Ceritasilat Novel Online

Puncak Kematian Cinta 2

Dewi Ular Puncak Kematian Cinta Bagian 2


lirikan mata yang menggoda hasrat pria mana pun yang menerimanya. Brano pun tak
yakin bahwa jawaban itu adalah pernyataan yang serius.
Brano lebih yakin dengan pendapatnya sendiri, bahwa penolakan Zerra adalah
diplomasi dari sebuah harapan yang menyenangkan hati gadis itu. Terbukti ketika
Brano membawanya check-in dan mereka mendapatkan salah satu kamar di lantai
lima, Zerra toh tidak menolak atau mengajukan protes apapun. Ia hanya bicara
tentang keindahan interior kamar tersebut yang menurutnya membuatnya kagum.
Dalam waktu singkat kamar 892 itu pun ditutup pintunya. Brano dan Zerra ada di
dalamnya. Bluuk..! Gadis bertubuh sexy itu terhempas di ranjang empuk. Suara tawanya
berderai. Brano yang tadi mendorongnya, kini sudah berada di atas gadis itu.
Menindihnya tak terlalu kuat. Mengurungnya dengan kedua tangan dan sebagian
dadanya. "Idiih.. ngapain sih kamu, kok jadi kayak orang kesurupan begini"!" kecam Zerra
dengan nada canda.
"Aku sudah tak tahan lagi! " Tawa gadis itu pun mulai berhenti.
Tinggal senyuman indahnya yang ada di depan Brano.
"Apanya yang nggak tahan" Kenapa bisa nggak tahan"
Coba jelaskan!"
39 "Hatiku sudah nggak tahan untuk berpura-pura tidak berhasrat padamu. Kenapa
begitu" Karena kamu tipe gadis yang sering kubayangkan dalam lamunanku.
Jelas?" "Terus, kalau nggak tahan, mau apa"!"
"Mau menyentuhmu," jawab Brano sambil tersenyum-senyum mesra.
"Bukankah baru saja tadi kau telah menyentuhku, sampai aku terhempas karena
doronganmu ini?"
Brano menggeleng.
"Aku ingin menyentuhmu dengan bibirku," bisiknya lirih agak parau.
Zerra tertawa kecil sekali.
"Aku menolak," kata Zerra.
"Kenapa kau menolak?"
"Karena aku udah terbakar api kemesraan. Kalau kau menyentuhku dengan bibirmu,
maka hasrat kemesraanku akan berkobar-kobar dalam waktu singkat. Terus... kalau
sampai begitu, bagaimana" Kalau sampai aku menuntut yang lebih indah dan lebih
hangat dari bibirmu, bagaimana?"
"Akan kupenuhi tuntutanmu. Siapa takut"!"
"Hmmh...!" Zerra mencibir tipis.
Tapi matanya sudah menjadi tampak sayu. Ketika mereka sama-sama diam dan menatap
dalam keromantisan, pelan-pelan wajah Brano bergerak merendah, mendekati wajah cantik
di bawahnya. Tangan Zerra mulai meraba pundak Brano. Gadis itu tampak 40
sedang menunggu, mungkin dengan berdebar-debar juga. Dan, agaknya Brano tak
ingin menyiksa harapan Zerra.
Bibirnya menyentuh hangat di bibir Zerra. Gadis itu diam saja. Membiarkan
sentuhan bibir itu semakin rapat.
Ia juga memberi kesempatan kepada Brano untuk lebih sekedar menyentuhkan bibir.
Ia buka peluang hangat ketika Brano menyodorkan lidahnya. Lalu, ia biarkan Brano
mengecup bibir dan memagut lembut lidahnya.
Dalam dua-tiga kecupan saja reaksi Zerra sudah tak bisa disembunyikan lagi. Ia
menanggapi lumatan bibir Brano dengan cara membalas lumatan itu lebih lincah
lagi. Ketika lumatan itu terlepas sesaat napas Zerra mendesah hangat dari mulutnya,
dan aroma parfumnya semakin tajam membakar gairah Brano.
"Ooohh, Braaaan...!"
"Hmm...?"
"Jangan berhenti, Bran. Lakukan lagi, Sayang. ..
ooohh...!"
Tangannya meraih tengkuk Brano, menekannya hingga kepala Brano menjadi dekat
kembali dengan wajahnya. Maka, bibir sensual itu pun dilumat kembali oleh Brano
dengan lebih menggelora. Agaknya Zerra menyukai gelora kemesraan Brano, sehingga
ia memberikan perlawanan yang sangat agresif. Baik bibirnya, lidahnya, maupun
kedua tangannya. Seolah-olah ingin menjelajahi sekujur tubuh Brano Sadar atau
pun tidak, pakaian Brano menjadi berantakan. Begitu pula dengan busana yang
dikenakan Zerra.
41 "Ooouuuh, teruskan... jangan di sini saja, Sayang...
Teruskan kecupanmu. Aku sangat menyukainya, Brano sayang. Oooohh...!"
Zerra memekik panjang ketika Brano mengecup bagian-bagian tubuhnya yang
sensitif. Makin lama makin keras suara Zerra memekik Keduanya sudah bermandi peluh dalam
keadaan bayi yang baru lahir. Brano menggeram-geram dengan napasnya yang
terengah-engah. Ia mampu membuat Zerra terpekik kembali, lebih keras dan lebih
menyentak menggetarkan seluruh persendian mereka berdua.
"Ooooouuuuhhh...!!"
Sangat-keras jeritan Zerra di puncak kemesraannya.
Sampai terdengar di tempat berlangsungnya resepsi perkawinan adik perempuan
Pramuda itu. Mereka yang ada di ruang resepsi menjadi tersentak kaget dan
menegang.. Suara percakapan dan tawa terhenti seketika, karena mereka mendengar
suara yang cukup menggetarkan.
Blegaaaarr..... !!
Sebuah ledakan keras itulah yang mereka dengar, dan memang membuat lantai
bergetar sesaat. Ledakan itu bagaikan mengunci mulut mereka secara serempak.
Hening sesaat tercipta di ruang pesta perkawinan Renna.
Entah berapa detik keheningan itu mencekam mereka, sebab setelah itu salah
seorang berseru keras.
"Bom ..!! Ada bom meledak di hotel ini!!"
"Hahh..."! bom meledaak... ?" !"
42 Maka, suasana pesta pun berubah menjadi hiruk pikuknya para tamu yang menjadi
panik akibat ketakutan. Mereka berlarian keluar dari ruangan. Saling berdesak di
pintu. Saling berteriak melontarkan emosi ketakutannya. Sementara di luar sana,
hujan masih turun, namun sudah tak sederas tadi. Sudah mulai disertai dengan
debu-debu halus yang membuat tanaman menjadi kotor.
"Kumala...! Ada bom meledak di lantai lima tuh...!"
seru seorang rekan yang baru saja mendapat infoimasi dari para karyawan hotel
yang juga saling dicekam perasaan takut, dan bergerak dengan panik.
Bom itu meledak cukup keras, kuat, hingga menjebolkan pintu kamar dan
menghancurkan dinding kaca yang menghadap ke arah balkon. Dinding kamar sebelah
pun menjadi retak akibat kekuatan daya ledak tadi.
Kumala Dewi dan beberapa seeurity hotel tertegun setelah tiba di lantai lima.
Mereka memandangi kamar 892 yang nyaris hancur semua seluruh perabotnya, juga
langit-langit kamar yang hampir jebol secara total itu. Di antara kepulan asap
mesiu dan puing reruntuhan dinding, mereka menemukan potongan tubuh dari dua
kepala saling terpisah. Kepala itu adalah kepala Brano dan tentunya yang satu
lagi kepala Zerra. Sayangnya kepala itu sudah tak berbentuk lagi, sehingga sulit
dikenali. "Siapa yang meledakkan kamar ini" Dan, apa motivasi peledakan ini sebenarnya"!"
tanya beberapa orang sambil menutup hidung untuk mengurangi bau hangus dari
daging yang terbakar.
43 -o0o))((dw))((o0o3 WARNA duka membias dari wajah Kumala. Ia duduk di ruang kerja kepala
laboratorium kriminil, didampingi oleh Sersan Burhan, Peltu Marina Swastika,
Sandhi, dan mantan kekasihnya yang punya nama cukup dikenal di kalangan para
pecinta acara teve bernuansa mistik itu: Niko Madawi. Mereka mendengarkan
keterangan bagian laboratorium kriminil yang telah berhasil melakukan penelitian
terhadap serpihan daging Brano dan gadis teman kencannya itu.
Pasangan yang diperkirakan sedang berkencan itu meledak akibat sebuah bom
berkekuatan besar. Dari kondisi serpihan daging korban dapat disimpulkan jenis
kekuatan bom itu adalah bahan peledak yang mengandung unsur nitrogen, TNT alias
Tri Netra Toluent dan campur bahan kimia lainnya.
Mengenai siapa yang meletakkan bom di dalam kamar itu, pihak kepolisian belum
berhasil melacak pelakunya.
Diduga bom itu diledakkan dari jarak jauh dan belum tentu Brano sebagai sasaran
utamanya. Bisa juga Brano hanya sebagai korban salah sasaran.
"Aku kenal dekat dengan Brano," kata Niko dengan wajah sedih setelah ia mendapat
kabar bahwa korban ledakan itu ternyata bernama Branoya Hansen, dan seorang
gadis yang tidak dikenal identitasnya. Oleh sebab itulah ia segera bergabung
dengan Kumala Dewi sejak semalam hingga siang ini.
44 "Aku yakin bom itu ditujukan bukan untuk dirinya.
Brano nggak punya musuh yang sampai sekejam itu mau menghabisinya. Ini pasti bom
salah alamat!"
Niko menarik napas dalam-dalam. Menekan rasa sedihnya, seperti ingin menit ikkan
air mata duka. Kumala Dewi menepuk-nepuk pundaknya menenangkan emosi duka Niko sambil
membisikkan kata yang tak jelas didengar Sandhi atau yang lainnya.
"Bagaimana aku nggak sedih sekali, Dewi... sore sebelum peristiwa itu terjadi,
aku sempat ketemu dia di bandara. Dia mau jemput mamanya, tapi karena tak jadi
datang, dia pun pulang bersama gadis cantik yang..."
"Kamu juga kenal dengan gadis itu?" sela Sersan Burhan yang sangat akrab kepada
mereka. "Kalau nggak salah, Brano sempat menyebutkan namanya secara sekilas Namanya...
Zerra. Ya, aku yakin itu nama gadis tersebut. Dan, aku yakin korban yang bersama
Brano itu memang Zerra."
"Darimana kau bisa berkeyakinan begitu?" tanya Kumala.
"Dilihat dari serpihan pakaian mereka, aku mengenali warna pakaian yang
dikenakan gadis itu, termasuk yang dikenakan Bran di bandara kemarin. Jadi,
kurasa dari bandara mereka tak sempat pulang ke rumah untuk ganti pakaian,
melainkan langsung ke hotel itu dan... dan mengalami nasib malang sesadis itu.
Ohh, kasihan sekali nasibmu, Bran, Bran..."
"Tapi , maaf..." sela salah seorang staf kriminilogi yang bertugas di
laboratorium itu."... hasil penelitian 45
kami justru menemukan suatu keanehan pada serpihan tubuh wanita tersebut."
"Keanehan apa itu?" tanya Peltu Swastika yang oleh Kumala dan rekan-rekannya
sering dipanggil: Mbak Mer.
"Serpihan daging tubuh wanita itu justru paling banyak mengandung gumpalan
nitrogen hangus, dan memiliki unsur metal, tanah, serta unsur kimia yang belum
dikenal. Aneh sekali itu. Karena kami tidak menemukan jaringan serat daging atau
kulit manusia, yang seharusnya ada walau pun dalam kondisi hangus begitu."
"Kadar panas yang super tinggi dapat menghilangkan unsur dasar dari suatu benda
atau zat tertentu, " sela Mbak Mer, mencoba menetralisir keanehan yang dimaksud
tadi . Kumala Dewi hanya memandang Mbak Mer sebentar, tanpa memberi komentar apa-apa,
kemudian tertegun bagaikan merenung dalam-dalam. Yang lain
mendiskusikan masalah itu, terutama tentang keganjilan yang terdapat pada
serpihan tubuh teman kencan Brano.
Namun tiba-tiba percakapan mereka terhenti bagaikan bungkam mendadak setelah
mereka mendengar Kumala berkata dengan pandangan mata datar, menerawang jauh,
dan seolah-olah kata-katanya itu tidak ditujukan kepada siapa-siapa, selain
kepada dirinya sendiri.
"Ledakan itu bukan berasal dari sebuah bom biasa, melainkan dari sebuah bom yang
belum pernah dirakit oleh ahli bahan peledak mana pun."
Semua mata tertuju padanya. Hening sesaat. Kumala menyadari apa yang diucapkan
baru saja tadi. ia 46
mengangkat wajahnya, menegakkan duduknya, dan mulai memandang mereka satu
persatu. Lalu dengan tegas ia menyambung ucapannya tadi tanpa ragu-ragu.
"Naluriku mengatakan, ada unsur mistik di dalam kasus ini. Aku coba untuk
menanganinya secepat mungkin!"
Sersan Burhan menambahkan, "Yang jelas, korban ini mempunyai banyak kesamaan
dengan keempat korban yang juga hancur karena ledakan bom, dua hari yang lalu."
"Oh, jadi..."! " Kumala menatap Sersan Burhan dengan tajam. Ekspresi wajahnya
yang sedikit terperanjat menunjukan bahwa ia belum mengetahui adanya kasus
peledakan dua hari yang lalu.
Maka tanpa diminta Sersan Burhan pun menjelaskan secara singkat tentang
peledakan dua hari yang lalu yang terjadi di dua lokasi berbeda. Pertama di
kawasan Puncak, di sebuah vilia. Yang kedua di sebuah pemukiman elite, pinggiran
kota. "Kami sengaja menutup kasus itu dari kalangan pers, karena kebetulan kedua
lelaki yang menjadi korban itu adalah orang yang punya nama besar, yang namanya
patut dilindungi dari kasus seperti itu. Makanya, aku belum sempat mengabarimu
sebelum..."
"Mengapa harus dilindungi namanya" Kasus itu kan sangat sadis?"
"Memang. Tapi... peledakan itu terjadi pada saat mereka dalam keadaan sedang
berselingkuh dengan gadis-gadis cantik. Dan, kondisi mayat mereka, sama 47
persis dengan kondisi mayat Brano bersama gadis teman kencannya itu."
"Jejak pelakunya sudah ditengarai?"
Sersan Burhan menggeleng, sedikit malu kepada KumalaDewi.
"Masih dalam penyelidikan lebih lanjut," ujarnya pelan.
Sopir setianya Dewi Ular, Sandhi, sudah dapat menyimpulkan bahwa kasus peledakan
yang menewaskan enam orang itu memang memiliki keganjilan yang dapat disinyalir
sebagai kejahatan dunia gaib.
Dari tiga kejadian itu Sandhi menemukan satu kesamaan, yang juga disadari oleh
Kumala dan pihak kepolisian juga, yaitu kematian korban. Mereka semua tewas
dalam keadaan hancur, sepertinya saat itu korban sedang memeluk sebuah bom yang
mempunyai daya ledakan sangat besar.
Di samping itu, ledakan terjadi selalu pada saat korban sedang berkencan.
Terbukti semua pakaian korban selalu terpisah dari tubuh mereka, meski pun
pakaian itu sendiri sebagian ada yang hancur atau terlempar jauh bercampur darah
yang memercik ke mana-mana.
"Tampaknya ada pihak yang tidak menyukai pergumulan mesra di atas ranjang,
sehingga meledakan mereka dalam keadaan sedang bercumbu. Mungkin mereka
diledakkan dari jarak jauh, dengan suatu kekuatan gaib sejenis ilmu hitam."
"Analisamu bisa mendekati kebenaran," kata Dewi Ular dengan mata tetap memandang
ke arah depan, 48
sementara Sandhi mengemudikan BMW hijau giok itu dengan sebentar-sebentar
melirik majikannya.
"Apakah menurutmu pelakunya adalah orang yang sama dengan yang mengirimkan hujan
aneh di pesta perkawinan Renna itu?"
"Itu hanya sebuah kemungkinan saja. Perlu kuselidiki lebih dalam lagi. Yang
jelas, sejak aku pulang dari Swedia kemarin aku sudah merasakan hawa tak baik
berhembus di seluruh pelosok kota ini. Aku mencoba mendeteksinya, tapi belum
berhasil menemukan kepastian tentang sumber hawa gaib yang menyatu dengan udara
kota Jakarta ini."
Sandhi diam sebentar, kemudian bertanya,
"Sebenarnya, siapa sih pihak yang mengirimkan hujan aneh untuk menggagalkan
perkawinan Renna kemarin"
Kau belum jelaskan padaku, Kumala."
"Aku sendiri tak tahu siapa namanya, dan seperti apa orangnya. Tapi orang itu
akan datang sendiri menemuiku dan meminta maaf padaku, khususnya permintaan
maafnya untuk Renna dan Edwin, suaminya. Mungkin dia akan titipkan padaku
permintaan maaf itu."
"Kalau dia bisa menernuimu, berarti dia sudah mengenalmu dong?"
"Belum. Dia hanya mengenal namaku dari mulut ke mulut, tapi belum pernah bertemu
denganku. Hanya saja, hati sucinya yang merasa bersalah itu akan menuntunnya
untuk bertemu denganku melalui berbagai cara, yang mungkin tak sempat
terpikirkan olehnya:'
Sandhi manggut-manggut sambil menggumam dalam hatinya, "Hebat. Memang luar biasa
hebat kekuatan 49
supranaturalnya bossku ini. Biasanya kalau dia sudah bilang begitu, maka sangat
kecil kemungkinannya untuk gagal. Biasanya apa yang dikatakan selalu terbukti.
Makanya, aku merasa sangat beruntung sekali bisa bekerja dan mendapat boss
seperti dia. Selain itu, kebaikan hatinya, ketulusan jiwanya dan kepribadiannya
yang menganggapku seperti saudara sendiri, tak akan ada pada diri boss lain.
Tidak ada di dunia ini seorang majikan yang memiliki keluhuran budi seperti
itu... "Ciiiiiiittt....! "


Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba ban mobil menjerit, Sandhi menginjak rem kuat-kuat. Kecamuk hatinya
pun berhenti sampai di situ.
Yang terdengar adalah suara mesin motor menderu bersama suara benda berat jatuh,
membentur trotoar jalan.
Gubraaak. .! "Ya, ampun..,"! Bagaimana kau ini, San"! Hampir saja pengendara motor itu kau
tabrak" Melamun kamu, ya?"
"Hmmm, eeh... sorry. Aku memang sedikit bengong tadi," ujar Sandhi kepada Kumala
Dewi dengan perasaan bersalah.
"Ayo, bantu orang itu. Untung sudah dekat rumah kita"!"
Meski memberi perintah begitu, tapi justru Kumala lebih dulu turun dari mobil
dan menghampiri pengendara motor bebek itu.
Kumala lebih dulu membantu si pengendara motor yang jatuh dan kaki kirinya
tertindih stang motor. Sandhi memarkirkan mobil agar tidak mengganggu kelancaran
50 lalulintas yang ada dijalan tikungan depan rumah Kumala itu.
Hampir saja Sandhi menabrak wanita muda
pengendara motor bebek tersebut. Wanita berusia sekitar 28 tahun dan sudah
tampak matang dalam figur penampilannya sebagai wanita itu terpaksa jatuh
bersama motornya akibat terkejut dan panik.
Ia tak menyangka akan ada mobil membelok dari arah tikungan kiri, sehingga ia
sempat kebingungan menjaga keseimbangan motornya sewaktu berpapasan dengan mobil
Kumala. Seandainya ia tak mengendarai motor dengan ngebut, maka ia tak akan
mengalami kepanikan dan akhirnya terpelanting di trotoar.
"Situ punya mata nggak sih"! Mentang-mentang punya mobil bagus mau nabrak orang,
seenaknya aja"!"
wanita itu mengomel sambil menyeringai kesaktian. Kaki kirinya terkilir, tapi
tak ada luka berarti di bagian lainnya.
Motornya pun hanya mengalami kerusakan pada lampu sign-nya. Retak. Serta
terdapat goresan pada bagian stang motor akibat membentur tepian trotoar.
Kumala Dewi meminta maaf berkali-kali sambil membantu wanita itu untuk berdiri,
la biarkan wanita itu menuduhnya sebagai orang kaya yang semena -mena terhadap
rakyat kecil. Padahal ditilik dari posisi motor dan kecepatannya tadi, jelas
wanita pengendara motor itu yang salah.
"Maaf, Mbak... Maafkan kami. Mari saya bantu berdiri, Mbak," Kumala mengulurkan
tangannya, tapi wanita muda berkulit hitam manis dan bermata membelalak galak
itu menolak uluran tangan Kumala. Bahkan ketika 51
Sandhi bermaksud membantunya juga, wanita yang mengenakan celana tanggung
sebatas betis itu semakin menampakan kegalakannya
"Hey, Bung...! Bisa nyopir nggak sih"! Masa ada motor mau nyeberang kok mau
dihajar begitu saja"!" Gila situ, ya" !"
"Ya, ampuun... galak amat sih orang ini"!" gumam Sandhi bernada geram.
Kumala Dewi tetap tenang dan menampakan
keramahannya. Senyumnya tak berkesudahan dengan sikap menghormati wanita
tersebut. Dialah yang akhirnya berhasil menenangkan kemarahan si pengendara
motor itu, dan membujuknya untuk dibawa ke rumah.
"Lihat, kaki saya patah nih! Situ harus bertanggung jawab dalam pengobatannya!
Bawa saya ke rumah sakit sekarang juga!"
"Baik, baik. Tapi mari mampir ke rumah saya dulu.
Biar nanti saya rundingkan dengan orang saya untuk membawa mbak ke rumah sakit.
Mari, Mbak. . mari saya bantu jalannya...!"
Kumala sendiri yang memapah si pengendara motor untuk berjalan sambil
terpincang-pincang. Selain menyeringai kesakitan wanita itu tak henti-hentinya
mengecam, dan memaki Sandhi yang secara tak langsung juga ditujukan kepada
Kumala. Tetapi sampai akhirnya wanita itu didudukan oleh Kumala di kursi teras, tak ada
sedikit pun kesan membalas keketusan dan kecaman yang dilakukan oleh Kumala.
Putri tunggal Dewa Permana itu tetap ramah, sabar dan merendahkan diri serendah
mungkin. 52 "Motor saya itu juga harus diperbaiki! Biayanya situ yang tanggung. Rusak semua
tuh, lihat!"
"Ya, kami akan memperbaikinya, Mbak."
"Kalau nggak, begini aja deh... situ kasih saya biaya untuk perbaikan. Biar saya
sendiri yang membawanya ke bengkel. Soalnya saya punya bengkel langganan
sendiri! Saya nggak percaya dengan hasil kerjanya orang-orang bengkel liar, kalau bukan
bengkel langganan sendiri!"
"Kami akan membuat motor Mbak menjadi seperti semula. Jangan khawatir mengenai
hal itu. Mbak. Hmmmm... Roon.. ! Buron ..!"
Kumala Dewi memanggil Buron. Pemuda berambut kucai itu baru selesai mandi sore.
Waktu menghadap si cantik jelita, ia belum sisiran, sehingga rambutnya yang
sepundak itu tampak acak-acakan. Pengendara motor itu memandang dengan sinis
kepada Buron. "Tolong betulkan motor Mbak ini yang tadi hampir ditabrak oleh Sandhi. Bikin
seperti baru, ya"!" kata Kumala kepada Buron. Lalu, terdengar suara ketus
menggerutu dari mulut wanita berkulit hitam manis itu.
"Montir macam itu mana bisa memperbaiki motorku"!"
Hmmmh!" Buron mendengar gerutuan itu, tapi tak jelas apa kalimat yang diucapkan,
sehingga ia memandangi Kumala dengan kesan bertanya apa maksud Kumala
menyuruhnya memperbaiki motor tersebut.
Tapi pada waktu mereka beradu pandang, Kumala tidak mengucapkan kata apapun
selain mengedipkan matanya. Kedipan itu mempunyai arti tersendiri yang 53
hanya bisa dipahami oleh Buron, Sandhi atau orang-orang dekat yang sudah
dianggap seperti keluarga sendiri. Maka, Buron pun segera menuntun motor itu
masuk garasi. Spakbor depan yang tampak penyok sedikit itu sempat membentur
pintu garasi, sehingga semakin lebih penyok lagi.
"Aduuh.. ! Mau dikemanakan itu motor saya"! Tambah rusak lagi deh jadinya!"
teriak wanita itu nyap-nyap.
"Nuntun motor aja nggak becus kok mau disuruh memperbaikinya" Gimana sih kamu!"
sentaknya kepada Kumala Dewi yang tetap tersenyum kalem. Anggun.
"Hmmm, eeh... Mbak, kalau boleh tahu, siapa namanya?"
"Missye...!" jawabnya ketus sekali. "Eh, itu motor saya bagaimana tuh..,"!"
"Tenang saja, Mbak Missye... Kita tangani dulu kaki Mbak yang keseleo itu!"
"Patah. Bukan keseleo atau terkilir nih!" ralatnya terlalu tampak mendramatisir
kondisinya. Ia menyeringai lagi, sepertinya baru ingat bahwa ia harus berakting
kesakitan. Tapi arah pandangan matanya tetap tertuju pada garasi yang pintu
rollingdoornya masih tertutup, sedangkan pintu kecil untuk keluar-masuk orang
hanya terbuka sedikit.
Motor bebek itu tak kelihatan dari tempat Missye berada, sehingga ia selalu
berusaha ingin mengetahui apa saja yang akan dilakukan oleh pemuda berambut
acak-acakan tadi. Ia tampak mengkhawatirkan motornya.
"Coba lihat kakinya. Mbak. Angkat dan taruh di kursi depan Mbak ini.
Silakan...!" sambil Kumala menarik kursi 54
lain untuk bisa duduk di dekat kursi yang akan menjadi tempat tumpangan kaki
Missye itu. Namun, agaknya Missye kurang tertarik dengan masalah kakinya, lebih
tertarik mengetahui nasib motornya.
"Mbak, mari... angkat kakinya dan letakkan di kursi ini."
" Situ mau apa" Mau mengobati" Apa situ dokter"!"
"Memang bukan sih," Kumala tersenyum manis. "Tapi saya..."
Kata-kata lembut si Dewi Ular itu terputus oleh kemunculan Buron dari garasi.
Perhatian Missye segera dialihkan ke sana. Mata yang lebar itu kini bertambah
lebar lagi karena membelalak.
"Hahh.."!" Ia terperangah memandangi Buron keluar dari garasi sambil menuntun
motornya, ia mematung tanpa gerak dan suara sampai akhirnya motor itu
distandarkan di depan teras, dapat dilihat lebih jelas lagi.
"Ap .. apa.. apakah itu motor saya"!"
"Benar, Mbak. Kami tidak memiliki motor, dan memang Saya belum pernah beli
motor. Jadi, kalau di sini ada motor, berarti itu motor Mbak Missye tadi," tutur
Kumala dengan lemah lembut.
Missye semakin terbengong-bengong melihat motornya menjadi seperti baru keluar
dari showroorn.
Lampu sign yartg retak bukan saja utuh kembali, tapi juga bersih dan mengkilat,
seperti lampu sign yang belum pernah dipakai.
Spakbor depan yang tadi penyok, juga dalam keadaan utuh, tanpa ada goresan
sedikit pun. Joknya yang 55
bercorak loreng macan, tampak bersih, rapi dan baru.
Plastik pelapisnya tak ada yang robek sedikit pun Padahal semula plastik pelapis
jok dalam kondisi buram dan ujung depannya robek sedikit. Semuanya serba bersih,
mengkilat, dan utuh tanpa kerusakan apapun. Bahkan rodanya pun bersih sekali.
Bannya seperti belum pernah menggelinding di jalanan, jerujinya mengkilat .
"Ah, bukan! Itu bukan motor saya!"
"Perhatikan nomor platnya, sama nggak?"
"liy... iya sih. Nomornya memang nomor motor saya.
Dan... dan sticker di depan itu juga sticker yang menjadi ciri khas motor saya.
Tapi... tapi.. kok bisa sebagus ini sih"!"
Kumala Dewi hanya tersenyum kalem. Missye masih kurang yakin. Ia minta Buron
membuka jok motor, dan mengambilkan peralatan kecil yang selalu disediakan di
bawah jok motor. Ternyata beberapa peralatan seperti obeng dan sebagainya itu,
juga dalam kondisi baru.
Jenisnya sama persis dengan jenis peralatan yang selalu disiapkan oleh Missye.
Bahkan sehelai kain gombal untuk membersihkan,oli atau apa saja yang ikut
disimpan di bawah jok, ternyata juga sama persis dengan kain lap miliknya. Tapi
keadaan kain itu tidak kotor, melainkan bersih. Seperti belum pernah dipakai.
"Bagaimana, Mbak" Masih kurang puas ngomelnya?"
sindir buron dan Missye tak bisa bilang apa-apa selain salah tingkah sendiri. Ia
tak tahu motornya sudah diperbaiki oleh Buron dengan menggunakan kekuatan
gaibnya sebagai Jin Layon. Kekuatan gaib jin seperti itu dapat merubah motor
butut menjadi baru sama sekali dalam tempo hanya sekejap mata. 0leh karenanya,
56 pengerjaannya harus dilakukan di dalam garasi tertutup supaya tidak dilihat
orang lain. Missye juga terperangah untuk kedua kalinya ketika Kumala menempelkan dua jari
tangannya di daerah sekitar tulang kering kaki yang terkilir itu Rasa sakit yang
tadi seperti memar dan membuat Missye menyeringai berkali-kali, kini sudah tak
ada lagi. Yang dirasakan Missye adalah kesejukan hawa. Hawa aneh itu seperti
menyerap ke pori-pori kaki, dan menjalar ke seluruh tubuh.
Dalam tempo sekitar lima detik, rasa nyeri pada bagian pergelangan kaki itu
hilang. Bahkan luka lecet di sikunya ikut hilang, seperti tak mengalami luka
sedikit pun sebelumnya.
"Luar biasa..."!" gumamnya lirih saat masih terperangah terkagum-kagum.
Yang membuatnya semakin heran adalah hilangnya perasaan kesal, jengkel atau
geregetan. Hatinya menjadi damai, dan jiwanya berubah tenang. Sulit terpancing
emosi kemarahan dan sejenisnya. Ia tak tahu bahwa Kumala Dewi telah menyalurkan
hawa saktinya yang dapat menyembuhkan penyakit dan menentramkan jiwa seseorang.
Hawa sakti itu disalurkan melalui kedua jari yang ditempelkan di tulang
keringnya Missye tadi.
"Bagaimana, Mbak" Majih terasa sakit?" tanya Kumala menguji kejujuran hati
Missye. Wanita berhidung bangir itu tak mampu mendustai lawan bicaranya. Ia
menganggukkan kepala dengan tersenyum malu-malu, salah tingkah, dan kikuk
menyikapi keramahan Kumala.
57 "Maafkan kekasaran saya tadi, ya" Hmrnm, eeh... saya nggak tahu kalau sebenarnya
saya sekarang sedang berhadapan dengan 'orang pintar' alias... dukun cantik,
yang pantasnya..."
"Nggak pantas, Mbak,!" sahut Buron memotong dengan kekonyolannya. "Nggak pantas
kalau Mbak katakan bahwa Kumala adalah dukun cantik, sebab... dia bukan dukun,
dia bukan..."
"Siapa tadi" Kumala"!" Missye ganti memotongnya. Ia tampak terkejut, matanya
menatap tajam pada Kumala yang tersenvum tipis dalam keanggunan sikapnya.
"Maksudnya . maksudnya... Kumala yang sering diceritakan orang-orang sebagai
paranormal muda keturunan bidadari itu"!"
"Benar," jawab Kumala. "Sayalah yang bernama Kumala Dewi. Apakah Mbak pernah
mendengar nama itu dan sedang..."
"Oooohh, kalau begitu... kalau begitu sekalian aku minta tolong padamu, Kumala.
Maukah kau menolong-ku"! Maukah..."!"
Buron jadi berkerut dahi. Heran melihat wanita muda itu berbalik merendahkan
diri di depan Kumala. Bahkan kelihatan sangat cemas, serta mengharap sekali
kepada Kumala agar mendapat bantuan yang dimaksud. Kumala yang tetap tenang itu
bertanya maksud pertolongan yang diharapkan Missye. Dengan malu-malu dan serba
salah lagi, Missye menjelaskan jiwanya merasa terancam oleh sesuatu kekuatan
gaib yang diduga akan merenggut nyawanya.
"Kenapa begitu?"
58 "Karena... terus terang saja, Kumala .. Aku tempo hari pernah meminta bantuan
kepada seorang dukun ilmu hitam di daerah pelosok, jauh dari Jakarta. Tapi
bantuan itu gagal. Sepertinya kalah tanding dengan kekuatan gaib dari lawanku,
sehingga aku merasa sedang dicari dan diintai oleh kekuatan gaib yang akan balas
dendam padaku. Aku..."
"Tunggu dulu, Mbak..," sergah Kumala. "Ceritakan yang lebih jelas lagi, bantuan
apa yang Mbak minta dari dukun itu?"
"Hmmm... memisahkan hubungan seorang lelaki dari wanita yang kini menjadi
istrinya. Aku ingin membuat pesta perkawinan lelaki yang kucintai itu gagal
berantakan, tapi... ternyata usaha itu tak berhasil.
Menurut dukun ilmu hitam yang membantuku, pihak wanitayang menjadi istri lelaki
itu memiliki seorang pelindung yang berilmu tinggi, dan mampu menghancurkan
kekuatan ilmu hitamnya dukun tersebut. Padahal..."
"Tunggu, Mbak..!" sambar Sandhi yang baru saja muncul dari ruang tengah. Ia
sempat tertarik dengan penjelasan Missye yang sejak mendekati pintu teras sudah
kedengaran jelas-jelas. Ia menaruh kecurigaan pada Missye, sehingga berani
memotong pembicaraan wanita bertubuh langsing itu.
"Apakah Mbak Missye kenal dengan Renna, atau Edwin, yang baru kemarin
melangsungkan perkawinannya itu?"
Gemetar bibir Missye ketika ingin menjawab pertanyaan itu.
59 "Hrnm, iyy... iya, aku kenal dengan Edwin. Dialah...
yang aku maksud sebagai lelaki mantan pacarku dan..."
"Oh, kalau begitu...," kata Sandhi kepada Kumala. "Dia inilah orangnya yang
mengirim hujan mistik itu, Kumala!"
"Lho, ja.. jadi... yang melumpuhkan ilmu hitamnya..."
"Kumala Dewi inilah yang melawan hujan keparatmu itu, Mbak!" cetus Sandhi mulai
bernada tinggi. Kumala buru-buru mencegahnya.
"Sandhi...! Bagaimana pun juga Mbak Missye ini tamu kita. Kita tetap harus
menghormatinya."
Senyum lembut Kumala merupakan isyarat yang dipahami oleh Sandhi.
Senyum lembut itulah yang membuat Mbak Missye semakin gemetar ketakutan, karena
kini ia sadar dirinya sedang berhadapan dengan orang yang mampu melumpuhkan
kekuatan ilmu hitam kirimannya. Semakin ciut nyali Missye, semakin minder
perasaannya, semakin takut ia memandang Kumala, Sandhi maupun Buron.
Padahal saat itu Sandhi dan Buron buru-buru menetralisir sikapnya agar tetap
ramah dan menghargai tamu, seperti sikapnya Kumala Dewi sendiri itu, tapi toh
Missye masih tak berani duduk dengan tegak seperti tadi.
Seperti yang dikatakan Kumala kepada Sandhi sewaktu dalam perjalanan tadi, bahwa
pelaku pengirim hujan mistik itu akan menemuinya dengan cara yang tak didugaduga, dan akan meminta maaf berkali-kali kepada Kumala.
Ternyata hal itu memang benar.
60 Terbukti nyata di depan mata Sandhi, Missye menyatakan penyesalannya dan meminta
maaf berkali-kali. Bahkan ia titip pesan kepada Renna atas permintaan maafnya,
karena ia malu dan tak berani menemui Edwin maupun Renna.
Missye mengaku telah lama jatuh cinta kepada Edwin, yang sebagai atasannya di
kantor itu. Tetapi cintanya tak sepenuhnya mendapat balasan dari Edwin, meski
pun Edwin tidak menyatakan benci kepadanya. Missye juga mengakui tindakan 'main
dukun' sendiri demi merebut Edwin dari jerat tali-perkawinannya dengan Renna.
Kini semua itu menjadi segumpal penyesalan di hati Missye, sehingga ia butuh
seseorang yang dapat meredakan tangis batinnya serta mengobati luka hati dari
perkawinan Edwin dan Renna itu. Kumala Dewilah yang mampu menolongnya sekali
lagi.

Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu, apakah Mbak Miss juga yang mengirimkan kekuatan gaib hitam kepada
pasangan-pasangan yang sedang kencan itu" Mbak Missye yang membuat mereka
meledak hingga berkeping-keping mayatnya"!"
Missye tercengang bengong memandangi Sandhi yang bertanya padanya, Sandhi, Buron
dan Kumala seolah-olah menunggu jawaban itu dan mengharap agar Missye segera
menjawabnya. -o0o))((dw))((o0o4 DILIHAT dari nilai kecantikannya yang masih tampak muda sekali itu, siapa pun
orangnya tak akan menyangka 61
bahwa Kumala Dewi gadis yang memiliki kesaktian sangat tinggi. Termasuk Missye
yang tak menyangka bahwa ternyata gadis cantik jelita seperti berusia 24
tahun itu sulit sekali untuk dikelabuhi atau dibohongi.
Missye sudah berusaha menyakinkan kejujuran ucapannya dengan berbagai cara,
namun Kumala Dewi tetap menggelengkan kepala dengan senyum
anggunnya. Bahkan dengan sangat kalem penuh kharisma ia terang-terangan menilai
Missye tidak jujur.
"Masih ada sesuatu yang disembunyikan dari seluruh penjelasan dan pengakuan Mbak
Miss tadi. Pada saat ucapan Mbak Missye bertentangan dengan hati nurani, maka
jiwa Mbak Missye mengalami getaran halus secara naluriah. Dan, getaran jiwa
sehalus itu sangat jelas saya rasakan dalam kalbuku. Seolah-olah kalbu saya ikut
terguncang oleh getaran jiwa Mbak Missye yang menyangkal kata-katanya sendiri."
"Hmm, tapi... berani sumpah deh, semua sudah kujawab dan kujelaskan apa adanya
kok. Swear!"
Senyum di bibir ranum putri dewa itu makin melebar Ia tidak menunjukkan rasa
kecewanya walau merasa masih dibohongi Ia justru tertawa kecil, renyah dan merdu
suaranya . Kuncup bunga yang tumbuh menembus keremangan petang menjadi
bermekaran mendengar tawa si anak bidadari dari Kahyangan itu.
"Ya, sudah .. kalau Mbak Missye masih bersikeras merahasiakan sesuatu yang
tampaknya sangat pribadi itu, saya nggak akan memaksa Mbak Missye agar
memaparkannya saat ini. Memang bukan hal yang mudah menjadi orang yang selalu
berpegang teguh pada kejujuran jiwa. Cepat atau lambat pasti Mbak Miss akan 62
dapat menegakkan kejujuran hidup dalam jiwa Mbak sendiri."
"Habis... gimana lagi sih..."!" Mbak Missye justru salah tingkah, seperti didera
oleh keresahan yang membingungkan. Kumala Dewi tetap tenang, ramah dan
bersahabat sekali terhadap tamunya yang baru dikenal satu jam yang lalu.
"Tapi, Mbak... menurut pendapat saya, sesuatu yang Mbak sembunyikan demi gengsi
atau untuk suatu tujuan tak baik, lama-lama akan menjadi busuk dan menyiksa diri
Mbak Missye sendiri lho. Bayangan dosa akan menggerogoti batin kita selama kita
masih menyimpan virus kebohongan terhadap siapa saja. Itu benar lho, Mbak!"
"Hmmm, iya sih... tapi sebenarnya aku sudah..."
"Mbak mau ikut santap malam bersama kami?" potong Kumala sengaja untuk
mengalihkan pembicaraan, karena tampaknya sang tamu sudah terdesak dan sulit
menetralisir perasaannya yang gundah itu.
Missye memang merasakan suatu siksaan batin luar biasa. Padahal biasanya ia tak
pernah merasakan hal itu secara berlebihan sekali pun ia berbohong seratus kali
dalam sehari. Entah mengapa kali ini kebohongan seperti pisau yang menyayat
hati, seperti palu godam yang menghantam ulu hatinya, bahkan seperti berada
dalam suasana menyongsong datangnya ajal.
Menakutkan sekali. Missye tak kuat menahan perasaan itu di depan Kumala Dewi
yang tidak melakukan tindakan apa-apa dan tetap bersikap ramah dalam keakraban
seorang sahabat.
63 "Baiklah... sepertinya aku nggak sanggup lagi kalau harus berpura-pura di
depanmu, Kumala ..," kata Missye pada akhirnya, ia ingin melepas seluruh beban
kejiwaannya, juga membuang semua rasa bersalahnya.
Perasaan lega yang menggembirakan hati langsung dapat ia rasakan pada waktu itu,
dan sekarang sedang dikenangnya sendiri dalam perjalanan bersama Dewi Ular.
Itulah sebabnya, sejak berangkai meninggalkan rumah Kumala bersama gadis
paranormal dan sopirnya yang bernama Sandhi, mulut Missye lebih banyak bungkam
daripada berceloteh seperti biasanya. Ia sedang merenungi kelegaan yang berhasil
ia peroleh sejak melengkapi pengakuannya lebih jujur lagi.
"Kumala, terus terang... memang sebenarnya aku tidak dibantu oleh dukun dari
tempat yang jauh aku mengaku, itu cuma siasatku saja untuk merahasiakan siapa
pihak yang membantuku dalam rencana menggagalkan perkawinannya Edwin dan Renna
itu. Sebenarnya yang membantuku dengan kekuatan gaib melalui hujan deras tempo hari
adalah temanku sendiri.
Teman baru. Dia juga masih muda. seperti kamu. Dia juga cantik dan sexy. Dia
pandai menarik simpatik setiap orang, termasuk aku yang menjadi sangat terkesan
dengan perkenalan kami yang bersahabat sekali itu."
"Berapa lama kenal dia?"
"Sekitar... baru empat hari, lima hari dengan sekarang."
"Mbak tahu di mana tempat tinggalnya " "
64 "Tahu," jawabnya polos. Tampakjelas kejujurannya lewat ekspresi wajah dan
tatapan mata yang penuh kepasrahan.
"Saya ingin berkenalan juga dengan orang itu, Mbak.
Bisa bantu saya mengenalnya?"
"Bisa. Dia punva nama yang mudah diingat dan cepat dikenal. Nuy, itu namanya."
"Nuy..."!" gumam Kumala dengan dahi sedikit berkerut. Ada sesuatu yang dirasakan
janggal olehnya begitu mendengar nama Nuy. Tapi deteksi gaibnya merasakan sebuah
kejujuran begitu polos, menandakan bahwa Missye memang berkata benar. Nuy bukan
nama hasil karangan Missye sendiri.
"Aku punya nomor telepon tempat kostnya, kalau kau mau menghubungi dia kapan
saja... bisa!" kata Missye memecah kebisuan di antara mereka berdua.
"Saya ingin ketemu dia, Mbak. Bisa antarkan saya ke sana"!"
"Tap... tapi... hmmm, eehh... gimana. ya?"
Saat itu Missye nyengir kuda. Salah tingkah sendiri.
Padahal Nuy sudah wanti-wanti padanya untuk tidak menyebutkan namanya kepada
siapapun, supaya rahasia pribadi mereka saling terlindungi. Sekarang rahasia itu
sudah dibeberkan di depan Kumala, lalu Kumala minta diantar ke tempat kostnya
Nuy. Lalu, apa kata Nuy nanti jika mengetahui bahwa Missye tidak menepati
janjinya" Tapi, tanpa membocorkan rahasia itu, Missye menderita tekanan batin yang sangat
menyiksa. Dan, ketika pada akhirnya ia putuskan untuk bersedia mengantarkan
Kumala menemui Nuy, perasaan plong di dalam hatinya 65
luar biasa puasnya. Lega sekali. Seolah-olah tak ada beban sedikit pun dalam
batinnya maupun pada otaknya.
"Aneh" Kok bisa merasakan begitu aku, ya?" pikir Missye saat masih berada dalam
mobil BMW hijau, kebanggaannya si Dewi Ular itu.
Missye tak sadar bahwa ia telah terkena pengaruh hawa saktinya Kumala yang
keluar melalui tatapan mata indahnya itu. Hawa sakti tersebut dapat membuat
seseorang merasakan kelegaan dan kebahagiaan hati ketika ia memberikan suatu
kejujuran yang benar-benar, tulus dari hati nuraninya. Apalagi Kumala menjamin
keselamatan Missye dari ancaman Nuy atau pihak mana pun, semakin tentram hati
Missye selama menjadi pemandunya Kumala Dewi.
Malam itu juga mereka menuju tempat kostnya Nuy.
Motor yang sudah berubah menjadi seperti baru keluar dari showroom itu
dititipkan di rumah Kumala. Mereka , bertiga menggunakan mobil mewah tersebut.
Buron sengaja tidak dibawa oleh Kumala, meski pun ia adalah asistennya Kumala
untuk urusan gaib. Buron hanya ditugaskan memonitor keadaan sekitar tempat
tinggal mereka, sekaligus sebagai penjaga rumah, mewakili Kumala jika sewaktuwaktu ada klien yang datang malam itu.
Mereka tiba di rumah kost Nuy sebelum pukul delapan malam.Tempat kost itu
terletak di pinggiran jalan menuju kompleks perumahan dosen. Pada waktu Missye
bermalam di rumah bibinya yang tinggal di komplek perumahan dosen itu, ia
bertemu dengan Nuy dan akhirnya berkenalan. Perkenalan mereka terjadi pada saat
Missye dan sepupunya; Lolly, sedang dalam 66
perjalanan pulang dari rumah famili mereka. Mengendarai sebuah mobil Espass yang
dikemudikan oleh Lolly.
Mobil itu mogok tanpa sebab di pertengahan jalan, tepat di tempat yang sepi dan
rawan kejahatan.
"Pada waktu itu cuaca sangat buruk, tapi tak sampai turun hujan. Hanya hembusan
angin yang muncul dengan ganas, menyerupai badai lautan," tuturnya kepada
Kumala, sewaktu mereka masih dalam perjalanan tadi.Missye dan Lolly sama-sama
tak tahu soal mesin mobil. Mereka berdua sama-sama kebingungan. Satu-satunya
jalan adalah menghubungi kakaknya Lolly melalui HP agar datang ke tempat mobil
yang mogok tanpa diketahui penyebabnya itu.
Namun sebelum mereka sempat menghubungi
kakaknya Lolly, seorang gadis muda sekitar 25 tahun usianya, datang dari sebuah
halte yang ada di belakang mereka. Gadis itu berambut pendek, cantik, sekal dan
padat berisi bentuk tubuhnya. Ia baru turun dari sebuah angkutan kota.
Gadis itu menghentikan langkahnya sewaktu hendak melewati tempat mogoknya mobil
Lolly. Rupanya gadis itu datang dari suatu tempat yang jauh, yang tidak
mengenali jalan-jalan di sekitar tempat itu. Mengaku baru datang dari luar kota.
la menanyakan nama jalan yang dituju, tapi Lolly dan Missye tidak mengetahuinya.
Ketika gadis itu mendengar keluh kesah Lolly dan Missye, yang jengkel akibat
menghadapi mobil mogok itu, ternyata si gadis berhidung mancung itu menawarkan
bantuan tenaga.
Gadis yang kemudian memperkenalkan diri bernama Nuy itu ternyata berhasil
memperbaiki kondisi mesin 67
mobil tersebut. Sebagai balas jasa atas bantuan Nuy, mereka berdua menawarkan
tumpangan untuk mencari alamat yang dituju. Ternyata sampai hampir tengah malam
mereka masih belum menemukan alamat yang dituju Nuy. Lolly menawarkan untuk
bermalam di rumahnya, karena kebetulan malam itu papa, mama dan adik- adiknya
sedang menginap di rumah famili yang tadi dikunjungi Lolli dan Missye juga.
"Sejak malam itulah aku mengenal dia, dan mengetahui bahwa dia bukan hanya gadis
yang enak diajak ngobrol, cerdas dan luas wawasannya, tapi juga dia punya
kelebihan. Menurutnya kekuatan gaib yang dimiliki itu bukan berasal dari seorang
guru supranatural, melainkan pembawaan sejak lahir. Maka, kucoba untuk berkeluh
kesah padanya, curhat padanya, sampai akhirnya ia menawarkan sebuah rencana
untukku. Aku sangat setuju, karena rencana itu memang merupakan bagian dari
gagasan gilaku, yaitu merebut Edwin dan mengacaukan perkawinannya. Lalu...
sebelum itu, siangnya aku sempat membantu Nuy mencarikan tempat kost, dan
kudapatkan tempat kost itu tak jauh dari rumah bibi. Di tempat kost itulah Nuy
ngerjain perkawinannya Edwin dengan beberapa syarat yang ia sediakan sendiri
Pokoknva, aku tahunya terima beres saja...!"
Sampai di situ saja penjelasan Missye yang lebih detil lagi itu dituturkan! Ia
tak menyambung kata-katanya karena harus memberi paduan kepada Sandhi mengenai
arah mobil. Tak sampai satu menit mobil pun berhenti di depan tempat kost
berlantai dua dan berhalaman luas. Di situlah Nuy tinggal, di kamar atas
bernomor pintu 106.
68 Missye turun lebih dulu. Tampak sudah terbiasa datang bertamu keitempat kost
itu. "Lama amat sih" Kok nggak segera turun bossmu itu, San"!" tegurnya kepada
Sandhi, karena Sandhi sudah ikut masuk ke halaman sementara Kumala Dewi masih di
dalam mobil. Mereka berdua menunggu di depan serambi depan yang menjadi satu
dengan ruang tamu. Karena kelihatannya Missye tidak sabar menunggu Kumala turun
dari mobil, maka Sandhi pun berkata dengan nada ragu-ragu.
"Mungkin... mungkin Kumala sedang menukar sepatunya dengan yang lebih santai
lagi. Tunggu sebentar, pasti akan segera keluar."
"Sebaiknya...," belum selesai Missye mengatakan sesuatu, ternyata Kumala sudah
muncul dari dalam mobil. Ia segera melangkah menghampiri keduanya sambil masih
menempelkan HP-nya di telinga. Rupanya tadi Kumala harus menerima telepon dulu
dari seseorang dan bermaksud keluar dari mobil setelah percakapannya selesai.
Tapi karena merasa ditunggu oleh Missye, akhirnya sebelum percakapan itu selesai
ia sudah lebih dulu keluar dari mobilnya.
Tiga langkah sebelum mencapai Missye dan Sandhi, percakapan telepon itu selesai.
Suaranya langsung terdengar jelas, ditujukan kepada Sandhi.
"Kita harus segera meluncur ke perumahan Puri Elok, San!"
"Ada apa?" tanya Sandhi mulai curiga.
69 "Baru saja Mbak Mer telepon, memberi tahu bahwa tiga menit yang lalu telah
terjadi ledakan besar di salah satu rumah Puri Elok. Dan..."
"Astaga....."!" Sandhi terperangah.
"Ledakan.."!" Missye juga terbelalak kaget. "Ada korbannya?"
"Sepasang kekasih yang sedang kencan .." jawab Kumala tegas tapi terkesan kalem.
"Mereka hancur seperti yang sudah-sudah, tapi tak separah yang lain.
Masih ada beberapa potong sisa tubuh mereka yang bisa dikenali"
"Gila! Kalau begitu kita segera ke sana saja. Sekarang juga!"
"Tunggu dulu!" sergah Missye. "Kita temui duluNuy.
Mumpung kita sudah sampai di sini. Bukankah begitu, Kumala?"
Dengan tatapan mata yang lembut namun mengan dung senyum yang aneh, Kumala Dewi menggelengkan , kepala nyaris tak kentara.
"Sepertinya kedatangan kita sia-sia, Mbak Miss."
"Sia-sia bagaimana" Ya, nggak sia-sia dong ...,"
Missye bersungut-sungut, lalu segera menemui dua orang gadis yang sedang dudukduduk di ruang tamu. Ia menanyakan Nuy kepada kedua orang itu. Salah satunya
menjawab dengan nada agak ketus, menampakan rasa kurang simpatinya kepada Nuy.
"Mau cari si angkuh itu" Uuhh... telat, Kak. Kalau saja Kakak datang sebelum
maghrib tadi, ya bisa ketemu si tengilitu."
70 "Oh, jadi... Nuy pergi?"
"Pergi sama gacoannya," jawab yang satunya.
"Mungkin dia dibooking sama si tampan keren bermobil Carnival merah maroon itu.
Entah di hotel mana mereka saling nyosor!"
Missye langsung berpaling menatap Kumala Dewi.
Tatapan matanya bernada kecewa bercampur heran.
Bukan kata-kata sinis kedua gadis itu yang membuatnya bereaksi demikian, tapi
kata-kata Kumala tadi yang diingatnya saat itu. Ternyata gadis paranormal cantik
itu sudah mengetahui lebih dulu bahwa Nuy tidak ada di tempat, sehingga berani
menyatakan kehadirannya adalah sia-sia.
Missye juga merasa kecewa, karena sebenarnya Nuy tidak pergi sebelum ia datang.
Sebab sebelum peristiwa ia jatuh bersama motornya, ia sudah lebih dulu membuat
janji untuk bertemu di tempat kost itu bersama Nuy.
Ternyata Nuy tidak menepati janji, dan membuatnya tak enak hati terhadap Dewi
Ular dan sopirnya itu.
Perasaan tak enak itu semakin membuat hati Missye berdesir, bagaikan meluncur
dari suatu ketinggian yang mendebarkan. Desiran menyengat ulu hatinya itu
terjadi ketika ia masuk ke mobil kembali. Karena motornya masih dititipkan di
rumah Kumala, mau tak mau ia terpaksa ikut ke Puri Elok lebih dulu. Tetapi suatu
keajaiban telah terjadi pada saat itu, tepat pada saat BMW
hijau giok itu mundur sedikit, kemudian mulai meninggalkan tempat kost Nuy.
"Angkat kakimu..."
71 Samar-samar Missye mendengar suara Kumala bicara kepada sopirnya. Entah apa yang
dilakukan Sandhi setelah mendengar perintah itu, yang jelas Missye merasa
seperti terayun dari tempat yang tinggi. Siiiiir...
Mobil melaju cepat. Tak jelas berapa ukuran kecepatan itu. Yang dirasakan Missye
adalah kilauan cahaya sekejap yang menyilaukan mata, sehingga matanya berkedip
secara refleks. Begitu mata terbuka lagi, mobil telah berhenti di antara
kerumunan massa. Missye tercengang, karena ia mengenali pemandangan sekitarnya
ternyata adalah pemandangan di komplek pemukiman elite: Puri Elok.
"Wow..."!" desahnya terkagum-kagum. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa ia
malam ini akan melakukan perjalanan gaib bersama Kumala Dewi dan Sandhi, yaitu
perjalanan menembus dimensi gaib yang membuat mereka bisa berada di Puri Elok
dalam sekejab. Padahal perjalanan mobil normal dari tempat kostnya Nuy ke Puri Elok akan
memakan waktu sekitar 30 menit.
Sampai mereka bertiga turun dari mobil mewah itu, Missye masih terbengongbengong seperti orang linglung. Desiran di hatinya masih tersisa sedikit, dan
membuatnya menjadi sulit berkata apa-apa. Sandhi segera memberi isyarat agar
mereka mengikuti langkah Kumala memasuki halaman rumah tempat ledakan bom itu
terjadi. Mereka mendapat kemudahan dari para petugas kepolisian yang mengamankan
sekeliling rumah korban, karena para petugas kepolisian sangat mengenali siapa
gadis cantik jelita yang berani menerobos pita kuning pembatas wilayah TKP itu.
Siapa lagi kalau bukan si cantik konsultan kriminil untuk kepolisian yang telah
72

Dewi Ular Puncak Kematian Cinta di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

banyak membantu pihak kepolisian dalam
mengungkapkan kasus-kasus misterius itu"
Seperti halnya ledakan bom yang terjadi tiga menit yang lalu ternyata semakin
kuat dikategorikan sebagai kasus kriminil misterius. Peledakan bom misterius itu
selalu menewaskan dua orang korban berlainan jenis, dan kondisi mayat korban
selalu dalam keadaan menggenaskan sekali. Anehnya korban selalu dalam keadaan
tak tetutup selembar benang pun, seolah-olah mereka berdua meledak bersama
ketika sedang asyik bercumbu mesra. Korban kali ini sedikit berbeda dengan yang
sudah-sudah. Kepala mereka yang terlepas dari tubuh masing-masing, ternyata
masih memiliki bentuk wajah yang dapat dikenali oleh mereka yang punya hubungan
dekat dengan kedua korban. Salah satu orang yang tersentak kaget sambil
menyeringai ngeri adalah Missye, karena ia mengenali wajah salah satu dari kedua
korban. "Hahh..."! Nuy. Nuuuyyy...?"!" sebutnya dengan serak parau dan menggigil di
tempat sambil berpegangan pundak Sandhi.
Tentu saja Sandhi tersentak kaget mendengar pernyataan tak langsungnya Missye
itu. Hampir saja ia tak percaya ketika Missye lebih nyata lagi menyakinkan bahwa
gadis yang menjadi korban ledakan kali ini adalah Nuy.
Sandhi menjadi sangat percaya setelah melihat mobil si lelaki tampan yang ada di
dalam garasi dan ikut rusak karena ledakan itu adalah mobil Carnival merah
maroon, seperti yang dikatakan hedua gadis penghuni tempat kost di sana.
73 "Mala, ternyata korban itu adalah Nuy .. ! " kata Sandhi. "Bagaimana mungkin
gadis berilmu hitam cukup tinggi itu akhirnya tewas dalam satu ledakan
misterius"!
Apakah menurutmu... Missye menipu kita"'
"Tidak," jawab Kumala masih dengan sikapnya yang sangat kalem dan berkharisma
sekali. Sejak tadi ia bersikap demikian, tak terlihat ekspresi herannya, atau
ketegangan di permukaan wajah cantiknya itu. Ia juga tak merasa ngeri, jijik,
atau takut. Ia sangat tenang, sekaligus sangat mengagumkan di mata siapa saja.
"Aku sudah menduga telah terjadi sesuatu pada diri Nuy, yaitu sejak aku turun
dari mobil di depan tempat kostnya tadi. Aku tak merasakan getaran energi Nuy
sewaktu kakiku menapak ke tanah. Kesimpulanku tadi, Nuy pasti tidak ada di
tempat. Dan, ketika kudengar Nuy pergi dengan pria tampan bermobil Carnival
merah, naluri gaibku segera menangkap sinyal bahaya pada diri mereka berdua.
Ternyata kecurigaan naluriku adalah benar."
Kata-katanya terhenti oleh sesuatu yang menarik perhatiannya. Hidung mancung
berbibir ranum sensual itu mengendus-endus udara di sekelilingnya. Sandhi dan
Missye memperhatikan dengan rasa ingin tahu. Melihat dahi Kumala sedikit
berkerut, Sandhi tak sabar untuk segera mengetahui keganjilan yang ditemukan
pada diri si gadis putri tunggal Dewa Permana itu.
"Ada apa"! Katakan, ada keganjilan apa yang kau temukan saatini, Mala! "
"Ada apa sih...?" Missye ikut bertanya dengan air mata disusutkan memakai
tangannya sendiri.
74 "Mbak Mssye nggak perlu menangisi kematian Nuy.
Dia bukan seorang teman yang baik."
"Kenapa kamu bilang begitu"!"
"Karena...," Kumala menatap Sandhi, menandakan kata-kata berikutnya ditujukan
pada pemuda bertampang lumayan itu.
"Aku selalu mencium bau yang yang sama jika sedang berada di TKP kasus seperti
ini. Kurasa kesimpulanku nggak salah lagi, San."
"Bau apa maksudmu?"
"Semacam bau jenis nitrogen dan uap larutan zat yang tak dikenali di muka bumi
ini." Ia mengendus-endus lagi. Kali ini Sandhi dan Missye ikut-ikutan mengendus-endus
sekelilingnya. Namun mereka tali menemukan aroma aneh yang dicurigai Dewi Ular
itu. Sandhi berterus terang tak menemukan kejanggalan apapun selain bau asap
bakaran kain, kayu, daging manusia dan yang lainnya.
"Kejanggalan yang kutemukan hanya pada kondisi mayat korban," kata Sandhi.
"Tanpa darah merah. Darah korban menjadi hitam, kering, sebagian besar serpihan
tubuhnya menjadi arang, keras, berabu dan..."
"Dan, bagian tubuh Nuy sama seperti wanita-wanita yang menjadi korban ledakan
seperti ini, yaitu cepat menjadi rentas dan seperti gumpalan arang. Diremas
sedikit hancur menjadi debu, kan"! Itu artinya Nuy dan wanita korban lainnya
adalah bukan manusia biasa."
75 "Bukan... bukan manusia biasa"!" Missye setengah terpekik kaget. "Lalu .. jika
Nuy bukan manusia biasa, lantas apa dong"!"
"Penghuni alam kegelapan," jawab Kumala pelan sekali, karena tak ingin orang
lain mendengarnya, supaya tidak menimbulkan kekacauan dan keresahan di antara
mereka. Ia bahkan segera bergegas menghampiri Polwan cantik yang tadi
mengabarinya melalui HP itu: Peltu Merina Swastika.
-o0o))((dw))((o0oSangat memprihatinkan sekali. Baru seminggu lewat sehari Kumala Dewi pulang dari Swedia , sudah harus berhadapan dengan 18 korban ledakan
misterius pihak kepolisian hingga kini belum berhasil melacak pelaku peledakan
yang selalu menelan korban yang sedang bercumbu mesra itu.
Dinas intelejen yang telah dikerahkan pun sampai sekarang belum dapat mendeteksi
Kisah Sepasang Rajawali 18 Tokoh Besar Karya Khu Lung Kisah Para Penggetar Langit 9

Cari Blog Ini