Ceritasilat Novel Online

Andai Dia Tahu 1

Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur Bagian 1


C OWOK berpostur tinggi, berambut cepak dengan kulit
warna cokelat susu itu tak enak hati.
Ia sempat tak sengaja melihat cewek di seberang nya me nelan ludah dan agak salah tingkah. Peris tiwa seperti ini sudah beberapa kali terjadi selama mereka nongkrong ba reng di kantin kampus ini.
Satu per satu teman-temannya mengeluarkan amu nisi pe lengkap perkuliahan, dari laptop, netbook, tab let, sampai smartphone, tapi cowok itu urung menge luar kan iPad-nya setelah melihat reaksi cewek tadi. Ce wek itu hanya me ngeluar kan buku tulis dan bol poin, lalu berusaha cuek dengan ke beradaan aneka gad get mewah di sekitarnya.
Chell, mau pakai laptop gue" cowok itu me na war kan lap topnya.
Cewek itu tersenyum. Nggak usah. Ntar gue ke ren tal langganan aja.
Yah, ngapain ke rental segala" Buang-buang duit. Pakai punya gue dulu nih. Otak gue masih mam pet, belum
Bab 1 t . c le tak kan Sony Vaio-nya di hadapan ce wek tadi, mem buka kan dan menyalakan lap top nya. Si cewek tak bisa menolak karena barang itu su dah disodorkan di depannya.
Ngetik gih, gue mau makan laksa dulu, si co wok nyengir.
Makasih ya, Van, kata cewek itu pelan
Ntar kalo sudah selesai, di-print aja di tempat gue, si co wok menawarkan bantuan lagi.
Ah, kok gue jadi ngerepotin.
Nggak repot. Datang aja ke kontrakan. Bawa kon sumsi juga boleh, kata cowok itu sambil me nyuap kan sesendok kuah laksa ke mulutnya.
Serius bawa konsumsi"
Ha ha ha ha, bercanda! Habis, di kontrakan ada n ya mi instan saja.
*** Di dalam angkot, cewek itu senyum-senyum. Dalam hati dia senang dengan perhatian Vando, teman se ang ka tannya. Tapi di sisi lain, dia juga tahu dia bermimpi bisa me ngenal Vando lebih jauh. Bisa kenal dan se angkat an de ngan Vando saja sudah ber untung. Semua teman ku - liah nya sudah tahu dia cewek miskin dengan otak encer. Ti dak perlu di prok lamirkan pun semua orang juga tahu dari pe nam pil annya.
Di saat banyak cewek teman kuliah lainnya me nge nakan kaus dan baju bermerek ternama, cewek itu hanya me makai kaus dan hem yang sudah agak pu dar warnanya. Alas kakinya pun hanya bermerek tidak jelas alias
t . c seng gol, yaitu sepatu merek Niko, atau paling mahal juga sandal yang dibeli di toko dekat terminal dengan merek Cross. Banding kan dengan sebagian teman kuliah lainnya yang bisa gonta-ganti sandal cantik dan sepatu keren dengan merek Nike, Reebok, Adidas, Crocs, Vinci, Yongki Komaladi, dan Charles & Keith.
Walau diam-diam selalu menyimpan rasa kecil hati, cewek berponi dengan potongan ram but lurus sebahu itu bertekad mengangkat tegak ke pa la nya.
Gue nggak boleh cengeng bin mellow! Biar miskin, gue harus menunjukkan bahwa gue pintar. Nilai-nilai gue harus bagus, supaya gue terus dapat beasiswa. Gue ha rus berjuang untuk sekolah dan bukan untuk pa car an. Cowok" Nanti dulu!
*** Untung, ile paper -nya ada di laptop gue. Cowok yang dipanggil Vando itu senyum-senyum di dalam ka marnya. Bukan dia ingin menyontek isi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, tapi dia ingin bisa meminjamkan lagi lap topnya ke cewek itu.
Apa gue naksir cewek itu" Vando senyam-senyum sendiri nggak jelas. Nggak tahu sih! Hmmmm, ka yak nya sih nggak naksir! Penampilannya sederhana banget. Gue senang berteman dan menolong dia aja sih. Tapi ke napa tiap ke kampus gue nggak tenang ya kalau nggak ketemu dia" Vando menggaruk-garuk kepala nya sendiri. Aduh! Pikiran gue kok melantur ke mana-mana" Fokus, fo kus, fokus untuk bikin paper. Bukan mikirin cewek. Ke mana larinya sih ide-ide cemerlang di otak gue" Kok
t . c Yang terngiang-ngiang di otak Vando malah lagu-lagu dangdut dari tetangga sebelah alias si Engkong pe milik kon trakan. Yang disetel bolak-balik lagu-lagu dangdut, dari dangdut remix hingga dangdut pan tura, Kangmassss kamu di mana" Bukan pulang mem bawa uang untuk istri di rumah tapi membawa pe rempuan lain. Salahku apa& do saku apa& Petir me nyambar hatiku melihat kau bermesraan dengan pe rempuan lain.
Ammmppppuuuun, itu lagu apaan sih" Engkong!!! Gue nggak bisa konsentrasi nih!
t . c L EOVANDO RAINDRA. Itu nama lengkap cowok yang
akrab dipanggil Vando tersebut. Dari namanya saja sudah ketahuan dia berbintang Leo. Sementara Vando Raindra itu gabungan nama orangtuanya, Vanya dan Oscar Raindra. Vando bukan hanya ca kep, tapi juga cerdas dan baik hati. Kekurangannya" Je las ada! Dia nggak suka olah raga, sukanya nonton per tandingan doang, khususnya sepak bola. Tim se pak bola kesukaannya AC Milan, Barcelona, dan Chelsea. Kalau dia main basket, itu hanya terpaksa un tuk ambil nilai olahraga. Sama kayak main futsal, dia ikut-ikutan suka demi pergaulan saja. Olahraga yang dia nikmati hanya berenang.
Sudah gitu, kalau lagi nonton ilm dari DVD atau serial-serial apa pun kesukaannya, dia nggak akan peduli dengan sekitarnya. Matanya hanya me man dangi TV. Pernah ketika ada gempa mengguncang Ja kar ta, orang-orang rumah nya pada berlarian keluar ru mah, dia hanya bilang, Oh, gempa, sementara ma ta nya terus menatap layar TV
Bab 2 t . c sudah di ton ton nya ratusan kali. Saat orang-orang se rumah ma suk lagi, Vando malah sedang ngakak me nik mati ade gan-adegan konyol di ilm.
Vando juga nggak suka minuman bersoda, suka nya hanya air putih dan es cendol. Mau ke restoran ma hal kek, ke rumah makan murah kek, yang dia cari hanya es cendol. Kalau nggak ada cendol, dia mi num air putih saja. Atau syukur-syukur dia mau pe san jus buah.
Nah, kalau sudah menginginkan sesuatu Vando bisa ke pala batu. Lulus SMA dengan sukses, ia m e mi lih kuliah di jurusan Antropologi, Universitas Nu santara, salah satu pe r guruan tinggi negeri ber geng si di Indonesia. Sebetulnya papa Vando tidak terlalu mendukung Vando me milih jurusan Antro pologi.
Memangnya nggak ada jurusan lain yang lebih la zim ya, Van" tanya Papa sambil mengernyitkan dahi.
Maksud Papa" giliran Vando yang mengernyit kan dahi.
Jurusan politik, hubungan internasional, ilmu kom puter, psikologi, atau malah ambil jurusan ba ha sa-bahasa gitu. Kan itu pilihan yang lebih umum, Papa masih usaha membujuk Vando. Su paya adil, akhirnya Vando m e ne n tukan dua pilihan, antro pologi dan bahasa Jerman. Ter nyata yang di te rima antropologi. Mau nggak mau, papa nya Vando me nerima dan mendukung saja. Berbeda de ngan ma ma nya, yang memperbolehkan Vando me mi lih ju rusan apa saja, yang penting anak cowok nya yang tampan itu bahagia dan mau ber sung guh-sungguh men ja lankan pilihannya.
Ternyata pilihannya tidak salah. Kuliah di jurusan ant . c killer, nggak terlalu jual mahal ilmunya, nggak terlalu sok penting, cukup senang bergaul de ngan mahasiswanya, tapi ada juga yang su per si buk penelitian ini-itu. Seniorseniornya juga asyik, ke b a nyakan tidak suka mengintimidasi anak baru (tapi teteup ada juga yang nyeleneh dan bertingkah sok senior sih).
Sementara ini, menurut hasil pengamatan Vando, cewek-cewek seangkatan di jurusannya tidak ada yang menarik hatinya. Eh, atau belum" Intinya ti dak ada yang bi kin dia jatuh cinta. Kalau cewek itu Chella posisi di hati nya sementara ini hanya bi kin dia agak-agak kepikiran. Nggak tahu kenapa.
Yang bikin heboh para cowok di kampus justru Saphira, teman seangkatan tapi jurusan ilmu politik. Sap hira memang cantik bak model, kulit wajahnya mulus li c in, rambutnya lurus, hitam mengilat, dan wangi banget. Tapi Vando hanya senang melihatnya dan cukup ber ke nal an sekadarnya. Dulu waktu di SMA, Vando pernah se kelas dengan cewek cantik kayak Saphira, namanya Dania, tapi ya gitu deh. Vando merasa capek melihatnya ka rena Dania sa ngat peduli dengan penampilannya. Contoh, pel ajar an olahraga masih berlangsung tapi dia bolak-ba lik merapikan rambutnya yang selalu rapi dengan jemari tangannya. Waktu ada penanaman pohon di hala man belakang sekolah untuk memperingati Hari Ling kungan Hidup, Dania ngeluh melulu. Ala san nya, kuku ta ngan nya yang berkilap indah te ra wat itu kemasukan tanah. Kalau pergi ke kantin ba wa - annya selain dompet adalah satu tas mini yang isi n ya tisu minyak untuk me nye rap minyak di wa jah mulusnya, hand sanitizer, tisu basah, compact pow der, lipgloss, lip balm,
t . c Vando tahu isi nya karena tas Doraemon itu pernah diumpetin Nanang yang emang jail. Bukan itu saja, Nanang bahkan me motret isi tas dan mengunggahnya ke FB dengan caption Tas Doraemon Princess Dania. Karena ulah jail nya itu Dania nggak mau ngomong dengan Nanang sama sekali, selama berbulan-bulan. Memang nggak ada ruginya sih buat Nanang nggak diajak ngo mong sama Dania, tapi dia tetap merasa nggak enak. Masa mau kelulusan malah musuhan. Akhir nya Dania mau memaafkan Nanang de ngan syarat Na nang harus jalan jongkok sejauh lima me ter dan sung kem ke dia. Siapa suruh bilang dia princess ! Ka lau mau minta maaf ke princess ya harus ja lan jong kok.
Balik lagi ke Saphira. Menurut gosip yang beredar di kam pus, Saphira sudah diincar oleh seniornya, Lo gan. Vando malas saingan dengan senior. Lagian kayak nggak ada cewek lain saja. Vando sendiri ber te kad di tahun pertama ini dia harus fokus dengan kuliah saja. Supaya nilaini lai nya bagus semua dan papanya tidak meragukan pilih an kuliahnya. Vando juga tidak mau buru-buru cari pa car. Dibilang jom blo juga no problem, toh dia merasa bu kan sem ba rang jomblo, melainkan joker: jomblo keren.
*** Vando tinggal di sebuah kontrakan yang tak jauh da ri kampusnya. Tadinya Vando berencana tidak nge kos, tidak juga ngontrak. Tapi karena Jakarta dan sekitarnya ma cetnya makin menggila, Vando me mu tuskan untuk ngekos. Coba kalau Vando tidak ting gal di dekat kampus, dari ru mahnya di Taman Aries, Jakarta Barat ke kampus di
t . c kan kalau ku liah nya jam tujuh atau delapan pagi, bisabisa Van do berangkat saat langit masih gelap. Belum lagi pu langnya yang bakal berbarengan dengan orang pu lang kan tor, macetnya bisa bikin stres. Kapan bel ajarnya" Kapan istirahatnya" Kapan nonton ilm nya"
Tapi karena waktu nyari kos-kosannya sudah men - dekati masa orientasi mahasiswa baru, tidak ada ka mar kos yang kosong. Kalaupun ada, yang tersisa ka mar kos yang menyatu di dalam rumah pe mi lik nya. Vando ogah. Nggak bebas. Gimana kalau suatu saat seapes-apesnya ada keributan rumah tangga dari pemilik kosnya" Kan mau nggak mau dia ter kena imbasnya.
Lalu pencarian ditingkatkan menjadi kontrakan, ternyata sama sulitnya. Mama Vando yang me ne mani mencari kos waktu itu sampai menawarkan agar Vando menye wa apartemen yang ada di Jalan M ar gonda saja. Tapi Vando nggak mau. Dia merasa ka lau di apartemen bakal ribet, mesti urusan de ngan sekuriti karena alasan keaman an penghuni apar te men lainnya. Kalau di kos atau kon trakan, se andai nya ada teman-teman mau main kan tinggal ke tok-ketok pintu.
Mamanya Vando yang lumayan cantik itu hanya min ta kalau sudah tinggal di kontrakan, Vando pu lang ke rumah saat weekend.
Ya iyalah, Ma, ngapain juga bengong sendirian pas week end" Mending pulang ke rumah, janji Vando saat itu.
Catet ya, Vando, omongan kamu hari ini. Nanti ka lau ka mu punya cewek, pasti kamu nggak mau pu lang, goda Mama.
t . c Tuh coba masuk gang situ, kayaknya banyak tem pat kos nya, siapa tau ada kontrakan, suruh Ma ma menunjuk sebuah gang yang hanya bisa di ma suki satu mobil dan satu motor.
Untungnya, beneran ada rumah yang dikon trak kan. Kon trakan yang sekarang ditinggali Vando, mi lik Engkong Somad juragan kos. Tadinya rumah itu dibuat untuk putri bungsunya, tapi ternyata me nantu Engkong pindah dinas ke Semarang dan mem boyong putri Engkong ke Kota Lunpia itu. Ja di lah rumah minimalis berkamar tidur dua itu di kon trak kan ke Vando. Selain rumah yang dikontrakkan itu, Engkong juga punya kos-kosan cewek berisi sepuluh kamar.
Karena yang dikontrakkan itu rumah kecil yang cu kup baik, bukan rumah asal jadi, Engkong tidak mau ke colong an. Mamanya Vando disuruh bikin su rat per nyataan ja minan bermeterai enam ribu ru piah. Isinya" Kalau anak nya yang cakep itu tidak akan terlibat kejahatan, kum pul kebo, dan meng gu na kan narkoba. Bila melanggar Eng kong siap men de pak nya walau kontraknya belum sele sai dan uang nya juga tidak akan dikembalikan. Galak, kan"
Tapi Mama Vando kompakan dan setuju banget de ngan persyaratan Engkong. Kata mamanya, kalau sam pai Engkong melihat gelagat Vando nyeleneh, Eng kong disuruh lekas-lekas menelepon Mama. Bah kan Mama sampai memberi nomor ponsel Mama, Papa, dan adik Vando, Pipo.
Haduuuh, Mama, kayak nggak kenal aku saja. Ma sa aku terlibat dengan hal-hal nggak penting ka yak gitu! protes Vando waktu itu.
t . c tingkah, tapi mamanya tetap saja waswas. Ma salah nya, ini kan baru kali pertama Vando hidup man diri, terpisah dari keluarganya. Kedua, dunia per kuliahan lebih be bas di ban ding masa SMP dan SMA, takutnya ada te man-teman kuliah yang me me nga ruhi Vando berbuat negatif. Makanya Mama lang sung sreg waktu bertemu dengan Engkong yang tidak lepas tangan.
Dengan izin Engkong Somad pula, Vando di per bo lehkan menyewakan kamar tidur yang masih ko song ke teman kuliahnya. Uang sewa kamar itu oleh mamanya disuruh ditabung saja.
*** Ternyata mencari teman kontrakan itu susah-su sah gampang. Syaratnya yang pasti harus cowok. Ka lau bisa jangan penyakitan, apalagi sampai pe nya kit menular. Bukan kenapa-kenapa, Vando takut nggak bisa bertindak tepat kalau misalnya teman se ru mahnya itu kumat ayan, panuan, apalagi sam pai AIDS. Vando nggak ingin ada tragedi dramatis di dalam kontrakannya.
Vando akhirnya memilih dua cowok sejurusan dan seangkatannya, namanya Vasco Syailendra dan Azel Mahesa. Vasco, wajah cakep tapi masih lebih ca kep Vando dikit suka banget fotograi, ram but nya yang dipan jangkan mulai mencapai bahu. Gon drong tapi be ran takan. Dia se nang nya pakai kaus warna hitam. Dan ham pir semua kaus hitamnya ber gambar muka orang, dari Bung Karno, Che Guevara, Bob Marley, Iwan Fals, sam pai seniman Be tawi, Benyamin Suaeb. Impian Vasco bisa jadi fo to t . c Kalau Vando lebih suka mikir dulu tapi nggak la malama kok sebelum ngomong atau bertindak, Vasco lebih spontan, risiko tanggung belakangan.
Lain lagi dengan Azel yang lebih pendiam dan biasa ba nget, tapi cukup jago masak. Tahu kan ba nyak cewek per kotaan masa kini yang nggak bisa be dain aneka bumbu dapur" Azel ini tahu dan bisa mem bedakan bumbu dapur yang sulit sekalipun. Se but saja kapulaga, k emiri, jintan. Dia juga jago mi lih seafood dan daging yang segar. Keahlian Azel ini didapat karena keluarganya tidak memakai jasa pem bantu rumah tangga. Jadi Azel wajib membantu ibu nya di dapur.
Nah, di kontrakan ini keduanya bakal menempati kamar tidur yang agak gedean, sedangkan Vando di ka mar tidur yang kecilan tapi sendirian. Vasco se be nar nya nggak begitu suka menata dan berbenah ka mar, tapi kamar tidurnya selalu kinclong dan rapi jali. Karena Azel alergi debu, kalau tempatnya ber debu, nggak bersih, Azel bisa bersin-bersin se pan jang pagi atau malah seharian. Tapi kalau tem pat nya resik, alergi Azel ya nggak kumat. Tiap pagi se belum kena jadwal mandi Azel pasti nge be resin kamar dan ngepel-ngepel dulu. Kadang, kalau lagi nggak tega, Vasco juga ngebantuin kok. Jadi debu nggak mungkin numpuk di kamar tidur keduanya. Sedangkan Vando ngepel kamarnya dua hari sekali kalau inget, kalau nggak ya tiga hari sekali.
Tiga cowok dalam satu rumah saja sudah ribet. Ke tiganya sama-sama ogah-ogahan mandi pagi per tama dan me milih giliran mandi terakhir. Jadi harus di bikin jadwal urut an mandi dari Senin sampai Jum at, daripada mereka
t . c Jadwal itu ditempel di de pan pintu kamar mandi.
Itu baru urusan mandi. Belum lagi urusan cucian. Kalau pakaian, Vando dan Azel memilih mengguna kan jasa laundry kiloan dekat kontrakan yang lebih mu rah dan prak tis. Tapi Vasco memilih mencuci dan setrika sendiri. Se ringnya sih kaus-kaus hitam yang dipakai Vasco belum sem pat disetrika dan ma sih lecek. Dari jemuran, ditumpuk di kamarnya, di li pat ala kadarnya, kalau sempat dan tidak malas ba ru dia menyetrika, tapi kalau banyak tugas dan ke ca pekan, baju dan celana dari jemuran itu langsung dipakai!
Urusan pakaian dalam, mereka bertiga mencuci sen diri, daripada tertukar, semuanya menamai pa kai an dalam dengan spidol walau mereknya ber beda-beda. Repotnya ka lau celana dalamnya warna hi tam atau biru dongker, yang dipakai untuk mem beda kan adalah jepit jemuran. Je pit warna merah un tuk Azel, biru untuk Vando, dan hi jau untuk Vasco.
Membersihkan rumah mulai dari menyapu, mengepel, me nge lap kaca, mengosek bak mandi, kloset, dan lan tai kamar mandi pun dijadwal biar adil. Capek ju ga ternyata hidup mandiri.
Ditambah lagi urusan makanan. Kalau sarapan dan makan siang sih nggak masalah, bisa beli di wa rung dan kantin kampus atau di sekitar kon trak an. Tapi makan malam" Masa mau jajan terus" Mau nggak mau, puasa atau ya masak sendiri. Bener-be ner situasi yang bikin Vando kangen rumah. Semua su dah terhidang di meja. Ma sakan Bu Tini, asisten ru mah tangga yang sudah bekerja di rumahnya se jak dia masih duduk di bangku SD
t . c Nggak usah repot-repot belanja dululah, nyiap-nyiapin ba han, nyuci peralatan masak. Sekarang, setelah jauh dari ru mah, baru kerasa deh ternyata betapa re pot nya semua itu.
Terdengar suara panci dan peralatan masak lain nya disiapkan di dapur.
Mau bikin apaan lo, Zel" tanya Vando celinguk an. Spageti, mau" Azel memasukkan spageti siap pa kai ke dalam panci.
Mau dong tapi nggak ada daging giling, Zel, ja wab Vando sambil membuka kulkas mininya.
Ada sosis nggak" tanya Azel lagi.
Ada nih, buat apaan" Vando menyerahkan bung kusan so sis ke Azel.
Nggak ada daging giling, pakai sosis aja, mau nggak lo"
Cengar-cengir Vando mengangguk-anggukkan ke pala. Perlu bantuan"
Nggak. Eh, keju cheddar ada nggak" Ada. Mau gue yang parut"
Nggak usah. Sudah sini gue yang bikin, kata Azel m eya kin kan. Vando pun ngacir ke ruang TV. Di sana Vasco se dang main PSP.
Masak apaan Azel" tanya Vasco.
Spaghetti bolognaise. Mau lo" Order sana, kata Vando.
Zel, gue mau dong! Vasco teriak sekenceng-ken cengnya.
Beres!! Eh ngomong-ngomong gue yang masak, lo berdua yang nyuci panci-pancinya, ye! Azel ikut an teriak
t . c Iyeeee& Vando dan Vasco menjawab dengan suara rendah, cenderung malas dan terpaksa meng iya kan.
Eh, Vas, bahan-bahan mentahnya kan dari gue, stok gue tuh, jadi gue nyuci sendok saja, ya. Lo nyu ci sisanya, oke" Vando cengar-cengir.
Vasco tertawa ngakak. Sial lo. Iya deh, gue yang nyuci piring dan pancinya.
Di rumah itu, yang paling senang masak adalah Azel, dari nasi goreng gaje alias nggak jelas (mak sud nya dicam pur antara nasi dengan apa saja yang ada di lemari atau kulkas, dari mi telur, sosis, kor net, dan bakso) hingga mi instan dicampur telur da dar, atau sosis dipotong kecil-kecil digoreng de ngan telur dan mi instan saja. Karena sadar tidak piawai masak, Vando pun memilih un tuk men stok bahan mentah. Jadi Azel tinggal masak dan ti dak usah beli bahan-bahan lagi.
Urusan makanan ini juga yang bikin Vando se ma ngat pu lang ke rumah setiap akhir pekan supaya bisa makan enak. Setiap Senin pagi dia sudah sam pai di kontrakan mem bawa aneka masakan matang yang tinggal dihangatkan untuk lauk. Tinggal beli atau masak nasi putih dan ka lau ada sisa lauk di ma suk kan dalam freezer kulkas mini.
Lo pernah baca Facebook-nya Rely, nggak" Bu syet dah, isinya tentang cinta-cintaan melulu, ko men tar Vasco.
Nggak. Cinta-cintaan gimana" Vando balik ber tanya. Dia memang punya akun FB tapi agak jarang me ngecek apalagi sampai update status terus-terusan.
Vasco mematikan PSP-nya dan menunjukkan akun FB
t . c asyik mengunyah krupuk. Di FB tertulis nama nya Aurelyfa Cantik Sekali. Vando membaca-baca sta tus nya Rely.
Cakep banget sih! Tapi nggak mungkin bisa dengan dia kayaknya"!
Ada lagi statusnya Rely. Kok kalau dia dateng gue jadi semangat, kalau nggak ada dia gue jadi superlonely. Padahal di sini kan rame banget. Kenapa gue pi kirin ya, kalo ketemu gue juga dia datar-datar aja. Payah deh.
Baru baca dua status di FB Rely plus komentar-ko mentar di bawahnya, Vando sudah menger nyit kan dahi. Males gue bacanya, Vas. Emang penting ba nget apa nulis sta tus kayak gitu" Kan dibaca orang ba nyak.
Memang itu kan maksudnya supaya orang pada tahu, khu susnya supaya orang yang dituju itu me rasa, ujar Vasco.
Halah, siapa juga peduli, Vando tak acuh. Kita lihat aja Rely pedekate dengan siapa. Ntar juga ketahuan, kan dia sering nongkrong bareng kita, Vasco masih juga membahas.
Naksir lo, kali, ucap Vando dengan muka jail. Vasco terbahak. Males gue. Ke kampus aja dan dan annya kayak mau kondangan. Mendingan juga Chella atau Angelika deh.
Giliran Vando tertawa. Dua-duanya nggak ada yang su ka elo, Vas. Vando menelan ludah. Tuh, Vasco juga le bih suka dengan Chella, kan. Orang nya sederhana dan nggak kebanyakan tingkah.
Wooooiiii& sudah jadi nih, terdengar suara Azel met . c ber larian ke dapur. Keduanya lang sung cengar-cengir begitu melihat di meja sudah ter hidang tiga piring spageti de ngan wangi saus bolognaise-nya yang semerbak. Belum lagi ada ta bur an keju cheddar menggunung di atasnya. Tanpa ba nyak omong, keduanya langsung mengambil piring ma sing-masing.
Tengkyu ya, Zel& duh enak banget nih ka yak nya, puji Vasco. Eh, apa gue nyuci panci-panci dulu baru makan, ya" Vasco jadi dilema sendiri.
Iya, mending lo nyuci peralatan dulu tuh, baru makan, ini juga masih panas, kan, suruh Azel. Vasco langsung buru-buru mencuci peralatan masak yang tadi dipakai Azel. Segera terdengar bunyi ke lon tangan suara panci dicuci sementara Azel dan Vando tenang-tenang makan sambil nonton TV.
t . c N GGAK usah, Van. Gue nge-print di rental saja, to lak
Chella halus. Ngapain sih buang-buang duit" Di kon trak an, lo bisa print sebanyak-banyaknya tapi bawa ker tas HVS sen diri, Vando masih membujuk Chella.
Tapi kan gue pakai tinta printer elo dan gue su dah dua kali numpang nge-print, Chella masih me ngelak.
Ah, baru juga dua kali, belum lima puluh kali, la gian tin ta printer nggak mahal kok. Itu juga bu kan tinta asli, tinta suntik. Lebih murah, he he he. Vando memasang wajah jail.
By the way, gue boleh sekalian numpang nge-print nggak" sela Rely yang dari tadi kayaknya ge rah men dengar Vando membujuk-bujuk Chella.
Boleh. Tapi bawa kertas sendiri ya, jawab Vando sing kat.
Rely agak keki dan bertanya-tanya dalam hati, ke napa sikap Vando selalu sweet ke Chella dan ke pada nya datar
Bab 3 t . c nggak salah, penampilannya saja seder hana banget. Paling-paling bajunya tidak sampai se puluh lembar, aku saja hafal apa saja kaus dan hemnya karena itu-itu saja yang dipakai.
Yang tambah bikin Rely kesal, dia salah satu peng huni kosan milik Engkong, artinya dia te tanggaan dengan Vando, Vasco, dan Azel. Tapi dia tidak pernah se kali pun di undang ke kontrakan mereka. Rely bukannya benci pada Chella, hanya heran, apa sih istimewanya ce wek ini sampai Vando peduli kepadanya" Bahkan me nu rut Rely, Chella itu tidak jelas latar belakangnya. Vando, misalnya, jelas punya satu adik cowok, orangtua nya peng usaha dan berkecukupan. Lalu Vasco, punya satu ka kak laki-laki dan satu adik perempuan, keluarganya ada di Ma gelang. Itu contohnya. Tapi Chella, tidak ada yang tahu soal ke luarga nya.
Oke deh, nanti pulang kuliah gue numpang nge-print, ya, kata Chella ke Vando.
Siiipp, Vando menjawab dengan mata berbinar. Eh, Chell, rumah lo jauh nggak dari kampus" tanya Rely.
Jauh nggak jauh sih, kalo naik angkot dua kali, jawab Chella sambil makan sepiring ketupat sayur.
Kapan-kapan kita main dong ke rumah lo, pinta Rely lagi sambil tersenyum.
Wajah Chella berubah agak tidak enak mendengar permin taan Rely, Ehmm& Itu bukan rumah gue.
Maksud lo" Lo numpang di rumah saudara" Keluarga lo di daerah" Di mana" Rely terus nyerocos.
Bukan, gue tinggal di panti asuhan, ucap Chella pelan. Meja tempat mereka duduk bersantap jadi terasa
t . c Oh, Rely bingung mau menanggapi apa. Ia merasa perasaannya campur aduk. Antara senang karena semua tahu Chella hanya anak panti asuhan, yang pasti lah anak buangan yang nggak jelas orangtua dan ke luarga nya, tapi juga kasihan dan mengerti kenapa selama ini penampilan Chella sederhana.
Tapi boleh kan main ke sana" Sabila berusaha mencair kan suasana yang jadi kurang enak.
Boleh sih, Chella tersenyum, berusaha tetap tenang, tapi biasanya nggak ada yang mau yang main ke panti asuhan, kecuali mau kasih sumbangan.
Kapan-kapan gue mau dong main ke sana. Ada jam ber kunjungnya, ya" Vasco tertarik ingin tahu karena seumur-umur belum pernah berkunjung ke panti asuhan.
Ada. Sore hari atau weekend. Tapi ya itu tadi, biasanya nggak ada yang main ke sana. Kan nggak ada apaapa di panti, jadi mau main apa" jawab Chella sambil ter senyum tipis. Antara senang kalau teman-temannya ber kunjung dan canggung karena tebersit pertanyaan di benaknya, mau ngapain di panti asuhan" Kan nggak ada hiburan apa-apa. TV kabel nggak ada, komputer hanya sa tu, game dan PlayStation juga nggak punya. DVD player ada tapi ilmnya lama-lama dan bajakan semua.
Vando dari tadi diam saja mendengar percakap an teman-temannya. Dia malah mengaduk-aduk se mang k uk soto betawi di depannya. Bingung mau bertanya dan komen tar apa. Dia kagum sekaligus kasihan pada Chella. Tapi membantu Chella terlalu banyak pun tidak mungkin, ka rena cewek itu menjaga jarak dan tidak mau begitu saja menerima bantuan apalagi sampai merasa di ka sihani.
t . c sahnya minta ampun. Membayangkan biaya per leng kapan kuliah yang tinggi, Vando kasihan pada Chella yang meng ingatkannya pada kisah orang yang de kat dengannya.
Chella melirik sekilas ke arah Vando. Apa yang dia pi kir kan tentang gue ya" Anak buangan yang miskin" Ah, bodo amat. Makanya gue nggak boleh terlalu sering me ne rima bantuan dari dia. Gengsi. Disangka gue mau mo rotin uangnya, lagi.
Eh, yuk ke kelas, ajak Azel yang dari tadi juga diam saja. Suasana jadi agak canggung karena urusan panti asuh an tadi.
*** Chella Tamara. Ia tidak bisa konsentrasi belajar. Bukan ka rena ada suara tik tik tik rintik hujan yang masuk ke ember tadahan di ruang belajar, tapi karena teman-teman kuliahnya sudah tahu dia anak panti asuhan.
Chella memandangi eternit yang bocor. Mau main ke panti asuhan" Apa nggak salah" Chella memandangi dinding kusam di sekelilingnya. Nggak ada bagus-bagusnya. Tapi suka atau tidak, Panti Asuhan Cinta Kasih ini telah me nam pung Chella. Kalau tidak ada panti ini mungkin Chella sudah jadi pengamen jalanan atau malah pelacur di tempat kumuh dan bisa jadi korban perdagangan manu sia.
Setelah menarik napas panjang, di pikiran Chella muncul wajah teman-teman kuliahnya. Pasti di dalam benak me reka gue adalah anak buangan yang berasal dari ket . c man tulus dengan gue" Sepertinya sih sikap mereka tidak berubah, tetap baik, tapi gue kan nggak tahu di bela kang mereka bicara apa. Satu yang pasti, entah siapa yang bakal menyebarkan berita ini duluan, info ten tang gue tinggal di panti cepat atau lambat akan me nyebar. Ya sudah, biar saja. Gue harus menunjukkan gue nggak kalah dengan mereka yang punya orangtua leng kap.
Ya, Chella memang harus bolak-balik menyemangati diri sendiri. Di SMA saja ada beberapa teman sekelasnya yang enggan bergaul dengannya. Entah apa alasan per sisnya. Mungkin juga karena Chella tidak pernah bisa diajak gaul, hang out ke mal, misalnya. Ya iyalah, duit dari mana untuk makan apalagi belanja di mal" Uang untuk se kolah saja dari donatur tetap yang menyumbang ke panti asuhan. Sekarang kuliah ia mencari ke lembagalem baga beasiswa. Jadinya Chella sering dianggap kuper, kurang pergaulan.
Bagusnya, Chella jadi bisa sedikit main dan banyak belajar. Seperti sekarang Chella juga harus belajar gila-gilaan demi mempertahankan beasiswa. Gue nggak pu nya waktu, apalagi uang, untuk main ke mal, nong krong di Seven Eleven. Bisa beli sepiring ketoprak saja su dah bagus. Bisa ke warnet dua sampai tiga jam saja su dah lumayan banget.
Memang sih dalam hati Chella senang kalau Vando atau yang lainnya meminjamkan komputer dan printer un tuk mengerjakan tugas-tugas kuliahnya yang cukup banyak. Itu artinya dia bisa menabung lebih uang makan siang yang diberikan ibu panti. Tapi Chella juga tidak
t . c ditawari bantuan, Chella kadang mau bila tugas kuliahnya ba nyak dan kadang menolak kalau hanya tugas lima lembar ketik saja, walau dalam hati dia mau. Chella tidak mau direndahkan hanya karena ia terlalu sering me nerima bantuan.
Kenapa sih Vando yang paling sering menawarkan ban tuan ke gue" Apa dia suka sama gue" Aduh, jangan deh. Gue minder banget. Bisa berteman dengan dia saja su dah bersyukur. Semoga itu pikiran ge-er gue saja. Tapi kalau gue setara dengan dia, gue kayaknya mau& kepingin jadi ceweknya Vando.
Chella senyum-senyum sendiri membayangkan kemung kinan dia jadian dengan Vando. Tapi khayalan itu ber henti karena ada satu titik eternit lagi yang bocor di ruang belajar ini dan dia harus mengambil ember dulu untuk menadah air hujan.
Sebenarnya dia bisa saja menyuruh anak panti lainnya yang lebih kecil untuk mengambil ember, tapi Chella tidak tega. Adik-adiknya di panti itu sedang tekun menger ja kan tugas sekolah mereka di meja masing-masing. Ia teringat waktu dia masih SMP dulu, sering ada kakak di panti yang menyuruh-nyuruh anak yang lebih kecil, ter masuk dirinya, dan ia tidak suka. Ia tidak mau melaku kan hal yang sama pada adik-adik pantinya itu.
*** Diam-diam Vando membaca proil FB Chella di kamar ti durnya. Album foto hanya tiga. Album Proile Pictures yang isinya hanya tiga foto, album Cover Photos yang isit . c album berjudul: Me, Everywhere. Nah, yang ini isi fotonya agak banyakan. Foto dengan teman-teman panti, ke giatan di panti dan beberapa di SMA. Kasihan amat ini cewek, Vando membatin. Kenapa ya dia sampai tinggal di panti asuhan" Apa dibuang ibunya, anak yang tidak diha rap kan" Apakah anak pelacur seperti di ilm" Tapi ka lau orangtuanya jahat, biar saja. Toh Chella nggak ikut an jahat.
Vando melihat jumlah teman FB Chella. Hanya 177. Lalu membaca status timeline FB Chella. Semuanya bernada menyemangati diri.
Pasti bisaaaa!!! Ada juga: Horeeee! Beasiswanya dapat! dan Kalau gue berusaha keras, masa sih Tuhan nggak kasih jalan" Nah, ini yang menarik, Vando mendelik, Pacaran nanti dulu. Itu prioritas nomor 36 hehehe...
Ada perasaan aneh di hati Vando membaca status FB Chella yang terakhir itu. Apa urusan gue ke Chella ya" Dia kan hanya teman kuliah. Apa karena dia mengalami apa yang dialami orang yang dekat dengan gue, makanya gue kasihan sama dia" Gue jadi terlalu peduli sama dia" Ini beneran hanya peduli dan kasihan, kan" Bukan naksir" Vando sibuk perang batin sendiri.
Di luar kamar dia mendengar suara Azel menyuruh ma suk seseorang. Dari suara tawanya, Vando tahu yang da tang Sabila dan Rely. Baru Vando mau keluar ka mar un tuk menyapa, kedua cewek itu sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
Hai, Van! Baru mau kita gedor-gedor pintunya, eh, elo sudah muncul, Rely menyapa dengan senyum lebar.
t . c ya. Bisa, kan" tanya Vando sambil berjalan ke arah meja kom puter, langsung menyalakan komputer dan printer, lalu meninggalkan kedua cewek itu.
Silakan self service ya, kata Vando sambil terse nyum manis ke kedua cewek itu lalu duduk-duduk di depan televisi. Karena tidak ada TV kabel, Vando memilih nonton DVD ilm The Avengers. Dia sudah berulang kali me nonton ilm itu, tapi tidak pernah bosan.
Rely mengobrol dengan Azel dan Sabila sambil mengeprint tugas mata kuliah Folklor Indonesia. Vando tidak ta hu apa yang dibicarakan ketiganya. Dia hanya mendengar suara kencang tawa Rely.
Sambil tertawa-tawa yang sebetulnya dikencang-kencang kan, Rely berulang kali melirik ke arah Vando yang sama sekali tidak tertarik bergabung. Matanya menatap lurus dengan serius ke arah televisi bagai memakai kacamata kuda. Dalam hati Rely keki, tapi biar sajalah. Bisa men curi-curi pandang ke Vando yang berpenampilan rumah an, hanya memakai kaus buluk dan celana selutut, Rely sudah berbunga-bunga.
Chella sudah ke sini" tanya Sabila ke Azel. Sudah. Tadi pulang kuliah langsung ke sini, jawab Azel sambil menumpuk dan merapikan kertas-kertas hasil ce takan Rely bagai mas-mas di rental warnet.
Banyak nggak ketikan Chella" Punya gue cuma delapan halaman nih, kata Rely lagi.
Nggak tahu. Tadi yang bantu nge-print Vando. De lapan halaman juga nggak apa-apa, kan itu jumlah halaman minimal, Rel, tambah Azel lagi.
Mendengar penjelasan Azel, hati Rely terasa remuk set . c napa sih yang diurus selalu Chella" Apa sih istimewanya cewek panti asuhan itu" Masa Vando naksir Chella" Ah, gue nggak rela! Mau nggak mau satu-satunya cara terus berdekatan dengan Vando adalah berdekatan dengan Chella. Gue tahu Chella anak baik, tapi gue agak cem buru kalau dia melulu yang diperhatikan Vando yang cool, tidak pecicilan, tidak kebanyakan tingkah. Si fat nya baik, pintar, ringan tangan, nggak sok kaya. Po kok nya cowok plus-plus deh.
Woiii bengong! Sabila mengagetkan Rely. Enak aja. Gue tuh lagi mikir delapan halaman masih ku rang nggak" Rely mengarang jawaban dengan cepat lalu melirik ke arah Vando yang tetap tak berkutik di sofa.
*** Hari masih pagi ketika terdengar pintu kontrakan digedor-gedor dari luar. Vando! Vasco! Azel! Sudah bangun, kan" teriak suara cewek di luar pintu.
Tak lama Vasco membukakan pintu dengan rambut gon drong nya yang basah habis keramas dan handuk masih tergantung di lehernya. Eh, Chell, mampir nih" Masuk yuk. Vando masih mandi. Azel masih nunggu gi lir an mandi, Vasco cengengesan. Pintu depan rumah di biar kan terbuka lebar.
Ehm& kalian sudah sarapan" tanya Chella ragu-ragu. Belum. Rencana mau beli nasi uduk di sebelah kosan Rely. Mau bareng sarapan, Chel" ajak Vasco sambil mengibas-ngibaskan rambut wanginya.
Nggak. Gue bawa pancake, kalian mau nggak" Chella
t . c Ha" Pancake" Mau dong! Hooooiiii, Zel. Sarapan nih, Chella bawa pancake! teriak Vasco kegirangan.
Kalian punya selai, kan" tanya Chella ke Azel yang langsung menghambur ke dapur dengan senyum lebar.
Punya! Es krim juga ada, jawab Azel yang dengan cekatan langsung mengambil selai stroberi, lalu membuka kul kas dan mengambil sekotak es krim vanilla choco chip.
Bodo deh makan es krim pagi-pagi, paling batuk dikit, Azel menggumam sendiri.
Dari dalam rantang tua yang dipinjam dari ibu panti, Chella mengeluarkan enam lembar pancake. Ia sudah susah payah bangun lebih pagi demi bikin lembar per lem bar pancake berdiameter 15 senti itu dengan mengguna kan tepung terigu, telur, susu, baking powder, mentega, dan garam yang ada di dapur panti. Chella memang se ngaja repot-repot membuatkan pancake itu sebagai ucap an terima kasih karena boleh numpang ini-itu di kon trakan Vando cs.
Eh, ada apaan nih" Chel, bikin sendiri" Vando melesat dari kamar mandi begitu mendengar kehebohan di da pur, masih dengan handuk menggantung di pundak kirinya. Wangi dan segar.
Iya, semoga enak deh, ujar Chella agak tersipu melihat Vando yang memamerkan senyum kerennya itu.
Eh, gue mandinya ntar dulu ya, gue makan dulu, kata Azel semringah sambil menghirup wangi pancake.
Keempatnya duduk di meja makan bersama-sama, Chella tidak ikutan makan karena tadi sudah sarapan nasi, tempe goreng, dan sambal pecel di panti. Ketiga co wok itu dengan semangat melahap dua lembar jatah pancake
t . c Mimpi apa nih semalam, pagi-pagi ada cewek cantik mem bawakan sarapan pancake, Vasco menggoda Chella. Dan Chella pun tersipu. Gue dibilang cewek cantik" Chella tanpa sadar meremas ujung kausnya. Azel nggak peduli Vasco ngomong apa ke Chella, yang penting, sarapan! Tapi Vando agak terbatuk mendengar ucapan Vasco barusan. Ngapain Vasco muji Chella" Udah makan aja pancake-nya! Nyaris Vando menyembur demikian. Vando benar-benar nggak habis pikir dengan dirinya sendiri. Ngapain juga jadi agak-agak sewot begitu" Vando me rasa akhir-akhir ini pikiran dan hatinya nggak bisa kom pak, terutama tentang Chella.
*** Lho, kalian ketemuan di jalan" tanya Rely melihat keda tang an Chella di kampus dengan three musketeers kon trak an Engkong Somad.
Nggak, tadi Chella ke kontrakan bawain sarapan, ja wab Vasco bahagia karena sudah kenyang tanpa keluar duit.
Dada Rely terasa agak panas. Bukan karena asma atau sesak napas, tapi karena emosi. Padahal tadi dia lewat kon trakan mereka. Memang dia lihat pintu kontrakan ter buka lebar yang artinya cowok-cowok itu belum berangkat ke kampus, tapi Rely nggak nyangka Chella ada di sana sepagi itu. Diem-diem nih anak panti punya nyali dan gesit juga, ya, cari muka. Dasar carmuk! Pake dateng pagi-pagi bawa sarapan segala. Kampung banget! Rely mencibir dalam hati. Memang dia nggak pernah mampir ke kontrakan sedirian karena takut disangka
t . c Oh, bawa sarapan"! Kok lo nggak mampir ke kosan gue, Chel" Kan gue juga pengin nyobain, kata Rely sambil tersenyum lebar dan menatap Chella, walau dalam hati kesal banget.
Maaf ya, Rely. Kirain lo udah berangkat. Kapan-kapan deh kalo gue bikin makanan lagi, gue panggilin ya, Chella menjawab seketemunya, basa-basi. Ya iyalah, mau jawab apa lagi"
Ah, ngapain lo mau ngambil jatah sarapan kita" Itu jum lahnya udah pas, canda Vasco. Rely tertawa dibuatbuat.
Belum sarapan, Rel" Azel menyela
Sudah sih, biasa, nasi uduk, jawab Rely manis. Kenapa, lo mau traktir gue, ya"
Emang belum kenyang" tanya Azel lagi
Segelas kopi aja" Rely bertanya sok manja sementara ekor matanya mencuri-curi pandang ke arah Vando. Yang dilirik jelas nggak nyadar, Vando malah lagi baca-baca buku Pengantar Ilmu Ekonomi . Di sebelahnya duduk manis Chella. Benar-benar pemandangan yang menyebalkan bagi Rely yang sudah dandan full make-up dan wangi di pagi yang cerah ini.
Ayo deh, kuliah baru mulai dua puluh menit lagi kok, Azel lalu berdiri yang diikuti Rely. Mereka berduaan saja ke kantin. Nggak lama muncul status baru di FB Rely yang ditujukan ke Chella.
Sensi adalah harus berhadapan dengan orang yang suka carmuk! Bikin bete aja! Nggak penting, tau nggak, apa yang lo lakuin itu!
t . c C HELLA mengelap wajahnya dengan saputangan merah
muda polos yang telah pudar warnanya. Orang-orang silih berganti datang dan pergi. Kalau akhir pekan begini memang pengunjung lebih banyak daripada hari biasa. Ada yang tertawa gembira, ada yang menangis, ada yang memeluk anak kecil di pangkuannya erat-erat.
Chel& Suara yang akrab dengan Chella memanggilnya dari belakang.
Bu& Chella langsung memeluk dan mencium perempuan baya itu. Ibunya.
Kamu sehat" Bagaimana kuliahnya"
Sehat, Bu. Kuliahnya juga baik. Banyak dibantu teman-teman kuliah, jawab Chella sambil mengeluarkan sekaleng biskuit kelapa dari tas yang dibawanya. Tidak ada yang jahat, kan" perempuan itu memasti kan. Tidak ada, Bu. Mereka sudah tahu aku tinggal di pan ti, tapi tetap baik, jawab Chella. Sebelum ibunya ber tanya le bih lanjut, Chella langsung melanjutkan dengan suara
Bab 4 t . c Iya, Ibu mengerti. Tidak apa-apa. Nanti kalau temante man mu tahu, Ibu takut kamu dimusuhi, ujar Ibu sambil tersenyum tipis, penuh pengertian.
Bu, ada lho temanku yang suka bantu meminjami kom puter, printer untuk bikin tugas kuliah. Jadi aku bisa irit uang, Chella bercerita dengan ceria dan tersipu-sipu.
Anak laki-laki, ya" Ibunya menebak. Chella tidak men jawab dan malah makin tersipu.
Tapi jangan terlalu tergantung ya, Chel. Nanti dikira kamu suka minta-minta. Sudah, lain kali tidak usah mem bawakan Ibu makanan. Uangnya untuk keperluanmu ku liah saja, Ibu tampak waswas mendengar cerita Chella. Lalu ia mengambil dompet kecil dari saku roknya. Chel, ini ada sedikit uang buat tambahan kuliah kamu. Bed cover buatan Ibu laku. Ada yang dibeli istri pejabat kemen trian yang berkunjung dan pegawai di sini. Lalu Ibu mele takkan dua lembar uang seratus ribuan yang terlipat ke tangan kanan Chella.
Makasih, Bu. Chella memasukkan uang itu ke dom pet tuanya.
Kamu kuliah yang baik, nanti kerja yang bener, jangan pa caran dulu. Ibu takut& Ibu tidak melanjutkan katakatanya. Dan Chella hanya mengangguk-angguk. Setiap kali menemui ibunya, pasti keluar nasihat yang sama. Chella tidak marah, tidak sedih, tidak bosan mendengarnya, tapi hanya kasihan pada Ibu. Chella tahu persis apa yang ditakutkan ibunya.
Chella terbayang-bayang masa kecilnya. Ia sering meli hat ayahnya laki-laki yang tak ingin dipanggilnya ayah menampar, menendang, dan menghajar ibunya kat . c melawan. Kata Ibu, dulu ayah Chella baik. Namun, ke tika bisnisnya hancur karena ditipu rekannya yang juga teman SMA-nya, Ayah tidak siap hidup miskin, meng ulang dari awal semuanya. Ayah yang malu, frustrasi, dan tidak bisa bangkit dari keterpurukannya mulai menyalah kan Ibu. Chella masih ingat ketika Ibu dan dirinya dise but sebagai perempuan-perempuan pembawa sial. Dan mulailah pria yang seharusnya menjadi pelindung bagi ke luarganya itu menghajar istrinya habis-habisan. Ketika adegan horor itu terjadi, Chella biasanya disuruh bersem bunyi di kolong meja makan dekat mesin jahit. Dengan me sin jahit tua merek Singer itulah Ibu menghidupi ke luarga dengan secu kupnya. Walau pipi merah, lengan dan kaki lebam mem biru, Ibu tetap menyelesaikan pe sanan-pe sanan jahitan. Ibu selalu memakai baju panjang agar semua lukanya tidak terlihat pelanggan. Masa itu be lum gencar diso sialisasikan istilah dan pengetahuan tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), jadi Ibu dan Chella diam saja menerima semuanya.
Pengaruh alkohol kemudian memperburuk keadaan. Ayah minta uang untuk berjudi, tapi Ibu menyembunyikan uangnya dalam gulungan-gulungan benang besar di mesin jahit hingga Ayah tak bisa menemukan uang di lemari atau di bawah kasur. Lalu Ayah mulai mengacungacung kan linggis kepada Chella. Bila ia tidak diberi uang, Chella diancam akan dihajar dengan linggis. Chella kecil sudah menangis sesenggukan ketakutan. Ibu lari ke dapur, dan sebelum linggis melayang ke arah Chella, Ibu lari meng halangi dan menghunjamkan pisau dapur ke dada Ayah. Chella releks menutup mata rapat-rapat.
t . c de pannya. Ia juga terciprat darah. Ayah tergeletak tak ber gerak dan Ibu yang duduk di atas tubuh Ayah yang terlen tang juga pe nuh cipratan darah. Ibu tidak menangis. Ia hanya ter engah-engah, tubuhnya penuh keringat ber campur darah.
Chella tidak ingin mengingat apa-apa lagi. Yang ia ingat hanyalah kerumunan tetangga, dan kedatangan po lisi yang segera menangkap Ibu. Baru saat itu Ibu mena ngis, setelah melihat Chella dipegangi tetangga sementara Ibu harus dibawa ke kantor polisi. Kemudian ada ke luarga ibu Chella yang datang merawatnya sebentar. Tapi setelah sidang selesai, vonis telah ditetapkan, Chella dititip kan di panti asuhan. Chella tidak menangis, tapi lama-lama dia tahu ke luarga yang menampungnya selain hi dupnya tidak berkele bihan, juga malu dihubung-hu bungkan sebagai saudara pem bunuh dan dicap sebagai ke luarga pembunuh. Chella pun tidak pernah bertemu lagi dengan mereka sampai seka rang.
Sebelumnya di depan polisi dan pengadilan, Ibu bersikukuh pembunuhan itu tidak direncanakan. Namun polisi sangsi karena bila membela diri paling tidak hanya satu-dua tusukan saja untuk menyelamatkan diri. Dari hasil autopsi didapati ayah Chella terkena sembilan belas tusukan di sekujur tubuh. Kata penyidik polisi, itu pembu nuh an bermotif dendam. Namun bagusnya , bekas luka dan lebam Ibu masih lengkap tertera di wajah dan ba dan nya, jadi Ibu masih bisa membuktikan bahwa dia se lama ini mengalami siksaan isik.
Chella juga ditanyai oleh polisi perempuan penyidik didampingi seorang psikolog. Chella masih ingat ditanya
t . c ajak bermain. Chella menjawab ayahnya jahat dan tukang memukuli ibunya.
Jaksa tidak menuntut hukuman mati, hanya 25 tahun pen jara. Hakim memutuskan delapan belas tahun penjara, mengingat Ibu belum pernah berbuat kejahatan. Be be rapa kali ibu Chella mendapat remisi, jadi kemungkin an dia bisa keluar dari penjara sebelum masa hu kuman genap delapan belas tahun.
Chella merasa agak lega karena kejadian ini telah berlang sung lama. Saat itu ia berusia sembilan tahun. Itu arti nya hampir sepuluh tahun yang lalu dan saat itu koran belum online seperti sekarang, jadi sekarang tidak mudah mencari berita tentang pembunuhan ini di media massa. Kecuali yang mencari benar-benar niat hingga pergi ke pusat data koran-koran ternama yang memiliki data base lengkap dengan mikroilm koran-koran jadul.
Bagi Chella, ketika teman-teman sekolah dulu dan teman-teman kuliah kini mengetahui ia anak panti asuhan saja, sudah berat. Apalagi bila mereka tahu bahwa ibunya mem bunuh ayahnya. Siapa yang peduli bagaimana kisah se benarnya" Yang orang awam tahu, pembunuh ya pembunuh. Chella anak pembunuh. Titik.
Yang tahu rahasia Chella ini hanyalah ibu panti dan be berapa sukarelawan pengurus panti yang sudah berumur. Beberapa teman Chella di panti juga tahu, tapi me reka juga tidak berminat menyebarluaskan atau menjelek-jelekkan. Toh anak panti yang lain juga tak merasa lebih baik. Ada yang ditaruh di depan pagar panti di dalam kardus ketika masih bayi, ada yang katanya dititipkan tapi tak pernah dijemput, ada anak korban perkosat . c ling kung an kolong jembatan, dan masih banyak kisah pilu lainnya.


Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chel, ibunya memanggil. Nilai kuliah kamu bagusba gus, kan"
Iya, Bu, semuanya bagus, Chella menjawab dengan bangga. Sejak SMA ia memang suka sekali pelajaran antro pologi, nilai-nilai ujiannya selalu bagus. Chella beruntung, walaupun tidak punya biaya kuliah, ibunya tidak pernah memaksanya untuk kuliah atau sekolah yang bisa se gera langsung kerja. Ibunya mendukung ia memilih jurusan yang diminatinya. Buat apa kuliah capek-capek tapi ti dak suka" Begitu kata ibunya dulu. Ibu dan anak itu sa ma-sama yakin, kuliah jurusan apa pun bila dijalan kan de ngan sungguh-sungguh, pasti akan berguna dan baik h a silnya. Dan Chela makin yakin setelah mengetahui banyak senior alumninya yang bekerja di berbagai bidang d a ri dosen, peneliti, wirausaha, wartawan hingga diplomat.
Syukurlah kalau nilai kamu bagus-bagus. Ibu senang kamu mempelajari bidang yang kamu benar-benar suka, ucap ibunya.
Chella menghentikan lamunannya dan langsung mengang guk, Kerjaku hanya belajar saja kok, tidak main. Biar cepat lulus dan kerja.
Ibunya tersenyum. Ia tahu Chella sudah berulang kali bilang dan berjanji kalau nanti ibunya keluar penjara, Chella sudah bekerja dan mereka akan kontrak rumah p etak sendiri. Tapi di sisi lain, ibunya kasihan karena Chella tidak dapat menikmati hidup seperti remaja se usia nya. Chella dan ibunya asyik bercerita tentang kesibukan
t . c mit pada ibunya. Sebelum pulang ibunya juga mem be rikan hem yang dijahit sendiri.
Ini ada sisa bahan. Ibu Arni menjahitkan baju ke Ibu, sisa kain katanya untuk kamu, jelasnya ketika Chella ber tanya dari mana Ibu mendapat bahan kain yang cukup bagus itu. Ibu Arni adalah salah satu sipir penjara yang lama bertugas di LP. Chella sudah mengenalnya sejak mas ih SMP.
Chella pun keluar dari pintu LP. Sambil merapikan ram butnya yang tertiup angin, ia menyemangati diri sendiri, Chel! Semangat! Belajar yang bener! Jangan pa caran! Kepala tegak!
*** Hujan deras dan petir menyambar-nyambar mewarnai sore di kampus ini. Banyak mahasiswa yang bertahan di kam pus menunggu hujan reda. Besok ada tes mata kuliah Pengantar Ilmu Sosiologi, Chella sudah mencicil belajar namun tetap merasa harus belajar dan belajar lagi supaya hasilnya bagus.
Waktu berangkat kuliah matahari terik dan tidak ada tan da-tanda bakal hujan gede kayak begini. Mana petir bersahut-sahutan, lagi. Chella jadi resah. Mau pulang pasti basah kuyup. Mau menunggu di kampus, kapan ber henti hujannya" Kalau malam hujan baru reda kan gawat. Akhirnya Chella memutuskan pulang walau harus ber basah-basah an.
Gue pulang dulu ya, kata Chella kepada teman-teman nya yang sedang nongkrong di kantin.
Nggak nunggu reda, Chel" tanya Sabila.
t . c bo hong. Dia malu kalau menjawab mau belajar. Takut di kira sok kerajinan.
Ayo deh bareng, Chel. Tiba-tiba Vando berdiri dan lang sung mengambil ranselnya. Di kantin masih banyak mahasiswa yang nongkrong, termasuk Azel, Vasco, Sabila, Rely, dan teman-teman seangkatan mereka. Semuanya nongkrong karena kejebak hujan deras.
Chella bingung mau menjawab apa. Menolak atau mengiyakan. Tapi Vando mendorong perlahan ransel Chella supaya berjalan bersamanya. Chella mengernyitkan dahi saat mengikuti langkah Vando menuju parkiran mobil. Gue antar pulang, kata Vando.
Eh, nggak usah, Van. Gue kira mau jalan sampai depan saja, elak Chella menggeleng sambil memperlam bat langkah. Dia jadi tidak enak hati karena akan ber dua an dengan Vando di dalam mobil. Eh, bukan hanya tidak enak hati, tapi juga canggung dan deg-degan.
Nggak apa-apa. Ini gue bawa mobil karena rencana mau ke supermarket, beli bahan-bahan makanan buat di kon trakan. Kulkas kosong. Ntar setelah nganterin elo, baru deh gue ke supermarket, Vando memberi alasan yang Chella tidak tahu itu benar atau tidak. Chella minder kalau Vando ke panti asuhan, tempat tinggalnya yang kusam itu.
Nggak usah repot-repot, Van. Gue numpang sampai ke jalan raya saja, sampai ketemu angkot, Chella menolak halus.
Halaaahh, udah sekalian aja kenapa sih" Vando memaksa dan mendorong halus sekali lagi ransel di punggung Chella supaya cewek itu berjalan menuju mobilnya.
t . c nya. Untung mobil Vando parkir di dekat pelataran gedung F jadi mereka tidak basah kuyup. Begitu mereka masuk mobil, petir menggelegar kencang sekali.
Hujan petir begini mau naik angkot. Maksa banget. Bisa sakit, besok nggak bisa ikutan tes malah repot, ujar Vando sambil menyalakan mobil. Matanya tidak melihat Chella dan memandang ke jalan di depannya. Dalam hati Chella membenarkan omongan Vando. Chella melirik wajah Vando. Ya Tuhan, cakep banget sih ini orang. Mata Chella lalu menyapu ke bagian dalam mobil Vando, Nissan Grand Livina. Wah, masih kuliah saja sudah punya mobil begini, pakai GPS, pula. Pasti orangtuanya kaya. Gue naik taksi saja jarang banget, rasanya naik taksi itu udah gaya dan mewah banget.
Sementara Chella melamunkan mobil, Vando sebetulnya ingin sekali bertanya kenapa Chella bisa sampai tinggal di panti asuhan, tapi tidak sampai hati. Dia juga takut Chella makin menjaga jarak dan menjauh darinya. Vando respek sekali pada Chella. Nggak usah ikutan syuting Jika Aku Menjadi, melihat Chella saja sudah cukup membuatnya merasa kasihan. Supaya suasana tidak garing karena Chella sepertinya juga tidak tahu mau ngomong apa, Vando memutuskan menyetel CD yang sudah ada dalam player-nya. Vando sendiri lupa terakhir mendengar CD lagu apa. Mengalunlah lagu Lucky-nya Jason Mraz.
Chella semakin takut bicara, takut Vando menanyakan pe nyanyi favoritnya, karena dia tidak punya. Dia juga nggak tahu perkembangan musik terbaru. Paling sekilassekilas saja.
Bahkan lagu yang bagus ini pun baru pertama kali
t . c m ele deknya sebagai cewek kuper, walau itu memang benar. Chella baru membaca gosip-gosip selebriti, apa-apa saja yang up to date kalau ke warnet. Panti memang berlang ganan satu koran pagi, tapi Chella baru bisa membaca nya saat jam belajar sore. Kalau pagi, Chella nggak sem pat baca. Lagi pula koran itu biasanya dibaca pertama oleh ibu panti, lalu pengasuh panti lainnya. Tapi, kalau koran nasional kan nggak ada berita mendetail tentang artis dan lagu-lagu hits. Yah, bukan masalah. Chella benar-benar hanya ingin sekolah yang benar, lulus dengan gemilang, segera kerja dan menunggu Ibu bebas.
Lucky I m in love with my best friend. Lucky to have been where I have been. Lucky to be coming home again. Ooohh, Vando menyanyikan bagian refrain sambil me nyetir. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut me nyanyikan refrain lagu yang terasa manis itu. Chella agak kaget mendengar Vando bernyanyi. Dia tersenyum tapi agak tersipu mendengar lirik lagu itu. Tanpa sadar dia terbatuk.
Eh, kenapa, Chel" Nggak suka lagunya, ya" Mau ganti saja" Katy Perry" Lady Gaga" tanya Vando.
Nggak usah diganti. Nggak apa-apa ini saja. Gue suka kok, Chella buru-buru menjawab.
Oh, berarti elo keselek karena dengar suara gue, ya" Vando tersenyum, Kebiasaan nih. Kalau lagi nyetir, daripada bete, mending nyanyi-nyanyi. Kalo bete banget malah gue nyanyinya teriak.
Emang bete kenapa" Macet"
Salah satunya. Eh, tapi jarang bete sih, Vando buruburu meralat, takut dikira cowok sensitif tukang bete
t . c Karena hujan deras, jalanan jadi malah sepi. Mungkin banyak yang menunggu hujan reda baru jalan. Mobil Vando akhirnya memasuki halaman panti yang bersih. Vando mengambil payung yang ada di kolong jok belakang.
Tunggu, jangan turun dulu. Gue payungin. Vando turun sambil membuka payung. Lalu dia membuka pintu mobil untuk Chella yang segera keluar dan merapat ke badan Vando. Chella memeluk ranselnya di depan dada. Pung gungnya menempel ke dada Vando. Chella degdegan banget.
Sampai di teras panti, Chella berujar, Van, makasih banyak ya sudah diantar. Maaf gue ngerepotin melulu.
Nggak, gue nggak repot, Chel. Yuk, sampai besok ya. Sori gue nggak mampir. Kapan-kapan ya. Gue mesti belanja nih, pamit Vando.
Iya, nggak apa-apa. Makasih ya, Van. Perasaan Chella campur aduk. Romantis banget nggak sih, payungan berdua dengan cowok tajir, cakep, rendah hati" Vando langsung balik lagi ke mobilnya. Vando melambaikan tangan tanda pamit dari dalam mobil.
Chella menunggu Vando keluar halaman panti, baru ma suk ke ruang dalam. Sambil berjalan menuju ruang ganti baju, air mata Chella merembes. Seperti biasa, dia me nye mangati dirinya sendiri agar pikiran dan hatinya tidak melenceng dari belajar, belajar, dan belajar.
Kalaupun gue jatuh cinta pada Vando, nggak ada guna nya. Dia dari keluarga kaya. Lagian Vando itu memang baik saja, bukan naksir gue. Jangan ge-er! Inget! Gue hanya anak narapidana yang tinggal di panti asuht . c mau temenan dengan gue lagi. Gue tidak boleh jatuh cin ta. Gue tidak boleh pacaran. Gue hanya boleh belajar, belajar, belajar, bekerja, dan segera lulus. Ini bukan sine tron, bukan ilm, nggak usah bermimpi cinta-cintaan se gala. Apalagi dengan cowok secakep Vando. Gue harus tahu diri.
Chella mengelap air mata yang mengalir di kedua pipinya.
t . c V ANDO masih memandangi wall Facebook Chella.
Tidak ada perubahan. Tidak ada update status. Bahkan be lum berubah menjadi timeline, masih tampilan FB versi lama. Benar-benar Vando dibikin penasaran. Ia mem bandingkan dengan akun FB Rely yang bolak-balik meng ganti cover-nya dan meng-update status-status nggak penting yang kebanyakan statusnya kayak depresi nggak jelas gitu. Itu baru FB, masih ada Twitter-nya Rely, yang kata Vasco, bisa nge-twit lima belas kali dalam satu jam. Segala hal yang nggak penting, ditulis di Twitternya. Dari mau mandi, keramas, nyuci baju, ngetik tugas ku liah, nunggu bus, makan di kantin, dan masih banyak lagi hal yang nggak penting lainnya. Termasuk mention ke artis-artis.
Vando juga punya akun Twitter tapi dia nge-twit seperlu nya saja. Nah, baru saja melintas di pikiran Vando, mun cul notiikasi di FB-nya. Rely mengunggah foto Vando sedang makan laksa bogor dengan menggunakan
Bab 5 t . c agak mengernyitkan dahi, apa pentingnya sih mengunggah objek foto kayak begitu" Nggak penting!
*** Rely sibuk mengutak-atik aneka foto dengan Instagram. Mulai dari foto teman-teman kuliahnya sampai ma kananmakanan di restoran dan kantin yang dia atau te mannya pesan, semua diunggah di akun FB dan Twitter-nya. Dari semua foto, yang Rely paling suka tentu foto yang ada Vando-nya. Tanpa perlu bersusah payah ke ba nyakan gaya, Vando tidak pernah kehilangan pesona cakep nya. Mimik wajah lagi diam, serius, senyum, meli rik, gigit bibir bawah sambil senyum tipis, apalagi sedang tertawa, cakep!
Yang bikin Rely rada panas hati tapi Rely selalu panas hati sih kalau masalahnya menyangkut Vando disukai cewek lain di mana ada Chella, di situ ada Vando. Tapi nggak selalu sih, ada juga yang dengan Vasco dan Azel. Foto yang Vando sendirian, hanya dengan laksa bogornya.
Tinggal bersebelahan rumah hanya dipisahkan rumah Engkong Somad, Vando di kontrakan dan Rely di kosan tapi Vando sama sekali nggak pernah menghubungi Rely duluan. Tidak pernah SMS atau BBM duluan. Semua Rely yang memulai. Itu pun Rely nanya hal-hal yang dipenting-pentingkan, seputaran kuliah saja. Vando mampir ke kosan lebih nggak mungkin lagi. Yang pernah muncul di kos an untuk mencari Rely hanyalah Azel. Itu pun karena dia meng antar tiga potong puding stroberi cokelat dengan vla. Yang ngenes, puding itu bikinan mama Vando, tapi
t . c Rely mengetik status terbaru di Twitter-nya.
Berharap adalah gue yang selalu menanti elo me mulai komunikasi duluan.
Lalu Rely menarik napas panjang. Kenapa sih gue sial amat" Kenapa sih ada banyak cowok di depan mata tapi nggak ada satu pun yang melihat gue" Gue pengin banget punya cowok! Nggak enak banget perasaan suka yang terpendam kayak gini! Rely lalu mem banding kan dirinya dengan Sabila. Salah satu teman akrabnya itu punya nama lengkap Selsabila Krisandina. Di lengan kiri Sabila ada tato bertuliskan namanya, telinga ka nannya ada empat tindikan, kalau dia tertawa hampir se lalu nga kak, kenceng banget. Kesannya Sabila kayak ce wek liar, tapi cowok antre kenalan dengan dia. Sabila di bi lang ce wek cool, cewek yang nggak munaik. Dengan cuek nya Sa bila pasang foto di FB lagi merokok bareng& m a m anya!
Sabila tinggal dengan Ricky, adiknya, dan mamanya saja. Mamanya sedang single, sudah tiga kali kawin-cerai. Di tangan kanannya ada tato nama Sabila dan Ricky plus gam bar bunga liar merambat. Bayangkan betapa kacaunya itu! Tapi, Sabila enjoy dengan semuanya, tidak pernah peduli dengan omongan orang lain. Sabila malah su dah berkhayal memakai kebaya hitam-hitam dengan ke rah tinggi kayak drakula di wisuda. Busyet! Mau wisuda atau ziarah kubur drakula"
Rely tambah iri pada Sabila karena dengan cueknya Sa bila bisa menggamit lengan Vando saat mereka berjalan dari kafe menuju ruangan kuliah umum. Vando juga nggak peduli digandeng begitu karena di kampus ini rasat . c gaul, cepat akrab, dan sok akrab dengan siapa saja. Rely tahu betul, kalau sedang jalan atau nongkrong ba reng Sa bila, hampir semua yang berpapasan menyapa nya, seka dar tos, atau cipika-cipiki dengan dia. Andai gue bisa secuek itu, keluh Rely.
Rely merasa dirinya terlalu biasa. Cewek keba nyak an. Berusaha dandan girly, nggak ada yang pe duli. Mencoba gaya tomboi, tetap saja tidak ada yang melihat nya. Barubaru ini Rely mencoba potongan rambut ala Korea yang lagi tren. Eh, oleh Randu malah dibilang, Kok kayak penyanyi dangdut pantura yang fotonya ada di ko ran kema rin" Semua yang mendengar celotehan Randu langsung ngakak. Rely malu banget, tapi berusaha terse nyum. Dia mati kutu nggak tahu mau ngomong apa.
Dengan Sabila, Rely memang merasa minder. Tapi, bila mem bandingkan diri dengan Chella, jelas Rely lebih ba nyak unggulnya terutama dalam hal barang-barang pribadi. Bukan hanya gadget terbaru dan sering banget ke salon, peralatan make-up Rely pun lengkap banget de ngan merekmerek ternama yang tentu saja nggak akan ter beli oleh Chella. Lipstik saja Chella nggak punya. Chella hanya punya pelembap dan bedak merek lokal, yang memang nggak kalah kualitasnya, tapi nggak akan dili rik apalagi dibeli oleh Rely yang suka banget produk luar negeri.
Kadang Rely capek dan malas kalau tiap pagi ha rus dandan full make-up, rambut harus di-blow dulu. Tapi keluar rumah atau kosan dengan muka polos dan ram but berantakan, Rely juga nggak punya nyali. Dia nggak pede sama sekali tanpa make-up-nya. Maka nya waktu Pekan Pe ngenalan Kampus untuk mahasiswa baru, Rely merasa
t . c Untuk hal wewangian dan perawatan tubuh, Rely memakai rangkaian produk body lotion, body mist, deo doran, eau de toilette, dan parfum keluaran Body Shop. Se dangkan Chella paling-paling hanya mengguna kan merek-merek yang biasa ada di supermarket, itu pun hanya body lotion dan deodoran. Bayangkan betapa wanginya Rely sehari-hari.
Makanya Rely tidak habis pikir dan dalam hati masih se ring heran apa bagusnya Chella sampai Vando kayaknya lebih memilih berteman akrab dengan Chella daripada dengan dirinya. Tapi Rely juga nggak bisa membohongi diri sendiri. Walaupun sederhana, Chella sebenarnya manis, dan makin manis dengan lesung pipi yang muncul kalau dia lagi tersenyum lebar.
Di kontrakan sebelah kan ada Vasco juga. Vasco sebenar nya lumayan, tapi sementara ini dia dikenal hanya bu tuh cewek untuk jadi model-model fotonya, bukan buat dip acarin. Vasco suka banget motret. Apa saja dipotret, dari ikan koi di kolam depan kantin, pohon, daun, kepik di semak-semak, kupu-kupu, teman yang sedang ngobrol, dan teman yang disuruh jadi modelnya. Rely belum pernah difoto oleh Vasco sendirian. Apakah itu artinya Rely tidak layak jadi modelnya Vasco" Pernah sih Rely difoto Vasco, tapi itu juga foto rame-rame seangkatan.
Yang selalu ramah dan banyak membantu Rely adalah Azel. Tapi menurut Rely, dibanding Vando dan Vasco, Azel terlalu pendiam dan tidak punya keistimewaan. Kabar nya cowok itu jago masak, tapi Rely belum pernah men cicipi masakannya. Cowok biasa, termasuk wajahnya. Rely melihat foto Azel di Instagram-nya. Apakah cewek
t . c Azel" Apakah nggak boleh mendapat yang lebih keren"
Rely ingin besok segera tiba, karena setelah pulang kuliah dia, Chella, Vando, Vasco, dan Azel akan me ngerja kan tugas kelompok mata kuliah Pengantar Ilmu Antropologi yang seabrek-abrek. Sabila tidak ikut kelompok ini, karena satu kelompok berisi lima orang dan kebetulannya lagi, dia mau saja diajak satu kelompok dengan Soraya yang alim dan santun. Itulah hebatnya Sabila, dia bisa dan mau berteman dengan siapa saja. Walau nantinya te man nya itu mengkhotbahinya supaya jadi anak baikbaik , Sabila nyengir saja.
*** Memang enak ada kontrakan Vando yang bisa dijadikan base-camp. Tapi sudah tiga hari ini Engkong Somad mon dar-mandir di depan pagar kontrakan yang hanya se tinggi 120 senti. Bicara tentang Engkong, pria baya yang suka mengisap pipa dan makan singkong goreng ini, wa lau pun sudah tua, masih sehat, peduli, dan gesit.
Pernah tiba-tiba mati lampu, Engkong dengan cueknya meng gedor-gedor pintu kontrakan dan satu demi satu pintu kamar kos hanya untuk menanyakan apakah mereka punya senter atau lampu darurat. Di tangannya Engkong membawa kotak kayu yang berisi senter-senter kecil, yang katanya buat pegangan sementara daripada ge lap-gelapan. Duh, so sweeettt&
Anak-anak semangnya ini juga sangat terbantu dengan ke ge sitan Engkong Somad. Contoh kegesitan Engkong yang melegenda adalah urusan jemuran. Engkong paling tidak
t . c Bukan hanya bau, tapi yang paling bikin Engkong kesal adalah jemuran yang superpenuh. Kalau jemuran pe nuh, dia juga yang repot angkat-angkat seandainya hujan.
Memang yang namanya jemuran kayaknya remeh, tapi bayangin kalau cucian baju nggak kering dan numpuk, pasti bau apak dan bikin nggak pede ke kampus, kan" Seringnya anak-anak kos dan kontrakan berangkat kuliah dengan meninggalkan jemuran karena yakin nggak bakal hujan. Tapi namanya cuaca yang nggak jelas, dari siang yang terik tiba-tiba bisa berubah menjadi gerimis atau malah hujan deras. Engkong-lah yang menyelamatkan cucian anak-anak. Ia sibuk berlarian ke sana-sini dengan menggotong-gotong ember cucian bersih demi menjaga supaya pakaian anak-anak semangnya tidak basah lagi.
Dasar nih bocah-bocah, jemuran banyak banget. Nyuci baju bukannya dicicil. Kalau udah ujan begini, gue yang repot! Mana ada pakaian dalem segala, kan gue nggak enak banget ngangkat-ngangkat pakaian dalem begini! keluh Engkong.
Nah, kalau sudah begitu istrinya, Emak Rodiah, paling hanya bisa bilang, Ngapain si lo, Bang" Kalau nggak niat nolongin, tidur aja sono. Baru ngangkat jemuran aja udah ngomel-ngomel. Nih, bantuin ngaduk dodol!
Ngaduk dodol lagi, ngaduk dodol lagi. Gue mau re ba han aja kagak bisa! Diganggu melulu! Diteror terus! Mes ki ngomel dan ngedumel-ngedumel nggak jelas, Eng kong tetap membantu mengaduk adonan dodol yang berat.
Yaaah& dimintain tolong begitu aja, ngomel! Ini cuman ngaduk dodol doang, Bang! Teror apaan! Nih, kalo artis, kita udah cerai, Bang, kagak ada kecocokan lagi dat . c Walaupun sering banget ribut, anehnya tidak sam pai lima belas menit, keduanya sudah berbaikan lagi, ke tawaketawa lagi. Uniknya pernikahan Engkong dan Emak awet puluhan tahun. Kalau Engkong selesai ngaduk dodol, Emak sudah menyiapkan teh manis hangat, nasi hangat, semur jengkol, dan ikan kembung dipesmol.
Nanti saat pelanggan-pelanggan dodol Emak da tang meng ambil pesanan, Engkong sibuk memuji-muji kelezatan dodol Emak dan tentu saja kerja kerasnya mengaduk-aduk dodol. Kadang Emak membuatkan dodol lebih untuk diberikan pada anak-anak yang kos dan kontrak di rumahnya.
Kong, nyari apa sih" Dari tadi bolak-balik mulu" tanya Vasco iseng.
Kagak. Gue cuma jalan-jalan aja biar nggak osteo porosis, jawab Engkong sekenanya. Tapi sebentar kemudian, Engkong tidak tahan lagi menyembunyikan maksud sebenar nya. Itu cewek-cewek, pada suka maen ke sini, pada mau nga pain" Engkong mengernyitkan dahi sambil agak me longok-longokkan kepalanya, seperti mau mengintip tapi gengsi, takut disangka mau tahu urusan anak muda.
Bikin tugas kelompok, tugas kampus, Kong, Vasco me na ng gapi sambil membuka pintu pagar daripada Engkong melongok-longok dari luar pagar.
Lo semua nggak ada yang aneh-aneh, kan" selidik Engkong.
Aneh-aneh gimana, Kong" Vasco balik bertanya. Sebe tul nya Vasco mengerti maksud Engkong, aneh-aneh mak sud nya pergaulan bebas. Vasco hanya menggoda Engkong dengan menampilkan wajah pura-pura bego.
t . c Gue tahu lo pada baik-baik, nggak pake narkoba. Tapi sekarang zamannya berubah, jangan suka maen cewek! Bahaya! Gimana kalo anak orang hamil" Kuliah ya kuliah aja, emang lo kira gampang apa ngasuh bayi sambil kuliah" Susah!
Iya, Kong. Kita cuma lagi ngerjain tugas kelompok kok. Kalo di kampus kan panas, di sini enak ada AC, banyak cemilan. Lagian kalo Engkong nggak percaya pasang CCTV saja, imbuh Vasco makin iseng.
Ha" CCTV" Lo kira kontrakan gue ATM apa" Ah, udah deh, gue balik dulu. Mau makan semur jengkol. Mau" Engkong menawari Vasco.
Eh, nggak usah, Kong. Saya makan yang lain saja, kata Vasco cengar-cengir, sambil mengangguk hormat pa da Engkong.
Udah ye, jangan pada nakal, sekolah yang bener, pesan nya sambil berlalu.
Iya, Kong, jawab Vasco yang segera bergabung ke dalam kontrakan.
Engkong ngapain, Vas" tanya Vando.
Curiga kali, kenapa sering ada cewek-cewek masuk sini.
Ah, si Engkong curigaan amat, komentar Rely. Daripada nanti kita diusir dari kontrakan, memang men dingan cewek-cewek jangan sampai malam di sini. Nggak enak, Vando menambahkan.
Eh iya, gue juga nggak bisa sampai malam karena ang kot ke panti kalau malam sudah jarang banget. Ke marin-kemarin pulang malam, lama banget nunggu ang kotnya, Chella angkat suara.
t . c lam hati Chella berbunga-bunga, sedang dalam hati Rely kayak kebakar. Mentang-mentang anak panti, menjual rasa iba. Naik ojek saja kenapa sih" Nggak punya duit" Dasar nyebelin, umpat Rely dalam hati. Tapi yang keluar dari mulut Rely berbeda dan terdengar penuh ke pedulian pada Chella, Oh gitu ya, Chel" Apa kita nger ja in tugasnya sampai jam lima aja dan dilanjutin besok" Kasian si Chella kalo kemalaman&
Rely menatap Vando, minta persetujuan. Setiap kali mata mereka bertatapan, Vando biasa saja tapi Rely tidak! Rely menahan diri supaya tidak ketahuan lagi deg-degan.
Vando menjawab sambil tersenyum ke Rely, Bener, Rel, tapi terserah Chella deh.
Dada Rely rasanya mendua, di satu sisi klepek-klepek disenyumin Vando, di sisi lain semakin membara. Apa sih yang bikin Vando tertarik pada kamu, Chella"
Gue setuju dengan Rely. Sampai jam lima aja, boleh ya" Chella meminta persetujuan teman-teman lainnya. Chella merasa lebih senang kalau diantar Vando, tapi perasaan senang itu bercampur dengan rasa minder, canggung, dan malu. Lebih amannya memang Chella memilih me nyetujui ide Rely.
Ya sudah, kalo mesti pulang cepet nggak apa-apa kok, kan bisa disambung besok pas jeda kuliah. Lagian sudah mau kelar ini, Vando mengiyakan walau dalam hati agak sebel dengan ide Rely. Ha" Sebel kenapa" Vando tidak bisa menjabarkan perasaan di hatinya, maunya nggak peduli dengan Chella, tapi senang kalau cewek itu ada di dekatnya. Vando masih nggak yakin apakah dia naksir Chella, jangan-jangan ini hanya iba. Ma salah nya, antara
t . c *** Chella sebenarnya ingin menolak ajakan Sabila untuk nongkrong di JustCoffee yang ada di lingkungan kampus. Chella memang ingin masuk, ingin lihat seperti apa sih bagian dalam gerai kopi terkenal yang jadi tempat nongkrong banyak anak kelas menengah atas di kampusnya ini. Tapi uang dari mana" Untungnya, Sabila sadar dia se dang mengajak siapa. Kalau Rely, jelas bisa bayar sendiri.
Chel, ayo dong, sekali-sekali nongkrong. Jangan belajar melulu. Gue lagi seneng nih. Gue traktir yuk! Sabila ber seru riang. Ditraktir" Chella pun tidak jadi menolak. Lagian kapan sih Sabila sedih, dia kan selalu senang.
Tak lama mereka sudah meluncur ke JustCoffee. Chella me mandangi setiap sudut kedai kopi gaul yang meng hadap ke taman universitas yang penuh aneka bu nga seperti di Taman Bunga Nusantara. Lalu ia melihat nama-nama mi num an dan langsung menelan ludah me lihat harga yang terpampang. Memang sih Sabila sudah menjelaskan ka yak sales bahwa kopi yang digunakan di sini bukan kopi luwak, melainkan jenis kopi lokal terbaik dari Sumatra, Jawa, dan Flores.
Sabila dengan fasih memesan kopi caramello vanilla ke pelayan di kasir, Rely juga memesan es kopi moka dengan krim dan kue yang terlihat sangat lezat.
Chel, elo mau pesan apa" tanya Sabila menyenggol lengan Chella yang masih termangu-mangu memandang papan menu dan daftar harga.
Gue pesan susu kopi kayu manis saja deh, Chella sengaja memilih kopi yang paling murah. Segelasnya 25
t . c Lo mau coba kuenya" tanya Sabila lagi
Eh, nggak usah, gue nggak lapar kok, elak Chella sambil melirik deretan kue yang menggiurkan di etalase. Ingin mencoba" Jelas. Tapi dia tidak enak pada Sabila yang harus mengeluarkan uang banyak untuknya. Se po tong kue saja harganya nggak ada yang murah, an tara 10 ribu sampai 25 ribu.
Hallaaah, ayo cobain deh. Gue pesan ini ya, nanti kita share! Oke" tanpa menunggu Chella mengiyakan, Sabila lang sung memesan sepotong kue cokelat sementara Rely sudah asyik duduk manis di kursi dan memotret mi numannya dengan BlackBerry. Seperti biasa, hasil jepret annya langsung diunggah ke FB dan Twitter.
Tak lama kemudian, ketiganya sudah duduk di kursi dan mencicipi minuman masing-masing. Chella merasa mi numan itu adalah minuman terenak yang pernah dia rasakan. Kekagumannya makin membuncah saat Sabila me nyu ruhnya mencicipi kue cokelatnya. Enak banget! Pantesan saja harga nya mahal, padahal hanya sekecil ini, batin Chella. Ia ber usaha menahan diri untuk tidak me nyen dok lagi potongan kue dalam jumlah besar. Tapi Sabila membelah dua kue itu karena sudah menduga Chella akan sungkan jika disuruh nambah. Separuh untuk Sabila sendiri dan separuh lagi untuk Chella.
Rely menawarkan mufin vanilla almond-nya, Cobain punya gue, Chel, enak deh.
Chella pun segera memotong mufin cokelat muda itu dengan sendoknya. Ya ampun, kenapa enak-enak semua ya" Chella diam-diam tersenyum gembira bisa mencoba makanan seenak dan semahal itu. Nanti sampai di panti, ia berencana menceritakan ke teman-temannya tentang
t . c Selagi ketiga cewek ini asyik mengobrol dan tertawatawa, terdengar suara memanggil nama Sabila.
Sabila! Elo Sabila, kan" Seorang cewek manis ber penam pilan cukup gaul mendekati dan menyapa Sabila.
Hei! Andrea! Sabila memekik. Kampus tetanggaan tapi malah ketemu di sini!
Lalu kedua cewek yang tadi saling memekik itu tertawa, bersalaman, dan berciuman pipi kanan-kiri.
Ya ampun, lo tuh ye& Gue kirain hanya di Facebook aja penampilan lo berbau-bau kuburan, ternyata beneran ya! kata Andrea lagi.
Sabila tertawa girang. Lo bawa spidol hitam, An" Ha" Buat apaan" Andrea mengernyit.
Buat nambah gotik penampilan gue, canda Sabila, dan keduanya tertawa geli.
Beneran lo kuliah antropologi, Sab" Wah, dulu gue pe ngin banget kuliah antrop, tapi bokap-nyokap lebih sreg gue kuliah sastra Inggris. Ya sudahlah, sahut cewek bernama Andrea itu dengan ceria.
Sabila pun mengenalkan Andrea kepada Rely dan Chella. Rely, Chella, Andrea ini teman satu SMA, teman ekskul paduan suara waktu itu. By the way, bukannya elo jadian dengan Kak Farman" tanya Sabila lagi sambil mem berikan kode ke Andrea agar duduk di sebelahnya. Chella dan Rely agak bergeser namun tetap memper tahan kan senyum sopan.
Hehehe, iya, masih, jawab Andrea tersipu. Sekarang kami bikin grup vokal, nggak ikut paduan suara lagi. Keba nyakan kami dapat tawaran jadi wedding singer. Gue dan Kak Farman personel tetap, yang lain cabutan, siapa
t . c tanpa bermaksud pamer. Ceileeee& Udah guru ekskul dipacarin, sekarang jadi artis kawinan nih! goda Sabila.
Hahahaha bisa aja! Tapi lumayan honornya untuk tambahan uang saku, Sab, sambung Andrea.
Maaf, gue mau tanya. Kalau ikutan grup vokal gitu susah nggak" Tiba-tiba Chella memberanikan diri bertanya kepada Andrea.
Nggak kok. Mau ikut" ajak Andrea ramah. Ha" Memang beneran boleh" Chella jadi kaget sendiri.
Siapa aja boleh kok ikutan, tapi dites nyanyi dulu ya sama Kak Farman. Kalau lolos jelas boleh dong ikutan. Mau" ajak Andrea. Chella nekat mengangguk. Emang elo bisa nyanyi, Chel" tanya Rely agak sang si. Ehm& Bisa. Namanya juga usaha, jawab Chella yakin nggak yakin.
Nomor HP lo berapa" Nanti gue SMS ya waktu tesnya. Siapin aja satu lagu pop Indonesia dan satu lagi yang Ba rat. Oke" Andrea menjelaskan dengan semangat.
Ehm& gue nggak punya HP, Chella menjawab pelan karena minder.
Andrea agak kaget, dalam hati dia bertanya-tanya, hari gini nggak punya HP" Tapi dia berusaha biasa saja. Oh, nggak apa-apa, nomor telepon rumah ada"
Ada, gue tinggal di panti asuhan, jadi kalau lo telepon mungkin yang angkat orang lain, titip pesan aja, biasanya di sampaikan sih pesannya, panjang-lebar Chella menjelas kan. Duh, malu-maluin banget sih gue, HP saja nggak punya. Norak banget! Chella mengeluh dalam hati.
t . c Sudah deh, An, elo SMS atau BBM ke gue saja. Nanti i n fo nya gue kasih tahu ke Chella ya, Sabila berusaha mem bantu.
Sip deh. Eh, gue jalan lagi ya. Janjian sama Kak Farman nih di Margo City. Yuk, sampai ketemu lagi ya semua nya! Andrea meninggalkan mereka masih dengan se nyum yang seolah-olah tak bisa lepas dari wajahnya. Sebelum pergi dia tak lupa berciuman pipi dengan Sa bila.
Sabila, terima kasih ya, ucap Chella penuh rasa syukur.
Sudah, nggak usah dipikirin. Pokoknya lo latihan saja yang bener, siapa tahu keterima. Bener lho kata Andrea, honor nya lumayan! Eh, Chell, nanti lo liat deh, pacarnya Andrea yang namanya Kak Farman itu, cakep banget! cerocos Sabila heboh.
Oh, Chella hanya mengiyakan dan tidak peduli yang namanya Kak Farman itu akan beneran cakep atau tidak. Yang dia pikirkan hanyalah, bakal nyanyi lagu apa untuk audisi nanti" Terus terang, perbendaharaan lagunya agak minim.
Rely dari tadi hanya mendengarkan celoteh Sabila tentang Kak Farman dan Andrea. Masa bodoh dengan urusan vokal grup itu. Mau Chella keterima atau nggak, Rely nggak peduli, toh nggak ada untungnya juga buat dia. Karena urusan naksir Vando diam-diam itu, Rely jadi agak masa bodoh terhadap nasib Chella. Makanya tadi waktu Chella bilang nggak punya HP ke Andrea, Rely dalam hati tertawa jahat. Kampung banget sih lo! dalam hati Rely mengolok Chella. Tapi malaikat penyelamat ber wujud Sabila malah membantu. Kenapa sih selalu
t . c ma kan rezeki anak yatim" Rely sadar betul sikap dan pikir annya tentang Chella jahat abis. Tapi dia bener-bener jea lous pada kebaikan teman-teman, khususnya Vando, ke pada Chella. Mau bagaimana lagi, Chella memang sosok yang baik hati, ringan tangan, dan tidak suka men jelek kan orang lain. Chella juga jago di semua mata kuliah dan tidak segan-segan menjelaskan pada siapa pun yang belum mengerti bahan kuliah dan bertanya ke pada nya. Ke kurangan -nya hanyalah dia bukan orang berada.
t . c M ENDUNG gelap menggantung di langit saat Chella
tiba di panti. Dia langsung bersiap-siap mandi. Sebenarnya Chella ingin menceritakan penga lam an nya mencicipi kopi dan kue di kedai JustCoffee yang ngetop itu. Tapi yang ada hanya anak-anak SD, SMP, dan SMA yang sibuk bel ajar dan bikin PR di ruang belajar. Chella mengambil handuk, menuju jajaran kamar mandi di bagian belakang panti. Bersamaan dengan dia meng gu yur kan air ke badan nya, air hujan turun dengan de ras.
Sambil mandi, Chella jadi mikir tentang Sita. Anak usia kuliahan di panti ini tinggal Chella dan Sita. Mau nggak mau Chella dan Sita jadi cukup dekat. Sita sebenarnya pu nya ibu, tapi jadi TKW di Taiwan lalu pindah ke Hong Kong dan nggak pulang-pulang. Orangtuanya bercerai saat Sita masih SD. Sita sudah tidak ingat lagi siapa dan di mana ayah kandungnya. Kadang-kadang, tidak rutin, ibunya Sita mengirim uang untuknya dan panti. Sita pernah curhat ke Chella dia kepingin banget bertemu
Bab 6 t . c terlalu mengharapkan bertemu de ngan nya lagi. Buktinya, ibunya pun tidak rutin mengiriminya uang, seolah-olah itu hanya kewajiban, terpaksa. Chella pikir ada benarnya juga, sih. Kalau peduli pada anaknya, ibu Sita akan memberi tahukan di mana alamat dan nomor kon taknya di Hong Kong. Sekarang ini Sita juga tidak ber minat mencari ibunya. Bagi Sita, kalau ibunya tidak men carinya du luan, dia tidak akan mencari ibunya. Gengsi!
Selulus SMA, Sita memutuskan ikut kursus masak dan be kerja paruh waktu di katering yang pemiliknya kenalan ibu panti. Dia merasa tidak sanggup kuliah dan lebih suka dunia masak-memasak yang bisa langsung di praktik kan. Syukur-syukur nanti dia bisa wiraswasta bikin toko kue, usaha katering, atau malah punya rumah makan.
Sebenarnya ada satu orang penghuni panti lagi yang sepantaran dengan Chella dan Sita, namanya Maya. Tapi Maya sudah tidak tinggal di panti lagi. Dia memilih berse kolah di sebuah akademi perawat dengan sistem ikatan dinas. Jadi nanti setelah lulus dari akademi, Maya harus be kerja di rumah sakit tempat akademi itu bernaung. Maya tak pernah main ke panti lagi, dia selalu bilang ba nyak tugas, sibuk, atau menghemat. Kalau tanggal merah dan hari libur pun Maya juga tidak lagi datang ke panti. Chella maklum pada keputusan Maya. Siapa sih yang betah tinggal di panti asuhan lama-lama" Tidur harus berbagi ruangan di barak besar, mandi harus antre, belum lagi ada aneka tugas pemeliharaan dan perawatan panti. Dari ngosek kamar mandi, nyapu halaman, ngepel, bantu di dapur, motong rumput, ngasih makan ayam, sampai
t . c Walaupun panti ini telah menyelamatkan hidup mereka, tetap saja rasanya mereka ingin sedikit mer deka, mengenal dunia di luar sana. Chella juga mengerti dengan istilah penghematan yang dibilang Maya. Dari pada uangnya untuk bayar transportasi bolak-balik ke panti, memang mendingan buat makan atau beli ke bu tuh an sehari-hari. Uang bulanan yang ditransfer ibu panti untuk tambahan sehari-hari kan nggak banyak.
Mereka hanya berkomunikasi seadanya lewat FB. Padahal saat SMA mereka masih punya waktu bergosip, hampir tiap sore, malah. Bergosip tentang cowok-cowok di se ko lah, bermimpi tentang masa depan yang sebetul nya nggak jelas juga, berkhayal punya pacar.
Dengan Sita agak mendingan, Chella masih bisa ketemu dengannya walau malam. Tapi sekarang akhir pekan pun, mereka nggak bisa ngobrol leluasa karena katering tempat Sita bekerja malah banyak pesanan di akhir pekan.
Selesai mandi Chella melewati ruang makan. Ternyata Sita ada di sana membantu menyiapkan makanan untuk anak-anak yang lebih kecil. Chella lalu melihat isi mangkuk lauk di meja makan. Matanya terbelalak.
Sit, emang ada yang ulang tahun" Kok banyak banget ma kanannya" tanya Chella pada Sita yang langsung tersenyum bahagia.
Kalau ada yang ulang tahun pasti ketahuan karena nama-nama penghuni dan pengurus panti plus tanggal ulang tahunnya tertera di sebuah karton berlaminating yang ditempel di dinding ruang TV ruangan paling besar di panti untuk nonton TV, terima rombongan tamu yang
t . c berupa lemari berisi buku-buku cerita sumbangan yang masih baru serta beberapa novel tua.
Nggak ada yang ulang tahun, Chel. Kata Ibu Vanda, tadi ada bapak dermawan datang bawa macem-macem lauk. Sumbangan, jawab Sita yang tidak bisa menutupi ke gembiraannya melihat lauk segini banyak, bahkan melebihi lauk kalau ibu panti lagi berulang tahun. Ibu Vanda itu yang mengurusi bagian dapur panti. Di meja ter hidang mi goreng bakso dengan telur puyuh, ayam goreng mentega, gurame asam-manis, dan ber puluh-puluh tusuk sate ayam. Di sudut lain ruang TV ada sekardus apel dan sekotak besar anggur. Wah, kapan lagi bisa ma kan anggur!
Benar-benar kayak pesta, semua anak panti kelihatan se kali semangat makan malam ini. Sehari-hari biasanya me reka hanya makan olahan tahu, tempe, dan sayur. Untuk makan ayam, daging, dan ikan dijadwal. Itu pun han ya sekali sehari, untuk lauk makan siang atau malam saja. Misalnya, Senin ayam, Selasa daging, Rabu ikan, Ka mis telur, Jumat-nya balik lagi ke lauk ayam, begitu se te r usnya. Porsinya juga nggak bisa ba nyak, ma sing-masing anak dapat satu potong. Semuanya di hitung sesuai de ngan jumlah penghuni.
Besok juga sarapan roti Breadlife, tambah Sita ber binar. Ada lima puluh roti di dalam dus.
Orang kaya ya yang nganter" tanya Chella penasaran tapi juga gembira banget.
Kayaknya yang nganter sopirnya. Tapi nggak tau juga ya, siapa tau orang kaya nyamar jadi sopir. Naik mobil ba gus. Yah, kita doain aja banyak rezekinya, siapa tau ka pan-kapan datang lagi, jawab Sita tak bisa menyemt . c Ngomong-ngomong soal orang kaya, tadi gue nyobain mi num di JustCoffee, cerita Chella dalam nada bangga, semi pamer.
Ha" Beneran, Chel" Bayar pake apa" Ditraktir" Sita agak iri dengan keberuntungan Chella karena mereka dulu sering berkhayal bisa minum dan ngobrol di situ atau tempat-tempat gaul mewah lainnya.
Ditraktir temen kampus, Chella nyengir. Enak beneran minumannya"
Ya iyalah. Kuenya juga ueeennnak banget, Sit! Kue ter enak yang pernah gue cobain! bisik Chella tak bisa menyem bunyikan keinginannya pamer pada Sita.
Apa" Jadi selama ini kue bikinan gue nggak enak" Sita pura-pura ngambek.
Kue bikinan lo jelas enak. Tapi ini bener-bener enak, Sit. Katanya sih cokelatnya dari Belgia, bahan-bahannya im por semua. Yang lokal hanya kopinya, jelas Chella.
Ah, gue sih cinta produk lokal ajalah. Biji cokelat Flores juga nggak kalah kok dari Belgia. Doain gue ye semoga kapan-kapan bisa ikut ngicipin juga, kata Sita sam bil mengerlingkan mata ke arah Chella. Chella ter senyum sambil dalam hati berkata, kasihan banget sih kita ini, mau makan kue sekecil itu saja mesti berdoa dulu, nabung dulu. Sedangkan gue lihat ada anak kam pus yang udah beli kue semahal itu, nggak diabisin, di tinggalin gitu aja di meja dekat gelas kopinya. Nggak sayang apa"
*** t . c Hanya Rely dan Sabila yang tahu Chella bakal ikut audisi grup vokal Sparkling Rainbow. Chella yang meminta agar hal ini dirahasiakan dari teman-teman yang lain karena dia malu kalau tidak lolos audisi. Selain itu, buat Chella, ini hanya wedding singer, bukan hal besar buat temante mannya, jadi untuk apa disebarluaskan"
Chella ingin menyanyikan lagu Cinta Terlarang dari The Virgin dan lagu Barat-nya dia memilih lagu Lucky - nya Jason Mraz yang didengarnya di mobil Vando. Lagu itu membekas banget di benak Chella. Untungnya, Sabila mem bantu Chella dengan meminjami iPod-nya supaya Chella bisa menghafalkan liriknya. Sabila juga yang ngeprint teks dua lagu itu.
Ternyata Sabila yang supercuek dan selalu riang merasa kasihan bercampur simpati pada Chella. Walaupun be berapa orang menilainya sebagai cewek nggak bener ka rena penampilannya dan tato-tatonya yang terkesan liar, sesungguhnya Sabila cewek yang baik hati. Pe nampilan luarnya saja yang membawa aura kegelapan.
Dalam hati Rely heran, buat apa sih Sabila berbaikbaik pada Chella" Sok peduli banget. Tapi, kalau Vando ta hu tentang mimpi Chella lolos audisi ini, pasti dia yang paling repot. Makanya Rely senang sekali waktu Chella minta tolong supaya urusan wedding singer ini dirahasiakan. Ya, buat apa disebarluaskan" Emang lo siapa" Kalau pun lo lolos audisi paling-paling hanya ka rena belas ka sihan karena lo anak panti dan bujukan Sa bila, cela Rely dalam hati.
Yang bikin Rely agak terhibur dari kesumpekannya k uliah dan kecemburuan nggak jelasnya plus krisis ket . c mang cowok baik yang nggak banyak bicara, nggak banyak tingkah. Tapi kalau sedang berjalan atau duduk ber dam pingan dengan Vando, duh, kayaknya Azel kebanting penampilannya. Aura Vando itu aura orang keren. Sementara Azel auranya biasa saja. Tapi Azel selalu bersedia melakukan apa saja yang diminta Rely atau bahkan mes ki Rely tidak minta tolong tapi Azel menyadari cewek itu butuh bantuan, pasti dia segera turun tangan.
Dulu Rely merasa Azel baik pada semua orang, tapi se karang Rely agak-agak merasa bahwa Azel memberikan per hatian lebih pada dirinya. Nah, masalahnya kalau tibatiba Azel nembak Rely, apakah Rely mau jadi ceweknya dan melupakan usaha pendekatan ke Vando begitu saja" Kalo dapat Vando, syukur deh tapi Azel bisa jadi cadangan nya kok. Rely tersenyum tipis memikirkan khayal annya.
*** Guys, gue dan Chella mau pergi duluan ya, pamit Sabila kepada semua yang lagi nongkrong di pelataran perpustaka an. Ia dan Chella bangkit berdiri sambil memakai ran sel.
Emangnya mau ke mana" tanya Vando cepat. Rely me nelan ludah mendengar kecepatan Vando menanggapi. Bi kin gondok. Coba kalau Rely yang pamitan, pasti nggak akan ditanya oleh Vando.
Ada deh. Rahasia. Urusan cewek! jawab Sabila dengan wajah penuh rahasia.
Lho, si Rely kok nggak ikutan" Vasco ikutan kepingin
t . c Gue mau ke PIM sama Kaluna, ada big sale, nada pa mer keluar dari suara Rely.
Belanja mulu lo, tanggap Vasco.
Mumpung diskon, Vas, hehehe, Rely nyengir. Mau ke mana sih, Chel" Vando mendesak, nggak peduli Rely mau pergi ke mana.
Aduh, lo tanya Sabila aja deh, urusan curhat cewek nih, jawab Chella tak bisa menceritakan rencananya dengan Sabila dan dengan harapan antara Sabila dan Rely nggak ada yang keceplosan ngomong soal audisi vokal grup itu. Memang Sabila yang punya ide mengajak Rely untuk latihan nyanyi di tempat karaoke di mal. Yang bayar ya Sabila. Ada nggak ada teman, Sabila memang suka nyanyi-nyanyi di karaoke paling nggak sejam. Menurut Sabila, bernyanyi di karaoke bisa menghilangkan ke galauan atau kesumpekan karena tugas-tugas kuliah yang num puk dan segala masalah di sekitarnya.
Dan begitulah, Sabila dan Chella sukses kabur ke karaoke diiringi tatapan penasaran teman-teman lainnya.
Sesampainya di tempat karaoke, Chella melihat-lihat sekeliling nya. Ini pengalaman pertamanya ke karaoke. Dia mem bun tuti Sabila yang menyapa pelayan karaoke. Sabila me mang sering ke karaoke ini, makanya mas-mas dan mbak-mbaknya sudah hafal dengan dia. Sesampainya di da lam kamar karaoke, Sabila langsung bertindak bagai manajer Chella.
Nih, belajar deh lagu-lagu yang mau lo nyanyiin di audisi. Nanti gue yang komentarin bagus atau nggak. Sejam cukup, kan" tanya Sabila memastikan. Chella hanya mengangguk sementara pikirannya masih
t . c Sabila juga tahu Chella belum pernah ke karaoke, jadi dia sibuk mengajari cara memilih lagu.
Mau sekalian ngemil, Chel" Sabrina menawari. Nggak usah. Gue nyanyi aja. Eh, Sab& ini nanti gimana gue gantinya" tanya Chella nggak enak hati karena Sabila membantu dia melulu.
Ganti apaan" Duit" Orang ini duit nyokap gue kok. Kata nyokap kalo duit dipake buat kebaikan, no problemo, kata Sabila enteng. Gue tuh salut sama per juangan lo, Chel. Gue pengin banget lo lolos audisi. Siapa tau lo sukses jadi artis, kan gue juga yang kecipratan bisa pa mer sana-sini, canda Sabila.
Chella ikut tertawa. Artis apaan, Sab" Artis kampung" Ya udah, makasih ya, Sab, udah banyak bantuin gue. Titip makasih juga buat nyokap lo ya&
Beres. Tambahan lagi, lo anaknya nggak suka nge hakim in gue. Menerima gue apa adanya, imbuh Sabila. Chella terdiam. Dia tahu banyak orang yang di depan Sabila bermanis-manis tapi di belakangnya sibuk ber gosip, malah bilang Sabila anak orang nggak bener segala.
Lo baik kok, Sab. Dandanan lo aja yang bikin orang pada syok, giliran Chella bercanda. Keduanya ter tawa geli, Sabila membetulkan gelang hitamnya yang ber paku.
By the way daripada kita jadi mellow, ntar bukannya latihan nyanyi malah nangis-nangis di karaoke, mending lo sekarang nyanyi deh, ujar Sabila sambil langsung memi lihkan lagu Lucky di layar dan memberikan mik ke Chella. Bolak-balik lagu Lucky dan Cinta Terlarang diulang-ulang, sampai Chella nyanyinya bagus dan hafal lirik tanpa melihat ke layar TV. Tingkah Sabila jadi kayak
t . c ke rendahan dikitlah, jangan mengambil napas dengan me motong sepatah kata, kurang berperasaanlah, kepelanan lah, tapi semua saran Sabila didengarkan dan diikuti Chella baik-baik. Ya, siapa lagi yang bisa kasih ko men tar jujur tanpa basa-basi selain Sabila" Kalau orang lain mungkin hanya akan bilang, sudah bagus kok dan sungkan untuk kasih komentar pedas.
Tadinya mereka memang nggak mau pesan kudapan, tapi dengan latihan nggak berhenti begini, setelah tiga pu luh menit berlalu Sabila memaksa Chella untuk me me san minuman daripada mereka dehidrasi di karaoke. Jus melon untuk Sabila dan jus jambu biji merah untuk Chella.
Tanpa terasa waktu satu jam cepat berlalu, Chella puas dan senang banget bisa latihan di karaoke dengan maksimal. Bayangin, mana mungkin latihan di panti" Pasti peng huni yang lain terganggu. Bukan itu saja, me reka juga bakal bosen abis karena lagu yang dinyanyi kan ituitu memulu. Kalaupun mau agak bebas, ya nyanyi di kamar mandi. Itu pun kan nggak bisa lama-lama, takut ma suk angin. Jadi dalam hati Chella sangat berterima ka sih pada Sabila karena diajak ke karaoke. Dia sangat ber harap bisa lolos audisi. Nanti kalau dapat honor kali per tama, dalam hati dia berjanji akan mentraktir Sabila.
Belum jauh keduanya berjalan keluar dari tempat karaoke, ada suara memanggil-manggil Chella dan Sabila. Ke dua cewek ini menengok ke belakang dan kaget banget me lihat siapa yang memanggil-manggil mereka. Ternyata trio cowok kontrakan.
Ngapain lo berdua di sini" Dari mana" Vando langsung menginterogasi.
t . c nya juga, jawab Sabila sekenanya. Dia tahu Chella rada pa nik, takut kalau urusan karaoke ini bocor ke co wok-cowok.
Bilang aja pengin ke mal, pake rahasia segala. Lo pada ngejar diskonan juga, ya" Vasco ikutan penasaran.
Dibilangin rahasia, kata Sabila merajuk. Sementara itu Chella nggak bisa menutupi kekhawatirannya dan nggak berani menatap mata Vando. Chella cuma bisa senyam-senyum garing dan kepingin buru-buru pergi dari situ. Tapi Sabila malah membelokkan pembicaraan ke ba wa an tuh cowok-cowok.
Belanja apaan, Zel" tanya Sabila sambil mengecek isi tas kanvas yang dibawa Azel.
Ini, daging giling dan ikan salmon, jawab Azel lalu mem buka tas, menunjukkannya pada Sabila yang melongok kan kepala mengintip isinya. Di dalamnya terdapat dua wadah tahan panas transparan yang masing-masing berisi kedua makanan mentah yang disebut Azel tadi.
Duileee salmon! Lo bertiga lagi tajir banget, ya, goda Sabila.
Cuma sekali sebulan kok, Sab, jawab Vando. Lagian kan Chef Azel mau nyoba menu baru.
Resep apaan" Sushi" tanya Sabila agak cablak Bukan sushi, tapi salmon panggang saus lemon, jawab Azel pede. Iya, percaya diri banget malah karena dia pernah uji coba bikin ayam goreng saus lemon dan ternyata Vando dan Vasco doyan banget. Nah, sebetulnya re sep aslinya adalah salmon panggang, itu yang mau dicoba Azel sekarang.
Asyik kan, Sab, berasa kayak di restoran, Vasco cet . c Ah, gue makan pecel lele aja juga udah bahagia kok, balas Sabila.
Ya udah, ntar kapan kalo main ke kontrakan gue bikin lele goreng crispy deh. Tapi lo bilang-bilang dulu ya, kan gue mesti nitip Emak Rodiah supaya beli lelenya di pasar, ma sih segar, Azel, yang karena dipanggil chef, me nanggapi serius permintaan Sabila.
Omong-omong, walau tampak cuek, ketiga cowok ini lumayan bergaya hidup go green. Ma sing-masing bawa tas belanja supaya nggak meng guna kan plastik dari hyper market yang ada di mal itu. Vasco mem bawa tas kan vas berisi pasta gigi, sabun man di, sam po, pembersih lan tai reill, deterjen, dan segala per leng kapan mandi dan ber sih-bersih lainnya. Kalau tas belanja Vando isinya spageti, makaroni, kerupuk udang men tah, men tega, selai ka cang, selai stroberi, meses, susu kental manis, berkotak-kotak susu cair, dan buah-buahan.
Di kontrakan mereka, kertas harus dipake bolak-balik, minyak goreng dan kecap belinya yang bisa diisi ulang. Kalau beli makanan matang, sebisanya bawa kotak ma kan sen diri, nggak mau pakai kertas bungkus, plastik, apa lagi styrofoam. Botol air bawa dari rumah, kalau air habis baru deh ngambil dari air dispenser perpustakaan atau labo ratorium antropologi.
Hebatnya lagi si Azel, selain jago masak, dia juga sayang banget dengan tanaman-tanaman di halaman kecil de pan kontrakan. Tiap pagi dia nyiram tanaman dulu. Tiap minggu dia ngasih pupuk bunga dan pupuk daun. Ma ka nya securiga-curiganya dan sekesel-keselnya Engkong Somad pada Vando cs, sebisanya dia nggak sampai
t . c baik-baik. Tanaman Engkong, dari melati, mawar, dan zodia semuanya sehat dan berbunga.
Ya udah deh, kita cabut dulu ya. Kasian nih si Chella kalo kesorean, Sabila memberi alasan klasik untuk segera ka bur dari pertanyaan-pertanyaan lanjutan ketiga cowok itu, apalagi dia ngeliat mukanya Chella sudah nggak nyaman banget. Tegang. Dan memang setelah ber pa mitan dan pergi meninggalkan ketiga cowok itu, Chella merasa lega.
Tenang saja, Chel. Kalo tadi kita langsung kabur mereka malah tambah curiga, seolah Sabila bisa membaca ke khawatiran Chella yang ketakutan banget ketahuan ke karaoke buat latihan audisi.
*** Blackberry Sabila berdering terus-terusan. Halo. Ada apaan, Van" tanya Sabila sambil mengeringkan rambut nya yang ma sih agak basah dengan handuk setelah kera mas.


Andai Dia Tahu Karya Esi Lahur di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gue mau tanya, Sab, lo tadi sama Chella ngapain sih" selidik Vando.
Yaelahhhh dibilangin urusan cewek. Emang ada apaan sih" Nggak percayaan amat"!
Ah, gue nggak percaya, sela Vando.
Sabila langsung ngakak. Kok lo pengin tau banget sih, Van" Gue jadi curiga nih. Lo ada hati ya ke Chella"
Vando agak gelagapan menjawabnya, Ha" Nggak. Gue cuma mau mastiin lo nggak ngajakin dia ngerokok, kan"
Nggaklah. Lo tenang aja deh. Lagian juga Chella ng gak bakalan mau kok.
Nggak lo ajak bikin tato dan segala yang aneh-aneh,
t . c Kagak! Ya ampun, Van. Lo kenapa sih" Gue beneran cu riga nih.
Jangan diajarin yang nggak-nggak ya, Sab. Kan kasian si Chella. Lo tau sendiri hidupnya udah susah gitu. Kalo lo sih jagoan, nah dia" Kasian gue, Sab, kalo dia ke tularan kegilaan lo.
Sabila tidak menjawab apa-apa dan hanya tertawa geli. Terus lo berdua ngapain" desak Vando
Duhhhh& gue nggak bisa bilang, Van. Ini permintaan Chella. Pokoknya gue hanya bisa jamin kalo dia nggak ter kon taminasi kegilaan gue, jawab Sabila sekenanya sambil masih kegelian dan keheranan atas sikap Vando.
Rahasia apaan sih, Sab" Lo cerita dong ke gue, kan gue nggak mungkin ngebocorin.
Nggak bisa gue bocorin sebelum& Sebelum apa"
Sebelum lo bilang ke gue, ngapain lo pengin tau banget. Lo naksir Chella, ya" Ngaku aja deh. Nggak mungkin kalo lo nggak punya perasaan sampe nanya-nanya kayak gitu. Vasco, Azel, Ryan, Saleh, Gama, siapa kek nggak akan peduli Chella ngapain. Iya, kan" Iya, kan, Van" Halo" Halo" Van, Van" Lo masih denger, kan" cerocos Sabila.
Ampun deh, Sab. Lo berisik banget sih! Gimana gue mau ngomong kalo lo nyerocos kayak gitu!
Baru sekarang gue denger lo ngomel, Van. Semakin yakin nih gue kalo lo naksir Chella. Udahlah ngaku aja, su sah bener bilang kalo lo demen sama Chella, goda Sabila jail.
t . c ya udah. Pokoknya lo jangan ngajarin yang nggak-nggak ya, Vando nyerah menghadapi interogasi Sabila.
Kalo lo suka, kenapa lo nggak bilang sih ke Chella, Van" Apa mau gue comblangin" Ntar kalo lo nggak bilang kalo lo suka sama dia, jangan nyesel atau emosi kalo Chella ditembak cowok lain, ya! Sabila malah na kutnakutin Vando.
Emang ada cowok yang lagi pedekate ke Chella, Sab" Vando kepancing pengin tahu.
Rahasia dong. Gimana mau girl power kalo nggak kom pak! Sabila jual mahal.
Udah deh, anggap aja gue nggak pernah nelepon dan nanya, Vando berlagak ngambek.
Otak iseng Sabila malah muncul. Ya udah gue cerita deh daripada gue ditolak maen ke kontrakan kalo pelit info ke elo. Halo" Halo" Van" Lo denger gue, kan" Masih ber minat atau nggak"
Terdengar napas panjang di seberang sana. Kalo mau cerita cepetan. Yang lengkap. Ntar gue kasih oleh-oleh deh.
Eits, oleh-oleh apaan nih" Radar Sabila langsung berfungsi penuh.
Gue mau jalan-jalan sama keluarga. Liburan akhir tahun ke Tokyo, Vando mengiming-imingi Sabila.
Ah! Lo nyetanin gue banget nih. Gue jadi ember! Bener an ya gue bakal dibeliin oleh-oleh" Sabila me mastikan.
Beneran! Udah cepetan cerita. Ember dikit nggak apaapa lagi, Sab, demi gue, Vando sudah mulai bisa bercanda lagi setelah tadi ngotot-ngototan dengan Sabila.
t . c Sa bila pun akhirnya menceritakan kisah audisi vokal grup dari awal ketemu Andrea di JustCoffe sampai yang terakhir di karaoke. Sepanjang cerita Sabila bolak-balik mengingatkan Vando bahwa cerita ini adalah rahasia dan dia terpaksa ember, membocorkan, demi oleh-oleh dari Tok yo. Apalagi dia dijanjikan Vando dua oleh-oleh. Pertama, karena telah menceritakan tentang audisi vokal grup Chella. Kedua, untuk menutup mulut Sabila agar nggak cerita ke mana-mana bahwa Vando nanya-nanya ten tang Chella dan meredam dugaan Sabila bahwa Vando nak sir Chella, sementara cowok itu sendiri masih belum ya kin dengan perasaannya.
*** Vando tersenyum kecil. Dia bela-belain ngorek info ke Sabila dari dalam kamar yang tertutup. Supaya nggak kedengeran Vasco Azel lagi repot di dapur Vando menyala kan CD lagu Maroon 5 kenceng-kenceng.
Vando tidak bisa menutupi kegembiraannya karena ternyata Chella milih lagu Lucky yang didengarnya waktu ber duaan di mobil hujan-hujanan dalam perjalanan pulang ke panti. Vando hanya bisa berharap Sabila bisa di per caya untuk tidak membocorkan peristiwa dia mengorek-ngorek info ini. Vando masih nggak yakin dengan perasaannya, kasihan iya, suka juga iya, berteman iya, kagum juga iya. Sosok Chella selalu mengingatkannya pada orang yang dekat dengannya. Naksir" Kayaknya iya, karena kalau Chella muncul Vando jadi ceria. Tapi bet . c Hati Vando berdesir dan tiba-tiba pengin nge de ngerin lagu Lucky juga. Lucky I m in love with my best friend. Lucky to have been where I have been. Lucky to be coming home again.
t . c H ARI yang mendebarkan bagi Chella akhirnya datang
juga. Sabila mengabarkan bahwa Andrea mengirim SMS, agar Chella datang audisi di rumah Kak Farman di Kebayoran Baru. Tadinya Chella ingin membeli baju baru buat audisi, biar penampilannya nggak kusam-kusam amat, tapi dilarang Sabila. Yang penting suara dan penghayatan, kata Sabila bak juri Indonesian Idol. Untung Sabila sudah kenal dengan Kak Farman dan Andrea, jadi dia bisa mem berikan saran-saran pada Chella. Misalnya, sikap yang baik, disiplin latihan, itu yang diutamakan Kak Farman ke tim bang orang dengan suara bagus namun sikap nya mi nus: sok, ngaret, dan nggak disiplin.
Chella diaudisi jam tujuh malam. Alasannya, banyak klien yang mengundang mereka untuk acara malam. Nggak peduli penyanyinya lagi capek, bete, kena macet, po kok nya jam tujuh harus tampil. Jadi mau dinilai juga apa kah bisa tepat waktu atau nggak.
Demi bisa on time, Chella berangkat jam empat sore
Bab 7 t . c dari kampus ditemani Sabila. Tadinya Chella mau be rangkat sendiri dan nggak mau nyusahin Sabila, tapi Sabila justru semangat nganterin, malah ngajak naik taksi segala. Alasannya, mau ketemu dan menikmati ketampan an Kak Farman.
Padahal, sebenarnya Sabila ngotot ikut gara-gara malam sebelum audisi, dia mengobrol dengan Vando lewat telepon, menga barkan perkembangan menjelang audisi Chella. Vando me maksa Sabila melaporkan semua kegiatan Chella ke dia dan Sabila mau-mau saja. Bahkan, Vando juga berhasil me maksa Sabila supaya lebih sering meng ajak Chella ke ka raoke untuk latihan.
Daripada lo nyanyi-nyanyi nggak jelas sendirian di ka raoke, mending lo ngebantuin temen. Membantu anak panti besar pahalanya, Vando pernah menceramahi Sabila.
Demi oleh-oleh dari Tokyo dan memang niat membantu Chella, Sabila setuju-setuju saja. Vando juga minta to long (sebenernya merintah) pada Sabila supaya nganterin Chella ke rumah Kak Farman.
Kalo lo nganterin dia naik taksi, ntar lo gue beliin oleholeh dari Harajuku juga deh, siapa tau ada aksesoris un tuk menambah penampilan sinting lo itu, iming-iming Vando.
Serius lo" Yeaaaahhhhh, Sabila tertawa dan bersorak ke girangan.
Iye. Walau kepaksa nih gue, masa oleh-oleh buat lo ba nyak banget, Vando ngedumel. Pokoknya lo jagain dia ya, Sab, dan jangan ember!
Beressss!!! Siap, Komandan!!! Van, lo naksir Chella, ya" Sekali lagi Sabila nanya, nggak bisa meredam ket . c Van, lo masih hidup, kan" Lo jangan mati dong, ntar oleh-oleh gue gimana"
Berisik banget sih lo, Sab! Gue nggak tau naksir atau nggak. Udah deh nggak usah dibahas. Pokoknya lo jagain dia ya, elak Vando.
Jangan-jangan lo bukan naksir, tapi Chella sodara tiri lo yang dibuang di panti" Putri yang terbuang" Dasar cewek sinting! semprot Vando.
*** Chella dan Sabila tiba di rumah Kak Farman dengan sela mat dan tepat waktu. Lebih cepat setengah jam, malah. Di sana mereka disambut Andrea yang langsung mengajak ke paviliun belakang rumah itu. Di dalamnya ada ruang an yang dibuat seperti studio mini, ada piano dan gitar. Kak Farman yang wangi menyambut keduanya dengan ramah.
Kamu inget Sabila" Dia kan dulu ikut paduan suara SMA juga, Andrea mengingatkan.
Sabila" Sabila yang mezosopran" tanya Kak Farman sam bil mengernyitkan dahi, karena di SMA kan penampil an Sabila nggak segelap sekarang.
Betul, Kak, jawab Sabila malu-malu dan agak jaim. Tumben, padahal biasanya dia heboh setengah mati.
Kamu nggak ikutan audisi sekalian" tanya Kak Farman ramah namun ada ketegasan dalam suaranya.
Nggak, Kak. Saya hanya nganterin temen saja. Suara saya nggak sebagus dulu, nggak pernah latihan lagi, Sabila
t . c santun begini. Chella dalam hati mengakui yang namanya Kak Farman memang cakep. Kurang-lebih ka yak Vando deh, tapi penampilan Kak Farman lebih resmi, lebih dewasa. Lho ngapain gue mikirin Vando ya"
Kak Farman lalu bertanya-tanya ke Chella, dari kesibukan sehari-hari, bisa nggak kalau latihan tiap akhir pekan, keberatan nggak pulang malam karena kalau acara per nikahan seringnya sampai jam sepuluh bahkan bisa lebih malam, tergantung permintaan klien. Bisa juga nggak latihan di hari biasa tapi sampai malam. Dari penje las an Kak Farman, Chella juga tahu tidak akan ada pekerjaan yang mengganggu jam kuliah, jadi dia bisa kuliah dengan tenang. Dan ternyata selama seminggu ini, Kak Farman mengaudisi enam orang untuk jadi anggota tidak tetap grup vokal Sparkling Rainbow miliknya.
Selain Kak Farman dan Andrea, ada ang gota nggak tetap yaitu, Mariska, Janice, Niko, dan Axel. Nah, Kak Farman butuh sepasang lagi untuk bergantian tam pil supaya ada penyegaran dan nggak kecapekan, kata nya.
Tibalah saat yang dinantikan, Chella harus bernyanyi, bu kan dengan iringan karaoke melainkan Kak Farman yang me mainkan alat musiknya. Sabila jadi ikutan deg-degan. Chella sen diri berusaha menenang-nenangkan diri. Yang dia ingat di otaknya hanya ibunya di penjara yang pasti bahagia ba nget kalau tahu dia lolos dan bisa cari uang sendiri.
Lagu pertama, Cinta Terlarang-nya The Virgin, Kak Farman mengiringi dengan kibornya. Chella bernyanyi meng hadap ke arah Kak Farman. Sabila dan Andrea du duk tak jauh dari tempat Chella, tapi hanya bisa melihat Chella dari samping.
t . c tuk bersamanya& kumencintainya& sungguh mencintainya& Rasa ini sungguh tak wajar&
Saat bagian itu dinyanyikan, suara Chella agak bergetar. Sabila hanya bisa menelan ludah, berharap suara yang agak bergetar itu tidak menjadi masalah besar bagi Kak Farman, sambil diam-diam merekam penampilan Chella dengan BB-nya, buat laporan ke Bos Vando.
Setelah satu lagu selesai, Kak Farman hanya tersenyum kecil. Chella menengok ke arah Sabila. Matanya seolah min ta dukungan dan bertanya, gimana suara gue" Bagus nggak" Sabila hanya bisa tersenyum, mengangguk, dan mem beri satu jempol ke arah Chella. Mulut Sabila yang biasa nya heboh jadi agak terkunci karena tersihir aura ke tam panan dan wibawanya Kak Farman.
Jangan tegang ya, tenang saja nyanyinya. Yuk, siap lagu kedua ya, saya pindah ke piano dulu, kata Kak Farman sambil berjalan ke pianonya. Siap" tanyanya. Chella mengangguk yakin. Lalu terdengar denting indah intro lagu Lucky-nya Jason Mraz.
Do you hear me, I m talking to you
Across the water across the deep blue ocean Under the open sky, oh my, baby I m trying Boy I hear you in my dreams
I feel your whisper across the sea I keep you with me in my heart You make it easier when life gets hard Lucky I m in love with my best friend
t . c Lucky to be coming home again Ooohh ooooh oooh
They don t know how long it takes Waiting for a love like this Every time we say goodbye I wish we had one more kiss I ll wait for you I promise you, I will
Lucky I m in love with my best friend Lucky to have been where I have been Lucky to be coming home again Lucky we re in love every way
Lucky to have stayed where we have stayed Lucky to be coming home someday
And so I m sailing through the sea To an island where we ll meet You ll hear the music ill the air I ll put a lower in your hair Though the breezes through the trees Move so pretty you re all I see As the world keeps spinning round You hold me right here right now
Sabila tidak tahan untuk berdiam lagi, selesai Chella me nyanyi dia langsung bertepuk tangan, Keren! Keren be ner, kan, Kak Farman" Iya, kan, An"
Andrea juga ikutan tepuk tangan, Kak Farman tidak men jawab dan hanya tersenyum lebar lalu mengajak sat . c Tunggu hasilnya minggu depan ya, Chella. Nanti Andrea kabari hasilnya lewat suporter setiamu, kata Kak Far man ramah, sambil mengerling ke Sabila yang masih ter senyum lebar.
Terima kasih, Kak. Terima kasih untuk kesem patannya, Chella menjawab pelan tapi tidak bisa menutupi kelegaannya bisa bernyanyi dengan baik. Sekarang hanya bisa berdoa saja semoga lolos audisi. Kalau nggak lolos mau nggak mau harus cari cara lain untuk mendapat uang tambahan.
*** Minggu ini bener-bener nggak nyaman buat Chella. Bawaan nya resah melulu. Penasaran dengan hasil audisi, lolos atau tidak. Makanya waktu diajak Vasco pergi ke Ke bun Raya Bogor, Chella nggak begitu semangat. Masalah nya hari ini tepat satu minggu sejak audisi tapi belum ada kabar dari Andrea. Kalau tidak lolos audisi kenapa nggak cepetan kasih kabar" Dengan begitu Chella tidak berharap terlalu lama dan bisa mencari alternatif lain. Kalau lolos, kok juga nggak dikabari segera" Chella sudah memastikan ke Sabila agar BB-nya jangan dimatiin, takutnya kabar Andrea nggak nyampe karena BB mati. Sabila jadi ikut-ikutan senewen dan sebentar-sebentar ngecek BB-nya, takut nggak denger kalau ada BBM atau SMS masuk, kalah dengan suara gemerincing rantai celananya.
Kemarin Vasco ulang tahun, makanya dia ingin traktir makan dan jalan-jalan ke Bogor dengan teman-teman dekat nya ini. Vasco sekalian ingin motret di Kebun Raya
t . c Bogor. Kalau bukan karena penasaran hasil audisi, Chella pas ti senang banget diajak ke Bogor dan nggak resah kayak gini. Untungnya mata kuliah Teori Antropologi Dasar yang jadwalnya jam satu siang untuk minggu ini diganti harinya menjadi Rabu minggu depan karena dosennya sakit. Jadi, setelah kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi mereka langsung cabut ke Bogor.
Sebelum ke Kebun Raya, mereka beli piza meteran di daerah Bina Marga. Supaya nggak buang waktu, piza ditake away dan dimakan di jalan. Pizanya unik, bentuknya bukan lingkaran yang dipotong jadi berbentuk segitiga, tapi dibeli meteran. Rasanya ya nggak jauh beda de ngan piza lainnya. Vasco juga beli pastel isi pisang keju buat cemilan selama di Kebun Raya.
Di perjalanan Vando cerita waktu kecil dia beberapa kali diajak orangtuanya piknik keluarga di Kebun Raya Bogor. Duduk beralas tikar, membawa mainan, menangkap belalang, kadang bisa melihat aneka burung beterbang an, berlarian bebas tanpa takut ada binatang buas, dan makan bersama dengan bekal buatan mamanya yang dibawa dengan rantang. Azel, Sabila, dan Rely mengamini cerita Vando karena pengalaman mereka juga nggak jauh ber beda. Chella diam saja. Dia ingat pernah satu kali piknik ke Kebun Raya Bogor, waktu itu ayahnya masih ayah yang baik. Chella mengerjapkan mata, ia tidak ingin ada memori baik tentang ayah yang telah meng han curkan hidupnya hingga ia tidak bisa hidup wajar se perti temantemannya. Lebih baik menganggap tidak per nah ke tempat itu sama sekali.
Udara Bogor yang sejuk dan cerah menemani perjalanan mereka. Di hari kerja ini tidak banyak pengunjung,
t . c se luas 87 hektar itu. Untungnya lagi Kota Hujan ini masih belum menunjukkan tanda-tanda bakal hujan. Jadi me reka bisa puas berfoto ria di kebun yang menjadi habitat bagi lebih dari tiga ribu spesies tumbuhan ini.
Hampir semua sudut kebun raya dapat dijadikan objek mau pun latar pemotretan yang indah. Vando yang menyetir mobilnya terlihat sabar-sabar saja walau harus ber henti berkali-kali demi memuaskan keinginan para pe num pang, dan dia sendiri, untuk berfoto di berbagai tem pat. Mereka juga sempat berfoto bersama di jembatan gantung berwarna merah yang legendaris itu. Di situ sering digunakan sebagai lokasi pemotretan prewedding.
Sab, lo jangan lompat-lompat dong. Ngeri, tau! Rely protes sambil melirik ke bawah, melihat derasnya aliran Su ngai Ciliwung. Sabila cengar-cengir dan menghentikan tingkah kekanakannya.
Foto bertiga, yuk, Sabila mengajak Rely dan Chella. Ah, gue nggak mau, elak Rely.
Emang kenapa" Sabila mengernyitkan dahi. Kata nenek gue, pamali foto bertiga. Bisa sial, jawab Rely lagi.
Ya ampun, masak lo percaya begituan" Gue selalu foto ber tiga dengan nyokap dan adik gue, ine-ine aja tuh, Sabila nggak mau kalah.
Fine gimana" Penampilan lo jadi sinting gini, itu efek sam ping foto bertiga tauk, canda Vasco. Karena pe no lakan Rely tadi mereka nggak jadi foto bertiga.
Kok diam saja, Chel" tanya Vando ke Chella yang ber diri di sebelahnya.
Eh, nggak apa-apa kok. Gue cuma terkagum-kagum
t . c Chella ngeles, padahal hatinya resah setengah mati memikir kan hasil audisi.
Pernah ke sini" Belum pernah, Chella berbohong.
Van, foto di pohon yang di sana dong, ayo! Tiba-tiba Sabila muncul dan mengajak berfoto di dekat dua pohon besar unik yang tumbuh berdampingan, yang letaknya tak jauh dari jembatan gantung itu. Vando mendelik ke Sabila. Nggak liat apa orang mau ngobrol" Terpaksa mereka masuk mobil lagi dan pindah lokasi pemotretan sesuai pe r mintaan Sabila.
Di bawah sepasang pohon kokoh itu ada sebuah kursi panjang tua. Pohon yang berada di sebelah kiri adalah pohon meranti yang berkulit kasar dan berwarna gelap. Sedangkan di sebelahnya beringin dengan kulit licin berwarna cokelat. Pasangan pohon ini sering disebut pohon jodoh. Pohon meranti dianggap mewakili laki-laki dan po hon beringin yang perempuan. Mitosnya, bila duduk ber sama pasangan di bawah pohon jodoh ini niscaya hubungan percintaan akan langgeng hingga ke pernikahan. Mereka pun antusias, cenderung norak, untuk berfoto di kursi taman tua itu. Untungnya Vasco bawa tripod, jadi me reka bisa foto berenam dengan sukses.
Nah, ini kan kata orang pohon jodoh. Rely, kalau lo per caya takhayul, lo mesti foto di sini dengan& , Sabila ku mat lagi isengnya.
Kalo dengan gue boleh nggak" terdengar suara Azel me motong Sabila. Tanpa dikomando semua langsung menyoraki.
Ciiiieeee& Azeeelll. So sweeettt! teriak mereka. Azel
t . c mau-mau saja, daripada nggak ada yang mau foto berdua dengan dia, kan lebih malu-maluin lagi.
Hijaunya Lembah Hijaunya 30 Perempuan Paris Karya Motinggo Busye Jurus Tanpa Bentuk 13

Cari Blog Ini