Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru Bagian 2
dan kata-katanya yang setengah takut. Untuk itu
maka dirinyalah yang harus memimpin dan memulai.
Manusia di dunia ini, biasanya menjadi
paling lemah apabila berhadapan dengan nafsu
birahi. Manusia yang sanggup menghadapi amukan nafsu birahi, hanyalah terbatas
jumlahnya, sehingga tidak gampang diperkuda oleh nafsu itu,
karena jiwanya kuat.
Manusia yang disebut kuat jiwanya bukanlah terbawa semenjak dilahirkan, tetapi
terbentuk oleh pengaruh pendidikan yang dilambari kesadaran. Sebab pendidikan takkan dapat
menolong tanpa adanya kesadaran. Pendidikan menyebabkan orang mengerti, tetapi kalau
tidak menyadari,
manakah mungkin bisa terjadi"
Sebagai manusia mereka adalah samasama memiliki nafsu birahi ini. Maka apabila
manusia tidak mau menyadari bakal menjadi binal
dan buas. Demikian pula yang terjadi dan berkecamuk dalam dada Widoretno ini.
Dahulu ketika dirinya kawin dengan Kebo Sadewo. sesungguhnya ia merasa terpaksa. Ia tidak
dapat mencintai
Kebo Sadewo yang umurnya terpaut jauh. Dan
kalau toh ia kawin dengan Kebo Sadewo tidak lain
karena sudah kalah janji.
Pada mulanya melihat sikap suaminya
yang amat mencintai dirinya secara tulus dan selalu bersikap mengalah, ia selalu
berusaha menghibur diri. Ia berusaha untuk mencintai Kebo Sadewo. Namun ternyata
kemudian usahanya ini
bertemu dengan kegagalan, setelah tahu Kebo
Sadewo seorang laki-laki yang lebih suka menyibukkan diri dengan urusan di luar
rumah, dibanding dengan memperhatikan pembinaan cinta
kasih sebagai suami isteri.
Lebih lagi setelah sepuluh tahun kawin belum juga mendapatkan keturunan,
menyebabkan ia menjadi masygul dan selalu menyalahkan suaminya. Widoretno hanya ingin menang
saja, tanpa mau berpikir bahwa seal anak ini ada beberapa penyebabnya.
Mungkin Widoretno sendiri yang mandul.
Mungkin juga Kebo Sadewo yang mandul. Atau
dua-duanya mempunyai penyakit, sehingga
menghalangi untuk memperoleh keturunan. Atau
ada sebab lain, disamping juga sudah menjadi
kehendak Dewata Yang Agung.
Sebagai akibat rasa kecewa dan kemasygulannya inilah kemudian mendorong
Widoretno ingin lepas dari kekangan Kebo Sadewo, setelah ia
melihat ketampanan dan wajah ganteng pemuda
bernama Sobrah Tulus. Saking tertarik dan terpikat hatinya inilah maka kemudian
Widoretno sengaja membuat Kebo Sadewo marah dengan kata-kata yang menusuk perasaan suami.
Dan usahanya ternyata berhasil, maka sekarang seperti
seekor kuda yang lepas dari kandang, Widoretno
menjadi banal. Ia merayu Sobrah Tulus baik dengan sikap, perbuatan maupun
ucapan. Jadilah kemudian Widoretno dan Sobrah
Tulus hidup sebagai suami isteri. Mereka hidup
amat rukun, sebab sekalipun umurnya lebih tua,
namun sebagai perempuan sakti mandraguna
dan berpengalaman, dapat membuat Sobrah Tulus bertekuk lutut
Akan tetapi benarkah Sobrah Tulus mencintai setulus hati" Terbuktilah bahwa
Sobrah Tulus tidak mencintai Widoretno sepenuh hati.
Dan kalau toh pemuda ini sedia kawin dengan
Widoretno, memang ada maksud tersembunyi.
Dorongan yang terutama bagi Sobrah Tulus
mengawini Widoretno, adalah ingin bisa memperoleh rahasia ilmu yang dapat
merobohkan lawan
hanya dengan mantra itu, ialah Aji Netra Luyub.
Pada mulanya Widoretno memang kikir
dan tidak bersedia membuka rahasia ilmu tersebut. Namun berkat kecerdikan dan
bujuk rayu, akhirnya Sobrah Tulus dapat menguasai ilmu tersebut.
Kemudian apakah yang terjadi" Ternyata
laki-laki ini curang. Kemudian ia mencampurkan
obat tidur dengan nasi dan minuman Widoretno.
Kemudian menggunakan kesempatan pada saat
Widoretno tertidur ini Sobrah Tulus membuang
Widoretno ke dalam jurang amat dalam.
Apa yang ia lakukan ini bukan lain karena
Sobrah Tulus tidak tega membunuh isteri dan sekaligus gurunya itu. Maka menurut
pendapatnya, dengan jalan ia buang ke jurang, nyawa Widoretno tentu melayang.
Namun Sobrah Tulus tidak menyadari,
orang bisa mengharapkan tetapi ketentuan di
tangan Yang Maha Tinggi. Ternyata Widoretno tidak mati dan hanya menderita patah
dua kakinya dan luka-luka ringan yang lain, hingga akibatnya
Widoretno menjadi lumpuh. Dan kemudian,
sungguh merupakan keajaiban yang diciptakan
oleh Yang Maha Tinggi, Nenek Widoretno masih
hidup. Widoretno menghela napas panjang mengambil napas. Kemudian katanya kepada Dewi
Sritanjung, - Anak baik, itulah kisah hidupku
yang kemudian menyebabkan aku menderita seperti ini. Aku amat menyesal sekali
dan merasa berdosa pula kepada Kakang Kebo Sadewo.....
yang kemudian berganti nama Ki ageng Tunjung
Biru itu....... Kalau saja aku tetap menjadi isterinya, tentu aku takkan sampai
mengalami nasib
buruk ini.Nenek Widoretno menyeka air mata yang
bercucuran dari matanya, menyesali nasib.
- Tetapi Nek, kenapa yang kau ceritakan
kok hanya Sobrah Tulus. Lalu Klinthung Waluh
itu, siapa"- tanya Dewi Sritanjung.
- Hemm.....Sobrah Tulus dan Klinthung
Waluh itu sama saja orangnya - Ahhhh.....biadab benar manusia busuk
itu. Huh, apabila aku cepat membawa Nenek keluar dari tempat ini, akan aku
lumatkan kepalanya.- Heh heh heh heh .....- Nenek Widoretno
terkekeh. - Engkau jangan melamun kosong. Manakah mungkin kita bisa keluar dari
tempat ini"- Tetapi Nek, apabila aku berusaha terus,
aku percaya Dewata Agung akan mengulurkan
tangan dan menolong. Entah keajaiban apa yang
akan terjadi, tetapi aku percaya kelak kemudian
hari akan dapat keluar dari tempat ini,Mendengar tekad gadis yang penuh semangat
ini Widoretno tidak tega untuk membuat tipis
harapan. Katanya kemudian, - Ya! Akupun berharap agar kau dapat menemukan jalan
keluar itu. Dan harapanku pula, engkau akan dapat membalaskan sakit hatiku.- Hemm, tentu
Nek. Nenek adalah isteri
Kakekku dan juga Guruku. Manakah mungkin
aku membiarkan manusia biadab itu hidup enak
dan terlepas dari hukuman "Sesungguhnya saja ketika muda, Widoretno seorang
perempuan angkuh, suka menurutkan
kemauannya sendiri disamping congkak. Tetapi
sesudah puluhan tahun lamanya terhukum dan
tersiksa di tempat terasing ini, jiwa perempuan ini
kemudian memperoleh kesadaran. Wataknya berubah seperti bumi dengan langit. Maka
ketika melihat gadis ini secara tidak sengaja terperosok
masuk ke dalam jurang ini, Widoretno menjadi
amat kasihan kepada Dewi Sritanjung.
Lebih-lebih setelah ia mengerti, Dewi Sritanjung merupakan pewaris ilmu
kesaktian dari suaminya, maka hanya kepada gadis ini sajalah
yang menjadi tumpuan harapannya, agar kelak
kemudian hari dapat membalaskan sakit hatinya.
Tiba-tiba Widoretno teringat sesuatu, lalu
katanya halus, - Cucuku, ahhh..... manakah
mungkin kau sanggup berhadapan dengan Klinthung Waluh, justru dia mempunyai Aji
Netra Luyub"Mendengar ini Dewi Sritanjung lalu teringat
kepada peristiwa yang sudah ia alami. Kalau tidak
tertolong oleh Mpu Kepakisan, tentu dirinya sudah celaka dalam tangan Klinthung Waluh, sebagai akibat terpengaruh oleh Aji
Netra Luyub itu.
Untung sekali gadis bernama Dewi Sritanjung ini
seorang gadis cerdik. Kalau saja sekarang dirinya
dapat memiliki Aji Netra Luyub seperti Klinthung
Waluh, tentunya akan dapat membalas dendam
kepada orang itu.
Maka kemudian Dewi Sritanjung menatap
Widoretno. Ujarnya, - Nenek yang baik, kalau
Klinthung Waluh bisa memiliki Aji Netra Luyub
itu atas ajaran Nenek, apakah aku tidak dapat
pula memperoleh Ajian tersebut dari Nenek"Widoretno terkekeh mendengar
permintaan ini. Jawabnya, - Heh heh heh heh, ternyata engkau cucuku yang cerdik. Asalkan
kau mau dan tekun, mengapa tidak" Tentu saja aku akan dapat
pula menurunkan ilmu atau aji tersebut untuk
kepentinganmu.Betapa gembira gadis ini mendengar kesediaan Widoretno. Tiba-tiba
saja gadis ini berlutut
sambil membenturkan dahinya ke tanah.
- Terima kasih, Nenek, dan sekaligus Guruku, atas kesediaan Nenek untuk
mengajarkan Aji Netra Luyub untuk diriku,- katanya mantap.
- Heh heh heh heh, bangkitlah! Sudah, kau
tidak perlu berlutut. Sebab sudah sewajarnya pula, jika engkau sebagai murid
suamiku, maka engkau juga muridku pula.Saking gembira gadis ini sampai tak ingat
lagi tempatnya sekarang ini terpisah dengan dunia ramai. Manakah mungkin Dewi
Sritanjung dapat memanfaatkan aji kesaktian tersebut apabila selama hidup terus terkurung
di tempat ini"
3 Bagaimanapun sedih dan sengsara hati
Dewi Sritanjung yang terperosok ke dalam jurang
yang buntu ini, kiranya masih lebih enak apabila
dibandingkan dengan nasib Mahisa Singkir dan
Sarwiyah. Sebab sekalipun di tempat terasing, tetapi Dewi Sritanjung bisa bebas,
bisa sesuka hati,
tidak tertekan perasaannya oleh siapapun. Sedangkan Nenek Widoretno sikapnya
amat baik dan malah mengajarkan Aji Netra Luyub pula.
Siapakah Mahisa Singkir dan Sarwiyah ini"
Untuk dapat mengetahui secara rinci, kiranya
Pembaca perlu membaca buku berjudul "Perjalanan Yang Berbahaya" dan "Terkurung
Di Perut Gunung". Dua orang muda ini sedang dalam perjalanan menuju Belambangan untuk
mencari tunangannya Warigagung dan guru pemuda itu
bernama Julungpujud, dengan maksud minta
bantuan agar dapat membalaskan sakit hatinya
kepada Gajah Mada. Tetapi sungguh celaka dalam
perjalanan ini mereka tertangkap dan kemudian
tertawan dalam lembah terasing yang penuh rahasia. Pada lembah ini yang berkuasa
adalah Mpu Galuh, sisa pemberontak Sadeng.
Memang setelah Mahisa Singkir dan Sarwiyah secara paksa harus hidup di dalam
kamar tahanan, sikap para penjaga memang baik dan
menghormat. Pelayanannya pun baik, karena semua orang tahu belaka, baik si
pemuda maupun si gadis merupakan calon-calon menantu Mpu
Galuh. Akan tetapi walaupun demikian, manakah
mungkin dua orang muda ini bisa merasakan hidup senang"
Selama dua hari dalam tahanan di kamar
ini, Sarwiyah terus menerus menangis dan mogok
makan. Akibatnya mata yang semula indah itu
sekarang menjadi merah dan pelupuk matanya
bengkak. Dalam keadaan sedih dan menangis ini
kemudian ia teringat kepada kakeknya yang sudah meninggal maupun kakak
perempuannya Sarindah dan adik laki-lakinya yang lenyap bersama
Sentiko. Lalu di manakah Sentiko sekarang ini"
Masih hidup ataukah sudah mati" Dan di mana
pula kakak perempuannya itu, yang setelah berpisah dengan dirinya tidak pernah
ia dengar kabarnya lagi"
- Mbakyu ..... ohhh .....- desisnya di tengah
isak dan tangisnya. - Kalau saja aku dan kau tidak berpisah, kiranya takkan
sampai menderita
seperti ini ......
Benar, gadis ini sekarang amat menyesal,
mengapa ketika itu kakak perempuannya memaksa, supaya dirinya pergi seorang diri
mencari Julung Pujung dan Wariagung. Sedang Sarindah
kemudian menyatakan ingin mencari juru tenung
yang pandai untuk menenung Gajah Mada.
Sekarang timbul pertanyaan dalam hati,
berhasilkah usaha kakak perempuannya itu" Kalau benar kakak perempuannya itu
berhasil membunuh Gajah Mada dari tempat jauh, sekalipun dirinya sekarang menderita
sengsara, ada perasaan lega juga. Sebab cita-cita kakeknya yang
ingin dapat membunuh Gajah Mada telah berhasil. Akan tetapi sebaliknya apabila
usaha kakak perempuannya itu sampai gagal, bukankah berarti semua pengorbanan ini hanya siasia belaka"
Karena selama dalam tahanan ini Sarwiyah
mogok makan, maka dalam waktu singkat saja,
gadis ini menjadi pucat dan kurus. Rambutnya
menjadi kusut dan terurai awut-awutan, pakaian
kusut tidak mau ganti, sehingga dari gadis muda
cantik jelita, sekarang berubah menjadi seperti
perempuan gila.
Apabila Sarwiyah selalu menangis dan sedih, sebaliknya Mahisa Singkir tidak
kurang pula sedihnya. Namun demikian cara berpikir pemuda
ini lain dengan Sarwiyah. Sebab Mahisa Singkir
tidak mogok makan seperti Sarwiyah, melainkan
semua pemberian jatah makanan itu, ia terima
dan ia makan dengan lahap. Sebabnya ia bersikap seperti ini karena ia sadar,
raganya membutuhkan makanan dan guna menjaga kekuatan
Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan kesehatannya pula. Supaya pada saat perlu,
dan pada saat berhadapan dengan bahaya, ia bisa
menggunakan tenaganya. Oleh sebab itu tubuhnya masih segar seperti ketika masih
bebas, walaupun wajahnya agak pucat.
Dalam kamar tahanan inipun disamping
menjaga kekuatan dan kesehatan tubuhnya, iapun tidak pernah lupa untuk melatih
diri, sekalipun ia tidak mempunyai harapan dapat meloloskan diri.
Ia tidak pernah melupakan pesan kakek
gemuk yang baik hati dan bernama Mpu Anusa
Dwipa itu. Kakek yang sudah menyelamatkan
nyawanya, kemudian malah bersedia menggembleng dirinya, sekalipun tidak diakui
sebagai muridnya.
- Bocah, - kata Mpu Anusa Dwipa ketika
itu. - Dalam keadaan yang bagaimanapun, melatih diri sambil mawas diri, adalah
penting kau lakukan secara rajin. Sebab semua itu akan berguna bagi dirimu
sendiri dan dalam usahamu menunaikan tugas.Pesan kakek gendut ini tidak pernah
ia abaikan dan ia lupakan. Maka selama dalam tahanan di tempat ini, waktu malah
ia pergunakan sebaik-baiknya. Sebab siapa tahu kemudian hari
ia memerlukan tenaganya sendiri apabila memperoleh kesempatan lolos"
Manusia tidak seharusnya lekas patah harapan dan tanpa berusaha, sekalipun
takdir tentu berlaku terhadap semua manusia hidup. Itulah
sebabnya setiap usai makan, seperti yang terjadi
pada sore tadi, pemuda ini lalu duduk bersila di
pembaringan batu guna melatih ilmu ajaran Mpu
Anusa Dwipa. Ajaran itu adalah mengumpulkan
hawa sakti dalam tubuh, lalu ia salurkan ke seluruh bagian tubuhnya.
Karena ia sedang tenggelam dalam melatih
diri dengan bersamadi ini, Mahisa Singkir sampai
tidak tahu dan tidak mendengar, pintu kamar tahanannya terbuka. Kemudian
seseorang masuk
ke dalam kamar sambil membawa lentera kecil
dari minyak kelapa. Mula-mula orang ini menyuluhi sekitar kamar. Tetapi kemudian
memusatkan perhatian kepada Mahisa Singkir yang duduk tidak bergerak.
- Bangunlah!- tegur orang itu dengan suara
halus dan merdu, dan sambil berdiri di depan
Mahisa Singkir.
Mahisa Singkir geragapan kaget, wajahnya
tersorot oleh sinar lampu, sedangkan suara yang
halus merdu itu menyelundup masuk dalam
rongga telinganya. Untuk sejenak pemuda ini terbelalak menatap wajah perempuan
yang cantik di depannya ini. Wajah yang sebenarnya malah lebih
cantik apabila dibandingkan dengan Sarwiyah.
- Ohhhh ..... apakah maksudmu masuk ke
kamar ini"- tanyanya agak gugup.
Bibir indah itu tersenyum. Sepasang mata
yang redup menarik ini memandang tanpa rasa
kikuk. Diam-diam tergetar juga jantung Mahisa
Singkir mendapat tatapan demikian rupa oleh sepasang mata gadis itu. Maka cepatcepat pemuda pemalu ini menundukkan muka. Dan karena gadis ini belum juga menjawab, maka
dalam usahanya untuk menekan perasaan, Mahisa Singkir
mengulang pertanyaannya.
ri"- - Apakah sebabnya engkau masuk kema- Apakah tidak boleh"Jawaban Ika Dewi, puteri Mpu Galuh ini
menyebabkan Mahisa Singkir melengak untuk sejenak. Tentu saja sebagai seorang
puteri raja di wilayah ini, Ika Dewi mempunyai kebebasan pergi
kemanapun. - Ya.....Memang tidak ada yang dapat melarang kau pergi kemana kau suka...- ujar
Mahisa Singkir seperti menyesali apa yang tadi telah ia
ucapkan sendiri. - Akan tetapi apakah sebabnya
kau masuk dalam kamar tahananku ini"Bibir Ika Dewi tersenyum lagi dan manis
sekali. Dan sebenarnya senyum gadis ini bagi
pemuda yang masih hijau ini, cukup membuat
jantungnya bergetar hebat sekali.
Ika Dewi kemudian meletakkan lampu penyuluh itu di lantai kamar. Dan bagian
tembok yang terkena oleh sinar lampu itu menjadi terang.
Tetapi bagian di mana Mahisa Singkir duduk itu
agak gelap, sebab sinar lampu teraling oleh papan
kayu. Sesudah meletakkan lampu suluh itu, Ika
Dewi segera duduk di pembaringan, dan kemudian mereka duduk berhadapan,
Pemuda yang jujur dan sopan ini kaget dan
cepat mencegah.
- Aduhhh ..... jangan! Apakah..... maksudmu" Ayahmu bisa marah.....jika tahu kau
di dalam kamarku ini.....Ika Dewi memandang Mahisa Singkir dengan sepasang matanya yang bersinar. Bibir
gadis ini tersenyum lagi, lalu jawabnya halus.
- Engkau tidak perlu takut maupun khawatir. Sebab aku datang ke kamarmu ini
sudah sepengetahuan Ayahku ......- Untuk apa..." - Mahisa Singkir kaget
mendengar jawaban ini dan memandang tajam
kepada Dewi Ika.
Gadis ini bersenyum lagi, jawabnya, - Guna
meninjau kesehatanmu.- Ohhh.....terima kasih ...... - Ihhh.....- Ika Dewi berseru tertahan. Apakah sebabnya kau mengucapkan terima kasih"- Karena kau.....baik hati..... dan
sudi meninjau keselamatanku.....sebagai tawanan di sini
...... - Ohhh! Engkau jangan ..... salah paham
dan berkata seperti itu, Mahisa Singkir. Sebab tidak ada maksud Ayahku untuk
menempatkan engkau di kamar ini.- Tetapi buktinya.....- Ya, memang untuk sementara waktu
saja. Selama kau belum memberi keputusan seperti
harapan Ayah..... dan harapanku...Mahisa Singkir mengangkat kepala memandang Ika
Dewi. Pada saat itu Ika Dewi juga
sedang memandang Mahisa Singkir, dan dua pasang mata bertaut. Lalu disusul bibir
gadis ini menyungging senyum manis sekali.
Diam-diam Mahisa Singkir mengakui gadis
ini manis dan tak dapat ia cela. Disamping itu gerak-geriknya pun halus, dan
ucapannya pun sejuk dan merdu dalam telinganya. Sikap dan ucapan gadis ini
sesungguhnya menimbulkan rasa
hormat dalam hatinya.
Kalau saja hatinya belum terisi oleh Sarwiyah, bisa jadi dirinya akan terpikat
oleh manisnya wajah gadis ini
Mahisa Singkir menundukkan kepala sambil menghela napas pendek. Sesungguhnya
dalam hati timbul pula semacam perasaan yang agak
menyesal, mengapa dirinya menjadi jatuh cinta
kepada Sarwiyah" Padahal ia sudah tahu, Sarwiyah sudah menjadi calon isteri
Warigagung. Bukankah sesungguhnya rasa cinta yang timbul
dalam hatinya bisa dikatakan sesat jalan"
Banyak gadis yang masih bebas, mengapa
sebabnya malah mencintai gadis yang sudah bertunangan" Apakah hal ini kemudian
hari tidak akan menimbulkan hal-hal yang tidak ia harapkan"
Lebih-lebih sedikit banyak ia sudah mendengar watak Warigagung maupun Julung
Pujud yang ganas dan kejam. Jika dirinya merebut Sarwiyah dari tangan Warigagung,
apakah perbuatannya itu benar"
Akan tetapi entah mengapa, rasa kesadarannya ini kalah pengaruh dengan keinginan
hatinya. Entah mengapa sebabnya, dirinya menjadi
tergila-gila kepada Sarwiyah. Ia tidak tahu sebabnya, namun mungkin sekali, sebabnya ia menjadi
tertarik adalah oleh peristiwa di luar kesengajannya. Ialah akibat perjalanannya
hanya berdua dengan Sarwiyah sampai berbulan-bulan, menempuh perjalanan jauh dengan saling
pengertian. Witing trisna jalaran saka kulina (sebabnya
timbul rasa cinta oleh sebab terbiasa dalam pergaulan). Disamping itu mungkin
juga oleh pengaruh kejadian pada suatu pagi, ketika ia melihat
Sarwiyah dalam keadaan polos, merendam diri
dalam telaga kecil di tengah hutan waktu itu. Apa
yang sudah ia saksikan menjadi kenangan dalam
benaknya, tidak pernah mau diusir dan ia lupakan.
- Pandanglah aku..... Kakang.....- ujar Ika
Dewi dengan nada halus, tetapi penuh
permintaan. Mahisa Singkir mengangkat kepalanya dan
menatap Ika Dewi. Tetapi hanya sejenak saja,
kemudian ia kembali menundukkan kepala sambil menghela napas pendek. Ia merasa
malu bertatap pandang dengan gadis ini dalam jarak dekat
sekali. - Kenapa kau malu"- tegur Ika Dewi tanpa
rasa rikuh sedikitpun,
Tetapi sikap yang terang-terangan ini, sebenarnya tidak pada tempatnya bagi
seorang gadis. Namun hal ini juga perlu dimaklumi, karena Ika Dewi hidup di tempat yang
terasing dari pergaulan masyarakat luas. Maka gadis ini dalam
menghadapi Mahisa Singkir tidak perlu merasa
malu untuk berterus terang sesuai dengan kehendak hatinya.
Karena agak bingung menghadapi gadis
yang berterus terang seperti ini, menyebabkan
Mahisa Singkir gelagapan dan bingung. Jawabnya
tidak lancar, - Ahhh ..... ohhh..... mengapa sebenarnya kau ini....."- Bukankah
ayah sudah memberitahu kepada dirimu "- Tetapi ah..... tetapi.....aku hanyalah
seorang pemuda tidak berharga.....- Hi hi hik,- Ika Dewi ketawa lirih. - Apakah
sebabnya kau berkata seperti itu" Dan apa pula
sebabnya kau merendahkan diri macam itu" Yang
dapat menilai dirimu bukan dirimu sendiri, tetapi
orang lain, termasuk diriku. Hemmm.....Ika Dewi berhenti dan sejenak kemudian
gadis ini meneruskan. - Cinta kasih itu, bagiku
tidak ditentukan oleh pangkat, kedudukan dan
martabat seseorang. Kakang..... aku mencintaimu
dengan sepenuh hati, sejak aku melihat kau pertama kali. Apakah engkau tidak
merasa..."Setelah berkata Ika Dewi menundukkan
muka. Agaknya setelah mengucapkan kata-kata
ini, Ika Dewi menjadi lega, namun merasa malu
juga. Sedang Mahisa Singkir menghela napas lagi, ujarnya, - Hem.....sudilah engkau
memaafkan aku. Karena..... karena.....Tiba-tiba gadis ini mengangkat kepalanya,
menatap Mahisa Singkir dengan tajam. Lalu terdengar ucapannya bernada sengit Karena kau sudah mencintai gadis lain, bukan ..."!Mahisa Singkir yang jujur itu mengangguk
sambil menghela napas.
- Gadis yang bersama kau itukah....."- mata Ika Dewi berbinar, dan tiba-tiba
saja bibir yang
semula menyungging senyum itu sekarang lenyap.
Mahisa Singkir menggelengkan kepalanya,
- Manakah mungkin aku berani mencintai dia"- Jangan bohong!- bentak Ika Dewi
tibatiba. - Huh..... tentu kau mencintai dia. Kalau
demikian huh! Dia akan kubunuh.....!- Jangan.....! - teriak Mahisa Singkir yang
menjadi amat khawatir. - Bukan dia! Manakah
mungkin aku berani mencintai gadis yang sudah
menjadi calon isteri orang lain" Dia itu ..... dia itu
calon isteri Warigagung dan calon menantu tokoh
sakti Julung Pujud.Memang tidak biasa Mahisa Singkir membohong seperti ini.
Tetapi ia sadar, apabila dirinya
berterus terang, tentu akan memancing kemarahan Ika Dewi nan bisa jadi ancaman
akan membunuh ini benar-benar dia lakukan.
- Hemm, kau bohong.....!- hardik Ika Dewi
dingin. - Tidak!- Mahisa Singkir menggeleng.
- Jika kau tidak saling cinta dengan dia.....
mengapa ketika kamu berdua menghadap Ayahku, engkau dengan dia saling genggam jari ....."- Ohh ..... itu.....itu ...... - Huh! Kau dusta!- bentak Ika Dewi marah.
- Engkau sudah saling cinta dengan gadis itu!- Tidak! Oh ..... aku tidak
dusta .....!- Mahisa Singkir yang gelagapan membela diri. Lalu cepat-cepat
menekan perasaan agar hatinya tidak
berdebaran. - Engkau jangan menuduh yang tidak-tidak. Engkau menuduh orang
ngawur belaka..... - Huh! Siapa yang menuduh secara ngawur"- Itu dalam usahaku mencegah agar dia
tidak bersikap kurang ajar terhadap ayahmu!- Huh! Dapat berbuat apakah dia
andaikata berani kurang ajar di sini"- Itulah sebabnya aku melarang dia agar
tunduk!Untuk sejenak mereka berdiam diri. Kamar
ini menjadi hening. Yang terdengar hanyalah helaan napas mereka berdua.
Ika Dewi tanpa malu menatap Mahisa
Singkir. Sebaliknya pemuda ini malah menundukkan kepalanya.
Diam-diam pemuda ini menjadi bingung
disamping khawatir menghadapi gadis ini, yang
sudah terang-terangan mengucapkan cintanya,
dan malah sekarang berani berkunjung ke kamarnya. Kejujuran hatinya sebenarnya
memberontak harus berbohong. Tetapi sebaliknya iapun
sadar, Sarwiyah dalam bahaya apabila ia berterus-terang. - Kakang Mahisa Singkir.....- Ika Dewi memecah kesepian kamar. - Katakanlah
terus terang! Siapakah gadis yang engkau cintai itu"Sungguh, merupakan
pertanyaan yang terlalu berani bagi seorang gadis. Akan tetapi sejak
kecil Ika Dewi memang terpisah dari masyarakat
luas, sehingga sopan santun kurang ia ketahui.
Gadis ini tidak tahu, tabu bagi seorang gadis
mengejar laki-laki, karena hal itu hanya akan
menurunkan derajatnya atau martabatnya sendiri
sebagai seorang gadis.
Sebaliknya Mahisa Singkir tidak cepat dapat menjawab. Ia menjadi bingung sendiri
dalam usahanya untuk memberi jawaban.
- Lekas katakanlah. Siapa dia"- desak gadis ini yang tidak sabar.
Desakan ini menyebabkan Mahisa Singkir
gugup. Jawabnya, - Ahhh..... anu..... anu.....gadis
tetanggaku sendiri.....- Dari desa mana"- Desa Koripan.....- Siapakah namanya"Suripah.....- Hemm.....cantikkah....."Mahisa Singkir mengangkat kepala dan
menatap gadis itu sejenak. Tetapi ketika bertatap
pandang dengan Ika Dewi, maka pemuda ini lekas-lekas menundukkan kepalanya lagi.
- Entahlah.....- sahutnya tanpa pikir.
Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
- Engkau ini aneh. Mengapa mencintai perempuan tidak dapat menyebut cantik atau tidak"- Hemm.....aku tak tahu gadis itu
cantik atau tidak. Tetapi yang jelas aku suka.....- Sekarang katakan. Lebih cantik mana
dia dengan aku"Mahisa Singkir kembali terbelalak dan
memandang wajah manis Ika Dewi sejenak.
- Engkau .... jauh lebih cantik .....!- Tetapi
setelah mengucapkan jawaban ini diam-diam ia
kaget sendiri. - Hi hi hik, terima kasih,- sahut Ika Dewi
sambil ketawa senang sekali. - Apabila demikian
jelas di dalam segala hal, aku lebih menang dibanding gadismu itu, bukan"- Benar
...... - - Dan kau akan lebih beruntung menjadi
suamiku ...... Mahisa Singkir menjadi kaget setengah mati ketika secara tiba-tiba Ika Dewi
sudah menubruk dan memeluk.
Untung sekali Mahisa Singkir dalam keadaan sadar sepenuhnya. Bagaimanapun ia
tidak mencintai gadis ini, sekalipun sekarang dirinya
dalam kekuasaan ayah Ika Dewi. Maka dengan
halus ia sudah melepaskan pelukan Ika Dewi
sambil mendorong halus.
- Jangan! ..... Jangan kau lakukan ..... - cegahnya.
Ika Dewi menjadi kecewa dan tidak senang
oleh sikap pemuda ini. Maka gadis ini mendelik
marah, lalu bentaknya, - Huh! Engkau pemuda
tidak tahu di untung.....! Engkau berani menolak
aku" Huh! Apakah aku kurang cantik dan kurang
berharga"Tetapi setelah membentak, tiba-tiba saja
gadis ini terisak-isak. Agaknya hati gadis ini menjadi kecewa dan marah. Sebagai
gadis ia sudah mendahului dan berterus terang menyatakan cinta kasihnya, tetapi pemuda tolol
ini tidak juga mau tahu! Mahisa Singkir menjadi semakin kebingungan menghadapi Ika Dewi ini. Menghadapi
gadis yang berani dan tidak tahu malu. Karena bingung, pemuda ini tidak dapat
menemukan jawaban yang tepat. Dan akibatnya pula pemuda ini
hanya berdiam diri.
- Mahisa Singkir!- hardik gadis ini sengit
dan menjadi tidak senang. - Katakanlah. Apakah
engkau tetap menolak aku....." - Aku.....aku ...... - Yang jelas! Bentakan Ika Dewi ini, yang pada mulanya
membuat Mahisa Singkir kebingungan, tiba-tiba
menyadarkan dirinya. Sekalipun dirinya sekarang
ini sebagai tawanan, tetapi dirinya tidak bisa dihina dan direndahkan orang.
Lebih baik dirinya
mati terbunuh, daripada dirinya tidak mendapat
penghargaan sewajarnya sebagai manusia.
- Huh! Engkau jangan menghina aku!- bentak Mahisa Singkir tiba-tiba, setelah
mendapatkan kesadarannya kembali.
Bentakan ini menyebabkan Ika Dewi kaget
dan terbelalak. Kemudian wajahnya merah padam.
- Huh! Mahisa Singkir. Boleh dibunuh tetapi tidak boleh dihina. Tahu"hardiknya. - Pendeknya aku tidak mencintai kau! Huh, kau wanita
tidak tahu malu! Kau gadis rendah, dan lekaslah
enyah dari kamar ini.- Kau ..... kau.....! Sekarang giliran Ika Dewi yang gelagapan.
Wajah gadis ini sekarang pucat dan matanya terbelalak. Hingga yang bisa ia
ucapkan hanyalah seperti itu.
- Jangan cerewet! Lekas pergi atau tidak" hardiknya lagi.
Tiba-tiba saja Ika Dewi menangis. Bibirnya
gemetaran seperti mau mengucapkan kata-kata,
tetapi tiada ucapan yang bisa terdengar. Dan
mendadak gadis ini berdiri lalu ...plak plak!
Tanpa terduga sama sekali telapak tangan
Ika Dewi yang lumar dan halus itu sudah bersarang ke pipi Mahisa Singkir.
Sejenak kemudian
gadis ini menjerit lirih lalu keluar dari kamar
sambil berlarian. Dan gadis ini sampai lupa tidak
membawa keluar lentera yang tadi ia bawa.
Sebenarnya saja apabila ia mau, tidak sulit
bagi Mahisa Singkir untuk menghindari tamparan
gadis itu. Tetapi pemuda ini sengaja tidak mau
menghindar, dan pipinya ia pergunakan menangkis tamparan dua kali itu, hingga
terasa panas. Meskipun demikian pemuda ini tersenyum, lebih
baik ia memberikan pipinya mendapat tamparan
daripada gadis itu terus berusaha merayu dan
membujuk. Hatinya terasa sebal dan rasa gandrungnya
(cintanya) kepada Sarwiyah menjadi semakin
mendalam. Perbedaan antara Sarwiyah dengan
Ika Dewi ibarat bumi dengan langit. Sarwiyah
adalah gadis yang halus, sebaliknya, Ika Dewi berandalan. Ya, hanya sebutan
berandalan ini saja
yang tepat bagi gadis yang baru saja meninggalkan kamarnya itu. Sebab jika bukan
gadis berandalan, manakah sanggup mengucapkan cinta,
mendahului pihak pria" Sebab bagi gadis timur
yang tahu sopan santun, bagaimanapun akan
menahan diri untuk tidak mendahului pihak pria.
Setelah Ika Dewi meninggalkan kamar tahanannya, Mahisa Singkir hanya menghela
napas saja dan masih tetap duduk di pembaringan.
Mahisa Singkir menghela napas pendek.
Sebenarnya, sesuai dengan wataknya yang jujur
dan sederhana, ia merasa kasihan juga kepada
Ika Dewi yang terpaksa harus ia tolak mentahmentah pernyataan cintanya. Sebagai
seorang pemuda, sebenarnya ia mengakui baik wajah
maupun bentuk tubuh, Ika Dewi lebih menonjol
dibanding dengan Sarwiyah. Maka kalau saja hatinya belum terisi oleh Sarwiyah,
mungkin dirinya
bisa membalas cinta gadis itu. Tetapi karena dalam hatinya sudah terisi oleh
Sarwiyah, maka ia
memutuskan akan tetap setia kepada cintanya
yang pertama. Apapun dan bagaimanapun yang
akan terjadi, hanya Sarwiyah saja yang pantas
menjadi kekasih dan isterinya.
- Ahhhh .... tetapi dia calon isteri Warigagung Apakah dengan perbuatanku ini
tidak berarti aku merebut calon isteri lain orang " Lalu, apakah yang akan
terjadi kalau Warigagung sampai
marah"Terpikir demikian, mau tak mau pemuda
ini menghela napas dan agak khawatir pula. Apakah tidak memalukan apabila
dirinya harus berkelahi dengan Warigagung hanya karena persoalan wanita saja"
- Ahhh .....tidak boleh!- bentaknya sendiri.
- Ini tidak benar! Sarwiyah harus tetap
menjadi isteri Warigagung!- Akan tetapi aku.....lalu bagaimana"- bisik
hatinya. - Apakah aku harus menderita akibat
gagal mencintai wanita"Mahisa Singkir menghela napas dalam lagi.
Ketika itu seorang penjaga kamar tahanan
masuk untuk mengambil lentera yang tadi dibawa
Ika Dewi. Sambil memegang lentera itu, penjaga
mendelik dan menghardik.
- Huh! Kau berani menghina puteri junjunganku" Kau akan celaka apabila
penghinaanmu ini sampai dia laporkan kepada Gusti Mpu Galuh.Mahisa Singkir mengangkat
kepalanya, memandang orang itu sejenak. Tetapi kemudian
ia menundukkan kepalanya lagi dan bersikap
acuh tak acuh. Sebab tidak ada gunanya ia menjawab maupun berbantahan dengan penjaga itu.
Kalau toh Mpu Galuh marah, ia takkan dapat
berbuat apa-apa. Sebab seluruh nasibnya sekarang ini telah ia serahkan bulatbulat kepada Dewata Yang Agung.
Kalau saja ia mau, menyerang dan merobohkan penjaga yang masuk kamarnya ini
tidaklah sulit.
Kemudian menggunakan kamar yang terbuka ia dapat meloloskan diri.
Tetapi untuk apa lolos, jika Sarwiyah tetap
menjadi tawanan di tempat ini" Tidak urung dirinya akan menderita dan penuh
penyesalan apabila gadis itu sampai celaka dalam tahanan ini.
Bagaimanapun ia merasa bertanggung jawab. Karena Sarwiyah tertawan di tempat ini
tidak lain sedang melakukan perjalanan bersama dengan
dirinya. Jika dirinya membiarkan Sarwiyah menderita, apakah yang ia lakukan ini
bukan perbuatan pengecut" Betapa rasa sesal gadis itu, apabila
tahu adik seperguruannya dapat lolos tanpa mau
memberi pertolongan.
Mahisa Singkir kembali menghela napas
panjang. Kemudian ia teringat, lembah ini merupakan lembah terasing dan hanya
bisa keluar dan
masuk lewat jalan rahasia. Manakah mungkin dirinya bisa lolos dengan selamat
dari tempat ini"
Guna menentramkan hatinya, ia kemudian
kembali samadi di pembaringan untuk meneruskan melatih hawa sakti. Tetapi
walaupun ia telah berusaha menenteramkan hati, ia gagal. Hatinya tidak enak dan tidak tenteram, karena timbul kekhawatiran dalam hatinya,
Sarwiyah yang ditahan di kamar lain itu, malam ini mendapat
kunjungan Rakit Cendana dan berusaha membujuk.
Apabila yang perempuan saja, Ika Dewi tidak mengenal tata santun, manakah
mungkin pemuda itu mengenal sopan santun"
4 ru. Dugaan Mahisa Singkir memang tidak keliSebab tidak bedanya dengan Ika Dewi, maka Rakit Cendana juga telah membuka kamar
Sarwiyah yang ia gandrungi itu. Selama dua hari
setelah Sarwiyah berhasil tertawan, pemuda ini
menjadi tidak bisa tidur. Sebab wajah ayu Sarwiyah selalu menggoda dan terbayang
dalam benaknya, menyebabkan pemuda ini amat rindu
dan ingin menjumpainya.
Ia merasa tidak kuasa lagi menahan hati.
Ia ingin bertemu, ingin bercakap, ingin merayu
dan ingin pula memeluk gadis itu.
Akan tetapi ketika Rakit Cendana membuka pintu kamar, pemuda ini menjadi kaget,
melihat Sarwiyah rambutnya awut-awutan, wajahnya
pucat dan kurus.
Mula-mula pemuda ini keheranan, kenapa
hanya dalam waktu dua hari saja, sudah terjadi
perubahan atas diri gadis ini" Namun setelah
berbisik dan bertanya kepada penjaga, pemuda
ini menjadi tahu sebabnya. Perubahan ini terjadi
tidak lain karena selama dua hari, gadis ini mogok makan.
Gerakan Rakit Cendana yang masuk dalam
kamar ini memang perlahan dan berhati-hati sekali. Menyebabkan Sarwiyah yang
ketika itu sedang duduk di pembaringan dan memejamkan
mata kurang perhatian, karena memang tidak
pernah menduga malam ini Rakit Cendana akan
datang berkunjung. Tahu-tahu si pemuda sudah
masuk ke dalam kamar, dan menyebabkan gadis
ini kaget dan terbelalak.
- Kau ..... kau.....!- hanya itu sajalah yang
keluar dari mulut Sarwiyah.
- Ya, aku! Adik yang manis. malam ini aku
berkunjung kepadamu,- sahut Rakit Cendana
sambil bersenyum, dalam usahanya untuk memikat perhatian.
- Kau.....kau.....apakah maksudmu" Sarwiyah cepat melompat turun dari pembaringan ketika melihat Rakit Cendana
menghampiri. Memang sekarang ini wajah Sarwiyah tampak pucat pasi. Pakaiannya tidak terurus,
justru selama dua hari Sarwiyah tidak sempat mengurus
diri dan terus saja menangis. Oleh karena itu, sepasang matanya merah dan agak
bengkak. Hanya dalam waktu dua hari saja, keadaan
gadis ini sudah jauh berbeda. Dari seorang gadis
yang cantik dan menarik, tubuhnya padat berisi
sekarang menjadi kurus. Akan tetapi sekalipun
demikian, dalam pandangan Rakit Cendana gadis
ini tetap cantik dan menarik. Amat memikat disamping mempesona. Justru selama
dua hari ini wajah Sarwiyah selalu terbayang dan menggoda
benaknya dan menyebabkan pemuda ini tidak
dapat tidur. - Sarwiyah, Adikku yang cantik......- Aku bukan adikmu!- bentak Sarwiyah
sengit, tanpa memberi waktu kepada Rakit Cendana selesai mengucapkan katakatanya. - Heh heh heh heh,- Rakit Cendana tertawa
terkekeh. Kemudian katanya, - Ya, aku keliru!
Engkau bukan adikku, tetapi adalah calon isteriku.....- Jangan sembarangan
membuka mulut! Saking marahnya Sarwiyah membentak nyaring,
sepasang matanya menyala dan dua belah tangannya bertolak pinggang.
- Eh.....ehh..... apakah sebabnya engkau
menjadi marah, Manisku"- Sudahlah lekas enyah dari kamar ini. Aku
tidak sudi bicara dengan engkau !Sesungguhnya tidak biasa bagi Sarwiyah
menjadi pemarah seperti ini. Karena ia adalah
seorang gadis yang sabar, perasaannya halus dan
tidak mudah marah.
Perubahan dalam waktu singkat yang terjadi atas diri gadis ini, tak lain adalah
karena gadis ini menjadi sedih berbareng penasaran, karena telah ditawan dalam kamar yang sempit ini.
Disamping itu ia telah mendengar pula, pemuda
ini menginginkan dirinya untuk dipaksa menjadi
isteri. Akan tetapi Rakit Cendana seperti tidak
mendengar apa yang sudah diucapkan oleh Sarwiyah. Pemuda ini sudah duduk di
pembaringan batu. Namun demikian perhatiannya tidak pernah
lepas kepada Sarwiyah yang ia gandrungi itu. Wajah gadis ini pucat dan tubuhnya
agak kurus. Namun demikian tidak mengurangi kecantikan
dan rasa terpikatnya.
Sebaliknya Sarwiyah berdiri dengan bertolak pinggang, sepasang matanya yang
merah itu bertambah merah lagi seperti mengeluarkan api.
Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
- Hemmm ..... engkau tak segera enyah dari
tempat ini"- Sarwiyah, kenapa engkau aku kunjungi
malah marah-marah seperti ini" Aku.....- Cerewet!- potong Sarwiyah tanpa
menunggu selesainya ucapan Rakit Cendana. - Aku
tidak butuh kunjunganmu. Huh, aku tahu di balik kunjungan mu ini, di balik
sikapmu yang halus, engkau bermaksud kurang baik. Lagi pula
apakah kesalahanku harus kau lawan di kamar
yang sempit dan jorok ini" - Sabarlah dahulu, dan berilah kesempatan
aku bicara. Sarwiyah, aku akan menerangkan
supaya kau tidak salah mengerti. Begini.....Lagi-lagi Sarwiyah yang penasaran
ini memotong ucapan Rakit Cendana yang belum selesai, - Huh! Aku sudah tahu! Sudah, tidak perlu
kau banyak mulut!Karena ucapannya selalu dipotong Sarwiyah sebelum selesai, maka
Rakit Cendana yang
biasa dihormati dan dimanja ini, menjadi dongkol
dan marah. Di tempat ini, dirinya merupakan
anak "raja". Dirinya merupakan orang kedua setelah ayahnya. Oleh karena itu
biasanya orang akan selalu tunduk, selalu patuh dan tidak berani
membantah, lebih-lebih memotong kata-katanya
yang belum selesai seperti ini, dan malah membentak. Mengapa sekarang ia tidak
mendapat penghormatan di depan "tawanannya" ini" Padahal ibaratnya sekarang ini ia bisa
menghitam putihkan Sarwiyah. Dirinya dapat berbuat apa saja,
bisa menyiksa maupun membunuh.
Teringat kedudukannya sebagai orang yang
selalu dihormati itu, mata pemuda ini tiba-tiba
mendelik. Mulutnya hampir saja menyemprot dan
mencaci maki tawanannya ini.
Akan tetapi sebelum membuka mulut untuk menyemprot, tiba-tiba ia ingat kepada
kepentingannya terhadap gadis ini. Kalau dirinya dapat
membujuk dan merayu, mengapa tidak melakukannya, agar gadis ini mau tunduk
secara halus"!
Teringat hal ini ia kemudian menekan perasaannya dan menyabarkan diri.
- Sarwiyah, hemm, kenapa engkau menjadi
begini dan juga tidak mau mengerti"- katanya halus. - Baik aku maupun Ayah tidak
bermaksud menyulitkan kau. Sebab tujuan Ayah maupun
aku adalah sebaliknya, dengan maksud akan
membahagiakan kau. Sarwiyah, hem ..... engkau
harus mau tahu bahwa di daerah ini Ayahlah
yang berkuasa tidak bedanya seorang raja. Jika
kau bersedia mendengar apa yang aku katakan
ini, percayalah kau akan hidup bahagia dan sekalian penduduk daerah ini akan
menghormati. Karena Sarwiyah tidak memotong katakatanya, maka Rakit Cendana
gembira. Setelah
menatap sejenak, terusnya, - Sarwiyah, dengarlah! Hanya kau seorang sajalah
wanita di dunia
ini yang kucintai dan kukasihi. Maka ketika melihat engkau, aku sudah tak dapat
melupakan lagi dan jatuh cinta. Ohhhh..... Sarwiyah, dunia ini
akan menjadi sepi tanpa engkau berada di sampingku. Hidupku ini akan menjadi
tidak berarti, dan aku akan selalu dalam kegelapan tanpa kerling mata dan senyum bibirmu. Oleh
sebab itu, Adikku yang cantik, dengarlah jerit hatiku dan
dengar pula detak jantungku yang selalu mengharapkan.....- Sudah! Tutup
mulutmu!- bentak Sarwiyah tiba-tiba memotong ucapan Rakit Cendana
yang sesungguhnya masih banyak lagi. - Aku
muak..... tahu" Muak melihat tampangmu dan tidak sudi mendengar bujuk rayumu
yang beracun. Hayo, kau lekas enyah dari kamar ini apa tidak"
Huh, tidak tahu malu!Wajah Rakit Cendana merah padam mendapat bentakan seperti
itu dan sekaligus merasa
terhina. Rasa penasaran dan mendongkol yang
semula dapat ia tekan itu, tiba-tiba memberontak
dan meledak. Kalau tadi apa yang ia ucapkan nadanya halus, sekarang menjadi
berubah kasar lagi.
- Huh! Apa katamu" Engkau berani menghina aku" Huh, sundal busuk! Sundal
keparat! Apakah kau tidak menyadari sudah dalam kekuasaanku dan aku bisa berbuat apa saja
terhadap kau"Pemuda ini menatap Sarwiyah dengan sepasang mata menyala. Tetapi Sarwiyah
tidak menjadi gentar maupun takut. Ia masih tetap bertolak pinggang, sedang mata gadis
itupun menatap tajam seperti mengeluarkan api. Tantangnya
kemudian. - Huh! Siapa takut akan ancamanmu" Aku
tahu baik engkau maupun ayahmu adalah manusia busuk !- Bedebah! Setan alas!
Engkau jangan bicara sembarangan!- teriak Rakit Cendana yang tidak kuasa lagi
menahan ledakan kemarahannya.
- Siapa yang dapat melarang aku membuka
mulut" Hayo, mau bunuh silakan bunuh! Apakah
sangkamu aku takut mati"Tiba-tiba saja Rakit Cendana ketawa terkekeh, - Heh heh
heh heh, terlalu enak bagimu jika
kubunuh begitu saja!Mata gadis ini terbelalak sejenak mendengar ancaman itu.
Bagi orang-orang seperti pemuda ini, ayahnya maupun para pembantunya, Sarwiyah
sadar dan bisa menduga, akan sanggup
melakukan perbuatan di luar batas kemanusiaan.
Karena itu ia cukup maklum akan arti
ucapan Rakit Cendana tadi, ucapan yang bisa ia
artikan sebagai ancaman yang mengerikan. Ia sadar pemuda ini akan sampai hati
untuk menyiksa orang. Tetapi walaupun sadar dirinya sekarang ini
sulit bisa lolos maupun menyelamatkan diri, ia tidak mau mundur dan menyerah. Ia
malu apabila orang menganggap takut ancaman. Maka katanya
dingin. - Hemm.....siapa takut ancamanmu" Aku
tidak takut mati. Huh, makanlah ini!Tanpa memberi kesempatan lagi, Sarwiyah
sudah menerjang ke depan dan melancarkan pukulan dan tendangan kakinya.
Dengan gesit Rakit Cendana melompat ke
samping menghindarkan diri. Kalau saja menurutkan amarahnya, inginlah ia
mencabut guna membalas serangan tawanannya ini. Akan tetapi
sayang sekali, hatinya yang sudah tergila-gila kepada gadis ini mencegah,
sedapat-dapatnya harus
menahan diri dan menahan tangannya dan jangan sampai mencelakai gadis ini.
Plak.....! sambaran pukulan Sarwiyah ia
tangkis dengan tangan kiri, sedang tangan kanan
secepat kilat sudah berusaha mencengkeram
pundak guna menangkap. Tetapi sayang sekali
dengan gesit, Sarwiyah sudah menghindarkan diri.
Rakit Cendana kaget dan terhuyung oleh
cengkeramannya yang luput, sedangkan lengan
kirinya tergetar hebat.
Ternyata sekalipun hanya perempuan,
Sarwiyah bukan perempuan lemah, malah tangannya cukup kuat. Untuk menjaga segala
kemungkinan yang bisa terjadi, dengan wajah merah padam pemuda ini sudah siap
siaga dengan kuda-kuda kokoh.
Apabila diam-diam Rakit Cendana menjadi
kaget, maka Sarwiyah menjadi lebih kaget lagi.
Belum juga lama bergerak, tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas dan tenaganya
seperti habis. Merasakan perubahan tubuhnya ini, barulah gadis ini ingat selama dua hari
perutnya kosong tidak terisi oleh makanan. Maka diam-diam
timbullah rasa sesal dalam hatinya, mengapa selama dua hari dirinya hanya
menurutkan hati
mendongkol dan penasaran dan menyebabkan dirinya mogok makan. Kalau saja dalam
dua hari ia tidak mogok makan, tentu tenaganya tidak seperti
sekarang ini. Dan celakanya lagi, disamping tubuhnya
sekarang terasa lemas, perutnya pun tiba-tiba
melilit-lilit minta isi. Apabila dirinya memaksa, tidak urung dirinya sendiri
akan roboh kehabisan
tenaga. Apabila sampai terjadi demikian akan celakalah dirinya dalam kekuasaan
pemuda yang sudah marah dan pada dasarnya berwatak jahat
itu. Sadar akan keadaan, Sarwiyah tidak segera
menerjang lagi melanjutkan serangannya. Sedang
Rakit Cendana sendiri juga tidak bergerak, masih
menunggu serangan gadis itu.
Untuk beberapa lama mereka hanya berdiri
saling pandang dalam keadaan siaga penuh.
Agaknya pemuda ini merasa ragu untuk membuka serangannya membalas terjangan
Sarwiyah Setiap orang yang berhadapan dengan bahaya tentu akan menggunakan akal dan
kepandaiannya guna mencari daya. Demikian pula Sarwiyah sekarang ini sambil
berdiri memutar otaknya guna mencari daya guna menyelamatkan diri.
Sebenarnya apabila sama-sama dalam
keadaan segar dan sehat, bagaimanapun ilmu kesaktian Sarwiyah masih di atas
Rakit Cendana. Mana tidak mungkin pemuda ini sanggup menahan amukan gadis ini" Namun sekarang
Sarwiyah dalam keadaan perut kosong, tubuhnya lemas.
Keadaan menjadi berbalik. Apabila diteruskan,
tentu gadis ini sendiri yang akan kalah.
- Rakit Cendana. Apakah kau akan menggunakan kekerasan dan kesewenangan terhadap
diriku"- tanya gadis ini setelah beberapa saat lamanya menatap pemuda itu.
Rakit Cendana tersenyum mendengar nada
suara Sarwiyah sudah berubah, tidak seperti tadi.
Ia cepat bisa menduga terjadinya perubahan pada
gadis ini. Bagi dirinya, dalam usaha menundukkan gadis ini memang tidak
menginginkan lewat
kekerasan, karena sadar jalan itu tidak baik.
Hanya kalau Sarwiyah tetap membandel, apa boleh buat! Kekerasan akan ia lakukan
juga, guna mencegah maksudnya sampai gagal memperistri
gadis ini. - Adikku Sarwiyah yang ayu, apakah yang
engkau kehendaki"- tanya Rakit Cendana dengan
wajah yang dibuat semanis mungkin.
- Jawablah sejujurnya. Engkau benarbenar mencintai diriku ini, ataukah hanya
terdorong oleh nafsu kebinatanganmu"- Heh heh heh heh, apakah sebabnya engkau
masih belum mau percaya, Adikku manis"
Sungguh mati, hanya Kau seorang sajalah yang
pantas menjadi isteriku. Adikku, hanya kau seorang sajalah yang dapat mengisi
hidupku ini. Tanpa kau, hidupku selanjutnya takkan ada artinya lagi. Hemm, apa yang kuucapkan
ini merupakan pencerminan hatiku yang tulus, Sarwiyah.Diam-diam Rakit Cendana
gembira sekali,
lalu kakinya sudah bergeser maju untuk mendekati gadis itu. Sekalipun gadis ini
sekarang awutawutan dan wajahnya pucat, namun pengaruh
rasa gandrungnya kepada gadis ini menyebabkan
dalam pandang matanya semakin menarik dan
menggiurkan. Ia merasa tidak kuat lagi menahan
hati, dan sekarang juga ia ingin dapat memeluk
dan menciumi bibir indah itu.
- Berhenti!- bentak Sarwiyah tiba-tiba.
Dan sungguh aneh, pemuda yang biasanya
selalu minta perhatian dan manja itu, secara tibatiba menghentikan langkahnya.
- Hemm..... tak gampang kau mencintai diriku - Sarwiyah berkata tandas. - Dan
tidak gam- pang pula aku percaya ucapanmu, sebelum aku
mendapat pembuktian.- Engkau ingin bukti" Apakah kau ingin
kubuktikan sekarang juga"- sahut pemuda itu.
Dan sesudah berkata ia melangkah maju sambil
mengembangkan dua tangannya.
- Ehhh.....tunggu! Berhenti di situ!Sarwiyah menjadi kaget sekali maka sedapat
bisa ia mencegah sambil mundur. - Bukan itu
yang aku maksudkan. Tetapi jika benar kau mencintai diriku, kau harus berani
bersumpah.- Sumpah" Sumpah yang bagaimana"- Sumpah ya sumpah. Nanti akulah yang
akan menuntun kau mengucapkan kata-kata
sumpah yang harus kau ucapkan.- Bagaimana
bunyi sumpah itu"- Bagaimana bunyi sumpah itu"- Sudahlah, pendeknya kau bersedia bersumpah
ataukah tidak" Jika kau tidak mau bersumpah dan menuruti apa yang aku inginkan,
hemm, jangan harap kau dapat memiliki aku dalam keadaan masih hidup. Sebab
bagiku, jika engkau tidak mau menurut, lebih baik aku mati
daripada harus melayani kau sebagai suami. Karenanya tanya kau lain di mulut dan
lain di hati.Untuk beberapa jenak lamanya Rakit Cendana tidak membuka mulut dan
menjawab. Sebab ia harus berpikir lebih dahulu sebelum menjawab, karena ia
khawatir sampai tertipu.
Ia justru seorang licik. Karena itu ia mendengus dingin, ujarnya, - Huh, engkau
jangan mencoba menipu aku.- Siapakah yang akan menipu kau" Huh,
aku menginginkan agar kau bersumpah, bukan
menipu! Tetapi ..... sudahlah! Tak mau bersumpah, silakan! Hanya saja kau jangan
mengharapkan lagi dapat memiliki diriku dan masih dalam keadaan hidup!Sarwiyah
kemudian membalikkan tubuh.
Namun diam-diam selalu siap siaga menghadapi
serangan Rakit Cendana yang tidak terduga.
Melihat Sarwiyah menjadi ngambek, Rakit
Cendana menjadi khawatir. Ia sudah terlanjur jatuh hati kepada gadis ini, Apakah
salahnya untuk memikat perhatian Sarwiyah dengan cara mengalah sedikit"
- Baiklah! Aku setuju dengan syaratmu,akhirnya pemuda ini menyetujui, kemudian
melangkah maju guna mendekati gadis ini.
Sarwiyah melompat ke samping, hardiknya,
- Rakit Cendana! Jika engkau benar-benar mencintai diriku, kau harus tunduk
kepadaku. Berdiri
di situ dan jangan mendekati sebelum kau mengucapkan sumpahmu! Rakit Cendana meringis dan terpaksa mengalah. - Baiklah, lekas katakanlah sumpah
itu dan akan ku tirukan.- Tetapi kau benar bersedia"- Lekas katakanlah!- Aku
bersumpah, demi Dewata Yang
Agung, yang menguasai bumi dan langit ini.....Dan seperti beo belajar bicara,
Rakit Cen- dana menirukan.
- Aku bersumpah, demi Dewata Yang
Agung, yang menguasai bumi dan langit.....- Demi cinta kasihku kepada seorang
gadis bernama Sarwiyah, maka sebagai pembuktian
cinta itu, aku harus selalu mendengar dan mematuhi apa yang dikatakan oleh gadis
Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu.....- Ehhhh.....mengapa begitu"- Rakit Cendana tidak segera menirukan tetapi
membantah. Aku tidak sudi menirukan kata-katamu sebagai
sumpah, apabila kau akan menjerumuskan diriku
kepada kesulitan. Bukankah dengan selalu mendengar dan mematuhi apa yang kau
katakan, engkau dapat menyalahgunakan sumpah itu"Sarwiyah mendelik tidak senang.
Hardiknya, - Huh! Sangkamu aku ini orang macam apa
hingga engkau berani menduga seperti itu" Huh!
Aku tidak akan memaksa kau. Dan kau tidak
mau bersumpah, itu adalah hakmu dan aku tidak
dapat memaksa. Tetapi sekarang cepatlah kau
meninggalkan kamar ini!- Ohhhh.....ehhh.....mengapa kau menjadi
begitu dan cepat marah"- Hemm, siapakah yang tidak menjadi marah jika kau
mencurigai aku yang tidak-tidak"
Huh! Jika kau tidak mau, akupun tidak akan
memaksa.- Tetapi bagaimanakah jika kau menyalahgunakan sumpah itu, apakah
tebusanmu"- Hemm, dengarkan baik-baik. Apabila aku
sampai menyalahgunakan sumpah ini, mudahmudahan Dewata Yang Agung akan menghukum
dan mengutuk diriku. Dan setelah aku mati, akan
menjadi setan gentayangan. Nah, bukankah sumpahku ini juga berat" Sebaliknya
sumpah ini pun akan berlaku pula bagi kau. Apabila kau berani
melanggar sumpahmu, kau akan mendapat kutukan Dewata Yang Agung, dan setelah kau
mati akan menjadi setan gentayangan. - Baik, baik! Aku setuju sekarang!- sahut
Rakit Cendana dengan wajah berseri dan bibir
bersenyum. Kemudian ia sedia menirukan apa
yang tadi sudah diucapkan oleh Sarwiyah
Dan Sarwiyah menjadi gembira sekali
mendengar sumpah pemuda ini. Lalu berlindung
kepada sumpah yang telah diucapkan Rakit Cendana sendiri, sekarang dirinya akan
dapat mengusir Rakit Cendana dari kamar ini secara halus.
- Terima kasih Rakit Cendana, ternyata
kau memang pemuda baik.- Tentu saja,- katanya bangga. - Aku memang pemuda baik.
Maka engkau akan menjadi
isteriku dan kita akan hidup bahagia.Sambil berkata pemuda ini yang gembira,
segera melangkah maju, ingin sekali bisa memeluk dan menciumi pipi dan bibir
merekah gadis itu. Sarwiyah cepat memperingatkan, - Demi
sumpahmu, kau jangan maju mendekati aku.Rakit Cendana terbelalak, tetapi kakinya
berhenti melangkah juga, karena takut kepada
sumpah yang sudah ia ucapkan. Sudah tentu ia
tidak ingin setelah mati dirinya menjadi setan
gentayangan. Dan Sarwiyah mulai menggunakan pengaruh sumpah itu. Namun sesuai dengan watak
dan tabiatnya yang halus, dalam mengucapkan katakatanya inipun, nadanya halus dan
enak terdengar.
- Kakang Rakit Cendana!- gadis ini sengaja
sudah menggunakan "Kakang". Hal ini dengan
maksud agar pemuda ini tidak menjadi curiga
dan ia dapat menyelamatkan diri dari tindak kekerasan.
Dan ternyata pancingannya ini berhasil
baik sekali karena pemuda ini menjadi senang
sekali, lalu terkekeh gembira.
- Kakang Rakit Cendana, karena engkau
ternyata seorang pria yang baik dan suka menuruti apa yang aku inginkan, maka
terus terang aku katakan pada dirimu, bahwa sebenarnya
akupun .....cinta kepada dirimu.....Dalam mengucapkan "cinta" ini, sesungguhnya
bibir Sarwiyah hampir mogok tidak mau
bergerak. Tetapi demi keselamatan dan dalam
usaha menghindarkan diri dari kekerasan, terpaksa ia menghibur diri.
- Aduh biyung..... aduh biyung.....heh heh
heh heh, terima kasih ..... Adikku yang manis ......
- Saking hatinya gembira, pemuda ini berjingkrakan lalu bermaksud menubruk
Sarwiyah. - Ihhh! Dengar dulu!- Sarwiyah cepat mencegah sambil menghindar,
- Kenapa" Bukankah kau mencintai aku
juga" Heh heh heh heh.....- ujarnya.
- Benar. Tetapi dengar dulu!- Marilah Sarwiyah, kita buktikan cinta kasih kita
bersama. Aku akan memeluk kau dan
aku akan memberi hadiah ciuman mesra.....Wajah Sarwiyah menjadi merah mendengar
ucapan Rakit Cendana ini. Akan tetapi ia cukup
sadar apabila dirinya sampai lupa dan bersikap
kasar sedikit saja, pemuda ini akan curiga, sehingga usahanya yang sudah hampir
berhasil bisa gagal total.
- Ingatlah Kakang Rakit Cendana, engkau
harus menurut dan mau mendengar peringatanku,- ia memperingatkan tetapi
ucapannya halus. Kakang, kau harus mau mengerti takkan lari gunung dikejar.
Secara terus terang tadi sudah aku
katakan, akupun mencintaimu sepenuh hatiku.
Lambat atau cepat, aku dan kau akan menjadi
suami isteri! Tetapi apakah sebabnya kau menjadi
kurang sabar" Cinta yang suci tidak boleh terkotori oleh dorongan nafsu yang
merusak. Apakah
engkau bisa mengerti, Kakang"Walaupun sebenarnya Rakit Cendana merasa kecewa, ia
terpaksa mengangguk setuju. Sebab ia sudah kalah janji, seperti sumpah yang
sudah ia ucapkan sendiri.
- Nah, memang tidak salah dugaanku engkau memang pemuda baik hati dan baik budi.
Engkau memang pemuda yang pantas menjadi pilihan setiap wanita, karena ternyata kau pandai
memegang sumpahmu sendiri. Sekarang dengarlah kataku, dan kata-kataku ini tidak
boleh kau bantah maupun kau langgar. Jika kau sampai berani melanggar, engkau bakal
dikutuk oleh Dewata Yang Agung dan kau akan menjadi setan gentayangan - Ya.....ya.....aku tak ingin jadi setan gentayangan.- Rakit Cendana menjawab
sambil menghela napas pendek.
- Bagus!- puji Sarwiyah untuk menggembirakan pemuda ini. - Sungguh gembira
hatiku, Kakang, kau mau mengerti. Sekarang aku minta
kepada kau agar mau bersabar, menunggu setelah tiba saatnya kita kawin.
Katakanlah kepada
ayahmu, aku setuju kawin dengan kau, sebulan
lagi. - Ihhh! Apakah sebabnya begitu lama" Sebaiknya esok hari saja perkawinan
itu kita lakukan.- Sebulan lagi, Kakang. Dengar kataku, sebulan lagi! Apakah
engkau akan melanggar sumpahmu sendiri, dengan membantah kehendakku"- Ahhh,
tetapi sebulan itu terlalu lama,
Adikku,- ratapnya. - Kalau begitu, sebaiknya satu
minggu lagi saja.- Aku bilang satu bulan, tidak bisa kurang.
- - Setengah bulan saja ah.....setuju kan, setengah bulan" Adikku yang manis, aku
minta se- tengah bulan lagi.Rakit Cendana masih berusaha membujuk
dan setengah meratap.
- Tidak! Harus satu bulan lagi!- Sarwiyah
kokoh pada pendiriannya.
- Ahhh, kenapa kau ini" Adikku, apakah
kau belum pernah pergi dan berbelanja ke pasar"
Di pasar banyak kali terjadi tawar-menawar. Satu
pihak menurunkan harga yang diminta semula
sedang pihak lain menaikkan tawarannya. Ehh,
Sarwiyah, dari satu hari, kemudian satu minggu
dan sekarang naik setengah bulan, tetapi.....kenapa kau tidak juga mau turun"
Aku minta belas kasihanmu, Adikku, hendaknya kau mau
mengurangi lagi, jangan sebulan ...... Geli tetapi juga mendongkol hati gadis ini
mendengar ucapan Rakit Cendana ini. Kenapa dalam persoalan ini Rakit Cendana
menggunakan contoh orang yang jual beli di pasar" Akan tetapi
ia juga bukan orang tolol. Ia tahu pasti, apabila
dirinya tetap pada pendirian salah-salah bisa menimbulkan kecurigaan. Untuk ini
sekalipun terasa berat, akhirnya ia mengurangi juga.
- Baiklah! Sekarang aku kurangi satu hari.!
Jadi, duapuluh sembilan hari lagi.- Ahhh, kenapa kau pelit" Jangan hanya
sehari ahh, aku minta kurangilah sepuluh hari.
Jadi, kita kawin dua puluh hari lagi" - Hemm, pendeknya kau mau menurut aku
apa tidak" Dalam hal perkawinan, pihak pria harus mau menuruti kemauan pihak
wanita. Seka- rang inipun demikian pula, kau harus mau menerima. Dan apabila kau tidak mau
menerima, apakah engkau akan melanggar sumpahmu sendiri"
Bukankah waktu yang hanya sebulan kurang sehari Itu tidak lama"Rakit Cendana
tidak cepat membuka mulut. Pemuda ini menundukkan kepala beberapa
saat lamanya. Dan ketika mengangkat kepalanya
ia menghela napas panjang.
- Bagaimana"Rakit Cendana tergagap. Kemudian ia
mengangguk sambil menjawab, - Hemm, baiklah!
Aku terpaksa setuju permintaanmu. Tetapi..... - Tetapi apa ....."- Jika aku menuruti apa yang kau katakan,
maka sekarang akupun minta agar kau sudi menuruti apa yang kuminta.- Tidak
mungkin! Kau harus ingat, kau terikat sumpah, sebaliknya aku tidak!- Tetapi aku
mohon.....Sarwiyah, aku mohon Tiba-tiba pemuda ini menjatuhkan diri berlutut di
depan Sarwiyah. Lalu dengan sepasang
matanya yang tak berkedip, ia meneruskan, - Aku
mohon, untuk mengobati kerinduanku padamu,
izinkanlah aku memeluk dan menciummu.- Ihhhh.....! Kaget juga gadis ini
mendengar permintaan
itu. Sebagai seorang gadis yang masih suci murni,
ia menjadi malu dan pipinya berubah kemerahan.
Namun Sarwiyah takkan sedia menuruti
permintaan ini. Permintaan duapuluh sembilan
hari lagi bukan lain dalam usahanya mengulur
waktu dan bukannya mencintai pemuda ini. Dalam hati ia berharap agar dalam waktu
yang cukup panjang itu datanglah pertolongan hingga
dapat membebaskan dirinya dari tempat yang tidak menyenangkan ini.
Dan sesungguhnya saja mendengar permintaan Rakit Cendana ini, Sarwiyah menjadi
marah dan ingin sekali menampar mulut lancang
ini. Namun perasaannya ini ia tekan, kemudian
katanya halus. - Kakang, kenapa engkau menjadi tidak
sabaran seperti ini" Engkau adalah pemuda tampan, pemuda berbudi dan hanya kau
seorang saja yang aku cintai. Apakah kau ingin membuat hatiku menjadi kecewa"- Ahhh .....
ahhh .....sudahlah, jika kau tidak mau, tidaklah mengapa .....- jawab pemuda
ini gugup, khawatir jika gadis pujaan kati ini
menjadi kurang senang hatinya. - Ya, duapuluh
sembilan hari lagi. Tetapi.....setelah kita kawin,
tentunya kau tidak menolak lagi, bukan"- Hemm, sudahlah! Kita telah cukup!
Sekarang kau harus meninggalkan kamar ini agar aku
dapat mengaso.- Tetapi..... tetapi aku akan minta kepada
Ayah, agar kau mau pindah kamar. Kau harus
aku tempatkan di kamar yang sepadan sebagai
calon pengantin wanita yang terhormat.- Sudahlah, hal itu tak perlu lagi kau
pikir- kan. Aku sudah kerasan di dalam kamar ini, karena memang lebih cocok. Yang
penting sekarang
keluarlah dari kamar ini, aku sudah mengantuk
dan ingin tidur.- Jika kau memang mengantuk, silakan tidur. Aku akan menjagamu
agar tidak ada lalat
maupun nyamuk yang mengganggu dirimu.- Hush! Sekalipun tidak kau jaga, nyamuk
dan lalat tidak dapat masuk ke dalam kamar ini.
Sudahlah, sekarang kau harus pergi. Rakit Cendana masih berusaha mencari
alasan lagi, supaya dapat lebih lama dalam kamar
ini. Bujuknya, - Aku sudah menurut dan menyetujui waktu duapuluh sembilan hari
seperti yang kau minta. Tetapi kenapa kau demikian pelit dan
tidak bersedia memberi kesempatan kepada diriku untuk lebih lama dalam kamar
ini"Agak kewalahan juga Sarwiyah menghadapi Rakit Cendana yang keras kepala ini.
Namun ia tidak kekurangan akal, sahutnya, - Bukannya
aku pelit, Kakang. Tetapi semua ini dalam usaha
menjaga nama baik masing-masing. Kau putra
mahkota raja yang berkuasa di daerah ini dan sebaliknya aku seorang gadis yang
masih suci. Manusia di dunia ini ada yang dengki dan ada yang
baik. Nah kalau yang melihat kau masuk kamar
ini, yang dengki dia bisa memfitnah kita dengan
tuduhan buruk. Bagaimanakah kita akan menangkis, kalau ada tuduhan kita telah
berbuat tidak senonoh di kamar ini" Tidak urung kau dan
aku sendiri yang menjadi malu, bukan"- Siapakah yang berani berbuat seperti itu"
- Rakit Cendana membelalakkan matanya. - Jika
orang itu masih kepengin hidup, takkan mungkin
berani menuduh aku dan dirimu berbuat tidak
senonoh. Nah, karena itu kau tidak perlu khawatir dan takut, Adikku.- Tidak!Sarwiyah membentak. - Pokoknya
sekarang juga kau harus meninggalkan kamar
ini. Aku sudah mengantuk dan ingin tidur.
Hemm, masih banyak waktu untuk kita gunakan
bertemu.-Akhirnya Rakit Cendana terpaksa mengalah. Namun demikian hatinya sudah
menetapkan, esok malam ia akan menggunakan cara
lain agar Sarwiyah dapat ia tundukkan dengan
mudah. Ia sudah tidak kuasa lagi menahan hatinya yang gandrung.
Apa yang akan terjadi" Rakit Cendana
akan mencampur obat yang selalu berhasil menundukkan siapapun, yang menjadi
andalan kerajaan terasing ini. Ia merasa pasti Sarwiyah menjadi lupa daratan dan
menyerah. Pikiran Rakit Cendana ini sejalan dengan
pikiran Ika Dewi yang juga tidak kuasa menahan
hatinya lagi kepada Mahisa Singkir. Ia takkan
puas sebelum dapat menundukkan pemuda itu.
Benarkah rencana kakak beradik ini berhasil" Ikutilah buku baru yang akan
terbit, berjudul "JANGAN KAU SIKSA HATIKU". Percayalah
buku baru ini takkan mengecewakan hati Anda,
karena cerita dalam buku baru ini lebih menarik
dan mengesankan. Antara lain akan anda jumpai
adegan seperti di bawah ini.
..... Mpu Galuh mengerutkan alis dan menatap tajam kepada anaknya, - Apa katamu"
Ika Dewi langsung menubruk dan memeluk
ayahnya. Gadis ini tidak peduli kepada orang lain,
lalu berkata tidak lancar.
- Ayah ..... aku sudah mencampurkan obat
racun.....Kemudian dia.....dan aku sudah menjadi
Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suami-isteri.....Ayah ... tetapi ahh, aku tadi tertidur.....Ketika aku
terjaga.....Kakang Mahisa Singkir sudah tidak ada lagi......
Mpu Galuh mendorong pundak Ika Dewi
secara kasar. Ika Dewi terhuyung kemudian jatuh
terduduk. - Ayah... kenapa kau....."- protes Ika Dewi
sambil melompat bangkit. Wajah yang sudah pucat itu tampak lebih pucat lagi. Ayah.....kau.....
kau tega kepada anakmu sendiri ....." Aku kehilangan suamiku ..... Ayah tidak
menghibur..... tetapi malah marah-marah......
..... Julung Pujud terbelalak untuk sejenak
kemudian terkekeh dan berkata, - Heh heh heh
heh, apakah yang akan kau lakukan di sana"- Jika Guru berhadapan dengan Gajah
Mada, apakah murid tidak dapat berhadapan dengan
yang lain" Hemm, biarlah Guru tahu, murid bukan seorang penakut. Murid akan
memilih salah seorang pembantu Gajah Mada yang paling sakti!- Jika kau sampai tak mampu
melawan, apakah jadinya"- Bukankah taruhannya hanya mati" Apabila toh murid tewas dalam perkelahian itu, bukankah murid akan mati dengan
puas" Murid
mati membela nama baik Kakek mertua, dan dalam usaha membalaskan sakit hati
keluarga ......
Nah para Pembaca Yang Baik, silakan
mengikuti cerita baru berjudul "JANGAN KAU
SIKSA HATIKU", segar, mengesankan dan menarik.
selesai Sala, pertengahan Mei 1987
Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Fujidenkikagawa
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali 30 Wisma Pedang Seri 4 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Amanat Marga 10
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama