Live To Love Season A Karya Rakhaprilio Bagian 6
yank, btw kmaren itu respon papah kamu ke aku gimana ya ?" tanyaku sedikit meragukan.
lha yang kamu rasain gimana ta yank ujarnya balik bertanya.
ya beliau sih ramah, trus enak di ajak ngobrol. Suka becanda juga to the point gitu ya ?" jawabku sambil mengingat sifat beliau.
papah emang enak gitu orangnya yank, dah kaya temen sendiri. Cuman ya tetep mesti bersopan santun jelas Jovanda sambil sandaran di dekatku.
iya juga sih, lha trus klo tentang hubungan kita apa papah tau ?" tanyaku sedikit penasaran.
dah tau kok, hehehehe dengan cengar cengirnya ia berkata padaku.
lah trus respon papah gimana ?" suka nggak sama aku ?" gugup sudah diri ini mengetahui hal seperti itu.
sjauh ini sih papah fine fine aja sama kita yank. Ga ada pesan pesan kusus buat nglarang kita. Cuman kalo pacaran yah sewajarnya aja jangan berlebihan. Itu aja pesennya jawabnya santai sambil memandangku mesra.
owh, jadi dah lampu ijo nih. Mank pacaran yang gak wajar itu kaya gimana sih yank ?" misalnya kaya aku nemenin kamu lg mandi gitu tah ?" wahahaha . . tanyaku sambil menertawakan Jovanda.
yeeee, itu mah masih wajar yank. Kalo udah maen kuda kudaan tuh yang ga wajar. Aku sih nganggepnya gitu
berati kalo cuma oral doang boleh dong yank, waaah . . . asek !!! langsung mesum saja ini otak mendengarnya.
itu sih mau kamu aja yank pengen di oralin. Iya kan hayo ngaku gak . . . hayooo dengan memojokkan saya ia mencecerku dengan perkataannya.
halah gak juga, masih kuat iman kok. Oiya, bunda sama ayah minggu depan rencana mau maen ke Malang katanya. Tapi bukan buat nyambangin aku. Bunda ada urusan datengin wisuda kakak ponakan tuturku santai kepadanya.
cieee yang di datengin ortunya, kenalin dong yank. Kan kmren kamu udah aku kenalin ama papahku dengan manjanya ia meminta padaku. ya kalo jadi di ajak ketemuan yank, kalo enggak ?" ya ngarep aja deh
ya moga aja ada waktu buat ketemu anaknya lah yank. Kan pastinya ortu kalo maen ke kota tempat anaknya kuliah pasti bkal di sempetin mampir kok tuturnya lembut mengingatkanku akan sifat keibuan yang di miliki bundaku.
iya juga ya, coba deh tar aku hubungin bisa ketemu apa ndak jawabku masih santai sambil mengajaknya bergegas untuk pulang.
Ini adalah hari sabtu, dimana sebelumnya bunda telah mengabari saya bahawasanya beliau akan ke kota Malang pada hari itu. Maka saya dengan santainya tenang saja tak berharap bnyak bahwa saya akan bertemu dengan bunda pada hari itu, sebab ketika saya bersmsan ria dengan bunda, beliau bilang bahwa tidak janji untuk mampir ke kosan sebab akan ada acara jalan jalan dengan keponakan yang secara tidak terjadwal membuat waktunya terbagi antara saya dan saudara yang lainnya. Sehingga dengan datangnya kabar tersebut, saya tidak masalah jika hari ini di ajak sang pacar jalan jalan ke Matos ( Malang Town Square ) untuk sekedar refreshing dan cuci mata sambil ngopi di Coffe Toffe. Ya, itu adalah tempat favorit saya untuk nongkrong bersama Vanda ketika berada di sana dan sudah letih untuk jalan jalan. Maka siang pukul 02.00 PM itu, berangkatlah saya jalan jalan bersama Vanda ke Matos dengan motor bebek kesayangan saya.
yank, btw katanya minggu ini bundamu maen ke Malang, jadi apa enggak ?" tanya Jovan yang masih asyik menjilati es krim sambil jalan menggandeng tangan saya di Mall.
iya jadi kok, tadi pagi udah smsan jawabku singkat sambil melihat lihat alat musik.
lha trus, jadi maen ke kosanmu ga yank ?"
ga tau yank, ya ntar pokok kalo jadi ketemu, bunda bakal sms katanya, gitu . . jelasku menatap wajah imut Jovanda yang seperti anak kecil ketika makan eskrim.
kalo ada waktu kenalin dong yank sama camer, heheheh . . . yayayaya pintanya manja sekaligus genit menggodaku.
mank kamu berani ketemu bundaku ?" beliau galak yank, ndak suka sama cewek cantik kaya kamu. Hahahaha !! jawabku asal kibul pada Jovanda.
ah, . . yang serius dong yank, mana ada camer ndak suka ama menantu yang cantik !" jawabnya ketus terpancing bualanku.
hahahahahah, ya gak lah sayang. Bunda pasti suka kok sama kamu. Percaya deh !! sambil membelai rambut lurus Jovanda, saya menyakinkannya.
Kami berjalan dari lantai satu hingga lantai tiga putar sana putar sini. Lihat barang ini itu tanpa ada barang yang kami beli. Sebab kami jalan di sana dengan tujuan cuci mata dan untuk kesehatan juga tentunya. Sedangkan kebiasaan Jovanda untuk belanja di butik butik mahal sudah saya batasi dengan tujuan untuk mengubah pola belanja dia yang bisa terbilang boros. Meski tak jarang saya di paksa untuk membeli barang yang ia inginkan dengan uangnya, namun sebisa mungkin saya akan larang dia jika ingin membeli barang yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Sebab saya selalu mengajarkan padanya bahwa belilah barang yang sekiranya di butuhkan, sebab barang yang kamu beli karena keinginan, sebenarnya itu adalah pemborosan. Kembali pada saat dimana saya dan dia sudah mulai kelelahan, maka tempat tujuan terakir kami adalah nongkrong di Coffe Toffe untuk sekedar ngopi sambil melepas penat. Tengah saya berjalan menuju Caffe yang hendak saya tuju, hape ini berdering mesra ada panggilan dari bunda.
hallo Asalamualaikum, Rakha kamu sekarang lagi di mana nak ?" bisa susul bunda sekarang gak ?" tanya langsung dari bunda di seberang telfon.
walaikumsalam, . . nyusul bunda di mana emang ?" tanyaku santai sambil jalan menuju caffe.
nyusul di mana ini yah, ?" bisik bunda terdengar kepada ayah.
di caffe topi topi Nak, bisa ke sini ?" jawab bunda kebingungan untuk berucap lafadz bahasa inggris.
hah, caffe apaan tuh bun ?" di mana tempatnya ?" masih belum jelas dengan perkataan bunda, maka saya kembali bertanya.
Kaki ini masih terus berjalan hingga saya berhenti di depan caffe Coffe Toffe untuk sesaat menyelesaikan telfon dengan bunda. Namun di tengah saya masih bercakap dengan bunda perihal tempat yang saya tuju, dengan wajah tak berdosa Jovanda bertanya pada saya yang saat itu tengah berbicara dengan bunda melalui via telfon.
yank, itu kamu telfon jangan jangan sama ibu ibu itu yah ?" sebab aku amatin, topik pembicaraan kamu nyambung banget ama ibu ibu itu tuh ?" sahut Jovanda polos sambil menunjuk orang yang di maksud.
Dan ternyata, ibu ibu yang di maksud jovanda itu tidak lain tidak bukan adalah ibu saya sendiri. Ya, itu bunda saya yang tengah di tunjuk oleh Jovanda. saya kaget, sudah pasti. Gugup, itu jelas. Kenapa saya keget dan gugup ?" bayangkan saja jika kita sedang berjalan di Mall dengan pacar yang belum pernah kita kenalkan pada orang tua kita dan kondisi saat itu saya tengah berada di satu tempat yang sama dengan orang tua kemudian secara bersamaan saya harus menemuinya, sedangkan di samping saya saat ini sudah jelas ada Jovanda. Haruskah saya mengabaikan permintaan bunda untuk menemuinya, tentu saya tak mau menjadi anak durhaka. Haruskah saya membiarkan Jovanda sendirian di mall tanpa mengajaknya bertemu dengan orang tua saya, tentu saya akan menyakitinya. Maka hal hal seperti itulah yang mucul ketika saya di hadapkan dalam kondisi yang tak mengenakkan ini. maka dengan beraninya saya putuskan untuk . . . Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1082
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 14-11-2013 13:02
Chapter 82. Respon Bunda dan Ayah
Bunda memandangku dengan tatapan mata tak yakin, seolah melihat anaknya bagai melihat hantu di siang hari jalan jalan di dalam Mall. Ayah yang masih santainya dengan rokok di tangannya, hanya melambaikan tangan agar saya bergegas merapat padanya. Saya gugup itu pasti, sebab tangan ini posisi di gandeng oleh Jovanda. sudah terlambat hukumnya jika menafikkan tangan Jovanda dari lengan saya, sebab saya yakin bahwa yang sedari tadi bunda amati adalah posisi tangan ini. tidak lain tidak bukan nan tak terbantahkan. Jovanda dengan senyummnya yang amat bersahaja kemudian menrik saya untuk bergegas jalan menuju arah kedua orang tua saya. Maka dengan ini, kami resmi bertemu sebagai anak dan calon menantu. aku kira kamu ada di kosan Nak, lho ini sama siapa, . .?" rangkul bunda memelukku sambil memperhatikan Jovanda.
ini kmu sama siapa Kha, gak di kenalin ke ayah ta ?" goda ayah menggugupkanku.
anu bun, yah, tadi aku pikir kita ga jadi ketemu. Terus aku di ajak temenku keluar gitu, hehehe . . jawabku gugup sambil garuk garuk kepala.
Ehm, !! temen ya Kha !! mata milik Jovan itu melotot seolah mau copot. Kampret sialan juga ini pacar semata wayang saya, dia benar bener menjunjung tinggi statusnya sebagai pacar. Maka jika saya sebut ia sebagai teman di depan orang tua saya, pastilah ia akan memelototi saya dan urusannya asli panjang di belakang.
ini sama pacarku kok bun, kenalin ini Jovanda dengan pasarahnya saya kenalkan Jovanda saudah tak banyak harap.
Jovanda tante, . . sambil bersalaman di lemparnya senyum seribu manis untuk sang bunda
owh iya, sini duduk dulu dek Vanda ujar bunda masih ramah dengan balas senyumnya.
dek Vanda dari daerah mana n kuliah di mana ?" tanya ayah to the point tanpa basa basi.
saya asli Malang om, kuliahnya satu kampus, satu fakultas dan satu kelas sama Rakha, tapi enggak satu bangku kok om dengan sedikit canda dari Jovan maka jelas tertariklah ini bapak saya untuk gencar bertanya.
lha trus ayahnya megang di mana dek ?" tanya ayah semakin menjadi seperti biasanya.
ayah dekan di Fisip om dengan malu malu Jovan menjelaskan.
Kha, ini bener pacar kamu ?" tanya ayah seolah tak yakin dengan kemampuan anaknya.
iya lah, mank kliatan kaya pembokat ya yah ?" tanyaku sedikit jengkel dengan keraguan sang ayah.
ya kamu yang malah kliatan kaya pembokatnya Kha, hahahahaha jawab ayah sungguh menusuk jantungku.
husssst, ayah ini gimana sih anak sendiri di becandainnya kok kaya gitu !! tutur bunda membelaku dengan segenap jiwa raganya sebab tak ingin anaknya di remehkan.
dek Jovan beneran pacaran sama Rakha ?" om takutnya Rakha Cuma ngaku ngaku aja ini, soalnya dulu waktu kecil sering nunjukin foto cewek cantik ke om trus ngaku ngaku kalo itu pacarnya sekelas. Hahahahah tutur ayah membuka aib ku sekaligus terbaca oleh para reader di thread ini.
hahahaha, masa sih om ?"" tapi kalo boleh jujur, kemaren yang nembak Rakha duluan itu saya om. Alhamdulilah Rakhanya ndak nolak, ehm !!! dengan ini maka habis sudah itu bapak bebuyutan saya. Rasakan !!
Heeeee ?"?" melotot sudah itu mata bapak memandang saya tak henti hentinya.
bapak sih ngremehin Rakha, ibuk dulu nrima bapak juga lantaran kasian tau tutur bunda menohok sang bapak sambil mengelus elus pundak saya.
yah bunda kok gitu sih, jadi ayah cuma pelarian nih ?" keluh ayah mulai terlihat galau di dekat bunda.
Duuuuuh, udah deh yah, jangan lebay di sini. btw ngomong2 bunda sama ayah nginep di Malang gak hari ini ?"
gak nak, sore ini bunda sma ayah langsung balik kok. Kamu baik baik aja ya di Malang tutur bunda mejelaskan.
tante apa gak capek T.A Malang pulang pergi dalam satu hari ?" kalo mau nginep di rumah Jovan juga ndak papa lho tante sahut Jovanda terlihat kawatir akan keadaan orang tua saya.
alah gak usah dek, tante besok pagi mau ada ketemu pelanggan di salon soalnya. Jdi ya harus cepet2 pulang tutur bunda menyesalkan.
yah gitu ya tante, hati hati aja deh kalo pulang. Salam buat mbak di rumah ya tante, hehehe caper Jovanda pada bunda.
loh dek Jovan tau juga kalo Rakha punya mbak ?" tanya bunda sedikit penasaran.
tau lah tante, kan Rakha sering cerita tentang mbak, ayah dan bundanya gitu jawab Jovan sedikit malu malu.
Tanpa terasa kami ngobrol sudah habis dua jam lamanya di Coffe Toffe bersama kedua orang tua saya. Terasa hangat sore itu ada jovanda di samping saya. Seolah melengkapi hari hari saya yang terasa semakin indah. Ayah sebagai orang yang paling welcome atas status Jovanda sebagai pacar saya pun bisa di tebak bahwa beliau merasa nyaman dan suka. Bagaimana tidak, cara ayah menggodai Jovan dan mengajaknya bercanda sudah jelas menunjukkan bahwa beliau tengah tertarik dengan ini pacar saya. Namun yang masih membuat saya berkecil hati adalah bunda. Beliau meski kadang di depan terlihat baik, kadang di belakang bisa berkata sebaliknya. Sehingga rasa was was itu tetap ada dan terus menyelimuti saya hingga bunda pulang ke Tulungagung.
Pada malam harinya saya masih bersama Jovanda, kami sedang ngobrol di rumahnya da nada beberapa tugas matakuliah yang harus kami selesaikan bersama. Maka malam itu saya masih bersamanya hingga rasa kawatir itu datang menghantui saya tentang bagaimana perasaan bunda jika beliau tidak suka dengan Jovanda. boleh saya sebutkan di sini mengapa saya merasa kawatir tentang hal ini, bunda pernah bilang, jika suatu saat saya mempunyai calon istri atau pacar, bunda ingin punya menantu yang dari daerah Tulungagung atau sekitarnya seperti missal Kediri. Namun jika boleh di ingat, yang ada di Kediri itu kan Stevy. Pastilah para reader bakal senang bukan kepalang jika saya harus punya calon seperti Sety. Sudah lah jujur saja sodara, saya tau itu.
sayang kamu kok rada murung gitu sih ?" kenapa ?" tanya Jovan seketika saat saya tengah melamun.
eh, apa yank ?" aku gak kenapa kenapa kok jawabku sedikit gugup.
kita ini udah hampir enam bulan pacaran masa aku gak tau kamu lagi kpikiran sesuatu atau gimana sih ?" dengan gayanya ia bertutur kata.
iya juga sih, aku lg kpikiran sesuatu yank, huuuuuuuuff . . . keluhku dengan nada panjang.
mikirin apa sih yank ?" hm . . ayo dong cerita ia pun semakin penasaran dengan kekawatiran ini.
kpikiran bunda yank . . dengan berselimut gundah saya menjawab. mank bunda kenapa yank ?" bukannya sekarang udah sampe rumah ya ?"
iya yank udah sampe, tapi aku ngrasa ga enak aja waktu tadi sore kita ketemu
udah yank jangan di fikir dlu, kita jalanin hubungan ini dan tunjukin ke beliau kalo kita serius dan gak main main. Pasti kita dapet restu kok dari bunda dengan memegang tangan saya ia berusaha untuk meyakinkan.
hm . . . iya juga ya. Mkasih yank udah kasih masukan buat hubungan kita . . kulempar senyum itu sebagai tanda terimakasih.
Dalam hati meski saya masih berfikir tentang bagaimana respon bunda, hati saya sudah lumayan membaik berkat perkataan Jovanda yang teramat membuka lebar lebar mata saya akan hubungan kami yang harus di fokuskan pada masing masing individu. Sebab pilar terkuat dari sebuah hubungan adalah dari diri kita sendiri. Jika kita merasa tak yakin dengan diri kita untuk terus maju melanjutkan suatu hubungan, maka jangan memikirkan tentang orang lain terlebih daulu.
Multi Quote Quote View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1098
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 15-11-2013 09:33
Chapter 83. Tentang Perasaan Seorang Bunda
Sepulang dari kediaman Jovanda semalam, memang hati ini merasa yakin tentang apa yang harus kami jalani terlebih dahulu. Namun rasa gelisah nan kawatir itu tentu masih ada membekas di hati seiring bergulirnya waktu. Maka di pagi hari ini saya bangkit dari ranjang saya dengan malasnya untuk sekiranya persiapan kuliah yang sebentar lagi akan berlangsung. Usai mandi, saya tengah mengenakan pakaian dan hape di atas ranjang itu berbunyi dengan kerasnya membuat saya untuk segera mengangkatnya yang ternyata itu telefon dari bunda.
Halo salamualaikum nda, da apa pagi pagi gini telfon. Tumben ?" tanyaku dengan nada malas dari telefon genggamku.
mau berangkat kuliah ya nak ?" terlihat bunda terasa basa basi. iya nda, setengah jam lagi mau berangkat. Da apa ta ?" tanyaku sekali lagi.
yang kemaren itu beneran pacar kamu ya Kha ?" sedikit penasaran bunda bertanya menganai status Jovanda.
iya nda. Dah dapet nembulanan ini. sebenernya kmren sempet jadian trs putus. Ga lama balik lagi. Da apa nda kok tanya gitu ?"
ya gak papa sih Kha, bunda Cuma pingin mastiin aja dia siapa trus kalo udah jelas dia pacarku gimana nda ?"
gimana apanya Kha ?" hm . . .?" tutur bunda merasa bingung.
ya bunda gimana sama dia, kan bunda kdang kalo ndak suka sama orang suka ngomong di belakang keluhku terasa berat meminta keadilan.
ohh itu, hahahahaha, . . bunda ga masalah kok Kha sama pacarmu itu. Bunda cocok cocok aja kok. Lha kamunya gimana ngejalaninnya ?"
ya aku sih sayang sama dia bun, cuman kalo bunda ga support, ya aku mundur aja nda. Dari pada di pertahanin tapi ga dapet restu dari bunda kan aku juga ga mau. Maaf nda kalo sblumnya aku ga bilang bunda jadian sama dia
udah jalanin dulu Kha, bunda support kamu kok. Ya sebenernya kalo boleh jujur bunda ada orang yang ngerasa cocok buat kamu sebelumnya
loh, siapa nda ?" bunda kok ga bilang ?" kenalan anak temennya bunda ya ?"
loh bukan Kha, yang dulu bunda pernah bilang ke kamu itu lho, masa lupa . . ?"
siapa nda ?" aku ndak inget . .
temen kamu yang pernah maen ke rumah nak , . . ya Allah masa lupa sih ?" gimana lo sama temen sendiri kok lupa.
Bagaimana saya tidak mau melupakan Nabila, orang dia sudah minggat jauh terbang di Austria sana dan saya sudah los kontak sama dia sejauh ini. meski sempat dengar kabar dari Fany, yang jelas ia tak pernah punya kemauan untuk mengubungi saya secara langsung. Jadi dri mulut Fany saya sering dengar itu kata salam dari Nabila di sana. Maka saya acuhkan itu wanita, saya sudah tak mau di sibukkan lagi dengannya yang telah meninggalkan saya.
maksud bunda Nabila ?"
iya lah Nabila, emang mau siapa lagi coba
kok Nabila sih bun ?" dia udah minggat gak di Malang lg sekarang dengan malasnya saya menjelaskan hal ini.
kalo Nabila itu anaknya gampang akrab Kha sama orang orang rumah. Dia itu kaya tipikal cewek yang suka ngalah n nurut sama suami kalo udah jadi istri nanti. Jadi bunda ngrasa dia cocok sama kamu. Loh emang ada apa dia kok gak di Malang lagi ?"
Padahal hanya tiga hari Nabila di rumah tapi sekilas bunda tau mengenai sifat Nabila yang suka mengalah ini. Entah bagaimana bunda mengetahuinya, yang jelas felling seorang ibu itu tak pernah salah mengenai calon pendamping untuk anak anaknya.
ah bunda sok tau tuh. Bila gak gitu juga kok. Dia sekarang di Austria bun, udah ah aku males bahas dia. Dah ya bun, aku mau berangkat kuliah dulu tuturku ingin mengakiri pembicaraan.
yaudah, ati ati di jalan ya nak, salam buat Jovan iya bun, salamualaikum
walaikum salam Saya berangkat kuliah, seperti biasa bertemu dengan anak anak dan usai perkuliahan pagi itu saya dan Jovanda selalu bersama di kampus untuk mencuri pandang setiap insan yang ada dengan berduaan mesra di kantin tercinta. Maka dengan ini saya ingin ungkapkan kepada Jovanda mengenai respon bunda terhadap hubungan yang tengah saya bangun ini, tentunya ini akan berbunga indah, namun tetap saja hati ini terganjal oleh perkataan bunda mengenai kecocokannya dengan Nabila. Jadi jika boleh saya jabarkan di sini, bunda merasa cocok dengan Jovanda, namun lebih cocok lagi jika itu adalah Nabila. Dan masalah kota yang dulu pernah bunda ungkapkan waktu saya esema, kini tak lagi di permasalahkan. Bagaimana tidak, lihat saja dari mana Nabila berasal, ia dari Jakarta. Namun dengan santainya bunda malah merasa lebih cocok dengannya ketimbang Jovanda yang masih satu jawa timur dengan saya.
yank, tadi aku di telfon bunda loh . . ucapku sambil minum jus jambu di depan kantin dudukan dengan Jovanda.
oh ya, trus bahas apa bunda ?" sahut Jovanda sedikit penasaran nan merapat.
bahas tentang hubungan kita yank . . ehm dengan pura pura berekspresi sedih saya mencoba mengerjai Jovanda.
trsu, trus, gimana respon bunda ?" sama kayak yang kamu pikirin yank ?" dengan gencarnya ia menanyai saya.
iya yank, bunda ga suka sama kamu, gimana trusan . . raut muka sedih saya memang sangat mendukung untuk berwajah suram saat itu.
Ia terdiam, ia menunduk. Berfikir, dan merenung tentang apa yang tidak di sukai bundaku darinya. Mata itu terlihat putus asa dan sayu tiada bersemangat. Bisa terlihat jelas bahwa keseriusannya sangat terlihat hanya dengan bagaimana ia mendengar respon mengenai orang tua saya. Maka dengan ini pastilah ia merasa sedih jika mendengar kabar macam ini. tak ingin membuatnya jauh hanyut dalam kenohongan ini, maka saya ungkapkan hal yang sejujurnya kepada dia sebagai obat penyembuh luka.
yank, kamu kenal aku berapa lama sih ?" tanyaku tiba tiba di luar pembicaraan.
ha ?" ya dah lama yank. Dari smester 1 kan. Berati udah 2 taon ini. kenapa kok tiba tiba tanya gitu ?" dengan wajah masih tak bersemangat ia bertanya padaku.
kamu bisa bedain aku lagi bohong gak sih, hahahahaha tawa itu lepas seolah saya tengah mempermainkan dia.
jadi yang kamu bilang tadi bohong yank ?" seriusan dikit dong !!!!! cubit itu tarasa panas di pinggangku hingga mau copot di putarnya 360*.
adoooow, dooow, dooooow . . . ampun yank. Ampuuuun, iya tadi Cuma bo ongan kok, adooooow !!!! jawabku sambil meronta ronta kesakitan.
trus respon bunda yang bener gimana ?" hm . . ?" kini ia mulai tanya serius padaku denganmata sedikit melotot namun tetap saja tidak merasa menakutkan justru terlihat menggoda. Halaaaaaah . . . mikir apa saya waktu itu.
jadi bunda itu suport sama hubungan kita yank. Semua tergantung aku, jadi kalo akunya fine dengan hubungan kita, ya bunda gada masalah. Bunda suka kok sama kamu, cocok gitu katanya tuturku kalem meyakinkannya.
kan apa aku bilang, masa Jovan di tolak sama camer, apa kata dunia, Yeeeey !!! dengan bangganya hidung itu terasa mancung seperti pinokio. Memang benar bunda support atas hubungan ini dengannya, namun ada satu hal yang sebenrnya tidak saya ungkapkan ke dia bahwasanya bunda lebih cenderung memilih Nbila ketimbang Jovanda. namun apa mau di kata, saat ini saya tengah pacaran dengan Jovan, jadi haruslah saya fokus terhadap hubungan saya agar tetap baik sampai nantinya tanpa harus terkontaminasi oleh angan angan bunda.
Multi Quote Quote View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1099
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 15-11-2013 09:38
Chapter 84. Kepingan Masa Kecilku
Restu itu turun dari hati bunda dan juga kedua orang tua saya. Begitu pun terhadap kedua orang tua Jovanda. kami mendapat restu dari keempat orang yang paling penting dalam hidup kami. Tenang sudah pikiran ini tanpa harus ada beban di setiap harinya yang harus di emban seperti masa masa sebelumnya. Meski saya dan Jovan mendapat restu dari kedua belah pihak, namun pesan dari ayah Jovanda selalu saya pegang untuk tidak menyalah gunakannya dalam menyayangi anaknya. Sebab ayah Jovan tak ingin melihat putri kesayangannya untuk berbuat hal yang aneh aneh dengan saya hingga saatnya tiba. Sehingga, dengan batas kesadaran yang kami punya, kami biasa jika bermadu kasih di atas ranjang namun tak sampai melakukan kegiatan seperti yang pernah di lakukan oleh Ariel Noah.
Semenjak mendapat restu, hubungan kami kian terasa nyaman dan tentram sampai tanpa terasa di bawanya hingga awal semester lima. Ya, ini adalah semester lima dimana musim maba sangatlah banyak dan merepotkan bagi mahasiswa yang betah di Malang dan sekiranya mau untuk di sibukkan dengan hal beginian. Maka tahun ajaran baru itu, untuk mengisi kegiatan saya selain berdua dengan Jovanda selalu, maka saya putuskan untuk menyibukkan diri sesaat dengan moment penerimaan mahasiswa baru di tahun ini. usai mendapat izin dan kesepakatan dengan Jovan, saya ikuti saja itu kegiatan agar hubungan ini tak jenuh dengan Jovanda selalu.
Dalam jabatan ospak mengospeki ini, mahasiswa dengan tahun angkatan 2007 adalah sebagai kadis atau orang yang lebih akrap dengan pekerjaan tukang marah marah dan selalu mencari kesalahan para maba (mahasiswa baru ). Berhubung suara lembut saya ini tak layak untuk berteriak kasar, maka saya tak dapat masuk dalam jabatan kadis tersebut. Sebab bisa di bayangkan jika saya tengah marah mungkin tak ada bedanya dengan menyanyi maka yang ada para maba justru asik goyang cesar di depan muka saya. Tentu itu hal yang sangat menggelikan.
Untuk mencari jabatan yang lebih tepat, saya mencoba masuk dalam tim medis atau biasa akrab di sapa dengan bagian kesehatan. Berhubung saya mengetahui beberapa macam gejala penyakit dasar seperti pusing, batuk, flu, pilek, demam, hidung tersumbat dan muka pecah pecah, eh maaf yang terakir bukan. Maka saya di terima dalam bagian kesehatan. Mungkin bisa di bayangkan bagaimana muka ini yang selalu akrab dengan kacamata akan terlihat seperti anak kedokteran di banding sebagai calon sarjana sosial. Sungguh saya sangat beruntung saat itu.
yan, coba deh kamu liat itu para mabanya cupu banget yah, palanya pada botak kaya klepon gitu, tinggal kasih serutan kelapa terus makan deh, wkwkwkwk bisikku lirih pada Vian di seberang barisan.
itu dandanan kita dulu juga gitu Jo, kamu lupa a ?" Vian mencoba mengingatkanku.
ah, . . . iya jg ya. Ngmong ngmong liat yang seger gak nih ?" kalo tau bilang dong !! pintaku sedikit mnggebu pada Vian.
itu ada Jo, klompok 64 barisan sebelah kiri nomer 4 dari belakang rambutnya di kuncir kuda pita orange
owh itu, iya jg sih manis gitu yha. Palingan orang Jakarta ya yan kalo gak bandung " tanyaku meragu.
ya gak juga sih Jo, kadang orang Lumajang jg ada yang cantik gitu. Tapi blesteran sih sama orang barat. Hahahahah jawabnya asal tanpa pikir panjang.
ya kalo itu mah orang T.a mau blasteran sama orang jabar ya jadinya bakalan cakep Yan !! jawabku ketus sambil menampol pala Vian.
Barisan siang itu di bubarkan pertanda ada kegiatan lain yang akan di laksanakan. Sedangkan tim medis, harus patrol sana sini untuk memantau kesehatan adek mabanya agar tidak kecapaian saat menjalankan ospek. Mulai dari pagi hingga siang saya patrol sana sini dan sudah menangani lebih dari dua puluh orang sehari yang merasa tak enak badan saat ospek di laksanakan. Capai itu pasti, sedangkan sibuk itu sudah jelas. Tak lama Vian datang menghampiri saya ke dalam ruangan kesehatan dan berkeluh kesah mengenai rasa capai yang kami rasakan sebab menjalani sebagai tim medis hari ini.
duh ya ampun Jooooo . . . kuesel aku Jo hari ini. itu yang sakit kok gada abis abisnya yo !! keluhnya dengan giat sambil tiduran di atas kasur pasien.
ya gak kamu tok yan, tadi ada sekitar 20 ekor yang aku tanganin jawabku sambil sandaran di kursi sebelah kasur.
aku tak cari makan sek yo Jo, luaper aku, yoo . . pintanya melas bagai pengemis kelaparan.
iya wes iya makan ow seng bnyak aku tak titip aja sahutku sambil memberikan uang kepada Vian.
Usai memberi uang, ia pun berangkat dengan gembiranya. Bagaimana tidak bahagia, dia ngabur dari jam tugas yang telah di tentukan. Sedangkan teman teman satu tim yang lain masih sibuk jaga di pos pos yang telah di tentukan. Maka hanya ada saya dan beberapa teman yang tak begitu akrab di ruangan itu tentunya. Saya sungguh lelah siang itu, maka sayapun hampir terlelap dalam tidur yang membuat saya terlena dalam rasa capai ini. tengah asik tenggelam dalam hawa kantuk teramat sangat, tiba tiba saja pintu ruang kesehatan di buka dengan kasar oleh beberapa maba yang saat itu terlihat gugup dan kacau. Rupanya ada maba yang tengah pingsan dan membutuhkan pertolongan cepat dalam menyelamatkannya.
ini temennya kenapa dek ?" tanyaku ikutan gugup melihat kelakuan para maba yang panik saat itu.
itu dia pingsan kak pas baris tadi, kayanya dia kecapaian tutur salah satu maba terlihat masih gugup dengan nafas menggebu gebu.
trus sekarang kegiatan kalian apa ?" tanyaku kepada beberapa ekor maba yang cupu dan menggelikan ini.
masih baris kak di depan GKB . . jawabnya polos dengan segala kebodohannya.
kok masih di sini ngapain ?" buruan balik sana !! sedikit bentakku mengagetkan mereka.
woiya kak . . .!!! kaburlah mereka tunggang langgang seribu kaki meninggalkan ruangan kesehatan.
Saya amati ini pasien saya rupanya pingsan tak sadarkan diri, lantas segera saya panggil beberapa rekan untuk datang membantu memberikan penanganan pertama. Setelah di rawat dengan ini itu maka saya tinggal menunggu saja itu maba yang tadinya pingsan sepertinya kini berubah menjadi tidur. Sebab bisa saya lihat itu dari detak jantung dan system parnafasannya yang kini sudah terdengar membaik dan mempunyai tempo yang beraturan. Sungguhpun waktu itu saya seperti anak kedokteran saja dengan gaya kacamata dan rambut yang rapih habis di cukur. Tengah menunggu maba yang pingsan ini akirnya ia mulai sadar untuk kali pertama. Maka perbincangan di dalam ruangan itu pastilah wajib hukumnya terjadi.
hay kak Rakha, maaf ngrepotin sapa maba itu lemah sambil mencoba membuka mata masih terbaring lemas di atas ranjang.
gimana keadaannya dek ?" dah mendingan kah ?" tanyaku sambil mendekat di sampingnya.
masi lemes kak, . . jawabnya masih lemah dengan segala nyawa yang belum terkumpul.
Saya lihat itu papan nama dia bertulis Tisya Nafira Husna Jurusan komunikasi. Oke, saya sudah tau siapa nama dia. Lantas saya perhatikan wajah pucat nan lemas itu untuk kesekian kalinya, awalnya memang wajah itu berbalut oleh peluh dan keringat serta dandanan yang sudah acak acakan akibat acara pingsan yang menimpanya tadi, namun setelah saya amati dengan seksama, dia manis 11:12 dengan Nabila. Wajah itu imut sungguh mengingatkanku dengan sosok gadis yang telah meninggalkan saya jauh di sana. Rindu itu tiba tiba saja muncul menjulang tinggi seolah yang berada didepan saya ini adalah Nabila. Mata ini tak terasa mulai berembun basah mengingat setiap detik yang pernah saya lewatkan dengan Nabila dulu. Paras itu sungguh teramat sakit untuk di rindukan.
kak Rakha matanya kok sembab gitu, kakak kenapa ?" tanya Tisya yang terlihat membaik menyadarkan saya dari lamunan tentang Nabila.
owh, gapapa. Klilipan tadi dek. Hehehe . . kamu dah mendingan gitu. Btw tadi kok bisa pingsan kenapa ?" tanyaku sambil menatapnya heran.
itu tadi pagi aku belom sarapan kak, jadi pingsan deh, hehehehe . . lempar senyum itu ke arahku dengan ekspresi menahan lapar.
lah, jadi kamu belom makan dek ?" mau cari makan dulu pa gimana ?" tanyaku menawarkan pada Tisya.
mang kakak mau nganterin aku buat cari makan ?" tanya Tisya meragukan tawaranku.
lha kamunya mau gak buat di anterin cari makan ?" hayooo . . jawabku membingungkan Tisya.
ya mau lah kak jawab Tisya bersemangat sambil mencoba bangkit dari atas ranjang
Siang setengah sore itu saya keluar mengantarkan Tisya untuk mencari makan agar dia merasa lebih baikan. Saya bonceng itu gadis naik speda motor menyusuri kampus Brawijaya pada tahun itu yang masih hijau belum banyak bangunan tinggi seperti tahun sekarang ini. dengan malu malu ia mencoba naik dengan cara menghadap menyamping sambil memegang pinggangku. Dalam perjalanan, saya merasa paras milik Tisya amatlah tak asing dan terasa familiar. Bukan karena mirip Nabila semata, namun cara dia memanggil saya dengan sebutan Rakha sungguh tak asing lagi di telinga ini. lantas siapa ia gerangan. Dan taukah sodara siapa Tisya ini sesungguhnya setelah saya berhasil mengingatnya. Ia adalah . . .
Last edited by: rakhaprilio 2013-11-15T10:03:49+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1157
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 18-11-2013 10:17
Chapter 85. Mak Comblang Saya mempunyai seorang pasien maba yang pada awal pertamanya ia datang di depan saya dengan di gotong oleh teman teman satu kelompoknya dalam keadaan pingsan. Sungguh heboh nun mencengangkan ia datang dengan cara seperti itu. Mungkin bila di ceritakan kisah ini lebih mirip dengan judul kutunggu pingsanmu sebagai hal yang rasanya lebih menarik dari pada Live to Love. Dan kini ia telah sadar, tengah berada di belakang jok motor saya untuk sekedar saya antar mencari makan. Sungguh pun diri ini merasa tak asing dengan keberadaan Tisya yang saat kian dekat seperti ini berada di belakang saya. Bagaimana cara dia memanggil saya itu terdengar akrab sekali di telinga ini. seolah beberapa pulah tahun yang lalu saya pernah mendengarnya. Maka sesampai kami di sebuah warung soto masih dalam kawasan kampus, saya mencoba menguak indentitas Tisya sebenarnya ini siapa, sebelum ia menghantui saya hingga berlarut larut terbawa mimpi.
kamu tadi belom sarapan kok maksain buat ikut baris sih dek ?" tanyaku heran pada gadis satu ini.
lha abisnya ospek berangkat pukul 05.30 sih kak, mana sempet sarapan coba. Kak Rakha ya apa kabarnya ?" tanya Tisya sambil makan soto di lahapnya.
ya baik baik aja sih, btw kamu sama aku kok kayak udah biasa ya dek ?" apa kamu kenal aku sebelumnya ?" penasaran ini semakin membuatku ingin mengetahuinya.
dah aku tebak, ternyata kakak itu tetep kaya yang aku kenal dulu yah jawabnya sungguh masih menggantungkan angan anganku.
tetep kaya dulu ?" emang dulu kita pernah kenal ?" penasaran itu semakin menjadi jadi.
kejadian waktu kakak kecil suka bawa cicak kalo lagi sekolah pas TK inget ?" ia mencoba mengingatkan saya tentang kelakuan masa kecil saya.
loh, kok kamu tau dek ?" wah jangan jangan kamu maen dukun aja nih buat liat masa kecilku jawabku heran dengan mundur menjauhinya.
gausa lebay kak, ngapain aku maen dukun segala buat ngenal kakak orang aku udah kenal sejak dulu kok jawabnya masih santai menghabiskan soto di depannya tinggal sedikit lagi.
mang kamu sapa sih dek, maaf aku bner bner lupa banget ?" kamu temen TK ku tah ?" tanyaku mulai menebaknya.
bukan, . . sahutnya dengan sangat pendek.
lah trus sapa ?"" ayo dong ngaku jangan keg gini . . aHH !!! keluhku merasa kesal dengan ini maba.
aku bukan temen TK kakak atau pun temen sekelas kakak, tapi aku coba tanya sekali lagi ya, kakak inget gak pernah kejadin waktu kakak nolongin cewek yang waktu itu lagi di gangguin sama anak anak nakal di sekitar rumah kakak, tapi pada akirnya kakak kena pukul trus kakak nangis lari ke arah bunda kakak. Hahahahaha dengan ini ia mencoba mengingatkanku sambil menertawakan saya.
eh, yang itu aku mulai inget, kamu yang dulu tetangga baruku itu ya, tapi pas aku masuk SD kamu pindah, iya kah ?" tanyaku mulai berhasil mengingatnya.
nah itu udah mulai inget, aku Tisya yang dulu suka kakak ejek dengan sebutan kuring atau biasa di jabarin jadi kurus kering. Aku pindahan dari Surabaya ke tulungagung waktu kakak masih TK. Dan aku balik lagi ke SBY waktu kakak mulai beranjak masuk SD. Jadi emang kita cuma kenal sebentar. Tapi waktu yang sebentar itu selalu aku inget sampe sekarang. Pastinya kakak heran bagaimana bisa aku yang masih kecil waktu itu bisa masih inget sampe sejauh ini kan, aku sendiri jg gak terlalu ngerti kak, yang jelas aku ga bisa lupa tentang kelakuan kakak waktu kecil dulu. Semasa balik ke SBY aku masih sering nanyain kabar kakak lewat mamahku yang masih kontak dengan bunda kakak, cuman kakak aj yang ga nyadar. Dan seiring berjalannya waktu, kita udah bener bener los kontak. Kakak tentunya banyak yg lupa tentang aku, sebab kakak yang aku kenal itu orangnya emang pelupa, jadi gak heran kalo waktu pertama aku sadar di ruang kesehatan tadi kakak ga terlalu kaget sama aku. Apa kakak inget semua itu ?"
Ya, saya ingat. Saya ingat siapa Tisya, ia dulu yang dengan badan kecil kurus kering dekil item pokok amit amit lah, kini berubah menjadi Nabila KW Super. Ia yang dulu dengan badan trepes layaknya papan tulis kapur yang tidak ada bukit bukitnya kini dengan semoknya buah dada itu menjulang tinggi sebagai maskotnya di tambah dengan bokong yang bulat bundar nan bergairah itu bisa membuat saya menelan ludah. Ia telah berubah layaknya bidadari indah yang kini bisa di bilang ia bermetamorfosis dari ulat menjadi kupu kupu terbang indah di depan pelapuk mata saya. Rambut lurus sebahu itu kini kian bercahaya tak seperti dulu waktu saya mengenalnya masih kusam bercabang bagai anak tak punya gizi. Dan kini apa, saya hanya bisa diam menyadari mantan tetangga saya yang satu ini.
ya . . . . ya . . . . aku inget, aku inget smuanya Tis, jadi kamu cewek yang dulu itu ya jawabku masih belum lepas dari ingatanku.
iya kak, kenapa, kayanya ga percaya gitu ya ?" hahahaha . . tawa Tisya menyadarkanku.
ah gak juga, Cuma masih loading, heheheh . . lha trus kamu sekarang tinggalnya menetap di Surabaya gitu ?"
iya kak, aku dah menetap di SBY sekarang, napa ?" mau maen tah kesana ?" ayok ?" ajak Tisya bersemangat sambil menawari saya.
hahaha, gak dulu dek, masih repot gini kok. Ya ntar aja laen waktu kalo ada kesempatan aku maen ke sana
kalo mau maen ya kesana aja gapapa kak, mamah sempet nanyain kak Rakha soalnya waktu Tisya ketrima di Brawijaya dengan senyum semanis itu maka segera saya berpaling sebelum perasaan yang tidak di inginkan itu hinggap di hati saya.
Usai mengantar Tisya makan, saya pun segera kembali ke ruang kesehatan. Sebab saya hampir lupa bahwa tadi saya punya janji pada Vian untuk menitip sebungkus makan padanya. Segeralah saya ajak itu gadis asal kota Pahlawan untuk merapat di ruang kesehatan yang kini telah di tunggu jengkel oleh teman saya dari lumajang. Maka wajib hukumnya jika saat itu kami bertiga berada di satu ruangan dan saling ngobrol sana sini sambil mngenalkan Tisya pada Vian.
hoi yan, sory aku ngabur kagak bilang bilang, hehehehehe . . sapaku cengengesan pada vian yang asyik menghisap rokok di tepi jendela.
woooo, WEDOSH !! di cari kmana ternyata nggebet maba jawabnya kesal sambil menghembuskan asap rokok.
lha tadi ini mabanya minta di anterin beli makan yan, jadi ya mau ga mau aku kluar deh
yeee . . bukan mas, aku yang di ajak kak Rakha buat cari makan tutur Tisya membenarkan ucapannya.
hahahaha, kurang lebihnya ya kaya gitu sih yan. Btw nih kenalin mantan tetangga ku. Hahahaha . . ku kenalkan saja ini Tisya pada Vian agar lebih akrab.
Vian dek . . Vian pun mulai mengulurkan tangan. Tisya mas sambut Tisya hangat sedikit malu malu kucing.
udah yan salamannya jangan lama lama, tar dia bisa panuan kaya kamu, wahahaha ujarku sambil melerai tangan Viand an Tisya.
Ospek sore itu telah usai, maka saya pun pulang pada magrib hari dengan segala rasa capai yang menumpuk di badan hingga ingin rasanya saya langsung tepar di atas kasur untuk menghilang penat tanpa harus mandi. Eh, tanpa mandi ?" tidak, tidak, saya tetap madi sebab keringat itu begitu menggangu untuk acara saya melepas lelah di atas ranjang. Usai mandi saya pun segara bercinta dengan hape agar bisa smsan atau sekedar telfon sebentar dengan Jovanda. dan taukah sodara tengah saya asyik berpacaran ria dengan itu hape, si Vian sms dengan isi sebagai berikut.
Jo, aku galau nih. Kenalin lebih deket dong sama cewek yang namanya Tisya tadi. Masa kamu tega liat temen galau kaya gini
ya tega tega aja sih, cuman kasian juga yan sama kamu, wkwkwkw AS* koe Kha, ayo lah buruan
iya besok aja aku rencanain sesuatu
Itu lah isi sms Vian yang mencurhatkan dirinya secara terbuka untuk meminta pertolongan kepada saya agar bisa di kenalkan dengan gadis yang bernama Tisya tadi. Lantas sebagai sahabat yang baik, maka dengan senang hati saya dapat membantu teman yang tengah galau nan gundah gulana tersebut. Untung saja saya sudah punya itu Jovanda, jika tidak, mungkin saya lebih memilih mendekati Tisya dari pada harus menyerahkannya untuk Vian. Dan hari ospek terakir besok, saya akan membuat rencana dimana saya ingin mencomblangkan Vian dengan Tisya.
Last edited by: rakhaprilio 2013-11-18T14:19:48+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1185
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 20-11-2013 08:46
Chapter 86. Sepotong Kue Cinta untuk Tisya
Masih ingatkah sodara tentang keinginan Vian untuk di comblangkan dengan maba yang bernama Tisya atau tidak lain tidak bukan ia adalah mantan tetangga saya dulu. Tentu masih ingat bukan, maka ini adalah hari ospek terakir dimana seluruh maba dan fasilitatornya serta kadis dalam kegiatan tersebut akan di sibukkan setengah mati hingga acara sore hari. Bisa jadi ini di sebut sebagai hari penghabisan namun tak pakek hisab sebab saya belum mati. Pagi itu saya berkumpul seperti biasa dengan para regu kesehatan di ruangan untuk standby menunggu kegiatan di mulai. Dan ketika acara telah berjalan, maka saya dan Vian seperti biasa mobile untuk mencari atau memantau jika ada maba yang tengah sakit dan butuh bantuan para tim medis.
Niat Vian itu sudah jelas tapi pasti ia ingin di kenalkan lebih dekat dengan gadis bernama Tisya, maka ikutlah ia bersama saya kemanapun saya pergi. Hingga siang menjelang, rencana saya untuk mencomblangkan Vian dengan Tisya belum juga tereali sasi, dengan perasaan sedikit mendongkol pun akirnya Vian mengajak saya untuk balik ke ruang kesehatan. Pastilah dia ngomel ngomel tidak jelas sebab ini sudah pukul berapa tapi tak di dapati juga momen indah untuk berdua bersama Tisya. Masih dengan perasaan berkecamuk, tiba tiba kami di kagetkan kembali dengan datangnya maba yang sedang sakit lemas pucat pasi hampir tak sadarkan diri. Ya, itu Tisya dengan tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya.
loh. Loh, ini langganan saya kemarin nih ?" da apa lagi, dia pingsan ?" tanyaku pada rekan Tiya yang mebopongnya jalan hingga ke ruang kesehatan.
anu mas, dia lemes ga bisa gerak tadi. Padahal ya gak baris, tau tau udah gini aja tutur seorang maba.
oh gitu, yaudah sini dia biar berbaring dulu di kasur kamu balik aja ke kelompok. Biar aku yang tangani dia suruhku mengusirnya pergi secara halus.
jo, ini dia kenapa ?" tanya Vian gugup bercampur rasa senang.
kenapa ?" jelas jelas dia hampir pingsan lemes gitu masi nanya ?"!!! bentakku pada teman yang teramat botol ini.
iye kalo yang itu aku tau, maksudku ini dia sakit apa. Kali aja kamu tau, kan kmren kamu yang nanganin dia
iya sih aku yang nanganin dia, cuman aku jg ga tau pasti ini bocah sakit apa. Nafasnya suka seseg gitu kalo lg kcapean, trus mukanya pucet kaya gini nih. Kmren kasusnya dia gak makan pagi katanya, trus sore aku ajak cari makan dia udah seger lagi. Tapi kalo yg ini aku jg ndak tau yan tuturku masih bingung dengan diagnose Tisya.
Kamipun memberi waktu untuk Tisya beristirahat dan sekedar melepas penatnya usai di beri penanganan pertama. Sungguh Vian seperti suamin yang bak merawat istrinya sendiri. Dengan raut muka panik dan kawatir akan yang terjadi dengan sang pujaan hati, ia merawat dengan penuh kasih sayang. Sedangkan say amah santai aja sambil korek korek hidung masa bodoh dengan kondisi seperti ini. tak lama Vian pun pergi berinisiatif untuk membeli kue atau roti sebagai makanan ringan untuk Tisya. Maka saat Tisya sadar, pastilah hanya ada saya di sampingnya.
kak, maaf ngrepotin lagi, hehehehe . . . jawabnya masih lemas di atas ranjang.
halah gapapa, kan udah langganan. Tar lagi bkal dapet jajan enak kamu dek. eHm . . !! jawabku membuatnya penasaran.
dapet jajan enak gimana kak, mank siapa yang mau kasih ?" tanya Tisya heran dengan ucapan saya.
itu Vian dia lagi pergi buat beliin kamu roti, dia kawatir banget tadi sama kamu dengan muka polos saya meyakinkan dia.
oh ya ?" baik gitu kak Vian, jadi ngrepotin aku, duh jadi gaenak kak perasaan tak enak hati itu mulai hinggap di hati Tisya.
yak an orang baik pasti ada maksudnya dek, dia mau beliin kamu makanan juga bukan karena apa apa, pasti ada udang di balik rempeyek kan. Kamu pastinya nyadar akan hal kaya gitu. Aku yakin kamu sekarang juga udah gede
jadi kak Vian ada maksud tertentu sama aku ?"
iya lah, Vian bukan orang yang mau nglakuin sesuatu tanpa alasan dek kak Vian suka sama aku ?" jawabnya dengan malu malu kucing.
suka ama kamu sih aku ndak tau dek, yang jelas dia tertarik sama kamu. Jadi perasaan suka ama tertarik itu beda beda tipis jelasku dengan coolnya.
Tisya sadar, ia tau bahwa Vian tengah tertarik padanya. Pada dasarnya Tisya adalah orang yang ramah dan mau untuk mencoba sesuatu seperti yang saya kenal dulu. Sebab dulu pernah suatu kejadian menimpanya di sekolah yang harus membuat saya bilang ke dia untuk tegas dalam mengambil keputusan. Dan dengan kemauannya untuk menjadi lebih maju, ia bisa menjadi seseorang yang tegas. Dan saya harap itu akan terus berlanjut sampai sekarang. Tak lama Vian datang dengan sebungkus kresek hitam berisikan roti dan kue untuk Tisya tercinta, maka pajak dalam mencomblangkan ini cukuplah sekiranya jika di bayar dengan sepotong roti.
wiiiidiiiiiw, bawa roti cuy, minta yan !!! pintaku grusa grusu menghampiri Vian.
heeeeeeiiiiish, enak aja, ini buat yang lagi pingsan. Kalo mau minta pingsan dulu sana ! jawabnya semena mena seolah saya tak berhak atas roti tersebut.
yauda deh, kalo jadiannya ga kesampean jangan salahin aku ya jawabku ketus sambil meinggalkannya ke ruangan sebelah.
Saya menyendiri untuk beberapa saat karena sepotog roti, biar lah ini sungguh terlihat hina. Namun ada baiknya dimana saya meninggalkannya berdua justru dapat membuat mereka semakin intensif dalam membicarakan masalah hati. Jika melihat masa masa seperti ini, sungguh saya ingat itu dengan masa yang namanya esema. Di mana masa pedekate itu adalah masa paling indah dalam sebuah hubungan. Biasanya hubungan tersebut akan selalu tampak indah jika di awal bulan atau paling lambat sampai bulan ke dua. Jika sudah menginjak bulan ke tiga, rasa bosan dan jenuh itu pasti perlahan mulai datang menghampiri untuk mempermasalahkan hal hal yang sebenarnya sangat tidak perlu.
Akirnya ospek itu usai, saya kembali beraktifitas seperti biasanya di temani oleh Jovanda di setiap harinya dan selalu membahas hal hal yang itu itu saja. Dan jika boleh saya akui, saya merasa jenuh dengan ini. Saya jenuh dengan pola pacaran pacaran Vanda yang terbilang monoton tapi aman tidak ada masalah apa apa. Beda seperti Nabila, jika saya boleh jujur, hidup dekat dengan Nabila itu serasa selalu memacu adrenalin saya untuk melunjak lebih tinggi. Sebab pasalnya ada saja masalah atau problem yang di timbulkan oleh Nabila. Bukannya saya tipikal cowok yang doyan dengan masalah, namun jika hubungan ini berjalan lancar begitu saja, jujur saya katakan di sini saya amat sangat merasa bosan sebab tidak ada hal baru untuk di selesaikan atau di pelajari hikmahnya.
Dari masa ospek selesai, ini sudah masuk satu bulan di mana pasca ospek maba di mulai. Maka tentunya hubungan Vian dengan Tisya sudah siap masuk dalam jenjang yang lebih serius. Sebagai teman yang baik, saya terus pantau itu perkembangan dua insan yang tengah siap memadu hati. Saya tidak ingin ketinggalan momen paling indah di mana Vian akan menyatakan cinta dan Tisya akan menjawab mesra dengan jawban . . .
JO !!!! AKU DI TOLAK TISYA, PIE IKI !!!!!!!! JAMPUT OG PANCENAN, AKU KURANG OPO JO !!!!!
Spoiler for subtitle indonesia:
woloooh, kok bisa yan, sek yan, sabar yan, sabar . . .kalem kalem aja, tenang dulu . . . jawabku sambil menangkan Vian yang secara tiba tiba datang ke kosanku.
KALEM MATAMU A ?" AKU WES NGOYO KOYO NGENE, BERKORBAN KOYO IKI KUI UJUNG UJUNGE AKU DI TOLAK. KON KALEM KOYOK NDAS MU NGGEDUK TEMBOK A ?"!!!!!! jawab Vian masih dengan segenap emosinya.
Spoiler for subtitle indonesia:
iya iya wes iya, critao emang alasane dia nolak kamu apa yan, kok bisa ?" tanyaku dengan malasnya karena sifat emosi Vian.
ya aku bilang ke dia, kalo aku sayang. Aku nembak dia buat jadi pacarku. Eh ga taunya dia ga bisa nrima. Sebenernya dia bilang kalo nyaman sama aku, cuman ada seseorang yang buat dia lebih nyaman dan itu udah dia tunggu sejak lama itu tutur dari Vian.
Dari sini perasaan saya mulai tak enak, saya berfikir tentang perasaan Tisya kepada seseorang yang mungkin itu juga saya. Sebab bagaimana cara dia menatap saya dan Vian itu sungguh tak dapat di sembunyikan, ia seperti menyimpan rasa kepada saya. Namun bagaimana cara dia menyembunyikan perasaannya terhadap saya sungguh terbilang sangat bagus hampir sama dengan apa yang Nabila lakukan. Bayangkan dalam satu bulan lamanya ia harus berpura pura untuk dekat dengan Vian tapa harus memberi jawaban di awal hubungan. Maka untuk mencari alasan Tisya tidak menerima Vian kali ini, saya harus turun tangan untuk mendapatkan jawabannya. Last edited by: rakhaprilio 2013-11-20T11:34:48+07:00
Multi Quote Quote View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1200
Live To Love Season A Karya Rakhaprilio di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 21-11-2013 09:33
Chapter 87. Kekasih Semata Wayangku
Ospek itu telah usai, begitu juga dengan cinta Vian kepada Tisya yang harus ikutan selesai pasca ospek berlalu. Sungguh naas itu nasih sahabat laki laki saya jika cintanya kepada sang pujaan hati harus berakir seperti ini tak kesampaian. Entah mau di buang kemana itu perasaan Vian yang masih begitu besar dalam menyukai Tisya, saya harap saja dengan kejadian ini ia tak salah arah untuk mencurahkan rasa suka itu kepada orang yang salah seperti misalnya sebut saja itu Stevy. Ya, lagi lagi Stevy dan mungkin akan terus Stevy samapi cerita akan tamat sebagai orang yang jadi bahan guyonan. Sebab tidak bisa di bayangkan jika cinta Vian yang tak kesampaian harus di curahkan pada Stevy. Sungguh homo bin maho itu hukumnya.
Di perkuliahan awal semester lima ini semua mahasiswa sudah di sibukkan dengan segala jadwal perkuliahan yang telah di setujui kontrak perkuliahannya. Maka pastilah wajib hukumnya jika di gedung Fisip kala itu penuh dengan kepala botak gundul bertebaran di sana dan di sini sungguh menggelikan membuat saya ingin memakannya saja. sebab sungguh bentuk kepala itu mirip dengan jajanan jawa yang di sebut Klepon. Usai perkuliahan di pagi hari itu, saya coba temui Tisya untuk kali pertama setelah kami berpisah pasca ospek sebab saat itu saya tengah memberikan ruang untuk dia dan Vian agar bisa lebih dejat dan menjadi makin dekat namun berakir menganaskan. Maka untuk mencari sebuah kepastian jawaban, saya ajak ia untuk nongkrong di kantin dan ngobrol mengenai keputusan dia yang telah menolak Vian secara terbuka dan terang terangan.
Sya, gimana kulaihnya tadi, enak kah doseannya ?" tanyaku basa basi sambil memesan secangkir Hot Chocolate.
owh, tadi kulaihnya ngebetein kak. Dosennya uda tua gitu, trus ngomongnya ga jelas bikin ngantuk aja, huuuuuuffh . . . keluhnya dengan nada panjang pada kesan pertama kuliahnya.
hahaha, ya aturan kamu aja Sya yang ngajar di kelas biar mabanya pada semangat. Daripada ngantuk semua gara gara dosen tuwir gitu. Hahaha . . candaku terbawa oleh basa basiku sendiri.
mo di ajar apa coba kalo aku dosennya, kakak ini ada ada aja deh sambil geleng geleng kepala sungguh itu membuatnya semakin terlihat . . . , Ups !! saya tidak boleh keceplosan. Ingat Jovanda ingat Jovanda !!! FOKUS kha FOKUS !!!!
eh Sya, btw kamu gak jadi pacaran sama Vian yah ?" aku denger kemaren dia nembak kamu. Iya tah ?" tanyaku langsung to the point tak ingin basa basi lagi sebab saya takut terbawa suasana pagi itu.
iya kak, aku ga bisa buat jadi pacar mas Vian . . aku udah bilang maaf kok sama dia dan kita temenan aja tukas Tisya menjelaskan dengan kalemnya nan berwibawa bak bidadari turun dari . . . , apaan lagi sih ini pikiran, halaaaaaaaaaah !!!! FOKUS lagi FOKUS lagi !!!
eh, lha aku denger dari dia kamu ternyata udah suka ya ama seseorang gitu ?" bner a itu Sya ?" penasaran itu mulai menyelimuti hati saya sodara.
y gitu deh kak, orang suka udah lama hugak. Gimana mau jadian ama mas VIan coba
yak an di jalani dulu ama Vian bisa dek. Gak harus ngecut langsung ga bisa nrima Vian gitu aja
ga bisa kak, dah lama nyimpen rasa keg gini, dan abis bisa ketemu orangnya masa aku suruh jalan ama orang laen ?"
emang siapa sih orang yang kamu cari itu ?" hm . . crita dong sama kakak pintaku dengan berwelas asih mengharap jawaban itu semoga bukan saya.
ya adalah pokok anak fisip cuman aku ndak bia curhat atau crita ke kakak. Tar swatu saat kakak juga tau ndiri kok. Aku masih pengen fokus ama kuliah dulu
owh gitu, oke deh. Serah kamu mo bilang apa enggak pokok jawabannya jangan bikin jantungan ya. Kakak tunggu aja deh cerita dari kamu. Okey !!
Kami tengah asyik makan di kantin saat itu, bercanda ria kesana kemari sungguh ebak sekali. Senyum milik Tisya itu sungguh mengingatkanku pada bibir mungil kian centil menggoda saya yang kini berada jauh di Austria sana. Sesekali gaya bicaranya memang sungguh mirip dengan Nabila, kemana arah lidah itu bergoyang ketika ia berbicara seolah ia tengah menghipnotisku untuk masuk kedalam dunianya dan memaksaku untuk mengertinya. Saya sadar sesadar sadarnya bahwa saya tengah tertarik pada gadis satu ini. iman saya hampir runtuh saat di kantin itu, namun malaikat berkata lain. Sebab saya masih harus ada di sisi Jovanda sampai saat itu tiba. Maka datanglah Jovan yang sebelumnya kami tidak berjanjian untuk bertemu satu sama lain.
loh yank, sayaaaaaank !!! teriak kecilku untuk menyapa Jovanda usai melewati kantin tanpa mengetahui keberadaan saya.
lho kamu ngapain di sini yank, bukannya abis kuliah pagi ya tadi sapa jovan langsung merapat mesra kepadaku di depan Tisya.
iya yank, ini kenalin temenku waktu kecil, hehehe . .
hay dek, Jovanda senyum itu wajib hukumnya untuk di lempar kepada setiap orang yang di ajaknya berkenalan.
Tisya mbak . . pacarnya kak Rakha ya mbak ?" tanya Tisya dengan santainya dengan wajah masih ceria mungkin ia belum percaya.
iya dek, Rakha gak cerita tah sama kamu ?" tanya Jovan sedikit menatapku sinis.
bukannya gak cerita, tapi BELOM sempet cerita yank, hadeeeeh !!! jawabku dengan pasrah.
hahahaha, iya iya yank, ga usah shock gitu ta rangkul Jovan manja di atas leherku.
Sejak kedatangan Jovan, kami bertiga masih asyik bercanda ria satu sama lain di kantin saat itu. Namun sayang kebebersamaan itu harus usai ketika Tisya harus berpamitan untuk pergi terlebih dahulu sebab dia akan ada kuliah lagi pada pukul 9.40 AM di gedung GKB. Maka hilanglah sudah itu sosok Tiysa dari depan wajah saya meniggalkan baying di pelupuk mata ini. sungguh punggung miliknya itu mengingatkan saya akan bahu Nabila. Ah sudah lah, luapakan.
yank, kmren Vian nembak Tisya itu tadi loh ucapku memecahkan lamunan ini.
oya ?" trus di trima gak ?" jawab jovan dengan heranya. ya jelaslah . . . jawabku singkat.
jelas jadian ?" jelas di tolak lah. Wkwkwkw tawaku entah apa yang tengah saya tertawakan barusan.
yeee, seneeng amat temen di tolak gitu, aturan kamu itu sedih yank tegas Jovan mengingatkan saya.
oh iya yank, aku sedih kalo gitu . . dengan raut muka mimik sedih langsung saya rubah itu di depan Jovanda sekaligus.
sedih sih sedih yank, tape ga gitu juga kaliii !!! cubit Vanda di pipiku dengan gemasnya. Maka kami pun, tertawa bersama hanyut dalam mesranya pagi itu.
Merasa sudah tak ada urusan lagi di kantin, maka saya bergegas pulang dengan pacar semata wayang saya. Usai membayar di kasir, saya gandeng itu tangan Vanda agar terlihat lebih mesra dan saya fokus dengannya saat ini. Ya, saya fokus sebab tak ada Tisya mau pun Nabila di dekat saya. Sudah jelas jadinya jika saya bisa fokus dengan Jovanda. namun meski mereka berdua ada di dekat saya, mungkin perasaan terbiasa dengan Jovanda akan membuat saya lebih kebal dan resisten terhadap sosok yang bisa membuat setengah hati saya ini hilang seketika.
Perlu sodara ketahui kondisi perasaan saya saat itu, meski jujur jika saya katakan bahwasanya saat ini saya tengah bosan dan malas dengan Jovanda, namun secara tidak sadar saya telah terbiasa dengan keadaan ini. Dimana sehari harinya kerjaan saya hanya smsan, telfon, sesekali keluar dan setiap hari terus bertemu. Pastilah jika sodara ada di posisi saya saat itu juga akan merasakan hal yang bernama bosan tersebut. Namun tak usah kawatir akan saya jika suatu saat akan nikung atau selingkuh dengan orang lain, sebab saya pastikan hingga saat itu tiba saya masih setia di sisi jovanda sampi batas kemampuan saya. Dan hari ini, sebuah tragedi kecil telah di mulai sebagai gerbang pembuka di mana kita akan masuk dalam sesi yang paling menyedihkan dalam cerita ini.
Pagi itu usai pergi dari kantin, saya hendak pergi dengan Vanda mengantarnya ke toko buku Gremedia di kawasan jalan pahlwan. Saya tengah mempersiapkan motor untuk di tunggangi Jovanda juga tentunya. Usai memakai helm, saya nyalakan itu motor dan kini sudah siap untuk di naiki.
Namun secara tiba tiba Jovanda tumbang tepat di depan mata saya saat ia hendak memakai helm. Diri ini panik bukan kepala, apa yang tengah terjadi dengan pacar semata wayang saya ini. semua orang di parkiran hanya bia memandang tanpa ada satupun yang menolong. Entah mereka taruh mana rasa kemanusiaan itu, yang jelas, dengan tangan ini sendiri saya bangkitkan Jovanda di atas pangkuan saya dengan keadaan motor masih menyala.
sayaaaaang, kamu kenapaaa. Yaaaaaank !!! saya coba sadarkan itu kekasih dengan memegang pipinya yang mulai terasa dingin.
aku . . . . ak . . .ku, pus . . . .sing . . . banget, . . . yank . . . dengan maha lemah bibir itu seakan tak sanggup lagi untuk berucap menambah pikiran saya semakin kacau.
aku . . . gak , . .kuat , . . yank . . .
aku, ingin . . . . . . . . . Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1234
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 22-11-2013 11:06
Chapter 88. Harapan di ujung Senja
Kejadian itu masih di parkiran fisip dekat fakultas. Dimana pagi yang cerah itu berubah menjadi kelam karena kondisi Jovan adanya. Rasa panik itu jelas tersirat di wajahku tentang bagaimana saya mengkawatirkan keadaan Jovan yang secara tiba tiba tumbang di depan mata saya sendiri. Ketika saya panik untuk menolong Jovan, saya sempat memandang ke beberapa orang yang ada di parkiran dengan maksud agar mereka mau untuk menolong atau menanyakan apa yang tengah terjadi dengan kekadih saya. Namun harapan itu hanya mimpi belaka, entah mereka taruh mana rasa kemanusiaan sesama manusia untuk saling tolong menolong, yang jelas mereka hanya memandang bingung tanpa mau mendekat. Sungguh hati ini hancur ketika melihat kelakuan orang sosial yang seperti ini sungguh jiwa sosialnya tidak ada. Maka perasaan benci terhadap jurusan saya sendiri saat itu pun muncul untuk membuat saya marah dan semakin larut dalam keadaan itu.
Belum habis saya memandangi kelakuan para manusia di sekitar fisip yang saya yakin mereka adalah anak sosial juga tentunya, saya kembali di fokuskan pada kondisi Jovanda yang tak kunjung membaik. Dengan nafas sesak ia berusaha mengucap sepatah kata yang sempat terpotong tadi. Dengan ini hancur sudah bunga cinta yang selama ini saya banggakan. Bukan hancur karena penghianatan, namun hancur karena kisah saya harus di hiasi dengan keadaan seperti ini. Dengan segenap hati yang telah saya teguhkan, saya coba untuk menatap paras Jovan dalam dalam agar diri ini bisa jadi semangat untuknya merangkai kalimat. Dengan tertatih dan berusaha semampunya, akirnya Jovan berkata dengan lirih di tepi daun telinga saya.
aku . . . ingiiin, . . pulang yank tutur Jovan teramat lemah.
iya sayang kita pulang sayang, sebentar ya rasa panik itu masih melanda pikiran ini.
Saya berfikir sekuat tenaga bagaima ini cara membawa Jovan pulang ke rumah dengan selamat dan aman di jalan. Apakah motor tak aman untuknya, tentu masih aman. Namun rasa nyaman itu sungguh akan sangat menganggu jika ia dalam kondisi seperti seperti ini. dengan menyandarkannya di tempat duduk untuk menunggu sebentar, maka saya segera mancari pinjaman mobil lari ke fakultas Hukum yang tak jauh dari situ sebab saya punya banyak kenalan di sana yang mayoritas anak anaknya membawa mobil ketika mereka kuliah. Usai mendapat pinjaman, saya langsung boyong itu Jovanda untuk pulang ke rumah dan motor saya pun di tinggal di parkiran sana sendirian. Masalah balik ke kampus, masa bodoh. Yang penting Jovan harus saya pulangkan lebih dulu.
Sesampai di kediaman Jovan, ia di sambut panik juga oleh pembatu yang berkerja di sana. Saya bopong dia sampai masuk kamar dan saya tidurkan ia di atas ranjang agar bisa segera beristirahat, saya lepas sepatu yang tengah ia kenakan agar kaki itu bisa berselimut kain hangat, sebab dingin itu saya rasa mulai menjalar pelan menggerogoti kakinya. Ayah Jovan saat itu masih berada di kampus, sedangkan ibunya, berada di Palembang ada urusan keluarga. Maka hanya ada saya dan beberapa pembantu yang saat itu menunggu kondisi jovan untuk membaik setelah saya suruh beberapa pembantu untuk membuat teh hangat dan memijit kepala Jovan pelan. Dan saya, tentu berada di sampingnya untuk menghiburnya.
Jika sodara menjadi saya, pasti sodara akan merasa curiga tentang apa yang saat ini tengah jovan sembunyikan dari saya. Dengan kondisi yang secara tiba tiba tumbang ini tidak bisa di sebut sebagai sebuah kebetulan atau rasa lelah belaka. Maka saya yakin ada penjelasan lain di balik rasa sakit yang tengah di derita oleh pacar saya ini. maka dengan ekspresi sedikit marah, saya tanyai itu para pembantu di rumah Jovan untuk berkata jujur kepada saya mengenai kondisi Jovanda saat ini.
ini sebenernya Jovan sakit, apa ?" tolong jelasin ke aku bik !! tanyaku sedkit kasar pada bibik yang biasa merawat Jovan sejak kecil.
bibik ga tau mas, taunya non Vanda udah suka pingsan gini jawab bibik berbelit kata.
masa bibik yang ngrawat Jovan sejak dulu ga tau dia sakit apa ?" cecarku masih tak percaya dengan segala omongan dari bibik.
iya mas, bibik ga tau. Mnding mas Rakha sekarang balik dulu ke kampus, biar bibir yang urus non Vanda. Tadi bibik udah telfon dokter buat dateng ke rumah tutur bibik seperti mengusirku secara halus.
aku masih pingin nemenin Vanda dan mau lihat hasil tesnya bik . . tar aja baliknya masih saja saya ngotot untuk mendapat kepastian dari bibik.
mas, udah deh. Mending balik dulu aja, tar bibik kasih tau deh gmn kata dokter. Soalnya non Vanda juga ga mau kalo kondisi sakit gini di lihatin sama mas Rakha, makanya mending mas Rakha pulang dulu. Ntar kalo dokter udah selesai ngcek kondisi non Vanda, pasti bibik kabarin kok dengan alasan ini itu bibik merusaha membuatku yakin.
Saya tak mau debat di sana lebih lama lagi dengan bibik yang saat ini bisa di bilang lebih mengerti tentang kondisi Vanda. Maka saya pulang dengan perasaan terpaksa dan sedkit ada rasa curiga terhadap penuturan yang sempat bibik ucapkan. Tak sanggup memendam masalah ini sendirian, saya coba kasih kabar tak enak ini kepada Fany sebagi sahabat yang pasti punya jawbaan terbijak dalam menyelesaikan masalah. Sesampai di kampus langsung saja saya kembalikan itu mobil pinjaman saya kepada rekan yang telah berkenan membantu di saat genting tadi. Dan kini, saya segera meluncur ke kosan Fany guna membicarakan permasalahan ini.
Fan, gw pengen ngomong sama lo tuturku frontal sesampai di kosan Fany setelah ia menemuiku di teras halaman depan kamarnya.
da apa Kha, Ummmmmh . . . hoaaaaaams jawab Fany yang saat itu ternyata baru bangun tidur.
gw tadi ada masalah ama Jovan, gw butuh masukan ama analisa lo tentang masalah gw ini
lo berantem ama Jovan, ah elah Kah, . . gak Bila, gak siapa siapa, semua ada aja masalahnya ama loe tutur Fany malas sambil sandaran di atas kursi.
ini bukan masalah marahan Fan, tapi tadi waktu gw mau boncengin Vanda nyari buku di gramed, dia pingsan di depan mata gw
hah ?" pingsan ?" kok bisa, mank dia kenapa ?" tanya Fany kini bersemangat 45.
ya gw kaga tauk, gw tadi udah anter dia pulang ke rumahnya, trs gw tanya ama bibiknya dia sakit apa, cuman gw malah di sruh pulang trs tar gw bakal di hubungin lagi kalo vanda udah kelar di priksa ama dokter. Kan secara gw pengen ada di samping Vanda waktu dia sakit dan gw pengen tau juga gimana hasil ceknya dari dokter langsung
lah, brti lo di usir dong secara ga langsung. Klo glagatnya kaya gitu ya gw sebagai cewe jg grasa ada hal yg di sembunyiin Kha, tapi kalo sikonnya kaya gini ya lo musti sabar dulu. Kayanya ga sekarang waktunya lo buat tau apa yang sedang terjadi ama Vanda
nah trus kapan gw boleh tau ?" nunggu Vanda sampe sakit parah ?"
ya ga juga sih, cuman bukan sekarang, soalnya sikonnya jg lg g memungkinkan. Lo gada narasumber yang bisa di tanyain secara langsung kecuali Jovan sendiri. Makanya gw bilang ini bukan waktunya. Kan lo tau ndri jovan lagi sakit
iya juga sih, gw jg bingung soalnya pgn cepet dapet info. brti gw musti tunggu Vanda sampe mendingan dulu dong ?"
ya iya Kha, lo mesti sabar dulu
Sabar ?" sabar dari mana bisa saya dapatkan dalam kondisi seperti ini. melihat Jovan tumbang di depan mata kepala sendiri rasanya sudah cukup menguras kesabaran saya. Menghadapi masalah kali ini rasanya tak akan mudah seperti saya menyelesaikan msalah masalah sebelumnya.
trus gw curiga ama obat yang sering Vanda minum kemanapun dia pergi Fan. Bentuknya kaya kapsul kuning gitu ada cairan benig di dalemnya. Dia bilang itu vitamin buat dooping tubuh dia, cuman kalo vitamin kan mestinya minum Cuma sesekali doang, lah ini ?" dia minum ampir tiap jam Fan. Menurut lo gimana ?"
kapsul kuning ada cairanya gitu ?" keg gimana wujudnya gw kurang faham kalo ga liat langsung Kha
Akirnya saya coba cari gambar itu kapsul di internet melalui leptop Fany. Lama searching sana sini tak kunjung saya temukan bentuk yang sama persis dengan obat yang biasa di minum oleh Vanda. Sampai akirnya, pencarian saya berhenti pada salah satu obat yang saya yakini mirip dengan milik Vanda. Namun di sini ada sedikit perbendaan bentuk yang tidak terlalu signifikan jika di bandingkan dengan obat milik Vanda. Maka setelah lama saya membaca artikel mengenai fungsi oabt tersebut, betapa kagetnya ternyata obat tersebut adalah obat untuk penderita . . .
Last edited by: rakhaprilio 2013-11-22T11:07:36+07:00
Multi Quote Quote View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1264
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 23-11-2013 08:06
Chapter 89. Kenyataan Terindah
Masih ingat obat apa yang tengah saya selidiki oleh Fany. Semua pasti akan menerka sakit apa yang tengah di derita oleh Jovan. Dengan bermodal kemuan dan pengetahuan yang terbatas, maka saya coba tembus itu batas yang menghalangi saya untuk mengetahui sebuah kebenaran melalui sebutir obat yang selalu jovan minum. Mata ini masih mencari artikel yang berkaitan dengan penampakan obat seperti yang di sebutkan berteman dengan Fany. Hingga akirnya, saya berhenti pada sebuah artikel dimana obat yang di pajang di dalamnya mirip dengan obat milik Vanda. Saya baca itu artikel hingga habis bersama dengan Fany, dan betapa tersayat hati ini ketika mengetahui itu adalah obat untuk penderita . . .
Kanker. Di sini ada banyak macam kenker, ada kanker darah atau biasa akrab di sebut dengan leukemia. Kemudian ada pula kanker payudara dan lain lainnya. Sejauh ini gejala yang saya rasakan, Jovan cenderung mendekati dengan penyakit leukemia. Namun semua itu masih wacana, sebab saya ingin mengetahui langsung penyakit Jovan ini sebenarnya apa. Maka hanya bermodal pengetahuan dari dunia internet, saya akan mencari sebuah jawaban dimana nantinya itu akan memantapkan hati saya dalam bertindak, berfikir dan merasakan. Sebab kesehatan Jovan, adalah segalanya untuk saya. Dan tentunya siapapun juga tak ingin jika orang yang di sayangi harus mengalami hal seperti ini. sudah lah sodara, kalian tak perlu membayangkan bagaimana rasa sulit dan berat yang harus saya lalui saat itu. Cukup kalian tau bahwa cobaan semacam ini bukan sekedar main main. Sebab sodara tau apa yang tengah di pertaruhkan saat ini oleh Jovan,
Hal itu . . Adalah . . NYAWA !!!! Pastinya sebagaian orang yang tau dan mengerti tentang penyakit kanker, mereka pasti akan sadar sesadar sadarnya bahwa tipe penyakit ini susah untuk di sembuhkan. Bila ada kemungkinan untuk sembuh maka itu pun dengan presentase kecil. Sebab sifat sel kanker yang cenderung resisten dan mudah beradaptasi dengan segala jenis antibiotic membuat nama penyakit ini cukup di segani di dunia kedokteran sebagai penyakit yang mempunyai potensi tinggi dalam merenggut nyawa seseorang. Saya harap, itu bukan Jovanda salah satunya . .
Semoga . . . Hingga malam datang, hape ini belum juga mendapat kabar dari bibik yang tadi telah menjanjikan akan memberi kabar mengenai keadaan Jovanda. kesal itu sudah tentu melanda hati yang tengah gundah memikirkan kekasih hati. Ingin rasa saya langsung pergi ke rumah Jovanda untuk sekedar menanyakan kabarnya namun apa mau di kata ini sudah larut malam dan pastinya ia telah jauh beristirahat untuk kesembuhannya sendiri. Maka malam itu, saya coba tenggelamkan diri ini di atas rasa kalut berselimut duka menembus malam dingin yang membekukan hati.
Pagi itu pukul 08.00 Am saya bergegas ke kediaman Jovanda. Sedangkan jadwal kuliah pagi saat itu lebih baik saya tinggalkan demi menemani kekasih tercinta yang kini saya rasa masih terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Pastinya sodara berfikir kenapa saya tidak telfon atau sms saja, tentu hal semacam itu sudah saya coba berulang kali dan hasilnya, nihil. Tak ada respon dari Jovan, dan terakir saya hubungi kembali, justrus hapenya kini berubah tidak aktif. Pastilah perasaan gundah ini mendorong saya untuk melaju cepat menuju rumah sang kekasih tanpa basa basi lagi. Dan satu hal lagi sodara, saya ingin maki itu bibik yang telah mengumbar janji kepada saya sebab tidak menepati janjinya dan membuat saya galau semalaman mengkawatirkan kondisi Jovanda. lihat saja nanti !
asalamualaikum, . . salamku memecah pagi di kediaman Jovanda dengan beberapa pembantu masih sibuk menyapu kebun.
walaikum salam mas Rakha, silahkan masuk aja mas sahut salah satu pembantu yang mempersilahkan saya masuk langsung ke dalam rumah sebab pasti ia juga tau tujuan saya ke situ pastilah hanya satu, itu JOVANDA.
oiya, bibik yang biasa ngrawat Vanda dimana, orangnya ada ?" tanyaku sedikit dengan ekspresi menahan amarah dan rasa kesal. owh bik ina, lagi pulang kampung mas. Tadi subuh udah berangkat haiiiiish, sial. Selamat kau dasar bibik sialan !! gumamku dalam hati.
Tak usah banyak basa basi lagi, saya langsung masuk saja menyusuri rumah mewah namun tiada arti jika Jovan seperti ini. Melewati lorong yang akan mempertemukan saya dengan sang kekasih dimana ia masih terbaring lemas di atas ranjang dan manyapa saya dengan amat lemahnya seperti . . . pagi sayangku, . .
Ya, itu adalah sapaan termanis yang pernah saya dengarkan setelah sekian lama saya jalan dengan jovanda. wajahnya sendu pucat bermuka pasi, dengan tangan menopang di atas bantal ia memberikan saya senyum manis sebagai pengganti sarapan untuk saya nikmati sejenak sebelum saya kembali di hadapkan pada keadaan Jovanda yang teramat pelik ini.
Saya diam, tak menjawab sapaan yang di berikan oleh Jovanda. sejenak saya duduk di sebelah ranjangnya. Menghirup nafas panjang dengan harapan saya akan siap menerima kenyataan ini bagaimanapun pedihnya. Ia pun masih menatapku sendu dengan wajah pucat tak berdaya dan masih menungguku untuk berbicara sepatah dua patah kata agar ia tau apa yang tengah saya rasakan. Telah lama saya duduk dan melihat Jovanda, Namun bibir ini tak kunjung mau berbicara sepatah katapun. Maka saya lekas berdiri dan kemudian membungkuk tepat di atas wajah Jovanda. saya tatap mata itu dalam dalam. Ia hanya terdiam sejenak melihat kelakuan saya yang aneh saat itu. Ya, ia hanya diam saja hingga sampai saat saya merebahkan rambut yang menutupi wajahnya dan kemudian bibir ini . .
Mengecup lembut , . . Kening tak berdosa itu . .
Jovanda, aku sayang sama kamu, tolong jangan tinggalin aku
Bisikku lirih di sela kecupanku di atas keningnya. Belum sempat saya mendengar respon darinya atas kalimat yang saya ucap, untuk pertama kalinya saya meneteskan air mata di depan seorang gadis yang sangat saya cintai ini. Air mata itu mengalir deras menyusuri pipiku hingga akirnya harus jatuh di atas pipi Jovanda. ia merangkulku mesra merapatkan dalam pelukannya, menenggelamkan tangisku di atas tangisannya yang kini mulai hangat kurasakan. Air mata ini saling mengiringi tentang bagaimana kami harus meliwati masa tersulit ini, menahan segala kuasa untuk lepas dari segala beban yang amat menyiksa hati.
sayang, siapa yang mau tinggalin kamu, orang cuma pingsan doang kok kemarin tuturnya lembut msih di sela tangis dengan senyum berbalut rasa kebohongan teramat sangat.
kenapa kemarin gak ada kabar dari kamu, aku hubungin kok malah mati hapenya ?" tanyaku dengan mengusap air mata yang amat memalukan ini di depan Jovanda.
owh itu, aku lupa ngecas yank. Kan ada di tas hapenya. Lha aku buat jalan aja ga kuat, makanya ga bisa ngehubungin kamu. Aku sadar juga baru melem harinya abis di kasih obat sama dokter. Mau sms atau telfon, ni badanku jg belum kuat yank. Kamu pasti ngawatirin aku ya ?" maaf ya sayang udah bikin kamu kepikiran ia tau dimana letak kesalahannya meski saya tak ucap itu kesalahan ia yang telah membuat saya begitu mengkawatirkannya.
iya udah gap papa kok. Trus ini badan kamu gimana ?" udah mendingan ?" dengan sambil memegang tangannya saya coba pastikan tubuh itu kini tak melemas lagi.
iya udah mendingan kok sayang, ni dah bisa buat meluk kamu nyatanya, hehehehe senyum manis itu masih saja dengan sempatnya ia lemparkan kepadaku.
oia yank, aku boleh naya sesuatu sama kamu, tp tolong kamu jujur sama aku tanyaku dengan paras serius untuk mencari sebuah kebenaran. iya tanya apa yank, ?"
itu obat yang biasa sering kamu minum sebenernya obat apa, sebab aku ga yakin itu obat buat nambah vitamin. Aku pingin kamu jawab yang sejujurnya sekarang. Tolong jangan tutup tutupin hal ini lagi desakku untuk membuatnya berkata jujur.
okey, aku rasa ini udah waktunya buat kamu ngerti yank. Jadi itu emang dasarnya vitamin, tapi ada fungsi laen bukan sekedar vitamin aja. Ada semacem zat untuk merangsang saraf biar aku ga gampang pusing dan tetep stabil
ngrangsang saraf ?" trus kamu sakit apa kok ada kaitannya sama saraf juga, berati tebakan aku tentang leukemia itu salah. Iya kan ?" diagnosaku terhadap pernyataan Jovanda.
yee, sapa bilang aku sakit leukemia yank, kamu mikirnya kejauhan, hahahaha . . ?" tawa itu seolah eteng terhadap penyakit yang tengah ia derita.
trus kamu sakit apa yank ?" baru kemarin sore dokter bilang, aku udah di vonis penyakit . . . . .
Kanker Otak Stadium Awal View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1296
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 24-11-2013 00:53
Chapter 90. Berputar di atas rasa sakit
Memang bukan leukemia, penyakit yang menggerogoti penderitanya dengan cara tubuh memproduksi sel darah putih dalam jumlah banyak yang pada nantinya akan berujung dengan kecacatan. Namun ini penyakit jaih lebih mematikan dari apa yang saya bayangkan. Itu Kanker Otak Stedium awal. Entah itu penyakit macam apa saya tidak begitu tau menau, tapi ketika mendengar nama penyakit itu dari pengakuan Jovanda, hal yang pertama kali saya pikirkan adalah penyakit ini akan membuat penderitanya menjadi gila akibat gangguan sistem safar otak. Semua kekawatira itu kembali menghantuiku dan menyelimuti segenap relung jiwa dan ragaku. Badan ini lemas tak berdaya, hanya rasa iba dan belas kasian yang kian memuncak ketika melihat kondisi Jovan seperti ini. lantas saya tanya itu kekasih saya satu satunya tentang penjelasan Kanker Otak.
kanker otak ?" masih stadium awal kan. Its okay, masih bisa di sembuhkan. Coba jelasin yank itu penyakit sistem dampak buat tubuh kamu jadi gimana ?" tanyaku dengan semangat bahwa ini akan di lewati dengan mudah, sebab saya percaya itu.
ya kata dokter gejalanya pusing gitu yank. Kaya kemaren aku pingsan itu juga gara gara penyakitnya udah agak naik tahapannya. Jadi bisa sering pingsan deh jawabnya lugu seakan ia tak takut menghadapi penyakit itu.
kalo udah sering pingsan trus gejalanya apa ?"
skenario terburuk aku bakal mudah mual, mudah lemas, sulit buat konsentrasi jalan, sulit mendengar dan ngeliat, mati rasa di tangan dan kaki, jadi gampang lupa, respon lambat dan yang terakir ada sebagian tubuh yang mulai lumpah yank, itu kemungkinan terburuknya
Wajah itu tegar, kuat untuk menceritakan apa pun hal yang akan di hadapi. Seakan ia telah siap berteman dengan segala kemungkinan terburuk itu. Sedangkan saya, ingin rasanya pingsan dan mati lemas mendengar apa yang telah ia ucapkan. Mencoba untuk kuat dan tabah mendengarnya, saya hirup nafas ini panjang panjang dengan harapan segala rasa gundah ini mempu keluar bersama nafas yang telah saya hembuskan. Namun rasanya ini tak terlalu berarti dalam menenangkan hati saya, tetap saya rasa sesak di dalam hati itu masih ada setia bermain di sana hingga akirnya saya sadar untuk kembali bertanya pada Jovanda kembali.
trus kata dokter kesehatan kamu gimana ?" apa yang ga boleh kamu kerjain sejauh ini yank ?" tanyaku dengan tatapan sendu berselimut bayang bayang semu.
ya pkok ga boleh kecapean gitu aja yank kata dokter. Sayang kamu jok mikir sampe segitunya deh, aku janji bakal tetep sehat kok. Aku pasti sembuh. Kamu jangan sedih, kalo kamu sedih aku serasa gak ada harapan buat jalanin hari hariku lagi yank. Yaaaaaah . . . tutur Vanda lembut meluluhkan hati ini kian membaik seiring semangatnya yang masih besar untuk bertahan demi saya.
iya iya, aku ga bakal sedih kok. Aku masih kuat buat semangatin kamu yank. Kamu juga jangan nyerah ya, jalan kita masih panjang. Aku punya sureprize buat kamu kalo udah sembuh nanti, jadi semangat aja buat sembuh, okey !!
iya yank ?" mau kasih apa nih ?" haduuuuuuh pengen cepet sembuh jadinya. Huhuhuhuhu . . . kalo besok pagi udah sembuh cepet kasih sureprisenya ya yank !! semangat itu muncul untuk mendorong dirinya agar jauh lebih baik dari hari ini.
iya janji, pkok klo udah sembuh, aku kasih sureprize langsung
Hingga siang hari saya masih bermain di kediaman Jovanda, saya temani dia hingga harus tertidur di hadapan saya setelah beberapa saat saya usap kening itu dan mata itu lambat laun terpejam meninggalkan bayang saya yang masih setia melihatnya terjaga di sisi yang tak akan pernah tergantikan olehnya. Usai membuatnya tidur, segera saya bergegas untuk pulang atau mampir ke kosan salah satu teman yang saya rasa saat itu yang paling mengerti adalah Fany. Ya, memang hanya Fany tong samapah yang selalu setia menerima uneg uneg yang ingin saya buang. Maka dengan hati yang sudah lumayan stabil, segera diri ini meluncur ke kosan Fany untuk sekedar bercerita dan membri kabar.
hay Kha, sini masuk . . gimana kondisi Jovan ?" tanya Fany usai membuka gerbang dan kami menuju teras depan kamarnya.
hari ini udah baikan. Cuman apa yang kita liat di internet kemaren itu bukan hal yang sebenernya Fan
bukan hal yang sebenernya ?" trus dia sakit apa Kha kalo bukan leukimia ?" kanker otak stadium awal Fan . . .
astaga tuhan, serius lo ?"
iya Fan, dia yang bilang sendiri ama gw nah lo ga di kabarin ama bibiknya ?"
enggak lah !! kalo bibiknya yg ngabarin pasti bilang kalo si Jovan lagi sakit pileg. Dasar tolol tu pembantu bikin emosi doang !!
wah parah lo, kok bisa dia kena penyakit gitu ya Kha ?"
penyebab pastinya gw jg ndak tau Fan, pkok kata dokter dia ga boleh capek capek sekarang
trus kuliah dia gimana ?"
soal kuliah dia masih tetep masuk, cuman kalo pas lagi kecapean ya dia bakal minta izin ga masuk
lha pengobatannya Jovan gimana ?" gak di terapi gitu dia ?"
itu gw belom tau, ini kan masih stadium awal. Jadi liat perkembangannya dulu gimana
owh gitu ya, duh Kha gw jg bingung ni mesti gimana. Yang sabar yah, maaf gw ga bisa bantu banyak
lah gapapa Fan, gw seneng lo bisa dengerin curhatan gw. Jadi bantu aja ama doa biar dia cepet sembuh
pastilah gw doain yang terbaek buat dia, duh kalo gw di posisi lo rasanya ga sanggup deh Kha, bneran sumpah
dah lah Fan, namanya juga cobaan. Di jalanin aja . . .
Usai pulang dari kosan Fany untuk sekedar curhat, saya segera bergegas menuju kosan sendiri untuk setidaknya menenangkan pikiran saya agar tetap stabil dan bisa memantau perkembangan Vanda dengan baik. Hingga malam tiba, diri ini sebenarnya masih tidak bisa lepas dari angan Jovan yang masih harus berteman dengan penyakit macam itu. Maka malam hari yang saya gunakan untuk mencari makan malam di daerah kerto rahayu itu pun masih saja berselimut dengan perasan gundah nan gulana. Dengan nafsu makan yang tergolong ogah ogahan, saya pesan saja nasi goreng asal perut ini dapat terisi terlebih dahulu. Tengah menunggu nasi goreng untuk di masak, secara kebetulan Tiysa muncul di sebelah saya yang saat itu ternyata dia juga sedang membeli makanan yang sama.
loh kak, tumben beli makan sendiri ?" sahut Tisya menyapaku mesra.
oh, iya dek. Lagi gada yang nemenin soalnya tuturku kalem tanpa memperhatikan Tisya.
kok kayanya lagi galau gitu kak ?" lagi ada masalah kah ?" tanya Tisya memergokiku.
ga dek, ga ada kok. Hhehe kulempar senyum palsu itu untuk menutupinya dari Tisya.
Kami makan di warung yang sama, hingga akirnya saya usai dengan acara makan malam yang amat tak mengenakkan ini, maka saya bergegas untuk pulang dengan berjalan kaki. Sebab tempat makan itu pun juga tak terlalu jauh dari kosan saya. Tengah saya berjalan menuju kosan, ternyata Tiysa menyusul saya dari belakang dengan motor metiknya yang berbunyi sedikit berisik untuk sekedar di dengar.
kak, bentar deh . . Tisya mencoba menhalangi langkah ini untuk beberapa saat.
iya ada apa sih dek ?" jawabku masih dengan agak malasnya.
aku tau kakak lagi ada masalah, cuman kalo boleh tau tolong dong kakak cerita sama Tiysa, biar akunya juga tau apa yang lagi kakak alamin pinta Tisya memojokkan saya.
kalo bisa, aku pingin kamu gantiin posisiku Sya. Bukan sekedar tau apa yang lagi aku alamin jawabku sewot mencoba menerobos motor yang menghalangi saya sebab saat itu saya benar benar tak mood untuk sekedar di ajak berbicara.
aku tau ini pasti ada kaitannya ama mbak Jovan, kakak jangan marah gitu napa. Dengerin Tisya dulu kak !! jelas Tisya mecoba mengejarku.
JOVAN SAKIT !!!! dah puas dengernya !!!! bentakku tepat di depan wajah Tisya.
kok kakak gitu sih, aku Cuma pingin tau aja apa sedang kakak rasain. Sebab aku juga pengen kakak tau apa yang tengah aku rasain sekarang ! ujarnya sedikit bernada tinggi agar ia bisa menyamaiku.
apa yang aku perlu tau dari kamu, haaa !!!?" tanyaku masih dengan segenap jiwa yang masih berkecamuk ini.
aku pengen kakak tau kalo sebenernya waktu di kantin pas ama mbak Vanda aku ngrasa sakit hati kak !! nada itu semakin tinggi mengalahkanku saja. lah, kenapa emang ?" ada yang salah antara aku sama Vanda ?"
gak ada yang salah kok kak !!! Cuman perasaanku aja yang salah buat kakak !! kalah sudah saya dengan pernyataanya semacam ini.
ya Allah Sya, mank kamu naroh perasan keg gimana sih buat aku ?" ya mana aku faham ?"!!
udah lama aku nyimpen rasa ini buat kakak, tapi kakak udah jalan dluan sama mbak Vanda. Jujur aku sakit kak. Aku dah tau sebelumnya dari anak anak kalo kakak udah jalan ama mbak Vanda. Dari situ aku coba buat move on agar bisa berpaling sama orang lain. Sebut aja itu mas Vian. Okey aku sebenernya ada rasa sama mas Vian. Cuman itu ga seberapa di bandingin apa yang aku rasain buat kakak. Dan saat aku tau kondisi kakak saat ini yang lagi ada masalah karena penyakit yang di derita mbak Vanda, jujur perasaanku luluh lantak buat kakak. Rasa itu campur aduk di hatiku. Antara rasa iba campur sama perasaan semu yang udah gada harapannya lagi. Dengan ini aku Cuma pingin kakak tau, kalo saat ini aku . . . . . . . Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1327
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 25-11-2013 13:37
Chapter 91. Naskah Cerita Dari Tuhan ingin tau kamu kenapa ?" haa !!?"
aku mau bantuin kakak nylesein masalah ama mbak Jovan . . .
lah ?"" bantuin masalahku ?"" kesambet kamu Sya ?" heran sudah diri ini mendengar pernyataan dari Tisya.
iya aku pengen bantuin kakak, ya meskipun masih ada sih beberapa rasa buat kakak, tapi rasanya lebih baik aku tepis itu meski aku gak na"f di sini. Aku lebih pingin liat kakak bahagia dengan apa yang kakak inginkan
ya bagus dong kalo kamu mikir gitu jawabku ketus masih bingung dengan pemikiran Tisya.
kok cuek gitu sih balesnya, aku serius kak mau bantuin !! ngototlah dia atas kemauannya sendiri.
sebenernya kalo bisa kamu aja Sya yang gantiin penyakit Jovan. Aku ngrasa itu buat aku lebih seneng.
Apakah perkataan saya terdengar menusuk perasaan Tiysa, entahlah. Saya tak dapat berfikir jernih pada malam itu. Saya lebih memikirkan bagaimana cara agar jovan bisa sembuh dari penyakit itu. Sebenernya juga bukan maksud hati saya untuk berkata sekasar itu, namun apa mau di kata, kalimat yang kluar juga tidak bisa saya prediksikan. Dan jika harus ia terluka oleh ucapan saya barusan, dengan ini saya meminta maaf meski hal itu sudah berlalu beberapa tahun yang lalu.
okey !! kalo tuhan ngeizinin aku buat gantiin posisi mbak Vanda aku jg ga masalah kok. Toh kalo aku kenapa kenapa kakak juga ga peduli sama aku jawabnya sedikit marah sambil bersiap siap pergi dariku.
lah, kok jadi kamu yang sewot ?" katanya mo bantu ?" kalo ga iklas bilang aja !! bantu itu ga usah setengah setengah Sya !! balasku dengan nada marah sambil mempersilahkan ia pergi.
udah lah, mending kakak tenangin diri dulu aja, aku ga mau kita berantem karena ini
Dengan penuturan tersebut, pergilah ia tunggang langgang bersama motor yang di kendarainya. Dan saya, masih terpaku bisu di gang sepi malam itu hanya bisa diam meratapi apa yang telah saya katakan dan keadaan yang tengah menimpa saya ini.
Usai kejaian malam itu, saya tetap jalani hari hari saya di bawah bayang bayang rasa takut atas apa yang bisa menimpa Jovanda sewaktu waktu. Semenjak Jovan di vonis penyakit seperti yang sudah di jelaskan, maka untuk pergi kuliah, saya tidak akan membiarkan dia untuk menyetir mobil sendirian atau banyak melakukan aktifitas lain yang bersifat menguras tenaga. Jadi kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun ia akan pergi dan melakukan sesuatu, maka saya lah yang akan menghandle semua itu. Mulai dari ia berangkat kuliah, maka lebih sering saya antar setiap harinya. Dan begitu juga saat ia pulang kuliah, sepuluh menit sebelum ia keluar kelas, pastilah saya sudah standby berada di lantai bawah untuk menyambut kepulangannya. Tanpa terasa semua itu telah saya jalani dengan tulus dan iklas hingga akir smester lima. Dimana ujian lagi lagi menanti saya dengan garangnya untuk menambah agenda yang semakin sibuk dan rumit ini.
Bisa di bayangkan pada saat akir semester lima itu, tugas menumpuk hampir di semua mata kuliah. Ada tiga jadwal kuliah praktikum di luar lapang yang mengharuskan saya jauh dari Jovanda untuk beberapa hari. Di tambah lagi jika tiba saatnya Jovan untuk cekup ke dokter spesialisnya, jelas saya yang mengantar hingga tanpa tarasa saya juga sempat jatuh sakit karena kecapaian mengurusi ini itu yang teramat membebani pikiran dan batin saya. Melihat kondisi seperti ini, Jovan pun sempat mengatakan beberapa hal mengenai hubungan yang menjadi sedikit rumit ini ketika saya sakit dan beristirahat untuk sesaat di kosan.
sayang, kamu pasti kecapean yah ngurusin aku terus setiap hari . . . tanya Jovan sendu di sebelah ranjangku memegang erat tangan panasku.
ha ?" ga juga sih, ini udah kewajibanku kok jawabku lemas karena kepala yang masih pusing hebat.
aku kasian yank ngeliat kamu kaya gini, ini semua gara gara aku bibir itu mulai menyesali keadaan yang tak dapat di rubah ini.
kamu mikiri apa sih kok ngomongnya kaya gitu
aku ga tega yank ngliat kamu sakit kaya gini, ini semua pasti gara gara aku. Aku pengen lebih baik kita . . .
jangan bilang kamu pengen putus lagi sahutku sewot sambil menahan pusing.
aku ga mau kamu sakit gini yank, aku sayang sama kamu . . . menangis sudah itu air mata turun menuruni pipinya.
aku sakit kaya gini itu bangga yank
kok kamu malah bangga sakit begini ?" tanya jovan di sela tangisnya.
aku bangga karena sakitku ini adalah bukti kalo aku udah melakukan yang terbaik buat kamu sampe batas kemampuan tubuhku. sakit ini bukti kalo aku masih setia ada di sisi kamu apapun yang terjadi. Apa aku pernah minta untuk putus ketika ngliat kamu sakit kaya kemaren ?" ini Cuma sakit panas biasa, sedangkan kamu ?" coba kamu pikir apa yg udah aku perjuangin dan korbanin sejauh ini. jadi tolong hargai usahaku. Buang jauh pikiran tentang putus, sebab apapun yang terjadi aku ga akan mundur dari masalah yg udah menimpa kita
Adakah respon dari dia, tidak ada sodara. sebab yang bisa ia lakukan saat itu hanyalah menangis sambil meratapi keadaanku dan keadaannya sendiri serta seluruh masalah yang tengah di hadapinya. Air mata itu mengalir deras di atas tanganku sebab kepala Jovan sedang ia sandarkan di atasnya. Saya tau kondisi saat ini begitu pelik dan cukup menguras pikiran dan batin, hanya bersandar pada hubungan yang pasti, saya harap ia masih kuat untuk melanjutkan hubungan ini di sisa batas kemampuan yang di miliki. maafin aku yank . . .
maafin aku . . . . Tangis itu masih saja mengiringi suaranya untuk sekedar meminta maaf padaku.
udah jangan di fikir lagi, aku tau kamu pastinya juga capek dengan semua ini dan kamu ga tega dengan apa yang terjadi padaku saat ini kan. Udah lah yank, ini kemauanku. Tolong jangan halangi aku
maafin aku udah berfikiran kaya gitu yank. Aku sayang banget sama kamu, aku ga pingin ngliat kamu ikutan sakit kaya gini. Pengorbanan kamu udah cukup besar untuk mempertahanin aku. Dan aku takut kalo suatu saat aku ga bisa ada di sisi kamu lagi. Aku takut ninggalin kamu bukan atas kemauanku lagi. Kamu terlalu baik buat aku yank. Aku ga mau kita berakir seperti itu, . . aku ga pingin kita berakir . . .
Semakin deras air mata itu mengalir, maka saya berusaha untuk menenangkannya.
tuhan udah nulis ceritanya untuk kita jalani. Kita itu ibarat bidak yang harus mengisi karakter di setiap tokoh yang sudah di sediakan. Jadi kamu fokus aja sama karakter kamu, dan aku akan fokus dengan karakterku sendiri. Jika saat ini kamu harus berperan sebagai orang yang sakit, yaudah sakit aja. Ini cerita tuhan yang tulis. Sebab kita gak punya penghapus untuk merubah kuasa tuhan selain kita berusaha. Harapanku, dengan kita tulus menjalani kehidupan ini, tuhan berkenan merubah naskah yang sudah di tuliskannya untuk kita. Jadi jangan sedih lagi, kita jalani cerita kita ini sama sama
bagaimana bisa kamu mikir begitu jauhnya yank, aku cuma mikir buat hari ini aja tanpa harus memikirkan masa depan. Dan yang aku rasain saat ini ya seperti yang udah aku jelasin tadi. Aku takut kehilangan kamu dengan cara yang udah tuhan buat. Aku lebih mikirin perasaan kamu setelah aku pergi dari kamu nanti. Apa kamu bakal kuat dengan masalah sedemikian rupa yang bertubi tubi udah menimpa kamu hingga saat terakir, aku takut kamu drop dan kenapa kenapa
makasih yank udah mengkawatirkan aku sampe sejauh itu, tapi coba kamu pikir, putus itu bukan solusi. Itu sama aja jalan pintas untuk menyobek salah satu halaman dari naskan yang udah tuhan tulis buat kita. Tetep berusaha jadi tokoh yang terbaik hingga cerita ini habis, sebab kita nggak akan pernah tau kapan halam terakir dari buku itu akan di tutup. Jangan lari, kita harus buka mata dan hati biar bisa mendalami apa yg udah tuhan ukir untuk kita
Diam sejenak itu kekasih saya untuk mencoba mengerti tentang apa yang telah saya katakan padanya. Lama merenung, akirnya ia meminta satu hal padaku dengan pernyataan yang masih sulit saya terima sebab pikiran ini masih penuh dengan segala tetek bengek yang tengah saya hadapi.
aku mulai faham dengan apa yang kamu ucapin yank. Aku akan coba jadi tokoh yang baik sesuai yang tuhan mau. Kita jalani ini hingga tutup buku. Suatu saat, aku pingin menutup buku ini sama kamu, aku harap tuhan tau dan mendengar ucapanku ini. tapi jika suatu saat kamu gak bisa tutup cerita ini bersama aku, aku ingin ada seseorang yang bisa gantiin tokoh itu di hidup kamu
kamu gak akan bisa di gantiin dengan siapapun yank, Jovan itu satu. Satu satunya orang itu ya cuma kamu Jovanda yang aku kenal
enggak yank, masih ada yang bisa gantiin karakterku di kehidupan kamu kelak, dan tokoh itu . . . . . .
Multi Quote Quote View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1364
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 27-11-2013 07:55
Chapter 92. Bersandar Sejenak di Hati Yang Lain
Saya masih berfikir tentang apa yang Jovanda katakan. Siapa pengganti yang dirasanya pantas untuk bersanding dengan saya kelak. Namun tiba tiba saja diri ini di sadarkan dengan kenyataan yang saat ini harus saya hadapi. Maka sebelum Jovanda melanjutkan kata katanya, pitam saya naik beberapa centi untuk menegur perkataanya yang cenderung terdengar mendahului apa yang telah tuhan gariskan.
yank, kamu ini ngomong apa sih ?" ngomongin pengganti buat aku malahan. Apa kamu udah tau hari besok itu kayak apa. Udah lah jangan ngomongin hal yang belom jelas kedepannya. Aku gak suka kamu ngomong kaya gini. Dan selaen itu, aku juga gak mau posisi kamu di gantiin oleh siapapun !! sahutku sedikit kasar mencoba menyadarkan Vanda.
ya bukan maksudku kaya gitu yank, aku cuma mengantisipasi aja sih. Tapi kalo kamu gak mau denger ya udah, . . suatu saat kamu pasti tau kok siapa orang yang aku maksud tuturnya pasrah di sebelah ranjangku.
Dengan perasaan tidak lega, akirnya ia pulang dengan di antar sopirnya. Dan saya masih saja lemas di kamar masih terbayang bayang hal apa yang akan saya hadapi esok hari. Andai saja ada seseorang yang berkenan untuk menggantikan posisi saya, pastilah saya ingin psisi ini di gantikan untuk sementara waktu sebab sungguh pun diri tak kuasa untuk merasakan segala beban yang terasa berat bersandar di pundakku.
Hari hari yang saya jalani pasca kesembuhan saya dari penyakit yang sempat membuat masalah menjadi semakin kelam kambali seperti biasa di sibukkan dengan kekasih semata wayang saya, yang kian hari saya lihat bibir itu tiada lagi bersinar cemerlang seperti dulu. Entah ia lupa tak mengenakan lipsglos atau bagaimana, yang jelas wajah itu terlihat pucat dengan warna bibir yang tak lagi merah merona itu. Apakah ini merupakan suatu perkembangan, saya rasa bukan. Ini merupakan gejala lanjut dari dampak kanker otak yang mulai mempengaruhi sistem kerja darah dari jantung ke otak yang mengakibatkan kekurangan suplai oksigen dan terlihat lah pucat itu wajah kekasih saya.
yank, akir akir ini kamu kok kliatan pucet gini ya ?" tanyaku pada Jovan usai ujian siang itu.
masa sih yank ?" jawabnya singkat tak percaya sambil mencari cermin kecil di dalam tasnya.
tuh liat, jadi pucet gitu, apa obatnya dri dokter sering telat kamu minum ?" hm . .
gak kok yank, aku rajin minumnya. Ya kadang kalo udah mulai sering mual, aku minta untuk berenti dulu gitu yank minumnya
lah, ya mana boleh yank, yang namanya obat di minum kan ga boleh libur ! jawabku sedikit jengkel.
ya mau gimana lagi yank, namanya jg orang mual, kalo di paksa minum ujung ujungnya pasti jg bakal muntah lagi. Sama aja boong kan . .
ah udah lah, pokok mulai sekarag kalo terasa mual ya cepet di tenangin perutnya trus cepet minum obatnya jangan lama nundanya, ya
iya bos Rakha, siap !!! hehehehe . . eh yank, aku pengen ngomong sesuatu nih !!! penting bingiiiiiiiit !!! bisiknya centil menggoda telingaku.
iiiih geli yank, paan sih ?" mo ngomong apa, bilang aja . . jawabku kegelian sambil merangkul pinggang Jovanda.
kan abis uas kita libur tuh yank, . . ehm !! main kode sudah itu pacar saya.
iya libur . . . teruuuuuuuuuuuus ?"" tuturku datar sambil menunggu balasan dari Vanda.
trus aku pengen liburan yank . . jawabnya manja sambil mengedip ngedipkan lentik bulu matanya serasa mata belo.
kemana non ?" masih saja tuturku polos menanggapi ajakannya. ke Lombok yank, heheheh
BUSEEEEEEET DAAAAAH !!!! Lombok ?"!!! bubrah sudah itu ekspresi polos saya bak orang tersedak sandal jepit colongan dari masjid.
iya yank, aku pengen ke sana. Ke pantainya gitu . . yayayayayaya masih saja manja itu belum hilang menggodaiku.
dalam rangka apa coba sampe ke Lombok segala ?" ini liburan apa minggat sih, palagi kamu kondisi sakit gini, enggak yank !! gak boleh !! ujarku sewot dengan nada tegas.
kamu lupa yank ?" lupa apa ?" tiba tiba saja saya mendadak bingung di buatnya.
minggu pertama tanggal 27 September itu kan hari jadi hubungan kita ?" tuturnya lembut memandangku dalam.
Astaga tuhan, saya sungguh lupa dengan ini hari jadi hubungan saya yang sudah tanpa terasa hampir dekat pada tahun ke dua saya bersama Jovanda. Maka sebenarnya wajar saja bila ia mengajak saya sampai ke Lombok juahnya untuk merayakan hari jadi hubungan yang ke dua ini. Namun jika mengingat kondisi Jovanda saat ini, saya rasa hampir tak ada kemungkinan untuknya pergi jauh kesana. Maka dengan perasan bingung saya masih belum bisa memberikan keputusan untuknya.
oh iya yank, aku baru inget, . . . duh tapi gimana ya, aku ga bsia janji yank. Ada bnyak hal yg mesti aku pertimbangin dulu. Gimana ?" okey, ga msalah. Aku tunggu jawabanya yank
ywdah, sekarang kamu pulang dulu yank, udah di tungguin supir tuh tuturku mengingatkannya yang sudah di tunggu pak Bagus selaku sopir Jovanda.
Hingga akirnya ujian di depan mata itu bisa kami lewati bersama, dan jawaban untuk Jovanda mengenai liburan yang di dambakannya tentu masih tersimpan rapi di dalam bibir saya. Sebab masih banyak hal yang akan saya pertimbangkan sebelum mengucapkannya pada Jovanda.
Sungguh suatu hal yang sangat melegakan bisa lepas sejenak dari perkuliahan yang amat sangat menjenuhkan ini. Maka ingin segera rasanya pada semester tujuh nanti saya mengambil mata kuliah skripsi dan lekas saya selesaikan kuliah ini dalam 3.5 tahun cepatnya. Sebab ada hal yang ingin saya tunjukkan ke jovanda bahwa hubungan ini ingin saya bawa ke pelaminan. Namun sebelum saya naik pada jenjang yang lebih serius tersebut, maka sebelumnya saya ingin melingkarkan cincin indah di jari manisnya. Ya, itu adalah harapan saya.
Usai ujian siang itu, saya masih nongkrong di cafeteria dekat perpustakaan untuk mencari suasana baru dalam menikmati makan siang, yang tanpa terasa ternyata kepergian saya itu di ikuti oleh Tisya dan ia sempatkan untuk menyampaikan beberapa hal sebelum saya beranjak pergi.
kak Rakha boleh duduk sebelah sini ?" pinta Tisya ingin duduk di sebelahku.
loh Sya, iya duduk aja. Tumben makan di sini juga . . tanyaku santai sambil menghabiskan milk shake.
aku emang lagi ngikutin kakak kok . . jawabnya sedikit malu.
da apa emang ?" ada yang mau di sampein kah ?" penasaran ini mulai sedikit muncul atas pernyataan Tisya.
ya ada sih kak, cuman bingung mau ngomongnya gimana . . hanya untuk sekedar berucap saja terlihat bingung sudah itu wajah dia.
ya ngomong aja Sya ga usah bingung, aku malah tambah bingung kalo kamunya ga jelas gini kan . .
Live To Love Season A Karya Rakhaprilio di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jadi gini kak, aku kan dah tau mbak Jovan sakit apa. Aku jg udah tau apa yang udah kakak alamin sejauh ini dan apa aja yang udah kakak korbanin buat mbak Vanda . . .
oh ya ?" trus ada apa dengan smua itu ?" tanyaku sungguh penasaran dengan maksud dari Tisya ini.
ya aku makin kasian dan iba aja kak, aku ga tega ngliat kakak nanggung semua ini tuturnya pelan sambil menenggelamkan wajahnya dalam rasa yang tak menentu.
trus kalo udah kasian kamu mau gimana ?" saja kejar saja itu penuturan Tisya.
aku pengen berbagi rasa sama kakak, aku jg pengen ngrasain apa yang kakak rasain. Aku pengen kakak ada tempat buat nglepas rasa lelah kakak.
Jadi gak tiap hari kakak mendem rasa kaya gini, aku tau kakak sebenernya juga berat kan buat jalanin ini semua
berbagi rasa ?" caranya ?" dengan mengerutkan dahi pertanda saya bingung, saya tanya itu Tisya.
aku pengen jadi pacar ke dua kakak . . jawabnya polos dengan wajah tak berdosa.
Bayangkan sodara, ini bocah apa apaan lagi yang tengah ia katakan. Sungguh saya tidak mengerti dengan pemikiran Tiysa. Bagaimana cara dia mengungkapkan sesuatu itu sunggah tidak tepat pada waktunya. Jadi seringkali saya salah mengartikannya. Namun jika saya mau mengerti tentang bagaimana dia memahami saya, tentu ini bukan hal yang salah. Hanya saja cara dia sedikit kurang tepat menurut saya. Dan tanpa terasa perasaan saya bimbang oleh tawaran Tiysa yang bersedia menjadi kekasih ke dua saya. Bila boleh jujur di sini, saya memang lelah dengan segala hal yang sudah saya hadapi. Namun jika saya menerima tawaran Tisya, maka sama saja saya menodai kisah cinta saya terhadap Jovanda yang sudah hampir masuk tahun ke dua ini. Dan lagi lagi, saya harus di hapadkan pada pilihan yang sulit dengan situasi seperti ini . . .
Last edited by: rakhaprilio 2013-12-29T23:58:20+07:00 Multi Quote Quote
View Single Post .. Live to Love .. #True Story #1382
rakhaprilio Kaskus Holic Join: 29-01-2013, Post: 912 28-11-2013 13:53
Chapter 93. Cinta ini masih miliknya
Sejenak saya terdiam mendengar tawaran Tisya, menimbang dan memilah apa saja resiko yang bakal saya hadapi jika menerimanya sebagai pacar kedua saya atau bisa di sebut sebagai selingkuhan. Sebab pacar yang sesunguhnya itu adalah Jovanda yang telah mutlak meluluh lantakan isi hati saya untuk selalu setia di sampingnya. Dengan beberapa pertanyaan, kemudian saya tanya itu Tiysa mengenai tawaran yang ia ajukan.
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 21 Pendekar Aneh Dari Kanglam Karya Sin Liong Pedang Dewa Naga Sastra 5
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama