Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit Bagian 2
Putih, yang tidak bisa disamakan dengan lawan-lawannya
terdahulu. Apalagi, saat itu Panji mengirimkan serangan yang tidak kepalang
tanggung. Memang pemuda itu sadar
kalau harus segera membungkam lawannya. Kalau tidak, maka kedudukannya akan sangat berbahaya. Maka,
begitu serangan pertamanya berhasil dihindari lawan,
Panji langsung menyusul dengan hantaman telapak tangan yang meluncur deras mengancam dada, Sedangkan
tendangan yang mengarah ke lambungnya, sama sekali
tidak dipedulikan. Tapi, tentu saja Panji telah mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi lambung
yang menjadi incaran serangan lawan.
Bukkk! Wuttt! Desss...! Tendangan Tengkorak Hutan Jati yang telak
menghajar lambung Panji, malah membuat orang itu menjerit kesakitan. Dan sebelum lawan terbebas dari rasa
terkejutnya, telapak tangan pemuda itu telah menghajar dada kiri lawan.
Tanpa dapat dicegah lagi, tubuh tinggi kurus itu
pun terjengkang ke belakang. Darah segar langsung
menyembur dari mulutnya. Tokoh sesat yang terkenal kejam dan jarang menemukan tandingan itu, terpaksa harus
merelakan tubuhnya terbanting keras ke tanah.
Bruggg! "Hukkk...!"
Terdengar keluhan pendek yang keluar dari mulut tokoh
sesat bertubuh tinggi kurus itu. Namun, meskipun pinggang dan dadanya terasa sakit, Tengkorak Hutan Jati
mencoba memaksa diri untuk bangkit berdiri.
Pendekar Naga Putih yang memang tidak ingin
memberi kesempatan kepada lawannya, kembali meluncur
dengan disertai hantaman kepalannya.
Bettt! Plakkk! "Ahhh !?"
Panji memekik tertahan ketika kepalannya yang tengah meluncur ke dada lawan itu, tiba-tiba membentur sebuah lengan lain yang mengandung kekuatan hebat. Sehingga, tanpa dapat dicegah lagi, tubuh pemuda itu
pun terjajar mundur sejauh setengah tombak lebih. Tentu saja kenyataan itu
membuat hati Pendekar Naga Pulih bergetar!
"Hm.... Kiranya sang pendekar besar yang coba-coba mengacau tempat ini. Apakah
yang kau cari di tempat ini, Pendekar Naga Putih?" tegur sosok tinggi kurus.
Orang itu mengenakan jubah berwarna hitam. Sepasang mata yang tersembunyi di balik kerudung yang
juga berwarna hitam itu, tampak memancarkan sinar kemerahan yang menggetarkan hati Pendekar Naga Putih.
"Malaikat Gerbang Neraka...!" desis Panji terkejut melihat kemunculan tokoh
sesat berkepandaian tinggi itu.
Dan ketika pemuda itu mengedarkan pandangan, hatinya semakin tercekat! Betapa tidak" Ternyata di tempat itu telah pula berdiri beberapa sosok tubuh lainnya. Dua di antara mereka dikenali sebagai Datuk Panglima Sesat dan
Memedi Karang Api. Sedangkan dua
orang yang sama sekali belum pernah dilihatnya, namun
sudah dapat ditebak. Siapa lagi kedua orang itu kalau
bukan Datuk Selatan dan Datuk Utara. Tentu saja kenyataan itu membuat hati Pendekar Naga Putih berdebar tegang! Jangankan dirinya yang hanya memiliki dua tangan
dan kaki. Andaikata saat itu memiliki delapan tangan dan delapan kaki pun,
rasanya tidak mungkin dapat meloloskan diri dari tempat itu.
"He he he.... ini namanya ular mencari penggebuk. Siapa sangka tokoh muda yang terkenal ini
akan mencari kita," kata salah seorang dari mereka yang bertubuh pendek gemuk
dan berjenggot lebat.
Panji segera saja dapat menebak, siapa laki-laki setengah baya yang bertubuh cebol dan berjubah merah itu.
Siapa lagi kalau bukan Raja Iblis Baju Merah" Dialah yang merupakan penguasa
golongan sesat di wilayah Selatan.
"Hik hik hik.... Pemimpin Agung, bolehkah aku mewakilimu untuk memberi pelajaran kepada bocah kurang
ajar ini" Rasanya tanganku sudah gatal sekali hendak
memecahkan kepalanya yang sombong itu," kata seorang nenek.
Dia berusia sekitar tujuh puluh tahun. Tubuhnya
yang bungkuk udang itu tampak seperti seekor burung ban-gau yang berdiri di atas
permukaan air. Sebatang tongkat hitam, tampak tergenggam di tangan kanannya.
"Hm.... Silahkan, Nyai. Tapi, ingat. Pemuda ini tidak boleh sampai tewas. Kau
tahu, aku mempunyai sebuah rencana yang bagus untuknya," sambut Malaikat Gerbang Neraka yang segera
melangkah mundur.
"Hati-hati, Nyai. Kabarnya pendekar muda itu telah mampu meloloskan diri dari
keroyokan dua orang kawan kita ini. Benarkah begitu?" kata Raja Iblis Jubah
Merah sambil mengerling penuh ejekan ke arah Datuk Panglima Sesat dan Memedi
Karang Api. Jelas, ucapannya itu sengaja untuk
menyindir kedua orang rekannya.
"Hm.... Tidak perlu aku berbantah denganmu, Manusia Cebol! Kalau memang merasa mampu, uruslah pemuda itu!" sahut Datuk Panglima Sesat dengan wajah memerah.
Mungkin bila ketua mereka tidak berada di tempat itu,
Datuk Panglima Sesat sudah menerjang lelaki cebol
yang melontarkan penghinaan kepadanya.
Lain halnya Memedi Karang Api. Mendengar ejekan
itu, ia hanya terkekeh pelan. Sedikit pun hatinya tidak merasa tersinggung oleh
ucapan Raja Iblis Baju Merah. Seba-liknya, ia malah mengakui kehebatan Pendekar
Naga Putih. "He he he.... Pemuda itu memang lihai sekali. Kalau saja aku berhadapan sendiri dengannya, mungkin
akan sulit sekali mencapai kemenangan. Entah bila kau berani menghadapinya
seorang diri," aku Memedi karang Api dengan nada perlahan.
"Hm.... Meskipun harus menghadapinya seorang
mengapa harus takut" Akan kubuktikan kalau pemuda
yang berjuluk Pendekar Naga Putih itu dapat kulumpuhkan tidak lebih dari lima puluh jurus. Lewat dari ketentuan itu, anggaplah kalau
aku telah kalah olehnya. Bagaimana" Apakah kalian berani bertaruh?" tantang Raja Iblis Baju Merah, sombong.
"Sudahlah. Sekarang bukan waktunya bertengkar. Aku tidak mau tahu! Yang penting,
kalian uruslah pemuda itu.
Lumpuhkan dan bawa menghadap kepadaku di dalam
markas." Malaikat Gerbang Neraka yang tidak ingin mendengar
perselisihan itu bergegas menengahi. Memang, kalau tidak, keempat datuk itu bisa bertarung satu sama lain.
Kemudian tokoh sesat maha sakti itu melangkah memasuki bangunan besar itu.
Untuk beberapa saat lamanya, keempat orang datuk sesat itu hanya dapat saling berpandangan. Jelas,
kalau mereka tidak membantah perkataan tokoh mengiriskan itu. Sepeninggal Malaikat Gerbang Neraka, keempat datuk
sesat itu segera mengepung Pendekar Naga Putih. Untuk
sejenak, mereka hanya berdiri mematung sambil menatap
pemuda berjubah Putih yang telah menggenggam Pedang
Naga Langit di tangan kanan. Jelas kalau Panji sudah bersiap menghadapi
keroyokan empat orang datuk sesat itu.
*** 4 "He he he.... Kalian lihat, apa yang berada di tangan pemuda sombong itu"
Bukankah itu Pedang Naga
Langit yang telah lenyap pada beberapa puluh tahun yang lalu" Entah bagaimana
bisa berada di tangan pemuda
itu?" ujar Raja Iblis Baju Merah yang menatap pedang di tangan Panji penuh minat
"Hei, benar! Pedang itu memang Pusaka Naga Langit! Hm.... Kalau begitu, pemuda ini memang bukan
orang sembarangan. Buktinya, hanya orang-orang pilihanlah yang mampu memiliki pusaka keramat itu. Wah!
Pemimpin Agung tentu akan gembira sekali apabila pusaka keramat itu kuhadiahkan
kepadanya," seru Kuntilanak Bukit Mandau, ratu sesat di wilayah Utara.
"Sudahlah, tidak perlu banyak cakap. Lebih baik segera kita tangkap pemuda itu
saja. Mengenai pusaka keramat itu, biarlah Pemimpin Agung yang menentukan," ujar
Datuk Panglima Sesat yang kekesalannya masih belum hilang. Mendengar ucapan itu, Raja Iblis Baju Merah segera
saja melompat ke arah Panji. Kedua tangannya berputaran cepat hingga menimbulkan angin keras laksana topan.
Bettt...! Sambaran tangan kanan tokoh sesat bertubuh cebol
itu ternyata sangat hebat. Serangkum angin keras berhembus membuat jubah
Pendekar Naga Putih berkibar keras. Panji yang menyadari kalau harus bekerja keras untuk menghadapi keempat
datuk sesat itu, bergegas menggeser tubuhnya ke samping kanan. Berbarengan gerakan
itu, Pedang Naga Langitnya dikibaskan dengan kecepatan
kilat. Wuttt...!
Seketika berhembus hawa dingin yang menusuk tulang, disertai kilatan sinar keemasan yang berkeredep menyi-laukan mata.
Hebat dan berbahaya sekali sambaran pedang di tangan Pendekar Naga Putih. Sehingga, datuk sesat wilayah
Selatan yang semula memandang rendah pemuda itu
menjadi terkejut karenanya. Maka tubuhnya cepat dimiringkan sambil melepaskan
tusukan jari-jari tangan terbuka, mengancam leher Panji.
Belum lagi Pendekar Naga Putih sempat menghindari
serangan itu, Datuk Panglima Sesat melompat disertai
tebasan tangan miringnya. Serangan tokoh Timur itu
benar-benar hebat dan sangat cepat. Sehingga, pendekar
muda itu cukup sibuk menghadapi dua buah serangan
berbahaya yang menggencet dan dua arah.
Namun, Panji bukanlah pendekar hijau yang baru turun gunung. Pengalaman telah banyak mengajarkannya
untuk tetap tenang meski dalam keadaan bagaimanapun
sulitnya. Maka dalam menghadapi serangan kedua orang
datuk sesat itu, cepat tubuhnya berguling. Pedangnya langsung disabetkan,
membabat kaki Raja Iblis Baju Merah
yang berada di depannya.
Syuuut...! Datuk sesat bertubuh cebol itu kembali terkejut melihat kegesitan lawannya. Maka serangannya yang kandas
itu cepat ditarik pulang. Kemudian, ia melompat ke belakang untuk menghindari
sambaran pedang yang mengancam kaki kanannya.
Meskipun serangannya gagal, namun Pendekar Naga Putih terus menggulingkan tubuhnya menjauhi tempat
itu. Setelah merasa cukup jauh, tubuhnya melenting
bangkit disertai gerakan pedangnya yang bergulung menyelimuti tubuhnya.
" Heaaat...!"
Pada saat tubuh pemuda itu melenting bangkit,
Kuntilanak Bukit Mandau bergerak cepat melancarkan serangan kilat ke arah
Pendekar Naga Putih. Tongkat hitam di tangannya berputaran hingga lenyap menjadi
gulungan sinar hitam yang menimbulkan angin menderu-deru.
Trang...! Terdengar ledakan keras ketika gulungan sinar hitam dan sinar kuning keemasan saling berbenturan di
udara. Bunga api memercik ketika kedua senjata yang
sama-sama digerakkan tenaga sakti luar biasa saling berbenturan.
"Ahhh...!"
Kuntilanak Bukit Mandau berseru tertahan. Tubuhnya yang tinggi kurus itu terjajar mundur hingga satu
tombak lebih. Tentu saja kenyataan itu membuatnya terkejut. "Gila! Pemuda itu
ternyata memiliki tenaga dalam yang sangat tinggi! Untunglah aku telah berjagajaga sebelum-nya. Kalau tidak, mungkin bisa terluka akibat benturan yang keras
tadi," maki Kuntilanak Bukit Mandau, dalam hati. Sedangkan Panji sendiri juga
mengalami hal yang se-rupa. Meskipun kuda-kudanya hanya tergempur sejauh tiga langkah, namun kenyataan itu telah membuatnya terkejut. "Hm.... Untuk menghadapi nenek itu saja, aku harus membutuhkan waktu yang cukup lama. Lalu, bagaimana pula aku dapat lolos dari kepungan empat orang
datuk sesat ini" Hm.... Apa pun yang terjadi, aku harus mempertahankan diri
mati-matian," gumam Panji dalam hati. Pendekar Naga Putih merasa tidak mempunyai
kesempatan lagi untuk keluar dari tempat itu dengan selamat.
Maka, seluruh kekuatan 'Tenaga Sakti Gerhana Bulan'
yang dimilikinya segera dihimpun.
Sesaat kemudian, lapisan kabut bersinar putih keperakan yang menyelimuti sekujur tubuh pemuda itu
tampak semakin melebar. Hal itu menandakan kalau Panji telah mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya untuk
menghadapi keroyokan itu.
"Heaaat...!"
Dibarengi sebuah teriakan dahsyat yang bagaikan hendak merobohkan bangunan besar itu, tubuh Panji melesat
cepat ke arah Kuntilanak Bukit Mandau.
Wukkk... wukkk...!
Pedang Naga Langit di tangan pemuda itu berputaran menciptakan gelombang angin puting-beliung yang
mengerikan. Sinar keemasan bergulung-gulung turunnaik bagaikan seekor naga murka.
Kuntilanak Bukit Mandau terkejut bukan kepalang melihat dahsyatnya serangan yang dilancarkan pemuda itu.
Cepat tongkat hitam di tangannya diputar. Sekejap saja, terciptalah sinar hitam yang bergulung- gulung. Sehingga, suasana di sekitar
arena pertarungan semakin hirukpikuk. Tiga orang datuk sesat lainnya pun tidak tinggal diam. Serentak mereka bergerak dari tiga jurusan untuk
meringkus Pendekar Naga Putih.
"Haiiit...!"
Teriakan nyaring itu dibarengi melesatnya Kuntilanak
Bukit Mandau disertai putaran tongkat hitamnya.
Panji yang saat itu juga tengah melompat disertai
ayunan pedangnya, tentu saja tidak ingin terjebak serangan lawan. Diperkirakan, kalau ia nekat membentur
tongkat hitam datuk Utara itu, jelas akan menderita kerugian yang tidak kecil. Maka, tubuhnya digeser untuk mengelakkan serangan tongkat hitam itu. Sambil
melompat, pemuda itu mengibaskan pedang di tangannya ke arah Memedi Karang Api yang saat itu tengah melancarkan serangan dari sebelah kiri.
Wuttt...!
Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Babatan pedang pemuda itu hanya mengenai angin kosong. Sementara lawannya yang mengelak dengan
mendoyongkan tubuh ke belakang, langsung mengirimkan
sebuah tendangan kilat yang mengancam dadanya.
Dan pada saat yang bersamaan, serangan Datuk Panglima Sesat, serta Raja Iblis Baju Merah telah datang dari dua arah. Sehingga,
keadaan Pendekar Naga Putih benar-benar terjepit dan berbahaya.
Namun meskipun ketiga serangan itu sama cepat dan
berbahayanya, Panji tetap mencoba bersikap tenang.
Tendangan kilat Memedi Karang Api ditepis dengan telapak tangan kirinya.
Plakkk! Tepisan Panji yang dikerahkan lewat tenaga dalam sepenuhnya, membuat tendangan lawannya melenceng ke
depan. Akibatnya, tubuh Memedi Karang Api terjajar mundur sejauh delapan langkah.
Bersamaan dengan tepisan tangan Pendekar Naga Putih, hantaman telapak tangan Datuk Panglima Sesat telah menghajar bahu kanan
Panji yang memegang pedang.
Akibatnya, Pedang Naga Langit terlepas dari genggamannya. Dan selagi tubuh pemuda itu terhuyung, sebuah
pukulan yang berisikan tenaga dalam amat kuat kembali datang menerpa dadanya.
Blakkk! Desss! "Hugkh...!"
Bagaikan layang-layang putus, tubuh Pendekar Naga Putih terlempar keras hingga dua tombak jauhnya.
Darah segar kontan terlompat dari mulutnya.
"Huagkh....!"
Darah segar kembali termuntah dari mulut pemuda
itu. Sambil menyeringai menahankan rasa sakit pada dada dan bahunya, pendekar muda itu berusaha bangkit
berdiri. "Hhh...."
Panji bangkit sambil mendorongkan telapak tangannya secara berbarengan ke depan, disertai hembusan napasnya. Wajah pemuda itu terlihat pucat dengan
noda-noda darah yang mengotori pakaiannya.
Sadar kalau luka dalam yang dideritanya cukup parah, cepat Pendekar Naga Putih menelan pil berwarna putih yang diambil dari
dalam buntalan pakaiannya. Rasa sakit akibat pukulan kedua orang datuk sesat itu
membuatnya terlupa kalau Pedang Naga Langit tidak lagi berada dalam genggaman. Panji baru
sadar ketika mendengar suara tawa serak dari salah seorang lawannya.
"Ha ha ha...! Pendekar Naga Putih! Dengan terlepasnya pedang ini dari tanganmu, kau tak ubahnya
seekor harimau yang kehilangan taringnya!"
Terdengar tawa berderai dari Datuk Panglima Sesat.
Tokoh bertubuh raksasa itu tertawa-tawa sambil mengelus pedang bersinar keemasan
yang berada dalam geng-gamannya.
Tentu saja hal itu membuat Panji terkejut Namun, untuk dapat merebut kembali senjata dari tangan datuk sesat itu, rasanya sangat
mustahil. Dan Pendekar Naga Putih pun sadar akan hal itu, namun tetap saja
bersikap tenang. Dan berusaha meloloskan diri dengan menggunakan ilmu tangan
kosongnya. Sambil menggeram lirih, Panji menyilangkan kedua
tangannya di depan dada. Pancaran matanya tampak
tajam dan menggetarkan. Lapisan kabut yang bersinar putih keperakan pun, kembali membungkus seluruh tubuhnya. Melihat lapisan kabut yang agak tipis, jelas kalau tenaga dalam pemuda itu
masih terhambat luka dalamnya.
"Hm.... Aku harus bisa meloloskan diri dari tempat ini.
Biarlah pedang itu akan kucari kelak," kata batin Panji, menanamkan tekadnya
kuat-kuat. Kemudian Pendekar Naga Putih menggeser kaki kanannya ke belakang. Sedangkan kedua. tangannya dengan
telapak terbuka terangkat di atas kepala. Ujung jari-jarinya yang bersentuhan
itu tampak bergetar karena tenaga
sakti yang tersalur di dalamnya.
"Haaat...!"
Dibarengi sebuah bentakan nyaring, tubuh pemuda
itu melesat bagai kilat menerjang Memedi Karang Api
yang berada di sebelah kirinya.
Wuttt.... Wuttt...!
Hebat dan cepat sekali serangan yang dilancarkan pendekar muda itu. Sepasang tangannya yang membentuk
cakar naga, saling susul-menyusul disertai sambaran
angin dingin yang menusuk tulang. Melihat gerakannya, jelas kalau itulah jurus
'Naga Sakti Meluruk ke Dalam Bumi'. Ini merupakan salah satu jurus pamungkas dari
rangkaian ilmu 'Naga Sakti' warisan Malaikat Petir.
Memedi Karang Api yang melihat tubuh pemuda itu
meluruk cepat ke arahnya, sempat merasa terkejut! Sejenak
ia hanya termangu melihat sepasang tangan lawan yang
berputaran membentuk bulatan-bulatan besar kecil. Dan
dalam bulatan-bulatan yang membingungkan itu, terkadang menyembul cakar-cakar maut yang siap merejam
hancur tubuhnya.
"Yeaaat..!"
Pada saat serangan pemuda itu hampir tiba, Memedi Karang Api berteriak mengguntur. Tubuhnya yang kurus itu melesat dengan kecepatan menggetarkan. Sepasang tangannya berkelebat cepat diiringi arus gelombang angin yang amat kuat
Jelas kalau ia bermaksud hendak
memapak serangan lawan menggunakan jurus andalan
yang dimilikinya, yakni 'Sepasang Kepalan Penggoncang
Jagat'. Sebuah ilmu tangan kosong yang luar biasa hebat, dan telah membuat nama
kakek itu semakin disegani kawan dan ditakuti lawannya.
Sebagai tokoh-tokoh sesat yang telah bergelar datuk, ternyata mereka masih tetap saja memiliki hati culas.
Walaupun tahu kalau saat itu keadaan Pendekar Naga Putih sudah cukup parah, namun mereka tetap saja melompat dan melakukan serangan susul-menyusul. Padahal, saat itu belum tentu Pendekar Naga Putih dapat
menang dari gempuran Memedi Karang Api. Apalagi,
keadaannya memang sangat lemah.
Pendekar Naga Putih yang telanjur melancarkan serangan, tentu saja merasa terkejut melihat keadaan berbahaya itu. Namun karena
tidak mempunyai kesempatan
untuk menarik pulang serangan lagi, maka ia pun nekat
mengadu kekuatan dengan Memedi Karang Api.
Sementara itu Memedi Karang Api yang belum mengetahui keistimewaan jurus 'Naga Sakti Meluruk ke Dalam
Bumi', tentu saja tidak sadar kalau saat itu tengah teran-cam bahaya. Maka tanpa
rasa curiga sedikit pun, kakek
itu menyambut serangan Pendekar Naga Putih dengan
seluruh kekuatannya.
Whusss....! Bukan main terperanjatnya hati Memedi Karang Api.
Pada saat tangan mereka hampir berbenturan, secara
mendadak sepasang cakar Panji berputar setengah lingkaran. Langsung dihantamnya sepasang lengan Memedi Karang Api dari samping. Berbarengan dengan itu, telapak
tangan kanannya bergerak turun menghantam lambung
kiri datuk dari Barat itu.
Dukkk! Blakkk..! "Hugkh...!"
Hantaman telak telapak tangan Panji, membuat tubuh
tinggi kurus itu tersentak ke belakang bagaikan layang-layang putus! Darah segar
kontan termuntah dari mulut
kakek itu. Sedangkan tubuh Panji sendiri, terjajar mundur akibat menangkis serangan Memedi Karang Api. Saat itu pula, hantaman Raja Iblis Baju Merah, telak menghajar iga Pendekar Naga Putih.
Desss...! Ugkh...!" Tubuh Panji langsung tersentak akibat hantaman
dahsyat itu. Darah segar tampak mengalir dari sudut bibirnya yang pucat Belum lagi pemuda itu sempat menghentikan tubuhnya yang terhuyung, sebuah hantaman tongkat hitam di tangan Kuntilanak Bukit Mandau kembali
menghajar punggungnya.
Bukkk! "Huagkh...!"
Darah segar kembali termuntah dari mulut Pendekar
Naga Putih. Tubuhnya yang tengah terhuyung ke belakang tersentak ke depan. Sebelum tubuh pemuda itu
sempat mencium tanah, Datuk Panglima Sesat mendaratkan kakinya beberapa langkah di hadapan pemuda itu.
Datuk sesat bertubuh raksasa itu langsung mendorongkan
sepasang telapak tangannya ke arah dada Panji.
Blaggg...! "Hegkh...!"
Tanpa ampun lagi, tubuh pendekar muda yang
perkasa itu terhempas ke belakang. Kembali cairan merah termuntah keluar dari mulutnya.
Bruggg! Tubuh pemuda itu terbanting ke atas tanah dalam
keadaan pingsan. Wajah pemuda itu pucat bagaikan
mayat. Dari sela-sela bibirnya yang juga telah memucat, darah segar mengalir tak
henti-hentinya.
Datuk-datuk sesat dari empat penjuru angin itu
melangkah mendekati tubuh Pendekar Naga Putih. Dari
pancaran mata mereka, jelas memancarkan kekaguman
yang sangat dalam.
"Gila! Daya tahan tubuh pemuda ini benar-benar luar biasa sekali. Rasanya aku
tidak sanggup menghadapinya seorang diri. Hm.... Baru kali ini aku menemukan
seorang pendekar muda yang benar-benar tangguh!" puji Memedi Karang Api yang
wajahnya masih agak pucat
Dari seringai wajahnya, jelas kalau kakek itu masih merasakan akibat hantaman telapak tangan Panji tadi. Namun hatinya cukup kagum
dengan kedigdayaan Pendekar
Naga Putih. "Ya! Kalau saja orang lain yang menerima hantaman
kita tadi, rasanya pasti akan tewas tanpa ampun lagi. Sedangkan anak muda ini
hanya pingsan saja. Benarbenar seorang pemuda mengagumkan. Kalau saja aku
memiliki seorang murid seperti dia, betapa akan bangganya hatiku. Sayang, sampai saat in aku belum menemukan murid yang cocok," ucap Kuntilanak Bukit
Mandau seraya menghela napas dalam-dalam. Wajahnya
pun menyiratkan kesedihan.
"Benar-benar beruntung sekali Malaikat Petir itu. la telah mendapatkan seorang
penerus yang sangat berba-kat," Raja Iblis Baju Merah ikut menimpali. Jelas
sekali ada pancaran rasa iri di wajahnya.
"Ah, sudahlah. Lebih baik bawa saja pemuda ini kepada Pemimpin Agung. Terserah apa yang akan beliau
perbuat dengan anak muda ini" Kalau diserahkan kepadaku, sudah pasti akan kulenyapkan. Biar bagaimanapun,
ia hanya jadi penghalang bagi rencana kita," selak Datuk Panglima Sesat yang
rupanya tidak menyetujui semua
ucapan rekan-rekannya. Nadanya pun terdengar kesal.
Ketiga orang datuk lainnya serentak menoleh ke
arah Datuk Panglima Sesat. Ucapan tokoh bertubuh raksasa itu rupanya telah membuat mereka tersadar. Memang, pemuda yang tengah tergeletak pingsan itu sangat
berbahaya untuk dibiarkan tetap hidup.
Tanpa berkata sepatah pun, Datuk Panglima Sesat segera mengangkat tubuh Pendekar Naga Putih dan membawanya memasuki bangunan besar itu. Sedangkan ketiga
datuk lainnya bergegas mengikuti.
*** 5 "Uhhh...."
Pendekar Naga Putih mengeluh pendek, pertanda mulai tersadar dari pingsannya. Sepasang matanya mengerjap-ngerjap untuk memulihkan penglihatannya yang terasa berputar dan gelap.
"Hm.... Di mana aku...?" gumam pemuda tampan itu mencoba bergerak bangkit dari
duduknya. Namun, betapa terkejut hati Pendekar Naga Putih ketika merasakan sekujur tubuhnya tak dapat digerakkan.
Jangankan untuk menggerakkan kaki tangannya, untuk
menggerakkan lehernya pun tidak mampu.
"Sudah matikah aku...?" gumam Panji menyeringai merasakan dadanya panas dan
nyeri. Seolah-olah di dalam dada Pendekar Naga Putih terdapat ratusan jarum yang menusuki dari dalam. Namun
yang membuatnya lebih terkejut adalah, keadaan tubuhnya yang seperti tidak dapat lagi digerakkan. Sehingga, ia hanya dapat terkapar
lemah tanpa daya.
"Hhh.... Entah racun apa yang dijejalkan ke dalam tubuhku, sehingga seluruh
uratku menjadi lumpuh," desah pemuda itu seraya menghembuskan napas berat
"Sepertinya, inilah akhir petualanganku...."
Pendekar Naga Putih merasa kecewa merasakan keadaannya yang tak ubahnya seperti kakek-kakek jompo.
Tapi yang membuat hatinya lebih terpukul adalah, mengapa justru pada saat dunia
tengah dilanda bahaya besar, dirinya tidak berdaya. Tentu saja pemuda itu tidak
sadar kalau kelumpuhan yang diderita adalah akibat pukulanpukulan dahsyat dari empat datuk sesat yang mengeroyoknya. Ketika mendengar langkah kaki tengah mendekati tempatnya, Panji memejamkan mata. Seolah-olah, ia hendak
mengetahui, apa yang akan dilakukan orang-orang itu
apabila dirinya masih dalam keadaan pingsan.
Suara derit daun pintu terdengar ribut, diiringi langkah kaki beberapa orang yang memasuki tempat Panji disekap. Dari suara langkah itu, Pendekar Naga Putih dapat menebak kalau mereka
terdiri dari lima orang.
"Hm.... Pasti mereka Malaikat Gerbang Neraka dan
keempat orang datuk sesat itu," Batin Panji menduga-duga.
"Entah apa yang mereka inginkan dariku" Mengapa mereka
tidak langsung membunuhku saja?"
"Yang Mulia, tidakkah sebaiknya pemuda ini dihabisi saja riwayatnya" Kami khawatir, kalau ia sembuh, jelas merupakan penghalang
nomor satu bagi rencana kita,"
usul Datuk Panglima Sesat Sepertinya, Datuk Wilayah timur itu benar-benar membenci Pendekar Naga Putih.
Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, Yang Mulia. Lebih baik pendekar muda ini
dibunuh saja, karena berbahaya sekali," timpal Raja Iblis Baju Merah.
Malaikat Gerbang Neraka hanya tersenyum dingin
mendengar usul kedua orang pembantunya. Sepasang
matanya yang bersinar kemerahan tetap tertuju ke
tubuh Pendekar Naga Putih.
Panji sendiri yang mendengar usul kedua orang
datuk sesat itu menanti dengan hati tegang. Ditunggunya jawaban yang akan keluar dari mulut orang
tinggi kurus yang dipanggil dengan sebutan Yang Mulia.
"Tidak Aku masih membutuhkan tenaganya. Dia
akan kuperalat untuk mengacaukan Kerajaan Mulawarta. Dengan kepandaian dan kekuatan yang akan kulipatgandakan, Pendekar Naga Putih pasti dapat membuat kerajaan itu kalang-kabut. Dengan demikian, tentu
si keparat Pungga Lawa akan beralih perhatiannya, dan
akan mengerahkan pasukan untuk membasmi tokohtokoh golongan putih. Nah, bukankah dengan demikian pekerjaan kita bisa lebih ringan" Sekali pukul saja, kita bisa
menghancurkan dua kekuatan. Aku yakin,
para tokoh golongan putih yang biasanya membantu
kerajaan, akan menarik diri. Bahkan mungkin bisa saling hantam dengan tentara Kerajaan Mulawarta. Pada
saat kekacauan itu terjadi, barulah kita bergerak
menggempur istana. Sebenarnya, dengan kesaktian
yang kuperoleh dari pertapa-pertapa sakti selama dalam pelarianku, bisa saja aku mengacaukan istana. Tapi, setelah kupertimbangkan kembali, rasanya akan lebih baik lagi kalau kita menggunakan orang lain yang
berkemampuan tinggi. Begitu aku melihat pemuda ini,
langsung saja pilihanku jatuh kepadanya," jelas Malaikat Gerbang Neraka panjang
lebar. Keempat orang datuk sesat itu sama-sama menganggukkan kepala mendengar keterangan Pemimpin
Agungnya. Dan kini mereka kembali memuji kecerdikan
tokoh sesat maha sakti itu.
"Kami benar-benar mengaku bodoh, Yang Mulia.
Sama sekali tidak terpikir di otak kami akan rencana
yang sangat baik itu," kata Datuk Panglima Sesat, baru terbuka pikirannya
setelah mendengar penjelasan pim-pinannya.
Panji sendiri yang mendengar rencana gila itu
merasa terkejut bukan main! Memang, apabila rencana
itu dapat terlaksana, tidak bisa dibayangkan, apa yang
akan menimpa para tokoh golongan putih! Maka, sudah
pasti mereka menjadi gempar atas kejadian itu. Sehingga, akan sulit bagi para tokoh itu untuk mengadakan pertemuan. Bisa-bisa, mereka
dituduh sebagai pemberontak yang hendak menggulingkan kekuasaan Raja Agung
Pungga Lawa. "Ini tidak boleh terjadi!" desis hati Pendekar Naga Putih yang menjadi cemas
apabila rencana Malaikat Gerbang Neraka dapat terbukti.
"Uhhh...!"
Pendekar Naga Putih berpura-pura mengeluh
pendek, agar para tokoh sesat itu menyangkanya
baru tersadar. Suasana ruangan yang cukup gelap,
membantu siasatnya itu.
"Hm.... Pemuda itu mulai tersadar dari pingsannya,"
gumam Raja Iblis Baju Merah yang melangkah mundur,
siap menghadapi kemungkinan bila pemuda itu mengamuk "Hm.... Tidak usah kalian khawatir. Saat ini Pendekar Naga Putih tak ubahnya
seorang kakek jompo. Luka-luka
dalam yang diderita, membuatnya tidak lagi segarang dulu," jelas Malaikat Gerbang Neraka seraya. tersenyum sinis.
"Hei" Benarkah demikian, Yang Mulia...?" tanya Raja Iblis Baju Merah belum
percaya sepenuhnya akan ucapan
pemimpinnya itu. Dipandanginya wajah Pendekar Naga
Putih dalam-dalam seperti menyelidik.
Demikian pula dengan datuk sesat lainnya. Mereka menatap pemuda yang tengah terbaring penuh selidik. Hati mereka baru percaya
ketika melihat pemuda itu hanya
terbaring tanpa berusaha bangkit. Hanya sepasang matanya saja yang menandakan kalau masih hidup. Sedangkan wajahnya sudah demikian pucat seperti mayat.
"Orang seperti dia, tidak akan kusekap di tempat ini kalau memang keadaannya
masih sehat seperti biasa.
Karena aku tahu ia sudah tidak berdaya. Maka, sengaja ia kusekap di kamar ini," jelas Malaikat Gerbang Neraka. "Kalau begitu,
kapan Yang Mulia akan mengirim pemuda ini untuk mengacau Kerajaan Mulawarta?"
tanya Datuk Panglima Sesat sambil tetap memandangi Panji.
"Secepatnya, jika ramuan yang kubuat telah selesai. Kalian sabarlah. Untuk bisa terlaksananya rencana kita ini, harus dengan perhitungan masak. Yang
pasti, aku tidak ingin mengalami kegagalan," tandas Malaikat Gerbang Neraka.
Setelah berkata demikian, tokoh sesat yang mengiriskan itu pun melangkah keluar dari kamar tahanan Panji.
Dan tanpa banyak cakap lagi, keempat orang datuk sesat itu pun segera menyusul pemimpinnya. Sehingga,
kamar tahanan itu pun kembali gelap, karena pintunya
kembali tertutup rapat.
*** Sepeninggal lima orang tokoh sesat itu, Panji
termenung memikirkan jalan keluar atas persoalan
yang kini tengah dihadapinya. Beberapa kali dicobanya
untuk mengerahkan tenaga dalam. Namun, yang didapat hanyalah rasa sakit yang menusuk dada. Bahkan cairan merah pun kembali mengalir dari sudut bibirnya. Panji mengeluh, merasakan
sakit dan kenyerian yang menusuk-nusuk dadanya. Sadar kalau hal itu hanya akan
mendatangkan siksaan pada dirinya, maka ia pun tidak
berusaha mengerahkan tenaga dalamnya lagi.
"Hm.... Nampaknya memang tidak ada harapan lagi
untuk hidup bagiku," desah Pendekar Naga Putih, pasrah.
Sadar kalau tak mungkin dapat meloloskan diri dari kekuatan Malaikat Gerbang Neraka, Pendekar Naga Putih
mencoba menyusuri pertualangannya selama ini. Terbayanglah semua peristiwa-peristiwa yang pernah dialami. Seulas senyum manis tampak
terhias di bibirnya ketika pemuda itu teringat akan perjumpaan pertama dengan
kekasihnya, Kenanga.
"Kenanga.... Aku tidak tahu, di mana sekarang kau
berada" Semoga saja kau masih dalam perlindungan Tuhan," desah Panji lirih.
Ada rasa nyeri yang menggigit hati pemuda itu ketika
teringat kekasihnya. Sedikit rasa sesal menyelinap, mengingat betapa ia tidak
mungkin dapat berjumpa lagi dengan dara jelita itu. Memang, apabila Malaikat Gerbang Neraka sudah menjejalkan
ramuan yang dikatakannya, bukan
tidak mungkin dirinya akan tewas setelah mengacau Kerajaan Mulawarta. Dan memang untuk itulah, dirinya diperalat tokoh sesat
mengiriskan itu. Pendekar Naga Putih di-tugaskan mengacau, dan berakhir dengan
kematian. Peristiwa demi peristiwa yang pernah dialami, satupersatu terlintas dalam benak pemuda tampan itu. Lintasan pengalaman yang
berputar dalam benaknya terhenti ketika teringat akan seorang tokoh sakti yang
berjuluk Raja Iblis dari Utara. Dan akibat pertarungannya dengan tokoh sakti
itu, dirinya telah terluka parah (Baca serial Pendekar Naga Putih dalam episode
"Raja Iblis dari Utara").
"Pedang Pusaka Naga Langit...!" desah Panji tersentak dari lamunannya " Yah
hanya senjata keramat itulah yang akan menyembuhkanku dari lukaluka yang kini ku derita. Tapi....pusaka itu pasti telah terjatuh ke tangan Malaikat Gerbang Neraka.
Dan dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin aku
bisa merebutnya kembali. Sedangkan dalam keadaan biasa pun, aku masih ragu untuk dapat menandinginya?" Pendekar Naga Putih kembali dilanda
kekecewaan, mendapati kenyataan seperti itu. Namun Panji kembali tersentak ketika teringat akan
peristiwa yang membawanya mendapatkan pusaka
keramat itu. "Ya! Ke mana gerangan naga raksasa yang kutundukkan di Gunung Kembaran itu" Mengapa kini tidak
pernah muncul lagi" Benarkah Pedang Pusaka Naga Langit itu jelmaan dari naga raksasa yang telah kukalahkan"
Hm.... Kalau memang demikian, bukan mustahil senjata
keramat itu dapat lenyap dari pandangan. Mungkinkah
senjata itu dapat berubah lagi menjadi seekor naga raksa-sa?" berbagai dugaan
melintas dalam benak Pendekar Na-ga Putih. Lupa sudah ia akan luka-lukanya
ketika teringat peristiwa ajaib yang dialaminya.
Sambil mengingat-ingat peristiwa itu, Panji pun
mengkajinya dengan teliti (Untuk mengetahui lebih jelas tentang peristiwa
didapatkannya Pedang Pusaka Naga
Langit, bacalah serial Pendekar Naga Putih dalam episode "Bunga Abadi di Gunung Kembaran").
"Hm.... Kalau pedang itu memang benar hasil jelmaan naga raksasa yang kutemukan di Gunung Kembaran, bukan mustahil kalau sewaktu-waktu dapat berubah menjadi seekor naga
raksasa kembali. Dan kini, hanya
satu yang menjadi persoalan. Bagaimana caranya untuk
dapat mewujudkan pedang itu menjadi seekor naga. Dan
kalau itu terjadi, pastilah naga raksasa itu akan tahu, siapa orang yang menjadi
majikannya!"
Batin pendekar muda itu terus mencari rahasia
yang tersimpan dalam senjata keramat miliknya. Dan
keyakinannya demikian bulat kalau pedang keramat itu
pasti akan diperolehnya apabila rahasia yang menyelimutinya dapat dipecahkan.
Tanpa mengenal putus asa, Pendekar Naga Putih
memusatkan pikirannya. Otaknya membayangkan naga
raksasa yang pernah ditundukkannya itu. Sehingga, semakin lama pemuda itu semakin tenggelam dalam alam pikirannya yang paling dalam.
Dengan mata terpejam rapat, Panji mencari bentuk
naga raksasa jelmaan Pedang Naga Langit. Hingga akhirnya, ia berhasil menemukan bentuk binatang mengerikan yang semakin lama kian jelas.
Kekuatan pemusatan pikiran pendekar muda itu tentu saja tidak bisa disamakan dengan orang-orang sembarangan. Kekuatan batin yang memang telah sedemikian kokoh, membuatnya tidak terlalu sulit menemukan bentuk binatang raksasa itu.
Panji yang tengah terlelap dalam pengerahan kekuatan tenaga batin, secara tidak sadar telah melatih suatu il-mu dahsyat yang
hanya ada dalam dongeng!
Dan dengan ilmu itu pulalah, batinnya dapat disatukan
dengan naga raksasa yang dibentuknya. Sehingga tanpa disadari, pemuda itu telah dapat menggunakan kekuatan bawah sadarnya untuk menghubungi binatang mengerikan itu. *** Selama dua hari dua malam Pendekar Naga Putih
tenggelam dalam alam pemusatan pikirannya. Dan kini, tiba-tiba terasa serangkum hawa hangat yang merasuk ke dalam tubuhnya. Sadar kalau hawa mukjizat itu
berasal dari sebuah benda hangat di tangannya, kedua ma-ta Panji terbuka
perlahan-lahan. Dan apa yang dilihatnya, benar-benar membuat pemuda itu hampir-hampir
terlonjak. "Pedang Naga Langit..!?" seru Pendekar Naga Putih hampir terpekik keras.
Untunglah keadaan tubuhnya
saat ini demikian lemah. Sehingga, seruan itu tak ubahnya sebuah desahan panjang.
Ingin rasanya pemuda itu berteriak kuat-kuat ketika pedang keramat miliknya telah bertengger di atas kedua lengannya yang
terlipat di depan dada. Kenyataan yang dihadapinya, membuat Panji hampir
melompat- lompat sebagai luapan kegembiraannya.
"Hm.... Dari mana pedang ini dapat masuk..." Sedangkan di dalam ruangan ini sama sekali tidak terdapat sebuah celah?" desah hati pemuda itu.
Seketika pandangannya beredar ke sekeliling. Keningnya berkerut dalam ketika tidak melihat adanya lubang di dalam ruang
tahanannya. Tentu saja hal itu membuat
pikirannya kembali menerawang, mencari jawaban.
Dengan tatapan tajam, dipandanginya Pedang Naga Langit yang saat itu masih berada di atas kedua lengannya. "Hm.... Kalau
dalam dua hari ini pikiranku dipusatkan untuk menghadirkanmu, kini akan kucoba
memusatkan pikiran agar kau dapat berdiri dan mengelilingiku," gumam
batin Panji sambil memejamkan matanya rapat-rapat
Tak berapa lama kemudian, Pendekar Naga Putih kembali tenggelam dalam pemusatan tenaga batinnya. Dengan
menyatukan alam bawah sadar, Panji mencoba mengadakan hubungan batin dengan pedang keramat itu. Lalu
dengan kekuatan batin agar pedang yang berada di atas
lengannya bergerak dan mengelilinginya.
Tentu saja hal itu tidak dapat dilakukan dengan mudah. Bahkan Pendekar Naga Putih pun harus mengulangi keinginannya berkali-kali. Baru setelah beberapa waktu lamanya, Pedang
Naga Langit di atas lengan Panji mulai bergerak dan berdiri tegak lurus.
Kemudian secara perlahan-lahan, pusaka keramat itu bergerak naik ke udara. Masih
dengan gerakan perlahan, senjata itu bergerak di sekeliling tubuh Pendekar Naga
Putih. Ketika terasa ada hawa yang semakin hangat
mengelilingi tubuhnya, Panji pun membuka kedua matanya perlahan, sambil terus mengucapkan perintahnya
dalam hati. Sepasang mata yang semula redup, terbelalak lebar ketika menyaksikan
pemandangan di depan matanya.
"Hm.... Kini kau turunlah, dan kembali ke tempat semula di atas kedua lenganku,"
desah batin Pendekar Naga Putih kembali memberikan perintah.
Ajaib! Tanpa menunggu lama, pedang keramat yang
tengah mengitari tubuh pemuda itu tiba-tiba saja terhenti Kemudian dengan
gerakan tidak cepat, pedang itu pun
kembali terbujur di atas kedua lengan Panji.
"Sekarang, aku memintamu untuk lenyap dari pandangan. Dan kalau memang kau memasuki kamar ini tanpa
wujud, pasti juga bisa merasuk ke dalam tubuhku," ujar batin Panji yang terus
mengulang perintahnya agar senjata keramat itu dapat merasuk ke dalam tubuhnya.
Ka- rena hanya dengan cara itulah, luka-luka yang diderita
dapat diobatinya.
Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kembali Panji harus memejamkan kedua matanya.
Memang untuk mewujudkan permintaan, ia harus dalam
keadaan kosong sama sekali. Hanya pikiran dan tenaga batinnya saja yang terpusat
secara keseluruhan dengan senjata keramat yang ternyata memiliki rahasia tak
terjang- kau akal sehat.
Hati Pendekar Naga Putih berdebar ketika merasakan suatu hawa hangat yang amat kuat merasuk dan
bergolak dalam tubuhnya. Kian lama, hawa hangat
yang amat kuat itu semakin menyebar ke seluruh tubuhnya. Sehingga, mau tidak mau, Panji harus memusatkan pikiran sepenuhnya. Hal itu dilakukan untuk mengatur peredaran hawa hangat yang mungkin saja bisa
membahayakan tubuhnya.
Makin lama, apa yang dirasakan Panji semakin
membuat hatinya berdebar tegang. Betapa tidak" Ternyata apa yang kini dialaminya benar-benar tidak pernah terlintas dalam benak.
Sehingga, harapannya untuk dapat terbebas dari tempat celaka itu terbayang
nyata. Cukup lama hal yang menimpa Pendekar Naga Putih berlangsung. Hawa hangat yang semula kian memanas, perlahan berubah kembali menjadi hangat. Dan
apa yang dirasakan Panji, benar-benar membuatnya hampir tidak percaya.
"Ah...! Kini tidak ada lagi rasa sakit dalam tubuhku!"
seru Panji bagaikan seorang anak kecil yang mendapatkan mainan kesukaannya.
Bagaikan orang linglung, pemuda itu mencoba menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Senyum di wajah pemuda itu pun kian melebar
ketika lengan maupun kakinya telah dapat digerakkan kembali.
"Hm...."
Sambil bergumam lirih, Panji bergegas bangkit dari tidurnya. Sepasang matanya
tampak bersinar kian tajam bagaikan seekor naga di kegelapan. Dan ketika mencoba mengerahkan tenaga sakti yang dimilikinya, ternyata 'Tenaga Sakti Gerhana Bulan'nya
telah dapat dikerahkan kembali.
Tentu saja hal itu membuatnya semakin gembira.
Setelah semua kesehatannya pulih kembali, Panji
termenung memikirkan pedang yang kini telah menyatu
dalam dirinya. Apa yang harus dilakukan untuk dapat
menggunakan kekuatan tenaga inti Pedang Naga Langitnya" Ingin ia menggabungkan inti tenaga Pedang Naga
Langit yang mengandung hawa panas itu dengan
'Tenaga Sakti Gerhana Bulan' yang dimilikinya. Dan untuk itu, ia harus mencari cara untuk menggabungkan kedua tenaga sakti yang
memiliki sifat berlawanan itu.
Panji berjalan hilir mudik di dalam ruangan yang sempit itu. Otaknya terus berputar mencari pemecahan dari ma-salah yang
dihadapinya. Karena belum juga menemukan jawaban, maka tubuhnya dihempaskan di atas jerami kering yang merupakan satu-satunya alas di dalam ruangan itu.
Cukup lama Pendekar Naga Putih termenung memikirkan cara untuk menggabungkan kedua tenaga sakti itu. Hingga akhirnya,
diputuskanlah untuk bersemadi dan mengerahkan kekuatan batin yang baru saja
didapatkan tanpa sadar.
"Ah! Bodoh sekali aku ini!" maki Panji sambil me-nampar perlahan kepalanya.
Mengapa aku tidak mencobanya seperti menyatukan Pedang Naga Langit ke dalam
tubuhku" Bukankah percobaan-percobaan yang kulakukan
tadi telah membawa hasil yang sangat baik."
Berpikir demikian, pemuda itu pun bergegas bangkit
dari duduknya. Kemudian Panji mencoba memusatkan pikirannya untuk mengerahkan 'Tenaga Sakti Gerhana
Bulan' pada lengan kanannya. Lalu, disalurkannya ke
seluruh tubuh sebelah kanan.
Ajaib! Sesaat kemudian, terciptalah lapisan kabut bersinar putih keperakan yang hanya menyelimuti separuh
tubuhnya di bagian kanan. Bukan main gembiranya hati
Panji ketika melihat keberhasilan percobaan nya. Lalu,
kembali matanya dipejamkan dan pikirannya dipusatkan
untuk membangkitkan kekuatan 'Tenaga Inti Panas Bumi'
yang berasal dari kekuatan Pedang Naga Langitnya.
Sayang sebelum percobaannya memperoleh hasil seperti yang diinginkan, terdengar langkah kaki beberapa
orang yang mendatangi tempat itu. Sehingga, Panji bergegas melompat ke atas tumpukan jerami dan kembali merebahkan tubuh seperti orang terluka.
Suara derit pintu yang terbuka, membuat hati Pendekar Naga Putih berdebar tegang! Karena langkah kaki
orang yang tengah mendekatinya pastilah Malaikat Gerbang Neraka dan dua orang
datuk sesat. Memang, yang terdengar di telinga pemuda itu hanyalah langkah kaki
tiga orang. "Aku tidak habis pikir, mengapa pendekar muda seperti pemuda itu tidak
dibinasakan saja" Bukankah kepandaian
pemuda itu sangat tinggi. Bahkan kudengar pemuda itu
adalah orang yang berjuluk Pendekar Naga Putih. Nah,
bukankah ia sangat berbahaya?" tanya salah seorang dari ketiga sosok tubuh yang
tengah mendekati Panji.
"Ah! Apakah kau merasa lebih pintar dan Ketua Agung kita" Kalau beliau tidak
membunuh pendekar muda ini,
mungkin beliau mempunyai maksud lain yang tentu saja
orang seperti kita tidak boleh mengetahuinya. Sudahlah!
Tidak perlu banyak cakap. Kita turuti saja perintah Ketua Agung, untuk membawa
pendekar ini kepadanya," sahut salah seorang dari ketiga laki-laki itu yang
memiliki tubuh kekar berotot.
Panji yang mendengar suara mereka, tentu saja menjadi lega. Ternyata ketiga orang yang datang itu hanyalah para pengikut Malaikat
Gerbang Neraka. Jadi tidak ada, yang perlu dicemaskan dari ketiga orang begundal
ren- dahan itu. Dan ketika ketiga orang itu telah berada di sisi tubuhnya, Panji
tetap diam sambil menunggu kesempatan
baik. Pada saat ketiga orang itu membungkuk hendak
mengangkat tubuh Pendekar Naga Putih, mendadak tubuh pemuda itu bangkit dengan kecepatan kilat dan langsung melancarkan totokan
yang tidak mungkin dapat dihindari lagi. Tukkk! Tukkk! Tukkk!
Tanpa sempat menjerit lagi, tubuh ketiga
orang laki-laki kasar itu pun ambruk ke atas tanah. Kejadian yang hanya sekejap
mata tadi tentu saja tidak menimbulkan suara mencurigakan.
Setelah merobohkan tiga orang penjaga itu, Panji pun
bergegas menyelinap keluar kamar tempatnya ditahan.
Tubuhnya terus melesat mencari jalan keluar dari dalam
bangunan itu. Pemuda itu terpaksa merobohkan dua
orang penjaga yang melintas di depan tempat persembunyiannya. Karena tidak sempat bertanya kepada ketiga
orang yang dirobohkannya tadi, maka bergegas diseretnya salah seorang dari
keduanya untuk mengorek keterangan.
Pendekar Naga Putih bergegas melesat ke lorong kanan, setelah mendapatkan petunjuk dari orang yang kemudian dibungkamnya. Ketika tiba pada sebuah lorong
yang bersimpang empat, diambilnya jalan sebelah kiri.
Memang, ia berniat meloloskan diri melalui belakang gedung kadipaten itu.
"Hei! Siapa kau..."!" teriak salah seorang dari empat penjaga yang memergoki
Panji. Namun sebelum keempat orang itu bertindak lebih
jauh, tubuh Pendekar Naga Putih sudah melesat ke
arah mereka. Sepasang tangan pemuda itu bergerak cepat
melancarkan totokan kilat kearah empat orang penjaga
yang terlongong bagai orang kehilangan akal.
Dengan sekali gebrak saja, tubuh keempat penjaga yang
bernasib sial itu langsung bertumbangan lumpuh. Tanpa
membuang-buang waktu lagi, Pendekar Naga Putih kembali berkelebat bagai kilat menuju pintu keluar yang
hanya beberapa langkah di depannya. Dia terus melesat
ke arah taman belakang, untuk kemudian melompati
tembok setinggi dua tombak.
Begitu tiba di luar tembok bangunan gedung Kadipaten Blambang, Panji terus melesat meninggalkan
kadipaten itu. Tujuannya adalah Perguruan Pedang Perak yang telah ditetapkan
Raja Obat sebagai tempat pertemuan para tokoh golongan putih.
*** "Gila! Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi!?" bentak laki-laki kurus yang
mengenakan jubah berwarna hitam.
Sepasang matanya menyorotkan api kemarahan kepada
sembilan orang pengikutnya yang berdiri gemetar.
Wajah sembilan orang laki-laki kasar itu tampak pucat dengan bintik-bintik keringat sebesar biji jagung yang berlelehan turun.
Jelas kalau mereka tengah dilanda
rasa takut yang luar biasa.
"Huh! Gentong-gentong nasi tak berguna!" bentak la-ki-laki tinggi kurus yang tak
lain Malaikat Gerbang Neraka, kasar.
Setelah berkata demikian, tangan kanannya mengibas bagaikan mengusir seekor lalat yang mengganggunya. Namun, akibat yang ditimbulkan mengerikan
sekali. Tubuh kesembilan orang kasar itu terjungkal
akibat sambaran hawa panas menyengat Tanpa ampun lagi,
mereka menggelepar tewas dengan sekujur tubuh hangus.
"Lemparkan mayat mereka ke hutan! Ingat! Ini merupakan peringatan bagi kalian
yang lalai dalam menjalankan tugas!"
ancam Malaikat Gerbang Neraka dengan kemarahan yang
menggelegak. "Baik, Yang Mulia...," sahut beberapa orang laki-laki yang segera maju dan membawa kesembilan
mayat yang berbau sangit itu.
"Bagaimana, Yang Mulia" Setelah Pendekar Naga Putih berhasil meloloskan diri, tentu rencana kita akan gagal. Apa langkah kita
selanjutnya?" tanya seorang laki-laki tinggi besar berpakaian seorang panglima
kera- jaan. Siapa lagi kalau bukan Datuk Panglima Sesat
"Rencana kita terpaksa harus dipercepat. Siapkan
pasukan sekarang juga. Kita langsung berangkat menggempur Kerajaan Mulawarta. Hm.... Apakah Tiga Dewi Pulau Setan telah tiba di tempat ini?" tanya Malaikat Gerbang Neraka kemudian.
"Belum, Yang Mulia. Kabarnya siang ini mereka
akan tiba," sahut seorang laki-laki tinggi kurus yang hampir tidak berdaging.
Orang itu tak lain adalah
Tengkorak Hutan Jati.
Belum lagi Malaikat Gerbang Neraka sempat mengucapkan sesuatu, tiba-tiba terdengar seruan merdu
yang nyaring. "Kami telah tiba, Yang Mulia. Dan kami siap menjalankan perintah," tegas seorang di antara tiga wanita cantik yang melenggang
memasuki ruang pertemuan
itu. Mereka tak lain adalah Tiga Dewi Pulau Setan,
yang rupanya juga telah menjadi pengikut Malaikat
Gerbang Neraka. Ketiga wanita cantik inilah yang ditugaskan untuk memancing pasukan Kadipaten Blambang dengan jalan melakukan kekacauan di Desa Batu
Apung. "Hm.... Kalau begitu, siapkan semua pasukan.
Sekarang juga kita berangkat untuk menggempur
Kerajaan Mulawarta," ujar Malaikat Gerbang Neraka yang segera bangkit dari
kursinya. "Baik, Yang Mulia...," sahut semua orang yang
.hadir sambil membungkuk hormat. Kemudian, mereka bergegas melangkah keluar untuk menyiapkan pasukan.
*** 6 Pemuda tampan yang mengenakan jubah berwarna
putih itu melesat cepat menuju Selatan. Gerakannya
yang ringan dan cepat menandakan kalau ia memiliki ilmu lari cepat yang hampir mencapai titik kesempurnaan.
Hari memang sudah mulai gelap. Sehingga pemuda
tampan itu harus menghentikan larinya ketika telah cukup jauh memasuki hutan.
Memang sulit untuk melakukan perjalanan dalam suasana gelap. Maka, dicarinya
tempat yang agak terbuka untuk melewatkan malam. Di situ, ditemuinya pula sebuah aliran sungai yang bergemericik menerpa bebatuan. Hal ini membangkitkan pemuda
itu untuk membersihkan tubuhnya.
Selesai membersihkan tubuh, pemuda itu tampak
berdiri tegak dengan mata terpejam. Melihat dari ciriciri dan bentuk wajahnya yang bersih dan tampan, jelas kalau pemuda itu adalah
Panji atau yang terkenal dengan ju-lukan Pendekar Naga Putih!
Terlihat jelas Pendekar Naga Putih tengah memusatkan
pikiran untuk mengerahkan tenaga sakti dalam dirinya.
Sesaat kemudian, nampaklah lapisan kabut berwarna
putih keperakan yang menyelimuti sebagian tubuh sebelah kanannya. Hal itu
menandakan kalau Panji telah berhasil mengatur aliran 'Tenaga Sakti Gerhana
Bulan' yang memang telah lama ditekuninya.
Tak lama setelah itu, pada bagian tubuh sebelah kirinya tampaklah lapisan sinar keemasan yang masih samar-samar. Meskipun demikian, jelas kalau Pendekar
Naga Putih mulai menunjukkan hasil usahanya dalam
menggabungkan kedua tenaga sakti yang berlainan unsur
itu. "Ah! Rupanya aku telah berhasil menggabungkan kedua unsur tenaga sakti yang
berlainan sifat ini. Walaupun belum begitu sempurna, namun telah cukup memuaskan. Sekarang aku harus lebih tekun melatihnya agar
penggabungan kedua inti tenaga sakti ini sempurna,"
desah Panji. Nadanya jelas menggambarkan kegembiraan. Sambil tetap memusatkan alam pikirannya, Panji
mengalihkan pandangan pada sebongkah batu sebesar perut kerbau bunting di sebelah kanannya. Dengan penuh
keyakinan, ditatapnya batu itu lekat-lekat.
"Heaaah...!"
Dibarengi sebuah bentakan keras, Panji mendorongkan tangan kanannya ke depan dengan jari-jari terbuka.
Whusss...! Serangkum angin dingin yang menusuk tulang,
berhembus dari telapak tangan pemuda itu.
Blarrr...! Terdengar ledakan menggelegar ketika angin pukulan pendekar muda itu telak menghajar batu besar yang
berjarak sejauh dua tombak lebih. Dan apa yang terjadi, benar-benar membuat
Panji menjadi puas.
Bongkahan-bongkahan batu sebesar kepalan tangan
Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itu seketika beterbangan ke udara. Sehingga, Panji
menatapinya dengan senyum kepuasan. Memang, apa
yang diinginkannya ternyata berhasil dengan baik.
Dan untuk yang kedua kalinya, Pendekar Naga Putih kembali mengayunkan tangan kirinya ke arah sebatang pohon sebesar dua pelukan orang dewasa. Jarak
antara keduanya terpisah sekitar satu setengah tombak.
Whesss...! Hembusan angin hangat meluncur deras dari telapak tangan kiri pemuda itu, langsung menggempur batang pohon yang berada satu setengah tombak berada di
depannya. Brakkk...! Angin pukulan berhawa panas yang keluar dari telapak tangan kiri Panji, telak menghajar batang pohon itu. Akibatnya, timbullah suara berderak ribut. Pohon besar itu bergetar
hebat bagaikan diguncang tenaga raksasa yang tak tampak.
Setelah menghembuskan napas panjang, Pendekar
Naga Putih mengayun langkahnya menghampiri pohon besar yang masih berdiri tegak itu. Hanya beberapa
daunnya saja yang rontok berguguran ke tanah. Sedangkan batang pohon itu sendiri masih berdiri kokoh.
"Hm.... Pohon ini masih tetap berdiri kokoh seperti semula. Hanya saja, pada bagian yang terkena hantaman angin pukulanku tampak lunak. Itu pun hanya
sebagian saja. Tapi meskipun demikian, aku tetap harus
bersyukur dengan apa yang telah kudapatkan. Dan aku tidak boleh patah semangat untuk menyempurnakan ilmu
dahsyat ini," gumam Panji sambil kembali melangkah mundur ke tempatnya semula.
Pendekar Naga Putih kembali berdiri tegak dalam jarak
yang tidak berubah. Sepasang matanya kini tidak lagi terpejam. Sambil
mengerahkan dan memusatkan pikirannya,
pemuda itu kembali memancing keluar 'Tenaga Inti Panas Bumi' yang berasal dari Pedang Naga Langit.
Sepertinya, untuk menyempurnakan ilmu yang baru
saja diyakininya itu tidaklah terlalu sulit. Buktinya, Panji tidak perlu
bersusah-payah menghimpun kekuatan
'Tenaga Inti Panas Bumi'nya. la hanya tinggal mengeluarkan tenaga yang memang kini telah berada di dalam tubuhnya. Dan hal itu tidak memerlukan waktu panjang.
"Hiaaah...!"
Kembali Pendekar Naga Putih membentak nyaring yang
dibarengi dorongan telapak tangan kiri ke arah pohon besar itu. Selarik sinar
keemasan melesat dari telapak tangan pemuda perkasa itu.
Whesss...! Darrr...! Terdengar ledakan keras yang terasa bagaikan hendak mengguncangkan hutan. Suara itu masih juga disusul
Kisah Pedang Di Sungai Es 2 Kesatria Baju Putih Pek In Sin Hiap Karya Chin Yung Kidung Maut Bulan Purnama 2
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama