Ceritasilat Novel Online

Sumpah Palapa 29

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 29


Lekat pergi dari sini, jangan mengganggu ibuku lagi. Kalau
engkau masih tetap keras kepala ...."
"Engkau mau mengapakan aku?" seru Arya Lembang
tersenyum menghina. "Engkau tetap tak mau pergi?"
"Mau asal dengan membawa ibumu"
"Engkau memang penipu" teriak Galih seraya menyerang Arya
Lembang. Ternyata dengan tangkas Galih sudah mencabut arit
dan membabat Arya Lembang.
Arya Lembang terkejut dan loncat mundur tetapi pada saat itu
tiba-tiba kepalanya diterkam oleh suatu mahluk kecil berbulu dan
tahu-tahu, dia menjerit sekeras-kerasnya "Aduhhhhh ...."
1763 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus Bledug, gigit lagi teriak" Galih sambil bertepuk tangan
tertawa gembira melibat Arya Lembang kelabakan.
Ternyata mahluk kecil berbulu yang loncat ke kepala Arya
Lembang itu tidak lain adalah seekor kera berbulu kelabu. Kera
itu binatang peliharaan Galih. Mendengar siulan Galih, kera yang
dinamakan Bledug itu cepat lari menghampiri dan melihat
seorang lelaki tengah berkelahi dengan Galih, kera itu terus
loncat mencemplak Arya Lembang dan terus menggigit daun
telinganya sekeras-kerasnya.
Arya Lembang benar-benar seperti terbang semangatnya.
Telinganya berdarah dan hampir putus. Dia menghantam kera itu
dan terus melarikan diri terbirit-birit.
"Galih, jangan mengejarnya" seru wanita itu waktu melihat
Galih hendak mengejar. "Siapakah dia, ibu?"
"Entahlah, ibu sedang mandi di pancuran, tiba-tiba orang itu
muncul dan hendak mengganggu ibu. Untung engkau datang,
nak" "Bagaimana ibu, apa engkau sakit?"
"Tidak nak, hanya terkilir sedikit tetapi aku masih dapat
berjalan. Mari kita pulang" wanita itu terus ayunkan langkah
pelahan -lahan. Tetapi nampaknya dia sukar berjalan.
"Ibu, peganglah bahuku" Galih lalu menghampiri dan berdiri di
sisi ibunya. Dengan memegang bahu puteranya, wanita itu dapat
berjalan. "Ibu" dalam perjalanan Galih bertanya "mengapa ibu melarang
aku mengatakan kalau ayah sedang merantau?"
Wanita itu terkejut menerima pertanyaan semacam itu.
Namun dia menjawab juga "Ah, tak perlu menceritakan keadaan
1764 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga kita kepada orang lain apalagi orang yang tak kita
kenal. Tidak ada manfaatnya, Galih"
Galih mengiakan "Benar, ibu. Tetapi bukankah ayah sungguh
merantau?" "Ya" sahut wanita itu pelahan.
"Ke mana bu?" "Katanya hendak ke pura kerajaan"
"Kerajaan apa, bu?"
"Kerajaan Majapahit"
"Jauhkah tempat itu?"
"Jauh sekali, nak"
"Bilakah ayah akan pulang, bu?"
Tangan wanita itu gemetar dan dia menyahut dengan nada
rawan "Entahlah, nak. Tetapi percayalah, dia pasti akan pulang.
Bukankah tiap malam engkau masih tetap berdoa kepada H yang
Widdhi agar ayahmu selalu diberkahi keselamatan?"
"Tiap malam aku tentu berdoa begitu, bu" kata Galih "tetapi
bu, kalau nanti ayah belum juga pulang, apakah ibu idinkan aku
untuk menyusulnya ke pura kerajaan?"
"Engkau masih kecil, Galih" kata wanita itu dengan gundah
"kelak kalau engkau sudah besar, nanti kita bicara lagi"
Tak berapa lama mereka tiba di kaki bukit dan mereka
terkejut karena bertemu dengan nenek tua yang menerima
kedua arya menginap di pondoknya semalam.
"Mbah" seru wanita cantik itu ketika me lihat nenek tua
"mengapa mbah berada di sini" Mau ke manakah mbah?"
"O, engkau Astri" seru nenek tua itu "engkau sudah pulang.
Dan engkau juga Galih. Apa engkau tak cari kayu bakar?"
1765 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cari eyang, tetapi tadi kudengar ibu menjerit. Ibu dikejarkejar seorang lelaki penipu sehingga jatuh" sahut anak kecil itu.
"Astri?" "Benar mbah" sahut wanita cantik itu "seorang pria muda
yang menamakan dirinya Arya Lembang, entah bagaimana telah
datang ke pancuran tempat aku sedang mandi. Dia hendak
mengajak aku ke pura kerajaan"
"Untuk apa?" Untuk membahagiakan hidupku. Dia akan memberi segala apa
yang kuminta" "O, engkau hendak diperisteri?"
"Hm" Astri menunduK
"Dan engkau menolak?"
"Tentu saja, mbah. Masa aku akan menghianati raden
Kertawardhana. Bukankah dia telah memberikan tanda kasihnya
kepadaku berupa Galih Sotor ini?" Astrl memeluk anak itu dengan
penuh kemesraan. "Astri" kata nenek tua yang tidak lain adalah nyi Tandung,
eyang dari Astri "bukankah pria muda Itu berjumlah dua orang?"
"Ya" "Sama-sama naik kuda?"
"Benar" "Ah, mereka" "Apakah mbah sudah kenal?"
"Baru semalam" kata nyi Tandung "ketika datang ke pondok
kita untuk minta bermalam. Pagi tadi mereka lalu pergi"
"Lalu mengapa mbah sampai di s ini?"
1766 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku hendak menyusul mereka Asiri"
"Mbah, apakah lelaki penipu itu menghina mbah?" seru Galih
atau yang lengkapnya bernama Galih Sotor.
"Tidak" nyi T anbung gelengkan kepala "walaupun mbah sudah
tua renta begini tetapi mana mereka dapat mengganggu mbah"
Mendengar itu Astri menunduk. Memang sejak masih perawan
sehingga bertemu dengan raden Kertawardhana (baca : Sumpah
Palapa jilid 6) Astri enggan kalau diberi pelajaran ilmu kesaktian
oleh nyi Tandung "Ah, mengapa harus belajar ilmu kesaktian"
Bukankah tak layak kalau seorang gadis belajar ilmu berkelahi
itu, mbah?" kata Astri kala itu.
"Bukan untuk berkelahi Astri me lainkan untuk bela diri.
Terlebih pula seorang kenya secantik engkau tentu banyak
godanya. Hampir setiap lelaki kalau melihat wanita cantik tentu
menelan ludah" kata nyi Tandung. T etapi rupanya Astri memang
tidak berminat akan ilmu itu.
Kini mendengar ucapan nyi Tandung, sudah tentu Astri
tersipu-sipu malu di samping menyesal karena dulu tak mau
mendengar kata-kata mbahnya belajar ilmu kanuragan.
"Lalu mbah perlu apa hendak menyusul mereka?" pada lain
saat Astri bertanya. "Semalam mereka minta makan. Mereka hendak memberi
uang tetapi kutolak. Entah bagaimana tadi sete lah mereka pergi
dan kubersihkan bilik tempat mereka tidur, ternyata di bawah
tikar terdapat segunduk uang" kata nyi Tandung "maka akan
kukembalikan kepada mereka"
"Tetapi mereka sudah lari terbirit-birit, mbah" seru Galih Sotor.
"Kenapa?" "Telinganya digigit Bledug sampai berdarah" anak itu tertawa
geli. 1767 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O, jika begitu mereka tentu sudah jauh"
"Benar, mbah, kurasa tak perlu mbah mengurut mereka lagi.
Mari kita pulang saja" kata Astri.
Nyi Tandung menurut. Mereka bertiga lalu kembali ke
pondoknya diatas puncak bukit. Tiba di rumah, Astri
menceritakan tentang keinginan Galih Sotor untuk mencari
ayahandanya. "Ya, memang sudah lama kiranya raden Kertawardhana
meninggalkan engkau, cucuku. Entah bagaimana keadaannya
sekarang ini" kata nyi Tandung.
"Sudah hampir lima tahun lamanya raden pergi tanpa suatu
berita apapun jua" Astri menghela napas "betapalah gembiranya
apabila melihat Sotor sudah begini besar"
"Sayang" desuh nyi T andung.
Astri terkejut "Bagaimana mbah?"
"Andaikata tadi aku dapat mengejar kedua raden dari pura
kerajaan itu, tentulah kita dapat menanyakan tentang raden
Kertawardhana" Astri membenarkan namun apa daya, kedua raden itu sudah
jauh "Tetapi mbah, mereka menuju ke daerah selatan. Kelak
mereka tentu akan kembali ke pura kerajaan lagi. Apabila kita
menunggu mereka di jalan yang akan mereka lalui, tentulah kita
masih mempunyai kesempatan untuk bertemu mereka dan
menanyakan tentang keadaan raden Kertawardhana"
Demikian dalam pembicaraan itu mereka memutuskan untuk
menunggu sepulang kedua arya dari selatan.
Anak laki itu memang benib yang pernah ditanam raden
Kertawardhana kepada Astri. Waktu hendak meninggalkan desa
itu, raden Kertawardhana berpesan agar kelak apabila bayi yang
dikandung Astri itu lahir lelaki supaya diberi nama Sotor. Dan
1768 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pesan itu telah dilaksanakan. Hanya karena sayang akan c-citnya
maka nyi Tandung memberi nama tambahan Galih, jadi
lengkapnya Galih Sotor. Sementara dengan membawa luka pada telinganya yang
berdarah karena digigit kera Bledug, Arya Lembang lari
mendapatkan Arya Kembar. "Itulah upahnya kalau orang bermata keranjang" Arya Kembar
tertawa geli setelah mendengar cerita Arya Lembang.
"Mengapa kakang malah menertawakan aku?"
"Habis" Aku harus berbuat bagaimana" Yang berbuat engkau
yang menderita akibatnya apa harus aku?"
"Tetapi itu sudah umum bagi pria yang wajar kalau melihat
wanita ayu. Apakah kakang tidak tertarik juga?"
Arya Kembar tersenyum "Hatiku tertarik tetapi pikiranku
meringkik. Aku sedang menjalankan tugas besar. Jika hatiku
sampai tertarik dan menyimpang dari tujuan, tidakkah aku harus
merata malu dan kecewa" Haruskah tugas ke Sadeng yang akan
membawa perobaban besar bagi kedudukan kita, terganggu
hanya karena seorang wanita cantik dari desa?"
Merah muka Arya Lembang mendapat sentilan begitu. Namun
dia masih menyanggah "Tetapi janganlah kakang menganggap
hina seorang wanita desa itu. Kalau dia seperti wanita tadi,
biarpun dia sudah bersuami, aku tetap hendak memperisterinya
daripada harui menikah dengan puteri pura kerajaan. Belum
tentu mereka dapat melebihi kecantikan wanita tadi, kakang"
"Tetapi bukankah wanita ayu itu sudah bersuami?"
"Ya, tetapi kasihan. Sudah bertahun-tahun suaminya
mengembara, sampai sekarang belum pulang"
"Tahukah engkau siapa suami wanita itu?"
1769 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arya Lembang gelengkan kepala "Tidak sempat bertanya
karena telingaku sudah digigit monyet keparat itu"
Arya Kembar kerutkan dahi "Kalau menilik keadaan wanita
tadi, rasanya dia bukan wanita desa aseli. Kemungkinan
suaminya juga bukan orang biasa. Ei, ke mana suaminya pergi
mengembara?" "Ke pura kerajaan Majapahit"
"O, kalau begitu .... kalau begitu, kemungkinan besar pria itu
tentu sudah mendapat kedudukan baik atau mungkin sebagai
narapraja" "Lalu bagaimana maksud kakang?"
"Begini adi" kata Arya Kembar "coba engkau renungkan lagi,
mirip siapakah wajah anak itu?"
"Benar, kakang" seru Arya Lembang seperti orang diingatkan
"rasanya aku pernah melihat priagung yang berwajah seperti
anak itu. Jika tak salah, ya ... . jika tak salah ingat .... mirip
dengan raden Kertawardhana ....."
"Benar" seru Arya Kembar "memang aku juga mempunyai
perasaan begitu. Jika hal itu benar, wah, sungguh suatu berkah
bagi kita, adi" Arya Lembang tercengang "Berkah yang bagaimana?"
"Begini" kata Arya Kembar "kalau benar bocah itu putera dari
raden Kertawardhana, kita akan memperoleh senjata baru untuk
melumpuhkan kekuasaan raden Kertawardhana ...."
"Tepat" seru Arya Lembang "tetapi .... apa kaitannya tindakan
itu dengan kepentingan kita?"
"Engkau belum dapat membayangkan?" Arya Lembang
gelengkan kepala. 1770 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bahwa kalau bocah itu benar putera raden Kertawardhana
maka perittiwa itu tentu terjadi sebelum raden Kertawardhana
menikah dengan Rani Kahuripan. Dengan demikian ratu yang
sekarang ini belum tahu akan peristiwa bahwa suaminya
sebenarnya sudah mempunyai isteri dan putera. Hal itu
merupakan suatu rahasia bagi raden Kertawardhana. Beliau tentu
takut rahasia itu akan bocor dan diketahui ratu. Nah, apakah
sekarang engkau sudah mengerti gunanya?"
"Maksud kakang, kita dapat menekan raden Kertawardhana
supaya meluluskan tuntutan kita atau kita nanti bccorkan rahasia
itu kepada ratu?" "Memang kutahu bahwa pikiranmu tidak tumpul"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ah, kakang jauh lebih tangkai berpikir. Aku memang lamban"
kata Arya Lembang. Kemudian dia menayakan bagaimana
langkah selanjutnya untuk mem-pertuonbuhkan masalah itu ke
arah kenyataan. "Sekarang kita menuju ke Sadeng dulu untuk menemui
Sambu" kata Arya Lembar "sepulang dari sana barulah kita cari
wanita itu lagi. Tetapi ingat, jangan engkau terpikat ke dalam
jaring asmara lagi" "Baik, kakang" kata Arya Lembang "mudah-mudahan pagar
yang kudindingkan pada imamku itu takkan rubuh dilanda
prahara nafsu kepriaanku"
Dalam perjalanan itu mereka tidak menemui peristiwa lain dan
akhirnya dengan selamat tiba di Sadeng.
Kesan pertama yang didapat oleh kedua arya itu adalah rasa
kejut menyaksikan perobahan yang berkembang cepat di
kadipaten itu. Jalan jalan, kelihatan lebar dan bersih. Pagar-pagar
di halaman penduduk, terbuat daripada kayu yang diseragamkan
bentuk dan tingginya. Di pintu gapura masuk ke kadipaten,
didirikan sebuah gardu, dijaga oleh empat prajurit keamanan.
1771 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang lebih mengejutkan lagi, ketika kedua arya tiba di alun
alun halaman gedung kadipaten. Di s itu sedang dilakukan latihan
keprajuritan. Berbaris dengan rapih, latihan bertempur dengan
menggunakan senjata, memanah, gumul dan lain-lain yang
diperlukan dalam sarana di medan peperangan.
"Kakang, lihatlah anakmuda itu" tiba-tiba Arya Lembang
berbisik "tentulah dia seorang perwira yang gagah"
"Ah, masa engkau lupa siapa dia?" Arya Kembar tersenyum
"sudah tentu Sambu, putera adipati Sadeng itu gagah perkasa"
Arya Lembang membelalakkan mata "O, benar, Sambu.
Hampir aku tak mengenalinya dalam busana keprajuritan itu"
Arya Kembar tak mau mengganggu Sambu yang sedang
melatih pasukan. Dia mengajak Arya Lembang menunggu di
bawah pohon brahmastana yang tumbuh di kedua tepi jalan yang
menuju ke geduag kadipaten.
Rupanya Sambu mengetahui kedatangan mereka namun dia
sengaja pura-pura tak tahu. Diam-diam dia hendak memamerkan
kekuatan pasukan Sadeng. Segera dia memberi perintah kepada
pasukan untuk memecah diri jadi dua barisan. Yang satu di
sebelah timur dan yang satu di sebelah barat. Setelah dia
memerintahkan supaya diadakan latihan serangan.
Kedua pasukan itu serempak maju berhadapan lalu mulai
serang menyerang. Riuh rendah suara teriak mereka mengiring
gerakan mereka melakukan serangan. Dering gemerincing
menyengat telinga di kala mereka saling menggunakan senjata.
Serang menyerang dengan tombak dan pedang serta perisai
berlangsung seru, seolah suatu pertempuran yang sesungguhnya. "Mereka itu latihan atau bertempur sungguh2 kakang?" bisik
Arya Lembang. "Sudah tentu latihan"
1772 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tetapi mengapa tampak begitu bersungguh?"
"Hm, apa engkau tidak mengerti maksud Sambu?" Arya
Kembar balas bertanya. "Dia mempunyai maksud bagaimana?"
"Dia sebenarnya sudah tahu akan kedatangan kita tetapi purapura tidak tahu dan ssngaja memamerkan kekuatan pasukan
Sadeng" Arya Lembang terkesiap. "Anakmuda itu memang besar sekali cita citanya. Dan ini
memang sangat membantu usaha kita. Berhadapan dengan
pemuda seperti dia, mudahlah bagi kita untuk membangkitkan
keinginannya" kata Arya Kembar.
Walaupun berkata begitu tetapi diam-diam Arya Kembar juga
memuji Sambu yang telah berhasil membentuk sebuah pasukan
yang kuat, bertata-tertib tinggi dan memiliki daya tempur yang
baik. Membayangkan akan rencananya, mau tak mau dia juga
tergetar dalam hati. Tak berapa lama latihan Itu selesai dan setelah membubarkan
pasukan maka Sambupun berjalan ke gedung kadipaten. Pada
saat itu Arya Kembar dan Arya Lembang segera menemuinya.
"Ah, kiranya raden datang, mengapa tak mem-beritahu agar
aku dapat segera menyambut?" kata Sambu.
"Ah, engkau sedang sibuk melatih pasukan masa aku harus
mengganggumu?" seru Arya Lembang.
"Benar, di dalam melakukan tugas, janganlah terpengaruh
oleh lain-lain hal yang dapat mengganggu, kecuali ada hal
penting yang tak dapat ditangguhkan. Soal kedatangan kami,
rasanya tidak perlu harus didahulukan. Kita masih banyak waktu
untuk bercakap-cakap" tambah Arya Kembar.
1773 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambu mengajak kedua tetamunya menghadap adipati tetapi
Arya Kembar meminta lebih baik bercakap-cakap di tempat
kediaman Sambu. Kedua arya itu dibawa ke sebuah gedung yang terletak di
samping gedung besar. Setelah duduk maka Sambu segera
membuka pembicaraan dengan menanyakan tentang maksud
kunjungan kedua tetamunya.
"Bagaimana dengan perkembangan kadipaten Sadeng sini?"
Arya Kembar balas bertanya.
Secara singkat Sambu melaporkan tentang pertumbuhan
Sadeng setelah menjadi kadipaten.
"Kalau menilik pasukan yang andika latih tadi, rasanya
kekuatan Sadeng makin bertambah maju pesat" kata Arya
Kembar. "Memang seiring dengan pertumbuhan kadipaten Sadeng,
pembentukan pasukan mendapat perhatian yang utama. Kami
telah mengumpulkan pemuda-pemuda dari berbagai daerah
dalam telatah kadipaten Sadeng untuk masuk menjadi prajurit.
Kamipun memberi jaminan yang cukup kepada mereka, sandang,
pangan dan perumahan yang layak"
"Tetapi tidakkah hal itu akan menambah beban keuangan bagi
kadipaten Sadeng?" tanya Arya Kembar.
"Memang benar" jawab Samba "tetapi kami punya rencana
yang bukan laja tidak menambah beban bagi keuangan
kadipaten, kebalikannya malah menambah pemasukan"
Arya Kembar kerutkan dahi "Bagaimana mungkin hal
sedemikian itu terjadi ?"
Sambu memberi keterangan "Adipati memang semula
menaruh keberatan karena beaya untuk memperbesar pasukan
itu tentu amat besar. Pada hal setelah Sadeng menjadi
kadipaten, banyak bidang-bidang pemerintahan yang harus
1774 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditangani. Terutama yang penting untuk meningkatkan hasil
pengeluaran pangan. Tetapi aku mengatakan bahwa pasukan itu
takkan menambah berat beban pemerintah kadipaten"
"Di samping dilatih dalam bidang keprajuritan maka prajurit itu
akan di tempatkan di sebuah asrama di luar kadipaten. Di situ
mereka akan ditugaskan untuk membuka hutan dan menggarap
sawah. Segala kebutuhan dan keperluan prajurit-prajurit di
asrama itu akan dibeayai sendiri dari hasil bercocok tanam,
menebang kayu dan memelihara ternak. Ternyata setelah adipati meluluskan, rencana itu kukerjakan dan hasilnya memang
tepat seperti yang kuperhitungkan. Bahkan malah berkelebihan
dan dapat kami haturkan kepada kadipaten"
"Bagus sekali" Arya Kembar memuji kebijaksanaan Sambu
"baru pertama kali ini aku mendengar tentang hal semacam itu.
Di pura Majapahit, prajurit adalah prajurit, kerjanya hanya
berbaris dan berlatih perang. Kalau Sadeng dapat mengatur pada
cara penyaluran yang bermanfaat, itu bagus sekali"
"Kutanamkan kesadaran dan pengertian kepada para prajurit
bahwa prajurit itu tidak semata-mata berperang saja, pun juga
harus dapat menjadi pahlawan bangsa. Arti daripada pahlawan,
bukan hanya terletak pada bertempur melawan musuh melainkan
bertempur melawan masalah-masalah kepentingan dan kesejahteraan rakyat, menegakkan kehidupan bangsa"
Arya Kembar bertepuk tangan memuji "Engkau benar-benar
hebat sekali, Sambu"
Sambu mengucapkan kata-kata merendah diri "Ah, hamba
hanya seorang anak desa, raden. Apa yang hamba lakukan
hanya hamba dasarkan pada kenyataan yang ada pada
lingkungan hidup di s ini"
"Baiklah Sambu" kata Arya Kembar "kedatangan kami berdua
ke mari memang hendak mencari keterangan yang pasti tentang
keadaan kadipaten Sadeng. Sampai berapa jauhkah kemajuan
1775 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah dicapai dalam menghadapi persiapan menurut
rencana yang telah kita bicarakan tempo hari"
"Pada kesimpulan secara menyeluruh" kata Sambu "kami
sudah siap untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi, raden"
"Atas dasar apa engkau mengatakan kalau Sadeng sudah s iap
itu?" "Menurut faham hamba" jawab Sambu "apa yang dapat dikata
siap bagi suatu negara harus memiliki tiga pokok unsur. Pertama,
kesadaran rakyat akan rasa cinta kepada tanah-airnya.
Kesejahteraan hidup rakyat dan kekuatan pasukannya yang
memiliki daya-tempur tinggi, rasa bhakti setya kepada negara
dan memiliki tata-tertib yang baik. Inilah ketiga unsur pokok itu"
"Adakah engkau merasa bahwa Sadeng sudah memiliki ketiga
unsur pokok itu?" "Menurut perasaan hamba, sudah. Oleh karenanya hamba
berani mengatakan bahwa Sadeng telah siap"
Arya Kembar mengangguk. Dalam hati dia memuji akan
pandangan Sambu yang luas dan tajam. Memang ketiga unsur
pokok itu merupakan tri-tunggal dari kekuatan negara "Wah,
kalau anak ini sampai berhasil mencapai cita citanya, kelak
negara Majapahit pasti akan mengalami perobahan besar
besaran" pikirnya. Tengah mereka berbincang-bincang dalam mengadakan
pendekatan tentang pelaksanaan dari rencana mereka, tiba2
seorang hamba kadipaten menghadap Sambu.
"Raden, gusti adipati menitahkan paduka agar menghadap"
kata hamba itu. Sambu memperhatikan bahwa wajah hamba itu agak tegang.
Biasanya hal itu menandakan ada sesuatu yang penting mengapa
ramanya menitahkan dia menghadap.
1776 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah ada uraian penting?" tanya Sambu. Hamba itu tidak
tegera menjawab melainkan mengeliarkan pandang ke arah Arya
Kembar dan Arya Lembang. "Tak apa, kedua raden itu adalah kawanku. Katakanlah"
Sambu cepat menenangkan kekuatiran hamba itu.
"Ada utuian dari Majapahit yang akan menghadap gusti
adipati" kata hamba itu.
Sambu terkesiap " O, baiklah. Haturkan kepada rama, aku
segera menghadap" Setelah hamba itu minta diri maka Sambu berkata kepada
kedua arya "Sungguh kebetulan sekali, raden. Hari ini Majapahit
mengirim utusan ke Sadeng. Adakah raden tak tahu tentang hal
itu?" Arya Kembar gelengkan kepala "Tidak. Lalu apa saja kiranya
menurut penilaianmu yang akan dihaturkan utusan itu kepada
sang adipati?" "Hamba rasa" Sambu kerutkan kening "tentulah gusti ratu
menitahkan rama untuk menghadap ke pura Majapahit"
"O, mengapa engkau menarik kesimpulan begitu"
"Tahun yang lalu pada hari Palguna rama tidak menghadap ke
Majapahit. Dan dalam warsa yang akan datang ini, akan diadakan
perayaan Palguna. Maka Majapahit mengirim utusan lagi untuk
memanggil rama menghadap"
"Jadi pada hari perayaan Palguna tahun yang lalu, sang
adipati tidak menghadap ke Majapahit?"
"Demikianlah" "Jika begitu akupun cenderung menyetujui penilaianmu.
Tentulah Majapahit akan memberi peringatan kepada sang
adipati agar tahun ini menghadap. Tetapi bagaimana kira kira
pendirian ramamu?" 1777 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah sebabnya maka rama menitahkan hamba menghadap
karena rama tentu akan minta pertimbangan hamba dalam
menghadapi soal itu"
"Lalu bagaimana pendirianmu sendiri?"
"Dalam hal ini haaba harus memiliki berbagai sumber
keterangan tentang keadaan di pura Majapahit sebelum kamba,
memberi pertimbangan kepada rama dalam menentukan
keputusan nanti. Dalam hal ini raden, hamba kembalikan
persoalan yang hamba perlukan itu kepada raden berdua"
Arya Kembar mengangguk "Engkau memang cerdik dan
cermat. Mengenai keadaan di pura Majapahit, walaupun sejak
Ratu Tribuanatunggadewi naik tahta memegang pusara kerajaan,
keadaan berangsur-angsur membaik, dan menurut hematku
masih tetajj ada golongan golongan dan peribadi-peribadi yang
tak puas. Masih rawan ibarat api dalam sekam. Di luar tenang, di
dalam membara" "Lalu menurut pandangan raden?" tanya Sambu lebih lanjut.


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Keadaan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, blarat orang
hendak membuat senjata, tempalah besi baja itu di kala masih
membara. Jika sudah mendingin tentu sukar membuatnya" kata
Arya Kembar. "Kukatakan tadi bahwa keadaan mulai berangsur-angsur pulih
seperti sediakala. Jika hal itu dibiarkan saja maka akan padamlah
bara itu dan keadaan pasti sudah dapat dikuasai sepenuhnya
oleh sang Ratu. Dan kalau hal itu terjadi, maka tipis sekali
harapannya bahwa apa yang engkau cita citakan itu akan
terlaksana. Bahkan bukan mustahil, setelah memiliki kekuatan,
Majapahit akan bersikap keras terhadap Sadeng Jika Sadeng
tidak mau tunduk, tentu akan digempur"
Sambu tertegun. 1778 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang telah kita sepakati bersama bahwa aku akan
berusaha dari dalam untuk melemahkan pertahanan Majapahit
agar pasukan Sadeng dapat menghancurkan pasukan Majapahit.
Tetapi apabila keadaan sekarang ini tidak lekas kita bentuk,
bukan saja aku sulit untuk menghimpun unsur-unsur yang tidak
senang kepada kerajaan, pun kedudukan kami para arya sendiri
pasti akan tergencet. Jadi rencana kita itu tetap akan menjadi
rencana yang mengawang dan impianmu pun akan sirna
dihembus fajar surya"
"Jadi maksud raden, kita harus bergerak sekarang?" Sambu
meminta penegasan. Arya Kembar merenung sejenak lalu menjawab "Begini,
Sambu, karena aku sudah beberapa hari meninggalkan pura
maka bagaimana perkembangan di pura, aku tentu kurang
menguasai. Bahwa rencana kita ini menyangkut suatu peristiwa
yang tidak kalah gemparnya dengan pemberontakan Dharmaputera ra Kuti. Oleh sebab itu kita tak boleh bertindak
secara gerusa-gerusu"
Sambu mengangguk. "Maka biarlah aku pulang dahulu ke pura kerajaan. Lima hari
kemudian, harap engkau mengirim seorang pengalasan untuk
mencari aku. Pada waktu itu aku tentu sudah dapat memberi
keputusan" "Baik, raden" "Aku segera meninggalkan tempat kediamanmu ini. Pertama,
kuminta jangan sampai seorangpun yang tahu tentang
kedatanganku ke mari, termasuk hamba kadipaten tadi,
usahakan supaya dia jangan membocorkan keadaanku"
"Mengapa raden?"
1779 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Untuk menjaga jangan sampai utusan kerajaan itu tahu kalau
aku berada di sini. Apabila dia mendengar, kemungkinan dia akan
melaporkan pada gusti Ratu dan aku tentu akan diperiksa"
"Baik, raden" "Yang kedua" kata Arya Kembar "sepeninggalku dari sini,
Sadeng harus segera dipersiap siagakan. Setelah pengalasan
Sadeng menerima keputusanku, supaya ditaati waktunya. Ketiga,
agar jangan sampai gagal din terbongkar, sebaiknya kita jaga
agar hubungan kita ini jangan sampai diketahui oleh siapapun
juga. Nah, kiranya sudah cukup dan akupun akan segera pulang"
Setelah Sambu mengantar kedua tetamunya, dia lalu bergegas
menghadap ramanya. Dilihatnya di paseban kadipaten telah
berkumpul beberapa pejabat penting, patih Wilarang dan
senopati Singa Umbar. Adipati legera memulai perundingan dengan mengemukakan
tentang kunjungan utusan dari Majapahit yang akan diterima
besok pagi. "Kurasa kedatangan utusan itu tentulah mempunyai kaitan
dengan ketidakhadiranku pada perayaan Palguna tahun yang
lalu" kata adipati "Ratu tentu akan mengirim surat peringatan
kepadaku agar aku hadir dalam perayaan Palguna tahun ini"
Baik patih Wilarang, senopati Siaga Umbar maupun Sambu
sama menyetujui dugaan adipati. Karena apalagi persoalan
penting yang dibawa utusan itu kecuali tantangan hal tersebut.
"Ketidakhadiran paduka tentu mendapat sorotan tajam dari
kerajaan" kata patih W.larang "karena perayaan Palguna itu
mengandung makna yang penting bagi kewibawaan Ratu.
Perayaan itu sebenarnya hanya untuk menguji sampai di
manakah keietyaan para narapraja dan kepala daerah di seluruh
telatah kerajaan Majapahit"
1780 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, kakang patih" kata adipati "karena setiap adipati,
buyut dan pancatanda dari berbagai daerah yang hadir melapor
pada petugas yang khusus menerima kedatangan tetamu. Maka
barangsiapa yang tidak hadir tentu akan diketahui"
"Rama" Sambu ikut bicara "jika demikian tak perlu diragukan
lagi bahwa kedatangan utusan Majapahit itu akan membawa
persoalan perayaan Palguna tahun ini. Mungkin kerajaan
menggunakan kebijaksanaan untuk memberi peringatan kepada
mereka yang tidak hadir tahun lalu. Maka sekarang yang menjadi
persoalan di hadapan kita yalah, bagaimana keputuian rama.
Apakah rama hendak hadir atau tidak hadir lagi"
"Benar Sambu" kata adipati "justeru persoalan itulah yang
hendak kurundingkan dengan kalian. Aku ingin minta pendapat
kalian. Dan engkau sendiri bagaimana Sambu?"
Sambu memang sudah menduga bahwa dia akan menerima
pertanyaan semacam itu dari ramanya. Maka diapun menjawab
"Tentang hal Itu rama, hamba belum dapat memberi pendapat
yang pasti. Tetapi dalam beberapa hari lagi, hamba tentu akan
menghaturkan kepastian"
Adipati Sadeng meminta patih W ilarang menghaturkan
pendapatnya. Dan patih pun berkata "Hamba rasa, kita harus
dapat bertindak secara dewasa. Walaupun dalam hati berkata
lain namun karena kenyataan belum mengidinkan, apa salahnya
kalau kita menggunakan cara yang bijaksana dulu"
"Maksudmu supaya aku hadir?"
"Demikianlah gusti" jawab patih Wilarang "pertama, untuk
menyelimuti maksud tersembunyi yang paduka kandung. Kedua,
paduka lebih dapat me lihat sendiri bagaimana perkembangan
keadaan di pura kerajaan. Dan akan menjadi bahan penting
dalam langkah paduka selanjutnya"
1781 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang senopati, bagaimana dengan andika?" adipati belum
memberi pernyataan kepada saran patih tetapi ganti meminta
pendapat senopati. "Sebagai senopati yang paduka percayai untuk menghimpun
kekuatan Sadeng, hamba rasa saat ini kekuasaan pasukan
Sadeng sudah tak mengecewakan lagi. Dengan dasar itu maka
hamba lebih suka untuk bersikap blak-blakan kepada kerajaan
Majapahit bahwa Sadeng sudah lepas dari kekuasaan Majapahit"
Walaupun tahu akan sifat senopati itu tetapi Sambu diamdiam terkejut juga mendengar pernyataannya yang tanpa ledeng
aling-aling itu. "Kakang senopati" kata adipati "memang demikianlah cita-cita
kita. Tetapi agar kerajaan tidak bisa mendapat dukungan dari
para adipati seluruh telatah Majapahit, kita harus mempunyai
dasar alasan yang kokoh dau dapat diterima. Lalu apa kira-kira
datar kakang mempunyai pendirian begitu tadi?"
"Bahwa Majapahit itu sesungguhnya hanya terdiri dari tiga
telatah yaitu Kahuripan, Daha dan Jenggala. Sadeng bukan
termasuk telatah inti dari Majapahit. Penguasaan atar daerah
mancanagara dam mandalika, hanya bersifat menjajah belaka.
Sadeng juga termasuk daerah mancanagara dan menderita
penguasaan itu. Maka kalau Sadeng menyatakan lepas dari
penguasaan Majapahit, bukanlah tindakan yang berhianat tetapi
suatu kelayakan bagai suatu daerah untuk meminta hak
kedaulatannya sendiri, gusti"
"Gusti adipati" kata patih Wilarang "hamba setuju akan uraian
adi senopati. Namun hamba kehabisan dalih untuk menolak
tuduhan bahwa dengan tindakan itu, jelas Sadeng hendak
memberontak kepada kerajaan Majapahit. Karena Sadeng dan
lain-lain daerah mancanagara bernaung di bawah kekuasaan
Majapahit itu sudah suatu kenyataan yang berlangsung beberapa
puluh tahun" 1782 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Adipati mengangguk "Bagaimana pendapatmu Sambu" dia
bertanya kepada puteranya.
"Memang di dalam mencari dalih alasan, dapat saja kita
mengemukakan beberapa dasar. Seperti yang dikatakan paman
senopati itu juga salah satu dalih yang dapat dikemukakaa.
Nimun seperti ucapan paman patih tadi, tak mungkin Majapahit
akan mau menerima alasan itu dan tetap akan menuduh Sadeng
hendak memberontak. Sebagai akibatnya, Majapahit tentu akan
mengirim pasukan untuk membasmi kita"
"Lalu bagaimana pendapatmu?" desak adipati.
"Seperti tadi telah hamba haturkan, bahwa hamba mohon
waktu beberapa hari lagi untuk mematangkan pertimbangan
hamba. Hamba merasa bahwa persoalan itu menyangkut nasib
seluruh kawula Sadeng. Oleh karena itu maka kita harui
bertindak dengan hati-hati"
"Benar, Sambu" kata adipati "tetapi besok pagi utusan itu
akan menghadap. Lalu bagaimana aku harus memberi jawaban
kepada mereka?" Sambu mengangguk. Ia menyadari kesulitan ramanya pada
waktu menghadapi utusan Majapahit "Begini rama. Rama supaya
memberi alasan bahwa kesehatan rama akhir-akhir ini agak
terganggu. Maka rama akan berusaha sedapat mungkin untuk
menghadap gusti Ratu pada perayaan Palguna nanti"
"Mengapa harus begitu" Bagaimana kalau ternyata aku tidak
menghadap?" "Mudah saja rama" kata Sambu "pada saat Itu dapat rama
berpura-pura memberi alasan sakit atau lain-lain dan tidak hadir.
Pada saat itu keadaan sudah beda deagan saat ini. Kemungkinan
sudah ada kepastian dalam menentukan langkah kita"
Adipati, patih dan senopati menyetujui saran Sambu. Dalam
pada itu adipatipun dapat menerima saran bahwa hendaknya
1783 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam menyambut utusan itu harus dapat menyesuaikan diri dan
memperlakukan utusan itu dengan baik.
Demikian pada keesokan harinya adipati Sadeng dengan
upacara resmi telah menerima kedatangan utusan Majapahit
yaitu Tumenggung Layang yang menjabat sebagai Kanduruwan,
pembantu utama dari patih.
Setelah upacara selesai dan adipati berhadapan dengan
Tumenggung Layang maka mulailah pembicaraan se ara resmi
dilangsungkan. Kanduruwan Layang menyerahkan sepucuk surat
kepada adipati. Selesa i membaca maka adipatipun menghela napas bernada
sendu "Ah, memang hamba merasa bersalah karena pada
perayaan Palguna tahun yang lalu, hamba tak dapat menghadap
ke pura kerajaan" "Benar" sahut Kanduruwan Layang "ketidak hadiran tuan,
mendapat perhatian gusti Ratu. Laporan tuan sangat dinantinantikan tetapi sampai sekarang belum juga rakryan patih
menerimanya. Apakah yang menjadikan sebabnya, rakryan patih
ingin sekali mengetahui"
"Ki Tumenggung" jawab adipadi "ternyata hamba harus
mengakui kebenaran dari kodrat alam bahwa segala benda di
arcapada ini pada akhirnya akan mengalami kelapukan.
Hambapun tidak terkecuali. Karena terlelap dalam kesibukan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kadipaten Sadeng,
pula bahwa hamba ini sudah menjelang lanjut usia"
"Sungguh naas sekali bahwa pada saat-saat hamba hendak
berkemas berangkat ke pura kerajaan, hamba jatuh sakit. Itulah
sebabnya maka hamba terpaksa tak dapat memenuhi kewajiban
hamba untuk menghadap duli tuanku gusti Ratu yang mulia"
Tumenggung Layang mengangguk "Memang setiap hal yang
malang tak dapat ditolak. Syukurlah kalau tuan sudah menyadari
akan sumber daripada sakit tuan itu"
1784 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, ki tumenggung"
"Mengembangkan dan meningkatkan kemajuan daerah
memang suatu tugas wajib dari setiap kepala daerah. Lalu
sampai di manakah kemajuan kadipaten selama ini?"
"Pada tingkat pertama, kadipaten Sadeng menitik beratkan
pada peningkatan hasil pangan dan sarana-sarana untuk
kepentingan kehidupan para kawula. Dalam hal ini berkat berkah
restu dari gusti Ratu, hamba telah dapat menyelesaikan saranasarana ke arah rencana pembangunan, baik dalam bidang
pangan, sandang dan perumahan. Agar kawula Sadeng bebas
dari kelaparan, kekurangan dan sikap kemalas-malasan"
"Kalau ada tingkat pertama, tentulah ada tingkat kedua, ketiga
dan selanjutnya, bukankah begitu kl adipati?"
"Demikianlah ki tumenggung" jawab adipati "tingkat kedua,
hamba arahkan untuk meningkatkan kecerdasan rakyat, baik
dihidang pengetahuan maupun keagamaan. Dan tiugkat ketiga,
untuk memelihara dan membina semua yang telah hamba
usahakan itu, yang penting keamanan harus ditegakkan. Dalam
rangka ini maka bambapun menghimpun para muda untuk
masuk menjadi prajurit"
Tumenggung Layang mengangguk "Tentulah pasukan Sadeng
pada saat ini telah tumbuh kuat?"
Tergetar hati adipati Sadeng menerima pertanyaan semacam
itu. Serentak dia teringat akan permintaan Sambu, bahwa apabila
membicarakan soal pasukan Sadeng di hadapan utusan
Majapahit, hendaknya bersikap hati-hati. Jangan membanggakan
kekuatan pasukan kita tetapi lebih baik bersikap memperkecil


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuatan saja, kata Saut bu.
"Ah, hanya sekedar untuk menjaga keamanan dan
melaksanakan tugas-tugas menegakkan hukum saja. Karena
bagaimana mungkin Sadeng yang begini kecil mampu
membeayai pasukan yang berjumlah besar. Dan..." adipati
1785 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menambah tekanan "apa guna kita membentuk pasukan secara
besar-besaran" Bukankah kerajaan Majapahit dapat melindungi
kita?" Dengan cerdik adipati dapat mengembalikan pertanyaan itu
kepada yang bertanya. Tumenggung Layang mengangguk
"Benar, ki adipati. Tetapi telatah kerajaan Majapahit itu amat luas
sekali. Memang Majapahit sebagai pusat pusara pemerintahan,
bertanggung jawab sepenuhnya akan keamanan dan keselamatan seluruh wilayah. Namun dalam peraturan undang
undang kerajaan disebutkan, bahwa setiap kadipaten, kebuyutan,
kelurahan dan seluruh kawula, ikut bertanggung-jawab akan
keamanan dan keselamatan negara"
"Dalam rangka melaksanakan tugas kewajiban itu maka setiap
kadipaten, kebuyutan, perdikan, kelurahan diwajibkan berusaha
untuk menjaga keamanan daerah dan tempat masing masing"
lanjut Tumenggung Layang pula "bahwa kadipaten Sadeng
membentuk pasukan kadipaten untuk menjaga keamanan
telatahnya, adalah sudah wajar dan memang begitulah
seharusnya sebagaimana telah dilakukan oleh lain-lain kadipaten.
Besar atau kecilnya pasukan disesuaikan dengan keadaan,
keperluan dan kekuatan dananya"
"Tuan maksudkan bahwa pembentukan pasukan di kadipaten
Sadeng itu sama artinya dengan membantu tugas pemerintah
kerajaan dalam menjaga keamanan dan keselamatan negara?"
tanya adipati. "Pada hakekatnya memang demikian"
"Terima kasih" kata adipati "penerangan tuan itu amat
berharga sekali bagi hamba. Sadeng pasti akan melaksanakannya" Beberapa jenak kemudian, Tumenggung Layang kembali pada
pokok pembicaraan semula, menegur mengapa adipati tidak mau
1786 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirim laporan. Adipati minta maaf dan berjanji takkan
mengulang peristiwa itu lagi.
Pada akhirnya tumenggung memberi peringatan bahwa pada
perayaan Palguna nanti, adipati dapat hadir agar jangan memberi
kesan kepada kerajaan bahwa adipati Sadeng mengandung
maksud tertentu. Singkatnya setelah dijamu secara resmi, utusan kerajaan
beserta pengiringnya segera kembali ke Majapahit.
Baru rombongan Tumenggung Layang ke luar dari kadipaten
Sadeng, ketika melalui sebuah hutan, mereka dikejutkan o'eh
desing suara angin yang tajam dan sebatang anakpanah
melayang tepat jatuh di tengah jalan yang akan dilalui mereka.
"Berhenti!" seru Tumenggung Layang seraya mengacungkan
tangan memberi isyarat agar rombongannya berhenti.
Kemudian tumenggung loncat turun dari kuda, mencabut
pedang dan maju menghampiri ke tempat anak panah itu.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) Ebook ini terselenggara berkat kerjasama dua website yaitu :
Gagak Seta http://cersilindonesia.wordpress.com/
yang dikelola oleh pak Ismoyo, sebagai pengirim DJVU, dengan,
Tiraikasih http://kangzusi.com/ , http://dewi-kz.info/ yang mengconvert dan membuat ebook pdf, prc dan epubnya
1787 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 24 1788 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
SUMPAH PALAPA Dicetak dan diterbitkan oleh:
Penerbit :Margajaya Surakarta Karya : SD DJATILAKSANA Hiasan gambar : Oengki.S Hak cipta dilindungi oleh undang-undang
Pembuat Ebook : Scan DJVU : Koleksi Ismoyo
http://cersilindonesia.wordpress.com/
Convert, edit teks & Ebook : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kang-zusi.info http://cerita-silat.co.cc/
Tersentuh kalbu digetar samar ketika sunyi berbisik namamu
membias relung-relung renung menyayup bahana sumpahmu
lamun buwus kalah nusantara isun amukti palapa...
Hasrat membubung, suksma menderu
menuju gunduk dataran ria
Gurun, Seran, Tanjungpura,
Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda,
Palembang, Tumasik untaian ratna harapan tempat citamu bersemi satu
Duhai, ksatrya wira-bhayangkara
Kini kita telah menemuinya ketika sunyi berbisik namamu entah
di arah belah penjuru mana tetapi kita tahu
bahwa bisik itu sebuah amanatmu inilah
daerah Nusantara yang bersatu dialas Pulau Yang Delapan.
Penulis 1789 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
I Maksud yang terkandung dalam ucapan seseorang, memang
ada kalanya tidaklah dapat mencapai sasaran yang dikehendaki
orang yang mengucapkan itu Bahkan mungkin dituturkan lain
oleh orang yang menerima ucapan iiu.
Misalnya bagi kaum ksatrya yang sedang bertempur dengan
musuh. Dia akan marah karena tersinggung apabila sebelum
kalah, kawannya lalu membantu. Demikian pula pesan atau
peringatan dari seorang atasan kepada bawahannya, sering
ditafs irkan dengan lain arti.
Tetapi tidak demikian dengan Tumenggung Layang. Ketika
menerima tugas dari rakryan patih Arya Tadah, rakayan patih
menyeratakan peringatan agar tumenggung berhati hati menjaga
diri. Suasana Kadipaten Sadeng perlu mendapat perhatian khusus
karena gerak-gerik adipatinya mencurigakan, demikiaa pesan
patih. Sebenarnya rakryan patih bermaksud baik tetapi bagi seorang
tumenggung yang beradat tinggi, dapat saja pesan itu diartikan
bahwa rakryan patih menguatirkan apabila tumenggung tak
dapat menunaikan tugasnya. Sedikit banyak mengurangi
kepercayaan rakryan patih terhadap tumenggung. Sudah barang
tentu seorang tumenggung akan tersinggung.
Tetapi tidak demikian dengan Tumenggung Layang. Beliau
tahu betul akan peribadi rakryan patih Arya Tadah yang jujur dan
setya. Tumenggung Layang tidak marah bahkan kebalikannya
merasa berterima kasih atas pesan itu yang berarti bahwa
rakryan patih benar-benar memperhatikan dirinya.
Maka dipilihnya empat orang tamtama yang setya, perkasa
dan digdaya untuk mengawalnya ke Sadeng. Selain untuk
1790 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menambah kewibawaan seorang duta sang nata pun dapat
menjaga keselamatan tumenggung.
Ketika Tumenggung Layang turun dari kuda, keempat
tamtama itupun serempak loncat turun dan sa lah seorang segera
memburu ke tempit tumenggung
"Ki Tumenggung, idinkanlah hamba yang memeriksa anak
panah itu" Sebelum Tumenggung Layang sempat menyahut, tamtama
yang bernama Supa sudah loncat ke muka. Serentak dia
mencabut anakpanah itu, kemudian menghampiri Tumenggung
Layang. Dia bermaksud hendak menghaturkan anak panah itu kepada
tumenggung "Inilah anakpanah itu ki Tumenggung. Hamba rasa
tidak ada apa apa" "Tidak ada apa-apa?" ulang Tumenggung Layang "jelas anak
panah itu tentu dilepas oleh orang. Dan orang itu tentu
mempunyai maksud" "Mungkin demikian" tamtama Supa mengiakan "coba akan
hamba teriaki orang itu" Dia terus menghimpun napas lalu
berseru keras-keras "Hai ki sanak, apa maksudmu melepas anak
panah ini" Hayo, keluarlah. Kalau ada keperluan dengan kami,
mari kita bicara secara terang-terangan"
Suara Supa berkumandang menembus seluruh isi hutan.
Namun tiada jawaban yang terdengar.
Tumenggung Layang menyuruh Supa kembali "Kita tunggu
dulu bagaimana suasananya"
Keempat tamtama itupun berjajar tegak, masing-masing
menghadap ke utara, timur, selatan dan barat dalam bentuk
lingkar untuk melindungi keselamatan Tumenggung Layang.
1791 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun hampir sepengunyah sirih tetap sunyi senyap tiada
barang suatu gerak yang dapat memancing kecurigaan.
"Gusti" kata Supa "apakah kita harus terpancang di sini?"
Tumenggung Layang gelengkan kepala "Tidak, Supa. Kurasa
kalau kita terlalu lama berada di s ini, berbahaya bagi kita. Malam
tiba, cuaca gelap. Musuh mudah menyerang dan kita lemah.
Lebih baik sekarang kita lanjutkan perjalanan untuk lekas-lekas
keluar dari hutan ini"
Supa menyetujui. Walaupun pangkatnya lebih rendah tetapi
Supa bukan langsung orang bawahan Tumenggung Layang. Dia
adalah seorang prajurit pasukan bhayangkara keraton yang oleh
rakryan patih Arya Tadah ditugaskan untuk melindungi
keselamatan Tumenggung Layang .
Tumenggung dapat menghargai tugas orang. Setiap langkah
yang dianggap menyangkut soal keamanan selalu
ia merundingkan dengan tamtama Supa.
Dalam melanjutkan perjalanan itu. Supa mengatur langkah
pengamanan yaag ketat. Ia minta Tumenggung berkuda di
tengah. Dia sendiri berada di muka, dua orang prajurit berkuda di
kanan kiri Tumenggung dan yang seorang lagi menjaga di
belakang Tumenggung. Rombongan itu berkuda dengan kecepatan teratur. Tidak
terlalu kencang, tidak terlalu pelahan. Dan tidak lepasnya
delapan mata berkeliaran memandang ke delapan penjuru.
Surya makin silam dan hutanpun makin meremang gelap.
Belum berapa jauh kembaik terdengar buny i angin bersiut tajam.
Sebuah benda putih melayang dan menancap di tanah. Jaraknya
dua tombak di sebelah muka.
Tamtama Supa mengacungkan pedang, memberi isyarat
berhenti. Tetapi dia tidak turun dari kuda melainkan tiba-tiba
berseru kepada seorang kawannya "Drawa, jaga ki tumenggung"
1792 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Secepat kilat dia mencongklangkan kuda, menerjang ke
samping jalan, menerobos ke semak pepohonan.
Yang menjaga di kedua sisi tumenggung adalah tamtama
Drawa dan Sapang. Mereka terkejut mendengar perintah Supa.
Sebelum sempat tahu apa yang dikehendaki Supa, tapi Supa
sudah lenyap ke dalam hutan.
"Rupanya Supa menangkap sesuatu tanda dari orang yang
melepas anak panah itu" kata Tumenggung Layang. Lalu
menunjuk pada anak panah Tunnenggung berkata "lihat, anak
panah itu diikat dengan surat "
"Biarlah hamba yang mengambil" kata Drawa seraya loncat
turun dari kudanya dan menghampiri benda itu. Dicabutnya anak
panah lalu dihaturkan kepada tumenggung "Benar, gusti,
memang disertai surat"
"Apa bunyinya?"
Drawa mengambil surat itu dan membaca "Hai, ancaman yang
kurang ajar ! Orang itu mengatakan 'Penghuni hutan ingin
mengadakan sesaji darah Tumenggung Layang dan keempat
pengiringya' " "Setan alas" teriak Sapang "mereka adalah pengecut yang tak
berani unjuk diri" Tumenggung Layang mengangguk "Rupanya ada suatu
gerombolan yang hendak menghadang perjalanan kita. Kita
harus waspada" Beberapa waktu kemudian, Supa tak kunjung kembali.
Tumenggung Layang dan ketiga tamtama mulai cemas "Mengapa
Supa tak kembali?" ujar T umenggung was-was.
"Biarlah hamba susul kakang Supa" Sapang terus larikan kuda
menuju ke arah jejak Supa.
1793 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Layang dan kedua tamtama menunggu dengan
penuh rasa tegang. Adakah terjadi sesuatu dengan Supa"
"Ah, seharusnya kucegah Supa tadi supaya jangan mengejar


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang diri" kata Tumenggung Layang "hutan yang lebat
merupakan tempat yang menguntungkan bagi persembunyian
musuh, merugikan bagi yang hendak menyerang"
Pundat, tamtama yang menjaga di belakang tumenggung
menyanggapi "Jika tak berani menerjang kedalam sarang
harimau, bagaimana mungkin dapat menangkap anak harimau,
gusti" "Ya" sahut T umenggung Layang Layang "tapi itu hanya kata2
kiasan belaka. Dan setiap kaa-kata ataupun anjuran, harus
disesuaikan dengan keadaan, waktu dan tempat. Dalam keadaan
dimana kita gelap akan keadaan lawan, berapa jumlah mereka,
siapa dan apa tujuan mereka, jika kita menerjang tanpa
perhitungan, pasti kita yang akas mengalami rugi"
Pundat mengangguk. Sekonyong-konyong dia berteriak
"Kakang Drawa, mengapa engkau ?" Pundat terus menyambar
tubuh Drawa "Kakang Dr&wa, engkau . . . . eh, mengapa
tubuhmu kaku dan begini dingin?"
Ketika memegang tangan Drawa, Pundat terkejut sekali.
Didapatinya tangan kawannya itu kaku kejang dan dingin.
Tetapi Drawa tak menyahut. Kedua biji matanya tampak
melolong, mulut menganga dan dahi mengeriput seperti orang
yang menahan derita kesakitan.
"Pundat, lepaskan" teriak Tumenggung Layang seraya menarik
bahu tamtama itu ke belakang sehingga terlepas dari Drawa.
"Mengapa gusti?" teriak Pundat terkejut menderita, perlakuan
kasar dari T umenggung Layang.
1794 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihatlah" seru Tumenggung Layang "Drawa jelas terkena
racun. Kedua lengannya berwarna biru dan wajahnya juga mulai
membiru" "Racun" Dari mana?"
"Dari anak panah atau surat itu" tiba-tiba Tumenggung
Layang hentikan kata-katanya dan memandang Pundat terkejut
"Pundat, engkau jaga terlumur racun"
Pundat terkejut. Serentak pada saat itu dia rasakan tangan
kanannya kaku dan mati rasa, tak dapat digerakkan. Melihat itu
Tumenggung Layang cepat mencabut pedang dan " Pundat,
maaf dia menabas kutung lengan kanan Pundat. Pundat menjerit
dan terjungkal tak ingat diri. Darah segar membasahi sekujur
tubuhnya. "Ha, ha, ha ... . ha, ha, ha ..." tiba-tiba terdengar suara tawa
yang tergelak keras. Dari arah kanan dan kiri jalan.
Tumenggung Layang cepat berpaling. Dari arah gerumbul
semak lebat, muncul seorang yang mukanya bertutup kain hitam.
Hanya di bagian mata yang diberi lubang.
Belum sempat menegur, Tumenggung Layang terkejut
mendengar bunyi berderik-derik dari arah kiri. Ketika ia berpaling,
diapun melihat pemandangan serupa. Seorang yang wajahnya
bertutup kain hitam dan hanya di bagian mata yang berlubang,
muncul dari balik gerumbul pohon. Kedua orang bertutup kain
hitam itu masing-masing menyandang pedang pada pinggangnya. "Sekalipun engkau bunuh tamtama itu tetap sia-sia saja.
Sudah terlambat" seru salah seorang yang bertubuh agak lebih
tinggi diri yang lain "dia sudah terkena racun ular yang paling
berbisa. Kuucapkan selamat kepadamu ki Tumenggung karena
engkau terhindar dari racun itu"
1795 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Layang menyadari bahwa saat itu dia
berhadapan dengan manusia manusia yang mengarah jiwanya.
Namun dia tak kenal siapa mereka dan mengapa hendak
memusuhinya. Setelah menenangkan ketegangan perasaannya, Tumenggung
Layang memutuskan bahwi betapapun yang akan terjadi dia akan
menghadapi kedua oaag jahat itu. Namun dia harus dapat
menguasai diri untuk tidak dirangsang nafsu kemarahan.
"Ki sanak berdua" serunya "siapakah andika ini?"
"Cukup ki Tumenggung" seru salah seorang dari kedua
pendatang itu "apa guna bertanya nama karena hal itu tak
mempengaruhi keselamatan jiwamu"
"Aku merasa tak kenal dengan andika dan tidak mempunyai
dendam permusuhan apa apa ...."
"Membunuh orang bukan harus mempunyai dendam dahulu.
Yang penang, kami dapat melaksanakan tujuan kami. Kebetulan
nasibmu yang malang ki Tumenggung sehingga kami terpaksa
harus meminjam nyawamu"
Tumenggung Layang hampir tak dapat menahan diri namun
kesadarannya mengatakan bahwa ketenangan itu merupakan
senjata yang ampuh di dalam menghadapi bahaya apapun
"Andika ini orang Sadeng?"
"Ya" "Apa maksud andika menghadang aku?"
"Kami hendak meminjam sebuah barang milikmu. Jika engkau
berlapang hati meminjamkan maka jiwamu takkan kami ganggu.
Tetapi kalau engkau menolak, kami terpakia aicaa mengambil
tindak kekerasan" "Barang apa yang hendak andika pinjam?"
1796 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selembar wajahmu itu, ki T umenggung" Tumenggung Layang
terkejut. Hampir dia tak percaya pada pendengarannya maka dia
menegas "Coba katakan sekali lagi, apa yang andika hendak
pinjam dari aku itu?"
"Wajahmu" "Jangan bergurau ki sanak. Aku seorang tumenggung yang
menjalankan tugas sebagai duta sang nata"
"Lalu?" "Menghina aku berarti msaghina sang aata. Menghina sang
nata berarti menghina kerajaan Majapahit"
Orang itu tertawa mengejek "Rupanya engkau tahu apa arti
menghina itu. Apa katamu ki Tumenggung atas tindakan
Majapahit yang mengirim engkau untuk memaksa Sadeng
menghadap ke pura kerajaan?"
"Kadipaten Sadeng dibawah penguasaan Majapahit. Sudah
selayaknya adipati Sadeng menghadap baginda untuk menghaturkan pernyataan kesetyaannya kepada sang nata"
"Itu dahulu ketika pendiri Majapahit raden Wi jaya masih
hidup. Tetapi sekarang" Bukankah sekarang kerajaan Majapahit
sudah tiada junjungannya lagi?"
"Engkau gila" teriak Tumenggung Layang "yang bertahta di
kerajaan Majapahit saat ini adalah sang prabu puteri
Tribuanatunggadewi, puteri keturunan seri baginda Kertarajasa
Wisnuwardhana" "Tidak" seru orang itu "yang berhak duduk di tahta seharumya
adalah puteri Gayatri, ibunda Tribuanatunggadewi, karena
beliaulah isteri dari pendiri kerajaan Majapahit"
"Jangan mencari cari persoalan, ki sanak. Yang jelas gusti
prabu puteri Tribuanatunggadewi telah dengan sah dan resmi
dinobatkan sebagai ...."
1797 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Puteri itu hanya sebagai pemangku raja, bukan raja yang
sesungguhnya" tukas orang itu deagan lancar sekali.
Tumenggung Layang mendengus "Hm, rupanya engkau
hendak mencari perkara. Katakanlah, apa maksudmu yang
sebenarnya ini?" "Rakyat Saleng merasa terhina atas tindakan
ratu Tribuanatunggadewi yang memaksa adipati Sadeng supaya
menghadap ke pura Majapahit. Oleh karena itu maka peristiwa
yang dilakukan seri baginda Kertanagara terhadap raja Tartar,
akan terulang lagi. Utusan raja Tartar itu harus dicacah mukanya
sebagai jawaban dari Singasari"
Tumenggung Layang hampir saja
mencabut tangkai pedangnya dia terus hendak menerjang orang itu. Tetapi dia
masih kuat menahan diri lagi.
"Jadi dengan maksud itulah maka andika hendak meminjam
wajahku ini?" ia menegas.
"Bukankan engkau ini duta nata Majapahit?"
"Apakah aku pernah menyangkal hal itu?"
"Oleh karena itu, kami memerlukan wajah tuan untuk kami
cacah dan kami akan melepaskan tuan kembali ke pura kerajaan
menghadap raja puteri"
"Setan alas" Tumenggung Layang terus mencabut pedang dan
hendak menyerang tetapi orang itu tertawa "Jangan diburu nafsu
kemarahan dahulu ki T umenggung. Sadarkah tuan akan keadaan
tuan saat ini" Tahukah tuan bagaimana dengan nasib keempat
tamtama pengiring tuan?"
"Bagaimana dengan mereka !" teriak Tumenggung Layang.
Tiba-tiba o~ang itu bersutt keras. Dari balik gerumbul pohon
loncat ke luar seekor kuda yang terus lari menghampiri ke tempat
1798 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Layang. Tumenggung Layang terkejut ketika di
pungguug kuda itu rebah sesosok tubuh prajurit "Supa ...."
"Bukan" seru orang berselubung kain hitam "kawannya yang
menyusul. Tamtama Supa masih di dalam hutan. Mayatnya
kututup dengan daun"
Kini Tumenggung Layang menyadari apa yang di hadapnya.
Hanya ada satu pilihan baginya. Menyerahkan diri agar wajahnya
dicacah lalu disuruh kembali menghadap seri baginda atau
melawan. Dia menimang bahwa keempat prajurit tamtama pengiringnya
telah terbunuh. Tetapi cara kematian mereka bukan karena
bertempur secara ksatrya melainkan dibunuh secara licik.
Seketika timbullah kemarahan Tumenggung Layang.
"Jka dengan gertak kawanan babi hutan, orang Majapahit
sudah menyerah, tak mungkin hari ini kerajaan Majapahit akan
berdiri di permukaan bumi pertiwi" seru T umenggung Layang lalu
mulai menyerang. "Ha, Tumenggung Layang, apakah engkau benar lebih sayang
wajahmu daiipada nyawamu" sekonyong-konyong dari arah
belakang salah seorang penghadang itu loncat menusuk
punggung T umenggung Layang.
Tumenggung Layang amat cekatan sekali. Serangan ke muka
dihentikan terus berputar tubuh menghantam pedang si
penyerang dari belakang. T etapi dengan tertawa mengikik, orang
itu loncat mundur. Dan sudah barang tentu sabatan pedang
Tumenggung Layang menerpa angin.
Sebelum dia sempat menghentikan ayun pedangnya, tiba-tiba
dia merasa ditiup angin berhawa dingin menyambar kedua
kakinya "Awas kakimu, tumenggung" seru lawan yang seorang
lagi. 1799 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tumenggung Layang loacat ke samping, berputar tubuh dan
membabat ke pinggang orang. Tetapi orang itu juga loncat
mundur. Dan serempak pada saat itu orang yang kedua maju
menabas kepala. Demikian selanjutnya. Setiap kali Tumenggung
Layang menyerang yang satu, yang lain tentu dengan cepat akan
menyerang tumenggung dari belakang.
Tumenggung Layang memang sibuk sekali. Dalam hati dia
sempat memperhatikan permainan kanuragan lawan. Ada suatu
kesan bahwa gaya ilmu kanuragan mereka, bukan berasal dari
sumber ilmu kanuragan tanah Majapahit. Namun ia tak sempat
untuk merenungkan secara menilai karena harus mencurahkan
perhatian untuk menghadapi serangan berantai dari kedua
lawannya. Pemikiran semacam itu juga merekah dalam benak kedua
penyerang itu. Hanya sifatnya berbeda. Kedua penyerang itu
diam-diam kagum akan kedigdayaan tumenggung Majaphit itu.
Makin bertambahkan lapisan rasa kagum dan pujian mereka
terhadap kedigdayaan ksatrya-ksatrya Majapahit.
Akhirnya tibalah mereka pada ujung rencana mereka yang
terakhir. Jika tak dapat mengalahkan dengan adu senjata, harus
digunakan sejenis bubuk racun yang dapat membuat lawan
kelabakan tak dapat memainkan permainan senjatanya.
Dan dalam pada itu, Tumenggung Layang juga sedang
mereka rencanakan. Jika pertempuran berkelanjutan dalam
waktu lama, dia tentu akan kehabisan napas dan tenaga. Dia
harus lekas lekas menyelesaikan dengan merubuhkan salah
seorang lawan. Maka diapun lalu mempersiapkan siasat.
Pada saat dia menyerang lawan di muka, dia hanya gunakan
gerak menggertak. Dan secepat itu dia teras berputar tubuh
membabat kaki lawan yang diperhitungkan akan menyerang diri
belakang. 1800 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang perhitungan itu tepat sekali. Karena tepat pada saat
itu lawan yang di belakang sedang maju menyerang. Tetapi pun
lawan di belakang itu juga hendak melaksanakan rencananya
yang licik. Andaikata Tumenggung Layang membabat pinggang
atau menabas dada lawan, tentulah lawan akan loncat
menghindar mundur. Dan tentulah Tumenggung Layang tak
mengalami sesuatu yang menentukan nasibnya.
Babatan pedang Tumenggung memang dapat mengenai
sasaran tetapi hanya sekelupas betis lawan yang terbabat,
karena lawan membarengi loncat menghindar ke atas.
Tetapi keberhasilan Tumenggung itu harus dibayar dengan
kerugian besar. Karena dia sedang membabatkan pedang ke kaki


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lawan disertai dengan curahan pandang mata untuk mengarah
sasarannya maka pertahanan tumenggung itu terbuka. Sambil
loncat ke atas sekonyong konyong orang itu taburkan
segenggam bubuk hitam ke muka tumenggung "Uh" tumenggung
mendesis kaget ketika pandang matanya gelap. Dia cepat
berputar tubuh melingkar ke belakang.
Maksud tumenggung hendak menghindari hal2 yang lebih
hebat dari lawan. Tetapi ternyata bukan hanya kabur
penglihatannya pun kedua matanya terasa gatal dan panas
sekali. Bahkan bukan hanya bagian mata saja, pun selebar
mukanya terasa gatal dan panas sekali. Dia coba mengusap
dengan tangan kiri tetapi bahkan lebih hebat rasa gatal dan
panas itu menyerang, seolah malah meresap ke dalam daging.
Sebelum tumenggung sempat mengetahui apa yang terjadi
pada dirinya, tiba tiba ia melihat seperti samar-samar sesosok
tubuh maju menghampiri dan ayunkan pedang. Tring, untuk
mempertahan diri dia menahan rasa gatal yang panas itu dan
ayunkan pedang menyongsong serangan orang.
Tetapi pada saat itu juga, orang yang menabur bubuk ke
mukanya tadi dan yang sekarang berada di belakangnya cepat
1801 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
loncat menahas, cret .... tumenggung rasakan bahu kirinya
menderita nyeri kesakitan.
Tumenggung Layang memang seorang banteng. Walaupun
sudah menderita luka, dia tetap bertempur dengan berani sekali.
"Pengecut" teriaknya seraya mengirim sebuah tendangan yang
tepat mengenai bawah perut orang itu. Terdengar orang itu
menjerit kesakitan, mendekap perut dan terbungkuk-buagkuk
mundur seperu kura. hendak bertelur.
Tumenggung telah membulatkan tekad. Andaikata dia harus
kehilangan jiwa, diapun harus mendapat imbalan salah seorang
jiwa dari kedua penyerang itu.
Dengan bekal tekad itu, dia terus loncat utituk menyelesaikan
lawan tadi. Lawan ternyata setelah terbungkuk-bungkuk mundur
ke belakang, tak kuat menahan rasa sakit dan terus jatuh. Tepat
pada saat itu Tumenggung Layangpun tiba dan ayunkan
pedangnya. "Auhhhhh" sekonyong-konyong Tumenggung Layang mengaduh keras karena punggungnya terpanggang dengan
sebatang pisau belati yang tembus ke dada. Rasa sakit yang tak
tertahan menyebabkan tenaganya hilang dan pedang yang
diayunkan itupun lemah sekali ketika menahas leher lawan yang
rubuh di tanah. "Aduh" orang itupun menjerit kesakitan karena lehernya
tertabas. Walaupun hanya ringan tetapi cukuplah untuk
mengucurkan darahnya. Rasa kejut dan sakit atas tabasan itu
menyebabkan dia melupakan rata sakit pada bawah perutnya.
Seketika dia berguling ke lamping untuk menghindari tubuh
Tumenggung Layang yang roboh menjatuhi kepadanya.
Tumenggung dalam detik-detik kesadarannya masih memberkas, akan melaksanakan keputusannya. Dia hendak
merobohi lawan dan menanamkan pedang ke tubuh orang.
Sayang langkahnya itu gagal dan tumenggungpun rubuh untuk
1802 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak bangun selama lamanya. Belati yang menancap pada
punggung, tembus sampai ke ulu dada, merobek jantungnya.
"Apakah dia mati?" seru orang yang melepas belati tadi
kepada kawannya yang terluka pada bawah perut dan lehernya.
Orang itu membalikkan tubuh tumenggung dan sejenak
merabah hidungnya, menyahut "Sudah"
"Sungguh berbahaya" kata orang pertama seraya membuka
topeng yang menyesakkan pernapasannya. Dia ternyata Arya
Kembar "lambat sedikit aku bertindak jiwamu pasti sudah
melayang, adi Lembang"
Kawannya juga membuka topeng. Memang dia tak lain yalah
Arya Lembang "Terima kasih kakang, atas pertolongan kakang"
"Satu pengalaman yang berharga" kata Arya Kembar "bahwa
dalam pertempuran, jangan sekali-kali meremehkan lawan.
Walaupun telah engkau tabur dengan bubuk cubung tapi
tumenggung itu masih dapat melawan keras, bahkan hampir
dapat menahas lehermu"
"Ya" sahut Arya Lembang "tak kukira jika Tumenggung Layang
memiliki kekuatan begitu hebat"
"Engkau tahu apa sebabnya?"
Arya Lambang terdiam sejenak lalu gelengkan kepala.
"Manusia itu memiliki daya yang hebat, berupa Kemauan.
Kemauan yang berkobar dalam dada tumenggung yang dapat
menggerakkan tindakannya. Dia menetapi kedudukannya sebagai
seorang ksatrya yang akan berjuang sampai pada titik darah
yang penghabisan" "Apakah dia bermaksud hendak mencari tebusan dari
kematiannya?" Arya Kembar mengangguk "Benar. Dia akan minta ganti jiwa
pada kita. Dengan landasan Kemauan itu maka dia dapat
1803 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengobarkan pula semangat juang pada laat tubuh ha;npir
duinggilkan jiwanya"
Arya Lembang mengangguk kemudian bertanya "Lalu
bagaimana langkah kita sekarang" Dan bagaimana pula dengan
mayat tumenggung itu" Apakah kita lempar saja ke dalam
jurang?" "Jangan" seru Arya Kembar "apabila mungkin, kita mengupah
orang untuk membawa mayat mereka ke Majapahit. Namun
apabila tidak mungkin, biarkan saja mayat mereka itu
menggeletak di tempatnya"
"Apa maksud kakang?"
"Jika Majapahit menunggu sampai beberapa hari tumenggung
belum kembali, mereka tentu curiga dan mengirim orang ke
Sadeng. Dan utusan itu tentu akan menemukan mayat
tumenggung dan pengiringnya tergeletak di s ini"
"Agar Majapahit menuduh bahwa tumenggung dan pengiringnya dibunuh orang Sadeng?"
"Tepat adi Lembang" sahut Arya Kembar "siapa lagi yang
dituduh menjadi pembunuhnya kalau bukan orang Sadeng" Nah,
di situlah nanti Majapahit tentu marah dan akan menghukum
Sadeng" "Bagus, ka....." tiba-tiba Arya Lembang hentikan kata-katanya
karena teringat sesuatu "tetapi bagaimana kalau orang Sadeng
yang menemukan mayat mereka?"
"Ada dua jalan yang akan mereka tempuh" jawab Arya
Kembar "pertama, mereka akan membawa mayat ke Majapahit
dengan keterangan bahwa mereka menemukan mayat itu di
hutan. Kedua, mereka akan menanam mayat-mayat itu untuk
menghilangkan jejak"
"Wah, kalau begitu rencana untuk mengadu dom-ba Mvjapahit
deogan Sadeng, tentu akan gagal"
1804 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arya Kembar gelengkan kepala tersenyum "Mengapa gagal"
Rencana itu tetap akan berhasil sesuai yang kita harapkan"
"Bagaimana mungkin?"
"Jalan pertama, kemungkinan tipis akan dilakukan orang
Sadeng. Karena mereka pasti merasa bahwa keterangan mereka
tentang mayat tumenggung itu, sukar diterima kerajaan
Majapahit. Kalau bukan orang Sadeng, siapa yang membunuh
Tumenggung Layang. Kecuali orang Sadeng dapat menangkap
pembunuhnya dan dibawa ke Majapahit, barulah kerajaan
Majapahit percaya" "Dan jalan kedua, walaupun mereka mengubur mayat2 itu
untuk menghapus jejak, tetap kerajaan Ma-apahit akan mengirim
utusan untuk meminta pertanggungan jawab pada Sadeng
tentang Tumenggung Layang dan pengiring2nya. Sadeng harus
dapat mengatakan di mana tumenggung itu. Kalau tidak,
kemungkinan besar kerajaan Majapahit pasti tetap marah dan
menuduh Sadeng yang telah mencelakai tumenggung"
"O" Arya Lembang girang "dengan begitu Sadeng tak mungkin
lepas dari tuduhan Majapahit"
"Ya" sahut Arya Kembar "karena kerajaan Majapahit memang
sudah mempunyai prasangka buruk terhadap Sadeng yang
diduga akan memberontak"
Arya Lembang memuji akan kecerdikan Arya Kembar
mencetuskan rencana itu. Kemudian dia bertanya, akan ke
maaakah mereka menuju saat itu.
"Kita tinggal di sini barang dua tiga hari" kata Arya Kembar.
"Untuk apa?" Arya Lembang terkejut.
"Untuk menunggu apakah orang Sadeng akan lewat ke mari"
"Mencegah mereka supaya jaugan mengganggu jenasah
tumenggung dan pengiringnya?"
1805 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Arya Kembar gelengkan kepala "Bukan. untuk membunuh
mereka" Arya Lembang terbelalak "Membunuh mereka" Mengapa akan
mereka?" "Mayatnya kita letakkan di dekat tumenggung. Dengan
demikian akan memberi kesan bahwa tumenggung benar-benar
telah bertempur dengan orang Sadeng dan kemudian sama-sama
tewas" "Ah" Arya Lembang mendesah seraya geleng-geleng kepala
"kakang ini memang pandai mereka-reka saja"
Demikian mereka menunggu di dekat tempat itu. Namun
sehari itu tak ada orang yang lewat di situ. Pada hari kedua Arya
Lembang bersungut-sungut "Wah, kalau sampai dua tiga hari tak
ada orang Sadeng yang muncul di sini, apakah kita harus tetap
menunggu saja, kakacg?"
Arya Kembar terdiam. Rupanya pertanyaan Arya Lembang itu
cukup keralaian dan perlu mendapat perhatian. Tiba tiba dia
tertawa gembira. "Mengapa kakang?" Arya Lembang heran.
"Manusia dikaruniai otak, harus dapat menggunakannya. Tak
ada persoalan yang sulit bagi otak yang mau berpikir keras"
sahut Arya Kembar "pertanyaanmu tadi memang baik. Untuk itu
aku sudah memikirkan suatu rencana yang bagus"
Arya Lembang tahu bahwa Arya Kembar itu memang seorang
ahli pikir yang cemerlang. Segala rencana selalu ke luar dari
otaknya. Lalu ia menanyakan bagaimana rencana Arya Kembar
itu. "Jika menunggu tak datang, kita harus memaksa mereka
datang ke mari" kata Arya Kembar.
"Hah" Bagaimana mungkin?"
1806 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, itulah yang layak disebut siasat" Arya Kembar
tersenyum bangga "jika orang sukar menemukan pemecahannya,
jika orang merasa mustahil dapat terjadi, barulah namana siasat"
"Aah, sudahlah, kakang, harap segera memberi-tahu" rupanya
Arya Lembang tak sabar. "Baik, engkau mendekat ke mari" kata Arya Kembar. Setelah
Arya Lembang menghampiri, Arya Kembar lalu membisikinya.
Tampak wajah Arya Lembang berseri terang selesai mendengarkan. Kemudian mereka mulai melaksanakan. Keduanya menuju ke
tempat mayat prajurit-prajurit pengiring Tumenggung Layang
yang masih menggeletak di tempatnya.
Ternyata mereka melucuti pakaian prajutit
itu lalu mengenakannya. Pada saat itu Arya Kembar dan Arya Lembang
berobah menjadi prajurit Majapahit. Setelah itu mereka lalu naik
kuda dan menuju ke pesanggrahan tempat pemusatan prajurit
Sadeng. Hari itu mentari masih bersinar terang di sebelah barat.
Mereka tak berani menghampiri ke pesanggrahan, melainka-;
bersembunyi di dalam hutan. Dari atas pohon yang mereka
panjat, dapatlah mereka melihat beberapa gunduk rumah
penduduk yang tersebar di sekeliling daerah itu.
Kemudian mereka menuntun kudanya untuk menuju ke salah
sebuah rumah penduduk. Langsung mereka mengunjungi rumah
itu. Keadaan di sekeliling tempat itu sunyi sekali. Jarak antara
sebuah rumah dengan lain rumah jauh.
Mereka sempat memperhatikan bahwa dalam rumah itu
terdapat anak perempuan yang sudah menjelang gadis remaja.
Rumah itu dihuni oleh lima orang. Seorang nenek, seorang suami
isteri yang berumur empatpuluh-an tahun, seorang remija dan
seorang anak lelaki berumur antara sepuluhan tahun. Tentulah
kedua anak perempuan dan anak lelaki itu, anak dari sepasang
1807 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suami isteri tersebut. Sedang nenek tua. tentulah ibu entah dari
lelaki itu atau isterinya.
Kedatangan Arya Kembar dan Lembang disacabut gonggong
anjing yang riuh. Sekawanan anjing hitam lari menyongsong,


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyalak tak henti-hentinya. Kedua arya itupun hentikan
langkah, bersiap. Jika kawanan anjing itu benar-benar hendak
menggigit, keduanya sudah siap mencabut pedang.
Seorang anak lelaki berlari ke luar dari pintu, membentak
"Diam !" Kawanan anjing yang terdiri dari seekor induk dan tiga anjing
kecil, rupanya takut kepada anak lelaki itu. Mereka mengepit ekor
dan lari sambil berkuik-kuik. Kemudian anak lelaki itu
memandang kepada kedua prajurit yang datang. Tajam dan
penuh tanya. "Jangan takut, anak kecil" seru Arya Damar "kami prajurit dari
Majapahit yang terpesat jalan"
Anak lelaki itu kerutkan alis "Majapahit?"
"Ya, kerajaan Majapahit. Engkau tentu sudah mendengar,
bukan?" Anak lelaki gelengkan kepala.
"Kami haus, juga kuda kami" kata Arya Kembar pula
"bolehkah kami minta air?"
Kembali bocah lelaki itu kerutkan alis.
"Engkau keberatan" Mana orangtuamu?"
"Begini" sahut bocah itu "kam i setiap hari harus mencari air ke
pancuran yang jauh di lembah sungai. Persediaan air di rumah
hanya sedikit. Tidak cukup untuk kuda tuan"
Arya Kembar melirik ke arah Arya Lembang. Arya Lembaug
mengerti kalau Kembar bertanya pendapat. Tetapi dia sendiri tak
1808 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu apa yang harus dilakukan. Tujuan mereka hendak
berkunjung ke dalam rumah untuk menyelidiki seluruh
penghuninya. "Ah, kebetulan" seru anak lelaki itu "aku juga hendak ke
pancuran menyusul mbakyuku yang sedang cari air ke sana"
Arya Lembang memandang ke arah Arya Kembar dan Arya
Kembar mengangguk pelahan "Terima kasih atas pertolonganmu
nak" kata Arya Lembang.
Keduanya segera ikut pada anak lelaki itu. Kuda mereka
dibawa serta. Memang pancuran itu cukup jauh. Tapi bagi
penduduk di situ, sudah terbiasa.
Tiba-tiba dari bawah tanah turun muncul seorang kenya
dengan membawa sebuah kelenting air. Kenya itu seorang dara
remaja, berkulit kuning bersih. Wajahnya tampak segar berseri.
Rupanya baru habis mandi.
Arya Lembang terbeliak. Memang dia seorang muda bermata
minyak. Tak tahan melihat pipi licin "Ayu, mengapa lama sekali di
pancuran?" seru bocah lelaki itu.
Kenya itu berhenti, memandang adiknya yang mengiring dua
orang prajurit "Engkau bersama siapa itu?" tegurnya cemas.
"Prajurit Majapahit" sahut bocah itu "mau minta air untuk
minum" "Mengapa tak kau kasih?"
"Uh, persediaan di rumah hanya satu kendi. Mereka juga perlu
memberi minum kudanya maka kuajak mereka ke pancuran saja"
"Benar cah ayu" seru Arya Lembang segera. Dia terus
menghampiri dara itu "bolehkah aku meminta air dalam kendimu
itu?" 1809 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dara itu terkesiap Dipandangnya Arya Lambang dengan rasa
kejut, takut dan muak "Adikku akan mengantarkan andika ke
pancuran. Andika bebas minum di sana sepuas puasnya"
"Tetapi aku ingin minum dari kendi yang engkau bawa itu.
Rasa pecah kerongkonganku karena kekeringan"
"Tetapi kendi ini harus kubawa pulang. Untuk masak minuman
pagi sebelum bapa berangkat ke hutan"
Bocah kecil itupun berseru "Harap jangan mengganggu air
dalan kendi yang dibawa ayu. Mari kuantar ke pancuran saja"
Arya Kembar tahu apa maksud Arya Lembang dan tak setuju
cara Arya Lsembang yang terlalu kasar itu. Maka diapun berkata
dengan nada ramah "Begini, nini. Karena sudah mendapat
pertolongan adikmu yang yang baik budi bersedia mengantarkan
kami ke pancuran kaaoipun htndak membalas budi kebaikan itu.
Silakan naik kuda kami, nanti kami antarkan engkau pulang lebih
dulu baru nanti kami akan ke pancuran"
Dara itu terkejut. Makin curiga dan ketakutan "Tidak, aku
dapat pulang seorang diri. Silakan ke pancuran saja"
Rupanya Arya Kembar dapat melihat gejolak perobahan
cahaya muka dara itu. Dia tertawa "Karmi ini prajurit Majapahit
yang sedang mengiring Tumenggung Layang menghadap Adipati
Sadeng. Karena memburu kelinci, kami telah tercerai dari
rombongan dan tersesat jalan"
Dara itu diam saja. Rupanya dia heran mengapa Arya Kembar
perlu memberi penjelasanhnal itu. Suatu hal yang ia merasa tak
ada sangkut pautnya. "Sebagai pengiring dari Tumenggung Layang yang menjadi
utusan kerajaan Majapahit, kami dilarang mengganggu rakyat
Sadeng, bahkan harus memberi pertolongan kepada mereka
yang memerlukan bantuan. Oleh karena itu kuharap nini jangan
takut. Kami takkan berbuat apa-apa terhadapmu"
1810 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masih dara itu termenung memandangnya.
"Begini ini" kata Arya Kembar pula "jika engkau kuatir, engkau
boleh naik kuda bersama adikmu dan aku akan ikut naik kuda
kawanku" lalu tanpa menunggu pernyataan dara itu, Arya
Kembar berpaling kepada anak laki tadi "Adik kecil, engkau tentu
belum pernah naik kuda, bukan" Eagkau berad naik atau tidak?"
Mendengar ucapan yang penuh bernada bersahabat itu,
terlenalah perhatian anak laki itu. Dan karena ditantang naik
kuda, dia malu kalau mengatakan tak berani "Sudah tentu berani
saja" sahutnya. "Wah, engkau benar-benar seorang anak pemberani. Kelak
engkau tentu akan menjadi senopati yang gagah berani"
Makin gembira hati anak laki itu mendapat pujian. Memang
pujian setiap orang tentu senang mendengar. Apalagi bocah itu
masih kecil. Dia tak tahu apa maksud yang tersembunyi di balik
pujian Arya Kembar. Dia merasa senang sekali "Apakah seorang
senopati harus pandai naik kuda?" setunya.
Arya Kembar tertawa "Tentu saja. Masa ada senopati yang
takut naik kuda, tentu ditertawakan anakbuahnya. Tetapi kalau
mau jadi senopati harus jadi prajurit dulu seperti aku dan
kawanku ini. Setelah berkali-kali menang dalam peperangan baru
ada harapan menjadi senopati"
Arya Kembar bersuit dan kudanya yang semula sedang makan
rumput di tegal, segera lari menghampiri "Kuda ini penurut sekali
dan tahu bahasa manusia. Ajaklah ayumu naik bersama, jangan
takut" Terpikat untuk mencoba bagaimana rasanya naik kuda yang
dua kali tinggi dari dirinya, anak itu segera memanjat besi
pilakan. Tetapi tak mampu naik ke atas. Arya Kembar mendorong
pantat anak itu untuk menyongsongkan tubuhnya keatas pelana
kuda. Kemudian dia membisiki agar anak itu mengajak
mbakyunya. 1811 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayu, wah enak benar naik kuda setinggi ini" seru anak itu
"hayo, engkau ikut naik"
"Bawur, turun" seru dara itu cemas-cemas marah.
"Lho, mengapa" Prajurit ini berbaik hati suruh kita menaiki
kudanya dan akan diantar pulang. Mengapa ayu tak senang"
"Turun" teriak dara itu.
"Ah. jangan melarang. Aku belum pernah naik kuda. Ingin kali
ini aku hendak mencoba, ayu"
Karena perintahnya tak diturut adiknya maka dara itu terus lari
meninggalkan mereka. Melihat itu bocah lelaki berteriak "Ayu,
Ayu, jangan marah, tunggu"
Karena takut mbakyunya marah, anak itu terus hendak turun
dari kuda. Tetapi karena dia membuat gerakan-yang
mengejutkan, kudapun melonjak ke muka. Bukkk.. anak itu
terpelanting jatuh. Kepalanya membentur tanah dan sesaat tak
sadarkan diri. "Kita kejar perawan itu, kakang" bukan gugup menolong anak
yang bernama Bawur, Arya Lembang malah menceplak kuda dan
lari mengejar dara itu. Arya Kembang juga demikian. Tanpa mempedulikan Bawur
yang masih menggeletak ditanah, diapun terus loncat ke pelana
kuda dan lari menyusul Arya Lembang.
Betapalah lari seorang gadis. Apalagi membawa kendi besar
berisi air penuh. Arya Lambang cepat dapat menyusul dan terus
menyambar tubuh gadis itu, dinaikkan ke atas kuda. Gadis Itu
berteriak-teriak tetapi cepat dibungkam tangan Arya Lembang.
Masih gadis itu berusaha meronta tetapi apa daya. Betapakah
tenaga seseorang dara"
Setelah dapat menguasai gadis itu, Arya Lembang segera
melarikan kuda mengikuti arah yang ditempuh Arya Damar.
1812 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saat itu baru saja lepas senja. Langitpun meremang gelap.
Para prajurit yang bertugas menjaga di gardu pesanggrahan
terkejut ketika mendengar teriak perempuan menjerit minta
tolong. Merekapun segera melihat dua orang prajurit Majapahit
mencongklangkan kudanya dengan pesat. Yang seorang
menyekap seorang dara yang dibawanya.
Cepat sekali kedua prajurit berkuda itu lalu di depan gardu
dan terus lari ?senuju ke hutan.
"Prajurit merampas anak perempuan" salah seorang prajurit
penjaga berkata. "Prajurit mana itu" Mengapa busananya beda dengan kita?"
"Goblok" bentak kawannya yang lain "sudah tentu bukan
kawan kita. Itu prajurit Majapahit"
"Perajurit Majapahit" Ini daerah Sadeng, mengapa terdapat
prajurit Majapahit?"'
"Tentulah prajurit pengiring dari tumenggung utusan kerajaan
Majapahit kemarin" "O, benar, benar" sambut kawannya "setan alas" tiba tiba dia
marah "mengapa mereka berani menculik seorang anak gadis
penduduk Sadeng?" "Kakang, jagalah gardu ini. Aku hendak mengejar mereka.
Akan kutolong gadis itu. Kalau mereka menolak terpaksa akan
kuhajar" "Aku ikut" seru kawannya yang lain.
"Aku juga" seru yang satunya pula.
"Enak saja jika bicara. Masa aku disuruh menjaga seorang diri.
Kalau mau mengejar, aku juga ikut. Kita beramai ramai
menangkap prajurit Majapahit itu"
1813 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penjaga yang pertama, masih muda dan bertubuh kokoh.
Tanpa menghiraukan kawannya, dia terus lari mengejar ke arah
kedua prajurit Majapahit tadi.
"Hai, tunggu" teriak prajurit yang lain, disusul oleh yang
lainnya lagi. Empat orang prajurit yang bertugas menjaga gardu
pesanggrahan, serentak meninggalkan gardu tempat mereka
bertugas, lari untuk mengejar prajurit Majapahit yang melarikan
seorang anak gadis. Tindakan mereka tidak menimbulkan kegemparan di kalangan
prajurit yang berada dalam pesanggrahan karena saat itu
menjelang rembang petang, kebanyakan dari prajurit-prajurit itu
sedang mandi atau sedang membersihkan diri.
"Hai, itu dia" seru prajurit yang pertama mengejar tadi. Ketiga
kawannyapun segera ikut mempesatkan larinya.
Mereka mengira kalau tak faham akan keadaan jalan di daerah
itu maka kedua prajurit Majapuhit itu tak dapat melarikan kuda
dengan cepat. Setitikpun mereka tak pernah mau membayangkan kenyataan lain. Bahwa lari kuda dengan lari
manusia, betapapun cepat manusia itu, tentu sukar untuk
menyusul. Bahwa kedua prajurit berkuda itu masih tampak di
sebelah muka pada jarak lebih kurang hanya limapuluhan
tombak, tentulah bukan tak ada sebabnya.
Prajurit yang membawa anak gadis itu hanya mendekap tubuh
si dara tetapi tak mendekap mulutnya sehingga gadis itu sempat
berteriak-teriak minta tolong. Dalam hal itu juga tak pernah
terbetik dalam benak ke empat prajurit Sadeng bahwa hal itu
memang merupakan siasat yang sengaja dilakukan prajurit
Majapahit. Pengejaran makin lama makin dekat. T etapi keempat prajurit
itu heran heran gemas karena pada waktu hanya terpisah
sepuluh tombak, mereka tak juga tidak dapat mendekati lagi.
1814 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun sudah naik dsin menuruni lembah dan bukit, tetap
jarak sepuluhan tombak itu tak berkurang.
Ada lagi hal yang mengherankan. Sayang hal itu tak sempat
mendapat perhatian dari keempat prajurit Sadeng karena mereka
sedang dicengkam nafsu marah. Yalah bahwa sebenarnya jalan
yang ditempah kedua prajurit Majapahit itu tidak terlalu jauh
karena mereka hanya berputar-putar, mengitari hutan, berulang
kali mengulang lewat lembah dan hutan yang telah dilalui tadi.
Lebih kurang sepengunyah sirih lamanya, keempat prajurit
Sadeng itu mulai kempas kempis napasnya. Wajah mereka juga
merah bermandi keringat. Walaupun hanya sepengunyah sirih
lamanya tetapi karena mereka berlari sekencang-kencangnya,
habislah napas mereka. Memang siasat yang digunakan kedua prajurit Majapahit itu
mengena sekali Tampaknya hanya sepuluhan tombak, bukan
arak yang jauh. Bahwa tadi berpuluh-puluh tombak saja dapat


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dicapai, mengapa tidak mampu menyusul kalau hanya terpisah
sepuluh tombak saja" Permainan yang dilakukan kedua prajurit
Majapahit itu tak ubah seperti kuda penarik pedati. Agar kuda itu
mau beriari kencang maka pemilik pedati sengaja memasang
segenggam rumput yang diikat di sebelah mukanya. Kuda lari
kencang karena ingin memakan rumput namun tetap tak sampai
jua. Beberapa waktu kemudian setelah kaki keempat prajurit itu
melentuk lemas dan tak kuat berlari, kedua prajurit Majapahit
itupun hemikan kudanya, berputar dan menghampiri "Ho, kawan,
mengapa engkau hentikan pengejaranmu?" seru salah seorang
prajurit Majapahit dengan nada mengejek.
Walaupun kaki lentuk tetapi kemarahan mereka masih
membara. Mendengar ejekan itu, salah seorang prajurit Sadeng
yang paling muda terus lari menyerang ke muka, tarrrr .....
prajurit Majapahit yang menunggang kuda seorang diri ayunkan
cambuknya ke arah prajurit Sadeng itu.
1815 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tulang prajurit Sadeng itu seraya pecah. Namun sebelum ia
sempat berbuat sesuatu, ujung cambuk melilit tubuhnya dan
tahu-tahu dia rasakan tubuanya terangkat ke udara, uhhhh
mulutnya mendesis kejut ketika dia terbang melayang sampai
lima tombak tingginya. Karena cambuk sudah tak melilit pada
tubuhnya maka diapun lepas dari penguasaan.
Bum .... Prajurit itu melayang dan terbanting ke tanah
Dia meregang-regang dalam hubungan darah yang mengalir
dari kepalanya yang pecah. Melihat itu ketiga kawannya kesima.
Ada yang segera lari hendak menolong, ada yang marah dan lari
menerjang prajurit Majapahit. Tarirr ....
Prajurit Majapahit itu menyambut dengan ayunan cambuknya.
Tetapi kali ini prajurit Sadeng sudah mempunyai pengalaman
atas kematiin kawinnya yaag tadi. Dia loncat menghindar,
menghunus pedang dan setelah loncat ke kanan ke kiri untuk
menyesatkan serangan cambuk lawan, dia terus menyerbu
prajurit Majapahit yang membawa anak gadis.
Melihat itu prajurit juga lantas mencabut pedang dan
menahasnya. Tetapi prajurit Sadeng cukup cerdik untuk
menyelinap ke belakang dan terus menerkam kaki lawan dan
ditariknya. Karena tangan kiri mendekap tubuh gadis, maka gerakan
prajurit Majapahit itupun kurang leluaia Merasa kakinya hendak
ditarik, terpaksa ia lepaskan dekapannya kepada si gadis dan
terus meluncur turun dari kuda sembari menyabit tangan lawan.
Untung prajurit Sadeng itu cepat lepaskan cekatannya.
Dupunjuga serentak menghunus pedang.
Gerakan prajurit Majcpahit yang meluncur ke tanah telah
menyebabkan kuda terkejut. Dan kuda itupun lalu mencongklang
lari membawa gadis yang masih berada di punggungnya.
1816 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu terkejut ketakutan. Terpakia dia mendekam di atas
pelaaa dan memegang kendali erat-erat agar tak jatuh. Kuda
melesat lari ke luar hutan dan mencongklang tanpa tujuan, hanya
menurutkan jalur jalan yang merentang jauh ke muka.
Pertempuran terjadi antara tiga prajurit Sadeng lawan dua
prajurit Majapahit. Prajurit Majapahit yang kehilangan kudanya
bertempur lawan seorang prajurit. Mereka bertempur dengan
pedang. Sedang prajurit Majapahit yang seorang, masih naik kuda,
menghajar dua orang prajurit Sadeng dengan cambuk. Kedua
prajurit Sadeng itu menggunakan pedang tetapi karena cambuk
itu lebih panjang serta dimainkan dengan cepat dan dahsyat oleh
yang empunya maka kedua prajurit Sadeng itupun tak dapat
banyak berbuat apa apa. Tar .... tar .... laksana petir menyambar, meletupkan bunyi
keras dan kilat putih yang merobek kere mangan cuaca di hutan.
Kedua prajurit Sadeng itu berusaha untuk menghindar dan
salah seorang segera loncat mengitari ke belakang lawan, sedang
kawannya masih tetap berada di muka. Dengan demikian mereka
memecah diri untuk menceraikan perhatian lawan.
Usaha prajurit Sadeng itu memang baik sekali. Orang yang
diserang dari muka dan belakang, tentu akan gugup. Tetapi
tidaklah demikian dengan prajurit Majapahit yang satu itu.
Rupanya dia memang memiliki ilmu permainan cambuk yang luar
biasa. Luar biasa pula cambuk yang dimilikinya itu. Bukan
cambuk sembarang cambuk melainkan cambuk yang terbuat dari
urat kerbau yang amat kuat sesali, tahan tebasan senjata tajam.
Sehabis mengayun ke muka, tanpa berpaling tubuh, cukup
dengan mengayunkan tangan ke belakang maka cambukpun
mengajar musuh yang di belakang.
Suatu pertempuran yang teradi antara dua lawan yang terpaut
jauh ilmu kepandaiannya, memang kurang seimbang. Walaupun
1817 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua prajurit Sadeng itu maju serempak, menyerang dari muka
dan belakang, namun karena kalah sakti dengan lawan maka
merekapun tak dapat bertahan lama.
Sebuah cambukan yang diayunkan dengsn cepat dan gerak
ditarik kembali, telah berhasil me lilit pada tangan lawan yang di
muka. Prajurit Sadeng itu terkejut dan terus hendsk menirik.
Tetapi sebelum dia sempat bergerak, cambuk lawan sudah
mendahului membetot tangannya sedemikian rupa sehingga di
luar kehendaknya, untuk menahan sakit dia tebaskan kelima
jarinya, tring . . . pedang pun terlepas jatuh ke tanah.
Tepat pada saat itu prajurit Sadeng yang berada di belakang
terus loncat menerjang. Dia hendak menggunakan kesempatan
selagi cambuk lawan sedang melilit tanjan prajurit Sadeng di
maka, untuk membacok tubuh prajurit Majapahit iiu.
Perhitungan prajurit Sadeng itu memang tepat. Lawan ledeng
menghadap ke muka dan membelakanginya, cambuk sedang
tertahan pada tangan prajurit Sadeng di muka, bagaimana
mungkin prajurit Majapahit itu hendak menghindari serangan diri
belakang yang tengah dilancarkan itu"
Tetapi suatu gerakan yang tak disangka-sangka telah terjadi.
Rupanya walaupun sedang membelakangi, prajurit Majapahit itu
tak pernah melepaskan perhatiannya kepada lawan yang berada
di belakangnya. Dia dapat merasakan tiupan angin dari gerak terjangan
prajurit Sadeng yang hendak menyerang dari belakang. Cepat dia
mengepitkan kedua lutut ke perut kudanya dan kuda yang sudah
terlatih baik itu tahu apa yang diperintah tuannya. Kuda cepat
mengayunkan sebelah kaki belakangnya plak . . . . auhhhh,
terdengar jerit tak terselesaikan dari mulut prajurit Sadeng yang
menyerang dari belakang itu karena tubuhnya mencelat dua
tombak jauhnya dan rubuh terlentang di tanah. Kaki kuda itu
tepat menyepak dadanya. 1818 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serempak pala saat itu juga, prajurit Sadeng yang terlilit ujung
cambuk lengannya tadipun menjerit ketika merasa tubuhnya
terangkat ke atas lalu tiba tiba dibanting ke tanah, bum ....
Dua orang prajurit Sadeng terbujur di tanah tidak berkutik.
Tulang punggung dan kepala mereka pecah.
"Bagas kakang Damar" seru prajurit Majapahit yang
bertempur lawan seorang prajurit Sadeng. Ternyata diapun
berhasil merobohkan lawannya.
"Mana gadis itu?" tegur prajurit yang ternyata adalah arya
Kembar. "Celaka" seru prajurit itu. Dia tak tak lain adalah Arya
Lembang "karena terkejut binatang itu telah lari membawa anak
perempuan itu. Hayo kita susul kakang"
"Tak perlu" sahut Arya Kembar lalu bersuit nyaring. Karena
suasana sekeliling penjuru teramat sunyi, kumandang suitan itu
bergema sampai jauh. Tak berapa lama terdengarlah derap kuda
berlari, makin lama makin dekat dan beberapa saat kemudian
dari ujung jalan muncul seekor kuda bulu merah, Cepat sekali
kuda itu sudah tiba. "Hai, ke manakah gadis itu?" seru Arya Lembang
menyongsong kudanya. Tetapi kuda bukan manusia. Walau
tampaknya mungkin mengerti apa yang ditanyakan tuannya
namun tak dapat bmatang itu menjawab kecuali hanya
menggentak-gentakkan sebelah kaki depan ke tanah. Mungkin
dia menjawab. Tetapi Arya Lembang yang tak mengerti.
"Mau ke manakah engkau Lembang?" tegur Arya Damar ketika
melihat Arya Lembang loncat ke pelana kuda dan siap hendak
melarikannya. "Mencari gadis itu"
"Untuk apa?" 1819 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"A . . . . aa . . . ." Arya Lembang tergagap tak dapat memberi
jawaban. "Lembang" seru Arya Damar dengan nada tegas "sekarang
bukan saatnya memikirkan yang bukan-bukan. Tapi perlu
mengganggu anak gadis itu"
Merah muka Arya Lembang karena isi hatinya diketahui Arya
Damar. Namun dia membantah "Tetapi bukankah berbahaya
kalau gadis itu pulang meberitahu kepada orangtuanya?"
"Tidak" sahut Arya Damar "yang penting gadis itu sebelum
dibawa lari kuda, telah me lihat kita dalam kedudukan sebagai
prajurit Majapahit sedang bertempur dengan prajurit Sadeng.
Kalau benar gadis itu akan memberitahu kepada orangtuanya
dan orangtuanya melaporkan hal itu kepada prajurit Sadeng di
pesanggrahan, tetap akan merupakan bukti bahwa memang
telah terjadi pertempuran antara prajurit Sadeng dengan prajurit
Majapahit" Arya Lembang terdiam, "Sekarang yang penting, kita angkut mayat prajurit Sadeng itu
ke tempat tumenggung dan pengiringnya"
Mereka lalu bekerja. Keempat prajurit Sadeng yang mati itu
segera dibawa ke tempat tumenggung Layang. Ada dua orang
prajurit yang rupanya masih belum putus jiwanya, diselesaikan
dengan tabasan pedang oleh Arya Lembang. Mayat-mayat itu di
letakkan dan diatur sedemikian rupa sehingga menimbulkan
kesan bahwa telah terjadi pertempuran antara prajurit Sadeng
dan prajurit pengiring tumenggung Layang.
Aiya Kembar puas dengan hasil rencananya "Sekarang kita
harus bergegas kembali ke Majapahit dan mengusahakan agar
dalam waktu yang singkat, kerajaan segera mengirim rombongan
utusan untuk menyusul T umenggung Layang"
1820 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Singkatnya dengan menempuh perjalanan siang malam tanpa
berhenti, pada hari kedua menjelang petang mereka sudah
maiuk ke dalam pura Majapahit.
Arya Kembar menyadari bahwa kalau secara terang-terangan
dia menghadap patih Arya Tadah, meminta patih itu supaya
menyusul Tumenggung Layang, tentulah akan menimbulkan
kecurigaan rakryah patih.
"Bagaimana cara kita menggerakkan patih Tadah supaya
mengirim utusan menyusul tumenggung?" tanya Arya Lembang.
Arya Kembar tersenyum "Tak perlu kuatir. Pasti dapat"
katanya lalu membisiki kawannya yang lebih muda itu.
Tampak Arya Lembang mengangguk-angguk dengan wajah
berseri girang. Memang dalam hal merancang siasat, Arya Kembar pandai
sekali. Dia berhasil menggugah nyi Tanca untuk bangkit. Dalam
kesempatan di mata persiapan sudah matang, nyi Tanca akan
mengajukan gugatan kepada sang Ratu mengenai terbunuhnya
rakryan Tanca tanpa peradilan yang layak.
Dan sekarang Arya Kembar sedang menciptakan suatu padang
yang beriklimkan permusuhan antara Sadeng dengan Majapahit.
Dan memang Sadengpun mengandung benih rasa tak puas
terhadap pemerintahan kerajaan Majapahit. Sejak baginda
Jayanagara sampai Ratu Teribuanatunggadewi.
(Oo-dwkz-ismoyo-oO) 1821 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
II Sejak Rani Kahuripan puteri Tribuanatunggadewi naik tahta
menggantikan sang prabu Jayanagara, memang keadaan di pura
Majapahit masih diselubungi berbagai kemelut.
Kemelut itu bersumber pada tiga hal.
Pertama, mengenai kedudukan hukum dari puteri Tribuanatunggadewi. Bahwa setelah baginda Kertarajaja Jayawardhana wafat maka Jayanagaralah yang diangkat sebagai
pengganti, karena Jayanagara seorang putera.
Apabila jayanagara itu juga seorang puteri sebagaimana Trlbuanatunggadewi dan Mahadewi atau Rani Daha, maka yang akan
dinobatkan sebagai raja, adalah ratu Gayatri karena ratu inilah
yang memberi keturunan kepada baginda Kertarajasa (raden
Wijaya) sekalipun bukan putera lelaki.
Demikian yang dimusyawarahkan oleh dewan Keraton atau
Sapta Prabu. Tetapi ratu Gayatri telah mensucikan diri sebagai
biksu yang sudah meninggalkan kehidupan keduniawian maka
diputuskan, tahta akan dipersembahkan,
kepada puteri Tribuanatunggadewi dalam kedudukan sebagai pejabat yang
mewakili ibunda ratu Gayatri atau Rajapatni,
Kedua, setiap pergantian pimpinan pemerintahan tentu akan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menimbulkan berbagai tanggapan dan akibat. Yang nyata tentu
akan terjadi pergeseran atau pemindahan jabatan, bahkan
pencopotan sering dilakukan di sana sini. Semisal pada waktu
prabu Jayanagara kembali dari desa Bedander setelah
pemberontakan Ra Kuti dalam dipadamkan, bagindapun
mengadakan pembersihan besar besaran di kalangan mentri,
senopati dan narapraja, terutama pasukan bayangkara keraton.
Kecemasan dan ketakutan akan kehilangan jabatan dan
kekuasaan ini telah menyebabkan terjadinya gerak gerik di
1822 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalangan mentri, senopati dan narapraja di pura Majapahit.
Gerak gerik yang bewarna dan berenda mempersiapkan
kedudukan dan jabatan. Mereka yang merasa bersalah, yang
merasa tidak jujur, akan bingung dan berusaha untuk menutupi
boroknya. Lebih2 yang merasa bahwa selama pada masa
pemerintahan baginda Jayanagara, sangat menonjol dalam
perannya sebagai pengambil muka, penjilat dan penyanjung.
Golongan ini nampak bingung. Yang paling kelabakan adalah
golongan yang selama ini bersikap tidak menyukai Rani
Kahuripan dan Rani Daha. Mereka paling bingung tak dapat tidur.
Kemudian hal yang ketiga yalah timbulnya golongan yang
menyatukan sikap sibagai akibat perobahan Rani Kahuripan
sebagai ratu Majapahit yang baru. Golongan yang mendukung
dan setia dan golongan yang tidak senang. Kedua golongan ini
pada umumnya diwakili oleh mentri2 yang yang sebelumnya
tidak senang pada baginda Jayanagara dan Lebih senang kalau
ratu Gayatri yng duduk di s inggasana karena ratu Gayatri adalah
keturunan raja Singasari. Golongan yang lain yalah mereka yang
mendukung baginda jayakatwang. Golongan ini pada umumnya
adalah fihak para arya yang berasal dari Sriwijaya.
Walaupun saling berada pada fihak yang saling bertentangan
faham, tetapi dalam satu hal. mereka dapat bekerja sama atas
dasar kepentingan yang sama Yalah mengenai martabat
keturunan. Agar yarg dapat duduk dalam pemerintahan dan menjabat
ketangguhan priagung, agar putera keturunannya kelak juga
dapat mewarisi ketangguhan itu, agar jangan dari kalangan lain
terutama rakyat kecil dapat merebut kedudukani yang tinggi
dalam pemerintahan, maka mereka sama-sama giat mengembangkan agama Hindu.
Bahwa mengembangkan suatu agama, terutama agama Hindu
yang telah diakui dan dibenarkan berkembang di Majapahit,
bukanlah hal yang jelek. Tetapi bukan soal nilai-nilai ajaran dari
1823 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agama itu yang hendak mereka letakkan sebagai dasar dari
kesejahteraan negara, melainkan peraturan-peraturannya, terutama peraturan yang membagi masyarakat menjadi empat
golongan atau kasta. Kasta brahmana, satrya, waesa dan sudra.
Dengan mempertahankan dan memperkokoh garis lingkaran
kasta yang berdasar pada asal keturunan itu maka mereka
mengamankan kelungguhan yang dinikmati selama ini. Tak
mungkin dari kasta sudra atau waesa akan mendapat jabatan
tinggi dalam pemerintahan. Hanya dari kasta brahmana dan
ksatrya jua yang layak menjadi mentri yang berkuasa tinggi,
Demikian kaadaan dalam pura kerajaan Majapahit dengan
kemelut yang tak kelihatan tetapi tetap berkobar macam api
dalam sekam. Dalam keadaan dan iklim seperti itu, setiap peristiwa yang
sekalipun hanya mengantung kemungkinan tipis, tetap akan
menjadi bahan untuk menghirukkan suasana. Dan apabila
kehirukan itu benar-benar dapat mengguncangkan suasana maka
akan diciptakan iklim baru yang mengandung kemungkinan
lanjut. Entah apa berupa sesatu tindakan dari sri ratu untuk
mengganti mentri, senopati dan narapraja yang tersangkut dalam
kehirukan itu. Atau mungkin kalau guncangan itu amat keras,
akan melahirkan gerakan yang mengeruhkan kerajaan, semisal
dengan huru hara ra Kuti yang lalu.
Demikianlah sejak dua hari yang lalu, di pura Majapahit telah
tersiar berita bahwa Tumenggung Layang telah dibunuh orang
Sadeng. Desas-desus itu siapa yang memunculkan dan dari mana
sumbernya, tiada seorangpun yang tahu pasti. Tetapi yang jelas,
desas-desus itu memang ada dan bahkan makin santer tersiar
luas, Sepanjang panjang lorong, masih panjang kerongkong jua.
Desas desus itu cepat mendapat tanggapan yang mengarah pada
kebenaran. Orang heran mengapa sudah beberapa waktu
Tumenggung Layang belum juga kembali ke pura.
1824 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya berita itu sampai juga pada rakryan patih Arya
Tadah. Dia juga heran dan mulai menaruh perhatian pada kabarkabar itu. Rakryan patih Arya Tadah mempunyai seorang andehan yang
dipercaya, bekel Galang yang diserahi tugas mengepalai prajurit
penjaga kepatihan. Segera Galang dipanggil menghadap "Galang,
bagaimana perkembangan berita-berita tentang Tumenggung
Layang?" "Makin luas, gusti" sahut bekel Galang. Rakryan patih kerutkan
dahi. Beranjak dari tempat duduk dia berjalan mandar mandir
sambil meneliku kedua tangannya ke belakang pinggang.
Rupanya dia sedang berpikir.
"Tetapi dari manakah sumber berita itu?"
"Hamba belum berhasil menemukan. Setiap hamba bertanya,
orang yang bersangkutan tentu mengatakan hanya mendengar
dari orang lain" "Hm, tetapi memang aneh" gumam rakryan patih "mengapa
sudah hampir sepuluh hari Tumenggung Layang belum kembali.
Kalau ada persoalan yang masih memerlukan kehadirannya di
sana, dia tentu akan mengirim salah seorang pengiringnya untuk
memberi laporan kepadaku. Tetapi mengapa tidak dia lakukan?"
"Gusti" kata bekel Galang "kebiasaannya, tiada asap kalau tak
ada api. Demikianpan yang terjadi pada berita-berita tentang
tumenggung. jika menang tak ada hal-hal seperti yang dikatakan
berita itu, bagaimana dapat timbul berita itu?"
Rakryan patih mengangguk "Itulah yang kusangsikan. Akupun
juga menaruh kecurigaan"
"Jika demikian gusti" kata bekel Galang "apakah tidak
seyogyanya paduka mengirim orang untuk membuktikan
kebenaran berita itu" Dan kalau paduka kenankan, hamba
bersedia untuk melaksanakan titah paduka"
1825 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Rakryan patih mengangguk dalam hati. Memang dia
mempunyai rencana begitu maka diapun mengidinkan dan
memerintahkan supaya hari itu juga bekel Galang segera
berangkat. "Tetapi hendaknya kepergianmu itu jangan menimbulkan
perhatian rakyat. Pergilah secara diam-diam. Cukup bawa
seorang dua orang sebagai kawan seperjalanan" kata rakryan
patih. Bekel Galang mengiakan. Dia membawa seorang prajurit,
Saddha nama. Masih muda, penuh semangat, berani dan patuh
akan kewajiban. Kedua orang itu berangkat dengan naik kuda.
Mereka menyamar, sebagai orang biasa.
"Ki bekel, mengapa gusti patih tidak mengidinkan kita
membawa rombongan yang lebih banyak" Dan mengapa tidak
mengidinkan kita mengenakan seragam busana keprajuritan?"
tanya Saddha. "Gusti patih seorang junjungan yang sangat hati-hati dalam
bertindak" jawab Galang "demikian pula dalam perintah kepada
kita ini. Tentu bukan tak ada sebabnya gusti patih menitahkan
begitu. Kemungkinan, agar jangan sampai menimbulkan
kegoncangan yang dapat mengganggu keamanan pura kerajaan"
"Tetapi ki bekel, kalau memang benar begitu, mengapa takut
harui secara terus terang?"
"Hm, memang gusti patih sering bertindak demikian. Engkau
tentunya tahu bagaimana rawannya keamanan di pura dewasa
ini. Sejak gusti ratu naik tahta, memang berkali kali tersiar kabar
macam-macam yang dapat menggelisahkan ketenangan rakyat
dan mengganggu keamanan. Oleh karena itu setiap kali
melakukan penyelidikan, tentulah gusti patih akan bertindak
secara diam-diam. Satelah terbukti memang benar, barulah
diambil tindakan selayaknya. Engkau tahu tanggung jawab gusti
1826 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patih sebagai patih amangkubhumi amat besar sekali. Terutama
gusti patih harus dapat menguasai keaoiaaan dalam pura"
"Dalam berita mengenai Tumenggung Layang, tentulah gusti
patih belum percaya sekali namun juga tidak mau mengabaikan.
Oleh karena gusti patih lalu mengutus aku untuk menyelidiki
dahulu" Kini prajurit Saddha baru mengerti bagaimana hati-hati sekali
rakryan patih Arya Tadah bertindak.
Perjalanan mereka tiada menemui rintangan luatu apa.
Singkatnya, hari itu mereka telah memasuki telatah Sadeng.
Sebenarnya dengan menyamar sebagai orang biasa, mereka
hendak masuk ke dalam kadipaten Sadeng untuk menyelidiki
tentang jejak T umenggung Layang. Tetapi kedua pengalasan itu
telah menghadapi peristiwa yang mengejutkan.
Mereka melihat pintu gapura kadipaten Sadeng dijaga dengan
pasukan yang kuat. Dan sebelum mencapai gapura itu, di mulut
jalan yang merentang ke arah gapura kadipaten, mereka telah d
cegat oleh dua belas prajurit bersenjata lengkap.
"Berhenti" bentak seorang prajurit yang berada di jajaran
muka. Seorang prajurit yang tinggi besar, memelihara kumis
lebat yang makin menambah keperkasaan.
Bekel Gilang dan prajurit Saddhapun berhenti.
"Mau ke mana kalian ini!" prajurit itu didukung berpuluh mata
dari kawannya yang mencurah pada bekel Galang dan Saddha.
Bekel Galang terkejut. Dia tak menyangka kalau akan
menghadapi penyambutan sedemikian. Oleh karena itu diapun
siap memberi jawaban. Disangkanya kadipaten Sadeng itu
sebuah tempat terbuka seperti pura Majapahit, di mana orangorang dari luar daerah bebas masuk ke luar dengan leluasa.
"Kami berkelana" tiba tiba Saddha menyelutuk untuk
membantu melepaskan kesulitan bekel Gilang.
1827 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm" dengus prajurit Sadeng yang tinggi besar itu "dari mana
kalian ini?" "Ki prajurit" sahut bekel Galang "kami merasa bukan penjahat.
Kami adalah orang yang suka berkelana untuk menambah
pengalaman dan memperluas langkah kami"
"Itu bukan jawaban" seru prajurit Sadeng "sekali lagi, kalian
ini dari mana?" Rupanya bekel Galang terbentur kesulitan lagi. Kalau mengaku
dari Majapahit, ia kuatir akan menemui kesulitan yang lebih
besar. Namun bagaimanakah ia harus memberi jawan yang
tepat" "Kami dari gunung Penanggungan, murid padepokan Ki
Baruna. Guru menitahkan kami supaya berkelana menambah
pengalaman" "Ho, kalian ini tergolong kaum pendekar?"
"Terlalu manja untuk disebut demikian, ki prajurit" sahut
Saddha "kami hanya lah orang orang yang gemar akan ilmu
kanuragan untuk memahkotai peribadi kami sebagai seojang
lelaki" Prajurit itu memandang makin tajam "Kalau menilik ketegapan
tubuh kalian, kalian ini lebih pantas sebagai prajurit. Mungkin
prajurit Majapahit" Bekel Gilang diam diam terkejut. Memang pakaian dapat
diganti dengan pakaian biasa tetapi tidak mudah dia
menyembunyikan perawakannya "Ah, tidak, ki prajurit. Kami
sudah biasa hidup tenang di alam pegunungan. Tak ingin kami
berkecimpung dalam bidang keprajuritan yang tak mengenal
ketenangan itu" "Hm, apa guna engkau menuntut ilmu kanuragan dan
kesaktian itu kalau hanya dipakai untuk perhiasan" Bukankah
ilmu itu harus diamalkan untuk kepentingan negara?"
1828 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bekel Gilang mengangguk "Benar. Tetapi guru kami memberi
kebebasan penuh kepada kami untuk menentukan hidup.
Memang engkau benar bahwa ilmu itu harus diamalkan untuk
kepentingan negara. Tetapi sayang kami belum mempunyai
minat karena menyadari bahwa ilmu yang kami peroleh selama
ini, masih jauh dari sempurna. Kami hendak melanjutkan
Setan Harpa 6 Pendekar Cacad Karya Gu Long Pendekar Pedang Sakti 1

Cari Blog Ini