Ceritasilat Novel Online

Putri Kerudung Hijau 1

Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau Bagian 1


TEGUH SUPRIANTO
PENDEKAR RAJAWALI SAKTI PUTRI KERUDUNG HIJAU
Kitab ke : 19 Ebook By : WAKINAMBORO
Cover by : WAKINAMBORO
PUTRI KERUDUNG HIJAU
O l e h T e g u h S u p r i a n t o
C e t a k a n p e r t a m a
Penerbit Cintamedia, Jakarta
Gambar Sampul oleh Soeryadi
Hak cipta pada Penerbit
Dilarang mengcopy atau memperbanyak
sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa lzin tertulis dari penerbit
Teguh Suprianto
Serial Pendekar Rajawali Sakti dalam episode:
Putri Kerudung Hijau
128 hal.; 12 x I8 cm
Scan, Edit Teks & Convert to PDF
By WAKINAMBORO EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 1
Lolongan anjing menggema memecah
kesunyian dan keheningan malam. Angin bertiup
kencang menaburkan hawa dingin menggigilkan
tulang. Suasana malam ini begitu mencekam.
Apalagi saat itu hujan jatuhnya rintik-rintik
menyirami seluruh permukaan Gunung Palang
Sewu. Hanya ada satu perkampungan di lereng
gunung itu. Keadaannya sunyi, bagai sebuah
perkampungan mati.
Tapi dari kerlipnya pelita di tiap-tiap rumah,
menandakan kalau desa itu masih berpenghuni.
Suara kentongan peronda malam menghalau
kesunyian yang menyelimuti seluruh
perkampungan itu. Terlihat dua orang laki-laki
berjalan menyusuri jalan tanah Desa Palang Sewu
itu. "Huh! Sial tuh si Saprin. Pura-pura
encoknya kambuh!" salah seorang yang
memukul kentongan dari bambu menggerutu.
"Ah..., paling-paling juga lagi tandang ke
rumah janda di ujung jalan sana," seorang lagi menimpali.
"Ha ha ha ... ! "
"Kenapa, tertawa?"
"Lucu."
"Apanya yang lucu?"
"Saprin itu kan orangnya gendut, tua, jelek
lagi. Mana mungkin Katila mau sama orang
1 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com macam si Saprin itu" Mendingan juga
sama aku! Masih bujangan, wajah..., tidak begitu jelek. Punya mainan lagi!"
"Lagakmu, Rin.... Baru lihat kerbau ngamuk
saja sudah lari paling dulu."
"Eee ... ! Kamu mau coba, Dut!" Birin jadi gusar.
Endut hanya cengar-cengir saja. Bukannya
tidak berani, tapi dia tidak suka ribut dengan
teman sendiri. Apalagi dalam tugas ronda yang
hanya berdua saja malam ini. Kalau ribut,
bisa-bisa harus meronda sendiri. Endut tidak
bisa membayangkan, jika harus berada di luar
rumah malam-malam sendirian. Lebih baik
mengalah, daripada meronda sendirian keliling
desa. Tidak terasa mereka berkeliling sudah
hampir ke ujung jalan desa. Secara bersamaan,
mereka berhenti melangkah tepat di depan
sebuah rumah yang kecil, namun terlihat
indah. Halaman rumah itu dipenuhi berbagai
macam tanaman kembang. Sesaat kedua peronda itu saling berpandangan. Rumah itu
kelihatan terang oleh pelita yang berada di setiap sudut.
"Katila belum tidur, Dut," kata Birin setengah berbisik.
"Biar sajalah! Yuk, jalan lagi," sahut Endut.
"Eh, tunggu dulu. Siapa tahu ada laki-laki di dalam sana. Kan bisa buat hiburan
macam ini, Dut," Birin menarik tangan temannya.
"Jangan cari gara-gara, ah!" Endut menolak.
2 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Birin tidak peduli, lalu melangkah
mendekati rumah itu. Sedangkan Endut jadi serba
salah. Ingin melarang, tapi temannya sudah
demikian dekat dengan rumah itu. Endut
mengayunkan kakinya mengikuti Birin yang
telah sampai di bawah sebuah jendela kayu.
"Ssst...!" Birin menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri.
Endut merundukkan kepalanya di belakang
Birin. Entah kenapa, Endut merasakan
jantungnya jadi berdetak lebih kencang dari
biasanya. Sementara Birin mulai menjulurkan
kepalanya, mengintip dari celah-celah daun
jendela kayu itu.
"Rin...," suara Endut terdengar berbisik.
"Ssst, diam. Aku belum lihat apa-apa," kata Birin. "Rin...," suara Endut agak
keras. "Ada apa sih"!" Birin jadi kesal.
Dan begitu Birin menolehkan kepalanya,
matanya langsung membeliak lebar dan
mulutnya ternganga. Seluruh tubuhnya
bergetar hebat. Keringat sebesar butiran jagung
langsung menitik membasahi wajah dan lehernya.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba
saja kedua peronda itu mengejang kaku, lalu
tubuhnya melorot turun. Dan begitu tubuhnya
menyentuh tanah, darah mengucur dari leher.
Mereka langsung tewas tanpa mengeluarkan
suara sedikit pun. Saat itu sebuah bayangan
hijau berkelebat cepat menyambar kedua
tubuh peronda itu, dan segera lenyap bagaikan
hilang saja. Tak ada yang menyaksikan. Semua
3 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com berlangsung cepat tanpa terdengar
suara sedikit pun. Suasana malam itu tetap sunyi.
Desir angin terdengar kencang membawa rintik
air hujan, membuat udara semakin menggigilkan.
Lolongan anjing tidak lagi terdengar, sementara
hujan pun tumpah dengan deras, bagaikan
bendungan jebol terlanda badai.
ooOWKNBROoo Seluruh penduduk Desa Palang Sewu
gempar. Mereka menemukan dua, mayat
peronda malam tergeletak di tengah jalan dengan
leher hampir putus. Darah bersimbah, bercampur
genangan air hujan dan tanah berlumpur. Ki
Ageng Sela, orang tertua sekaligus sesepuh
desa memerintahkan penduduk untuk
mengurus kedua mayat peronda itu.
Pagi itu juga, seluruh penduduk
menguburkan mayat kedua peronda malang itu.
Sementara Ki Ageng Sela, dan beberapa
sesepuh Desa Palang Sewu berkumpul di
rumah kepala desa. Tentu saja pembicaraan
mereka terpusat pada dua orang peronda yang
ditemukan sudah menjadi mayat dengan leher
terkoyak hampir putus.
"Ini kejadian pertama setelah sepuluh tahun
desa ini tenteram dan damai," kata Ki Ageng Sela.
"Apakah hanya mereka berdua, saja yang
meronda semalam?" tanya seorang laki-laki tua berbaju hijau yang duduk di
samping Ki Petel,
Kepala Desa Palang Sewu.
4 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Sebenarnya tiga orang, Paman Waku,"
sahut Ki Petel. "Tapi yang seorang memang
sudah meminta ijin. Penyakit encoknya kambuh!
Istrinya yang datang padaku. "
"Aku merasakan ini awal dari malapetaka ......
gumam Ki Ageng Sela, seolah-olah bicara untuk
dirinya sendiri.
Ki Petel, Paman Waku, dan tiga orang
sesepuh desa lainnya memandang dalamdalam pada orang yang tertua di Desa Palang
Sewu ini. Sedangkan Ki Ageng Sela mengeluselus janggutnya yang panjang dan putih. Dia
seperti tidak peduli dengan pandangan lima
orang itu. "Rasanya tidak mungkin kalau hanya
seorang pencuri yang kepergok, lalu
membunuh mereka. Aku tahu kalau Endut dan
Birin mempunyai ilmu olah kanuragan, meskipun
tidak begitu tinggi tingkatannya. Tapi mereka
masih mampu menghadapi pencuri kecil," kata
Ki Ageng Sela lagi, masih dengan suara bergumam. "Maksud Ki Ageng?" tanya seorang laki-laki berusia sekitar empat puluh lima
tahun yang duduk di samping Ki Petel. Dia adalah Pranata,
ketua padepokan yang hanya satu-satunya
ada di Desa Palang Sewu ini.
"Pranata! Apa kau tidak melihat luka di leher mereka?" Ki Ageng Sela batik
bertanya dengan menatap Pranata.
"Lihat, Ki," sahut Pranata.
"Bagaimana menurutmu?"
5 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Pranata tidak segera menjawab. Dia
memang melihat luka yang hampir memutuskan leher
kedua peronda malang itu. Luka tebasan senjata
tajam yang cukup rapi. Dan lagi, tampaknya
hanya sekali tebas yang disertai pengerahan
tenaga dalam sangat tinggi. Dia seorang ketua
padepokan, jadi tentunya bisa mengenali jenisjenis luka akibat senjata tajam.
"Seorang yang berilmu rendah, tidak
mungkin dapat membuat tebasan begitu rapi
dan sempurna. Aku yakin, pelakunya seorang
yang berilmu tinggi dan punya maksud tertentu,"
sambung Ki Ageng Sela.
"Aku juga sudah menduga begitu, Ki. Tapi..., apa maksudnya membunuh dua orang
peronda" Sedangkan tidak ada seorang pun
penduduk yang melaporkan adanya kecurian.
Tidak ada perampokan atau pencurian
semalam," sambut Pranata.
"Itu berarti desa kita kemasukan seorang
tokoh hitam rimba persilatan," selak Paman Waku.
"Terlalu dini kalau menyimpulkan sampai ke
situ, Waku," bantah Ki Ageng Sela.
"Sudah jelas, Ki. Dan orang itu pasti punya
maksud tertentu di sini!" Paman Waku tetap
pada pendiriannya..
"Sebentar ... !" seru Ki Petel tiba-tiba.
Sernua orang yang ada di ruangan rumah
kepala desa itu. memandang Ki Petel. Sedangkan
kepala desa itu malah bangkit berdiri dan
melangkah mendekati jendela. Tampaknya
sedang berpikir, atau mengingat ingat sesuatu.
6 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Agak lama juga laki-laki setengah
baya itu diam memandang keluar dari jendela besar yang
terbuka lebar. Pelahan-lahan dibalikkan tubuhnya, dan dipandangi lima orang
tetua desa itu satu
persatu. "Aku baru menjabat kepala desa tiga tahun
yang lalu. Tapi aku tahu persis keadaan Desa
Palang Sewu, karena sejak lahir aku sudah
berada di sini. Selama sepuluh tahun terakhir
ini, Desa Palang Sewu memang terlihat aman dan
damai. Tidak ada satu pun kejahatan yang terjadi.
Tapi sekarang kita dihadapkan pada satu
persoalan dengan terbunuhnya dua orang
peronda malam secara misterius...," Ki Petel terdiam beberapa saat.
Sementara lima orang tetua desa, menunggu
kelanjutannya dengan sabar. Mereka
menyimak setiap kata yang diucapkan kepala
desa itu. Mereka menduga-duga, ke mana arah
tujuan pembicaraan Ki Petel sebenarnya.
"Sepuluh tahun yang lalu, pernah terjadi
peristiwa yang tidak akan dapat kulupakan.
Tentunya saudara-saudara semua tidak akan
melupakannya," sambung Ki Petel.
"Rasanya tidak ada hubungannya, Ki Petel, "
selak Paman Waku, mulai mengerti arah
pembicaraan kepala desa itu.
"Paman Waku! Tidak sedikit saudara-saudara
kita yang tewas saat itu. Bahkan ayahku, kakakku, dan teman-teman baikku ikut
tewas. Masih untung
aku bisa selamat, seperti kalian juga yang masih


Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa bernapas sampai saat ini," kata Ki Petel lagi.
7 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Apa maksud pembicaraanmu
sebenarnya?" tanya Ki Ageng Sela kurang
tanggap. "Waktu itu, kita semua terlalu yakin kalau
perempuan iblis itu sudah mati di dasar
jurang. Begitu yakinnya, sehingga tidak ada yang
memeriksa ke dasar jurang," kata Ki Petel.
"Adik Petel! Semua orang tahu kalau Nyai
Dadap sudah tewas sebelum masuk ke dalam
jurang. Tidak mungkin die bisa bertahan hidup
setelah terkena aji 'Walang Sungsang'ku,
ditambah tusukan Tombak Sangkal Putung
milik Pranata," bantah Ki Ageng Sela.
"Nyai Dadap masuk ke jurang juga akibat dari pukulan 'Tapak Saketi'ku," sambung
Wandara yang sejak tadi diam saja.
"Aku tahu. Bahkan juga kutambahkan dengan
aji 'Belah Raga'," selak Ki Petel. "Sedangkan Nyi Senah sendiri menambahkannya
dengan pukulan 'Racun Me-rah' yang terkenal ganasnya.
" Ki Petel melirik satu-satunya wanita tua
sesepuh di desa ini. Nyi Senah hanya tersenyum
saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Lalu, kenapa kau kaitkan dengan masalah
ini?" tanya Wandara.
"Bisa saja Nyai Dadap tidak tewas, dan
sekarang datang untuk membalas dendam!" Ki
Petel mengemukakan alasan praduganya.
"Mustahil ... ! "
ooOWKNBROoo 8 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
Memang tidak ada yang sepakat dengan
jalan pikiran Ki Petel. Bagaimanapun
tangguhnya seseorang, tidak mungkin akan
bertahan hidup setelah menerima berbagai macam
ilmu kesaktian dan pukulan maut di tubuhnya.
Kemudian ditambah dengan terjatuhnya
orang itu ke jurang yang amat dalam.
Lima orang tetua Desa Palang Sewu
menganggap Ki Petel dipengaruhi perasaan
khawatir yang amat sangat, sehingga
mempunyai dugaan yang tidak masuk akal itu.
Atau mungkin ada alasan-alasan tertentu yang
tidak diketahui mereka, sehingga Kepala Desa
Palang Sewu itu mempunyai pemikiran yang
dirasakan sangat mustahil.
Ki Petel masih berdiri membelakangi jendela,
meskipun lima orang sesepuh Desa Palang Sewu
sudah meninggalkan rumahnya. Meskipun tidak
ada yang menanggapi jalan pemikirannya, tapi
Ki Petel masih juga memikirkan kemungkinan
Nyai Dadap masih hidup. Dan semalam muncul
lagi dengan menewaskan due peronda.
"Kau terlalu bodoh mengungkapkan dugaan
itu, Kakang!"
"Eh!" Ki Petel tersentak dari lamunannya.
Langsung diangkat kepalanya.
Seorang wanita berusia sekitar tiga puluh
lima tahun tahu-tahu sudah berdiri di depan Ki
Petel. Kepala desa itu menarik napas panjang,
kemudian duduk di kursi yang tidak jauh di
samping kanannya. Wanita yang temyata
adalah istri Ki Petel itu mengambil tempat di
9 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com sampingnya.
"Kudengar semua pembicaraan tadi,
Kakang. Terus terang, aku juga tidak mengerti,
mengapa kau punya pikiran semacam itu"
Mustahil Nyai Dadap masih bisa, hidup," kata Nyai Petel.
"Justru keyakinan itu yang membuat keraguan
di hatiku, Nyai. Keyakinan yang tebal dapat
membuat kelengahan, dan akibatnya sangat
fatal. Kita semua sudah lengah karena terlalu
yakin, sampai-sampai tidak melihat lagi, apakah
Nyai Dadap sudah mati atau masih hidup,"
kata Ki Petel mengemukakan pendapatnya.
"Kalau Kakang ragu-ragu, kenapa waktu itu
tidak memeriksa sendiri?"
"Aku juga terlalu yakin waktu itu, Nyai. Tapi dengan kejadian semalam,
keyakinanku luntur."
"Jangan terlalu terpusat pada Nyai Dadap
Kakang. " "Sejak kematian Nyai Dadap, tidak ada lagi
kejadian menggemparkan di desa ini. Bahkan
kejahatan kecil saja tidak pernah kujumpai.
Rasanya mustahil kalau ada orang lain yang
mencari keributan di sini tanpa punya alasan
yang pasti. Desa Palang Sewu ini terlalu kuat
untuk dijamah gerombolan perampok kejam
sekalipun. Hanya orang seperti Nyai Dadaplah
yang mampu mengusik lelapnya desa ini.
Terlalu banyak orang tangguh berilmu tinggi
di sini. Seorang tokoh hitam rimba persilatan
saja harus berpikir seribu kali untuk menjarah di sini."
10 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Tapi kenyataannya dua orang peronda tewas
semalam. "
"Itulah yang menjadi masalahnya. Luka yang
menewaskan mereka terlalu rapi, dan mustahil
yang melakukannya hanya seorang pencuri
kecil. Birin dan Endut bukan orang kosong.
Mereka memiliki ilmu olah kanuragan yang
lumayan. Mustahil kalau mereka tidak
mengadakan perlawanan sama sekali,
sehingga dengan mudah ditewaskan. "
Nyai Petel diam. Dia bangkit berdiri, tidak
ingin lagi memperpanjang pembicaraan ini. Dia
tahu watak suaminya yang terlalu kuat kalau
punya pendirian. Sulit untuk dirubah kembali.
Seribu macam bantahan tidak akan bisa
menggoyahkan pendiriannya.
"Mau kopi?" Nyai Petel menawarkan.
"Boleh. "
"Aku yang buat, atau anakmu?"
"Kau sajalah! Sudah lama aku tidak
menikmati kopi buatanmu."
Nyai Petel tersenyum mencibir, kemudian
melangkah masuk ke ruangan belakang.
Sementara Ki Petel masih duduk di kursinya.
Pandangannya tidak berkedip menatap keluar
melalui pintu depan rumahnya.
Beberapa orang terlihat lalu-lalang di depan
rumahnya. Namun pikiran kepala desa itu
masih tetap terpusat pada kejadian yang
menggemparkan semalam.
11 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 2
Siang itu udara di sekitar Desa Palang Sewu
terasa hangat. Matahari bersinar cerah dengan
sedikit awan tipis menggantung di langit.
Keadaan desa Lereng Gunung Palang Sewu itu
kelihatan tenang, seolah-olah tidak pernah
terjadi sesuatu. Orang-orang tua bekerja di
ladang seperti biasanya, sedangkan anak-anak
bermain ceria. Di sebuah kedai yang cukup besar, tampak
ramai dikunjungi orang. Meskipun mereka
semua kelihatan cerah, namun pembicaraan yang
terdengar tidak jauh berkisar dari tewasnya dua
peronda malang semalam. Tapi di wajah mereka
tidak tercermin perasaan takut atau segala
macam kecemasan. Mereka bicara seperti tidak
mempunyai beban sama sekali.
Namun pembicaraan mereka terhenti ketika
dua orang laki-laki berusia hampir mencapai
tujuh puluh tahun masuk ke kedai itu. Dilihat
dari cara berpakaian dan caranya memandang,
tidak disangkal lagi kalau kedua laki-laki itu
tokoh rimba persilatan.
Kedua laki-laki tua yang Baru masuk itu duduk
di kursi dekat jendela. Mereka membuka
caping besar yang menutupi kepalanya. Tampak
dengan jelas kalau wajah mereka begitu mirip.
Pengunjung kedai lainnya. Yang memperhatikan,
segera mengalihkan pandangannya. Mereka
semua tahu kalau dua orang kembar itu dari
12 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com kalangan rimba persilatan golongan
hitam, yang dikenal dengan nama Kera Kembar dari Karang
Setan. "Pelayan!" seru salah seorang laki-laki tua yang mengenakan jubah merah.
Seorang laki-laki muda datang menghampiri
terbungkuk-bungkuk. Dibungkukkan tubuhnya
beberapa kali setelah sampai di depan kedua
laki-laki yang berjuluk Kera Kembar dari Karang
Setan itu. "Kenapa baru datang?" bentak laki-laki tua yang memakai jubah merah itu. Dia
dikenal dengan nama Kera Merah. Sedangkan yang
seorang lagi memakai jubah warna biru.
Namanya. Kera Biru. Dan yang pasti, itu bukan
nama asli mereka berdua. Tidak ada yang tahu
siapa nama asli mereka berdua.
"Maaf, Tuan. Hari ini banyak pengunjung, jadi hares sabar menunggu," sahut lakilaki muda yang usianya sekitar dua puluh lima tahun itu.
"Aka tidak peduli dengan cacing-cacing! Cepat sediakan makanan dan minuman
terbaikmu!"
bentak Kera Merah keras.
"Baik..., baik, Tuan." "Cepat!"
"Brak! Si Kera Merah menggebrak meja di depannya.
Akibatnya cawan dan kendi di atas meja itu
terpental ke atas, lalu terbanting pecah di lantai.
Semua orang yang berada di dalam kedai itu
terkejut, langsung menatap tidak senang ke
arah dua laki-laki tua itu. Namun. si Kera
Kembar dari Karang Setan tidak mempedulikan13 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com nya. Sedangkan pelayan tadi
bergegas meninggalkannya dengan sikap ketakutan.
"Tamu adalah raja. Tapi raja yang tidak
sopan, tidak patut mendapat layanan
istimewa," terdengar suara bergumam.
Semua orang di dalam kedai itu tersentak
kaget. Suara gumaman itu demikian jelas
terdengar seolaholah datang dari segala sudut
ruangan kedai ini. Lebih-lebih lagi si Kera
Kembar dari Karang Setan. Mereka begitu
tersentak kaget, karena suara gumaman bertenaga
dalam itu jelas ditujukan kepadanya.
"Kakang Kera Merah! Rupanya di kedai ini
ada juga tikus busuk yang mengganggu selera
makan kita," kata si Kera Biru setengah
bergumam. Namun suaranya terdengar
menggema, karena disalurkan melalui pengerahan
tenaga dalam yang cukup tinggi.
Menyadari suasana yang semakin tidak
menguntungkan, beberapa orang pengunjung
kedai mulai meninggalkan meja mereka.
Sedangkan para pelayan kedai itu,
menyembunyikan diri di balik dinding yang
memisahkan ruangan makan itu dengan
bagian belakang. Satu persatu pengunjung kedai
meninggalkan tempatnya. Kini di dalam kedai itu
tinggal si Kera Kembar dari Karang Setan, lalu
seorang perempuan lanjut usia berbaju kuning
gading yang longgar, dan seorang pemuda tampan
mengenakan baju rompi putih dengan pedang di
punggung. Tidak jauh dari pemuda tampan itu,
ada tiga, orang lagi yang kelihatannya juga dari
kalangan rimba persilatan, terlihat seorang
14 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com pemuda perlente yang mengenakan
baju dari bahan sutra halus dengan sulaman benang
emas. Di sampingnya duduk seorang wanita
cantik mengenakan baju warna biru ketat,
dengan rambut panjang terikat menyampir di
pundak. "Hhh ... ! Aku tidak suka suasana seperti ini.
Sebaiknya kita pergi saja, Kakang," terdengar suara mengeluh.
Seorang dari tiga orang yang duduk satu
meja, bangkit berdiri, kemudian dua orang


Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lainnya ikut berdiri. Sejenak mereka menatap
orang-orang yang masih duduk di tempatnya
masing-masing. Tanga banyak bicara lagi, ketiga
orang itu melangkah keluar setelah
meninggalkan beberapa, keping uang logam
di atas meja. Tidak lama berselang, pasangan
muda-mudi pun bangkit dan meninggalkan kedai
ini. "Tinggal dua orang lagi, Kakang Kera Merah,"
gumam Kera Biru.
"Ya. Dan sepertinya suara perempuan," sahut Kera Merah.
Setelah berkata demikian, si Kera Merah
langsung mengibaskan tangan kirinya ke arah
perempuan tua yang memakai baju kuning
gading. Entah bagaimana awalnya, tahu-tahu
sebuah gelas dari batang bambu telah
melayang cepat ke arah perempuan tua itu.
Sat! Tap! Hanya dengan mengangkat tangannya sedikit
saja, gelas itu berhasil ditangkap perempuan tua
15 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com itu. Dia tersenyum dan melirik pada
si Kera Kembar dari Karang Setan, kemudian
menenggak arak di dalam gelas itu.
"Terima kasih," ucapnya pelan. "Kalau boleh, aku minta lagi. Hih!"
Gelas di tangannya langsung melesat
begitu tangannya berkibas ringan. Gelas itu
meluncur daras ke arah si Kera Merah. Tentu
saja si Kera Kembar dari Karang Setan itu
terkejut. Kera Merah buru-buru mengangkat
tangannya, dan menangkap gelas itu. Namun
tanpa diduga sama sekali, tubuhnya terdorong
keras ke belakang hingga jatuh terguling dari kursi yang didudukinya.
"Setan...!" umpat Kera Merah seraya
melompat bangkit.
ooOWKNBROoo Suasana di dalam kedai itu semakin terasa
panas. Si Kera Kembar dari Karang Setan segera
berdiri tegak berdampingan. Tatapan matanya
tajam menusuk langsung ke arah perempuan
tua berbaju kuning gading itu. Sementara
pemuda berbaju rompi putih, masih tetap duduk
sambil menikmati araknya, seolah-olah tidak
peduli dengan keadaan sekelilingnya.
"Perempuan busuk! Siapa kau?" bentak Kera Merah keras.
"Kau bertanya padaku, Kisanak?" perempuan 16
Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com tua itu balik bertanya. Nada
suaranya kalem.
"Keparat! Kau tahu, sedang berhadapan
dengan siapa, he"!" si Kera Merah semakin
berang. "Aku tahu, kalian adalah monyet-monyet tua
yang hampir mampus," sahut perempuan tua
berbaju kuning gading itu, suaranya tetap tenang.
"Bangsat ... ! Hiyaaa ... !"
Si Kera Merah tidak dapat lagi membendung
amarahnya. Dengan cepat dia melompat sambil
mengirimkan dua pukulan bertenaga dalam tinggi
ke arah perempuan tua itu. Namun dengan manis
sekali, perempuan tua berbaju kuning gading
menggerakkan tubuhnya menghindari dua pukulan
beruntun itu. Dia tetap duduk di kursinya. Dan
tanpa diduga, sama sekali, tangan kanannya
menyodok cepat ke perut si Kera Merah.
"Hugh!" Kera Merah melenguh pendek.
Dan selagi tubuhnya sedikit membungkuk,
tangan kiri perempuan tua itu melayang
menghantam wajah si Kera Merah. Seketika itu
juga si Kera Merah terdongak, lalu terpental ke
belakang beberapa tombak jauhnya. Sebuah meja
langsung hancur berantakan tertimpa tubuhnya.
"Perempuan keparat! Sebutkan namamu,
sebelum kukirim ke neraka!" bentak si Kera Biru.
"Hi hi hi...! Kalian tahu ini?" perempuan tua itu mengeluarkan sekuntum bunga
melati dari balik
lipatan bajunya.
"Dewi Melati...!" si Kera Kembar dari Karang Setan itu terkejut melihat sekuntum
bunga di tangan perempuan tua itu.
17 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Sebaiknya enyah dari sini, sebelum aku
bertindak lebih jauh!" kata Dewi Melati ketus.
Kedua laki-laki tua itu saling berpandangan
sejenak, lalu tanpa berkata-kata lagi, mereka
bergegas melangkah keluar dari kedai ini.
Sedangkan Dewi Melati segera mengalihkan
pandangannya pada pemuda tam-pan yang duduk
tidak jauh darinya.
"Kau tidak pergi, Anak Muda?" tanya Dewi Melatii berubah lernbut suaranya.
"Makanku belum selesai," jawab pemuda itu tanpa mengangkat wajahnya.
"Aku sedang menunggu seseorang di sini. Jika tidak keberatan, aku tidak ingin
ada seorang pun
di kedai ini," kata Dewi Melati.
Suara perempuan tua itu terdengar lembut,
namun nadanya jelas tidak menghendaki
kehadiran pemuda itu di kedai ini. Namun
pemuda berbaju rompi putih itu tetap saja duduk
menikmati hidangannya, sama sekali tidak
mempedulikan pengusiran secara halus itu.
"Anak Muda, kau bisa mendengar kata-kataku,
bukan?" nada suara Dewi Melati terdengar ketus tidak sabaran.
"Dengar," sahut pemuda itu singkat dan
tenang. "Mengapa tidak segera angkat kaki dari sini?"
"Maaf, aku juga sedang menunggu seseorang
disini." "Anak Muda! Jangan menunggu
kesabaranku habis!" bentak Dewi Melati mulai berang.
18 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com
"Semua orang bisa sabar, juga bisa berang.
Maaf, aku tidak ingin selera makanku
terganggu," kata pemuda itu tetap tenang
suaranya. "Keparat! Kau tidak memandangku, heh"!"
Dewi Melati semakin berang.
"Kita sama-sama membutuhkan kedai ini. Kau
menikmati makanmu sambil menunggu
seseorang, dan aku pun begitu. Kenapa mesti
mengusik satu sama lainnya" Aku tidak merasa
terganggu meskipun kau ada di sini," kata
pemuda itu sambil mengangkat kepalanya.
Pandangannya langsung tertuju pada Dewi Melati.
"Kau hanya beralasan saja, Anak Muda!"
dengus Dewi Melati.
"Sama sekali tidak, kalau benar desa ini
bernama Desa Palang Sewu," sahut pemuda itu
tetap tenang. Dewi Melati mengernyitkan alisnya. Kata-kata
pemuda tampan berbaju rompi putih itu demikian
tenang, dan nada suaranya juga tidak mainmain. Perempuan tua itu memperhatikan
dalam-dalam wajah pemuda itu. Pandangannya
terpaku pada gagang pedang yang menonjol
keluar dari balik punggung pemuda di, depannya.
"Siapa kau, Anak Muda?" tanya Dewi Melati tanpa berkedip memandang pedang di
punggung pemuda itu.
"Untuk apa kau tahu namaku?" pemuda itu balik bertanya.
"Kau angkuh juga rupanya, Anak Muda. Baiklah, Mungkin dengan cara lain aku bisa
mengetahui 19 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com siapa dirimu, dan sekaligus
mengusirmu dari sini,"
kata Dewi Melati dingin.
Setelah berkata demikian, Dewi Melati
menjentikkan ujung jarinya yang menjepit
sekuntum bunga melati. Bunga itu meluncur
deras ke arah pemuda berbaju rompi putih itu.
Hanya sedikit saja memiringkan tubuh, dan
mengangkat tangan kirinya, bunga melati itu
berhasil dijepit dengan dua jari tangan pemuda itu.
Namun belum juga pemuda itu sempat
menarik kembali tubuhnya, Dewi Melati sudah
melontarkan pukulan jarak jauh yang
mengandung kekuatan tenaga dalam sangat
tinggi. Mau tidak mau pemuda itu melentingkan
tubuhnya ke udara, lalu berputar dua kali sebelum kakinya dengan manis hinggap
di atas meja. Dan seketika itu juga, tangan kirinya mengibas
melontarkan bunga melati yang berhasil
ditangkapnya dengan dua jari tadi.
"Hup! Dewi Melati melompat ke samping, seraya
tangannya menjulur menangkap bunganya
sendiri. Secepat kilat dia melesat menerjang
pemuda itu. Dewi Melati langsung menyerang
dengan jurus-jurus sangat dahsyat dan
berbahaya. Pemuda itu menghadapinya dengan jurus-jurus dahsyatnya pula. Seluruh isi
kedai itu seketika porak-poranda terlanda dua
tokoh rimba persilatan yang bertarung dahsyat.
"Cukup ... !" seru Dewi Melati sambil melesat ke belakang.
"Kenapa berhenti?" dengus pemuda itu.
"Aku tahu siapa dirimu, Anak Muda.
20 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Kutunggu kau di Puncak Gunung
Palang Sewu."
Dewi Melati segera melesat cepat
meninggalkan kedai itu. Sedangkan pemuda itu
hanya bengong tidak mengerti. Sementara
bayangan tubuh Dewi Melati sudah lenyap,
tidak terlihat lagi. Lesatannya bagaikan kilat,
pertanda memiliki kepandaian yang tidak rendah
tingkatannya. Pemuda tampan berbaju rompi putih itu
melemparkan sekantung uang, kemudian
segera melesat pergi. Para pelayan dan pemilik
kedai bergegas keluar dari persembunyiannya.
Mereka hanya bisa bengong melihat keadaan
kedai yang berantakan, seperti baru saja diamuk
gajah liar. Puncak Gunung Palang Sewu tampak indah
pada senja hari ini. Matahari yang hampir
tenggelam, memantulkan cahayanya yang merah
jingga. Namun di balik semua keindahan itu,
tersimpan sejuta misteri yang tak pernah
terungkapkan. Suasana yang tersaput tirai misteri itu terasa
sekali bagi seorang pemuda berbaju rompi
putih yang baru tiba di Puncak Gunung Palang
Sewu itu. Dia berdiri tegak memandang ke
arah matahari terbenam. Kesunyian begitu
mencekam, bahkan sedikit pun tidak terdengar
suara binatang. Hanya desiran angin senja saja
yang terasa dingin menyapu kulit.
"Kau datang juga, Pendekar Rajawali Sakti.'..
"Heh!" pemuda berbaju rompi putih itu terkejut, langsung dibalikkan tubuhnya.
21 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Seorang perempuan tua berbaju
kuning gading tahu-tahu sudah berdiri di bawah pohon
rindang, tidak jauh darinya. Pemuda itu tahu,
kalau perempuan tua itu adalah Dewi Melati yang
dijumpainya di kedai siang tadi.
"Dari mana kau tahu namaku?" tanya
pemuda berbaju rompi putih itu agak heran.
"Mudah sekali mengenalimu, Pendekar
Rajawali Sakti. Dari pedangmu yang sudah
kuduga sebelumnya. Dan aku bertambah yakin
setelah kau mengeluarkan dua dari rangkaian
lima jurus 'Rajawali Sakti'," sahut Dewi Melati.
"Hm..., kau sudah tahu siapa diriku. Lalu, apa maksudmu mengundangku ke sini?"
tanya pemuda tampan itu yang memang tidak lain dari
Rangga, atau Pendekar Rajawali Sakti.
"Kau bisa paham kata-kataku di kedai tadi?"
Dewi Melati malah balik bertanya.
"Aku tidak percaya kau yang
mengundangku ke Desa Palang Sewu," sahut
Rangga. "Kau terima undanganku?"
"Ya. Tapi sayang sekali, orang yang kau kirim tewas. "
"Kenapa?"
"Aku tidak tahu, apa sebabnya. Tapi yang
jelas dia bertarung dengan seorang wanita. Dia
terluka parah, tapi sempat memberikan
undangan yang kau titipkan untukku. Maaf. Aku
terlambat menolongnya, sehingga nyawanya tidak
bisa tertolong lagi," jelas Rangga.
"Ah, sudahlah. Yang penting kau sudah
22

Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com memenuhi undanganku,
Pendekar ......
"Rangga. Panggil saja aku Rangga," selak Rangga cepat.
"Baiklah. Namamu sangat bagus, Rangga."
"Terima kasih," ucap Rangga tersenyum. "Tapi jelaskanlah maksud undanganmu itu,
Nini Dewi,"
kata Rangga mengingatkan pada pokok
persoalannya. "Rupanya kau termasuk orang yang tidak bisa
menahan sabar juga, Rangga," kata Dewi
Melati seraya duduk bersila di bawah pohon itu.
"Tergantung," sahut Rangga sambil ikut
duduk di depan perempuan tua itu.
"Masih ada satu orang lagi yang akan
datang ke sini," kata Dewi Melati kalem.
"Siapa?" tanya Rangga.
"Ki Petel, Kepala Desa Palang Sewu. Dia
bukan orang lain bagiku. Dia adik
seperguruanku. Kau tidak perlu menaruh curiga
padanya, karena Ki Petel punya tujuan yang sama
denganku," sahut Dewi Melati menjelaskan.
"Aku selalu curiga pada setiap orang. Maaf,
juga padamu," sahut Rangga.
"Seorang pendekar besar dan ternama
memang selalu mempunyai sikap seperti itu.
Tidak heran lagi kalau kau mencurigaiku. Tapi
itu tidak jadi masalah bagiku," balas Dewi Melati memaklumi.
Rangga tidak bicara lagi. Dari kata-kata yang
diucapkan Dewi Melati, Rangga sudah bisa menilai
kalau perempuan tua ini orang yang arif dan
bijaksana. Tentunya dia sudah berpengalaman
23 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com dalam dunia persilatan, sehingga
bisa memaklumi segala tindak dan sikap orang-orang rimba
persilatan. Pada saat mereka tengah terdiam, terdengar
suara langkah kaki menuju ke arah mereka.
Begitu kepala mereka menoleh, tampak
seorang laki-laki berusia di atas lima puluh tahun melangkah keluar dari semak.
Langkahnya bergegas, dan segera menghampiri dua orang
yang tengah duduk di bawah pohon. Dia segera
duduk di samping Dewi Melati. Keringat masih
terlihat menitik di wajah dan lehernya.
"Kau datang terlambat, Ki Petel," kata Dewi Melati.
"Maaf, Nini Dewi. Ada sedikit urusan yang
harus kuselesaikan. Kedai Paman Japur
diobrak-abrik orang," sahut Ki Petel beralasan.
Dewi Melati hanya tersenyum saja, dan
matanya sempat melirik pada Pendekar Rajawali
Sakti. "Nini Dewi. Apakah dia yang kau undang?"
tanya Ki Petel seraya menatap pada Rangga.
"Benar," sahut Dewi Melati.
"Sungguh tidak kusangka kalau orangnya
masih begini muda. Maaf, Tuan. Aku tidak sempat
memberi penghormatan padamu," kata Ki Petel.
"Ah, sudahlah. Tidak perlu sungkan
begitu", sambut Rangga merendah.
"Bagaimana" Apakah sudah kau ceritakan
pada Tuan Pendekar ini, Nini Dewi?" tanya Ki Petel. "Belum," sahut Dewi Melati.
"Katakanlah, kalau tidak menunggu orang
24 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com lain lagi," kata Rangga cepatcepat. "Tidak, hanya kita bertiga," sahut Dewi Melati.
"Hm...," Rangga bergumam tidak jelas.
25 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com 3
"Sepuluh tahun yang lalu Desa Palang Sewu
kedatangan seorang tokoh rimba persilatan
yang sangat kejam dan telengas. Dia bernama
Nyai Dadap ...... kata Dewi Melati memulai pada
pokok persoalannya.
"Hm...," Rangga bergumam pelan dan tidak jelas. Pandangannya tidak berkedip
menatap lurus pada wanita tua di depannya.
"Tidak sedikit para pendekar dan tokoh-tokoh ternama Desa Palang Sewu yang tewas
di tangannya. Tapi kami semua tidak menyerah
begitu saja. Kami bersatu dan menghadapi
Nyai Dadap hingga ia tewas. di dasar jurang,"
sambung Dewi Melati.
"Lalu, apa hubungannya dengan
undanganmu?" tanya Rangga.
"Belum lama ini dua orang peronda malam
ditemukan tewas dengan leher koyak hampir
putus. Padahal kejadian seperti itu tidak pernah
ada setelah kematian Nyai Dadap. Aku dan Ki
Petel mengambil kesimpulan yang sama, tapi
seluruh tetua desa tidak ada yang
mendukung," jelas Dewi Melati.
"Kesalahan kecil yang berakibat fatal ......
gumam Ki Petel yang sejak tadi diam saja.
"Maksudmu, Ki?" Rangga tidak mengerti.
"Kami semua terlalu yakin kalau Nyai
Dadap tewas di dasar jurang, sehingga tidak lagi
26 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com memeriksa mayatnya, ada atau tidak
di sana," sahut Ki Petel.
"Hm..., jadi kalian menduga kalau Nyai
Dadap masih hidup dan kini membalas
kekalahannya, begitu?" tebak Rangga.
"Benar!" sahut Dewi Melati cepat.
"Tidakkah itu terlalu dini?"
"Aku dan Ki Petel tidak mungkin
menyimpulkan begitu kalau tidak melihat luka
di leher dua orang peronda yang malang itu.
Lehernya koyak hampir putus, terbabat rapi dan
sempurna. Juga pada tepian lukanya terdapat
noda hitam kehijauan yang mirip tebasan senjata milik Nyai Dadap," jelas Dewi Melati.
"Maksudmu, senjata itu beracun?" Rangga ingin menegaskan.
"Benar," sahut Ki Petel.
"Hm..., terlalu banyak senjata beracun
digunakan tokoh rimba persilatan. Bahkan
rata-rata mempunyai ciri yang hampir sama
pada setiap korbannya, meskipun racun yang
digunakan berbeda. Tapi dalam hal ini, semua
racun sebenarnya sama, meskipun berbeda
jenis. Aku sendiri belum yakin benar dengan
kesimpulan itu," kata Rangga membeberkan
pengetahuannya tanpa maksud menggurui.
"Aku percaya, kau memang ahli dan kebal
dari segala jenis racun, Pendekar Rajawali
Sakti. Tapi aku bisa membedakan akibat
pedang beracun milik Nyai Dadap dengan orang
lain," bantah Ki Petel.
"Bukannya aku sangsi, tapi hanya tidak
27 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com ingin mengambil kesimpulan atau
memutuskan cepat-cepat sebelum mendapatkan bukti yang
cukup," kata Rangga tegas.
Ki Petel ingin membantah lagi, tapi keburu
dicegah oleh Dewi Melati. Sedangkan Pendekar
Rajawali Sakti sudah bangkit berdiri. Dia menjura memberi hormat, kemudian
melangkah mundur
dua tindak. "Aku senang dengan pertemuan ini. Tapi
maaf, aku tidak bisa lama-lama," kata Rangga sopan.
Dewi Melati membiarkan saja Pendekar
Rajawali Sakti itu pergi. Sedangkan Ki Petel
ingin mencegah, tapi Dewi Melati mencekal
tangannya. Mereka juga berdiri dan
memandang kepergian Pendekar Rajawali Sakti.
"Huh! Angkuh ... !" dengus Ki Petel.
"Jangan salah duga, Ki Petel. Aku tahu,
maksudnya baik, dan tidak ingin menyinggung
perasaan kita," Dewi Melati menyabarkan.
"Aku sudah bilang, percuma saja
mengundang dia! Tidak ada gunanya ... !" dengus Ki Petel masih bersungut-sungut.
"Jangan berkata begitu, aku yakin Pendekar
Rajawali Sakti punya cara sendiri."
"Terserah kau sajalah."
Malam itu Desa Palang Sewu kelihatan tidak
seperti biasanya. Di tempat-tempat yang
cukup gelap dan di jalan-jalan terlihat beberapa
orang bersenjata membentuk kelompok dengan
sikap berjaga-jaga. Mereka adalah murid-murid
Padepokan Soka Palang Sewu yang diketuai
28 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com oleh Pranata, dan rata-rata masih
berusia muda. Malam itu Pranata juga terlihat bersama
beberapa orang di depan rumah Kepala Desa
Palang Sewu. Mereka adalah Ki Ageng Sela,
Wandara, dan Ki Petel. Tidak jauh dari mereka
terlihat Paman Waku dan Nyi Senah bersama
beberapa orang murid Pranata. Pembicaraan yang
terdengar tidak jauh berkisar kejadian mengerikan malam itu.
"Aku lihat saudara seperguruanmu ada di
sini siang tadi," kata Ki Ageng Sela menatap pada Ki Petel. "Benar," sahut Ki
Petel. "Ke mana dia sekarang?" tanya Ki Ageng
Sela. "Ada, di rumah anaknya," sahut Ki Petel pelan. Nada suaranya terdengar kurang
bergairah. "Kau sudah menemuinya Ki Petel?" tanya
Ki Ageng Sela lagi.
"Sudah. "Dia tahu keadaan di sini?"
"Jangan menaruh kecurigaan, Ki Ageng!"
dengus Ki Petel. Tatapan matanya tajam,
langsung ke bola mata Ki Ageng Sela. Bisa
dirasakan adanya nada tidak suka pada suara lakilaki tua yang sangat disegani itu.
"Aku hanya bertanya saja," kata Ki Ageng Sela semakin jelas kesinisannya.
"Nyai Dewi tidak ada urusan dengan
keadaan di sini!" ketus nada suara Ki Petel.
"Bagus, memang itu yang kuharapkan."
"Ki Ageng. Kau boleh tidak suka pada Nyai
29 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Dewi Melati. Tapi kuminta kau tidak
membuat keruh suasana yang memang sudah kelam ini.
Kehadiran saudara seperguruanku tidak ada
hubungannya dengan kejadian itu. Dia hanya
mengunjungi anaknya, lain, tidak!" kata Ki Petel tegas dan tajam suaranya.
"Ah, sudahlah. Jangan diperpanjang lagi, "
Pranata menengahi.
Ki Petel mendengus keras, kemudian berbalik
dan melangkah pergi. Ki Ageng Sela
memandanginya tidak berkedip. Sampai tubuh Ki
Petel lenyap di dalam rumahnya, laki-laki tua itu masih memandanginya tidak
berkedip. Sedangkan Paman Waku dan Pranata yang
berada tidak begitu jauh dari tempat itu,
hanya memandangi tidak mengerti.
"Ada apa?" tanya Nyi Senah begitu
menghampiri. "Tidak ada apa-apa," sahut Pranata.
"Kudengar nama Dewi Melati disebutsebut," sambung Paman Waku.
Pranata hanya mengangkat bahunya, kemudian
melangkah pergi. Sedangkan Wandara
mengajak Ki Ageng Sela untuk pergi dari tempat
itu. Tinggal Paman Waku dan Nyi Senah saling
berpandangan tidak mengerti.
Sementara itu Ki Ageng Sela dan Wandara
berjalan menyusuri jalan utama Desa Palang
Sewu. Sepanjang jalan yang dilalui hanya
kesunyian yang didapatkan. Tak ada seorang
penduduk pun yang berada di luar rumah.
Beberapa orang bersenjata masih terlihat bejaga30 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com jaga di tempat-tempat yang telah
ditentukan. "Keadaan makin bertambah buruk ... !" gumam Ki Ageng Sela seperti bicara untuk
dirinya sendiri.
"Apa maksudmu, Ki?" tanya Wandara.
"Aku yakin, kedatangan Dewi Melati punya
maksud tertentu. Aku tahu betul siapa wanita
itu," sahut Ki Ageng Sela.
"Kau mencurigai kalau Dewi Melati yang
melakukan semua itu?" tebak Wandara.
"Mungkin," sahut Ki Ageng Sela.
"Itu berarti kau juga mencurigai Ki Petel."
Ki Ageng Sela tidak menyahut, tapi terus saja


Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melangkah pelahan-lahan. Sedangkan
Wandara menghentikan langkahnya. Dia tidak
mengerti, kenapa Ki Ageng Sela punya pikiran
seperti itu. Tidak sedikit pun terlintas di
benaknya untuk mencurigai orang-orang yang
dikenalnya baik. Tapi Wandara tahu siapa Ki
Ageng Sela. Sekali orang tua itu menaruh
kecurigaan pada seseorang, sudah pasti
punya alasan tersendiri yang sangat kuat.
Wandara kembali mengayunkan langkahnya.
Tapi baru saja kakinya terayun beberapa langkah,
mendadak matanya melihat sebuah bayangan
berkelebat ke arah Ki Ageng Sela.
"Ki Ageng, awas...
ooOWKNBROoo "Uts!"
Ki Ageng Sela melompat ke samping begitu
menoleh. Bayangan itu berkelebat cepat
hampir menyambarnya. Dan belum lagi Ki
31 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Ageng sempat menyadari apa, yang
baru terjadi, bayangan itu sudah berbalik cepat
menyerangnya kembali. Laki-laki tua itu sempat
membanting dirinya ke tanah dan bergulingan
beberapa kali. Secepat kilat Ki Ageng Sela bangkit berdiri, dan
langsung bersiap-siap. Namun dia jadi
terkejut. Bayangan itu mendadak saja berubah
haluan, langsung menyerang Wandara yang masih
diliputi keterkejutan.
"Hup! Wandara melompat mundur sambil
mengangkat tangannya ke depan. Dan bayangan
itu langsung menerjangnya dengan kecepatan
bagai kilat. "Akh!" Wandara memekik tertahan.
Seketika itu juga tubuhnya terlempar
beberapa batang tombak ke belakang, lalu
dengan keras, punggungnya menghajar
sebuah pohon besar hingga tumbang. Bayangan
itu kembali berkelebat cepat ke arah Wandara yang tengah berusaha bangkit
berdiri. Pada saat yang
sama, Ki Ageng Sela melentingkan tubuhnya.
Segera dia melesat cepat memotong arah sambil
mengirimkan satu pukulan bertenaga dalam
tinggi ke arah bayangan itu.
"Hyaaat...
Bug! Bayangan itu terlontar jauh begitu
pukulan Ki Ageng Sela menghajarnya. Namun
dengan kecepatan yang sukar diikuti oleh
mata, bayangan itu cepat melesat pergi. Ki
32 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Ageng Sela mengurungkan niatnya
untuk mengejar, begitu mendengar suara rintihan lirih.
Bergegas dihampiri Wandara yang tengah
duduk bersila dekat pohon yang tumbang
terhantam benturan tubuhnya. Dari mulut dan
hidungnya mengucur darah kental berwarna
agak kehitaman.
"Wandara...," Ki Ageng Sela berlutut di depan Wandara.
"Ugh, dadaku ...... keluh Wandara sambil
mendekap dadanya.
"Kau terluka dalam, Wandara," kata Ki Ageng Sela setelah memeriksa dada Wandara.
"Uhk ... "
Wandara memuntahkan darah kental
kehitaman. Ki Ageng Sela terperanjat, dan
langsung melompat bangkit begitu melihat
ada warn kehijauan dalam muntahan darah
itu. Matanya menatap tidak berkedip pads
gumpalan darah yang dimuntahkan dari mulut
Wandara. Kemudian pandangannya beralih ke
wajah Wandara. Terlihat wajah itu berubah pucat
bagai mayat. Keringat mengucur deras di wajah
dan lehernya. '"Pukulan Racun Hijau'...!" desis Ki Ageng Sela sedikit tercekat
suaranya. Ki Ageng Sela benar-benar terkejut melihat
muntahan darah dari mulut Wandara yang
berwarna kehitaman dengan bintik-bintik hijau.
Dia tahu betul kalau itu akibat 'Pukulan Racun
Hijau'. Sebuah ilmu pukulan yang hanya dimiliki
oleh Nyai Dadap. Tidak ada seorang pun yang
mampu bertahan hidup terkena pukulan
33 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com dahsyat itu.
"Akh ... !" Wandara memekik tertahan.
Seketika itu juga tubuh Wandara ambruk dan
menggelepar di tanah. Dari mulutnya
mengeluarkan busa berwarna kehijauan. Kedua
bola matanya membeliak lebar. Sementara Ki
Ageng Sela hanya memperhatikan, tidak mampu
berbuat apa-apa. Di saat itu beberapa orang
berdatangan. Tampak Pranata, Nyi Senah, Ki
Petel, dan Paman Waku bersama sekitar sepuluh
orang lainnya tergopoh-gopoh.
Mereka semua terkejut melihat Wandara
menggelepar dengan mulut mengeluarkan busa
kehijauan. Tangannya mendekap dada erat-erat.
Sesaat kemudian, tubuhnya mengejang kaku,
lalu diam tidak bergerakgerak lagi. Semua
orang yang berada di tempat itu terpaku.
"Ki Ageng, apa, yang terjadi?" tanya Pranata memecah kekakuan.
"Aku tidak tahu, kejadiannya begitu cepat,"
sahut Ki Ageng Sela pelan.
Sementara itu Ki Petel dan Paman Waku
memeriksa Wandara yang sudah
menghembuskan napas terakhir. Kedua orang itu
saling melempar pandang, kemudian bangkit
berdiri hampir bersamaan. Mereka sama-sama
memandang Ki Ageng Sela yang tampak pucat
wajahnya. "Wandara terkena 'Pukulan Racun Hijau',"
kata Paman Waku pelan.
"Apa ... "!" Pranata dan Nyi Senah
terperanjat kaget.
34 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Untuk sesaat lamanya tidak ada yang
bicara. Mereka dicekam perasaan kaget dan
ketidakpercayaan yang amat sangat. Hanya Ki
Petel yang kelihatan begitu, tenang. Memang
sudah diduga sejak semula kalau Wandara
terkena 'Pukulan Racun Hijau'. Dan semua
orang yang berada di sini tahu, siapa pernilik jenis pukulan yang amat berbahaya
dan dahsyat itu.
Pranata memerintahkan murid-muridnya untuk
membawa mayat Wandara, kemudian menghampiri
Ki Petel. Ketua Padepokan Soka Palang Sewu
itu mengajak Ki Petel menjauh dari tempat itu.
Sementara Nyi Senah dan Paman Waku masih
berbicara dengan Ki Ageng Sela.
"Rasanya sukar dipercaya kalau Nyai Dadap
masih hidup," kata Pranata pelan, seolah-olah bicara pada dirinya sendiri.
"Kau percaya dengan dugaanku, Pranata?"
nada suara Ki Petel terdengar sinis.
"Bagaimana kau bisa begitu yakin?" tanya Pranata.
"Luka pada mayat kedua peronda yang
membuatku begitu yakin," sahut Ki Petel mantap.
"Aku tidak tahu lagi harus berkata apa,
kalau memang benar Nyai Dadap masih hidup.
Bahkan sekarang muncul untuk membalas
dendam," lenguh Pranata.
"Hal ini tidak akan terjadi kalau kita tidak lengah," sahut Ki Petel.
"Ya. Kita terlalu yakin dengan kemampuan
diri sendiri waktu itu," desah Pranata mulai goyah pendiriannya.
35 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Mereka terdiam saat Nyi Senah,
Paman Waku, dan Ki Ageng Sela menghampiri. Terlihat
jelas kalau wajah mereka dirundung kegelisahan
dan kecemasan. Agak lama juga mereka saling
berdiam diri, sibuk dengan pikirannya masingmasing. Sementara malam terus merayap semakin
tinggi. Keheningan semakin mencekam
menyelimuti seluruh permukaan bumf Desa
Palang Sewu. Di kejauhan sana, terlihat Gunung
Palang Sewu yang gelap terselimut kabut.
Kematian Wandara membuat seluruh tetua desa
dirundung kecemasan dan kekhawatiran yang
amat sangat. ooOWKNBROoo Pagi-pagi sekali Ki Petel sudah memacu
kudanya mendaki Lereng Gunung Palang Sewu.
Debu mengepul tersepak kaki kuda yang dipacu
cepat, berbaur jadi satu dengan kabut yang
masih menyelimuti permukaan lereng gunung
itu. "Hooop ... ! "
Ki Petel menarik tali kekang kudanya, maka
kuda putih berbelang coklat tua itu meringkik
keras sambil berhenti berpacu. Dengan satu
gerakan manis, kepala desa itu melompat turun
dari punggung kudanya. Tidak jauh di depan,
seorang wanita berparas cantik berdiri mengepit
sebuah keranjang dari anyaman bambu.
Ki Petel melangkah menghampiri wanita itu.
36 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Dibiarkan saja kudanya yang kini
merumput. Kepala desa itu berhenti tidak jauh di depan
wanita cantik yang mengenakan baju hijau agak
ketat itu. Sebagian wajahnya hampir tertutup
kain kerudung berwarna hijau pula. Namun
tetap saja tidak sanggup menyembunyikan
parasnya yang cantik menawan.
"Dari sendang, Nyai Katila?" tegur Ki Petel.
"Iya," sahut wanita itu yang dipanggil Nyai Katila.
Suaranya terdengar pelan dan lembut.
"Pagi-pagi begini kau sudah ke sendang. Apa
tidak takut berjalan sendirian?"
"Aku selalu sendiri, Ki. Lagi pula tidak ada orang yang bermaksud buruk padaku
di sini." "Aku yakin, kau mengetahui keadaan Desa
Palang Sewu. "
"Betul, Ki.
"Untuk keselamatanmu sendiri, sebaiknya
jangan bepergian seorang diri," Ki Petel
memperingatkan.
"Terima kasih. "
"Hm..., cepatlah pulang. Atau kuantar saja,
bagaimana?"
"Tidak usah, Ki. Terima kasih."
Katila buru-buru melangkah pergi.
Sementara Ki Petel memandanginya. Kepala
desa itu masih tetap berdiri memandang
kepergian wanita cantik itu, meskipun telah
jauh, kemudian baru melangkah menghampiri
kudanya. Namun tiba-tiba dia tidak jadi naik ke
punggung kudanya. Matanya menatap lurus ke
arah datangnya Nyai Katila tadi, seperti teringat 37
Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com sesuatu.
"Hm..., bukankah itu arah ke Karang
Setan?" gumam Ki Petel seperti baru
menyadari. "Heh! Kenapa aku jadi seperti
bermimpi ... "! "
Ki Petel buru-buru melompat naik ke punggung
kudanya. Diputarkan arah kudanya dan
dipacunya cepat mengejar Nyai Katila. Ki Petel
mengurungkan niatnya menemui Dewi Melati di
Puncak Gunung Palang Sewu. Dia baru sadar
kalau wanita cantik itu tadi datang dari arah
Karang Setan yang berada di sebelah Timur
Lereng Gunung Palang Sewu. Daerah yang sangat angker dan tidak seorang pun berani
mendatanginya, dan kini dikuasai dua orang
kembar yang sangat kejam dengan julukan
Kera Kembar dari Karang Setan.
Kening laki-laki tua itu jadi berkerut, karena
tidak lagi menjumpai Nyai Katila. Padahal dia
hampir memasuki perbatasan desanya dengan
hutan Lereng Gunung Palang Sewu! Dan belum
lama Katila berlalu, sedangkan Ki Petel memacu
kudanya begitu cepat menyusulnya.
"Huh! Tidak mungkin kalau aku terlewat!"
dengus Ki Petel sambil menghentikan lari
kudanya. Ki Petel mengedarkan pandangannya ke
sekeliling. Tidak ada seorang pun terlihat di
daerah perbatasan ini. Hanya kesunyian yang
mengelilinginya. Tampak rumah-rumah
penduduk masih terlihat sunyi, belum ada


Pendekar Rajawali Sakti 19 Putri Kerudung Hijau di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pun yang keluar dari rumahnya. Ini
38 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com memang masih terlalu, pagi benar,
matahari belum lagi menampakkan dirinya dengan penuh.
Hanya cahaya merah jingga saja yang memancar
dari batik gunung.
Pelahan-lahan Ki Petel kembali
menjalankan kudanya. Bola matanya terus
berputar memandangi sekitarnya. Tapi sebentar
kemudian, dihentikan kembali langkah kaki
kudanya. Pandangan matanya lurus ke depan,
menatap sebuah pondok kecil yang berdiri
agak jauh dari rumah-rumah penduduk
lainnya. Pondok itu kelihatan sunyi, seperti tidak berpenghuni.
"Ada yang bisa aku bantu?" tiba-tiba
terdengar teguran halus dari arah belakang.
Tapi belum juga Ki Petel bisa melihat orang
yang menegumya dengan halus, tiba-tiba saja
sebuah bayangan hijau berkelebat cepat
menyambarnya. Kepala desa itu tidak mungkin
lagi berkelit. Sambaran bayangan hijau itu
dernikian cepat, dan tahu-tahu tubuh Ki Petel
sudah terlempar keras dari punggung kudanya.
Brak! Tubuh Ki Petel menghantam sebuah pohon
yang cukup besar, sehingga pohon itu hancur
berkeping-keping. Dan belum lagi Ki Petel dapat
bangkit berdiri bayangan hijau itu telah menyerang kembali dengan kecepatan luar
biasa. Buru-buru
Ki Petel menjatuhkan tubuhnya dan bergulingan
beberapa kali di tanah. Tanpa menghiraukan
rasa sakit pada seluruh tubuhnya, laki-laki tua
itu bergegas melompat bangkit.
"Siapa kau?" bentak Ki Petel keras.
39 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com Tidak ada sahutan sama sekali.
Namun Ki Petel jadi bergidik ketika orang yang seluruh
tubuhnya mengenakan pakaian hijau dengan
kepala dan wajahnya terselubung kain hijau itu
mengeluarkan sebuah pedang yang amat
dikenalnya. Pedang itu seluruhnya berwarna
hijau, berbentuk menyerupai seekor ular yang
meliuk-liuk membuat kelukan lima buah.
"Kau pasti bukan Nyai Dadap! Katakan,
siapa, dirimu sebenarnya"!" dengus Ki Petel
tidak lepas menatap orang itu tajam-tajam.
"Aku senang kau masih mengenaliku, Ki
Petel," kata orang itu dengan suara halus,
namun bernada ancaman.
"Tidak mungkin ... ! Mustahil ... !" Ki Petel jadi bergetar hatinya.
Memang sudah diduga kalau Nyai Dadap
masih hidup, dan sekarang muncul lagi untuk
balas dendam atas kekalahannya. Semula
keyakinannya itu belum sepenuhnya mendasar di
dalam hati. Dan kini, setelah berhadapan dengan
orang yang telah menggemparkan desanya selama
ini, keraguan dan kebimbangan yang bercampur
dengan perasaan kecemasan Mulai menggerogoti
hatinya. Suara itu mirip sekali dengan suara
Nyai Dadap. Sedangkan pedang yang tergenggam
di tangannya, adalah pedang beracun milik
Nyai Dadap yang terkenal dahsyat dan
bernama Pedang Beracun Ular Hijau.
Hanya yang menjadi keraguannya, Nyai
Dadap tidak pernah muncul dalam pakaian
berwama hijau. Terlebih lagi menggunakan
selubung penutup kepala hingga wajahnya tidak
40 Pendekar Rajawali Sakti - 019. Putri Kerudung Hijau
EBook By : Wakinamboro wakinamboro@gmail.com terlihat.
"Terimalah kematianmu, keparat! Hiyaaa...!"
Ki Petel tidak sempat lagi berpikir lebih
jauh. Orang berbaju hijau itu sudah menyerang
kembali dengan gerakan yang sangat cepat.
Pedang berbentuk ular berwarna hijau itu
berkelebatan cepat mengarah ke bagian-bagian
Golok Kilat 1 Pendekar Pengejar Nyawa Karya Khu Lung Bende Mataram 5

Cari Blog Ini