Tengkorak Maut Karya Khu Lung Bagian 26
ing menunjukkan wajah yang sedih dan air matapun tanpa
1738 terasa mengucur keluar membasahi pipinya, dengan agak
sesenggukan dia berkata: "sau kun mendapat perintahku untuk memasuki ruang
rahasia dari Yu Pia lam guna melakukan pemeriksaan yang
seksama, akhirnya dari dalam kamar rahasianya itu dia
berhasil mendapatkan kembali kitab pusaka Kui kok cim su
tersebut, sayang operasi ini kurang cermat dimana jejaknya
akhirnya ketahuan, diapun dikejar kejar kemudian terbunuh.
Dengan gagalnya operasi dari sau kun maka keadaanku dan
adik Hiang mu juga terancam bahaya maut, akhirnya Han
siong Hiang tertimpa pula bencana dan menemui
ajalnya.....nah, begitulah nak, demikianlah kejadian yang telah
kami alami sampai saat terakhir"
Han siong Ki berdiri sambil menggertak gigi menahan
pergolakan emosi dalam hatinya, lama sekali dia
membungkam dalam seribu bahasa sebelum kemudian
katanya: "ibu, ananda ingin mohon diri lebih dahulu"
"Apa yang hendak kau lakukan...?" tegur perempuan itu
dengan perasaan cemas. "ibu, hutang darah harus bayar dengan darah, hutang
nyawa bayar dengan nyawa, sekarang juga akan kutuntut
kembali hutang darah dan hutang nyawa itu dari tangannya"
"Cukupkah kekuatanmu seorang. Yakinkah engkau akan
berhasil dengan kekuatan seorang diri?"
"Cukup, lebih dari cukup Toh Hek pek siang-yau sepasang
siluman itu akan menyertaiku dalam perjalanan ini"
"Nak, ingatlah selalu, jangan menilai terlalu rendah
kekuatan dari pihak Thian che kau"
"Ananda mengerti, dan ananda akan berusaha menghadapi
mereka dengan sebaik mungkin"
"Sebelum melakukan sesuatu rencana, terlebih dulu
susunlah siasatmu dengan sebaik mungkin, karena melakukan
1739 tindakan secara sembrono tanpa diimbangi dengan rencana
yang matang, bukanlah ciri dari seorang laki laki pintar"
"Ananda mengerti, dan ananda akan selalu memperhatikan
nasehat dari nasehat ibu ini"
"Untuk membalaskan dendam bagi keluarga, dendam bagi
suami dan hutang nyawa bagi kematian anak perlukah aku
ikut serta dalam usaha pembalasan dendam ini?" kembali si
siang go cantik ong cui ing bertanya dengan suara lirih.
"Tidak ibu tidak usah ikut serta sepantasnya kalau ibu
tinggal.disamping sucou dan merawat dia orang tua, sebab
bagai manapun juga kekuatan siau susiok seorang tak
mungkin bisa mengurusi seluruh benteng yang amat luas itu,
andaikata pihak Thian che kau serta gembong gembong iblis
yang lolos dari jaring itu melakukan penyerbuan lagi ke
benteng maut, bukankah benteng maut akan terancam
kehancuran total ditangan orang orang itu?"
"Tentang soal ini..."
"oooh... ibu, apakah engkau tidak bersedia mengabulkan
keinginan ananda untuk membalas dendam berdarah ini
seorang diri ...." Bu, kabulkanlah keinginanku ini"
Untuk sesaat si siang go cantik ong cui ing merasa ragu
ragu dan sukar mengambil keputusan tapi akhirnya dia toh
mengangguk juga. "Baiklah nak. pergilah seorang diri ibu hanya bisa bantu
berdoa bagi kesuksesanmu, semoga usahamu untuk membuat
perhitungan ini dapat berjalan dengan lancar tanpa rintangan
apa apa, selesai dengan tugasmu itu cepatlah kembali ke
benteng maut dan temui aku ...."
"Tentu saja ibu, bila usahaku untuk membalas dendam
telah berhasil, ananda pasti akan pulang kemari dan akan
kulayani ibu sepanjang tahun"
"Nak. aku kuatir...."
1740 "Kenapa ibu?" "Aaaah .....tidak apa apa, pergilah cepat ibu sudah
menerima rasa baktimu itu meski baru terwujud dalam
keinginan" Rasa benci dan semangatnya ingin membalas dendam
berkobar di dada Han siong Kie, meski berat rasanya untuk
perpisahan tersebut, akan tetapi bagaimanapun juga
membalas dendam adalah suatu tugas yang berat dan harus
segera dilaksanakan. Dengan berat hati, pemuda itupun berpamitan kepada
ibunya dan berangkat meninggalkan benteng maut.
Sekarang, semua duduknya perkara sudah dibikin jelas, dia
tak perlu melakukan penyelidikan lagi secara samar samar
tanpa tujuan tertentu, sekarang ia sudah mempunyai sasaran
yang pasti, meski terlampau banyak kesedihan dan
kemurungan yang membebani pikiran maupun perasaannya,
akan tetapi untuk sementara waktu dia dapat
mengesampingkan kesemuanya itu dari dalam pikirannya.
Setelah menyeberangi jembatan batu, pemandangan
pertama yang menyentuh matanya adalah gundukan tanah
pekuburan dari Tonghong Hui yang berada dipuncak batuan
cadas. Untuk kesekian kalinya ia merasa hatinya terluka, hatinya
terasa amat sakit seakan akan darah bercucuran tiada
hentinya. Dia melompat naik keatas puncak batuan cadas itu, lari
kehadapan kuburan Tonghong Hui dan menggunakan cucuran
air matanya serta bisikan hatinya sebagai sesaji dalam
upacara sembahyang itu Lama... lama sekali.... ketika tiba tiba serentetan suara
teguran berkumandang memecahkan kesunyian:
"Tecu berdua menghunjuk hormat buat ciangbunjin"
1741 Hek pek siang you sepasang siluman hitam.putih
munculkan diri dibelakang tubuhnya dan berdiri menanti di
sampingnya. Han siong Kie menengadah dan memandang dua orang
anak buahnya itu sekejap. akhirnya setelah menghela napas
panjang katanya dengan lirih: "Marilah kita pergi ...."
Dia ulapkan tangannya dan bergerak lebih dahulu menuruni
bukit batuan cadas tersebut
-ooo0dw0ooo- BAB 94 BENTENG MAUT sudah semakin jauh ditinggalkan, tanah
pegunungan terbentang didepan mata, sementara Han siong
Kie bertiga melakukan perjalanan cepat, tiba tiba terdengar
suara teguran yang merdu berkumandang dari kejauhan: "Titi
...... sungguh payah sekali aku mencari jejakmu"
Bersamaan dengan berkumandangnya ucapan itu, seorang
nyonya cantik berbaju merah telah muncul dihadapan mereka.
Siapakah dia" Tak lain tak bukan adalah ratu tawon Buyung
Thay adanya. Kemunculan Buyung Tay yang amat tiba tiba ini sama
sekali diluar dugaan Han siong Kie, dia tak menyangka kalau
perempuan cantik itu akan munculkan diri dalam keadaan
seperti ini. Hek pek siang you yang berdiri dibela kang ketuanya
segera berbisik pula dengan suaru lirih:
"Dia benar benar amat cantik, bagaikan bidadari yang baru
dari khayangan" "Yaaa, dia memang cantik jelita bak bidadari, tak kusangka
kalau didunia ini terdapat perempuan secantik itu"
1742 Han siong Ki rada tertegun, akhirnya dia maju
menyongsong kedatangannya dengan tergopoh-gopoh,
ucapnya: "Cici, bukankah hari itu kau ada dibukit si sin gan..."
"Yaa adikku" sahut Buyung Thay dengan wajah menyesal
"pertama tama aku hendak minta maaf dulu kepadamu, sebab
aku tak dapat menyelesaikan tugas yang kau bebankan
padaku..." Paras muka Han siong Ki tiba tiba saja berubah sangat
hebat. "Apakah Go siau bi telah..."
"Aaai... dia sudah lenyap tak berbekas. Aku tak tahu
sekarang dia berada dimana?"
"Apa" jejaknya sudah lenyap tak membekas...."
"Betul, dia sudah lenyap secara misterius, hilang lenyap
dengan begitu saja" "Aaah ..... mana mungkin" Bukankah isi perut nya terluka
parah, lagipula selembar jiwanya terancam bahaya maut"
Buyung Thay menghela napas sedih.
"Aaaai .....dua hari setelah engkau pergi, aku merasa
sangat kelaparan, perutku begitu laparnya sehingga ingin
pergi ke belakang untuk mencari sedikit makanan guna
menangsal perutku yang lapar, hanya setengah perminum teh
aku pergi, tapi sewaktu aku kembali lagi ke dalam kamar,
ternyata ia sudah tak ada dalam kamarnya lagi" Han siong Kie
menyeka keringat dingin yang membasahi jidatnya, kembali
serunya: "Dengan mengandalkan obat Ci goan wan yang kau berikan
itu, jiwanya masih bisa bertahan selama tujuh hari lagi, tapi
setelah jejaknya lenyap dengan begitu saja, bukankah berarti
bahwa keselamatan jiwanya jauh lebih membahayakan
daripada selamat." Aaaah... bagaimana sebaiknya sekarang?"
1743 "Menurut penglihatanku, belum tentu jiwa nona Go
terancam oleh mara bahaya"
"Dengan dasar apakah engkau bisa berkata demikian?"
"Siapa tahu kalau orang yang menculiknya itu bisa
menyelamatkan selembar jiwanya?"
Tiba tiba saja Han siong Kie merasakan hawa amarahnya
meluap dari dalam dadanya, otot otot hijau pada menongol
semua karena mengendalikan napsu marah yang memuncak.
sorot matanya tajam menggidikkan hati, dengan suara yang
dingin dan menyeramkan segera teriaknya
"Cepat kau katakan, sebenarnya siapa yang telah menculik
pergi nona Go...?" "Jangan marah-marah dulu, coba kau periksalah isi surat
ini, tentunya setelah membaca surat tersebut akan kau
ketahui pula siapakah pelaku dari penculikan ini" seraya
berkata Buyung Thay iantas mengangsurkan secarik kertas
surat kedepan. Dengan tergopoh gopoh Han siong Kie
menyambar surat itu, lalu dibacanya dengan cepat. Maka
terbacalah isi surat tersebut kira kira berbunyi demikian:
"Surat ini tertuju buat manusia muka dingin Han siong Ki:
Dalam sepuluh hari kunantikan kedatanganmu diatas tebing
Kiu ci gan, jangan lupa membawa serta kitab sarung tangan
Hud jiu po pit untuk menebus nyawa istrimu Go siau bi.
selewatnya balas waktu itu tak akan dilayani.
Dibawah surat itu tiada tanda nama, akan tetapi dilukis
sebiji uang kuno. selesai membaca surat tersebut, Han siong Ki segera
mengerutkan dahinya rapat rapat, tegurnya kemudian:
"Cici ..... tahukah engkau dimanakah letaknya tebing Kiu ci
gan yang dimaksudkan itu?"
1744 "Tebing Kiu ci gan letaknya diatas sebuah bukit yang terjal,
kurang lebih lima puluh li dibelakang Lian huan tan"
"Tahukah engkau uang kuno tersebut lambang dari jago
silat manakah dalam dunia persilatan ini?"
"Tentang soal itu... rasanya selama ini belum pernah
kudengar orang membicarakannya"
"Aku tahu" Tiba tiba saja ucapan tersebut muncul dari belakang,
suaranya ketus, dingin dan menggidikkan hati.
Ketika semua orang berpaling maka terlihatlah seorang
nyonya berkerudung sudah berada kurang lebih tiga kaki
dibelakang mereka berada.
Han siong Ki ingin menggerakan bibirnya untuk menegur,
tapi nyonya berkerudung itu sudah menggoyangkan
tangannya dengan cepat. "Pemilik uang kuno tersebut adalah seorang yang bernama
Tong po lo sat iblis perempuan uang kuno, dia adalah seorang
jago lihay pada enam puluh tahun berselang yang pernah
menggetarkan seluruh dunia persilatan karena kelihayannya"
"oooh.... maksudmu manusia yang bernama Tong po lo sat
itu adalah seorang perempuan?" pemuda itu bertanya sambil
pura pura berlagak tidak kenal dengan perempuan
berkerudung ini. "Yaa benar, dia memang seorang perempuan Nak.
sekarang kau harus segera berangkat ketebing Kiu ci gan,
sebab persoalan itu merupakan persoalan yang sangat penting
bagimu" Buyung Thay yang mendengar pembicaraan tersebut
segera berkerut kening, kepada perempuan berkerudung itu
segera tegurnya: "Sebenarnya siapakah engkau?"
1745 "Aku" Manusia yang kehilangan sukma Pernah mendengar
namaku ini " "oooh... jadi kaulah orang yang kehilangan sukma" Buyung
Thay terperana. "Yaa betul" Kiranya sejak pemunculan perempuan berkerudung itu Han
siong Ki sudah tahu bahwa perempuan itu tak lain adalah
ibunya, si siang go cantik ong cui ing, sebetulnya dia mau
menegur, akan tetapi lantaran ibunya telah menggoyangkan
tangannya, terpaksa dia harus membungkam terus sambil
berlagak pilon. Demikianlah, setelah mengakui identitasnya, dengan sorot
mata yang tajam orang yang kehilangan sukma menatap
tajam wajah Buyung Thay, lalu tegurnya kembali dengan
dingin "Bukankah engkau adalah Hong ho si Ratu Tawon?"
Menyinggung soal julukan yang paling dibencinya itu, paras
muka Buyung Thay berubah hebat, hawa napsu
membunuhnya seketika berkobar dan menyelimuti wajahnya,
selama ini dia mempunyai satu peraturan yang selalu
dipegangnya dengan teguh, yakni barang siapa berani
menyinggung nama julukan "Ratu Tawon" tersebut
dihadapannya, maka dia pasti akan membinasakan orang itu.
Tentu saja mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang yang kehilangan sukma itu pada hakekatnya tak lain
adalah ibu kandung dari Han siong Ki.
Dengan suara setengah menjerit Buyung Thay segera
berteriak lengking: "orang yang kehilangan sukma, aku akan membunuh kau.
Bersiap siaplah menantikan saat kematianmu"
"Engkau hendak membunuh aku" Hmmm... hmmm... aku
kuatir kalau kekuatan yang kau miliki masih belum mampu
untuk mewujudkan apa yang kau kehendaki"
1746 "Hmmm... Kau berani menghina aku" Baik, jika tidak
percaya akan kubuktikan sekarang juga"
Sambil berteriak, dengan garangnya Buyung Thay bergerak
maju siap melakukan tubrukan.
Han siong Kie tidak ambil diam, begitu perempuan itu
bergerak, cepat diapun bargerak menghadang dihadapannya,
kepada Buyung Thay segera katanya dengan keras. "cici Kau
tak boleh berbuat demikian"
"Kenapa" Itulah peraturanku yang selalu kupegang dengan
teguh" sahut Buyung Thay dengan suara dingin, "adikku,
kecuali terhadapmu, aku tak bisa melanggar peraturanku ini
lagi" "Aku mohon kepadamu agar untuk kali ini berilah
pengecualian kepadanya, janganlah kau tarik panjang
persoalan ini, tentunya kau mau bukan?"
"Apa hubungan orang ini dengan dirimu" coba kau
terangkan dulu kepadaku....."
"Tentang soal ini .....tentang soal ini .....aku rasa, ada
baiknya kalau..." "Buyung Thay kau tak perlu menanyakan soal itu" tiba tiba
orang yang kehilangan sukma menyela, "aku hanya ingin
memperingatkan dirimu, aku harap engkau jangan memutar
otak dan menyusun rencana terhadap bocah yang masih
bersih ini, ketahuilah berbicara dari usiamu, dia sudah pantas
untuk menjadi anakmu sendiri!"
Ucapan semacam itu segera diterima oleh Buyung Thay
sebagai suatu penghinaan, paras mukanya seketika itu juga
berubah jadi hijau membesi, ia betul-betul merasa tersinggung
oleh ucapan tersebut, dengan setengah geram teriaknya:
"Orang yang kehilangan sukma, bila aku tak berhasil
membinasakan dirimu, aku bersumpah tak akan hidup jadi
manusia!" 1747 Sesosok bayangan merah berkelebat lewat disamping Hansiong
Ki, lalu sebuah pukulan gencar dilontarkan untuk
membacok tubuh orang yang kehilangan sukma.
"Blaaang......!" suatu ledakan dahsyat yang menggetarkan
sukma menggelegar di udara.
Termakan oleh tenaga benturan yang sangat kuat itu,
kedua belah pihak sama-sama tergetar mundur satu langkah
lebar. Buyung Thay mendengus dingin, untuk kedua kalinya
kembali ia menerjang kemuka sambil melancarkan serangan
dahsyat. Orang yang kehilangan sukma bertindak tenang, sepasang
telapak tangannya segera diayunkan saling bertolak belakang,
dalam gesekan yang aneh itu segera muncullah segulung
desingan angin tajam yang aneh sekali sifatnya, begitu
serangan dahsyat yang dilancarkan Buyung Thay hampir
mengena ditubuhnya, tahu-tahu saja semua hawa pukulan
yang berkekuatan dahsyat itu hilang lenyap dengan begitu
saja. Kejadian ini seketika itu juga membuat Buyung Thay
merasa tak terkirakan rasa kagetnya, cepat-cepat dia
meloncat mundur beberapa depa ke belakang, lalu merogoh
sakunya dan menyiapkan segenggam jarum Toh-bun-ciam
yang amat berbisa. Han-siong Kie cukup mengetahui sampai dimanakah
kelihayan dari jarum-jarum Toh-hun-ciam tersebut, sebelum
Buyung Thay sempat melancarkan serangannya, ia segera
membentak keras: "Buyung Thay, aku melarang engkau untuk turun tangan
lebih lanjut! ayoh segera hentikan perbuatanmu itu!"
1748 "Han-siong Kie! Apa yang kau andalkan sehingga berani
menghalangi tindakanku ini?" Buyung Thay balas menegur
sambil melirik sekejap kearah pemuda itu.
Menghadapi pertanyaan semacam ini Han siong Ki
terbungkam, betapa tidak" Apa yang musti dia jawab
menghadapi pertanyaan semacam ini" Apa yang dia andaikan
sehingga melarang perempuan itu untuk turun tangan lebih
jauh" Tapi .... bagaimanapun juga orang yang kehilangan
sukma ada1ah ibunya, tentu saja ia tak bisa berpeluk tangan
belaka membiarkan mereka saling bergebrak.
Maka setelah termenung dan berpikir sesaat, akhirnya dia
bulatkan tekad sambil sahutnya dengan lantang:
"Aku tidak mengandaikan apa apa, pokoknya aku melarang
engkau untuk bertempur lebih jauh"
"Hmm Dia itu apa mu, kok engkau demikian ngototnya
melarang aku untuk bertempur lebih jauh..."
"Aaah, soal ini lebih baik tak usah kau ketahui, pokoknya
cukup asal kau tidak bertempur lagi"
"Kalau engkau tak mau menerangkan, terpaksa kaupun tak
usah mencampuri pula urusan pribadiku"
Han siong Ki jadi agak mendongkol, tiba tiba tlia bergerak
maju kedepan, sambil berdiri dengan bertolak pinggang
katanya tegas tegas. "Aku sudah ambil keputusan untuk
mencampuri urusan ini, mau apa kau...?"
"Heeeehhh.... Heehhh.. heeeehhhh... mampukah engkau
untuk mencampuri urusanku?"
"Kalau engkau tidak percaya, apa salahnya kalau di coba
sendiri untuk pembuktiannya?"
"Han siong Kie" teriak Buyung Thay dengan gemasnya,
"jangan kau anggap aku tak berani melawan kamu"
1749 "Kau tak usah banyak bicara lagil" sela pemuda itu dengan
cepat, "pokoknya bila engkau berani menyerang dengan jarum
toh hun ciam itu, segera kubacok dirimu sampai mampus"
Selama percekcokan itu berlangsung, orang yang
kehilangan sukma hanya berdiri di tempat tanpa bergerak
ataupun berbicara, rupanya dia memang sengaja hendak
membiarkan Han siong Kie ribut sendiri dengan diri Buyung
Thay. Sementara itu Hek pek siang yau telah bergerak maju pula
ke depan, didalam pandangan mereka cuma Han siong Kie
seorang yang dipuja dan disanjung, maka sewaktu dilihatnya
ketua mereka sedang cekcok dengan orang lain, maka satu
dari kiri yang lain dari kanan serentak mengepung Buyung
Thay dari kedua belah sisinya, mereka telah menghimpun
tenaga pukulan nya setiap saat serangan dahsyat dapat
dilontarkan ke luar. Untuk sesaat, suasana disekitar gelanggang jadi tegang
dan serius, seakan akan suatu bom waktu yang dinantikan
saat meledaknya. Berada dalam keadaan begini, akhirnya Buyung Thay yang
tak dapat mengendalikan perasaannya sambil menggigit bibir,
titik titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dengan
mendongkol segera teriaknya keras keras:
"Han siong Kie, kau manusia yang tak tahu budi, andaikata
tiada aku, sekarang engkau sudah menjadi setan di alam
baka, sungguh tak kusangka engkau setega itu bersikap
demikian kepadaku" Paras muka Han siong Kie berubah, rasa menyesal segera
timbul dari dasar hati kecilnya, tapi keadaannya sekarang
sudah ibaratnya orang yang berada dipunggung harimau, mau
turun susah tetap disana juga sungkan, untuk sesaat dia tak
tahu apa yang musti dilakukannya .
1750 Yaa, memang seandainya Buyung Thay tidak menolongnya
sebanyak dua kali, tak nanti ia bisa hidup sampai hari ini,
apalagi membalas dendam bagi kematian keluarga-nya.
"Nak, jadi.... jadi.... dia pernah menye-lamatkan jiwamu
sebanyak dua kali?" tanya orang yang kehilangan sukma
dengan suara gemetar. "Yaa, dia sudah dua kali menolong jiwaku"
Mendengar pengakuan tersebut, orang yang kehilangan
sukma meghela napas panjang.
"Aaaai... nak, semoga engkau bisa baik baik menjaga diri,
aku akan pergi lebih dulu" katanya kemudian sehabis berkata,
sekali menjejakkan kakinya keatas tanah, tubuhnya segera
melayang beberapa kakijauhnya dari tempat semula,
kemudian ia meneruskan perjalanannya menuju ke benteng
maut. Sesudah bayangan tubuh orang yang kehilangan sukma
lenyap dari pandangan mata, dengan suara sedih bercampur
kesal Buyung Thay baru berkata kepada Han siong Kie:
"sebenarnya siapakah dia?"
Untuk sesaat Han siong Kie merasa agak sangsi, tapi
akhirnya dia mengakui juga: "Dia adalah ibuku"
"Apa" Jadi perempuan yang mengaku bernama orang yang
kehilangan sukma adalah ibumu?" seru Buyung Thay dengan
paras muka berubah hebat.
"Yaa, benar Dia adalah ibu kandungku" sekali lagi si anak
muda itu mengangguk. "Mengapa tidak kau akui semenjak tadi " Adikku, mengapa
tidak kau katakan sedari tadi?"
"Sebab ibuku tak ingin orang lain mengetahui asal usulnya
yang sebenarnya" 1751 "Tapi sekarang, engkau toh sudah mengungkapnya
dihadapanku?" "Yaa, karena aku tak ingin mengelabuhi dirimu" jawab Han
siong Ki sambil tertawa jengah, Ucapan yang lembut dan
penuh perasaan pancaran kasih ini segera melunakkan
kembali sikap Buyung Thay, ia berkata lagi dengan suara yang
lirih dan nada amat sedih:
"Dia telah melarang hubunganmu denganku, itu berarti tak
boleh berhubungan lagi sejak kini"
Han siong Ki cuma mengangguk mulutnya tetap
membungkam dalam seribu bahasa.
Buyung Thay sedikitpun tidak mengendorkan kesempatan
itu, kembali ia bertanya lebih jauh:
"Bagaimana maksudmu sendiri" Apakah engkau juga akan
memutuskan hubungan kita sampai disini saja?"
"Ehmm, bagaimana maksudmu?"
"Aku berharap agar hubungan diantara kita berdua masih
dapat berlangsung seperti sedia kala"
Tak terkirakan rasa terhibur yang dialami Buyung Thay saat
ini, sepanjang hidupnya belum pernah ia rasakan
bagaimanakah rasanya bercinta yang sebenarnya dan dimasa
masa menjelang setengah umur tiba tiba saja dia telah
berjumpa dengan Han siong Ki, dan hatinya benar benar
terpikat olehnya, meskipun dia tahu bahwa pelimpahan rasa
cintanya ini tidak akan mendatangkan hasil apa apa, tapi ia
tak dapat menguasahi diri, ia merasa cintanya yang meluapluap,
sukar untuk dikendalikan apalagi dibendung lagi.
Sebaliknya bagi Han siong Ki sendiri, kendatipun semua
sikap baiknya itu hanya didasari oleh rasa hutang budi belaka,
toh kecantikan perempuan setengah umur itu cukup memikat
hatinya, sebagai seorang manusia dengan berbagai titik
kelemahannya, tentu saja ia tak dapat mengendalikan titik
1752 kelemahannya itu, tidak terkecuali pula diri si anak muda itu
sendiri Setelah suasana hening untuk sesaat lamanya, Buyung
Thay lantas menuding kearah Hek-pek-siang yau yang berdiri
dikedua belah sisinya, diapun bertanya: "siapakah kedua
orang ini?" "Dia adalah anak buah perguruan kami, shen Khe ki serta
Hong ing ing, mereka berdua adalah suami istri"
"Hmmm... yang lelaki tampan yang perempuan cantik,
mereka memang suatu pasangan yang amat ideal"
Sudah tentu dia tak akan meayangka kalau sepasang suami
istri yang berada dihadapannya sekarang, bukan lain adalah
Hek pek siang yau sepasang gembong iblis yang bikin hati
kawanan jago baik dari golongan hitam maupun putih tergetar
pada puluhan tahun berselang.
Selama ini sikap Hek pek siang yau hanya menghormat dan
menyanjung kepada Han siong Ki seorang, bahkan sikap itu
melebihi sikap seorang pelayan terhadap majikannya,
sebaliknya kepada kawanan jago persilatan lainnya, dia selalu
menjaga gengsi maupun kedudukan sendiri, oleh sebab itulah
mereka selama ini hanya membungkam terus dalam seribu
bahasa. Suasana setelah hening sejenak. akhirnya dipecahkan oleh
Han siong Kie dengan ulapan tangannya: "Ayoh kita
berangkat" "Engkau akan segera berangkat untuk memenuhi janji di
bukit Kiu ci san?" tanya Buyung Thay.
"Tentu saja pergi kesitu, memangnya kau anggap aku
hendak pergi kemana lagi?"
"Memangnya engkau membawa barang itu sekarang?"
"Barang apa?" 1753 "Kitab pusaka sarung tangan l-Hud jiu po pit yang dituntut
oleh pihak lawan" Sebagaimana telah diketahui, sarung tangan Hud jiu po pit
sudah disembunyikan oleh Han siong Kie didalam sebuah gua
karang dalam lembah kematian, jangan toh barang itu sudah
tak ada lagi, sekalipun ada didalam sakunya, belum tentu dia
benar benar akan mempertimbangkan untuk
menggunakannya sebagai barang pertukaran dengan nyawa
Go siau bi. Maka ketika mendengar pertanyaan tersebut, cepat
dia menggeleng. "Tidak. aku tidak membawa barang itu" sahutnya.
"Akan tetapi... bukankah... bukankah pemilik uang kuno
Tong po lo sat menghendaki..."
Han siong Ki mendengus dingin, sebelum ucapan itu
sempat diselesaikan, dia telah menukas:
"Kalau toh dia berani membegal Go siau bi dan dibawanya
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kabur, memangnya kau anggap aku bersedia melepaskan
orang itu dengan begitu saja...." Hmm, jangan bermimpi di
siang hari bolong" "Agaknya dia menggunakan mati hidupnya Go siau bi untuk
memaksa kau guna menyerahkan benda tersebut, apa yang
hendak kau lakukan pada waktu itu."
"Soal ini lebih baik jangan kita bicarakan, kita rundingkan
lagi setelah tiba pada saatnya saja"
Maka berangkatlah keempat orang itu melanjutkan
perjalanannya menuju ke tebing Kiu ci-san.
Berada ditengah jalan, tiba tiba Buyung Thay berkata
begini: "Adikku, apakah engkau sudah berhasil mendapatkan obat
mustika si mi-kim wan tersebut?"
"Yaa, sudah kudapatkan"
1754 "Benar engkau telah berhasil menemukan jejak dari si jelek
dari sin ciu itu?" "Tentu saja telah kutemukan, kalau tidak dari mana aku
bisa mendapatkan pil mustika si mia kim wan ini?"
"Aaaai .... sungguh tak kusangka kalau Go siau bi bakal
menjumpai kejadian diluar dugaan, adikku, cici benar benar
merasa tidak tenteram hatiku setelah mengetahui kejadian ini"
"Peristiwa ini toh terjadinya diluar dugaan, Aku rasa cici
sendiripun tak usah terlalu menyalahkan diri sendiri, aku rasa
persoalan paling penting yang harus kita bicarakan saat ini
adalah bagaimana caranya menyelamatkan selembar jiwanya
dari kesulitan. Aaaai.... sampai sekarang aku masih tidak habis
mengerti, apa sebabnya si pemilik uang kuno Tong po lo sat
menggunakan nyawa Go siau- bi sebagai sandera untuk
memaksa aku menyerahkan kitab pusaka Hud jiu popit itu,
kejadian semacam ini benar benar bikin pikiranku jadi pusing
dan tidak habis berpikir"
"Yaa.... siapa tahu kalau dibalik kesemuanya ini masih
terdapat hal hal lain yang patut dicurigai?" sela Buyung Thay
sambil anggukkan kepalanya berulang kali.
Perjalanan ditempuh dengan cepatnya, meskipun bukit
terjal dan jalan tebing yang harus mereka lalui, akan tetapi
bagi beberapa orang jagoan yang berilmu tinggi ini, keadaan
alam semacam itu masih belum cukup untuk menyulitkan
mereka. Bukit Kiu Ci san .....
Bukit itu adalah sebuah bukit karang yang tinggi, tegak
lurus, suram dan gersang, sedemikian gersangnya tempat itu
sehingga boleh dibilang tetumbuhan tak mungkin bisa tumbuh
disitu. Bukit itu dipandang dari kejauhan persis seperti bukit yang
terjadi karena tumpukan beberapa potong batu aneh,
sehingga kelihatannya bagaikan sebuah pagoda besi yang
tinggi dan angker. 1755 Oleh sebab diatas bukit itu terdapat sembilan buah putaran
yang menyerupai gangsingan yang kian kepuncak kian
mengecil maka bukit itu dinamakan bukit Kiu ci san.
Lohor itu, empat sosok bayangan manusia dengan
kecepatan yang luar biasa telah tiba didepan tebing batu
karang itu. Keempat orang itu bukan lain adalah Han siong Kie,
Buyung Thay dan Hek pek siang yau.
Memandang tebing karang yang berbentuk aneh dan
menjulang tinggi ke angkasa, keempat orang itu diam diam
bergidik juga rasanya, karena keadaan medan yang harus
mereka hadapi memang mengerikan sekali.
Setelah memperhatikan sejenak keadaan alam yang harus
dihadapinya, Han siong Kipun berkata:
"Biar aku naik seorang diri, kalian semua tunggu saja
dibawah tebing ini...."
"Aku akan mengiringi dirimu naik keatas tebing" sela
Buyung Thay dengan cepat.
"Jangan Untuk sementara waktu kita masih belum
mengetahui apa maksud serta tujuan Tong-po-lo-sat dengan
perbuatannya itu, lebih baik biar aku naik seorang diri saja"
"Adikku, biarlah cici mengikuti kau, bila kita berjalan
berduaan maka masing masing dapat saling tolong menolong
bila harus menghadapi keadaan yang berbahaya"
"Aaah, aku pikir lebih baik aku berangkat sendirian saja,
toh dalam surat peringatan yang mereka tinggalkan hanya
mengundang kehadiran aku seorang?"
"Tapi... tapi adikku, aku merasa sangat tidak berlega
hati...." "Aaah Tenangkan saja hatimu cici, Manusia yang bernama
Tong po lo sat toh bukan seorang jagoan super sakti yang
1756 mempunyai tiga buah kepala dan enam buah lengan" Legakan
saja hatimu, percayalah aku masih sanggup untuk
menghadapinya" "Heehhh..... heehhh.... heehhh.. .." suara tertawa dingin
yang menyeramkan tiba tiba saja berkumandang di angkasa.
Empat orang jago lihay itu mencoba untuk memeriksa
keadaan sekeliling tempat itu, namun tiada jejak apapun yang
berhasil ditemukan, padahal gelak tertawa seram itu berasal
dari suatu tempat yang dekat sekali letaknya dengan tempat
mereka berada. Waktu itu, mereka berempat berdiri dihadapan sebuah
bukit karang yang gersang dan luas, hutan memang ada tapi
jaraknya kurang lebih sepuluh kaki dari situ, jadi tak mungkin
suara tertawa dingin tadi berasal dari balik hutan tersebut,
lalu... darimanakah asal suara tertawa dingin itu
Sementara mereka masih kebingungan untuk mencari,
sumber dari tertawa dingin itu seseorang telah berkata pula
dengan nada yang menyeramkan:
"Heehhh... heehhhh... heeehhh... Tong po lo-sat memang
bukan seorang manusia yang terdiri dari tiga kepala enam
lengan, sebaliknya engkau manusia bermuka dingin juga
belum tentu merupakan seorang manusia yang luar biasa"
Ucapan itu sangat dingin bagaikan salju, sekilas
pendengaran sepertinya berasal dari tempat yang jauh, tapi
setelah didengarkan lagi seakan-akan berasal dari tempat
yang dekat, sekalipun mereka berempat memiliki tenaga
dalam yang cukup sempurna, toh tidak berhasil juga untuk
menemukan sumber dari suara tadi.
Tapi ada satu hal yang sudah pasti, yakni si pembicara
tersebut apabila bukan Tong po lo sat pribadi, niscaya dia
adalah anak murid atau para penjaganya.
Han siong Ki segera mendengus dingin.
1757 "Hmmm siapa kau" Kalau memang seorang pemberani,
semestinya segera menampilkan diri untuk berhadapan
dengan aku, perbuatanmu macam begitu apakah tidak terlalu
memalukan?" ejeknya.
"Manusia bermuka dingin, bukankah engkau datang kemari
untuk memenuhi janji?"
"Yaa, aku memang datang untuk memenuhi janji"
"Huuh... Katanya saja seorang ketua dari Suatu perguruan
besar, tak tahunya pergi datang masih butuh pengawal pribadi
untuk mengiringinya, ketahuilah wahai manusia bermuka
dingin, tebing Kiu ci san ini hanya mengijinkan engkau
seorang untuk mendakinya"
Bagi Han siong Kie, perkataan itu masih tak seberapa
menusuk pendengaran, tapi bagi pendengaran Buyung Thay,
hal itu merupakan suatu ucapan yang penuh bernadakan
sindiran, paras mukanya kontan berubah.
"Tebing Kiu ci san toh bukan telaga naga sarang harimau,
memangnya ada siapa yang sanggup menghalangi keinginan
aku Buyung Thay?" "Kalau memang merasa mampu, kenapa tidak coba coba
untuk mendakinya sendiri?"
Buyung Thay mendengus penuh kegusaran, dia melejit ke
udara lalu dengan kecepatan luar biasa meluncur ke atas
tebing batu karang itu .......
"cici, jangan.. " cegah Han slong Kie setengah berteriak.
Tapi sudah terlambat, dengan suatu gerakan yang cepat
bagaikan sambaran petir Buyung Thay sudah menghampiri
dinding batu karang itu dan meluncur naik keatas.
Tiba tiba belum berapa kaki si ratu tawon itu berlalu, ketika
secara tiba tiba dia mendengus tertahan, kemudian disusul
1758 badannya yang sedang melambung rontok dan meluncur jatuh
kebawah. Tak terkirakan rasa kaget Han siong Kie menyaksikan
kejadian tersebut, cepat tubuhnya melayang ke tengah udara,
setelah berjumpalitan satu lingkaran busur, ia menukik ke
bawah dan menyambar tubuh Buyung Thay yang terlempar ke
bawah itu. . Menanti mereka sudah kembali ke tempat semula dan
memeriksa keadaan luka yang dideritanya, bergidiklah dua
orang jago lihay itu. Ternyata diatas jidat Buyung Thay yang putih dan lembut
itu, kini sudah bertambah dengan sebuah bayangan merah
bekas tersambar uang kuno.
Dengan suatu lejitan Buyung Thay melompat turun dari
rangkulan Han siong Kie, paras mukanya agak berubah hebat,
ia berdiri termenung tanpa mengetahui apa yang musti
dilakukan. "cici, engkau tidak apa apa bukan?" tanya Han siong Kie
kemudian dengan nada kuatir.
"Aku tidak apa apa, luka yang kuderitapun hanya luka kulit
luar saja yang tidak penting"
Sementara mereka berdua masih bercakap cakap. suara
tadi kembali telah berkumandang:
"Apa yang barusan kalian alami adalah sebuah peringatan,
jika berani ngotot melakukan penyerbuan keatas tebing ini,
maka uang kuno kami bukan melecetkan kulit belaka, tapi
akan langsung menembusi batok kepala kalian...."
Dengan gemas, mendongkol bercampur jengkel Buyung
Thay mendengus. "Hmmm.. Melukai orang dengan cara main sergap. kau
terhitung manusia gagah macam apa?" jengeknya.
1759 Siluman putih Hong Ing ing yang selama ini hanya
membungkam, tiba tiba, berbisik dengan suara lirih:
"ciang bunjin, tecu sudah berhasil menemukan rahasia
dibalik kemisteriusan lawan"
"Oya" Coba katakanlah...."
"Bukit karang ini pasti kosong tengahnya, bila dinding
karang dibikin lubang lubang pengintaian lalu orangnya
bersembunyi dalam lambung bukit dan mengintip keluar,
bukankah mereka dapat menyaksikan semua gerak gerik kita
dengan jelas sekali" Bukan saja kita tak tahu jejak meraka,
justru merekalah yang mengontrol gerak gerik kita, hanya
dengan alasan beginilah suara yang mereka pancarkan dari
dalam seolah olah berkumandang dari kejauhan tapi kita
mendengar seperti datangnya dari tempat yang dekat sekali."
Han siong Ki mengangguk berulang kali.
"Yaa, dugaan ini memang masuk diakal, aku mengerti
sudah sekarang.. aku mengerti sudah sekarang"
"Manusia bermuka dingin" suara tadi kembali
berkumandang memenuhi seluruh udara "sekarang engkau
boleh melakukan perjalanan mendaki ke atas bukit"
Kali ini Han siong Ki benar benar pasang telinga
memperhatikannya dengan seksama, betul juga, suara itu
berasal dari lambung bukit karang tersebut, dan jaraknya dari
hadapannya kurang lebih lima kaki tingginya dari permukaan
tanah. Dengan suara dingin serunya:
"saudara, tanpa sebab tanpa musabab engkau telah
menggunakan cara yang keji untuk melukai rekan
perjalananku, perbuatan itu menunjukkan bahwa engkau tak
tahu sopan santun, maka sebagai peringatan, rasakanlah
kelihayanku ini" Ditengah bentakan tersebut, tubuhnya meluncur naik tegak
lurus dengan permukaan tanah berbareng itu juga tangannya
1760 diayun kedepan, berpuluh puluh desingan angin tajam segera
berhamburan keempat penjuru.
llmu jari Tong kim ci adalah suatu kepandaian sakti yang
sanggup menembusi batu karang dari jarak lima kaki, apalagi
dalam serangannya ini Han siong Ki telah menggunakan
segenap tenaga yang dimilikinya, bisa dibayangkan betapa
dahsyatnya serangan tersebut.
"Criiit Criiiit...?" desingan tajam menderu deru, batu dan
pasir berhamhuran kemana mana, dari atas dinding batu
karang segera muncullah beberapa buah lubang kecil.
Jeritan kaget segera berkumandang dari dalam lambung
batu karang tersebut, rupanya serangan itu sama sekali tak
diduga olehnya. Han siong Ki tidak menghentikan gerakan tubuhnya,
kembali dia melejit dan melayang naik keatas lingkaran bukit
yang pertama. Yang dimaksudkan lingkaran bukit disini adalah garis garis
lekukan yang alamiah, yang terdapat diatas dinding karang,
karena bentuknya seperti lingkaran-lingkaran yang teratur
maka sejauh memandang dari bawah, bentuk itu kelihatan
indah sekali. Dari kaki bukit sampai kepuncak bukit itu semuanya
terdapat sembilan buah lingkaran yang teratur.
Han siong Ki tidak bergerak mengikuti lingkaran lingkaran
tersebut badannya langsung meluncur keatas dengan gaya
tegak lurus, dalam waktu singkat lingkaran demi lingkaran
telah dilewati dengan begitu saja sehingga tibalah pemuda itu
diatas puncak tebing. Diantara batuan karang yang berbentuk aneh, duduklah
seorang nenek berambut putih bagaikan salju, sepasang
matanya terpejam rapat, terhadap kedatangan Han siong Ki
itu bukan saja menggubris, membuka matanyapun tidak.
1761 Sebenarnya Han siong Ki datang kesana dengan hati diliputi
kegusaran, tapi sekarang dia kurang begitu leluasa untuk
mengumbar hawa amarahnya itu, maka dengan suara dingin
tegurnya: "Apakah locianpwe yang bernama Tong po lo-sat?"
"Benar" jawab nenek tua itu meski dengan sepasang mata
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tetap terpejam. "Aku Han siong Kie telah datang untuk memenuhi janji"
"Heeehhh... heeehhh... heeehhh... rupanya engkau adalah
seorang pemuda yang dapat dipercaya" jengek Tong po lo sat
dengan suara yang dingin.
Kemarahan yang semula dapat terkendali, seketika itu juga
berkobar kembali sehabis mendengar perkataan itu, pemuda
itu mendengus dingin. "Hmmm .. Hanya disebabkan sepasang sarung pusaka Hud
jiu popit, tak nyana cianpwe begitu sudi menggunakan cara
yang rendah dan tak tahu malu untuk membelenggu seorang
gadis yang menderita luka parah dan hampir mati... Hmm...
hmm... apakah engkau tidak takut bahwa perbuatanmu itu
akan ditertawakan oleh orang persilatan?"
"Apa yang kau katakan?" teriak Tong po lo sat penuh
kemarahan. Sepasang matanya yang terpejam, tiba tiba saja melotot
besar, dua sorot mata yang tajam bagaikan sembilu
mengawasi musuhnya tak berkedip. di atas wajahnya yang
penuh berkeriput terseliplah rasa kaget, tercengang dan
marah. Ditatap orang dengan ketajaman mata yang melebihi
sembilu itu, Han siong Ki mundur selangkah dengan hati
bergidik, pikirnya: 1762 "Hebat amat tenaga dalam yang dimiliki nenek tua ini, aku
tak boleh pandang enteng manusia semacam ini..."
Dengan suara yang tegas dan berat diapun berseru:
"Locianpwe, bagaimanapun juga engkau toh seorang
manusia yang punya nama dalam dunia persilatan, apakah
engkau tidak merasa bahwa apa yang telah kau lakukan itu
adalah suatu perbuatan yang sangat memalukan..."
"Bocah muda, apakah engkau dapat menerangkan
perkataanmu itu jauh lebih jelas lagi?"
-ooo0dw0ooo- BAB 95 "CIANPWE, apakah engkau hendak pungkiri apa yang telah
kau lakukan?" tegur Han siong Kie.
"Hey bocah muda, makin bicara kau semakin melantur,
coba kau katakan dulu apa yang kuhendaki atas
kedatanganmu kemari..."
"Bukankah lantaran kitab pusaka Hud-jiupo-pit?" sambung
Han siong Kie dengan nada setengah mengejek.
"Yaa betul, lantaran kitab pusaka sepasang sarung tangan
Hud jiu popit" "Maka itu kau menyandera dulu calon istriku, kemudian
baru paksa orang untuk memenuhi keinginanmu, bukan
begitu?" Tiba tiba saja Tong -po lo sat meloncat bangun dari atas
tanah, dengan penuh kemarahan dia membentak keras:
"Siapa yang telah menyandera bakal istrimu" Ayoh katakan
siapa yang sudah main sandera?"
1763 "Hmmm Kau tak usah berlagak pilon lagi, bukankah calon
istriku Go Siau bi yang sedang terluka parah kau bawa kabur?"
"omong kosong" "Kok omong kosong" Memangnya locianpwe ingin
menyangkal perbuatan yang telah kau lakukan sendiri?"
"Eeeh... anak muda, sebenarnya apa maksud dari
perkataanmu itu?" Hawa napsu membunuh sudah menyelimuti seluruh wajah
Han siong Ki, segera teriaknya dengan geram:
"Apabila Go siau bi terancam bahaya atau sampai cidera,
Kiu ci san ini segera akan kuratakan dengan tanah"
"Anak muda, kalau bicara jangan sok tekebur dengan dasar
apa engkau berani berkata demikian?"
"Hmmm....Jadi kau anggap aku lagi menuduh kau secara
sembarangan" lihat nih, ayoh baca sendiri"
Sambil berkata sianak muda itu segera melemparkan surat
peringatan yang masih disimpan dalam sakunya itu kehadapan
sinenek. Tong po lo sat menyambut surat peringatan itu tapi setelah
dibaca isi suratnya, sontak saja paras mukanya berubah, alis
matanya yang putih melentik, dengan dahi yang berkerut
keras: "cunji.... cunji....cunji..."
Gemerincingnya suara rantai yaag berhubungan dengan
besi berkumandang memecahkan kebeningan, sebuah pintu
batu yang tingginya beberapa kaki pelan-pelan bergeser
kesamping dan muncul lah sebuab gua yang cukup besar.
Sesosok bayangan manusia menerobos keluar dari gua itu,
dia adalah seorang gadis belasan tahun yang punya potongan
cakep juga. 1764 Agak berdebar jantung Han-sioag Ki menyaksikan semua
peralatan yang ada disitu, rupa-rupanya tebing Kiu-ci-gan
bukan sembaraugan tempat biasa terbukti dipasangnya
pelbagai alat perlengkapan disitu.
Gadis belasan tahun itu memakai baju hitam dengan gaun
hitam, mantel kulitnya juga hitam pekat dengan kulit badan
yang putih bersih memberikan suatu persesuaian yang indah
menawan hati. "Suhu, ada urusan apa memanggil diriku?"' gadis itu
bertanya dengan suara manja.
"Hmm......! Coba kau baca sendiri isi surat ini!" kata
gurunya sambil mendengus.
Gadis baju hitam itu menyambut! surat tersebut, kemudian
dibaca dengan teliti, tiba-tiba ia berteriak:
"Suhu ini kan bukan tulisan tecu, darimana tecu bisa tahu
dengan apa yang tertulis dalam surat ini?"
Mendengar jawaban muridnya, sekarang Tong-po lo-sat
yang gantian tertawa dingin, dia lantas berpaling kearah Hansiong
Ki dan ditatapnya peniudaritu lekat-lekat, kemudian
tegurnya rada berang"
"Eeeh.........anak muda, terus terang saja katakan,
sebetulnya kau lagi bermain gila apaan dengan diriku" Ayoh,
sebutkan saja masih ada per mainan busuk apa yang sudah
kau siapkan untuk mempermainkan diriku......."
Nenek itu geram, Han-siong Ki tak kalah mangkelnya,
dengan jengkel dia berteriak:
"Permainan busuk" Huu........ kukatakan terus terang
kepadamu, justru akulah yang ingin bertanya kepada cianpwe,
permainan setan apa yang sedang kau siapkan terhadapku?"
"Manusia bermuka dingin!" akhirnya nona ba ju hitam itu
menyela, "kuakui memang surat peringatan telah
1765 kutinggalkan disitu, kuakui juga bahwa diatas pembaringan
kulihat seorang gadis berbaring disitu, tapi setelah
meninggalkan surat peringatan itu aku segera pergi dari sana,
lagi pula surat peringatan yang sekarang kau tunjukkan
kepada kami bukanlah surat peringatan yang kubuat, jadi aku
harap kau jangan salah menaruh kesalahan paham kepada
kami" Han siong Ki jadi sangsi, dari sangsi timbullah kecurigaan,
mungkinkah ada orang lain yang telah menculik Go siau bi"
Benarkah ada orang yang sengaja menukar surat peringatan
itu dengan surat peringatan lain" Dunia bukan sedaun kelor,
mungkinkah kejadian yang serba kebetulan itu betul betul bisa
terjadi" "Tapi kalau dibilang tak percaya, sikap Tong po lo sat dan
muridnya begitu bersungguh sungguh, rasa rasanya tak
mungkin kalau mereka cuma bermain sandiwara belaka untuk
menipunya..." Sementara dia masih termenung, nona berbaju hitam itu
sudah berkata lagi: "Dalam surat peringatan tersebut, aku hanya menulis agar
dalam sepuluh hari kau bersedia datang kebukit Kiu ci san
untuk merundingkan sesuatu, soal lain sama sekali tak pernah
kusinggung" Mendengar perkataan itu, Han siong Ki merasa semakin
gelisah, andaikata Go siau bi benar benar ditangkap orang
lain, dengan tubuhnya yang terluka parah dan jiwanya
terancam bahaya maut, akibatnya itu benar benar sukar
dibayangkan dengan kata kata.
Maka sesudah termenung sebentar, dengan nada yang
berat dan bersungguh sungguh ucapnya.
"Apa yang cianpwe katakan barusan, bisakah
dipertanggungjawabkan kebenarannya?"
1766 "Aaaah ..... mau percaya atau tidak terserah padamu
sendiri, kalau mau percaya yaa syukurlah, kalau tidak aku juga
tidak apa apa" Untuk sesaat Han siong Ki berdiri termangu, akhirnya
sesudah termenung sejenak katanya:
"Kalau begitu, aku hendak mohon diri lebih dahulu"
Selesai berkata dia lantas putar badan dan siap berlalu dari
tempat itu "Eeeh... eeehh... tunggu sebentar" Tong po lo-sat berteriak
lantang. "Apakah locianpwe masih ingin mengucapkan sesuatu lagi
kepada diriku" tanya sang pemuda sambil berhenti.
"Tentu saja, kuperintahkan anak muridku untuk
menyampaikan undangan kepadamu, sudah tentu ada urusan
yang hendak dibicarakan, kalau tidak buat apa kuundang
kehadiranmu?" "Kalau memang begitu, cepat katakan"
"Darimana engkau dapatkan kitab pusaka Hud jiu popit
yang tak bernilai harganya itu?"
"Aku rasa, aku tidak mempunyai keharusan untuk
menjawab pertanyaan yang kau ajukan itu"
Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, mukanya yang
penuh berkeriput itu berkerut kerut, teriaknya:
"Bocah muda, kuanjurkan kepadamu, lebih baik
berbicaralah terus terang, sebab keterus teranganmu justru
akan memberikan keuntungan bagi dirimu sendiri"
Sejak awal kedatangannya tadi, Han siong Kie sudah
berusaha menahan rasa mangkelnya dihati, tapi selama ini
tiada tempat penyaluran untuk melepaskan kemangkelannya
itu, dan sekarang pihak musuh telah mengakui meninggalkan
1767 surat peringatan tapi menyangkal telah menyandera Go siau
bi, meski demikian jelas mereka telah akui bahwa tujuannya
adalah untuk mendapatkan kitab pusaka Hud jiu popit, bila
persoalan demi persoalan dirangkai menjadi satu maka bisa
ditarik kesimpulan bahwa penyangkalan musuh atas hilangnya
Go siau bi tak dapat dipercaya. Maka pemuda itupun
mendengus dingin.. "Hmmm.... andaikata aku tak mau bicara, lantas apa yang
akan kau lakukan terhadap diriku?"
"Hmm... aku kuatir kalau keinginanmu itu tak bisa
terkabulkan dengan begitu saja"
"Aaah ....belum tentu"
Paras muka Tong pa lo sat berubah hebat, dengan mata
yang bersinar tajam dia lantas membentak keras:
"Cunji, tangkap orang itu"
Nona berbaju hitam itu mengiakan, berbareng dengan
seruan tersebut, tubuhnya secepat kilat menerjang ke muka
sambil melancarkan sebuah cengkeraman ke tubuh Han siong
Kie, hebat dan dahsyat cengkeraman itu bahkan disertai gerak
serangan yang aneh. Tersikap jaga Han siong Kie menghadapi cengkeraman kilat
dari musuhnya, dengan gerakan tubuh Cahaya kilat lintasan
bayangan, secepat sukma gentayangan dia menyingkir ke
samping... "Aaah...?" tiba tiba terdengar seruan kaget, tiba tiba gadis
berbaju hitam menghentikan serangannya.
Tapi pada waktu itu Han siong Kie telah melepaskan
serangannya, hembusan angin dahsyat bagaikan gulungan
ombak di samudra meluncur kedepan dan tampaknya sesaat
lagi akan menghantam diatas dada sinona berbaju hitam itu.
1768 Untunglah disaat yang kritis itu, tiba tiba meluncur datang
gulungan pukulan dari samping yang mana segera menumbuk
angin pukulan dari Han siong Ki sehingga miring kesamping.
"Gerakan tubuh cahaya kilat lintasan bayangan ", bisik
nona berbaju hitam itu kaget bercampur tercengang.
Suatu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Han
siong Ki, agak heran juga pemuda ini sebab nona berbaju
hitam itu ternyata bisa mengetahui nama serta asal usul
gerakan tubuhnya. Paras muka Tongpo lo sat juga beberapa kali mengalami
perubahan, selang sesaat kemudian ia baru berkata:
"Han siong Ki, engkau harus bicara terus terang
dihadapanku, kalau tidak maka jangan harap kau bisa
tinggalkan tebing Kiu-ci san dalam keadaan selamat"
Han siong Ki termasuk seorang pemuda yang angkuh dan
tinggi hati, tentu saja ia tak senang mendengar ucapan
semacam itu, serta merta dia mendengus dingin.
"Hmmm Locianpwe, bukankah tujuanmu adalah untuk
mendapatkan kitab pusaka Hud-jiu po pit?"
"Benar selain itu.. "
"Bagus" Tukas anak muda itu cepat, "akupun hendak
memberitahukan kepadamu secara berterus terang, jangan
toh kitab pusaka Hud jiu po pit sudah tidak berada disakuku
lagi, kendatipun masih ada ditanganku, tak nanti akan
kuserahkan kepadamu dengan begitu saja"
"Aku tak ingin mempersoalkan tetek bengek, aku hanya
ingin tahu dari mana kau peroleh kitab pusaka Hud jiu po pit
tersebut mengerti?" "Maaf, sekarang aku tak mempunyai banyak waktu untuk
menjawab pertanyaanmu itu, jika tak ada urusan lagi, maaf
1769 Aku hendak mohon diri lebih dahulu" selesai berkata dia lantas
putar badan dan siap berlalu dari tempat itu...
Tapi beberapa langkah kemudian, terasalah bayangan
manusia menyambar lewat, tahu tahu Tong po lo sat telah
menghadang dihadapannya. "Heeehhh.... heeehhh... heeeehhh... sebelum berbicara,
jangan harap kau bisa lolos dari tempat ini dengan begitu
saja" Han siong Kie jadi berang, ia mendengus dingin.
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tong po lo sat" teriaknya marah marah, "bila meninjau
dalam soal usia maka sepantasnya kalau kusebut dirimu
sebagai cianpwe, janganlah kau anggap aku akan menyudahi
persoalan pada saat ini sampai disinisaja... huuuh, terbukti
akhirnya bahwa penculikan itu dilakukan oleh guru dan murid
kalian berdua, Hmmm...."
Sebelum pemuda itu sempat menyelesaikan kata-katanya,
mendadak terdengar nona berbaju hitam itu berseru keras:
"Suhu, ada orang menyerbu ke atas tebing kita"
"Macam apakah orang orang itu...?"
"Seorang laki laki dua orang perempuan, mereka semua
adalah pengiring orang ini, sekarang mereka sudah berhasil
mencapai tingkat lingkaran kedua"
"Hajar mereka sesuai dengan peraturan kita" perintah
nenek itu dengan tegas. Nona berbaju hitam itu tidak banyak bicara lagi, dia lantas
menyusup masuk kedalam liang gua tadi, jelas bukit Kiu ci san
tersebut terdiri dari ruangan ruangan rahasia yang saling
berhubungan dari atas sampai ke bawah.
Pelbagai ingatan lantas berkecamuk dalam benak Han siong
Kie, ia merasa bahwa bukit Kiu ci san kemungkinan besar
telah disiapkan alat-alat jebakan yang serba lihay, berbicara
1770 soal ilmu silat, terang dengan kemampuan Buyung Thay serta
Hek pek siang yau yang termasuk jago jago tangguh dalam
dunia persilatan, mereka tak gampang dikalahkan, tapi
bagaimanakah seandainya diserang dengan menggunakan alat
rahasia... Makin dipikir pemuda itu merasa semakin kuatir,
akhirnya diapun membentak keras:
"Lihat serangan"
Segulung hawa pukulan yang dahsyat bagaikan ambruknya
sebuah bukit Thay san, dengan cepatnya menggulung ke
muka dan meluruk sekujur badan Tong po lo sat.
Nenek berkeriput itu tidak gentar, menghadapi serangan
musuh yang dahsyat itu, cepat dia putar sepasang telapak
tangannya dengan gerakan aneh, talu dengan cepat
dibabatkan kedepan. Ketika angin serangan dari Han siong Ki yang maha
dahsyat itu saling bertemu dengan pukulan aneh si nenek.
tahu tahu saja kekuatan serangan pemnda itu lenyap dengan
begitu saja. Kejadian ini segera mengejutkan hati Han siong Ki, setelah
tertegun sejenak, tiba tiba ia menghimpun tenaga dalamnya
sebesar sepuluh bagian, lalu dengan ilmu Si mi Sinkang yang
maha dahsyat, ia pancarkan segumpal asap berwarna putih
untuk menghantam lawan. Tong po lo sat cukup mengenal kelihayan serangan itu,
cepat cepat badannya bergerak kesamping untuk
menghindar... Menggunakan kesempatan itu, Han siong Ki melayang
mundur beberapa kaki kebelakang, setibanya ditepi tebing ia
coba melongok kebawah... Betul juga, tampaklah sesosok bayangan merah, sesosok
bayangan hitam dan sesosok bayangan putih sedang bergerak
menuju keatas puncak bukit itu, Hal ini mencemaskan hati
1771 pemuda itu, dengan menghimpun tenaga dalamnya cepat ia
berteriak keras: "Hey, kalian cepat mundur"
Tapi baru saja teriakan tersebut berkumandang, tampaklah
sesosok bayangan putih meluncur jatuh ke bawah tebing
bagaikan burung yang kena bidikan. Melihat itu, dia lantas
menjerit dalam hati kecilnya:
"Aduuuh celaka, siluman putih pasti sudah kena disergap...
waah, entah bagaimanakah nasibnya?"
Belum habis ingatan tersebut melintas dalam benaknya,
serentetan bayangan telapak tangan yang disertai tenaga
tekanan yang dahsyat tahu tahu sudah menggulung tiba
dengan hebatnya dalam keadaan demikian, buru buru ia kabur
sejauh bebertapa kaki ke belakang.
Paras muka Tong po lo sat dingin menyeramkan hawa
napsu membunuh secara lapat lapat menyelimuti wajahnya,
kembali ia membentak nyaring:
"Han siong Kie, benarkah kau bersikeras tak mau
menjelaskan asal mula kitab pusaka Hud jiu popit itu kau
dapatkan?" "Tidak" sahut Han siong Kie ketus, hawa napsu membunuh
telah menyelimuti juga wajahnya.
"Hmmm, baiklah.... kalau kau tak mau berbicara, maka
akulah yang akan memaksa engkau untuk mengucapkannya
keluar" Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, secepat
sambaran kilat sepasang tangannya melancarkan
cengkeraman maut ke depan, didalam cengkeramannya itu
telah disertakan juga dengan jurus-jurus serangan yang ganas
dan aneh. Dalam waktu singkat, Han siong Kie merasakan semua
jalan darah penting di sekujur badannya seolah-olah sudah
terjatuh dibawah pengaruh cengkeraman lawan, ini
1772 menyebabkan hatinya jadi bergidik, cepat cepat sepasang
telapak tangannya berputar lantas menyapu kedepan, dia
gunakan sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo cianghoat
untuk mengunci semua titik kelemahannya serta
membendung pukulan pukulan musuh yang tertuju kearah
badannya... Tong po lo sat mengerahkan segenap kekuatannya untuk
mencengkeram pemuda itu, siapa tahu serangan demi
serangannya menemui kegagalan total semua, dalam keadaan
demikian, nenek tua inipun merasa kagetnya luar biasa, ia
sadar bahwa dirinya telah berjumpa dengan seorang musuh
yang amat tangguh. Tiba tiba ia membentak keras, serangannya mengalami
perubahan, dari serangan mencengkeram sekarang berubah
menjadi sebuah pukulan, dan dia langsung menghantam
wajah lawan sementara tangan yang lain menjotos dada.
Sekalipun ancaman itu terhitung suatu ancaman yang
berbahaya, tapi sistim pertahanan dari ilmu pukulan Mo mo
ciang hoat memang terhitung suatu sistim pertahanan yang
kuat sekali. "Blaaaang... Blaaang..." benturan demi benturan
berkumandang susul menyusul, ketika empat telapak saling
bertemu, kedua belah pihak sama sama tergetar mundar
selangkah kebelakang. Menggunakan kesempatan sewaktu mundur, Han siong Ki
segera menggunakan jurus Mo mo ko-ciat (raja iblis
menyembah loteng istana) melancarkan serangan kilat
kedepan. Tong po lo sat tak mau mengalah dengan begitu saja,
diapun menggunakan jurus Lioa huan-hou ki (naga melingkar
harimau berbaring) untuk melangsungkan suatu pertarungan
keras lawan keras. 1773 Dengan demikian, suatu pertarungan yang amat sengitpun
tak dapat dihindari, kedua belah pihak sama sama
menggunakan jurus serangan dari suatu ilmu sakti dalam
dunia persilatan untuk saling merobohkan"Blang Blaang" benturan demi benturan berlangsung tiada
hentinya, kedua belah pihak saling melakukan benturan
kekerasan sebanyak sembilan kali dalam sekejap mata, oleh
benturan tersebut masing masing pihak tergetar mundur ke
belakang. Dalam berlangsungnya pertarungan itu, serentetan jeritan
ngeri yang amat lengking berkumandang lagi dari arah bawah,
jaraknya tidak terlalu jauh dari puncak tebing tersebut.
Mendengar jeritan itu, Han siong Kie merasa sangat
terperanjat, ia tahu kemungkinan besar Buyung Thay dan Hek
pek siang yau sudah terancam mara bahaya.
Menguatirkan keselamatan rekan rekannya itu, hawa napsu
membunuh semakin berkobar di dalam dada pemuda itu,
hawa murninya dihimpun semakin dahsyat, sepasang telapak
tangannya segera didorong kemuka dan kabut putih yang
tebal pun cepat menggulung keluar dengan hebatnya.
Ternyata didalam gemas dan jengkelnya barusan, pemuda
itu sudah mengerahkan tenaga sakti si mi sinkangnya
mencapai dua belas bagian.
Tong po lo sat sudah pernah merasakan kelihayan dari ilmu
pukulan tersebut, cepat diapun menghimpun tenaga dalamnya
sekuat tenaga untuk menerima datangnya ancaman tersebut
dengan kekerasan. Suatu ledakan keras yang memekikkan telinga tak bisa
dihindari lagi, Tong po lo sat mendengus tertahan, dengan
percikan darah menodai ujung bibirnya, dia mundur satu kaki
kebelakang. 1774 Apa yang dikuatirkan Han siong Ki pada saat ini adalah
keselamatan jiwa Buyung Thay bertiga, begitu serangan
mautnya berhasil melukai nenek tua itu, dia lantas putar
badan dan melompat ke tepi tebing...
Siapa sangka baru saja badannya mencelat ke udara tiba
tiba ia merasakan munculnya gulungan angin berpusing yang
mencengkeram sepasang kakinya...
Padahal waktu itu dia berada dalam keadaan tidak siap,
serta merta badannya termakan oleh tenaga berpusing itu
sehingga tubuhnya mencelat jauh beberapa kaki keudara.
"Aduhhh celaka...." jeritnya tertahan.
Dengan mengerahkan segenap kemam-puannya, dia
berusaha menyelamatkan diri ditengah udara...
Tapi sebelum banyak yang bisa dilakukan, desingan angin
jari telah menyambar datang dari samping dan "Blaang" jalan
darah Han siong Ki tertotok telak, tubuhnya seketika itu juga
roboh dan terjungkal keatas tanah.
Ketika tubuhnya mencium permukaan tanah berbatu itu,
tiba tiba tempat dimana ia terjatuh itu terbukalah sebuah
celah yang besar, maka tubuhnyapun segera terguling masuk
lewat celah celah tadi dan jatuh kedalam sebuah ruang batu.
Keras sekali bantingan itu, ia merasakan matanya jadi
berkunang kunang dan dadanya bergolak keras, tulang
belulangnya terasa amat sakit seperti mau patah, andaikata
jalan dlarahnya tidak tertotok dia benar benar pingin merintih
kesakitan. Ruang batu itu besar dan luas, sebuah mutiara yang
memancarkan cahaya tajam menerangi seluruh ruangan
dengan terangnya. Disudut ruangan sana berbaring pula tiga sosok badan,
mereka adalah Buyung Thay serta Hek pek siang yau,
kenyataan tersebut membuat perasaan pemuda kita tercekat,
1775 mimpipun tak pernah disangka olehnya bahwa mereka
berempat akan bersamaan terjatuh ketangan lawan.
Sementara dia masih melamun, Tong po lo sat pelan pelan
berjalan masuk lewat sebuah pintu rahasia, dibelakangnya
mengikuti pula si nona berbaju hitam itu.
Han siong Ki amat berang, matanya terasa jadi merah
berapi api, tapi..... apa gunanya marah" Toh badannya sama
sekali tak bisa berkutik.
Setelah berada dihadapan Han siong Ki, secara beruntun
Tong po lo sat menotok pula empat buah jalan darah yang lain
sebelum membebaskan totokan jalan darah yang pertama,
dengan demikian Han siong Ki cuma merasakan sekujur
badannya jadi lemas tak bertenaga, kecuali itu dia sudah
dapat berbicara lagi. "Nah, Han siong Ki sekarang mau kau katakan tidak dari
mana kitab pusaka Hud jiu po pit itu kau dapatkan?" bentak si
nenek kemudian dengan suara garang.
"Tong po lo sat" teriak Han siong Ki pula sambil menggigit
bibir, "menyesal sekali manusia macam kau juga bisa hidup
setua ini. Huuuuh, perbuatanmu benar benar terkutuk, kau
licik dan tak bernyali... perbuatanmu barusan cuma perbuatan
dari bangsa kurcaci"
"Heeehhh... heeehhh... heeehhhh... anak muda, kalau
kejadian ini berlangsung enam puluh tahun berselang, batok
kepala kamu berempat sudah hancur berantakan semenjak
tadi, mendingan hawa amarahku sekarang sudah jauh
berkurang. Nah, lebih baik jawab saja pertanyaanku dengan
jujur. Darimana kau pelajari gerakan cahaya kilat lintasan
bayangan itu" siapa yang mewariskan ilmu itu kepadamu?"
Kembali Han siong Kie merasakan hatinya bergerak,
sebenarnya apakah tujuan lawan" Jangan-jangan..
1776 Berpikir sampai disitu, dengan suara dingin segera
sahutnya: "Ilmu itu aku dapatkan dari Leng ku siangjin kenapa" Apa
ada yang kurang beres?"
Paras muka Tong po lo sat berubah hebat, secara beruntun
dia mundur beberapa langkah, kemudian dengan agak
dipengaruhi emosi serunya tertahan: "Apa" Leng Ku siangjin?"
"Yaa, benar Leng ku siangjin?"
"Apakah kau adalah ahli warisnya?"
"Boleh dibilang begitu"
"Apa maksudmu dengan perkataan itu?"
"Menurut aturan, dia orang tua mempunyai hubungan
sebagai guru dan murid dengan diriku"
Raut wajah Tong po lo sat mengejang keras, sekujur
badannya menggigil, nenek tua itu betul-betul dipengaruhi
oleh emosi, tanyanya dengan suara agak gemetar: "sekarang
dia berada dimana?" Dari pengaruh emosi yang mempengaruhi lawannya itu,
sedikit banyak Han siong Kie sudah bisa memahami beberapa
bagian duduk perkara yang sebenarnya, maka nada
pembicaraannya juga ikut berubah jadi lebih halus dan
lembut. "Aku harus mengetahui lebih dahulu apa hubungan
cianpwe dengan dirinya"
"Tentang soal ini, lebih baik tak usah kau tanyakan"
"Kalau memang begitu maafkanlah daku, aku tak dapat
memberitahukan soal itu kepadamu"
Untuk sesaat Tong po lo sat berdiri termangu-mangu, tapi
akhirnya dia baru berkata dengan suara sedih: "Kami adalah
suami istri" "Suami istri.....?"
1777
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yaaa suami istri..."
Han siong Ki begitu terperanjatnya sampai untuk beberapa
saat dia hanya bisa berdiri melongo, kalau begitu bukankah itu
berarti bahwa Tong po lo sat bukan lain adalah ibu gurunya
sendiri" Jadi kalau begitu tujuannya mencari tahu asal usul
kitab pusaka Hud jiu po pit dan asal usul ilmu silatnya adalah
untuk masalah itu. Sementara si anak muda itu masih termenung, nenek tua
itu telah berkata lagi: "Nah, sekarang dapat kau terangkan
kepadaku, sekarang dia berada dimana?"
"Dia.... dia orang tua, sudah berpulang ke alam baka
semenjak enam puluh tahun berselang."
Sekujur badan Tong po lo sat bergoncang keras hampir
saja roboh terkapar ketanah. "Dia....dia sudah mati?" bisiknya
dengan suara yang gemetar.
"Yaa, dia sudah berpulang kealam baka"
"Aaah, kamu omong kosong Coba kutanya berapa usiamu
tahun ini" Mana mungkin..."
"Secara kebetulan boanpwee mempunyai jodoh dengan
beliau, tanpa sengaja kitab pusaka peninggalannya telah
berhasil kutemukan" Setelah mendengar penjelasan itu, Tong po lo-sat baru
mengayunkan telapak tangannya, dengan ilmu totokan udara
kosong dia menotok bebas jalan darah Han siong Ki.
Begitu mendapat kebebasan, serta merta sianak muda itu
melompat bangun, kemudian sambil menjura dalam dalam
dihadapan si nenek itu, ujarnya dengan penuh rasa hormat:
"Boanpwe menghunjuk hormat buat subo"
"sudahlah, tak usah banyak adat lagi Cepat kau ceritakan
pengalamanmu itu kepadaku"
1778 Maka berceritalah Han siong Ki tentang penemuan aneh
yang dialaminya didalam hutan, bagaimana ia mendapat
bantuan tenaga dalam dari se ekor kura kura ajaib, kemudian
bagaimana dia belajar silat lagi dibawa bimbingan Mo mo ci
mo... Selesai mendengar kisah tersebut, dengan air mata
bercucuran dan suara sesunggukan Tong po losat berkata
begini: -ooo0dw0ooo- Jilid 47 Berbicara sampai disini, sorot matanya lantas menyapu
sekejap wajah Buyung Thay bertiga, kemudian dengan dahi
berkerut serunya: "suci, apakah mereka bertiga telah..."
Agak merah wajah sinona baju hitam itu sehabis
mendengar teguran tersebut, sahutnya dengan cepat:
"Aaah... jalan darah mereka hanya tertotok, mereka bertiga
adalah..." "Yang berbaju merah itu bernama Buyung Thay, dia
dengan aku adalah kakak beradik, sedang dua orang lainnya
adalah adalah anak buahku, yang laki laki bernama seng Khe
ki, sedang yang perempuan bernama Hong Ing ing, mereka
adalah suami istri" "ooooohh..." Dengan cepat diapun turun tangan untuk membebaskan
jalan darah mereka bertiga yang tertotok.
Begitu jalan darahnya ditepuk bebas, Buyung Thay dan Hek
pek siang yau segera melompat bangun, tapi ketika sinar mata
1779 mereka menyapu sekejap ruangan batu itu, sikap mereka
agak tertegun. Han siong Ki tak ingin rekan rekannya kebingungan, maka
diapun menerangkan kejadian yang telah berlangsung,
sekalian memperkenalkan mereka bertiga kepada nona
tersebut. Begitulah, setelah saling berkenalan, sinona berbaju
hitam itupun berkata: "Maafkaniah kekasaran siau moay, yang telah membuat
kalian bertiga sedikit menderita "
"Aaah....tidak berani" cepat cepat Hek pek siang yau
menyahut dengan suara merendah.
Sedangkan Buyung Thay tetap membungkam, rupanya dia
masih merasa rada penasaran dengan kejadian barusan, Tapi
lantaran memandang wajah Han siong Ki, maka diapun cuma
tersenyum belaka. Selanjutnya sinona berbaju hitam itupun berkata lagi:
"Berbicara tentang ilmu silat, sudah pasti siaumoay bukan
tandingan dari salah seorang diantara kalian bertiga, tapi oleh
karena aku telah mengandalkan posisi yang lebih
menguntungkan serta melancarkan sergapan dikala kalian
bertiga tak siap sedia, maka jadilah kalian bertiga kena
kuselomoti. Padahal berbicara sesungguhnya, bukit Kiu ci san
ini mulai dari kaki bukit sampai puncak bukit boleh dibilang
sudah dilengkapi dengan lorong lorong melingkar yang ada
dibawah tanah, tiap tiap selisih jarak satu kaki tentu ada
sebuah lubang pengintaian kecil, bila kita melepaskan senjata
rahasia Kim-che-pi-auw dari lubang lubang diatas dinding
tersebut, maka boleh dibilang serangan kami ini tak pernah
meleset, tapi kenyataannya kalian bertiga bisa mencapai
tingkat petunjuk, dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silat
yang kalian miliki memang betul-betul terhitung luar biasa!"
1780 Han-siong-Ki tidak begitu menaruh perhatian terhadap
pembicaraan yang sedang berlangsung, sebab dia masih
menguatirkan keselamatan jiwa dari Go-Siau-bi.
Perkawinannya dengan Go-Siau-bi boleh dibilang adalah
hasil karya dari ibunya, maka apabila Go-Siau-bi sampai
mengalami sesuatu musibah yang berada diluar dugaan,
bukan saja dia tak dapat mempertanggung jawabkan
persoalan ini ter hadap ibunya, sebagai seorang ketua dari
suatu perguruan besar, ternyata ia tak mampu melindungi
keselamatan jiwa seorang perempuan, apabila kejadian ini
sampai tersiar didunia persilatan, sudah pasti kejadian
tersebut akan sangat mempengaruhi nama baiknya.
Apalagi selain itu. perasaan halusnya juga tidak
mengijinkan dia untuk berpeluk tangan belaka.
Maka dengan perasaan gelisah, ujarnya kepada si nona
berbaju hitam itu: 'Suci, bagaimana dengan bakal istriku Go Siau bi......
"Sute, masa engkau masih belum percaya dengan
ucapanku?" tukas nona berbaju hitam itu dengan wajah
sungguh-sungguh. "Bukannya aku tidak percaya, tapi justru siaute ingin
bertanya kepada diri suci, ketika engkau sedang meninggalkan
surat peringatan itu, apakah kau temukan sesuatu pertanda
yang mencurigakan hati?"
"Kejadian ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang
tidak untung, dan rupanya orang, yang melakukan penculikan
itu memang sengaja hendak manfaatkan kesempatan yang
sangat baik itu, yaa...... memang terjadinya peristiwa ini
terlampau kebetulan!"
"Padahal engkau tahu suci, Go Siau bi sudah menderita
luka dalam yang sangat parah, aku kuatir bila tidak cepat
diobati maka akibatnya ......, aaaai!"
1781 Sebagai akhir dari perkataannya, pemuda itu menghela
napas panjang. Buyung Thay yang selama ini hanya membungkam terus
tiba-tiba menyela pelan dari samping
"Adik Ki selama engkau melakukan tugas itu, apakah kau
temukan jejak dari orang orang yang patut dicurigai" Atau
mungkin ada orang lain yang mengetahui rencana kerjamu itu
lebih dahulu?" Han siong Ki termenung juga beberapa saat lamanya, tapi
karena tidak berhasil menemukan sesuatu jawaban yang
memuaskan hati akhirnya dia mohon pamit.
"suci" katanya "tolong sampaikan kepada subo bahwa kami
akan mohon diri" -ooo0dw0ooo- BAB 96 si Nona berbaju hitam Ko Goan cun mengernyitkan alis
matanya, tanpa mengucapkan sepatah katapun dia masuk
kepintu rahasia, tapi selang sesaat kemudian ia telah
munculkan diri "sute" katanya kemudian "pada saat ini perasaan suhu
sedang murung dan tidak senang hati, dia segan menjumpai
dirimu lagi, maka kalian boleh segera turun gunung, Akupun
telah melapor kepada suhu untuk ikut serta diri sute untuk
terjun kedalam dunia persilatan dan membantu menemukan
kembali jejak bakal istrimu"
"Aaah... mana aku berani merepotkan suci untuk ikut
ikutan berkeliaran kesana kemari?" buru-buru Han siong Ki
berseru.. 1782 "Asal mula terjadinya peristiwa ini adalah lantaran ulahku,
maka akupun merasa ikut bertanggung jawab dalam masalah
ini, harap sute jangan menampik lebih jauh"
Han-siong Ki termenung sebentar, akhirnya diapun berseru:
"Kalau memang demikian, ayolah kita segera berangkat!"
Berangkatlah mereka berlima meninggalkan ruang batu itu
menuruni bukit tersebut. Bagi Hek-pek-siang-yau, mereka hanya tahu menghormati
dan menuruti perintah Han-siong Ki maka kedua orang itu
tidak rerasa kesal, berbeda dengan Han-siong Ki, Buyung Thay
serta Ku Goan-cu yang terlibat dalam peristiwa itu perasaan
mereka sangat dan murung sekali,
Go Siau-bi telah lenyap tak berbekas, jejaknya sama sekali
tidak ketahuan, sekalipun mereka sedang berusaha untuk
melakukan pencarian, tapi tak tahu kemana harus mencarinya.
Orang yang meninggalkan surat peringatan itu rupanya
mempunyai dua tujuan kesatu meminjam golok untuk
membunuh orang, bila siasat itu tidak mendatangkan hasil
mereka dapat menyandera untuk memaksakan tuntutan
mereka, tapi apakah tujuan mereka sebenarnya amatlah sulit
untuk diduga mulai sekarang, dan kemungkinan yang paling
besar adalah soa "Dendam"
Kebetulan sekali, kejadian itu berbarengan dengan
peristiwa Ko Goan-cun yang meninggalkan surat perjanjian,
meski rada kebetulan sifatnya toh kenyataannya memang
demikian. Maka, satu-satunya penyesalan yang dapat dikatakan pada
saat ini adalah kemungkinan orang tersebut sudah lama
melakukan pengintaian, dan melibat ada kesempatan baik
yang tersedia, dia segera memanfaatkannya dengan sebaikbaiknya.
1783 Ditengah perjalanan, tiba-tiba Ko Goan-can menuding
kemuka seraya serunya dengan merdu;
"Coba lihatlah kedepan sana, bila kita bergerak menuju ke
barat, maka sepuluh li kemudian akan sampailah kita
diwiiayah Lian-huan-tau!"
Ucapan tersebut serta merta mengobarkan api dendam, api
benci yang berkecamuk didada Han-Siong Ki, dia lantas
teringat kembali semua sakit hati yang terjalin antara dia
dengan orang-orang Thian-che-kau.
Rupa-rupanya anak muda itu tak dapat mengendalikau
perasaannya lagi, sambil berhenti berlari serunya:
"Tunggu sebentar!"
Dengan terperanjat beberapa orang itu menghentikan
gerak tubuh mereka masing-masing.
"Adikku, ada apa?" Buyung Thay bertanya dengan dahi
berkerut karena heran. "Aku minta engkau dan suci bersedia untuk berangkat
setindak lebih duluan"
"Kenapa" Mau apa kau?"
"Aku hendak menyatroni Lian huan tau"
Nona baju hitam Ko Goan cun masih belum mengetahui
tentang dendam kesumat yang terjalin antara Han-siong Ki
dengan Thian che kaucu. Mendengar ucapan tersebut dia jadi tercengang:
"Mau menyatroni Lian huan tau" Markas besar
perkumpulan Thian che kau yang termashur itu."
"Yaa betul" "Kenapa" ada urusan apa antara kau dengan mereka?"
1784 "Akan kubantai semua orang Thian che kau, akan kucuci
bersih Lian huan tau dengan darah mereka"
"Apakah engkau mempunyai dendam dengan orang orang
Thian che kau?" Ko Goan cun bertanya lagi dengan tertegun.
"Yaa dendam kami lebih tinggi dari langit, lebih dalam dari
samudra " "Adikku, kalau memang demikian ayoh kita berangkat
bersama sama" seru Buyung Thay dengan paras muka
berubah hebat. "Tidak kalian tak boleh ikut"
"Kenapa?" "Dalam soal pembalasan dendam, aku tak ingin meminjam
tenaga orang lain untuk melakukannya "
"Tapi kau harus tahu adikku, kawanan jago yang dimiliki
Thian che kau tak terhitung banyaknya, alat alat rahasia yang
mereka miliki pun berlapis-lapis, sekalipun mengandalkan
kekuatanmu dan kedua orang anak buahmu belum tentu..."
"Apa yang musti kutakuti?" tukas pemuda itu cepat.
"Adikku, adik Ko adalah sucimu dan akupun kau sebut
sebagai cici, masakah kau masih menganggap kami semua
adalah orang orang asing" Bila kau ingin membunuh Yu Pia
lam, kami tak akan ikut serta membonceng kebolehanmu, tapi
untuk menghancurkan perkumpulan Thian che kau untuk
membuatkan pembalasan dan menegakkan keadilan bagi
perkumpulan perkumpulan dalam dunia persilatan, kami
merasa punya hak untuk ikut serta, masa engkau masih
menolak harapan kami ini?"
"Huuuh..... besar amat omongnya, memang dianggap
gampang untuk melakukan apa yang baru diucapkan itu?"
seorang menimpali dengan suara yang dingin
1785 Menyusul ucapan yang dingin yang kaku itu, dari balik
hutan kurang lebih lima kaki ditempat mereka berada
muncullah seorang laki-laki setengah baya yang berjenggot
panjang. Berubah hebat paras muka Buyung Thay sesudah
mengetahui siapa gerangan yang datang, hawa nafsu
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membunuhnya seketika itu juga menyelimuti seluruh
wajahrya. "Oooh..... Tamu berjenggot indah Huan Kang!" seru Hansiong
Ki pula dengan suara tertahan.
Sebagaimana pernah diketahui, oleh karena si Tamu
berjenggot indah Huan Kang gagal untuk mendapatkan cinta
kasih dari Buyung Thay, ia telah melimpahkan segala
kemarahannya kepada Han siong Ki, bahkan untuk itu dia
telah menggunakan ilmu "Kuay-ciang-cong-to" Telapak tangan
kilat sembunyi golok untuk melukai pemuda itu.
Maka dikala musuh bebuyutan saling bertemu muka, merah
membaralah sepasang mata Han-siong Ki dibuatnya, dia
lantas mendengus dingin. "Hmmm... ! Orang she-Huan kembali kita bertemu muka,
tentunya engkau masih belum lupa bukan dengan hutang
piutang kita dimasa lalu?"
Dengan gemas bercampur mendongkol si Tamu berjenggot
indah Huan-Kang melotot sekejap kearah Buyung-Tnay,
kemudian ia baru berpaling ke arah Han-siong-Ki seraya
katanya: "Tentu saja aku tak akan melupakannya setiap saat aku
selalu menantikan datangnya petunjuk dari kamu sekalian!"
"Kalau meinang demikian, bagus sekali!" Han siong-Ki
bergerak maju kedepan. "Tunggu sebentar.....!" tiba-tiba si tamu berjenggot putih
kembali berseru. 1786 "Perkataan apa lagi yang hendak kau ucapkan?"
Sorot mata si tamu berjenggot indah Huan-Kang sekali lagi
menatap wajah Buyung Thay, Kemudian dengan suara yang
dingin kembali dia berkata:
"Han-siong-Ki sejak dulu sampai sekarang perempuan
cantik adalah pembawa bencana, kau akan runyam sekali
dibuatnya oleh kegemaranmu sendiri....."
Oleh perkataan yang tak diketahui ujung pangkalnya ini,
Han-sioag-Kie merasakan hatinya bergetar keras.
"Huan-Kang, apa maksudmu dengan perkataan itu....?"
diapun menegur dengan nyaring.
"Heeehhh.....heeeehhh..........heeehhh bukankah teman
perempuanmu telah lenyap tak membekas?" ejek si tamu
berjanggut indah Huan Kong sambil tertawa seram
"Heehhh.......hehhhh.........heehhh.. .. Jangan panik dulu
ciangbunjin, bukankah teman perempuanmu itu bemarua Go
Siau-bi?" gelak tertawa yang tersungging diujung bibir orang
itu makin sadis. Han-siong Ki merasakan debaran jantungnya berdetak
keras, demikian pula dengan Buyung Thay serta Ko Goan-cun.
wajah mereka segera menunjukan sikap yang tegang.
"Dirimana kau bisa tahu"!" Han-siong Ki membentak penuh
emosi sambil melangkah setindak kedepan
"Hmn.....! Tentu saja aku tahu, bahkan mungkin satusatunya
orang yang mengetahui duduknya peristiwa itu
dengan jelas! "Sees........sekarang .......sekarang dia ada dimana?" suara
Han-siong Ki rada gemetar.
'"Kau hendak menerima kembali mayatnya"'' Huan Kang
balik bertanya dengan wajah sinis.
1787 Ucapan tersebut seakan akan guntur yang membelah bumi
ditengah hari bolong, dengan badan gemetar keras Han-siong
Ki mundur sempoyongan sejauh beberapa langkah, hampir
saja dia jatuh pingsan saking kagetnya, sebab bila didengar
dari nada ucapan tersebut, jelas menunjukan bahwa Go Siau
bi sudah tiada lagi. "Huan Kang, teraigkan perkataanmu sejelas-jelasnya!"
teriak Buyung Thay marah.
"Haaahhh.....haahh....,.haahh......tentu saja harus
diterangkan sejelas-jelasnya" sahut Tamu berjenggot indah
Huan Kang sambil tertawa dingin tiada hentinya "kalau tidak
demikian lantas buat apa kutampilkan diri disini?"
"Ayoh cepat katakan, siapa yang telah melakukan
perbuatan keji itu?" teriak Han-siong Ki sambil menggigit bibir
menahan emosi. "Semestinya orang itu sudah bisa kau duga sendiri."
"Siapa?" "Seorang perempuan yang ingin mengangkangi dirimu,
seorang perempuan cantik jelita bak bidadari dari kahyangan!"
Suatu ingatan segera melintas dalam benak Han siong Ki,
dengan nada agak gemetar tanyanya lagi:
"Siapakah orang itu?"
Sinar mata si Tamu berjenggot indah Huan Kang yang sinis
pelan pelan dialihkan ke tubuh Buyung Thay lalu dengan suara
menghina katanya dengan tajam:
"Ratu tawon, sekarang sudah tiba waktunya bagimu untuk
memberikan pertanggungan jawab kepada kekasihmu itu"
Sekujur badan Han siong Ki bergetar keras, hampir
meledak dadanya saking mendongkolnya .
1788 Paras muka Buyung Thay sendiripun telah berubah jadi
hijau membesi, teriaknya penuh kebencian
"Huan Kang, jika kau tidak kubunuh, aku bersumpah tak
akan hidup sebagai seorang manusia" ditengah satu bentakan
keras, tubuhnya yang ramping mendadak melompat keudara,
kemudian dengan garangnya menerkam diri si Tamu
berjenggot indah Huan Kang yang berada dihadapannya...
"Berhenti kamu"
Suatu bentakan nyaring kembali menggelegar di udara,
berbareng dengan suara bentakan itu, segulung angin pukulan
yang keras bagaikan tindihan bukit karang melanda kedepan.
Waktu itu Buyung Thay sedang melambung di udara,
termakan oleh tenaga pukulan yang sangat kuat itu, badannya
tergetar keras dan merosot kembali ketanah, malah dengan
sempoyongan perempuan itu harus mundur beberapa langkah
lagi sebelum akhirnya dapat berdiri tegak.
Hawa napsu membunuh yang tak terkirakan tebalnya
menyelimuti wajah Han siong Ki, ditatapnya wajah Buyung
Thay lekat lekat, lalu menggertak gigi menahan emosi
teriaknya: "Sungguh tak kusangka kalau dibilik wajahmu yang begitu
cantik bak bidadari dari kahyangan, sebetulnya memiliki hati
yang lebih keji daripada racunnya kalajengking"
Si nona baju hitam Ko Goan cun juga berubah wajah oleh
perubahan situasi itu. Hek pek siang yau bergerak cepat, tanpa mengucapkan
sepatah katapun satu dari kiri yang lain dari kanan segera
mengancam Buyung Thay dengan bengisnya.
Setelah terjadi perubahan besar dalam arena tersebut, si
Tamu berjenggot indah Huan Kang juga tidak banyak bicara
lagi, diam diam ia ngeloyor pergi dari sana lalu kabur kedalam
hutan. 1789 Tak terlukiskan rasa gusar yang berkobar didada Buyung
Thay, mukanya sebentar jadi hijau sebentar kemudian jadi
merah, matanya yang berapi-api hampir melotot keluar,
sekujur badannya gemetar keras menahan emosi yang makin
meluap. Dengan tatapan mata yang tajam Han-siong-Kie menatap
sekejap wajah Hek-pek-siang-yau dan Ko-Goan cun, kemudian
dengan suara yang keras ibaratnya guntur yang membelah
bumi, ia berseru "Mundurlah kalian bertiga...."
Hawa napsu membunuh yang begitu tebalnya menyelimuti
wajah pemuda ini, membuat siapapun yang memandangnya
merasakan hatinya bergidik, tanpa berani membantah ketiga
orang itu lantas mundur satu kaki kebelakang.
Selangkah demi selangkah Han-siong-Kie maju ke muka
mendekati Buyung-Thay, lalu ujarnya dengan suara tajam;
"Buyung-Thay aku hendak membunuh kau! Bersiap-siaplah
untuk menerima kematianmu itu..."
Dengan tubuh bergetar keras Buyung-Thay mundur satu
langkah, kemudian katanya dengan nada gemetar:
"Kau......kau.....jadi kau percaya dengan perataannya?"
Han-siong-Kie tidak segera menjawab, otaknya berputar
keras untuk memikirkan masalah tersebut, pada hakekatnya
peristiwa lenyapnya Go-Siau bi merupakan suatu kejadian
yang mencurigakan bukankah Buyung-Thay telah menawarkan
diri untuk melindungi keselamatan gadis itu" Kalau ditinjau
dari kepandaian silat yang dimilikinya, rasanya tak mungkin
kalau sampai terjadi peristiwa ini, apalagi suatu peristiwa yang
terjadinya sangat kebetulan......sudah tentu lain ceritanja
kalau dibalik kesemuanya itu terdapat suatu kesengajaan.
Maka setelah berpikir sekian waktu, dengan wa jah yang
tetap kaku anak muda itu membentak.
1790 "Hmm.......penjelasan apalagi yang harus kuberikan
kepadamu" Kalau tidak kupercayai perkataannya, memangnya
aku harus percaya dengan perkataanmu?"
Rupanya Buyung-Thay cukup menyadari betapa tidak
menguntungkannya posisinya saat itu, perhatiannya segera
dialihkan kembali ke muka, tiba tiba ia berteriak:
"Huan-Kang, kau bangsat terkutuk......serahkan selembar
jiwa anjingmu.......!"
Menyusul teriakan tersebut, tubuhnya melambung ke udara
kemudian secepat sambaran kilat meluncur ke dalam hutan
untuk mengejar jejak laki laki tadi.
Han siong Kie tidak menyangka kalau perempuan cantik itu
akan mengambil tindakan untuk kabur dari situ, untuk sesaat
ia tak sempat melakukan penghadangan, maka tubuhnya
lantas melejit dan menyusul pula dibelakangnya.
Dalam sekejap mata, Buyung Thay sudah berada puluhan
kaki jauhnya dari tempat semula, sedang jauh didepannya
tampak pula sesosok bayangan manusia sedang kabur terbirit
birit. Han siong Kie tak ingin musuhnya teriepas dengan begitu
saja, dia mengumpulkan hawa murninya lalu seenteng asap
secepat kilat pemuda itu melakukan pengejaran ketat dari
belakang. Dalam waktu singkat, mereka telah menembusi hutan itu
dan tiba diluar hutan yang lebih lapang tanahnya.
Dalam pada itu selisih jarak antara Buyung Thay dengan
Huan Kang pun kian lama kian bertambah dekat sehingga
akhirnya jarak mereka tinggal lima kaki...
"Huan Kang Bangsat berhenti pengecut! Berhenti
kau....ayoh serahkan jiwa anjingmu itu kepadaku" Buyung
Thay kembali mencaci maki penuh kebencian.
1791 Tapi si Tamu berjenggot indah Huan Kang sama sekali
tidak memberi tanggapan bahkan menggubrispun tidak,
seakan akan dia tak pernah mendengar seruan tersebut,
larinya malahan diperkencang.
Habislah kesabaran Buyung Thay menghadapi musuh yang
amat dibencinya itu, segenggam jarum toh hun ciam segera
disiapkan, kemudian dengan sistim penyambitan yang luar
biasa dia tebarkan jarum jarum maut tersebut kedepan.
Jerit kesakitan segera berkumandang diudara, si Tamu
berjenggot indah Huan Kang maju beberapa langkah dengan
sempoyongan, kemudian roboh terjungkal diatas tanah.
Melihat musuhnya sudah roboh, Buyung Thay menerjang
makin dekat, ia tak sudi memberi kesempatan hidup bagi
lawannya, sambil melakukan tubrukan kilat telapak tangannya
segera diayun kebawah....
"Tahan." bentak Han siong Ki.
Sayang bentakan itu terlambat dengan diiringi suatu
benturan yang keras, batok kepala si Tamu berjenggot indah
Huan Kang kena dihantam sampai hancur berantakan, darah
dan isi otak segera bertebaran kemana mana.
"Buyung Thay, kau benar benar keji " geram Han siong Ki
sambil menahan rasa dongkolnya.
"Han siong Ki, kau..."
"Hmmm memangnya kau anggap aku bodoh" Kau anggap
aku tidak mengenal tipu muslihatmu?"
"Heeehhh... heehhh.... heeehhhh... membunuh untuk
menghilangkan bukti, memangnya kau anggap dengan
perbuatanmu itu maka aku percaya dengan obrolan" Hhmm,
jangan berpikir terlampau kekanak kanakan"
Buyung Thay tidak berbicara, ia menggigit bibir sambil
membungkam dalam seribu basa, air mata bercucuran
1792 membasahi pipinya yang lembut dan putih, tubuhnya gemetar
keras menahan emosi yang meluap-luap. mengenaskan sekali
keadaannya. "Buyung Thay" kembali Han siong Ki mernbentak keras,
"setelah Huan Kang kau bunuh, sekarang tibalah pada
giliranmu untuk menerima kematian.... ayo, bersiap siaplah
untuk menghadapinya "
Begitu kata kata tersebut berakhir, diiringi bentakan
nyaring sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan.
"Blaang..." jerit kesakitan menggema di angkasa, Buyung
Thay termakan oleh pukulan itu dengan telak, darah kental
berhamburan dari mulutnya, sedang tubuhnya yang mungil
mencelat sejauh satu kaki lebih dari tempat semula.
Oleh peristiwa yang tak terduga ini, Han siong Kie malahan
berdiri tertegun, mimpipun ia tak menyangka kalau Buyung
Thay sama sekali tidak memberi perlawanan terhadap
serangannya itu. Buyung Thay sendiri bangkit berdiri dengan sempoyongan,
meski isi perutnya sudah terluka namun ia berusaha untuk
menahan diri, ditatapnya pemuda itu dengan pandangan benci
dan sedih, lalu makinya dengan penuh rasa gemas.
"Han siong Keng, kau adalah makhluk berdarah dingin Kau
adalah makhluk yang tidak berperasaan"
"Hmm.... perduli apapun yang hendak kau ucapkan,
pokoknya aku tak bisa mengampuni nyawamu dengan begitu
saja, ini hari aku akan mencabut jiwamu" seru Han siong Kie
keras, hawa napsu membunuhnya masih jelas menyelimuti
wajahnya. "Han siong Ki, anggaplah mataku memang buta, anggaplah
aku Buyung Thay memang seorang bernasib jelek sehingga
bisa berkenalan dengan manusia macam kau"
1793
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Han siong Ki melangkah maju tiga tindak ke depan, diapun
berseru dengan suara lantang:
"Hmm Aku juga menyesal sekali, kenapa semenjak dulu
masih percaya dengan perkataan perkataan manis dari kau si
perempuan cantik berhati ular".
Sambil menggigit bibirnya menahan emosi, Buyung Thay
sedikit merintih, darah kental kembali bercucuran membasahi
ujung bibirnya. Sikap maupun mimik wajahnya waktu itu sungguh
mengenaskan sekali, membuat siapapun orang melihatnya
ikut beriba hati. Tapi Han siong Kie sudah tidak tertarik lagi oleh sikap
mengenaskan itu, diapun tidak mempunyai rasa kasihan atau
sayang terhadap perempuan cantik tersebut, apa yang dia
pikirkan sekarang adalah rasa benci, rasa dendam yang
berkobar kobar, apa yang ada sekarang cuma hawa napsu
membunuh yang sangat tebal.
Tiba tiba telapak tangannya diayunkan ketengah ndara, lalu
ujarnya dengan keras: "Perempuan siluman berhati kejam, hutang darah dibayar
darah, hutang nyawa bayar nyawa, kalau tidak terlalu
penasaran rasanya bila sekarang juga kurenggut nyawamu"
Begitu kata kata terakhir diucapkan keluar, diiringi
bentakan nyaring sebuah pukulan maha dahsyat telah
dilepaskan kedepan membacok tubuh lawannya...
"Tunggu sebentar" serentetan bentakan nyaring
menggelegar diudara, menyusul suara bentakan itu, segulung
hawa pukulan yang kuat bagaikan gulungan ombak ditengah
samudra menyapu datang dari arah samping, kekuatan
tersebut membuat serangan dari Han siong Ki itu tertumbuk
hingga miring kesamping..
1794 Ternyata orang yang barusan melancarkan serangan itu tak
lain adalah Ko Goan cun. Rupanya Buyung Thay sangat tersinggung perasaannya
oleh sikap Han siong Ki yang begitu mendesak. dari sedihnya
dia menjadi nekad, tiba tiba telapak tangannya diayun
keudara lalu teriaknya menahan geram yang berkobar kobar
"Han siong Ki, mari kita adu nyawa dan mati bersama"
Dalam genggamannya ia sudah disiapkan berpuluh-puluh
batang jarum Toh hun ciam, seandainya jarum jarum itu
sampai disemburkan ke angkasa, niscaya setiap jago yang
hadir disekitar arena akan termakan oleh serangan tersebut.
Dengan kaget dan perasaan yang ngeri Han siong Ki
mundur beberapa langkah ke belakang..
"Kau berani bertindak sekeji itu?" teriaknya menahan
geram yang makin menjadi.
"Kenapa tidak berani?" Buyung Thay balas menggertak
sambil menggigit bibir. Hek pek siang yau, sepasang silumen hitam dan putih
sudah bersiap siaga melakukan terkaman, tapi kedua orang itu
tak berani bertindak secara gegabah, sebab sebelum Han
siong Ki menurunkan perintahnya, mereka berdua harus
tunduk di bawah perintah ketuanya.
Ko Goan cun sendiri, ketika menyaksikan adegan tersebut
segera serunya dengan penuh emosi:
"Enci Buyung, kalau ada persoalan marilah kita bahas
secara baik baik, kenapa harus terburu nafsu dan mengikuti
angkara murka yang berkobar dihati" Tenangkan dulu hatimu
cici, mari kita bersama sama memecahkan persoalan ini
dengan otak dingin" Buyung Thay menghela napas panjang, pelan pelan dia
turunkan kembali tangannya.
1795 "Han siong Ki" ia berkata kemudian dengan rasa sedih dan
perasaan yang tersayat sayat, "untuk kali ini baiklah kutelan
semua sikap kasarmu itu tanpa membalas, yaa. semoga saja
dikemudian hari kau tak akan menyesal dengan sikapmu itu...
selamat tinggal dan sampai jumpa lagi lain kesempatan"
Begitu selesai berkata, dia lantas menjejakkan kakinya
ditanah dan melayang pergi dari situ.
Bayangan merah tampak berkelebat lewat, dalam sekejap
mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik pepohonan
yang lebat. Han siong Ki hanya bisa berdiri termangu mangu tanpa
mengerti apa yang harus dilakukan, untuk sesaat dia hanya
bisa mematung dengan mulut membungkam dalam seribu
basa. si nona baju hitam Ko Goan cun mengernyitkan pula
sepasang alis matanya, ujarnya kemudian:
"sute, tidak pantas kalau engkau bersikap sekasar itu
terhadap seorang perempuan, sekalipun dia bersalah
misalnya, tidak perlukah kau bersikap seolah-olah hendak
membunuhnya, bagai manapun juga duduknya persoalan tali
belum jelas Berilah kesempatan baginya untuk membela diri,
rasanya tidak ada salahnya bukan?"
"Huuh... Apa yang harus kuragukan lagi tentang perbuatan
kejinya itu" Kenapa pula orang itu harus diberi kesempatan
untuk membela diri" Percuma, hanya membuang waktu waktu
belaka" tukas Han siong Ki ketus, sementara sorot matanya
memandang kejauhan tanpa berkedip.
"Sute Sebelum kau mendapat bukti yang nyata yang
menunjukkan bahwa seseorang benar-benar melakukan
kesalahan, janganlah kau lontarkan tuduhan itu, selidiki dulu
duduknya persoalan sampai menjadi jelas, siapa tahu kalau
penilaianmu sekarang adalah penilaian yang keliru"
1796 "Dengan dasar apa suci dapat mengatakan kalau aku
mungkin keliru..?" Ko Gan cun menghela napas panjang.
"Aaaai... Terus terang saja kukatakan, semenjak awal
kemunculan laki-laki tadi, aku sudah merasakan sesuatu
perasaan yang aneh, aku lihat dibalik sorot mata orang she
Huan itu seakan akan memancarkan rasa cemburu yang amat
tebal, lagi pula mukanya licik dan sangat mirip dengan
seorang manusia berbahaya yang banyak tipu muslihatnya,
siapa tahu kalau laki-laki she Huan itu memang sengaja..."
Meskipun nona baju hitam itu tidak melanjutkan katakatanya,
tapi Han siong Kie sudah memahami apa yang
hendak dia katakan, kontan saja perasaannya bergetar keras.
"Benar juga ucapan tersebut" demikian pikirnya dihati,
"sepanjang pengetahuanku si tamu berjenggot indah Huan
Kang selalu mengejar Buyung Thay agar mau menerima
cintanya, tapi Buyung Thay selalu menolak pernyataan
cintanya itu, siapa tahu karena gagal mendapatkan cinta maka
timbul rasa benci dihatinya dan menggunakan sifat fitnahan ini
untuk mencelakai jiwanya...." Tapi... aaai, Buyung Thay kan
bisa membela diri dan membantah tuduhan tersebut" Kenapa
ia harus membunuh orang she Huan tersebut" Bukankah
membunuh orang itu sama juga artinya melenyapkan saksi
sebagai tindakan untuk menutupi kejahatan yang telah
dilakukannya ?" Berpikir sampai disini, pemuda itupun menggeleng.
"Aku rasa tak mungkin" katanya, "dia jelas mempunyai
kesempatan untuk membantah dan membela diri sendiri" Tapi
ia tidak berbuat demikian, ia malah membunuh Huan Kang
untuk menutupi perbuatannya "
"Tapi.. sute, mungkin juga serangan keji itu dia lancarkan
lantaran hatinya sedang marah dan diliputi rasa benci,
1797 kadangkala bila seseorang sudah mata gelap, tindakan apapun
bisa dilakukan." Han siong Ki menggelengkan kepalanya berulang kali.
"suci, pikiran dan perasaanku sedang kalut, janganlah kita
bicarakan persoalan ini lebih dulu, kalau hendak
mempersoalkan kembali masalah itu, kita toh bisa
membicarakannya lain saat" pintanya, "dan lagi, sekalipun kau
banyak bicara, aku toh tak akan melepaskannya dengan
begitu saja." Tapi Ko Goan cun tidak berhenti sampai disitu saja, ia
berkata lebih jauh: "selain daripada itu, andaikata Go siau-bi benar benar telah
mati, lalu dimanakah jenasahnya" Kenapa tidak kau tanyakan
persoalan ini hingga menjadi jelas?" Han siong Ki mnghentak
hentakkan kakinya ke tanah.
"Benar.. ucapan itu memang benar, sialan Kenapa aku tak
bisa berpikir sampai kesitu" Kenapa persoalan ini tidak
kutanyakan kepadanya?" dengan penuh rasa menyesal
kembali dia menghela napas.
"Lalu.. apa yang musti kita lakukan sekarang?" nona ita
bertanya kemudian- "Apa lagi..." Tentu saja menyatroni Lian huan tau dan kita
sikat orang orang Thian che kau"
"Kalau memang begitu, apa yang harus kita tunggu lagi"
Ayoh berangkat...." Maka berangkatlah keempat orang itu
menuju ke arah barat dengan kecepatan penuh.
Han siong Ki betul betul merasa pikirannya kalut dan tak
tenteram, pemuda itu merasa seakan akan sedang kehilangan
sesuatu, rasa sedih yang terjadi dengan tiba tiba ini membuat
otaknya jadi berat dan matanya berkunang kunang.
1798 Sekarang ia baru merasakan apa artinya hidup, bagaimana
sengsaranya hidup dan apa yang dimaksudkan dengan
romantikanya orang hidup Satu satunya orang yang paling dikasihi Tonghong-Hui
telah mati, mati karena adat, berkorban demi cinta kasihnya
yang tak akan kesampaian.
Sedang Go siau bi, orang yang tak dicintai, tapi mau tak
mau harus dicintai sekarang sudah mati juga.
Dari sana diapun lantas teringat pula akan kematian
gurunya Mo tiong ci mo, kematian dari Thio sau-kun, kematian
dari adiknya Han siong Hiang.
Kematian... yaaa kematian memang tak bisa dipisah
pisahkan dengan manusia hidup, kematian bisa terjadi setiap
saat dan setiap saat waktu walau ada dimanapun jua.
Jarak sejauh sepuluh li, dalam waktu singkat telah
ditempuh, Lian huan tau, Markas besar perkumpulan Thian
che- kau telah berada didepan mata mereka.
Han siong Ki mengulapkan tangannya mencegah rekan
rekannya melanjutkan perjalanan memasuki lembah tersebut,
lalu kepada Hek pek siang yau pesannya:
"Berjaga-jagalah dimulut lembah ini, jangan biarkan
seorang manusiapun lolos dari sini dalam keadaan selamat"
"Terima perintah" dua orang siluman itu mengiakanTiba tiba siluman hitam seng Khe ki berkata dari samping.
"ciangbunjin, tecu ada satu permintaan yang hendak
kuajukan kepadamu, apakah ciangbunjin bersedia
mengabulkannya?" "Apa permintaan itu" Katakan"
1799 "sekarang, Hun-si mo ong telah menjadi kepala pelindung
hukum dari perkumpulan Thian che kau dan iblis tua itu
mempunyai ikatan dendam berdarah dengan perguruan tecu."
"Oooh... aku mengerti, tak usah kuawatir, orang itu pasti
tak akan kubunuh, dia tentu akan kuserahkan kepada kalian
berdua" sela si anak muda itu cepat.
"Terima kasih ciangbunjin"
Dalam keadaan seperti ini, yang tinggal dalam benak Han
siong Kie sekarang hanyalah kobaran api dendam yang
menyala nyata, semua kesedihan dan kemurungan yang
semula menyelimuti hatinya, kini sudah lenyap tak berbekas.
Maka setelah diawasinya sekeliling mulut lembah itu
dengan tatapan mata tajam, ujarnya kepada Ko Goan cun
"Suci, harap kaupun bersedia menantikan kedatanganku
diluar lembah saja" "Tapi...sute...." si nona berbaju hitam itu kelihatan agak
keberatan. "Jangan membantah lagi suci" tukas pemuda itu cepat,
"harap kau dapat memaklumi kesulitan yang kuhadapi,
ketahuilah suci, aku telah bersumpah akan membalas dendam
dengan tanganku sendiri, aku tak ingin orang lain membantu
usahaku ini" "Tapi.... sute, Lian hun tau adalah suatu lembah yang
sangat berbahaya, setiap langkah yang keliru dapat
mengakibatkan datangnya bencana "
"lbu telah menghadiahkan peta lembah tersebut kepadaku,
dan lagi akupun sudah berpengalaman sebanyak dua kali
masuk keluar dalam lembah ini, aku yakin lembah tersebut
masih belum dapat menyesatkan diriku"
"Tapi kau musti tahu sute, jago jago yang tergabung dalam
perkumpulan Thian ce kau tak terhitung jumlahnya, lagipula
1800 ilmu silat yang mereka miliki rata rata sangat lihay, aku kuatir
dengan kekuatan sute seorang..."
"Huuh... kalau cuma manusia sebangsa kurcaci kurcaci itu
masih belum kupandang sebelah matapun, suci tak usah
kuatir Lihat saja kemampuanku untuk menyikat habis mereka"
"Sute, Jadi kau telah bersikeras untuk menempuh bahaya
dengan kekuatanmu seorang diri?"
"Yaa suci, sebab inilah yang kuharap harapkan selama ini
dan harapan tersebut tak akan kusia siakan setelah
kesempatan yang kutunggu tunggu itu telah tiba"
Ko Goan cun termenung sebentar, akhirnyapun dengan
perasaan apa boleh buat dia mengangguk.
"Baiklah Kalau toh hal ini sudah merupakan keputusanmu,
aku tak bisa memaksanya lebih jauh, aku hanya dapat
mengucapkan kepadamu semoga kau sukses dan dapat
membalaskan dendam kesumatmu. Berangkatlah sekarang"
Han siong Ki tidak banyak bicara lagi, dia lantas
menggerakkan badannya dan menyerbu kedalam mulut
lembah..... "Berhenti" Bangsat dari mana yang begitu berani memasuki
lembah kami." serentetan bentakan nyaring menggelegar di
angkasa. Berbareng dengan menggelegarnya bentakan itu, beberapa
sosok bayangan manusia munculkan diri dari balik bebatuan
dan menghadang jalan pergi pemuda itu.
Han siong Ki tidak berkata apa apa, mengucapkan
sesuatupun tidak, ia malah tancap gas menyerbu ke dalam
lembah tersebut dengan lebih gencar, jari tangan dan telapak
Tengkorak Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tangannya diayun berbareng melepaskan serangan-serangan
yang mematikan. 1801 Jerit kesakitan yang memilukan hati barkumandang
memenuhi seluruh lembah tersebut, cukup dalam beberapa
kali bentrokan saja, lima sosok mayat telah menggelepar
didepan lembah itu. Han siong Ki tertawa dingin, selesai membinasakan
musuhnya, dia melanjutkan perjalanan menyerbu lebih dalam
lagi... Desingan tajam yang berkumandang karena ujung baju
tersampok angin kembali menggema di angkasa, tiga sosok
bayangan manusia dengan kecepatan luar biasa menyerbu
datang, mereka adalah tiga orang kakek berbaju hitam...
Menyaksikan kedatangan lawan, Han siong Ki berhenti
bergerak, lalu dengan pandangan mata yang bengis danpenuh
pancaran sinar membunuh ia menatap musuhnya bergantian.
Tampaknya salah seorang diantara ketiga orang kakek
itupun mengenali siapa musuhnya, terdengar ia menjerit
kaget: "Haahhh.....manusia bermuka dingin"
Tanpa banyak bicara dia lantas putar badan dan kabur
terbirit birit ke dalam lembah, sementara dua orang kakek
yang tertinggal berdiri mematung ditempat semula dengan
wajah menunjukkan rasa ketakutan yang menghebat.
"serahkan saja kedua orang itu kepada tecu, ciangbunjin"
seruan nyaring berkumandang.
Dua sosok bayangan hitam meluncur tiba, menyusul
kemudian dua kali jeritan kesakitan berkumandang diangkasa,
tahu tahu diatas tanah telah bertambah dengan dua sosok
mayat yang hancur berlumuran darah, tentu saja serangan
tersebut dilancarkan oleh Hek pek siang yau.
Melihat kelihayan ilmu silat yang dipunyai siltuman hitam
putih itu, Ko Goan cUn si nona baju hitam itu merasa terkejut.
Sebagaimana telah diketahui, oleh karena Hek pek Siang
yau pernah makan Bak ci yang berusia seribu tahun, maka dia
1802 menjadi awet muda dan sepintas lalu usianya kelihatan seperti
baru dua puluh tahunan, padahal kalau dihitung yang
sebenarnya maka usia mereka berdua sudah mencapai tujuh
puluh tahun lebih. Sejak wajah mereka pulih kembali menjadi wajah aslinya
dalam telaga beracun dilembah hitam, orang persilatan boleh
dibilang sedikit sekali yang mengetahui muda mudi yang
gagah dan cantik itu sebetulnya tak lain adalah sepasang
siluman hitam putih yang kesohor itu.
Sementara suasana telah menjadi hening kembali, tiba tiba
terdengar suara tertawa cekikikan berkumandang
memecahkan kesunyian, menyusul suara tersebut muncullah
seorang nona cantik jelita yang berusia dua puluh tahunan, ia
mengenakan baju berwarna hijau pupus.
Ketika Han siong Ki memandang wajah gadis itu untuk
pertama kalinya, tiba tiba saja ia berseru kaget lalu mundur
satu langkah tanpa disadarinya.....
Ia merasa potongan wajah nona itu sangat dikenal olehnya,
hanya dia lupa nona itu pernah ditemuinya dimana"
-ooo0dw0ooo- BAB 97 WALAUPUN gadis itu dikenal olehnya, kendatipun tak di
ingat lagi wajah tersebut pernah ditemuinya dimana, namun
anak muda itu segan untuk berpikir lebih jauh, sebab sebagai
seorang jago dibawah pimpinan perkumpulan Thian che kau,
itu sama pula artinya dengan nona itu adalah musuh besar
yang harus dihadapinya. Sementara itu, si nona baju hijau telah memandang
sekejap mayat yang menggelepar ditanah itu lalu seolah olah
tak pernah menemui kejadian apapun ia tersenyum kepada
Han siong Ki. 1803 "Jadi engkau toh yang disebut orang sebagai Manusia
bermuka dingin....?" tegurnya.
"Ehmm...iya" "Hui.. Betul-betul bukan nama kosong belaka, tampaknya
kau memang seorang manusia berdarah dingin...."
Han siong Ki segan untuk membantah lebih lama dengan
lawannya, dia lantas mendengus, tenaga serangannya
disiapkan dan pemuda itu siap untuk menerjang kedalam
lembah.... "Tunggu sebentar" tiba tiba si nona baju hijau itu
membentak. Ketika ujung bajunya dikebaskan kedepan segulung hawa
pukulan yang kuat dan keras segera menggulung kedepan
saking keras dan kuatnya serangan itu membuat Han siong Ki
tak sanggup berdiri tegak dan mundur beberapa langkah
kebelakang dengan sempoyongan.
"Hebat betul kepandaian silat yang dimiliki perempuan ini,
tampaknya dia tak boleh dianggap enteng"
Sementara pemuda itu masih melamun, gadis tersebut
telah menegur dengan suara yang merdu:
"Manusia bermuka dingin, mau apa engkau datang
kewilayah Lian huan tau ini?"
"Membantai manusia" jawaban dari Han siong Ki itu bukan
saja dingin dan kaku, bahkan tak sedap didengar.
"oooh... sungguh besar amat kata-katamu, siapa yang
hendak kau bantai?" "Semua anggota perkumpulan Thian che kau mulai dari
kaucunya sampai keroco-keroconya adalah sasaran dari
pembantaianku kali ini"
1804 Tiba tiba terdengar siluman putih Hong Ing ing
menggunakan ilmu menyampaikan suaranya berbisik kepada
Han siong Ki: "Lapor ciangbunjin, nona berbaju hijau itu merupakan salah
satu diantara jago jago yang lolos dari kurungan benteng
maut beberapa hari berselang, ilmu silatnya cukup tangguh"
Han siong Ki anggukkan kepalanya tanda mengerti.
Waktu itu, si nona baju hijau kembali berkata sambil
tertawa cekikikan dengan suara yang merdu:
"Manusia bermuka dingin, kenapa tidak kau tanyakan
kepada nonamu siapakah aku ini?"
"Hmm Segan aku untuk menanyakan persoalan persoalan
seperti itu, pokoknya setiap anggota perkumpulan Thian che
kau jangan harap bisa lolos dari tanganku dalam keadaan
selamat" "Waduuh... waduh... kalau bagitu nonamu juga termasuk
salah seorang yang hendak kau bunuh?"
"Tentu saja" Paras muka si nona baju hijau itu kontan berubah hebat,
serunya dengan nada geram:
"Jangan terlalu tekebur lebih dulu wahai manusia bermuka
dingin, hmmm... Sebelum impian dapat terwujud, lebih dahulu
cobalah untuk mendobrak pertahananku"
Han siong Kie mendengus dingin, sebagai seorang pemuda
yang keras kepala dan tak sudi tunduk kepada orang lain,
tentu saja ia agak tersinggung oleh tantangan musuhnya.
Maka tanpa banyak berbicara, telapak tangannya segera
diayunkan ke depan melancarkan sebuah bacokan maut
dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
1805 Nona berbaju hijau itu sama sekali tak gentar, telapak
tangannya diayun pula kedepan untuk menangkis datangnya
ancaman itu dengan keras lawan keras.
"Blaaang...." suatu benturan kekerasan tak bisa dihindari
lagi, dengan sempoyongan nona berbaju hijau itu mundur
selangkah ke belakang, tapi pemuda itupun ikut mundur
kebelakang, kejadian ini kontan saja membuat Han siong Ki
merasakan jantungnya berdebar keras, cepat pikirnya didalam
hati. "sungguh teramat sempurna tenaga dalam yang dimiliki
gadis ini, tak kunyana diapun berilmu sehebat ini"
Makin berpikir hatinya merasa semakin penasaran, akhirnya
tenaga si mi sinkang yang maha dahsyatpun dihimpun
kedalam tubuhnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun
sepasang telapak tangannya didorong kemuka untuk
melepaskan sebuah pukulan.
Kabut putih yang sangat tebal menyelimuti seluruh
angkasa, ngeri juga nona berbaju hijau itu menghadapi
serangan dahsyat tersebut, tapi ia tak mau mundur dengan
begitu saja, maka ditangkisnya ancaman tadi dengan keras
lawan keras.. Benturan keras kembali bergelegar diangkasa, ditengah
benturan itu kedengaran seseorang mendengus tertahan,
menyusul kemudian nona baju hijau itu terdorong mundur
sejauh delapan langkah lebih, dua gumpal darah kental
mengucur keluar membasahi ujung bibirnya.
Penyerbuan yang dilakukan Han siong Ki saat ini boleh
dibilang dilaksanakan dengan membawa rasa dendam dan
benci yang luar biasa, bayangkan saja apakah ia suka
memberi ampun kepada musuhnya dengan begitu saja"
Begitu tubrukan dilancarkan, sebuah pukulan yang maha
dahsyat dengan kecepatan bagaikan kilat langsung
dihantamkan keatas wajah musuhnya.
1806 Si nona baju hijau itu melejit sambil menghindar
kesamping, gerakan tubuhnya enteng dan lincah, kecepatan
geraknya juga cukup menggetarkan hati orang.
Meleset dengan serangannya yang pertama, Han siong Ki
segera menghardik dengan suara dingin:
"Jangan berkelit melulu, coba rasain lagi sebuah pukulanku
ini, bila kau tidak mampu itulah berarti nasibmu masih
terlampau mujur untuk suatu kematian"
Desakan demi desakan yang dilakukan pemuda itu akhirnya
membangkitkan juga hawa amarah dihati si nona baju hijau,
mukanya berubah hebat, sepasang matanya berapi-api,
serunya dengan geram: "Wahai manusia bermuka dingin, jika aku Cui-hoa siancu
Ting Hong jeri kepadamu, sepanjang masa aku tak nanti akan
menggunakan marga Ting lagi..."
Sebenarnya Han siong Ki sudah menyiapkan sebuah
pukulan yang luar biasa dahsyatnya, akan tetapi setelah
mendengar nama yang diperkenalkan nona itu, mendadak
sontak saja ia tarik kembali tangannya mentah mentah,
serunya dengan hati bergetar: "Jadi kau yang bernama Ting
Hong?" sementara dalam hatinya ia berpikir kembali:
"Tak heran kalau aku merasa kenal sekali dengan
wajahnya, rupanya dia tak lain adalah gadis yang dilukis
dalam dinding gua salju dibukit ciong san..."
Dalampada itu si nona baju hijau itu telah menyahut: "Yaa
benar, ada apa?" "Kalau begitu kau adalah putrinya sijelek dari sin ciu?"
Kali ini paras muka Cui hoa siancu Ting Hong berubah
sangat hebat, setengah tercengang dia berseru:
"Eeeh ....darimana kau bisa tahu kalau si Jelek dari sin ciu
adalah ibuku" 1807 Tapi sebelum Han siong Ki memberikan jawabannya, tiba
tiba dari kejauhan muncul tiga sosok bayangan manusia,
dengan kecepatan luar biasa ketiga sosok bayangan itu
meluncur datang... Han siong Ki menengadah, begitu tahu siapa yang datang,
paras mukanya berubah, kepada Hek pek siang yau segera
katanya: "Itu dia, orang yang kalian cari cari sudah datang,
hadapilah dia dengan kekuatan kamu berdua. biar anak
muridnya itu aku yang basmi"
Ucapan si anak muda itu memang tak salah, sebab yang
datang tak lain adalah Hun si mo ong dan im yang siang sat.
Sepasang siluman hitam putih tidak menyia-nyiakan
kesempatan itu lagi, mereka melompat ke muka dengan
gerakan yang lincah lalu menghadang jalan pergi HHun si mo
ong, teriaknya hampir berbareng: "Bajingan tua, serahkan
jiwa anjingmu" Hun si mo ong tertawa seram.
"Heehhh.... heehhh.... heeehhh....bocah busuk, apa yang
kau teriakkan macam setan menjerit?"
Tanpa banyak bicara lagi dia memandang sekeliling
gelanggang, lalu berpaling pula keatas wajah Han siong Ki.
Sementara itu, Cui hoa siancu Ting Hong hanya berdiri
termangu mangu, disatu pihak ia sudah terpikat oleh
Harimau Kemala Putih 9 Senyuman Dewa Pedang Karya Khu Lung Seruling Samber Nyawa 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama