Ceritasilat Novel Online

Misteri Surat Setan 1

Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Dewi Ular 90-Tara Zagita
Misteri Surat Setan
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Jisokam
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
MISTERI SURAT SETAN
Oleh Tara Zagita
Serial Dewi U lar
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
0o-dw-kz^234-o0
Ketika pak pos datang pada malam hari, maka itulah tanda
datangnya salah satu dari sekian banyak korban yang
menerima surat setan. Ia lenyap dari kamamva. Tinggal
genangan darah yang menutupi semua lantai kamarnya.
Audy tampil sebagai pembela manusia. Jelmaan dari
Nyimas Kembangdara itu mencoba melawan si pengirim surat
setan. Namun. ia hampir saja binasa di tangan lawannya.
Kumala Dewi mengetahui rahasia surat setan itu setelah ia
hampir hancur akibat pertarungannya dengan lawan yang
tidak terlihat. Ternyata lawannya sangat tangguh dan menjadi
ancaman keselamatan baginya. Zudhan Saka. si mata-mata
dari kahyangan itulah yang menyelamatkan Kumala dan
membeberkan rahasia surat setan.
Mampukah Kumala menundukkan si pengirim surat setan
itu jika ternyata ia adalah bibinya Athila Darapura yang
terkenal dengan julukan Dayang Mantra".
Ikuti kisah pertarungan Kumala Dewi dengan pihak Dewa
Kegelapan dalam episode kali ini. Seru dan menenggangkan.
0o-dw-kz-234-o0
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
1 Tanpa sebab dan alasan yang jelas, tiba-tiba saja bulu
kuduk Moina meremang tegang. Pori-pori tubuhnya yang
kuning mulus menjadi berbintik-bintik karena merinding.
Maka, sambil memandangi bayangan wajahnya di depan
cermin rias, dahi Moina berkerut tipis.
"Kenapa merinding, ya"!" gumamnya dalam hati.
Moina membantah pendapatnya sendiri. Ia melirik jam
beker di meja tulisnya. Hatinya menggumam lega setelah tahu
malam baru menunjukkan pukul delapan lewat sedikit.
Artinya, saat-saat seperti ini menurutnya bukan saat yang
layak untuk datangnya sebuah misteri.
Beberapa saat kemudian terdengar suara motor berhenti di
depan rumah. Terdengar pula suara klakson motor dalam
keadaan mesin tetap hidup. Moina kembali berkerut dahi,
mencoba mengenali suara motor itu. Suara klakson seperti itu
dapat diartikan sebagai panggilan dari seorang teman yang
ingin berkunjung ke rumahnya. Entah siapa yang dipanggil
oleh sang teman. Mungkin dia sendiri, mungkin juga salah
satu dari kedua adiknya: Desty atau Fahrel.
"Deesss...! Reeel...! Siapa tuh yang datang"!" seru
mamanya dari lantai atas. Tapi agaknya Desty dan Fahrel
tidak ada yang keluar dari kamar masing-masing untuk
menyambut sang tamu. Karena suara klakson berbunyi lagi,
mau tak mau Moina sendiri yang keluar ke teras untuk melihat
siapa yang datang malam itu.
" Hmmm ....."!"
Moina makin berkerut dahi. Heran. Malam-malam begini
ada tukang pos datang. Mau mengantarkan surat atau mau
menanyakan sesuatu, pikir Moina dalam keraguannya untuk
melangkah ke pintu pagar. Tapi karena tukang pos
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berseragam dengan wama motor khas kendaraan Pos dan
Giro, maka Moina pun bergegas mengliampirinya.
"Tumben malam-malam masih tugas, Pak?" Pak Pos hanya
menggumam pelan sekali, tanpa senyuman sedikit pun ketika
ia menyerahkan sepucuk surat pada Moina.
"Kenapa nggak besok siang aja nganternya?" seraya Moina
mencoba membaca si pengirim surat. Namun, ia tak
mendengar suara Pak Pos menjawab sepatah kata pun. Ia
mencoba menatap Pak Pos, temyata Pak Pos juga
menatapnya. Dingin. Tatapannya kosong. Bulu kuduk Moina
merinding kembali.
"Hmm, eeh, makasih, Pak..." Moina buru-buru meninggalkan pagar rumahnya, bergegas masuk ke dalam.
Menutup pintu cepat-cepat. Lalu, mengintip dari celah gordyn
dinding kaca. "Ooh, ke mana orang itu"!"
Mata pun terbelalak tegang. Pak Pos sudah tidak ada.
Mestinya orang itu masih tampak dari tempat Moina mengintip
walaupun pergi dengan mengendarai motor. Tak mungkin
secepat kilat Pak Pos bisa melintasi tikungan jalan dan
menghilang di sana.
"Aah, mungkin dia memang jago ngebut! Ngapain harus
gue pikirin yang begituan," gumam hati Moina. Ia berusaha
menghindari debar-debar kecurigaan yang dapat menyiksa
batinnya jika dibiarkan berlarut-larut.
"Siapa yang datang tadi, Moi?" tanya Desty yang baru
keluar dari kamar mandi. Ia menyangka teman kampusnya
yang tadi datang .
"Kok malam-malam begini ada yang anterin surat sih?"
Desty bernada heran setelah tahu kakaknya memperhatikan
surat tersebut.
"Nggak tahu tuh. Tapi, pengirimnya kok nggak jelas ya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Surat buat siapa?" Fahrel menyahut dengan pertanyaan
begitu ia keluar dari ruang dapur.
"Buat gue." Setelah menjawab begitu Moina pun bergegas
masuk ke kamarnya. Kamar itu tidak jauh dari ruang tamu.
Jendelanya menghadap ke halaman depan.
Nama dan alamat yang dituju sangat jelas. Moina orang
yang dituju. T api pengirimnya tidak jelas. Hanya sebuah nama
yang terdapat di bagian pengirim surat, yaitu: Lexian. Tak ada
alamat atau kode pos si pengirim. Sementara nama itu buat
Moina sangat asing. Ia tak punya teman atau saudara yang
bernama Lexian. Sempat curiga, jangan-jangan surat itu
bukan untuknya. Tapi melihat alamatnya jelas alamat
rumahnya, berarti surat itu memang ditujukan untuknya.
Moina membuka surat itu dan membacanya. Temyata
isinya cukup pendek dan aneh bagi siapapun yang
membacanya. "Sobatku yang tercinta .....
Aku ingin kau hidup dengan kebahagiaan abadi, penuh
sukacita dan kepuasan pribadi. Jika kau ingin hidup dengan
kebahagiaan abadi, kepuasan pribadi yang selamanya, maka
bacalah mantera ini: shakana marabhun shakanamahozin
dhawoo'. T unggulah saatnya untuk hidup bahagia.. LEXIAN"
Sekali lagi dahi Moina berkerut. Kali ini lebih tajam lagi
kerutannya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apa maksud isi
surat itu. Mo|na segera memanggil Desty dari pintu kamarnya.
"Des, lu kenal dengan orang yang namanya Lexian?"
"Cewek apa cowok?"
"Nggak tahu. Gue dapat surat dari Lexian, isinya aneh
banget. Soal mantera. Tapi gue nggak punya kenalan Lexian."
"Temannya Fahrel kali. Tanyain aja ama dia."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Moina memanggii adiknya yang masih SMU. Tapi Fahrel
bersumpah-sumpah tidak punya teman yang bernama Lexian .
"Orang iseng aja kali tuh. Udah, nggak usah digubris!
Buang aja tuh surat kalo nggak bener isinya," kata Fahrel
sambil menaiki tanggake lantai atas, karena kamarnya ada di
lantai atas. Bersebelahan dengan kamar mamanya yang sudah
janda. Moina sependapat dengan Fahrel. Surat dilemparkan di
meja tulis. Tak ingin dibacanya lagi. Rasa dongkol masih
membekas di hati. Apa maksudnya orang menulis surat iseng
seperti itu padanya. Rasa dongkol itu berkembang menjadi
rasa penasaran. Akibatnya surat itu tak dapat dilupakan begitu
saja. Selalu diperdebatkan dalam hati.
Mengganggu ketenangan batinnya. Akhirnya, surat itu dibacanya kembali.
"Lho..."!"
mulut Moina terperangah. Dahinya mengkerutlagi. "Kok nggak ada tulisannya"! Tadi jelas-jelas ditulis dengan
tinta hitam, menggunakan tulisan tangan yang rapi banget.
Sekarang kok..." Kok tulisannya nggak ada sih" Y a, ampuun...
bekasnya juga nggak ada"! Apa gue salah ambil kertas, ya"!"
Tidak. Moina tidak salah ambil kertas. Kertas warna putih
tak bergaris itu memang kertas surat yang tadi. Hanya saja,
sekarang di kertas itu tidak terdapat setitik tintapun. Tidak ada
tulisan tangan bergaya miring rapi dan bagus seperti tadi.
Bahkan pada amplop surat pun tidak ada tulisan apa-apa.
Putih. Kosong. "Iihh... bulu kuduk gue jadi merinding kuat banget nih..."!
Detak jantung gue juga... kok jadi kayak gini s ih" Kayak habis
lari jauh" Duh, ada apa nih" Perasaanku jadi nggak enak."
Moina keluar membuka pintu kamar dan memanggil Desty.
Suara panggilan bernada tegang dan berkali-kali itu membuat
Desty dengan cemberut dongkol terpaksa keluar dari
kamarnya, namun tak mau menghampiri kakaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apaan sih, teriak-teriak"!"
"Des, lihat sini... surat yang tadi gue terima sekarang nggak
ada tulisannya. Kosong! Nih, lihat...! Sini, lihat...!" sambil
Moina menenteng kertas surat, diangkat sebatas keningnya.
Namun agaknya hal itu tidak menarik buat Desty, sehingga
gadis bermata bundar itu mendesah dan masuk ke kamarnya
kembali. Menutup pintu kamarnya.
"Huuhh...! Kirain ada apaan"!" gerutu Desty setelah berada
di dalam kamarnya sendiri. Ia sama sekali tak tertarik dengan
keanehan yang disebutkan kakaknya.
Gadis berbadan langsing dengan rambut pendek sebatas
tengkuk itu kembali menekuni buku diktatnya. Ia fokuskan
kembali konsentrasinya pada mata kuliah yang sedang
dipelajari dengan tekun itu. Namun, belum sampai lima menit,
konsentrasi belajarnya sudah mulai terganggu lagi. Ia
mendengar suara teriakan Moina yang cukup keras.
"Aaaauuh...!!
Desss...! Destyyy...! Fahreeell...! Aaaauuuh...!!"
Desty mendesah makin kesal. "Huuhh ...!! Udah gila apa
tuh orang, ya"! Syaraf kali dia!"
Hati disabarkan untuk tidak membuat reaksi. Tenang.
sesaat, namun segera terdengar lagi suara Moina yang
menjerit lebih keras.
"Mamaaaaaaa...!! Aaaauuuuwww...!!" Terdengar suara
gaduh samar-samar. Suara itu datang dari kamar Moina, Desty
masih ragu, apakah benar ada sesuatu yang tak beres di
kamar kakaknya, atau hanya keisengan yang semakin
menggila".
Tapi tak lama kemudian terdengar suara gaduh lagi. Kali ini
suara gaduh terdengar datang dari lantai atas dan tangga
penghubung lantai. Sepertinya suara langkah kaki Fahrel
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlari terburu-buru. Desty pun segera bangkit dari tempat
duduknya dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa,Rel"!"
"Suara Kak Moi...!!" wajah Fahrel tegang. Sepertinya ia
yakin betul bahwa suara teriakan kakaknya itu bukan suatu
keisengan buat 'ngeijain' adik- adiknya. Saat itu juga Desty
berubah sikap dengan cepat, menjadi tegang dan serius
menanggapi teriakan Moina.
"Kak Moi, ada apa?"!" sera Fahrel sambil mencoba
membuka pintu kamar Moina tapi pintu itu terkunci. Fahrel
menggedornya berkali-kali.
"Kaaaak...! Kak Moi...!"
Desty ikut menggedor pintu dengan tingkat ketegangan
makin tinggi. "Moiiii...! Moi, buka pintunyaaaa...!! Moooii...!"
Mamanya yang berusia 62 tahun itu menuruni tangga
dengan hati-hati. Wajah tua sang mama tampak menyimpan
keeemasan yang sangat menegangkan. Sepertinya naluri
seorang ibu telah menangkap adanya tanda-tanda buruk yang
teijadi pada diri anak sulungnya itu.
"Dobrak saja,Rel! Dobrak pintunya!"perintah sang mama
yang berbadan tergolong gemuk itu.
"Susah, Maa...! Dikunci dari dalam!" seru Desty.
"Makanya dobraaak... !! Mama bilang dobrak ya
dobraaak...!!" sang mama semakin beremosi.
Fahrel yang berbadan atletis dengan tinggi 171 centimeter
itu mengambil ancang-ancang mundur. Ia akan menerjangkan
badannya yang kekar ke pintu. T api ketika itu terpikirkan oleh
mereka munculnya suasana sepi. Tak ada teriakan Moina. Tak
terdengar suara gaduh seperti perabot porakporanda. Sepi
dan hening. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tunggu dulu," cegah Desty merentangkan tangannya. Niat
Fahrel untul berlari menerjang pintu tertahan seketika.


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tunggu apa"!" hardik mamanya.
"Moi nggak teriak-teriak lagi, Ma. Kita pasti dikeijaindia!"
"Dikeijain gimana sih kamu ini"! Teriakan Moi benar-benar
serius!" Di saat Desty berdebat dengan mamanya, Fahrel
terperanjat melihat ada kilatan cahaya terang yang bias
sinarnya tampak dari sela-sela bawah pintu. Cahaya itu
berwarna merah terang. Seperti s inar fotocopy yang . melintas
dengan cepat, bolak-balik dua kali.
"Lihat, sinar apa itu, Maaa...!!"
Masih sempat mata Desty dan mamanya tertuju ke bawah
pintu, dan mereka melihat kilatan cahaya merah terang dalam
sekelebatan. Tanpa disadari pada saat itu sekujur tubuh
mereka merinding kuat secara bersamaan. Seperti ada
segenggam pasir ditaburkan mengenai tubuh mereka.
Weeerrrhh.... !!
Meski pun cahaya sekilas telah padam, namun rasa takut
semakin mencekam hati mereka. Debar-debar jantung
bertambah kuat. Perasaan aneh itu membiiat mereka akhimya
saling tertegun, saling pandang, dan saling kebingungan
beberapa saat. Sang mama lebih dulu keluar dari cekaman
perasaan aneh itu dengan berseru memanggil pelayan
lelakinya. "Aliii...! Aliii...! Ke sini sebentar ! "
Fahrel dan Desty sama-sama tidak tahu mengapa mama
mereka memanggil Ali yang badannya kurus dan tenaganya
tidak terlalu kuat. Maka, Fahrel segera melanjutkan niatnya
untuk melompat menerjang pintu. Namun, kali ini justru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan mamanya yang mencegah tindakan tersebut dengan
mencengkeram pundaknya.
"Tahan dulu!"
"Ali nggak akan kuat mendobrak pintu kamar Kak Moi, Ma."
"lya, iya... tapi... tapi jauhi kamar itu! Desty, kamu ke sini!
Jangan dekati kamar Moina!"
Desty menurut dengan hati semakin terheran-heran dan
ketegangan kian bertambah. Fahrel pun ditarik mundur dan
berdekatan dengan Desty.
"Kenapa..."!" Desty bertanya pada mamanya, namun
kalimat tanya itu tak sanggup dilengkapi. Lidahnya menjadi
kaku akibat diliputi rasa takut yang membingungkan
pikirannya sendiri.
"Mama curiga, ada bahaya di balik pintu kamar Moi.." ujar
sang mama sambil menahan air mata. Ia ingin menangis.
Hatinya sudah dicekam kesedihan lebih dulu.
Ali pun datang dengan kaki dan tangan masih basah air
sabun. Ia habis mencuci pakaiannya di kamar mandi belakang.
"Saya di panggil, Nyonya?"
"Dobrak pintu kamarnya Non Moina! Dobrak sekarang
juga!" "Ba... baik, Nyonya," jawab Ali dengan bingung dan raguragu. "Tapi... tapi dari pada didobrak, lebih baik dibuka handel
pintunya. Selain kerusakannya nggak seberapa, tenaga saya
pun eukup mampu untuk melakukannya, ketimbang saya
haras mendobraknya, Nyonya."
" Ya, sudah lakukan! Lakukan apa saja, asal pintu itu
terbuka!" Ali baru saja mau pergi mengambil perkakas tukang, tibatiba mereka mendengar suara kecil, seperti kunci dibuka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Klleek...! Semua mata tertuju pada pintu kamar Moina. Pintu itu
bergerak pelan-pelan. Terbuka sedikit. Sekitar 5 centimeter.
Lalu, berhenti tak bergerak lagi.
"Terbuka sendiri"!" Fahrel mendesis tegang. Namun, ketika
ia hendak maju menuju ke pintu, mamanya kembali mencekal
lengan, menghalangi maksud langkah kakinya.
"Ali , coba periksa kamar itu!"
"Ma, kenapa harus Ali, aku kan..."
"Hati mama semakin merasa nggak enak, Rel. Ooh, nggak
tahu, tumben perasaan mama jadi ketakutan begini. Biarkan
Ali yang memeriksa!"
Pemuda berusia sekitar 23 tahun yang berperawakan kurus
dan berpenampilan lugu itu me langkah dengan hati-hati
mendekati kamar Moina. Ia juga dihinggapi perasaan takut
akibat terpengaruh suasana tegang sang majikan dan kedua
anaknya itu. "Ada apa sebenarnya"!" pikirAli. "Aduuuh, aku jadi
gemetaran banget, kayak mau ketemu setan aja"!"
Ali mendorong pintu kamar pelan-pelan. Dadanya
bergemuruh karena denyut jantung yang menyentak- nyentak
kuat dan cepat. Pelan-pelan sekali pintu terbuka makin lebar.
"Hahh..."!" Ali terpekik kaget, melompat mundur dengan
wajah menjadi pucat. Pekikan dan gerakan reflek itu membuat
Desty, Fahrel dan mamanya ikut tersentak kaget dan berlari
menjauh. "Ada apa, Li..."! Ada apa, hah"! Ngomong! Ada apa"!"
desak Desty yang dikuasai oteh perasaan paniknya.
"Da... da... darah..."
"Apa..." Da... darah"!" suara Fahrel menyentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Darah siapa"! hey...., darah apaan"! Bicara yang jelas, Li!
Darah siapa maksudmu"!" desak mamanya.
Tanpa setahu mereka Fahrel telah nekat mcnghampiri pintu
kamar Moina, lalu membuka pintu lebar-lebar. Seketika itu
pula terdengar suara Fahrel terpekik keras-keras. Desty dan
mamanya ikut memandang ke arah kamar tersebut dan
menjerit dengan keras, dilanjutkan dengan tangis yang
membaur dalam kepanikan.
Suasana di dalam kamar itu sungguh mengerikan. Semua
perabot atau barang apapun yang semula ada di dalam kamar
itu, kini lenyap tanpa tertinggal sepotong kayu pun. Tak ada
sesobek kertas pun yang tersisa. Jam dinding, poster, TV,
meja, dan yang lainnya telah hilang dari tempatnya. Dan,
Moinapun tak ada di dalam kamar tersebut. Moina ikut lenyap
tanpa sehelai rambut yangtersisa.
Di dalam kamar yang kosong itu hanya terdapat genangan
darah segar. Darah itu menggenang menutupi semua lantai
kamar. Sebagian ada yang memercik pada dinding, bak
lukisan abstrak yang menyeramkan. Satu-satunya benda yang
tersisa di kamar itu adalah lampu bohlam yang menempel
pada langit-langit kamar. Masih menyala seperti biasa.
Jerit tangis keluarga Moina membuat rumah itu dalam
waktu singkat dipadati para tetangga. Beberapa tetangga
dekat mereka ikut menangis dan diliputi ketakutan setelah
melihat kamar Moina digenangi darah sebanyak itu. Semua
yang menyaksikan kengerian tersebut saling bergidik
merinding dengan jantung berdetak-detak cepat.
Mereka ikut mencari Moina di luar rumah, namun tidak satu
pun menemukan jejak atau tanda-tanda yang dapat dijadikan
petunjuk ke mana perginya Moina.
Jendela tetap terkunci rapat, eternit tetap utuh, lubang
angin tak ada yang jebol, dan tampaknya lantai pun tak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang amblas ke dasar bumi. Lalu, ke mana perginya Moina"
Darah siapa yang menggenang di lantai kamarnya"
"Misterius sekali kejadian ini," ujar salah seorang tetangga
yang sering dipanggil Mama Eka.
"Desty bilang, mula-mula Moina terima surat dari seseorang
yang tidak dikenal. Is i surat itu, katanya, sangat aneh. Ada
manteranya. Terus, tulisannya hilang, dan... tahu-tahu Desty
mendengar kakaknya menjerit-jerit, suara gaduh, sampai
akhirnya... seperti sekarang ini," tutur Pak Rusman, tetangga
seberang rumah.
"Coba telepon Kumala Dewi!" usul Tante Gessy yang
tinggalnya,di ujung jalan, tiga rumah dari tempat tinggal
Moina. "Siapa itu Kumala Dewi?" tanya Mama Eka.
"Kenalan saya. Dia paranorma l cantik. Masih muda. Tapi,
ilmunya tinggi. Dia bisa masuk ke alam gaib. Bisa mengenali
tanda-tanda gangguan roh jahat dari mana pun. Dengardengar dia anak dewa...."
Sebagian orang ada yang mempercayai kata-kata Tante
Gessy, sebagian lagi menganggap semua itu hanya omong
kosong belaka. Namun bagi Tante Gessy, tentu saja
kehebatan Kumala Dewi bukan hanya sekedar isapan jempol
belaka. Kemampuan gadis cantik jelita itu memang nyata,
karena Tante Gessy pemah mendapat pertolongan dari
Kumala ketika ia kehilangan Hilmon, kekasih gelapnya, yang
nyaris menjadi korban keganasan Nyai Sekatpitu, yaitu utusan
dari pihak Dewa Kegelapan, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "ANCAMAN IBLIS BETINA").
Kasak-kusuk para tetangga mulai santer. Semakin banyak
yang ingin tahu seperti apa kehebatan gadis cantik yang
bemama Kumala Dewi itu. Atas persetujuan Desty, mereka
sepakat memanggil Kumala Dewi untuk datang ma lam itu
juga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka ingin bukti,
apakah Kumala Dewi dapat
mengembalikan Moina yang raib secara misterius itu" Atau
setidaknya, dapatkah gadis yang katanya baru berusia 26
tahun, dan memiliki kesaktian seperti dewa, mampu
mengungkap tabir misteri di balik hilangnya Moina yang
sangat menggemparkan itu"
Namun, rencana itu tertahan oleh pernyataan Afen,
sepupunya Desty. Mamanya Desty mempunyai seorang kakak
yang sekarang su'dah meninggal. Kakaknya itu mempunyai
empat orang anak, yang ncmor tiga adalah Afen. Praktis
kedudukan Afen lebih dihormati karena dia termasuk kakak
dari Moina, Desty dan Fahrel.
"Biar nanti teman saya saja yang menangani kasus ini! K ita
nggak perlu minta bantuan siapa-siapa. Teman saya memiliki
kemampuan supranatural yang sangat tinggi, dan pasti
sanggup menemukan Moina."
Tante Gessy tersinggung dengan kesanggupan Afen.
"Sok tahu anak itu!" geramnya ketus saat berhadapan
dengan Mama Eka. "Siapa sih orang yang jadi andalannya
itu"! Belum tahu dia kalau Kumala Dewi itu disegani oleh
paranormal di mana-mana karena tingkat kehebatan ilmu
gaibnya sangat tinggi"!"
Sempat terdengar oleh Mama Eka dan beberapa tetangga
lainnya saat Afen bicara dengan orang yang diteleponnya itu.
"Tolong kamu datang kemari dong sayang ... Yang jadi
korban sepupuku sendiri nih ... !"
Maka, hati merekapun bertanya-tanya , siapa orang yang
menjadi andalan Afen sebenarnya " Benarkah ia mempunyai
kemampuan seperti yang dikatakan pria lajang yang dulu
berusia 30 tahun .
0o-dw-kz-234-o0
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
2 Lelaki kurus berpeci hitam nekat mendatangi rumah indah
berpagar besi warna hijau. Dilihat dari penampilannya yang
sangat sederhana; kemeja dan celananya yang bukan
bermerek, serta kedatangannya yang bukan turun dari mobil
pribadi melainkan turun dari sebuah ojek, maka dapat
dipastikan ia bukanlah orang berada.
Cahaya terang dari pancaran sinar bulan purnama telah
membuat bapak berusia sekitar 60 tahun itu dapat dengan
mudah menemukan rumah yang dituju.
Dengan berbekal sesobek kertas, catatan tentang alamat
rumah tersebut dan ciri-ciri sekitarnya, lelaki berkemeja batik
usang itu menekan bel tamu yang ada di pintu pagar. Ia tak
peduli saat itu waktu telah menunjukkan pukul sepuluh lewat.
Seorang pemuda berperawakan sedang, berambut kucai,
dan hanya mengenakan celana sedengkul dengan kaos oblong
longgar, akhirnya keluar dari rumah indah itu. Menghampiri
bapak beruban lipis yang mununggu di balik pintu pagar.
"Ada apa, Pak?"
"Saya mau bertemu dengan Nona Kumala Dewi. Saya mau
minta tolong karena...."
"Yaah, kagak bisa malem ini, Pak. Bcsok aja ke sini lagi!"
"Aduuuh, persoalan saya ini sangat gawat, Mas. Saya harus
di tolong sekarang juga."
"Nggak bisa. Saat ini kami libur, nggak terima tamu dan
nggak bisa diganggu oleh siapa pun!" si pemuda berambut
kucai mulai sedikit kesal.
"Sebentar saja, Mas. Saya cuma butuh petunjuknya
supaya..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nggak bisa, nggak bisa...! Kami nggak terima tamu. Ini
malam bulan purnama. Kami libur total. Ngerti, Pak?"
"Yaaah .... gimana dong..."
"Terserah Bapak mau bilang apa, tapi itu sudah menjadi
keputusan mutlak dari Kumala Dewi. Silakan Bapak pulang
dulu, besok pagi-pagi sekali datang ke mari, pasti akan kami
terima dengan senang hati. Okey...?"
"Hmm, eeh... tunggu dulu, Mas. Hmm, bagaimana kalau
cuma lima menit saja, Mas. Lima menit kan nggak lama. Saya
rasa..." "Bapak jangan bikin saya jengkel, ya"!" sahutnya dengan
nada makin ketus. "Saya sudah kasih tahu yang sebenarnya,
Bapak jangan maksa terus. Saya bisa marah, tahu"!"
Hardikan tak seberapa keras telah membuat mulut bapak
itu seperti terkunci persendian rahangnya. T ernganga namun
sulit digerakkan. Tatapan mata pemuda berambut kucai itu
membuat si bapak merasa sesak napas. Dadanya seperti di
himpit dengan benda berat. Bahkan untuk menelan ludah pun
sulit ia lakukan. Hardikan tadi seperti mengalirkan gelombang
suara aneh yang mampu melumpuhkan nyali, menundukkan
kekerasan hati, dan mematikan seluruh akal pikiran yang ada.
Gelombang suara yang bernada menggertak tadi bukan
gelombang suara biasa. Memang memiliki aliran gelombang
gaib yang dapat melumpuhkan kekerasan hati seseorang,
mampu menguasai jiwa seseorang, selama orang itu adalah
orang awam dan polos tanpa kekuatan gaib apapun. Kekuatan
pengaruh gaib seperti itu sering digunakan untuk mengatasi
orang yang suka ngotot dan sulit diajak kompromi.
Dan, tentu saja pemuda berambut kucai itu memiliki


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuatan seperti itu, karena dia sebenarnya adalah jelmaan
dari Jin Layon, yang pernah ditaklukkan Dewi Ular, lalu
mengabdikan diri pada kehidupan sang dewi. Pemuda itu tak
lain adalah Buron, yang kini menjadi asistennya Kumala Dewi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
khusus untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia
mistik. Wajah tua itu mengibakan hati. Buron melepaskan
pengaruh gaibnya yang terpancar lewat pandangan mata,
juga melalui gelombang suaranya tadi. Bapak berpeci hitam
kini terengah-engah, seperti habis terlepas dari jeratan yang
mempersempit saluran pemapasannya.
"Udah, Bapak pulang saja. Besok pagi boleh datang
kemari." Si bapak diam saja. Tertegun kecewa Membiarkan ditinggal
pergi s i penerima tamu. Namun, hati kecilnya tetap bersikeras
untuk bisa bertemu Kumala Dewi malam itu juga. Oleh
karenanya, kakinya belum mau melangkah pergi dari depan
pintu gerbang tersebut. Ia bahkan menekan bel kembali
setelah Buron masuk kedalam rumah.
"Siapa sih di luar itu, Ron"!"
"Brengsek juga tuh bapak!"
"Siapa"!" tanya Sandhi, sopirnya Kumala.
"Nggak tahu. Dia ngotot minta ketemu Kumala."
"Kasih tahu dong kalau Kumala nggak bisa terima tamu
selama malam bulan purnama bcgini."
"Udah!" Buron menyentak kesal. "Gue udah jelasin! Tapi
kayaknya dia memang bandel. Nggak ngerti-ngerti apa yang
gue omongin!"
Bel berbunyi lagi. Meresahkan dan mengganggu ketenangan. "Ngepet juga tuh orang...!" geram Buron, lalu melangkah
menuju teras, ingin menemui orang itu lagi.
Sandhi yang sudah lama tinggal bersama Buron,
mengetahui gelagat buruk bakal terjadi jika Buron menemui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu tersebut. Kemarahan Buron bisa membuat titisan Jin
Layon itu menampakkan sosok aslinya, atau merubah wujud
menjadi makhluk yang sangat mengerikan dan menakutkan.
Dan hal itu bisa membuat sang tamu kehilangan detak jantung
akibat menahan rasa takut yang luar biasa. Maka, sebelum
segalanya teijadi dengan menyedihkan, Sandhi segera
mengambil alili masalah itu.
"Udah biar gue aja yang kasih penjelasan sama orang itu!"
"Sanaaa...!" ujarnya dengan bersungut-sungut kesal, tak
jadi melangkah ke tcras.
"Lu kasar sih kalau sama tamu, jadi penjelasan lu sulit
dipahami!"
Sandhi bicara dengan bapak tua itu lebih ramah
dibandingkan Buron tadi. Bahkan untuk memberi kesan baik
dan penuh rasa hormat, sang tamu dibawanya masuk.
Dipersilakan duduk di teras yang memiliki empat kursi tamu
sederhana, namun cukup elegan dan nyaman.
"Lho, sepatunya dipake aja, Pak. Nggak usah dilepas.
Kayak masuk ke mana aja pake lepas sepatu..."
"Nggak apa-apa, sayang lantainya... nanti kotor,. karena
sepatu saya tadi nginjak tempat becek...," kata si bapak
berusaha untuk sesopan rnungkin. Memposisikan diri serendah
mungkin di rumah yang menurutnya cukup mewah itu.
"Bapak dari mana?"
"Saya tinggal di daerah Tangerang, Mas. Saya datang
kemari mau minta bantuan Non Kumala Dewi yang katanya..."
"Bapak tahu alamat sini dari s iapa?" potong Sandhi.
"Dari... Ibu Shalimah."
Sandhi berkerut dahi scbentar. Mengingat-ingat nama
Shalimah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudnya... Ibu Shalimah yang jadi kepala sekolah di
SMP..." "Iya, iya...! Benar! Wah, rupanya Mas kenal juga sama
beliau, ya?" sambil tersenyum bangga. Lalu, katanya lagi,
"Kalau Bu Shalimah kepala sekolah, naah... saya penjaga
sekolahnya. Saya sudah dua puluh tahun lebih menjadi
penjaga sekolah di s itu."
"Ooo, ya, ya, ya... Maaf, saya lupa memperkenalkan diri,
saya Sandhi, asistennya Non Kumala sckaligus sopir beliau."
"Ooo, Mas Sandhi... kalau saya; Dalman. Tapi lebih
seringdipanggil murid-murid: Pak Maman."
Sandhi menilai tamunya sebagai orang yang lugu dan
sopan. Tapi agaknya si penjaga sekolah itu sedikit punya sifat
keras kepala. Ia terkesan memaksakan keadaan agar bisa
sesuai dengan keinginan hatinya
"Saya disarankan Bu Shalimah untuk minta bantuan Non
Kumala Dewi, makanya saya diberi alamat ini agar bisa sampai
sini, Mas."
"Mohon maaf sebcsar-besarnya; pak Maman... Untuk
malam ini Non Kumala nggak bisa keluar dari kamarnya.
Nggak bisa ketemu siapa-siapa."
"Lho, kata Bu Shalimah, Non Kumala itu orangnya baik hati
dan suka menolong. Bahkan mau berkorban demi keselamatan
jiwa orang lain. Kenapa sama saya nggak mau, ya" Apa
karena saya seorang penjaga sekolah, jadi beliau nggak mau
keluar menemui saya?"
"O, bukan... bukan karena itu, Pak. Tapi karena...," Sandhi
terdiam sesaat. Bingung menjelaskan. Tak mungkin ia
mengatakan hal yang sebenarnya, mengapa Kumala pada
malam bulan purnama begini tidak mau keluar dari kamamya,
tidak mau menemui siapa pun. Jika hal itu diceritakan, sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja Sandhi membeberkan rahasia pribadi orang yang
dikaguminya "Apa bedanya malam bulan purnama dengan malam biasa"
Toh sama-sama malam juga, sama-sama gelap juga, dan
sama-sama nggak ada matahari kecuali bulan. Iya kan?" ujar
Pak Maman menampakkan egonya.
Sandhi masih diam. Seandainya ia katakan, bahwa setiap
malam bulan purnama, Kumala Dewi berubah menjadi seekor
ular hijau besar bersisik emas tapi berkepala manusia,
mungkinkah Pak Maman akan mempercayainya" Andai
dikatakan, bahwa karena kondisi seperti itu maka Kumala
Dewi tiap bulan purnama dari maghrib sampai subuh
mengurung diri di dalam kamarnya dan tidak mau bertemu
siapa pun, mungkinkah Pak Maman akan bisa memakluminya"
Rasa-rasanya tidak. Orang itu tetap akan ngotot minta
bukti. Dan kalau dia melihat sendiri keadaan Kumala Dewi
malam ini, apakah dijamin tidak akan pingsan atau tidak akan
berhenti mendadak detak jantungnya" Belum tentu. Belum
tentu mentalnya kuat melihat keadaan seekor ular besar
berkepala manusia .
"Begini saja, Pak Maman... sejujurnya saya katakan pada
Pak Maman, bahwa setiap tanggal lima belas menurut
kalender Jawa, atau setiap tiba saatnya bulan purnama, Non
Kumala harus mengurung diri dalam kamar dari maghrib
sampai subuh nanti untuk melakukan meditasi.. Dan, pada
saat proses meditasi berlangsung, nggak ada yang boleh
bicara, melihat atau bahkan menyentuh dirinya.lni sudah
menjadi ketentuan kodratnya yang nggak bisa ditawar-tawar
lagi." Wajah tua Pak Maman semakin murung. Seperti
menyimpan kesedihan dan sejuta kecemasan yang menyiksa
jiwanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau boleh saya tahu, Pak..sebenamya ada masalah apa
sih yang dihadapi Pak Maman sampai Bapak ngotot harus
bertemu dengan majikan saya " Tolong jelaskan sedikit,
barangkali saya bisa bantu mencarikan jalan keluar yang tidak
harus rnelalui Kumala malam ini."
Dengan suara lemah dan wajah makin murung, penjaga
sekolah itu menjawab pertanyaan Sandhi.
"Anak saya yang pertama; Rimma, tadi siang dapat surat
dari seseorang yang tidak dikenalnya..."
"Surat apa, Pak?"
"Yaah, nggak tahu apa isinya. Tapi, di daerah kami kemarin
malam ada dua orang yang menerima surat dari orang yang
tidak dikenal. Beberapa saat setelah mereka membaca surat
itu, mereka tewas secara mengerikan di dalam kamarnya.
Keduanya sama-sama hilang tanpa secuil daging atau sehelai
rambut. Yang tersisa hanya genangan darah memenuhi kamar
mereka. Kedua orang itu tidak saling kenal tidak berdekatan
rumahnya, tapi kematiannya sama-sama aneh."
"Isi surat itu apa, Pak?" Sandhi berkerut dahi.
"Saya nggak tahu persis, hanya dengar-dengar dari para
tetangga, katanya surat itu berisi ajakan hidup bahagia secara
kekal. Katanya lagi, di dalam surat itu ada bacaan mantera.
Nah, cerita dari keluarga kedua korban itu punya banyak
kesamaan. Pertama surat datang malam hari. Kedua, pengirim
surat tidak jelas. Ketiga, isi surat ada manteranya. Keempat,
mereka sama-sama mati tanpa secuil daging atau sesobek
baju yang tersisa. Kelima....,"
Pak Maman menghentikan ceritanya. Wajah tuanya
memancarkan kecemasan yang sangat menyiksa batinnya.
Pada saat itu tentunya Pak Maman membayangkan nasib
anaknya yang sudah berusia 24 tahun tapi masih melanjutkan
kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kapan kejadian aneh itu terjadi., Pak?"
"Kemarin! Kemarin malam. Nah, tadi sekitar pukul tujuh
kurang, anak saya: Rimma, menerima surat yang berasal dari
orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Saya khawatir akan
terjadi seperti malam sebelumnya, maka surat itu segera saya
amankan. Anak saya nggak saya izinkan membuka atau
membaca surat itu"
"Aneh"!" gumam Sandhi dengan dahi berkerut tajam.
"Sekarang surat itu Bapak bawa?"
"Ya, saya bawa. Tadi sempat saya tunjukkan pada Bu
Shalimah, kebetulan beliau tinggal nggak jauh dari sekolah
kami. Atas saran Bu Shalimah, surat jangan dibuka dan saya
harus ke sini menemui Non Kumala untuk minta saran, apakah
surat ini berbahaya atau tidak. Apakah mengandung ancaman
maut atau tidak."
"Coba iihat suratnya, Pak! Kok aneh amat sih"!"
"Sebentar!..," Pak Maman merogoh saku celananya. Saku
kanan dirogoh lebih dulu, lalu pindah ke saku yang kiri.
Eksprcsi wajahnya mulai kelihatan bingung. la juga merogoh
saku belakang. Saku baju batiknya. Balikan sempat melepas
pecinya untuk diperiksa. Ternyata ia tidak menemukan surat
yang dimaksud. "Waduh, kok hilang ya"!" gumamnya dengan tegang. Ia
masih kurang percaya, sehingga perlu memeriksa semua saku
pakaiannya sekali lagi. Akhirnya ia terbengong dalam posisi
berdiri. "Nggak ada tuh, Mas...," katanya dengan meremas setiap
saku. "Tadi dibawa nggak?"
"Saya bawa! Waktu saya mau turun bis kota, sebelum naik
ojek kemari, saya masih sempat mengeluarkan surat-itu dari
saku kanan ini. Saya juga tadi sempat khawatir kalau surat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jatuh di dalam biskota. Ternyata nggak tuh. Ada kok. Terus
saya masukkan ke saku ini lagi," sambil tangannya menepuk
saku samping kanannya.
"Aneh.. ,?"!" Pak Maman tertegun bengong seperti orang
pikun. Sandhi diam juga dengan dahi masih berkerut. Ia bukan
bingung, melainkan dalam keraguan batinnya sendiri.
Benarkah terjadi peristiwa misterius itu, atau Pak Maman
hanya sekedar mengarang cerita picisan " Karena sejak
kemarin ma lam pihak Kumala Dewi belum mendapat kabar
tentang munculnya surat misterius yang mendatangkan
kematian bagi s i penerirna suratnya.
Pada saat Sandhi memandangi Pak Maman yang masih
penasaran dan kebingungan itu, dering telepon terdengar
nyaring dari ruang tengah. Buron yang menerima telepon
Sandhi tak menghiraukan lagi. Ia lebih tertarik menganalisa
pengakuan Pak Maman tadi. Tapi beberapa saat kemudian
Buron keluar menemui Sandhi .
"Tante Gessy baru saja telepon. Dia mendesak agar Kumala
segera datang ke rumahnya Di sana ada kejadian aneh. Salah
satu tetangganya terima surat, lalu mati tanpa jasad."
"Naaahh...! Benar kan"!" sentak Pak Maman penuh
semangat. Setidaknya dia merasa dapat dukungan atas
kebenaran ceritanya tadi. Hal itu membuat Sandhi semakin
bungkam termangu-mangu, tapi. hati keeilnya mulai pereaya
dengan cerita Pak Maman tentang surat misterius itu!
Buron menatap Pak Maman dengan sedikit mengerinyitkan
alisnya yang tebal itu. Pak Maman jadi deg-degan, ingat
tatapan aneh yang diterimanya dari Buron tadi.
"Apanya yang benar?" ia bertanya pada Pak Maman. Lalu,
penjaga sekolah
itu salah tingkah
karena bingung menjelaskannya. Melihat keadaan Pak Maman serba salah,
Sandhi segera berkata pada Buron.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pak Maman ini juga membawa masalah yang sama,
tentang sebuah surat yang dicurigai sebagai surat kematian.
Tetapi surat itu hilang dari saku celananya, entah jatuh atau
dicopet orang, atau hilang secara misterius."
"Benar, suratnya hilang, Pak?"
"Benar, Mas. Tadi saya...,"
"Ssst...! Ssstt...!" Buron memberi isyarat supaya Pak
Maman berhenti bicara. Isyarat yang secara tiba-tiba diikuti
raut wajah Buron sedikit tegang itu membuat Pak Maman
berdebar-debar lagi. la bungkam, Sandhi pun bungkam.
Keduanya kini mengetahui bahwa Buron sedang menyimak


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

munculnya sebuah suara. Gerak-gerik kepala Buron
menandakan bahwa ia sedang mempertajam pendengarannya
agar bisa mendengarkan scsuatu dengan jelas.
"Ada apa?" tanya Sandhi dengan pelan.
"Derap kaki kuda," jawab Buron dengan suara membisik.
Sandhi dan Pak Maman mencoba mencari suara yang
dimaksud Buron dengan menelengkan kepala kesana-sini.
Namun mereka berdi ia tidak mcmlcngar suara derap kaki
kuda seperti yangdikatakah Buron.
"Jangan-jangan dia cuma mau konyol-konyolan aja"!"
gumam hati Sandhi yang sempat meragukan keseriusan
Buron. "Gawat!"
Buron mendesis, memperkuat ekspresi tegangnva, "Apanya yang gawat?"
"Elu nggak dengar suara gemuruh itu?"
"Nggak ada suara apa-apa, ah!"
"iya, saya juga nggak derigar suara apa-apa," timpal. Pak
Maman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sandhi hertanya lagi, "Lu serius" Ada apa sebenarnya?"
"Masuklah kalian. Jangan di luar sini."
"Masuk..."!"
"Gue denger suara gemuruh. Itu suara derap kaki kuda.
Jumlahnya lebih dari tiga ekor kuda. Entah pasukan dari
mana, tapi gue merasakan getaran gelombang gaib yang
bukan berasal dari alam ini. Gue rasa mereka mau lewat sini,
San. Makanya, lu berdua sama bapak ini, masuk!"
"Terus, elu..."!"
"Gue mau hadang mereka di sini. Kalau mereka memasuki
wilayah kita, gue terpaksa bertindak tegas, apapun yang
terjadi! Masuk sana!"
Sandhi mulai memahami maksud Buron. Sebagai jelmaan
Jin Layon tentunya Buron memiliki radar gaib yang dapat
menangkap datangnya gelombang gaib dari pihak lain. Wajar
saja jika Buron bisa mendengar suara derap kaki kuda, karena
dia menggunakan kesaktiannya sebagai Jin Layon yang
mampu mendengarkan suara dari alam lain. Maka, tanpa
banyak bertanya lagi Sandhi segera membawa Pak Maman
masuk ke dalam - rumah.
Pak Maman diliputi kebingungan dan keraguan. Akhirnya ia
beranikan diri berbisik pelan pada Sandhi ketika rncrekainasih
di depan pintu masuk.
"Apa benar ada suara kaki kuda sih" Saya nggak dengar
suara itu. Kenapa dia ngotot mendengar suara derap kaki
kuda, Mas?"
"Udahlah, ikuti saja apa kata dia, Pak. Sampean kan nggak
tahu. siapa dia sebenarnya. Jadi, sebaiknya kita ikuti saja
sarannya tadi."
"Mas, memangnya dia itu siapa sih?" Bisikan Pak Maman
semakin lirih. Sandhi tampak ragu-ragu untuk menjawabnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada Saat itulah, Sandhi dan Pak Maman melihat kerlapkerlip cahaya merah melintas jalanan di luar pagar. Cahaya
merah itu seperti lidah api kecil-kecil yang jumlahnya puluhan.
Mereka bergerak bagaikan kapas terbakar yang terbang di
udara dalam satu arah. Namun cahaya-cahaya kecil itu tidak
mcnimbulkan bunyi. karena tak ada suara aneh apapun yang
tertangkap oleh pendengaran Pak Maman dan Sandhi.
Buron tampak diam saja. Berdiri dengan kedua tangan
bersidekap di dada. Ia memperhatikan gerakan cahaya-cahaya
itu. Agaknya ia sengaja berjaga-jaga mengamankan kediaman
Dewi Ular tersebut. Ia tak akan bergerak atau melakukan
tindakan jika tidak ada satu cahaya pun yang mencoba
memasuki 'daerah kekuasaannya'.
"Kenapa Buron diam saja, ya?" pikir Sandhi sambil
berdebar-debar karena pengaruh gaib yang dibawa oleh
cahaya-cahaya merah itu.
Sandhi tidak tahu bahwa sebelumnya Buron sudah
mendapat bisikan dari Kumala Dewi yang ada di dalam
kamarnya. Kumala mengirimkan suara gaib kepada Buron, dan
Buron dapat mendengarnya karena ia memiliki kesaktian
sebagai keturunan bangsa jin.
"Surah mereka masuk, Buron..Sandhi dan tamu kita"
Begitu suara bisikan Kurnala yang diterima Buron tadi.
Maka, ia pun menyuruh Sandhi dan Pak Maman masuk.
"Jangan berbuat apapun kalau nggak ada yang memasuki
wilayah kita. Tapi tetaplah berjaga-jaga."
Itu suara bisikan Kumala berikutnya. Lalu, suara bisikan itu
didengar lagi oleh Buron saat cabaya itu lewat di depan
rumah. "Biarkan mereka lewat. Tetaplah diam di tempatmu."
Di dalam hatinya Buron bertanya, dan suara hati Buron itu
terkirim melalui jalur gaib ke telinga batin Kumala Dewi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa mereka ini" Apakah pasukannya Dewa Kegelapan?"
"Mereka roh-roh baru. Belum jelas ke mana arah tujuan
mereka. Karena itulah, setelah mereka semua lewat, ikuti
mereka dari kejauhan. Hati-hati, jangan sampai ada pihak
sana yang mengetahui gerakkanmu."
Maka, setelah barisan sinar merah itu melintas semua, tibatiba Buron berubah menjadi cahaya kuning. Claaap...! Pak
Maman tersentak kaget. Matanya membelalak dan tak mampu
bicara sepatah kata pun.
0o-dw-kz-234-o0
3 SEBUAH mobil Audi Quarto warna merah saga berhenti
tepat di depan rumab Moina. Pengemudinya seorang wanita
cantik berusia sekitar 26 tahun.
Perawakannya tinggi, sekal, kulit kuning langsat, rambut
panjang sepupggung diurai lcpas. Kccantikannya sempat .
merflukau bebarapa tetangga yang masih bcrkerumun di
rumah Moina. "Ooo, ini 'orangpintar' yang dimaksud sepupunya Moina"!"
bisik Tante Gessy dengan sedikit mencibir. Ia tak yakin
dengan kemampuan supranatural wanita berdada tidak terlalu
montok tapi cukup seronok itu.
Afen, sepupunya Moina, segera menyambut kedatangan
tamunya dengan ciuman di pipi. Seakan ia pamerkan kepada
mereka bahwa hubungannya dengan wanita cantik itu sangat
intim. Menurut Afen, wanita itu punya nama seperti nama
mobilnya, yaitu: Audy.
Afen dan Desty berusaha menceritakan kronologis peristiwa
menyedihkan itu kepada Audy. Fahrel dan mamanya ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimpali dengan nada duka yang masih menghiasi rona
wajah dan hati mereka. Audy berdiri di depan pintu kamar
Moina, sementara beberapa petugas kepolisian juga tampak
sibuk melakukan investigasi secara serius.
"Masih ingat buny i mantera yang tertera di surat itu?"
"Moi nggak bilang. Dia nggak sebutkan mantera itu,"jawab
Desty sambil mengendalikan isak tangisnya.
"Bagus," Audy manggut-manggut. "Beruntung nggak ada
yang tahu bunyi mantera itu. Jadi korbannya cuma satu."
"Apa maksudmu bilang begitu,Honey!"bisik Afen.
Audy tetap tenang.
"Dalam tiga malam berturut-turut sudah ada lebih dari 15
orang menjadi korban surat misterius itu. Aku dapat laporan
dari beberapa rekanku, baik melalui telepon maupun secara
langsung. Cuma, datang langsung ke TKP baru sekarang ini.
Dan agaknya saat ini sedang beredar teror surat kematian.
Isinya mantera aneh yangmembawa bencana bagi si penerima
surat.Aku curiga, mungkin mantera itu juga akan merenggut
nyawa orang lain yang mendengar ucapannya atau ikut
membacanya."
" Pasti begitu"!"
"Dugaanku begitu."
"Bisa kau gunakan indera keenammu untuk mengetahui ke
mana perginya Moina, atau ada apa sebenarnya dengan dia"
Siapa pengirim surat itu dan apa maunya?"
Tampak jelas sekali Afen sangat mengandalkan kemampuan supranaturalnya
Audy. Sementara yang diandalkan masih belum yakin apakah dirinya mampu betul
menangani kasus tersebut. Dari pandangan matanya yang
sedikit menerawang agaknya Audy merasakan ada sesuatu
yang membahayakan di balik pcristiwa misterius itu. Namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa was-was tersebut tetap ia sembunyikan dari pandangan
orang lain. "Ayolah, gunakan kehebatanmu sekarang juga, Honey!"
desak Afen. "Aku yakin kamu bisa membawa pulang kembali
sepupuku vang.pajing kucintai itu. Lakukan sekarang,
Honey!Please...!"
Audy bangkit dari duduknya. Ia menghampiri kamar Moina
yang lantainya masih berlumuran darah, yang tadi
beberapakali sudah dilakukan pemotretan oleh pihak
kepolisian. Ketika itu, Fahrel mendampingi mamanya memberi
keterangan yang diperlukan oleh pihak kepolisian. Beberapa
pasangmata memperhatikan gerak-gerik Audy, termasuk
Tante Gessy dan beberapa tetangga yang hanya bisa
memandangi dari lorong menuju dapur.
Darah memang masih segar menggenangi seluruh
permukaan lantaikamar. Tapi tiba-tiba cairan merah
mengerikan itu bergerak perlahan-lahan. Yang berada di
bagian tepi menyusut ke tengah Yang menggenangi bagian
tengah lantai bergerak naik, seperti bentangan karpet yang
ditarik dari bagian tengahnya Hal itu terjadi sete lah Audy
memandangi kamar itu tanpa berkedip. Ia tak melakukan
gerakan apa-apa. Bibirnya terkatup rapat, dan bukan komatkamit selayaknya membaca mantera sakti.
Namun dengan pandangan matanya ia mampu membuat
keanehan yang mencengangkan beberapa orang di situ.
Genangan darah itu makin berkumpul ke tengah. Zuuut,
zuuut, zuuut...! Lama-lama membentuk gumpalan seperti
tanah liat yang menjulang ke atas.
"Gila"! Dia bisa bikin darah-darah itu berkumpul jadi satu"!"
bisik seorang tetangga.
"Wah, nggak sia-sia gadis itu dipanggil kemari. Lihat...,
lantai bekas darah tadi kering kerontang, seperti nggak pernah
basah oleh darah"!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia memang hebat, ya?" salah seorang menyodokkan
sikutnya kepada Tante Gessy. Tapi janda cantik itu
mencibirkan bibimya.
"Belum seberapa kalau dibandingkan dengan Kumala Dewi,
guru senamku itu "
'Tapi... lihat... lihat itu! Darahnya menggumpal ke atas!
Membentuk seperti patung, eeh... seperti orang... eh, bukan...
seperti... seperti..."
Darah-darah itu memang menjadi satu dan menggumpal.
Gerakkan darah seperti ombak kental. Sepertinya kekuatan
gaib yang dimiliki Audy sedang bcrusaha mengerahkan darah
itu untuk membentuk sesosok makhluk yang tak jelas, apakah
manusia atau bukan.
Ketika gumpalan darah itu membumbung ke atas, hampir
menyeamai sesosok manusia, tiba-tiba dalam satu sentakan
kuat gumpalan itu seperti meledak tanpa suara.
Pyaaaakkk...!Crraaaaattt...!
"Auufh...!!"
Audy terpekik pelan karena darah yang menyembur ke
berbagai arah itu sebagian memercik ke wajahnya. Posisinya
yang berdiri dekat sekali dengan pintu kamar membuat bukan
hanya wajahnya yang terkena percikan darah, namun juga
sebagian badannya. Terutama bagian depan.
"Uuhhkk..'.!" Audy mengerang dengan terhuyung-huyung
mundur. Wajahnya menyeringai kesakitan. Ia memegangi
dadanya. Akhirnya ia jatuh terhempas di sofa dalam posisi
duduk menahan sakit.
"Audy..?"! Audyyy..."!" Afen miilai panik. Ia menghampiri
Audy, namun tak tahu apa yang harus dilakukan. Wanita
kebanggaannya itu terengah-engah sambil masih memegangi
dadanya. Menahan rasa sakit. Seperti ada sesuatu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mcnghantam dadanya dengan keras dan membuatnya sulit
bernapas. Darah di kamar kembali menggenang seperti tadi. Namun,
sekarang ada sebagian darah yang memercik mengotori lantai
di luar kamar. Orang-orang yang menyaksikan hal itu
tersentak mundur dengan sendirinya. Mereka dicekam rasa
takut dan kecemasan.
"Audy, kau.. kau mengalami cedera"!" tanyaAfen tegang.
"Jauhi aku dulu. Jangan sentuh aku," suara Audy sangat
berat. Afen mundur dua langkah.
Audy memejamkan matanya dengan badan terbungkuk,
tangan memegangi dada dan perutnya. Badan yang berlumur
darah itu bergetar. Rupanya Audy sedang mengerahkan
tenaga dalam atau sejenisnya untuk mengatasi rasa sakit yang
dideritanya. Ia sempat mengeluarkan suara menggeram besar
dan serak. Menyeramkan bagi yang mendengarnya.
"Hhmmmgggrrrmm.,.!!"
"Tolong ambilkan air minum. Air putih!" seru Afen entah
kepada siapa memang tak jelas. Tetapi pada saat itu Ali, si
pelayan, segera mengambilkan segelas air putih dari meja
makan. Namun, sebelum air putih itu diberikan kepada Afen,
suara geraman Audy sudah hilang. Ia sudah tidak
membungkuk

Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi. Menghirup napas panjang, lalu menghempaskan dengan lega. Ketika Afen menyodorkan
segelas air putih, Audy menolak.
"Aku nggak apa-apa. Okey. Nggak apa-apa. Nggak perlu air
itu." "Tapi kau..."
"Aku sudah atasi energi setan yang nyaris membuat pecah
jantungku tadi menggunakan hawa saktiku. Tenang, aku
nggak apa-apa, Fen."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Afen menghembuskan napas panjang. Lega. Yang lain ikutikutan begitu. Mereka melihat kondisi Audy pulih seperti
sediakala. Hanya napasnya masih sedikit terengah-engah, dan
sekarang sedang dalam penormalan kembali.
"Aku mencoba menghimpun bayangan pelakunya Aku
menggunakan kekuatan darah sebagai jejak gaib yang ia
tinggalkan. Tetapi... agaknya jejak gaib itu menyimpan energi
milik si pelaku. Energi itu sangat besar, sehingga nggak cukup
dilawan dengan kekuatanku yang ala kadamya tadi. harus
kugunakan kekuatan jati diriku, dan.., itu nggak bisa dilakukan
sekarang. Aku butuh persiapan khusus."
Bibir sensual Audy mendekati telinga Afen. Ia berbisik.
"Aku butuh energi tambahan darimu."
"Dariku..."!" Afen tampak bingung mengartikan bisikan itu.
Kepala Audy mengangguk dengan mata memandang penuh
makna yang sangat pribadi. Afen mulai dapat meraba maksud
bisikan itu. Dugaannya semakin kuat setelah Audy berbisik
kembali padanya.
"Ikutlah ke apartemenku malam ini juga.''
"Hmm, eeh... apakah harus malam ini"!" Afen semakin lirih.
Audy mengangguk lagi. "Sebelum semuanya menjadi
terlambat dan semakin memakan korban lebih banyak lagi.
Kita harus mencegahnya. lebih cepat lebih baik. Karena itu...,
ikutlah aku!"
"Lalu... urusan ini..."!"
"Kita tangguhkan dulu. Nggak bisa diselesaikan saat ini
juga" Audy bangkit lebih dulu bersikap mendesak. Dan, hal itu
sulit ditolak oleh Afen, karena ia ditatap dengan pandangan
mata sayu yang menggetarkan hatinya. Darahnya terasa
mengalir dengan deras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Setiap kali ia menatapku begitu, kenapa aku selalu
bergairah"! Sulit sekali untuk menahannya"!" gumam Afen
dalam hati. Sejujumya Afen mengakui, suasana hatinya masih berduka.
Tapi dengan jujur pula hati itu mengakui, ada gemuruh yang
meresahkan manakala ia menerima tatapan sayu Audy.
Gemuruh itu adalah luapan hasrat yang makin ditentang
semakin mengganas, sehingga sulit baginya untuk menolak
atau menghindar dari tantangan mesra Audy.
"Pelakunya memiliki energi gaib sangat besar" kata Audy di
dalam mobil merahnya. Ia sendiri yang mengemudikan mobil
merah saga itu, sementara Afen hanya duduk di samping
kirinya. "Pengirim surat itu bernama: Lexian, kata Desty. Kau
kenal?" "Lexian?" gumam Audy. "Nama itu pasti nama samaran.
Aku nggak mengenal nama itu. Aku hanya mengenali jenis
energi gaibnya"
"Maksudmu...?"
"Bukan energi gaib milik manusia atau makhluk penghuni
bumi." "0,ya"!"
"Energi itu milik penghuni alam lain. Makanya, nggak bisa
kutangani dengan kekuatan ala kadarnya. Energiku sendiri
sudah lama nggak diisi. Kita nggak ketemu sekitar lima hari,
bukan?" "Enam hari," ralat Afen. "Lima hari aku di Ba li, dan kemarin
aku pulang, tapi belum sempat jumpai kamu."
"Ya, ya.... enam hari aku disibukkan dengan persoalan
temanku yang menyita perhatian, sampai aku lupa nggak isi
bensin," lalu Audy tertawa lepas. Tawanya memberi makna
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersendiri atas istilah isi bensin yang digunakan untuk
memancing perhatian khusus Afen. Bujangan berkulit coklat
dengan tangan ditumbuhi rambut agak lebat itu tersenyum
kecil. la sangat memahami apa maksud ucapan tersebut.
"Selama menjalankan tugas kantormu di Bali, nggak ada
bule yang terbenam dalam pelukan malammu, bukan?" Audy
melirik nakal. "Kamu pikir mereka bisa membuatku bergairah, apa" Hmm,
nggak ada yang bisa membuatku bergairah selain kamu."
"Oh ya"! Tapi kenapa tanganmu diam saja dari tadi,
Sayang?" Sindiran itu juga sangat dipahami oleh Afen. Maka, dalam
waktu singkat tangan kanannya sudah berada di pangkuan
Audy. Audy mengenakan span ketat dari kain halus dan
lembut. Sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan
tinggi Audy dapat menikmati usapan lembut tangan Afen.
"Ooh, yaaah... aku dapat merasakan getaran cintamu lewat
usapan lembut tanganmu, Sayang. Kamu benar-benar nggak
menyentuh wanita sedikit pun selama di Bali. Aku percaya
sekarang."
Audy tertawa kecil; agak parau. Ia menyodorkan pipinya ke
kiri. Afen segera menciumnya.
Ketika mereka berada di dalam lift yang membawa mereka
ke lantai delapan, Afen tak mampu menghindar ciuman
hangat Audy. Karena di dalam lift hanya ada mereka berdua,
maka Audy merasa sangat leluasa menciumAfen.
"Hey, hey... sadar, kita masih di dalam lift, Sayang. Jangan
nekat begini,.. kita di dalam lift, Honey. Nanti kalau..."
Zeebb...! Tiba-tiba lift berhenti. Kata-kata Afen terputus
seketika. Ia sempat menggeragap karena khawatir pintu lift
terbuka dan seseorang yang akan masuk melihat mereka
pacaran. Tetapi ternyata pintu lift tidak terbuka. Bahkan lampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penunjuk angka lantai yang tadi berwarna merah, sekarang
dalam keadaan padam.
"Astaga..."! Lift berhenti di lantai berapa nih"!" Afen agak
tegang. "Jangan cemas.. " kata Audy. "Lift berhenti di pertengahan
lantai... Nggak akan ada yang bisa masuk... Kita punya
kesempatan leluasa di s ini."
"Ka... kamu yang menghentikan lift ini?"
"Yaah, aku! Jangan takut. Kau bebas melakukan apa yang
ingin kau lakukan pada diriku, Sayang."
"Gila...!" desis Afen sambil tertawa parau. Hatinya sempat
heran bercampur kagum pada kehebatan Audy, yang mampu
menghentikan lift di pertengahan lantai dengan kekuatan
gaibnya, hanya karena hasrat bercintanya sudah tak
terbendung lagi, maka, tanpa banyak berpikir lagi, Afen
menuruti keinginan Audy.
Selama dua bulan Afen mengenal Audy, ia sering dibuat
kagum oleh inovasi-inovasi bercinta yang di lakukan Audy
terhadap dirinya. Sesuatu yang tak pemah terlintas dalam
khayalan Afen bisa saja terjadi dan dilakukan oleh Audy demi
memenuhi hasratnya.
"Memang asyik sih sama dia," pikir Afen. "Tapi aku bisa rapuh kalau terusterusan begini. Dia seperti menghisap
seluruh tenagaku. Aku merasakan sekali hal itu. Lalu...,
kenapa sampai sekarang aku nggak pernah bisat menolaknya,
ya?" Terrtu saja Afen merasa heran dengan keanehan dalam
dinnya, karena ia tidak tahu siapa sebenamya Audy. Ia hanya
mengenal Audy sebagai sosok wanita muda, cantik, sexy,
penuh daya tarik, dan memiliki kemampuan supranatural
dengan bisnis keseharian yang tak jelas. Tinggal di apartemen
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergengsi dan memiliki banyak relasi. Hanya itu yang
diketahui Afen tentang Audy.
Ia tidak tahu bahwa Audy memiliki kesaktian yang lumayan
tinggi. Untuk memelihara energi saktinya itu ia harus
menverap energi lelaki dengan cara mengajaknya bercinta.
Afen juga tidak tahu bahwa Audy sebenamya wanita jelmaan
yang dulunya menjadi penghuni alam kegelapan. Ia mantan
pengawal kepercayaan Dewa Kegelapan yang memiliki nama
asli: Nyimas Kembangdara.
Karena kecewa kepada Lokapura alias si Dewa Kegelapan,
maka ia memboikot dari kekuasaan alam sana, lalu hidup di
bumi sebagai wanita jelmaan yang tak kalah cantik dengan
wanita sejati. Sosok aslinya sangat mengerikan. Seandainya
Afen melihat sosok asli Audy, maka besar kemungkinan Afen
akan mati berdiri. Setidaknya pingsan di tempat. Tak.akan
sanggup menahan rasa takutnya, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "KUPU-KUPU IBLIS").
Kini, sete lah Audy memperoleh tambahan energi baru
melalui perma inan cintanya dengan Afen, apakah ia mampu
menghadapi teror surat kematian yang makin hari makin
mencemaskan masyarakat itu "
0o-dwkz-234-o0 4 Belum pukul 6 pagi, telepon di rumah Kumala sudah
berdering. Sandhi belum bangun. Yang sudah bangun Mak
Bariah. Tetapi selama di rumah masih ada Sandhi, Buron atau
bahkan ada Kumala, Mak Bariah tak akan berani angkat
telepon. Ia merasa urusan telepon bukan termasuk 'direktoran
perdapuran'. Oleh karena itu Mak Bariah diam saja walau pun
dering telepon menjerit berulangkali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aaah, siapa sih yang gangguin orang tidur jam segini..."!"
Sandhi menggerutu kesal sambil bergegas bangun. Matanya
mengerjap-ngerjap dengan mulut menguap lebar saat
menghampiri meja telepon.
"Hallo," sapanya dengan nada datar.
"Siapa nih" Sandhi ya?"
"Ya," dengan alis bcrkerut. Ta mengenali suara cowok di
seberang sana. "Ada apa, Nik?"
"Dewi udah bangun?"
"Belum," seraya Sandhi melirik ke arah pintu kamar Kumala
yang masih tertutup rapat. "Semalam kan malam bulan
purnama. Kamu pasti tahu sendiri apa yang dilakukan Kumala
pada malam purnama, Nik."
Sandhi berani berkata begitu karena ia tahu persis
peneleponnya adalah Niko Madawi. Dulu pernah jadi pacarnya
Kumala, tapi putus lantaran kesetiaan Niko tak teruji. Meski
pun putus hubungan cinta namun hubungan kekeluargaan
masih tetap berjalan. Niko sekarang menjadi selebritis
kondang membawakan beberapa acara di televisi, dan yang
sampai sekarang masih banyak peminatnya adalah acara
Lorong Gaib, (baea serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI
ALAM KUBUR").
"Aku nggak akan berani mengusik keadaannya, Nik. Kamu
tahu sendiri kan kondisi dia kalau lagi begini "
"Tapi ini kan udah pukul lima lewat, San. Waktu dia
mengurung diri dalam kamar hanya sampai subuh. Dan, adzan
subuh sudah lewat dari tadi jadi kurasa dia sudah selesai.
Tolong bangunin dia. Penting sekali."
"Aku tetap nggak berani, Nik. Bener, nggak berani!"
"Bilang aja, keponakanku terima surat aneh tadi malam dari
seseorang yang misterius."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Surat aneh?" dahi Sandhi berkerut, teringat cerita Pak
Maman. "Bayangkan aja... masa jam satu malam tadi ada pak pos
nganterin surat buat Ochi sih" Untung abangku curiga karena
udah dcngar kabar tentang teror surat kematian itu, makanya
Ochi dilarang keras mcmbuka surat itu. Abangku lalu
menghubungi aku, dan sekarang aku di rumah dia. Aku butuh
Kumala sekarang juga, San."
"Gawat," gumam Sandhi. Lalu bcrkata kepada Niko,
"Mendingan kamu telepon lagi aja deh, yaah... sekitar lima
belas menit lagi-lah, sebab..."
Sandhi tak jadi melanjutkan ucapannya karena mendengar
suara lembut di belakangnya.
"Biar kuterima teleponnya Niko itu.."
"Oh, udah bangun?" Sandhi menyeringai kecil, menatap
kemunculan Kumala Dewi dari dalam kamar. Temyata saat itu
Kumala sudah tidak berbadan ular lagi. Ia sudah berubah
seperti biasa. Cantik, bertubuh sintal, sexy dan berkulit putih
halus, selembut kulit bayi. Kekuatan supranaturalnya telah
membuat Kumala Dewi mengetahui si penelepon adalah Niko
Madawi. Bahkan ia juga sudah mendengar percakapan Niko
dengan Sandhi sejak ia berada dalam kamar tadi. Sandhi
segera menyerahkan gagang telepon kepada Kumala.
"Aku akan segera datang, Nik."
"Oh, syukurlah kamu sudah bangun, Dewi. Begini..."
"Aku sudah dengar semuanya. Jaga jangan sampai surat itu
ada yang membukanya. Jauhkan surat itu dari keponakanmu,
biar dia nggak penasaran atau ngotot ingin membaca isinya"
"Iya nih, si Ochi pengennya buka surat itu. Dia. sampai
nangis dan ngamuk-ngamuk kayak orang kesurupan. Kami
hampir kewalahan mengatasi amukannya Lalu.. "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pokoknya usahakan dia jangan sentuh surat itu lagi Beri
aku waktu lima menit untuk sampai di tempat kakakmu. O,
ya... ini kakakmu yang tinggalnya di Bintaro kan?"
"Bukan. Ochi itu anaknya Bang Erson, yang tinggal di
Kelapa Gading."
Kumala Dewi menggumam dan manggut-manggut kecil. Ia
pernah dengar nama Bang Erson beberapa waktu yang lalu. Ia
tahu bahwa keluarga Erson memang menjalin hubungan
sangat akrab dengan Niko, walau pun sebenarnya Erson
adalah kakak sepupunya Niko. Namun, sudah seperti kakak
kandung sendiri. Erson banyak membantu Niko sewaktu Niko
belum sukses menjadi presenter di beberapa acara teve.


Dewi Ular 90 Misteri Surat Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ochi adalah putri pertamanya Erson yang baru masuk
kuliah tahun ini. Ia gadis yang cerdas, gesit, lincah, dan
pandai bergaul. Wataknya memang keras, namun biasanya
kekerasan hatinya itu hanya bisa diluluhkan oleh bujukan
Niko. Entah mengapa Ochi sering merasa tidak berkutik di
depan Niko yang dianggap scbagai oom kesayangannya.
Namun agaknya kali ini Ochi tidak peduli lagi dengan siapa
Niko sebenarnya. Ia marah besar kepada papanya yang telah
merebut surat itu dari tangannya. Erson sempat curiga dengan
kedatangan pak pos di malam hari. Erson juga ingat cerita dari
rekannya melalui telepon sekitar pukul delapan malam tadi,
tentang seorang gadis yang tewas secara mengerikan setelah
menerima surat aneh yang datangnya malam hari. Ada dua
orang yang kebetulan bercerita pada Erson tentang hal itu,
dan kedua orang tersebut tidak saling kenal, serta yang
diceritakan adalah korban yang tinggalnya berjauhan.
"Karena itulah aku jadi curiga dengan surat yang barusan
diterima Ochi. Dengan paksa kurebut surat itu dari tangan
Ochi sebelum dia masuk ke kamarnya," tutur Erson kepada
Kumala setelah Dewi U lar tiba di rumahnya bcrsama Sandhi.
"Sekarang di mana surat itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ada pada saya," sahut istrinya Erson. Ia ingin
menyerahkan surat tersebut dari dalam saku dastemya,
namun dicegah Kumala.
"Pegang dulu. Saya akan redakan dulu amukan Ochi,"
seraya Kumala menyunggingkan senyum keramahan yang
selalu membuat orang lain jadi terkesan padanya.
Keadaan rumah berlantai dua itu cukup memprihatinkan.
Ruang tengahnya berantakan. Konon, yang membuat barangbarang berantakan adalah amukan Ochi tadi. Ochi sendiri
kamarnya ada di lantai atas. Ketika Kumala dan Sandhi naik ke
lanlai atas, ditemani Niko dan Erson, pemandangan pertama
yang ia lihat adalah keadaan yang lebih kacau dari ruang
tengah tadi. Ochi menghamburkan semua benda yang terbuat
dari kaca, termasuk lukisan dan foto yang semula menghiasi
dinding ruangan santai di lantai atas depan kamamya.
"Anak itu ada di kamarnya?" tanya Sandhi pada Niko, tapi
yangmenjawab papanya Ochi.
"Wah, kalo kami sekap dia di kamar tidurnya berbahaya
sekali. Dia bisa memecahkan kaca balkon , atau bahkan nekat
lompat ke bawah atau... entah apa lagi. Makanya, kami
mengurungnya di dalam kamar mandi."
Sedetik setelah Erson berkata begitu, terdengar suara Ochi
dari dalam kamar mandi sambil menggedor-gedor pintu.
Sangat gaduh dan cukup mencekam. Karena kata-katayang
terlontar dari rnulut Ochi bukan hanya protes atas tindakan
penyekapan itu, namun juga ancaman bagi kedua orang
tuanya. "Buka pintunyaaa...! Lihat aja, ntar kalo gue bisa keluar
dari sini, gue bunuh papa dan mama...!! Gue bunuh kalian
semuaaa...!! Gue bunuuuh...!"
Braaak, braaak, brruuuk, braaak, gubraaak, gubraak... !!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beruntung pintu kamar mandi cukup kokoh, meski didobrak
berkali-kali tak sampai lepas engselnya, atau tak sampai jebol
kayunya atau tak sampai rusak handel pintunya. Pintu itu
hanya bergetar saat didobrak dari dalam. Tapi getaran pintu
tersebut sudah cukup mengherankan bagi Sandhi.
"Busyet..."! T enaganya kuat amat tuh cewek"!" gumamnya
di samping Kumala. Dengan pelan Kumala pun berbisik
padanya. "Bukan tenaganya sendiri yang beraksi. Amukannya
merupakan dampak dari pengaruh gaib yang dipancarkan dari
surat tersebut. Kalau surat itu dari manusia biasa, dia nggak
akan sampai ngamuk-ngamuk seperti ini. Surat itu rupanya
memiliki energi gaib yang dapat langsung mempengaruhi jiwa
orang yang dituju. Membuat orang itu sangat penasaran untuk
segera membaca isinya."
"Katanya, anak Pak Maman juga begitu, tapi nggak sampai
Pendekar Cacad 10 Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Pendekar Penyebar Maut 28

Cari Blog Ini