Ceritasilat Novel Online

Sumpah Palapa 5

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana Bagian 5


hendak memberontak dan tak mau tunduk pada titah baginda.
Lembu Sora membunuh Kebo Anabrang karena Kebo
Anabrang telah membunuh Rangga Lawe. Rangga Lawe masih
anak kemanakan Lembu Sora. Menurut undang-undang dalam
kitab Kutaramanawa, Sora harus dijatuhi hukuman mati: Tetapi
mengingat jasanya, dia hanya dipindahkan ke T ulembang. Tetapi
Lembu Sora masih ingin berbakti kepada kerajaan, sekalipun dia
diserahkan kepada putera Kebo Anabrang yang bernama Kebo
Taruna untuk dibunuh, diapun rela asal tidak dipindah ke lain
daerah. Mahapati memutar-balikkan laporan kehadapan baginda
dengan mengatakan bahwa Lembu Sora sudah bersiap hendak
memberontak. Dengan siasat mengadu-domba memutar-balikkan
keterangan antara baginda dengan Lembu Sora, akhirnya
baginda menitahkan-supaya Lembu Sora ditangkap. Lembu Sora
terkejut dan hendak menghadap baginda untuk menyerahkan diri
tetapi dalam perjalanan dia tetap diserang oleh prajurit kerajaan
atas perintah Mahapati. Beberapa kawan seperjuangan Lembu
Sora yang pernah menjadi kadehan raden W ijaya dahulu antara
255 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lain Juru Demung dan Gajah Biru juga ikut gugur dalam serangan
itu. Dalam kekacauan itu muncul seorang resi yang tak dikenal.
Dia membawa jenasah Lembu Sora dan berhasil menolong
jiwanya. Walaupun cacad menjadi seorang bungkuk, Lembu Sora
tetap melanjutkan pengabdiannya terhadap kerajaan Majapahit.
Dia berganti nama eyang Wungkuk dan menjadi sesepuh
himpunan Gajah Kencana. Tetapi orang hanya menduga-duga
bahwa eyang Wungkuk itu Lembu Sora, karena tak seorangpun
dikalangan warga Gajah Kencana yang pernah bertemu dengan
sesepuh mereka. Tokoh eyang Wungkuk merupakan bayangan,
ada tapi tak diketahui bagaimana keadaan yang sebenarnya.
Eyang Wungkuk telah mempercayakan kepemimpinan Gajah
Kencana kepada brahmana Anuraga, putera adipati Tuban
Rangga Lawe. Pemuda itu bernama raden Kuda Anjampiani.
Karena ramanya dianggap seorang pemberontak maka agar
sepak terjangnya dalam melangsungkan gerakan Gajah Kencana
leluasa, ia masuk menjadi seorang brahmana dengan gelar
brahmana Anuraga. Kemudian dia bertemu dengan Dipa anak
dari desa Mada-Teda. Dalam diri Dipa ia melihat suatu jiwa dan
bakat besar yang kelak pasti berguna bagi kerajaan Majapahit.
Dibimbing dan dibinanya anak itu lahir dan batin. Rupanya
penilaian brahmana Anuraga memang tepat. Dipa tumbuh
sebagai pemuda yang berjiwa penuh pengabdian kepada negara.
Dimulai dari prajurit biasa, ia diangkat sebagai bekel prajurit
bhayangkara dan berhasil menyelamatkan baginda Jayanagara
dari huru hara pemberontakan Dharmaputera ra Kuti. Kemudian
dia diangkat sebagai patih Kahuripan lalu patih Daha. Jasa patih
Dipa semakin cemerlang ketika ia menyelesaikan tugas untuk
mengamankan kerajaan Bedulu Bali. Sepulang dari Bali, dia
makin mendapat kepercayaan penuh dari baginda sehingga dia
dititahkan tinggal di pura Majapahit walaupun jabatannya sebagai
patih Daha. 256 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dalam perjalanan menuju ke puncak kedudukan itu, dia
pernah berhadapan dengan orang2 Wukir Polaman dan berhasil
dapat menjinakkan mereka.
Demikian bab utama dari kegagalan pejuang2 Daha yang
terhimpun dalam Wukir Polaman. Pertama karena kemunculan
dari dua tokoh pimpinan Gajah Kencana yani brahmana Anuraga
dan Dipa. Kedua, karena keretakan dari dalam akibat liku2
asmara yang melibatkan beberapa tokoh pimpinan Wukir
Polaman ke dalam lingkaran permusuhan sendiri.
Demikian sekelumit kissah yang telah terjadi dalam masa
kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh baginda muda usia
Jayanagara. Penuh dengan pemberontakan dan pergolakan.
Untuk mengetahui lebih jelas, silakan baca cerita GAJAH
KENCANA. Namun perjuangan para muda di Daha tak berhenti sampai di
situ. Kerajaan Daha cukup tua dalam sejarah. Perkembangan
dalam kebudayaan maju pesat. Raja Jayawarsa menjadi
pelindung kesusasteraan. Pada masa itu telah timbul empu
Triguna yang menggubah kakawin Kresnayana. Kemudian raja
Kameswara yang memerintah pada tahun Saka 1037.
Kesusasteraan dan kebudayaan makin berkembang. Pada waktu
baginda Jayabaya yang naik tahta pada tahun Saka 1057,
kesusasteraan makin memuncak. Pada masa pemerintahan raja
Jayabaya yang terkenal sebagai peramal dengan nama Herucakra
itu, bermunculanlah beberapa empu kesusasteraan yang
ternama. Empu Sedah dan empu Panuluh telah menggubah
kakawin Bharatayuda yang termasyhur. Empu Panuluh sendiri
mengarang pula kakawin Gatutkaca-sraya dan Hariwangsa.
Setelah prabu Jayabaya, maka yang menjadi raja Daha adalah
baginda Srengga. Dalam masa pemerintahannya terbentuklah
pasukan Sarwa Jala atau angkatan laut. Demikian pula angkatan
darat telah ditingkatkan lebih tinggi.
257 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian tahta diganti oleh Kertajaya yang terkenal dengan
nama prabu Dandang Gendis. Baginda seorang raja berdaulat
penuh tetapi berhati tinggi. Baginda menginginkan agar para
pandita dan brahmana itu menyembah kepada raja. Banyak
pandita dan brahmana lari ke Singasari, yang saat itu telah
terjadi pergantian pimpinan. Akuwu Tumapel tewas diganti oleh
Ken Arok yang kemudian bergelar sebagai Sri Rajasa sang
Amurwabhumi. Terjadi peperangan antara Singasari dan Daha
dengan kesudahan prabu Kertajaya tewas. Sejak itu raja2 Daha
hanya merupakan akuwu yang diangkat dan dibawah kekuasaan
Singasari. Perjalanan sejarah yang beratus tahun dari sebuah kerajaan
yang pernah jaya dan mencapai puncak kemajuan yang gemilang
tentu meninggalkan pengaruh kebudayaan yang tinggi. Falsafah
kakawin Bharatayuda dan lain2 tokoh dalam cerita Mahabharata
yang penuh dengan ajaran2 laku keutamaan ksatrya luhur dan
kesetyaan pada negara, meresap dalam hati sanubari para
kawula. Wukir Polaman lahir karena pemuda pejuang Daha itu merasa
bahwa mereka seperti ksatrya2 Pandawa yang dihina dan
dikuasai orang2 Korawa. Wukir Polaman mendapat dukungan
dan perlindungan dari rakyat Daha. Hanya karena kekuatan yang
sakti dari seorang pemuda bernama Dipa yang telah membawa
kelahiran sebagai tokoh besar dalam sejarah kerajaan Majapahit,
maka dapatlah Wukir Polaman diluluhkan.
Wukir Polaman memang dapat runtuh tetapi semangat rakyat
Daha yang sudah diresapi ajaran2 falsafah kebudayaan yang
tinggi itu, tak mungkin terkikis habis. Patah eka tumbuh dasa.
Wukir Polaman berantakan maka lahirlah Topeng Kalapa.
Kelahiran T openg Kalapa ini lebih hebat dari Wukir Polaman.
Lahirnya Topeng Kalapa diciptakan oleh dua orang pemuda,
Braja Sinambung dan Brawu Kikis. Keduanya saudara misan dan
258 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sama2 menjadi murid dari resi Cakramurti yang mengaku
keturunan dari empu Panuluh.
Braja Sinambung, putera dari puteri raja Jayakatwang yang
bernama Dyah ayu Retna Kesari. Dan Brawu Kikis, putera dari
adik Retna Kesari yang bernama sang dyah ayu Nrang Keswari.
Waktu Daha pecah karena serangan pasukan Kubilai Khan, raja
Jayakatwang tertangkap, banyak senopati Daha yang gugur.
Keraton Daha geger, puteri dan dayang2 keraton melarikan diri
mencari keselamatan sendiri2 sehingga tersebar kemana-mana.
Kuda Natpada, kepala bhayangkara keraton Daha, memang
menaruh hati kepada puteri Nrang Keswari tetapi puteri itu tak
membalasnya. Puteri jatuh hati kepada raden Wijaya tetapi raden
Wijaya menikah dengan puteri2 baginda Kertanagara.
Pada waktu keraton pecah maka suasanapun kacau balau.
Setelah mendengar raja tertangkap, kepala bhayangkara keraton
Daha yang masih kemanakan dari permaisuri raja Jayakatwang,
pun gugup. Serentak ia teringat akan Nrang Keswari, puteri yang
dicintainya itu. Dia terus masuk ke dalam puri keputren tetapi
puteri2 sudah lolos. Dia lari ke belakang keraton. Ternyata puteri
sedang didekap oleh seorang prajurit Kubilai Khan yang berhasil
menyusup ke dalam keraton. Marah raden Kuda Natpada bukan
kepalang. Serentak dicampakkan dan dibunuhnya prajurit musuh
itu. Seorang prajurit lain menyerangnya tetapi dengan gagah
berani Natpada dapat membasmi mereka dan dapat melarikan
puteri Keswari lolos dari puri butulan. Akhirnya dia dapat juga
menyelamatkan puteri dari kepungan pasukan Cina. Dengan
menunggang kuda, ia lari ke selatan dan bersembunyi disebuah
hutan. Karena berhutang budi kepada Kuda Natpada, karena Wijaya
yang dicintainya ternyata tak setya dan menikah dengan puteri
raja Kertanagara. Dan karena Wijaya, ksatrya yang telah mencuri
hatinya, ternyata sampai hati menyerang keraton ayahandanya
259 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
raja Jayakatwang, akhirnya Nrang Keswari mau juga diperisteri
raden Kuda Natpada. Waktu melahirkan putera, puteri Keswari menamakannya
Brawu Kikis dan menjatuhkan sumpah agar kelak puteranya
dapat membalaskan sakit hatinya, kepada keturunan raden
Wijaya. Nasib puteri Ratna Kesari juga demikian. Dia lari pontangpanting dan diselamatkan oleh seorang senopati Daha dan
akhirnya menjadi isteri bekas senopati itu. Juga pada waktu
kelahiran, dari puteranya yang pertama, puteri Ratna Kesari
mengadakan sesajen dan memanjatkan doa permohonan agar
dewata mengabulkan, bahwa kelak puteranya itu akan dapat
tumbuh menjadi seorang ksatrya sakti yang dapat mcnghimpas
dendam berdarah dari penghianatan raden Wijaya. Braja
Sinambung, demikian puteri memberi nama puteranya.
Untuk mengikuti kisah jalinan kasih antara raden Wijaya
dengan puteri Dyah, Nrang Keswari, silakan membaca cerita
DENDAM EMPU BHARADA. Secara kebetulan, kedua pemuda itu berguru pada resi yang
bergelar Cakramurti. Dia mengaku sebagai keturunan empu
Panuluh. Tetapi pemuda Braja Sinambung dan Brawu Kikis tak
tahu kalau mereka masih saudara misan. Orangtua masing2 telah
memberi pesan kepada puteranya agar jangan memberitahu asal
usul dirinya kepada orang. Demikian pula tempat tinggal kedua,
puteri itupun terpisah jauh. Masing2 menganggap bahwa
saudaranya itu tentu sudah tewas dalam huru hara pecahnya
pura Daha dahulu. Resi Cakramurti memang sakti, ia menurunkan seluruh ilmu
kepandaiannya kepada kedua murid yang dikasihinya itu. Pada
suatu hari ia memanggil kedua muridnya itu dan diberi wejangan,
"Kakek moyangku, empu Panuluh adalah seorang empu dari
kerajaan Daha. Dan kupercaya kalian berdua juga putera2 tanah
260 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Daha. Beberapa waktu yang lalu aku amat gembira karena
mendengar bahwa putera2 dari para senopati kerajaan Daha
yang gugur dalam pertempuran melawan pasukan cina, telah
bangkit dan menghimpun kekuatan dalam sebuah wadah yang
diberi nama Wukir Paloman. Tetapi pada waktu akhir2 ini
kudengar himpunan Wukir Polaman sudah redup. Oleh karena itu
maka kuletakkan seluruh harapanku kepadamu berdua, muridku.
Bentuklah sebuah wadah untuk putera2 Daha yang ingin
berjuang membebaskan Daha daii kekuasaan Majapahit. Dan
kalian angger, harus memimpin perjuangan itu dengan segenap
jiwa ragamu. Ilmu kepandaian, kanuragan dan jaya-kawijayan,
telah kuberikan semua kepada kalian. Dalam hal berhadapan
dengan lawan, aku tak menguatirkan kalian. Tetapi yang penting,
kalian harus waspada, bijaksana, tegas dan pandai mengatur
pimpinan perjuangan itu"
Braja Sinambung dan Brawu Kikis menemui Windu Janur dan
langsung meminta agar W indu Janur merestui langkah mereka
untuk membentuk wadah perjuangan putera2 Daha angkatan
muda. Windu Janur-pun diangkat sebagai sesepuh.
"Kegagalan utama dari Wukir Polaman karena terbentur
dengan dua orang. Brahmana Anuraga dan Dipa yang sekarang
menjadi patih Daha" menerangkan Windu Janur "Anuraga sakti
dan bagaikan bayangan yang sukar diketahui tempat beradanya.
Patih Dipa berani, sakti dan bintangnya makin menjulang dalam
pemerintahan Majapahit. Dia memiliki sebuah pusaka Gada Inten
yang ampuh dayanya" Braja Sinambung dan Brawu Kikis mengangguk.
"Tetapi Wukir Polaman bukan kalah karena soal ilmu kesaktian
melainkan kalah karena mereka lebih cerdik mengatur siasat,
waspada dan cepat serta tepat bertindak" kata Windu Janur pula.
Namun ia menyembunyikan peristiwa soal asmara yang
melibatkan tokoh2 pimpinan Wukir Polaman dalam lingkaran
dendam peribadi. 261 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dimanakah brahmana Anuraga sekarang, paman" tanya Braja
Sinambung. "Telah kukatakan" kata Windu Janur "gerak-gerik brahmana
itu bagaikan angin yang berhembus dan lenyap tanpa diduga
lebih dahulu. Mencari dia bagaikan mencari jarum didasar laut"
"Bagaimanakah ciri2 brahmana itu, paman" Windu Janur
memberi lukisan tentang perawakan, wajah, usia dan ciri
brahmana itu "Tetapi sejak beberapa tahun ini, aku tak pernah
mendengar beritanya lagi"
Braja Sinambung mengangguk lalu bertanya bagaimana
dengan patih Dipa. "Setelah berhasil menundukkan Bedulu Bali, dia semakin
mendapat kepercayaan dari raja Jayanagara. Setiap peristiwa
yang menimpah diri patih itu tentu a-kan menimbulkan
kegemparan dan kemarahan raja Majapahit. Maka berhati-hatilah


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

engkau menghadapinya"
Demikian Braja Sinambung dan Brawu Kikis segera
membentuk wadah perjuangan. Cepat sekali mereka mendapat
pengikut. Banyak muda2 Daha yang masuk menjadi warga.
Kebanyakan mereka merupakan wajah2 baru yang berani dan
perkasa. Wadah itu diberi nama Topeng Kalapa. Topeng merupakan
ikrar sumpah mereka, bahwa mereka malu bertemu orang dalam
wajahnya yang aseli. Selama Daha masih belum bebas, sebagai
putera Daha mereka malu menonjolkan wajahnya. Kalapa,
berasal dari dua kata yang disatukan yani Kala dan lapa. Kala
berarti batara Kala dewa penghancur. Ataupun berarti pula jenis
binatang yang beracun, misalnya kala-jengking, kala-bangkang,
kala-pisang, kala-mangga. Sementara lapa berarti lapar atau
makan. Kalapa, berarti Batara Kala yang lapar atau binatang kala
yang lapar. Pun dapat pula berarti kelapa. Adapun kelapa,
262 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan lambang yang dijadikan panji2 kerajaan Daha yani
bendera Gula-kelapa, merah dan putih warnanya.
Dua arti dari Kalapa, sesuai sekali dengan lambang
perjuangan putera Daha dalam usaha mereka untuk merebut
kembali kemerdekaan dan kedaulatan negara.
Pimpinan Topeng Kalapa bergelar Toh yang berarti
mempertaruhkan jiwa raga untuk perjuangan. Braja Sinambung
menjadi Toh Braja sedang Brawu Kikis menjadi Toh Brawu.
Sedang warga Topeng Kalapa semua memakai gelar Sura
didepan namanya. Sura artinya berani.
Walaupun banyak muda2 yang ingin masuk ke dalam
himpunan Topeng Kalapa tetapi sedikit sekali yang diterima.
Topeng Kalapa mengadakan penelitian dan penyaringan yang
ketat sekali bagi penerimaan warganya. Setiap warga, benar2
telah lulus dalam ujian ilmu kanuragan, keberanian dan
kesetyaan. Pada waktu kerajaan Majapahit menderita kegoncangan akibat
terbunuhnya baginda Jayanagara oleh ra Tanca, maka
gemetarlah suasana diseluruh kawasan Majapahit. Pada saat itu
Topeng Kalapa hendak bergerak menyerbu keraton Daha. Segala
sesuatu telah disiapkan. Malam itu mereka hendak menyerang
keraton. Tetapi suatu peristiwa gaib telah terjadi. Secara tiba-tiba
kedua pemimpin Topeng Kalapa, Toh Braja dan Toh Brawu telah
menghilang. Anak buah Topeng Kalapa yang sudah siap,
terpaksa tak berani bertindak sebelum mendapat perintah dari
pemimpinnya. Bahkan mereka sibuk mencari kedua pimpinan yang ternyata
lenyap. Seluruh warga Topeng Kalapa dikerahkan namun tetap
sia-sia. Toh Braja dan Toh Brawu seperti hilang ditelan bumi.
Dua pasara kemudian baru mereka menerima sepucuk surat
yang tak diketahui asalnya dan tak diketahui pula siapa yang
membawanya. Hanya tahu2 mereka terkejut ketika melihat pada
263 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu markas mereka telah tertancap sebatang cundrik dengan
surat. Isi surat itu mengatakan bahwa kedua pimpinan mereka
selamat tak kurang sesuatu dan saat ini berada dalam gua Wukir
Polaman. Pada akhir tulisan, pengirim surat itu berpesan agar
disampaikan kepada kedua pemimpin mereka. Bahwa janganlah
rencana mereka hendak menyerang keraton Daha itu dilanjutkan.
Apabila tak mengindahkan, maka warga dan pimpinan Topeng
Kalapa akan dibasmi habis-habisan.
Warga Topeng Kalapa beramai-ramai menuju ke gua Wukir
Polaman dan menemukan kedua pemimpin mereka tak kurang
suatu apa tetapi tubuh mereka lunglai seperti tak bertulang.
Peristiwa itu dilaporkan kepada resi Cakramurti. Resi tua itu
bergegas turun dari pertapaan. Ia mendapatkan bahwa keiua
muridnya te lah terminum racun yang menyebabkan kekuatannya
merana. Resi Cakramurti menolong menyembuhkan kedua
muridnya. "Saat itu kami sedang bersiap-siap, bapa resi" kata Toh Braja
"kami menunggu tengah malam tiba baru akan menyerang
keraton. T etapi tiba2 kami mencium bau yang harum sekali lalu
mata kami terasa ngantuk. Sedemikian hebat rasa kantuk itu
menyerang mata kami sehingga kamipun terlena dan tak tahu
apa yang tetjadi pada diri kami"
"Hm, bebauan wangi itu tentu sejenis ramuan yang dapat
menyebabkan orang tidur" kata resi Cakramurti "dan jelas tentu
dilepas orang. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan engkau
tertidur. Pertama, musuh menyebarkan asap atau bebauan wangi
yang mengandung ramuan obat penidur. Kedua, musuh
melepaskan aji Penyirepan untuk melelapkan kalian berdua"
"Lalu apakah engkau tahu tempat engkau ditawan itu" tanya
resi Cakramurti pula. "Tidak" 264 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentulah selama dalam tawanan sampai beberapa hari itu
engkau tahu siapa yang telah mencelakai engkau"
Toh Braja maupun T oh Brawu gelengkan kepala "Sama sekali
kami tak tahu. Kami belum pernah melihat seorang manusia yang
datang kepada kami" "Hm, aneh" gumam resi Cakramurt i"benar2 sakti sekali orang
itu. Lalu bagaimana tentang makan dan minummu selama itu"
"Setiap pagi kami bangun, makanan dan minuman tentu
sudah tersedia. Pada hal tak pernah kami melihat seseorang yang
datang" "Mengapa tak engkau coba untuk bangun pagi2 atau bahkan
kalau perlu kalian tak tidur dan duduk bersemedhi saja"
Toh Braja menghela napas "Keinginan itu memang timbul
dalam hati hamba, bapa resi. Tetapi entah bagaimana setiap kali
bersemedhi, tenaga kami merasa lunglai dan tahu2 kamipun
tertidur" Resi Cakramurti mendesah penuh keperihatinan.
"Ternyata perjuangan kalian harus berhadapan dengan musuh
yang luar biasa. Aneh dan sakti. Braja dan Brawu, apakah tidak
seyogyanya kalian untuk sementara membekukan dulu himpunan
yang kalian bentuk itu"
Toh Braja dan Toh Brawu terkejut sekali" Mengapa bapa resi "
"Aku benar2 sangat perihatin dan was setelah mengetahui
peristiwa ini. Musuh yang engkau hadapi memiliki keunggulan
yang sukar kita bayangkan. Ini berbahaya"
"Lalu bagaimana titah paduka bapa resi"
"Untuk sementara himpunan yang engkau bentuk itu jangan
bergerak dulu. Setiap warga harus ditempa lagi dengan latihan
ilmu kanuragan yang lebih tinggi. Demikian engkau berdua,
265 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anakku, akan kuajak kembali ke pertapaan supaya kalian dapat
berlatih lebih sempurna"
Toh Braja dan Toh Brawu mengerut kening. Keduanya saling
bertukar pandang. Kemudian berkatalah Toh Brawu "Bapa resi,
kami memang belum mempunyai pengalaman suatu apa. Tetapi
bagaimana kami akan memperolehnya apabila tidak melakukan
dan terjun dalam kancah perjuangan ini"
"Maksudmu " tegur resi Cakramurti.
"Idinkanlah hamba dan kakang Braja untuk melanjutkan
memimpin himpunan yang dengan susah payah telah kami
bentuk itu, bapa resi. Memang karena kurang pengalaman maka
hamba berdua telah menderita aib dari musuh yang tak kelihatan
itu. T etapi dengan kerugian itu kami mendapat pengalaman yang
berharga sehingga usaha2 penjagaan dan ketertiban akan hamba
tingkatkan lebih sempurna lagi"
"Hm" "Dan yang penting, bapa resi. Saat inilah yang hamba anggap
saat yang sangat menguntungkan bagi perjuangan putera2 Daha.
Karena raja Majapahit baru saja mati terbunuh, pemerintahan di
pura kerajaan tentu mengalami kekacauan. Apabila kami
bergerak, tentulah mereka tak sempat uniuk menjaga tanah
Daha" Resi Cakramurti gelengkan kepala "Engkau salah hitung,
anakku. Kerajaan Majapahit memiliki mentri dan senopati yang
berjumlah banyak. Mentri dan senopati mereka pandai dan gagah
perkasa. Walaupun rajanya mati dan saat ini tahta masih kosong
tetapi pemerintahan kerajaan Majapahit tetap berjalan seperti
sediakala. Setiap saat mereka dapat mengirim pasukan ke Daha
untuk menindas gerakanmu"
"Memang demikian bapa resi" sahut Toh Brawu "tetapi
rencana kamipun tentu akan mengalam i perobahan dan
disesuaikan dengan keadaan mereka. Agar mereka tak sempat
266 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengirim pasukan ke Daha, kami akan mengirim sebagian dari
anakbuah kami untuk mengadakan pengacauan dalam pura
Majapahit. Juga di beberapa daerah, kami akan kobarkan
kekacauan sehingga kerajaan Majapahit bingung menghadapi
sekian banyak pengacauan itu"
Masih resi Cakramurti gelengkan kepala "Tetapi engkau
melupakan sebuah hal yang penting Brawu"
"Apakah itu, bapa resi"
"Patih Dipa" seru resi Cakramurti.
"Patih Dipa" Toh Brawu mengulang terkejut. Serentak ia
teringat akan penuturan W indu Janur tentang tokoh yang
bernama Dipa dan yang kini menjabat sebagai patih di Daha.
"Ya" sahut resi Cakramurti "saat ini dialah tiang andalan dari
kerajaan Majapahit. Dia menjadi orang kepercayaan raja yang
terbunuh itu. Kabarnya dia seorang muda yang cerdas, digdaya,
berani dan memiliki s ifat kepemimpinan yang cemerlang"
"Apakah hanya karena dia seorang, putera2 Daha yang
terhimpun dalam Topeng Kalapa harus menundukkan kepala,
menyerahkan diri" Resi Cakramurti agak terkejut mendengar kata2 Toh Brawu
yang agak bernada geram itu. Tetapi ia tahu bagaimana perangai
muridnya itu "Tidak, Brawu. Majapahit memiliki senopati2
banteng dan harimau yang gagah perkasa. Patih Dipa hanya
merupakan salah seorang dari mereka tetapi yang paling harus
diperhitungkan" Toh Brawu menghela napas "Bapa resi, sekali ini hamba
mohon bapa resi mengidinkan hamba berdua untuk berusaha
lagi. Kegagalan pertama bukanlah merupakan jaminan bahwa
kami takkan berhasil dalam perjuangan yang kami cita-citakan
itu. Bahkan hamba peribadi makin bergelora semangat hamba
karena mendapatkan lawan seorang patih yang hebat seperti
267 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
patih Dipa itu. Dimana dahulu para paman yang berjuang dalam
Wukir Polaman gagal, kami sebagai penerus cita2 mereka, akan
berhasil" Resi Cakramurti merenung, pejamkan mata. Beberapa saat ia
menghela napas dan berkata tenang "Toh Brawu anakku.
Baiklah, jika memang begitu keinginanmu, bapapun dapat
meluluskan. Tetapi ingat, anak-anakku. T iap malam kuperhatikan
bintang kemintang di langit. Bintang Ardra masih memancar di
timur laut arah langit Majapahit. Batara Rudra, Baruna, Berahma
dan Yama masih mengelilingi lingkarannya. Terang makin
gemilang, makin cemerlang ..."
"Apakah artinya itu bapa resi"
"Artinya para dewata masih mengelilingi cakrawala yang
menaungi kerajaan Majapahit, angger. Sukar untuk menentang
garis2 pertandaan alam itu"
"Bapa resi" bantah Toh Brawu "memang hamba tahu bahwa
perjuangan putera2 Daha masa ini, lebih sukar daripada naik
tangga ke langit. Tetapi adakah kita harus berpeluk tangan
melihat bumi Daha diperintah oleh keturunan raja Majapahit"
Tidakkah bapa resi membenarkan pendirian hamba bahwa
berusaha itu adalah wajib seorang ksatrya dan titah dewata.
Bagaimana hasilnya, hanya Hyang Maha Widdhi yang kuasa
menentukan" "Itu benar, anakku Brawu" sahut resi Cakramurti "hanya
setelah kita tahu akan garis yang telah diilhamkan dalam
perwujutan susunan bintang2 itu, haruslah kita dapat
mengendalikan diri. Dimana keadaan tak mungkin kita robah,
jangan kita memaksa untuk merobahnya"
Toh Brawu masih membantah "Baik, bapa resi. Hamba berjanji
akan bertindak hati2 dan menyesuaikan dengan gelagat dari
kodrat yang telah digariskan dewata"
"Bagus, anakku"
268 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hanya ingin hamba memohon keterangan paduka, bapa" kata
Toh Brawu "bahwa hamba masih ingat sebuah wejangan paduka
yang mengatakan bahwa segala apa dalam dunia ini tak kekal"
"Ya, benar. Lalu apa maksudmu angger"
"Adakah susunan bintang di langit yang melambangkan wahyu
pengayoman dan kejayaan bagi Majapahit itu, akan tetap
langgeng selama-lamanya"
Resi Cakramurti tertawa "Sekali lagi hendak kutegaskan
kepadamu, anakku. Bahwa tak ada sesuatu benda, mahluk dan
apa saja dalam dunia ini yang langgeng. Ini pasti. Setiap titah
dewata tentu tak lepas dari sifat Trimurti, lahir, hidup dan mati.
Bila ada awal tentu ada. akhir. Demikian pula dengan kerajaan2
yang berkuasa di dunia. Sejak kerajaan Panjalu, Daha, Singasari,
mereka lahir, hidup lalu hancur. Kerajaan Majapahitpun takkan
lepas dari kodrat ini, anakku"
"Jadi bapa resi maksudkan bahwa kejayaan Majapahit itu
takkan langgeng" "Pasti takkan langgeng, anakku" jawab resi Cakramurti dengan
tandas "sesuai dengan susunan bintang di cakrawala, setelah
Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit, maka saat ini
kerajaan ini masih dalam tahap hidup. Entah sampai kapan tetapi
pasti pada suatu masa, dia akan surut, redup dan hancur"
"Jika demikian, bapa resi" kata T oh Brawu "tidakkah akan siasia belaka jerih payah perjuangan putera2 Daha yang hamba
himpun itu" Resi Cakramurti gelengkan kepala, tertawa "Tidak, anakku, tak


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada usaha yang sia-sia, perjuangan yang hampa. Engkau akan
merasa sia- sia dan kecewa apabila engkau terikat oleh keinginan
yang meluap luap untuk memetik hasil perjuanganmu itu. Engkau
akan putus asa apabila engkau menilai perjuanganmu dengan
suatu pamrih. Karena perjuanganmu gagal, tak tercapailah rasa
pamrih itu dan engkaupun lalu kecewa atau putus asa"
269 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu bagaimanakah agar hamba tak merasa kecewa dan
putus asa dalam perjuangan itu, bapa resi"
"Baiklah, anakku" kata resi Cakramurti dengan sabar" akan
kuulangi wejangan Sri Krishna di medan perang Kurusetra ketika
melihat Arjuna bimbang dan berlinang-linang karena harus
berhadapan dengan sanak keluarganya kaum Korawa"
"Jika engkau ingat akan tugasmu, engkau tak boleh ragu2
dalam menjalankan dharma itu. Karena untuk ksatrya itu, tak ada
kemuliaan yang lebih agung daripada menjalankan kewajibannya
dalam medan juang. Berbahagialah ksatrya2 yang mendapat
kesempatan akan menunaikan dharmanya karena untuk mereka
seolah-olah pintu gerbang surga telah terbuka. Tetapi jika
engkau tak melaksanakah tugasmu sebagai ksatrya maka selain
engkau membuang kemasyhuranmu, pun engkau berdosa ..." ;
"Lakukanlah pekerjaan tanpa menghiraukan apa akan
hasilnya. Janganlah hasil pekerjaan itu yang menjadi pendorong
untuk engkau mau bekerja tetapi juga jangan lalu berpeluk
tangan karena tak memikirkan apa akan hasilnya. Bekerjalah
tetapi jangan teringat. Sebab kalau hati terikat, sama juga
menguatirkan akan tidak berhasilnya atau mengharapkan
hasilnya ..." "Demikianlah anakku, beberapa patah kata dari Sri Krishna
yang diwejangkan kepada sang Arjuna" kata resi Cakramurti
"maka untuk menghindarkan rasa kecewa dan putus asa dalam
perjuanganmu itu, bebaskanlah pikiranmu dari ikatan pamrih,
keraguan dan kebimbangan. Apapun hasil daripada perjuanganmu itu, terimalah dengan segala kelapangan hati dan
anggaplah bahwa perjuangan yang engkau lakukan itu adalah
sebagai dharma-baktimu sebagai putera Daha kepada bumi
Daha. Jika engkau sudah menghayati pendirian itu, engkau
takkan putus asa apabila engkau gagal dalam perjuangan
sebagaimana halnya engkau takkan lupa diri dimabuk kegirangan
apabila perjuanganmu berhasil"
270 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Serta merta Toh Brawu bersimpuh mencium kaki sang resi "O,
betapa besar hikmah penerangan yang paduka limpahkan kepada
diri hamba, bapa resi. Hamba akan menjunjung amanat paduka
itu diatas ubun2 kepala hamba"
Resi Cakramurti mengidinkan kedua muridnya mencoba lagi
untuk melanjutkan perjuangan. Dan kedua murid itupun berjanji
akan mentaati petunjuk gurunya.
"Bapa resi" kata Toh Braja "tidakkah bapa sampai hati untuk
membiarkan hamba berdua terjerumus dalam lembah kekalahan"
Resi Cakramurti tersenyum "Tidak, anakku. Aku takkan tega
membiarkan kalian terancam bahaya. Setiap saat yang diperlukan
dalam kegentingan, aku tentu akan muncul. Jangan cemas,
anakku, aku tentu akan selalu membayangi langkah kalian"
Demikian Toh Braja dan T oh Brawu mulai menyusun rencana
untuk melanjutkan perjuangannya. Dari anakbuah yang
ditugaskan meninjau keadaan pura Majapahit mereka mendapat
laporan bahwa pengangkatan raja baru belum diadakan. Saptaprabu yang merupakan dewan tertinggi dalam keluarga raja,
masih sibuk merundingkan siapa calon pengganti tahta.
"Sapta-prabu telah mengutus patih Dipa untuk mengundang
Rani Kahuripan dan Rani Daha"
"Apa katamu" tiba2 Toh Brawu terbeliak "patih Dipa akan
ditugaskan mengundang Rani Kahuripan" Apakah patih itu sudah
berangkat menuju ke Kahuripan"
Anakbuah itu mengatakan bahwa ia mendengar berita itu
pada dua hari yang lalu. Kemungkinan saat ini, patih Dipa tentu
sudah menuju ke Kahuripan.
Berseri-seri wajah Toh Brawu saat itu. Dia berunding dengan
Toh Braja dan meminta agar ia diperbolehkan membawa
rombongan anakbuah untuk mencegat perjalanan patih Dipa ke
Kahuripan. 271 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Toh Braja setuju maka berangkatlah Toh Brawu dengan
sejumlah besar anakbuah Topeng Kalana. Toh Braja tetap tinggal
di Daha. Tetapi rupanya perjalanan Toh Brawu itu tidak
menguntungkan. Ketika ia bersama Sura Blega menuju ke pura
Kahuripan untuk meninjau keadaan, Sura Bandu dan kawankawan yang ditugaskan menunggu di hutan telah bertempur
dengan rombongan Arya Lembang dan Arya Dinar. Akibatnya
kedua belah fihak sama2 menderita kerugian.
(Oo-dwkz-Ismo-oO) II Makna daripada keindahan alam tak lain merupakan
keagungan dari kebesaran sang Pencipta. Warna hijau untuk
daun, hijau muda untuk pupus, coklat dan kelabu untuk batang
pohon, merah, ungu, kuning, jambon dan warna warni bungabunga yang menghias alam hanya Hyang Maha Pencipta yang
kuasa menciptanya. Kicau burung menyambut kehadiran pagi. Curah air di
pancuran dari sumber yang sejuk dan hawa pegunungan yang
sedap dihembus angin semilir makin mempesona sosok tubuh
yang tengah berdiri di puncak sebuah bukit, menikmati
keindahan surya terbit. Sesungguhnya dia bukan menikmati sinar surya tetapi sedang
berlatih sebuah ilmu yang diberikan oleh gurunya, seorang resi
sakti. Dalam memandang sinar surya terbit itu, dia melatih
ketajaman indriya penglihatan dan melalui ilmu pernapasan atau
ilmu Prana, dia dapat menghisap sari sinar mentari pagi. Beberapa waktu yang lampau, dia dipanggil oleh gurunya
untuk menghadap kedalam gua pertapaan resi itu. Resi itu tak
pernah keluar dari gua pertapaan. Segala perintah dan pelajaran,
272 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diberikan secara tertulis. Maka betapa kejut pemuda itu waktu
menerima titah sang resi.
"Kertawardhana" kata sang resi dengan suara pelahan tetapi
jelas "hari ini aku terpaksa membuka tapa-bisu yang sudah
berpuluh tahun kulakukan"
"O" Kertawardhana mendesuh kejut dalam hati. Kini baru dia
mengetahui apa sebab gurunya tak pernah keluar dari gua dan
tak pernah bicara kepadanya. Serta merta ia menghaturkan
sembah ke hadapan sang resi.
"Ingat Kertawardhana. Pembicaraanku ini untuk yang pertama
dan yang terakhir. Selanjutnya aku takkan bicara lagi sampai
akhir hayatku" "Hamba akan menjunjung sabda paduka, bapa guru" kata
Kertawardhana. "Engkau tentu ingin tahu siapa namaku, bukan" Kertawardhana terkejut, la heran mengapa resi tua itu dapat
mengetahui isi hatinya "Kiranya paduka tak berkenan, hambapun
tak berani memohon, bapa resi"
"Tidak, Kertawardhana. Karena telah kukatakan tadi, bahwa
hari ini untuk yang pertama dan yang terakhir, aku akan
membuka tapa-bisu yang telah kulak-sanakan selama berpuluh
tahun. Oleh karena itu aku hendak bicara panjang lebar agar
semua yang terkandung dalam hatimu dapat terjawab. Tetapi
janganlah engkau membohongi hatimu sendiri"
Terima kasih, bapa resi. Memang demikianlah keinginan hati
hamba untuk mengetahui nama dari bapa guru hamba yang
hamba junjung dengan penuh hormat dan kepatuhan"
"Soal nama sebenarnya aku sudah tak ingin memakai. Nama
itu hanya merupakan ciri pengenal dari benda satu dengan yang
lain. Tetapi apabila benda-benda itu sudah menunggal dengan
alam, tiada lagi diperlukan nama untuk pengenal itu. Demikian
273 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan diriku. Aku ingin memanunggalkan diri dengan alam. Aku
bukan lagi aku. Aku-ku sudah kutanggalkan. Tetapi karena jasad
yang menjadi penampung Aku-ku ini masih ada, maka jika
engkau ingin mengenal, sebutlah dia dengan nama resi Niskala"
"Terima kasih, bapa resi" Kertawardhana menghaturkan
sembah. "Kertawardhana" kata resi itu pula "engkau tentu kecewa
datang berguru kepadaku"
"Tidak, bapa resi. Hamba merasa bahagia bahwa paduka suka
menerima diri hamba"
"Benarkah itu, Kertawardhana" tanya sang resi "coba jawablah
dengan sejujur hatimu. Apa yang engkau peroleh selama engkau
berguru kepadaku " Bukankah engkau tak mendapat apa2"
"Memang benar bahwa paduka hanya mengajarkan ilmu Prana
dan Semedhi kepada hamba. Tetapi hamba rasakan banyak
sekali perobahan yang terjadi pada diri hamba, bapa resi"
"O, apa saja, Kertawardhana"
"Hamba rasakan tubuh hamba terasa ringan dan tangkas,
indriya hamba lebih tajam, semangat penuh dan hamba terkejut
atas sebuah peristiwa yang hamba alami, bapa resi"
"Peristiwa apakah itu"
"Dua macam peristiwa, bapa resi. Pertama, ketika sedang
berada di hutan, tiba2 hamba melihat seekor rusa. Rusa itu
terkejut melihat hamba dan lari. Entah bagaimana, saat itu timbul
keinginan hamba untuk mendapatkan binatang itu. Lalu hamba
kejar. Betapa heran hamba ketika hamba dapatkan diri hamba
mampu lari cepat sekali sehingga dapat menangkap binatang itu"
Resi itu mengangguk-angguk "Lalu yang kedua "
"Juga terjadi ketika hamba sedang berada di hutan. Tiba2
pendengaran hamba dapat menangkap sebuah suara hiruk dari
274 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengah hutan. Kemudian hamba lihat beberapa pohon tumbang
dan bumi bergetar disertai bunyi yang mendebum keras. Hamba
terkejut dan ingin mengetahui apa yang menyebabkan kehirukan
itu. T etapi sebelum hamba sempat melangkahkan kaki, tiba2 dari
daLm hutan muncul seekor banteng. Begitu me lihat hamba,
binatang itu terus menyerang hamba. Hamba terkejut dan terus
loncat menghindar. Hamba sendiri heran mengapa hamba dapat
bergerak selincah dan setangkas itu. Karena binatang itu terus
menerus menyerang, hambapun marah. Lalu hamba berusaha
untuk menangkapnya" "Berhasil" "Demikianlah bapa resi" kata Kertawardhana
"hamba berhasil menangkap kedua tanduk banteng itu lalu hamba putar. Setelah berhasil, lalu hamba hantam kepalanya. Saat itu hamba benar2 terkejut dan terlongong- longong heran, bapa resi" "Mengapa" "Karena banteng itu terus rubuh dan mati. Padahal tangan hamba sakitnya bukan alang kepalang waktu memukul kepala binatang itu. Binatang itu tidak menderita luka suatu apa tetapi
dia mati, bapa resi"
275 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Resi mengangguk-angguk pula "Sudah berapa lama engkau
berlatih ilmu Prana dan semedhi itu"
"Jika tak salah, hamba sudah lima tahun berada di sini"
"Dan tiap hari engkau se lalu berlatih"
"Siang dan malam, bapa resi. Juga titah paduka supaya
bersemedhi dibawah air-terjun dan juga bersemedhi dengan
membenamkan tubuh dalam telaga, telah hamba lakukan semua.
Bahkan perintah paduka supaya hamba pergi menebang pohon
ke hutan dan membawa batang pohon itu ke pertapaan telah
hamba lakukan semua"
"Apakah engkau tak mengalami kesukaran"
"Bermula memang berat. Tetapi lama kelamaan, bukan saja
hamba dapat membawa dengan berjalan, pun bahkan dengan
lari hambapun dapat membawa batang pohon yang besar itu"
"Baik, angger" kata resi Niskala" engkau telah memperoleh


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemajuan pesat dalam ilmu Prana dan Semedhi"
"Jadi apa yang hamba mampu lakukan itu karena berkat
hamba tekun berlatih ilmu Prana dan Semedhi itu, bapa resi "
"Ilmu Prana dapat mengatur pernapasan sedemikian rupa
sehingga engkau dapat menyalurkan darah dalam tubuhmu
dengan lancar dan menurut sekehendak hati. Dan Semndhi itu
kecuali untuk menyatukan pikiran dalam endap ketenangan yang
jernih, pun dapat memperkuat seluruh indriya dan urat-urat nadi
tubuhmu. Dalam tataran jang lebih tinggi, engkau tak menyadari
bahwa engkau telah mampu memancarkan tenaga-inti dalam
tubuhmu. Tenaga-inti itu dahsyat sekali daya perbawanya.
Misalnya, menurut keteranganmu, engkau mampu menghantam
kepala banteng sampai binatang itu terkulai mati. Engkaupun
mampu lari mengejar rusa. Mampu pula erigkau memanggul
batang pohon lari naik turun gunung"
276 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"O" Kertawardhana terkejut "adakah yang hamba peroleh dari
hasil berlatih ilmu Prana dan Semedhi itu dapat dinamakan ilmu
ilmu jaya-kawijayan dan ilmu kanuragan"
"Tidak, angger" kata resi Niskala "apa yang engkau peroleh
hanyalah dasar yang kokoh. Apabila mendapat bimbingan orang
yang mengerti tentang bagaimana untuk menghimpun dan
mengembangkan tenaga-tenaga dalam tubuhmu, ataupun
disertai juga dengan mantra2 kesaktian, maka engkau akan
memperoleh ilmu jaya-kawijayan itu. Sedangkan ilmu Kanuragan,
merupakan tata gerak raga untuk membela diri ataupun
menyerang. Jelasnya ilmu bela diri ataupun ilmu berkelahi"
Kertawardhana terkesiap longong.
"Benar, angger" kata resi Niskala pula "aku memang hanya
mengajarkan, ilmu Prana dan Semedhi. Tidak mengajarkan ilmu
Jaya-kawijayan dan ilmu Kanuragan itu"
Kertawardhana tertegun. "Engkau tentu heran, angger" seolah tahu a-pa yang
terkandung dalam hati muridnya, resi Niskala berkata pula
"dahulu ketika masih muda, aku gemar sekali berguru untuk
menuntut ilmu jaya-kawijayan dan ilmu kanuragan. Tetapi apa
hasil yang kuperoleh"
Resi itu pejamkan mata seolah mengenangkan peristiwa2
masa mudanya pada beberapa puluh tahun yang lampau.
Kertawardhanapun diam dan sabar menunggu.
"Dahulu pada masa kerajaan Singasari masih berdiri megah
dibawah perintah baginda Kertanagara, keadaan negeri Singasari
amat makmur. Kebudayaan maju dengan pesat, kesusasteraan
tinggi, agama Syiwa-Buddha-Brahma berkembang laju, para resi
pandita dan brahmana mengenyam kehidupan yang bebas dan
tenang. Pada masa itu timbul berbagai jenis ilmu dari beberapa
aliran agama yang mengembangkan ilmu Semedhi dan Prana
277 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam bentuk ilmu kesaktian, ilmu jaya-kawijayan dan ilmu
kanuragan" "Kerajaan Singasari memiliki pasukan yang besar dan kuat.
Bahkan baginda Kertanagara menitahkan mengirim pasukan ke
negeri Swarnadwipa untuk menaklukkan, beberapa kerajaan di
Malayu" sejenak berhenti resi Niskala melanjutkan penuturannya
"baginda memiliki cita2 yang besar untuk menguasai seluruh
nuswantara. Dan cita2 itu hanya dapat terlaksana apabila
Singasari mempunyai kekuatan pasukan yang besar. Oleh karena
itu pemuda2 dianjurkan, bahkan di-beberapa daerah kebuyutan,
para buyut mengharuskan pemuda2 yang bertubuh sehat harus
masuk menjadi prajurit"
"Jeman itu memang jeman keemasan, dimana segala bidang
kehidupan berkembang biak maju dengan pesat sekali. Dimanamana semangat keksatryaan dipupuk, dibina dan dikembangkan.
Di pertapaan, asrama bahkan kuil, candi dan vihara, mulai
diajarkan ilmu kesaktian. Dan dalam perkembangan yang lebih
jauh, lahirlah apa yang disebut Sapta Graha atau tujuh rumah
perguruan" "Walaupun tujuan, daripada ajaran2 ilmu2 kesaktian itu hanya
untuk menempa pembentukan jasmani yang sehat dan kuat,
serta memupuk semangat keksa-tryaan serta setya-negara,
membela kebenaran dan lain2 laku utama, namun ketujuh aliran
perguruan itu tak terhindar dari bentrokan dan permusuhan yang
tak jarang harus berkesudahan dengan pertumpahan darah"
"Azas landasan dari perguruan yang baik dan mulia, seringkah
tercemar oleh tingkah laku dari murid2 yang senang
membanggakan diri. Maklum, mereka kebanyakan terdiri dari
kaum muda yang masih meluap-luap darah kemudaannya
sehingga sering melalaikan tujuan daripada ilmu kesaktian yang
dituntutnya. Bahwa ilmu itu hanya untuk membela diri dan hanya
dapat digunakan untuk sesuatu yang benar2 sudah terdesak
apabila segala permusyawarahan sudah menemui jalan buntu.
278 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan memiliki ilmu kanuragan yang masih jauh dari sempurna,
ada kalanya para murid2 itu suka menonjolkan diri,
membanggakan ilmu dari perguruannya. Gemar menyelesaikan
setiap persoalan dengan perkelahian. Lelatu2 inilah yang
akhirnya seririg berkobar menjadi api permusuhan antara sebuah
Graha dengan lain Graha. Akhirnya tak jarang terjadi
pertempuran secara besar-besaran"
"Sebagai anakmuda, akupun terhanyut dalam arus masa. Aku
menjadi seorang murid dari sebuah Graha yang terkenal. Bakat
dan kecerdasanku menarik hati guru sehingga aku sangat
disayang. Bahkan guru berkenan menurunkan seluruh ilmu
kesaktiannya kepadaku dengan harapan agar kelak aku dapat
menjadi calon pengganti pimpinan Graha":
Kertawardhana terpesona mendengarkan.
"Aku memang memenuhi harapan guruku. Graha perguruanku
makin disegani oleh lain2 Graha. Aku dapat menindas murid2
utama dari beberapa Graha.
Aku makin bangga. Dan kebanggaan itulah yang menjerumuskan diriku kearah kecongkakan dan sikap hadigang
hadigung" Resi Niskala berhenti sejenak lalu melanjutkan "Aku telah
mengikat banyak permusuhan. Berulang kali aku harus
menghadapi bahaya maut karena diserang oleh beberapa orang
yang tak dikenal maupun yang terang-terangan mengaku murid
dari Graha tertentu. Bahkan ada kalanya serangan itu dilakukan
secara menggelap dan dengan cara2 yang keji. Pendek kata, aku
tak dapat hidup tenang. Setiap saat harus selalu waspada, setiap
saat selalu cemas" "Mungkin karena dewata murka atas tingkah lakuku yang
gemar berbuat sewenang-wenang itu maka akhirnya aku harus
menemui hari naas. Peristiwa itu tak lepas dari soal2 yang terjadi
279 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di kalangan kaum muda yang berkisar pada persoalan
kegagahan, kejantanan dan soal2 wanita."
Perhatian Kertawardhana mulai meregang.
"Demang Ketawang mempunyai seorang puteri yang amat
cantik dan termasyhur sebagai ratu kembang Singasari. Secara
kebetulan, ketika di candi Bentar diadakan upacara sesaji besar,
aku sempat melihat wajah puteri demang itu. Seketika aku jatuh
hati. Tetapi ternyata gadis itu sudah dipinang oleh putera
tumenggung Suprajata di pura Singasari. Namun aku pantang
mundur. Kebanggaanku sebagai seorang pemuda yang memiliki
ilmu kesaktian tinggi, bangkit dan menuntut bahwa aku harus
dapat mempersunting gadis itu. Ksatrya harus berjodoh dengan
puteri jelita" "Benar-benar aku telah dirangsang oleh bisikan iblis ketika
mendengar bahwa anak perawan dari demang Ketawang itu
dinikahkan dengan putera tumenggung Suprajata. Hatiku hangus
dibakar rasa asmara yang berkobar-kobar. Kubulatkan tekad,
jelita itu harus ku-rebut. Demikian ketika rombongan mempelai
itu diboyong ke pura Singasari, aku nekad menghadang mereka.
Tak seorangpun yang mampu menghadapi amukanku. Putera
tumenggung, karena melawan, kubunuh dan gadis itupun
kularikan ..." Perhatian Kertawardhana makin terangsang.
"Pura Singasari gempar mendengar berita itu. Tumenggung
Suprajata marah dan melaporkan pada patih Singasari. Patihpun
marah lalu menitahkan sepasukan bersenjata untuk mengejar
jejakku. Mendengar laporan dari patih, baginda Singasari
menitahkan, supaya Sapta Graha dihancurkan dan rumah2
perguruan yang mengajar ilmu kanuragan, dibubarkan. Para
kepala Sapta Graha marah juga. Perbuatanku dianggap sebagai
mencemarkan nama baik Sapta Graha. Mereka menghadap patih
dan berjanji akan menangkap dan menyerahkan aku. Patih
meluluskan tetapi dengan syarat, apabila mereka gagal
280 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkap aku, Sapta Graha harus membubarkan diri atau akan
dibubarkan dengan kekerasan"
"Langkah pertama dari kepala2 Graha itu adalah mengobrakabrik Graha perguruanku. Guruku dibunuh, murid2 dibasmi
semua dan Graha perguruanku dibakar. Kesempatan itu
dipergunakan sebaik-baiknya oleh mereka yang dendam
kepadaku ..." "Pada saat itu dimanakah bapa resi berada" untuk yang
pertama kali karena tak dapat menahan luap keinginan tahu,
bertanyalah Kertawardhana.
"Kubawa gadis jelita itu ke dalam hutan belantara. Entah
dimana, pokok asa l dapat bersembunyi di tempat yang tak
pernah dijelajah orang. Ketika sadar dari pingsannya, jelita itu
terkejut dan marah kepadaku. Berbagai bujuk rayuan telah
kucurahkan, seluruh isi kalbuku kupersembahkan, namun gadis
itu tetap menolak kasihku. Akhirnya hilanglah kesabaranku. Aku
tak kuat lagi menahan dendam birahi yang berkecamuk dalam
sanubariku. Dengan kekerasan akhirnya aku dapat menyampaikan keinginanku. Gadis itu pingsan pula. Ketika sadar
dan tahu kalau dirinya sudah tercemar, dia melarikan diri hendak
bunuh diri terjun ke-dalam jurang ..."
"Saat itu aku sedang mencari buah-buahan untuk makanan.
Ketika kembali dan mendapatkan gadis itu telah lenyap, aku
segera mengejar. Berhari-hari aku menyusup hutan melintas
lembah, akhirnya kuketemukan dia berada dalam sebuah gua.
Tetapi alangkah kejutku ketika aku dihadang oleh seorang
pertapa tua renta yang rambutnya terurai memanjang menutupi
tubuh, wajahnyapun penuh bertutup rambut yang lebat sehingga
hilang perwujutannya sebagai seorang manusia. Dia marah
melihat kedatanganku. Aku dimaki habis-habisan sebagai
manusia terkutuk yang melarikan isteri orang dan mencemarkan
kehormatannya. Akupun marah. Ku-serang pertapa itu. Tetapi
281 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanganku telah dicengkeramannya dan seketika lunglailah se luruh
tenagaku. "Pergilah, aku tak mau membunuhmu. Cukup kukembalikan
engkau pada asalmu. Seluruh ilmu kesak-tianmu telah
kulenyapkan. Bertapalah untuk menebus kedosaanmu. Jangan
engkau kembali ke Singasari. Seluruh kawula pura Singasari
mengutukmu" Resi Niskala menghela napas "Demikianlah Kertawardhana,
sekelumit kisah hidupku yang berlumuran dosa itu. Sejak itu aku
bertapa disini dan bersumpah takkan bicara dengan manusia
untuk selama-lamanya"
Kertawardhana menghela napas. Dadanya penuh sesak
dengan berbagai kesan. "Hampir limapuluh tahun aku bertapa disini. Aku hanya ingin
mencapai moksha. Tetapi rupanya dewata masih melimpahkan
beban lagi kepadaku sebelum jiwaku meninggalkan raga ini.
Engkau datang dan berkeras mohon menjadi muridku, ah ... "
resi tua itu menghela napas panjang dan dalam.
Kertawardhana terkesiap "Maafkan hamba, bapa resi.
Sungguh hamba tak menyadari bahwa langkah hamba akan
menambah beban paduka"
"Jangan engkau berpikir demikian" kata resi Niskala "karena
kesemuanya itu sudah digaris oleh kodrat. Aku tak mengingkari
kehendak dewata dan kuberikan dasar2 pokok ilmu yang menjadi
sumber dari segala ilmu jaya-kawijayan maupun kanuragan.
Memang" resi itu me lanjut "setelah ilmu kesaktianku hilang
karena pusat sumber tenaga pada bagian Cakram Manipura
tubuhku telah hancur, akupun tak dapat mengajarkan ilmu apa2
lagi kecuali tentang ilmu Prana dan Samadhi. Tetapi andaikata
aku masih memiliki ilmu kesaktian itu, akupun telah bersumpah
bahwa aku tak mau menggunakannya lagi untuk selamalamanya" 282 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kertawardhana" kata resi tua itu "apabila engkau
menginginkan ilmu kesaktian, jaya-kawijayan dan kanuragan,
bergurulah pada guru berilmu yang berbudi luhur. Ini penting,
angger. Karena walau bagaimana saktipun guru itu, apabila dia
dari aliran Hitam, janganlah engkau masuk menjadi muridnya.
Ingat, angger, akulah contohnya. Bahwa segala apa yang bersifat
Hitam itu, pasti pada akhirnya akan kalah oleh Putih. Segala
kejahatan, keangkara-murkaan dan lain2 sifat buruk, walaupun
pada permulaan akan menonjol tetapi pada akhirnya Kebenaran
pasti yang akan menang"
"Duh, bapa resi, segala petuah wejangan paduka akan


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi sesembahan dalam kalbu hamba" kata Kertawardana
"hamba tak menginginkan segala ilmu kanuragan ataupun
kawijayan manakala ilmu2 itu hanya akan menjerumuskan diri
hamba kedalam lumpur kedosaan"
"Bagus, anakku. Sesungguhnya apabila engkau memperdalam
ilmu Samadhi dan ilmu Prana itu, engkau akan dapat mencapai
kesempurnaan dari segala sesuatu yang akan engkau hadapi.
Banyak hal2 yang tak dapat kuungkapkan disini tentang kegaiban
daripada ilmu Samadhi itu. Hendaknya engkau gali dan temukan
sendiri kelak" Kertawardhana mengiakan. "Selain hal2 yang menyangkut tentang ajaran2 yang engkau
peroleh, dalam hubungan kita sebagai guru dan murid, akupun
hendak mengungkap sesuatu hal yang penting"
"Baik, bapa resi"
"Ada sebuah peristiwa gaib yang kusaksikan beberapa hari
yang lalu" kata resi Niskala "saat itu lewat tengah malam dan
sebagaimana biasa aku tetap masih duduk bersemedhi, karena
aku tak pernah tidur merebahkan diri. Malam kelam tak
berbintang, tiba2 aku merasa telah melihat suatu benda sebesar
buah maja yang memancarkan cahaya gilang gemilang sehingga
283 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandang mataku silau. Aku memekik kejut dalam hati ketika
benda gemilang itu meluncur turun dan jatuh di pertapaan ini ..."
"O" Kertawardhanapun ikut terkejut "mengapa hamba tak
melihatnya, bapa resi" Dan bukankah bapa resi berada dalam
gua ini, mengapa bapa resi dapat melihat benda di langit"
"Itulah yang kukatakan tadi bahwa banyak kegaiban kegaiban
yang terdapat dalam ilmu Samadhi. Kelak engkau pasti akan
menghayatinya sendiri apabila engkau telah mencapai pada
tataran itu. Ketahuilah, tiada terdapat batas, ruang dan waktu
bagi kemanunggalan dalam samadhi itu. Walaupun aku berada
dalam gua, tetapi aku dapat melihat dan mengetahui keadaan di
luar gua, seterang apa yang engkau saksikan"
"O" Kertawardhana terkesiap.
"Aku segera memburu keluar gua dan mencari kemana
jatuhnya benda bercahaya itu ....."
"Ah, maafkan hamba, bapa resi" tiba2 Kertawardhana berkata
"karena hamba tak menyambut paduka"
Resi Niskala tertawa. Kertawardhana terkesiap pula. Baru
pertama kali itu sejak ia berada di pertapaan itu, ia
mendengarkan tawa dari gurunya.
"Kertawardhana" kata resi itu "engkau tahu siapa yang
kumaksudkan dengan Aku itu"
"Bukankah paduka sendiri, bapa resi".
"Yang mana " Ini" resi itu menunjuk pada dirinya.
"Ya" "Bukan, anakku. Yang ini adalah tubuhku, raga atau sangkar
belaka. Tulang belulang yang berselaput kulit2 keriput ini
memang tak pernah keluar dari gua sejak lima enampuluh tahun
yang lalu" 284 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana kerutkan dahi "Lalu siapakah yang keluar,
bapa resi" Bukankah bapa resi mengatakan malam itu keluar
untuk mencari benda gemilang itu " "
"Benar, memang aku keluar malam itu" Kertawardhana makin
terbeliak "Jika paduka mengatakan 'aku keluar', mengapa paduka
menyatakan masih berada dalam gua"
"Karena aku itu bukan yang engkau lihat berwujut kerangka
tulang tua terbungkus kulit keriput, rambut panjang dan wajah
menyeramkan seperti setan ini. Aku adalah aku yang menghuni
dalam wadah kasar ini"
"Maksud paduka, atma padukakah yang disebut aku itu "
"Juga bukan" "Roh paduka" "Tidak" "Lalu siapa itu, bapa resi"
"Kertawardhana, dapatkah engkau menerangkan kepadaku
bagaimana bentuk dan rupa angin itu"
Kertawardhana gelengkan kepala "Tidak dapat, bapa resi.
Hamba hanya dapat merasakan tetapi tak dapat melihatnya"
"Hampir bersamaan dengan itulah yang kumaksudkan dengan
aku itu. Bahkan aku sendiri pemilik aku itu, hanya dapat
merasakan tetapi tak dapat mengetahui. Maka sukarlah
kuterangkan kepadamu tetapi kelak engkau tentu dapat
menghayati dan merasakannya sendiri"
"Ya, bapa resi, tetapi hamba tak melihat suatu wujud
sebagaimana hamba melihat raga paduka"
"Benar, angger" kata resi tua itu "sekarang cobalah engkau
jawab. Apa yang engkau peroleh apabila engkau menyulut pelita"
"Api penerangan"
285 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau dapat melihat api itu, bukan"
"Dapat, bapa resi"
"Bagaimana sifat api itu"
"Panas" "Dapatkah engkau melihat panas itu"
"Tidak dapat, bapa resi. Hamba hanya dapat merasakan sifat
panasnya" "Begitulah, angger, misal yang mendekati dengan uraianku
tentang sifat Aku dalam tubuh ini. Panas merupakan zat hakiki
dari sifat api. Demikian pula Aku itu merupakan zat hakiki dari
seperangkat tulang belulang, daging dan kulit yang berbentuk
manusia" Kertawardhana mengangguk.
"Bersediakah engkau untuk mendengarkan kelanjutan
penuturanku lagi" "Hamba sudah siap, bapa resi"
"Baik" kata resi tua itu "ketika aku keluar kusaksikan benda
mencorong gemilang itu meluncur ke-arah pohon brahmastana di
muka halaman gua ini"
"Bapa resi!" tiba2 Kertawardhana berseru kaget "benarkah itu"
"Tentu, Kertawardhana. Aku dapat melihatnya dengan jelas
sekali" "Tetapi bapa resi" Kertawardhana tergagap "tiap malam
hamba duduk bersemedhi diatas batu besar datar dibawah pohon
itu. Mengapa hamba tak mengetahui sama sekali "
Resi Niskala pejamkan mata dan mulut berkemak-kemik
".Kodrat dewata tak dapat dipungkiri .."
286 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana terkejut. Ia hendak bertanya tetapi gurunya
sudah mendahului "Angger, benda itu jelas jatuh kebawah pohon
itu dan terus lenyap. Dan aku memang tahu bahwa saat itu
engkau sedang duduk bersemedhi disitu duduk bersemedhi
disitu, dan ..." "Apakah yang paduka hendak katakan kepada kami, bapa
resi" Mohon paduka sudi melanjutkan. Apapun yang terjadi, Baik
atau buruk, hamba bersedia menerima"
Resi tua itu menghela napas "Kertawardhana, peristiwa itu
bukan suatu hal yang buruk me lainkan suatu pertanda dari
anugerah yang telah dilimpahkan dewata kepadamu ..."
"O" Kertawardhana terkejut.
"Aku tak tahu anugerah apa yang akan engkau terima tetapi
yang jelas engkau akan menerima suatu anugerah kemuliaan
yang tiada taranya" resi Niskala berhati-hati sekali untuk tidak
menggelincirkan kata2 yang dengan jelas menggambarkan
sesuatu. "Kertawardhana" kata resi itu pula "aku hendak berpesan
kepadamu. Bahwa apapun yang telah kukatakan kepadamu ini,
janganlah engkau cepat2 mempercayai tetapi buktikanlah sendiri.
Karena mempercayai akan sesuatu yang baik maupun yang
buruk, akan mengikat hatimu pada suatu harapan. Apabila
harapanmu terlaksana, engkau akan gembira tetapi apabila tak
tercapai engkau pasti kecewa"
"Dan yang lebih berbahaya, Kertawardhana" kata resi Niskala
pula "karena pikiranmu terikat pada harapan dan keinginan,
maka segala langkahmupun akan terdorong oleh keinginan itu.
Engkau bekerja dan berjuang, karena terdorong oleh keinginan
bukan karena menghayati bahwa bekerja dan melakukan tugas
hidup itu suatu dharma wajib, lepas dari segala harapan dan
keinginan" 287 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hamba akan menjunjung pesan paduka dengan segenap hati,
bapa resi" "Maka kupanggil engkau menghadap kedalam gua ini dan
kulepaskan tapa-bisu yang sudah kulakukan berpuluh-puluh
tahun itu, karena perlu untuk membe-ritahu beberapa hal
penting kepadamu. Pertama, keterangan tentang apa sesungguhnya tujuanku hanya menurunkan ilmu Prana dan
Samadhi kepadamu dan tak memberi ilmu kesaktian dan
kanuragan kepadamu. Kedua, tentang peristiwa aneh dari benda
mencorong yang jatuh di pertapaan ini. Ketiga, menegaskan
pesan kepadamu agar jangan engkau memikirkan dan mengikat
dirimu dalam suatu harapan dan keinginan dari sesuatu yang
belum nyata engkau alami. Dan yang keempat, ah ... " resi itu
menghela napas. Kertawardhana terkesiap ketika mendengar gurunya menghela
napas. Adakah sesuatu yang terasa berat bagi gurunya untuk
memberitahukan kepadanya"
Ia tak berani cepat2 mendesak, melainkan menunggu sampai
gurunya menyambung pembicaraan lagi. Tetapi karena sampai
beberapa saat belum juga resi Niskala membuka mulut, terpaksa
ia memberanikan diri untuk bertanya "Bapa resi, maafkan
kelancangan hamba. Tetapi adakah sekiranya sesuatu yang berat
bagi paduka untuk menyampaikan kepada hamba"
"Tidak, Kertawardhana" tiba2 nada resi itu berubah tegas
"setiap awal tentu terjadi akhir. Demikian pula dengan hubungan
kita. Sudah bertahun-tahun engkau berada dengan aku disini dan
kini sudah tiba saatnya kita harus berpisah ..."
"Bapa resi!" teriak Kertawardhana terkejut.
"Benar, Kertawardhana" kata resi Niskala "mengapa kita harus
bergembira kalau bertemu dan mengapa kita harus bersedih
apabila harus berpisah" Tidakkah karena pikiran kita masih
terikat dengan perasaan yang penuh keinginan " Itu tak benar,
288 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana" katanya pula "ada saat kita berkumpul dan ada
saat kita harus berpisah. Sudah lima tahun engkau berguru
kepadaku dan sekarang tibalah saatnya engkau harus turun
gunung ..." "Bapa resi, mengapa ..."
"Ingat Kertawardhana" cepat gurunya menukas "bahwa
tujuanmu hendak menuntut ilmu itu tak lain seperti yang dulu
engkau pernah menyatakan ketika pertama kali-engkau datang
kepadaku. Masih ingatkah engkau"
"Masih bapa resi. Hamba menyatakan bahwa tujuan hamba
hendak menuntut ilmu kelak akan hamba amalkan kepada
kepentingan masyarakat, negara dan sesama titah"
"Begitulah, Kertawardhana, maka kumewajibkan engkau
supaya turun untuk mengamalkan segala ilmu yang engkau
peroleh dari aku. Kedua kalinya, agar engkau bertambah
pengalaman dan pengetahuan yang nyata. Ketahuilah,
Kertawardhana, bahwa pengalaman itu merupakan guru kita
yang baik manakala kita dapat menarik sari pelajaran dari
pengalaman itu" "Tetapi bapa resi" kata Kertawardhana "tidakkah bapa resi
menganggap bahwa ilmu kepandaian yang hamba miliki sekarang
sudah memadai untuk melakukan tugas2 dharma hamba di
masyarakat ramai" "Ilmu itu tiada habisnya, angger" kata resi Niskala "batasnya
hanyalah apabila kita sudah merasa puas diri dari apa yang telah
kita peroleh. Adakah aku menganggap ilmu kepandaianmu sudah
memadai atau belum untuk mengarungi dunia kehidupan, jawabanku bukanlah aku yang harus menganggap melainkan
kesemuanya itu tergantung pada dirimu sendiri. Percaya pada diri
sendiri, merupakan suatu landasan kokoh untuk menghadapi
segala sesuatu tugas, peristiwa, dan coba dalam hidup. Tetapi
percaya pada diri sendiri itu bukan berarti congkak. Hilangkan
289 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua kewas-wasan atau kesamaran terhadap sesuatu yang
menjadi keya-kinanmu"
"Baik, bapa resi, petuah paduka itu akan kutanamkan dalam
hati sanubari hamba"
"Benda bercahaya gemilang yang turun ke pertapaan ini
memecahkan suatu amanat gaib dari Hyang Purbawisesa, bahwa
engkau telah dipilih dewata untuk menerangi jagad. Kerajaan
Majapahit sedang tertimpah kegelapan. Raja dibunuh mentri,
kerajaan goncang, daerah2 bergolak. Dalam hati setiap mentri,
senopati, nayaka dan adipati2 mancanagara, segenap narapraja
dari lapisan atas sampai bawah, telah bergetar-getar dalam
gempa kegoncangan hati. Tahta kerajaan kosong dan
berkeliaranlah manusia2 serigala dan harimau untuk mengincarnya. Keadaan itu tak boleh berlarut-larut, anakku. Dan
dewata rupanya telah menurunkan amanat-gaib itu ke pertapaan
ini ... " Kertawardhana diam2 heran mengapa guru yang tak pernah
keluar dari pertapaan dan melakukan tapa-bisu sejak berpuluh

Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

puluh tahun itu tahu akan keadaan di luar, tahu akan kerusakan
praja dan tahu akan kegawatan suasana kerajaan. Terpercik
suatu kesangsian yang akan disalurkan dalam pertanyaan tetapi
pada lain kilas tiba2 ia teringat akan keterangan gurunya tadi.
Bahwa bagi seorang yang sudah mencapai tataran tinggi dalam
ilmu Samadhi, tak ada lagi yang disebut batas ruang, waktu dan
keadaan. Adakah sang Aku dari bapa guru itu yang melayanglayang melalang buana"
"Engkau Kertawardhana harus berbesar hati karena engkau
mendapat tugas untuk menerangi semua kegelapan kabut yang
menghitam cakrawala kerajaan Majapahit. Jangan engkau
bersangsi, jangan engkau samar, jangan engkau cemas seperti
sang Arjuna di permulaan perang di padang Kurusetra itu. Tapi
tetapilah kewajiban dharma-ksatryaan sebagai mana Sri Krisnha
telah menurunkan sabdanya kepada Arjuna itu. Namun ingat
290 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana, janganlah engkau dicemar oleh nafiu keinginan,
dibuai oleh kecongkakan dan dicengkeram oleh hawa nafsu
angkara murka. Ingat, anakku, Putih itu selalu akan menang
karena putih itu adalah sifat dari Kebenaran hakiki"
"Segala sabda paduka, bapa resi, akan hamba hayatkan dalam
suksma hamba" "Dan kelima, Kertawardhana, dan ini yang terakhir, akan
kuberimu sebuih aji-aji ..."
"Bapa ..." Kertawardhana terkejut.
"Aji-aji itu akan kuresapkan kedalam tubuhmu. Daya gunanya
untuk menolak segala bahaya, walaupun yang bagaimana ganas
dan dahsyatnya. Baik bahaya itu berasal dari manusia yang
menjadi musuhmu maupun dari segala mahluk halus, jin setan
yang tak berwujut, dan lain' dari alam ..."
"Terima kasih bapa resi"
"Sebelum kuberikan aji itu, terlebih dulu akan kuuraikan daya
perbawanya. Aji itu disebut Hastha Gina yang berarti Delapan
Kebajikan. Sebenarnya Hastha Gina itu merupakan ilmu
wejangan yang tinggi untuk pegangan hidup di arcapada ini.
Tetapi setelah limapu-luh tahun aku bertapa- bisu dan
menjalankan ilmu Prana dan Samadhi, maka tercipfalah sebuah
ilmu sakti yang kuberi nama aji Hastha Gina"
"Sesuai dengan namanya maka aji Hastha Gina itu memiliki
daya perbawa delapan macam sifat, demikian :
1. K s m a, yang berarti aman, tenteram. Suatu hal yang
mendasari tabiat suka memberi pertolongan kepada siapa saja
yang membutuhkannya. Daya perbawa dari sifat Ksma, ini akan
mengetuk dan menyadarkan pikiran lawan yang sedang marah
dan dendam. 2. T i r t a atau air yang mengandung makna rata. Air tetap
air, bagaimanapun bentuknya dan untuk siapa, bilamana serta
291 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap siapapun juga. Daya perbawanya, tak gentar dan teguh
pendirian. Musuh akan gentar menghadapi ketenangan dan
keteguhan kekuatan kita. 3. J a 1 a d r i , laut. Sifatnya luas tanpa batas. Dapat memuat
apa saja tanpa batas. Daya perbawanya, dapat menerima
serangan atau pun ancaman apa saja dari musuh.
4. Samirana atau berarti angin. Selalu dan seolah-olah dapat
menyusup di mana saja. Daya perbawanya, akan menghembus
kesaktian yang menolak serangan lawan.
5. Candra berarti bulan. Sifatnya tenang, tenteram, sejahtera,
pandai menuntut dari dan atau memberi penerangan. Daya
perbawanya dapat menahan serangan lawan yang bagaimana
dahsyatnya. 6. S u r y a atau matahari. Sifatnya dapat memberi gaya atau
kekuatan hidup kepada segenap makluk. Daya perbawanya,
menimbulkan daya dan kekuatan yarg tiada taranya.
7. D a h a n a atau api. Melambangkan keadilan dan atau budi
luhur. Perbawanya, membakar hangus segala kotoran dan
kejahatan yang hendak dilaksanakan lawan dalam serangannya.
8. K a r t i k a yang berarti teguh. Daya perbawanya, kokoh
kuat laksana sebuah gunung yang tak goyah dilanda badai
prahara. Demikian uraian dari Hastha Gina dengan daya perbawanya.
Daya perbawa itu akan memancar apabila engkau sudah makin
mencapai tingkat kesempurnaan dalam ilmu Prana dan Samadhi.
Oleh karena itu, pergiat dan tekunlah engkau me lakukan ilmu
Prana dan Samadhi itu. Daya perbawa itu, dapat engkau
pancarkan kearah bagian tubuhmu yang mana setelah ilmu Prana
yang engkau latih itu dapat menumbuhkan tenaga-inti dalam
Cakram Manipura dan Cakram Ana Ha-ta, atau dibagian pusar
perut dan dada. Engkau akan mampu menghadapi lawan yang
292 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti dalam ilmu apa saja, baik kedigdayaan, jaya-kawijayan,
kanuragan maupun aji-mantra aji-mantra"
Terkesima Kertawardhana mendengar uraian resi tua yang
menjadi gurunya itu. "Tetapi ada sebuah pantangan, Kertawardhana" kata resi
Niskala pula "yang harus engkau ingat baik2 dengan sungguh2
hati. Bahwa Hastha Gina itu akan hilang perbawa kekuatannya
apabila engkau bertindak salah dan engkau gunakan untuk
maksud yang buruk. Ilmu Hastha Gina itu suatu ilmu aliran Putih
maka harus putih pula hati dan batin orang yang memilikinya"
"Sabda paduka bapa resi, akan tercantum dalam ulu sanubari
hamba. Hamba berjanji akan melaksanakan titah paduka, bapa
resi" "Cara untuk memancarkan daya perbawa kekuatan aji itu, tak
perlu engkau mengucapkan mantra tetapi cukup asal engkau
menggunakan ilmu Prana, menahan napas lalu menyalurkan
kearah bagian tubuhmu yang engkau inginkan. Misalnya kearah
lengan, kaki atau bahu, punggung dan lain-lain"
"Terima kasih, bapa resi"
"Kertawardhana" kata resi Niskala "sekarang kemarilah engkau
mendekat aku. Akan kuresapkan aji Hastha Gina itu kepadamu"
Kertawardhana bergegas melakukan perintah gurunya.
Setelah duduk merapat di hadapan sang resi maka resi itu
memerintahkan agar Kertawardhana menundukkan kepalanya.
Kertawardhanapun melaksanakannya.
Resi Niskala mendekap bahu muridnya dengan kedua tangan,
tiba2 ia songsongkan mukanya kearah kepala Kertawardhana lalu
mengecupkan mulut ke ubun-ubun kepala muridnya "Pejamkan
mata, lakukan ilmu Prana, Kertawardhana" sebelum mengecup
ubun2 kepala, resi Niskala memberi perintah kepada muridnya "
293 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bermula Kertawardhana merasakan ubun2 kepalanya terasa
hangat. Kemudian ia mulai merasakan mulut gurunya itu
memancarkan suatu aliran hawa hangat yang meresap kedalam
kepala. Aliran hawa hangat itu pelahan-lahan mengalir turun ke
leher, kemudian ke dada. Setelah agak lama aliran hawa hangat
itu memenuhi dada, barulah pelahan-lahan mengalir turun ke
pusar perut. Lama juga hawa hangat itu mengeram dalam pusar,
kemudian pelahan-lahan baru mengalir ke bawah, terus ke kaki
sehingga saat itu seluruh tubuh Kertawardhana terasa hangat.
Makin lama rasa hangat itu makin meningkat a-gak panas,
panas dan makin panas sehingga peluh bercucuran deras
membasahi sekujur tubuh Kertawardhana. Namun ia tetap
menyambut aliran itu dengan ilmu Prana.
Entah telah berjalan berapa lama, Kertawardhana tak dapat
mengingatnya lagi. Yang dapat diingatnya pala saat terakhir ia
melakukan ilmu Prana dan Samadhi seperti yang diperintah oleh
resi Niskala, hanyalah tubuhnya terasa panas sekali dan pada
puncak panas yang tinggi, dia rasakan pikiran terbenam dalam
kegelapan. Gelap sekali sehingga ia tak menyadari apa-apa lagi.
Adalah ketika lapat2 ia mendengar suara ayam hutan
berkokok, memancarlah kesadaran pikirannya pula, makin lama
makin terang, kemudian ia membuka mata. Pertama-tama yang
menggagah dalam pandang matanya tak lain hanya sesosok
tubuh yang terbungkus rambut putih, tengah duduk dihadapannya. Sinar fajar yang merekah menyusup kedalam
pintu gua, memercikkan cahaya yang mencuat kewajah orang
yang berada di hadapannya. Ia terkejut ketika melihat wajah
gurunya tampak pucat lesi seperti mayat. Keriput2 yang
menghias wajah itu tampak jelas bagaikan garis2 lingkar pada
kelopak kerucut, kering dan keras. Raut muka yang hampir tak
kelihatan karena tertutup oleh jambang, kumis dan janggut yang
putih, tampak amat loyo sekali.
294 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru pertama kali itu sejak beberapa tahun berada di
pertapaan, Kertawardhana dapat melihat jelas bagaimana
sesungguhnya perwujutan dari resi aneh yang menjadi gurunya
itu. Seorang yang tinggal dalam gua dan tak pernah keluar
selama lima enampuluh tahun lamanya. Adakah karena tak
pernah terkena sinar matahari maka orangtua itu menjadi pucat
lesi" Serentak teringat ia akan peristiwa yang dialam inya semalam.
Untuk menebus dosa, orangtua itu rela menyekap diri dalam gua
seumur hidup. Ah, hidup manusia itu memang penuh berbagai
corak dan ragam. Tetapi seorang manusia yang telah menyadari
dan bertekad hendak menebus kesalahan2 pada masa mudanya
seperti yang dilakukan gurunya itu, memang jarang terdapat.
Diam2 timbullah rasa kagum dan mengindahkan.
Dan timbullnya rasa itu cepat sekali me lahirkan rasa iba atas
perwujutan tubuh dan raut muka dari manusia yang kini menjadi
gurunya itu. T ersentuh kalbu Kertawardhana dan sentuhan halus
itupun segera mengalirkan air yang mengembang dalam manik
matanya. Ia terharu. Pejamkan mata untuk menampung
keharuan itu dalam suatu kenangan yang mendalam.
Beberapa saat ketika membuka mata, dilihatnya gurunya itu
masih tetap memejam mata. Didapatinya pula gua itu makin
terang dan terasa pula hawa sejuk menghembus kedalam. Ia
agak terkejut ketika mendapatkan bahwa sinar penerangan itu
bukan saja dari a-rah pintu gua, pun dari penghujung dinding
gua yarg terpisah beberapa langkah di belakang gurunya itu
terdapat pula secercah sinar penerangan. Mengarahkan pandang
ke tempat itu, barulah ia mengetahui bahwa s inar yang meluncur
kebawah itu berasal dari sebuah lubang pada langit2 gua. Dan
dapat pula ia melihat bahwa disekeliling ujung gua itu berwarna
hijau karena penuh dengan tumbuhan pakis.
295 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Penemuan itu hanya menimbulkan rasa kejut dalam hati
Kertawardhana "Adakah selama ini guru hanya hidup dengan
makan tumbuhan pakis itu"
Makin besar rasa iba atas derita nasib yang dialam i gurunya.
Dipandangnya wajah resi tua itu pula. Makin lekat. Ia melihat
jelas gurat2 pada dahi gurunya itu, memberi gambaran wajah
seorang yang keras .hati. Dan walaupun mukanya tertutup
dengan rambut tetapi ia dapat membayangkan bahwa dahulu
semasa mudanya, orangtua itu tentu seorang lelaki yang
berwajah tampan. Ditelusurinya pula seluruh tubuh dan setiap
indriya dan bertemulah kesannya pada suatu kesimpulan bahwa
dahulu gurunya itu tentu seorang pemuda yang gagah perkasa.
Penemuan akan kesan dan kesimpulan cepat terhapus dengan
kenyataan yang dilihatnya saat itu. Tak lebih kini lelaki itu
seorang tua renta yang bertubuh kurus kering dan berwajah
loyo. "Bapa resi" serentak meluaplah rasa iba itu meluncurkan kata2
dari mulutnya. Namun resi Niskala tetap diam dan pejamkan
mata "bapa resi" Kertawardhana mengulang pula sampai dua tiga
kali namun tetap tak bersahut.
Sesuatu segera membayangkan dalam benak Kertawardhana
dan sesuatu itu merupakan bayang2 dugaan yang mengerikan"
Bapa resi" ia berteriak dan serentak ia ulurkan tangan
memberanikan diri untuk menjamah kaki sang resi. Kaku, dingin ;
. . . "Bapa resi" Kertawardhana memekik dan memeluk tubuh
gurunya. Ternyata tubuh resi itu sudah dingin. Dia sudah tak
bernyawa lagi .... Kertawardhana tak terperikan kejut dan sedihnya.. Ia
menangis tersedu sedan seperti seorang anak. Namun resi
Niskala sudah tak dapat mendengarkannya lagi. Suasana gua
yang sunyi itu makin bertambah lelap, sedih dan mengharukan.
296 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah puas menumpahkan air mata, barulah Kertawardhana
longgar hatinya. Pikirannyapun berangsur terang "Angger, setiap
Mula tentu akan ada Akhir ..." masih mengiang-ngiang kata sang
resi yang didengarnya semalam. Adakah resi itu sudah tahu akan
peristiwa yang akan dialam inya" Adakah resi gurunya sudah tahu
bahwa dia sudah akan meninggalkan arcapada" Adakah ....
"Tetapi dia telah mengecup ubun2 kepalaku dan..." segera
Kertawardhana teringat akan hawa hangat yang mengalir dari
kepala lalu turun ke seluruh tubuhnya. Hawa hangat itu makin
panas dan panas sehingga ia tak, teringat suatu apa lagi.
"Adakah kematian bapa resi karena meniupkan hawa hangat
itu kedalam tubuhnya" mulailah ia merangkai dugaan, la merasa
dugaannya itu benar tetapi ia tak tahu mengapa hal itu dapat
menyebabkan kematian gurunya. Perasaannya percaya bahwa
memang demikian peristiwa itu tetapi pikirannya tak dapat
menemukan dasar alasannya.
Tiba2 ia melihat sesuatu yang mengejutkan. Di samping resi
itu terdapat sebuah benda kecil yang bersinar kemilau.
Dipungutnya benda itu. Ia makin terkejut. Ternyata sebentuk
tusuk sanggul bermata permata yang berkilau-kilauan cahayanya.
"Ini perhiasan rambut wanita" Kertawardhana terkejut


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"mengapa bapa resi menyimpan benda ini "
Dicobanya untuk memeriksa sekeliling tempat gurunya duduk.
Mungkin ia akan menemukan sesuatu lagi. Berkat sinar cahaya
matahari siang yang makin menerangi gua itu, dapatlah ia
menemukan sesuatu lagi. Penemuan ijtu bukan berupa benda
melainkan sebuah guratan2 pada tanah padas dihadapan sang
resi. Tanah padas itu rata dan halus, penuh dengan guratan2.
Setelah diamat-amatinya sampai beberapa saat, Kertawardhana
terbeliak. Ia menyadari bahwa guratan2 pada permukaan tanah padas
itu bukan hanya sekedar guratan yang tak berarti melainkan
297 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbentuk rangkaian huruf2 Kawi. Dan mulailah ia mencoba
untuk membacanya : Muridku. Mudah-mudahan engkau dapat menemukan tulisan
yang kubuat selama bertahun-tahun dengan mengguratkan kuku
jariku pada permukaan tanah padas ini. Hanya dua buah hal
yang kuminta engkau melakukan untukku. Pertama, berikan
kepada wanita yang pernah kuhancurkan kehormatannya itu,
tusuk sanggul permata miliknya, ini. Mohonkan ampun atas
kesalahanku kepadanya. Kedua, apabila aku mati, jangan engkau
tanam atau bakar tetapi sandarkanlah mayatku pada dinding gua
ini. Aku tak mengharap balas suatu apa dari engkau. Asal engkau
dapat mengingat dan melaksanakan petuah2 yang kuberikan
kepadamu selama ini, aku sudah merasa bahagia.
resi Nis. (Oo-dwkz-Ismo-oO) III Manusia memang penuh kelemahan. Walaupun sudah
mengetahui bahwa mengenangkan sesuatu yang lampau hanya
menambah beban kesedihan, bahwa kesedihan itu hanya sekedar
luap perasaan yang tak mungkin dapat mengembalikan sesuatu
yang terjadi pada masa lampau, baik sesuatu itu merupakan
kenangan peristiwa yang gembira ataupun yang menyedihkan,
suka a-taupun duka, namun perasaan itu adalah sifat hakiki
daripada hati. Oleh karenanya, acapkali sukar dikuasai ataupun
dilenyapkan. Demikian pula dengan Kertawardhana. Lima tahun bukan
waktu yang singkat namun baginya, lima tahun berguru pada resi
Niskala di puncak gunung Kawi itu terasa seperti sekejab mata.
Rasanya baru seperti kemarin ia berada di gunung itu dan
sekarang sudah'turun pula. Alam pegunungan dengan hutan
298 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pohon2 yang menghijau lebat, langit yang biru berhias awan
berarak, angin semilir sejuk, pancuran dan saluran2 air yang
berdesir-desir mengalir, kicau burung dan ketenangan suasana,
tak ada yang berobah. Dalam kemenungan penuh renung itu, tiba2 ia hentikan
langkah "Aneh" gumamnya seorang diri "mengapa secepat ini
aku sudah berada di kaki gunung "
Ia teringat dahulu waktu pertama kali datang betapa susah
payah ia harus mendaki keatas. Berjam-jam ia baru dapat
mencapai puncak. T etapi mengapa sekarang sedemikian cepat ia
sudah menuruni gunung dan tiba di kaki gunung. Apakah langkah
kakinya sekarang lebih tangkas dan lincah" Adakah hal itu karena
hasil dari ajaran ilmu yang diberikan resi Niskala" Bukankah ia
hanya menerima pelajaran ilmu Prana dan Samadhi" Benarkah
kata gurunya bahwa kedua ilmu itu merupakan sumber dari
segala ilmu lain-lain" Pikirnya.
Berpikir merupakan titik tolak dari penyadaran. Kemudian
kesadaran akan berkembang lebih lanjut dalam berbagai gelora.
Semangat bergelora, kekuatan timbul dan harapanpun
memancar. Kertawardhana telah menemukan kesadaran. Bahwa
kenangan indah selama berguru di puncak gunung itu hanya
sepercik perasaan bahagia yang hendak ia tanam dalam taman
hatinya. Dan selanjutnya biarlah kenangan itu bersemayam
selama-lamanya dalam hati. Tak perlu harus diluapkan dan
dikenang terus menerus. Sekarang ia menghadapi suatu kenyataan. Tak mungkin ia
kembali ke puncak gunung lagi. Gurunya telah moksha dan kini ia
harus terjun kedalam kancah kehidupan. Ia harus menghadapi
dan berusaha untuk mengatasi. Ilmu harus diamalkan untuk
kepentingan negara, kawula dan sesama manusia.
Resi Niskala telah memberi petunjuk bahwa saat ini negara
sedang dilanda awan kegelapan. Raja dibunuh, tahta kerajaan
kosong. Mentri, senopati dan nara-praja bergetar. Keadaan para
299 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adipati di daerah2pun resah. Apakah sesungguhnya yang telah
terjadi" Ia tak tahu kecuali mengingat pesan gurunya yang telah
membebankan harapan kepadanya agar dia ikut serta
berkecimpung dalam usaha untuk kesejahteraan negara.
"Mampukah aku melakukan hal itu" ia bertanya dan segera
tumbuh keraguan. Tetapi secepat itu terngiang pula wejangan
dari gurunya bahwa keraguan itu pertanda dari kebimbangan
atau hati yang bercabang. Mengurangi kepercayaan pada diri
sendiri, menyangkal dharma seorang ksatrya, melarikan diri dari
kenyataan. Tak ada dosa yang lebih hina,bagi seorang ksatrya
dari apabila dia mengingkari dharmanya.
Serentak timbullah semangat Kertawardhana. Lima tahun
terus menetap di gunung, menimbulkan kerinduan pada rumah.
Ia ayunkan langkah menuju ke Tumapel. Ayahnya, Cakradara
yang pernah menjabat akuwu Tumapel sudah wafat. Kini tinggal
ibunya. Sejak kepergian ayahnya, ibunyapun tinggal dalam
kesunyian dan cepat pula akuwu Cakradara itupun dilupakan
orang. Ia akan menemui ibunya, menghaturkan sembah
bhaktinya. Walaupun keturunan seorang akuwu yang pernah berkuasa di
Tumapel, tetapi sejak ayahnya meninggal, ibunya telah pindah
disebuah tempat yang terletak di pinggir kota, menuntut
kehidupan sebagai seorang kawula biasa. Ibunya seorang wanita
yang beriman kuat. Ia tak menginginkan puteranya mengagungagungkan darah keturunan, membangga-banggakan kedudukan
mendiang ayahnya. Ia menginginkan puteranya kelak menjadi
seorang manusia yang berbudi luhur, seorang ksatrya utama.
Apabila hendak mengikuti jejak mendiang ayahnya, pun harus
dirintis dari mula dan ditempuh dengan daya usaha dari
tenaganya sendiri. Walaupun dalam hati kecil sang ibu,
menghendaki Kertawardhana kelak-menuntut saja kehidupan
sebagai rakyat biasa tetapi penuh ketenteraman dan kedamaian
daripada mengabdi kepada kerajaan mencapai pangkat dan
300 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedudukan yang tinggi tetapi penuh dengan pergolakan lahir
batin, namun isteri akuwu Cakradara itu tak ingin memaksakan
kehendaknya kepada puteranya. Sebagai seorang ibu yang
bijaksana, ia menyerahkan keputusan kepada puteranya sendiri,
menurut cita2 dan keinginannya. Ia tak mau memaksa. Hanya ia
berpesan "Puteraku, engkau sudah dewasa. Kuserahkan
kepadamu sendiri apa yang hendak engkau cita-citakan. Adakah
engkau ingin hidup tenang sebagai kawula biasa ataukah engkau
hendak mengabdi kepada kerajaan sebagai narapraja. Yang
penting, ibu hanya pesan, baik sebagai seorang kawula ataupun
seorang abdi praja, engkau tak boleh meninggalkan perilaku
yang utama dan budi yang, luhur"
Demikian Kertawardhana mulai mengenangkan kehidupannya
waktu masih tinggal bersama ibunya. Ia masih ingat ketika masih
kecil sekali, pernah berdiam disebuah gedung besar yang
mewah. Ia baru mengetahui bahwa gedung itu adalah kediaman
akuwu, penguasa tertinggi dari Tumapel, ketika bujang Gatra
yang memomongnya sejak kecil, menceritakan hal itu. Ibunya tak
pernah bercerita tentang itu.
"Raden bagus" kata Gatra pada-suatu hari ketika mereka
berburu burung di hutan "sesungguhnya raden ini dulu putera
akuwu Tumapel. Sejak gusti akuwu, ayah raden, meninggal maka
gusti akuwu puteri lalu boyongan pindah ke pinggiran kota"
"Apa katamu, paman Gatra" Akuwu" Apakah akuwu itu "
"Akuwu itu adalah setingkat dengan raja yang di bawah
pemerintahan kerajaan Daha"
"Aku putera akuwu" Ah, jangan main2 paman. Ibu tak pernah
mengatakan hal itu" "Sungguh raden" kata Gatra "tetapi jangan2 lah raden
menanyakan hal itu kepada gusti puteri. Nanti aku tentu
didamprat" 301 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian beberapa peristiwa yang dikenang Kertawardhana
selama dalam perjalanan menuju ke Tumapel. Memang dulu ia
tak berani menanyakan hal itu kepada ibunya. Ia kasihan kepada
Gatra. Tetapi sekarang, ia ingin mengetahui kebenaran hal itu
apabila ia bertemu dengan ibunya.
Pertemuan antara seorang ibu dengan puteranya yang sudah
lama tak berjumpa, tentu menimbulkan haru kegembiraan yang
tak terlukiskan. Apalagi putera yang menjadi buah harapan
hatinya. Dan pertemuan itu hanya mengetuk sanubari seorang
ibu akan kenangan pada masa lampau. Kenangan pada suami
yang telah tiada, kenangan pada kehidupan yang serba
berkelebihan kecukupan sebagai isteri akuwu.
Airmata merupakan luapan dari isi hati yang penuh dengan
sumber perasaan2 halus. Perasaan sebagai seorang ibu kandung,
sebagai seorang wanita agung dan sebagai seorang janda.
Benturan antara kenangan indah dari kehidupan masa lampau
yang penuh kemuliaan dengan kehidupan sekarang yang penuh
keperihatinan dan kesunyian, segera menimbulkan getar2
serabut nurani. Getar2 yang menimbulkan rasa haru, sedih dan
nalangsa, segera mengalirkan air yang meluap keatas, mengucur
dari celah2 kelopak mata. Nyi akuwu Gakradara menangis ketika
memeluk puteranya. Kertawardhanapun mengucurkan airmata. Tetapi dia tak tahu
apa sesungguhnya yang terkandung dalam keharuan sang ibu.
Dia menangis karena iba akan ibunya. Kemudian dibiarkannya
sang ibu menumpahkan airmata sepuas-puasnya. Ia tahu airmata
itu merupakan pancaran yang utama dari hati seorang wanita.
Dan tahu pula ia, bahwa airmata ibunya itu adalah airmata yang
berguna untuk melonggarkan kesesakan dada dan isi hati ibunya.
"Ibu, marilah kita bicara dengan tenang" kata Kertawardhana
setelah melihat ibunya puas menumpahkan airmata.
"Baik, puteraku"
302 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu" kata Kertawardhana "rasanya sejak kecil mula, baru
pertama kali ini hamba melihat ibu mengucurkan airmata
sedemikian sendu. Apakah sebabnya, ibu" Adakah ananda ibu
perkenankan untuk mengetahuinya"
"Puteraku" kata nyi Cakradara "tidak ada rahasia yang akan
kusimpan dan takkan kuceritakan kepadamu. Ibu hanya terharu,
angger, teringat akan mendiang ramandamu. Betapa sukacita
ramandamu apabila saat ini masih hidup dan me lihat puteranya
telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang cakap dan gagah.
Itulah angger, yang mengharukan hati ibu sehingga tak tertahan
lagi airmataku mengucur"
"Benar, ibu" kata Kertawardhana "memang demikian perasaan
ibu, demikian pula perasaan ananda. Tetapi bagaimanapun kita
tak merelakan, namun apabila sudah dikehendaki oleh H yang
Purbenggesang, kita harus menyerahkannya, ibu. Dan marilah
ibu, kita memanjatkan puji syukur kepada Hyang Widdhi, bahwa
walaupun rama telah meninggalkan kita, tetapi dewata masih
tetap mengayomi ibu dengan keteguhan lahir dan batin sehingga
dapat memelihara ananda sampai besa. Inilah kemurahan dari
sanghyang Jagadnata kepada ita ibu"
"Benar, Wardhana" kata nyi Cakradara "memang segala
sesuatu dalam kehidupan manusia itu telah digaris oleh dewata.
Kita sebagai titah, hanya wajib menerimanya saja"
"Tetapi ibu" Kertawardhana mulai merintis kesempatan untuk
mencari keterangan "hamba rasa keharuan ibu tentu tidak hanya
mengenang rama, pun hamba rasa tentu ada sesuatu yang
berkaitan dalami peristiwa kehidupan rama yang lalu"
Nyi Cakradara terkesiap" Apa maksudmu, angger"
"Bukankah waktu ayah meninggal, hamba masih kecil sekali"
"Ya" 303 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan karena itu hamba tak ingat bagaimana kehidupan rama
pada masa hidupnya" Nyi Cakradara tertegun. "Samar2 hamba hanya ingat bahwa kita tinggal disebuah
rumah besar dan indah. Rama berpakaian indah dan selalu
dihadap oleh berpuluh-puluh orang. Benarkah itu, ibu"
"Benar, angger"
"Lalu apakah pekerjaan rama" Apakah rama seorang
narapraja yang berpangkat tinggi"
Nyi Cakradara menghela napas. Ia pejamkan mata seolah
hendak membenahi isi hatinya yang penuh gejolak. Kertawardhana dapat menduga dan tak mau mengganggu
sebelum ibunya membuka mulut sendiri.
Beberapa saat kemudian nyi Cakradara membuka mata dan
berkata dengan tenang "Angger, apakah engkau ingin tahu
riwayat hidup mendiang ramamu "
"Hamba adalah putera rama dan paduka, ibu. Bukankah layak
apabila seorang putera ingin mengetahui tentang kehidupan
rama di masa yang lalu"
?"Benar, puteraku" kata ibu Kertawardhana "memang layak
dan ibu pun menganggap bahwa sekarang sudah tiba saatnya
engkau mengetahui hal itu"
"Terima kasih, ibu"


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cakradara memang masih mempunyai ikatan darah
keturunan dengan keluarga baginda Kertanagara, raja Singasari
yang termasyhur itu. Tetapi memang menjadi sifat ramandamu,
beliau tak mau menonjol dan tak suka membanggakan diri
sebagai keluarga raja sehingga beliaupun tak dikenal dan tak
menjabat pangkat suatu apa dalam kerajaan Singasari-pada
masa itu" 304 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ramandamu, angger, gemar lelana brata, bertapa dan
menuntut ilmu. Pada masa itu akuwu Jayakatwang dari Daha
sudah siap2 menyusun kekuatan untuk menyerang Singasari.
Sebagai keturunan raja Tumapel dan masih mempunyai
hubungan keluarga dengan baginda Kertanagara, ramandamu
gelisah dan cemas. Tetapi dia hanya seorang kawula biasa, tak
mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan kerajaan ... "
"Tetapi ibu, bukankah kala itu rama masih muda" sela
Kertawardhana "tidakkah beliau dapat mengabdi kepada kerajaan
sebagai prajurit untuk membela negara"
Nyi Cakradara menghela napas "Ramamu tidak suka menjadi
prajurit. Dia berhati welas asih dan tak suka melihat
pertumpahan darah atau kekerasan. Walaupun usianya masih
muda tetapi pikiran ramamu seperti seorang pandita"
"O" seru Kertawardhana "lalu apakah rama hanya berpeluk
tangan saja melihat Singasari terancam bahaya"
"Tidak, angger" kata nyi Cakradara "ramamu tetap berusaha
dalam batas2 kemampuannya. Ramamu menghadap baginda dan
menghaturkan laporan tentang bahaya2 yang akan timbul dari
Daha. Tetapi bagaimana tanggapan baginda"
"Ditolak " "Ya" nyi Cakradara mengangguk "kala itu kerajaan Singasari
memang sedang mencapai puncak kejayaan. Baginda ingin
meluaskan pengaruhnya ke seluruh nuswantara. Mengirim
pasukan Singasari ke Swarna-dwipa. Baginda merasa kerajaan
Singasari makin besar dan kuat. Tak mungkin Daha akan
menghianatinya karena putera dari akuwu Jayakatwang yang
bernama raden Ardaraja telah dipungut sebagai putera menantu
oleh baginda Kertanagara. Baginda mengusir ramamu dari ruang
balairung, angger" "O" seru Kertawardhana "tidakkah rama mengatakan bahwa
rama sebenarnya masih keluarga dengan baginda dan bahwa
305 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rama dengan sungguh2 menghaturkan laporan itu demi
keselamatan kerajaan Singasari"
Nyi Cakradara gelengkan kepala, menghela napas "Engkau
harus tahu akan watak dari ramamu, ramamu tak suka
menonjolkan asa l keturunannya. Ramamu menghadap baginda
sebagai seorang kawula biasa dan wajarlah kalau tak dihiraukan
baginda. Setelah itu ramandamupun putus asa dan hidup
menyepi di T umapel"
"Ah" Kertawardhana mendesah. Dalam hati ia kurang
menyetujui sikap ramandanya. Cinta dan setya kepada negara
tak harus mengenal putus asa dan kecewa.
"Apa yang dicemaskan ramandamu ternyata menjadi
kenyataan. Pasukan Daha menyerang Singasari. Karena kekuatan
dalam pura Singasari kosong dan karena baginda Kertanagara
terlalu yakin akan kesetyaan Jayakatwang, akhirnya pura
kerajaan bedah, baginda-pun gugur"
"Bagaimana tindakan rama pada waktu Singasari dikuasai
Daha" tanya Kertawardhana.
"Telah kukatakan kepadamu, bahwa ramandamu itu terlalu
dipengaruhi oleh rasa kemanusiaan, cinta kasih dan ajaran2 ilmu
kesepuhan. Ia bertindak dan berjuang untuk menolong
penderitaan kawula Singasari dengan caranya sendiri"
"Rama berjuang demi nasib kawula Singasari" seru
Kertawardhana penuh nada harap.
"Ya" sahut nyi Cakradara "tetapi telah kukatakan ramandamu
berjuang dengan caranya sendiri. Bukan berjuang mengangkat
senjata untuk melawan dengan kekerasan, angger"
"O, lalu bagaimana cara ramanda berjuang"
"Penyerangan Daha kepada Singasari itu menurut ramandamu, merupakan pelaksanaan dari dendam kesumat yang
telah terpendam selama hampir tujuh puluh tahun. Dimulai sejak
306 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
prabu Kertajaya dialahkan Ken Arok yang kemudian dinobatkan
sebagai raja Singasari, maka berturut-turut kerajaan Daha telah
diperintah oleh seorang akuwu yang menjadi bawahan kerajaan
Singasari. Dan akuwu yang terakhir yalah akuwu Jayakatwang.
Dia menjadi akuwu Daha dan setelah duapuluh tahun lamanya
baru berhasil mengalahkan Singasari"
"Dapat dibayangkan angger, apabila sebuah negeri berhasil
membalas dendam kepada negeri yang telah menguasainya
selama berpuluh tahun. Pura Singasari porak poranda, keraton di
bakar dan seisi keraton, puteri2, dayang2, masing-masing lari
menyelamatkan diri tanpa arah tujuan. Pelampiasan dendam itu
masih berlangsung terus ke seluruh telatah Singasari.
Berguguranlah mentri, senopati, narapraja dan orang2 yang
dahulu dikenal memusuhi Daha ..."
"Kawula Singasari hidup dalam demam ketakutan. Prajurit2
Daha dan penguasa2 perang, seolah dimanjakan oleh pucuk
pimpinan pasukan Daha untuk me lakukan tindakan2 yang
melanggar tata susila terhadap kaum wanita dan terutama anak2
perawan . . . " "Ah" Kertawardhana mendesah kejut.
"Melihat kerusakan praja dan penderitaan para kawula,
ramandamu tak dapat berpeluk tangan lagi. Serentak dia
menghadap patih Kebo Mundarang yang menjadi pucuk pimpinan
pasukan pendudukan Singasari, menyatakan peringatan dan
menawarkan jasa" "Apakah tindakan ramanda itu" Kertawardhana makin tertarik.
"Ramamu dengan terus terang mengatakan siapa sebenarnya
dirinya itu. Ia memperingatkan bahwa tindakan prajurit2 dan
beberapa penguasa perang Daha di telatah pendudukan, tak
benar dan harus lekas dicegah. Jika hal itu dibiarkan berlarutlarut, demikian ramanda pun memberi peringatan keras, tentulah
kawula Singasari akan mendendam sakit hati yang dalam. Ingat,
307 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jika kawula Daha tak pernah melupakan kekalahannya pada
tujuhpuluh tahun yang lalu, bukankah kawula Singasari juga akan
memiliki perasaan begitu"
"Rupanya patih Kebo Mundarang mau mendengar dan
menerima peringatan ramamu. Kemudian ramandamu menawarkan jasa, bersedia didudukkan sebagai adipati di
Tumapel yang menjadi bawahan Daha"
Kertawardhana mendesuh. "Patih Kebo Mundarang segera menghaturkan laporan tentang
peringatan dan kesediaan ramandamu kehadapan raja
Jayakatwang. Setelah menanyakan tentang kebenaran asal
keturunan ramandamu dan menyelidiki tentang watak dan
peribadi ramandamu, maka raja Jayakatwang setuju untuk
mengangkat ramandamu sebagai akuwu Tumapel dengan syarat,
ramandamu harus mampu mempersembahkan kesetyaan kawula
Singasari kepada kerajaan Daha"
"Dan rama menerimanya"
"Ya" nyi Cakradara menghela napas "ramandamu telah
bertekad hendak mengorbankan diri peribadi asal dapat
menyelamatkan penderitaan para kawula Singasari. Ia bersedia
dicaci dan dikutuk sebagai penghianat asal ia dapat
menyelamatkan kerusakan praja dan kawula Singasari yang
nyata2 telah kalah perang. Demikianlah pendiriannya. Selama
hampir tujuhpuluh tahun lamanya, barulah Daha dapat
menyusun kekuatan dan akhirnya dapat menebus kekalahannya
dari Singasari. Mengapa Singasari tak mau menggunakan cara itu
pula" Bukankah tak melihat kenyataan dan berkeras hendak
melawan dengan kekerasan hanya akan menghancurkan praja
dan kawula Singasari secara menyeluruh"
Kertawardhana tertegun mendengar uraian itu. Pada langit
hatinya yang penuh berkabut awan kegeraman terhadap
tindakan ramanya, kini mulai memercikkan cahaya terang.
308 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena tindakan ramandamu, maka terhindarlah praja dan
kawula Singasari dari kehancuran. Kemudian setelah raden
Wijaya berhasil membuka hutan Terik dan menghimpun
kekuatan, akhirnya berkat kerjasama dengan pasukan Cina,
dapatlah raden itu mengalahkan Daha lalu mendirikan kerajaan
Majapahit hingga sekarang ini"
"Lalu bagaimana rama waktu mendengar berita berdirinya
Majapahit itu" "Ramandamu tahu bahwa raden W ijaya itu, putera-menantu
dari baginda Kertanagara dan keturunan dari rajakula Singarari
yani sri Rajasa sang Amurwabhumi. Ramandamu menganggap
kemenangan raden Wijaya itu sebagai kemenangan Singasari
maka ramandamupun menganggap tugasnya telah selesai.
Ramandamu segera meletakkan jabatannya sebagai akuwu
Tumapel" "O" makin membesar percik2 terang penilaian Kertawardhana
terhadap peribadi ramandanya.
"Manusia memang serba salah. Dan hidup sebagai orang
besar itupun memang sulit" nyi Cakradara menghela napas "dulu
waktu ramandamu bersedia menjadi akuwu dibawah kekuasaanDaha, ramandamupun dicaci maki dan dihina sebagai
penghianat. Kemudian waktu Majapahit berdiri, Daha hancur,
ramandamapun meletakkan jabatan, diapun dituduh penghianat
karena dianggap tak mau bekerja pada Majapahit. Ramandamu
telah menderita hinaan dan cemohan dari kawula Singasari yang
dibelanya itu. Bahkan kerajaan Majapahitpun marah atas sikap
ramandamu itu. Ramandamu ditangkap dan dibawa ke pura
Majapahit" "Ramanda dipidana"
"Dihadapan raja Kertarajasa yani nama abhiseka raden Wijaya
setelah dinobatkan sebagai raja Majapahit, ramandamu memberi
keterangan tentang pendirian hidupnya. Ramandamu sebenarnya
309 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak haus kekuasaan dan tak ingin memburu kedudukan.
Hanyalah demi menyelamatkan praja serta kawula Singasari,
beliau terpaksa tampil menjadi akuwu. Kini sete lah putera
menantu baginda Singasari berhasil mengalahkan Daha dan
mendirikan kerajaan Majapahit yang menguasai Daha dan
Singasari, ramandamupun mohon mengundurkan diri agar
baginda dapat mengangkat lagi akuwu atau adipati yang lebih
cakap, berjasa dan setya pada masa perjuangan raden Wijaya
membangun kembali kejayaan Singasari. Agaknya baginda
memang seorang junjungan yang bijaksana. Baginda dapat
menerima pengunduran diri ramandamu dan memulihkan nama
baik ramanda-pun dengan menurunkan amanat bahwa
ramandamu bukan seorang penghianat maka tak boleh dihina"
"Ah" Kertawardhana menghela napas.
"Sejak itu ramamupun menyingkir dari Tumapel dan menetap
disini, hidup dalam kesunyian. Tapi dia seorang yang halus
perasaan. Jika raja Majapahit menuduhnya sebagai keluarga
Singasari yang mau bekerja pada kerajaan Daha dan diberi
pidana, ramandamu bersedia dengan paserah. Dia takkan marah
karena kesemuanya itu telah diperhitungkan dan akan
dipertanggungjawabkan sendiri. Tetapi hati ramandamu tertusuk!
sekali tatkala kawula Tumapel yang telah diselamatkan dari
tindakan sewenang-wenang prajurit2 Daha, justru berbalik muka
dan menghina ramandamu sebagai seorang penghianat"
Kertawardhana termangu-mangu.
"Angger" kata nyi Cakradara pula "engkau tentu pernah
mendengar cerita Ramayana, bukan "
"Sudah ibu" "Tahukah engkau akan perbedaan langkah ksatrya Gunawan
Wibisana untuk menyelamatkan praja Alengka, dengan, langkah
ramandamu menyelamatkan Tumapel-Singasari"
310 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana tak lekas menjawab melainkan merenung.
Beberapa saat kemudian ia menyatakan bahwa sepintas pandang
seperti tak ada perbedaannya. Kedua-duanya sama memikirkan
kepentingan rakyat. "Benar" kata ibunya "memang tampaknya sama tetapi
sesungguhnya ada juga perbedaannya"
Kertawardhana terkesiap. Ingin ia mengetahui pandangan
ibunya dan bermohonlah ia keterangan.
Gunawan W ibisana sejak semula menentang tindakan
kakandanya sang prabu Rahwanaraja. Dia berfihak kepada prabu
Rama dan memberitahukan tentang kekuatan setiap senopati
Alengka sehingga berguguranlah mereka. Kemudian setelah
prabu Rama menundukkan negara Alengka, ksatrya Gunawan
Wibisanapun menerima penyerahan prabu Rama untuk
menggantikan tahta kerajaan Alengka. Pendirian Wibisana yalah,
kesatu, dia berfihak kepada yang benar. Dan kedua, dia hendak
menyelamatkan kawula dan praja Alengka"
"Sementara kedudukan ramandamu tidaklah seperti ksatrya
Wibisana" kata ibu Kertawardhana lebih lanjut "ramandamu tak
suka menonjolkan asal keturunannya dan minta pengakuan
hubungannya dengan keluarga raja Singasari. Dia tak mempunyai
pengaruh dan kekuasaan sehingga dia tak dapat melawan
pasukan Daha tetapi diapun tak mau membantu lawan. Inilah


Sumpah Palapa Karya S D. Djatilaksana di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perbedaan pertama dari keadaan ramandamu dengan ksatrya
Wibisana" "Kemudian tentang pendiriannya" kata wanita priagung itu
pula "Wibisana membenarkan tindakan prabu Rama untuk
menumpas kejahatan prabu Rahwanaraja. Sedang ramandamu
tidak membenarkan tindakan Daha yang dianggapnya kurang
bersifat ksatrya. Jika benar2 prabu Jayakatwang tak melupakan
dendam kesumat moyangnya, janganlah dia mengidinkan
puteranya, raden Ardaraja, dinikahkan dengan puteri baginda
Kertanagara ..." 311 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persoalan negara harus dipisahkan dengan persoalan
peribadi, ibu. Demikian kiranya pemikiran raja Jayakatwang" sela
Kertawardhana. "Itu benar, angger" sahut ibunya "tetapi Jayakatwang seorang
raja. Ucapan2 yang telah diluncurkan pada saat puteranya
terangkap perjodohan dengan puteri baginda Kertanagara,
tentulah bermakna suatu pengakuan untuk menerima dan
menganggap bahwa antara dia dengan baginda Kertanagara
telah terikat tali kekeluargaan. Adakah ucapan seorang raja itu
tak lebih hanya suatu ulasan bibir untuk menyelimuti maksudnya
yang tersembunyi" Tidak, anakku. Jika raja Jayakatwang
menolak perjodohan itu, aku dapat menaruh penghormatan.
Tetapi dia mempermainkan ucapan 'sabda pandita ratu' untuk
alat membalas dendam"
Kertawardhana terkesiap. Sejak ia dewasa baru pertama kali
itu ia bicara tentang soal2 keprajaan dengan ibunya. Dan baru
pertama kali itu ia mengetahui bahwa ibunya ternyata seorang
wanita yang memiliki pengetahuan dan pandangan luas.
"Ya" akhirnya ia mengiakan.
"Ini perbedaan yang kedua" nyi akuwu Cakradara, berkata
pula "dan perbedaan yang ketiga terletak pada tindakan
keduanya untuk menyelamatkan kawula dan praja. Gunawan
Wibisana mau menerima penyerahan pimpinan praja karena
hendak menyelamatkan dan membangun negaranya. Dan itu
memang tujuannya sejak mula karena cemas akan tindakan
kakandanya yang penuh angkara murka. Sedangkan ramandamu,
tidak mencita-citakan kedudukan dalam kerajaan. Sejak mula dia
lebih suka hidup seperti kawula biasa. Hanya setelah melihat
praja dan kawula rusak binasa, barulah dia rela berkorban diri
untuk bekerja pada Daha Wibisana sudah jauh hari bertujuan
untuk menghilangkan sifat angkara jahat dari kakandanya.
Sedang ramandamu hanya setelah melihat kenyataan para
kawula dan praja Singasari dalam keadaan porak poranda"
312 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kertawardhana terkejut mendengar ulasan yang tajam dari
ibunya. Ia tak menyangka bahwa ibunya dapat menguraikan
garis perbedaan yang tajam dalam menilai langkah2 mendiang
ramanya. Setelah merenungkan, memang ia dapat menerima dan
menghayati betapa besar pengorbanan yang telah diberikan
ramanda-nya kepada praja dan kawula Singasari.
"Ibu, rama memang berjiwa besar" serunya.
"Tetapi pengorbanan ramandamu itu telah membuahkan
akibat yang menyedihkan. Karena tersinggung perasaan atas
sikap kawula Singasari yang menganggapnya berhianat,
ramandamu jatuh sakit dan akhirnya menutup mata, angger"
waktu mengucap kata2 terakhir itu nada nyi akuwu Cakradara
tergetar kesedihan yang sedu.
Kertawardhana termenung. Terbayang dalam renungannya
akan kekecewaan hati mendiang ramandanya dahulu. Sebagai
seorang putera, sesaat ia merasa tertusuk pula perasaannya dan
berhamburan rasa geram kepada rakyat Singasari yang tak
mengerti pengorbanan ramanya. Semangatnya yang meluap-luap
waktu turun gunung dengan membawa pesan mendiang
gurunya, bertebaran lenyap bagaikan awan dihembus angin.
"Ibu" serunya setelah terbenam dalam renungan beberapa
waktu "rama telah memenuhi dharma-nya terhadap negara,
kawula dan sesama, titah serta segala sesuatu yang berada
dalam lingkungan kehidupannya. Yang menilai amal perbuatan
seseorang di masa hidupnya, bukanlah manusia tetapi dewata
agung. Marilah kita serahkan segala-gala yang telah diamalkan
rama dan yang telah diderita beliau kepada Hyang Widdhi"
"Benar, puteraku" kata nyi akuwu "memang demikianlah
seyogyanya. Dan terutama engkau puteraku. Lupakan kenangan
pada masa lampau, yang pahit atau yang manis. Hiduplah pada
kenyataan sekarang. Hari depanmu masih panjang dan cerah.
Mudah-mudahan apa yang telah ditanam oleh mendiang
313 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ramandamu, kelak engkau yang akan menikmati buahnya,
angger" Demikian percakapan tentang siapa dan bagaimana diri
ramanda Kertawardhana dan bagaimana pengalamannya semasa
beliau masih hidup, telah dipaparkan oleh nyi akuwu kepada
puteranya "Itulah sebabnya angger, aku tak mau engkau ikut
menderita batin karena sikap dan nada pembicaraan orang
terhadap dirimu" "Baik ibu" kata Kertawardhana "tetapi andaikata hal itu terjadi
dan terdengar hamba, hambapun takkan menyesal. Hamba akan
merintis kehidupan sebagai diri hamba sendiri, bukan karena dari
nama, keturunan dan kedudukan ramanda"
"Bagus, puteraku, jika engkau memiliki pambek begitu. Lalu
bagaimana rencanamu setelah engkau selesai menuntut ilmu di
pertapaan Kawi " "Hamba belum sempat memikirkan, ibu"
"Adakah engkau bercita-cita untuk mengabdi kepada kerajaan
Majapahit " Jelasnya, apakah engkau ingin menjadi prajurit atau
narapraja kerajaan" "Belum terpikirkan dalam hati hamba ibu. Tetapi hamba tetap
akan mengikuti jejak mendiang rama, sebagai putera negara
Majapahit, hamba wajib membaktikan pengabdian hamba. Tetapi
dengan cara yang-sesuai dengan pendirian hamba"
Nyi akuwu tak mau memaksakan kehendaknya kepada
puteranya walaupun dalam hati kecilnya, ia lebih menyukai
apabila puteranya menuntut kehidupan sebagai rakyat biasa yang
tenang, daripada harus menjadi prajurit atau narapraja.
Untuk beberapa hari Kertawardhana masih menganggur di
rumah. Rindunya kepada sang ibu masih belum puas, disamping
itu masih membenahi pikirannya, kemanakah dia harus tujukan
langkah. Terbit semacam pertentangan dalam batinnya. Antara
314 SD.Djatilaksana Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak 1 Kemelut Kerajaan Mancu Seri Huang Ho Sianli 2 Karya Kho Ping Hoo Naga Sasra Dan Sabuk Inten 37

Cari Blog Ini