Ceritasilat Novel Online

Pendekar Penyebar Maut 28

Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono Bagian 28


sekarang ! Huh........ jadi kau ini pemuda she Chin itu ?"
"Keluarga Chin......?" Chu Seng Kun bergumam perlahan, seraya mengawasi Chin Yang Kun, sahabatnya.
Sementara itu Chu Yang Kun tampak semakin tegang dan
geram. "Benar, Ceng-ya-kang ! Kini sudah kau ingat lagi, bukan " Itulah utang-piutang kita yang harus kauselesaikan sekarang! Tapi........sebelum kita mengadakan perhitungan, aku akan bertanya dulu kepadamu. Siapakah yang memberi
perintah kepadamu untuk membantai keluarga Chin" Apakah
orang berkerudung hitam yang bergelar Hek-eng-cu itu ?"
"Tak ada yang memberi perintah. Aku membunuh wanita
dan anak-anak itu karena mereka tidak mau memberitahukan
tempat penyimpanan Cap Kerajaan. Aku kesal....... mereka
tidak........" "Tunggu! Kau jangan coba-coba mengurangi dosamu, ya"
Kau membantai seluruh Keluarga Chin, laki perempuan, bukan hanya wanita dan anak-anak ! Tahu ?" dengan kemarahan yang meluap-luap Chin Yang Kun memotong perkataan Ceng-ya-kang.
"Bangsat! Mengapa aku mesti harus mengurangi dosadosaku" Kaukira aku takut kepadamu " Akulah yang meracun
wanita dan anak-anak itu! Dan.... akulah yang menulis surat ancaman itu ! Nah, kau mau apa" Cuh!"
"Lalu bagaimana dengan ayah dan pamanku itu " Siapa
yang membunuh mereka di rumah Pendekar Li itu?" Chin Yang Kun berteriak penasaran.
"Aku tidak tahu !! Kenapa kautanyakan itu kepadaku "
Biarkan saja ayah dan pamanmu itu masuk neraka!!!" Cengya-kang berteriak pula tak kalah kerasnya.
"Kurang ajar ! Kubunuh kau!" Chin Yang Kun menjerit marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan ganas pemuda itu menerkam Ceng-ya-kang !
Kedua buah tinjunya melayang ke depan, menghantam ke
arah kepala dan dada Iawannya. Dan untuk kedua kalinya
terdengar suara desis yang keras dari mulut pemuda tersebut.
Iblis dari Ban kwi-to itu cepat merendahkan tubuhnya,
kemudian sambil melangkah ke kiri Iblis itu melancarkan
serangan ludahnya. Cuh ! Chuh ! Chuh !
Kedua buah pukulan Chin Yang Kun tadi menemui tempat
kosong. Sebaliknya dari lawannya ia menerima serangan ludah beracun. Oleh karena itu dengan menggeliatkan badannya
pemuda itu berputar ke arah kanan, sehingga ludah-ludah itu melesat di samping tubuhnya.
Demikianlah kedua orang itu lalu terlibat dalam
pertempuran yang seru. Masing-masing berusaha keras untuk
menundukkan lawannya. Iblis gundul itu dengan Ludah Inti
Racunnya berusaha mendesak Chin Yang Kun, sementara
pemuda itu dengan lincahnya mengelak kesana kemari.
Tampak benar bahwa pemuda tersebut merasa jijik oleh
semburan-semburan ludah lawannya, sehingga akibatnya ia
selalu didesak dan dicecar kemanapun ia pergi. Celakanya
ludah itu bagaikan mata air yang tiada habis-habisnya keluar dari mulut Ceng-ya-kang. Maka tidaklah heran kalau akhirnya pemuda itu menjadi repot menghadapinya.
"Kurang ajar, kalau aku tidak lekas-lekas membungkam
mulutnya aku bisa mendapat malu nanti ! Baiklah, akan aku
lawan dia dengan pukulan-pukulan jarak jauh saja!" pemuda
itu berkata di dalam hatinya.
Chin Yang Kun lalu mengerahkan sin-kangnya ke arah
lengan, kemudian dengan pukulan-pukulan jarak jauhnya,
yang dahulu pernah membuat tercengang Keh-sim Siau-hiap
di rumah Pendekar Li, dia menghalau semburan-semburan
ludah itu. Dan ternyata apa yang ia lakukan tersebut benar-benar sangat jitu. Semburan-semburan ludah itu segera
tersapu balik dan pecah berhamburan begitu terlanda angin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pukulannya. Malah tidak cuma itu saja. Tubuh Ceng-ya-kang
yang gemuk bulat itupun ternyata ikut pula terhempas ke
belakang jatuh tunggang langgang di atas pasir.
"Setan keparat ! Hantu mana yang masuk ke dalam tubuh anak ini ?" Ceng-ya-kang menggeram seraya bangkit berdiri.
Iblis dari Ban-kwi-to itu mengusap cairan darah yang
meleleh dari sudut bibirnya. Dadanya terasa sakit. Ternyata pukulan Chin Yang Kun tadi telah melukai bagian dalam
tubuhnya. Dan untuk pertama kalinya iblis itu merasa ngeri melihat kemampuan Iawannya yang masih muda itu.
"Hei, kenapa termangu-mangu saja di situ. Mulai takut?"
Chin Yang Kun mengejek lawannya.
Ceng ya kang menggeram bagai harimau luka. "Keparaaaat
! Lihat, aku belum kalah !" teriaknya seraya menubruk ke depan.
Sekali lagi Chin Yang Kun menyambut lawannya dengan
pukulan jarak jauhnya. "Whuuuuuusss !"
Tapi sekali ini Chin Yang Kun dibuat kaget oleh gerakan
lawannya. Pukulannya yang ampuh itu ternyata dengan
mudah dielakkan oleh Ceng-ya kang. Dengan gerak langkah
kakinya yang aneh, serta gerak tubuhnya yang menggeliat
dan meliuk kesana kemari, iblis dari Ban-kwi-to itu ternyata bisa menerobos di sela-sela angin pukulannya. Dan kemudian dengan gaya pukulannya yang cepat, beruntun, serta sambil
meliuk kesana kemari, iblis itu mendesaknya.
"Gila ! Ilmu apa lagi ini" Tampaknya.......seperti gerakan seekor kelabang!" Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati.
Dan selanjutnya Chin Yang Kun dipaksa untuk mundur
terus. Ceng-ya-kang mendesak terus dengan serangannya
yang beruntun dan bertubi-tubi, sehingga pemuda itu hampir tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membalasnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau toh kadang-kadang ada juga sedikit kesempatan untuk
balas menyerang, iblis itu dengan gerak langkahnya yang
aneh namun cepat bukan main, segera meliuk-liuk
melepaskan diri, untuk kemudian melanjutkan lagi desakannya yang cepat dan ganas itu. Malah beberapa saat kemudian
semburan-semburan ludahnya yang menjijikkan itu mulai
beraksi lagi. Akibatnya Chin Yang Kun harus berloncatan lagi kesana
kemari untuk mengelakkan serangan-serangan itu. Dan karena semburan-semburab ludah semakin lama semakin deras dan
membabi buta, maka akhirnya pemuda itupun semakin
terpojok dan jatuh dalam kesulitan lagi.
Sementara itu di luar arena, Chu Seng Kun masih kelihatan
berdiri termangu-mangu di tempatnya. Di dalam kepala tabib muda itu masih bergelut pikiran tentang sahabatnya, Chin
Yang Kun. Ucapan-ucapan yang dikeluarkan oleh Ceng-ya
kang tadi telah membukakan tabir rahasia yang selama ini
selalu disembunyikan dan ditutupi oleh sahabatnya itu. Kata-kata Ceng-ya-kang yang menyebutkan tentang Keluarga Chin
dan Cap Kerajaan tadi, segera mengingatkan dia kepada
keluarga bekas kaisar lama, yaitu Kaisar Chin yang dahulu
bertakhta di singgasana kekaisaran negeri Tiongkok. Cap
Kerajaan itu sampai sekarang belum diketemukan, sehingga
memancing banyak orang untuk mencarinya. Oleh karena
sejak dahulu telah timbul anggapan bahwasanya siapa saja
yang memegang atau memiliki benda pusaka tersebut tentu
akan menjadi raja atau penguasa negeri Tiongkok, maka
kancah perburuan Cap Kerajaan itupun akhirnya menjadi
ganas dan keras. Pertumpahan darah tak dapat dielakkan lagi.
Dan yang menjadi sasaran utama adalah keturunan bekas
kaisar lama. Semua orang menganggap bahwa salah seorang
dari keluarga Chin itulah yang menyimpan atau
menyembunyikannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau begitu Saudara Yang ini adalah keturunan langsung dari mendiang Kaisar Chin Si Hong-te. Wah........ kalau
demikian halnya urusan ini akan menjadi ramai sekali nanti !
Heh........"!?"
Tiba-tiba Chu Seng Kun tersentak dari lamunannya.
Dilihatnya kawannya itu sedang berada di dalam kesulitan.
Ceng-ya kang dengan semangat yang meluap-luap tampak
sedang mendesak kawannya itu dengan ilmu silatnya yang
cepat dan ganas. Mula-mula dia menjadi heran, tapi setelah ia melihat temannya itu tampak jijik menghadapi ludah yang
beterbangan itu, ia lantas maklum apa yang telah terjadi.
"Ilmu silat dan tenaga dalam Saudara Yang sebenarnya
sangat berlebihan kalau cuma untuk melayani iblis dari Ban-kwi-to itu. Tapi sungguh mengherankan sekali, mengapa dia
justru terdesak dan berada di bawah angin" Mengapa dia tidak segera mencari jalan untuk mengatasi semburan ludah
lawannya yang beterbangan itu" Ahh, tampaknya Saudara
Yang ini masih memerlukan pengalaman bertempur yang lebih
banyak di dunia persilatan, agar supaya ilmunya yang dahsyat itu mampu ia kembangkan dan ia pahami untuk menghadapi
ilmu-ilmu lain yang banyak ragamnya itu........" Chu Seng Kun bergumam menilai ilmu silat kawannya.
Sementara itu Chin Yang Kun semakin terdesak oleh gaya
permainan lawannya. Tapi ketika Ceng-ya-kang semakin
bernafsu untuk menyelesaikan pertempuran itu, tiba-tiba Chin Yang Kun merubah gaya perlawanannya. Kini pemuda itu
selalu mengelak dari serangan beruntun lawannya dengan
loncatan-loncatan panjang. Dengan gerakan-gerakannya itu
otomatis lawannya yang lebih rendah gin-kangnya itu menjadi selalu ketinggalan langkah untuk mengejarnya.
Satu-satunya jalan bagi Ceng-ya-kang untuk menutupi
kekurangannya itu hanyalah semburan ludahnya. Sambil
mengejar iblis itu menyerang dengan lontaran-lontaran
ludahnya. Sayang sekali, dengan jarak yang cukup jauh itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat mudah bagi Chin Yang Kun untuk meruntuhkannya.
Dan kemudian dengan pukulan jarak jauhnya pemuda itu kini
ganti mendesak iblis itu.
"Bagus! Itulah cara yang seharusnya ditempuh oleh
Saudara Yang sejak tadi!" Chu Seng Kun bersorak di dalam
hati melihat keberhasilan kawannya.
Sekarang ganti Ceng-ya-kang yang jatuh bangun didesak
oleh Chin Yang Kun. Semburan ludahnya dan ilmu silatnya
yang cepat dan ganas itu sudah tidak berarti lagi terhadap lawannya. Sementara pukulan-pukulan jarak jauh Chin Yang
Kun yang ampuh itu kini selalu mengejarnya kemanapun ia
pergi. "Bangsat licik! Ayoh.......majulah! kita bertempur beradu
dada! Jangan Cuma berlari-lari begitu......aduuuuh !"
Ceng-ya-kang terlempar jatuh berdebam di atas pasir.
Pukulan Chin Yang Kun yang bertubi-tubi itu akhirnya tak bisa dielakkan lagi oleh Ceng-ya-kang. Sebuah pukulan dengan
telak mengenai punggungnya sehingga iblis itu terjerembab
tak bisa bangun lagi. Darah mengalir dari mulut dan
hidungnya. "Anak setaannn......! anak iblisssss.......!" sebelum menutup mata iblis itu masih sempat mengumpat dan memaki.
Tubuh yang gemuk berkulit pucat kehijau-hijauan itu
tampak meregang sebentar, kemudian diam tak bergerak.
Perlahan-lahan kulitnya berubah kehitam-hitaman, sesuai
dengan warna darah Chin Yang Kun yang beracun.
Diam-diam Chin Yang Kun menghela napas. Di dalam hati
pemuda itu menjadi ngeri sendiri melihat korban pukulan
beracunnya. Ceng-ya-kang adalah tokoh ahli racun terkemuka.
Tubuhnya telah biasa bergelut dengan segala macam racun
yang ganas-ganas. Meskipun demikian iblis itu tetap juga tidak kuasa menahan keampuhan pukulan beracunnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia telah mati......" terdengar suara Chu Seng Kun lega.
"Kau telah berhasil membalaskan dendam keluargamu."
Chin Yang Kun menoleh, lalu menghela napas lagi.
Wajahnya kelihatan lesu dan tak bergairah meskipun sudah
bisa membunuh musuh besarnya. Tentu saja Chu Seng Kun
merasa heran sekali. "Eh, Saudara Yang.....mengapa kau tidak bergembira"
Bukankah kau telah berhasil membunuh orang yang
membantai keluargamu" Apa yang membebani hatimu lagi!"
Chin Yang Kun menundukkan kepalanya, suaranya tampak
kecewa sekali ketika menjawab. "Chu twa-ko.....! orang
terakhir yang diharapkan menjadi kunci terbukanya rahasia
pembunuh keluargaku ini ternyata juga tak tahu apa-apa.
Orang ini hanya membunuh ibu dan adik-adikku. Dia tidak
membunuh ibu dan adik-adikku. Dia tidak membunuh ayah
dan pamanku. Ahhh....lalu siapa sebenarnya yang membantai
ayah dan pamanku itu?"
"Saudara Yang......." Chu Seng Kun berbisik seraya
menyentuh lengan sahabatnya itu.
"Semua orang yang kucurigai, yang kira-kira terlibat di dalam peristiwa itu, telah kutemui semuanya. Tapi tak
seorangpun dari mereka yang terbukti membunuh keluargaku
..." Chin Yang Kun mengeluh lagi dengan sedihnya. "Chu twako ..... lalu apa yang harus kuperbuat sekarang?"
"Saudara Yang, sudahlah....... kau tenangkanlah dahulu hatimu! Marilah kita ke dusun itu dan berkumpul dengan
kawan-kawan! Nanti kita pikirkan lagi persoalanmu itu
bersama-sama. Siapa tahu Hong-siang dan para pembantunya
bisa membantumu?" "Tidak ! Aku tidak mau membuat ribut orang lain. Persoalan ini adalah persoalanku sendiri. Biarlah aku mencoba
mengusutnya lagi dari semula."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksudmu?" "Mungkin kegagalanku ini disebabkan karena kurangnya
ketelitianku dalam melacak jejak-jejak pembunuh itu. Oleh
karena itu aku akan mencoba mengusutnya lagi dari depan.
Aku akan kembali ke rumahku, di mana aku sekeluarga
mengasingkan diri selama ini......."
"Jadi........?"
"Aku akan mengambil kudaku secara diam-diam, lalu pergi meninggalkan tempat ini......" Chin Yang Kun berkata tegas.
"Kau tidak ingin berjumpa dengan Hong siang dulu?"
Chin Yang Kun tampak termangu-mangu sebentar. Lalu
katanya, "Sebaiknya aku tidak usah menemuinya. Aku minta tolong saja kepada Chu twa-ko untuk melaporkan perihal
kepergianku ini besok pagi. Biarlah semua orang tidak menjadi ribut kalau mendengarnya. Twa-ko, bersediakah kau?"
Tabib muda itu menarik napas panjang. "Baiklah kalau
memang itu yang kau inginkan. Tapi........ bagaimana dengan gangguan pada simpul syarafmu itu " Apakah penyakit
tersebut akan kau diamkan saja hingga menjadi parah ?"
"Tentu saja tidak, Chu twa-ko. Aku akan segera mencari Chu twa-ko begitu urusanku ini selesai."
"Dan........ apabila urusan itu dalam jangka waktu lama tidak kunjung selesai juga" Padahal penyakitmu semakin hari semakin parah. Apa jadinya nanti" Di satu pihak kau dapat
menyelesaikan dendammu, tetapi di lain pihak kau sudah
berubah-berubah menjadi seorang iblis penyebar maut di
kalangan para wanita. Apakah kau tidak merasa ngeri?"
"Ahh.... aku akan berhati-hati sekali menjaga diriku. Akan selalu kuhindari hal-hal yang sekiranya bisa membuat
penyakitku kambuh." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Yang, tampaknya kau belum menyadari
sepenuhnya, macam apa penyakitmu itu. Tak seorangpun di
dunia ini yang mampu bertahan terhadap penyakit seperti itu.
Jangankan Cuma seorang manusia biasa seperti kau dan aku,
biarpun seorang pendeta atau pertapa yang telah berpuluhpuluh tahun menyepipun takkan kuat bertahan menghadapi
amukan penyakit tersebut. Paling-paling kau akan menyesal
setelah semuanya terjadi. Tapi apa gunanya itu?"
"tapi......tapi.......aku harus mencari dan menemukan orang yang telah membunuh ayah serta pamanku dulu. Aku takkan
enak makan dan tidur kalau belum mendapatkan orang itu."
Chu Seng Kun berdesah panjang melihat kekerasan hati
kawannya itu. "terserahlah kalau begitu....."
Demikianlah, tanpa menimbulkan perhatian kawankawannya serta para perajurit yang berada di dusun itu, Chin Yang Kun menuntun si Cahaya Biru dan pergi meninggalkan
tempat tersebut. Dibawanya kuda itu menyeberangi muara,
kemudian terus berjalan ke arah utara. Pemuda itu berharap pagi hari besok telah bisa mencapai lembah itu. Tempat
dimana keluarganya dulu mengasingkan diri memang tidak
jauh dari muara itu. Langit mulai tampak kemerah-merahan, dan udarapun
sudah tidak begitu gelap lagi. Pohon-pohon sudah kelihatan daunnya, sementara jalan yang mereka lalui juga sudah
kelihatan pula batu-batu dan kerikilnya, sehingga langkah si Cahaya Birupun dapat menjadi lebih cepat pula.
Kenangan Chin Yang Kun mulai terusik kembali ketika
melewati tempat-tempat yang dulu sering ia kunjungi atau ia lewati. Hutan yang kini ia lalui adalah hutan tempat ia dan mendiang paman bungsunya sering berburu kelinci atau babi
hutan dahulu. "Sebentar lagi akan terlihat batu karang berwarna putih itu.
Ahhh.......masihkah batu putih itu disana" Dan masih jugakah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bekas pukulan tangan Paman Bungsu itu?" Chin Yang Kun
yang semakin tenggelam dalam kenangan dengan paman
bungsunya itu bergumam perlahan.
Chin Yang Kun sejak kecil memang lebih dekat dengan
paman bungsunya dari pada dengan ayahnya sendiri. Apalagi
semua ilmu silat pemuda itu hampir semuanya adalah hasil
didikan paman bungsunya. Maka tak heran kalau pemuda itu
lebih merasa sedih dan lebih merasa kehilangan ketika paman bungsunya itu mati daripada ketika ayahnya sendiri dibunuh orang.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haa......itu dia Batu Putih itu!" Chin Yang Kun seperti
bersorak ketika melihat sebongkah batu karang besar
berwarna putih di pinggir jalan. "Kalau begitu desa Hoa-ki-cung tinggal beberapa langkah lagi, Ah........ tampaknya
semuanya tak berubah dan masih seperti dahulu juga.
Rasanya aku menjadi ingin sekali singgah barang sebentar
untuk menengok sanak keluarga ibuku....."
Ibu Chin Yang Kun berasal dari desa In-ki-cung, yaitu desa yang letaknya hanya bersebelahan dengan desa Hoa-ki-cung
tersebut. Keluarga ibunya sangat besar dan hampir semuanya tinggal di dua desa itu. Dan karena sejak kecil ayah dan
ibunya sering mengajak Chin Yang Kun mengunjungi kakek
dan neneknya, maka Chin Yang Kun juga hampir mengenal
semua sanak keluarga ibunya. Hanya saja hubungan keluarga
tersebut memang tidak begitu akrab seperti halnya dengan
keluarga ayahnya, sebab bagaimanapun juga ayahnya adalah
seorang Pangeran Chin, sementara ibunya hanya dari
kalangan rakyat jelata saja.
Tetapi kakek luarnya atau ayah dari ibunya adalah orang
yang terpandang di kedua desa itu. Kakek luarnya adalah
seorang kepala kampung yang disegani di sekitar daerah itu.
Teringat akan kakeknya, Chin Yang Kun menghela napas
beberapa kali. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih hidupkah dia" Dan masihkah ia menjabat sebagai
kepala kampung?" Chin Yang Kun bertanya di dalam hatinya.
Sambil berjalan mendekati batu karang putih itu Chin Yang
Kun mengenangkan kembali kakek dan nenek luarnya.
"Sejak kakek baginda digulingkan oleh pemberontak Chu
Siang Yu dan Liu Pang, ayah lantas mengajak seluruh
keluarganya keluar dari Kota raja. Mula-mula ayah bermaksud tinggal disini, di tempat kakek luarku. Tapi karena takut nanti dikejar dan dicari oleh musuh yang kini berkuasa, maka ayah lantas memutuskan untuk mengasingkan diri di tempat yang
terpencil, yaitu di daerah pegunungan di sebelah barat desa In-ki-cung itu. Bertahun-tahun aku tinggal di lembah terpencil itu tanpa setahu atau memberi kabar kepada kakek luarku.
Ayah mengancam akan membunuh siapa saja yang berani
keluar dari lembah itu. Ahhhh.......! tapi meskipun sudah
bersembunyi, rencana itu akhirnya tetap datang juga......."
Chin Yang Kun menghela napas panjang, lalu
menghentikan kudanya di pinggir jalan. Batu karang putih itu telah berada di depan matanya, dan iseng-iseng ia ingin
melihat bekas pukulan paman bungsunya disana. Tapi......tiba-tiba matanya terbelalak! Telinganya seperti mendengar suara orang mengerang di balik batu karang putih itu!
Bergegas pemuda itu meloncat turun dari punggung
kudanya, lalu berlari menghampiri batu karang itu. Dan.......
sekali lagi pemuda itu terbelalak matanya!
Di batu itu tampak terikat erat seorang lelaki dengan kulit muka biru memar bekas pukulan. Mulut dan hidung orang itu
pun tampak bekas-bekas darah yang telah mengering,
sementara kedua biji matanya hampir tertutup oleh kelopak
matanya yang membengkak. "Ooughh...... tu-tuan........ to-tolonglahhh....... aku." orang itu merintih begitu melihat kedatangan Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun cepat menolong orang itu. Dilepaskannya
ikatannya, lalu dibaringkannya tubuh yang lemas tersebut
diatas rumput. Kemudian Chin Yang Kun mengambil buli-buli
tempat airnya dan memberi minum orang itu.
"Hmm.......saudara siapa" Mengapa kau berada di tempat
ini " Siapakah yang telah menganiayamu ?" Chin Yang Kun bertanya setelah orang itu kelihatan bisa menguasai dirinya kembali.
Orang itu kelihatan gelisah kembali. Matanya yang sipit
karena membengkak itu berkali-kali melirik Chin Yang Kun
dengan sinar mata curiga dan ketakutan. Tampaknya orang
itu masih merasa ngeri dan ketakutan terhadap orang yang
menyiksanya. Chin Yang Kun bisa menduga apa yang sedang berkecamuk
di dalam pikiran orang itu. Maka agar supaya orang itu tidak semakin curiga dan menduga hal-hal yang buruk kepadanya,
Chin Yang Kun cepat membujuknya dengan kata-kata halus.
"Saudara tak usah takut atau curiga kepadaku. Aku adalah seorang pengembara yang secara kebetulan sedang lewat di
tempat ini. Aku tadi mendengar suara rintihan saudara,
sehingga aku berhenti dan menolong saudara........ Nah,
sekarang coba saudara ceritakan, apa sebenarnya yang
terjadi?" Orang itu tampak lega dan mulai percaya akan perkataan
Chin Yang Kun. "Siapa.... siapakah tuan ini ?" tanyanya ragu.
"Namaku Yang Kun....... Chin Yang Kun !"
"Chin Yang Kun........" Apa....... apakah tuan ini
Chin.....Chin Yang Kun putera Pangeran Chin itu?" tiba-tiba orang itu berdesah kaget.
Chin Yang Kun menatap orang itu tajam-tajam. Keningnya
berkerut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayahku memang seorang Pangeran Chin. Mengapa........?"
"Dan....... ibumu adalah puteri kakek Cia, kepala desa In-ki-cung dan Hoa-ki-cung itu " Benarkah......?" orang itu bertanya lagi dengan tegangnya.
"Ya-ya, benar! Maksudmu " Eh.....siapakah kau ini "
Mengapa kau mengenal kedua orang tuaku" Apakah kau
tinggal di desa In-ki-cung juga ?"
"Ohhh........ Adik Yang Kun! Ketahuilah, aku...... aku ini Yung Ci Pao, saudara sepupumu dulu itu." orang itu berseru gembira.
"He" Kau si Bopeng Ci Pao putera bibi Hui itu?"
"Be-betul !" "Wah....... aku sudah tidak mengenalmu lagi. Kau dulu kecil dan berpenyakitan, sekarang demikian gemuk dan kekar."
Chin Yang Kun tersenyum memuji.
"Ahhh......akupun sudah tidak mengenalmu pula, adik
Yang. Delapan tahun yang lalu kau juga hanya merupakan
seorang anak kecil kerempeng pula seperti aku. Tapi
sekarang..... wah! Tentu banyak sekali gadis-gadis yang
tergila-gila kepadamu !" Ci Pao tersenyum pula seraya bangkit duduk.
"Ah! Kau ini tampaknya masih suka menggoda anak
perempuan, ya " Bagaimana dengan Si Burung Walet dulu itu"
Kau masih berani menggodanya juga ?" Chin Yang Kun yang teringat kembali akan masa kanak-kanak mereka segera
bertanya tentang Wi Yan Cu, puteri guru sekolah desanya
yang cantik Iincah dahulu.
"Hei" Kenapa tidak berani" Setiap hari aku tentu
menggodanya, karena dia telah menjadi isteriku sekarang.
Kau ... ouughh!!!" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba wajah Yung Ci Pao berubah dengan hebat! Wajah
itu secara mendadak berubah menjadi sedih, murung, gelisah dan ketakutan kembali ! Mata yang bengkak ini menatap Chin Yang Kun tanpa berkedip.
"Hah, Ci Pao....... kenapakah kau?" Chin Yang Kun berseru kaget.
"Oooooh !" Yung Ci Pao berdesah lemas. "Dia........ dia sekarang...... ohh!"
"Dia" Dia siapa" Wi Yan Cu maksudmu" Kenapa dia "
Katamu dia telah menjadi isterimu !"
"Dia........ dia memang telah menjadi isteriku. Tapi
sekarang....... dia diculik orang jahat! Aku....... aku.......... Oh
! Inilah mungkin akibat dari dosa-dosaku !" Yung Ci Pao
menangis tersedu-sedu. "Diculik penjahat ?" Chin Yang Kun menegaskan.
Yung Ci Pao tidak segera menjawab. Tangisnya semakin
keras malah. "Dosa ! Dosa ! Aku orang yang berdosa ! Uh-huuu.........!"
Chin Yang Kun menahan napas jengkel karena saudara
sepupunya itu tidak mau berhenti menangis juga. la lalu
berdiri dan berjalan menghampiri kudanya yang sedang
merumput. "Piao-te (Adik sepupu)....... tunggulah, kau jangan pergi !"
melihat itu Yung Ci Pao berteriak.
Chin Yang Kun berhenti melangkah. "Mengapa kau berhenti menangis" Menangislah terus, kalau menurut pendapatmu
tangis itu memang bisa menyelesaikan segala-galanya,"
katanya acuh. "Piao-te, maafkan aku ........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun menghampiri Yung Ci Pao kembali.
"Nah.......kalau demikian, ceritakanlah apa yang terjadi !"
Yung Ci Pao mengangguk. "Baiklah........" katanya seret.
Yung Ci Pao lalu bercerita. Dia telah dua tahun kawin
dengan Wi Yan Cu, tapi belum dikaruniai seorang anakpun.
Sebenarnya Wi Yan Cu pernah hamil, tapi bayi tersebut
meninggal sebelum dilahirkan. Hal itu menyebabkan Wi Yan
Cu menjadi sedih luar biasa. Sikapnya menjadi berubah.
Gadis yang semula lincah dan gembira itu berubah menjadi
pendiam dan tak mempunyai semangat hidup lagi. Seperti
orang yang kurang waras isterinya itu sering meninggalkan
rumah mereka tanpa tujuan. Tetapi karena dia sangat
mencintai isterinya itu, maka ia selalu mencarinya dan
mengajaknya pulang kembali.
Dan kemarin sore seperti biasa isterinya telah pergi
meninggalkan rumah mereka lagi. Dia cepat-cepat
mencarinya. Dan menurut penuturan para tetangganya,
isterinya itu pergi ke arah hutan ini. Demikianlah, dengan ketekunannya ia berhasil menemukan isterinya kembali. Tapi di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba mereka berjumpa
dengan dua orang lelaki dan seorang wanita muda. Ketiga
orang itu ternyata bukan orang baik-baik.
Melihat kecantikan isterinya, salah seorang dari kedua lelaki itu, yaitu yang berwajah tampan dan berpakaian mentereng,
segera mencoba untuk berbuat tak senonoh. Tentu saja dia
menjadi marah sekali. Tapi kali ini ia benar-benar membentur batu. Ketiga orang itu ternyata adalah jago-jago silat
berkepandaian tinggi. Hanya dengan tangan kirinya saja lelaki tampan itu telah menghajarnya habis-habisan dan kemudian
mengikatnya di batu karang putih ini. Selanjutnya penjahat itu lalu membawa pergi isterinya.
"Ohhh......piao-te, tolonglah!" Yung Ci Pao menangis lagi.
"Baiklah ! Mari kita cari mereka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi.....tapi mereka bertiga, sedangkan kita hanya berdua.
Dan mereka itu mahir ilmu silat lagi!" Yung Ci Pao berkata ketakutan.
"Sudahlah! Hal itu kita pikirkan nanti. Sekarang yang
penting kita cari dulu isterimu!"
"Ohh......ba-baiklah!"
Demikianlah mereka lalu bersama-sama naik di atas
punggung si Cahaya Biru. Chin Yang Kun mengarahkan kuda
itu ke desa Hoa-ki-cung yang jaraknya tinggal beberapa ratus langkah lagi.
Sementara itu matahari benar-benar telah keluar dari
peraduannya. Sinarnya yang hangat itu telah menyergap kulit pipi dan punggung mereka. Burung-burungpun mulai
terdengar berkicau bersaut-sautan di atas pohon yang mereka lalui.
"Itu dia Hoa-ki-cung !" Yung Ci Pao berseru, telunjuknya
menunjuk ke depan. "Ahh.......masih seperti dulu juga. Tidak ada perubahan.
Hanya pohon siong di muka jalan masuk ke desa itu kini sudah besar sekali," Chin Yang Kun bergumam.
"Yaa!" Yung Ci Pao mengangguk.
"Dan.....rumah besar yang kelihatan gentingnya itu rumah
Wi Yan Cu, bukan?" "Ya........! dan kami berdua tinggal disana selama ini."
"Lalu di mana ayah dan ibu Wi Yan Cu " apakah kalian
tinggal bersama mereka?"
"Ah-eh......ti-tidak! Be-beliau sudah......sudah meninggal dunia semua." tiba-tiba wajah Yung Ci Pao berubah pucat, suaranyapun menjadi gemetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei....... Sudah mati semua" Kapan?" Chin Yang Kun berseru kaget.
"Anu... anu........ dua tahun yang Ialu, setelah........setelah perkawinan kami," jawab Yung Ci Pao semakin gagap dan pucat. Sikapnyapun tampak semakin gelisah pula.
Chin Yang Kun mengerutkan keningnya. Pemuda itu
menjadi curiga, hatinya seperti mencium hal-hal yang tak
wajar di dalam sikap saudara sepupunya itu.
"Dua-duanya mati setelah perkawinan kalian" Apakah
mereka dibunuh orang?"
"Oh, tidak.......tidak! mereka mati karena sakit! Mereka
tidak.....eh, tidak di-dibunuh orang!" Yung Ci Pao cepat
menyahut dengan suara tinggi.
Chin Yang Kun menghela napas panjang, matanya menatap
wajah saudara sepupunya itu dengan tajamnya, sehingga
Yung Ci Pao menjadi gelisah sekali.
"Sudahlah! Kenapa kau menjadi gelisah dan berteriak-teriak begitu?" akhirnya Chin Yang Kun berkata pelan.
"Habis, pertanyaanmu tadi mengingatkan aku kembali
kepada semua kesedihan dan penderitaanku......" Yung Ci Pao berkata seraya mengusap peluh yang meleleh di atas dahi dan lehernya.
"Kalau begitu maafkanlah aku....... ! Eh, lihat! Tampaknya ada sesuatu yang terjadi di mulut desa itu! Banyak orang
berkumpul di sana ! Mungkin isterimu telah dikembalikan......."
mendadak Chin Yang Kun berseru seraya mengangkat jari
telunjuknya ke depan. Chin Yang Kun lalu menepuk pantat Si Cahaya Biru agar
berlari lebih cepat. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko Tiang! Jiu Kok......! Ada apa di sini?" begitu tiba Yung Ci Pao lantas berteriak ke arah dua orang pemuda yang berdiri di luar kerumunan orang itu.
Semua orang lantas berpaling mendengar kedatangan Chin
Yang Kun dan Yung Ci Pao. Kedua orang pemuda yang
dipanggil Yung Ci Pao itu juga menoleh.
"Hei.... si Bopeng Ci Pao telah pulang rupanya!" salah seorang dari mereka yang bernama Jiu Kok berkata
seenaknya. Malah kedua buah lengannya segera bertolak
pinggang. "Apakah kau telah menemukan isterimu?"
"Belum. Apakah dia telah pulang kembali?" dengan cemas namun penuh harap Yung Ci Pao balik bertanya. Sedikitpun
dia tidak mempedulikan sikap Jiu Kok yang sinis itu. Malahan dengan tergesa-gesa ia melorot turun dari atas punggung
Cahaya Biru. "Ya. Isterimu sudah pulang." Ko Tiang menyahut pendek,
suaranya kaku. "Benarkah" Lalu dimanakah dia" Dan...eh, mengapa semua
orang berada disini?"
"Ketahuilah! Isterimu pulang bersama tiga orang
kawannya, dua lelaki dan seorang wanita. Tapi.... ternyata mereka adalah penjahat-penjahat yang sangat kejam sekali.
Karena mereka datang pada saat tengah malam, beberapa
orang pemuda kita menahan mereka dan menanyakan
maksud kedatangan mereka. Hal itu dilakukan oleh para
peronda malam, karena mereka melihat hal-hal yang tidak
wajar pada diri isterimu. Tapi......apa yang terjadi" Orang-orang itu menjadi marah dan membunuh para peronda kita
itu!" Jiu Kok menerangkan.
Chin Yang Kun terkejut mendengar cerita Ko Tiang dan Jiu
Kok itu. Bergegas ia turun dari punggung kudanya dan ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghampiri kerumunan orang dari desa Hoa-ki-cung
tersebut. "Oh?"" Lantas bagaimana dengan para penduduk yang
lain?" Yung Ci Pao mendesak dengan wajah kaget.
"Tak seorangpun yang berani melawan. Ketika ada
beberapa orang yang mencoba memperingatkan perbuatan
kejam mereka, mereka semakin marah! Orang-orang itu juga
dibunuh pula. Oleh karena itu semua penduduk lantas
menutup pintu rumah mereka dan tidak berani keluar. Mayatmayat itu mereka biarkan saja tergeletak di jalanan. Baru
sekarang kami berani keluar untuk mengambil mayat-mayat
kawan kita itu. Lihatlah! Mengerikan bukan?" Jiu Kok
menunjuk ke tengah-tengah kerumunan temannya.
"Oooh......!" Yung Ci Pao terbelalak memandang ke arah
mayat-mayat itu. "Lalu kemana perginya tiga penjahat itu ?" tiba-tiba Chin
Yang Kun yang baru saja mendekat itu menyela.
Orang-orang itu terperanjat. Mereka menatap Chin Yang
Kun dengan curiga. Begitu pula dengan Jiu Kok dan Ko Tiang.
"Si-siapa dia......?" Ko Tiang bertanya kepada Yung Ci Pao.
"Ahhh.....masakan kalian sudah lupa" Dia......Chin Yang
Kun dulu itu, saudara sepupuku yang bertempat tinggal di
kota raja." "Chin Yang Kun....." Putera Pangeran Chin itu" Eh.......!" Ko Tiang dan Jiu Kok tersentak kaget. Tapi sekejap kemudian
Chin Yang Kun telah dirubung oleh para penduduk Hoa-kicung tersebut. "Sudahlah! Kalian tadi belum menjawab pertanyaanku.
Dimanakah ketiga orang itu?" Chin Yang Kun mengalihkan
perhatian yang ditujukan kepada dirinya itu.


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mereka berada di rumah Yung Ci Pao ! dan mereka
memaksa beberapa orang gadis kita untuk melayani mereka
disana. Tapi....mengapa kau tanyakan hal itu" Apakah engkau bermaksud untuk bunuh diri di sana" Jangan! Mereka bertiga benar-benar mempunyai kepandaian seperti iblis. Dengan
hanya menggerakkan tangan dari kejauhan saja mereka bisa
membunuh kawan-kawan kita itu.......!" Jiu Kok menjawab.
"Hmmm......aku hendak melihat mereka. Ci Pao,
ayoh......antarkan aku kesana!" Chin Yang Kun menggeram,
lalu mengajak saudara sepupunya untuk menemui para
penjahat itu. "a......aaku ti-tidak berani!" Yung Ci Pao menjawab
gemetar. "Pengecut! Bukankah isterimu dibawa oleh mereka"
Mengapa kau tidak berusaha mengambilnya" Huh!
Sudahlah.....kalau begitu aku akan kesana sendirian!" Chin Yang Kun mendengus jengkel melihat sikap saudara
sepupunya yang pengecut itu.
Pemuda itu lalu meloncat ke punggung kudanya dan pergi
menuju rumah besar yang kelihatan gentingnya tadi. Orangorang Hoa-ki-cung itu sebenarnya merasa takut juga seperti halnya Yung Ci Pao, tapi melihat kenekadan Chin Yang Kun,
beberapa orang diantaranya termasuk juga Ko Tiang dan Jiu
Kok, akhirnya ingin melihat pula apa yang hendak dilakukan oleh Chin Yang Kun terhadap para penjahat itu.
"Jiu Kok, mari.....marilah kita me-mengintipnya dari
kejauhan!" "Ma......marilah!"
Sementara itu matahari telah merangkak semakin jauh dari
peraduannya. Dan sinarnya yang hangat itupun juga mulai
menebar menjelajahi setiap sudut halaman rumah para
penduduk. Meskipun demikian, tidak seperti biasanya desa itu masih tetap sunyi. Sunyi dan sepi, seolah-olah desa itu telah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditinggalkan oleh penduduknya. Tak sesosok bayanganpun
yang tampak meskipun hari telah terang tanah.
Chin Yang Kun menggeleng-gelengkan kepalanya. Di
sepanjang jalan yang dilaluinya ia juga tak menjumpai
siapapun. Pintu-pintu rumah penduduk masih tetap tertutup
rapat sementara para penghuninya entah berada dimana.
"Hmmm......desa ini benar-benar dicekam ketakutan!"
pemuda itu berbisik. Beberapa puluh meter dari rumah Yung Ci Pao, Chin Yang
Kun menghentikan kudanya. Kuda itu ia tinggalkan di halaman rumah penduduk, kemudian ia melanjutkan perjalanannya
dengan berjalan kaki. Dengan sangat berhati-hati pemuda itu menuju ke bagian belakang rumah yang ditujunya.
Rumah peninggalan ayah Wi Yan Cu itu kelihatan sunyi dan
sepi pula. Tapi ketika Chin Yang Kun melompati tembok
belakang dan bersembunyi di dekat dapur, lapat-lapat ia
mendengar suara tangis perempuan disana. Oleh karena itu
tanpa mengendorkan kewaspadaannya pemuda itu masuk ke
dalam dapur itu. Dua orang gadis desa kelihatan kaget dan takut sekali
ketika tiba-tiba mereka berhadapan dengan Chin Yang Kun.
Dengan sekuat tenaga kedua orang gadis itu berusaha
menghentikan tangis mereka, sementara tangan mereka sibuk
menghapus air mata yang mengalir di atas pipi mereka.
Sebaliknya Chin Yang Kun juga berusaha keras untuk
mengenali gadis-gadis itu, mungkin salah seorang diantaranya adalah Wi Yan Cu, temannya bermain semasa kanak-kanak.
Tapi wajah kedua gadis itu tak satupun yang mirip Wi Yan Cu semasa kecil.
"Jangan takut! Aku bukan kawan dari penjahat itu. Aku
adalah saudara Yung Ci Pao....mengapa kalian menangis"
Dimana Wi Yan Cu dan para penjahat itu?" Chin Yang Kun
berkata lirih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua orang gadis desa itu berpelukan dan tidak bisa
menjawab. Mereka masih tetap ketakutan. Terpaksa Chin
Yang Kun harus berulang-ulang menerangkan kepada mereka
bahwa ia benar-benar bukan penjahat, dan kedatangannya itu justru hendak menolong mereka. Barulah sedikit demi sedikit kedua orang ini mau menerima keterangannya.
"Nah, sekarang katakanlah! Dimana ketiga penjahat itu
berada" Dan dimana pula Wi Yan Cu kini?" Chin Yang Kun
mendesak. "Mereka......mereka bertiga berada di.....diruang dalam,
bersama dengan nyonya Yung Ci Pao. Tuan.....tuan ini,
eh.......apakah saudara sepupu Tuan Yung yang berasal dari kota raja itu?" salah seorang dari kedua gadis itu, yang
tampaknya malah mulai mengenal Chin Yang Kun, akhirnya
menjawab tersendat-sendat.
"Benar, aku memang saudara sepupu Yung Ci Pao. Kau
mengenali aku?" Chin Yang Kun memandang gadis itu dengan
raut muka gembira. "Aku juga penduduk Hoa-ki-cung ini. Turun temurun
keluargaku telah tinggal disini." Gadis itu menjawab lagi
dengan muka tertunduk. Wajahnya tampak murung dan sedih.
Chin Yang Kun menarik napas panjang. "Sudahlah! Kalian
tak perlu takut dan sedih lagi. Penjahat itu akan kutangkap.
Sekarang marilah kau pulang......!"
Lalu dengan hati-hati Chin Yang Kun mengantar kedua
gadis itu ke pintu halaman belakang serta membukakannya.
"Nah, pulanglah kembali ke rumah kalian masing-masing!
Dan katakanlah kepada semua orang, bahwa penjahat itu
sebentar lagi akan kutangkap. Oleh karena itu mereka tak
perlu takut lagi. Mengerti.....?"
Kedua gadis itu mengangguk dan mengucapkan terima
kasih, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Setelah Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduanya hilang dari pandangan, Chin Yang Kun lalu
melangkah masuk ke dalam gedung besar itu kembali. Dengan
berindap-indap pemuda itu menuju ke ruangan dalam.
Sama sekali Chin Yang Kun tidak menyadari bahwa semua
gerak-geriknya itu telah diketahui dan diintip oleh salah
seorang dari ketiga penjahat tersebut. Penjahat itu kebetulan hendak pergi ke dapur, sehingga dapat melihat gerak-gerik
Chin Yang Kun ketika melepaskan gadis-gadis tadi. Penjahat itu, yang ternyata adalah wanita, segera berlari ke dalam
menemui kawan-kawannya. "Li Tai-hiap ! Jai-hwa Toat-beng-kwi ! Celaka..........!"
serunya pelan setelah berada di ruangan dalam.
Pendekar Li dan Jai-hwa Toat-beng-kwi bergegas keluar
dari kamar masing-masing. Pendekar Li hanya mengenakan
celana saja sementara Jai-hwa Toat-beng-kwi malahan hampir tidak memakai apa-apa lagi pada tubuhnya. Dengan kaget
keduanya menyongsong kedatangan wanita itu. Lapat-lapat di kamar Jai-hwa Toat-beng-kwi terdengar suara isak tangis
perempuan. "Pek-pi Siau-kwi, ada apa...... " Apanya yang celaka?"
Pendekar Li segera bertanya, nadanya sedikit mendongkoI
dan penasaran karena merasa terganggu tidurnya.
"Benar! Apa sebenarnya yang telah terjadi, Hantu Cantik?"
Jai-hwa Toat-beng-kwi juga meminta penjelasan. Suaranya
halus, namun juga terasa kalau ia terganggu pula oleh seruan wanita itu tadi.
"Celaka! Pemuda itu telah datang ke rumah ini! Apa yang harus kita kerjakan?" tanpa mempedulikan kemarahan
temannya Pek-pi Siau-kwi berteriak lagi.
"Kurang ajar! Mengapa kau tiba-tiba menjadi penakut
seperti ini" Memangnya kenapa dengan pemuda-pemuda desa
itu" Biarkan saja mereka membawa seluruh penduduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kampung ini kemari, apa yang kita takutkan ?" Pendekar Li menjawab marah.
"Whah ! Sedang asyik-asyiknya, diganggu pula....... hmm!"
dengan sedikit jengkel Jai-hwa Toat-beng-kwi berbalik kembali ke dalam kamarnya.
"Ei! Yang kumaksudkan adalah...... Yang Kun ! Bukan
pemuda desa ini !" Pek-pi Siau-kwi berteriak penasaran.
"Apaaa........" Yang Kun?"" hampir berbareng Pendekar Li dan Jai-hwa Toat-beng-kwi menjerit.
"Benar! Nah, apa yang akan kita lakukan ?"
Ternyata kedua penjahat itu tampak gemetar sekarang.
Bagaimanapun juga kesaktian Chin Yang Kun itu amat
menggiriskan hati mereka.
"Dengan siapa dia datang?" Pendekar Li bertanya.
"Sendirian." "Syukurlah. Kalau begitu kita masih punya kesempatan
untuk melawannya. Hmm, kita harus menjebaknya di ruang
dalam tanah itu...."
"setuju. Mari kita menjebaknya di sana!" Jai-hwa toat-beng-kwi mengangguk.
Pendekar Li lalu mendekati Pek-pi Siau-kwi. "Siau-kwi,
persiapkanlah perangkap itu! Pergunakanlah perempuan itu
sebagai umpannya! Mengerti?"
"Tapi.....aku belum puas dengan perempuan itu!" Jai-hwa
Toat-beng-kwi cepat memotong.
"lupakan saja perempuan itu! Engkau bisa mencarinya lagi
yang lain! Yang penting kita dapat lolos dari tangan pemuda itu hari ini!" pendekar Li membentak.
"Kita lawan saja dia. Masakan kita bertiga tidak mampu
melawannya?" Jai-hwa Toat-beng-kwi masih tetap penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja! Tapi kitapun perlu berhati-hati. Tiada jeleknya kita berjaga-jaga sebelumnya. Siapa tahu kita benar-benar tak bisa menghadapi dia nanti?"
"Baiklah!" Jai-hwa Toat-beng-kwi akhirnya mengangguk.
Ketiga orang itu lalu bersiap-siap. Pendekar Li dan Jai-hwa Toat-beng-kwi mengambil pakaian dan senjata mereka,
sementara Pek-pi Siau-kwi membawa perempuan yang berada
di dalam kamar Jai-hwa Toat-beng-kwi, yang tidak lain adalah Wi Yan Cu itu, ke ruang bawah tanah untuk memasang
perangkap. Meskipun demikian ketika Chin Yang Kun masuk ke dalam
ruangan itu, Pendekar Li dan Jai-hwa Toat-beng-kwi tergetar juga hatinya. Di dalam pandangan mereka, pemuda itu
tampak lebih matang serta garang sikap dan penampilannya.
Dan hal itu berarti bahwa pemuda itu sudah matang dan
berpengalaman daripada ketika berjumpa dengan mereka
beberapa waktu yang lalu.
Sebaliknya, Chin Yang Kun kelihatan terkejut sebentar
begitu berhadapan dengan Pendekar Li dan Jai-hwa Toatbeng-kwi! Pemuda itu memang tidak menyangka akan
berjumpa dengan mereka di desa itu. Tapi begitu teringat
pada apa yang telah diperbuat orang-orang itu di Kim-liong Piauw-kiok, darahnya segera mendidih.
"Bangsat! Sungguh kebetulan sekali kalian kujumpai di
tempat ini! Hmmh.....coba katakan! Apa maksud kalian
membunuh Thio Lung dengan meminjam namaku ini" Apakah
kalian bermaksud menghilangkan jejak kejahatan kalian
dengan mengadu-domba antara aku dan Kim-liong Piauwkiok" Begitukah" Hmmm.....kini aku justru menjadi curiga,
jangan-jangan kalian malah benar-benar ikut terlibat dalam pembunuhan keluargaku itu!" Chin Yang Kun menggeram
marah. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pendekar Li saling pandang dengan Jai-hwa Toat-beng-kwi,
kemudian menoleh ke arah pintu dimana Pek-pi Siau-kwi tadi keluar membawa Wi Yan Cu. Melihat kawan wanitanya itu
belum muncul lagi, Pendekar Li lalu berusaha untuk mengulur waktu.
"Baiklah! Bagaimanapun juga kalau aku tidak berterusterang, kau tentu akan selalu mencari aku. Nah, kau
dengarlah.....! pada malam yang naas itu, engkau telah
mengetahui pula bahwa tidak hanya keluargamu saja yang
terbunuh, tetapi seluruh keluargakupun telah habis pula
dibantai orang. Dari kenyataan ini saja, setiap orang tentu bisa berpikir bahwa pelakunya tentu bukan dari pihakku atau
pihakmu. Tentu orang ketigalah yang telah berbuat......"
"Sudahlah, kau jangan berbelit-belit! Sekarang ceritakan
saja secara terus terang, apa sebenarnya yang telah terjadi di rumahmu malam itu" Cepat!" Chin Yang Kun memotong
dengan tak sabar. "Baik.....aku akan menceritakan apa adanya, terserah
kepadamu untuk menilainya." Pendekar Li mengangguk. Lalu
sambungnya lagi. "Seperti telah kuceritakan kepadamu,
bahwa malam itu aku dan kawan-kawanku sedang menantikan
kedatangan Tung-hai Sam-mo, untuk menyelesaikan
persoalan peta harta karun itu. Tapi secara tidak terduga
rombongan ayahmu telah datang ke rumahku. Tentu saja
kami menjadi bingung. Perselisihan tidak bisa dikendalikan lagi, apalagi rombongan ayahmu itu sejak semula tampaknya
sudah siap tempur......."
"Hmm.......tentu saja. Sudah beberapa hari rombongan
ayahku itu dikejar-kejar orang......." Chin Yang Kun menyahut.
"Begitulah, aku bersama-sama dengan kawan-kawanku
bertempur melawan rombongan ayahmu. Oleh karena kawankawanku lebih banyak jumlahnya, maka sebentar saja
rombongan ayahmu jatuh di bawah angin. Apalagi salah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang di antara rombongan ayahmu itu ternyata tidak bisa ilmu silat sama sekali......"
"Tentu saja! Orang tua itu cuma pelayan keluargaku." Lagilagi Chin Yang Kun memotong perkataan Pendekar Li.
"Nah......beberapa saat kemudian kamipun segera dapat
membunuh dua orang di antara rombongan ayahmu itu.
Tampaknya kedua orang itu adalah pengawal kepercayaan
ayahmu....." "Benar! Kedua orang itu adalah Siang-hu-houw (Sepasang
Harimau Terbang), pengawal kepercayaan ayahku." Chin Yang
Kun mengiyakan. "Hmmm.....lalu bagaimana dengan ayah dan
pamanku?" Pendekar Li mengambil napas seraya melirik sekali lagi ke
arah pintu. Ternyata Pek-pi Siau-kwi belum tampak juga,
sehingga diam-diam hatinya menjadi khawatir.
"Karena sudah bisa membunuh dua orang lawan, maka
kamipun menjadi semakin bersemangat untuk segera
menyelesaikan pertempuran itu. Siapa tahu rombongan Tunghai Sam-mo akan segera tiba pula?" Pendekar Li meneruskan
ceritanya. "Tetapi kepandaian ayah dan pamanmu itu ternyata sangat tinggi. Meskipun lengan ayahmu tinggal sebelah, tapi ilmu goloknya ternyata hebat bukan main. Kami benar-benar
mendapatkan kesulitan untuk segera membereskannya.
Apalagi ayah dan pamanmu itu berkelahi seperti orang
kesetanan........" Pendekar Li menghentikan lagi ceritanya untuk mengambil
napas. Tapi ia segera melanjutkan lagi ketika didengarnya
Chin Yang Kun menggeram tidak sabar.
"Pada saat kami sedang berusaha dengan sekuat tenaga
untuk membereskan ayahmu itulah tiba-tiba terdengar suara
siulan panjang tinggi melengking bagaikan hendak
memecahkan gendang telinga kami. Dan sekejap kemudian di
halaman rumahku itu tampak berkelebat sesosok bayangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hitam dengan cepat sekali. Begitu hebat dan mentakjubkan
gin-kangnya sehingga kami semua lantas menduga kalau
orang itu tentulah Keh-sim Siauw-hiap, musuh bebuyutan
kami. Dan terus terang......kami menjadi ketakutan pada
waktu itu. Selain kami tak pernah menang melawan dia,
bangsat itu biasanya tentu datang dengan pengikutpengikutnya. Oleh karena itu tanpa mempedulikan perasaan
malu, kami semua pergi meninggalkan arena pertempuran itu.
Dan selanjutnya......kau telah melihatnya sendiri. Keluargamu dan keluargaku sama-sama terbantai habis!"
"Huh! Jadi kau tetap berpendapat bahwa pembunuh itu
adalah Keh-sim Siau-hiap?"
"Ya!" "Lalu apa sebabnya kau membunuh Thio Lung" Ingin
membungkam mulutnya?"
"Ya! Kami khawatir kau akan membalas dendam pula
kepada kami, karena bagaimanapun juga kami telah
membunuh dua orang kepercayaan ayahmu. Selain itu
memang ada persoalan pribadi antara kami dan Thio Lung....."
Chin Yang Kun terpekur menatap lantai. Ia dapat
merasakan bahwa apa yang diceritakan oleh Pendekar Li
tersebut tentu benar. Tampaknya orang itu memang tidak
berbohong sekali ini. Hanya saja dugaan tentang Keh-sim
Siau-hiap itu rasanya juga tidak benar pula. Keh-sim Siau-hiap adalah seorang pendekar besar yang disanjung dan dipuji oleh banyak orang, tak mungkin rasanya ia berbuat sekeji itu.
Apalagi pendekar itu pernah bersumpah dihadapannya, bahwa


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ia tak pernah melakukan pembunuhan tersebut.
"Hmmm......kalau begitu ada orang ketiga yang tampaknya
memanfaatkan suasana yang ruwet dan ribut seperti itu. Dan entah dengan alasan apa orang itu lalu membunuh ayah serta paman. Malahan tidak cuma itu saja. Orang itupun kemudian
juga membantai pula seluruh keluarga Pendekar Li, tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sisa!" Chin Yang Kun mencoba mengupas persoalan tersebut
di dalam hatinya. "Nah, sekarang bagaimana menurut penilaianmu" Apakah
kau juga akan menuntut balas atas kematian kedua orang
pengawal kepercayaan ayahmu itu?" Pendekar Li tiba-tiba
bertanya, sehingga membuyarkan semua lamunan Chin Yang
Kun. "Meskipun mereka itu bukan keluargaku, tapi mereka
berjuang dan bertempur mengadu nyawa demi keluargaku.
Maka sudah selayaknyalah kalau aku juga menuntut balas
untuk mereka. Tetapi biarpun begitu, aku juga menghormati
hakmu pula untuk mencari dan menuntut balas kepada orang
yang telah membantai keluargamu. Nah, apakah engkau telah
menemukan orang itu" Ataukah engkau masih tetap juga
menuduh Keh-sim Siau-hiap yang berbuat?" Chin Yang Kun
berkata tenang. "Ini.......ah.......ini.......lalu siapa lagi di dunia ini yang mempunyai ginkang sehebat itu selain Keh-sim Siau-hiap" Dan yang terang........siapa lagi yang berusaha menghancurkan
aku selain Keh-sim Siau-hiap, musuh bebuyutanku itu?"
Chin Yang Kun menghela napas. "Nah......kau sekarang
telah berubah menjadi ragu-ragu pula seperti diriku. Di dalam hati kau tentu tidak percaya pula kalau pendekar yang
terkenal berbudi baik itu sampai hati membunuh wanita dan
anak-anak, bukan?" "Ini"..eh".lalu siapakah menurut pendapatmu?" Pendekar
Li semakin merasa ragu-ragu di dalam hati.
"Itulah yang harus kita cari! Kukira pembunuh ayahku dan
pembunuh anak-isterimu adalah sama orangnya. Oleh karena
itu aku tidak membunuhmu sekarang. Aku memberi waktu
kepadamu untuk mencari dan membalas dendam kepada
pembunuh itu. Tapi waktu yang kuberikan itu hanya khusus
untuk kau, teman-temanmu yang lain?".tidak!" Chin Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun menutup perkataannya dengan menoleh ke arah Jai-hwa
Toat-beng-kwi. "Kurang ajar?".! Kaukira aku takut kepadamu" Huh!
Marilah kita mengadu jiwa!" iblis pemetik bunga itu
terperangah. Dengan cepat tangannya telah mengeluarkan
pipa tembakaunya yang panjang.
Chin Yang Kun segera menggeser kakinya dan bersiap-siap
pula. "Dimana kawan wanitamu itu" Mengapa dia belum keluar
juga?" tanyanya kaku.
"Aku disini?".!" Tiba-tiba Pek-pi Siau-kwi muncul dari balik pintu. Wanita cantik itu telah bersiap siaga dengan pedangnya pula.
Chin Yang Kun menoleh. "Bagus! Nah, sekarang
katakanlah! Dimana kalian menyembunyikan perempuan yang
kalian culik itu?" "Saudara Yang, kami tentu akan mengembalikan
perempuan itu. Tapi?".kuminta dengan sangat agar kau mau
melepaskan kedua orang kawanku ini. Hanya mereka
berdualah sekarang yang membantu aku. Bagaimana aku bisa
melawan pembunuh itu kalau aku hanya sendirian saja"
Tolonglah?"!" Pendekar Li memohon kepada Chin Yang Kun.
"Tidak bisa! Kedua iblis ini sudah banyak membawa korban.
Mereka harus mati! Apalagi korban yang terakhir ini masih
saudara sepupuku sendiri!" Chin Yang Kun menjawab tegas.
"Saudara sepupumu?"?"
"Benar! Perempuan yang kalian culik itu adalah isteri dari Yung Ci Pao, saudara sepupuku sendiri."
"Akhh?"!" Pendekar Li berdesah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan Li, kita tak perlu merengek-rengek kepadanya!
Biarlah aku mengadu jiwa dengan dia!" Jai-hwa Toat-beng-kwi berteriak.
Tanpa membuang waktu lagi iblis cabul itu lalu
mengayunkan pipa tembakaunya. Begitu deras ayunan pipa
tersebut sehingga serbuk api tampak berhamburan keluar dari tempat tembakaunya. Wuuuutt!!!
Chin Yang Kun cepat menundukkan kepalanya, lalu
bergegas berputar ke arah kiri, sehingga serangan itu lewat diatas kepalanya. Selanjutnya pemuda itu membalas pula
dengan pukulan lurus ke arah ketiak lawan. Angin dingin
terasa menyembur dari kepalan tangan tersebut.
Iblis cabul itu terkejut juga melihat kegesitan dan
ketangkasan Chin Yang Kun! Justru dia sendirilah kini yang berbalik terancam oleh serangan lawan. Tak ada kesempatan
baginya untuk menangkis atau mengelak! Satu-satunya jalan
hanya mengadu nyawa seperti yang telah dikatakannya tadi!
Dengan ibu jarinya iblis cabul itu menekan pipa
tembakaunya sehingga melengkung. Tiba-tiba asap tebal
tampak menyembur keluar dari ujung pipa, tepat ke arah
muka Chin Yang Kun. Hebatnya, bersamaan dengan semburan
asap itu melesat pula puluhan batang jarum lembut sebesar
rambut! Serangan asap dan jarum itu benar-benar tidak terduga
dan sangat mendadak pula, sehingga mereka sama-sama
terpojok dan tidak bisa mengelak lagi. Tentu saja siasat
mengadu nyawa itu sungguh sangat mengejutkan Chin Yang
Kun. Bagaimanapun juga pemuda itu tidak ingin bertukar
nyawa dengan iblis cabul itu.
Maka hanya dengan mempergunakan sedikit kesempatan
yang tersisa, Chin Yang Kun berusaha membagi tenaga
saktinya. Sebagian untuk bertahan terhadap serangan asap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan jarum itu, sebagian lagi tetap untuk menyerang ketiak
lawannya! Wuuuuttttt! Dhiesssss! Jai-hwa Toat-beng-kwi terlempar jauh ke kiri, sementara
Chin Yang Kun juga terjengkang ke belakang. Dan keduanya
juga segera bangkit berdiri kembali. Chin Yang Kun beberapa kali mengusap kulit mukanya untuk mengambil jarum-jarum
yang menempel pada kulitnya, dan Jai-hwa Toat-beng-kwi
tampak meringis kesakitan sambil memegangi lengan
kanannya yang lumpuh sebatas bahunya.
"Gila! Tampaknya kau benar-benar ingin mati bersama aku,
yaa?"" Tapi kau jangan buru-buru bergembira dahulu!
Lihatlah! Jarum-jarummu tidak ada yang dapat menembus
kulitku".." Chin Yang Kun mengejek sambil memperlihatkan
jarum-jarum yang tadi menempel pada kulit mukanya.
Jai-hwa Toat-beng-kwi terbelalak kagum. Tapi dilain saat
iblis itu lalu tersenyum lagi. "Tapi engkau sendiripun juga jangan buru-buru bergembira pula. Jarum-jarum itu memang
tidak bisa melukai kulitmu, tetapi jangan lupa bahwa asap
yang menyertai jarum-jarum tadi telah terlanjur mengenai
kulit mukamu. Malah kalau tak salah kau juga telah
menghisapnya pula. Dan semua itu berarti kau telah terkena racun Bunga Karangku. Nyawamu tinggal beberapa saat saja
lagi, hehehe"..!"
"Hei, begitukah?"" Kalau demikian sebelum mati aku
harus membunuhmu dahulu, hahaha?"!" pemuda yang kini
sudah menyadari betapa dirinya telah kebal racun itu tertawa.
Dengan cepat kedua tangannya segera menyerang Jai-hwa
Toat-beng-kwi kembali. Tapi sekali ini kawan-kawan iblis cabul tersebut tidak
tinggal diam lagi. Begitu melihat Jai-hwa Toat-beng-kwi
diserang Chin Yang Kun, Pendekar Li dan Pek-pi Siau-kwi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat-cepat membantunya. Pendekar Li dengan pedang tujuh
bintangnya segera menebas lengan Chin Yang Kun, sementara
Pek-pi Siau-kwi menusuk ke arah pinggang dan punggung
pemuda itu. "Kurang ajar?"! Mengapa kau menyia-nyiakan waktu yang
kuberikan kepadamu" Ataukah kau juga ingin mati sekarang
saja?" Chin Yang Kun terpaksa mengurungkan serangannya
dan berteriak ke arah Pendekar Li.
"Sudah kukatakan, tiada gunanya aku membalas dendam
tanpa adanya teman-temanku ini. Oleh karena itu engkau saja yang memilih, kaulepaskan saja teman-temanku ini, atau
kaubunuh aku sekalian bersama mereka!" Pendekar Li
berteriak pula menyatakan rasa setia kawannya.
Seperti juga teman-temannya, Pendekar Li itu juga percaya
bahwa Chin Yang Kun tentu akan segera terkena pengaruh
racun yang disemburkan oleh Jai-hwa Toat-beng-kwi melalui
pipa tembakaunya tadi. Jadi, asal mereka bisa bertahan
beberapa saat saja, pemuda itu tentu akan roboh dengan
sendirinya. Dengan keyakinan seperti itulah ketiga orang sekawan itu
lalu menyerang dan mengeroyok Chin Yang Kun mati-matian.
Mereka bertiga berharap bahwa dengan pengerahan tenaga
yang berlebihan, pemuda itu akan semakin cepat terpengaruh oleh daya kerja racun Batu Karang Jai-hwa Toat-beng-kwi.
Sebaliknya, desakan dan serangan yang bertubi-tubi dari
lawan-lawannya itu membuat Chin Yang Kun semakin menjadi
marah bukan main! Pikirannya menjadi gelap, darahnya
seolah-olah mau mendidih! Dan akibatnya benar-benar sangat menggiriskan ketiga orang lawannya! Bukan saja racun yang
mereka andalkan itu tidak kunjung merobohkan Chin Yang
Kun, tapi pengaruh racun yang mereka nanti-nantikan itu
seolah-olah memang tidak ada khasiatnya sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka ketiga orang itu mulai menjadi gemetar dan
ketakutan. Dengan sekuat tenaga mereka bertahan dan
menyerang Chin Yang Kun bersama seluruh kemampuan yang
mereka punyai. Pedang tujuh bintangnya Pendekar Li itu
tampak berkelebatan kesana kemari, bagaikan bianglala yang menari-nari di angkasa sementara batu permata yang
menempel pada batang pedang itu tampak berkeredepan
seperti bintang-bintangnya.
Sedangkan Jai-hwa Toat-beng-kwi, meskipun lengan
kanannya lumpuh, ternyata juga tidak kalah garangnya. Pipa tembakaunya yang panjang itu tampak melayang-layang pula
mencari sasaran. Dan bila sekali waktu pipa yang penuh
tembakau menyala itu tertangkap oleh lengan Chin Yang Kun, bunga api akan segera memercik berhamburan kemana-mana.
Iblis cabul itu ternyata dapat memainkan senjatanya itu
dengan tangan kirinya pula. Dan hebatnya, tangan kiri itu
ternyata juga sama tangkasnya dengan tangan kanan!
Mungkin Cuma Pek-pi Siau-kwi saja yang daya tempurnya
tidak begitu hebat dan garang! Sebagai seorang wanita, gaya ilmu silatnya memang lain sekali bila dibandingkan dengan
kedua teman prianya. Gerakan tangan dan tubuhnya tampak
halus serta lemah gemulai. Meskipun demikian pengaruh dari serangan-serangannya ternyata juga tidak kalah
berbahayanya bila dibandingkan dengan yang lain-lain. Ilmu silat wanita itu ternyata banyak bertumpu pada tipu muslihat dan gerakan-gerakan semu yang mengandung perangkap
yang mematikan! Demikianlah, pertempuran satu lawan tiga itu benar-benar
sangat seru dan menegangkan. Kamar atau ruangan yang
tidak begitu luas itu sudah menjadi porak poranda serta
hancur berantakan. Suara pertempuran tersebut terdengar
sampai jauh di luar rumah besar itu, sehingga penduduk yang tinggal di dekat rumah itupun semakin ketakutan dibuatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ihhh"..ribut benar! Suara apakah itu?" Ko Tiang dan Jiu
Kok yang bersembunyi tidak jauh dari rumah itu saling
berbisik satu sama lain. "Ahh".apalagi kalau bukan suara para penjahat itu di
dalam menghajar si Anak Pangeran yang mau
menyombongkan keberaniannya itu?"
"Huh"..kasihan juga anak itu! Dikiranya ia masih
mempunyai kekuasaan untuk menakut-nakuti orang seperti
dahulu." Sementara itu pertempuran di dalam rumah itu semakin
lama semakin sengit juga! Tampaknya ketiga orang itu sudah menyadari bahwa racun yang dilepaskan oleh Jai-hwa Toat-beng-kwi tadi sudah tidak dapat mereka harapkan lagi.
Tampaknya racun itu benar-benar tak berpengaruh apa-apa
terhadap lawan mereka yang masih muda itu. Oleh karena itu mereka harus benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan
mereka masing-masing. Dan hal itu memang sungguhsungguh mereka lakukan! Demi kelangsungan hidup mereka
bertiga! Jit-seng-kiam (Pedang Tujuh Bintang) yang berada di
tangan Pendekar Li itu bergetar dengan hebat seolah-olah
sedang digerakkan dalam hembusan badai yang maha
dahsyat. Ujungnya yang runcing itu bagaikan menyala di
dalam keremangan ruangan itu.
Sedangkan hun-cwe atau pipa tembakau Jai-hwa Toatbeng-kwi juga bergerak tak kalah ganasnya dengan pedang
itu. Di dalam kegelisahannya iblis cabul itu benar-benar
mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Beberapa kali di dalam kesempatan yang baik, pipa tersebut menyemburkan asap
ataupun jarum-jarum beracun.
Sementara itu, sebagai orang yang berilmu paling rendah,
Pek-pi Siau-kwi juga berusaha dengan sekuat tenaga untuk
membantu pertahanan atau serangan kedua orang kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan pedangnya yang tidak begitu panjang wanita itu
selalu mencari lobang kelemahan Chin Yang Kun, sehingga
bagaimanapun juga pemuda itu menjadi sibuk pula untuk
melayani musuh-musuhnya. Celakanya, Chin Yang Kun sendiri tidak membawa senjata
untuk melayani mereka. Sejak dari awal pertempuran pemuda
itu cuma mengandalkan kedua belah tangannya saja. Dengan
Hok-te Ciang-hoatnya pemuda itu berusaha mencari lobang
diantara hujan senjata yang melanda dirinya. Untunglah
pemuda itu memiliki sin-kang yang maha dahsyat sehingga
bisa untuk melindungi dirinya. Beberapa kali pemuda itu
sengaja membiarkan pedang Pek-pi Siau-kwi menyabet atau
menggores tubuhnya, sementara pemuda itu tetap
meneruskan serangannya kepada lawannya yang lain.
"Gila ! Pemuda ini tak bisa kulukai dengan pedangku........!"
Pek-pi Siau-kwi menjerit penasaran.
"Bocah ini memang telah kerasukan iblis ! Racunkupun tak ada yang mempan terhadap tubuhnya!" Jai-hwa Toat-beng-kwi juga berteriak pula.
"Kalau begitu serang saja bagian-bagian tubuhnya yang lemah ! Atau...... tusukkan senjata kalian pada jalan darahnya yang penting!" Pendekar Li berseru memperingatkan kawan-kawannya.
"Baik....!" Jai-hwa Toat-beng-kwi dan Pek-pi Siau-kwi menyahut. Demikianlah, ketiga orang itu lalu menujukan
serangan mereka ke arah bagian-bagian tubuh Chin Yang Kun
yang lemah. Dengan kerja sama yang rapi mereka menyerang
ubun-ubun, pelipis, mata, ulu hati dan bagian bawah perut
Chin Yang Kun. Dan perubahan itu memang benar-benar menyulitkan Chin
Yang Kun. Dengan kedua buah tangan kosongnya pemuda itu
tak mungkin bisa melindungi semua tempat-tempat yang
berbahaya itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajar .....! Kalian memang benar-benar membuatku marah ! Awaaaaas!"
Chin Yang Kun menggeram keras dan tiba-tiba tubuhnya
melesat keluar dari arena pertempuran. Dan selagi lawanlawannya masih dalam keadaan kaget dan bingung melihat
ulahnya, Chin Yang Kun cepat mengerahkan seluruh tenaga
sakti Liong-cu-I-kangnya, dan bersiap-siap untuk
mengeluarkan Kim-coa-ih-hoatnya !
Sekejap kemudian terdengar suara desis ular marah dari
mulut Chin Yang Kun, dan perlahan-lahan di dalam ruangan
itu berhembus udara yang sangat dingin menggigilkan. Tentu saja perubahan udara yang sangat mendadak itu semakin
merisaukan dan membingungkan ketiga orang lawan pemuda
itu. Apalagi ketika mereka melihat tatapan mata Chin Yang
Kun yang mencorong menakutkan itu, tanpa terasa bulu roma


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka tiba-tiba berdiri. Ketiga-tiganya merasakan firasat yang tidak baik.
Dan seperti sudah berunding sebelumnya, ketiga orang itu
sama-sama memutuskan untuk cepat-cepat melarikan diri dari pemuda yang sangat mengerikan itu ! Dan seperti ada yang
memberi komando pula, ketiga-tiganya melesat ke arah pintu keluar dengan berbareng!
"Berhentiiii......!" Chin Yang Kun berteriak mengguntur.
Pemuda itu melangkah ke depan dengan cepat. Tangan
kanannya meluncur ke samping, dan memanjang dua-tiga
jengkal jauhnya, untuk memotong Iangkah Pendekar Li dan
Pek-pi Siau-kwi, sementara lengan kirinya tampak
menghantam ke depan, ke arah Jai-hwa Toat-beng kwi yang
telah lolos dari jangkauan tangannya!
"Eeit! Whusss!"
"Bhlaaaar......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan wajah pucat serta mulut ternganga Pendekar Li
dan Pek-pi Siau-kwi terpaksa meloncat mundur kembali.
Keduanya menjadi "ngeri" menyaksikan lengan Chin Yang Kun. Sedangkan Jai-hwa Toat-beng-kwi yang merasa telah
memperoleh jalan untuk melarikan diri dari ruangan itu, tiba-tiba juga mengumpat dan membalikkan tubuhnya kembali.
Mendadak saja iblis cabul itu merasakan hembusan angin
dingin yang sangat dahsyat ke arah punggungnya. Dan ketika ia mengelak ke samping, pintu yang hendak ia terobos tadi
tiba-tiba meledak dan runtuh dengan suara hiruk-pikuk!
"jangan mengharap kalian bisa lolos dari tanganku !
Hayo....... kita lanjutkan lagi pertempuran kita!" Chin Yang Kun yang dapat menggagalkan niat ketiga lawannya itu
berseru lantang. "Perem". perempuan yang...... yang kami culik itu berada di"di ruang bawah tanah !" saking takutnya Pek-pi Siau-kwi berkata dengan suara gemetar.
"Bangsat ! Bunuhlah kami kalau mampu!" Pendekar Li
menjerit dan menyerang Chin Yang Kun kembali.
"Betul ! Ayoh........ kita bertarung lagi!" Jai-hwa Toat-beng-kwi yang sudah mulai berputus asa itu menyerang pula tanpa memperhitungkan keselamatan dirinya.
Dan pertarungan hidup-mati itupun berlangsung kembali
dengan serunya. Sekarang Pendekar Li dan Jai-hwa Toatbeng-kwi bertempur tanpa memperdulikan jiwanya lagi.
Melihat jalan untuk meloloskan diri sudah tidak mungkin lagi, mereka benar-benar bertarung untuk mengadu jiwa. Dan
sepak-terjang mereka memang dahsyat bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 40 TAPI Chin Yang Kun di dalam puncak ilmunya memang
sungguh-sungguh menggiriskan. Kulit tubuhnya yang
sekarang seakan-akan telah berubah menjadi mengkilap
kekuning-kuningan itu, benar-benar liat dan licin bagai kulit ular emas. Ketiga batang senjata lawannya itu tak satu pun yang mampu menggores kulit tersebut. Paling-paling ketiga
buah senjata itu hanya bisa merobek atau merusakkan
pakaian yang melekat pada tubuhnya.
Maka sungguh tidak mengherankan bila sebentar saja
ketiga orang itu telah menjadi repot bukan main. Anggota
tubuh Chin Yang Kun yang bisa bergerak seenaknya sendiri itu benar-benar membuat mereka terkecoh habis-habisan. Hanya
karena mereka itu berjumlah tiga orang saja, sehingga dapat saling membantu dan melindungi, membuat Chin Yang Kun
tidak segera bisa mengalahkan mereka.
Tapi keadaan itupun juga tidak dapat berlangsung lama.
Sebuah tendangan untuk Pendekar Li dan dua buah pukulan
beracun untuk Jai-hwa Toat-beng-kwi, membuat kedua orang
itu terlempar menabrak dinding. Dan selanjutnya, hanya
dengan sekali gebrakan saja Pek-pi Siau-kwi telah dapat
diringkus oleh Chin Yang Kun pula.
"Nah....... lihatlah! Kedua orang temanmu sudah tak
berdaya dan tinggal menunggu saat kematiannya saja!
Sekarang marilah kau antar aku mengambil wanita yang kalian culik itu!" Chin Yang Kun menggeram sambil mencengkeram leher Pek-pi Siau-kwi.
"Ja-jangan.....! A-aku ti...... tidak berani!" Pek-pi Siau-kwi yang ingat akan jebakan atau perangkapnya sendiri merintih ketakutan.
"Kenapa tidak berani" Hah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku.......oh, aku........ aku......." Pek- pi tetap tidak berani berbicara tentang jebakan atau perangkap yang dipasangnya
itu, takut Chin Yang Kun menjadi marah dan membunuhnya.
Hanya jari telunjuknya saja yang teracung ke arah kamar
samping. "Kurang ajar!" saking jengkelnya pemuda itu memaki,
"Kenapa kau tidak mau mengatakan juga " Ayoh, lekas
katakan! Di mana ruang di bawah tanah itu?"
Sambil membentak Chin Yang Kun menarik tubuh
perempuan cantik itu dan bermaksud untuk menyeretnya ke
tempat yang ditunjuk oleh perempuan tersebut. Tapi tidak
terduga, saking takutnya perempuan itu meronta sehingga
pegangan tangan Chin Yang Kun terlepas. Secara otomatis
tangan Chin Yang Kun yamg lain segera menyambar tubuh
perempuan tersebut. Tetapi?"
"Aaauuuuu........!!" Pek-pi Siau-kwi menjerit keras sekali.
Ternyata karena terburu-buru, tangan Chin Yang Kun tadi
telah mencengkeram persis pada buah dada Pek-pi Siau-kwi
yang sebelah kanan. Tentu saja hal itu juga sangat
mengejutkan Chin Yang Kun sendiri. Bagai disengat lebah
pemuda itu cepat-cepat melepaskan "benda lunak" yang selalu dirahasiakan oleh pemiliknya itu. Pemuda itu mukanya merah padam, tubuhnya gemetar, dan tiba-tiba saja bayangan si
Wanita Genit isteri pemilik penginapan itu kembali terbayang di depan matanya.
"Oohhh.......!"
Chin Yang Kun berdesah sambil memejamkan matanya.
Tapi wajah genit yang menggairahkan itu tetap saja
menggoda hatinya. Berahinya timbul pula perlahan-lahan....
"Ahhh......!" berkaIi-kali pemuda itu mencoba membuang bayangan-bayangan kotor itu dari kepalanya dengan
mengibas-ngibaskan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tapi
tetap tak berhasil juga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian pemuda yang telah sadar akan bahaya yang
hendak menimpa dirinya itu segera menggeram dengan hebat.
"Cepat.......! Sebutkan tempat itu, sebelum kau mendapatkan perlakuan yang lebih buruk dariku !"
Celakanya, Pek-pi Siau-kwi justru semakin ketakutan
melihat perubahan wajah Chin Yang Kun yang menakutkan
itu. Mulutnya tak kuasa menjawab. Sehingga akhirnya, karena sangat jengkel pemuda itu segera menyambar rambutnya dan
membawanya ke ruang yang ditunjuk oleh perempuan itu.
Chin Yang Kun memasuki ruangan itu dan segera melihat
sebuah lobang terbuka di atas lantai.
''Hmmm....... itukah pintunya?" Chin Yang Kun bertanya seraya menggerakkan kepalanya ke arah lobang itu.
"Be-be-be....... benar !" dengan suara gugup dan wajah yang semakin ketakutan perempuan cantik ini menjawab.
"Sungguh" Hmm....... kalau begitu mari kita memasukinya!
Awas........kalau engkau berbohong, kupatahkan lehermu......
lehermu yang bagus itu !" Chin Yang Kun yang sudah mulai terpengaruh oleh kecantikan perempuan cantik itu
membentak. "Ohh, jaangannn......! Aku........ aku tidak mau!" pek-pi Siau-kwi yang takut kepada perangkap yang telah dibuatnya
sendiri itu menjerit dan meronta-ronta.
"Hei" Kenapa tidak mau" Apakah........" Ohh......
bagus........ bagus ! Aku tahu sekarang ! Tentu ada apa-apa di dalam lobang itu, dan........ kau tidak mau mengatakannya
kepadaku! Baik! Sekarang kau akan kubawa saja bersamasama, sehingga kau akan mengalami hal yang sama denganku
apabila terjadi apa-apa nanti?""
"Jahanam.....! Jangannn......!"
Tapi Chin Yang Kun sudah tidak peduli lagi. Perempuan itu
ditotoknya lemas. Kemudian diseretnya memasuki lobang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk ke ruang di bawah tanah tersebut. Tapi begitu kaki
pemuda itu menginjak anak tangga yang ke tujuh, tiba-tiba
terjadi ledakan hebat yang menggoncangkan seluruh
bangunan rumah tersebut !
Bhhlaaaaaarr....!!! Bagaikan gunung meletus atap rumah besar itu tercampak
berhamburan ke udara! Suaranya menggelegar mengagetkan
seisi dusun itu. Pecahan-pecahan genting, kayu dan lainlainnya, terlempar jauh ke pekarangan-pekarangan di
sebelahnya. Tiba-tiba saja semua orang keluar dari rumah-rumah
mereka yang tadi tertutup rapat itu. Mereka berlarian kesana kemari dengan wajah ngeri dan ketakutan! Dan sekejap saja
dusun yang semula sepi itu menjadi ribut dan gempar luar
biasa ! Terdengar jerit dan tangis anak-anak serta wanita
dimana-mana! Semua orang menyangka telah timbul bencana
alam seperti dulu lagi. Tetapi beberapa orang yang tergabung dengan Ko Tiang
dan Jiu Kok, yang melihat dengan jelas apa yang telah terjadi, segera keluar dari persembunyian mereka dan berusaha untuk menenangkan penduduk yang panik. Mereka mengatakan
kepada semua orang, apa yang telah terjadi di rumah Yung Ci Pao. Dan kemudian mereka mengajak para penduduk untuk
melihat rumah itu. Akhirnya kegemparan tersebut menjadi reda juga. Kini
semua orang berbondong-bondong ingin melihat ke rumah
Yung Ci Pao, untuk mengetahui apa sebenarnya yang telah
terjadi di tempat itu. Tetapi orang-orang itu hanya bisa melihat puing-puing
bekas rumah Yung Ci Pao saja sekarang. Rumah yang dulu
sangat besar dan megah itu kini telah hancur dan hampir rata dengan tanah. Asap masih tampak mengepul di sana-sini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak seorang pemuda berlari mendatangi, dan
kemudian menyibakkan kerumunan orang yang berjubel di
sekitar tempat itu. Wajahnya yang biru memar bekas disiksa orang itu tampak pucat pias! Matanya melotot mengawasi
rumah yang telah hancur berantakan itu !
"Rumahku.......! Ohhh....... rumahku! Wi Yan Cuuuuu........!
Wi Yannn Cuuuu .....! Dimanakah engkauuuu.......?"?" pemuda yang tidak lain adalah si Bopeng Yung Ci Pao itu menjerit-jerit seperti orang gila.
Beberapa orang tetangga Yung Ci Pao berusaha membujuk
pemuda itu, termasuk pula Ko Tiang dan Jiu Kok. Tetapi
cobaan yang datang bertubi-tubi itu tampaknya benar-benar
sangat memukul batin dan jiwa Yang Ci Pao sehingga sulit
sekali bagi mereka untuk menyadarkan atau
menenangkannya. Seperti orang gila pemuda itu menjerit-jerit memanggil nama isterinya, meronta-ronta dan setelah terlepas dari pegangan orang-orang itu lalu berlarian sambil
menjambaki rambutnya sendiri.
"Rumahkuuuu........! Rumahkuuu......ohh! ....... Yan Cu !
Yan Cu ! Yan Cuuuu.......! Huhu-uh-huuuuu....... !"
Akhirnya semua orang membiarkan saja pemuda itu
meratapi nasibnya. "Kasihan anak itu. Habis sudah semua yang dikejarnya dan dikuasainya dengan cara yang kurang terpuji itu sekarang....."
seorang tetangganya yang telah berusia lanjut berdesah
perlahan. "Benar. Tampaknya pemuda itu telah mulai memetik hasil perbuatannya sendiri." isterinya yang juga telah tua menyahut pula.
Sementara itu Ko Tiang dan Jiu Kok rupanya telah membagi
tugas. Ko Tiang dengan kawan-kawannya, dibantu oleh
pemuda-pemuda desa itu berusaha menyingkirkan puingpuing reruntuhan itu. Mereka mencari kalau-kalau di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
reruntuhan itu masih ada sesuatu yang perlu mereka
selamatkan. Siapa tahu Chin Yang Kun, Wi Yan Cu atau teman gadis mereka yang juga dipaksa untuk melayani ketiga
penjahat itu masih hidup pula"
Sedangkan Jiu Kok dengan tergesa-jesa mengajak dua
orang temannya berlari ke desa In-ki-cung untuk melaporkan hal itu kepada kepala desa mereka. Seorang kepala desa yang telah limapuluhan tahun mengabdikan dirinya, yaitu semenjak pemerintahan kaisar lama. Tetapi meskipun telah lanjut usia, kepala desa itu benar-benar sangat disegani dan dihormati
oleh penduduknya. Sebab, selain orang tua itu adalah
keturunan dari cikal-bakal desa tersebut, ia juga seorang yang sangat bijaksana serta berwibawa. Apalagi salah seorang
puterinya pernah diambil isteri seorang pangeran dari kota raja pula.
"Jadi ada penjahat yang telah mengacau desa Hoa-ki-cung"
Hmm....... kalau begitu marilah kita ke sana! Ah........Ci Pao....... Ci Pao ! Sudah kuperingatkan sejak dahulu........"
kepala desa itu berbisik dengan muka muram.
Dengan mengajak beberapa orang pembantunya, kepala
desa itu mengikuti Jiu Kok ke desa Hoa-ki-cung. Wajah kakek itu tampak muram dan gelisah, sebab bagaimanapun juga
Yung Ci Pao masih termasuk cucu luarnya sendiri.
"ln-cungcu (Kepala Desa she In)......" di tengah jalan Jiu Kok mencoba mengajak berbicara dengan kepala desanya itu.
"Ada apa Jiu Kok?"
"Selain Ci Pao di sana juga ada cucu In-cungcu yang
lain..............."
"Hmmh ....... siapa?" kakek itu menyahut hampir tidak peduli. Apa anehnya kalau di tempat itu ada cucunya yang
lain" Kakek itu hampir mempunyai seratus cucu di desa In-ki-cung dan Hoa-ki-cung. Dan dengan terjadinya musibah di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah Yung Ci Pao itu tentu saja semua sanak-familinya
berkumpul disana. "Tapi cucu ln-cungcu yang seorang ini tidak tinggal di desa kita ini........" Jiu Kok yang ingin memberi kejutan kepada kakek itu cepat-cepat berkata.
"Cucuku yang tidak tinggal di desa kita" Huh.....apa
maksudmu?" kakek itu menoleh dan bertanya, sama sekali belum menangkap maksud dari perkataan Jiu Kok.
"Ahh?"bukankah In-cungcu masih mempunyai cucu yang
lain " Cucu kesayangan yang hampir sepuluh tahun tak pernah datang mengunjungi In-cungcu lagi .....?" Jiu Kok masih tetap jual mahal dan tidak lekas-lekas mengatakan apa yang
dimaksudkannya. Benar juga. Mendengar ucapan Jiu Kok yang terakhir itu
tiba-tiba In-cungcu berhenti. Dengan suara gemetar kakek itu menghardik, "Jiu Kok! Katakan cepat ! Jangan berputar-putar !
Apakah yang kaumaksudkan itu........,cucuku yang tinggal di kota raja?"
"Be-ben.........eh....... benar !" Jui Kok menjawab dengan suara gemetar pula melihat kemarahan kepala kampungnya.
"Siapa " Chin Yang Kun........?" In-cungcu mendesak.
Jiu Kok yang sedianya mau membuat kejutan itu
mengangguk. "Heh " Benarkah........" Apa-apa........ oh apakah engkau tidak salah lihat ?" kakek itu mendadak menyambar leher baju Jiu Kok dan berteriak dengan suara parau.
Jiu Kok malah tidak bisa menjawab lagi. Pemuda itu cuma
mengangguk dan menggeleng-geleng saja. Tapi sikap itu
sudah merupakan jawaban yang jelas bagi In-cungcu.
"Ooohh........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu tiba-tiba berbalik, lalu dengan tergesa-gesa
berlari ke rumah Yung Ci Pao di desa Hoa-ki-cung!
Pembantunya, Jiu Kok dan teman-temannya hanya saling
pandang, kemudian juga berlari mengikuti kakek itu pula.
Kedatangan In-cungcu di Hoa-ki-cung disambut dengan
ratap tangis oleh anak cucunya yang tinggal di desa itu.
Mereka segera melaporkan apa yang telah terjadi di rumah
Yung Ci Pao, yang juga masih keluarga mereka sendiri itu.
"Di manakah Ci Pao sekarang?"
"Itu dia .......! saah seorang dari sanak keluarganya itu mengacungkan jari telunjuknya ke arah Yung Ci Pao, yang
duduk bengong termangu-mangu sendiri di bawah pohon di
pojok halaman rumahnya. "Lalu .... di mana.... eh, di manakah...?" In-cungcu masih juga bertanya seraya menoleh kesana kemari, seolah-olah ada yang ia cari lagi selain Yung Ci Pao.
Dan ketika kakek itu tidak juga dapat menemukan orang
yang dimaksudkannya, ia lalu menoleh ke arah Jiu Kok.
"Hei, Jiu Kok........! Di manakah dia ?" teriaknya tak sabar.
Jiu Kok cepat berlari datang. "Ada apa Cungcu?" tanyanya setelah berada di depan kakek itu.
"Kau katakan bahwa dia berada di sini. Apakah engkau mau mempermainkan aku" Di manakah dia...... hei ?"
Tentu saja orang-orang yang berada di tempat itu menjadi
heran melihat kelakuan kepala desa mereka. Mereka menatap
In-cungcu dan Jiu Kok berganti-ganti.
"Eh...... anu ! Chin Yang Kun berada di rumah ini ketika rumah ini meledak dan roboh ! Mungkin....... mungkin dia
tertimbun pula di dalam reruntuhan itu bersama tiga orang
penjahat itu." dengan hati-hati Jiu Kok memberi keterangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lalu secara singkat pemuda itu menceritakan apa yang telah terjadi di desa itu sebelum semua peristiwa tersebut terjadi.
"Hai.,.,... kalau begitu cepatlah semua orang menyingkirkan reruntuhan itu ! Ayoooooh !" kakek itu berteriak keras sekali.
Demikianlah, semua orang yang berada di tempat tersebut
lalu bekerja keras menyingkirkan puing-puing rumah Yung Ci Pao yang roboh tersebut. Dan beberapa waktu kemudian,
yaitu bersamaan dengan saat matahari berada di atas kepala mereka, mereka menemukan mayat Pendekar Li dan Jai-hwa
Toat-beng-kwi di bawah reruntuhan itu. Tubuh kedua
penjahat itu hampir tak bisa dikenali lagi bentuknya. Keduanya tergencet oleh balok-balok kayu besar penyangga rumah.
Penemuan itu sungguh mengejutkan In cung-cu yang
sedang mengkhawatirkan Chin Yang Kun. Serta-merta kakek
itu meloncat menghampiri.
''Ma-mayat si..,,,,, siapa itu?" teriaknya hampir menjerit.
"Ah, bukan dia In-cungcu.......! Bukan dia! Kedua sosok mayat ini adalah mayat penjahat-penjahat itu." Jiu Kok cepat-cepat memberi keterangan.
"Ouohh.........!" kakek itu bernapas lega.
"Kalau begitu.......ayolah kalian teruskan pekerjaan kalian ini!"
Tapi sampai matahari condong ke barat dan akhirnya
malah tenggelam di balik pegunungan, para penduduk itu


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak juga menemukan mayat-mayat yang lain lagi. Padahal
mereka telah menyingkirkan seluruh reruntuhan rumah itu.
"Hei, kemanakah mayat-mayat mereka" Bukankah di
rumah ini ada penjahat wanita, Wi Yan Cu dan Chin Yang Kun pula" Apakah mereka bertiga bisa meloloskan diri dari
bencana itu" Tetapi".. mustahil ! Kalau mereka lolos, mereka tentu datang menemui kita......." Ko Tiang berkata seraya
memandang Jiu Kok dan yang lain-lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau benar ! Lalu ke mana mereka itu ?" Jiu Kok menyahut pula.
"Ayoh".......coba terus ! Kalian singkirkan reruntuhan itu sampai kelihatan lantainya! Siapa tahu kita bisa menemukan mereka di bawah reruntuhan pasir dan tembok itu.'' In-cungcu dengan suara tegang dan gelisah memberi perintah lagi.
Beberapa orang penduduk yang lain segera menyiapkan
obor untuk penerangan. Tapi belum juga mereka meneruskan
pekerjaan mereka itu, tiba-tiba seorang pembantu In-cungcu datang tergopoh-gopoh mendapatkan kepala desanya itu.
"Cungcu, kau........ kau diharapkan pulang sekarang juga!"
Begitu datang orang itu langsung mengatakan maksudnya.
"Heh" Ada apa di rumah?" In-cungcu tersentak kaget.
"Anu.........anu ......Baginda........Baginda Kaisar telah berkenan datang di desa kita ! Sekarang, beliau berada di Kuil Ban-lok-si di pinggir desa itu."
"Apa.......?"" Hong-siang berkunjung ke desa kita?" kakek itu berseru dan wajahnya mendadak menjadi pucat pasi. Rasa gentar dan takut yang luar biasa tampak membayangi wajah
yang biasanya sangat berwibawa itu.
Selanjutnya kakek itu tampak gelisah dan bingung sekali.
Keringat dingin kelihatan membasahi pakaiannya, sementara
dengan sangat tergesa-gesa kakinya melangkah meninggalkan
rumah Yung Ci Pao yang sedang tertimpa malapetaka itu.
Begitu risaunya hati orang tua itu sehingga beberapa kali
tubuhnya melanggar orang yang menghalangi jalannya.
"Matilah sudah aku sekali ini ! Ohhh........Leng Hoan........
Leng Hoan, apa yang akan kau andalkan lagi sekarang" Dia
telah menjadi kaisar junjunganmu! Dan engkau takkan bisa
mengelak lagi kalau dia mau membalas dendam atas
perlakuanmu dahulu......ohhh !" kakek itu komat-kamit menyalahkan dirinya sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja semua orang heran sekali melihat kelakuan
orang tua itu. Bukankah kakek itu seharusnya bergembira
menerima kunjungan rajanya" Tidak semua orang bisa
memperoleh kesempatan baik seperti itu.
Tapi bagi orang-orang tua yang seangkatan dengan kakek
itu, yang selama ini selalu tinggal di desa In-ki-cung dan Hoa-ki-cung, sikap yang aneh dari In-cungcu tersebut sama sekali tidak mengherankan mereka. Semuanya masih ingat dengan
jelas pada peristiwa duapuluh tahun yang lalu, ketika Incungcu itu hendak mengawinkan salah seorang puterinya
yang bernama In Soh Hwa. Gadis yang menjadi bunga desa
ln-ki-cung itu ternyata menjadi rebutan para pemuda yang
ingin memperisterikannya, sehingga akhirnya mengakibatkan
keributan dan kegemparan di desa tersebut. Dan keributan itu baru dapat menjadi reda setelah secara kebetulan ada
seorang pangeran dari kota raja yang lewat dan berhenti di desa mereka.
Tapi kedatangan si pangeran tersebut ternyata berbuntut
panjang. Sebab pangeran yang masih berusia muda dan
belum beristeri itu akhirnya juga menghendaki ln Soh Hwa
pula. Tentu saja pemuda-pemuda desa itu menjadi segan dan
takut untuk bersaing dengan pangeran yang kaya dan
mempunyai kekuasaan besar itu. Satu persatu mereka mundur
dari arena persaingan, apalagi ketika mereka mengetahui
bahwa si pangeran itu masih putera dari kaisar mereka
sendiri. Meskipun demikian, ternyata masih ada juga yang nekad
dan tidak mau mengalah. Pemuda tersebut adalah Liu Pang,
putera seorang petani melarat di desa itu juga. Memang sudah lama pemuda itu menjalin cinta dengan In Soh Hwa, biarpun
ayah gadis itu atau In-cungcu tidak menyukai hubungan
mereka itu. Dan puncak dari kenekadan pemuda Liu Pang tersebut
adalah ketika dia dengan berani mengambil In Soh Hwa serta Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melarikan gadis tersebut ke daerah perbukitan. Tentu saja
perbuatan pemuda itu mengundang kemarahan si pangeran
dan keluarga In Soh Hwa sendiri. ln Leng Hoan atau Incungcu segera mengerahkan para pembantunya untuk
mengejar Liu Pang, sementara pangeran itu juga
mengerahkan perajurit yang dibawanya dari kota raja untuk
merampas kembali calon isterinya.
Demikianlah, selama dua hari dua malam pasukan besar itu
mengobrak-abrik tempat persembunyian Liu Pang. Dan pada
hari ke tiga, barulah sepasang kekasih itu mereka ketemukan.
Maka penyiksaan atas diri pemuda nekad itupun terjadilah !
Sayang, pada saat pangeran itu memberi perintah untuk
membunuh Liu Pang, seorang pendekar tak dikenal telah
datang dan menyelamatkan nyawa pemuda itu. Dan
selanjutnya tak seorangpun tahu bagaimana nasib Liu Pang
itu. Tapi belasan tahun kemudian, orang-orang dari desa ln-kicung itu dikejutkan oleh berita tentang munculnya Liu Pang, yang memimpin ribuan orang petani dan pendekar-pendekar
persilatan untuk menumbangkan kekuasaan Kaisar Chin Si di
kota raja. Tampaknya dendam pemuda itu terhadap si
Pangeran Chin, yang telah merebut kekasihnya itu telah
menyalakan semangat pemuda tersebut untuk membalas
dendam. Dan dendam itu akhirnya ternyata terlaksana juga.
Kaisar Chin Si dan bala tentaranya menyerah. Liu Pang
menjadi kaisar yang baru, bergelar Kaisar Han. Sayang di
dalam kemenangannya itu Kaisar Han tak pernah bisa
menemukan kekasih yang dicintainya, yaitu In Soh Hwa !
Dan tampaknya setelah bertahun-tahun tak bisa
menemukan juga kekasihnya itu, kini Liu Pang kembali ke
desanya. Anak petani melarat itu sekarang datang dengan
segala kebesarannya, kereta-kereta perang dan ribuan orang perajuritnya ! Bagaimana seorang kepala desa kecil seperti ln Leng Hoan tidak menjadi gemetar ketakutan melihatnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam perjalanan kembali ke rumahnya, In Leng Hoan
terus saja mendesak kepada pembantunya.
"Lo Kwang, apa........ apakah Hong-siang membawa banyak pengawal ?"
"Pengawal....." Ah, Cungcu ini aneh benar! Masakan Hong-siang hanya diikuti oleh beberapa orang pengawal" Hmm.......
tentu saja Hong-siang membawa pasukan yang lengkap.
Lengkap sekali........!" Lo Kwang menjawab pertanyaan kepala desanya dengan wajah terheran-heran.
"Lengkap sekali?" ln Leng Hoan mengulangi seolah tak percaya.
"Ya ! Cungcu ingat padang rumput di lereng bukit di
sebelah selatan desa kita itu" Nah, tempat itu kini penuh
dengan perajurit dari kota raja!"
"Hah" Padang rumput yang luar biasa luasnya itu?" sekali lagi In Leng Hoan mengulangi kata-kata pembantunya, "Ohhh mati aku !!!"
'"Hei, Cungcu........ kau kenapa?" Lo Kwang berteriak kaget.
Tapi ln Leng Hoan cepat-cepat menggeleng. "Tidak apa-apa
! Tidak apa-apa......." desah kakek itu dengan suara putus asa.
Tentu saja kegelisahan kepala desanya itu sangat
mengherankan Lo Kwang. Pembantu kepala desa yang masih
berusia muda dan belum lama tinggal di In-ki-cung tersebut tentu saja tak tahu menahu sama sekali peristiwa yang terjadi pada duapuluhan tahun berselang.
Demikianlah, dengan pikiran kacau ln Leng Hoan sampai di
rumahnya. Kedatangannya telah dinantikan oleh isteri dan
anak-anaknya, yang sengaja berkumpul di rumah itu. Anakanaknya yang tua, yaitu kakak-kakak ln Soh Hwa, segera
menyongsong dia dan mengelilinginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"A-ayah..... dia telah datang kemari ! Apa....... apa yang harus kita perbuat?" puteranya yang tertua, yang rambutnya juga telah mulai memutih, bertanya dengan suara khawatir.
"Benar, yah........! Tampaknya dia hendak...... hendak membalas dendam atas perlakuan kita dahulu." puteranya yang ke dua, yang dahulu ikut menyiksa Liu pang, berkata
pula dengan bibir bergetar.
Wajah In Leng Hoan semakin tampak pucat tak berdarah.
Perasaan takut, cemas dan ngeri membuat kakek itu seolaholah sudah tidak mempunyai pengharapan untuk hidup lagi.
Kedatangan Kaisar Han beserta pasukannya itu seakan-akan ia rasakan sebagai malaikat elmaut yang hendak mencabut
nyawanya. Melihat itu isterinya menjadi tidak tega. Betapapun dirinya juga takut luar biasa, tapi memandang suaminya seperti itu hatinya menjadi kasihan dan tidak rela.
"Sudahlah! Kau tak perlu takut dan bersedih hati ! Kita berdua sudah tua-renta. Tanpa mereka bunuhpun kita juga
akan segera meninggalkan semua ini. Apa bedanya mati
sekarang atau besok bagi kita" Sudah cukup rasanya kita
berdua mengasuh anak cucu selama ini?""
"Ahhh.......!" In Leng Hoan berdesah dan tiba-tiba wajahnya tampak berseri-seri memandang isterinya. Kedua
lengannya terulur ke depan dan di lain saat sepasang kakek-nenek itu lalu saling berangkulan tanpa mempedulikan anakanak mereka. "Kau benar, isteriku"..Ah, aku sekarang sudah tidak takut lagi. Biar sampai lumat dengan tanahpun kita berdua akan
selalu bersama-sama. Bukan begitu?"
Nenek itu tersenyum dan mengangguk-anggukkan
kepalanya. Beberapa butir air mata kelihatan meloncat dari pelupuk matanya dan membasahi pipinya yang keriput.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ehh....... tetapi bagaimana dengan anak-cucu kita nanti "
Bagaimanakah kalau kaisar itu juga memusuhi mereka pula?"
In Leng Hoan berbisik perlahan ke telinga isterinya.
"Ah, tidak mungkin! Perbuatan itu hanya akan merugikan nama baiknya di mata para perajuritnya. Pembunuhan yang
membabi buta terhadap rakyat kecil seperti kita justeru akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik terhadap
kewibawaannya," isterinya cepat-cepat menyahut.
"Klinting?""klinting....... klinting !"
"Ohh"..itu suara kelintingan kuda! Utusan yang hendak menjemput ayah telah datang," putera In Leng Hoan yang
tertua berbisik gelisah. Tapi dengan bibir tersenyum In Leng Hoan menepuk-nepuk
pundak puteranya, kemudian seraya menggandeng lengan
isterinya kakek itu melangkah ke ruang pendapa. Dan benar
saja di halaman depan telah terlihat seregu perajurit berkuda mendatangi. Seorang perwira berpakaian gemerlapan tampak
memimpin pasukan itu. ln Leng Hoan bergegas mengajak isterinya turun ke
halaman, menyongsong kedatangan perwira itu. Dengan
sangat hormat sekali kakek itu membungkuk di hadapan
perwira tersebut. "Selamat datang di rumah kami, Ciangkun.......!"
Perwira itu melambaikan tangannya ke belakang, menyuruh
anak buahnya berhenti. Lalu tanpa beranjak dari punggung
kudanya perwira itu mengangguk.
"Terima kasih ! Apakah kamu yang bernama In Leng Hoan dan menjabat sebagai kepala desa di dusun In-ki-cung ini?"
katanya singkat tanpa berbelit-belit.
"Betul, Ciang-kun! Aku memang In Leng Hoan, kepala desa di tempat ini. Bolehkah saya bertanya, siapakah Ciang-kun
ini?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku adalah utusan Hong-siang yang saat ini sedang
berada di Kuil Ban-lok-si, di luar desamu ini. Hong-siang
berkenan untuk memanggilmu ke sana sekarang juga! Oleh
karena itu engkau bersiaplah untuk kami bawa ke hadapan
beliau!" perwira itu berkata lagi, halus namun tegas.
"Ba-baik.......! Tapi silakanlah Ciang-kun singgah dulu sebentar di pendapa! Aku akan berbenah dahulu di
dalam........" In Leng Hoan yang sudah tidak merasa
ketakutan lagi itu menjawab tenang.
"Terima kasih! Tidak usah........! Aku akan menunggu saja di halaman ini. Nah, lekaslah kau bersiap-siap.......!"
Demikianlah, setelah berpamitan dengan anak-isterinya In
Leng Hoan lalu pergi mengikuti perwira itu. Semula isteri dan anaknya hendak ikut, tetapi dengan keras kakek itu
melarangnya. Kakek itu menyuruh mereka supaya menunggu
saja di rumah. Mereka baru diperbolehkan menyusul kalau ada berita darinya.
Bagaimanapun juga hati kakek itu menjadi ciut pula melihat penjagaan yang begitu rapat di sekeliling Kuil Ban-lok-si itu.
Berpuluh-puluh orang perajurit bersenjata lengkap tampak
mondar-mandir di sepanjang jalan dan halaman kuil tersebut.
Mereka tampak bersiap siaga sepenuhnya !
"Ah, perajurit-perajurit ini cuma sebagian saja dari
kekuatan yang dibawa oleb Liu Pang itu. Yang lain mereka
tempatkan di lereng bukit itu........" In Leng Hoan bergumam di dalam hati.
"Utusan Hong-siang telah tiba........!" tiba-tiba perajurit yang berdinas jaga di pintu halaman kuil berteriak ke dalam.
Lalu terjadilah kesibukan yang luar biasa di dalam kuil itu.
Beberapa orang perwira tampak keluar dari dalam kuil. Di
belakang mereka tampak belasan perajurit pengawal
mengiringkan mereka. Bergegas para perwira itu
menyongsong perwira yang membawa In Leng Hoan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan perwira yang membawa In Leng Hoan itu cepat
meloncat turun dari atas punggung kudanya. Sambil memberi
hormat perwira itu melaporkan tugas yang telah
diselesaikannya. Salah seorang perwira yang keluar dari dalam kuil itu mengangguk, lalu mengajak In Leng Hoan ke dalam.
Para perwira yang lain segera mengikuti mereka dari
belakang. Belasan orang anggota Sha-cap-mi-wi, dengan pakaian
seragam kebesarannya yang gemerlapan, tampak berdiri
berderet di kanan kiri jalan yang mereka lalui menuju ke pintu ruang dalam. Jagoan-jagoan pengawal rahasia kerajaan itu
tampak gagah-gagah, berwibawa dan garang-garang!
Kepandaian mereka yang rata-rata sangat tinggi itu membuat sikap dan pembawaan mereka sangat tenang dan yakin pada
diri mereka sendiri. Dan semua itu membuat hati In Leng
Hoan semakin menjadi lebih menciut lagi. Apalagi ketika kakek kepala desa itu sampai di dalam.
Para perwira tinggi dan panglima-panglima kerajaan yang
saat itu dibawa oleh Yap Tai-ciangkun dalam perlawatannya
ke Pantai Karang, tampak duduk berderet-deret di sekitar altar pemujaan, di mana kursi baginda Kaisar Han diletakkan.
Lampu-lampu besar dan bau dupa wangi yang tersebar di
ruangan dalam yang luas itu membuat suasana menjadi
kelihatan agung dan menggetarkan hati.
Kursi itu masih kosong. Hong-siang belum berkenan duduk
di tempat itu. Tampaknya baginda ingin menunggu
kedatangan utusannya lebih dahulu.
In Leng Hoan diperintahkan duduk di atas lantai di depan
altar, sambil menunggu kedatangan baginda Kaisar Han. Dan
kakek itu hampir tak berani menengadahkan mukanya.
Perwira-perwira tinggi dengan seragamnya yang indah
gemerlapan itu seakan-akan menyilaukan matanya dan
menyita seluruh keberaniannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu udara di luar kuil benar-benar telah menjadi gelap. Malam telah datang menyelimuti bumi. Para perajurit juga telah memasang obor penerangan di mana-mana,
sehingga suasana di sekitar tempat itupun telah menjadi
terang benderang bagaikan siang hari saja.
Demikian pula yang terjadi di rumah Yung Ci Pao di Hoa-kicung. Penduduk di sana juga sudah memasang obor
sebanyak-banyaknya untuk membantu kawan-kawan mereka
yang sedang sibuk membongkar puing-puing reruntuhan
rumah itu. Sesuai dengan perintah kepala desa mereka,
mereka melanjutkan usaha mereka untuk menemukan mayat
Wi Yan Cu dan Chin Yang Kun. Tetapi sampat habis
reruntuhan rumah itu mereka singkirkan, mayat kedua orang
itu tetap juga tak mereka ketemukan.
Tentu saja hal itu sangat mengherankan orang-orang itu.
Mereka lalu bertanya-tanya di dalam hati, kemanakah
gerangan mayat kedua orang itu" Masakan cuma mayat kedua
orang penjahat itu saja yang dapat mereka ketemukan " Lalu kemanakah mayat penjahat wanita itu" Dan ke mana pula
mayat Wi Yan Cu dan Chin Yang Kun, yang saat itu juga
berada di rumah tersebut"
Tak seorang pun penduduk desa itu yang tahu tentang
ruang di bawah tanah itu. Selama hidupnya keluarga Wi Yan
Cu selalu merahasiakan ruang di bawah tanah tersebut. Hanya keluarga terdekat saja yang diberitahu tentang hal itu,
termasuk pula Wi Yan Cu dan Yung Ci Pao. Tetapi di bawah
ancaman Pendekar Li dan kawan-kawannya, ternyata Wi Yan
Cu juga telah memberitahukan pula tempat tersebut kepada
penjahat-penjahat itu. Dan sekarang ruang rahasia itu telah dipergunakan oleh Pek-pi Siau-kwi untuk menjebak Chin Yang Kun.
Lalu apa yang terjadi dengan Chin Yang Kun setelah
ledakan dahsyat tersebut"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata ledakan hebat yang menggoncangkan seluruh
bangunan rumah besar itu benar-benar sangat mengagetkan
Chin Yang Kun pula. Pemuda itu terlempar ke bawah bersamasama dengan tubuh Pek-pi Siau-kwi dan untuk beberapa saat


Pendekar Penyebar Maut Lanjutan Darah Pendekar Karya Sriwidjono di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lamanya mereka seperti orang yang tidak sadarkan diri.
Dan ketika keduanya sudah siuman kembali, mereka
mendapatkan diri mereka di dalam sebuah ruangan yang
pengap dan gelap. Hanya ada sebatang lilin besar menyala di pojok ruangan di mana sinarnya tak mampu menerangi
seluruh ruangan yang luas itu.
"Uh-huuu ........ uh !" mendadak mereka mendengar suara tangis perempuan di arah sebelah kiri mereka.
Chin Yang Kun cepat menoleh. Di dalam keremangan
cahaya lilin matanya melihat sesosok tubuh wanita
tertelungkup di atas pembaringan.
"Ah, Wi Yan Cu"...!" pemuda itu berbisik perlahan, lalu bergegas bangkit dari tempatnya.
Pek-pi Siau-kwi yang merasa seram melihat suasana di
dalam kamar itu cepat-cepat berdiri pula di belakang Chin
Yang Kun. Tetapi belum juga kakinya dapat berdiri tegak, iblis cantik itu buru-buru mendekam kembali. Dari mulutnya
terdengar suara jeritannya yang khas !
"Aiiih........!"
Dengan sigap Chin Yang Kun membalikkan tubuhnya. Rasa
kaget membuat pemuda itu segera bersiap siaga sepenuhnya.
Tapi dengan perasaan kaget pula pemuda itu cepat-cepat
membuang mukanya ! Pipinya merah seketika ! Sekejap
matanya melihat Pek-pi Siau-kwi sedang "sibuk" dan repot menutupi tubuhnya yang "nyaris" telanjang !
"Wahh........!" pemuda itu berdesah, kemudian menunduk untuk menenteramkan hatinya yang tiba-tiba berguncang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sekali lagi pemuda itu terkejut! Ternyata seperti
halnya Pek-pi Siau-kwi, pakaian yang melekat pada
tubuhnyapun juga kedodoran serta compang-camping pula.
Malah apabila diperbandingkan dengan Pek-pi Siau-kwi,
keadaannya justru lebih parah lagi malah! Tubuhnya yang
kurus itu rasa-rasanya sudah tidak tertutup pakaian lagi!
"Wah, ini......... ini" Bagaimana ini........?" Chin Yang Kun gugup dan tiba-tiba tangannya ikut-ikutan menjadi sibuk pula.
Sementara itu suara jeritan Pek-pi Siau-kwi tadi ternyata
sangat mengejutkan Wi Yan Cu pula. Wanita yang berada di
atas pembaringan itu segera meloncat turun dan berlari
menjauhi mereka. "Jangan ! Jangan sentuh aku........!" wanita itu berteriak ketakutan seraya bersandar di dinding ruangan.
Sambil menutupi anggauta tubuhnya yang terbuka Chin
Yang Kun menjadi bingung, gelisah dan serba salah ! Berkali-kali matanya tak dapat ia cegah untuk melirik ke arah Pek-pi Siau-kwi yang "mendekam" di dekatnya. Wanita cantik itu hampir tidak berpakaian sama sekali, sehingga tubuhnya yang mulus itu tampak dengan jelas Iekuk-likunya.
"Aaaah.......!" Chin Yang Kun berdesah dengan napas memburu. Badannya menjadi panas-dingin serta gemetar. Dan
tiba-tiba saja seperti ada "sesuatu" yang bergerak di dalam tubuhnya!
"Ini....... ini, oh....... gila! Hmmmh !" pemuda itu
menggeram dan berusaha dengan sekuat tenaganya untuk
menahan gejolak nafsu yang hendak membakar dirinya.
Sebenarnya Chin Yang Kun telah sadar akan bahaya yang
hendak menyerang dirinya. Tapi seperti yang pernah
dikatakan oleh Chu Seng Kun, bahwa nafsu setan ini tak
mungkin bisa ditahan lagi bila datang, maka usahanya sia-sia belaka. Detik demi detik nafsu iblis itu menggelegak semakin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ganas dan beberapa saat saja pemuda itu sudah menjadi
kewalahan untuk mencegahnya!
Akhirnya pemuda itu sudah tidak kuasa membendung nafsu
berahinya ! Perlahan-lahan lengannya terulur ke depan untuk meraih tubuh yang menggairahkan itu. Meskipun demikian
dari mulut pemuda itu masih terdengar juga kata-kata yang
menunjukkan sedikit kesadarannya.
"Ce-cepaat....... kau pergilah. Se-sebelum........ ouhhh!"
Tapi Pek-pi Siau-kwi sudah terlanjur ketakutan terhadap
Chin Yang Kun. Sikap Chin Yang Kun yang sangat mengerikan
itu justru dianggapnya sebagai pertanda bahwa pemuda itu
telah mengetahui perangkap yang dipasangnya, dan kini
pemuda itu menjadi berang dan mau membunuhnya !
"Jangan.......oh....... jangan kaubunuh aku ! A-aku
menyerah?"!" iblis cantik itu meratap seraya menubruk kaki Chin Yang Kun. Beberapa helai dari sisa pakaian yang tadi
masih melekat di tubuhnya tampak terlepas pula, sehingga
tubuhnya yang memang sangat bagus itu nyaris tak
mempunyai penutup lagi. "Gila ! Pergiii........ oh....... pergilah kau!" dengan sisa-sisa kesadaran yang masih dipunyainya Chin Yang Kun berteriak.
Tapi Pek-pi Siau-kwi tetap tak mau melepaskan
pelukannya. Iblis cantik itu justru bangkit berdiri dan memeluk lebih erat, sehingga Chin Yang Kun semakin "kebakaran" !
"Ooh....... ampunilah aku! Kau berbuatlah sesuka hatimu, tapi....... jangan bunuh aku......!" Pek-pi Siau-kwi meratap.
Gejolak nafsu iblis yang membakar tubuh pemuda itu
benar-benar telah menggelegak sampai di puncaknya. Pemuda
itu benar-benar telah kehilangan seluruh kesadarannya !
Perempuan telanjang yang berada di dalam pelukannya itu
segera ia lemparkan ke atas pembaringan dan........ kemudian semuanya berlangsung tanpa ada yang mencegah lagi !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooooooh...... !" Wi Yan Cu yang menyaksikan dengan jelas semua kejadian itu menjerit ngeri dan pingsan.
Demikianlah, kejadian yang sebenarnya sangat tidak
diinginkan oleh Chin Yang Kun sendiri itu, berlangsung
dengan cepat dan tidak bisa dihindarkan lagi. Semula Pek-pi Siau-kwi memang meronta dan hendak melawan, tapi dengan
kepandaiannya yang berselisih jauh itu, mana mampu ia
melawan Chin Yang Kun" Sekali gebrak saja wanita cantik itu segera menggelepar tak berdaya. Dan selanjutnya peristiwa
mengerikan seperti yang pernah terjadi di rumah penginapan dulu itu terulang kembali di tempat tersebut, Pek-pi Siau-kwi mengerang dan menggelepar kesakitan sebelum akhirnya mati
keracunan! Dan begitu sudah selesai dan sadar kembali Chin Yang Kun
menangis sedih. Kembali seorang wanita telah menjadi korban keganasan "penyakitnya".
"Ohh...... sungguh malang benar nasibku ! Sampai
kapankah aku harus menderita penyakit seperti ini " Dan
sampai kapan pula aku harus mencelakakan orang-orang yang
tidak berdosa di dunia ini?"
Chin Yang Kun meratap pula semakin sedih, apalagi ketika
matanya melihat mayat Pek-pi Siau-kwi yang rusak kehitamhitaman itu. Hatinya semakin sedih dan pilu. Sambil
menjambaki rambutnya sendiri pemuda itu meratap dan
mengeluh panjang pendek. Begitu besar rasa penyesalan Chin Yang Kun sehingga
untuk sementara pemuda itu sampai melupakan keadaan
sekelilingnya. Dia tidak menduga sama sekali kalau Wi Yan Cu telah siuman kembali, dan kini wanita itu justru sedang
mengamat-amati atau memperhatikan semua tingkah lakunya
yang aneh itu. Dan wanita itu tampak benar kalau menjadi heran serta
bingung menyaksikan ulah tingkah Chin Yang Kun, pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang semula kelihatan sangat ganas dan mengerikan itu.
Wanita itu tidak habis mengerti, mengapa pemuda keji itu
mendadak menangis sedih, begitu selesai melakukan
perbuatan terkutuknya. "Yang Kun....... Yang Kun ! Oh ! Tampaknya di
kehidupanmu yang silam kau adalah orang yang penuh dosa,
sehingga dalam penitisanmu yang sekarang kau harus
membayarnya dengan kesengsaraan dan penderitaan." Chin Yang Kun meratapi nasibnya.
"Yang Kun......?" mendengar keluh kesah itu tiba-tiba Wi Yan Cu berteriak di hatinya.
Dengan perasaan ragu-ragu dan kurang percaya wanita itu
bangkit berdiri. Matanya menatap Chin Yang Kun dengan
tajamnya, seolah-olah ingin memastikan, apakah pemuda
berwatak keji yang tiba-tiba merasa menyesal setelah
melakukan perbuatan terkutuknya itu benar-benar Chin Yang
Kun, temannya semasa kanak-kanak dulu"
"Ah.... tentu bukan dia! Chin Yang Kun adalah putera
seorang pangeran. Wataknya halus, pendiam dan baik hati.
Orang ini kejam, ganas, kasar dan keji! Tak mungkin dia !" Wi Yan Cu bergumam dan menduga-duga di dalam hati.
Memang tidak mengherankan kalau Wi Yan Cu merasa
terkejut mendengar keluh kesah Chin Yang Kun tadi. Sebab
bagaimanapun juga nama itu sangat dikenal dan tak mungkin
dilupakan oleh Wi Yan Cu. Sejak kanak-kanak nama itu amat
dikenalnya serta amat dekat dengan dirinya. Nama itu menjadi pujaan dan idaman dari gadis-gadis keciI sebayanya, karena nama itu adalah nama seorang pemuda yang amat tampan,
perangainya halus, baik budi dan kaya-raya. Dan yang tak
mungkin dapat dilupakannya adalah pemuda itu sering
melindunginya dari kenakalan teman-teman sekampungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"lih.......!" tiba-tiba Wi Yan Cu terpekik perlahan ketika mendadak Chin Yang Kun mengangkat kepala dan menoleh ke
arahnya. Sekejap wanita itu gemetar dan ketakutan bagaikan seekor
kelinci yang tiba-tiba saja berhadapan dengan seekor singa yang hendak memangsanya. Dan rasa takut itu secara
serentak juga berbaur dengan rasa kaget dan ragu di dalam
benaknya ! Wajah pemuda ini persis dengan wajah teman
semasa kanak-kanaknya itu !
"Ohh?"" sekali lagi Wi Yan Cu menjerit seraya menutupi muIutnya. Matanya melotot Iebar, seakan-akan melihat hantu dari temannya itu.
Sebaliknya Chin Yang Kun tampak tersenyum sedih melihat
kekagetan wanita yang telah menjadi isteri Yung Ci Pao itu.
"Wi Yan Cu tentu kaget sekali melihat perbuatanku tadi."
pemuda itu berkata di dalam hatinya. Dan tiba-tiba saja Chin Yang Kun merasa dirinya sangat rendah dan kotor sekali.
"Wi Yan Cu....... maafkanlah aku bila aku
mengagetkanmu!" Chin Yang Kun membuka mulutnya.
"Ooh" Kau mengenalku......." Kau...... kau benar-benar Chin Yang Kun temanku itu" Oooooh.......!" Wi Yan Cu
menjerit Iemas, tak menyangka kalau pemuda di hadapannya
itu betul-betul Chin Yang Kun.
"Ah....!" Chin Yang Kun berdesah semakin sedih. Mukanya tertunduk dalam-dalam.
"Yang...... Yang Kun, oh.... mengapa kau sekarang berubah sekali" Mengapa kau..... kau berbuat se-seperti itu?" Wi Yan Cu mendadak mempunyai keberanian kembali, dan menegur
teman yang dulu pernah dikaguminya itu.
"Ahh! Nasibku memang buruk. Aku memang sudah
ditakdirkan untuk menderita....." Chin Yang Kun menjawab perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ditakdirkan untuk menderita" Apa maksudmu?" Wi Yan Cu bertanya tak mengerti.
"Bukankah kau selalu bergelimang kekayaan" Bukankah
kau tak pernah merasa kecewa di dalam hidupmu" Bukankah
Pendekar Sakti Suling Pualam 6 Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Rahasia 180 Patung Mas 4

Cari Blog Ini