Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 9
Dengan apa boleh buat Lim Tiang Hong mendengar kata2 Cu Giok Im yang terakhir lantas maju selangkah hendak menurut nasehatnya.
Demikianlah ia masukkan hawa dari mulut Yan-jie, kemudian pil Soai-som-wan itupun sekalian dimasukkan juga. Kemudian lagi, dengan tangannya yang besar kasar meng-urut2 sekujur badan Yan-jie.
.Sayang semua usahanya itu ternyata sia2 belaka. Setelah dikerjakan sekian lama, belum nampak si nona mendusin.
Lim Tiang Hong nampak cemas, demikian pula halnya dengan Cu Giok Im.
Ternyata Yan-jie tadi sudah terkena semacam ilmu pukalan yang kejam dan teramat ganas. Isi perutnya sudah bergeser dari tempatnya semula. Itu pulalah sebabnya darah matang menggumpal dalam suatu bagian dalam tubuhnya, hingga meski betul Soat-som wan dalam rimba persilatan merupakan obat mujijat, akan tetapi sifat obat itu adalah dingin.
Maka setelah dicekoki obat itu, Lim Tiang Hong hanya dapat membuat jantung Yan-jie yang hampir berhenti dapat diteruskan sementara, tetapi tidak dapat melancarkan lagi jalannya darah sebagaimana mestinya.
Orang yang dalam keadaan bingung setiap kali suka menjadi pelupa. Demikian kali ini halnya dengan Lim Tiang Hong. Agaknya ia terlupa kalau saat itu dalam sakunya banyak terdapat jamur yang ia dapatkan dari perut naga purba yang telah jadi batu. Obat mujijat yang mengandung hawa murni dari binatang raksasa
.784 purbakala itu, apabila diberikan untuk Yan-jie sebutir saja, niscaja akan segera sembuh lukanya.
Selagi dua orang itu dalam keadaan kebingungan, dari luar tiba2 mendatangi si orang imam tua. Iman itu nampaknya ganjil sekali tindak tanduknya, diujung bibirnya tertampak senyum di kulum. Sambil ketawa dia lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Lie-sicu ini ternyata terkena ilmu pukulan Cek-san Ciang-lek yang sangat dingin. Apakah Sicu memerlukan batuan tenaga Pin-to?"
Dua orang yang ditanya, karena kegelisahan, ketika ditanya demikian oleh imam itu, tanpa memperhatikan lagi orangnya. lekas2 Cu Giok Im menanya: "Totiang, apa kah tahu cara mengobatinya?"
"Tunggu dulu. Pinto akan periksa dulu keadaan nadinya"
Dan lantas imam itu diberi jalan menuju kepembaringan.
Diluar dugaan Cu Giok Im, imam itu sudah menyambar badannya Yan-jie yang dikempitnya di bawah ketiaknya. Kemudian sambil ketawa yang tak enak didengar berkata lagi dia: "Jikalau kalian inginkan
.jiwanya tak terganggu, serahkan nyalinya naga raksasa yang sudah jadi batu itu pada Toyamu!"
Lim Tiang Hong karena lalai kena terpedaya oleh imam itu yang sekarang menggunakan Yan-jie sebagai tawanan, minta ditebus dengan benda pusakanya. Dalam murkanya ia lalu maju menghampiri dan hendak merebut pulang Yan-jie.
Tetapi imam itu cukup cerdik, ia sudah menggeser, sedang dengan sebelah tangan mengancam jalan darah Beng-bun-hiat di badan Yan-jie. Lantas dengan dingin berkata: "Jikalau kalian berani berlaku sembarangan, setiap saat jiwa budak ini dalam tanganku lho!"
Lim Tiang Hong dan Cu Giak Im benar2 tak berani maju lagi. Dengan gemas dan bernada bengis Lim Tiang Hong lalu berkata: "Siapa kau sebetulnya! Kau si jahanam menggunakan tipu muslihat begitu rendah apa kau kira bisa mengancam Siauw-yamu?"
"Toyamu ini adalah Liong-houw Koancu, suheng dari Cao-sat Totiang! Sekarang seharusnya kau sudah mengerti sendiri, Di dalam rumah penginapan ini terdapat banyak orang, bukan tempat kita bicara mari kita pergi keluar kota!"
.Setelah itu dengan cepat benar saja imam itu sudah kabur keluar kota.
Lim Tiang Hong dan Cu Giok Im terpaksa mengejar.
Ketiga orang itu dalam waktu sekejap saja telah sampai ke tempat berupa rimba di luar kota.
Liong-houw Koancu dengar, cepat berhenti dan ketika menoleh lantas bertanya: "Apa kau sudah mengambil keputusan" Lebih baik lekas kau berikan benda itu, Toyamu sudah tidak punya kesempatan lebih lama berada didekatmu lagi"
Lim Tiang Hong cemas dan gusar. Seperti orang kalap ia lalu berseru: "Kau juga terhitung sebagai seorang ternama dan kedudukan cukup layak! Tidak kusangka perbuatanmu begitu keji, rendah sekali! Jika kau berani, secara terang2an kita bertanding cara laki2 ayoh!"
Liong-houw Koancu tertawa ter-bahak2 "Apa kau kira Toyamu takuti kau" Cepat atau lambat haa haa akan kukasih kau rasa sampai dimana kelihayannya Lionghouw Koancu. Cuma waktu ini Toyamu tidak ada waktu banyak adu mulut dengan kau, lebih baik serahkan saja benda itu padaku"
Lim Tiang Hong gusar sekali, ia lalu memusatkan ilmu Siauw-yang It-ku-sinkang kedua telapak tangannya. sedang kakinya setindak demi setindak menggeser maju. Ia agaknya sudah siap sedia hendak melancarkan serangan mematikan pada si imam licik itu.
Tetapi Liong-houw Koancu lantas keluarkan bentakannya: "Berhenti disitu! Kalau kau berani maju selangkah lagi, jiwanya budak ini lebih dulu akan kuambil! Sekarang pilih salah satu. Serahkan nyali naga itu lekas atau dia yang mati! Lekasss!"
Lim Tiang Hong sudah gusar tak tertahankan lagi. Beberapa kali tadi dia sudah angkat tangan, tetapi ketika mengingat budi Heng-lim Cun-loan yang dicurahkan terhadapnya, mengingat lagi nasib Yan-jie untuk hari kemudian yang patut dikasihani, lantas menarik napas panjang dia akhirnya....
Bagaimanapun juga ia tak dapat membiarkan Yanjie terhina demikian. Apalagi tindak tanduknya ini kali erat sekali hubungannya dengan mati hidupnya si nona.
Maka akhirnya ia lantas rnerogoh saku dan mengeluarkan nyali naga yang telah membatu, sambil ketawa lantas berkata: "Barang mujijat ini bisa kuberikan padamu, cuma terus terang kukatakan padamu, sekalipun ada padamu, barang ini tidak berguna. Cepat atau lambat pasti Siauwya-mu akan ambil kembali"
Cu Ciok Im mendadak menghampiri Lim Tiang Hong dan berkata "Dia toh sudah terima baik hendak berikan nyali naga padamu, lepaskanlah dulu nona itu!"
Liong-houw Koancu sambil ketawa hambar lantas berkata: "Apa kau kira Pun-koancu akan ingkar janji terhadap orang tingkatan muda" Hei! Lekas serahkan itu!"
Setelah itu benar saja lantas ditaruhnya per-lahan2 badan Yan jie di tanah dan tangannya sendiri sudah mengulur panjang2 ingin menyambuti nyali naga.
Tetapi, sebelum tangan itu menjamah nyali naga yang telah membatu itu mendadak terdengar suara orang menggeram yang lalu disusul dengan berkelebat datangnya satu bayangan orang. Cepat luar biasa yang sebentar kemadian sudah berada didepan imam itu.
Orang yang baru datang ini dengan tangan kanan menyerang Liong-houw Koancu, sedang tangan kirinya sudah menyambar nyali naga yang telah membatu di tangan Lim Tiang Hong.
.Tetapi orang itu salah alamat, siapa dikiranya Lim Tiang Hong itu"
Ia sama sekali tidak pernah menduga kalau dua orang yang dimaui itu, satu ternyata adalah Liong-houw Koancu, yang namanya sangat terkenal di daerah barat laut, sedang yang lain adalah To-liong Kongcu, yang baru2 saja namanya menggetarkan dunia Kang ouw yang masing2 mempunyai gerak reflek yang sangat kuat. Bagaimana dengan gerakannya yang cuma sebegilu itu ia bisa berhasil"
Demikianlah, sebelum orang itu berhasil dengan tindakannya, kedua orang yang "dimaui" sama2 sudah berasa rupanya. Lim Tiang Hong telah geser kaki sambi! menyerang dengan tangan kirinya yang bebas, sedang Liong-houw Koancu pun sudah mengeluarkan tangannya menyambar badan orang yang baru datang itu.
Orang ini rupanya juga bukan dari cabang persilatan biasa. Selagi kedua pihak menyerang dirinya dari kanan dan kiri ia segera dapat tarik mundur serangannya tadi dan lantas lompat jauh sampai tujuh kaki.
.Liong-houw Koancu rupanya kesal. Barang yang sedianya akan jatuh dalam tangannya mendadak diganggu orang sudah tentu gusar dan benci pada orang itu, selebar wajahnya lantas jadi merah padam.
Sebentar nampak dia menggulung lengan bajunya, secara beruntun telah menyerang sampai tujuh kali!
Dihujani serangan yang mengandung hawa dingin itu, orang yang diserang tak membalas, diam saja. Tetapi sebentar kemudian ternyata ia sudah lompat keluar kalangan, lalu sambil ketawa dingin berkata: "Sahabat lama yang baru ketemu lagi, apa inikah caranya kau menyambut tamu?"
Liong-houw Koancu agaknya baru kini dapat melihat rupa orang yang baru datang ini, yang ternyata adalah seorang iblis kenamaan untuk daerah perbatasan In-lam. yang sudah sekian lama dikabarkan orang mengasingkan diri. Orang itu adalah Beng Sie Kiu dengan gelar yang melar: Pie-ma Thian-kao. Tentu saja dia kaget sekali, sebab iblis itupun terkenal sebagai manusia anjing yang sukar diajak berurusan. Maka seketika itu ia lantas berkata sambil ketawa: "Sungguh bagus untungku bertemu lagi denganmu. Tidak nyana, sahabat, lama yang lama sudah tidak kelihatan dalam dunia kang-ouw kini bisa bertemu lagi denganku disini"
Kala itu rupanya ia belum mengetahui kalau orang she Beng ini telah masuk dalam perkumpulan Thian-cukauw. Bahkan dalam jabatannya yang tertinggi disamping ketuanya sendiri, Wakil Kauw-cu.
Beng Sie Kiu lalu menjawab ketus: "Sama sama. Kita ambil dulu nyali naga yang jadi batu itu dari tangan bocah ini, nanti kita bicara lagi"
Tetapi dalam hatinya, Liong-houw Koancu diam2 memaki "Kurang ajar! Barang yang sudah akan jatuh dalam tangan Toyamu sudah kau gagalkan, dan sekarang berlagak teman segalalah, apa-apaan itu?"
Tetapi meskipun dalam hati ia berpikir demikian, dimulutnya dia tidak berani mengutarakan isi hatinya, diluar ia nampak ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata: "Ucapan Beng-heng sungguh cocok! Mari kita turun tangan!"
Dan ia lalu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong. Ternyata benda mujijat itu sudah disimpan kembali dalam sakunya. Dengan wajah dingin pemuda itu sedang berdiri disisinya Yan-jie, sedangkan Cu Giok Im sendiri sambil memegang pedangnya dengan sorot mata berapi2 mengawasi dua orang itu.
Liong-houw Koancu berkata kepada Lim Tiang Hong: "Bagaimana" Bukan kau lekas serahkan nyali naga itu padaku?"
Lim Tiang Hong dengan muka kecut lalu mendengus: "Dengan hak apa kau inginkan nyalinya naga ini. Tapi kalau kau betul ingin, gampang saja. Asal kau punya kepandaian dan bisa menangkan sepasang kepalan ini, barang ini akan segera jadi milikmu!"
Liong-houw Koancu kebogehan, sambil ketawa dingin lalu berkata: "Satu anak muda yang tidak boleh dipercaja! Lihat seranganku!"
Perkataan itu ditutup dengan satu serangan yang berhawa dingin mengarung badan Lim Tiang Hong
lim Tiang Hong putar tangan kirinya. Dari situ lantas meluncur keluar kekuatan tenaga dalamnya yang merupakan angin puyuh menyambuti serangan Lionghouw Koancu.
Setelah terdengar nyaring dari beradunya dua rupa kekuatan itu, jubahnya Liong-houw Koancu nampak
.793 berkibaran, kakinya mundur sampai tiga langkah, wajahnya berubah seketika.
Lim Tiang Hong sedikitpun tak bergerak, pemuda ini mengawasi lawannya sambil bersenyum sinis. Dalam serangannya tadi hanya enam bagian kekuatannya saja yang keluar.
Liong-houw Koancu yang dibikin terpental mundur oleh seorang dari tingkatan muda dihadapan Beng Sie Kiu, malu dan gusarnya bercampur aduk. Setelah perdengarkan suara geramnya yang hebat ia lompat maju lagi. Serangan kali ini menggunakan ilmu Hian-imPek-sa-ciang, secepat kilat sebentar saja sudah 17 kali serangan dilancarkan. Sedangkan tangan kirinya juga menggunakan ilmu Kan-goan Cao-cia, dengan beruntun telah menyerang sampai 5 kali.
Lim Tang Hong yang dihujani serangan hebat bertubi2 sedemikian rupa, nampaknya masih tetap tenang2 saja. Setelah itu kedua tangannya lalu digerakkan, laksana titiran kencangnya tangan itu membabat atau menyapu, dalam waktu singkat saja sudah balas menyerang sampai 21 kali hingga Liong-houw Kongcu yang kewalahan terdesak mundur lagi sampai tujuhdelapan kaki jauhnya.
Barbareng pada saat Liong-houw Koancu melancarkan serangannya tadi terhadap Lim Tiang Hong, Pie-ma Thian-kao Beng Sie Kiu se-olah2 asap badannya melayang mendekati Yan-jie. Ia agaknya tahu bahwa anak perempuan itu pasti jauh lebih penting untuk dapat menguasai Lim Tiang Hong. Maka ia juga timbul keinginannya hendak mencontoh perbuatan Liong-houw Koancu menawan nona itu.
Tetapi sebelum berhasil dia mendekat, pedang si Burung Hong Putih Cu Giok Im se-olah2 bianglala sudah menikam depan dadanya!
Beng Sie Kiu dengan wajah beringas sambil ketawa dingin berkata: "Budak tidak tahu diri! Kau cari mampus disini"!" Berbareng dengan itu. beruntun tiga kali ia mengirimkan serangan2 tangan kosongnya, membuat pedang Cu Giok Im tergetar dan merasakan tangannya kesemutan hingga terpaksa nona ini mundur sampai tiga kali ke belakang.
Tetapi ia tahu betapa pentingnya detik2 kemudian yang akan dihadapinya. Apabila ia lengah sedikit niscaya hilanglah Yan-jie. Maka ia lantas berlaku nekad, dengan pedangnya menyerang dan membabat musuhnya berulang2!
Ilmu permainan pedangnya cabang persilatan Tiang-lim-pay telah terkenal didunia kang-ouw dengan kegaiban dan kemujijatannya. Sekalipun kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Cu Giok Im belum seberapa apabila dibandingkan dengan tenaga Beng Sie Kiu, akan tetapi begitu keluar tipu2 pedang cabang Tiang-lim-pay yang luar biasa itu, disitu se-olah2 timbul gunung pedang, hampir setiap ujung pedang senantiasa mengancam dirinya Beng Sie Kiu sehingga terpaksa wakil ketua Thian-cu-kauw ini harus mundur sampai lima langkah.
Pada ketika itu sesosok bayangan manusia mendadak melayang turun gesit sekali dan tahu2 sudah berada di depan Yan-jie. Gerakan orang itu nampaknya begitu ringan, indah, sedikit suarapun tidak kedengaran dari jejaknya.
Dengan kecepatan bagaikan kilat orang itu menepok 28 jalan darah dibadan Yan-jie, membuat si nona yang sudah empas empis dalam waktu sekejapan
.796 tiba2 bisa membuka mulutnya dan mengeluarkan rintihan tertahan.
Orang itu tidak berayal lagi. Dengan cepat dari sakunya keluarkan sebutir obat berupa pil yang segera dimasukkan dalam mulut Yan-jie, kemudian lebih cepat dari datangnya, dia sudah menghilang lagi!
Perbuatan orang itu, dari semula muncul dan menotok jalan darah serta memasukkan obat kemulut Yan-jie, dilakukan dalam waktu sedetik saja. Bukan saja Cu Giok Im dan Lim Tiang Hong tidak tahu, sekalipun Beng Sie Kiu dan Liong-houw koancu yang sedang mengincar nona itu, sama sekali sampai tidak berasa....
Lim Tiang Hong yang pikirannya selalu mengingat keselamatan Yan-jie, dalam pertempuran melawan Lionghouw Koancu ia bertindak cepat se-cepat2nya dengan maksud dalam waktu singkat dapat menyelesaikan pertempuran.
Demikianlah, setelah penempuran berlangsung 10 jurus lebih, mendadak nampak Lim Tiang Hong tarik diri dan bersuara memperingati sang lawan dihadapannya "Siauwya-mu tidak ingin melakukan banyak pembunuhan! Aku cuma bisa beri sedikit nasehat tahu dirilah sedikit dan lekas mundur! Tidak turut, jangan sesalkan nanti kalau Siauwyamu berlaku ganas terhadapmu"
Liong-houw Koancu meskipun tahu dia kalau anak muda yang dihadapinya kini bukan pemuda sembarang yang boleh dipermainkan begitu saja. Akan tetapi iapun tak dapat rupanya digertak dengan hanya beberapa patah kata saja sampai mundur teratur. Maka seketika itu ia hanya ganda ketawa dingin, dan selagi hendak balas mengejek tiba2 dari dalam rimba sudah terdengar suara orang yang amat nyaring: "Kongcu dari Honghong-tie tidak boleh ada seorangpun yang berlaku tidak sopan terhadap dirinya! Maka perlu aku peringatkan pada kalian, Dengar, Lekas mundur paling baik! Kalian seharusnya sudah tahu bagaimana orang2 Hong-hong-tie memperlakukan semua musuh-musuhnya"
Perkataan itu dikeluarkan sepatah demi sepatah dan setiap patahnya se-olah2 sudah mengetok hati sanubari musuh2nya. Liong- houw Koancu dan Beng Sie Kiu pada terperanjat, terutama dengan Pie-ma Thiankao. Orang ini lantas tarik kembali maksudnya hendak menawan Yan-jie, lalu berseru keras "Sahabat kau siapa! Kau datang tidak unjuk diri, bagaimana aku Beng Sie Kiu bisa ajar kenal?"
Orang dalam rimba itu dengan suaranya yang bernada dingin sudah keluarkan suara pula "Dengan kepandaianmu yang tak ada artinya itu ingin belajar kenal dengan kami orang Hong-hong-tie, masih belum sampai waktunya. Kau harus pulang dulu kerumahmu untuk melatih lagi ilmumu sampai tiga atau empat tahun"
Beng Sie Kiu yang berkedudukan sebagai wakil ketua dari perkumpulan Thian-cu-kauw sudah barang tentu tidak mau mengerti dihina sedemikian rupa. Seketika itu darahnya bagai me-luap2 dan lekas juga dia bar-kaok2: "Kau jangan banyak jual lagak"
Kemudian badannyapun secepat kilat melesat masuk dalam rimba....
Tetapi baru saja tiba ditepian rimba suatu angin lunak berhawa dingin telah menyambar dirinya hingga dalam kegelagapannya orang ini terpental balik sampai lima enam tombak baru bisa partahankan diri lagi. Ketika dicobanya mengatur pernapasannya, nyata tidak ada terjadi sesuatu atas dirinya. Namun biar bagaimana ia sudah dikejutkan sekali oleh kepandaian lawmnya itu, hingga untuk sekian lama ia hanya mampu berdiri menjublak saja.
Tiba2 terdengar pula suara orang dalam rimba itu, yang dibarengi oleh suara tertawanya yang ber-gelak2 "Sekarang kau seharusnya sudah percaya. Lebih baik lekas tarik kembali hati dan maksud serta niatmu yang serakah itu"
Liong-houw Koancu, yang pun menyaksikan setiap kejadian atas dirinya Beng Sie Kiu, dalam hati merasa kaget, pun berbareng timbul rasa jerinya. Sebab, ditilik dari kepandaiannya Beng Sie-Kiu saja, yang tidak ada dibawah kepandaiannya sendiri, akan tetapi kini dipermainkan oleh orang dalam rimba itu se-akan2 barang permainan saja layaknya, dipermainkan demikian rupa seenaknya. Sudah barang tentu pula kalau orang yang lebih jago sudah damikian, ia sendiri tentu rasanya tak mampu bikin apa2. Oleh karena memikir demikian, maka ia lantas kabur sipat kuping.
Dengan kaburnya Liong-houw Koancu, kini Beng Sie Kiu tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri lantas enjot kaki dan masuk rimba disebelah lain dan menghilang tanpa keluar suarapun dari mulutnya....
Lim Tiang Hong sebaliknya dibikin ter-heran2 oleh peristiwa yang terjadi secara mendadak itu. Ia buru2 menghadap kedalam rimba dari mana suara tadi berkalikali keluar, dan cepat pula berkata "Cianpwee dari mana yang berada didalam sana mengapa tidak sukakan unjukkan diri menemui boanpwee?"
Akan tetapi dalam rimba sebelah situ, tempat yang dihadapan Lim Tiang Hong nyatanya sunyi senyap, lama dalam hening, tak ada jawaban sepatahpun dari orang dalam rimba tadi.
Ketika kemudian ia berpaling dan mengawasi Yanjie, ternyata nona Im dilihatnya sudah siuman, kala itu nampak dengan asyiknya dia ber-omong2 dengan Cu Giok Im.
Dengan perasaan bingung tak habis pikir cepat ia menghampiri dan lantas bertanya: "Adik Yan, dengan cara bagaimana kau bisa sembuh kembali?"
Yan-jie lantas menjawab sambil jebikan bibir: "Aku sendiri juga tak tahu. Aku seperti sedang mimpi ada orang yang membuka jalan darahku dan memberi obat padaku, kemudian aku siuman per-lahan2 dan sekarang
.801 badanku segar bugar lagi malah rasanya jauh lebih sehat daripada sebelum terluka. Bukankah itu perbuatanmu"
Cu Giok Im lantas nimbrung "Aku pikir orang yang menolong adik Yan itu tentu adalah itu orang yang bicara dalam rimba tadi".
"Ow! Kalau begitu ini tentu sekali lagi perbuatan orang Hong-hong-tie" demikian pikir Lim Tiang Hong dalam hatinya. Akan tetapi masih belum dapat ia menduga dengan pasti, ada hubungan apakah sebetulnya antara Hong-hong-tie dengannya"
Menurut pikirannya sendiri mungkin sekali Honghong-tie mempunyai hubungan erat dengan si Orang Tua Pencipta.
Yan-jie per-lahan2 menghampiri Lim Tiang Hong, dengan sikapnya ke-kanak2an dia berkata: "Kabarnya, kau bersama Yu-kok Oey-eng pernah pergi ke lembah Hong-hong Pie-kok, betulkah itu?"
Lim Tiang Hong hanya mengangguk dan kemudian lalu menceritakan juga sekalian hal ikhwal dan setiap bahaya yang pernah dihadapinya ketika masuk dalam lembah tersebut lalu lagi dia mengeluarkan dua butir Liong-cu sebesar telur ayam yang lantas diberikan kepada Cu Giok Im dan Yan-jie seraya katanya: "Ini namanya Liong-cu. Didapat dari dalam badan binatang, yaitu naga raksasa yang telah berubah jadi batu. Apa kegunaannya, akupun tidak tahu. Yang pernah kualami, diwaktu malam benda ini dapat bersinar terang"
Cu Giok Im yang bersifat ke-kanak2an, sama sekali tidak memikirkan soal2 tetek bengek seperti wanita2 lain. Anggapnya bahwa pergaulan antara lelaki dan wanita itu serupa saja. Setelah dia menyambuti Liong-cu itu dan diperiksa dengan seksama, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Tetap tidaklah demikian halnya dengan Yan-jie. Nona ini tatkala dia mendengar Yu-kok Oey-eng mengaku ber-hadap2an bahwa dia adalah tunangannya Lim Tiang Hong dalam hati sudah merasa tidak enak. Kini ia mendengar pula, betapa katanya Lim Tiang Hong bersama2 Yu-kok Oey-eng itu pergi kelembah Hong-hong Pie-kok dan menemukan banyak penemuan gaib. Apalagi dia itu orangnya cantik sekali, pun keluaran orang baik2 pula, maka dengan adanya hubungan begitu rapat, sama2 menempuh bahaya, sekalipun belum lagi ditetapkan kedudukannya tetapi hubungan antara mereka tentunya erat sekali. Sebaliknya, apabila ia mengingat dan memikirkan dirinya sendiri, yang kini hidup sebatang kara, bagaimana penghidupannya dikemudian hari masih sulit dibayangkan. Itu pulalah sebabnya yang membuat hatinya sedih pilu, hingga tanpa dirasa air mata telah mengalir keluar.
Lim Tiang Hong yang sedang gembira2nya dan dapat menghadiahkan dua buah Liong-cu kepada wanita itu, sama sekali tidak pernah pikir mengapa sampai Yanjie menangis, ia tak tahu dan apa yang ditangisi oleh nona itu. Maka buru2 di-elus2nya rambut nona itu, dan berkata dengan suara lemah lambut: "Adik Yan, kau jangan bersusah hati. Menang atau kalah ada soal biasa bagi kita orang2 kang-ouw. Kekalahanmu ini, juga bukan bertandingnya dengan musuh, tetapi karena diserang secara gelap. Kau tenanglah nanti kalau aku ada waktu terluang pasti akan kuturunkan beberapa pelajaran dari kitab Hong-bong Pie-kok hingga untuk selanjutnya barangkali kau tidak akan dirugikan lagi"
Ternyata anak muda ini telah salah duga. Dikiranya Yan-jie terluka hatinya dan menangis karena mengingat kejadian kekalahannya tadi hingga menderita luka parah. Itulah sebabnya ia menghibur dengan kata2 demikian. Tetapi tentu saja buat pihak orang yang dihibur, bukan terhibur dia, malah semakin gemas.
Diam2 nona ini lalu berkata dalam hatinya sendiri: "Sungguh tolol. Aku toh bukannya bersedih karena soal itu?"
Akan tetapi, biar bagaimanapun Yan-jie tak dapat utarakan pikirannya itu kepada si pemuda, maka dengan terpaksa ia lalu tersenyum ke-malu2an.
Cu Giok Im meskipun hubungannya cukup erat dengan Lim Tiang Hong, tetapi biar bagaimana dia maklum bahwa dia adalah turunan dan orang tingkatan muda dari cabang persilatan Tiang-lim It-hong, maka sedikitpun tidak ada maksudnya mengeruk pelajaran silat gaib dari dirinya Lim Tiang Hong. Sewaktu mendengar Lim Tiang Hong berkata ingin memberikan pelajaran ilmunya yang baru kepada Yan-jie, ia lalu minta diri sembari berkata: "Lukanya adik Yan sudah sembuh semasekali. Nah, kalian boleh lanjutkan cita2 kalian berdua. Aku sendiri masih punya urusan yang harus cepat dibereskan. Aku hanya berharap kita dikemudian hari bisa bertemu kembali"
Setelah ulap2kan tangan kepada Lim Tiang Hong dan Yan-jie, nona gagah itu lantas menghilang masuk rimba....
Setelah berlalunya Cu Giok Im si Burung Hong Putih, Yan-jie dengan sikapnya yang selalu manja itu tempelkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong, lalu sambil dongakkan kepala bertanya: "Engko Hong, kita sekarang kemana lagi?"
Lim Tiang Hong nampak berkerut keningnya, baru menjawab: "Aku pikir mengantarkan surat Heng-Thian ltouw dulu yang paling penting. Surat ini adalah surat suhu pribadi yang minta aku sampaikan pada Hang-thian It-ouw si nenek ketika aku mau turun gunung. Apalagi batas waktu sudah hampir sampai, maka aku harus selesaikan dulu itu secepat mungkin"
"Apa aku boleh ikut pergi ber-sama2?" menanya Yan-jie, tetap dengan sikapnya yang kolokan.
Ia yang sudah hidup sebatang kara, sebetulnya tidak ingin sampai berpisahan lagi dengan "engko Hong"nya.
Lim Tiang Hong setelah berdiam diri sejenak, lalu sambil gelengkan kepala menjawab "Tentang ini, barangkali agak kurang pantas, sebab suhu pernah kata, nenek tua itu beradat kukoay sekali. Sedang Henghay Kow-loan sendiri pernah nasehatkan supaya aku tidak pergi kesana"
Yan-jie nampak bermuram durja, kemudian dengan sedih lalu berkata: "Kalau begitu, kita bukankah akan berpisahan lagi?"
"Aku pergi dan akan lekas kembali. Kau berdiamlah dulu beberapa waktu dirumahnya Sin-soan Cu-kat, nanti aku cari kau di sana"
Dengan demikian berahirlah sudah pembicaraan mereka. Hati masing2 mengetahui sendiri. Sudah diputuskan bahwa kembali mereka harus berpisahan.
Bagi Yan-jie, hal itu dirasakan berat sekali. Sedang Lim Tiang Hong sendiri, sebetulnya iapun merasa kurang enak, tetapi apalah dayanya" Sekarang ia masih mempunyai banyak urusan. Toh tidak boleh lantaran perempuan urusan besar sampai terlantar, bukan" Maka terpaksa dengan keraskan hati dan pikiran, dengan cepat, lantas melesat tinggi meninggalkan tempat itu.
Oleh karena gerakannya yang cepat luar biasa itu, sebentar saja sudah melayang sampai seratus tombak lebih.
Ilmu meringankan tubuh yang dinamakan It-shia Cian-lie itu sesungguhnya merupakan ilmu yang indah luar biasa, bagus tanpa tandingan. Lim Tiang Hong yang mengganakan ilmu itu, se-akan2 burung garuda, melayang begitu pesat.
Dan sebelum hari gelap lagi dia sudah mencapai perjalanan sejauh 400 lie.
Tiba2 dalam cuaca remang2 tampak sesosok bayangan orang meluncur dengan cepat. Gerakan orang itu bukan main gesitnya.
Dari semula Lim Tiang Hong dapat lihat bayangan orang itu. Dan me-raba2 siapa kiranya orang itu. Hanya dalam sekejapan saja, tetapi orang itu ternyata sudah meluncur jauh sampai seratus tombak lebih.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan kepandaiannya orang itu begitu luar biasa, semangatnya lantas terbangun. Ia lalu kerahkan seluruh tenaganya untuk melombai orang itu. Dan ia kini mendapat kenyataan, orang itupun kiranya tengah dalam perjalanan menuju lembah Bu-ceng-hiap, yakni lembah tempat kediaman Heng-thian It-ouw. Hal ini membuatnya heran dan terkejut.
"Bu-ceng-hiap bukankah sudah putus hubungannya dengan dunia kang-ouw" Mengapa sekarang ada orang yang mau menuju ke sana lagi?" demikian Lim Tiang Hong dalam hati berpikir.
Gerakan kedua orang itu sama cepat dan setanding gesitnya. Dalam waktu sekejapan saja keduanya sudah tiba dimulut lembah Bu-ceng-hiap.
Kala itu, seluruh mulut lembah tertutup kabut, gelap lagi sempit. Tetapi orang yang dibuntuti Lim Tiang Hong itu tanpa aral terus masuk kedalam.
Lim Tiang Hang kini timbul rasa curiganya, juga lantas lompat mengejar. Pada saat itu ia juga dapat melihat lapat2, orang yang dikejar itu seperti orang dari golongan pelajar, pertengahan umur kira2 usianya.
Orang itu agaknyapun sudah merasa bahwa dibelakangnya ada orang membuntuti, maka seketika ia berpaling. Sorot matanya yang begitu tajam ditujukan ke arah Lim Tiang Hong.
.Lim Tiang Hong buru2 melesat kesamping. Lapat2 ia dengar suara ketawa orang itu. Tanpa menoleh lagi teruskan memasuki lembah.
Pada saat itu didalam lembah tiba2 timbul segumpalan awan yang dari bawah tepat melayang menuju kemulut lembah. Tatkala terpisah beberapa puluh tombak dari orang tadi itu, tiba2 terdengar suara orang berkata disertai ketawanya yang tak enak didengar. "Aku kira siapa yang adu nyali begitu besar berani memasuki tempat kediamanku. Bu-ceng-kok ini.... Tidak tahunya adalah kau...."
Orang berdandan pelajar pertengahan umur itu ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata: "Bu-ceng-hiap toh bukan sarang naga atau goa macan, mengapa tidak- bisa dimasuki" Dan sekalipun betul sarang naga goa macan, juga tidak bisa mencegah kedatanganku, si Tiat-hie Sieseng"
Selama diadakan pembicaraan tadi, dua orang itu sudah saing berhadapan dan sama2 melayang turus ke bumi.
Yang diperhatikan Lim Tiang Heng hanyalah itu orang, yang muncul dari dalam lembah, yang munculnya laksana segumpalan awan. Ternyata dia adalah seorang nenek2 yang beruban rambutnya. Pipi2nya sudah keriputan, sedang ditangannya tergenggam sebatang tongkat. Dalam hatinya ia sudah lantas menduga, nenek itu tentu adalah Heng-thian It-ouw sendiri.
Nenek itu, ketika mendengar ucapan orang pertengahan umur yang jumawa sekali itu, wajahnya mendadak berubah. Kini nampak keriput2nya lebih menebal dan banyak. Tangannya yang memegang tongkat pun di-gerak2kan, mengetuk-ngetukkan tongkat itu ke tanah. Ia menanyakan maksud kedatangan orang pelajar itu.
Orang pertengahan umur itu dengan dingin berkata: "Aku si pelajar miskin lama sudah mendengar kalau Bu-ceng Kiam-khek yang dikabarkan orang sudah mati 60 tahun belakangan, kini sudah muncul kembali kedunia kang-ouw. Aku pikir dia pasti sembunyikan diri dalam lembahmu ini, maka itu aku datang"
"Aku dengan setan tua itu" demikian nenek itu, "bercidera sudah 60 tahun juga. Bagaimana kau anggap dia bisa datang kemari" Lagipun, andai kata betul dia
.muncul lagi ke dunia kang-ouw, apa dia takut padamu, pelajar miskin" Hi, hi.... benar2 lucu!"
"Aneh, sungguh aneh!" menggerutu si pelajar tadi. "Terang aku sudah dapat kabar dia muncul ke dunia kang-ouw sudah dua kali. Kenapa aku tidak bisa dapatkan dia" Aneh!"
Dan ia lantas balik badan, berlalu dengan tindakan gesit sekali.
Tiba2 terdengar bentakan si nenek yang keras "Tunggu du!u!" serunya. "Lembah Bu-ceng-hiap ini tidak begitu gampang membiarkan orang keluar masuk semau2nya"
(-0odwkzo0-) Jilid ke 9 "Kau, yang ingin mencari Bu-ceng kiam-khek, bolehlah jadikan aku wakilnya menyelesaikan persengketaan antara kalian dua orang. Aku sekalian ingin tahu, selama 60 tahun belakangan ini sampai berapa tinggi sih kemajuaamu bertambah?"
.Pelajar pertengahan umur itu ketawa ber-gelak2 lalu katanya: "Kalau begitu, itu sungguh baik. Mari!". Dan pelajar ini lalu mengeluarkan sepotong "Hie" (alat penggosok tinta Tionghoa) yang terbuat dari pada besi. Dengan warnanya yang hitam berkilauan, Hie dari besi itu panjangnya satu kaki, lebarnya 4 chun. Ditengah2 alat yang hendak dijadikan senjata itu ada lubang besar. Senjata sekecil itu ternyata adalah ganggamannya Tiat-hie Sie-seng yang sangat terkenal.
Si nenek lintangkan tongkat kedepan dada, lalu maju tiga kaki seraya katanya: "Orang yang datang adalah tamu. Silahkan tetamu mulai"
Tiat-hie Sie-seng tak berkata apa2 lagi. Senjatanya yang aneh itu diputarnya sedemikian rupa, kemudian mendadak diangkat tinggi2. Kala itu nampak dilain pihak si nenek memutar tongkatnya, badannya sendiri berputar perlahan.
Selagi pertempuran akan dimulai, tiba2 dari mulut gua nampak muncul seseorang yang dengan suaranya yang nyaring lantas berkata: "Heng-thian Locianpwe, harap suka bersabar dulu.... Biarlah boanpwee yang menalangi menyambuti serangannya beberapa jurus saja"
.Nenek tua ketrukkan tongkatnya di tanah. Dengan suara ketas berwibawa berseru: "Kau siapa! Berani juga kau masuk dalam lembahku?"
Orang itu menjawab: "Boanpwee Lim Tiang Hong. Atas perintah Orang Tua Penyipta, disini ada sepucut surat yang akan, disampaikan kepada Heng-thian It-ouw Lecianpwee"
Setelah itu, dari sakunya, Lim Tiang Hong, demikian pemuda yang baru datang ini, mengeluarkan sepucuk surat yang lantas disodorkan kepada si nenek.
Si nenek dengan acuh tak acuh masukkan surat yang diterimanya kedalam sakunya. "Kau berdiri dulu disampingku" demikian memerintah "Setelah aku nanti berurusan dengan pelajar miskin ini, baru aku akan melayani kau"
Setelah itu si nenek lalu menghadapi si pelajar kembali. Lim Tiang Hong dengan cepat menghadang di hadapan si nenek. Dengan cepat pula berkata: "Segala urusan yang menyangkut soal suhu, haruslah muridnya yang menalangi menyelesaikan. Dia toh mencari Bu-ceng Kiam-khek" Maka sudah seharusnya juga kalau teecu yang melayani dia juga"
.814 Nenek itu pelototkan matanya. Sambit kebutkan lengan jubahnya, dia berkata: "Menyingkir!" katanya. "Dengan usiamu yang begitu muda, juga ingin tonjolkan kepala. Jangan2 kau nanti bikin hilang maka suhumu sendiri"
Nenek itu sangat kuat tenaga dalamnya. Dengan satu kebasan tangan saja, entah berapa ribu kati kekuatanya. Tetapi Lim Tiang Hong sebaliknya masih tetap berdiri ditempatnya, sedikit pun tidak bergeming oleh tiupan kibaran angin lengan jubah si nenek.
"Tee-cu yakin" katanya kemudian, "Tidak sampai membikin hilang muka suhu"
Selagi si nenek hendak berkata lagi, Tiat-hie Sieseng mendadak ketawa ter-gelak2 dan berkata: "Kalau begitu, benar saja si setan tua itu masih hidup dalam dunia"
Dan dengan cepat pelajar pertengahan umur itu maju menghampiri Lim Tiang Hong sambil pentang kelima jari tangannya. Secepat kilat menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong hanya ganda tertawa atas datangnya serangan itu. Tangannya yang hendak disambar mendadak membalik dan memutar. Lima jari2 tangannya dengan cepat sekali malah sudah mencekal urat nadi Tiat-hie Sie-seng.
Tiat-hie Sie-seng diam2 terkejut. Tangannya cepat ditarik kembali. Kini dengan tangan sebelah yang lain, se-olah2 pisau tajam memapas jalan darah Ciok-tie-hiat Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sedikitpun tidak bergerak dan tanpa merubah gerak tipunya tadi tangannya sudah diulur, tetapi ketika dekat pada tangan Tiat-hie Sie-seng mendadak merubah dan menepuk tangan orang itu.
Suara nyaring lantas terdengar.
Kedua orang yang kiranya telah mengadu kekuatan itu masing2 melompat mundur.
Dalam waktu sesingkat itu kedua orang itu dengan kecepatan luar biasa masing2 telah mengirim serangan hebat untuk lawannya, bahkan sudah pula mengadu kekuatan tenaga dalam. Ternyata sama2 kuat.
Dengan demikian, Tiat-hie Sie-seng benar2 dikejutkan dan sampai melongo dia sekian lama. Sungguh tak dapat diduganya, seorang muda belia berani terang2an mengadu kekuatan dengannya, yang sudah mempunyai latihan 90 tahun lamanya.
Sementara itu Heng-thian It-ouw yang berdiri disamping juga merasa ter-heran2. Ia berkata pada dirinya sendiri: "Sungguh tidak nyana bocah ini begitu tinggi dan sukar dijajaki ilmu silatnya".
Pada saat itu Tiat-hie Sie-seng lantas berkata: "Bocah, sungguh tak kusangka kau begini muda kepandaianmu cukup berarti. Aku si pelajar miskin biarlah hari ini coba main2 dua jurus denganmu"
Satu tangannya itu menekan dengan perlahan, kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan tidak putus2nya mengalir keluar laksana mengalirnya arus gelombang mengarah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang maklum sedang berhadapan dengan musuh kuat, tak berani main ayal2an. Cepat dikerahkannya tenaga dalamnya. Dengan ilmu Siauwyang It-ku Sin-kang ia melindungi lebih dulu seluruh badannya, kemudian kedua tangannya, dengan memakai satu gerakan Liu-ciok Siok-him sudah menyambuti datangnya serangan Tiat-hie Sie-seng yang datang bergulung2.
Kedua kekuatan tenaga dalam yang merupakan kekerasan dan kelunakan saat itu juga lantas saling beradu.
Ditengah udara terdengar nyaring bunyi beradunya kedua jenis kekuatan yang berlainan itu.
Tiat-hie-Sie-seng nampak mundur dua langkah, sedang Lim Tiang Hong hanya ber-goyang2 saja badannya untuk kemudian tenang kembali. Kakinya tetap pada tempatnya, sama sekali tidak mengisar atau merubah kedudukan.
Tiat-hie Sie-seng dengan sorot mata tajam mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai ke bawah. Mendadak dia bersiul panjang yang kedengarannya menakutkan, lalu badannya melesat tinggi sampai tujuhdelapan tombak! Ditengah udara nampak dia ber-poksay, kemudian bagaikan elang yang terbang, lari kemulut lembah, sebentar saja sudah menghilang tidak kelihatan bayang2nya....
Heng-thian It-ouw melongo sama sekali tidak menyangka Tiat-hie Sie-seng dalam segebrak menurut hitungannya ternyata sudah di bikin kabur sipat kuping. Ketika ia hendak mengejar, nyata sudah terlambat. Dalam gusarnya nenek tua ini lantas membentak Lim Tiang Hong: "Semua ini gara2mu! Kaulah yang membiarkan dia bisa berlalu dengan begitu gampang"
Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Dia memang tahu diri mundurnya secara teratur. Biarlah dia kabur saja"
"Hmm! lembah Bu-ceng-hiap ku ini, selamanya tidak rnengijinkan orang laki2 menginjakkan kaki sejengkal saja di tanah ini. Ia mempunyai nyali begitu besar masuk sini, seharusnya tidak boleh biarkan dia keluar dalam keadaan masih bernapas. Hai bocah, kau jangan bangga dulu. Sekalipun kau, tidak ada kecuaiian dari peraturanku"
Lim Tiang Hong dengan muka ke-malu2an berkata: "Aku toh diperintah oleh suhu?"
"Didalam lembahku ini, tidak ada kecualian dari apa yang telah kutetapkan"
"Kalau begitu, boanpwee betul sudah melanggar undang2 Cianpwe"
"Orang yang sembarang masuk dalam lembah Buceng-hiap ini harus mati tanpa ampun! Tapi mengingat
.kau justru membawa tugas orang mengantar surat, maka aku ijinkan kau potong sendiri dua kakimu itu".
Lim Tiang Hong mendongkol. Dia lalu berkata: "Peraturanmu ini pernah sekalikah diumumkan di luaran?"
"Peraturan tinggal peraturan. Peraturan ini kubuat sendiri, tidak ada perlunya diumumkan bagi orang luar"
"Kalau begitu, buat orang yang tidak tahu, toh boleh dianggap tidak berdosa" Bolehkah kali ini Teecu dikecualikan?"
"Ngaco! Dalam lembahku ini tidak pernah ada kecualian, tidak perduli siapa saja!"
Kelakuan yang tidak pada tempatnya itu sebetulnya membuat gusar Lim Tiang Hong. Akan tetapi ia pernah menerima pesanan dari suhunya yang wanti2 mengatakan, diperlakukan bagaimanapun oleh si nenek harus bisa dia bersabar.
Mengingat itu maka sambil menindas perasaannya sendiri, lantas Tiang Hong lalu bersenyum dan berkata pula: "Utusan ini bolehlah ditunda dulu, harap Locianpwee baca dulu surat suhu itu, nanti kita bicara lagi"
.Heng-thian It-ouw rupanya kena pengaruh atas kewibawaan kata2nya Lim Tiang Hong, lantas mengambil surat itu dan dibacanya dengan cepat.
Tiba2 saja si nenek itu lalu berkata diiringi gelak ketawanya "Bagus sekali rencana setan tua itu, tapi aku si nenek sama sekali tidak bisa terima!"
Dan lalu dilemparkannya surat itu ke tanah, dan berkata pu!a: "Bacalah sendiri!"
Lim Tiang Hong memungut surat tersebut yang lantas dibacanya dengan seksama. Surat itu ditulis oleh Orang Tua Penyipta, ditujukan kepada Heng-thian Itouw.
Selain menjelaskan kesalahpahaman antara dua orang tua itu pada tahun2 yang silam juga di-sebut2 halnya Lim Tiang Hong. Dalam surat itupun diterangkan, karena waktu sangat terbatas, masih belum sempat si Orang Tua Penyipta menembuskan batas jalan darah Hian-koan, maka itulah dia menyuruh Lim Tiang Hong pergi ke lembah Bu-ceng-hiap membawa surat itu, minta sekalian supaya Heng-thian It-ouw dengan ilmunya Thian-it Sin-kang menyempurnakan ilmunya Lim Tiang Hong.
.821 Tindakan Orang Tua Penyipta itu sebetulnya dengan maksud baik. Pertama, dia si orang tua hendak menjelaskan kesalahpahaman antara suami isteri dan Kedua, karena dia sendiri sudah bersumpah takkan muncul2 lagi dalam dunia kang-ouw, maka apabila Lim Tiang Hong dapat bantuan Heng-thian It-ouw, maka selanjutnya pasti akan menjadi seorang sempurna dalam ilmu silatnya.
Lim Tiang Hong setelah membaca habis surat itu, sambil menyoja lantas berkata: "Jalan darah Hian-koan Tee-cu sudah tembus, tidak perlulah Locianpwee keluarkan tenaga lagi. Sedang mengenai dosa yang Cianpwee katakan, yang berani masuk lembah ini secara lancang, teecu sebetulnya tidak tahu, mohon supaya Locanpwee juga suka maafkan!"
Heng-thian It-ouw mendadak dengan keras membentak: "Dengan lancang kau memasuki lembahku, ini dosamu yang pertama. Dan kau lalu melepas Tiat-hie Sie-seng begitu saja itu dosa kedua. Bukannya lekas kau bereskan dirimu sendiri" Apakah perlu aku si orang tua yang turun tangan sendiri?"
Lim Tiang Hong dengan perasaan mendongkol dalam hati berkata sendiri: "Nenek ini benar2 tidak bisa diajak bicara dengan aturan. Tiat-hie Sie-seng itu tinggi sekali kepandaiannya. Kalau dia pergi, mungkin nenek ini juga tak mampu menahan perginya orang itu"
Tetapi masih belum hilang dari otaknya semua pesanan wanti2 si Orang tua Penyipta.
Maka dengan menahan hawa amarahnya berkata pula Lim Tiang Hong: "Dalam hal ini sukalah Locianpwe pikirkan masak2"
Heng-thian It-ouw sambil lintangkan tongkatnya berjalan mendekati Lim Tiang Hong sambil berkata: "Tidak perlu banyak bicara! Kalau tidak lekas kau turun tangan sendiri, nanti kalau sudah marah nenek tuamu ini, barulah kau tahu sendiri"
Tetapi Lim Tiang Hong hanya ketawa menyengir, sepatahpun tidak ber-kata2.
Heng-thian It-ouw rupanya naik darah. Tongkatnya lantas diputar dan digunakan menghantam kepala Lim Tiang Hong.
Lim Thian Hong geser kakinya maju dan mundur. Ia menggunakan ilmunya yang disebut Sam-sam Hoat. Dengan mudah sekali, sudah berhasil lolos dari serangan Heng-thian It-ouw dan berdiri kembali ditempat tadinya.
Si nenek adatnya sungguh ganjil. Setelah serangannya mengenai tempat kosong penasaran sekali ia agaknya. Maka kemudian dengan cara beruntun lalu disusulkannya serangan kedua dengan tiga serangan2 berikutnya.
Dasar si nenek sudah sempurna, kekuatan tenaga dalamnya pun sudah tinggi tiada tara. Serangannya hantaman tangannya itu se-olah2 gunung meledak di tempat sekitar tiga tombak sampai dibikin mengepul debu2nya.
Lim Tiang Hong buru2 menutup tubuhnya dengan ilmu Siauw-yang It-ku-sin-kangnya, sedangkan kakinya tetap masih dengan Sam-sam Po-hoat, berputaran kesana kemari mengitari tongkat dan ketiga serangan beruntun si nenek tadi kembali dengan mudah dipunahkannya.
Heng-thian It-ouw yang pada 60 tahun yang lalu namanya sudah sangat terkenal dalam dunia kang-ouw. Ditambah lagi selama tahun2 belakangan ini dia telah melatih terus menerus ilmunya, maka kemajuannya cepat berkembang. Tetapi tidak nyana dengan kedasyatannya serangan tadi, nyata masih belum mampu meringkus si anak muda.
Bahna gusarnya, rambutnya sampai pada berdiri, dengan tongkatnya diputar bagai kitiran lantas dia berseru: "Binatang bernyali besar! Ternyata kau sudah berani mengandalkan si setan tua jual lagak didepan nenek tuamu. Apa kau sudah bosan hidup?"
Lim Tiang Hang yang melihat nenek itu sudah gusar benar2 mengetahui bahwa serangan berikutnya pasti hebat sekali, hingga apabila dalam serangan berikutnya masih tetap ia dengan cara sendiri, mungkin sulit menghindarkan malapetaka. Maka ia juga lantas berkata: "Boanpwee hanya sekedar membawa perintah, datang kelembah ini mengantarkan surat. Boanpwee tidak merasa telah melakukan hal2 yang tidak patut. Dan mengenai kabur dan terlolosnya Tiat-hie Sie-seng, itu suatu kejadian diluar dugaan, tidak dengan sengaja boanpwee lepaskan dia. Ber-kali2 Cianpwee menegur dengan kekerasan, karena boanpwee junjung kau sebagai orang dari tingkatan tua, maka setiap seranganmu tak pernah kubalas, sekarang lagi2 Cianpwee hendak turunkan tangan keji. Boanpwee kini terangkan lebih dalu, jikalau terpaksa boanpwee harus menjaga diri, jangan sesalkan kalau boanpwee melanggar peraturan melawan orang tingkatan tua"
Tetapi Heng-thian It-ouw yang sudah kalap rupanya, tidak menghiraukan kata2 si anak muda, lantas dengan keras membentak: "Kumampuskan kau si setan cilik ini, nanti akan kucari lagi setan tua itu buat bikin perhitungm!"
Tongkatnya lalu diputar, tetapi ditengah jalan mendadak senjata itu berubah menjadi bayangan tongkat laksana ribuan banyaknya, yang dengan kecepatan kilat lalu meluncur ke sekitar Lim Tiang Hong berdiri!
Lim Tiang Hong geser kaki dan lompat kesampirg sampai tujuh-delapan kaki. Dengan cepat pula lalu dikeluarkannya seruling emasnya sebagai senjata, kemudian berkata: "Cianpwee mendesak terus2an. Boanpwee terpaksa akan berlaku kurang ajar"
Tepat pada saat itu dari jauh terdengar orang berseru dengan suaranya yang serak: "Lim Tiang Hong! Kau tidak boleh kurang ajar terhadap suhuku!"
Lalu disusul dengan munculnya Henghay Kouw-loan yang lari dari mulut lembah. Dari sejarak lima tombak ia lompat melesat dan lantas menubruk dirinya heng-thian It-ouw. Si nona sambil menangis berkata: "Suhu, jangan hadapi dia lagi. Dia adalah muridnya Bu-ceng Supek"
"Kau sebut2 setan tua itu apa perlunya" kata si nenek gusar "Binatang ini secara lancang berani masuk lembah tempat kediamanku, maka harus kukutungkan dulu kedua kakinya!"
"Orang toh cuma disuruh mengantarkan surat?" nyeletuk Lim Tiang Hong.
"Didalam peraturanku tidak pernah tersebut orang laki2 yang datang mengantar surat lantas boleh masuk!"
Henghay Kouw-loan monyongkan mulutnya, dengan sikap manja berkata pula: "Dia toh bukan laki2" Dia cuma anak2. Kenapa suhu begitu gusar terhadapnya?"
Heng-thian It-ouw, yang hanya mendapatkan murid seorang, yakni Heng-hay Kouw-loan ini, maka juga paling sayang padanya. Dan murid satu2nya ini, si murid tunggal ini karena kemanjaannya itu akhirnya berhasil meredakan kegusararnya.
Sambil meng-usap2 rambut panjangnya sang murid, si nenek itu lalu berkata: "Ucapanmu itu meski benar, tapi aku tidak suka satu anak dari tingkatan muda berani jual lagak dihadapanku"
Henghay Kouw-loan tidak memberi jawaban atas kata2 sang suhu itu, sebaliknya sudah memberi isyarat dengan matanya pada Lim Tiang Hong seraya katanya: "lekas kemari dan minta ampun pada suhu?"
Perbuatan Henghay Kouw-loan itu mirip dengan orang yang sedang mainkan sandiwara.
Lim Tiang Hong terpaksa menurut, ia terus menghampiri Heng-thian It-ouw, sambil menjura dalam2 lalu berkata: "Orang tua tidak mengingat kesalahan anak. Semua apa yang terjadi tadi itu, adalah salah boanpwee melulu, mohon supaya Cianpwee suka memaafkan se-dalam2nya"
Heng-thian It-ouw agaknya masih belum hilang gusarnya, ia keluarkan suara dihidungnya.
Lim Tiang Hong tahu kalau si nenek itu masih dongkol karena terlalu agungkan diri sendiri, maka ia lalu berkata pula sambil ketawa: "Barusan, jikalau bukan karena boanpwee yang sudi gawe ikut campur tangan,
.828 barangkali saat itu Tiat-hie Sie-seng sudah dapat kepukul tongkat Cianpwee"
Diumpak demikian rupa, Heng-thian It-ouw merasa bangga. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata: "Sedikitpun tidak salah"
Dengan demikian, kini semua urusan telah beres sendirinya. Henghay Kouw-loan sambil membimbing tangan suhunya berkata: "Suhu, mari kita masuk kedalam untuk ber-omong2"
Mendadak.... Lim Tiang Hong dengan keras membentak "Siapa"!" dan secepat suara itu berhenti orangnya sudah berada dimulut lembah.
(-0odwkzo0-) Bab 22 HERAN sekali Lim Tiang Hong. Dalam hatinya lalu berkata serdiri: "Terang tadi kulihat ada berkelebatnya orang kenapa bisa mendadak sontak hilang?"
Pada saat itu Henghay Kouw-loan dan gurunya, si nenek juga sudah datang saling susul menghampiri Lim Tiang Hong. Tatkala mengetahui si pemuda berdiri
.bengong karena tak menemui apa2 si nenek lalu menggerendeng: "Barangkali lamur matamu. Tuli kupingmu. Aku tak percaya ada orang begitu berani mati datang menyelidiki lembahku"
Lim Tiang Hong sambil geleng2kan kapala berkata: "Sedikitpun boanpwee tak salah lihat"
Karena tetap si pemuda mengatakan penasaran, maka bertiga mereka berpencaran tetapi akhirnya balik lagi mereka ke tempat kediaman Heng-thian It-ouw.
Lim Tiang Hong ketika ingin membicarakan soal itu lagi, mendadak ingat didalam kantungnya masih ada Liong-cu dan jamur mujijatnya. Maka segera dikeluarkannya barang2 itu semua lalu disodorkan kepada Henghay Kouw-loan dan gurunya.
Henghay Kouw-loan yang mendapat hadiah Liongcu, girangnya bukan alang kepalang. Teiapi ketika melihat jamur mujijat yang dikeluarkan belakangan, sambil lelet2kan lidah dan kerutkan kening berkata: "Barang begini kotor apa sih kegunaannya?"
Sebaliknya tidak demikian dengan Heng-thian Itouw, si nenek ini ketika melihat jamur kotor itu lantas berseru kaget: "Eh! Dari mana kau dapat barang ini?"
.Lim Tiang Hong lalu menuturkan semua pengalamannya sewaktu ia berada di lembah Hong-hong Pie-kok.
Heng-thian It-ouw mendengarkan seluruh penuturannya dengan perhatian penuh, lalu diakhir kata si pemuda ia ketawa ter-kekeh2 dan berkata: "Pantas si pelajar miskin itu bukan tanndinganmu. Tak dinyana kau sudah mendapat penemuan mudiijad ini?"
Setelah berkata begiiu si nenek lalu menyerahkan lagi jamur itu pada Lim Tiang Hong, tetapi keras ditolak oleh si pemuda meskipun nenek itu telah berkata: "Aku si tua bangka, terbatas oleh bakatku, kepandaianku tak bisa lebih tinggi dari sekarang. Sekalipun ada obat lebih mujijat daripada ini, juga tak dapat menjadikan kepandaian yang sudah tak ada taranya menjadi lebih atas lagi. Sebaiknya kau simpanlah untuk digunakan nanti bilamana perlu"
Tetapi Lim Tiang Hong tetap juga memaksa hingga akhirnya dijemputnya juga dua buah oleh si nenek yang lantas dimasukkan kedalam botol obat2nya dengan hati2 sekali.
.Setelah menyimpan jamur mujijat itu si nenek lalu melihat barang ditangan muridnya "Seharusnya," kata nenek itu setelah melihat sejenak, "mesti ada empat buah Liong-cu ini. Kemana dua yang lain" Kau harus tahu, 4 Liong-cu itu ada namanya sendiri2, yaitu Tee (tanah) satu, Cui (air) satu. Hwee (api) satu dan Hong (angin) satu, dengan masing2 mempunyai khasiatnya sendiri2"
Lim Tiang Hong mengangguk dan berkata: "Barang ini memang ada empat, dua yang lain sudah boanpwee hadiahkan pada kawan boanpwee. Mohon tanya apakah Locianpwee tahu faedahnya barang2 mujijat ini?"
Henghay Kouw-loan tadi ketika mendengar Lim Tiang Hong menuturkan pengalamannya dengan tunangannya, Yu-kok Oey-eng, sebenarnya dalam hati sudah tak senang. Kini kembali mendengar dua buah Liongcu lain telah dihadiahkan pada orang lain, segera ia mengerti kalau yang dimaksudkan dengan "kawan" oleh pemuda itu tentu adalah Yan-jie dan si Burung Hong putih dua kawan wanitanya. Maka dengan perasaan mendelu Liongcu itu lalu dikembalikan iagi kepada si anak muda seraya katanya: "Tak sudi aku dengan barangmu ini. Baik kau berikan sekalian saja pada kawan2mu itu" Lalu dipelengoskan mukanya, mengambul dia agaknya.
Lim Tiang Hong kaget "Apa artinya ini?" katanya dengan wajah agak berubah.
Sebetulnya Lim Tiang Hong terhadap kawan2 wanitanya sama sekali tak pernah berbuat membeda2kan. Yang manapun, harus mendapat perlakuan sama rata. Tidak nyana Henghay Kouw-loan bisa cemburuan begitu rupa, hal ini membuat hatinya kurang senang. Tentu saja, ia mana tahu isi hati dan perangainya satu wanita dalam usianya yang baru menanjak masa remaja. Ia hanya merasa bahwa kelakuan Henghay Kouw-loan itu menyakiti hatinya. Ia tak senang mengapa tak boleh, ia membagi2 barangnya sendiri kepada lain orang.
Buat Henghay Kouw-loan sendiri, sebenarnya nona itu cuma berbuat pura2 saja mengambutnya. Sama sekali tak pernah tersangka kalau perbuatannya itu telah menimbulkan reaksi tidak baik bagi dirinya sendiri. Melihat perubahan paras pemuda dihadapannya agak cemas hatinya, tetapi dari cemas hatinya dibuat jengkel dan dari perasaan jengkelnya ini timbul amarahnya. Dengan suara melengking tinggi ia berseru: "Kalau aku tak senang apa kau mau paksa" Aku tak sudi dengan pemberianmu!"
Lim Tiang Hong masih mengindahkan si nenek, maka ia tak berani banyak buka suara. Sampai Henghay Kouw-loan men-jerit2 pun, ia tetap membungkam saja.
Heng-thian It-ouw meski ada seorang wanita beradat ganjil lain dari yang lain, tetapi sebenarnya tidaklah demikian kemauan hatinya. Sebenarnya ia juga ingin berbuat lain daripada apa yang telah diperbuatnya. Ia merasa sekalipun dengan Bu-ceng Kiam-khek telah bercidera, tetapi terhadap murid Orang Tua Penyipta itu ia telah timbul rasa sukanya. Ia telah dapat meneliti dalam waktu singkat itu, baik sifat, kelakuan maupun kepandaian pemuda itu. Sebenarnya ia ingin merecoki jodoh murid satu2nya dengan anak muda itu, tapi sungguh tak dinyana dalam urusan sekecil itu saja, Henghay Kouw-loan bisa mengamuk. Maka untuk merukunkan kedua anak2 remaja itu, sengaja ia membentak: "Kalian tak boleh ribut mulut lagi! Dan untuk sementara, Liong-cu itu biar kusimpan dulu"
Setelah itu itu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata pula "Mengenai kau, anak muda" katanya, "katanya muridku ini, sampai saat ini, bukankah kau belum tahu juga asal usulmu sendiri" jelaskanlah padaku segala apa yang kau tahu, biar kutolong memecahkan persoalanmu"
Lim Tiang Hong lalu rnenceritakan segala apa yang ia tahu kepada nenek itu.
Heng-thian It-ouw mendengarkan dengen seksama, lama sekali tiba2 terdengar suaranya "Pada beberapa puluh tahun yang lalu" katanya, "didalam dunia kangouw timbul desas desus yang mengatakan adanya sebuah gambar peta dari Gunung Sakti itu. Tapi itupun cuma sebentaran, lalu sirap lagi. Tak tahu sekarang ini jatuh ditangan siapa gambar itu. Sedang dari penuturanmu tadi, anak muda, aku dapat menarik kesimpulan, mungkin gambar itu telah didapati ayahmu"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, lalu katanya "urusan ini boanpwee tak mengerti sedikitpun. Dan tentang kepergian ayah, juga boanpwee tahu setelah diceritakan oleh seorang imam dari kelenteng Tang-gakbio"
"Aku dengar kata orang, Gunung Sakti itu letaknya disuatu daerah padang pasir. Pasti2nya setiap 10 tahun sekali gunung itu nampak tinggi diatas permukaan laut, selebihnya dari waktu sehari itu selalu berada dalam timbunan pasir yang rata tinggi semua. Banyak orang2 tingkatan tua rimba persilatan yang pergi ingin mencari ilmu kesana. Kabarnya asal seseorang bisa dapatkan satu saja dari barang2 peninggalan disana, lantas bisa digunakan untuk seumur hidup. Itulah yang menyebabkan banyak orang rimba persilatan yang pada pergi kesana. Dan ayahmu termasuk salah satu diantaranya. Umumnya siapa saja setelah sampai disana lantas tak terdengar kabar ceritanya. Barangkali mati, atau jadi dewa atau dewi entahlah"
Lim Tiang Hong mendengarkan dengan cermat. Hatinya mendelu, begitu berakhir penuturan si nenek dan ketika berpaling mencari Hang-hay Kouw-loan kiranya nona itu entah kapan telah berlalu dari situ. Ia tahu nona itu mengambul, maka dalam hatinya merasa kurang senang. Ia bangkit dan pamitan kepada Heng-thian Itouw.
.Nenek itu tidak mencegah, pun tak mengantarkan pemuda itu ketika keluar pintu.
Lim Tiang Hong menjura dalam2 dan lalu balik badan lagi dan berlalu.
Begitu keluar pintu, ia lalu menggunakan ilmu mengentengkan tubuhnya terus melesat ke mulut lembah.
Dalam perjalanannya kali ini, ia merasa telah melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, maka ia tak memikirkan lagi soal lain2nya.
Siapa nyana, baru tiba di mulut lembah, mendadak terdengar suara orang menggeram: "Diam disitu!"
Si pemuda karuan saja merasa kaget ter-heran2, segera berhenti dan melihat bahwa orang yang mencegatnya itu ternyata Henghay Kouw-loan sendiri adanya.
Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat nona itu, si pemuda lalu kerutkan kening dan bertanya: "Ada urusan apakah?"
Henghay Kouw-loan dengan wajah dan sikap tawar berkata: "Aku ingin tanya, tunanganmu itu siapa namanya?"
.Lim Thian Hong menggelengkan kepala dan berkata: "Aku cuma tahu dia dipanggil Yu-kok Oey-eng. Namanya yang sebenarnya malah aku belum tahu"
"Kalau begitu bagaimana kau bisa tahu kalau dia itu bakal isterimu?"
"Itu adalah dia sendiri yang mengatakan"
Henghay Kouw-loan ketawa cekikikan. "Dia sendiri yang mengatakan" Tentu dia berkata seenaknya dan kau lantas percaya betul karena dia cantik bukan" Dan andaikata aku juga berkata begitu...."
Bicara sampai pada kalimat itu si nona merasa telah kelepasan omong, wajahnya dirasakan panas dan ucapan selanjutnya tak dapat dilanjutkan lagi.
"Tidak perduli dia benar atau bohong, tapi dia begitu baik perlakukan aku, itu memang sebenarnya. Aku toh tak boleh mengecewakan pengharapan orang, bukan?" demikian Lim Tiang Hong.
"Kau cuma tahu dia berlaku manis terhadapanmu. Dan ada orang lain yang akan lebih baik bisa perlakukan dirimu, tidak kau taruh dihatimu. Sekarang barulah kukenal bagaimana perangaimu"
.Lim Tiang Hong kembali menarik napas "Kau begitu baik juga perlakukan diriku, bagaimana tak mengetahui hal itu" Aku tidak pernah melakukan perbuatan tak patut padamu dan se-tidak2nya tidak pernah terkandung maksud jelek terhadapmu. Mengapa kau begitu marah melihatku?"
Hakekatnya, Heng-hay Kouw-loan sebetulnya tanpa alasan begitu gusar terhadap si pemuda, tetapi karena pengaruh cemburunya ingin mengangkangi sendiri yang begitu keras dalam perasaan nona itu akhirnya membuat hatinya beranggapan kalau cuma terhadapnya Lim Tiang Hong berbuat baik barulah dikatakan jujur.
Akan tetapi, biarpun bagaimana belum ada hak untuknya memberitahukan maksud pun hatinya kepada pemuda itu. Maka setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, ia lalu tak mempunyai daya lagi. Sesaat tak dapat ia ber-kata2.
Tepat pada saat itu tiba2 terdengar suara orang ketawa tawar.
.Lim Tiang Hong lalu membentak: "Siapa?"
Dibarengi dengan bentakannya, kakinya menotol tanah dan lompat melesat mendekati suara itu.
"Ha, ha, ha....hi, hi, hi...."
Suara orang ketawa riuh lantas terdengar di tempat seputar lembah. Dari dalam rimba belakang sebuah gunung-an tiba2 muncul serombongan orang berdandan ringkas yang aneh2
Lim Tiang Hong lalu melayang turun. Ketika melihat orang2, diantaranya kecuali Liong-how Koan-cu dan Caosat Tojin, yang lain tak tahu ia siapa2. Tetapi rombongan orang2 itu hampir tiap jiwanya, bentuk dan keadaan badannya sangat aneh. Disetiap mata terpancar sinar buas dan kejam. Maka ia lalu mengetahui kalau kedatangan mereka itu tentu membawa maksud tidak baik.
Setelah mengawasi orang: aneh itu sejenak, lalu si pemuda membentak keras: "Kalian datang kemari ingin Ketemu dengan aku si orang she Lim kah" urusan apapun lekas kalian jelaskan, tak perlu banyak jual lagak!"
Liong-houw Koancu maju dua tindak lalu berkata: "Kau yang menggunakan kesempatan selagi Tiat-ciang Kim-liong Cin-cit terluka, dengan akal muslihatmu mengangkangi sendiri gambar peta Hing-hong Pie-kok
.840 dan malah pergi sendiri mengambil nyali naga raksasa yang sudah membatu. Atas perbuatan curangmu itu Toyamu tak mau mengerti. Aku sebagai wakil saudara Cin-cit, ingin membuat purhitungan denganmu!"
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 "Urusan ini, tak perlu kau terlalu capaikan hatimu. Gambar peta Hong hong Pie-kok adalah Cin-cit sendiri yang memberikan padaku, sedikitpun tak ada sangkut pautnya denganmu. Apa kiramu Siauw-ya mu bisa kena perangkap akal bulusmu?"
Liong houw Koancu lalu ketawa mengejek "Semua orang tahu Thian-lam Ngo-liong dan Bu-ceng Kiam-khek adalah musuh bebuyutan. Kau kata Cin-cit memberikan benda berharga itu padamu" Terlalu bohonganmu! Perkataanmu sungguh tak dapat diterima oleh orang2|"
"Percaya tidaknya orang, itu kan tergantung dari macam orangnya. Kalau yang semacam kau ini orangnya, boleh juga bilang tak percaya"
"Kalau benar seperti apa yang kau kata, niscaya antara kau dengan Cin-cit ada juga hubungan persahabatan yang rapat. Tapi bagaimana sebetulnya?"
."Dimasa yang lalu meski tak ada hubungan apa2, tapi buat sekarang, antara aku dengan Cin-cit boleh dikata sudah merupakan sahabat2 sejati dalam arti kata yang sebenarnya"
Liong-houw Koancu mendadak ketawa ber-gelak2 dan berkata "Kalau begitu, amat bagus sekali!"
Dari lalu tangannya menggapai kearah rimba. Dan dalam rimba tiba2 lompat keluar dua orang. Mereka menggendong seseorang dan orang itu bukan lain daripada Tiat-ciang Kim-liong sendiri. Tetapi Cin-cit pada Saat itu wajahnya kuning seperti malam, matanya tak bersemangat, agaknya hatinya sedang dipaksa dan diperdayakan oleh mereka.
Liong-houw Koancu sambil menuding Cin-cit, berkata kepada Lim Tiang Hong sambil ketawa bergelak2: "Toya mu malam ini ingin menggunakan jiwa Cin-cit menukarkan dengan nyali yang sudah membantu. Bagaimana" Terima betul2 baik. Tidak, berarti maut bagi sahabatmu ini!"
Bukan kepalang gusarnya Lim Tiang Hong. Alisnya berdiri, matanya mendelik dan lantas berseru: "Perbuatan terkutuk!"
.Bersamaan dengan itu badannya terbang ke depan menubruk Cin-cit.
Akan tetapi Cao-sat Tojin yang agaknya telah siap sedia, sudah menjaga-jaga akan semua kejadian, sudah lari kebelakang Cin-cit. Dengan satu tangan menekan jalan darah Hian-peng-hiat mulutnya membentak: "Jikalau pikiranmu ingin menolong, To-ya-mu akan menamatkan riwayatnya lebih dulu!"
Tindakan Cao-sat Tojin itu benar2 membuat Lim Tiang Hong seperti tak berdaya. Tanpa sadar kakinya mundur lagi, sampai tiga tindak.
Pada saat itu Tiat-ciang Kim-liong mendadak membuka kedua niatanya dan berkata dengan suaranya yang serak: "Lim Siauw-hiap kau jangan kena dipedayai mereka. Jiwa. Cin-cit ini sudah tak ada artinya lagi. Barang pusaka itu sekali-kali jangan kau berikan pada mereka"
Cao-sat Tojin gusar, dengan cepat tangannya dikerjakan menepuk badan Cin-cit beberapa kali hingga orang she Cin itu menderita kesakitan sampai urat2nya menonjol keluar, keringat dingin sebesar-besar kacang mengetel tapi tetap bertahan. Sambil kertak gigi memakimaki dengan suaranya yang serak: "Kawanan iblis jahat! Tak peduli bagaimana kau siksa aku, tapi untuk suruh aku menyerah, jangan harap"
Lim Tiang Hong yang melihat keadaan badan orang she Cin itu hatinya tak tega. lalu dikeluarkannya nyali naga yang menjadi gara2 itu dan berkata dengan suara nyaring: "Nyali naga itu ada disini. Lekas bebaskan dia!"
Tetapi Tiat-ciang Kim-liong dengan suaranya yang serak di-besar2kan berseru kuat2: "Lim Siauw-hiap jangan berbuat begitu! Sekali-kali jangan! Aku si orang she Cin sudah...."
Tapi mulutnya tak dapat melanjutkan kata2nya karena jalan darah gagunya telah ditotok oleh Cao-sat Tojin.
Lim Tiang Hong merasa cemas dan gusar. Dengan cepat maju tiga tindak dan dengan suara bengis berseru: "Jahanam2. Lepaskan dia. Kalau berani siksa dia lagi, aku nanti suruh kalian mati semua disini, jangan harap satu bisa lolos"
Oleh karena gusarnya yang sudah memuncak dan alisnya pada berdiri, matanya beringas mengawasi mereka.
.Keadaan demikian benar2 membuat kawanan manusia jahat itu pada merasa keder.
Liong-houw Koancu sebagai orang yang licik, merasa takut kalau2 sampai si anak muda gusar benar2, yang ia tahu benar akan merunyamkan urusan, lantas berkata sambil ketawa: "Legakanlah hatimu, Cin-cit tak terluka sedikitpun. Asal barang itu sudah dalam tanganku, kami akan segera lepaskan dia"
Lim Tiang Hong berpikir pergi datang. Ia agaknya merasa sayang dengan nyali naga raksasa itu, tetapi lebih merasa sakit hatinya kalau sampai Cin-cit binasa di depan mukanya. Jiwa orang padanya dihargai lebih tinggi berlipat ganda daripada barang2 yang ada dalam dunia ini, yang bagaimanapun baiknya. Ia sudah menetapkan, meski tak rapat hubungannya dengan Cin-Cit, tetapi sebagai orang dari golongan orang baik2, apalagi memang asalnya gambar peta itu berasal dari pemberian orang itu, sudah tentu harus rela juga kini korbankan nyali naga itu untuk menolong jiwanya.
Maka memikir demikian lantas diberikannya benda pusaka itu kepada Liong-houw Koan-cu seraya katanya: "Lekas bebaskan dia!"
Dan setelah itu ia lalu lompat mendekati Cin-cit.
Cao-sat Tojin mendorong Cin-cit kedepan Lim Tiang Hong kemudian ia sendiri ber-sama2 Liong-houw Koancu dan yang lain2 kabur masuk rimba.
Lim Tiang Hong pada saat itu sudah tak ada kesempatan untuk mengurus soal2 yang lainnya. Ia hanya kerepotan dalam menyambut Cin-cit.
Setelah membuka jalan darahnya dan meng-urut2 sebentar, lantas mengambil sebutir Soat-som-wan yang lantas dijejalkan ke dalam mulut orang.
Lama dia berkutetan sendirian membela orang, Cincit baru mendusin.
Tatkala matanya yang sudah uk bertenaga itu dibuka, segera dilihatnya ada seorang anak muda didepannya, dan berseru: "Lim Siauwhiap, kau berikan juga benda pusaka itu pada mereka?"
Lim Tiang Hong mengangguk sedikit.
Tiat-ciang Kim-liong menarik napas perlahan dan lalu berkata: "Lim Siauw-hiap. meskipun kau betul orang jujur dan setia kawan yang ingin menolong cepat jiwa orang, tapi kau masih belum tahu bagaimana jahatnya orang2 dunia kang-ouw. Aku si-orang she Cin siang2 sudah dibikin celaka oleh mereka. Sekalipun ada obat yang bagaimanapun mujijatnya sudah tak dapat menolong jiwaku lagi....".
"Begitu jahat perbuatan mereka?"
"Apa.... apakah kiramu aku berkata dusta....?" begitu Tiat-ciang Kim-liong yang seolah2 tak bertenaga memaksakan keluar kata2nya. Dan tiba2 juga dia menjerit, semua lubang2 panca-inderanya mengeluarkan darah hitam dan orangnya lantas roboh dan tewas disaat itu juga.
Terjadinya perubahan secara mendadak itu membuat Lim Tiang Hong gugup sekali tak keruan. Sungguh tak pernah dia menyangka kalau orang2 tadi itu bisa begitu jahat perbuatannya. Sesudah menipu barang, sekalian juga merengut jiwa orang.
Mengingat pada Thian-lam Nyo-liong satu2 yang kesemuanya binasa secara mengenaskan darahnya dirasakan mendidih. Lantas ditaruhnya jenazih Cin-Cit ditanah. Dengan suara keras berseru: "Jikalau aku tak dapat menumpas habis kalian manusia jahat itu, bukan murid Bu-ceng Kiam khek lagi aku...."
Tiba2 telinganya mendengar orang bicara dengan nada tawar: "Bocah, sungguh sombong kata2mu. Buceng Kiam-khek si tua bangka itu dimana sekarang?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong mendongak. Didepan matanya lantas tampak seorang tua berewokan dengan jalannya yang lambat sekali berjalan menghampirinya.
Orang tua berewok itu mengenakan pakaian jaman kuno, rambut dan jenggotnya telah putih semua, tetapi sikapnya masih seperti anak muda.
Lim Tiang Hong tahu bahwa orang tua itu pasti adalah salah seorang dari tingkatan tua rimba persilatan, maka sambil menyoja memberi hormat ia lantas berkata: "Locianpwee kau menanyakan suhu ada urusan apakah?"
Kedua bola mata orang tua yang sipit itu mendadak dibuka lebar. Dari situ lantas terpancar sinar tajam, mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai kebawah, kemudian baru berkata seperti orang yang tak percaya: "Kau ini murid Bu-ceng Kiam-khek?"
Mendadak matanya menuju ke badan jenazah Tiatciang Kim-liong yang menggeletak di tanah. Jelas nampak perubahan wajahnya. Seketika itu juga orang tua itu menegur Lim Tiang Hong: "Hai anak muda, kau yang membunuh Cin-cit?"
Sewaktu berkata kata, tangannya mengulur ingin menjambak baju Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong geser kakinya, lompat mundur sejauh tiga kaki lalu berkata dengan nada tawar: "Apa artinya ini?"
Orang tua itu dilihatnya sudah pada berdiri alis serta rambutnya, menyambuti perasaan herannya si anak muda dengan seruannya yang keras: "Binatang sungguh besar nyalimu! Berani kau mengambil jiwanya muridku"! Kau berani tak pandang mata aku si Ho-siu Ciat-liong". Mari sini kuambil jiwamu dulu baru nanti berhitungan dengan Bu-ceng Kiam-khek si tua bangka!"
Dan lalu dikebaskannya lengan bajunya yang gerombrongan. Angin hebat lantas meluncur keluar menggulung badan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tahu kalau orang tua itu salah paham, maka dibiarkannya serangan itu lalu disampingnya Ia menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat. Dengan mahir melompat kesana mengelit kemari menghindarkan setiap serangan yang datang kedirinya, sedang mulutnya lantas berseru "Locianpwee tahan! Kau sebagai orang tingkatan tua dalam rimba persilatan mana boleh sebelum tahu duduk perkara sebenarnya turun tangan menghajar orang" Apa tak kuatir kedudukanmu yang begitu tinggi nanti di-injak2 orang?"
Ho siu Ciat-liong, demikian nama julukan orang tua itu, hanya dialah satu-nya orang yang masih hidup dari partai Kim-liong itu. Adatnya sangat aseran. Ketika melihat kematian Cin-cit yang begitu mengenaskan, tanpa tanya ini tanya itu, lantas kalap dan mengamuk. Atas perkataan Lim Tiang Hong sudah tak digubrisnya sama sekali, bahkan terus dilancarkannya serangan2 mematikannya sampai 12 kali beruntun.
Kepandaian orang tua itu sungguh tinggi. Dengan serangannya yang ber-tubi2 itu telah membuat Lim Tiang Hong se-akan2 berada dalam gulungan angin serangan tangannya.
Lim Tiang Hong dalam cemas dan gusarnya, lantas menggunakan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kangnya dikedua belah tangannya, sambil ketawa menyeringai balas mengadakan penyerangan.
"Blung! Blung!"
.850 Suara nyaring berkali-kali lantas terdengar. Dua2
pihak terpental mundur. Ho-siu Ciat-liong berdiri alis dan rambutnya, matanya yang sipit dibuka lebar2. Dengan wajah beringas menakutkan ditatapnya wajah lawan mudanya. Sudah beberapa puluh tahun lamanya orang tua ini sembunyikan diri, sungguh tak pernah disangkanya bahwa selama itu bisa muncul orang kuat dari tingkatan muda.
Lim Tiong Hong pun mengagumi kepandaian dan kekuatan orang tua itu. Meskipun orang tua itu datang2
mengumbar caranya sendiri yang tak tahu aturan, tetapi biar bagaimana tetap ia seorang dari tingkatan tua yang sama tarafnya dengan Bu-ceng Kiam-khek gurunya, maka ia merasa harus mengindahinya juga sedikit. Setelah menyambuti sampai 12 kali serangannya, lantas berkata sambil menyoja lagi: "Saudara Cin-cit ini bukan boanpwee yang bunuh, Adalah Cao-sat Tojin yang mencelakakan. Aku yang rendah karena sedikit lalai, bukan saja tak berhasil menolong jiwa Cin Toako, bahkan oleh orang2 jahanam itu aku telah tertipu barangku nyali naga raksasa yang telah membatu"
Ho-siu Ciat-liong lantas lompat maju lagi, menyekal tangan Lim Tiang Hong dan berkata lagi: "Apa semua kata2mu tadi ada sejujurnya?"
Lim Tiang Hong dengan tenang menjawab: "Apa gunanya aku berbohong?"
Dan lantas dituturkannya segala apa yang barusan terjadi.
Ho-siu Ciat-liong mendadak tarik kembali tangannya. Dengan sorot mata ke-heran2an ditatapnya wajah Lim Tiang Hong sejenak, lalu berkata keras2 "Tua bangka kawanan hidung kerbau! Sungguh besar nyali kalian! Begitu berani kalian meng-injak2 atas kepala Thian-lam Ngo-liong. Jikalau tak dapat kuratakan kelenteng Liong-houw-koan dengan bumi aku bersumpah tak mau jadi orang lagi!"
Kemudian berpaling ke arah Lim Tiang Hong dan berkata: "Adik kecil, nyali naga yang kau kata sudah membatu itu adalah satu barang pusaka tak ternilai harganya didalam dunia ini. Sekali-kali tak boleh sampai jatuh dalam tangan kawanan penjahat itu"
Barusan, karena dalam keadaan kalap, disambarnya tangan Lim Tiang Hong. Dan ketika dapat dicekalnya juga, ia hanya merasakan mencekal barang lunak seperti kapas yg seolah2 benda lunak tak bertulang. Kemudian dengan tak sengaja dlcobanya mencekal terlebih keras, siapa nyana anak muda itu mendadak juga berubah keras seperti baja, bahkan ada kekuatan lebih dari tenaga yang membalik yang terus menyerangnya. hingga hampir saja tubuhnya terjungkal. Maka dalam kagetnya ditatapnya wajah Lim Tiang Hong dengan sorot mata terheran2.
Orang tua ini dahulu pernah berselisihan dengan Bu-ceng Kiam khek. Itu hanya soai keributan ingin merebutkan nama dalam dunia kang-ouw. Maka tak sedikit ia menaruh dendam. Kini setelah melihat betapa tingkatan muda dari golongan Ngo-liong telah terbinasa secara mengenaskan, sedangkan Lim Tiang Hong, murid dari Bu-ceng Kiam-khek, sebaliknya malah membantu pihaknya. Maka lantas dihapus habis segala ganjalan sakit hatinya dan lalu berkata pula: "Lohu kini segera ingin berangkat, akan membasmi Liong-houw Koancu dan kamberatnya. Apa saudara kecil juga ingin ikut?" Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Sekalipun Locianpwe tidak datang boanpwee juga takkan mau lepaskan kawanan orang2 jahat itu begitu saja saja. Sekarang waktu kelewat mendesak sukalah Locianpwe jalan lebih dulu, boanpwee menyusul kemudian" Orang tua itu tak berkata apa2 lagi, setelah mengkebumikan jenazah Cin-cit badannya lompat meleset dan menghilang di kegelapan.
Setelah orarg tua itu berlalu, Lim Tiang Hong baru ingat kenapa ia tidak melihat Henghay Kouw-loan" Semula ia masih mengira nona itu sudah balik kedalam lembah, tetapi kemudian selelah dipikir lagi ia merasa tidak benar dugaannya.
Meski nona itu barusan pernah berselisihan dengannya, tetapi itu cuma soal kecil baginya. Tidak nanti selagi menghadapi musuh2 besar lantas ditinggalkan pergi begitu saja.
Mengingat sampai disitu ia anggap perlu balik lagi kelembah Bu-ceng-hiap. Maka ia lantas gerakkan kakinya dan lari bagaikan terbang menuju ke dalam lembah. Begitu tiba di dalam lembah, satu firasat tidak baik terbayang didepan matanya. Kediaman Heng-thian Itouw nampak sunyi sepi tak tertampak bayangan seorangpun juga. Di tanah lapang di depan rumahnya terlihat rebah menggeletak beberapa bangkai manusia serta banyak senjata tajam yang sudah pada patah. Terang kalau di tempat tersebut barusan pernah terjadi pertempuran hebat.
Ketika memasuki rumah, disitu ternyata tidak terdapat seorang pun juga, tetapi tak ada tanda2
kerusakan. Maka diam2 ia berpikir dalam hatinya: "Siapa sih orang2 yang begitu besar nyalinya cari urusan ditembah Bu-ceng-hiap ini" Heng-thian It-ouw belum pernah muncul kedunia kang-ouw. Mengapa bisa menghilang mendadak" Aku tak percaya dengan kepandaiannya yang begitu tinggi sampai kena dicelakakan orang. Tapi kemana sekarang nenek itu?". Lim Tiang Hong tidak tahu, sebab ia ber-kali2
menggunakan nama Bu-ceng Kiam-khek, muncui didunia kang-ouw, banyak orang rimba persilatan mengangap kalau Orang Tua Penyipta itu masih ada. Maka hal itu lalu banyak menarik perhatian musuh2 Bu-ceng Kiam-khek dahulu, sehingga pada datang ke lembah Bu-ceng-hiap untuk mencari-cari urusan. Selain dari pada itu mereka juga telah melarikan Henghay Kouw-loan.
.Heng-thian It-ouw meskipun tinggi sekali kepandaiannya, tetapi biar bagaimana seorang nenek yang sendirian harus menghadapi banyak musuh, sudah tentu tak dapat melayani terus menerus. Setelah terjadi pertarungan sengit sekali, terpaksa dengan melepas kekukuhan adatnya sendiri, terjunkan diri ke dunia kangouw.
Lim Tiang Hong mengadakan pemeriksaan diselat Bu-ceng-hiap itu. Sebentar ia lantas menduga pasti kalau Heng-thian It-ouw benar2 telah terjunkan diri ke dunia kang-ouw, Tetapi yang belum dapat diduganya, mengapa sampai nenek tua itu bisa melanggar peraturannya sendiri dan apakah Henghay Kouw-loan pergi ber-sama2 dengan gurunya itu"
Setelah pertemuannya kali ini dengan Heng-thian It-ouw, yaitu waktu mengantarkan surat dari gurunya, manusia Penyipta, ia sudah mengerti kalau Heng-thian It-ouw itu dulu dengan Bu-ceng Kiam khek adalah isteri dengan suami, maka selat Bu-cenghiap itu tentu jugamerupakan rumah perguruannya. Dan sekarang, setelah rumah perguruannya yang kedua itu mengalami peristiwa demikian, dengan sendirinya iapun merasa cemas sedikit banyak. Akan tetapi peristiwa yang tak ketahuan ujung pangkalnya itu untuk sementara dibuatkan buntu dalam otaknya.
Apalagi dia juga perlu minta kembali nyali naga raksasa yang telah membatu itu dari tangan Liong-houw Koancu. Disamping itu iapun merasa berkewajiban membantu menutut balas sakit hati Cin-cit. Ini malah dijadikan tugas utama baginya.
Maka ia lantas kemulut lembah, dan baru saja keluar dari lembah, kira2 seratus tombak lebih, tiba2 dilihatnya satu bayangan langsing lari mendatang, laksana terbang.
Karena sama2 ter-gesanya, hampir saja bertubrukan. Untuk saja Lim Tiang Hong dapat cepat menyingkir, hingga tubrukan yang hebat dapat dihindarkan.
Ia tak tahu orang yang lari ter-gesa2 itu sengaja berbuat itu atau tidak, yang saat itu sudah berada dalam pelukannya.
Dengan ter-sipu2 diulurnya tangannya untuk balas memeluk orang itu. Dibawah sinar rembulan yang remang2 barulah dapat diketahui kalau bayangan langsing yang lari laksana terbang itu ternyata adalah pelayan wanita Lok-hee Hujin, yaitu Chun Lan.
Pelayan itu rebahkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong. Dengan suara ter-putus2 berseru: "Ow, kaget hampir mati...."
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, setelah mendorong pelayan wanita itu, berkata: "Sebetulnya apakah yang telah terjadi" Mengapa kau begitu buru2 kelihatannya?"
Chun Lan angkat kepala, setelah melihat Lim Tiang Hong sebentar, pura2 kaget sebentar dan berkata "Siauw Kauwcu, celaka! Oleh karenamu Hujin telah dikeram oleh Kauwcu. Enci Bwee-Hiang juga disiksa, maka ia suruh aku mengantarkan suratnya untukmu. Harap kau lekas pergi ke lembah Loan-phiauw-kok, dan tolonglah mereka".
Lim Tiang Hong yang mendengar ibunya disekap oleh Thian-cu-kauw, seketika lantas naik darahnya. Dengan tanpa sadar ia berseru: "Apa dia berani?" "Mengapa mereka tidak berani" Sedangkan kau sendiri juga harus berlaku hati2. Apakah kau berani melawan ayahmu?" katanya Chun Lan sambil monyongkan mulutnya yang kecil.
"Ngaco! dia mana ada ayahku" Ada satu hari, jika aku nanti sudah bikin terang urusannya, kalau aku tidak beset dan cincang dirinya, aku tidak mau jadi orang lagi!" kata Lim Tiang Hong gusar.
Melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu gusar, Chun Lan sampai ketakutan setengah mati. "Aku harus lekas pulang, kalau terlambat nanti bisa diketahui oleh mereka. Siauw-kauwcu, kau harus lekas pergi menolong mereka!"
Dengan tanpa menantikan jawabannya Lim Tiang Hong lagi, Chun Lan lantas lari kabur kearah semula. Lim Tiang Hong sebetulnya hendak pergi ke Lionghouw-koan untuk mencari Liong-houw Koancu, tepi karena ada kejadan itu, mau tidak mau, ia harus pergi ke lembah Loan-phiauw-kok lebih dulu.
Kejadian penting yang terjadi secara saling susul, membuat ia tidak mendapat waktu untuk berpikir, bahwa kejadian itu ada benar atau tidak" Ia hanya memikir dari sikap orang berkedok itu terhadap ibunya, lantas anggap bahwa hal tersebut tentunya benar2. Maka setelah Chun Lan berlalu, ia juga berangkat menuju ke lembah Loanphiauw-kok.
Lim Tiang Hong yang pernah berdiam dilembah Loan-phiauw-kok, sudah tentu kenal baik keadaannya lembah tersebut. Maka setelah tiba dilembah tersebut, ia lantas langsung menuju ketempat tawanan kamar batu. Didalam tempat tawanan itu ia sudah pernah menolong dirinya si Burung Hong putih Cu Giok Im.
Karena ia sudah kepingin lekas dapat menemui ibunya, hingga tidak memikirkan keadaannya sendiri yang saat itu sebetulnya dalam keadaan bahaya. Ia sudah tidak pikir bahwa keadaan lembah Loanphiauw-kok saat itu sudah berbeda jauh daripada waktu semula ia kesana.
Thian-cu Kauw-cu baru2 ini karena melatih serupa ilmu kepandaian telah mengeram dirinya dipusat. Dengan demikian maka markasnya dipindah kedaerah Kang-lam. Semua urusan dalam perkumpulan diserahkan kepada wakil Kauwcu, yakni Beng Sie Kiu dan Lok-hee Hujin.
Tetapi Beng Sie Kiu ada maksudnya sendiri. Sudah lama wakil Kauwcu ini ingin mendapat kedudukan lebih tinggi lagi dalam perkumpulan itu dan ingin menyingkirkan Kauwcunya sendiri. Tetapi oleh karena merasa jeri menghadapi kepandaian Kauwcunya itu yang begitu tinggi, maka dengan akal muslihat dicobanya merampas kitab pelajaran dari Siauw-lim-pay. Tetapi belakangan meski kitab itu sudah didapatkannya, namun sudah diambil oleh Kauwcu itu. Meski dalam hati memang merasa berat, tetapi apalah daya, ia tak berani menentang.
Kemudian Wakil Kauw-cu ini mendengar berita diketemukannya nyali naga yang telah membatu itu oleh Lim Tiang Hong. Pikirnya kalau bisa ia memiliki benda pusaka luar biasa dalam dunia itu dan dimakan menurut aturan niscaya dapat bertambah kekuatannya menjadi lebih hebat dan pikirnya dengan demikian sudah tak perlu takuti kauwcunya lagi dan dapat berkuasa penuh atas Thian-cu-kauw.
Tetapi benda pusaka itu kini berada dalam tangan Lim Tiang Hong. Dan anak muda itu terkenal sebagai orang kuat tingkatan muda yang pada saat itu justru sukar mendapat tandingan. Apalagi si pemuda mendapat bantuan tenaga dari Hong-hong-tie secara diam2. Apabila ingin merebut secara terang2an sudah tentu takkan berhasil.
Maka diluar tahunya Lok-hee Hujin ia lalu merancangkan satu rencana keji. Maksudnya hendak menggunakan kedudukan Lok-hee Hujin dan hubungan antara ibu dan anak dengan Lim Tiang Hong, ingin memancing anak muda itu masuk jebakan.
Lim Tiang Hong yang terlalu kuatirkan nasib ibunya, terus berlari menuju kekamar tawanan, dan kamar batu itu ternyata tak berbeda keadaannya dengan sewaktu dulu ia disitu, masih tetap gelap dan demak. Begitu masuk dalam kamar, hawa dingin lantas menusuk tulang. Angin dingin yang menyembur keluar dari dalam tambah membuatnya menggigil.
Tetapi semua itu sudah tak dihiraukannya. Masih tetap dengan mengikuti jalan lorong, terus masuk kebagian dalam.
Sedangkan itu orang2 Thian-cu-kauw yang mengadakan penjagaan keras, sudah bagai tak ada dimatanya, dianggapnya mereka itu toh cuma patung belaka.
.Sebentar saja si anak muda ini telah melalui limaenam kamar tawanan, tetapi belum juga melihat bayangan ibunya. Pikirannya kini agak bersangsi "Apa Chun Lan menipuku?" begitulah ia tanya2 pada dirinya sendiri.
Meskipun hatinya memikir demikian, tetapi kakinya terus bekerja.
Tiba2 dikamar yang paling ujung dilihatnya ada bayangan orang sedang meringkuk. Dilihat dari bentuk tubuh dan pakaiannya, mirip dengan Lok-hee Hujin. Tanpa banyak pikir lagi Lim Tiang Hong lalu menerjang masuk.
Diambang pintu, ada sebuah ruji besi yang besar, tetapi di situ tak kelihatan seorangpun menjaga. Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan orang itu, meringkuk dalam tempat demak2, hatinya serasa seperti di-iris2. Dengan sekuat tenaga ditolaknya ruji2
besi itu hinggai patah dan kemudian masuk kedalam. Siapa nyana baru sampai disamping orang yang meringkel bagai bangkai itu, tatkala dipandangnya dengan seksama, ternyata bukan ibunya melainkan hanya orang2an bikinan yang terbuat dari pada rumput. Tepat pada waktu itu terdengan suara keresekan dan pintu lantas tertutup selapis besi tebal.
Kini barulah sadar Lim Tiang Hong kalau dirinya telah masuk perangkap. Tetapi tak takut ia, sambil menenangkan pikiranya, mengawasi keadaan sekitarnya. Kamar itu ternyata terbuat dari batu alam seluruhnya. Satu2nya lubang untuk meloloskan diri adalah itu pintu yang telah tertutup besi tebal.
Ketika dicobanya menghampiri dan mengetuk pintu besi itu, dapat diperkirakan tebalnya mungkin satu kaki. Untuk menggempur rusak, bukan suatu pekerjaan mudah.
Tetapi belum putus harapannya. Dicobanya mengerahkan seluruh kekuatannya dengan maksud menggempur pintu besi itu.
Tetapi kesudahannya ia sendiri yang terpental balik sampai dua tindak, sedang pintu besi itu sedikitpun tak bergeming.
Belum dapat memikirkan cara lain, tiba2 satu suara lain terdengar.
Diatas pintu besi itu mendadak kelihatan banyak lubang2 kecil macam sarang tawon. Dari lubang2 itu lantas menyembur asap putih.
Maka dalam waktu sekejap kamar itu sudah seakan2 berlapis batu tebal. Hawa pedas dari bau amis menusuk hidungnya. Asap putih itu bukan asap biasa, melainkan kapur gamping. Dan kapur gamping yang disemburkan kedalam kamar yang tak mempunyai hawa itu, justru merupakan senjata yang sangat jahat. Mungkin dewa sekalipun takkan tahan menerima serangan kapur secara demikian.
Lim Tiang Hong dalam gemas dan gusarnya, coba menghalau kapur yang menyembur ke arahnya dengan kedua tangannya.
Tetapi mungkin terlebih baik kalau dia tak berbuat demikian. Sebab begitu tangannya bergerak. Kapur itu justru pada meledak dan membuat pernapasannya serasa terhalang.
Dalam keadaan sangat genting itu tiba2 teringat sipeiwuda akan satu pelajaran menutup napas sendiri, yang didapatkannya dari si pengemis pincang melalui tulisan yang pernah dipraktekkan dengan baik. Sebetulnya hanya itu saja yang merupakan jalan satu2nya yang dapat menolong diri sendiri.
Kapur putih itu menyembur kira2 sejam kedalam kamar tak berlubang itu, baru berhenti. Dan pintu basi itupun per-lahan2 lalu terangkat naik.
Kembali setengah jam sang waktu berlalu, kabut putih dalam kamar selama itu telah buyar.
Keadaan Lim Tiang Hong pada waktu itu tak bedanya bagai seekor beruang putih yang meringkuk di tanah tanpa bergerak.
Dalam pada itu dari jalanan lorong mendadak muncui dua orang laki2 tinggi besar ke-dua2nya. Dua orang tinggi besar ini lalu mengangkat bangun badan Lim Tiang Hong. Dengan melalui jalanan ber-liku2 lalu dibawanya pemuda itu ke sebuah kamar rahasia. Kamar rahasia ini justru merupakan satu kamar terpenting untuk para tokoh Thian-cu-kauw di Loauphiauw-kok merundingkan soal2 penting.
Wakil Kauwcu Beng Sie Kiu dengan sikapnya yang angkuh dingin tampak berduduk di kursi tengah. Dikedua sisinya ada beberapa anggota pelindung hukum dan lain2 anggota penting perkumpulan tersebut. Tetapi disitu tak tampak Lok-hee Hujin, yang pada saat itu ternyata tak barada dalam lembah.
Dua laki2 tinggi besar yang menggendong Lim Tiang Hong lalu meletakkan orang pondongannya ke atas sebuah meja. Selagi hendak memberi laporan, Beng Sie Kiu yang rupanya sudah tak sabaran sudah turun dari kursi kebesarannya dan lantas meraba kantong2 Lim Tiang Hong.
Kiranya sampai pada waktu itu tak terlupakan olehnya itu benda pusaka berapa nyali naga yang menjadi idam2an setiap orang rimba persilatan. Siapa tahu baru saja wakil kauwcu ini mengulur tangan, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin yang menusuk telinga.
Beng Sie Kiu yang memang mempunyai maksud tak baik, dalam detik itu, ditempat demikian, apalagi ditempat yang begitu penting, mengetahui ada orang yang dapat masuk, sudah tentu membuat dia ketakutan setengah mati. Lantas diurungkannya maksudnya dan lantas membentak keras: "Siapa!?"
Dan berbareng dengan itu badannya terus lompat melesat keluar melalui lubang dijendela.
Perbuatan wakil ketua itu lalu ditelad oleh orang2
yang lainnya. Kini dalam kamar rahasia hanya ada ketinggalan seorang lagi, yakni Lim Tiang Hong. Tetapi ketika orang2 Thian-cu-kauw itu berada diatas genting keadaan terus sunyi senyap, tak seorangpun kelihatan, maupun bayangan.
Beng Sie Kiu yang masih memikiri nyali naga raksasa itu, buru2 hendak kembali kekamar rahasia. Tetapi belum lagi bertindak, mendadak ada sesosok bayangan orang yang lari mendatangi sambil ber-teriak2: "Hujin beritahu kepada Hu Kauwcu. Diujung sebelah timur ada orang2 menerjang masuk. Mereka telah merusak tempat2 penjagaan rahasia dan musuh kini sudah mulai merembes ke beberapa tempat penting" Dalam kagetnya, Beng Sie Kiu lantas membentak: "Suruh Sam-sat dari selatan kirim bala bantuan dan seluruh tempat geledahi"
Belum habis wakil Kauwcu ini dengan perintahnya, kembali muncul dua orang yang dengan napas sengal2 memberi laporan lagi: "Di lembah sebelah barat tiba2
muncul musuh kuat. Dua belas Hiocu telah gugur semua. Harap Hu Kauwcu suka keluarkan titah selanjutnya" "Musuh sudah memasuki tempat penting. Banyak anggota perumpulan kita tewas dan terluka. Mohon Hu Kauwcu beri titah apa yang harus kita lakukan?"
Demikian ada serentetan laporan yang mengejutkan, yang membuat wakil ketua ini berdiri menjublek saja, sesaat lamanya bungkam tak keluar suaranya.
Pada waktu itu lembah Loan-phiauw-kok itu sudah ramai dengan suara2 macam2 senjata dan di udara sudah nampak sinar2 biru beberapa batang sebagai tanda S.O.S, suatu tanda bahwa dalam lembah orang2nya sedang menghadapi bahaya besar.
Beng Sie Kiu dalam cemas dan gusarnya, masih tidak juga melupakan nyali naga raksasa sasarannya itu. Dalam hatinya agaknya hanya memikir: "Tidak peduli musuh kuat siapa yang datang, akan kuambil dulu benda pusaka itu"
Tanpa memberikan perintah apa2 lantas sang wakil Kauwcu ini memutar tubuh dan balik ke kamar rahasia. Tiba2 dibelakang gegernya terdengar suara orang berkata perlahan: "Tuan, tunggu Sebentar. Kita masih ada rekening yang belum diperhitungkan"
Beng Sie Kiu kini terperanjat benar2. Cepat laksana kilat berbalik badan, dan.... si anak muda, Lim Tiang Hong sudah berdiri dihadapannya. Tenang sekali anak muda itu. Kedua bola matanya yang seperti gunting tajam terus mengawasi wakil Kauwcu itu.
Bukan kepalang kagetnya wakil Kauwcu itu, dalam hati merasa heran: "Bocah ini apa punya ilmu weduk" Kenapa dalam kamar tak ada udara dimasuki kapur satu jam dia masih bisa hidup?"
Biar bagaimana memang karena sifatnya yang licik, meski keadaan tak menguntungkan bagi pihaknya, ia masih bisa berlaku tenang.
Sambil mengawasi Lim Tiang Hong setelah bersenyum ia berkata: "Bocah, rupanya masih panjang umurmu. Pada waktu begini kami tak mempunyai banyak waktu buat berurusan denganmu. Sebentar lagilah kita berhitungan"
Setelah berkata demikian, wakil Kauwcu ini lantas lompat lari menuju ke luar ruangan.
Lim Tiang Hong ketawa. "Apa kau kira kau bisa kabur begitu mudah?" katanya mengejek.
Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya wakil Kauwcu itu. Tapi pada saat itu juga, 4 pengawalnya Beng Sie Kiu juga sudah lompat melesat menghalangi gerakannya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu sudah berkobar hawa amarahnya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Jikalau kalian memang sudah bosan hidup, biarlah Siauwya-mu ini mengiringi kehendak kalian!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak. Suatu kekuatan yang amat dahsyat lantas meluncur keluar menggulung diri 4 pengawal itu.
Empat pengawal Beng Sie Kiu itu, adalah orang2
yang dididik sendiri oleh Beng Sie Kiu. Kepandaiannya ilmu silat didalam kalangan kang-ouw juga termasuk golongan kelas 2. Begitu melihat datangnya bahaya, segera pada memencarkan diri dan kemudian menerjang Lim Tiang Hong dari 4 penjuru dengan melancarkan serangan tangan secara beruntun.
Lim Tiang Hong sedikit pun tidak pandang mata orang2 sebangsa demikian. Sambil ketawa dingin, badannya berputaran laksana gangsingan. Setelah
.871 melepaskan diri dari serangan 4 orang itu, lalu balas menyerang secara beruntun juga sehingga 7 kali.
Sebentar kemudian lalu terdengar suara gaduh. 2 dari 4 pengawal itu, sudah dibikin terpental sampai setinggi 2 tombak. Kemudian sambil menyemburkan darah 2 manusia sial itu terbang keluar dinding.
Lim Tiang Hong dengan tanpa perdulikan yang lainnya lagi, sudah menerjang kedalam ruangan. Ia juga kepingin tahu, siapakah sebetulnya orang yang malam itu menyerbu ke lembah Loan-phiauw-kok" Selain daripada itu, ia sudah benci benar pada orang she Beng itu, maka ia harus bisa membekuk dirinya baru merasa puas.
Tapi begitu tiba di ruangan besar, dari jauh sudah dapat lihat bahwa orang2 yang datang menyerbu ke lembah itu ternyata terdiri dari kawanan imam semuanya. Imam2 itu terdiri dari tokoh2 terkuat yang terpilih dari 6 partay golongan Hian-bun, jumlahnya kira2 ada 30-40 orang dan saat itu sedang bertempur mati2an dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
Lim Tiang Hong tidak bisa campur tangan, maka ia naik ke atas genteng, disitu ia berdiri sebagai penonton. Diantara iman2 dari 6 partay itu, ada banyak yang ia kenal.
Disitu ternyata ada Pek-ho Totiang dari Bu-tongpay, Hian-ie Lie-hiap Oh Bie Tiu dari Ngo-bie-pay, dua persaudaraan Lie, Kun-lun-pay Siang-kiam dari Kun-lunpay dan si burung ungu Gouw Hong Ing, Giok-teng Cinjin dari Ciong-lam-pay dan Thay-hie Totiang dari Khongtong-pay.
Di pihaknya Thian-cu-kauw, yang maju menghadapi kawanan imam itu ada Beng Sie Ku, dibantu dengan para anggota pelindung dari Loan-phiauv-kok, Bin-hoan-siu, put-ceng Taotho dan lain2nya.
Dalam pertempuran itu kecuali Pek-ho Totiang yang berhadapan dengan Beng Sie Kiu, Giok teng Cinjin dengan Put-ceng Taotho, Thay-hie Totiang dengan Binhoan-siu yang merupakan pertempuran satu lawan satu, lainnya pada itu boleh dikata pertempuran secara keroyokan.
Imam2 dari enam partai itu telah datang dengan perasaan gusar. Maka dalam pertempuran iiu juga tak mengenal kasihan mereka turun tangannya, secara kejam dan ganas se-olah2 sudah bertekad bulat hendak manumpas habis2an orang2 Thian-cu-kauw.
Sungguh tak beruntung bagi pihak Thian-cu-kauw sebab banyak anggota2 kuat disuruh keluar melakukan tugas, hingga tenaga didalam berkurang banyak. Meskipun mereka bertempur mati2an, tetapi masih kalah jauh dari pihak musuh. Maka sebentar saja sudah banyak yang binasa atau terluka berat.
Lim Tiang Hong tahu bahwa dalam pertempuran mati2an itu nyata2 pihak enam partai besar telah dapat merebut posisi sangat baik. Ia anggap tidak perlu turut campur tangan. Maka lantas ditinggalkannya tempat tersebut dan lari menuju ke loteng tempat kediaman ibunya. Ia ingin sekali mengetahui kalau rencana hendak menjebak dirinya itu, ibunya mengetahui atau tidak. Disamping itu ia juga ingin berjumpa sekali lagi dengan Bwee Hiang. Tetapi ketika tiba di loteng tersebut, ternyata tak seorangpun kedapatan di situ. Agaknya ibunya pada waktu itu sedang bepergian keluar lembah.
Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa urusan itu mungkin ibunya sendiri juga tak tahu. Ketika dicobanya memeriksa keadaan loteng sekali lagi, ternyata juga tak mendapatkan sesuatu. Dan selagi hendak balik keruang besar tiba2 tampak satu bayangan merah berkelebat dimukanya yang lalu disusul dengan munculnya Yong-jie, itu gadis cilik jenaka dari Honghong-tie.
Gadis kecil jenaka itu, setibanya didepan Lim Tiane Hong, lantas berkata setelah menarik lengan baju si pemuda: "Kongcu, urusan disini tidak perlu kau campuri. Lekas pergi ke kelenteng Liong-houw-koan. Lambat sedikit saja kau nanti akan menyesal untuk selamalamanya"
Terhadap gadis cilik yang nakal dan jenaka ini Lim Tiang Hong memang sudah mendapat kesan baik sekali. Maka seketika itu sambil mengusap-usap rambut si gadis cilik telah menyahut: "Yong-jie, sejak kapan kau datang".
"Siang2 aku sudah datang. Lok-hee Hujin tidak ada didalam lembah. Sedang enci Bwee Hiang-mu-itu juga siang2 sudah pergi ikut dengan ibumu. Disini sudah tidak ada urusan apa2 lagi. Mari lekas kita ke Lionghouw-koan" begitu Yong-jie sambil ketawa lebar berkata
Setelah itu badannya lantas bergerak, se-olah2 bianglala saja sudah melesat tinggi dan sebentar saja ternyata ia sudah berada disuatu iempat empat-lima tombak jauhnya dari Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong meski tahu bahwa urusan di Lionghouw-koan jauh lebih penting beberapa kali lipat daripada urusan dalam lembah Loan-phiauw-kok, akan tetapi agaknya masih belum lega hatinya kalau tidak menyaksikan sendiri hasil kesudahan pertempuran itu. Maka setelah Yong-jie berlalu balik lagi dia ke medan pertempuran.
Pada saat itu pertempuran sengit tadi ternyata telah berakhir. Orang2 dari enam partai besar sedang menolongi kawan2 mereka yang terluka. Pek Ho Totiang dengan wajah kuning pucat sedang duduk bersila sambil pejamkan mata. Dan Thay-hie Totiang sedang memesut ujung bibirnya keluar darah, berdiri menyandar di dinding tembok. Lain2nya banyak pula yang menderita luka. Sedang dipihak lawan mereka, sudah tak kelihatan barang seorangpun juga.
Lim Tiang Hong ketika tiba ditempat tersebut lantas mendapat teguran dari beberapa orang imam: "Siapa! Jangan coba maju lebih dekat!"
.876 Lim Tiang Hong mendengar itu tersenyum, lalu menjawab: "Kalian mengapa setelah menang menjadi begitu galak" Apa kalian masih ingin berkelahi" Marilah dengan aku"
Kun-lun Siang-kiam, Hiao-ie Lihiap dan lain2nya pernah kalah oleh Lim Tiang He Hari itu. Karena mengandal jumlah lebih besar ketika melihat Lim Tiang Hong muncul secara mendadakan, lantas semuanya pada menghunus pedang masing2, agaknya ingin sekali mengeroyok.
Lim Tiang Hong mengawati orang2 yang telah siap itu dengan sorot mata dingin, lalu dengan langkah lebar menghampiri Pek-ho Totiang.
Tetapi ada beberapa orang imam yang maju menghalangi sambil menghunus senjata mereka membentak: "Jangan coba maju lagi! Berani setapak meninggalkan tempat itu, berarti maut bagimu! Toyamu akan ambil jiwa anjingmu!"
Lim Tiang Hong nampak berdiri alisnya. Selagi hendak buka mulut lagi, Pek Ho Totiang yang sedang duduk bersila mengatur pernapasannya tiba2 membuka matanya dan lantas berkata kepada orang2 yang telah menghunus senjata itu: "Lekas minggir! Aku tak mengijinkan kalian mengacau lagi" Kemudian ia sendiri sudah bangkit berdiri dan kepada Lim Tiang Hong, sambil anggukkan kepala, berkata: "Ada urusan apakah Siauw sicu sampai memerlukan datang ke mari?"
Lim Tiang Hong sambil membalas hormat lantas menjawab: "Aku yang rendah sengaja datang untuk menengoki Totiang sekalian"
Lalu dari dalam sakunya dikeluarnya sebutir pil Soat-som-wan yang lantas diberikan Pek-ho Totiang seraya katanya: "Meskipun urusan disini boleh dikata sudah beres semua, tapi buat hari depan mungkin masih berbuntut panjang, barangkali akan ada lain kejadian. Totiang, lebih baik kau telanlah obat2 Soat-som-wan ini"
Soat-som-wan sebenarnya adalah satu obat mujarab penyembuh segala luka2, dalam maupun luar. Pek-ho Totiangpun mengetahui benar khasiat obat itu, maka lantas disambutinya pemberian itu tanpa2 malu2 dengan kedua targannya sembari mengucapkan terima kasih ber-ulang2, kemudian dibelahnya pil itu menjadi dua buah, separuh dimasukkannya kedalam mulutnya sendiri, sedang separuh yang lain ditelankannya ke mulut Thay-hie Totiang.
Lim Tiang Hong yang merasa telah selesai dengan tugasnya lalu memberi hormat sambil angkat tangan dan kemudian lompat melesat meninggalkan mereka.
(-0odwkzo0-) Bab 23 SETELAH meningalkan Loan-phiauw-kok, Lim Tiang Hong langsung lari menuju ke kota Kui-lim. Pernah sekali ia mendengar dari mulut si Pengemis Mata Satu tentang kelenteng Liong-houw-koan itu. Iapun tahu bahwa kelenteng tersebut tak boleh dianggap remeh. Ho-siu Ciat-liong yang pergi seorang diri, apabila ada kejadian2 menimpa dirinya sebetulnya iapun akan merasa, tak enak. Maka dalam perjalanannya itu, waktu sedetikpun tak berani berlaku ayal.
Menjelang magrib ia telah sampai dalam pintu gerbang kota Kui-lim. Setelah memikir bolak balik ia lalu mengambil keputusan untuk langsung pergi kekelenteng Liong-houw-koan malam itu juga, maka ia lantas mencari rumah penginapan lebih dulu untuk mengaso, pikirnya supaya tengah malam nanti dapat bekerja dengan tenaga cukup.
Selagi seorang diri berada dalam kamar, tiba2 anak muda ini melihat berkelebatnya bayangan merah, ternyata dialah Yong-jie si-gadis cilik bengal yang telah lompat masuk melalui jendela. Dengan ter-buru2 gadis itu sesampai di dalam, terus berkata: "Kongcu lekas. Mari ikut aku. Keadaan terlalu amat mendesak. Si tua bangka Ho-siu Ciat-liong itu sudah terpancing oleh Liong-houw Koancu kejeblos masuk dalam jalanan di bawah tanah kelenteng. Kawanan imam2 jahat kelenteng itu sudah akan pergi meninggalkan sarang mereka sendiri dan selain itu semua orang2 kang-ouw dari berbagai partai dan golongan rupanya telah mengendus juga kalau Liong-houw Koan-cu telah mendapat benda pusaka nyali naga itu, maka pada meluruk datang ke kota ini"
Mendengar itu Lim Tiang Hong lantas ikut Yong-jie keluar kota. tentu keleteng Liong-houw-koan yang menjadi arah tujuan.
Kelenteng Liong-houw-koan disamping sebuah bukit2-an kecil diluar kota Kui-lim. Karena dua orang itu mempunyai ilmu lari pesat yang sudah tiada tara dalam waktu sekejap saja sampailah mereka ketempat yang dituju.
Baru saja Lim Tiang Hong ingin berunding lebih dulu dengan Yong-jie mencari akal masuk secara menggelap ataukah terang2an begitu saja, siapa tahu sgadis binal itu ternyata sudah tak kelihaian mata hidungnya. Tak tahu apakah yang diperbuatnya saat itu, tetapi Lim Tiang Hong segan mencarinya, lantas mengambil tindakan sendiri, lompat menuju ke kelenteng tersebut.
Tidak nyana Lim Tiang Hong baru injak kakinya diatas genting kelenteng, tiba2 terdengar suara ketawa yang agak ganjil kedengarannya yang lalu disusul lagi dengan melayang turunnya beberapa bayangan orang.
Mereka itu adalah kawanan imam. Dengan sikap garang menegur Lim Tiang Hong "Bocah!" seru mereka kasar "Toaya-mu sudah menduga kalau kau akan datang kemari"
Lim Tiang Hong mengawasi kawanan imam dan seorang imam yang bicara tadi. Mereka itu ternyata semuanya pada membawa pedang ditangan kanan dan ditangan kiri mereka pada membawa bendera2 panjang warna kuning seperti juga kawanan imam yang sedang hendak melakukan ibadat.
Kawanan imam itu masing2 mengambil kedudukan sendiri2 mengelilingi Lim Tiang Hong di-tengah2.
Seketika itu orang yang dilingkari berkata dengan nada dingin: "Kalian tak perlu main gila didepan Siaw-ya lekas suruh Lionghouw Koancu menggelinding keluar temui aku"
Satu diantara kawanan imam itu lantas membentak dengan suara keras: "Kau tak perlu banyak tingkah. Liong-houw-koan hari ini boleh jadi tempatmu mengubur diri. Lekas, serahkan nyawamu!"
Setelah berkata, dikibaskan bendera bawaannya dan pedang di tangan kanannya, setelah memperdengarkan suara menggerung dahsyat, lalu menyerang Lim Tiang Hong.
Gerakan itu lalu disasul dengan terdengarnya suara bentakan ber-ulang2 dan berkelebatnya beberapa puluh sinar pedang serta asap hitam yang berhamburan ditengah udara. Itu adalah gerakan kawanan imam itu, yang mengadakan penyerangan bersama.
Sepasang Garuda Putih 3 Duri Bunga Ju Karya Gu Long Pendekar Pedang Sakti 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama