Ceritasilat Novel Online

Serigala Serigala Lapar 1

Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar Bagian 1


SERIGALA-SERIGALA LAPAR
Serial Pendekar Slebor
Cetakan pertama
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Editor Puji S. Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku rni
tanpa izin tertulis dari penerbit
Serial Pendekar Slebor
dalam episode Serigala-Serigala Lapar
Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Arya Winata
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
1 Dunia adalah panggung sandiwara yang kadang
justru menawarkan ketidak mengertian
bagi para pelakonnya. Di pihak lain, beberapa pelakon justru tak mau tahu akan
ketidakmengertian itu sendiri. Seolah masa bodoh, mereka bertindak sewenangwenang, terutama terhadap kaum yang lemah.
Mestikah hal itu didiamkan berlarut-larut
Dan waktu pun terus bergulir tanpa ada yang dapat mencegahnya. Pagi menyeruak,
sebagai tanda dimulainya kehidupan. Pasar Wage mulai ramai oleh pedagang dan
pembeli. Sebagian pedagang masih menata dagangannya agar bisa memancing minat.
Sebagian lagi malah sudah mengumbar teriakan, raenjajakan dagangannya. Saking
semangatnya teriakan seorang pedagang malah diiringi oleh suara letusan dari
pantat. Sebentar dia celingak-celinguk, takut-takut suara letusan tadi
terdengar. Di salah satu sudut pasar, tiga sosok tubuh berdiri di depan penjual pakaian.
Dua orang lelaki berusia setengah baya, dan seorang lagi perempuan tua berusia
sekitar tujuh puluh tahun.
Mata tajam mereka menatap sepasang anak muda
yang tengah menunggu dagangan. Seolah, mereka tengah mengenali salah satunya.
Yakni, seorang pemuda berbaju hijau pupus dengan kain bercorak catur di bahunya.
Kalian lihat sendiri, tunjuk lelakiyangberwajah codet di pipi kiri pada kedua
temannya. Lelaki itu mengenakan pakaian berwarna hitam
pekat. Kedua tangannya dipenuhi gelang besi. Wajahnya penuh jerawat yang
bernanah, hingga sangat mengerikan.
Apalagi ditambah codet di sebelah kiri.
Diperhatikan begitu sepasang anak muda itu jadi
jengah juga. Kening mereka berkerut heran.
Sudan lima belas hari aku memperhatikan mereka.
Dan aku yakin, sepertiyang dikatakan Serigala Mata Iblis tentang Pendekar
Slebor, pemuda itulah yang sebenarnya
berjuluk Pendekar Slebor, lanjut si lelaki berjerawat Kedua kawan lelaki
berjerawat menatap tajam pada pemuda berbaju hijau pupus.
Tuan.... Apakah Tuan ingin membeli pakaian tanya si pemuda berusaha tenang,
meskipun mulai menangkap gelagat yang tidak enak. Di sebelahnya, gadis
bersamanya telah mengkeret sejak tadi. Sementara para pedagang yang lain
memperhatikan dengan hati kecut.
Setan! maki lelaki yang berambul panjang. Dia
mengenakan pakaian berwarna merah. Hhh! Rupanya, kau sudah tak memiliki nyali
untuk tampil kembali di rimba persilatan,
Pendekar Slebor! Sehingga kau harus menyamar menjadi pedagang seperti ini!
Kening si pemuda berkerut Wajahnya menyiratkan
ketidak mengertian dengan apa yang dimaksud lelaki berbaju merah itu. Ditatapnya
lelaki itu dengan kening berkerut.
Apa maksud Tuan Namaku Sudira..., kata si pemuda yang mengaku bernama Sudira.
Pemuda keparat! Ikut dengan kami! Serigala Mata
Iblis menginginkan nyawa busukmu! bentak lelaki rambut panjang lagi.
Mendengar bentakan itu, hati Sudira benar-benar
tidak tenang. Begitu pula gadis di sebelahnya Wajah si gadis telah pucat pasi
dengan tatapan lugu. Hatinya kebat-kebit tak menentu. Selama ini, dia menganggap
semua orang berwatak baik-baik. Dan semua anggapan seperti itu langsung
dibuangnya begitu ketiga orang bertampang tak bersahabat ini membentak-bentak di
hadapannya. Pendekar Slebor Siapa dia Dan siapa orang yang
dimaksud lelaki berambut panjang dengan Serigala Mata Iblis
Tuan... Tuan salah sangka, sergah Sudira berusaha tenang. Dia berpikir, kalau
bisa menjelaskan kalau dirinya bukan orang yang dicari, maka semuanya bisa
teratasi. Sekali lagi kukatakan. Namaku Sudira.... Dan ini adikku.
Namanya Nuning. Kami kakak beradik yang berasal dari
Desa Peterongan sebelah selatan dari kotapraja. Kami tak mengenal orang yang
Tuan maksudkan.
Bukannya menyahut, lelaki berambut panjang
langsung menendang dagangan sepasang anak muda yang ternyata kakak beradik itu
sambil menggeram bengis.
Prak! Pakaian-pakaian dagangan itu kontan beterbangan.
Dan meskipun berasal dari dusun, namun S udira memiliki nyali cukup besar.
Diperlakukan seperti itu, amarahnya kontan terbakar. Dicabutnya golok di
pinggang. Dan sambil melompat,
diterjangnya orang yang menghambur- hamburkan dagangannya.
Manusia hina! Kerja kalian hanya mengganggu orang saja! seru Sudira keras.
Wuuut! Ayunan golok si pemuda yang sekuat tenaga hanya
dihindari lelaki berambut panjang dengan hanya memiringkan tubuhnya.
Setan alas! Sejak kapan pendekar besar seperti kau ini mempergunakan golok!
bentak lelaki berambut panjang.
Aku si Bayangan Setan jadi ingin tertawa geli....
Lalu dengan gerakan sangat cepat laksana setan
lelaki berambut panjang yang berjuluk si Bayangan Setan mengayunkan tangannya.
Wuuut! Pukulanyang mengandung tenaga dalam penuh itu
Input, karena Sudira dengan mempergunakan nalurinya sudah bergulingan. Namun
angin keras pukulan itu masih menyerempct lengan kirinya. Plak!
Sudira meringis, merasakan nyeri bukan main pada lengan kirinya.
Kau! serunya tersendat dengan wajah pias.
Kakang...! gadis adik Sudira langsung terpekik
melihat keadaan kakaknya. Segera dia menghambur dan merangkul.
Si Bayangan Setan terbahak-bahak Rahangnya yang
keras tampak bergetar. Matanya membuka lebih lebar.
Rupanya nama besar Pendekar Slebor hanya
omongan anak kecil belaka! ejek lelaki berambut panjang.
Cuuh! Apakah kau sudah kehilangan kemampuanmu
karena lama berdiam di pasar ini Atau... kau berlagak menjadi pahlawan kesiangan
tanpa menurunkan tangan Kakang.... Lebih baik kita tinggalkan tempat ini, ajak
gadis bernama Nuning.
Hik hik hik... tak mudah meninggalkan tempat ini, sela nenek berbaju keemasan.
Bibirnya yang penuh gincu meringis. Wajah keriputnya benar-benar mirip kain
gombal. Bayangan Setan! Mengapa kau tidak menangkapnya
dengan segera Serigala Mata Iblis pasti sangat bangga padamu.
Bagai mendapat semangat baru, si Bayangan Setan
berkelebat ke arah Sudira yang nampak tegang.
Sementara itu para pedagang lain mulai menunjukkan rasa kesetiakawanan. Melihat salah seorang teman mereka diperlakukan
semena-mena, mereka segera
mencabut golok. Saat itu pula, lima buah golok di tangan para pedagang menebas
deras ke bagian-bagian tubuh si Bayangan Setan, sebelum Sudira jadi korban.
Bet! Bet! Bet! Mendapati serangan berbahaya menyerangnya, si
Bayangan Setan memutar tubuhnya.
Setan alas! Kalian hanya mencari mampus! bentak
lelaki berambut panjang.
Tanpa bergerak dari tempatnya, tangan si Bayangan Setan mengibas ke depan.
Seketika satu gelombang angin kuat menderu.
Dess! Dess! Aaakh...! Dalam sekali kibas, lima pedagang yang merasa
bernasib dengan S udira kontan beterbangan ke belakang disertai muntahan darah.
Dua orang seketika mati, sementara sisanya pingsan.
Hayo! Siapa lagi yang ingin jadi pahlawan, hah!
bentak si Bayangan Setan pada pedagang lainnya yang
perlahan-lahan menurunkan golok.
Meskipun para pedagang geram dan ingin membantu Sudira, namun nyali mereka ciut juga melihat kesaktian lelaki berambut
panjang. Hati Sudira pedih melihat nasib yang dialami teman-temannya sesama pedagang.
Namun dia pun tak bisa berbuat banyak ketika si Bayangan Setan sudah berbalik
kembali ke arahnya. Kakinya melayang cepat!
Merasa ada getaran panas yang menderu ke
arahnya, Sudira langsung mendorong tubuh adiknya.
Awas, Nuning! Tinggalkan tempat ini!
Sementara pemuda itu sendiri gelagapan. Tubuhnya dibuang ke kanan, membuat
tendangan si Bayangan Setan luput dari sasaran.
Brakkk! Malah tendangan itu menghajar meja dagangan
seorang penjual makanan
hingga seketika hancur
berantakan. Melihat hal itu, kemarahan si Bayangan Setan
semakin tinggi.
Bangsat terkutuk! Kau hanya berpura-pura saja, hah!
Bagus! Aku ingin melihat kepandaian Pendekar Slebor yang selama ini dibanggakan
banyak orang! Si Bayangan Setan yang menyangka kalau pemuda
di hadapannya tetap Pendekar Slebor kembali meluruk cepat. Dan sudah tentu
lelaki ini bukanlah tandingan Sudira. Dalam satu gebrak saja, pemuda itu
langsung terhantam tendangan kerasnya.
Dukkk! Namun rupanya, kekerasan alam yang menempa
hidupnya sejak kecil membuat tubuh pemuda itu cukup kedot.
Si Bayangan Setan makin buas.
Hanya begini saja kehebatannya! Tak perlu Serigala Mata Iblis menyuruh kami
bertiga bila manusia seperti ini yang perlu dihadapi, katanya dalam hati.
Melihat hal itu, Nuning menjadi pucat. Gadis ini tak
tega kakaknya dipermainkan seperti itu. Untungnya, dia berada tak jauh dari
kudanya. Saat itu pula, timbul pikiran jernih di otaknya. Seketika dia melompat
ke atas kuda dan menggebahnya. Nuning tak peduli meskipun nanti akan terkena
hajaran si Bayangan Setan.
Si Bayangan Setan yang hendak menurunkan tangan
lagi pada Sudira, melompat ke samping dengan wajah gusar.
Pada saat yangsama
Nuning mengulurkan
tangannya pada Sudira.
Cepat, Kakang! Cepat!
Tap! Si gadis menyambar tangan Sudira yang tak berdaya.
Bagai mendapat kekuatan, tangannya disentakkan. Sudira sendiri dengan sisa-sisa
tenaga melompat naik ke kudanya. Tubuhnya agak oleng sehingga tidak tepat di
punggung kuda. Dia menjerit keras dengkulnya terasa nyeri terhantam tanah
bebatuan. Namun Nuning tak peduli.
Yang penting mereka harus melarikan diri secepatnya.
Setan neraka! Kau tak akan bisa melarikan diri dari tangan kami! bentak si
Bayangan Setan dan berkelebat menyusul. Begitu pula kedua temannya yang sejak
tadi hanya memperhatikan si Bayangan Setan dalam mempermainkan pemuda berbaju hijau muda itu.
Mereka memang tidak turun tangan. Karena sekali
lihat saja mereka tahu, pemuda yang masih disangka Pendekar Slebor tak mampu
berbuat banyak menghadapi si Bayangan Setan.
Kuda yang dipacu Nuning telah melewati lembah,
Kini malam sudah menjelang. Di satu tempat yang penuh ditumbuhi pepohonan,
Nuning menghentikan laju kudanya.
Dipegangnya tubuh kakaknya yang terasa panas. Sejak tadi, sebenarnya Sudira
sudah pingsan. Dan karena hawa panas yang sangat kuat di tubuhnya, menyebabkan
dia mengigau tak karuan.
Hati Nuning menjadi ciut menyadari hal itu. Tanpa pikir panjang lagi, gadis
cantik itu segera menggebrak kudanya kembali. Dia tak peduli meskipun tempat
yang dilalui semakin asing. Yang terpenting adalah, keselamatan kakaknya.
Oh, Gusti.... Ada apa sebenarnya ini kata batin gadis itu. Tanpa mengenal lelah
kudanya terus dipacu. Mengapa orang-orang itu menyangka Kakak Sudira adalah
Pendekar Slebor Aku sendiri tak pernah tahu, siapa Pendekar Slebor itu.
Sementara tanpa setahu gadis itu, satu sosok
bayangan hitam berkelebat mengikuti. Sejak si gadis tengah pertama kali
menghentikan kudanya bayangan itu terus memperhatikan. Dalam sekali pandang
saja, dia telah tahu kalau pemuda yang tergolek lemah di punggung kuda dalam
keadaan terluka parah.
Aku ingin tahu apa yang terjadi, gumam bayangan
hitam itu berkelebat menyusul Nuning. Nampak jelas sekali gadis itu bukan hanya
mengkhawatirkan keadaan pemuda itu, tetapi juga meng-khawatirkan bahaya lain.
Entah, bahaya apa. Hmm.... Sebaiknya sebelum kupenuhi
tantangan Serigala Mata Iblis, lebih baik aku mengikuti dulu gadis itu. Aku


Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ingin tahu, apa yang telah menimpanya.
Sosok hitam-hitam bersanggul ke atas itu rupanya bukan orang sembarangan. Dalam
dua kali kelebat saja, dia bisa mendekati Nuning yang masih terus memacu kudanya
sambil menjaga jarak.
Tiba-tiba saja wajah sosok hitam-hitam itu menjadi tegang.
Gusti! Di depan sana ada sebuah jurang. Aku harus segera memperingatkannya!
Kalau tidak, dia pasti akan tertelan jurang itu!
Memikir demikian, sosok hitam-hitam itu menambah kecepatan larinya. Hanya
sekelebatan saja, sebenarnya gadis
itu bisa disambarnya. Namun dia urung melakukannya. Justru bayangan itu melompat ke sebuah pohon, ketika kuda yang
dipacu cepat oleh gadis tadi meringkik keras sambil mengangkat kedua kaki
depannya tinggi-tinggi.
Nuning yang tak menyangka serta-merta terkejut
bukan main. Tubuhnya langsung terlempar jatuh sementara tubuh Sudira pun melayang ambruk.
Ketika berdiri, gadis itu melihat tiga sosok manusia telah berdiri di
hadapannya. Maka kembali hatinya kecut!
*** 2 Nuning menatap tak percaya pada tiga orang di
depannya yang tak lain si Bayangan Setan, dan kedua temannya. Ketiganya memang
tokoh sesat terkenal di rimba persilatan yang berilmu setaraf si nenek genit
dikenal sebagai Nenek Baju Emas. Sedang lelaki berbaju hitam yang di tangannya
banyak terdapat gelang besi, dikenal sebagai Raja Gelang Besi.
Si Bayangan Setanlah yang pertama kali mengusulkan untuk memotong jalan, saat mengejar gadis itu. Dia memang sangat
hafal dengan beberapa lembah yangdilalui Nuning.
Apa yang diduganya memang benar. Kini ketiga
tokoh telengas itu terbahak-bahak ketika melihat betapa kalutnya Nuning yang
urung mendekati kakaknya yang tergeletak di tanah.
Si Bayangan Setan menyeringai hingga kedua
pipinya tertarik ke bawah. Matanya bersinar lebih kejam.
Sudah kukatakan, kalian tak akan bisa melarikan
diri, kata lelaki berambut panjang itu dingin. Lalu matanya melirik Raja Gelang
Besi yang sejak tadi berkilat-kilat. Raja Gelang Besi... aku tak menginginkan
gadis itu. Biar kau urus dia.
Laki-laki codet itu terbahak-bahak mendengar kata-kata si Bayangan Setan.
Tepat sekali. Memang sejak tadi yang kuinginkan
adalah gadis itu, Bayangan Setan. Dengan senang hati akan kuurus dia, sahutnya
sambil melangkah mendekati Nuning.Bukan main cemasnya si gadis sekarang. Kalau
tadi mencemaskan keadaan kakaknya yang luka parah, kini dia mencemaskan keadaan
dirinya pula. Dipahami betul, apa arti ucapan lelaki bercodet yang dipanggil
Raja Gelang Besi.
Kalian salah sangka.... Kalian salah mencari orang, kata si gadis tersendat
dengan wajah pucat. Namaku
Nuning.... Dan dia adalah kakakku.... Namanya Sudira.
Bukan Pendekar Slebor....
Raja Gelang Besi semakin
menyeringai dan
mendekat tanpa kata. Yang ada dalam otak kotornya sekarang ini adalah melewatkan
malam yang dingin dengan kehangatan memabukkan.
Percuma kau mengiba-iba seperti itu, Gadis Manis, kata si Bayangan Setan.
Pendekar Slebor akan kami serahkan pada ketua kami, Serigala Mata Iblis. Baju
hijau pupus dan kain bercorak catur yang dikenakan sudah menjadi ciri kalau dia
adalah manusia yang berjuluk Pendekar Slebor! Lagi pula, tam-pang pemuda ini
memang tampang Pendekar Slebor! Raja Gelang Besi! Cepat kau urus dia!
Di sebuah pohon, sosok hitam-hitam bersanggul ke atas itu menatap terkejut.
Gila! Ketiga manusia keparat itu rupanya sudah menjadi kaki tangan Serigala Mata
Iblis. Hmm.... Aku harus menyelamatkan gadis itu. Tetapi, siapa sebenarnya pemuda yang
diakui gadis itu sebagai
kakaknya Mengapa mereka menduga kalau dia adalah Pendekar Slebor Kalau tak salah
ingat, otak tuaku memang pernah mendengar julukan Pendekar Slebor, seorang
pendekar urakan yang berjuang di jalan kebenaran.
Apakah pemuda yang terluka itu adalah Pendekar Slebor yang seperti dugaan orangorang itu Kalau memang iya, rupanya Serigala Mata Iblis menginginkan nyawa
Pendekar Slebor. Hmm.... Memang harus kuurungkan menemui
Serigala Mata Iblis.
Sementara itu, Raja Gelang Besi telah menangkap
tangan kanan Nuning. Si gadis meronta-ronta, berusaha keras melepaskan diri.
Namun apalah daya tenaganya dibandingkan tenaga yang dimiliki Raja Gelang Besi.
Malah tubuhnya terkulai lemah ketika Raja Gelar Besi menotok urat di bawah
pangkal lengan kanannya.
Hei! seru Raja Gelang Besi. Apakah kalian masih
tetap di sini menonton keasyikanku, hah! Kau juga, Nenek Peot! Cepat menyingkir!
Nenek Baju Emas menggerutkan giginya. Sedangkan
si Bayangan Setan sudah memanggul tubuh S udira yang tetap disangka sebagai
Pendekar Slebor.
Kami menunggu kau lima puluh tombak dari sini!
seru si Bayangan Setan, segera berkelebat. Menyusul kemudian, Nenek Baju Emas
yang masih mangkel hatinya dipanggil nenek peot oleh Raja Gelang Besi.
Sosok hitam-hitam di atas pohon terus mengawasi
dengan mata tajamnya.
Hmm... Kalau aku menyelamatkan pemuda itu, bisabisa nasib gadis ini benar-benar berantakan. Sebaiknya, gadis itu dulu yang
harus kuselamatkan. Kalaupun melakukannya sekarang, berarti aku harus menghadapi
ketiga begundal itu. Bisa-bisa aku kewalahan. Terutama dengan adanya Nenek Baju
Emas. Di tempatnya Raja Gelang Besi terbahak-bahak
ketika kedua temannya sudah meninggalkan tempat itu.
Mulut jeleknya menyeringai lebar melihat Nuning yang tergolek lemah dengan mata
redup. Perlahan-lahan direbahkannya tubuh gadis itu di atas rumput.
Sangat menyenangkan, desisnya.
Dan ketika tangan lelaki berotak ngeres itu hendak merobek pakaian di bagian
dada gadis itu, mendadak terasa ada angin panas menyambar ke arahnya.
Wuuuss! Hei! bentak Raja Gelang Besi keras seraya
bergulingan. Pada saat yang sama, sosok bertubuh ramping
berpakaian serba hitam melayang turun, langsung
menyambar tubuh Nuning.
Masih bergulingan Raja Gelang Besi mengibas-kan
tangan kanannya.
Setan alas! Berani mengganggu keasyikanku, hah!
Seketika meluncur angin yang tak kalah hebatnya ke arah sosok ramping serba
hitam yang membawa Nuning.
Sosok itu melenting dan berputaran dua kali menghindari hantaman yang dilepaskan
Raja Gelang Besi.
Brakkk! Angin keras itu menghantam sebuah pohon hingga
langsung tumbang. Bertepatan dengan itu, Raja Gelang Besi mencelat dengan satu
hentakkan kaki, mencoba hendak memotong sosok ramping berpakaian serba hitam
bila bergerak nanti. Namun di luar dugaan, sosok itu justru bergerak ke arahnya
dengan kaki kanan melayang. Maka cepat tangannya mengibas.
Plak! Raja Gelang Besi tersentak ketika tangannya beradu dengan kaki yang mengandung
tenaga dalam kuat.
Tubuhnya surut dua langkah ke belakang dengan wajah pias. Kedua tangannya terasa
nyeri. Siapa nenek bersanggul yang berpakaian hitamhitam itu Gerakannya begitu cepat sekali. Dan tenaga dalamnya pun tinggi.
Rasanya, tenaga dalamku berada satu tingkat di bawahnya. Ilmu meringankan
tubuhnya pun sudah mencapai tingkat tinggi, karena sejak tadi aku tidak tahu
kalau dia berada di sekitar sini. Mungkin pula, saat si Bayangan Setan dan Nenek
Baju Emas bersamaku,
manusia keparat itu s udah berada di sini Tetapi peduli setan! Dia telah
mengganggu keasyikanku, berarti harus mampus!
Berpikir dernikian, Raja Gelang Besi menggerakkan kedua tangannya ke atas ke
bawah. Sesaat, hawa sejuk terasa mengalir ke kedua tangannya. Matanya tak
berkedip memandang sosok ramping berpakaian hitam-hitam yang telah melempar
tubuh Nuning ke sebuah cabang pohon landai. Bagai kapas, tubuh gadis itu hinggap
dengan ringannya.
Huh! Mau pamer tenaga dalam rupanya! dengus
Raja Gelang Besi. Setan alas! Siapa kau sebenarnya! Mau cari mampus ya, di
tengah malam begini!
Sosok ramping berpakaian serba hitam yang
ternyata seorang wanita tua itu memicingkan matanya Hingga pipinya yang cekung
seperti memperlihatkan tulang-belulangnya yang tertarik keluar.
Raja Gelang Besi.... Lebih baik kau minggat dari sini.
Susul kedua temanmu itu. Juga katakan pada Serigala Mata Iblis, kalau aku
Bidadari Tangan Maut tak akan pernah mau menjadi abdinya, seperti kau yang mau
menjadi seekor anjing untuk kepentingannya!
Tantangannya pada purnama mendatang sudah kuterima!
sahut perempuan tua berpakaian serba hitam yang
ternyata berjuluk Bidadari Tangan Maut.
Raja Gelang Besi tersentak mendengar julukan yang disebut nenek berbaju hitam
itu. Batinnya ber-getar dengan perasaan tak menentu.
Pantas dia mempunyai tenaga dalam hebat.
Rupanya Bidadari Tangan Maut yang hadir di sini, desah Raja Gelang Besi dalam
hati. Kemudian lelaki ini teringat, kalau Serigala Mata Iblis menghendaki nenek
berbaju serba hitam itu. Maka seringai lebar pun tersungging di bibirnya yang
agak lebar. Hhh! Bila berhasil kuselesaikan nenek keparat itu, bisa jadi Serigala Mata Iblis
akan menyanjungku setinggi langit. Biar kucoba kehebatan nenek ini.
Saat itu pula, lelaki ini memandang tajam pada
Bidadari Tangan Maut.
Bidadari Tangan Maut.... Kuhargai kau yang
mempunyai urusan dengan Serigala Mata Iblis. Namun sayangnya, kau tak akan
berumur panjang di tangannya.
Nyawaku akan kujunjung setinggi langit. Harga diriku melebihi tujuh lapis
langit. Tak akan pernah kuubah pendirianku yang menolak bergabung dengan
serigala lapar itu! Raja Gelang Besi...! Sekali lagi kukatakan, minggat dari
sini! Bukannya menuruti kata-kata Bidadari Tangan Maut, Raja Gelang Besi malah
menggebrak maju. Gerakannya begitu cepat. Dan sebelum menghantam pukulan kanan
dan kirinya, lima buah gelang besinya sudah meluruk menyambar ke arah Bidadari
Tangan Maut. Hhh...! Nenek berbaju hitam dengan rambut disanggul ke
atas itu mengeluarkan hembusan dari hidung. Dia tak bergerak sedikit pun dari
tempatnya. Ketika lima buah gelang
besi yang meluncur dahsyat itu sudah mendekatinya, dengan ringannya kedua tangannya digerakkan. Wuuss! Wuusss! Satu gelombang angin dahsyat meluruk langsung
menghantam lima buah gelang besi itu. Tak! Tak. .!
Seketika gelang-gelang itu patah berantakan.
Namun hal itu bukannya menguntungkan bagi Bidadari Tangan Maut. Karena, Raja
Gelang Besi sudah meluruk pula. Bersamaan dengan itu, si nenek mundur dua
tindak. Lalu tangannya bergerak amat cepat.
Plak! Begitu tangan kirinya menangkis pukulan Raja
Gelang Besi, tangan kanan Bidadari Tangan Maut menjotos dada. Desss!
Lelaki bercodet itu kontan terhuyung ke belakang saat dadanya bagai dihantam
godam yang cukup keras.
Darah segar mengalir dari hidungnya. Namun ini bukan membuatnya jeri, justru
bertambah sangar.
Heaaah...! Dikawal satu bentakan keras., si lelaki codet
menerjang dahsyat kembali. Malah kalau boleh dibilang lebih dahsyat dari
serangannya yang pertama. Pada saat yang sama pun lima belas gelang besinya
sudah berkelebatan, mengurung Bidadari Tangan Maut.
Si nenek cepat merunduk berkali-kali sambil
mengibaskan tangannya.
Tak! Tak. .! Lima buah gelang besi itu pun berhasil dipatahkan Bidadari Tangan Maut. Namun
satu gedoran kaki dari Raja Gelang Besi telah cepat menghantam dadanya.
Heeiggk! Bidadari Tangan Maut tersentak ke belakang. Saat
itu pula terasa hawa panas kembali meluruk ke arahnya.
Maka secepatnya tenaga dalamnya dialirkan ke dada dan kedua tangan. Seketika
kedua tangannya yang telah berubah menjadi kehitaman bergerak amat cepat
Plak! Plak! Dua gempuran dari Raja Gelang Besi berhasil ditepis si nenek. Bahkan satu
gedoran langsung dilancarkannya.
Dess! Gedoran telak itu tepat mendarat di dada Raja
Gelang Besi. Kembali lelaki itu terhuyung ke belakang.
Kegeraman Raja Gelang Besi siap termuntah.
Wajahnya begitu tegang dengan dagu sekeras batu.
Namun Bidadari Tangan Maut sudah tak mau bertindak ayal-ayalan lagi. Segera
tubuhnya meluruk dikawal satu teriakan keras.
Sejak tadi kukatakan, lebih baik tinggalkan tempat ini! Tetapi kau keras kepala.
Jangan salahkan bila aku menurunkan tangan telengas!
Raja Gelang Besi tersentak pias. Tanpa sadar
kakinya mundur tiga tindak. Dia berusaha menutup gerakan Bidadari Tangan Maut
dengan mengirimkan


Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepuluh buah gelang besinya.
Tak! Tak! Namun gelang-gelang besi itu disapu Bidadari
Tangan Maut dengan sekali menggerakkan tangan kiri.
Sementara tubuhnya terus menderu dahsyat ke arah Raja Gelang Besi.
Si lelaki sudah meremang bulu kuduknya. Tanpa
terasa keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.
Wajahnya menjadi seputih kertas. Lalu....
Dess.. ! Dan tanpa ampun lagi, pukulan maut yang
dl epaskan Bidadari Tangan Maut menghantam telak dada Raja Gelang Besi. Tubuhnya
kontan mencelat tiga tombak.
Begitu jatuh keras di tanah, dia pingsan seketika.
Bidadari Tangan Maut mendesah panjang sambil
menghapus keringatnya.
Aku sudah memperingatkanmu sejak tadi, Raja
Gelang Besi, desisnya pelan.
Si nenek lantas melompat ke pohon tempat Nuning
tadi dilemparkan. Disambarnya gadis itu, lalu dibawanya kembali ke bawah.
Perlahan, direbahkannya Nuning ke tanah. Dalam sekali lihat, Bidadari Tangan
Maut dapat mengetahui letak totokan yang dilakukan Raja Gelang Besi pada gadis
itu. Begitu terbebas dari totokan, tubuh si gadis
terjingkat sejenak. Kepalanya terasa agak pusing. Matanya terbuka perlahanlahan. Kang Sudira.... Di mana, Kang Sudira....
Mendengar desisan itu, Bidadari T angan Maut
seketika ingat kalau masih ada yang harus diselamatkan.
Kau tunggu di sini. Akan kuselamatkan kakangmu..., ujarnya pelan.
Namun sebelum si nenek bergerak, satu sosok
tubuh berpakaian hijau pupus telah berdiri tegak di depannya. Bidadari Tangan
Maut mendesah panjang.
Ah! Rupanya pemuda itu berhasil meloloskan diri.
Nuning pun melihat kehadiran pemuda berbaju hijau pupus itu. Bagai menemukan
tenaganya kembali, si gadis berlari dan merangkul pemuda itu dengan suka cita.
Kang Sudira...! Kau tidak apa-apa Oh, Gusti...........
Aku sudah ngeri sekali memikirkanmu, Kang...,
desah Nuning dengan suara bergetar penuh keharuan.
Si pemuda belum menyahut. Justru keningnya
berkerut. Apa-apaan ini tanyanya, kebingungan.
*** 3 Nuning masih merangkul pemuda berbaju hijau
pupus. Sementara Bidadari Tangan Maut cuma memperhatikan. Namun dalam sekali pandang tadi, dia sempat melihat kalau kening
pemuda itu berkerut heran.
Ada apa ini Mengapa pemuda itu sepertinya tak
mengenal adiknya desis si nenek dalam hati. Apakah dia telah dipengaruhi salah
seorang dari kedua manusia keparat tadi
Sedangkan si pemuda masih keheranan.
Nona..., maaf. Nona salah sangka. Aku bukan Sudira yang kau maksud..., ucap si
pemuda yang di bahunya tersampir sehelai kain bercorak catur.
Mendengar kata-kata itu, Nuning seketika mendongak. Matanya memperhatikan wajah pemuda di depannya. Dia yakin sekali
kalau yang berada di
hadapannya adalah kakaknya. Tetapi mengapa katakatanya seperti ini
Kang Sudira..., kata si gadis tersendat. Apakah
Kakang lupa denganku Aku Nuning, Kang... Adikmu.....
Si pemuda menghela napas perlahan. Dia yakin
kalau gadis ini menyangka dirinya adalah kakaknya.
Rasanya tak tega untuk meminta gadis
itu melepaskan rangkulannya. Namun biar bagaimanapun, si pemuda menjadi risih karena
tak mengenal gadis yang merangkulnya ini.
Nona... Aku bukan Sudira.... Namaku Andika..., tegas si pemuda pelan sambil
tersenyum. Bola mata Nuning bergerak-gerak tak mengerti
Tetapi.... Percayalah.... Namaku Andika. Mungkin, kebetulan saja wajahku yang ganteng ini
mirip dengan orangyang kau maksud..., tandas si pemuda yang tak lain adalah
Andika. Dalam rimba persilatan, dia dikenal sebagai pendekar urakan yang berjuluk
Pendekar Slebor.
Nuning masih belum percaya. Namun perlahanlahan rangkulannya dilepas. Diperhatikannya wajah di hadapannya dengan saksama.
Dia yakin, yang berada di hadapannya ini adalah kakaknya.
Kau..., oh! Kalau begitu... ke manakah Kang Sudira tanya si gadis tak mengerti.
Lho, Mana kutahu Aku baru saja tiba di sini, sahut Andika, seperti orang tanpa
dosa. Bidadari Tangan Maut pun semula menyangka kalau
pemuda itu adalah Sudira. Namun keyakinannya perlahan-lahan pupus sudah.
Orang muda... kau menyebut namamu tadi adalah
Andika. Bolehkah aku tahu, siapa julukanmu
Ini yang menyebalkan Andika. Ada saja orang yang mengutak-atik
julukannya. Tapi mungkin dengan menyebutkan julukannya, mereka bisa percaya kalau dirinya bukan orang yang
dimaksud. Orang-orang rimba persilatan menjuluki Pendekar
Slebor. Namun tak seslebor orangnya. Oh, ya, Nek. Siapa kau ini
Kali ini Bidadari Tangan Maut menganggukanggukkan kepalanya. Ada sebuah senyum di wajahnya.
Jadi... rupanya kaulah orang yang berjuluk Pendekar Slebor.... Hem... Namaku
sendiri aku sudah lupa. Tetapi, orang-orang rimba persilatan menjuluki Bidadari
Tangan Maut... Andika alias Pendekar Slebor pemuda pewaris ilmu Pendekar
Lembah Kutukan mengatupkan kedua tangannya di dada.
Maafkan, Nek. Kukira kalau orang yang berjuluk
Bidadari, pasti cantik. Ternyata aku salah sangka. He... he he he....
Taksungguh, aku pernah menyangka kalau akan bertemu Bidadari Tangan Maut yang
kesaktiannya tak tertandingi..., kata Andika, mulai kumat urakannya.
Bidadari Tangan Maut mengulap tangannya.
Sudahlah.... Jangan berseloroh dulu. Yang jelas, kau saat ini dikira sebagai
kakak gadis itu, Andika. Wajahmu
mirip sekali. Mirip dengan siapa, Nek
Mirip monyet Sial! Wajah Andika kontan memerah. Sungguh tak pernah
disangka kalau si nenek akan membalas selorohannya.
He he he.... Kena, kau! Satu-satu.... Begini, Andika.
Sebenarnya wajahmu mirip dengan wajah kakak gadis ini, jelas Bidadari Tangan
Maut. Ceritakan yang jelas, Nek.. . Apa yang sebenarnya terjadi, pinta Pendekar
Slebor, mulai penasaran.
Kita tunda dulu percakapan ini. Kalau begitu,
pemuda yang bernama Sudira masih berada di sekitar sini.
Lebih baik, kita mencari pemuda itu dulu.
Andika mengangguk-angguk. Sementara Bidadari
Tangan Maut sudah menyambar tangan Nuning yang masih jengah bila menatapnya.
Hati gadis itu tanpa sadar bagai teraduk-aduk ketika menyadari yang dirangkulnya
bukan kakaknya. Melainkan, orang lain yang mirip kakaknya.
Tadi ketika pemuda itu mengaku berjuluk Pendekar Slebor, sadarlah Nuning
sekarang. Ternyata orang-orang yang telah membawa kakaknya salah mencari orang.
Dan dia merasa aneh sekali, karena keduanya sangat mirip.
Bahkan dari warna pakaian yang dikenakan. Demikian pula kain bereorak catur yang
tersampir di bahunya. Hanya saja, baru dimengerti sekarang, kain bercorak catur
milik kakaknya lebih kecil. Dan itu pun entah sudah hilang entah ke mana, ketika
Sudira bertarung tadi.
Kini, rasa khawatir si gadis akan nasib kakaknya semakin membesar saja.
Mengapa Sudira yang dibawa oleh si Bayangan
Setan dan Nenek Baju Emas tak bisa mereka temukan Sambil membopong tubuh Sudira,
si Bayangan Setan terus berkelebat. Bersama Nenek Baju Emas, dia tak lagi
menunggu kemunculan Raja Gelang Besi.
Hhh! Rupanya hanya begitu saja kehebatan
Pendekar Slebor yang banyak dibicarakan orang! kata si
Bayangan Setan sambil terus berkelebat. Tak pernah kumengerti, mengapa Serigala
Mata Iblis merasa kalau Pendekar Sleborlah yang akan menghalangi rencananya.
Padahal, pemuda ini tak memiliki kehebatan apa-apa.
Bayangan Setan! Tahukah kau, apa rencana Serigala Mata Iblis tanya Nenek Baju
Emas, sambil mengejar kelebatan tubuh si Bayangan Setan.
Aku tidak tahu sama sekali. Namun lelaki itu
memang memiliki kesaktian tinggi. Bukan hanya aku yang berhasil ditundukkannya.
Kau dan Raja Gelang Besi pun telah menjadi pengikutnya. Dan kupikir, ini lebih
baik. Karena, kita bisa melakukan apa saja dengan bantuan langsung
dari Serigala Mata Iblis.
Kembali pada kecemasannya terhadap Pendekar Slebor, aku masih tak bisa mengerti. Karena,
ternyata Pendekar Slebor tak sehebat yang dibicarakan orang, lanjut si Bayangan
Setan, masih bernada merendahkan.
Kalau begitu, lebih baik secepatnya dia dibawa ke hadapan Serigala Mata Iblis.
"Bagaimana dengan Raja Gelang Besi?" Mendengar nama itu disebutkan, wajah Nenek
Baju Emas berubah. Matanya tertekuk ke dalam.
"Biarkan saja dia. Lebih baik kita segera kembali.
Nanti dia pun bisa kembali, bukan?"
Si Bayangan Setan terbahak-bahak. Dia tahu, Nenek Baju Emas masih kesal pada
Raja Gelang Besi yang menyebutnya nenek peot. Tampak perubahan pada wajah si
nenek yang semakin berkerut dengan mulut berbentuk kerucut. Meskipun wanita tua
itu sangat pesolek, namun si Bayangan Setan yakin, kambing diberi obat
perangsang pun tak akan mau menuruti birahi perempuan tua itu.
Saat ini, tidak tepat untuk saling mementingkan diri sendiri, kata si Bayangan
Setan masih setengah tertawa, Sekarang, kita telah menjadi abdi Serigala Mata
Iblis. Apakah kau lupa kalau dirimu pun berhasil dikalahkan olehnya Ucapan Raja Gelang
Besi tadi biarkan saja. Dan usulmu untuk secepatnya membawa Pendekar Slebor,
memang harus dilakukan sekarang. Biarkan Raja Gelang
Besi menikmati malam yang dingin ini.
Meskipun mendengar usulnya disetujui si Bayangan Setan, namun wajah Nenek Baju
Emas masih tertebak.
Tanpa banyak bicara, kelebatan tubuhnya dipercepat.
Sedangkan si Bayangan Setan pun juga mempercepat kelebatannya sambil memanggul
tubuh Sudira yang masih pingsan.
Bidadari Tangan Maut menghela napas panjang
setelah selesai bercerita. Saat bercerita, sesekali dia meminta pada Nuning
untuk menjelaskannya. Karena si nenek sendiri hanya menduga kalau orang-orang
yang menculik Sudira menginginkan Pendekar Slebor sebenarnya. Hanya kebetulan saja wajah keduanya hampir serupa.
Nuning yang saat ini tengah galau memikirkan nasib kakaknya pun menjelaskan
kalimat demi kalimatyang dimaksudkan Bidadari Tangan Maut. Hati gadis cantik
yang seumur hidupnya belum pernah sekali pun berpisah dengan kakaknya, bagai
hancur berantakan.
Begitulah yang terjadi, Andika..., kata Bidadari Tangan Maut sambil
memperhatikan si pemuda.
Ck ck, ck, decak Andika. Kurang ajar betul itu
serigala. Kurang makan daging kali. Hm... aku juga mendengar tentang
kemunculannya. Dalam waktu kurang lebih sebulan ini, dia tengah memperlihatkan
taringnya yang jarang digosok. Dia tak pandang bulu dalam memilih korbannya.
Siapa saja yang dikehendakinya, pasti akan mati. Saat ini, aku pun sedang
mencari manusia keparat itu. Sungguh malang nasib yang dialami Sudira.
Pendekar Slebor lantas menatap Bidadari Tangan
Maut yang juga menatapnya.
Nek, ada kepentingan apakah kau mencari manusia
keparat itu juga tanya si pemuda.
Bidadari Tangan Maut mengeluarkan suara mendesah. Hatinya geram mendengar sepak terjang
Serigala Mata Iblis.
Manusia keparat itu berulangkali mendatangi
kediamanku. Berulangkali pula meminta untuk menjadi pengikutnya. Dia tengah
merencanakan satu siasat yang aku sendiri tidak tahu. Dua kali aku bentrok
dengannya. Kuakui, ilmunya begitu tinggi. Dalam bentrokan pertama, aku masih berhasil
mengimbanginya. Dan saat bentrokan kedua, aku harus terkapar selama dua hari.
Herannya, manusia keparat itu tak segera membunuhku. Entah mengapa. Justru
ketika aku terbangun dari pingsan, kulihat di sisiku terdapat guratan pada tanah
yang berisi tantangan.
Pada pumama mendatang,
aku harus memenuhi tan-tangannya di Bulrit Siluman. Dan tantangan itu akan kupenuhi,
meskipun aku tahu kesaktianyang dimihr kinya berada dua tingkat di atasku.
Andika terdiam. Otaknya yang seencer bubur
bekerja. Kedua alisnya yang hitam legam bagai kepakan sayap elang bagai bertaut
menjadi satu. Kepalanya diangkat lagi, menatap Bidadari Tangan Maut. Sementara
Nuning yang sejak tadi menangis, akhirnya tertidur.
Agaknya, gadis ini tak kuat menahan derita yang baru pertama kali dialaminya.
Nek.. . Seperti niatku semula, aku memang akan
menghentikan sepak terjang dari Serigala Mata Iblis. Tapi aku tidak tahu, di
mana kediamannya. Bisakah kau mengatakannya kepadaku, Nek
Bidadari Tangan Maut menggeleng.
Aku pun tidak tahu, di mana dia berada.
Masih banyak masalah yang harus dipecahkan
sekarang ini, jelas Andika. Pertama. Mengapa Serigala Mata Iblis tidak
membunuhmu. Kedua, untuk apa
mengumpulkan para jago dari golongan hitam. Ketiga, siasat apa yang hendak
dijalankannya. Dan keempat, untuk apa menjalankan sebuah siasat yang belum


Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diketahul Bidadari Tangan Maut mengangguk-angguk,
membenarkan kata-kata Andika. Memang masih banyak teka-teki yang harus
dipecahkan. Jadi bagaimana keputusanmu tanya si nenek.
Andika bangkit berdiri. Ditepuk-tepuknya pantat yang berdebu.
Hm.,.. Akan segera kucari serigala itu. Apalagi, saat ini orang yang mirip
dengan wajahku dibawa oleh si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas. Hm... Apa yang
akan dialami pemuda itu, begitu mereka tahu kalau pemuda itu bukan Pendekar
Slebor, orang yang di nginkan Serigala Mata Iblis.
Bidadari Tangan Maut hanya menarik ujung bibirnya.
Getir. Kalau begitu, baiklah. Aku akan mengantarkan gadis ini pulang ke
rumahnya. Setelah itu, akan kus usul kau demi memenuhi tantangan Serigala Mata
Iblis, cetus si nenek, akhirnya.
Andika menganggukkan kepalanya. Lalu tubuhnya
diputar satu langkah. Dan....
Wuuttt! Tiba-tiba saja tubuh Pendekar Slebor berkelebat
cepat. Sebentar saja, tubuhnya lenyap dari pandangan.
Akuyakin, ilmu meringankan tubuhnya tak jauh
berbeda dengan kemampuanku, desah Bidadari Tangan Maut.
*** 4 Kami datang dan telah melaksanakan tugas dari
ketua. Silakan periksa, kata si Bayangan Setan kepada sosok bertubuh ringkih
berusia sekitar tujuh puluh tahun.
Sosok bertubuh ringkih itu terbungkus jubah panjang berwarna hitam. Rambutnya
disanggul ke atas, berwarna merah. Wajahnya tirus, menyiratkan kelicikan dan
kekejian. Di sebelah si tua kurus yang duduk di sebuah batu altar, duduk seekor serigala
bertubuh sangat besar. Sinar matanya mencorong tajam, seolah hendak menelan
bulat-bulat si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas.
Ha ha ha...! si tua kurus memperdengarkan suara
tawa keras, mengandung tenaga dalam hebat, membuat gendang telinga si Bayangan
Setan dan Nenek Baju Emas terasa sakit. Dan mau tak mau mereka mengalirkan
tenaga dalam pada gendang telinga.
Aku menyukai cara kerja kalian. Kulihat Pendekar Slebor sudah berada di
hadapanku, kata sosok kurus yang tak lain Serigala Mata Iblis.
Kami melakukan yang terbaik untuk Ketua, sahut si Bayangan Setan dengan suara
mengandung kepuasan.
Tawa orang berjubah panjang warna merah itu
terdengar lagi. Namun tiba-tiba tawanya terhenti. Kedua matanya bagai hendak
melompat keluar.
Setan alas! Mana Raja Gelang Besi, hah! bentaknya keras. Apakah dia mampus di
tangan Pendekar Slebor selagi kalian menangkapnya!
Si Bayangan Setan menceritakan apa yang terjadi
dengan masih tetap menundukkan kepala.
Keparat! bentak Serigala Mata Iblis menggek gar, begitu mengetahui apa yang
dilakukan Raja Gelang Besi.
Kedua pipi si tua yang bertonjolan tulang-tulang mengembung. Kemarahannya siap
meledak. Dia merasa dilangkahi Raja Gelang Besi.
Lancang sekali manusia itu berani membelotkan
perintahku! Aku ingin tahu, apa jawabannya nanti setelah
berhadapan denganku! Ingin kutahu kehebatannya bila tak kuberikan pemunah dari
pil yang diminumnya!
Tak ada yang bersuara. Meskipun dalam hati Nenek Baju Emas senang mendengar
kemarahan Serigala Mata Iblis pada Raja Gelang Besi, namun hatinya ngeri
membayangkan apa yang akan menimpa temannya.
Memanfaatkan kelemahan gadis yang bernama Nuning itu, merupakan salah satu
pelanggaran dari perintah Serigala Mata Iblis
Sementara saat itu si Bayangan Setan cuma
mendesah pendek dalam hati. Dia tahu, bila sudah begini, lelaki yang memiliki
sinar mata merah itu sudah berada puncak
keberangannya. Diam-diam dia menyesali, mengapa harus meninggalkan Raja Gelang Besi.
"Perempuan tua!" sebut si tua kurus pada Nenek
Baju Emas. "Seret Raja Gelang Besi ke sini! Sekarang juga!"
Nenek Baju Emas langsung berdiri dan menjura.
Tanpa berkata apa-apa lagi, tubuhnya segera melesat meninggalkan gua itu. Ilmu
meringankan tubuhnya
langsung dikerahkan untuk meniti batu-batu untuk keluar dari tempat yang
dinamakan Jurang Kematian ini.
Menurutnya, memang lebih baik menjauhi Serigala Mata Iblis yang sedang marahmarah. Sepeninggal Nenek Baju Emas, Serigala Mata Iblis mengalihkan perhatian pada si
Bayangan Setan.
Tinggalkan tempat ini! Jangan datang sebelum
kupanggil! Si Bayangan Setan cuma mengangguk. Dia pun
merasa lebih baik menjauhi dari Serigala Mata Iblis.
Setelah meletakkan tubuh Sudira yang tetap disangka sebagai Pendekar Slebor,
tubuhnya pun berkelebat keluar.
Namun baru beberapa kejap saja si Bayangan Setan berada di luar gua....
Setan alas! Kau bodoh melakukan tugasmu,
Bayangan Setan!
Tiba-tiba terdengar seruan keras dari Serigala Mata
Iblis. Begitu keras suaranya, hingga menggugurkan dedaunan dari pohon yang
tumbuh di depan gua.
Si Bayangan Setan merasa seluruh aliran darahnya mendadak terhenti. Lelaki
berbaju merah sebenarnya kejam, seolah kini bagai tikus got bertemu kucing.
Mengkeret mendengar bentakan menggelegar dari mulut keriput Serigala Mata Iblis.
Jantungnya baga hendak copot dari tempatnya. Ketika bentakan keras itu terdengar
sekali lagi, laksana disengat kalajengking, si Bayangan Setan berkelebat masuk
kembali ke dalam gua.
Begitu di dalam gua, tampak lelaki berambut merah itu sedang berdiri tegak
dengan kedua kaki terbuka.
Matanya yang memancarkan sinar merah seolah hendak menelannya bulat-bulat.
Tulang-tulang pipinya yang bagai tonjolan batu karang, menambah keangkeran
wajahnya. Bodoh! bentak Serigala Mata Iblis menggelegar,
membuat si Bayangan Setan menjadi ciut. Dinding gua itu bagai bergetar. Pemuda
itu bukan Pendekar Slebor, tahu...!
Si Bayangan Setan mendongak. Dan seketika
kepalanya menunduk ketika melihat tatapan Serigala Mata Iblis terhujam tepat
pada bola matanya.
Maksud.... Ketua, bagaimana tanyanya terbata.
Sesuatu yang tidak enak sudah bertalu-talu dalam hati lelaki berbaju merah.
Lebih khawatir lagi ketika melihat hewan berkaki empat itu sudah berdiri tegak
dengan memperlihatkan taring-taringnya.
Haram jadah! Ke mana otakmu itu, hah! Sia-sia
sekali kerjamu! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor, tahu!
maki Serigala Mata Iblis berang.
Tetapi.... Dess.. ! Brakk...! Tanpa terlihat bagaimana kejadiannya, tahu-tahu
tubuh si Bayangan Setan sudah tersuruk ke belakang, langsung
menabrak keras dinding gua. Tulang punggungnya terasa seperti patah.
Laknat! Perhatikan baik-baik! bentak Serigala Mata
Iblis yang tadi menghantam tubuh si Bayangan Setan.
Pendekar Slebor memiliki tenaga 'inti petir' dalam tubuhnya! Tenaga ' inti
petir' itulah yang ku-inginkan, agar kekuatan dalam tubuhku semakin berlipat
ganda! Karena, tak seorang pun di dunia ini yang memiliki tenaga 'inti petir',
kecuali Pendekar Slebor! Dengan kekuatan tenaga
'inti petir' yang kudapatkan dari pemuda sialan itu, akan kuhancurkan dan
kukubur Lembah Kutukan tempat asal Pendekar Slebor! Bila Lembah Kutukan masih
ada, aku tak akan pernah bisa ke mana-mana dalam jarak sepuluh ribu tombak dari
Lembah Kutukan. Puluhan tahun yang lalu, Eyang Ki Saptacakra penguasa Lembah
Kutukan, telah menurunkan kutuknya kepadaku! Karena ulahnya itulah aku berdiam
di Jurang Kematian ini. Untung saja aku mampu memperdalam seluruh ilmu yang
kumiliki. Setelah kudengar tentang seorang pendekar yang berjuluk
Pendekar Slebor dan berasal dari Lembah Kutukan, semangat hidupku bagai tumbuh
kembali. Dendamku pada Ki Saptacakra akan kutuntaskan segera. Bila Lembah
Kutukan hancur, maka aku bebas berbuat apa saja pada jarak berapa pun juga dari
Lembah Kutukan! Bayangan Setan! Kau akan mendapatkan upah dari perbuatan
bodohmu ini! Si Bayangan Setan langsung bersujud di depan laki-laki berjubah merah yang
sedang menggeram marah.
Hatinya kebat-kebit tak menentu. Sukmanya bagai sudah berada di ujung
tenggorokan. Ampuni aku, Ketua.... Aku memang belum mengenal
siapa Pendekar Slebor sebenarnya. Yang kuketahui hanyalah, pemuda itu berpakaian
hijau pupus dan berkain corak catur pada bahunya, kilahnya dengan suara pelan
sarat kengerian. Kini baru disadari kebodohannya, ketika teringat mengapa pemuda
itu menyerangnya dengan golok Bahkan dengan mudahnya pemuda itu bisa
dijatuhkannya. Bodoh! Begitu banyak orang yang berpakaian sama
dan berkain corak catur. Dan yang tak pernah kumengerti, mengapa otakmu menjadi
bebal seperti itu. Kalaupun ada
orang bodoh, tidak seperti kau, Manusia Bodoh!
Maafkan aku, Ketua.... Kelalaian ini memang hanya aku yang bisa menebusnya, ucap
si Bayangan Setan, penuh iba.
Serigala Mata Iblis menggeram.
Baik! Kali ini kau akan kuampuni! Tetapi dalam
waktu tujuh hari, kau sudah harus membawa Pendekar Slebor ke sini. Kalau lalai
lagi dalam menjalankan tugasmu, maka kau akan menjadi santapan lezat
peliharaanku itu!
Secepat kilat kepala si Bayangan Setan mengangguk-angguk. Lalu dengan hati-hati dan masih menahan nyeri di punggungnya
dia berdiri. Diambilnya sosok Sudira yang masih pingsan.
Ternyata pemuda ini dan gadis yang bernama
Nuning memang benar. Mereka telah berusaha menjelaskan kalau pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Hhh!
Masa bodoh! Gara-gara dia mengenakan pakaian berwarna hijau pupus dan mengenakan
kain bereorak catur, aku jadi kena marah manusia sialan itu, desisnya dalam
hati. Jangan ganggu semadiku lagi dengan perbuatan
tolol semacam ini! desis Serigala Mata Iblis, lalu menggerakkan jubah merahnya
bagai menutupi tubuhnya.
Dan....Plas! Saat itu pula tubuh Serigala Mata Iblis lenyap begitu saja dari pandangan si
Bayangan Setan. Lelaki berbaju merah itu kini bisa menghela napas lega. Tanpa
membuang waktu lagi, tubuhnya segera berkelebat keluar dari gua. Terutama,
ketika melihat serigala besar yang sudah melangkah mendekatinya.
Si Bayangan Setan membawa tubuh Sudira ke atas
Jurang Kematian, dan terus menuju hutan yang berjarak seribu tombak dari jurang
mengerikan itu. Dengan perasaan muak, dibantingnya tubuh Sudira ke tanah.
Nasib pemuda itu sungguh sial. Pertama harus
menderita sakit di sekujur tubuhnya dan pingsan yang
berkepanjangan Kedau akan menerima ajal di tangan si Bayangan
Setan yang hendak melampiaskan kekesalannya. Lebih baik kau mampus daripada menyusahkanku!
bentak si Bayangan Setan bengis. Lalu perlahan-lahan tangannya yang telah
dialirkan tenaga dalam terangkat.
Dan perlahan-lahan pula, siap diturunkan untuk mengepruk kepala Sudira.
Namun belum lagi sempat bertindak....
Kematian bukan di tangan manusia! Namun di
tangan Yang Maha Kuasa! Maka bila ada yang
menginginkan ajal sebelum waktunya, maka sudah tentu dia adalah orang laknat!
Si Bayangan Setan memutar tubuhnya begitu
mendengar sebuah suara. Wajahnya yang geram semakin bertambah geram. Rambut
panjangnya bagai berdiri dengan tubuh bergetar.
Di hadapan si Bayangan Setan berdiri satu lelaki tua bertubuh bongkok dengan
raut wajah penuh keriput.
Rambutnya yang putih panjang teratur rapi. Sementara pakaiannya yang berwarna
putih terbuka di bagian dada, hingga memperlihatkan deretan tulang pada dadanya.
Di tangannya terdapat sebuah tongkat untuk menopang tubuhnya saat melangkah.
Sorot matanya tajam. Namun, bibirnya selalu menyunggingkan senyum.
Si. Bayangan Setan merandek marah, meskipun
diam-diam terkejut karena tak mendengar kemunculan lelaki tua itu. Dan itu baru
disadarinya ketika di sekelilingnya mendadak berubah menjadi temaram. Ketika
kepalanya mendongakke atas, matahari yang telah berada tepat di atas ubun-ubun,
bagai redup sinarnya. Apakah sinar matahari yang mendadak redup ini disebabkan
kemunculan lelaki tua berbaju putih ini
Akan tetapi, karena merasa terganggu oleh
kedatangan lelaki tua ini sehingga si Bayangan Setan mengurungkan
niatnya untuk membunuh Sudira. Sementara kemarahannya pun telah menggelegak.
Setan alas! bentak si Bayangan Setan keras dengan mata seperti hendak meloncat
dari tempatnya. Siapa kau yang lancang hendak mencampuri urusanku ini!
*** 5 Sudah satu hari satu malam Pendekar Slebor
mencari, namun sampai sejauh ini belum menemukan tanda-tanda di mana Serigala
Mata Iblis berada.
Di tepi sebuah sungai yang mengalir jernih dan
dipenuhi pepohonan rindang,

Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Slebor menghentikan langkahnya. Namun mendadak....
Wusss! Andika tersentak. Seketika tubuhnya melenting
dengan kecepatan luar biasa, ketika melesat angin keras yang mengeluarkan suara
bergemuruh. Blarrr! Angin itu langsung menghantam tanah tempat si
pemuda berdiri, hingga menciptakan sebuah lubang!
Sinting! Apa-apaan ini! maki Andika sambil bersiaga.
Rasanya Andika tak suka menumpuk dosa. Tapi
kenapa selalu apes saja
Bocah gendeng! Mau apa kau berlama-lama di
tempat seperti ini! Apakah akan kau biarkan Serigala Mata Iblis menghancurkan
tempat asalmu itu, Lembah Kutukan!
Dari sikap penuh siaga, Andika kembali mengendorkan urat-urat tegangnya. Keningnya berkerut, mencoba menebak dari mana
asal suara yang didengarnya barusan. Tetapi setelah tak menemukan siapa-siapa,
jadi jengkel sendiri.
Hei! Apakah wajahmu begitu jelek sekali hingga malu berhadapan denganku balas
Andika, tak kalah sengit.
Sialan! Hei, Kampret! Berjalanlah kau ke arah timur!
Di sana kau akan melewati sebuah hutan besar. Lalu, kau akan menemukan sebuah
jurang yang disebut Jurang Kematian! Di sanalah kau akan menemukan tempat
Serigala Mata Iblis!
Andika tak mau percaya begitu saja. Yang jelas, dia ingin melihat batang hidung
orang yang berbicara tanpa wujud. Tetapi, rasa-rasanya suara orang barusan
pernah dikenalnya. Entah di mana.
Ah, sudahlah. Kalau kau tak muncul, lebih baik aku pergi. Urusanku masih banyak.
Kini ditambah lagi dengan urusanmu, pancing Andika.
Dasar pemuda keras kepala! Apakah kau akan
membiarkan Siluman Hutan Waringin muncul kembali ke dunia nyata! kata suara itu
lagi beriring dengusan.
Ha ha ha...! Tiba-tiba saja Andika tertawa keras. Saking kerasnya, beberapa ekor burung yang
hinggap di pohon-pohon sekitar tempat ini langsung tunggang langgang. Bukan
karena takut, tapi kaget mendengar suara tak merdu itu. Gendeng!
Eyang.... Apakah kau akan hidup seperti tikus di dalam tanah terus menerus tukas
Andika. Ha ha ha....
Namanya juga orang sudah bau tanah. Jadi memang
pantas untuk hidup di dalam tanah!
Hei, Pemuda Urakan. Biar hidup dalam tanah, aku
masih mempergunakan otak! Bila aku muncul di dunia nyata, maka Siluman Hutan
Waringin yang sampai saat ini masih mengejar-ngejar aku, pasti akan muncul dan
membuat keonaran seperti dulu lagi!
Andika tertawa kembali. Dia tahu siapa orang yang bersuara itu. Sudah pasti
laki-laki tua yang tak lain Eyang Sasongko Murti. Si tua bangkotan itu pernah
ditemuinya secara tak sengaja ketika Pendekar Slebor terdampar di Alam Sunyi,
sebuah alam yang merupakan penjara milik Siluman Hutan Waringin (Silakan baca
Neraka di Keraton Barat).Sampai saat ini, Eyang Sasongko Murti memang tidak akan
muncul di dunia nyata, karena masih dikejar-kejar Siluman Hutan Waringin yang
kemunculannya pernah menggegerkan dunia persilatan. Itulah sebabnya, lelaki
bangkotan itu merelakan diri untuk hidup di bawah tanah.
Dengan ilmu bangsa siluman yang dimilikinya, hidup di bawah tanah bukanlah suatu
hal yang sulit.
Tunggu..., tunggu, Eyang. Terus terang aku tidak mengerti kata-katamu tadi. Kau
mengatakan, Serigala Mata Iblis hendak menghancurkan Lembah Kutukan
Aku hanya mengetahuinya sedikit saja. Karena
kebetulan waktu itu melewati bawah tanah tempat
kediamannya. Manusia yang memiliki ilmu bangsa serigala itu terkena kutukan
eyang buyutmu, Ki Saptacakra. Untuk menghilangkan
kutukan, jalan satu-satunya harus menghancurkan Lembah Kutukan.
Kalau begitu, biar saja dia pergi ke Lembah Kutukan.
Siapa tahu dia jadi manusia panggang, karena tersambar lidah petir yang sangat
dahsyat. Ah! Bor, Bor! Kau harus menyelamatkan Lembah
Kutukan dari kehancuran, Tolol! Apalagi, kaupun dibesarkan di sana!
Andika memasang wajah cemberut. Jelek sekali.
Benaknya kontan membayangkan saat dirinya digembleng untuk menjadi seorang
pendekar. Di sana, sumpah telah terucap. Dia tak ingin kembali lagi ke sana.
Siapa sudi disambar lidah petir yang mengerikan Namun saat
mendengar ada orang yang hendak menghancurkan
Lembah Kutukan, hatinya pun tergugah. Untuk sementara, masalah sumpah bisa
disingkirkan. Yang jelas dia tak sudi Lembah Kutukan dihancurkan orang usil.
Tapi, apa iya Serigala Mata Iblis mampu menghancurkan Lembah Kutukan Andika saja yang sudah hafal seluk beluk Lembah
Kutukan, berpikir ribuan kali untuk datang kembali ke sana. Apalagi orang lain
yang belum mengetahui selahnya
Wah.... Kalau begitu, Serigala Mata Iblis pasti punya kekuatan dahsyat untuk
menghancurkan Lembah Kutukan.
Ah, itu pasti gertak sambel saja. Dengan tenaga apa dia bisa melakukannya
Bor, Bor! Otak bodohmu kok terus dipelihara, sih Apakah kau tidak tahu, kalau
dia menginginkan dirimu Hah Sudah edan, kali! Aku ini kan lelaki! Kalau dia
menginginkan aku, sama saja main anggar dong
Sialan! Memang susah bicara dengan orang gendeng sepertimu!
Bor, ketahuilah.... Bila dia berhasil menangkapmu, maka dia akan menyirap seluruh tenaga
'inti petir' yang ada dalam tubuhmu. Dengan tenaga 'inti petir' itu, maka dia
memiliki kemampuan yang lebih tinggi lagi. Jutaan lidah api yang ada di Lembah
Kutukan, dengan mudah akan
dihindarinya. Bahkan mungkin akan
dipermainkannya. Dan saat itulah Lembah Kutukan akan dihancurkannya!
Andika terdiam seraya mendesah dalam hati.
Apakah ini merupakan sebuah rencana yang hendak
dijalankan Serigala Mata Iblis yang seperti dikatakan Bidadari Tangan Maut
Hati si pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah
Kutukan terbakar. Wajahnya sampai merona merah karena geram memikirkan manusia
laknat Serigala Mata Iblis yang berniat menghancurkan Lembah Kutukan.
Eyang.... Bagaimana caranya menemukan Serigala
Mata Iblis Aku hanya sekali lewat di bawah tanah Jurang
Kematian. Dan aku sulit untuk menentukan di mana dia berada. Yang pasti, tempat
tinggalnya adalah Jurang Kematian.
Kalau begitu... aku akan ke sana sekarang juga.
Ingat, Bor... Sekali kau tertangkap... maka akan hancurlah tempat
penggemblenganmu. Dan bila Lembah Kutukan berhasil dihancurkan manusia keparat
itu, maka kutukan yang melekat pada tubuhnya secara langsung akan menghilang.
Secara tidak langsung, kesaktian Serigala Mata Iblis akan berlipat ganda. Dengan
cara seperti itulah dia akan berusaha melanjutkan niat lamanya yang pernah mus
nah di tangan Ki Saptacakra untuk menguasai rimba persilatan!
Eyang.... Bukankah di sana ada eyang buyutku yang tentu
tak akan membiarkan
Serigala Mata Iblis menghancurkan Lembah Kutukan
Goblok! Apakah kau akan membiarkan orang tua
agung itu ikut campur dalam masalah seperti ini!
Andika nyengir mendengar bentakan Eyang Sasongko Murti.
Aku mengerti, Eyang. Maksudku... hei!
Saat itu pula samar-samar Andika mendengar suara menggeram keras dari dasar
tanah yang terdalam.
Tubuhnya sampai berjingkat ketika tanah yang dipijaknya terasa bergoyang.
Busyet! Siluman Hutan Waringin pasti sudah
menemukan Eyang Sasongko Murti. Ah! Entah sampai kapan lelaki tua bijaksana itu
hidup damai di alam nyata seperti diriku ini....
Si pemuda mendesah. Dibayangkannya bagaimana
sulitnya Eyang Sasongko Murti menghindari kejaran Siluman Hutan Waringin yang
menginginkan kematiannya.
Andika tahu, Eyang Sasongko Murti tak akan pernah mau muncul di dunia nyata.
Bila dia sampai muncul, secara tak langsung memancing keluar Siluman Hutan
Waringin yang pernah menggemparkan dunia persilatan.
Eyang.... Mudah-mudahan kau tak selamanya jadi
cacing tanah, desahnya, ngawur. Biar bagaimanapun juga, secara tidak langsung
Eyang Sasongko Murti termasuk guru Pendekar Slebor. Karena, lelaki tua bangkotan
itu telah menurunkan ajian bangsa siluman yang mengerikan (Baca Siluman Hutan
Waringin). Andika mendesis pendek. Matahari semakin beranjak dari tempatnya.
Kalau begitu... aku harus berhati-hati sekarang.
Sekali aku lengah, Lembah Kutukan akan hancur. Tak akan kubiarkan manusia sesat
itu untuk menghancurkannya!
Seperti yang dikatakan Eyang Sasongko Murti tadi, Andika pun berkelebat ke arah
timur. *** 6 Si Bayangan Setan menggeram penuh amarah,
karena niatnya untuk membunuh Sudira tertunda oleh orang tua berpakaian putih
dengan sebuah tongkat di tangan kanan. Sikap lelaki tua itu tetap tenang. Seolah
tak disadari kalau kawah amarah dalam dada si Bayangan Setan siap meledak.
Membunuh adalah pekerjaan paling hina dimuka
bumi ini. Setan telah mengikuti dan merasuki jiwa manusia hingga tak lagi
menyayangi sesamanya, sindir lelaki tua itu disertai senyum.
Si Bayangan Setan menatap sengit lelaki tua tiga tombak di hadapannya. Kekesalan
dan amarah akibat dibentak Serigala Mata Iblis sebelumnya, siap dilimpahkan pada
si tua itu. Orang tua laknat! Lebih baik minggat dari sini
sebelum kau terkubur selama-lamanya dalam tanah! maki si Bayangan Setan bengis
dengan dada naik turun.
Si tua berbaju putih itu menggelengkan kepalanya.
Namun bibirnya tetap menyungging senyum.
Kesombongan hanya datang pada orang-orang
lemah. Kemarahan hanya bisa ditahan dengan kesabaran.
Seharusnya kau tinggalkan tempat ini sebelum semua yang tak di nginkan terjadi.
Bangsat! Meledaklah amarah si Bayangan Setan mendengar
kata-kata itu. Dia paling tidak suka diremehkan. Untuk saat ini, yang boleh
meremehkannya hanyalah Serigala Mata Iblis yang telah mengalahkannya. Maka tanpa
banyak cakap lagi tubuhnya melesat cepat laksana setan
menerkain. Angin kencang yang menebarkan hawa panas mengiringi melepaskan satu
tendangan cepat ke wajah si tua berbaju putih yang masih tak bergeming sedikit
pun. Namun sesuatu yang di luar dugaan terjadi. Dengan ringannya, si tua berbaju
putih menggerakkan tongkatnya ke atas, menahan tendangan si Bayangan Setan.
Tak! Lalu tanpa terlihat bagaimana tongkatnya bergerak, tahu-tahu ujung tongkat kusam
itu telah menggedor dada si Bayangan Setan.
Desss! Si Bayangan Setan terkejut. Namun tubuhnya sudah terhuyung ke belakang.
Setan alas! maki si Bayangan Setan sambil
memegang dadanya.
Sudah kukatakan tadi, lebih baik tinggalkan tempat ini. Karena, kesabaran itu
masih kumiliki.., ujar si tua itu lagi.
Si Bayangan Setan mendengus gusar. Dia semakin
merasa aneh ketika menyadari betapa alam bukan hanya berubah menjadi redup,
bahkan ber-angsur-angsur begitu temaram sekali. Dan bagai disa-dari oleh
sesuatu, dia terjingkat dengan kedua mata melotot. Satu ingatan membias di
benaknya. Hhh! Rupanya aku berhadapan dengan Eyang
Purnama, seorang tokoh yang tak bertempat tinggal!
dengus si Bayangan Setan.
Lelaki tua yang dikenal sebagai Eyang Purnama
tetap tersenyum.
Kau benar. Dan bila aku tidak salah, pasti kau lah yang berjuluk si Bayangan
Setan, sahut Eyang Purnama.
Lelaki berambut panjang berjuluk si Bayangan Setan terbahak-bahak. Terus terang
hatinya bangga bila ada yang mengenal julukannya. Kebanggaan itu pun bertambah
ketika mengetahui julukannya dikenal seorang tokoh tinggi seperti Eyang Purnama.
Hanya saja, kebanggaannya berbalur kemarahan.
Nama besar Eyang Purnama telah lama kudengar.
Seperti pula kudengar nama besar Pendekar Dungu, lelaki Berbulu Hitam, Raja
Penyamar, Hakim Tanpa Wajah yang mampus di Mesir, Penghui Segala Ilmu, dan
seorang tokoh kejam dari golongan sesat yang berjuluk Camar Hitam. Dan tak
kusangka, tokoh tinggi seperti kau telah muncul di sini.
Apakah kau sudah tak melihat lagi Alam Kegelapan di
mana kau berada sindir si Bayangan Setan. Eyang
Purnama tersenyum. Dunia kegelapan yang kumiliki tetaplah sebuah tempat yang
nyaman untukku. Dan bila di dunia nyata keadaannya seperti ini, apakah aku harus
berdiam lebih lama di dunia kegelapan tukas Eyang Purnama pelan. Si tua ini
memang tak diketahui di mana menetapnya.
Namun dia selalu menyebut tempat
tinggalnya sebagai Alam Kegelapan.


Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Si Bayangan Setan terbahak-bahak Orang tua
keparat! Masih ingatkah kau dengan Ni Muntiti alias Pesolek Tongkat Naga seru si
Bayangan Setan.
Sudah tentu aku tak akan pernah melupakan wanita kejam itu...
Perlu kau ketahui.... PesolekTongkat Naga adalah kakak serguruanku yang masih
menyimpan dendam
bertahun-tahun lamanya padamu. Nah! Bersiaplah sekarang. Aku akan menuntaskan dendamnya sekaligus membungkam mulut usilmu itu!
Eyang Purnama tersenyum masygul. Dia teringat
pada musuh bebuyutannya yang berjuluk Pesolek Tongkat Naga. Ketika meninggalkan
alam kegelapannya, si tua bijaksana ini pernah kembali bertarung dengan Pesolek
Tongkat Naga. Dan lagi-lagi, tak ada yang menang atau kalah (Untuk mengetahui
lebih jelas siapa Eyang Purnama dan Pesolek Tongkat Naga, silakan baca Iblis
Penghela Kereta).
Dendam memang membuat manusia lupa. Tak ada
yang akan bisa mengakhiri, selain hati nurani.
Orang tua busuk! Setan alas! Telingaku bisa pecah bila mendengar ceramah busuk
dari orang sepertimu!
bentak si Bayangan Setan.
Seketika lelaki berambut panjang ini berkelebat
kembali. Menyadari lawannya bukanlah orang sembarangan, segera dipergunakannya ajian 'Setan
Kangkangi Kawah'. Sebuah ajian yang mempergunakan kecepatan luar biasa dengan
selalu mempergunakan kedua kaki saat menyerang.
Dan kedua kakinya
digerakkan, tenaga yang keluar bukan main dahsyatnya.
Batu sebesar gajah pun akan menjadi debu bila tergempur.
Bed! Bed! Melihat lawan mengeluarkan ajian, Eyang Purnama
bukan hanya menggerakkan tongkatnya. Namun, juga mempergunakan kecepatan untuk
menghindari serangan mengerikan itu. Dari jarak tiga tombak saja, angin yang
keluar dari serangan si Bayangan Setan terasa menggiriskan. Terpaksa Eyang Purnama berlompatan, menghindari
serangan dahsyat itu.
Mau ke mana kau, Orang Tua ejek si Bayangan
Setan sambil terbahak-bahak,
menyaksikan Eyang Purnama pontang-panting.
Namun, si tua berbaju putih yang pernah menggemparkan dunia persilatan puluhan tahun lalu, tetap memiliki kemampuan lebih
ketimbang si Bayangan Setan.
Ketika kedua kaki dahsyat si Bayangan Setan
menderu ke arahnya, mendadak saja tongkatnya di putar.
Maka secara aneh tongkat itu melesat bagai baling-baling ke arah si Bayangan
Setan. Namun si Bayangan Setan tak menghindar atau
mengurungkan serangannya. Tubuhnya tetap meluncur cepat. Karena dalam pikirnya,
sekali sentak saja tongkat itu akan menjadi serpihan.
Trak! Trak! Ohhh! Si Bayangan Setan mengeluarkan keluhan tersendat. Cepat tubuhnya diputar ke samping, lalu bergulingan. Namun tongkat
butut itu melayang lagi ke arahnya. Kali ini si Bayangan Setanyang dikeluarkannya tak cuma dengusan, tetapi juga makian keras. Karena, tongkat butut itu
seolah menjadi sebuah tameng sangat dahsyat yang tak hancur terkena
tendangannya. "Tongkat keparat!" maki si Bayangan Setan kalang kabut. Si lelaki rambut panjang
itu berusaha menahan
pusaran tongkat Eyang Purnama. Namun semakin
berusaha, semakin susah payah menghindarinya. Bahkan tanpa ampun lagi....
Tak! Tak! Berkali-kali si Bayangan Setan terhantam tongkat butut,
bagai kucing kepergok menggondol sekerat
dendeng. Sakitnya bukan alang kepalang. Apalagi tongkat butut itu telah dialiri
tenaga dalam tinggi oleh Eyang Purnama.
Sementara, si tua berbaju putih ini masih tetap
berdiri. Kalau biasanya selalu tersenyum ramah, namun kali ini terlihat getir.
Dia terkadang tak pernah mengerti, mengapa begitu banyak orang-orang yang
mempergunakan kepandaian justru untuk menyakiti sesama.
Sementara itu, si Bayangan Setan bukan hanya
kalang kabut menghindari hantaman tongkat, tapi juga berteriak-teriak kesakitan.
Untuk mengatasinya sudah pasti dia merasa tak akan mampu. Maka jalan satusatunya memang harus melarikan diri.
Berpikir demikian, mendadak saja si Bayangan
Setan bergulingan ke samping dengan kaki berusaha menahan tongkat.
Trak! Tak! Si Bayangan Setan tak peduli lagi, betapa sakitnya benturan yang dirasakan. Dan
secepat kilat tangannya bergerak ke arah Eyang Purnama.
Wuusss.. ! Saat itu pula, melesat angin dahsyat bagai topan ke arah Eyang Purnama.
Seketika si tua bangkotan ini bergeser ke kiri, hingga pukulan jarak jauh itu
lewat dari sasarannya.
Namun akibat bergesernya tubuhnya tadi, mau tak
mau tenaga dalam yang mengendalikan tongkat sedikit menurun. Kesempatan itu pun
dipergunakan si Bayangan Setan untuk melesat meninggalkan tempat itu dengan
tunggang langgang.
Eyang Purnama yang memang memiliki kebijaksanaan tinggi dan hati bersih, tak bermaksud mengejar. Sudah cukup
baginya bila telah memberi pelajaran pada si Bayangan Setan.
Tangan si tua ini bergerak ke arah tongkatnya yang masih melayang-layang. Dan
bagai ada tenaga besar yang menariknya, tongkat butut itu melesat ke arahnya.
Tap! Dengan ringan Eyang Purnama menangkap tongkat
yang pantasnya untuk menggebuk tikus itu.
Aku tak pernah mengerti, mengapa setiap manusia
mempunyai keinginan untuk menguasai manusia lain. Ah!
Sekian lama aku hidup di dunia ini, masih belum
kudapatkan jawaban yang tepat. Kecuali, keserakahan dan kesombongan, desahnya
sambil menggeleng-geleng.
Perlahan-lahan si tua bijaksana itu menghampiri
sosok Sudira yang masih pingsan; Diperiksanya tubuh pemuda itu dengan hati-hati.
Dalam sekali lihat saja, dia tahu betapa parahnya luka yang dialami S udira.
Namun Eyang Purnama terkejut, ketika melihat rupa pemuda itu.
"Demi Tuhan.... Apakah ini Pendekar Slebor?" desah si tua ini dengan kening
berkerut. Wajahnya mirip sekali dengan pemuda urakan dari Lembah Kutukan itu.
Aku memang baru sekali bertemu dengannya. Namun aku
yakin, wajah pemuda ini mirip sekali dengan wajah Pendekar Slebor....
Untuk membuktikan ucapannya, Eyang Purnama
memegang jempol kaki pemuda yang tengah pingsan di hadapannya.
Dialirkannya tenaga
dalamnya sedikit.
Bahunya dijadikan sebagai perantara aliran tenaga dari tangan kanan ke tangan
kiri yang memegang tanah. Lalu disentaknya tenaga dalam itu.
Sesaat terlihat laki-laki tua itu menggeleng-geleng.
"Tidak! Pemuda ini bukan Pendekar Slebor. Kebetulan wajahnya hanya mirip saja.
Pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu memiliki tenaga 'inti petir'
pada tubuhnya. Dan aku tidak merasakan sengatan apa-apa dari tubuh pemuda yang
tergolek ini. Ah.... Malang sekali nasib
pemuda ini.... Aku harus segera mengobatinya. Kalau tidak, dia tak akan pernah
lagi sadar dari pingsannya...." Si tua ini segera mengangkat tubuh Sudira.
Hmm, apakah ini tabir mimpi yang menyebabkan
aku harus keluar dari Alam Kegelapan Sebaiknya, kubawa saja pemuda ini ke Alam
Kegelapan. Rasanya, aku telah mendapatkan apa yang selama ini kuidamkan. Kalau
pemuda ini lolos dari segala persyaratanku, aku tak akan ragu lagi menurunkan
seluruh ilmu yang kumiliki
padanya.... Karena, usiaku sudah lanjut. Jadi, harus ada yang mewariskan seluruh
kepandaianku....
*** 7 Bila yang dikatakan Eyang Sasongko Murti benar,
berarti keadaannya memang benar-benar gawat. Kutu kampret. Tak akan kubiarkan
siapa saja yang berniat menghancurkan Lembah Kutukan. Hm.....
Serigala Mata Bongsang pun tak kubiarkan dekatdekat dengan lembah itu. Apalagi Serigala Mata Setan.
Purnama tinggal sepuluh hari lagi, berarti pertarungan Bidadari Tangan Maut
dengan Serigala Mata Iblis akan dilaksanakan. Hanya saja, mengapa Serigala Mata
Iblis tidak membunuh Bidadari Tangan Maut selagi punya kesempatan Ah! Teka-teki
sial itu memang menyulitkan otakku saja! rutuk Andika ketika tengah beristirahat
di bawah sebuah pohon.
Pendekar Slebor lantas teringat pada kakak Nuning yang sampai saat ini tidak
tahu berada di mana. Hatinya pun cemas. Di samping itu dia ingin mengetahui,
seperti apa wajah Sudira yang dikatakan mirip dengan wajahnya.
Tak mungkin! Tak Mungkin dia mirip denganku. Pasti aku yang lebih ganteng! Enak
saja meniru-niru wajahku.
Apa dia tak suka memilih wajah lain. Yah... seperti kampret misalnya...,
gumamnya. Otak jahil Andika mulai membayangkan wajah Sudira yang mirip dengannya. Lantas
wajah itu dipadukan dengan wajah kampret. Dan Andika pun nyengir sendiri.
Namun itu tak lama. Sejurus kemudian otak
warasnya mulai bekerja lagi.
Pemuda itu pasti berada di tangan Serigala Mata
Iblis. Tapi di mana Jurang Kematian berada Memang banyak jurang yang kulalui.
Tetapi apakah salah satunya adalah Jurang Kematian Sial! Sial! Apa lagi bila
memikirkan nasib Sudira. Bila Serigala Mata Iblis tahu kalau dia bukanlah diriku
yang dikehendaki, bisa gawat urusannya.
Monyet pitak! Si pemuda urakan ini segera menyelonjorkan kedua kaki dan kedua tangan yang
dijadikan tumpuan kepala.
Namun baru saja matanya hendak memejam, pendengarannya yang tajam menangkap geraman menggetarkan. Seketika Pendekar Slebor terbangun kembali.
Hm... Dengkuran siapa itu Mirip suara binatang buas Kalau dengkurannya saja begitu
keras, bagaimana
orangnya Atau itu memang dengkuran binatang buas! Eh, bukan! Itu pasti gerengan
binatang buas.... Hm...
Sebaiknya aku bersiap saja, karena bisa-bisa bahaya lain akan mengancamku....
Ya, dari atas pohon ini aku bisa melihat makhluk apa yang datang.
Berpikir demikian, Andika siap mengempos tubuhnya ke atas pohon. Namun sebelum
bertindak satu bayangan coklat berkaki empat sudah meloncat dari balik semak. Si
pemuda melengak melihat satu wujud menyeramkan
dengan sorot mata memancarkan sinar kemarahan.
Mata tajam Andika seolah terganjal sebatang lidi, sehingga tak kuasa untuk
terpejam. Kedua alisnya yang seperti kepakan sayap elang terangkat dan bagai
menyatu. Gila! Seekor serigala! Besar sekali Pasti ini biangnya serigala. Dari matanya
yang memancarkan sinar kematian, pasti dia tidak bermaks ud baik!
Serigala buas di hadapan Andika memang tak lain
peliharaan Serigala Mata Iblis yang bernama Raja Serigala.
Hewan buas itu memang sudah terlatih menjadi pembunuh yang kejam dan pengawal
yang tangguh. Kalau binatang buas itu sampai keluar dari persembunyiannya, bisa
dipastikan akan timbul korban mengenaskan. Akankah Pendekar Slebor menjadi
korbannya Dari dasar Jurang Kematian telinga serigala yang tajam ini mampu
mendengar suara pertarungan pada jarak ratusan tombak.
Penciumannya menangkap bau si Bayangan Setan yang sedang dihajar orang lain yang
juga tercium baunya.
Raja Serigala tahu, kalau si Bayangan Setan yang merupakan salah seorang kaki
tangan majikannya itu dalam bahaya. Makanya dia segera keluar dari tempatnya
untuk mengetahui apa yang ditangkap telinganya.
Namun ketika tiba di sana, penciuman si serigala menangkap bau tubuh lain. Dan
sekarang, sosok tubuh itu telah nampak di depan mata tajamnya. Tubuh Pendekar
Slebor!Dari rasa terkejutnya, Andika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Tak pernah kusangka kalau di hutan seperti ini hidup serigala lapar. Bisa berabe
kalau aku tidak segera menghindar.... Sebaiknya....
Graung...! Belum lagi Andika memutuskan untuk berbuat
Bunga Penyebar Maut 3 Pusaka Tongkat Sakti Karya Tjoe Beng Siang Pedang Ular Mas 8

Cari Blog Ini