Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 19
Pengemis dari selatan termenung dan berpikir sebentar,
kemudian baru menyahut: "Aku rasa kemungkinan besar dia
masih hidup didunia ini"
"Jadi hanya suatu kemungkinan belaka ?"
"Benar, aku hanya bisa mengatakan mungkin, sebab kalau
dihitung dengan jari tangan maka pada tahun ini Ban tok
cousu sudah berusia diatas seratus tahun, pada dua puluh
tahun berselang aku pernah mendengar orang berkata bahwa
raja racun yang sangat lihay ini menetap didalam telaga
beracun..." "Telaga beracun ?"
"Oooh, belum pernah kau dengar tentang nama telaga ini"
"Belum "sahut sianak muda itu sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Luas telaga beracun ini hanya setengah hektar dan
letaknya dalam lembah hek kok (lembah hitam) yang berada
dibukit Tay keng san, air telaga itu sangat beracun dan siapa
1262 saja yang terkena air itu niscaya akan mati secara konyol.
Kendatipun begitu aku tak berani memastikan seratus persen
benar, sebab sampai detik ini belum pernah kubuktikan sendiri
kebenaran dari berita ini "
"Sekalipun Ban tok cousu kebal racun dan lihay dalam
menggunakan barang berbisa, toh tidak sepantasnya kalau dia
berdiam dalam air telaga itu?" kata Han Siong Kie dengan
terperanjat. "Ada orang menyaksiksn dia masuk keluar dalam telaga
beracun itu, apa yang sebenarnya dikerjakan cousu selaksa
racun itu tak seorangpun tahu, dengan sendirinya aku
sipengemispun tak bisa memberi jawaban atas pertanyaanmu
itu" "Dalam dunia persilatan terdapat seorang manusia yang
bernama Tok kun si dewa racun Yu Hai, apakah dia adalah
ahli waris dari Ban tok cousu yang sangat lihay itu."
"Bukan" "Bukan" Lalu dari manakah dia pelajari ilmu beracun yang
amat dahsyat itu?" "Asal mulanya Yu Hau cuma seorang Bu beng siau cut
prajurit tak bernama dalam dunia kangou, dua puluh tahun
berselang tanpa sengaja ia berhasil menemukan sejilid kitab
beracun yang amat luar biasa, semenjak isi kitab itu berhasil
dikuasahi olehnya tersohorlah namanya sebagai Tok kun atau
raja racun, kendatipun namanya saja memakai huruf "kun"
yang berarti orang budiman, tapi pada hakekatnya dia adalah
seorang manusia durjana yang berhati busuk".
"Dia telah menggabungkan diri dengan pihak Thian che
kau" sela pemuda itu.
"Bukan kejadian yang aneh kalau ia berkomplot dengan
mereka, toh kaum serigala hanya berkumcul dengan serigala,
masa ada serigala bergaul dengan domba " ketua Thian Che
1263 kau berambisi besar dan bercita-cita untuk menguasahi
seluruh jagad, menjadi kaisar dalam dunia persilatan, dengan
segala daya upaya dia mengumpulkan kawanan jago dari
pelbagai daerah untuk memperkuat posisinya, kecuali
beberapa perguruan dan partai kenamaan boleh dibilang
hampir semua perkumpulan dan perguruan telah dilalap habis
olehnya ya.. beruntung Kay pang dapat lolos dari musibah ini"
Han Siong Kie tertawa dingin "Heeehhh heeehhh heeehh masa kiamat dari Thian che kau
tak akan terlalu lama, tunggu saja tanggal mainnya "
"Bila kita biarkan perkumpulan itu mengembangkan
sayapnya sampai dimana-mana, aku kuatir dunia persilatan
akan terjatuh semua kedalam cengkeremannya"
"Aaah. belum tentu begitu...."
Pengemis dari selatan berpaling dan menatap lekat-lekat
wajah pemuda itu, bisiknya: "saudara cilik, engkau terlalu
percaya pada kemampuanmu?"
Merah padam selembar wajah Han Siong Kie karena
jengah, ia tidak mengucapkan sepatah katapunRupanya pengemis dari selatan menyadari kekhilafannya,
cepat ia menambahkan: "Saudara cilik, tentunya kau pernah mendengar pepatah
yang mengatakan bahwa: "Sebuah balok kayu tak akan
mampu menunjang sebuah rumah gedung bukan " Aku rasa
persoalan paling penting yang harus kau lakukan pada saat ini
adalah kembali ke Thian lam serta melakukan pembersihan
terhadap unsur-unsur busuk dalam tubuh perguraanmu, sebab
dengan tindakan ini bukan saja kau dapat menyelamatkan
mereka-mereka yang masih setia kepadamu dan terpaksa
harus tunduk diperintah ketua yang sekarang, selain itu
kaupun akan memperoleh bantuan yang amat besar dalam
usahamu menghancurkan perkumpulan Thian che kau, tak
1264 usah kuatir, setiap saat setiap detik Kay pang selalu berdiri
dibawah komandomu" Tercekat hati Han Siong Kie setelah mendengar ucapan ini,
kata-kata dari engkoh tuanya ini mengetuk sampai ke dalam
hati sanubarinya, memang benar ucapannya, bila Wi It beng
dibiarkan berlaku sewenang-wenang tanpa ditindak. niscaya
sengsaralah orang-orang yang masih setia pada kebenaran,
kelemahan dari Thian lam bun justru akan muncul dari hal-hal
seperti ini." Tapi ingatan lain cepat melimtas dalam benaknya, teringat
olehnya akan suatu masalah yang jauh lebih penting.
"Apa yang diucapkan engkoh tua memang betul" katanya
kemudian dengan dahi berkerut "tapi sekarang aku telah
menjumpai sesuatu masalah yang betul-betul rumit"
"Kesulitan apa" Katakan saja asal aku mampu pasti akan
kubantu untuk memecahkannya" ucap pengemis dari selatan
sambit menepuk dada sendiri
"Pertama orang yang benar-benar mengetahui asal usulku
yang sebenarnya hanya lima orang tiang lo dari sebuluh tiang
lo ruang goan lo wan yang masuk daratan Tiangggoan- jadi
diantara lima orang tiang lo itu ada dua orang telah tewas dan
tiga orang tak ketahuan kabar beritanya, kedua tanda
kebesaran sebagai seorang ketua yakni ok kui cupay telah
terjatuh ketangan Thian che kau, tanpa adanya tanda
kepercayaan itu tak mungkin aku bisa menarik kepercayaan
dari murid-murid lainnya, tolong tanya bagaimana caraku
untuk mengatasi persoalan ini?"
Mendengar ucapan tersebut terlintas rasa serba salah
diwajah pengemis dari selatan, katanya kemudian"Yaa, persoalan ini memang merupakan satu masalah yang
pelik, bukankah pekerjaan yang gampang untuk merebut
kembali lencana ok kui cupay dari tangan orang Thian che
kau, dan lagi.." 1265 "Kenapa" " sela sang pemuda.
"Ketua pelaksana perguruan Thian lam yang sekarang wi It
beng telah menyatakan penggabungan diri dengan
perkumpulan Thian che kau, istana Huan mo kiong sudah
berubah jadi kantor cabang Thian che kau, aku kuatir kalau
tanda kebesaran itu sudah terjatuh ketangan Wi It beng,
aaai... kalau sampai begitu, bukankah sekarang ia telah
mempunyai kekuasaan untuk memerintah segenap anak murid
?" Air muka Han Siong Kie berubah hebat.
"Ehmm, memang ada kemungkinan untuk terjadi peristiwa
semacam ini, padahal lencana tersebut merupakan benda
tersuci dan tertinggi dalam perguruanku, siapa yang
membawa benda itu, dialah yang dipertuan, waah, urusan kan
menjadi bertambah pelik"
"Saudara cilik, kau jangan gelisah dulu, coba kuselidiki
keadaan yang sebenarnya" pengemis tua itu lantas bertepuk
tangan tiga kali. seorang pengemis setengah baya mengiakan dan berjalan
masuk kedalam ruangan: "Tianglo, kau orangtua ada perintah
apa?" tanyanya. "Sampaikan perintahku, tanyakan kepada setiap murid
yang berada disini apakah di antara mereka ada yang
mengetahui jejak dari ketiga orang tianglo dari Huan mo kiong
yang berada didaratan Tionggoan, kalau ada yang tahu segera
datang memberi laporan "
"Terima perintah" sesudah memberi hormat pengemis
setengah baya itupun mengundurkan diri
Sepeninggal pengemis itu Han Siong Kie merasa panik dan
tidak tenang, ia merasa bahwa persoalan yang sedang
dihadapi sekarang memang cukup pelik, bukan saja Perintah
dari gurunya Mo tiong ci mo tak dapat diselesaikan, bahkan
1266 urusanpun berubah jadi sekacau ini, bukankah dia akan
menjadi manusia yang berdosa bagi perguruan"
Tidak selang beberapa saat kemudian pengemis setengah
baya itu datang melapor: "Lapor tiang lo ada seorang murid bagian kontrol yang
bernama Tan Beng siap memberi laporan"
"Suruh dia masuk" perintah pengemis dari selatansetelah
Tan Beng masuk kedalam ruang, pengemis itupun
bertanya lagi: "Apa yang kau ketahui?"
Tan Beng memberi hormat, kemudian bukannya menjawab
malahan balik bertanya: "Yang dimaksudkan sebagai tiga orang tianglo dari Thian
lam bun itu apakab tiga orang kakek berjubah sutera dan
membawa toya berkepala setan?"
"Benar " sahut Han Siong Kie dengan semangat berkobar.
Pengemis dari selatan mengangguk kepada Tan Beng
katanya: "Lanjutkan perkataanmu lebih jauh"
"Tiga hari berselang ketika hamba sedang melakukan
perjalanan melewati Niu kang, pernah kusaksikan ketiga orang
tianglo itu sedang melanjutkan perjalanan menuju ke arah
wilayah Thian lam." "Baik, kau boleh mundur"
Sepeninggal Pengemas itu, Han Siong Kie duduk termangu,
ia merasa tak habis mengerti kenapa ketiga orang tianglonya
menuju ke wilayah Thian lam, bukankah tindakan mereka ini
sama artinya dengan menghantarkan diri kemulut harimau "
Tak nanti Wi It beng akan melepaskan mereka bertiga dengan
begitu saja. 1267 Tanpa terasa diapan menguatirkan pula keselamatan dari
kelima orang tianglonya yang masih tertinggal diruang goan lo
wan. Sebagai seorang ketua Thian lam bun, tentu saja ia tak
dapat membiarkan para tianglonya menghantarkan kematian,
karena itu rencananya semula untuk berkunjung kebenteng
maut dan menyatroni lian huan tau terpaksa dibatalkan.
-000d0w000- Jilid 34 SETELAH hening beberapa saat pengemis dari selatan
bertanya pula: "saudara cilik apa rencanamu selanjutnya?"
Han Siong Kie menghela napas panjang, sahutnya dengan
wajah serius: "Terpaksa aku harus berangkat ke Thian lam, semoga saja
masih sempat untuk menghadang para tiang lo itu kembali ke
sarang harimau" ".. sayang aku sipengemis tua sedang terluka, kalau tidak
niscaya akan kubantu usahamu itu"
"Engkoh tua tak usah repot-repot, paling penting merawat
dulu lukamu hingga sembuh" cepat sianak muda itu menampik
. "Bagaimana kalau kupilih kan beberapa orang jago lihay
dari perkumpulanku untuk menyertai perjalanan ini?"
"Tak usah.. tak usah Maksud baik engkoh tua biarlah
kuterima dalam hati saja"
"Aaah, perkataan apaan itu" Budi kebaikanmu terhadap kay
pang setinggi langit, aah, jemu untuk membicarakan soal
budi, lebih baik tak usah dibicarakan lagi"
1268 "Engkoh tua aku bermaksud untuk segera melanjutkan
perjalanan mumpung masih sempat untuk menyusul mereka"
"Ehm, begitupun ada baiknya, aku akan segera mengirim
berita kilat kekantor- kantor cabang dan menyuruh mereka
menghadang jalan pergi ketiga orang tiang lo itu"
"Terima kasih atas bantuan engkoh tua"
"Juga tentang jejak dari Hekpek siang yau, aku percaya tak
lama kemudian berhasil ditemukan anak muridku, pasti akan
kukirim kabar itu padamu secepatnya"
"Kalau begitu siaute mohon diri lebih dulu" ucap Han Siong
Kie seraya bangkit berdiri
"Selain itu.?" "Apakah engkoh tua ingin mengucapkan sesuatu lagi?""
Pengemis dari selatan mengangguk.
"Kantor cabang kami di Nio kang meliputi daerah operasi
sampai wilayah Thian lam, jika kau ada urusan minta saja
bantuan dari mereka, pasti akan kupesan sendiri kepada
toucunya untuk mengabarkan berita ini kepada anak buahnya,
lencana bambu ini boleh kau terima, bila ada keperluan
gunakanlah lencana ini sebagai tanda pengenal "
"Akan siaute ingat selalu dihati, baik-baiklah jaga diri
engkoh tua" kata pemuda itu kemudian setelah menerima
lencana bambu itu. "Semoga kau sukses selalu"
"Selamat tinggal"
Han Siong Kie telah meninggalkan markas besar kay pang
di kuil Bu hao si dan melanjutkan perjalanannya menuju Thian
lam. Waktu itu fajar baru menyingsing, suara ayam berkokok
memecahkan kesunyian dipagi itu.
1269 Bintang masih tersisa di langit, angin pagi yang dingin
berhembus lewat menyegarkan badan, Han Siong Kie
melakukan perjalanannya dengan kecepatan penuh.
Tiga li baru lewat, ketika secara tiba-tiba sesosok bayangan
manusia diantara remang-remangnya cuaca orang itu
menghadang jalan perginya.
Han Siong Kie merasa kaget dan mengerem gerak laju
tubuhnya, tapi setelah mengetahui siapa yang berada
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dihadapannya ia berseru tertahan-"Aaah nona.. rupanya kau"
Tak asing lagi orang itu bagi Han Siong Kie sebab dia tak
lain adalah orang yang ada maksud.
"Oh masih kenal dengan aku?" sapa orang yang ada
maksud sambil tertawa aneh.
"Ada urusan apa nona berdiri disini"
"Menunggu kau" "Menunggu aku" bisik pemuda itu sambil mundur selangkah
karena tercengang, "dari mana nona bisa tahu kalau aku
berada disini dan akan lewati jalan ini?"
-00000d0w0000 BAB 70 "AH terlalu gampang untuk mengetahui jejakmu, bukankah
jalan raya disini hanya ada satu" Asal kami berdua masingmasing
menghadang disetiap sudut jalanan ini, pastilah
seorang diantaranya kami akan berjumpa dengan kau,
bukankah begitu?" "Jadi ada orang yang bertugas menantikan kedatanganku"
siapa orang kedua itu?"
"Tak perlu kau tahu"
1270 Han Siong Kie berkerut kening, selang sesaat kemudian ia
bertanya pula. "Ada urusan apa nona menunggu
kedatanganku disini?"
"Boleh aku tahu dulu kemana kau akan pergi...?"
"Ke Thian lam" "Wah kebetulan sekali, untung aku bertemu dengan kau,
kalau tidak maka akibatnya amat sukar dilukiskan dengan
kata-kata" "Kenapa?" tanya anak muda itu terkejut.
"Seorang jago yang mengaku sebagai Manusia bermuka
dingin dengan membawa lencana ok kui cu pai dan memimpin
tiga puluh orang jago telah berangkat ke Thian lam untuk
mengambil alih kursi kebesaran dari Wi It beng, bahkan ketiga
orang tianglo dari perguruan Thian lam bun pun menyertai
dirinya." "Manusia bermuka dingin " Boleh aku tahu ada berapa
orang manusia muta dingin didunia ini?" tanya Han Siong Kie
keheranan- "Tentu saja hanya satu"
"Kalau memang demikian, aku jadi tidak mengerti, dengan
apa yang nona maksudkan?"
"Untuk mengangkangi istana Huan mo kiong, pihak Thian
che kau telah mengutus seorang utusan khususnya menuju ke
Thian lam untuk mengambil oper kedudukan wi It beng,
bukan saja utusan khusus itu telah menyaru seperti kau,
bahkan membawa pula lencana ok kui cu paya"
"Aah, masa telah terjadi peristiwa seperti ini?" teriak Han
Siong Kie terkesiap. Orang yang ada maksud segera tertawa dingin
1271 "Memangnya aku membohongi kau, Ketahuilah, utusan
khusus dari Thian che kau yang menyamar sebagai dirimu itu
bernama Thio Wi wan "
"Tadi nona mengatakan bahwa dalam rombongan ini
terdapat pula tiga orang tiang lo dari Thian lam bun serta dua
puluh orang jago lihay, siapakah mereka itu?"
"Ketiga orang tianglo itu masing-masing bernama To It Hui,
Ang pat siu serta san jin ho, mereka dengan menyertai
manusia muka dingin gadungan itu berangkat ke Thian lam
untuk melakukan pembersihan terhadap perguruannya."
"Masa ketiga orang tianglo itu tak dapat membedakan
mana yang asli dan mana yang gadungan?"
"Dalam tubuh perkumpulan Thian che kau terdapat aneka
ragam jago yang rata-rata berilmu tinggi, termasuk pula ilmu
menyamarnya, mungkin kau sendiripun akan pangling
dibuatnya" Han Siong Kie merasa darah panas dalam tubuhnya
mendidih, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya,
dengan penuh kebencian serunya: "Mereka harus dijagal
semua" "Siapa yang akan kau jagal"
"Semua anggota perkumpulan Thian che kau, dari ketua
sampai pelayan-pelayannya"
"Urusan yang tak penting lebih baik tak usah kau bicarakan
dulu, ketahuilah Thia We wan yang menyaru sebagai dirimu
dengan membawa ketiga orang tianglo dari dua puluh orang
jagonya sudah berangkat semenjak tiga hari berselang,
padahal dengan kepandaian yang di miliki mereka dalam tujuh
hari saja istana Huan mo kiong sudah tercapai, kau sudah
ketinggalan tiga hari. aku kuatir tak mungkin bisa kau susul
diri mereka" Han Siong Kie tidak menjawab, pikirnya dalam hati:
1272 "Engkoh tua sudah mengirim surat kilat kepada kantor
cabangnya dan memerintahkan anak murid Kay pang
menghalangi jalan pergi ketiga orang tianglo itu, tapi dengan
adanya utusan dari Thian che kau, situasi jadi makin
berbahaya, aku harus segera mengejar dengan sepenuh
tenaga, siapa tahu bisa kutempuh perjalanan siang malam
sebelum mereka tiba di antara Huan mo kiong, aku bisa
sampai duluan?" Berpikir sampai disini ia lantas bertanya:
"Nona mendapatkan keterangan ini dari mana?"
"Kau tak perlu tahu, pokoknya kedatangan aku kemari
adalah untuk menyampaikan kabar ini kepadamu"
"Terima kasih atas bantuan nona, kalau begitu aku akan
segera melakukan perjalanan-"
"Silahkan" Setelah menjura, berangkatlah Han Siong Kie meninggaikan
tempat itu, cepat sekali gerakan tubuhnya, dalam sekejap
mata ia sudah berada jauh sekali dari sana.
Menanti bayangan punggung pemuda itu sudah lenyap dari
pandangan, orang yang ada maksud baru menghela napas
panjang, ia melepaskan kain kerudungnya sehingga tampaklah
wajahnya yang cantik, dari sakunya dia itu mengambil secarik
sapu tangan dan menyeka air mata dikelopak matanya.
Mengapa nona itu bersedih hati" Tak seorangpun yang
tahu Dalam pada itu Han Siong Kie telah mengerahkan ilmu
meringankan tubuh Ho keng gin im nya hingga mencapai pada
puncaknya, siang malam ia menempuh perjalanan tiada
hentinya, beratus-ratus li sudah ditempuh dengan kecepatan
penuh. Hari ketiga, sebelum lohor pemuda itu sudah tiba dikota sik
bun ki, suatu kota yang berjarak tiga ratus li dari istana Huan
mo kiong. 1273 Dikota sik bun ki inilah kantor cabang Kay pang untuk
wilayah Niu kang bermarkas.
Akan tetapi sampai waktu itu, bukan saja tiada kabar berita
dari pihak kay pang, jejak ketiga orang tianglo itupun tak ada
yang tahu. Han Siong Kie semakin kuatir, ia merasa tak ada harapan
lagi untuk menyusul ketiga orang tianglonya.
Pemuda itupua sadar, jika orang yang menyaru sebagai
dirinya tiba lebih dahulu di istana Huan mo kiong dengan
tampangnya yang persis seperti dirinya serta andaikan lencana
ok kui cu pai, tidak susah baginya untuk mendapat
kepercayaan dari orang-orang perguruan dan bila sampai dia
mendapat kepercayaan penuh dari anggota Thian lam bun
yang setia, runyamlah keadaan dan hancurlah perguruan itu.
Denggan langkah yang lambat ia memasuki sebuah rumah
makan yang memakai merek "Ing khek ki", sambil melepaskan
lelah dan menangsal perut, pemuda itu hendak menggunakan
kesempatan tersebut untuk mencari akal guna menanggulangi
kejadian ini. Untuk sementara waktu baiklah kita tinggalkan dulu Han
Siong Kie, mari kita bercerita kembali setelah To It hui, Ang
Pat sin dan Wi Jin ho mendapat tugas untuk mengubur
jenasah seng Thian pa dan Liok sau tan yang mati dalam
pertarungan melawan gerombolan wi It beng.
Setelah menyelesakan tugas menguburkan, ketiga orang
tianglo ini melakukan perjalanan kian kemari untuk mencari
jejak Han Siong Kie, akan tetapi jejak dari ketuanya ini lenyap
tak berbekas, mereka jadi murung tak habis mengerti.
Ditengah jalan secara kebetulan mereka mendengar kalau
Wi It beng telah menjual perguruan Thian lam bun kepada
pihak Thian che kau, bahkan istana Huan mo kiong telah
dirubah menjadi kantor cabang Thian che kau untuk wilayah
Thian lam. 1274 Melihat keruntuhan yang mengancam perguruan ini, ketiga
orang tianglo ini jadi marah bercampur sedih, mereka lantas
mengambil keputusan untuk berangkat ke Thian lam serta
mengumpulkan anak murid yang setia untuk bersama
membasmi Wi It beng dari muka bumi.
Dalam perjalanan menuju ke Thian lam inilah, secara tak
terduga ketua mereka, Han Siong Kie telah muncul dengan
membawa dua puluh orang jago bersenjata lengkap. menurut
keterangan kedua puluh orang ini adalah anggota baru Thian
lam bun yang baru diterimanya. sungguh gembira sekali
ketiga orang tianglo tersebut menjumpai kenyataan itu.
Mereka lebih percaya lagi setelah Ciangbun suhengnya
menunjukkan tanda kebesaran ok kui cupay, malahan
mennrut pengakuan ciang bun suhengnya ini lencana tersebut
berhasil dirampas kembali setelah berusaha dengan segala
kemampuan yang dimilikinya.
Tentu saja mimpipun mereka tak menyangka kalau
ciangbun suheng yang berada dihadapan mereka ini
sebetulnya adalah ciang bun suheng gadungan
Meskipun dalam hal berbicara dan tingkah lakunya banyak
hal yang mencurigakan ketiga orang tianglo ini, tapi dengan
manisnya "Han Siong Kie" gadungan berhasil memberi
jawaban yang memuaskan, hal ini membuat ketiga orang
tianglo itu semakin percaya.
Tatkala rombongan tiba dikota sik bun ki, anak murid Kay
pang cabang wilayah Niu kang yang baru mendapatkan surat
kilat dari markas besarnya segera memberi penyambutan yang
meriah, bahkan setiap saat menanti perintah mereka.
Tindakan ini sama sekali diluar dugaan siapa pun, tentu
saja perbuatan dari orang Kay pang mencengangkan mereka.
Thia Wi wan yang menyamar sebagai Han Siong Kie
gadungan tidak terlampau curiga oleh tindakan Kay pang ini
sebab dalam anggapannya kaum pengemis itu sudah
1275 menggabungkan diri dengan Thian che kau, maka segala
sesuatunya ini tentulah kaucu mereka yang mengatur.
Karena itu diapun tidak memberikan reaksi apa-apa,
sebaliknya menerima sambutan itu sewajarnya.
Begitulah kesalahan paham yang terjadi pada waktu itu,
oleh karena kedua belah pihak tidak mengucapkan apa-apa,
tentu saja siapapun tak menyangka kalau apa yang sedang
berlangsung pada hakekatnya adalah suatu kesalah pahaman.
Kita kembali pada Han Siong Kie yang asli, ketika tidak
berhasil mendapatkan akal yang jitu untuk menanggulangi
kesulitan tersebut, dengan uring-uringan dia keluar dari kedai
arak itu Ditengah jalan tiba-tiba dari sisi tubuhnya terdengar
seseorang berseru kaget ketika ia berpaling ternyata orang itu
adalah seorang pengemis tua yang berpakaian tambaltambalan.
Satu ingatan dengab cepat melintas dalam benaknya, ia
berpikir: "Sebelum berpisah dengan engkoh tua pengemis dari
selatan, ia telah berpesan kepadaku bila ada kesulitan minta
saja bantuan dari Kay pang, kenapa aku tidak mencari berita
dari mereka?" Serta merta ia membuntuti kemana perginya pengemis tua
itu. Sebentar kemudian mereka sudah keluar dari kota dan
menuju ke tanah alas yang sepi sebelum Han Siong Kie
sempat mengucapkan sesuatu, pengemis tua itu telah
berpaling seraya memberi hormat, katanya:
"Ditempat ini banyak tersebar mata-mata dari istana Huan
mo kiong, sebelum rencana disusun dengan matang, lebih
baik ciangbunjin sedikit merahasiakan jejakmu"
1276 "Rencana" Rencana apa?" tanya Han Siong Kie.
Ucapan itu membuat si pengemis tua jadi terbelalak. lama
sekali dia termangu sebelum akhirnya bertanya:
"Bukankah engkau adalah Han sauhiap. ketua dari Thian
lam bun ?" "Betul" "Maksudku lebih baik untuk sementara waktu ciangbunjin
kembali dulu kedalam kuil Po cu bin, agar supaya..."
"Kuil Poo cu bin " Aku tak mengerti apa yang kau
maksudkan ?" Pengemis tua itu semakin terperanjat, dengan gugup dia
mundur tiga langkah, matanya terbelalak dan mulutnya
melongo, untuk sesaat tak dapat mengucapkan sepatah kata
pun- Han Siong Kie bukan orang bodoh, ia segera sadar bahwa
dibalik peristiwa ini pasti ada hal-hal yang tak beres, lencana
bambu pemberian dari lam key atau pengemis dari selatan itu
segera di ambil keluar, sambil menunjukkan lencana itu,
tegurnya: "Kau kenal dengan benda ini ?"
"Tentu saja "sahut pengemis tua itu dengan sikap yang
sangat menghormat. "Benda itu adalah tanda kepercayaan
dari tianglo kami, ciangbunjin...."
"Jelaskan apa yang terjadi dalam kuil Po cu bio yang kau
maksudkan tadi" tukas pemuda itu cepat.
Agak tertegun pengemis tua itu, tapi ia lantas
menerangkan: "Bukankah ciangbunjin serta para tianglo perguruan Thian
lam sedang merundingkan rencana pembersihan atas unsur
jahat dari istana Huan mo kiong di kuil Pun cu bio?"
1277 Sesudah mendengar perkataan itu mengertilah sudah Han
Siong Kie apa yang sudah terjadi.
"Oooh ciangbunjin itu adalah ciangbunjin gadungan, orang
lain yang telah menyaru sebagai diriku, tak sempat kujelaskan
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lagi duduknya perkara kepadmu, cepat katakan dimanakah
letak kuil Puy cu bio itu?"
Sesudah termangu-mangu sejenak pengemis tua itu
menunjuk ke arah sebelah timur seraya sahutnya:
"Kuil Pun cu bio berada didalam hutan waru sana"
Han Siong Kie tidak membuang banyak waktu lagi, dia
lantas menjejakkan kakinya keatas tanah dan melayang ke
arah tempat yang ditunjuk.
Sesaat kemudian ia sudah berada didepan hutan yang
dimaksudkan, sebelum sempat melangkah masuk. dua orang
laki-laki kekar telah melayang keluar dari balik pepohonan
sambil membentak: "siapa disitu " Berhenti"
Tapi setelah mengetahui siapa yang datang, paras muka
dua orang laki-laki itu berubah hebat, mereka menjerit kaget
lalu kabur masuk kedalam hutan.
"Mau kemana kalian " Hayo kembali " sambil membentak
Han Siong Kie mendorong telapak tangannya kedepan lalu
dihisap kebelakang. Seketika itu juga muncullah dua gulung tenaga hisapan
yang sangat besar menarik tubuh kedua orang laki-laki itu
sehingga tak bisa berkutik, mereka coba meronta dan
berusaha kabur, namun bukan saja tubuhnya jadi
sempoyongan, malahan tubuh mereka terasa tertarik semakin
kencang kebelakang. Bisa dibayangkan betapa takutnya mereka berdua, pucat
muka kedua orang itu dan peluh dingin membasahi tubuhnya,
sukma serasa melayang tinggalkan raganya.
1278 Manusia muka dingin yang asli bisa muncul dihadapan
mereka, peristiwa ini tak pernah terbayang oleh mereka
walaupun dalam impianpun.
Tapi kedua orang laki-laki itu tak sudi menyerahkan diri
dengan begitu saja, setelah tahu bahwa sia-sia untuk meronta
dari belenggu tenaga hisapan tersebut, serentak mereka
meloloskan senjata tajamnya.
Hawa napsu membunuh telah menyelimuti seluruh wajah
sianak muda itu, sinar matanya tampak aneh sekali. tegurnya
dengan keras: "Kalian bardua adalah anggota Thian che
kau?"" "Benar" sahut salah seorang diantara mereka.
"Kalau begitu, mampuslah kalian"
Dua orang laki-laki itu coba melawan dengan pedangnya,
tapi sebelum mereka dapat berbuat sesuatu, Han Siong Kie
telah menyentilkan ujung jarinya kedepan..
Dua gulung angin desingan tajam secepat sambaran kilat
meluncur kedepan dan menghajar hiatto kematian di tubuh
dua orang laki-laki itu. Untuk tidak sampai mengejutkan orang-orang yang berada
dalam kuil, pemuda itu mengambil keputusan untuk
membasmi lawannya dengan serangan paling cepat dan paling
jitu, maka pilihanpun terjatuh pada ilmu jari Tong kim ci yang
tak ada tandingannya itu.
Dua kali dengusan tertahan memecahkan kesunyian, darah
segar muncrat keluar dari lubang didada mereka, tanpa
banyak berkutik, tapi dua orang laki-laki itu terjungkal
ketanah, dan tewas seketika itu juga .
Setelah musuhnya tak berkutik Han Siong Kie menyapu
pandang sekejap sekeliling tempat itu kemudian secepat
sukma gentayangan dia masuk kedalam kuil.
1279 sementara itu dalam ruangan kuil Thia Wi wan utusan
khusus dari Thian che kau dengan kedudukannya sebagai
ketua Thian lam bun duduk dikursi utama, tiga orang tianglo
duduk disampingnya dan belasan orang lelaki berpakaian
ringkas dengan berbaris menjadi dua deret berdiri jajar di luar
ruangan tersebut. Pada waktu itu ada dua orang berbaju biru sedang
melangkah masuk kedalam ruangan sambil berlutut mereka
berkata: "Tecu berdua menghunjuk hormat untuk
Ciangbunjin" "Bangun" seru Thia Wi wan dengan gayanya yang angkuh.
Dengan nada agak emosi, salah seorang dari kakak berbaju
biru berkata lebih lanjut:
"Pada saat ini kelima orang tianglo yang masih tertinggal
diruang Goan lo wan telah dijebloskan kedalam penjara bawah
tanah, berita yang kita kirim tak dapat mereka terima, tapi
dari sekian banyak anak murid Thian lam bun yang berhasil
kita hubungi, sebagian besar bersedia untuk berbakti kepada
Ciangbunjin, hanya sebagian kecil saja yang mati-matian
membela Wi It beng, namun kekuatan mereka tak perlu
terlalu di kuatirkan "
"Apakah berita yang kita susupkan kesana dapat diketahui
oleh komplotan dari Wi It beng?"
"Aku rasa tak mungkin"
"Baik, mundurlah keluar ruangan sana sambil menunggu
perintah berikutnya"
Dengan hormat dua orang kakek baju biru itu memberi
hormat kemudian mengundurkan diri.
Thia Wi wan lantas berpaling kearah ke tiga orang
tianglonya, lalu berkata pula:
1280 "Menurut maksudku, malam nanti setelah kentongan ketiga
kita langsung menyerbu ke dalam istana Huan mo kiong,
menggunakan kesempatan dikala semua orang terlelap tidur
kita bekuk dahulu Wi It beng, sementara tianglo bertiga
berusaha untuk melepaskan kelima orang tianglo yang disekap
itu dari penjara, meskipun kaki tangan Wi It beng akan
melakukan perlawanan, kita bantai saja mereka yang berani
membangkang kemudian baru kita jatuhi hukuman yang
setimpal kepada Wi It beng sesuai dengan pelanggaran yang
dilakukan. Entah bagai manakah menurut pendapat kalian
bertiga?" "Apa yang diucapkan suheng memang benar, kami semua
siap melaksanakan perintah" ucap To It hui ketua para tianglo
dengan sikap yang sangat hormat.
Seorang laki-laki berpakaian ringkas tiba-tiba lari masuk
dengan wajag gugup, setibanya didepan ruangan, ia berlutut
seraya berseru: "Lapor ciangbunjin, dua orang saudara kita yang meronda
didalam kuil kedapatan sudah berubah jadi mayat"
"Apa?" "Dua orang saudara kita yang bertugas meronda keamanan
dalam kuil kedapatan telah dibunuh, mereka mati tertotok
jalan darah kematiannya oleh sejenis ilmu totokan yang lihay"
Thia Wi wan segera meloncat bangun, oleh karena ia
menyaru sebagai Han Siong Kie dan mengenakan topeng kulit
manusia, maka perubahan wajahnya sama sekali tidak
kelihatan, meski begitu sinar matanya amat memancarkan
hawa napsu membunuh yang mengerikan.
Dengan paras muka berubah hebat, ketiga orang tianglo
itupun meloncat bangun. Belasan orang laki-laki berpakaian ringkas yang berjejer
diluar pagar ruangan segera menunjukan sikap kaget,
1281 serentak mereka bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan.. Siapapun tahu bahwa dua orang laki-laki yang bertugas
meronda disekitar kuil itu memiliki ilmu silat yang cukup
tangguh, tapi kenyataanya mereka dibunuh orang tanpa
sempat bersuara ataupun melepaskan tanda bahaya, dari sini
dapat diketahui bahwa ilma silat yang dimiliki penyergap itu
luar bissa sekali. Suasana tegang segera menyelimuti angkasa, semua orang
bersiap siaga, siapapun tak berani bertindak gegabah.
Akhirnya dengan suara yang berat Thia Wi wan berkata
kepada To It hui yang berada disisinya:
"To tianglo mungkinkah Wi It beng telah menerima laporan
dan menyerang lebih dulu mendahului kita?"
"Entahlah" sahut To It hui dengan wajah tegang "tapi aneh
mengapa saat ini tidak nampak adanya gerakan apa2"
"Mungkinkah mereka sedang menyusun suatu rencana
busuk untuk menjebak kita?"
"Biar kukeluar sebentar untuk memeriksa keadaan diluar
situ" "Bawalah sepuluh orang jago kita dan lakukanlah
pemeriksaan yang seksama diseputar kuil ini"perintah Thia Wi
wan- "Terima perintah" sahut To It hui.
Dengan dikawal oleh sepuluh orang busu berpakaian
ringkas berangkatlahj tianglo ini keluar pintu kuil.
Suasana diseputar kuil tersebut amat sepi dan tak nampak
sesosok bayangan manusiapun, yang terdengar hanya suara
mendesis daun kering yang terhembus angin.
"Geledah sekitar kuil ini " perintah To it hui.
1282 sepuluh orang busu berpakaian ringkas itu segera
menyebarkan diri dan mulai melakukan penggeledahan
disekitar tempat itu. Hutan itu luas dan mencapai satu hektar, oleh sebab
banyak semak belukar dan pepohonan tumbuh disana,
sukarlah bagi mereka untuk memandang lurus kedepan.
Tiba-tiba dua jeritan lengking berkumandang memecahkan
kesunyian, suara jeritan itu keras dan mengerikan, membuat
bulu kuduk orang pada bangun berdiri, secepat kilat To It hui
melayang ke tempat berasalnya jeritan itu, apa yang
kemudian terlihat seketika membuat hatinya bergidik,
Dua sosok mayat menggeletak dibalik semak belukar
dengan dada berlepotan darah, kedua orang itu tak lain
adalah dua orang diantara sepuluh jago yang ditugaskan
melakukan penggeledehan. Lubang sebesar jari tangan berhasil ditemukan dibagian
dada mayat-mayat itu. To It hui tahu bahwa busu-busu ini
mati karena suatu serangan ilmu jari yang maha dahsyat.
"Aaah, bukankah luka ini berasal dari ilmu jari Tong kim
ci?" ingatan tersebut tiba-tiba melintas dalam benaknya.
Paras muka tianglo ini kontan berubah hebat, peluh dingin
membasahi sekujur tubuhnya, menurut apa yang diketahui
hanya ciangbun suhengnya seorang yang dapat
mempergunakan ilmu jari ini, tapi Han Siong Kie toh masih
duduk dalam kuil" Masakah ada orang lain yang pandai pula
menggunakan ilmu jari Tong kim ci?"
"Tapi siapakah jago lihay itu?" demikian ia berpikir,
"mengapa ia datang kemari dan melukai anak murid
perguruan kami?""
Tianglo ini cukup mengerti, bila orang itu pandai
menggunakan ilmu jari Tong kim ci berarti pula tenaga
1283 dalamnya amat sempurna, atau dengan perkataan lain orang
itu pastilah seorang tokoh sakti yang berilmu tinggi.
Berpikir sampai disitu, tak tahan lagi hatinya bergidik dan
peluh dingin mengucur keluar semakin deras.
Sementara To It hui masib termenung dengan keheranan,
jerit kesakitan kembali berkumandang saling menyusul..
Satu jeritan-.. dua jeritan-. tiga kali jeritan tidak lebih tidak
kurang persis sepuluh kali jeritan itu menandakan bahwa
sepuluh orang busU yang bertugas melakukan penggeledahan
telah tewas semua ditangan orang.
Tidak banyak bicara lagi ketua tianglo dari Thian lam bun
ini segera kabur kembali kedalam kuil.
Tapi baru saja dia melangkah masuk ke halaman kuil itu
untuk kesekian kalinya tianglo ini dibikin tertegun, bahkan
hampir saja tidak percaya dengan kenyataan yang tertera
didepan matanya. Dihalaman tengah depan ruangan kuil telah bertambah lagi
dengan seorang manusia bermuka dinginTatkala dia alihkan pandangannya ke arah atas kuil disana
dia saksikan ciangbun suhengnya dengan wajah yang kaku
tanpa emosi dan tatapan mata setajam sembilu sedang
melotot manusia muka dingin yang berada ditengah halaman
itu tanpa berkedip. Dua orang tianglo, dua orang kakek baju biru serta delapan
orang busu berbaju ketat yang berada di sana semuanya
berdiri menjublak dengan muka tercengang. Di tengah
keheningan yang mencekam seluruh angkasa itu, manusia
muka dingin yang berada diatas pelataran kuil itu tiba tiba
tertawa seram, lalu menegur:
"Bajingan keparat, besar amat nyalimu. Berani betul
menyamar sebagai wajahku..."
1284 Manusia muka dingin yang berdiri ditengah halaman
menjengek sinis, hawa napsu membunuh menyelimuti seluruh
wajahnya, dengan suara menyeramkan ia menjawab:
"Thia Wi wan, kau tak usah berlagak pilon lagi,. ketahuilah
bahwa sandiwaramu telah berakhir, muslihatmu selama ini
hanya sia-sia belaka"
Sebutan Thia Wi wan yang sengaja diucapkan dengan nada
berat itu kontan menggetarkan badan manusia muka dingin
yang berada diatas pelataran kuil, ia mundur selangkah ke
belakang kemudian sambil menyeringai katanya:
"Bajingan, jangan sembarangan ngebacot, tampaknya kau
sudah bosan hidup," sekali melejit ia sudah melayang diudara kemudian dengan
suatu gerakan tubuh yang cepat orang itu melayang turun
tepat dihadapan manusia muka dingin yang berada di tengah
halaman itu, Kecuali delapan orang busu berbaju ringkas yang
mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, baik ketiga
orang tianglo itu maupun dua orang kakek berbaju biru berdiri
saling berpandangan dengan muka kaget bercampur
keheranan. sebab baik potongan badan, maupun potongan
wajah kedua orang manusia muka dingin ini boleh dibilang
persis satu sama lainnya, ibarat pinang yang dibelah dua.
Tiga orang tianglo dari Thian lam bun itu mulai curiga,
sebelum kemunculan manusia muka dingin yang kedua ini..
mereka masih tidak merasa apa-apa, tapi sejak mendengar
logat bicara orang yang kedua ini, secara lapat-lapat mereka
mulai merasa bahwa logat serta nada waktu berbicara dari
manusia muka dingin kedua ini jauh lebih mirip dengan
ciangbunjin suheng mereka daripada yang mereka ikuti
selama beberapa hari ini.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
1285 Sebelum bertemunya kedua orang tokoh ini, mereka tidak
begitu merasa, tapi sekarang mereka dapat merasakan suatu
perbedaan yang menyolok sekali.
sebagaimana telah diketahui, manusia muka dingin yang
munculkan diri sekarang memang tak lain adalah Han Siong
Kie pribadi setelah melenyapkan dua busu orang jago lihay
Thian che kau pengikut Thia Wi wan setelah mendahului To it
hui masuk lebih dulu kedalam kuil itu.
Langkah pertama yang akan dilaksanakan adalah
membongkar rahasia penyaruan Thia Wi wan dan tentu saja
lebih baik lagi kalau bisa menyingkap tampang aslinya.
Dengan tatapan berapi-api Han Siong Kie mengawasi
musuhnya lalu berkata lantang:
"Thia Wi wan, kalau tidak kau tunjukkan tampang setanmu
pada saat ini juga, kau akan menunggu kapan lagi?"
-0000d0w0000- BAB 71 SETELAH kemunculan sianak muda itu Thia Wi wan utusan
khusus dari Thian che kau itu menyadari bahwa apa yang
dibebankan kepadanya tak mungkin bisa terlaksana lagi,
kendatipun begitu ia masih tetap membentak nyaring:
"Manusia latah yang tak tahu diri, berani benar bicara tak
karuan dihadapanku Hmm Rupanya sebelum kubereskan
nyawamu, kau tak akan merasa jera"
sambil membentak ia menerkam kedepan dan melepaskan
sebuah bacokan maut ketubuh lawan.
Bukan saja serangan itu secepat kilat, kedahsyatannya luar
biasa sekali, membuat hati orang mendesir rasanya.
1286 "Thia Wi wan, kau anggap pukulan itu bisa mematikan
aku?" jengek Han Siong Ki sinis "hari ini kau bakal mampus
ditanganku" Telapak tangannya dibabat kearah muka dengan taktik
membuang ia punahkan ancaman lawan, sementara telapak
tangan kirinya hampir pada saat yang bersamaan melepaskan
pula serangan kilat ketubuh musuhnya.
Walaupun dua buah pukulan dilancarkan dalam waktu yang
tidak bersamaan, namun kecepatannya mengerikan sekali.
Gagal dengan serangannya, cepat Thia Wi wan mengigos
kesamping dan menyingkir kesisi gelanggang.
Han Siong Kie membentak keras, ia tidak membiarkan
musuhnya kabur dengan begitu saja, sambil mementangkan
kelima jari tangannya, kepala Thian wi wan dicengkeramnya
dengan hebat. Utusan khusus dari Thian che kau ini bukan musuh yang
empuk. dengan cekatan ia miringkan kepalanya kesamping,
lalu secara beruntun melancarkan dua buah serangan balasanMeleset dengan cengkeraman kilatnya, separuh tubuh Han
Siong Kie ikut berputar ke samping dengan manis sekali ia
berhasil menghindarkan diri dari serangan kilat musuh.
Perlu diketahui, kedua orang yang sedang bertempur ini
masing-masing adalah jago kelas satu didunia persilatan,
meskipun hanya tiga gebrakan namun tiap jurus serangan
tersebut tersimpanlah daya penghancurt yang cukup
menghantar nyawa lawan, siapa saja sedikit meleng niscaya
akan menggeletak tak bernyawa.
Diam-diam Thia Wi wan mulai tercekat hatinya dan
ketakutan, ia dapat merasakan bahwa ilmu silat yang dimiliki
musuh ternyata jauh diatas kepandaian yang dimilikinya.
Sementara itu Han Siong Kie telah mendengus dingin,
sepasang telapak tangannya dilontarkan secara bergilir,
1287 dengan jurus-jurus serangan Mo hwe liau goan (api iblis
membakar ladang) Mo ciang ciang liong (telapak tangan iblis
menaklukan naga) serta Mo ong ko ciat (raja iblis menyembah
loteng istana) ia titir musuhnya habis-habisan.
Desingan angin tajam seketika itu juga menyelimuti seluruh
angkasa bagaikan amukan gelombang samudra, segulung
demi segulung menghantam kemuka tiada hentinya.
Thia Wi wan betul-betul terkesiap dan pecah nyali, kontan
tubuhnya terdesak mundur lima langkah lebar.
"Duuk." sebuah pukulan akhirnya berhasil menghajar bahu
kiri jago lihay itu, Thia Wi wan segera mendengus kesakitan
dan mundur dengan sampoyongan, sakitnya bukan kepalang
sehingga serasa merasuk ketulang sumsum.
".. Ha yo perlihatkan kembali wujud aslimu" ejek Han Siong
Kie dengan sinis. Menggunakan suatu gerakan sambaran yang kecepatannya
luar biasa sekali, dia menyapu kewajah musuh.
Jeritan kaget berkumandang memecahkan kesunyian,
topeng kulit manusia yang menutupi wajah Thia Wi wan
tersambar lepas sehingga tampaklah muka aslinya yang
bopeng. Ketiga orang tiang lo itu dan dua orang kakek berjubah biru
sama-sama memperdengarkan jeritan kaget, nampaknya
mereka tak menyangka kalau ciangbun suheng yang selama
ini dihormati dan disanjung itu kenyataannya adalah manusia
muka dingin gadungan, pucat pias wajah kedelapan orang
busu berbaju ringkas itu, serentak mereka meloloskan
senjatanya siap melancarkan serangan kilat.
Han Siong Kie betul-betul sangat marah, serunya lagi
dengan lantang: "Anjing keparat, anakan kunyuk, apa yang hendak kau
tanyakan lagi sekarang ?"
1288 Thia Wi wan terkekeh kekeh dengan seramnya.
"Heeehhh heehhh heeehhhhh manusia muka dingin,
sekalipun penyaruanku berhasil kau bongkar, tapi jangan
harap kau bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup,"
Dipihak lain ketiga orang tianglo dari Thian lam bun itu
merasa marah, sedih dan malu, mereka malu karena kurang
ketelitian, mereka hampir saja mengakibatkan kejadian yang
fatal dan tak tertolongkan, untung di saat yang kritis, kelicikan
musuhnya berhasil terbongkar.
Dengan tatapan tajam Han Siong Kie memandang sekejap
ke arah ketiga orang tianglonya, kemudian ia berkata:
"Tangkap dan bunuh kedelapan orang anjing geladak itu,
jangan lepaskan seorangpun diantara mereka dalam keadaan
hidup", Dengan hormat tiga orang tianglo dan dua orang kakek
berjubah biru itu mengiakan-serentak mereka menerkam ke
arah delapan orang laki-laki berbaju ringkas itu.
Suatu pertempuran sengit tak dapat dihindari lagi, kedua
belah pihak sama-sama mengerahkan segenap kemampuan
yang dimilikinya untuk saling merobohkan.
Thia Wi wan merasa panik bercampur gusar, ia membentak
keras, tiba-tiba sambil maju kemuka sebuah pukulan maut
dilancarkan ke tubuh pemuda itu
"Bangsat, rupanya kau sudah bosan hidup, maki Han Siong
kie dengan marah sambil menghimpun hawa sakti si mi
sinkang, dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat ke depan.
Tatkala dua gulung tenaga pukulan itu saling bertemu satu
sama lainnya, terjadilah ledakan keras yang memekikkan
telinga. Sambil mendengus tertahan, Thia Wi wan mundur sejauh
satu kaki dengan sempoyongan, mukanya penuh berlepotan
1289 darah, di tambah lagi wajahnya yang pada dasarnya hitam
dan penuh bopeng, hal ini membuat tampangnya kelihatan
semakin mengerikan. selang sesaat kemudian dia baru
muntah darah seggr. Han Siong Kie sendiripun diam-diam merasa terperanjat,
sebab dalam serangannya barusan dia telah sertakan tenaga
si mi sin kang sebesar sepuluh bagian, tapi kenyataannya
pihak musuh tak berhasil dirobohkan, dari sini dapatlah
diketahui bahwa tenaga lwekang orang itu cukup sempurna.
Sementara itu pertarungan dipihak lain pun sudah
mencapai pada puncaknya, dari antara delapan orang laki-laki
kekar yang memberikan perlawanan sengit, ada dua orang
diantaranya sudah menggeletak menjadi mayat, dengan
begitu maka tersisalah enam orang musuh yang kebetulan
merupakan lawan tanding seorang melawan seorang dari
pihak Thian lam bun. Walaupun begitu, diantara dua belas orang yang sedang
bertempur, ilmu silat dari dua orang kakek berjubah biru itu
paling lemah, mereka ketitir hebat dan cuma bisa
mempertahankan diri belaka.
Dengan hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Han
Siong Kie, pemuda itu membentak lagi dengan marah:
"Orang she Thia hendak kau serahkan tidak lencana ok kui
cupay tersebut?" "Kau tak usah bermimpi di siang hari bolong" sahut Thia Wi
wan sambil menyeka noda darah dibibirnya.
"Mau diserahkan kepadaku tidak?" pemuda itu kembali
membentak. "Kalau tidak lantas kenapa?"
"Tidak kau serahkan" HHmm Memangnya tak bisa kuambil
sendiri" Akan kuambil kembali lencana itu berikut jiwa
anjingmu" 1290 Sekali lagi Han Siong Kie melancarkan bacokan kilat dengan
sepasang telapak tangannya.
Thia Wi wan tak berani menyambut serangan tersebut
dengan kekerasan, cepat dia melejit kesamping untuk
menghindar. Sementara itu dua orang kakek tua berjubah biru dari
Thian lam bun itu sudah terdesak hebat sehingga keadaannya
sangat kritis, jiwanya setiap saat terancam ditangan lawan.
Ini membuktikan bahwa anak buah Thian che kau yang
ditugaskan dalam operasi kali ini bukanlah manusia-manusia
sembarangan, rata-rata mereka berkepandaian tinggi.
Dua jerit kesakitan yang memilukan hati menggelegar
memecahkan kesunyian, dengan tongkat kepala setannya
secara beruntun To It hui dan Ang Pat siu telah
membinasakan musuh-musuhnya, cepat mereka memburu
kemuka dan menolong dua orang rekan mereka yang ketitir
hebat. Sementara itu tianglo yang lainpun telah berhasil
membunuh musuhnya dalam sekejap mata delapan orang lakilaki
berbaju ringkas itu sudah menggeletak semua menjadi
mayat. Sementara itu pertempuran antara Han Siong Kie melawan
Thian wi wan masih berlangsung dengan serunya, bacokan
demi bacokan maut dilepaskan secara berantai, tatkala
pukulan yang dilepaskan tidak mendatankan hasil yang
diharapkan, daripukulan telapak tangan ia lantas mengubah
serangannya menjadi serangan jari.
Gulungan demi gulungan angin jari tangan menyambar kian
kemari, memaksa Thia Wi wan harus meloncat kesana kemari
dengan repotnya. Jauh sebelum bertugas Thia Wi wan sudah pernah
mendengar tentang kelihayan serta kedahsyatan ilmu jari
1291 Tong kim ci, sekuat tenaga dia berusaha untuk meloloskan diri
dari ancaman maut, tapi suatu ketika akhirnya ia terlambat
untuk menghindar. "Criit" segulung desingan angin jari tangan tepat
menembusi bahunya secara telak, dengan sempoyongan ia
mundur kebelakang dan hampir saja roboh terjengkang, darah
segar berceceran membasahi separuh tubuhnya keadaan diri
utusan khusus Thian Che kau itu bertambah mengenaskan.
Setelah membereskan kedelapan orang lawannya, ketiga
orang tiang lo dan dua orang kakek baju biru itu sudah
mengurung sekitar gelanggang itu rapat-rapat, semua
perhatian mereka telah tertuju ketengah gelanggang dimana
pertarungan masih berlangsung.
Perlahan-lahan Han Siong Kie maju beberapa langkah
kemuka sambil mengayunkan telapak tangannya ia berseru:
"Thia Wi wan, serahkanlah jiwa anjingmu"
Tiba-tiba disaat yang kritis, Thia Wi wan mengayunkan
tangannya ke depan, menyusul mana serentetan sinar tajam
yang menyilaukan mata memancar keluar. Seketika itu juga
Han Siong Kie merasa matanya silau dan tenaga dalamnya
punah. "Aduh celaka" demikianlah ia berpekik kagetnya bukan
kepalang menghadapi kejadian yang tak terduga itu.
"Duuuk.. . " sebuah pukulan dahsyat tak dapat dihindari
lagi, diiringi dengusan tertahan Han Siong Kie terhajar sampai
mencelat sejauh dua kaki lebih dan muntah darah segar.
Betapa terperanjatnya To It hui berlima menyaksikan
kejadian itu, mereka menjerit kaget dan segera memburu ke
muka. Kiranya disaat yang amat kritis, Thia Wi wan dengan suatu
gerakan yang tak terduga telah mengambil keluar lencana Ok
kui cu pay, sisa hawa murni yang dimilikinya segera disalurkan
1292 kedalam lencana itu sehingga memancarlah sinar aneh dari
mutiara di atas lencana tadi.
Han Siong Kie tidak menduga sampai ke situ, perhatiannya
langsung buyar setelah terkena sorotan cahaya mutiara tadi,
disaat keadaan itulah Thia Wi wan manfaatkan kesempatan itu
dengan sebaik-baiknya, sebuah pukulan gencar herhasil
menghantam tubuhnya dengan telak.
Masih beruntung tenaga lwekang yang dimilikinya cukup
sempurna, kalau tidak mungkin nadi pentingnya sudah putus
dan tewaslah pemuda ini secara konyol.
Tanpa berpikir panjang, ketiga orang tianglo dan dua orang
kakek baju biru itu menerjang kedalam arena, dengan
menghimpun segenap kemampuan yang dimilikinya mereka
terjang Thia Wi wan. "Bangsat, rupanya kalian bosan hidup semua" maki Thia Wi
wan dengan mendongkol. sepasang telapak tangannya dilontarkan kemuka, angin
puyuh yang maha dahsyat langsung menyapu kedepan dan
menghajar kelima orang itu sampai jumpalitan tak karuan.
Han Siong Kie yang terluka tak sudi unjukkan kelemahan
dihadapan musuhnya, dia menghirup udara dalam-dalam,
wataknya yang angkuh membuat pemuda itu sekuat tenaga
mempertahankan diri, ia bangkit dan duduk.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan wajah menyeringai seram Thia Wi wan menerjang
kehadapan sianak muda itu kemudian ujarnya pula dengan
suara menyeramkan: "Ciangbunjin sekalipun aku tak dapat melaksanakan
tugasku dengan sebaik-baiknya, tapi ketahuilah
membinasakan dirimu juga termasuk pahala yang amat besar,
pejamkan matamu dan terimalah kematian ini"
Seraya berkata telapak tangan kanannya lantas diayun
kedepan.. 1293 "Duuk Blaang.." Ditengah jerit kesakitan, bukan Hian Siong
Kie yang termakan oleh pukulan itu, sebaliknya justru Thia Wi
wan yang mencelat kebelakang sambil muntah darah, ia
terbanting dan jatuh terduduk dilantai.
Hawa sakti si mi sinkang yang berhasil diyakinkan Han
Siong Kie memang terhitung suatu kepandaian yang tangguh,
kendatipun ia sudah terluka parah, hawa murninya sama
sekali tidak menjadi buyar, sambil menggertak gigi ia sudah
menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya untuk siap sedia
menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan,
akhirnya pukulan kilatnya berhasil juga merobohkan
musuhnya. sekalipun demikian, ia sendiripun lantas roboh terjengkang
keatas tanah dengan badan yang lemas.
Bagi Thia Wi wan, kejadian ini benar-benar peristiwa yang
sama sekali diluar dugaan, mimpipun tak pernah diduga
olehnya bahwa musuhnya masih mampu menyerangnya
walaupun sudah terluka parah, cepat dia pusatkan
perhatiannya, lalu bangkit berdiri tanpa mengucapkan sepatah
katapun sebuah pukulan dibacok kebawah.
Dengan mata melotot besar. Han Siong Kie dapat
menyaksikan tibanya bacokan itu, apa daya ia tak mampu
untuk melawan, pemuda itu hanya bisa melotot sambil
menantikan saat kematiannya.
Ketiga orang tianglo yang terguling ditanah itu segera
meloncat bangun dan sekali lagi menerkam kedepan,
sekalipun mereka telah berusaha dengan sepenuh tenaga,
pada hakekatnya tindakan itupun terlambat setengah langkah,
tak mungkin serangan itu bisa mereka bendung.
Untunglah disaat yang sangat kritis dan berbahaya, dari
luar kuil terdengar suara bentakan nyaring: "Tahan"
Menyusul bentakan itu, tampak Thia Wi wan mundur tiga
langkah lebih dengan sempoyongan.
1294 Seorang nyonya muda baju merah yang cantik jelita bak
bidadari dari kahyangan telah berdiri ditengah arena. Dari
mana nyonya cantik ini datang dan dengan cara apa ia tiba
diarena, tak seorangpun yang tahu.
Dengan rasa heran bercampur kaget Han Siong Kie
berpaling, berdebar keras jantung nya tatkala sinar mata
mereka bertemu, dengan muka merah padam karena jengah
cepat pemuda itu tundukkan kepalanya.
Memang cantik nyonya berbaju merah itu, demikian
cantiknya hingga sukar diibaratkan dengan kata-kata.
Ia tak percaya kalau didunia ini terdapat seorang
perempuan secantik itu, terutama sepasang biji matanya yang
penuh daya tarik. sungguh membuat hati orang terpesona dan
tak berdaya untuk melawannya.
Jangankan Han Siong Kie yang masih berjiwa muda,
malahan ketiga orang tianglo yang sudah lanjut usiapun
berdiri tertegun dengan mata melotot besar, rasa kagum jelas
tercermin diatas wajahnya.
Kemunculan nyonya baju merah itu diluar dugaan
siapapun, apalagi tindakannya menghalangi Thia Wi wan
untuk melepaskan serangan mautnya atas diri Han Siong Kie,
lebih-lebih mengejutkan lagi hati mereka. .
Lama sekali Thia Wi wan termangu, akhirnya sambil
menyeringai katanya dengan sinis: "Kau hendak menangkap
ikan diair keruh" Hendak kau campuri urusan kami ini ?"
"Kalau iya kau mau apa?" sahut nyonya baju merah itu
dengan dingin, ketus dan mengerikan"Sebutkan dulu siapa namamu ?"
"Mau tahu namaku " Hmmm Bercermin dulu dengan
tampangmu yang bopeng dan jelek masih belum pantas untuk
mengetahuinya" 1295 "Keparat, perempuan hina..."
"Ploook ploook" belum habis Thia Wi wan memaki,
tempelengan keras sudah bersarang dulu diwajahnya,
muncullah bekas telapak tangan yang merah bengkak di pipi
Thia Wi wan yang bopeng itu.
"Kalau engkau berani bicara tak benar lagi, jangan salahkan
kalau kucabut selembar jiwamu" ancam nyonya baju merah
itu sambil mendengus dingin.
Tempelengan itu keras dan pedas, Thia Wi wan merasa
kepalanya jadi pening dan hampir saja jatuh semaput.
Cepat nian tamparan tersebut, bukan saja Thia Wi wan tak
tahu bagaimana caranya ia ditempeleng, bahkan ketiga orang
tianglo yang menonton dari sampingpun tak sempat melihat
dengan cara apakah nyonya cantik itu memberi "hadiah"
kepada lawannya. Sebagai salah seorang dari sepuluh utusan khusus Thian
che kau, ilmu silat yang dimiliki Thia Wi wan terhitung ampuh
dan jarang ada yang bisa menandinginya, tentu saja ia tak
sudi menelan kekalahan di tangan orang dengan begitu saja.
Meski demikian ia tak berani gegabah, sebab dia tahu
nyonya baju merah yang muncul secara tiba-tiba ini pada
hakekatnya memiliki kungfu yang sangat luar biasa lihaynya,
kedahsyatan serangan itu dapat ia rasakan sewaktu hendak
membunuh Han Siong Kie tadi, tiga gulung desingan angin
dingin telah memaksanya untuk mundur tiga langkah. setelah
termangu sejenak. diapun membentak lagi:
"Jika kau tak bersedia menyebutkan nama serta asal
usulmu lagi, Harap jangan salahkan kalau...."
"Kalau kenapa?" jengek nyonya dengan sinis.
1296 "Jangan salahkan kalau aku akan turun tangan tanpa belas
kasihan lagi" "Ciis" Thia Wi wan mungkin orang lain tak tahu asal usulmu
itu, tapi Koh nay-nay (nyonya muda) mengetahuinya seperti
melihat jari tanganku sendiri Huuh Kamu itu apa" Tindak
tandukmu jauh lebih busuk dari seekor anjing budukan, tapi
Heehh heehh heeehh siapa berani berhutang dia harus berani
ditagih, aku tak akan membunuh dirimu sebab lain hari toh
ada yang bakal mencari sendiri jejakmu. Nah enyahlah dari
tempat ini" Wajah bopeng Thia Wi wan berkerut kencang, sinar buas
memencar keluar dari matanya, ia membentak lagi:
"sebenarnya siapakah engkau ?"
"Kau bersikeras ingin mengetahuinya ?"
"Tentu saja, selamanya aku tidak pernah membunuh
manusia yang tak bernama"
"Hiiih hiiihh hlih" nyonya cantik baju merah itu tertawa
merdu, suaranya amat jalang dan mengkili-kili telinga
pendengarnya. Meskipun hanya cekikikan biasa, namun berakibat lain bagi
pendengaran Thia Wi wan, seketika itu juga ia merasa sekujur
badannya seperti dirambati oleh semut dan di gigit nyamuk
sebanyak ribuan ekor, perutnya amat sakit bagaikan disayalsayat.
Dengan wajah berobah hebat dia msndur beberapa langkah
kemudian serunya dengan ketakutan:
"Aaah kau, kau adalah..."
"Thia Wi wan, tentunya engkau tahu bukan dengan
peraturanku ?" Seketika itu juga Thia Wi wan membungkam dalam seribu
bahasa, dia tak berani bicara lagi, malahan sinar buas yang
1297 semula mencorong keluarpun kini lenyap tak membekas.
Diam-diam Han Siong Kie terperanjat, ia berpikir:
"Siapa gerangan nyonya cantik baju merah ini " Mengapa
secara tiba-tiba muncul disini " Padahal tenaga lwekang yang
dimiliki Thia Wi wan toh lihay sekali, mengapa dia begitu jeri
dan ketakutan kepada perempuan ini" Dan apa pula peraturan
yang dimaksudkan perempuan itu" Heran, sungguh
mengherankan" Pemuda itu benar-benar merasa tak habis mengerti,
selamanya belum pernah dia dengar tentang manusia seperti
ini dalam dunia persilatanSementara sianak muda itu masih melamun, nyonya cantik
baju merah itu sudah ulapkan tangannya seraya berseru:
"Sekarang kau boleh pergi dari sini"
Dengan gemas dan penuh kebencian Thia Wi wan melotot
sekejap kearah Han Siong Kie, kalau menurut suara hatinya
dia belum rela sebelum membinasakan musuhnya ini, tapi ia
tak berani membangkang, kendatipun di hati kecilnya dia pun
membenci nyonya baju merah itu, namun sikap tersebut tak
berani ia perlihatkan pada wajahnya.
"Bagaimana" sudah bosan hidup rupanya" " ejek nyonya
baju merah itu sambil tertawa ringan.
"Bolehkah aku tahu, apakah hubunganmu dengan bocah
keparat int?" tanya Thia Wi wan sambil keraskan hatinya.
"Kau tak usah tahu, pokoknya segera tinggalkan tempat ini"
Dengan perasaan apa boleh buat Thia wi wan melirik
sekejap kearah nyonya baju merah itu, kemudian putar badan
dan siap berlalu. "Eeh, tunggu dulu" Tiba-tiba nyonya itu
berseru kembali. "Apa yang hendak kau katakan lagi?" tanya Thia Wi wan
sambil putar badan, wajahnya kelihatan agak tertegunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
1298 "Tinggalkan dulu benda itu" kata si nyonya cantik dengan
dingin. "Benda apa yang kau minta?"
"Lencana ok kui cupay"
"Tidak. tidak bisa kuberikan kepadamu" seru Thia Wi wan
dengan paras muka berubah.
"Hmm Kau anggap dengan andalkan kepandaian silatmu
yang tak seberapa itu, kau bisa pergi dengan gampang?" .
"Bila kuserahkan benda itu kepadamu, bagaimana mungkin
aku bisa memberi laporan kepada kaucu kami?"
"Katakan saja benda itu sudah kuambil"
"Tapi.. persoalan ini menyangkut soal mati hidupku.."
"Sudah tak usah cerewet lagi mau diserahkan tidak?"
"Maaf Permintaanmu itu tak dapat kupenuhi"
Dengan lemah gemulai nyonya cantik baju merah itu
bergerak maju kedepan, sinar membunuh yang menyeramkan
melintas dari balik matanya. "Hayo, kalau berani ulangi lagi
kata-katamu itu" tantangnya.
Menyaksikan semua peristiwa yang sedang berlangsung
dlarena, ketiga orang tiang lo dan dua orang kakek baju biru
itu lantas berpikir: "Jangan-jangan tujuan dari nyonya baju merah yang
misterius ini pun lencana ok kui Cu pay itu" Wah, kalau
sampai terjatuh ketangannya, runyamlah kami perguruan
Thian lam bun" Han Siong Kie yang sedang menggeletak sedang berpikir
pula pada waktu itu. "Kenapa tidak kugunakan kesempatan yang baik ini untuk
menyembuhkan lukaku" Thia Wi wan sudah ketemu batunya,
1299 sudah pasti dia tak bisa melukai aku lagi, sedang perempuan
baju merah ini..rasanya juga tak akan merugikan aku."
Ia memaksa bangun, setelah duduk bersila, semua
perhatian lantas dipusatkan menjadi satu, dan diapun mulai
mengatur pernapasan. Dalam pada itu suasana ditengah arena sudah meningkat
hingga titik ketegangankenyataan
sudah terpapar jelas, bila Thia Wi wan berani
mengulangi kembali kata-katanya, niscaya akan mampus
diserang oleh nyonya baju merah itu.
Tampaknya Thia Wi wan merasa jeri sekali terhadap
nyonya baju merah itu, meski demikian diapun tak berani
menyerahkan lencana ok kui cupay itu kepada orang lain, bisa
jadi nyawanya akan dicabut oleh ketuanya sendiri.
Sesudah berpikir putar balik, akhirnya ia mengambil
keputusan untuk melarikan diri dari situ, ia menjejakkan
kakinya ke tanah dan meloncat keluar..
Baru saja ia bergerak bayangan merah telah melintas
dihadapan matanya, menyusul segulung desiran angin dingin
yang menusuk tulang berhembus lewat.
"Kau benar-benar sudah bosan hidup?" tegur nyonya baju
merah yang telah berdiri dihadapannya itu dengan ketus.
Thia Wi wan tarik napas panjang, terpaksa dia ambil keluar
lencana itu dan diangsurkan ke depan- "Ambillah..."
Sebelum lencana itu diambil, tiba-tiba telapak tangannya
membalik dan serentetan cahaya aneh memancar keluar dari
mutiara diatas lencana tersebut.
"Bangsat, rupanya kau sudah bosan hidup", Maki
perempuan itu menyusul seseorang mendengus tertahan.
1300 Lencana ok kui cu pay tahu-tahu sudah berpindah tangan
sementara Thia Wi wan dengan peluh sebesar kacang
membasahi jidatnya mundur jauh di belakang sana.
"Thia Wi wan" kata nyonya baju merah itu sambil tertawa
dingin "mumpung aku belum berubah pikiran, cepatlah sipat
ekor dan enyah dari sini"
"Kalau engkau masih membangkang terus, Hmm. Hmm.
jangan salahkan kalau kubunuh dirimu secara keji" Keadaan
dari Thian Wi wan pada saat ini ibaratnya ayam jago yang
dikecundangi, dengan loyo dan sedih tundukkan kepalanya
rendah-rendah, ia bergumam.
"Lencana ok kui cupay itu diserahkan sendiri kepadaku oleh
kaucu ketika beliau menyampaikan perintah pada ku, aai,
apakah engkau bisa membayangkan bagaimana akibarnya bila
aku kehilangan lencana tersebut"
"Sudahlah, kau tak usah banyak bicara, katakana pada Yu
Pia lam bahwa lencana mutiara itu sudah kuambil"
Thia Wi wan tak berani banyak bicara lagi, dia menghela
napas panjang dan akhirnya berlalu dari kuil itu dengan tubuh
lunglai.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suasana tercekam kembali dalam keheningan, tiada orang
yang berbicara dan tiada orang bergerak. yang tampak hanya
uap putih yang kian menebal disekitar ubun-ubun Han Siong
Kie. Sebagaimana diketahui, pemuda itu pernah berganti otot
bersalin tulang setelah merendamkan diri air kerak bumi Tee
long cwan, kemudian berhasil pula menguasahi ilmu sakti si mi
sinkang, dengan dasar yang kuat ini tidaklah sulit baginya
untuk menyembuhkan luka dalam yang dideritanya.
Tak selang seperminum teh kemudian, Han Siong Kie telah
menarik kembali uap putih pada ubun-ubunnya dan melompat
bangun. 1301 Menyaksikan itu, ketiga orang tianglo dan dua orang kakek
baju biru itu segera menunjukkan wajah kegirangan.
"Ciangbunjin suheng, kiong-hi kau berhasil menyembuhkan
kembali luka yang diderita" puji To It hui kegirangan.
"Terima kasih atas perhatian kalian semua" sahut pemuda
itu seraya mengangguk. Perlahan-lahan sinar matanya dialihkan ke wajah nyonya
baju merah itu, tadi sewaktu berbaring pemuda itu tak dapat
melihat jelas paras muka perempuan itu, tapi sekarang
semuanya tertampak jelas dan tak dapat dicegah lagi
jantungnya berdebar makin keras.
Kecantikan nyonya baju merah ini boleh dibilang sukar
dicarikan tandingannya dikolong langit.
Kecantikan tak bisa dilukiskan dengan kata2, semenjak
terjun kedalam dunia persilatan belum pernah Han Siong Kie
menjumpai perempuan secantik nyonya baju merah ini,
walaupun sebelumnya ia pernah berkenalan dengan
perempuan-perempuan cantik seperti Go Siau bi, Tonghong
Hui serta ibunya si siang go cantik ong cui ing, tapi kalau
mereka dibandingkan boleh dibilang ibaratnya langit dan
bumi. Bukan begitu saja, bahkan dia memiliki kematangan
sebagai seorang perempuan, kematangan inilah yang
menggiurkan hati tiap pria yang menjumpainya.
Han Siong Kie adalah seorang pemuda penganut paham
membenci kaum wanita didunia ini, tapi sekarang setelah
berhadapan muka dengan nyonya baju merah yang
kecantikannya melebihi siapapun ini, goyah juga hatinya, ia
merasa perempuan ini memiliki segala sesuatu yang
didambakan dan di inginkan selama ini, kecantikan serta
kematangannya membuat ia terpesona dan tergiur jadinya.
1302 sementara pemuda itu masih termenung sambil melamun,
dengan suara yang merdu bagaikan kicauan burung nuri,
nyonya cantik baju merah itu menegur.
"Betulkah engkau adalah Manusia muka dingin yang barubaru
ini menggemparkan dunia persilatan-"
Bagaikan baru sadar dari impian Han Siong Kie jadi
gelagapan, ia lebih-lebih malu lagi setelah sadar bahwa
sikapnya didepan para tianglo kurang pantas.
"Benar Aa.. akulah yang kau maksudkan" sahutnya
tergagap "terima kasih banyak atas bantuanmu"
-000d0w000- BAB 72 NYONYA cantik baju merah itu tertawa manis sekali,
tertawanya membuat hati terasa tergoda untuk kesekian
kalinya Han Siong Kie merasa jantungnya berdebar keras,
merah padam selembar wajahnya karena jengah.
"Bukankah kau juga merupakan pewaris dari perguruan
Thian lam bun?" kembali nyonya muda itu bertanya.
"Benar" "Bukankah benda ini adalah tanda kebesaran dari
perguruanmu?" ujar nyonya itu lagi seraya memperlihatkan
lencana ok kui cupay tersebut dihadapan Han Siong Kie.
Si anak muda itu terperanjat, ia jauh lebih sadar lagi
daripada keadaan semula, tak disangkanya kalau lencana ok
kui cupay bisa terjatuh ketangan seorang nyonya muda yang
tak diketahui asal usulnya, tentu saja tak mungkln baginya
untuk memintanya kembali, selain daripada itupun tak tahu
apa tujuan nyonya cantik ini" Maka ketika mendengar
pertanyaan itu, diapun mengangguk. "Benar, boleh kah aku
tanya siapa nama nona?"
1303 Nyonya muda berbaju merah itu tidak menjawab,
sebaliknya malah tertawa cekikikan genit dan merdu suara
tertawanya sampai-sampai seluruh tubuhnya ikut berguncang
keras. Han Siong Kie tertegun dan melongo, ia tidak mengerti apa
sebabnya nyooya itu tertawa geli.
Setelah puas tertawa, sambil mencibirkan bibir nyonya
muda itu berkata lagi: "Nona" Apa kau lihat aku masih mirip
sebagai seorang nona?"
Han Siong Kie semakin jengah, sampai seluruh wajahnya
berubah jadi merah padam, sesudah tertegun beberapa saat
ia baru berkata: "Kalau begitu akulah yang telah latah menyebut, boleh kah
aku tahu siapa namamu" ..
"Buat apa kau bertanya soal itu?" ujar nyonya muda itu
sambil mengerling nakal. Kerlingan itu penuh dengan daya pikat, begitu tajam dia
mengawasi wajah Han Siong Kie sehingga membuat pemuda
itu hampir saja tak berani beradu pandang dengannya.
Ia ingin sekali menghindari tatapannya, sebab baru kali ini
dia merasa malu dihadapan perempuan, baru pertama kali ini
dia menayadari betapa besarnya daya pesona seorang wanita,
ia ingin menghilangkan ingatan tersebut dengan
membayangkan sikap dinginnya kepada kaum wanita dimasa
lampau tapi tak berhasil. Akhirnya dengan tergagap katanya.
"Ehmm . . kau .. oh. Tidak Kau telah memberi pertolongan
kepadaku, maka sudah sepantasnya kalau kutanyakan
namamu" "Aku dapat membedakan mana budi dan mana dendam,
kalau budi pasti akan kubayar, kalau dendam pasti akan
kubalas." 1304 "Aaah, tak perlu Kau tak usah membalas budi atau
dendam" "Kenapa?" tanya pemuda itu keheranan"Sebab aku punya tujuan, aku menolong engkau karena
mempunyai maksud tertentu"
Perkataan ini sangat mengejutkan Han Siong Kie, tak
disangka olehnya kalau perempuan ini berani mengakui kalau
kedatangannya bertujuan. Tapi dengan begitu hatinya malahan jadi lebih tenang,
dengan serius tanyanya pula: "Apakah tujuanmu itu"
Katakanlah" Nyonya muda baju merah itu tertawa misterius, dia
menggeleng. "Tidak... Tak dapat kukatakan pada saat ini, hanya bisa
kuberitahukan tujuanku hanya padamu seorang "
"Hanya padaku seorang ?"
"Betul. Bagaimana kalau kau suruh rekan- rekanmu
menyingkir lebih dulu"
Meskipun keheranan, Han Siong Kie tak takut untuk
memenuhi permintaannya itu, pikirnya:
"Memangnya aku Han Siong Kie takut kepadamu"Baik,
akan kulihat permainan apa lagi yang hendak ia tunjukkan
dihadapanku, bagaimanapun juga lencana 0k kui cu pay harus
kuminta kembali, sekalipun harus ku bayar dengan mahal".
Berpikir demikian, diapun ulapkan tangannya kepada ketiga
orang tianglo seraya berkata:
"Harap tianglo sekalian suka mengundurkan diri untuk
sementara waktu keluar halaman"
1305 Ketiga orang tianglo dan dua orang kakek baju biru tampak
rada sangsi, tapi akhirnya mereka memberi hormat dan
mengundurkan diri dari situ.
sepeninggalnya kelima orang itu, nyonya muda baju merah
itu menuding kearah pelataran lalu ajaknya: "Hayo kita duduk
disana" "Kan sama saja bicara sambil berdiri di sini?"
"Kau takut?" Han Siong Kie tersinggung dengan perasaan apa boleh buat
terpaksa dia mengikuti nyonya itu duduk di pelataran kuil.
-000d0w000- Jilid 35 SETELAH duduk, nyonya itu tertawa cekikikan dan bertanya
lagi. "Tentunya kau ingin tahu siapa kah aku bukan?"
"Ehmm, tentu saja kalau kau bersedia untuk
menerangkan.." "Kalau aku tidak bersedia untuk menerangkan?"
"Tentu saja aku tak akan memaksa kau untuk memberi
keterangan" Terendus bau harum khas perempuan tersiar keluar dari
tubuh perempuan itu, gerak geriknya yang genit dan tubuhnya
yang lemah gemulai membuat Han Siong Kio merasa tak
tenang untuk duduk disitu, perasaannya yang setenang
permukaan telaga mulai beriak dan akhirnya bergelombang
keras. 1306 Tiba-tiba nyonya cantik itu menggeserkan duduknya
sehingga lebih merapat dengan tubuh Han Siong Kie. bisiknya
dengan lembut: "Aku bernama Buyung Thay"
"Buyung Thay?""
"Ehmm, baguskah namaku ini?"
"Bagus. secantik orangnya" jawab pemuda itu lugu.
"Benarkah aku cantik?""
"Cantik sekali" sahut pemuda itu, kali ini sambil tertawa
jengah. "boleh diibaratkan bidadari yang baru turun dari
kahyangan" "Sungguhkah itu?" bisik sang nyonya sambil menatap
sianak muda itu dengan kerlingan yang mempesonakan
"Buyung.... Buyung.."
Han Siong Kie merasa pipinya jadi merah dan panas, ia tak
tahu bagaimana harus menyebut perempuan itu, sebab dia
sudah menjadi seorang nyonya, jelas tak mungkin disebut
nona, menyebut cianpwe rasanya kurang sedap. memanggil
enso atau nikoh juga tak pantas, ia jadi kebingungan dengan
sendirinya Buyung Thay, nyonya cantik baju merah itu dapat
merasakan kejengahan orang, ia tertawa cekikikan dan
katanya: "Kenapa kau musti bingung-bingung" Panggil saja namaku"
"Ma.. mana boleh jadi" Tidak pantas rasanya kusebut
dirimu langung dengan namamu"
"Kalau begitu panggillah aku cici. usiaku lebih besar
daripada dirimu" "Tapi.. ini.. ini"
1307 "Tak usah ini itu lagi, katakanlah terus terang, cintakah kau
kepadaku?" Ucapan yang blak-blakan tanpa tedeng aling-aling ini
membuat Han Siong Kie canggung, ia merasa hatinya seperti
dipukul martil berat, tak pernah disangka olehnya kalau
nyonya muda itu dapat mengucapkan kata-kata seperti itu.
Tak salah dia memang terpesona oleh kecantikannya dan
timbul suatu perasaaa tertarik dalam hatinya, tapi itu bukanlah
luapan cinta, golakan perasaan tersebut hanya dapat diartikan
sebagai suatu reaksi yang wajar dari seorang pria, suatu
pertanda kalau dirinya adalah seorang laki-laki yang normal,
bukan laki-laki impoten. Untuk sesaat pemuda itu terbungkam,
tak sepatah katapun yang diucapkan keluar.
"Hayo katakanlah cintakah kau padaku" desak nyonya
cantik itu lebih jauh. "Tentang soal ini"
Tiba-tiba pemuda itu merasa bahwa pengakuannya secara
blak-blakan akan menyinggung perasaannya, Ia memang
cantik dan cukup membuat seorang pemuda yang terkenal
paras muka dinginnya menjadi tak dingin lagi, diakui oleh Han
Siong Kie sendiri, andaikata perempuan yang dihadapinya
sekarang bukan perempuan secantik Buyung Thay, serta
merta tanpa berpikir panjang lagi dia akan menjawab dengan
kata Tidak "Bagaimana" Hayo jawablah" desak Buyung Thay lagi.
"Menolak, tak mungkin" akhirnya pemuda itu menjawab
sambil menggelengkan kepalanya.
"Mengapa tak mungkin ?"
"Masih ingatkah kau bahwa kau pernah mengatakan bahwa
dirimu sudah bukan seorang nona lagi."
1308 "Lalu menurut anggapanmu, aku adalah perempuan yang
bagaimana?" "Tentu saja seorang perempuan yang telah bersuami"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku telah bersuami ?"
perempuan itu tiba-tiba balik bertanya.
Kali ini Han Siong Kie dibikin tertegun dan tak mampU
menjawab lagi. Buyung Thay menarik kembali senyUman yang
menghiasi bibirnya, ia berkata pula:
"Benar, aku memang seorang perempuan yang pernah
bersuami, tapi sekarang sudah tidak lagi"
Han Siong Kie memandang sekejap sekeliling tempat itu,
lalu ujarnya lagi. "Bukankah kau mengatakan bahwa kau datang dengan
membawa tujuan" Nah, sekarang katakanlah tujuanmu itu?"
"Apa yang kukatakan barusan adalah tujuan kedatanganku
kemari" "Oooh, maaf, tak mungkin aku bisa...."
"Tunggu sebentar Han Siong Kie, masih kau inginkan tidak
ok kui cu pay ini" tiba-tiba ia bersuara. "Lencana mutiara itu adalah benda paling berharga dari
perguruan kami" seru Han Siong Kie dengan hati bergetar.
"Aku tahu, tanpa benda ini engkau tak dapat
membersihkan perguruanmu dari unsur-unsur manusia bejad,
dan engkaupun tidak berhak untuk menjabat ketua perguruan
Thian lam bun"
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekujur tubuh sianak muda itu gemetar keras dan
bermandikan keringat dingin.
1309 Apa yang diucapkan nyonya cantik baju merah memang
benar, tanpa lencana mutiara ia tak mempunyai tanda
kepercaan untuk meyakinkan anak muridnya bahwa dialah
ketua yang baru, sebab ketika Mo tiong ci-mo mewariskan
kedudukan itu kepadanya, kecuali lencana ok kui cupay tiada
tanda bukti lain yang bisa menyatakan akan pengangkatan
tersebut. Ia percaya ketiga orang tianglonya pasti sudah percaya
penuh bahwa dialah ketua mereka, tapi bagaimana dengan
anak murid yang lain" Wi It beng pasti akan menggunakan
kesempatan tersebut untuk merusak rencananya serta
mengadu domba kekuatan mereka.
Sementara pemuda itu masih termenung, nyonya cantik
berbaju merah itu telah bertanya kembali.
"Bagaimana ceritanya toh sehingga lencana mutiara ini bisa
terjatuh ketangan Yu Pia lam?"
"Siapa itu Yu Pia lam" Aku tidak kenal?" seru Han Siong Kie
keheranan "Masa kau tidak kenal dengan Yu Pia lam" Dia kan ketua
dari perkumpulan Thian che kau?"
Tentu saja Han Siong Kie tidak mengenal nama dari ketua
perkumpulan Thian che kau, janganlah dia hanya seorang
pemuda yang masih sangat muda belia, kendatipun jago-jago
yang sudah berpengalaman luas pengetahuannya belum tentu
mengetahui nama asli dari gembong iblis tersebut.
"oooh jadi ketua perkumpulan Thian che kau itu bernama
Yu Pia lam?" kembali pemuda itu berteriak dengan nada baru
tahu. "Benar, kau heran?"
Hakekatnya Han Siong Kie sudah lama mengetahui bahwa
ketua dari perkumpulan Thian che kau itu dari marga Yu,
1310 hanya ia tidak mengetahui nama lengkapnya, juga ia belum
pernah bertemu dengan raut wajah aslinya.
Menurut keterangan dari orang yang kehilangan sukma,
ketua muda perkumpulan Thian che kau yang bernama Yu sau
kun sebenarnya adalah putra kandung dari paman gurunya
Tok liong jiu tangan sakti naga beracun Thio Lin dan menurut
perkiraannya bocah itu tentu dibawa oleh ibunya siang go
cantik ong cui ing tatkala perempuan itu menikah lagi dengan
ketua perkumpulan Thian che kau.
Atau dengan perkataan lain pemuda yang sekarang dikenal
sebagai Yu sau kun sebenarnya bernama Thio sau kun, tapi
karena ia sudah hidup mengikuti ketua perkumpulan Thian
che kau maka nama marganya ikut diganti pula menjadi
marga Yu sebagai mana ayahnya sekarang.
Lama sekali pemuda itu menundukkan kepalanya karena
malu kemudian dengan agak ragu ia baru menjawab:
"Yaa, ilmu silatku terlampau cetek dan tak mampu
menandingi kelihayan mereka, benda itu berhasil dirampas
oleh mereka dengan kekerasan"
"Dan sekarang inginkah kau untuk mendapatkan kembali
lencana mutiara ini?" tanya Buyung Thay mendesak lebih
jauh. "Bila kau.... bila kau bersedia mengembalikan kepadaku
tentu saja akan kuterima dengan senang hati"
"Kau tak usah berterima kasih kepadaku, bagaimana kalau
kita bertukar syarat saja"
"Bertukar syarat?" ulang Han Siong Kie dengan alis mata
berkernyit, ia tidak paham syarat apa kah yang akan diajukan
perempuan cantik itu. "Ehmm" nyonya itu membenarkan. "Apa syaratmu itu?"
"Gampang, Aku hanya minta kau bersedia mencintai aku "
1311 Ucapan yang diutarakan dari mulut seorang perempuan
cantik jelita bak bidadari dari kahyangan ini memang betulbetul
membawa suatu daya pengaruh yang amat besar,
mendatangkan suatu kekuatan yang seakan-akan membuat
siapapun tak berani untuk membantahnya .
Tentu saja ini berbeda jika dibandingkan dengan ucapan
dari perempuan-perempuan biasa, andaikata ucapan ini bukan
diutarakan oleh perempuan secantik ini, niscaya orang akan
menganggap perempuan tersebut sabagai seorang perempuan
rendah yang tak tahu malu, seorang perempuan yang sudah
bejat akhlak serta moralnya.
Yaa manusia memang makhluk teraneh di dunia ini,
kadangkala soal cengli soal kebenaran memang selain diputar
balikkan kebenarannya. Demikianiah keadaan Han Siong Kie pada saat itu, ia tidak
merasa nyonya cantik baju merah itu adalah perempuan yang
tak tahu malu, ia tidak merasa bahwa ucapan tersebut tidak
mencerminkan kehalusan seorang perempuan, malahan dia ke
sem-sem, ia dibuat terkesima oleh kecantikan wajahnya yang
sukar dicarikan tandingannya itu.
Terus terang diaakui dalam hati kecilnya, andaikata
perjumpaan ini terjadi sebelum ia kenal dengan TonghongHui, sebelum ia terikat oleh ikatan perkawinan dengan Go siau
bi, serta merta permintaan nyonya cantik itu akan di kabulkan
tanpa membantah, sebab perempuan itu terlampau cantik, ia
merasa tak berdaya untuk menolaknya.
Lama sekali Han Siong Kie berdiri termangu-mangu, ia tak
tahu bagaimana musti menjawab persoalan itu Tapi akhirnya
ia berkata juga, meski dengan suara yang lirih: "Masa
cintapun dipertukarkan dengan benda mati?"
"Tentu saja" jawab nyonya cantik baju merah sambil
tertawa cekikikan, "toh didunia ini tiada peraturan yang
1312 menetapkan bahwa seseorang harus mendapat cara begini
atau harus mendapatkannya dengan taktik begitu?"
"Dan cara yang kau gunakan sekarang termasuk salah satu
taktik yang kau miliki?" sambung pemuda itu cepat.
"Ah bukan taktik mencari cinta namanya, lebih baik kalau
dikatakan inilah jalan yang kutempuh untuk mendapatkan
cinta" Han Siong Kie termenung sesaat, pelbagai dugaan
berkecamuk dalam benaknya, akhirnya dia bertanya:
"Andaikata aku tak dapat menerima syarat mu itu, lantas
apa yang akan kau lakukan?"
"Kau pasti dapat menerima tawaran cinta ku ini"
"Andaikata aku tetap menolak?"
Paras muka perempuan cantik berbaju merah itu kontan
berubah hebat, mukanya tampak agak menyeramkan
"Jadi kau lebih suka melepaskan kesempatan untuk
memperoleh kembali lencana mutiara itu daripada mencintai
aku" tegasnya. "Benar" jawaban dari Han Siong Kie ini demikian tegas dan
sungguh-sungguhnya sehingga Siapapun akan tahu bahwa
keputusan dari anak muda ini sudah bulat dan tak mungkin
bisa berubah kembali. "Bila kau tolak cara pertukaran syarat ini, bagaimana
caramu untuk mendapatkan kembali lencana tersebut?"
"Hendak kau gunakan kekerasan untuk merebutnya dari
tanganku?" "Mungkin saja ucapanmu benar"
"Dan sekarang juga akan kau rampas lencana itu dari
tanganku ?" 1313 "Tidak Tidak akan kulaksanakan pada saat ini" pemuda itu
gelengkan kepalanya berulang kali.
"Kenapa" Toh lebih baik kau lakukan sekarang juga?" Han
Siong Kie tetap menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Baru saja engkau selanaatkan jiwa ku dari ancaman
bahaya maut, aku merasa berhutang budi kepadamu, terlepas
dari apa tujuanmu melakukan kesemuanya ini, aku tidak ingin
menyakiti hatimu sehingga kau menuduh aku membalas air
satu dengan air tuba. Maka untuk sementara waktu aku tak
akan melakukan tindak kekerasan apapun, itu bisa kulakukan
jika kita berjumpa lagi dikemudian hari, maka aka hanya bisa
berkata padamu, berhati-hatilah engkau bila kita bertemu lagi
dalam kesempatan lain"
"Lain kali" Kau anggap setiap saat bisa mencari aku dengan
gampang?" "Aku percaya setiap saat pasti akan berjumpa lagi, meski
sekarang aku tak dapat menegaskan kepankah hal itu bakal
terjadi" "Hmm Andaikata kuserahkan lencana mutiara ini kepada Wi
It beng apa yang bisa kau lakukan lagi" jengek nyonya cantik
itu dengan suara sedingin saiju.
Tercekat hati Han Siong Kie setelah mendengar ancaman
tersebut, jantungnya berdebar keras serta merta ia lompat
bangun dan berdiri dengan sikap menentang. "Kau berani"
"teriaknya marah. "Kenapa tidak?" jawaban dari nyonya cantik berbaju merah
itu tetap kalem, tenang malahan ia masih tetap duduk dalam
posisi semula, setenang permukaan telaga tapi sekokoh batu
karang. "Jika engkau berani berbuat begitu terpaksa aku harus
melukai hatimu dan bertindak kotor kepadamu sekarang
juga" kata Han Siong Kie lagi dengan wajah berubah hebat.
1314 Perlahan-lahan nyonya cantik berbaju merah itu bangkit
berdiri, ia tersenyum hingga tampaklah sepasang lesung
pipitnya yang indah dan mempersona hati, ujarnya dengan
lembut. "Masa kau anggap aku benar-benar bisa melakukan hal
demikian terhadapmu " Masa kau percaya kalau aku tega
berbuat demikian?" Ucapan yang bolak balik tak menentu ini, tentu saja
membuat Han Siong Kie termangu, ia jadi serba salah, dalam
keadaan demikian mau menangis ia segan, mau tertawapun
tak bisa.. Dengan jari-jari tangannya yang lentik dan halus, nyonya
baju merah itu membereskan rambutnya yang terurai kalut,
kemudian maju kedepan seraya bisiknya lirih, suaranya lembut
seperti orang yang sedang mengigau:
"Kuakui aku memang pernah kawin, aku telah dianggap
sebagai bunga yang telah kehilangan sarinya, karena pernah
dihisap laki-laki lain, tapi kesemuanya itu hanya suatu
impian,.impian yang kosong Impian yang hampa dan tak
berujut.. andaikata kehidupan manusia dialam ini kita
ibaratkan suatu perjalanan yang jauh, maka sekarang aku
sudah menempuh setengah jalan tapi siapa kah yang tahu,
siapa kah yang menduga bahwa lembaran hidupku selama ini
sebetulnya hanya kosong belaka"
Kosong tanpa isi, tanpa kenangan apapun" Aku pernah
berusaha untuk menciptakan kenangan, aku pernah pula
menegaskan pada diri sendiri bahwa kehidupan bukanlah
impian, kehidupan adalah kenyataan, suatu kejadian yang
nyata tapi akhirnya .. yaah.. akhirnya toh sama saja,
semuanya tetap kosong, tetap hampa hatiku"
Bisikan itu kian lama kian bertambah lirih, akhirnya tinggal
bisikan belaka, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi
1315 pipinya bagaikan dua titik embun yang membasahi sekuntum
bunga.. Han Siong Kie merasa amat terharu, perasaan hatinya
terasa bergolak keras segera pikirnya:
"Benarkah perempuan ini adalah seorang perempuan yang
bernasib jelek" Benarkah ia mempunyai kenangan lama yang
menyedihkan hati" Benarkah lembaran hidupnya selama ini
hanya kosong belaka, kasihan Bila ia benar- benar adalah
seorang perempuan yang bernasib malang, seorang
perempuan yang tak pernah merasakan apa artinya
kebahagiaan, dia benar- benar seorang perempuan yang patut
dikasihani . .aai, aku tidak pantas bersikap kasar terhadap
perempuan semacam ini, nasibnya sudah malang aku tak
boleh membuat hatinya makin remuk.
Memang benar semakin melelehkan air matanya
perempuan itu kelihatan semakin mempersonakan hati,
menimbulkan daya tarik yang lebih hebat, membuat orang
beriba hati selain timbul pula rasa kasihan terhadap dirinya.
Terangsang oleh pikatan yang menawan hati ini, kembali
Han Siong Kie merasakan aliran darah dalam tubuhnya
berjalan dengan kencang, jantung terasa ikut berdebar keras,
hampir saja ia tak sanggup meuguasahi perasaan sendiri
Ketika dilihatnya pemuda itu terkesima, tiba-tiba nyonya
cantik baju merah itu mengambil secarik sapu tangan dan
menyeka air mata yang membasahi pipinya, kemudian
tertawa. Senyuman ini ibaratnya rembulan yang baru menongol dari
balik awan hitam, membuat susana yang semula mendung
dan tak menggairahkan jadi cerah, secerah sinar rembulan.
Kembali Ham Siong Kie merasa kan hatinya bergetar keras,
ia merasa napsu berahinya tanpa sebab muncul kembali dari
dasar hatinya dan menguasai semua pikiran serta
perasaannya. 1316 Dengan senyum manis dikulum, nyonya cantik berbaju
merah itu mengambil keluar lencana ok kui cupay itu dari
sakunya, lalu sambil diangsurkan kemuka ia berkata:
"Ambillah benda ini untukmu"
Tindakan yang sama sekali tak terduga ini tentu saja
mencengangkan hati Han Siong Kie, dia malahan berdiri
terbelalak karena heran dan tak habis mengerti.
Meskipun lencana mustika yang tak ternilai harganya itu
sudah diangsurkan didepan mata, anak muda itu tidak berani
menerimanya, sebab kejadian ini tak pernah disangka
olehnya, ia pun tak habis mengerti apa sebabnya nyonya
cantik itu dapat merubah pikiran dan pendiriannya secepat itu.
Bukankah dengan tegas dia telah mengatakan tadi, bahwa
untuk mendapatkan kembali lencana mutiara tersebut ia harus
bertukar syarat dengan mencintainya" Dan sampai sekarang ia
belum menerima pertukaran syarat tersebut, mengapa ia
malah mengembalikan lencana mutiara itu" atau mungkin
dibalik kesemuanya ini terselip rencana busuk lain yang
menantikan dirinya masuk perangkap"
"Ambillah" untuk kedua kalinya nyonya cantik itu berseru
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sambil mengangsurkan lencana tersebut.
"Tapi . . tapi aku toh belum setuju untuk menerima
pertukaran syaratmu itu" " Han Siong Kie coba mengutarakan
suara hatinya. "Soal syarat lebih baik tak usah kita bicarakan lagi, aku
mengembalikan benda itu kepadamu tanpa diembel-embeli
dengan pelbagai syarat .. aai apa yaag kau ucapkan tadi
memang tepat dan memang tak dapat dipertukarkan dengan
segala macam benda, cinta harus datang karena ketulusan
serta kerelaan hati, cinta memang tak dapat dipaksakan".
Ucapan tersebut sangat mengharukan perasaan Han Siong
Kie, dari perasaan kurang senang tiba-tiba saja ia menjadi
1317 simpatik dan menaruh rasa kasihan terhadap perempuan
cantik itu. Tanpa disadari ia terbayang kembali kisah yang dialaminya
ketika beberapa kali ia menolak pernyataan cinta dari Go siau
bi "Aku toh tiada sesuatu keistimewaan apapun, akupun tidak
terlalu tampan, aaai aku memang tiada suatu keistimewaan
yang membuat orang jadi terpesona kepadaku tapi aneh meng
apa selalu saja kuhadapi persoalan yang hampir sama
nadanya" demikian ia berpikir dihati.
Walaupun demikian Han Siong Kie tak ingin menusuk
perasaan perempuan itu, maka diterimanya angsuran lencana
mutiara tersebut dari tangannya, setelah dimasukkan kedalam
saku ia baru berkata dengan penuh perasaan terima kasih:
"Budi kebaikanmu ini tak akan kulupakan untuk selamanya,
akan kuingat selalu kebaikan yang pernah kau berikan
kepadaku ini, yaa semoga suatu saat aku dapat membayar
semuanya ini untukmu"
"Aai Tak usah, kau tak usah berterima kasih kepadaku,
juga tak perlu mengingat ingat soal sepele ini, sejak awal
sampai sekarang adalah barang milikmu sendiri" kata nyonya
itu dengan lembut. "Meskipun benda ini dulunya milikku, tapi seandainya kau
tidak membantu aku untuk merebutnya kembali, aai. entah
bagaimana akibatnya dimasa mendatang"jangankan aku tak
mampu untuk merebut kembali lencana tersebut dari tangan
orang, mungkin selembar jiwaku ikut kabur juga dari ragaku".
Nyonya cantik berbaju merah itu tersenyum manis sekali,
senyumnya bagaikan sekuntum bunga mawar yang baru
mekar. "Aaah, bosan untuk membicarakan soal itu melulu" serunya
tiba-tiba, "bagaimana kalau kita membicarakan soal lain saja?"
"Apa yang ingin kau bicarakan"
1318 "Umpamanya saja aku ingin tahu mengapa kau tidak
mencintai aku" Tapi aku tidak memaksa dirimu untuk
menjawab pertanyaaan itu, terserah padamu sendiri mau
mengatakan atau tidak.. tapi jika kau sudah bersedia untuk
menjawab maka aku harap kau menjawabnya dengan jujur
dan betul-betul suara hatimu"
Han Siong Kie kembali termenung, ia coba
mempertimbangkan pertanyaan itu, haruskah dia jawab atau
tidak. tapi sesaat kemudian katanya:
"Bukannya aku tidak mencintamu, tapi keadaanlah yang
memaksa aku tak boleh mencintai orang lain sebab aku
mempunyai calon istri, akupun mempunyai seorang kekasih
yang mencintai diriku dengan segenap jiwa dan raganya, aku
tak boleh menghianati mereka dan akupun tak dapat menjual
belikan cintaku kepada setiap orang karena itu aku tak dapat
menerima cinta mu itu. Cukup jelas bukan jawaban ini?"
"Masih ada alasan yang lain?" tanya Buyung Thay, si
nyonya cantik berbaju merah itu dengan wajah berseri.
"Tidak Hanya itu saja alasanku"
"Kalau hanya itu saja alasanmu, masa bisa mempengaruhi
cintaku padamu?" "Tentu saja sebab cintaku harus utuh, harus bulat dan tak
tercela, cinta tak dapat dibagi-bagikan kepada setiap orang. ."
"Tapi kau kan sudah membagi pula cintamu untuk dua
orang" satu untuk calon istrimu dan yang lain untuk
kekasihmu, apakah cinta yang telah kau bagi-bagikan kepada
dua orang ini juga terhitung cinta yang utuh, Cintamu sudah
cacad, sudah terpecah belah dan tak utuh lagi"
Han Siong Kie tertunduk sedih, ia betul-betul merasa pedih
hatinya teringat oleh persoalan itu dan akhirnya pemuda itu
menghela napas panjang. 1319 "Aai Berbicara yang sesungguhnya, aku tidak memberikan
cintaku kepada calon istriku itu, seluruh cintaku secara bulatbulat
telah kuserahkan kepada kekasihku seorang dan apa
yang kuberikan kepada calon istriku hanyalah suatu
kebijaksanaan, suatu kebijaksanaan demi kepentingan
bersama" "Ooh jadi kau hendak mengawini calon istrimu itu hanya
berdasarkaan suatu kebijaksanaan demi kepentingan
bersama?" "Benar Itulah kenyataan yang sebenarnya" pemuda itu
mengangguk tanda membenarkan.
Perlahan-lahan nyonya cantik berbaju merah itu
menundukkan kepalanya, lama sekali ia membungkam
sebelum akhirnya menengadah kembali dan berkata dengan
sedih: "Meskipun kau tak dapat perasaan cintaku tentunya tidak
berkeberatan bukan untuk memanggil aku sebagai enci?"
"Cici...." Han Siong Kie segera memanggil dengan muka
yang merah karena jengah.
senyum manis ibaratnya bunga yang mekar di musim semi
segera menghiasi wajahnya yang cantik jelita, meski dibalik
senyum manis tersebut masih terselip kesedihan, kesedihan
yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Tapi ia berbisik pula
dengan riangnya: "Adikku sayang, aku puas, aku benar- benar merasa puas
dengan kesediaanmu memanggil aku sebagai cici"
"Cici, aku merasa harus minta maaf kepadamu, karena aku
tak dapat menerima cinta kasihmu itu, aku hanya bisa
menerima kau sebagai apa yang telah terwujud sekarang"
"Oooh, adikku sayang.."
1320 Sebelum Buyung Thay sinyonya cantik berbaju merah itu
melanjutkan kata-katanya,
mendadak dari luar ruangan berkumandang suara tertawa
dingin yang tajam dan mengerikan.
Suara tertawa dingin itu serasa hembusan angin dingin
yang datang dari kutub utara, membuat suasana yang semula
hangat dan penuh kemesraan, berubah jadi kaku dan beku.
Menyusul tertawa dingin itu, terdengar seseorang berkata
dengan dingin "Buyung Thay, wahai Buyung Thay.... bagus sekali
perbuatanmu. Jauh-jauh dari daratan Tionggoan datang ke
Thian lam rupanya tujuanmu hanya untuk mengejar si pipi
putih itu. Hmm Perempuan lonte yang tak tahu malu,
perbuatanmu memang sangat memalukan sekali.."
Paras muka Buyung Thay si nyonya cantik berbaju merah
itu berubah hebat, dengan selapis hawa membunuh menghiasi
alis matanya ia melejit dan melayang keluar dari ruangan itu,
kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Han Siong Kie sendiri hanya bisa berdiri termangu dengan
perasaan kalut, heran dan tak habis mengerti.
Hakekatnya ia memang tak tahu siapa kah manusia yang
berada diluar ruangan serta menyindir nyonya cantik itu,
diapun tak tahu meng apa orang itu memaki Buyung Thay
sebagai "perempuan lonte" yang tak tahu malu. benarkah ia
tak tahu malu?" -0000dw0000- BAB 73 IA merasa sangat berterima kasih sekali atas bantuan dari
Buyung Thay karena bantuan nyonya cantik itulah lencana ok
kui cupay yang tak ternilai harganya berhasil dirampas kembali
1321 dari tangan utusan khusus perkumpulan Thian che kau yang
bernama Thia Wi wan. Diapun terkesima oleh kegenitan serta
kecantikannya yang begitu mempersonakan hati.
Tapi ia tak mengerti apa sebabnya orang itu memakinya
sebagai perempuan lonte, benarkah dia perempuan jalang,
perempuan lacur seperti apa yang dituduhkan kepadanya itu"
Wajahnya terlampau cantik, sayang rasanya kalau apa yang
dituduhkan kepadanya adalah suatu kenyataan..
Untuk membalas budi kebaikannya, ia bersedia menyebut
cici kepada perempuan itu. Tapi hingga detik ini ia sama sekali
tidak mengetahui apa-apa tentang perempuan itu, dia hanya
tahu bahwa perempuan itu berwajah cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan dan ia benama Buyung Thay, selain itu
semuanya masih merupakan suatu teka-teki yang tak bisa
terjawab. Tiba-tiba suatu perasaan aneh muncul dari benaknya, ia
merasa tak mengerti meng apa bisa muncul pikiran semacam
itu terhadap seorang perempuan yang baru ditemui untuk
pertama kalinya. Walaupun berulang kali ia telah menampik cintanya tapi
bayangan tubuhnya yang padat berisi wajahnya yang cantik
jelita selalu membekas didalam benak. la merasa hal ini
merupakan suatu kenyataan yang selalu mengganjal hatinya
membuat ia merasa hatinya gundah.
Dari situ diapun lantas terbayang pula tentang ibunya
siang go cantik ong cui ing, akhirnya pemuda itu tak tahan
dan menghela napas panjang.
"Aaai Perempuan.. wahai perempuan. mengapa Thian
menciptakan wajah yang cantik jelita kepada mereka tapi
memberi hati yang busuk. sukma yang keji dan jahat kepada
orang itu" 1322 Nyonya cantik berbaju merah telah berlalu, yang tertinggal
hanyalah pemuda yang merasa hatinya gundah gulana.
Lama sekali Han Siong Kie berdiri mematung disana, lamalama
akhirnya ia baru tersentak kaget dan sadar kembali dari
lamunan, sambil memukul kepala sendiri iapun bergumam.
"Aneh, kenapa aku selalu memikirkan dirinya Kenapa aku
sampai lupa dengan tujuan kedatanganku ke wilayah Thian
lam ini. Aku benar-benar sudah dibuat sinting olehnya".
Berpikir sampai disitu, semangatnya lantas berkobar
kembali, ia mengepos napas dan berseru kearah pintu kuil.
"Tianglo sekalian, apakah kalian masih berada disana "
Masuklah kedalam ruangan" Tiga orang tianglo dan dua orang
kakek berbaju biru itu segera mengiakan dan masuk kedalam
ruangan "Ciangbun suheng, apakah engkau berada dalam keadaan
sehat wal'afiat?" tiga orang tianglo itu lantas menyapa sambil
memberi hormat. "Ehmm Aku merasa sangat baik, kalianpun tak usah banyak
adat lagi" sementara itu dua orang kakek berjubah biru itu sudah
jatuhkan diri berlutut sambil berseru:
"Tecu berdua adalah petugas yang mengurusi persoalanpersoalan
didalam istana, Ngo Cing dan song Tay gak.
Terimalah hormat kami berdua untuk keselamatan serta
kesejahteraan ciangbunjin"
"..silahkan bangun " kata Han Siong Kie cepat "kalian
berdua dapat memegang teguh peraturan perguruan tidak
tunduk pada kematian para penghianat dan pemberontak. ini
mencerminkan bahwa hati kalian mulia dan menghormati
kebenaran serta keadilan. Tindakan semacam ini patut
dihargai dan diberi ucapan selamat"
1323 "Ciangbunjin terlalu memuji, sudah menjadi kewajiban tecu
sekalian untuk memegang teguh peraturan serta menjalankan
kewajiban sebagai murid Thian lam bun yang tulen " dua
orang kakek itu segera menyahut.
To It hui, kepala tianglo yang selama ini membungkam
berkata pula dengan kepala yang tertunduk rendah,
"Tecu sekalian betul- betul punya mata tak berbiji, untuk
membedakan mana yang asli dan mana yang gadunganpun
tak becus sehingga terjebak oleh siasat busuk orang dan
hampir saja melakukan perbuatan yang melanggar kebenaran
serta keadilan, untuk perbuatan kami yang bodoh ini harap
ciangbun suheng bersedia menjatuhkan, hukuman yang
setimpal kepada kami"
Ang Pat siu tianglo nomor tiga dan sah Jin ho tianglo nomor
lima ikut tundukkan pula kepalanya sambil menunggu
datangnya hukuman. siapa sangka Han Siong Kie tidak menjatuhkan hukuman
kepada mereka, malahan ia tertawa nyaring.
"Haaah haaah haaah tianglo bertiga tak usah terlalu
menyalahkan diri sendiri, sudah jamak kalau kebanyakan
orang persilatan licik dan banyak tipu muslihatnya, apalagi
pihak lawan membawa pula tanda kepercayaan dari perguruan
kita, maklumlah bila kalian bertiga sampai tertipu. Ini bukan
kesalahan kalian dan tentu saja tidak pantas kalau kalian
sampai dijatuhi hukuman, kamu bertiga tak usah berpikir yang
bukan-bukan lagi" Dengan cepat tiga orang tianglo itu
memberi hormat dalam- dalam seraya berseru:
"Terima kasih banyak atas kemurahan hati ciangbun
suheng yang sudi mengampuni kesalahan kami"
"oh ya. To tianglo Apakah engkau dapat mengisahkan
kembali jalannya peristiwa sehingga kalian sampai tertipu?"
1324 To It hui mengangguk. setelah mendehem ringan diapun
lantas menuturkan kejadian yang telah menimpa diri mereka
sampai akhirnya terjadi peristiwa diatas. Mendengar jalannya
cerita itu, Han Siong Kie menganggukkan kepalanya berulang
kali. Tatkala To it hui telah menyelesaikan kisahnya, tiba-tiba
sanJin ho tianglo nomor lima menyela dari samping,
" Ciangbun suheng, bagaimana dengan lencana mutiara
itu". " Kalian tak usah kuatir, lencana mustika itu berhasil
kudapatkan kembali" tukas sang pemuda dengan cepat.
"oooh,Jadi ciangbunjin kenal dengan pendekar perempuan
berbaju merah itu?" "Tidak. Baru pertama kali ini kami saling berjumpa, tapi
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan segala senang hati ia bersedia mengembalikan
lencana itu kepadaku"
Kembali suasana jadi hening, tanya To It hui kemudian: "
Ciangbunjin, apa rencana ciangbunjin setelah ini?" Han sioog
Kie berpikir sebentar, kemudian sahutnya.
"Aku rasa lebih baik kita laksanakan menurut apa yang
telah kalian rencana kan itu, dengan sergapan kilat malam ini
juga kita serbu kedalam istana iblis dan menumpas
gorombolan penghianat itu, kemudian mengumumkan semua
dosa dan kesalahan dari Wi It beng, menyelenggarakan
pertemuan para pemuka perguruan, mengatur kembali
perguruan kita serta menjatuhkan hukuman kepada yang
bersalah sesuai dengan peraturan yang berlaku."
sejenak kemudian ia alihkan pandangannya ke wajah dua
orang kakek berbaju biru itu, kemudian menambahkan:
"Kalian berdua boleh segera berangkat lebih dahulu untuk
pulang ke istana, beri kabar kepada semua orang yang masih
setia kepada perguruan agar bersiap sedia memberi bantuan
1325 dari dalam, serta berjaga-jaga atas terjadinya segala
kemungkinan yang tidak diinginkan"
"Terima perintah" dtngan hormat dua orang kakek
berjubah biru itu memberi hormat lalu mengundurkan diri dari
kuil tersebut. sepeninggal dua orang itu, Han Siong Kie serta ketiga
orang tianglonya beristirahat dalam kuil itu dan mengatur
pernapasan untuk menyusun kembali kekuatannya.
Malam makin kelam, suasana sunyi seperti tak kedengaran
suara apapun, hanya bintang dan rembulan yang bertaburan
di angkasa menghiasi kegelapan yang hitam. .
Tiba-tiba diatas sebuah jalan raya yang menuju ke istana
Huan mo kiong tampak empat sosok bayangan manusia
sedang meluncur dengan cepatnya, gerak tubuh mereka
sangat cepat dan mahir, boleh dibilang sukar diikuti dengan
pandangan mata. Keempat orang itu tak lain adalah Han Siong Kie beserta
ketiga orang tianglonya yang sedang dalam perjalanan
menuju istana Huan mo kiong, mereka hendak menggunakan
suatu taktik sergapan kilat untuk menumpas para
pembangkang dan penghianat perguruan yang selama ini
bercokol dan memerintah perguruan mereka.
Ketika ayam mulai berkokok dan seberkas cahaya merah
mulai muncul diufuk sebelah timur, sampailah mereka didepan
sebuah bangunan perbentengan yang kokoh dan angker,
bangunan itu sangat besar di tengah kegelapan yang masih
mencekam seluruh jagat, tampak bagaikan seekor naga yang
sedang mendekam. To It hui segera menujuk ke arah bangunan benteng itu
dan bersuara memecahkan kesunyian"ciangbun suheng" demikian ia berkata "kita sudah sampai
ditempat tujuan, benteng sebelah depan itulah markas
1326 perguruan kita, aai, tampaknya rahasia penyergapan kita
belum bocor." Belum habis ucapan tersebut diutarakan keluar, tiba-tiba
dari tempat kejauhan teriihatlah sesosok bayangan hitam
sedang berlarian menuju ke arah mereka dengan langkah
sempoyongan- Serentak Han tiong Kie berempat menghentikan gerakan
kakinya dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinanTampaknya orang itu terluka sangat parah, sebelum tiba
dihadapan beberapa orang itu, dia tak tahan menguasahi
keseimbangan tubuhnya lagi.."Blang.." akhirnya orang itu
roboh terkapar diatas tanah.
Kejadian ini amat mengejutkan Han Siong Kie berempat,
tanpa banyak bicara lagi To It hui melompat kedepan dan
menghampiri orang itu, tapi apa yang kemudian teriihat
membuat jago tua itu menjerit kaget.
Serentak Han Siong Kie bersama Ang Pat siu dan Sah Jin
ho kedua orang tianglo itu menyusul kedepan, tapi apa yang
teriihat kemudian membuat hati mereka tercekat.
orang itu bermandikan darah, ia terkapar diatas genangan
darah yang mengalir keluar seperti sumber mata air, sebuah
lengan kanannya sebatas bahu telah terpapas kutung, dari
situlah darah mengucur keluar dengan derasnya.
"Ia sudah tewas" bisik To it huu kemudian sambil
menggertak gigi menahan geramnya.
"sudah tewas" siapakah orang itu " " tanya Han Siong Kie
dengan alis mata berkernyit.
"Tio Hay liong, congkoan dari istana Huan mo kiong" sahut
To It hui penuh kobaran emosi.
"Congkoan dari istana Huan mo kiong ?"
1327 "Benar, Tio congkoan adalah pimpinan yang kita tugaskan
untuk memberi serangan kilat dari dalam istana "
Mendengar jawaban tersebut Han Siong Kie segera
mendengus dingin- "Hmm Kalau begitu bukan Tio congkoan seorang yang
mendapat celaka, tentu sudah banyak korban yang
berjatuhan, itu berarti Wi It beng sudah mendapat tahu
tentang rencana sergapan kita sehingga ia bertindak
mendahului kita semua"
Ang pat siu maupun sah Jin ho tak mampu berkata-kata,
mereka hanya bisa menggertak gigi sambil mendengus, jelas
kemarahan yang berkobar dalam dada ketiga orang tiang lo
itu sudah mencapai pada puncaknya.
Fajar telah menyingsing, langit mulai terang benderang,
bintang dan rembulan lenyap dari angkasa.
Benteng yang angker dan besar itu semakin terlihat jelas
ditempat kejauhan. Han Siong Kie lantas berpaling ke arah sah
Jin ho, kemudian katanya.
"Sah tiang lo Tio Congkoan telah gugur dalam
mengembangkan tugasnya bagi perguruan kita, jangan kita
terlantarkan jenasahnya ditengah jalan raya begini. Bawalah
dia ke suatu tempat yang aman untuk disimpan, setelah
persoalan selesai, kita harus menguburnya dengan segala
upacara kebesaran" "Hamba mengerti" sahut sah Jin ho, dia lantas membopong
jenasah Tio Han liong dan membawanya ke dalam sebuah
hutan tak jauh dari tepi jalan raya. setelah kembali lagi kesitu
Han Siong Kie baru ulapkan tangannya sambil berseru: "Mari
kita lanjutkan perjalanan!"
Dengan gerakan cepat empat orang pemuda perguruan
Thian lam bunpun meneruskan perjalanannya menuju
kedepan. 1328 Benteng Huan mo kiong makin lama semakin dekat dan kini
bangunan yang tinggi besar itu sudah didepan mata, tapi aneh
sekali bukan saja suasananya sunyi senyap bahkan sesosok
bayangan manusiapun tak nampak berlalu lalang disitu.
Akhirnya mereka sudah berada seratus kaki dari pintu
gerbang benteng itu, Han Siong Kie segera ulapkan tangannya
memberi tanda agar berhenti.
Benteng itu tetap angker, sepasang pintu baja yang tinggi
besar tertutup rapat, disepanjang sisi pintu tadi berdirilah
beberapa sosok bayang manusia.
Menyaksikan kesemuanya itu To it hui bertiga merasa
darah yang mengalir dalam tubuhnya mendidih, hampir saja
mereka tak dapat mengendalikan perasaan emosinya untuk
menyerbu ke dalam. sudah lama mereka menunggu disitu, namun suassana
masih sepi dan tiada suatu gerakan apapun, jangankan ada
yang munculkan diri, teguranpun tak kedengaran.
Kesemuanya ini menyebabkan Han Siong Kie keheranan
bercampur curiga, menurut aturan kedatangan mereka
berempat yang muncul secara blak-blakan itu pasti akan
diketahui musuh, dan pihak lawanpun sepantasnya melakukan
suatu tindak kesiap siagaan, akan tetapi suasana tetap hening,
meski tampak bayangan manusia disisi pintu gerbang, namun
tiada seorangpun yang bergerak ataupun bersuara.
"Jangan-jangan wi Ik beng sedang menyusun suatu siasat
busuk untuk menjebak kami berempat?" ingatan tersebut
cepat melintas didalam benaknya.
sinar sang surya telah memancar keseluruh jagad, sebercak
sinar kebetulan menyoroti diatas loteng bencong itu dan
menerangi sebuah papan nama yang terbuat dari emas murni.
Tulisan itu terdiri dari tujuh huruf besar, setelah diamati
dengan lebih seksama, maka terbacalah tulisan itu kira-kira
1329 begini artinya: "Kantor cabang perkumpulan Thian che kau
untuk wilayah Thian lam"
Han Siong Kle menggeram menahan hawa amarahnya, ia
segera mendengus sambil menyumpah:
"Wi It beng Kau bangsat tua, kau penghianat perguruan
yang terkutuk. dosamu hanya bisa ditebus dengan hukuman
yang paling berat, kau harus dicincang menjadi berkepingkeping
. Akhirnya keempat orang itu tidak dapat mengendalikan diri
lagi, setelah ditunggu-tunggu tanpa ada reaksi apapun,
mereka menerjang maju lagi sejauh puluhan kaki.
semakin mendekati pintu gerbang itu, semakin jelaslah
beberapa orang itu akan apa yang telah terjadi, kiranya
beberapa sosok bayangan manusia yang berdiri sambil
bersandar diatas dinding itu bukan manusia hidup, melainkan
mayat-mayat yang penuh berlepotan darah, jumlahnya
mencapai tiga puluh orang lebih.
semua yang mati adalah jago-jago dari persatuan Thian
lam bun yang masih setia kepada kebenaran, kenyataan ini
semakin menggusarkan hati Han Siong Kie berempat, mereka
tak menyangka kalau Wi Ik beng demikian kejinya sampai
anak murid sebanyak itupun dibantai tanpa pilih bulu.
Merah padam wajah tiga orang tiang lo itu, biji mata
mereka hampir saja melotot keluar karena geramnya, sekujur
badan jadi gemetar keras menahan emosi yang meluap-luap.
"ciangbun suheng, mari kita terjang masuk kedalam" teriak
To It hui kemudian dengan suara setengah berteriak.
"Jangan emosi" tukas Han slong Kie sambil
menggoyangkan tangannya, "kita harus memikirksn dulu apa
tujuan mereka dengan membariskan mayat-mayat tersebut
didepan pintu gerbang untuk pameran" Atau untuk gertak
1330 sambal" Ataukah mereka memang mempunyai rencana busuk
yang hendak memancing semua masuk perangkap?"
sementara beberapa orang itu masih termenung, pintu
istana yang tinggi besar perlahan-lahan membuka ke samping
menyusul kemudian muncullah seorang kakek berjubah hijau.
Dengan suara lantang ia lantas berseru:
"Ketua cabang perkumpulan Thian che kau siap menantikan
kedatangan saudara sekalian didalam istana"
Kemudian tanpa menantikan jawaban lagi dia putar badan
dan masuk kedalam itu lebih dahulu.
Dari apa yang terpapar didepan mata sekarang terbuktilah
sudah bahwa Wi It beng bukan manusia sederhana,
tampaknya ia sudah memperoleh info terlebih dahulu dan
sebelum penyergapan itu dimulai ia telah bertindak lebih
duluan dengan mengatur segala sesuatunya itu.
Han Siong Kie dibuat panas hatinya oleh sikap musuh yang
jumawa, ia memandang sekejap ketiga orang tianglonya lalu
berbisik, "Hayo kita masuk"
"Masuk berarti mengantar kematian." tiba-tiba dari arah
belakang terdengar seseorang menanggapi dengan suara
yang serak dan dingin. Panji Wulung 2 Petualangan Manusia Harimau Seri Manusia Harimau Karya S B Chandra Badai Awan Angin 8
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama