Ceritasilat Novel Online

Rahasia Pedang Naga Langit 3

Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit Bagian 3


tumbangnya pohon besar yang terkena hantaman pukulan jarak jauh Panji. Suara hiruk-pikuk itu bagi Pendekar Naga Putih bagaikan
nyanyian merdu merasuk telinganya.
Cepat tubuh Pendekar Naga Putih melesat ke arah
tumbangnya pohon besar itu. Senyum di wajahnya
tampak melebar ketika melihat adanya tanda hitam pada batang pohon yang terkena hantaman angin pukulannya tadi. Tentu saja Panji gembira, karena hal itu menandakan kalau 'Tenaga
Inti Panas Bumi' yang berada
dalam tubuhnya telah mulai terpancing.
"Hm.... Sepertinya aku tinggal membiasakannya saja Tapi, entah bagaimana apabila Pedang Naga Langit
ini ku keluarkan" Apakah tenaga sakti ini masih berada
dalam tubuhku?" tanya Panji dalam hati. Bingung ju-ga hatinya ketika memikirkan
hal itu. Mendapat pikiran demikian, Panji penasaran ingin
mengetahuinya. Setelah duduk dalam sikap semadi, pemuda itu mulai memusatkan pikiran untuk mengerahkan
tenaga batinnya.
"Sekarang tampakkanlah wujudmu, Pedang Naga Langit..," ujar batin Panji berbisik lirih, namun mengandung getaran tenaga batin
yang amat kuat.
Hebat sekali kemajuan yang telah diperoleh pemuda ini. Hanya dalam beberapa hari saja, kekuatan batinnya telah meningkat demikian pesat.
Tak berapa lama setelah berulang-ulang ucapan itu
dikeluarkan, Panji mulai merasakan getaran aneh yang
mengandung hawa hangat dalam tubuhnya. Gelombang tenaga aneh itu mula-mula menyebar di sekujur
tubuhnya, kemudian bergerak naik dan berkumpul di
belahan dadanya. Ada rasa nyeri yang menggigit dalam
dadanya ketika gelombang tenaga sakti telah berkumpul,
tiba-tiba lenyap tanpa bekas.
Perlahan Pendekar Naga Putih membuka matanya.
Dan kini di hadapannya, dalam jarak sekitar satu tombak lebih, terlihat pedang
keramat itu tergantung tegak lurus di udara.
Namun apa yang dirasakan pada sekujur tubuhnya,
membuat pemuda itu merasa sedikit kecewa. Betapa
tidak" Tubuhnya kini terasa lemas! Seolah-olah, sebagian tenaganya ikut lenyap
bersama keluarnya pedang keramat itu dari dalam tubuhnya. Dan ketika tenaga
panas dalam tubuhnya coba dikerahkan, ternyata kosong. Hanya
satu kesimpulan yang didapat 'Tenaga Inti Panas Bumi'
tercipta karena adanya Pedang Naga Langit dalam tubuhnya. Dengan lenyapnya senjata itu, berarti lenyap pula tenaga berhawa panas dari
dalam tubuhnya. Dan kesimpulan
itu telah membuat kekecewaan dalam hatinya lenyap.
Sejenak dipandanginya Pedang Naga Langit yang berdiri tegak lurus itu. Perlahan, Panji kembali memejamkan matanya rapat-rapat.
Kembali kekuatan batinnya dikerahkan dengan maksud hendak merubah wujud pedang
ke- ramat itu. "Jika dugaanku benar, kalau kau adalah pedang
jelmaan naga raksasa yang kutemui di Gunung Kembaran,
tentu kau dapat berubah ke wujud aslimu dengan bantuan kekuatan batinku. Sekarang, dengan seluruh kekuatan batin yang ada pada diriku, kuminta tunjukkan wujud
aslimu itu...," desis batin Panji terus mengulangi ucapannya sambil memejamkan
mata rapat-rapat.
Dari butir-butir keringat yang menitik di wajah, jelas
kalau Panji tengah mengerahkan kekuatan batin sepenuhnya. Dan hal itu tentu saja sangat membutuhkan tenaga
yang banyak. Setelah agak lama Panji mengerahkan kekuatan batinnya, hingga seluruh pakaiannya telah basah bersimbah peluh, terdengar ledakan keras namun terdengar
cukup aneh. Tasss...! Ledakan nyaring yang disertai gumpalan asap tebal,
bergulung-gulung memenuhi tempat itu. Tak lama setelah asap tebal itu kian menipis, terlihatlah bentuk seekor naga raksasa yang
memekik-mekik menggetarkan seluruh
isi hutan itu. "Kreaaakkkh...!"
Hembusan angin menderu dan bergulung-gulung ketika binatang jelmaan Pedang Naga Langit memekikmekik ribut. Pepohonan berderak-derak ribut bagaikan
hendak roboh. Daun-daunnya berguguran mengotori
permukaan bumi. Dalam sekejap saja, tempat itu telah dipenuhi ranting dan daun-daun pohon yang berjatuhan ke atas tanah.
Panji yang semula tengah bersemadi, serentak
bangkit berdiri. Dan pemandangan yang terbentang di depan matanya, benar-benar membuatnya berdebar keras.
"Naga Langit...," desis Panji penuh takjub. Apa yang terbentang di depan matanya
membuat pemuda itu hampir tidak mempercayainya.
Naga raksasa itu memekik-mekik ribut ketika Panji menyebutnya. Dan ketika pemuda itu mengulur tangannya, kepala naga raksasa itu merendah untuk
kemudian rata dengan tanah. Sehingga, Pendekar Naga Putih dapat mengelusnya dengan gerakan agak raguragu. Baru setelah naga itu terlihat tidak menunjukkan perlawanan, Panji pun
semakin bertambah berani.
Puas membelai binatang langka yang ternyata bukan bayangan semu itu, bergegas Panji melompat mundur. Dengan menggunakan kuda-kuda menunggang kuda, Pendekar Naga Putih kembali mengerahkan kekuatan
batinnya. Hanya saja, kali ini tidak lagi memejamkan matanya.
"Hm.... Kembalilah kau menjadi pedang...."
Terdengar suara mendesis yang keluar dari bibir pemuda itu. Kali ini, Pendekar Naga Putih tidak hanya sekadar mengerahkan kekuatan
batin tanpa suara. Suaranya terdengar jelas, dan mengandung kekuatan menggetarkan hati. Setelah Pendekar Naga Putih mengulangi ucapan nya
sebanyak tiga kali, terdengarlah ledakan keras yang
disusul gumpalan asap tebal bergulung-gulung. Dan
gumpalan asap tebal yang bergulung-gulung menyelimuti binatang raksasa itu, meluncur sebatang pedang
yang langsung melekat di tangan Pendekar Naga Putih.
Kalau saja saat itu ada orang yang menyaksikan, tentu pemuda itu akan disangka seorang ahli sihir. Hanya
bedanya, Panji tidak menciptakannya berdasarkan
khayalan. Tetapi, pemuda itu hanya mewujudkan apa
yang sebenarnya telah ada. Itulah sebabnya, mengapa
ia bisa demikian mudah memperolehnya dalam waktu
singkat Padahal untuk memperoleh kekuatan sihir,
orang harus melatihnya bertahun-tahun. Itu pun masih harus dibantu berbagai persyaratan yang tidak ringan. "Hm.... Ternyata
penderitaan yang kuterima dari empat orang datuk sesat itu, membawa hikmah luar
biasa. Kalau saja aku tidak mengalami penderitaan itu, rasanya tidak mungkin
rahasia Pedang Naga Langit dapat terungkap,"
gumam Pendekar Naga Putih sambil merebahkan tubuh
beralaskan rerumputan tebal.
Sebentar saja, terdengar suara napas Pendekar Naga
Putih yang halus. Tampaknya pemuda perkasa itu telah
terlelap dalam buaian mimpi.
*** 7 "Pendekar Naga Putih...!" seru dua orang penjaga pintu gerbang Perguruan Pedang
Perak, dengan wajah berseri.
Mereka langsung melangkah menyambut kedatangan seorang pemuda tampan yang mengenakan jubah putih itu.
Pemuda yang tak lain Panji itu bergegas mempercepat
langkahnya. Pada jubahnya tidak lagi terdapat noda darah. Memang, pemuda itu telah mengganti jubahnya selama dalam perjalanan. Itu dilakukan agar tidak menimbulkan pertanyaan macammacam dari para tokoh rimba
persilatan yang berkumpul di tempat itu.
"Apakah Eyang Raja Obat telah berada di tempat ini...?"
tanya Panji kepada salah seorang penjaga yang memiliki jenggot tercukur rapi.
Memang, orang itulah yang telah ada di dekatnya lebih dahulu.
"Ya! Beliau dan yang lainnya sudah cukup lama menunggumu. Mari kami antarkan...," sahut laki-laki itu ra-mah. Tanpa banyak cakap
lagi, orang itu pun membalikkan tubuh. Kemudian, mereka melangkah menuju ke
dalam bangunan gedung perguruan itu bersama-sama.
"Kakang...!"
Seruan merdu yang jelas mewakili kegembiraan
dan kelegaan hati pemiliknya terdengar merasuk telinga Pendekar Naga Putih.
"Kenanga...!" panggil Panji begitu melihat sesosok tubuh ramping yang mengenakan
pakaian serba hijau
berlari menghampirinya. Wajah gadis jelita itu terlihat memancarkan kebahagiaan
yang dalam. Tanpa rasa canggung lagi, Kenanga langsung
menghambur ke dalam pelukan kekasihnya. Kerinduan dan kegelisahan yang selama ini mengganggu
hatinya, lenyap seketika begitu berada dalam pelukan
pendekar muda yang sangat dicintainya.
"Kakang..., ke mana saja" Aku sudah cemas sekali
menantimu di sini. Apalagi ketika kudengar dari Eyang
Raja Obat kalau kau pergi menyelidiki tokoh sesat
yang berjuluk Malaikat Gerbang Neraka itu. Wah!
Bukan main gelisahnya hatiku. Hampir saja aku
menyusulmu ketika pada hari yang dijanjikan untuk
datang ke tempat ini, ternyata kau belum juga kembali.
Mengapa begitu lama...?" kata Kenanga. Nadanya penuh kemanjaan. Jelas terlihat pada pancaran mata
indah itu bias-bias kerinduan yang dalam.
Panji tersenyum mendengar ucapan kekasihnya
yang meluncur bagaikan tak ingin berhenti itu. Dibelainya rambut gadis jelita itu penuh kasih sayang.
Bahagia rasa hatinya mendengar pertanyaan dan perhatian yang begitu terbuka dari kekasihnya. Dan gadis jelita itu sama sekali tidak merasa rikuh walaupun ada
orang lain di dekat mereka.
"Kenanga.... Kau tidak sadar banyak orang di sini?" Panji mengingatkan.
Wajah Kenanga langsung bersemu merah Baru
disadari kalau di sekitarnya banyak orang.
"Kalau saja tidak sampai tertangkap mereka,
mungkin beberapa hari yang lalu aku telah berada di
tempat ini. Ayolah kita temui tokoh-tokoh yang lainnya. Kelak aku akan menceritakan sebuah pengalaman yang paling mengesankan dalam hidupku," Panji mengalihkan pembicaraan.
Namun, Pendekar Naga Putih tetap menatap wajah
kekasihnya dengan kerinduan yang dalam. Lega hatinya ketika melihat dara pujaannya ternyata telah berada di tempat ini dalam keadaan selamat.
"Aku mengerti, Kakang. Ayolah kita temui Eyang Raja Obat dan yang lainnya. Saat
ini mereka tengah berkumpul di ruang utama Perguruan Pedang Perak ini,"
sahut Kenanga. Segera tangan kekasihnya ditarik dan
dibawanya pergi.
*** "Ah..., Panji. Syukurlah kau selamat. Kami sangat
mengkhawatirkan dirimu. Bagaimana" Apakah kau mempunyai berita yang akan kau sampaikan kepada kami...?" sambut seorang laki-laki
gemuk. Dia berwajah bulat bagai bulan purnama. Kumis
dan jenggotnya tampak tercukur rapi. Sehingga wajah
yang sebenarnya sudah cukup berumur itu terlihat jauh
lebih muda. Dia tak lain adalah Jagaraksa atau yang lebih dikenal berjuluk Pendekar Pedang Perak. Dialah yang menjadi tuan rumah dalam
pertemuan para tokoh persilatan golongan putih itu.
"Maaf atas keterlambatanku.... Tapi dengan keterlambatanku ini, rasanya aku lebih beruntung. Sebab,
secara tidak sengaja aku telah mendengar rencana
besar orang yang berjuluk Malaikat Gerbang Neraka
itu," jelas Pendekar Naga Putih yang segera mengambil kursi di sebelah Raja
Obat. Kenanga juga mengambil
tempat di dekat kekasihnya.
Dengan suara lantang dan jelas, Panji segera
menceritakan pengalamannya. Tentu saja ada beberapa bagian yang sengaja disembunyikan. Menurutnya,
hal itu adalah rahasia yang tidak perlu diketahui orang lain. Juga mengenai
luka-lukanya yang tidak dipa-parkan. la hanya menceritakan tentang pengeroyokan
empat orang datuk sesat yang berhasil menawannya.
"Hehhh.... Syukurlah kau dapat menyelamatkan diri, Pendekar Naga Putih. Kalau tidak, mungkin sampai saat ini kami belum dapat meraba, apa sebenarnya
yang diinginkan tokoh sesat maha sakti itu" Hm....
Siapa sebenarnya tokoh itu?" ucap Jagaraksa.
Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu. Memang
tokoh sesat berjuluk Malaikat Gerbang Neraka masih
terselimut teka-teki. Belum ada yang tahu, dari mana
asal-usul tokoh itu.
"Setelah mengetahui rencana mereka, sebaiknya
kita segera bergerak. Sebab, bukan tidak mungkin
kalau Malaikat Gerbang Neraka dan para begundalnya telah lebih dahulu bergerak. Tentu mereka akan
mempercepat penyerbuan, begitu mengetahui kau
telah berhasil meloloskan diri, Saudara Panji. Bagaimana pendapat yang lain?" sambung Jagaraksa
mengakhiri, sambil mengedarkan pandangan kepada
para tokoh yang berkumpul di ruangan itu.
"Benar. Kita harus segera bergerak. Aku yakin,
saat ini pun gerombolan Malaikat Gerbang Neraka
past telah bergerak menuju Istana Kerajaan Mulawarta,"
sahut seorang laki-laki setengah baya.
Dia memiliki bentuk wajah yang gagah dan menarik. Kumisnya yang tipis tampak teratur rapi. Tokoh
ini tak lain adalah Pendekar Laut Selatan, yang
ternyata juga ikut hadir dalam pertemuan itu.
Di sebelah kiri Pendekar Laut Selatan, tampak
duduk murid utamanya yang berjuluk Nelayan Pulau
Kambang. Tokoh berusia empat puluh tahun itu
merupakan orang kedua di perguruan mereka. Kepan

Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daiannya bahkan hampir tidak berselisih dengan Pendekar Laut Selatan sendiri. Meskipun jarang muncul dalam dunia persilatan, namun namanya telah cukup dikenal dan disegani.
Bagaimana dengan Raja Obat" Apakah mempunyai pendapat lain...?" tanya Pendekar Pedang Perak yang didampingi adik
seperguruannya yang berjuluk
si Pedang Malaikat.
"Hm.... Rasanya keputusan itu sudah tepat sekali.
Kalau memang semua sudah setuju, lebih baik kita mempersiapkan pemberangkatan. Apalagi, jarak yang akan kita tempuh bisa memakan
waktu sampai tiga hari. Sedangkan gerombolan Malaikat Gerbang Neraka akan tiba
lebih dulu daripada kita," sambung Raja Obat dengan suara tenang tanpa terburu-buru.
"Baiklah. Kalau begitu, kita tutup saja pertemuan ini.
Silakan masing-masing menyiapkan pengikutnya. Kita
langsung bergerak pagi ini juga," ujar Pendekar Pedang Perak yang segera bangkit
dari duduknya. Para tokoh yang lain pun, bergegas meninggalkan
ruang utama perguruan itu. Sehingga, sebentar saja
ruangan itu kembali sunyi.
Sedangkan Panji, Kenanga dan Raja Obat pamit lebih dulu untuk menyelidiki keadaan.
*** Diiringi hembusan angin pagi yang bersilir lembut,
Panji, Kenanga dan Raja Obat melesat cepat menuju
arah Barat. Berbekal ilmu lari cepat yang telah mencapai tingkat tinggi, membuat
perjalanan mereka menjadi
lebih cepat. Hingga ketika matahari mulai naik tinggi, mereka, telah jauh meninggalkan Perguruan Pedang
Perak saat ketiganya hendak memasuki hutan, tiba-tiba
terdengar bentakan yang diiringi berloncatannya belasan sosok tubuh yang
langsung mengurung ketiga orang sakti
itu. "Berhenti...!"
Teriakan yang mengandung tenaga dalam kuat itu,
tentu saja membuat langkah Panji, Kenanga, dan Raja
Obat terhenti seketika. Mereka menatap ke arah belasan
sosok tubuh berpakaian serba putih yang telah mengepung. "Siapa kalian..."! Dan apa keperluan kalian memasuki daerah hutan ini"!" bentak
salah seorang. Orang itu pada bagian lengannya terdapat garis hitam. Sepertinya, garis hitam pada bagian pangkal lengan sebagai tanda kalau ia
merupakan pimpinan belasan
orang itu. Untuk beberapa saat lamanya, Panji hanya mengedarkan pandangan penuh selidik kepada belasan
orang yang mengepungnya. Setelah memastikan kalau mereka bukanlah orang jahat, barulah Pendekar Naga Putih
melangkah maju beberapa tindak mendekati laki-laki gagah yang merupakan pimpinan belasan orang itu.
"Sahabat Aku berjuluk Pendekar Naga Putih. Sedangkan kedua orang rekanku ini adalah Kenanga dan
Raja Obat Kalau boleh bertanya, siapakah kalian" Dan apa maksud kalian
menghadang perjalanan kami?" Panji balik bertanya setelah menjawab pertanyaan
laki-laki ga- gah itu. "Hm.... Keadaan pada masa sekarang ini sedang
tidak aman. Mengapa kalian sebagai pendekar masih
saja berkeliaran" Tidakkah sebaiknya kalian
ikut mengamankan suasana?" ujar orang itu bernada menegur. Sedangkan pertanyaan
Panji sama sekali tidak
dijawabnya. Kenanga yang merasa kesal melihat lagak orang itu
langsung saja melangkah maju. Telinga gadis jelita itu
sempat memerah mendengar teguran yang terasa menyinggung harga dirinya.
"Hm.... Rupanya kalian adalah pendekar-pendekar
pembela kebenaran. Tahukah kalian, bahaya apa yang
saat ini tengah mengancam Kerajaan Mulawarta"! Orang lain tengah sibuk
memikirkan cara untuk menghalau pemberontak-pemberontak itu, mengapa kalian
masih sibuk mengatur orang lain"! Apakah kalian tidak mendengar tentang munculnya seorang tokoh
sesat yang berjuluk Malaikat
Gerbang Neraka" Dan apakah kalian tahu kalau saat ini
tokoh itu bersama dengan bala tentaranya tengah bergerak menuju Kerajaan Mulawarta?" dengus Kenanga. Sehingga, laki-laki gagah itu
sempat terkejut dibuatnya.
Belum lagi laki-laki berpakaian serba putih dan bercambang bauk lebat itu sempat menjawab ucapan Kenanga, mendadak terdengar suara lantang.
"Hm.... Benarkah apa yang kau ucapkan itu, Ni sanak" Kalau memang benar demikian, mereka tentu harus
berhadapan lebih dahulu dengan prajurit-prajurit Kadipaten Blambang. Sebab
kadipaten itu merupakan jalan satu-satunya ke Kerajaan Mulawarta."
Ucapan itu keluar dari mulut seorang laki-laki yang menunggang seekor kuda. Di belakangnya tampak mengiring belasan orang berpakaian prajurit. Sedangkan orang
itu sendiri mengenakan pakaian seorang perwira.
"Apa yang dikatakan kawanku ini sama sekali tidak
salah. Mereka telah menyapu habis seluruh kekuatan
Kadipaten Blambang. Setelah itu, barulah mereka berangkat untuk menyerbu Istana Mulawarta. Demikianlah yang
kudengar dari hasil penyelidikanku," sahut Panji yang segera menyahuti
pertanyaan laki-laki gagah berpakaian perwira
itu. "Betulkah kau menyaksikannya sendiri, Anak Muda"
Ataukah kau hanya mendengar berita dari orang lain?"
tanya perwira yang tak lain dari Pragala itu. Tentu saja ia menjadi terkejut
mendengar keterangan Panji.
"Benar, Paman Perwira. Sayang aku tidak mempunyai
waktu untuk menceritakannya. Apalagi, saat ini kami bertiga tengah terburu-buru
untuk segera tiba di Istana Kerajaan Mulawarta. Kami harus melihat keadaan
terlebih dahulu
sebelum kawan kami yang lain tiba di sana. Maka, biarkanlah kami meneruskan perjalanan, karena kami tidak
ingin terlambat," jelas Panji.
Tentu saja berita yang didengarnya itu membuat Pragala terpaku bagaikan patung. Memang, melihat wajah
tampan itu, ia yakin kalau apa yang dikatakan pemuda di depannya adalah benar.
"Sahabat, tunggu...!" seru Pragala mencegah Panji dan yang lainnya meninggalkan
tempat itu. "Maaf, kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kalau memang kalian ingin
membantu, tunggulah kedatangan rombongan kawan kami yang juga akan melewati
hutan ini!" ujar Panji tanpa menghentikan larinya.
Hingga akhirnya bayangan ketiga orang itu semakin menjauh dan menghilang dalam kelebatan pepohonan hutan. "Hm.... Saudara Lodana. Sebaiknya siapkan pasukan
kita. Aku yakin apa yang diucapkan pemuda itu benar
adanya. Sebaiknya, kita tunggu saja kawan anak muda itu, dan bergabung dengan
mereka," usul Pragala kepada laki-laki bercambang bauk yang hanya mengangguk.
Lodana yang juga menyetujui usul Pragala, segera mengumpulkan orang-orangnya untuk bergabung dengan pasukan Pendekar Pedang Perak dan tokoh-tokoh persilatan yang menurut Panji akan melewati tempat itu.
Ternyata penantian Pragala dan Lodana tidak terlalu lama. Buktinya, setelah orang-orangnya lengkap berkumpul, terdengarlah derap
kaki kuda bergemuruh. Dari kepulan debu yang membumbung tinggi ke angkasa, jelas
itu adalah rombongan orang berkuda yang tengah menuju ke
arah mereka. Dan tentu dalam jumlah yang sangat besar. Dan apa yang diduga Pragala maupun Lodana ternyata tidak meleset. Kini tampaklah rombongan orang
berkuda yang tidak kurang dari seribu orang banyaknya.
Heran juga hati Pragala melihat jumlah yang sangat besar itu. Bergegas mereka menyambut dan menggabungkan diri dengan rombongan yang hendak menuju Istana
Kerajaan Mulawarta.
Pendekar Pedang Perak yang telah cukup mengenal
Lodana, tentu saja menerima mereka untuk bergabung.
Maka rombongan yang semakin membengkak jumlahnya
itu pun terus bergerak maju menerobos hutan lebat.
*** 8 "Ternyata dugaan Ki Jagaraksa tidak meleset! Malaikat Gerbang Neraka dan pasukannya benar-benar telah memasuki Ibu Kota Mulawarta. Seperti setan saja
gerakan mereka," kata pemuda berjubah putih yang tak lain dari Panji, saat telah
tiba di perbatasan Ibu Kota Mulawarta bersama Kenanga dan Raja Obat.
"Hm.... Kalau melihat bercak-bercak darah serta bekas-bekas pertempuran yang
terjadi di perbatasan ini, rasanya mereka belum lama tiba," duga dara jelita
berpakaian serba hijau yang sudah pasti Kenanga adanya.
Gadis jelita itu tampak membungkuk memeriksa belasan mayat prajurit penjaga perbatasan yang bergeletakan tumpang tindih. Tampaknya di tempat itu belum lama terjadi pertempuran.
"Bagaimana ini, Eyang" Apakah kita langsung menuju istana, atau menunggu tibanya kawan-kawan kita
yang lain?" tanya Panji meminta pendapat Raja Obat.
Biar bagaimanapun, Pendekar Naga Putih harus
menghormati orang tua itu untuk meminta petunjuknya.
Walaupun telah tahu tentang apa yang harus diperbuatnya, namun tetap saja Panji meminta pendapat
orang tua itu. "Sebaiknya, kita langsung saja menuju istana. Walaupun kita cuma bertiga, namun tidak perlu takut. Dan
lagi, kita hanya akan menghadapi gembong-gembong
pemberontak itu. Sedangkan mengenai pasukan Malaikat
Gerbang Neraka, mungkin saat ini tengah bertempur melawan para prajurit kerajaan. Jadi, tidak hanya sekadar menghadapi tokoh-tokoh
sesat itu untuk melindungi
Gusti Prabu Pungga Lawa," sahut Raja Obat yang sege-ra melangkah meninggalkan
perbatasan Ibu Kota Mulawarta. Tanpa banyak cakap lagi, Panji dan Kenanga bergegas mengikuti kakek sakti itu.
Tidak berapa lama kemudian, mereka berpapasan dengan para pengungsi yang tengah dibantai serombongan
laki-laki kasar yang mirip gerombolan perampok. Tanpa
banyak tanya lagi, mereka bergegas menerjang gerombolan laki-laki kasar yang diduga sebagai pengikut
Malaikat Gerbang Neraka.
"Bedebah! Biarkan mereka pergi...!" bentak Panji yang langsung saja melompat
disertai kibasan tangannya.
Bettt...! Sekali tangan Panji mengibas, belasan orang laki-laki kasar itu langsung bertumbangan tanpa bangkit
kembali. Mereka langsung bergeletakan pingsan dengan
darah mengalir dari sudut bibir.
Kenanga dan Raja Obat pun tidak mau ketinggalan.
Mereka segera mengamuk membagi-bagi pukulan dan tendangan yang mengandung kekuatan hebat Sehingga dalam beberapa gebrak saja, puluhan orang laki-laki kasar itu sudah bergeletakan
tanpa daya. "Ayo, kita segera menuju istana...!" ujar Raja Obat setelah gerombolan itu tak
tersisa satu pun juga.
Setelah yakin kalau para pengungsi itu tidak lagi terganggu para pasukan Malaikat Gerbang Neraka, Panji
dan Kenanga bergegas mengikuti Raja Obat.
Karena mereka mengerahkan ilmu lari cepatnya, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama telah tiba di depan gerbang Istana
Kerajaan Mulawarta. Sepanjang jalan
yang terlihat hanyalah ratusan mayat dari kedua belah
pihak yang saling tumpang tindih tak karuan. Sehingga, mau tak mau ketiga orang tokoh sakti itu menjadi
sedih melihatnya.
Panji, Kenanga, dan Raja Obat terus melesat melewati pertempuran-pertempuran yang masih berkobar
sengit. Memang, tujuan mereka hanyalah untuk mencari
gembong-gembong golongan sesat yang sudah pasti sangat berbahaya bagi prajurit-prajurit kerajaan itu.
"Lihat! Bukankah itu Datuk Panglima Sesat!" seru Kenanga.
Gadis itu langsung menunjuk seorang laki-laki bertubuh raksasa yang tengah mengamuk dikeroyok prajurit
kerajaan dan sebelas orang perwira yang mengepungnya.
Namun, sepak terjang datuk sesat itu luar biasa
sekali! Puluhan mayat prajurit tampak berserakan di sekitarnya. Siapa lagi yang
berbuat kejam seperti itu kalau bukan Datuk Panglima Sesat" Bahkan di antara
puluhan mayat itu terdapat mayat enam orang perwira yang rupanya juga telah tewas di tangan datuk iblis itu.
Melihat keadaan para prajurit yang kacau-balau akibat amukan tokoh sesat mengiriskan itu, maka Raja
Obat segera saja melesat untuk menahan keganasan datuk sesat itu. "Kenanga! Bantulah para perwira yang tengah bertarung dengan Kuntilanak Bukit Mandau itu. Nampaknya,
mereka memang memerlukan bantuan!" seru Raja Obat sambil menudingkan jari
telunjuk ke arah sebelah kanan.
Tanpa diperintah dua kali, gadis jelita itu bergegas melayang ke arah yang
ditunjuk Raja Obat Memang, di
tempat itu tampak seorang nenek tinggi kurus tengah
mengamuk dengan sebatang tongkat hitamnya. Begitu Kenanga ikut terjun ke dalam kancah pertempuran, barulah
para perwira yang mengeroyok nenek iblis dapat menarik
napas lega. Dan ternyata Kenanga mampu mengurangi
amukan datuk sesat wilayah Utara itu.
Pendekar Naga Putih yang melihat kedua orang rekannya telah menemukan lawan masing-masing, bergegas terus masuk ke dalam lingkungan istana. Dua orang datuk lain yang terlihat
tengah bertarung seru melawan pa-ra perwira yang sedikitnya berjumlah lima belas
orang, tidak dipedulikannya. Kelihatannya para perwira itu cukup mampu menahan
amukan datuk-datuk sesat itu sampai
tibanya Pendekar Pedang Perak dan Pendekar Laut Selatan. Maka, Pendekar Naga Putih pun meneruskan
langkahnya untuk mencari Malaikat Gerbang Neraka.
Dan menurut dugaannya, mungkin tokoh sesat itu telah
berada di dalam bangunan istana.


Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hm.... Tampaknya Tengkorak Hutan Jati dan Garuda Mata Satu pun dapat mereka atasi," gumam Panji ketika melihat kedua orang
tokoh sesat itu tengah sibuk
menghadapi para perwira dan prajurit Kerajaan Mulawarta.
Ketika Panji menoleh ke arah lain, keningnya
tampak berkerut melihat tiga orang wanita cantik tengah bertempur sengit melawan puluhan orang laki-laki
di dekat pintu utama Istana Kerajaan Mulawarta.
Hati pendekar muda itu terkejut bukan main melihat amukan dahsyat ketiga orang wanita cantik itu.
Bukan ilmu silat mereka yang membuat Pendekar Naga Putih terkejut . Tapi, keadaan mayat para prajurit itulah yang membuat Panji
terpaksa menahan langkahnya.
"Racun keji...!"desis Panji geram.
Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, tubuh pemuda itu segera melesat ke arah pertempuran yang menebarkan hawa maut berbau busuk itu.
"Haiiit ..!"
Sambil berseru nyaring, Pendekar Naga Putih mengibaskan kedua tangannya ke arah ketiga orang wanita
cantik yang menggunakan racun jahat itu.
Wusss...! Serangkum angin berhawa dingin dan panas,
langsung menerpa ke arah ketiga orang wanita itu
dengan amat kuatnya. Tentu saja hal itu membuat Tiga
Dewi Pulau Setan menjadi terkejut bukan kepalang.
" Hei...! "
Terdengar seruan-seruan kaget dari ketiga orang wanita cantik itu. Serentak mereka berlompatan mundur
menghindari sambaran angin pukulan yang berlainan sifat itu. Sayang gerakan yang dilakukan mereka masih kalah cepat dibanding gerakan Panji. Sehingga tanpa dapat dicegah lagi, tubuh
ketiga orang wanita cantik it ter-pantul deras ke belakang.
Desss.... Desss.... Desss...!
Ketiga orang wanita cantik penghuni Pulau Setan itu
terjungkal terbanting keras di atas tanah. Darah segar
Yang mengalir di sudut bibir, menandakan kalau ketiga
orang wanita cantik itu telah menderita luka dalam yang cukup parah!
Rupanya kesempatan yang sangat baik itu, tidak disia-siakan begitu saja oleh para prajurit Kerajaan Mulawarta yang tersisa.
Langsung saja mereka berlompatan ke arah tiga sosok tubuh yang tengah berusaha
bangkit itu. Dan.... Brettt.... Crakk... Crasss...!
"Wuaaa...!"
"Aaargh...!"
Jeritan-jeritan kematian terdengar saling susul menyusul ketika belasan orang prajurit kerajaan itu menusukkan dan membabatkan senjatanya ke tubuh Tiga Dewi Pulau Setan. Darah segar pun berhamburan membasahi
permukaan bumi yang semakin lembab oleh darahdarah manusia. Namun ketiga orang wanita cantik itu pun rupanya tidak mau mati secara sia-sia. Buktinya mereka membalas
dengan sambaran senjata di tangan. Sehingga, enam
orang prajurit yang paling dekat, langsung jatuh tersung-kur mencium tanah
dengan tubuh berlumuran darah. Setelah itu, baru Tiga Dewi Pulau Setan menghembuskan
napasnya yang terakhir.
"Benar-benar berbahaya...," gumam Panji.
Pendekar Naga Putih kemudian langsung melesat ke
dalam bangunan istana, setelah melihat ketiga orang
wanita cantik itu benar-benar sudah berakhir hidupnya.
Saat tiba di ruang utama istana, Panji terkejut bukan main. Tampak tokoh sakti yang dicarinya tengah
mengamuk hebat. Dia dikeroyok oleh belasan orang
perwira dan dua orang Senapati Kerajaan Mulawarta.
Amukan tokoh tinggi kurus yang wajahnya selalu tersembunyi di balik kerudung hitam itu benar-benar mengiriskan. Puluhan mayat prajurit dan perwira, tampak
bergeletakan di bawah kakinya. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat mengerikan dan mengiriskan sekali. "Heaaat...!"
Dibarengi teriakan mengguntur, Malaikat Gerbang Neraka melesat sambil mengibaskan kedua tangannya ke kiri
dan kanan. Gerakan tokoh sesat maha sakti itu benarbenar membuat orang tewas seketika.
Dua orang senapati yang masing-masing berusia lima
puluh dan tiga puluh tujuh tahun, tampak berbuat nekat.
Mereka langsung menyambut kibasan tangan tokoh mengiriskan itu. "Haaat ..!"
Sambil berseru keras, kedua orang senapati itu
langsung saja melompat sambil mendorongkan tangannya
untuk menyambut pukulan maut yang menimbulkan
deru angin panas. Dan....
Blarrr...! "Aaakh...!"
Ledakan dahsyat yang terasa bagaikan hendak merobohkan istana terdengar, ketika pukulan Malaikat Gerbang Neraka dan kedua orang
senapati itu berbenturan keras.
Kedua senapati andalan Kerajaan Mulawarta itu langsung terpental balik akibat benturan yang maha dahsyat!
Tubuh mereka langsung terbanting jatuh ke atas lantai.
"Uhhh...!"
Benturan dahsyat tadi rupanya telah membuat
dada keduanya terguncang. Hal itu jelas terlihat dari gerakan mereka pada saat
hendak berusaha bangkit berdiri.
Mereka kembali terjatuh sambil menekap dada yang terasa bagaikan tertusuk ribuan
jarum halus. Dari cairan merah
yang tampak mengalir di sela-sela bibir, dapat dipastikan kalau kedua orang itu
telah mengalami luka dalam cukup
parah. Sedangkan Malaikat Gerbang Neraka sendiri sama sekali tidak mengalami luka berarti. Benturan keras tadi
hanya membuat kuda-kudanya tergempur beberapa
langkah ke belakang. Tentu saja kenyataan itu mau tak
mau membuat Pendekar Naga Putih yang sempat menyaksikannya menggeleng takjub.
"Orang ini benar-benar sudah seperti bukan manusia lagi! Kepandaiannya hebat dan mengiriskan sekali.
Hm.... Kalau saja aku belum menemukan rahasia
yang tersimpan dalam Pedang Naga Langit, rasanya
mustahil dapat menandingi tokoh sesat yang satu ini. Sekarang pun, aku masih
ragu untuk dapat menandinginya,"
desah Pendekar Naga Putih yang benar-benar kagum dengan kesaktian tokoh sesat penuh teka-teki itu.
Namun, Panji tidak sempat berpikir lama. Karena saat
itu, belasan orang perwira yang mengeroyok tokoh sakti itu bertumbangan satu
persatu bagaikan laron mendekati api.
Tentu saja jeritan kematian yang susul-menyusul itu
membuat Pendekar Naga Putih harus segera turun tangan mencegahnya. Dan sebagai taruhannya, adalah nyawa! "Malaikat Gerbang Neraka! Kali ini kau harus benar-benar kuhentikan...!"
seru Panji sambil melompat memapak hantaman telapak tangan kanan tokoh itu yang
ten- gah meluncur deras mengancam empat orang pengeroyok di depannya.
Tokoh sakti yang berjuluk Malaikat Gerbang Neraka itu
sempat tersentak mendengar seruan yang diketahuinya
mengandung kekuatan dahsyat. Dan ketika matanya melirik, tampak kegusaran terpancar pada sepasang matanya.
Jelas kalau tokoh mengiriskan itu tengah mengenali orang
yang mengeluarkan seruan lantang tadi.
"Pendekar Naga Putih..."!" desisnya.
Malaikat Gerbang Neraka tampak terperangah melihat kedatangan pemuda sakti itu. Memang, sampai saat itu pun ia masih belum bisa
mengerti, bagaimana cara pemuda itu dapat meloloskan diri dari tahanannya
padahal, ia tahu betul kalau keadaan pemuda itu sangat parah dan kemungkinan
untuk sembuh hampir mustahil. Itulah yang
menyebabkan hatinya terkejut melihat kemunculan Panji.
Apalagi, keadaan pemuda itu tampak segar bugar.
Malaikat Gerbang Neraka yang melihat datangnya serangan pemuda itu, segera menyelewengkan hantaman telapak
tangannya. Perhatiannya segera dialihkan ke arah Pendekar Naga Putih yang saat
itu tengah meluruk ke arahnya.
Panji yang sadar akan kedahsyatan ilmu lawannya, tentu
saja tidak mau bertindak tanggung-tanggung. Langsung dikerahkannya seluruh kekuatan 'Tenaga Sakti
Gerhana Bulan' yang dimiliki untuk menahan gempuran dahsyat itu.
Wusss...! Wukkk...! Blarrr...! Hebat dan sangat mengerikan benturan dua gelombang tenaga raksasa yang saling bertemu di udara. Ruang utama Istana Kerajaan
Mulawarta bagaikan diguncang
gempa yang sangat hebat Sehingga, tembok-tembok
yang mengelilingi ruangan itu sampai bergetar bagaikan hendak roboh. Bahkan pada bagian atap ruangan
itu sempat rontok karenanya.
Belasan orang perwira kerajaan yang sempat
menyaksikan benturan dahsyat itu, terlempar ke kiri
dan kanan bagaikan dilanda angin topan dahsyat
Dengan perasaan ngeri mencekam, para perwira itu
serentak menyeret langkahnya menjauhi pertarungan
mengerikan itu.
Akibat yang diderita Panji pun cukup parah.
Benturan dahsyat itu telah membuat tubuhnya terlempar deras, dan langsung menjebol dinding ruangan
yang berada dua tombak di belakangnya. Untunglah lapisan kabut putih keperakan masih menyelimuti tubuhnya, sehingga tulang-tulangnya tidak sampai patah. "Hm..."
Pendekar Naga Putih menggeram gusar. Sepasang
matanya menyorot tajam bagaikan mata seekor naga
murka. Dengan gerakan perlahan, pemuda itu menyilangkan kedua tangan di depan dada. Kemudian masih dengan gerakan perlahan dan mengandung getaran kuat, kedua lengan pemuda itu bergerak naik melampaui kepalanya. Tak lama kemudian, terlihatlah dua buah sinar
yang membungkus tubuh pemuda berjubah putih itu. Masing-masing adalah sinar putih keperakan, dan sinar kuning keemasan. Kedua sinar
itu menyelimuti tubuh Panji secara terpisah. Sehingga pemandangan aneh itu,
sempat membuat Malaikat Gerbang Neraka mengerutkan keningnya. "Gila! ilmu apa lagi yang dimiliki pemuda setan itu..." Hm, apa yang
membuat tubuhnya sampai dapat
mengeluarkan dua buah sinar aneh secara bersamaan?"
gumam tokoh sesat itu yang merasa terkejut karenanya.
Sebagai seorang yang telah banyak mengetahui ilmu
langka dunia persilatan, tokoh sakti itu sadar kalau orang yang telah mampu
mengerahkan kedua unsur tenaga berlainan sifat secara bersamaan, sudah pasti
memiliki ke- kuatan luar biasa sekali. Melihat pemuda itu dapat
menggabungkan dua tenaga berlainan sifat secara sempurna, tentu saja Malaikat Gerbang Neraka menjadi gentar
hatinya. Padahal, diketahuinya betul kalau pada beberapa hari yang lalu,
lawannya sama sekali tidak menggunakan
perpaduan tenaga itu. Dan diyakininya pula kalau pada
waktu menahannya, Pendekar Naga Putih sama sekali
belum memiliki kekuatan seperti itu. Malaikat Gerbang
Neraka benar-benar menjadi tidak mengerti dengan keanehan pendekar muda itu.
"Hm.... Kalau memang bukan seorang pengecut, marilah pertarungan kita dilanjutkan di tempat yang lebih leluasa, Malaikat
Gerbang Neraka. Tapi kalau kau takut, tentu aku tidak akan memaksa," tantang
Pendekar Naga Putih sengaja memanasi.
"Bedebah kau, Pendekar Naga Putih! Apa dikira dengan kepandaianmu kau sudah patut bersombong di depanku" Huh! Jangan mimpi, Bocah Setan! Hari ini juga,
nama besarmu akan kuhapus dari dunia persilatan," desis Malaikat Gerbang Neraka,
mengandung kegeraman yang
dalam. Seketika tubuh Pendekar Naga Putih segera melesat
ke arah samping istana yang memiliki halaman cukup
luas. Sedangkan Malaikat Gerbang Neraka pun bergegas
mengejar. Baru saja Panji menjejakkan kakinya di tanah,
Malaikat Gerbang Neraka sudah langsung melancarkan
serangan dahsyat. Pukulannya yang menimbulkan deru
angin mencicit tajam, datang bertubi-tubi bagai tidak ingin memberi kesempatan
kepada pemuda itu.
Bettt..! Wuttt...!
Rentetan pukulan Malaikat Gerbang Neraka yang hebat
bukan kepalang, tentu saja tidak bisa dipandang ringan.
Apalagi dilancarkan dengan pengerahan tenaga dalam ting-gi. Tentu saja
kedahsyatannya sangatlah mengerikan.
Panji pun bukan tidak tahu akan kedahsyatan serangan itu. Cepat tubuhnya bergeser dengan lompatan ke
samping. Langsung dilancarkannya serangan balasan
dengan tusukan jari-jari tangan kanan.
Syuuut..! Tusukan jari-jari tangan Pendekar Naga Putih meluncur
pesat mengancam lambung lawan. Serangkum angin dingin yang menusuk tulang mencicit tajam mengiringi tusukan jari tangan pemuda itu.
Malaikat Gerbang Neraka yang merasa sangat yakin akan kekuatan dahsyat tenaganya, langsung saja mengibaskan lengan kiri untuk memapak serangan Pendekar
Naga Putih. Namun, Panji tentu saja tidak ingin bertindak ceroboh. Disadari kalau kekuatan yang dimiliki lawannya
masih berada di sebelah atasnya. Maka tentu saja ia tidak sudi mengadu tenaga dengan lawannya. Ditariknya tusukan jari tangan yang meluncur mengancam lambung lawan. Secepat tangan kanannya ditarik pulang, tubuhnya bergerak menekuk doyong ke belakang sambil melancarkan tendangan kilat yang melesat ke arah perut Malaikat Gerbang Neraka.


Pendekar Naga Putih 26 Rahasia Pedang Naga Langit di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tass....! Hebat dan cepat bukan main gerakan tokoh tinggi kurus itu. Dalam keadaan cukup berbahaya itu ternyata
masih sempat memutar kibasan tangannya yang membentuk setengah lingkaran hingga sempat memapak tendangan Panji. Benturan dua gelombang tenaga raksasa itu tentu
saja akibatnya hebat sekali. Tubuh Pendekar Naga Putih
melintir akibat tangkisan keras lawannya. Tapi walaupun demikian, keseimbangan
tubuhnya masih sempat diatur
dan kuda-kudanya dapat diperbaiki dalam keadaan siaga
penuh. "Heaaat. . !"
Malaikat Gerbang Neraka yang sempat bergetar
mundur sampai empat langkah akibat benturan itu, kembali melesat disertai pekikannya yang menggetarkan jantung. Para prajurit yang tengah bertempur dengan gerombolan pengikut tokoh sesat
itu kontan terjungkal Memang,
mereka bertempur tidak jauh dari pertempuran antara Panji melawan Malaikat
Gerbang Neraka. Dari mulut, telinga, dan hidung mereka mengalir darah segar.
Rupanya teriakan
dahsyat Malaikat Gerbang Neraka telah menewaskan mereka. Dari kejadian itu saja dapat dilihat, betapa menge-rikannya kekuatan yang
dimiliki tokoh sesat itu.
Pendekar Naga Putih yang melihat sepasang telapak tangan lawan tengah meluncur mengancam dadanya,
cepat menyilangkan sepasang tangannya. Juga langsung
tenaga batinnya dipusatkan untuk menggabungkan dua kekuatan yang berada dalam tubuhnya.
Whusss...! Dorongan sepasang tangan yang berkekuatan dahsyat
itu lewat di samping tubuh Panji yang melompat ke samping. Namun, apa yang selanjutnya dilakukan tokoh sesat
itu benar-benar membuat Panji tersentak Ternyata sepasang telapak tangan yang lewat di samping tubuhnya itu
tiba-tiba berputar cepat, dan langsung mengancam lambung kirinya. Buggg...! "Akhhh...!"
Tanpa dapat dicegah lagi, tubuh Pendekar Naga Putih
langsung terpental bagaikan sehelai daun kering! Darah segar terlompat keluar
dari mulutnya. Namun sebelum tubuhnya jatuh mencium tanah, pemuda itu masih sempat
berjumpalitan dan mendaratkan kakinya. Hanya saja,
kuda-kudanya sedikit goyah!
"Gila! Tokoh sesat satu ini memang benar-benar luar biasa! Nampaknya akan sulit
sekali untuk dapat menga, lahkannya," gumam Pendekar Naga Putih sambil menyu-s 121
sut cairan merah dengan lengan bajunya.
"Haaat...!"
Bagaikan orang kesetanan, Malaikat Gerbang Neraka
kembali meluncur dengan serangan-serangan mematikan.
Jelas kalau tokoh sesat itu memang sangat menginginkan
kematian Pendekar Naga Putih.
Kali ini Malaikat Gerbang Neraka jelas salah perhitungan. Semula, dikiranya Panji telah mengalami luka dalam akibat pukulannya. Tapi
ternyata dugaannya meleset!
Memang, dengan telah bersatunya Pedang Naga Langit
ke dalam tubuh Pendekar Naga Putih, tentu saja setiap
pukulan yang menimbulkan luka telah langsung terhapus oleh inti kekuatan pedang keramat itu. Hal inilah
yang tidak diketahui Malaikat Gerbang Neraka.
Pendekar Naga Putih sendiri semula merasa heran ketika tidak merasakan akibat hantaman Malaikat Gerbang
Neraka tadi. Sepertinya, pukulan tadi tidak berbekas dalam tubuhnya. Namun
ketika teringat Pedang Naga
Langit yang telah menyatu ke dalam tubuhnya, maka
pemuda itu pun tersenyum lega.
Serangan Malaikat Gerbang Neraka yang telah kembali mengancam, sama sekali tidak membuat Panji gugup.
Dengan menyatukan kekuatan batinnya, pemuda itu
berdiri tegak menanti datangnya serangan lawan. Dan
pada saat sepasang tangan tokoh tinggi kurus itu meluncur mengancam tubuhnya, Panji pun merendahkan tubuhnya sambil memantek kedua kakinya di atas tanah.
"Heaaattt...!"
Disertai 'Pekikan Naga Marah', Pendekar Naga Putih
mendorongkan sepasang tangannya ke depan. Serangkum angin pukulan yang mengandung hawa dingin dan
panas, terlontar dari sepasang telapak tangan pemuda itu.
Whusss...! Bresssh...! Terdengar ledakan dahsyat ketika kedua pasang telapak tangan yang mengandung kekuatan raksasa saling
berbenturan di udara! Tubuh kedua tokoh sakti itu terpental balik bagaikan
selembar daun kering yang diterbangkan angin.
Derrr...! Tubuh Malaikat Gerbang Neraka yang selama ini belum pernah terkalahkan, meluncur menghantam sebatang pohon besar yang berada di belakangnya. Dengan
memperdengarkan suara berderak ribut, pohon besar itu
langsung tumbang, karena bagian tengahnya terlanggar
tubuh tinggi kurus itu.
Demikian pula halnya Pendekar Naga Putih. Tub u h
P e n d e k a r N a g a P u t i h y an g t e n g a h m el un c ur ke arah dinding samping bangunan istana, terhempas keras hingga dinding itu pun jebol.
Pendekar Naga Putih yang merasakan sekujur tubuhnya bagaikan remuk, cepat menyatukan pikiran. Dia
duduk bersila sambil memejamkan mata, tanpa peduli
dengan keadaan sekitarnya. Gempuran dahsyat yang telah mengakibatkan luka dalam, membuatnya berusaha
untuk membangkitkan kekuatan tenaga batinnya. Memang disadari betul kalau lukanya hanya dapat disembuhkan oleh 'Tenaga Sakti Inti Panas Bumi' yang berasal dari Pedang Pusaka Naga
Langit. Sedangkan Malaikat Gerbang Neraka ternyata tetap terkulai lemah tak berdaya. Dari sudut bibir tokoh tinggi kurus itu mengalir
darah segar. Jelas, tokoh sakti itu pun telah mengalami luka dalam yang tidak
ringan. Bahkan akibatnya, kesaktiannya kini telah punah! Dia seperti kakek-kakek
jompo saja layaknya.
Melihat hal ini, dua orang senapati dan beberapa orang
perwira tinggi Kerajaan Mulawarta cepat mengamankan tokoh iblis itu. Mereka membawanya ke dalam bangunan
istana, untuk meminta keputusan Prabu Pungga Lawa.
Sementara, pertempuran yang berlangsung antara pasukan Kerajaan Mulawarta melawan pasukan pemberontak sudah pula selesai. Para prajurit kerajaan yang dibantu tokoh-tokoh persilatan golongan putih telah berhasil menghentikan perlawanan para pemberontak.
Yang tinggal hanyalah ribuan sosok mayat saling tumpang-tindih yang menebarkan bau anyir darah.
*** Pendekar Naga Putih yang baru saja menyelesaikan semadinya, menjadi heran ketika di sekelilingnya
telah berkumpul tokoh persilatan. Sehingga, pemuda itu
sempat menjadi rikuh karenanya.
"Bagaimana keadaanmu, Kakang...?" tanya Kenanga yang saat itu juga tengah
menunggu kekasihnya. Wajah
jelita bagai bidadari itu tampak penuh kecemasan.
"Aku tidak apa-apa, Kenanga. Kesehatanku sudah pulih seperti semula," sahut Panji sambil mengedarkan pandangan, seolah-olah
mencari sesuatu.
"Malaikat Gerbang Neraka telah dapat kau lumpuhkan, Panji. Dan kini telah diamankan pihak istana.
Menurut Gusti Prabu Pungga Lawa pada saat kami datang menghadap, tokoh sesat yang maha sakti itu ternyata seorang pangeran yang pada beberapa waktu lalu
pernah memberontak. Ternyata nama asli Malaikat Gerbang Neraka adalah Pangeran Dwipa Karna. Dulu, dia berhasil meloloskan diri dari kejaran pihak kerajaan. Rupanya kali ini kembali
mencoba melakukan pemberontakan untuk merebut kekuasaan dari tangan Gusti Prabu
dengan bantuan para datuk sesat. Sayang rencananya kali ini pun harus gagal. Dan untuk
kali ini, ia tidak akan bisa melari-kan diri lagi dari hukuman mati. Besok
sebelum matahari terbit, tokoh itu akan dihukum penggal. Demikian titah
Gusti Prabu Pungga Lawa," jelas laki-laki gemuk berwajah
bulat, dengan kumis dan jenggot yang tercukur rapi.
Orang itu tak lain adalah Ki Jagaraksa atau yang lebih dikenal sebagai Pendekar Pedang Perak. Rupanya tokoh ini pun ikut menunggui Panji yang tengah bersemadi.
"Bagaimana para datuk sesat itu" Apakah mereka tewas, atau dapat ditawan?" tanya
Panji, bernada ingin tahu. Sebab, ia memang tidak mengetahui akan hal itu.
"Mereka berhasil meloloskan diri dengan meninggalkan pasukannya. Rupanya setelah
melihat keadaan pasukan
mereka terdesak, dan tidak mempunyai harapan untuk
menang, mereka langsung pergi menyelamatkan diri
masing-masing. Kecuali Tengkorak Hutan Jati dan Garuda Mata Satu. Mereka bersama pasukannya tewas digilas
prajurit kerajaan dibantu murid-murid kami," jelas laki-laki setengah baya yang
memiliki wajah menarik.
Orang itu tak lain adalah Pendekar Laut Selatan. Dia
datang bersama seluruh muridnya untuk membantu Kerajaan Mulawarta dalam menghadapi gerombolan pemberontak.
"Hhh.... Syukurlah kedatangan kalian tidak terlambat," desah Panji menarik napas lega.
Namun, kening Pendekar Naga Putih kembali berkerut ketika tidak melihat Raja Obat di tempat itu.
"Setelah melihat semua keadaan di sini telah
aman, Raja Obat berpamit untuk meneruskan pengembaraannya. Maaf! Kami tidak bisa menahannya sampai kau
menyelesaikan semadimu, Panji. Dan beliau meminta
maaf karena tidak bisa berpamit kepadamu," jelas Pendekar Pedang Perak yang
rupanya dapat menebak isi hati
pemuda perkasa itu.
"Ah! Kalau begitu, aku pun harus segera pamit kepada kalian. Sampaikan salam hormat dan maafku kepada
Gusti Prabu Pungga Lawa. Ayo, Kenanga...," pamit Panji, segera mengajak
kekasihnya meninggalkan Istana Kerajaan Mulawarta.
"Baik, Kakang...," sahut Kenanga. Gadis itu juga segera berpamit kepada semua
tokoh persilatan yang berada di
tempat itu. "Pendekar Naga Putih...! Bagaimana kami harus mengatakan kalau Gusti Prabu Pungga Lawa menanyakan
tentang dirimu?" seru Pendekar Pedang Perak yang tak kuasa mencegah kepergian
kedua orang pendekar mu-da itu.
"Sampaikan salam hormat dan maafku, Paman!" teriak Panji. Pendekar Naga Putih
memang sudah semakin
jauh meninggalkan tempat itu. Sehingga, para tokoh persilatan itu hanya dapat menatap hingga tubuh kedua
orang pendekar muda itu lenyap ditelan keremangan senja. SELESAI Scan/E-Book: Aku Keisel
Juru Edit: Culan Ode
Document Outline
**** 3 "Kau sendiri, hendak menuju ke manakah, Anak Muda?" tanya laki-laki itu balik
bertanya. "Hei, berhenti...!" seru sosok tinggi kurus yang langsung melesat mengejar
Panji. Desss! "Hugkh...!"
"Sudah matikah aku...?" gumam Panji menyeringai merasakan dadanya panas dan
nyeri. Serangkum angin dingin yang menusuk tulang, berhembus dari telapak tangan pemuda
itu. Blarrr...! Terdengar ledakan menggelegar ketika angin pukulan pendekar muda itu telak
menghajar batu besar yang berjarak sejauh dua tombak lebih. Dan apa yang
terjadi, benar-benar membuat Panji menjadi puas.
"Kenanga.... Kau tidak sadar banyak orang di sini?" Panji mengingatkan.
"Hm.... Rasanya keputusan itu sudah tepat sekali. Kalau memang semua sudah
setuju, lebih baik kita mempersiapkan pemberangkatan. Apalagi, jarak yang akan
kita tempuh bisa memakan waktu sampai tiga hari. Sedangkan gerombolan Malaikat
Gerbang Neraka aka...
Tanpa banyak cakap lagi, Panji dan Kenanga bergegas mengikuti kakek sakti itu.
"Lihat! Bukankah itu Datuk Panglima Sesat!" seru Kenanga.
Dorongan sepasang tangan yang berkekuatan dahsyat itu lewat di samping tubuh
Panji yang melompat ke samping. Namun, apa yang selanjutnya dilakukan tokoh
sesat itu benar-benar membuat Panji tersentak Ternyata sepasang telapak tangan
yang lewat di samp...
Buggg...! "Akhhh...!"
Tanpa dapat dicegah lagi, tubuh Pendekar Naga Putih langsung terpental bagaikan
sehelai daun kering! Darah segar terlompat keluar dari mulutnya. Namun sebelum
tubuhnya jatuh mencium tanah, pemuda itu masih sempat berjumpalitan dan
mendaratkan kakinya...
"Gila! Tokoh sesat satu ini memang benar-benar luar biasa! Nampaknya akan sulit
sekali untuk dapat mengalahkannya," gumam Pendekar Naga Putih sambil menyusut
cairan merah dengan lengan bajunya.
"Haaat...!"
Bagaikan orang kesetanan, Malaikat Gerbang Neraka kembali meluncur dengan
serangan-serangan mematikan. Jelas kalau tokoh sesat itu memang sangat
menginginkan kematian Pendekar Naga Putih.
Kali ini Malaikat Gerbang Neraka jelas salah perhitungan. Semula, dikiranya
Panji telah mengalami luka dalam akibat pukulannya. Tapi ternyata dugaannya
meleset! Memang, dengan telah bersatunya Pedang Naga Langit ke dalam tubuh
Pendekar Naga Putih, ...
Pembalasan Selir Sesat 1 Patung Dewi Kwan Im Karya Kho Ping Hoo Pedang Golok Yang Menggetarkan 22

Cari Blog Ini