Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta Bagian 1
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seri Dewi Ular-30-Tara Zagita
Tumbal Cemburu Buta
Karya : Tara Zagita
Sumber DJVU : Novo
Editor : Jisokam
Ebook oleh : Dewi KZ
TIRAIKASIH WEBSITE
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
TUMBAL CEMBURU BUTA
oleh Tara Zagita
Serial: Dewi U lar
Gambar sampul oleh Fan Sardy
Penerbit Sinar Matahari, Jakarta
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari penerbit
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
1 Lelaki tua berpakaian serba hitam itu dikenal penduduk
setempat dengan nama panggilan: Mbah Dupa. Badannya
kurus, tingginya sekitar 150 cm. Tergolong pendek.
Kekurusannya membuat tulang pipi bertonjolan. Dengan mata
cekung bersorot tajam, wajah Mbah Dupa tampak angker dan
menyeramkan. Ia bukan saja gemar mengenakan pakaian serba hitam,
tapi juga sering memakai ikat kepala dari kain batik
berdominan warna hitam. Rambutnya yang pendek dan putih
rata itu menunjukkan bahwa ia sudah berusia cukup tua.
Konon, dia pernah mengaku sudah berusia ratusan tahun,
sudah pernah mati tiga kali, dan sekarang ia tampak seperti
berusia 75 tahun.
Sebuah desa pinggiran kota menjadi tempat tinggal Mbah
Dupa. Rumahnya sendiri agak jauh dari tetangga sedesanya,
bahkan lebih berkesan terpencil. Untuk mencapai rumahnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang harus melewati pohon-pohon bambu yang tumbuh
di antara pohon-pohon besar lainnya.
Rumah dari papan itu dibangun di atas gundukan tanah
yang membukit. Di situ tumbuh pula pohon kemenyan yang
berdaun rimbun dan berbatang tinggi. Hampir setiap malam
rumah tersebut selalu menyebarkan bau aroma kemenyan
bakar. Barangkali karena faktor bau kemenyan itulah yang
membuat lelaki tua itu akrab dipanggil dengan nama: Mbah
Dupa. "Kalau kamu mau dapatkan ilmu 'Cakra Buana' kamu harus
dapatkan tujuh gadis yang masih perawan. Kamu harus bisa
merenggut kesuciannya dan menghisap sedikit darahnya.
Darah dari tujuh perawan itulah yang akan bercampur jadi
satu dengan darahmu dan mempunyai kekuatan dahsyat jika
batinmu membaca mantra 'Cakra Buana'. Selama kamu belum
mendapatkan syarat utama itu, jangan harap kamu bisa
menguasai ilmu 'Cakra Buana' yang kau inginkan itu!"
"Apakah tidak ada syarat lain yang bukan itu, Mbah?"
"Tidak ada!" tegas Mbah Dupa kepada muridnya yang
masih muda dengan ketampanan lumayan itu.
"Tapi kamu jangan khawatir. Akan kubantu usahamu itu
dengan memberimu 'Aji Pancar Kusuma' buat menjerat hati
gadis mana pun yang kamu inginkan."
"Terima kasih, Mbah."
"Mendekatlah kemari."
Tidak heran jika Mbah Dupa menginstruksikan begitu
kepada muridnya, sebab dia memang dukun ilmu hitam.
Kekuatan ilmunya di dunia magic cukup dikenal di kalangan
masyarakat penggemar mistik. Ada yang datang kepadanya
sekedar untuk meminta penglaris dagangan, ada yang minta
penyembuhan, ada pula yang sengaja menuntut ilmu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepentingan pribadi masing-masing dengan imbalan yang
berbeda-beda. "Bisa saja kamu menjadi cepat kaya jika. menggunakan
ilmu 'Sumur Kencana', tapi imbalannya harus seimbang."
"Apakah imbalan yang harus saya berikan, Mbah?"
"Kalau kamu sudah kaya raya, kamu harus rela
mengorbankan anakmu setiap satu tahun satu kali. Jika
anakmu habis, kamu harus rela mengorbankan istrimu. Jika
istrimu habis, kamu harus rela mengorbankan dirimu sendiri.
Tapi jika kamu kawin lagi dan punya anak lagi, maka setiap
tahunnya anakmu harus menjadi tumbal kekayaanmu.
Anakmu habis, istrimu lagi yang akan jadi tumbal
kekayaanmu."
"Berarti saya harus cepat-cepat kawin lagi jika segalanya
telah habis, Mbah?"
"Itu langkah yang terbaik kalau tak ingin jiwamu sendiri
yang menjadi tumbal kekayaanmu itu. Apakah kamu sanggup
untuk mengorbankan mereka?"
"Baik. Saya sanggup, Mbah!"
Kepada tamu yang lain, Mbah Dupa berkata, "Kamu
kepingin punya keturunan?"
"Benar, Mbah. Sudah lima belas tahun lamanya saya
berumah tangga, tapi belum dikaruniai anak.. Oleh sebab itu,
saya mohon bantuan Mbah Dupa bagaimana caranya supaya
saya bisa mendapatkan keturunan. Sebab, menurut dokter,
pihak yang mandul bukan suami saya, melainkah saya sendiri,
Mbah. Saya takut kalau suami saya kawin lagi karena saya
dianggap nggak bisa punya keturunan. Maka, bagaimanapun
juga saya selalu berusaha agar bisa punya keturunan."
"Kamu bisa punya keturunan lebih dari sepuluh anak, tetapi
saat anak-anak itu berusia tiga tahun, jiwanya akan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
milikku, dan yang hidup bersama raganya adalah jiwa yang
lain. Apakah kamu keberatan dengan syarat itu?"
"Tidak, Mbah. Saya tidak keberatan. Yang penting saya bisa
punya keturunan dan bisa membuktikan kepada suami
saya.bahwa saya bukan perempuan mandul."
Mbah Dupa menerima tamu bukan hanya kaum lelaki.
Pengikutnya ada yang perempuan, baik sebagai ibu rumah
tangga maupun masih lajang. Syarat yang diberikan oleh
Mbah Dupa terhitung beresiko tinggi, tapi anehnya mereka
selalu menyanggupi syarat tersebut dan berani mengikat
perjanjian dengan dukun ilmu hitam itu.
Seperti halnya pada sore itu, seorang wanita berusia sekitar
34 tahun, datang ke rumah Mbah Dupa dengan menangis.
Dari pakaian dan dari perhiasan yang dikenakan, tampaknya
perempuan itu adalah perempuan dari-golongan ekonomi
kuat. Bahkan mungkin dia adalah seorang wanita karir yang
status sosialnya cukup tinggi.
"Memang kekayaan dan jabatan tidak menjamin kebahagiaan hidup berumah tangga," tahu-tahu Mbah Dupa
berkata begitu. Si perempuan kaya itu agak terkejut. Tapi dia
diam saja,masih sibuk menenangkan tangisnya.
"Manusia hidup tidak cukup berlimpah harta dan derajat
saja. Kedamaian dan kebahagiaan hidup mempunyai beberapa
tempat sendiri-sendiri. Rintangannya pun macam-macam.
Nah, sekarang sebutkan rintangan yang mana yang
menghalangi kebahagiaan hidupmu, Anakku?"
"Suami saya mau kawin lagi, Mbah. Ia tergila-gila dengan
perempuan yang lebih muda dan lebih cantik dari saya."
"Siapa nama perempuan itu?"
"Kumala Dewi, Mbah."
"Lalu, maksudmu bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suami saya tak akan mau memperhatikan saya lagi jika
Kumala Dewi belum mati, Mbah."
"Jadi kamu menghendaki matinya Kumala Dewi?"
"Benar, Mbah. Apakah... apakah itu bisa terjadi, Mbah?"
"Bisa!" jawab Mbah Dupa dengan tegas. "Tapi ada
syaratnya, dan syarat itu cukup berat bagimu!"
"Apa syaratnya, Mbah?"
"Kamu harus mau melayani piaraanku selama tujuh malam.
Setelah itu, biar piaraanku yang kerja. Kamu tinggal
mendengar kabar kematian Kumala Dewi. Paling lambat tiga
hari terhitung dari selesa inya kamu melayani piaraanku!"
"Maksudnya.... maksudnya melayari bagaimana, Mbah?"
'Tidur dengan piaraanku."
Perempuan itu terbungkam beberapa saat, mempertimbangkan tawaran itu.
"Bagaimana" Kamu bersedia " Kalau kamu bersedia,
sekarang pulanglah. Biar nanti ma lam piaraanku datang
padamu dan layanilah dengan baik. tapi jika kamu tidak
sanggup, aku punya pilihan lain."
"Pilihan lain itu apa, Mbah?"
"Kumala Dewi bisa mati sekarang juga, tapi satu tahun
setelah itu kamu menjadi budak para iblis di alam gaib. Nah,
sekarang pilih yang mana. Syarat pertama atau syarat kedua?"
Setelah ditimbang-timbang, perempuan itu menjawab,
"Saya pilih syarat pertama saja, Mbah."
"Baik. Sekarang pulanglah. Nanti malam jika piaraanku
datang, layanilah dia dengan penuh kehangatan. Jangan
kecewakan dia, supaya dia pun tidak mengecewakan dirimu."
"Baik, Mbah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan itu pun segera pulang.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
Sejak dari lobby bandara, Kumala Dewi sudah merasa
diikuti oleh sepasang mata. Kecantikan anak bidadari yang
dibuang ke bumi itu memang sangat mengagumkan, membuat
hampir setiap orang menyempatkan diri menatapnya, baik
secara sembunyi-sembunyi atau. secara terang-terangan.
Anak dewa yang nama aslinya adalah Dewi Ular itu
menganggap pandangan mata mereka adalah hal yang wajar.
Kecantikan dan bentuk tubuh yang sexy namun tidak seronok
itu sangat wajar jika menjadi pusat perhatian umum. Tetapi
sepasang mata yang satu ini agak berbeda dengan yang lain.
Sepasang mata itu milik seorang lelaki berambut pendek,
rapi dan perlente. Ia mengenakan dasi merah berpola putihbiru. Lelaki itu berusia 35 tahun, tapi masih kelihatan muda,
tampan dan gagah. Menurut Kumala, ketampanan lelaki itu
menyamai ketampanan Pandu, si wartawan yang menjadi
kekasihnya tapi sudah beberapa hari ini ada, di luar kota.
Dewi Ular berlagak tidak menghiraukan pandangan mata
lelaki tersebut. .Sesekali ia melirik dengan ekor matanya,
menikmati ketampanan yang cukup menggetarkan hati para
wanita itu. Hanya sebatas itu yang berani dilakukan Kumala.
Peluang apa pun tak diberikan olehnya karena ia tak ingin
lelaki berkulit putih itu menghampirinya lebih dekat lagi.
Namun sangat di luar dugaan, ternyata saat di dalam
pesawat, lelaki itu mempunyai nomor tiket yang bersebelahan
dengan Kumala Dewi. Hati s i cantik beraroma cendana campur
pandan itu setengah mengeluh malu.
"Sial! Akhirnya dia punya alasan untuk mendekatiku!"
gerutu Kumala dalam hatinya. Namun ia tetap bersikap biasa
dan wajar-wajar saja. Bahkan senyum ramah sesekali
dipamerkan kepada pria itu karena alasan yang tepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala sengaja berlagak membaca majalah. Sebelum naik
ke pesawat, ia tadi sempat membeli sebuah majalah wanita
dan sebuah koran terbitan ibukota. Koran itu diletakkan di
atas pangkuannya, sedangkan majalah yang dibaca diletakkan
di atas koran tersebut. Ternyata kedua bahan bacaan itu
dimanfaatkan oleh pria di sampingnya sebagai alasan untuk
mengawali perkenalannya.
"Boleh pinjam korannya?"
"Oo, silakan!"
Mau tak mau Dewi Ular menyerahkan korannya, si pria
menerima dengan senyum kalem. Cukup menawan hati.
Kumala kembali berlagak membaca majalah. Beberapa saat
kemudian si pria berkata lagi dengan sikap sopan dan tidak
menjemukan. "Rupanya Anda salah satu wanita yang sibuk di dunia
bisnis, ya?"
"Dari mana Anda tahu?"
"Koran Anda adalah koran bisnis."
"Kurasa itu bukan patokan. Seorang seniman boleh saja
membaca koran bisnis, bukan" Bahkan seorang polisi pun tak
dilarang membaca koran bisnis."
"Jadi.... Anda bergerak di bidang seni atau di bidang
kepolisian?"
Kumala Dewi tertawa kecil. Suaranya merdu, enak
didengar. "Entahlah aku sendiri nggak tahu, sebenarnya aku ini
bergerak di bidang apa. Kadang aku sendiri suka bingung."
"Yang jelas, Anda pasti wanita karir."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nggak tahu juga deh. Soalnya aku nggak tahu persis. Ada
yang bilang, aku ini wanita karir. Tapi ada juga yang bilang,
aku ini wanita asli. Mana yang betul, aku nggak tahu."
Pria itu tertawa, karena bisa menangkap gaya bercanda
semacam itu. Percakapan se lanjutnya adalah perkenalan yang
rada konyol, sebab Kumala Dewi lebih sering memberi
jawaban tak serius. Namun justru ketidak seriusan itulah yang
membuat si pria menjadi semakin betah ngobrol dengan
Kumala. Pria itu ternyata bernama: Barry Beniton. ia mengaku akrab
dipanggil: Beni, atau Ben saja. Menetap di Jakarta, walau
bukan asli Jakarta.
"Aku berasal dari luar Jawa," katanya tanpa mau
menyebutkan narna kota kelahirannya. "Kau sendiri berasal
Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari mana?"
"Luar angkasa!" jawab Kumala Dewi sambil mengulum
senyum, membuat Beni tertawa geli.
"Jenaka sekali kamu rupanya. Jarang ada gadis secantik
kamu, seramah kamu, tapi bisa sejenaka kamu."
"Ibuku pelawak dan ayahku pemain badut."
Tawa si pria bertambah panjang, namun dengan suara
tetap tertahan, sehingga tak memancing seluruh penumpang
pesawat berpaling ke arahnya. Kumala sendiri tetap tenang,
seakan tak mudah menghem-burkan tawa kecuali senyum.
Kharismanya tetap terpancar, namun justru membuat
kecantikannya semakin anggun, dan semakin menawan hati
Beniton. "Ada bisnis di Y ogyakarta?" tanya Beni.
"Oo, nggak. Kunjunganku ke Yogyakarta ini karena
undangan seorang teman. Dia punya proyek cukup besar, dan
aku diminta ikut membantu menangani proyeknya. Tapi...
rasa-rasanya aku nggak mampu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Proyek apa?"
"Menambal kawah Gunung Merapi!" jawab Kumala konyol
sekali. Ia sengaja sekonyol itu untuk 'ngerjain' Beni. Ternyata
pria itu tertawa lepas dan bersuara keras.
Para penumpang berpaling memandang ke arah Beni,
membuat Beni malu sekali dan buru-buru menutup mulutnya,
menghentikan tawanya. Hanya dia yang kedengaran paling
brisik di antara sekian banyak penumpang pesawat jenis Boing
itu. "Berapa lama rencananya tinggal di Y ogyakarta?"
"Mungkin lusa sudah kembali ke Jakarta," jawab Kumala,
kali ini serius.
"Oo, sama dong. Aku sendiri lusa harus sudah ada di
Jakarta lagi. Mungkinkah kita bisa pulang bersama?"
"Kurasa nggak mungkin," kata Kumala.
"Kenapa nggak mungkin?"
"Kamu mau pulang naik apa?"
"Pesawat juga dong." ,
"Oo, aku naik kereta. Makanya kubilang nggak mungkin."
"Tapi aku.bisa aja pulang naik kereta."
"Aku pasti naik pesawat!" jawab Kumala kembali bernada
canda. Itulah awal mulanya Dewi Ular berkenalan dengan Beniton
yang mengaku seorang akuntan dari sebuah perusahaan
cukup bonafide. Nama perusahaan yang disebutkan Beniton
mudah dikenali oleh Kumala Dewi, sebab pihak perusahaan
Kumala sendiri sering berhubungan dengan pihak perusahaan
Beniton. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada mulanya Kumala menyangka perkenalan itu tidak
akan berlanjut panjang. Tetapi ketika ia meneropong hari
depannya sendiri, ternyata di hari depannya ia melihat
pertemuannya kembali dengan Beniton.
Pertemuan kedua memang terjadi, yaitu sehari sete lah
Kumala membantu temannya yang tinggal di Yogyakarta
untuk menangani masalah gaib. Ternyata Beniton pindah
hotel, dan Kumala ada di hotel itu juga. Mau tak mau mereka
bertemu lagi saat Kumala keluar dari lift yang membawanya
ke lantai lobby.
"Naah, ketemu lagi...!" tegur Beniton dengan gaya supel
dan cerianya. Ia tak jadi masuk ke lift.
Menyempatkan bicara sebentar dengan Kumala. Bahkan
pria itu akhirnya ikut jalan-jalan ke Malioboro, seakan menjadi
pemandu wisata bagi Dewi U lar.
"Dulu aku kuliah di UGM, jadi aku tahu persis tentang kota
ini," kata Beni sambil menyusuri trotoar Malioboro yang
dipenuhi pedagang kaki lima. "Dulu aku sempat punya pacar
asli anak sini. Tapi... putus di tengah jalan."
"Dapat kurasakan hatimu berdebar-debar oleh kenangan
lamamu." "Aku sudah melupakannya. Oh, ya... besok kamu jadi
pulang ke Jakarta?"
"Jadi. Kenapa?"
"Kita barengan aja, ya" Keberatan nggak?"
Kumala hanya tersenyum, bingung memberikan jawaban.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
2 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kesan indah melekat kuat di hati Beni. Wajah super cantik
dan kepribadian yang menawan telah membuat jiwa Beni
melayang-layang di antara bunga-bunga asmara. Dalam waktu
singkat benak Beni terisi penuh oleh gambar wajah Kumala
Dewi yang membuatnya terbuai dan lupa segalanya,
"Hallo, Kumala...?"
"Ya, ada apa, Ben?"
"Sudah makan siang?"
"Belum. Aku masih sibuk."
"Satu. jam lagi bisa keluar sebentar" Kutunggu di tempat
yang kemarin, ya" Aku juga belum makan siang nih."
"Sebaiknya kamu makan dulu deh. Jangan nungguin aku."
"Nggak bisa. Aku harus makan siang denganmu, Kumala."
"Nanti kamu terlambat makan. Masuk angin."
"Biarin. Lebih baik masuk angin daripada makan sendirian
tanpa kamu."
Kumala Dewi menghela napas dalam-dalam. "Baiklah.'
Tunggu aku satu jam lagi," kata Kumala. Setelah itu telepon
pun ditutup. Hal Seperti itu terjadi berulang-ulang, semacam rutinitas
yang tak disangka-sangka datangnya. Setiap siang, Kumala
selalu makan siang bersama Beni. Kadang ia dijemput oleh
Beni ke kantornya, kadang pula Beni menunggu di suatu
tempat yang sudah pernah dikunjungi mereka berdua.
Kebiasaan itu membuat Kumala menjadi tak enak hati. la
tahu maksud hati Beni. Kumala ingin menghindar, tapi hatinya
tak tega. Beni selalu bersikap baik, dan tak pernah kurang
ajar. Sikapnya menyenangkan. Hal itulah yang membuat
Kumala sulit menolak ajakan makan siang Beni. Anehnya,
hanya setiap siang saja Beni selalu ingin bertemu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala. Malam hari pria itu jarang mengajak pergi Kumala
dengan alasan apa pun.
"Terus terang, aku suka lihat wajahmu. Aku selalu ingin
memandang kecantikanmu walau hanya beberapa saat. Sehari
saja aku nggak lihat kamu, pikiranku kacau, hariku gelisah
terus, dan nggak punya ketenangan sedikit pun. Aku sendiri
nggak tahu kenapa aku jadi begini," kata Beni dalam acara
makan Siang di suatu hari.
"Aku sudah punya pacar sendiri, Ben."
"Aku sudah menduga begitu. Tapi... selama kamu masih
mau menemaniku makan siang bagiku itu sudah cukup.
Kadang memang aku ingin lebih dari sekedar makan siang.
Misalnya jalan-jalan di malam hari atau shopping di plaza. Tapi
keinginan itu kubantai sendiri, mengingat kamu sendiri belum
tentu punya keinginan seperti itu. Aku malu jika sampai
tawaranku itu kamu tolak. Aku akan kecewa sekali. Oleh
karenanya, aku nggak mau coba-coba mengajakmu jalan-jalan
di malam hari."
Dewi Ular tersenyum, hatinya dibayang-bayangi rasa iba
mendengar pengakuan yang jujur itu. Teropong batinnya
digunakan, dan ia menemukan kesamaan batin dengan
ucapan Beni tadi. Memang kenyataannya begitu.
Hati Kumala sendiri belakangan ini dihinggapi keresahan
yang kadang menjengkelkan. Sudah beberapa hari ini Pandu
tidak meneleponnya. Walaupun Kumala tahu Pandu sedang
repot dengan bisnis barunya di Batam, tapi biasanya sehari
satu kali ia menelepon Kumala. Sekarang sudah hampir satu
minggu Pandu tak meneleponnya. Kumala jadi jengkel, karena
rindunya tak terobati oleh suara Pandu.
Kehadiran Beni merupakan satu-satunya hiburan kecil bagi
hati Kumala. Pria itu sendiri sebenarnya juga enak diajak
bicara. Tidak menjemukan. Karenanya, manakala anak
bidadari itu makan siang bersama Beni, keresahan hatinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa terobati dan kecemasannya akan diri Pandu pun
terlupakan untuk sesaat.
Kadang jika di rumah, Kumala sering menerima telepon dari
Beni. Percakapan di telepon pada malam hari merupakan
penghibur tersendiri bagi hati Kumala. Tanpa terasa
percakapan dan kebiasaan tersebut telah membuat hubungannya dengan Beni makin hari semakin akrab. Namun
sejauh itu, Beni masih belum tahu bahwa Kumala adalah
paranormal cantik atau anak dewa yang mempunyai kekuatan
supranatural cukup tinggi.
"Kumala...," ujar Beni dalam teleponnya, "... malam ini aku
resah sekali. Nggak, bisa tidur dari tadi."
"Kenapa resah" Mikirin kerjaan kantor, ya?"
"Bukan. Aku... aku ingin sekali bertemu denganmu malam
ini. Hanya bertemu saja." Memandangmu dari jauh pun
nggak, apa-apa. Yang penting asal aku sudah lihat, wajahmu,
sudah cukup puas bagiku. Mungkin aku dapat tidur dengan
nyenyak." Kumala sengaja tertawa kecil, "Kamu ini kayak anak kecil
aja, Ben. Kayak anak ABG yang baru menginjak masa puber."
"Iya sih. Nggak tahu kenapa aku kok jadi begini, ya?"
"Buang bayanganku di matamu. Jangan pikirkan diriku.
Membacalah apa yang bisa kau baca, biar keresahanmu
hilang," "Nggak bisa, Kumala. Sudah kulakukan dengan cara apa
pun. Bahkan sampai aku memutar film dari laser disc, tapi
ternyata wajahmu tetap melekat dalam benakku. Sulit sekali
kuhilangkan dengan cara apa pun."
"Bukankah kamu sudah punya teman tidur?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beni diam. Ia berkerut dahi. "Dari mana dia tahu aku sudah
punya teman tidur" Aku nggak pernah bilang padanya tentang
keberadaan Neni," pikir Beni saat itu.
'Teman tidur siapa maksudmu, Kumala?" Beni berlagak
pilon. "Yaah... tentunya seorang wanita cantik yang selama ini
hidup bersamamu. Bukankah dia cukup cantik dan sexy"
Tubuhnya sintal, berdada sekal, gairahnya selalu membara
Jika berada di sampingmu. Mengapa pikiranmu nggak kamu
alihkan padanya saja" Malam ini ia butuh belaian kasih
sayangmu. Ia menunggu cumbuan hangatmu, Beni. Lihatlah...
dia sudah mengenakan gaun tidur merah jambu yang tipis dan
transparan. Itu pertanda dia sedang menunggu reaksi
asmaramu, Beni. Dekatilah dia dan sapalah dengan kecupan
lembutmu."
"Kumala... dari mana kau tahu semua itu" Dari mana kau
tahu kalau malam ini Neni mengenakan gaun tidur tipis warna
merah jambu?" tanya Beni bernada terheran-heran. Tapi
jawaban yang keluar dari mulut Kurnala hanya sebaris tawa.
bernada desah. Suara tawa itu makin membuat Beni berdebardebar diliputi kegelisahan dan harapan ingin, bertemu dengan
paranormal cantik itu.
"Ben, sekarang sudah hampir pukul dua belas tengah
malam. Besok kita harus kerja lagi. Aku ingin istirahat dulu,
ya?" "Kumala... bolehkah aku menciummu lewat telepon ini?"
Kumala semakin geli mendengarnya. "Jawablah, Mala...!
Aku ingin menciummu melalui telepon ini. Bolehkah?"
Terdengar suara Kumala menjawab dengan sedikit parau,
"Lakukan, asal jangan terlihat oleh Neni-mu."
Hati Kumala berkata, "Biarin aja. Cuma lewat telefon aja!
Toh bibirnya nggak menyentuh bibirku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di kamarnya, Kumala tertawa cekikikan setelah selesa i
bicara dengan Beni. Benaknya pun menerawang pada seraut
wajah tampan milik Barry Beniton. Kumala mengakui sangat
suka dengan wajah tampan seperti itu. Tidak terlalu imutimut, namun juga tidak tampak jantan sekali. Sedang-sedang
saja. Dan wajah seperti itu. adalah wajah yang tidak
membosankan. Pandu juga mempunyai wajah seperti itu. Karenanya,
Kumala suka pada Pandu dan sering menikmati wajah Pandu
secara terang-terangan.
"Beni jatuh cinta padaku. Aku harus bagaimana kalau
begini, ya" Pandu nggak ada kabarnya, sementara Beni makin
mendekat. Aah... lupakan saja tentang Beni. Dia sudah punya
Neni!" Dewi Ular yang masih muda, berusia sekitar 24 tahun,
ternyata tahu hubungan Neni dengan Beniton adalah
hubungan tak resmi, tapi Kumala tak ingin mengganggu
kebersamaan yang sudah mereka bina selama hampir satu
tahun itu. "Aku takut hanyut terlalu dalam bersama Beni. Aku nggak
akan bisa keluar dari pusaran arus asmara jika terlena oleh
ketampanan dan keromantisan Beni."
Menurutnya, Beni adalah type pria romantis. Dari caranya
bicara dan bersikap di depan Kumala, tampak jelas karakter
hati lelaki itu. Kumala berusaha untuk tidak terlena dalam
keromantisan yang ada pada Beni. Tapi dapatkah Beni
menghindari daya pikat Kumala yang terpancar sepanjang hari
itu" (Oo-dwkz-234-nv-oO)
Neni sendiri sebenarnya type perempuan Bangkok. Artinya,
selain berwajah cantik, bermata sedikit lebar berkesan galak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ranjang, ia juga bertubuh tinggi, sintal, sekal dan penuh
selera. Rambutnya bergelombang, lebat, sebatas lewat bahu.
Kulitnya kuning, langsat, sedikit berbulu pada bagian sekitar
lengan dan betisnya. Pria mana pun jika melihatnya akan
langsung terbakar gairahnya.
Wajar jika Neni sempat menjadi bahan rebutan dua lelaki
pada saat ia masih menjadi wanita panggilan. Pada akhirnya
perempuan berhidung mancung dan berbibir tebal sensual itu
jatuh dalam pelukan Beni karena terbuai oleh keromantisan si
Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akuntan muda itu.
Sayangnya pihak keluarga Beni menentang rencana
pernikahan mereka. Sanak saudara dari Beni mendapat
informasi dari mulut usil teman Beni sendiri, sehingga mereka
tahu bahwa Neni bukan wanita baik-baik.
"Kalau kamu sampai kawin dengan perempuan nakal itu,
lebih baik jangan lagi ada namamu dalam daftar keluarga kita.
Keluarga kita adalah keluarga terhormat. Merupakan aib yang
besar sekali jika kamu sampai menikah dengan perempuan
malam! Mau ditaruh di mana muka Mama ini, Ben"!"
Beni takut menentang keputusan mamanya. Tapi ia juga
tak ingin kehilangan 'surga'-nya. Akhirnya Beni membeli
rumah mungil di pinggiran kota. la tinggal di rumah mungilnya
itu bersama Neni, hidup- serumah tanpa nikah, Selayaknya
suami-istri yang saling membutuhkan kasih sayang dan
kemesraan. Neni menganggap Beni adalah suaminya, dan Beni
menganggap Neni adalah istrinya. Hubungan tak resmi itu
sudah berlangsung selama sebelas bulan.
"Neni mencintaimu hanya karena mengincar uangmu saja,
Beri," tutur seorang teman. "Kalau uangmu sudah ludes, aku
yakin dia akan kabur dengan lelaki lain. Sekarang memang
belum. Sekarang dia masih kelihatan setia dan sayang
kepadamu. Apalagi sekarang bisnis sarnpinganmu maju pesat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan keberuntunganmu bertambah banyak, sudah pasti rasa
cinta Neni semakin bertambah besar pula. Tapi kalau
semuanya itu sudah terkuras habis dan berpindah ke
tangannya, maka tak ada kata cinta lagi di hati Neni. Kau akan
dibuang begitu saja, tak peduli apakah kau akan patah hati
atau bunuh diri. Itulah Neni!"
"Jangan menilai orang dari s isi negatifnya saja," Beni cobacoba menyangkal pendapat temannya itu.
"Dulu memang dia begitu, karena memang dulu dia
mencari uang. Sekarang Neni mencari kasih sayang, bukan
uang. Dan ia menemukan kasih sayang dambaannya itu pada
diriku. Nggak mungkin Neni meninggalkan diriku, sebab apa
yang dicarinya selama ini sudah ada pada diriku."
"Hmmmh...," sang teman mencibir. "Kita lihat saja nanti."
Beni hanya angkat bahu, seakan ingin menunjukkan:
keyakinannya tentang kesetiaan Neni. Sekalipun lebih dari lima
teman mempunyai penilaian negatif kepada Neni, Beni tetap
tak pedulikan penilaian tersebut, la merasa jauh lebih tahu
pribadi Neni ketimbang teman-temannya itu.
Suatu sore, ketika Beni pulang dari kantor, ia melihat
sebatang puntung rokok di asbak ruang tamu. Puntung rokok
itu bukan dari rokoknya Neni. Puntung rokok itu adalah
puntung rokok seorang lelaki, karena dari jenis rokok kretek.
Beni diam saja, berlagak tak menghiraukan hal itu. Kecurigaan
tetap dipendam dalam hati.
"Tadi ada tamu, ya Nen?"
"Nggak ada tuh," jawab Neni dengan tenang.
"Mungkin tukang listrik atau petugas dari kelurahan?"
"Nggak ada! Tanya deh sama Mak Ipah sana kalau kamu
nggak percaya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oo, ya sudah kalau nggak ada tamu. Soalnya kemarin
katanya tukang listrik mau datang buat betulin shaklar yang
rusak itu."
"Kalau ada tamu kenapa mesti kubilang nggak ada sih"
Buat apa aku bohongi kamu. Masih nggak percaya dengan
kesungguhan hatiku, ya?"
"Tentu saja aku percaya, Sayang," jawab Beni sambil
menyunggingkan senyum dan merangkul istrinya dari
belakang. Sang istri tetap sibuk memoleskan bedak di wajah
cantiknya itu. Sebenarnya Beni ingin menanyakan tentang puntung rokok
di ruang tamu, tapi menurutnya hal itu hanya akan
memancing pertengkaran saja. Beni ma las jika pulang kantor
harus bertengkar dengan istri, oleh sebab itu dia tidak jadi
membicarakan soal puntung rokok.
"Kalau benar nggak ada tamu, lalu puntung rokok itu milik
siapa?" ujarnya dalam hati. "Neni nggak suka rokok kretek.
Dia pasti akan batuk-batuk jika menghisap rokok kretek duatiga kali hisapan saja. Hmmm..,. Kurasa Neni mulai mau main
kucing-kucingan denganku. Pasti ada nama seorang lelaki
yang dirahasiakan di depanku. Aah.. persetanlah dengan
tingkahnya. Kalau memang dia berbuat macam-macam di
belakangku, kutinggalkan saja dia. Toh di antara aku dan dia
belum punya ikatan formal."
Mulai saat itu, perhatian Beni kepada Neni mulai berkurang.
Lebih-lebih setelah Beni berkenalan dengan Kumala Dewi,
perhatian kepada Neni menjadi semakin berkurang. Yang ada
di benak Beni bukan Neni lagi, melainkan Kumala Dewi.
"Sudah beberapa malam ini kamu seperti pria impoten! Ada
apa sebenarnya, Ben?"
"Aku capek. Terlalu banyak beban pikiran membuat
seorang pria kehilangan gairah cintanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi aku sering melihatmu termenung sendirian. Kadang
kalau sedang bicara denganku, kau suka melamun secara tibatiba. Kayaknya itu nggak wajar deh, Ben."
"Otakmu aja yang nggak wajar!" Beni bersungut-sungut
"Kamu pasti sedang memikirkan wanita lain."
"Kata siapa...?" Beni menimpali dengan malas malasan.
"Ngaku aja deh! Kamu lagi kasmaran dengan seorang
perempuan yang baru kau kenal, kan?" desak Neni, tapi Beni
justru sewot dan marah-marah.
Malamnya, Beni mengigau. Mulutnya menyebutkan nama
Kumala Dewi. Hal itu membuat Neni menjadi berang, dan
pertengkaran pun tak dihindari.
"Iya. Memang aku sekarang sedang kasmaran dengan
Kumala Dewi, Mau apa kamu, hah"!" tantang Beni.
"Kenalkan aku dengannya!"
"Nggak perlu! Itu bukan urusanmu!"
"Tapi dia harus tahu kalau kau sudah menjadi milikku!"
"Sejak kapan kau memiliki aku"!" sanggah Beni dengan
ketus sekali. "Kalau kau bisa selingkuh dengan lelaki lain,
kenapa aku nggak bisa selingkuh dengan perempuan lain"
Pasti bisa!"
"Lelaki s iapa sih"! Lelaki s iapa maksudmu itu"!"
"Mana kutahu, karena kau nggak berani terus terang
padaku! Tapi aku tahu kau punya hubungan gelap dengan
seorang lelaki. Dia pernah datang kemari dan meninggalkan
sebatang rokok di meja tamu!"
"Itu tuduhan buta! Picik!"
"Masa' bodoh kamu mau bilang apa! Yang penting, jangan
ganggu hubunganku dengan Kumala Dewi. Titik!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Neni marah sekali. Ia mencari informasi lewat teman-teman
Beni tentang perempuan bernama Kumala Dewi, tapi tak
seorang pun ada yang mengetahui tentang Kumala Dewi.Sikap
Neni itu semakin memuakkan bagi Beniton,membuat Beniton
kian dingin terhadapnya.
Tak ada jalan lain yang lebih menyenangkan bagi Neni
kecuali menyingkirkan wanita bernama Kumala Dewi. Untuk
melenyapkan Kumala Dewi, ia harus meminta bantuan Mbah
Dupa, yang dikenalnya sebagai dukun ilmu hitam yang sangat
ampuh. Neni mengenal Mbah Dupa sejak ia masih menjadi wanita
panggilan. Ia pernah diberi penglaris yang ditebus dengan
menyerahkan sejumlah uang serta seekor burung dara.
Ternyata penglaris itu sangat mujarab, 'dagangannya' paling
laris di antara wanita seprofesi dengannya.
Kehebatan ilmu hitam Mbah Dupa tak disangsikan lagi oleh
Neni. Tetapi kali ini bantuan yang diinginkan mempunyai
tebusan versi lain. Bukan sejumlah uang dan seekor burungdara lagi, melainkan sejumlah kehangatan yang harus rela
diberikan kepada piaraan Mbah Dupa.
Pada prinsipnya, Neni rela memberikan kehangatan
tubuhnya asal Kumala Dewi dapat disingkirkan. Dengan
tewasnya Kumala Dewi, maka ia yakin akan dapat merebut
perhatian Beni kembali, dan membuat pria itu bergantung
kemesraan padanya.
Namun dalam hati Neni sebenarnya bertanya-tanya, "Siapa
piaraan Mbah Dupa sebenarnya?"
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
3 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang pemuda datang ke rumah Neni sekitar pukul
sembilan malam. Waktu itu, Beni belum pulang. Mungkin juga
Beni tidak pulang, sebab tadi siang dia sempat menelepon
Neni dan mengatakan akan berangkat ke Medan untuk urusan
bisnis sampingannya.
"Itu kalau Pak Purba nggak repot. Tapi kalau Pak Purba ada
acara, terpaksa keberangkatan ditunda esok siang," kata Beni
dalam teleponnya.
"Kamu ke Medan bersama Pak Purba atau bersama
Kumala?" "Pikir saja sendiri! "jawab Beni dengan ketus, lalu menutup
teleponnya. Neni yakin, Beni jadi berangkat ke Medan. Karena sudah
pukul sembilan pria itu tak meneleponnya dan belum sampai
rumah, berarti memang jadi berangkat ke Medan. Maka ketika
seorang pemuda bercambang tipis datang bertamu di malam
itu, Neni tak merasa cemas " sedikit pun. Ia hanya merasa
heran karena pemuda berkulit sawo matang itu sudah
mengetahui namanya, sementara Neni merasa belum tahu
siapa nama pemuda itu.
"Namaku.... Moyang.''
Neni bertambah heran. "Moyang..." Rasa-rasanya aku
belum pernah punya kenalan yang bernama Moyang."
"Karena memang kita baru kali ini bertemu," jawab pemuda
bermata dingin itu. "Aku kemari karena diutus oleh Mbah
Dupa." "Oooooo..,," Neni baru paham dan manggut-manggut.
Senyumnya mekar, dengan ramah untuk menyenangkan hati
tamunya. Pada saat itu sebenarnya bulu kuduk Neni sempat
merinding, karena merasa takut menatap sepasang mata
dingin milik Moyang. Hanya saja, karena Moyang punya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah, lumayan, berkesan jantan dan bertubuh atletis, maka
rasa takut Neni pun segera berkurang. Ia sangat suka dengan
type lelaki bertubuh atletis dan berkesan jantan.
"Apakah ada pesan dari Mbah Dupa yang harus kau
sampaikan padaku, Moyang?"
"Ada. Pesan itu adalah pesan untuk menghabisi nyawa
seorang wanita yang bernama Kumala Dewi."
"O, ya... benar! Aku benci sekali pada perempuan itu!
Habisi saja dia, biar nggak mengganggu rumah tanggaku
dengan Beni" Neni bernada menggeram, menampakkan
kebenciannya kepada Kumala.
Moyang tersenyum datar. Senyum dan matanya yang
dingin meyakinkan sekali bahwa ia adalah seorang pembunuh
berdarah dingin. Neni merasa tak sangsi lagi dengan
kemampuan Moyang. Ia percaya Moyang dapat menghabisi
nyawa Kumala Dewi dengan cara apa pun.
"Yang penting kelihatan rapi dan jangan menimbulkan
kecurigaan. Jadi aku nggak dicurigai oleh suamiku."
"Itu soal mudah," kata Moyang dengan tegas. "Kau punya
fotonya?" "Foto..."! Ooh, aku nggak punya fotonya. Aku sendiri belum
pernah melihat seperti apa wajah Kumala Dewi itu."
"Sayang sekali. Tapi tak apalah...."
"Eh, tapi tunggu dulu... kucoba mencarinya di laci meja
kerja suamiku.. Siapa tahu dia menyimpan foto Kumala Dewi.
Hrnmm, eeh... ikutlah aku, Moyang. Kita kerjain aja
perempuan itu dari kamar, supaya pelayanku nggak lihat."
Moyang tak keberatan sedikit pun: Ia melangkah mengikuti
Neni masuk ke kamar tidur. Kamar itu cukup luas, sehingga
sering dijadikan ruang kerja bagi Beni. Selain ada meja kerja
dan komputer, kamar itu juga dilengkapi dengan beberapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
fasilitas elektronik dan sebuah rak buku setinggi satu setengah
meter. Moyang membantu mencari di sekitar buku-buku akutansi
itu. Neni menggeledah laci dan lemari pakaiannya. Tapi tak
selembar foto perempuan yang ditemukannya.
"Apakah ini foto Kumala?" tanya Moyang sambil
menunjukkan selembar foto yang diperolehnya dari bawah
meja komputer. "Bukan. Itu.foto adik perempuannya."
"Kalau begitu dia memang tidak menyimpan foto Kumala
Dewi," kata Moyang dengan nada masih berkesan datar. Ia
duduk di sofa kecil tak jauh dari rak buku. Neni un
mengheritikan penggeledahannya Ia ikut duduk di sofa
tersebut dengan wajah murung, karena kecewa tak
mendapatkan foto Kumala.
"Lantas bagaimana kalau, nggak ada foto Kumala Dewi?"
"Dengan cara lain," jawab Moyang, sambil matanya
memandangi seluruh ruangan.
"Itu foto siapa?" Moyang menuding ke arah dinding tak
jauh dari ranjang Di sana ada foto berbingkai coklat mengkilap
dalam ukuran sedang.
"Ooh, itu fotoku sendiri," sambil Neni tersenyum malu,
karena foto itu adalah foto dirinya dalam keadaan setengah
bugil. Moyang mendekati, memperhatikan lebih jelas lagi. Neni
ikut mendekat dengan masih tersipu-sipu. Ia duduk di tepi
ranjang sambil melepas tawa kecilnya.
"Jangan dipandangi begitu, ah. Aku malu."
"Cukup menggairahkan!" Moyang memberi komentar
sambil melepaskan pandangannya dari foto tersebut. Ia
berpaling menatap Neni sambil berkata datar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku suka lihat foto seperti itu."
Tatapan mata itu menggetarkan hati Neni yang berkata
pelan, "Aku punya beberapa foto seperti itu, tapi... tapi
memalukan sekali kalau dilihat."
Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mungkin lebih baik melihat aslinya,ya?"
"Iih, kamu...!" Neni makin cekikikan, buang muka untuk
sembunyikan rona merah di wajahnya.
Moyang duduk di samping Neni. Bulu kuduk Neni
merinding, hatinya berdebar-debar indah.
Tiba-tiba hujan turun tanpa diduga-duga. Breeesss...! Angin
bertiup kencang. Gemuruh suara hujan seperti irama aneh
yang menyeret hati ke lembah asmara. Benak Neni dibayangbayangi khayalan, bercumbu, membuat hatinya menuntut
kemesraan hingga jantungnya berdetak-detak sangat kuat.
"Pandangan matanya aneh sekali. Sangat membakar
gairahku," pikir Neni ketika ia mencoba menatap Moyang.
"Baru satu kali datang kemari sudah turun hujan deras
begini. Sial amat aku ini, ya?"
"Itu menandakan kamu nggak boleh pulang. Pulang besok
saja." "Apa yang kudapatkan kalau aku pulang besok siang?"
"Terserah, apa yang kau inginkan dari-ku?"
"Kehangatan," jawab Moyang tanpa ragu-ragu lagi. Neni
makin tersipu malu, tapi hatinya bertambah girang dan
dadanya bergemuruh seakan darahnya mengalir dengan
deras. "Kamu keberatan, Neni?"
Perempuan itu mengangkat wajahnya yang tertunduk
dengan pelan-pelan. Kini ia beradu pandang dengan Moyang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senyumnya masih mengembang penuh daya pikat yang
menggemaskan. "Kalau kau keberatan, aku tak akan memaksa. Aku bersedia
pulang sekarang juga."
"Jangan pulang!" kata Neni sambil menggenggam tangan
Moyang. "Udara dingin sekali! Aku juga butuh kehangatan
Berikan yang paling hangat untukku, Moyang.. .," sambil mata
Neni mulai menjadi sayu. Senyumnya memancing gairah nakal
Tangan Moyang ditempelkan di dadanya.
Tangan itu akhirnya bergerak dengan sendirinya dan
menyelusup ke dalam.Tangan Moyang mengusap lembut dan
lama-lama mulai meremas dengan bergairah. Neni memejamkan mata samar-samar. Meresapi sentuhan hangat
itu. Suara napasnya terdengar mendesis ketika tangan
Moyang yang satunya lagi merayap di pahanya.
"Sssssh, aahhh.... Hhhhmmmmhh...." Neni menggelinjang
sambil menggigit bibirnya sendiri. Karena saat itu ia
merasakan tangan Moyang menyentuh kulit pahanya yang
putih dan halus.
Moyang semakin berani. Ia mendaratkan kecupan bibirnya
di leher Neni. Kecupan itu memagut-magut dengan cepat,
semakin membakar gairah Neni.
"Aauuuuhhh...! Oooh, nikmat sekali, Moyang...," ucap Neni
mendesah sambil meremas pundak Moyang. Ia membiarkan
lehernya digigit pelan oleh pemuda itu. Ia justru merasa kian
membara, sehingga perlawanan balasan pun dilakukan oleh
Neni. Pemuda itu diraih wajahnya dengan kedua tangan,
kemudian bibir si pemuda dikecup dan dilumatnya dengan
ganas pula. Ranjang pun menjadi arena keganasan gairah Moyang.
Sekujur tubuh Neni disambar habis oleh kecupan bibir
Moyang. Perempuan itu melawan, memberi balasan yang tak
kalah ganasnya.Neni sengaja mendorong dada Moyang. Pria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu jatuh telentang, Neni menyergapnya dengan debar-debar
kegirangan yang menggetarkan tubuh. Setelah mengganaskan
bibir dan lidahnya di sekujur tubuh Moyang, Neni pun
mengambil inisiatif untuk mengawali pelayaran cintanya.
Perahu mengarungi lautan cinta. Moyang memeluk tubuh
Neni, sementara kedua tangan Neni juga memeluk tubuh
Moyang erat-erat. Hujan semakin deras. Suara bisik
kemesraan Neni diredam oleh suara gemuruh hujan yang
bercampur angin membadai itu.
Moyang mengamuk mengeluarkan suara menggeram dan
menyentak-nyentak. Ia tak mau berhenti sedikit pun walaupun
Neni mulai menjerit karena sakit. Keringat Moyang
bercucuran, dan keringat itu ternyata berbau amis.
Neni mencoba bertahan memberikan kemesraan yang
diharapkan Moyang. Matanya dipejamkan kuat-kuat dengan
tubuh terguncang-guncang. Tapi makin lama ia merasa
sekujur tubuhnya semakin sakit. Makin lama pula ia mencium
bau amis yang sangat tak enak.
Manakala mata Neni terbuka untuk memohon istirahat
sebentar, Neni menjerit keras-keras dengan sentakan suara
kagetnya. Yang ada di atasnya bukan lagi pemuda bercambang tipis
dan berkesan jantan., Yang ada di atasnya adalah sosok
makhluk berkulit hitam licin, bertubuh tinggi besar dan
bermata merah. Rambutnya meriap-riap sepanjang punggung.
Alisnya lebat sekali. Giginya besar dan runcing menyeramkan.
''Gggggaaaow...! Ggggaaaaoodw...!"
Makhluk yang tangannya besar dan berbulu itu menggeram
menyeramkan. Neni tak mampu lagi melontarkan jeritannya.
Semua napas bagaikan menyumbat kerongkongannya. Rasa
takut membuatnya tak bertenaga sedikit pun. Makhluk hitam
berkuku tajam itu mencengkeram dada Neni, meremas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ganas dan liar. Beberapa kuku tajamnya menggores
kulit dada Neni hingga berdarah.
"Ggrrraaaaaaaawww...!!!"
Makhluk itu memekik keras-keras. Suaranya membuat
benda-benda di sekitar ranjang bergetar, bahkan kaca jendela
pun berderak dan menjadi retak. Keadaan di sekitar kamar
Neni seperti terjadi gempa
Tubuh Neni tersentak dan menjadi kejang. Mata Neni
mendelik tanpa bisa berkedip untuk beberapa detik. Neni
shock, perasaannya bercampur aduk antara kaget, takut serta
rasa sakit yang luar biasa membuat ia tak bisa berbuat apaapa. Neni pasrah ia menerima saja, apa yang hendak
dilakukan oleh makhluk menyeramkan itu. Ia seperti diterjang
banjir besar yang arusnya sangat deras. Sekujur tubuhnya
menjadi panas. Dan setelah terjangan banjir besar itu
berhenti, Neni terkulai lemas tak sadarkan diri. Ia pingsan
sampai menjelang subuh datang.
Saat siuman, ia rasakan sekujur tubuhnya sakit semua.
Tulang-tulangnya seperti remuk, terutama tulang pinggul dan
tulang punggungnya. Bergerak sedikit saja sakitnya bukan
main. Neni menyeringai dalam tangis ketakutannya.
Sekalipun makhluk tinggi besar dan hitam itu sudah tidak
tampak lagi di sekitarnya, namun bayangan menyeramkan
masih mengikutinya dan membuatnya menangis dengan suara
serak. Tak ada bagian tubuh yang tak sakit. Luka-luka akibat
goresan kuku tampak jelas di sekitar paha dan dadanya.
Bahkan di bagian pundak kiri terdapat luka bekas gigitan.
Perih sekali rasanya. Seluruh tulangnya sakit, sedangkan di
sekujur tubuhnya perih akibat goresan kuku. Sepertinya
penderitaan Neni benar-benar sudah lengkap.
Menderita sekali Neni pada malam itu. Ia ingin mengadu,
tapi tak tahu harus mengadu kepada siapa. Sementara itu, ia
pun memandang tegang ke bagian bawahnya yang tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdarah dan darah itu sudah mulai menjadi lembab. Seprai
panjang yang berantakan itu terkena percikan darah sehingga
tampak lebih mengerikan lagi.
"Ooh, sakit...!" ratap Neni dalam tangisnya "Aku tak
sanggup jika harus me layani makhluk itu lagi. Tapi... tapi
benarkah ia yang dimaksud sebagai piaraan Mbah Dupa itu"!
Benarkah makhluk mengerikan itu yang akan menghabisi
nyawa Kumala Dewi"! Oouh... lalu bagaimana dengan nasibku
jika aku harus melayani makhluk itu selama, tujuh malam
berturut-turut"! Apakah setimpal semua pengorbananku ini
dengan hasil yang akan kudapat nanti"! Mengapa mahal sekali
bayaran yang harus aku berikan untuk menghabisi nyawa
Kumala Dewi"!"
Neni baru sadar bahwa ia telah mengikat perjanjian dengan
setan yang mengerikkan. Repotnya, perjanjian itu tak mungkin
dibatalkan. Ia harus menebus syaratnya lebih dulu, baru
memperoleh hasil yang diinginkan.
"Sudah terlanjut parah keadaanku. Kalau aku mundur,
alangkah sia-sianya pengorbananku malam ini. Mau nggak
mau harus kulayani sampai tujuh kali. Aku harus kuat, aku
harus sanggup guna terwujudnya cita-citaku yaitu menyingkirkan Kumala Dewi. Tapi... ooh, mungkinkah aku
masih bisa hidup jika melayani makhluk sebuas itu selama
tujuh kali?"
Neni meratap sendiri di sela tangisnya.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
4 Ternyata Beni bukan hanya pergi ke Medan. Bossnya, Pak
Purba, mengajaknya sekalian ke Singapura. Urusan bisnis di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sana sampai beberapa hari lamanya. Namun Beni tetap
memberi tahu Neni perihal keterlambatannya pulang itu.
Hanya saja, pemberitahuan terhadap Neni dilakukan nomor
dua. Yang pertama dilakukan Beni adalah memberitahukan
keterlambatan pulangnya kepada Kumala Dewi melalui telepon
kantor. "Aku belum bisa pulang, Kumala. Pak Purba mengajakku
langsung ke Singapura"
"Selesaikan tugasmu dengan baik, Ben. Jangan punya
pikiran yang bukan-bukan. Aku di s ini baik-baik saja."
"Tapi aku nggak bisa makan siang bersamamu, Kumala."
"Masih ada siang di hari nanti, bukan?"
"Kamu nggak kecewa, kan?"
"Aku nggak pernah kecewa untuk hai seperti itu, Ben."
Dalam hatinya Kumala tertawa sendiri. "Aneh sekali
caranya menunjukkan rasa cinta. Padahal dia nggak pernah
bilang jatuh cinta padaku, tapi selalu merasa takut
mengecewakan diriku. Hmmm... kurasa sikap seperti itu hanya
semusim saja. Semasa cintanya baru tumbuh, ia akan bersikap
seperti itu. Tapi kalau sudah lama cinta itu tumbuh dan
berkembang, maka sikap seperti itu akan semakin berkurang.
Aah, sebaiknya aku nggak perlu berpikir terlalu dalam tentang
dia." Selama Beni ke luar kota, ia selalu menghubungi Kumala.
Setiap hari, terutama pada jam-jam makan siang, hand-phone
Kumala selalu berdering dan Benilah peneleponnya.
"Kamu sedang apa, Kumala?"
"Makan sama teman-teman kantor."
"Setamat makan. Jangan lupa buahnya. Kamu kalau nggak
makan buah; kulit wajahmu bisa tampak kering."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atau kadang-kadang sebelum waktunya makan, Beni sudah
menghubungi hand-phone Kumala.
"Rencana makan siangmu bersama siapa, Kumala?"
"Sendirian."
"Aduh, jangan sendirian dong. Cari teman dan buat
nemenin kamu makan siang. Eeeh... kamu makan di Malaga
Food aja. Kalau hari Jumat begini dia menyediakan masakan
Sop yang enak sekali. Coba deh. Ajak temanmu, bawa makan
ke sana. Kalian pasti puas menikmati kelezatan sop ala Malaga
Food itu."
Malam hari pun telepon Beni mengunjungi Kumala. Bisa
dipastikan, setiap pukul sepuluh lewat sedikit, handphone
Kumala pasti berdering, dan suara Beni pun menyapa lembut
dari seberang sana,
"Hallo, Kumala.... sudah tidur, ya?"
"Belum. Aku sedang ada tamu."
"Oph, sorry mengganggu. Kalau begitu, terusin deh. Tapi
kalau bisa jangan tidur malam-malam, ya" Kamu kan perlu
istirahat."
"Thank's atas sarannya, Ben."
Malam itu Kumala memang sedang kedatangan tamu.
Seorang teman lama yang tak asing lagi bagi Sandhi, si sopir
pribadi, atau Buron, si jelmaan Jin Layon yang selama ini
mendamping Dewi Ular itu. Tamu tersebut berusia sekitar 40
tahun, berbadan tinggi, sekal, masih cantik dan energik. Ia
berdada montok dengan rambut selalu pendek seperti
potongan lelaki. Wajahnya mirip perempuan Arab. Matanya
lebar bertepian hitam, hidungnya mancung, bibirnya agak
tebal sensual. Ia termasuk seorang janda yang lincah dalam berbisnis dan
ulet mempertahankan usaha perhotelannya. Siapa lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan yang punya banyak hotel di beberapa kota besar
itu kalau bukan Tante Molly, yang belum lama meresmikan
hotel barunya di tepi pantai, (Baca serial Dewi Ular dalam
episode: "KRISTAL PENEBUS NYAWA" DAN "BAYANGAN
BERDARAH"),
"Hotelku yang ada di Bandung terbakar habis, Kumala."
"Ooh..."! Kapan itu terjadi?"
"Sebulan yang lalu," jawab Tante Molly dengan lesu.
"Seminggu kemudian, hotelku yang ada di Pelabuhan Ratu
juga, terbakar habis."
"Ya, ampun..."!"
"Lalu... dua minggu yang lalu, motelku yang ada di Puncak,
Juga terbakar namun tak sampai habis. Sekalipun demikian,
kerugian yang kualami dari kebakaran motel itu cukup besar
juga." Dewi Ular diam saja. Hanya dalam hatinya ia bergumam,
"Sepertinya ada yang nggak beres nih."
'"Lalu, minggu kemarin... hari Sabtu, rumahku sendiri
hampir terbakar. Untung segera dapat dipadamkan, sehingga
tak menimbulkan kerugian yang berarti. Hanya salah satu
Dewi Ular 30 Tumbal Cemburu Buta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
atapnya menjadi hangus. Tapi. sekarang sudah kuperbaiki."
Tante Molly yang gemar tampil tomboy itu menarik napas
dalam-dalam. Wajah dukanya terlihat jelas di mata Kumala
Dewi. Iba hati gadis cantik itu melihat kesedihan di wajah
sahabatnya. Teropong gaibnya segera bekerja mencari tahu
hal-hal gaib yang ada pada diri T ante Molly.
Sementara itu, Tante Molly pun segera berkata dengan
nada mengeluh. "Kurasakan ada sesuatu yang membuatku sial belakangan
ini. Entah apa yang bikin aku sial, tapi kayaknya sampai
sekarang masih saja mengikutiku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kumala masih diam, matanya tak berkedip memandangi
wajah Tante Molly, membuat Tante Molly jadi kikuk sendiri.
Beberapa helaan napas kemudian, Kumala pun mulai bicara
dengan suaranya yang lembut dan kalem, namun bernada
tegas. "Ada orang yang nggak suka dengari keberhasilan Tante."
Janda kaya itu terpaku sejenak, "Kulihat ada bayangan
bersimpangr siur di belakang Tante Molly. Bayangan hitam
itulah yang ditugaskan membakar tempat-tempat yang
didatangi T ante Molly. Maksudku, tempat usaha Tante. Api itu
datang dari selatan. Sasarannya adalah kekayaan Tante Molly
yang berbentuk bangunan dan isinya."
"Wah, kalau begitu Mollyta Hotel juga akan terbakar dong?"
"Dari mana Tante tahu?"
"Soalnya tadi siang aku baru saja dari sana. Aku sempat
tidur siang di sana!" wajah Tante Molly tampak tegang.
Setelah diam beberapa saat, Kumala berseru memanggil
jelmaan Jin Layon yang sering juga dijuluki jin usil karena
memang suka usil.
"Roon...! Burooon...!"
Duuubs...! Letupan kecil terjadi di samping kiri tempat
duduk Tante Molly. Letupan yang menyemburkan asap putih
sekilas itu sempat membuat Tante Molly terlonjak kaget
dengan suara pekikan lucu.
"Sialan luh!" sentak Tante Molly yang sudah kenal baik
dengan Buron. "Kalau jantungku copot kusuruh kau mencari
gantinya."
"Pakai jantung pisang saja, Tante," ujar Buron dengan
cengar-cengir. Pemuda berambut kucai dan berbadan kurus itu langsung
duduk di sofa kosong, berhadapan dengan Tante Molly. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengenakan kaos oblong dan celana pendek kasual. Kumala
segera menceritakan kasusnya Tante Molly secara singkat.
"Malam ini akan ada tamu lain yang sudah janjian mau
datang kemari. Aku nggak bisa ke mana-mana. Kau saja yang
memeriksa keadaan di hotelnya Tante, Molly itu. Pasang pagar
pengaman, dan lumpuhkan 'tamu' yang membawa misi
membakar hotel itu. Desak dia supaya mengaku siapa yang
memerintahnya melakukan tindakan seperti itu!"
"Oke...," Buron manggut-manggut. "Kapan aku harus
berangkat?"
"Sebaiknya sekarang saja. Barengan dengan Tante Molly."
Kumala berkata kepada T ante Molly, "Tante, sediakan satu
kamar khusus untuk si badak ini! Biar dia yang menghadapi
'tamu gaib' di sana. Sorry, aku nggak bisa menangani sendiri
karena malam ini ada yang mau bertemu denganku."
"Kalau gitu aku pamit sekarang aja deh...."
Tante Molly pun bergegas pergi bersama Buron.
(Oo-dwkz-234-nv-oO)
Sebuah kamar yang letaknya di sudut koridor menjadi
pilihan Buron. Kamar itu merupakan kamar suite yang tidak
jauh dari lift dan tidak jauh dari tangga darurat Di depan
kamar itu terdapat taman interior dengan tempat duduk santai
berupa sofa gaya Eropa.
Kamar itu juga mempunyai balkon yang menghadap ke
pantai. Dinding balkonnya yang terbuat dari kaca tebal itu
dilapisi kain gorden merah tua berlipat-lipat tebal. Fasilitas di
dalam kamar itu cukup lengkap, termasuk satu set stereo HF
yang lengkap dengan CD playernya.
"Berapa biaya menginap di kamar seperti ini satu malam?"
tanya Buron setelah puas memandangi fasilitas yang ada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Empat ratus lima puluh ribu."
"Wow...! Mahal sekali"!"
"Mengikuti gejolak moneter," jawab Tante Molly sambil
menyalakan pesawat TV dengan remote control. "Tentu saja
buat kamu kamar ini gratis, Buron. Nggak dipungut biaya
sepeser pun!"
"Berapa lama saya dapat fasilitas gratis di sini?"
"Sepuasmu. Mau sampai sebulan juga nggak apa-apa, yang
penting kamu bisa selamatkan hotel ini dari ancaman jahat
seseorang!"
"Oke.... Akan kucoba menyelamatkannya. Tapi seperti
pesan Kumala tadi, Tante jangan pergi ke mana-mana dulu.
Karena setiap tempat yang dikunjungi Tarite akan menjadi
sasaran kekuatan gaib itu."
'Tapi aku tadi sempat mampir ke supermarket, ternyata
supermarket itu nggak terbakar tuh,"
"Karena supermarket itu bukan milik Tante. Coba kalau
tempat itu milik T ante, pasti sekarang sudah terbakar!"
"Hmmm...," Tante Molly manggut-manggut. "Kamu bisa
tahu nggak, siapa yang mengirimkan kejahatan macam itu?"
"Sekarang saya belum tahu. Tapi jika nanti 'utusan' itu
sudah datang dan saya bisa kalahkan kekuatannya, maka kita
akan dapat mengetahui siapa orang jahat yang menyerang
Tante secara halus itu."
"Menurutmu apakah dia menghendaki kematianku juga?"
"Bisa jadi begitu. Tapi kalau mendengar cerita tentang
rumah Tante yang mau terbakar pada saat Tante masih ada di
rumah itu juga, berarti kekuatan gaib itu hanya ingin
menghabiskan harta kekayaan Tante, bukan menghendaki
nyawa T ante. Ada orang yang menginginkan Tante bangkrut,
tapi masih tetap hidup."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berarti orang itu ingin menyiksa batinku, bukan?"
"Tepat sekali!"
"Kurang ajar!" geram Tante Molly. "Siapa sih orangnya"!
Aku jadi penasaran sekali kalau begini."
"Cepat atau lambat kita akan mengetahuinya," ujar Buron
penuh keyakinan. "Sekarang saya butuh air dalam tempat
semacam baskom. Nggak usah terlalu besar, ukuran sedang
saja. Lalu... sebuah piring kecil dari logam. Kalau bisa tatakan
gelas dari almunium atau sejenisnya. Lalu... sebatang lilin...."
"Akan kusuruh orangku segera menyediakan semua itu."
"Dan satu lagi, aku butuh tempat sepi."
"Kamar ini kedap suara. Sekalipun ada orang berteriak dari
luar, tak akan tembus ke dalam. Kau sendiri kalau berteriak
dari s ini, nggak akan kedengaran dari luar,"
"Maksud saya... biarkan saya sendirian untuk sementara
waktu," "Ooo... ya, ya... aku mengerti!" Tante Molly bergegas
keluar. "Tapi, Tante...." tiba-tiba Buron mengubah keputusannya.
"Kayaknya... Tante perlu tetap di sini deh. Biar Tante bisa lihat
sendiri s iapa orang yang sirik kepada kesuksesan Tante."
"O, gitu"! Boleh... tapi sebentar kusuruh orangku
menyediakan keperluanmu tadi!"
Tante Molly menelepon dari kamar itu, menyuruh orangnya
menyediakan beberapa keperluan yang diminta Buron. Dalam
hati Buron tersenyum geli, sebab ia bermaksud menggunakan
Tante Molly sebagai pancingan. Jika perempuan berstelan
kemeja dan celana jeans ketat tubuh itu ada di situ, maka gaib
yang dikirimkan seseorang itu akan menghampirinya, lalu
menyebarkan kekuatannya yang dapat membakar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keberadaan Tante Molly di samping Buron memudahkan
Buron untuk menghadapi kedatangan gaib tersebut.
"Sudah pukul sepuluh lewat Hampir pukul sebelas. Kenapa
kau belum memulainya, Buron?"
Pemuda berambut kucai dengan wajah tak terlalu buruk itu
hanya tersenyum tipis, lalu menenggak minuman dinginnya:
satu kaleng Coca-cola. Sebatang rokok masih terselip di antara
jari-jari tangan kirinya.
"Kita harus sabar menunggu. Gang-guan gaib seperti itu
datangnya nggak bisa ditentukan"
"Bagaimana kalau kau panggil saja?"
"Itu namanya cari penyakit," sahut Buron sambil tertawa
pelan. Ia melangkah ke depan pintu balkon. Matanya
memandang ke arah luar, tapi kata-katanya ditujukan kepada
Tante Molly. "Angin yang berhembus cukup dingin. Saya rasa sebentar
lagi gaib itu akan datang."
"Angin..."! Angin nggak masuk kemari. Buron. Yang kau
rasakan dingin itu hembusan udara AC kamar ini."
"Hah..."!" Buron melirik AC yang terbenam di dinding.
"Sialan! Saya kira hembusan angin gaib, nggak tahunya udara
AC...," sambil Buron mendekati panel AC yang ada di atas
nakas, meja kecil dekat ranjang. Tante Molly tertawa tertahan
melihat kebodohan Buron yang mirip orang udik itu.
Pukul 23.10 Buron menyalakan lilin. Lilin itu diletakkan di
atas piring kecil. Piring kecil itu diapungkan di atas air dalam
balkon stainless, jadi seperti kapal-kapalan yang bergerak
memutar pelan-pelan.
"Untuk apa lilin itu, Buron?" tanya Tante Molly sambil
melepas blazernya. Ia hanya mengenakan blus tanpa lengan
dan celana jeans ketatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau gaib itu datang melintas di kamar ini, maka nyala api
lilin akan bergerak-gerak dan lilinnya akan mengambang ke
sana-sini."
"Kok nyala apinya kecil, Ron?"
"Tentu saja kecil, karena kena hembusan AC," jawab Buron
membuat Tante Molly tertawa geli. Kali ini ia menertawakan
kebodohannya sendiri.
"Lebih baik AC-nya dimatikan saja. Tante. Biar kita bisa
membedakan hembusan angin biasa dengan angin gaib."
Tante Molly tak merasa keberatan diperintah begitu. Ia
melakukannya demi menyelamatkan harta kekayaannya yang
berbentuk hotel berbintang empat itu.
"Gerah dong kalau nggak ada AC begini, Ron?"
"Gerah sedikit nggak apa-apa, Tante." Buron pun segera
Pendekar Riang 15 Walet Besi Karya Cu Yi Kisah Sepasang Bayangan Dewa 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama