Ceritasilat Novel Online

Misteri Serigala Berkaki Tiga 2

Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga Bagian 2


Siapa tahu iblis itu mengunjungi rumah tersebut. Letaknya tak
seberapa jauh dari jalan bebas hambatan in?."
"Okey, tapi bagaimana kalau aku pulang dulu?"
"Kenapa harus pulang " "
"Aku harus bersama bayiku. Semalam dia gelisah. Kami
dalam bahaya. Aku khawatir ma lam ini akan terulang Iagi.
Jadi, aku harus selalu berada.di samping bayi itu."
Kemudian Kumala menceritakan kemunculan makhluk aneh
yang menyeramkan dan mencemaskan seluruh penghuni
rumahnya. Ia juga menceritakan tentang lantai yang
bergelombang, tapi segera berhenti dan ketegangan pun
hilang setelah ia menghentakkan kakinya tiga kali. Hentakan
kaki itu membuat getaran aneh di seluruh bangunan rumah.
Termasuk pepohonan sekelilingnya. Rupanya getaran itu
memiliki energi kesaktian yang ditakuti oleh binatang mirip
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serigala, sehingga binatang tersebut tidak muncul lagi.
Membuat ulah atau melolongpun sudah tidak dilakukan hingga
pagi. Kini sambil menggendong bayi lelaki yang tumbuh dengan
pesat itu Kumala Dewi tiba di rumah nomor 999 jalan
Asampara, Seandainya Kumala harus menggunakan jalan
darat, tentu saja ia membutuhkan waktu satu jam Iebih untuk
tiba di rumah tersebut. Tetapi karena Kumala menggunakan
jalan gaib, menerobos lapisan dimensi dengan menggunakan
mobilnya, maka dalam waktu singkat mobil BMW hijau itu tiba
di rumahnya. Sersan Burhan tidak menyadari bahwa saat itu mereka
menggunakan jalur gaib. Selesai mengambil bayinya. Kumala
segera memerintahkan Sandhi untuk menuju jalan Asampara.
Lagi-lagi mobil itu menembus lapisan dimensi gaib dan tiba di
lokasi sebelum anak buah sersan Burhan sampai di sana.
Mestinya keempat anak buah Sersan Burhan sudah tiba di
tempat tujuan lebih dulu, tapi kenyataannya mereka tiba di
rumah nomor 999 sekitar lima belas menit setelah Sersan
Burhan sampai di sana.
Rumah itu milik seorang pengusaha tua. la memiliki empat
orang anak, dua perempuan dua lagi lelaki. Mereka sudah
besar-besar. Istrinya
sudah lama meninggal.
Cukup mengherankan bagi T uan Obbi menerima tamu Sersan Burhan
dan rekan-rekannya. T entu saja ia menuntut penjelasan Dan,
hanya Kumala yang dapat menjelaskan persoalan sebenarnya,
meski pun penjelasan itu ditertawakan oleh Tuan Obbi.
'"Nona ini tampaknya gadis yang modern, tapi masih saja
percaya dengan hal-hal tahayul seperti itu" Ini kan sudah
zaman millennium, Nona. Sudah tidak waktunya lagi kita
bicara masalah mistik dan cerita bohong sejenisnya."
"Tuan boleh berpendapat begitu kami tidak melarang. T api
kami mohon dengan hormat agar Tuan pun jangan melarang
kami bicara masalah yang irasionil. Kenyataan ini memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sulit dipahami oleh rasio, tetapi sesungguhnya benar-benar
ada dan terjadi di sekitar kita, Tuan Obbi."
"Omong kosong itu! Dalam usia saya yang sudah mencapai
68 tahun ini, saya belum pernah melihat iblis atau hantu,
seperti yang Nona ceritakan itu. Jadi, kedatangan Nona dan
Pak Polisi kemari untuk memeriksa rumah ini adalah hal yang
sia-sia dan sangat mengganggu."
"Beri kami kesempatan beberapa menit saja, Tuan Obbi,"
kata Sersan Burhan. la juga menahan emosi untuk tidak
tersinggung oleh kata-kata Tuan Obbi, karena Kumala pun
tetap tampil dengan kalem, penuh keramahan dan menjaga
sopan santun sebaik mungkin.
"Kami ingin keluarga atau seluruh penghuni rumah ini
dikumpulkan, Tuan. Kami mengkhawatirkan salah satu dari
penghuni rumah ini dipecundangi oleh kekuatan iblis."
"Pak polisi, saya muak dengan hal seperti ini. Tapi karena
anda memintanya dengan sopan, baiklah... saya akan penuhi.
Hanya saja, setelah ini jangan ada permintaan apapun.
Jangan ganggu kami."
Tuan Obbi segera memanggil anak-anaknya, termasuk
kedua pelayannya. Ia memperkenalkan satu-persatu anggota
keluarganya dengan kesan dingin Kumala Dewi memperhatikan satu-persatu mereka yang menyambut
kehadirannya kurang ramah itu. Tentu saja dengan
menggunakan radar gaibnya Kumala memeriksa mereka
secara diam-diam.
"Ini anak pertama saya; Evani sekarang dialah yang
memegang perusahaan saya. Ini anak kedua saya; Chiray,
sudah tunangan dengan pengusaha dari Jepang. Lalu, ini
putra ketiga saya: Brian masih kuliah di fakultas ekonomi.
Sebentar lagi akan skripsi, Dan... eh, mana si bontot?"
"Tadi ada kok," kata Brian, "Mak Darmi, mana tadi dia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan Rondy maksudnya" Hmmm, mungkin sudah keluar.
Tadi sih sudah pulang, tapi kayaknya keluar lagi. Mungkin di
rumah Tuan Lucky, teman sekolahnya itu,"
"Hmm, dasar tukang ngeluyur itu anak," gerutu T uan Obbi.
"Maaf, anak bungsu saya; si Rondy, sedang tidak ada di
rumah. Maklum, dia masjh kelas III SMU, jadi masih doyan
ngeluyur malam-malam begini."
"Yah, Kami memaklumi, Tuan," ujar Sersan Burhan dengan
ramah. Lalu berbisik sangat pelan kepada Kumala.
"Bagaimana?"
"Aman," bisikan Kumala pun sangat pelan. "Tidak ada yang
mencurigakan. Semuanya normal-norma l saja. Tapi bagaimana dengan anak bungsunya itu?"
"Bagaimana kalau kita tunggu sesaat sampai dia datang?"
"Boleh."
"Tuan Obbi, kami akan menunggu putra bungsu Anda
pulang. Kami harap Anda tidak keberatan."
"Sebenarnyakami keberatan. Kami tidak mau dibuat pusing
oleh masalah-masalah bodoh seperti itu. Bukankah tadi sudah
saya katakan, kami bukan penganut aliran tahayul seperti
yang Anda cerilakan tadi"
Evani memmpali, "Benar, Pak Polisi. Kami tidak percaya
dengan dunia gaib. Itu hanya akan memperbodoh hidup kami
saja." "Yah, kami menghargai hal itu," kata Kumala dengan
senyum manis yang membuai Brian sejak tadi berdebar-debar
mengagumi kecantikannya. Kumala tak peduli dengan lirikan
mata Brian itu ia tetap bicara dengan memandang T uan Obbi
yang gaya penampilannya mirip seorang big boss. Padahal
dibandingkan dengan Pramuda. mungkin kekayaannya masih
dibawah Pramuda,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terus terang saja, saya salut dan kagum pada pola pikir
keluarga Tuan yang tidak terpengaruh oleh dunia gaib. Saya
bisa memahami alasan keluarga Tuan."
"Karena itulah saya sarankan kepada Anda, Nona ...
tinggalkan pikiran sesat Anda yang menggeluti dunia tahayul
itu. Jangan lagi rnenjadi bodoh hanya untuk memahami halhal yang tidak ilmiah. Apalagi menurut Anda tadi, Anda
dipercaya untuk mengasuh bayi dari keturunan kakak Anda,
itu sangat berpengaruh lho. Bisa membuat bayi itu kelak jika
sudah dewasa akan menjadi ikut bodoh karena memikirkan
hal-hal gaib. Percayalah, setan, hantu, iblis, semua itu tidak
ada! Tidak ada juga orang mati bisa hidup kembali atau
menampakkan diri dengan bentuk yang bukan-bukan. Itu kan
cuma sinetron teve buat hiburan semata, Nona."
"0, begitu, ya?" Kumala tertawa kecil. Masih bersikap
bersahabat. "Tapi bagaimana kalau ternyata istri Tuan Obbi
yang sudah lama meninggal datang lagi sekedar untuk
menengok Anda dan anak-anaknya "
"Itu mustahil!" sahut Evani bernada protes. "Jangan bawabawa mama kami yang sudah tiada"
"Maaf, saya tidak membawa-bawa almarhumah mama
Anda, tapi beliau hadir sendiri, ingin ikut mendengarkan
percakapan kita ini."
"Bullshit!" sambar Chiray marah. "Itu tidak mungkin!"
"Maaf, sekali lagi... saya mohon maaf kalau memang itu
tidak mungkin. Dan, andaikata benar-benar tidak mungkin,
lalu siapa perempuan bergaun putih yang berdiri diatas tangga
itu?" Tuan Obbi dan seluruh anggota keluarganya segera
berpaling ke arah tangga menuju lantai atas. Mereka terkejut
secara bersama-sama. Mereka gemetar seketika. Di sana
tampak seorang wanita bergaun putih dengan senyum sangat
berkharisma. T atapan matanya terkesan sangat keibuan, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka mengenalinya baik-baik, karena wanita bergaun putih
yang dikelilingi cahaya putih samar-samar itu tak lain adalah
mendiang mama mereka Almarhumah istri T uan Obbi sendiri.
"Ma.... Mama... "!" Evani menyapa dengan suara parau dan
gemetar. Y ang lainnya terpaku di tempat. Tak mampu bicara
apapun selain hanya menahan ledakan tangis keharuan di
dada masing-masing. Sersan Burhan dan Sandhi hanya bisa
tercengang dengan bulu kuduk merinding.
"Mama hanya ingin menengok kalian. Syukurlah kalau
kalian sehat-sehat saja. Berterima kasihlah kepada Nona
Kumala yang telah membukakan pintu untuk mama, sehingga
mama bisa menengok kalian."
Tuan Obbi memandang Kumala dengan mata terbelalak
tegang. Lidahnya kelu. Entah apa yang ingin. diucapkannya.
Yang jelas ia kembali memandang bayarian roh istrinya, lalu
memandangi Kumala lagi dan begitu terus berkali-kali ia
lakukan. Roh istrinya tetap berdiri di atas tangga dengan
anggun dan sangat berkharisma.
"Luar biasa kau," bisik Sersan Burhan kepada Kumala.
"Sekarang mereka mati kutu. Tak kulihat ada yang berniat
menyangkal kenyataaan ini, Kumala. Kau benar-benar pandai
membuat mereka menyadari kekeliruan persepsinya selama
ini." "Ssst...! Tapi bagaimana dengan si anak bungsu itu"
Sampai sekarang belum pulang juga. Aku khawatir ada
sesuatu pada dirinya "
"Kau tak bisa melacaknya?"
"Aku belum pernah tahu atau melihat wajahnya."
"Mungkin bisa melalui namanya: Rondy."
"0, ya... Rondy. Akan kucoba. Buat mereka sibuk, jangan
mengajak bicara dulu padaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bibir Kumala masih menyunggingkan senyum manis.
Matanya masih menatap dengan lembut. Tapi sebenarnya ia
sedang menggunakan kesaktiannya untuk mencari seorang
anak remaja yang bemama Rondy. Dalam bayangan mata
batinnya ia berhasil menemukan anak itu. Ternyata
berperawakan bongsor, Masih sekolah tapi sudah seperti
dewasa, Agak tinggi, berbadan atletis, dan sudah berkumis
walau tipis. Hanya Kumala yang tahu di mana Rondy berada
saat itu. Rondy ada dirumah sebelah. Rupanya ia tadi menjadi
ketakutan mengetahui ada tamu berpenampilan seperti polisi.
Lebih takut lagi setelah anak buah Sersan Burhan datang
dengan menggunakan mobil bernomor seri polisi. Rondy
segera lompat pagar tanpa setahu siapa pun, lalu meminta
perlindungan kepada tetangga sebelah rumah itu, Dengan
wajah pucat Rondy bicara sangat hati-hati. Pelan tapi bukan
berarti harus berbisik.
"Zus Nilla, tolong saya... tolonglah, Zus Nilla."
"Rondy... "! Darimana kau masuk kemari?"
"Lompat pagar belakang, Zus. Saya... saya... mau numpang
ngumpet di sini, Zus Nilla. Tolonglah...!"
"Ngapain kamu mau sembunyi di sini" Memangnya ada
apa?" "Di rumah ada polisi datang. Mungkin mereka mencari
saya." "Ada salah apa kamu" Kok sampai dicari-cari polisi?"
"Hmm, eeh ... tadi siang sekolah kami tawuran dengan
murid sekolah lain. Saya terlibat. Saya ikut menghajar salah
seorang anak hingga babak belur, Mungkin.... mungkin dia
sekarang mati atau entah bagaimana Polisi itu pasti mencari
saya berkaitan dengan kasus tawuran tadi siang, Zus. Saya...
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saya. tidak mau dibawa ke kantor polisi. Ooh, tolong
sembunyikan saya Zus Nilla. T olonglah...!"
"Wah, wah, wah... kamu ini memang bandel, Ron!"
"Please... ! Sekali ini saja deh saya minta bantuan Zus
Nilla!" kata Rondy penuh harap sekali. Wajahnya menyedihkan. Zus Nilla yang berusia 31 tahun itu gelenggeleng kepala sambil menghembuskan napas panjang.
Agaknya ia tak punya kemampuan untuk menolak
permohonan Rondy. Atau mungkin dalam benaknya segera
tersusun sebuah rencana, mengingat ia adalah istri simpanan
seorang pengusaha yang aktif di luar negeri, dan tinggal di
rumah itu hanya berdua dengan seorang pelayan. Tak ada
bahayanya menyembunyikan Rondy di kala anak yang seringsering ditatapnya itu butuh perlindungan.
"Kalau begitu, diam lah disini. Di kamarku. Jangan keluarkeluar. Nanti ada yang melihatmu berada disini, dia bisa kasih


Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laporan kepada orang tuamu."
"Baik. Tapi bagaimana dengan Bi Yamah?"
"Bi Y amah sedang kusuruh beli buah di supermarket depan.
Dia nggak tahu ada kamu di sini. Makanya, jangan keluar dari
kamar." " Ya, Zus Nilla," jawab Rondy dengan patuh. Ia segera
menyusup masuk ke kamar tidur Zus Nilla tanpa merasa malu
lagi, walau saat itu ia hanya mengenakan celana pendek dan
kaus singlet seragam basket. Ia tidak memperhitungkan sisi
buruk lainnya. Karena di pihak Nilla, keadaan darurat itu
sangat menguntungkan baginya Setidaknya rasa sepi hatinya
yang selama sebulan tidak ditengok suami dapat terobati
dengan adanya anak muda di dalam kamarnya.
"Sepertinya tamumu memang menunggu kamu pulang, ya"
Buktinya sampai jam segini mereka belum pulang juga?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya nggak berani pulang kalau mereka belum pergi, Zus
Nilla" "Aku sarankan begitu. Kalau perlu... tidur sini aja deh,Ron,"
"Hmm, eeh... hmmm...," Rondy bingung menanggapi
tawaran itu. "Nggak apa-apa. Sekali-kali tidur di rumah tetangga, nggak
ada salahnya kan?"
"Tapi akan sangat merepotkan dan mengganggu Zus Nilla."
"Ah, tidak. Siapa bilang begitu" Malah aku senang kalau
kamu mau tidur di sini ! "
"Saya gelar tikar di bawah saja, ya?"
"Kenapa harus begitu" Tidur saja di ranjang ini Kenapa
takut ?" Obrolan demi obrolan, kecemasan Rondy mulai terhibur.
Semakin lama ngobrol dengan diselingi canda kecil, semakin
hilang ketegangan Rondy dalam menghadapi salah pahamnya
itu. Kini ketegangan muncul dalam diri Rondy bukan karena
salah paham, bukan karena bayangan dosa tawuran, tapi
karena bayangan lekuk tubuh Nilla yang memang menantang
gairah kaum pria itu. Nilla mengenakan gaun tidur tipis dan
cekak sekali, sehingga bentuk dadanya yang sekal itu terlihat
cukup menonjol, dan kemulusan pahanya yang berbetis indah
itu semakin menggoda hasrat Rondy.
"Sudahlah, kau tidur saja. Besok pagi-pagi baru pulang.
Jangan menunggu-nunggu kesempatan malam ini," kata Nilla
sambil menghampiri ranjang kembali. Pemuda itu sudah ada
di tepi ranjang.
"Kesempatan
yang kamu tunggu-tunggu itu kita manfaatkan saja untuk hal lain."
"Maksudnya, hal lain seperti apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nilla tertawa kecil. Menatap sayu. Ia berdiri tepat di depan
Rondy yang duduk di tepian ranjang. Kini ia membungkuk
dengan kedua tangan bersandar di kedua pundak Rondy. Ia
berbisik pelan.
"Hal yang indah-indah, yang menyenangkan, dan yang
membuat kita merasa seperti terbang dalam kenikmatan rasa.
Kau mengerti maksudku kan?"
Rondy salah tingkah. Tersipu malu. Sulit menjawabnya.
Pada saat itu pandangan mata Rondy tertuju ke depan. T epat
di depan matanya, gaun yang dikenakan Nilla menggantung
ke bawah, sehingga belahan dadanya menjadi sangat longgar.
Dengan begitu, maka apa yang ada di balik gaun itu terlihat
jelas oleh mata Rondy. Dan, bentuk keindahan dada tanpa
kain lain itu telah membuat jantung Rondy bergemuruh.
Darahnya mengalir cepat, karena ada bagian jiwanya yang
mulai terbakar, yaitu gairah cinta. "
"Aku tahu apa yang kau lihat. Aku.tahu kau sangat
menginginkannya, bukan?" bisik Nilla, membuat Rondy
semakin tersipu malu.
"Habis. Zus Nilla berdiri di depan saya dengan posisi begini
sih." "Biarin. Memangnya kenapa?"
"Mata saya jadi nakal kan?"
"Kenapa hanya matamu yang nakal" Tanganmu juga boleh
kok." "Tangan saya... ?" Nilla mengangguk dengan senyum
makin menantang. Bahkan ia sedikit memajukan dadanya.
Lalu mencium kening Rondy tanpa ragu-ragu lagi. Ia sangat
yakin anak itu tak akan rnenghindar atau menolak ciumannya.
Ternyata benar. Anak itu memang tak menolak. Bahkan ketika
ciuman Nilla turun ke batang hidungnya, anak itu mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beraksi mulai berani. Itu pun berkat bujukan suara Nilla yang
membisik. "Mana tanganmu yang nakal" Nggak berani?" Tangan itu
mulai bergerak, Mengusap dengan gemetar, akhirnya
menyelusup masuk ke balik gaun. Pada saat itu ciuman Nilla
sengaja turun ke bawah, ke hidung, lalu turun lagi hingga
menyentuh bibir. Ketika bibir Nilla menyentuh bibir Rondy, ia
mulai merasa ada sesuatu yang terjulur keluar dan menyapu
bibimya. Lidah Rondy itu segera ditangkap dan dilumat. Maka,
anak itu pun balas melumat bibir Nilla dengan gerakan tangan
semakin gencar.
Darah kemesraan bagaikan lahar gunung yang meletus,
bergolak dan menuntut puncak kemesraan.Maka Rondy pun
pasrah ketika ia mencoba dibaringkan.Ia pun pasrah ketika
Nilla ganti menjelajahi dengan kecupan hangat, yang akhirnya
saling berdekapan kuat-kuat di puncak kenikmatan cinta.
Kumala Dewi tak mau melanjutkan teropong gaibnya.
Sangat berbahaya bagi jiwanya sendiri jika mata batinnya
tetap memperhatikan apa yang dilakukan Rondy dengan
tetangga sebelah rumahnya itu. Sebab, anak itu mendapat
pengalaman baru dan banyak pendidikan cinta yang diberikan
oleh Nilla. Bukan saja sekedar teori, namun langsung praktek
nyata. Hal itu membuat Rondy nyaris tak pernah padam api
gairahnya, sehingga Nilla memperoleh kenikmatan yang
sangat memuaskan. Jauh lebih puas daripada ia bercinta
dengan pria yang sudah sering me lakukan perjalanan cinta
seperti itu. "Anak itu.. tidak memiliki tanda-tanda gaib yang perlu
dicemaskan. Sebaiknya kita pulang saja," kata Kumala kepada
Sersan Burhan. "Ada di mana dia sebenarnya?"
"Bersembunyi di rumah sebelah."
"Ngapain?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Abang nggak usah tahu. Nanti malah berabe," jawabnya
seraya tertawa kecil dan pelan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk segera mohon diri dari
rumah Tuan Obbi. Mereka tak menemukan apa-apa di rumah
nomor 999 itu. Mungkin rumah lain yang sedang diincar oleh
iblis tak dikenal itu.
Ada sebuah rumah lagi yang malam itu. didatangi mereka.
Tapi menurut Kumala, rumah tersebut juga tidak memiliki ciriciri yang mencurigakan. Tidak ada alasan yang kuat bagi iblis
untuk memasuki rumah tersebut, karena penghuninya
sepasang suami-istri sudah lanjut usia. Sepasang suami-istri
itu juga orang biasa.. T idak memiliki getaran gelombang gaib
yang berarti. "Kita berpisah untuk sementara, Kumala"
"Kabari aku kalau ada informasi sangat penting, Bang."
"Okey. Aku ikut mobil sana,dan... Sandhi, hati-hati di jalan.
Majikamnu ini membawa bayi. Jangan ngebut!"
"Baik. Bang!" sigap Sandhi dengan memberi hormat ala
militer. Sersan Burhan tertawa Senang. Sandhi memberikan
kesan akrab yang sejak dulu ia sukai.
Saat meluncur pulang, Sandhi sempat bertanya kepada
Kumala. "Sebenarnya kita mencari apa di rumah bemomor 999 itu,
Kumala?" "Tanda-tanda gaib yang memungkinkan diburu oleh pihak
iblis. Misalnya, sebuah pusaka, sebuah kekuatan atau energi
gaib, atau hal-hal Iain yang dibutuhkan oleh iblis."
"Sejak kemarin sudah ada delapah rumah yang kita
periksa." "Ya. Tapi belum ada yang mencurigakan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu, kenapa iblis itu harus berpindah-pindah raga?"
"Menghilangkan jejak. Itulah kesan yang kudapat dari
peristiwa pergantian raga. Mungkin saja dia tahu kalau aku
akan memburunya, sehingga ia perlu ganti raga agar aku
terkecoh berkali-kali."
Sandhi menggumam pelan. Ia melirik ke arah belakang
melalui kaca spion. Kumala tampak tenang memangku bayi
yang terbungkus selimut. Bayi itu sudah tampak lebih besar
dari saat pertama dibawa pulang oleh Kumala. Menurut
Sandhi, pertumbuhan bayi jauh lebih cepat dari pertumbuhan
sewajamya. "Si kecil tidur, ya?"
"Ya. Untung saja tadi dia nggak pipis. Aku lupa membawa
ganti." "Aku sempat berpikir aneh, Kumala."
"Berpikir apa?"
"Jangan-jangan yang dicari iblis itu adalah... si kecil di
pangkuanmu" Bukan rumah nomor 999 seperti dugaan kita
selama ini."
Kumala menarik napas dalam-dalam.
"Aku juga sempat berpikir begitu. Tapi bukankah kita dari
kemarin lusa sudah bersepakat. untuk tidak beranggapan
begitu" Kalau kita beranggapan begitu, maka kita bisa
terkecoh oleh siasat iblis. Kita bersikap menunggu
kedatangannya, tak tahunya dia beraksi di tempat lain dengan
memakan korban cukup banyak. Bukankah lebih baik kita
beranggapan bukan bayi ini yang dicari, sehingga jika iblis itu
melakukan aksinya di tempat lain kita sudah siap untuk
menghadangnya?"
"Ya, ya... benar juga itu. Tapi andai saja dia memang
mengejar bayi itu. apakah kau sudah siap menghadapinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sejak kapan kau melihatku tak siap menghadapi bahaya?"
"Ya, ya... aku tahu, kau selalu siap. Sorry."
"Masalah menang atau kalah, itu urusan nanti. Aku bukan
mengatakan kalau aku selalu siap itu berarti selalu menang
melawan kekuatan dari alam kegelapan. Tapi setidaknya aku
selalu siap menelan kepahitan apapun bentuknya, Sandhi. Kita
semua harus siap menghadapi resiko dari sebuah kehidupan
panjang ini."
"Ya, aku sering...." Sandhi tak melanjutkan kata-katanya.
"Ada apa, San?" Kumala bertanya kalem, tapi bernada
curiga. "Kita sudah sampai di depan rumah, Kumala. Dan... dan...."
Sandhi diam lagi. Menelan napas bersama ludahnya sendiri.
Seolah-olah tenggorokkannya kering. Kumala semakin curiga,
Tapi tetap kalem.
"Bunyikan klakson supaya
Buron membuka pintu
gerbangnya."'
"Apakah kau tak melihat sesuatu di seberang jalan itu,
Kumala?" "Yang mana?" '
"Sebelah kiri..."
"Oh...."!" gumam Kumala pelan dan datar. "Kau sudah
menungguku rupanya. Baik. Kita selesaikan urusan kemarin
malam" Sandhi semakin gemetar.mendengar Kumala seperti bicara
sendiri. Tapi ia tahu persis, bukan dia yang diajak bicara,
melainkan makhluk seperti anjing yang menyeramkan itu.
Hewan itu melolong panjang.
"Hooooouuuuunnnnnggg.. !!!! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka pagar-pagar rumah pun bergetar serentak,
menimbulkan suara gemericing gaduh. Pohon ikut bergetar.
Sebagian daun berguguran. Bulu kuduk Sandhi merinding
tegang. (Oo-dwkz-234-nv-oO)
5 BAYI dipeluk erat oleh Kumala. Gadis itu tetap tenang tapi
penuh waspada. Ia menyuruh Sandhi menabrak pintu gerbang
pagar rumahnya sendiri Sandhi tidak berpikir panjang lagi
tidak memikirkan kerusakan mobil nantinya. Gas ditekan.
Wruung...! Dan, temyata mobil BMW hijau itu seperti
menembus kabut. Blusss,.. ! Tak ada benturan dan suara
gaduh apapun. Kondisi mobil masih tetap utuh tanpa lecet,
keadaan gerbang pun demikian. Utuh tanpa kerusakan sedikit
pun. "Langsung masuk garasi!" suara Kumala berwibawa sekali.
Dan, Sandhi pun nekat menabrak pintu garasi yang belum
dibuka. Bless...! Lagi-lagi sedan mewaw itu seperti menembus
bayangan udara kosong. Tahu-tahu mobil sudah berada di
garasi, tanpa benturan apa-apa. Tapi lebih mengejutkan lagi
setelah Sandhi menengok ke belakang, ternyata Kumala Dewi
dan bayinya tidak ada di jok belakang. Sedangkan pintu mobil
masih dalam keadaan dikunci semua.
"Burooon... !" teriak Sandhi keras sekali sambil berlari
melalui pintu tembus garasi! Seruan yang berulang-ulang
membuat Buroh melompat dari tempat duduknya. Mak Bariah
pun keluar dari kamamya dengan menggeragap tegang.
"An... anjing itu... anjing itu ada di... di..."
"Aku sudah dengar lolongannya! Aku sedang memusatkan
konsentrasiku untuk memagar rumah ini," sahut Buron.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang yang penting katakan saja, di mana Kumala Dewi"!
Kenapa kamu pulang tanpa dia, hah"! Di mana... "!"
"En..entah...! Tadi dia... ada di jok belakang, tapi begitu
mobil menembus pintu garasi, dia sudah tidak ada!"
"Ya, Tuhan... "! Non Mala tidak ada"'" Mak Bariah berwajah
tegang, takut dan sedih.
"Tapi anjing itu ada ." di.. di depan sana, Ron!"


Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan-jangan Kumala menghadapinya sendiri"!" geram
Buron, lalu segera berkelebat pergi. Ia tak ingin Kumala celaka
menghadapi hewan anch itu. Apapun resikonya ia harus
dampingi Kumala Dewi. Dugaan Buron tidak meleset Kumala
berdiri di luar, depan teras. Ia menggendong bayinya dengan
kedua tangan. Tapi kakinya berdiri tegak, sigap, penuh siaga.
Wajahnya menghadap ke arah jalanan. Seakan ia menunggu
kehadiran tamu gaibnya.. Dan, pada saat itu kabutpun muncul
meronai alam sekeliling rumah Kumala.. Suasana sepi. Tak
satu pun tetangga yang terbangun oleh lolongan menyeramkan tadi. Tak seekor pun anjing lain yang ikut
bersuara. Bahkan entah sejak kapan kios rokok dan warung
kopi di ujung jalan sana sudah tak aktif lagi. Tutup. Gelap. Tak
ada satu kendaraan pun yang lewat di jalanan depan rumah
tersebut. Dalam kegelapan malam dan bayangan kabut tipis tampak
sepasang mata merah menyala di seberang jalan. Diam di
sana tanpa bergerak. Seperti sedang menunggu kelengahan
lawan yang akan dicabut nyawanya. Sepasang mata merah
itulah yang menjadi pusat perhatian Dewi Ular. Kehadiran
Buron di sampingnya tak membuatnya berpaling sedikit pun.
Seakan-akan Kumala sedang adu kekuatan melalui psndangan
matanya dengan makhluk aneh di seberang jalan. Bayi di
pelukannya menggeliat. Sesekali merengek pelan. Gelisah dan
terbangun dari tidurnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah kuduga, dia pasti datang lagi ma lam ini!" geram
Buron. "Aku akan melawannya sekali lagi, Kumala!"
"Jangan," bisik Kumala sangat pelan. Suaranya lemah.
"Tolong pegang saja bayi ini."
Kumala menyerahkan bayi kepada Buron tanpa berpaling
sedikit pun. Buron menerimanya dengan sedikit gemetar
karena kikuk. Belum pernah menggendong bayi. Kini, Kumala
menarik lengan blusnya agar sampai ke siku. Dengan begitu ia
lebih bebas lagi untuk bergerak apa saja. Matanya tetap
tertuju pada makhluk bermata besar mernbara itu. Seakan ia
tak ingin kehilangan gerakan lawan dalam sekejap pun.
"Dia memiliki kekuatan yang sangat besar. Aku bisa
merasakan energinya mengembang di sekeliling kita, Buron."
"Apakah itu berarti kau harus mundur atau menghindar?"
"Aku perlu memperkenalkan diri lebih dulu padanya, karena
agaknya ia tak mau memperkenalkan diri pada kita.
Mundurlah bawa masuk bayi itu. Atau serahkan untuk
sementara kepada Mak Bariah."
Buron segera pergi walau tetap dengan penuh waspada.. Ia
tetap mengawasi Kumala Dewi. Merasa sangat berdosa sekali
kalau sampai Kumala mengalami bahaya maut sementara dia
lengah tak memperhatikan. Bayi pun diserahkan kepada Mak
Bariah. Si bayi merengek ingin menangis. Mak Bariah
menimang-nimang dengan gemetar. Sandhi berjaga-jaga di
pintu. Sebilah samurai yang dibelinya dari penjual benda
tajam di sebuah kompleks wisata, kini berada dalam
genggamannya. Ia akan bertindak nekat kalau sampai Kumala
dan Buron dalam bahaya besar. Sementara itu, Buron segera
berdiri di belakang Kumala. Agak ke kiri.
Binatang itu.mengirimkan gelombang suara gaib. Hanya
Dewi U lar dan Buron yang dapat mendengar gelombang suara
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan menyerangku, Dewi U lar."
Buron berbisik, "Dia bicara"
"Aku dengar," balas Kumala. Kemudian gadis bertubuh sexy
yang rambut panjangnya diurai lepas itu segera mengirim
suara gaibnya pula.. Indera keenamnya , yang bieara dengan
nada tegas berwibawa.
"Siapa kau sebenarnya"!"
"Kilin!" jawabannya terdengar seperti angin berhembus dan
daun bergesek. Kalau tak cermat bisa salah dengar.
"Kilin" Benarkah itu namamu: Kilin?"
"Benar. Aku bernama Kilin. Sekali lagi kuingatkan padamu,
jangan menyerangku, Dewi Ular. Kau akan menyesal
melawanku."
"Apa maksudmu datang kemari?"
Tiba-tiba terdengar suara. guntur menggelegar di angkasa.
Kilin menggeram. Sepasang matanya tertuju ke atas. Seakan
mengikuti kilatan cahaya. guntur yang menyerupai cambuk
bersinar itu. Blegaaarrr ...... ! "
Wuusst... ! Kilin melompat seperti terbang dengan cepat ke
arah cahaya guntur tadi. Dalam sekejap ia lenyap bagaikan
ditelan ma lam. Kabut pun hilang dalam tempo singkat. Suara
malam terdengar lagi; ngengat, jangkerik, dan deru kendaraan
di kejauhan. Bahkan dua buah mobil meIintas dijalanan depan
rumah. Temyata lenyapnya Kilin telah membuat alam tak
lengang lagi Seakan hidup kembali seperti ma lam-malam
sebelumnya. "Dia pergi!" kata Buron.
"Jaga bayi itu!"
"Kau sendiri..."!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Buron belum selesai bertanya, Dewi Ular sudah melesat
dalam bentuk cahaya hijau kecil seperti anak naga. Zlaaap... !
Buron menggeram kesal la tahu. Kumala mengejar Kilin. Tapi
ia tak diizinkan untuk ikut mengejamya pula. Terbukti,
sebelum pergi Kumala memberinya tugas untuk menjaga si
bayi. Hal ini cukup menjengkelkan bagi Buron. Padahal ia ingin
menjaga dan membantu Dewi Ular dalam keadaan seperti ini.
Ia sangat khawatir akan keselamatan Dewi Ular. Mengingat
pihak yang dikejar kentara sekali berilmu tinggi, Buron sangat
mencemaskan majikan cantiknya itu. Namun ia tetap harus
patuh pada perintah dan pesan tadi.
"Kenapa tak kau kawal dia pergi"!" kecam Sandhi. "Kepala
luh empuk! Kalau boleh, sudah kuikuti kepergiannya!" Buron
bersungut-sungut. "Makhluk itu tadi sangat berbahaya bagi
Kumala. Getaran gelombang suaranya menyesakkan pernapasanku. Itu tandanya dia punya kesaktian me lebihi
Kumala Dewi."
Sandhi hanya menghempaskan napas panjang setelah tahu
bahwa Buron diperintahkan menjaga bayi itu. yang berarti
pula tidak diizinkan ikut mengejar Kilin. Padahal saat itu si bayi
mulai semakin merengek. Sebentar lagi pasti akan menangis.
Dan, kalau sudah menangis, pasti akan membuat brisik orang
satu kota. Sulit menghentikan tangis bayi aneh itu, Buron
menjadi semakin kesal menghadapi keadaan seperti itu.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
Suara lolongan anjing aneh tadi-terdengar pula sampai di
rumah Vinge. Ia sempat mengalami tingkat kecemasan sangat
tinggi. Malam itu, ia mendengar suara lolongan anjing aneh
sendirian. Suaminya, Pitto, belum pulang dari kantor. Menurut
telepon yang diterimanya tadi sore, Pitto harus menghadiri
rapat penting di kantor pusat. Diperkirakan pulang sampai
rumah sekitar. pukul delapan. Tapi sampai pukul sepululi
malam ternyata Pitto belum pulang juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hallo, Ridwan ya" Pitto ada bersamamu, Wan?"
"Nggak tuh. Bukannya dia udah pulang?"
"Belum. Justru aku menunggu-nunggu dia, tapi sampai
pukul sepuluh lebih kok belum pulang juga sih, Wan " Katanya
tadi ada rapat penting di kantor pusat, apa benar?"
"lya. Tapi rapat sudah selesai pukul tujuh tadi. Sekarang
aja aku sudah ada di rumah nih, Ving, Mestinya Pitto juga
sudah ada di rumah dong."
"Makanya... mestinya kan begitu" Aduuh... mampir ke
mana dulu itu orang sih"! Handphone-nya kuhubungi nggak
diaktifkan, Wan."
"Mungkin dia langsung ke rumah boss, karena boss kan
sedang sakit, jadi tadi nggak bisa datang. Pitto mesti kasih
laporan ke sana.. Memang sih seharusnya besok pun bisa dia
lakukan hal itu. Tapi barangkali Pitto punya pertimbangan Iain
sehingga mesti datang malam ini juga Tunggu saja deh.
Sebentar lagi pasti pulang."
"Tapi dia nggak ngantarin Ilsye, kan?"
"0, nggak. Aku tadi lihat si Ilsye pulang bareng Eddy dan
Nia. Swear deh Kalau soal Ilsye, nggak usah cemburu kamu,
Ving. Pitto pulang sendiri kok. Di mobilnya kulihat dia memang
sendirian."
Ada sedikit kelegaan di hati Vinge setelah mendengar
suaminya pulang sendirian. Hal yang paling ia khawatirkan
dari rasa cemburunya adalah Ilsye. Ternyata gadis cantik itu
tidak ikut dalam mobil Pitto Tapi kelegaan hati itu tidak
seberapa dibandinglcan kecemasan yang sangat menyiksa
batin itu. Tak jelas kecemasan itu akibat kecemburuan lain
atau kekhawatiran keselamatan Pitto, yang pasti Vinge
mengalami kegelisahan tak menentu.
"Kenapa dari tadi perasaanku nggak enak sih?" pikirnya
sendiri. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matanya melirik jarum jam. Sudah pukul sebelas " kurang
beberapa menit. Ia mencoba menghubungi HP-nya Pitto, tapi
HP itu masih tidak bisa dihubungi. Out Area.
"Bi... Bibi jangan tidur dulu, ya" T uan belum pulang ... ! "
pinta Vinge kepada pelayannya; Bi Enoh. Meski pun pelayan
tersebut ada di kamar belakang. selama belum tidur, Vinge
masih merasa sedikit tenang. Kalan toh terjadi apa-apa ia
masih bisa memanggil Bi Enoh dan diatas i berdua. Namun
ketenangan itu lagi-lagi hanya sebagai ketenangan semu.
Sering lenyap sendiri apabila debar-debar aneh di dalam
hatinya mengalami desiran yang tajam, seakan ingin
rnembelah hatinya.
Kira-kira pukul sebelas lewat lima belas menit, bel di pintu
pagar berbunyi. Mak Enoh disuruh membukakan pintu pagar
karena dilihatnya Pitto sudah berdiri di sana.Vinge segera
menyambut suaminya dengan hati lega. Namun tidak
sepenuhnya hati Vinge lega. Masih ada separo kedongkolan
dan kecurigaan yang menggumpal di hatinya.
"Kok nggak bawa mobil" Mana mobilnya?"
"Mogok,"
jawab Pitto pendek. Dingin. Matanya memandangi seluruh tempat, seperti sedang mencari sesuatu
dengan wajah tak sedap dipandang. Vinge berkerut dahi tajam
melihat suaminya datang dari mana-mana langsung masuk
keruang makan. Bahkan berjalan terus ke dapur. Biasanya
Pitto datang dari mana-mana langsung memberikan ciuman
pada istrinya, sekali pun di kantor habis mengalami sesuatu
yang menjengkelkan hatinya. Kini Pitto seperti tak
mempedulikan Vinge, sehingga Vinge mengikuti langkahnya
hingga ke dapur..
"Apa yang kamu cari s ih?" Pitto tidak menjawab. Ia bahkan
menuju ke halaman belakang. Memandang ke sana-sini
sebentar, kemudian masuk kembali. Seperti orang bingung,
tapi juga seperti dalam ketegangan yang mengesalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya. Vinge masih mengikuti ketika Pitto masuk ke kamar
tidurnya. "Pa, Papa ini cari apa kok ditanya diam saja"! Sudah
pulangnya telat, nggak kasih alasan dan pcnjelasan sama
Mama, ditanya diam saja! Jangan begitu dong! Aku di rumah
mengkhawatirkan dirimu, Pa!"
Pitto bagaikan tak peduli omelan istrinya. Ia diam di tengah
kamar tidur Matanya memandang tajam ke sana-sini. Setelah
itu baru masuk kamar mandi! Vinge mencoba mengendalikan
emosinya sendiri.
"Mungkin dia sedang ada masalah yang sangat
menjengkelkan.Kalau kudesak terus. bisa-bisa kemarahannya
meluap dan aku jadi sasaran, Sebaiknya kubiarkan dulu.
Mungkin tidak malam ini dia akan menjelaskan masalahnya.
Yang penting dia sudah pulang dengan selamat dan nggak
ada tanda-tanda habis selingkuh dengan perempuan lain."
Vinge menarik napas panjang-panjang beberapa kali. Kini ia
sudah menetralisir perasaannya sendiri. la harus bersikap baik
dan mesra untuk menenangkan sesuatu yang bergejolak di
hati suaminya. Kebingungan Pitto itu akhirnya berhenti sendiri. Ia
menghempaskan napas kekesalan sambil duduk di salah satu
bangku di kamarnya, yaitu bangku rias istrirrya. Wajahnya
kaku, tanpa senyum sedikit pun. Vinge sengaja mendekatinya
dengan senyum manis.
"Pa, mandi dulu gih! Pakai air panas, biar nggak masuk
angin. Nih, mama bawakan handuk dan pakaian dalamnya"
"Nggak usah." Pitto berdiri, bergegas keluar dari kamar.
"Papa mau ke mana lagi sih"!" cegah Vinge sambil
menahan tangan suaminya.. Pitto berpaling menatap dengan
kesan dingin. "Papa mau keluar lagi"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Ada yang hsrus kukerjakan."
"Baru saja sampai rumah sudah mau pergi lagi"!" sentak
Vinge. "Nggak! Nggak boleh pergi lagi! Kalau memang
mobilnya mogok, diurus besok saja! Malam ini Papa harus di
rumah, Istirahat. Dan... dan...," supra Vinge melunak: "Papa
lupa ya" Udah seminggu Papa nggak berlayar di lautan cinta
lho. Mama bisa kesepian kalau begini terus-terusan, Pa."
Vinge mulai merayu suaminya Tangannya mulai merayap
dengan nakal. Senyum dan tatapan mata mulai menantang
gairah lawan jenisnya. Ia menarik pelan-pelan tangan
suaminya hingga keduanya berada dekat dengan ranjang.
Kancing baju Pitto mulai dilepasi satu-persatu sambil diselingi


Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tawa kecil yang mengikik.
"Ada Yang harus kucari. Biarkan aku pergi-dulu, nanti
kembali lagi. Jangan bangkitkan gairahku."
"Nggak! Nggak boleh pergi !" Vinge berlagak sewot; tapi
tangannya masih terus menyusup di balik baju Pitto. Lelaki itu
diam saja. Ia hanya memperhatikan tingkah istrinya.
"Aku sudah nggak kuat kalau harus menunda lagi. Pa," kata
Vinge sambil ma lu-ma lu. Ia buru-bura mencium dagu
suaminya. Ciuman itu disertai lidah yang menggelitik. Akhirnya
lidah itu disambar pula oleb Pitto. Bibir Vinge dilumat habishabisan oleh Pitto, hingga Vinge terengah-engah geragapan,
sulit bemapas. "Ohh, Pa... ganas banget sih Papa hari ini"! Tapi... aku
suka kok. Hiii, hii hii... Oouhh, gila betul Papa ini... hiii!"
Pitto memang lebih ganas dari biasanya. Bahkan gaun yang
dikenakan Vinge sempat robek karena kekasaran gairah Pitto.
Vinge tak keberatan. Ia justru menikmati setiap kecupan dan
remasan tangan Pitto dengan hati senang. Ia mencoba
membalas, sampai-sampai keduanya berguling-guling di
ranjang. Ia memang sempat heran dalam hatinya, mengapa
baru sekarang Pitto melakukan manuver-manuver cinta yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu indah, padahal dari dulu ia sangat mengharapkan hal
seperti malam ini" Karenanya, Vinge tak keberatan ketika
harus melambung ke puncak kemesraan berkali-kali. Ia justru
bangga dan sangat bahagia menerima kemesraan dahsyat dari
sang suami. "Malam ini Papa tangguh sekali. Luar biasa! Seperti
Hercules!" sanjungnya saat mengeringkan peluh di sekujur
tubuh. Napasnya terengah-engah dengan senyum dan tatapan
mata penuh kepuasan batiniah.
"Masih ingin lagi?"
"Iih...! Udah remuk semua nih tulang Mama. Nanti dong,
tunggu kondisi pulih kembali. Hii, hii, hii...!" Ia menciumi
wajah Pitto. "Kalau kau sudah puas. biarkan aku pergi."
"Apa... "!" Vinge terperanjat. "Masih juga ingin pergi"!"
"Ada yang harus kucari!"
"Apa... " Yang mau dicari itu apa sih"!"
"Medali!"
Vinge tertawa. "Medali penghargaan" Ooh, Papa sudah
dapatkan medali penghargaan dariku. Malam ini Papa tampil
heboh sekali dan aku sangat puas. Luar biasa puasnya. Jadi,
aku akan memberi Papa medali penghargaan atas kesuksesan
Papa yang luar biasa ini."
"Mana medali itu"! " Pitto tampak bersemangat.
'"Nanti dong. Kan tadi aku sudah bitang, kalau lelahku
sudah hilang dan staminaku pulih kembali, aku akan service
Papa lebih dahsyat dari biasanya, lebih heboh dari yang tadi.
Itulah medali dariku untuk Papa.. Ngerti, Sayang... "!" Vinge
memeluk suaminya. Membenamkan wajah suami di
dadanyayang membusung sekal itu. Tetapi agaknya janji tadi
tidak membangkitkan semangat Pitto untuk melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tindakan yang menggelitik. Tak ada kenakalan dari bibir dan
tangan Pitto. Ia hanya diam saja, sampai akhimya Vinge
melepaskan pelukan.
"Aku mau ke kamar mandi dulu, ya" Biar nanti kalau
diulangi lagi udah bersih dan segar. Okey, Sayangku... " Hii
hii, hii ... " Vinge menggigit hidung mancung suaminya. Pelan.
Nakal. Lalu meninggalkan sang suarni di ranjang sendirian. la
masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintu kamar mandi
Terdengar derasnya air dari kran shower yang mengisi
kesunyian malam itu.
Sekitar dua menit Vinge ada di dalam kamar mandi, Ketika
ia keluar dari sana, ternyata suaminya sudah tak ada. Ia
keluar dari kamar mandi Iantaran mendengar dering telepon
berkali-kali.. "Pa , angkat tuh telepon..!" serunya.. Tapi karena telepon
masih berdering, maka ia pun keluar dari kamar mandi.
Mempercepat keperluannya. Ia sangat heran dan sedikit kaget
melihat suaminya tak ada di ranjang. Ia pikir Pitto pergi ke
luar kamar untuk suatu keperluan. Mungkin ke dapur untuk
mengambil air dingin dari dalam kulkas. Maka, dengan tubuh
dibalut kain handuk, Vinge menerima telepon tersebut.
Ia menyangka peneleponnya adalah Ridwan yang ingin
menanyakan keadaan Pitto, apakah sudah sampai rumah atau
belum, Tapi sapaan ceria V inge berubah menjadi kaku setelah
tahu peneleponnya bukan Ridwan.
"Apa benar ini rumah Tuan Hans Pittoka Bruidi?"
"Benar. Saya lstrinya. Dari siapa ini?"
"Kami dari kepolisian, Nyonya. Kami menemukan berkas
kertas kerja dan barang-barang lain dari mobil. suami Anda,
termasuk kartu nama di atas dashboard. Dan..."
"Mobil suami saya memang mogok, Pak. Tapi...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan mogok, Nyonya. Mobil suami Anda mengalam i
tabrakan dengan sebuah Blazer yang mengakibatkan
keduanya hancur. Menurut saksi mata, pengemudi mobil
Blazer tewas seketika, termasuk Tuan Pitto yang secara
perhitungan logika akan senasib dengan pengemudi Blazer
merah ini. Tetapi kenyataannya..."
"Itu tidak mungkin. Suami saya baru saja pulang. sekarang
ada di rumah. Keadaannya tidak apa-apa. Maksud saya... dia
tidak mengalam i luka apapun. Dan..,"
"Apa benar suami Nyonya pulang ke rumah" Sebab, di
tempat kejadian pun beliau memang tidak kani temukan.
Boleh kami bicara dengannya?"
"Sebentar... !" Lalu, Vinge memanggil-manggil suaminya.
"Pa... Papa...! Ada telepon dari polisi nih! Paaa... ! Papa di
mana sih"!"
Vinge tertegun kaget. Baru sadar bahwa saat itu sepatu
dan pakaian yang tadi dikenakan suaminya sudah tidak ada.
Artinya, Pitto temyata bukan hanya pergi ke dapur, melainkan
pergi keluar rumah tanpa pamit lagi. Vinge mencoba
mengejamya sampai ke pintu pagar. Tapi ia tak berhasil
menemukan Pitto. Keteganganpun semakin memuncak setelah
Bi Enoh memberikan kesaksian, bahwa ia tadi melihat Pitto
keluar dengan terburu-buru.
"Saya sempat menegurnya, tapi Tuan tak menjawab apaapa, Nyonya "
"Pitoooooo... !!" teriak Vinge melampiaskan kemarahan
sekaligus kepanikannya.. Ia berlari hingga keluar dari halaman
rumahnya Berkali-kali berseru penuh emosi, sampai akhirnya
seorang tetangga keluar dari rumahnya dan menghampiri
Vinge. Setelah mendengar penjelasan Vinge perihal telepon
dari kepolisian, tetangga itu menyimpulkan bahwa mungkin
saja yang datang dan bercinta dengan Vinge tadi bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaminya, melainkan roh sang suami yang ingin berpamitan
padanya. Ridwan ditelepon, lalu segera datang. Bersama Ridwan
perempuan itu segera meluncur ke lokasi kecelakaan. Temyata
apa yang dikatakan polisi ditelepon tadi memang benar. Mobil
Pitto ringsek sete lah ditabrak mobil Blazer merah. Sementara
mobil B lazer itu pun hancur berantakan.
Melihat kondisi mobil Pitto yang ringsek begitu, kecil
kemungkinan bagi Pitto untuk selamat. Tapi anehnya di situ
hanya ada mayat pengemudi Blazer, sementara mayat Pitto
tidak ada di tempat Anehnya, mayat pengemudi Blazer itu
mengalami luka bakar pada bagian mulutnya. Hangus.
Blazer merah yang hancur dan kerumunan massa menjadi
pusat perhatian mata batin Kumala Dewi. Setelah ia gagal
mengejar Kilin, ia tertarik dengan kondisi mayat yang baru
saja dikeluarkan dari tumpukan besi bekas mobil Blazer
merah; Vinge tiba di sana setelah Kumala Dewi menemui
petugas kepolisian yang kebetulan dikenalnya. Maka, ketika
Vinge sampai di tempat bersama Ridwan,ia langsung dihampiri
Kumala Dewi. Semua orang tak tahu, dari mana datangnya Kumala Dewi.
Semua orang tak menyadari sejak kapan gadis cantik itu ada
di lokasi kejadian. Tapi semua orang tahu, bahwa gadis itulah
yang menyebarkan aroma wangi dari tubuhnya. Dan,
aroma.wangi itu menenangkan hati rnereka. Termasuk
meredakan kesedihan serta kepanikan yang dialam i Vinge den
Ridwan. Karena redanya kesedihan dan kepanikan itu maka
Vinge dapat diajak bicara dengan mudah dan lancar.
"Apakah suami Zus Vmge tidak bilang mau pergi ke mana?"
"Tidak. Tahu-tahu dia sudah pergi sewaktu saya ada di
kamar mandi. Sava sudah melarangnya Berkali-kali melarangnya. Tapi dianekat pergi tanpa pamit."
"Menggunakan mobil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya rasa tidak. Dia datang tidak membawa kendaraan
apa-apa." Ridwan menimpali, "Tapi dia pergi begitu cepat.
Seandainya dia jalan kaki, tidak mungkin bisa cepat
menghilang dari pandangan Vinge yang sempat memburunya
sampai pintu pagar. Bukankah begitu. Ving?"
"Ya, benar. Saya juga merasa aneh. Kenapa dia cepat
menghilang. Kalau toh dia menghilang karena membelok ke
jalan lain, dia harus lari cepat. Sebab jarak pertigaan jalan
dengan rumah kami cukup jauh. Tidak mungkin ditempuh
dengan jalan kaki secepat itu "
"Maaf," sela Ridwan. "Nona siapa?"
"Saya.... Kumala Saya sedang..."
"Maksudnya...
Kumala Dewi"!"
sergah Ridwan bersemangat. Kumala hanya tersenyum manis, akrab dan menganggukkan kepala.
"Kalau begitu Andalah yang selama ini dikenal sebagai
paranormal cantik termuda yang sedang naik daun" Ooh
kebetulan sekali. Vinge, kebetulan sekali kita bisa bertemu
dengan Nona Kumala ini."
"Panggil sajaaku: Kumala. Hmmm... rasa-rasanya kita perlu
mencari tempat yang lebih baik untuk bicara. Zus Vinge."
" Hmm, ya .... tapi ... tapi bagaimana dengan suamiku?" Ia
kembali sedih. Namun harum wewangian yang keluar dari
keringat tubuh Kumala segera menetralisir kesedihan itu.
"Sebaiknya kita bicara di mobilku saja, Ving," usul Ridwan.
Dan, temyata Kumala Dewi tidak keberatan, begitu pula Vinge.
Tetapi sebelum sampai ke mobil Ridwan, mereka sempat
memperhatikan kondisi mayat di pengemudi Blazer merah
mulut hangus. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa mulut mayat itu hangus?" gumam Ridwan.
"Roh di dalamnya keluar dan berpindah raga Ia kini
menggunakan raganya suami Zus Vinge ini."
"Rohnya siapa maksudmu?"
"Roh iblis!"
"Itu tidak mungkin!" bantah Vinge. "Suamiku masih utuh.
Masih segar bugar. Bahkan... bahkan ia sempat bercinta
denganku dan luar biasa sekali pelayanannya malam ini."
"Tidak seperti biasanya, bukan?"
"Ya Memang. Dia bahkan lebih, maaf... lebih dahsyat dari
malam-malam sebelumnya Aku. sempat..."
"Cukup, Zus Vinge Tak perlu dilanjutkan karena itu sangat
privacy sekali bagi kaum wanita," potong Kumala dengan
kalem "Yang perlu Zus Vinge ketahui, pelayanan seperti itu
hanya dimiliki oleh kemesraan iblis. Tanpa roh iblis di
dalamnya, suami Anda tidak akan mengalami kelainan dalam
bercinta "
"Be... betulkah begitu"!" Vinge mulai murung kembali.
Cemas dan merasa ngeri membayangkannya. Sambil
melangkah menghampiri mobilnya Ridwan, Kumala Dewi
menyuruh Vinge menceritakan hal-hal aneh yang diketahuinya
sejak kedatangan Pitto ke rumah. Maka, Vinge pun
mengungkapkan beberapa keheranannya melihat tingkah
suaminya. "Dia seperti mencari sesuatu dengar tergesa-gesa sekali."
"Maaf " potong. Kumala. "Apakah rumah Anda nomor 999,
atau..." "Ya, benar," sahut Ridwan. "Dia memang tinggal di rumah
nomor 999. Apakah ada artinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Tapi sebelum saya jelaskan, saya ingin tahu,
apakah Zus Vinge tahu, apa yang dicari oleh suami Anda?"
"Waktu kutanya, dia menjawab seenaknya. Nggak serius."
"Apa yang dicarinya?"
"Medali, katanja. Tapi aku nggak percaya dan menganggapnya sedang bercanda. Maka..."
"Itu bukan bercanda," sahut Kumala. "Jadi, semakin jelas
sudah sekarang. Iblis itu mencari medali."
"Medali apaan" Mana ada iblis mencari medali" Apa dia
atlit?" "Medali bukan saja milik atlit. Dan, medali yang dicari
bukan sembarang medali. Pasti punya makna gaib tersendiri
dan sangat penting baginya. Kalau begitu..."
"Hey , sepertinva di balik kerumunan orang di seberang
sana ada Pitto! Aku melihat baju dan potongan rambutnya!"


Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sergah Ridwan yang membuat Vinge dan Kumala terperanjat.
Lalu, mereka bertiga segera lari keseberang jalan. Mencari
Pitto di antara orang-orang yang melihat kedua bangkai mobil
tersebut. (Oo-dwkz-234-nv-oO)
6 TERNYATA orang yang dimaksud Ridwan bukan Pitto.
Hanya seseorang yang penampilannya mirip Pitto. Vinge dan
Kumala menyimpan rasa kecewa dalam hati mereka Tetapi
setelah urusan dengan pihak kepolisian selesai, dan Vinge
diizinkan untuk pulang, Ridwan berinisiatif untuk mengantar
pulang Kumala. Sebab, Kumala mengaku datang ke tempat itu
dengan menggunakan taksi. Ridwan menaruh harap kepada
Kumala untuk menyelesaikan masalah rnisteri kemunculan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pitto itu, sebab ia tahu Kumala punya kemampuan
supranatural cukup tinggi.
Pada saat mereka bertiga meninggalkan lokasi kejadian,
Vinge sempat bertanya kepada Kumala, "Dapatkah kau
mengembalikan suamiku" Aku ingin suamiku kembali dengan
rohnya sendiri."
"Aku akan mencobanya. Tentu saja kalau aku bisa unggul
mengalahkan roh iblis yang menggunakan raga suami Anda,
Vinge. Sebelum mencapai sehari-semalam, mungkin roh itu
masih ada di sekitar kita dan kita bisa tarik kembali kalau
memang kodrat kematiannya belum tiba. Nanti kucoba untuk
memeriksanya dulu, apakah kodrat kematian suami Anda
sudah tiba waktunya atau belum."
"Aku berharap rekan karibku itu bisa di...." kata-kata
Ridwan terpotong oleh seruan Vinge.
"Wan, lihat orang yang mau naik ke jembatan
penyeberangan itu! Bukankah dia... dia adalah suamiku, Wan!
Dia Pitto....!"
"Astaga! Benar!" seru Ridwan kaget dan tegang. Mobilnya
dipacu lebih cepat lagi untuk segera tiba di jembatan
penyeberangan. Di sana tampak Pitto sedang menaiki tangga
penyeberangan yang sudah sepi, karena malam memang
sudah sangat larut.
"Pittoooo ..!!" seru Ridwan sambil menghentikan mobilnya
Vinge melompat turun, begitu pula Kumala Dewi. Tapi tangan
Vinge segera dicekal Kumala, sehingga tak dapat berlari
menuju ke tangga penyeberangan jalan. Kumala Dewi segera
berbisik kepada mereka berdua.
"Jangan ada yang mendekatinya! Aku melihat sinar
matanya bukan sinar mata manusia biasa!"
"Ikuti sarannya!" bisik Ridwan kepada Vinge. Ia segera
menahan pundak Vinge agar tak pergi dari sisinya Tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiarkan Kumala maju beberapa langkah. Tatapan
matanya masih tertuju pada Pitto yang sudah ada di atas
jembatan penyeberangan. Pitto tampak tegang. Penuh
kemarahan. Tapi ia juga tak bermaksud melakukan
penyerangan. Ia justru berlari menyeberang menggunakan
jembatan di atas jalan tol itu. Ia ingin menghindari Kumala.
"Tunggu! K ita perlu bicara!" seru Kumala Dewi.
Gadis itu tidak berlari ke arah tangga jembatan, melainkan
melompat lurus ke atas. Lenyap dalam sekejap mata. Tahutahu ia sudah berada di tengah jembatan, menghadang
langkah Pitto. "Keparat! Kau ingin menghalangiku, Dewi Ular!" geram
Pitto. Jelas sekali bukan Pitto sendiri yang bicara, karena ia
menyebut Kumala dengan nama Dewi Ular. Semakin yakin
Kumala bahwa lawannya sudah sangat mengenali dirinya, dan
mungkin juga dapat mengukur tingkat kesaktiannya Kumala
merasa perlu lebih waspada dan hati-hati menghadapi iblis ini.
Sebab, jika ia sembarangan menghancurkan iblis itu, maka
yang hancur adalah raga Pitto, Orang tak bersalah.
"Keluar kau dari raga orang itu! Mungkin kita bisa
berunding secara damai. Jangan bikin permusuhan denganku.
Aku tahu, kau adalah pengikutnya Dewa Kegelapan. T api kau
pun harus tahu, bahwa aku tak pemah membiarkan Dewa
Kegelapan dan anak-turunnya bertingkah semaunya sendiri di
alam kehidupan ini!"
"'Jangan mengguruiku, Dewi U lar! Enyah kau dari Sini!"
Geram yang menghentak diikuti seringai mengerikan itu
telah membuat Kumala menduga apa yang akan terjadi. Pitto
bermata merah. Terang seperti bohlam lampu. la mengibaskan tangannya seperti menampar lalat. Wuuut... !
Dan, Kumala merasa dihantam dengan balok kayu besar
sekali. Karena ia sudah siap, maka angin padat tak terlihat itu
berhasil ditahannya dengan hawa sakti dari telapak langan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanannya Deeeb... ! Tapi sangat tak diduga-duga bahwa angin
padat itu memiliki daya hisap cukup besar.
Kumala Dewi tersentak maju. Terhisap tenaganya, dan
darahnya pun bagaikan menyembur keluar dari telapak
tangan. Buru-buru ia menggenggam, menutup ruas gaib agar
hawa saktinya tidak terhisap kekuatan lawan. Zuub...! Putus
sudah daya hisap itu. T api kedua kaki Kumala menjadi lemah.
Ketika Pitto melayang cepat ke arahnya dari jarak sekitar lima
meter, Kumala tak siap menahan serangan lawan. Walau pun
ia berhasil menahan dengan kedua tangannya, ia tetap
terpental bagaikan diterjang seekor banteng yang sedang
mengamuk. "Huhhggh...!" Kumala tersedak. Jatuh terhempas ke
belakang. Dadanya seperti disodok dengan kepala banteng. Ia
berusaha untuk mengunci saraf sakit dengan menahan
napasnya. Ketika itu ia bangkit dan menerima serangan lawan
kembali. Empat larik sinar orange keluar dari jari-jari tangan kanan
Pitto. Keempat sinar itu berkelebat bagaikan cambuk, melilit
tubuh Kumala di bagian pinggang, kemudian melemparkan
tubuh itu seperti membuang boneka plastik. Weesss...! T ubuh
Dewi Ular melayang keluar dari jembatan penyeberangan. Ia
akan jatuh di jalan tol. Ia tak dapat mengendalikan
keseimbangan tubuhnya karena bekas lilitan. sinar orange tadi
membakar hangus badannya, terutama sekeliling pinggang
dan perut. "Gawat! Dia akan jatuh ke bawah!" desis Ridwan dengan
cemas. Vinge tak bisa memberi komentar, karena ia terpaku di
tempat. Tak menyangka kalau suaminya benar-benar
kerasukan roh iblis, sehingga dapat mengeluarkan cahayacahaya maut seperti tadi. Kini mata Vinge tak berkedip
menyaksikan keadaan kritis Kumala Dewi.
Gadis itu memang sedang melayang turun ke bawah. Akan
terhempas di jalan tol. Bertepatan dengan itu tiba-tiba Ridwan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan Vinge melihat ada sinar putih yang meluncur dari tepi
jalan. Sinar putih itu menyerupai sabuk panjang. Melesat
sangat cepat, membentuk seperti jembatan lengkung dari
seberang jalan ke seberangnya lagi. Dan sinar putih itulah
yang menyangga tubuh Kumala, sehingga gadis cantik itu tak
sempat terhempas ke aspalan.
Debb...! Begitu tubuh Kumala tersangga; sinar putih itu
melambung naik, masih dalam bentuk seperti lengkung
pelangi. Kumala Dewi segera sadar dirinya ada yang menolong
dan menyelamatkan. Tapi ia belum sempat mencari tahu siapa
yang menolongnya secara gaib itu. la segera tegak berdirl,
dan melepaskan pukulan pembeku ke arah Pitto. Pukulan itu
berupa hembusan kabut putih menyerupai sinar yang
mengandung hawa salju. Zaaaab... !
"Ahhhkkrrr...!" Pitto mengerang. Dalam sekejap ia
terperangkap gumpalan salju dan menjadi beku. Kumala Dewi
melompat dari titian sinar putih ke jembatan penyeberangan.
Wuusst... ! Tiba di jembatan penyeberangan, sinar putih tadi
lenyap tanpa suara. Namun ia sempat melihat sepasang mata
merah memandanginya dari tepi jalan, bawah jembatan.
Sepasang mata-merah itu tak disangsikan lagi, jelas milik
seekor anjing aneh yang menyeramkan dan berukuran besar.
Kilin. "Hati-hati, ia mengumpulkan kekuatan di balik saljumu "
Ada suara yang didengar Kumala seperti gesekan daun
kering. Ia kenali suara itu adalah suara Kilin. Ia tak sempat
membalas bisikan Kilin karena Pitto yang terbungkus lapisan
es mulai tampak retak-retak, sebentar lagi lapisan es itu akan
pecah. Tepat seperti bisikan Kilin. iblis tersebut telah
mengumpulkan kekuatan. Kraaak...! Lapisan es berhasil
dipecahkan, sinar merah akan menyebar. Kumala Dewi buruburu menyergapnya dengan cahaya hijau dari matanya.
Wuuubs...! Dalam sekejap Pitto terbungkus cahaya hijau
berpendar-pendar, menyerupai keponpong yang menyala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dewi Ular ingin menghantamnya dengan kesaktian yang lebih
tinggi, tapi ia ueungkan niat itu, karena ia tak ingin
mencederai raga Pitto.
"Keluar kau dari raga itu, dan kita selesa ikan urusan kita
secara ksatria!" tantang Kumala sengaja mernancing emosi
lawannya. Blaaar...! Tiba-tiba tubuh Pitto meledak. Gelombangl
edakannya sangat kuat. Pagar jembatan penyeberangan itu
jebol sepanjang lima meter.Kumala sendiri terlempar hingga
jatuh di ujung tangga. Wajahnya merah matang akibat hawa
panas dari ledakan tersebut. Rupanya iblis itu mengerahkan
tenaga yang terhimpit cahaya hijaunya Kumala. Ketika sudah
maksimal, cahaya hijau yang membungkusnya dilawan dan
menghasilkan benturan dua kekuatan besar, sehingga
terjadilah ledakan besar tadi. Tapi tubuh Pitto sendiri masih
tetap utuh. Tidak ikut meledak atau hangus. Hal itu berarli
kekuatan si iblis berhasil mengalahkan kekuatan Kumala Dewi,
bahkan sempat menimbulkan luka bakar di wajah cantik sang
dewi. Tepat di mana Kumala jatuh berguling-guling, terdapat
seberkas cahaya biru keputih-putihan. Cahaya itu seperti bola
tenis berserabut Melayang setinggi satu meter dari permukaan
tanah jembatan.
"Bangkitlah, lekas... ayo, bangkit... !"
Terdengar suara lelaki dari dalam cahaya biru tersebut.
"Siapa kau?" bisik Kumala di sela helaan napasriya yang
berat. "Tolong kembalikan aku ke ragaku'
"O, kau Pitto rupanya."
"Istriku menungguku. Kasihan dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpacu semangat Kumala untuk melupakan rasa sakitnya
dan melakukan penyerangan kembali. Tapi pada saat itu iblis
yang menggunakan raganya Pitto sudah lebih dulu
menyerangnya dengan udara aneh. Udara itu keluar dari
telapak tangan dan berbentuk seperti cermin bergumpalgumpal. Maka, dengan, cepat Kumala Dewi menyabetkan
kedua jarinya seperti sedang melemparkan pisau ke depan.
Seet..! Dan, dari kedua jari itu melesatlah sinar hijau
berbentuk seperti mata tombak. Sinar tersebut menembus
gumpalan cermin, sehingga terjadi kembali ledakan cukup
dahsyat. Blegaaaarrr....!
Kali ini raga Pitto terdorong cukup jauh, hampir mendekati
ujung tangga seberang. Kumala Dewi masih tangguh, hanya
terhuyung-huyung mundur beberapa langkah Dan, di ujung
sana, ternyata sudah ada Kilin yang menyeringai dengan
menyeramkan, Kilin segera mengeluarkan sinar merah dari
sepasang matanya. Dua sinar merah itu menghantam
punggung raga Pitto. Deess..! Tak ada suara ledakan. Tapi
iblis yang menempati raga Pitto Itu menjent kesakitan:
"Aaaaahhhhhrrrrrkkk...."
Tampak gumpalan asap bening. scperti kaca keluar dari
mulut raga Pitto roh iblis itu rupanya terdorong keluar akibat
hantaman dua sinar merah dari rnata Kilin. Maka, secepatnya
Kumala Dewi segera menyambar cahaya biru yang
menyerupai bola tenis berserabut itu. Seet...! Seperti halnya
bola tenis di tangannya, Kumala mielemparkan cahaya biru
yang ternyata adalah perwujudan dari roh Pitto sebenamya.
Wuuut... ! Cahaya itu melesat melebihi kecepatan anak panah,
langsung masuk ke mulut raga Pitto yang baru saja dipakai
keluar roh iblis.
Zeeebb... ! Brruuk... ! Pitto terpuruk jatuh. Tapi mulai
terdengar suaranya yang mengerang. "Aaaoouuuww..."
Melihat Pitto telah hidup kembali menggunakan rohnya
yang asli, Kumala merasa lega. Tapi ia masih harus mengejar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
roh iblis yang menyerupai gumpalan cermin itu. Karena, roh
iblis itu tampaknya sengaja ingin menghindari pertarungan
tersebut dengan menyemburkan asap hitam yang membungkus seluruh s isi jembatan penyeberangan.
"Keparat busuk kalian berduaaa...!" Cahaya merah tampak
menembus asap hitam. Mendekati Kumala Dewi.
"Cepat naik ke punggungku! K ita kejar dial"
"Kilin... "
Seet.. ! Kumala Dewi melompat ke punggung Kilin. Terselip
di antara bulu-bulu tebal yang bergerigi. Blaass . ! Kilin
melesat terbang tanpa sayap. Dalam kegelapan malam,
tampak cahaya matanya berbinar-binar mengejar cahaya
cermin yang melarikan diri sejauh mungkin. Kecepatan
gerakan Kilin temyata sungguh luar biasa Dewi U lar mengakui
kalah cepat dalam bergerak walau ia menggunakan
kesaktiannya yang merubah diri menjadi sinar hijau seperti
anak naga. Tahu-tahu Kilin sudah menghadang di depan iblis
yang diburunya Membuat sang lawan terhenti seketika.
"Kau tak akan bisa lari lagi, Gandrapala!!" geram suara Kilin
semakin serak seperti gesekan daun bambu kering, Dari
mulutnya keluar lidah panjang yang melilit gumpalan cermin
itu. Lidah tersebut berhasil menahan iblis yang temyata


Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bernama Gandrapala itu terjerat tak bisa bergerak ke manamana. "Hantam dial" perintah suara batin Kilin kepada Kumala
Dewi, Maka dengan cepat Kumala Dewi pun melepaskan
pukulan yang berupa sinar hijau berbentuk cakra.
Zlaassp... Jegaaarrr.. !
"Lagi ...!"
Zlaaap ...! Jegaaaar...! Pyaaaarr...! Seperti suara pecah
yang serpihannya menyebar kemana-mana, suara itu
menggema memenuhi kota.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Cepat menghindar dari sini !" sentak Kumala Dewi begitu
mengetahui serpihan seperti kaca itu menyebar tinggi ke atas,
dan ketika turun berubah menjadi percikan cahaya putih
kebiru-biruan. Serangkaian ledakan terdengar bersamaan
dengan itu. "Hujan petir... !" sentak suara hati Kumala Dewi, yang
membuat Kilin melesat dari tempatnya berdiri di udara bebas.
Weestt...! Blaar, blarr, blaaaar, duaar, jlegaarr, blaaang...!
Hujan petir benar-benar terjadi. Hampir setengah menit
sendiri lamanya. Sasarannya adalah Dewi Ular dan Kilin.
Tetapi mereka berdua sudah berhasil lolos lebih dulu,
sehingga yang terkena hujan petir adalah jalanan bebas,
pepohonan penghijau jalur, dan beberapa bangunan yang
menjadi perkantoran jika siang hari. Bangunan itu rusak,
terbakar hancur tapi para penjaganya sempat melarikan diri.
Jalanan beraspal pun terbelah menjadi beberapa bongkah.
Pohon-pohon terbakar hangus, pecah, dan terpotong-potong.
Jerit para manusia yang berada tak jauh dari tempat bencana
saling bersahutan, menyerupai suasana kiamat tiba.
Tetapi di atas sana, dalam kegelapan langit malam,
ternyata gumpalan kabut menyerupai kaca terbentuk kembali,
bahkan sekarang terlihat jelas bentuknya, mirip monster
berkepala besar dan badannya seperti susunan batu-batu liar.
"Dia muncul lagi, Kilin !"
"Itulah kelebihan Gandrapala! Jika ia tak punya kesaktian
itu, dia tidak akan menjadi menantunya si Lokapura, yaitu.
suaminya Sekar Baruni; anak sulungnya Lokapura dari istri
sahnya, si Dewi Penguasa Birahi Iblis. Dan.... aku akan
menerjangnya dari sini sekarang juga. Atasi saja kekacauan di
bawah sana, Dewi U lar!"
Dewi Ular melompat turun dari punggung Kilin. Hewan
berkaki naga itu segera melesat menyongsong bentuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perawakan Gandrapala yang sangat besar. Sementara itu,
Dewi Ular telah berubah menjadi seberkas sinar hijau
berbentuk naga kecil. Ia melayang cepat di atas reruntuhan
bangunan, jalanan, pohon, dan tempat lain yang terkena
hantaman hujan petir tadi. Dengan semburan lembut dari
mulutnya, tempat yang terkena hantaman hujan petir itu
menjadi berkabut hijau. Kabut itu membuat mata orang
menjadi buram. Ketika pandangan mata orang menjadi terang
kembali, mereka sangat terkejut karena bangunan dan
tempat-tempat yang tadi rusak berat ternyata sudah utuh
seperti sedia kala seperti tak pernah terjadi hujan petir yang
mengerikan. Namun di atas sana, halilintar bertaburan kemana-mana.
Rupanya terjadi pertarungan seru antara Kilin dengan
Gandrapala. Mereka saling adu kesaktian hingga menggetarkan alam kehidupan manusia. Sampai pada satu
kesempatan, Kilin berhasil mengerahkan kesaktiannya lewat
hembusan napas dari mulutnya. Napas itu membentuk badai
yang bergerak berputar cepat. Seperti angin puting bcliung.
Wuuussstt....! Pusaran badai itu menghisap sosok kaca Gandrapala.
Terdengar seperti suara kaca diremas kuat-kuat. Praaaak.
krraaak, pyearrr! Suara itu mengiris hati. Terdengar cukup
lama bercampur deru pusaran badai. Tetapi pepohonan atau
benda apapun di bumi tidak ikut terhisap oleh pusaran badai
tersebut. Yang terdengar hanyalah suara kaca diremas-remas
tiada henti dan suara besarnya Gandrapala yang mengerang,
merintih, dan menggeram penuh kemarahan.
"Biadab kau, Jenarpati ......... ! Lepaskan akuuu... !
Aaaakkhhrrr...!
Lepaskan akuuu.,.! Sia-sia saja kau menyiksaku begini, Jenarpati! Aku tak akan menyerah
padamu! Aku tak akan bisa kau hancurkan, Dewa kepararat!
Aaaakkkrrrhhh... aaaakkkrrrhhhh...,!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"jenarpati..."!" gumam hati Dewi Ular. "Oh, jadi Kilin itu jelmaan Dewa
Jenarpati"! Kalau tak salah ingatanku, Dewa
Jenarpati itu adiknya Eyang Dewa Guyana?"
Dewi U lar segera ingat dengan sosok penampilan dewa tua
tapi berwajah ganteng. Dewa Guyana. Dewa ini pernah
menolongnya saat melawan Wakwak, anak selimya Dewa
Kegelapan, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "MISTERI
POHON KEMATIAN"). Seingat Kumala juga, Dewa Guyana
mempunyai cucu yang pernah diselamatkan olehnya yaitu
Quella. Apakah Dewa Jenarpati adalah ayahnya Quella atau
pamannya" (Baca serial Dewi Ular dalam episode:
"PERSIDANGAN GAIB").
Tak tuntas Kumala memikirkan hal itu karena segera
dilihatnya dari pusaran badai yang memercikan serbuk seperti
permata itu muncul sebentuk sinar merah menyerupai lidah
api. Sinar merah itu bergerak terbang menjauhi pusaran badai
bersama-sama dengan suara jeritan Gandrapala yang
menggema ke mana-mana itu.
"Aaaaaaakkhhhrrrr.... !"
"Dia lolos!" terdengar suara gaibnya Kilin di telinga indera
keenamnya Kumala. Maka, dengan cepat Dewi Ular mengejar
gumpalan api itu dengan sinar hijau seperli anak naga.
Zlaaaap....! Kemudian gumpalan api itu diterjangnya ketika ia berubah
menjadi seekor naga besar yang terbang hampir memenuhi
langit malam. Blegaaaarrrr... Bumi berguncang. Alam
kehidupan manusiapun mengalami getaran hebat. Air laut
meluap akibat gelombang ledakan super dahsyat itu, Tapi
gumpalan api yang diterjang naga hijau besar telah menjadi
asap putih yang tersebar ke mana-mana lalu asap-asap itu
lenyap tersapu imbas pusaran badainya Kilin.
"Keparaaaat kamu, Dewi U larrr... ! Anak turunku akan bikin
pembalasan tersendiri padarnu, Dewi Ulaaarrr... !!" gema
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara roh iblis yang merasa telah dikalahkan oleh Kumala
Dewi. Ia bisa menghindari kesaktiannya Dewa Jenarpati, tapi
gagal mempertahankan diri dari hantaman kesaktian Dewi
Ular. Zaaab, zaabb. buussss... ! Naga besar di langit memercikan
cahaya hijau terang menyilaukan. Lalu, cahaya itu padam. Tak
ada lagi sosok naga di langit Tak ada lagi sinar hijau kecil
seperti anak naga. T ak ada benda lain di langit hitam kecuali
munculnya beberapa bintang di kejauhan sana. Lalu, ke mana
perginya si Dewi Ular dan Kilin" .
Yang jelas, Kumala Dewi sudah hadir di antara kerumunan
orang yang sedang menggotong turun Pitto dari tangga
penyeberangan. Penurunan Pitto sangat hati-hati dan
dilakukan dengan sangat waspada. Bukan karena mereka
takut kemunculan
iblis lagi, tapi kondisi jembatan
penyeberangan itu sudah sangat mengkhawatirkan. Rusak dan
hampir putus. Jika Pitto tidak segera diturunkan, bisa-bisa pria
itu mati dua kali akibat tertimpa reruntuhan jembatan
penyeberangan. "Kumala....! "sapa Ridwan dengan berseri-seri. "Pitto sudah
sadar. Tapi dia sakit ... itunya... hmmm..."
"Dia akan sembuh secepatnya," kata Kumala dengan
kalem. "'Terima kasih, Kumala... !" tahu-tahu Vinge memeluknya
dari samping. "Kau telah kembalikan nyawa suamiku. Terima
kasih ...!"
"Ya,.ya... tapi jangan seperti ini. Ma lu dilihat orang banyak.
Sebaiknya lekas larikan suamimu ke rumah sakit biar segera
mendapat perawatan seperlunya dari team medis di sana."
"Kumala,"
bisik Ridwan. "Bukankah kau bisa menyembuhkan dia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak di tempat umum begini, tentunya Pergilah ke rumah
sakit. Aku akan hadir di sana nanti."
"Baik, baik. Aku mengerli maksudmu "
Zlaaap... ! Kumala Dewi lenyap di kerumunan orang. Tak
ada yang memperhatikan hilangnya gadis cantik secara gaib
tadi. Yang jelas, gadis itu sudah berada di halaman rumahnya,
karena mengkhawatirkan, bayi temuannya itu. T etapi sebelum
masuk ke dalam-rumah, tiba-tiba langkahnya terhenti karena
suara sapaan yang seperti daun kering bergesekan itu.
"Tunggu, Kumala...!"
Buron keluar dari rumah dengan tegang. Ia hafal betul
suara itu adalah suara Kilin. Dan, memang hanya dia dan
Kumala yang bisa mendengarnya. T etapi langkahnya terhenti
ketika kumala mengangkat tangannya, memberi isyarat agar
ia jangan maju terus walau pun Kilin tampak mendekatmya.
Kilin berhenti dalam jarak empat meter dari tempat Kumala
berdiri. "Kumala, aku hanya ingin menjemput cucuku."
"Cucumu?" gumam Buron sok berani. Masih sengit kepada
Kilin. "Jadi bayi itu cucumu. ya"! Kamu pikir kam i percaya?"
"Buron!" desis Kumala terang-terangan. Lalu ia menarik
Buron membawa agak jauh dari Kilin.
"Jaga bicaramu di depannya. Jangan semberono begitu,
Buron." "Kau menyuruhku menghormati dia" Dia pernah meremukkan tulangku!"
"Benar. Tapi kau belum tahu siapa dia bukan?"
"Dia makhluk dari alam kegelapan, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia di pihak kita, Buron," bisiknya makin lembut. "Dia
adalah Dewa jenarpati yang juga sering disebut-sebut sebagai
Dewa Zhongshi."
"Apa... "! Dewa Zhongshi... "! Bukankah itu Dewa Serigala
dari kerabat Kahyangan"!"
"Seingatku, memang begitu."
"Ya ampun...! Aku telah salah omong kalau begitu"!" Buron
pucat pasi, sangat ketakutan.
Mereka memandang Kilin, dan saat itu Kilin melakukan
perubahan bentuk. Menjadi tinggi, dan akhimya menjadi sosok
dewa lelaki berjubah merah ber jenggot panjang hitam.
"Benar, aku memang penguasa serigala," ujarnya dengan
wibawa dan penuh kharisma.
Buron Iangsung bersujud dengan tubuh gemetar. Sebagai
bangsa Jin, ia sangat takut berhadapan dengan dewa senior
Sementara iiu, Kumala Dewi pun memberi hormat penuh
kesopanan, karena ia tak berani bersikap tak sopan di depan
dewa senior. "Maafkan kecerobohan dan kebodoban kami ini, Eyang
Jenarpati "
"Aku memaklumi kalian. Hanya saja, Jin Layon terlalu
gegabah dalam menghadapi bahaya. Ia menyerangku,
sehingga aku terpaksa memberi pelajaran. Tapi sesungguhnya
aku tidak merasa bermusuhan denganmu, Jin Layon Aku
malah merasa bangga melihat pembelaanmu terhadap diri
Dewi Ular ini."
"Hukumlah hamba yang kurangajar ini, Sang Hyang Dewa
Zhongshi "
"Aku sudah menghukummu waktu itu. Tak perlu meminta
tambahan hukuman lagi. Layon. Sekarang yang ingin
kusampaikan padamu dan kepada Dewi Ular adalah ucapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terima kasih, karena kalian telah berhasil menyelamatkan
cucuku " "Bayi itu maksud, Eyang?"
"Benar. Dia cucuku yang lahir dari anak bungsuku: Dewi
Laksa. Dia dicuri oleh permaisurinya si Lokapura untuk
dijadikan tumbal kesaktian, sebab bayi itu lahir tanpa ari-ari,
tanpa ketuban, dan tanpa melalui jalan bayi biasanya. Ia
muncul begitu saja dari perut ibunya. Bayi seperti itu memiliki
kesaktian sendiri dalam darahnya. Tentu saja darah itu akan
menjadi senjata paling dahsyat setelah empat puluh hari
usianya. Siapa pun yang meminum habis darah bayi itu ia
akan memiliki kesaktian luar biasa. Tetapi cara mengeluarkan
darah bayi bukan dengan dibunuh begitu saja, melainkan
harus dirobek perutnya memakai Medali Keramat."
"Maaf, Hyang Dewa... bukankah Medali Keramat adalah
benda pusaka milik Sang Hyang Dewa Candrawila yang telah
dicuri oleh Damascus dan sempat diperebutkan beberapa
waktu yang lalu?"
"Benar. Menurut
keterangan,

Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki Tiga di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benda keramat itu disembunyikan oleh mendiang Dewa Dharmasura, pamanmu,
Kumala, Konon, letaknya di dalam rumah bernomor 999,
sebagai simbul kekuatan iblis. Karena itulah, Gandrapala
mencari medali itu untuk dipersembahkan kepada ibu
mertuanya sebagai tanda baktinya. Setelah mencuri medali
itu, tentu saja dia akan merampas bayi cucuku dari tangan
siapa saja. Tetapi Gandrapala tidak mengetahui bahwa
beberapa ratus tahun yang lalu Medali Keramat sudah berhasil
direbut kembali oleh Dewa Candrawila dan disimpan di
Kahyangan."
"Lalu, tujuan Eyang Jenarpati kemari?"
"Aku hanya melindungi cucuku dari ancaman pihak
Gandrapala dan permaisurinya Dewa Kegelapan. Mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gandrapala memburu medali, aku merasa perlu melumpuhkan
dia agar tak mengancam nasib cucuku."
"Mengapa Hyang tidak meminta langsung padaku dan
membawa pulang cucunda ke Kahyangan?"
"Mungkin kau belum tahu, Dewi U lar... tidak ada keturunan
dewa yang berani menyentuh bayi itu kecuali ibunya sendiri,
atau dewa dewi yang masih suci Belum menikah sepertimu ini.
Siapa yang berani menyentuhnya ia akan terbakar oleh aliran
darah bayi tersebut."
"Ooo... begitu rupanya."
"Karena itulah, setelah Gandrapala kau hancurkan, pasti
akan datang lagi utusan dari permaisurmya Lokapura untuk
mencuri bayi tersebut. Sebelum hal itu terjadi, aku mohon
sekali lagi bantuanmu untuk menghantarkan cucuku ke
perbatasan Kahyangan. Putri bungsuku sudah menunggu di
sana, Maukah kau menolong kami; Dewi U lar?"
"Dengan senang hati, saya akan lakukan hal itu, Eyang."
"Sentosa dan damailah hidupmu karena perbuatan
muliamu, Dewi Ular. Aku akan mendampingimu selama dalam
perjalanan ke Kahyangan."
"Baik Eyang"
"Apakah kau tak keberatan, kalau sekarang juga kita .... "
Suara bayi terdengar menangis.
"Elamon, Kumala! Elamon.. !"
"Baik! Ey..." Kumala terhenti, kaget dan saling pandang
dengan Buron. Ia menyadari kata-kata Elamon diucapkan
Dewa Jenarpati. Berarti dewa inilah yang kala itu
menghancurkan penyamarannya Ambaruni saat Kumala dan
Buron dalam perjalanan ke bumi! Tatapan mata Kumala dan
Buron membuat Dewa Zhongshi tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, memang aku yang menyingkirkan Ambaruni" kata
sang dewa yang membuat rasa penasaran Kumala dan Buron
pun sirna seketika itu juga.
SELESAI (Oo-dwkz-234-nv-oO)
Pendekar Latah 5 Golok Halilintar Karya Khu Lung Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 13

Cari Blog Ini