Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng Bagian 4
mengapa bayangan perempuan tomboi dan tukang
tidur yang bahkan sama sekali bukan tipe perempuan yang disukainya malah merajai pikirannya.
"Lalu kenapa tadi kamu tertawa seperti orang gila
sambil menggeleng-gelengkan kepalamu seperti pajangan dasbor mobil?" Tatiana memperagakan semua gerakan yang dilakukan Phillip dengan gerakan
yang lucu. "A-aku hanya?" Phillip tergelak melihat tingkah
Tatiana sambil berusaha keras memikirkan alasan
yang tepat. "Aku hanya memikirkan banyaknya waktuku yang tersita tanpa bisa aku nikmati. Sebaiknya
aku mulai meluangkan banyak waktu seperti saat
ini. Kita belum pernah benar-benar menghabiskan
waktu seperti saat ini."
"Jadi kamu mengakui kalau sudah bekerja berleT244U
bihan?" Tatiana menatap Phillip dengan terkejut.
Phillip hanya menjawab dengan senyumnya.
Tatiana memukul pelan lengan Phillip. "Ah, akui
saja! Aku bahkan harus menanyakan pada adikku
sendiri di mana calon tunanganku berada atau sedang apa. Bahkan mungkin orang-orang di kantormu berpikir tunanganmu adalah Tecla, bukan aku."
Tatiana tertawa lepas, terlihat tidak memusingkan
kalimat yang baru saja terlontar dari bibirnya.
Phillip terdiam, tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Beberapa saat kemudian, tawa Tatiana berhenti.
Perhatiaannya teralih pada sebuah butik mungil beberapa meter di depan mereka. Tatiana langsung
menarik tangan Phillip tanpa memperhatikan bagaimana efek ucapannya terhadap Phillip.
Phillip membiarkan Tatiana membawanya masuk
ke butik kecil itu. Akhirnya Phillip bisa tersenyum,
baru kali ini Tatiana menyentuh tangannya tanpa
perlu ia paksa. Phillip menikmati pemandang-an di
hadapannya, Tatiana dengan mata yang langsung
berbinar melihat baju-baju dan pernak-pernik yang
dipajang dengan tatanan yang menarik.
"Maaf, Tatiana. Tapi aku harus meralat ucapanmu
tadi. Bukan kamu saja yang selama ini mencari tahu
keberadaanku, karena aku juga selalu mencarimu.
Kamu juga selalu sibuk dengan semua pekerjaan
dan kegiatan-kegiatan sosialmu." Phillip tersenyum
T245U sambil mengacungkan jarinya pada Tatiana seakanakan memperingatkan.
Tatiana hanya memandang Phillip sekilas lalu
kembali memilah-milah deretan pakaian yang dipajang di sana.
"Jangan bilang sekarang kamu berniat melarang
semua kegiatanku ya!" ujar Tatiana tegas tapi
dengan nada santai. "Aku belum berniat melepaskan
pekerjaanku," tandas Tatiana sambil menarik sebuah
gaun mini hitam dengan tali tipis dari gantungannya. Tatiana mematutkan gaun itu di depan
tubuhnya dan berputar mencari cermin.
"Sebaiknya dicoba dulu, Bu." Penjaga butik tersenyum ramah pada Phillip dan Tatiana. Dengan cepat,
perempuan berpostur kecil itu membuka tirai kain
dan menunjukkan sepetak ruang ganti pada Tatiana.
"Aku tunggu di sini." Phillip melipat kedua tangannya di depan dadanya sambil mengangguk menyilakan Tatiana mencoba gaun pilihannya. Melihat
Phillip tersenyum dan bersedia menunggu selama
Tatiana mencoba gaun itu, Tatiana bergegas memasuki ruang ganti sambil menenteng gaunnya dengan
hati-hati. Phillip mengedarkan pandangannya mengelilingi
butik kecil yang didominasi warna merah dan hitam. Hiasan-hiasan bernuansa gothic itu sebenarnya
membuat butik ini terlihat agak sesak dan sedikit
menyeramkan. Phillip memperhatikan topi hitam
T246U yang dikenakan mannequin di dekatnya. Topi bundar dengan hiasan renda dan bulu itu terlihat benarbenar seperti bekas milik seorang penyihir.
"Coba lihat topi hitam ini, Tatiana. Topi ini pasti
cocok dipakai Tecla," seru Phillip dengan suara agak
keras. Ia meraih topi itu dan memainkannya dengan
kedua tangannya. "Ck" dasar penyihir kecil!"
"Aku sering merasa kalian seperti anjing dan kucing," sahut Tatiana dari dalam ruang ganti. Suara
tubuhnya membentur dinding ruang ganti membuat
Phillip penasaran apa yang sedang dilakukan Tatiana
di dalam sana. Perempuan memang rela menyiksa
diri mereka sendiri jika sudah berurusan dengan
penampilan. Terkecuali Tecla.
Phillip termangu. Ia bertanya-tanya dalam hati,
apakah Tecla benar-benar tidak memusingkan apa
pun selain urusan jam tidurnya" Phillip memandang
topi yang dipegangnya dengan dahi berkerut.
"Phillip?" panggil Tatiana dengan suara ditinggikan saat ia tidak mendengar tanggapan Phillip sama
sekali. "Ya, Tatiana. Aku mendengarmu." Phillip melangkah mendekati ruang ganti dan membuat penjaga
butik itu menyingkir dari tempatnya berdiri. "Aku
tidak pernah bermaksud membuat Tecla membenciku. Tapi entah kenapa sejak awal kami bertemu, ia
tampak sudah membenciku."
"Tecla tidak membencimu, Phillip," desah Tatiana
T247U sebelum melanjutkan perkataannya. "Kalau ia membencimu, ia sudah lama pulang ke rumah dan tidak
mau lagi bekerja denganmu."
"Tapi adikmu itu selalu berusaha membuatku terlihat buruk di matamu." Phillip berdecak lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi dinding ruang ganti
sambil memainkan topi hitam itu di tangannya.
Sudut mata Phillip menangkap gerakan tirai yang
sedikit tersingkap. Tatiana menjulurkan kepalanya
mencari di mana Phillip berada. Keduanya sama
terkejut saat kepala mereka menoleh pada saat yang
bersamaan. Tawa Phillip dan Tatiana langsung berderai mendapati kebetulan yang membuat ekspresi
wajah mereka berdua terlihat lucu.
"Phillip, tolong ambilkan sepatu hitam yang dipajang di rak depan ya?" pinta Tatiana di antara tawanya.
"Oh, tunggu sebentar." Phillip masih tergelak sambil berbalik dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya mencari rak sepatu. Rasanya sejak ia menginjakkan kakinya ke dalam butik ini, dua bola
matanya tidak menangkap sepasang sepatu pun yang
dipajang. Phillip berusaha mengamati sekelilingnya
dengan teliti dan mencari sepatu mana yang dimaksud Tatiana.
Tanpa sepengetahuan Phillip, penjaga butik yang
berdiri tidak jauh dari mereka dengan sigap menawarkan bantuan kepada Tatiana dan mendahului
T248U Phillip menuju tempat sepatu yang dimaksudkan
Tatiana. "Sudah, tidak usah Phillip. Dia akan mengambilkannya untukku." Tatiana yang sudah keluar dari
ruang ganti mengejutkan Phillip lalu menariknya
mendekat. "Wow! kamu terlihat sangat cantik dengan gaun
ini, Tatiana," puji Phillip.
"Benarkah?" Tatiana memutar tubuhnya perlahan.
"Benar. Dan mungkin sebaiknya kamu juga mencoba topi ini." Phillip menyerahkan topi yang dipegangnya pada Tatiana yang langsung tertawa melihat
topi dengan hiasan bulu-bulu itu.
Tatiana mencoba topi hitam itu ke atas kepalanya,
dan melihat pantulan dirinya di depan cermin yang
tersedia di setiap sudut butik.
"Tecla tidak membencimu, Phillip. Malah aku
merasa sebenarnya ia sangat menyukaimu." Tatiana
berbalik dengan senyuman yang meyakinkan
Phillip. "Apa" Tecla menyukaiku?" Senyum Phillip mengembang lebar. Entah mengapa ia merasakan otototot di sekitar perutnya menjadi rileks setelah mendengar perkataan Tatiana.
"Aku mengenal Tecla seumur hidupku, Phillip,"
ujar Tatiana dengan suara mantap. "Jika Tecla membenci atau tidak menyukai seseorang, jangan harap
T249U ia mau menemui orang itu lagi. Semakin sering
Tecla membicarakan seseorang, itu berarti orang itu
sudah mendapatkan perhatiannya." Tatiana menjelaskan dengan pandangan yang terus mengitari penjuru
butik, tanpa merasa perlu melihat ekspresi Phillip.
Sesaat kemudian penjaga butik menghampiri mereka, menyodorkan sepatu yang dimaksud Tatiana.
"Nomor 40, kan?" tanya Tatiana pada penjaga butik.
"Iya, Bu. Dan sepatu ini hanya tinggal sepasang.
Kami hanya memproduksinya dalam jumlah terbatas." Perempuan berperawakan kecil itu tersenyum
memikat. "Hanya tinggal ini?" Tanpa memperhatikan anggukan si penjaga butik, Tatiana melepas sandal yang
dipakainya dan menyorongkan ujung kakinya ke dalam sepatu hitam dengan hak runcing setinggi sembilan senti itu. Ia terus memandangi penampilannya
di depan cermin sambil terus melanjutkan obrolannya dengan Phillip.
"Kamu tahu, Phillip" Saat Tecla jatuh cinta pada
Nando, ia juga bertingkah sama seperti ini. Tecla
tidak habis-habisnya mengejek Nando. Mereka bahkan pernah berkelahi. Itu karena Tecla selalu mengucapkan sesuatu yang berlawanan dengan perasaan
hatinya." Tatiana berbalik, mencoba sepatu dengan
langkah yang luwes. "Nando?" Phillip menaikkan alisnya dan mendeT250U
ngus kesal. Semua perasaan ringan yang tadi ia rasakan malah berganti dengan rasa mulas begitu mendengar nama Nando.
"Ya. Dulu Tecla sangat menyukainya. Cinta pertama mungkin. Tapi sayang, Nando sepertinya menyukai orang lain. Dan setelah itu aku tidak pernah
lagi tahu siapa lelaki yang disukai Tecla." Tatiana
melangkah dan kembali berdiri mengagumi dirinya
di depan sebuah cermin besar yang ada di dekatnya
untuk kedua kalinya. Phillip berusaha mengatur nada suaranya agar tidak terlihat antusias. "Bagaimana dengan beberapa
laki-laki yang sering menghubunginya" Tecla selalu
terlihat sibuk dengan ponselnya. Selalu saja ada yang
menghubunginya. Entah Jasper, si pemain band itu
atau Hendra, si atlet bulu tangkis."
Tatiana tergelak menangkap nada kesal yang samar dalam suara Phillip. Ia menatap Phillip sambil
berkacak pinggang. "Tecla tidak benar-benar menyukai mereka. Ehm" tepatnya, Tecla hanya menganggap mereka sebatas teman dekat."
Tatiana mendekati salah satu sudut ruangan dan
kembali memilah deretan gantungan baju yang ada.
Phillip hanya memandangi punggung Tatiana dan
memperhatikan gadis itu yang masih bersemangat
bercerita tentang Tecla. Sepertinya Tatiana melakukannya karena spontan tanpa maksud apa pun. Sementara Phillip semakin penasaran dengan semua
T251U hal yang belum ia ketahui tentang Tecla, dan itu
membuat Phillip tidak berusaha untuk menghentikan
ocehan Tatiana. "Pokoknya, ingat saja ucapanku, Phillip. Jika Tecla
mengatakan suka atau sayang berarti sebenarnya ia
tidak merasakan apa pun. Tetapi jika Tecla mengatakan benci atau tidak suka, dalam hal apa pun, berarti itu sudah membuatnya penasaran atau bahkan
ia sangat menyukainya. Dan jika ia hanya diam atau
berlalu begitu saja". Wah, kalau itu sampai terjadi,
berarti Tecla benar-benar sedang sedih. Butuh waktu
seribu tahun untuk membuatnya kembali senang."
Saat Tatiana membalikkan tubuhnya setelah panjang lebar menguraikan sifat-sifat Tecla, ia mendapati Phillip tengah memandanginya dengan raut
wajah dingin. "Tapi bukankah sangat menyakitkan jika kamu
mengatakan kamu menyukai seseorang padahal sebenarnya tidak?" tanya Phillip setengah berbisik.
"Maksudmu"!" Tatiana mengerutkan dahinya.
Menyadari keterkejutan Tatiana, Phillip mencoba
mengalihkan pembicaraan. "Kamu akan pulang mengenakan gaun itu?" tanya
Phillip sambil melebar senyumnya yang kaku dengan telunjuk mengarah pada gaun yang sedang
dipakai Tatiana. "Mana mungkin. Aku akan melepaskannya."
Tatiana memutar bola matanya dan memasang tamT252U
pang agak kesal. "Aku sedang mencari gaun lain
yang bisa aku coba."
"Yang ini mungkin?" Penjaga butik yang sedari
tadi siaga dan siap melayani pengunjung, mencoba
menarik perhatian Tatiana pada salah satu gaun pendek berwarna merah. Sepertinya ia itu sudah menunggu waktu yang tepat untuk memamerkan koleksi butik mereka pada Tatiana.
"Ah, tidak. Aku tidak menyukai modelnya," tolak
Tatiana. Aku ambil ini saja." Tatiana melangkah memasuki ruang ganti diikuti oleh Phillip yang merapatkan
tirai ruang ganti untuknya.
"Sebaiknya kamu juga mengambil topi itu,
Tatiana. Sepertinya cocok dengan gaun dan sepatunya," saran Phillip yang menyandarkan tubuhnya
lagi ke sisi dinding dan menunggu Tatiana keluar.
"Oh! Untung saja kamu ingatkan. Aku hampir
lupa aku masih memakai topi ini," seru Tatiana dari
dalam ruang ganti. Phillip tergelak mendengar
kehebohan Tatiana. "Phillip"," panggil Tatiana dari balik ruang ganti.
"Hm", ya?"
"Apa pernah ada perempuan yang menyakitimu"
Maksudku, setelah mendengar pertanyaanmu tadi
sepertinya". Ehm, sepertinya kamu pernah mengalaminya. Apa perempuan itu mengatakan bahwa ia
menyukaimu tapi ternyata tidak" Apa dia membohongimu atau membuatmu patah hati?" cecar
T253U Tatiana penasaran. Berderet-deret pertanyaan meluncur dari bibirnya tanpa terkontrol, tidak sabar menunggu jawaban Phillip.
"Semua hanya masa lalu. Aku bahkan sudah melupakannya," jawab Phillip mencoba terdengar santai.
"Kamu tahu" Ini untuk pertama kalinya kamu terdengar penasaran tentang diriku. Bahkan saat
pertama kali kita bertemu, kamu tidak terdengar
selepas ini." Tatiana menyentakkan tirai dengan sebelah tangannya, sementara tangannya yang lain memeluk
gaun, sepatu dan topi sekaligus di depan dadanya.
Wajah Tatiana menunjukkan empati pada penuturan
Phillip. Ia menghampiri Phillip dan meremas lengan
Phillip layaknya menenangkan sahabat yang sedang
bersedih. "Jadi, itu benar" Kamu ingin menceritakannya
padaku?" Tatiana menepuk-nepuk lengan Phillip dengan nada prihatin.
"Aku sudah melupakannya, Tatiana. Hanya kisah
lama sewaktu aku masih tinggal di Jerman." Phillip
tersenyum lebar meyakinkan Tantiana bahwa semua
baik-baik saja. Ia meraih belanjaan Tatiana ke dalam
dekapannya lalu melangkah ke meja kasir.
"Kami ambil semua ini. Tolong hitung berapa
jumlahnya," kata Phillip sopan. Kasir butik yang sedari tadi diam-diam memperhatikan Tatiana dan
T254U Phillip tersenyum mengangguk lalu memeriksa label
harga masing-masing barang.
"Aku tidak bisa mengatakan pembelaan apa pun
tentang Tecla," ujar Tatiana sembari menunggu kasir
menghitung belanjaanya. "Tapi mungkin nanti saat
Tecla menemukan laki-laki yang benar-benar dicintainya, aku berharap ia bisa mengatakannya dengan
jujur. Dan jangan katakan kamu tidak menyukai
Tecla hanya karena apa yang sudah terjadi padamu
di masa lalu, Phillip." Tatiana menahan tangan
Phillip meminta perhatian serius dari lelaki itu.
Tangan Phillip yang bergerak untuk mengeluarkan
dompet dari balik saku celananya, sesaat tertahan.
Ia meremas jemari Tatiana dan tersenyum memandang wajah serius Tatiana, seakan meyakinkan
Tatian bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Tecla tidak pernah berniat menyakiti hati siapa
pun. Aku yakin karena aku mengenalnya. Tecla menyukai semua perhatian tulus yang diberikan padanya. Aku sangat menyayanginya, Phillip. Kamu kan
sudah berjanji akan menjaganya untukku." Tatiana
menatap mata Phillip dengan tatapan memohon,
membuat senyum Phillip yang tadi mengembang
menyusut seketika. Phillip menunduk dan menguatkan genggaman tangannya di atas tangan Tatiana.
"Aku tidak pernah bilang aku tidak menyukai
Tecla. Percayalah, aku akan menjaganya." Phillip
tersenyum sambil menyentuh bahu Tatiana. Gadis
T255U itu mendongak dan membalas ucapan Phillip dengan anggukan. Ia terlihat puas dengan ucapan
Phillip. Penjaga butik yang sudah selesai menghitung belanjaan Tatiana, berdiri kikuk tidak ingin mengganggu percakapan kedua pembeli mereka. Saat Phillip
selesai bicara, ia meletakkan kalkulatornya menghadap Phillip dan berdeham meminta perhatian mereka. Phillip dan Tatiana berbalik menyadari kasir sedang menunggu mereka.
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh, maaf. Berapa semuanya?" Phillip melepaskan
tangannya dari Tatiana untuk merogoh saku dan
mengambil dompetnya. "Jangan, Phillip, aku akan membayar sendiri
belanjaanku," tolak Tatiana sambil menahan tangan
Phillip untuk kedua kalinya.
Phillip menghentikan gerakan tangannya lalu tersenyum menggoda Tatiana. "Bayar kalau kamu bisa,
Tatiana. Kamu yakin membawa dompet?" Phillip
mengangkat dagunya menantang Tatiana yang langsung menyadari bahwa ia tidak membawa apa-apa.
"Kamu tidak membawanya, kan?"
"Astaga! Aku bahkan tidak membawa apa-apa. Ini
gara-gara kamu juga, Phillip. Main tarik saja," sungut Tatiana dengan bibirnya ditekuk ke bawah.
"Aku kan calon suamimu, Tatiana. Sebaiknya
kamu mulai membiasakan diri. Aku sudah?" Ucapan Phillip menggantung di udara. Wajahnya yang
T256U tadi menggoda Tatiana kini mendadak kaku, panik
merogoh saku celananya bergantian dan tidak menemukan apa yang dia cari.
"Uh, sepertinya kamu juga melupakan dompetmu." Tatiana berdecak kesal.
"Ya ampun. Bahkan ponselku pun tertinggal."
Phillip memijat pelipisnya dan mencoba mengingat
di mana ia meninggalkan barang-barangnya. "Sepertinya aku meletakkannya di atas meja makan saat
kita barbeque tadi. Aku bisa mengambilnya sebentar," kata Phillip sambil menatap Tatiana dan kasir
butik bergantian. "Maaf. Tapi ini sudah waktunya tutup." Penjaga
butik melemparkan senyum untuk menyembunyikan
rasa kesalnya. "Sebenarnya saat Anda tadi masuk,
kami sudah hampir tutup." Penjaga kasir menjelaskan, tampak tidak ingin menunggu lebih lama lagi.
"Ta-tapi?" Tatiana memandangi gaun hitam yang
sudah terlipat rapi, kotak sepatu, dan kotak bundar
berisi topi yang tadi dicobanya. Tidak rela rasanya
ia pulang tanpa membawa gaun yang sudah memikat perhatiannya. Tatiana mendongak dan memohon
pengertian. "Tunggu sebentar saja. Aku akan kembali ke vila dan mengambil dompetku. Terima kartu
kredit, kan?" "Kami melayani pembayaran dalam bentuk apa
pun. Tapi sebaiknya Anda kembali besok saja. Karena ini sudah sangat melebihi jam tutup toko." PenjaT257U
ga butik mengulurkan tangannya menunjuk ke arah
pintu. Pengusiran terselubung!
"Aku mohon, vila kami dekat dari sini kok. Aku
pasti akan kembali." Tatiana mengatupkan kedua tangannya seakan sedang berdoa agar para penjaga
butik itu berbaik hati mereka. "Kalau tidak percaya,
anggap saja laki-laki ini sebagai jaminan!" Tatiana
mendorong Phillip ke depan meja kasir dengan panik.
"Apa maksudmu?" sergah Phillip, terkejut dengan
usul Tatiana. "Kamu mau kembali ke villa sendirian!"
"Ini masih jam setengah sepuluh malam, Phillip.
Masih ramai. Tidak akan ada yang menculikku."
Tatiana menatap si penjaga butik dengan tatapan
memelas. "Tunggu sebentar, ya."
"Tidak, Tatiana!" cegah Phillip dengan suara tegas. Ia tidak mungkin membiarkan Tatiana berjalan
sendirian kembali ke vila. Dan ia pun tidak tega
membiarkan calon tunangannya menunggu sendirian
di dalam butik yang terasa semakin seram.
Setelah mendesah panjang, Phillip berbalik menatap kasir dan penjaga butik. "Begini saja, aku akan
membayar dua" eh, tidak! Aku akan membayar
tiga kali lipat, asal kalian bisa memundurkan jam
tutup butik ini dan mengizinkanku meminjam telepon. Aku akan meminta seseorang kemari dan membawakan dompetku. Bagaimana?" Phillip menconT258U
dongkan kepalanya di depan meja kasir, menunggu
jawaban. Penjaga butik yang tadi cemberut langsung tersenyum semringah dan bergegas menyodorkan pesawat telepon berbentuk peti mati lengkap dengan
tengkoraknya kepada Phillip.
"Tiga kali lipat?" jerit Tatiana, panik.
Phillip meletakkan jari telunjuknya di depan bibir
Tatiana, meminta Tatiana tenang.
"Itu harga yang pantas. Karena dengan ini semua
aku bisa melihat sisi lain dari dirimu, Tatiana."
Phillip tersenyum bijak, lalu mulai menekan deretan
nomor ponsel yang selalu diingatnya.
T259U SEPULUH hillip baru saja meneleponku. Sepertinya dompet dan ponsel mereka ketinggalan," kata Tecla, menjawab tatapan penuh tanya dari Michael. "Tatiana
mengajaknya masuk ke butik. Saat hendak membayar, mereka baru menyadari kalau tidak membawa
uang sepeser pun." Tecla memutar bola matanya,
heran dengan kecerobohan Phillip.
Michael tersenyum geli melihat ekspresi Tecla.
"Lalu?" tukas Michael sambil membiarkan beberapa
pelayan dapur mulai mengangkat dan membersihkan
sisa barbeque mereka. "Phillip menyuruhku meminta salah satu staf vila
untuk menjemput mereka dan membawakan dompet serta ponselnya," ujar Tecla sambil menandaskan
sisa es krim di gelasnya.
"Oh, kalau begitu, aku saja yang menjemput meT260U
reka. Butik yang mana?" Michael bangkit dari tempat duduknya lalu meraih dompet dan ponsel Phillip
yang tergeletak di ujung meja. Tecla menahan salah
satu tangan Michael sambil terkekeh.
"Apa yang kamu tunggu?" Michael menatap bingung pada Tecla.
"Kenapa mesti terburu-buru, Michael" Phillip dan
Tatiana tidak sedang tersesat di pulau antah berantah.
Lagi pula, mereka tidak akan mati jika kita terlambat
beberapa menit." Tecla merentangkan kedua tangannya dan merayu Michael untuk duduk kembali
ke kursinya. "Habiskan saja es krimmu dulu dan
biarkan dua manusia bodoh itu menunggu sebentar."
Michael menarik napas panjang.
"Tatiana pasti akan marah besar mendengar ucapanmu. Phillip bisa membunuh kita berdua jika dia
tahu kita membiarkannya menunggu," desis Michael,
memperingatkan Tecla. Ia tetap berdiri tegak di sisi
meja. "Apa kamu selalu membiarkan Phillip mendiktemu?" sindir Tecla. "Phillip sendiri yang berniat
berduaan dengan Tatiana. Kita hanya memberinya
lebih banyak waktu." Tecla mengangkat bahunya tak
acuh sambil tertawa lebar.
Menyadari kebenaran ucapan Tecla, Michael ikut
tertawa lalu menjatuhkan dirinya ke atas kursi. Ia
melirik gelas es krimnya yang masih utuh, lalu menyodorkannya pada Tecla.
T261U "Untukmu saja. Aku memang tidak berniat memakannya," ucap Michael.
"Oh, Michael, kamu memang seorang malaikat."
Tecla terkekeh dan merenggut gelas itu dari tangan
Michael. "Biarkan saja Phillip menggerutu dan merasakan omelan Tatiana untuk beberapa saat. Tatiana
juga paling benci menunggu."
Michael menatap Tecla dengan takjub. Gadis di
hadapannya begitu bersemangat mencomot garnis
cookies yang tertancap di atas es krim. Sudah cukup
lama ia memperhatikan gerak-gerik Tecla apalagi
bila berkaitan dengan Phillip. Ada sesuatu yang
disembunyikan gadis ini. "Kamu jatuh cinta pada Phillip, kan?" tembak
Michael tanpa basa-basi. Tecla yang mulutnya penuh cookies nyaris tersedak mendengar pertanyaan Michael.
Buru-buru Michael meraih gelas berisi air putih
di hadapannya dan menyodorkannya pada Tecla.
Antara geli dan iba, Michael tergelak melihat kepanikan Tecla yang langsung merampas gelas dari tangannya dan langsung menghabiskannya dengan
sekali tegukan. "Benar, kan?" Michael terkekeh senang, ia merasa
tembakannya tepat mengenai sasaran. Melihat Tecla
yang sepertinya kesulitan bernapas, Michael menepuk-nepuk punggung Tecla.
"Kalau iya, memangnya kenapa?" tanya Tecla,
T262U sambil bersungut-sungut mendorong gelas kosong
ke sebelah gelas es krimnya. "Kalau kamu tidak
menghentikan pukulanmu di punggungku, bisa-bisa
semua organ tubuhku meloncat keluar."
Michael menarik lengannya sambil memohon
maaf. "Sorry, Tecla. Tapi sepertinya kita senasib.
Welcome to the club!"
Michael mengulurkan tangannya ke hadapan
Tecla, mengajak Tecla untuk berjabatan tangan.
Tecla memandangnya sambil berdecak geli. Alih-alih
menyambut uluran tangan Michael, Tecla malah menyumpalkan tisu bekas.
"Makan, tuh!" kata Tecla melanjutkan menyendoki
es krim yang mulai mencair sambil tersenyum geli.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan?" tanya
Michael, memandang Tecla penasaran. Wajahnya
berubah serius. "Aku akan tetap menghalangi rencana pertunangan ini. Kalau itu maksud pertanyaanmu." Tecla menelan sesendok penuh es krim sebelum melanjutkan
ucapannya. "Tapi bukan karena perasaanku kepada
Phillip." "Lalu karena apa?" desak Michael mulai mencondongkan tubuhnya. Dahinya berkerut mencoba
menebak-nebak alasan Tecla.
"Karena Tatiana memang tidak mencintai Phillip,
tolol," sergah Tecla sengit. Ia mulai kehilangan kesabaran menghadapi pertanyaan Michael. "Tatiana
T263U menyukaimu, Michael! Sebaiknya kamu juga mulai
mencari tahu kejelasan perasaannya padamu." Tecla
menatap Michael dengan serius.
"Aku tidak bisa melakukannya, Tecla. Phillip adalah sahabat baikku." Michael menggeleng pelan sambil meringis.
"Bukan hanya karena Phillip adalah sahabat baikmu, tapi karena semua ini sudah salah sejak awal,
Michael." Tecla menancapkan sendoknya di tengahtengah es krim dan berbalik menatap Michael. "Apa
kamu tidak sadar kalau Tatiana berupaya memperlambat rencana pertunangan mereka" Tatiana selalu
mencari-cari alasan untuk mengelak dari persiapan
pertunangannya. Dan satu hal lagi, aku juga baru
tahu masalah yang terjadi antara Phillip dan
Sabina." "Phillip dan Sabina?" Michael menaikkan sebelah
alisnya. "Aku pikir itu hanya isapan jempol belaka."
"Lho, kamu tahu?" Tecla membulatkan kedua
matanya dengan penuh minat. "Tentang Phillip yang
menyukai Sabina?" "Dulu aku dan Patrick sempat menduga begitu.
Karena Sabina yang dulu terkenal pendiam sempat
beberapa kali terlihat di acara-acara pesta yang diadakan Patrick. Kejadiannya sekitar empat-lima tahun yang lalu saat Peter, Phillip, dan Patrick masih
tinggal di Jerman. Aku tidak mengetahuinya dengan
pasti karena pada saat itu aku sudah berpindah-pinT264U
dah tempat antara Jerman dan New York. Awalnya
Patrick merasa Sabina sedang mendekati Phillip, karena Peter tengah sibuk membagi waktu antara pekerjaannya di Briar-Rose dan pekerjaannya di Jerman. Sabina juga terlihat lebih banyak menghabiskan
waktu bersama Phillip. Tapi entah mengapa, justru
Peter yang mengumumkan rencana pertunangannya
dengan Sabina. Aku dan Patrick kaget sekali." Tatapan Michael menerawang, mencoba membuka kembali memorinya.
Tecla menunggu dan mengamatinya dengan raut
wajah penasaran. "Mungkin itu yang membuat Phillip benar-benar
berubah dan memutuskan bekerja di Briar-Rose,"
lanjut Michael. "Phillip memutuskan kembali ke
Jakarta dan meninggalkan pekerjaannya di Jerman."
Michael menoleh ke arah Tecla yang masih antusias
mendengarkan ceritanya. "Bagaimana kamu bisa mengetahui masalah ini?" Mata Michael menyipit dengan tatapan menyelidik.
"Aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka
di halaman belakang, beberapa hari yang lalu." Sesaat kemudian Tecla berhenti memainkan sendoknya,
seperti baru saja teringat sesuatu. "Apakah kamu
juga tahu, Phillip ingin merebut jabatan Peter?"
Michael meremas tangannya dan menarik napas
dalam-dalam. "Melihat kemajuan dan inovasi yang dilakukan
T265U Phillip, aku merasa tidak ada yang salah jika posisi
Peter sebagai presiden direktur digantikan oleh
Phillip. Peter tidak terlalu berminat dengan BriarRose. Ia hanya kembali karena desakan Om Hubert."
Michael mengangkat bahunya dengan santai sambil
menyandarkan punggungnya.
Tecla mengangguk setuju. Selama dia bekerja, Peter
tidak pernah sekali pun muncul di kantor. Bahkan
sejak pulang dari berlibur ke pedalaman Kalimantan
bersama Sabina dan Safa, Peter malah menghabiskan
waktunya dengan pergi memancing bersama Hubert
atau entah melakukan kegiatan apa. Peter benar-benar
menyerahkan semuanya ke tangan Phillip.
"Sepertinya Phillip tidak mengetahui apa yang
aku rasakan pada Tatiana," desah Michael pelan sambil menatap langit gelap di atasnya. "Aku juga tidak
mengira akan jatuh cinta pada calon istri sahabatku
yang bahkan sudah kuanggap seperti saudara kandungku sendiri."
"Lalu, apa yang akan kamu lakukan, Michael?"
bisik Tecla dengan suara lirih, ia seperti bisa merasakan kegalauan Michael. "Apakah kamu akan memperjuangkan perasaanmu atau melepaskannya begitu
saja?" Michael menarik napasnya lalu mengembuskannya kuat-kuat. "Ich wei" wirklich nicht. Aku sungguh-sungguh tidak tahu." Michael menggeleng-gelengkan kepalanya.
T266U ?"" Phillip mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Suara dentuman musik memenuhi
telinga dan cahaya remang-remang menghalangi jarak pandang membuat ia tidak menemukan sosok
yang dicari. Di sebelahnya Phillip merasakan Tatiana
bergerak-gerak gelisah. Michael menghilang entah
ke mana beberapa saat yang lalu.
Phillip melirik Tatiana dengan perasaan bimbang.
Tidak mungkin ia meninggalkan Tatiana seorang
diri di tengah ruangan yang hiruk-pikuk. Phillip
menggeram, ia sudah tidak bisa menahan diri untuk
segera mencari tahu keberadaan Tecla.
Tecla yang mengajak mereka berempat ke kelab
ini dan sekarang perempuan itu menghilang entah
ke-mana. Phillip mengedarkan pandangannya untuk
kesekian kalinya, benar-benar berharap sepenuh hati
agar menemukan bayangan rambut ikal khas Tecla.
Setelah yakin tidak menemukan sosok Tecla dalam jangkauan pandangannya, dengan emosi yang
meninggi Phillip memutuskan mencari ke tempat
lain. Dengan tangan terulur, Phillip mendekati telinga Tatiana lalu setengah berteriak untuk mengimbangi kerasnya suara musik.
"Aku akan mencari Tecla. Kamu tidak apa-apa
kan aku tinggal sebentar" Mungkin tak lama lagi
Michael akan kembali."
T267U "Aku juga mengkhawatirkannya. Tidak apa-apa,
Phillip, aku akan baik-baik saja." Tatiana tersenyum
dan meyakinkan Phillip dengan mengangkat gelas
cocktail-nya. Phillip beranjak dan berjanji akan kembali secepatnya sebelum akhirnya ia menembus kerumunan
pengunjung. Mengitari area outdoor sampai ke bagian dalam, berpindah dari satu ruangan ke ruangan
yang lain, dari lantai satu sampai ke roof top.
Phillip nyaris frustrasi mengelilingi ruangan yang
ada, hingga akhirnya pencariannya membuahkan
hasil. Gadis itu tengah berdiri di samping salah satu
meja bar dan terlihat sedang tertawa lepas dengan
laki-laki asing di sebelahnya.
"Tecla!" bentak Phillip dengan geram. Wajahnya
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sudah merah padam menahan emosi.
"Ow, Phillip! Ada apa?" Tecla menatap Phillip dengan bingung. Seakan kehadiran Phillip sudah mengganggu keasyikannya. Laki-laki asing yang menjadi
teman bicara Tecla juga terlihat bingung melihat
raut wajah marah Phillip.
"Ada apa?" Phillip balik bertanya dengan napas
memburu. "Aku dan Tatiana setengah mati mencarimu. Menelepon ponselmu berkali-kali dan sekarang
kamu bertanya "ada apa?"." Phillip menaikkan alisnya
tidak percaya. Kedua tangannya mengusap wajahnya
seakan dengan begitu bisa agak menurunkan emosinya.
T268U "Oh, mungkin aku tidak mendengarnya," kilah
Tecla santai. Ia membuka tas tangannya mencaricari ponsel, seakan-akan tidak percaya kalau benarbenar ada panggilan.
Belum sempat Tecla meraih ponselnya, Phillip
sudah menarik Tecla menjauh dan menyeretnya
mendekati tangga. "Hei! Hei! What are you doing?" Laki-laki asing,
teman bicara Tecla bangkit dari kursinya dengan
kedua tangan terbuka. Laki-laki itu terlihat kesal,
dan semakin kesal karena Phillip memperlakukannya
seakan dia tidak ada. Phillip terus menyeret Tecla
menjauh tidak peduli dengan Tecla yang meronta.
"Sorry. Nice to meet you." Tecla meringis dan
melambai ke arah laki-laki itu sementara Phillip
semakin erat menggenggam tangan kirinya.
Beberapa pengunjung memandangi mereka dengan tersenyum. Ada juga yang bersiul riuh berharap lebih banyak drama yang mereka tunjukkan.
Beberapa memperhatikan dengan penasaran apa
yang sedang terjadi dengan pasangan itu. Tecla memutar bola matanya dengan kesal. Sialan! Phillip
sudah membuatnya malu. Kini mereka jadi tontonan
gratis pengunjung nightclub malam ini.
"Phillip! Lepaskan tanganku," bentak Tecla sambil
memukul bahu Phillip. Mau tak mau Tecla berhenti meronta untuk meleT269U paskan tangannya saat mereka menuruni tangga,
kalau tidak ia bisa terjungkal di deretan anak tangga. Sepertinya Phillip akan tetap akan menyeretnya
meskipun ia terjatuh. Phillip tetap bergeming dan membiarkan Tecla
membentak atau memukulnya. Setibanya di bawah,
kursi tempat Tatiana ia tinggalkan tadi sekarang kosong. Tidak terlihat batang hidung Tatiana atau
Michael di sekitar mereka.
"Duduk!" desis Phillip sambil mendorong Tecla.
Tangannya yang bebas meraba saku celana dan
mengeluarkan ponsel. Phillip mendesah panjang
sebelum memusatkan pikirannya pada pesan singkat
yang baru saja masuk ke ponselnya.
"Di mana Tatiana?" teriak Tecla marah sambil
memijat-mijat pergelangan tangannya. Beberapa pengunjung menoleh saat mendengar teriakan Tecla.
"Sepertinya ia sudah pulang bersama Michael."
Phillip menjatuhkan tubuhnya di sebelah Tecla dan
menghela napas panjang. Phillip lalu menjentikkan
jarinya ke arah pelayan yang berada di dekat mereka. "Sebaiknya kita juga segera pulang. Sebelum
kamu menghilang dan memburu entah laki-laki
mana lagi." "Memburu?" Phillip tidak memedulikan pekik marah Tecla.
Dengan tak acuh Phillip mengeluarkan dompetnya
dan menyodorkan kartu kredit ke tangan pelayan
T270U yang menghampiri meja mereka. "Tolong bawa mobilku ke depan, sekarang. Aku tidak suka menunggu
terlalu lama." Pelayan laki-laki itu mengangguk pelan sebelum
menghilang ke arah meja kasir.
"Sampai di mana kita tadi?" Phillip melirik Tecla
dengan pandangan kaku. "Kamu sudah membuatku malu dengan menyeretku di hadapan semua orang, Phillip. Dan sekarang
kamu bilang aku pemburu laki-laki?" Tecla menatap
Phillip dengan mata menyala. Kedua matanya terasa
panas entah karena asap rokok atau karena emosi
yang sudah membakar kepalanya. Andai saja tatapan
matanya bisa membakar Phillip saat ini juga.
Tecla tidak habis pikir bagaimana ia bisa menyukai dan membenci laki-laki ini di saat yang bersamaan. Phillip selalu memiliki alasan untuk membuatnya marah tapi entah kenapa iblis sombong di
hadapannya ini juga selalu punya tempat di kepalanya. Tecla membiarkan Phillip mengamatinya dalam
diam, dengan ekspresi wajah yang tidak dapat dimengerti Tecla. Rahang Phillip yang sekilas terlihat
menegang memberitahu Tecla bahwa Phillip masih
menahan emosinya. Tecla memutar tubuhnya dan melipat satu kakinya ke atas sofa untuk sepenuhnya bisa berhadapan
dengan Phillip. "Phillip, dengar, kita selalu mengulang permasaT271U
lahan yang sama. Dan aku sudah capek bertengkar
terus denganmu." "Aku juga!" sahut Phillip singkat.
"Lalu kenapa kamu selalu menggangguku?"
"Aku memang sudah mengganggu waktumu dengan laki-laki asing itu. Tapi Tatiana mengkhawatirkanmu sepanjang malam. Kamu yang mengajak kami
ke tempat ini, tapi kamu juga yang meninggalkan
kami dan pergi bersenang-senang dengan laki-laki
yang mungkin baru kamu kenal beberapa menit. Coba
bayangkan apa yang ada di pikiran laki-laki itu?"
Suara Phillip penuh penekankan dengan nada suara
yang semakin tinggi. Tecla bisa merasakan Phillip
benar-benar melepaskan emosinya.
"Kalau Tatiana mengkhawatirkanku, kenapa ia
pulang lebih dulu?" Tecla mengangkat bahunya menantang Phillip.
Phillip sudah membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Tecla tapi terhenti oleh sapaan pelayan yang menyodorkan kartu kredit sambil memberitahu bahwa mobil mereka sudah ada di depan pintu.
Phillip memasukkan kartu kreditnya kembali ke dalam dompet lalu bangkit dengan gerakan kasar. Tanpa berkata-kata lagi ia menyentakkan tangan Tecla
sampai Tecla ikut bangkit berdiri dan kembali menyeret Tecla keluar.
Tecla membiarkan saja Phillip menyeretnya dan
mendorongnya ke kursi depan. Ia menunggu Phillip
T272U melanjutkan pembicaraan mereka tadi. Tapi ketika
Phillip tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengajaknya bicara dan malah melampiaskan kekesalannya dengan mengemudikan mobil ugal-ugalan, Tecla
memutuskan untuk diam dan berdoa agar liburan
mereka tidak berakhir di rumah sakit.
Mereka berdua membisu selama perjalanan pulang. Tangan Tecla semakin kencang mencengkeram
gagang pintu. Ego membuatnya tetap menahan diri
untuk tidak menghardik Phillip. Tecla tidak ingin
memulai pembicaraan dengan Phillip. Buat apa" pikir Tecla. Phillip yang memulai pertengkaran dan
sekarang Phillip sendiri yang tiba-tiba membisu.
Tecla melirik Phillip sekilas. Ternyata pada saat
bersamaan pandangan mereka bertemu. Phillip jelasjelas tengah mencuri pandang pada Tecla, namun
seakan ada sengatan listrik yang mengejutkan di antara mereka, keduanya spontan saling membuang
muka. Phillip meliriknya! Phillip meliriknya! pekik Tecla
dalam hati. Tecla menatap pemandangan di luar jendela meski hanya kegelapan yang ditangkap oleh
matanya. Pasti Phillip sedang mengujinya. Phillip
ingin melihat reaksinya. Ini hanya salah satu dari
cara Phillip menghukumnya. Phillip sengaja mengemudi seperti orang gila untuk membuatnya takut.
Tecla mengembalikan pandangannya lurus ke depan. Gerbang vila yang mereka tempati hanya tingT273U
gal satu tikungan lagi. Setelah mengambil napas
panjang, Tecla menoleh dan menatap Phillip terangterangan.
"Phillip, akui saja kalau kamu cemburu!" ucap
Tecla sambil sedikit menyipitkan matanya. "Kamu
cemburu kan melihatku bersama lelaki tadi." Ucapan
Tecla berakhir tepat saat Phillip sedang menikung
memasuki gerbang vila. Phillip sontak menginjak pedal rem mobil, terkejut dengan apa yang didengarnya. Mobil mereka
berhenti tepat di pelataran pintu masuk. Phillip dan
Tecla sama-sama terdorong ke depan. Tangan Phillip
refleks terjulur menahan agar Tecla tidak membentur
dasbor mobil. Untung saja, Tecla yang tidak mengenakan sabuk pengamannya tertahan oleh lengan
kokoh Phillip. Napas Tecla tersengal dengan wajah
yang memucat. ?"" Tecla memandang langit-langit kamarnya dengan
mata terbuka lebar. Malam ini tidak seperti biasanya. Tecla sama sekali tidak bisa menutup kedua
matanya. Dengan gelisah Tecla berguling ke kanan
dan ke kiri mencari posisi tidur yang pas. Dengan
rasa putus asa, Tecla meraih salah satu bantal dengan tangannya sambil menggeram marah.
"Ini semua karena Phillip!" Tecla menggerutu samT274U
bil menutupi wajahnya dengan bantal. "Sial, sial, sial!"
Tecla meredam suara makiannya dengan bantal.
Gerakan refleks yang dilakukan Phillip untuk menahan tubuhnya yang nyaris membentur dasbor
berputar dan terus berulang di kepalanya. Spontanitas Phillip yang mencoba melindunginya membuat
perasaan Tecla sedikit melambung.
Bukan hanya sedikit. Tepatnya benar-benar melambung tinggi.
"Ah, apa sih yang sedang kupikirkan!" pekik Tecla
sambil bangkit dan duduk tempat tidurnya. Tecla
melempar bantalnya sembarangan, lalu kedua tangannya bergerak mengacak-acak rambut ikalnya. Ia
memutuskan mengambil air minum untuk mendinginkan kepalanya.
Tecla membuka pintu kamarnya perlahan lalu
menjulurkan kepala lebih dahulu untuk memastikan
tidak ada seorang pun yang sedang berkeliaran di
dalam vila. Saat menoleh ke sebelah, Tecla melihat
pintu kamar Tatiana setengah terbuka. Belum sempat Tecla berpikir lebih panjang, sudut matanya
menangkap bayangan dari arah tangga. Tecla spontan menarik kepalanya dan kembali merapatkan
pintu kamarnya dengan gerakan cepat, tapi menyisakan celah untuk mengintip situasi di luar.
Ternyata bayangan tadi adalah Tatiana yang berjalan tergesa, tidak sedikit pun menyadari Tecla mengamatinya diam-diam.
T275U Tepat saat ia hendak menyapa Tatiana, pintu kamar Tatiana sudah tertutup dengan empasan yang
cukup kuat. Tecla melongo. Sedetik kemudian dengan penasaran, Tecla menghampiri pinggir tangga dengan menunduk. Seperti yang ia duga, Michael berdiri tidak
jauh dari dasar tangga, dengan pandangan kosong
ke arah lantai atas. Michael sepertinya juga tidak
menyadari keberadaannya. "Michael, ada apa?"
Tecla nyaris terjungkal jatuh saat mendengar suara Phillip yang tiba-tiba memenuhi lantai bawah.
Karena banyak lampu yang sudah dimatikan, Tecla
berusaha menajamkan matanya untuk mengamati
sosok Phillip yang sedang menunduk melihat jam
tangannya. "Sekarang sudah jam tiga lebih. Tidak bisa tidur?"
Phillip tersenyum lebar dan melangkah mendekat ke
hadapan Michael. Kini Phillip berdiri membelakangi
Tecla sehingga sekarang Tecla tidak dapat melihat
raut wajahnya. "Kamu sendiri, apa yang kamu lakukan di dalam
sana?" Michael balas menyindir dengan senyuman
geli. Tangan yang sedang menggenggam ponsel, menunjuk ruang kerja Phillip yang terbuka.
Phillip terbahak mendengar ucapan Michael,
membuat Tecla melirik pintu kamar Tatiana dan
T276U berharap Tatiana tidak keluar dan menemukannya
sedang menguping. "Sebaiknya kita istirahat, Michael. Besok aku sudah menyiapkan acara seru untuk kita berempat.
Tatiana pasti menyukainya. Dan sore harinya aku
juga sudah berencana mengajak kamu bermain golf.
Sudah lama kan kita tidak bermain golf bersama"
Patrick pasti akan marah kalau tahu soal liburan ini
dan aku sama sekali tidak mengajaknya." Phillip
menggosok-gosokkan tangannya tampak sangat puas
dengan rencana yang sudah disusunnya.
Phillip menepuk bahu Michael sebelum meneruskan ucapannya. "Oke, kita lanjutkan besok, Michael,"
ujar Phillip lalu berbalik melangkah ke arah kamar
tidurnya. "Phillip. Tunggu!"
Pantulan cahaya lampu dari arah kolam renang
membuat Tecla dapat melihat wajah Michael yang
berubah kaku. Panggilan Michael menghentikan
langkah Phillip, lelaki itu berbalik dan memandang
Michael wajah bingung. "Ada apa?" "Uhm, aku ingin membicarakan sesuatu." Michael
mengangkat dagunya. Dari kejauhan Tecla bisa melihat ketegangan di wajahnya.
"Tidak bisa menunggu besok?" Phillip menggerakkan tangannya ke belakang untuk menunjuk kamar
tidurnya. "Malam ini aku merasa sangat capek.
T277U Kamu tahu, kan, insomniaku semakin parah belakangan ini."
Tanpa menghiraukan penolakan Phillip, Michael
langsung membuka mulutnya. "Apakah kamu menyukainya" Mencintainya?" Michael menunduk dan
berdeham sekilas lalu kembali menatap kaku pada
Phillip. "Tatiana maksudku. Aku merasa" kalian?"
Ucapan Michael menggantung di udara.
"Tentu saja aku menyukainya, Michael." Suara
Phillip yang terdengar geli. "Kita bicarakan besok
pagi saja ya" Siang maksudku. Karena sekarang saja
sudah pagi. Dan, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, Michael." Phillip mendekati Michael dan
kembali menepuk bahu Michael, seperti ucapan terima kasih untuk perhatian Michael atas hubungannya
dengan Tatiana. Tapi lagi-lagi Michael menghentikan Phillip dengan ucapannya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Phillip.
Kamu memang menyukainya, tapi apakah kamu
juga mencintainya" Benar-benar jatuh cinta" Bukan
karena Sabina, kan?" cecar Michael yang memainkan
ponsel untuk menutupi kegelisahannya.
Tecla merinding mendengar Michael menyebutkan
nama Sabina. Tecla mendorong tubuhnya agar bisa
melihat reaksi Phillip. Phillip yang tadi sudah melangkah ke arah kamarnya kembali berbalik menatap Michael. "Michael,
T278U ada apa denganmu?" selidik Phillip, balik bertanya.
Kali ini suara Phillip terdengar sama kakunya dengan Michael.
"Jawab dulu pertanyaanku, Phillip. Aku hanya
ingin tahu jawaban yang sebenarnya." Michael menghentikan gerakan dan menggenggam erat ponselnya.
Tangannya terjulur agak naik ke hadapan Phillip,
seakan ingin menegaskan peringatkannya. "Karena,
jika ini semua hanya karena kamu masih belum bisa
melupakan Sabina. Aku bersumpah aku akan menghentikan semua ini." Michael menatap tajam pada
Phillip. Tecla menahan napas dan berdoa agar tidak terjadi baku hantam antara kedua lelaki itu.
Phillip terkesiap, terlihat berusaha keras mencerna
kalimat yang dilontarkan Michael. "Awalnya memang karena Sabina," bisik Phillip, sambil menganggukkan kepalanya.
Ketika melihat perubahan raut wajah Michael, Tecla
yakin detik itu juga Michael ingin menonjok Phillip.
Tapi sebelum niat itu menjadi nyata, ia terkejut saat
Phillip mendongak dan tersenyum pada Michael.
"Tapi beberapa waktu yang lalu, aku menyadari
bahwa sebenarnya sudah lama aku tidak lagi memikirkan Sabina. Kamu tidak perlu khawatir, Michael.
Aku yakin, Tatiana perempuan yang sempurna
untukku." Phillip memutar kepalanya dan melemparkan pandangan ke arah kolam renang.
T279U "Mungkin ini yang terbaik," desah Phillip, menarik sudut bibirnya membenyuk senyuman. "Orang
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lain mungkin akan berpikir kamu sudah jatuh cinta
pada calon istriku, Michael. Tadi kamu terlihat ingin
menonjokku. Kamu iri karena aku sudah mendahuluimu, kan?" Phillip terkekeh.
Sepertinya Phillip salah mengerti maksud perkataan Michael. Tecla yang semakin penasaran semakin
mendorong tubuhnya ke depan, kedua tangan mencari pegangan dan berusaha agar tubuhnya tetap
seimbang. Tiba-tiba ponsel Phillip berbunyi dan mengagetkan mereka bertiga. Tecla hampir saja melepaskan
pegangan tangannya. Ia semakin menajamkan telinga, karena meskipun Michael masih berdiri di tempat yang sama, tapi Phillip sudah berjalan menjauhi
Michael dan menghilang dari jangkauan pandangan
Tecla. "Michael, kita lanjutkan besok. Aditya meneleponku. Mungkin ini penting," suara Phillip terdengar
tergesa. Langkah Phillip semakin menjauh sembari
berbicara dengan suara yang direndahkan.
Tecla menjulurkan kepalanya, memastikan Phillip
sudah benar-benar masuk ke dalam kamarnya. Sementara di lantai bawah, Michael terlihat seperti
orang ling-lung. "Sebaiknya, sekarang kamu juga masuk ke kamarmu, Tecla. Pertunjukan sudah selesai."
T280U Tecla yang masih terdiam dalam posisi menunduk, nyaris terjerengkang di pinggir tangga saat
mendengar ucapan Michael yang ditujukan kepadanya. Tecla menelan ludah dengan jantung berdegup
kencang, menatap sosok Michael berlalu kembali ke
dalam kamar tidurnya. T281U SEBELAS ecla menguap untuk kesekian kalinya. Kedua tangannya menangkup di wajah sebentar lalu menopang dagu di atas meja kerjanya. Banyak hal yang
berloncatan dalam pikirannya, tentang Peter, Phillip,
dan entah apa lagi. Sudah dua minggu setelah kabar Peter mengundurkan diri dari jabatan presiden direktur, kini
Phillip menggantikan Peter untuk sementara, sampai
nanti diadakan rapat pemegang saham. Sebenarnya
hal ini juga tidak berpengaruh besar. Semua orang
tahu selama ini Phillip-lah yang menjalankan perusahaan dan Peter nyaris tidak pernah muncul di
kantor. Hasil rapat pemegang saham jelas sudah bisa
ditebak hasilnya. Peter resmi mengundurkan diri. Aditya menelepon Phillip pagi-pagi buta untuk memberitahuT282U
kan kabar mengagetkan ini. Kabar ini membuat
Phillip terpaksa mempersingkat liburannya, meninggalkan Michael dan Tatiana di Bali yang memilih
kembali ke Jakarta keesokkan harinya. Sementara
Phillip, begitu tega membangunkan dan menyeretnya
ke bandara untuk mengejar penerbangan pagi, tidak
peduli meskipun ia mengatakan bahwa baru beberapa menit saja ia bisa memejamkan mata.
Saat tiba di rumah keluarga Hubert, mereka tidak
menemukan keberadaan Peter, Sabina, dan Safa. Menurut kabar yang disampaikan Aditya, Peter hanya
mengirimkan surat pengunduran dirinya secara
resmi. Hubert dan Ratna juga tidak tampak khawatir
ataupun sedih. Mereka malah terlihat begitu santai
dengan keputusan yang diambil Peter. Hanya Patrick
yang terlihat bingung. Tecla menghela napas, melirik jam yang melingkar di tangannya. Hampir tengah malam. Dan
Phillip masih berada di dalam ruangannya menginstruksikan pekerjaan pada Boni. Pekerjaan, pekerjaan
dan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Rasanya
Tecla sudah lupa kapan terakhir kali ia memejamkan
matanya dengan tenang. Masih dengan posisi bertopang dagu, Tecla membiarkan kedua matanya menutup perlahan.
?"" T283U Tecla tersentak mendengar suara dering ponselnya.
Tapi seperti sudah begitu terbiasa, dengan mata masih tertutup rapat, Tecla meraba meja kerjanya dan
menempelkan ponsel ke telinganya.
"Bangun, Tecla!" suara bariton Phillip membuatnya sedikit merenggangkan kelopak mata.
Phillip berdiri di hadapannya dengan satu tangan
menempelkan ponsel di telinga, tapi Tecla mengabaikan kehadiran Phillip dan langsung menjawab
panggilan di ponselnya. "Halo, halo?" Seakan masih mengambang antara mimpi dan
kenyataan, Tecla membuka matanya agak lebar dan
mengamati nama yang tertulis di layar ponselnya.
Setelah yakin tidak salah baca, Tecla mendongak
untuk melihat apakah bayangan Phillip di hadapannya ini sudah menghilang atau belum.
"Aku sudah tahu senjata rahasia untuk membangunkanmu." Phillip tersenyum lebar menatapnya.
Tangannya mematikan ponsel dan memasukkannya
kembali ke saku. Tecla mengusap wajahnya dan mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Heh, apa" Sekarang waktunya
pulang?" "Belum. Sekarang aku ingin merayakan sesuatu,"
kata Phillip dengan nada misterius, ia memutari
meja dan menarik lengan Tecla sampai Tecla berdiri
tegak di depannya. T284U Tecla masih menatapnya bingung, sama sekali tidak mengerti. Phillip tertawa geli melihat ekspresi
Tecla yang menatapnya seakan ia sudah gila. Phillip
meraih lengan Tecla dan menyeret gadis itu ke
ruang kerjanya. Tecla mengucek-ngucek kedua matanya, tidak percaya dengan apa yang di hadapannya. "Aku tidak
sedang bermimpi, kan?" tanya Tecla memandang
meja kerja Phillip yang sudah disulap menjadi meja
makan dengan dua kursi yang berlainan. Tecla yakin
kursi yang satu adalah milik Boni. Berbagai hidangan di atas meja langsung menggoda selera Tecla.
Phillip tergelak senang melihat keberhasilannya
mengejutkan Tecla. Phillip tidak mengindahkan pertanyaan Tecla. Ia menuntun gadis yang masih shock
itu ke salah satu kursi dan mendudukkan Tecla di
sana. "Rasanya, lima menit yang lalu Boni masih ngobrol denganmu di sini." Tecla menelan ludahnya memperhatikan satu persatu isi piring di hadapannya.
Perutnya mendadak berontak tidak sabar minta untuk segera diisi.
"Boni sudah pulang sejam yang lalu," jelas Phillip
memutari meja dan duduk di atas kursinya. Melihat
Tecla yang tanpa basa-basi langsung menyambar
makanan yang ada, Phillip memutuskan menunggu
dan menikmati tingkah gadis yang kelaparan itu.
Tecla terlihat jauh lebih kurus dari saat pertama
T285U kali ia melihatnya. Phillip baru menyadarinya setelah
sejam yang lalu mengamati Tecla yang tertidur nyenyak di meja kerjanya, bahkan masih dengan posisi
duduk dan bertopang dagu. Bayangan hitam di bawah mata Tecla semakin terlihat jelas, entah mengapa kenyataan itu membuatnya merasa bersalah.
Setelah puas memperhatikan Tecla, Phillip teringat
kalau malam ini Tecla tidak sempat makan malam.
Dengan cepat Phillip menemukan ide jitu untuk menebus rasa bersalahnya
"Lalu siapa yang membuat ini?" tanya Tecla, dahinya berkerut sambil terus sibuk mengunyah.
"Aku." Phillip tersenyum lebar. Di hadapannya,
kedua bola mata Tecla membulat tidak percaya. "Untung saja barang-barang di kulkas tidak ada yang
kedaluwarsa." Tecla nyaris tersedak. "Kulkas" Maksudmu yang
ada di dapur itu?" Tecla menatap Phillip ngeri. Satu
tangannya menunjuk ke arah luar. Phillip mengangguk geli.
"Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku mengisi
kulkas itu. Kamu yakin sudah mengecek tanggalnya,
Phillip" Kamu berencana meracuniku dengan
makanan ini ya?" Phillip tergelak. "Mana mungkin aku meracunimu,
Tecla. Aku berniat merayakan jabatan baruku. Yah,
meskipun sebenarnya belum resmi. Lagi pula aku
juga tidak mau terlihat terlalu gembira. Jadi, satuT286U
satunya orang yang bisa aku ajak merayakannya
bersamaku saat ini hanya kamu."
Tecla berdecak sambil menyipitkan matanya pada
Phillip. "Lihat, siapa yang sombong sekarang?" cibir
Tecla. "Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu
inginkan, Phillip. Sudah puas?"
"Puas. Sangat puas. Meski aku tidak menyangka
akan secepat ini." Phillip mengangguk-angguk senang.
"Kamu sudah menjadi presiden direktur sekarang.
Peter dan Sabina entah pergi berlibur ke mana.
Berarti sekarang kamu sudah tidak membutuhkan
Tatiana lagi." Tecla menelan sisa makanannya dan
menatap Phillip tenang. Jemari Tecla menjumput
selembar tisu dan menyeka sudut bibirnya, menunggu jawaban lelaki itu.
Phillip terdiam dan menatap Tecla tajam. "Tatiana
akan selalu?" Phillip tergeragap, tidak mampu meneruskan ucapannya.
"Apa maksud semua ini, Phillip?" Tecla menunjuk
meja. "Apa maksudmu merayakan keberhasilanmu
bersamaku?" "Ya. Maksudku hanya merayakannya," jawab
Phillip agak lambat. Ia mencoba menerka apa yang
akan diucapkan Tecla selanjutnya.
"Bersamaku" Makan malam" Dengan lampu yang
diredupkan" Dengan dua lilin di atas meja" Dengan
T287U pemandangan ke seluruh kota?" Tecla menunjuk
semua yang ia sebutkan. "Apa maksudmu, Tecla?" Phillip mencoba sedikit
lebih sabar. "Kamu marah tiap kali melihatku bersama Nando
atau laki-laki lain. Kamu jadi sangat menyebalkan
saat ponselku berbunyi. Menurutmu apa sih yang
kamu lakukan?" Tecla meletakkan tangannya di atas
pahanya dan tersenyum mengejek, mengawasi apa
yang akan dilakukan Phillip.
Phillip mendorong kursinya mundur dan menatap
Tecla dengan raut wajah yang sulit dipahami Tecla.
Tapi tampaknya Tecla mencoba tetap terlihat tenang.
"Aku tidak mengerti apa yang ingin kamu sampaikan," gumam Phillip. "Habiskan saja makananmu.
Sepertinya kamu terlalu lama kelaparan sampai-sampai pikiranmu melantur. Aku tunggu di mobil."
Phillip lalu melangkah meninggalkan Tecla yang
melongo. "Kamu tidak mengerti atau kamu memang tidak
mau mengerti, Phillip?" bisik Tecla lemah, Phillip
sudah menghilang dari pandangannya.
?"" Keesokan harinya Tecla mengerutkan dahi ketika
memasuki ruang kerja Phillip. Ia mendapati lelaki
T288U itu tengah mengepalkan tinjunya berkali-kali ke udara penuh kemenangan.
"Mabuk karena terlalu banyak minum teh herbal,
Phillip?" Tecla mendekati meja kerja Phillip dan melongok ke cangkir teh yang kosong.
"Kamu pasti belum tahu kabar baik yang baru
saja aku terima. Kabar istimewa tepatnya." Phillip
menjatuhkan tubuhnya ke atas kursi dan menyandarkan punggungnya dengan raut wajah berseri.
"Kabar istimewa apa, Phillip?"
"Barusan, Tante Laura, mamamu meneleponku.
Ada pembatalan di hotel pada tanggal 4 Juli.
Seminggu setelah acara pertunangan." Phillip memutar kursinya dan menatap ke luar jendela.
"Lalu?" Tecla memeluk mapnya erat-erat. Kepalanya mendadak berdenyut keras.
"Tanggal 4 Juli atau aku harus menunggu dua bulan lagi. Lalu aku menelepon Tatiana untuk menanyakan pendapatnya." Phillip menghela napas panjang.
"Lalu apa katanya?" Tecla menurunkan salah satu
tangannya untuk bertumpu pada pinggir meja
Phillip. Tecla yakin kakaknya tidak akan setuju.
Tatiana selalu berusaha memperlambat rencana pertunangan mereka. Lagi pula, 4 Juli" Tidakkah itu
terlalu cepat" Phillip bangkit berdiri dan menatap Tecla dengan
senyum penuh kemenangan. Kepala Tecla semakin
T289U berdenyut. Tapi melihat senyum Phillip, jauh di dalam lubuk hatinya Tecla tahu apa yang akan dikatakan pria itu.
"Aku juga agak terkejut, Tecla. Tapi ternyata
Tatiana setuju." Phillip kembali mengepalkan tinjunya dan tersenyum lebar pada Tecla.
Tecla menatap Phillip dengan tatapan kosong, bergumam tidak jelas.
"Kamu tidak ingin mengucapkan selamat?" Phillip
melangkah mendekati Tecla dan menarik map yang
dipeluk Tecla. "Apakah Tatiana benar-benar bilang setuju" Apa
dia sudah mendengar tanggalnya dengan jelas?" gumam Tecla sambil menatap Phillip berharap Phillip
hanya bercanda atau membohonginya.
Phillip tersenyum geli lalu melemparkan map
yang dipegangnya sembarangan ke atas meja. "Dengan sangat jelas! Dan kakakmu juga mengucapkannya dengan yakin akulah laki-laki yang sempurna
untuknya." Tecla menatap nanar pada Phillip, dan pada saat
yang sama Phillip merentangkan lengannya dan menarik Tecla ke dalam pelukannya. Phillip menumpahkan semua kebahagiaan tanpa menyadari perasaan
perempuan yang berada dalam dekapannya.
"Pelukan terakhir untukku, Tecla."
Dekapan Phillip membuat Tecla semakin merasa
sakit. Lengan kokoh Phillip tidak akan sanggup meT290U
remukkan tubuhnya. Tapi ucapan Phillip telah meremas hatinya, membuat dadanya terasa nyeri. Inilah
puncak seluruh rasa sakit yang ingin Phillip timpakan padanya. Tubuh Tecla lungai, ia membiarkan
kedua tangannya bergelantung di leher Phillip yang
semakin mengetatkan pelukannya. Matanya sudah
panas, satu tarikan napas lagi air matanya pasti akan
menetes. Tapi tidak! Tidak akan ada setetes pun air
mata untuk Phillip. ?"" Pagi hari ketika akan berangkat ke kantor, Phillip
dikejutkan dengan penuturan mamanya. Ratna terlihat sama terkejutnya. Menyadari ada yang tidak beres dengan putranya, Ratna bangkit dari kursi dan
mendekati Phillip. "Tecla berangkat pagi-pagi sekali. Sekitar jam
lima pagi," ujar Ratna sambil meraih dasi Phillip
dan mencoba membetulkan posisinya. "Dia tidak
bilang apa-apa pada kamu" Apa kalian bertengkar
urusan kantor?" "Sama sekali tidak, Ma. Tadi malam Tecla masih
memberi ucapan selamat, ketika tahu tanggal pernikahanku dimajukan." Phillip menatap jauh mencoba
mengingat seluruh detail dan hal-hal yang mung-kin
luput dari perhatiannya. "Atau mungkin Tecla sakit?"
T291U "Sakit?" Phillip menunduk dan mengerutkan dahinya.
"Aku perhatikan memang wajahnya agak pucat.
Beberapa hari belakangan ia juga mengeluh sakit
kepala." Ratna melepaskan tangannya dari dasi Phillip.
Phillip benar-benar tidak menghiraukan apa pun.
Biasanya Phillip akan menggerutu kesal dan berusaha menjauh karena Ratna biasanya malah merusak
penampilannya yang sudah rapi. Tapi sekarang
Phillip bahkan tidak menyadari dasinya sudah kusut
karena tarikan Ratna terlalu kuat.
"Sepertinya kamu sudah menyiksa anak orang,
Phillip! Kalian hampir selalu pulang lewat tengah
malam. Lembur terus. Aku harus menjelaskan apa
pada Laura jika Tecla benar-benar sakit" Mungkin
ia pulang karena sudah tidak tahan lagi. Aduh,
Tuhan!" Ratna mengomel sambil menekan pelipisnya.
Phillip memutar otak, tetap tidak menemukan
alasan kepergian Tecla.
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Phillip, kamu tidak mendengarku?" Ratna mencoba menarik dagu Phillip agar tetap memandangnya.
Phillip menahan tangan Ratna dengan cepat dan
menjauhkannya dari wajahnya. "Aku mendengarnya,
Ma. Tapi ada sesuatu yang harus kulakukan."
Tanpa mengindahkan omelan Ratna, Phillip berT292U
gegas melintasi ruang makan dengan langkah lebar
menuju ke ruang kerja. Satu tangannya meraih ponsel dan menekan beberapa tombol. Ujung sepatunya
menendang pintu ruang kerja hingga menutup.
Phillip menarik napas lega begitu mendengar teleponnya diangkat.
"Apa-apaan ini, Tecla" Kamu pergi begitu saja tanpa
memberitahuku" Di mana kamu sekarang" Sebaiknya
kamu tidak terlambat sampai di kantor hari ini," cecar
Phillip, nada suaranya terdengar sangat marah.
"Aku pulang, Phillip. Aku mengundurkan diri,"
jawab Tecla dengan suara lirih berusaha menjaga
nada suaranya setenang mungkin.
"Apa?" tanya Phillip, kaget.
"Aku mengundurkan diri. Suratnya sudah kuletakkan di ruang kerja. Aku juga sudah menyampaikannya pada Om Hubert dan Tante Ratna."
Phillip mengusap wajahnya dengan putus asa.
"Tapi kenapa" Ada apa" Mengapa tiba-tiba?""
"Bukankah aku punya hak untuk mengundurkan
diri" Lagi pula ada atau tidaknya aku di kantormu juga
tidak berpengaruh. Pekerjaan Boni jauh lebih baik
daripada aku. Aku lebih banyak mengganggumu,
Phillip. Seperti yang sering kamu katakan, aku tidak
pernah melakukan sesuatu dengan benar. Bukankah
seharusnya kamu senang sekarang, tidak perlu repotrepot memecatku." Suara tawa Tecla terasa ngilu menghantam telinga Phillip, membuat Phillip semakin
T293U bingung, hingga akhirnya mengempaskan tubuhnya
di kursi besar yang biasa didudukinya.
"Bukankah kamu bilang akan mengawasiku" Bukankah kamu sedang mencari daftar kesalahanku
untuk kamu laporkan pada Tatiana?" bisik Phillip.
Helaan napas Tecla terdengar berat dan panjang
sebelum menjawabnya. "Tugasku sudah selesai,
Phillip. Meski aku masih tidak habis pikir bagaimana Tatiana bisa menyetujui tanggal pernikahan itu.
Tapi ini memang sudah waktunya aku pulang."
Phillip terdiam beberapa saat, mencoba meraba
keberadaan Tecla. Telinganya menangkap suara keramaian dan sayup-sayup suara pengumuman penerbangan. Phillip putus asa, tidak tahu lagi harus
mengatakan apa. Tapi ia juga tidak ingin membiarkan Tecla pergi begitu saja.
"Phillip, aku harus masuk pesawat sekarang. Bye."
Tecla memutuskan teleponnya tanpa menunggu
Phillip sempat mengucapkan sesuatu.
Phillip terenyak. Ia membiarkan suara denging
memenuhi telinganya memastikan Tecla benar-benar
sudah mematikan ponselnya. Dengan gerakan lemah
Phillip menatap nama Tecla berkedip-kedip di layar
ponselnya. Phillip masih tidak memercayai apa yang
barusan didengarnya. Apa yang sudah dilakukannya" Phillip benarbenar tidak mengerti. Apa yang sudah dilewatkannya" Phillip menatap ponselnya dengan perasaan
T294U hampa. Andai ia bisa berharap benda kecil itu bisa
membawa Tecla kembali. Ke ruangan ini. Sekarang.
Saat ini juga. "Phillip." Suara panggilan bersamaan dengan derit
pintu ruangan kerjanya yang terbuka. Phillip mengalihkan matanya ke pintu dengan wajah linglung.
Peter melangkah masuk. Setelah menutup pintu
dengan pelan, Peter mendekati Phillip yang masih
menatapnya dengan tatapan kosong.
"Phillip?" Peter mengangkat telapak tangannya
dan menggerakkannya di depan wajah Phillip.
"Eh, ya?" Phillip tersentak karena gerakan tangan
Peter. Meski tidak sepenuhnya sadar atas apa yang
sedang terjadi pada dirinya, Phillip bangkit berdiri
dan memutari meja. Phillip meletakkan ponselnya
di atas meja sebelum memasukkan kedua tangannya
ke dalam saku celananya dan memandang kakaknya.
"Sudah lama aku tidak melihatmu," sapa Phillip
dengan senyum dingin. Matanya tidak sedikit pun
memandang Peter. Tatapannya kosong, memandang
jauh ke belakang tubuh Peter.
"Hanya begitu saja?" Peter menaikkan alisnya dengan jail. "Tidak ada pelukan?"
"Kita tidak pernah melakukannya, Peter," Phillip
tersenyum mengejek. Peter menghela napas dan sengaja berpura-pura
menunjukkan kekesalannya. "Tapi aku tetap ingin
T295U memelukmu. Bagaimanapun, kamu sekarang presiden direktur."
"Aku memang pantas untuk jabatan itu," tandas
Phillip sedikit mengangkat dagunya lebih tinggi.
"Ya, Phillip. Aku tahu." Peter mengangguk-angguk
dengan senyum yang tulus, lalu menonjok bahu
Phillip. "Aku tidak pernah cocok untuk jabatan itu.
Aku tidak pernah menyukainya."
Peter melangkah menjauhi Phillip dan berdiri di
depan jendela, mendorong daun jendela lebih lebar
lagi. Sayup-sayup terdengar suara tawa Safa dari arah
taman belakang. Sekarang perhatian Phillip teralih
pada Peter. Kulit Peter terlihat semakin gelap karena
terbakar matahari, Peter berdiri memunggunginya
dan tubuhnya terguncang tawa memperhatikan tingkah anak perempuannya. Phillip melangkah mendekati Peter dan berdiri di samping kakaknya, penasaran
terhadap apa yang sedang dilakukan Safa hingga
membuat Peter tertawa lepas begitu.
"Aku akan membawa mereka," bisik Peter saat
Phillip berada di sampingnya.
Phillip memutar kepalanya memandang Peter,
mencoba memahami ucapannya.
"Aku petualang. Aku tidak bisa berlama-lama
berada di belakang meja." Peter masih terus memandangi istri dan anaknya dengan tatapan penuh cinta,
ia membiarkan Phillip memperhatikannya dengan
dahi berkerut. T296U "Apa maksudmu?" tanya, Phillip. "Apa Sabina mau
mengikuti petualanganmu?"
"Dari pertama kali ia sudah mendukungku. Hanya, baru sekarang aku berani mengambil keputusan."
"Lalu kamu akan membawa mereka ke mana?"
Phillip menyandarkan punggungnya pinggir ke jendela.
"Minggu depan, kami bertiga akan berangkat ke
pedalaman Afrika. Untuk selanjutnya aku masih belum tahu. Tapi yang jelas, aku pasti datang di hari
pernikahanmu." Peter meletakkan tangannya dan
meremas bahu Phillip. Untuk pertama kalinya Phillip memandang kakaknya dengan perasaan amat bersalah. Phillip dapat
merasakan ketulusan dari ucapan dan senyum Peter.
Selama lima tahun ini Phillip memendam kebencian
pada Peter, membuat hubungan mereka renggang.
Dan sekarang Peter malah membuatnya malu karena
ia salah menduga bahwa Peter ingin menguasai
Briar-Rose. Phillip memeluk kakaknya sambil menepuk punggung Peter. "Sebaiknya kamu pertimbangkan lagi
rencanamu, Peter. Aku tidak bisa membayangkan
Sabina dan Safa di tengah-tengah hutan belantara."
Phillip melepaskan pelukannya dan melihat Peter
kembali memandang ke luar jendela. Safa tertawa
gembira dengan satu tangannya menggenggam
T297U cookie. Melihat kue kering itu, Phillip kembali teringat Tecla.
"Mereka berdua sama bahagianya denganku. Dan
lagi, aku masih punya sejumlah saham di perusahaan. Jadi sekarang, aku ingin menikmati hidupku
dulu." Peter menjentikkan jarinya ke depan wajah
Phillip sambil tertawa. Phillip dan Peter tergelak bersamaan.
"Aku sudah menemukan belahan jiwaku, Phillip.
Semoga kamu juga menemukannya," gumam Peter
sambil kembali memandangi Sabina dan Safa.
Phillip termangu mendengar perkataan Peter.
Tiba-tiba pertanyaan itu dan perasaan hampa menyergapnya bersamaan. Apakah ia sudah menemukannya"
?"" "Yakin akan berangkat ke Afrika?" tanya Phillip
pada Sabina, sambil menjatuhkan tubuhnya ke atas
kursi di samping Sabina. Sabina tersenyum, lalu kembali memperhatikan
Peter yang sedang memegangi Safa di dalam kolam
renang. "Tidak takut?" tanya Phillip lagi. "Bukankah
kamu selalu mencari laki-laki mapan" Pekerja keras"
Duduk di balik meja dan mengenakan jas mahal?"
Phillip mencibir dan menyindir Sabina terang-terangT298U an. Tapi tidak ada lagi nada benci, Phillip justru
tampak ingin menggoda Sabina.
Sabina memandang bergantian antara Phillip dan
Peter sambil tersenyum ganjil. Phillip yang selalu
sinis kini tampak lebih santai. "Kalian sudah baikan?"
"Kapan kami pernah bertengkar?" jawab Phillip
cepat. Sabina menghela napas. "Waktu itu aku hanya
mencari-cari alasan, Phillip. Aku takut perasaanmu
semakin besar hingga aku mengucapkan kalimat bodoh itu." Sabina menundukkan wajahnya.
"Aku masih ingat dengan jelas." Phillip menggoyang-goyangkan kakinya sambil menatap ke langit
gelap di atasnya. "Kamu bilang, "Maaf, Phillip. Tapi
Peter jauh lebih mapan dan lebih dewasa daripada
kamu." Dulu terasa sangat sakit mendengarnya. Tapi
sekarang, setelah diingat-ingat lagi, aku malah tidak
merasakan apa-apa." "Maafkan aku, Phillip," bisik Sabina lirih.
"Tidak apa-apa. Aku justru ingin berterima kasih,
Sabina." Phillip menatap mata Sabina dengan lembut. Sabina tersenyum bingung dan membalas tatapan Phillip dengan penuh tanda tanya.
"Kalau kamu tidak mengatakan kalimat itu lima
tahun yang lalu, mungkin aku tidak akan seperti
sekarang ini." Untuk pertama kalinya Phillip tersenyum tulus pada Sabina.
T299U Mereka berdua duduk bersisian, memandangi
Peter dan Safa yang tengah menikmati keriangan di
kolam renang. ?"" Aditya mendorong pintu ruangan Phillip, tanpa
basa-basi langsung melontarkan protesnya. "Phillip,
kalau begini terus kamu bisa membuat kita semua
jadi gila!" Phillip tidak mengindahkan kedatangan Aditya
dan tetap memandangi kertas berukuran besar yang
ada di atas mejanya. "Phillip!" sentak Aditya.
"Kamu saja yang sudah gila, Aditya," kilah Phillip
sambil masih tetap menunduk dan meneliti kertas
yang ada di hadapannya, pura-pura serius.
"Kamu tidak sedang membaca, Phillip. Tidak
usah pura-pura. Aku yakin tidak ada satu hal pun
yang masuk ke dalam kepalamu. Lalu nanti kamu
akan menyiksa semua bawahanmu jika kamu sudah
tidak sanggup lagi. Phillip, apa kamu tidak sadar
dengan semua ini?" Aditya merenggut kertas lebar
itu dengan kasar dan melemparkan amplop pada
Phillip. "Apa ini?" Phillip meraih amplop putih itu dengan pandangan menyala. Aditya dengan tenang
menggulung kertas yang ada di tangannya.
T300U "Tiket ke Surabaya. Tiga jam lagi berangkat. Lebih baik kamu segera bergegas." Aditya mengangkat
bahunya dengan santai. "Aku dan Larry sudah bosan
melihatmu mengurung diri di ruangan ini."
Aditya berbalik meninggalkan Phillip lalu berhenti tepat di depan pintu. "Tecla dan Tatiana jatuh sakit. Sementara ponselmu tidak bisa dihubungi. Lakukan apa yang harus kamu lakukan, Phillip! Sebelum
kamu menyesal." Aditya menutup pintu ruang kerja Phillip dan
membiarkan atasannya itu memikirkan kata-katanya.
Phillip termangu. Semenjak Tecla meninggalkannya, Phillip mengurung diri di ruangannya, tidak ada yang berani
mengganggu. Phillip menarik laci mejanya, memandangi boneka kumal yang tidak sempat dibawa Tecla pulang.
Selama beberapa bulan yang lalu entah bagaimana
Mimi bisa membuatnya tertidur nyenyak. Tapi sekarang, Mimi pun tidak mampu membuat matanya
memicing barang sejenak. Phillip sama sekali tidak
bisa tidur. Emosinya naik-turun tidak menentu.
Phillip sadar, tampangnya pasti sangat kacau.
Phillip meraih amplop putih yang tadi dilemparkan Aditya.
Lakukan apa yang harus kamu lakukan, Phillip!
Sebelum kamu menyesal. Apa yang harus dilakukannya" Phillip mencengkeT301U
ram rambutnya dengan putus asa. Ia tidak pernah
merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Separuh
hidupnya seakan ikut terbawa pergi bersama hilangnya sosok perempuan berambut ikal yang beberapa
bulan ini telah membuat hari-harinya hidup dan
berwarna. Phillip bangkit dengan satu tangan memegang
erat tiket pesawatnya. Tiket inilah yang akan membawanya mencari tahu apa yang sudah terjadi pada
dirinya. ?"" Tecla mencoba membuka matanya dan mengumpulkan kesadarannya. Tecla dapat merasakan dirinya
masih berada di atas tempat tidur. Satu tangannya
terangkat dan memegangi kepalanya yang terasa seperti dihantam palu.
Sudah berapa hari ini Tecla mendekam di kamar.
Ketiga sahabatnya memang tidak pernah absen
mendatanginya. Bahkan Diablo, anjing kesayangan
Tecla, seperti tahu keadaan tuannya, selalu setia menungguinya.
Samar-samar Tatiana seperti memandanginya dan
mengajaknya berbicara. Tapi Tecla tidak bisa mengerti. Ucapan yang keluar dari mulutnya pun hanya
meracau. Rasa sakit dan perasaan lemah membuat
air matanya merembes tanpa bisa ia kendalikan.
T302U Phillip. Tatiana. Michael. Dokter. Rumah sakit. Semua nama-nama itu bercampur aduk dan membuatnya tambah pusing. Semakin ingin ia berbicara, yang
keluar dari bibirnya hanya kata-kata yang tidak ia
mengerti. Tecla sempat melihat samar-samar sosok
Tatiana duduk mematung di samping tempat tidurnya,
tapi hanya sekejap sebelum akhirnya ia menutup matanya yang terasa semakin berat. Tecla merasa dirinya
kembali jatuh ke suatu tempat yang gelap.
Air mata itu terasa hangat membasahi wajahnya.
Tapi ia tidak bisa bergerak, seperti terperangkap dalam kegelapan. Suara bisik-bisik yang menyerupai
dengungan semakin memenuhi telinganya, terasa
semakin mengganggu. Ia ingin bangkit dan membuka matanya lebar-lebar. Tapi rasa sakit yang menusuk di lengannya membuatnya semakin membuat ia
merasa terperosok ke tempat yang lebih gelap.
Tecla" Tecla". Tecla hafal suara itu. Suara Phillip yang memenuhi mimpinya membuatnya sedikit merasa tenang.
Tecla tersenyum. Meski kegelapan tetap menyelimutinya di alam mimpi, tapi suara Phillip terdengar begitu nyata di telinganya. Kali ini Tecla tidak ingin
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bangun. Meski berada di lorong tanpa cahaya, tapi
jika ia bisa mendengar suara bisikan Phillip, ia rela
selamanya berada di sana.
Tecla" Bangun tukang tidur!
Bisikan Phillip semakin keras terdengar di telingaT303U
nya. Tecla menoleh ke kanan dan ke kiri, bergerak
gelisah dan berusaha mencari asal suara. Andaikan
saja ia bisa menemukan Phillip dalam dunia mimpi
ini. Tenang, Sayang" Aku ada di sini.
Tecla merasakan dua tangan kokoh menangkup
wajahnya. Apakah itu Phillip"
Iya, ini aku. Buka matamu, Tecla.
Tecla merasakan kehangatan yang aneh di bibirnya. Ia ingin bangun sekarang. Dengan susah payah
ia membuka matanya perlahan. Bayangan samar
yang ada di hadapannya seakan memenuhi seluruh
penglihatannya. Postur tubuh yang sangat dikenalnya
membuat Tecla berusaha membuka matanya lebih
lebar lagi. Telapak tangan Phillip masih menangkup wajahnya, mengalirkan rasa hangat. Wajah Phillip terpampang begitu dekat dengan wajahnya. Tecla mengerjap
tidak percaya. Waktu seakan berhenti berputar.
"Phillip?" erang Tecla, berusaha mengumpulkan
kesadarannya. Semua seperti gambar asbstrak pada
mulanya. Samar. Semua yang ada di depan matanya
seperti tertutup kabut. Matanya mengerjap, meyakinkan diri bahwa ia
tidak sedang bermimpi. Perlahan-lahan kabut itu
terkikis. Saat semuanya kian jelas, dan kesadarannya
pulih, dengan sisa-sisa tenaganya Tecla berusaha
melepaskan wajahnya dari tangan Phillip dan meT304U
mandang ke sekelilingnya. Suara tawa bahagia
Phillip membuatnya kembali menatap pria itu.
"Aku tidak menyangka aku adalah Pangeran
Phillip-mu." Phillip tertawa dan tetap menempelkan
kedua tangannya di pipi Tecla.
"Apa?" tanya Tecla dengan suara lemah. Tecla
mencoba menepis tangan Phillip dan berusaha duduk. Phillip melepaskan tangannya dan menahan
agar gadis itu tetap terbaring. Phillip menekan kedua tangannya ke bahu Tecla untuk memastikan
Tecla tetap berbaring di tempat tidurnya.
"Kamu tidak sadar selama seminggu. Sebaiknya
kamu tetap berbaring tenang, aku akan memanggil
dokter untuk memeriksamu lagi." Phillip menunjuk
Tecla dengan ekspresi serius. Tapi sedetik kemudian,
Phillip kembali tersenyum lebar lalu menunduk
mendekati wajah Tecla. "Kamu tahu" Aku harus
menciummu dulu, baru kamu terbangun dari tidurmu. Aku menemukan satu lagi senjata rahasia untuk
membangunkanmu." Phillip mengusap dengan lembut sudut bibir Tecla yang kering. Senyumnya mengembang penuh kelegaan.
Tecla mengangkat tangannya untuk menepis jarijari Phillip. Tecla menahan napasnya, memandang
Phillip dengan tatapan ngeri.
Tiba-tiba, Tecla mencubit pipinya sendiri.
"Ouch"!" pekik Tecla. Phillip terkejut melihat apa
yang baru saja dilakukan Tecla. Cepat-cepat Tecla
T305U mengelus pipinya meredakan rasa nyeri bekas cubitan, dengan tatapan tajam menghujam Phillip.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Ini senjata rahasia untuk memastikan aku tidak
sedang bermimpi," gerutu Tecla dengan cemberutannya yang khas. Phillip kembali tergelak.
"Kamu tidak bermimpi." Phillip menundukkan
wajahnya semakin dekat ke wajah Tecla. Membuat
Tecla menelan ludahnya dengan panik.
"Jadi" ini" tadi" kita?" Tecla tergeragap, menunjuk bibirnya dan Phillip bergantian.
"Mau diulang?" Phillip cengar-cengir menggoda
Tecla. "Kamu sudah gila?" Tecla mendorong Phillip menjauh dan mengangkat tubuhnya untuk duduk. Matanya memandang lemari dinding yang memisahkan
kamarnya dengan kamar Tatiana. "Apa yang kamu
lakukan" Ana?" Tecla menggeleng-geleng ngeri.
"Jangan banyak bergerak!" cegah Phillip lalu
memegangi lengan Tecla. "Infusmu bisa tercabut.
Kamu tidur hampir seminggu lebih. Dokter terpaksa
memasang slang ini dua hari lalu. Kamu membuat
semua orang panik, Tecla. Tatiana bahkan sempat
sakit juga, mengkhawatirkanmu."
"Tatiana?" Apa kamu sudah gila, Phillip" Kalian" dia?" Tecla tidak bisa mengeluarkan apa
yang ingin ia katakan. Tangannya terangkat dan menutupi bibirnya.
T306U "Aku sudah membatalkannya," ujar Phillip tenang.
Ia memandangi Tecla dan membiarkan Tecla mencerna perkataannya sebelum melanjutkan. "Tatiana
dan aku sepakat membatalkannya. Ia mencintai
orang lain. Aku juga mencintai orang lain."
"Michael?" Tecla mendesah lega. Akhirnya
Tatiana sadar. Dan sekarang Phillip juga sudah
mengakui perasaanya yang belum hilang dari
bayang-bayang Sabina. Phillip mencintai orang lain.
Tecla merasakan hatinya pedih seketika.
"Aku sebenarnya tidak melihat apa yang terjadi di
antara mereka berdua." Phillip menarik tangan Tecla
yang bebas dari slang infus, lalu membuat lingkaran-lingkaran kecil dengan ujung jarinya di sana.
"Tapi, setelah membatalkan semuanya, kakakmu pergi begitu saja. Mungkin sekarang ia sedang mencari
Michael." Tecla membuka mulutnya, tapi seakan mengetahui
apa yang ingin diucapkan Tecla, Phillip melanjutkan
ucapannya, "Iya, aku tahu. Orangtuamu jelas panik
melihat Tatiana membawa lari mobilnya. Tapi tidak
apa-apa, aku sudah menyuruh orang membuntutinya. Menurutku sebaiknya kita tidak usah menghentikannya. Tatiana hanya ingin melepaskan emosinya,
kamu tidak perlu khawatir."
"Kamu hanya tidak mau melihatnya, Phillip.
Orang buta saja tahu apa yang sedang terjadi di antara Tatiana dan Michael," ujar Tecla. Ia mencoba
T307U menarik tangannya, tapi Phillip menahannya. "Untung saja kalian tidak terlambat menyadarinya. Kalian berdua memang sama-sama tolol," tandas
Tecla. Phillip tertawa. Meskipun baru pulih dari sakit,
Tecla sepertinya dengan cepat mengumpulkan kekuatannya untuk menghadapi Phillip. Setelah menenangkan diri, Phillip menunduk memandangi telapak tangan Tecla. "Peter pergi membawa Sabina dan
Safa ke Afrika. Mereka akan tinggal di sana, aku tidak tahu sampai kapan."
Tecla mengernyit. Telapak tangannya berbalik
meremas tangan Phillip berupaya menghibur Phillip.
"Afrika" Jauh sekali! Apa kamu merasa sedih karena
Peter membawa Sabina jauh darimu" Sabina akan
baik-baik saja, Phillip."
Phillip mendongak terkejut. Tapi beberapa saat
kemudian raut wajah Phillip berubah memandang
Tecla dengan raut wajah geli. "Aku tidak mengkhawatirkan Sabina, Tecla. Dia sangat mencintai kakakku. Mereka akan baik-baik saja."
Gantian Tecla yang melongo mendengar ucapan
Phillip Phillip membuka mulutnya dengan senyum bijak.
"Aku tahu, kalau sebenarnya yang memenuhi pikiranku hanyalah dendam dan kebencian. Aku semakin
menyadarinya setelah bertemu denganmu. Aku sudah lama melupakan Sabina, tapi aku tidak menyaT308U
darinya karena hati dan pikiranku hanya dipenuhi
keinginan untuk membalas perbuatannya." Phillip
menggeleng, wajahnya dipenuhi penyesalan.
"Kamu membuat semua rencanaku berantakan,
Tecla!" Phillip cepat-cepat meletakkan telunjuknya
di bibir Tecla saat ia membuka mulutnya untuk
membela diri. "Seminggu ini aku benar-benar menderita. Seminggu penuh tanpa kehadiranmu membuatku hampir mati karena frustrasi."
"Apa karena tidak ada yang mengganggumu?"
Tecla menaikkan alisnya. "Ya, karena tidak ada yang menggangguku. Dan
aku tidak bisa hidup tanpa gangguanmu, Tecla."
Phillip merangkum wajah Tecla untuk kedua kalinya. Tecla menelan ludah, tenggorongannya tercekat
mendengar ucapan Phillip.
"Kamu tidak tahu betapa cemburunya aku mendengar nama Nando atau melihatmu bersama laki-laki
asing itu di Bali. Aku ingin menonjok mereka semua!" kata Phillip, geram.
"Nando mencintai Tatiana," ujar Tecla tanpa ekspresi. Phillip membeku dan tetap tidak mengangkat
tangannya dari wajah Tecla. "Dia menyukai kakakku
selama ini. Bukan aku. Aku hanya adik baginya."
Tecla tersenyum karena Phillip kini terlihat bodoh
di hadapannya. "Nando menyukai Tatiana?" ulang Phillip. "Tapi
sepertinya ia membenciku. Aku juga tidak menyuT309U
kainya." Phillip mengangkat bahunya, seakan hanya
berbicara pada dirinya sendiri.
"Nando jelas-jelas cemburu, karena kamu akan
menikahi Tatiana." Tecla meringis. "Ugh, lepaskan
tanganmu, Phillip! Wajahku bisa kaku kalau kamu
pegangi terus." Tecla menangkap tangan Phillip dan
membebaskan wajahnya. Phillip tidak mengindahkan protes Tecla, malah
semakin erat memegangi wajah gadis itu. Phillip
menatap mata Tecla dalam-dalam, dengan raut wajah yang sangat serius.
"Aku mencintaimu, Tecla."
Tecla mengerjapkan matanya tidak percaya. Rasa
yang aneh menyerbu perutnya, seakan ribuan kupukupu berjejal-jejal dan menggelitik perutnya. Bahagia. Terkejut. Bingung. Semua perasaan bercampur
dan membuat Tecla hanya terdiam.
"Aku mencintaimu, Tecla," ulang Phillip dengan
suara yang lebih ditekan. Phillip panik melihat Tecla
tidak menunjukkan reaksi yang diharapkannya. "Semua yang ada di kepalaku hanya tentangmu. Semua
perbedaan yang ada di antara kita. Rambut ikalmu.
Air liurmu. Mimi. Kue keringmu. Kebiasaanmu
tidur di segala tempat. Makanan kesukaanmu. Kaus
Mickey Mouse lusuh milikmu. Sepatu bututmu. Ransel jelek itu!" cecar Phillip.
"Phillip, kamu sedang menghinaku atau sedang
T310U menyatakan cintamu?" Tecla mendengus dengan senyum tertahan.
Melihat Tecla mencoba bersikap ketus padanya
membuat Phillip tersenyum lega, ini dia Tecla yang
dikenalnya. "Kamu mencintaiku juga, kan?" Phillip menggoyang kepala Tecla pelan.
Tecla terkesiap. Ia salah tingkah mencoba melepaskan tangan Phillip dari wajahnya. Tecla ingin
menutup wajahnya yang ia yakin sudah memerah.
Tecla berusaha keras menahan seyumnya.
"Phillip, lepaskan wajahku. Kamu membuatku tambah pusing." Tecla mencoba berkelit. Tapi Phillip semakin erat merangkum pipinya dan semakin mendekatkan tubuhnya mengikuti gerakan Tecla. Tecla berontak
dan semakin cepat memutar-mutar kepalanya.
"Katakan dulu kamu mencintaiku. Aku akan
melepaskannya setelah kamu mengucapkannya,"
ancam Phillip sambil tergelak.
Sekarang mereka seperti dua orang yang sedang
bermain-main. Tecla mencoba menundukkan wajahnya atau menjauh dari tatapan Phillip. Tapi Phillip
tetap bertahan. "Phillip, lepaskan aku!" ucap Tecla dengan napas
terengah-engah. "Aku membencimu!" pekik Tecla.
Phillip tertawa terbahak-bahak. Seakan sudah
mendengar apa yang diinginkannya, Phillip menghentikan tindakannya dan melepaskan Tecla. Phillip
T311U kembali mengempaskan tubuhnya dan duduk di
ujung tempat tidur Tecla. "Oh"! Kamu sangat mencintaiku, Tecla. Tatiana pernah mengatakan padaku,
kalau kamu mengatakan kamu membenciku itu berarti kamu sangat menyukaiku."
Tecla menyipitkan matanya pada Phillip dengan
sebelah tangan menutupi wajahnya. Tecla menendang selimutnya dan menendang Phillip agar keduanya terjatuh ke lantai. "Aku memang membencimu, Phillip!"
Phillip tertawa semakin keras. "Apa" Kamu mencintaiku" Benarkah" Sebesar apa?" Phillip mendekatkan telinganya ke bibir Tecla. Pertahanan Tecla sudah bobol, ia tidak mampu lagi menahan tawanya.
Tecla mendorong kepala Phillip dengan setengah
hati. "Sebesar ini?" Tecla membuka kedua tangannya
lebar-lebar. Mereka kembali tertawa. Phillip menarik
bahunya dengan cepat dan memeluknya erat. Dagu
Phillip berada di atas kepalanya, telinganya menempel rapat ke dada Phillip. Ia dapat mendengarkan
gemuruh dari dada Phillip, gemuruh yang sama dengan yang ada di dadanya.
"Aku tidak pernah sebahagia ini, Tecla," bisik
Phillip saat tawa mereka reda.
"Bahkan saat kamu menjadi presiden direktur?"
Tecla tersenyum lebar sambil mempererat rangkulannya di pinggang Phillip.
T312U "Tidak sebanding dengan saat ini." Phillip juga
mempererat pelukannya. "Ucapkan sekali lagi,
Tecla." Tecla mendongak dan menatap Phillip bingung.
"Ucapkan sekali lagi. Buat aku lebih bahagia lagi."
Phillip menunduk dan menatap mata Tecla dengan
penuh harap. Tecla tersenyum lebar. "Aku mencintaimu,
Phillip." T313U EPILOG "Bagaimana gaunku" Tidak ada yang salah, kan"
Apa rambutku masih rapi" Bagaimana dengan riasan
wajahku" Gigiku bersih, kan" " bisik Tatiana pada
Tecla sebelum ia naik untuk duduk di atas pedati.
"Semua baik-baik saja. Sempurna. Kamu cantik
sekali, Ana," puji Latanya yang menjadi pengiring
pengantin Tatiana. "Katupkan gigimu, Ana. Kamu tidak mau kan,
kalau fotografer itu mengambil fotomu saat sedang
mengomeli para pengiring pengantinmu?" timpal
Aelita. Tecla tertawa lebar melihat Tatiana yang masih khawatir dengan penampilannya. Latanya dan Aelita sibuk membantu mengangkat ekor panjang gaun pengantin Tatiana. Semua undangan sudah keluar dari
gereja dan berkumpul untuk melihat pedati besar dengan ornamen jerami yang ditarik seekor sapi. Pedati
T314U itu akan mengangkut Michael dan Tatiana menuju vila
yang akan mereka ditempati setelah pernikahan.
Sejumlah undangan dan beberapa anak kecil sibuk
melempari Michael dan Tatiana dengan kelopakkelopak bunga. Para undangan yang lain ribut dengan
suara siulan dan gemuruh tawa mereka. Tecla melirik
sekilas pada para undangan lalu tertawa lebar pada
Tatiana. "Bagaimana bisa kamu masih panik urusan penampilan?"
Tatiana melemparkan senyum supermanisnya dan
berbalik menatap Tecla. "Tunggu sampai hari pernikahanmu!" desis Tatiana, sengit. "Kamu juga nanti" Ups!"
"Begini lebih cepat." Michael bergerak cepat, membopong Tatiana dengan kedua tangannya sambil
tertawa bahagia. Tecla langsung bergerak membetulkan gaun Tatiana.
Undangan semakin riuh melihat apa yang dilakukan Michael. Mereka berebutan mengucapkan
kegembiraan mereka dalam berbagai bahasa. Temanteman dan keluarga Michael yang berdatangan dari
beberapa penjuru dunia membuat acara pernikahan
ini menjadi semacam acara internasional. Salah seorang teman Michael dari Argentina bahkan melemparkan beras sebagai tanda keberuntungan dan
kesuburan untuk kedua mempelai.
"Nanti apa, Ana" Mengapa tidak melanjutkan
T315U ucapanmu?" timpal Phillip sambil tersenyum lebar.
"Aku hanya perlu memastikan Tecla tidak akan tertidur di hari pernikahan kami."
Phillip merangkul bahu Jebb, adik tiri Michael,
yang tetap tersenyum lebar meskipun tidak mengerti
apa yang dikatakan oleh orang-orang di sekitarnya.
"Kalian berdiri sebentar dan biarkan para fotografer mengabadikan kegembiraan kalian," seru Tony,
Sleepaholic Jatuh Cinta Karya Astrid Zeng di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sang wedding planner, menghentikan pembicaraan
mereka dengan menepukkan tangannya untuk mendapatkan perhatian.
Michael memutar tubuh Tatiana, membuat Aelita,
Latanya, dan Tecla semakin bekerja keras menjalankan tugas mereka sebagai pengiring pengantin yang
harus siap setiap saat memastikan segalanya sempurna.
Para fotografer yang bertugas mengabadikan setiap momen berharga, bekerja tanpa menemukan
banyak kesulitan. Mereka membiarkan Michael dan
Tatiana bergerak dinamis dan ekspresif, tinggal Tony
yang bergerak panik ke sana kemari untuk memastikan semuanya tetap terkendali.
"Patrick, sini! Berdiri di sampingku," seru Aelita
menarik Patrick yang sedari tadi terlihat sedang
memperhatikan seseorang di tengah kerumunan
para undangan. "Michael, lihat tuh pengiring pengantinmu tidak bekerjasama dengan baik," lapor Aelita
sambil mengerutkan bibirnya.
T316U "Tidak apa-apa. Setidaknya Patrick masih mengerti apa yang kamu ucapkan, Aelita. Jebb bahkan
hanya berdiri tersenyum sepanjang misa dan aku
bingung harus mengajaknya bicara dengan bahasa
apa." Latanya melepaskan ekor gaun Tatiana dan
berbalik memandang adik tiri Michael yang masih
berdiri dengan senyum yang mengembang.
"Untung saja adik tirimu tampan, Michael." Latanya
mengedipkan matanya sambil menyikut lengan
Michael yang masih menggendong Tatiana. "Kalau
semua orang bule setampan adikmu ini, besok aku
akan mendaftar untuk ikut kursus bahasa Inggris dan
Jerman." Mereka kembali tertawa lalu seperti mendapatkan
aba-aba dari seseorang, mereka serentak memandangi Phillip yang sekarang sedang memeluk bahu
Tecla. "Sepertinya hanya ada satu pasangan pengiring
pengantin yang tidak mengomel." Tatiana menunjuk
Tecla dan Phillip. "Hei! Ini hari pernikahanku. Jangan bersenang-senang sendiri di ujung sana!" tunjuk Tatiana dengan buket bunganya. "Tecla, tangkap
buket ini jika kamu ingin Phillip cepat-cepat menikahimu!" Tatiana mengangkat buket bunganya ke
depan wajahnya. Semua yang ada di sana bergerak mendekat karena melihat Tatiana yang bersiap-siap melemparkan
buket bunganya. Michael bergerak cepat dan melangT317U
kah kembali mendekati pedati yang sudah menunggu mereka.
"Maaf, tapi sang mempelai pria sudah tidak sabar
lagi," teriak Michael dengan suara keras dan mendapat sorakan yang lebih menggelegar sebagai balasannya. Michael mendudukkan Tatiana di atas pedati
sebelum menempatkan dirinya di sebelah Tatiana.
Tony mengisyaratkan pemandu pedati untuk
menghela sapi dan menarik pedati itu berjalan.
"Sampai nanti malam semuanya," teriak Michael
sambil melambaikan tangannya.
"Tecla, kakakmu memintaku untuk memastikan
kamu mengejarnya," bisik Tony sambil menarik
Tecla lepas dari pelukan Phillip. Tecla memandang
Phillip yang tersenyum geli lalu beralih memandang
Tony yang melanjutkan perkataannya dengan serius.
"Kejar! Dan pastikan kamu menangkapnya!"
Tony mendorong Tecla ke depan, tepat saat pedati
yang dinaiki Michael dan Tatiana bergerak perlahan.
Tecla melirik pada ketiga sahabatnya yang berteriakteriak seperti orang gila dan memanggil-manggil
namanya. "Tecla, tangkap ini!" teriak Tatiana sambil mengangkat buket bunganya.
Tecla tertawa geli. Setengah tertunduk malu, Tecla
tetap berjalan pelan di belakang pedati yang semakin
berjarak jauh darinya. Semua orang bersorak menyemangatinya dan membuatnya semakin salah tingkah.
T318U "Tangkap yang benar, Tecla! Aku akan melemparkannya!" teriak Tatiana lagi.
Tatiana mengambil ancang-ancang lalu melemparkan buket bunganya. Sayangnya Tatiana terlalu bersemangat hingga buket bunganya melayang terlalu ke
atas. "Tangkap, Tecla!" Tecla sudah tidak tahu lagi suara siapa yang berteriak menyemangati. Buket bunga
itu melayang cukup lama. Tecla mengambil ancangancang sebelum melompat dan berusaha menangkap
buket itu. Tecla menjulurkan lengannya meraih buket bunga
itu dan membiarkan tubuhnya terjatuh tepat di kedua tangan Phillip yang sudah bersiap menangkapnya.
Tecla tertawa gembira dan membiarkan Phillip
memutar-mutar tubuhnya. Sorak sorai undangan kembali membahana.
"Berikutnya kita, Tecla," bisik Phillip dengan mesra di telinganya.
"Sepertinya aku akan mendapat pekerjaan lagi
dalam waktu dekat," seru Tony yang sudah berdiri
di samping Phillip dan Tecla dengan senyum gembira.
T319U Sleepaholic Cinta Jatuh ecla menggantikan kakaknya, Tatiana, untuk menjadi asisten
pribadi Phillip, calon suami sang kakak. Dengan tekad ingin
membuktikan bahwa Phillip tidak pantas untuk kakaknya, Tecla
berangkat ke Jakarta, menemui Phillip. Kecurigaan Tecla makin
menjadi saat ia mendapati Phillip mendesak Tatiana untuk segera
menikah. Tecla yakin, Phillip punya maksud terselubung dalam
menikahi Tatiana. Namun, Phillip ternyata jadi mimpi buruk buat Tecla. Segala yang
dilakukan Tecla selalu saja salah di mata pria itu. Di lain pihak,
Phillip pun terpaksa menahan kesabaran untuk tidak memecat gadis
tukang tidur yang juga calon adik iparnya itu.
Saat Phillip secara resmi melamar Tatiana, Tecla mulai gundah.
Tecla menyadari bibit cemburu yang muncul di hatinya karena diamdiam ia mulai jatuh cinta pada Phillip. Tecla tak ingin lagi berada
di dekat calon kakak iparnya untuk mencari informasi apakah pria
itu layak dicintai kakaknya. Ia ingin selalu di dekat Phillip karena
menginginkan pria itu untuk dirinya sendiri....
NOVEL DEWASA Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 4-5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramedia.com Malaikat Dan Iblis 4 Pedang Siluman Darah 27 Takanata Iblis Nippon Jejak Di Balik Kabut 36
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama