Ceritasilat Novel Online

Rahasia Ki Ageng Tunjung 1

Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru Bagian 1


RAHASIA KI AGENG TUNJUNG BIRU Serial 10 Dewi Sritanjung
Karya : Widi Widayat
Cover & Illustrasi: AriePenerbit: MELATI Jakarta
HAK CIPTA dilindungi oleh Undang-undang
1 Anda tanya, saya jawab.
Anda pasti bertanya, mengapa buku ini
berjudul seperti itu" Memang ada sebabnya. Begini!
Dewi Sritanjung adalah murid tunggal Ki
ageng Tunjung Biru. Selama belasan tahun lamanya hidup berdua dengan gurunya,
Dewi Sritanjung tidak pernah mendapat penjelasan, mengapa gurunya hidup seorang
diri di dalam hutan.
Dewi Sritanjung berpisah dengan gurunya,
karena diutus gurunya bertemu dengan Gajah
Mada dan sekaligus untuk dapat bertemu dengan
orang tuanya. Maka harapannya sebesar gunung,
karena selama ini memang belum pernah tahu
siapakah orang tuanya, dan belum pula mengenal
wajah ayah bundanya.
Namun ternyata kemudian apa yang kemudian apa yang dialami tidak seperti
harapannya semula. Ia hanya mendapat kekecewaan dan
hatinya terasa sakit. Oleh sebab itu malam hari ia
pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Tujuannya tidak lain hanyalah ingin
kembali ke hutan
dan hidup lagi bersama gurunya.
Tetapi dalam perjalanan pulang untuk menemui gurunya ini, ia melihat gunung yang
mengeluarkan asap. Ia heran, lalu pergi ke gunung itu
untuk melihat apa yang terjadi. Namun sungguh
sayang, dalam perjalanan menuju puncak ini ia
berhadapan dengan bahaya yang tidak pernah ia
harapkan. Ia terperosok dalam lubang jebakan.
Sebagai akibat kurang pengetahuan disamping kurang hati-hati, maka tiba-tiba
saja kakinya merasa menginjak tempat kosong.
Gadis bernama Dewi Sritanjung ini kaget
dan berusaha melawan luncuran tubuhnya sambil memukulkan kaki dan tangannya ke
tepi lubang. Namun sungguh celaka! Tubuhnya terus
meluncur turun pada lubang yang gelap bukan
main. Akibatnya sekalipun ia tabah dan penuh
rasa percaya kepada diri sendiri, Dewi Sritanjung
menjerit nyaring.
Tetapi sekalipun demikian ia masih berusaha mengurangi kecepatan luncuran tubuh
dengan jalan mengatur keseimbangan tubuhnya.
Hanya sayang sekali, lubang ini ternyata dalam
sekali, sehingga luncuran bukannya berkurang,
malah semakin menjadi cepat. Saking kaget, takut dan ngeri, akhirnya gadis ini
menjadi pening namun masih tetap sadar.
Entah sudah berapa lama tubuhnya meluncur cepat sekali ke bawah. Tiba-tiba ia
merasa tubuhnya tertahan oleh angin yang kuat sekali
dari bawah, hingga tubuhnya membal ke atas
kembali. Tetapi keadaan itu tidak lama, tubuhnya
kembali meluncur turun. Lalu terasa lagi angin
kuat menyambar dari bawah dan tubuhnya membal kembali.
Meluncur lalu membal kembali sampai beberapa kali ini menyebabkan dirinya
seperti diko- cok dan kepalanya tambah pening. Dan pada akhirnya gadis ini tidak dapat
bertahan lagi lalu
pingsan! Hembusan angin yang kuat dari bawah ini
ternyata dari dorongan seorang nenek yang sudah
tua renta, kurus kering dan rambutnya awutawutan tidak disanggul. Nenek ini
hampir telanjang karena pakaiannya sudah cabik-cabik tidak
keruan. Nenek ini duduk ngelesot di tanah yang
lembab. Setelah berkali-kali memukulkan dua belah tangannya ke atas bergantian,
dan dari telapak tangannya terbit angin yang kuat sekali, maka luncuran Dewi
Sritanjung makin lama menjadi
semakin lambat. Lalu ketika tubuh gadis yang
pingsan ini meluncur turun, sudah diterima oleh
dua tangannya yang kurus kering.
Oleh pertolongan yang tidak terduga dari
mahkluk yang berdiam di lubang ini, selamatlah
nyawa Dewi Sritanjung. Tetapi mungkin sekali
karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga, sekarang nenek ini dadanya menjadi
tersengalsengal lalu terbatuk-batuk. Ia membiarkan gadis
ini yang terbaring di depannya dan masih dalam
keadaan pingsan.
Sambil tersengal-sengal dan terbatukbatuk ini, nenek tersebut memandang penuh
perhatian. Desisnya, - Hemm, seorang bocah perempuan yang masih muda. Mengapakah
sebabnya bisa terperosok masuk dalam lubang ini"
Setelah hilang rasa sesak dalam dadanya,
nenek ini mulai memijit dan mengurut Dewi Sritanjung untuk menyadarkannya.
Berkat pijatan,
tiba-tiba gadis ini sadar lalu bangkit
- Ahhhh....... ! gadis ini kaget sekali ketika
melihat di dekatnya terdapat seorang nenek tua
renta, rambut awut-awutan, kotor dan menjijikkan dan setengah telanjang.
- Hi hi hik, engkau kaget" Jangan takut!
Anak, aku bukan setan dan bukan hantu. Tetapi
aku adalah manusia seperti engkau juga.
Mendengar ucapan ini, agak berkurang rasa takutnya. Ia menebarkan pandang
matanya ke sekeliling. Diam-diam timbullah rasa heran bocah
ini, mengapa dirinya sekarang berada di tempat
yang lembab ini" Sebuah jurang yang dalamnya
sulit diukur dan menyebabkan sinar matahari
yang terhalang oleh kabut jurang itu tidak begitu
terang, namun cukup pula menyebabkan jurang
ini tidak begitu gelap.
- Siapakah yang telah menolong diriku"
- Aku! Kenapa"
Tiba-tiba Dewi Sritanjung berlutut memberi
hormat. - Terimalah hormat Dewi Sritanjung dan
terima pulalah ucapan terima kasihku.- Apa" Terimakasih" Hi hi hik..... mulut
manusia memang gampang sekali mengucapkan
terima kasih. Akan tetapi mulut bukanlah hati
dan sebaliknya hati bukanlah mulut.Dewi Sritanjung keheranan mendengar
ucapan si nenek yang tidak keruan ujung pangkalnya ini. Namun belum juga gadis
ini sempat membuka mulut untuk bertanya, nenek itu sudah
berkata lagi. - Hi hi hik, engkau tidak perlu heran, Nak,
karena engkau masih amat muda. Tetapi kelak
kemudian hari mungkin engkau akan tahu apa
yang aku katakan tadi. Sebab di dunia ini, tidak
berkurang jumlahnya manusia yang lain di mulut
dan lain di hati.- Tetapi Nenek yang baik, aku mengucapkan terima kasih ini
secara tulus dari hati.Dewi Sritanjung membela diri.
- Bocah, apakah engkau tidak takut kepadaku"- Kenapa takut" Nenek amat baik dan
telah menyelamatkan nyawaku. Tentu saja aku tidak
takut malah amat berterima kasih. Apa yang akan
terjadi, apabila Nenek tadi tidak menolong diriku"
Tentu tubuhku sudah hancur berkeping-keping
jatuh di dasar jurang ini.Memang setelah hatinya kembali tenang,
Dewi Sritanjung mengerti, lubang jebakan di tempat dirinya terperosok ini,
dihubungkan dengan
jurang ini. Jurang yang amat dalam dan sulit diukur. Maka kalau dirinya selamat
seperti sekarang, hanya berkat pertolongan Dewata Yang
Agung saja. - Engkau bilang baik, karena aku sudah
menolong kau, bukan" Tetapi apa yang engkau
katakan, apabila engkau berhadapan dengan aku
tanpa lewat pertolongan" Hemm, aku berani bertaruh engkau tentu meludah dan
jijik melihat diriku yang tengik, jorok serta tua renta tidak berharga ini.- Tidak, Nek, tidak!
Aku memandang orang
bukan bertitik tolak kepada hal-hal yang kasat
mata. Pakaian maupun keadaan seseorang, menurut pendapatku bukanlah menjadi
dasar yang menentukan martabat seseorang. Nek, sekalipun
orang berpakaian mewah, baunya harum, tetapi
apabila perbuatannya tidak baik, tetap bukan
manusia yang baik. Lebih berharga seorang pengemis yang pakaiannya compangcamping, karena
si pengemis makan pemberian orang secara ikhlas, tidak memeras maupun memaksa
orang. - - Hi hi hik, ucapanmu amat menarik, Nak.Tetapi nenek ini tiba-tiba menghentikan
ucapannya. Matanya yang bersinar tajam itu terbelalak
sejenak, kemudian mendadak menyambar pedang
pusaka gadis ini.
Dewi Sritanjung kaget sekali. Akan tetapi
gerakan nenek ini memang cepat sekali dan pedang telah pindah ke tangan nenek
tersebut. Setelah pedang dengan sarungnya dalam
tangan nenek itu, berubahlah wajahnya. Ia menatap tajam kepada Dewi Sritanjung,
hardiknya, Dari mana kau peroleh pedang ini"Dewi Sritanjung menjadi agak
khawatir mendengar pertanyaan ini. Ada apakah dengan
pedang pusaka Tunggul Wulung ini" Akan tetapi
bagaimanapun ia tidak mencuri, dan pedang itu
adalah pemberian Ki ageng Tunjung Biru. Meskipun demikian sebelum ia menjawab,
terpikirlah untuk bertanya, apakah sebabnya nenek ini tertarik kepada pedangku itu.
- Nenek yang baik, mengapa sebabnya Nenek tertarik kepada pedangku ini"tanyanya. - Hemm, aku tertarik karena ada pula sebabnya. Dan sekarang jawablah secara
jujur. Dari siapakah engkau peroleh pedang ini"- Dari Guruku.- Ahhh .... lalu siapakah
gurumu"- Ki ageng Tunjung Biru.- Ahhh......Ki ageng Tunjung Biru"Dan tiba-tiba
saja lengan nenek peyot ini
gemetaran, wajahnya berubah menjadi pucat, dan
pedang berikut sarungnya runtuh ke tanah.
Akan tetapi Dewi Sritanjung tidak berani
maju untuk mengambil. Sebab ia khawatir kalau
perbuatannya menyinggung perasaan nenek ini.
Maka gadis ini berdiam diri. Tetapi sesaat
kemudian gadis ini kaget, karena tiba-tiba nenek
ini menangis terisak-isak. Ia menangis benarbenar, sehingga air mata itu
mengucur deras sekali.
Melihat ini Dewi Sritanjung menjadi trenyuh. Lalu ia memberanikan diri dalam
usaha menghibur. - Nenek yang baik, sudahlah! Apabila
Nenek menghendaki pedangku, biarlah dengan
ikhlas aku berikan kepada Nenek. Nenek itu menghapus air matanya. Tetapi
mungkin karena hati amat sedih, air mata itu belum juga mau menjadi kering.
Dengan mata yang
basah, nenek ini kemudian menatap tajam kepada Dewi Sritanjung, lalu hardiknya.
- Huh! Siapa yang mau mengambil pedangmu" Huh, apakah kiramu aku serakah seperti
dugaanmu"- Ohhh.....- Dewi Sritanjung menjadi kaget
berbareng khawatir. - Maafkanlah aku, Nenek
yang baik. Aku tidak sengaja menyinggung perasaan Nenek. Akan tetapi..... apakah
sebabnya Nenek ..... menangis melihat pedang Tunggul Wulung"- Huh huh.....tentu
saja ada sebabnya..... sahut nenek ini dan kemudian menghela napas
panjang, seperti orang sedang menyesal.
Karena khawatir nenek ini menjadi salah
paham, maka Dewi Sritanjung berdiam diri. Akan
tetapi sekalipun demikian dalam dada gadis ini
penuh pertanyaan, apa sajakah sebabnya nenek
yang menolong dirinya ini tiba-tiba sikapnya aneh
" - Ambillah pedangmu ..... - perintahnya tiba-tiba.
Si nenek masih menangis dan mengucurkan air mata. Malah nenek ini tangisnya
menjadijadi, seakan seorang yang sedang menyesali sesuatu.
Dewi Sritanjung adalah bocah yang sejak
kecil tidak pernah merasakan kasih sayang ayah
bundanya, dan ia dirawat dan dibesarkan oleh Ki
ageng Tunjung Biru, yang ia akui sebagai kakeknya. Dengan kebiasaannya yang
hanya berdua dengan gurunya itu, menyebabkan gadis ini dapat
mengenal sifat orang yang sudah berusia lanjut,
yang memang berbeda dengan orang yang masih
setengah umur. Orang yang sudah pikun menjadi
orang yang gampang sekali tersinggung, peka dan
selalu minta diperhatikan. Sikap, kebiasaan dan
wataknya hampir mirip dengan bocah kecil yang
belum berumur sepuluh tahun.
Berdasar pengalamannya menghadapi Ki
ageng Tunjung Biru, ia segera tahu apa yang harus ia lakukan. Katanya kemudian,
- Nenek yang baik, maafkanlah aku yang muda ini, karena kehadiranku secara tidak sengaja
ditempat ini, hanya menyebabkan Nenek sedih.Nenek ini mengangkat wajahnya yang basah air mata,
lalu dengan sepasang matanya yang
basah itu pula menatap Dewi Sritanjung. Kemudian terdengarlah nenek ini menghela
napas di sela sedunya. - Aduhh ..... Anak muda, mungkinkah
permohonan ku selama ini...... kepada Dewata
Yang Agung..... mendapatkan perhatian"
- Aku kurang mengerti apa yang Nenek
maksudkan.Mendadak nenek ini mendelik lalu membentak, - Haii! Apakah sangkamu,
semenjak aku lahir di dunia ini, aku sudah bertempat tinggal di
tempat terkutuk ini"- Ohhh !- seru Dewi Sritanjung lirih. - Kalau demikian
halnya..... apakah.....- Memang ada orang yang mencelakakan
diriku ...... - potong nenek ini dengan nada geram.
- Bangsat! Bedebah! Biadab orang itu! Sudah kuberi air susu malah membalas
dengan air tuba! Tetapi.....ahhh hu hu huuuun..... oh, maafkanlah aku ..... Kakang ..... oh
Ki ageng ..... ohh,
berilah aku ampun .... ya, sekarang aku sudah


Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sadar dan insyaf ......
Dewi Sritanjung heran disamping agak bingung, mendengar ucapan nenek ini. Apakah
maksud yang sebenarnya" Siapakah orang yang dia
maki bangsat dan biadab itu, dan siapa pulakah
yang dia sebut Kakang atau Ki ageng itu" Diamdiam ia sudah dapat menduga mungkin
nenek ini terpaksa menjadi penghuni tempat terasing dan
tidak menyenangkan, adalah akibat kecelakaan
atau dicelakakan orang.
Apabila dugaannya ini benar, berarti dugaannya yang pertama adalah keliru. Ia
tadi setelah merasa tertolong oleh nenek ini dari maut, ia
menduga nenek ini seorang pertapa sakti yang
sengaja mengasingkan diri dan bertapa di tempat
aneh ini. Tetapi apabila benar orang sudah mencelakai nenek ini, lalu siapakah yang bisa
melakukannya, justru nenek ini sakti" Sebab apabila
bukan tokoh sakti, manakah mungkin nenek ini
dapat menyelamatkan dirinya yang terperosok
masuk ke dalam jurang yang amat dalam ini"
Nenek ini sesudah melihat Dewi Sritanjung
berdiam diri, agaknya menjadi sadar sudah menyebabkan bocah ini kaget dan takut
- Anak, agaknya engkau kaget dan takut
berhadapan dengan aku ini"- tanyanya.
- Tidak, Nek,- sahut gadis ini sambil menggeleng. - Hanya yang menyebabkan aku
heran, terharu dan sedih, adalah mengapa sebabnya Nenek berada ditempat ini"- Kenapa
kau ikut bersedih" Hemm..... bukankah engkau tiada sangkut pautnya dengan
aku"- Benar. Dulunya memang tidak. Tetapi sejak saat ini, aku mempunyai hubungan
dengan Nenek. Tempat ini adalah terasing dan aku juga
merasa berutang budi kepada Nenek. - Hemmm.....- nenek ini menghela napas
pendek. Agaknya sikap dan ucapan Dewi Sritanjung
ini mengesan dalam hati si nenek. Maka sesaat
kemudian ia berkata, - Apakah engkau mengira,
aku ini seorang nenek berhati baik"- Ya! Kalau tidak, Nenek tentu tidak sudi
menolong aku.Tiba-tiba nenek ini terkekeh, sekalipun sepasang matanya masih
basah air mata. Dan karena nenek ini masih terisak, maka suara ketawanya menjadi
aneh dan menakutkan. Kalau saja
ia mendengar suara ketawa ini belum berhadapan, tentu ia menjadi ketakutan
karena menjadi khawatir apabila nenek ini sudah gila. Adakah
orang menangis sambil tertawa kalau bukan gila"
Setelah nenek ini berhenti menangis dan
tertawa, ia menghardik, - Apa katamu" Hatiku
baik" Huh, tahukah kau jika orang yang terperosok ke jurang ini laki-laki" Apakah yang akan aku
lakukan"- Tentu nenek akan menolongnya pula seperti yang sudah Nenek lakukan
terhadap diriku.
- - Jangan ngomong tidak keruan!- bentaknya tiba-tiba.
Akibatnya Dewi Sritanjung menjadi kaget.
Diam-diam gadis ini heran. Mengapakah
sebabnya tiba-tiba nenek ini membentak dan marah" Lalu, apakah kesalahannya"
- Huh huh! - nenek ini bersungut-sungut.
Sejenak kemudian katanya dengan nada geram, Jika ada laki-laki yang terperosok
masuk kemari, tentu akan aku biarkan mampus terbanting dan
tubuhnya hancur berantakan.- Ihhh.....!- Dewi Sritanjung kaget dan diam-diam
ngeri. Tanyanya kemudian, - Apakah sebabnya Nenek berbuat begitu"- Mengapa, ya
mengapa" Kau heran" Huh,
manusia laki-laki di dunia ini kecuali..... seorang
saja, semuanya jahat. Aku benci jadinya. Dan aku
benci kepada semua laki-laki! Karena mereka itu
hanyalah penipu. Penipu! Kau dengar"Walaupun tidak tahu apakah maksud nenek ini.
Gadis ini terpaksa mengangguk juga. Tetapi anggukan bocah ini telah dapat
membuat si nenek menjadi senang, karena merasa mendapat
perhatian. - Bagus, hemm! Kau memang seorang anak
baik. Tidak keliru apabila aku tadi sudah berusaha menyelamatkan engkau. Anak, aku bilang, laki-laki tidak baik, kecuali hanya
seorang saja.- Hemmm...... nenek ini menghela napas
panjang dan tidak memberi jawaban. Namun beberapa jenak kemudian nenek ini
bertanya lirih, Apakah gurumu ..... Ki ageng Tunjung Biru tidak
pernah membicarakan tentang seorang perempuan dengan kau"- Perempuan"- Dewi
Sritanjung kaget berbareng heran.
Menurut seingatnya, sekalipun sudah belasan tahun lamanya ia hidup bersama
dengan Ki ageng Tunjung Biru, orang tua itu belum pernah
membicarakan perempuan. Namun demikian, ia
masih berusaha mengingat-ingat apa yang sudah
ia ketahui tentang gurunya.
- Jawablah! Pernahkah dia bicara tentang
seorang perempuan"- Tidak!- ia menggeleng.
- Aduhhh..... hu hu huuuuu.....apakah dia
belum juga mau memaafkan aku"- tiba-tiba saja
nenek ini kembali menangis sambil menutupi wajahnya.
Dewi Sritanjung makin tidak mengerti
mengapa sikap nenek ini demikian aneh. Dalam
pada itu ia menduga pula apakah yang sudah
pernah terjadi antara perempuan ini dengan gurunya" Kalau tadi begitu melihat
pedang Tunggul Wulung segera mengenalinya, mengenal sebagai
milik Ki ageng Tunjung Biru, jelas nenek ini bukan orang asing bagi gurunya.
Disamping ia menduga demikian, iapun
menjadi heran pula, mengapa perempuan ini
mengeluh, Ki ageng Tunjung Biru tidak mau memaafkan" Lalu apakah salah perempuan
ini terhadap gurunya"
Akan tetapi karena sadar bahwa nenek ini
sifat dan tabiatnya agak aneh, ia tidak berani bertanya dan mendesak. Karena ia
menjadi khawatir
apabila sampai salah ngomong, bisa menyebabkan nenek ini marah lagi.
- Hemm, Anak baik, aku mengerti jika engkau menjadi heran, mendengar ucapanku
yang tidak keruan ujung pangkalnya ini,- Ya.- Tetapi sekalipun menjawab gadis ini
nampak ragu. - Hemm, tahukah bahwa diriku ini penuh
rasa dendam dan penasaran" Dan tahu pulakah
apa jadinya jika engkau terperosok masuk kemari, sebelum aku mendapat penerangan
batin dan rasa kesadaran" Hemm, Anak baik, sebelum aku
bertobat kepada Dewata Agung dan mohon ampun atas kesalahan-kesalahanku waktu
dulu"Nenek ini berhenti. Sesungguhnya ia ingin
mengatakan, ia akan membunuh kepada siapapun yang terperosok masuk ke tempat
tinggalnya sekarang ini. Akan tetapi kata-kata ini kemudian
ia telan kembali dan tidak jadi ia ucapkan, sebab
nenek ini khawatir apabila bocah ini menjadi ketakutan.
Entah mengapa sebabnya, setelah mengerti
bocah ini murid Ki ageng Tunjung Biru, terbit pula rasa yang lain terhadap bocah ini.
- Hemm, sudahlah! Yang sudah biarlah
berlalu! - akhirnya nenek ini berkata. - Tetapi untuk membuat engkau mengerti
duduk perkara yang sebenarnya, yang menyebabkan aku menghuni tempat ini, engkau harus mau
mendengar kisah hidupku lebih dahulu.Nenek ini berhenti sejenak lagi. Sesudah
mengambil napas, terusnya, - Anak baik, engkau
harus tahu, namaku Widoretno.....- Ohhh.....Nenek Widoretno"- gadis ini
terbelalak. - Ihhh.....agaknya kau kaget" Kenapa"
Apakah gurumu pernah menyebut namaku"- Ya. Satu kali ......
- Katakan! Lekas katakanlah.....apa kata
gurumu ....."
- Ya. Kakek pernah.....Tiba-tiba nenek ini sudah mencengkeram
leher Dewi Sritanjung dengan tangan kiri, sedang
jari tangan kanan sudah siap di atas kepala untuk menusuk ubun-ubun.
Gadis ini kaget sekali oleh serangan si nenek yang mendadak dan amat cepat ini.
Hingga dirinya tidak sempat untuk menghindarkan diri.
- Apa kau bilang" Dia Kakekmu"- desis
Nenek Widoretno penuh ancaman dan geram. Jadi..... jadi..... Ki ageng Tunjung
Biru kawin lagi,
mempunyai anak dan cucu"- Apakah sebabnya engkau menanyakan
tentang kawin lagi, mempunyai anak dan cucu"tiba-tiba gadis ini menjadi kurang senang atas
pertanyaan ini dan menjawab dengan nada ketus.
- Guruku hanya hidup seorang diri di dalam sebuah pondok kecil di sebuah hutan.
Tidak ada orang lain dalam pondok itu, kecuali aku seorang.- Tetapi dia Kakekmu"- bentak
nenek Widoretno.
Dewi Sritanjung menggeleng, - Bukan!
Akan tetapi aku menganggap Guruku itu sebagai
Kakekku sendiri. Sebab, Guru merawat diriku
semenjak aku masih bayi merah.- Lalu, siapakah orang tuamu" Bukankah
orang tuamu itu keturunan Ki ageng Tunjung Biru"- Bukan! Aku adalah anak
terbuang!- Ahhh... - nenek Widoretno berseru tertahan, melepaskan cengkeramannya
dan memandang Dewi Sritanjung dengan keheranan. Karena
tiba-tiba saja bocah ini sudah menangis terisakisak.
Agak heran juga nenek ini melihat perubahan itu. Tadi ketika ia cengkeram
sedemikian rupa, bocah ini tidak takut sedikitpun. Tetapi mengapa sekarang,
setelah diajak bicara tentang
orang tuanya, mendadak saja gadis ini menjadi
sedih dan menangis"
- Anak baik.....ohh, Anak baik..... maafkanlah aku. Hemm ..... tidak sengaja aku
sudah menyebabkan kau sedih.....- ujarnya berubah lembut
dan menghibur. Dewi Sritanjung masih menangis terisakisak ketika teringat nasibnya sebagai
seorang anak terbuang. Karena Dewi Sritanjung tidak membuka
mulut nenek Widoretno bertanya lagi, - Anak...
engkau tadi bilang sebagai anak terbuang...... Lalu siapakah orang tuamu" Dan
mengapa pula sebabnya engkau dirawat dan dibesarkan oleh Ki
ageng Tunjung Biru"Sejak pergi meninggalkan rumah orang tuanya. Ia sudah
bertekad untuk tidak mengaku
sebagai puteri Mpu Nala. Ia tidak menginginkan
ayahnya celaka. Sebaliknya ia malah ingin menjaga nama baik dan kehormatan
ayahnya. Oleh sebab itu ia tidak ingin membawa nama orang tuanya selama dirinya
berkelana seorang diri tanpa
tujuan sekarang ini. Maka lebih aman apabila dirinya mengaku ayah bundanya sudah
meninggal. Mengaku sebagai anak yatim piatu, sebagai gadis
sebatang kara. Sambil menghapus airmatanya yang membasahi wajahnya, Dewi Sritanjung menjawab,
Aku tidak tahu lagi, siapakah orang tuaku sebenarnya. Menurut cerita Kakek atau
Guru yang sudah tidak bedanya kakek kandungku sendiri,
aku dia temukan ketika hanyut di sungai, masih
sebagai bayi merah. Kemudian dia rawat dan dia
besarkan. Itulah sebabnya disamping sebagai
Guru, dia juga aku anggap sebagai Kakekku sendiri.- Ahhh..... aku menyesal
sekali sudah menyebabkan engkau kaget, Anak baik.- Widoretno
mengakui kelancangannya.
- Tetapi ... aku justru malah senang sekali
apabila Nenek tadi benar-benar membunuh aku...
- Apakah sebabnya engkau berkata seperti
itu "-Aku hidup sebatang kara.....dan mengembara tanpa tujuan ..... Kalau Nenek
mau membunuhku bukankah aku jadi terbebas dari derita
ini....." Widoretno terbelalak. Kemudian secara tiba-tiba tangan nenek ini meraih Dewi
Sritanjung, lalu dia dekap erat sekali, dan wajahnya dia tekankan pada dada yang kerempeng,
karena buah dadanya sudah kering.
Dewi Sritanjung kaget sekali dan hampir
saja melepaskan diri, karena mau muntah menghirup bau yang apek dan tengik dari
tubuh dan pakaian Widoretno. Agaknya nenek ini tidak pernah kenal lagi dengan mandi, dan
menyebabkan tubuh dan pakaiannya menyebarkan bau tidak
sedap. Dan sesungguhnya saja ia tersiksa sekali
oleh dekapan ini. Namun untuk tidak menyebabkan nenek yang sudah menolong
dirinya ini menjadi tersinggung dan marah, ia memaksa diri tidak memberontak dan
tidak melepaskan diri.
- Aku menjadi kasihan kepadamu, Anak
baik. Engkau jangan menangis...... Sudahlah, ini
namanya jodoh dan takdir. Engkau sebatang kara..... sebaliknya aku juga sebatang kara dan tidak punya apa-apa dan siapasiapa lagi. Sekarang, biarlah akupun berbuat sama seperti apa
yang pernah dilakukan oleh gurumu kepada engkau. Maka anggaplah aku ini sebagai
nenekmu sendiri..... - - Nenekku" Terima kasih .....
Widoretno melepaskan pelukannya, kemudian ia terkekeh senang sekali. Agaknya
jawaban Dewi Sritanjung yang bersedia menjadi cucunya
ini menyebabkan nenek ini gembira sekali.
Setelah terkekeh beberapa lama, nenek ini
bertanya, - Cucuku, lekaslah ceritakan apa yang
sudah pernah dia ceritakan kepadamu tentang diriku ini"Dewi Sritanjung menatap
wajah yang sudah peyot itu sejenak. Kemudian ia menjawab, Dahulu, Kakek memang
sering berdiam diri dan
kemudian menghela napas berat. Ketika itu aku
mendekati, lalu aku bertanya, apakah sebabnya
Kakek merenung dan tampak sedih"- Pada mulanya Kakek memang tidak mau
berterus terang dan membuka rahasia itu. Tetapi
setelah aku desak, pada akhirnya Kakek berterus
terang.- Hemm, kepada engkau terpaksa aku berterus terang. Tanjung, sebabnya aku
sedih karena aku teringat kepada seseorang yang sangat aku
kasihi. - Kakek berkata.
- Siapa" Kakek teringat kepada seorang laki-laki ataukah perempuan"- desakku.
- Hemm.....perempuan yang amat Kakek
kasihi.....- Ihhh .....!- seru nenek Widoretno tertahan.
- Benarkah itu" Kau tidak bohong"- Nenek tidak percaya"- tantang Dewi


Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sritanjung. - Aku berkata apa adanya, dan terserah
Nenek mau percaya atau tidak. Ketika itu Kakek
memang bilang seperti itu. Kemudian aku mendesak, siapa" Dan Kakek menyebut
seorang perempuan bernama Widoretno, lalu aku bertanya, siapakah Widoretno"Widoretno adalah isteriku.- Hemmm.....- Nenek Widoretno mendehem,
nampaknya nenek ini lega sekali hatinya.
- Nenek,- kata gadis ini, kemudian meneruskan ceritanya. - Ketika itu aku heran
berbareng kaget. Lalu aku bertanya, kenapa Kakek
berpisah dengan isterimu" Tetapi sungguh aneh
kakek hanya diam seribu bahasa, tidak mau menjawab pertanyaanku, dan malah tidak
mau bercerita lagi. Sekalipun demikian, keanehan segera
terjadi ...... - Keanehan tentang apa"- desak Widoretno.
- Aku bilang aneh karena aku melihat Kakek tiba-tiba menangis.....- Benarkah
itu" Dia menangis"- Widoretno
kurang percaya.
- Kenapa tidak" Kakek benar-benar menangis. Dan di tengah tangisnya itu kemudian
aku mendengar ucapannya yang lirih. Katanya,
hanya Widoretno seorang saja wanita di dunia ini
yang aku cintai, Tetapi.....Widoretno ..... Kakek bilang, Widoretno menghilang... menyebabkan aku amat menderita... kemudian
aku mengasingkan diri di hutan... dan yang menjadi
tempat tinggalnya sekarang
- Aduhhh... hu hu huuuuu.... maafkanlah
aku Ki ageng... maafkan aku... - tiba-tiba saja Widoretno menangis lagi terisakisak. Beberapa saat kemudian barulah ia mengangkat kepalanya sambil bertanya
-Dimanakah Ki ageng sekarang bertempat tinggi"- Dalam sebuah hutan yang tidak jauh dari
tempuran (pertemuan sungai)antara Sungai
Lengkong dengan Sungai Brantas.- Ahhh... kalau saja aku bisa ke sana...
hmmm... tetapi hal itu adalah tidak mungkin... - Kenapa tidak mungkin" Nek aku bisa
pergi bersama Nenek ke sana.- Hemmm... kedua kakiku sudah lumpuh- Ih...! Nenek
lumpuh" - Dewi Sritanjung
sejak tadi memang kurang memperhatikan keadaan nenek ini, karena semenjak tadi
nenek ini hanya duduk, sehingga tidak menduga sama sekali kalau kakinya lumpuh.
Akan tetapi apabila benar nenek ini ingin
ke sana, bukankah dirinya bisa menggendong"
Kalau dirinya dapat membawa Nenek Widoretno
ini kepada Ki ageng Tunjung Biru, bukankah hal
ini amat menyenangkan"
Oleh karena itu setelah menatap wajah
yang keriput itu sesaat, ia berkata - Nek, aku bisa
menggendong kau meninggalkan tempat ini kemudian pergi ke tempat tinggal Kakek.
- - Apa" Heh heh heh heh...- tiba-tiba saja
nenek ini ketawa terkekeh. -Manakah mungkin
engkau dapat meninggalkan tempat ini" Hemm,
bocah, tempat ini adalah terasing dan selama hidupmu akan terkurung seperti aku
di sini...Tiba-tiba saja wajah Dewi Sritanjung menjadi pucat mendengar
keterangan ini. Jika benar
dirinya akan terasing di tempat ini, apakah arti
hidupnya ini"
Namun gadis ini tidak percaya. Gadis ini
menduga, mungkin nenek ini berkata tak mungkin dapat keluar, karena dua belah
kakinya sudah lumpuh. Oleh Sebab itu nenek ini tidak dapat
menemukan jalan guna keluar dari tempat ini.
Ia memang tidak gampang mau percaya keterangan Widoretno. Menurut pikirannya,
apabila jurang ini tidak mempunyai tembusan, lalu ke
manakah air yang jatuh ke jurang ini mengalir"
Maka setelah berpikir sejenak, ia berkata. Nek, apabila benar tempat ini tidak
ada jalan tembusannya, manakah mungkin jurang ini dapat
mengalirkan air" Karena itu aku percaya, tentu
ada tembusannya. Dan karena Nenek sudah lumpuh, maka Nenek tidak dapat
menyelidiki secara
baik.- Apa"- tiba-tiba nenek ini mendelik. Sangkamu setelah kedua kakiku lumpuh,
aku tidak dapat bergerak leluasa lagi" Lihatlah!- Ihhhh.....!- tiba-tiba Dewi
Sritanjung berseru tertahan saking kaget berbareng kagum, melihat gerakan si nenek lumpuh ini.
Ternyata sekalipun dua kakinya sudah
lumpuh dan tidak dapat berjalan, namun nenek
ini dapat juga bergerak cepat sekali. Nenek ini
melesat seperti melompat cukup jauh, dan setelah
turun tubuhnya ditopang dengan dua tangan dan
kemudian melesat lagi seperti terbang. Gerakan
Nenek Widoretno secepat ini kiranya tidak kalah
cepatnya dengan orang yang lari menggunakan
dua kaki. - Nah, engkau sekarang sudah tahu, sekalipun aku lumpuh, aku masih dapat
bergerak cepat juga" kata nenek ini setelah kembali duduk.
Dan dada nenek ini tidak nampak tersengal, napasnya biasa saja.
Diam-diam Dewi Sritanjung menjadi kagum sekali, membuktikan nenek ini memang
sakti mandraguna.
- Cucu, dengan berlompatan seperti katak,
aku sudah menyelidiki jurang ini, baik ke hulu
maupun ke hilir. Di hulu sana, jurang ini masuk
ke dalam tanah yang amat dalam, hingga aku tidak berani masuk. Kemudian di hilir
sana, akupun pernah menyelidik, tetapi kemudian terbentur dengan jalan buntu. Di
sana aku temukan
semacam sumur yang selalu penuh air dan jernih
sekali. Dan dari tempat itulah aku mencukupi
kebutuhan air untuk hidup di tempat terasing
ini.- Air itu asalnya dari mana, Nek"- Dewi Sritanjung tertarik dan bertanya.
Gadis ini mempunyai dugaan, tentu air itu
berasal dari jurang lain. Dan dengan demikian ia
akan dapat menyusuri jurang itu lalu menyelidik.
Widoretno menggeleng. Jawabnya, - Entahlah, aku tidak tahu. Yang aku tahu
hanyalah jurang itu sampai ke sumur yang selalu penuh air
dan entah dari mana asal air itu maupun ke mana air itu mengalir. Aku sudah
cukup menyelidik,
tetapi tempat itu memang tidak ada tembusannya.- Ahhh .....!- akhirnya gadis ini
mengeluh. Apabila benar jurang ini tidak mempunyai
tembusan, habislah harapannya. Ia kemudian
menengadah, dan yang tampak hanyalah kabut
tipis yang menghalangi pemandangan. Untuk
mendaki tebing jurang yang tinggi tidak terukur
ini, tidak mungkin ada orang yang sanggup melakukannya, apabila tidak mempunyai
sayap. Tempat ini sepi sekali, dan tidak terdengar
suara apapun kecuali suara napas dua orang perempuan ini.
Memang amat kasihan dua perempuan ini,
harus menghuni jurang sepi di luar kemauannya.
Di dalam jurang ini tidak ada apa-apa yang
dapat memberi jaminan hidup. Tidak ada pohon
buah dan tidak ada yang lain. Lalu apakah yang
dapat digunakan untuk tiang hidup, Widoretno
selama ini"
Agaknya Widoretno merasa kasihan melihat gadis ini yang sedih dan habis harapan
untuk dapat keluar dari jurang ini.
- Sudahlah, masalah itu bisa kau pikirkan
kemudian hari. Sebab siapa tahu kalau penyelidikanku kurang teliti dan kau bisa
menemukan jalan untuk keluar dari tempat ini" Sekarang duduklah yang baik, dan
aku akan menceritakan kisah hidupku dikala muda dan kemudian mengantarkan aku
hidup di tempat terasing ini Agar tidak membuat nenek ini kecewa dan
juga guna mengurangi ketegangannya pula, Dewi
Sritanjung menurut, lalu duduk bersila agar dapat mendengarkan dengan baik.
2 - Ketika muda dan meningkat kedewasaanku, aku merupakan seorang gadis cantik
jelita seperti kau. - Nenek itu memulai ceritanya
dengan kata-kata yang diucapkan lambat.
- Karena orang bilang aku ini cantik, maka
kecantikanku menarik perhatian banyak laki-laki,
baik perjaka maupun yang telah beristeri dan duda. Akan tetapi karena sejak muda
aku terkenal sebagai dara perkasa, sakti mandraguna, maka
hal ini menyebabkan laki-laki harus bersikap hati-hati dan tidak berani
sembarangan terhadap diriku Dalam mengucapkan "cantik" dan "sakti
mandraguna" ini nadanya tajam dan mantap dan
nampaknya Nenek Widoretno menjadi bangga sekali. Dewi Sritanjung berdiam diri tidak membuka mulut dan mendengarkan penuh
perhatian. Ucapan Widoretno yang bangga ini memang tidak aneh dan ini bukanlah bualan
kosong. Sebab kenyataannya memang demikian ketika muda, dan terjadi pada kirakira 45 tahun yang lalu. Sebab tidak terhitung jumlahnya lakilaki baik yang penjahat maupun
yang baik, roboh
dalam tangannya akibat kalah berkelahi.
Disamping banyak laki-laki yang bermaksud kurang ajar, tidak kurang pula jumlah
lakilaki benar-benar jatuh cinta kepada Widoretno.
Akan tetapi sungguh sayang sekali, oleh
pengaruh kecantikannya yang kuasa membuat
laki-laki tergila-gila itu, ia berubah menjadi seorang gadis yang angkuh, galak
dan sombong. Semua laki-laki yang berusaha mendekati dan merayu maupun
mengucapkan rasa cintanya tidak
pernah ia gubris. Kemudian setelah pada setiap
tempat ia merasa selalu digoda laki-laki, maka
kemudian timbullah keputusannya yang takabur.
Ia mengumumkan, dirinya baru mau menjadi isteri orang, apabila laki-laki itu
dapat mengalahkan dirinya dalam pertandingan secara adil, seorang lawan seorang.
Ia tidak menentukan syarat,
laki-laki berhak memperistri dirinya apabila bisa
menang, sekalipun laki-laki itu sudah tua, punya
isteri maupun duda.
Akibat dari pengumumannya ini, kemudian
banyaklah laki-laki yang ingin menyelam sambil
minum, dari yang masih jejaka sampai laki-laki
yang sudah mempunyai banyak isteri maupun
kakek-kakek pethakilan (kakek yang masih suka
daun muda). Mereka semua menggunakan kesempatan
untuk mencoba mengadu untung. Harapan mereka hanyalah satu, bukan lain apabila
dapat mengalahkan Widoretno yang terkenal sakti mandraguna itu, disamping
dirinya memperoleh nama
harum, juga akan memperoleh pula isteri yang
cantik jelita bagai bidadari.
Namun ternyata kemudian setiap kali lakilaki menantang Widoretno, selalu saja
Widoretno yang muncul sebagai pemenangnya. Sekalipun di
antara mereka itu sesungguhnya merupakan lawan yang memiliki ilmu kesaktian
tingkat tinggi.
Apabila kebetulan pada saat perkelahian
itu terjadi disaksikan oleh penonton, maka penonton akan menjadi keheranan.
Sebab jelas Widoretno sudah terdesak dan tak lama lagi tentu
tunduk karena kalah. Namun apabila mulut Widoretno sudah bergerak-gerak seperti
mengucapkan sesuatu, maka lawannya menjadi ngawur
dan kemudian dengan gampang dapat dikalahkan
oleh Widoretno.
Peristiwa yang aneh ini kemudian membuat orang menduga, Widoretno mempunyai Ilmu
siluman. Kemudian pada suatu hari, Widoretno bertemu dengan seorang laki-laki gagah yang
umurnya sudah mendekati tiga puluh tahun, tetapi
masih perjaka. Pemuda inipun seperti laki-laki
yang lain, menantang Widoretno untuk mengalahkannya. Sekalipun demikian mereka
yang menonton merasa ragu. Apakah pemuda ini dapat
mengalahkan Widoretno yang mempunyai ilmu siluman itu" Maka diam-diam semua
orang menjadi khawatir apabila laki-laki ini sampai kalah melawan Widoretno.
Namun pemuda yang sudah bulat tekadnya ini sedikitpun tidak gentar. Ia tidak
terpengaruh oleh semua pendapat umum yang mengatakan, dirinya akan kalah. Maka
pemuda ini menghadapi Widoretno dengan tenang dan penuh rasa
percaya diri. Pendeknya ia rela mati disiksa oleh
Widoretno, jika dirinya sampai kalah.
Pemuda ini bernama Kebo Sadewo. Dan kalau laki-laki lain menghadapi Widoretno
dengan senjata, maka Kebo Sadewo menghadapi gadis itu
bertangan kosong. Soalnya karena pemuda ini tidak sanggup apabila sampai harus
melukai gadis yang cantik jelita itu, dan baru berumur duapuluh tahun pula.
Tetapi celakanya justru sikap Kebo Sadewo
ini malah menyebabkan Widoretno merasa terhina dan merasa direndahkan. Maka
setelah Widoretno memperingatkan sampai tiga kali supaya
Kebo Sadewo mencabut senjatanya tidak juga digubris, maka gadis ini kemudian
menjadi marah, lalu mengancam akan membunuh laki-laki yang
berani merendahkan dirinya itu.
Tetapi sekalipun Widoretno mengancam
akan membunuh, Kebo Sadewo tetap bertangan
kosong. Yang terjadi kemudian memang menyebabkan para penonton terbelalak keheranan.
Sebab sekalipun bertangan kosong, Kebo Sadewo dapat
melayani sambaran pedang Widoretno dengan
amat baik. Sambaran pedang Widoretno selalu
luput, hingga membuat gadis cantik ini semakin
penasaran dan kemudian menggunakan ilmu silumannya. Widoretno menggerakkan
bibirnya sambil memandang Kebo Sadewo tidak berkedip.
Yang sudah pernah terjadi, setiap Widoretno berkemak-kemik mengucapkan
mantranya, maka lawan akan menjadi seperti linglung dan
berkelahi secara ngawur. Kemudian dengan amat
gampang, gadis ini mengalahkan lawan.
Namun sekarang ini yang terjadi adalah di
luar dugaan dan meleset dari kebiasaan. Ternyata
Kebo Sadewo dapat melawan balk sekali, malah
terus dapat mendesak gadis itu, sehingga pada
akhirnya pedang Widoretno berhasil ia rebut dan
kuasai. Tetapi Widoretno belum juga mau menyerah, dan masih tetap melawan sambil
mengucapkan mantranya yang ampuh itu. Celakanya
mantra itu tidak mempan, dan yang terjadi kemudian bukanlah Widoretno yang


Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menang, tetapi gadis ini malah tidak dapat berontak lagi ketika
pemuda itu berhasil menangkap dua tangannya.
Apakah sesungguhnya ilmu yang disebut
siluman milik Widoretno ini" Sesungguhnya dugaan ini keliru. Karena yang benar, apa yang diucapkan oleh Widoretno ini adalah
mantramantra gaib semacam ilmu sihir, yang disebut
dengan nama "Netra Luyub". Maka orang yang
terpengaruh oleh mantra gaib ini, kemudian akan
menjadi orang yang linglung, sesuai dengan perintah Widoretno.
Akan tetapi celakanya, setelah Widoretno
berhadapan dengan Kebo Sadewo, ilmu Netra
Luyub ini tidak dapat mempengaruhi. Sebabnya
tidak lain karena Kebo Sadewo dapat menolak
pengaruh ilmu tersebut
Maka kemudian sesuai dengan janji yang
sudah terucapkan, kemudian Widoretno mengakhiri masa kegadisannya, lalu kawin
dengan Kebo Sadewo. Bahagiakah perkawinan antara Widoretno
dengan Kebo Sadewo ini" Pada mulanya semua
orang memang tidak tahu. Sebab memang tampaknya suami-isteri sakti ini selalu
rukun. Namun sebenarnya apa yang terjadi, perkawinan ini tidak dapat memberikan rasa
kebahagiaan dalam hati seperti dugaan banyak orang.
Dan kalau toh nampaknya selalu rukun itu, bukan lain adalah karena sikap Kebo
Sadewo yang banyak mengalah, sikapnya selalu menjaga dengan maksud agar isterinya bahagia.
Tetapi sekalipun sikap Kebo Sadewo amat
baik kepada isterinya, namun Widoretno masih
juga banyak ngambek. Setiap kali mulutnya selalu cemberut dan membentak-bentak
apabila su- aminya mengajak bicara.
Apabila sikap isterinya sudah demikian,
maka Kebo Sadewo tidak mengimbangi dan mengalah, lalu ia menghibur diri dengan
cara pergi dari rumah guna memberi pertolongan kepada setiap orang yang memerlukan
pertolongan. Namun walaupun pergi dari rumah, Kebo
Sadewo yang amat mencintai dan setia pada isterinya itu, tidak pernah mau
menggunakan kesempatan guna melakukan perbuatan menyeleweng dengan perempuan
lain. Sepuluh tahun lamanya mereka kawin,
namun ternyata belum juga lahir seorangpun
anak di tengah keluarga mereka. Inilah sebenarnya yang menyebabkan Widoretno
lebih sering marah, ngambek dan mengajak cekcok.
Akan tetapi bagaimanapun tanggapan isterinya, Kebo Sadewo selalu mengalah dan
menggunakan kebijaksanaannya sebagai seorang suami yang baik dan setia. Sebab
pendirian Kebo Sadewo. Isteri ini pemberian Dewata Agung (Tuhan).
Seorang saja untuk selama hidup. Seorang sudah
cukup untuk selama hidup, tetapi sebaliknya kalau dua malah kurang, dan tiga
atau empat malah akan menjadi kurang lagi.
Orang yang suka main kawin dan banyak
istri, belum tentu hidupnya menjadi bahagia. Kemungkinan besar malah akan
menimbulkan perang dingin antara perempuan yang dimadu. Malah sesungguhnya,
isteri seorang saja sudah lebih
dari cukup dan tidak akan habis. Maka yang tidak puas dengan isteri seorang, berarti hanya
menuruti nafsu.
Nafsu ini, demikianlah menurut pendirian
Kebo Sadewo, apabila diumbar, selalu dituruti
apa kehendaknya, akan menjadi semakin serakah
dan selalu merasa kurang. Lebih-lebih nafsu main
perempuan dan main kawin.
Sebaliknya, nafsu yang selalu dikekang
dan dikendalikan akibatnya juga buruk. Sebab
nafsu yang dikekang dan dikendalikan itu, adalah
ibarat kuda yang tersimpan dalam kandang dan
selalu terikat. Maka sekali waktu apabila kuda itu
lepas dari kandang dan tidak terikat, akan menjadi binal dan semakin berbahaya.
Oleh karena itu yang tepat apabila nafsu ini tidak diumbar
maupun dikekang, tetapi terkuasai sambil menyelami dan mengikuti perjalanan sang
nafsu itu sendiri. Orang yang mau mengikuti perjalanan
sang nafsu dan menyelami, kalamana sudah sadar benar-benar akan menjadi
tersenyum sendiri
dan menyesali segala perbuatan yang sudah pernah ia lakukan. Sebab mengumbar
nafsu, hanyalah membuang waktu dan tenaga sia-sia.
Banyak orang yang menganggap pelacur
adalah sampah masyarakat. Orang yang hina!
Orang yang rendah martabatnya.
Lalu sebaliknya, apakah sebutan bagi para
manusia laki-laki yang suka pelacur itu" Apakah
dia tidak lebih kotor lagi" Si pelacur sudah jelas
sengaja menjajakan diri mencari uang, karena tidak mempunyai ketrampilan atau
tidak mau be- kerja berat. Kemudian menggunakan kecantikannya untuk memperoleh duit. Dan dari
duit itu untuk hidup!
Sebaliknya, laki-laki yang main perempuan
lacur, bukankah dia harus membayar" Kalau benar pelacur itu merupakan manusia
hina, mengapa sebabnya laki-laki mau juga datang, membayar dan malah mengotori
dirinya sendiri" Lalu
apakah sebutan laki-laki macam ini"
Pada suatu ketika Kebo Sadewo dan Widoretno melakukan perjalanan bersama seperti
biasa mereka lakukan dalam usaha menumpas setiap bentuk kejahatan. Mereka tiba
di sebuah desa bernama Lemah Bang, dan perhatian mereka
menjadi tertarik ketika melihat seorang pemuda
sedang berkelahi dikeroyok oleh lima orang lakilaki. Agaknya perkelahian yang
tidak seimbang itu sudah lama berlangsung. Terbukti pemuda ini
terdesak hebat sekali dan sudah terluka pada beberapa bagian tubuhnya,
menyebabkan pakaian
pemuda itu bernoda darah. Entah apa saja sebabnya mereka berkelahi dan
perkelahian itu tidak seimbang. Keadaan ini menyebabkan Widoretno tidak senang
lalu timbul niatnya untuk
membela pemuda yang dikeroyok itu.
- Kakang, pemuda itu terdesak hebat sekali
dan tidak lama lagi akan roboh dan tewas!- ujarnya. - Hemm, lima laki-laki itu
tidak tahu malu
dan sewenang-wenang. Karena itu aku harus turun tangan untuk membela dia.Jangan!- Kebo Sadewo mencegah. - Sebelum kau bertindak, kau harus menyelidiki lebih
dahulu tentang sebab-sebabnya. Karena siapa tahu, pemuda itu memang pada pihak
yang salah, hingga maksud baikmu itu malah akan berbalik,
menyebabkan kau dituduh orang sewenangwenang. - Hemm,- Widoretno mendengus dingin. Engkau memang seorang laki-laki lemah dan
selalu bertindak terlalu banyak pikir dan pertimbangan. Sebaliknya aku, huh,
tidak peduli orang
akan menyebut apa saja kepada diriku. Karena
yang penting, pengeroyokan terhadap bocah itu
sudah menjadi bukti perbuatan sewenangwenang. - Retno, hemm, lalu bagaimanakah pendapatmu jika seumpama pemuda itu seorang
penjahat, sedang lima orang itu yang berusaha menangkap dia" Apakah tindakanmu
itu tidak bersalah dan kemudian dituduh orang engkau sudah
membela penjahat "- Huh, sudahlah!- bentaknya tidak senang.
- Jika engkau tidak mau membela bocah itu, biarlah aku sendiri yang akan
menghajar lima bedebah busuk itu. Pendeknya aku mempunyai pendapat, pengeroyokan
itu tidak adil. Maka jahat
dan tidak, adalah urusan belakang. Pendeknya
aku tidak takut menghadapi tiap orang yang berusaha memusuhi diriku!Sesungguhnya
Kebo Sadewo tidak sependapat dengan isterinya, sebelum menyelidiki lebih
dahulu tentang sebabnya terjadi perkelahian ini.
Akan tetapi sikap Kebo Sadewo terhadap isterinya
selalu mengalah dan selalu menghindari percekcokan. Maksudnya, semua itu tidak
lain dalam usahanya agar antara dirinya dengan isterinya selalu dapat rukun dan bahagia.
Tetapi celakanya justru sikap Kebo Sadewo
gang selalu mengalah, dan selalu menuruti kehendak isterinya ini, malah
menyebabkan Widoretno menjadi isteri yang manja. Maka ia menjadi
marah apabila suaminya melarang apa yang ia inginkan.
Guna menghindari hal-hal yang tidak ia inginkan itulah, maka sekarang inipun
Kebo Sadewo terpaksa mengalah, sekalipun ia tahu keinginan isterinya sekarang
ini tidak benar. Melawan
kesewenangan dan membela orang memang baik,
tetapi harus tepat pada tempatnya. Hingga tidak
akan salah langkah sampai membela yang bersalah.
- Baiklah Retno, apabila engkau memang
menginginkannya. Tetapi biarlah aku di tempat
ini saja dan akan melindungi keselamatanmu, jika ada orang yang berani lancang
mencampuri urusanmu.Kebo Sadewo terpaksa setuju, walaupun
persetujuan ini bertentangan dengan hatinya.
Maka kemudian ia menempatkan diri dan duduk
di belakang batu.
Melihat sikap suaminya ini Widoretno tersenyum dingin.- Hemm, aku tahu engkau
seorang laki-laki pengecut, dan takut menghadapi akibat
dari perbuatanmu sendiri!Sesungguhnya saja, ucapan isterinya ini
merupakan ucapan yang amat menyakitkan hati.
Namun demikian semua itu terpaksa ia telan dan
tidak membuka mulut. Widoretno akan mengatakan apapun, ia anggap sebagai angin
lalu, masuk telinga kanan keluar lewat telinga kiri. Pendeknya
biar mengatakan apa saja, ia tidak peduli asal saja isterinya yang manja itu
senang dan tidak marah.
Demikianlah, tanpa peduli dan tanpa mengadakan penyelidikan lebih dahulu,
Widoretno sudah masuk ke gelanggang perkelahian dalam
usaha membela pemuda yang dikeroyok lima
orang itu. - Bangsat busuk! - bentaknya nyaring
sambil melompat - Kamu adalah para pengecut
dan hanya berani kalau main keroyok!Sambil membentak ini, Widoretno sudah
menerjang dengan pedang, menangkis serangan
dua orang yang sedang menyerang pemuda itu
dari belakang. Trang trang..........
- Ailihh.......!
Terjangan Widoretno ini mengejutkan para
pengeroyok. Sebab bukan saja senjata dua orang
kawannya itu tertangkis, tetapi juga runtuh di tanah. Lima orang pengeroyok itu
kemudian berlompatan mundur dan pemuda yang dikeroyok
dan sudah terluka tersebut dapat bernapas lega.
Kemudian pemuda ini memandang Widoretno sekilas. Mata pemuda ini terbelalak dan lupalah
untuk sejenak kepada lukanya yang terasa pedih.
Pemuda ini seakan mimpi, melihat kecantikan si
wanita penolongnya. Dan walaupun perempuan
ini sudah berumur sekitar tiga puluh tahun, namun justru malah menunjukkan
kematangannya. Saking terpesona, menyebabkan pemuda
ini lupa mengucapkan terima kasih, nyawanya
sudah diselamatkan orang.
Sebaliknya, Widoretno juga terbelalak ketika melihat wajah pemuda ini yang
tampan, ganteng dan keren. Umur pemuda ini belum dua puluh tahun. Akan tetapi
sepasang mata pemuda ini
bersinar-sinar demikian kuat daya pengaruhnya,
seperti dapat mengajak dan menjenguk isi dadanya.
Tiba-tiba saja jantung Widoretno berdebar
keras. Ia merasa aneh sekali dan tiba-tiba saji
Widoretno menjadi amat tertarik dan terpikat kepada pemuda yang belum ia kenal
ini. Sungguh mati perempuan ini gembira sekali dapat menolong pemuda yang ganteng dan
tampan ini. Dan betapa akan menyesal hatinya,
kalau saja ia tadi membiarkan pemuda seperti ini,
harus tewas di tangan para pengeroyok itu.
- Huh, siapa kau perempuan, berani mencampuri urusan kami ini" - bentak salah
seorang, - Hemm,- Widoretno mendengus dingin. Aku adalah aku! Apakah pedulimu" Kamu
adalah pengecut yang tidak tahu main, huh! Lima orang
mengeroyok seorang muda!- Engkau jangan sembarangan membuka
mulut!- bentak salah seorang. - Tahukah engkau
akan sebabnya kami mengeroyok bedebah busuk
dan bajingan tengik ini" Huh, apabila kau mendengar persoalannya, engkau akan
menyesal karena lancang mencampuri urusan ini.Salah seorang yang lain
menyambung, Huh, pemuda ini telah membunuh salah seorang
sahabat kami yang tidak berdosa. Maka sudah
sepantasnya pula apabila kami mengeroyok untuk menagih hutang nyawa itu!Bangsat busuk! Kamu jangan memfitnah
orang!- teriak si pemuda dengan lantang. - Aku
tadi sudah membantah, bukan aku yang melakukan pembunuhan itu. Tetapi kamu
mendesak dan memaksa aku, mengandalkan jumlah dan mengeroyok sewenang-wenang. - Setan alas. Kau jangan mungkir!- teriak
seorang yang lain lebih keras. - Hayo bangunlah!
Hayo bantahlah! Ketika terjadi pembunuhan itu,
bukankah hanya engkau seorang yang berada di
dekat korban" Jika bukan kau pembunuhnya,
apa perlunya kau mendekati korban"- Hemm benar, saat itu aku berada di dekat
korban. Tetapi aku bukan pembunuhnya dan aku
mendekati justru dalam usahaku untuk menolong. Sungguh sayang sekali, korban itu
sudah tewas sehingga tidak mungkin dapat kuselamatkan lagi. Huh! Tetapi kamu tanpa
bertanya lebih dahulu sudah menuduh aku secara membabi buta. Walaupun aku sudah membantah dan
menerangkan bukan aku yang membunuh dia.
Manakah mungkin aku dapat menerima fitnah
dan tuduhanmu yang tanpa dasar itu"Mendengar ini Widoretno yang merasa benar
pendiriannya sudah membentak lantang.
- Bajingan pengecut tidak tahu malu! Ternyata kamu telah bertindak sewenangwenang, mengeroyok orang tak bersalah. Huh! Aku takkan
dapat berpangku tangan melihat perbuatan kamu
yang tidak adil ini. Jika kamu tidak cepat enyah


Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari tempat ini, jangan salahkan aku jika aku
menurunkan tangan maut!Betapa marah lima orang ini mendengar
ucapan Widoretno yang terang-terangan membela
pemuda itu dan secara membabi buta pula. Lima
orang ini merasa yakin, pemuda inilah yang telah
membunuh sahabat mereka. Dan apa yang mereka lakukan sekarang ini, sudah sesuai
pula dengan tugas dan kewajiban untuk membela orang
tak bersalah. Oleh karena itu, mereka tidak mundur.
- Huh, perempuan hina!- bentak salah seorang! - Jika engkau nekad membela pemuda
busuk itu, engkau akan menyesal seumur hidupmu!- Cerewet! Makanlah pedangku
ini!- balas Widoretno sambil melesat ke depan, menyerang
dengan pedang. Gerakan Widoretno ini amat cepat dan
kuat. Sambaran angin pedangnya mendahului serangan pedang itu sendiri.
Trang trang..........!
Benturan senjata terdengar nyaring, tetapi
kemudian dua orang ini berubah menjadi pucat
dan cepat-cepat melompat mundur. Karena pedang mereka telah lepas dari tangan
dan terbang agak jauh. Tetapi gerakan pedang Widoretno tidak
berhenti sampai di situ. Setelah berhasil meruntuhkan dua batang senjata lawan,
gerakan itu ia teruskan untuk menikam salah seorang yang paling dekat. Untung sekali orang itu
cukup waspada, sehingga sambaran pedang itu luput. Namun
celakanya justru luputnya serangan ini, menyebabkan Widoretno tambah marah.
- Huh, robohlah!- dalam membentak Widoretno sudah mengetrapkan ilmunya yang amat
berbahaya, bernama Aji Netra Luyub.
Akibatnya adalah hebat. Lima orang itu
mendadak saja menjadi roboh seperti pingsan
mendadak. Melihat apa yang terjadi, pemuda yang dibela Widoretno terbelalak kagum. Diamdiam pemuda ini merasa heran sekali, mengapa tiba-tiba
lima orang itu roboh tak bergerak seperti pingsan.
Tetapi justru pada saat itu, ia mendengar
perintah Widoretno. - Potong sebelah tangan mereka sebatas siku!Tanpa
sesadarnya, pemuda ini sudah melompat dan menggerakkan pedangnya.
Namun sebelum pedang itu berhasil membabat lengan menjadi buntung, tiba-tiba terdengarlah bentakan nyaring sekali dan
berpengaruh. - Jangan!Yang membentak ini bukan lain adalah Kebo Sadewo, yang menjadi tidak
senang melihat isterinya akan melakukan kekejaman yang tidak
kenal kemanusiaan itu.
Justru sikap Kebo Sadewo ini menyebabkan Widoretno tidak senang dan marah, Kakang! Engkau jangan ngacau! Apakah maksudmu melarang ia membuntungi lengan lima
bajingan itu"- Retno, aku minta engkau jangan melakukan perbuatan biadab seperti
itu.- Kebo Sadewo
memberi nasihat dengan nada sabar dan halus. Sadarlah engkau, Retno. Karena
perbuatan macam itu dengan alasan apapun, tidak pantas di
lakukan oleh seorang yang mengenal jiwa ksatria
dan kemanusiaan.Widoretno tersinggung dan menjadi marah.
Ia ketawa dingin lalu katanya ketus, - Huh, apakah sangkamu hanya kau seorang
yang kenal jiwa ksatrya dan kemanusiaan" Hemm, bagus!
Engkau sudah menghina aku, menghina isterimu
sendiri! Huh, engkau munafik dan ucapanmu itu
amat menyakitkan hatiku.Ia berhenti sejenak sambil mendelik. Tak
lama kemudian ia meneruskan, - Huh, selama ini
antara aku dan engkau tidak pernah mendapat
persesuaian paham. Ibarat air dengan minyak.
Muak aku melihatmu! Huh, Kebo Sadewo, ketahuilah bahwa hinaan mu kepada diriku
hari ini tidak lagi dapat aku maafkan. Sudahlah! Dari pada antara kita selalu
bertentangan terus dan tidak pernah bisa rukun, lebih baik sejak sekarang
ini kita berpisah. Mulai saat ini lebih tepat apabila
kita membebaskan diri dari ikatan dan kita mengambil jalan masing-masing.Retno! Apakah sebabnya engkau berkata
seperti itu"- Dalam mengucapkan kata-katanya
ini, nadanya gemetar terpengaruh oleh kemarahan. Sebab bagaimanapun sabarnya
menghadapi isterinya, Kebo Sadewo menjadi tersinggung oleh
ucapan Widoretno ini. Harga dirinya sebagai seorang suami tentu saja tidak mau
direndahkan seperti itu, yang seakan-akan dihina terangterangan di depan orang.
- Sudahlah, tidak perlu cerewet! Pendeknya
sejak sekarang ini aku dan engkau berselisih jalan. Maka sebaiknya kita akhiri
saja hubungan kita!- bentak Widoretno kasar.
- Hemm, baiklah! Memang sebaiknya aku
dan engkau mengambil jalan masing-masing.Kebo Sadewo menerima tantangan
isterinya. Tetapi walaupun demikian, dalam mengucapkan kata-katanya ini, nadanya mengandung
getaran jiwa yang amat sedih. Bagaimanapun ia
amat sayang dan kasih kepada isterinya, dan iapun mencintai dengan segenap
jiwanya. Sekalipun demikian sebagai seorang lakilaki, ia tidak dapat menerima begitu
saja, apabila isterinya selalu menentang nasihat-nasihatnya,
sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan jiwanya. Seperti yang dilakukan Widoretno sekarang ini,
terang-terangan
amat menusuk perasaannya.
Sungguh, ia tidak habis mengerti mengapa
isteri yang amat ia cintai itu sampai hati mencaci
maki dirinya di depan orang lain" Malah sekarang
ini isterinya membela seorang pemuda yang sama
sekali belum ia kenal watak dan tabiatnya dan belum tentu pada pihak yang benar.
Setelah berhenti sejenak untuk menekan
perasaan marah dalam dadanya, ia meneruskan,
- Apa yang kau lakukan sekarang ini bertentangan dengan jiwa dan nuraniku. Hemm,
engkau sudah memilih pada pihak yang salah dan karena
itu semua perbuatanmu tak ada hubungannya
dengan aku dan semua akibatnya menjadi tanggung jawabmu sendiri.
Widoretno terkekeh sejenak. - Heh heh heh
heh, aku bilang kau cerewet seperti burung beo
belajar bicara. Huh, apakah engkau tidak lekas
enyah dari tempat ini"Sepasang mata Kebo Sadewo menyala saking marah mendengar
pengusiran isterinya ini.
Akan tetapi mata yang menyala itu hanya sebentar saja, kemudian kembali seperti
biasa, setelah ia berhasil menekan perasaan.
- Hemm, baiklah aku pergi sekarang juga!
Tetapi ingatlah baik-baik, aku bukanlah seorang
laki-laki rendah budi seperti dugaanmu. Demi
sayang dan kasihku kepada engkau, aku tidak
bakal berdekatan lagi dengan perempuan.Kemudian laki-laki ini melompat, dan melangkah cepat tanpa berpaling. Namun
demikian di luar tahu Widoretno, dari sudut mata laki-laki
ini berloncatanlah air mata.
Benar! Sekarang ini Kebo Sadewo memang
menangis, karena diusir oleh isteri. tercinta dan
terpaksa harus berpisah dengan Widoretno. Memang benar-benar menyakitkan sekali
sikap dan perbuatan perempuan seperti ini, yang selalu merasa menang sendiri dan benar
sendiri. Kebo Sadewo menghela napas berkali-kali,
karena ia amat menyesal, mengapa apa yang terjadi justru tidak sesuai dengan
harapannya. Ia sudah selalu bersikap mengalah, dan apapun
yang ia lakukan dalam usaha membahagiakan isterinya. Namun yang terjadi
sekarang, isteri yang
ia cintai itu malah tidak segan-segan mengusir dirinya dan disaksikan pula orang
lain. - Hemm, tetapi memang sebaiknya begini,
dari pada setiap saat pendirianku selalu bertentangan dengan pendiriannya!desisnya sambil
melangkah cepat, dengan maksud agar secepatnya dapat melupakan Widoretno.
Sulit terlukiskan betapa gembira hati Widoretno, setelah ia berhasil mengusir
suaminya yang amat setia itu. Terus terang saja hati perempuan
ini menjadi tertarik dan jatuh cinta pada pandangan pertamanya terhadap pemuda
tampan dan masih muda ini. Dan ia sudah membayangkan
betapa bahagia hatinya kemudian hari, jika dirinya dapat hidup sebagai suami
isteri dengan pemuda ganteng ini.
Oleh sebab itu setelah Kebo Sadewo pergi,
ia sekarang mengerling penuh arti kepada pemuda di sampingnya ini, lalu berkata
merdu, - Sekarang sudah tiada penghalang lagi. Maka lakukan
hukuman potong tangan itu, agar semua orang
tidak berani gegabah lagi terhadap kita.Berdebar hati pemuda ini menangkap
kerling mata Widoretno yang penuh daya tarik itu.
Kemudian seperti seorang hamba yang patuh sekali kepada tuannya, pemuda ini
sudah mengangkat pedang dan kemudian membuntungi lengan lima orang lawan itu,
satu persatu disaksikan
oleh Widoretno dengan bibir tersenyum manis.
- Bagus!- pujinya. - Dan marilah sekarang
ikut aku. Engkau terluka, biarlah aku yang mengobati dan menyembuhkan
lukamu.Tanpa rasa main, kikuk dan sungkan lagi,
Widoretno sudah menyambar lengan pemuda
yang memikat hatinya itu, kemudian ia melangkah pergi meninggalkan lima orang
korbannya yang menderita.
Setelah Widoretno pergi meninggalkan mereka, maka lima laki-laki yang tadi
terpengaruh oleh Aji Netra Luyub menjadi buyar dan hampir.
berbareng mereka mengeluh dan membuka mata.
Mereka kaget sekali dan merintih kesakitan, kemudian terbelalak kaget ketika
melihat lengan kanan telah buntung sebatas siku. Pada
mulanya mereka merasa heran, tetapi setelah ingatan mereka terkumpul kembali,
teringatlah mereka apa yang sudah terjadi.
Mereka tadi mengeroyok seorang pemuda
yang sudah membunuh salah seorang sahabat
mereka. Pada saat pemuda itu hampir dapat mereka kalahkan, datang perempuan yang
menolong dan merobohkan mereka.
Semenjak peristiwa itu terjadi, Kebo Sadewo tidak pernah terdengar lagi namanya.
Dan semenjak itu pula telah mengganti namanya dengan
Tunjung Biru. Yang pada akhirnya kemudian hari, setiap orang mengenal dirinya
dengan nama Ki ageng Tunjung Biru sebagai kakak seperguruan
Gajah Mada. Adapun Widoretno dengan jantung berdebaran, menggandeng pemuda itu masuk ke
dalam sebuah hutan. Kalau jantung perempuan ini tidak keruan,
lebih-lebih pemuda yang masih hijau ini, jantungnya melonjak-lonjak seperti mau
copot. Sambil melangkah perlahan setengah dipapah, terasalah telapak tangan dan jarijari tangan yang halus ini memegang tangannya. Dan disamping itu sengaja atau tidak, lengan
itu sering didesak oleh benda yang lunak lembut pada dada
perempuan itu, - Siapakah namamu, Adik yang baik"- tanyanya halus dan terdengar amat merdu
masuk dalam rongga telinga pemuda itu.
- Aku.....aku Sobrah Tulus.....- sahut pemuda ini tidak lancar, saking dadanya
terasa amat tegang dan berdebaran. - Dan...... dan.....
Mbakyu, siapa"
- Hi hi hik, aku Widoretno.- Widoretno" Ahhh.....namamu bagus sekali.. menarik
seperti, - Seperti siapa" Katakanlah terus terang.Widoretno mendesak dan matanya
mengerling penuh arti dibarengi dengan bibir menyungging
senyum manis sekali.
Dan karena masih melangkah berdampingan, lengan Sobrah Tulus masih dipegang oleh
Widoretno, maka kembali benda yang lunak lembut itu menekan lengan si pemuda.
- Seperti.....ah ..... aku takut- Kenapa takut" Takut kepada siapa"- Widoretno
pura-pura tidak tahu.
- Takut kepada Mbakyu. Khawatir.....kau
tersinggung ...... - Katakanlah, Adik yang baik, jangan raguragu. Bukankah aku
tidak menakutkan" Atau
kau memang tidak suka berkenalan dengan aku"
- - Ahhh.....Mbakyu..... aku lebih dari suka.....karena .... karena kau amat
can.....- Can apa" Canthoka" Berarti aku ini katak"- namun dalam mengucapkan
kata-katanya ini, bibir Widoretno tersenyum, sama sekali tidak
tampak marah. - Ahhhh, manakah ada katak seperti
Mbakyu" Jika Mbakyu katak, lalu apakah aku
ini" Ha ha ha ha, yang benar Mbakyu adalah seorang wanita yang amat
cantik ...... Sobrah Tulus yang pada mulanya takuttakut itu, setelah melihat sikap dan
mendengarkan kata-katanya, sekarang hilang rasa takutnya
dan malah sudah berani tertawa.
Mendengar pemuda ini tertawa, maka Widoretno juga lalu tertawa, suaranya merdu
sekali terdengar dalam telinga Sobrah Tulus. Seakan
suara tawa yang merdu itu, masuk ke dalam telinganya lalu menyelinap ke dalam
kalbu. - Ahhh, kau bohong - ucap Widoretno yang
berusaha memancing perhatian Sobrah Tulus, tetapi hati perempuan ini terasa
bahagia sekali.
Tiba-tiba Sobrah Tulus menghentikan
langkahnya, lalu memutar tubuh menghadapi
Widoretno. Mereka kemudian berdiri berhadapan
dalam jarak dekat sekali. Dua pasang mata bertaut, dan dari mata dua pasang ini
memancarlah sinar kasih yang menyebabkan jantung mereka
berdua makin berdenyutan lebih keras. Dan kemudian seperti terpengaruh oleh
kekuatan yang tidak terlawan lagi, tangan Widoretno terulur ke
depan.

Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lengan perempuan ini memegang pundak
Sobrah Tulus. Dan pemuda ini yang pada mulanya takut-takut, menjadi bangkit
keberaniannya setelah perempuan cantik ini memegang pundaknya.
Dua lengan Sobrah Tulus segera terangkat
pula. Pada mulanya gerakan ini agak ragu dan
gemetaran, dalam memegang lengan Widoretno
itu. Namun ketika perempuan ini tidak melepaskan rabaan tangannya, maka jari tangan Sobrah Tulus bergerak merayap
sepanjang lengan
itu, dan akhirnya sampai di bawah pundak. Kemudian jari tangan pemuda itu
bergerak turun sampai pinggang.
- Ihhh ..... kau.....- tiba-tiba saja Widoretno
tak kuasa menahan hatinya lagi, lalu memeluk
pemuda ini erat sekali dan langsung menyerang
bibir si pemuda.
Widoretno menjadi lupa diri berhadapan
dengan pemuda tampan dan ganteng ini, masih
muda pula. Ia tidak ingat lagi bahwa saat sekarang ini sebenarnya Sobrah Tulus
sedang terluka pada beberapa bagian tubuhnya. Dan hanya oleh
pengaruh perasaan aneh yang memenuhi dadanya saja, Sobrah Tulus menjadi lupa
kepada keadaan tubuhnya yang terluka.
Akan tetapi setelah mendapat pelukan Widoretno, pundaknya yang terluka terasa
sakit - Ahhhh.....!- terdengar desah dari mulut
Sobrah Tulus ketika Widoretno melepaskan bibir
pemuda itu. Tubuh Sobrah Tulus menggigil, dan tentu
pemuda itu sudah roboh apabila tidak cepat dipeluk lagi oleh perempuan itu.
- Aduhhh ..... maafkanlah aku sampai terlupa kau terluka. Sambil berkata demikian Widoretno membimbing pemuda yang memikat hatinya ini,
kemudian mereka duduk di bawah pohon rindang.
- Biarlah aku yang memeriksa dan mengobati- Sobrah Tulus menahan rasa sakit dan pedih pada lukanya. Dan ia membiarkan ketika
jari tangan Widoretno melepas bajunya yang bernoda
darah. - Ahhh, untung sekali lukamu ringan saja.
Setelah aku obati dalam waktu singkat tentu sudah sembuh kembali!- ujarnya lirih
dengan nada menghibur. Sobrah Tulus mengangguk. Namun ia meringis juga ketika luka yang darahnya sudah
mengering itu dibersihkan oleh Widoretno.
Cekatan juga jari tangan Widoretno dalam
membersihkan dan mengobati luka-luka itu. Setelah membubuhi obat, luka itu
kemudian ia balut
menggunakan kain penutup dadanya yang dibagibagi. Dan pada saat Widoretno
melepas kain penutup dadanya ini, maka Widoretno terpaksa menyingsingkan bajunya
ke atas. Mereka berhadapan dan dada pemuda ini
bergetar hebat sekali ketika melihat Widoretno
melepas kain penutup dada itu, disamping amat
berterima kasih.
Aneh juga yang dilakukan perempuan ini.
Ia mempunyai persediaan ganti pakaian dalam
bungkusan. Mestinya kalau memerlukan kain penutup dada, ia bisa mengambil dari
bungkusan itu. Tetapi mengapa malah melepas yang sudah ia
pakai" Jari tangan Widoretno cekatan sekali ketika melepas kain penutup dada itu. Dan
ketika kain penutup dada lepas, perempuan ini lalu sibuk merobek-robek kain ini untuk
pembalut Saking sibuk, perempuan ini menjadi lupa
bahwa waktu itu bajunya terbuka ke atas, dan
dada yang tanpa penutup itu sekarang tampak
membukit penuh di depan mata Sobrah Tulus.
Mata pemuda ini silau memandang dada
membukit penuh tanpa penutup itu, tetapi mata
itu malah melotot dan menelan ludah.
Semenjak dirinya menjadi dewasa, baru
pertama kali ini saja dirinya melihat pemandangan menarik seperti ini. Pandangan
asing dan baru bagi dirinya, bukit kembar yang halus, kuning
dan montok. Untung sekali ketika itu Widoretno segera
sadar keadaan. Ia menjerit lirih dan secepatnya
menurunkan ujung baju dan dadanya sekarang
tertutup kembali. Namun sekalipun sudah tertutup kembali, pemuda ini masih juga
memandang seakan dapat menembus baju.
Widoretno tersenyum memikat sekali. Kemudian katanya dengan nada manja,
Aihhh.....apakah sejak sekarang, panggilan itu tidak kita ubah menjadi
sebaliknya"- Apakah maksudmu"- Sobrah Tulus keheranan,
- Hemm, aku adalah perempuan yang suka
blak-blakan. Sekarang aku bertanya, bagaimanakah perasaanmu kepada diriku "Perasaan yang mana"- Hemm, engkau jangan pura-pura tidak
tahu. Hi hi hik, aku perempuan dan kau laki-laki.
Katakanlah, apakah engkau tidak tertarik kepadaku"- Aku.....aku.....- Sobrah
Tulus gelagapan.
Sebenarnya ia memang amat tertarik kepada perempuan cantik ini. Tetapi ia tidak
tahu, apakah getaran jantungnya sekarang ini merupakan tanda dirinya sudah jatuh
cinta" Namun kenyataannya memang timbul pula rasa suka kepada perempuan ini. Dan
kemudian timbul pula harapannya agar selalu dapat berdekatan dengan
Widoretno. - Hi hi hik ..... aku.....aku apa"- Widoretno
ketawa lirih setengah mengejek.
Ketika Sobrah Tulus tidak juga menjawab,
ia mengulang, - Hi hi hik ..... aku .....aku apa"- Aku.....aku......ya.....Sobrah Tulus sulit
untuk mengucapkan kata-katanya, sehingga jawaban yang keluar dari mulutnya hanya
seperti itu. Namun jawaban ini sudah cukup jelas bagi
Widoretno. Perempuan ini tahu, Sobrah Tulus laki-laki perjaka yang belum pernah
kenal perempuan. Terbukti dari sikapnya yang malu-malu
Beruang Salju 13 Misteri Kapal Layar Pancawarna Karya Gu Long Suling Emas Dan Naga Siluman 24

Cari Blog Ini