Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar Bagian 2
sesuatu, serigala besar itu sudah menerjang. Kedua kaki depannya membuka, siap
mencakar tubuh Andika.
Mulutnya yang penuh gigi setajam gergaji menganga untuk melahap kepala si
pemuda. Gerengannya yang keras terdengar mengerikan.
Andika tercekat. Dan seketika tubuhnya dienyahkan ke kiri.Busyet! Apa-apan ini
makinya. Segera Pendekar Slebor bergulingan ketika serigala itu menyergapnya kembali.
Andika berkelebat lincah, mengerahkan segenap
kecepatannya. Kalau si Belang aku masih bisa menghadapinya,
namun menghadapi serigala buas ini sungguh membuatku mati kutu!
Andika benar-benar kewalahan. Serigala itu sepertinya tahu, ke mana lawannya akan bergerak.
Edan! Liur busuknya benar-benar menyengat
hidungku! Busuk!
Pendekar Slebor terus mempergunakan kecepatannya untuk menghindari cakaran-cakaran serigala yang bergerak laksana
kilat. Busyet! Aku harus segera melumpuhkannya! Kalau
tidak... justru aku yang jadi hidangan makan malamnya.
Berpikir demikian, dengan sekali lompat pemuda
urakan itu telah berdiri dengan jarak tiga tombak dari
serigala yang siap menerkam kembali.
Dan begitu hewan kaki empat ini melompat dengan
kemarahan membludak, Andika segera menerjang dengan gerengan yang meniru
gerengan serigala itu.
Kau kira aku tak bisa menggereng seperti
gerenganmu! sentaknya dengan tangan segera bergerak dua kali.
Wuutt! Wuuttt! Namun Pendekar Slebor terkejut, karena serigala itu tahu-tahu telah melompat ke
samping. Dan seperti sentakan seekor kuda, dia berputar dengan kaki belakang
meluruk ke dada Andika.
Duk! Aahh...! 69 Andika terjajar ke.belakang masih dengan hati tak mengerti.
Kurang ajar! Tak akan kubiarkan kau merajam
diriku! dengus si pemuda.
Sementara itu serigala yang merasa bisa mendapatkan sasarannya sekarang, langsung memutar tubuhnya, menghadap ke arah Pendekar Slebor lagi.
Mulutnya membuka. Taring tajamnya dipamerkan dengan liur semakin meleleh.
Dikawal gerengan kuat, dia menerjang kembali.
Grrrhhh! Kali ini Andika yang merasa harus bertindak cepat, kembali melompat menyongsong.
Bukan tangannya yang bergerak, melainkan kakinya.
Wusss! Serigala itu berbuat seperti pertama kali bertindak.
Namun kali ini Andika tak mau tertipu lagi. Ketika hewan itu memutar tubuhnya
dan siap menghentakkan kaki belakangnya, si pemuda cepat bersalto melewatinya.
Dan seketika itu pula tangan kanannya bergerak.
Duk! Kaing! Pukulan Pendekar Slebor tepat mengenai kepala
serigala yang kontan menjerit kesakitan dengan kemarahan meluap. Sementara Andika yang sudah berdiri kembali di tanah justru
terbelalak melihatnya. . Hewan itu ternyata hanya limbimg sejenak terkena
pukulannya, namun sesaat kemudian sudah tegak kembah dengan
tatapan nyalang.
Gila! Apakah hewan ini sudah dialiri tenaga dalam oleh pemiliknya tanyanya tak
mengerti. Atau... hewan ini memang memiliki kulit dan daging yang kedot. Sumpah
mampus! Aku baru pertama kali melihat serigala sebesar ini. Hewan ini harus
kuberi pelajaran.
Maka kali ini Andika tak mau menunggu serangan.
Dia mendahului dengan satu terjangan cepat dengan pengerahan tenaga 'inti petir'
tingkat ketiga puluh. Lalu....
Duk! Pukulan si pemuda tepat menghantam kepala
hewan itu. Bahkan Andika menyus uli dengan satu
tendangan makin keras.
Dess! Kaing! Hewan itu kontan terpental disertai suara kesakitan.
Begitu jatuh ke tanah, dia berdiri dengan gerengan pelan.
Sementara tatapannya memerah pada Andika yang masih keheranan.
Andika mengambil keputusan. Dia merasa harus
membunuh hewan itu. Maka tubuhnya segera berkelebat cepat. Namun di luar dugaan,
hewan itu melesat minggat dengan jalan meliku-liku. Tubuhnya berkelebatan dari
satu pohon ke pohon lain dengan rintihan kesakitan yang memekakkan telinga.
Pemuda urakan itu pun urungkan niat mengejar. Dia berdiri dengan kening masih
berkerut. Hm.... Aku yakin hewan itu ada yang memiliki. Dari caranya bergerak, nampak
jelas ada yang melatihnya. Yang mengherankan, seharusnya tenaga ' inti petir'
tadi bisa menghancurkan kepalanya Namun hewan itu hanya
berteriak kesakitan saja. Monyet buduk! Apakah ada yang mengaliri tenaga dalam
pada hewan itu Kalau memang iya, sungguh luar biasa orang yang melakukannya.
Paling tidak, dia pasti memiliki pertalian rasa dengan serigala itu.
Andika menggeleng-gelengkan kepalanya.
Siapa yang memiliki hewan itu sebenarnya desisnya dalam hati.
Tiba-tiba Pendekar Slebor terdiam dengan kepala
tegak Satu pikifan melintas di benaknya. Kepalanya lantas mengangguk-angguk.
Serigala Mata Iblis..., gumam Andika, tahu-tahu
Seekor serigala itu sangat terlatih. Apakah tidak mungkin kalau hewan itu
peliharaan Serigala Mata Iblis Kalau memang iya, bisa jadi hewan keparat itu
akan membawaku ke sarang manusia laknat itu. Hmm.... Sebaiknya kususul saja.
Mudah-mudahan yang kuduga ini benar.
*** 8 Lari Nenek Baju Emas berhenti ketika memasuki
hutan tempat dia bersama kedua temannya mendapatkan Sudira yang diduga sebagai
Pendekar Slebor. Nenek berkulit keriput bagai jeruk purut itu sebenarnya tak
menyukai perintah Serigala Mata Iblis yang menyuruhnya untuk memanggil pulang
Raja Gelang Besi. Namun,
perintah dari Serigala Mata Iblis yang telah menaklukannya jelas-jelas tak
berani ditolaknya. Pikirnya, masih untung Serigala Mata Iblis tidak membunuhnya
ketika dia dikalahkan dalam satu pertarungan maut.
Si nenek melepas pandangan lewat mata celong nya ke penjuru tempat.
Diperhatikannya tempat yang nampak asing di matanya itu. Menurut ingatannya,
tempat ini tidak begitu berantakan. Tetapi sekarang, sepertinya tempat itu telah
di njak-injak oleh puluhan gajah mengamuk. Namun dia tak mempersoalkannya. Yang
pasti, Raja Gelang Besi harus cepat ditemukan dan mengajaknya kembali ke Jurang
Kematian. Di dasar hatinya yang paling dalam, dia pun tak sabar melihat
bagaimana Raja Gelang Besi akan mendapat hukuman yang menyakitkan dari Serigala
Mata Iblis, karena berani melalaikan perintahnya.
Keparat! Di mana manusia sialan itu berada
makinya. Nenek Baju Emas terus melangkah mencari-cari Raja Gelang Besi. Mulutnya yang
peot itu membentuk kerucut.
Wajah pesoleknya yang dihiasi kerut merut bergetar menahan jengkel.
Hei, Raja Gelang Besi! Muncul kau! Setelah enakenakan menggarap gadis malang itu, sekarang kausembunyi, hah! Ingat! Kau tak akan bisa melarikan diri dari tangan Serigala
Mata Iblis! Jangan coba-coba berbuat yang tak menguntungkan dirimu sendiri!
teriak si nenek.
Suara Nenek Baju Emas menggema di seluruh
hutan. Cukup menyentak, namun tak ada sahutan apa-apa.
Kecuali, burung-burung yang beterbangan lantaran terkejut
oleh suara sember barusan.
Nenek Baju Emas menggerutkan gerahamnya.
Haram jadah! Jangan melimpahkan nasib sialmu
kepadaku, Manusia Keparat! Kuhitung sampai tiga! Bila kau tetap tak keluar, maka
terimalah nasib malangmu di tangan Serigala Mata Iblis! Satu....
Tak ada sosok Raja Gelang Besi yang muncul. Nenek Baju Emas bertambah geram.
Matanya yang celong ke dalam menyipit dengan sinar mengandung kegusaran.
'Dua! Teriakan itu kembali menggema. Dia kembali
menunggu, namun kali ini dengan rasa tak sabar yang semakin menggelegak. Sayang,
yang diharapkan belum muncul juga. Sesaat tadi, dia mencoba mengingat-ingat di
mana waktu itu mereka berada. Dan diyakini, tempat yang di njaknya sekarang ini
adalah tempat mereka waktu itu berada, meskipun agak porak-poranda.
Dibayangkannya, bagaimana Raja Gelang Besi sambil terbahak-bahak menggarap tubuh
indah milik gadis yang bernama Nuning.
Setan alas! Jangan mempermainkan aku! bentak
Nenek Baju Emas keras.
Rasa benci si nenek pada Raja Gelang Besi semakin meninggi. Apalagi mengingat
nasib sial pun akan
diterimanya bila tak berhasil membawa Raja Gelang Besi ke hadapan Serigala Mata
Iblis. Bangsat hina! Akan kuobrak-abrik hutan ini! Apakah tenagamu sudah gempor setelah
menggarap gadis itu!
Cepat keluar! Hitungan terakhir akan kuperdengarkan!
Nenek Baju Emas menunggu kembali. Pikiran pun
baru datang di benaknya. Jangan-jangan, manusia sialan itu sudah kembali ke
Jurang Kematian. Hhh! Kurang ajar!
Bisa-bisa aku yang ketiban sial!
Memikir sampai di situ, Nenek Baju Emas memutar
tubuhnya siap meninggalkan tempat itu. Namun telinganya mendengar suara keras,
membuat tubuhnya berputar kembali.
Apakah kau lupa, kalau kau belum menyebutkan
kata 'tiga', Manusia Pengikut Iblis!
Kali ini Nenek Baju Emas nampak siaga dengan
kedua tangan terkepal. Karena, suara itu bukan suara Raja Gelang Besi!
Wajah keriput Nenek Baju Emas tertarik ke dalam, menampakkan kengerian bagi yang
melihat. Tubuhnya bergetar dengan kedua tangan terkepal. Langsung tenaga
dalamnya dialirkan pada kedua tangannya.
Manusia pengecut tak berani munculkan diri! Lekas tampakkan wajah jelekmu bila
tidak ingin hancur! bentak Nenek Baju Emas sekaligus pamer tenaga dalam.
Beberapa buah daun kontan bergugur-an.
Wesss. .! Sebuah angin deras melesat, membuat Nenek Baju
Emas melompat ke samping sejauh lima tindak. Karena, getaran angin itu bagai
menggeser kedudukannya. Cepat diaturnya keseimbangan tubuhnya.
Mata si nenek makin sipit tanpa kedip, memandang sosok tubuh di hadapannya yang
berjarak tiga tombak.
Hanya sesaat ketegangan berbalur marah landa dirinya.
Kejap berikutnya, tawanya telah berkumandang.
Bidadari Tangan Maut! Rupanya kau yang iseng
berani muncul di hadapanku! Bagus! Aku tahu... kau akan memenuhi tantangan
Serigala Mata Iblis yang kini jadi junjunganku! Lebih baik menyerah daripada
mampus berkalang tanah dengan tubuh mengerikan!
Sosok yang baru munc ul memang Bidadari Tangan
Maut. Seperti rencananya semula, dia memang mengantarkan Nuning ke Desa Peterongan. Namun
sebelumnya dia harus menenangkan gadis itu, karena ingin ikut dengannya untuk
mencari Sudira. Cukup susah juga Bidadari Tangan Maut beri penjelasan pada gadis
malang itu. Dan dengan bujuk halus dan kata-kata lembut, akhirnya Nuning
mengerti. Sebelumnya, Bidadari Tangan Maut memutuskan
untuk menunggu saat purnama, yakni tepat pada hari yang ditentukan sesuai
tantangan Siluman Mata Iblis. Tapi
setelah berpikir kalau ada orang suruhan yang akan mencari Raja Gelang Besi, dia
jadi berpikir lain.
Dan dugaan Bidadari Tangan Maut terbukti setelah munculnya Nenek Baju Emas yang
dikenal sebagai tokoh pembuat onar yang sekarang menjadi pengikut Serigala Mata
Iblis. Sudah tentu wanita pesolek itu akan dibiarkan kembali kepada Serigala
Mata Iblis, bila berhasil mengalahkan kaki tangan Serigala Mata Iblis, bisa
memudahkan untuk mendekati tokoh menggiriskan itu.
Bidadari Tangan Maut pun berpikir, Serigala Mata Iblis memang bukan
tandingannya. Dan dia berharap Pendekar Sleborlah yang bisa menandinginya. Bila
satu persatu antek-antek Serigala Mata Iblis dikalahkannya, maka kerja yang akan
dilakukan Pendekar Slebor akan langsung pada sasarannya.
Bidadari Tangan Maut tampakkan wajah tenang.
Bibirnya melepas senyum.
Maaf, aku yakin kau datang untuk mencari Raja
Gelang Batuyang bernasib sial itu. Sayang sekali, kau terlambat. Tetapi bila kau
penasaran dan ingin jumpa juga, aku akan menunjukkan jalan.
Wanita keparat! Tingkahmu membuatku muak!
sentak Nenek Baju Emas melotot garang.
Bidadari Tangan Maut masih perlihatkan ketenangannya. Apakah kau tak ingin melihat Raja Gelang Besi Bila tidak tak ada masalah!
Sekarang, katakan di mana Serigala Mata Iblis tinggal
Nenek Baju Emas memperdengarkan
tawa mengejek. Sayang sekali, kau tak akan bisa menemuinya.
Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena, nyawamu sudah ada di tanganku!
Omong besar kadang menyesatkan. Sikap santun
lebih lumayan. Jaga mulutmu!
Setan alas! Kurobek mulutmu yang berani membentakku! Kemarahan Bidadari Tangan Maut sudah siap
termuntahkan. Tetapi sikapnya tetap tak menggubris Nenek Baju Emas yang nampak
siap lancarkan serangan.
Dan justru tangannya, bergerak ke atas. Wuutt...!
Serangkum angin menderu ke salah satu dahan
pohon. Wuutt! Prak!
Sebuah dahan hancur berantakan. Lalu sebuah
benda cukup besar meluncur, jatuh menimbulkan suara keras.
Bruukk! Mata celong Nenek Baju Emas bagai hendak
meloncat keluar.
Raja Gelang Besi! sentaknya, mengkelap.
Benda yang jatuh itu tak lain tubuh Raja Gelang Besi yang telah menjadi mayat.
Kepala Nenek Baju Emas terangkat, menatap Bidadari Tangan Maut.
Setan alas! Kau harus bayar nyawa sahabatku itu!
bentak Nenek Baju Emas. Tubuhnya berkelebat ke arah Bidadari Tangan Maut dengan
sebuah pukulan berisi tenaga dalam.
Bidadari T angan Maut pun tak mau tinggal diam.
Dengan pencalan satu kaki, tubuhnya bagai meluncur menyongsong.
Dua buah bayangan hitam dan keemasan berkelebat
cepat. Masing-masing meningkatkan tenaga dalamnya begitu benturan siap bertemu.
Duaaarr! Benturan tenaga dalam terjadi, menimbulkan suara keras. Debu-debu beterbangan
dan dedaunan berguguran.
Tanah yang dipijak bagai bergoyang sesaat. Bersamaan dengan benturan terjadi,
tubuh mereka tercelat ke belakang.
Bidadari Tangan Maut segera mengatur keseimbangan. Namun dari hidungnya mengalir darah segar. Dadanya terasa remuk.
Lain yang dialami Nenek Baju Emas. Sungguh tak
disangka kalau Bidadari T angan Maut memiliki tenaga dalam satu tingkat lebih
tinggi darinya. Maka tak ayal lagi,
bukan saja tubuhnya terpental ke belakang, tetapi juga tersuruk dan ambruk
celentang. Bukan hanya dari mulut dan hidungnya saja yang mengalirkan darah,
tapi juga dari telinganya. Dada dan tangannya pun terasa patah.
Kau! sendat Nenek Baju Emas berusaha bangun.
Tubuhnya limbung sesaat sebelum menemukan keseimbangannya kembali.
Bidadari Tangan Maut mempergunakan kesempatan
itu untuk mengatur napas dan tenaga dalam-nya.
Tinggalkan tempat ini.... Yang kuinginkan nyawa
Serigala Mata Iblis...
Setan alas! Jangan menyangka karena aku kalah
dalam sekali gebrak! Nyawamu berada di tanganku!
Nyatanya, apa yang kau alami Kau sudah kalah,
Nenek Baju Emas!
Haram jadah! Apa aku tidak tahu kalau kau pun
mengalami nasib sama, hah! lengak Nenek Baju Emas.
Diam-diam dia menahan rasa sakit di dadanya. Dan berkali-kali mulutnya meringis.
Jangan jadi orang s uci, Bidadari Tangan Maut! Jangan campuri urusanku!
Bidadari Tangan Maut tersenyum dalam hati melihat wajah Nenek Baju Emas yang
kerut merutnya makin
menyembul keluar. Dia tahu, wanita tua pesolek itu tengah kesakitan.
Apakah aku akan mendiamkan manusia seperti kau
ini yang selalu membuat onar dan menurunkan tangan telengas T ak akan pernah
kulakukan hal itu! Lebih baik, kembali ke tempat asalmu. Jangan....
Setan alas! Kau membuatku muak! potong Nenek
Baju Emas. Seketika tubuh si nenek melesat kembali. Kali ini kecepatannya nampak
meyakinkan. Kelebatan warna emas terlihat di mata Bidadari Tangan Maut.
Meskipun merasa kalau kepandaiannya lebih tinggi dari Nenek Baju Emas, namun
menghadapi orang nekat seperti itu, Bidadari Tangan Maut cukup mendapat
kesulitan.. Seketika dibuangnya tubuhnya ke kiri. Lalu, kakinya menyepak ke
muka. Wusss! Nenek Baju Emas justru memutar tubuhnya ke kiri
disertai pukulan bertubi-tubi. Bidadari Tangan Maut terperangah melihat
kenekatan lawan. Pukulan tangan kanan dan kiri yang dilancarkan Nenek Baju Emas
sudah tinggal beberapa jengkal lagi.
Dalam keadaan gawat, Bidadari Tangan Maut
mengibaskan tangannya dengan ajian 'Tangan Maut Buang Angin Laut'.
Wuuutt! Deru angin bergemuruh pun terdengar. Dan.... Des!
Benturan keras itu terjadi, menyusul satu pukulan keras menghantam tubuh Nenek
Baju Emas. Pada saat yang sama, kaki nenek pesolek itu pun menyambar dada
Bidadari Tangan Maut.
Dess.. ! Tubuh Nenek Baju Emas terguling, namun cepat
berdiri. Tubuhnya semakin Iimbung saja.
Matanya memancarkan sinar kemarahan tinggi. Kerut merut di wajahnya bagai melesak ke
dalam. Kedua kepalan
tangannya bergetar.
Bidadari Tangan Maut sendiri mengalami hal yang
sama. Wajahnya menjadi pucat. Rupanya, kenekatan Nenek Baju Emas memang
membuatnya lengah. Sehingga tak urung dadanya kecolongan juga.
Nenek Baju Emas yang merasa kenekatannya
membawa hasil, langsung mengatur napas. Sisa-sisa tenaga dalamnya segera
dialirkan ke seluruh tubuhnya.
Baginya, mati bersama lebih baik daripada dipecundangi.
Maka saat itu pula si nenek mengempos tubuhnya
lagi. Tubuhnya meluruk dahsyat ke arah Bidadari Tangan Maut.
Tubuh Bidadari Tangan Maut pun berkelebat
menyongsong dengan gerakan tak kalah cepat. Maka benturan pun tak bisa dihindari
lagi. Duaaar! Kembali suara ledakan yang membuat tanah bagai
bergoncang terdengar. Tubuh satu sama lain terpental ke belakang. Nenek Baju
Emas berusaha bangkit sambil meringis. Sementara Bidadari Tangan Maut segera
mengerahkan sisa-sisa tenaga. Kali ini dia menghendaki kematian Nenek Baju Emas.
Seketika tubuhnya pun
bergerak cepat.
Peringatanku tadi kau lecehkan! Sekarang, ajal
sudah di depan mata. Dan kau tak bisa menghindari Nenek Baju Emas tak mampu lagi
bangkit. Matanya
membuka lebih lebar, seperti menyongsong kematian yang siap dihadapi. Dia hanya
menggeram melihat tubuh Bidadari Tangan Maut yang siap turunkan tangan sudah
mendekatinya. Namun sesuatu yang di luar dugaan pun terjadi.
Mendadak satu sosok tubuh melayang, langsung memapaki serangan maut wanita tua baju hitam itu, Des!
Tubuh Bidadari Tangan Maut kontan terlontar ke
belakang. Bila tidak dalam keadaan terluka, serangan gelap itu sebenarnya masih
bisa dihindari. Namun karena keadaannya sudah terluka dalam, mau tak mau
tubuhnya terpental ke belakang.
Tubuh Bidadari Tangan Maut bergulingan beberapa
kali, dan terhenti setelah menabrak pohon. Seluruh tulang di tubuhnya bagai
patah-patah. Darah segar semakin banyak mengalir dari hidung dan mulutnya.
Tubuhnya terasa lemah sekali. Mata sayunya akibat menahan sakit, membelalak
melihat satu sosok tubuh berambut panjang berdjri angkuh dengan tatapan nyalang
dalam jarak dua tombak.
Gila... justru aku yang akan mampus sekarang, desis Bidadari Tangan Maut.
Sementara Nenek Baju Emas yang tak menyangka
kalau pertolongan akan datang, tersenyum meskipun menahan rasa sakit.
Kau datang tepat pada waktunya. Bunuh wanita
keparat itu, Bayangan Setan! katanya, penuh kemenangan.
9 Andika kehilangan jejak. Maka larinya segera
dihentikan sambil geleng-geleng kepala.
Gila! Hebat juga tuh serigala! Begitu cepat dia
menghilang Katanya sambil mengedarkan pandangan.
Di depan Pendekar Slebor menghampar padang
rumput yang sangat luas. Dan di sisi kiri padang rumput, terdapat bukit-bukit
yang berjajar indah. Angin senja berhembus semilir.
Atau... jangan-jangan serigala itu jelmaan dedemit hutan ini Ah, dia bisa
kutendang dan kupukul Hmm....
Sebaiknya aku kembali mencarinya!
Pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan
segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk melintasi padang rumput yang
luas itu. Dalam waktu dua kali penanakan nasi, dia tiba di ujung padang rumput.
Dan di hadapannya terdapat sebuah hutan kembali.
Edan! Kenapa hutan melulu yang kutemui Mbok
sekali-kali seorang gadis yang kutemui! makinya lagi.
Dasar mata bongsang!
Mendadak terdengar makian keras, membuat
Andika terkejut sambil terjingkat dua tindak.
Hei, Eyang! Siluman Hutan Waringin rupanya belum mendapatkan dirimu! seloroh
Andika, yang merasa yakin kalau itu adalah suara Eyang Sasongko Murti.
Jangan mengejek! sahut suara dari dalam tanah
yang entah di sebelah mana. Meskipun Andika sudah menajamkan pendengarannya,
namun masih belum bisa menentukan. Kau salah jalan, Bor! Seharusnya... kau
menuju timur sekarang. Tetapi kau berada di ujung utara!
Jangan buang waktu lagi. Aku mencium bau busuk dari Siluman Hutan Waringin yang
sudah dekat sekali!
Andika menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Mengapa kau mengikutiku, Eyang Apakah sebenarnya kau merindukanku?"
Sialan! Hei, Bor! Kalau siluman keparat ini tidak ada,
aku akan muncul di alam nyata! Paling tidak, di alam maya yang kugeluti sekarang
ini, aku tengah berusaha
mengalahkannya. Seperti kau tahu, bila aku muncul di alam nyata, siluman keparat
itu pasti akan menyusulku.
Dan keonaran akan dibuatnya kembali! He he he.... Kau jangan lupa, kalau dirimu
pun buronan dari Siluman Hutan Waringin ini. Sudahlah.... Ini memang nasib
sialku! Cepat jalan menuju timur!
Andika mengangguk-angguk.
Baiklah, Eyang..., Aku akan ke sana. Kuharap, suatu saat kita akan bertemu
kembali. Eyang...! Hei, jawab dong!
Apakah sekarang kau tuli
Sahutan dari Eyang Sasongko Murti tak terdengar
lagi. Andika mengeluarkan helaan napas panjang. Ia maklum, betapa sialnya nasib
yang dialami Eyang
Sasongko Murti. Sebelum Siluman Hutan Waringin bisa dihancurkan, niscaya si tua
bangkotan itu tak akan pernah muncul di alam nyata. Sekarang, Andika pun tak mau
buang tempo lagi. Segera tubuhnya melesat mengikuti petunjuk Eyang Sasongko
Murti. Sialan! Rupanya serigala itu menyesatkan aku!
Apa yang diduga Pendekar Slebor memang benar.
Serigala cerdik peliharaan Serigala Mata Iblis memang telah membawanya ke arah
yang salah, jauh dari Jurang Kematian. Bahkan dengan cerdiknya, setelah Andika
terperangkap di jalan yang salah, serigala itu berlari sekuat tenaga menuju
Jurang Kematian.
Dengan lincahnya, Raja Serigala menuruni undakan batu Jurang Kematian, lalu
masuk ke gua di dasar jurang.
Di sana, dia langsung merebahkan tubuhnya disertai suara kesakitan.
"Setan alas! Kenapa denganmu, Raja Serigala!"
Mendadak saja tempat yang tadi sunyi, terdengar suara geraman sangat keras.
Tak lama, sosok berjubah panjang berwarna merah
dengan wajah mengerikan, muncul entah dari mana.
Langsung dihampirinya serigala kesayangan nya yang
terluka.Raja Serigala.... Ceritakan apa yang terjadi tuntut sosok yang tak lain
Serigala Mata Iblis. Wajahnya yang kasar lebih mengerikan lagi dengan mulut yang
bergetar. Bukan hanya mulutnya, tetapi seluruh tubuhnya. Dia memang tak pernah menyukai
bila melihat serigala kesayangannya mengalami penderitaan seperti itu.
Raja Serigala memperdengarkan suara gerengan
pelan. Dan rupanya Serigala Mata Iblis mengerti apa yang dikatakan hewan
kesayangannya. Setan alas! Jadi, Pendekar Slebor yang berbuat
seperti ini! Hm.... Kini saatnya aku harus keluar dari Jurang Kematian. Seluruh
tenaga 'inti petir' dari pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu harus
kuserap. Dan akan kuhancurkan Lembah Kutukan, hingga kutukan Ki Saptacakra yang
melekat pada tubuhku akan hilang.
Kebebasan akan kupetik sebentar lagi, desis Siluman Mata Iblis. Hewan itu
mengeluarkan kaingan lagi. Sedangkan kepala Serigala Mata Iblis menganggukangguk. Bagus! Kecerdikanmu memang membuatku senang.
Untuk sementara, sulit bagi Pendekar Slebor menemukan Jurang Kematian. Kau
sangat cerdik karena menyesatkan langkahnya menuju ke sini, dan memberikan
kesempatan padaku untuk mengobatimu. Tak akan pemah kubiarkan orang lain merryakitimu, Raja Serigala! Tetapi sekarang, akulah yang akan keluar untuk
mendapatkannya. Tenaga
'inti petir' harus berpindah ke tubuhku.
Lalu dengan hawa panas yang menggusar di
tubuhnya, Serigala Mata Iblis menempelkan kedua telapak tangannya pada serigala
yang luka itu. Setelah beberapa saat, hewan kaki empat itu pun terlelap.
Memang, begitu banyaknya ilmu aneh di dunia ini.
Itu terbukti dengan apa yang barusan diperlihatkan Serigala Mata Iblis. Dia
seperti mengerti bahasa serigala kesayangannya, sehingga mampu menemukan urat
luka yang harus disembuhkan.
Siluman Mata Iblis berdiri lagi. Wajahnya menggeram tegang. Kedua tangannya
mengepal keras.
Hhh! Dengan memadukan ilmu yang kuperdalam
dan tenaga 'inti petir' dari tubuh Pendekar Slebor, Lembah Kutukan akan
Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuhancurkan! Raja Serigala! Kali ini ada dendam lain dalam diriku terhadap
Pendekar Slebor.
Nyawanya harus dijadikan sebagai pembayar sakit hatimu!
Ha ha ha.... Batu-batu di dinding gua itu berguguran terkena
getaran suara tawa keras dari Serigala Mata Iblis.
Meskipun tawanya berkumandang, namun tatapan angker matanya semaikin nyalang
menakutkan. Mendadak saja lelaki ini memutar jubah panjang
merahnya. Lalu.... Plas!
Mendadak tubuh Siluman Mata Iblis lenyap dari
pandangan. Pendekar Slebor terus berlari mengikuti petunjuk Eyang Sasongko Murti. Si pemuda
sakti urakan ini bertekad untuk menemukan Jurang Kematian tepat pada waktunya
Saat ini malam sudah membentang, begitu Andika tiba kembali di ujung padang
rumput pertama tadi. Lalu, tubuhnya pun melesat terus ke timur. Tak
dihiraukannya betapa sulitnya jalan menembus hutan di hadapannya yang penuh akar
melintang. Tepat tengah malam, Pendekar Slebor pun tiba di
depan sebuah jurang yang menganga lebar. Bila saja saat itu bulan tidak
bersinar, bisa dipastikan Andika akan terperosok ke dalamnya.
Dihapusnya keringat yang mengaliri sekujur tubuhnya. Pernapasannya diatur. Matanya dipicingkan untuk melihat jurang di
depannya. Hmm.... Sejak awal aku melakukan pencarian pada
Serigala Mata Iblis, baru kali ini menemukan jurang.
Apakah ini Jurang Kematian tempat tinggal Serigala Mata Iblis seperti petunjuk
Eyang Sasongko Murti desisnya, bertanya-tanya. Kalau memang iya, aku harus
bersiap. Karena tak mustahil sebenarnya hewan keparat itu telah
tiba di Jurang Kematian. Hmm, aku harus mencari jalan masuk ke dalam,
Berpikir demikian, Andika pun mengalirkan tenaga dalamnya ke seluruh tubuhnya.
Matanya beredar ke sekeliling yang redup. Lalu perlahan-lahan langkahnya diatur
ke kanan. Matanya mencoba melihat ke dasar jurang. Namun yang ditangkap hanyalah
kegelapan saja.
Kadal buntung! Di mana jalan menuju ke dasar
jurang ini berada rutuk si pemuda, kembali kesal.
Lalu Pendekar Slebor berpindah ke kiri. Dikitarinya jurang menganga lebar itu di
permukaan. Namun matanya pun tak bisa tembus ke dalam jurang. Andika berpikir,
mengerahkan seluruh otak cerdiknya.
Tak mungkin aku main lompat saja. Bisa saja aku
melompat, namun seberapa dalamnya dasar jurang ini aku tak tahu. Belum lagi
mungkin ada dahan pohon yang tumbuh di dinding jurang, dan batu-batu terjal yang
runcing. Jalan satu-satunya, mungkin terdapat undakan batu yang tak beraturan.
Dan aku yakin undakan batu itu berada di sisi jurang.
Andika terdiam kembali sambil memikirkan kemungkinan itu.
Sepak terjang manusia keparat berjuluk Serigala
Mata Iblis ini memang harus dihentikan. Heran! Mengapa Eyang Ki Saptacakra malah
menebar kutukan padanya Andika terpaku sebentar.
Sudahlah! Lebih baik aku menentukan letak
undakan yang kuyakini pasti ada.
Namun sebelum melakukan niatnya, tiba-tiba saja
pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu
membuang tubuhnya ke kiri, ketika merasakan angin berhawa panas di ringi suara
bergemuruh yang meluruk ke arahnya.
Wusss! Orang sinting! Monyet buduk! maki Andika, yang tak habis pikir mengapa nasib
sial selalu menghantui dirinya.
Duaarr! Sentakan angin luar biasa kencangnya itu luput
mencacah tubuh si pemuda. Tanah yang dipijaknya tadi membentuk sebuah lubang,
mengeluarkan asap busuk Dalam keadaan seperti apa pun, Andika tetaplah seorang
pendekar. Kini dia berdiri siaga dengan kedua mata tajam memandang ke satu arah.
Setan Jurang Kematian! Cepat muncul di hadapanku. Dan akan kurancah sekujur tubuhnya!
Ha ha ha...! Sebagai sahutan, terdengar suara tawa keras,
memekakkan telinga Andika. Bila saja pendengarannya tak segera ditutup dengan
tenaga dalam, bisa dipastikan gendang telinganya akan pecah!
Yang kucari tak ketemu. Dan selagi tak dicari, datang sendiri mengantar mati!
Menyenangkan sekali hidup ini.
Pendekar Slebor akan berkalang tanah. Tenaga 'inti petir'
akan berpindah. Lembah Kutukan hancur. Dan kutukan akan musnah!
Dari sela-sela tawa keras,
terdengar seruan
berkumandang dahsyat
Andika makin melotot, ketika merasakan satu
hembusan angin kuat yang menerbangkan debu-debu ke wajah. Si pemuda sampai
mundur tiga langkah ke
belakang ketika melihat satu sosok tubuh tinggi besar berjubah panjang warna
merah di hadapannya.
Gila! Apakah manusia iniyang berjuluk Serigala Mata Iblis Cukup lumayan juga
tongkrongannya!
*** 10 Sosok angkuh dengan sorot mata angker yang
berdiri sejauh dua tombak di depan Pendekar Slebor memang tak lain dari Serigala
Mata Iblis. Tawa iblisnya berkumandang. Seolah rencana untuk menghancurkan
Lembah Kutukan dengan menguras seluruh tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor
tinggal di depan mata.
Pemuda berasal dari Lembah Kutukan! Sekarang,
dengar baik-baik! Tempat asalmu akan kuratakan dengan tanah. Dan seluruh rimba
persilatan akan mendengar, kalau hanya akulah yang mampu menghancurkan Lembah
Kutukan! kata Serigala Mata Iblis, sarat ancaman.
Andika tertawa renyah.
Sudah berapa lama kau menjadi tokoh sesat Kalau
cuma berkepandaian tanggung, mending pulang kampung.
Apa perlu mulutmu kusumpal dengan kotoran kerbau Brengsek! Besar omong, kau!
Berpikirlah dulu sebelum bertindak! sahut Pendekar Slebor, enteng.
Jangan bersikap bodoh! Tenaga 'inti petir' yang kau miliki akan membantuku untuk
menghancurkan Lembah Kutukan' Dan perlu kau ketahui Pemuda Bodoh! Kaum rimba
persilatan akan mengutukmu! Karena dengan
tenaga 'inti petir' yang kau miliki dan dipadukan dengan ilmuku, maka Lembah
Kutukan akan hancur!
Hati Andika panas mendengar kata-kata itu. Matanya yang setajam mata elang
memancarkan sinar berbahaya.
Namun bukan Andika kalau hanya omongan begitu saja langsung diam mengkeret.
Hei, Orang Jelek! Lebih baik pergi jauh dari sini. Atau eyang buyutku akan
mengirimkan kutukannya lagi
padamu! Nanti kalau dikutuk jadi monyet, datang lagi ke hadapanku, ya. Aku punya
pisang banyak, lho!
Setan! bentak Serigala Mata Iblis memperlihatkan kemarahan di wajahnya. Setelah
kuhancurkan Lembah Kutukan dengan tenaga 'inti petir', manusia setengah dewa
yang bernama Ki Saptacakra pun tak akan mampu berbuat
banyak! Dia tak akan memiliki tempat tinggal lagi!
Wah, wah.... Kau pikir gampang apa untuk
mendapatkan tenaga 'inti petir' Kau harus mencium pantat kerbau seribu kali,
tahu! Keparat! Serigala Mata Iblis seketika melepaskan satu
pukulan dengan tangan kanan.
Andika terkesiap, melihat angin yang melunc ur ke arahnya. Bukan saja
menimbulkan suara gemuruh laksana badai, tapi juga menebarkan hawa panas
menyengat. Secepat kilat Andika mengenyahkan tubuhnya ke
samping seraya bergulingan. Namun Serigala Mata Iblis masih tetap melancarkan
serangannya tanpa bergerak dari tempatnya. Kali ini lebih beruntun, menimbulkan
ledakan berkali-kali. Pepohonan yang tumbuh di sekitar Jurang Kematian pun
hancur berantakan.
Ayo terus umbar pukulanmu. Aku rela kok tubuhku
jadi sasaran. Syaratnya, harus kena! ejek Andika, sambil berusaha menghindari
serangan-serangan maut Serigala Mata Iblis.
Kendati mengeluarkan ejekan-ejekan seperti itu,
bukan berarti Andika dalam keadaan aman. Biar
bagaimana, dia terus berpikir untuk membalas.
Aku tak ingin membunuhmu, Pendekar Slebor! Yang
kuminta hanyalah tenaga 'inti petir' yang ada di tubuhmu!
Tetapi, perbuatanmu yang telah melukai serigala kesayanganku, memaksaku untuk segera membunuhmu.
Tentu saja, setelah mendapatkan tenaga 'inti petir' yang kau miliki!
O... Jadi serigala bodoh itu peliharaanmu, ya Pantas bodohnya
sama dengan pemiliknya! Andika terus mengumbar ejekannya.
Setan alas! Kubunuh kau! bentak Serigala Mata Iblis.
Orang bodoh memang banyak omong! Sejak tadi
saja, kau belum berhasil menjatuhkan tangan padaku!
balas Andika sok hebat. Padahal, jantungnya sudah kebat-kebit sejak tadi.
Wajah garang Serigala Mata Iblis makin nyata saja.
Kali ini sambil menyerang, tubuhnya berkelebat ke arah Andika. Agaknya, dia tak
mau bertindak ayal lagi.
Gerakannya kadang-kadang menerkam atau menjambretkan tangan-tangannya bagai seekor serigala.
Berkali-kali Pendekar Slebor berusaha menghindar.
Namun pada satu kesempatan.... Des!
Tubuh pemuda urakan itu terpental ke belakang
disertai muntahan darah. Napasnya terasa sesak dengan aliran darah menjadi
lambat. Kutu monyet! Panas sekali tubuhku!
Pendekar Slebor segera mengerahkan hawa murni
untuk mengusir panas yang menyerang tubuhnya. Lalu perlahan-lahan dia bangkit
sambil menatap Serigala Mata Iblis yang berdiri tegak sambil terbahak-bahak.
Kali ini aku yakin sekali, kalau kau memang tak
pantas menjadi pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan.
Ilmu yang kau miliki tak pantas membuatmu menyandang gelar seperti itu!
Bersiaplah, Pendekar Slebor!
Wajah Andika kontan pias. Dan entah mengapa, bulu kuduknya
meremang mendengar kata-kata penuh ancaman itu. Kembali tenaga 'inti petir' dialirkan ke seluruh tubuhnya. Dalam
waktu yang singkat, Andika berpikir keras untuk mengalahkan Serigala Mata Iblis.
Dari pertarungan barusan, Andika menarik kesimpulan kalau tak akan mampu
mengalahkannya. Namun, otaknya yang cerdik masih terus mencari akal.
Tiba pada satu pikiran yang ditemukannya, Pendekar Slebor pun menyorongkan kaki
kanan ke muka. Sementara kaki kiri ditarik ke samping. Tubuhnya agak membungkuk
dengan kedua tangan siap melancarkan serangan.
Sebelum Serigala Mata Iblis menerjang, Andika
sudah mendahului. Kali ini ajian 'Guntur Selaksa' segera dilepas. Seketika sinar
putih keperakan telah menyelimuti sekujur tubuhnya. Agaknya, Andika mengeluarkan
ajian 'Guntur Selaksa' tingkat pamungkas.
Melihat lawan mengeluarkan ajian, Serigala Mata
Iblis hanya tertawa yang menyakitkan telinga.
Ajian 'Guntur Selaksa' tak berarti apa-apa untukku!
Tanpa mengurangi kemposan
tubuhnya yang melesat deras, Andika mendengus dalam hati. Sialan!
Sudah tentu dia mengenali ajianku ini. Bukankah dulu entah berapa puluh tahun
yang lalu, dia pernah bertarung dengan Ki Saptacakra Masa bodoh! Peduli setan!
Aku harus memperdayainya! Paling tidak, sekarang memang harus mengandalkan
kecerdikan! Bukan menghadapinya dengan tenaga kasar!
Sementara kedua tangan Serigala Mata Iblis telah membuka. Seketika sinar hitam
telah menggelungi kedua tangannya.
Andika yang melihat hal itu tak ambil peduli. Cepat tangannya dihantamkan.
Pada saat yang sama Serigala Mata Iblis menggerakkan kedua tangannya.
Des! Des! Dua buah gerakan yang berbaur sinar putih
keperakan dan sinar hitam bertemu. Plas! Plas!
Dua buah sinar melesat ke atas dan membubung
tinggi, lalu lenyap. Namun saat itu pula, dua buah hantaman telak mendarat di
dada Pendekar Slebor.
Dess! Dess! Pemuda itu kontan terhuyung ke belakang sambil
menekap dadanya. Mulutnya meringis menahan sakit tak terkira.Seperti yang telah
diduga, ternyata lawan mampu mengatasi ajian 'Guntur Selaksa'. Apa yang
dirasakan Pendekar Slebor saat ini memang membuatnya menderita.
Kepalanya pusing tujuh keliling. Tubuhnya terasa lemah.
Matanya berkunang-kunang, namun otak cerdiknya masih bekerja.
Tinggal menjalankan permainan terakhir..., desis Andika dalam hati. Tubuhnya
yang memang sudah limbung, semakin dibuat limbung. Dan akhirnya, dia jatuh
ambruk ke tanah.
Melihat Pendekar Slebor sudah tak berdaya, Serigala Mata Iblis terbahak-bahak
keras. Dia masih berdiri tegak tanpa cedera sedikit pun.
Apa, yang kurencanakan ini memang sudah
menemui titik temunya. Setelah mendapatkan tenaga 'inti petir', tinggal
mendapatkan tulang sumsum milik Bidadari Tangan Maut yang harus kurebus dan
Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuminum airnya.
Dari isi tulang sumsum itulah aku bisa mendapatkan sebuah tenaga dahsyat yang
akan kupadukan dengan tenaga 'inti petir'. Sehingga nanti di Lembah Kutukan,
bukan hanya bisa berlari yang kulakukan, tetapi juga melangkah dengan santai
sambil menghancurkannya... ha ha ha...! Purnama sudah dekat, rencana bisa
dijalankan. Seluruh niat akan tuntas. Akan kupaksa Bidadari Tangan Maut mengeluarkan ajian
'Dewa Maut Hempaskan
Gunung'. Dengan ajian yang terangkum pada tangannya itulah tulang sumsum yang
dimilikinya akan menjadi kekuatan dahsyat bila berhasil kudapatkan. Waktu lalu,
aku memang masih membiarkannya hidup. Karena, wanita tua keparat itu tidak
sempat mengeluarkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Hmm.... Pada pertarungan
purnama nanti, aku akan bersikap lebih lunak. Sehingga,,ajian yang kuinginkan itu dikeluarkannya. Hhh!
Ke mana tiga manusia tolol itu pergi Mereka sudah tak berguna lagi. Akan kubunuh
ketiganya bila datang kembali kesini.
Pendekar Slebor yang berpura-pura pingsan tersentak mendengarnya. Tulang sumsum milik Bidadari Tangan Maut Gusti....
Rupanya inilah jawaban, mengapa Serigala Mata Iblis tidak membunuh Bidadari
Tangan Maut. Rupanya, tulang sumsum Bidadari Tangan Maut yang akan terangkum ajian 'Dewa Maut
Hempaskan Gunung' itulah yang di nginkannya.
'Tak akan kubiarkan manusia keparat ini menelan
bulat-bulat seluruh rencananya. Tak akan kubiarkan..., desis Andika menahan rasa
geram yang berbalur nyeri di tubuhnya.
Diam-diam Pendekar Slebor telah mengalirkan
tenaga dalam yang dipadukan dengan hawa murni guna menghilangkan rasa sakit.
Dan Pendekar Slebor memaki dalam hati ketika
Serigala Mata Iblis mengangkat tubuhnya dengan cara menendang.
Hup! Tahu-tahu tubuh Pendekar Slebor sudah tersampir di pundak sebelah kiri Serigala
Mata Iblis. Lalu tubuhnya terasa bagai melayang. Saat tubuhnya terasa menurun,
pandangannya dibuka.
Rupanya Serigala Mata Iblis tengah membawanya ke dasar Jurang Kematian.
*** 11 Di tempat yang penuh pepohonan, Bidadari Tangan
Maut dan si Bayangan Setan terus bertarung hingga puluhan jurus. Keadaan
sekitarnya sudah porak-poranda.
Kemurkaan si Bayangan Setan semakin menjadi-jadi, ketika mengetahui Raja Gelang
Besi tewas di tangan Bidadari Tangan Maut.
Serangan si Bayangan Setan bukan main dahsyatnya. Setiap kali tubuhnya berkelebat setiap kali pula terdengar angin
menderu-deru. Keadaan Bidadari Tangan Maut menjadi sulit.
Meskipun luka dalam akibat bertarung dengan Nenek Baju Emas, dia masih berusaha
bertahan. Namun tak urung beberapa kali terhantam telak pukulan atau tendangan
si Bayangan Setan.
Kesulitan itu makin menjadi, ketika Nenek Baju
Emas mempergunakan kesempatan selagi Bidadari Tangan Maut sibuk menghindari
serangan si Bayangan Setan.
Perempuan tua pesolek itu telah meluruk mengancam keselamatannya.
Diserang dari dua jurusan memang benar-benar
membuat repot Bidadari Tangan Maut.
"Rasanya aku tak mungkin bertahan lebih lama lagi.
Tubuhku sudah sakit semuanya," desah Bidadari Tangan Maut dengan tubuh limbung.
Padahal aku masih
penasaran, mengapa Serigala Mata Iblis tidak segera membunuh waktu itu. Dan
justru, mengajakku bertarung kembali. Ah! Rahasia apa yang ada di balik semua
ini Yang jelas, harus kuketahui. Bila berada lebih lama di sini, niscaya aku tak
akan bisa mengetahui rahasia itu.
Berpikir begitu, tiba-tiba saja Bidadari Tangan
Maut berputar. Tubuhnya seketika mencelat ke belakang.
Begitu berdiri tegak, wajah Bidadari Tangan Maut semakin
tegang. Urat-urat di seluruh tubuhnya mengencang. Perlahan-lahan kedua tangannya memancarkan sinar kehitaman. Sorot matanya pun
menyorot tajam. Rupanya dia tengah mengeluarkan ajian pamungkasnya, 'Dewa Maut
Hempaskan Gunung'.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas terpaku
sejenak. Mata mereka tak berkedip memandang Bidadari Tangan Maut yang berdiri
pada jarak tiga tombak.
Aku yakin, wanita tua itu tengah mengeluarkan ajian pamungkasnya, bisik si
Bayangan Setan dalam geraman.
Haram jadah! Aku tak peduli dengan semua itu! Dia harus mampus! sentak Nenek
Baju Emas. Kebenciannya pada Bidadari Tangan Maut makin menjadi. Sehingga wajah
pesoleknya terlihat menegang.
Matanya bagai melompat keluar saking geramnya.
Si Bayangan Setan memperhatikan, bagaimana
kedua lengan Bidadari Tangan Maut berubah menjadi hitam. Bibirnya lantas
menyeringai. "Sabar..... Wanita itu sudah tak berdaya sebenarnya.
Dan aku yakin, meskipun dia telah mengeluarkan ajian pamungkasnya, namun tak
memiliki banyak tenaga untuk menunjang ajiannya. Kita serang bersamaan. Kau
bagian atas, aku bagian bawah, ujar si Bayangan Setan.
Kedua tokoh tua aliran sesat ini mengatur langkah.
Didahului teriakan keras, si Bayangan Setan melesat ke muka. Lalu, menyusul
Nenek Baju Emas yang meluruk menyerang bagian atas.
Bidadari T angan Maut menatap jalang. Begitu tubuh kedua lawannya meluncur, dia
pun menerjang pula
Heaaa! Des! Des! Benturan pun terjadi. Tampak tubuh si Bayangan
Setan terlontar dua tombak ke belakang. Sementara Nenek Baju Emas terhuyung
dengan dada seakan remuk.
Namun yang dialami Bidadari Tangan Maut pun lebih dahsyat lagi. Tubuhnya
terlempar deras ke belakang, lalu menghantam sebuah pohon. Saat itu juga,
seluruh tulang iganya bagai patah.
Aku telah kehilangan banyak tenaga. Sehingga, ajian
'Dewa Maut Hempaskan Gunung' sia-sia belaka. Hmm...
Selagi keduanya mengatur napas, aku harus meninggalkan tempat ini....
Dengan mengerahkan sisa-sisa tenaganya, perempuan tua ini cepat melenting ke belakang. Seketika tubuhnya menghilang
begitu cepat di sela-sela pepohonan besar. Setan alas! Nenek Baju Emas! Ini
kesempatan kita untuk membunuhnya! Dia sudah terluka!
Tanpa buang waktu lagi, si Bayangan Setan pun
berkelebat mengejar. Sedangkan Nenek Baju Emas
menyusul di belakang dengan langkah terhuyung-huyung.
Suasana dalam gua di Jurang Kematian begitu gelap pekat. Serigala Mata Iblis
meletakkan Pendekar Slebor di atas sebuah altar batu. Tangannya lantas bergerak
beberapa kali. Wuss! Wuss! Wusss!
Seketika obor-obor yang semula padam, menyala
dan menerangi gua.
Ha ha ha.... Kini tiba saatnya aku mendapatkan
sesuatu yang telah lama kuinginkan..., sorak lelaki seram itu.
Pendekar Slebor yang masih berlagak pingsan
tersenyum dalam hati.
Kau akan mendapatkan sesuatu yang tak pernah
kau duga, Manusia Keparat, gumamnya dalam hati.
Raja Serigala.... Kau akan mendapatkan sesuatu
yang kau inginkan. Dendammu akibat perbuatan Pendekar Slebor akan terbayar
sudah. Daging-dagingnya akan kau rencah! Ha ha ha...! kata Serigala Mata Iblis.
Tanpa peduli ocehan Serigala Mata Iblis, Pendekar Slebor menajamkan
pendengarannya untuk menangkap suara-suara lain. Nihil. Yang ada cuma angin
menusuk tulang yang masuk ke gua itu.
Apakah pemuda yang bernama Sudira itu telah
tewas Kalau benar... jelas aku terlambat..., desah Andika galau. Mendadak
telinga Pendekar Slebor menangkap
suara langkah yang memasuki gua di dasar Jurang
Kematian. Serigala Mata Iblis yang mendengar pula, segera
memutar tubuhnya. Kedua matanya memicing melihat kehadiran kedua kaki tangannya.
Hm.... tenaga mereka sudah tak kubutuhkan lagi,
desis Serigala Mata Iblis.
Wajah Serigala Mata Iblis yang bengis itu memasang senyum.
Sudahkah kalian menemukan Raja Gelang Besi
sapanya, pura-pura ramah.
Kedua sosok yang tak lain si Bayangan Setan dan
Nenek Baju Emas saling berpandangan, lalu kembali menatap Serigala Mata Iblis.
Setelah gagal menemukan Bidadari Tangan Maut, keduanya memang memutuskan untuk
kembali ke Jurang Kematian. Ada dua masalah yang dikhawatirkan. Pertama, bila
terlalu lama meninggalkan Jurang Kematian, justru ajal yang akan diturunkan
Serigala Mata Iblis. Kedua, mereka pun hendak mengabarkan tentang matinya Raja
Gelang Besi di tangan Bidadari Tangan Maut. Di luar kedua masalah itu, mereka
juga hendak mengabarkan tentang Bidadari Tangan Maut yang telah terluka parah.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas lantas
bersujud, tanpa mengangkat kepalanya.
Maafkan kami, Ketua.... Kabar buruk kami terima, Raja Gelang Besi ternyata telah
tewas di tangan Bidadari Tangan Maut,
lapor si Bayangan Setan, mewakili
temannya. Pikir si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas,
mereka akan mendapatkan dampratan. Namun nya-tanya justru tawa Serigala Mata
Iblis yang terdengar. Hati keduanya jadi bertanya-tanya keheranan. Mengapa jadi
seperti ini Bagus, bagus sekali! Itulah hukuman yang harus
diterima karena melanggar perintahku. Bagaimana dengan pemuda yang mirip
Pendekar Slebor itu
Si Bayangan Setan merasa seluruh tubuhnya
membeku. Bila ingat kejadian itu, hatinya menjadi marah.
Dan sekarang, bukan main ciut hatinya.
Manusia ini harus kubohongi daripada aku mampus
sekarang juga, gumamnya dalam hati.
Si Bayangan Setan lantas sedikit mengangkat
kepalanya. Apa yang telah Ketua perintahkan, telah dilaksanakan. Pemuda itu telah menjadi mayat sekarang.
Mata laki-laki berjubah merah itu menajam. Di mana mayatnya Sudah... sudah
dibuang di tepi hutan. Jangan dusta! Suara Serigala Mata Iblis menggelegar
keras, membuat hati si Bayangan Setan menjadi tak menentu.
Digertak seperti itu seluruh nyalinya jadi luntur.
Maka lelaki ini segera menceritakan apa yang
terjadi. Pikirnya, sangat sulit membohongi Serigala Mata Iblis. Mendengar cerita
si Bayangan Setan, Serigala Mata Iblis
malah terbahak-bahak keras
hingga perutnya
berguncang. Eyang P urnama..... Pernah pula kudengar nama
manusia itu. Hhh... Aku tak punya urusan dengannya! Mau dibawa ke mana, itu
urusannya! Pemuda yang berjuluk Pendekar Slebor berada di tanganku sekarang.
Nah! Apa lagi yang hendak kau sampaikan kepadaku
Si Bayangan Setan melengak sampai terdesak. Lagi-lagi, dia tak menerima
dampratan atau pukulan Serigala Mata Iblis. Bahkan yang terdengar hanya suara
tawa saja. Lelaki ini memang sempat melihat satu sosok tubuh terbujur di altar batu di
belakang tubuh Serigala Mata Iblis.
Apakah karena Pendekar Slebor tertangkap, membuat Serigala Mata Iblis tak
mengumbar amarahnya
Kami baru saja bertarung melawan Bidadari Tangan Maut. Dan kami yakin, saat ini
Bidadari Tangan Maut telah terluka parah, lapor si Bayangan Setan lagi, masih
diiringi rasa herannya.
Berita itulah yang ingin kudengar. Di mana dia
sekarang tanya Serigala Mata Iblis.
Sementara, Andika diam-diam mendesah dalam hati.
Rupanya pemuda itu dibawa oleh Eyang Purnama. Ah! Aku tenang sekarang. Rencana
yang kusiapkan akan bisa kujalankan sekarang. Baiknya, kudengar lagi percakapan
mereka. Meskipun merasa heran karena Serigala Mata Iblis tak marah mendengar katakatanya, namun masih ada rasa takut di hati si Bayangan Setan.
'Dia berhasil meloloskan diri..., sahutnya, terbata.
Tawa keras Serigala Mata Iblis mengumandang
kembali. Bagus! Cara kerja kalian memang menakjubkan. Aku justru akan membunuh kalian
jika sampai membunuhnya.
Ada sesuatu yang masih kubutuhkan dari Bidadari Tangan Maut. Biarkan dia hidup
untuk sesaat. Dan aku yakin, dia akan menerima tantanganku purnama ini, di
lereng Bukit Mambang sebelah timur Jurang Kematian ini. Hmm,
purnama tinggal tiga hari lagi.
Hati si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas benar-benar tak mengerti, mengapa
Serigala Mata Iblis tidak marah
mendengar laporannya. Rasa tegang tadi punberangsur-angsur menjadi ketenangan.
Kalian telah lama
Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengabdi kepadaku dan
menjalankan seluruh perintahku. Sudah sepatutnya kalian kuberi hadiah...,
kata Serigala Mata Iblis,
seolah melegakan kedua kaki tangannya.
Tidak perlu, Ketua.... Mendengar Ketua tidak marah saja, kami sudah senang...,
kata si Bayangan Setan.
Ha ha ha.... Sekalipun aku tak pernah memberikan kalian hadiah. Maka, terimalah
hadiah ini sekarang.
Si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas menunggu
nama masing-masing disebutkan dengan kepala tertunduk.
Dan tiba-tiba saja, wajah Serigala Mata Iblis berubah menjadi bengis. Lalu
seketika tangannya mengibas ke depan.Wuss! Wuss!
Tak ada teriakan apa pun. Tanpa sadar apa yang
akan dialami, tahu-tahu kepala si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas telah
menggelinding ke sudut gua. Darah muncrat dari leher yang putus, lalu ambruk
bersimbah Hhh! Manusia-manusia bodoh seperti kalian ini
hanya menyusahkanku saja! Tenaga kalian sudah tak kubutuhkan lagi! Pendekar
Slebor sudah di tanganku. Dan sebentar lagi, Bidadari Tangan Maut akan
kudapatkan! Peduli setan dengan Eyang Purnama yang telah membawa pemuda itu! Setelah
kudapatkan semuanya, Lembah
Kutukan akan kuhancurkan berikut kutukan Eyang Ki Saptacakra. Seluruh tokoh
rimba persilatan ini pun akan kumusnahkan. Kec uali, mereka yang mau menjadi
pengikutku! "Raja Serigala! Bawa tubuh kedua manusia laknat
ini! Mereka menjadi hidangan makan malammu!"
Serigala besar itu mengeluarkan
dengkingan gembira. Lalu dibawanya kedua mayat itu dengan gigi-gigi tajamnya.
Pendekar Slebor yang mengira-ngira apa yang
terjadi, hampir-hampir tak kuat lagi menahan gejolak marah di dadanya.
Laknat! Manusia ini tak ubahnya seekor serigala
lapar! Hhh! Untuk saat ini, aku harus bisa menahan amarah. Apalagi rencanaku
yang merupakan harapan satu-satunya belum kujalankan. Karena bila aku nekat
menghadapinya, justru nyawaku yang akan melayang.
Andika kembali membuat tubuhnya seperti pingsan
dengan cara mematikan urat saraf di otak nya. Hal itu bukanlah sebuah masalah
sulit. Karena sebagai tokoh kenamaan, bukan hat yang sulit bagi Andika untuk
melakukannya. Andika kini merasa kedua kakinya dipegang erat
oleh tangan Serigala Mata Iblis. Ketika merasakan hawa dingin masuk ke tubuhnya
melalui kaki, Andika pun menjalankan rencana yang dipikirkannya.
12 Keringat telah membanjiri seluruh tubuh Serigala Mata Iblis. Wajahnya telah
berubah tegang dengan kening berkerut. Dan tenaga dalamnya kembali ditambah.
Begitu menemukan titik urat di pusar Pendekar Slebor, dia berusaha menyedot
tenaga 'inti petir'. Namun di kejap lain, tenaga itu disentaknya kembali.
"Setan! Kenapa jadi begini!" maki lelaki ini tak mengerti. Karena, yang
dirasakan hanyalah hawa dingin yang masuk kembali ke tubuhnya. Dengan kening
berkerut dipegangnya tubuh Pendekar Slebor. Panas. Tetapi, mengapa aku tidak
merasakan satu sentakan bagai petir yang berubah jadi seperti gigitan semut
begitu masuk ke tubuhku Yang kurasakan cuma hawa dingin, dis usul hawa panas
saja. Brengsek! Apakah memang s usahnya seperti ini Tidak mungkin! Aku telah
mempelajari sebuah ilmu dahsyat 'Sedot Bumi' yang bisa memindahkan tenaga orang
lain ke tubuhku. Tak terkecuali tenaga 'inti petir' milik Pendekar Slebor.
Tetapi... persetan! Akan kucoba lagi!
Kembali lelaki tinggi besar berjubah merah itu
mengerahkan tenaga dalamnya yang dipadu ajian 'Sedot Bumi'. Ajian itu memang
telah khusus dipelajarinya untuk mengambil tenaga 'inti petir' milik Pendekar
Slebor. Namun lagi-lagi lelaki ini harus mengerutkan
keningnya. Lagi-lagi hawa dingin mas uk ke tubuhnya.
Masih tak mengerti dipegangnya kembali tubuh Pendekar Slebor. Kini dirasakan
suhu panas di tubuh pendekar pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan itu bertambah
tinggi. Bangsat! Apakah ilmu 'Sedot Bumi' ini tak mampu menyedot tenaga 'inti
petir'! Tidak mungkin! Pasti ada kesalahan, dengus Serigala Mata Iblis.
Setelah melakukan berkali-kali namun gagal, tiba-tiba saja sosok tinggi besar
itu berdiri tegak. Wajahnya begitu tegang. Kepalanya lantas menoleh.
Serigala laknat! Dia coba mengelabuiku dengan
mengatakan kalau pemuda ini Pendekar Slebor! Hhh!
Kurang ajar! Ajian 'Sedot Bumi' tidak mungkin gagal mendapatkan tenaga 'inti
petir'! Wajah Serigala Mata Iblis merah padam. Napasnya
terdengar berat dan bagai ditarik dari dalam
Setan alas! Sekarang aku yakin... pemuda ini pasti bukan Pendekar Slebor! Hanya
cara berpakaiannya yang sama. Kalau sebelumnya aku tahu dia melingkupi
tubuhnya saat kuserang, ini pasti bukan tenaga 'inti petir'.
Melainkan sebuah tenaga panas belaka yang sekarang kurasakan pada tubuhnya.
Rupanya, Serigala Mata Iblis tiba pada kesimpulan kalau pemuda yang berbaring
tak berdaya di hadapannya bukanlah Pendekar Slebor. Karena saat telapak
tangannya ditempelkan pada kedua kaki Pendekar Slebor, yang akan terserap masuk
ke tubuhnya adalah sebuah tenaga panas yang rnenyengat serta getaran kuat. Kalau
benar itu Pendekar Slebor, bila tenaga petir berhasil disedotnya maka tubuhnya
akan berubah sedingin es.
Namun yang dialami Serigala Mata Iblis sekarang ini, justru kebalikannya!
Haram jadah! Raja Serigalaaa! teriaknya kuat-kuat.
Andika yang sedang tersenyum-senyum karena
melihat tingkah Serigala Mata Iblis, hampir saja tersentak.
Suara keras itu menggugurkan batu-batu yang menaungi gua di Jurang Kematian itu.
Raja Serigala yang asyik menikmati hidangannya
tersedak. Dengkingannya terdengar. Masih dengan mulut penuh darah, dia melompat
ke dalam. Begitu melihat hewan peliharaannya di hadapannya, Serigala Mata Iblis murka
bukan main. Tanpa banyak cakap tangan kanannya dikibaskan.
Wusss! Angin bergemuruh dahsyat langsung meluruk ke
arah Raja Serigala. Tanpa ampun lagi, tubuh hewan kaki empat itu terpental jauh
keluar gua dan ambruk dengan tubuh hancur.
Percuma sekian tahun kau kupelihara bila ternyata hanya membuang waktuku saja!
maki Serigala Mata Iblis geram. Lalu tubuhnya berbalik lagi pada Pendekar
Slebor. Hhh! Rupanya kau hanyalah seorang pendekar picisan yang tak berguna! Lebih baik
mampus daripada memusingkan kepalaku!
Serigala Mata Iblis mengangkat tangan kanannya,
siap dipukulkan pada Pendekar Slebor yang sekarang disangka sebagai orang lain.
Dalam sekali pukul saja, tubuh Andika pasti akan pecah berantakan.
Andika sendiri yang merasakan hawa kematian siap menebar ke arahnya, segera
bersiaga. Dia akan melompat begitu merasakan angin meluruk ke arahnya.
Namun sebelum Serigala Mata Iblis siap menurunkan tangan kematian....
Serigala Mata Iblis! Kematian sudah berada di
tanganmu! Tak perlu tunggu waktu purnama nanti.
Muncullah! Kau akan menghadap malaikat penjaga neraka dengan segera!
Serigala Mata Iblis menggeram sengit, mendengar
bentakan sayup-sayup.
Bidadari Tangan Maut! Setan alas! Kini saatnya aku mendapatkan apa yang
kuinginkan dari Bidadari Tangan Maut. Pendekar Slebor urusan belakang!
Hawa marah telah menggelegak dalam dada
Serigala Mata Iblis. Dan kemarahan itu akan dialihkan pada Bidadari Tangan Maut.
Dengan sekali lesat saja, tubuhnya sudah keluar. Dan dengan cepat, dia berlari
ringan, menaiki undakan untuk tiba di atas Jurang Kematian.
Tawa keras Serigala Mata Iblis berkumandang
dahsyat begitu melihat satu sosok berdiri dalam jarak tiga tombak. Sementara
Bidadari Tangan Maut memicingkan matanya. Tubuhnya agakbergetar, karena nyeri
dan luka dalam yang diderita.
Bagaimana tahu-tahu perempuan tua itu sampai
berada di tempat ini
Setelah berpikir untuk melarikan diri dari si
Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas, Bidadari Tangan Maut pun melesat cepat
Baginya yang terpenting bukanlah kedua orang itu. Melainkan, teka-teki tentang
Serigala Mata Iblis yang tidak membunuhnya. Bahkan menantangnya bertarung.
Pikiran itu memang tiba-tiba muncul. Dan dia
berpikir, jalan satu-satunya untuk menemukan Serigala Mata ftlis adalah dengan
memperdaya si Bayangan Setan dan Nenek Baju Emas. Dalam perhitungannya, bila dua
begundal Serigala Mata Iblis tak berhasil menemukan dirinya, keduanya pasti akan
segera kembali kepada Serigala Mata Iblis. Karena secara tidak langsung, dia
menduga kalau kemunculan keduanya jelas-jelas untuk mencari Raja Gelang Besi dan
mencari Pendekar Slebor.
Apa yang diduga Bidadari Tangan Maut memang
benar. Karena telinganya mendengar kalau si Bayangan Setan memutuskan untuk
kembali kepada Serigala Mata Iblis. Setelah kedua begundal itu berkelebat,
Bidadari Tangan Maut pun melompat turun. Dan dengan menjaga jarak, dia
berkelebat mengikuti keduanya.
Selamat datang di tempatku ini, Bidadari Tangan
Maut! sambut Serigala Mata Iblis dengan suara keras. Aku masih berlunak hati
memberi kesempatan berlatih. Tetapi, justru kaulah yang datang mengantarkan
nyawa ke sini. Kematian di tangan Yang Maha Kuasa. Bila belum
ditentukan, maka aku tak akan pernah mati, balas Bidadari Tangan Maut.
Sengaja dia berkata
begitu untuk memancing jawaban Serigala Mata Iblis yang saat itu tidak membunuhnya.
Terbahak Serigala Mata Iblis mendengarnya.
Kau salah! Kematianmu berada di tanganku. Hhh!
Aku ingin merasakan kehebatan ajian pamungkasmu,
'Dewa Maut Hempaskan Gunung'.
Kau akan segera merasakannya! Lakukan! Kerahkan
seluruhnya, agar kau tahu kalau ajian pamungkasmu itu tak berarti banyak
terhadapku! Keparat sombong! Tak perlu menunggu purnama.
Karena, nyawamu ada di tanganku!
Kuakui kau akan berhasil melakukannya. Bila waktu itu kau tidak kubunuh,
sekarang saatnya yang tepat!
Rasa pengecutmu sebenarnya masih ada, Manusia
Laknat! Kau masih menunggu hingga purnama untuk
bertarung denganku! sentak Bidadari Tangan Maut
memperlihatkan senyum penuh ejekan.
Kedua mata lelaki yang ingin menghancurkan
Lembah Kutukan ini bagai melontarkan nyala api,
mendengar ejekan Bidadari Tangan Maut. Tubuhnya
bergetar. Haram jadah! Kulakukan itu karena aku ingin
merasakan kehebatan ajian pamungkasmu! Dan sementara menunggu, aku tengah mencari Pendekar
Slebor!Kau tak akan bisa mengalahkan pemuda pewaris ilmu Pendekar Lembah Kutukan
itu! Bangsat! Sehabis membentak, Serigala Mata Iblis melompat.
Tangan kanannya melesat. Dan bersamaan dengan itu, kaki kanannya digerakkan.
Maka angin panas segera mendahului, sebelum tangan dan kakinya melesat.
Mendapati serangan semacam itu, Bidadari Tangan
Maut terkesiap. Tanpa sadar kakinya mundur satu tindak.
Laiu dicobanya menahan serangan dahsyat itu dengan menggerakkan kaki dan tangan
secara bersamaan.
Des! Des! Des! Aaakh...! Tiga kali benturan keras terjadi disertai jerit
kesakitan dari mulut Bidadari T angan Maut. Tubuhnya raencelat ke belakang, lalu
jatuh terduduk dengan mulut dan hidung mengalirkan darah.
Bukan main kehebatan lelaki laknat ini! Tetapi biar bagaimanapun hebatnya, aku
tak akan pernah mundur barang setindak pun! desis Bidadari Tangan Maut sambil
coba berdiri. Seluruh tulangnya seketika terasa nyeri.
Sementara Serigala Mata Iblis tak mengalami apaapa. Bahkan tetap berdiri tegak dengan tawa penuh kesombongannya.
Mengapa kau tak mengeluarkan ajian 'Dewa Maut
Hempaskan Gunung' Apakah sebenarnya kau memang tak lagi memiliki kemampuan ejek
lelaki itu. Panas wajah Bidadari Tangan Maut dengan ejekan
yang menyakitkan. Ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'
memang sebuah ajian dahsyat. Namun sayangnya, bila tak ditopang tenaga dalam
kuat dan keadaan tubuh yang kuat pula, ajian itu tak akan membawa hasil apa-apa.
Akan tetapi, hawa marah sudah siap meledak di atas ubun-ubunnya. Maka kaki
kanannya cepat diserongkan ke belakang dengan tubuh agak membungkuk Saat itu
pula sisa-sisa tenaga dalam dialirkan pada kedua tangannya.
Sesaat terlihat tubuhnya bergetar. Sedangkan kedua tangannya hingga pangkal-nya
mendadak berubah menjadi hitam legam.
Menyadari kalau pancingannya mengena, Serigala
Mata Iblis memperdengarkan tawa keras. Segera ajian
'Sedot Bumi' dikerahkan, dan akan dihantamkan dengan segera. Bila kedua
tangannya berhasil memegang erat kedua tangan Bidadari Tangan Maut, akan
disedotnya tenaga wanita setengah baya itu. Lalu dengan sekali gerak, akan
didapatkan tangan itu, kemudian disedotnya tulang sumsumnya. Sedangkan tulangbelulang milik Bidadari Tangan Maut akan digodoknya dengan ramuan yang telah
disiapkannya. Bila airnya diminum, maka kesaktiannya akan bertambah.
Meskipun sadar kalau tenaganya yang tak akan
mampu menopang ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung', Bidadari Tangan Maut tak mau
ambil peduli. Baginya sekarang, hidup atau mati tidak penting. Yang di nginkan
adalah menuntaskan perkara yang dihadapinya.
Dengan satu teriakan keras sekali, tubuh Bidadari Tangan Maut melompat. Tahu
kalau lawan sudah masuk dalam pancingannya, Serigala Mata Iblis pun lompat
memapaki. Kedua tangannya berbentuk cengkeraman.
Namun.... Wusss.. !
Belum lagi bentrokan terjadi, tiba-tiba saja angin deras meluruk ke arah
Serigala Mata Iblis. Lelaki ini segera membuang tubuhnya sambil memaki tak
karuan. Sementara itu Bidadari Tangan Maut tersentak ke
belakang ketika merasakan hantaman secepat kilat mengenai dadanya. Cepat
keseimbangannya dikuasai agar tidak jatuh. Tendangan yang dirasakannya tadi
tidak begitu kuat. Namun karena datang secara mendadak, sehingga tak bisa
ditahannya. Dua pasang mata terbelalak begitu melihat siapa
yang berdiri di hadapan mereka. Sedangkan mata Bidadari Tangan Maut
Pendekar Slebor 46 Serigala-serigala Lapar di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memperlihatkan sinar gembira. Di lain pihak Serigala Mata Iblis berubah merah
setajam bara. "Pendekar Slebor!" seru Bidadari Tangan Maut,
membuat Serigala Mata Iblis tersentak.
*** 13 Serigala Mata Iblis masih tak percaya dengan
pendengarannya saat Bidadari Tangan Maut menyebutkan julukan si pemuda yang baru
datang. Rasa herannya membuatnya terpaku sesaat. Bukankah pemuda berbaju hijau
pupus yang sedang cengar-cengir itu tak lain pemuda yang dibawanya ke gua Jurang
Kematian Lalu, mengapa Bidadari Tangan Maut menyebutnya sebagai Pendekar
SleborSadarlah Serigala Mata Iblis kalau telah ditipu.
Tetapi, bagaimana semua itu bisa terjadi
Heran ya Heran He he he.... Siapa dulu, dong....
"Bukankah sudah kukatakan, kalau tak punya kepandaian apa-apa jangan suka jual
lagak" ejek Andika.
Setan alas! Bagaimana kau bisa melakukan hal itu!
bentak Serigala Mata Iblis.
Andika buka kedua tangannya.
Mudah saja. Aku hanya menutup aliran tenaga 'inti petir' yang berpusat pada
setiap susunan saraf. Sehingga, tenaga ' inti petir' yang kumiliki lenyap begitu
saja. Lalu setelah kupadukan dengan ajian 'Tapa Geni' yang
kupelajari dari round Siluman Hutan Waringin, tubuhku tersei mut hawa panas.
Perlu kau ketahui, ajian Tapa Geni'
merupakan ajian maut yang tak pernah diketahui
bagaimana sang pemilik menyerang. Karena, serangan itu bagai tak terlihat, namun
membawa hasil. Nah, mudah bukan O ya.". Apakah serigala besar milikmu itu tidak
segera di kuburkan
Merah padam seluruh tubuh Serigala Mata Iblis
mengetahui kalau justru telah melepaskan orang yang telah lama dicarinya.
Orang tua... apakah kau sudah mengetahui,
mengapa lelaki itu tidak membunuhmu kata Pendekar Slebor, membuat Serigala Mata
Iblis makin panas saja.
Bidadari Tangan Maut meringis lalu menggeleng.
Hm.... Perlu kau ketahui... yang di nginkan darimu
bukanlah tubuh atau nyawamu. Melainkan, seluruh tulang sumsum yang ada padamu
bila kau telah mengalirkan ajian 'Dewa Maut Hempaskan Gunung'. Itulah sebabnya,
waktu itu dia tidak membunuhmu. Karena, kau tidak mengeluarkan ajian pamungkas
itu. Tetapi mengapa tanya Bidadari Tangan Maut
keheranan. Tulang sumsum milikmu yang terpendam ajian
'Dewa Maut Hempaskan Gunung' akan menjadi sebuah tenaga dahsyat bagi Serigala
Mata Iblis. Sebaiknya, kau jangan mempergunakan ajian 'Dewa Maut'...
"Heei ittl Kadal buntung! Monyet pitak!
Andika memaki tak karuan ketika merasakan
kelebatan dahsyat mengandung tenaga dalam tinggi yang meluruk ke.arahnya.
Cekatan tubuhnya dibuang dan langsung melontarkan kain pusaka bereorak catur
yang telah dipadu dengan ajian 'Guntur Selaksa'.
Bletar! Suara bagai salakan petir menggema di tempat itu, yang kini telah diterangi
sinar matahari.
Serigala Mata Iblis memaki keras. Dia melompat ke samping. Dan ketika siap
menyerang, Bidadari Tangan Maut sudah memburu. Menyusul, Pendekar Slebor yang
terus menyerang dengan kain pusakanya.
Serangan susul menyusul yang
dahsyat tak membuat Serigala Mata Iblis menjadi gentar. Justru tenaga dalamnya ditingkatkan
sambil membalas cepat.
Tak terasa, pertarungan sudah berlangsung puluhan jurus.
Desss.. ! Aaakh...! Dan mendadak tubuh Bidadari Tangan Maut
terlempar ke belakang, ketika satu sentakan kaki menghantam dadanya.
Andika menjadi murka melihatnya. Tanpa mempedulikan dirinya sendiri, dia melompat cepat ke arah Bidadari Tangan Maut
Karena dilakukan agak mendadak,
kekuatannya jadi berkurang. Begitu menerima tubuh Bidadari Tangan Maut, mau tak
mau tubuhnya pun
terdorong ke belakang. Cepat keseimbangannya dijaga, apalagi ketika matanya
menangkap kelebatan Serigala Mata Iblis.
Kalian akan kudapatkan hari ini juga! Dan Lembah Kutukan hancur berantakan!
Sebisanya Andika mempertahankan kecepatan dan
keseimbangannya. Dia sadar, lawan memang memiliki ilmu sangat tinggi. Namun
tadi, ketika mempergunakan kain bercorak caturnya yang dialirkan ajian 'Guntur
Selaksa', Andika bisa bernapas sejenak. Sayang keadaan Bidadari Tangan Maut
sudah lemah sekali. Bahkan Andika yakin, dalam waktu beberapa tarikan napas
saja, perempuan itu sudah kehilangan seluruh tenaganya akibat lelah dan luka
dalam. Harus membutuhkan waktu satu hari satu malam untuk memulihkan tenaga
dalamnya kembali.
Dalam keadaan bebas saja Andika cukup disulitkan oleh serangan Serigala Mata
Iblis. Apalagi sekarang harus membopong dan menyelamatkan Bidadari Tangan Maut.
Keadaannya benar-benar gawat sekali.
Namun mendadak keanehan yang sukar dimengerti
Andika terjadi. Karena, tubuh garang Serigala Mata Iblis yang siap menumpahkan
seluruh hawa kematian, tiba-tiba saja terpental deras ke belakang, bagai ada
sebuah tenaga raksasa yang menghantam.
Setan alas! maki Serigala Mata Iblis yang jatuh
terduduk dan berusaha bangun. Saptacakra! Kau menang lagi kali ini! Tetapi,
percayalah! Akan kubunuh pemuda pewaris ilmu itu. Dan, kuhancurkan Lembah
Kutukan! Sehabis berkata begitu, tubuh Serigala Mata Iblis terpental kembali ke belakang.
Kali ini, darah keluar dari mulutnya.
Haram jadah! Kutukan Saptacakra memang sulit
kuduga! Jarak tiga puluh ribu tombak ini tak bisa kutentukan! Biarlah, saat ini
aku mengaku kalah. Tetapi kelak... aku akan muncul kembali!
Ketika merasakan angin deras mengarah padanya
lagi, Serigala Mata Iblis mengambil langkah seribu.
Andika yang masih dalam keadaan tegang, menarik
napas lega. Tubuhnya yang masih membopong Bidadari Tangan Maut tahu-tahu jatuh
terduduk. Rupanya Eyang Saptacakra yang menyelamatkan
aku. Berat sekali cobaan yang kualami saat ini. Dan aku yakin, manusia laknat
itu akan muncul kembali.... Aku yakin, kutukan yang dilakukan Eyang Saptacakra
bukan semacam kutukan biasa. Melainkan, karena memang
mampu menyerang dalam jarak ribuan tombak jauhnya.
Ah! Ilmunya memang begitu tinggi. Sebaiknya, aku membantu Bidadari Tangan Maut
memulihkan tenaga.
Setelah itu, aku akan membawanya ke Desa Peterongan untuk mengabarkan pada gadis
yang bernama Nuning tentang kakaknya yang dibawa Eyang Purnama.... Aku yakin,
pemuda itu pasti aman-aman saja...
Pembuat Ebook :
Scan buku ke djvu : Abu Keisel
Convert : Abu Keisel
Editor : Arya Winata
Ebook pdf oleh : Dewi KZ
http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://kangzusi.info/ http://cerita_silat.cc/
SELESAI PENDEKAR SLEBOR
Segera terbit!!!
Serial Pendekar Slebor dalam episode
MALAIKAT BUKIT PASIR
Tujuh Pedang Tiga Ruyung 4 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Seruling Samber Nyawa 3
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama