Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka Bagian 2
'Tutup Sukma' milik Manusia Jenggot Merah, maka suasana di Istana Gerbang Neraka
goyah bagaikan ada gempa dahsyat.
Jeritan ketakutan terdengar keras. Rawangi berseru-seru pada pengikutnya agar
jangan kalut. Sementara Andika sendiri segera bersiaga.
"Busyet! Kenapa tahu-tahu ada gempa seperti ini?"
dengusnya. Gempa itu memang hanya sesaat saja. Tetapi, mampu meruntuhkan pintu depan Istana
Gerbang Neraka.
Rawangi melesat ke satu tempat. Andika yang kebetulan keluar dari taman indah
itu melihatnya.
Lalu dengan bergegas dikuntitnya dara berparas bidadari itu. Ternyata, Rawangi
masuk ke ruangan seperti ruang kaca.
Tampak si gadis sedang menghadapi sebuah bola kaca berwarna merah. Andika pun
melihat kalau mulut Rawangi berkomat-kamit. Dan mata Pendekar Slebor pun
terbelalak ketika menyaksikan bola kaca itu mengeluarkan asap merah, lalu
terlihat sebuah bayangan di dalamnya.
Andika yakin, apa yang terlihat dalam bola kaca itu adalah tempat dia berpijak
sebelumnya. Dan yang membuatnya terkejut, ketika terpampang gambar seorang
lelaki seram berjenggot merah sedang melangkah tegap.
"Gila! Rupanya ada manusia lain yang bisa memasuki Gerbang Neraka ini. Siapa
dia" Apakah orang itu memang sengaja dikirim Penjaga Gerbang Neraka untuk
mengikutiku?" desis Andika, tak mengerti.
Sementara itu Rawangi sedang mengempalkan
kedua tangannya. Dan sebelum Andika sempat berbuat apa-apa, tiba-tiba gadis itu
menoleh dengan tatapan garang setajam mata serigala lapar.
Urung untuk bersembunyi, Andika justru
merasakan satu tenaga kuat luar biasa menghantam kepalanya. Selebihnya, tubuhnya
tersuruk dan pingsan.
*** Rawangi berdiri di hadapan lima orang gadis berpakaian biru tembus pandang.
"Hadang manusia keparat yang berani menginjak Gerbang Neraka ini! Bunuh dia!"
perintah gadis ini dalam kemarahan.
Serentak kelima gadis itu mengangguk, lalu menyatukan tangannya. Dan tiba-tiba
saja, mereka lenyap dari pandangan.
Kini tinggal Rawangi yang menghenyakkan pinggul padatnya ke kursi berukiran
kobaran api. Otaknya berpikir keras, mengapa sampai datang manusia-manusia ini"
Bila Andika tidak dibunuh, saat ini, karena Rawangi menghendaki si pemuda
pewaris ilmu Lembah Kutukan menjadi suaminya. Bila dia melahirkan anak keturunan
manusia, maka akan menjadi Ratu penguasa yang abadi di Istana Gerbang Neraka!
Tiba-tiba gadis ini menggeram dengan kedua tangan terkepal.
"Apakah ini ada hubungannya dengan pengkhianat Basofrat" Huh! Sayang, dia telah
melarikan diri dari Istana Gerbang Neraka" Hm.... Kalau memang iya, inilah
kesempatan bagiku untuk menghancurkannya!
Sekaligus, membalas kematian para pendahuluku
akibat pengkhianatan Basofrat durjana itu!"
Setelah terdiam beberapa saat, Rawangi bangkit dari duduknya.
"Kalau memang begitu, Bunga Neraka harus kupetik sekarang juga," lanjutnya.
Tetapi, kemudian gadis ini urung untuk melakukannya.
"Bunga Neraka, hhh! Bunga itulah yang diper-tahankan Basofrat! Tetapi, mengapa
dia harus menceritakan tentang bunga itu pada dunia luar. Tak mungkin manusiamanusia semacam Andika tahu tentang bunga itu, kalau tidak dari Basofrat!
Tetapi, kalau kupetik sekarang dan kuhisap sarinya, sudah jelas aku tak akan
bisa melahirkan. Berarti, aku bisa gagal menjadi penguasa di Istana Gerbang
Neraka ini. Dan bila Andika menikah denganku, maka kehebatan-ku tak akan bisa ditandingi.
Sekalipun oleh Basofrat laknat itu!"
Kembali Rawangi duduk kembali. Pikirannya dipenuhi berjuta masalah. Tapi dia
lantas bangkit lagi dan melangkah menuju ruangan di mana Andika masih dalam
keadaan pingsan akibat pukulannya.
Diperhatikannya wajah tampan milik Andika yang bagaikan tertidur itu.
"Hmm.... Tak kusangka, kalau di dunia luar ada manusia setampan ini. Kalau saja
di Istana Gerbang Neraka masih ada kaum lelaki, belum tentu ada yang setampan
Andika." Tiba-tiba saja Rawangi melepaskan seluruh pakaiannya. Dan kini tubuh tanpa
benang sehelai pun. Dibelai-belainya wajah Andika dengan penuh birahi.
Diciuminya wajah yang sedang tak sadarkan diri itu.
"Lebih baik sekarang saja kita menjadi suami istri,
Andika. Daripada nanti kau menolak?"
Lalu dengan hati-hati, Rawangi membukai seluruh pakaian Andika. Diambilnya
selimut yang ada di sana, lalu tubuhnya menyusup ke balik selimut. Dengusan dan
desahan napas penuh birahi terdengar lembut dan memburu. Namun....
"Aaauwww...!"
Tiba-tiba saja Rawangi memekik. Tubuhnya terpental dari balik selimut, jatuh ke
lantai pualam. Matanya membelalak tak percaya.
"Kurang ajar! Tenaga apa yang ada di diri pemuda ini sehingga bisa menolakku
begitu saja!"
Rasa penasaran mulai menggayuti perasaan Rawangi. Dengan paksa dan mengerahkan
ilmunya, gadis ini berusaha mendapatkan Andika. Namun lagi-lagi tak mampu.
Bahkan terasa sekali perutnya bagaikan berputar-putar. Sakit sekali.
"Setan alas! Rupanya pemuda ini memiliki tenaga petir yang sangat kuat! Keparat!
Jalan satu-satunya untuk mendapatkannya memang harus menikah!
Dengan cara seperti itu, tenaga petir yang ada di tubuhnya tak akan menolakku,
karena sesuai perintah otaknya."
Rawangi mengenakan pakaiannya lagi dengan geram. Juga dikenakannya pakaian
Andika kembali.
Lalu kakinya melangkah keluar.
*** Hawa panas membuat sekujur tubuh Manusia
Jenggot Merah berkeringat. Namun lelaki ini terus melangkah. Yang ada di
benaknya hanyalah Bunga Neraka saja. Tak peduli dengan segala macam rintangan,
kakinya terus melangkah.
Tiba-tiba Manusia Jenggot Merah berhenti.
Sepasang matanya yang memerah memandang tak berkesip ke depan. Karena, di
depannya muncul lima orang gadis berbaju biru tembus pandang.
Kemunculannya seolah-olah dari dasar pasir panas ini.
Tetapi sejurus kemudian lelaki ini terbahak-bahak.
Suaranya begitu keras, menggema segala penjuru padang pasir.
"Benar-benar menakjubkan! Aku bertemu gadis-gadis berparas jelita di sini! Dan
lagi..., tubuh mereka benar-benar menggiurkan! Mari, Manis! Aku sanggup
memberikan kenikmatan kepada kalian sekaligus!"
Salah seorang dari kelima gadis itu yang ternyata Srisisi menggeram marah.
"Manusia busuk! Angkat kaki dari sini sebelum kau mampus ditelan pasir panas!"
"Benar-benar luar biasa! Tetapi, sayang....
Ancamanmu justru terdengar semacam undangan untuk menggeluti tubuhmu yang indah!
Sini, sini.... Biar kudekap kau lama-lama!"
Manusia Jenggot Merah yang memang cabul itu bergerak menyergap Srisisi. Namun
lelaki ini kecele, karena Srisisi sudah menghindar dengan ringan.
"Bisa menghindar juga kau rupanya"! Justru ini yang membuat ku semakin
bersemangat!"
Kali ini bukan hanya Srisisi yang dikejar Manusia Jenggot Merah, tapi keempat
gadis lainnya. Dan, lagi-lagi Manusia Jenggot Merah kecele. Karena hanya angin
belaka yang ditangkapnya.
Menyadari kalau gadis-gadis ini tak bisa dianggap sembarangan, Manusia Jenggot
Merah mempergunakan ilmunya untuk menangkap. Tetapi, Srisisi dan teman-temannya
yang telah ditugaskan untuk membunuh Manusia Jenggot Merah segera bertindak cepat.
Begitu tangan Manusia Jenggot Merah yang dialirkan tenaga kuat meraih, tangan
Srisisi membentur-nya.
Plak! Manusia Jenggot Merah terkejut dan mundur ke belakang. Ketika melirik, tangannya
membiru. Sementara Srisisi menyeringai dingin.
"Cepat tinggalkan nyawamu di sini!"
Manusia Jenggot Merah semakin sadar kalau kelima gadis ini bukanlah orang-orang
sembarangan. Seketika dia murka. Segera diserbunya dengan ilmu-ilmunya yang tinggi.
Wesss...! Angin keras melebihi kecepatan waktu, bergerak ke arah kelima gadis itu. Namun
mereka langsung berlompatan dan membuyar. Dan hanya sesaat mereka berlompatan,
karena di kejap lain secara serempak kelimanya menyerbu Manusia Jenggot Merah
dengan serangan berbahaya.
Manusia Jenggot Merah mengeluarkan suara menggebah. Tubuhnya seketika
bergulingan di atas pasir panas. Meskipun tubuhnya mengeluarkan keringat akibat
panas menyengat. Akibat dari ilmu yang dimilikinya kulitnya tidak melepuh,
ketika pasir-pasir itu melekat di tubuhnya.
"Hiaaa...!"
Lelaki ini menderu kembali dengan serangan-serangan aneh dan dahsyat. Salah
seorang dari gadis-gadis itu tak kuasa menahan serangan.
Sehingga.... Desss...! Seketika terlihat tubuh gadis yang jadi sasaran
terpental puluhan tombak. Sesuatu muncrat dari tubuhnya.
Tetapi justru Manusia Jenggot Merah yang terkejut.
Karena darah yang keluar dari mulut si gadis bukan berwarna merah, melainkan
berwarna biru! Dan yang membuat lebih mengejutkan lagi, gadis itu bangkit dengan
tegar, lalu menyerang kembali.
"Apa-apaan ini"! Siapa mereka?" dengus Manusia Jenggot Merah tak mengerti.
Kembali lelaki ini menyerang ganas. Bahkan jauh lebih ganas dari yang pertama.
Namun sampai sejauh itu, tak seorang gadis pun yang terjatuh akibat pukulannya.
Justru, setiap kali kena hantaman, mereka bangkit kembali. Dan baru lelaki ini
sadar, kalau gadis-gadis itu sama sekali tak mengeluarkan keringat, seperti
dirinya! Piaslah wajah Manusia Jenggot Merah. Sebelum wajahnya berubah kembali, lima buah
serangan dahsyat penuh tenaga tinggi menderu ke arahnya.
Seketika lelaki ini bersalto ke belakang, ringan sekali hinggap di pasir
kembali. Dan tangannya yang sudah berada di dada digosok-gosok hingga
mengeluarkan asap berwarna hitam.
"Rupanya kalian bangsa siluman-siluman busuk yang menjual lagak di hadapanku!
Majulah kalian!"
Srisisi berhenti sejenak, serangannya dihentikan.
Sejenak diperhatikan tindakan lawan. Namun selanjutnya dia melesat cepat dengan
hantaman pukulan siap dilontarkan.
Manusia Jenggot Merah yang memang sudah
menunggu, mendadak saja menggerakkan kedua tangannya.
Blammm...! Tanpa ampun lagi, ajian 'Tutup Sukma' yang
dilontarkan Manusia Jenggot Merah menghantam telak tubuh Srisisi. Bukan hanya
tubuhnya yang terpental ke belakang. Bahkan seluruh anggota tubuhnya bagaikan
meledak dan membuyar!
"Srisisi!" seru yang lain terkejut. Dan serentak mereka menyerbu dengan
ganasnya. Kemarahan telah membludak. Bahkan yang tak pernah disangka, lelaki
berjenggot merah itu ternyata memiliki ajian-ajian aneh sekaligus mampu
menjatuhkan. Pada saat yang sama, Manusia Jenggot Merah mengibaskan tangan.
Blammm...! Blammm...!
Kenekatan itu bukanlah jalan terbaik. Karena tubuh mereka pada akhirnya menjadi
sasaran ajian 'Tutup Sukma' milik Manusia Jenggot Merah yang sangat dahsyat. Sama seperti
Srisisi. Namun ternyata salah seorang berhasil meloloskan diri. Dan ketika tubuhnya
hendak lenyap begitu saja, Manusia Jenggot Merah telah menyergapnya.
Gadis berbaju biru itu langsung meronta-ronta dengan jeritan setinggi gunung.
Karena sekujur tubuhnya terasa bagaikan tersengat.
Manusia Jenggot Merah terbahak-bahak.
"Rupanya kalian memang orang-orang bodoh! Hhh!
Siluman jenis apa pun, tak akan mampu menghalangiku! Katakan kepadaku, di
manakah Bunga Neraka"!"
Gadis itu tak menjawab. Justru tubuhnya terus meronta-ronta.
"Keparat!"
Cekalan di tangan Manusia Jenggot Merah
semakin mengencang. Semakin membuat gadis itu kelojotan.
"Kalau kau tak mau mengatakannya, jawab
pertanyaanku ini! Siapa kalian..." Dan, dari mana asal kalian"!"
Gadis itu tetap tak menjawab. Hanya makiannya saja yang terlontar keras. Hal itu
justru membuat Manusia Jenggot Merah menjadi panas.
"Meskipun aku tak tahu siapa dirimu, tetapi kau memiliki tubuh yang indah dan
bagus! Aku ingin tahu, apakah kau memang benar-benar bisa memuaskan-ku!"
Dan dengan bengis Manusia Jenggot Merah
merobek-robek pakaian gadis itu. Dan ditariknya sampai lepas dua carik kain lain
yang melekat pada tubuh molek itu.
Manusia Jenggot Merah terbahak-bahak. "Siluman atau bukan, kau memiliki tubuh
sempurna!"
Dengan liarnya, tangan kekar si lelaki bergerak, semakin membuat gadis itu
meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.
Manusia Jenggot Merah semakin terbahak-bahak kesenangan. Ini adalah sisi lain
dari yang tak pernah diduga. Tiba-tiba, dibantingnya tubuh gadis itu.
Anehnya, sekali lagi tak terlihat gadis itu kepanasan atau berkeringat. Dan
dengan buasnya, sambil tertawa-tawa dibuka pakaiannya sendiri.
"Akan kuketahui, jenis apa kau ini!"
Gadis itu memejamkan matanya dengan ketakutan amat sangat. Namun belum lagi
Manusia Jenggot Merah melakukan niat busuknya, tiba-tiba saja pasir yang
dipijaknya longsor. Ada tenaga yang sangat kuat menyedotnya.
Tubuh lelaki ini meluncur dan meluncur, bersama tubuh gadis yang polos.
*** 8 Andika yang telah dipindahkan ke ruang lain telah sadar dari pingsannya. Dia
ingat, tadi satu tenaga halus telah menghantamnya. Yang membuatnya heran,
walaupun sudah berusaha mengelak, namun pukulan tenaga halus itu tetap
menghantam tubuhnya.
Kini Pendekar Slebor mulai memikirkan setiap kejadian, hingga teringat pada bola
kaca yang berada dalam ruang kaca. Lantas, apakah bola kaca itu bisa membantunya
untuk menemukan letak Bunga
Neraka" Si pemuda merasa harus mencobanya. Bergegas dia bangkit. Rasa nyeri masih terasa
di bahunya. Dan dengan sadar, dialirkannya tenaga dalam dan hawa murni. Setelah
dirasakan cukup nyaman, segera didekatinay pintu dan dibukanya. Terkunci!
"Apa lagi ini?" rutuk si anak muda yang dikenal urakan ini.
Sambil mengerahkan tenaganya, Andika kembali membuka pintu. Tapi tetap tak
terbuka. Andika menjadi jengkel. Lebih jengkel lagi setelah yakin kalau serangan
tenaga halus itu dilakukan oleh Rawangi.
Sekarang Pendekar Slebor menambah kekuatan nya. Namun pintu itu tetap tak
terbuka. "Edan! Apa aku akan terkurung terus di tempat menyeramkan ini?"
Maka dengan terpaksa Pendekar Slebor mengerahkan ajian 'Guntur Selaksa' untuk
membuka pintu yang kokoh itu.
Drakkk...! Terdengar suara berderak. Lalu pintu berukiran kobaran api itu copot dengan
engselnya. "Begini lebih baik. Biar nanti panggil tukang kayu saja untuk membetulkannya."
Andika bergegas keluar, setelah memperhatikan sekelilingnya. Tubuhnya berkelebat
laksana bayangan, langsung menuju ruang kaca. Ketika melewati satu ruangan,
pendengarannya yang terlatih menangkap suara gusar bercampur marah.
"Manusia hina! Katakan, dengan cara bagaimana kau datang ke Gerbang Neraka ini!"
Suara Rawangi! Andika mengurungkan niatnya untuk segera ke ruang kaca. Siapakah
orang yang dimaki-maki Rawangi" Tetapi kali ini si pemuda harus berhati-hati.
Dia tak mau terkena serangan gelap yang dilancarkan gadis itu. Lama-lama, bisa
rontok jantungnya.
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang, Pendekar Slebor mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya. Lalu dengan
berhati-hati dia mengintip dari lubang kecil. Keningnya seketika berkerut, dan
cepat berdiri tegak.
"Gila! Siapa manusia berjenggot merah yang kedua kaki dan tangannya terentang
itu" Kelihatannya, dia sukar sekali melepaskan diri. Tetapi yang mengherankan,
kelihatannya dia tak terikat oleh apa-apa?"
Dengan rasa penasaran Andika mengintip lagi. Apa yang dilihatnya memang benar.
Saat ini, Manusia Jenggot Merah sedang menjadi tawanan Rawangi.
Memang gadis itulah yang menyedot tubuh lelaki yang hendak memperkosa salah
seorang anak buahnya.
Penglihatan Andika sekali lagi tidak salah. Tubuh
Manusia Jenggot Merah bagaikan dibelenggu rantai halus kasat mata. Kedua
tangannya terentang ke atas, begitu pula kedua kakinya.
Andika menggeleng-gelengkan kepalanya lagi.
"Busyet! Semakin lama, Gerbang Neraka ini semakin membingungkan saja. Kalau
melihat sosok manusia jelek itu, sudah bisa dipastikan dia datang dari alamku.
Tetapi, bagaimana caranya bisa tiba di sini juga" Ataukah, benar dugaanku kalau
Penjaga Gerbang Neraka mengutus orang" Hhh! Tidak usah dibantu juga tidak apaapa! Kalau gadis jelita yang membantu, aku akan menyambutnya sebaik mungkin!
Ini, manusia jeleknya minta ampun...! Mana tahaaan...!"
Tetapi sesaat kemudian Andika tak mempedulikan Manusia Jenggot Merah yang
menjerit-jerit keras, karena Rawangi menghantamnya dengan tenaga halus dahsyat.
Pendekar Slebor bergegas menuju ruang kaca.
Tetapi setiba di sana, dia jadi kebingungan lagi.
Ternyata di tempat itu tak ditemukan pintu masuk ke dalamnya.
"Bukankah waktu itu aku berada di sini" Aku yakin, Rawangi pun masuk lewat sini.
Tetapi, di mana pintunya" Semuanya seperti tertutup begitu saja,"
gumamnya sambil meraba-raba kaca yang tebal.
Sesaat Andika melepaskan kedua tangannya yang melepuh.
"Benar-benar sinting! Kaca itu rupanya panas sekali! Tetapi mengapa aku tak
merasakan hawa panas sebelumnya?"
Rasa penasaran yang semakin menggumpal,
membuat Andika mengalirkan tenaga dalam
untukmengusir rasa panas yang menyengat. Si anak
muda memang bisa meraba-raba kembali. Tetapi, tetap saja tak menemukan pintu
masuknya. Ini membuatnya bertambah penasaran.
Namun belum lagi menemukan jalan terbaik, tiba-tiba....
"Apa yang Paduka lakukan di tempat terlarang ini?"
terdengar suara bernada hormat.
Andika berbalik. Langsung mulutnya nyengir begitu melihat dua sosok tubuh
berpakaian biru-biru menatapnya tajam.
"Eh! Kupikir siapa" Kalian membingungkanku saja," kelit Andika.
"Paduka, tempat itu dilarang oleh Tuan Putri Rawangi, untuk siapa pun juga,"
jelas salah seorang gadis.
"Termasuk aku?"
"Ya."
Andika mengulap-ulapkan tangannya.
"Kalian salah! Justru aku diperintahkan Rawangi untuk masuk ke dalamnya," sergah
Pendekar Slebor mengakali.
Kedua gadis ini berpandangan, seolah tak percaya.
"Kalian tidak percaya, ya" Kalau tidak percaya, silahkan tanya Putri Rawangi,"
ujar Andika, meyakin-kan.
"Tetapi...."
"Siapa sih namamu?"
"Hamba Martisi. Dan ini..., Kirmasi."
"Nah! Lebih baik kalian pergi saja deh, daripada nanti kulaporkan pada Tuan
Putri Rawangi kalau kalian hanya menggangguku saja."
Martisi dan Karmasi lagi-lagi berpandangan.
Mereka memang tak mau melihat Tuan Putri Rawangi marah. Tetapi, sesuai perintah
Tuan Putri Rawangi
sendiri, siapa pun juga dilarang mendekati ruang kaca ini. Andika mulai melihat
kedua gadis ini ragu-ragu.
"Eh, masih berada di sini terus" Ayo, pergi dari sini!
Tetapi kalau kalian tak percaya, silakan tanya Tuan Putri Rawangi. Pasti kalian
yang akan kena marah nanti. Apalagi kalian kan tahu, aku ini calon Paduka
kalian. Calon suami Tuan Putri Rawangi" Nah, mengapa masih ragu?"
Kedua gadis itu kali ini tak bisa berbuat apa-apa.
Alasan yang dikemukakan Andika memang tepat dan masuk akal. Meskipun masih ragu
karena ingat akan perintah Rawangi, namun mereka pun membenarkan pula apa yang
akan dikatakan Andika. Tak mustahil Tuan Putri Rawangi mengizinkan kepada Andika
yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"Maafkan kami, Paduka," ucap Martisi sambil menjura. Begitu pula Kirmasi.
Andika mengangkat dagunya. Sambil menahan gelinya, kepalanya mengangguk-angguk.
"Eh, tunggu! Aku lupa bagaimana cara membuka ruang kaca ini. Tadi Tuan Putri
Rawangi sudah memberitahu," seru Andika.
"Paduka.... Untuk membuka pintu ruang kaca, Paduka cukup menahan napas saja
sambil menggedukkan kaki dua kali," jelas yang bernama Martisi.
"Oh, iya. Pantas aku lupa tadi. Aku cuma menahan napas saja. Sudah, sudah....
Kalian lebih baik pergi.
Barangkali saja Tuan Putri Rawangi membutuhkan kalian."
Martisi dan Kirmasi mengangguk, lalu berlalu.
Andika mendesah lega. Buru-buru dilakukannya apa yang dikatakan Martisi tadi.
Dan secara aneh, pintu ruang kaca itu terbuka.
Bergegas Andika masuk. Bau harum mempesona langsung menyapa. Namun sesaat saja
dia meng-hiraukannya. Selebihnya Andika menuju ke bola kaca yang di bawahnya
terdapat sebuah cawan dari emas.
Andika mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Wah.... Bagaimana lagi menggunakan bola kaca ini?" desisnya.
Perlahan-lahan dipegangnya bola kaca itu. Sekilas ada cahaya yang keluar dari
bola itu. Setelah itu, redup.
"Apakah ada mantera khusus untuk mengguna-kannya?" gumam Andika sambil
menggaruk-garuk kepalanya.
Tahu-tahu saja si anak muda memegang bola kaca itu dengan kedua tangan. Tak ada
perubahan apa-apa.
"Benar-benar membingungkan!"
Namun ketika Andika melepaskan tangannya dari bola kaca, mendadak ada nyala yang
cukup terang di dalamnya. Lalu, tergambar pemandangan padang pasir tempat yang
pernah dilalui Andika waktu
"Nah! Bisa juga akhirnya! Hei, Bola Kaca.... Beri tahu aku, di mana Bunga
Gerbang Neraka berada?"
Perlahan-lahan pemandangan dalam bola kaca berubah. Beberapa kobaran api panas
telah lewat. Begitu pula bangunan-bangunan aneh yang terbuat dari api. Hingga kemudian,
tergambar sebuah lautan api yang besar sekali. Di tengah-tengah lautan api,
terlihatlah sebuah bunga cukup besar. Hampir sama dengan bunga matahari. Hanya
saja di tengahnya terdapat percikan api yang berkali-kali keluar.
"Gila! Inikah Bunga Neraka" Tetapi, bagaimana caranya untuk mengambil bunga dari
lautan api panas itu" Apakah ada jalan khusus untuk mendapatkannya" Brengsek! Kenapa sih, Penjaga Gerbang Neraka tidak mengatakannya
kepadaku bagaimana cara mengambilnya?"
Tiba-tiba pendengaran Andika menangkap suara langkah menuju ke ruang kaca.
Dengan cepat tubuhnya berkelebat keluar. Dan secara aneh pintu ruang kaca itu
tertutup. Andika lantas bersembunyi di atas bangunan besar. Dia melihat Rawangi sedang
bergegas menuju ke kamar tempat pingsan Andika tadi.
Dengan gerakan secepat kilat Andika berkelebat masuk ke kamarnya. Lalu tubuhnya
direbahkan. Dia tak sempat lagi memikirkan satu keanehan yang sebenarnya sudah
jelas di matanya. Tepat ketika matanya memejamkan, Rawangi muncul.
Aroma bunga langsung tercium hidung Andika.
"Pemuda tampan... Rupanya ada manusia busuk yang mengikuti jejakmu untuk
mendapatkan Bunga Neraka. Hhh! Kalau kau terbangun dari pingsanmu, akan kutanyai
kau habis-habisan! Akan kujebloskan kau ke Lautan Pasir bila tak mau mengaku
juga! Hhh! Apakah semua ini akibat perbuatan Basofrat! Keparat hina itu pun akan kucari dan
kubunuh, karena mengacaukan seluruh rencanaku!"
Andika yang sengaja menahan napas mendengarkan semua itu. Basofrat" Siapa yang
dimaksudkan Rawangi" Apakah Penjaga Gerbang Neraka itu bernama Basofrat"
Tiba-tiba Pendekar Slebor merasakan sesuatu yang lembut menempel di bibirnya.
Busyet! Hampir saja Andika bernapas kembali ketika yakin kalau yang menempel di
bibirnya adalah bibir lembut Rawangi.
Dan perlahan-lahan dirasakannya gadis itu terus mengecupnya. Berbahaya ini!
Pendekar Slebor berusaha agar kelaki-lakiannya tak terbakar. Kalau Rawangi tahu
dirinya sudah tersadar dari pingsannya, apakah akan dihajar"
Ya! Daripada ketahuan, Jebih baik berlagak baru siuman saja. Dan Andika pun
menggerakkan tubuhnya perlahan-lahan sambil mengeluarkan desahan pelan. Apa yang
diperkirakannya, tepat! Karena, Rawangi cepat menarik kepalanya.
Andika membuka matanya. Dan dia sempat
melihat wajah Rawangi yang memerah.
"Rawangi...," desah Andika perlahan.
Tampak wajah Rawangi semakin memerah. Dan kegelisahan pun jelas sekali di
matanya. "Andika.... Ada seorang manusia yang datang dari alammu sana...!" kata Rawangi.
Andika perlahan-lahan bangkit dan bersandar.
Tangannya memijit-mijit kepala. Dicobanya mencari siasat untuk menghindari dari
pertanyaan Rawangi.
Karena dia tahu, gadis itu akan mulai mendesaknya pula.
"Siapa dia, Rawangi?"
"Dia mengaku berjuluk Manusia Jenggot Merah.
Kedatangannya untuk mencari Bunga Neraka. Sama sepertimu."
Andika menangkap tekanan nada di akhir kalimat Rawangi. Tetapi, dia tetap
berlagak tidak tahu. Dan masih pura-pura pusing akibat pingsannya.
"Sama sepertiku" Ah! Kau ini terlalu mengada-ada, Rawangi. Aku hanya bertanya
soal Bunga Neraka.
Bukan untuk mendapatkannya."
"Baiklah.... Kalau begitu..., siapa yang mengirimmu datang ke sini, Andika" Tak
mungkin seorang anak manusia dari alam berlainan dengan kami, bisa memasuki
Gerbang Neraka?" desak Rawangi.
"Yang mengirimku" Bukankah waktu itu sudah kuceritakan?" tukas Andika, berlagak
memijit kepalanya.
Rawangi menatapnya tajam. Seolah dia hendak menguliti Andika.
Andika bergidik melihat tatapannya yang tajam itu.
"Jangan berdusta, Andika," kata Rawangi hendak menyudutkan.
"Rawangi.... Apa yang kukatakan ini benar. Lagi pula, kalaupun aku hendak
mencari Bunga Neraka, aku tak tahu di mana tempatnya."
Rawangi terdiam. Sementara Andika sendiri yakin kalau gadis itu tidak percaya
dengan yang dikatakannya. Tetapi, Pendekar Slebor pun segera mencari alasanalasan yang dirasakannya tepat, agar Rawangi mau mempercayai ceritanya.
"Kau kenal dengan Manusia Jenggot Merah?"
tanya Rawangi. "Nama itu baru kudengar sekarang."
"Andika.... Aku akan menunjukkan, di mana Bunga Neraka berada."
Andika segera mengangkat kepalanya. Terperangah. Dicobanya untuk meneliti, apakah Rawangi hanya mempermainkannya, atau
tengah men-jebaknya.
"Aku tidak mengerti maksudmu, Rawangi" Lagi pula, aku tidak berniat mencarinya.
Aku hanya ingin tahu, apakah Bunga Neraka memang benar-benar ada."
Rawangi mengangguk.
"Aku tidak main-main," tandas gadis itu sungguh-sungguh. "Bahkan, aku akan
menunjukkan bagaimana caranya kau mendapatkan Bunga Neraka."
Andika masih berlagak tak acuh.
"Kalau kau ingin memberitahu, mengapa harus aku?"
"Karena, aku menginginkan imbalan darimu...."
"Maksudmu?"
"Bila aku menunjukkan tempat Bunga Neraka dan cara mengambilnya, aku menghendaki
kau melakukan sesuatu untukku."
"Apa itu?"
"Nikahi aku."
"Apa?" Andika terbelalak. "Menikahimu"
Rawangi menatap sengit.
"Ya!"
"Mengapa aku harus menikahimu?"
"Jawab saja, ya atau tidak. Bila mengiyakan, maka kau akan mendapatkan Bunga
Neraka itu. Bila tidak...," Rawangi menghentikan kata-katanya.
"Bila tidak?" sambung Andika.
"Kau akan mendapatkan hukuman luar biasa sakitnya. Dan yang terpenting lagi, kau
tak akan mampu keluar dari Gerbang Neraka ini."
Andika tersenyum mendengarnya.
"Apakah ini ancaman, Rawangi?"
"Tergantung kau mengartikannya."
Andika memikir-mikir beberapa saat. Rupanya, apa yang didengarnya memang benar.
Rawangi memang menghendaki dirinya untuk dijadikan suami. Ini memang kesempatan
terbaik untuk mendapatkan Bunga Neraka. Tetapi, bagaimana bila terjebak"
Otak Pendekar Slebor yang cerdik terus berpikir merangkaikan beberapa jalinan
yang bisa diuraikan nanti.
"Sebenarnya, aku mempunyai kekasih. Banyak, lagi. Tetapi, kalau menikah
denganmu, apa susahnya?" kata Andika, sambil mengedip-ngedipkan
matanya. Rawangi hanya tersenyum, namun sukar ditebak hatinya. Dan diam-diam, Andika
melengak dalam hati.
Karena pintu yang tadi dipukulnya dengan ajian
'Guntur Selaksa', telah utuh kembali!
*** 9 Persiapan pernikahan Rawangi dengan Andika segera dilangsungkan. Seluruh
penghuni Gerbang Neraka yang terdiri dari para wanita bekerja giat penuh
semangat. Bangunan besar tempat Andika tinggal sekarang telah dibuat begitu
indah. Batu-batu pualam diukir membentuk lambang kobaran api yang nampak sangat
panas. Di kamarnya, Andika menjadi gelisah sendiri.
Sudah dua hari pemuda ini berada di kamar yang indah dengan hidangan beraneka
rasa. Dia masih memikirkan soal pintu yang berantakan itu. Apakah Rawangi telah
membetulkannya" Kalau memang iya, berarti gadis itu mengetahui apa yang
dilakukannya. Tetapi mengapa waktu itu Rawangi diam saja"
Ataukah ini memang jelas-jelas satu jebakan"
Andika tak bisa menemukan jawabannya. Yang pasti, dia memang harus berhati-hati.
Karena mau tak mau mulai disadari sebelah kakinya telah dicelupkan ke suasana
yang tidak enak. Dan mau tak mau pula, harus meneruskan apa yang
direncanakannya.
Diam-diam Pendekar Slebor pun memikirkan soal Manusia Jenggot Merah. Kalau
memang lelaki itu di suruh pula oleh Penjaga Gerbang Neraka untuk mengawasinya,
mengapa dengan mudahnya bisa ter-tangkap.
Paling tidak, Penjaga Gerbang Neraka akan memberi petunjuk yang lebih pasti.
Kalau memang bukan seperti yang diperkirakannya, siapakah lelaki jelek itu"
Lalu, soal Basofrat. Siapakah dia" Dan Andika
bisa mengetahui meskipun sedikit soal Basofrat ketika Martisi dan Kirmasi datang
untuk melayaninya seperti yang diperintahkan Rawangi.
Dengan cara memutar percakapan, akhirnya Andika tiba pada sasaran.
"Basofrat?"
Martisi mengangkat wajahnya dengan tatapan pias dan heran. Tangannya yang sejak
tadi menguruti kedua kaki Andika berhenti. Begitu pula Kirmasi yang memijiti
kedua tangan Andika.
"Ya, Basofrat. Siapakah sebenarnya dia, Martisi"
Tuan Putri Rawangi mengajakku bermain teka-teki.
Bila aku berhasil mengetahui siapa gerangan Basofrat tanpa diberitahu olehnya,
maka pernikahan akan dipercepat. Padahal, aku sudah tidak sabar menunggunya,
lho," pancing Andika, mengatur siasat.
Martisi sejenak terdiam. Kelihatan ragu-ragu.
Andika tersenyum.
"Ayolah.... Katakan padaku, siapakah Basotrat itu."
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tetapi, Paduka...."
"Aku tahu, kau pasti dilarang juga oleh Tuan Putri Rawangi, kan" Tetapi, aku ini
calon suaminya. Dan aku ingin mengetahui, siapakah Basofrat itu. Apakah dia
sainganku, atau bukan...?"
Setelah menarik napas panjang. Martisi pun memulai.
"Menurut yang hamba dengar, ratusan tahun yang lalu hidup seorang laki-laki
bernama Basofrat di Gerbang Neraka ini. Dulu tempat ini banyak sekali laki-laki,
Paduka. Tidak seperti sekarang yang sepi sekali."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Basofrat menemukan Bunga Neraka bersama beberapa orang lain. Termasuk, eyang
buyut Tuan Putri Rawangi. Kemudian, terjadilah keributan besar.
Saat itu, Basofrat menghendaki untuk menghancurkan Bunga Neraka. Karena di sari
bunga itu terdapat kekuatan sangat dahsyat yang bisa membuat keadaan di Gerbang
Neraka bisa kacau. Namun, eyang buyut Tuan Putri Rawangi menghendaki lain...,"
tutur Martisi. Andika manggut-manggut seperti burung pelatuk.
Sampai Martisi melanjutkan ceritanya. "Eyang buyut Tuan Putri Rawangi
berkeinginan untuk mendapatkan Bunga Neraka sebagai penambah kekuatan dan
kekuasaannya. Basofrat yang merasa telah menemukannya, sudah tentu menolak. Dia
pun mem-pertahankannya. Hingga, terjadilah pertarungan hebat," jelas Martisi.
"Konon, akhirnya Basofrat memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh eyang
buyut Tuan Putri Rawangi. Bahkan, berhasil melarikan diri dari Gerbang Neraka
dan sekarang entah berada di mana."
"Siapakah kalau begitu yang pantas untuk meng-hisap sari Bunga Neraka?" sela
Andika. "Soal itu, hamba tidak tahu, Paduka."
"Apakah ada kabar tentang Basofrat sekarang ini?"
Tidak. Tuan Putri Rawangi berniat untuk mencari dan membunuhnya bila muncul.
Namun hingga hari ini, sosok Basofrat tak pernah diketahui. Tetapi yang pasti,
Tuan Putri Rawangi tetap akan melaksanakan ancamannya...."
"Budak-budak keparat...!"
Tiba-tiba terdengar suara menggelegar penuh kemarahan. Bahkan....
Srrrttt! "Aaakh...!"
Dua buah sinar bagai kobaran api tiba-tiba
menyambar leher Martisi dan Kirmasi. Seketika kepala dua gadis ini
menggelinding. Mati!
Andika segera bangkit kaget. Tampak Rawangi sedang memandang dengan sinar mata
dingin. "Kenapa kau membunuh mereka, Rawangi?"
sentak Andika dengan kemarahan menggelegak.
"Mereka tak pantas hidup, karena hanya mem-bongkar seluruh rahasia yang
kupendam."
"Tetapi, aku ini calon suamimu. Mengapa aku tak diperbolehkan tahu, hah"!"
Andika merasakan kalau kepalanya sudah berasap. Lama kelamaan dia memang tak
tahan melihat sikap Rawangi.
"Andika! Mulai saat ini, kau tak kuperkenankan membicarakan soal Basofrat!"
"Persetan dengan semua itu!"
Rawangi mendelik.
"Apa katamu?"
"Persetan dengan semua itu!" seru Andika. Bahkan lebih tandas dari yang pertama.
Wajah Rawangi memerah. Tiba-tiba saja mulutnya mendesis. Seketika sesuatu yang
aneh dirasakan Andika. Karena, tubuhnya mendadak saja bergetar hebat.
"Gila! Ilmu apa yang diperlihatkannya kepadaku ini?" maki Pendekar Slebor sambil
mengalirkan tenaga dalamnya.
Dan semakin Andika mengalirkan tenaga dalam, getaran yang dirasakan semakin
keras. Rasa panas pun mulai dirasakan.
"Benar-benar sinting wanita ini! Bisa mampus aku!"
"Berjanjilah, Andika.... Kau tak perlu lagi banyak bertanya soal Basofrat
keparat itu!" ancam Rawangi.
Untuk saat ini, Andika merasa lebih baik menurut saja. Memang masih banyak
keanehan yang belum
bisa dipecahkan di Gerbang Neraka ini. Rasanya memang sangat menyulitkan.
Keadaan semacam ini justru membuatnya terkadang tak mampu mengendalikan amarah.
Dan yang ada di hati Andika sekarang, bukan hanya penasaran tentang Bunga
Neraka. Bahkan teka-teki yang ada di Gerbang Neraka ini. Sesuatu yang memang
sangat sulit diterima akal.
Rawangi mendesis kembali. Maka getaran hebat mengandung hawa panas yang menerpa
Andika sesaat menghilang.
"Kalau kau selalu begini terus, aku tak akan sudi menjadi suamimu!" ancam Andika
mangkel. *** Manusia Jenggot Merah tersadar dari pingsannya.
Tubuhnya terasa kosong tak bertenaga. Ketika penglihatannya membaik kembali,
sekelilingnya tampak begitu pekat. Dan hawa panas terus menggetarkan hingga ke
relung hatinya yang terdalam.
Menyakitkan dan menyiksanya.
"Bangsat! Siapa gadis cantik sialan itu?" maki lelaki ini. Seketika Manusia
Jenggot Merah mengerahkan tenaga untuk meloloskan diri dari empat ikatan yang
dirasakannya. Keringat mulai bercucuran di wajahnya ketika seluruh tenaganya
dikerahkan. Namun ikatan di kedua tangan dan kakinya masih tetap kokoh.
"Bangsat! Siapa pun gadis itu, aku tak peduli!"
Tiba-tiba Manusia Jenggot Merah mengerahkan ajian 'Tutup Sukma'nya yang dahsyat.
Hingga... Blammm...! Terdengar suara bagaikan dentuman keras. Batubatu pualam yang menjadi tembok di ruangan langsung berguguran. Kini Manusia
Jenggot Merah leluasa mengusap-usap kedua tangannya yang telah terbebas.
"Hhh! Akan kuhancurkan gadis keparat itu!"
Bergegas, Manusia Jenggot Merah melangkah.
Namun mendadak saja dirasakannya satu goresan di tangan. Begitu perih. Dan
ketika dipegang, tangannya basah. Bukan oleh air, melainkan darahnya sendiri.
Murkalah Manusia Jenggot Merah.
"Siapa pun kalian adanya, harus tunduk kepadaku!" bentak lelaki ini. Kembali
manusia ini mengumbar ajian Tutup Sukma'nya yang dahsyat.
Seketika, tempat itu bergetar disertai ledakan berkali-kali.
Rawangi yang masih berada di tempat Andika segera menoleh. Wajahnya begitu
sengit. "Manusia Jenggot Merah!"
Seketika tubuh gadis ini berkelebat cepat meninggalkan kamar. Andika sendiri
segera menyusul dengan kecepatan tak kalah hebatnya.
Pendekar Slebor memang tak tahu apa yang harus dilakukannya. Apalagi keadaan
memang belum mengizinkan. Bahkan tentang Manusia Jenggot Merah saja belum
diketahui, secara pasti.
Baru saja Andika sampai, tampak tubuh Rawangi terpental deras ke belakang.
Seketika Andika dengan sigap menangkap tubuh ramping itu. Ketika dipegang hawa
panas luar biasa langsung menyengatnya.
Sementara satu sosok tubuh dengan kegeraman memuncak telah berdiri di hadapan
Andika. "Gadis siluman! Katakan, di mana Bunga Neraka itu berada!" bentak Manusia
Jenggot Merah. Rawangi mengusap darah yang keluar dari
mulutnya. Dia terkejut sekali. Sungguh tak disangka kalau satu serangan aneh
menghantamnya. Andika dalam jarak yang cukup dekat seperti ini, bisa melihat jelas sosok
Manusia Jenggot Merah.
Seingatnya, dia memang belum pernah berjumpa manusia satu ini. Dan yang agak
mengherankan, mengapa Rawangi bisa terkena hanya sekali pukul"
Rawangi melepaskan diri dari dekapan Andika.
"Manusia busuk! Tempatmu bukan di sini! Tetapi, siapa pun yang memasuki Gerbang
Neraka, maka akan mati!"
Manusia Jenggot Merah tertawa keras.
"Gadis siluman! Siluman atau bukan, kau harus melayaniku terlebih dahulu!"
"Apakah kau dikirim oleh Basofrat, Keparat?"
bentak Rawangi lagi.
"Basofrat" Persetan dengan nama itu! Katakan, di mana Bunga Neraka" Kalau tidak,
akan kuhancurkan seluruh isi bangunan ini!" ancam Manusia Jenggot Merah.
Andika yang sejak tadi sudah berusaha bersabar, tak mampu lagi menahan sabarnya.
Jelas sudah, Manusia Jenggot Merah bukanlah orang suruhan Penjaga Gerbang
Neraka. Pendekar Slebor melangkah dua tindak.
"Manusia Jenggot Merah! Tak ada gunanya berusaha mendapatkan Bunga Neraka.
Karena, yang kau dapat nanti hanya bunga duka cita.... Bunga Kematian..., he he
he...!" Manusia Jenggot Merah mendengus. Kedua
tangannya terkepal.
"Hhh! Rupanya kaulah yang dikirim Penjaga Gerbang Neraka! Masih bodoh dan muda!
Sebutkan namamu!"
"Hhh.... Rupanya kau mengintili aku ke sini. Sudah pikun dan bau tanah...,"
balas Andika. "Asal kau tahu, namaku Andika...!"
"Andika?" Manusia Jenggot Merah mengusap-usap jenggotnya. "Hhh! Rasanya aku
pernah mendengar nama jelekmu itu!"
"Manusia Jenggot Merah..." Rasanya aku belum pernah mendengar julukanmu, kecuali
Manusia Jenggot Kambing...!" Andika terus memanasi.
"Hmm.... Aku tahu sekarang, apakah kau yang dijuluki Pendekar Slebor?"
"Kalau memang iya, kenapa?" tukas Andika.
"Bangsat! Namamu memang sudah sampai di telingaku! Kalaupun kita bertemu di
sini, bagus! Sebelum gadis itu kubunuh, kau dulu yang akan mampus, Sleborrr...!"
"Buktikan, Kambing!"
Saat itu juga ManUsia Jenggot Merah melabrak maju. Dia sudah menggedor dengan
kekuatan tinggi dan kecepatan luar biasa. Tenaga sakti terangkum di tangannya.
Andika yang menyadari hal itu, segera mengerahkan tenaga 'inti petir' tingkat ke
tujuh. Maka pertarungan pun berlangsung sengit.
*** Pertarungan Manusia Jenggot Merah dan Andika benar-benar kedot. Serang menyerang
terjadi begitu cepat. Terkadang yang terlihat hanya kelebatan tubuh mereka. Dan
sesekali terdengar suara berdentum keras.
Suara-suara yang keras memancing keingintahuan anak buah Rawangi. Mereka
terperangah melihat pertarungan aneh dan mengerikan. Namun mereka
segera berdiri di sisi Rawangi, siap melindungi sang jujungan bila terjadi apaapa. Tetapi, Rawangi justru menyuruh mereka untuk keluar dari sana. Meskipun tak
mengerti mengapa diperintahkan seperti itu, mereka pun keluar. Namun tetap
berjaga-jaga bila memang diperintahkan.
Andika berkali-kali mendengus karena hampir saja kepalanya copot dari leher
ketika angin bak puting beliung menyambar dan kembali lagi ke arahnya dengan
cepat. Belum lagi cahaya yang berpendar-pendar, membuat penglihatannya terhalang
beberapa kali. "Busyet! Jurus apa itu?" maki Pendekar Slebor sambil bersalto ke belakang terus
menerus. Wajah Andika menjadi tegang menyadari betapa hebatnya serangan Manusia Jenggot
Merah. Maka seketika langsung dipergunakannya ajian 'Guntur Selaksa'. Namun itu
pun tak banyak gunanya. Bahkan lagi-lagi dia yang terpontang-panting.
Rawangi yang melihat hal itu menggeram jengkel.
Biar bagaimanapun juga, Andika tidak dikehendaki mati saat ini. Terus terang,
dia memerlukan Andika untuk dijadikan suaminya. Dengan begitu, Bunga Neraka bisa
dikuasai dengan segera.
Maka Rawangi pun menyerbu Manusia Jenggot Merah. Sementara lelaki itu langsung
menyambar dengan ajian 'Tutup Sukma'.
"Katakan! Di mana Bunga Neraka itu berada?"
dengus Manusia Jenggot Merah sambil terus melancarkan serangan.
Sejenak dia gelagapan ketika menerima serangan Rawangi. Bahkan dalam hatinya
mendengus, karena gerakan gadis itu membuat jantungnya mau copot!
Bukannya menjawab, Rawangi terus menderu.
Gadis ini mencecar dengan serangan bahaya. Berkali-kali terdengar ledakan
dahsyat. Dalam dua jurus berikutnya, Manusia Jenggot Merah benar-benar terdesak. Dan mendadak saja, lelaki ini mengeluarkan gerengan setinggi langit. Tubuhnya
langsung mencelat bagaikan menempel pada langit-langit.
Duarrr! Tiba-tiba terdengar suara ledakan. Entah apa yang terjadi. Tapi tahu-tahu tubuh
Manusia Jenggot Merah telah berada dalam keseimbangannya kembali, dan langsung
meluruk pada Rawangi. Si gadis sejenak terperangah. Akibatnya.... Des!
Tubuh Rawangi terlontar keras hingga menabrak dinding pualam. Tak ada luka
berarti, meskipun dinding itu jebol terhantam tubuhnya. Dan dikawal gerengan
keras disertai kemarahan tinggi, Rawangi menderu kembali.
"Kau telah mencorengkan noda di Istana Gerbang Neraka, Manusia Laknat! Dan kau
akan terkubur di sini!" sentak gadis itu.
Sementara dalam hati, Rawangi masih terheran-heran bagaimana Manusia Jenggot
Merah bisa meloloskan diri dari 'Ikatan Sutera Neraka'.
Si lelaki berjenggot merah berdiri lagi dengan tatapan nyalang. Dan mendadak
seketika terlihat asap berwarna hitam keluar dari sana. Lalu....
Blammm...! Serangan aneh mengandung kekuatan maha
dahsyat itu berbenturan lagi dengan serangan Rawangi. Kali ini, tempat itu
bagaikan dilanda gempa.
Tubuh Manusia Jenggot Merah terpental keras.
Sementara Rawangi berdiri dengan tubuh bergetar.
"Tak kusangka! Ternyata gadis ini berilmu begitu
tinggi. Menghadapi Pendekar Slebor saja, aku sudah harus tunggang langgang.
Tetapi biar bagaimanapun juga, aku harus mendapatkan Bunga Neraka!" tandas
Manusia Jenggot Merah.
Manusia Jenggot Merah berdiri lagi. Sempoyongan, sebelum mendapat
keseimbangannya kembali. Dan kini kedua tangannya terlihat memancarkan sinar
berwarna biru. "Hhh! Mampuslah kau, Rawangi!"
Andika yang menyadari kalau itu adalah jurus sangat berbahaya, segera mendorong
tubuh Rawangi yang masih berdiri dengan tubuh bergetar. Dan Pendekar Slebor
sendiri berdiri berhadapan dengan Manusia Jenggot Merah.
"Pendekar Slebor! Seharusnya kita bahu membahu untuk menghancurkan Istana
Gerbang Neraka ini, dan merebut Bunga Neraka! Rupanya, kau sudah diperbudak
gadis jelita itu!" dengus Manusia Jenggot Merah.
"Apa tidak salah" Kaulah yang sudah diperbudak nafsu iblismu, Manusia Jenggot
Merah! Sayang, aku tak mungkin bisa bekerja sama denganmu. Tapi sebaiknya,
katakan bagaimana kau bisa masuk ke Gerbang Neraka ini"!" tukas Pendekar Slebor
sambil memikirkan bagaimana cara untuk menjatuhkan Manusia Jenggot Merah.
"Sudah tentu dengan cara sama seperti yang kau lakukan, Pendekar Slebor!"
Andika terperangah. Kalau begitu, apakah Manusia Jenggot Merah memanfaatkan
keadaan saat dirinya dikirim melalui alam pikiran oleh Penjaga Gerbang Neraka"
Keparat! Bagaimana keadaan Penjaga Gerbang Neraka saat ini"
"Dasar culas! Kau mengambil kesempatan di
dalam kesempitan rupanya, ya?"
"Kelicikan bukan hanya ada di alam kita saja, Andika! Di alam aneh yang panas
ini pun telah terkuak pula. Kalau kau masih menghalangiku untuk membunuh gadis
itu, maka tak ada jalan lain selain melihat mayatmu terkapar!"
Andika mencibir.
"Omonganmu boleh juga!"
Tubuh Manusia Jenggot Merah bergetar karena menahan marah. Lalu, tubuhnya pun
melesat dengan kedua tangan merah.
"Heaaa...!"
Dibarengi teriakan keras Andika yang memang sudah memperhitungkan segera melesat
pula. Dua sosok tubuh melesat saling berlawanan dengan kecepatan tinggi. Dua tenaga
aneh dan sakti telah terangkum di tangan. Rawangi diam-diam menahan napas. Dia
cukup terkejut melihat jurus-jurus aneh dan hebat yang dimiliki orang-orang yang
berlainan alam dengannya.
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
*** 10 Bummm...! Dua kekuatan dahsyat pun bertemu. Terdengar suara ledakan begitu keras.
Tempat ini benar-benar bergoyang. Tubuh
Pendekar Slebor terpental deras ke belakang, menghantam dinding pualam. Dari
mulut dan hidungnya mengeluarkan darah. Tulang di seluruh tubuhnya bagaikan
patah. Sementara Manusia Jenggot Merah hanya bergulingan sesaat sebelum berdiri
kembali. Lelaki tua ini benar-benar kaget menyadari kehebatan Pendekar Slebor yang mampu
menahan ajian 'Penebus Sukma'. Nyatanya, nama besar Pendekar Slebor yang selama
ini didengarnya memang bukan omong kosong belaka.
Sedangkan Andika segera bangkit terhuyung.
Kalau saja tak menggunakan ajian 'Singkir Geni'
sudah tentu tubuhnya akan hancur lumat.
Ajian 'Singkir Geni' dipelajari Andika dari Eyang Sasongko Murti, seorang murid
yang membelot dari gurunya dari bangsa siluman. Jadi, jurus ajian 'Singkir Geni'
memang jurus bangsa siluman (Silakan baca serial Pendekar Slebor: "Siluman Hutan
Waringin").
Memang, menurut Andika sangat sulit menghajar Manusia Jenggot Merah bila tidak
mempergunakan ajian bangsa siluman.
Rawangi sendiri diam-diam kembali menahan napas. Sungguh suatu bentrokan yang
sangat dahsyat tadi. Namun dalam hatinya, melihat kesungguhan bertarung Andika
sudah tentu kalau si
pemuda memang tidak mengenal Manusia Jenggot Merah.
Kesempatan itu pun dipergunakan Rawangi untuk melesat maju, menyerang Manusia
Jenggot Merah yang masih setengah terhuyung.
"Kau harus mati dan menjadi penghuni 'Neraka Lembah Abadi'!" bentak Rawangi.
Namun.... Plashhh...! Mendadak saja tubuh Manusia Jenggot Merah telah lenyap dari pandangan, bagaikan
hilang ditelan perut bumi. Rawangi sampai celingukan sejenak.
Namun tiba-tiba saja Rawangi berjumpalitan sambil mendorong tubuh Andika.
Seketika tubuh Pendekar Slebor terguling dengan kening berkerut. Dan....
Duaaarrr...! Satu pukulan keras mengenai dinding batu pualam hingga hancur. Menyusul, suara
tawa keras. "Kalian saat ini masih kuampuni! Hhh! Aku akan mencari Bunga Neraka dulu. Dan
kau, Pendekar Slebor! Kuucapkan selamat menikah!"
Lalu tawa yang menggema keras itu semakin lama semakin menghilang. Andika
menekan rasa sakit di dadanya. Dia mengerti sekarang, mengapa Rawangi
mendorongnya. Rupanya, apa yang dialami Pendekar Slebor di Gerbang Neraka ini memang benarbenar aneh. Banyak sekali masalah yang belum terpecahkan.
Termasuk, masalah Rawangi dan seisi Gerbang Neraka ini. Juga, bagaimana cara
mendapatkan Bunga Neraka.
Dan sekarang, masalah lain sudah timbul dari Manusia Jenggot Merah yang bisa
membokong dengan mudahnya. Gila! Ilmu manusia satu itu
memang sangat tinggi. Andika yakin, kalau tidak ada Rawangi, bisa-bisa sudah
jadi mayat terpendam di Istana Gerbang Neraka.
"Rawangi.... Kita harus cepat mendapatkan Bunga Neraka, sebelum didahului
Manusia Jenggot Merah!"
pinta Andika setelah memikirkan bagaimana caranya menjatuhkan Manusia Jenggot
Merah. Terutama, hatinya sangat khawatir bila Bunga Neraka berhasil didapatkan
manusia telengas itu.
Rawangi menoleh sengit.
"Jangan memanfaatkan kesempatan, Andika!"
Busyet! Dia masih bersikap bermusuhan dengan Andika!
"Bukan begitu maksudku! Tetapi, bila saja kita terlambat mendapatkan Bunga
Neraka, keadaan akan menjadi kacau balau!" kilah Andika, tegas.
"Bila kau memang ingin cepat mendapatkan Bunga Neraka kita harus menikah
segera!" sentak Rawangi, mangkel.
*** Andika terdiam dengan kepala pusing tujuh keliling. Keadaan semacam ini memang
tak pernah disadari sebelumnya. Menurut dugaannya, Bunga Neraka akan mudah
didapatkannya. Tetapi
sekarang" Justru dia menjadi terikat!
"Kalau kau tak mau mengatakan bagaimana cara mengambil Bunga Neraka, aku tak
akan pernah mau menikah denganmu!" ancam Andika.
"Kau mengancamku?"
"Tergantung kau mengartikannya," balas Andika seperti yang pernah dikatakan
Rawangi tempo hari
"Aku mengartikannya kau mengancamku, Andika."
"Itulah keadaan yang sesungguhnya," desis Andika
sambil melangkah setengah terhuyung ke kamarnya.
Kini Pendekar Slebor harus memainkan peranan-nya. Kalau waktu itu Rawangi yang
mengancamnya untuk segera menikahinya, sekarang dia yang harus memanfaatkan
kesempatan. Jelas, tujuannya untuk mengambil Bunga Neraka.
Andika pun ingin tahu, ada rencana apa di balik semua ini sebenarnya" Mengapa
Rawangi menghendaki menjadi suaminya" Pasti ada sesuatu yang dicari gadis itu.
Dan soal Bunga Neraka, Andika merasakan lama kelamaan kepalanya menjadi pusing
tak karuan. Pusing yang benar-benar membuatnya jengkel.
Ketika sampai di kamarnya Andika bergidik.
"Hiii! Kalau aku menikah dengannya, bisa gawat!
Umurku dua puluh satu tahun. Sedangkan dia" Tujuh puluh tujuh tahun! Ampun....
Memang dia cantik dan...., montok. Tetapi tujuh puluh tujuh tahun" Wah!
Masa aku nikah sama nenek-nenek?"
Lalu Andika membuka pakaiannya. Diperiksanya luka yang dideritanya akibat
serangan Manusia Jenggot Merah. Segera diambilnya sikap bersemadi.
Selain untuk menyembuhkan luka yang dideritanya, juga berusaha mengosongkan diri
agar tidak terlalu tegang.
*** Di tempat semula, Rawangi masih berdiri. Kakinya menghentak-hentak jengkel.
Rupanya, pemuda berjuluk Pendekar Slebor bukanlah orang yang memiliki otak
kosong. Begitu cerdik dengan ilmu tinggi.
Di satu segi, Rawangi memang tak ingin
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Bunga
Neraka. Bila menikah dengan Andika, maka seluruhnya akan menjadi miliknya.
Kekuatan maha dahsyat juga akan dimilikinya!
Belum lagi tuntas masalah Basofrat yang
melingkar-lingkar di benaknya, kini Manusia Jenggot Merah yang melakukan sepak
terjang mengerikan.
Hhh! Siapakah yang mengirim mereka sebenarnya"
Lalu tadi, wanita ini mendengar nama Penjaga Gerbang Neraka" Siapa pula manusia
keparat itu"
Apakah dia Basofrat"
Rawangi mendengus jengkel. Apalagi mengingat Andika sudah mengeluarkan
pernyataannya yang mematikan. Bila ingin menikahinya, maka Rawangi harus
rnemberitahukan bagaimana cara mengambil Bunga Neraka. Selama belum menikah
dengan pemuda dari alam yang berlainan dengannya, Rawangi memang tidak akan
pernah bisa mengambil Bunga Neraka. Meskipun dia tahu bagaimana cara
mengambilnya. Inilah yang memusingkan.
Bila hal itu diberitahukan, apakah pemuda itu bisa memenuhi janjinya" Ataukah,
akan mengambilnya sendiri dan memanfaatkannya"
Rawangi benar-benar pusing tujuh keliling. Tak tahu, keputusan apa yang harus
diambil sekarang ini.
Karena, keadaan memang benar-benar tak mampu dikendalikan lagi!
Apalagi ketika tiga orang anak buahnya datang dengan tergopoh-gopoh.
"Ada apa?" tegurnya, jengkel.
"Maafkan kami,Tuan Putri.... Kami melihat seorang lelaki tua telah datang ke
Gerbang Neraka. Dan sekarang, sedang menghancurkan dinding penghalang."
Rawangi menghentakkan kakinya.
"Siapa pula manusia itu?" tanyanya, makin jengkel.
"Mengapa begitu mudahnya orang-orang di alam yang berlainan masuk ke Gerbang
Neraka"!"
Seketika, gadis penguasa Istana Gerbang Neraka berlari menuju ruang kaca. Dia
ingin melihat orang yang dikatakan anak buahnya melalui bola kaca. Kini terlihat
orang itu mengenakan pakaian berwarna putih dengan sorban berwarna hitam di
kepala. Di tangannya terdapat sebuah tongkat berwarna putih pula. Anehnya,
meskipun mengenakan sorban di kepalanya, rambutnya yang berwarna keemasan
menjurai teratur. Dan orang itu sedang menggeleng-gelengkan kepala setelah
menghancurkan dinding gaib yang pecah berantakan, tetapi tak pernah terlihat
wujudnya. Rawangi menggeram murka.
"Siapa lagi manusia keparat itu! Hhh! Aku yakin sekarang, Basofrat yang telah
melakukan semua ini!
Dia sengaja menunjukkan jalan, sekaligus mengirimkan orang-orang ini masuk ke
Gerbang Neraka untuk mengambil Bunga Neraka. Ini memang tak bisa dibiarkan!
Manusia-manusia itu memang harus mampus! Juga, Pendekar Slebor yang telah menjengkelkan aku sekarang! Baik! Aku akan
mengatakan padanya, bagaimana cara mengambil Bunga Neraka agar mau menikahiku.
Setelah itu, nyawanya akan kucabut!"
Lelaki yang dilihat Rawangi yang sedang
melangkah kembali tanpa keringat setetes pun tak lain dari Penghulu Segala Ilmu.
Bagaimana caranya dia bisa masuk ke Gerbang Neraka"
*** Setelah bertanya apakah tak ada jalan lain untuk masuk ke Gerbang Neraka,
Penjaga Gerbang Neraka menceritakan satu jalan lain yang sangat aneh. Bila saja
ada orang yang mampu melepaskan sukmanya dari raga, maka akan mampu menembus
pintu masuk Gerbang Neraka.
Penghulu Segala Ilmu termangu ketika mendengar jawaban itu.
"Karena penasaran ingin tahu apa yang terjadi di Gerbang Neraka, maka aku akan
segera berangkat sekarang juga. Lagi pula, aku membutuhkan Pendekar Slebor.
Kecerdikan otaknya kubutuhkan dalam memecahkan persoalan."
Penjaga Gerbang Neraka mengangkat bahunya terperangah.
"Kau" Menuju Gerbang Neraka?"
Penghulu Segala Ilmu tersenyum.
"Kebetulan, aku mampu melakukan apa yang kau katakan tadi, Penjaga Gerbang
Neraka. Tetapi kuminta, kau harus menjaga jasadku agar tak diganggu orang-orang
busuk." "Tetapi...."
"Inilah jalan yang terbaik bagi kita untuk menyusul Pendekar Slebor. Aku juga
tidak ingin dia mampus di sana, sebelum membantuku," jelas Penghulu Segala Ilmu,
memotong. Tahu-tahu lelaki bersorban itu duduk dengan sikap bersemadi. Sementara Penjaga
Gerbang Neraka hanya memperhatikannya dengan tegang.
"Aku sudah siap, Penjaga Gerbang Neraka."
Penjaga Gerbang Neraka menoleh dan kembali terbelalak. Tampak Penghulu Segala
Ilmu telah berdiri di samping kanannya. Sementara, matanya tetap
melihat sosok Penghulu Segala Ilmu sedang duduk bersemadi.
Sadarlah Prana Bantoro sekarang kalau Penghulu Segala Ilmu membuktikan apa yang
dikatakannya. Setelah membicarakan beberapa soal, segera dikirim-nya Penghulu Segala Ilmu ke
Gerbang Neraka. Dan tak lupa, diberitahukannya, bagaimana cara keluar dari
Gerbang Neraka.
Dan yang dilihat Rawangi sekarang ini melalui bola kacanya adalah roh Penghulu
Segala Ilmu. Sementara jasadnya tetap berada dalam sikap bersemadi di alam Sana,
dijagai Penjaga Gerbang Neraka.
*** 11 Andika tersenyum dalam hati ketika Rawangi mengatakan setuju atas permintaannya.
"Aha!" Pemuda pewaris ilmu Lembah Kutukan itu melompat bangkit. Dirangkulnya
Rawangi yang seketika memerah wajahnya. "Memang begitu kalau hendak menjadi
istri yang baik. Permintaan suaminya segera dituruti."
Rawangi hanya mengangguk saja. Bagi Andika, hal ini memang lebih menguntungkan
lagi. Karena, dikhawatirkan Manusia Jenggot Merah akan segera menemukan Bunga
Neraka. "Ikuti aku, Andika," ujar Rawangi pelan. "Tetapi kuminta kau tetap memenuhi
janjimu." Andika nyengir. "Bereslah soal itu! Nikah apa susahnya, sih?"
"Kita ke sana," tunjuk Rawangi sambil mendahului.
Pendekar Slebor hanya mengiyakan, dan mengikuti langkah Rawangi. Meskipun
demikian, sikapnya tetap waspada.
Pendekar Slebor dibawa ke sebuah tempat yang benar-benar menakjubkan.
Sekelilingnya bagaikan tanah lapang belaka. Hanya bedanya, dikungkung bangunan
yang cukup besar. Di tengah-tengah ruangan itu, Rawangi berdiri.
"Pegang tanganku."
Sambil mesem-mesem Andika memegang tangan itu. Uhh.... Halusnya! Lalu,
dilihatnya Rawangi menggedukkan kakinya lima kali ke tanah yang dipijaknya.
Seketika itu juga bagaikan ada tenaga
sentakan sangat kuat, tubuh keduanya tertarik ke bawah.
"Wooo!" seru Andjka, lebih erat lagi memegang lengan Rawangi. Rambutnya yang
gondrong diper-mainkan tarikan angin yang sangat kuat ke bawah.
"Jangan kau lepaskan tanganku, Andika! Karena, sebentar lagi kita akan memasuki
sebuah pusaran angin maha dahsyat!"
Hati Andika jadi kebat-kebit mendengarnya. Edan!
Rupanya tak semudah yang diperkirakan sebelumnya.
Tangannya pun lebih erat menggenggam tangan Rawangi.
Seperti yang dikatakan gadis itu, tiba-tiba saja muncul angin melingkar yang
besar sekali. Andika merasakan wajahnya bagaikan ditampar tangan-tangan kasar
dan kuat sekali. Tangannya semakin erat menggenggam. Dia berseru-seru keras
ketika tubuhnya hampir-hampir terlempar.
Hanya yang mengherankan, Rawangi tetap bersikap biasa saja. Begitu tenang!
Bahkan tubuhnya seakan tak terkena pengaruh pusaran angin yang maha dahsyat.
Cukup lama juga Andika merasa terombangombang di dalam pusaran angin hebat itu. Hingga akhirnya, tubuhnya terasa
terlempar lebih dalam lagi.
Sekelilingnya terasa gelap gulita, ketika kedua kakinya merasa memijak landasan.
"Tetap jangan kau lepaskan tanganmu. Ikuti aku,"
perintah Rawangi mendesir dalam kegelapan.
Gadis itu melangkah perlahan-lahan. Andika berusaha memicingkan matanya, melihat
apa yang ada disekelilingnya. Namun tak tampak olehnya sesuatu apa pun.
Hingga setelah melangkah dalam kegelapan, dari
kejauhan Andika melihat cahaya terang yang semakin lama semakin terang. Juga,
dirasakannya hawa panas, yang menyengat hingga seluruh kulitnya.
Rawangi berhenti melangkah. Tahu-tahu diusapnya kening Andika dengan lembut.
Belum sempat si pemuda menyadari apa yang dilakukan Rawangi, dirasakannya hawa
panas menyengat itu lenyap seketika. Dan yang ada di hadapannya adalah lautan
api yang luas membentang!
"Di sinilah Bunga Neraka berada, Andika...," tunjuk Rawangi.
Andika memandang takjub sekelilingnya. Semakin banyak rahasia di Gerbang Neraka
dan seisinya ini, semakin memusingkan kepalanya.
"Seperti yang kulihat dalam bola kaca itu,"
desisnya dalam hati. "Tetapi, bagaimana caranya melewati lautan api ini?"
"Andika.... Aku sudah memberitahu di mana letak Bunga Neraka."
"Kau belum memberitahu, bagaimana cara mengambilnya," sambar Andika, ketika
melihat sebuah bunga yang besar di tengah-tengah lautan api itu.
"Nikahi aku. Maka kau segera mendapatkan jawabannya."
"Bukankah aku sudah berjanji soal itu" Nah!
Beritahu aku, bagaimana caranya mengambil Bunga Neraka."
Rawangi menatapnya. Lekat. Diam-diam dia merasakan sesuatu yang semakin asing di
dadanya. Kalau sebelumnya ingin Andika menikahinya hanya untuk mendapatkan Bunga Neraka,
tetapi sekarang sesuatu yang yang ganjil semakin meresap hingga ke relung
hatinya yang entah di sisi sebelah mana.
"Kita kembali, Andika," ajak Rawangi, mengherankan. Andika tahu akan kekerasan hati Rawangi.
"Beritahu aku bagaimana cara mengambil Bunga Neraka itu, Rawangi," ujar Pendekar
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Slebor, setengah memaksa.
Kekerasan hati gadis itu pun melemah. Biar bagaimanapun, juga perasaan aneh di
hatinya semakin membesar.
"Lautan api ini akan membakar siapa saja yang menginginkan Bunga Neraka. Tetapi
bila tahu bagaimana caranya mengambil bunga itu, maka lautan api ini tak akan
terasa panas. Andika....
Benarkah kau akan menikahiku setelah ini?" tanya Rawangi, setengah memaksa pula.
"Kita lihat saja nanti."
"Baiklah. Pertama..., kau injaklah api yang berada paling ujung. Ingat, tahan
napasmu. Setelah itu, pergunakan ilmu meringankan tubuh untuk melangkah. Dan
setiap kali melangkah, kau harus bernapas.
Tetapi bila berhenti, harus menahan napas."
"Semudah itukah?" tanya Andika, cerah.
Rawangi menggeleng, membuat Andika kusut kembali.
"Tidak. Untuk memetik Bunga Neraka, kau harus mempergunakan gigimu. Bila sebelum
berhasil memetik Bunga Neraka, dan terkena salah satu bagian kulit tubuhmu,
misalnya bibirmu, maka tanpa ampun lagi justru kau yang akan tersedot bunga
itu," papar Rawangi. "Berbahaya."
"Masih ada lagi bahaya yang akan mengancammu.
Bila kau berhasil memetik bunga itu, harus segera meninggalkan tempat ini.
Karena, lautan api yang akan segera menggulung tubuhmu dan membakar
hangus!" Andika menggeleng-geleng.
"Luar biasa!"
"Itulah Bunga Neraka. Sekarang kita kembali, Andika. Nikahi aku segera."
"Tetapi...."
Rawangi menatap dingin. "Kau sudah berjanji padaku, Andika. Ingat! Kau hanya
meminta, bagaimana caranya memetik Bunga Neraka. Bukannya akan memetik. Ingat
itu!" Andika menggaruk-garuk kepalanya. Mati kutu dia
"Bisa berabe!" desisnya. Pendekar Slebor memikirkan bagaimana caranya melepaskan
diri dari Rawangi
"Baiklah.... Kita akan segera melangsungkan pernikahan."
Andika melihat bibir Rawangi tersenyum. Seperti anak kecil yang diberi gulagula, desis Pendekar Slebor dalam hati.
*** Tetapi, benarkah keadaan saat ini aman" Ternyata tidak. Manusia Jenggot Merah
yang telah lenyap dari pandangan, rupanya berhasil masuk pula ke dalam tempat
rahasia Bunga Neraka berada.
Dengan wujud tak terlihat, lelaki licik itu berhasil mengikuti Rawangi dan
Andika menuju tempat ini.
Dan setelah keduanya kembali lagi ke Istana Gerbang Neraka, Manusia Jenggot
Merah masih berada di sana.
Sosok lelaki itu kini telah muncul dan terbahak-bahak keras. Dengan menggunakan
seluruh ajiannya, panasnya lautan api itu berhasil dilumpuhkan.
"Kini tiba saatnya bagiku untuk memiliki Bunga
Neraka. Tak seorang pun yang bisa menghalangiku lagi!"
Dan seperti yang dikatakan Rawangi tadi, Manusia Jenggot Merah menginjak ujung
lautan api sambil menahan napas. Hanya beberapa langkah saja, dia kini sudah
tiba di dekat Bunga Neraka.
Pandangannya semakin liar dan berbinar-binar melihat Bunga Neraka. Lalu
perlahan-lahan dipetik-nya bunga itu dengan gigi sambil siap melompat bila telah
berhasil mendapatkannya.
Tas! Bunga Neraka pun patah. Seketika, lautan api bergulung deras ke arah Manusia
Jenggot Merah. Namun secepat kilat lelaki ini melompat ke tempat semula.
Sesaat mengejutkannya! Lautan api itu justru terus mengejar Manusia Jenggot
Merah. "Bangsat!" maki lelaki licik ini kalang-kabut sambil bersalto kembali. Bunga
Neraka sekarang berada di tangannya. Dan dia berusaha meloloskan diri.
Lautan api yang mengeluarkan suara bagai air bah tumpah, terus mengejar cepat.
Manusia Jenggot Merah memaki-maki sendiri ketika tak berhasil menemukan jalan
keluar dari tempat itu. Ujung bajunya yang telah compang-camping akibat benturan
tenaga sakti dengan Pendekar Slebor, terbakar habis. Begitu pula ujung
celananya! "Keparat! Bagaimana aku harus keluar dari lingkungan api sialan ini!"
Manusia Jenggot Merah terus berusaha mencari jalan keluar dari sana. Sementara
lautan api itu semakin memburu, membentuk bagaikan gelombang lautan yang sangat
keras. Di Istana Gerbang Neraka, Rawangi yang sudah
duduk bersanding dengan Andika tersentak. Dia berdiri dengan wajah tegang.
"Bunga Neraka!" desisnya, seraya berkelebat.
Kening Andika sejenak berkerut, tetapi segera menyusul Rawangi. Biar
bagaimanapun juga, pernikahan itu bisa dibatalkan.
Sedangkan saat ini anak buah Rawangi yang hendak menjadi saksi atas pernikahan
menjadi ribut. Serentak beberapa orang mengikuti ke mana arah Rawangi pergi. Dan sebagian yang
lain masih berada di sana dengan bersiaga.
*** 12 Seperti yang dilakukannya tadi, Rawangi menggedukkan kakinya ke tanah. Lalu,
tubuhnya tersedot ke bawah. Bersamaan dengan itu, Andika bagaikan seorang
penerjun menyambar tangan Rawangi.
"Kau tidak usah ikut!" sentak Rawangi.
"Aku ingin tahu apa yang terjadi di sana!" Andika bersikeras.
"Ada yang mengambil Bunga Neraka! Hhh!
Rupanya Basofrat sudah berada di sini!"
Lagi-lagi Basofrat! Rutuk Andika dalam hati.
Siapakah dia" Dan hal ini semakin membuatnya penasaran.
Ketika mereka tiba di sana, lautan api semakin membentang membentuk gelombang
kuat. Andika melihat sosok Manusia Jenggot Merah sedang pontang-panting
menghindari serbuan lautan api. Dan di tangannya, terdapat Bunga Neraka.
"Manusia hina itu lagi!" teriak Rawangi, keras.
Tubuhnya pun menderu ke arah Manusia Jenggot Merah.
Desss! Tendangan kuat menimpa dada Manusia Jenggot Merah. Sementara Andika dengan
tangkas menendang manusia licik itu yang sedang meluncur di atas api yang
menderu pula ke arahnya.
Desss...! Tubuh Manusia Jenggot Merah tak ubahnya bola.
Begitu terpental, segera disambar lagi oleh Rawangi.
"Katupkan kedua kakimu menjadi satu, Andika!
Tahan napasmu sekuat mungkin!" perintah Rawangi terus menghajar Manusia Jenggot
Merah. Andika mengikuti apa yang dikatakan Rawangi.
Dan benar saja, karena lautan api itu seolah hanya melingkari saja tanpa
membakar tubuhnya.
"Busyet! Berapa lama aku harus menahan napas begini?" rutuk Andika.
Manusia Jenggot Merah mendengar pula apa yang dikatakan Rawangi pada Andika.
Tetapi, gadis itu tak memberinya kesempatan untuk melakukannya.
Rawangi terus menyerang. Dan manusia satu ini tak bisa menghindari lagi
serangannya. Kalaupun ingin membalas, sebelum dilakukan sambaran api sudah
menderu ke arahnya.
Manusia Jenggot Merah kalang kabut, karena harus menghindari dua serangan maut
sekaligus. Bukan serangan dari Rawangi yang membuatnya jeri, karena masih mampu menahan
setiap serangan.
Tetapi, sambaran lautan api yang membentuk gelombang dan semburan tinggi itu
yang mem-bingungkannya!
Sementara itu, wajah Andika sudah memerah karena terlalu lama menahan napasnya.
Matanya sudah mendelik, karena merasa tak akan mampu menahan lebih lama lagi.
Keadaannya sudah payah sekarang. Bisa mampus tubuhnya dimakan api yang berkobarkobar. Namun tiba-tiba....
Desss...! Pendekar Slebor merasakan satu tenaga keras menghantamnya, hingga terlontar ke
atas. Wusss! Tubuh si anak muda ini bagaikan luncuran anak panah. Dan dia terlontar kembali
ke tempat masuknya tadi.
Andika mendesah.
"Gila! Aku harus kembali ke sana! Meskipun aku tak tahu apakah Rawangi berpihak
kepadaku atau justru memusuhiku, aku harus tetap membantunya!"
tandas si anak muda sambil menarik napas dalam-dalam.
Dengan mengempos tubuhnya, Andika berusaha masuk kembali ke dalam. Tampak,
bagaimana Rawangi berusaha keras mendesak Manusia Jenggot Merah. Sementara
lautan api berkobar sangat panas luar biasa. Inikah neraka yang sesungguhnya"
Andika melenting pula untuk mendesak Manusia Jenggot Merah yang semakin
kewalahan. "Minggir kau, Andika! Manusia itu bagianku!"
bentak Rawangi.
Andika jelas sekali melihat Rawangi akan segera menyudahi Manusia Jenggot Merah.
Karena selain harus menghindari kobaran api yang besar, manusia licik itu
pontang-panting menerima serbuan-serbuan dahsyat Rawangi.
"Andika! Sambar Bunga Neraka!" perintah Rawangi sambil mengirimkan satu
tendangan keras ke tubuh Manusia Jenggot Merah.
Diegkh...! Tulang iga Manusia Jenggot Merah patah. Dan tubuhnya meluncur ke belakang.
Sementara Andika dengan cepat menyambar Bunga Neraka.
"Tinggalkan tempat ini! Cepaaat...!!" teriak Rawangi lagi, setelah memastikan
Andika berhasil menyambar bunga itu.
Andika melirik sekilas pada Rawangi. Gadis itu tengah menendang Manusia Jenggot
Merah yang sudah tak mampu melawan.
Desss...! "Aaa...!"
Tubuh lelaki itu meluncur deras ke lautan api, tertelan dan terbakar. Jeritannya
begitu keras, merobek udara!
Rawangi yang melihat keadaan sudah sangat berbahaya, mengempos tubuhnya.
Plasss...! Tepat ketika Rawangi menghilang, lautan api menelan seluruh tempat Bunga Neraka
berada. *** "Rawangi!" panggil Andika begitu gadis itu muncul.
Wajahnya nampak begitu lelah, tetapi tetap tersenyum.
"Kita harus segera melangsungkan pernikahan, Andika," todong gadis itu.
Sesaat Andika terdiam. Hatinya memang gembira melihat Rawangi muncul kembali.
Namun, permintaan itu" Sebelum Andika sempat berpikir dan menjawab....
"Pernikahanmu dengan pemuda itu bukanlah jalan keluar yang baik, untuk memiliki
Bunga Neraka, Rawangi."
Terdengar suara bernada teguran. Rawangi menoleh.
"Basofrat!" seru gadis itu.
Andika terperangah, mengikuti pandangan
Rawangi ke satu tempat. Namun, dia tak melihat siapa-siapa di sana, kecuali
mereka berdua dan beberapa orang anak buah Rawangi.
"Pengkhianat! Karena ulahmu tempat ini menjadi berantakan!"
Andika melihat Rawangi membentak sambil
menuding. Entah tertuju pada siapa.
"Tidak, Rawangi. Itu adalah hukum yang berlaku di alam kita. Untuk memulihkan
kesenjangan yang terjadi di sini, aku memang harus memberitahukan seseorang di
alam sana, untuk mendapatkan Bunga Neraka. Dan yang terpilih, adalah pemuda
gagah di sebelahmu, Rawangi."
Orang yang dimaksud justru sedang menggaruk-garuk kepalanya bingung. Memang,
saat ini Andika tak bisa menembus satu ilmu aneh yang terdapat di alam Gerbang
Neraka. Beberapa anak buah Rawangi sendiri tak bisa melihat Basofrat saat ini.
Terkecuali, Rawangi sendiri.
"Persetan dengan semua ucapanmu! Pengkhianat harus mampus!" dengus Rawangi.
"Tahan, Rawangi.... Bukankah lebih baik kita buang saja Bunga Neraka?" Coba kau
pikirkan.... Aku sendiri tak menghendaki Bunga Neraka. Meskipun kau
menghendakinya, tapi harus menikah dulu dengan pemuda itu. Inilah yang sulit,
Rawangi. Apakah, kau lupa, kalau bangsa kita menikah dengan bangsa dari alam
berlainan, maka dalam beberapa purnama saja kita akan mati" Rawangi.... Menikah
dengan pemuda itu hanyalah bunuh diri. Kau masih muda. Kau sangat dihargai
penduduk di Gerbang Neraka ini. Kau bisa menjadi pimpinan mereka, Rawangi. Di
samping itu, keadaan semacam ini telah lama kita rindukan, bukan" Kita kembali
berdampingan dengan damai, tanpa dapat pengkhianatan di antara kita," bujuk
suara yang masih kasat mata.
"Kau sudah berkhianat!"
"Tidak! Apa yang kulakukan ini adalah satu kebenaran. Kita memang harus
berkorban, untuk mencari damai. Apalagi, hukum di alam kita sangat keras.
Berlainan dengan hukum di alam lainnya. Kau
seharusnya mengerti, Rawangi. Ingat! Bunga Neraka biarlah menjadi satu kenangan.
Bahkan, kalau tidak mau membuangnya, kau bisa menanamnya. Meskipun, khasiatnya
akan hilang bila tidak di tempat Lautan Api Neraka. Namun, namanya tetap harum.
Dan, satu lagi! Bunga Neraka menjadi lambang abadi dari kerukunan bangsa di alam
Gerbang Neraka."
Dari rasa marahnya, terlihat Rawangi terdiam.
Nampaknya kata-kata orang Basofrat benar-benar dipikirkan. Perlahan-lahan
wajahnya tak setegang tadi.
"Haya! Bagus itu! Jadi kita tidak perlu kawin!" sorak Andika, dalam hati.
Pendekar Slebor lantas menatap ke sekeliling.
Karena dia tak tahu, di mana sosok Basofrat berada.
"Baiklah, Basofrat! Yang kau katakan itu, aku setuju," kata Rawangi pelan, namun
pasti. "Itulah yang kutunggu. Rawangi, aku merestui semua sepak terjangmu sekarang ini.
Dan yang aku yakini, semua tindakanmu akan membangun alam Gerbang Neraka dan
mensejahterakan rakyatmu."
Terdengar suara yang sangat keras. Andika sampai mendengus mendengarnya.
Setelah itu tak ada suara lagi. Rawangi mendesah pendek. Dia tahu, Basofrat
sudah pergi. Makanya kemudian kepalanya menoleh pada Andika.
"Kau sudah mendengar semuanya, bukan?"
Andika mengangguk.
"Bunga Neraka akan kuserahkan kepadamu,"
cetus Andika. Rawangi menerimanya.
"Kita tak perlu lagi melangsungkan pernikahan, Andika."
"Yah..., sayang sekali, ya?" kata Andika berlagak.
Padahal dalam hati bersyukur. "Eh! Kenapa sih, Basofrat tak mau menampilkan
sosok tubuhnya"
Padahal aku penasaran, lho" Jangan-jangan dia khawatir kalah ganteng denganku?"
Rawangi tak menjawab. Tiba-tiba, satu sosok tubuh muncul di hadapan mereka.
"Penghulu Segala ilmu!" seru Andika langsung mengenali.
Yang datang itu tak lain dari roh Penghulu Segala Ilmu."Wah, aku terlambat, ya" Tetapi, baguslah. Jadi, tidak ikut pusing. Andika!
Apakah kau akan tetap tinggal di sini?" kata Penghulu Segala Ilmu.
"Oh, sudah tentu tidak!"
"Kalau begitu, cepat pegang tanganku! Ada sesuatu yang hendak kukatakan padamu,"
ujar lelaki bersorban itu.
Andika nyengir.
"Kau ingin bilang aku ini tampan, ya?"
"Anak monyet! Ayo, cepat!"
"Sebentar!"
Andika mendekati Rawangi. Diraihnya tangan gadis itu dan digenggamnya.
"Maaf, aku harus meninggalkan tempat ini.
Barangkali suatu saat kita akan berjumpa," ucap Pendekar Slebor.
Rawangi tersenyum.
"Andika.... Dengan kehadiranmu di sini, aku akhirnya sadar apa yang telah
tersimpan di dadaku ini ternyata sebuah dendam," desah gadis itu, bergetar.
"Sudahlah.... Semuanya sudah berlalu."
"Andika.... Bila kau membutuhkan bantuanku, aku akan selalu datang. Bertepuklah
sebanyak tiga kali sambil menyebutkan namaku. Maka, aku akan hadir
Pendekar Slebor 34 Bunga Neraka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di dekatmu."
"Terima kasih."
"Hei, Slebor! Ayo, cepat!" dengus Penghulu Segal Ilmu.
Andika mendengus. "Iya, iya! Selamat tinggal, Rawangi!"
Penghulu Segala Ilmu sudah menyambar tangan Pendekar Slebor. Lalu....
Plasss! Tubuh mereka lenyap begitu saja. Tinggallah Rawangi yang tertunduk dengan Bunga
Neraka di tangan, dan akan ditanamnya di belakang istana.
SELESAI Segera terbit: ISTANA DURJANA Created ebook by
Scan & Convert to pdf (syauqy_arr)
Edit Teks (paulustjing)
Weblog, http://hanaoki.wordpress.com
Thread Kaskus: http://www.kaskus.us/showthread.php"t=B97228
Pendekar Kembar 2 Wanita Gagah Perkasa Karya Liang Ie Shen Pendekar Seribu Diri 4
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama