Ceritasilat Novel Online

Best Friends Forever 1

Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka Bagian 1


Cuap-Cuap Penulis... Hello, High School Paradise readers!
Setelah 4 tahun berlalu dari seri kedua, Love United, sekarang Sid dan tem an-tem an m uncul lagi dalam Best Friends Forever: High School Paradise Golden Goal!
Beberapa dari kalian m ungkin sudah pernah baca cuplikannya dari e-book, tetapi banyak cerita barunya juga lho. Dijam in kalian akan m erasa lebih puas ketika m enam atkan buku ini.
Dalam kesem patan ini, aku ingin berterim a kasih pada sem ua pem baca setia High School Paradise dan Love United. Tanpa kalian, seri ini tidak akan ada, so thank you very m uch!
Kru Puspa Populer yang m em beri kesem patan ini, terim a kasih!
Terim a kasih juga untuk para peserta High School Paradise Faniction Contest, yang sekarang mungkin sudah sukses dengan karyanya m asing-m asing. Let s have a chat som e tim e!
Bagi para pem baca yang baru m engikuti seri ini, sem oga m asih tetap bisa m engikuti ceritanya walaupun belum baca High School Paradise dan Love United ya ;)
Enjoy the golden tim e of the BFF!
Regards, Orizuka t . c Daftar Isi Cuap-cuap Penulis | iii Daftar Isi | iv 1st Half | 3 How We Met"
Lando Things to Treasure" | 8 Ram a You re not Alone" | 37 Sid Confessions of the Dram a Queens" | 69 Cokie Good Bye" | 10 3 2nd Half | 140 The J ourney"
Added Tim e | 146 Zai What Schools are For"
Tentang Penulis | 167 t . c How We Met" SMP Indonesia J aya di awal tahun ajaran baru tam pak ram ai oleh seragam warna-warni. Ratusan anak yang baru lulus dari berm acam sekolah dasar berdiri canggung di lapangan, berusaha untuk m enghilangkan kegelisahan karena berpisah dengan tem antem an lam a dan berada di lingkungan yang sam a sekali baru.
Di antara kegalauan m assal itu, sebuah kepala pirang tam pak m enengok kiri-kanan hingga m enjulurkan kepala ke segala arah. Sid, si em punya kepala pirang, sedang berusaha m encari tem an satu sekolahnya. Nam un, tak seorang pun berhasil dikenalinya. Dia m ulai m engum pat dalam hati, m enyesali keputusannya m asuk ke sekolah ini. Harusnya dia tidak m engikuti kata-kata ibunya dan sekolah di yayasan yang sam a dengan SD-nya dulu.
Sid m enghela napas sedih sam bil m enghentakkan kaki. Tanpa sengaja, kakinya m enginjak sepatu seseorang di dekatnya. Sid baru berbalik badan--berm aksud m em inta m aaf--saat m elihat seorang bocah jangkung bertam pang sangar di belakangnya. Sid m enelan ludah.
Ma-m aaf, cicit Sid, takut kena pukulan atau keplakan pedas. Bocah itu m enatap Sid datar. Nggak apa-apa.
1st Half t . c Sid takjub m endengar suara ram ah yang keluar dari m ulut itu. Ternyata, bocah itu tidak segarang yang dibayangkannya. Mendongak sedikit, Sid m engam ati bocah itu lebih saksam a. Anak lelaki di depannya itu paling tidak tiga puluh sentim eter lebih tinggi dari dirinya. Wajahnya tam pan, tetapi rautnya keras. Ram butnya hitam dan ikal, m em buat Sid iri dan tanpa sadar, m engelus ram butnya sendiri yang lem as dan pirang. Bagaim anapun berusaha, ram but Sid tetap seperti ini. Dari lahir, dia diberi keajaiban berupa ram but pirang keperakan yang datang entah dari m ana. Dicat pun, warnanya hanya bertahan selam a sebulan. Alih-alih hitam pekat seperti orang Indonesia kebanyakan, ram butnya m alah sewarna bulu tikus. J adi, Sid m enyerah dan berusaha untuk m enerim a apa adanya.
Perhatian Sid berpindah pada nam a yang terpasang di dada seragam bocah itu. Orlando Aryan. Nam a yang keren. Sid lantas m enatap nam anya sendiri. Sidharta Gautam a. Nam a yang m enurut ibunya terinspirasi dari nam a Buddha. Hanya saja, ibunya salah m enuliskannya dengan Sidharta, bukannya Siddharta. Inspirasi yang nanggung, sekaligus m em buat bingung banyak orang.
Lando sendiri tam pak silau dengan kepala Sid yang tertim pa m atahari. J adi, dia m em buang m uka. Menurutnya, Sid benarbenar anak yang berani karena sudah m engecat ram but saat baru berusia tiga belas tahun saja. Sebentar lagi dia pasti kena razia atau apa.
Sid m em erhatikan Lando yang sepertinya terganggu. Dia beringsut pergi, tetap berusaha m encari tem an-tem an satu SDnya. Langkah Sid terhenti saat m elihat kerum unan di depannya. Ada apaan sih" gum am Sid, penasaran.
Sid m engham piri kerum unan itu, yang ternyata padat oleh anak-anak perem puan. Setelah m enyeruak kiri dan kanan, Sid
t . c berhasil sam pai ke bagian terdepan. Seorang anak laki-laki tam pan bertubuh tinggi lain tam pak berdiri di tengah-tengah kerum unan itu dengan tam pang angkuh.
Sid m enatap anak laki-laki itu bingung. Apa benar dia baru m asuk SMP" Kok bisa anak SMP setinggi dan setam pan ini" Cokie dari SD apa"
Cokie dapat kelas berapa" Cokie suka m akanan apa"
Sid m enatap sekeliling, sem akin bingung. Apa-apaan m ereka ini" Baru kali ini Sid m elihat anak-anak perem puan seum urannya yang genit seperti ini. Tak berapa lam a, rusuknya disikut orang.
Eh, lo m inggir dong! Ganggu aja! seru seorang anak perem puan kecil yang rupanya terhalang oleh kepala pirang Sid.
Sid hanya bisa m elongo. Anak laki-laki yang dipanggil Cokie itu m enoleh ke arah Sid, satu-satunya anak laki-laki di tengah hebohnya kerum unan tersebut. Cokie m engedikkan dagu sam bil tersenyum . Serem pak anak-anak perem puan di situ berteriak. Sid m encibir pada anak-anak perem puan di sekitarnya, lalu kem bali m enatap Cokie. Sebenarnya, tadi dia pun sem pat tersihir. Sid m engam ati nam a anak itu. Cokie Nasution. Sid akan m engingatnya. Mungkin nanti, dia akan m eniru gaya ram but atau gaya berpakaiannya yang keren.
Detik berikutnya, Sid terdorong oleh beberapa anak perem puan yang sem akin m enggila hingga keluar dari kerum unan. Sam bil m isuh-m isuh, Sid m enjauh. Anak-anak perem puan m em ang m engerikan.
Setelah beberapa lam a m encari, Sid akhirnya capek sendiri. Mungkin m em ang tidak ada anak-anak SD-nya yang m elanjutkan ke SMP ini. Sid m elirik Baby G-nya. Upacara belum juga dim ulai, padahal sudah pukul tujuh lewat.
t . c Sid m em utuskan untuk m encari kantin. Sebotol soda dingin pasti bisa m enghilangkan dahaganya sebelum m engikuti upacara yang m em bosankan. Sid baru berbelok ke sebuah koridor saat m elihat beberapa orang di depan ruang guru.
Releks, Sid segera berlindung di balik pintu kelas yang terbuka. Dia lantas m engutuk dirinya yang m engam bil jalan ini. Harusnya dia m enghafalkan jalan yang m enghindari ruang guru. Dia bisa dijewer sebelum sem pat sam pai ke kantin.
Sid m engintip dari balik pintu, m engawasi guru-guru yang m asih berdiri di sana. Nam un, rupanya Sid salah duga. Orang-orang yang dilihatnya tadi bukanlah guru-guru, m elainkan sepasang orang tua m urid dan seorang bocah yang sedang m engobrol dengan Kepala Sekolah. Anak itu tam pak tenang, seragam nya rapi, kaus kakinya tinggi, dan bahkan m em akai topi yang ogah dipakai anak-anak SD m ana pun.
Kam i titipkan Ram a ya, Pak.
Baik, Pak, Bu, terim a kasih atas kepercayaannya. Sid m endengarkan percakapan itu sam bil berpikir. Sem ua anak di sekolah ini sudah berkum pul di lapangan upacara, m engapa anak ini m asih ada di sini" Dan m engapa perlakuan Kepala Sekolah sepertinya sangat khusus"
Tahu-tahu, bocah bernam a Ram a itu m enoleh. Tatapannya beradu dengan Sid, m em buat Sid tersentak. Sejurus kem udian, Ram a tersenyum ram ah, m em buat Sid lagi-lagi terpesona. Ram a sayang, kam u baik-baik ya di sini.
Sid m elihat ibu Ram a m engelus kepalanya penuh rasa sayang, lalu tiba-tiba m erasa iri. Ibunya sendiri jarang m engelusnya seperti itu. Sepertinya kedua orang tua Ram a benar-benar santun dan terpelajar.
t . c Tak berapa lam a, orang tua Ram a m elangkah ke arah Sid. Sid segera bersem bunyi ke dalam kelas, m enunggu hingga m ereka lewat. Setelah yakin langkah m ereka tak terdengar lagi, Sid berjingkat keluar. Begitu m enutup pintu, Ram a ternyata berdiri di baliknya.
Hua! seru Sid, kaget. Ram a sendiri hanya m enatapnya dengan seulas senyum . Mau ke m ana"
Ke... kantin, jawab Sid terbata.
Tahu-tahu terdengar bunyi berdenging dari arah lapangan upacara. Mic rupanya sudah dipersiapkan, tanda upacara akan segera dim ulai. Sid kem bali m enoleh pada Ram a yang m asih tersenyum .
Yuk, upacara" ajak Ram a, m em buat Sid kem bali tersihir. Yuk, jawab Sid, lalu m engikuti langkah Ram a m enuju lapangan.
Sid m enatap Ram a dari belakang, lalu m em utuskan. Dia tak akan lagi m encari tem an-tem an lam anya. Dia akan m em buat tem an baru.
Dan akan dia m ulai dari anak di depannya ini.
t . c Lando Aida t . c Lando Things to Treasure" Orlando! Kam u lupa bekal!
Lando m em buka m ata, napasnya m em buru. Dia segera bangkit dan m enyeka keringat yang m engalir deras di dahi.
Dia baru saja berm im pi tentang ibunya, yang setahun lalu pergi dari rum ah setelah seorang bule m enjem putnya dengan m obil m ewah. Lando pikir bagian itu juga m im pi, tetapi dia salah. Bagian itu nyata. Bagian ibunya m em buatkan bekal yang hanya tinggal m im pi.
Lando berdiri, lalu m elirik jam dinding. Sudah pukul tujuh. Dia sudah terlam bat untuk sekolah. Ini salah ibunya yang tak m em bangunkannya.
Ah, lagi-lagi dia lupa. Ibunya sudah tidak ada di sini. Lando tersaruk ke arah pintu, lalu m em bukanya. Di ruang tengah, ayahnya tergeletak tak berdaya di antara pecahan kaca m eja, botol, dan m ungkin TV, entahlah. Lando terlalu m alas untuk berpikir. Lando hati-hati m elangkah supaya tidak m enginjak beling m enuju dapur untuk m em buat susu. Dia sangat kelaparan. Halftime
t . c Lando m em buka rak, tetapi kaleng susu tidak ada di sana. Dia m em buka satu per satu laci yang ada, tetapi tak kunjung m enem ukannya.
Bu!! Susu di mana sih?" tanya Lando releks, namun dia hanya dijawab oleh keheningan pagi.
Lando m enoleh ke belakang untuk m elihat dapur yang kosong. Biasanya pukul segini, ibunya sedang m engaduk kuah sup di depan kom por sam bil sesekali m enatapnya lem but.
Orlando, jangan lupa bekalny a, y a!
Lando m eneguk ludah, berusaha m enahan tangis. Nam un, dia hanya anak kecil. Dia m enangis saat ingin m enangis, sulit untuk m enahannya. Lando terisak di balik lem ari sam bil m em egang perutnya yang lapar. Selalu begini selam a setahun.
Tidak ada lagi orang yang akan m em buatkannya bekal. Tidak ada lagi orang yang akan m em anggilnya Orlando .
Tidak ada lagi orang yang akan dipanggilnya ibu .
Mau ke m ana kam u" Langkah Lando terhenti. Dia m enoleh, m enatap ayahnya yang sudah berkacak pinggang di belakangnya. Sekeliling m atanya hitam , entah terlalu banyak tidur atau justru tidak pernah tidur.
Mau sekolah" jawab Lando seakan ayahnya bodoh. Sialnya, ayahnya m engerti nada bicara Lando. Dia berderap ke arah Lando, lalu m enam par keras pipi anak tunggalnya itu.
Kam u pikir Ayah bodoh" sahutnya sem entara Lando sangat ingin m enjawab ya . Kenapa kam u m asih berangkat ke sekolah itu, hah! Kam u tahu sendiri kita tidak punya uang untuk bayar!
t . c Itu karena Ayah dipecat, kan"! sahut Lando, m em buat m ata ayahnya m enyala-nyala. Itu karena Ayah nggak becus bekerja!
Ayah Lando m enam parnya sekali lagi, kali ini terkena pelipisnya hingga lecet. Lando m engepalkan tangan geram , berusaha m enahan segenap em osi yang m em buncah di dada.
Berhenti saja kam u sekolah! Sana cari kerja! Lihat apa cari kerja itu m udah! sahut ayahnya sam bil m endorong Lando dan bergegas untuk keluar rum ah.
Lando m engatupkan geraham nya keras-keras, m enahan rasa nyeri yang m enjalar di pipi.
Lando m elangkah pelan m enjauhi SMP Indonesia J aya. Dia baru saja ke sana, tetapi gurunya m enyuruhnya pulang. Dia sudah tidak m em bayar iuran beberapa bulan. Lando tak punya pilihan lain selain m enurut.
Sam bil m engom pres pipinya yang berdenyut dengan seplastik es teh, dia m elam un sepanjang jalan. Hidupnya berantakan sem enjak ibunya kabur dari rum ah. Ayahnya m enjadi pem abuk sehingga dipecat dari pekerjaannya. Tem an-tem annya m ulai m enjauh satu per satu. Sekarang, dia tidak bisa belajar m atem atika yang disukainya. Lando m ulai m erasa tidak punya kehidupan lagi.
Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan di waktu-waktu seperti ini, di saat dia seharusnya belajar di kelas. J ika pulang, dia cum a akan jadi bulan-bulanan ayahnya.
Lando m enghela napas. Tanpa sadar, dia sudah tiba di halte bus. Mungkin dia bisa m enghabiskan waktu di sana sam bil m elihat kendaraan yang lewat. Tak lam a kem udian, beberapa anak lakit . c laki berseragam SMA m uncul sam bil tertawa-tawa. Mereka duduk di sebelah Lando.
Tadi gue dapet dari si Boim sepuluh rebu, kata seorang laki-laki berperawakan kurus tinggi. Tam paknya dia adalah bos gerom bolan tersebut kalau dilihat dari bagaim ana tem antem annya berusaha m engam bil hatinya. Terus dari si Dadang dua puluh. Tapi tadi udah gue pake beli es teh dua rebu, am a gorengan seceng. J adi berape tuh sisanya"
Anak-anak buahnya sibuk m enghitung soal cerita yang diberikan, sem entara dia sibuk m enghitung uang. Lando m enatap m ereka sesaat.
Dua puluh tujuh ribu, kata Lando, m em buat sem ua orang m engangguk-angguk.
Pinter lo, puji laki-laki tadi, lalu m enatap sem ua anak buahnya. Siape tadi yang jawab"
Mereka sem ua saling pandang, dan karena tak ada yang m erasa m enjawab, m ereka m elirik Lando yang m enatap m ereka polos.
Saya, Bang, jawab Lando, m em buat si laki-laki kurus m em icing untuk m enatapnya.
Siape suruh lo jawab" tanyanya garang. Lando segera berdecak, m enyesal sudah ikut cam pur. Sekarang anak-anak SMA itu sudah m engelilinginya.
Maaf, Bang, gak sengaja, kata Lando. Si bos m enatap Lando dari ujung m ata sam pai ujung kaki, heran dengan ketenangannya.
Bos, anak SMP Indonesia J aya, bisik seorang anak buahnya. Mendadak seringai m uncul di wajah si bos.
Ngapain anak Indonesia J aya jam segini dim ari" Telat m asuk lo" tanyanya sam bil m enarik kerah seragam Lando. Lando m alas m enjelaskan kalau ayahnya tidak ada uang untuk m em bayar iuran sehingga dia disuruh pulang.
t . c Anak laki-laki itu m enatap Lando yang tak m enjawab. Belagak bisu lo" tanyanya, nam un Lando bergem ing. Dia sudah terbiasa diintim idasi ayahnya. Yang seperti ini sih tidak m asalah.
Anak-anak itu saling pandang, lalu m enatap Lando garang. Periksa tasnya, perintah si bos, m em buat anak buahnya langsung bergerak dan m em bongkar isi tas Lando. Yang lainnya m em eriksa saku-saku seragam Lando.
Nggak ada sepeser pun, lapor salah seorang anak buahnya. Si bos pun m enatap Lando curiga. Lo nyolong seragam orang, ya" tuduhnya. Mana ada anak Indonesia J aya kere kayak lo!
Saya em ang kere, Bang, m akanya saya nggak bisa m asuk sekolah, jawab Lando tenang, m em buat anak itu m elongo.
Dia m enatap Lando, lalu m enepuk-nepuk kepalanya seperti sedang m enepuk kepala anjing.
Gue suka gaya lo, katanya sam bil m engulurkan tangan. Lando m enatap tangan itu sesaat, lalu m enyam butnya. Gue J oki, ketua geng ZTC.
Lando, jawab Lando, walaupun penasaran dengan kepanjangan ZTC.
Nah, Lando. Kalo nggak ada kerjaan, lo boleh ikutan kita, katanya sam bil m enyilangkan tangan di depan dada. Kita ini geng yang paling ditakutin di daerah ini. Lo am an sam a kita.
Lando m engam ati orang-orang di sekitarnya, m enyangsikan kem am puan m ereka. Mereka tam pak seperti anak SMA biasa yang sedang bolos sekolah. Tidak lebih.
Oke, jawab Lando akhirnya, m enganggap berm ain bersam a m ereka lebih baik daripada luntang-lantung sendirian. Lagi pula, dia bisa m enghabiskan waktu di luar dan pulang ke rum ah saat sudah larut untuk m enghindari ayahnya.
t . c Bagus. J oki m engangguk-angguk. Mulai sekarang, lo bagian dari keluarga ZTC.
Terserahlah, pikir Lando. Dia terlalu m alas m enanggapi J oki yang sekarang sudah tertawa m em bahana, tak jelas apa yang ditertawakannya.
Lando m elesat ke arah pintu sebelum ayahnya terbangun. Seperti biasa, Lando akan berkum pul dengan geng J oki. Sudah sebulan sejak Lando m em utuskan untuk bergaul bersam a m ereka. Mem ang tidak banyak hal baik yang m ereka lakukan m alah cenderung m elanggar aturan tetapi Lando cukup senang karena m ereka m enerim anya.
Kem arin, Lando m engikuti m ereka m em alak beberapa anak SMA Athens. Lando m em ang tidak langsung terlibat karena dia m alah lebih m em beri perhatian pada sekolah m ewah itu. Mau berm im pi seperti apa pun, Lando tidak akan bisa m asuk ke sana.
Hari ini, sepertinya m ereka akan m em alak anak-anak SMP Indonesia J aya. Lando sendiri m alas m encegahnya. Kenyataannya, dia m alah sedikit senang karena di hatinya m asih tersisa dendam . Lando berbelok ke sebuah gang, lalu m asuk ke sebuah gudang yang kasat m ata oleh orang awam .
Lan! Telat am at lo! sahut J oki saat m elihat Lando. Lando hanya m em balasnya dengan lam baian singkat. J oki m erangkul dan m em bawanya ke pojokan. Eh, lo tau kan gang-gang sepi di deket sekolah lo"
Lando m engangguk pelan. Sip. Ntar lo tunjukin ya, gue m au m alakin tem en-tem en lo, katanya sam bil nyengir nakal. Lo juga ikut kan" Palakin aja sem ua
t . c Lando m engangguk lagi, lebih karena form alitas. Dalam hatinya, Lando sam a sekali tak punya keinginan untuk ikut. Yang dia inginkan hanya diizinkan bersekolah lagi--yang m ana tam pak m ustahil.
J oki dan tem an-tem annya sudah siap berangkat. Lando m enghela napas, lalu m engikuti m ereka.
Bos, yang itu gim ana" Kayaknya anak orang kaya tuh. Anak buah J oki m enunjuk seorang anak yang tam pak sedang m enunggu di depan gerbang. Mereka sekarang sedang m enunggu di gang kecil di sebelah sekolah itu.
Hm m . Oke. Bawa dia kem ari, perintah J oki, m em buat anakanak buahnya segera m elesat. J oki terkekeh, lalu m enatap Lando yang bersandar di dinding dengan m ata m enerawang. Kenapa lo"
Lando tersadar, lalu m enggeleng. Nggak kenapa-napa. Udah dapet orang yang m au dipalak"
Udah, lagi dijem put, kata J oki, lalu m em erhatikan Lando. Dia pun m enyodorkan rokok yang tadi diisapnya. Nih.
Lando m enatap rokok itu, lalu m enerim anya dengan ragu. Dia selalu m elihat ayahnya m engisap rokok dan penasaran, tetapi tidak pernah m au m encoba.
Ragu-ragu, Lando m engisap rokok itu dan spontan terbatuk. J oki terbahak, lalu m enepuk punggung Lando kuat-kuat.
Lam a-lam a juga biasa, kata J oki, geli m elihat m ata Lando yang berair. Oh, iya. Habis ini lo ikut gue ya.
Ke m ana" tanya Lando, m asih m erasa tersiksa.
t . c Bikin tato, jawab J oki, m em buat m ata Lando m elebar. Tem en gue ada yang m au bikinin kita tato gratis.
Lando m eneguk ludahnya. Tato" Tak pernah sekali pun terbersit keinginan untuk m em ilikinya. Selain m enyakitkan, agam anya pun tak m em perbolehkan. Bukannya Lando orang yang taat beragam a, hanya saja dia butuh alasan untuk dirinya sendiri.
Kenapa lo" Takut" ejek J oki saat m elihat raut wajah Lando. Lando balas m enatapnya berani, lebih karena harga dirinya tertantang.
Nggak. Boleh aja, katanya, walau hatinya m erasa tak nyam an.
J oki m engangguk-angguk senang, lalu kem bali m engintip kem ajuan anak buahnya. Mereka udah m au datang, kata J oki, tangkapan bagus nih.
Lando tak m enanggapi. Dia m asih berpikir tentang tato hingga anak-anak buah J oki m uncul dan m em bawa seorang anak laki-laki seum urannya. Mata Lando m elebar saat m elihat dan m engenali anak itu.
Ram a" gum am Lando, sem entara Ram a sibuk m elepaskan diri. Lando tidak percaya kebetulan ini. Dia m enyangka akan m elihat anak laki-laki m ana saja, bukan ketua kelasnya dan pem egang ranking satu di sekolahnya itu.
Lo kenal, Lan" tanya J oki sam bil m endekati Ram a. Ram a sendiri baru m enyadari kehadiran Lando. Lando" serunya. Lo juga lagi dipalakin sam a m ereka"
Tawa J oki m em bahana m endengar pertanyaan Ram a, sem entara Lando m em ilih diam dan m engalihkan pandangan.
Dipalakin" Dia yang justru m alakin lo! sahut J oki, m em buat Ram a m elongo. Dia lantas m enatap Lando yang m asih m enolak untuk m elihatnya.
t . c Apa m aksudnya" tanya Ram a bingung. Dia anak sekolah gue!
J ustru itu! Dia juga yang nunjukin gang ini sam a kita. J oki tersenyum m engejek. Lo ngerti kan" Dia udah nggak ada hubungannya lagi sam a sekolah lo!
Ram a m enatap Lando tak percaya. Lan, udah sebulan lebih nggak m asuk sekolah, lo bergaul sam a orang-orang ini"
Nggak ada urusannya sam a lo, tukas Lando dingin, sedangkan J oki terkekeh puas.
Ram a m enatap Lando tak percaya. Anak laki-laki itu m em ang terkenal bandel dan sering bolos sekolah. Nam un, Ram a tidak pernah m enyangka dia bagian dari kum pulan prem an.
Bos, ada dom pet! Duitnya banyak! teriak salah seorang anak buah J oki sam bil m elem parkan sebuah dom pet. J oki m enangkapnya dengan sigap, m em bukanya, lalu nyengir dan m endekati Ram a.
Bagus, lo em ang anak orang kaya, katanya sam bil m engam bil beberapa lem bar uang dua puluh ribuan dan m enepuk pipi Ram a dengan dom pet kosong. Nggak percum a lo anak Indonesia J aya.
Ram a m enatap J oki sengit, tetapi laki-laki itu m alah terbahakbahak.
Beda 180 derajat sam a lo, Lan, katanya lagi pada Lando. Gue jadi heran kenapa lo bisa m asuk sekolah elit itu.
Cih, desis Lando sam bil m enatap J oki, berusaha m enghindari tatapan Ram a. Udah kan" Ayo, pergi.
Okeee! J oki m em beri isyarat pada anak buahnya untuk m elepaskan Ram a. Mereka m eninggalkan Ram a sam bil tertawatawa, senang punya uang untuk berfoya-foya nanti m alam . J oki sendiri sudah m erangkul Lando. Besok-besok kita m angkal di sini lagi aja. Untung besar!
t . c Terserah lo, kom entar Lando. Sudut m atanya m asih m enangkap sosok Ram a yang hanya bisa terdiam di tengah jalan. Lando m endesah.
Harusnya, dia tidak m erasa bersalah. Toh, anak kaya itu tidak akan m erasa kehilangan. Besok-besok dia pasti akan kem bali diberi uang yang sam a atau m ungkin lebih. Nam un entah kenapa, Lando m erasa ada yang m engganjal di hatinya. Mungkin itu karena Ram a hanya diam dan tidak m elakukan apa-apa.
Lando m enggigit bibir keras-keras, lalu m enatap bayangan punggungnya sendiri dari cerm in. Sebuah tato berbentuk kepala elang yang m asih baru tam pak di belikat kanannya. Lando m asih bisa m erasakan pedih di kulitnya, tetapi entah kenapa dia senang dengan sensasi itu. Merasakan sakit itu bisa m em buat perhatiannya terhadap rasa sakit yang lain sedikit teralihkan.
Lando m enghela napas, lalu m em banting tubuhnya ke atas tem pat tidur. Tanpa sengaja, dia berbaring terlentang, m em buat bekas luka tatonya bergesek dengan kasur yang keras.
Anjrit!!! sahut Lando, sam bil langsung bangkit dan m em ijat bahunya yang berdenyut m enyakitkan. Dia lalu terduduk di lantai. Tanpa disadari, air m atanya m engalir tanpa bisa dihentikan. Kali ini, Lando m em ijat dada kirinya.
Lan, bikinin Ayah kopi. Lando m enoleh, m enatap datar ayahnya yang tergeletak m iring di sam pingnya, m abuk. Kalau tidak ada pertandingan bola di
t . c Saya bikinin pake tanah, m au" tawar Lando, m em buat ayahnya m em ukul kepalanya. Lando m erengut sam bil m engusap kepalanya yang berdenyut. Kita udah nggak punya kopi.
Tahu-tahu, terdengar suara ketukan pintu. Dalam hitungan detik, ayah Lando m elesat ke dapur dan bersem bunyi di balik lem ari, sem entara Lando m enghela napas. Saat-saat seperti ini, ayahnya m alah sadar.
Ketukan di pintu sem akin keras dan terdengar tak sabar. Lando m elangkah m alas ke arah pintu, lalu m em bukanya tanpa repotrepot m engintip. Dua orang berbadan besar dan bertam pang galak berdiri di depannya, seperti sudah terbiasa.
Mana dia" tanya laki-laki yang m em iliki bekas luka di pipi kiri. Lando m enjulukinya Kenshin.
Belum pulang, jawab Lando singkat.
J angan bohong kam u, tukas laki-laki satunya yang berkulit gelap. Lando m enjulukinya Lutung.
Lando hanya m engangkat bahu. Si Lutung kem udian m enarik kerah kem ejanya. Walau m ungkin cum a sugesti, Lando m erasakan panas di belikat kirinya.
Dia ada di m ana?" sahut si Lutung lagi gusar, sem entara Lando m ati-m atian m enahan diri untuk tidak m eludahinya.
Lando tidak m enjawab sehingga m em buat kedua laki-laki itu sem akin tak sabar. Si Lutung akhirnya m elepaskan Lando, lalu m endorongnya sehingga tersuruk di antara pot bunga. Si Kenshin sendiri sudah m enendang pintu dan berderap m asuk sam bil berteriak-teriak. Si Lutung m engikutinya. Beberapa detik kem udian, terdengar suara gelas-gelas pecah.
Lando m elihat sekelebat bayangan m uncul dari sebelah rum ah, diikuti oleh si Lutung dan si Kenshin dengan sekuat tenaga. Lando
t . c bangkit, m enepuk-nepuk celananya yang kotor, lalu m enatap tiga bayangan yang sudah m enghilang di kegelapan m alam . Lari sana, kalau perlu jangan kem bali....
Kenapa kam u ikut-ikutan geng prem an itu, hah" Ngapain" Malakin orang" Mana pakai m erokok, lagi!
Lando m enunduk. Bukan karena berm aksud tam pak bersalah, tetapi lebih karena bosan. Tadi pagi saat dia sedang m em alak seorang siswa dengan J oki dan kawan-kawan di sebuah halte bus, seorang guru BK-nya lewat dan langsung m enyeretnya ke sekolah. Kebetulan yang m enarik. Lagi pula, sudah lam a Lando ingin m engakhiri ini.
Lando tak m enjawab dan pura-pura tertarik pada sepatu usangnya. Rupanya ini m enghabiskan kesabaran sang guru.
Kalau m au ikut-ikutan geng seperti itu, jangan pakai seragam sekolah! serunya, berhasil m em buat Lando m engangkat kepala dan m enatapnya sengit. Am an, guru BK-nya, balas m enatapnya sebal.
Baik, saya berhenti dari sekolah ini sekarang juga, kata Lando, m em buat si guru tercengang. Bagaim anapun juga saya nggak bisa bayar.
Lando berderap m enuju pintu sebelum sem pat ditahan. Pada saat itulah, Lando m enyadari kehadiran Ram a di balik pintu. Ram a m enatapnya sim pati, sem entara Lando m em balasnya dingin.
Mau ke m ana lo" tanya Ram a saat Lando m elewatinya tanpa bicara sepatah kata pun. Ngum pul-ngum pul sam a prem an itu lagi"
t . c Bukan urusan lo, jawab Lando singkat. Nam un, rupanya Ram a belum m au m enyerah. Dia m alah m engikuti Lando. Setelah beberapa m eter, Lando m ulai m erasa terganggu. Dia berbalik. Mau apa sih lo"
Ram a berhenti m endadak, ham pir m enabrak Lando. Mau ke kelas, jawabnya kalem sam bil tersenyum sim pul.
Lo tadi ada di balik pintu BK, bukannya lo m au ada urusan sam a dia"
Hm ... udah lupa. Ram a m engedikkan bahu.
Lando berdecak lagi, lalu m em utuskan untuk tak peduli dan m elanjutkan langkahnya. Sibuk dengan pikirannya sendiri hingga tiba di pagar belakang sekolah, Lando langsung m elem parkan tas ke seberang. Saat hendak m em anjat, dia m enoleh. Ternyata, Ram a ada di belakangnya dan m asih tersenyum sim pul.
Lando m endesah. J adi, lo udah pindah kelas sekarang" Di udara terbuka, gitu" tanya Lando, walaupun tadinya sudah tak m au tahu.
Ram a hanya m engangkat bahu, m em buat Lando bertam bah kesal. Lando m enghela napas, m encoba m eredam keinginan untuk m em ukul anak laki-laki kaya di depannya ini.
Terserahlah, gum am Lando sam bil m enjejakkan sebelah kakinya ke pagar.
Sebentar lagi pelajaran Matem atika loh, seloroh Ram a santai, m em buat Lando berbalik dan m elongo.
Em ang gue peduli" Lo nggak denger tadi" Gue udah berhenti sekolah, kata Lando seolah Ram a bodoh.
Ram a hanya m enatapnya sam bil tersenyum . Lo m au berhenti hanya gara-gara lo nggak punya uang untuk bayar sekolah" tanya Ram a, m em buat darah Lando m endidih.
t . c Lando m enyerbu Ram a dan m enghajarnya tepat di pelipis hingga cowok itu terbanting ke tanah. Dia juga sudah siap m enerim a balasan, tetapi Ram a tidak m elakukan apa pun. Dia hanya m enyeka darah yang keluar, lalu m enatap Lando dengan tenang. Dan itu m em buat Lando kesal setengah m ati.
Tau apa lo! Lo cum a anak orang kaya! Lo pikir cari duit gam pang! sahut Lando geram .
Karena nggak punya duit, lantas lo m au langsung berhenti sekolah, gitu" Keinginan lo untuk sekolah cum a sebatas itu" tanya Ram a, m em buat m ata Lando m elebar. Ram a bangkit dengan terhuyung, lalu m enatap Lando lagi. Gue em ang nggak tau susahnya cari duit, tapi asal lo tau, gue sekolah di sini bukan karena duit.
J elas aja, lo kan anak yang punya yayasan! seru Lando sinis. Gue nggak bayar karena gue m em ang pantas untuk nggak bayar, kata Ram a lagi, m em buat Lando terdiam . Gue dapet beasiswa penuh, nggak peduli ortu gue yang punya yayasan.
Lando m erasa sudah tahu arah pem bicaraan ini, tetapi dia tak ingin m endengar. Lando m endesah, lalu m elirik pagar di sebelahnya.
Kalo m anjat pager itu, berarti lo setuju dengan ketidakadilan yang lo terim a, tantang Ram a kem bali m em buat Lando m enoleh.
Mungkin tem pat gue m em ang bukan di sini, kata Lando setelah beberapa saat, lalu m ulai m em anjat dan berhasil m endarat di sam ping tasnya yang sudah terbuka. Isinya berham buran.
Lando m em ungut isi tasnya, lalu terpaku saat m elihat buku cetak m atem atika yang selalu dibawanya. Dia pun m elem parnya sem barangan ke dalam selokan.
Sekolah hanya untuk orang-orang kaya dan pintar. Dia tidak seberuntung itu.
t . c Lando m enatap kosong lapangan hijau di depannya. Hari ini, dia m alas berkum pul dengan J oki dan kawanannya. Selain m em ang sedang tidak m ood, dia m asih m em ikirkan kata-kata Ram a tadi siang.
Lando m enghela napas, lalu m em baringkan diri di rum put dan m em ejam kan m ata, berm aksud tidur. Tahu-tahu, sebuah bayangan m enutupi sinar m atahari, m em buat Lando m em buka sebelah m atanya. Detik berikutnya, dia m elongo. Ada Ram a di sana, nyengir persis orang bodoh.
Lando m enyipitkan m ata dan duduk. Ngapain lo di sini" tanyanya, kesal m elihat Ram a dua kali sehari ini.
Kita em ang m au m ain dan ternyata, lo ada di sini, jawab Ram a santai.
Kita" tanya Lando lagi, lalu m elirik ke belakang Ram a. Ternyata, ada Sid dan Cokie, dua anak sekolahnya yang juga sam asam a kaya dan bahagia. Yang satu kepalanya pirang dan tam pak seperti perem puan, yang satu lagi berwajah tam pan dan digilai para cewek di sekolah. Lando berdecak tak suka.
Halo, sapa Sid hati-hati, sem entara Cokie hanya m enganggukkan kepala. Lando m alas m erespons. J adi, dia hanya bangkit sam bil m em bersihkan celana, tanpa m em edulikan ekspresi kedua anak tadi yang berubah m asam .
Mau ke m ana lo" tanya Ram a, heran m elihat Lando m alah seperti m au pergi.
Bukan urusan lo, tukas Lando.
Sid dan Cokie saling pandang, sedangkan Ram a hanya tersenyum m aklum .
Mau m ain bareng nggak" tanya Ram a, m em buat Lando m enatapnya tak percaya.
Main apaan" Tak lari" seru Lando sinis. Gue nggak ada waktu
t . c Lando berderap pergi dan tanpa sengaja m enabrak Sid. Bola sepak dari ranselnya yang terbuka jatuh dan m enggelinding ke kaki Lando. Lando m enatap bola itu tak percaya.
Ini..., katanya sam bil m em ungut bola itu dan m em erhatikannya dengan saksam a. Dia m enatap Sid tajam . Ini bola resm i piala dunia, kan"
Sid m engangguk takut-takut. Dia takut Lando akan m eram pas bola kesayangannya itu. Dia sudah m endengar reputasi Lando di sekolah.
Lando kem bali m enatap bola di tangannya seolah baru saja m enem ukan harta karun. Dia m em erhatikannya baik-baik, sem entara tiga anak laki-laki di depannya sudah saling pandang. Lando m enangkapnya dari sudut m ata, lalu berdeham .
Nih, katanya sam bil m elem par bola yang ditangkap oleh Sid, walaupun m atanya m asih terkunci padanya.
Lo m au ikut m ain" tanya Sid, m em buat Lando terdiam sesaat, lalu m endengus.
Anak-anak kayak kalian bisa apa sih" Nggak bakal seru m ain sam a kalian! sahut Lando, m atanya m asih m encuri-curi pandang ke arah bola.
Gue keberatan kalo lo m erem ehkan kam i. Ayo, kita coba m ain, kata Cokie tegas, m em buat Lando m erasa tertantang seketika.
Lando tersenyum sinis, lalu m eletakkan ranselnya dan berjalan ke tengah lapangan. Sayup-sayup, dia m asih bisa m endengar percakapan ketiga anak laki-laki itu.
Lo serius m au m ain sam a dia, Ram " Kalo dia nggak fair play gim ana" cicit Sid.
Kalo nggak dicoba, m ana tau, kata Ram a. Lo m au babak belur, gitu" seru Sid, panik.
t . c Lo kan cum a kiper, bakal babak belur segim ananya sih, tandas Cokie. Buruan, ntar kita disangkain pengecut, lagi!
Lando m endengus. Dia akan m enghabisi ketiga anak m anja itu karena sudah m engganggu tidur siangnya.
Gim ana, Lan" Lo terpukau kan sam a aksi penyelam atan gue tadi" seru Sid sam bil m enepuk bahu Lando sem barangan. Lando m eliriknya judes, tetapi si kepala pirang itu tam pak tak sadar. Dia sekarang sedang m inum banyak-banyak.
Lando berdecak. Ternyata, perkiraannya salah. Ketiga anak itu tidak selem ah yang dibayangkannya. J ustru Lando m erasa m ereka punya teknik-teknik yang sangat bagus, terutam a si kepala pirang. Cowok itu tadi berhasil m enepis bola tendangan Lando, m em buat Lando berhasil bertekuk lutut secara hariah, melongo sementara Sid berjingkrak senang seperti orang bodoh.
Tau nggak, bola itu bola pem berian Om gue! Dia jadi panitia waktu piala dunia kem arin, hebat kan! seru Sid lagi sam bil berjongkok dan m enatap Lando dengan kedua m ata bulatnya. Lando m erasa anak itu m irip sesuatu. Gue punya em pat, yang dua udah dikasih Ram a sam a Cokie. Satu dipajang, satu buat m ain!
Lando sekarang tahu Sid m irip apa. Dia m irip anak kucing. Berbulu pirang dan cerewet. Lando m erinding sendiri saat m em bayangkan kata im ut di benaknya.
Lo bisa m ain bareng kalo m au, kata Ram a m engalihkan perhatian Lando dari Sid. Setiap pulang sekolah kita selalu m ain di sini.
Kalian nggak les" dengus Lando, tak percaya Ram a bisa jadi juara pertam a kalau setiap harinya dihabiskan untuk m ain bola.
t . c Kita selalu belajar bareng setelah m ain, kata Cokie, m em buat Lando m enganga.
Lo bisa ikut belajar bareng juga! usul Sid ceria, lalu segera m engerut saat m elihat ekspresi Lando. Itu kalo lo m au....
Lando m enghela napas, lalu m engam bil ranselnya dan bangkit. Cukup sudah dia ikut dalam lelucon ini. Dia akan pergi dan m enganggap hari ini tidak pernah terjadi.
Ram a, Cokie, dan Sid saling pandang, lalu ikut bangkit dan m engikuti Lando. Lando berusaha untuk tidak m em edulikan m ereka, tetapi setelah beberapa lam a diikuti, dia m enyerah juga.
Kalian em ang bakat nguntit ya" seru Lando sam bil berbalik dan m enatap ketiga anak itu m arah. Mereka m alah bersiul dan m em andang ke arah lain. Hanya Sid, sebenarnya. Cokie garukgaruk leher, sem entara Ram a m enatapnya ram ah. Yang terakhir ini m em buat Lando m uak.
Lo m au ke m ana sih, Lan" tanya Sid, m em buat Lando berdecak lagi. Lam a-lam a, kepala pirang itu m enyebalkan juga. Belum lagi ram butnya terpantul-pantul sinar m atahari, m em buatnya silau dan sem akin kesal.
Lo kenapa sih pirang begi....
Ayo! Kita belajar bareng di rum ah gue! sahut Sid, tak m endengarkan kata-kata Lando. Dia m enarik lengan Lando, lalu m enggiringnya ke m obil jem putan Ram a.
Lando m enatap sekeliling. Apartem en si pirang itu tam pak m ewah. Lando juga tadi sukses terlonjak saat m elihat Renata seorang artis sinetron terkenal yang m em bukakan pintu. Artis itu, secara m engejutkan, adalah ibu Sid.
t . c Lando sendiri tidak tahu bagaim ana dia bisa sam pai di apartem en ini. Seingatnya tadi dia m enolak, tetapi toh dia sudah berada di sini. Tam paknya dia sendiri ingin tahu, nam un m enolak setengah m ati, bahkan hanya untuk m engaku pada dirinya sendiri.
Puas m engam ati seisi apartem en, Lando m enoleh pada ketiga anak tadi.
Mananya yang belajar bareng..., gum am nya, sem entara Sid dan Cokie sibuk m enekan tom bol di stick PS yang m ereka pegang.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lo jangan m em perlam bat gue dooong! sahut Sid sam bil m enendang Cokie.
Enak aja! Gue kan m au am bil nyawanya dulu! balas Cokie sam bil m engayun-ayunkan stick-nya, seolah bisa m em bantu.
Lando m enatap kedua anak itu heran, lalu m elirik Ram a yang sedang duduk tenang di sofa sam bil m em baca buku.
Yang belajar lo doang" tanya Lando, m em buat Ram a m endongak dan m engangguk. Terus kenapa lo tadi bilang belajar bareng"
Em ang gue bilang gitu" Ram a balas bertanya, m em buat Lando kem bali berpikir. Sepertinya m em ang bukan Ram a yang m engatakannya, tetapi sudahlah. Lando tidak ingin tahu.
Gue pulang, kata Lando sam bil m elangkah ke arah pintu, tak m em edulikan ketiga anak itu berusaha untuk m encegahnya.
Lando berjalan gontai ke arah lift, berusaha m enahan segala keinginannya untuk belajar dan berm ain, seperti anak-anak itu.
Lan, gue dapet laporan, kata J oki esoknya. Lando m endongak, m enatap J oki dan anak-anak buahnya yang sudah ada di sekelilingnya. Ada yang liat kem arin lo bergaul sam a anak-anak
t . c Lando m endesah. Hebat. Sekarang dia diuntit dari berbagai arah. Dia cukup yakin si Kenshin dan si Lutung juga selalu m enaruh m ata padanya.
Lando tak punya keinginan m enjawab, tetapi tahu-tahu J oki m engangkat tangan, m em buat Lando sigap m em asang kuda-kuda. J oki terdiam sesaat, lalu m enepuk-nepuk bahunya.
Bagus, Lan! serunya, m em buat Lando m engernyit. Lo udah nem u m angsa baru, kan" Sip! Kita palak m ereka ntar!
J oki tertawa sam bil m elangkah pergi, sedangkan Lando m asih m em batu di tem patnya. Lando m enghela napas, m em biarkan J oki berpikir seperti yang diinginkannya.
Lando juga tidak peduli. Lan! Lando m enoleh. Begitu sadar siapa yang m em anggil, dia berbalik lagi dan m em percepat langkah. Nam un, Ram a sudah m uncul di sam pingnya, berusaha m enyam ai langkah. Mau ikut m ain bola lagi, nggak"
Lando berhenti tiba-tiba, sem entara Ram a m asih m em butuhkan beberapa langkah lagi karena tadi sudah keburu ngebut. Lando m enatap Ram a tajam .
Ngapain sih lo" sahut Lando, m em buat Ram a bingung. Ngajak lo m ain bola, jawabnya polos.
Lando berdecak. Ya, ngapain lo ngajak gue m ain bola! Udah sana m ain bertiga aja!
Nggak asyik, Lan, enak berem pat! sahut Sid, m em buat Lando terlonjak. Dia tidak m elihat anak itu datang. Di sam pingnya, Cokie m uncul dan tam pak terengah-engah.
t . c Kalian pada ngapain sih" Lom ba jalan cepat" seru Cokie. Rupanya m ereka tadi m asih di belokan saat Ram a sudah m enem ukan Lando.
Lando m enghela napas, tak habis pikir. Kalian kenapa repotrepot nyariin gue sih"
Soalnya& m ain bola sam a lo seru, Lan, kata Sid sam bil nyengir. Dulu gue pikir lo anak bandel, m engerikan gitu. Ternyata... ya em ang rada nyerem in sih, tapi oke laaah!
Lando m enatap Sid bengis, m em buat Sid m enelan ludah. Ayo, Lan, ajak Ram a sam bil m enepuk bahu Lando. Lando m enatap Ram a ragu. Sebenarnya, dia sangat ingin, tetapi entah kenapa, dia tidak bisa begitu saja m enerim a ajakan Ram a.
Pake banyak m ikir lo ah. Cokie m erangkul bahu Lando sok akrab. Kayak lo punya kegiatan lain buat dilakuin aja.
Lando m endelik, nam un tak berkata apa pun. Dia m em ang sedang tidak ingin bergaul dengan J oki. Kem arin, dia m elihat J oki sedang m em egang sesuatu seperti suntikan dan dia m asih takut untuk m enerim a saat J oki m enawarkannya.
Kali ini, dia sadar sedang digiring ke lapangan, tetapi tidak keberatan.
Gilaaa& tendangan lo yang terakhir!! Bisa patah jari gue kalo nekat nepis! seru Sid setelah m ereka selesai berm ain. Sekarang m ereka sedang berjalan pulang.
Lando tak m enjawab, tetapi tak bisa m enahan sudut bibirnya yang sedikit naik. Ram a dan Cokie m elihat itu, lalu saling tatap geli.
Oh iya, Lan. Sid m elihat ke bola yang sedang dipegang Lando. Bola itu& buat lo aja.
t . c Langkah Lando seketika terhenti. Dia m enatap Sid tak percaya. Nam un detik berikutnya, dia berdecak dan m enyerahkan bola itu pada Sid. Em ang gue pengem is! serunya, lalu kem bali m elangkah.
Sid, Ram a, dan Cokie saling pandang, lalu segera m engejar Lando.
Lo kok sinis m ulu sih, Lan" Sid m engadang Lando. Gue kan m au ngasih karena gue anggep lo tem en gue, sam a kayak Ram a dan Cokie.
Lando tertegun. Dia m enatap Sid, Ram a, dan Cokie bergantian, seolah m em inta izin dengan titel barunya itu. Ketiga anak di depannya m alah senyum -senyum .
Sid m enyodorkan bola itu. Lando m enatapnya ragu, tetapi tangannya terangkat juga.
LAN! Lando m enoleh, belum sem pat m enerim a bola itu. Mata Lando m elebar saat m enatap siapa yang tadi m em anggilnya. J oki dan kawanannya sekarang sedang berjalan m endekat.
Wah, waaah... gue pikir lo kabur ke m ana. Ternyata, lo lagi m em uluskan rencana kita yak. J oki m enepuk bahu Lando, m em buat Sid, Ram a dan Cokie m engernyit.
Rencana" Rencana apa, Lan" tanya Ram a, nam un Lando bergem ing.
Rencana ini! seru J oki, lalu tiba-tiba kawanannya m engepung Ram a, Sid, dan Cokie. Mereka m enatap Lando m arah.
Apa-apaan nih! Lan! seru Sid yang m eronta-ronta di cengkeram an seorang prem an SMA berbadan besar. Ram a dan Cokie pun tam pak berjibaku m elepaskan diri.
Tawa J oki m em bahana m endengar seruan Sid. Kenapa" Lo nganggep Lando m ain sam a kalian karena dia m au" tanya J oki
t . c sam bil m enjam bak ram but pirang Sid, sem entara anak buahnya m eram pas tasnya. Bola yang tadi dipegang Sid sudah m enggelinding ke kaki Lando.
LANDO! teriak Sid. J oki terkekeh sam bil m em beri sinyal pada anak-anak buahnya untuk m eram pas tas yang lain juga. Lo hebat juga, Lan, bisa dapet tiga orang kaya begini, puji J oki setelah m enerim a tiga buah dom pet dari anak-anak buahnya. Kita bisa beli obat lagi. Lo nggak usah khawatir soal duit!
Obat" gum am Ram a sam bil m enatap Lando tak percaya. Lo ngobat, Lan"
Lando m asih diam , m enatap bola yang ada di depan kakinya. Gue nggak percaya lo ngelakuin ini, kata Cokie, m em buat Lando m enoleh. Gue yakin lo nggak ada hubungannya sam a ini!
Lando m enatap Cokie nanar, sem entara J oki dan anak-anak buahnya sudah terbahak lagi.
Dasar bocah! Gue m uak liat anak-anak orang kaya kayak lo pada! Habisin aja! perintah J oki, m em buat seluruh anak buahnya m enyerang Sid, Ram a, dan Cokie.
Lando tadinya hanya m enatap keributan itu, tetapi tiba-tiba saja kakinya m elangkah. Dia m enyeruak ke antara anak-anak buah J oki dan ketiga tem annya, lalu berdiri di depan m ereka bertiga, m enatap J oki.
Lo udah dapet duitnya kan" seru Lando, sem entara sem ua orang m enatapnya bingung. Ayo, pergi.
Sekarang sem ua m elongo, term asuk J oki. Dia tam pak m enim bang selam a beberapa saat, nam un m engangguk dan m em beri kode pada sem ua anak buahnya untuk pergi.
Lando m enatap bola di tangannya, sem entara Ram a, Cokie, dan Sid m enatapnya tak percaya. Mulut m ereka terbuka dan m engatup,
t . c Lando m elem par bola itu pada Sid, lalu tanpa berkata-kata lagi, dia m em balik badan dan m engikuti J oki serta kawanannya.
Dapet berapa kita" Tiga ratus ribu, Bos! seru salah seorang anak buah J oki. J oki langsung nyengir lebar. Bagus! Kita pesta nanti m alam ! Lando hanya m em erhatikan m ereka dari kejauhan. Sekarang, m ereka sudah berada di halte tem pat dulu Lando pertam a kali bertem u J oki. Kepala Lando sekarang terasa m au pecah, m em ikirkan banyak hal sekaligus.
Lan! Lo ikut kan, ntar m alem " Bakal seru!
Sori, jawab Lando akhirnya, m em buat kehebohan itu berhenti. Sem ua orang sekarang sudah m enatapnya. Lando balas m enatap m ereka. Gue nggak bisa ikut kalian lagi.
J oki m enatap Lando, lalu m enyodorkan uang yang dipegangnya pada anak buahnya. Dia sekarang bangkit dan m engham piri Lando yang balas m enatapnya.
LANDO!!! Mendengar teriakan itu, sem ua orang serem pak m enoleh. Ram a, Cokie, dan Sid sudah ada di sana. Ternyata, diam -diam m ereka m engikuti Lando dan geng J oki. Sid m elem par bola tadi pada Lando.
Kita percaya sam a lo! serunya, m em buat Lando tersenyum lem ah.
Ketiga anak itu rupanya benar-benar bodoh, datang di saat-saat tidak tepat seperti ini.
J oki m enatap Lando bengis. Matanya m enyala-nyala. Lo... nggak bertem an sam a anak-anak kaya itu kan, Lan" Lo bagian dari
t . c Gue m em ang pernah jadi bagian dari kalian, tapi ternyata, gue m asih pengen sekolah, kata Lando, sem pat tercekat. Bergaul dengan kalian, nggak bisa bikin gue sekolah. Dengan m ereka, seenggaknya gue m erasa m asih bagian dari sekolah.
Ngom ong apa lo?"" J oki m enepis bola di tangan Lando, m em buatnya m enggelinding di tanah. Lo nggak m au keluar dari geng kita, kan"
Sori, ucap Lando lagi. Satu kata yang Lando tahu akan m em buat harga diri J oki terluka. Tapi, gue berterim a kasih dulu lo udah nerim a gue.
CIH! Dia m enginjak bola sepak Sid hingga m engem pis. Lo tau kan akibatnya kalo nentang gue"
Lando tahu. Dan dia sudah siap.
Saat J oki dan anak-anak buahnya serentak m enyerbu dengan kekuatan penuh, Lando berusaha m ati-m atian agar ketiga tem annya tidak tersentuh. Nam un, Ram a, Cokie, dan Sid m alah ikut m em bantunya.
Sekarang, Lando m engerti satu hal. Dia tidak lagi sendiri.
Lan& . Lando m em buka m ata perlahan, lalu m endadak m erasakan nyeri yang am at sangat di ulu hati dan kepalanya. Dia berusaha beradaptasi dengan silaunya sinar m atahari. Hal pertam a yang dilihatnya adalah kepala pirang Sid yang terkena bercak m erah.
Kenapa lo" tanya Lando sam bil berusaha duduk. Dia m enatap Sid dengan lebih jelas. Wajah Sid bernoda darah dan m ata kirinya lebam , nam un dia m alah nyengir lebar. Lando m engernyit, lalu m enoleh ke arah Ram a yang sedang m endongak, tisu tersum pal
t . c di hidungnya. Masih bingung, Lando m enoleh lagi ke arah Cokie yang sedang m engusap-usap kaki kirinya yang tam pak janggal. Kaki gue kayaknya patah, Lan, keluh Cokie sam bil nyengir. HAAAHHH?"" seru Lando, tersadar sepenuhnya. Dia langsung bangkit dan m elihat sekeliling. Nam un, J oki dan kawanannya sudah tidak ada di sana. Hanya ada sedikit kerum unan orang di depannya. Ap... ke m an....
J oki udah ditangkep polisi, Lan, jelas Sid, m em buat Lando m elongo. Tadi ada warga yang lapor. Sekarang kita lagi nunggu am bulans, bentar lagi datang.
Lando perlahan duduk lagi, lalu m enatap ketiga tem annya itu nanar. Ram a m asih sibuk m enahan darah yang m engucur, sem entara Cokie m asih m em egang kakinya sam bil m eringis.
Sori, kata Lando lirih, m em buat m ereka bertiga m enatapnya. Gara-gara gue....
Bukan salah lo, Lan, sanggah Ram a dengan suara sengau. Ini gunanya tem an.
Lando m enatap Ram a terharu. Ada rasa terim a kasih di sana, sem entara Sid dan Cokie m engangguk-angguk.
Gue baru tau kalo lo ternyata m au sekolah, kata Cokie. Kalo gitu, kita pasti bantu lo biar bisa sekolah lagi.
Gue nggak m au dikasihani, tukas Lando cepat. Siapa bilang gue ngasihani lo" Gue cum a bilang, lo bisa kejar beasiswa kayak Ram a, kata Cokie lagi. Kata Ram a, nilai-nilai lo lum ayan.
Gue udah nggak pernah belajar, kilah Lando lagi. Kita bisa m ulai belajar bersam a dari sekarang, saran Ram a, m em buat Lando m enatapnya. Sekarang, serius! Kita sem ua, berem pat. Ya, term asuk lo, Sid.
t . c HA" Kenapa gue juga?" Gue nggak m au beasiswa! seru Sid tak terim a.
Lo nggak solider banget, Sid! sahut Cokie, m em buat Sid terdiam . Dia tam pak berpikir sesaat, lalu m elirik Lando.
Ya... dem i solidaritas sih... oke lah. Tapi gue nggak janji beneran dapet ya, kata Sid sam bil m erengut. Lando tersenyum sedikit m elihatnya.
Makasih ya, kata Lando akhirnya, lalu m eneguk ludah dan m enatap langit, m enahan air m ata yang akan terjatuh. Makasih.
Itulah gunanya tem an!! sahut Sid tiba-tiba, m em buat sem ua orang terkejut. Sid lalu nyengir bersalah pada Ram a. Sekali-sekali gue kan m au kebagian jatah ngom ong keren begitu.
Lando, Ram a, dan Cokie langsung terbahak m endengar katakata Sid. Ram a bahkan lupa m em egangi hidungnya dan m alah tersedak darahnya sendiri. Lando segera m em bantunya, sem entara Sid panik sendiri.
Lando m erasa dirinya bukan lagi orang tersial di dunia. Dia sadar, dia sangat beruntung. Sangat, sangat beruntung. Dan dia bersum pah, dia tidak akan m elepaskan apa yang berharga untuknya sekarang.
Dem i apa pun. Gim ana, Lan" Urutan pertam a"
Lando m enoleh, m enatap Ram a, Sid, dan Cokie yang nyengir lebar di sebelahnya, lalu m engangguk.
Cieee!! Makan-m akaaannn!! seru Sid heboh sam bil berjingkrak ke arah parkiran m obil, berm aksud untuk ke Hilarious dan m erayakan hari penerim aan m ereka di Athens.
t . c Tapi Sid yang bayaaar, tam bah Cokie, m em buat Sid m endelik. Cokie terkekeh, lalu m enyusul Sid. Lando m enatap dua cowok itu geli, lalu m elirik Ram a.
Sori ya, sesal Lando, lagi-lagi gue ngalahin lo. Sial lo, canda Ram a sam bil m enepuk belakang kepala Lando pelan. Kedua anak itu langsung nyengir. Ayo, kita ke Hilarious! Sid m au traktir katanya!
Oke, gue nyusul, kata Lando.
Ram a m engangguk, lalu segera m enyusul Sid dan Cokie. Sepeninggal Ram a, Lando m enghela napas dan kem bali m enatap papan di depannya.
Hari ini adalah hari pengum um an anak baru di SMA Elite Athens J akarta. Beberapa bulan lalu, Lando pikir dia hanya bisa berm im pi untuk m asuk ke sekolah ini. Nam un, dengan kekuatannya beserta ketiga sahabatnya, dia ada di sini, di depan SMA Athens, sekolah yang dulu hanya bisa dim im pikannya. Tidak hanya itu, nam anya juga terpam pang di papan pengum um an sebagai urutan pertam a siswa baru di Athens dengan nilai terbaik. Lagi-lagi m engalahkan ketiga tem annya, seperti saat m asih SMP.
Lando m endesah. Dia tahu dia sudah kurang ajar. Tidak seharusnya dia m engalahkan ketiga sahabatnya. Nam un, dia juga tahu, jika tidak berusaha sekuat tenaga, ketiga sahabatnya pasti akan kecewa.
Perm isi. Lando m undur beberapa langkah saat seorang cewek m ungil beram but panjang indah lewat di depannya untuk m elihat papan pengum um an. Cewek itu m enem pelkan jari di papan, m enelusuri nam a dem i nam a, dan jarinya terhenti di angka lim a.
t . c Cewek itu m enghela napas berat, kepalanya tertunduk lem as. Nam un, beberapa detik berikutnya, dia m enepuk wajahnya sendiri.
Nggak boleh. Harus sem angat! gum am cewek itu, lalu berbalik dan berhadapan dengan Lando yang m enatapnya datar. Cewek itu m enatap Lando sesaat, m enunduk m alu, lalu segera pergi.
Lando m em erhatikan sam pai cewek itu m enghilang di balik gerbang Athens, lalu kem bali m enatap papan pengum um an. Di sana tertulis& 5. Annisa Nuraida.
t . c Lara Rama t . c Rama You re not A lone" Baik, anak-anak, sam pai jum pa besok. Dan ingat untuk m engerjakan PR kalian.
Anak-anak kelas 9A SMP Indonesia J aya m enjawab perintah gurunya dengan dengungan tak jelas. Rini, sang guru, sejenak m enggeleng-gelengkan kepala, nam un kem udian m aklum dan m elangkah keluar kelas.
Ram , ntar gue nebeng lo! Gue lagi em pet sam a si Cokie, kata Sid sam bil m enyurukkan buku-bukunya sem barangan ke dalam laci. Ram a m elirik anak laki-laki tam pan di sebelahnya, yang m engedikkan bahu cuek.
Nam anya juga Sid, seloroh Cokie, sem entara Ram a hanya tersenyum sim pul.
Apaan"! Lo yang tadi seenaknya ngem bat batagor gue! sahut Sid tak terim a. Lando yang jadi saksi m atanya. Ya kan, Lan"
Sid lantas m enoleh penuh harap pada anak laki-laki bertam pang jutek di sebelahnya, tetapi Lando m alah pura-pura tak m endengar percakapan itu. Sid berdecak sebal.
t . c Sam pe kapan sih lo m au jaim gitu, Lan" Nggak laku-laku tau rasa lo! seru Sid, disam but tawa Cokie dan tatapan sengit Lando. Sid pura-pura idiot, lalu kem bali m enatap Ram a. Oke, Ram " Lagian sopir lo lebih asyik daripada sopirnya Cokie. Gue cs-an am a sopir lo!
Ram a terkekeh m engingat betapa Sid cepat akrab dengan sopirnya yang sudah tua. Matanya lalu tanpa sengaja m enangkap sebuah bangku kosong tak jauh di depannya.
Sid, kayaknya lo terpaksa harus nebeng Cokie dulu, kata Ram a sam bil m em asukkan tem pat pensil ke tas. Gue m au nengok Wisnu.
Wisnu" tanya Sid, lalu m enatap sebuah bangku kosong di deretan depan. Ohh... sam pe sekarang em ang dia nggak pernah m asuk ya"
Iya, gue denger dari Bu Rini dia sakit keras, m akanya nggak bisa m asuk. Ram a bangkit dari bangku. Gue m au ngasih catatan sam a PR-PR buat dia.
Cokie, Sid, dan Lando m enatap sahabatnya itu kagum . Ram a m em ang dibesarkan secara baik oleh kedua orang tuanya. Sikapnya yang selalu sopan dan ram ah kepada siapapun adalah hasil didikan ibunya yang seorang psikolog.
Nggak heran lo selalu jadi ketua kelas dari lo m ulai sekolah, puji Cokie, disam but anggukan setuju Sid. Nam un, detik berikutnya, anak itu m elirik judes Cokie.
Bukan berarti gue udah maain lo, sungutnya dibalas dengan tawa Cokie.
Tapi lo ntar nyusul kan" tanya Lando pada Ram a yang sudah m em akai ranselnya, siap pergi.
Iya, ntar gue nyusul. Kalian berangkat duluan aja, kata Ram a sam bil m elangkah. J angan ada yang berantem selam a gue belum
t . c Oh, itu sih tergantung. Lando m elirik Sid yang balas m enatapnya takut. Ram a terkekeh, lalu m enghilang di balik pintu.
Sayup-sayup, Ram a bisa m endengar teriakan Sid yang m enyuruhnya untuk tidak pergi lam a-lam a.
Dahlia 12 A. Kayaknya sih bener ini, Pak, kata Ram a pada Bardi, sopirnya. Bapak tunggu di pengkolan situ aja ya, jalan di sini sem pit. Siapa tau ada yang m au lewat.
Iya, Mas Ram a, kata Bardi patuh. Ram a keluar dari m obil, lalu m enatap sebuah rum ah m ungil di depannya.
Ram a m em erhatikan pagar rum ah itu, m encari-cari sesuatu yang berbentuk bel, tetapi dia tidak m enem ukannya. Ram a lalu m enyadari kalau pekarangan rum ah itu tidak terawat. Rum putnya sudah m engering, begitu pula tanam an-tanam annya. Daun-daun kering yang jatuh dari pohon m angga pun berserakan di m anam ana. Rum ah itu nyaris tidak seperti berpenghuni kalau tidak terdengar suara-suara dari dalam nya.
Ram a m enggigit bibir bawahnya dan m erasa ragu. Apa dia harus m em buka pagar dan m engetuk pintu rum ah Wisnu" Nam un, dia m erasa tidak sopan m asuk ke pekarangan rum ah orang begitu saja. Lalu, apa dia harus m em anggil Wisnu dari sini" Seperti anak SD saja.
Baru ketika Ram a m em utuskan untuk m em buka pagar, pintu rum ah m endadak m enjeblak terbuka, m em buat Ram a terlonjak kaget. Seorang cewek berseragam SMA keluar dengan terburuburu. Ram a m em erhatikan penam pilan cewek yang m enurutnya ajaib itu. Ram but panjangnya di-highlight warna biru, di telinganya
t . c terpasang beberapa anting, hidungnya bertindik, dan seragam nya tam pak kekecilan.
Minggir lo! sem prot cewek itu, m em buat Ram a lagi-lagi terkejut. Ram a ternyata sudah m enghalangi jalannya untuk m em buka pagar. Ram a m undur sedikit, m em biarkan cewek itu berderap pergi. Ram a bisa m elihat ey eliner-nya luntur oleh air m ata.
LARA!!! sahut suara wanita dari arah rum ah, m em buat Ram a m enoleh. Seorang wanita paruh baya yang tam pak letih m uncul di pintu sam bil m em egang dada. Dia kem udian m enatap Ram a yang salah tingkah di depan pagar.
Ram a m engangguk, lalu m encoba untuk tersenyum sopan walaupun yakin tak berhasil.
Tem annya Wisnu ya, kata ibu Wisnu sam bil m em persilakan Ram a duduk. Maaf ya, Nak. Kakaknya Wisnu m em ang tidak seperti Wisnu.
Oh, yang tadi itu kakaknya Wisnu" tanya Ram a takjub. Cewek tadi m em ang tidak seperti Wisnu yang tenang dan kalem .
Iya, nam anya Lara. Sudah SMA, tapi kelakuannya m asih saja seperti anak SD. Ibu Wisnu m enggeleng-geleng sedih. Dia m eletakkan segelas sirop berwarna m erah di m eja depan Ram a, sem entara Ram a m engangguk-angguk. Ibu Wisnu kem udian duduk sam bil m engam ati Ram a yang sedang m inum .
Ram a ada apa datang ke sini" tanyanya, m em buat Ram a ham pir tersedak.
Oh iya, Bu, ini. Ram a buru-buru m engam bil buku-buku dari tasnya. Saya m au m injem in catatan dan PR selam a Wisnu nggak
t . c Ibu Wisnu m enerim a buku-buku itu sam bil tersenyum . Ram a bisa m elihat m atanya berkaca-kaca.
Terim a kasih banyak ya, Nak Ram a. Wisnu pasti senang sekali ada yang m em erhatikan dia, katanya, m em buat Ram a m engangguk. Kam u m au m elihatnya" Dia pasti senang.
Baik, Bu. Ram a bangkit m engikuti ibu Wisnu m enuju sebuah pintu. Ibu Wisnu m em bukanya dan m engajak Ram a m asuk.
Ram a m elangkahkan kaki ke dalam kam ar itu. Matanya m elebar saat m elihat Wisnu yang tergeletak di tem pat tidur dengan kepala dibebat perban. Wisnu yang tadinya sedang m em baca buku m elirik ke arah Ram a. Seketika wajahnya m enjadi cerah.
Ram a! serunya senang, tetapi langsung m em egang kepalanya yang berdenyut.
J angan m endadak sem angat begitu, tegur ibunya, lalu m asuk dan m engam bil buku yang dipegang Wisnu. Sudah Ibu bilang, jangan baca dulu.
Abis nggak ada kerjaan, Bu. Aku kan bosen, keluh Wisnu dengan tam pang cem berut, lalu m enatap Ram a. Matanya kem bali berbinar. Ada apa, Ram "
Mm & . Gue m au ngasih pinjem catatan dan PR selam a lo nggak m asuk, kata Ram a sam bil m elirik buku-buku yang dibereskan ibu Wisnu.
Ohhh! Makasih ya! sahut Wisnu sam bil tersenyum lebar. Ibunya m enatapnya sesaat, lalu m elangkah keluar kam ar. Ram a m em erhatikannya m enutup pintu, lalu duduk di sebelah Wisnu sam bil m enatap perban di kepalanya.
Lo sakit apaan sih, Nu" tanya Ram a kem udian, m em buat Wisnu releks mengelus perban di kepalanya. Sekilas, Rama m elihat tangan Wisnu yang tam pak gem etar.
Kanker otak, jawab Wisnu, m em buat m ata Ram a m elebar.
t . c Kanker... otak" ulang Ram a tak percaya. Wisnu m engangguk pelan. Terus kenapa lo m asih di sini" Kenapa lo nggak dirawat di rum ah sakit"
Gue baru dioperasi, Ram . Orang tua gue udah habis-habisan bayar uang operasi. Mereka nggak sanggup lagi bayar rawat inap di rum ah sakit, jelas Wisnu, nam un tak terlihat sedih. Dia m asih tersenyum , m em buat hati Ram a terasa sakit.
Nggak apa-apa kok, Ram , lanjut Wisnu begitu m elihat perubahan raut wajah Ram a. Gue bersyukur m asih bisa hidup setelah operasi.
Ram a m engangguk-angguk, lalu m engedarkan pandangan ke sekeliling. Kam ar Wisnu penuh dengan buku-buku.
Gue jadi kurang saingan nih, Nu, keluh Ram a. Wisnu dulu m em ang m enjadi salah satu saingan utam anya dalam m eraih peringkat paralel.
Wisnu nyengir. Malah bagus, kan"
Ram a ikut tersenyum . Padahal, gue tadinya udah seneng karena sekelas sam a lo. Eh& lo m alah nggak m asuk dari hari pertam a tahun ajaran baru. Ram a m elirik sebuah pigura di m eja belajar Wisnu. Ram a m eraihnya, lalu m enatap seorang cewek bertam pang jutek yang dilihatnya tadi. Eh, Nu, lo punya kakak cewek ya"
Iya. Nam anya Lara, kata Wisnu. Dia tiga tahun lebih tua dari gue.
Ram a m engangguk-angguk, lalu m em erhatikan kakak Wisnu di dalam foto itu yang tam pak seperti tidak ingin berada di sana. Ram a lantas teringat bagaim ana Lara m enangis sam bil berderap keluar rum ah tadi.
Mm ... tadi gue papasan sam a dia di depan rum ah, kata Ram a ragu. Dia tidak ingin m encam puri urusan keluarga Wisnu, tetapi dia juga penasaran.
t . c Oh ya" Sori ya, dia pasti ngejutekin lo, kata Wisnu sam bil tersenyum lem ah. Dia... benci sam a gue.
Ram a m enatap Wisnu yang tam pak sedih. Kenapa" Gara-gara gue, orang tua gue jadi nggak peduli sam a dia. Katanya, lebih baik dulu gue nggak dilahirkan. Wisnu m enatap lurus ke langit-langit. Matanya sudah berkaca-kaca.
Ram a terdiam , lalu kem bali m enatap pigura yang ada di tangannya. Entah kenapa, dia ingin tahu lebih banyak tentang cewek itu.
Hah" Lo m au ke rum ah Wisnu lagi"
Sid m enghentikan langkah untuk m enatap Ram a m eyakinkan. Ram a m engangguk. Beberapa anak m endahului m ereka m enuju gerbang sekolah.
Lo m au ikut" tanya Ram a. Lando sam a Cokie kan hari ini nggak bisa m ain juga. Daripada lo jagain gawang tanpa ada pem ainnya"
Sid m endesah. Sebenarnya, dia m alas ikut, tetapi Ram a ada benarnya. Mem ikirkan dia m enjaga gawang tanpa ada yang berm ain m em buatnya m erinding.
Iya deh. Tapi ntar gue ngapain" Gue kan m asih ada dendam sam a dia, kata Sid, teringat pada ranking paralelnya kem arin yang dikalahkan Wisnu.
Alaahhh... nggak usah pake dendam segala. Ram a m erangkul Sid dan m endorongnya ke m obil. Ntar juga lo nyerocos sendiri. Sid cem berut, lalu m asuk ke m obil.
Hai, Pak! serunya ceria segera setelah m elihat Bardi. Apa kabar si Cuplis, Pak" Udah bertelur lagi"
t . c Udah, Mas, 5 butir! sahut Bardi tak kalah ceria. Setelah itu, Sid dan Bardi sibuk m em bahas kem ungkinan Cuplis untuk kem bali bertelur dan bagaim ana Sid m au m ain ke rum ahnya untuk m encicipi salah satu telur dadar buatan istrinya. Ram a sendiri tersenyum -senyum sim pul.
Sid pasti akan baik-baik saja.
J adi... lo sakit apaan, Nu" Sid berbasa-basi.
Kanker otak, Sid. Udah dioperasi kok, jawab Wisnu, sem entara Sid m engangguk-angguk. Dia lantas m elirik ke arah Ram a yang sedang m engorek-ngorek tas untuk m encari buku catatan. Lo m asih sebel sam a gue ya, Sid"
Hm m m " Nggak kok, jawab Sid, lalu tertawa kaku. Dia m em andang sekeliling dan m atanya tertum buk pada sesuatu di rak buku Wisnu. Dia m elangkah ke sana ketika Ram a sibuk m enyerahkan beberapa buku pada Wisnu.
Nu, ini catatan buat lo. Sim pen aja dulu. Ntar kalo lo udah sem buh, baru lo salin, kata Ram a.
Wisnu m engangguk. Makasih ya, Ram .
WUOOOOHHH!!! seru Sid heboh, m em buat Ram a dan Wisnu m enatapnya heran. Lo punya koleksi kom ik Dragon Ball juga yaaa?" Gue jugaaa!!
Ram a dan Wisnu m elongo, sedangkan Sid kem bali serius m enatap koleksi kom ik Wisnu.
Ada Conan juga!! Kapan-kapan gue boleh pinjem ya" serunya sam bil m enarik beberapa kom ik. Ram a dan Wisnu saling pandang geli.
Boleh aja, Sid, kata Wisnu, m em buat Sid berjingkrak girang.
t . c Eh, lo tau kan yang pas bolanya udah kekum pul sem ua" tanya Sid bersem angat. Gue sebel banget tuh, kom ik gue yang pas itu ilang! Tau deh siapa yang pinjem ....
Ram a terkekeh m elihat Sid yang sekarang sudah tam pak sangat akrab dengan Wisnu. Tanpa sengaja, dia m elihat sekelebat bayangan dari pintu kam ar yang tidak tertutup rapat. Detik berikutnya, terdengar pintu m enjeblak terbuka dan tertutup dengan keras. LARA!!! sahut ibu Wisnu disertai isakan.
Sudahlah, Bu, kata sebuah suara berat, yang diyakini Ram a sebagai ayah Wisnu. Biarkan saja dia. Dasar anak tidak tahu diri.
Ram a m enoleh dan m enatap Wisnu yang tam pak sedih. Ram a m elirik Sid yang sam a salah tingkahnya. Hening sejenak sam pai akhirnya Ram a m enyikut Sid.
Em m ... lo inget si Piccolo kan, Nu" tanya Sid tiba-tiba, m em buat Wisnu kem bali m enatap Sid dengan wajah cerah. Gue sebel banget sam a dia. Ntar dia m ati nggak ya"
Seketika wajah Wisnu kem bali suram . Ram a m enatap Sid galak. Sid sendiri hanya tertawa kaku dan tak berani lagi bicara setelah itu.
Lo goblok ya, Sid" seru Ram a setelah m enutup pintu pagar rum ah Wisnu.
Sid m enggaruk-garuk kepalanya yang pirang. Gue keceplosan aja, Ram , abis gue bingung m au ngom ong apaan.
Di antara sem ua karakter Dragon Ball, lo pilih Piccolo" kata Ram a lagi, tak berm aksud m elepaskan Sid begitu saja. Habis kepalanya ngingetin gue sam a Picollo. Sid beralasan,
t . c Em ang kenapa sih, Ram " Dia kan udah dioperasi, berarti udah sem buh dong"
Ram a m enghela napas, lalu berjalan perlahan m enuju m obilnya yang diparkir di ujung jalan. Sid m engikutinya.
Setau gue sih, dia harusnya m asih check up. Habis dioperasi nggak bisa langsung pulang begitu aja. Mana gue liat akhir-akhir ini dia tam bah pucat, lagi, ujar Ram a.
Gue ada akal, Ram ! seru Sid tiba-tiba, m em buat Ram a m enghentikan langkah dan m enatapnya sangsi. Akal Sid biasanya tak pernah bagus. Gim ana kalo kita m intain anak-anak sekelas, kalo perlu sesekolah, sum bangan buat biaya rum ah sakit Wisnu!
Ram a m enatap Sid tanpa berkedip sesaat, lalu m engacak kepala pirangnya.
Tum ben akal lo sehat, Sid, puji Ram a nyaris tanpa nada bersalah. Sid berdecak sebal, nam un Ram a tak m elihatnya. Dia sudah kem bali berjalan sam bil sibuk m em ikirkan cara untuk m erealisasikan ide Sid.
Tanpa sengaja, Ram a m elirik ke sebuah tam an kom pleks yang tak terawat. Langkahnya terhenti saat m elihat seorang cewek berseragam SMA sedang duduk di pinggir kolam .
Ada apaan, Ram " tanya Sid, heran m elihat Ram a tiba-tiba berhenti.
Hm m m ... Sid, lo duluan ke m obil gih, ntar gue nyusul, kata Ram a, m em buat Sid m engernyit. Dia lalu m elihat arah yang sedang dilihat Ram a.
Itu siapa" tanya Sid.
t . c m enginjak sebuah ranting sehingga Lara m enoleh dan m enatapnya tajam .
H-halo, sapa Ram a sam bil nyengir. Lara sendiri m asih m enatapnya dengan m ata m em icing. Ram a bisa m elihat jelas ey eliner hitam yang m enghiasi m atanya.
Mau ngapain lo" tanya Lara dingin, m em buat Ram a m endadak salah tingkah. Dia sendiri tidak tahu m au apa.
Ng... saya liat Kakak sendirian di sini, jadi....
J adi" potong Lara sebelum Ram a selesai bicara. Dia m em alingkan wajah dan kem bali m enatap kolam . Gue udah biasa di sini, jadi lo pulang aja sana.
Ram a terdiam beberapa saat, m enatap ram but panjang gadis itu yang sekarang bersem u m erah dan biru.
Saya Ram a, Kak, kata Ram a akhirnya, m em buat Lara kem bali m enatapnya.
Ram a ya, kom entar Lara sinis. Terus"
Saya tem en sekelasnya Wisnu. Saya baru aja nengok dia, lanjut Ram a, m em buat Lara tertawa, lalu detik berikutnya, dia m enatap Ram a lagi.
Ada yang selain anak em as itu" tanyanya, m em buat Ram a m engernyit.
Kak, Kakak tahu kan, Wisnu sedang sakit" tanya Ram a, bingung dengan sikap Lara yang tam pak acuh tak acuh.
Ya, ya, kanker otak, gue tau, seloroh Lara sam bil m enatap kolam berwarna hijau tua di depannya dan m elem par beberapa batu ke dalam . Gara-gara dia, gue jadi begini.
Mem ang salah Wisnu apa, Kak" Dia kan sakit" tanya Ram a, m em buat Lara m enoleh sengit.
t . c Ram a terdiam m enatap cewek yang tam pak kesal di depannya itu. Lara kem bali m enatap kolam di depannya. Matanya sudah berkaca-kaca.
Anak laki-laki yang diharapkan... pinter, penurut, kata Lara dengan suara gem etar, sedangkan gue" Anak perem puan yang nggak diharapkan. Bego. Pem bangkang!
Ram a tak berani m enanggapi kata-kata Lara. Dia hanya berdiri kaku di sebelahnya.
Sekarang dia sakit, sem ua orang kasihan sam a dia! Sayang sam a dia! Kenapa sih harus anak kayak dia yang penyakitan, kenapa bukan gue aja" Lara m enggigit bibir bawahnya keraskeras. Em angnya gue m inta dilahirin!
Harusnya Kakak bersyukur karena udah dikasih kesehatan, kata Ram a, m em buat Lara m endelik. Wisnu nggak seberuntung Kakak.
Hah" Dapet kasih sayang dari sem ua orang dan lo bilang nggak beruntung" Gue m au banget gantiin Wisnu kalo begitu! sahut Lara pedih.
Ram a m enatapnya tanpa berkedip. Air m ata berwarna hitam sudah m engalir ke pipi cewek di depannya itu, m em buat Ram a tidak yakin bagaim ana harus m enanggapi.
Bokap gue selalu pengen anak laki-laki, tapi ternyata yang lahir gue. J adi, dia nggak pernah nganggep gue. Lara m enyeka air m atanya dengan punggung tangan. Setelah Wisnu lahir, dia girangnya bukan m ain. Gue jadi transparan.
Kalo nggak dianggep, gim ana bisa Kakak m asih tinggal di rum ah itu" Gim ana bisa Kakak m asih sekolah" Gim ana bisa Kakak dikasih uang untuk beli barang-barang yang Kakak m au" seloroh Ram a tanpa bisa ditahan, m em buat Lara m endelik dan m enatapnya m arah.
t . c Tau apa lo"! Lara bangkit dan m engham piri Ram a. Lo cum a bocah! Lo pikir anak itu cum a butuh m ateri" Gue juga butuh kasih sayang!
Mungkin orang tua Kakak sayang sam a Kakak, tapi Kakak m enutup m ata, kata Ram a, berusaha tetap tenang m enghadapi cewek yang sedang dilanda am arah itu.
Lara terdiam sesaat, lalu m em buang m uka. J angan ngom ong kayak lo tau siapa gue, katanya geram , lalu berderap pergi.
Ram a berbalik untuk m enatap punggung kesepian itu m enghilang di balik rim bun pohon. Dia m endesah. Entah apa yang m em buatnya selalu ingin m encam puri urusan orang lain. Tam paknya, ini m em ang sudah bawaan dari lahir.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hari ini ke sana lagi, Ram "
Ram a tersadar dari lam unannya, lalu m enoleh. Ketiga tem annya sudah m enatapnya ingin tahu. Ram a m em bereskan bukunya, lalu m engangguk.
Ngapain lagi sih" tanya Sid lagi, bingung dengan kebiasaan baru Ram a. Sekarang, ham pir setiap hari Ram a m ain ke rum ah Wisnu.
Ngasih catatan hari ini, jawaban Ram a pendek. Kayaknya catatan yang dulu-dulu juga belum dia baca deh, kom entar Sid heran. Percum a aja kan lo kasih catatan m ulu" Sid, hardik Lando, m em buat Sid segera m enutup m ulut. Ya udah, pergi aja, Ram . Kita bertiga tunggu di lapangan kalo lo m au m ain. Cokie m enengahi. Ram a m engangguk berterim a kasih.
t . c Mm ... sum bangannya juga m asih jalan. Sid m em buka m ulut lagi, kali ini nadanya hati-hati. Tinggal kelas sebelah dan guruguru yang belum setor.
Oke, Sid. Ram a tersenyum pada Sid yang ikutan nyengir. Thanks ya. Gue berangkat dulu.
Sip. Sem oga sukses! sahut Sid sam bil m elam bai, sem entara Cokie dan Lando m enatapnya bingung.
Sukses apanya, Sid" tanya Cokie.
Sid segera m erangkul kedua tem annya itu. Dia tuh lagi dalam m isi penting, Cok, Lan, katanya dengan suara rendah, m em buat Cokie dan Lando m enatapnya serius. Tadinya gue bingung, tapi kayaknya gue tau deh sekarang....
Sid sengaja m engam bil jeda sejenak supaya kedua sahabatnya tam bah penasaran, tetapi dia m alah kena jitak Lando. Sid m engelus kepala pirangnya yang berdenyut.
Kem arin-kem arin pas nem enin dia ke rum ah Wisnu, gue liat dia lagi ngedeketin kakaknya Wisnu. Nam anya Lara. Anaknya cantik sih, cum a kayaknya bandel gitu, pem berontak sam a orang tua, jelas Sid, m em buat Cokie dan Lando saling pandang. Ngedeketin, m aksud lo... PDKT" tanya Cokie.
Sid tam pak berpikir sebentar. Kalo sepenglihatan gue sih, ngedeketinnya karena alasan yang sam a dengan Lando dulu, kata Sid sam bil sigap m enghindar dari serangan Lando, yang ternyata tak terjadi.
Lando tam pak m elam un, lalu m engangguk-angguk. Kebiasaan anak itu belum berubah juga, katanya sam bil m enyandarkan punggung ke bangku. Selalu pengen nyam purin urusan orang. Pahlawan kesiangan.
t . c juga. Ram a lah yang m em buatnya kem bali m enjadi diri yang disukainya.
Kira-kira sam a yang ini berhasil nggak ya" Sid m enerawang. Kayaknya si Lara ini susah banget orangnya.
Tapi susahnya nggak lebih dari Lando kan" tanya Cokie, m em buat Lando m endelik.
Kalo Lando sih, tiada duanyaaa! sahut Sid sam bil secepat m ungkin m enghindari sepatu terbang Lando dengan cara m erunduk. Sialnya, hidungnya terantuk m eja.
Hahaha.... Tawa Lando dan Cokie m em bahana, m em buat Sid cem berut.
Lara m em buka pintu perlahan, lalu m asuk tanpa suara. Dia tidak ingin m em buat orang rum ah sadar akan kedatangannya. Nam un, keinginannya tak terkabul saat dia m enem ukan kedua orang tuanya duduk di m eja m akan. Lara berdecak, lalu berm aksud untuk segera m asuk kam ar.
Lara, tunggu sebentar, seru ayahnya, m em buat langkahnya terhenti.
Apaan sih" sahut Lara.
Kam u ke m anakan uang bayaran sekolahm u" tanya ayahnya tegas.
Lara m em alingkan wajah, sebisa m ungkin m enyem bunyikan ekspresinya yang tegang.
Ayahnya bangkit, lalu m endekat. Lara bisa m erasakan jantungnya berdegup kencang sam pai dadanya terasa sakit.
t . c Lara, jawab Ayah. Kam u pakai untuk apa uangnya" Sekarang ibunya yang bertanya dengan m ata berkaca-kaca. Lara m uak m elihatnya. Dia m uak m elihat ibunya selalu sok-sokan m em belanya jika ayahnya sedang m arah.
LARA! J AWAB AYAH! sahut ayahnya lagi sam bil m enarik tas Lara hingga jatuh sehingga isinya berham buran. Lara m elotot m elihat isi tasnya berantakan, lalu segera m em bereskannya. Nam un, terlam bat. Kedua orang tuanya sudah m elihat sem uanya.
Lara... apa tadi itu... jarum suntik" tanya ayahnya lam batlam bat.
Lara m endongak untuk m enatap ayahnya yang tam pak pucat pasi, sem entara ibunya sudah m enekap m ulut.
Kam u pakai uangnya untuk beli narkoba" tanya ayahnya lagi, kali ini nadanya geram .
Lara bisa m elihat urat-urat nadi m enyem bul di dahi ayahnya. Seketika, darah di kepala Lara bergolak. Kalo iya, terus kenapa" Salah sendiri kalian nggak pernah kasih kalo saya m inta duit! sahut Lara. Detik berikutnya, dia m erasakan sakit yang teram at sangat di pipi kanannya. Lara m enoleh perlahan, berm aksud m enatap benci ayahnya. Nam un ternyata, dia m enatap ibunya.
Ibunya m em egang tangannya sendiri. Tangan yang telah digunakannya untuk m enam par putrinya sendiri. Lara m enatapnya tak percaya.
Adik kam u berjuang m ati-m atian untuk tetap hidup, tapi kam u m alah m enyia-nyiakan hidup kam u! cicit ibunya dengan tubuh gem etar.
Kayak kalian peduli aja saya hidup atau nggak! Kayak ada bedanya aja! sahut Lara, lalu berderap keluar rum ah, m eninggalkan kedua orang tuanya yang terdiam tak berdaya.
t . c celah pintu yang terbuka. Ram a m enghela napas, lalu berbalik dan terpaku saat m elihat m ata Wisnu sudah basah oleh air m ata.
Mem ang seharusnya gue nggak pernah lahir, isak Wisnu, m em buat Ram a m endekatinya.
Kalo m enurut gue, harusnya lo nggak ngom ong begitu, hibur Ram a, m em buat Wisnu m enatapnya. Lo lahir pasti ada alasannya. Pasti!
Tapi apa" tanya Wisnu lagi, m atanya m enerawang. Ram a terdiam , lalu teringat pada Lara.
Ram , lo... m au nggak gue m intain tolong" tanya Wisnu lagi. Ram a m engernyitkan dahi, lalu m endengarkan baik-baik katakata Wisnu.
Lo lagi, keluh Lara, terdengar bosan saat m endengar langkah kaki Ram a.
Ram a m enghela napas, lalu berjalan m engham piri Lara secara terang-terangan. Dia baru m au berbicara saat m elihat apa yang dipegang Lara. Langkah Ram a terhenti m endadak, m atanya m elotot.
Kakak... m au ngapain" tanyanya, ngeri.
Mau m ain m asak-m asakan. Mau ikut" tanya Lara sinis. Ram a tidak m enjawabnya, terlalu kaget m elihat pisau yang dipegang Lara.
Kakak nggak m au bun.... Apa" Bunuh diri" Gue m au, sam bar Lara, m em buat Ram a terbelalak.
Kenapa" tanya Ram a cepat.
t . c Tapi, saya nggak lihat alasan yang jelas, kata Ram a, m em buat Lara m elongo.
Nggak ada yang peduli sam a gue! Nggak ada yang sayang sam a gue! Itu bukan alasan yang jelas" seru Lara. Nggak ada gunanya gue hidup, lo ngerti"!
Kak, tadi Wisnu juga tanya saya, buat apa dia dilahirkan. Kalian sam a-sam a nggak punya jawabannya, kata Ram a, m em buat Lara m enatapnya ingin tahu. Gim ana kalo jawabannya, untuk m enyayangi satu sam a lain"
Hah, dengus Lara geli. Menyayangi satu sam a lain" Siasia banget hidup gue kalo begitu. Bener lah keputusan gue untuk bunuh diri.
Kakak ngerasa nggak ada yang sayang Kakak" Gim ana dengan orang tua Kakak" Gim ana dengan Wisnu" Mereka peduli sam a Kakak, kata Ram a lagi, m em buat Lara m enatapnya seakan dia orang bodoh.
Heh, lo tuh orang luar, dari m ana lo tau kalo m ereka sayang sam a gue" sahutnya lagi.
Ibu Kakak nangis setelah beliau nam par Kakak. Beliau kelihatan terpukul, Kak. Apa Kakak tau" Kakak nggak tau kan karena Kakak nggak repot-repot untuk m engerti perasaan beliau. Yang Kakak lihat cum a apa yang m ereka lakukan. Kakak nggak m elihat apa alasan m ereka m elakukan itu.
Lara sem akin bingung. Maksud lo apaan sih"
Kak, saya rasa orang tua Kakak bukannya nggak peduli sam a Kakak. Kakak aja yang nggak pernah m au m endengar alasan m ereka. Saat m ereka m enolak perm intaan Kakak, Kakak m arah tanpa ingin tahu alasannya, lanjut Ram a.
Darah Lara m endidih. Lo sok dewasa ya" Masih bocah udah berani ceram ahin gue!
t . c Kalo m em ang lebih dewasa, harusnya Kakak bisa m engerti m aksud saya kan" tanya Ram a kalem , m em buat Lara terdiam . Kalo m em ang lebih dewasa, harusnya Kakak bisa m encoba m engerti keadaan orang tua Kakak.
Maksud lo tuh apa sih" tanya Lara lagi tak sabar. Apa selam a ini Kakak m encoba m em aham i kenapa m ereka nggak pernah ngasih uang sam a Kakak" tanya Ram a.
Ya karena m ereka nggak suka gue! Mereka cum a peduli sam a anak cowoknya! sahut Lara em osi.
Ram a m enghela napas. Apa Kakak nggak pernah berpikir kalo m ereka m ungkin udah nggak punya uang" tanya Ram a.
Lara tam pak ragu sesaat, nam un detik berikutnya, dia m em buang m uka. Nggak m ungkin! Mereka em ang nggak m au ngasih gue!
Kakak tau kenapa Wisnu sekarang ada di rum ah" tanya Ram a lagi, tetapi Lara m asih terlihat skeptis.
Dia kan udah sem buh, udah dioperasi! jawab Lara, nam un bingung juga m elihat perubahan air m uka Ram a.
Harusnya dia m asih dirawat, Kakak, jelas Ram a, m em buat m ata Lara m elebar. Tapi, uang orang tua Kakak udah habis untuk operasi. J adi, m ereka tidak sanggup m em biayai rawat inap.
Nggak m ungkin, kata Lara lagi, tangannya m ulai terasa dingin. Mereka punya tabungan cukup banyak, gue tau.
Kalo gitu, kenapa m ereka nggak m engam bilnya untuk biaya rawat inap anak cowok kesayangan m ereka" tanya Ram a. Kenapa m ereka justru m em bawa Wisnu pulang"
Lara terdiam , lalu m enatap kolam dengan pandangan kosong. Dia teringat saat ayahnya m enjual m obil m ereka secara tiba-tiba dan ibunya m ulai m enjual perhiasan kesayangannya satu per satu.
t . c Wisnu pernah bilang, dia harusnya nggak pernah dilahirkan. Dia m erasa bersalah karena ngeliat Kakak yang selalu bertengkar dengan orang tua Kakak, kata Ram a lagi, m em buat Lara kem bali m enatapnya.
Dia cum a om ong kosong, sanggah Lara dengan suara bergetar.
Apa pernah Wisnu berbuat salah sam a Kakak" tanya Ram a lagi.
Lara terdiam , m encerna pertanyaan Ram a. Dia m em benci kehadiran Wisnu. Bahkan, dia tidak m au repot-repot m enganggapnya adik dari hari pertam a Wisnu m uncul ke dunia ini. Wisnu telah m erebut segala perhatian orang tuanya, tanpa tersisa sedikit pun untuknya sendiri. Nam un, jika dipikir-pikir, Wisnu tidak pernah berbuat kesalahan apa pun padanya. J ustru selam a ini dia selalu berusaha m enjadi adik yang baik. Lara lah yang tak pernah m au m enerim anya.
Dia... nggak pernah, Lara m ulai terbata.
Kakak sudah bisa m elihat dengan jelas" tanya Ram a, m em buat Lara m enatapnya. Saya rasa selam a ini Kakak dibutakan oleh kebencian. J adi, Kakak selalu m elihat sem uanya m enurut Kakak sendiri, tanpa m em ikirkan orang lain.
Lara m enatap Ram a tak percaya dari ujung ram but hingga ujung kaki.
Lo sebenernya um ur berapa sih" tanyanya tak habis pikir. Dia yang sudah 17 tahun telah diceram ahi oleh bocah yang hanya berum ur 14 tahun dan m asih m engenakan celana pendek.
Ram a m enggaruk tengkuknya. Saya m em ang sering dibilang dewasa untuk anak seum uran saya.
t . c Bukan anak yang baik, bukan kakak yang baik. Gue nggak punya tem en dan seorang junkie.
Orang bisa berubah, kata Ram a, tetapi Lara m alah terkekeh. Gue nggak tau harus m ulai dari m ana. Lebih m udah m engakhirinya, keluh Lara, m em buat Ram a m elotot. Lara tam pak serius m eletakkan pisau itu di pergelangan tangan.
Bunuh diri itu bukan jalan pintas. Bunuh diri itu cum a dilakukan para pengecut, kata Ram a lagi sam bil m enatap pisau itu ngeri.
Tam bahan titel pengecut juga nggak m asalah, kata Lara lirih. Dia sudah terlalu lelah. Nggak akan ada yang kehilangan gue juga.
Saya bakal kehilangan, Kak, kata Ram a buru-buru, m em buat Lara m enoleh dan m enatapnya. Ram a senang perhatian Lara teralihkan dan berm aksud m eneruskan usaha ini. Karena saya sudah kenal Kakak, saya pasti kehilangan.
Lo bakal ngelakuin apa aja biar gue nggak bunuh diri di depan lo" tanya Lara sinis.
Saya bakal ngelakuin apa aja biar Kakak nggak bunuh diri di m ana pun, kata Ram a serius. Matanya m asih tertancap pada pisau yang berkilat-kilat di tangan Lara.
Term asuk ngegodain gue kayak gini" tanya Lara sinis, m em buat m ata Ram a beralih dari tangan Lara ke m atanya.
Ram a tidak pernah m em ikirkan ini sebelum nya. Untuk saat ini, Ram a akan m encoba apa pun untuk m enyelam atkan Lara.
Apa aja, kata Ram a lagi, m em buat Lara terbahak. Ram a m enatapnya bingung. Lara tertawa untuk beberapa saat, lalu m endadak serius.
Lo m au bertanggung jawab atas hidup gue kalo gue m em utuskan untuk hidup" tanya Lara.
t . c Mata Ram a m elebar. Lara bangkit, lalu m endekati Ram a yang terlihat salah tingkah. Lara m enunduk sedikit untuk m elihat m ata Ram a dengan lebih jelas. Ram a m encoba untuk m em balas tatapan itu dengan berani.
Saya akan bertanggung jawab, kata Ram a.
Lara terbahak seketika. LO" Bocah ingusan begini" Yang bener aja!
Kalo Kakak nanti 23 tahun, saya udah 20 . Kita sam a-sam a dua puluhan. Di m ana bedanya" potong Ram a, m em buat Lara berhenti tertawa. Lagi pula, sepertinya saya lebih dewasa dari Kakak.
J angan banyak om ong kosong deh, tukas Lara. Gue cum a bercanda kok.
Saya nggak bercanda, Kak, tandas Ram a, m em buat Lara m enatapnya tajam , berusaha m encari kesungguhan di m atanya. Sekarang saya em ang m asih anak-anak. Walaupun nggak bisa nyusul um ur Kakak, saya bisa jadi dewasa juga.
Dengan hati-hati, Ram a m engam bil pisau dari tangan Lara. Entah m engapa, Lara m em biarkan Ram a m elakukannya. Baru kali ini Lara m erasa dipedulikan. Walaupun cum a anak kecil yang peduli padanya, itu sudah cukup m em buatnya tidak ingin bunuh diri lagi.
Lara m enatap Ram a yang sibuk m encari tem pat untuk m enyim pan pisau itu. Tanpa sengaja, dia m elihat Sabar, tetangganya, berlari dan tam pak panik.
Cepet pinjem m obilnya Pak Gino! serunya kepada tetangga lainnya. Dia bertem u pandang dengan Lara. Eh, Lara!! Ada apa, Pak" tanya Lara.
t . c Ayo, Kak, ajak Ram a sam bil m erangkul Lara m enuju rum ahnya yang sudah ram ai orang.
Seketika, Lara m endapat kekuatan untuk berlari m asuk, m enem bus keram aian itu. Dia m endapati kedua orang tuanya sudah ada di sam ping Wisnu, yang tam pak sudah tenang dengan wajah pucat. Ibunya m enggenggam tangan Wisnu erat-erat, sedangkan ayahnya m erangkul ibunya. Mereka m enyadari kehadiran Lara. Ra, Wisnu ingin bicara sam a kam u, isak ibunya. Lara tidak serta m erta m enyanggupi. Kakinya seperti terpaku ke lantai. Ram a m endorongnya pelan dari belakang, m em buatnya m au tidak m au m aju dan duduk di sebelah ibunya. Wisnu tam pak m asih terpejam dengan napas m em buru. Keringat dingin bercucuran dari dahinya. Lara sam a sekali tidak tahu kalau Wisnu m asih dalam keadaan seperti ini. Dia pikir Wisnu sudah sem buh dan tinggal m engem balikan daya tahan tubuhnya.
Kak..., kata Wisnu lirih, tangannya m enggapai-gapai. Lara m enyam butnya ragu. Dia tak akan pernah m au m enyam butnya dulu, nam un sekarang dia m erasakan sesuatu. Dia m erasakan kehangatan dari tangan Wisnu.
Kak..., kata Wisnu lagi dengan susah-payah. Maain aku.... Lara m enatap Wisnu tak percaya. Dia bisa m endengar isakan ibunya sem akin kuat.
Kalo aku m eninggal... Ayah sam a Ibu... bisa lebih sayang... sam a Kakak, Wisnu terbata. Lara m enggeleng cepat, m atanya m ulai terasa panas. Maaf ya, Kak, aku... udah lahir.
Kam u nggak salaaah!! seru Lara, air m atanya sudah berderai. Kam u nggak salah, Kakak yang salah. Harusnya Kakak nggak egois. Harusnya Kakak saja yang gantiin kam u sakit!
Wisnu m enggeleng lem ah. Nggak, Kak. Aku yang udah bikin Kakak susah. Sekarang Kakak bisa tenang.
t . c Dik.... Kak.... Wisnu tahu-tahu tersenyum . Aku senang, katanya dengan senyum sem akin m engem bang. Kakak akhirnya... panggil aku adik.
Lara langsung memeluk Wisnu sambil terisak-isak. Dik, maain Kakak ya. Kakak sudah jahat sam a kam u. Kakak janji akan panggil berapa kali pun Adik m au! Setiap detik kalau perlu!
Wisnu m enarik napas perlahan. Nam un, darah tiba-tiba m engucur dari hidung Wisnu hingga m em buat ibunya histeris. Lara bingung dan m elepaskan pelukannya. Dengan panik, dia m enyeka darah dari hidung Wisnu.
Dik! Kam u harus tetap kuat. Sebentar lagi kita akan ke rum ah sakit. Iya, kan, Yah, Bu" Tangis Lara sem akin keras m elihat adiknya yang m elem ah. Lara m em andang kedua orang tuanya dengan penuh penyesalan.
Tangan Wisnu m enggapai jem ari Lara dan m enggenggam nya perlahan. Kak... Wisnu sayang sam a kalian sem ua.
Kakak juga sayang sam a Adik. Kakak janji nggak akan jahat lagi sam a Adik! Kakak janji!!!
Perlahan, genggam an tangan Wisnu m elonggar dan dia tak m en jawab lagi. Dengan senyum an di wajah, dia m engem buskan napas terakhir. Seketika, jeritan ibunya m em ecah keheningan. Lara sendiri m erasa kepalanya pusing. Dia m erasa segalanya berputar. Dia tak percaya kalau adiknya telah pergi. Lara m engusap hidung adiknya gugup, nam un tak m erasakan em busan napasnya lagi. Di saat itulah, dia sadar kalau adiknya benar-benar sudah tiada.
ADIIIKKK!!! sahut Lara histeris. Ayahnya m enahannya, nam un dia terus m eronta-ronta. Ibunya sendiri sudah pingsan.
t . c m engalir saat m elihat Wisnu terbujur kaku di depannya dan betapa keluarganya sangat kehilangan.
Detik berikutnya, Ram a m enyadari bahwa hidup itu terlalu singkat untuk disia-siakan. Ram a juga m erasa beruntung bisa m engenal Wisnu walaupun hanya sebentar. Ram a m elirik Lara yang m asih terisak hebat.
Ram a punya satu janji yang harus ditepati.
Pem akam an Wisnu berakhir khidm at. Seluruh tem an sekolah dan guru-guru datang untuk m em berikan salam terakhir. Kedua orang tua Wisnu tam pak sudah bisa m enerim a kepergian Wisnu.
Ram a m elirik Lara yang hanya m enatap kosong m akam Wisnu sepanjang acara pem akam an berlangsung. Sekarang setelah berakhir dan sem ua orang berangsur-angsur pergi, Lara m asih bergem ing di sam ping m akam adiknya.
Ram , kita cabut duluan ya, kata Cokie m enyadarkan Ram a. Ram a m engangguk. Cokie m enepuk bahu Ram a, lalu pergi bersam a Lando. Ram a beralih pada Sid yang m asih tam pak terpukul dengan kom ik tergenggam di tangannya.
Padahal, dana udah terkum pul, gum am Sid dengan suara serak.
Ram a m enepuk bahu Sid. Nanti gue kasih ke orang tuanya. Sid m engangguk, lalu m enyerahkan kom ik yang dibawanya. Tolong balikin ini juga ya, katanya. Ram a m engangguk, lalu m enerim anya. Sid m enatap m akam Wisnu sekali lagi. Selam at jalan, Bro.
t . c yang m asih m elam un. Ram a m enarik napas, m enghelanya, lalu m engham piri Lara.
Kak, kata Ram a, nam un Lara tidak bergerak sedikit pun. Saya... ikut berbelasungkawa.
Lara tidak m enjawab untuk beberapa saat. Ram a m enggigit bibir bawahnya, berpikir untuk pergi saja. Nam un, begitu dia akan m elangkah, Lara m em buka m ulut.
Makasih, kata Lara, m em buat Ram a m enoleh. Makasih karena udah m enyadarkan gue.
Oh. Ram a m enggaruk tengkuk. Sam a-sam a.
Serius. Lara m enoleh dan m enatap Ram a. Lo udah bikin gue berdam ai dengan adik gue, orang tua gue, dan diri gue sendiri. Gue nggak tau harus m em balas lo dengan cara apa.
Nggak usah, kata Ram a tulus. Saya seneng kok bisa bantu. Lara m enatap Ram a lagi, lalu kem bali m enatap m akam Wisnu. Selam a beberapa saat, tak ada yang bicara.
Gue bakal m asuk rehabilitasi m ulai m inggu depan, ucap Lara tiba-tiba. Gue janji sam a orang tua gue, kalo nanti gue bakal balik sebagai orang yang sam a sekali baru.
Gitu, kom entar Ram a sam bil m engangguk-angguk. J adi... soal om ongan gue yang kem arin, nggak usah diam bil pusing, kata Lara lagi. Karena gue akan bertanggung jawab atas hidup gue sendiri.
Ram a m enatap Lara lam a, lalu m enunduk m enatap bunga di atas m akam Wisnu.
Saya punya janji dengan alm arhum , kata Ram a, m em buat Lara m enoleh. J anji yang sebisa m ungkin akan saya tepati.
J anji apa" tanya Lara penasaran. Ram a tersenyum . Darah Lara berdesir tanpa bisa dicegahnya.
t . c Kalo saya harus m em astikan Kakak bisa bahagia setelah dia m eninggal, jawab Ram a, m em buat m ata Lara m elebar. Dia segera m enekap m ulut, tangisnya kem bali tum pah.
Kedua orang tuanya yang sadar kalau Lara kem bali m enangis segera m endekatinya.
Kenapa, Sayang" tanya ibunya sam bil m erangkul Lara. Lara m em eluknya untuk beberapa saat, tak sanggup untuk bicara. Ayahnya m engelus-elus punggungnya, m em buat tangisnya sem akin m enjadi-jadi.
Ram a m enatap pem andangan itu, lalu m elirik m akam Wisnu sam bil tersenyum . Ram a yakin Lara pasti bisa bahagia. Tetapi, Ram a harus benar-benar yakin.
Lo nggak perlu nganter gue segala.
Ram a yang sedang m engangkat koper Lara tam pak tak m endengar. Dia m alah buru-buru m em bawanya ke taksi dan m em asukkannya ke bagasi.
Udah sem ua, Om , lapor Ram a pada ayah Lara. Ayah Lara m enepuk pundaknya, lalu m enoleh ke arah Lara.` Ayo Sayang, ajaknya pada Lara yang m asih berdiri di depan rum ah. Di belakangnya, ibunya m engunci pintu dan m enepuk bahunya lem but. Dia m elirik Ram a, lalu tersenyum sim pul.
Ibu tunggu di taksi ya, katanya, lalu m engham piri suam inya dan bersam a-sam a m asuk lebih dahulu ke taksi. Lara pun m endekati Ram a.
J adi, kata Lara, lo nggak ikut nganter kan"
Ram a m enggeleng. Saya nunggu di sini aja, katanya, m em buat Lara terkekeh pelan.
t . c Lo nggak bakal m asih ada di sini waktu gue balik ntar kan" tanyanya setengah bercanda, setengahnya lagi berharap setengah m ati.
Em angnya boleh" Ram a tam pak benar-benar tertarik, m em - buat pipi Lara m endadak terasa panas.
Hm m ... kalo pas gue balik lo udah lebih tinggi dari gue, gue pertim bangkan, seloroh Lara, lalu buru-buru m elangkah ke m obil agar Ram a tidak m elihat wajahnya yang sudah m erah.
Ram a m enatap punggung Lara. Saya bakal banyak-banyak renang dan minum vitamin, kata Rama, membuat Lara releks m enoleh. Ram a bisa m elihat wajah Lara yang bersem u m erah. Ram a sendiri harus m enahan degupan kencang di dadanya.
Lara m engangguk, lalu m asuk ke taksi. Dia m em buka sedikit jendelanya. Pada saat taksi berjalan, dia m elam bai pada Ram a. Ram a pun balas m elam bai hingga taksi itu tak terlihat lagi.
Ram a m enghela napas, lalu berjalan m enuju m obilnya yang diparkir di ujung jalan. Saat dia m elewati tam an, langkahnya terhenti. Dia tersenyum m enatap tam an itu. Tahu-tahu ponselnya bergetar, nam a Sid m uncul di sana.
Halo" Halo" Ram " Lo di m ana" sahut Sid dari seberang. Baru m au jalan dari rum ah Wisnu, jawab Ram a. Kom iknya udah dibalikin belum " sahut Sid lagi, m em buat Ram a nyengir.
Udah, Sid, tenang aja, kata Ram a. Lo lagi di m ana" Di lapangan, biasa. Lo m au ke sini"
Iya dong. Ram a bersem angat m em ikirkan latihan bola bersam a ketiga sahabatnya. Tunggu gue ya.
t . c Oke. Gue segera m eluncur.
Ram a m em utus sam bungan telepon, lalu sekali lagi m enatap tam an itu. Dalam beberapa waktu lagi, dia akan kem bali ke sini. Sam pai saat itu tiba, rasanya dia harus banyak-banyak m inum vitam in penam bah tinggi badan.
Ram a tahu dia akan ditertawakan oleh ketiga sahabatnya kalau dia m enceritakan ini.
Lara m enatap pepohonan pinus yang tum buh tinggi di kanan dan kiri jalan. Sebelum nya, dia tidak pernah m em erhatikan pem andangan itu. Sebelum nya, pikirannya terlalu penuh akan halhal tidak berguna. Sekarang, setelah setahun di rehabilitasi, Lara sudah kem bali pada akal sehatnya.
Dia sudah berhenti m enyalahkan diri atas kem atian Wisnu. Sekarang, yang dia pikirkan adalah bagaim ana untuk bisa m em pergunakan waktunya untuk berbakti kepada kedua orang tuanya sebanyak dua kali lipat. Satu untuk dirinya sendiri, satu untuk bagian Wisnu.
Sayang, kam u ngantuk" Tidur aja kalo ngantuk. Kalau sudah sam pai di rum ah, Ibu bangunin.
Lara tersadar saat m endengar suara lem but ibunya, lalu m enggeleng pelan. Nggak kok, Bu.
Lara tidak m au m enyia-nyiakan kesem patan apa pun dalam hidupnya lagi, bahkan hanya untuk m elihat alam seperti ini. Sudah terlalu banyak yang disia-siakannya tujuh belas tahun ini. Sekarang, apa pun yang terjadi, Lara tidak akan m enyerah. Dia m endapatkan kekuatan dari Wisnu untuk terus m aju dan berusaha m em perbaiki hidupnya.
t . c Selam a dua jam , Lara asyik m em andang keluar hingga tak sadar bahwa m ereka sudah m em asuki kom pleks rum ahnya. Saat m elewati tam an tem pat dulu dia biasa duduk, punggung Lara m enegak. Sebentar lagi, dia akan sam pai di rum ahnya yang m ungil.
Mobil berhenti tepat di depan rum ahnya. Lara m elangkah keluar, lalu m enatap rum ah yang setahun lalu ditinggalkannya. Hatinya berdegup kencang, dadanya sesak. Dengan m elihat rum ah itu saja, kenangan-kenangan pahit berseliweran di otak. Sayang& .
Lara m erasakan tepukan lem but di bahunya. Lara m enoleh pada ibunya yang tersenyum , lalu m engangguk dan m ulai m elangkah pelan ke rum ah. Setelah ibunya m em utar kunci dan m em buka pintu, arom a khas rum ah itu m asuk ke hidung Lara, m em buatnya m eneguk ludah.
Dengan langkah tersaruk, Lara m asuk dan segera bergerak m enuju kam ar Wisnu. Dibukanya kam ar itu, lalu dia tertegun di depan pintu.
Kam ar itu m asih tetap sam a dengan yang dulu, tertata rapi dan bersih. Sangat berbeda dengan kam arnya sendiri. Kedua orang tuanya m asih m em biarkan sem ua barang di tem patnya. Lara tidak pernah m em asuki kam ar itu, kecuali saat Wisnu m eninggal.
Lara m elangkah m asuk sam bil m em erhatikan m eja belajar Wisnu yang penuh buku. Dia m eraih sebuah pigura berisi foto keluarganya, lalu tersenyum . Lara baru kem bali m eletakkannya saat m atanya tahu-tahu tertancap pada beberapa tum puk buku. Matanya m elebar saat m em baca nam a pada buku itu.
Iqbal Ram adhan. Bocah sok bijak tem an Wisnu yang setahun lalu m engatakan akan m enunggunya.
t . c Lara lantas m endengus. Selam a setahun ini, dia tidak pernah berhubungan sekali pun dengan bocah itu. Sekarang, harusnya dia sudah SMA. Dia pasti sudah lupa dengan Lara.
Mendadak, Lara jadi ingin ke tam an tem patnya biasa m enyepi. Lara m elangkah keluar kam ar Wisnu, lalu m enatap kedua orang tuanya yang sedang duduk di depan televisi.
Lara ke tam an dulu, kata Lara disam but senyum dan anggukan kedua orang tuanya, lalu segera m elangkah keluar.
Cuaca hari ini sedang baik. Cerah, nam un sejuk. Lara m elangkah ringan ke arah tam an sam bil m elem par senyum pada tetangga yang hanya bisa tercengang. Lara kem udian berbelok ke tam an. Nam un, langkahnya terhenti saat dia m elihat seorang cowok berdiri m em belakanginya, m em beri m akan ikan di kolam .
Lara m em erhatikan cowok itu, lalu seketika teringat pada Ram a. Detik berikutnya, Lara m endengus karena Ram a cum a bocah culun dan tidak seperti ini. Orang itu sendiri berbalik saat m endengar dengusan Lara.
Lara tahu dia sudah m elongo saat m enatap orang di depannya itu, yang tak lain adalah Ram a. Ram a yang entah bagaim ana sudah tum buh dengan baik, bukan lagi bocah ingusan bercelana pendek. Ram a segera tersenyum saat m elihat Lara yang salah tingkah. Halo, sapa Ram a dengan suara berat, m em buat jantung Lara berdegup sem akin kencang. Apa kabar"
Baik, jawab Lara buru-buru, berusaha m enyem bunyikan getar dalam suaranya. Lo gim ana"
Alih-alih langsung m enjawab, Ram a m engham pirinya dan berhenti dua langkah di depan Lara. Ram a kem udian m enunduk dan m engukur ujung kepala Lara yang ada tepat di dagunya dengan tangan.
t . c Udah lebih tinggi, kata Ram a sam bil nyengir, m em buat m ata Lara m elebar. Sekarang boleh gue panggil Lara aja"
Lara m enatap Ram a tanpa berkedip, lalu akhirnya m engangguk m antap.
t . c Sid Confessions of the Drama Queens"
Bel tanda sekolah usai m enggem a ke seluruh antero SMA Elite Athens J akarta. Murid-m urid berham buran keluar dari kelas, term asuk anak-anak kelas khusus. Sid, Cokie, Ram a, Lando, J ulia, dan Aida keluar dari kelas sam bil m em bicarakan ulangan Fisika yang m ereka lakukan di jam terakhir.
Siaaal, gue salah satuuu!! seru Sid sam bil m engacak-acak ram but pirangnya, frustrasi. J ulia m enatap cowoknya itu sebal dari belakang.
Lo salah satu, gue betul satu! Siapa yang harusnya stresss! sahutnya, m em buat anak-anak tertawa, term asuk Sid. Nam un, detik berikutnya, cowok pirang itu teringat sesuatu. Dia segera berbalik dan m em egang kedua bahu J ulia.
Heh! Serius lo cum a betul satu"! Lo jangan m alu-m aluin gue dong, gue kan m entor lo!!! serunya lagi, tam pak sem akin stres, sem entara J ulia hanya cem berut.
t . c Anak-anak tertawa m elihat ekspresi Sid yang sem akin lam a sem akin kusut.
Ayo, kita ke Hilarious, kita hibur Sid di sana, usul Aida. Sid releks menggenggam kedua tangan sahabat Julia sekaligus pacar Lando itu.
Makasih, Ai, lo em ang m alaikat..., katanya tanpa m enghiraukan tatapan m em bunuh Lando dan J ulia.
Saat J ulia hendak m enghardik Sid, ponselnya tiba-tiba bergetar. J ulia m engeluarkannya dari saku, lalu m engernyit saat m elihat SMS dari Tasha, adiknya. J ulia m em buka pesan itu. Kak, lagi brg Kak Sid ga" Kalo iya, tlg bilang malam ini main ke rumah ya. Tx!
J ulia m enghela napas. Pertam a, anak berum ur delapan tahun sudah punya dan bisa m enggunakan ponsel. Kedua, dia m em inta Sid untuk datang ke rum ah.
Sam pai saat ini, tepatnya tiga bulan setelah J ulia dan Sid jadian, J ulia belum m engatakan apa pun pada adiknya yang satu itu karena terlalu takut m em ikirkan akibatnya. Tasha bisa-bisa ngam bek atau m alah m engam uk. Dan J ulia tidak ingin m enciptakan kehebohan itu di rum ahnya.
J ules" Kenapa" tanya Aida, m em buat sem ua perhatian teralih pada J ulia.
Hm & " Nggak apa-apa, Ai. J ulia cepat-cepat m em asukkan ponselnya ke saku.
Nah... penyesalan selalu datang belakangan kan" seru Sid dengan lagak sok. Percum a aja gue ajarin lo kem arin!
Bawel lo, Sid, tukas J ulia sebal. Lo bisa belagak sekarang, tapi liat aja ntar m alem .
t . c Em ang m au ada apa ntar m alem " tanyanya, nam un J ulia m alah m elengos.
Sid langsung m erecokinya, tetapi J ulia terlalu sibuk berpikir untuk m elayani. J ulia sudah m em utuskan untuk m em beri tahu Tasha m alam ini, apa pun konsekuensinya.
Lo nggak ngasih tau gue soal ini, J ules. Kalo gue kasih tau, lo nggak bakal datang.
Sid m elem par tatapan judes pada J ulia yang duduk di sebelahnya, lalu m elirik ke arah ruang tam u. Tasha belum turun juga dari kam arnya, tetapi Sid berharap supaya anak itu ketiduran atau apa. Sid sam a sekali tidak siap dengan segala dram a yang m ungkin terjadi dalam lim a m enit ke depan.
Tahu-tahu terdengar pintu kamar terbuka. Sid dan Julia releks m enegakkan punggung. Tak lam a kem udian, Tasha m uncul di ruang tam u dengan m em akai gaun berenda-renda dan pipi m erah m erona. Sid dan J ulia kom pak terperangah.
Kak Sid, nunggunya lam a ya" tanya Tasha, m em buat Sid tersadar dan segera m enutup m ulut. Sid m elirik J ulia yang m asih m enatap adiknya tak percaya, lalu m enyikutnya.
Nggak kok, Ta, jawab Sid sam bil nyengir kaku.
Syukur deh kalo gitu. Tasha kan m au m em perlihatkan yang terbaik buat Kak Sid, kata Tasha sam bil m em ilin-m ilin ram butnya supaya terlihat m alu-m alu.
Sid tertawa garing sam bil m elirik lagi J ulia yang ekspresinya sulit dim engerti. Mungkin cewek itu m erasa gagal sebagai seorang kakak.
t . c Eh, Kak J uju kok duduknya deket-deket Kak Sid sih" Sanaan ah! seru Tasha sam bil sengaja m enyem pilkan dirinya di antara Sid dan J ulia. Tasha kem udian m enatap Sid lekat-lekat sam pai Sid m erasa gerah. Kak Sid ke m ana aja sih, kok nggak pernah ngapelin Tasha lagi"
Kakak banyak PR, Ta. Sid m encoba untuk tidak m elakukan kontak dengan m ata berbinar Tasha. Kan Kakak udah kelas tiga.
Ooh... Tasha juga udah kelas tiga, Kak. Aduh, udah ribet banget deh pelajarannya. Kem arin aja pas aku ulangan m atem atika....
Sid m elirik J ulia yang sudah tam pak ingin m ati. Sid m enggigit bibir bawahnya, bingung bagaim ana harus m enyela Tasha yang sekarang sudah m ulai m em bicarakan karangan liburan bahasa Indonesianya.
... Tasha dapet 9 lho, Kak! Hebat nggak tuh" Tasha m enyibak ram but bangga, sedangkan Sid m engacaknya. Tasha nyengir, lalu m enyadari sesuatu. Kak Sid, Kakak kok udah nggak pake jepit lagi sih"
Punggung Sid dan Julia releks tertegak lagi. Tasha m engernyitkan kening, bingung dengan sikap Sid dan J ulia, sekaligus m erasa pernah m elihat bando yang dipakai Sid di suatu tem pat.
Kok bandonya m irip sam a bando Kak J uju"
Di luar kesadaran, Sid m engelus bando yang dipakainya, lalu m elirik J ulia yang sam a tegangnya. Sid m enarik napas dalam - dalam , lalu m enghelanya m antap. Dia harus m engakhiri sem ua ini. Dia tidak boleh m em beri harapan berlebihan pada anak perem puan berum ur delapan tahun. Masa depannya m asih panjang.
Gini, Tasha... ada yang m au Kakak dan Kak J uju om ongin sam a kam u. Sid m em ulai dengan hati-hati, sem entara Tasha m asih m em erhatikan bando Sid.
t . c Sirkam yang dulu Tasha kasih ke m ana" Kok nggak dipake" tanya Tasha tanpa m em edulikan Sid.
Sid dan J ulia saling pandang cem as.
Ada di rum ah, sayang kalo dipake, elak Sid, nam un jawaban itu tam paknya tak m em buat Tasha puas. J adi gini, Ta& .
Tasha bangkit tiba-tiba. Tasha udah ngantuk ah, m au tidur duluan.
Sid m enahannya, lalu m enggenggam kedua tangan m ungilnya. Tasha dengerin dulu ya, kata Sid lem but, m em buat Tasha m au tak m au m endengarkannya. Kak Sid dan Kak J uju... udah pacaran.
J ulia m elirik Tasha yang tam pak tidak berekspresi. Sebentar lagi, adiknya itu pasti akan m engam uk.
Sid m enghela napas. Bukan m aksud Kakak dan Kak J uju m au ngerahasiain, tapi Kakak berdua takut kalo Tasha bakalan m arah.
Siapa juga yang m arah" tanya Tasha, m em buat m ata Sid dan J ulia m elebar. Tasha m enepuk bahu Sid, lalu tertawa. Kakak kegeeran deh!
Sid dan J ulia saling pandang bingung, sem entara Tasha sudah m elepaskan diri dari Sid.
Selam et deh kalo Kak Sid dan Kak J uju udah pacaran. Tasha tidur duluan ya! sahutnya sam bil berlari ke kam ar, m eninggalkan Sid dan J ulia yang m asih m elongo.
Mm m ... J ules" Sid tersadar duluan. Dia nggak m arah tuh. Dia sebenernya... um ur berapa sih" gum am J ulia dengan m ata m enerawang. Sid m enepuk kepalanya sim pati.
Sebenarnya Sid juga bingung, tetapi dia bersyukur hari ini tidak berakhir buruk seperti yang diduganya.
Atau setidaknya, begitu yang dia inginkan.
t . c Sid baru akan m asuk kelas saat m endadak seseorang m enariknya ke sebuah koridor yang sepi. Sid m enatap J ulia bingung. Mau apa anak itu m enariknya pagi-pagi begini" Nam un, tahu-tahu Sid punya pikiran nakal. Mungkin saja J ulia kangen padanya dan ingin m em berinya kecupan pem beri sem angat di pagi hari. Sid lantas m eletakkan tangan di tem bok sam ping kepala J ulia dan m em ejam kan m ata.
Heh, kenapa lo" sahut J ulia, m em buat Sid m em buka m ata, kem bali dari khayalannya.


Best Friends Forever, High School Paradise Karya Orizuka di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nah, lo ngapain tarik-tarik gue ke sini" Sid balik bertanya, sedikit kecewa.
J ulia m enghela napas, lalu m em ijat dahi yang terasa berdenyut. Sid m enatapnya bingung. Tak biasanya J ulia tam pak serius pagipagi.
Ada apaan" tanya Sid lem but sam bil m engusap kepala J ulia. Lo tau, si Ta
Hoi! sahut Cokie yang tiba-tiba datang, m em buat Sid dan Julia releks memisahkan diri walaupun tak ada yang harus dikhawatirkan. Cokie sendiri sudah berdiri di antara m ereka sam bil m enatap curiga. Ciee... pagi-pagi udah lengket. Ketauan guru tau rasa lo pada!
Ada apaan nih" Tahu-tahu Aida m uncul di balik Cokie, disusul oleh Ram a dan Lando. Sid berdecak sebal. Urusannya pasti akan panjang kalau sudah begini.
Ini nih, si Sid dan J ulia, pagi-pagi udah berasyik-m asyuk! sahut Cokie, m em buat yang lain m enatap Sid dan J ulia bergantian dengan senyum bego.
t . c J ulia sendiri tidak tam pak berm inat untuk ikut andil dalam keributan itu. Dia m alah m elengos m asuk kelas, m em buat sem ua orang m enatap Sid.
Kenapa si J ulia" tanya Ram a m ewakili kebingungan sem ua orang.
Lo apain lagi dia" sam bar Cokie sebelum Sid sem pat m enjawab, m em buat Sid m eliriknya judes.
Gue juga tadi m au tanya, tapi udah keburu lo ganggu! sahut Sid sebal. Tapi kalo dipikir-pikir, kayaknya gue tau kenapa. Kenapa" tanya Aida.
Sid tam pak berpikir sebentar, lalu m enghela napas. Mungkin dia harus m enceritakan soal Tasha pada tem an-tem annya juga. Sem akin banyak kepala untuk diajak berpikir, sem akin bagus.
Padahal, gue udah berusaha ngejauhin dia dari TV, keluh J ulia di Hilarious siangnya. Tadi setelah pulang sekolah, m ereka m em utuskan untuk m em bantu J ulia m enyelesaikan m asalah Tasha. J adi di sinilah m ereka, di m eja pojok kafe m ilik Ram a, m em perbincangkan m asalah anak berum ur delapan tahun yang terlalu dewasa di usianya.
Kalo dia di sekolah, kan lo nggak tau J ules. Kali aja tem entem ennya juga pada gitu, kata Aida, m em buat J ulia dan Sid langsung m em bayangkan ratusan anak yang seperti Tasha. Mereka lantas bergidik berbarengan.
Ngeri banget pasti, kom entar Sid, disam but anggukan lem ah J ulia.
t . c Aida dan yang lain saling lirik, kasihan pada J ulia. Mem ang harusnya kalian nggak m ain rahasia-rahasiaan, kali. J adi syok berat gitu deh dia, kom entar Cokie sam bil m eneguk colanya.
Abis m au gim ana lagi, Cok, gue ngeri ngasih taunya. Sid m enggaruk kepala, putus asa.
Beberapa hari ini, dia juga agak aneh. Pulang sekolah telat m ulu, katanya sih ada ekskul. Tapi perasaan gue, dia nggak pernah ikut ekskul apa pun deh, lanjut J ulia, m asih dengan tam pang lesu. Udah gitu, kalo pulang tam pangnya pasti ceria. Tapi kalo gue sapa, langsung deh jutek.
Wah, pasti ada apa-apa tuh, tim pal Cokie, m em buat J ulia dan Sid m enatapnya bengis bersam aan.
Menurut gue, m endingan kalian ngom ong baik-baik sam a Tasha, usul Aida disam but anggukan yang lain.
Sid dan J ulia sendiri sekarang saling pandang, tam pak m enim bang-nim bang.
Aida bilang, kita harus ngom ong baik-baik, kata Sid sam bil m enyingkirkan daun yang m engganggu pandangannya. Terus ini kita lagi ngapain"
t . c Kakak lagi pada ngapain" tanyanya sam bil m enjilat sepotong es krim .
Ng... m ain tak um pet, jawab Sid cepat, sem entara J ulia tam pak tak m enyadari apa pun. Dia m asih m engawasi anak-anak yang keluar dari gerbang.
Anak kecil di depan Sid m elirik J ulia, lalu kem bali m enatap Sid sangsi. Kakak... jangan-jangan m ata-m ata, ya"
Ha" Bukan, bukan. Sid panik, sem entara beberapa orang yang lewat sudah m em erhatikan m ereka. Si anak kecil m enatap Sid curiga.
Kakak dari sekolah m ana" Ayo, jawab! sahutnya sam bil m enunjuk Sid dengan es krim , m em buat Sid m elongo.
Dari... aduh, bantuin dong, J ules! sahut Sid, nam un J ulia m alah m enarik kerahnya tiba-tiba.
Sid, itu si Tasha!! sahut J ulia dengan m ata m asih m enatap ke arah gerbang, tak sadar dengan keadaan di belakangnya.
Tasha tam pak keluar dari gerbang bergandengan tangan dengan seorang anak laki-laki seum urannya. Nam un, bukan m asalah gandengan tangan yang m em buat J ulia kaget. Anak lakilaki itu... persis Sid. Ram butnya m em ang tidak sepirang Sid, tetapi warnanya cokelat. Belum lagi sirkam m ilik Tasha yang terpasang m anis di sana. Intinya, anak laki-laki itu benar-benar seperti Sid versi m ini.
Sid liat deh, dia.... Kata-kata J ulia terpotong saat m enoleh dan m elihat keram aian yang sudah terbentuk di belakangnya. Selain anak kecil yang m em egang es krim , ada beberapa anak lainnya beserta para orang tua yang berdiri di belakang m ereka dengan tangan bersilang di depan dada.
J ulia m elongo beberapa saat, sedangkan Sid nyengir kaku. Ada ap....
t . c Kalian sedang apa di sini" tanya salah satu orang tua sebelum J ulia sem pat bicara.
Tasha yang m elihat keram aian itu bergerak m endekat dan m elihat ram but pirang Sid di antara sem ak.
Kak Sid! seru Tasha, membuat Sid releks berdiri. Sid yang baru m elihat anak laki-laki yang digandeng Tasha langsung bengong. Kenapa anak itu m irip dirinya"
Tasha, gini, sebenernya Kakak....
Kak! Maaf! Tasha m enarik tangan Sid versi m ini dan m enggandengnya erat. Sekarang Tasha udah punya pengganti Kak Sid. Tasha nggak bisa m enerim a Kak Sid walaupun Kak Sid bela-belain datang ke sekolah Tasha untuk m em ohon!
Sid dan sem ua orang di radius sepuluh m eter yang ikut m endengarnya kom pak m elongo. Dia tertawa kaku saat m erasakan tatapan garang dari para orang tua m urid. J ulia pun berdiri untuk m engakhiri kesalahpaham an itu. Tasha yang baru tahu kalau J ulia ada di sana langsung m erasa kecewa.
Ta.... Ngapain Kakak ke sini" tanya Tasha dingin.
Kakak cum a.... J ulia tak tahan untuk tidak bertanya. Dia m engedikkan dagu ke arah Sid versi m ini. Itu siapa"
Ini pacar aku! seru Tasha m antap, m em buat sem ua orang tua yang ada di sana bersum pah untuk m enjual televisi m ereka. Lebih cakep kan dari Kak Sid"
J ulia dan Sid saling pandang bingung, sedangkan Tasha sudah m enarik Sid versi m ini untuk pergi. Para orang tua sekarang m enatap J ulia dan Sid kasihan. J ulia m enghela napas, lalu kem bali berjongkok sam bil m enjam bak ram but.
Gim ana dong nihhh"! sahutnya frustrasi.
t . c Sid m enatapnya sim pati, lalu m enepuk bahunya. Seperti kata Aida, kayaknya kita harus coba ngom ong baik-baik, kata Sid sam bil m em erhatikan Tasha dan versi m ini dirinya m enghilang di belokan. Ngom ong-ngom ong, gue kayak pernah liat itu anak di suatu tem pat. Perasaan gue nggak enak pas liat dia.
Lo liat di kaca, kali! sahut J ulia, m em buat Sid m enatapnya sebal. Serius, Sid, ini udah parah banget. Dia sam pe ngedandanin anak itu jadi kayak lo!
Am bil sisi positifnya aja J ules, kata Sid tenang, m em buat J ulia m enatapnya penasaran. Cowok lo jadi trendsetter.
Tanpa buang waktu, J ulia m elepas sepatu dan seketika m elem parnya pada cowoknya itu. Sam bil terkekeh, Sid m engam bil sepatu J ulia dan sengaja m eletakkannya di atas gerobak tukang siom ay.
Sid, hari ini kita harus ke sekolah Tasha lagi, kata J ulia begitu bel tanda sekolah usai berbunyi.
Sid m engangguk sam bil m enyurukkan buku-bukunya sem barangan ke dalam laci.
Gue nggak habis pikir sam a adik lo, kom entar Ram a sam bil m enggeleng-gelengkan kepala.
Gue m alah lebih nggak habis pikir sam a anak laki-laki yang didandanin adik lo jadi kayak si Sid. Tuh anak nggak punya harga diri apa"! sahut Cokie, m em buat J ulia dan Sid m eliriknya sengit, tetapi dalam hati m em benarkannya.
Kita harus nyusun strategi, J ules, kata Sid serius sam bil bangkit dan bergerak ke arah pintu, diikuti yang lainnya. Untuk bikin itu anak nggak ikut-ikutan gaya gue lagi.
t . c J ulia, Ram a, Cokie, Lando dan Aida serentak m endelik kepadanya.
Gue pikir lo m au bikin strategi supaya itu anak nggak deketdeket Tasha lagi! seru Cokie sam bil m enjitak kepala pirang Sid.
Kem arin, lo bangga gaya lo diikutin, cibir J ulia, m em buat Sid m enjulurkan lidah padanya.
Tanpa sengaja, m ereka m elihat Zai yang m uncul dari koridor berlawanan. Zai dengan penam pilan slengekannya tam pak berjalan terburu-buru.
Hoi, Zai! sapa Sid, tangannya terlam bai ceria.
Zai m enatap Sid sekilas, berdecak sebal, lalu m elengos begitu saja. Sid m em batu dalam pose yang sam a, sem entara anak-anak lainnya m enatap Zai bingung.
Apaan tuh barusan" seru Sid setelah sadar. Tem an-tem annya hanya m engedikkan bahu, sam a tak tahu m enahu.
Mungkin m asih dendam sam a lo, Sid, kata Cokie, m em buat Sid m elongo.
Dendam karena apa?"" Karena gue ngalahin dia pas tanding kem arin" Dia sam pe segitu nggak terim anya"! sahutnya tam pak terluka, sedangkan sem ua orang m enatapnya sebal.
Bukan, bego. Gara-gara lo jadian sam a J ulia! seru Cokie lagi. Sid bengong, nam un beberapa detik setelahnya, dia terbahak.
Mana m ungkiiinnn"! serunya seolah itu adalah alasan terakhir yang m ungkin terjadi. Tem an-tem annya saling pandang, lalu m eninggalkannya begitu saja. Sid berhenti tertawa, lalu m engejar m ereka. Kalian nggak serius kaaannn"
Rasanya gue punya jalan pintas untuk m engakhiri sem ua ini deh, kata J ulia, berm aksud hanya ingin bicara pada Aida.
Oh ya" Gim ana" tanya Sid dari belakang, benar-benar ingin tahu.
t . c J ulia berhenti berjalan, lalu m enoleh pada Sid. Caranya"! Kita putus, kata J ulia kejam . Sid segera m elongo, sem entara yang lain terbahak.
Bener, J ules! Lo cerdas! sahut Cokie, m em buat Sid sem akin cem berut.
Tahu-tahu ponsel di saku Sid bergetar. Ternyata, ada pesan dari Mam anya. Sid m em buka pesan itu.
Sd, plg sklh lgsg plg y! Mm tngg d rmh!
Kenapa bisa nggak ada huruf vokal begini, sih" gum am Sid tak habis pikir.
Kepala Cokie tahu-tahu m uncul dari balik bahunya. Siapa, Sid" Selingkuhan yaaa.
Nyokap gue. Nyuruh gue langsung pulang. Bodo am atlah, sahut Sid ketus.
Eh, jangan gitu, Sid. Siapa tau ada yang penting, kata J ulia, m em buat Sid m engernyit.
Nah, terus lo m au nguntit Tasha sam a siapa" tanya Sid lagi. Tenang soal itu sih! J ulia m enepuk punggung Sid keras-keras, lalu m enunjuk keem pat tem annya. Gue kan bisa pergi sam a salah satu dari m ereka.
Sid m enatap tem an-tem annya sesaat, lalu m engangguk walaupun m alas.
Ya udah kalo gitu. Sebenernya gue m ales sih.... Sid m elirik J ulia yang langsung berkacak pinggang, lalu m enghela napas. Iya, iya. Gue balik. Dah sem ua.
Sid m elangkah m alas ke arah tem pat parkir, sem entara J ulia dan yang lain m asih berdiri di depan sekolah. J ulia berbalik, lalu m enatap tem an-tem annya ceria.
t . c Gue disuruh nem enin Nyokap check up ke rum ah sakit, J ules, Aida m engatupkan tangan. Sori.
J ulia m enepuk bahu sahabatnya itu. Nggak apa-apa, Ai! serunya ceria, lalu m enatap Ram a yang segera salah tingkah.
Ram a m enggaruk kepala. Gue harus jaga Hilarious, lagi pada izin sem uanya.
J ulia m engangguk-angguk m engerti, nam un senyum nya m ulai pudar. Dia lantas m elirik Cokie dengan pandangan m engancam . Gue... disuruh bantuin nyokapnya Via.
J ulia m enghela napas sam bil m em ijat dahi yang berdenyut. Tam paknya, dia harus ke sekolah Tasha sendirian.
Lo belum ajak Lando, J ules, kata Ram a, m em buat J ulia seperti m endapat pencerahan. Dia m enatap Lando penuh harap, tetapi cowok itu balas m enatapnya datar. Mereka saling tatap untuk beberapa saat.
Gue pergi sendiri aja deh, putus J ulia akhirnya, m erasa m engajak Lando akan jadi usaha yang sia-sia.
Gue ada waktu kok sebelum ngajar, kata Lando, m em buat sem ua orang bertepuk tangan lega, begitu pula J ulia. Nam un, detik berikutnya, J ulia m em ikirkan bagaim ana tam pang Lando saat bersem bunyi di balik sem ak. Belum lagi kem ungkinan Tasha bisa beralih jatuh cinta padanya. J ulia tiba-tiba bergidik.
Nggak usah, Lan! Gue pergi sendiri aja, tolak J ulia buruburu.
Lando m enatapnya sangsi. Lo yakin"
Seratus persen! jawab J ulia m antap. Udah ya, gue berangkat dulu. Ntar dia keburu balik lagi! Daaahhh!
t . c Siom aynya berapa, Neng"
Berapa aja deh, Bang, jawab J ulia dengan m ata tertancap pada gerbang sekolah Tasha. Abang penjual siom ay m enatap kesal J ulia karena sedari tadi tak m em erhatikannya. Belum lagi m asalah sepatu yang kem arin m enyangkut di atas gerobaknya. Abang bikinin sepanci ya"
Terserah, jawab J ulia lagi, m em buat penjual siom ay berdecak sebal.
J ulia sam a sekali tidak m endengarkannya. Perhatiannya terpusat pada Tasha yang sedari tadi belum m uncul juga, begitu pula Sid versi m ini. Nam un, karena Sid versi m ini itu sudah jadi pacar Tasha, J ulia berasum si m ereka pasti pulang bersam a seperti kem arin.
Kak, pem peknya berapa potong" Terserah aja.
Laaahhh" Kok terserah"
Ya, terserah aja, Bang, gitu aja kok ribet. Saya lagi serius nih! Mau tak m au, J ulia m enoleh saat m endengar percakapan itu dan m elongo begitu m elihat seorang cowok berpenam pilan urakan sedang berdebat dengan tukang pem pek di sebelahnya. ZAI" seru J ulia, m em buat Zai m enoleh dan bengong. J ulia" serunya, sam a kagetnya.
Lembah Merpati 3 Pendekar Pulau Neraka 57 Sepasang Bangau Putih Pangeran Iblis 1

Cari Blog Ini