Ceritasilat Novel Online

Sleepaholic Jatuh Cinta 2

Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng Bagian 2


keluarga kami bertemu denganmu. Bagaimana rasanya bekerja di perusahaan kami" Betah" Phillip tidak menindasmu, kan?" gurau Hubert pada Tecla.
Tecla memandang wajah hangat Hubert, Peter,
Phillip, dan Patrick bergantian. Mereka berempat
mirip satu sama lain. Faktor genetik di antara mereka
benar-benar sangat kentara. Tapi entah mengapa
hanya Phillip yang tidak mempunyai wajah seramah
lainnya. Phillip kadang terlihat bersahabat dan ramah
tapi Tecla yakin semua itu hanya topeng yang sengaja
dipasang Phillip untuk menutupi wajah aslinya.
"Tidak, Om," jawab Tecla sambil tersenyum.
"Kenapa kakakmu tidak ikut kemari?" Sabina
tiba-tiba melontarkan pertanyaan pada Tecla.
"Belum waktunya kalian melihat Tatiana," tukas
Phillip cepat. Tecla menoleh Phillip, terkejut dengan
reaksi spontannya. Bukankah awalnya Phillip yang
mengusulkan agar Tatiana datang untuk bekerja
sebagai asisten pribadinya" Tecla melirik jemari tangan Phillip saling mengepal di atas meja.
T84U "Wah, kamu takut aku menggodanya, Phillip?"
Patrick menepuk bahu Phillip. "Tecla, apakah kakakmu secantik kamu" Phillip bahkan tidak mengizinkan kami melihat foto Tatiana." Patrick melayangkan
pandangannya melewati tubuh besar Phillip.
"Banyak yang mengatakan kami agak mirip. Bedanya, rambutku ikal dan pendek sedangkan rambut
Tatiana panjang dan lurus," jawab Tecla ramah.
"Bagaimana liburanmu di Ibiza, Patrick" Kapan
kamu berniat masuk kerja?" Phillip dengan jelas-jelas mengalihkan topik pembicaraan.
"Sebaiknya kamu tidak memintanya bercerita,
Phillip. Pasti ceritanya hanya tentang para perempuan yang didekatinya." Peter tertawa sambil mengangkat kedua tangannya. "Ada kabar apa di kantor?"
lanjut Peter pada Phillip.
Tecla mengamati wajah Peter saat bertanya pada
Phillip. Tidak terlihat sedikit pun pun aura ketegangan
atau emosi di wajah Peter. Ia tidak tampak marah atau
bermusuhan kepada Phillip. Sementara, rahang Phillip
terlihat mengeras, menunjukkan ketidaksukaannya
sebelum menjawab singkat pertanyaan Peter.
"Tidak ada apa-apa."
Phillip bahkan tidak berniat menceritakan masalah peluncuran produk baru yang belakangan membuatnya pusing. Di hadapannya Sabina memandang
hanya diam memandang piring makannya dengan
tatapan kosong. T85U Dengan bijaksana Hubert mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan tangkapan ikannya bersama
Peter sepanjang siang tadi. Diam-diam Tecla mengamati satu demi satu anggota keluarga Hubert yang
baru dikenalnya. Bukan Phillip dan Peter yang bersitegang, tapi Phillip dan Sabina lah yang tampak
jelas-jelas saling menghindar. Tecla menajamkan
instingnya. Merasa ada sesuatu yang tidak beres,
dan sepertinya ia harus mencari tahu apa itu. Mungkin dengan begini, Tecla bisa mengetahui alasan
mengapa Phillip memaksa Tatiana untuk cepat-cepat
melangsungkan pernikahan.
?"" Tecla pamit meninggalkan keluarga Hubert yang tengah asyik berkumpul di ruang keluarga sambil
menikmati kue kering bikinannya. Patrick sedang
asyik membagikan oleh-oleh sambil tidak henti
bercerita, Tecla mendapatkan topi hitam bertuliskan
"Ibiza Beach". Tecla melangkah menuju ruang kerja yang sudah
familier buatnya setelah berkutat seharian bersama
Phillip, lalu menyambar telepon tanpa kabel yang
ada di dekatnya dan mulai menekan nomor ponsel
Tatiana. Tecla harus menghubungi Tatiana dua kali
berturut-turut sampai kakaknya itu mengangkat ponselnya.
T86U "Kenapa sih lama sekali mengangkatnya?" serbu
Tecla tanpa menunggu sapaan Tatiana, begitu telepon di seberang diangkat.
"Aku bukan Ana, Tecla. Ini aku, Michael."
Tecla terkejut mendengar suara Michael, bukannya Tatiana. Michael adalah teman Tatiana, lelaki
berdarah campuran Jerman-Bali. Tatiana sudah sering menceritakan tentang Michael pada Tecla. Mulai saat Tecla masih berada di Singapura menghabiskan liburannya, sampai sekarang. Tatiana bahkan
mengajak Michael merayakan malam Natal bersama
keluarga mereka. "Memangnya apa yang sedang dilakukan Tatiana"
Kenapa ponselnya ada padamu?" tanya Tecla bingung. Samar-samar Tecla mendengar suara Tatiana
dari balik telepon. "Mm, Ana sedang berada di apartemenku. Sedang
sibuk memasak makan malam, tangannya kotor jadi
tidak bisa memegang telepon." Michael berhenti sejenak untuk mendengarkan ucapan Tatiana sebelum
meneruskannya pada Tecla. "Ana bertanya apa ada
sesuatu yang penting?"
"Tidak ada yang penting, Michael. Tatiana sedang
masak apa" Apa ini tidak terlalu larut untuk menyiapkan makan malam?" Tecla melirik jam yang
ada di atas meja. "Ia sedang membuatkanku ayam rica-rica." Nada
suara Michael terdengar sangat senang. "Sebenarnya
T87U sudah hampir selesai, kok. Tatiana pulang agak terlambat hari ini karena harus membantu di restoran.
Katanya hari ini restoran sedang ramai-ramainya,"
lanjut Michael. Tecla mengerutkan dahinya, jelas
sekali di telinganya Michael sangat memuja kakaknya.
"Baiklah Michael, kalau begitu sampaikan saja
salamku padanya. Dan ingatkan dia untuk menyampaikan cium sayangku untuk Diablo." Tecla tersenyum teringat anjing Shih Tsu kesayangannya.
Michael tertawa lalu kembali menyampaikan pesan Tecla pada Tatiana. Beberapa saat kemudian
samar-samar Tecla mendengar Tatiana mengatakan
sesuatu pada Michael. "Kata Tatiana, kamu ingin bilang apa pada Diablo"
Tatiana bilang, ia tidak biasa bicara dengan Diablo."
Michael menirukan ucapan Tatiana pada Tecla.
Tecla terkekeh, lalu berbisik pada gagang telepon,
"Katakan aku sangat merindukannya. Begitu aku
pulang ke Surabaya, aku akan langsung menciumnya."
"Kamu bilang apa, Tecla" Suaramu tidak jelas."
Michael kesulitan mendengarkan ucapan Tecla.
Tecla berdeham dan mengulang perkataannya dengan volume suara yang dinaikkan. "Katakan saja,
"aku sangat merindukanmu. Begitu sampai di Surabaya, aku akan langsung menciummu". Itu saja."
"Sedang menghubungi pacar, Tecla?" tanya Patrick
T88U riang. Tecla memekik tertahan lalu tak sengaja menjatuhkan wireless-phone yang dipegangnya. Patrick
langsung menunduk dan memungut wireless-phone
yang dijatuhkan Tecla. Dari balik tubuh Patrick, Phillip menatapnya dingin.
T89U EMPAT hillip benar-benar iblis. Tecla merasa dirinya sedang memerankan tokoh pemeran utama yang ada
di film The Devil Wears Prada. Sepanjang hari Minggu, Phillip mengurung Tecla di ruang kerja dengan
setumpuk berkas yang menunggu untuk direkap.
Phillip sendiri menghilang entah ke mana sepanjang
siang dan baru kembali sore harinya untuk pergi
bersama keluarganya mengikuti misa di gereja. Untung saja Phillip masih mengizinkan Tecla untuk
ikut bersama keluarganya ke gereja.
Patrick juga tidak banyak membantu. Karena tidak bisa menghubungi asisten pribadinya, Patrick
malah menambah pekerjaan Tecla dan meminta
Tecla untuk mengecek kiriman e-mail yang masuk
untuknya. Tecla mengacaukan rambut ikalnya dengan kesal saat menatap layar komputer di depanT90U
nya. Dua atasan iblis! Dan mereka memang benarbenar memakai kemeja Prada.
Tecla melangkah gontai menuju kamar tamu yang
untuk sementara ditempatinya. Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, masih ada lima jam lagi sebelum
Tecla berangkat ke kantor. Besok pagi akan ada rapat
penting. Tecla menjatuhkan tubuhnya sembarangan
di atas tempat tidur lalu satu tangannya meraba-raba
mencari Mimi. Tecla tidak menemukan Mimi di manapun di atas tempat tidurnya. Tecla tidak bertanyatanya, apa ia meninggalkan Mimi sendirian di ruang
kerja" Tecla sendiri tidak yakin. Tapi rasa capek membuat alam bawah sadarnya yang mengambil alih kesadarannya dalam hitungan detik.
Tidak ada mimpi. Tecla merasa dirinya baru saja
terlelap saat merasakan sengatan panas cahaya matahari masuk lewat jendela yang tidak sempat ditutupnya semalam.
Matahari sialan! Tecla merutuk, membalikkan tubuhnya lalu beringsut memasukkan kepalanya ke
dalam bantal. Rasanya baru beberapa detik yang lalu
kepalanya menyentuh bantal dan matanya terpejam.
Bagaimana mungkin matahari sudah bersinar begitu
terang"! Tecla bergerak-gerak gelisah. Sengatan cahaya
matahari meraba kulitnya. Mana ada matahari yang
muncul di dini hari buta. Biasanya matahari muncul
setelah lewat pukul enam, gerutu Tecla dalam hati.
T91U Sial! Sial! Sial! Pukul enam" Tecla terperanjat. Matanya terbuka
lebar. Tecla melempar bantal yang menutupi kepalanya. Tecla mencari jam dinding. Jarum pendek berada di angka delapan dan jarum yang panjang ada
di sekitar angka satu. Tecla berteriak ngeri. Hari ini Phillip ada rapat
penting dengan wakil dari perusahaan asing yang
akan bekerja sama dengan Briar-Rose Feather
Mattress. Tecla panik, mencopot pakaiannya dengan
sembrono lalu menarik pakaian bersih yang terlihat
dan mengenakannya tanpa pikir panjang.
Tecla menarik ransel robek yang biasa dipakainya,
lupa bahwa Phillip sudah melarangnya untuk membawa tas itu ke kantor. Tak lupa menjejalkan dompet dan ponsel ke bagian belakang tas dan merobek
sisa kain di bagian depan tas yang terbuka lebar.
Di luar kamar, Tecla mencegat seorang pembantu
rumah tangga yang kebetulan melintas di depan
kamarnya. "Mana Phillip?" tanya Tecla tidak sabar.
"Ma-masih ada di kamarnya, Non." Pembantu
muda itu menjawab terbata.
Hah, masih ada di kamar" Apa Phillip lupa ada
rapat yang harus dihadirinya" Tecla memukul dahinya. Phillip pasti akan menyalahkannya karena tidak
mengingatkannya. "Yang mana kamar Phillip?" desak Tecla.
T92U "Lantai dua, Non. Sebelah kiri. Pintu paling
ujung." Tanpa membuang-buang waktu, Tecla bergegas
menaiki tangga. Tecla mendorong kasar pintu kamar Phillip yang
ternyata tak dikunci dan melihat pemandangan yang
mengejutkan. Phillip masih tergeletak, tidur dengan
kemeja yang digunakannya kemarin. Dan yang paling mengejutkan Tecla adalah Mimi ada dalam dekapan Phillip! Tecla nyaris tidak percaya dengan
matanya sendiri. "Phillip, bangun!" sergah Tecla sambil merenggut
Mimi dari tangan Phillip.
Phillip menyipitkan matanya menatap Tecla. Untuk pertama kalinya Tecla melihat Phillip berantakan. Kemeja yang dipakainya terlihat kusut di sana
sini juga rambutnya yang awut-awutan. Phillip mengusap wajahnya dengan malas.
"Jam berapa ini?"
"Jam delapan lebih lima menit. Kamu ada rapat
penting jam setengah sembilan, Phillip!"
Phillip menaikkan sebelah alisnya, mengumpulkan
kesadaran. Mereka berpandangan untuk beberapa
saat sampai Phillip meloncat bangun dari tempat
tidurnya. Phillip langsung meraih ponselnya. "Aditya, kamu
tahan sebisa mungkin tamu-tamu untukku pagi ini.
Aku sedikit terlambat," perintah Phillip singkat lalu
T93U mematikan ponselnya sambil berbalik menatap marah pada Tecla.
Takut Phillip memutuskan untuk melemparkannya
ke luar jendela, Tecla mengangkat dagunya, menantang Phillip. "Kamu bisa menghukumku nanti. Tapi
sebaiknya kita menghemat waktu dan segera berangkat ke kantor," ujar Tecla.
Tanpa mengucap sepatah kata Phillip meraih
sepatunya dan bergegas keluar kamar. Tecla membuntuti Phillip menuruni tangga, setengah berlari menuju garasi mobil.
Phillip berhenti tiba-tiba, terpana memandangi
mobilnya. Seorang laki-laki tua bertubuh kurus tersenyum menatap Phillip sambil memegang busa di
tangannya. Jaguar berwarna hijau milik Phillip berlumuran sabun.
Tecla terkejut setengah mati. Tolong, tidak di saat
seperti ini, Tuhan. Tecla memukul dahinya untuk
kedua kalinya. Sudut matanya menangkap bayangan
sepeda motor. Tecla cepat-cepat menjejalkan Mimi
ke dalam tas ranselnya. "Sepeda motor siapa itu?" tanya Tecla. Phillip tidak menjawab, hanya melontarkan pandangan marah pada Tecla. Tecla menarik napas kesal.
"Aku punya SIM C, Phillip. Akan lebih cepat jika
kita menggunakan motor. Kalau menggunakan
mobil, jalanan macet. Kamu takkan bisa tiba tepat
waktu." Tanpa menunggu tanggapan Phillip, Tecla
T94U menghampiri laki-laki yang sedang mencuci mobil
Phillip. "Di mana kunci sepeda motor itu?" tanya Tecla
garang. Melihat tidak ada reaksi dari laki-laki tua
itu selain bengong, dua tangan Tecla naik mencengkeram kerah baju laki-laki di hadapannya. Laki-laki
itu terkejut lalu cepat-cepat mengeluarkan kunci dari
balik kantong celananya. "STNK?" tuntut Tecla tak sabar. Laki-laki itu
mengeluarkan dompetnya, lalu menyodorkan STNKnya pada Tecla.
"Helm?" "Ini." Phillip menyodorkan sebuah helm berwarna
hitam dari balik bahu Tecla, lalu bergegas menuju
sepeda motor sambil memasukkan ujung-ujung kemejanya ke dalam celananya.
Tecla menyalakan mesin sepeda motor dan merasakan bobot tubuh Phillip terempas di bagian belakang, ia menelengkan kepala melirik sekilas pada
Phillip. "Pegangan erat-erat, Phillip! Aku tidak mau kamu
jatuh dan tertinggal di tengah jalan," tegas Tecla
sebelum tangan kanannya memutar pedal gas dan
sepeda motor itu tersentak ke depan.
?"" Patrick memasuki ruang kantor Phillip dengan seT95U
nyum mengembang di wajahnya. Melihat kedatangan
Patrick, Phillip meletakkan berkas-berkas yang dibacanya lalu menyandarkan punggungnya ke belakang
kursi. "Kata asistenku, ada gosip aneh yang beredar di
kantor pagi ini," kata Patrick sambil tersenyum.
"Tadi pagi ini ada beberapa karyawan yang melihatmu dan asisten baru itu mengendarai motor ke kantor. Bisa kauceritakan detailnya padaku?" Patrick
melemparkan map ke hadapan Phillip.
"Sebaiknya kamu menjahit mulut lebar asistenmu,
Patrick." Ia meraih map dilemparkan Patrick padanya. "Tidak ada yang perlu diceritakan," tandas
Phillip. Patrick mendesah, menyerah. Percuma saja menuntut kakaknya untuk bicara. Mungkin sebaiknya
ia mengorek informasi lewat Tecla. Patrick melirik
sekilas pada sosok bayangan berambut ikal yang melintas di luar ruang kantor Phillip.
"Sebaiknya kamu tidak berencana merayunya,
Patrick. Sebentar lagi Tecla juga akan menjadi adikmu." Phillip memberi peringatan tegas pada
Patrick. "Pikiran kotor seperti itu tidak pernah terlintas di
dalam kepalaku, Phillip." Patrick menunjuk kepalanya dengan wajah yang sengaja dibuat sepolos mungkin.
Phillip sangat mengenal adik bungsunya. SemenT96U
jak remaja, nama tenar Patrick tidak pernah lepas
dari perempuan dan urusan membuat patah hati


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka. "Sepertinya kalian berdua sama-sama sedang mabuk asmara." Patrick merenggut remote dari atas
meja Phillip dan menyalakan salah satu layar televisi.
"Aku dan siapa" Tecla, maksudmu?" Phillip mendengus kesal sambil membolak-balik berkas yang
ada di dalam map yang dipegangnya. "Sepanjang
pagi ini, dia tidak pernah lepas dari ponsel dan layar komputernya. Itu sebabnya aku paling malas
mempekerjakan perempuan sebagai asisten pribadi.
Dia hanya memperlambat pekerjaanku."
Tiba-tiba map lain dilemparkan ke hadapan
Phillip. Nyaris mengenai wajahnya. Phillip mendongak dari berkas yang sedang dipelajarinya. Di hadapannya Tecla berdiri sedang menatapnya dengan
wajah garang. "Larry memintaku menyerahkannya," ucap Tecla
ketus sebelum berjalan keluar dan menutup pintu
ruangan Phillip dengan keras. Patrick tertawa terbahak-bahak melihat adegan itu.
"Makanya, hati-hati jika berbicara! Aku tidak sedang membicarakan Tecla. Aku sedang membicarakan kamu dan teman dekat kita. Anak angkat kesayangan Mama. Kemarin aku menghubunginya. Ia
bercerita sedang dekat dengan seorang perempuan
T97U yang pintar memasak. Ia ingin mengenalkannya
pada kita dalam waktu dekat ini." Patrick menggerak-gerakkan remote ke depan wajah Phillip.
Phillip mengalihkan pandangannya pada wajah
adik laki-lakinya, mencoba mencerna ucapan Patrick.
Apa tadi yang dikatakan Patrick" Ah, ya! Anak kesayangan orangtuanya. Phillip tersenyum. Anak kesayangan orangtuanya bukanlah Peter, Phillip, atau
Patrick. Melainkan teman dekat mereka sewaktu bersekolah di Jerman. Hubert dan Ratna sudah menganggapnya seperti anak kandung sendiri. Kadang Hubert
membawanya bersama Peter untuk pergi memancing
dengan yacht kebanggaan Hubert.
"Aku akan meneleponnya nanti. Berani-beraninya
ia tidak menceritakan berita bahagia ini. Lagi pula
mana ada perempuan yang bisa memasak lebih enak
daripada aku?" cibir Phillip sombong. "Kalau tidak
ada lagi yang ingin kamu bicarakan, sebaiknya kamu
kembali ke ruanganmu, Patrick." Phillip mendongak
dan tersenyum pada Patrick.
"Mencoba mengusir adik sendiri?" tanya Patrick
menggelengkan kepalanya perlahan sambil tersenyum lebar.
"Dan tolong panggil Tecla masuk. Aku harus
menghukumnya karena sepertinya ia lupa aku sudah
melarangnya memakai sepatu lusuh dan kaus anak
kecil itu ke kantor," perintah Phillip sambil tersenyum.
T98U ?"" Tecla menguap lebar. Jam kecil berbentuk rumah
mini lengkap dengan taman bunga yang dibelinya
bersama Nando beberapa hari lalu menunjukkan
pukul satu siang. Phillip sedang keluar makan siang
bersama relasi bisnisnya. Tecla meraih nasi kotak
yang dipesannya beberapa saat yang lalu.
Rasanya baru kemarin ia merasakan nikmatnya
dimanja kakek-neneknya. Kakek yang kerap mengajaknya menjelajahi tempat makan di penjuru
Singapura atau perhatian Nenek yang akan menggaruk-garuk telapak tangannya menjelang tidur. Sementara saudara-saudara sepupunya akan bergantian
mengajaknya menyusuri kota, mengenalkannya kepada teman-teman mereka. Tecla selalu menyukai acara sosialisasi seperti itu.
Sekarang jam tidurnya bahkan tidak sampai delapan jam setiap harinya. Ana, kamu benar-benar berutang besar padaku, gerutu Tecla. Aku terjebak di
ruangan ini bersama para laki-laki gila kerja, terutama si iblis Phillip. Laki-laki sempurna, Ana" Calon
suamimu tidak lebih dari workaholic. Tecla menyendok nasinya dengan penuh emosi.
Sambil berusaha menelan nasinya, Tecla memandang berkeliling. Ia sudah benar-benar muak melihat
ruangan kantornya yang sangat membosankan. Kanan, kiri, muka, belakang, semuanya kaca. Tiba-tiba
T99U Tecla teringat vas bunga yang pernah dibelinya beberapa hari yang lalu, vas yang rencananya untuk
menghiasi kamar studionya. Tecla meraih pesawat
telepon di dekatnya. Tecla menekan nomor 108 dengan mantap.
"Halo" bisa tolong berikan nomor telepon floris
terkenal di Jakarta ini?"
?"" "Apa-apaan ini?" Phillip menghentikan langkahnya.
Dua laki-laki yang mengenakan baju hitam bertuliskan Central Florist di bagian punggungnya tengah memeluk vas kaca besar. Vas yang satu berisi
rangkaian bunga mawar berwarna merah, vas yang
lain berisi rangkaian bunga anggrek.
Tecla dan dua laki-laki itu menghentikan gerakan
mereka. Tecla mengerjapkan matanya pada Phillip.
Sebuah pot berisi pohon cemara ada di tengahtengah ruangan. Tecla memandang wajah Phillip
untuk beberapa saat sebelum menggelengkan kepalanya dan kembali memberi beberapa instruksi kepada dua laki-laki di hadapannya.
"Letakkan bunga mawar itu di atas meja sana,"
tunjuk Tecla pada meja kosong yang ada di dekat
Phillip. "Bunga anggrek itu letakkan di atas meja
yang ada di sebelah sana." Telunjuk Tecla mengarah
ke meja kecil yang ada di sebelah sofa putih, meja
T100U kayu yang belum pernah dilihat Phillip sebelumnya.
"Dari mana datangnya meja aneh ini?" tanya
Phillip berdiri menghadap meja kecil itu. Laki-laki
yang meletakkan vas di atas meja itu berbalik dan
mengangkat kedua bahunya.
"Saya hanya diperintahkan oleh ibu itu," jawab
laki-laki itu sebelum berlalu. Phillip memandang
Tecla dengan pandangan gusar. Yang ditatap purapura tidak merasa.
"Pak, tolong dorong pot ini ke ujung sana." Tecla
menunjuk ujung tembok antara meja kerjanya dengan meja kerja kosong milik calon asisten Phillip.
Phillip membalikkan bahu Tecla dengan gemas
dan memegangi bahunya. "Siapa yang menyuruhmu
mendekor ulang ruang kantorku?" bentak Phillip.
"Yang menyuruhku adalah diriku sendiri, Phillip!"
tantang Tecla sambil mengangkat dagunya tinggi.
"Nama perusahaanmu Briar-Rose, lambangnya saja
bunga mawar merah. Tapi aku tidak melihat setangkai bunga pun di gedung ini. Ruangan ini terlalu
kosong, Phillip. Apa kata relasi-relasi bisnismu kalau
mereka berkunjung kemari?"
Tecla menarik bahunya lepas dari cengkeraman
Phillip. Phillip menatap mata Tecla dengan dingin.
Tecla setengah bergidik menyadarinya.
"Sebaiknya kalian bertengkar setelah membayar
tagihannya. Atau apa ada lagi yang harus kami kerjaT101U
kan?" Salah seorang laki-laki mendekat dan menatap
Tecla dan Phillip bergantian dengan selembar kertas
tagihan di tangannya. Tecla merenggut tagihan itu
dan bergegas ke mejanya, menyambar ranselnya untuk mengambil dompet.
Phillip menarik napas, "Tecla, minta bagian kasir
di lantai bawah untuk menyelesaikan tagihannya.
Anggap ini bagian dari pengeluaran perusahaan," perintah Phillip dengan ekspresi dingin. Tecla terperangah. Dari raut wajah kaku Phillip, Tecla bisa merasakan laki-laki itu tengah menahan amarahnya.
Tecla tahu, Phillip tidak benar-benar memarahinya
selama ini. Paling parah hanya membentak dan menekan mentalnya dengan menyuruh bekerja sampai
dini hari. Tecla memutar otaknya. Jelas-jelas Phillip
setengah mati menahan emosinya karena mengerti
betapa Tatiana sangat menyayanginya. Laki-laki iblis
ini takut kalau dia melaporkan sesuatu yang buruk
pada Tatiana. Tecla tersenyum puas.
Di seberang mejanya, Phillip salah mengartikan
senyumannya yang mengembang. "Tapi lain kali kalau kamu memesan barang-barang aneh lagi, perusahaan tidak akan menanggungnya," tandas Phillip.
Senyuman Tecla semakin merekah. Ia hanya perlu
membuat Phillip makin murka dan meledak. Tatiana
tidak akan mau menikah dengan laki-laki yang
membenci adiknya. Tecla tertawa riang saat ide-ide
konyol bermunculan di kepalanya.
T102U Phillip memandang Tecla seperti sedang berhadapan dengan orang kurang waras. Setelah mengeluarkan gerutuan tidak jelas, Phillip membalikkan tubuhnya dan beranjak menuju ke ruang kerjanya. Tapi
beberapa langkah di depan pintu ruangannya,
Phillip kembali tersentak.
"Tecla! Apa yang kamu lakukan dengan ruanganku?" desis Phillip penuh amarah.
Tecla tersenyum lebar. "Phillip, tentu saja tidak
adil kalau aku hanya mendekor ruangan kerjaku.
Jadi, aku memesan banyak sekali rangkaian bunga
dan tanaman hias untuk ruanganmu juga." ujar
Tecla antusias. ?"" Phillip pasrah menatap Aditya dan Larry yang terperangah melihat suasana ruangan kerjanya. Pot kaca yang
ditanami entah tumbuhan jenis apa, ditata di sebelah
televisi plasmanya. Rangkaian bunga mawar putih
berdiri anggun di sudut meja kerja Phillip. Tidak hanya
itu, pot gantung berisi anggrek bulan juga menempel di
dinding kaca di sebelah treadmill-nya.
"Apa yang terjadi, Phillip?" tanya Aditya, seperti
tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Tanyakan saja pada Tecla," jawab Phillip ketus.
Phillip berpura-pura membetulkan penjepit dasi
Cartier-nya. T103U Larry terkekeh, tangannya meraih sebuah bunga
plastik lengkap denga pot berukuran sekitar lima
senti yang berderet rapi di atas meja kerja Phillip.
"Sepertinya tidak begitu buruk. Ruang kerjamu terlihat lebih cerah." Larry mengitari ruangan sambil tetap memegangi pot bunga plastik itu.
"Kamu belum melihat kamar mandi dan walk in
closet-ku, Larry. Sepertinya Tecla berusaha keras untuk memancing emosiku." Phillip menggertakkan
giginya. "Memancing emosi?" sela Aditya, menaikkan sebelah alisnya.
"Sudah beberapa kali aku memergoki Tecla sedang menjelek-jelekanku pada Tatiana. Gadis itu
tampaknya sangat membenciku. Dia bahkan mengatakan aku tidak sepadan dengan Tatiana." Phillip
menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "Aku
merasa dia sengaja melakukan semua ini. Memancing amarahku sehingga dia bisa terus menjatuhkanku di depan Tatiana. Tatiana sangat menyayanginya, tentu saja dia akan percaya segala hasutan
Tecla. Dan bisa jadi dia akan memilih adiknya dibanding aku," keluh Phillip.
Aditya melirik Larry yang masih asyik mengitari
ruangan Phillip sambil tersenyum geli. "Lalu apa
rencanamu selanjutnya" Bukankah tanggal empat
belas nanti kamu dan keluargamu akan mengunjungi
keluarga Tatiana" Bukankah itu artinya hubungan
T104U kalian sudah sangat serius, mana mungkin Tatiana
menolakmu?" Phillip menggeleng sambil memutar kursinya ke
arah Larry dan Aditya bergantian. "Tatiana bimbang.
Aku bisa merasakannya. Pengaruh Tecla bisa sangat
membahayakan kelanjutan hubungan kami. Aku
akan terus meyakinkan Tatiana bahwa aku memang
pantas untuknya," tekad Phillip begitu mantap.
Untuk sesaat ruangan hening, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Aku pikir, sebaiknya kamu fokus pada rencanamu untuk merebut posisi Peter, Phillip." Ucapan
Larry memecahkan keheningan. Ia melangkah perlahan ke arah Phillip setelah melongok ke ruang walk
in closet untuk menyaksikan hasil kerja Tecla mendekor seluruh ruangan.
"Itu tidak penting," tukas Phillip cepat. "Aku yakin bisa merebutnya dalam rapat pemegang saham
nanti. Selama ini aku sudah membuktikan bahwa
kinerjaku jauh lebih baik daripada Peter. Aku lebih
tahu semua yang terjadi di Briar-Rose Group dan
sudah melakukan banyak kemajuan dari setiap keputusanku. Sekarang coba katakan di mana Peter sekarang?" Phillip menatap Aditya dengan yakin.
"Peter belum masuk kantor," desah Aditya. "Sepertinya ia masih asyik berlibur bersama Pak Hubert."
Jawaban Aditya disambut Phillip dengan senyum
penuh kemenangan. "Tapi dengarkan aku, Phillip.
T105U Aku setuju rencanamu merebut kursi Presiden Direktur dari tangan Peter. Kamu memang terbukti menjalankan perusahaan ini lebih baik daripada kakakmu. Tapi aku kurang setuju dengan rencanamu pada
Tatiana. Tidakkah merebut posisi kakakmu sudah
membalas semua dendammu padanya?"
Phillip tersentak. Kilatan matanya penuh kemarahan. Selama ini Aditya selalu menunjukkan kesetiaannya pada Phillip bahkan jarang sekali membantah
ucapan Phillip. Tapi sekarang ia membuat Phillip
terperangah dengan perkataannya.
Merasa sudah telanjur berucap, Aditya melanjutkan kalimatnya. "Phillip, kamu hanya akan mempermainkan perasaan Tatiana kalau memanfaatkan hubungan kalian untuk membalaskan dendammu pada
Peter dan Sabina." Aditya menatap tajam pada
Phillip. "Hei, hei, Bro. Kamu sudah melangkah terlalu
jauh," sela Larry dengan nada bercanda sambil menepuk bahu Aditya.
"Larry benar, kamu sudah melangkah terlalu jauh,
Aditya," tandas Phillip dingin. Matanya membalas
tatapan tajam Aditya. Sudut mata Phillip menangkap
gerakan tangan Larry yang menggaruk rambutnya
dengan kikuk. "Tatiana perempuan yang anggun,
luwes, dan aku yakin masih sangat polos. Dia akan
menjadi pasangan yang sempurna untukku. Kami
akan saling melengkapi, dan aku akan memberikan
T106U apa saja yang dia inginkan. Jadi, tidak mungkin aku
akan menyakiti perasaannya." Phillip menegaskan
pada Aditya. Pintu ruang kerja Phillip terbuka lebar tepat saat
Phillip melontarkan kalimatnya yang terakhir, membuat ketiga laki-laki yang ada di dalam ruangan itu
menoleh dengan terkejut. Sosok tubuh besar Patrick
memasuki ruangan Phillip dengan tergesa-gesa.
Patrick melemparkan segepok koran ke atas meja.
"Kamu tidak akan menyakiti perasaan siapa, Phillip"
Tecla" Apa karena berita hangat yang ada di koran
pagi ini?" tanya Patrick sambil memamerkan senyum.
"Berita apa?" Phillip mengerutkan dahinya.
Patrick tertawa renyah sambil melipat lengan di
dadanya yang tegap. "Buka saja koran-koran itu! Lihat di halaman entertainment!" Patrick menunjuk
dengan gerakan kepalanya.
Penasaran karena ucapan Patrick, Larry dan
Aditya bergegas membuka lipatan koran yang dibawa Patric. Phillip juga tidak kalah penasaran.
Saat mengedarkan pandangannya, Patrick menangkap juga kejanggalan yang ada di ruangan Phillip.
"Sejak kapan kamu mendekor ruanganmu dengan
bunga-bunga ini?" "Bukan aku. Tapi Tecla," sahut Phillip tanpa mengangkat wajah dari halaman pertama koran yang
dipegangnya. T107U Patrick terkekeh. "Sepertinya yang tertulis di koran itu memang benar. Asistenmu sedang jatuh cinta, Phillip. Suasana hatinya sedang berbunga-bunga."
"Apa maksudmu menyuruhku membaca artikel
ini" "Nando kepergok jalan bersama perempuan?""
Phillip mendongak pada Patrick yang masih memandang ruangannya dengan tatapan takjub. "Sebaiknya kamu mulai membaca halaman ekonomi
dan bisnis, Patrick!"
Patrick menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku mengetahui berita ini dari asistenku." Patrick
bergerak mendekati Phillip dan menunjuk pada salah satu foto yang terpampang di koran yang dipegang Phillip. "Apa kamu bisa mengenali gadis berambut ikal yang sedang dipeluk aktor ini" Apa kamu
mengenali ransel ini?"
"Sepertinya calon adik iparmu sudah menjadi
headline besar pagi ini, Phillip. Belum seminggu di
sini, dia sudah menggemparkan kota Jakarta." Larry
membalikkan koran yang dipegangnya agar terlihat
oleh Phillip dan menunjuk salah satu foto Tecla
yang sedang tersenyum mesra pada laki-laki yang
baru saja memenangkan salah satu penghargaan bergengsi di panggung hiburan tanah air.
?"" T108U Tecla tidak habis pikir bagaimana fotonya bersama
Nando bisa beredar di koran-koran dan tabloid.
Patrick dan Larry menggodanya habis-habisan setiap
kali mereka berpapasan atau ketika mereka sedang
berkunjung ke ruangan Phillip. Patrick malah berani


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggodanya saat sedang berkumpul untuk makan
bersama di rumah, membuat Hubert dan Ratna
ikut-ikutan bertanya dengan antusias.
Di kantor, beberapa karyawan perempuan yang
baru dikenal mendadak bersikap ramah dan rela
mendatanginya, tentu saja sewaktu ia turun untuk
makan siang di kantin karena tidak akan ada yang
berani naik ke lantai penthouse kecuali jika mendapat panggilan khusus dari Phillip, hanya untuk bertanya bagaimana Tecla bisa mengenal aktor terkenal
itu. Petugas kantin tak kalah penasaran. Ibu penjaga
kantin bahkan memberi Tecla bonus snack dengan
syarat Tecla mau menceritakan kisah cintanya bersama Nando.
Salah seorang karyawan malah menyebarkan e-mail
ke milis kantor yang berisi ajakan memasang taruhan
berapa lama Tecla dan Nando akan berpacaran. Tecla
mendesah kesal. Beberapa hari ini benar-benar mimpi
buruk baginya. Phillip tampak tidak terlihat terganggu sama sekali dengan kehebohan ini. Tecla melirik ke dalam
ruang kerja Phillip. Phillip masih asyik berlari di
atas treadmill, padahal sudah pukul sembilan malam.
T109U Ia masih harus menunggu Phillip menyelesaikan
treadmill-nya baru bisa pulang. Meski begitu ini
merupakan kemajuan kalau memang ia bisa pulang
sebelum tengah malam. Tecla melirik untuk kedua kalinya ke dalam ruangan Phillip sebelum menyambar gagang telepon dan
menekan nomor ponsel Tatiana. Beberapa kali terdengar nada sambung sebelum suara Michael memenuhi telinganya. Michael lagi, keluh Tecla spontan.
"Sorry, Tecla. Aku lagi yang menjawab teleponnya. Kakakmu sedang tenggelam di antara tumpukan pakaian-pakaianku," sahut Michael setelah mendengar gerutuan Tecla.
"Apa sih yang sedang dilakukannya" Jangan katakan Ana memaksamu untuk membereskan lemari!"
"Tidak. Dia tidak memaksa. Justru aku yang memaksanya dan mengurungnya selama dua hari ini
di sini. Aku memintanya untuk membantuku membereskan pakaian-pakaianku." Tecla mendengar
Michael merendahkan suaranya dan membuat Tecla
mengerutkan dahinya. "Kamu memaksanya" Kamu tidak sedang mendekati kakakku, kan?" sergah Tecla.
Di seberang, Michael tersedak lalu batuk-batuk,
trik jitu agar tidak perlu menjawab pertanyaan
Tecla. Suara Tatiana terdengar samar-samar di belakangnya.
T110U "Ini Tatiana," jawab Michael singkat sebelum menyerahkan ponsel yang dipegangnya pada Tatiana.
"Halo," sapa Tatiana dengan napas terengahengah.
"Apa yang ada dalam pikiranmu, Ana" Bersama
seorang laki-laki di rumahnya dan membereskan
lemarinya?" cecar Tecla.
"Bukan hanya lemari, Tecla. Ruang walk in closet
besar ini berisi banyak sekali pakaian yang sudah
ketinggalan zaman dan entah benda aneh apa lagi.
Aku sudah menghabiskan waktu sepanjang sore duduk di tengah-tengahnya, membongkar dan memilah isi lemarinya. Michael berencana menyumbangkan sebagian besar pakaiannya yang masih layak
pakai untuk orang-orang yang membutuhkan." Ada
nada bangga saat Tatiana menceritakan tentang
Michael pada Tecla. "Apa kata Phillip nanti kalau dia tahu kamu sedang bersama laki-laki lain?" Tecla mendesah.
Tatiana memang bodoh, pikir Tecla dalam hati.
"Aku hanya membantu teman, Tecla. Lagi pula
Phillip tidak akan cemburu. Phillip tidak ada waktu
untuk cemburu. Dia mengatakannya dengan jelas
minggu lalu. Kamu sendiri bagaimana" Hidung besarmu benar-benar memenuhi koran beberapa hari
yang lalu. Apa urusannya sudah beres?"
"Jangan ungkit masalah itu lagi! Tadi pagi Nando
menghubungiku. Dia ingin mengklarifikasi berita
T111U itu, tapi pihak manajemennya melarang karena ini
publisitas bagus untuk film yang dia bintangi yang
akan dirilis sebentar lagi." Tecla memutar bola matanya, kesal mengingat apa yang dikatakan Nando
padanya. "Lalu apa tanggapan pacar-pacarmu?" goda
Tatiana sambil tertawa kecil.
"Jelas saja marah. Hancur sudah reputasiku!"
Tecla menggelengkan kepalanya dengan dramatis.
Tatiana terkekeh membayangkan ekspresi Tecla.
"Makanya jangan terlalu banyak menebar pesona.
Ini jadinya kalau kamu punya pacar segudang."
"Mereka bukan pacar, Ana. Hanya teman dekat,"
sanggah Tecla, dan akhirnya ikut tertawa.
"Michael! Bantu aku mengangkat kardus ini!"
Tatiana berteriak memanggil Michael di sela obrolannya dengan Tatiana. Kerutan di dahi Tecla kembali
muncul. "Ke mana larinya manusia satu ini?" gerutu
Tatiana pada Tecla. "Aku berani bertaruh, Tecla, pasti Michael sedang menonton sepak bola entah liga
apa itu namanya." Tatiana mendesah kesal sebelum
kembali berteriak, "Michael! Cepat kemari!"
Tecla mendengar suara samar Michael menyahut
panggilan Tatiana, ia semakin menekan gagang telepon ke telinganya. Tecla mendengar suara langkah
Tatiana mondar-mandir sambil terus mengoceh.
"Apa semua laki-laki tergila-gila dengan sepak
T112U bola, Tecla" Aku heran, Michael tidak bisa melepaskan matanya dari televisi,"
"Kupikir tidak semua, Ana. Phillip contohnya.
Aku tidak pernah melihat ia menonton tayangan
televisi selain berita ekonomi dan bisnis. Yah, sesekali berita politik," jelas Tecla. Jemarinya sambil
menarik-narik rambut yang jatuh di depan wajahnya.
"Michael! Bukankah kamu sudah berjanji akan
membantuku?" Suara Tatiana menggelegar sampai
di telinga Tecla. Tecla terkejut sampai menjauhkan
gagang telepon dari telinganya. "Lagi pula, kamu
bisa menonton siaran ulangnya, kan?" Tatiana melanjutkan omelannya pada Michael. Lemparan bantal
yang menyambar kepalanya membuat Michael mengaduh.
"Ana, kamu kan sudah merapikan tempat tidurku"
Kalau kamu melemparkan semua bantalnya padaku,
kamu hanya akan membuat tempat tidurku kembali
berantakan." Suara Michael tidak terdengar marah
atau menyesal, justru terdengar sangat senang.
Diam-diam Tecla mendengarkan dengan saksama
semua pertengkaran yang terjadi dari balik telepon.
"Aku tidak mau membantumu lagi. Bereskan tempat tidurmu sendiri dan bereskan semua pakaianmu
sendiri! Aku mau pulang!" bentak Tatiana.
Sekali lagi Tecla terpaksa menjauhkan gagang telepon dari telinganya.
T113U "Ana, jangan pulang dulu. Aku sudah mematikan
televisinya," rayu Michael, terdengar mulai khawatir
dengan ancaman Tatiana. "Lagi pula kamu tidak membawa mobil, Ana. Nanti aku antar kamu pulang."
"Hm, sebaiknya sudah dulu, Ana," bisik Tecla.
"Oke, Tecla. Sampai nanti." Suara Tatiana terdengar benar-benar kesal. Sebelum Tecla memutuskan
sambungan telepon, ia masih sempat menangkap
suara Michael. "Jangan pulang dulu, Rapunzel."
Wow! Tecla menggelengkan kepalanya nyaris tidak percaya. Matanya menatap gagang telepon yang
masih dipegangnya. Tatiana memang berubah. Kejadian barusan sedikit banyak menjelaskan tingkah
aneh Tatiana. Tecla mulai berpikir bahwa semua
tingkah aneh Tatiana bukan karena Phillip, tapi karena kehadiran Michael. Pertengkaran mereka lebih
intim daripada sekadar teman dekat.
Tecla mencibir. Dulu Nando tergila-gila pada
Tatiana. Sekarang Michael terdengar sangat menyukai Tatiana. Lalu ada Phillip yang setengah mati
ingin segera menikahi Tatiana.
Ana" Ana" begitu banyak lelaki yang mendekatimu, tapi kenapa kamu tidak menyadarinya" pikir
Tecla. Dan mengapa hanya Phillip yang terlihat sempurna di mata Tatiana" Tecla bertanya-tanya sambil
memandangi gagang teleponnya.
Michael. Phillip. Tatiana. Entah mengapa Tecla
T114U merasa Tatiana tidak mencintai Phillip. Dari semua
tingkah laku yang dia lihat, dari semua cerita yang
dituturkan Tatiana selama ini, hanya nama Michael
yang membuat Tatiana antusias. Apakah Tatiana sudah jatuh cinta pada Michael tanpa disadarinya"
Denging suara telepon terdengar semakin jelas.
Pikiran Tecla masih berputar. Mungkin juga kakaknya terpengaruh keinginan mamanya untuk mendapatkan laki-laki sempurna. Lalu kebetulan Phillip
muncul dengan segala yang dimilikinya. Kedewasaan, karisma, kemapanan dan segala pengaruh yang
dimiliki Phillip membuat Tatiana menyangka bahwa
Phillip-lah laki-laki sempurna yang selama ini ia
cari. Tiba-tiba Tecla terbelalak menatap gagang teleponnya. Ia harus menyadarkan kakaknya. Tatiana hanya
akan menjadi salah satu barang pajangan yang akan
dipamerkan Phillip, lelaki workaholic, yang menghabiskan dua puluh jam di kantornya dan empat jam
sisanya untuk menjamu relasi bisnisnya. Tatiana
hanya akan menghabiskan waktu seumur hidupnya
menunggu Phillip di rumah. Phillip tidak akan pernah bisa menyayangi kakaknya.
"Apa salah gagang telepon itu padamu?" Tiba-tiba
Phillip berdiri di hadapan Tecla sambil berkacak
pinggang. Tecla mengerjapkan matanya, kaget mendapati Phillip muncul di hadapannya.
Kaus putih polos dan celana olah raga yang dikeT115U
nakan Phillip basah kena keringat. Bulir-bulir keringat terlihat di dahinya. Handuk setengah basah
tersampir sembarangan di bahu Phillip. Mulut Tecla
terbuka lebar. Sudah beberapa kali Tecla melihat pemandangan seperti ini. Tapi harus diakuinya, Phillip
jauh terlihat lebih menarik ketika sedang berantakan
seperti ini. Meski Patrick jauh lebih tampan, tapi
manusia menyebalkan yang satu ini mempunyai karisma sendiri.
Tecla menggelengkan kepalanya mencoba untuk
menjernihkan pikirannya. Ia tidak sedang memuji
Phillip, kan" Otaknya pasti salah. Ini pasti karena
perutnya kosong, karena belum sempat makan malam.
"Kamu terlihat seperti ingin mencekik mati gagang telepon itu," lanjut Phillip saat Tecla masih bengong dan belum menjawab pertanyaannya.
"Aku baru saja menelepon Tatiana. Dan, aku tidak berniat mencekik gagang telepon ini. Ini benda
mati, Phillip." Tecla meletakkan gagang telepon itu
kembali ke tempatnya. "Oya, aku juga berniat menghubunginya nanti. Apa
yang sedang dilakukannya?" Phillip menarik handuk
yang tersampir di bahunya dan mulai membersihkan
keringat yang menetes di dahi dan lehernya.
Tecla menelan ludah saat memperhatikan gerakan
tangan Phillip. "Ana sedang membantu teman lakilakinya, membereskan pakaian untuk disumbangT116U
kan." Sengaja Tecla menekan nada suaranya saat
mengucapkan kata "teman laki-laki" sambil berusaha
menangkap ekspresi wajah Phillip. Gusarkah ia"
Marah" atau Cemburu"
Phillip terlihat seperti mencerna ucapan Tecla.
"Hm, ternyata Tatiana rajin mengikuti kegiatan sosial sama seperti Mama dan Tante Laura. Itu sangat
bagus." Phillip mengangguk pelan dengan mata yang
masih menerawang. Entah tengah memikirkan apa.
Melihat pancingannya kurang mengena, Tecla menegakkan punggungnya. "Sepertinya teman laki-laki
Tatiana ini sedang berusaha mendekatinya," cibir
Tecla. Mendadak Phillip menatap Tecla dengan senyum
dinginnya, seakan ia bisa membaca pikiran Tecla.
"Dengar, aku tidak akan cemburu, Tecla. Aku
percaya pada Tatiana. Karena aku tahu dia tidak seperti kamu yang suka mempermainkan perasaan
laki-laki." Phillip menantang mata Tecla yang tengah
berniat membantah ucapan Phillip.
"Kamu tidak usah membela diri. Tatiana sudah
menceritakan padaku tentang deretan laki-laki yang
mengisi daftar kontak di ponselmu. Sepertinya seleramu boleh juga. Nando. Aktor terkenal." Phillip bersiul mengejek lalu berbalik melangkah kembali menuju ruang kerjanya.
Tecla geram, matanya melotot siap menghaburkan
gerutuan di belakang punggung Phillip. Tapi Phillip
T117U langsung berbalik tepat sebelum ia sempat melaksanakan niatnya.
"Cepat bereskan mejamu! Aku akan mandi sebentar, lalu kita pulang. Ada yang ingin aku tunjukan
padamu," perintah Phillip singkat.
"Pulang?" ulang Tecla nyaris tidak percaya. Pulang sebelum tengah malam adalah kemewahan.
Bayangan tempat tidur yang sudah seminggu ini
ditempatinya melintas dalam benaknya. Ia akan tidur pulas malam ini. Senyum Tecla hampir mengembang tapi urung begitu mengingat bahwa Phillip
akan menunjukkan sesuatu. Sepertinya bukan kabar
baik, bisa-bisa dia menyuruhku lembur di rumah,
pikir Tecla. "Pulang ke rumahku. Bukan ke rumah orangtuaku," jelas Phillip melihat kebingungan Tecla. "Aku
ingin menunjukkan padamu rumah yang kurenovasi. Kamu tentu mengerti selera Tatiana. Jadi aku
butuh pendapatmu." Tanpa menunggu komentar
Tecla, Phillip melangkah masuk, menghilang di balik
pintu kaca yang menutup perlahan.
Harapan Tecla dapat mengisi ulang energinya dengan tidur selama delapan jam, musnah seketika.
T118U LIMA ecla melintasi ruang dapur yang dilengkapi
kitchen set berlapis stainless steel dengan tatapan takjub. Semuanya bernuansa hitam dan perak. Phillip
yang tengah memperhatikan ekspresi Tecla menyandarkan tubuhnya di depan pintu. Tecla berdecak
kagum. Sangat khas Phillip. Modern. Minimalis.
Dan yang jelas Mewah. 3M, terdengar seperti iklan,
pikir Tecla dalam hati Tecla harus mengakui, ia sangat menyukai rumah
Phillip. Tidak ada perabotan yang berlebihan. Semua
tertata rapi. Hanya ada satu kekurangannya. Tecla
merasakan nuansa dingin dan kaku memenuhi penjuru rumah, sama seperti wajah dingin Phillip saat
menatapnya. Tecla memandang ke luar jendela kaca
yang ada di sebelahnya. Kolam renang besar membentang sepanjang ruang makan hingga ujung ruang
T119U dapur, terlihat begitu menggoda untuk menceburkan
diri ke dalamnya. "Bagaimana menurutmu" Apakah Tatiana akan
nyaman tinggal di rumah ini?" Phillip membuka
pintu lemari besar yang ternyata pintu lemari pendingin, lalu mengeluarkan minuman kaleng.
Tecla berbalik, duduk di salah satu kursi bar dan
memperhatikan Phillip. Meski terlihat sibuk mengeluarkan dan membuka minuman, Tecla mera-sakan
Phillip menunggu jawabannya dengan tegang. Phillip
terlihat ingin memamerkan apa yang ia miliki pada
Tecla. Ingin membuktikan bahwa dirinya sangat
pantas untuk Tatiana. Seumur hidup mengenal Tatiana, Tecla tahu bagaimana selera kakaknya. Meski menakjubkan, Tatiana
tidak akan menyukai rumah ini. Ia yakin Tatiana
akan bosan tinggal di tempat seperti ini. Ini bukan
gaya Tatiana. Tapi Tecla juga percaya kakaknya itu
tidak akan mengeluarkan protes apa pun. Tatiana
sudah terbiasa menelan protesnya selama ini.
"Aku sudah menempati tempat ini selama tiga
tahun lebih. Aku membangunnya dengan hasil kerja
kerasku sendiri. Aku berharap suatu hari nanti bisa
memboyong calon istriku, Tatiana maksudku, untuk
tinggal di sini setelah kami menikah," jelas Phillip.
Phillip menyodorkan segelas minuman pada
Tecla. Tecla meraih gelas itu lalu menempelkannya
ke bibirnya. Sesaat, Phillip menatap Tecla dengan
T120U ekspresi aneh sebelum kembali membelakanginya
lalu menyibukkan diri dengan membuka dan menutup pintu lemari. Tecla memperhatikan gerakan tangan Phillip yang mengeluarkan beberapa benda.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku?" tagih
Phillip sambil membuka kembali pintu lemari pendingin. "Bagaimana" Apakah rumahku sesuai dengan selera Tatiana" Apakah kamu ingin melihat


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruangan lain" Aku juga merenovasi kamar mandi
dan membangun walk in closet khusus untuk
Tatiana." "Phillip, kenapa kamu tidak menanyakan sendiri
pada Tatiana?" Tecla mengerutkan dahinya saat
Phillip mengeluarkan beberapa sayuran yang masih
terbungkus plastik. "Aku ingin membuat kejutan," sahut Phillip singkat.
"Eh, kamu berencana masak?" tanya Tecla kebingungan. Phillip membalikkan tubuhnya dan menatap Tecla, kedua tangannya kini penuh dengan bahan makanan mentah.
"Iya. Kenapa" Kaget?" Phillip menaikkan sebelah
alisnya setengah mengejek. "Kamu belum pernah
melihat laki-laki menggunakan dapur?"
"Tidak juga. Papaku lebih sering menggunakan
dapur daripada Mama." Tecla mencibir. "Dapur restoran maksudku," ralat Tecla. "Kalau dapur rumah
kami lebih sering digunakan Tat?"
T121U "Kamu tidak bisa memasak" Tidak bisa atau tidak
suka?" sela Phillip.
"Tidak bisa. Karena itu jadi tidak suka. Tapi aku
bisa dan suka membuat kue-kue kering. Cookies dengan taburan cokelat atau keju. Sama seperti yang
pernah aku buat bersama Tante Ratna dan Sabina."
Tecla melihat rahang Phillip menegang saat ia mengucapkan nama Sabina.
"Sabina sangat mirip Safa, ya" Dan sepertinya
Safa sangat membencimu," pancing Tecla. Tecla berusaha membuat suaranya terdengar ringan.
Phillip menghentakkan wajan teflon dengan kasar
di atas kompor. Tubuhnya berbalik dan memandang
Tecla dengan tatapan dingin. Ia tidak menanggapi
pertanyaan Tecla. "Aku punya bahan lengkap di dapur ini. Kamu
tidak ingin membuatkan kue kering untuk calon
kakak iparmu?" Phillip mengusap tengkuknya sambil menatap Tecla dengan senyum yang dipaksakan.
Tecla melongo. "Atau" kue kering yang enak itu hanya kebetulan?" tantang Phillip sebelum kembali memunggungi Tecla dan mulai menuangkan olive oil ke atas
teflon. Tanpa pikir panjang Tecla meloncat menghampiri
kitchen set dan membukanya satu per satu. Hampir
satu jam dapur meriah oleh keriuhan aktifitas memasak. Sementara kedua chef-nya, Tecla dan Phillip
T122U saling membisu dan saling memunggungi. Phillip
sibuk dengan masakannya dan Tecla dengan kue
keringnya. Tecla mengeluarkan nampan berisi kue kering panas dari oven tepat saat Phillip mulai menata meja
bar dengan peralatan makan.
"Sedang apa, Tecla?" Phillip melangkah mendekati
Tecla, mengitari meja bar. Tecla tengah asyik mengangkat kepingan kue kering dan memasukkannya ke
dalam dua buah tempat yang berbeda. Satu stoples
kaca yang ditemukannya tersimpan rapi di salah
satu lemari dan satu kantong plastik.
"Kamu perlu kacamata" Kamu tidak lihat aku
sedang apa?" jawab Tecla ketus. Pandangannya masih fokus ke arah nampan hangat yang ada di hadapannya. Tecla bertekad untuk tidak mendongak dan
membalas tatapan mata dingin Phillip.
Bayangan tubuh Phillip menutupi nampan. Sudut
mata Tecla menangkap gerakan tangan Phillip yang
menunjuk kantong plastik yang sudah berisi kue
kering buatannya. "Maksudku kenapa yang satu ini kamu simpan di
kantong plastik" Kamu bisa memasukkan semuanya
ke sini." Phillip menunjuk ke arah stoples kaca besar
dengan label harga yang masih menempel.
Tecla mendengus. Sedari tadi Tecla sudah memperhatikan beberapa peralatan dapur di rumah
Phillip masih ditempeli label harga. Entah karena
T123U Phillip ingin menunjukkan kesungguhan hatinya untuk merenovasi rumah ini khusus untuk memenangkan hati Tatiana atau karena Phillip berniat pamer
bahwa ia bisa membeli semua barang mahal itu meski tidak ada waktu untuk menggunakannya. Yang
pasti Tecla yakin Tatiana akan lebih suka berbelanja
sendiri semua keperluan rumah tangganya, mengingat penyakit gila belanja Tatiana sudah masuk
kategori akut. "Aku menyiapkan yang satu ini untuk Safa," jawab
Tecla, sambil menyunggingkan senyum.
Sejumput rambut ikalnya mencuat dan menutupi
sebelah matanya. Tecla mengangkat tangan kanannya
yang masih memegang spatula dan berlepotan tepung. Dengan satu gerakan ringan, Tecla menyibak
rambut nakal itu dengan punggung tangannya.
Mendengar jawaban Tecla, Phillip menatapnya
dengan cara yang aneh untuk beberapa saat. "Ada
yang menempel di kepalaku?" tanya Tecla bingung.
Phillip tergeragap lalu cepat-cepat menggelengkan
kepalanya dengan linglung sebelum mengalihkan
matanya pada kantong plastik yang tengah disiapkan
Tecla untuk Safa. "Aku tidak menyuruhmu untuk menyisihkan sebagian untuk anak berisik itu," protes Phillip dengan
nada kesal. Ucapannya membuat alis Tecla saling
bertaut, lalu tertawa rendah.
"Memangnya apa sih salah "anak berisik" itu padaT124U
mu, Phillip" Pantas saja Safa tidak menyukaimu.
Kamu memang paman yang menyebalkan."
Tecla meninggalkan Phillip, mengangkut nampan
dan spatula lalu meletakkan peralatan kotor itu di
dalam bak cuci piring. Dari dulu Tecla sangat membenci kegiatan mencuci atau kegiatan rumah tangga
lainnya, jadi sekarang pun Tecla tidak berniat untuk
mencuci nampan dan spatulanya, hanya mencuci
tangan. Bukan tipe istri ideal yang dicari Phillip, pikirnya. Tecla tersenyum kecut mengibaskan kedua
tangannya. Tecla terkejut sendiri dengan pikirannya. Mengapa
pernyataan "bukan istri ideal bagi Phillip" bisa tibatiba terlintas di kepalanya" Tecla mendadak membalikkan tubuhnya dan bertukar pandang dengan
Phillip. Lelaki itu juga terlihat kaget dengan gerakan
Tecla yang tiba-tiba. Tecla memandangi Phillip dari
ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Phillip memang bukan tipe laki-laki yang disukainya. Tecla menyukai tipikal anak band, petualang,
laki-laki yang terkesan bad boy. Kaus santai, celana
baggy, sepatu sport, bau keringat dan laki-laki dengan kulit yang terbakar matahari. Jelas bukan lakilaki berkulit putih bersih, dengan kemeja yang selalu
terlihat licin, dasi mahal, celana kain yang selalu
menutupi bulu kakinya serta sepatu kulit hitam
mengilat. Dan yang pasti bukan laki-laki yang akan
menjadi kakak iparnya! T125U Tecla mengeringkan kedua tangannya dengan kikuk pada kemeja kerjanya yang sudah kusut dan berlepotan noda adonan yang mengering. Phillip masih
memperhatikannya dan sekarang tatapannya menjadi
berkerut karena jijik. Satu tangannya meraih lap bersih yang terlipat rapi di sudut meja dapur lalu melemparkannya tepat mengenai wajah Tecla.
"Tecla, bisakah kita tidak membicarakan Safa
lagi" Aku tidak membenci anak kecil. Hanya tidak
terbiasa menangani mereka. Dan kuharap kamu
tidak berencana menelepon Tatiana hanya untuk
mengadukan padanya seolah-olah aku membenci
semua anak kecil." Phillip menghela napas panjang
sebelum berbalik dan berjalan menuju meja bar.
Phillip meraih salah satu gelas kosong yang sudah
tertata rapi dan mengisinya dengan air putih.
"Dan, ya, aku baru tahu betapa joroknya dirimu.
Benar-benar 180 derajat berbeda dengan kakakmu.
Yang membuatku heran, bagaimana mungkin lakilaki di luar sana lebih tertarik kepadamu daripada
Tatiana?" Phillip menggelengkan kepalanya seolaholah tidak percaya. Tecla melemparkan kain lap
yang ada di tangannya ke atas meja bar dan menduduki salah satu kursi yang ada.
"Ana bodoh dalam hal ketertarikan antar lawan
jenis, Phillip. Banyak kok laki-laki yang menyukainya, tapi dia selalu saja menemukan kesalahan
mereka." Tecla meraih segelas air putih, lalu setelah
T126U menghabiskan setengah isinya, ia melanjutkan perkataannya, "tapi sebaiknya kamu tidak memanfaatkan kebodohan kakakku, Phillip. Ingat aku selalu
mengawasimu!" Tecla mencoba memberi peringatan yang jelas
pada Phillip. Tetapi sepertinya peringatan itu tidak
terdengar serius di telinga laki-laki yang tengah
memandangnya dengan senyum manis mengembang
di wajahnya. Phillip yang berdiri di balik meja bar,
menyandarkannya tubuhnya ke sisi meja bertumpu
dengan kedua tangannya. "Mengawasiku?" Phillip tergelak. "Kamu selalu
mencoba mengadu domba antara aku dan Tatiana.
Sudah berapa kali aku memergokimu mengatakan
hal buruk tentangku pada Tatiana?" ujar, Phillip dengan mata menyipit. "Dengar, Tecla. Aku menyukai
Tatiana. Tatiana juga menyukaiku. Lihatlah semua
usahaku untuk Tatiana!" Phillip mengangkat kedua
tangannya sambil mengedarkan pandangan mengitari rumahnya.
Tecla mengikuti tatapan Phillip, memandang sekelilingnya dengan senyum kecut. "Kamu membawaku
kemari hanya untuk membuktikan seberapa pantas
dirimu untuk kakakku?" sergah Tecla. "Secara materi mungkin memang iya. Sangat pantas malah."
Tecla mendesah lebih karena memilih untuk menyerah untuk saat ini. Ia tidak ingin berdebat. Perutnya
kosong dan tubuhnya benar-benar terasa capek.
T127U "Aku tidak akan pernah menyakiti Tatiana. Lihat
sisi positif yang aku miliki. Atau kamu juga sama
saja seperti kakakmu yang selalu mencari letak kesalahan setiap laki-laki?" Phillip mengangkat bahunya
dengan santai lalu melipat kedua tangannya di depan dada bidangnya.
"Aku tidak seperti itu!" bantah Tecla dengan suara
melengking. "Kalau begitu bagaimana jika kita berdamai"
Kamu boleh mengawasiku tapi berhentilah mengatakan hal buruk tentang diriku pada Tatiana," tawar
Phillip. "Dan, aku akan sangat menghargai jika
kamu memulai perdamaian kita dengan memuji masakanku dan menyampaikannya pada Tatiana."
Phillip tersenyum lebar, menunjuk ke arah piring
berisi tumpukan hamburger besar yang ditata rapi
dan menggoda selera. Tecla berusaha untuk tidak meneteskan air liur
saat melihat hamburger besar yang terlihat sangat
menggiurkan. "Ah, itu kan hanya hamburger biasa,
Phillip," kilah Tecla sambil menelan ludah dan berusaha agar tidak terlihat bernafsu untuk segera
menelan makanan itu. Perutnya sudah kosong selama berjam-jam.
"Frikadellen," ucap Phillip tidak jelas.
"Hah" Apa?" Tecla mendongak dengan tidak sabar.
"Itu Frikadellen," ulang Phillip. "Hamburger khas
T128U Jerman. Aku, Peter, dan Patrick pernah sekolah di
sa?" "Mau khas Jerman kek. Mau asal Palembang kek.
Kalau kamu ingin aku memuji seenak apa masakanmu pada Ana, sebaiknya kamu membiarkanku mulai
menyantap makanan ini, Phillip." Tecla memotong
penjelasan Phillip dengan tidak sabar lalu merenggut
hamburger itu dengan kedua tangannya. "Bagiku
tetap sama seperti hamburger lainnya," gerutu Tecla
sebelum mulai menjejalkan tumpukan tebal hamburger itu ke dalam mulutnya.
?"" Apa sih yang istimewa dari boneka kumal ini"
Phillip meraih boneka kumal yang tergeletak sembarangan di lantai. Sepertinya terjatuh dari pelukan
Tecla. Phillip melirik ke arah Tecla yang sedang tertidur lelap di salah satu sofa. Kaki kiri Tecla terangkat
dan tersangkut di bagian kepala sofa, kaki kanannya
tertekuk, tangan kirinya menyangga kepalanya sementara tangan kanannya terkulai menyentuh lantai.
Phillip semakin geli melihat mulut Tecla yang menganga lebar.
Gadis itu beranjak merebahkan tubuh setelah
menghabiskan makan malamnya. Hanya butuhkan
waktu kurang dari tiga menit untuk mendengar suara dengkurannya mengalun. Phillip membolak-balikT129U
kan boneka kumal itu di tangannya. Boneka yang
selalu dibawa Tecla ke mana-mana. Bahkan ke kantor pun, boneka kumal ini selalu ada di dalam ranselnya.
Mimi. Itukah nama boneka ini" Phillip teringat
pernah tertidur sambil memeluk boneka kumal yang
apek ini. Apakah saat itu ia bisa benar-benar tertidur karena pengaruh Mimi" Phillip tertawa kecil
karena pikiran konyolnya. Insomnia yang dideritanya
akhir-akhir ini tidak mungkin sembuh berkat boneka dengan bercak noda air liur ini.
Phillip meletakkan Mimi di atas meja kopi lalu
meraih selimut yang tadi diletakkannya di salah satu
kursi. Phillip menghamparkan selimut di atas tubuh
Tecla. Tadi Ratna sudah beberapa kali meneleponnya,
khawatir Phillip memaksa Tecla untuk bekerja terlalu keras. Setelah mengatakan bahwa Tecla tengah
tertidur dengan pulas di rumahnya, Ratna terdengar
agak kesal dan memperingatkan Phillip dengan
berbagai nasihat. Phillip kembali tersenyum geli saat melihat rembesan air liur di sudut bibir Tecla. Rambut ikal Tecla
berserakan di sekitar wajahnya. Tangan Phillip bergerak tanpa sadar menggenggam sejumput rambut
Tecla. Aurora" Putri Tidur"
Phillip berusaha keras menahan tawanya. Julukan
yang diberikan Tatiana pada adiknya ini sangat tiT130U
dak cocok. Tidur Tecla yang pulas memang mirip
Putri Tidur, tapi laki-laki mana yang mau mencium
gadis yang tertidur sambil meneteskan air liurnya,
dan mengeluarkan suara dengkuran sekeras ini" Kalau pun ada yang berani menciumnya, Tecla akan
menendang atau bahkan mematahkan tulang rusuk
laki-laki itu. Phillip berdiri dan tetap memandangi wajah tidur
Tecla. Phillip tidak ingat lagi kapan terakhir kali ia
tidur selelap itu. Padahal ia sudah mencoba berbagai
cara bahkan menghentikan kebiasaannya meminum
kopi. Ia bahkan menghabiskan banyak waktu di atas
treadmill agar tubuhnya merasa lelah dan bisa tertidur karena kelelahan.
Hanya sekali. Sekali itu ia benar-benar tidur dengan lelap. Saat ia terlambat masuk kantor dan terpaksa naik sepeda motor bersama Tecla. Dan itu
saat ia tertidur dengan"
Phillip membalikkan tubuhnya dan menatap boneka kumal berambut ikal bernama Mimi. Phillip
mendesah sambil memijat tengkuknya dengan kasar.
Dia pasti sudah gila. "Tapi tidak ada salahnya dicoba," bisik Phillip
sebelum meraih boneka kumal itu dan bergegas menaiki tangga menuju kamar tidurnya.
?"" T131U "Aku bersumpah, Ana! Phillip mencoba mencuri
Mimi dariku!" Tecla meraung di depan teleponnya.
Tapi entah mengapa, sepertinya Tatiana tidak mempercayai sedikit pun penjelasannya. Tecla menduga,
ini merupakan bagian dari niat busuk Phillip.
Setelah malam perdamaian yang ditawarkan
Phillip beberapa hari yang lalu, Phillip sudah memperlakukannya dengan layak dan bersikap dengan
lebih baik. Tecla masih sering lembur dan melayani
semua perintah Phillip yang terasa sudah biasa dilakukannya. Phillip juga lebih sering menahan emosinya jika Tecla melakukan kesalahan. Tidak membentak, tapi juga tidak bersikap dingin lagi.
Yang membuat Tecla pusing tujuh keliling adalah
tingkah aneh Phillip yang berusaha merebut Mimi
dari tangannya. Saat menginap di rumah Phillip,
Tecla menemukan Phillip sedang tidur nyenyak sambil memeluk Mimi, boneka kesayangannya, dengan
erat. Dan semenjak itu, Phillip mulai bertingkah
seperti orang yang terobsesi pada Mimi.
Phillip mencoba menukar Mimi dengan boneka
baru yang lebih besar dan lebih bagus. Ketika Tecla
tidak mau menukarnya dan malah memberikan
boneka tersebut pada Safa, Phillip mencoba untuk


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membeli Mimi. Phillip mengejarnya dan memaksanya untuk membuka harga berapa pun untuk Mimi.
Tecla tidak habis pikir apa yang ada di dalam otak
T132U Phillip. Iblis jahat ini bahkan kepergok tengah berusaha mencuri Mimi dari ranselnya tadi malam.
Apakah ini usahanya untuk meluluhkan hati Tecla
untuk menyetujuinya sebagai calon kakak iparnya"
Jika memang iya, Tecla yakin Phillip mengidap suatu kelainan.
"Phillip tidak mungkin melakukan hal bodoh seperti itu, Tecla. Sekarang kamu ingin membuatku
percaya Phillip bertindak kekanak-kanakan seperti
itu?" Tecla mendengar suara kesal Tatiana. "Phillip
sudah menceritakan padaku usahamu untuk membuatnya terdengar buruk di mataku."
"Hah" Phillip mengatakan itu padamu?" Tecla
terperangah. "Dengar, aku tahu kamu masih sangat marah
padaku karena tidak memberitahumu masalah perjodohanku dengan Phillip dan karena aku memaksamu
untuk bekerja sebagai asisten Phillip." Tatiana menghela napas panjang. "Tapi aku dan Phillip benarbenar ingin saling mengenal satu sama lain. Phillip
terdengar sangat serius. Kami tidak berencana untuk
menikah besok kok. Tidak secepat itu. Kami baru
dalam tahap saling mengenal, Tecla. Kamu tidak
perlu panik. Aku tahu kamu hanya terlalu menyayangiku."
"Ya, aku sangat menyayangimu, Ana" desah Tecla
pelan. "Tapi aku juga tidak ingin kamu jatuh di dalam tekanannya. Pada hari pertama aku bekerja aku
T133U tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Aku
merasa Phillip terlalu menekanmu."
"Aku tidak akan membiarkannya menekanku. Percaya padaku." Tatiana mencoba meyakinkan Tecla.
Tecla tersenyum pahit karena usaha Tatiana untuk
meyakinkan dirinya tidak akan berhasil. Tecla sangat
mengenal kakaknya. "Jadi bisa kita hentikan pembicaraan konyol ini?"
tanya Tatiana lembut. "Ya. Aku tidak akan membicarakannya lagi. Mungkin ini hanya cara yang dipilih Phillip untuk bergurau. Mungkin aku harus memberinya kesempatan,"
ujar Tecla mengalah. Di seberang, Tatiana terdengar senang dengan
ucapan Tecla. "Jadi, apa yang sedang dilakukan
Phillip sekarang?" Suara Tatiana terdengar tidak bersemangat.
"Phillip sedang menghadiri rapat besar dengan
semua direktur, di lantai bawah." Tecla menelengkan
kepalanya dan melanjutkan, "Em, aku merasa ada
yang aneh. Peter adalah Presiden Direktur dan
Phillip hanya wakil. Tapi aku tidak pernah melihat
batang hidung Peter ataupun campur tangannya di
perusahaan ini. Seperti rapat ini contohnya. Bukan
Peter yang memimpin, tapi Phillip."
"Aku tidak tahu. Phillip tidak pernah membahas
masalah pekerjaan padaku. Tapi menurutku itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan. Phillip terlihat
T134U sangat menyukai pekerjaannya. Ia memiliki target
dan ambisi." Tecla menangkap suara Tatiana yang
menggantung entah karena apa dan mendesah pelan
sebelum melanjutkan, "Dan kenapa kamu sebagai
asisten pribadi Phillip, tidak hadir dan mendampingi
Phillip" Bukankah kamu harus membuntutinya
apalagi di saat seperti ini?"
Tecla berdecak kesal dan teringat perkataan mengejek yang keluar dari mulut Phillip beberapa saat
sebelum Phillip pergi menuju ke ruang rapat.
"Menurut Phillip, aku tidak berguna. Padahal aku
hanya salah menuliskan jadwal beberapa hari yang
lalu dan Phillip sudah menilaiku sangat rendah. Ia
juga mengatakan aku tidak bisa menuliskan memo
dengan benar. Jadi dia memutuskan untuk membuatku duduk di kursiku siang ini dan mengizinkanku
menggunakan telepon sesuka hatiku karena aku adalah calon adik iparnya." Tecla mengakhiri kekesalannya dengan tertawa keras.
"Kamu terdengar seperti sapi, Tecla." Tatiana menimpali dengan tawa yang sama. Di sela tawanya Tecla
mendengar suara yang semakin akrab di telinganya
apabila ia tengah menghubungi Tatiana. Suara siapa
lagi kalau bukan Michael. Laki-laki ini masih saja
berusaha mendekati Tatiana, pikir Tecla dalam hati.
Apa Tatiana masih belum menyadarinya"
"Oya, aku sedang sibuk, Tecla. Michael sudah datang menjemputku untuk menemaninya berbelanja.
T135U Michael memaksaku untuk membuatkan seragam
paduan suara untuk anak-anak panti asuhannya.
Bisakah kamu meneleponku lagi nanti?" Tecla mendengar suara Michael bertanya pada Tatiana tentang
siapa yang ada di balik telepon saat Tatiana tengah
berbicara dengannya. Tatiana terdengar riang saat
menjawab pertanyaan Michael.
"Oke. Aku akan menghubungimu nanti." Tecla
teringat sesuatu dan berkata cepat, "Kamu tidak
lupa, kan" Aku, Phillip, dan kedua orangtuanya akan
datang ke sana dua hari lagi."
Tapi terlambat. Tecla sudah mendengar suara telepon mendenging. Tatiana sudah memutuskan teleponnya. Tecla mendesah memandangi gagang teleponnya. Sudut matanya terpancing untuk menoleh
pada bayangan ransel yang setengah terbuka di sudut ruangan. Tecla meloncat berdiri dari kursinya
dan melangkah dengan pasti ke arah ranselnya. Kedua tangannya membukanya lebih lebar.
Mimi hilang! Ini pasti ulah Phillip! ?"" Tecla memandangi Tatiana menuruni tangga rumah
mereka dengan langkah anggun. Gaun pendek tanpa
tali berwarna merah manyala itu membalut tubuh
kakaknya dengan sempurna. Rambut panjang
T136U Tatiana tergerai indah. Kedipan iseng yang dilayangkan Tatiana padanya sesaat berganti kerutan, yang
diyakini Tecla karena Tatiana berhasil mendekteksi
wajah kusamnya. Senyuman ramah Ratna mengembang saat menatap Tatiana. Ratna bergegas memeluk erat gadis
cantik itu disusul suaminya, Hubert. Tecla melirik
Phillip yang terlihat sangat bangga.
Phillip benar-benar pantas bangga berhasil menggaet Tatiana. Entah mengapa Tecla merasa sangat
kesal. Orangtua Phillip tidak henti-hentinya memuji
Tatiana. Hubert dengan sangat sopan menyebutkan
"dua putri cantik" pada Stefan, ayah mereka. Tapi
Tecla yakin sebenarnya semua pujian itu hanya
ditujukan pada Tatiana. Semenjak ia mengetahui Nando menyukai Tatiana
dan bukan dirinya, ia tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa menandingi Tatiana. Hanya sayangnya, kakaknya tidak menyadari itu. Tecla mengerang, tidak
dapat menutupi rasa muaknya saat Phillip bangkit
dan mencium kedua pipi Tatiana.
Tecla buru-buru mengalihkan tatapannya pada
Ratna dan Laura yang tengah bercengkrama. "Tiap
hari Phillip bahkan merengek pada kami untuk secepatnya melamar Tatiana. Kami sebenarnya setuju
saja. Tapi mengingat mereka baru saling mengenal
selama dua bulan ini, kami rasa masih terlalu cepat,"
ujar Ratna. T137U Dua bulan"! Aku baru mengetahuinya sebulan
yang lalu, Tante Ratna, bisik Tecla dalam hati. Ia
memasang senyum yang dibuat-buat dan berpurapura menyimak obrolan kedua orangtuanya dengan
orang tua Phillip. Tentu saja semua terlalu cepat, Tecla melirik
Phillip penuh rasa penasaran. Apa yang membuat
Phillip begitu bersemangat dengan perjodohan ini"
Phillip yang meminta sendiri pada Tante Rina, teman dekat orang tuanya, untuk dicarikan calon istri
yang cocok untuknya. Apakah karena ia tidak ada
waktu untuk mencari calon istri sendiri"
Tecla memperhatikan Stefan yang menepuk-nepuk
bahu Phillip dan menasihatinya tentang arti sebuah
pernikahan. Kedua orangtuanya sangat menyayanginya dan Tatiana. Tecla yakin pasti berat bagi mereka
jika Tatiana benar-benar menikah dengan Phillip
dan harus tinggal berjauhan.
Phillip sendiri sudah jelas mengatakan padanya
tentang rencananya memboyong Tatiana ke rumahnya setelah mereka menikah. Tecla memejamkan
matanya mencoba membayangkan Tatiana yang duduk di ruangan dapur itu dan bukan dirinya.
Tatiana juga yang menemani Phillip membuat hamburger Jerman yang sangat enak itu dan bukan dirinya.
"Saya tidak main-main, Om. Saya sangat serius
melanjutkan hubungan dengan Tatiana ke jenjang
T138U perkawinan, secepat mungkin." Ucapan serius yang
dilontarkan Phillip menanggapi nasihat Stefan membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkejut
dan terdiam untuk beberapa saat.
Tecla menatap Phillip dengan emosi yang tidak
dikenalnya. Perutnya terasa bergolak. Matanya memperhatikan raut wajah Phillip dan Tatiana bergantian.
Wajah Tatiana yang tadinya cerah mendadak kaku.
"Kamu juga sudah yakin kan, Tatiana?" Phillip
tersenyum namun tatapannya tajam pada Tatiana.
Tecla tahu Phillip sedang menekan Tatiana, mencoba
memaksa gadis itu menyetujui ucapannya. Tatiana
geram namun tetap berusaha menahan emosinya.
Saat Tatiana mengangguk setuju dengan gumaman
yang tidak jelas, Phillip tampak tersenyum puas.
Tecla hanya bisa menggeleng tidak percaya, astaga!
Bayangan Phillip melangkah sambil mengandeng
tangan Tatiana ke depan altar gereja membuat perut
Tecla semakin melilit mulas. Tecla tidak mengerti
apa yang sedang dirasakannya" Marah karena Phillip
menekan Tatiana secara psikologis atau karena bayangan kedua orang itu menikah"
"Kita harus merencanakan kapan kita akan melamar dengan resmi. Lalu mengumumkan pertunangan
mereka." Ratna dan Laura yang duduk berhadapan
mengangguk-angguk dengan mata berbinar bahagia.
"Sebaiknya kita merencanakan pertunangan dulu,"
lanjut Hubert tampak tersenyum senang. "Kalian
T139U sudah menentukan kapan kalian ingin mengumumkan pertunangan kalian?" Hubert melemparkan
pandangan ke Phillip dan Tatiana bergantian.
Phillip menegakkan tubuhnya dan menjawab dengan mantap, "Saya kira bulan Juni waktu yang pas
untuk pertunangan, sehingga bulan Juli kami bisa
langsung mengadakan upacara pernikahan. Untuk
tanggalnya, mungkin kami akan menyerahkannya
Papa dan Mama." "Juli" Tahun ini?" Tecla mengagetkan semua
orang dengan pekikannya. Sementara Tatiana yang
duduk di samping Phillip terlihat seperti orang linglung, menatap setiap wajah yang ada di ruangan itu
satu per satu. Tecla merasakan semua orang yang ada di ruangan itu sama terkejutnya seperti dirinya. Tapi tidak
ada yang bereaksi. Tecla mendesah, menyandarkan
punggungnya kembali ke sofa dan berpikir keras.
Apa yang sedang dipikirkan Phillip" Laki-laki itu tidak tampak tergila-gila pada Tatiana hingga tidak
tahan untuk segera menikahinya. Tecla begitu yakin
bahwa ada sesuatu yang tidak beres sehingga membuat Phillip mempercepat pernikahan ini.
Tecla semakin bertekad mencari tahu. Phillip adalah iblis licik yang selalu memikirkan keuntungan.
Dua minggu penuh bersama Phillip, sudah bisa
membuat Tecla tahu watak Phillip. Tecla menyipitkan
matanya, menghitung hari sebelum bulan Juni tiba.
T140U Tiba-tiba Phillip menegakkan tubuhnya lagi dan
dengan formal meminta izin pada kedua orangtuanya. Stefan dan Laura juga terlihat bingung.
"Karena kita semua sudah berkumpul di sini. Bagaimana kalau sekarang saya melamar Tatiana" Saya
belum pernah melakukan ini sebelumnya. Tradisi
seperti apa yang seharusnya dilakukan. Malam ini
di hadapan kedua orangtua saya, saya meminta izin
kepada Tante Laura dan Om Stefan untuk melamar
Tatiana sebagai calon istri saya." Ucapan Phillip lantang dan berwibawa sebelum menunduk hormat
pada kedua orangtuanya. Tecla terperangah. Kedua pasang orangtua itu berdiri dengan suka
cita. Stefan memeluk hangat Phillip dan menepuk
punggungnya dengan akrab. Laura berpelukan erat
dengan Ratna. Mereka berempat saling berseru gembira. Saling melemparkan kalimat-kalimat yang tidak
dimengerti Tecla. Phillip tersenyum penuh kemenangan. Iblis itu terlihat seperti sudah memenangkan
satu transaksi besar yang sangat berpengaruh untuk
perusahaannya. Semua orang tampak larut dalam kebahagiaan
mereka sendiri hingga sepertinya tidak ada lagi yang
memperhatikan Tatiana, apalagi dirinya. Tecla menghampiri kakaknya yang masih berada di posisi yang
sama, berdiri dengan pandangan mata yang kosong.
T141U Wajah Tatiana terlihat memucat. Tecla menepuk
pelan bahu Tatiana untuk menyadarkannya. Seharusnya Tatiana gembira mendengar rencana pertunangan dan pernikahannya, tapi Tecla tidak menemukan
setitik kegembiraan pun di wajah Tatiana.
"Kamu sakit, Ana?" tanya Tecla cemas saat menyadari kedua mata kakaknya sudah berkaca-kaca. Gerak tangan Tatiana yang terangkat ke arahnya seakan
menginginkan pelukan. Tecla yakin, ekspresi Tatiana
bukan pertanda kebahagiaan.
Phillip menghampiri mereka tepat saat Tecla berniat memeluk Tatiana. Tanpa basa-basi Phillip langsung menarik tangan Tatiana yang setengah terangkat dan melingkari pinggangnya.
"Ayo, Ana! Mereka sudah menunggu kita di ruang
makan. Mamaku ingin menanyakan rancangan gaun
pengantin seperti apa yang kamu inginkan nanti."
Tecla memandang tangan Phillip yang menahan
tangan Tatiana agar tidak melepaskannya. Sekarang
bukan hanya perutnya saja yang mulas tapi entah
mengapa hatinya juga seperti terpilin. Tecla melengos dengan cepat dan berbalik melangkah menuju
ruang makan. Suara Phillip dan Tatiana yang tengah
berbisik-bisik dari balik bahunya semakin membuat
nyeri di ulu hatinya. Tecla mengempaskan tubuhnya di atas kursi yang
ditarik serampangan, membuat Stefan menoleh dan
menaikkan alisnya dengan maksud memperingatkan
T142U sikap tidak sopannya. Sementara Ratna dan Laura
masih berbincang penuh semangat.
"Belum lima menit, tapi lihat Stefan, Ratna dan
Laura sudah mulai membicarakan tiap detailnya."
Hubert tertawa renyah. "Bagaimana jika kita mulai saja makan malam
ini" Bisa-bisa kita menunggu sampai pagi kalau kedua perempuan ini tidak dihentikan." Stefan mengangkat salah satu tangannya pada Laura. Hubert
mengangguk setuju. Ratna terkekeh sebelum berkata, "Sepertinya
Phillip tidak membuang kesempatan. Mereka berdua
masih berada di ruang keluarga. Sebaiknya kita juga
mengingatkan mereka."
Tecla mengeluarkan suara tercekik. Stefan kembali
menatapnya dengan bingung. Tecla meraih gelasnya
dan berpura-pura tidak memperhatikan saat Ratna
dan Laura kembali menuju ruang keluarga dan
menghentikan obrolan Phillip dan Tatiana. Entah
apa lagi yang coba Phillip katakan atau tekankan
pada Tatiana. Ada sesuatu yang salah, pikir Tecla sambil memandangi gelas minumannya. Tapi semoga itu bukan
karena dirinya merasa cemburu pada Tatiana, kakaknya sendiri.
?"" T143U Phillip duduk bersebelahan dengan Tecla di ruang


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tunggu dan menanti petugas penerbangan memanggil penumpang untuk memasuki pesawat yang akan
membawa mereka kembali ke Jakarta.
Tiga hari sejak ia meminta izin untuk menikahi
Tatiana, sejak itu pula Tecla selalu bertingkah aneh
padanya. Terkadang ia memergoki Tecla sedang memandang marah padanya atau sedang memperhatikan tiap pembicaraannya dengan Tatiana.
Phillip kembali ke Jakarta lebih awal dan meninggalkan kedua orangtuanya melanjutkan pembahasan
tentang persiapan pernikahannya. Sepertinya rencana yang disusunnya berjalan lancar. Orangtuanya
dan orangtua Tatiana begitu antusias dan sangat
gembira. Mereka berempat membawa Tatiana berkeliling mengunjungi toko pernak-pernik pernikahan.
Mereka bahkan meninggalkan Phillip dan Tecla
begitu saja di depan bandara agar bisa membawa
Tatiana mengunjungi pameran pernikahan.
Phillip membentangkan korannya dan mencoba
fokus pada berita yang tercetak di hadapannya. Tapi
tidak satu pun kabar yang bisa ia cerna. Tecla yang
duduk di sebelahnya justru membetot perhatiannya.
Matanya melirik Tecla yang asyik berbicara lewat
ponsel dengan seseorang yang terdengar bernama
Jasper. Laki-laki lain rupanya, pikir Phillip. Kemarin
Nando sang aktor. Sekarang, siapa lagi Jasper ini"
"Sepertinya aku tidak bisa menonton konsermu,
T144U Jasper. Aku sudah bekerja full-time sekarang." Tecla
mendesah pelan. Phillip memperhatikan dan diam-diam menguping
pembicaraan Tecla. Konser" Jasper penyanyi" Phillip
memiringkan kepalanya. "Ya, untuk sementara ini aku memang tinggal di
Jakarta. Tapi kamu tahu sendiri, kan?" Tecla sengaja
melirik Phillip dengan kesal. "Bosku selalu punya
cara untuk membuatku lembur. Aku tidak punya
waktu untuk bersenang-senang."
Phillip mengeluarkan suara mengejek sambil membalikkan halaman koran. "Tapi bosmu ini memberimu banyak waktu untuk merayu aktor dan sekarang
penyanyi," ujar Phillip sambil tersenyum mencibir.
Tecla membalas dengan pandangan sinis pada
Phillip. "Yah, memang sayang sekali. Lain kali aku
pasti akan datang. Sebaiknya kamu melanjutkan latihanmu. Sampaikan salamku pada yang lain, Jasper.
Terutama pada Billy. Sampaikan maafku karena tidak bisa datang di hari pernikahannya. Tapi aku
sempat melihat beritanya di televisi. Oke, sampai
nanti." Jemari Tecla menekan tombol untuk mengakhiri sambungan telepon lalu meletakkan ponselnya
di pangkuan. Phillip meliriknya dengan penuh rasa
ingin tahu. Jasper. Billy. Konser. Phillip memutar isi kepalanya. Jasper dari grup band itukah" Phillip tidak
T145U menyadari ia telah menyuarakan pikirannya dan
membuat Tecla berbalik memandangnya.
Dalam jarak sedekat itu, Phillip dapat melihat
panjangnya bulu mata yang membingkai mata indah
Tecla. Meski wajahnya polos tanpa riasan, ia harus
mengakui gadis yang ada di hadapannya ini terlihat
memiliki kecantikan yang natural. Phillip tertegun
saat menyadari kedua mata Tecla yang bulat terlihat
sangat menarik. Apa ia yang salah melihat atau memang sejak dulu bola mata Tecla memang berwarna
cokelat" "Iya. Jasper yang terkenal itu," jawab Tecla singkat.
Sesaat Phillip tergeragap. Jawaban Tecla membuyarkan perhatiannya. "Kemarin Nando. Lalu sekarang
Jasper. Untuk ukuran seorang asisten yang hanya
menghabiskan waktu di kantor, sepak terjangmu boleh juga. Aku heran bagaimana kamu bisa mengenal
mereka." Phillip menggelengkan kepalanya dan
kembali membentangkan koran dan berpura-pura
membaca salah satu berita.
"Nando teman kami sejak kecil. Ana juga berteman dekat dengannya. Sedangkan Jasper, aku mengenalnya sewaktu menghabiskan liburan sekolah di
Jakarta saat aku masih SMA. Saudara sepupuku,
Eirwen, juga model. Sementara tanteku perancang
busana yang cukup ternama. Aku mengenal banyak
public figure dari mereka. Terkadang aku membantu
tanteku di bagian marketing, mencari sponsor untuk
T146U acara pagelaran busananya," jelas Tecla sambil memainkan ponselnya.
Phillip berusaha agar dirinya terlihat tidak tertarik dengan penjelasan Tecla. Phillip memaksa matanya untuk membaca salah satu berita tentang perampokan. Untuk beberapa saat mereka terdiam. Phillip
bisa merasakan Tecla masih memperhatikannya.
Phillip berdeham berbarengan dengan ponsel
Tecla yang kembali berbunyi. Spontan Phillip berbalik menatap Tecla yang tengah menunduk untuk
memeriksa siapa yang tengah menghubunginya. Senyum Tecla langsung mengembang saat melihat layar ponselnya dan bergegas menempelkan benda itu
ke telinganya. "Hai" Hendra! Aku sudah dengar kabar dari
Merry, katanya kamu masuk dalam jajaran Tim
Thomas Cup. Selamat ya!" sapa Tecla riang.
Phillip terperangah tidak percaya. Hendra Setiawan" Atlet bulu tangkis ganda putra yang terkenal
itu" Phillip memaksakan matanya untuk kembali
menatap koran yang dipegangnya. Tatapannya beralih pada halaman yang tengah terbuka dan semakin
terperangah melihat ulasan profil Hendra Setiawan
menghiasi hampir separuh halaman.
Phillip mendengus lalu melipat koran yang dipegangnya dengan kesal.
?"" T147U Phillip memutar tubuhnya menatap indahnya pemandangan kota Jakarta di malam hari yang terbentang
di bawah. Larry melangkah perlahan menghampiri
Phillip sambil memijat tengkuknya. Di samping kanannya, Aditya berdiri dengan pandangan lurus ke
depan. "Bagaimana perjalananmu Larry?" tanya Phillip
tanpa mengalihkan pandangannya.
"Sangat baik. Kontrak kerja sama antara BriarRose Feather Mattress dengan salah satu hotel milik
Mr. Shjong berjalan dengan lancar. Laporannya ada
di atas mejamu. Kita berhasil membuktikan BriarRose Feather Mattress sudah bukan lagi duri dalam
daging bagi Briar-Rose Group." Larry tersenyum
bangga. "Oya, aku juga bertemu dengan saudara sepupumu yang mengerikan itu. Dia juga sedang melakukan perjalanan bisnis. Sepertinya ia berencana
melepaskan status single-nya dalam waktu dekat."
"Oya" Pasti Demetri yang kamu maksud. Aku harus menanyakan hal itu padanya." Phillip mengangguk pelan.
"Bagaimana kabar Tatiana, Phillip?" tanya Aditya
tiba-tiba. Phillip melirik Aditya dengan senyum penuh
kemenangan." Semua berjalan lancar. Bulan Juni
kami akan bertunangan, lalu bulan Juli kami akan
menikah. Secara besar-besaran tentunya. Jika semua
berjalan sesuai dengan yang aku inginkan, pada
T148U akhir tahun aku dan Tatiana akan merayakan jabatan baruku sebagai Presiden Direktur Briar-Rose
Group." Phillip tersenyum penuh percaya diri pada
kedua orang lelaki yang kini menjadi tangan kanannya.
Sebenarnya dulu Larry dan Aditya bekerja sebagai
asisten pribadi Peter. Tapi semenjak Peter terkesan
tidak lagi ambil pusing dengan apa yang terjadi di
kantor, Larry dan Aditya yang sama-sama merupakan pekerja keras itu berbalik mendukung Phillip.
Mereka bertiga seakan memiliki tekad yang sama
dalam menjalankan Briar-Rose Group. Dan selama
beberapa tahun ini mereka bertiga membangun
hubungan lebih dari sekadar atasan dan bawahan.
"Tatiana langsung menyetujui rencana pertunangan itu?" Larry mengerutkan dahinya.
"Bisa dibilang aku harus mengeluarkan usaha
yang lebih besar daripada yang kukira untuk membuatnya setuju. Tatiana agak susah diyakinkan. Ia
tidak seperti perempuan lain yang pasti langsung
setuju begitu aku melamarnya. Tapi usahaku tidak
sia-sia. Tatiana benar-benar sempurna." Phillip menatap Larry dengan dagu terangkat penuh kebanggaan.
"Aku tetap merasa semua ini salah," tandas Aditya.
Phillip sontak berbalik menatap Aditya. Sebenarnya
Phillip menyukai sikap terus terang Aditya yang selalu
jujur mengemukakan semua keberatannya. Tapi ada
T149U kalanya Phillip ingin Aditya menyimpan keberatannya
jauh di dalam kepala dan hatinya sendiri.
"Seperti yang kubilang sebelumnya," lanjut Aditya.
"Aku tidak keberatan dengan niatmu merebut kursi
Peter. Kakakmu jelas tidak tertarik menjalankan
perusahaan ini. Tapi lain halnya dengan Tatiana.
Kamu tidak bisa memanfaatkannya untuk membalaskan dendammu pada Sabina." Aditya menatap
Phillip dengan tajam. "Aku menghargai pendapatmu, Aditya. Awalnya,
aku memang ingin membalas apa yang sudah dilakukan Sabina padaku. Tapi setelah mengenal
Tatiana?" Phillip menggantung kalimatnya. Otaknya
berpikir dan berusaha mencari kata-kata yang pas
untuk diucapkan. "Kamu sudah jatuh cinta padanya, Phillip?" Larry
menepuk bahu Phillip dengan keras. "Oh, tolong
jangan katakan hal berbau sentimental itu! Phillipku sudah jatuh cinta. Apa Tatiana sudah mengendalikanmu?"
Kalimat terakhir Larry menyinggung perasaan
Phillip. Ia langsung berbalik memandang Larry dengan tatapan sengit. "Aku tidak dikendalikan siapa
pun, Larry! Dan aku juga tidak sedang jatuh cinta
pada Tatiana." Phillip tampak berusaha mengendalikan emosinya, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Tapi sekarang, aku merasa mulai menyukainya. Dia
tidak seperti perempuan kebanyakan. Dengan panik
T150U ia mengaku hanya melihat daftar kekayaanku saat
kami pertama kali bertemu. Aku yakin ia berkata
seperti itu hanya untuk membuat aku mundur."
"Ia bilang begitu?" tukas Larry penuh rasa ingin
tahu. "Aku jadi penasaran dengan gadis ini. Apakah
ia cantik seperti Tecla?" Larry tersenyum lebar.
"Tidak. Tidak. Mereka sangat bertolak belakang.
Tecla sembrono. Sama sekali tidak anggun dan tidak
bisa membawa dirinya. Ia tidak tahu cara mengatur
penampilan. Tomboi, kasar, bahkan berani berkelahi
melawan laki-laki. Ia bisa tertidur di sembarang tempat. Apakah kalian pernah mendengar dengkurannya
yang keras" Belum lagi air liurnya yang menetes saat
tertidur dan menempel di boneka kumal yang ia
bawa ke mana-mana. Urusan dapur hanya bisa membuat kue kering. Dan yang paling aku tidak suka
adalah sifatnya yang senang merayu laki-laki."
Phillip memaparkan semua keburukan Tecla dengan
fasih dan berapi-api. Larry dan Aditya mendengarkan rentetan kalimat
Phillip sambil tercengang. Keduanya berpandangan
lalu menatap Phillip dengan bingung.
"Sepertinya kamu mengenal Tecla lebih baik daripada Tatiana," selidik Aditya. "Kamu hanya mengucapkan kecantikan dan keanggunan Tatiana. Tapi
kamu mampu menceritakan tentang Tecla secara
detail nyaris tanpa berhenti."
Ucapan Aditya seperti tonjokan keras di ulu hati
T151U Phillip. Membuatnya terperangah lalu terdiam tanpa
mampu menjawab apa-apa. ?"" Tecla tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya. Ia terduduk di belakang meja dengan tatapan kosong pada layar komputernya.
Tadi ia meminta izin pada Phillip untuk turun
sebentar ke minimart yang ada di gedung sebelah
dan membeli makan ringan untuk mengganjal perutnya. Saat kembali, ia memandang ke dalam ruang
kerja Phillip, melihat punggung ketiga lelaki itu
sedang mengagumi pemandangan kota sambil berbincang-bincang.
Awalnya Tecla berniat untuk menawarkan makanan ringan yang barusan dibelinya. Setelah meletakkan kantong plastik belanjaannya, Tecla mendorong
pintu kaca ruangan Phillip dengan hati-hati, karena
sudah berulang kali diperingatkan oleh Phillip untuk
membuka pintu dengan perlahan. Kali ini ia cukup
berhasil, karena ketiga lelaki itu benar-benar tidak
menyadari kehadirannya. Dan saat itulah Tecla mendengarkan setiap kalimat
Phillip dengan sangat jelas. Ia menggigil kaget dan
menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Astaga, inikah yang disembunyikan Phillip selama ini"
Phillip berencana merebut kursi presiden direktur dari
T152U tangan Peter dan hanya menggunakan Tatiana sebagai
alat untuk membalas dendam pada Sabina.
Tapi apa yang sudah dilakukan Peter dan Sabina
pada Phillip" Apa yang membuat Phillip begitu
ingin membalas dendam pada mereka berdua"
Phillip bahkan membenci Safa.
Tecla sudah tidak mau mendengar kelanjutan
pembicaraan ketiga laki-laki itu. Dengan perlahan
ditariknya pintu ruang kerja Phillip sampai menutup. Ia merasa pusing. Kalimat-kalimat yang diucapkan Peter kembali berputar.
Dia terlalu berbeda dari Tatiana, entah mengapa
hatinya nyeri mendengar kenyataan yang diucapkan
Phillip. Air matanya mulai merebak. Apa yang sedang ia tangisi" Apa yang telah membuatnya dadanya terasa sakit" Kenyataan Phillip yang mengakui
memang berniat menggunakan Tatiana untuk balas
dendam atau karena perkataan Phillip yang membandingkan dirinya dengan Tatiana"
Tecla berlari ke toilet tepat saat pintu ruang kerja
Phillip terbuka. Larry dan Aditya melangkah keluar
dari ruangan Phillip. Tecla mendengar suara Larry
yang menyapanya dengan riang. Tecla duduk di atas
toilet dan mulai menumpahkan tangisnya.
Di luar suara Phillip terdengar keras sampai ke
dalam toilet. "Sebaiknya kalian tidak usah peduli
padanya. Mungkin dia ngambek karena tidak bisa
tidur lebih cepat hari ini."
T153U ENAM ecla merasakan ketegangan meliputi wajah Ratna
selama tiga minggu terakhir semenjak tiba dari Surabaya. Tecla sudah mendengar peringatan tegas Phillip
pada orangtuanya untuk merahasiakan terlebih
dahulu rencana pertunangan dan pernikahannya
dengan Tatiana dari siapa pun tanpa terkecuali.
Mungkin ini juga salah satu bagian dari rencana
Phillip untuk membalas dendamnya pada Sabina,
pikir Tecla. Kebetulan Peter membawa Sabina dan
Safa pergi berlibur. Sedangkan Patrick sudah menempati apartmen miliknya sendiri sejak Ratna dan
Hubet kembali dari Surabaya. Beberapa kali Patrick
datang mengunjungi Ratna, dan tampak sekali Ratna
berusaha keras untuk menyimpan kabar gembira itu.
Yang pasti kabar pertunangan dan pernikahan ini
bukan kabar gembira bagi Tecla.
T154U Apa yang sedang direncanakan Phillip dengan
menyembunyikan berita ini" Bukankah ia hanya
ingin membalas dendam pada Sabina" Bukankah
Phillip tidak sabar untuk segera memamerkan
Tatiana kepada semua orang" Lalu kenapa sekarang
Phillip malah berusaha keras agar tidak ada orang
lain, terutama kedua saudara laki-lakinya dan
Sabina, tahu tentang berita ini"
Selama tiga minggu ini juga Tecla berusaha mencari tahu lebih banyak. Baik itu tentang apa yang
sedang direncanakan Phillip, atau kesalahan apa
yang sudah dilakukan Peter dan Sabina padanya.
Ia sudah berusaha memancing obrolan dari


Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ratna. Tapi tidak ada hasil sama sekali. Ratna sudah
terlalu pusing dengan segala persiapan acara pertunangan ini. Phillip sudah memilihkan salah satu
wedding planner ternama, tapi sepertinya Tatiana
sudah membuat semua berjalan lambat.
Sempat juga Tecla mencuri dengar, betapa Tatiana
sudah membuat Phillip, Ratna, dan Laura pusing
tujuh keliling. Lari dari jadwal pengukuran badan,
menghilang di tengah-tengah acara pemilihan menu
katering, menolak semua desain undangan dari
percetakan, dan entah apa lagi yang sudah dilakukan
Tatiana. Tecla tidak habis pikir betapa kedua orangtua mereka tidak menyadari Tatiana sedang mengulur-ulur waktu.
Sebenarnya Tecla tidak menuduh kedua orangtuaT155U
nya sebagai orangtua yang tidak menyayangi putri
mereka. Tecla tahu sebesar apa kasih sayang Stefan
dan Laura pada mereka berdua. Tapi tidak dapat
dipungkiri, betapa sibuk keduanya menata karier
dan membuat minimnya kesempatan mereka untuk
meluangkan perhatian pada Tatiana dan Tecla.
Bukti kesuksesan kedua orangtuanya terbukti dengan bisnis family hotel dan restoran mewah yang
dimiliki Stefan dan posisi penting yang dijabat Laura
di perusahaan tempatnya bekerja saat ini.
Puncak ketegangan adalah saat kedua orangtua
Tecla menyerah dan memenuhi undangan keluarga
Phillip untuk merencanakan acara pertunangan ini
di Jakarta tanpa kehadiran Tatiana.
Tecla menahan diri agar tidak melonjak gembira
saat kedua orangtuanya mengabarkan bahwa Phillip
harus rela memundurkan rencana pernikahannya
dari bulan Juli menjadi September. Rencana pesta
pertunangan yang sudah diputuskan akan diadakan
bertepatan dengan hari ulang tahun Tatiana di bulan
Juni, juga terpaksa diundur. Semua ini karena
Tatiana bersikeras merayakan pertunangan dan
pernikahannya di Palace Family Hotel and Villas milik papanya. Sementara semua tanggal baik di bulan
Juli sampai Agustus sudah dipesan pelanggan jauhjauh hari sebelumnya.
Phillip terlihat mampu menahan emosinya dengan
sempurna di depan kedua orangtuanya dan kedua
T156U orangtua Tecla saat mendengar berita itu. Tapi beberapa hari kemudian Tecla sudah mendengar usaha
Phillip merayu Tatiana untuk mengganti tempat resepsi agar mereka tetap bisa menikah di bulan Juli.
Tecla sedang melamun dan menunggu jam kerjanya berakhir saat Phillip keluar dari ruang kerja lalu
menghampirinya. Sesaat Tecla bingung, ketika lakilaki itu dengan senyum ramah mengajaknya untuk
makan malam di luar. Sepanjang perjalanan Tecla memutar otak. Pasti
ada sesuatu yang sedang direncanakan Phillip padanya sampai-sampai iblis satu ini mengajaknya makan
malam di luar. Di luar jendela hanya menawarkan
pemandangan padatnya kendaraan. Tecla melirik ke
arah Phillip, ia terlihat santai dan tenang menembus
jalanan dalam diam Raut wajah Phillip tidak terbaca. Tidak terlihat
kerutan amarah atau senang. Tecla melirik sekali
lagi untuk menganalisis. Apa Phillip sudah benar-benar dibuat stres oleh semua yang dilakukan Tatiana"
Tecla teringat segala bujuk rayu Phillip yang sama
sekali tidak digubris Tatiana. Kakaknya bersikeras
dengan keputusannya untuk tidak mengganti tempat
resepsi pernikahan. Ia malah meminta Phillip untuk
berjalan perlahan dengan mengumumkan pertunangan terlebih dahulu.
Apakah karena penolakan Tatiana, Phillip menjadi
T157U tertekan" Apakah selama ini Phillip tidak pernah
mengalami penolakan"
Phillip menghentikan mobilnya di depan lobi
Briar-Rose Hotel dan tanpa basa-basi menyeret Tecla
ke private room yang disediakan hotel tersebut. Tecla
mengomel panjang lebar karena Phillip membawanya
ke sana tanpa tidak memberi waktu untuk berganti
pakaian. Seperti biasa, Phillip memasang tampang
tak peduli dan tidak mengeluarkan sepatah kata
pun. Phillip tetap membisu selama mereka menikmati
makan malam, membuat kedongkolan Tecla nyaris
meledak karena bosan. Seharusnya ia tidak begitu
saja menyetujui ajakan Phillip. Laki-laki ini pasti
sedang membalas penolakan Tatiana dengan menghukumnya sekarang. Tapi di satu sisi, hukuman ini
tidak buruk juga, pikir Tecla saat melihat seorang
pelayan meletakkan sederatan makanan penutup
yang dipesannya. Tecla menghitung semua pesanannya satu per
satu. Cr"me Brulee, Chocolate Mousse, Napoleon,
Chocolate Eclairs, Apple Tarte Tatin, Lemon Meringue
Pie, Cherry Clafoutis hm, yummy. Tecla sudah lupa
keberadaan laki-laki yang tengah menatapnya
dingin. Mata Tecla mengerjap saat kelembutan
Cr"me Brulee membelai lidahnya.
"Tujuh menu dessert?" Untuk pertama kalinya
Phillip mengeluarkan suara, memecahkan keheningT158U
an. "Aku heran bagaimana bentuk tubuhmu tidak
sebesar sapi," sindir Phillip.
Pelayan yang sedang menyuguhkan secangkir teh
hangat untuk Phillip menunduk menahan senyumnya saat mendengar celetukan Phillip.
Tecla mendongak dan tidak ambil pusing atas
reaksi pelayan itu, lalu gantian mendelik ke arah
Phillip. Tecla sampai merasa perlu meyakinkan dirinya apakah yang barusan ia dengar itu benar-benar
suara Phillip. "Jelas saja. Hotel sebesar ini selalu menghidangkan
makanan dalam porsi kecil, Phillip." Tecla membela
diri. "Lihat pie ini! Hanya sepotong kecil, hanya
garnish-nya yang besar. Mangkuk Cr"me ini juga,
kecil sekali. Tujuh porsi dessert ini hanya akan menempati sepertujuh bagian ususku sebelum aku mengeluarkannya besok pagi." Tecla terkekeh sambil
menyeka ujung bibirnya. Phillip tergelak sebelum mengangkat cangkir dan
menghirup teh herbalnya. Tawa Phillip sontak membuat Tecla heran. Sepanjang hari ini Phillip lebih
banyak diam, memandangnya dengan tatapan aneh
atau hanya tersenyum samar.
"Sepertinya kakakku sudah membuatmu pusing,
Phillip." Tecla mencoba membuka pembicaraan
dengan santai. Tangannya menggeser piring kecil
yang sudah kosong ke ujung meja. "Apa kamu tidak
T159U merasa Tatiana seperti berusaha melarikan diri dari
rencana pernikahan kalian?"
"Tidak. Tatiana tidak melarikan diri. Itu hanya
ketegangan. Atau, aku bisa bilang itu hanya kepanikan yang biasa dirasakan kebanyakan calon
mempelai." Phillip menyandarkan tubuhnya dengan
santai, mencoba membantah dugaan Tecla.
Entah bagaimana, ucapan Phillip membuat Tecla
meradang. Ia menatapnya Phillip geram.
"Katakan dengan jujur, Phillip. Ada apa dibalik
semua ini!" Tangannya membanting garpu kecil
yang sedari tadi dipegangnya ke atas meja. Tecla tidak peduli dengan gerakan alis Phillip yang tertarik
ke atas seakan menghina kelakuannya yang tidak
sopan. Untung saja ini ruangan private, pikir Tecla
dalam hati. Tidak akan ada orang yang melihatnya
nanti saat ia menonjok wajah lelaki menyebalkan di
hadapannya ini. "Kenapa kamu begitu memaksa
ingin secepatnya menikah" Asal kamu tahu, Phillip,
aku sudah mendengar pembicaraanmu dengan Larry
dan Aditya tentang niatmu untuk membalas dendam
pada Sabina!" Tecla menantang Phillip, kedua tangannya terlipat di depan dadanya.
Phillip terperangah. Rahangnya mengeras dengan
pandangan nyalang menatap Tecla penuh amarah.
Tecla menyipitkan matanya menyiratkan kemarahan
yang sama. "Apa yang kamu dengar, Tecla?" desis Phillip.
T160U "Semuanya. Tentang rencanamu merebut jabatan
Peter dan niatmu membalas dendam pada Sabina
dengan menggunakan Tatiana." Tecla menjawab dengan tegas dan berusaha menekan emosinya menjaga agar nada suaranya tidak bergetar.
"Dan kamu mengatakan semua itu pada Tatiana?"
sergah Phillip. "Apakah karena itu Tatiana selalu?"
Phillip mengertakkan giginya dengan penuh emosi.
"Tidak. Aku belum mengatakannya pada Tatiana,"
potong Tecla cepat. "Tatiana mengulur semua rencana pertunangan ini karena alasannya sendiri. Entah
apa alasannya, aku juga tidak tahu."
"Tapi kenapa?" Maksudku, kenapa kamu tidak
langsung mengatakannya pada Tatiana?" Phillip
mengangkat dagunya sambil mengerutkan dahinya
penuh tanya. "Karena", aku juga mendengar pengakuanmu
pada Larry dan Aditya kalau kamu mulai menyukai
kakakku." Nada suara Tecla berubah lirih.
Phillip tersenyum penuh kemenangan mendengar
jawaban Tecla. Phillip mencondongkan tubuhnya ke
depan dan menatap Tecla dengan penuh keyakinan.
"Keputusan yang sangat bagus. Itu benar. Aku
memang menyukai Tatiana. Perkembangan yang sangat baik, bukan" Kamu tidak perlu cemas. Aku serius saat mengatakan bahwa aku takkan pernah
menyakiti Tatiana." Mata Phillip semakin tajam
menghunjam Tecla. "Dan untuk masalah keluarga
T161U antara aku, Peter, dan Sabina, kamu tidak punya hak
untuk mencampurinya." Phillip merendahkan suaranya berusaha membuat lawan bicaranya merasa terintimidasi. Sebelum melanjutkan ucapannya, Phillip
berdeham lalu menangkupkan kedua tangannya di
atas meja "Sebenarnya ada alasan dibalik acara makan malam kita ini," ujar Phillip, sengaja menggantung kalimatnya untuk menunggu reaksi Tecla.
Tecla menaikkan alisnya penuh perhitungan. Alasan. Tentu saja ada alasan, cibir Tecla dalam hati. Ia
mencondongkan tubuhnya dan menatap Phillip
lekat-lekat. "Aku sudah tahu itu, Phillip. Katakan
saja apa maumu," tandas Tecla ketus.
Phillip menarik napas. "Begini, kamu kan sudah
mendengar aku mulai menyukai Tatiana. Sangat
menyukainya malah. Dan aku tahu sebagai kakakadik, hubungan hubungan kalian sangat dekat. Maksudku mengajakmu makan malam ini adalah untuk
membicarakan kebaikan hatimu untuk meyakinkan
Tatiana, agar tetap pada rencana semula. Tatiana
tidak usah khawatir memikirkan tempat pernikahan,
aku bisa mengatur salah satu hotel kami?"
Belum sempat Phillip menyelesaikan kalimatnya,
Tecla sudah mengentakkan kursi yang didudukinya
ke belakang sampai kursi itu terjatuh. Tecla melangkah lebar menuju pintu keluar private room dengan
kemarahan yang menggelegak. Ia sudah tidak peduli
T162U tatapan heran para pengunjung di setiap meja yang
ia lewati. Keterlaluan. Bagaimana mungkin Phillip memintanya untuk meyakinkan Tatiana" Apa Phillip sudah
gila" Tecla memang belum mengatakan pada
Tatiana, semua ucapan Phillip yang ia dengar tanpa
sengaja. Tecla merasa belum mendapatkan bukti
rencana busuk Phillip di balik ucapannya. Niat Tecla
juga tertahan oleh ucapan Phillip tentang perasaannya yang mulai menyukai Tatiana. Tecla merasa ia
juga gila jika mau menyetujui permintaan Phillip
untuk meyakinkan Tatiana.
Setelah melintasi meja-meja tempat para pasangan
menghabiskan makan malam romantis mereka, Tecla
masih harus melintasi lantai dansa yang sudah mulai
Gelang Kemala 2 Misi Penolong Serial Tomswift Makam Bunga Mawar 30

Cari Blog Ini