Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 16
yang berjasa besar dalam pemilihan lencana itu, ki patih"
"Ah, gusti Rani, mohon paduka berkenan me limpahkan
kemurahan untuk tidak mengolok hamba" patih Dipa mengeluh
dengan nada perihatin. 940 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rani Kahuripan tersenyum "Jangan terlalu peka perasaanmu,
ki patih. Aku tidak berolok tetapi berkata dengan sesungguhnya"
"Tetapi hamba merasa tak melakukan suatu apa, kecuali gagal
dalam menguji kedua lencana itu"
"Engkau benar, ki patih, tetapi engkau kurang waspada" sahut
Rani Kahuripan "memang tampaknya lencana itu masih utuh
tetapi sesungguhnya sudah kosong"
"O" patih Dipa mendesuh kejut "bagaimanakah hal hu dapat
terjadi, gusti ?" "Ki patih, coba engkau renungkan pula bagaimana keadaan
waktu engkau mengujikan pusakamu kepada lencana penemuan
raden Sambu kala itu"
Patih Dipa terbeliak namun ia segera mengingat kembali
peristiwa itu. Memang pada saat itu telah terjadi suatu benturan
yang amat dahsyat sekali. Ia anggap hal itu terjadi karena
lencana itu memang sebuah pusaka yang keramat, Kemudian ia
menghaturkan keterangan apa yang dirasakannya waktu itu ke
hadapan Rani. "Itulah ki patih, sirnanya daya-sakti dari lencana penemuan
raden Sambu" Patih Dipa makin heran. Ia masih belum mengerti apa yang
dimaksudkan Rani Kahuripan. Maka diapun memberanikan diri
untuk mohon keterangan. "Kangjeng ibu ratulah yang memberitahu kepadaku, ki patih"
"Benar, patih Dipa" tiba-tiba ratu Gayatri berujar dengan
lembut "jangan engkau heran hal itu"
Namun patih Dipa masih terlongong heran.
"Patih Dipa" ujar sang ratu pula "bukankah engkau memiliki
pusaka Gada Intan?" 941 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, gusti ratu"
"Siapa pemilik pusaka Gada Intan itu ?"
"Gada Intan itu hamba peroleh dari kuburan Wurare tempat
dahulu Dang Acarrya Empu Bharada mengumpulkan zat-sakti
dikala mengemban amanat sang prabu Airlangga untuk
membelah kerajaan Panjalu menjadi dua, Tenggak dan
Kahuripan. Gada Intan diperuntukkan menindih kekuatan para jin
dedemit agar tidak mengacau kedua kerajaan itu"
"Benar" sambut ratu Gayatri "Gada Intan mengandung zatsakti yang tinggi karena diperuntukkan menjaga keselamatan dari
dua buah kerajaan. Demikian pula dengan lencana Garudamukha yang ditemukan putera adipati Sadeng di Waringin Pitu.
Lencana itu juga diperuntukkan tumbal dari pembuatan empang
penolak bahaya banjir bengawan Brantas"
Patih Dipa menghatur sembah sebagai tanda meluhurkan titah
sang ratu. "Engkau tahu patih" ujar sang ratu pula "siapakah yang
membuat lencana Garuda-mukha itu?"
Patih Dipa terkesiap "Mohon gusti ratu me limpahkan
keterangan kepada diri hamba, lencana Garuda-mukha yang
manakah yang gusti ratu titahkan itu. Dari penemuan raden
Kertawardhana ataukah dari putera adipati Sadeng itu"
"Lencana Garuda-mukha yang ditemukan raden Kertawardhana di candi-makam Belahan gunung Penanggungan
itu adalah lencana aseli peribadi ramuhun rahyang Airlangga"
"O" patih Dipa terkejut "apakah lencana Garuda-mukha di
Waringin Pitu itu bukan milik sang prabu Airlangga ?"
"Lencana yang aseli hanyalah satu. Yaitu lencana yang
diperoleh secara gaib oleh sang prabu Airlangga ketika bertapa di
gunung Wonogiri. Sedang lencana Garuda-mukha yang
dikenankan sang prabu kepada patih Narotama untuk tumbal
942 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penolak banjir di Waringin Pitu, bukan lencana aseli melainkan
lencana yang dibuat sesuai dengan bentuk lencana yang aseli"
Patih Dipa terkejut. Namun dalam hati diam-diam ia masih
meragu. Jika benar seperti titah sang ratu, bagaimana lencana
yang ditanam di Waringin Pitu itu juga mempunyai daya-sakti
yang kuasa untuk menindih kekuasaan para jin dedemit
penunggu perairan bengawan Brantas.
"Duh, gusti ratu yang hamba muliakan, mohon gustti ratu
berkenan melimpahkan suatu penerangan agar gelap yang
mengabut pikiran hamba, bersinar terang"
"Pusaka Gada Intan, adalah pusaka warisan mangkubumi
Bharada yang konon berasal dari tanah Jambudwipa. Menurut
cerita, pusaka itu terbenam dalam sebuah telaga di puncak
gunung Mahameru. Setiap malam telaga itu memancarkan
cahaya terang benderang. Resi Bharada berhasil menyelam ke
dasar telaga dan menemukan pusaka itu. Resi percaya bahwa
pusaka itu, amat ampuh. Maka waktu dia melaksanakan amanat
prabu Airlangga untuk membagi kerajaan Panjalu, setelah
mengumpulkan zat sakti di kuburan Wurare, mungkin karena
kuatir kalau masih gagal, dia memendam pusaka Gada Intan itu
di s itu" "Lencana Garuda-mukha yang ditanam di Waringin Pitu hanya
berisi zat sakti dari empu Bharada. Padahal di makam Wurare,
empu Bharada masih memerlukan Gada Intan untuk menindih
zat sakti yang dihimpunnya. Maka tak mengherankan apabila
lencana Garuda-mukha dari Waringin Pitu, lenyap daya-sakti-nya
ketika beradu dengan Gada Intan"
"Oh" patih Dipa mendesuh kejut "tetapi gusti ratu, mengapa
lencana Garuda-mukha dari gunung Penanggungan itu tak
menderita suatu apa ketika hamba hantam dengan gada
pusaka?" 943 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Telah kukatakan tadi" ujar ratu Gayatri "bahwa lencana itu
diperoleh sang prabu Airlangga ketika bertapa di gunung
Wonogiri. Dengan demikian lencana itu, merupakan pusaka
pemberian gaib dari dewata. Demikian pula dengan pusaka Gada
Intan. Kedua pusaka itu takkan dapat dibenturkan satu dengan
lain karena kedua-duanya mengemban amanat dewata untuk
menyejahterakan dunia. Ki patih, apa yang engkau rasakan
ketika engkau ayunkan Gada Intan ke arah lencana Garudamukha ?" "Hamba rasakan gada pusaka itu amat ringan sekali seperti
kehilangan bobot, gusti ratu"
"Ya, benar" ujar ratu Gayatri "memang saat itu engkau tidak
seperti orang menghantam melainkan seperti orang yang
meletakkan sebuah barang berharga dengan hati-hati sekali.
Jelaskah engkau sekarang, ki patih?"
Patih Dipa seperti mendapat suluh dalam kegelapan. Dia
menghaturkan terima kasih atas petunjuk sang ratu.
"Setelah mengetahui keadaan yang sesungguhnya" kata ratu
Gayatri "apakah engkau masih menolak apabila kukatakan bahwa
engkau berjasa dalam menentukan mana diantara kedua lencana
itu yang bernilai?" "Ah" patih Dipa mendesah "tetapi gusti ratu, hamba tak tahu
bahwa apa yang hamba lakukan itu akan menimbulkan suatu hal
yang hamba tak pernah menyangka. Apa yang hamba lakukan
saat itu, hanyalah hendak menguji lencana itu. Mana yang tahan
menerima Gada Intan, itulah lencana yang bertuah. Sedang yang
hancur, tentu bukan sebuah pusaka"
"Baiklah, ki patih, kutahu keperibadianmu. Yang tentu kau
menolak anggapan bahwa engkau telah berjasa dalam hal itu"
"Gusti ratu" sembah patih Dipa "pada waktu selesai hamba uji
kedua lencana itu dengan gada pusaka, kedua lencana itu masih
sama-sama utuh. Maka hamba merasa bingung dan hampir saja
944 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba serahkan kepada putera adipati Sadeng itu untuk
menentukan cara penyelesaian yang dianggapnya adil dan tepat.
Apabila paduka tak segera menurunkan amanat, kemungkinan
persoalan itu tentu masih berlarut berkepanjangan, gusti ratu"
"Engkau melihat dengan indriya penglihatan, tetapi aku
menyerap dengan indriya perasaan. Hancurnya zat-sakti dalam
lencana itu menggetarkan serabut-serabut halus dalam hatiku.
Menimbulkan sentuhan lembut dalam cipta kalbuku, sehingga
saat itu aku segera merasakan suatu perobahan pada perbawa
lencana itu. Kulihat lencana itu sudah muram tak berisi"
"Gusti ratu, adakah karena itu maka lencana dari Waringin
Pitu itu pecah waktu paduka letakkan di atas mahkota gusti
Rani?" "Hal itu hanya suatu akibat dari permohonan yang
kupanjatkan kehadiran Dewata Agung. Kesemuanya itu terjadi
atas KekuasaanNYA" Pembicaraannya antara ratu dan patih berlangsung dalam
suasana yang ramah dan tenang. Walaupun ratu Gayatri jarang
berhubungan langsung dengan patih Dipa, tetapi ratu sudah
acapkali mendengar tentang kesetyaan dan jasa pengabdian
patih Dipa kepada kerajaan Majapahit.
Patih Dipa makin bertambah kagum dan rasa per-indahannya
terhadap ratu Gayatri yang kini sudah men-sucikan diri sebagai
seorang bhiksuni. Dari ucapan sang ratu tentang peristiwa
menilai kedua lencana Garudamukha itu, dapatlah patih Dipa
menarik kesimpulan bahwa sang ratu makin mencapai
penerangan batin yang tinggi. Hanya seorang yang sudah tinggi
dan terang bathinnya akan mampu mengetahui setiap pembahan
yang terjadi pada alam sekelilingnya, termasuk daya-sakti dalam
lencana itu. Tiba tiba patih Dipa teringat akan sesuatu maka iapun
memberanikan diri berdatang sembah "Gusti ratu, hamba mohon
945 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ampun apabila persembahan kata hamba ini tak berkenan di hati
paduka" "Ah, mengapa engkau masih berbanyak peradatan, ki patih.
Katakanlah apa yang masih perlu engkau tanyakan?"
Setelah menghaturkan sembah, patih Dipa berkata "Gusti ratu,
menjadi suatu pertanyaan dalam hati hamba dan tentu segenap
mentri senopati Kahuripan, bahwa paduka tanpa melimpahkan
suatu amanat, telah berkenan berkunjurg ke Kahuripan"
"O, engkau heran mengapa aku datang ke Kahuripan?"
"Demikian, gusti ratu"
Ratu Gayatri tersenyum "Jika engkau ingin tahu, tanyakanlah
kepada gustimu Rani Kahuripan" Patih Dipa terkesiap.
"Patih Dipa, memang akulah yang telah mengundang
kangjeng ibu ratu" Patih Dipa mengernyit dahi "Tetapi mengapa hamba tak
pernah mendengar laporan dari para rakryan mentri tentang
perutusan gusti Rani ke Majapahit ?"
Rani Kahuripan tersenyum "Memang aku tidak menitahkan
utusan ke Majapahit, patih. Aku telah mengundang kangjeng ibu
sesuai dengan pesan yang di amanatkan kepadaku. Bahwa setiap
saat aku menghadapi kesulitan, apabila hendak berjumpa dengan
kangjeng ibu, agar aku bersemedhi mengheningkan cipta dan
membakar wewangian padmapani"
"Ah" patih Dipa menghela napas. Diam-diam dia makin kagum
terhadap ratu Gayatri yang telah mencapai tataran tinggi dalam
penerangan batin. "Ah, mungkin hanya pertalian batin antara ibu dengan
puterinya, ki patih" ratu Gayatri tersenyum "memang sejak
beberapa hari, perasaanku selalu tak tenteram dan ingin
946 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjumpa dengan gustimu Rani Teribuanatunggadewi. Maka
akupun segera melaksanakan keinginan hatiku"
Patih Dipa tahu bahwa ratu hanya mengalihkan penilaian saja.
Dia percaya, bukan hanya sekedar pertalian batin antara seorang
ibu dengan puterinya, tetapi memang telah tercipta saranasarana dalam diri sang ratu untuk menerima getaran-getaran
halus dalam Hendraloka. "Tetapi gusti ratu" kata patih Dipa "tidakkah keberangkatan
paduka ke Kahuripan ini akan menimbulkan kegelisahan para
mentri dan nayaka di keraton Majapahit ?"
"Kutahu, ki patih" titah sang ratu "bahwa mereka tentu sibuk
mencari aku. Kegelisahan mereka tak lain karena memikirkan
akan keselamatan diriku. Tetapi mengapa aku harus kuatir
menempuh perjalanan ke Kahuripan" Aku sudah tak
menginginkan soal-soal keduniawian, apa yang mereka harapkan
apabila hendak mengganggu aku" Aku pergi dengan hati bersih,
menuju ke tempat yang baik. Aku tak menginginkan apa-apa,
apa yang orang hendak inginkan dariku?"
Patih Dipa menghela napas dalam hati. Alam pikiran ratu
Gayatri itu memang benar. Sayang kurang sesuai dengan
kenyataan dalam alam kehidupan. Pikiran memang seharusnya
kuasa membentuk keadaan. Tetapi kadang keadaanlah yang
membentuk pikiran. Puteri Gayatri yang menjadi permaisuri dari rahyang ramuhun
Kertarnjasa, bergelar Raja Inderadewi atau Rajapatni, adalah
ibunda Rani Kahuripan dan Rani Daha. Pada masa sang prabu
Jayanagara dinobatkan sebagai raja Majapahit maka sang
Rajapatni sudah mulai mengundurkan diri dari urusan kerajaan.
Ajaran agama yang dianutnya sejak masih sebagai puteri, telah
membuahkan suatu sikap dan pandangan hidup yang jernih daa
matang. Jauh dari rasa iri dalam hatinya ketika yang dinobatkan
sebagai raja itu sang pangeran Kala Gemet atau kemudian
bergelar sri Jayanagara dan bukan salah seorang dari kedua
947 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puteri-nya yani puteri Tribuanatunggadewi dan puteri Wijayadewi. Tidak pula timbul rasa sirik ketika ratu Indres-wari
ibunda Jayanagara, tampil dalam pemerintahan sebagai ratu
yang berkuasa. Bahkan makin jauhlah pikiran sang Rajapatni
kepada urusan keduniawian. Maka ratu Gayatripun memenuhi
panggilan nuraninya dan mensucikan diri sebagai seorang
bhiksuni. Berpijak pada ajaran agung Kasih Sayang maka lepaslah
pikiran sang Rajapatni dari debu-debu kotor atau nafsu dan kilesa
atau doa. Dan peningkatan pada tataran penerangan batin
sedemikian itu, membebaskan sikap dan alam pikiran sang
Rajapatni dari segala ikatan. Rajapatni merasa sebebas burung
merpati yang terbang melayang di udara, membawa kedamaian
dan ketenteraman. Demikian dalam waktu beberapa jenak itu,
berputar-putarlah pikiran patih Dipa menyusuri jejak alam
kehidupan sang Rajapatni.
"Ah, tentulah jauh dari alam pikiran sang ratu bahwa
percaturan urusan pemerintahan itu, beda dengan pandangan
peribadi. Dalam saat-saat seperti sekarang ini, fihak yang tak
menyukai dan yang memusuhi kerajaan Majapahit, tentu akan
menggunakan kesempatan untuk mengacau dalam suasana yang
keruh. Ah . . ." patih Dipa tak berani menyatakan dengan ucapan
batin manakala membayangkan Suatu kemungkinan "bagaimana
andaikata musuh Majapahit sampai menawan sang Rajapatni
dalam perjalanannya seorang diri ke Kahuripan itu . . ."
Kemungkinan itu bukan suatu hal yang tak mungkin terjadi.
Oleh karena itu patih Dipa hanya berani membayangkan tak
berani mengatakan, walaupun hanya dalam batin. Tidakkah hal
itu akan menimbulkan malapetaka yang menggemparkan. Belum
pengangkatan raja yang baru ditetapkan, sudah timbul peristiwa
yang ngeri lagi. "Ah, tetapi hal itu tak terjadi" akhirnya patih Dipa membantah
sendiri dalam hati. Dan bantahan i-tupun segera menimbulkan
948 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu kesan. Kesan yang dihubungkan dalam peristiwa menilai
keaselian dari kedua lencana Garuda-mukha. Jelas, pikir Dipa,
sang ratu itu seorang yang keramat dan sakti. Dan diam-diam
patih Dipapun menghela napas longgar.
"Hai, mengapa engkau menghela napas, ki patih" tegur ratu
Gayatri. "Tidak apa-apa, gusti ratu" patih Dipa tersipu-sipu
menghaturkan jawab "hamba hanya bersyukur kepada Hyang
Batara Agung yang telah me limpahkan berkahNYA untuk
melindungi Kahuripan dan Majapahit dari segala coba dan
bencana" Kemudian patih Dipapun mohon keterangan apa sebab ratu
Gayatri melimpahkan amanah bahwa pembuktian akan daya
perbawa lencana Garuda-mukha terhadap wabah penyakit, dapat
diketahui esok hari. "Marilah kita panjatkan doa malam ini hanya demikian" titah
ratu Gayatri. (Oo-dwkz-ismo-oO) Ketenangan malam itu tersibuk oleh bunyi letusan yang amat
dahsyat. Letusan halilintar di tengah malam. Bumi bergetar,
rumah-ramah berderak-derak ditingkah genteng genteng yang
melonjak berhamburan. Bayi-bay i menjerit dan menangis,
sedangkan orang-orang tua yang sedang tidur dibuai mimpi,
serentak melonjak bangun. Anak-anak dan wanita-wanita
memekik keras. Orang orang yang tengah memanjatkan doa
sesaji di candi, vihara dan rumah-rumah sudharmma, melolong
kejut bahkan ada yang lari seperti diburu setan.
Hujanpun mencurah seperti dituangkan dari langit, angin
menderu-deru secepat kuda berpacu. Kiamat.
949 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serentak bayangan itu menyembul dalam benak dan
meluncurlah kata-kata kiamat dari mulut setiap kawula Kahuripan
yang mengalami peristiwa luar biasa anehnya itu. Betapa tidak!
Sejak siang sampai malam, udara cerah malampun hening.
Langit tiada berselaput awan, bintang bercahaya walaupun
rawan. Tiada tanda-tanda sama sekali akan turun hujan. Lebih
tak pernah disangka akan timbul ledakan sebuah halilintar yang
dahsyat. Itulah yang menyebabkan orang segera berlari pada bayangbayang tibanya Kiamat kobra. Bayang-bayang itu ciptaan
daripada kesan yang diperolehnya dari ajaran orang-orangtua
ataupun para guru resi pandita. Ataupun yang diterimanya
sebagai warisan naluri dalam kehidupan, Warisan yang timbul
dari cerita mulut ke mulut, turun temurun.
Yang mewariskan dan yang diwarisi, membentuk suatu
warisan tentang bayang-bayang apa yang disebut Kiamat kobra,
dimana digambarkan bumi gonjang ganjing, gunung me letus,
laut kering dan langitpun ambruk. Maka tak mengherankan
apabila setiap peristiwa yang dahsyat keliwat-keliwat, segera
mengundang kesan orang bahwa sedemikian itulah kiranya
keadaan kiamat. Dan suatu keanehanpun terjadi pula. Setidak disangkanya
halilintar, hujan dan prahara itu datang secara tiba-tiba, setidak
disangkanya pula peristiwa itu-pun lenyap. Hanya dalam waktu
sepengunyah sirih maka siraplah hujan prahara itu. Langitpun
cerah bahkan lebih cerah dari tadi, bintang kemintang berkilaukilauan menabur cakrawala. Anginpun berhembus lembut, malam
tenang dan damai. Keesokan harinya tampak kesibukan yang luar biasa dalam
kehidupan kawula Kahuripan. Mereka saling kunjung berkunjung,
kabar mengabarkan kepada tetangga dan sanak saudara di lain
telitah. Setiap pertemuan selalu membawa berita yang
mengejutkan bercampur girang. Yang berangkat mengunjungi
950 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetangga atau kerabat, membawa berita bahwa rumah,
pekarangan, sawah, ladang, ternak dan segenap anggaula
keluarganya selamat tak kurang suatu apa. Tetapi ternyata yang
dikunjungipun demikian pula keadaannya. Tak seorang-pun yang
kehilangan harta m iliknya, bahkan seekor ayampun tak ada yang
mati atau hilang. Seluruh kawula Kahuripan bersuka-cita dalam kesibukan tinjau
meninjau keadaan keluarga masing-masing. Dan setelah
mengetahui seisi rumah, kampung, desa tak ada yang menderita
maka merekapun berbondong-bondong menuju ke candi, vihara
dan sudharmma untuk mempersembahkan doa puji syukur
kepada Hyang Widdhi Agung.
Tua, muda, lelaki, perempuan, besar, kecil tak ada yang
ketinggalan, berduyun-duyun menuju ke tempat pemujaan.
Mereka tak sadar bahwa mereka habis menderita musibah wabah
penyakit yang mengerikan. Mereka merasa selamat dan segar
bugar dari peristiwa dahsyat yang diperkirakannya sebagai
kiamat semalam. Mereka merasa harus dan wajib menghaturkan
sembah puji ke hadirat Hyang Batara Agung.
Sehari itu pura Kahuripan seolah bangkit kembali dari tidur
yang berbunga mimpi buruk. Sampai petang, kerekahan suasana
meriah itu masih terasa. Malam itu patih Dipa menerima titah supaya menghadap ke
keraton. Suatu hal yang memang sangat dikehendaki patih itu.
Karena sedianya diapun hendak menghadap.
Ternyata beberapa mentri utama, antara lain Panca-riKahuripan, juga sudah berada dalam keraton.
"Patih Dipa" titah Rani Kahuripan "bagaimana suasana pura
Kahuripan hari ini ?"
"Para kawula tampak bergembira. Di kampung dan desa,
orang ramai kunjung berkunjung. Lorong-lorong tak pernah sepi
orang. Demikian pula candi, vihara dan rumah-rumah
951 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudharmma, penuh dengan pengunjung. Mereka merasa
bersyukur karena terlepas dari bencana peristiwa aneh semalam,
gusti" "Syukurlah" "Gusti" sembah patih Dipa "hamba juga merasakan bahwa
peristiwa semalam itu sungguh luar biasa anehnya. Di kala langit
cerah, malam tenang, tiba2 terdengar halilintar berbunyi, hujan
mencurah dan a-ngin prahara menderu-deru"
"Ya, benar" ujar Rani "lalu bagaimanakah pendapatmu
tentang peristiwa itu?"
"Maaf, gusti, hamba kurang tanggap. Adakah peristiwa itu
suatu sasmita ataukah memang perobahan cuaca yang aneh.
Tetapi hamba lebih cenderung untuk menarik kesimpulan, bahwa
keanehan alam itu suatu tanda perlambang dari dewata"
"O, lalu perlambang apakah kalau menurut penilaianmu, ki
Dipa?" "Hamba kaitkan dengan suasana kawula paduka di Kahuripan
bahwa tampaknya pagi ini mereka amat bergembira dan cerah
maka hamba cenderung untuk menduga bahwa halilintar dan
hujan prahara semalam tak lain adalah hujan prahara yang
menyapu bersih segala kotoran di dunia, khusus wabah penyakit
yang tengah melanda kawula paduka"
Rani mengangguk "Kemungkinan memang demikian dan
semoga demikianlah hendaknya, ki patih"
"Ki patih" tiba-tiba sang Rani berujar pula "bagaimana dengan
penyelesaian terakhir dari sayembara itu ?"
"Hambapun hendak menghaturkan laporan kehadapan
paduka. Sejak pagi hingga petang, hamba telah mencari raden
Sambu, putera adipati Sadeng, tetapi tak dapat berjumpa"
952 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, apakah dia sudah membuktikan tentang keadaan kawula
Kahuripan yang menderita wabah itu?"
"Hamba kira tentulah sudah, gusti. Mungkin karena malu atau
mungkin marah, putera adipati itu terus meninggalkan
Kahuripan" "Tetapi bagaimana andai dia besok atau lusa kembali
menghadap ke keraton?"
"Batas waktu yang terakhir sebagaimana diamanatkan gusti
ratu Gayatri adalah hari ini. Karena sampai malam ini dia tak
muncul maka hamba anggap dia sudah menyerah kalah. Besok
atau lusa apabila dia kembali, hamba akan menolaknya"
"Bagaimana dengan lencana Garuda-mukha yang pecah itu?"
"Tentulah dibawanya. Tetapi karena lencana itu sudah kosong
dari daya-sakti, tambahan pula sudah pecah, hamba rasa biarlah
dibawanya" Rani Kahuripan mengangguk.
"Gusti" sembah patih Dipa pula "mohon gusti maafkan
kelancangan hamba. Namun hamba tak kuasa menahan keingin
hati hamba untuk mohon keterangan tentang gusti ratu Gayatri"
Mengapa gusti ratu tak hadir" Apakah gusti ratu menderita kejut
karena peristiwa semalam ?"
"Kangjeng ibu ratu sudah kembali ke pura kerajaan. Dua hari
kemudian akupun dititahkan supaya segera memenuhi panggilan
ke pura Majapahit" "Gusti Rani ...."
"Ki patih, apa yang hendak engkau haturkan?" tegur Rani
ketika tak mendengar kelanjutan kata-kata yang hendak
dihaturkan patih Dipa. Rani memperhatikan patih
itu mempersembahkan pandang mata kepadanya kemudian menundukkan kepala. 953 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba mohon paduka melimpahkan titah tentang penyelesaian seyembara ini" kata patih Dipa.
"Maksudmu?" "Kiranya sudah jelas bahwa penilaian yang mulia gusti ratu
Gayatri tentang lencana pusaka itu, adalah tepat. Bahwa lencana
Garuda-mukha penemuan raden Kertawardhanalah yang telah
membuktikan sebagai lencana pusaka yang dapat mengatasi
bencana wabah penyakit di Kahuripan. Oleh karena itu, sangat
hamba mohon agar paduka melimpahkan titah bagaimana hamba
harus melaksanakan anugerah sayembara itu kepada raden
Kertawardhana" Merah wajah Rani Kahuripan "Benar, ki patih. Aku sebagai
seorang Rani, tentu akan menetapi jaaji itu. Kesemuanya itupun
telah kuhaturkan kehadapan kangjeng ibu ratu. Tunggu setelah
aku kembali dari pura Majapahit, kesemuanya itu akan segera
dilaksanakannya" Patih Dipa menilai ucapan Rani itu sebagai suatu keterangan
yang menggembirakan. Ia menduga Rani tentu sudah
membicarakan soal itu dengan ibunda ratu dan tentulah sudah
tercapai persepakatan "Gusti, adakah paduka berkenan ke pura
kerajaan dalam beberapa hari ini?"
"Ya, kurasa demikian. Sebenarnya aku agak enggan, patih,
tetapi kangjeng ibu telah memperingatkan kedudukanku sebagai
seorang puteri dari rama prabu Kertarajasa. Bahwa disaat
kerajaan sedang memerlukan pengabdianku, aku harus bersedia
mempersembahkan kesetyaanku kepada kerajaan"
"Keluhuran sabda paduka, gusti" sembah patih Dipa "saat ini
seluruh kawula Majapahit sedang mengharapkan seorang
junjungan baru yang dapat mengemudikan pusara negara dan
mengayomi kawula. Tetapi gusti, perkenankanlah hamba
mempersembahkan sepatah kata ke hadapan paduka"
"O, katakanlah, patih"
954
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama, dalam perjalanan paduka ke pura kerajaan,
hendaknya diiring dengan pasukan bhayangkara dengan penindih
seorang senopati yang pilih tanding. Kedua, keraton paduka di
Kahuripan, pun supaya dijaga dan selalu disiap-siagakan. Karena
hamba merasa gusti, bahwa dalam saat-saat penobatan raja
Majapahit yang baru, tentulah akan timbul gangguan-gangguan
dari f ihak-fihak yang tak menyukai tegaknya kerajaan"
"Baik, ki patih. Dalam hal itu, kurasa ki patih tentu akan ikut
serta menanggulangi sesuatu yang akan mengganggu keamanan
dan ketenangan praja"
"Hamba pasti akan menjunjung tinggi setiap titah yang
paduka amanatkan" kata patih Dipa "namun setelah praja paduka
bebas dari bencana dan padukapun telah berkenan akan
berkunjung ke pura kerajaan, idinkanlah hamba melaksanakan
titah para gusti Sabta Prabu untuk menghadap gusti Rani Daha"
"O, benar, patih. Adinda Rani Dahapun harus menghadap ke
pura kerajaan. Baiklah, jika demikian. Tetapi bilakah engkau akan
menuju ke Daha ?" "Apabila paduka kenankan, esok hamba segera berangkat ke
Daha" "Mengapa engkau tak beristirahat dulu barang sehari dua ?"
"Sudah cukup lama hamba berada di praja paduka. Para gusti
di keraton Tikta-Sripala, segenap mentri naraprajan dan seluruh
kawula Majapahit, sangat mengharapkan agar singgasana segera
diisi oleh junjungan yang baru. Ini demi tegaknya kewibawaan
kerajaan Majapahit dan ketenangan hati para kawula"
"Jika demikian, baiklah, ki patih. Kurestui perjalananmu,
semoga Batara Agung selalu me lindungimu. Dan haturkan
kerinduanku kepada adinda Rani Daha. Semoga kita cepat dapat
berjumpa di keraton Tikta-Sripala"
Patih Dipapun segera mengundurkan diri.
955 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekeluar dari keraton, patih Dipa hendak mencari raden
Kertawardhana. Ada dua buah hal yang perlu ia sampaikan
kepada raden itu. Pertama, tentang amanat yang diterima dari
Rani tentang pelaksanaan dari anugerah sayembara itu. Kedua,
dia hendak mohon diri karena esok dia segera akan berangkat ke
Daha. Tetapi ia tak beihasil menemui raden Kertawardhana di rumah
penginapan. Ia heran kemanakah gerangan raden itu pada waktu
hari semalam itu. Akhirnya ia memutuskan hendak berjalan jalan
mengelilingi pura Kahuripan. Ia hendak meninjau keadaan para
kawula yang tengah bergembira. Setelah itu barulah ia kembali
pulang ke gedung kanuruhan.
Setelah sayembara selesai, serasa longgarlah perasaan patih
Dipa. Berjalan seorang diri pada malam itu terasa nyaman sekali.
Dan tanpa disadari, teringatlah ia akan masa lampau ketika ia
menjabat patih di Kahuripan. Dia memang gemar sekali ke luar
pada malam hari untuk meninjau keadaaan para kawula dan
keamanan pura. Dengan cara itu sering dia mendengar secara
langsung keadaan kawula dengan segala keluhannya. Tak jarang
pula ia dapat menggagalkan gangguan keamanan yang hendak
ditimbulkan oleh gerombolan-gerobolan pengacau.
"Ah, Puranti, Cucu Puranti" tiba-tiba menyelimpat suatu
bayangan dari seorang wanita yang pernah mengisi lembaran
hidupnya di manakah dia sekarang ?"
Hampir terusik betenangan hatinya dengan keinginan untuk
berkunjung ke tempat kediaman demang Saroyo. Menjenguk
keadaan demang itu sekalian bertanya tentang keadaan Puranti.
Hampir keinginan itu menggerakkan ayun langkahnya atau
tiba-tiba ia terkejut mendengar suara hiruk pikuk dari arah
gunduk-gunduk perumahan rakyat. Mengira terjadi sesuatu
diapun segera menuju ke tempat itu.
956 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lintang kemukus! Lintang kemukus" demikian hiruk pikuk
orang berteriak-teriak. Patih Dipa terkejut, ia serentak menengadah memandang ke
langit. Setelah nmielitikan pandang ke arah utara, timur, selatan,
akhirnya diantara kerumum bintang kemintang di langit sebelah
barat, tampak sebuah bintang yang meluncur di tengah
cakrawala. Bintang itu lebih besar dari bintang yang lain, panjang
dan berekor, memancarkan percikan sinar seperti bunga api.
Dahulu waktu di pura Majapahit muncul lintang kemukus,
patih Dipapun pernah menyaksikan. Kini tak ragu lagi ketika
melihat lintang semacam itu meluncur di langit barat "Lintang
kemukus!"serunya terkejut. Dia terlongong-longong.
Pikirannya jauh melayang ke pura Majapahit, di-kala pertama
kali ia me lihat lintang kemukus. Ternyata lintang kemukus itu
menjadi perlambang dari peristiwa yang paling menggemparkan
dalam sejarah kerajaan Majapahit. Dharmaputera ra Kuti dan
kawan-kawannya telah memberontak, seri baginda Jayanagara
terpaksa lolos dari keraton dan bersembunyi di desa Bedander.
Namun hal itu hanya suatu penundaan daripada jalan ke akhiran.
Betapapun orang terhibur bahwa lintang kemukus pada waktu itu
tentulah perlambang dari timbulnya huru hara ra Kuti, namun
ternyata peristiwa yang sebenarnya terjadi juga. Seri baginda
Jayanagara tewas dicidera ra Tanca.
Menggigillah hati patih Dipa mengaitkan peristiwa lintang
kemukus di pura Majapahit dahulu dengan lintang kemukus yang
dilihatnya sekarang. Adakah sejarah akan terulang pula " Adakah
memang demikian garis yang ditentukan dewata kepada kerajaan
Majapahit " "Duh, Hyang Batara Agung, limpahkan berkah paduka kepada
kerajaan Majapahit. Lindungilah kerajaan dan kawula Majapahit
dari malapetaka" patih Dipa segera mengheningkan cipta,
memanjatkan doa kepada Dewata.
957 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Entah sampai berapa lama dia berdiri tegak bagai sebuah
patung. Pikirannya melayang-layang bagai kuda binal yang tak
terkendalikan lagi. Dia serasa kehilangan faham, sesuatu yang
jarang dialam inya, Tiba-tiba kehampaan dirinya tersibak oleh
suara kokok ayam menyambut kehadiran pagi. Bagai karang
terdampar ombak pasang, seketika terhenyaklah dia dari
kelongongan yang menghampar.
"Ah, lintang kemukus atau segala peristiwa alam yang aneh
adalah ciptaan dewata yang kuasa menentukan segala-galanya.
Haruskah aku berpatah semangat karena kemunculan lintang
kemukus itu ?" "Tidak! Engkau Dipa, adalah insan masakala yang beruntung
mendapat tugas untuk ikut serta menegakkan sebuah negara
besar yang kelak akan engkau persembahkan ke persada Ibu
Pertiwi sebagai warisan suci untuk bangsamu! Lakukanlah
dharmamu sesuai dengan tugas hidupmu sekarang"
Semangat patih Dipa bangkit dan kakipun segera diayunkan
dalam langkah yang tegap sebagai seorang pejuang yang tak
kenal menyerah. Kicau burung mengiring rekah gerbang pagi. Menumpu harap
di keesokan hari yang cerah.
(Oo-dwkz-ismo-oO) 958 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 13 959 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
PDF Ebook : Dewi KZ http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 960 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Pikiran itu maha binal. Bagaikan tambak sungai yang bobol
maka berhamburan air bah menelan tanah, rumah, batu, sawah
dan apa saja yang dapat digenanginya. Air berpacu untuk
mencapai jarak sejauh mungkin. Demikian pula dengan pikiran.
Sekali memanjakan pikiran itu pada sesuatu, maka bertebaran
seribu otak atik khayal dan kenyataan, lamunan dan rencana.
Dalam menyusur jalan yang merentang panjang ke Daha yang
terletak di arah baratdaya Kahuripan, patih Dipapun sedang
memanjakan pikirannya. Tugas demi tugas telah dilaksanakan. Tetapi saat itu diapun
masih hendak melaksanakan tugas lagi, menghadap sang Rani
Daha, menyampaikan undangan para gusti Sapta Prabu keraton
Tikta-Sripala di pura Majapahit, agar sang Raai Daha Berkunjung
ke pura kera-jaan untuk menghadiri perundingan tentang
pengganti mendiang sang prabu Jayanagara yang telah mangkat.
Setelah itu patih Dipa harus kembali ke pura Majapahit untuk
ikut serta menghadiri pasewakan agung mengenai keputusan
pengganti seri baginda. Tentulah dalam keputusan itu, dia akan
menerima titah lagi untuk suatu tugas negara. Dan setelah itu
pula, masih akan ada lagi tugas dan tugas, silih berganti yang
harus dilaksanakannya. Tugas demi tugas akari melimpah, kepadanya tanpa diketahui,
bilakah tugas itu akan habis. Adakah demikian keadaan seorang
narapraja" Adakah demikian pula kewajiban seorang abdipraja"
Pagi itu cerah. Hujan lebat yang mencurah semalam masih
meninggalkan percik-percik mutiara air yang menyelip diantara
cela ranting, diatas daun dan di semak gerumbul. Tampak
sepasang burung kutilang hinggap di dahan sebatang pohon.
Rupanya sepasang kutilang jantan dan betina. Yang jantan
961 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloloskan secabik buah ke mulut yang betina. Keduanya
bersiul-siul gembira lalu terbang pula mencari makan.
"Ah, betapa bahagia sepasang burung itu" tanpa disadari
pikiran patih Dipapun mencerap kesan "mereka bebas dari
kerisauan hidup, bebas dari kesibukan tugas, bebas pula dari
gejolak dunia" Hampir cenderung pemikirannya pada suatu kesan bahwa
hidup bangsa burung itu lebih bebas dan lebih bahagia dari
manusia. Bcherapa saat kemudian, ia terkejut me lihat seekor
burung elang yang besar, melayang-layang di udara kemudian
menukik dan menyambar seekor burung yang sedang hinggap di
dahan "Ah, burung kutilang yang tadi" seru patih Dipa dalam hati
dan getar hatinya makin keras ketika seekor burung kutilang
yang lain, terbang menghampiri untuk menyerang burung elang
itu. Terjadi pertarungan yang seru antara burung elang dengan
sepasang kutilang jantan dan betina. Namun akhirnya burung
kutilang kalah dan merekapun segera menyusup kedalam semak
gerumbul untuk menghindari ancaman lawan.
"Ah" patih Dipa mendesuh dalam hati "kiranya sepasang
kutilang itu tidak sebahagia dan setenang yang kuperkirakan.
Merekapun setiap saat terancam bahaya, baik dari kawanan
burung pemakan daging, maupun dari binatang-binatang lain
sejenis ular, kucing hutan dan lain-lain"
"Lalu dimanakah letak kebahagiaan dan ketenangan itu"
Adakah di arcapada ini tiada kebahagiaan dan ketenangan?"
timbul pula suatu pertanyaan dalam hati rakryan patih Dipa.
Saat itu dia benar-benar terlilit dalam kesantaian yang hampa.
Dan kehampaan itu sering melahirkan berbagai warna, kemudian
warna warna itu membentuk suatu khayal dan khayal pun
melambungkan pikiran manusia ke alam dari seribu kemungkinan
yang tak mungkin. 962 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkhayal menjelajah alam pengembaraan antara pikiran
sadar dan tak sadar, patih Dipa mendarat pada sebuah pulau
impian dalam kenyataan atau kenyataan dalam impian. Di pulau
itu terdapat iklim yang areh di manatak terdapat pemandangan
yang membedakan ari tata impian dengan kenyataan. Adakah
impian itu suatu kenyataan atau kenyataan itu suatu impian,
sukar ditentukan. Di situlah iaterbintur dengan keinginan untuk
mencari Kebahagiaan dan Ketenangan "Dimanakah engkau,
wahai Kebahagiaan " Di manakah engkau, wahai, Ketenangan ?"
Tiada sesuatu yang lebih indah daripada Kebahagiaan dan
tiada suatu kebahagiaan yang lebih bahagia dari ketenangan. Ia
ingin mencari kedua unsur hakekat hidup itu. T etapi mengapa ia
rasakan tak pernah berjumpa dengan kedua unsur hidup itu"
Mengapa selama belasan bahkan berpuluh tahun dia tak pernah
menikmati perasaan itu"
Tiba-tiba terngianglah suara bisik halus yang menebar dalam
pendengarannya "Dipa, janganlah engkau mencari sesuatu yang
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
belum pernah engkau ketahui, engkau rasakan. Semisal engkau
hendak mencari kebahagiaan. Kebahagiaan yang bagaimanakah
yang berbentuk apakah, yang engkau cari itu " Sudahkah engkau
mengetahui dan membayangkan bagaimana bentuk dan keadaan
kebahagiaan yang hendak engkau cari itu " Jika engkau sudah
dapat menentukan bentuk dan keadaan kebahagiaan itu,
tentulah engkau akan dapat menemukannya. Tetapi selama
engkau tak mampu mengangankan bentuk dan keadaan
kebahagiaan itu, engkau takkan menemukan apa yang engkau
cari .. .." "Terima kasih, paman brahmana" tiba-tiba mulut patih Dipa
mengucap. Namun pada lain kejab ia tersipu-sipu karena ia
berbicara seorang diri. Ia ingat bahwa kata-kata itu berasa l dari
paman brahmana Anuraga. Dan kala itu ia menerimanya dengan
ucapan terima kasih tanpa suatu rasa penghayatan. Kini dia baru
merasakan dan menghayatinya "Ah, benar, memang apa yang
963 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diucapkan paman brahmana Anuraga itu, tepat sekali. Aku
mengeluh dan merindukan Kebahagiaan. Aku berburu mencari
Ketenangan. Tetapi aku tak dapat memberikan bentuk dan
keadaan dari Kebahagiaan dan Ketenangan yang hendak kucuri
itu. Lalu bagaimana aku dapat menemukannya ?"
lapun teringat akan peristiwa beberapa saat itu. Ia hampir
cenderung untuk menganggap bahwa hidup burung itu lebih
bahagia dan tenang daripada hidup manusia. Tetapi sebelum
kesan itu mencapai kesimpulan maka muncullah jawaban dari
peristiwa burung elang besar yang hendak berburu mencari
mangsa pada kedua burung kutilang itu "Ah, burungpun tidak
bahagia" ia mendesuh keluh.
Dilepaskannya ketenangan yang mencengkam pikiran.
Dibebaskannya sang pikiran mengembara kemanapun menurut
yang diinginkannya. Jauh, jauh, terbanglah pikiran melayang
kembali pada masa berpuluh tahun ketika ia masih kanak-kanak.
Pada suatu ketika, ia sempat berkenalan dengan seorang kakek
tua ysng sedang mengait ikan di sungai. Pada waktu itu, diapun
bertanya "Kakek, sudah berapa lama kakek mencari nafkah
sebagai pengail ikan ini ?"
"Sudah berpuluh puluh tahun, nak"
"O, apakah kakek merasa puas dengan cara hidup kakek itu"
"Puas ?" ulang kakek itu tertawa "dalam melaksanakan
pekerjaanku ini, aku tidak berbicara soal rasa puas tetapi soal
hidup. Puas itu rasa hati. Tak mungkin terdapat manusia yang
merasa sudah puas. Setiap kali ia mencapai apa yang diinginkan,
tentu akan timbul lain keinginan yang melahirkan rasa tak puas
lagi. Dan hidup itu rasa perut. Puas atau tak puas, hidup itu
dituntut kewajiban mengisi perut. Itu bukan berarti hidup itu
untuk mengisi perut tetapi mengisi perut adalah sarana untuk
hidup" 964 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bermula aku tak puas dan selalu mengeluh bahkan kadang
mencela dewa yang kuanggap tak adil, pilih-kasih kepada sesama
amatnya. Tetapi akhirnya aku sadar dan puas juga setelah
bertemu dengan dia" "Dia siapa, kakek?" Dipa heran.
"Dia yang muncul ketika pada saat aku terlena tidur pulas di
tepi sungai. Ujutnya seperti seorang kakek berambut putih dan
berjubah putih, yang menegurku "Eh, mengapa engkau
menggugat dewa?" "Kalau dewa itu adil, mengapa aku diganjar hidup begini papa
sedang ki buyut hidup mulia?"
"O, engkau mengatakan buyut itu manusia yang paling
bahagia dan engkau ingin menjadi buyut?"
"Tentu" "Baik, demi kesaktian Hyang Batara Brahma, jadilah engkau
seorang buyut ...." "Seketika itu aku merasa menjadi seorang buyut yang tinggal
di rumah besar dan dihadap o!eh orang bawahanku dan rakyat.
Mereka melaporkan berbagai macam persoalan dan kesulitan
sampai aku merasa bingung. Tiap hari aku tak tenang. Sampai
akhirnya aku dipanggil sang adipati, ditegur dan dicopot karena
dianggap melalaikan kewajiban"
"Wah, enak jadi adipati" demikian aku mengeluh dihadapan
kakek berambut putih, itu dan seketika itu dia melambaikan
tangannya maka jadilah aku seorang adipati. Tetapi ternyata
pekerjaaa adipati itu jauh lebih banyak dan lebih memusingkan
dari seorang buyut. Pada suatu hari aku dipanggil menghadap
raja dan dilepas" "Tiada yang lebih enak dan bahagia dari hidup sebagai raja"
demikian jawabanku ketika kakek rambut putih itu muncul. Maka
diapun mengangguk dan seketika aku jadi seorang raja. Tetapi
965 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada suatu hari ketika aku berburu dan tertimpa sinar matahari
yang terik, aku pingsan dan sakit"
"Ah, matahari lebih berkuasa" baru berpikir begitu jadilah aku
matahari. Tetapi datanglah awan tebal yang mengaling. Lalu aku
mengatakan awan itu lebih berkuasa. Serentak akupun jadi
awan. Awan kemudian turun jadi hujan. Aku jadi hujan. Hujan
tertampung dalam lungai. Aku jadi sungai. Sungai dijajah ikan.
Aku jadi ikan. Akhirnya ikan ditangkap pengail dan aku ...."
"Bagaimana, apa yang engkau inginkan lagi sekarang ?"
serentak kakek berambut putih itu muncul.
"Ah" aku menghela napas "aku tidak ingin apa-apa kecuali
menjadi diriku yang sekarang ini"
"Lho, apakah engkau sudah merasa puas dan bahagia menjadi
seorang pengail?" "Ya" "..Dimana letak kepuasan dan kebahagiaanmu itu ?"
"Sekarang aku dapat merasakannya"
Kakek berambut putih itu tertawa "Itulah kesadaran, anakku.
Kini engkau telah memperoleh kesadaran. Benar, memang
kepuasan, kebahagiaan dan ketenangan itu tak lain bersemayam
dalam singgasana rasa hatimu sendiri. Karena engkau merasa tak
puas maka engkau merasa jemu akan pekerjaanmu. Engkau
anggap pekerjaanmu yang sudah bertahun-tahun menghidupi
anak isterimu itu sebagai pekerjaan yang paling celaka, paling tak
berharga. Dan semakin engkau dihinggapi rasa tak puas itu,
semakin engkau merasa bahwa engkau adalah manusia yang
paling celaka di dunia ini. Lalu engkau menggugat-gugat dewa itu
tak adil, pilih kasih dan lain-lain"
"Kemudian setelah engkau mengalami berbagai peristiwa
dalam alam kelana gaib, engkau baru menemukan kesadaran
akan nilai pekerjaan dan hiJupmu sekarang ini. Menangkap ikan
966 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata bukan pekerjaan yang paling buruk dan paling tak
berharga. Dengan penemuan itu, engkaupun merasa tenang,
bahagia dan puas. Puas dalam arti kata bukan engkau tidak akan
berusaha untuk meningkatkan kehidupanmu yang sekarang ini,
melainkan puas menerima apa yang baru dapat engkau capai
sampai saat ini. Maka cintailah setiap pekerjaan karena setiap
kerja itu mempunyai nilai keindahan. Maknawi keindahan itu tak
lain suatu kesadaran yang memancarkan rasa kebahagiaan,
ketenangan dan kepuasan.."
"Itulah, nak, ceritanya" kakek pengail itu mengakhiri
penuturannya. "Tetapi siapakah kakek berambut putih itu ?" tanya Dipa yang
selalu ingin tahu. "Entahlah" kata kakek pengail "tetapi menurut cerita orangorang tua di desak, katanya kakek itu mahluk gaib penunggu
sungai. Tetapi entahlah"
Teringat akan cerita kakek pengail ikan dahulu, patih Dipapun
terhentak sadar "Benar, benar, akupun semisal pengail itu,
karena merasa selalu dihimpit oleh tugas maka akupun merasa
jemu lalu timbul perasaan tak senang dan tak bahagia. Pada hal
menurut wejangan paman brahmana Anuraga, seorang insan
mangsa-kala, yaitu manusia yang terbeban oleh tugas-tugas
masa dan jeman, adalah manusia yang paling bahagia. Karena
tidak semua manusia mendapat kesempatan dan kepercayaan
untuk menyanggul tugas masa itu"
Penemuan itu telah membangkitkan pula sumpah dalam
hatinya. Bahwa dia akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk
negara Majapahit. Bahwa dia akan berjuang tanpa pamrih dan
tanpa kenal istirahat, demi kejayaan negara dan kesejahteraan
rakyat. "Dipa, perjuangan isu suatu pengabdian luhur. Bukan suatu
mata pencihirian, lebih bukan suatu ajang untuk mencari
967 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenikmatan hidup peribadi. Jika engkau mengeluh, berhentilah
engkau menjadi abdipraja, tanggalkan buana pejuang dan
pergilah engkau keatas gunung, mengasingkan diri dan mencari
kenikmatan hidup" terngiang-ngiang seketika telinga hati patih
Dipa akan sebuah pesan dari sang brahmana Anuraga.
"Ah, benar, kebahagiaan dan kepuasan itu terletak pada rasa
perasaan diri peribadi. Jika kakek pengail itu sudah menemukan
kebahagiaan dan kepuasan dalam pekerjaannya, mengapa aku
harus mengeluh tentang keadaanku. Dia menganggap memancing itu sebagai suatu kebahagiaan maka diapun
menemukan ketenangan dan kepuasan. Mengapa aku tak
memandang tugas pekerjaanku itu sebagai suatu pengabdian ?"
patih Dipa makin menapak kearah kesadaran yang terang.
"Gusti patih" tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah suara parau.
Cepat ia berpaling dan tampaklah seorang lelaki tua tengah
duduk dibawah sebatang pohon yang tumbuh tak jauh dari tepi
jalan. Lelaki tua itu sedang menganyam sebatang pecut atau
cambuk. Patih Dipa heran mengapa lelaki yang tak dikenalnya itu dapat
mengetahui siapa dirinya. Dia segera turun dari kuda dan
menghampiri orang itu "Ki sanak, siapa engkau?"
"Hamba bernama Galung, penganyam caping dan cambuk"
sahut lelaki setengah tua itu.
"Apa maksudmu menegur aku dan mengapa engkau mengenal
aku ?" "Kemarin" kata lelaki setengah tua itu "hamba bertemu
dengan seorang brahmana yang menitahkan supaya hamba
berjaga disini menunggu kedatangan gusti patih"
"Seorang brahmana?" patih Dipa terkejut dan mulai
menebarkan dugaannya kepada seseorang "siapa namanya?"
968 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sang brahmana tak berkenan memberitahukan namanya
tetapi hanya memberi titah kepada hamba"
Patih Dipa mengangguk"Apa yang dititahkan-kepadamu"
"Sang brahmana menitahkan supaya hamba menunggu
ditempat ini. Hari ini atau besok, gusti patih tentu lalu ditempat
ini" Makin maju selangkah patih Dipa menapak dalam dugaannya
"Lalu apa yang engkau kehendaki?"
"Tetapi benarkah paduka ini gusti patih yang baru datang dari
pura Kahuripan?" Patih Dipa mengiakan lalu balas bertanya bagaimana orang itu
dapat mengetahui tentang dirinya.
"Sang brahmanalah yang telah memberi keterangan tentang
ciri-ciri gusti patih"
Patih Dipa mengangguk pula. Kemudian ia menyuruh orang itu
mengatakan apa keperluannya.
"Sang brahmana menitahkan hamba supaya menyampaikan
dua buah hal kepada gusti patih" kata Galung "pertama, sebuah
pesan sang brahmana mengenai peristiwa semalam"
"O" patih Dipa terkesiap "peristiwa apa yang engkau
maksudkan?" "Peristiwa tentang kemunculan lintang Kemukus itu, gusti
patih. Sang brahmana telah memberi keterangan"
"Katakanlah, ki Galung. Lekas katakanlah" patih Dipa serentak
tegang mendengar kata kata itu.
"Sang brahmana mengatakan, bahwa lintang kemukus yang
muncul semalam, beda dengan lintang kemukus yang pernah
timbul ketika hendak terjadi huru hara Dharmaputera ra Kuti.
Lintang kemukus yang pernah muncul di pura Mijapahit kala itu,
969 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbit disebslah selatan, hal itu sebagai suatu perlambang bahwa
akan terjadi malapetaka di praja. Raja tewas, para mentri nara
praja saling bermusuhan dan rakyat desa sama perihatin"
Patih Dipa tertegun dan melayangkan ingatannya untuk
mengenang peristiwa itu. Benar, memang lintang kemukus yang
muncul kala itu, berasal dari sebelah selatan. Dan musibah yang
diperlambangkan oleh kemunculan liatang kemukus, memang
terjadi. Seri baginda Jayanagara tewas dicidera ra Tanca,
Dharmaputera ra Kuti dan kawan kawan hendak merebut
kekuasaan sehingga terjadilah perebutan dan persaingan
diantara para mentri dan senopati.
"Sedangkah lintang kemukus yang muncul semalam" Galung
melanjutkan pula "menurut sang brahmana timbul di sebelah
barat. Hal itu merupakan perlambang bahwa akan ada raja baru
yang dinobatkan. Rakyat hidup senang tentram, banyak hujan
dan tanamanpun subur, murah beras dan pangan"
"Ah" patih Dipa mendesah kejut-kejut legah "begitulah kata
sang brahmana ?" "Benar, gusti" kata Galung "oleh karena itu, demikian sang
brahmana pesan, gusti tak perlu gelisah resah dan tetaplah
melanjutkan tugas yang gusti sedang laksanakan saat ini"
Patih Dipa tak henti-hentinya mengangguk-angguk
"Terima kasih, ki sanak. Lalu apakah pesan beliau yang kedua
?"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hanya ini, gusti" Galung mempersembahkan pecut dengan
kedua tangannya "sang brahmana telah memesan sebuah pecut
kepada hamba dan supaya hamba persembahkan ke hadapan
paduka" Patih Dipa menerima pecut itu. Setelah diamati sejenak, ia
bertanya "Apa titah sang brahmana mengenai pecut ini ?"
970 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pecut itu hanya pecut biasa, buatan hamba" kata Galung
"dan sang brahmanapun tak memberi ptsan suatu apa"
Patih Dipa tertegun. Ia dapat menanggapi sasmita yang
diberikan sang brahmana atau yang diduganya pasti paman
brahmana Anuraga "Paman brahmana memberikan pecut
kepadaku, tak lain tentulah sebagai suatu isyarat bahwa paman
hendak mencambuk aku agar lekas-lekas menyelesaikan tugasku.
Ah, benar, tahta kerajaan sudah beberapa waktu kosong. Hal ini
tak boleh berkelarutan panjang dan harus lekas diisi dengan
seorang junjungan baru. Aku sudah cukup lama berada di
Kahuripan. Sekarang harus lekas lekas ke Daba"
Dalam menanggapi sasmita sang brahmana, patih Dipapun
tersipu-sipu dalam hati karena ia merasa bahwa sejak ke luar dari
pura Kahuripan, dalam perjalanan ia bersikap santai, bahkan
bermanja-manja dalam lamunan "Ah, terima kasih paman"
katanya dalam hati "paman telah mencambuk aku"
"Baik, ki Galung. Aku berterima kasih sekali kepadamu"
kemudian ia merogoh saku bajunya "dan inilah sekedar tanda
terima kasihku kepadamu, ki Galung"
Patih Dipa hendak memberi uang atas jasa tenaga yang telah
dilakukan Galung tetapi di luar dugaan Galung menolak "Tidak,
gusti. Sang brahmana telah membayar harga pecut ini. Dan apa
yang hamba lakukan hanyalah untuk melaksanakan kesanggupan
yang telah hamba ikrarkan di hadapan sang brahmana"
Patih Dipa meminta agar Galung menerima pemberiannya itu,
bahkan setengah dipaksanya. Tetapi Galung pun berkeras tetap
menolak "Gusti patih, hamba memang seorang desa miskin yang
hanya mencari nafkah sebagai pengail ikan, tetapi hamba tahu
akan harga diri hamba sebagai seorang insan manusia. Sang
brahmana telah membayar harga pecut yang dipesannya dan
hambapun telah menyanggupi untuk menyampaikan pecut serta
amanat beliau kehadapan paduka. Hamba tunaikan pesan sang
brahmana itu bukan atas dasar mengharap balas jasa berupa
971 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harta benda, tetapi hanyalah karena hamba hendak melaksanakan apa yang telah hamba janjikan. Permohonan
hamba, gusti patih, sudilah kiranya paduka jangan merendahkan
martabat hamba dengan ukuran upah. Walaupun hamba percaya
paduka tentu tak memiliki maksud demikian namun upah untuk
balas jasa itu hamba anggap berarti menghapus makna daripada
apa yang hamba lakukan ini"
Patih Dipa terkesiap. Benar-benar ia tak menyangka bahwa
seorang desa yang miskin ternyata memiliki martabat yang
sedemikian luhur "Ah, nyata martabat itu bukan hanya milik
orang kota, para mentti narapraja dan priagung kerajaan tetapi
terdapat dimana-mana. Martabat itu bukan milik pembesar yang
berkuasa, orang kaya dan orang ternama, pun orang miskin,
rakyat kecil bahkan tukang penganyam caping dan pecut dapat
pula memiliki. Jelas bahwa martabat itu adalah hakiki jiwa dari
peribadi seseorang tanpa membedakan tiaggi rendahnya
pangkat, besar kecilnya kekuasaan, kaya n?i?kinnya keadaan
orang" demkian tergores kesan kedalam lubuk hati patih Dipa.
Seketika merekahlah rongga dadanya "Ah, apabila setiap
peribadi seluruh rakyat Majapahit, baik dia itu mentri, senopati,
narapraja, maupun rakyat jelata, memiliki kejiwaan seperti
tukang anyam caping ini, Majapahit pasti akan menjadi negara
yang besar dan jaya"
Dua peristiwa dalam waktu yang singkat, telah menyentuh
kalbu patih Dipa, menyalakan pula kobar api perjuangannya yang
hampir kehabisan minyak. Dari pengail ikan ia memperoleh
kesan, bahwa derita dan kebahagiaan, kekecewaan dan
kepuasan, adalah tergantung dari perasaan hati sendiri. Cintailah
pekerjaanmu dan pekerjaanmu itupun akan mencintaimu.
Perjuangan adalah suatu pengabdian, bukan ladang pekerjaan
yang akan menghasilkan pamrih.
Sementara dari tukang caping dan pecut, ia mendapat kesan
bahwa martabat seseorang itu bukan ditentukan oleh tinggi
972 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rendahnya kedudukan, kaya miskin dan luhur rendahnya
keturunan, melainkan oleh jiwa seorang. Kesemuanya makin
menambah perbendaharaan pengalaman yang akan diperuntukkan pupuk bagi pertumbuhan jiwanya.
Obor blarak. Blarak artinya daun pohon kelapa. Blarak yang
dijadikan obor api, cepat menyala tetapipun cepat habis.
Demikian yang dialami patih Dipa pada saat itu. Disaat api
semangatnya berkobar maka teringatlah ia akan peristiwa yang
telah dialami di Kahuripan, Kesan berkesan telah menggores
hatinya melihat pengalaman-pengalaman yang terjadi selama
dilangsungkan sayembara. Ia melihat manusia-manusia dengan
berbagai sifat kejiwaan dan watak-watak keperibadiannya.
Seorang putera adipati Sadeng yang bernama Sambu, dengan
nafsunya yang menyala-nyala untuk merebut kemenangan.
Gerak gerik beberapa peserta yang dengan segala cara, baik
secara ksatrya maupun dengan cara licik, telah berusaha untuk
mencapai tujuan. Diantaranya .....
"Eh, benar, Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya yang
mengatakan berasal dari Daha itu, apakah bukan bekas warga
himpunan Wukir Polaman ?" serentak terhenyaklah ia dalam
kesiap yang tegang. Obor blarak, cepat menyala cepat lenyap.
Inilah yang dialami patih Dipa dikala ia membayangkan kawanan
warga himpunan Wukir Polaman dari Daha. Hanya bedanya, jika
obor blarak itu cepat habis, tetapi padam yang mencengkam api
sengat patih Dipa bukan padam yang musnah tetapi padam yang
gelap. Keceriaan hatinya pada waktu mendapat kesan berharga
dari pengail ikan dan tukang pecut, seketika pudar karena
teraling awan gelap dari kemunculan orang-orang Daha di
Kahuripan. "Jelas mereka mulai bergerak lagi" ia menimang-nimang
dalam hati "adakah pimpinan Wukir Polaman yang disebut
sebagai sang Manggala itu ingkar janji?"
973 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia teringat akan peristiwa beberapa tahun yang lalu, kala
mulai pertama kali dia menjabat patih Daha. Tindakan pertama
adalah memulihkan dan melestarikan keamanan, meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam rangka itulah ia menemui pimpinan
himpunan pejuang-pejuang Daha yang bernaung dibawah panji
Wukir Polaman. Dalam pertemuan itu telah dicapai sepakat
bahwa himpunan Wukir Polaman bersedia memberi kesempatan
kepada patih Dipa untuk menjalankan tugas sebagai patih. Dan
patih Dipa berjanji kepada Wukir Polaman bahwa ia akan
mengangkat kesejahteraan hidup rakyat Daha dan memberi
pengayoman yang adil dan bijaksana (baca; Gajah rCencana ).
"Hm, jika demikian, patutlah aku menemui pula pimpinan
Wukir Polaman untuk mengingatkan janjinya" sesaat kemudian
patih Dipa merancang rencana.
Ia membayangkan masa-masa lampau. Sejak ia menjabat
patih, memang keamanan Daha berangsur-angsur pulih dan
dengan tindakan serta kebikjaksanaan yang nyata, ia hampir
berhasil menyadarkan perasaan hati rakyat Daha. Bahwa kurang
bermanfaat untuk memendam rasa dendam terhadap Majapahit.
Daha, Singasari maupun Kahuripan dan Majapahit hanyalah
sebagian kecil dari nusantara yang luas. Betapapun kuat dan
jayanya sebuah ke ajaan kecil seperti Daha, Singasari, Kahuripan
dan Majapahit, namun masih tetap ringkih jua. Dan pada
hakekatnya nusantara itu adalah satu, sebuah kesatuan dari
untaian seribu pulau besar kecil. Jika ingin menjadi bangsa dan
negara yang besar dan kuat, haruslah mau menerima nusantara
itu sebagai suatu kesatuan, bukan terpecah belah dalam
beberapa kerajaan kecil. "Lupakan peristiwa lama, pendamlah sejarah dendam
permusuhan antara Daha dan Singasari serta Majapahit. Hanya
kalau kita bersatu dalam kesatuan negara nusantara maka kita
akan besar dan jaya" demikian amanat patih Dipa waktu dilantik
sebagai patih Daha. 974 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan diapun melaksanakan cita-cita pendiriannya itu dalam
kenyataan. Ia menghapus dan mengikis habis alam pikiran rakyat
tentang rasa kedaerahan. Ia memberlakukan hukum yang sama kepada rakyat Daha,
Kahuripan dan Majapahit. Dalam mengangkat narapraja ataupun
nayaka, dia mengambil dari segi kecakapan dan kemampuan,
bukan dari segi kedaerahan. Tindakan-tindakan itu mulai dikena!
dan diresapi rakyat Daha. Pelahan tetapi tentu, kepercayaan
merekapun berangsur-angsur tertuju kepada kepemimpinan patih
Dipa. Demikian langkah patih Dipa ke Daha pada saat itu sarat
dengan beban kesan yang dialami di Kahuripan. Ia mencemaskan
bahwa dalam masa-masa seperti sekarang, dimana tahta
kerajaan kosong dan rakyat perihatin, pejuang-pejuang Daha
yang tergabung dalam himpunan Wukir Polaman itu akan bangkit
dan memancing di air keruh. Dia memutuskan akan menemui
pimpinan Wukir Polaman "Tapi, sudah beberapa tahun ini mereka
tak menampakkan suatu gerakan. Bahkan menurut laporan yang
sampai kepadaku, merekapun sudah membubarkan diri.
Mengapa beberapa warganya masih muncul di Kahuripan"
Bukankah mereka mengandung tujuan untuk ikut dalam
sayembara?" Patih Dipa mengerut dahi "Memang sayembara itu bersifat
terbuka, setiap orang tanpa membedakan asal daerah dan
keturunan, dapat ikut. Tetapi ikut sertanya Kebo Angun-angun
dan kawan-kawan itu tentu mempunyai tujuan tertentu. Setiap
peserta sayembara tentu. mempunyai tujuan untuk merebut
ganjaran menjadi suami Rani Kahuripan. Hanya orang-orang
Daha itu yang berbeda. Andaikata mereka berbasil memenangkan sayembara mereka pasti akan berusaha untuk
membangkitkan kerajaan Daha lagi"
Sebenarnya tugas patih Dipa itu adalah sebagai patih di Daha.
Tetapi sejak seri baginda Jayanagara masih hidup, patih Dipa
975 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah dititahkan berada di pura Majapahit karena setiap saat seri
baginda memerlukan maka dapatlah patih Dipa menghadap.
Itulah sebabnya walaupun sebagai patih Daha tetapi patih Dipa
lebih banyak berada di pura kerajaan. Namun patih Dipa tak
melalaikan tugasnya di Daha. Apabila dia berada di pura
Majapahit maka urusan pemerintahan diserahkan kepada rakryan
demung Adhikara dan urusan prajurit diserahkan kepada
tumenggung Menur. Kedatangan patih Dipa telah disambut oleh demang Adhikara.
Sebagaimana adat kebiasaan apabila tiba di Daha dari pura
Majapahit, pertanyaan patih Dipa kepada rakryan demung
Adhikara tentubh tentang keselamatan Rani Daha, kemudian
urusan pemerintahan. Dan karena sudah kenal akan pendirian
patih Dipa, maka setiap kali patih itu pulang ke Daha, sebelum
diminta, rakryan demung sudah lantas melaporkan tentang
keadaan sang Rani dan pemerintahan di Daha.
"Ah, rakryan patih, mengapa tuan kembali ke Daha?" sambut
rakryan demung Adhikara dengan nada terkejut.
Patih Dipa juga terkejut. Tak pernah selama ini ia mendapat
sambutan sedemikian nadanya dari rakryan demung "Benar,
rakryan, memang ada urusan penting. Tetapi mengapakah
rakryan tampak terkejut atas kedatanganku?"
Rakryan demung makin terkesiap "Tetapi bukankah gusti Rani
juga sudah berada di pura kerajaan ?"
"Hah ?" patih Dipa kali ini benar-benar terkejut "gusti Rani
berada di pura kerajaan?"
Demung Adhikara mengangguk "Ya, sudah sepasara yang lalu
gusti Rani bertolak ke pura Majapahit"
"Ah" patih Dipa mendesah "tentulah karena urusan penting
maka gusti Rani bertolak ke pura kerajaan, rakryan?"
976 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demung Adhikara makin heran "Tentulah demikian, tetapi
mengapa rakryan patih tak mengetahui hal itu" Bukankah
rakryan juga berada di pura" T idakkah rakryan berjumpa dengan
gusti Rani ?" Patih Dipa geleng-geleng kepala seraya menghela napas
"Tidak, rakryan demung. Sudah hampir sepurnama, aku berada
di Kahuripan" "O" "Rakryan demung, dengan tujuan apakah maka gusti Rani
berkenan menuju ke pura kerajaan?"
"Pura kerajaan telah mengirim utusan ke Daha, mengundang
gusti Rani supaya hadir di keraton T ikta-Sripala"
"Untuk hadir dalam urusan apa ?"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Menurut amanat Sapta Prabu yang dihaturkan utusan itu,
sangatlah diharapkan kehadiran gusti Rani dalam musyawarah
penting tentang penggantian raja yang baru"
Walaupun terkejut tetapi patih Dipa dapat menenangkan diri.
Hanya ia merasa heran mengapa keraton tak mengabarkan hal
itu kepadanya sehingga dia tak perlu harus menuju ke Daha dan
terus kembali ke Majapahit. Pikirnya "Tentulah para gusti Sapta
Prabu itu hendak menolong aku karena tahu bahwa aku sedang
sibuk membenahi urusan di Kahuripan. Tetapi kalau benar
demikian, mengapa para gusti itu tak mengirim pengalasan untuk
memberitahu kepadaku agar aku tak perlu ke Daha lagi dan
langsung kembali ke pura kerajaan?"
Setitik rasa kurang puas akan tindakan para gusti Sapta Prabu
menebar dalam lubuk hatinya. Tetapi beberapa saat kemudian
dapatlah ia menghibur diri "Ah, kemungkinan para gusti dan
mentri gelisah memikirkan pemilihan raja baru sehingga beliaubeliau itu lupa memberitahu kepadaku. Atau mungkin para gusti
977 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sudah mengirim utusan tetapi belum sempat berjumpa
dengan aku" Cepat patih Dipa dapat menghapus persoalan dan beralih
pada pertanyaan "Rateryan demung, siapakah yang bertugas
mengawal gusti Rani dalam perjalanan ke pura kerajaan itu?"
"Tumenggung Menur, rakryan patih, dengan membawa
pasukan prajurit pilihan"
Patih Dipa terkejut dalam hati. Ada suatu bayang-bayang yang
melintas dalam pikirannya. Bukankah hal itu cenderung
mengundang bahaya " Memang keselamatan gusti Rani Daha
amat penting. Pantaslah kalau seorang senopati digdaya seperti
tumenggung Menur mengawal sendiri perjalanan sang Rani.
Tetapi bagaimana dengan keadaan di Daha, khusus tentang
keamanannya" Namun karena tak menerima suatu laporan apa-apa mengenai
keamanan di Daha, maka patih Dipapun agak legah dan
menganggap kecemasannya itu kurang tepat.
Demikian setelah mendapat laporan segala sesuatu mengenai
pokerjaan dalam bidang pemerintahan maka patih Dipapun
segera pulang ke gedung kepatihan. Ternyata di gedung
kepatihan telah menanti demang Tambak, pembantu dari
tumenggung Menur. "O, ki demang" tegur patih Dipa dengan ramah dan menjabat
tangan demang itu "sudah lamakah ki demang menanti disini ?"
Memang demikianlah sikap patih Dipa terhadap orang yang
lebih rendah kelungguhannya. Walaupun terhadap seorang
demang bawahannya tetapi dia tetap ramah tamah dan
memperlakukan sebagai seorang kawan. Tak ada sikap yang
menggambarkan sebagai seorang atasan yang biasanya suka
mengunjuk kewibawaan dalam sikapnya terhadap orang
bawahan. 978 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, gusti patih" demang Tambak tersipu-sipu
menghaturkan hormat "hamba mendapat laporan bahwa rakryan
telah tiba di Daha. Tetapi waktu hamba bergegas kemari ternyata
paduka sedang berkunjung ke keraton"
Patih Dipa segera mengajak demang itu masuk ke dalam.
Mereka duduk di pendapa muka dan tak lama bujangpun keluar
menghidangkan minuman. "Bagaimana kakang demang, perkembangan di Daha selama
ini?" patih Dipa mulai membuka pembicaraan.
"Selama rakryan berada di pura kerajaan, berkat pimpinan
tumenggung Menur, keamanan terpelihara dengan baik. Hanya
sejak tumenggung Menur berangkat mengawal gusti Rani ke
pura kerajaan, telah terjadi sebuah peristiwa"
"O, peristiwa apakah itu " Adakah hal itu menyangkut
kepentingan keamanan Daha?"
"Telah hamba haturkan rakryan patih" kata demang Tambak
"bahwa keamanan Daha tiada gangguan suatu apa. Dan yang
hamba maksudkan peristiwa itu, secara langsung meaiang tiada
hubungan dengan keamanan Daha tetapi secara tak langsung hal
itu perlu mendapat tanggapan yang sungguh-suagguh"
Patih Dipa agak terkejut dan segefa minta demang itu
mengatakan apa yang telah terjadi.
"Tentang diri raden Mahendra, rakryan"
"Raden Mahendra" Kenapa dia?"
"Kemarin dia telah lenyap"
"Hai, apa katamu, kakang demang ?" patih Dipa terperanjat.
"Raden Mahendra sejak kemarin telah lenyap dari tempat
kediamannya. Nyi patih Tilam telah berkunjung ketempat hamba
dan melaporkan peristiwa itu"
979 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Makin tergetar hati patih Dipa tetapi dia berusaha untuk
menguasai perasaannya "Cobalah kakang demang katakan
bagaimana laporan nyi patih Tilam"
"Nyi patih Tilam melaporkan bahwa sejak kemarin pagi raden
Mahendra telah pergi dan hingga kini belum pulang maka nyi
patih minta tolong kepada hamba untuk menyelidiki jejak raden
Mahendra" Mahendra adalah putera dari mendiang patih Arya T ilam. Pada
waktu patih Dipa hendak mengamankan keadaan Daha, ia telah
mengalami peristiwa yang ganjil. Mahendra masuk menjadi
warga himpunan Wukir Polaman dan ikut usaha mereka hendak
mencidera Rani Daha. Mendengar perbuatan puteranya, patih
sepuh Arya Tilam yang sudah lanjut utia itu jatuh sakit dan
akhirnya meninggal. Atya Tilam seorang wreddha mentri yang setya kepada
Dabadan Majapahit. Sedang puteranya ikut dalam himpunan
pejuang-pejuang Daha yang memusuhi Majapahit. Suatu
peristiwa yang benar-benar ganjil. Tetapi keganjilan itu
tersingkap rahasianya ketika pada suatu malam Mahendra secara
berani berkunjung ketempat kediaman patih Dipa. Apa yang
terjadi" Ternyata setelah menguji dan yakin bahwa patih Dipa itu
benar-benar seorang patih yang jujur dan dapat dipercaya maka
Mahendra lalu membuka rahasia dirinya. Ia mengatakan bahwa
ikut sertanya kedalam himpunan Wukir Polaman itu hanyalah
sekedar suatu langkah untuk melumpuhkan perjuangan mereka.
Dengan masuk kedalam lingkungan Wukir Pol iman, dapatlah
Mahendra mengetahui gerak-gerik rencana mereka. Dan sebagai
bukti daripadapernyataan itu, ia melaporkan bahwa WukirPolaman mempersiapkan rencana untuk menyerang Rani Daha
pada waktu Rani akan menghadiri upacara Srada atau berziarah
ke makam ayahandanya. Ternyata laporan itu memang benar. Dan sejak itu patih Dipa
menaruh kepercayaan penuh atas langkah yang diambil
980 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mahendra. Bahkan dia sangat menghargai sekali pengorbanan
Mahendra yang berani mengorbankan nama baik keluarganya
(baca: Gajah Kencana). Setelah peristiwa tatap muka dengan warga himpunan Wukir
Polaman berakhir dan Wukir Polaman mau menyurut selangkah
untuk memberi kesempatan patih Dipa menangani pemerintahan
Daha, maka warga himpunan Wukir Polaman itu sudah tak
tampak lagi kegiatannya. Bahkan ia mendapat berita, Wukir
Polaman telah membubarkan diri. Berita itu diperkuat oleh
keterangan Mahendra. Sebenarnya patih Dipa hendak mempersembahkan permohonan ke hadapan seri baginda Jayanagara tentang diri
raden Mahendra dengan harapan seri baginda berkenan memberi
kelungguhan kepada raden itu dalam pemerintahan. Tetapi
sebelum hal itu terlaksana, seri baginda telah keburu tewas
dicidera ra Tanca. Selama menunggu kabar dari patih Dipa maka Mahendra tetap
berada di Daha, tinggal disebuah rumah yang telah disediakan
patih Dipa. Mahendra tinggal bersama ibundanya, nyi patih Arya
Tilam. "Tetapi kakang demang" kata patih Dipa "bagaimana kakang
cepat cenderung pada rasa kecemasan tentang diri raden
Mahendra itu ?" "Setelah menerima laporan dari nyi patih, hamba segera
menyebar anakbuah hamba untuk mencari raden Mahendra
tetapi tak memperoleh suatu hasil apa apa. Dan sudah sejak
bertahun-tahun, raden Mahendra menyekap diri di rumah, jarang
atau hampir dikata tak pernah dia keluar"
"Ya" sahut patih Dipa. Dia sendiri memang mengetahui hal itu
karena langkah itu memang sudah mendapat persetujuannya
agar dapat menghilangkan kecurigaan orang-orang Wukir
Polaman. Itulah sebabnya mengapa patih Dipa tak mau lekas
981 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lekas mengajukan permohonan kepada seri baginda tentang diri
Mahendra. Ia kuatir kalau cepat-cepat Mahendra diangkat dalam
pasukan, tentulah mudah diketahui oleh orang orang Wukir
Polaman. "Lalu bagaimana tindakan kakang demang?" patih Dipa
lontarkan pertanyaan. "Tak lain hamba akan melanjutkan usaha hamba untuk
mencari raden Mfehendta" kata demang Tambak "tetapi sudah
tentu hamba akan lebih merasa gembira apabila paduka
berkenan memberi titah"
"Apakah kakang demang pernah suruh anakbuah kakang
menyelidiki ke lembah Trini Panti?"
"Hamba perintahkan anakbuah hamba untuk menyelidiki
seluruh telatah Daha. Entah apakah mereka sudah menyelidiki ke
lembah itu" "Baik" sahut patih Dipa "apakah malam ini kakang demang
bersedia ikut aku ?"
"Tentu saja, rakryan" kata demang Tambak
"sekarang juga pun hamba siap menyertai paduka"
"Silakan kakang pulang dulu. Nanti tiga jam lagi hampir
menjelang tengah malam, kakang datang kemari lagi"
Sepeninggal demang Tambak, patih Dipapun masuk kedalam
untuk beristirahat. Di Daha dia memang mempunyai tempit
kediaman tetapi nyi Dipa tidak tinggal di situ. Dia tinggal di
gedung kediaman patih Dipa di pura kerajaan yang telah
disediakan raja. Demikian ketika patih D;pa turun dari peraduan, ternyata
demang Tambak sudah menanti di pendapa. Malam itu keduanya
berangkat menuju ke lembah Trini Panti di gunung Polaman.
982 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu rembulan pingit, hanya selingkar sabit menunjukkan
wajahnya. Tetapi cakrawala bertabur bintang kemintang yang
bergemerlapan laksana intan biduri bertebar di alas beludu.
"Apakah rakryan menduga bahwa orang-orang Wukir Polaman
masih giat dan berkumpul di lembah T rini Panti ?" tanya demang
Tambak dalam menyusuri jahn yang menuju ke gunung Polaman.
"Mudah-mudahan demikian, kakang" sahut patih Dipa dalam
nada tak pasti. "Mengapa rakryan memiliki dugaan begitu?"
"Aku baru datang dari Kahuripan. Di sana telah diadakan
sayembara untuk mengatasi wabah penyakit aneh yang melanda
rakyat. Diantara peserta sayembara itu kujumpai beberapa orang
Daha. Kalau tak salah, mereka itu bekas warga Wukir Polaman"
"Oleh karena itu maka rakryan cenderung pada dugaan,
kemungkinan raden Mahendra telah dibawa mereka?"
"Seperti pengalaman yang dahulu" kata patih Dipa "himpunan
Wukir Polaman itu terkenal amat ulet dan tak kenal surut dalam
berusaha untuk memusuhi kerajaan Majapahit. Maka setelah
menderita kegagalan di Kahuripan, kemungkinan mereka akan
bergerak pula di Daha. Dan ingat kakang, mereka tentu
memperhitungkan bahwa saat ini gusti Rani Daha bersama
tumenggung Menur sedang berada di pura kerajaan.
Kemungkinan mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk
bergerak pula" "Hm, kemungkinan itu memang bukan sesuatu yang mustahil
terjadi" kata demang Tambak "namun andaikata benar demikian
lalu bagaimana kiranya penilaian rakryan atas lenyapnya raden
Mahendra. Maksud hamba, apakah raden Mahendra dipanggil
untuk ikut serta dalam gerakan mereka lagi?"
"Hal itu bisa saja terjadi, kakang demang" ujar patih Dipa
"tetapi kemungkinan lain juga dapat timbul"
983 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kemungkinan yang bagaimanakah yang paduka maksudkan
?" "Aku mencemaskan bahwa raden Mahendra telah dibawa
secara paksa oleh mereka"
"Diculik?" demang Tambak terkejut.
"Ya" "Atas dasar apakah rakryan menduga demikian?"
"Ini hanya dugaan dan semoga tak benar. Tetapi dugaan ini
merupakan salah satu dari beberapa dugaan yang dapat kita
reka. Aku kuatir, kemungkinan raden Mahendra telah diketahui
rahasianya" "Rahasia" ulang demang Tambak makin tersengat kaget
"rahasia apakah yang terdapat pada diri raden Mahendra?"
Patih Dipa diam-diam terkesiap dalam hati. Mengenai rahasia
tindakan Mahendra ikut dalam Wukir Polaman, memang tiada
seorangpun yang tahu kecuali Mahendra dan dia. Kini dia merasa
telah kelepasan bicara maka cepat cepat dia menyimpangkan
pembicaraan "Yang kumaksudkan, kakang demang, raden
Mahendra menderita fitnah dari salah seorang warga Wukir
Polaman sehingga dia dituduh sebagai penghianat.
"O" desuh demang Tambak. Tetapi ketika dia hendak
melanjutkan kata-kata, tiba-tiba patih Dipa menarik tangannya
terus dibawa menyelundup kebalik gerumbul pohon yang berada
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di tepi jalan "Jangan bicara, kakang" bisik patih Dipa.
Demang Tambak terkejut, disamping heran. Mengapa patih
Dipa mengajak bersembunyi. Padahal walaupun malam itu
kelam, tetapi dia masih dapat menjangkau pandang, bahwa di
sebelah muka jalan itu tak tampak barang suatu apa. Namun ia
tak berani membantah tindakan patih Dipa dan melainkan
menunggu saja apa yang akan terjadi.
984 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat kemudian terdengar debur langkah kaki orang
berjalan dari arah selatan. Makin lama langkah itu makin
terdengar jelas. Rupanya ada pejalan malam yang tengah
melanjutkan perjalanan. Tetapi tiba-tiba demang Tambak
terbeliak "bukankah jalan yang ditempuh pejalan itu menuju ke
lembah T rini Panti?" pikirnya.
Ternyata suara langkah kaki itu berasal dari dua sosok tubuh
orang lelaki berpakaian hitam. Dalam keremangan malam,
memang tak tampak jelas bagaimana raut wajah mereka, kecuali
kedua-duanya memelihara kumis yang lebat, berperawakan
tegap dan pinggang masing-masing menyelip senjata golok dan
pedang yang berkilat-kilat.
"Kakang" tiba-liba terdengar salah seorang berkata. Karena di
tengah malam yang sunyi maka suaranya terdengar jelas "inilah
sebabnya mengapa tawanan itu tak kita bunuh dulu?"
"Ya" sahutnya kawan yang bertubuh agak pendek "dia akan
dijadikan bukti untuk meyakinkan kesalahan orang-orang Wukir
Polaman" "Setelah mcicka mengakui kesalahannya, apa kira-kira
tindakan pimpinan kita terhadap mereka?"
"Kudengar pimpinan kita akan mendesak agar orang-orang
Wukir Polaman itu menyisih, jangan ikut campur dalam
perjuangan lagi.. Mereka sudah bertambah tua dan alam
pikirannyapun masih kuna, kurang waspada, seharusnya
menyerahkan perjuangan kepada angkatan muda"
"Memang mengherankan" kata orang yang pertama bicara
tadi "mereka rupanya masih alot untuk meninggalkan lapangan.
Seolah mereka tak percaya kepada yang muda"
"Itulah makanya kita berusaha untuk tunjuk hidung,
menunjukkan kesalahan mereka dengan bukti yang nyata"
"Siapa yang tahu akan penghianatan orang itu?"
985 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Sura Kambang"
Demikian percakapan yang terdengar berasal dari kedua lelaki
itu. Selanjutnya merekapun diam dan tak lama sudah jauh dan
lenyap ditelan kegelapan malam.
"Ah, orang-orang Daha" bisik demang Tambak.
"Ya" sahut patih Dipa "rupanya memang benar orang-orang
Daha mulai bergerak lagi"
"Siapakah mereka, rakryan?"
"Menilik nsdanya mereka bersaing dengan orang Wukir
Polaman. Rupanya saat ini di Daha timbul lagi sebuah himpunan
baru tempat wadah pejuang2 muda"
"Mereka hendak mengambil tawanan" kata demang Tambak
"siapakah kiranya tawanan itu?"
"Entah" sahut patih Dipa "itu memang penting kita ketahui"
"Apa .. . apa tidak mungkin jika raden Mahendra?" Patih Dipa
terkesiap. Dugaan itu bukan sesuatu yang tak mungkin. Namun
belum berani ia memastikannya
"Mungkin juga" sahutnya "menilik mereka datang dari arah
gunung Polaman, kemungkinan saat ini di gunung itu sedang
dilangsungkan rapat rahasia"
"Ya" sahut demang Tambak "lalu bagaimana tindakan kita?"
Patih Dipa merenung sampai beberapa saat baru berkata
pelahan "Kurasa baik kita tunggu kedua orang itu kembali lagi.
Mereka tentu akan membawa orang tawanan itu"
"Adakah rakryan bermaksud hendak membebaskan tawanan
itu apabila ternyata raden Mahendra ?"
"Hm" desuh patih Dipa "kita tunggu saja bagaimana
perkembangannya nanti"
986 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Merekapun diam. Hanya dalam hati patih Dipa menimangnimang segala sesuatu kemungkinan yang mungkin terjadi.
Saat itu rembulan makin tinggi dan sepengunyah sirih lamanya
terdengar pula derap langkah kaki orang
"Mereka datang" patih Dipa menggamit lengan demang
Tambak. Demang itu mengangguk dan bersiap siap.
Tampak kedua orang lelaki tadi berjalan mendatangi dengan
mengiring seorang lelaki. Siapa lelaki yang diiring itu tak tampak
jelas karena kedua matanya ditutup dengan kain hitam, kedua
tangannya diikat dengan rantai seperti seorang tawanan yang
bersalah berat. Sekalipun begitu, menilik perawakannya baik
patih Dipa maupun demang Tambak dapat mengetahui kaku
orang itu adalah Mahendra, putera mendiang patih Arya Tilam.
Berdebar hati demang Tambak menyaksikan pemandangan itu
sehingga tangannya gemetar. Namun patih Dipa tetap tenang.
"Sayang, mengapa engkau berhianat" desuh salah seorang
lelaki yang bertubuh tinggi.
"Hm, wanita cantik itu memang berbisa. Kadang dapat
meracuni pikiran. Kawan sendiri sampai hati dibunuh" kawannya
yang bertubuh pendek menanggapi.
"Siapakah kalian ini yang sebenarnya " Hendak kalian bawa
kemanakah aku ini?" "Engkau nanti tentu akan tahu sendiri" sahut: orang yang
bertubuh tinggi "hm, sikapmu masih seperti seorang anak
penguasa. Padahal, sebentar lagi nasibmu sudah akan
ditentukan" "Apa maksudmu, aku tak mengerti" seru tawanan itu "jika
engkau seorang ksatrya, katakanlah siapa engkau dan apa
maksudmu. Jangan engkau mengira aku takut mati"
987 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, sombong benar" cemoh orang tinggi itu "tetapi akan
kulihat bagaimana nanti sikapmu waktu berhadapan dengan
kawan-kawanku. Apabila engkau masih membawa sikap seperti
seorang ksatrya, hm, mungkin hukumanmu tentu dipercepat"
"Semua manusia takkan lepas dari kematian, sekarang atau
besok. Tetapi aku menyesal karena harus mati tanpa mengetahui
apa kesalahanku" "Ho" seru orang yang bertubuh tinggi "engkau seorang
pembunuh dan seorang hianat, mengapa engkau masih belum
menyadari dosamu yang setinggi bukit itu?"
"Ki sanak, bunuhlah aku tetapi jangan engkau perhina
sekehendak hatimu. Andaikata engkau benar-benar seoang
ksatrya, lepaskanlah aku dan mari kita bertempur ...."
Plak .... tiba tiba orang bertubuh tinggi itu ayunkan tangan
menampar kepala orang tawanannya "Kurang ajar, engkau masih
berani menghina aku " Apabila aku mendapat idin dari pimpinan,
saat ini tentu sudah kuhabisi jiwamu!"
"Keparat!" orang tawanan itu memaki "aku bersumpah, jika
aku masih hidup, tentu akan kubalas hinaan yang engkau berikan
kepadaku hari ini. Akan kuhancurkan kepalamu, bedebah!"
"Apa" Engkau berani memaki aku, nih terimalah" kembali
orang tinggi itu gerakkan tangannya menghantam perut
tawanannya, duk .... auh, tawanan itu mendesuh menahan
kesakitan sambil membungkuk. Tiba-tiba ia membenturkan
kepalanya ke perut orang, duk ....
"Aduhhh" orang tinggi itu memekik keras dan jatuh
terjerembab. Ia tak menduga bahwa orang tawanannya akan
berani menanduk perutnya. Serentak dia melonjak bangun,
mencabut pedang dan terus hendak ditabaskan ke kepala orang
tawanan itu. 988 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan, Kelut!" cepat kawannya menyongsong "engkau gila,
kita ini hanya petugas yang ditugaskan mengambilnya. Mengapa
hendak engkau bunuh " Tidakkah pimpinan akan marah
kepadamu ?" "Ya" lelaki yang disebut Kelut itu menyarungkan pedang tetapi
tiba-tiba dia maju "tetapi dia harus diberi hajaran .... duk" ia
menghantam punggung tawanan itu sekeras-kerasnya. Karena
mata tertutup sehingga tak dapat mengetahui keadaan
disekelilingnya, tawanan itupun terkena pukulan Kelut dan
ponting-panting beberapa langkah dan jatuh.
"Keparat ! Berani benar engkau menyiksa orang yang tak
berdaya" tiba-tiba terdengar suara menghardik marah dan
secepat kilat, sesosok bayangan melayang dari balik gerurabul
pohon dan terus menusuk Kelut, uh .... Kelut terkejut tetapi dia
tak sempat pula untuk menghindar hingga lambungnya tertusuk
ujung pedang dan seketika rubuhlah dia bermandikan darah.
Penyerang itu bergerak cepat sekali. Sehabis menyelesaikan
Kelut dia terus menyerang kawan Kelut. Orang itu juga terkejut
sekali. Dia masih dapat menghindar tetapi penyerang itu dengan
sebuah gerak yang tak terduga dapat menyapu kaki lawan, uh ...
kawan si Ke lut itupun terpelanting seperti dibanting, bluk ....
"Jangan ki demang" pada saat penyerang itu menginjak perut
lawan dan hendak ayunkan pedangnya, tiba-tiba sebuah suara
yang penuh wibawa melarangnya.
Ternyata penyerang itu tak lain adalah demang Tambak.
Rupanya demang itu tak dapat menahan kemarahannya lagi
ketika m:lihat Kelut menyiksa tawanannya dengan sewenangwenang. Dan demang Tambakpun sudah yakin bahwa tawanan
itu adalah raden Mahendra. Maka tanpa meminta persetujuan
patih Dipa, dia terus loncat menerjang Kelut dan mengamuk
pada kawan Kelut. 989 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah" demang Tambak hentikan tangannya seraya menghela
napas "mengapa rakryan patih melarang hamba menghabisi jiwa
babi ini ?" "Kita masih memerlukan keterangannya" sahut orang yang
melarang tadi atau patih Dipa "lepaskan dan segera engkau
tolong tawanan itu" "Ki sanak, bangunlah" perintah patih Dipa kepada orang itu
tadi dan sikap patih Dipa yang tenang menghalangkan rasa takut
orang itu. Rupanya orang itu tahu kalau jiwanya ditolong patih
Dipa "siapa engkau?"
"Aku Tugu, seorang pengalasan yang ditugaskan mengambil
tawanan" "O, siapa yang menyuruh engkau?"
Tugu tertegun Rupanya terjadi pertentangan dalam batinnya.
Ia berterima kasih atas pertolongan patih Dipa tetapi iapun takut
kepada pimpinannya "Maaf, seharusnya sebagai pernyataan
terima kasih, aku wajib memberi tahu. Tetapi kalau aku
tmmberitahu berarti sia-sia juga arti perto'o.igan tuan tadi. Aku
pasti akan dibunuh oleh pimpinanku"
"Hm" patih Dipa mengangguk. Ia tahu bahwa Tugu terikat
dalam suatu peraturan yang keras "baiklah, jika demikian. Tetapi
pertanyaanku yang ini, engkau harus menjawab sejujurnya"
Tugu bersangsi. "Tak perlu engkau banyak menjawab, cukup engkau
menjawab ya atau tidak, pada setiap pertanyaanku, mengerti?"
"Baiklah" "Bukankah engkau hendak menuju ke gua Polaman ?"
"Ya" 990 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah di gua Polaman sedang berlangsung rapat rahasia
dari perhimpunanmu ?"
"Ya" "Rupanya rapat itu suatu gerakan untuk menentang
pemerintah Daha ?" "Tidak" Patih Dipa kerutkan dahi, kemudian bertanya pula
"Engkau disuruh mengambil tawanan dari lembah Trini Panti?"
Tugu terkesiap kaget tetapi ia merjawab juga "Ya"
"Bukankah tawanan itu bernama Mahendra?"
"I .... ya" "Maheidra hendak dipaksa masuk kedalam himpunanmu?"
"Tidak" "Mahesa hendak diperiksa?"
"Ya" "Apa kesalahan raden Mahendra?"
Tugu tak menjawab. Dia diam saja.
"Eh, mengapa engkau tak menjawab?" tegur patih Dipa.
"Tuan menyuruh aku hanya menjawab ya atau tidak saja"
"Hm" patih Dipa mendesah. Dalam pada itu demang Tambak
datang bersama Mahendra. Mahendra menghaturkan hormat dan
terima kasih. "Mengapa raden sampai jatuh ke tangan mereka?" patih Dipa
meminta keterangan. Mahendra menceritakan bahwa pada malam itu ia menerima
laporan dari bujang, seorang tetamu minta bertemu dengannya
991 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika aku keluar ternyata tak ada seorangpun juga. Aku
menuju ke luar halaman. Kulihat seorang lelaki tengah berjalan
terseok-seok di jalanan. Jaraknya lebih kurang seratusan
langkah. Karena tiada lain orang kecuali dia, kuduga tentulah
orang itu yang datang ke rumahku. Aku segera mengejarnya.
Saat itu hari menjelang petang. Jalan pun sepi. Hanya lelaki itu
satu-satunya pejalan. Ternyata dia seorang tua renta yang cacad
kakinya. Aku meneriakinya supaya berhenti. Rupanya dia terkejut
dan berpaling. Tiba-tiba dia jatuh. Akupun berlari lari
menghampiri hendak menolongnya. Pada saat aku membungkuk
hendak mengangkatnya bangun, dia telah memeluk aku
kencang-kencang dan tiba tiba dari belakang, kepalaku dihantam
orang. Aku tak tahu apa yang terjadi dan ketika aku tadar,
ternyata aku berada dalam sebuah gua dengan kedua kaki dan
tanganku terikat. Dan tadi aku telah diambil oleh kedua orang ini
entah hendak dibawa ke mana"
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa engkau menangkap raden Mahendra?" tiba-tiba
demang Tambak menghardik Tugu. Tugu diam saja.
"Eh, setan alas, engkau berani membisu" demang Tambak
marah terus hendak menjambak rambut Tugu.
"Aku hanya diharuskan menjawab ya atau tidak"
"Siapa yang mengharuskan ?"
"Ki sanak yang ini" T ugu menuding patih Dipa.
"Keparat! Engkau berani kurang tata, dia adalah ...."
"Kakang Tambak, memang tadi akulah yang memintanya
begitu" cepat patih Dipa menukas agar demang Tambak tak
menceritakan siapa dirinya.
Demang Tambak dapat menanggapi maksud patih Dipa, dia
membentak Tugu pula "Ya, tetapi aku tidak suruh engkau
menjawab ya atau tidak. Engkau harus menjawab dengan
keterangan!" 992 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm" Tugu mendesun.
"Ho, engkau berani membantah" demang Tambak terus
mencekik Tugu sehingga Tugu menggelepar-gelepar seperti ikan
diatas pasir "hayo, lekas jawab ?"
Namun Tugu tatap menolak "Tidak" Bunuhlah aku!"
"Paman ikatlah dia pada pohon itu" tiba-tiba Mahendra
berseru lalu menyelinap kedalam gerumbul pohon di tepi jalan.
Tak lama kemudian dia membawa sebuah tabung bambu berisi
air dan sebatang dahan berduri.
Saat itu Tugu sudah diikat pada pohon dan Mahendrapun
segera bertindak "Baik, engkau memang seorang jantan tak takut
mati. Tetapi aku tak menginginkan jiwamu melainkan hanya ingin
engkau merasakan betapa nikmat caraku ini"
Plak, ia menyabatkan dahan berduri pada dada Tugu. Darah
segera bercucuran membasahi baju.
Lalu Mahendra menyiram dengan air "Auh ...." Tugu
bergeliatan meregang-regang, menahan sakit.
"Mahendra, jangan terlalu berat" patih Dipa kasihan melihat
Mahendra menyiksa Tugu. Ia menghampiri ke tempat Tugu dan
membukakan tali pengikatnya "Engkau seorang jantan yang
setya kepada perhimpunanmu. Aku senang"
"Ah, terima kasih tuan" Tugu terkejut atas tindakan patih Dipa
"Lalu tuan hendak memerintahkan aku harus bagaimana?"
"Silakan engkau kembali kepada kawan-kawanmu" kata patih
Dipa. Demang Tambak dan Mahendra terkejut mendengar kata-kata
patih Dipa namun keduanya tak berani menyanggah.
Tugu juga terkejut "Tuan hendak melepaskan aku?"
"Bukankah sudah kubukakan tali pengikatmu?"
993 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan tak membunuh aku ?"
"Silakan pergi. Ini janjiku"
"Ah, tidak tuan" diluar dugaan Tugu menolak.
"Engkau tak mau pergi " Mengapa ?" kali ini patih Dipa yang
terkejut. "Percuma aku pergi"
"Mengapa?" "Pertama, aku tentu akan mendapat hukuman karena tak
mampu melaksanakan tugasku mengambil tawanan"
"O, haruskah aku ikut kepadamu lagi?" cemoh Mahendra.
"Kedua" Tugu tak menghiraukan cemohan Mahendra dan
melanjutkan berkata lagi "bukankah tuan akan mengikuti
langkahku sehingga tuan dapat mengetahui di mana kawankawan dan pimpinanku berada saat ini ?"
"Engkau cerdik, ki sanak" patih Dipa mengangguk-angguk
"tetapi aku tak berjanji kalau aku takkan bertindak begitu, bukan
" Dan kukira engkaupun takkan meminta aku jangan melakukan
hal itu" "Sudah tentu aku tak berhak melarang tuan bertindak begitu.
Oleh karena itu aku tak mau kembali kepada kawan-kawanku"
"Bagaimana kalau aku ikut kepadamu?" tiba-tiba Mahendra
menyelutuk dengan pertanyaan yang tak terduga- duga.
Patih Dipa dan demang Tambak terkejut "Gila raden ini. Sudah
dibebaskan mengapa hendak masuk ke sarang harimau lagi"
gumam demang Tambak dalam hati.
"Ah, tak mungkin" Tugu gelengkan kepala.
"Mengapa" Bukankah engkau dapat terhindar dari hukuman
pimpinanmu?" 994 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jelas tak mungkin" bantah Tugu "karena tanpa Kelut ikut
serta, mereka tentu curiga"
Rupanya demang Tambak dapat menyadari akan kehendak
Mihcndra yang hendak menggunakan siasat agar dapat masuk
kedalam rapat mereka. Maka diapun serentak mengajukan diri
"Bagaimana kalau aku menyaru jadi kawanmu si Kelut?"
"Tidak!"Tugu menolak getas.
"Mengapa?" "Aku tak mau menghianati perhimpunanku!" sahut Tugu
dengan tegas. "Seorang jantan" puji patih Dipa "aku senang sekali dengan
pendirianmu itu, ki sanak. Tetapi sayang, engkau kurang sadar"
Sejak tadi T ugu memang terpengaruh akan kewibawaan patih
Dipa. Ia kagum akan kata-kata dan tindakan patih itu "Mohon
andika memberi petunjuk, dalam hal apa maka andika
mengatakan aku kurang sadar"
"Engkau orang Daha, bukan?"
"Ya" "Kutahu Daha memiliki pejuang-pejuang yang setya gigih dan
keras. Mereka hendak membangun lagi kerajaan Daha. Ini
memang baik tetapi hanya dari pandangan yang sempit. Coba
engkau renungkan, betapa panjang sejarah kerajaan Daha itu
selalu berperang dengan Singasari. Dan apa hasil peperangan
yang tak kenal berhenti itu" Kali ini Daha menang, lain kali
Singasari yang jaya. Lalu Daha merebut kemenangan lagi.
Kemudian silih berganti Singasari yang unggul. Coba engkau
jawab, sampai berapa abad lagikah peperangan Daha-Singasari
itu akan berakhir?" "Kini Daha sudah tak ada, Singasaripun lebur. Dan yang timbul
adalah kerajaan Majapahit.
Wilayah Majapahit meliputi
995 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kahuripan, Daha dan Singasari. Dan cobalah engkau pandang ke
barat, utara dan timur. Wilayah nusantara itu bukan hanya terdiri
dari bekas tiga buah kerajaan itu tetapi jauh lebih luas lagi.
Apabila engkau menghendaki menjadi suatu bangsa yang besar
dan kuat, nusantara itu harus dipersatukan. Tak ada Daha, tak
ada Singasari, pun tak ada Kahuripan. Yang ada hanyalah
kerajaan yang melingkupi seluruh nusantara !"
Terkejut Tugu ketika menyaksikan betapa berapi-api wajah
dan sorot mata patih Dipa dikala melantangkan cita-cita
persatuan nusantara itu. "Jika engkau benar seorang putera pertiwi Nusantara, engkau
harus menyadari hal itu, engkau harus menghayati hal itu dan
engkau harus lebih jangan menghianati perjuangan kearah itu.
Pendirianmu dan kawan-kawanmu, bahkan pemimpinmu yang
hendak memperjuangkan bangkitnya kerajaan Daha, sudah
usang! Yang menantang dihadapan kita adalah tugas
membangun sebuah kerajaan nusantara yang besar yang akan
memberi pengayoman dan kesejahteraan kepada seluruh kawula
nusantara!" Tiba-tiba Tugu menunduk dan menyembah dihadapan patih
Dipa "Aku tak kenal siapa tuan. Tetapi aku merasa bahwa tuan
seorang Batara Ganesya yang mangejawantah di bumi untuk
menyadarkan pikiranku. Benar, tuan, aku memang khilaf"
Patih Dipa mengangkat bangut Tugu "Janganlah engkau
berbuat sesuatu yang tak layak engkau lakukan. Aku seorang
manusia, seperti engkau. Aku bukan.seorang dewa, lebih bukan
seorang Batara Ganesya yang mangejawantah. Badanya, aku
memandang dari cita-cita yang luas dan engkau memandang dari
cita cita yang sempit"
"Terima kasih, tuan. Idinkan aku mohon diri, semoga aku
dapat berjumpa lagi dengan tuan" Tugu terus memberi hormat
lalu melangkah pergi. 996 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai, ki sanak, hendak kemana engkau?" patih Dipa terkejut
ketika Tugu tidak menuju ke gunung Polaman melainkan kembali
kearah datangnya tadi. Tugu hentikan langkah "Aku hendak pulang ke desaku. Aku
tak mau lagi ikut dalam himpunan kawan-kawanku"
"Ah" patih Dipa mendesah napas ketika pandang matanya
mengantar langkah Tugu hingga lenyap ditelan kegelapan.
"Paman patih" kata Mahendra "aku kagum atas tindakanmu.
Dengan kekerasan dan siksaan orang itu tetap menantang tetapi
dengan kata-kata, paman telah dapat membuka hatinya dan
menundukkannya" Patih Dipa tersenyum "Manusia, betapapun jahatnya, tentu
masih mempunyai setitik hati nurani yang baik. Mendung,
bagaimanapun gelapnya, tetapi masih terdapat sepercik sinarnya
yang terang. Demikian pula dengan pikiran manusia. Betapapun
gelapnya, tentu masih terdapat sepercik yang terang. Mereka,
orang-orang Daha itu, adalah pejuang-pejuang yang berdiri
diatas landasan cita-cita. Menghadapi pejuang yang demikian,
tak mungkin kita dapat menundukkan dengan kekerasan atau
menyiksanya dengan cara yang kejam. Mereka hanya dapat
ditundukkan dengan suatu penyadaran yang mampu menggugah
semangat mereka, bahwa pendirian mereka itu kurang tepat"
"Benar, paman patih"
"Kiranya engkau tentu masih ingat, raden. Betapa dahulu kita
berhadapan dengan orang-orang Wukir Polaman. Merekapun
pejuang-pejuang yang keras kepala tetapi akhirnya merekapun
mau mengerti dan memberi kesempatan kepadaku untuk
melaksanakan pemerintahan Daha"
Setelah mengiakan, Mahendra lalu menanyakan bagaimana
langkah yang harus diambil selanjutnya.
997 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita tunggu saja disini. Karena kedua orang itu tak kunjung
datang, mereka tentu akan mengirim orang lagi untuk menyusul"
"Dan kita sergap orang itu ?" seru demang Tambak.
Patih Dipa mengangguk "Tetapi tedapat mungkin, hindarilah
pembunuhan. Kita harus berusaha untuk menangkap mereka
hidup-hidupan" Apa yaag diduga patih Dipa memang terbukti. Tak berapa
lama, dari arah penghujung jalan yang gelap muncul dua sosok
tubuh. Makin lama kedua sosok hitam itu makin dekat dan ketika
tiba ditempat patih Dipa bersembunyi, tiba-tiba mereka terkejut
karena dihadang oleh patih Dipa bertiga.
"Siapa kalian!" hardik ialah seorang pendatang itu seraya
mencabut golok. "Serahkan dirimu secara baik-baik agar kalian terhindar dari
kesaktian" seru demang Tambak.
"Ho, kalian bangsa penyamun, bukan ?" seru pendatang itu
"nasibmu malang malam ini, karena engkau takkan sempat lagi
melihat sinar surya esok pagi"
"Bedebah" demang Tambak yang agak berangasan terus
menyerang. Mahendrapun menghadapi yang seorang.
Pertempuran itu tak berjalan lama. Dalam beberapa gebrak,
kedua pendatang itu sudah dapat ditundukkan lalu diikat pada
batang pohon. "Perlukah kita tanya keterangan mereka?" tanya demang
Tambak. Patih Dipa gelengkan kepala "Percuma, mereka tentu berkeras
kepala tak mau memberi keterangan. Aku kuatir kakang T ambak
dan raden Mahendra akan kehilangan kesabaran terhadap
mereka" "Lalu bagaimana kehendak, paman ?" tanya Mahendra.
998 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita tetap menunggu lagi disini. Tak berapa lama mereka
tentu akan mengirim orang lagi" kata patih Dipa"tetapi ingat,
kemungkinan kali ini pimpinan mereka tentu curiga dan akan
mengirim orang dalam jumlah yang lebih banyak"
"Baik, paman" sahut Mahendra "makin banyak mereka
mengirim orang, makin cepat kita dapat membekuk mereka
semua" "Hati-hati sajalah, raden" kata patih Dipa. Perhitungan patih
Dipa memang tepat. Beberapa waktu kemudian, muncul pula dua
sosok tubuh di penghujung jalan. Dan seperti yang dua tadi,
pendatang baru itu pun dapat dibekuk demang Tambak dan
Mahendra. Tiga kali mengirim pengalasan untuk mengambil
tawanan, tiga kali rombongan pengaiasan itu tak kembali. Sudah
barang tentu hal itu menimbulkan kecurigaan dan keheranan
mereka yang mengirim. Saat itu terdengar suara ayam berkokok, pertanda akan
datangnya fajar. Dan sesaat kemudian dari ujung jalan yang
sudah mulai meremang terang itu, muncul belasan orang.
"Akhirnya mereka datang juga" kata demang Tambak seraya
bersiap-siap. "Ya, kuduga mereka harus keluar sendiri" sahut patih Dipa.
Tak berapa lama rombongan pendatang itupun tiba. Kini patih
Dipa dapat mengenal mereka lebih jelas. Sebagian besar terdiri
dari lelaki-lelaki muda, yang kekar. Diantaranya patih Dipa cepat
dapat mengenalnya sebagai mereka yang pernah dijumpainya di
Kahuripan, antara lain Kebo Angun-angun, Kuda Sempalan,
Lembu Nindra, Gendring dan Nurwenda. Sedang yang lain,
semua masih muda. Diantaranya seorang muda yang tegap
gagah. Kecuali Kebo Angun-angun dan kawan-kawannya, lelakilelaki muda itu tak dapat diketahui bagaimana wajah mereka
karena mereka semua mengenakan topeng.
999 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selekas berhadapan dengan patih Dipa bertiga, rombongan
itupun segera berjajar-jajar bersiap diri.
"Kiranya ki patih" seru Kebo Angun-angun yang sudah
meagenal Dipa. "Ya, benar ki sanak"
"Mengapa pada waktu sepagi begini ki patih sudah berada
ditempat ini?" seru Kebo Angun angun pula.
"Kurasa" sahut patih Dipa "tak jauh seperti keadaan kalian.
Sudah sejak malam tadi aku berada disini"
Lelaki tegap bertopeng maju selangkah dan berseru dengan
suara lantang" Jika demikian, ki sanak tentu dapat memberi
pertanggungan jawab tentang mereka?" kata Kebo Angun-angun
yang cepat dapat menduga apa yang telah terjadi pada beberapa
pengatasan tadi. "Benar" sahut patih Dipa masih tenang "itulah mereka, yang
terikat pada batang pohon itu. Kalau kalian hendak mengambil,
silakan" Sikap yang tenang dan keterus-terangan bicara patih Dipa
telah menggetarkan hati wajah-wajah yang berada di balik
topeng. Beberapa lelaki bertopeng yaag berjajar di belakang
tampak merabah-rabah tangkai senjata yang terselip pada
pinggang mereka. Mereka menganggap kata-kata patih Dipa
terlampau lancang. Memang mereka tergolong angkatan muda
yang tak kenal patih Dipa. Mereka memandang dan
mempertimbangkan sesuatu, masih dipengaruhi oleh desir darah
muda mereka yang masih panas. Namun mereka patuh pada
perintah dan taat pada pimpinan. Walaupun marah tetapi mereka
tak berani bertindak sendiri secara gegabah. Mereka hanya
mengharap agar pimpinan lekas memberi perintah menyerang.
Namun perintah itu tak kunjung tiba. Pemimpin mereka, lelaki
bertopeng yang bertubuh tegap gagah, tenang-tenang "Senjata
1000 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang direbut musuh, tak pernah kami pakai lagi. Anakbuah yang
telah ditawan musuh, takkan kami ambil kembali"
Patih Dipa terkesiap. Suara orang itu amat terang dan garang,
tegas dan netas "O, jika tak salah, apakah andika ini pimpinan
mereka?" "Ya" sahut orang itu.
"Apakah engkau juga yang menculik raden Mahendra ?" tanya
patih Dipa pula. "Benar" "Apa kesalahan raden itu?"
"Ki sanak" sahut orang itu "siapakah engkau dan apa pula
hakmu ikut campur dalam urusan ini?"
"Pertanyaan yang tepat" seru patih Dipa "aku adalah patih
Daha yang bernama Dipa. Lepas daripada diri raden Mahendra,
pun siapa yang menderita perlakuan tak senonoh dari tindak dan
perbuatan yang melanggar hukum, pasti kutindak"
"Hai, ini bukan urusan pemerintahan Daha tetapi urusan
peribadi" "Ki sanak, engkau belum menjawab, apa kesalahan raden
Mahendra" patih Dipa mengulangi pertanyaannya pula.
"Dia berhianat pada perjuangan Daha"
"Hm, perjuangan Daha yang mana" Perjuangan seluruh rakyat
Dahakah atau perjuangan segelintir manusia yang tak puas
belaka?" sahut patih Dipa.
"Karena keadaan dan tempat, maka tak mungkin seluruh
rakyat berjuang. Tetapi mereka adalah pejuang-pejuang yang
mengemban amanat rakyat Daha untuk melaksanakan
perjuangan luhur" tak kalah tegasnya orang itu menangkis.
1001 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ki sanak" sambut patih Dipa "aku seorang patih namun aku
belum faham apa sesungguhnya yang engkau maksudkan
sebagai perjuangan luhur itu. Adakah perjuangan untuk
membangun pula kerajaan Daha" Adakah itu yang engkau
maksudkan?" "Wajib seorang pejuang untuk memperjuangkan kemerdekaan
negaranya. Perjuangan itu suatu perjuangan luhur"
"Terima kasih, ki sanak" sahut patih Dipa "memang tepat
sekali penegasanmu itu. Tetapi sayang alamnya sempit sekali"
"Apa maksud ki patih?"
"Sekarang jawablah pertanyaanku ini" kata patih Dipa "bumi
mana yang engkau maksudkan sebagai negara dari orang-orang
yang engkau sebut sebagai pejuang itu?"
"Daha" "Hm, jika demikian pandanganmu, engkau adalah seorang dari
manusia-manusia yang menghianati perjuangan cita-cita luhur.
Adalah karena masih terdapat manusia yang seperti engkau
maka negara nusantara selalu terpecah belah. Karena engkau
lahir di bumi Daha engkau menganggap Daha adalah negerimu.
Demikian pula orang yang lahir di bumi Singasari akan mengaku
Singasari sebagai negara, lalu orang yang lahir di Kahuripan, di
Majapahit, di Matahun dan lain-lain. Pada hal Jawadwipa
hanyalah satu dan seharusnya hanya ada satu pemerintahan.
Bukan sekian banyak negara dalam negara"
Terkejut sekalian anakbuah bertopeng yang berdiri di
belakang lelaki itu. Bahkan Kebo Angun-angun dan kawankawannya juga terbeliak mendengar pernyataan patih Dipa yang
begitu tegas dan mantap. "Kutahu" kata patih Dipa melanjut "engkau tentu keberatan
memberitahukan nama perhimpunanmu. Tetapi menilik bahwa
kalian bersama Kebo Angun-angun dan kawan2 nya yang pernah
1002 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menamakan diri sebagai pejuang Wukir Polaman, kurasa
engkaupun juga tergolong dengan kubu perjuangan mereka"
"Jangan menghina Wukir Polaman, ki patih" seru Kebo Angunangun dengan muka merah. "Wukir Polaman ada dua kelompok" sahut patih Dipa
"pejuang2 Wukir Polaman yang dulu pernah berhadapan dengan
aku dan menyatakan janjinya untuk memberi kesempatan
kepadaku menangani Daha, adalah pejuang2 yang sejati.
Sedangkan Wukir Polaman yang memiliki kelompok seperti
engkau yang jelas menghianati perjanjian, itulah yang
kumaksudkan" Kebo Angun-angun gemetar tubuhnya karena dilanda hawa
amarah yang hendak meledakkan rongga dadanya "Patih Dipa, di
keraton engkau memang seorang patih yang berkuasa. Tetapi di
sini, kamilah yang berkuasa. Adakah engkau kira, engkau bertiga
mampu menghadapi kawan2 kami yang hadir di s ini?"
"Benar salahnya pendirian, bukan ditentukan oleh jumlah
besar kecilnya orang yang memperebutkan kebenaran itu. T etapi
ditentukan oleh kebenaran pendirian itu sendiri"
"Masing-masing mempunyai kebenaran sendiri" seru Kebo
Angun-angun. "Tidak" sahut patih Dipa "kebenaran yang murni hanya satu.
Kebenaran yang mendua, bukanlah kebenaran yang benar. Dan
kebenaran yang benar itu tak lain apabila berdasarkan pada
kepentingan rakyat dan kemanusiaan"
"Cukup" tiba-tiba lelaki bertopeng yang menjadi pimpinan itu
berseru "ki patih, jangan engkau memandang rendah pada kami.
Mengapa kami takut untuk mengatakan siapa diri kami"
Dengarkanlah. Kami adalah warga dari himpunan Topeng Kalapa
yang bertujuan untuk memperjuangkan bangunnya kerajaan
Daha pula. Nah, jika tak setuju, silakan menangkap kami"
1003 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Patih Dipa tertawa "Telah kujanjikan kepada seluruh kawula
Daha akan suatu pemerintahan yang mampu memberi
ketenangan soal keamanan dan kesejahteraan tingkat kehidupan
yang lebih baik serta pengayoman hukum yang adil. Setiap orang
bebas berkelompok, membentuk himpunan atau perkumpulan
asal tak melanggar undang-undang.
Walaupun engkau menantang dalam pernyataan bahwa himpunan Topeng Kalapa
itu bertujuan untuk membangun kembali kerajaan Daha, tetapi
selama kalian tidak mengadakan gerakan yang nyata2
membahayakan keamanan keranian Daha, aku-pun takkan
menindak. T etapi karena sekarang aku mempunyai bukti tentang
peristiwa yang menimpa diri raden Mahendra maka akupun
Terbang Harum Pedang Hujan 7 Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Pedang Kiri 19
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama