Ceritasilat Novel Online

Tamu Dari Gurun Pasir 17

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 17


Pertempuran sengit itu membuat Tho-hoa Tocu melupakan sendiri kedudukannya sebagai Tocu. Juga telah telah terlupa dengan kedudukan pihak lawan sebagai tingkatan muda yang usianya jauh lebih muda darinya.
Tiba2 sitocu ketawa ber-gelak2 dan berkata "Ayo sambutlah lagi Lihay sekaii serangan sekali ini!"
Mendadak ia ayun tangannya dan melakukan gerakan serangan membokong dari samping kanan. Tatkala berada ditengah jalan, mendadak dirubah dengan cepat menjadi serangan yang menghajar ke arah depan dada!
(0-0dw-kz0-0) Jilid Ke 17 Lim Tiang Hong juga mengulur tangannya menyambuti serangan hebat mana. Tiba2 merasa didepan matanya ada banyak kelebatan banyak tangan. Tangan-tangan itu lalu berbenturan beberapa kali dengan tangannya.
"Pletak pletok!"
Kembali keduanya berpencaran dan saling menjauh. Lalu mereka berjalan berputaran sekali lagi. Saat itu Lim siang Hong terus mengawasi gerak tubuh lawan. Baju panjangnya nampak ber-gerak2 sedang kedua tangannya dipakai semua. Tangan satu menggunakan kekuatan tenaga "Im" dan yang lain menempatkan tenaga "Yang", per-lahan2 digerakkan ke muka. Dari mulutnya juga tiba2 terdengar suara panjang yang aneh, menyusul terus kata2nya: "Aku juga suruh kau rasakan bagaimana ampuhnya ilmuku Hui-hoanciang ini!"
Baru saja ia hendak mengeluarkan serangannya, tiba2 terdengar suara nyaring seseorang: "Hei kalian berdua ini berhenti dulu!!!"
Diluar dugaan kedua pihak, Lim Tiang Hong maupun Tho-hoa Tocu. itu tukang perahu yang membawa angkutan Lim Tiang Hong telah berdiri tegak didepan istana Tho-hoa-kiong dengan sikapnya yang gagah perkasa dan sangat berwibawa.
Kejadian yang mnadadakan ini membuat orang yang barada disitu terperanjat sekait, sedang Lim Tiang Hong tanpa merasa membatalkan serangan yang sedianya akan dilancarkan untuk menamatkan riwayat sang lawan....
(0-0dw-kz0-0) Bab 39 TURUT campur tangannya tukang perahu itu, bagi Lim Tiang Hong agaknya tidak merasa heran, tapi bagi Tho-hoa Tocu tidaklah demikian, seketika itu juga lantas berubah wajahnya.
Tukang perahu itu agaknya tidak mau pusingi itu semua, mendadak dari dalam sakunya ia mengeluarkan sepotong plat besi, lalu diangkat tinggi di atas kepalanya seraya berkata: "Aku yang tidak berguna dengan ini
.mewakili Kie-lin Kokcu dari Hong-hong-tie, untuk menyampaikan maksudnya kepada Tocu, bahwa pertandingan ilmu silat hari ini biarlah sampai disini saja. Jika masih ada ganjalan apa2, Hong-hong-tie akan tanggung jawab seluruhnya"
Keadaan Tho-hoa Tocu yang saat itu sudah hampir membuat ia kehilangan muka dan kini tiba2 ada orang yang datang memisah sudah tentu diam2 merasa bersyukur, apalagi orang yang memisah itu adalah orangnya Kie-lin Kokcu yang namanya kesohor di dunia kang-ouw.
Maka ia lantas menyambuti tanda plat besi itu. Setelah memeriksa sejenak, lalu berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Karena Kie-lin Kokcu yang campur tangan, apa yang lohu dapat katakan" Cuma dengan demikian ada terlalu enak bagi anak muda ini".
Lim Tiang Hong mengawasi tanda perintah Kie-linleng itu sejenak, kemudian juga lantas ketawa terbahakbahak dan berkata "Jika bukan karena kedatangan dia, dalam pertandingan ini belum tahu siapa yang akaa menjadi pecundang.... Lagipula, aku toh juga tidak menarik keuntungan apa2, bukankah kau sendiri pernah berkata bahwa jika aku dapat menahan seranganmu sehingga 10 jurus, maka kau akan mengijinkan aku meninggalkan pulau ini?"
Ia sebetulnya masih hendak mengucapkan perkataan yang lebih tajam, tapi kemudian berpikir, dihadapan begitu banyak anak buahnya, tidak sepantasnya membuat ia terlalu terhina, maka ia lalu putar perkataannya dan cuma mengungkit soal 10 jurus itu.
Tho-hoa Tocu juga ada seorang yang mengerti gelagat. Dengan tindakan lebar, ia menghampiri Lim Tiang Hong seraya berkata sambil menepok pundaknya: "Anak muda ada mempunyai hati begitu lapang dan kepandaian begitu tinggi, sesungguhnya jarang didapatkan. Hari depanmu sesungguhnya tidak terbatas. Marilah lohu sebggai tuan rumah, sudah sepantasnya kalau mengundang kau minum secawan dua, lohu benar2 ingin bersahabat dengan anak muda semacam kau ini!"
"Boanpwee masih ada urusan sangat penting yang harus dibereskan, dengan sangat menyesal tidak dapat memenuhi undanganmu cianpwee. Lain waktu saja boanpwee akan datang lagi untuk mengadakan kunjungan khusus buat locianpwee"
Setelah itu ia lantas menyoja memberi hormat dan balik menuju ke pantai
Tho-hoa Tocu seyogyanya masih hendak menahan supaya anak muka itu menginap satu malam, tapi tiba2 ia ingat kepada anaknya, Hong-gwat Kongcu, mengapa sejak tadi tidak kelihatan" Maka dengan cepat ia lantas masuk ke dalam istananya.
Lim Tiang Hong dengan tindakan lebar berjalan menuju ke pantai, karena tergesa-gesa, ia sudah lupa kepada dirinya tukang perahu itu. Tapi tatkala ia tiba di pantai, tukang perahu itu ternyata sudah rebah terlentang di atas perahunya sambil menyanyi sendirian. Tatkala ia melihat Lim Tiang Hong, segera lompat bangun dan berkata: "Marilah kita berangkat!"
Lim Tiang Hong anggukkan kepala.
Sewaktu perahu itu berlayar ditengah lautan, ia baru menanya kepada tukang perahu itu: "Dari mana kau dapatkan tanda perintah Kie-lin-leng itu?"
"Ini adalah kepunyaan tuan sendiri!"
.Lim Tiang Hong terperanjat, Ia rogoh sakunya, benar saja tanda perintah yang berupa besi pelat itu sudah hilang.
Tukang perahu itu dengan sikapnya yang sangat menghormat lalu angsurkan besi pelat itu kepada Lim Tiang Hong.
Setelah menyambuti pelat besi itu, Lim Tiang Hong lalu berkata sambil delikkan matanya: "Adakah kau orangnya Hong-hong-tie" Bagaimana kau bisa tahu kalau aku ada mempunyai Kie-lin-leng?".
"Siapa yang tidak tahu bahwa To-liong Kongcu adalah Kongcu dari Hong-hong-tie" Bagaimana sebagai Kongcu dari Hong-hong-tie tidak membawa Kie-lin-leng?"
"Kau jangan mengoceh, kalau kau tidak mau barkata terus terang, hari ini aku tidak akan memberi ampun atas kesalahanmu ini"
Tukang perahu iu nampak ketakutan, ia ieletkan lidahnya, lalu berkata dengan sikapnya yang sangat menghormat: "Harap Kongcu maafkan perbuatanku yang kurang adat. Aku ini memang benar adalah orangnya Hong-hong-tie, yang mendapat tugas untuk melindungi Kongcu, sebab terjadinya persoalan yang sedemikian rumit dan secara mendadak, tidak boleh tidak mencari akal untuk membikin reda persoalan ini. Menurut pikiranku Tho-hoa Tocu juga merupakan salah satu jago yang sangat dimalui oleh orang2 kang-ouw, lagi pula juga bukan orang dari golongan jahat, maka seharusnya jangan sampai kehilangan muka terlalu sangat"
"Kalau begitu, sudahlah!"
Terhadap keterangan tukang perahu itu, Lim Tiang Hong sudah tidak merasa heran lagi, sebab teka-teki Hong-hong-tie terhadap dirinya, sedikit demi sedikit sudah mulai terang, hingga tidak lama lagi mungkin dapat dibikin terang. Apa yang menjadi pikiran baginya, ialah ia mengharap supaya lekas2 dapat mengejar ibunya dan lm-san Mo-lie.
Tukang perahu itu agaknya juga sudah mendapat menebak pikirannya Lim Tiang Hong, perahunya dijalankan secepat kilat.
Seolah-olah anak panah yang meluncur dari busurnya, sebelum subuh, sudah tiba dilain seberang.
Suara berkicaunya burung, sudah terdengar dari dalam rimba yang berdekatan, sinar matahari sudah mulai tertampak di permukaan air laut, merupakan pemandangan alam yang sangat indah.
Lim Tiang Hong lalu menyoja kepada tukang perahu sambil mengucapkan terima kasihnya.
Sesudah itu, dengan gerakan badan yang gesit ia lompat ke pantai dan kemudian lari menuju ke jalan raya.
Tiba2 telinganya mendengar suara orang menangis dan suara oraug wanita bercakap-cakap. Ia merasa bahwa suara itu seperti pernah kenal, maka dengan tanpa ayal lagi, ia lantai melesat tinggi ketengah udara, kemudian putar tubuhnya ditengah udara, dan melayang turun ke arah suara itu.
Mungkin gerakannya itu terlalu cepat dan datangnya secara mendadak, hingga membuat terperanjat orang yang berada di dalam rimba itu.
"Siapa?" demikian terdengar suata teguran dari seorang wanita.
Dan kemudian disusul dengan sambaran angin dingin yang menyambut dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang masih berada ditengah udara, sudab dapat lihat bahwa wanita yang berada dalam rimba itu ternyata adalah ibunya dengan Im-san Mo-lie maka ia lantas berseru: "Ibu, aku yang datang!"
Tangannya lalu digerakkan dengan perlahan untuk melindungi dirinya, kemudian melayang turun.
Melihat kedatangan anaknya, Lok-hee Hujin mendadak parasnya berubah.
"Apa perlunya kau mengejar aku?" demikian tegurnya.
Lim Tiang Hong terhadap ibunya sebetulnya mempunyai kesan singkat tidak baik, terutama terhadap Im-san Mo-lie, ia sebeoarnj? ingin bisa segera membinasakan saudaranya yang jahat itu, tapi sekarang keadaannya ada lain. Ia merasa kesihan dengan keadaan ibunya, terutama nasibnya Im-san Mo-lie. Mereka berdua sekarang sudah tidak ada orang yang dibuat andalan, keadaannya sangat menggenaskan sekali.
Maka sekalipun ditegur secara agak kasar oleh Lokhee Hujin, Lim Tiang Hong masih menjawab dengan sabar, "Aku ingin menanya beberapa pertanyaan kepada ibu"
"Kau sebutkan saja!"
."Betulkah Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun adalah ayahku?"
"Kau.... kau ngaco!"
"Anak bukannya mengaco, karena dalam ha! ini anak sudah memcari keterangan dengan jelas"
"Kalau kau sudah dapat keterangan cukup, apa perlunya menanya aku lagi?"
"Cuma, biar bagaimana Pek-tok Hui-mo itu bukan ayahku, seharusnya tidak salah lagi bukan?"
"Tentang ini, sebaiknya kau jangan bicarakan dengan aku" Setelah berkata demikian, Lok-hee Hujin tiba2 menekap mukanya dan menangis dengan sedih.
Im-san Mo-lie yang sejak tadi duduk saja sambil menangis sesenggukan, ketika mendengar suara tangisan ibunya, hatinya semakin sedih, maka ia jadi menangis semakin keras.
Lim Tiang Hong yang belum pernah menghadapi suasana sedih demikian rupa, sesaat itu menjadi bingung, ia tidak tahu bagaimana harus berbuat. Sebagai seorang yang berhati lapang dan berbudi luhur, setelah adanya kejadian yang menyedihkan itu, perasaan benci terhadap mereka, ia kesampingkan dahulu, dengan mendadak ia hampiri Im-san Mo-lie dengan suara keras: "Kau tidak usah menangis lagi, dalam persoalanmu itu, apabila Tho-hoa Tocu memberi jawaban yang memuaskan, ya sudah. Tapi jikalau tidak, aku nanti akan mencari Tho-hoa Kongcu untuk membuat perhitungan dengannya"
Im-san Mo-lie mendadak berbangkit dan menubruk diri Lim Tiang Hong seraya berkata: "Adik, bagaimana kau suruh encimu bisa menjadi orang lagi?"
"Asal kau tidak mengikuti perbuatannya itu iblis jahat, melakukan kejahatan didunia kang-ouw, serta bisa merubah kelakuanmu menjadi orang baik2, tidak nanti ada orang yang pandang hina padamu. Sementara mengenai urusannya Tho-hoa Kongcu. aku nanti akan mencari padanya. Cuma, dalam perkara ini sebetulnya tidak bisa dipaksa, andaikata nanti tugasku tidak berhasil dengan memuaskan, kau boleh mencari suara tempat yang suci, untuk melewati sisa hidupmu sebagai Orang suci (Nikouw) dan secara demikian juga merupakan satu2nya jalan untuk menebus dosamu dimasa yang lampau"
"Maksudmu ialah suruh aku menjadi nikouw?"
"Jika ditilik dari kejahatanmu dimasa yang lampau, seterusnya memang demikian"
Tapi Im-san Mo-lie yang sejak masih kanak2 mengikuti ayahnya, Pek-tok Hui-mo, segala sifat kejahatan ayahnya itu sudah sangat dalam sekali tertanam dalam hatinya, maka semua perkataan Lim Tiang Hong yang bermaksud baik itu, hanya masuk ke telinga kirinya tapi kemudian keluar lagi dari telinga kanannya.
Ia hanya keluarkan suara dari hidung, tidak menyatakan apa2 lagi.
Lim Tiang Hong tidak perhatikan sikap encinya itu, ia dongakkan kepalanya memandang awan putih yang berterbangan di angkasa, pikirannya melayang jauh sekali.
Ia merasa bahwa hidup manusia itu tidak menentu, nasib baik dan buruk silih berganti. Siapakah akan menduga bahwa Lok-hee Hujin yang dimasa jayanya ada begitu agung sebagai nyonya seorang pemimpin satu perkumpulan besar, sedangkan Im-san Mo-lie sangat disegani oleh orang dunia kang-ouw dengan segala kejahatannya serta kekejamannya, kini telah mengalami nasib sedemikian mengenaskan"
Tiba2 ia ingat kematiannya Heng-lim Chun-loan di tangannya sang enci ini. Dengan hati bimbang dan selagi hendak menanyakan kepada Im-san Mo-lie, siapa nyana, selagi ia dalam keadaan bimbang tadi, Lok-hee Hujin bersama Im-san Mo-lie ternyata sudah kabur, dan ketika ia mengetahui, ternyata sudah terlambat.
Lim Tiang Hong berdiri kesima, kalau Im-san mo-lie menjauhi dirinya, itu masih bisa dimengerti. Tapi ibunya sendiri, mengapa juga harus menjauhi dirinya" Ia benar2 tidak habis mengerti.
Menurut dugaannya, mungkin karena ia menanyakan halnya Ho-lok Siu-su ada hubungan apa dengan dirinya, sedangkan Ho-lok Siu-su justru adalah seorang yang ia paling tidak suka dibicarakan.
Kini telah menjadi suatu kenyataan, banwa antara ia dengan ibunya, ada jurang sangat dalam yang memisahakan, sehingga satu sama lain tidak bisa saling berdekatan, dan sebab musabab yang menciptakan jurang itu, adalah persoalan antara Pek-tok Hui-mo dengan Ho-lok Siu-su!
.Tiba2 ia ingat dirinya Yan-jie, maka ia harus memberitahukan padanya, tentang berita yang didapat bahwa kematian Heng-lim Chun-loan itu adalah perbuatannya Im-san Mo-lie. Disamping itu, ia juga harus berunding bagaimana baiknya dengan Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu.
Walaupun Im-san Mo-lie itu masih merupakan saudaranya sendiri, karena anak kandungnya Lok-hee Hujin, yang masih terhitung ibunya, tapi baik tinggal baik dan jahat tinggal jahat. Sebagai seorang ksatria, ia harus dapat membedakan dengan tegas mana yang jahat, maka dalam hal ini ia sesungguhnya tidak boleh menutup rahasia terhadap Yan-jie.
Setelah mengambil keputusan demikian, ia lalu melanjutkan perjalanannya ke Kim-leng.
(0-0dw-kz0-0) Bab 40 SETIBANYA di kota Kim-leng, didalam rumahnya Sin-soan Cu-kat, orang tua itu tangah mengobrol dengan si Pengemis Mata Satu. Maka Lim Tiang Hong lantas memberi hormat kepada mereka.
.Yan-jie yang berada di dalam, setelah mendengar suaranya Lim Tiang Hong, segera lari keluar.
Lim Tiang Hong lalu menceritakan semua berita yang didapat dari Yam-kiong Kiam-khek, kepada mereka bertiga.
Sin-soan Cu-kat yang mendengarkan sambil mengurut jenggotnya yang panjang, kemudian berkata sambil anggukkan kepala dan menghela napas: "Aku si tua bangka sejak semula sudah merasa curiga, bawa pembunuhan itu mungkin dilakukan oleh orang2nya Thian-cu-kauw. Sekarang ternyata ada benar...."
Belum lagi melanjutkan kata2nya, Yan-jie sudah menangis menggerung-gerung kemudian berkata sambil menangis: "Budak hina yang terlalu kejam! Jika aku tidak bisa mencincang dirimu bagaikan perkedel, aku bersumpah tidak mau jadi orang!"
Tiba2 badannya bergerak dari keluar.
"Siauw-yan, kau hendak kemana?" Sin-soan Cu-kat berseru memanggil padanya.
Tapi perasaan dendam dan sakit hati, sudah membakar seluruh hattnya Yan-jie, sehingga membuat ia sudah melupakan kekuatan tenaganya sendiri. Ia hanya menuruti hawa nafsunya sendiri! Maka terhadap seruaanya Sin-soan Cu-kat, sama sekali tidak mau menghiraukan, ia masih tetap lari bahkan semakin kencang.
Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu juga tidak tinggal diam, dengan cepat mereka lompat dari tempat duduknya dan lantas menghadang di hadapannya Yan-jie.
Si Pengems Mata Satu sambil pelototkan matanya yang cuma tinggal satu, meng-garuk2 kepalanya yang tidak gatal, ia menegur: "Pada waktu malam begini, kau hendak kemana?"
"Mencari Im-san Mo-lie untuk menuntut balas sakit hati".
"Duduklah dahulu, Kita rundingkan dengan seksama"
"Runding! selain berunding saja! aku sudah menantikan beberapa tahun lamanya, tidak pernah keluar pintu, apakah aku harus disekap setiap hari malam di dalam rumah saja" Apakah dengan cara demikian aku dapat menuntut balas sakit hati ayahku?"
Lim Tiang Kong lalu berkata: "Adik Yan, berlakulah tenang sedikit, dengarlah perkataanku"
Tapi Yan-jie menjawab sambil ketawa dingin: "Apa yang kau mau kata tentunya tidak lain daripada suruh aku menunggu, menunggu.... menunggu saja...." ia menghela nafas kemudian berkata pula: "Urusan yang tidak menyangkuti diri sendiri memang tidak perlu dibuat pikiran, sebab yang mati adalah ayahku, maka kalian semua tidak perlu ambil perhatian lagi"
Pada saat itu, Sin-soan Cu-kat juga sudah berbangkit dari tempat duduknya sambi! menghela napas panjang ia berkata: "Anak, kau terlalu keburu napsu! kau anggap si Pengemis Tua dan aku ini adalah orang macam apa" Dengan terus terang, hubungan antara ayahmu dengan kita berdua, sudah seperti saudara sekandung. Sekalipun aku harus korbankan jiwaku yang sudah bangkotan ini, aku juga harus balaskan sakit hatimu ini. Sebaiknya kau balik dulu, berikanlah sedikit waktu untuk aku memikirkan bagaimana caranya bertindak"
Si Pengemis tua dengan jenggot berdiri dan mau melotot berkata dengan suara keras: "Budak, kau telah memaki habis2an pamanmu si pengemis tidak berguna ini. Besok aku ajak kau berangkat mencari budak hina itu, sekalipun harus ke dasar laut dan ujung gunung, aku pasti mencari sampai dapat dirinya budak hina itu. Jikalau tidak, bagaimana aku ada muka untuk menemui ayahmu di dalam baka?"
Lim Tiang Hong berdiri menjublak seperti patung. Perasaan menyesal mendadak timbul dalam hatinya. Ia merasa tidak enak terhadap Yan-jie. Dua kali ia pernah bertemu dengan Im-san Mo-lie dan toh masih belum turun tangan padanya. Apakah itu disebabkan hatinya sendiri terlalu lemah ataukah sudah melupakan perbuatan yang dilakukan terhadap dirinya Heng-lim Chun-loan, sehingga mengakibatkan kematian dirinya orang tua itu"
Tidak! semuanya tidak! sebab ia adalah seorang manusia. Biar bagaimana, manusia toh tidak bisa tidak mengenal sanak keluarganya sendiri. Sekalipun Im-san Mo-lie ada seorang jahat kejam dan banyak melakukan pembunuhan didunia kang-ouw, tapi bagaimanapun juga ia masih tidak sampai hati untuk membunuh dirinya seorang yang masih merupakan saudara sendiri satu ibu.
Yan-jie pada saat itu hawa amarahnya agaknya sudah mulai reda ketika ia melirik ke arahnya Lim Tiang Hong, ia lihat anak muda itu terus berdiri bagai patung, hingga ia mengira bahwa perkataannya tadi telah menusuk hatinya, maka dengan tanpa sadar lambat2 menghampiri padanya seraya berkata: "Engko Hong, kau jangan marah, barusan karena aku terlalu menuruti hawa nafsuku, sehingga mengucaplcan perkataan yang agak kasar, harap kau maafkan padaku!"
Ia berhenti sejenak dan rnenghela napas panjang, kemudian berkata pula: "Aku sekanang mengerti, jadi orang harus menpunyai sifat pemberani. Aku merasa bahwa aku terlalu lemah tidak berguna. Seperti dendam sakit hati atas kematian ayahku yang begitu besar, bagaimana aku boleh andalkan kepada tenaganya lain orang untuk menuntut balas?"
Lim Tiang Hong tiba2 dongakkan kepalanya. Selagi hendak menghibur beberapa patah kata, Yan-jie mendadak sudah putar tubuhnya dan berjalan ke depannya si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat, lalu memberi hormat seraya berkata "Harap maafkan titlie yang masih terlalu muda dan tidak kenal adat, sehingga tadi sampai mengeluarkan perkataan yang kurang sopan. Lojinkee berdua, titlie merasa sekarang sudah dewasa, seharusnya mempunyal keberanian untuk berdiri sendiri"
Setelah mengucapkan perkataan demikian, air mata mengalir bercucuran di kedua pipinya, kemudian ia balikkan badannya dan lari masuk ke dalam.
"Yan-jie, Yan-jie...." demikian Sin-soan Cu-kat memanggil padanya.
Tapi Yan-jie tidak gubris sama sekali, hingga orang tua itu cuma bisa mengawasi berlalunya Yan-jie sambil geleng2kan kepalanya.
Si Pengemis Mata Satu tiba2 berkata sambil meaghela napas: "Anak ini sesungguhnya patut juga dikasihani...."
Sin-soan Cu-kat hanya berdiam saja sambil mengurut-urut jenggotnya.
Pada saat itu, pelayan dirumahnya Sin-suan Cu-kat sudah menyediakan makanan, Sin-soan Cu-kat lalu mengajak kedua kawannya untuk dahar.
Si Pengemis Mata Satu sesudah tenggak araknya, lalu berkata: "Aku si Pengemis tua besok akan keluarkan
.1597 tanda perintah kepada saudaraku kawanan pengemis diseluruh negeri untuk mencari jejaknya Im-san Mo-lie, dan kita nanti bicarakan lagi setelah menemukan jejaknya wanita iblis itu"
"Im-san Mo-lie adalah anak perempuannya Pek-tok Hui-mo. Kalau kita bunuh mati padanya, apa kau kira Thian-cu-kauw bisa peluk tangan begitu saja" Maka sebaiknya kita pikir masak2 dulu" berkata Sin-soan Cukat dengan tenang.
"Apa kita harus bikin habis begitu saja?" tanya si Pengemis Mata Satu sambil ketawa dingin.
"Meski kini sudah diketahui bahwa Im-san Mo-lie
ada pembunuhnya Heng-lim Chun-loan, tapi sebagai
algojo yang tidak langsung, adalah Pek-tok Hui-mo. Kini
menurut berita dari pelbagai pihak, iblis itu sudah
menghilang dari dunia kang-ouw, orang2nya Thian-cukauw juga tidak ada satupun yang unjukkan diri. Orang
pada mengira bahwa Thian-cu-kauw sudah dibubarkan,
tapi menurut dugaaanku Pek-tok Hui-mo setelah
mendapat kitab Tat-mo-keng sudah pasti kalau kini
sedang sembunyikan diri untuk mempelajari ilmu silat dalam kitab itu, maka kita tidak boleh tidak harus
berjaga-jaga kalau ia nanti muncul lagi"
Tapi si Pengemis Mata Satu yang dengar perkataan
sahabatnya itu sebaliknya malah tertawa terbahak-bahak
dan berkata: "Manusia akhirnya toh harus mati. Aku si
Pengemis tua tidak perdulikan lagi apa akibatnya
dikemudian hari. Besok aku akan berangkat bersama
Siauw-yan untuk mencari jejaknya iblis wanita itu" Selagi Sin-soan Cu-kat hendak memberi keterangan
lagi, tiba2 matanya ditujukan kewajahnya Lim Tiang
Hong, lalu dengan tajam memandang begitu lama
wajahnya pemuda itu. Lim Tiang Hong yang sejak tadi mendengarkan
pembicaraan mereka mengenai kematian Heng-lim Chunloan, dalam hatinya merasa sangat duka. Karena dalam
hal ini, sebetulnya karena gara2 kedatangannya ke
rumah orang tua itu, dan andai kata ia mau
membinasakan Im-san Mo-lie, sesungguhnya sangat
mudah sekali, tapi mengapa ia tidak tega membunuh
mati padanya" Saat itu ketika dipandang Sin-soan Cu-kat demikian
rupa, sudah tentu merasa sangat heran, maka lalu menanya: "Cu-kat locianpwe, adakah ada apa2 yang
salah pada diriku?" Sin-soan Cu-kat gelengkan kepala, setelah berpikir
agak lama, baru menjawab: "Dalam waktu yang dekat
ini, sebaiknya kau berdiam dirumah saja, untuk
beristirahat sementara waktu"
"Kenapa?" "Aku telah melihat pada wajahmu ada tanda2
bahaya yang akan menimpa dirimu"
Lim Tiang Hong tercengang, tapi sebentar
kemudian lantas ketawa menyeringai.
Si Pengemis Mata Satu yang berada di sampingnya
lantas berkata sambil ketawa terbahak bahak: "Aku si
Pengemis tua yang seumur hidupku gelandangan di
dunia kang-ouw, selamanya belum pernah tahu apa
artinya hari baik atau bulan bahaya. Aku punya Cu-kat
sianseng, kau sesungguhnya terlalu agulkan bahwa ilmu
hitunganmu itu ada sangat tepat?"
Sin-soan Cu-kat segera menjawab dengan sikap
sungguh2: "Tentang ilmu bintang atau ramalan, aku si
tua bangka yakin masih boleh diandalkan tepatnya perhitunganku, bukannya buka mulut secara
sembarangan, maka janganlah dipandang rendah" Lim Tiang Hong melihat sikapnya Sin-soan Cu-kat
jadi demikian sungguh2, meski dalam hati tidak percaya,
tapi juga tidak mau membuat ia terlalu tidak senang,
maka lantas berkata sambil berseru juga: "Sebagai
anaknya orang rimba persilatan yang berkecimpungan di
dunia kang-ouw, perkara mati atau hidup, sebetuinya
tidak perlu dibuat pikiran, Cuma mengharap agar segala
perbuatannya tidak kecewa terhadap nenek moyangnya
itu saja sudah cukup!"
Si Pengemis Mata Satu lantas menyambuti sambil
ketawa tergelak gelak: "Ini barulah perkataannya
seorang gagah" Walaupun demikian, tapi dalam hari masing2
seolah-olah diliputi apa2, maka setelah dahar, mereka
lantas pada bubaran. Lim Tiang Hong masuk ke kamarnya dengan hati
pepat, pikirnya "suhu telah mewariskan kepandaiannya
kepadaku, suruh aku mendirikan sedikit pahala didunia
kang-ouw, atau melakukan perbuatan yang berguna bagi
amat manusia, Tidak dinyana, sejak aku muncul didunia kang-ouw, lantas dibikin bingung oleh persoalan yang mengenai asal usul diriku, sehingga hari ini, masih belum terang sama sekali, ini apa karena aku sendiri yang
goblok atau nasib telah menentukan demikian....?" Mendadak ia Ingat dirinya Yan-jie yang hendak
menuntut balas kematian ayahnya. Ia merasa jika ditilik
dari kepandaiannya Yan-jie, sudah cukup kuat untuk
menghadapi Im-san Mo-lie seorang diri, hingga bagi ia
boleh berdiri diluar garis. Tapi andaikata Thian-cu-kauw
turut campur tangan, bagaimanapun juga ia sendiri harus
turun tangan untuk membantu Yan-jie. Biar bagaimana,
sekarang ini ia sudah tidak mempunyai pekerjaan
penting, maka lalu mengambil keputusan, setelah Yan-jie
nanti benar2 hendak pergi, ia akan mengikuti secara
diam2. Pikirannya Lim Tiang Hong mulai merasa lega, tapi
badannya terlalu letih, maka sebentar kemudian ia sudah
tertidur pulas. Entah berapa lama telah berlalu, tiba2 ia dikejutkan
oleh suara yang sangat halus dari jauh. Lapat2 ia dengar
suara saling bentak. Sewaktu ia pasang telinganya,
mendadak terdengar pula suara berkelebatnya baju tertiup angin. Dari jauh melayang mendekat dan tiba2
melewati wuwungan rumah. Karena daya pendengarannya yang luar biasa dan
gerakannya yang sangat gesit, dalam waktu sakejapan
saja ia sudah lompat melesat melalui lobang jendela,
setibanya di atas genteng, ia lantas pasang mata, tapi
ternyata tidak terdapat bayangannya seorangpun jua. Ia percaya benar kepada pendengarannya sendiri,
sedikit pun tidak salah, tapi entah siapa orangnya yang
mempunyai kepandaian demikian tinggi sehingga mampu
mengelabui dirinya" Dengan sangat hati2 sekali, kembali ia memeriksa
keadaan di-sekitarnya sejenak, tapi juga tidak
menemukan tanda apa2. Mendadak angin dingin meniup mukanya hingga
badannyapun merasa menggigil. Suatu perasaan seram
tiba2 timbul dalam hatinya, dengan tanpa dirasa,
tangannya lantas meraba pedang pusakanya.
Sekonyong-konyong ia lompat melesat dengan
kecepatan bagaikan kilat ia berputaran badannya, tapi
juga tidak dapat lihat apa2, hingga dalam hatinya diam2
.1603 lantas berpikir "apakah tadi itu ada orang yang berjalan malam, yang kebetulan lewat disini".
Maka, ia lantas balikkan badannya dan kembali ke kamarnya sendiri.
Tapi, hatinya selalu merasa tidak tentram, diam2 ia sesalkan kepada dirinya sendiri "bagaimana aku malam ini" Biasanya sekalipun berhadapan dengan musuh tangguh atau berada dalam bahaya, belum pernah seperti malam ini. Apakah benar seperti yang dikatakan oleh Sin-soan Cu-kat bahwa aku akan mendapat bahaya?".
Tapi selanyutnya ia lantas hiburi dirinya sendiri "Ah! segala ramalan demikian, mana boleh dipercaya kebenararnya...."
Mendadak ia ingat dirinya Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu, mengapa tidak kelihatan ada gerakan apa2" Sebagai orang2 kang-ouw kawakan seperti mereka itu, asal ada sedikit suara saja sudah tentu dengar, apakah sudah terjadi apa2 atas diri mereka"
Mengingat sampai disitu, secepat kilat ia iantas keluar dari kamarnya terus menuju kekamarnya Yan-jie. Ternyata kamarnya Yan-jie sudah terpentang lebar pintunya, sedangkan orangnya sudah tidak kelihatan bayangannya.
Bukan kepalang kagetnya Lim Tiang Hong. Hatinya berdebaran, dengan cepat ia balikkan badannya lantas ia ke kamarnya Sin-soan Cu-kat.
Tiba dikamarnya Sin-soan Cu-kat. suatu pemandangan yang mendebarkan hati, telah terbentang di depan matanya, sehingga ia berdiri terpaku seperti patung.
Ternyata Sin-soan Cu-kat sudah mendapat celaka. Jatuh tengkurap di tengah-tengah kamar, di lantai terdapat darah menggumpal. Mulut dan jenggotnya juga penuh darah yang sudah membeku.
Dengan tangan gemetaran Lim Tiang Hong meraba dadanya orang tua itu, ternyata jantungnya masih bergerak. Ia buru2 angkat badannya dan diletakakan di atas pembaringan. Setelah diurut-urut sejenak, baru siuman. Perlahan2 lalu membuka matanya yang tidak bersinar. Mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian dengan suara yang sangat lemah dan terputus-putus ia berkata: "Aku... aku sudah... sudah tidak.... ber.... guna lagi.... lekas.... lekas bantu Yan-jie.... lekas...."
Lim Tiang Hong merasa hatinya seperti diiris-iris, buru2 mengeluarkan obat Soat-som-wan nya, lalu dimasukkan ke dalam mulut Sin-soan Cu-kat. Ia kuatir sebutir Soat-som-wan masih kurang kekuatannya, maka diberikan lagi dua butir lumut Cie-in yang terdapat dinyalinya naga yang sudah membatu, buru2 berkata pada orang tua itu: "Locianpwee boleh beristirahat dulu, jangan pikirkan apa2. Aku sekarang hendak pergi dulu"
Secepat kilat ia lantas lompat keluar melalui lobang jendela. Perbuatan pengecut yang dilakukan oleh orang yang masih belum diketahui itu, membuat Lim Tiang Hong begitu gusar, hingga seolah-olah macan gila ia melesat tinggi dan melayang turun ke atas genteng lain rumah.
Tapi, Sin-soan Cu-kat tadi tidak memberi keterangan, kemana perginya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka ia hanya bisa berdiri di atas genteng sambil celingukan mengawasi keadaan sekitarnya.
Tiba2 di belakang dirinya terdengar suara orang ketawa dingin, dengan cepat ia balikkan badannya, lantas dapat lihat satu bayangan orang yang menggapai padanya, kemudian putar tubahnya dan lompat melesat ke arah timur laut.
Lim Tiang Hong yang saat itu sedang kalap, mana ada waktu untuk berpikir lagi, maka lantas menegur dengan suara keras: "Siapa?"
Lalu melesat setinggi 7-8 tombak, kemudian dengan kepala di bawah dan kaki diatas ia meluncur mengejar orang itu.
Itu adalah ilmunya It-sia Cian-lie, yang benar2 luar biasa cepatnya, dalam waktu sekejapan saja sudah mencapai jarak 5-6 tombak.
Tapi, orang itu ternyata juga bukan bangsa lemah. Begitu gerakkan badannya, lantas melayang seolah-olah asap tertiup angin hingga gerakan Lim Tiang Hong yang begitu cepat, juga cuma dapat menyusul dibelakangnya saja, tidak dapat melampaui gerakannya orang itu.
Dua orang yang saling kejar-kejaran itu, dalam waktu sekejap mata, sudah tiba disuatu tempat di pinggiran rimba belantara
Orang yang berada didepan tiba2 putar balik badannya, kemudian berkata sambil ketawa dingin:
."Bocah, kau telah membuat aku si pelajar miskin pusing kepala yang telah mencari kau dimana-mana!"
Lim Tiang Hong yang sedang meluncur begitu cepat, tidak menduga orang itu telah berhenti secara mendadak, hingga hampir saja menubruk badannya orang itu. Untung kepandaiannya sudah cukup mahir, dengan gerak badan yang sangat manis ia melesat tinggi lagi sampai 7 kaki, baru melayang turun lagi ke tanah.
Setiba di tanah ia baru tahu bahwa orang di depannya itu ternyata adalah Tiat-hie Sie-seng. Seketika itu wajahnya lantas berubah, dengan suara keras ia menegur padanya: "Kau dengan Sin-soan Cu-kat ada permusuhan apa" Kenapa kau turun tangan begitu kejam" Sekarang aku hendak ambil jiwamu!"
Dengan tanpa menunggu jawaban, ia lantas menyerang dengan hebatnya. Karena ia sedang kalap, maka serangannya itu ia telah menggunakan kekuatan tenaga sepenuhnya.
Tiat-hie Sie-seng adalah seorang beradat tinggi dan sombong, tidak nyana ia akan diperlakukan begitu kasar oleh Lim Tiang Hong. Ketika melihat serangan Lim Tiang Hong yang demikian hebat, dengan cepat ia singkirkan diri sejauh 5 kaki, kemudian membentak dengan suara gusar: "Kau ngaco....!"
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong tidak memberi kesempatan padanya untuk memberi penjelasan. Ia tetap melancarkan serangannya demikian cepat, hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melancarkan 21 kali serangan.
Tiat-hie Se-seng yang terkurung rapat oleh serangamva Lim Tiang Hong disamping rasa kagetnya juga merasa sangat penasaran, kembali is keluarkan suara bentakannya: "Bocah, kau sesungguhnya terlalu brutal!"
Ia lalu ulur tangannnya menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Mengadu kekuatan kira2 sampai 7-8 kali, Tiat-hie Sie-seng mundur sempoyongan sampai 5-6 tindak.
Ia sebetulnya hendak memberi sedikit keterangan kepada Lim Tiang Hong, tapi kini sudah tidak ada kesempatan lagi, bahkan karena didesak terus oleh Lim Tiang Hong, hingga lantas naik pitam, dan merupakan maksudnya semula yang hendak memberi keterangan.
.Ia terpaksa melayani serangannya Lim Tiang Hong dengan sekuat tenaga, hingga dalam waktu sekejapan, kedua orang itu sudah bertempur sengit.
Selagi pertempuran tengah berlangsung dengan sengitnya, di rimba itu dengan diam2 muncul lagi dua orang, yang satu adalah seorang tua mengenakan baju panjang warna kuning, sedangkan satunya lagi adalah seorang pertengahan umur yang berbadan gemuk seperti gentong dan berkumis serta berjenggot seperti bulu landak. Kedatangan kedua orang itu sedikit pun tidak menerbitkan suara. Mereka berdiri berendeng, menonton pertunjukan yang seru itu.
Lim Tiang Hong den Tiat-hee Sie-seng yang sedang kalap dan menghadapi musuh kuat, mana perhatikan keadaan di sekitarnya maka kedatangan kedua orang itu tidak diketahui sama sekali.
Tiba2 diangkasa yang sunyi terdengar pula suara berisik laksana bintang yang turun dari langit, telah meluncur turun dari langit telah meluncur turun 3 bayangan orang. Sambil perdengarkan suara ketawa mereka yang menyeramkan, ketiga orang yang baru tiba itu berkata: "Tahan! tahan!....Hai! sahabat, sebaiknyaa kau tahu gelagat sedikit, jangan campur tangan dalam urusan ini".
Namun perkataan ketiga orang itu tidak dihiraukan oleh Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng yang sedang bertempur sengit.


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga orang itu menjadi gusar, sambil perdengarkan suara geraman yang hebat, ketiganya lantas melesat ke dalam kalangan, tapi setelah terdengar suara bentrokan nyaring, tiba2 orang itu lantas berpencaran.
Tiat-hie Sie-seng dengan wajah pucat biru, lompat kesamping 5 kaki, Lim Tiang Hong juga lompat mundur 5 kaki.
Ia segera dapat lihat bahwa orang yang memisah padanya tadi ternyata ada Taoto beroman bengis berewokan sedang rambutnya yang panjang terurai di kedua pundaknya.
Selagi hendak menegur, si Taoto itu sudah berkata deagan suaranya yang ketus dingin sambil menuding Tiat-hie Sie-seng: "Tolol, aku nasehetkan padamu sebaiknya kau lekas menyingkir dari sini secepat mungkin".
.Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Tiat-hie Sieseng baru melihat, segera mengenali bahwa tiga orang itu adalah tiga manusia aneh atau "Sam koay dari Hong lui-po" dan otang yang. berkata padanya adalah salah satu diantara "Sam-koay" itu yang tersohor dengan julukannya "Tiat-hud Kana".
Hong-lui-po adalah sebuah benteng kuno di daerah barat yang sangat misterius yang disegani oleh orang2 dunia kang-ouw.
Kepandaian ilmu silatnya orang2 dari Hong-lui-po ini ada mempunyai gaya yang tersendiri, pengaruhnya di daerah barat adalah sangat besar. hingga tidak ubahnya sebagai satu kerajaan di daerah yang tidak bertuan.
Sam-koay adalah merupakan "Tanduk"nya Hong-lui po, dimana mereka sampai, itu berarti bahwa pengaruh Hong-lui-po segera akan menguasai tempat itu.
Tiat-hie Sie-seng ada seorang tua yang usianya lebih dari 80 tahun, banyak pengalaman dan pengetahuannya, bagaimana ia tidak kenal lihaynya orang2 Hong-lui-po"
Kini ia sebaliknya malah kuatirkan dirinya Lim Tiang Hong, ia kuatir bahwa si anak muda itu nanti tidak tahu
.gelagat, sehingga menimbulkan onar. Maka ia lantas berlagak gila, sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata "Hooho, aku kira siapa, kiranya adalah Sam-koay dari Hong-lui-po. Entah apa maksudnya kalian datang ke daerah Tionggoan?"
Tiat hut Kana masih tetap dengan sikapnya yang angkuh, ia menjawab sambil ketawa bergelak-gelak: "Lekas enyah. Di sini sudah tidak ada urusanmu!"
Tiat-hie Sie-seng adalah salah satu orang kuat dari tingkatan tua, yang namanya sudah terkenal di rimba persilatan, sudah tentu tidak senang diperlakukan demikian rupa oleh Tian-hut Kanax, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa dingin: "Sahabat, kau sesungguhnya jangan terlalu tidak pandang mata pada diriku si Pelajar Miskin! Orang sombong seperti kau ini, jika pada masa mudaku, barangkali sudah menggeletak di tanah sebagai bangkai"
Sam koay dari Hong-lui-po itu sering berkeliaran di Tiong-goan, mereka juga pernah dengar tentang dirinya Tiat-hie Sie-seng si Pelajar Miskin itu.
Jie-koay (orang nomor dua dari urutan ketiga manusia aneh itu) Tan Ang, karena kuatir yang toako (Tiat-hud Kana) tidak mengetahui keadaannya si Pelajar miskin itu, sehingga menanam permusuhan dengannya, maka lantas menyela: "Pedoman orang2 Hong-lui-po kalau jika orang tidak mengganggu aku, maka aku juga tidak menganggu orang. Sahabat, kalau kau betul adalah Tiat-hie Sie-seng Tayhiap, diantara kita sebetulnya tidak ada ganjalan apa2, maka tidak ada gunanya kita bertengkar seperti anak2"
Kemudian ia berpaling dan menarik tangannya Tiathud Kana seraya berkata: "Lotoa, paling baik kita urus perkara yang penting lebih dulu!"
Ia ucapkan perkataan itu lantas memberi isyarat dengan mata, kemudian ia menghampiri Lim Tiang Hung seraya berkata: "Bocah, apakah kau ini ada To-liong Kongcu yang dikalangan kang-ouw mendapat sedikit nama?"
"Benar, aku adalah Lim Tiang Kong, ada urusan apa kalian mencari aku?"
"Kabarnya kau ada hebat betul tidak?""
"Kalian dari daerah barat, sedangkan aku didaerah Tiong-goan hebat atau tidak, ada hubungan apa dengan kalian?"
."Ada orang kata bahwa kau hampir menjagoi seluruh daerah Tiong-goan, tapi merasa masih kurang puas dan mengeluarkan perkataan sombong, hendak menyapu bersih partai2 atau orang2 yg menganut ilmu gaib, betul atau tidak?"
"Orang2 yang menganut ilmu gaib mau orang2 dari golongan jahat, memang sudah sepantasnya kalau harus dibasmi. Ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi orang2 atau pendekar2 yang selalu menjunjung tinggi kebenaran. Tapi aku tidak pernah mengeluarkan perkataan bahwa aku hendak menjagoi rimba persilatan"
"Bocah, sombong benar perkataanmu"
Dalam hatinya Lim Tiang Hong pada saat itu, yang dipikirkan hanya dimana adanya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie. Setelah mendengar perkataan Tan Ang, ia baru tahu bahwa kedatangan tiga orang dari Hong-lui-po itu kiranya iaiah mencari setori dengannya, maka ia lantas tidak perdulikan mereka lagi.
Sebaliknya ia malah menghampiri Tiat-tie Sie-seng seraya berkata dengan suara keras: "Kalau benar kau ada ganjalan sakit hati dengan suhuku, seharusnya kau mencari aku membuat perhitungan, mengapa kau melukai Sin-soan Cu-kat yang tidak bersalah apa2. Perbuatanmu yang kejam dan pengecut ini, benar2 bukannya perbuatan manusia"
Tiat-hie Sia-seng membuka lebar2 matanya, dengan sikap terheran-heran ia balas menanya: "Sin-soan Cu-kat dilukai oleh siapa....?"
"Hmmm! suatu perbuatan yang bagus sekali" berkata Lim Tiang Hong sambil melirik padanya.
Mendadak orang tua baju kuning yang muncul secara diam2 tadi kini kembali perdengarkan suara dingin.
Suara ketawa itu ada demikian tajam dan menyeramkan. Lim Tiang Hong dan Tiat-hie Sie-seng berbareng pada berpalting mengawasi padanya. Kini mereka baru tahu bahwa di belakang mereka masih ada dua orang lagi yang memperhatikan gerak gerik mereka.
Lim Tiang Hong agaknya tidak menghiraukan kehadiran kedua orang itu, tapi tidak demikian dengan Tiat-hie Sie-seng. Ketika mengetahui siapa adanya dua orang itu, diam2 terperanjat sedang dalam hatinya lants memikir "apakah dua manusia tukang menyebar penyakit dari daerah perbatasan propinsi In-lam ini juga datang kemari?"
Lim Tiang Hong yang masih belum reda hawa amarahnya lantas membentak dengan suara keras: "Kau ketawa apa?"
"Aku ketawai kau yang begitu tolol, sedang jiwanya sendiri terancam bahaya besar dan toh masih ada kesempatan untuk mencampuri urusan orang lain"
Lim Tiang Hong, hatinya tercekat. Sejak ia muncul didunia kang-ouw, entah berapa banyak bahaya sudah ditempuh, hingga menambah banyak pengalamannya. Dilihat gelagatnya malam itu, mungkin kedatangannya orang2 itu, semua adalah hendak mencari dirinya, dengan maksud yang tidak baik. Oleh karena itu, maka malam itu mungkin tidak terhindar dari suatu pertempuran yang sangat sengit pula. Tapi satu hal yang tidak dimengerti, apa sebabnya orang2 itu hendak mencari setori kepadanya"
Dengan tanpa banyak rewel, ia lantas menghampiri kedua orang itu dan menegur padanya: "Aku si orang she Lim dengan kalian belum saling kenal satu sama lain, ada keperluan apa kalian mencari aku?"
Thian-un Lie Seng menjawab sambil tersenyum: "Anak masih bau pupuk bawang sudah ingin menjagoi dunia kang-ouw, benar2 terlalu jumawa"
Tee-un Sun Lee si gendut juga berkata sambil ketawa dingin: "Lo-tee, turun tangan saja! perlu apa banyak bicara dengan dia?"
Tubuhnya yang gemuk gendut seperti gentong lantas bergerak mendekati Lim Tiang Hong.
Diatas kepalanya Thian-un Lie Seng yang botak kelimis, nampak mengepul asap warna merah. Setelah terdengar suara keretekan dari tulang2nya, kedua lengan tangannya mendadak tambah panjang setengah kaki, hawa nafsunya ingin membunuh nampak tegas dikeningnya, dengan mata buas ia menatap wajahnya Lim Tiang Hong dan setindak demi setindak mendekati padanya.
Lim Tiang Hong yang sudah banyak berhadapan dengan jago2 kuat, sedikitpun tidak meresa keder. Ia tetap tenang, malah mengawasi kelakuan manusia aneh itu dengan sikapnya yang tenang selalu. Tapi diam2 ia telah kerahkan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang dikedua tangannya, untuk melayani musuhnya.
Dalam suasana tegang demikian, Lim Tiang Hong tiba2 merasakan ada sambaran angin di belakang kepalanya, dengan sendirinya ia lantas geser kakinya melesat ke samping 3 kaki. Ia baru mengetahui bahwa si Sam-koay dari Hong-lui-po hendak membokong padanya secara pengecut....
Tiat-hie Sie-seng yang menyaksikan keadaan demikian, hatinya merasa serba salah. Meski kedatangannya kali ini ia sebetulnya memang hendak mencari Lim Tiang Hong untuk membuat perhitungan, tapi kini melihat anak muda itu berada dalam bahaya, perasaan permusuhannya lantas lenyap sama sekali, sebaliknya ia merasa jemu terhadap cara2nya orang2 dari Hong-lui-po, hingga timbul pikirannya hendak memberi sedikit bantuan tenaga. Tapi dengan demikian ia pasti akan tanam bibit permusuhan dengan Hong-lui po. Dengan usianya yang sudah demikian lanjut dan sudah tiba waktunya harus mengasingkan diri, sesungguhnya tidak ada perlunya bermusuhan dengan orang2 kuat serta ganas seperti Hong-lui-po itu. Sesaat lamanya ia nampak bingung, tapi akhirnya ia ambil putusan bahwa paling selamat jalan meninggalkan tempat itu. Tiba2 suatu pikiran timbul dalam otaknya "Yah. aku tidak bisa membantu secara terang2an, mengapa tidak membantu dengan cara menggelap"
Maka ia lantas berseru: "Bocah, Sin-soan Cu-kat adalah merupakan kenalan lama dengan aku, tidak nanti aku bisa melukai dirinya. Percaya atau tidak, terserah padamu sendiri. Hanya aku perlu peringatkan padamu, awas sedikit terhadap orang2 itu, sekarang aku hendak pergi"
Suaranya masih berkumandang di udara, tapi orangnya sudah kabur sejauh 20-30 tombak
Lim Tiang Hong berpaling menengok padanya dan pada saat itulah tiba2 terdengar suara bentakan, si Losam, yakni orang termuda dari Sam-koay, yang mempunyai julukan "Kera emas lengan panjang". Kauw Lui telah ulur lengannya yang panjang. Dengan kecepatan bagaikan kilat menyambar belakang kepalanya Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya Thian-un Lie Seng yang merah seperti bara, juga dipantang lebar dan mengeluarkan asap warna merah yang menyambar kearah dada Lim Tiang Hong.
Diiain pihak, Tiat-hud Kana dan Tang Ang, masing2 pada bergerak dari kiri dan kanan memegat jalan mundur Lim Tiang Hong.
Orang2 itu semua merupakan orang2 kuat dari kalangan hitam, yang sudah kesohor namanya, tapi kali ini dengan tidak menghiraukan nama dan kedudukannya masing2, telah mengeroyok seorang dari tingkatan muda, semuanya memang sudah direncanakan lebih dulu. Cara bertempur dan serangannya yang sedemikian ganas, dapat diketahui bahwa orang2 itu tidak gampang2 dilayani.
Lim Tiang Hong yang dikepung dari berbagai sudut dan semua jalaa mundur sudah tertutup rapat maka dalam keadaan demikian, ia tidak bisa banyak pikir lagi. Dengan sepenuh kekuatan tenaganya, ia menyambut setiap serangan yang dilancarkan oleh musuh2nya.
Tiba2 ia bersiul nyaring, badannyu lalu melesat setinggi 3 tombak. Ditengah udara ia berputaran sejenak, lalu melayang turun kearah tanah lapang kosong, berbareng dengan itu, ia lantas berkata dengan suara nyaring: "Aku sudah tahu, Sin-suan Cu-kat pasti adalah kalian kawanan penjahat ini yang melukai, sekarang si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie kalian bawa kemana?"
Lalu terdengar jawabannya Tee-un Sun Lee: "Si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie" Mereka siang2, sudah pergi menemui Giam lo-ong, mungkin mereka sekarang sedang menantikan kedatanganmu! Hi, hi...."
Si orang she Sun ini meski badannya gemuk seperti gentong, namun gerak geriknya gesit sekali, sebab baru saja Lim Tiang Hong melayang turun ketanah si gendut itu sudah lantas berada di hadapannya.
"Kau kawanan orang jahat yang sangat kejam, aku menghendaki jiwamu!" Teriak Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak mengeluarkan serangan sangat hebat.
Dengan tergopoh-gopoh Tee-un angkat tangannya, menyambuti serengan Lim Tiang Hong.
Kedua kekuatan lalu saling beradu, segera terdengar suara seruan tertahan dari mulutnya Tee-un. Badannya yang seperti gentong nampak sempoyongan sampai 4-5 tindak, parasnya pucat seketika, jelas bahwa ia telah terluka parah dalamnya.
.1622 Lim Tiang Hong cuma bergoyang sebentar badannya, sudah bisa berdiri tegak lagi. Ia yang saat itu sudah kalap, benar2 setelah memukul mundur Tee-un. Dengan tanpa ampun lagi, ia maju lagi sambil putar tangannya hendak habiskan jiwanya si gendut gemuk itu.
Tiba2 terdengar suara bentakan saling susul. "Bocah, kau kejam sekali...."
Dengan kecepatan bagaikan kilat 4 bayangan orang pada datang menerjang padanya.
Berbarang dengan itu, juga terdengar suara "Bang! Bang! Bang!" berkali-kali.
Lim Tiang Hong yang dihujani serangan begitu gencar, segera lompat melesat sejauh 8 kaki.
Thian-un Lie Seng perdengarkan suara ketawanya yang aneh, lalu memberi komando kepada kawan2nya, untuk mengepung pula dirinya Lim Tiang Hong.
Tiat-hud Kana menghunus senjata kebutan besinya, lalu berkata sambil menuding Lim Tiang Hong: "Kabarnya di lembah Hong-hong Pit-kok kau telah menemukan pengalaman gaib yang tidak sedikit. Jika kau mau menyerahkan nyalinya naga yang sudah membatu itu kepada Pocu kita, Hudya-mu nanti akan ampuni jiwamu"
Lim Tiang Hong barusan menyambuti serangan 4 orang itu, dadanya masih dirasakan sakit. Ia coba paksakan diri, mengawasi 4 orang itu. Ia merasa bahwa untuk menghadapi 4 kawanan iblis itu sesungguhnya bukan soal mudah. Kini setelah mendengar perkatannya Tiat-hud Kana, baru tahu bahwa kedatangan mereka itu kiranya menghendaki barang pusakanya yang didapatkan dari lembah Hong-hong Pit-kok.
Diam2 ia merasa geli, kemudian sambil ketawa terbahak bahak ia berkata: "Menurut apa yang tersiar dalam kalangan kang-ouw, Hong-lui-po itu adalah sangat rahasia dan hebat sekali pengaruhnya, tidak tahunya hanya satu persekutuan dari kawanan berandal saja. Sekarang tuan mudamu boleh beritahukan pada kalian kawanan berandai dari Hong-lui-po, bahwa aku si orang she Lim bukannya itu manusia lemah yang boleh kalian bunuh secara mudah seperti kambing" Kalau kalian mempunyai kepandaian, silahkan maju semua!"
Kegusaraanya si pemuda yang sudah memuncak, telah membuat perasaannya me-luap2 hingga suaranya sampai gemetaran. Dengan senjata serulingnya dilintangkan didepan dadanya, ia mengawasi semua musuh2nya dengan mata beringas.
Tiat-hud Kana merupakan seorang yang sifatnya paling beringasan diantara Sam-koay itu, meski ia tahu bahwa sipemuda itu bukan seorang sembarangan, tapi dengan mengandalkan kekuatannya Sam-koay, serta bantuan dua manusia yang mendapat julukan "penyebar penyakit" dari daerah perbatasan antara In-lam dan Burma. maka ia sudah anggap pasti bahwa kemenangan tentu berada di pihaknya.
Oleh karenanya, hatinya juga semakin besar. Dengan matanya yang sipit ia mengawasi dirinya Lim Tiang Hong, kemudian sambil membentak keras lantas maju menerjang, sedang senjata kebutan besi ditangannya yang mengeluarkan sinar hitam, dengan beruntun melancarkan 21 kali serangan.
Serangannya itu dilakukan demikian gencar, seolah olah tidak mau memberikan kesempatan bagi lawannya untuk bernapas.
Lim Tiang Hong berdiri tegak ditengah-tengah kepungan mereka. Walaupun diserang demikian sengit dan hebat, tapi agaknya tidak menghiraukan sama sekali serangan Tiat-hud Kana, dengan secara lincah ia menghindarkan setiap serangan musuhnya dan setelah menantikan kesempatan sampai kekuatan tenaga "dalam" Tiat-hud Kana sudah sampai dipuncaknya, ia baru geser kakinya untuk singkirkan dirinya agak jauh dari ancaman serangan musuhnya, kemudian senjata seruling emas ditangannya diputar demikian rupa untuk membendung senjata musuhnya.
Begitu melihat Lim Tiang Hong sudah bergerak memberi perlawanan, Tan Ang, si kera lengan panjang dan Thian-un Lie Seng yang masing2 berdiri ditiga sudut, juga lantas bergerak hampir dengan waktu berbarengan, bantu kawannya melakukan serangan kepada Lim Tiang Hong dari tiga jurusan.
Dalam waktu sebentaran saja, Lim Tiang Hong sudah terkurung dalam hembusan angin dan kepalan tangan serta senjata tajam.
Empat manusia aneh itu, dulunya pernah menjagoi di masing2 daerahnya sendiri. Dan kini 4 iblis itu telah bergandengan tangan hanya menghadapi seorang musuh, sudah tentu beranggapan pasti bisa merebut kemenangan.
.Buat pihaknya Lim Tiang Hong, 4 iblis itu merupakan lawan yang berat juga, ia pun merasakan tekanan hebat dari 4 musuhnya itu.
Dalam keadaan demikian, tangan kanannya Lim Tiang Hong menggunakan senjata seruling emasnya dan tangan kirinya untuk melawan mati-2an terhadap musuh2nya yang ganas itu.
Seruling emasnya merupakan senjata yang luar biasa. Senjata itu diputar demikian rupa, sehingga mirip dengan seekor naga yang beterbangan di tengah udara, emasnya mengeluarkan sinar ber-kilau2an hingga menyilaukan mata musuh2nya dan hembusan anginnya yang dibantu dari hembusan kekuatan tenaga dalam dari tangan kirinya, telah menimbulkan suatu kekuatan hebat, hingga sebentar2 terdengar suara menderu-deru.
Karena setiap orang merupakah tokoh2 terkuat dari kalangan kang-ouw, maka setiap serangan yang menggunakan kekuatan tenaga dalam, nampak makin lama makin seru dan cepat, sehingga menimbulkan angin yang membuat tanah dan pepohonan disekitar tempat pertempuran itu pada beterbangan dan tumbang.
Pertempuran yang jarang ada itu, terus berlangsung sampai satu jam lebih lamanya. Serangan yang dilancarkan oleh setiap orang, sedikitnya ada 300 jurus lebih.
Ilmu serulingnya Lim Tiang Hong sudah dikeluarkan bolak balik sampai 8 kali banyaknya. Ilmu pukulan seruling itu diimbangi dengan ilmu pukulan tangan "Luitian-hui-huan-ciang" yang jarang digunakan, baru dapat mengimbangi musuh2nya yang jumlahnya 5 orang itu.
Namun per-lahan2 ia mulai ripuh juga, sebab lawannya adalah merupakan tokoh2 kuat yang sudah lama mendapat nama dikalangan kang-ouw. Maka diam2 lantas berpikir "jika terus menerus bertempur secara demikian, rasanya berabe maka aku harus menggunakan siasat untuk merubuhkan mereka...."
Karena pikirannya bekerja, maka pukulannya juga rada kendor, sebaliknya, serangan pihak lawannya nampak semakin hebat.
Tang Ang agaknya sudah naik darah benar2, seraya menggeram hebat ia berteriak-teriak: "Bangsat, jika bocah yang masih bau pupuk bawang seperti kau ini sampai toayamu tidak bisa membereskan, kita tidak perlu berkecimpung dikalangan kang-ouw lagi"
Sesudah itu, ia lantas keluarkan tipu silatnya yang istimewa, yang dinamakan "bayangan iblis", hingga dalam waktu sekejapan lamanya Tan Ang seolah-olah berubah menjadi bayangan yang banyak sekali jumlahnya berputaran di sekitarnya Lim Tieng Hong. Selain daripada itu, jari tangannya juga memancarkan hembusan angin berwarna hitam, menembus sinar emas serulingnya Lim Tiang Hong.
Setelah Tan Ang mengeluarkan kepandaiannya yang istimewa, Thian-un Li Seng juga menelad perbuatannya sang kawan itu. Dari telapakan tangannya menghembuskan serangan makin hebat dengan dibarengi oleh asap merah membara.
Kawanan iblis itu begitu mendapat kesempatan baik lantas membuka ofensifnya dengan berbareng, mereka ingin segera membinasakan dirinya pemuda kosen itu.
Sayang keinginan mereka itu tidak mudah tercapai, karena Lim Tiang Hong juga bukan seorang anak bawang seperti apa yang mereka anggap semula. Hanya karena barusan memikirkan suatu siasat, maka agak sedikit lengah, sehingga kesempatan itu digunakan oleh lawannya, untuk melancarkan serangan sengit. Kini setelah mengetahui bahwa dirinya berada dalam keadaan sangat berbahaya, lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya ilmu seruling, setelah itu ia berkata sambil ketawa nyaring: "Kawanan iblis jahat, malam ini tuan mudamu akan suruh kalian merasakan hebatnya ilmu silat dari Hong-hong Pit-kok"
"Ser... Ser..."
Suara hembusan angin yang keluar dari jaii tangannya Lim Tiang Hong terdengar amat nyaring. Seruling emasnya bergerak laksana naga terbang, sedang jari telunjuk kirinya mengeluarkan butiran2 warna putih dengan beruntun sampai 9 kali.
Butiran2 itu adalah serupa hawa tenaga murni yang kelihatannya semacam benda butiran, tapi sebenarnya tenaga dari kekuatan hawa tenaga murni yang dipelajari oleh orang2 yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sudah sempurna benar2.
Menggunakan ilmu serupa ini meski menghembuskan banyak tenaga murni, tapi bagi orang yang sudah sempurna dan tinggi sekali kekuatan tenaga dalamnya, senjata serupa itu merupakan senjata yang paling ampuh dan paling sulit dielakkan.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan ilmunya itu, dalam waktu sekejapan, keadaan lantas berubah.
Tan Ang yang sedang berputaran dengan seribu bayangannya, mendadak mengeluarkan suara jeritan ngeri, tubuhnya melesat mundur sampai 8 kaki jauhnya.
Ternyata ia sudah terkena serangannya butiran hawa Lim Tiang Hong dengan telak, sehingga dibawah pundaknya berlobang dan darah bercucuran membasahi sekujur badannya.
Setelah orang kedua dari barisan Sam-koay itu terluka, Tiat-hud Kana semakin murka, rambutnya sampai pada berdiri sehingga mirip dengan bulu landak, matanya yang sipit menjadi merah membara.
Sambil keluarkan geraman hebat ia berseru. "Anjing cilik, malam ini apabila hudya-mu tidak bisa membikin lobang didadamu, percuma Hudyamu mendapat gelar "Sam-kiat" (Tiga jago kuat) di Hong-lui po"
Dengan satu gerakan yang sangat gesit ia merangsak dirinya Lim Tiang Hong. senjatan kebutan besinya diputar sehingga mengeluarkan sinar hitam, nampak mengarah kedadanya si anak muda. Gerak tipu pukulannya itu merupakan gerak tipunya yang istimewa. Jlkalau tidak perlu sekali, jarang ia keluarkan.
Lim Tiang Hong mengetahui hebatnya serangan itu, ia tidak berani menyambuti secara sembarangan. Dengan menggunakan ilmu mengelakkan diri Sam-sam Po-hoat, ia dapat mengelakkan serangan yang hebat itu.
Tapi baru saja menghindarkan ancamannya Tiathud Kana, Thian-un Li Seng dari belakang sudah menyerang dengan serangannya yang mengandung hawa panas laksana bara.
Lim Tiang Hong dengan menggunakan tipu pukulan "Menyapu Jagat" serulingnya diputar menyapu ke belakang dirinya untuk menyambuti serangan musuhnya yang licik itu.
Tiba2 ia rasakan pula sambaran angin. Si Kera Lengan Panjang sudah mengulur lengannya yang benar2 panjang, menyambar bawah ketiak Lim Tiang Hong.
Gerakan si Kera Lengan Panjang itu benar2 luar biasa gesitnya, sehingga bajunya Lim Tiang Kong kena kejambret dan terlobang.
.Lim Tiang Hong sangat gusar. Dengan tangan kirinya, sekaligus ia menghujani serangan2 kepada musuh2nya.
Gerakan Lim Tiang Hong yang seolah-olah bagaikan banteng kedaton, dengan kepandaian ilmu silatnya tangan kosong dan seruling emas yang dari dua golongan menjadi satu, membuat musuh2nya mau tidak mau diam2 mengakui keunggulannya pemuda itu, sehingga pada lompat mundur sampai 1 tombak jauhnya. Tepat pada saat itu, mendadak terdergar suara jeriten orang yang timbul disuatu tempat yang agaknya tidak jauh dari situ.
Dalam suasana malam yang sunyi, suara itu kedengarannya semakin menusuk telinga dan membuat berdiri bulu roma.
Lim Tiang Hong yang sejak tadi memikirkan keselamatannya diri si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie, tatkala mendengar suara jeritan itu, dalam hatinya diam2 merasa kaget. Dengan menggunakan kesempatan selagi lawan2nya itu lompat mundur, ia juga lantas lompat melesat, dengan gerakan bagaikan kilat ia melayang ke arah datangnya suara jeritan tadi.
Thian-un Li Seng yang mengira Lim Tiang Hong hendak kabur lantas berseru sambil ketawa terbahakbahak: "Monyet, malam ini sekalipun kau hendak kabur ke atas langit, tuan besarmu juga akan tangkap kau kembali!"
Ucapannya itu segera dibarengi oleh gerakannya yang cepat bagaikan kilat, mengejar dibelakangnya Lim Tiang Hong.
Perbuatan Li Seng itu segera ditelad oleh kawan3nya termasuk Tee-un Sun Lee yang masih belum sembuh betul lukanya.
Sejak Lim Tiang Hong unjukkan muka didunia Kaogouw entah berupa banyak mengalami pertempuran besar kecil, tapi selamanya belum pernah kaburkan diri dari lawan2nya.
Demikian pula keadaannya dimalam itu, meskipun ia agak ripuh, tapi sedikitpun tidak memikirkan untuk kabur. Hanya, suara jeritan tadi telah menimbulkan perasaan kuatirnya terhadap diri Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu.
Siapa nyana dibelakang dirinya lantas dengar suara jengekannya Thian-un Li Seng yang tidak sedap
.1634 didengarnya, namun ia tidak perdulikan itu semua ia masih tetap kaburkan kakinya kearah suara jeritan tadi itu
Sabentar kemudian, tibalah ia ditempat tersebut. Ternyata itu adalah sebidang tanah kuburan tua yang morat-marit keadaannya. Di atas tanah kuburan itu nampak rebah menggeletak disana-sini bangkainya beberapa puluh orang, diantaranya masih ada yang merintih rintih.
Baru saja ia hendak memeriksa siapa orangnya yang menggeletak sebagai bangkai itu, mendadak matanya dapat lihat bayangan hitam kecil langsing dengan di belakang gegernya menggendong seseorang, lari menghilang ke dalam rimba.
Dengan daya penglihatannya yang tajam, ia segera dapat lihat bahwa orang yang berada di gendongan itu adalah seorang wanita.
Hatinya bercekat, tapi baru saja ia hendak mengejar, ternyata sudah tidak ada kesempatan lagi! Sebab Tiat-hud Kana dengan lakunya seperti orang gila, sudah menerjang padanya, sedang senjata kebutan besinya sudah mengancam kepalanya.
Lim Tiang Hong merasa cemas berbareng gusar. Ia lalu angkat senjata seruling emasnya untuk menangkis serangan Tiat-hud Kana yang ganas itu dan selanjutnya ujung seruling itu diteruskan kearah dadanya Tiat-hud Kana sedang tangan kirinya juga melancarkan serangan dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat
Tiat-hud Kana yang menerjang secara kalap, tidak menduga kalau Lim Tiang Hong masih mampu menyambuti serangannya. Setelah terdengar nyaring suara benturan kedua senjata, nampaknya agak terkesiap. Namun belum hilang rasa herannya, kekuatan tenaga dalam yang diiancarkan oleh Lim Tiang Hong dengan tangan kirlnya sudah meluncur ke arah dadanya.
Sudah tidak ada kesempatan lagi baginya untuk berpikir lebih jauh, terpaksa ia menyambuti dengan lengan kirinya....
"Beleduk! Beleduk!" Setelah suara beradunya kedua kekuatan terdengar nyaring, lalu disusul dengan suara "Crat... Peletak!"
Sambil berkaok kaok, Tiat hud Kana badannya terlempar kembali sampai 3 tombak jauhnya. Setelah itu masih mundur sempoyongan sejauh 5 tindak, sedang tangan kirinya nampak melesot ke bawah
Ternyata dalam mengadu kekuatan itu, pergelangan tangan Thian-hud Kana telah patah tulangnya hingga wajahnya pucat pasi dan keringat dingin mengucur deras saking menahan rasa sakit yang sangat hebat.
Lim Tiang Hong sendiri juga merasa bergolak dadanya, mundur 2 tindak.
Tapi belum lagi berdiri tegak, si Kera Lengan Panjang dan sepasang manusia penyebar penyakit dari perbatasan In-lam Burma. dengan kecepatan bagaikan angin, sudah berada di hadapannya.
Dengan mengambil posisi segitiga, 3 kawanan iblis itu segera mengurung dirinya Lim Tiang Hong dan melancarkan serangannya bertubi tubi sampai 15 kali banyaknya.
Serangan 3 orang itu dilakukan dengan tenaga sepenuhnya dan dilancarkan demikian cepat dan ganas, hingga Lim Tiang Hong yang masih belum mendapat kesempatan memulihkan kekuatan tenaganya hampir saja tidak mempunyai kekuatan untuk melayani mereka.
Thiau-un Li Seng dengan bangga telah ketawa terbahak-bahak sembari berkata: "Kunyuk! sekarang aku kepingin lihat apa kau masih bisa berlalu congkak lagi?"
Diejek demikian rupa, Lim Tiang Hong lantas kerahkan kekuatan tenaga murninya, sambil ketawa panjang ia menjawab: "Kau jangan merasa bangga dulu, belum tentu tuan mudamu tidak mampu melawan kalian kawanan tikus!"
Setelah itu ia lantas selipkan senjata serulingnya dibelakang gegernya kedua tangannya menggunakan ilmu Lui-tian hui-hoan-ciang, sudah menyerang musuh2nya dengan tipu2 pukulannya yang hebat2, hingga dalam waktu sekejapan saja sudah melakukan 18 kali serangan.
Ilmu pukulan dengan menggunakan tangan kosong itu memang benar2 sangat hebat, sekalipun batu besar, apabila digempur dengan ilmu pukulan itu lantas menjadi hancur lebur, apalagi badan manusia.
Maka setelah Lim Tiang Hong menggunakan tipu pukulannya itu, lantas terdengar suara jeritannya Tee-un Sun Lee yang belum sembuh betul dari lukanya. Orang she Sun itu tersapu oleh hembusan angin yang keluar
.1638 dari tangannya Lim Tiang Hong, walaupun demikian, tubuhnya yang gemuk seperti balon sudah terpental sejauh 2 tombak lebih dan mulutnya mengeluarkan darah.
Thian-un Li Seng yang menyaksikan saudaranya telah rubuh, lantas menjadi kalap, sambil ulur tangannya ia menggeram: "Kunyuk! tuan besarmu akan adu jiwa dengan kau"
Setelah itu ia lalu melancarkan serangan dengan beruntun, dan setiap serangannya selalu mengarah jalan darah terpenting di anggota badan Lim Tiang Hong barusan telah menngerahkan kepandaian dan kekuatannya, dalam waktu segebrakan saja sudah berhasil merubuhkan dirinya Tee-un Sun Lee. Namun ia sendiri juga sudah tersengal-sengal, Dadanya dirasakan sudah menggolak, napasnya membiru, maka ketika didesak demikian rupa oleh Thian-un Li Seng, ia terpaksa mundur sampai 7-8 kaki jauhnya.
Si Kera Lengan Panjang yang melihat ada kesempatan baik, lalu ulur lengannya yang panjang, menyerang Lim Tiang Hong dari setiap jurusan.
Si Kera Lengan Panjang ini merupakan anggota termuda dalam barisan Sam-koay, juga merupakan orang yang paling sukar dilayani. Kekuatan tenaganya sangat besar, sifatnya sangat kejam dan buas.
Ilmu mengelakkan diri Lim Tiang Hong yang dinamakan Sam-sam Po-hoat, meski luar biasa dan sudah tidak ada tandingannya, tapi oleh karena ia sudah bertempur hampir semalam suntuk, sudah tentu merasa lelah. Dengan demikian, sudah tentu gerak kakinya mulai agak kendor.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng dalam barisannya yang semula terdiri dari 5 orang, tapi kini hanya tinggal 3 orang sifat mereka yang memang sangat buas, kini bertambah buas lagi.
Mereka menggeram tidak hentinya, tangan mereka terus melancarkan serangan secara kalap, hingga menimbulkan hawa dingin den panas, yang mengurung dirinya Lim Tiang Hong.
Sembari melawan, Lim Tiang Hong hatinya terus berpikir, sebab sampai pada saat itu, ia masih belum tahu benar, apa sebabnya mereka itu mengerubuti dirinya dan agaknya sudah bertekad hendak membinasakan dirinya.
Ia anggap bahwa yang paling penting ialah selekasnya supaya ia dapat mencari dirinya si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie.
Tapi, serangannya dari lawannya itu, hampir membuat ia tidak dapat kesempatan untuk loloskan diri. Dalam cemasnya ia lantas membentak dengan suara keras: "Jika kalian masih tidak mau tahu gelagat, jangan kalian sesalkan kalau siauwyamu nanti turunkan tangan kejam!?"
"Ucapanmu ini untuk menggertak siapa" lihat serangan!" jawabnya Thian-un Li Seng sambil ketawa dingin.
Setelah itu, ia lalu putar tangannya yang besar, kembali melancarkan serangan bertubi-tubi.
Lim Tiang Hong sambuti serangan itu sambil ketawa dingin, selagi hendak balas menyerang, mendadak dari jauh terdengar suara bentakan orang: "Berhenti!"
Berbareng dengan itu, di dalam medan pertempuran itu tiba2 muncul dirinya seorang pertengahan umur itu berbadan tinggi besar. Berpakaian baju kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah.
Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng, belum melihat datangnya orang tersebut, segera tarik mundur serangannya, kemudian lompat mundur dan memberi hormat kepada orang tersebut seraya berkata: "Kami berdua menjumpai Suncu!"
Orang tinggi besar itu yang ternyata salah satu Suncu (nama suatu jabatan). Sambil ulapkan tangannya lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Jika tuan masih menyayangi jiwa tuan, sebaiknya segera menyerahkan nyali naga itu kepada kita, mungkin kita masih dapat berunding mengenai hal2 yang lainnya. Jikalau tidak, susah dikata apa akibatnya!"
Lim Tiang Hong dapat menyaksikan bagaimana sikap Si Kera Lengan Panjang dan Thian-un Li Seng terhadap orang itu yang demikian menghormatinya lantas dapat menduga bahwa orang itu pasti mempunyai kedudukan tinggi dalam Hong-lui-po, namun ia tidak jeri, bahkan sebaliknya, ia ketawa terbahak-bahak kemudian berkata: "Kau siapa" Bagaimana kau berani mengeluarkan perkataan begitu besar terhadap aku" Apakah kau kira aku akan takut dengan gertakanmu itu?"
Orang itu dengan sikapnya yang angkuh, kepalanya mendongak ke atas dan berkata dengan suara dingin: "Dalam Hong-lui-po ada seorang Suncu yang bernama Lui Beng, itu adalah aku. Kau sebagal seorang yang sudah lama berkecimpungan di dalam kalangan kangouw, tentunya juga pernah dengar itu nama"
Lim Tiang Hong gelengkan kepalanya, sambil ketawa geli ia menjawab: "Aku belum pernah dengar itu nama, aku juga tidak mengerti apa artinya Suncu"
Orang tinggi besar itu, jabatannya dalam Hong-luipo adalah Lam-mo Suncu, yang merupakan salah satu dari tiga Suncu. Kedudukannya tinggi sekali. Menurut peraturan dalam Hong-iui-po, jika tidak mempunyai kepandaian ilmu silat istimewa, tidak bisa menjabat kedudukan tersebut. Maka itu, ia tadinya mengira bahwa dengan menyebutkan nama dan jabatannya itu, pasti dapat membikin keder hatinya Lim Tiang Hong.
Siapa nyana Lim Tiang Hong sedikitpun tidak pandang padanya, sikapnya Lim Tiang Hong itu, tidak ubahnya sebagai satu hinaan terbesar bagi Sancu itu, maka ia lantas delikkan matanya dengan hati mendongkol.
Sekonyong-konyong ia maju menghampiri, tangannya bergerak menyerang Lim Tiang Hong.
Perbuatannya iiu menandakan betapa kejam dan ganasnya Lam-mo Suncu itu, dengan tanpa memberi peringatan lebih dulu, sudah menyerang secara ganas.
Lim Tiang Hong yang sudah tahu menghadapi musuh tangguh, maka selalu waspada untuk menghadapi serangan yang dilakukan secara tiba2. Oleh karena itu, maka sebelum serangan Sancu itu mengenakan sasarannya, Lim Tiang Hong sudah geser kakinya, dengan manis sekali dapat menghindarkan serangan tersebut.
Tepat pada saat itu, dari tengah udara terdengar suara bentakan yang keras: "Kongcu silahkan mengaso dulu, biarlah aku si pengemis yang membereskan manusia keparat itu!"
Suara itu disusul oleh meluncurnya tubuh seorang yang segera menyambuti serangan Lam-mo Suncu tadi.
Kedua pihak nampak mundur setindak dengan badan sempoyongan.
.Lam-mo Sancu terperanjat. Ia yang selamanya pandang tinggi kepandaiannya sendiri, apalagi selama berkelana didunia kang-ouw ia belum pernah menemukan seorangpun yang dapat mengimbangi kekuatannya.
Ia melirik dengan matanya yang tajam, segera dapat lihat bahwa orang yang baru muncul itu ternyata adalah seorang pengemis pincang dengan wajah penuh berewok.
Sesaat wajahnya lantas berubah, kemudian berkata dengan suara yang mendongkol: "Hong-lui-po dengan Kai-pang (perkumpulan kaum pengemis) selamanya belum pernah kebentrok. Kau pengemis ini, dengan hak apa kau hendak mencampuri persoalan ini?"
Pengemia pincang itu menjawab sambil ketawa terbahak-bahak: "Aku pengemis tua adalah menjabat jabatan sebagai pengurus bagian luar dari Hong-hongtie. Dengan berani mati kau menganggu Kongcu kita, mengapa aku tidak boleh mencampuri soal ini?"
Sebagai seorang kang-ouw kawakan, Lui Beng sudah tentu pernah dengar nama perkumpulan Honghong-tie yang sangat misterius itu dan kini ia baru tahu bahwa To-liong Kongcu itu adalah seorang kongcu dari perkumpulan yang sangat misterius dan berpengaruh itu.
Dengan ketawa sinis ia lantas berkata: "Oh! tuan kiranya adalah pahlawan dari Hong-hong-tie yang bergelar Cian-lie Tui-Hong Po kai (pengejar angin si pengemis pincang). Hong lui-po sebetulnya tidak ada permusuhan2 apa dengan Lim kongcu. Hanya beberapa kali ia pernah mengeluarkan ucapan sombong, yang katanya hendak menyapu bersih orang2 yang menganut ilmu kegaiban didaerah perbatasan. Oleh karena itu, maka Pocu dari Hong-lui-po telah mengutus siauwtee datang kemari untuk mencari kebenarannya berita itu. Dan benar saja ia ada begitu jumawa sikapnya terhadap orang2 kita"
Buat orang2 dunia kang-ouw, terhadap nama Honghong-tie sedikit banyak umumnya pada menaruh rasa hormat dan jeri.
Hong-lui-po meski berada di luar daerah tionggoan, tapi juga pernah dengar itu nama, maka setelah si pengemis pincang itu beritahukan asal usulnya, sikapnya Lam-mo Suncu segera berubah.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap yang sedemikian cepatnya, lantas berkata sambil ketawa dingin: "Apakah kalian bukannya mengandung maksud hendak merampok nyali nagaku yang sudah berbatu itu" Kenapa sekarang kau berbalik menuduh aku hendak menjagoi rimba persilatan" Memang benar, aku si orang she Lim yang sudah terjunkan diri dalam kalangan kangouw dengan menganut aliran yang benar, sudah tentu mempunyai maksud hendak menyapu segala kawanan jahat untuk menyelamatkan dunia. Jika Hong-lui-po tidak bisa mengkoreksi dirinya sendiri, ada satu hari pasti mengalami nasib akan dibersihkan".
Kalau tadi diwajahnya Lam-mo Suncu masih ada sedikit senyuman dibibirnya, tapi kini telah berubah merah padam. Sambil ketawa dingin ia berkata: "Sungguh sombong sekali perkataanmu itu. Aku disini dengan secara lancang sebagai wakilnya Pocu, mengundang kau datang ke Hong-lui-po dan Hong-lui-po setiap waktu membuka pintu untuk menerima kunjunganmu"
"Disaat Hong-lui-po nanti sudah mengunjukkan kejahatannya secara nyata itulah saatnya pula bagi aku si orang she Lim akan datang untuk membasmi kejahatan itu, kalian tunggulah saja"
"Huh.... huh...."
Sebagai jawabannya Lam-mo Suncu cuma keluarkan suara dari hidung berulang kali, lalu ulapkan tangannya kepada kawan2nya, dalam waktu sekejapan saja, Suncu itu dengan membawa orang2nya yang terluka sudah menghilang dari depan masa Lim Tiang Hong dan pengemis pincang.
Suatu pertempuran yang amat dahsyat, kini telah berakhir. Lim Tiang Hong karena kuatirkan keselamatannya Yan-jie dan si Pengemis Mata Satu, maka setelah Lam-mo Suncu bersama kawan2nya berlalu, ia segera berjalan ke tempat dimana tadi kedapatan banyak bangkai. Ketika ia memeriksa orang2 yang sudah pada rebah menjadi bangkai itu, ternyata semuanya ada memakai pakaian kulit warna merah sawo dan bertopi warna merah tua. Dandanannya itu ada serupa benar dengan dandanannya Lam-mo Suncu.
Luka2 yang membawa kematian mereka, semua ada tanda luka dari senjata pedang, tapi ilmu pedangnya orang yang membinasakan mereka itu sesungguhnya sangat aneh dan ganas. Setiap bekas luka ada tanda palang merah, bahkan luka2 itu semuanya di bagian perut sang korban.
Ia memeriksa lama sekali, namun masih tidak dapat tahu itu ada ilmu pedang dari golongan mana, maka ia lalu berpaling dan menanya kepada si Pengemis pincang: "Tahukah kau, ini ada ilmu pedang dari golongan mana?""
Si pengemis pincang buka matanya lebar2, otaknya diputar, tapi kemudian menjawab sambil gelengkan kepala: "Ini ada serupa pedang dari golongan gaib yang sangat aneh. Dari luka2 sang korban dapat diduga, bahwa orang yang turun tangan ini ada mempunyai bukan saja kepandaian tinggi, tapi juga kekuatan tenaga dalam yang sangat sempurna. Sayang aku tidak tahu ilmu pedang dari golongan mana"
Sejenak Lim Tiang Hong berdiam, kemudian dengan tiba2 ia menanya: "Mengapa orang2 ini bisa datang secara tiba2 untuk mencari aku dengan sikap bermusuhan" Dan bagaimana kau bisa tahu kalau aku berada disini?"
Sikapnya si Pengemis pincang itu mendadak berubah sikapnya menjadi sungguh2, sambi! menghela napas panjang ia menjawab: "Hong-lui-po adalah satu perkumpulan atau partai terbesar di daerah See-hek (barat), di sebelah utara jalan ke gunung Thian-san, merupakan satu kerajaan besar, pengaruhnya tidak boleh kita pandang ringan. Mereka sudah lama ingin pentang pengaruhnya kedaerah Tiong-goan dan kali ini, mungkin saja ada kebetulan. Tapi menurut pikiranku, Kongcu kita sudah kebentrok dengan mereka, selanjutnya lebih baik berlaku hati2 sedikit. Cuma, kita juga tidak boleh unjukkan sikap lemah terhadap mereka. Hong-hong-tie ada mempunyai cukup tenaga untuk menghadapi tantangan dari mana saja. Kongcu, lakukanlah semua usahamu dengan hati tabah. Jika kau anggap perlu bantuan tenaga, kau boleh keluarkan perintah dengan tanda partaimu yang berupa binatang Kie-lin itu, setiap saat ada orang yang akan datang membantu"
Setelah itu ia ketawa terbahak-bahak, kemudian berkata pula: "Ada kesempatan untuk menguji kekuatannya Hong-lui-po merupakan satu kerajaan dari daerah barat itu, sesungguhnya juga merupakan satu hal yang menggembirakan hati!"
Kemudian sambil luruskan kedua lengannya ia menanya: "Kongcu ada perintah apa?"
Lim Tiang Hong sambi! mengawasi bangkai2 yang menggeletak di tanah itu sejenak, lalu berkata "Buat urusan lain, aku tidak berani memerintahkan kau, cuma ada satu hal, aku minta bantuanmu, ialah mengenai dirinya Yan-jie, putrinya Heng-lim Chun-loan dan si Pengemis Mata Satu, yang sampai sekarang belum ketahuan dimana adanya, harap kau suka segera tolong untuk mengadakan penyelidikan. Jika ada terjadi apa2 atas diri mereka, harap lekas beritahukan padaku!"
Setelah itu ia lantas menyoja dan meninggalkan si pengemis pincang itu.
(0-0dw-kz0-0) Bab 41 SETELAH berpisahan dengan si Pengemis pincang, Lim Tiang Hong buru2 pulang kerumahnya Sin-soan Cukat.
Lukanya Sin-soan Cu-kat sudah hampir sembuh. Hanya wajahnya yang kelihatan pucat pasi. Saat itu ia
sedang mondar-mandir dipertengahan rumah dengan hati cemas. Tatkala melihat kedatangannya Lim Tiang Hong, ia lantas buru2 menanya: "Kau sudah melihat mereka atau belum?"
Lim Tiang Hong geleng2kan kepalanya, lalu menceritakan semua pengalamannya seperginya dari rumah.
Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil menghela napas panjang. "Dengan demikian, maka selanjutnya di dunia kang-ouw akan timbul banyak urusan....".
Lim Tiang Hong mengerti apa yang dimaksudkan dengan perkataannya orang tua itu, ialah ditujukan kepada Hong-lui-po yang hendak pentang sayapnya ke daerah Tiong-goan, tapi soal ini bukan merupakan soal yang ia ingin tahu pada saat itu, maka ia segera memotong dan mananya: "Dengan cara bagaimana locianpwee semalam mendapat luka?"
Dengan wajah muram dan sambil menghela napas panjang Sin-soan Cu-kat menjawab: "Lohu adalah seorang yang tidak berguna, sehingga timbul ini urusan...." lalu ia menceritakan pengalamannya sebagai berikut.
Kiranya malam itu Sin-soan Cukai setelah minum beberapa cawan arak untuk menghilangkan perasaan hatinya yang pepat, lalu masuk ke dalam kamarnya, tapi ia masih selalu terganggu pikirannya dengan adanya firasat kurang baik diwajahnya Lim Tiang Hong, yang diduga akan terjadi apa2 atas dirinya anak muda itu.
Dengan seorang dirinya keluar lagi dari kamarnya dan menyelidiki keadaan seluruh ruangan dalam rumahnya yang besar.
Ia melongok ke dalam kamarnya Yan-jie, ternyata masih nyala lampunya. Ia mengerti perasaannya gadis itu. karena memikiri dendam sakit hati ayahnya, hingga tidak bisa tidur. Dari luar jendeia ia memberi nasehat beberapa patah kata kepada gadis cilik itu, kemudian ia berlalu dan menuju ke kamarnya si Pengenis Mata Satu.
Dari dalam kamar si Pengemis tua itu, terdengar suara orang mengorok hingga Sin-soan Cu-kat tahu bahwa pengemis tua itu sedang tidur nyenyak.
Ia lalu balik lagi ke dalam kamarnya sendiri. Ia duduk diatas kursi untuk memikirkan cara bagaimana hendak melaksanakan penuntutan balas sakit hati bagi Yan-jie.
Mendadak.... Suara yang sangat halus sekali memecahkan
kesunyian suasana malam. Sebagai orang kang-ouw kawakan, sudah tentu ia tahu apa artinya suara demikian. Diam2 ia terkejut dan berkata kepada diri sendiri. "Benar2 ada urusan...?"
Serentak ia berbangkit, tapi selagi hendak melompat keluar dari iubang jendela, mendadak dapat lihat berkelebatnya bayangan manusia, Tiat-hud Kana dari Hong-lui-po, seolah-olah bayangan setan sudah melayang masuk kedalam kamarnya, dengan suara dingin ia rnenanya, "To-liong Kongcu yang baru2 ini menggegerkan dunia kang-ouw, apakah berdiam dirumahmu?".
"Sahabat, kau ini siapa" Dan apa perlunya mencari dia?"
"Yaya mu adalah salah satu dari 3 jago di Hong-luipo. Nama gelarku adalah Tiat-hud Kana. Apa maksudnya aku mencari dia, ini bukan urusanmu. Aku hanya menanya padamu: Dia berdiam dirumahmu atau tidak?"
Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw ternama, sudah saja tidak sudi dihina demikian rupa. Tapi tatkala mendengar disebutnya nama Hong-lui-po, dalam hatinya diam2 juga terperanjat. Walaupun demikian, ia toh tidak mau mandah digertak begitu saja. Maka ia lantas menjawab: "To-liong Kongcu Lim siauwhiap, memang benar pernah datang ke pondokku ini tapi dimana adanya dia sekarang, aku tidak tahu. Kalau kau ada urusan apa2, boleh kau tinggalkan pesan kepada lohu saja, nanti aku sampaikan padanya!"
Tapi Tiat-hud Kana berkata sambi! ketawa dingin. "Kau ada orang macam apa?"
Dan dengan tidak diduga-duga, ia lantas sodorkan tangannya. Dari telapakan tangannya mengeluarkan kekuatan yang mengandung hawa dingin, meluncur keluar menyerang Sin-soan Cu-kat.
Kedua orang yang berdiri berhadapan dalam sejarak kira2 3 kaki itu. Walaupun Sin-soan Cu-kat adalah seorang kang-ouw kawakan, tapi juga tidak menduga kalau orang dihadapannya yang diperlakukan secara sopan itu bisa mengeluarkan serangan secara curang. Dalam gugupnya ia terpaksa menyambuti dengan tangannya, tapi ternyata sudah terlambat, serangan itu mengenakan dengan tepat dibagian dadanya, hingga mulutnya menyemburkan darah segar dan tubuhnya lantas rebah tidak ingat orang lagi.
Setelah mendengar penuturan itu, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil kerutkan keningnya. "Berdasar pengalaman boanpwee, dari 5 orang yang bertempur dengan boanpwee itu, satu persatu merupakan orang2 kuat golongan kelas satu di dunia kang-ouw. Jika benar2 Yan-jie diketemukan oleh mereka, ada sulit sekali dapat lolos dari tangan mereka. Namun boanpwee masih merasa sangsi, Yan-jie ada kemungkinan sudah ditolong oleh itu orang yang menggunakan ilmu pedangnya yang aneh membinasakan orang2nya Hong-lui-po dan kemudian gendong pergi padanya. Kala itu, sebetulnya boanpwee hendak mengejar untuk menyaksikan siapa adanya itu orang, tapi boanpwee terus dikepung oleh 5 orang dari Hong-lui-po itu, sehingga tidak bisa lepas dari tangan mereka. Sekarang setelah mendengar penuturan Locianpwee, maka boanpwee mengertilah sudah bahwa kedatangan mereka itu sudah direncanakan terlebih dahulu dan ternyata ada mengandung maksud tertentu"
"Ditinjau dari pembicaraan mereka, kedatangan mereka itu kalau bukan secara sengaja mencari setori, tentunya ada orang yang mengogok-ogok, sehingga kau dimusuhi oleh orang2 Hong-lui po"
"Perkara Hong-lui-po, untuk sementara kita tak usah bicarakan dulu, yang paling penting pada dewasa ini ialah: dengan cara bagaimana kita harus mencari adik Yan-jie. Karena Heng-lim Chun-loan locianpwee cuma mempunyai putri satu2nya. Jika ada terjadi apa2 atas dirinya, bagaimana boanpwee nanti ada muka untuk bertemu dengan Heng-lim Chun-loan locianpwee di alam baka?"
"Heng-lim Chun-loan semasa hidupnya, entah berapa banyak jiwa yang pernah ditolong olehnya. Kalau Tuhan memang adil, tidak nanti sampai putrinya yang cuma satu2nya itu mendapat celaka" demikian orang tua itu menghibur Lim Tiang Hong, meski pun dalam hatinya sendiri juga merasa cemas.
Saat itu sudah jam 5 pagi, Lim Tiang Hong mendadak berbangkit dari tempat duduknya dan hendak pergi lagi. Sin-soen Cu-kat melihat diwajahnya anak muda itu masih belum sirna tanda firasat jeleknya, maka juga lantas bangun dan mencegah padanya sembari berkata: "Kau sudah bertempur hampir semalam suntuk, mengasolah sebentar dulu, nanti setelah terang tanah aku akan pergi bersama-tama kau"
"Boanpwee tidak merasa letih. Jika boanpwee tidak mengejar waktu, jiwa adik Yan-jie nanti sangat berbahaya."
Sin-soan Cu-kat tetap mencegah dengan berkata: "Mati atau hidupnya sesuatu orang, sudah ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Untuk menolong orang, tidak perlu mengejar waktu dengan tanpa menghiraukan keadaan badan sendiri"
Ia tarik dirinya anak muda itu ke dalam ruangan lagi, tepat pada saat itu, dari luar kedatangan seseorang, dengan jalan sempoyongan orang itu berseru: "Pengemis tua malam ini benar2 mengalami nasib sial!"
Berbareng dengan itu, lantas muncul dirinya si Pengemis Mata Satu. Dengan napas tersengal-sengal, bajunya yang banyak tambalan, kelihatan robek disana sini, bahkan masih ada tanda darah yang mengalir ditubuhnya. Dapat diduga bahwa pengemis tua itu malam itu tentu habis melakukan pertempuran hebat.
Lim Tiang Hong segera menubruk padanya sembari menanya: "Lo-koko, kau terluka?"
"Bukan cuma terluka saja, kalau bukan itu pelajar miskin Tiat-hie Sie-seng yang diam2 memberi bantuan, jiwaku barangkali siang2 sudah melayang keakhirat"
Sin-soan Cu-kat yang kuatirkan keselamatan Yan-jie buru2 menanya: "Apakah kau tidak lihat Yan-jie?"
"Menurut keterangan Tiat-hie Sie-seng, dia sudah ditolong oleh seorang wanita berkedok yang mempunyai kepandaian ilmu pedang istimewa anehnya. Ia tidak kenal dengan wanita itu, juga tidak tahu dari golongan mana dan apa maksudnya menolong dirinya Yan-jie?".
Bicara sampai disitu, mulutnya sudah menyemburkan darah hitam dan badannya rubuh diatas kursi.
Lim Tiang Hong buru2 mengeluarkan sebutir pil Soat-som-wan dan dijejalkan dalam mulutnya seraya berkata: "Lo-koko, kau jangan banyak bicara dulu, tentramkanlah pikiranmmu!"
Hakekatnya, saat itu si Pengemis tua itu memang sudah duduk bersila sambil pejamkan kedua matanya. Untuk sesaat lamanya suasana dalam ruangan yang luas itu tampak sunyi senyap, diwajahnya ketiga orang itu nampak tegas perasaan gelisahnya.
Lim Tiang Hong juga bersemedi untuk memulihkan tenaganya, sedang dalam otaknya terus berpikir "siapakah wanita misterius yang menggendong Yan-jie itu" Ia bawa kabur dirinya Yan-jie, dengan maksud baik atau jahat" Untuk selanjutnya, kemana harus mencari padanya?"
Sebagai manusia, Lim Tiang Hong tidak terluput dari gangguan perasaan kemanusiannya. Buat ia, disamping Yu-kok Oey-eng, Yan-jie ada merupakan kawan perempuannya yang terdekat dan erat hubungannya dengan ia. Ia ada mempunyai kewajiban untuk melindungi dirinya gadis cilik itu. Disamping itu, dalam hatinya diam2 juga tumbuh suatu perasaan aneh, tapi perasaan itu telah tertutup oleh budi pekertinya yang tinggi, namun pada satu waktu, bisa juga meledak tanpa bisa di rem perasaannya itu.
Dan setelah Yan-jie kini hilang dari depan matanya, ia baru merasa betapa pentingnya gadis itu bagi dirinya. Dalam lamunannya, ia seolah-olah dengar ratapannya gadis itu: "Engko Hong! Engko Hong... kau ada dimana" mengapa kau tidak datang menolong diriku" Lekaslah....!"
Angin dingin meniup, hingga membuat ia segera tersadar dari lamunaanya, ternyata cuaca sudah menjadi terang. Ia lantas berbangkit dari tempat duduknya, kala itu ternyata si Pengemis Mata Satu sudah sembuh luka2nya dan sedang berbicara dengan Sin-soan Cu-kat.
Ia buru2 menghampiri dan berkata kepada mereka. "Cu-kat locianpwee, marilah kita lekas berangkat!"
"Boleh juga, tapi barusan setelah kita berdua mengadakan perundingan, kita anggap lebih baik kita mencari secara berpencaran. Kau boleh minta bantuannya orang2 dari Hong-hong-tie, sedangkan kita boleh minta bantuannya golongan Kay-pang (pengemis). Begitu dapat kabar, satu sama lain boleh segera menyampaikan kabar itu"
Lim tiang Hong yang sebenarnya tidak begitu suka berjalan ramai2, maka ia segera menyetujui usul Sinsoan Cu-kat.
Dengan demikian, mereka bertiga lantas berpencaran mencari Yan-jie.
TAMAT BAGIAN PERTAMA . Kisah Bangsa Petualang 4 Delapan Kitab Pusaka Iblis Kwi Po Cin Keng Pat Karya Rajakelana Seruling Gading 9

Cari Blog Ini