Ceritasilat Novel Online

Patung Dewi Kwan Im 7

Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


"Souw-pehpeh! Kenapakah! Salahkah aku membunuh dia?"
Souw Cin Ok memandang padanya dan menggeleng-gelengkan
kepala perlahan. 473 "Aku girang sekali bahwa musuh dan pembunuh anakku telah
terbalas, Hong Cu. Aku mengalirkan air mata karena teringat akan
anak dan mantuku yang mati dalam usia muda. Kini pembunuh
anakku tinggal dua orang lagi yang harus kubalas."
"Kalau begitu biarlah aku ikut kau, peh-peh. Kita berdua mencari
mereka aku membantu kau membereskan musuh-musuhmu itu!"
kata Hong Cu bersemangat.
Nyali gadis ini menjadi besar sekali karena selama turun gunung
ternyata ia dapat merobohkan lawan-lawannya dengan mudah
saja hingga ia tidak menyangka bahwa kepandaiannya sudah
demikian tinggi! Tapi Souw Cin Ok tampak makin sedih dan menggelenggelengkan
kepala dengan keras. "Tidak, Hong Cu! Biarpun aku menghargai sekali bantuanmu tapi
dengan demikian maka kau mengecewakan hatiku! Ketahuilah,
bahwa cucukulah yang berkewajiban membalas dendam ini,
bukan kau! Kalau cucuku tidak turun tangan, biarlah aku sendiri
yang mengadu jiwa dengan musuh-musuhku!"
"Di manakah cucumu itu, peh-peh" Kau tidak pernah
menceritakan padaku. Apakah ia lihai ilmu silatnya?"
Empek itu mengangguk-angguk. "Mungkin tidak selihai engkau,
tapi pasti sekali ia mempunyai kepandaian cukup tinggi, karena ia
menjadi murid Huo Mo-li."
474 Kaget dan heranlah Hong Cu mendengar bahwa cucu Souw Cin
Ok adalah murid Huo Mo-li yang lihai! Ia teringat akan Lian Eng
yang pernah bertemu dengan ia.
"Souw-pehpeh, aku pernah bertemu dengan seorang murid Huo
Mo-li, tapi ia seorang gadis gagu yang?"."
"Nah, dia itulah cucuku yang malang nasibnya," kata Souw Cin Ok
terharu. "Dulu ia kuajak naik ke Thang-la untuk kusuruh belajar
silat kepada suhu, tapi ternyata kemudian anak itu memilih Huo
Mo-li sebagai gurunya."
"Bukankah ia bernama Lian Eng?"
"Ya, ya, ia bernama Souw Lian Eng. Sudah kenalkah kau
padanya?" tanya Souw Cin Ok girang.
Hong Cu mengangguk, diam-diam ia pikir bahwa ia tadi telah
membalaskan dendam gadis gagu yang beberapa kali
memusuhinya itu! Agaknya gadis gagu itu benci padanya. Maka
hatinya menjadi agak tawar dan dingin.
"Aku hanya bertemu dengan ia beberapa kali saja. Ia cantik sekali
dan tentang kepandaiannya, barangkali aku tak nempil padanya.
Aku pernah merasakan kelihaian tangannya."
"Betulkah?" Wajah Souw Cin Ok berseri gembira mendengar
bahwa cucunya menjadi orang berkepandaian tinggi. Tapi Hong
Cu tidak bicara panjang lebar lagi.
475 "Kalau dia itu cucumu, maka kau tak usah khawatir, peh-peh.
Jangankan baru musuh-musuh seperti itu, biar ada sepuluh
orangpun pasti akan mudah terbalas oleh Lian Eng."
Kemudian kedua orang itu berpisah. Hong Cu melanjutkan
perjalanannya menuju ke kota tempat tinggal orang tuanya dan
Souw Cin Ok melanjutkan perjalanannya mencari kedua
musuhnya itu. <> Setelah berpisah dari Souw Cin Ok, Hong Cu segera melanjutkan
perjalanannya dengan berkuda. Kudanya berbulu putih dan besar
serta larinya cepat. Kuda ini adalah hadiah dari Lim-wangwe yang
merasa sangat kagum padanya. Tadinya Hong Cu menolak
hadiah ini, tapi karena tuan rumah memaksanya, terpaksa ia
menerimanya juga karena tidak enak kalau terus menerus
menolak maksud baik orang.
Biarpun ilmu kepandaian lari cepat Hong Cu rasanya takkan kalah
oleh larinya kuda, namun karena dengan naik kuda ia tidak
banyak beristirahat, perjalanan dapat dilakukan cepat. Kudanya
benar-benar kuat dan cepat larinya hingga Hong Cu merasa
girang sekali. Kira-kira sepekan kemudian, ketika Hong Cu membalapkan
kudanya di sepanjang sebatang sungai yang agak lebar juga
hingga kudanya tak mungkin melewatinya, tiba-tiba ia melihat dua
orang sedang berkelahi, jauh di depan. Ia tertarik sekali karena
476 gerakan dua orang itu luar biasa cepatnya hingga ia tahu bahwa
keduanya memiliki kepandaian tinggi sekali.
Ia percepat kudanya dan meloncat turun tak jauh dari tempat
pertempuran itu. Ternyata yang sedang bertempur itu adalah
pendeta wanita tua yang telah tua sekali tapi yang gerakangerakannya
masih lihai sekali. Ia bersenjata pedang dan kebutan.
Tapi yang lebih menarik perhatian Hong Cu ialah lawan pendeta
itu. Ternyata yang berkelahi dengan nikouw itu adalah seorang
pemuda berpakaian serba putih dan sederhana sekali. Tapi
pemuda itu cakap sekali. Kulitnya putih dan kedua matanya lebar dan terang, dilindungi
sepasang alis yang melebar dan meruncing bagaikan sepasang
golok. Bibirnya yang selalu tersenyum itu berwarna merah dan
rambutnya yang tampak di pelipisnya hitam sekali.
Di atas kepalanya tertutup kopiah kuning yang panjang melambai
ke belakang. Pemuda ini bersenjata aneh sekali, karena yang
dipegangnya sebagai senjata adalah sebatang pikulan bambu
yang berbentuk melengkung bagaikan sebatang gendewa.
Tapi senjata yang sederhana dan aneh ini dimainkan dengan
gerakan-gerakan luar biasa lihainya hingga biarpun pendeta
wanita itu bersilat dengan bagus dan kuat, namun pemuda itu
masih dapat melawannya dengan tersenyum dan bagaikan
sedang main-main! 477 Hong Cu melihat pemuda itu lalu memandang penuh perhatian
karena ia seperti sudah kenal pemuda itu, tapi ia lupa, lagi di mana
ia pernah bertemu dengannya. Tengah ia menduga-duga dan
mengingat-ingat, tiba-tiba pemuda itu dengan gerakan Awan
Putih Tertiup Angin melayang mundur dari pertempuran dan
berkata. "Lo-sianli tahan dulu! Kau orang tua harus mempunyai kesabaran,
jangan main seruduk saja. Kebetulan datang saksi, marilah kita
bicara dengan baik!"
Pemuda itu lalu menghadap ke arah Hong Cu dan menjura
dengan hormat sambil berkata.
"Nona yang baru datang aku mohon pertimbanganmu yang adil!
Aku seorang perantauan yang belum pernah mempunyai musuh,
tapi Lo-sianli ini biarpun sudah sangat tua tapi ternyata
semangatnya tidak kalah oleh yang muda! Ia datang-datang
nyeruduk saja tanpa memberi kesempatan padaku untuk
membela diri. Coba, kaupikir, pantaskah itu?"
Hong Cu diam saja dan kini gadis ini tersenyum geli karena ia
telah teringat kembali di mana ia bertemu dengan pemuda ini
dulu! Pemuda itu ketika menanti lama belum juga yang diajak
bicara menjawab, lalu mengangkat kepalanya yang tadi tunduk
dan memandang wajah Hong Cu.
Dua pasang mata yang sama bagusnya bertemu. Tiba-tiba wajah
pemuda itu yang berkulit putih, berubah merah sampai ke telinga
dan pada wajah itu terbayang kegirangan besar hingga mata dan
478 mulutnya tersenyum bahagia. Kemudian ia menuding kepada
Hong Cu "Kau".. kau...... nona Hong Cu!!"
Hong Cu balas senyumnya. "Hm, ternyata kau masih seperti dulu,
saudara Tiong Li!" Tiong Li tersenyum lebar. Ia demikian gembira bertemu dengan
Hong Cu hingga ia lupakan nikouw tua yang baru saja bertempur
dengan dia! "Nona Hong Cu, kau".. kau begini?"."
"Begini apa, saudara Tiong Li?"
"Engkau begini".. besar sekarang. Hampir aku tidak
mengenalmu lagi kalau kau tidak tersenyum tadi."
"Hm, jadi yang teringat olehmu hanya?". senyumku?"
"Ya, eh".. maksudku, eh?". Aku tak dapat melupakan
senyummu hingga...... hingga?"." Tiong Li bicara dengan gagap
hingga ia sendiri menjadi bingung dan heran karena tidak
biasanya ia begini bingung dan gagap.
Hong Cu tertawa dan akhirnya Tiong Li tak dapat melanjutkan
kata-katanya dan hanya bisa ikut tertawa gembira.
Nikouw tua tadi melihat betapa kedua taruna remaja itu hanya
main ketawa gembira dan tidak perdulikan lagi padanya, segera
479 tersenyum sambil angguk-anggukkan kepala, lalu dengan diamdiam
ia pergi dari silu! Tiong Li dan Hong Cu telah cukup terlatih
hingga ke duanya ketahui kepergiannya ini.
Tiong Li loncat dan sekali berkelebat saja ia telah dapat mengejar
nikouw itu hingga diam-diam Hong Cu kagum melihat kegesitan
murid dari Kiang Cu Liong si Tabib Dewa itu!
"Eh, Lo-sianli, kenapa buru-buru saja" Jangan tergesa-gesa,
karena kau masih punya hutang padaku yang harus dibayar dulu."
"Anak muda, kau gagah, tapi jangan kau permainkan aku! Hutang
apakah maksudmu" Apakah kau sakit hati karena ku serang tadi"
Kalau mau membalas silahkan!"
Tiong Li angkat kedua tangannya. "Ampun, lo-sianli, kau ini orang
tua benar-benar berangasan sekali! Kau hanya hutang
keterangan dan penjelasan padaku.
"Kau tadi mendakwa aku sebagai pencuri, coba terangkan,
apakah yang kucuri" Dulu kau kejar-kejar suhu, dan kau
mendakwa suhu mencuri patungmu. Sekarang kau mengejar aku
dan lagi-lagi mendakwa mencuri. Sekarang apakah yang tercuri?"
Mendengar kata-kata ini, tahulah Hong Cu bahwa nikouw tua ini
tentu Kim Hwa Sianli, karena iapun telah mendengar dari suhunya
tentang tokoh-tokoh Kwan-im-kauw.
Sementara itu, Kim Hwa Sianli menghela napas panjang pendek
dengan wajah berduka sekali. Ia geleng-geleng kepala beberapa
kali dan berkata seperti kepada diri sendiri.
480 "Bukan kau".. bukan kau pencurinya?""
Tiong Li gerakkan mulutnya dengan lucu, menandakan
kegirangan hatinya bahwa ia telah terbebas dari tuduhan.
"Kalau bukan aku, siapakah pencurinya, Lo-sianli?" tanyanya.
"Pencurinya" Ah, seorang pemuda....... kepandaiannya tinggi,
tapi entah siapa?""
"Pemuda?" kepandaiannya tinggi?""
Tiong Li berdongak sambil kerutkan jidat seakan-akan ikut
memeras otak mencari-cari, tapi tiba-tiba ia bertanya lagi,
"Eh, sebetulnya, yang hilang barang apakah, Lo-sianli" Apakah
yang tercuri dan bagaimana terjadinya?"
Mendengar kata-kata dan melihat lagak yang jenaka ini, mau tidak
mau Hong Cu tersenyum geli, tapi iapun memperhatikan jawaban
apakah yang hendak dikeluarkan oleh nikouw itu.
"Yang hilang adalah Patung Kwan-im Pouwsat?"."
"Itu lagi?"!" Hong Cu dan Tiong Li berseru hampir berbareng, dan
keduanya tertawa geli. "Tidak hanya itu, tapi bahkan ke dua sute dan sumoiku serta
banyak murid-murid lain terbunuh oleh pencuri itu!"
481 Mulut Hong Cu dan Tiong Li bagaikan ditekap orang dan suara
ketawa mereka berhenti tiba-tiba. Mereka pandang wajah Kim
Hwa Sianli dengan bengong dan terkejut.
"Sampai begitu hebat?" kata Tiong Li.
"Siapakah pencuri jahat itu" Aku harus mencari dan membunuh
dia!" kata Hong Cu marah.
Mendengar kata-kata Hong Cu ini, Kim Hwa Sianli memandang
heran dan ia segera bertanya,
"Bicaramu jumawa sekali, nona kecil. Siapakah kau dan siapa
pula suhumu?" Tiong Li yang menjawab cepat,
"In adalah nona?". Hong Cu".. aku lupa she-nya, siapakah she
mu, nona Hong Cu?" Hong Cu tersenyum lagi karena kejenakaan ini.
"Aku belum pernah memberitahukan padamu siapa she ku,"
jawabnya. "Ya, ya, tapi siapakah sebenarnya she mu?" Tiong Li mendesak.
"Aku she Ang." "O, ya! Ia bernama Ang Hong Cu, dan ia adalah murid dari Hwat
Kong Tosu, seorang dari pada Tiga Dewa dari Thang-la!"
482 Kim Hwa Sianli mengangguk-angguk.
"Pantas saja kau bicara besar, tak tahunya kau murid si tua yang
lihai itu!" "Lo-sianli, lanjutkanlah keteranganmu," kata Tiong Li pula. "Jadi
Kelenteng Kwan-im-kauw kedatangan pencuri patung Kwan-im
Pouwsat, juga membunuh kedua saudaramu dan banyak muridmuridmu"
Siapakah pencuri itu, maksudku, bagaimana rupanya
dan bentuk badannya" Mengapa pula kau menyangka bahwa
pencuri itu adalah aku?"
"Itulah yang menyebabkan! Pencuri itu seorang pemuda yang
berkepandaian lihai sekali. Ia memakai kedok sutera hingga aku
tidak dapat mengenal mukanya. Tapi tubuhnya tegap dan tidak
banyak selisihnya dengan kau.
"Karena aku tidak mengenalnya, maka aku hanya menduga
bahwa pemuda itu tentu murid-murid dari tokoh-tokoh Thang-la
yang dulu juga ikut memperebutkan patung itu. Aku hanya
meraba-raba dalam gelap. "Apa dayaku" Kedua adik seperguruanku telah terbunuh olehnya
dan sakit hati ini harus dibayar dengan darah!" Nikouw tua itu lalu
terduduk dan menangis tersedu-sedu.
Hong Cu sebagai seorang wanita, juga mempunyai perasaan
yang halus dan mudah terharu. Melihat betapa nikouw tua itu
menangis sedih, ia segera maju menghampiri dan memeluknya
sambil menahan air mata sendiri yang hendak mengalir turun!
483 "Lo-sianli, mengapa kau begitu bersedih" Sabarlah dan kau boleh
membesarkan hati karena aku dan saudara Tiong Li tentu akan
membantumu menangkap penjahat itu. Bukankah begitu, saudara
Tiong Li?" "Tentu saja, kami akan membantumu menangkap dia, asal saja
kita tahu tempatnya, lo-sianli!"
Mendengar kata-kata ke dua anak muda itu, terhibur juga hati Kim
Hwa Sianli dan ia menahan air matanya.
"Inilah yang membingungkan aku. Pencuri itu demikian pengecut
dan memakai kedok. Tadinya kusangka tentu murid Thang-la.


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi pemuda-pemuda yang berkepandaian tinggi hanya murid
Beng Beng Hoatsu dan kau."
"Kau maksudkan Siauw Ma, Lo-sianli?" tanya Hong Cu cepat
sambil menatap wajah Kim Hwa Sianli hingga ia tidak tahu betapa
dari samping, Tiong Li memandangnya dengan mata tajam.
"Ya, namanya memang Siauw Ma. Ia seorang pemuda yang
berkepandaian tinggi sekali."
"Kau menyangka dia mencuri patung?" Hong Cu bertanya tak
senang. "Tadinya begitu. Tapi aku telah bertemu dengan dia dan telah
menguji ilmu silatnya pula, ternyata ia bukan pencuri itu!
"Ketahuilah, ketika pencuri itu datang menyerbu, aku telah
bertempur dengan dia beberapa lama maka aku masih ingat cara
484 cara ia bersilat. Dan ketika aku bertemu dengan murid Beng Beng
Hoatsu, aku serang dia dan ternyata ilmu silatnya jauh berbeda
dengan ilmu silat pencuri itu.
"Pada waktu itu aku sudah bingung, tapi aku teringat lagi bahwa
Kiang Cu Liong juga mempunyai seorang murid laki-laki. Maka
aku lalu mencari anak muda ini. Setelah mengujinya, ternyata
iapun bukan pencuri itu! "Habis, siapa lagi yang harus kusangka" Selain murid Beng Beng
Hoatsu dan Murid Kiang Cu Liong, siapa lagi yang mempunyai
ilmu kepandaian setinggi itu hingga kedua adikku binasa olehnya
sedangkan aku sendiripun hampir celaka dalam tangannya?"
"Jangan putus asa, Lo-sianli. Dunia kang-ouw adalah luas sekali,
orang-orang pandai tersebar di empat penjuru laut. Kita harus
bersabar mencari-cari sambil menyelidiki di kalangan kang-ouw
dan liok-lim." "Sudahlah, sudahlah! Siauw Ma dan kalian anak-anak muda
semua berjanji hendak membantuku dan berlaku baik, sedangkan
aku hanya menyangka yang bukan-bukan saja kepada kalian. Ah,
sungguh setua ini aku hanya bisa menimbulkan onar saja." Kim
Hwa Sianli menghela napas lalu loncat cepat pergi dari situ.
Hong Cu dan Tiong Li saling pandang dengan tak berdaya
mencegah kepergian nikouw tua itu. Tiba-tiba, ketika sedang
berpandangan itu, teringatlah Hong Cu akan sesuatu.
485 Ia loncat berdiri dan memandang ke arah nikouw itu pergi.
Kemudian ia loncat juga hendak menyusul, tapi karena nikouw itu
sudah tak tampak bayang-bayangnya, ia kembali dan
memandang ke sekeliling dengan pengharapan kalau-kalau
masih dapat melihat nikouw itu.
"Eh, eh! Kau sedang mencari apakah?" Tiong Li menegur heran
melihat sikap gadis itu. "Ia sudah pergi!" kata Hong Cu yang merasa kecewa, lalu dengan
menghela napas gadis itu menjatuhkan diri duduk di atas rumput
hijau. Tiong Li juga duduk dan bertanya lagi.
"Eh, kau aneh sekali. Siapa yang kaucari?"
Hong Cu tidak menjawab pertanyaan Tiong Li. Dengan pikiran
bekerja dan mengingat-ingat ia cabut sebatang rumput dan
menggigit-gigit pangkal batang rumput itu. Kemudian ia
memandang wajah Tiong Li dan berkata.
"Saudara Tiong Li! Ingatkah kau kepada Siauw Liong?"
"Siapakah dia?". o, ya".. kaumaksudkan murid Tok-kak-coa
yang bengal dan jahat itu?"
Tiba-tiba Tiong Li yang berotak cerdik juga meloncat berdiri. "Kau
benar, kau benar! Siapa lagi pencurinya" Tentu dia!! Dulu juga
gurunya yang berbuat, sekarang pemuda berkepandaian tinggi
tapi jahat, siapa lagi kalau bukan murid si jahat itu?"
486 "Tapi dari mana ia peroleh kepandaian tinggi" Bukankah suhunya
telah terluka dan menjadi penderita cacat di dalam gua ular" Pula,
Siauw Liong dulu diberi nasehat keras. Mustahil dia begitu jahat
dan nekat untuk mengulangi perbuatan gurunya yang sesat!"
Mendengar ini Tiong Li duduk lagi dan ikut memutar otak.
"Bagaimanapun juga, hal ini harus kita selidiki. Memang kalau
benar pencuri itu Siauw Liong, sungguh mengherankan
bagaimana dia bisa menjadi begitu lihai hingga dapat
membinasakan kedua tokoh Kwan-im-kauw yang cukup tinggi
kepandaiannya. Heran, heran!" Untuk beberapa lama keduanya
duduk saja sambil termenung.
"Saudara Tiong Li, pernahkah kau bertemu dengan Lian Eng?"
Tiong Li memandangnya heran dan tidak mengerti mengapa
gadis ini tiba-tiba saja bertanya tentang Lian Eng.
"Tidak, aku belum pernah bertemu dengan dia semenjak
pertemuan terakhir dulu itu. Tapi kenapa kautanyakan hal ini?"
"Tidak apa-apa, hanya aku ingin sekali tahu sampai di mana
kemajuan ilmu silat gadis gagu itu."
"Jangan sebut ia gadis gagu, kukira sekarang ia tidak gagu lagi,"
kata Tiong Li. Hong Cu memandangnya tajam dengan sepasang matanya yang
indah hingga Tiong Li merasa kagum sekali.
487 "Benar-benarkah kepandaianmu bisa menyembuhkan orang
gagu?" Hong Cu bertanya.
Tiong Li tersenyum. "Bukan aku yang menyembuhkan tapi adalah
kepandaian suhu dan kemanjuran obatnya."
"Tapi bukankah kau juga ahli obat kini?"
"Ahli sih bukan, tapi sedikit-sedikit aku bisa juga."
Mereka diam sejenak, tiba-tiba Hong Cu bertanya lagi.
"Pernahkah kau bertemu dengan Siauw Ma?"
"Belum pernah. Kurasa dia sudah sangat maju ilmu silatnya.
Suhunya adalah seorang ahli pedang yang ternama. Ia adalah
seorang pemuda yang baik."
Hong Cu girang mendengar ini, tapi ia tidak berkata apa-apa.
<> "Nona, mari kita lanjutkan perjalanan," ajak Tiong Li.
Baru sadarlah Hong Cu bahwa ia sedang dalam perjalanan
menuju ke tempat tinggal orang tuanya, maka buru-buru ia berdiri
dan menghampiri kudanya. "Nona, kau hendak pergi ke manakah?"
488 "Ke Tiong-an-kwan, aku hendak penyambangi orang tuaku," kata
Hong Cu dengan gembira karena teringat akan orang tuanya.
Kemudian ia cemplak kudanya dan balas bertanya, "Dan kau
hendak ke manakah?" "Aku" Ah, aku hanya pergi merantau ke mana saja. Suhuku
memesan agar aku pada permulaan musim chun tahun depan
naik ke Thang-la bertemu dengannya.
"Sementara ini, aku hendak meluaskan pengalaman dan
merantau tanpa tujuan. Kalau?" kalau kau tidak keberatan, aku
akan senang sekali jika boleh pergi bersamamu. Lebih senang
berkawan dari pada jalan seorang diri."
Wajah Hong Cu berubah merah. "Tentu saja boleh, tapi".... tapi
aku berkuda, sedangkan engkau berjalan kaki?".."
Kata-katanya dipotong oleh Tiong Li dengan seruan girang, "Tidak
apa, aku dapat berjalan cepat, asalkan kau jangan mengaburkan
kudamu! Di kota depan aku boleh membeli seekor kuda hingga
kita boleh jalan bersama. Tunggu sebentar!"
Ia lalu lari ke sebuah pohon dan memungut pikulan yang tadi
ditinggalkan ketika bercakap-cakap dengan Hong Cu. Ternyata
kini ia memasang dua keranjang obat di kedua ujung pikulannya
itu! Melihat betapa pemuda itu menghampirinya sambil memikul
keranjang obat, Hong Cu tersenyum dan berkata. "Nah, kalau
begini kau betul-betul murid Si Tabib Dewa!"
489 Tiong Li memperlihatkan senyum manis dan berkata, "Hayolah
kita berangkat. Di depan ada kampung yang agak besar juga, di
sana kita boleh makan dan aku akan mencari kuda."
Hong Cu melarikan kudanya. Ia sengaja melarikan kudanya
cepat-cepat untuk menguji ilmu lari cepat Tiong Li. Tapi ketika ia
menengok, ternyata pemuda itu sambil memikul keranjang
obatnya dapat lari di samping kuda dan tidak kalah cepatnya!
Maka Hong Cu merasa kagum juga karena ternyata bahwa ilmu
lari cepat pemuda itu belum tentu kalah olehnya.
Diam-diam ia mengeluh karena pibu di puncak Thang-la pada
tahun depan merupakan ujian berat baginya. Baru seorang
saingan saja sudah begini lihai, belum tahu sampai di mana
kelihaian Siauw Ma dan Lian Eng! Terutama terhadap Lian Eng,
Hong Cu agak merasa jerih karena ia pernah rasakan kelihaian
gadis itu. Karena mereka maju dengan cepat, sebelum senja tiba mereka
telah tiba di sebuah kampung. Ternyata kampung itu besar juga
dan terdapat sebuah rumah penginapan yang lumayan besarnya
karena kampung di pantai sungai ini banyak dikunjungi tukangtukang
perahu yang berdagang dari kampung ke kampung
sepanjang sungai. Setelah mendapatkan dua kamar dalam rumah penginapan itu,
Tiong Li lalu keluar seorang diri hendak mencari kuda. Kuasa
rumah penginapan memberi tahu padanya bahwa di situ tidak ada
pedagang kuda, hanya terdapat seorang tuan tanah yang
memelihara banyak kuda baik, mungkin kalau dimintai tolong,
490 tuan tanah itu mau menjual kudanya seekor. Maka pergilah Tiong
Li ke rumah tuan tanah itu yang tinggalnya di sebelah utara
kampung itu. Rumah itu besar dan pekarangannya lebar. Betul saja, dari luar
terdengar suara kuda meringkik. Tapi ringkik kuda terdengar
makin keras dan gaduh seakan-akan terjadi sesuatu yang aneh.
Tiong Li merasa curiga dan meloncat ke arah kandang kuda besar
yang berada di samping rumah. Tiba-tiba terdengar seruan keras,
"Tangkap maling kuda! Maling kuda! Pukul dia perampok kuda!"
Dan suara gaduh itu makin menghebat, diselingi seruan-seruan
yang agaknya mengeroyok seseorang. Tapi cepat sekali suara itu
lenyap dan tiba-tiba dari dalam kandang tampak keluar seekor
kuda besar yang bagus, dituntun oleh seorang pemuda.
Karena malam telah gelap, Tiong Li tidak melihat jelas wajah
pemuda itu, tapi ia merasa curiga sekali. Menyangka sesuatu
yang tidak beres, Tiong Li sengaja menghadang di depan pemuda
yang menuntun kuda dan berkata.
"Sobat, tahan dulu."
"Kau mau apa?" pemuda itu ternyata mempunyai suara yang
nyaring merdu. "Siapa tadi yang disebut maling kuda?" Tiong Li bertanya.
491 "Hm, akulah orangnya yang mereka sebut demikian. Tapi
merekalah yang menipu. Merekalah orang-orang rendah dan
penipu curang!" Tiong Li heran mendengar ini. "Bagaimanapun juga aku harus
tahu betul duduknya perkara," katanya lalu lari ke dalam kandang,
dan alangkah herannya ketika ia melihat tujuh orang laki-laki
berdiri bagaikan patung karena mereka semua telah kena totokan
secara lihai sekali! Ia bebaskan dua orang yang terdekat dan
setelah kedua orang itu sadar, ia bertanya.
"Apa yang terjadi?"
"Maling itu, tahan dia!" kata mereka sambil menuding keluar.
Tiong Li loncat keluar mengejar. Tapi ia heran dan bengong,
melihat betapa pemuda pencuri kuda berada di situ dengan berdiri
tenang, seakan-akan menantang sekali! Tiong Li marah melihat
sikap orang, maka ia lalu membentak.
"Pencuri kuda, hayo kau kembalikan kuda orang!"
"Hm, dari manakah datangnya orang kurang ajar ini" Majulah
kalau kau mempunyai kepandaian!" jawab orang itu.
"Kurang ajar!" kata Tiong Li lalu ia menyerang untuk menotok
pemuda itu dan mengalahkannya sekaligus.
Tidak tahunya pemuda itu gesit sekali dan dengan mudahnya
menangkis pukulannya. Tiong Li terkejut karena lengan tangan
492 yang menangkis pukulannya tadi demikian kuat dan mengandung
tenaga besar sekali! Ia merasa sangat heran dan menyerang lagi dengan lebih hebat.
Kini kedua-duanya heran dan terkejut karena tadinya mereka
sangka akan dapat menjatuhkan lawannya dalam sekali gebrakan
saja. Tidak tahunya, kedua-duanya tidak berhasil dan selalu seranganserangan
kedua pihak dapat dikelit dengan mudah. Telah belasan
jurus mereka bertanding dan keadaan mereka sama-sama kuat
dan sama-sama cepat. Seperti juga halnya pemuda itu, Tiong Li
makin heran saja karena lawannya benar-benar seorang yang
memiliki kepandaian tinggi dan lihai.
Sementara itu, dua orang yang terbebas dari totokan tadi,
memburu keluar dengan membawa dua obor besar di tangan. Kini
Tiong Li dapat melihat wajah orang muda itu di bawah sinar obor.
Ternyata ia adalah seorang pemuda yang tampan sekali, tapi
sepasang matanya mengeluarkan sinar tajam. Dan pemuda itu
ketika melihat wajah Tiong Li di bawah sinar obor, mengeluarkan
seruan kaget dan loncat berjumpalitan mundur sambil berseru.
"Tahan! Bukankah kau?". Tiong Li?""
Tiong Li juga loncat mundur dan ia memandang lebih teliti lagi tapi
belum juga ia dapat mengenali wajah itu. Sementara itu pemuda
tampan itu maju dan memegang kedua lengannya dengan girang
sekali dan sepasang matanya memandang mesra.
493 "Kau?". lupakah padaku" Ingatkah si gagu dulu?""
Maka teringatlah Tiong Li dan ia berkata dengan mata terbelalak,
"Kau?". Lian Eng".?" Kau sudah........ sudah pandai bicara?"
Sambil masih pegang kedua lengan Tiong Li, dan kedua matanya
meneteskan butir-butir air mata, Lian Eng mengangguk-angguk
dan tersenyum penuh keharuan hati. "Ya, berkat pertolonganmu!"
Tapi Lian Eng heran melihat Tiong Li tidak begitu gembira melihat
dia. "Tapi kau mengapa lakukan perbuatan ini?" tanya Tiong Li, maka
mengertilah Lian Eng bahwa Tiong Li meragukannya karena
peristiwa di kandang kuda itu.
Ia tersenyum dan dengan tindakan lebar ia ajak Tiong Li masuk
ke kandang itu di mana masih ada lima orang berdiri bagaikan
patung. Lian Eng gerakkan tangannya dan sebentar saja kelima
orang itu terbebas dari totokannya. Lian Eng pegang tangan
seorang di antara mereka yang gemuk pendek dan menyeretnya
di depan Tiong Li sambil membentak.
"Nah, sekarang kau akuilah semua kecuranganmu betapa kau
telah menipuku. Kalau tidak, pasti kau akan kubunuh mampus!"
Dengan tubuh gemetar ketakutan orang gemuk yang pakaiannya
mewah itu mengaku. Ternyata dia adalah tuan tanah pemilik
tanah dan kerbau serta banyak sekali kuda pilihan.
494 Dua hari .yang lalu ia kedatangan Lian Eng yang minta beli seekor
kuda yang baik dengan harga berapa saja. Tadinya Lian Eng pilih


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seekor kuda bulu hitam yang pada malam hari ini ia bawa dengan
paksa itu, tapi pemilik kuda yang licin itu segera mencegahnya
dengan mengatakan bahwa kuda itu menderita semacam
penyakit yang berat dan tidak kuat diajak jalan jauh.
Lalu ia keluarkan seekor kuda yang tinggi kurus dan bilang bahwa
itulah kuda terbaik dan harganya pun paling mahal. Karena Lian
Eng tidak mempunyai pengalaman tentang kuda, ia percaya saja
dan membayar mahal untuk kuda tinggi kurus itu.
Tapi siapa kira, baru saja ia naik kuda itu dan belum ada setengah
hari perjalanan, kuda itu tiba-tiba roboh dan napasnya empasempis.
Ternyata tulang kaki depannya patah dan ketika Lian Eng
meraba memeriksanya, ternyata tulang itu pernah patah dan telah
disambung! Maka ia marah sekali dan dengan diam-diam ia mendatangi tuan
tanah itu. Kebetulan sekali tuan tanah itu sedang membicarakan
soalnya dan menertawakan kebodohannya dengan beberapa
orang kaki tangannya, maka Lian Eng segera memaki mereka
dan dengan paksa masuk ke kandang mengambil kuda hitam
pilihannya itu dan mempersilakan mereka ambil kembali kuda
yang hampir mati di tempat kuda itu roboh! Tentu saja tuan tanah
itu tidak mau memberikan kudanya sehingga terjadi keributan itu.
Mendengar pengakuan tuan tanah itu giranglah hati Tiong Li,
karena ternyata Lian Eng tidak salah dalam hal ini. Ia marah sekali
kepada tuan tanah itu dan berkata.
495 "Kau telah menjadi tuan tanah yang kaya, mengapa masih mau
menipu orang" Kawanku ini masih berlaku murah. Kalau aku yang
kaubodohi macam itu, tentu batok kepalamu telah kupecahkan!"
Dengan tubuh menggigil ketakutan, tuan tanah itu mohon ampun
kepada Lian Eng dan Tiong Li.
Tiong Li berkata pula. "Kami mau ampunkan kau, tapi sekarang kau harus keluarkan
seekor kuda pula yang baik karena akupun butuh seekor. Jangan
kaukira aku hendak merampok kudamu, berapa harganya asal
pantas akan kubayar. Tapi awas, kalau kau tipu aku, jangan harap
kau dapat lindungi kepalamu yang banyak tipu muslihat jahat itu!"
Dengan cepat dan sungguh-sungguh tuan tanah itu lalu
mengeluarkan seekor kuda lain dan Tiong Li membayarnya
sebanyak yang telah dikeluarkan oleh Lian Eng. Tentu saja tuan
tanah itu girang sekali karena tadinya ia kira bahwa kedua
pemuda itu tentu sebangsa begal kuda atau raja perampok!
Demikianlah, keduanya lalu naik kuda, bersama tinggalkan
tempat itu. "Nona Lian Eng, mari kau mampir di tempat pondokanku dan kau
jumpai seorang kawanku," Tiong Li merasa likat-likat untuk
menyebut gadis itu namanya saja, maka ia menyebutnya nona.
"Kau bermalam di manakah" Dan kau hendak ke mana?"
"Aku merantau tak tentu tujuan dan kebetulan bertemu denganmu
di sini. Dan kau, hendak ke manakah?"
496 "Aku?" aku?". sengaja mencari-carimu, tapi tidak nyana
dapat bertemu di tempat yang tak tersangka-sangka ini!" jawab
Lian Eng. "Eh, kau mencari-cariku" Ada keperluan, apakah, nona?" tanya
Tiong Li yang dalam hatinya merasa girang sekali dapat
mendengar gadis ini bercakap-cakap dan sembuh dari gagunya,
karena biarpun hanya sedikit, setidaknya ia mempunyai jasa kecil
juga terhadap kesembuhan ini!
"Aku mencarimu hanya untuk?" menyatakan terima kasihku
yang tak terhingga besarnya. Kau telah menyembuhkan penyakit
gaguku, ini berarti bahwa kau telah mengembalikan kebahagiaan
hidupku." Suara Lian Eng terdengar perlahan karena terharu.
"Sudahlah, jangan kausebut-sebut hal itu, nona. Aku ikut merasa
bahagia bahwa kau telah sembuh dan dapat bicara.
"Sebetulnya bukan aku yang menolongmu, juga pertolongan
suhuku tidak berarti banyak, karena kalau seandainya kau tidak
mendapatkan patung itu hingga suhu bisa mengambil obat di
dalamnya, mungkin sampai kini kau belum sembuh dan harus
menanti beberapa tahun lagi. Maka, sudahlah, anggap saja
bahwa Thian Yang Maha Esa telah menolongmu!"
Setelah diam sejenak dan keharuan hatinya mereda, Lian Eng
bertanya. "Kau tadi menyebut-nyebut seorang kawanmu.
Siapakah dia?" 497 Tiong Li tersenyum dan menjawab, "Biar kau lihat sendiri saja,
sebentar juga kita sampai di tempat penginapanku."
Setiba mereka di depan rumah penginapan, mereka turun dari
kuda dan menambatkan kedua binatang itu di batang pohon.
Kemudian Lian Eng mengikuti Tiong Li masuk ke dalam rumah
penginapan. Kebetulan sekali pada saat itu Hong Cu sedang
berdiri membelakangi mereka dan memandang sebuah lukisan
yang terpasang di dinding ruang tengah penginapan itu.
"Nah, kau lihat, siapakah dia itu?" kata Tiong Li perlahan.
Lian Eng memandang dan karena Hong Cu berdiri miring hingga
wajahnya yang tersinar api lilin tampak nyata, Lian Eng segera
mengenal dia. "Hong Cu!" Suaranya terdengar marah dan gemas, karena
kembali ia dibikin sakit hati. Gadis ini berada di dalam rumah
penginapan yang sama dengan Tiong Li! Alangkah mesranya
hubungan mereka! Lian Eng teringat hal-hal yang sudah-sudah, betapa dulu ia
pernah bertempur dengan Hong Cu memperebutkan patung Dewi
Kwan-im, dan betapa semenjak dulu hubungan Tiong Li dan Hong
Cu tampak karib sekali. Ia yang mengagumi Tiong Li tentu saja
merasa cemburu dan tidak senang.
"Kalau dia berada di sini, tentu kami akan membuat perhitungan
dan melanjutkan perkelahian yang dulu!" katanya perlahan
dengan gemas dan memandang tajam ke arah Hong Cu.
498 "Jangan, Lian Eng! Jangan kau menerbitkan keonaran di sini.
Hong Cu adalah kawan, bukan lawan!"
Makin panaslah hati Lian Eng. "Hm, bukan lawan" Coba saja kita
lihat tahun depan nanti di puncak Thang-la, kita akan menjadi
lawan atau bukan" Lebih baik sekarang saja dia dan aku
menetapkan siapa di antara kami berdua yang lebih unggul!"
"Lian Eng, jangan kaulakukan itu. Jangan kau serang dia!"
Lian Eng mendengar suara Tiong Li makin heran. "Kau perduli
apa?" tanyanya marah karena terbakar rasa cemburu. "Aku tetap
hendak tantang dia!" Lian Eng melangkah maju.
Tapi Tiong Li segera menangkap lengannya. "Lian Eng, kalau kau
serang dia maka aku terpaksa putuskan hubungan kita sebagai
kawan!" Tersentak kagetlah Lian Eng mendengar kata-kata ini. Ia putar
tubuhnya dan memandang kepada Tiong Li dengan tajam.
"Apa katamu" Dan kalau aku tetap menyerang dia kau mau apa?"
Lian Eng memang beradat keras dan tidak suka mengalah.
Sementara itu, Hong Cu mendengar percakapan mereka dan
menengok. Ia heran melihat Tiong Li pegang lengan seorang
pemuda cakap dan tampaknya mereka sedang cekcok.
Hong Cu hendak menghampiri mereka, tapi ia tahan kakinya
dengan dada berdebar ketika kenal bahwa pemuda yang sedang
cekcok dengan Tiong Li itu bukan lain ialah Lian Eng! Muka yang
499 manis dengan mata yang tajam itu mudah saja dikenal. Ia tidak
jadi mendekat dan perhatikan mereka dari situ saja.
"Lian Eng, kalau kau tetap menyerangnya, terpaksa aku akan
membelanya! Kau akan berhadapan dengan aku!"
Tiba-tiba Lian Eng tertawa, suaranya nyaring dan merdu, tapi
suara ketawa itu mengandung ancaman yang mengerikan.
"Ha, ha, ha, Tiong Li! Kau khawatir kalau-kalau ia kalah" Kau
sudah merasa pasti bahwa ia kalah olehku?"
"Kalah menang bukan soal. Belum tentu ia kalah olehmu, tapi
yang pasti, aku akan membela dia!"
"Seperti dulu juga, Tiong Li, kau yang telah melepas budi padaku,
katakanlah terus terang, kau?". cinta padanya?"
Tiong Li meramkan matanya sejenak lalu mengangguk dan
menjawab. "Ya?" begitulah kiranya."
Sementara itu, Hong Cu mendengar percakapan itu mengerti
bahwa dirinyalah yang dibicarakan, maka dengan ringan sekali ia
meloncat ke arah mereka dan berkata.
"Lian Eng, aku berada di sini. Kalau ada keperluan dengan aku,
katakanlah terus terang."
Tapi Lian Eng telah mendapat pukulan hebat dari pengakuan
Tiong Li tadi, maka ia seakan-akan tidak mendengar dan tidak
melihat Hong Cu, dengan mata penuh air mata ia pandang Tiong
500 Li, lalu cepat ia balikkan tubuh dan cemplak kudanya setelah
renggut putus kendali yang diikatkan di pohon! Ia bedal kudanya
dengan cepat dan menghilang di dalam gelap.
Ketika Tiong Li berpaling ke arah Hong Cu, ternyata gadis itupun
telah lenyap karena sejak tadi Hong Cu telah lari masuk ke dalam
kamarnya. Hong Cu merasa gelisah dan biarpun tubuhnya
berbaring di atas pembaringan, namun pikiran kacau balau
membuat ia gelisah tidak karuan!
Baru saja ia mendengar pengakuan Tiong Li yang menyatakan
bahwa pemuda itu mencintanya! Hong Cu merasa kasihan
melihat Lian Eng, karena perasaan wanitanya dapat menduga
dari pandang mata Lian Eng bahwa gadis itu mencinta Tiong Li!
Sedangkan ia".. sendiri?". ah, ia tak dapat katakan, karena
betapapun juga, hatinya masih condong kepada Siauw Ma,
pemuda gagah perkasa yang jujur mengagumkan itu!
Tiong Li pun tahu bahwa tadi dengan tak disengaja ia buka
rahasia hatinya di depan Hong Cu karena terpaksa oleh desakan
Lian Eng, hingga ia lupa bahwa Hong Cu berada di dekatnya.
Maka pada keesokan harinya, ketika ia bertemu dengan Hong Cu,
ia berkata sambil tundukkan muka karena melihat betapa gadis
itu tidak berani memandangnya, seakan-akan malu dan tak enak
perasaan. "Hong Cu, menyesal sekali terjadi hal semalam. Dia?". dia
memaksa hendak menimbulkan onar. Aku?". aku".. maafkan
jika aku mengucapkan sesuatu yang tidak pada tempatnya."
501 "Sudahlah, jangan kita ulangi-ulangi lagi hal itu, aku kasihan
melihat Lian Eng." Sekali lagi Tiong Li merasa heran terhadap Hong Cu. Mengapa
gadis ini kasihan terhadap Lian Eng" Sungguh aneh! Tapi ia tidak
berani lagi bicara tentang Lian Eng atau hal-hal yang menyangkut
peristiwa malam tadi. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kota Tiong-an-kwan.
Karena sikap Tiong Li yang gembira dan sopan, maka Hong Cu
merasa senang dan rasa likatnya karena peristiwa malam itu
lenyap dan pergaulannya dengan pemuda itu menjadi biasa pula.
Beberapa hari kemudian mereka tiba di kota itu. Melihat kota
tempat tinggalnya, bukan main terharu dan gembira hati gadis itu
hingga untuk beberapa lama ia tahan kudanya dan melihat
rumah-rumah yang tidak banyak berubah itu dengan wajah
berseri. Kemudian ia bedal kudanya menuju ke rumah orang tuanya. Tapi,
ketika ia meloncat turun dari kuda dan berlari-lari memasuki
halaman rumah gedung yang sangat dirindukannya itu, ia menjadi
kaget sekali melihat betapa rumah itu tampak sunyi senyap.
Hampir saja ia bertabrakan dengan seorang pelayan tua yang
keluar dari ruang dalam. "Lo-sam! Di mana ayah" Mana ibu?""
502 Pelayan tua itu menggunakan sepasang matanya yang sudah
agak lamur untuk menatap wajah gadis itu dengan penuh
keheranan. "Nona ini siapa" Suaramu seperti?" seperti?""
"Lo-sam, aku Hong Cu! Lupakah kau?" Gadis itu memegang
lengan Lo-sam. "Nona Hong Cu! Ya Tuhan Yang Maha Esa! Kau?". nona Cu?"
Dan tiba-tiba saja keluarlah air mata mengalir dari sepasang mata
yang cekung itu. "Kenapakah, Lo-sam" Mana ayah ibu?" Karena tak sabarnya,
Hong Cu menggoyang-goyangkan pundak pelayan tua yang
makin bingung dan terharu itu.
"Mereka".. mereka?". telah?" telah lenyap!"
"Apa katamu" Lo-sam, bicara yang benar! Mana mereka"
Lenyap, apa".. apa maksudmu?"" Hong Cu berkata keras
hingga berteriak nyaring. Tiong Li yang mengikuti di belakangnya
kini berdiri bingung dan khawatir.
"Seminggu yang lalu mereka lenyap! Entah ke mana dan entah
bagaimana. Sekarangpun masih diselidiki oleh yang berwajib!
Mereka".. mereka?". agaknya diculik orang!"
"Apa"!" dan Hong Cu tentu roboh terguling kalau tidak Tiong Li
menahan tubuhnya yang pingsan.
503 Lo-sam gugup sekali, tapi ia agak lega ketika melihat betapa
kawan nonanya itu biarpun masih muda sekali, namun ternyata
berlaku tenang sekali menghadapi nonanya yang pingsan. Tiong
Li mengangkat tubuh Hong Cu ke dalam kamar atas petunjuk Losam,
lalu membaringkan gadis itu di atas pembaringan.
Kemudian ia mengeluarkan semacam obat bubuk dari
keranjangnya dan memasukkan sedikit ke hidung Hong Cu yang
segera berbangkis beberapa kali dan bangun duduk. Untuk
sesaat gadis itu memandang bingung, kemudian setelah teringat
akan cerita Lo-sam, ia mendekap mukanya dengan tangan dan
menangis sedih. "Tenangkan hatimu, Hong Cu. Orang tuamu belum ketahuan
bagaimana nasib?nya, mengapa kau menangis" Lebih baik biar
kita mendengarkan cerita Lo-sam ini yang jelas, agar kita bisa
segera mencari orang tuamu itu."
Hong Cu menekan perasaannya dan Tiong Li lalu minta orang tua
itu bercerita. "Seminggu yang lalu, malam-malam terdengar suara hiruk-pikuk
di kamar tai-jin dan hu-jin, tapi sebentar kemudian suara itu
lenyap. Kami para pelayan tidak berani mengganggu.
"Tapi pada keesokan harinya, ketika kami mengetuk pintu dan
tidak mendapat jawaban, kami buka pintu itu dan ternyata tai-jin
dan hu-jin telah lenyap tanpa meninggalkan bekas. Tapi jendela
terbuka lebar dan di atas dinding terdapat sebuah lukisan yang
mengerikan sekali." 504 "Lukisan" Lukisan apakah dan masih adakah sekarang?" tanya
Hong Cu sambil menahan isaknya.
"Masih, masih. Siapa berani menghapus lukisan setan itu?"
Cepat sekali Hong Cu loncat ke kamar orang tuanya, diikuti Tiong
Li. Melihat gerakan kedua orang yang begitu cepat laksana
menyambarnya kilat itu, Lo-sam bengong dan bergidik. Apakah


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nonanya juga paham ilmu setan" Demikian pikirnya dengan ngeri.
Ternyata di dinding kamar besar itu terdapat lukisan yang dilukis
dengan bak. Lukisannya hanya hitam memanjang dan ketika
diperhatikan ternyata itu adalah lukisan seekor ular hitam kepala
dua! "Siapakah penjahat yang memakai tanda ini?" tanya Hong Cu
seperti bicara kepada diri sendiri.
"Akupun belum pernah mendengar tentang seorang yang
memakai gelar Ular Hitam Kepala Dua! Tapi penjahat ini
betapapun juga telah meninggalkan tanda. Baik kita selidiki dan
tanya-tanyakan kepada orang-orang di kalangan liok-lim," kata
Tiong Li. Tiba-tiba wajah Hong Cu berubah pucat. "Bagaimana kalau
penjahat itu mencelakakan ayah ibuku?" Gadis itu kertak gigi dan
sepasang matanya memancarkan api.
"Jangan khawatirkan yang bukan-bukan, Hong Cu. Kurasa
penjahat itu menculik kedua orang tuamu dengan maksud
tertentu. Kalau benar ia hendak mencelakakan mereka, bukankah
505 lebih mudah mereka lakukan di sini" Perlu apa mereka bersusah
payah menculik mereka?"
Hong Cu setujui pendapat ini dan ia berangkat pada saat itu juga
untuk mulai mencari kedua orang tuanya. Tiong Li hanya
menyetujuinya dan keduanya lalu berangkat, hingga Lo-sam
kembali merasa heran hingga ia tak dapat berkata-kata.
Hong Cu yang ketika kecilnya sering ia ajak bermain-main, kini
telah menjadi gadis cantik jelita dan mempunyai kepandaian
seperti setan. Gadis yang dulu lenyap itu kini datang dan pergi lagi
bagaikan seekor burung yang bersayap.
Setelah dapat meredakan keheranannya, ia lalu berlari-lari keluar
rumah untuk menceritakan peristiwa kedatangan Hong Cu itu
kepada para tetangganya! <> Mari kita ikuti Lian Eng yang dengan hati hancur dan kecewa
bedal kudanya di malam kelam! Gadis ini merasa kecewa sekali,
dan ia malu terhadap Hong Cu karena di depan gadis itu Tiong Li
menyatakan cintanya kepada Hong Cu!
Biarpun ia belum menunjukkan perasaan hatinya kepada pemuda
itu, namun pengakuan Tiong Li itu merupakan tamparan baginya.
Ia tidak marah kepada Tiong Li, bahkan menghargai kejujurannya
yang berterus terang, tapi betapapun juga ia tidak mudah
menindas perasaan marah dan bencinya kepada Hong Cu, gadis
yang dianggapnya sebagai perintang kebahagiaannya itu!
506 Ia teringat kepada Siauw Ma dan diam-diam ia makin bersedih.
Sungguh nasib mempermainkan mereka! Siauw Ma cinta
padanya tapi ia tertarik kepada Tiong Li yang ternyata mencinta
Hong Cu. Jadi, dalam hal ini hanya Hong Cu yang beruntung dan tepat
pilihannya! Ah, sungguh hal ini membuat ia makin iri hati kepada
Hong Cu. Sedikitpun ia tak pernah mimpi bahwa Hong Cu juga
menjadi korban keganjilan alam, karena Hong Cu ternyata
mengandung hati cinta kepada Siauw Ma!
Demikianlah, semalam penuh Lian Eng melarikan kudanya
hingga ketika malam telah terganti fajar, kudanya tak kuat berjalan
lagi dan terpaksa ia turun. Ternyata mereka telah sampai di kaki
sebuah bukit. Kalau malam tadi udara diterangi bulan, kini bulan
yang sudah tenggelam membuat cuaca menjadi gelap.
Baiknya ada cahayanya lebih dulu sebelum raja siang itu sendiri
keluar. Burung-burung pagi mulai berkicau, dari sebuah kampung
yang agak jauh terdengar suara ayam berkokok.
Mendengar suara itu dan melihat keadaan di sekelilingnya yang
sunyi, timbullah perasaan sedih di hati Lian Eng. Ia merasa betapa
hidupnya sebatangkara dan sunyi.
Kemudian secara samar-samar ia teringat bahwa orang tuanya
mengalami bencana ketika ia masih kecil dan teringat akan
kakeknya yang kini entah berada di mana. Makin sedihlah hati
Lian Eng dan ia tidak dapat menahan pula kesedihannya hingga
ia mendekap muka dengan kedua tangannya dan menangis
507 terisak-isak di bawah sebatang pohon besar. Sungguh
menyedihkan keadaan gadis itu.
Tiba-tiba Lian Eng mendengar suara helaan napas. Biarpun suara
itu sangat perlahan, namun cukup untuk membuat ia sadar dan
meloncat bangun. Ternyata di belakangnya telah berdiri seorang
pemuda cakap dan ketika ia memandang lebih teliti, orang itu
bukan lain ialah Siauw Liong!
"Nona Lian Eng, mengapa kau berada seorang diri dan bersedih
di sini?" tanyanya. "Tidak ada sangkut-pautnya dengan kau. Pergilah kau sebelum
aku menjadi marah." Siauw Liong tidak mau pergi, bahkan menyandarkan diri pada
batang pohon siong itu sambil tersenyum dan memangku kedua
lengan. "Memang dunia ini tempat yang mengecewakan, bukan" Aku tahu
mengapa kau bersedih. Apa kaukira aku tidak mengetahui
pertemuanmu dengan Tiong Li si tukang obat, Hm, orang macam
dia itu tak patut dipikirkan."
Lian Eng menjadi heran sekali mengapa setan ini tahu saja urusan
orang. "Jangan sebut-sebut Tiong Li, aku tidak mempunyai
urusan sesuatu dengan dia. Dan kau pergilah, mengapa jual
obrolan di sini?" Siauw Liong berkata dengan halus.
508 "Aku kasihan kepadamu, nona. Seperti dulu pernah kukatakan,
aku ingin sekali menjadi sahabat baikmu, maka baiklah aku
berterus terang saja. Tiong Li adalah seorang rendah yang tak
pantas dijadikan teman. Dia dan Hong Cu adalah orang-orang tak
tahu malu. "Coba kaupikir, mereka itu seorang pemuda dan seorang gadis,
tapi telah melakukan perjalanan dan hidup sebagai sepasang
suami isteri saja. Bukankah hal itu melanggar pula peraturan
dunia kang-ouw" "Mereka itu patut dibasmi dan dibunuh. Kalau kau merasa sakit
hati kepada mereka, jangan khawatir, aku Siauw Liong masih
sanggup membinasakan mereka!"
"Cukup kata-katamu!" Lian Eng membentak. "Apa kaukira
kepandaianmu sudah tidak ada lawannya maka kau berani
menyombong di depanku" Coba kauterima seranganku ini!"
Sambil berkata demikian, Lian Eng segera melayangkan pukulan
Huo-mo-kang yang sakti dan hebat!
Tentu saja Siauw Liong menjadi terkejut sekali. Tadinya ia
mengharap bahwa bujukan dan kebohongannya akan berhasil,
tidak tahunya Lian Eng bahkan menjadi marah dan
menyerangnya! Ia maklum akan kelihaian Huo-mo-kang, maka
cepat sekali ia loncat berkelit jauh sambil berkata.
"Nona Lian Eng, mengapa kau malahan menyerangku" Aku
bermaksud baik, semua ini terbit dari hatiku yang mencinta
padamu." 509 "Diam kau, bangsat!"
"Nona Lian Eng, kau benar-benar telah buta! Kalau dulu kau
hanya gagu, sekarang kau buta. Kau telah tergila-gila kepada
Tiong Li yang hina dan rendah. Sungguh memalukan!"
Bukan main marah hati Lian Eng. Ia loncat menyerang lagi dan
Siauw Liong menggunakan seluruh kepandaiannya untuk
melawan. Ternyata Siauw Liong juga bukan lemah. Ia memiliki
lwee-kang yang tinggi dan gin-kang yang cukup hebat pula.
Pula, kedua lengan tangannya telah terendam bisa yang keras
hingga kulit lengannya itu telah menjadi berbisa. Berbahayalah
orang kalau sampai tersentuh lengan berbisa itu, karena bisa mati
seketika itu juga! Karena inilah, maka Siauw Liong selalu
memakai sarung tangan panjang sampai ke siku.
Sekarang, menghadapi Lian Eng yang lihai, cepat ia berkelahi
sambil melepaskan kedua sarung tangannya hingga tampak kulit
lengan yang berwarna merah kehijau-hijauan dan mengeluarkan
bau harum-harum memabokkan. Lian Eng tahan napasnya dan
mengerti bahwa Siauw Liong tak boleh dibuat gegabah, maka
iapun kerahkan tenaganya dan menyerang makin hebat.
Kini semua rasa mendongkol dan marahnya ditumpahkan kepada
Siauw Liong! Biarpun Siauw Liong memiliki kepandaian yang
tinggi dan jarang terdapat orang sepandai dia, namun kali ini
menghadapi murid Huo Mo-li yang sedang marah, ia menjadi
sibuk juga. 510 Kedua tangan Lian Eng yang mengeluarkan hawa panas sekali
itu menyambar-nyambar hebat dan setiap pukulan mengancam
jiwanya! Karena inilah maka Siauw Liong tak kuat menahan dan
berkelahi sambil mundur. Ketika ia mendapat kesempatan, ia lari
ke atas bukit itu. Namun Lian Eng berseru. "Kau hendak lari ke mana?" dan gadis
itu tetap mengejarnya dengan cepat.
Ilmu lari cepat Siauw Liong masih kalah kalau dibandingkan
dengan Lian Eng hingga sebentar saja gadis itu dapat
mengejarnya. Mereka bertempur lagi dengan hebat di mana saja
mereka bertemu. Di pinggir jurang, di lereng bukit, di atas batubatu
besar. Gerakan mereka demikian cepat dan gesit hingga
kalau dilihat dari bawah bukit, keduanya merupakan sepasang
burung besar tengah bertempur ramai.
Lian Eng sama sekali tidak mengira bahwa ia dipancing oleh
lawannya menuju ke sarang Siauw Liong yang baru. Pemuda itu
telah memilih bukit itu sebagai tempat tinggalnya dan telah
melengkapi bukit itu dengan tempat-tempat rahasia yang
berbahaya! Kini ia yang tidak kuat melawan Lian Eng, sengaja lari
dan pancing gadis itu naik bukit.
Ketika mereka berkelahi dan lari saling kejar sampai di puncak,
tiba-tiba Siauw Liong lari memasuki segerombolan pohon. Lian
Eng mengejar dengan gemas ketika dilihatnya betapa Siauw
Liong menengok dan memandang padanya dengan senyum
mengejek. 511 Tapi tiba-tiba saja tanah yang diinjaknya terbuka dan tubuhnya
terjeblos ke bawah! Ini adalah sebuah dari pada tempat-tempat
rahasia Siauw Liong yang merupakan jebakan berbahaya. Tanah
di situ hanya palsu, dan di bawah terpasang papan-papan besi
yang dapat digerakkan dan dibuka hanya dengan menekan per
yang dipasang dengan licin di sebuah batang pohon.
Tadi ketika Lian Eng mengejarnya, Siauw Liong gerakkan papan
itu hingga tiba-tiba terbuka di bawah kaki Lian Eng yang tidak
sempat loncat menghindari bahaya ini. Tapi Lian Eng
berkepandaian tinggi sekali, maka dengan menggunakan ginkangnya,
ketika kakinya menyentuh tanah di bawah, cepat sekali
ia telah membal kembali ke atas.
Namun, alangkah terkejutnya ketika ia tidak melihat lubang di
atasnya karena papan-papan besi itu telah tertutup kembali.
Sambil meloncat, Lian Eng menggunakan tangannya mendorong
tapi tubuhnya segera turun kembali ke bawah. Ia tidak berdaya
keluar, maka ia segera perhatikan keadaan sumur di mana ia
terjatuh itu. Ruang di mana ia terjatuh adalah semacam gua di bawah tanah,
dan ia melihat dirinya terkurung kerangkeng besi. Lian Eng
tersenyum geli dan ia merasa lega, karena apa artinya
kerangkeng besi ini baginya" Dengan sekali dorong saja maka
terbukalah pintu kerangkeng itu dan ia lalu keluar.
Ternyata gua itu memanjang dan gelap sekali, tapi mata Lian Eng
yang sudah terlatih dapat juga melihat bahwa dinding gua itu
adalah batu cadas hitam yang kuat sekali. Ia menduga-duga jalan
512 itu akan menembus ke mana, tapi dengan tabah dan berani ia
maju melangkah terus ke depan.
Pada sebuah tikungan, tiba-tiba dari luar menyorot masuk sinar
terang dan terdengar suara tertawa orang. Ia heran sekali karena
yang tertawa adalah dua orang, seorang laki-laki dan seorang
wanita! Ia kenali bahwa suara tawa laki-laki itu adalah suara Siauw Liong,
tapi wanita itu entah siapa. Dan kini jalan itu melebar dan
tampaklah ruang yang luas sekali di bawah tanah, sedangkan
cahaya yang masuk adalah cahaya matahari yang entah
menembus dari mana dapat masuk ke situ.
Ternyata Siauw Liong telah menemukan dan membuat tempat
tinggal di atas bukit itu dengan sempurna sekali. Tempat tinggal
di bawah tanah! Tiba-tiba ia mendengar suara Siauw Liong yang berkata, "Lian
Eng, kau menyerahlah saja dan menjadi kawanku!"
"Bangsat curang dan pengecut! Tunggulah, sebentar lagi aku
akan membuat kau menjadi kawan cacing tanah!" seru Lian Eng
dengan gemas sekali. Tapi pada saat itu juga, dari kanan kiri dan depan belakang
terdengar desis keras dan tahu-tahu semacam asap putih
menyembur padanya. Lian Eng terkejut dan mencoba menahan
napasnya, tapi terlambat. Ia telah menyedot asap itu dan
513 mencium bau harum sekali dan tiba-tiba kepalanya menjadi
pening dan pandang matanya gelap.
Lapat-lapat ia mendengar suara ketawa Siauw Liong dan
bentakan suara wanita. "Kau?" laki-laki tidak setia!" Setelah itu
Lian Eng roboh pingsan! Setelah gadis pendekar itu roboh pingsan tak berdaya, maka
keluarlah Siauw Liong dari tempat persembunyiannya dan tertawa
bergelak-gelak. Di belakangnya datang seorang perempuan
muda yang cantik dan berpakaian warna merah yang mewah
sekali. Ternyata perempuan itu bukan lain ialah Ang-ie-nio-nio, wanita
lihai sumoi dari Kwie-eng-cu yang terbunuh oleh Hong Cu dulu itu,
bahkan wanita inipun telah dipatahkan tangannya oleh Hong Cu!
Bagaimanakah wanita baju merah ini bisa berada di situ bersama
Siauw Liong" Beberapa tahun yang lalu, ketika guru Siauw Liong, yakni Tokkakcoa yang lihai dan jahat mendapat luka-luka parah dan dibikin
menjadi seorang bercacat oleh Huo Mo-li, maka dengan hati sedih
dan malu Siauw Liong menggendong gurunya yang sudah tiga
perempat mati itu masuk ke dalam gua ular. Di dalam gua Siauw
Liong membanting tubuh suhunya di atas pembaringan batu dan
ia sendiri duduk sambil menunjang dagu.
Ia memang sama sekali tidak mempunyai rasa sayang kepada
suhunya itu, apa lagi setelah melihat betapa suhunya kini menjadi
orang tidak berguna, maka ia sama sekali tidak perduli. Ia lebih
514 banyak memikirkan diri sendiri, dan bagaimana ia harus bertindak
untuk kepentingan dirinya.


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia pikir hendak meninggalkan gurunya biar mampus kelaparan di
dalam gua. Tapi kemudian timbul pikirannya bahwa kalau ia pergi,
ia hendak pergi ke manakah"
Ia merasa sakit hati sekali kepada Thang-la Sam-sian dan muridmuridnya
yang telah menghinanya. Untuk membalas dendam,
kepandaiannya terlampau rendah.
Pada saat ia duduk melamun, suhunya sadar dari pingsannya
yang kedua kalinya, lalu berusaha untuk bangun duduk, tapi ia
tidak kuat, maka ia memandang kepada Siauw Liong dan berkata
lemah. "Siauw Liong, bantulah aku bangun."
Siauw Liong menengok dengan pandang jemu. "Bangunlah
sendiri!" bentaknya kasar.
Gurunya diam saja dan berkata dengan lemah, "Sesukamulah,
kau boleh biarkan aku mampus di sini, tapi kau sendiri akan
menjadi orang tidak berguna dan akhirnya kaupun akan mampus
dengan terlantar, dihina sana-sini!"
Mendengar kata-kata suhunya Siauw Liong marah sekali dan
loncat bangun dengan kepalan tangan terangkat hendak
memukul mati suhunya yang telah menjadi orang lemah tiada
guna itu. Tapi ia turunkan lagi tangannya ketika melihat betapa
515 wajah suhunya menyeringai dan mengejeknya, lalu anak muda itu
jatuhkan diri sambil menangis sedih.
"Aah?" aku harus berbuat apa?" bagaimanakah dengan
nasibku kelak?"." demikian ia mengeluh.
"Kalau kau dapat mewarisi kepandaianku, tentu kau takkan
terhina orang lain."
"Kau?". sudah menjadi orang tidak berguna," kata Siauw Liong
putus asa. "Asal aku dapat hidup lebih lama, tentu dapat kudidik kau."
Maka teringatlah Siauw Liong akan obat pemberian Si Tabib
Dewa untuk suhunya maka ia lalu berkata.
"Aku mau merawat kau sampai sembuh, suhu. Tapi kau harus
turunkan semua kepandaianmu dan mengajarku sampai pandai
betul." Suhunya keluarkan senyum kemenangan. "Habis kau tadi pikir
bagaimana, anak bodoh" Kalau aku tidak turunkan
kepandaianku, habis kepada siapa lagi" Kalau bukan kau yang
balaskan sakit hatiku, habis siapa lagi yang sanggup?"
"Siapa sudi balaskan sakit hatimu" Kau jatuh ke tangan mereka
adalah karena kebodohanmu sendiri, ada sangkut paut apakah
dengan diriku" Tapi bagaimanapun juga, kalau aku sudah pandai,
pasti akan kucari murid-murid Thang-la Sam-sian untuk
menghajar mereka dan memuaskan hatiku."
516 Suhunya perdengarkan suara ketawa ha, ha, hi, hi. "Itu sama
saja?" sama saja?"."
Semenjak itu, Siauw Liong merawat suhunya dengan
menggunakan obat mujijat dari Kiang Cu Liong. Dengan teliti
Siauw Liong merawat Tok-kak-coa sampai beberapa bulan,
karena ia melakukan itu dengan mempunyai maksud tertentu,
yakni memeras keluar semua kepandaian suhunya ini kalau
sudah sembuh. Akhirnya sembuhlah Tok-kak-coa, walaupun ia harus berjalan
pincang dan tubuhnya makin bongkok serta tenaganya lenyap
sama sekali dan menjadi lemah.
Akan tetapi, karena otak Siauw Liong cerdik sekali, ditambah pula
Tok-kak-coa juga mengajar dengan sungguh-sungguh hati karena
iapun mempunyai maksud, yakni hendak menjadikan Siauw Liong
seorang yang pandai sekali agar dapat membalaskan sakit
hatinya, maka Siauw Liong maju pesat. Ia mengajar teorinya saja
dan Siauw Liong berlatih silat di bawah pengawasannya.
Biarpun ia sendiri tak dapat memberi bukti kehebatan pelajaran
silat yang diajarkannya, tapi ia masih juga dapat memberi contoh
gerakan-gerakannya, walaupun dengan lemah dan lambat.
Namun, ia dapat menegur semua kesalahan dalam gerak
pelajaran, hingga bagaimanapun juga, akhirnya Siauw Liong
dapat juga mewaris ilmu kepandaiannya yang memang hebat.
Bahkan Siauw Liong demikian pintarnya dan dapat mempelajari
ilmu tongkat suhunya serta mengubahnya dengan tipu-tipu
517 tambahannya sendiri di bawah pengawasan dan petunjuk
suhunya. Ilmu tongkatnya ini diberi nama Ilmu Tongkat Ular Hitam
Kepala Dua! Juga dari suhunya, Siauw Liong mempelajari kegunaan racun ular
dan binatang berbisa lainnya yang jahat dan berbahaya. Kedua
lengan tangannya bahkan oleh suhunya direndam dalam bisa
hingga menjadi lihai dan berbahaya.
Kurang lebih empat tahun kemudian, Siauw Liong telah menjadi
pandai dan bahkan ia lebih hebat dari Tok-kak-coa, karena selain
dia memiliki tenaga besar, juga ilmu tongkatnya dan kedua
lengannya merupakan kelebihan dari pada suhunya. Ia lalu
meninggalkan suhunya, dan ketika suhunya minta ia menanti
beberapa tahun lagi, Siauw Liong menjadi marah dan hampir saja
ia memukul mati suhunya itu!
Dengan mengandalkan kepandaiannya yang tinggi, Siauw Liong
malang melintang di dunia kang-ouw dengan, pakai julukan Ular
Hitam Kepala Dua. Ia memang mempunyai watak yang jahat dan dasarnya memang
tidak baik, maka sebentar saja ia telah melakukan berbagai
kejahatan. Ia merampok orang-orang hartawan dan
mengumpulkan harta besar yang disimpannya di atas bukit Keesan,
di sana ia membuat terowongan di bawah tanah yang
dipasangi banyak jebakan rahasia yang lihai.
518 Di situlah ia mengumpulkan harta rampasannya. Selain
merampok, Siauw Liong juga seringkali melakukan perbuatan
rendah dan terkenal sebagai seorang penjahat pemetik bunga.
Tiap kali melakukan kejahatan, ia selalu meninggalkan tanda
lukisan ular hitam kepala dua.
Sebagaimana mudah diduga, yang melakukan kekacauan
dengan menyerbu Kelenteng Kwan-im-bio dan berhasil
membunuh Cin Hwa Sianli dan Kim Bok Sianjin serta berhasil pula
menggondol pergi patung Kwan-im Pouwsat adalah pemuda jahat
ini. Ia sengaja memakai kedok sutera hitam agar Kim Hwa Sianli
salah sangka dan bingung.
Perbuatan ini sengaja ia lakukan mencontoh perbuatan suhunya
dulu, yakni mengadu dombakan ketua Kwan-im-kauw dengan
orang lain. Selain ini, masih banyak kejahatan lain ia lakukan. Belum lama ini
ia bertemu dengan seorang gadis cantik baju merah, yakni Angienio-nio. Siauw Liong tertarik kepada gadis cantik ini dan sebaliknya Angienio-nio yang juga terkenal sebagai seorang gadis gagah yang
genit dan cabul, segera merasa senang sekali kepada Siauw
Liong, pemuda yang selain tampan dan gagah, juga
berkepandaian tinggi itu. Mereka segera menjadi kawan baik yang
saling mencinta. 519 Ang-ie-nio-nio bahkan ikut Siauw Liong tinggal di Bukit Kee-san
serta mengurus keperluan sehari-hari pemuda itu. Mereka tinggal
di situ dengan beruntung untuk beberapa hari lamanya. Dan baru
pada hari itu mereka berpisah ketika Siauw Liong turun bukit dan
tinggalkan Ang-ie-nio-nio.
<> Ketika Siauw Liong pancing Lian Eng dan berhasil menjebak
gadis dan menyemprotnya dengan hawa beracun hingga Lian
Eng jatuh pingsan, tak sangkanya sama sekali bahwa Ang-ie-nionio
yang telah jatuh hati padanya, sudah kembali pula di situ
menanti kembalinya! Ketika Siauw Liong melihat Ang-ie-nio-nio maka ia merasa
kecewa, karena tentu saja ia tidak leluasa lagi untuk
mencelakakan Lian Eng yang sedang pingsan.
"Biarkan aku urus musuhmu ini!" teriak Ang-ie-nio-nio yang cepat
cabut pedangnya hendak disabetkan ke leher Lian Eng!
"Moi-moi, tahan!" Siauw Liong memang biasa menyebut "moi-moi"
atau dinda kepada Ang-ie-nio-nio walaupun sebetulnya umurnya
masih lebih muda dari pada perempuan itu. Secepat kilat Siauw
Liong dapat merampas pedang yang hendak tewaskan jiwa Lian
Eng. "Jangan kau bunuh dia. Aku sengaja tangkap dia untuk pancing
musuh-musuhku ke mari!"
520 "O, begitukah?" kata Ang-ie-nio-nio sambil mengerling tajam dan
mulutnya tersenyum mengejek setengah tidak percaya. "Kalau
begitu, biarlah dia ku lemparkan dalam penjara ular!"
Siauw Liong tak dapat berkata lain hanya mengangguk. Ang-ienionio segera mengangkat tubuh Lian Eng yang lemas dan
kopiah Lian Eng terlepas hingga rambutnya yang hitam bagus dan
panjang itu terurai ke bawah. Ang-ie-nio-nio kagum dan iri melihat
rambut sebagus itu, maka cepat-cepat ia tutupkan lagi kopiah Lian
Eng dan membawa gadis itu ke dalam.
Setelah berjalan di dalam terowongan itu agak jauh, tibalah ia di
penjara ular. Yang disebut penjara ular ini adalah sebuah kamar
segi empat yang berdinding batu karang, dan di sekelilingnya
terdapat puluhan ular yang diikatkan ekornya pada ruji-ruji
kerangkeng yang merupakan pintu hingga orang yang dikeram di
dalamnya tak mungkin dapat keluar tanpa melalui ular-ular
berbisa itu! Tadinya Ang-ie-nio-nio hendak membunuh saja Lian Eng, tapi
karena ia tidak mempunyai permusuhan dengan gadis itu dan
juga karena hatinya tidak sekejam Siauw Liong, maka ia urungkan
niatnya. Tadipun di depan Siauw Liong, ia hanya hendak
mencoba hati Siauw Liong karena ia khawatir kalau-kalau Siauw
Liong mencinta gadis tawanan ini. Tapi kemudian ia mendengar
bahwa Siauw Liong hendak menggunakan tawanan ini untuk
memancing datang musuh-musuhnya.
Ang-ie-nio-nio pencet sebuah knop rahasia di dinding dan pintu
ini terbukalah! Di balik pintu kerangkeng ular itu ternyata terdapat
521 dua orang tua laki-laki dan perempuan yang bermuka pucat,
sedangkan yang perempuan tengah menangis dan sandarkan
mukanya di pundak laki-laki itu.
Ang-ie-nio-nio lempar tubuh Lian Eng ke dalam kamar tahanan
dan berkata kepada kedua orang itu.
"Jangan kalian bersedih, ini kuberi kawan untuk menghibur
kalian!" Ia tertawa mengejek, lalu menggunakan alat rahasia
untuk menutup pintu itu kembali.
Kedua orang tua itu bukan lain ialah ayah ibu Hong Cu! Ternyata
bahwa Ang Lie Seng, ayah Hong Cu yang menjadi pembesar di
Tiong-an-kwan, dan isterinya telah diculik oleh Siauw Liong!
Pemuda jahat ini dalam penyelidikannya tahu bahwa pembesar
she Ang ini adalah ayah Hong Cu, seorang dari pada musuhmusuhnya,
maka tanpa ragu-ragu lagi ia menculik mereka untuk
memancing kedatangan Hong Cu di sarangnya! Telah beberapa
hari ia keram kedua orang tua itu di dalam kamar yang
mengerikan itu hingga keduanya sangat menderita sekali. Berkat
kebaikan hati Ang-ie-nionio, maka Siauw Liong tidak lupa untuk
tiap hari memberi ransum kepada kedua tawanannya.
Ang Lie Seng dan isterinya melihat seorang gadis berpakaian lakilaki
dilempar ke dalam tempat mereka, menjadi kaget dan merasa
kasihan sekali. Mereka khawatir kalau-kalau gadis ini telah mati.
Tapi hati mereka lega ketika melihat bahwa orang itu masih hidup.
Segera dengan hati-hati mereka mengangkat tubuh Lian Eng dan
522 membaringkan gadis itu di atas pembaringan batu yang terdapat
di sudut kamar tahanan. Tak lama kemudian Ang Lie Seng dan isterinya melihat gadis itu
siuman kembali dan bergerak-gerak perlahan sambil mengeluh.
Mereka girang sekali dan segera mendekati Lian Eng.
Gadis itu membuka matanya dan memandang heran. Kemudian
ia teringat akan pengalamannya maka cepat ia bangkit duduk.
Dipandangnya suami isteri tua di depannya itu dengan heran.
"Aku berada di mana" Dan siapakah kalian?"
Dengan singkat dan diselingi suara tangis isteri Ang Lie Seng
menuturkan riwayatnya, bahwa telah sepuluh hari ia dan isterinya
diculik dan ditawan oleh Siauw Liong. Lian Eng gemas dan marah
sekali. Ia meloncat ke arah pintu kerangkeng besi itu dan hendak
menggunakan kepandaiannya untuk membukanya, tapi alangkah
terkejutnya ketika terdengar desis tajam dan puluhan ular
mengulurkan kepala dan menyembur ke arahnya! Ia cepat
meloncat mundur dengan wajah pucat.
"Celaka, mereka memasang ular-ular berbisa di sini!" katanya.
"Ya, itulah yang membuat kami selalu ketakutan. Kalau seekor
saja dari pada mereka terlepas dari ikatannya dan dapat merayap
masuk, matilah kita!"
523 "Jangan takut, lopeh, aku ada di sini," kata Lian Eng dengan
gagah. Kemudian gadis ini mengerahkan Huo-mo-kangnya dan
memukulkan kedua tangannya ke arah ular yang terikat di pintu.
Beberapa ekor ular yang bergantungan terdekat, terkena pukulan
itu bagaikan dipukul dengan senjata berat.
Mereka tertiup angin pukulan hingga kepala mereka memukul rujiruji
pintu dan mati tak berkutik pula karena selain kepala mereka
pecah menghantam besi pintu, juga sebagian tubuh mereka
seperti hangus terbakar api! Demikianlah kehebatan Huo-mokang.
Kedua orang tua she Ang ketika melihat hal ini menjadi kagum
dan bengong. Demikianlah, dengan cara demikian Lian Eng
memukul mati ular-ular yang terikat di situ hingga tak lama
kemudian semua ular yang berjumlah puluhan itu menggantung
dengan lemas dalam keadaan tak bernyawa pula!
Tapi ketika Lian Eng maju hendak menggunakan tenaga
tangannya membuka kerangkeng besi itu, ia mundur lagi dengan
terkejut karena semua ruji besi kerangkeng itu kini telah
berlumuran dengan benda cair berwarna kehijau-hijauan dan
baunya amis sekali. Ia tahu bahwa itu adalah bisa beracun yang
keluar dari mulut ular-ular itu sebelum semua binatang itu binasa
dan bisa itu berbahaya sekali.
524 "Bagaimana, lihiap?" Ang Lie Seng bertanya sambil memandang
wajah Lian Eng yang bingung itu dengan khawatir. "Tak dapatkah
kau membuka pintu itu?"
Lian Eng berkata dengan kecewa. "Sukar sekali. Semua besi
telah penuh racun berbahaya, bagaimana aku dapat
membukanya?" Pada saat itu dari luar kerangkeng terdengar suara perlahan.
"Stt, lihiap yang tertawan di dalam, sudah sadarkah kau?"


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian, agaknya Ang-ie-nio-nio yang bersuara itu melihat
keadaan semua ular yang bergantungan hingga ia keluarkan
seruan kaget yang ditahannya lalu berkata lagi.
"Ah, sungguh hebat kepandaianmu! Tapi hati-hatilah, sekali saja
kau terkena racun ular-ular itu, jiwamu sukar tertolong lagi. Biarlah
kubuka pintunya." Ang-ie-nio-nio tekan knop rahasia dan pintu kerangkeng itu
otomatis terbuka sendiri. Lian Eng, tidak segera loncat keluar
karena ia masih curiga. "Kenapa kaulakukan ini?" tanyanya dengan suara keren dan
bersiap sedia. Bayangan merah berkelebat masuk dan Ang-ie-nio-nio telah
memasuki kamar tahanan itu. Ia pandang Lian Eng dengan
kagum. 525 "Aku tidak bermaksud buruk. Dia sedang tidur, kaubawalah kedua
orang tua ini keluar dari sini dan pergilah jauh-jauh!"
Kedua orang tua itu girang sekali, tapi Lian Eng masih bercuriga
dan memandangnya heran. "Kenapa kau menolong kami" Apa
maksudmu?" Ang-ie-nio-nio merah mukanya, tapi dengan berkeras ia berkata,
"Siapa mau tolong kalian" Aku tidak tolong siapa-siapa, aku
hanya tolong diriku dan keberuntunganku sendiri. Pergilah, atau
kau tidak mau pergikah?"
"Mengapa aku mesti pergi" Aku hendak penggal kepala Siauw
Liong si bangsat rendah itu dulu! Di mana dia?""
Lian Eng pegang tangan Ang-ie-nio-nio dengan keras hingga
diam-diam nona baju merah ini terkejut sekali merasa betapa
tenaga Lian Eng benar-benar luar biasa dan kepandaiannya jauh
lebih tinggi darinya! "Kau sungguh keras kepala dan bodoh! Dengan kenekatanmu
yang bodoh ini kau membahayakan keselamatanmu sendiri dan
keselamatan kedua orang tua ini!
"Tidak hanya Siauw Liong lihai sekali, tapi tempat ini penuh
dengan jebakan rahasia sedangkan aku sendiripun tidak hafal
akan rahasia-rahasia berbahaya itu. Apakah kau hendak ulangi
lagi bencana yang menimpamu"
526 "Lebih baik kau tolong dulu orang-orang tua ini. Ketahuilah, kedua
orang tua ini adalah ayah dan ibu nona Hong Cu yang dimusuhi
oleh Siauw Liong." Girang dan terkejutlah Lian Eng mendengar ini. Jadi kedua orang
tua ini adalah ayah dan ibu Hong Cu. Ia gigit bibirnya lalu berkata,
"Baiklah! Betapapun juga, kau telah menolong kami dan
mempunyai maksud baik. Biar lain kali aku berkesempatan
menolong kau kembali." Lalu ia ajak Ang Lie Seng dan isterinya
keluar dari kamar tahanan itu.
"Hati-hati dan dengar baik-baik. Kau jalan saja menurut
terowongan ini. Di depan ada jalan simpang empat.
"Jangan kau injak tengah-tengah persimpangan itu, tapi ambillah
jalan memutar dan menempel dinding kiri, lalu kau jangan
membelok ke kanan atau ke kiri, karena yang ke kiri adalah
menuju ke tempat Siauw Liong yang banyak dipasangi rahasia,
sedangkan yang ke kanan menuju ke sebuah kawah bukit yang
berbahaya sekali. "Kau jalan terus tapi sekali-kali jangan tinggalkan dinding kiri.
Kalau kau jalan terlampau ke tengah, maka kau akan mengalami
banyak sekali gangguan-gangguan berbahaya dari bekerjanya
senjata rahasia!" Lian Eng mengangguk dan kedua orang tua itu mendengar
ancaman hebat ini menggigil. Lian Eng lalu memondong Ang Lie
Seng dengan tangan kanan dan nyonya Ang di tangan kiri, lalu
527 dengan cepat lari keluar menuruti jalan yang ditunjuk oleh Ang-ienionio dan dengan hati-hati kerjakan semua pesan nona baju
merah itu. Benar saja, karena ia jalan cepat tak lama kemudian sampailah ia
di luar sebuah gua. Ia turunkan kedua orang tua itu dan bernapas
lega, lalu pandang Ang Lie Seng dan isterinya dengan tajam.
"Siapakah namamu, lopeh?" tanyanya
Ang Lie Seng lalu menjura kepada gadis itu.
"Lihiap, kau telah menolong jiwa kami dari bahaya maut. Besar
sekali budi ini. Aku adalah Ang Lie Seng yang menjabat pangkat
ti-hu di kota Tiong-an-kwan. Bolehkah kami ketahui nama lihiap
yang mulia?" Lian Eng balas memberi hormat. "Aku bernama Souw Lian Eng,
dan sekarang kuharap Ang lopeh ikut padaku."
"Kami hendak segera kembali ke Tiong-an-kwan, lihiap," kata Ang
Lie Seng. Tapi Lian Eng berkata lagi. "Bukankah lopeh mempunyai seorang
gadis bernama Hong Cu?"
Terkejutlah kedua orang itu dan memandang Lian Eng dengan
mata terbentang lebar. "Betul, betul! Tahukah lihiap dimana adanya Hong Cu sekarang?"
528 "Tentu saja tahu. Nah, kalau lopeh hendak bertemu dengan dia
maka lopeh ikut aku dan untuk sementara waktu tinggal
bersamaku. Ketahuilah, akupun hidup sebatangkara dan untuk
sementara waktu sebelum bertemu dengan Hong Cu, aku akan
menganggap kalian sebagai ayah dan ibuku sendiri."
Ang Lie Seng dan isteri merasa girang sekali. Mereka boleh
disuruh apa saja asal bisa bertemu kembali dengan Hong Cu.
Maka serta merta permintaan Lian Eng ini diterima dengan girang.
Sebetulnya sikap yang aneh dari Lian Eng timbul dari rasa iri
hatinya kepada Hong Cu. Ia menganggap Hong Cu seorang gadis
yang jauh lebih bahagia dari pada dia sendiri.
Tidak hanya soal mendapat kawan baik, tapi bahkan soal orang
tua, agaknya gadis itu lebih beruntung darinya! Maka ia dapat
menduga bahwa Hong Cu tentu hendak mencari orang tuanya,
maka ia ingin gadis itu kehilangan orang tuanya dan sebaliknya ia
akan ambil orang tua Hong Cu itu sebagai orang tua sendiri.
Ia anggap ini sebagai pembalasan baik sekali! Memang agaknya
watak yang aneh dan keras dari Huo Mo-li telah diturunkan pula
kepada muridnya ini. Lian Eng lalu membawa Ang Lie Seng dan isterinya ke kampung
Leng-hok-chun sebuah kampung kecil yang berada di lereng
gunung dan mempunyai hawa yang nyaman serta pemandangan
indah. Di situ Lian Eng membeli sebuah rumah dan tinggal bertiga
dengan orang tua angkatnya.
529 Kalau Ang Lie Seng menanyakan bilamana Hong Cu datang,
selalu dijawabnya bahwa ia hendak mencari gadis yang
dikenalnya baik itu dan memberi alasan bahwa tidak baik bagi Ang
Lie Seng untuk kembali ke kotanya karena tentu Siauw Liong akan
mencari mereka dan berdaya menculiknya kembali.
Alasan ini memang masuk akal maka Ang Lie Seng tidak berani
kembali ke Tiong-an-kwan dan sambil menanti kedatangan anak
gadisnya yang sangat diharapkannya ia hidup sebagai petani
yang sederhana tapi cukup aman dan damai di kampung Lenghokchun itu. <> Sementara itu, Siauw Liong ketika melihat betapa ketiga orang
tawanannya lolos menjadi marah sekali.
"Moi-moi! Kenapa kaulepaskan mereka?" tanyanya dengan mata
melotot kepada Ang-ie-nio-nio yang berdiri sambil tundukkan
muka di depannya. "Koko, mengapa kau mau tanam permusuhan dengan orangorang
lain" Gadis itu lihai sekali dah lihatlah betapa ia dapat
menggunakan hawa pukulannya untuk membunuh mati semua
ularmu. Bukankah itu pukulan Huo-mo-kang dari Huo Mo-li yang
lihai" "Pula, aku khawatir kalau-kalau kau ada hati terhadap gadis itu, ia
cukup cantik, aku khawatir kalau-kalau kau ah, koko, aku terlalu
530 cinta padamu dan tidak ingin melihat kau terkena celaka!" Ang-ienionio lalu menubruk maju dan memeluk pundak Siauw Liong.
Tapi Siauw Liong marah sekali. Dengan sebelah tangan ia
menampar pipi Ang-ie-nio-nio dan sekali dorong saja gadis baju
merah itu terlempar hingga kepalanya terbentur dinding batu
hingga mengeluarkan darah.
"Perempuan lancang! Aku hendak berbuat apa saja ada
hubungan apakah dengan kau" Siapa yang berkuasa di sini"
Kalau kau tidak suka padaku, boleh pergi ke neraka jahanam!"
Ang-ie-nio-nio pandang wajah pemuda yang dicintanya itu
dengan mata terbelalak dan air mata mulai turun membasahi
pipinya. Ia tidak merasakan sakit dan perihnya luka di kepala,
karena hatinya lebih perih lagi.
Tak disangkanya bahwa Siauw Liong yang biasanya pandai
membujuk dan merayu dengan kata-kata halus dan indah merdu,
sikapnya yang halus mencinta dan membuatnya lupa akan segala
dan menyerahkan jiwa raganya kepada pemuda itu, kini dapat
memperlihatkan sikap sekejam dan sekeras itu.
"Koko?". kau".." hanya demikian ia dapat berkata karena
kerongkongannya segera tertutup oleh isak tangisnya yang sedih
dari hati hancur. Tapi Siauw Liong dengan marah segera meloncat dan lari keluar,
tinggalkan gadis yang menangis sedih itu.
531 Siauw Liong dalam perantauannya telah berhasil membuat dirinya
ternama dan mempunyai pengaruh besar sekali di kalangan para
penjahat. Di mana-mana ia mempunyai kaki tangan dan kawankawan
yang bersedia membantunya. Karena inilah maka mudah
saja baginya untuk mencari dan menyelidiki sesuatu.
Kini ia segera sebar perintah kepada kawan-kawannya itu untuk
menyelidiki keadaan Hong Cu, Tiong Li, Siauw Ma, dan Lian Eng,
yakni orang-orang yang diincarnya dan yang hendak dibikin
celaka itu. Ia tahu bahwa ketiga tokoh Thang-la tidak tinggalkan
pertapaan lagi dan bahwa juga si Tabib Dewa telah menghilang
di utara tiada kabar ceritanya lagi. Maka ia hendak jatuhkan
hukumannya kepada empat murid itu.
Ia keluar dari guanya dengan marah. Ia cerdik dan cukup maklum
apa yang terjadi dalam hati Ang-ie-nio-nio. Gadis baju merah itu
agaknya hendak memonopoli hatinya! Gadis itu hendak
menjauhkan dia dari segala permusuhan dan hendak mengajak
ia hidup sebagai suami isteri dalam rumah tangga yang damai,
tenteram dan bahagia! Ah, persetan itu semua! Jangan harap gadis itu akan miliki hatinya
untuk dia sendiri saja. Biarlah ia tadi telah memberi sedikit hajaran
kepada gadis itu, mungkin ia akan menjadi penurut dan lain kali
tidak berani berlaku lancang lagi!
Karena banyaknya barisan penyelidik terdiri dari para penjahat di
seluruh daerah, tak lama kemudian Siauw Liong dapat
mendengar tentang tempat tinggal Lian Eng dan kedua orang tua
Hong Cu. Ia girang sekali, tapi ia tidak segera mengejar ke sana.
532 Pemuda yang licin cerdik itu menggunakan siasatnya dan tipu
muslihatnya. Ia hendak menanti sampai mendengar tentang Hong
Cu dan Tiong Li. Dari pembantunya ia hanya tahu bahwa Hong Cu telah pulang ke
rumah orang tuanya dan kini sedang mencari-cari orang tua itu.
Ia hendak menjumpai Hong Cu lebih dulu sebelum mencari Lian
Eng. Ia merasa betapa keempat orang muda itu merupakan lawanlawan
berat, maka ia harus cerdik. Ia melihat gejala yang dapat
menimbulkan permusuhan di antara mereka, yakni gejala cinta
segi tiga antara Tiong Li, Lian Eng dan Hong Cu.
Ia tahu pula bahwa Siauw Ma mencinta Lian Eng, maka ketika ia
mendengar dari pembantu-pembantunya, bahwa Siauw Ma
berada di sebuah kota yang tak jauh dari situ, cepat ia mengejar
Siauw Ma. <> Siauw Ma yang mengembara seorang diri dan merasa kesunyian
karena ditinggal oleh Lian Eng yang dicintanya, selalu menjaga
agar ia tidak pergi terlalu jauh dari Pegunungan Thang-la dan di
mana ia berada, ia selalu menggunakan kepandaiannya
menolong sesama manusia yang berada dalam kesukaran.
Tidak jarang Siauw Ma tundukkan perampok-perampok yang
tanpa pilih bulu mengganggu rakyat, sedangkan sering pula ia
mendatangi gedung pembesar-pembesar kejam dan hartawan
533 hartawan pengisap rakyat untuk diberi peringatan keras dan
diambil sebagian hartanya untuk kemudian dibagikan secara
sembunyi kepada orang-orang miskin.
Pada waktu itu musim kering tiba hingga sawah ladang tidak
banyak mendatangkan hasil dan banyak pula sawah yang kering
dan rusak tanamannya. Keadaan yang buruk ini menimbulkan
banyak keburukan. Maling dan rampok muncul di mana-mana dan
banyak orang mati terlantar.
Keadaan seperti inilah yang membuat orang-orang berjiwa
pendekar seperti Siauw Ma merasa sedih dan sibuk sekali
berusaha mengurangi bencana yang menimpa rakyat miskin
dengan jalan memberi mereka bantuan uang. Tentu saja uang ini
ia ambil dari para hartawan yang menyimpan uang sampai
bulukan di peti uang mereka dan menyimpan gandum serta padi
demikian banyaknya hingga berlebih-iebihan dan membusuk
dalam gudang mereka. Pada suatu hari Siauw Ma dalam sebuah kota bernama Hangchun.
Malam harinya, seperti biasa Siauw Ma naik ke atas
genteng pergi menyelidiki keadaan. Ketika ia tiba di atas sebuah
gedung besar, tiba-tiba terdengar suara orang memanggil
namanya. Ia heran dan berhenti, lalu menengok. Ternyata Siauw Liong telah
berdiri di belakangnya sambil tersenyum.
"Siauw Ma, bagus betul perbuatanmu, ya" Kau sekarang telah
menjadi maling kecil" Ha, ha, ha!"
534 "Siauw Liong, manusia rendah! Kebetulan sekali kau datang
karena kau mengingatkan aku akan lenyapnya patung dari Kwanimkauw. Bukankah kau orangnya yang menjadi pencurinya?"
Memang sering kali Siauw Ma memikirkan hal patung yang lenyap
itu dan timbul dugaan dalam hatinya bahwa yang mencurinya
tentu Siauw Liong. Karena berada dalam tempat gelap, Siauw Ma tak dapat melihat
betapa wajah Siauw Liong memucat mendengar tuduhan ini. Tapi
Siauw Liong dapat perdengarkan suara sedemikian rupa
sehingga seperti sungguh-sungguh.
"Bagus sekali kausebut hal itu, Siauw Ma. Ketahuilah olehmu, aku
sendiri sedang mencari tahu hal lenyapnya patung itu! Tapi aku
tidak serendah kau untuk menuduhmu seperti yang kau lakukan
padaku. Ketahuilah, kalau aku tidak salah duga, yang mencuri


Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

patung itu adalah Tiong Li, murid si Tabib Dewa sakti itu."
"Kau menuduh yang bukan-bukan! Mana Tiong Li mau melakukan
hal serendah itu, membunuh dua orang ketua Kwan-im-kauw"
Sudahlah kau jangan menggangguku, atau kau hendak lanjutkan
pertempuran kita yang dulu?" tantangnya.
"Eh, eh, jangan begitu galak, kawan. Aku seorang kawan baik,
kau selalu menganggap sebagai musuh. Sebaliknya orang yang
kau anggap kawanmu paling baik, si Tiong Li itu, ia tak lain hanya
seorang laki-laki yang suka wanita. Tahukah kau, betapa nona
Lian Eng telah dihina oleh Tiong Li?"
535 Terkejutlah Siauw Ma mendengar nama Lian Eng disebut-sebut.
"Apa katamu" Jangan kau jual obrolan kosong di depanku!"
bentaknya marah. "Siapa yang mengobrol" Kau tidak percaya sudahlah." Dan Siauw
Liong membuat gerakan hendak pergi.
"Nanti dulu!" Siauw Ma berseru dan, ia tidak melihat betapa Siauw
Liong yang cerdik itu tersenyum.
"Ada apa lagi" Bukankah kau tidak percaya padaku?" katanya.
"Siauw Liong, jangan kau main-main dengan aku! Katakan, apa
maksudmu tadi ketika kaubilang bahwa Lian Eng telab dihina oleh
Tiong Li?" "Dengarlah, aku tidak perduli kau mau percaya atau tidak.
Beberapa hari yang lalu, secara kebetulan saja aku dapat melihat
Lian Eng sedang duduk menangis di sebuah hutan seorang diri.
Aku tanyakan dia mengapa dia menangis, dan secara tak sadar,
ia menjawab bahwa Tiong Li dan Hong Cu menghinanya.
"Ia tidak mau ceritakan sebab-sebabnya dan terus saja menangis.
Aku tidak tahu sebabnya tapi kemudian aku dapat bertemu
dengan Tiong Li dan Hong Cu.
"Ternyata pemuda murid tabib itu kini berubah menjadi seorang
rendah dan tak tahu malu. Agaknya ia dan Hong Cu ada
hubungan kotor karena di mana saja mereka selalu berada
bersama dan sikap Tiong Li terhadap Hong Cu kelihatan mesra
536 sekali. Nah, sesukamulah mau percaya atau tidak, itu bukan
urusanmku." "Kau bohong! Apa buktinya bahwa kata-katamu ini benar?"
"Ha, memang kau bodoh, maka mana kau mau percaya omongan
orang" Kau mau bukti" Baik, ketahuilah aku belum lama ini
bertemu dengan Hong Cu dan Tiong Li. Mereka berada di kota
Lam-hin dan sedang menuju ke jurusan timur.
"Kalau kau dari sini menuju ke Lam-hin, maka kau akan bertemu
dengan mereka. Tentu saja kalau bertemu dengan kau, Tiong Li
takkan mau mengaku, tapi kaulihatlah saja hubungan antara
Tiong Li dan Hong Cu."
"Siauw Liong, seujung rambutpun aku tak dapat percaya
bicaramu! Kau memang seorang pembohong besar dan kau
jagalah, kalau telah bertemu dengan mereka dan mendapat
kenyataan bahwa kau hanya mengobrol sesukamu, maka kau
akan kucari dan kuberi hajaran karena kau telah menghina
kawan-kawanku!" "Orang tolol, terserah padamulah! Apa lagi akupun tidak jerih akan
ancamanmu. Kaukira aku takutkah" Bodoh!" Kemudian Siauw
Liong loncat menghilang dalam gelap.
Siauw Ma yang sudah dibakar hatinya oleh Siauw Liong tidak
lanjutkan niatnya semula dan kembali ke kamar rumah
penginapan. Ia merasa bingung.
537 Benarkah cerita Siauw Liong" Tak mungkin, pasti ia membohong.
Tapi mengapa ia harus membohong padanya" Apa perlunya"
Demikianlah, malam itu ia tak dapat tidur dan bergulingan gelisah
di atas pembaringannya. Racun obrolan Siauw Liong terasa juga
pengaruhnya. Pada keesokan harinya, ia mencari tahu di mana jalan yang
menuju ke jurusan Lam-hin. Setelah mendapat tahu, ia segera
menuju ke Lam-hin! Dan betul saja, setelah berjalan cepat lebih setengah hari
lamanya, ia melihat sepasang pemuda-pemudi datang dari
jurusan depan. Ia masih dapat mengenali Tiong Li karena pemuda
itu memikul pikulan keranjang obat! Cepat sekali Siauw Ma loncat
sembunyi di balik sebatang pohon besar.
Hong Cu dan Tiong Li lewat sambil bercakap-cakap. Wajah Tiong
Li nampak gembira dan pandang matanya kepada gadis di
sebelahnya itu memang nyata sekali menunjukkan rasa kasih
yang besar. Tapi sebaliknya wajah gadis yang cantik jelita itu nampak muram
seakan-akan menyusahkan sesuatu. Keningnya berkerut hingga
sepasang alis matanya yang panjang hitam kecil itu hampir
bertemu satu sama lain. Setelah kedua teruna remaja itu jalankan kuda mereka lewat,
Siauw Ma segera loncat keluar dan memanggil.
"Saudara Tiong Li! Tunggulah sebentar!"
538 Tiong Li tahan kudanya dan berpaling.
"Siauw Ma!" ia berteriak girang.
Mendengar nama ini, Hong Cu juga tahan kudanya dan berpaling.
Siauw Ma melihat betapa wajah gadis yang tadinya muram itu
tiba-tiba menjadi terang berseri dan gadis itu segera loncat turun
dari kuda dan menghampirinya.
"Saudara Siauw Ma!" Suara panggilan yang keluar dari mulut
Hong Cu ini merdu sekali dan untuk sejenak gadis itu lupa akan
kedukaannya dan berdiri memandang Siauw Ma dengan mata
bercahaya. "Kau juga di sini, nona Hong Cu!" Siauw Ma balas menegur dan
tersenyum ramah. Sementara itu, Tiong Li juga loncat turun dan pegang lengan
Siauw Ma dengan girang. "Ah, benar-benar kau telah menjadi
seorang yang gagah dan tegap," katanya memuji sambil
memandangi seluruh tubuh Siauw Ma yang tegap
Siauw Ma bernapas lega melihat bahwa sebagian dari obrolan
Siauw Liong adalah bohong, karena dengan jelas ia dapat
menyaksikan bahwa hubungan antara Tiong Li dan Hong Cu
adalah cukup sopan dan bersih. Hal ini mudah saja dilihat dari
sikap kedua pihak. Ia dapat menduga bahwa Tiong Li agaknya
cinta sekali kepada gadis itu, tapi ia heran mengapa Hong Cu
bersikap acuh tak acuh. 539 Mereka saling menceritakan riwayat mereka secara ringkas dan
segera melanjutkan perjalanan bertiga karena Siauw Ma katakan
bahwa ia tidak mempunyai tujuan tertentu. Hari telah mulai gelap
ketika mereka masuk dalam sebuah kota dan memesan dua
kamar dalam sebuah rumah penginapan. Sebuah kamar untuk
Siauw Ma dan Tiong Li, sebuah lagi untuk Hong Cu.
Saat itulah digunakan oleh Siauw Ma untuk bicara empat mata
dengan Tiong Li. Ia pandang sahabatnya itu dengan tajam, lalu
bertanya, "Tiong Li, sahabatku. Kau seorang gagah dan jantan, maka aku
harapkan jawaban-jawaban yang jujur dari mulutmu."
Tiong Li memandang kawannya itu dengan heran, tapi ia cukup
maklum bahwa Siauw Ma adalah seorang yang jujur dan suka
bicara terus terang dalam segala hal. Maka ia tersenyum
menjawab. "Tentu saja, Siauw Ma. Terhadap seorang kawan baik seperti
engkau, tentu aku tidak mau main-main. Jawaban apakah yang
kaukehendaki dariku?"
"Pernahkah kau bertemu dengan Lian Eng?"
Terkesiap juga hati Tiong Li mendengar pertanyaan ini karena ia
teringat akan gadis yang aneh itu dan tiap kali teringat kepada
Lian Eng timbullah hati kasihan kepadanya karena iapun lambatlaun
dapat menduga bahwa gadis itu sebetulnya "ada hati"
540 kepadanya! Maka kini pertanyaan ini mengingatkan ia kembali
akan peristiwa yang dialaminya dengan Lian Eng.
"Memang pernah aku bertemu dengan dia."
Ia lalu menceritakan tentang pengalamannya ketika membeli
kuda dari tuan tanah yang mendapat hajaran dari Lian Eng itu,
kemudian karena ia tahu bahwa kawannya menghendaki
penjelasan yang lengkap, ia menuturkan pula sikap Lian Eng
ketika bertemu dengan Hong Cu dan betapa Lian Eng menjadi
marah pergi! "Tidak adakah sengketa antara engkau dan Lian Eng?" tanya
Siauw Ma. Tiong Li memandang heran. "Tidak, ketika ia marah kepada Hong
Cu, aku hanya melarang ia menyerang Hong Cu. Agaknya ia
menganggap aku berat sebelah dan ia menjadi marah lalu pergi.
Aku menerangkan sejujurnya kepadanya bahwa aku mencinta
Hong Cu dan karenanya aku terpaksa membelanya dan tidak
memperkenankan Lian Eng mencelakakannya."
"Apakah kau menghinanya?" Siauw Ma bertanya lagi.
Tiong Li bangkit dari kursinya dan memandang tajam, suaranya
terdengar sungguh-sungguh dan penasaran ketika ia berkata.
"Siauw Ma! Kauanggap aku orang macam apakah" Bagaimana
kau bisa ajukan pertanyaan macam ini" Aku tak pernah menghina
Lian Eng!" 541 Siauw Ma pun berdiri dan pegang tangan Tiong Li. "Maaf, kawan.
Aku telah dibujuk oleh Siauw Liong.
"O, penjahat rendah itu" Pantas saja sikapmu aneh."
"Kalau begitu, biarlah kita berpisah. Aku hendak mencari Lian
Eng." Tiba-tiba Tiong Li tersenyum gembira. Sambil tepuk pundak
Siauw Ma yang bidang, ia berkata tertawa, "Aah, begitu besarkah
cintamu kepada nona Lian Eng?"
Untuk pertanyaan ini Siauw Ma menjawab cepat. "Mungkin sama
besarnya dengan cintamu terhadap Hong Cu!"
Kedua pemuda itu saling berpegang tangan dengan erat sebagai
dua orang pemuda sahabat yang telah ketahui rahasia masingmasing.
Kemudian Siauw Ma malam-malam itu juga tinggalkan
Tiong Li yang tidak sanggup menahan kawannya itu.
Malam itu terang bulan dan Siauw Ma keluar lalu berlari cepat.
Maksudnya hendak mengunjungi seorang sahabatnya yang
menjadi kepala pendeta di sebuah kelenteng di luar kota dan
bermalam di situ. Tapi ketika ia sedang berlari cepat, tiba-tiba
bayangan seorang lain mendahuluinya dan berhenti di depannya.
Bayangan itu berpotongan ramping dan terdengar ia tertawa
merdu. "Hong Cu, kaukah ini?" Siauw Ma menegur.
542 Hong Cu tertawa. "Sungguh seorang kawan yang baik sekali kau
ini. Lupakah kau sudah akan pergaulan kita dulu hingga sekarang
begitu bertemu kau lalu pergi tanpa pamit?"
"Maaf, Hong Cu, aku terburu-buru Aku sudah minta Tiong Li
sampaikan salamku padamu."
"Mengapa dengan perantaraan dia" Eh, sebenarnya kau hendak
ke manakah malam-malam begini?"
"Aku hendak pergi ke Kelenteng Ban-hok-tong di luar kota. Pek In
Tianglo menjadi hwesio kepala di situ dan aku hendak bermalam
di sana." "Kalau begitu aku ikut!"
"Eh, bagaimanakah kau ini" Habis, Tiong Li bagaimanakah" Akan
kautinggalkan begitu saja?"
"Mengapa tidak" Besok pagi kita bisa jemput dia dan pergi
bertiga." Siauw Ma duduk di atas sebuah batu di pinggir jalan dan berkata.
"Hong Cu, kau duduklah di sini."
Gadis itu lalu menghampirinya dan duduk di hadapannya. Mereka
saling pandang di bahwa sinar bulan purnama. Siauw Ma
memandang dengan bingung dan heran sedangkan Hong Cu
memandang dengan kagum dan mesra.
543 "Hong Cu, sikapmu ini sungguh merupakan teka-teki bagiku.
Kau?" kau hendak ikut aku pergi ke kelenteng itu, Mengapa?"
Hong Cu tersenyum dan menyembunyikan rasa malunya dengan
menundukkan kepala. "Aku?". aku tidak apa-apa, Siauw Ma! Hanya, bukankah kita
sudah bertahun-tahun berpisah" Sekarang kita baru saja
bertemu, maka aku ingin sekali mengobrol dengan kau. Apakah
salahnya itu" Bukankah kita kawan baik?"
"Ya, ya, tentu saja, Hong Cu. Tapi?" tapi".. Tiong Li?""
"Lagi-lagi Tiong Li kau sebut-sebut namanya. Mengapa dengan
Tiong Li" Ini adalah urusanku sendiri, sama sekali tidak ada
sangkut-pautnya dengan dia."
Makin heranlah hati Siauw Ma. "Tapi?". tapi kurasa, lebih baik
kita ajak dia sekalian, atau kau?" kau bilang dulu padanya, asal
dia tidak keberatan tentu aku suka kau ikut."
Maka berdirilah Hong Cu dengan marah.
"Siauw Ma! Apa artinya bicaramu yang tidak karuan ini" Mengapa
aku harus minta izin dari Tiong Li" Kau aneh sekali! Dia dengan
aku bukan apa-apa, hanya kawan baik seperti kita berdua!
Jangan kau sangka yang tidak-tidak, Siauw Ma, aku akan menjadi
marah!" Mengertilah kini Siauw Ma. Jadi cinta Tiong Li kepada gadis ini
hanya sepihak! Celaka sekali, bagaimanakah baiknya"
544 "Hong Cu, dengarkan kata-kataku ini. Mungkin kau sendiri tidak
menduga, tapi aku beritahukan padamu bahwa Tiong Li, pemuda
yang gagah perkasa dan tampan dan yang menjadi sahabatku
terbaik di dunia ini, dia itu cinta padamu! Tahukah kau" Dia cinta
padamu, maka tidak boleh kauanggap sepi begitu saja!"
Hong Cu terduduk kembali. Ia menganggukkan kepala. "Aku?"
aku tahu, Siauw Ma. Tapi?" apakah cinta dapat dipaksakan"
Aku".. aku anggap dia seperti saudara sendiri."
Siauw Ma menghela napas dan keduanya berdiam tak berkata
sampai lama. Kemudian, tanpa angkat kepalanya, Hong Cu
bertanya. "Dan kau, Siauw Ma" Kau adalah seorang yang tulus hati dan
jujur maka jawablah terus terang. Adakah kau juga mencinta
seseorang?" Berat rasa hati Siauw Ma untuk menjawab. Ia tahu bahwa gadis
jelita yang duduk sambil tunduk di depannya ini diam-diam
menaruh hati kepadanya dan kini gadis ini bertanya siapakah
yang dicintanya" Sungguh sebuah pertanyaan yang berat sekali dan satu ujian
hebat bagi kejujurannya. Tapi Siauw Ma lebih mengutamakan
kejujuran yang dianggapnya lebih baik.
Ia pikir lebih baik berterus terang dari pada diam-diam dan dapat
menimbulkan salah paham yang besar. Dengan suara tetap ia
menjawab. 545

Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku cinta kepada Lian Eng!"
Hong Cu mendengar pengakuan yang tak disangkanya sama
sekali ini merasa seakan-akan pipinya kena tampar! Lian Eng!
Mengapakah nasib sekejam ini"
Kalau memang Siauw Ma yang dikagumi itu tidak membalas
cintanya dan mencinta orang lain, mengapa justru orang lain itu
Lian Eng adanya" Lian Eng gadis yang membencinya itu"
Tadinya ia tidak benci kepada Lian Eng, hanya kasihan dan tidak
suka, tapi sekarang ia merasa benci sekali!
Ia tidak tahu bahwa perasaan inipun dimiliki Lian Eng terhadapnya
karena sebab yang sama, yakni cemburu dan iri hati!
Hong Cu perdengarkan suara ketawa merdu dan nyaring yang
kedengaran aneh di tengah malam itu, lalu gadis itu berkata.
"Kalau begitu, marilah kita berlumba mencari Lian Eng! Aku masih
belum penuhi tantangannya yang dulu karena terhalang oleh
Tiong Li!" Suara ini mengandung ancaman hebat bagi diri Lian
Eng hingga Siauw Ma terkejut sekali.
Hong Cu lalu loncat pergi dan lari dengan cepatnya. Siauw Ma
memanggil dan mengejar, tapi Hong Cu telah lari jauh dan lenyap
dari pandangan mata. Siauw Ma berdiri bengong untuk beberapa
lama, kemudian ia menghela napas berkali-kali dan melanjutkan
perjalanannya ke kelenteng sahabatnya untuk bermalam.
Dengan hati panas dan marah Hong Cu kembali ke tempat
penginapannya dan dengan diam-diam masuki kamarnya.
546 Setelah berkemas, ia lalu menulis surat pemberitahuan kepada
Tiong Li bahwa ia hendak mengambil jalan sendiri karena ada
keperluan penting dan minta Tiong Li maafkan dia.
Kemudian ia tinggalkan surat itu kepada pelayan dan dengan
diam-diam ia keluarkan kuda lalu melarikan binatang itu pergi dari
situ. <> Seperti halnya Lian Eng dulu, Hong Cu kaburkan kudanya di
bawah sinar bulan purnama dan semalam suntuk ia tidak hentikan
kudanya, lari bagaikan dikejar setan!
Seperti juga di kota-kota lain, Siauw Liong juga mempunyai kaki
tangan di kota itu dan ia telah diberitahu tentang kedatangan
Hong Cu dan Tiong Li. Oleh karena ini ia bersiap sedia dan karena
ia berada di suatu tempat tak jauh dari situ, dengan diam-diam,
iapun melakukan pengintaian sendiri.
Ia melihat ketika Hong Cu keluar dari penginapan dan kaburkan
kudanya, maka dengan tak buang waktu lagi ia diam-diam
mengejar dari belakang. Ia heran sekali karena gadis itu semalam
penuh terus larikan kudanya hingga ia terpaksa harus mengikuti
juga. Ketika malam telah berganti pagi dan Hong Cu masih saja
kaburkan kudanya, Siauw Liong menjadi bingung. Kudanya sudah
tidak kuat lari lagi, maka cepat ia loncat turun dan menggunakan
547 ilmu lari cepat! Untung baginya bahwa kuda Hong Cu juga sudah
lelah sekali hingga ia tidak tertinggal.
Hong Cu bukannya tidak tahu akan pengejaran seorang di
belakang setengah malam penuh itu, tapi karena hatinya sedang
duka, maka ia tidak memperdulikannya. Kini ia teringat akan
pengejarnya karena suara kuda di belakang telah lenyap dan ia
melihat seorang berlari mengejarnya dan timbullah marahnya.
Mau apakah orang gila itu mengejar-ngejarnya sepanjang
malam" Hong Cu loncat turun dari kudanya yang telah lelah dan yang
segera jatuhkan diri berlutut, kemudian gadis itu pungut sebatang
ranting kayu kering. "Orang itu mencari mampusnya sendiri," demikian gerutunya,
sama sekali ia tidak pandang sebelah mata kepada orang yang
datang lari cepat sekali itu.
Ketika orang itu telah sampai di depannya, kemarahan Hong Cu
meluap. Ternyata orang itu adalah Siauw Liong! Ia teringat akan
Kim Hwa Sianli yang dulu memberi tahu bahwa patung Dewi
Kwan-im kembali tercuri orang dan bahkan kedua tokoh Kwan-imkauw
sampai terbunuh. "Eh, maling kecil tak tahu malu! Kau datang mengantarkan
kematianmu?" Serta merta Hong Cu loncat menyerang dengan
ranting di tangannya, sedikitpun tak memberi kesempatan kepada
Siauw Liong. 548 Pemuda itu cepat loncat jauh karena ia telah tahu akan kehebatan
ilmu tongkat gadis itu dan bahwa ranting kecil itu bahayanya
melebihi ratusan golok besar di tangan orang-orang biasa! Tapi
Hong Cu yang baru jengkel dan sedih saat itu tumpahkan seluruh
hawa marahnya kepada Siauw Liong, maka ia loncat mengejar
dan mengirim serangan pula dengan ganasnya.
Terpaksa Siauw Liong keluarkan dua tongkat ular hitam dari
dalam bajunya dan mainkan sepasang ular itu untuk menangkis.
"Nona Hong Cu, nanti dulu. Belum lagi kita bicara, mengapa
datang-datang kau menyerangku."
"Siapa sudi bicara dengan maling busuk!" kembali ia menyerang
dan kembali Siauw Liong menangkis lalu loncat mundur.
"Eh, eh, nanti dulu! Kau beberapa kali memaki aku maling, aku
telah mencuri apamukah"
"Cih! Manusia rendah tak tahu malu. Apa kausangka aku tidak
tahu bahwa kaulah maling patung dari Kwan-im-bio dan kau
pulalah pembunuh ketua-ketua Kwan-im-kauw?"
Siauw Liong perlihatkan muka sedih. "Aah, memang benar kau
berpikiran cupat! Mudah saja kau dibohongi orang. Kau ribut-ribut
urusan patung orang lain, sedangkan urusanmu sendiri tidak kau
perdulikan! Tidak tahukah kau bahwa ayah ibumu berada dalam
bahaya?" 549 Diingatkan akan ayah ibunya yang sampai kini belum ada kabar
ceritanya, seketika lemah tubuh Hong Cu. Ia memandang
pemuda itu dengan wajah pucat dan air matanya turun cepat.
"Di?". di manakah........ mereka," tanyanya gagap.
Siauw Liong tersenyum dan dengan tenang ia masukkan pula
senjatanya. Pemuda yang cerdik ini tahu sudah bahwa senjata
yang keluar dari mulutnya telah berhasil baik, dan bahwa kini tidak
ada bahaya lagi. "Nah, kau mau tahu" Ia telah terculik oleh Lian Eng!"
"Kau".. kau bohong!" Gadis itu memandang dari balik air
matanya dengan mata melotot.
"Bohong" Aku Siauw Liong selamanya tak pernah membohong!
Kau mau bukti" Marilah kutunjukkan tempatnya. Aku tahu di mana
Lian Eng mengeram orang tuamu."
"Di mana" Di mana mereka" Hayo kau katakan padaku!" Hong
Cu berkata gemas. "Sayang aku tidak tahu nama kampung di lereng gunung itu!
Kalau kau memang ingin menolong mereka, kau harus ikut aku
pergi ke sana!" "Tidak sudi! Siapa sudi pergi bersamamu?"
"O, begitukah" Kalau kau tidak sudi, siapa mau memaksa" Nah,
selamat tinggal." Dan Siauw Liong balikkan tubuh.
550 "Tunggu dulu. Sebelum kauberitahukan tempat mereka, jangan
harap kau dapat pergi dari sini!" Hong Cu mengancam dengan
rantingnya. "Hm, kausangka aku takut padamu" Sekalipun kau akan menang
dan dapat membunuhku, tetap kau takkan tahu di mana orang
tuamu berada dan kalau terlambat mungkin jiwa mereka
melayang. Maka sudahlah, jangan banyak berlagak, kau ikut aku
ke tempat orang tuamu. Kalau kau takut aku membohongimu,
mudah saja bagimu untuk kemudian menyerangku, masih belum
terlambat!" "Jauhkah tempat itu?" akhirnya Hong Cu bertanya. Setelah
memikir-mikir beberapa lama, Siauw Liong berkata, "Yaah, kirakira
perjalanan sepekan paling cepat!"
Hong Cu merasa bingung. Sepekan" Dan selama itu harus
bersama-sama pemuda kurang ajar ini" Harus melakukan
perjalanan bersama" Tapi ia harus berani berkorban perasaan
untuk membela orang tuanya. Kalau memang benar Lian Eng
yang menculik orang tuanya, kurang ajar benar gadis gagu itu! Ia
harus serang dan adu jiwa dengan gadis itu!
"Baiklah, aku ikut kau ke tempat itu. Tapi awas kalau kau
membohong dan berani kurang ajar terhadapku, jangan
kaukatakan aku keterlaluan kalau aku cabut nyawamu!" akhirnya
Hong Cu berkata dan tatap wajah Siauw Liong dengan bengis.
551 Tapi agaknya mata yang tajam dan indah itu tidak membuat jerih
hati Siauw Liong, bahkan ia balas memandang dengan mesra dan
tersenyum, hingga Hong Cu membentak.
"Hayo kita berangkat, apa maksudmu memandang orang sambil
tersenyum-senyum?" Maka berangkatlah mereka berdua sambil menggunakan ilmu lari
cepat menuju ke arah timur laut. Siauw Liong yang mendapat
kesempatan jalan bersama gadis cantik yang sangat menarik
hatinya itu, merasa gembira sekali dan ia tidak menyembunyikan
perasaan ini. Tiada hentinya ia mengajak gadis itu mengobrol dan ia
menceritakan pengalamannya yang luas. Tapi Hong Cu hanya
mendengar dengan setengah hati dan jarang sekali menjawab
kalau tidak perlu betul. Tiga hari kemudian mereka tiba di sebuah kota dekat sungai yang
tampak ramai. Sebenarnya, menuruti jalan lurus, untuk pergi ke
kampung di mana Lian Eng menyembunyikan orang tua Hong Cu,
cukup menggunakan waktu dua hari. Tapi karena Siauw Liong
sengaja mengambil jalan memutar agar makan waktu lebih lama,
maka biarpun telah berjalan cepat selama tiga hari mereka belum
juga sampai di tempat tujuan.
Melihat sikap Siauw Liong yang ceriwis dan sepanjang jalan
berusaha mengambil-ambil hatinya, Hong Cu dapat menduga
bahwa pemuda jahat ini tentu sengaja mengambil jalan memutar,
tapi ia masih bersabar dan mengambil keputusan untuk menahan
552 sabar sampai sepekan. Kalau sampai selama itu belum juga
mereka tiba di tempat yang dimasudkan, maka ia takkan memberi
tempo lagi dan hendak mengadu jiwa dengan pemuda ceriwis ini!
Tiap kali berhenti di sebuah kota dan bermalam di rumah
penginapan, Hong Cu selalu mengambil kamar sendiri yang agak
jauh dari kamar Siauw Liong agar ia tidak terganggu. Juga
sepanjang jalan ia berlaku hati-hati dan waspada sekali,
sedikitpun tak berani lengah dan lalai, hingga sedikitpun tidak
memberi ketika atau kesempatan kepada Siauw Liong untuk
berlaku curang. Juga di waktu makan, ia berlaku hati-hati sekali
karena ia cukup tahu akan kelihaian pemuda itu mempergunakan
racun. Sebenarnya, betapapun keras Hong Cu menjaga diri, kalau
kiranya dikehendaki oleh Siauw Liong, pemuda itu tentu akan
berhasil juga berbuat curang dengan menggunakan kelicinan
serta kecurangannya yang penuh tipu muslihat. Tapi untung bagi
Hong Cu bahwa pada waktu itu Siauw Liong sedang menjalankan
rencana lain. Pemuda yang cerdik itu sengaja hendak mengadu dombakan
Hong Cu dengan Lian Eng, dan jika Hong Cu telah dapat
bermusuhan dengan Lian Eng, maka tentu nona manis ini akan
percaya kepadanya dan dapat bersikap lebih manis, karena
Siauw Liong tahu bahwa Hong Cu juga dikecewakan dalam
cintanya terhadap Siauw Ma! Ia sengaja pikat-pikat dan ambil hati
Hong Cu. 553 Ketika kedua orang itu masuk ke kota Kian-bun yang ramai itu
tiba-tiba terdengar seruan orang. "Kau, Siauw Liong!"
Ketika mereka berpaling memandang, Hong Cu melihat bahwa
yang menegur itu adalah seorang perempuan muda cantik
berpakaian merah. Wanita itu dengan tindakan kaki yang genit
menghampiri Siauw Liong dan pada wajahnya yang cantik itu
terbayang senyum mesra. Melihat ini Hong Cu lalu membuang
muka dan tidak memperhatikan mereka pula, hanya menjauhi dan
berdiri tak acuh. "Moi-moi, kau di sini?" Siauw Liong menegur dengan wajah tak
senang. "Koko, aku mencari-carimu sampai di mana-mana. Hayo kita
pulang saja, koko!" berkata wanita itu yang bukan lain ialah Angienio-nio. Tiba-tiba mata Siauw Liong mengeluarkan sinar marah. Ia gerakgerakkan
tangan dan membentak, "Hayo, kau pergi dari sini!
Jangan kauganggu aku, aku sedang sibuk dan ada urusan
penting. Pergi!" Kisah Dua Naga Di Pasundan 2 Pedang Kayu Harum Karya Kho Ping Hoo Tujuh Pedang Tiga Ruyung 16

Cari Blog Ini