Ceritasilat Novel Online

Rahasia Sebelas Jari 2

Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari Bagian 2


tentu Rantai Na-ga Siluman yang berada di Pulau Hitam. Kadal
buntung! Mengapa Gadis Kayangan belum muncul juga" Dalam keadaan seperti ini, kuharap dia tidak dahulu muncul di
hadapanku."
"Pendekar Slebor! Rupanya masuk ke mulut ular kau harus pindah ke mulut harimau! Tetapi bila ular itu mencoba mematuk korban yang
hendak dimakan si harimau, sudah tentu harimau tak akan tinggal diam!!" suara si perempuan nyaring terdengar, tanpa melirik
pada Agung Gaganda yang seketika parasnya berubah.
"Jahanam sial! Sudah tentu yang dimaksudnya adalah aku! Mengapa tahu-tahu perempuan iblis ini bisa muncul di sini?" geram Agung Gaganda. Terlihat dia surutkan
langkah satu tindak. Wajahnya nampak agak tegang sekarang. Perasaannya laksana diliputi kobaran api dalam sekam. Tak ada yang keluarkan suara sama sekali.
Senja semakin melaju menuju malam.
Iblis Kelabang buka suara, pandangannya
tetap diarahkan pada Pendekar Slebor, "Aku akan bersabar menunggu untuk melihat
ular itu pergi dengan sendirinya! Bila tidak, akan kucabik-cabik hingga dia kehabisan darah!"
Wajah Agung Gaganda makin diliputi rona
merah. Sesungguhnya dia jeri menghadapi Iblis
Kelabang yang dikenal dengan kekejian dan kesaktiannya. Berita terakhir yang dia dengar, setelah dikalahkan oleh Panembahan
Agung, Iblis Kelabang menghilang entah ke mana. Berita lain
yang didengarnya, kalau dia telah diselamatkan
oleh Kiai Alas Ireng, yang kala itu langsung menyambar dan meninggalkan Panembahan Agung.
Agung Gaganda sangat tahu sekali, kalau
kesaktian yang dimiliki Iblis Kelabang lebih tinggi dari Kiai Alas Ireng. Namun
perempuan itu selalu menjunjung tinggi balas budi dan pengabdian.
Kendati dia dapat dengan mudah membunuh Kiai
Alas Ireng, namun Iblis Kelabang tak mau melakukannya. Bahkan dia telah serahkan nyawanya
bulat-bulat untuk kepentingan Kiai Ahus Ireng.
Dari sikapnya yang sedemikian angker
tanpa memandang sebelah mata padanya, Agung
Gaganda tahu kalau Iblis Kelabang juga menghendaki untuk mengetahui tentang Rahasia Sebelas Jari. Kendati hatinya tidak terima bila Iblis Kelabang yang berhasil
mengetahui Rahasia Sebelas
Jari dari Pendekar Slebor, namun dia tak mau
banyak tingkah di hadapan perempuan kejam itu.
"Keparat sial! Tak seharusnya dia hadir sekarang! Tapi kalau aku tetap berada di sini, sudah tentu dia tak akan memberi kesempatanku
hidup lebih lama! Keparat! Ke mana perginya
Alung Gaganda" Mengapa dia belum muncul juga" Hem... terpaksa aku harus turuti perintah perempuan celaka itu! Tetapi aku
bersumpah, di- alah orang yang akan kuburu kemudian karena
aku yakin, Pendekar Slebor tak akan dapat berbuat banyak menghadapinya."
Memutuskan demikian, Agung Gaganda
memandang dulu pada Iblis Kelabang. Pandangannya dipenuhi dengan kilatan amarah dan
dendam. Namun dia tidak mau bertindak konyol.
Bersama-sama dengan Alung Gaganda, belum
tentu dia dapat mengalahkan Iblis Kelabang. Jalan satu-satunya, memang harus menyingkir lebih dulu dan memikirkan cara paling licik untuk
menghadapi perempuan berambut kelabang itu
kelak. Kejap berikutnya, dia sudah putar tubuh
dan langsung berkelebat tanpa memandang sedikit pun pada Pendekar Slebor.
Pendekar Slebor yang melihat punggung
Agung Gaganda lenyap dari pandangan mendengus dalam hati, "Kutu monyet! Benar-benar lepas dari mulut ular aku masuk ke
mulut harimau nih! Kadal buntung! Bagaimana aku dapat berpikir tenang untuk memecahkan Rahasia Sebelas
Jari kalau dikejar terus menerus seperti ini?"
Lalu dipandanginya wajah perempuan berpakaian merah yang sejak tadi tak berkedip memandangnya. Lamat-lamat Andika merasakan satu pengaruh kuat yang terpancar melalui tatapan
itu. Buru-buru dia arahkan pandangan ke samping kanan. Melihat gerakan kepalanya, Iblis Kelabang
menggeram. Suaranya nyaring saat berucap, "Kau tentunya telah mendengar siapa
aku adanya! Kau
tentunya telah menebak pula apa yang kuinginkan! Jadi, tak perlu putar bicara lagi!!"
Mendengar ucapan orang, Andika menarik
napas pendek. "Tepat dugaanku. Berita tentang Rahasia
Sebelas Jari rupanya memang telah menyebar.
Ah, jarum jatuh di rimba persilatan ini, gaungnya pasti akan tersebar ke segenap
penjuru. Menilik
sikap Agung Gaganda yang menjadi begitu ketakutan, jelas kalau si nenek memiliki kesaktian
tinggi. Aku harus berhati-hati menghadapinya."
Sambil garuk-garuk kepala dan mencoba
menenangkan gemuruh di hatinya, Pendekar Slebor berkata, "Kau mengatakan yang sama sekali tidak kumengerti! Bagaimana aku
dapat memenuhi permintaanmu itu"!"
Mendengar sahutan Pendekar Slebor, wajah Iblis Kelabang berubah. Dia segera melompat
dan tegak lima langkah di hadapan Pendekar Slebor yang masih berdiri tegak.
Lalu membentak keras, "Aku datang untuk
mencari tahu tentang isi Rahasia Sebelas Jari!
Apakah kau hendak bersilat lidah lagi di hadapanku"!"
Andika justru kerutkan keningnya.
"Rahasia Sebelas Jari" Apa sih maksudmu"
Jari tangan atau kakimu yang berjumlah sebelas?" Tanpa hiraukan selorohan orang, Iblis Kelabang berkata makin dingin,
"Kalau kau tidak mau katakan, berarti kau inginkan ini!!"
Habis berkata begitu, Iblis Kelabang melesat ke depan. Kedua tangannya serta-merta berkelebat lakukan pukulan ke arah Pendekar Slebor. Pendekar Slebor sendiri tidak tinggal diam.
Dia cepat pula angkat kedua tangannya dipalangkan di atas kepala menghadang pukulan.
Bukkk! Bukkk! Begitu pukulannya ditahan oleh Pendekar
Slebor, Iblis Kelabang mendadak saja meliuk.
Masing-masing jari telunjuk dan tengahnya terentang sementara jari-jari lainnya tertekuk. Sepintas kedua jari-jari itu
membentuk sungut!
Menyusul disodoknya ke depan.
Andika sendiri terkejut tatkala merasakan
empat buah gelombang angin tajam yang keluar
dari kedua jari telunjuk dan jari tengah si perempuan, menderu cepat ke arahnya.
Cepat dia buang tubuh hindar sergapan
angin yang mengerikan itu. Menyusul dia menerjang ke depan. Suara salakan petir terdengar
mendahului. Buuk! Bukk! Untuk kedua kalinya benturan terjadi. Iblis
Kelabang hanya sempat bergoyang-goyang. Di lain
pihak, sosok Pendekar Slebor langsung surut lima langkah ke belakang. Paras
wajahnya seketika berubah pucat. Kedua tangannya yang baru saja
bentrok dengan kedua tangan Iblis Kelabang bergetar keras. Dan bila saja dia tak cepat kuasai keseimbangan, niscaya lututnya
akan tertekuk dan
sosoknya roboh.
Melihat apa yang baru saja terjadi, Iblis Kelabang yang merasa harus cepat melaksanakan
perintah Kiai Alas Ireng, tak mau menunggu lama. Sebelum Andika kuasai diri sepenuhnya,
dia sudah menerjang dengan sapukan kaki kiri
dan kanan. Sementara secara bersamaan tangan
kanan dan kirinya yang jari telunjuk dan tengahnya terentang, bergerak menusuk!
Pendekar Slebor melengak. Cepat sekali dia
segera angkat kedua kakinya untuk menghindari
sapuan kaki kanan dan kiri Iblis Kelabang. Bersamaan dengan itu, kedua telapak tangannya dibuka menghadang di depan mata.
Tuk! Tuk! Tuk! Tuk!
Empat gelombang angin kecil yang tadi
mengarah pada matanya, tertahan oleh kedua telapak tangannya. Namun saat itu pula terdengar
jeritannya kaget.
"Monyet pitak! Kedua telapak tanganku seperti terbakar!!" dengusnya sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya. Sertamerta dialir- kan tenaga 'Inti Petir'.
Akan tetapi, sebelum penuh dilakukannya,
Iblis Kelabang yang memang selalu tak mau bertindak setengah, apalagi saat ini dia sedang mengemban tugas dari Kiai Alas
Ireng, sudah menggebrak maju. Kedua jari telunjuk dan tengah tangan kanan kirinya yang terentang dan seperti
membentuk sungut, sudah disodokkan kembali.
"Celaka!" desis Andika tatkala merasakan gelombang angin kecil yang tadi sempat
dirasakan akibatnya pada kedua telapak tangannya menderu, segera membuang tubuh.
Craaat!!! Keempat gelombang angin kecil itu telah
menerpa sebuah pohon, yang mendadak terdengar letupan kecil empat kali berturut-turut. Menyusul terlihat kobaran api dari empat buah lubang pada tubuh pohon itu.
Andika yang tadi bergulingan dan kini telah tegak berdiri, harus lebih waspada sekarang.
Kendati nyawanya saat ini terancam namun pemuda urakan ini justru berseru konyol,
"Busyet! Jangan serius begitu, ah! Kalau
kena, aku bisa celaka!!"
Di seberang, Iblis Kelabang memantek wajah dingin tanpa senyum maupun seringaian.
"Lakukan cepat yang kukatakan, jangan
sampai kau hanya membuang nyawa percuma!!"
"Perempuan ini memang memiliki ilmu
yang tinggi, patut kalau Agung Gaganda melarikan diri. Tetapi, tak akan mungkin kukatakan
apa isi dari Rahasia Sebelas Jari. Karena...."
Memutus kata hatinya sendiri, Andika
memandang ke depan, tak berkedip.
Yang dipandang mendengus. "Jangan cobacoba memuslihatiku!!"
Tanpa hiraukan ancaman orang. Andika
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Iya deh, aku beri tahu! Tetapi sebelum kukatakan, ada yang kutanyakan dulu padamu!"
"Kau telah berkehendak memenuhi keinginan! Aku pun tak merasa rugi memenuhi keinginanmu!" "Apakah kau menghendaki Rahasia Sebelas
Jari hanya untukmu, atau ada orang yang telah
memerintahkanmu?"
"Mengapa kau bertanya demikian"!" bentak Iblis Kelabang dengan mata menyipit.
"Soalnya kan kau tahu sendiri, aku yang
mengetahui tentang isi Rahasia Sebelas Jari saja sudah dirubung manusia seperti
kau! Nah! Apa kau punya kekuatan untuk menahan hadangan
orang yang menginginkan niat serupa?"
Iblis Kelabang rapatkan mulutnya. Pandangannya terpantek pada sepasang mata Pendekar Slebor. "Ucapannya cukup masuk akal. Tetapi,
siapa pun orangnya yang berani menghalangiku,
berarti dia harus mampus. Aku harus melaksanakan perintah Kiai Alas Ireng. Heem... apakah
akan kukatakan siapa orang yang sebenarnya
menginginkan Rahasia Sebelas Jari" Kulihat anak
muda ini cukup cerdik. Bisa jadi dia sedang mencoba memuslihatiku. Akan tetapi... setelah kudengar tentang Rahasia Sebelas Jari, aku akan
segera membunuhnya. Berarti, tak ada pengaruhnya bila kukatakan tentang siapa orang yang
memerintahku."
Setelah cukup lama berpikir, Iblis Kelabang
buka mulut, "Kau terlalu cerdik sebenarnya! Tetapi, hutang budi ada balasnya!
Kiai Alas Ireng
yang menghendaki semua ini."
Mendengar jawaban perempuan berpakaian panjang berwarna semerah darah, Andika
terdiam. Keningnya agak dikerutkan saat dia berkata dalam hati, "Kiai Alas Ireng. Hmmm... berarti sudah empat orang yang
kuketahui menghendaki
Rahasia Sebelas Jari. Kala Ijo. Agung Gaganda.
Kiai Alas Ireng dan perempuan itu sendiri. Tetapi naluriku mengatakan masih ada
orang yang akan
turut andil dalam urusan ini. Oh! Ke mana perginya Gadis Kayangan" Apakah dia benar-benar
ngambek karena kugoda terus" Ah, aku harus bisa menyingkir dari hadapan perempuan celaka
ini. Aku tak ingin Gadis Kayangan mendapat
cclaka. Sebaiknya...."
"Tanya sudah dijawab! Katakan tentang
Rahasia Sebelas Jari!!" sengat Iblis Kelabang memutus kata hati Andika.
Andika mendongak, menunggu sesaat sebelum bicara, "Sebenarnya... aku sendiri tidak ta-hu bagaimana cara memecahkan
Rahasia Sebelas


Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jari. Tetapi kupikir, tak ada salahnya bila kita membagi perhatian. Dengar baikbaik, aku tak akan mengulanginya lagi."
"Katakan!!"
"Isi dari Rahasia Sebelas Jari:
ada orang yang jari tangannya berjumlah sebelas, lalu jari kakinya berjumlah
sebelas. Bila dijumlah-kan menjadi dua puluh dua jari. Di antara jari-jari itu
adalah dua yang palsu.
Nah! Isi dari Rahasia Sebelas Jari telah kukatakan, apakah sekarang tidak sebaiknya kita berpisah saja"!"
Iblis Kelabang terdiam dengan kening dikernyitkan. Dia nampak berusaha untuk merekam sekaligus memecahkan Rahasia Sebelas Jari,
yang barusan dikatakan Andika.
"Aku tak dapat menunggu terlalu lama! Bila kau mau berpikir ya silakan!" seru Andika yang sekarang memikirkan
keselamatan Gadis Kayangan. "Tunggu!" seru Iblis Kelabang begitu Andika memutar
tubuh. Anak muda pewaris ilmu Pendekar Lembah
Kutukan itu membalikkan tubuh kembali. Lalu
berseru jenuh, "Apa lagi sih" Kau tidak percaya kalau sesungguhnya yang
kukatakan tadi adalah
isi dari Rahasia Sebelas Jari" Kalau kau tidak
percaya ya sudah! Toh bukan urusanku!!"
"Percaya atau tidak itu bukanlah urusanmu dan urusanku! Semuanya akan kusampaikan
pada Kiai Alas Ireng!" sahut Iblis Kelabang ga-rang. Pancaran matanya berkilatkilat berbahaya.
"Terus apa lagi?"
"Masih ada satu yang kuminta!"
"Busyet! Kalau sudah kupenuhi, kau pasti
akan meminta yang lain lagi! Rupanya kau orang
yang...." "Cukup hanya sekali apa yang kuminta darimu! Karena, berat atau tidak, kau tak akan dapat lagi memenuhi apa yang kuminta! Karena,
aku juga tidak akan meminta apa-apa lagi setelah ini!" "Kalau begitu, cepat deh
bilang! Biar urusan jadi lekas selesai!"
Iblis Kelabang tak membuka mulut. Pancaran matanya makin dingin.
Kejap kemudian, terdengar suaranya
menggelegar, "Aku menginginkan nyawamu!"
Serta-merta tubuhnya melesat ke arah
Pendekar Slebor.
7 Pada saat kehadiran Agung Gaganda di
hadapan Pendekar Slebor, Gadis Kayangan sedang duduk merajuk di bawah pohon yang cukup
jauh dari sana. Wajah jelita gadis ini begitu jengkel karena digoda pemuda itu
terus menerus. Sejak tadi tak ada suaranya keluar kecuali mulutnya yang mencang-mencong.
Lalu sambil melempar sebatang ranting kecil dia mendengus, "Uh! Kenapa aku bisa jatuh cinta pada pemuda urakan itu" Apa
sebenarnya dia tahu kalau aku sudah jatuh cinta padanya,
makanya dia menggoda terus" Oh! Apakah kalau
begini dia akan merendahkanku?"
Perasaan gadis jelita berkepang dua ini sekarang tak menentu. Dia malu bila Pendekar Slebor mengetahui kalau dia mencintainya. Memang
sungguh tak pantas bila seorang gadis lebih dulu mengutarakan cintanya. Akan
tetapi, bukankah
dengan gelagat atau perbuatan yang dilakukannya boleh-boleh saja"
Cuma, tadi Andika terus menggodanya!
Perlahan-lahan Gadis Kayangan menarik
napas, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.
Sehelai daun jatuh di hadapannya. Diambilnya
daun itu, diperhatikannya dengan seksama tanpa
tahu maksudnya.
Mendadak saja si gadis palingkan kepala
ke kanan, tatkala mendengar suara orang berkelebat. Belum lagi dia dapat menangkap jelas gerakan itu, tahu-tahu satu sosok tubuh berpakaian
panjang abu-abu telah berdiri berjarak lima langkah di hadapannya.
Mendongak Gadis Kayangan disusul dengan berdiri tegak. Karena saat ini hatinya sedang jengkel akan sikap Pendekar
Slebor, seperti dapatkan tempat pelampiasan, dia langsung keluarkan bentakan "Orang jelek berambut dikepang! Ada perlu
apa kau muncul di hadapanku, hah"!"
Orang yang muncul itu salah seorang dari
si Kembar Parang Maut dan bukan lain Alung Gaganda adanya. Lelaki yang di pinggangnya terdapat parang besar ini, sama sekali tak menyangka
kalau tujuannya semula untuk mencari Pendekar
Slebor, melenceng pada gadis jelita ini.
Alung Gaganda memiliki watak yang berlainan dengan Agung Gaganda dalam soal nafsu.
Dia selalu menyempatkan diri untuk mengumbar
nafsu pada tempat-tempat yang dilaluinya. Bila
kebetulan dia tiba di sebuah dusun, maka yang
dicari pertama kali adalah tempat pelacuran. Kalaupun dia tidak menemukannya, tak segansegan Alung Gaganda untuk menculik anak perawan orang. Dan sudah tiga hari ini dia tidak mengumbar nafsu birahinya. Sudah barang tentu melihat
seorang gadis jelita terbengong sendirian di situ, dia seperti melihat intan
berlian yang tak akan dilepaskannya.
Segera saja dipentangkan senyuman menyeringai "Gadis manis... tak perlu begitu gusar. Aku adalah orang baik-baik. Namaku Alung
Gaganda. Siapakah namamu?"
Gadis Kayangan pandangi orang di hadapannya sebelum buka mulut, "Menyingkir dari si-ni!!" Semakin lebar pentangan
seringaian Alung Gaganda.
"Peduli setan dengan Pendekar Slebor! Lagi
pula, belum tentu pemuda itu yang tadi samasama kulihat bersama Agung Gaganda. Kalaupun
memang dia adanya, biarlah Agung Gaganda yang
sibuk mencarinya. Kelinci ini terlalu menggiurkan, sayang bila dilewatkan...."
Habis membatin demikian, Alung Gaganda
maju satu langkah ke muka.
Gadis Kayangan kontan melompat ke
samping kanan. Menjaga jarak. Pandangannya
tak berkedip. Serta-merta Alung Gaganda arahkan pandangannya mengikuti di mana gadis itu berdiri
sekarang. "Mengapa kau nampak begitu ketakutan,
Anak Manis" Sudah kukatakan tadi, aku adalah
orang baik-baik," katanya dengan pancaran birahi yang tak dapat disembunyikan
pada sepasang matanya. "Menyingkir dari sini!!" geram Gadis
Kayangan. Seringaian lelaki berpakaian abu-abu panjang itu semakin lebar. Bahkan dia maju mendekat. Gadis Kayangan menggeram gusar. Kali ini
dia tahu gelagat. Kalau orang bermaksud tidak
baik padanya. Pelampiasan kesalnya pada Pendekar Slebor seolah mendapatkan tempat.
Dengan maksud untuk memberi pelajaran
orang itu, Gadis Kayangan sudah lepaskan jotosannya. Namun dengan enaknya jotosan itu dihindari Alung Gaganda dengan hanya memiringkan tubuh. Bahkan tangan kanannya dengan cepat
bergerak, bermaksud untuk menangkap tangan
Gadis Kayangan. Namun yang dihadapinya adalah murid mendiang Pemimpin Agung, yang bukan hanya dapat hindari sambaran tangan kanannya, bahkan juga meliukkan tubuh, lalu sapukan kaki kiri.
Tak menyangka kalau gerakan si gadis begitu cepat, kaki kanan Alung Gaganda tersampok.
Dess! Kontan tubuhnya terjengkang.
"Itu akibatnya bila berani lancang di hadapanku!" dengus Gadis Kayangan sambil lipat kedua tangannya di depan dada.
Kepalanya agak didongakkan. Kalau tadi Alung Gaganda memang memandang ringan, kali ini dia meradang. Sertamerta dia berdiri tegak. Sepasang matanya menusuk tajam. "Jahanam! Sejak tadi sudah kuduga kalau
dia bukan gadis sembarangan! Tetapi perbuatannya barusan, justru membuatku bukan hanya ingin menikmati tubuhnya, bahkan mencabikcabiknya setelah puas!!"
Habis membatin demikian, tanpa banyak
bicara lagi, salah seorang dari si Kembar Parang Maut ini sudah mendorong tangan
kanannya ke depan. Satu hamparan angin deras menyerbu,
menyeret tanah dan ranggasan semak belukar
saat menderu ke arah Gadis Kayangan yang terkesiap kaget. Cepat dia buang tubuh ke samping kanan.
Sambaran gelombang angin itu luput dari sasaran. Namun, Alung Gaganda yang tak mau banyak membuang waktu, sudah lepaskan serangan
susulan. Wrrrr!! Gadis Kayangan membuat satu lompatan
kembali, menyusul dia menyerbu ke depan dengan sapukan kaki kanannya. Begitu sosok Alung
Gaganda melompat hindari sapuan kaki kanannya, dengan tubuh diputar setengah lingkaran,
kaki kirinya sudah melesat.
Bed! Alung Gaganda yang masih berada di udara, palangkan kedua tangannya di depan dada
dan segera didorong.
Buk! Tendangan kaki kiri Gadis Kayangan bukan hanya dapat dihalau, tetapi sosoknya pun
terlontar ke belakang terkena tenaga dorongan
lawan. Belum lagi Gadis Kayangan dapat kuasai
keseimbangannya secara penuh, mendadak saja
gelombang angin lainnya melabrak diiringi seruan, "Lebih baik kau menurut apa yang kuinginkan! Padahal toh ini juga untuk
kenikmatanmu sendiri!!"
Mendengus muak Gadis Kayangan sambil
membuang tubuh ke samping kiri. Namun belum
lagi dia menginjak tanah, gelombang angin lainnya sudah menderu.
"Celaka!!"
Terkesiap Gadis Kayangan dan berusaha
untuk hindari gebrakan gelombang angin lawan.
Namun kedudukannya sangat sulit untuk dilakukan. Berarti tak ada jalan lain kecuali memapaki.
Segera saja dia lepaskan jurus 'Matahari
Tebar Sinar', yang serta-merta udara di sekitar
sana berubah menjadi panas. Namun gelombang
angin panas yang keluar dari jurus 'Matahari Tebar Sinar' dapat dipatahkan lawan dengan mudah. Malah sosok Alung Gaganda sudah menerjang ke depan. Tersentak si gadis dan segera membuang
tubuh ke samping kiri dan saat masih bergulingan, Alung Gaganda sudah mencelat ke depan.
Kaki kanannya yang telah dialiri tenaga dalam
penuh siap dihajarkan pada kepala Gadis Kayangan, sementara tangan kirinya sudah didorong lebih dulu. Kontan dada Gadis Kayangan telak terhantam. Tubuhnya langsung tergontai-gontai ke belakang. Tetapi karena dia memiliki ketahanan tubuh yang cukup tinggi, tulang dadanya tidak patah kecuali rasa nyeri yang cukup menyengat.
Akan tetapi nasibnya memang sungguh sial. Sebelumnya dia masih beruntung lepas dari
tangan Kala Ijo dengan kehadiran Pendekar Slebor. Tetapi saat ini, Pendekar Slebor juga sedang disibukkan oleh serangan Agung
Gaganda bahkan bertepatan dengan munculnya Iblis Kelabang.
Alung Gaganda yang sudah jengkel karena
sikap si gadis, sudah melesat ke depan. Tangan
kanannya dua kali lancarkan totokan.
Tuk! Tuk! Kalau tadi tubuh Gadis Kayangan hanya
tergontai-gontai, kali ini ambruk setelah terhuyung lebih dulu. Dan saat itu pula dirasakan
sekujur tubuhnya sulit untuk digerakkan.
Sepasang matanya terbeliak karena tahutahu orang berkepang dua itu sudah berdiri di
hadapannya, dengan kedua kaki agak dibuka.
Seringaian segera terlihat di bibir Alung
Gaganda. Lelaki yang selalu haus birahi ini menggeleng-gelengkan kepalanya
melihat tubuh yang
telentang tak berdaya.
"Bila sejak tadi kau menurut, kau tak akan


Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasakan sakit apa-apa! Toh pada akhirnya kau
tetap akan menjadi...."
"Tutup mulutmu, Keparat! Kita bertarung
sampai mampus!!" geram Gadis Kayangan sengit.
Kontan tertawa lebar Alung Gaganda. Masih tertawa pandangannya menyusuri tubuh
montok milik Gadis Kayangan.
Si gadis sendiri sadar kalau bahaya yang
memalukan akan dialaminya. Dia teringat akan
perbuatan terkutuk dari Dewa Lautan Timur yang
hampir saja pernah mempermalukannya. Namun
dia tertolong oleh perbuatan Nyi Genggong, yang
ternyata bukan bermaksud menolongnya, melainkan menginginkan potongan pedang yang berisikan titik gambar menuju ke Pulau Hitam (Untuk
mengetahui hal ini, silakan baca episode: "Dewa Lautan Timur").
"Celaka! Kenapa aku harus menghindar
dari Andika?" desisnya dengan hati berdebar tak menentu. Rasa tegang
membalurinya hingga tanpa sadar dia menggigil. "Seharusnya kubiarkan saja Andika
menggodaku" Oh! Apakah dia akan
muncul di sini, seperti ketika aku dihadang oleh Kala Ijo" Kalaupun aku
berteriak, rasanya tak
akan mungkin terdengar, karena jaraknya terlalu
jauh. Brengsek! Jangan-jangan dia lagi tidur sekarang?" Terdengar suara Alung Gaganda yang penuh birahi. "Manis... bersiaplah untuk menikmati apa
yang akan kuberikan...."
"Oh! Jangan! Jangan!" seru Gadis Kayangan. Wajahnya memucat. Kedua matanya
terbe- liak lebar. Hatinya laksana diguncang prahara
mengerikan. Apalagi ketika orang berpakaian abu-abu
panjang itu mulai membuka pakaiannya sendiri.
Tanpa melepaskan pakaiannya yang sudah terbuka, perlahan-lahan Alung Gaganda merebahkan tubuhnya di atas tubuh Gadis Kayangan
yang menjerit-jerit kalap dengan mata terbeliak
ketakutan. Jeritan itu justru membuat birahi Alung
Gaganda semakin naik. Dengan beringas tangan
kanannya menyambar pakaian yang dikenakan
Gadis Kayangan.
Breeekk! Seketika nampak lembah buah dada si gadis yang putih mulus itu. Semakin ngeri hati Gadis Kayangan, semakin lebar seringaian Alung
Gaganda. Dengan makin bernafsu dia merobek
kembali sisa pakaian yang dikenakan si gadis.
Kalau tadi yang nampak hanyalah lembah
bagian atas buah dadanya, kali ini seluruh benda kenyal itu nampak di mata Alung
Gaganda. Begitu putih, montok dan menantang.
"Menyenangkan! Sangat menyenangkan!"
desis Alung Gaganda dan tangan kanannya perlahan-lahan terangkat, lalu menurun untuk menjamah buah dada itu.
"Alung Gaganda! Tahan!" seruan keras itu terdengar saat tangan Alung Gaganda
tinggal beberapa senti lagi dari benda yang menggiurkan
itu. Seketika kepala lelaki ini berpaling.
Gadis Kayangan yang tadi memejamkan
matanya, buru-buru membukanya kembali. Dia
berharap orang yang datang akan menolongnya.
Namun begitu dilihatnya kalau orang yang datang
memiliki paras yang sama dengan orang yang
hendak mempermalukannya, hatinya semakin teriris ketakutan.
Biarpun Alung Gaganda memiliki birahi
yang tinggi, namun dia belum pernah melakukannya di hadapan kakak kembarnya. Orang
yang datang itu tak lain Agung Gaganda.
Perlahan-lahan dengan menindih jengkelnya, Alung Gaganda bangkit dari atas tubuh Gadis Kayangan, yang masih telentang dengan buah
dada yang terpampang lebar.
Agung Gaganda langsung keluarkan dengusan, menyadari kalau adik kembarnya tidak
sampai di tempatnya karena sedang berusaha
menggeluti seorang gadis.
Diperhatikannya sejenak gadis yang tak
berdaya dan sedang menindih rasa malunya. Perlahan-lahan kening Agung Gaganda nampak berkerut. Lalu katanya tanpa palingkan kepala dari
sosok Gadis Kayangan, "Alung Gaganda! Apakah kau tidak mengetahui siapa gadis
itu adanya?"
Kendati jengkel karena keinginannya untuk
menggeluti gadis itu gagal, Alung Gaganda menggelengkan kepala.
"Alung... bayangan hijau dan biru muda
yang sebelumnya kita lihat, memang Pendekar
Slebor. Tetapi... apakah kau tidak menduga kalau gadis ini adalah orang yang
sebelumnya kita lihat berkelebat bersama Pendekar Slebor?"
Mendengar ucapan kakak kembarnya, seketika Alung Gaganda arahkan pandangan pada
si gadis. Yang dilihat bukanlah wajah atau bagian tubuh lain dari Gadis
Kayangan, melainkan buah
dada yang menantang itu.
Tetapi kepalanya mengangguk-angguk.
"Kalau memang dia orangnya apakah...."
"Aku telah bertarung dengan Pendekar Slebor," putus Agung Gaganda sambil menatap adik kembarnya. "Tetapi saat itu muncul
Iblis Kelabang. Kau tahu bukan, biarpun kita menghadapi
Iblis Kelabang secara bersamaan, belum tentu kita dapat mengatasinya. Sebaiknya, kita sandera
gadis ini."
"Untuk apa" Bukankah dengan kata lain,
kau akan mengatakan Pendekar Slebor akan tewas di tangan perempuan celaka itu?" dengus Alung Gaganda begitu mendengar
kehadiran Iblis
Kelabang. Dan dia sungguh tak menyangka kalau
perempuan berambut kelabang yang mereka takuti akan muncul.
Langsung terbayang di benak Alung Gaganda, bagaimana kakak kembarnya tentunya segera memutuskan untuk meninggalkan Pendekar
Slebor ketimbang mati konyol di tangan Iblis Kelabang. "Kau benar. Aku juga menduga seperti itu.
Tetapi, entah mengapa, aku yakin kalau anak
muda keparat itu akan dapat meloloskan diri dari tangan Iblis Kelabang.
Berarti... urungkan niatmu untuk mempermalukan gadis ini! Aku punya pikiran yang
menarik! Barangkali saja dia akan
membawa keberuntungan bagi kita! Bawa dia!!"
Habis kata-katanya, Agung Gaganda sudah
berkelebat meninggalkan tempat itu.
Alung Gaganda pandangi dulu punggung
kakak kembarnya hingga lenyap dari pandangan.
Lalu diperhatikannya Gadis Kayangan yang semakin tegang. "Kalau begitu, Andika tidak sedang tidur
sekarang. Dan kedua orang yang ternyata saudara kembar itu, rupanya sudah melihat aku dan
Andika. Sekarang ini, Andika sedang menghadapi
orang yang berjuluk Iblis Kelabang. Oh! Jelas ke-datangan orang-orang ini
berhubung-an dengan
Rahasia Sebelas Jari. Seperti yang hendak dilakukan Kala Ijo. Apakah ini salah satu maksud dari Andika, mengapa dia...."
Kata hati Gadis Kayangan terputus. Karena
tubuhnya mendadak terasa diangkat, lalu diletakkan di punggung kanan.
Dalam keadaan tertotok seperti itu, dia tak
bisa lakukan apa-apa kecuali berteriak minta diturunkan. Akan tetapi, Alung Gaganda yang telah
mengangkatnya sudah tentu tak akan mau memenuhi permintaannya.
Bahkan dibiarkan saja pakaian bagian dada si gadis terbuka, hingga buah dadanya menyentuh lembut punggungnya.
"Untuk .sementara, kau akan aman, Manis.
Tetapi percayalah, cepat atau lambat, kita akan
arungi keindahan sorga dunia bersama-sama...."
Habis berkata demikian, Alung Gaganda
segera berkelebat ke arah perginya Agung Gaganda. Di punggungnya, dalam keadaan tidak
berdaya, Gadis Kayangan hanya bisa mendesah
pendek. Disadarinya betul kalau dia telah masuk
ke sarang harimau!
8 "Kampret buduk!" maki Pendekar Slebor
begitu merasakan sengatan angin yang melesat
dari kedua jari telunjuk dan jari tengah perempuan berpakaian panjang semerah darah.
Cepat dia melompat hindari sergapan ganas lawan. Iblis Kelabang yang merasa telah
mendapatkan apa yang diinginkannya dan sekarang menginginkan nyawa Pendekar Slebor, cepat
sapukan kaki kirinya setengah lingkaran.
Brrrr! Tanah seketika terseret dan membubung
ke udara. Menyusul dia menyergap dengan luruskan tangan kanannya.
"Monyet pitak!!" maki Pendekar Slebor yang tadi berhasil hindari sapuan kaki
kiri lawan dengan cara melompat dan harus segera miringkan
tubuh untuk hindari sergapan sengatan angin
yang mengarah pada wajahnya.
Belum lagi dia dapat kuasai keseimbangannya, mendadak...
Beeett!! Rambut putih si perempuan yang dikelabang, menyentak perdengarkan suara membeset.
Memekik kaget anak muda urakan ini
sambil tarik kepalanya ke belakang. Namun susulan serangan berikutnya, membuatnya harus kerahkan ilmu peringan tubuhnya untuk menghindar ke sana kemari.
"Kunyuk buduk! Bagaimana caranya aku
untuk lepaskan serangan, kalau diburu terus
menerus seperti ini"!" makinya panjang pendek.
Akibat serangan demi serangan yang dilancarkan Iblis Kelabang dan luput dari sasaran
yang dituju, membuat suasana di tempat itu menjadi gaduh berkepanjangan. Ranggasan semak
dan tanah muncrat berulang-ulang. Dan berulang
kali pula nampak dahan-dahan pohon patah berserakan. "Kalau begini terus, aku bisa mampus nih!"
maki anak muda ini seraya mencari sela untuk
membalas. Apalagi tatkala ingatannya singgah
pada Gadis Kayangan yang sampai sekarang belum diketahui bagaimana nasibnya. Hatinya makin direjam rasa bingung.
Di lain pihak, Iblis Kelabang semakin murka karena tak satu pun serangannya yang mengenai sasaran. Rambutnya yang dikelabang bergerak cepat, menimbulkan suara besetan yang keras. Belum lagi sapuan kaki kanan kirinya yang
cepat. Ditambah dengan sengatan-sengatan angin
yang meluncur dari kedua jari telunjuk dan tengahnya. Ditambah kecepatannya untuk mengirim
nyawa Pendekar Slebor ke akhirat.
"Keparat busuk! Dia mempermainkanku
karena sejak tadi hanya menghindar saja!" makinya semakin ganas.
Bila saja Iblis Kelabang tahu kalau sebenarnya Pendekar Slebor sedang kerepotan, mungkin dia tak segeram sekarang. Anak muda itu bukannya bermaksud mempermainkan si perempuan, tetapi dia sendiri belum mendapatkan sela
guna lancarkan serangan balasannya.
Hingga mendadak saja terdengar suara
gemuruh angin dahsyat disertai dengungan laksana ribuan tawon murka.
Wrrrrr!! Ranggasan semak berjarak lima langkah
tercabut dan terlontar deras ke belakang. Bersamaan dengan itu, Iblis Kelabang memekik kaget.
Cepat dia melompat ke samping kiri, guna
hindari sambaran angin yang keluar dari kain
bercorak catur yang dilepaskan Pendekar Slebor.
Tindakan yang dilakukannya cukup berhasil, karena dia dapat membuat jarak serangan Iblis Kelabang jadi agak menjauh.
Sesaat tak ada yang lakukan tindakan apaapa. Napas Pendekar Slebor terdengar sangat cepat. Sementara di seberang, pancaran mata perempuan berambut kelabang itu tajam menusuk.
"Monyet pitak!" maki Pendekar Slebor tiba-tiba. "Rupanya kau orang yang tak
menepati janji ya" Kan tadi sudah kukatakan tentang isi Rahasia Sebelas Jari!
Seharusnya kau tak perlu bertindak begini dong" Kan...."
"Aku menginginkan nyawamu!" pendek desisan Iblis Kelabang memutus kata-kata Andika.
Bersamaan dengan itu, dia sudah mencelat
kembali ke depan dengan ganas.
Andika yang telah menjaga jarak, cepat lilitkan lagi kain bercorak catur ke lehernya. Kejap berikutnya dia sudah mencelat
ke muka dengan tumpuan kaki kanan.
Kedua tangannya yang telah dialirkan te

Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

naga 'Inti Petir' bergerak.
Salakan petir terdengar keras.
Bukk! Buukkk!! Benturan yang terjadi itu cukup keras. Andika sendiri langsung terhuyung ke belakang sementara Iblis Kelabang tergontai-gontai ke belakang. Menyusul dia berteriak keras seraya gerakkan kepalanya, hingga rambutnya
yang dikela- bang bergerak cepat.
Wuuut! Wuuuttt!!
Mendadak saja gelombang angin melingkar
menderu, menerjang apa saja sebelum akhirnya
melabrak ke arah Pendekar Slebor.
Sadar kalau lawan telah perlihatkan jurus
lainnya, anak muda urakan ini tak mau bertindak
ayal lagi. Dia mencelat ke depan seraya keluarkan ajian 'Guntur Selaksa'. Saat
itu pula nampak pernik-pernik keperakan meliputi seluruh tubuhnya.
Suara salakan guntur yang sangat keras
menggelegar. Pyaaaarrr!! Gelombang angin melingkar yang keluar
dari rambut Iblis Kelabang, kontan punah. Menyusul sosok Pendekar Slebor yang menerjang ke
depan. Kalau sebelumnya Iblis Kelabang berada di atas angin, kali ini wajah
perempuan itu terkesiap. Sadar atau tidak, dia memekik kaget seraya buang tubuh
ke samping. Ajian 'Guntur Selaksa' yang dilepaskan
Pendekar Slebor menghantam sebatang pohon
yang langsung tumbang dan perdengarkan suara
menggemuruh begitu menimpa bumi. Namun
anak muda ini memang tak mau membuang waktu. Dia segera mengejar sosok Iblis Kelabang yang wajahnya sekarang memucat.
Namun perempuan berpakaian panjang
semerah darah itu, bukanlah orang kemarin sore.
Dia segera kerahkan tenaga dalamnya dan dengan gerakan meluruk memutar, dia menerjang ke
arah Pendekar Slebor.
Blaaamm! Suara yang keras terdengar sekali. Namun
akibatnya sungguh mengerikan. Tanah di mana
bertemunya dua pukulan itu kontan muncrat ke
udara dan seketika halangi pandangan. Saat tanah itu kembali luruh ke tempatnya, terlihat wajah Iblis Kelabang meregang keras.
"Jahanam terkutuk! Ke mana perginya pemuda setan itu"!" makinya sambil melompat ke depan. Diedarkan pandangan ke
sekelilingnya. Tak ada tanda-tanda pemuda berpakaian hijau
pupus di sekitar sana.
Sadar kalau Pendekar Slebor telah meninggalkan tempat itu, kemarahan Iblis Kelabang semakin menjadi-jadi.
"Keparat!! Pemuda itu rupanya tak memiliki nyali! Percuma bila kutemui Kiai Alas Ireng sekarang untuk mengabarkan
tentang isi Rahasia
Sebelas Jari! Nyawa pemuda itu belum kulepas
dari jasadnya! Bisa kupastikan kalau Kiai Alas
Ireng akan murka terhadapku! Jahanam terkutuk! Sebaiknya, kuburu pemuda celaka itu! Toh
aku berjanji sepuluh hari untuk menemui Kiai
Alas Ireng!!"
Untuk sesaat perempuan berambut kelabang ini terdiam dengan wajah tegang. Kemarahan nampak membiasi wajahnya. Hatinya serasa
dipermainkan oleh Pendekar Slebor.
"Kau harus mampus, Pemuda Setan!"
Habis menggeram begitu, Iblis Kelabang
bergerak dan mengira-ngira ke mana perginya
Pendekar Slebor.
*** Matahari baru saja tampakkan biasnya di
ufuk timur. Satu sosok tubuh berpakaian batik
kusam hentikan larinya di sebuah persimpangan
yang ditumbuhi ranggasan semak belukar setinggi dada. Sepasang matanya diedarkan ke sekeliling. Paras orang berpakaian balik kusam yang
ternyata seorang perempuan ini, berbentuk bulat
telur dan dihiasi rangkaian kulit keriput. Rambutnya panjang tak beraturan. Di tangannya terdapat cambuk berlidah tiga.
Kejap berikutnya, terdengar perempuan ini
mendengus. Lalu keluarkan desisan dingin,
"Setan alas! Aku gagal menemukan di mana Pulau Hitam berada! Tetapi, kudengar kabar
kalau rahasia Pulau Hitam telah terpecahkan! Entah di mana saat ini Dewa Lautan Timur berada!
Pemuda setan berjuluk Pendekar Slebor pun aku
tidak tahu di mana dia berada!"
Kembali perempuan yang nampaknya sedang geram ini, terdiam. Sepasang matanya memandang ke julangan bukit di hadapannya. Terlihat kepalanya mengangguk-angguk, seperti memikirkan sesuatu.
"Rimba persilatan adalah tempat persembunyian berita yang rapat, tetapi juga tempat ter-bukanya semua berita ke
segenap penjuru. Telah
kutangkap kabar tentang munculnya Eyang Mega
Tantra di Pulau Hitam. Tentang Rantai Naga Siluman yang hanya dapat diambil bila ada yang
berhasil memecahkan Rahasia Sebelas Jari! Huh!
Lagi-lagi pemuda setan itu yang mengetahui isi
dari Rahasia Sebelas Jari! Kusirap kabar kalau
dia telah mengetahuinya dari Eyang Mega Tantra!" Perempuan berpakaian batik kusam yang tak lain Setan Cambuk Api adanya
ini, membuang ludah dengan sikap muak.
Seperti pernah diceritakan dalam episode
"Rahasia Pulau Hitam", Setan Cambuk Api yang diperintahkan oleh Dewa Lautan
Timur untuk membunuh Pendekar Slebor, gagal menjejakkan
kaki ke Pulau Hitam. Namun nenek sesat ini berusaha keras untuk menemukannya. Tetapi akhirnya dia menyerah karena gagal mendapatkannya. Kendati demikian, dia terus hendak mencari Pendekar Slebor, di samping juga mencari
Dewa Lautan Timur. Setelah lima hari melakukannya, dia menangkap kabar tentang Rahasia
Sebelas Jari dan Rantai Naga Siluman.
Kalau semula niatnya untuk membunuh
Pendekar Slebor semata-mata karena perintah
dari Dewa Lautan Timur, namun kali ini, Setan
Cambuk Api berkehendak lain. Dia menginginkan
nyawa pemuda itu untuk dirinya sendiri. Yang
terpenting lagi, dia menginginkan Rantai Naga Siluman yang hanya dapat diambil
bila berhasil memecahkan Rahasia Sebelas Jari. Dan itu berarti, mengarah pada Pendekar Slebor!
Dengan kata lain, selain menuntaskan
keinginannya untuk membunuh Pendekar Slebor,
Selan Cambuk Api akan mendapatkan keuntungan lain untuk mengetahui Rahasia Sebelas Jari,
dan mendapatkan Rantai Naga Siluman.
Setan Cambuk Api menggeram lagi.
"Ke mana pun pemuda setan itu pergi, aku
akan selalu memburunya! Tak akan pernah kulepaskan nyawanya, meskipun dia bersembunyi di
lubang semut sekalipun!!" desisnya dengan kilatan mata berapi-api.
Dendam telah membaluri sekujur tubuhnya. Kemarahan tak bisa dihindari lagi.
Sesaat perempuan bersenjatakan cambuk
berlidah tiga ini terdiam. Dada tipisnya membusung dengan kemarahan yang tak akan dapat ditahankan. "Angin bertiup ke timur. Biasanya arah angin dapat kujadikan sebagai patokan. Sebaiknya,
aku segera menuju ke timur. Mudah-mudahan
tujuanku akan terlaksana."
Memutuskan demikian, perempuan tua
berpakaian batik kusam ini segera berkelebat
meninggalkan tempat itu.
Kesunyian pun merejam dalam.
Beberapa helai daun berjatuhan.
9 Dua sosok tubuh berpakaian abu-abu panjang itu berkelebat menembus sebuah hutan.
Hingga siang meranggas dunia, dua sosok tubuh
yang lak lain si Kembar Parang Maut baru hentikan lari masing-masing orang di sebuah tempat.
Di kejauhan nampak pematang sawah dan ladang
singkong yang diteriki panas matahari dan sebagian melenggak-lenggok terkena hembusan angin.
Sosok Gadis Kayangan masih berada dalam
bopongan Alung Gaganda. Tubuh murid mendiang Pemimpin Agung telah dipenuhi keringat.
Dadanya yang masih terbuka terasa sakit menekan pada punggung Alung Gaganda, sementara
yang tertekan justru tak sabar untuk mendapatkan apa yang dimiliki si gadis.
Namun Alung Gaganda cuma dapat menyimpan keinginannya. Biar bagaimanapun juga,
dia masih menghargai kakak kembarnya hingga
belum mau melakukan apa yang diniatkannya.
"Turunkan dia!" perintah Agung Gaganda tanpa palingkan kepala.
Sebelum Alung Gaganda melakukan perintahnya yang dengan kata lain akan melihat dada
menantang milik Gadis Kayangan. Agung Gaganda sudah buka suara, tetap tanpa palingkan kepala, "Rapikan pakaiannya!"
Mendengus dalam hati Alung Gaganda
sambil coba pandangi wajah yang tak berbeda
dengan wajahnya. Tetapi Agung Gaganda yang
sedang menatap kejauhan, sementara dia berada
di belakangnya, membuat Alung Gaganda tak dapat jelas menatap wajah kakak kembarnya.
Dengan menindih rasa jengkel, Alung Gaganda merapikan pakaian Gadis Kayangan. Dia
sengaja berlama-lama dan menyentuh dada kenyal itu berulangkali.
Kendati geram melihat sikap Alung Gaganda, Gadis Kayangan merasa keadaannya lebih
baik. Pakaiannya memang tidak utuh lagi, tetapi
paling tidak, dadanya tidak terpampang lebar seperti tadi. Alung Gaganda berkata setelah sosok Gadis Kayangan direbahkannya di atas tanah berumput. "Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Agung Gaganda tak segera menjawab. Pandangannya tetap ditujukan ke kejauhan.
"Firasatku mengatakan, kalau pertarungan
Pendekar Slebor dengan Iblis Kelabang telah selesai. Entah mengapa aku
berkeyakinan kalau Pendekar Slebor berhasil meloloskan diri."
"Lantas kita menunggunya di sini" Di tempat yang terbuka?" usik Alung Gaganda.
"Ya! Karena kita memiliki gadis itu! Aku
yakin, kalau dialah orang yang sebelumnya kita
lihat bersama-sama dengan Pendekar Slebor. Sebaiknya...."
Terputus kata-kata Agung Gaganda, sementara sepasang matanya agak dipicingkan ke
depan. Alung Gaganda melihat pula pada sesuatu
yang membuat kakak kembarnya memutus katakatanya sendiri.
Berjarak dua puluh tombak di muka, dua
sosok merah dan hitam nampak sedang hentikan
kelebatan masing-masing. Mereka juga mengarahkan pandangan pada si Kembar Parang Maut.
Terlihat kalau mereka berpandangan sejenak,
mungkin berkata-kata.
Kejap berikutnya, dua orang itu sudah berlari ke arah si Kembar Parang Maut.
Agung Gaganda mendesis, "Yang lelaki
berpakaian hitam pekat sementara yang perempuan berpakaian merah. Iblis Kelabang juga mengenakan pakaian berwarna yang sama. Tetapi tidak memakai kerudung seperti perempuan itu.
Hem... Alung! Nampaknya kita mendapat kawan!
Belum tahu kawan yang bermaksud baik atau
memiliki niat busuk!!"
Mendengar ucapan kakak kembarnya,
Alung Gaganda segera melangkah ke kanan dari
Agung Gaganda berjarak lima langkah. Mereka
menunggu dengan hati agak berdebar.
Dua bayangan merah dan hitam itu terus
mendekat. Tiga tarikan napas berikutnya, masing-masing orang telah berdiri sejarak tujuh langkah dari tempat berdiri si
Kembar Parang Maut.
Orang berpakaian hitam yang berdiri di sebelah kiri memandang masing-masing orang dengan tatapan dingin. Sepasang matanya bergelambir dengan dihiasi hidung bengkok. Rambutnya
dikucir kuda. Di pergelangan tangan kanan kiri
lelaki berusia sekitar lima puluh tahun itu terdapat gelang-gelang penuh duri.
Sementara perempuan berpakaian merah
yang di kepalanya mengenakan kerudung merah,
hanya pentangkan seringaian. Saat angin berhembus dan sedikit mengangkat kerudungnya,
nampak rambutnya berwarna keemasan.


Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan begitu melihat sosok Gadis Kayangan
yang tergeletak di atas rumput, sepasang mata
perempuan ini terbuka lebih lebar.
Menyusul terdengar suaranya, "Sangga
Rantek! Apakah tidak salah penglihatanku" Bukankah dia Gadis Kayangan" Gadis celaka yang
membuat kita mati kutu memburunya?"
Lelaki berpakaian serba hitam pekat yang
tak lain Sangga Rantek adanya, menganggukanggukkan kepalanya.
"Dan sudah tentu bila gadis itu berada dalam kekuasaan manusia-manusia monyet ini, ada
hubungannya dengan Pendekar Slebor! Iblis
Rambut Emas! Apakah kita akan menyia-nyiakan
waktu yang telah lama terbuang" Rahasia Pulau
Hitam telah terbuka! Rahasia Sebelas Jari yang
kita dengar sudah berkumandang, begitu pula
dengan Rantai Naga Siluman! Jelas kalau ini adalah keberuntungan yang tak dapat kita lepaskan!"
Kedua orang pendatang itu memang Sangga Rantek dan Iblis Rambut Emas. Setelah memutuskan untuk meninggalkan Pulau Hitam, karena merasa ngeri melihat pertarungan Panembahan Agung dan Dewa Lautan Timur, kedua orang
sesat ini menunggu di sebelah barat Pulau Hitam.
Mereka berharap dapat melihat Pendekar
Slebor keluar dari Pulau Hitam. Tetapi setelah
tunggu punya tunggu, pemuda dari Lembah Kutukan itu tak tampakkan batang hidungnya. Mereka masih mencoba menunggu.
Setelah dua hari berdiam diri, akhirnya
mereka mengambil kesimpulan kalau Pendekar
Slebor tak mengambil jalan yang telah dilalui menuju ke Pulau Hitam, itu pun
bila Pendekar Slebor masih selamat.
Dengan hati kesal karena tak mengetahui
tentang rahasia Pulau Hitam, masing-masing
orang meninggalkan tempat itu. Hingga kemudian
mereka mendengar tentang Rahasia Sebelas Jari
dan Rantai Naga Siluman.
Jelas kalau Pendekar Slebor masih hidup.
Karena kabar yang mereka dengar, pemuda itulah
yang diberitahu oleh Eyang Mega Tantra tentang
Rahasia Sebelas Jari.
Dan sekarang, tanpa mereka sangka, mereka bertemu dengan dua orang berpakaian abuabu dan berwajah mirip satu sama lain. Tetapi
yang menggembirakan, karena mereka melihat
sosok Gadis Kayangan yang mereka ketahui erat
hubungannya dengan Pendekar Slebor.
Sementara itu, si Kembar Parang Maut,
saling melirik begitu mendengar ucapan orang.
Secara tidak langsung, mereka sadar kalau kedua
orang ini punya keinginan yang sama.
Agung Gaganda mencoba untuk menindih
rasa jengkelnya saat berkata, "Kawan, mengapa kalian berhenti di sini dan seolah
menghadang langkah kami" Apakah ada satu urusan yang harus diselesaikan!"
Iblis Rambut Emas yang sebelumnya
punya niat busuk pada Sangga Rantek tentang
potongan pedang perak (Baca: "Pedang Buntung"
hingga "Tabir Pulau Hitam"), sudah buka mulut,
"Jangan sembarangan berucap dan jangan berla-ku bodoh! Pertama, kami bukan
kawanmu! Ke- dua, kau tentunya tahu apa yang kami hendaki
sekarang!!"
Memerah wajah Agung Gaganda mendengar ucapan sengit perempuan berkerudung merah. Tetapi dia berusaha untuk bersikap tenang.
"Apa yang kau katakan betul! Lantas, apa
yang hendak kalian lakukan sekarang?"
"Segera menyingkir dari sini, sebelum kalian menyesal!!"
"Menyingkir dari sini sangat mudah dilakukan! Alung Gaganda, bawa kembali sosok gadis
itu!" "Tunggu!" dengus Iblis Rambut Emas merasa dirinya dipandang remeh oleh
orang. "Kalian boleh berlalu dengan selamat, tetapi biarkan gadis itu di sini!"
"Gadis itu tak ada hubungannya dengan
kalian, berarti kalian tak berhak melarang kami
untuk membawa gadis itu! Bawa dia!!"
Alung Gaganda segera mendekati dan siap
membopong Gadis Kayangan yang sebenarnya
makin kecut melihat kehadiran dua orang yang
dikenalnya. Sebelum Alung Gaganda lakukan maksud,
Iblis Rambut Emas sudah menerjang dengan penuh kegeraman. Agung Gaganda sadar apa yang diinginkan
orang. Dia segera bergerak menghadang dan lontarkan satu tendangan memutar.
Wuuuttt!! Satu kesiur angin terdengar begitu kaki
kanannya mengarah pada dada Iblis Rambut
Emas. Sambil keluarkan dengusan geram, perempuan berkerudung merah ini sentakkan tangan
kanannya. Bukkk! Begitu benturan terjadi, tubuhnya dihempos ke atas, melewati sosok Agung Gaganda. Terus meluruk ke arah Alung Gaganda.
Yang akan diserang segera putar tubuh
dan lepaskan jotosan dari bawah ke atas.
Masih meluruk, Iblis Rambut Emas mengubah serangannya. Dengan gerakan yang sangat
cepat, kali ini kedua kakinya yang mengarah pada Alung Gaganda.
Buk! Bukk!! Sosok Iblis Rambut Emas terpelanting ke
depan kembali dan hinggap dengan ringannya di
atas tanah berumput. Sementara Alung Gaganda
agak tergontai ke belakang.
"Jahanam keparat!" meradang Alung Gaganda dengan kemarahan tinggi. Dia sudah menerjang ke arah Iblis Rambut Emas yang sudah
tentu tak mau tinggal diam.
Wusssss!! Serangkum kabut putih berhawa dingin
mencelat ke arah Alung Gaganda seraya perdengarkan suara bergemuruh.
Alung Gaganda yang tadi sudah mencelat
lancarkan serangan, harus surut dua tindak melihat serangan ganas itu. Segera saja dia mengangkat kedua tangannya yang telah dialiri tenaga dalam. Blaaammm! Blaammm!!
Kabut putih berhawa dingin itu langsung
buyar ke udara. Kendati berhasil punahkan serangan lawan, sosok Alung Gaganda terhuyung
satu tombak ke belakang. Meskipun demikian, dia
segera angkat tangannya dan....
Wusss! Iblis Rambut Emas cuma perdengarkan
dengusan pendek. Menyusul dia segera lancarkan
serangan pula. Gerakan yang diperlihatkannya
kali ini sangat lamban sekali, berbeda dengan ge-brakannya pertama.
Melihat kalau serangan lawan berubah,
Alung Gaganda justru tersenyum. Dia menyangka
kalau benturan pertama tadi telah mengakibatkan gerakan Iblis Rambut Emas menjadi lambat. Dengan bernafsu dia semakin menambah tenaga dalamnya. Namun, orang ini tidak tahu, kalau di balik
serangan lambat itu tersimpan satu kekuatan
dahsyat. Begitulah yang dilakukan oleh Iblis
Rambut Emas berikutnya.
Wuuuss! Wusss!!
Dua bongkah kabut putih yang diiringi hawa dingin menggigit, menghampar dengan kekuatan maha besar. Alung Gaganda yang tak menyangka akan perubahan serangan si perempuan
begitu cepat, terkesiap kaget dengan wajah yang
seketika memucat.
Tanpa sadar dia memekik tertahan karena
pada jarak dua tombak dia sudah merasakan hawa dingin yang membuat urat-uratnya menjadi
kaku. Gugup dia coba untuk hindari gebrakan
dua kabut dingin itu. Kendati berhasil dilakukannya, namun tak urung tangan
kirinya terserempet
pula. Kontan dia mengaduh sambil tekap tangan
kiri dengan tangan kanannya. Iblis Rambut Emas
memang orang yang kejam, dia langsung menerjang kembali. Agung Gaganda yang melihat nasib naas
dialami oleh adik kembarnya segera mendorong
kedua tangannya.
Wuusss! Wusss!!
Dua hamparan gelombang angin keras
menderu. Blaaamm!! Begitu menghantam dua kabut dingin yang
dilepaskan Iblis Rambut Emas, terdengar letupan
yang sangat keras. Tempat itu bagai dilanda badai hebat bersamaan dengan
muncratnya dua bongkah kabut putih tadi. Tanah di tempat bertemunya benturan itu membubung setinggi satu
tombak! Karena tak menyangka kalau serangannya
diputuskan orang, Iblis Rambut Emas justru tersentak ke belakang dan keseimbangannya lenyap
sesaat. Agung Gaganda tak mau membuang waktu. Dia langsung menerjang dengan teriakan
mengguntur. Tetapi satu hamparan angin menghalangi
gerakannya. "Mengapa harus repot-repot turun tangan"
Bukankah masih ada aku yang akan mengirim
nyawamu ke neraka!!" terdengar seruan Sangga Rantek, kejap berikutnya, orangnya
sudah lancarkan serangan.
*** Segera putar tubuh Agung Gaganda sambil
kibaskan tangan kirinya.
Blaaammm!! Letupan keras terjadi dan masing-masing
orang surut tiga langkah ke belakang.
"Jahanam keparat!!" maki Agung Gaganda geram. Sepasang matanya berkilat-kilat
dipenuhi api kemarahan. Di seberang, Sangga Rantek cuma tersenyum dingin. "Mengapa harus menyibukkan diri dengan
pertarungan lain" Seperti ucapanku tadi, nyawamu akan kukirim ke neraka!!"
Habis kata-katanya, orang berpakaian serba hitam ini sudah menerjang ke depan seraya
mendorong kedua tangannya. Menggebah gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya, menyeret
tanah dan ranggasan semak belukar saat menderu ke arah Agung Gaganda.
Kendati sempat terkesiap, sambil palangkan kedua tangannya di depan dada, Agung Gaganda mencelat pula ke depan. Bersamaan dengan dia dorong kedua tangannya.
Blaaam! Blaaamm!!
Dua letupan keras terdengar sambung menyambung. Namun masing-masing orang rupanya
tak mau buang waktu. Setelah terhuyung ke belakang, keduanya kembali menerjang dengan kekuatan penuh. Dua pertarungan dahsyat itu tak ubahnya
laksana puluhan gajah liar yang tengah mengamuk di sebuah desa. Gadis Kayangan yang masih
tergeletak dalam keadaan tertotok, menjadi ngeri sendiri.
Pertarungan kedua orang itu memang agak
menjauh dari tempatnya, namun setiap letupan
yang terjadi membuat tubuhnya terlontar-lontar
dan ini terasa sakit. Karena tanpa pengerahan tenaga dalam, begitu terlontar dan
jatuh kembali ke tanah, tubuhnya terasa dibanting.
"Ah, mengapa aku harus mengalami kejadian seperti ini" Tetapi ini karena kesalahanku
sendiri. Tak seharusnya aku meninggalkan Andika. Apakah dia berhasil melepaskan diri dari Iblis Kelabang?"
Sambil menahan ngeri di hatinya, diperhatikan bagaimana dahsyatnya dua pertarungan
yang terjadi. Belum lagi tatkala kedua orang kembar itu telah loloskan parang
masing-masing. Setiap kali parang dikibaskan, kesiuran
angin berulang-ulang terdengar mengerikan. Dengan parang di tangan, keduanya dapat menjaga
jarak dari serangan yang dilakukan lawan.
Iblis Rambut Emas yang tadi gusar karena
dibokong oleh Agung Gaganda, tak peduli. Sasarannya adalah Alung Gaganda. Dengan terus lontarkan kabut-kabut putihnya, dia mencecar Alung
Gaganda. Serangan beruntun yang dilakukannya
memang membawa hasil, kendati sebelumnya
dengan parang besarnya Alung Gaganda dapat
mematahkan setiap serangannya.
Namun gebrakan cepat yang dilakukan Iblis Rambut Emas, membuatnya jadi kalang kabut.
Apalagi begitu tendangan kaki kiri si perempuan
menghantam telak tangan kanannya hingga pa

Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rang besarnya terlepas.
Dia seperti anak ayam kehilangan induk.
Lepas kontrol dan konsentrasinya.
Sementara itu, melihat keadaan adik kembarnya yang sukar bebaskan diri dari serangan
maut Iblis Rambut Emas, Agung Gaganda menjadi kebingungan. Dia tak ingin adik kembarnya
mengalami nasib naas. Namun untuk membantu
pun tak akan mungkin dilakukannya.
Di lain pihak, Sangga Rantek menyeringai
lebar melihat sikap yang diperlihatkan Agung Gaganda. Dia terus lancarkan serangannya hingga
bukan hanya Alung Gaganda yang sekarang harus menghadapi maut.
Dirinya pun telah masuk ke lingkaran kematian yang diperlihatkan Sangga Rantek!
Namun sebelum kematian merenggut kehidupan si Kembar Parang Maut, mendadak saja
satu gelombang angin menderu sangat keras. Suara yang terdengar begitu mengerikan.
Mengarah pada Sangga Rantek dan Iblis
Rambut Emas! Kontan masing-masing orang urungkan
niat dan membuang tubuh ke samping kanan.
Blaar! Blaaarrr!!
Dua bagian tanah serta-merta terbongkar
terhantam gelombang angin keras tadi.
Bukan hanya keduanya yang palingkan
kepala dari mana datangnya dua gelombang angin
yang menghalangi serangannya. Si Kembar Parang Maut sendiri segera putar tubuh.
Lima pasang mata termasuk milik Gadis
Kayangan melihat satu sosok tubuh berpakaian
dan berjubah hitam telah berdiri dengan kedua
kaki dibuka. Wajah orang yang baru datang ini tirus dan dihiasi kulit tipis.
Janggut putihnya bergerak ditiup angin. Sepasang matanya yang sipit
menyiratkan kematian.
Kalau Iblis Rambut Emas dan Sangga Rantek menggeram gusar, lain halnya dengan si
Kembar Parang Maut. Tanpa sadar masingmasing orang langsung surutkan langkah.
Perlahan namun jelas, terdengar ucapannya, "Kiai Alas Ireng...!"
10 Bersamaan si Kembar Parang Maut mendapati kehadiran Iblis Rambut Emas dan Sangga
Rantek, Pendekar Slebor yang sengaja meninggalkan pertarungannya dengan Iblis Kelabang hentikan larinya di tempat yang agak lapang. Anak
muda tampan ini mengusap keringat yang membasahi wajahnya dengan telapak tangan kanannya. Matanya diedarkan.
"Kutu busuk! Ke mana aku harus mencari
Gadis Kayangan" Kalau ngambek ya ngambek,
jangan ngilang begini?" dengusnya jengkel. Namun begitu disadarinya kemungkinan
kalau saat ini Gadis Kayangan berada dalam lingkaran maut,
hati si Urakan ini jadi tidak tenang.
Digaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Apakah saat ini dia baik-baik saja?" desisnya sambil tarik napas pendek.
Matanya meman- dang ke kejauhan. Julangan sebuah bukit kapur
seperti bercahaya tertimpa sinar matahari.
Semakin dicoba untuk memikirkan keadaan Gadis Kayangan, perasaannya justru makin
tidak tenang. Perasaannya kali ini dilingkupi de-baran tak menentu.
"Monyet pitak! Tak pernah kumaafkan diriku bila terjadi apa-apa dengannya."
Dibawa langkahnya lima langkah ke depan.
Tak ada siapa pun di sana kecuali dirinya. Beberapa ekor burung beterbangan menjauh dan
hinggap di ranggasan semak yang berayun-ayun.
"Rahasia Sebelas Jari.... Rahasia yang bukan hanya membingungkan, tetapi memancing
pertikaian berkepanjangan. Tentunya ini berhubungan dengan Rantai Naga Siluman. Kupikir
masalah Pulau Hitam telah selesai, tetapi justru makin berkembang lebar."
Andika mengingat-ingat akan sabuk yang
sebesar lengan orang dewasa yang melingkar dan
keluar dari dalam tanah begitu dua patahan pedang perak dipertemukan dengan cara menyentak
oleh Eyang Mega Tantra. Sebuah sabuk yang
pancarkan sinar bening. Dari tempatnya yang tersembunyi, cara keluar yang aneh dan cara mendapatkannya yang membingungkan, sudah tentu
rantai itu bukanlah rantai sembarangan.
Tetapi yang masih membingungkan, apa
sebenarnya kunci dari Rahasia Sebelas Jari.
Anak muda urakan ini menarik napas pendek. " Ada sebelas jari di dalam jiwa, satu jari adalah titik kemuliaan.
Sebuah rangkaian kata yang sebenarnya
tak begitu sulit untuk diingat, tetapi memecahkan kata itu sangat sukar
dilakukan. Aku tetap berkeyakinan, kuncinya terletak pada kata sebelas
jari. Hmmm... sebelas jari. Satu jari adalah kemuliaan. Tentunya ini berhubungan
dengan perasaan seperti yang pernah kupikir-kan. Perasaan
hanya dimiliki oleh manusia. Kata-kata Gadis
Kayangan waktu lalu, mengatakan bagaimana
dengan orang yang memiliki dua kepribadian"
Hmmm... kucoba untuk merangkaikannya."
Untuk sejenak anak muda ini terdiam. Keningnya perlahan-lahan nampak berkerut. Lalu
terlihat dia menggeleng-geleng resah, tanda belum dapat juga untuk mengetahui
titik terang dari
Rahasia Sebelas Jari.
"Kalau kucoba untuk rangkaikan pikiranku
waktu lalu, apakah ini sebuah jalan keluar" Sebelas jari kuartikan sebelas
orang. Tangan dan kaki masing-masing memiliki sepuluh buah jari. Bila
dikaitkan dengan manusia, berarti ada sepuluh
orang jika kuhubungkan dengan sepuluh buah
jari. Lalu, satu jari ini" Hemm... bisa jadi ini hanya pemuslihatan kata-kata
sebelas jari saja.
Berarti, memang ada sepuluh orang dan satu
orang memiliki dua kepribadian. Tetapi sampai
saat ini, dari orang-orang yang kutemui, rata-rata menginginkan untuk mengetahui
isi dari Rahasia
Sebelas Jari yang tentunya untuk dipecahkan artinya. Busyet! Kepalaku jadi tujuh keliling!!"
Anak muda ini mengucak-ngucak rambutnya dengan gemas.
"Kalau memang demikian, siapa orangnya
yang memiliki dua kepribadian" Dan apa hubungannya orang itu dengan Rantai Naga Siluman"
Kalau memang benar ada, berarti orang itulah satu-satunya yang berhak mendapatkan Rantai Naga Siluman. Atau, bisa jadi dugaanku salah?"
Dilempar pandangannya kembali ke kejauhan. Ditarik napas pendek. Seraya menghembuskannya dia mendesis, "Ketimbang aku semakin bingung, lebih baik kuteruskan
langkah men- cari Gadis Kayangan. Naluriku kuat mengatakan,
kalau dia dalam bahaya."
Memutuskan demikian, pemuda tampan
pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan ini segera berlari. Cukup lama dia berlari sebelum hentikan larinya tak jauh dari bukit
kapur itu. Pandangannya diarahkan pada julangan
bukit kapur yang nampak menyala terkena sinar
matahari. Aroma kapur-kapurnya sungguh tak
sedap pada penciuman.
"Hmmm... aku masih tahu arah mana yang
harus kutempuh untuk menemukan Gadis
Kayangan. Tetapi biar bagaimana pun juga, kupikir nyawanya lebih penting ketimbang dari Rahasia Sebelas Jari. Atau... aku salah menduga?"
Anak muda ini terdiam dengan kebingungan yang makin kuat. Nyawa Gadis Kayangan harus diselamatkannya. Paling tidak, gadis itu tak kurang suatu apa. Namun tatkala
dia teringat akan kata-kata Eyang Mega Tantra di Pulau Hitam, bila dalam satu purnama dia belum berhasil
memecahkan Rahasia Sebelas Jari dan itu berarti
gagal untuk mendapatkan Rantai Naga Siluman,
maka rimba persilatan akan menjadi kacau balau,
hatinya menjadi tidak enak. Bukankah itu berarti, akan membawa korban yang tidak
sedikit" Andika memang belum dapat memastikan
secara utuh, mengapa bila gagal mendapatkan
Rantai Naga Siluman, berarti akan mengacaukan
rimba persilatan" Atau, masih adakah rahasia di
balik Rantai Naga Siluman itu sendiri"
"Monyet pitak! Bisa jadi Rantai Naga Siluman dijaga oleh pemiliknya" Tetapi siapa" Bila
memang tidak ada, kekacauan apa yang akan ditimbulkannya, seperti yang dikuatirkan oleh
Eyang Mega Tantra?"
Digaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
dengan gemas. "Semakin lama aku...."
"Tak perlu berpusing diri! Lebih baik jawab pertanyaan sebelum urusan jadi
kapiran!" terdengar satu suara bernada tegas dari belakangnya.
Serta-merta Andika palingkan kepalanya ke
belakang. Dilihatnya satu sosok tubuh telah berdiri tegak dengan kedua kaki agak dibuka sejarak empat langkah.
Bukan melihat wajah tampan orang yang
baru muncul yang membuat Andika harus kerutkan kening. Melainkan baru disadarinya kalau
dia tidak mendengar kehadiran orang.
Orang yang usianya hanya terpaut satu tahun dari Andika ini tersenyum. Andika dapat merasakan kalau senyuman itu penuh ejekan dan
melecehkan. Pemuda berparas tampan dengan rambut
gondrong dan di keningnya melingkar sebuah ikat
kepala berwarna biru, menggeleng-gelengkan kepalanya. Pakaian yang dikenakannya biru gelap
dengan celana pangsi hitam. Di pinggang si pemuda, melilit sebuah tali sebesar ibu jari.
Lalu terdengar suaranya, pelan namun
agak memaksa, "Aku memiliki dua maksud! Pertama, mencari orang bernama Kiai Alas
Ireng! Bila kau dapat memberitahu, maka hanya tangan kananmu yang kuambil! Kedua, aku mencari orang
berjuluk Pendekar Slebor! Bila kau dapat memberitahu, maka hanya tangan kirimu yang akan pisah dari tubuhmu!"
Terdiam Pendekar Slebor mendengar ucapan orang. Diam-diam dia membatin, "Nama Kiai Alas Ireng pernah kudengar dari
Iblis Kelabang.
Kehadiran pemuda ini nampaknya penuh dendam
dengan Kiai Alas Ireng. Dan siapa dia sebenarnya?" Habis berkata dalam hati demikian, Andika tersenyum.
"Setiap keinginan yang dipenuhi orang lain, sudah tentu harus memberikan imbalan
pada orang itu! Tetapi sungguh tak enak didengar, kalau kau ternyata justru menghendaki tangan kanan dan kiriku bila tak dapat jawab pertanyaan!
Sebelum kujawab, aku ingin tahu siapa kau
adanya?" "Kau boleh mengingatku dengan julukan
Manusia Sepuluh Siluman!"
"Busyet! Julukannya serem amat ya" Pantasnya sih berjuluk Monyet Sepuluh Kutukan!"
kata Andika dalam hati lalu berkata, "Apa maksudmu mencari Kiai Alas Ireng dan
Pendekar Sle- bor?" Pemuda yang memang Manusia Sepuluh
Siluman adanya ini terdiam, sorot matanya tajam.
Setelah berhasil menyembuhkan diri dari serangan Kiai Alas Ireng, pemuda yang memiliki kesombongan setinggi langit ini meneruskan perjalanannya. Keinginannya adalah membunuh Kiai
Alas Ireng dan Pendekar Slebor yang diketahuinya sebagai satu-satunya orang yang
mengetahui tentang Rahasia Sebelas Jari.
"Aku ingin membunuh Kiai Alas Ireng!"
"Bagaimana dengan Pendekar Slebor"!" Karena terlalu sombong, Manusia Sepuluh
Siluman segera menyahut. "Dia adalah orang yang mengetahui tentang Rahasia Sebelas Jari!
Aku juga akan membunuhnya bila dia tidak mengatakan
apa isi dari Rahasia Sebelas Jari itu!"
"Wah! Benar-benar gawat! Sudah lima
orang yang kuketahui ingin tahu tentang Rahasia
Sebelas Jari! Dalam waktu yang kian sempit ini,
tak ada gunanya meladeni pemuda ini. Lebih baik
aku berdusta saja."
Lalu katanya, "Aku tidak tahu di mana Kiai
Alas Ireng berada! Bila kau hendak mengetahui di mana Pendekar Slebor, aku
memang pernah berjumpa dengannya."
"Katakan padaku!!" sentak Manusia Sepuluh Siluman dengan wajah beringas.
"Dia baru saja lewat di tempat ini! Terus
menuju ke arah balik bukit kapur!"
Sejenak Manusia Sepuluh Siluman memandangi bukit kapur yang tinggi itu. Lalu perlahan-lahan pandangannya
diturunkan menatap
Pendekar Slebor.
"Aku tak mau mengambil urusan denganmu! Tadi kukatakan, bila kau dapat memberitahu
di mana Kiai Alas Ireng berada, maka yang akan
kuambil adalah tangan kananmu! Tetapi kau tidak mengetahuinya di mana dia berada! Lalu, bila
kau dapat memberitahukan di mana Pendekar
Slebor berada, maka tangan kirimu yang kuambil!


Pendekar Slebor 67 Rahasia Sebelas Jari di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tetapi kesimpulanku, kau tak tahu di mana kedua orang itu berada! Berarti, kau luput dari ke-jadian yang mengerikan!"
Di tempatnya Andika mendumal, "Busyet!
Ngomongnya keren amat! Tetapi cukup membingungkan sebenarnya! Biasanya, kalau ada orang
yang tak dapat beritahu apa yang ditanyakan, baru dia mengambil keputusan! Ini justru kebalikannya! Untung aku berkata dusta!"
Manusia Sepuluh Siluman masih arahkan
pandangannya pada Pendekar Slebor. Setelah sesaat dia berkata, "Kendati aku tak mengambil apa yang sebenarnya kuinginkan,
kuharap kau jangan dusta! Bila saja kuketahui soal itu, maka
kaulah orang ketiga yang akan kuburu!"
Andika mengangkat kedua bahunya."Terserah, deh!"
Manusia Sepuluh Siluman mendengus. Lalu segera berlari menuju ke bukit kapur.
Dan mendadak saja terdengar suara sengit
yang bercampur geram, "Huh! Lama dicari tidak tahunya berada di sini! Pendekar
Slebor! Ajalmu sudah dekat!!"
Terkesiap Andika mendengar bentakan
orang yang keras. Sementara itu, Manusia Sepuluh Siluman yang sudah berlari sekitar sepuluh
langkah, kontan hentikan larinya.
Segera dia putar tubuh. Pandangannya beringas pada Pendekar Slebor yang cuma nyengir
saja. Satu kejap kemudian, nampak satu sosok
tubuh berpakaian batik kusam telah berdiri di
hadapannya. Di tangan perempuan berpakaian
batik kusam itu tergenggam sebatang cambuk
berlidah tiga! Seiring perempuan itu melangkah, Manusia Sepuluh Siluman sudah menerjang ganas ke
arah Pendekar Slebor.
"Tadi kukatakan, bila kau berdusta, maka
kematian akan kau dapatkan! Tetapi sungguh berani kau mendustaiku karena engkaulah Pendekar Slebor!!"
SELESAI Ikuti kisah selanjutnya:
RANTAI NAGA SILUMAN
Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Fujidenkikagawa
https://www.facebook.com/pages/DuniaAbu-Keisel/511652568860978
Kelelawar Hijau 11 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Hati Budha Tangan Berbisa 4

Cari Blog Ini