. Dan memang, Koay Ji sengaja melakukannya dengan maksud-maksud tertentu. Semacam sedang mengirimkan isyarat. Dan, Hong Keng Hwesio sudah tentu mengerti dan tahu dengan gerakan-gerakan mujijat yang hanya dapat dilakukan Pendeta angkatan HOAT atau bahkan angkatan diatasnya. Gerakan-gerakan Koay Ji terlampau ampuh dan hebat, mestinya datang dari pemahaman dan ajaran tokoh tingkat tinggi dari Kuil Siauw Lim Sie. Jika demikian, siapa sebenarnya tokoh yang menyebut dirinya sebagai THIAN LIONG KOAY HIAP ini"
Mendadak terdengar seruan Hong It Hwesio:
"Sute, biar kumembantumu ?"?"
Sambil berkata demikian, Hong It Hwesio sudah menerjang masuk kedalam lingkaran pertempuran hebat itu. Dengan cepat, lebih keras, ganas dan cepat, Hong It Hwesio sudah menerjang KOay Ji dengan menggunakan Ilmu-Ilmu yang meniru gerakan binatang. Yakni Houw Sin Kun Hoat dan Pek Ho Kun Hoat, yakni kedua macam Ilmu Tangan Kosong khas Siauw Lim Sie. Kedua lengannya sesekali membentuk cakar harimau dan sesekali berbentuk patuk seekor burung bangau. Tetapi, angin serangan yang dikerahkannya sungguh berbahaya, tidak kurang dengan sengatan tangannya sendiri, karena dia memang tokoh yang mengandalkan kekuatan iweekang.
Tetapi, meskipun demikian, Koay Ji tetap tidak terlihat terdesak. Dengan manis dan tepat dia mengantisipasi dan mementahkan semua serangan Hong It Hwesio dan Hong Keng Hwesio. Justru kedua Pendeta Tua, Angkatan Hoat terlihat semakin tertarik dan semakin terpikat. "Amitabha ". tidak salah, Sicu itu pastilah anak keturunan tokoh besar Siauw Lim Sie ?"." Begitu tebak mereka. Tetapi, mereka tidak sanggup untuk mengatakan siapa Koay Ji sebenarnya. Hanya, mereka yakin, Koay Ji adalah murid seorang tokoh besar Siauw Lim Sie, entah yang mana. Karena yang mampu mendidik tokoh sehebat Koay Ji hanya dapat dihitung dengan jari belaka ?"
"Amitabha " Hong San Sutit, engkau ikut maju membantu mereka ?"" terdengar Hoat Ho Hwesio berbisik lirih dan segera diikuti oleh Hong San Hwesio yang juga sejak tadi terpana mengikuti pertarungan menarik itu.
"Amitabha ?" majulah dengan menggunakan Sha Kak Tin dan serang dengan menggunakan Lo Han Kun berdua dengan Hong Keng Sutit, biarkan Hong It Sutit tetap menyerang dengan Houw Sin Kun Hoat dan Pek Ho Kun Hoat. Serang dari 3 jurusan berbeda dan jangan pernah mengendorkan serangan. Paksa Sicu itu mengeluarkan kemampuan tertingginya agar bis akita kenali ?""


Pendekar Aneh Naga Langit Thian Liong Koay Hiap Karya Marshall di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoat Ho Hwesio memberi perintah dengan tidak menyembunyikan perintahnya. Koay Ji dapat mendengarnya secara jelas dan mengerti apa yang dikehendaki Pendeta Tua asal Siauw Lim Sie itu. Sayang, dia kurang paham jika Koay Ji justru sudah memiliki perbendaharaan ilmu yang tidak sedikit. Dengan Ginkang Cian Liong Seng Thian" atau, "Naga naik kelangit dia mampu menghindari hujan pukulan yang dilontarkan ketiga Hwesio sakti Siauw Lim Sie itu. Bahkan sesekali dia membalas dengan Ilmu CIptaan masa kecilnya PUKULAN CAKAR AYAM SAKTI, yang sudah tentu sudah jauh lebih lengkap dan jauh lebih ampuh disbanding masa kecilnya. Sebagai pencipta ilmu itu, Koay Ji sering menggubahnya dan kini tidak kalah lihay dibandingkan Lo Han Kun sekalipun. Apalagi, sesekali Koay Ji menggunakan Ilmu Langkah Thian Liong pat pian- atau "Naga langit berubah delapan kali" yang membuatnya tak tersentuh sehebat apapun pukulan keroyokan ketiga lawannya itu.
Tetapi, Koay Ji tidak lupa untuk mengirimkan isyarat rahasia "siapa dirinya" ketika beberapa kali menggunakan jurus dari Tam Ci Sin Thong maupun Kim Kong Ci untuk mentralisasi serangan lawan. Kedua Ilmu itu masuk dalam khasannah 72 Ilmu Mujijat Siauw Lim Sie dan jarang dilatih tokoh yang masih tanggung. Dengan menggunakan kedua macam jurus rahasia dari ilmu mujijat, berarti Koay Ji bahkan berada pada tingkatan Angkatan HOAT dijajaran Kuil Siauw Lim Sie. "Siapakah dia gerangan ".?" Semakin pusing Hoat Ho Hwesio dan Hoat Leng Hwesio. Mereka berdua sampai saling pandang saking bingungnya melihat bagaimana keroyokan 3 tokoh Siauw Lim Sie angkatan dibawah mereka dengan mudah diladeni oleh Koay Ji.
Tentu saja Koay Ji kurang tahu bahwa ilmu-ilmu rahasia yang ditunjukkannya justru membuat dirinya mulai dilihat secara aneh dan misterius oleh pihak Siauw Lim Sie. Karena bukan hanya Bu In Hwesio, Suhunya, yang secara misterius menghilang dari Kuil Siauw Lim Sie. Masih ada Ciangbudjin pengganti Bu In Hwesio yang juga entah berada dimana sekarang ini, dan kemudian masih ada seorang lagi dari angkatan BU lainnya yang juga jejaknya raib selama puluhan tahun terakhir. Masalahnya sekarang adalah, dari garis tokoh manakah Koay Ji ini ?""
Bu In Hwesio adalah tokoh hebat, generasi angkatan BU yang paling cemerlang dan simpatik, serta kecintaannya kepada Siauw Lim Sie tidak diragukan. Sementara yang menjadi Ciangbudjin pengganti dari Angkatan BU dan menggantikan Bu In Hwesio, juga seperti itu karakternya. Orangnya terpuji dan juga hebat, berwibawa meski tetap berada dibalik bayang-bayang Bu In Hwesio. Dan tokoh ini menghilang dalam konflik besar di Tionggoan lebih dari 25 tahun yang silam. Sementara tokoh ketiga, adalah Hwesio angkatan BU yang urakan dan angin-anginan dan hanya bisa dikendalikan oleh SUHUNYA dan oleh Bu In Hwesio yang menjadi Toa Suhengnya. Menghilang dari Kuil Siauw Lim Sie segera setelah Bu In Hwesio dipastikan tidak kembali ke Kuil Siauw Lim Sie dan menghukum diri sendiri. Tetapi hingga sekarangpun, tokoh ini tetap menghilang dari dunia persilatan. Meski terkesan angin-anginan, tetapi kemampuannya justru hanya sedikit dibawah Bu In Hwesio dan merupakan tokoh nomor 2 terhebat dalam Angkatan BU di Kuil Siauw Lim Sie. Ketiga tokoh utama Angkatan BU ini menghilang secara misterius dan hingga saat ini, masih tetap belum muncul kembali.
Kembali ke arena, Koay Ji yang tidak ingin memukul roboh para pengeroyok, meski masih menguasai pertarungan, tetap merasa kesulitan memikirkan jalan keluar. Dia sedang menimbang tindakan apa yang terbaik. Jelas dia tidak boleh melukai tokoh-tokoh Siauw Lim Sie, perguruan darimana Suhunya berasal. Bahkan dia ditugasi untuk selalu berusaha membantu Siauw Lim Sie. Itu sebabnya Koay Ji terus menerus menanti dan dalam posisi menunggu. Untungnya, meski dicecar pukulan-pukulan hebat ketiga lawannya, Koay Ji dengan mudah dapat menghindar atau memusahkan serangan hebat yang dilakukan para Hwesio itu.
"Amitabha ?" gunakan Tat Mo Kun Hoat ?" kembali terdengar aba-aba dari Hwesio tua dari pinggir arena.
Dan kembali serangan ketiga Hwesio Siauw Lim Sie berubah, karena mereka kini mulai menggunakan ilmu-ilmu mujijat Siauw Lim Sie. Untungnya, meski tidak melatih Ilmu ini, tetapi Koay Ji pernah mendengar ulasan Suhunya panjang lebar mengenai ilmu itu. Karenanya, dia justru sangat mengenal seluk beluk ilmu ini dan secara otomatis mampu menghadapinya dengan ilmu dan jurus yang tepat. Kembali dia terlihat terdesak seperti terdesak, mendesak seperti menguasai arena, tetapi kedua kondisi itu sulit dirumuskan. Karena tidak terlihat ketakutan atau juga kekhawatiran, juga tidak terlihat rasa jerih dimatanya. Gerakannya tetap mantap, menghindar, memukul, mengelilingi lawan dan membuat semua serangan berbahaya lawan dapat diantisipasi secara sangat baik atau bahkan dipunahkan dengan serangan
Setelah beberapa saat dan kembali tidak menunjukkan hasil, tiba-tiba adalah Hoat Leng Hwesio yang kemudian memberi perintah:
"Amitabha ?".. bolehlah menggunakan Ilmu-ilmu yang kalian kuasai ?"
Seperti perintah tapi bukan perintah. Tetapi, bisa juga isyarat bahwa mereka yang sedang mencecar Koay Ji, diijinkan untuk mengeluarkan segenap kepandaian mereka dalam mendesak dan menangkap Koay Ji. Tetapi apa memang demikian pemikiran kedua pendeta tua asal Siauw Lim Sie tersebut" Selesai mengeluarkan "isyarat" atau "perintah" tadi, Hoat Leng Hwesio saling pandang dengan Hoat Ho Hwesio, dan keduanya saling angguk. Keduanya memang paham, dikerubuti dengan ilmu2 lebih hebatpun, kelihatannya Koay Ji tidak akan jatuh.
Dan memang benar demikian. Semakin hebat serangan ketiga murid keponakan mereka, semakin hebat dan semakin aneh pula gerakan dan jurus-jurus antisipasi yang dilepaskan Koay Ji. Jelas dan mereka yakin sudah, bahwa Koay Ji memiliki dasar ilmu Siauw Lim Sie dan tidak terbantahkan. Tetapi, kemampuannya bahkan seperti jauh melebihi ketiga lawannya dan bahkan terasa masih diatas kemampuan kedua Pendeta angkatan HOAT yang sekarang berkedudukan tertinggi di Siauw Lim Sie. Kedua Pendeta itu kurang sadar bahwa Koay Ji sendiri menarik keuntungan luar biasa besar dari pertarungan yang hebat itu. Dia mulai mampu menguasai dan menakar iweekang dan kekuatan tenaga dalamnya, mampu mengukur kecepatan dan semakin jelas memahami dasar dan sumber gerakan ilmu silat lawan.
Setelah 30 jurus kembali berlalu dan meski ketiga keponakan murid mereka sudah mengeluarkan ilmu-ilmu ampuh dan tetap tak mampu mendesak Koay Ji, maka kedua pendeta tua itu kembali saling pandang dan saling menganggukkan kepala. Bahkan Hoat Leng Hwesio kemudian berkata:
"Amitabha ".. silahkan sute "."
Setelah itu Hoat Ho Hwesio langsung berkata:
"Amitabha ?" ketiga Sutit, mundurlah ".."
Mendengar perintah tersebut, ketiga Pendeta Hwesio yang mengeroyok Koay Ji segera mundur. Perintah tersebut memang menyelamatkan muka mereka, karena pada dasarnya nafas mereka sudah ngos-ngosan dan jelas tidak mampu menangkap atau menggelandang Koay Ji menuju Kuil Siauw Lim Sie. Begitu mereka mundur, Hoat Ho Hwesio segera maju menyerang dan rupanya dia menguasai dengan baik Ilmu Kim Kong Ci yang hebat itu. Karena itu, begitu maju jari-jarinya sudah mengeluarkan ancaman yang berbahaya dan langsung mencecar Koay Ji. Tak pelak lagi, Koay Ji yang menyambutnya dengan Sam In Ciang, sudah terlibat dalam 6,7 kali bentrokan secara susul menyusul. Tetapi yang mengagetkan Koay Ji adalah ketika Hoat Ho Hwesio berbisik kepadanya dengan suara lirih:
"Siauw Lim Sie membutuhkan bantuan ?"?" ambil kertas ditanganku ?""
Sambil berbisik demikian, sekali lagi Hoat Ho merangsek dan memukul Koay Ji dengan jurus-jurus berbahara dari Kim Kong Ci yang hebat dan mujijat itu. Tetapi Koay Ji yang mendengar bisikan tadi, dengan cerdik melakukan tangkisan tangan kosong dan sama sekali tidak khawatir dengan benturan pukulan antara mereka berdua. Karena itu, terdengar benturan hebat ketika Koay Ji membentur lengan Hoat Ho Hwesio dan bukan menyambut sentilan jari berbahaya itu. Tetapi, pukulan dan tarung jarak pendek mereka ternyata memang memiliki makna dan maksud tersendiri. Ada 5 kali benturan terjadi dengan kerasnya dan sampai mengeluarkan suara keras. Tetapi, pada benturan ketiga, entah bagaimana, jari jemari Hoat Ho Hwesio membuka dan menyerahkan sesuatu ke lengan Koay Ji yang menerimanya seperti sedang menangkis pukulan Hoat Ho Hwesio.
Ketika menggenggam benda itu, tahulah Koay Ji bahwa itu adalah secarik kertas halus dan sepertinya ada tulisannya ketika dia melirik dan kemudian menggenggam kertas tersebut. "Pasti isinya penting bagi Siauw Lim Sie ".." pikir Koay Ji dank arena itu dia segera menggenggam kertas itu dan memukul serta menangkis seperti biasa. Sampai kemudian kembali terdengar Hoat Ho Hwesio berbisik lirih:
"Usir dan lukai kami dengan pukulan hebat ?". Salah seorang dari kami adalah komplotan yang mengancam Kuil Siauw Lim Sie. Petunjuk ada dalam kertas itu ?"" Mendengar suara lirih yang disampaikan langsung ke telinganya, maka Koay Ji sudah tahu apa yang harus dia lakukan.
Karena pentingnya nasib Kuil Siauw Lim Sie, Koay Ji tidak lagi banyak berbicara, tetapi mempersiapkan dirinya atau siapa saja yang harus dilukai Koay Ji untuk dapat menerobos lebih jauh ke depan.?
Mendengar bahwa salah seorang dari kelima Pendeta Siauw Lim Sie adalah anggota lawan dan berarti "pengkhianat" Siauw Lim Sie, Koay Ji tersentak kaget. Sekaligus dia merasa semakin terkejut dan memastikan bahwa keadaan di Siauw Lim Sie tidak sesederhana yang dipikirkannya semula. Tetapi, dia tak dapat berlama-lama untuk menganalisis keadaan di Siauw Lim Sie, karena persoalan di depan mata harus segera dipecahkannya. Dia harus memukul mundur kelima Pendeta itu dan sekaligus harus melukai mereka berlima dengan hebat. Tetapi, bagaimana mereka membela Siauw Lim Sie jika dalam keadaan terluka ".."
Dengan gerakan-gerakan mujijat dari Ilmu Langkah Thian Liong pat pian- atau juga disebut "Naga langit berubah delapan kali" mudah saja baginya menghindari semua serangan Hoat Keng Hwesio dan Hoat Ho Hwesio. Padahal, kedua Hwesio tua itu sudah mengerahkan kekuatan utama mereka, bahkan juga sudah memainkan ilmu-ilmu mujijat dari Kuil Siauw Lim Sie. Tetapi, tetap saja dengan langkah mujijatnya Koay Ji berkelit, menghindar dan mengelilingi kedua pendeta tua itu dengan santainya. Bahkan, ketika lengannya memukul dengan Ilmu Pukulan Sian In Sin Ciang (Lengan Sakti Bayangan Dewa) dalam jurus Boan-thiankai-t (Langit Penuh Tertutup Tanah), dia menggebah pergi semua serangan lawan dan membuat mereka berdua terdorong ke belakang hingga 3,4 langkah.
"Hmmmmm, rasanya sudah cukup untuk saat ini ".. sekarang silahkan kembali ke Kuil Siauw Lim Sie dan terimalah hukumanku sebagaimana mereka yang berani melawan perintahku sebelumnya "." Sambil berkata demikian, Koay Ji bergerak sangat cepat dan segera mengerahkan ilmu totokan ajaib yang sudah sering digunakannya berapa saat terakhir, yakni Ilmu Ci Liong Ciu hoat atau "Ilmu Mengekang Naga" (Ilmu Totok mujijat). Tetapi, karena dia memang sedang berhadapan dengan situasi yang rumit dan luar biasa, maka dia memilih jurus khusus bernama jurus Lok-yap-kui-ken (Daun jatuh kembali keakar). Gerakannya yang cepat bukan main membuatnya dengan leluasa mengejar kedua Pendeta tua Siauw Lim Sie itu dan beberapa saat kemudian, terdengar benturan dan jeritan sekaligus dari kedua lawannya:
"Dukkk ?" dukkkkk ?". accchhhhhh ?" achhhhhh ?""
Kedua Pendeta tua Siauw Lim Sie itu terlempar ke belakang dengan tubuh terluka, bahkan keduanya terkesiap karena mereka merasa tenaga mereka musnah. Mereka berpikir habis sudah, karena iweekang mereka musnah dan mereka merasa tidak mampu lagi untuk mengumpulkannya. Sementara itu, Koay Ji sudah bekerja cepat, dia langsung menyerang ketiga Pendeta Siauw Lim Sie lainnya sambil berkata:
"Kalian juga tidak boleh luput dari hukumanku ?"."
Sambil berkata demikian, Koay Ji melejit dan mendekati ketiga Hwesio Siauw Lim Sie lainnya dan menyerang mereka dengan ilmu dan jurus yang sama dalam kecepatan yang susah diikuti pandangan mata. Dan belum lagi mereka bergerak, tahu-tahu mereka sudah terpental ke belakang sambil menjerit ngeri:
"Acccchhhhhhhhhhhhhh ?"."
Dan tak lama kemudian Koay Ji berdiri dengan gagah sambil tertawa pongah dan kemudian berkata kepada lawan-lawannya:
"Sudah kuperingatkan kalian semua, tetapi tidak ada yang mendengarku. Karena itu, kupunahkan kepandaian kalian saat ini ?"" nach, sekarang kalian semua sudah boleh pulang kembali ke Kuil Siauw Lim Sie ?""
Tapi pada saat itu juga segera disusulkannya dengan suara dalam dan menggunakan ilmu khusus yang memungkinkan tak ada orang lain yang mampu untuk mendengar ataupun menyadap perkataannya:
"Jiwi Suhu ?" aku melukai jiwi dan mereka yang lainnya dengan Ilmu Khusus, tetapi jurus ke-10 Kim Kong Ci dipadukan dengan jurus ke 7 dari Tam Ci Sin Thong dengan kekuatan yang memadai, bisa menyembuhkannya dalam waktu singkat ?" pergilah, kupikir hukumanku ini sudah sama dengan yang lainnya ".."
Mendengar perkataan Koay Ji itu, Hoat Ho Hwesio dan juga Hoat Keng Hwesio terkejut sekaligus senang karena awalnya mereka berpikir ilmu mereka sudah tak dapat diselamatkan. Mereka senang karena Koay Ji memberitahukan cara pengobatan dan karena mereka berdua saja yang tahu, maka sekaligus tetap membuat tokoh yang sudah menjadi pengkhianat bisa tetap terhukum. Dan hal terakhir yang membuat keduanya kaget setengah mati dan juga kagum, adalah pengetahuan Koay Ji yang sangat jitu dan dalam atas Ilmu-ilmu Siauw Lim Sie. Memahami semua itu, keduanya segera berdiri dan kemudian berkata:
"Amitabha " Kuil Siauw Lim Sie menantikan kunjunganmu yang bertangan kejam ini dan begitu sombong .. ."
Tentu saja kalimat dan undangan yang "main-main", tetapi Koay Ji harus ikut serius dalam sandiwara tersebut. Karenanya diapun berkata:
"Hahahahaha, apa hebatnya Kuil Siauw Lim Sie ?" Kalian boleh menantikan kami untuk naik hingga ke Kuil Siauw Lim Sie ?""
"Amitabha ".. baiklah, kami semua menantikan kedatangan Sicu di Kuil Siauw Lim Sie kami di puncak Siong San "."
Sambil berkata demikian, dengan langkah gontai karena memang kehilangan kekuatan dan kemampuan tenaga dalamnya, berlalulah kelima pendeta itu dengan derap langkah berat seperti orang biasa saja. Mereka tidak perlu berpura-pura terluka, karena dengan cara yang mujijat mereka berlima dilukai secara hebat oleh Koay Ji. Bahkan kedua Pendeta Angkatan HOAT sendiripun masih belum tahu bagaimana caranya sampai tertotok ilmu yang demikian hebat dan mujijatnya dari Koay Ji. Lebih dari itu, terdapat setitik keraguan apakah benar luka mereka yang sangat "mengerikan" ini dapat disembuhkan dengan cara yang disebutkan Koay Ji tadi atau tidak.
Sementara kedua tokoh tua Siauw Lim Sie tenggelam dalam keheranan dan kekhawatiran, ketiga Pendeta lainnya benar-benar gontai dan tanpa harapan. Karena memang, mereka tidak tahu adanya percakapan rahasia Koay Ji dengan kedua Supek mereka. Yang mereka tahu adalah, kedua SUPEK yang hebat dan sakti itu tetap saja masih belum merupakan tandingan dari Koay Hiap yang perkasa. Maka kontras sekali dengan kedatangan mereka beberapa saat sebelumnya, dimana mereka harus berlalu dengan kepala tunduk akibat kekalahan yang tragis. Dan beberapa saat kemudian tidak ada lagi penghalang yang menghalangi perjalanan Koay Ji bersama Kakek dan cucunya ke Kuil Siauw Lim Sie.
Tidak berapa lama suasana kembali sepi. Koay Ji tahu benar jika ada tokoh lain yang mengamati keadaan dan pertarungan tadi. Setelah merasa benar-benar aman, diapun kemudian membuka kertas yang diterimanya secara sangat rahasia tadi. Dan, dalam kagetnya dia membaca:
"Kuil Siauw Lim Sie terancam musnah ?" Ciangbudjin angkatan sebelumnya yang dikabarkan hilang, tiba-tiba munculkan diri dan kehilangan ingatan. Beliau sedang dalam keadaan yang runyam dan sepertinya dikendalikan oleh musuh. Repotnya, beliau yang justru kini sedang mencengkeram dan menguasai Kuil untuk kepentingan orang lain. Memang ada berapa jalan jalan keluarnya, salah satunya dengan kembalinya CIangbudjin terkini atau dengan memiliki Tanda Pengenal CIANGBUDJIN. Jikapun gagal, cari dan temukan sesepuh Siauw Lim Sie, Bu In Siansu, dialah satu-satunya yang dapat membantu keadaan Kuil ?"."
Setelah membaca pesan rahasia tersebut Koay Ji menarik nafas panjang. Suhunya benar-benar tokoh yang sangat diperhitungkan oleh pihak Siauw Lim Sie. Apalagi, meski sudah menyatakan keluar dari Siauw Lim Sie banyak tahun, tetapi tetap sangat perduli dan sangat perhatian dengan keadaan Kuil Siauw Lim Sie. Bahkan, termasuk kepadanyapun, perintah untuk membantu jika diperlukan oleh Kuil Siauw Lim Sie ditekankan dengan sangat oleh suhunya itu.
Menilik keadaan sekarang ini, keadaan Kuil Siauw Lim Sie sedang sangat berbahaya. Tetapi, dia memiliki kedua jalan keluar yang dikemukakan oleh Pendeta Angkatan HOAT tadi. Karena pertama, dia memiliki Tanda Pengenal CIANGBUDJIN SIAUW LIM SIE meski dikuasai dan berada di tangan Kakek Ong yang sedang dikawalnya menuju Kuil Siauw Lim Sie. Kedua, dia sendiri sudah menerima perintah dan disumpah untuk membantu Kuil Siauw Lim Sie. Dan untuk tugas itu, berbeda dengan semua kakak seperguruannya, dia dibekali Ilmu-Ilmu Sakti Siauw Lim Sie sebagai buktinya. Bahkan, dia membekal sesuatu yang dititipkan Suhunya dan hanya dapat dibuka pada saat genting dan berkaitan dengan Kuil Siauw Lim Sie.
"Hmmmmm, kelihatannya justru kewajiban terhadap perguruan yang pertama-tama harus kukerjakan. Dan menilik keadaannya, Siauw Lim Sie bisa saja akan kuhadapi dengan kekerasan. Tetapi, jika keadaan mereka menjadi "musuh" karena terpaksa, maka harus ditemukan cara lain agar tidak jatuh korban sia-sia ".." demikian Koay Ji berpikir dan menimbang cara memasuki Kuil Siauw Lim Sie.
Saking asyiknya Koay Ji berpikir dan merancang strategi, dia menjadi lupa keadaan sekelilingnya. Tetapi, sebagai seorang ahli, kewaspadaan dan nalurinya sudah sangat hebat dan sangat awas. Tiba-tiba dia berpaling ke belakang dan betapa terkejutnya dia karena Kakek Ong dan He Ji sudah tidak berada di belakangnya. Sebagai gantinya, dia menemukan seorang kakek tua yang berpenampilan aneh. Dia mengenakan jubah pendeta dan berpotongan seperti pendeta atau bhiksu, kepalanya plontos tetapi jubah khas seorang pendeta sudah teramat sangat tua dan lapuk sekali. Tetapi, bukan penampilan kakek aneh atau pendeta aneh itu yang mengejutkan Koay Ji melainkan kemampuannya untuk berada di belakangnya tanpa ketahuan. Dan kemampuannya membawa Kakek Ong dan He Ji tanpa diketahuinya sungguh mengagetkan dan membuatnya berdebar tegang. Tokoh seperti ini jelas tidak dapat dianggap enteng. Seketika timbul emosi dan "ego" seorang Koay Ji, meski hal itu sebenarnya wajar mengingat usianya yang masih muda:
"Hmmmmm, hebat juga Losuhu bisa berada di belakangku tanpa kusadari ".."
"Hohohoho, anak muda sekarang sungguh-sungguh tidak tahu dan tidak paham dengan yang namanya sopan-santun ?"". bahkan Suhumu sendiripun tidak akan begitu berani untuk bersikap seperti engkau saat ini ?" hohoho"
Pendeta atau Bhiksu mesum itu tertawa terkekeh-kekeh. Dan ternyata, hebatnya, Koay Ji seperti merasa sebuah serangan yang luar biasa hebat sedang menerjangnya. Tetapi, untungnya, kemampuannya yang sudah sangat tinggi membuat Koay Ji mampu bertahan dan tidak sampai terdorong mundur oleh angin serangan yang entah kapan dilepaskan Pendeta mesum tersebut. Tetapi, mendengar kata-kata Pendeta mesum itu tadi, Koay Ji tersentak hebat. Kaget luar biasa. Kalimat itu ingin mengatakan bahwa, Pendeta mesum itu mengenal Koay Ji dan bahkan mengenal Suhu Koay Ji sekaligus. "Bukankah ini aneh ".?" Ini yang terlintas di benak Koay Ji. Karena itu, diapun kemudian berkata dengan nada suara lebih menghormat:
"Aaaaachhh, siapah gerangan Losuhu ?"?"
"Kurang genah ?". Sebentar hormat sebentar kurang hormat ?"?" hohoho, anak kecil, untung engkau sangat menarik hati, karena itu biarlah aku tidak menghukummu. Kalau menunjukkan sikap kurang hormat lagi, baru kuhukum ?".."
Melihat gelagatnya, Koay Ji yakin jika Pendeta tua yang hebat dihadapannya adalah tokoh yang mengenal Suhunya. Mungkin juga sahabat Suhunya. Tetapi, karena teringat Kakek Ong dan He Ji, maka diapun berkata:
"Losuhu ?" kemana engkau menyimpan Kakek Ong dan cucunya ?"?"
"Hohohoho, engkau kena dikerjai sahabatku itu " dia tidak selemah yang engkau kira. Paling tidak, dia masih mampu menghadapi kedua lawan hebat dari Siauw Lim Sie tadi dan bahkan mengalahkan mereka ?"". tapi, bukan lolap yang membawa mereka berdua, tetapi tokoh lain lagi. Tetapi, jangan khawatir anak muda, mereka baik-baik saja dan lebih baik mereka bersama kami karena engkau harus menghadapi pertarungan besar di Kuil Siauw Lim Sie ?". nach, sekarang, lakukan segera tugas perguruanmu dan sampai bertemu nanti ".."
Sambil berkata demikian Pendeta berjubah mesum dan terlihat sudah sangat sepuh itu menggerakkan kakinya, dan sekejab tubuhnya melayang pergi. Kepergiannya diiringi oleh pandangan mata kagum dari Koay Ji. Bagaimana tidak kagum, karena dia tahu betul jika kemampuan Pendeta tua tadi itu, dipastikannya berada pada tataran yang sudah sangat tinggi dan demikian sempurnanya. Dan kemungkinan besar bahkan masih berada di atas kemampuannya.
"Sungguh hebat, sungguh hebat ?".. " desis Koay Ji kagum bukan main.
Sepeninggal orang itu Koay Ji nampak tertegun. Ada banyak kekagetan yang ditemui selama beberapa waktu terakhir. Pertama, Pendeta Tua yang berjubah mesum dan sepertinya meski berjubah Pendeta Siauw Lim Sie tetapi gaya bicaranya seenaknya. Dan selain itu, tokoh itu terlihat hebat luar biasa, bahkan yang hebat adalah, tokoh itu seperti mengenal dirinya dan mengenal suhunya. Siapakah dia" Pertanyaan ini terus menggantung dan tidak ditemukannya jawaban atas identitas diri Pendeta Tua yang sangat hebat dan mengagumkannya.
Hal kedua adalah, siapa tokoh kedua yang sanggup membawa Kakek Ong dan cucu perempuannya tanpa dapat diketahui oleh dirinya" Jika saja Koay Ji dapat memahami dan tahu tingkat kepandaiannya sekarang, maka dia akan semakin kaget. Karena dewasa ini, sangat jarang menemukan tokoh dengan tingkat kemampuan sehebat Koay Ji dan masih berusia muda pula. Dengan tingkat kemampuannya saat ini, ternyata ada orang yang sanggup datang dan pergi dengan cepat dan tidak mampu diketahuinya kapan dilakukan dan siapa yang melakukannya.
Karena itu, setidaknya, ada 2 tokoh hebat yang baru saja menjumpainya. Atau tepatnya baru saja dia dikunjungi 2 orang hebat yang kedatangan mereka tidak dapat dilacaknya. Meskipun, sebetulnya wajar, karena selain kedua tokoh itu memang hebat dan mujijat, juga karena pada saat yang sama, Koay Ji sedang berkonsentrasi membaca dan menilai isi surat yang ditujukan kepadanya. Sebuah surat permintaan tolong, sekaligus secara sederhana dan buru-buru, meminta pertolongannya atas keadaan darurat yang sedang dialami oleh kuil Siauw Lim Sie.
Tengah dia berpikir, tiba-tiba sebuah suara disampaikan dari jarak jauh dan terdengar lirih di telinganya:
"Hohoho anak muda, permainan totokanmu tadi sungguh hebat. Lolap mengaku tak mampu menirukannya ?". tapi, gunakan jurus itu sekali lagi, yakni kelak hanya untuk menotok Ciangbudjin Boneka di Siauw Lim Sie. Karena untuk memulihkannya meski memakan waktu yang cukup singkat, tetapi akan sangat menguras tenaga. Cari jurus lain yang ringan untuk menutuk anak murid Siauw Lim Sie nanti, dan ingat, jangan menurunkan tangan kejam, kecuali bagi para penjahat yang menyamar menjadi Pendeta Siauw Lim Sie. Jika engkau melanggar pesan, maka lolap sendiri yang kelak akan mendatangi Suhumu meminta pertanggungjawabannya atas kelakuanmu ?"."
"Losuhu ?". Tapi tanda pengenal Ciangbudjin berada di tangan kakek Ong ".."
"Hohoho, masak atas nama Suhumu engkau tidak akan dapat menangani dan sekaligus menyelesaikan masalah ini ?""
Koay Ji terdiam. Kalimat Pendeta Tua yang aneh itu semakin menegaskan bahwa benar, tokoh itu memang sungguh mengenal Suhunya. Tapi, siapa Pendeta tua yang sangat hebat dan sakti itu" Jika ditilik dari sudut kemampuan ilmu silatnya, kelihatannya ditdak berada jauh dibawah kemampuan Suhunya sendiri. Hal ini sungguh membuat pusing Koay Ji dalam memikirkannya. "Apakah bukan dia orang "..?" desisnya dalam hati ".. tetapi dia membantahnya sendiri ?""Tapi, bukankah Susiok yang menjadi Ciangbudjin menggantikan Suhu dan kemudian menghilang, justru saat ini sedang menjadi Ciangbudjin boneka ?" jadi, siapa dia sebenarnya ?"?"
Dalam kebingungan itu, akhirnya Koay Ji mulai melangkahkan kaki mendaki Gunung Siong San menuju Kuil Siauw Lim Sie. Sekali ini, dia akan berjalan sendirian saja tanpa mengawal Kakek Ong dan He ji yang banyak menyita waktu sebelumnya. Mestinya perjalanannya akan jauh lebih cepat. Tetapi, mengingat dia akan diperlakukan sebagai musuh oleh pihak Siauw Lim Sie, membuat langkah Koay Ji terhenti seketika. Beberapa saat kemudian terlihat kepalanya sedikit miring seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan beberapa saat kemudian, diapun berguman ". "ya, betul ?" bakalan sangat sulit memasuki Kuil Siauw Lim Sie nantinya".
================= Tiga orang manusia bergerak cepat mendekati Pintu Gerbang Kuil Siauw Lim Sie. Jika diperhatikan, ketiganya terhitung menarik perhatian banyak orang. Seorang Kakek tua dengan rambut kepala seperti landak, pada berdiri sehingga sungguh mengerikan jika diperhatikan secara seksama. Apalagi, sebagian besar rambut yang berdiri itu sudah berwarna putih, hal yang menambah keseraman tokoh yang bertubuh tinggi besar dan berkulit agak kehitaman. Anehnya, dia menggandeng seorang pemuda yang terlihat lemah namun tidak terlihat kesulitan bagi si anak muda dan si kakek untuk bergerak cepat. Sementara orang ketiga adalah anak gadis berusia remaja, paling banyak berusia 14 tahun, berwajah hitam manis dan masih kekanak-kanakan.
Ketika mendekati pintu masuk, beberapa Pendeta Siauw Lim Sie dengan hormat menghalangi mereka sambil berkata:
"Amitabha ?" kami telah mendengar kedatangani Jian Bun Kiam Ciang (Telapak Tangan Emas Pembabat Nyawa), Siu Pi Cong Locianpwee, seorang tokoh besar dari Lautan Timur. Selamat datang ".. selamat datang ?".."
"Huh ?". ada juga rasa hormat Kuil Siauw Lim Sie kepada lohu ?" hahahahaha"
"Amitabha ?" Siauw Lim Sie Ciangbudjin sudah mengingatkan kami ?"."
"Hahahahahaha, bagus ".. bagus. Apakah setan pengganggu itu sudah tiba untuk menyatroni Kuil Siauw Lim Sie ?"?" bertanya Kakek Siu Pi Cong dengan nada yang terlihat jelas angkuh dan seperti tidak memandang sebelah mata kepada pihak Kuil Siauw Lim Sie. Keadaan yang sebetulnya menyakitkan bagi para Pendeta Siauw Lim Sie itu, tetapi yang terpaksa harus mereka telan.
"Amitabha ?".. Thian Liong Koay Hiap masih belum tiba di Kuil Siauw Lim Sie kami Locianpwee. Kami belum mengetahui dan melihat jejaknya sampai saat ini ?""
"Hmmmm, baguslah jika begitu lohu tidak terlambat ".. "
"Memang Siu Locianpwee belum terlambat. Mari, kami akan mengantarkan Siu Locianpwee ke tempat istirahat ?"." Sambil berkata demikian, Pendeta tertua yang bertindak sebagai pemimpin, mempersialhkan Siu Pi Cong untuk diantarkan ke tempat istirahat. Tetapi, melihat dia dipersilahkan kearah lain dan bukannya memasuki Kuil Siauw Lim Sie, kakek berangasan itu marah
Pendekar Satu Jurus 13 Playboy Dari Nanking Karya Batara Tugas Rahasia 1

Cari Blog Ini