Ceritasilat Novel Online

Si Rase Hitam 3

Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung Bagian 3


Bahwa orang itu mengenali Ouw Hui, yang jika dirumah
selalu tidak mengenakan janggut dan kumis palsu seperti jika
tengah berpergian, memperlihatkan bahwa dia telah pernah
bertemu dengan Ouw Hui dimasa-masa yang lalu sebelum
terjadinya pertemuan para Ciangbunjin diistana Hok Kong An.
Sambil berjalan pulang kerumahnya, Ouw Hui berusaha
membayangkan kembali wajah2 semua musuh2nya dari saat
itu. Tiba2 dia teringat kepada Hong Jin Eng.
Wajah orang tadi memang sangat mirip se kali dengan
musuh besar itu, akan tetapi dia mengetahui bahwa Hong Jin
Eng sudah mati dalam pertempuran dipertemuan para
Ciangbunjin diistana Hok Kong An.
Apakah orang she Hong itu memang memiliki anak "
Apakah memang putera Hong Jin Eng, yang bernama Hong it
Hoa " Dan seketika itu juga Ouw Hui yakin tidak salah lagi
bahwa orang itu memang Hong It Hoa.
Ouw Hui yakin bahwa Ong It Hoa kini tentu telah
mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi dan berkawan
banyak sekali diantara orang2 berkepandaian tinggi.
Kalau tidak, tentu musuh itu tidak akan berani datang
mencarinya. Bukankah sembilan belas tahun yang lalu ayah beranak she
Hong itu sudah ketakutan se tengah mati jika mendengar
namanya. Kali ini " Hong It Hoi tentu sudah bukan Hong It Hoa dulu dan
kawan2nya tentu memiliki kepanda ian yang sangat tinggi.
Keyakinan itu telah memperbesar kekuatiran dihari Ouw Hui,
keku atiran akan keselamatan anak dan isterinya didamping
Peng Ah Sie. Karena itu, maka Ouw Hui segera menceritakan peristiwa
tadi dan hubungannya dengan permusuhannya dimasa lalu
dengan Hong Jin Eng. Sekali lagi dia berusaha mendesak Yok
Lan dan Peng Ah Sie agar mecgungsi untuk sementara waktu
saja. Dikatakannya bahwa bahaya kini sudah tiba diambang
pintu, tetapi usaha Ouw Hui untuk membujuk isterinya itu sia2
belaka. Yok Lan dan Peng Ah Sie tetap ingin ber diam disitu,
apapun yang kelak terjadi.
Ouw Ho yang mendengar adanya bahaya itu, bahkan telah
me-nepuk2 tangan sambil mengata kan bahwa dia senang
sekali jika musuh cepat2 datang, agar dia bisa menghajar dan
memperma inkan mereka. Sesuai dengan bunyi pepatah yang mengatakan bahwa
"Anak kerbau tidak takut harimau" sedikitpun dia tidak merasa
takut akan musuh2 itu. Sebaliknya dari mengecilkan hatinya, penga laman di lli itu
ternyata telah menambah keyakinan akan kecerdikannya, dan
asal tidak lalai dan ceroboh, dia yakin akan bisa mempermain'
kan setiap musuh yang datang.
Tentu saja perkataan sibocah kecil bermuka hitam itu telah
membuat Biauw Jin Hong dan Ouw Hui jadi tambah kuatir,
sedangkan yang Ia innya, yang tadinya tenang- saja kini jadi
kuatir juga. Mereka mengetahui, bahwa Ouw Ho sangat nakal dan biasa
melakukan apa saja yang dikata kannya dan mereka justeru
kuatir kalau anak2 ini nanti terjerumus kedalam bahaya
karena kece robohannya. Ramai2 mereka melarangnya dan turut me nasehatkannya
agar Ouw Ho tidak keluar disaat musuh datang.
Melihat wajah kedua orang tuanya dan kakek luarnya, yang
ber-sungguh2 ketika menaseha tinya, maka diapun tidak
berani membantahnya, dan Ouw Ho hanya mengangguk.
Memang sesungguhnya Ouw Ho sedrang anak yang
penurut aras nasehatnya orang tuanya kadang2 dia melanggar
juga larangan ayahnya maupun larangan ibunya, itu karena
diduln u jiwa ke-kanak2annya sering terbawa oleh bayangan
khayal belaka. Dengan sadar Ouw Ho belum pernah
melakukan sesuatu yang sudah dilarang kedua orang tuanya
atau kakeknya. Demikianlah, sedangkan Ouw Ho tidak per nah bermain
jaub.2 dari rumahnya, sedangkan Ouw Hui sendiri juga tidak
berani meninggalkan rumahnya untuk pergi berburu. Diwaktu
malam hari, secara bergiliran, Kim Bian Hud, Ouw Hui, Cie
Beng dan Cie Jin melakukan pen jagaan.
Beberapa hari telah lewat dengan demikian Keadaan yang
tegang yang meliputi hati jago2 itu, setiap hari kian
memuncak saja, karena wa laupun bagaimana dengan
lewatnya waktu, tentu kedatangan musuh kian dekat pula.
Mereka jadi kehilangan kebebasan bergerak keadaan
mereka kini benar2 bagaikan orang2 ter penjara. Lama
kelamaan Kim Bian Hud dan Ouw Hui jadi tidak sabar lagi dan
seperti Cie Beng maupun Cie Jin, mferekapun mulai mengharap2
agar musuh cepat2 muncul, agar mereka tidak perlu
hidup dalam kebimbangan terus menerus.
Dan malam keempat sejak munculnya ketiga orang
peninjau itu, tibalah saat yang di-nanti2 kan.
Malam itu keluarga Ouw Hui batu saja sele sai bersantap,
ketika dari jauh terdengar derap kaki kuda yang cukup ramai,
dan kemudian berhenti tidak jauh dari rumah mereka.
Kim Biaa Hud dan Ouw Hui sama2 merasa agak lega,
karena mereka tidak perlu hidup dalam kebingbaagan pula
dan mereka bersyukur bahwa musuh telah datang disaat
mereka semua tengah berada dirumah
Dengan demikian, mereka tidak perlu teria lu berkuatir lagi
akan keselamatan Yok Lan dan yang lainnya.
Setelah berpesan, agar Yok Lan, Pcng Ah Sie menjaga Ouw
Ho didalam rumah, Ouw Hui lalu mengambil goloknya dan
melangkah ke luar diikuti Kim Bian Hud dan kedua saudara
Cie, yang masing2 juga sudah mempersiapkan senjatanya.
Sementara itu telah terdengar tantangan dari luar.
"Bangsat Ouw Hui! Keluarlah ! Main bersembunyi bukanlah
sikap dan kelakuan seorang gagah" demikian terdengar
seseorang berteriak dengan suara yang lantang.
Tetapi disaat itu Ouw Hui membuka pintu dan
memperlihatkan diri. Dimuka rumahnya, kurang lebih sepuluh
tombak dari pintu itu tam paklah dua puluh orang lebih
berkumpul. Diantara kedua puluh orang itu, Ouw Hui mengenali empat
orang yang telah dijumpainya di Ili.
Melihat kepala mereka yang telah botak, teringatlah dia
akan cerita puteranya tentang peristiwa penginapan itu.
Tanpa disadarinya dia jadi tertawa ter-bahak2.
Disamping empat orang itu, dia juga mengenali tiga orang
yang telah datang empat hari sebelumnya.
Setelah memperhatikan wajahnya sebentar dia menjadi
yakin bahwa orang itu memang benar Hong It Hoa.
"Aha, sungguh tidak kusangka, bahwa hari ini aku akan
mendapat kehormatan begitu besar sehirgf a seekor burung
Hong datang mempersembahkan sekuntum bunga kepadaku
dengan di antar sekian banyak sahabat2 baik dan empat
orang dewa sakti, yang dapat bcrganti2 rupa; yang sesaat bisa
menjadi saudagar dan sesaat la gi bisa menjadi hweshio." kata
Ouw Hui dengan disertai tertawanya.
Panas benar telinga Hong It Hoa ketika mendengar ucapan
Ouw Hui itu. yang bisa juga diberi arti bahwa kedatangannya
itu dianggap se bagai mengantarkan jiwa.
Kata Hong (burung cendrawasih) itu berasal dari shenya
dan sekuntum bunga adalah namanya "It Hoa." Darahnya
seketika itu juga bergejolak karena amarahnya. Dalam
otaknya seke tika ber kelebat2 pula peristiwa2 dimasa lampau
itu, bagaimana Ouw Hui telah mendesak ayahnya begitu rupa,
sehingga keluarga Hong harus kehilangan sebagian besar
harta bendanya, bahkan harus hidup ter-lunta2, ber pindah2
dari sa tu tempat ketempat lain tanpa berani menetap lama2
disuatu tempat. Kematian ayahnya juga karena disebabkan desakan Ouw
Hui, sehingga baginya Ouw Hui adalah musuh yang nomor
satu yang harus diingat sepanjang hidupnya.
Dalam pikiran orang2 seperti Hong It Hoa yang sejak kecil
hanya dikelilingi orang-orang yang senang menindas pihak
yang lemah, tentu saja tidak ada pertimbangan yang baik
bahwa malapetaka yang telah dialami keluarganya dan
kematian ayahnya itu sesungguhnya hanyalah bu ah dari
perbuatan2 ayahnya sendiri yang sudah menumpuk dosa
diatas dosa. Tidak mau It Hoa mengakui bahwa perbuatan Ouw Hui itu
hanya sekedar hukuman yang setimpal bagi dosa2 ayahnya.
Ketika diwaktu itu. yaitu sembilan belas ta hun yang lalu.
ayahnya menemui ajalnya dige-dung Hok Kong An, dia telah
.pergi merantau tanpa ketentuan tujuan, dengan mengandung
pe nasaran serta dendam sedalam lautan didalam ha tinya.
Betapa bersedih hatinya dia karena mengetahui bahwa
musuhnya terlalu hebat kepandaian nya dan dia sama sekali
tidak memiliki harap an untuk membalas dendamnya itu.
Dalam perantauannya itu, dia tidak berani mempergunakan
namanya yang sesungguhnya, kua tir jika Ouw Hui belum
puas dengan kematian ayahnya dan akan mencarinya.
Pada suatu hari, setelah ber-bulan2 mengala mi banyak
penderitaan lahir dan bathin, tibalah dia disebuah desa
diperbatasan propinsi Shoasay dan Siamsay.
Disitulah dia bertemu dengan seorang tosu tua, yang
sangat tertarik kepadanya.
Setelah memperkenalkan diri, tosu itu lalu menanyakan
mengapa It Hoa begitu bersedih"
Tekanan suara pertanyaan tosu itu, yang di dengarnya
mengandung perasaan kasihan dan iba melupakan setitik sinar
terang baginya. Ber-bulan2 lamanya dia telah berkeliaran tanpa
menemukan seorang juga yang memperlihatkan simpati atas
kesedihannya. Karena itu dia telah menceritakan semua
penderitaannya dan apa sebab2nya.
Tentu saja apa yang diceritakannya itu menurut dugaan
dan perkiraannya sendiri, dan juga jelas memenangkan pihak
ayahnya dan menambahkan kebusukan untuk Ouw Hui.
Si-tosu semakin merasa kasihan kepadanya dan
menawarkan jasa untuk mengambilnya seba gai murid,
Tosu itu telah menjelaskan bahwa dia sesungguhnya
Ciangbunjin dari Ceng-cong Pai, dan dikenal dikalangan
Kangouw sebagai Hian Beng Cu.
Dan tosu itu merasa sayang kepada It Roa yang dilihatnya
sangat berbakat dan merasa ka sihan terhadap msibnya yang
cralarg. Tosu itu juga telah mengatakan hendak me rolorg she
Hong tersebut agar kelak bisa menuntut balas sakit hatinya
itu. Tawaran tosu tersebut diterima Ii Hoa de ngan
kegembiraan yang me-luap2.
Dia sudan sering mendengar nama Hian Beng Cu, yang
untuk masa itu dianggap sebagai salah seorang tokoh
terkemuka dalam rimba per silatan.
Demikianlah dia telah berguru kepada tosu itu dan menjadi
salah seorang murid Ceng Cong Pai yang sangat rajin sekali
belajar. Gurunya semakin lama semakin menyayangi nya dan ketika
Touw Sat Kauw minta bantuan untuk menghadapi Ouw Hui.
Hian Beng Cu se gera menyanggupi, karena dengan demikian
dia akan dapat membalaskan sakit hati muridnya.
Sungguh tak diduga, bahwa akhirnya Hian Beng Cu
sendirilah yang kena dihajar dan pulang dengan menderita
iuka2 parah. Sebulan kemudian tosu tua itu menutup mata karena sedih
dan malunya. Dengan demikian, secara tidak langsung Ouw Hui juga jadi
penyebab kematian pemimpin Ceng Cong Pai, dan telah
dianggap musuh oleh murid2 Geng Cong Pai.
Hian Beng Cu sesungguhnya bukan seorang yang memiliki
sifat2 jahat, dan kalau saja dia tidak begitu ceroboh untuk
mempercayai begitu saja keterangan yang diberikan oleh
Hong It Hoa sepihak, dia tidak usah mengalami nasib seburuk
itu. Menurut pesan Hian Beng Cu menjelang ajal nya, maka
kemudian diangkatlah It Ho menjadi ketua Ceng Cong Pai.
Setelah memperoleh kenyataan bahwa sam paipun Hian
Beng Cu sendiri masih belum sang gup menandingi Ouw Hui,
tentu saja It Hoa ti-tak berani lagi pergi mencari Oaw.Hui dan
untuk sementara waktu menyimpan saja penasarannya.
Dengan persetujuan semua saudara seperguruannya, it
Hoa lalu pergi merantau pula untuk mengejar ilmu2 yang lebih
tinggi agar kelak dapat mencuci bersih malu yang diperoleh
Ceng Cong Pai Setelah sekian lama, akhirnya dia berhasil mempelajari ilmu
Tok See Ciang, tangan pasir beracun yang diperoleh dsri
seorang aneh yang hidup menyendiri digegunungan Kun
Lun. Dengan hasilnya itu, dia merasa sudah memiliki pegangan
untuk melawan musuhrya. dan kembalilah dia ke Sai Hong
Kiong. pusat Ceng Cong Pai, di Siam sai.
Selama beberapa tahun dia menurunkan ilmu Tok See
Ciang itu kepada beberapa orang saudara seperguruannya
yang memang memiliki bakat
Dua tahun yang telah lalu, dia merasa bahwa pihaknya
sudeh cukup kuat untuk mencari musuhnya dan melakukan
penuntutan balas bagi ayah dan gurunya.
Dengan disertai lima orang saudara seperguruannya, dia
lalu berusaha untuk mencari mu suhnya Hu kesana kemari.
Akhirnya setelah dua tahun berkeliaran terus dalam rangka
mencari jejak musuhnya itu, tibalah mereka di lli.
Disiniiah secara kebetulan dia - menjumpsi Ouw Hui.
It Hoa sendiri itu tidak mengenali musuhnya. tetapi salah
seorang sutenya yang telah menyertai guru mereka ke Swat
Hong Sancung,Segera mengenalinya.
Tiga orang sutenya lalu disuruhnya mengin tai dan
mengawasi terus gerak-gerik Ouw Hui dan berusaha menculik
puteranya setiap ada ke sempatan.
Kalau usaha itu berhasil, maka ketiga sute nya itu harus
cepat2 menyingkir kesuatu tempat, yang terletak kurang lebih
empat puluh lie disebelah tenggara kota IH.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oia sendiri bersama dua orang sutenya akan tetap didalam
kota dulu. untuk mengawasi dan mengirim surat tantangan
kepada Ouw Hui. Diluar dugaan rencananya itu menjadi beran takan karena
ketiga sutenya itu telah berhasil di tipu oleh Ouw Ho.
Keesokan harinya dia menjumpai ketiga o-rang sutenya,
yang saat itu telah kembali ke Hi dalam keadaan rudin, dan
mereka tampaknya sa ngat letih sekali.
Tidak heranlah disaat itu, karena semalam suntuk dan
hampir setengah hari mereka telah berjalan tanpa berhenti.
Untung saja bahwa disamping kerugian itu bagi pihaknya
juga ada keuntungannya. Setelah ketiga sutenya dan keempat lawan mereka yang
berpakaian sebagai Hheshio itu sama2 sadar bahwa mereka
telah menjadi korban dari tipu sianak nakal muka hitam itu,
tahulah mereka bahwa mereka sesungguhnya memiliki sa tu
tujuan. Karena itu mereka lalu telah bersekutu untuk bersama
dan juga kelak mengadakan kerja sama untuk mencari Ouw
Hui. Sute Hong It Hoa yang telah mengikuti gu runya ke Swat
Hong Sancung segera mengenali salah seorang dari keempat
hweshio itu sebagai Ie Koanke, pengurus rumah tangga she
Ie, pegawai Touw Sat Kau w.
Sungguh sial, bahwa untuk menculik Ouw Ho. It Hoa bukan
meminta sutenya yang seorang ini. Kalau dia yang meminta
memimpin penculi kan itu, tentunya salah paham itu dapat
dihindarkan, dan Ouw Ho pasti tidak akan bisa meloloskan diri.
Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Yang sudah terjadi jelas
tidak dapat disalahkan lagi.
Kini tidak lebih baik dari melakukan suatu pekerjaan yang
memungkinkan mereka bekerja sama untuk melaksanakan
pembalasan sakit hati terhadap Ouw Hui.
Ketiga orang kawan Ie Koan Ke itu adalah putera dan
kedua sute Touw Sat Kauw.
Sejak diobrak-abrik Swat Hong Sancung oleh Kim Bian Hud
dan Ouw Hui, seisi rumah Touw Sat Kauw telah menyingkir ke
Pakkhia un tuk mencari perlindungan dengan bekerja dalam
pasukan Gie Lim Kun. Tetapi disini mereka harus mengalami keke ceWaan pula.
Karena kegagalannya dalam usaha menawan Kim Bian Hud
dan Ouw Hui, maka dalam mata dan pandangan para
pembesar Boan harga mere ka sudah turun. jauh.
Walaupun diterima juga menjadi pasukan Gie Lim Kun,
kedudukan mereka tidak setinggi yang mereka harapkan.
Dengan sangat terpaksa mereka menerima ju ga
kedudukan yang diberikan pemerintah Boan itu, karena bagi
mereka sudah tidak ada pilihan lain.
Jengkel, malu dan kecewa memenuhi hati Touw Sat Kauw,
sehingga tidak sampai setengah tabun kemudian meninggallah
dia. Puteranya vang bernama Peng Liang dan le dua sutenya,
Ma Sat Long dan Lie Sat Houw te tap bekerja dalam pasukan
Oie Lim Kun. Diantara pegawai rumah tangga dari keluarga Touw
tersebut, hanya In Koanke yang ma sih tetap setia dan karena
Touw Sat Kauw sudah tidak kuat membayar gaji mereka,
maka pelayan2 yang lainnya telah berhenti untuk men cari
pekerjaan ditempat lain. Selama sepuluh tahun itu, mereka tidak per nah melupakan
Kim Bian Hud maupun Ouw Hui, dua orang yang mereka
anggap sebagai biang keladi dan sumber kesialan keluarga
mereka. Selama ber-tahun2 pula mereka telah mempelajari bermacam2
ilmu silat lagi tanpa mengenal lelah, karena dorongan
nafsu membalas dendam. Sementara itu, per lahan2 kedudukan mereka didalam
pasukan Gie Lim Kun juga menan jak sedikit demi sedikit,
sehingga kini mereka sudah menjabat kedudukan sebagai
komandan regu. Hipertengahan tahun yang lalu, pemerintah Ceng telah
mendengar berita burung bahwa Kim Bian Hud dan Ouw Hui
yang sekian lama tidak terdengar kabar beritanya lagi,
sesungguhnya su dah menyingkir dan menyembunyikan diri
diwi layah barat laut. Dalam rapat kerja para perwira Gie Lim Kun. hal inipun
telah dibicarakan, dan Peng Liang serta kedua susioknya itu
melihat suatu kesempatan baik untuk membalas dendam
sekalian memupuk jasa bagi mereka.
Karena itu, mereka lalu mengajukan diri un tuk pergi
melakukan penyelidikan, dan kalau be rita itu memang benar,
mereka akan memperta ruhkan jiwa untuk menawan dua
pelarian penting itu. Komandan pasukan Gie Lim Kun mengetahui, bahwa dalam
pasukannya memang tak ada yang lebih tepat dari mereka
untuk berusaha me laksanakan tugas itu. Tetapi dengan
sengaja dia mengejek mereka dulu, agar hati mereka menja di
panas. Dikatakanlah oleh komandan Gie Lim-Kun bahwa dia masih
ragu2 dan meragukan kesanggu pan mereka, mengingat
peristiwa di Swat hong Sancuog yang memalukan itu.
Kata2 seperti itu dati komandan pasukan Gie-Lim-Kun tentu
saja benar2 berhasil membang kitkan amarah mereka dan
semakin keraslah te kad mereka untuk membalas dendam dan
mencuci malu. Mereka telah bersumpah untuk tidak kembali dengan masih
bernyawa, kalau tidak berhasil menawan atau membinasakan
Kim Bian Hud dan Ouw Hui.
Demikianlah mereka berangkat dua bulan yang lalu
bersama dengan lima orang Gie Cian Siewie dari istana kaisar,
ditambah pula dengan ada orang rokoh Kun Lun Pai dan
sipengurus rumah tangga she Ie.
Orang2 Kun Lun Pai itu adalah orang2 yang telah diminta
bantuannya oleh pemerintah Ceng dan segera menyanggupi
permintaan itu karena didorong nafsu mereka untuk
membalaskan sakit bati guru mereka, Leng Ceng Kiesu yang
telah tewas dikaki puncak Giok Pit Hong ber-sama2 dengan
Say Congkoan dan beberapa siewie lainnya.
Setibanya mereka didatrah barat laut, rom bongan itu lalu
dipecah menjadi tiga kelompok.
Setiap kolompok hanya bertugas melakukan penyelidikan
dulu, dan kalau sudah berhasil me nemukan jejak orang2 yang
mereka cari itu, me reka harus menghubungi yang lainnya
agar dengan bersatu mereka dapat mengeroyok dan menga
lahkan lawan. Agar tidak meninbulkai kecurigaan, dalam perjalanan itu
mereka menyamar sebagai saudagar.
Sudah ber-bu!an2 mereda mjiciri kesana ke mari dengan
sia2 saja. Kemudian tibalah saatnya untuk mereka ber kumpul di kota
Ili, sebagai telah dijanjikan jika sekiranya mereka sama'2
belum berhasil se'elah lewat setengah tali in.
Kelompok orang2 Swat Hong San Cung ini lah yang telah
tiba lebih d ilu dikota Ili, dima-na secara tidak terduga mereka
telah berpapasan dengan .Ouw Hui dan puteranya.
Kemudian sambil menanti kedatangan kawan2 yang ditunggu2
itu, mereka sengaja menyewa ka mar disebelah
kamar Ouw Hui dirumah penginap an itu, yang kemudian
ternyata justru telah mengakibatkan mereka telah
dipermainkan oleh Ouw Ho, sehingga mereka mengalami
peristiwa yang memalukan itu.
Waktu mereka bertemu dengan rombongan Ceng Cong Pai
yang telah berhasil menculik Ouw Ho, mereka sesungguhnya
mereka hendak menyongsong kawan2 mereka.
Karena kemudian mereka kehilangan tunggangan dan
bekal, maka terpaksa mereka kembali ke lli ber-sama2 dengan
tiga orang Cong Pai itu. Keesokan harinya tibalah kawan2 yang di-nantikan itu.
Rombongan mereka itu seluruhnya jadi ter diri dari dua
puluh satu orang. Dari keterangan yang mereka peroleh dari sana-sini dan
terutama sekali dari para pegawai penginapan langganan Ouw
Hui, mereka jadi, mengetahui bahwa musuh yang dicari itu
tinggal dikaki pegunungan Thiansan, kurang lebih empat ratus
lie di sebelah tenggara kota Ili.
Demikianlah, mereka ikalau berangkat kearah tenggara dan
berpencar untuk mencari tem pat kediaman Ouw Hui,
Achirnya Hong It Hoa yang berhasil menemukannya dan
setelah berkumpul pula mereka segera ramai2 menuju
kerumah terpencil ditepi padang rumput itu.
Orang2 yang sudah bertekad bulat untuk mempertaruhkan
jiwa inilah yang kini dihadapi Ouw Hui dan keluarganya.
Walaupun yakin, bahwa kepandaiannya sendiri tentu masih
dapat mengatasi musuh2 itu, te tapi Ouw Hui iuga menyadari
bahwa kenekadan musuh2nya itu tidak dapat dianggap sepi,
bahkan bisa menimbulkan bahaya yang tidak terduga.
Hal inipun sudah disadari oleh Kim Bian Hud, yang
mengenali anggota2 keluarga Touw Sat Kauw.
Seperti juga Ouw Hui, Kim Bian Hud me ngerti bahwa
dalam pertempuran yang akan terja di ini, dia tidak boleh
berlaku murah bati lagi. Inilah suatu pertempuran yang tidak akan mengenal
kasihan, yang harus menentukan siapa yang akan tetap hidup,
pihaknya atau pihak sana.
Dan sebagai umumnya semua makluk hidup Kim Bian Hud
juga tidak mau menyerahkan jiwanya dengan cuma2.
Melihat keluarnya musuh, kedua puluh satu orang itu lalu
membentuk setengah lingkaran de ngan sikap mengepung.
Hong It Hoa yang per-tama2 ditegur Ouw Hui segera
menjawabnya dengan bentakan ; "Jahanam, jangan
membentang mulut seenakmu !"
Salah seorang Gie Cian Siewie itu menyam bungi :
"Pemberontak2 Ouw Hui dan Biauw Jin Hong! Dosamu sudah
terlalu besar ! Lebih baik kalian lekas2 menyerah untuk
menerima hukuman! Jangan harap kalian bisa mengelakan
kematian sekali ini!"
Ouw Hui menyapu matanya kearah orang2 itu, didalam
hatinya dia sedang mempertimbang kan siasat yang harus
ditempuhnya untuk mem peroleh kemenangan yang cepat lagi
mutlak. Kemudian dia telah berkata: "Dosaku memang sudah berlimpah2,
dan aku memang pantas mendapat hukuman. Hanya
kukira tidak te patlah jika kalian, manusia hina dina yang akan
menghukumku. Lebih tepat jika aku menghukum kalian. Kalian
jauh2 telah memerlukan datang kemari, maka biarlah aku
tidak akan mengecewa kan kalian. Akan kukirim pulang kalian
semua nya ramai2, hanya bukan kembali kerumahmu, tetapi
ketempat asalmu, keneraka, menghadap raja akheratl"
Ma Sat Long dan Lie Sat Houw tidak dapat bersabar pula. Dengan ber-sama2 mereka telah berteriak garang sekali: "Saudara! Untuk apa menghambur kan Kata2 pemberontak ini" Kita bukan datang
untuk mengadu lidah dengan bangsat itu! ,Serbu saja, dan kita bereskan mereka, habis perkara!" Menurut akan kata2nya itu, ber sama2 dengan Touw Peng
Liang dan sipengemis rumah tang ga, mereka segera
rnenerjang Ouw Hui, yang berdiri terdekat dengan mereka.
Enam belas kawan mereka serentak ikut maju menerjang
melancarkan serangan. Ouw Hui perintahkan sikembar Cie Beng dan Cie Jin agar
mundur sampai kesamping pintu untuk menghalangi setiap
orang yang berusaha menerjang maju kedalarn.
Dia sendiri segera memutar goloknya untuk melakukan
perlawanan. Kim Bian Had juga telah menggerakan pe dangnya.
"Trang! Trang!" terdengar dua kali bunyi logam terbentur
dengan logam pula, disusul juga dengan teriakan kaget.
Dalam gebrakan pertama itu ternyata pedang2 Ma Sat Long
dan Lie Sat Houw sudah ditabas putus oleh golok Ouw Hui.
Sambil berteriak memperingati kawan2 m reka agar berhati2
terhadap senjata Ouw Hui kedua orang itu segera
melompat mundur dan ber-lari2 kearah tempat kuda2 mereka.
Sesaat kemudian mereka sudah kembali dengan
memegang pedang baru, ternyata mereka telah membekal
cadangan senjata. Sementara itu pertempuran itu telah berlangsung dengan
ramainya. Pertempuran itu benar2 merupakan pertempuran
terberat yang pernah dialami oleh Ouw Hui maupun Kim Bian
Hud dalam menghadapi kawanan garuda.
Lawan2 yang kini dihadapinya tidak dapat dipersamakan
dengan musuh yang mereka jumpai di Swat Hong Sancung.
Walaupun sebagian besar terdiri dari murid dan keturunan
musuh yang lain, tetapi kepandaian mereka sudah jauh
melebihi kepandaian guru mereka berkat ketekunan mereka
melatih diri hampir sepuluh tahun.
Disamping itu, hampir semua musuh2 itu adalah orang2
yang sudah nekad, yang akan ragu2 mengorbankan jiwanya
de ni berhasilnya melak sanakai pembalasan dendam sedalam
lautan itu. Kini terbuktilah bahwa kenekadan bisa me rupakan senjata
yang ampuh, apa lagi kalau yang nekad itu seorang akhli silat
tingkat tinggi- Setelah mengetahui bahwa golok Ouw Hui sebatang
senjata mustika, maka para pengepungnya itu tidak mau
mengadu senjata mereka lagi.
Setiap bacokan atau tabasan Ouw Hui selalu banya
dielakkannya dengan melompat ke-samping. sedangkan jika
serangan mereka hendak ditangkis oleh Ouw Hui, merekapun
cepat sekali menarik senjata masing2.
Cara bertempur demikian, yang selalu menghindarkan
benturan senjata, sesungguhnya banyak kerugiannya.
Tetapi berkat jumlah kawan mereka yang jauh lebih besar


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan semua benar2 sudah merupakan tokoh2 silat yang jarang
ada tandingan nya, maka dengan bekerja sama secara teratur
seperti itu, mereka bukan hanya berhasil menambal
kelemahan itu, sebaliknya mereka bahkan berhasil menarik
keuntungan untuk pihak mereka.
Setiap kali Ouw Hui hendak meneruskan tangkisannya
menjadi serangan, hampir selalu dia harus membatalkan
niatnya, karena dari arah lain sudah segera tiba serangan lagi.
Dengan melancarkan serangan2 susul menyusul silih
bergantian itu, mereka telah dapat memaksa Ouw Hui terus
menerus membela diri tanpa berkesempatan melancarkan
serangan balasan. Karena itu maka jika hanya dilihat sepintas lalu, orang bisa
mendapatkan kesan bahwa dia sudah jatuh dibawah angin.
Tetapi bagi mata seorang ahli. keadaan Ouw Hui sama
sekali belum menguatirkan.
Disebelah pihak lainnya, Kim Bian Hud ju ga tengah
bertempur dengan penuh kewaspadaan melawan para siewie
dan orang2 Kun Lun Pai. Kedudukannya agak lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan kedudukan Ouw Hui.
Diantara musuh2nya tidak ada seorangpun pernah
merasakan send ri betapa hebatnya orang tua itu.
Walaupun sudah sering kali mereka mende ngar tentang
kepandaian dan kehebatan Kim Bian Hud, tetapi mereka
percaya, bahwa dengan berkawan begitu banyak, yang
semuanya berimu silat tinggi, tidak nantinya mereka akan ca
pai. Karena itu, mereka jadi lebih berani dalam melakukan
serangan. Sementara itu Cie Beng dan Cie Jin terpaksa hanya
menyaksikan saja sambil menjaga di-ambang pintu.
Sesungguhnya tangan mereka sudah gatal se kali, ingin
benar mereka menggabungkan diri dalam pertempuran itu.
Tetapi pemerintah guru mereka juga tidak dapat dilanggar
oleh mereka. Tiba2 disamping rumah terdengar suara ber kerotok,
bagaikan terbakarnya kayu setengah ke ring, dan sesaat
kemudian terdengar suara Peng Ah Sie dari dalam.
"Celaka, mereka membakar rumah "
Kedua saudara Cie itu tentu saja teikejut se kali karenanya
dan merekapun agak heran.
Jelas sekali kedua puluh musuh itu tengah asyik bertempur
dan seorangpun tidak ada yang meninggalkan medan
pertempuran. Siapakah yang melepas api disamping "
Apakah ada serombongan musuh lain yang belum
memperlihatkan diri dan kini berusaha membokong dan
menimbulkan kekacauan dengan membakar rumah "
Dalam kagetnya dan bingungnya, kedua saudara Cie itu
tidak dapat mengambil keputusan yang cepat tindakan apa
yang harus mereka laku kan dengan segera disaat itu,
Memberitahukan kepada Ouw Hui atau Kim Bian Hnd
tentang adanya perkembangan baru i-tu, mereka memaDg
tidak berani karena kuatir mengejutkan dan mengacaukan
pemusatan perha tian mereka.
Pergi sendiri untuk melihat dan memadamkan api, juga
sulit dilakukan, karena mungkin sekali akan ada musuh yang
berusaha menerobos masuk kalau mereka meninggalkan pintu
itu. Sekarang api masih kecil dan belum mena rik perhatian
mereka yang tengah bertempur, te tapi sebentar pula api itu
tentu akan menjadi semakin besar dan Kim Bian Hud maupun
Ouw Hui tentu akan melihatnya.
Kalau sampai terjadi begitu, bukankah kedua orang itu
akan menjadi terkejut dan perha ttan mereka jadi terpecah "
Maka perlu sekali mereka bertindak dengan cepat.
Dan Cie Beng maupun Cie Jin telah memu tuskan untuk
masing2 melakukan tugas sendiri2.
Cie Jin tetap menjaga pintu, sedangkan Cie Beng akan
pergi kesamping untuk berusaha memadamkan kebakaran.
Yang dijumpainya disamping ternyata hanya Seorang.
Legalah hati Cie Beng, disamping dia juga sangat murka
sekali. Orang itu ternyata telah menumpuk sekian banyak rumput
dan ranting cabang kering kayu disamping rumah dan telab
menyalakannya. Kini orang itu tengah mengipasi api itu, su paya semakin
besar nyalanya. Tanpa mengucapkan sepatah kata Cie Beng lalu
menyerangnya. Maksudnya ialah untuk merubuhkan orang itu, agar
kemudian dia berusaha dan bekerja leuasa untuk
memadamkan api. Tetapi sayangnya, maksud itu tidak begitu mudah untuk
dicapai dan dilaksanakannya.
Walaupun tengah memusatkan perhatiannya kepada api
yang tengah dinyatakannya itu, sera iigan Cie Beng yang
datang dengan tiba2 dapat pula dielakkan dengan mudah oleh
sipembakar rumah. Sambil membalikkan tubuh, orang itu kemudian membalas
serangan Cie Beng. Tidak berapa gesit gerakannya itu. tetapi gerakannya ku
telah memperlihatkan bahwa serang an yang dilancarkan itu
dengan mengerahkan telaga dalam yang dahsyat.
Hal itupun dapat juga dirasakan oleh Cie Beng, yang jadi
terkejut sekali. Dengan melihat kenyataan seperti ini. Cie Beng tidak berani
berlaku ceroboh. Dia mengetahui bahwa menghadapi musuh yang memiliki
Iwekang yang demikian kuat, dengan bertempur tanpa
senjata,' dia belum tentu bisa merebut kemenangan.
Dan kalau akhirnya dia bisa menang juga, kemenangannya
pasti baru bisa dicapainya setelah lewat seratus jurus lebih.
Dia tidak dapat menanti sekian lama, karena api yang
menyala itu semakin besar saja dan sudah mulai mengancam
dinding rumah yang ter buat dari kayu.
Dibarengi dengan kesulitannya, Cie Beng te lah mencabut
pedangnya dan dengan pedang pan jang di tangan kiri serta
pedang pendek dtiangan kanan, dia segera melancarkan
serargan tanpa ragu lagi.
Cie Beng juga yakin bahwa pertempuran ini bukan seperti
pertempuran yang pernah dialaminya.
Sekali ini dia harus bertempur tanpa mengenal ampun, jika
dia tidak mau kehilangan jiwanya sendiri.
Yah, kalau hanya jiwanya sendiri saja masih tidak
mengapa, tetapi kalau dia gagal atau terlambat merobohkan
lawannya, jiwa selurul keluarga gurunya akan terancam
maut. Karena menyadari akan hal ilu, maka dalam serangan2nya
yang pertama dia sudah segera mempergunakan ilmu silat
yang liehay dai ganas. Sipembakar rumah pertama kali agak lega melihat
penyerangannya hanya seorang muda.
Sebagai seorang siewie kelas satu, dengan kepandaian
dan pengalamannya, dia telah meru buhkannya tidak sedikit
tokoh2 Kangouw yang terkenal.
Maka seorang muda belia seperti Cie Beng yang kini tengah
dihadapinya tentu saja tidak dipandang sebelah mata.
Dengan tangan kosong, dia hendak merubuhkan sipemuda
yang dianggapnya tidak tahu diri.
Tetapi sesaat kemudian ternyatalah bahwa sianak muda
yang tak tahu diri, sebaliknya dia lah yang ternyata
menganggap kepandaiannya sendiri terlalu.tinggi.
Pedang Cie Beng yaog meluncur kearah teng gorok ann ya
dengan tipu Pek Hong Kwan Jit" pelangi putih menembus
mata bari, dapat dielak kannya dengan memiringkan
kepalanya kesam-ping, dan bersamaan dengan itu dia telah
mengulurkan tangannya untuk merampas pedang si-pemuda.
Kalau serangannya dengan ilmu Tai-lek-eng-jiauw-kang itu
berhasil maka celakalah Cie Beng
Se-tidak2nya pergelangan tangannya akan hancur
tergencet jari2 siewie itu yang keras bagaikan baja.
Tetapi tidak sia2 Ouw Hui telah mendlidik pemuda itu.
Sebelum tangan siewie itu dapat mencapai sasarannya,
dengan sekali membalikan tangannya Cie Beng telah
memutarkan pedangnya yang kini terbalik mengancam
ketelapak- tangan siewie itu.
Dengan terkejut sekali, siewie itu menarik kembali
tangannya yang kiri berusaha menotok Hong Tie Hiat Cie Beng
dibelakang telinganya. Sambil menunduk, Cie Beng mengelakkan totokan itu dan
sambil memutar tubuh mengikuti gerakan lawan ....
Halaman 57-58 sobek Walaupun dia melihat sualu kesempatan yang baik untuk
dia, tetapi Cie Beng tidak mempergu nakannya sebaik
mungkin. Disamping itu, karena masih sangat kurang pengalaman,
pemuda tersebut tidak menyadari bahwa belas kasihan kepada
seorang yang berjiwa rendah akhirnya bisa merugikan diri
sendlri. Kebimbangan Cie Beng ini segera terlihat oleh siewie itu
dan tahulah siewie itu bahwa Cie Beng bisa dimanfaatkannya.
Secepat kilat dia telah melompat bangun dan kepalan
tangannya telah ditujukan kepada si pemuda.
Alangkah kagetnya Cie Beng ketika segalanya sudah
terlambat. Dan Cie Beng menyadari semua itu disebabkan
sikap ragu2nya tadi. Waktu itu Cie Beng sudah tidak mungkin pu la
mengelakkan diri dari serangan si siewie yai?g dilancarkannya
dengan kuat penuh dan cepat sekali.
Dalam saat2 yang begitu berbahaya seperti itulah ilmu silat
keluarga Ouw memperlihatkan faedahnya.
Dengan perobohannya yang luar biasa, seseorang yang
mahir dalam ilmu itu dapat menarik suatu keuntungan dari
keadaan yang sangat buruk.
Waktu itu Cie Beng agaknya akan terluka berat karena
pukulan musuh yang sangat dahsyat itu, akan tetapi secara
aneh dan sama sekali tidak terduga, tiba2 pedangnya ditangan
kiri berkelebat dan bersama dengan tibanya pukulan musuh
didadanya, pedangnya itu telah menancap didada lawan.
Bersama mereka mengeluarkan teriakan tertahan kemudian
ke-dua2nya rubuh bersama.
Hanya bedanya, Siewie itu rubuh untuk se lanjutnya tidak
bangkit pula. Sedangkan Cie Beng segera merangkak bangun dengan
menahan kesakitan. Sungguh untung bagi Cie Beng, bahwa disaat yang
menentukan itu dia tidak kehilangan a-kal dan bisa
mempergunakan pelajaran yang telah diperolehnya dengan
baik. Entah seperseratus atau seperlima puluh detik ujung
pedangnya mendahului tinju lawan mencapai sasarannya.
Tetapi perbedaan waktu yang demikian kecil itu cukuplah
sudah untuk membebaskan diri dari serangan lawannya itu,
bahkan telah berhasil membinasakan lawannya.
Karena tusukannya itu tiba lebih dulu, maka kedahsyatan
serangan musuh telah berkurang sangat banyak.
Kini dia hanya menderita kesakitan dan luka ringan
didalam. Dan kalau memang tadi daya serang dari lawannya tidak
berkurang, jangan harap Cie Beng dapat hidup terus.
Tanpa ada yang merintangi, kini dia dapat berusaha
memadamkan api itu. Dengan pedangnya dia me-lontar2kan
kayu2 kering yang tersusun dan sudah mulai menyala itu,
sehingga ke adaan disekeliling rumah itu menjadi terang ben
derarg. "Tetapi sementara itu, api sudah menjilat dinding rumah,
yang terbuat dari kayu. Tahulah Cie Beng, bahwa seorang diri dan karena adanya
musuh, tidak mungkin dia bisa memadamkan kebakaran itu.
Cepat2 dia kembali kepintu depan rumah itu, dimana
adiknya masih tetap menjaga dengan senjata terhunus.
Diserukannya kepada Yok Lan, Peng Ah Sie dan Ouw Ho
agar keluar. Kedua saudara Cie itu diam2 agak bingung juga. Dengan
Cie Beng menderita luka didalam walaupun luka itu tidak
berapa berat, tentu saja daya tempurnya tidak seperti
biasanya. Disamping itu dalam halaman rumah yang terbuka itu tugas
mereka untuk menjaga keselamatan tiga orang itu tentu saja
menjadi sema kin sulit. Sementara itu pertempuran antara Kim Bian Hud dan Ouw
Hui melawan musuh2 itu sedarg memuncak.
Kedua pahlawan itu kini telah dapat menyelami cara2 pihak
lawan dan dengan itu mereka punsudah dapat menemukan
titik2 kelemahan dalam siasat keroyokan itu.
Karena pihak sina terdiri dari orang2 berbagai gotongan
yang ilmunya masing2 berbeda satu dengan yang lain, dan
juga mereka memiliki maksud tersendiri, maka penyatuan
tenaga mereka itu tidak sekuat seperti yang dilihat sepintas
lalu. Jika pertama kali tampaknya pihak musuh Itu dapat
mengambil posisi untuk menguasai dua lawannya itu, justru ini
Ouw Hui maupun Kim Bian Hud sudah bisa mengimbangi
mereka bahkan sudah mulai bisa lebih sering merugikan siasat
pengepungan mereka itu. Berbeda dengan awal pengepungan tersebut kini
merekalah yang lebih sering melancarkan serangan2 kepada
belasan orang musuh itu. Walaupun demikian, mereka tidak dapat cepat2
memperolah kemenangan, terutama karena kenekadan
orang2 Swat Hong Sancung. mereka telah bertempur dengan
tidak memperdulikan keselamatan jiwa sendiri, dan begitu
pula dengan Bong It Hoa dan sute2nya.
Mereka itu sering sekali melancarkan serangan-serangan
tanpa menperdulikan keselamatan jiwa sendiri dan khusus
melancarkan serangan dengan keseluruhannya dipusatkan
untuk mati ber-sama2 dengan pihak lawannya.
Tentu saja, dengan keadaan lawan2nya seperti itu, tidak


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mudah bagi Kim Bian Hud dan Ouw Hui untuk rrembinasakan
mereka semuanya Sedangkan pihaknya sudah mulai berada atas angin, saat
itulah Kim Bian Hud dan Ouw Hui melihat bahwa rumah
mereka sedang terbakar. Peristiwa itu tentu saja sangat mengejutkan hati mereka,
sehingga sesaat perhatian mereka jadi terpecah dan mereka
jadi lengah. Kesempatan yang baik itu tidak dilewatkan dengan
percuma oleh Hong It Hoa, yang berhadapan dengan Ouw
Hui; Tangannya melayang kearah kepala musuh besar itu dan
agaknya dia sudah akan berhasil melakukan pembalasan
dendam itu. Di saat yang sangat berbahaya itu. Ouw Hui tersadar dari
tertegunnya. Dan cepat2 Ouw Hui melompat mundur selangkah.
Kepalanya terhindar dari serangan It-Hoa.
Tetapi sayangnya, bahunya kini yang telah menggantikan
untuk menerima pukulan tersebut.
--ooo0dw0oo-- Jilid 5 DENGAN menyalurkan tenaga dalam yang kuat Ouw Hui
sesungguhnya tidak menderita kerugian apa2 dari benturan
serangan yang dilancarkan It Hoa.
Hanya saja, diluar tahunya, tangan It Hoa beracun, dan
racun Tok See Ciang yang ganas itu serentak merembas
kedalam dagingnya. Untuk beberapa saat lamanya Ouw Hui belum merasakan
apa2 dari serangan itu, tetapi setelah bertempur lagi beberapa
jurus, tiba2 dia merasakan bahunya gatal dan agak kaku.
Segera juga Ouw Hui mengetahui bahwa dia telah terkena
serangan racun. Disaat itu gerak geriknya masih tetap lancar dan leluasa,
itulah berkat kesempurnaan Iwekangnya.
Dengan tenaga dalam yang kuat itu, dia berhasil mencegah
menjalarnya racun, mencegah mengganasnya racun itu
kedalam pembuluh2 darahnya, walaupun hanya akan
berlangsung dalam batas2 tertentu saja.
Namun Ouw Hui juga merasa menyadari bahwa daya tahan
itu tidak dapat dipertahankan terus menerus,
Lambat atau cepat tenaganya akan berkurang, dan yang
terutama sekali ototnya akan menjadi kaku dan akhirnya dia
akan rubuh sendirinya walaupun belum sampai terpukul oleh
musuh. Sesungguhnya dia memiliki obat mustajab yaitu pil yang
dibuat dari sari bunga Swatlian (teratai salju) yang hanya
terdapat dipegunungan Thiansan.
Cara pembuatan obat itu telah diperolehnya dari kitab Yo
Ong Sin Pian, yang juga menyebutkan bahwa obat itu dapat
memusnahkan segala jenis racun yang umum.
Selanjutnya kitab itu juga menyebutkan bahwa sayang
sekali bunga Swatlian itu tidak mudah diperoleh.
Kebetulan sekali Ouw Hui tinggal dikaki pegunungan
Tkiansan. dan sering pula memburu di sana.
Oleh sebab itu, maka dia telah beberapa kali menemukan
bunga yang luar biasa itu dan bisa membuat pil2 manjur
mustajab itu' Hanya saja sayangnya, cara pengobatan keracunan Tok
See Ciang tidaklah cukup menelan pil2 Swatlian saja, dia harus
pula beristirahat sambil mengerahkan pernapasannya dengan
cara bersemedi. Kalau tidak, akan sia2 saja dia menelan pil itu. Kini dia
tengah melakukan pertempuran mati2an dan tidak ada waktu
untuk dia menuruti aturan cara pengobatan itu.
Apa dayanya sekarang"
Benar2 Ouw Hui murka sekali, dia menghadapi jalan buntu
dan terjepit. Agaknya kematiannya sudah tidak terelakkan pula dari mati
percuma, lebih baik dia membawa serta beberapa orang
musuhnya untuk meng hadap raja akherat.
Tetapi kalau dia mati sebelum musuhnya, atau terbasmi
semuanya, keadaan keluarganya tentu akan menjadi lebih
berbahaya sekali. Seorang diri Kim Bian Hud tentu akan menghadapi tugas
yang jauh lebih berat lagi untuk menghadapi musuh2 mereka
yang memang memiliki kepandaian tinggi dan cukup
sempurna itu. Dengan pertimbangan seperti itu, karena putus asa, dia
menjadi nekad. Dalam perhitungannya, dia masih dapat mem pertahankan
diri selama kurang lebih lima puluh jurus lagi dan Waktu itu
hendak dipergunakan sebaik mungkin.
Kini dia telah merobah cara berkelahinya
Tidak lagi dia menghiraukan serangan2 musuh, yang
diutamakan adalah menyerang, dan terus saja dia
melancarkan serangan2 yang kian lama kian hebat. Dengan tujuan membinasakan lawan2nya sebanyak mungkin, Ouw Hui telah mengeluarkan ilmu simpanannya dan dalam waktu yang cepat sekali dia berhasil mendesak hebat lawan2nya itu. Ouw Hui telah memperhitungkannya, kalau saja dia berhasil membinasakan
sebagian dari belasan lawannya, maka Kim Bian Hud seorang
diri dapat menyelesaikan sisanya dan bolehlah dia mati
dengan mata yang meram dan hati rela.
Diluar dugaannya, Kim Bian Hud sendiri sedang
menghadapi bahaya yang tidak ringan.
Para Gie Cian Siewie yang tengah dilawannya itu telah
memperoleh bekal semacam senjata rahasia yang d'Saat itu
benar2 masih merupakan barang baru bagi orang2 di
Tionggoan. Diistana Kaisar Kian Liong, disaat itu ada seorang pendeta
Katholik dari sekte Jesuit yang bekerja sebagai akhli ilmu
falak. Di Eropa sendiri sekte Jesuit itu sangat tidak disenangi
ke lena terlalu senang mencampuri politik, bahkan seringkalt
mempergunakan Cara2 yang bukan semestinya untuk
mencapai tujuan mereka. Disaat itu sekte Jesuit telah menjadi sebiuah organisasi
terlarang diseluruh Eropa,
Tetapi walaupun demikian, tidaklah dapat disangkal, bahwa
banyak sekait diantara tokoh2 kaum itu terdapat orang2 yang
sangat pandai dan cerdas. Dcmiisianpun halnya dengan
pendeta yang bekerja sebagai akhli falak itu,
Disamping memiliki keakhlian dalam ilmu tersebut, sebagai
seorang anggota sekte Jesuit, orang-orang itupun
berpengetahuan luas sekali dalam bidang mempergunakan
racun dan obat bius. Dan kini, Senjata rahasia yang dipergunakan oleh salah
seorang Gie Cian Siewie itu terhadap Kim Bian Hud adalah
semacam obat pembius buatan pendeta itu, yang disimpan
dalam sebilah tabung, yang dipergunakannya dengan
disemprotkan kepada musuh.
Mungkin sekali itulah zat yang kini umumnya kita kenal
dengan nama Chloroform. Jika dia diserang dengan senjata rahasia a-tau dengan
benda cair, bagi Kim Bian Hud ti dak sulit untuk
menghindarinya. Tetapi zit yang disemprotkan itu tidak
mungkin dikelit, karena seketika berada diudara bebas,
berobahlah zat itu menjadi gas dan memenuhi udara
disekitarnya. Dengan terkejut Biauw Jin Hong merasakan bagaikan
disetiap saat dia akan jatuh pingsan seperti dikuasai oleh
semacam pengaruh yang tidak tampak olehnya.
Seketika itn juga Biauw Jin Hong menger ti bahwa itulah
disebabkan semprotan siewie ta di. Cepat2 Biauw Jin Hong
mengerahkan lwekangnya sambil menutup hidungnya.
Selain itu diapun mengibaskan kedua buah lengan bajunya
untuk membersihkan udara di sekelilingnya dari pengaruh gas
itu. Untunglah bagi Biauw Jin Hong, bahwa sie wie itu sendiri
juga masih asing akan senjata baru itu dan belum begitu
mengerti bagaimana cara mempergunakannya.
Selain itu, diapun agak takut terhadap Kini Bian Hud,
sehingga serangannya tadi hanya dilakukannya dari jarak agak
jauh. Oleh sebab itu, maka gas yang tersedot oleh Kmi Bian Hud
tidak seberapa dan tidak cukup untuk merubuhkaonya,
aehingga Kim Bian Hud berhasil mengerahkan Lwekangnya.
yang sangat kuat sekali. Kalau saja siewie itu berani mendekati ketika
menyemprotkan Zat itu, tentu Kim Bian Hud sudah akan rubuh
tidak akan sadarkan diri.
Walaupun demikian, bahaya yang dihadapi Kim Bian Hud
tidaklah kecil ketika itu.
Pengaruh gas pembius itu masih terasa juga
Pikirannya tidak dapat dipusatkan pula se dangkan kaki dan
tangannya menjadi lemah. Kenyataan ini juga diketahui oleh para pengepungnya.
Mereka ramai2 mendesak maju agar bisa melancarkan
pukulan2 dari jarak lebih dekat dan tahu2... mereka juga
menjadi terhuyung seperti Kim Bian Hud.
Itulah suatu kejadian yang tak pernah diduga dan suatu
akibat dari kurang pengetahuan mereka tentang zat itu. '
Kibasan lengan baju Kim Bian Hud itu telah membuyarkan
gas itu disekelilingnya, keempat penjuru dan para siewie yang
saling menerjang maju itu umumnya telah menghirup udara
yang mengandung gas itu. Bagi Kim Bian Hud, peristiwa tersebut merupakan suatu
pertolongan yang tidak ternilai harganya.
Musuh2nya yang umumnya memiliki lwe-kang tidak sekuat
dia, tentu saja harus menderita akibat yang jauh lebih besar.
Sesaat kemudian Kim Bian Hud sudah dapat bernapas
dengan biasa lagi, sedangkan kaki dan tangannya sudah tidak
lemas lagi, berhasil digerakan seperti semula.
Benar2 Kim Bian Hud diliputi kemarahan yang tidak
terhingga atas terjadinya persoalan tersebut-, dan disaat itu
segera juga dia yakin kalau dia tidak bisa cepai2 merebut
kemenangan tentu keselamatan keluarganya akan hancur dan
terancam. Disaat itu, terbukalah waktu yang sangat baik baginya.
Sebagian dari musuh2aya itu yang tadi sangat bernafsu
maju telah menghirup gas beracun itu dan kini masih
terhuyung bagai kan setiap saat akan rubuh sendiri.
Yang berada dibelakang tidak terkena begini berat dan saat
itu sudah dapat berdiri dengan tetap pula.
Kesempatan itu tentu saja tidak disa2kan Oleh Kim Bian
Hud. Dengan sekali bergerak secepat kilat, dirubuhkannya enam
orang yang terdekat dengannya Kemudian perhatiannya
dialihkan kepaJa sisa pengeroyoknya itu, yang berjumlah
empat orang. Disamping itu, pertempuran antara Ouw Hui dengan Hoig It
Hoa serta kawannya, juga sudah meperlihatkan perobahan.
Jika tadi karena masih memikirkan keselamatan jiwanya
sendiri, Ouw Hui jadi sukar mem peroleh keterangan, kini
nekad sebentar saja, dia sudah bisa membuat lawan2nya
menjadi sibuk bukan main.
Dengan ilmu goloknya yang tiada taranya didunia ini, dia
telah menghujani lawangnya itu dengan serangan2 yang
gencar dan ber-tubi2. Sia2 belaka saja musuh2nya itu berusaha mengambil alih
pimpinan jalannya pertempuran itu karena serangan- yang
dilancarkan oleh Oiw Hui memang sangat hebat dan gencar
sekali, setiap kali mereka tetap sudah didahului lawannya
hanya seorang ini Disamplng itu, merela juga sangat rejan sekali terhadap
golok Ouw Bui, yang Sudah terbukti ketajamannya.
Mereka tidak berani menangkis serangannya, tetapi dengan
demikian golok Ouw Hui jadi dapat bergerak kesegala penjuru
dengan bebas sekali, dan serangannya jadi semakin gencar.
Kini tahulah mereka, bahwa harapan mereka satu2nya ialah
agar racun Tok See Ciang itu bekerja selekas mungkin.
Tetapi sia2 belaka harapan merela itu. Berkat Iwekargnya
yang memang telah sempurna. Ouw Hui dapat menghambat
menjalarnya racun Itu. Memang benar bahu kirinya terasa kaku dan lengannya
yang kiri hampir tidak dapat digerak kan, tetapi kenekadannya
dan amarahnya mem buat gerakan golok ditangan kanan itu
menjadi lebih hebat dari yang Sesungguhnya.
Hal itu disebabkan karena Ouw Hui benar2 telah
mengeluarkan kepandaiannya yang sesung guhnya dalam
melancarkan serangan2 yang me matikan.
Kalau mereka dapat bertahan terus sampai kurang lebih
tiga atau empat puluh jurus lagi, akhirnya Ouw Hui tentu akan
rubuh juga. Tidak mungkin Ouw Hui akan sanggup me nahan terus
bekerjanya racun itu untuk selama-nya.
Tetapi agaknya lebih tidak mungkin pula, bahwa mereka
akan dapat bertahan sampai tiga puluh jurus terhadap
serangan2 golok Ouw Hci, karena pada saat itu saja napas
mereka sudah mulai memburu keras dan keringat membasahi
sekujur tubuh mereka. Keadaan orang2 Ceng Cong Pai dan orang2 Swat Hong
Sancung itu dengan cepat sudah men jadi semakin buruk
keadaannya, beberapa orang diantara mereka yang tenaganya
paling lemah, sudah hampir tidak kuat untuk mengangkat sen
jata mereka lagi. Dipihak lain, karena harus berlomba dengan sang waktu,
maka Ouw Hui mengeluarkan selu ruh kepandaiannya dan
serangannya semakin la ma menjadi semakin dahsyat.
Angin goloknya telah men-deru2 menerjang kesegala
penjuru, dan membuat lawan2nya itu su lit bernapas.


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ternyata terjangan angin serangan golok Ouw Hui, yang
disertai dengan tenaga dalam di tingkat yang tertinggi,
membuat dada mereka seperti tertindih oleh benda berat.
Lewat lagi lima jurus, terdengarlah suara jeritan yang
mengerikan sekali, disusul rubuhnya tubuh seseorang diantara
sute2nya Hong It Hoa. Benar2 peristiwa itu sangat mengejutkan.
Tadi baru Ouw Hui tengah melancarkan se rangan kearah
Touw Peng Liang dengan tipu Hwai Tiong Po Gwat, setelah
beberapa kali, belasan tahun yang lalu Ouw Hui berhasil meru
buhkan musuhnya dengan serangan yang hebat ini yang bisa
juga dipergunakan sebagai serangan gertakan belaka, dengan
serangan lanjutannya yang ber sungguh2 dan bernama Geng
Bun Po Pit Bun Tiat San, atau langsung dipergunakan sebagai
serangan sungguh2, maka tipu serangannya itu sudah menjadi
buah bibir kaum kangouw di Tionggoan.
Juga Touw Peng Liang sudah mengetahui perihal ini dan
diapun sudah membawa sikap yang ber-hati2 untuk
melayaninya atau menghindarkannya.
Semua orang menduga bahwa kalau serangan itu
dilakukannya sebagai serangan gertakan, serangan
susulannya tentu adalah Geng Bun Po Pit Bun Tiat San.
Tetapi diluar dugaan mereka- sekali ini me reka justru
harus menyaksikan sesuatu yang jauh lebih bebat dari
serangan susulan yang sudah diketahui itu.
Di waktu Peng Liang bersiap-siap setelah me lompat
mundur menghindarkan diri dari serangan Ouw Hui, tiba-tiba
Ouw Hui justru memutar tubuhnya sambil melompat tinggi
sekali. Lalu dari atas. dia melancarkan serangan ke pada adik
seperguruan Hong It Hoa yang malang nasibnya itu.
Serangannya yang mirip dengan tipu serang an Hui Liong
Tai Thian atau (Naga Terbang Ke langit), salah satu serangan
yang terlihay dari Hang Liong Sip Pat Ciang dari kaum Siauw
Lim Sie. Inilah memang suatu keistimewaan dari Ouw Ke To Hoat,
yang selalu dapat diberikan penam bahan tipu-tipu serangan
istimewa yang dipetiknya dari ilmu perguruan lain.
Belasan tabun yang lalu dalam pengembaraannya, Ouw Hui
pernah menolong jiwa beberapa orang murid kesayangan Tai
Ho hwcehio pemimpin kaum Siauw Lim Sie disaat itu. Untuk
membalas budinya, Hweshio berilmu tinggi itu telah
menurunkan tipu serangan istimewa itu ke padanya.
Hang Liong Sip Pat Cang sesungguhnya ialah ilmu silat
tangan kosong, tetapi pukulan2 ilmu itu selalu dilakukan
dengan tangan terbuka, dan yang dipukulkan adalah sisi
telapak tangan. Oleh sebab itu, maka serangan2 Hang Liong Sip Pat Ciang
memang dasarnya sudah mirip de ngan bacokan2 golok,
sehingga setelah dapat me nvelami inti sarinya dan
memahaminya, dengan mudah Ouw Hui dapat
memasukkannya kedalam ilmu goloknya sendiri.
Serangan yang tidak terduga itu tentu saja tidak keburu
dikelit pula oleh adik seperguruan Hong It Hoa.
Dia masih berusaha membela diri dengan mengangkat
pedangnya untuk menangkis, tetapi sia-sia saja golok Ouw Hui
membelah tubuhnya setelah lebih dulu memutuskan pedang
orang itu- Peristiwa tersebut tentu saja mengejutkan hati para
pengeroyoknya dan keterkejutan mereka itu ternyata sangat
merugikan mereka sendiri Untuk sejenak mereka tertegun dan agak Je ngah.
Sikap lengah reperti itulah, yang hanya ber langsung
selama beberapa detik saja, cukup sudah bagi Ouw Hui untuk
merubuhkan beberapa orang lagi.
Ilmu meringankan tubuh Pek Pian Kwie Eng, yang sudah
dipelijari Ouw Hui dengan sem purna, memberikan
kemungkinan kepadanya un tuk bergerak secepat kilat.
Terlebih lagi, setelah bertempur sekian lama dia sudah
mengetahui siapa diantara lawan2nya yang terlemah
kepandaiannya Dalam sekejap mata dia sudah berhasil memperkecil jumlah
lawannnya yang kini hanya ber jumlah lima orang.
Kini jauh lebih ringanlah pekerjaannya.
Semangat Ouw Hui jadi semakin bertambah dan terbangun
dan serangan2 nya juga semakin keras.
Kelima orang lawannya itu tentu saja menjadi semakin
sibuk, tetapi karena yang masih ke tinggalan itu justru yang
terhebat kepandaiannya maka tidak mudah baginya untuk
merubuhkan mereka semua. Demikianlah pertempuran itu berlangsung terus.
Golok Ouw Hui me-layang2 kebelakang, kedepan, kekiri
dan kekanan, dan keatas atau dengan cepat berobah
kebawah, bagaikan ratusan kilat saling simbar menyambar
orang2 itu. Baru sekali ini mereka melihat ilmu silat yang demikian
hebat dan kecepatan bergerak yang begitu menakjubkan
sekali. Mereka memang semua sudah mengerti, bahwa Ojw Hui
berkepandaian sangat tinggi, tetapi perkiraan mereka itu
ternyata masih jauh dibawah dari kenyataannya.
Diantara mereka itu, yang sangat heran dan juga sangat
kuatir aialah Hong It Hoa sendiri.
Dia benar2 tidak mengerti, mengapa racun Tbk See Ciang
dari pukulannya itu masih belum bekerja .
Biasanya orang tidak bisa bertahan lebih lama dari dua
puluh jurus setelah terkena racun tersebut.
Mengingat bahwa Oaw Hui memiliki Iwe-kang yaig
sempurna, dia telah menduga akan lebih lambat ssdikit
bekerjanya racun itu. Tetapi terlambatnya itu tidak akan
selambat seperti itu. Kini sudah hampir lima puluh jurus mereka bertempur sejak
pukulannya yang beracun itu mengenai sasarannya, tetapi
Ouw Hui masih tetap segar dan dapat bertempur dengan
gagah perkasa. Dalam saat itu jumlah kawan2 Hong It Hoa sudah
berkurang pula. Dari pihak perguruannya kini hanya tinggal dia seorang,
sedangkan dari orang2 keluarga Touw sat Kauw itu hanya
masih tertinggal Peng Liang dan seorang paman gurunya.
Hati ketiga orang itu sesungguhnya sudah ciut sekali.
Mereka menysdarinya bahwa dengan mengadu senjata
mereka tetap bukan tandingan musuh besar itu.
Tetapi mereka mengetahui bahwa musuh itu sudah terkena
pukulan beracun, dan pasti akan tiba saatnya bahwa musuh
itu akan habis daya perlawanannya dan mudah dibunuh.
Saat itulah yang mereka nantikan dan nafsu membalas
dendam yang sudah lama dikandung mereka telah
memberikan dorongan untuk bertahan terus sedaoat mungkin,
sambil menanti kan saat yang diharapkan itu.
Bukankah kalau mereka melarikan diri. musuh besar itu
akan memiliki kesempatan berobat dan bukankah selanjutnya
mereka tidak akan sanggup membalas sakit hati mereka yang
sedalam lautan itu. Hampir sepuluh jurus lagi telah lewat, keadaan musuh2
Ouw Hui sudah semakin menyedihkan sekali.
Napas mereka sudah memburu ksras, pakaian mereka
sudah basah kuyup dengan keringat bercampur darah, karena
tubuh mereka sudah terlukakan oleh ujung golok Ouw Hui
dibeberapa tempat dan bagian ditubuh mereka.
Tenaga mereka sudah benar2 hampir habis, sedangkan
Oaw Hui masih tetap tampak gagah sekali.
Hong It Hoa dan kedua kawannya itu menjadi putus asa.
Mereka juga menyesal, bahwa tidak siang2 mereka
melarikan diri. Kini, jika mereka ingin meloloskan diri, jangan harap
mereka dapat melarikan diri dari tangan Ouw Hui.
Sudah tidak ada pilihan lain lagi bagi mereka kecuali
menyerah kepada penentuan nasib sambil berusaha bertahan
sedapat mungkin mem pergunakan sisa2 tenaga yang masih
mereka miliki. Tiba2 mereka jadi lebih terkejut pula, dise belah sana
terdengar Kim Bian Hud membentak biberapa kali dan setiap
bentakanrya itu selalu disusul oleh suara teriakan kesakitan
bercampur ketakutan setengah mati.
Dalam kesibukan mereka sendiri menghadapi golok Ouw
Hui, mereka tentu saja tidak ber? m mei.oleh kearah lain.
Tetapi suara2 itupun sudah tidak akan salah lagi, bahwa suara
terse-but pasti merupakan suara kawan2 mereka.
Sekarang yakinlah mereka bahwa harapan meresa sudah
kandas dan habis sama sekali.
Disaat itu mereka telah melepaskan harapan mereka itu,
terjadilah sesuatu yang tidak tef duga, tetapi telah mereka
harapkan sejak sekian lama.
Ketika Ouw Hui tengah melancarkan sera ngan dahsyat,
yang agaknya tidak akan dapat di hindarkan pula oleh Hong It
Hoa, se-konyong2 goloknya itu turun dan terlepas dari
tangannya, Ke mudian Ouw Hui terhuyung2 beberapa langkah
dan rubuh sambil merintih perlahan.
Akhirnya tidak dapat pula Ouw Hui menahan pengaruh
racun yang ganas itu. Masih untung, bahwa ketiga musuhnya ketika itu sudah
hampir kehabisan tenaga, pikiran mereka sudah tidak terang
rugi dan penglihatan mereka jaga sudah kabur.
Karena itu rrereka tidak bisa segera menya dari perobahan
mendadak itu. Sesaat mereka telah berdiri bingung
mematung. Memang aneh jiwa manusia.
Kalau kita sudah lama mengharapkan sesu-itu yang tidak
Kunjung tiba, dan yang diharapkan itu lalu muncul dengan
mendadak, umumnya kita tidak dapat mempercayai mata kita
sen diri dan sering pula kita tidak bisa segera mengerti apa
yang harus kita lakukan ketika itu.
Demikianlah peristiwa seperti itu telah terjadi didiri ketiga
orang itu, tiga musuh besar Ouw Hui, ying karena itu jadi
membuang kesem patan sebaik itu.
Lewat beberapa saat lagi mereka baru tersadar, bahwa
inilah yang mereka harap2kan sejak tadi.
Hati mereka melompat kegirangan. Lupalah mereka akan
keletihan mereka. Dengan bernafsu sekali mereka telah saling terjang untuk
menghabiskan jiwa musuh besar itu.
Masing2 tidak mau mengalah dan hendak memotong
kepala Ouw Hui dengan tangan mereka sendiri.
Tidak seorargpun diantara mereka rela membiarkan yang
lain mengecap kepuasan dapat mef laksanakan pembalasan
dendam itu. Touw Peng Liang sudah lebih dulu bisa mendekati Ouw Hui,
yang menggelatak ditanah dengan tidak sadarkan diri itu.
Tetapi, ketika dia mengangkat pedangnya untuk menabas
batang leber Ojw Hui, tiba2 Hong It Hoa menangkis
pedangnya. Putera Hong Jin Eng ini menganggap dirinya lebih
berhak dari yang lain2nya dalam mengambil jiwa Ouw Hui.
Tindakannya itu tentu saja mengejutkan dan
membangkitkan amarah rouw Peig Liang dan paman gurunya.
Kedua orang itu berbalik dengan mata yang mendelik dan
agaknya kedua orang tersebut akan mencaci -It Hoa.
Sudah pasti akan terjadi pertengkaran diantara mereka
sendiri, jika bukan disaat itu tiba2 tampak dua sosok tubuh
melayang kearah mereka serta melancarkan serangan.
Peng Liang merasakan angin dingin menyambar kearahnya.
Cepat2 dia telah mengelakkannya kesam-ping dan
sebatang pedang melayang disamping tubuhnya, nyaris
memutuskan bahunya. Dengan cepat dia mengangkat pedangnya un tuk
membalas serangan itu, tetapi sesaat kemudian dia menjadi
terkejut sekali. Sebatang pedang pendek, atau sebilah pedang panjang,
beikelebat cepat sekali seperti kilat.
Dan disaat itu, tahu2 pedangnya suduh ting gal hanya
gagangnya saja, dan sebelum kagetnya itu lenyap, tiba2
pedang yang baru lewat disam-ping tubuhnya itu melayang
balik, mengarah ke dua kakinya.
Peng Liang berusaha untuk menghindari diri dari serangan
itu, dia berusaha melompat ke atas.
Dalam keadaan biasa dia tentu akan dapat berkelit dari
serangan itu walaupun datangnya secara tiba2 dan cepat
sekali. Kepandaian Peng Liang menang sudah tinggi sekali, tetapi
disaat itu dia barj saja melaku kan pertempuran yang
menghabiskan seluruh tenaganya. Dengan sendirinya kini
gerakannya jadi lambat dan dia sudah tidak berdaya sekali.
Lompatannnya jadi lambat dengan mengeluarkan suara
teriakan yang menyerupai jerit kematian mengerikan, tubuh
Peng Liang rubuh tanpa memi liki kaki pula.
Paman guru Peng Liang telah melibat bahaya yang
mengancam diapun sudah berusaha untuk menolongnya. Teta
pi diapun memiliki gerakan yang lambat, karena diapun
tengah kehabisan tenaga. Dan dengan sendirinya Peng Liang
harus menerima nasibnya. Paman guru itu, Lie Sat Hauw, segera mero bah gerakan
pedangnya. Dia telah berusaha men dahului menyerang
sebelum musuh baru itu dapat menarik kembali pedangnya.
Juga dia harus mengalami keterkejutan pula, karena begitu
tersentuh pedang pendek musuh, pedangnya segera putus
terpotong. Untung baginya bahwa benturan itu terjadi didekat ujung
pedang sehingga sisa yang masih berada ditaogannyaitu tetap
bisa dipergunakan sebagai senjata.
Setelah adanya pengalaman seperti itu, dia jadi iebih
berhati2, tenaganya tidak mengijin-kan pula dalam sekejap
mata dia sudah terdesak hebat, bahkan setiap saat bisa rubuh
diujung sen jata lawannya.
Didekat mereka, Hong It Hoa juga tengah bertempur
dengan seorang lawan baru.
Beda dengan kawannya, dia mendapatkan seorang musuh
yang gerak geriknya tidak begitu cepat dan tenaganya juga
tidak besar. Karena itu dia bisa mengimbangi serangan2
lawannya. Yang datan" menyerbu ketiga orang itu, calon penbunuh


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ouw Hui, memang tidak lain dari si kembar Cie Beng dan Cie
Jin. Dengan tenaganya yang masih segar. Cie Jin dengan
mudah dapat merubuhkan Peng Liang, yang sudah diliputi
keletihan, dan bisa pula membuat Lie Sat Houw dengan cepat
menjadi terdesak hebat. Kalau mereka masih sama2 segar,
tentu tidak semudah itu hasil yang diperoleh Cie-Jin.
Pertempuran antara Cie Beng dan It Hoa sebaliknya
berjalan dengan berimbang.
Memang sesungguhnya kepandaian mereka ku rang lebih
setingkat. Dan keadaan mereka juga memang serupa. It Hoa sudah
hampir kehabisan tenaga, sedangkan Cie Beng telah
menderita luka didalam, sehingga tenaganya sudah tidak ada.
Berlangsung beberapa saat lagi, tiba2 Cie Beng terhuyung2
dan jatuh sambil memuntahkan darah, tepat disaat Cie Jin
telah berhasil merubuhkan Lie Sat How, yang jatuh dengan
berlumuran darah dan kehilangan sebelah tangannya.
Luka Cie Beng karena pukulan siewie pembakar rumah itu
seseagguhnya tidak terlalu berat.
Walaupun demikian, seharusnya dia beristirahat dulu
dan.tidak boleh mengeluarkan tenaga, terlebih lagi melakukan
pertempuran. Tetapi melihat gurunya terancam maut tentu saja dia tidak
dapat berpeluk tangan dan ber sama2 dengan adiknya dia
telah memaksakan diri untuk menyerbu musuh.
Pengerahan tenaga untuk melawan musuh i-ta telfh
menyebabkan dnahi.ya mengalir lebih deras dan cepat,
sehingga luka didalzmnya itu jadi berian bah parah dm berat,
maka jatuhlah dia dengan memuntahkan darah.
Alangkah terkejutnya Cie Jin, yang ketika itu sudah siap
membantu kakaknya membereskan musuh yang tinggal
seorang itu. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Cinta antara saudara
kembar umumnya lebih mendalam dari persaudaraan biasa.
Kitapun sudah mengeta hui bahwa cinta yang terlalu besar
seringkali menimbulkan kekuatiran yang ber lebih2an, jika
melihat orang yarg dicintai itu merderita sesuatu.
Dalam hal ini Cie Jin juga bukan terkecua li, seketika itu
juga dia melupakan keadaan di-sekelilingnya dan dengan
perasaan yang tidak dapat dilukiskan, dia telah menubruk
kakaknya. Untuk kedua kalinya Hong It Hoa lolos dari lobang jarum.
Kalauu memang bukan tertolong peristiwa yang sama sekali
tidak terduga itu, jiwarya tentu sudah menyusul kawan2nya
yang sudah mendahuluinya menghedap kepada Giam Lo Ong.
Sungguh girang It Hoa, karena tidak ada yang merintangi
pula baginya uniuk membalas rasa sakit hatinya kepada Ouw
Hui. Ingin sekali dia cepat2 melompat kearah musuhnya itu
yang menggeletak ditanah kurang lebih tiga tombak dari
tempatnya berdiri. Tetapi, ka-kinya tidak Sanggup
melaksanakan keinginan hatinya, bahkan lari pula sudah tidak
kuat. Berjalanlah dia mendekati tubuh musuhnya itu.
Kini sudah tinggal tiga langkah lagi sebelum dia dapat
membacokan pedangnya. Sementara itu Cie Jin masih memeluki kakaknya yang
sudah pingsan sambil me-manggil2 nya dengan suara yang
mencerminkan kesedihan yarg tidak terkira.
Seulas senyum puas menghiasi bibir It Hoa.
Tiba2 dibelasangnya terdengar suara bentakan "Bangsat !
Jahanam ! Binatang l Jangan ganggu ayahku !"
Bentakan itu kemudian disusul serangan ke arah
punggungnya Dengan terkejut It Hoa berbalik.
It Hoa menduga Cie Jin telah mengetahui maksudnya dan
kini datang memburu. Dalam kegirangannya vang me-luap2
karena melihat kesempatan terakhir itu, otaknya tidak dapat
menangkap maksud kata2 yang masuk kedalam te linganya,
yaitu bahwa sipenyerang tadi menyebut Ouw Hui sebagai
ayahnya. Sipenyerang bukan lain dari Ouw Ho, bersama dengan
ibunya dan Peng Ah Sie, dia telah mengikuti jalannya
pertempuran itu dengan hati yang tergoncang.
Tadi, ketika melihat ayahnya rubuh, dia su dah hendak
melompat maju untuk menyerbu ke dalam gelanggang
pertempuran. Tetapi kedua saudara Cie telah mendahuluinya.
Hatinya telah jadi lega ketika melihat bahwa kedua
suhengnya itu dengan cepat berhasil menguasai keadaan.
Namun kegembiraan itu ternyata hanya berlangsung
sebentar, karena lewat beberapa saat lagi dia harus
menyaksikan, bagaimana Cie Beng rubuh, Cie Jin juga
melupakan segala apa dalam kecemasannya. Ketika melihat
Hong It Hoa setindak demi setindak menghampiri ayahnya, dia
tentu saja tidak dapat berdiam diri lagi.
Yok Lan dan Peng Ah Sie berusaha merintanginya. tetapi
sudah terlambat. Ketika itu Ouw Ho sudah melompat maju kedepan dan
sebagai seorang anak yang memiliki kepandaian ilmu silat,
jelas Ouw Ho dapat meninggalkan Yok Lan dan Peng Ah Sie
yang memang tidak mengerti ilmu silat.
Betitulah Ouw Ho tiba dibelakang Hong It Hoa, yang serta
merta telah diserangnya. Yok Lan tentu saja jadi kuatir sekali, dia mengetahui betapa
besar bahaya yang tengah di hadapi Ouw Ho dengan sikapnya
itu. Sebagai seorang ibu yang hanya memiliki seorang anak
seperti itu, kasih sayangnya kepada sianak tentu saja besar
sekali dan karena cintanya, maka kekuatirannya kalau
anaknya akan mengalami bencana dan bahaya itu terlampau
berlebihan. Belum apa2 dia sudah membayangkan bagai mana anaknya
rubuh terkulai dengan bermandikan darah, jatuh sebagai
korban keganasan tangan musuh yang kejam.
Pikirannya jadi kacau dan dalam gugup dan kebingungan
sepertii itu dia hanya dapat berdiri mematung saja tanpa bisa
mengeluarkan sepatahkata. Ketika telah lewat beberapa saat
lamanya dia sudah bisa mengatasi goncangan harapannya
Untuk melalukan pembalasan Sakit hatinya dan tentu juga
akan habis riwayatnya. Didalam hatinya dia merasa sayang kini dia sudah harus
mati sebelum bisa mewujudkan cita ta2nya membalaskan sakit
hati ayah dan guru nya. Kalau saja dia belum kehabisan tenaga, memang tidak sulit
baginya untuk melarikan diri untuk kemudian per lahan2
menghimpun sahabat2 nya lagi dan datang pula untuk
menggempur musuh2nya tersebut.
Tetapi apa daya, justru semua itu hanya suatu cita2 kosong
belaka. Disaat itu, tiba2 Hong It Hoa merasakan tangannya
dijambret sianak kecil muka hitam itu dan seketika itu
berkelebatlah suatu akal dalam pikirannya.
Itulah kekeliruan Ouw Ho yang masih tidak merriliki
pengalaman. Setelah tadi dia mendapatkan kenyataan babwa
pukulan2nya tidak bisa merubuhkan lawannya, seharusnya dia
mengerti bahwa tenaganya belum cukup untuk mengimbangi
musuhnya tersebut. Dengan timbulnya keyakiran itu, timbulah Ingatan untuk
merampas senjata musuh, yang segera juga dilakukan oleh
Ouw Ho. Kalau saja tenaga Ouw Ho sudah cukup besar, memang
seketika itu dia tentu sudah ber hasil merampas senjata
musuh, untuk kemudian dipergunakannya untuk merubuhkan
musuh itu sendiri. Tetapi dengan tenaganya yang masih terbatas seperti itu,
percobaannya sia2 belaka, bahkan menguntungkan pihak
lawannya. Memang sungguh lebih berpaedah jika dia terus menyerang
dengan tangan kosong saja dan menarik keuntungan dari
kelincahannya. Dengan demikian dia akan dapat terus
menerus merinta ngi Hong It Hoa meadekati ayahnya, sambil
me nantikan Cie Jin dan Kim Bian Hud datang me nolong
kepadanya. Walaupun sudah sangat letih, sebagai seorang tokoh
terkemuka dalam Ceng Cong Pai, It Hoa tentu masih lebih
kuat dari Ouw Ho, yang baru berusia sembilan tahun.
Begitu tangannya yang memegang, tangannya yang kiri
segera bergerak dengan cepat dan tangan Ouw Ho seketika
itu juga sudah tercekal kuat olehnya.
Ditekuk kebelakang lengan Ouw Ho membuat anak itu
kesakitan dan tidak berdaya untuk bergerak. Kemudian
pedangnya telah ditempelkan dibelakang leher anak itu
sambil mengeluarkan' ancaman :
"Kalau kalian masih sayang jiwa anak ini. cepat kalian
minggir !" serunya. Ancaman itu ditujukan kepada Kim Bian Hud dan Cie Jin
yang sementara itu sudah tiba didekatnya.
Dalam saat2 dia sudah terjepit sekali tadi. percobaan Ouw
Ho untuk merampas senjatanya justru memberikannya jalan
keluar. Dengan menangkap tangan It Hoa. justru Ouw Ho
telah memberikan kesempatan kepada musuhnya Untuk
berbalik menangkap tangannya.
Kekeliruan itu baru disadari oleh Ouw Ho setelah terlambat,
dan kini dia dijadikan perisai.
Kim Bian Hud begitu pula Cie Jin, terpaksa mundur oleh
ancaman tersebut. Tetapi mereka berdua tidak mau menyingkir terlalu jauh.
Disaat itu, It Hoa sedang mempertimbangkan, apakah
dengan adanya kesempatan ini tidak lebih baik jika dia segera
menghampiri Ouw Hui dan melaksanakan maksudnya
membalas dendam. Per-tama2 memang begitu hasratnya, tetapi sesaat
kemudian pikirannya telah berobah.
Dia menyadari babwa dalam keadaannya seperti saat itu
dia tidak bisa bergerak dengan cepat.
Sebaliknya dia sudah mengetahui betapa tinggi ilmu
meringankan tubuh kedua lawan yang masih tetap
memperhatikan setiap gerak-geriknya.
Dia mengerti, babwa seketika dia memisahkan pedangnya
dari batang leher anak kecil itu untuk menabas batmg leher
Ouw Hui. Kim Bian Hud dan Cie Jin tentu akan bertirdak
secepat kilat dan memang akhirnya akan gagal sama sekali
usahanya untuk membunuh Ouw Hui sebalik bya jiwanya
sendiri tentu sudah tidak akan tertolong lagi.
Setelah berpikir sekian lama, dia memutuskan untuk
mempergunakan Ouw Ho sebagai perisai untuk menyingkir.
Setindak demi setindak dia berjalan kearah tambatan kuda2
yang ditunggangi tadi bersama kawar2nya. Selama itu
pedangnya tidak pernah berpisah dari batang leher Ouw Ho
dan setibanya disitu, kudanya itu, It Hoa telah mengancam
lagi ; "Janganlah kalian bergerak. Dengan sekali menabas,
akan kupotong batang leher anak ini, kalau saja kalian
memperlihatkan gerak dan ikap mencurigakan*'.
Dengan tetap mengancam belakang leher Ouw Ho, dia
perintahkan anak itu naik kekudanya dan rebah menelungkup
didepan pelana. Lalu dia sendiri naik dengan per lahan2.
Diulangi lagi ancamannya dan sesaat kemudian dia telah
memacu kudanya. Ketika It Hoa hendak menaiki kudanya, Cie Jin sudah
hendak melompat maju untuk berusaha menolonginya sianak
muka hitam itu. Dia menganggap bahwa selekas It Hoa sudah
berhasil membawa adik seperguruannya itu pergi dari tempat
itu, tentu akan sulitlah untuk menolonginya lasi, dan dapat
diduga sama sekali sudah tidak mungkin untuk menolongnya
lagi. Rupanya Kim Bian Hud telah menerka isi hati Cie Jin.
Cepat2 dia mencegahnya maksud pemuda itu, sambil
dibisiknya dengan suara yang perlahan sekali agar tidak
terdengar It Hoa. "Jangan ter-gesa2" katanya dengan suara yang perlahan.
"Kalau kau sekarang melompat kearahnya, dia tentu akan
membuktikan ancamannya itu dan si Ho tentu benarr jadi
tidak ter tolong lagi. Biarlah kita mengikuti saja, sambil
menantikan kesempatan baik untuk bertindak".
Halaman 39-40 sobek Berkat lwekangnya yang sudah demikian sem purna,
akibatnya memang tidak segera terasa, terutama diwaktu
jiwanya sedang bergolak, sehingga dia melupakan segalanya.
Tetapi secepat ketegangan hatinya mereda, sedikit demi
sedikit akan mulai terasalah gangguan seperti itu.
Demikianpun sekali ini. Tadi waktu amarahnya sedang
bergolak dan dia harus memusatkan perhatiannya dalam
pertempuran, dia tidak merasakan apa2. Juga setelah
pertempuran itu selesai dan dia mulai mengikuti It Hoa, masih
tiada yang dirasakannya sam pai sekian lama.
Lewat lagi kurang lebih setengah jam, setelah hatinya berangsur2
menjadi tenang, mulai terasalah keletihan yang
diakibatkan goncangan hatinya tadi.
Dia menyadarinya apa artinya gejala itu, tetapi agar tidak
mengecilkan hati Cie Jin, dia tidak memberitahukannya dan
hanya berusaha mengembalikan tenaganya dengan
menjalankan nafas menurut pelajaran ilmu tenaga dalam
Keadaannya kini sudah hampir serupa dengan It Hoa
Harapan satu2nya kini hanyalah agar bisa bertahan lebih
lama dari musuh itu. Dalam perlombaan keuletan itu, dia memperoleh
keuntungan dari lwekangnya yang memang jauh lebih
sempurna dari lawannya tetapi musuhnya itu memiliki
keuntungan lain. Usia mereka yang jauh lebih muda tentu sa ja memberikan
keuletan yang jauh lebih kuat dari keuletan Kim Bian Hud
yang berusia lanjut. Per lahan2, tetapi pasti, dia menjadi semakin. lelah.
Sedapat mungkin dia telah melawan dengan lwekangnya.
Tetapi kepandaian manusia mana da pat melawan hukum
alam" Sebagai seorang tua, tenaga sejatinya, tena ga pemberian


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

alam, tentu sudah sangat berkurang
Pergolakan dihatinya, pengerahan tenaga yaog luar biasa
daa disamping itu diapun telah terkena serangan obat beracun
yang memabokkan dalam pertempuran tadi. semuanya kini
mendatangkan keletihan yang mungkin dilawannya de ngan
apapun 'juga. Dan suatu saat, dia merasa sudah tidak kuat untuk
melanjutkan perjalanannya untuk mengikuti It Hoa.
Dia hendak merintahkan Cie Jin melanjutkannya seorang
diri dan hendak pula berpesan bagaimana pemuda itu harus
bertindak jika waktunya sudah tiba, atau jika terjadi
perkembangan yang tidak terduga, tindakan2 yang harus di
lakukannya. Tetapi semuanya itu terlambat.
Sebelum dia dapat mengucapkan sepatah kata, matanya
sudah ber-kunang2, dadanya terasa sesak, napasnya
memburu dan setelah beberapa kali urung jatuh, akhirnya
rubuhlah dia dari pe lana.
Dia rubuh tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat bagaikan
kertas dan napasnya juga mem buru keras sekali. Jelaslah kini
bahwa keadaan Kiai Bian Hud sangat menguatirkan sekali.
Betapa terkejutnya Cie Jin waktu itu.
Cepat2 pemuda tersebut melompat turun dari kudanya dan
dengan diliputi kekuatiran yang sangat dia telah memeriksa
keadaan jago tua tef sebut.
Hatinya menjadi agak lega ketika mempero leh kenyataan
Kim Bian Hud masih bernapas.
Dicobanya menyadarkan orang tua itu, teta pi sampai
sekian lama dia masih belum berha nil menyadarkan orang tua
itu Perasaan bingungnya disaat itu benar2 tidak terlukiskan.
Sulit sekali Cie Jin mengambil keputusan, musuh yang
menculik Ouw Ho sudah semakin menjauh, kalau tidak cepat2
dia pergi menyusul lagi, dia tentu akan kehilangan jejak Ouw
Ho. Sebaliknya, apakah dia harus meringgalkan Kim Bian Hud
disitu dalam keadaan demikian menguatirkan "
Kalau saja didekat tempat itu ada rumah penduduk, dia
akan dapat menitipkan Kim Bian Hud ditempat penduduk itu
dan dia sendiri bi sa cepat2 melanjutkan pengejarannya.
Tetapi mereka berada ditengah padang rum put luas, yang
tidak berpenduduk. Disekelilingnya, sejauh mata dapat meman dang, yang
tampak hanyalah tanah berumput.
Kalau kebetulan ada serombongan pengem-bala
didekatnya, dia jvga akan dapat minta per tolongan mereka
untuk msrawat Kjm Bian Hud, Selama dia mengejar musuh
yang menculik adik seperguruannya.
Tetapi jelaslah sudah, bahwa kecuali mere ka tidak ada
orang lain lagi di padang rumput itu.
Apa yang kini harus kita lakukannya"
Akhirnya Cie Jin memutuskan untuk mena ikkan Kim Bian
Hud keatas kudanya dan mem bawanya serta mengejar
musuh itu. Dia telah teringat akan perhitungan orang tua ini, bahwa
dalam keadaan Hong It Hoa tentu tidak akan kuat pergi jauh.
Dia percaya bahwa tidak lama pula It Hoa Pasti akau
berhenti, dan dia akan bisa turun ta ngan menolong Ouw Ho.
Setelah itu dia akan dapat cepat2 menempuh perjalanan
pulang dengan membawa ke-dua2nya, yang segera hendak
dilaksanakannya. Tetapi alangkah terkejutnya, ketika setelah menaikkan Kim
Bian Hud keatas kudanya, dia hendak mulai berjalan lagi.
Hong It Hoa sudah tidak terlihat pula
Agaknya Cie Jin telah ragu2 terlalu lama, sehingga musuh
yang membawa Ouw Ho itu telah sempat meninggalkannya
jauh sekali- Musuh itu sedikitnya tentu sudah terpisah sepuluh lie dari
tempatnya. Cie Jin mengerti bahwa kini dia tidaklah boleh mem-buang2
waktu lagi. Kalau menuruti kehendak hatinya, ingin sekali Cie Jin
melarikan kudanya agar bisa cepat cepat menyusul musuhnya.
Tetapi dia kuatir jika goncangan2 yang ditimbulkannya itu
terlalu keras dan bisa mendatangkan keadaan yang
membahayakan Kim Bian Hud, yang masih tetap belum sadar
dari ping sannya. Terpaksa dia membatasi lari kudanya, agar orang tua yang
menelungkup didepan pelana itu tidak terlalu menderita
karenanya. Sungguh bingung dan gugup hati Cie Jin dan betapa berat
dirasakannya tugas yang tengah dihadapinya itu.
Diapun bimbang sekali, apikah dia masih akan dapat
menyusul musuhnya yang lenyap da ri pandangan matanya.
Sudah sekian lama dia melanjutkan pengejaran itu dan
jarak yang telah ditempuhnya bu kan dekat lagi.
Se tidak2nya dia telah berjalan kurang lebih dua lie, tetapi
musuhnya yaag hendak dikejarnya masih tetap belum terlihat
mata hidung nya. Kebingungannya yang meliputi hati pemuda ini semakin
bertambah, disertai juga oleh ke kuatirannya yang menjadi
semakin besar. Kelirukah arah yang telah ditempuhnya " Tidak mungkin !
Mustahil dia telah menempuh arah yang keliru dari jejak
musuh yang memba wa Ouw Ho itu.
Dan dirpun mengetahui bahwa jejak semula musuh itu
tidak pernah mem-belok2 kearah lain.
Apakah perhitungan Kim Bian Hud yang te I?h keliru "
Mungkinkah musuhnya itu belum se letih yang diduganya "
Agasnya itupun tidaK mungkin.
Dengan mata kepala sendiri Cie Jin telah melihat keadaan
musuh itu diwaktu akhir pertempuran.
Jelaslah bahwa musuh itu bahkan sudah ham pir tidak kuat
berdiri diatas sepasang kakinya.
Tetapi mengapa dia masih tetap belum bisa menyusul,
sedangkan sejak semula musuh itu ti dak berani melarikan
kudanya terlalu keras kare m kuatir tidak dapat
mempertahankan tubuhnya 'ia.as kuda tunggangannya itu "
Sungguh mengherankan sekali, tetapi juga sangat
menggelisahkan sekali hati pemuda itu.
Cie Jin berhenti sejenak untuk melihat ke sekelilingnya.
Hanya rumput hijau bergelombang dihembus angin yang
dilihatnya. Bayangan musuh sudah lenyap dan tidak tam pak sama
sekali olehnya, lenyap tidak menirg-galkan jejak.
Cie Jin berjalan lagi sampai sa'sian lama.
Hasil yang diperolehnya tetap nihil, aktif nya dia yakin
bahwa dia t-lah mengambil arah yang keliru. Dia
membelokkan kudanya dan de ngan membuat sebuah
lingkaran besar dia berpu tar mengelilingi daerah itu. Akhirnya
dia ke m bali ditempat dia mulai membiluk tadi, sedang kan
sepanjang jalai bsrkeliliag itupun dia tidak memperoleh suatu
petunjuk apapun juga. Cie Jin jadi putus asa. Disamping itu dia pun kuatir jika
keadaan Kim Bian Hud akan menjadi se makin parah dan
mengkhawatirkin. Dia mengetahui juga tidak dapat dia membuang- waktu,
walau bagaimana tetap saja dia harus cepat2 kembali, agar
Kim Bian Hud mem peroleh perawatan yang semestinya.
Tetapi dia masih agak ragu2 untuk segera menyudahi
pengejaran itu, kenbali dengan hanya membawa sucouwnya
ini tanpa sekalian memba wa Ouw Ho.
Untuk beberapa waktu dia berusaha untuk mencari jejak
Hong It Hoa. Sementara itu hari sudah mendekati pergan tian dari pagi
kelohor. Sinar matahari yang terik semakin terasa dan
tenggorokannya juga su dah terasa kering sekaliKarena itu dia menyadarinya bahwa dia tidak boleh membuang2
waktu lagi untuk keselamatan Kim Bian Hud.
Cie Jin sudah tidak memiliki harapan pula untuk dapat
menyusul Hong It Hoa dan meno longi Ouw Ho. Dan dia tidak
mau menyebabkan Kim Bian Hud kehilangan jiwa karena keragu2annya
itu. Demikianlah, Cie Jin lalu menempuh kembali jalan pulang
dengan hati yang sedih, karena dia tidak berhasil menolongi
adik seperguruannya itu. Dia berusaha menghibur dirinya dengan membayangkan
bahwa keadaan musuhnya itu yang sudah demikian lemah,
tentu akan memberikan kesempatan kepada Ouw Ho yang
sangat cerdas dan banyak sekali akalnya untuk dapat
meloloskan diri dari cengkeraman tangan musuh yang
menculiknya iru dan dapat kembali dengan Kiamat.
Bukankah anak itu sudah pernah berhasil meloloskan diri
dari tangan para penculik2nya dikota I li "
Dan demikianlah, Cie Jin telah menghibur' dirinya sendiri.
Tetapi sayangnya, kata2nya sen diri itu tidak dapat
meyakinkan hatinya dan ke sedihannya itu tidak juga lenyap
karenanya. Han pir saja Cie Jin menitikkan air matanya, tetapi untuk
mengurangi kesedihan hatinya itu, dia telah melarikan
kudanya untuk menuju pulang untuk memberikan pertolongan
kepada Kim Bian Hud. Walaupun bagaimana jiwa Kim Bian
Hud harus dituruti. ---oodwoo-- SEMENTAPA itu, sesungguhnya kemana Hong It Hoa telah
pergi dengan bawa Ouw Ho"
Dari semula It Hoa sudah tahu bahwa dibelakangnya
memang ada yang mengikuti dari jauh.
It Hoa juga mengerti bahwa anak lelaki ke cil yang berada
ditangannya masih dibutuhkan nya sebagai perisai
keselamatan diri dan jiwanya
Itulah yang telah menolong jiwa Ouw Ho. sesuai dengan
perhitungan Kim Bian Hud, yang sudah dapat menerka bahwa
secepat anak itu sudah tidak dibutuhkan lagi, It Hoa tentu
akan membunuhnya. Mengenai keadaan It Hoa, dugaan Kim Bian Hud juga
sesungguhnya tidak meleset.
Hanya karena timbulnya suatu hal yang tidak diduga, maka
rubuhnya It Hoa karena perasaan letihnya itu menjadi
tertunda. Sesungguhnya It Hoa memang tidak akan dapat bertahan
lebih lama dari yang diperkirakan Kim Bian Hud
Tetapi pada saat itu keadaan jiwa It Hoa su dah tidak biasa
lagi, tidak wajar. Sebagai kita sering melihat atau mendengar orang
bercerita, seseorang yang tengah terancam jiwanya atau juga
terancam maut, dan sudah ke hilangan akal, seringkali bisa
melakukan hal2 yang tampaknya sangat mustahil.
Didalam saat2 demikian orang itu sudah bagaikan bukan
dirinya sendiri lagi dan suatu kekuatan gaib yang agaknya
seperti bukan tubuh dari suatu sumber dalam tubuhnya
sendiri, mem berikan kekuatan yang tidak terhingga dan tidak
dapat diterima oleh akal sehat.
Berkat telaga gaib semacam itti, maka it Hoa telah dapat
bertahan lebih lama lagi dari semestinya.
Waktu dia tidak sadar lagi akan apa yang dilakukannya,
bagaikan seorang yang kesurupan hanya satu keinginannya
yang menguasai seluruh alam pemikirannya bahwa dengan
membawa anak musuhnya itu sebagai jaminan untuk
keselamatannya dia harus pergi menyingkir dari tempat itu
pergi... pergi... pergi sejauh mungkin.
Sedikitpun dia tidak menghiraukan lagi ke-mana dia harus
pergi, dan kendali kudanya juga sudah lama dilepaskannya.
Dengan dibiarkannya berjalan Sekehendak' nya sendiri,
lambat laun dan dikit demi sedikit binatang tunggangan itu
mulai menyeleweng dari arah yang semula ditempuhnya.
Sebelum lewat dari satu lie, arah perjalanan iya sudah jauh
berbeda dibandingkan sebelumnya.
Perobahan arah perjalanan itu tidak pernah diduga oleh Cie
Jin, sehingga tidak mengherankan jika dia tidak berhasl
menemui jejak dari it Hoa, walaupun dia telah mencarinya
sekian lama, dan karena perhatiannya lebih banyak
dicurahkan Untuk menolong keselamatan jiwa Kim Bian Hud.
Dipihak lain, kerdaan It Hoa juga sudah semakin
memburuk. Kuda yang tidak terkendali kan itu kini sudah
mulai membawa kedaerah perbatasan gurun pasir.
Rumput yang tumbuh didaerah itu sangat jarang dan sinar
matahari yang sangat terik di pantulkan kembali oleh pasir
dibawah kaki kuda itu membuat hawa udara jadi panas luar
biasa. Hawa yang demikian panasnya itu tentu saja tidak
meringankan penderitaan It Hoa, tetapi dia sama sekali tidak
ingin untuk mengambil kantong airnya.
Ketika itu dia bensr2 sudah tidak sadarkan akan dirinya.
Bahkan ingatan untuk menyingkir, yang semula menguasai
seluruh pemikirannya itu juga sudah dilupakannya.
Dengan pikiran kosong dan berjokol terus bagaikan sebuah
patung diatas kudanya. It Hoa masih dapat meneruskan
perjalanannya itu sampai beberapa lie lagi.
Tetapi pada suatu saat, tiba2 tubuhnya ber-goyang2 dan
doyong kedepan rubuhlah dia.
Pedang yang selama perjalanan itu tidak per nah terpisah
jauh dari leher Ouw Ho, ikut jatuh terlepas dari
genggamannya. Malang bagi Ouw Ho, ikut jatuh setelah terlepas dari
pegangannya It Hoa. Dan lebih malang lagi bagi Ouw Ho, pedang itu justeru
jatuh menyelusupi bahunya, se hingga dibagian atas
lengannya terluka. Ouw Ho berteriak, alangkah sakitnya luka itu.
Sesungguhnya luka yang diderita oleh Ouw Ho itu tidak
terlalu berat, tetapi karena baru pertama kali terluka oleh
senjata tajam, dalam kesakitan dan kaget dia jadi tidak ingat
untuk memegang pelana kuda itu erat2 dan telah rubuh
terbanting dipasir. Pedang It Hoi yang telah melukai lengan Ouw Ho. Dalam
jatuhnya telah lebih dulu melukatl iga kuda itu dan gagangnya
juga telah memukul nya. Karena kesakitan kuia itu tiba2 melompati untuk kabur
dengan pesatnya, itulah sebabnya Ouw Ho terlempar dari
punggung binatang tunggang annya itu, jatuh terbanting agak


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keras juga, Selama beberapa saat dia tidak menyadari apa yang telah
terjadi diatas dirinya, dan dia rebah dengan mata ber-kunang2
dan kepalanya juga pusing.
Berselang lagi beberapa saat, pikirannya men jadi terang
kembali Per-lahan2 dia merangkak bangun dengan menahan
perasaan sakit, dia telah menoleh keka nan kiri untuk melihat
dimana dia berada dan untuk mencari kuda yang telah kabur
dari tem pat itu. Untuk pertama kali kini Ouw Ho merasakan apa artinya
takut. Dia yang biasanya tabah luar biasa lagi fa igat berakal budi,
pada saat itu benar2 putus asa dan tidak mengetahui apa
yang harus dibu at dan dilakukannya
Apa yang didapatkannya disaat itu memang tidak dapat
berakibat lain dari membuatnya ber putus asa.
Binatang tunggangannya itu sudah tidak ke lihatan pula,
hilang bersama semua perbekalan air dan makanan yang
diikatkan dipelana, sedang kan dia sendiri ternyata berada ditengab2
pa dang pasir. Hanya It Hoa yang berada bersamanya disi tu, tetapi
mungkin sekali orang itupun sudah menjadi mayat, sedangkan
andaikata masih hidup pun tentu tidak ada gunanya lagi bagi
Ouw Ho, bahkan mungkin sekali membahayakan.
Sungguh hebat penderitaan anak kecil yang! biasa hidup
dalam suasana bahagia itu.
Seluruh tubuhnya terasa sakit akibat terpelanting tadi.
Disamping itu luka dilengannya itu pun menambah perasaan
sakitnya. Dan juga terik cahaya matabaii serta perasaan hausnya
tidak membuat dia merasakan ringannya keadaan saat itu.
Mau tidak mau, Ouw Ho menyadari bahwa dirinya tengah
terancami oleh keadaan dan alam.
Segala itu sudah cukup membawa kepatahan semangat
seorang dewasa yang bukan pengecut, maka apalagi bagi
seorang anak kecil seperti Ouw Ho.
Walaupun tidak dapat menduga dimana dia berada, dia
menginsafi bahwa dalam keadaannya tidak mungkin dia dapat
keluar dari daerah gersang dan kering itu dengan berjalan kaki
dani mencapai daerah padang rumput, dimana banyak
terdapat sumber air. Dalam usia semuda itu dia sebenarnya bel lum mengerti
apa artinya mati, tetapi disaat itu' dia seakan-akan
memperoleh firasat bahwa kema tiannya sudah dekat sekali
dengannya. Tanpa terasa air matanya mulai menitik tu run, alangkah
sedihnya ketika dia teringat akan orang tuanya yang kini tentu
tidak akan 'dijum painya lagi.
Didepan matanya terbayanglah segala peristiiwa dimasa
lampau yang masih dapat diingatnya.
Teringatlah dia akan segala cinta kasih ayah ibunya yang
dilimpahkan kepadanya dan perawatan serta kekuatiran
mereka jika dia sedang sakit.
Semuanya itu, yang dimasa lampau tampak biasa saja
baginya, kini baru benar2 dapat disadarinya.
Dia sungguh menyesal, bahwa dulu dia sering menimbulksn
perasaan kurang senang orang tuanya karena kenakalannya.
Dengan segala pikiran itu mengaduk dida-lam hatinya,
tanpa disadarinya, dia mulai melangkahkan kakinya.
Semakin lama semakin jauh dari tempat jatuhnya tadi dan
semakin jauh pula dia mema suki gurun pasir.
Terik matahari yang se-akan2 membakar tubuhnya dan
pasir panas yang membuat kakinya melepuh menginjaknya,
sama sekali tidak dirasakannya.
Kakinya melangkah terus bagaikan sebuah mesin, dan
kemudian mata hari sudah menyentuh kaki langit, lalu
menghilang sama sekali.........
Senja indah dengan warna-warninya cemerlang, merah
membara disebelah barat, berwarna ke-emas2an, kuning, lalu
biru yang ketimur semakin tua warnanya, semua itu tidak
terlihat olehnya. Ouw Ho berjalan terus, tanpa tujuan dan secara tidak
sadar...... Akhirnya jatuhlah dia karena keletihan dan hausnya. Dia
jatuh tidak sadarkan diri dan itu lah kemurahan Tuhan yang
dilimpahkan kepadanya, agar dia tidak perlu merasakan
penderitaan yang lebih hebat didalam saat kesengsaraannya
mencapai puncaknya. --oo0dw0oo-- CIE JIN telah kembali dengan membawa Biuaw Jin Hong
yang masih tetap tidak Sadarkan diri. Kegagalannya menolong
Ouw Ho tea tu membuat Yok Lan bersedih hati sekali.
Untunglah bahwa nyonya yang bertubuh lemah justeru
berhati tabah luar biasa.
Pukulan dan gempuran diliatinya tidak melupakan
tugasnya. Sedikit dia tidak menyesali Cie Jin, dia menyadari bahwa
betapapun usaha manusia tidak akan dapat merobah takdir.
Terlebih lagi, bagaimana nasib Ouw Ho sebenarnya juga
belum diketahui. Mungkin anak Itu memang sudah menemui
ajalnya dibawah sen Jata musuh yang kejam itu. tefapi sama
besar ke inungkinan bahwa dia masih hidup', bahkan titak
mustahil pula bahwa berkat kecerdikannya dia su dah dapat
meloloskan diri dari cengkeraman mu Ruhnya dan dalam
keadaan sehat walafiat. Soal-soal yang gawat, yang belum ada keten tuannya bisa
berakibat dua macam kemungkinan
Dalam keadaau2 tertentu, peristiwa demikian bisa
membuat seseorang menjadi gelisah dan risau, menderita
karenanya. Dalam keadaan lain, hal itu bisa merupakan hiburan,
karena belum lenyapnya semua harapan.
Sungguh beruntung bahwa yang tersebut be lakangan
inilah yang terjadi dengan Yok Lan, se hingga dia jadi tidak
kehilangan akal sehatnya. Dengan demikian dia dapat
menyadari bahwa sa a t itu, secara langsung dia tengah
menghadapi tugas2 lain, yang tidak kalah pentingnya.
Kesembuhan Kim Bian Hud, Ouw Hui dan Cie Beng,
haruslah diutamakan dalam keadaan seperti itu.
Tanpa mereka, sebagai seorcng wanita le mah, dia tentu
tidak akan sanggup melakukan: sesuatu apapun juga untuk
menolong anaknya. Sedangkan Cie Jin yang mash kurang
pengalami an juga tidak bisa diharapkan untuk dapat me
lakukan sesuatu yang banyak.
Suatu hal lain yang menguntungkan ialah bahwa rumah
mereka tidak terbakar habis.
Dengan sendirinya kini mereka masih memiliki tempat
untuk berteduh. Dalam musim panas, angin didaerah itu ber tiup dari arah
timur laut utara, kearah barat daya.
Oleh sebab2 tertentu, maka api yang dilepas musuh itu
tidak memusnahkat seluruh rumah ba gian depan yang tetap
utuh dan masih dapat di tinggali.
Berkat rawatan yang teliti dan kasiat pil Thian San Swat
Lian, maka lewat enam hari Ouw Hui dan Cie Beng telah
sembuh sehat sekali. Tetapi keadaan Biauw Jin Hong masih tetap lemah,
meskipun kesadarannya sudah kembali seluruhnya.
Dalam usia lebih dari tujuh puluh tahun tenaga asli Kim
Bian Hud tentu sudah ber ku rang sangat banyak.
Hanya berkat latihannya yang sudah sem-purna, maka
biasanya dia masih tetap gagah dan tampak bersemaagat.
Tetapi latihan silat yang betapapun gagah dan tampaknya
kuat, tidak akan sanggup menara bah kekurangan karena
menurunkan tenaga alami seseorang akibat usia tua.
Dalam keadaan^ luar biasa, bilamana orang itu harus
memeras keluar seluruh daya tubuh masih ada padanya,
akibatnya bisa membahayakan dirinya sendiri.
Dan bahaya itu menjadi semakin besar kalau pengerahan
tenaga yang melampaui batas da ri kemampuan seorang
manusia. Terlebih lagi jika hati orang itu tengah bergolak karena
hawa amarah atau kesedihan yang hebat.
Lima belas hari yang telah lewat, tetapi keadaan Kim Bian
Hud masih tetap begitu saja lemah dan tidak ada kemajuan.
Sedikitpun tidak memperlihatkan bahwa dia akan segera
sembuh. Dalam hari2 akhir seperti itu, kedua sauda ra kembar Cie
Beng dan Cie Jin jadi sangat gelisah sekali.
Demikian pun dengan Ouw Hui dan isteri nya mereka
semuanya mengerti, bahwa berlalu 'nya setiap hari, berarti
semakin besarnya kesu litan bagi mereka untuk mencari
jejak musuh yang menculik 0uw Ho.
Tetapi keadaan Kim B:an Hud yang masih menguatirkan
anak kecil yang menjadi cucunya itu, tidak berbasil untuk
berangsur sembuh, karena pikiran orang tua itu sslalu gelisah
dan berkuatir, memperlambat kesembuhannya dan juga
memang menambah berat penyakitnya.
Disamping itu. Ouw Hui dan yang lainnya walaupun
memang merasa kuatir akan keselamatan Ouw Ho, namun
karena keadaan Kim Bian Hud yang menguatirkan itu,
terpaksa mereka menunda dulu maksud untuk melakukan
pencariannya jejak It Hoa yang telah menculik anak nya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ketempat
kediaman pemimpin Ang Hwa Hwe.
Setelat sampai disana kelak, Cie Beng dan Cie Jin akan
segera bertolak ke Tionggoan un tuk berusaha mencari dan
menolong adik seperguruan mereka, sedangkan Ouw Hui
untuk sementara waktu akan tetap menemani Yok Lan dan
Peng Ah Sie merawat Kim Bian Hud;
Kelak kalau memang Kim Bian Hud sudah sembuh, dia baru
akan menyusul untuk ikut mencari anaknya.
Begitulah, sebulan kemudian Cie Beng dan Cie Jin berdua
menempuh perjalanan ke Tiong goan.
Mereka telah pergi kemana saja menuruti keyakinan hati
mereka yang men duga2 dimana adanya Hong It Hoa.
Ketika mereka hendak berangkat, Ouw Hui telah
memberikan rupa2 nasehat dan pesan yang berguna.
Kedua anak muda itu rupa2nya memang hi jau dalam
pergaulan kalangan rimba persilatan, tetapi Ouw Hui percaya
bahwa dengan kepandaiah dan ketabahan serta kecerdasan
mereka, kedua nya akan dapat mengatasi semua kesulitan.
Dengan jarak waktu tertentu mereka harus memberikan
berita mengenai hasil mereka melalui anggota2 Ang Hwa Hwe
yang sering mundar mandir ke Sinkiang untuk memberikan
laporan kepusat organisasi itu.
Untuk mempermudah mereka memperoleh bantuan dari
cabang2 Ang Hwa Hwe diseluruh Tionggoan, maka Tan Ke Lok
telah memberikan mereka sebuah Kim Pai dan surat
perkenalan... Dua Pemuda berjalan disepanjang tepi utara sungai
Tiangkang. Mereka berpakaian sederhana sekali, disamping itu
sebagai dua orang pemuda petani biasa.
Tetapi wajah mereka yang sangat tampan dan rupawan,
sedikitpun tidak memperlihatkan persamaan dengan wajah
petani kebanyakan yang umumnya berkulit kasar.
Mau tidak mau, setiap orang yang melihat mereka tentu
akan memperoleh kesan, bahwa me reka akan tam pak lebih
sesuai dalam pakaian sastrawan, atau juga pakaian2 putera
orang kaya yang mewah. Bagi yang memperhatikan perihal itu belumlah merupakan
sesuatu yang sangat menyolok. Dan yang lebih menyolok
adalah persamaan antara muka kedua pemuda itu, yang sekali
dllihat tentu akan menimbulkan kecenderungan untuk menarik
kesimpulan, bahwa mereka adalah sepasang saudara kembar.
--oo0dw0oo-- Jilid 6 WALAUPUN keduanya berpakaian sebagai petani biasa,
tetapi nyatanya pakaian me reka itu masih berbeda jauh
dengan paKaian para petani yang tampak di-jalan2 dan diladang2
yang dilaluinya. Perbedaannya ialah bahwa keduanya berpakaian utuh dan
juga sangat bersih, sedangkan para petani diladang itu hanya
mengenakan pakaian yang compang-camping.
Disaat itu adalah tahun terakhir dari pemerintahan Kian
Liong ( masehi tahun 1795 ), masa yang dapat disebutkan
sebagai awal kemerosotan pamor pemerintah Boanceng, yang
ketika itu menjajah Tionggoan dan masih akan te rus
menjajah sampai seratus dua puluh tahun lagi.
Karena sikap tamak raja2 Boan untuk memperluas daerah
kekuasaannya, ketamakan akan kekuasaan yang tidak pernah
surut selama empat turunan, dari Sun Tie sampai Kian Liong,
maka terus menerus mereka telah melakukan peperangan
yang menelan biaya tidak sedikit
Dan sumber satu2nya yang harus memenuhi kebutuhan
pembiayaan itu, tentulah tidak lain dari rakyat, yang sebagian
besar terdiri dari petani.
Pajak2 yang sangat berat mengikat dibebankan kepada
golongan tersebut. Pertama kali pajak2 berat itu tidak terlalu mencekik hidup
rakyat jelata. Walaupun berat masih terbayarkan juga, sedangkan hidup
rakyat masih tidak sampai terla lu sengsara.
Raja2 kuat lagi cakap seperti Kong Hie dani Kian Liong
dapat memilih menteri2 yang jujur dan tidak ragu2
menghukum setiap penyalahgunaan kekuasaan.
Karena pimpinan yang kuat itu, sepak terjang para pegawai
pemerintah selalu berada di bawah pengawasan yang keras,
sehingga mereka tidak berani berlaku curang atau melampaui
ba tas kekuasaannya. Seperti juga halnya dengan Kong Hie, Kian, Liong juga
mengetahui dengan baik sampai berapa jauh dia bisa
mengambil pajak rakyatnya itu tanpa perlu membahayakan
ekonomi negaranya. Dimasa mudanya Kian Liong dapat melakukan pengawasan
yang sangat keras seperti itu, tapi setelan usianya lanjut dan
semangatnya sudah ber kurang kewaspadaannya jadi
merosot. Beberapa orang menteri yang sangat dipercayanya kini


Si Rase Hitam Hek Sin Ho Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulai berani berbuat curang. Con toh yang bersumber dari
penjabat didaerah. Dari secara sembunyi2 dan secara diam2, lambat laun para
pembesar tinggi rendah semakin berani secara terang2an
menerima suapan dan melakukan penghisapan kepada
rakyat. Korupsi meraja-lela dan rakyat yang sejak tadi tidak pernah
hidup dalam kecukupan, kini benar2 harus menderita
kemiskinan dan kelapar an yang sangat.
Disamping para pegawai negeri itu, kaum tuan tanah juga
melihat kesempatan baik itu dengan tidak kurang kejamnya
merekapun turut dan ikut2 menghisap para petani.
Untuk mengisi kantongnya sendiri para pem besar
mengharuskan petani2 itu membayar pajak yang lebih besar
dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Hasil para petani, yang memang sudah tidak seberapa itu,
selalu habis untuk membayar pajak.
Dan terkadang juga, jika masa panen mengalami paceklik,
mereka bahkan sampai tidak dapat melunaskan pajak itu.
Dalam kesempatan seperti itulah para tuan tanah selalu
memaksa kaum tani menjual tanah nya dengan harga se
murah2nya. Bagi tuan2 tanah itu, kelaliman pembesar2 negeri bahkan
menguntungkan, dan dengan rupa2 cara mereka malah
menganjurkan dipungutnya pajak2 yang jauh lebih berat lagi
dari para petani. Oleh karena itu maka tidaklah heran, bab wa banyak
diantara petani kecil jadi kehilangan sawah ladangnya dan
karenanya telah kehilangan mata pencariannya pula.
Banyak diantara mereka itu terpaksa menja di pengemis,
ada juga yang tidak melibat jalan lain dari menjadi perampok
dan tidak sedikit pula yang dalam keadaan nekadnya itu
melakukan pemberontakan secara kecil2an itu tentu tidak
dapat berakibat lain dari mengalami kegagalan dan
kehancuran. Hanya gejala2 itu adalah tanda buruk bagi pemerintahan,
bahwa di-waktu2 mendatang rakyat yahg sudah matang
Untuk melakukan pemberontakan dan hanya menantikan saja
adanya pimpinan yang dapat mempersatukan mereka.
Daerah lembah sungai Tiangkang (Yangtze) merupakan
salah satu daerah yang sangat subur dan makmur di
Tionggoan dan biasanya dapat memberikan hidup yang layak
Tamu Aneh Bingkisan Unik 1 Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Kait Perpisahan 3

Cari Blog Ini